HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kota Depok, Provinsi Jawa Barat 4.1.1. Sejarah Singkat Pembentukan Kota Depok Kota Depok merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor pada masa yang lalu. Perkembangan wilayah Depok yang cukup pesat telah menjadikan Kota Depok ditetapkan sebagai Kota Administratif pada tahun 1981 mencakup tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan Sukmajaya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981. Perkembangan selanjutnya memunculkan aspirasi masyarakat yang menyuarakan kebutuhan akan peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan termasuk peningkatan pelayanan dan peran aktif masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan pembentukan Kotamadya Dati II Depok dikeluarkan melalui penetapan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok. Wilayah Kotamadya Dati II Depok pun meluas menjadi enam kecamatan dengan dimasukkannya sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor. Pemekaran wilayah Kota Depok kembali terjadi pada akhir tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok. Peraturan ini telah membagi Kota Depok dari enam kecamatan menjadi sebelas kecamatan. Adapun kecamatan- kecamatan tersebut adalah: 1) Sawangan; 2) Bojongsari; 3) Pancoran Mas; 4) Cipayung; 5) Sukmajaya; 6) Cilodong; 7) Cimanggis; 8) Tapos; 9) Beji; 10) Limo; dan 11) Cinere. Pemekaran tersebut diharapkan dapat berdampak positif terhadap efektivitas pelayanan dan koordinasi antara aparatur pemerintah dalam menjalankan program-program Pemerintah Kota Depok, termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya alam serta berbagai potensi yang dimiliki oleh wilayah Depok (Bappeda Kota Depok 2003; BPS Kota Depok 2011).
85
Embed
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
39
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Depok, Provinsi Jawa Barat
4.1.1. Sejarah Singkat Pembentukan Kota Depok
Kota Depok merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor pada masa
yang lalu. Perkembangan wilayah Depok yang cukup pesat telah menjadikan Kota
Depok ditetapkan sebagai Kota Administratif pada tahun 1981 mencakup tiga
kecamatan, yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan
Sukmajaya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981. Perkembangan
selanjutnya memunculkan aspirasi masyarakat yang menyuarakan kebutuhan akan
peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan
termasuk peningkatan pelayanan dan peran aktif masyarakat. Oleh karena itu,
kebijakan pembentukan Kotamadya Dati II Depok dikeluarkan melalui penetapan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Depok. Wilayah Kotamadya Dati II Depok pun
meluas menjadi enam kecamatan dengan dimasukkannya sebagian wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor.
Pemekaran wilayah Kota Depok kembali terjadi pada akhir tahun 2009
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kecamatan di Kota Depok. Peraturan ini telah membagi Kota
Depok dari enam kecamatan menjadi sebelas kecamatan. Adapun kecamatan-
kecamatan tersebut adalah: 1) Sawangan; 2) Bojongsari; 3) Pancoran Mas; 4)
Sumber: Hasil Revisi RTRW Kota Depok 2000-2010, Perda Kota Depok No. 12 Tahun 2001 danHasil Analisis Tim Penyusun SLHD Kota Depok 2010 dan 2011 (BLH Kota Depok 2010,2011).Keterangan: (-) Tidak ada data
Tabel 4 Rencana pemanfaatan ruang Kota Depok tahun 2010
No. Jenis penggunaan lahanLuasan
Tahun 2005Revisi
Tahun 2010Ha % Ha %
I Kawasan Terbangun 9.968,43 (49,77) 9.900 (49,88)1 Perumahan + Kampung 8.874,85 (44,31) 7.919 (39,54)2 Pendidikan Tinggi 230,33 (1,15) 448 (2,24)3 Jasa dan Perdagangan 300,44 (1,50) 296 (1,48)4 Industri 308,45 (1,54) 1.100 (5,49)
pemeliharaan, dan pemberdayaan fungsi situ-situ secara tepat berdaya guna
dan berhasil guna, dan
3. Melaporkan setiap kegiatannya kepada Walikota Depok secara berkala setiap
dua bulan sekali.
Keanggotaan Pokja Situ direstrukturisasi pada tahun 2005 atas dasar
dorongan konsorsium LSM bernama Gugus Kerja Good Governance Jaringan
Advokasi Anggaran (GGKG-Jangkar) yang ikut terlibat aktif dalam kerja
advokasi pelestarian situ di Kota Depok. Salah satu alasan dari restrukturisasi
tersebut adalah karena semenjak pembentukannya, yaitu dalam kurun waktu tahun
1999 sampai 2005, kinerja Pokja Situ dirasakan stagnan dan tidak melibatkan
partisipasi masyarakat. Keanggotaan Pokja Situ yang awalnya diisi oleh pejabat
Dinas/Instansi yang merupakan Perangkat Daerah Pemerintah Kota Depok
kemudian digantikan dan diisi dengan unsur-unsur masyarakat murni agar lebih
efektif dan partisipatif (Sucipto & Prygina 2009). Pengalihan keanggotaan Pokja
Situ kepada masyarakat telah menyebabkan Pemerintah Kota Depok mulai
melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam hal pengawasan dan
pengendalian situ. Forum Pokja Situ Kota Depok yang merupakan wadah
advokasi bagi seluruh Pokja Situ yang ada di Kota Depok dibentuk melalui
Lokakarya Pokja Situ se-Kota Depok pada tahun 2007. Lembaga Swadaya
Masyarakat jelas merupakan mitra pemerintah yang dapat menjadi fasilitator
antara masyarakat dengan pemerintah.
Integrasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan program pelestarian situ
telah diupayakan oleh pemerintah semenjak restrukturisasi Pokja Situ
berlangsung. Pelestarian situ dibutuhkan untuk tujuan konservasi fungsi dan
manfaat situ pada satu sisi, namun kebutuhan ekonomi masyarakat telah memaksa
masyarakat untuk mengkonversi lahan situ menjadi lahan pertanian atau tambak
49
ikan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup situ di sisi lainnya. Kedua
hal itulah yang diupayakan hingga kini agar dapat berjalan sinergis dalam suatu
hubungan simbiosis mutualisme, salah satunya adalah dengan jalan
memanfaatkan situ sebagai kawasan wisata air berwawasan lingkungan. Jika situ
berada dalam kondisi yang baik, maka situ akan memiliki daya tarik sebagai
tempat wisata. Hal yang diharapkan terjadi adalah masyarakat akan membangun
kesadarannya sendiri karena merasa turut berkepentingan dalam menjaga
kelestarian situ yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian mereka.
Upaya penyelarasan antara kepentingan konservasi situ dan pemanfaatan situ
sebagai kawasan wisata air telah diterapkan di beberapa situ di Kota Depok,
diantaranya adalah di Situ Pengasinan dan Situ Pendongkelan.
4.3. Situ Sawangan-Bojongsari
4.3.1. Gambaran Umum Situ Sawangan-Bojongsari
Situ Sawangan-Bojongsari terletak di Kecamatan Sawangan dan Kecamatan
Bojongsari, Kota Depok dan merupakan situ yang terluas di Kota Depok.
(Gambar 3). Situ ini merupakan situ alami yang dikenal oleh masyarakat setempat
semenjak dahulu sebagai sumber air dan perikanan. Situ ini dikenal juga dengan
nama Situ Tujuh Muara, karena dipercaya terdapat tujuh muara (teluk) yang
menjadi sumber air situ. Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan tujuh muara adalah tujuh mata air. Masyarakat mengenal situ ini dengan
nama Situ Sawangan atau Situ Bojongsari. Situ ini lebih sering tercatat dengan
nama Situ Bojongsari di catatan pemerintah sejak dahulu, namun kini penggunaan
nama Situ Sawangan atau Situ Bojongsari lebih disukai.
Situ Sawangan-Bojongsari memiliki bentuk yang unik, yaitu seperti tapal
kuda, dengan luas + 28,25 Ha dan kedalaman rata-rata 3-4 meter (BLH Kota
Depok 2011). Perairan situ dikelilingi oleh area perkebunan di sebelah utara,
timur, barat, dan barat daya. terdapat Lahan kosong milik pribadi yang luas, diberi
batas pagar berkawat, dan tampak tidak terawat terdapat pada sisi utara dan barat
laut situ. Area wisata Situ Sawangan terdapat pada sisi tenggara situ, sedangkan
area wisata Situ Bojongsari berada di sisi barat laut situ. Padang golf dan beberapa
cottage/villa milik swasta (Telaga Golf Sawangan) terdapat di sebelah selatan
50
situ. Permukiman penduduk terdapat di sebelah barat daya, barat, dan barat laut
situ. Beberapa kondisi di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari disajikan pada
Gambar 4.
Gambar 3 Peta lokasi Situ Sawangan-Bojongsari.
Gambar 4 Padang golf di tepi selatan situ (kiri atas); kebun milikmasyarakat (kanan atas); area wisata Situ Sawangan (kiribawah); permukiman berbatasan dengan situ (kanan bawah).
Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 (Bakosurtanal 2005)
51
Situ Sawangan-Bojongsari terletak secara administratif di Kelurahan
Sawangan Lama, Kecamatan Sawangan dan Kelurahan Bojongsari Lama,
Kecamatan Bojongsari. Situ ini berbatasan dengan Kelurahan Kedaung,
Kecamatan Sawangan pada sisi utara. Situ ini dikelola oleh dua Pokja Situ yang
melaksanakan tugas masing-masing pada dua sisi situ yang berbeda, Pokja Situ
Sawangan pada sisi yang berbatasan dengan Kelurahan Sawangan Lama dan
Pokja Bojongsari pada sisi yang berbatasan dengan Kelurahan Bojongsari Lama.
Kelurahan Kedaung tidak memiliki Pokja Situ.
Tiga akses jalan dapat dilalui untuk mencapai Situ Sawangan-Bojongsari.
Akses pertama adalah melalui Jalan Abdul Wahab yang kemudian langsung
menuju jalan masuk Situ Sawangan. Akses kedua yaitu melalui jalan alternatif
yang menghubungkan Jalan Abdul Wahab dengan Jalan Cinangka Raya (Jalan
Raya Ciputat-Parung) yang memang melintasi tepi Situ Bojongsari sekaligus
menjadi jalan masuk menuju situ, khususnya Situ Bojongsari. Lokasi jalan
alternatif ini terletak persis di samping lokasi jalan masuk ke Situ Sawangan.
Akses ketiga adalah sama dengan akses jalan kedua, namun dari arah sebaliknya,
yaitu dari Jalan Cinangka Raya (Jalan Raya Ciputat-Parung) menuju Situ
Bojongsari atau Jalan Abdul Wahab dengan melalui Gang/Jalan H. Kenan.
Kondisi jalan menuju situ tampak masih belum baik seluruhnya, bahkan
cenderung rusak untuk akses menuju Situ Bojongsari. Hal ini perlu mendapat
perhatian dari Dinas/Instansi terkait untuk kemudian dapat memperbaiki kondisi
jalan menuju situ. Situ dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan angkutan
umum yang melintasi Jalan Abdul Wahab atau Jalan Raya Ciputat-Parung atau
menggunakan kendaraan pribadi.
4.3.2. Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari
Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari tidak jauh berbeda dengan
pengelolaan situ-situ lain di Kota Depok, yang membedakan yaitu hanya pada
tingkat masyarakat dimana Situ Sawangan-Bojongsari dikelola oleh dua Pokja
Situ: Pokja Situ Sawangan dan Pokja Situ Bojongsari. Keberadaan dua Pokja Situ
ini tentu berpengaruh terhadap tipe pengelolaan dan pemanfaatan situ. Masing-
masing Pokja Situ melaksanakan tugas di wilayahnya masing-masing dan dapat
52
dikatakan jarang melakukan koordinasi untuk melakukan suatu pengelolaan situ
secara bersama-sama, sehingga seringkali pengelolaan yang dilakukan bukanlah
merupakan hasil integrasi dari keduanya. Penanganan satu situ oleh dua pihak
pengelola, seperti di Situ Sawangan-Bojongsari, menunjukkan bahwa sumberdaya
alam yang potensial akan selalu menarik keinginan berbagai pihak untuk
memanfaatkannya. Pihak yang memahami pentingnya ekosistem situ akan
mengupayakan aktivitas-aktivitas untuk menjaga kelestarian fungsi dan manfaat
situ bagi generasi yang akan datang selain hanya sekedar memanfaatkan situ.
Kegiatan yang ditujukan untuk menjaga kelestarian situ kerap kali dilakukan
oleh Pokja Situ Sawangan-Bojongsari. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh
masing-masing Pokja Situ adalah kegiatan pembersihan situ dari gulma air (kapu-
kapu dan eceng gondok) dan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat terhadap
situ. Pihak Pokja Situ bersama Forum Pokja Situ Kota Depok berusaha
berkoordinasi baik dengan pihak pemerintah pusat maupun daerah dalam
pelaksanaan program-program pelestarian dan pengembangan wisata air situ,
namun peran pemerintah seringkali dianggap belum optimal dalam menangani
permasalahan situ. Pendapat tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi anggaran yang
minim untuk pengelolaan situ, situ di Kota Depok yang berjumlah banyak, serta
pembagian kewenangan pengelolaan situ yang sering membingungkan pihak
Pokja Situ disebabkan oleh banyaknya instansi yang terlibat dalam pengelolaan
situ. Kegiatan pengelolaan situ yang pernah dilakukan di Situ Sawangan-
Bojongsari antara lain yaitu penurapan sebagian sisi situ, penghijauan, perbaikan
pintu air (outlet), dan aksi kebersihan situ. Kegiatan berskala kecil seperti
pembersihan gulma air dilakukan secara rutin dengan sumber dana berasal dari
masyarakat sendiri, sedangkan kegiatan berskala besar seperti penurapan dan
penghijauan tentu memiliki sumber dana berasal dari pemerintah. Pihak Pokja
Situ merasa sangat jarang berkoordinasi dengan pihak swasta yang memiliki lahan
di salah satu sisi situ dalam upaya pengelolaan situ, bahkan pihak swasta
cenderung bersifat eksklusif.
Kedua Pokja Situ telah mengantongi Surat Keputusan dari Kelurahan atas
wewenang untuk melakukan tugas pengawasan dan pengamanan situ, namun
Surat Keputusan ini dirasakan masih belum cukup kuat bagi pengakuan
53
keberadaan Pokja Situ dan untuk menindak oknum-oknum yang melakukan
perusakan terhadap lingkungan situ. Tidak hanya kedua Pokja tersebut yang
menuntut kejelasan batas wewenang Pokja Situ, namun seluruh Pokja Situ melalui
Forum Pokja Situ Kota Depok menginginkan adanya Surat Keputusan yang
berasal dari Walikota Depok yang berisi pengakuan terhadap keberadaan dan
wewenang Pokja Situ di Kota Depok.
Anggota Pokja Situ tidak seluruhnya aktif dalam menjalankan tugasnya. Hal
ini disebabkan oleh kesadaran anggota Pokja Situ yang masih rendah akan
pentingnya menjaga kelestarian situ dan kesadaran untuk menjalankan tugasnya
sebagai anggota Pokja Situ. Satu kondisi yang tidak dapat dipungkiri yaitu
anggota Pokja Situ yang didominasi oleh kaum pria, bahkan dapat dikatakan
seluruhnya adalah pria, sibuk melakukan pekerjaan di luar Pokja Situ untuk tetap
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dan keluarganya. Hal inilah yang
kemudian memunculkan isu bahwa ada baiknya jika Pokja Situ ditetapkan sebagai
satu profesi melalui suatu Surat Keputusan. Hal ini masih menjadi wacana di
pihak pemerintah, sebab jika hal tersebut dilakukan maka akan muncul isu lain
mengenai upah yang harus diberikan kepada anggota Pokja Situ.
Situ Sawangan-Bojongsari saat ini tengah mendapat perhatian yang cukup
besar dari pemerintah, baik Pemerintah Kota Depok maupun Pemerintah Pusat,
sebagai salah satu situ yang patut untuk dijaga kelestariannya. Hal ini tidak
terlepas dari peran aktif Forum Pokja Situ dan Pokja Situ Sawangan-Bojongsari
dalam memperkenalkan Situ Sawangan-Bojongsari. Dokumentasi berbagai
kegiatan yang pernah dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari selama
penelitian berlangsung dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut ini adalah beberapa
kegiatan atau program yang dijalankan terkait pelestarian Situ Sawangan-
Bojongsari selama penelitian ini berlangsung:
a. Pemasangan penahan tebing pada salah satu sisi situ dengan menggunakan
batu bronjong kawat oleh Pemerintah Pusat (Gambar 5). Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya kebocoran situ dikarenakan pada sisi tersebut
terdapat pohon besar yang akarnya dikhawatirkan akan semakin meretakkan
turap yang telah ada.
b. Kegiatan penanaman pohon
tanggal 5 Juni 2012 yang lalu
Hidup Sedunia dan program bulan bersih Situ Bojongsari. Kegiatan ini
terlaksana atas kerjasama Pokja Situ Bojongsari, Forum Pokja Situ Kota
Depok, dan BLH Kota Depok.
Walikota dan Wakil Walikota Depok, turut hadir melakukan penanaman
pohon secara simbolik
sebanyak 200 pohon, sebagai tahap pertama, berasal dari BLH Kota Depok.
Selain itu, Walik
sampah yang masing
organik kepada pihak Pokja Situ Bojongsari.
c. Program revitalisasi Situ Sawangan
program lain yang akan dilaksanakan
desain situ telah mulai dilakukan semenjak tahun 2012 ini.
akan dijalankan dalam program tersebut antara lain ialah penurapan seluruh
sisi situ, pembangunan jalan setapak pada tepi situ, pengerukan untuk
mengatasi pendangkalan situ, dan pengembalia
kala. Masyarakat pun menginginkan adanya pembangunan IPAL pada
saluran buangan yang berasal dari gedung milik pemerintah dan saluran
buangan dari perumahan.
sepanjang beberapa
Gambar 5 Suasana pembangunantanggul batu bronjong.
egiatan penanaman pohon dilakukan di sempadan Situ Bojongsari
tanggal 5 Juni 2012 yang lalu dalam rangka memperingati Hari Lingkungan
unia dan program bulan bersih Situ Bojongsari. Kegiatan ini
terlaksana atas kerjasama Pokja Situ Bojongsari, Forum Pokja Situ Kota
Depok, dan BLH Kota Depok. Jajaran Pemerintah Kota Depok, termasuk
Walikota dan Wakil Walikota Depok, turut hadir melakukan penanaman
pohon secara simbolik pada kesempatan tersebut (Gambar 6). Bantuan pohon
sebanyak 200 pohon, sebagai tahap pertama, berasal dari BLH Kota Depok.
Selain itu, Walikota Depok juga menyerahkan bantuan berupa 5 unit tempat
sampah yang masing-masing terdiri dari tempat sampah organik dan non
organik kepada pihak Pokja Situ Bojongsari.
rogram revitalisasi Situ Sawangan-Bojongsari pada tahun 2013
program lain yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
situ telah mulai dilakukan semenjak tahun 2012 ini.
akan dijalankan dalam program tersebut antara lain ialah penurapan seluruh
sisi situ, pembangunan jalan setapak pada tepi situ, pengerukan untuk
mengatasi pendangkalan situ, dan pengembalian batas-batas situ seperti sedia
kala. Masyarakat pun menginginkan adanya pembangunan IPAL pada
saluran buangan yang berasal dari gedung milik pemerintah dan saluran
buangan dari perumahan. Outlet situ pun diharapkan dapat dinormalisasi
sepanjang beberapa ratus meter untuk melancarkan aliran air dari situ.
Gambar 6 Penanaman pohon oleh Walikotadan Wakil Walikota Depok diSitu Sawangan
Suasana pembangunantanggul batu bronjong.
54
di sempadan Situ Bojongsari pada
dalam rangka memperingati Hari Lingkungan
unia dan program bulan bersih Situ Bojongsari. Kegiatan ini
terlaksana atas kerjasama Pokja Situ Bojongsari, Forum Pokja Situ Kota
intah Kota Depok, termasuk
Walikota dan Wakil Walikota Depok, turut hadir melakukan penanaman
). Bantuan pohon
sebanyak 200 pohon, sebagai tahap pertama, berasal dari BLH Kota Depok.
ota Depok juga menyerahkan bantuan berupa 5 unit tempat
masing terdiri dari tempat sampah organik dan non-
Bojongsari pada tahun 2013 merupakan
oleh Pemerintah Pusat. Persiapan
situ telah mulai dilakukan semenjak tahun 2012 ini. Kegiatan yang
akan dijalankan dalam program tersebut antara lain ialah penurapan seluruh
sisi situ, pembangunan jalan setapak pada tepi situ, pengerukan untuk
batas situ seperti sedia
kala. Masyarakat pun menginginkan adanya pembangunan IPAL pada
saluran buangan yang berasal dari gedung milik pemerintah dan saluran
situ pun diharapkan dapat dinormalisasi
ratus meter untuk melancarkan aliran air dari situ.
Penanaman pohon oleh Walikotadan Wakil Walikota Depok diSitu Sawangan-Bojongsari.
55
Perbaikan kondisi situ yang akan dilakukan diharapkan akan memudahkan
pengelola Situ Sawangan-Bojongsari, baik itu Pokja Situ maupun Pemerintah
Kota Depok, untuk dapat mengembangkan potensi lain yang dimiliki oleh Situ
Sawangan-Bojongsari, yaitu Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata
air di Kota Depok. Situ Sawangan-Bojongsari memang telah menjalankan
kegiatan wisatanya hingga saat ini, namun hal tersebut dirasakan masih belum
optimal sehingga perlu untuk ditingkatkan, dengan begitu masyarakat dapat
merasakan manfaat lebih dari kelestarian situ.
4.3.3. Wisata Air Situ Sawangan-Bojongsari
Kegiatan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari tergolong masih bersifat
terbatas dan sederhana. Hanya terdapat beberapa jenis wahana wisata air di dua
sisi situ yang dijadikan sebagai lokasi wisata. Pengunjung yang datang dengan
tujuan berwisata di Situ Sawangan diwajibkan untuk membayar tiket masuk
kawasan situ yang tergolong murah, yaitu Rp 2.000,00 untuk pengendara sepeda
motor dan Rp 5.000,00 untuk pengunjung yang menggunakan kendaraan beroda
empat. Pengelola Situ Sawangan tidak pernah menetapkan harga tiket masuk
untuk perorangan hingga saat ini, bahkan pengelola Situ Bojongsari tidak
menetapkan harga tiket masuk bagi pengunjung. Hal ini disebabkan karena Situ
Bojongsari dilintasi oleh jalan alternatif Sawangan-Bojongsari yang memang
ramai dilalui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat dengan leluasa singgah
di tepi situ ketika melewati jalan tersebut. Selain itu, alasan dari pihak pengelola
Situ Bojongsari tidak menetapkan biaya masuk situ adalah karena pengelola
merasa belum mampu menyediakan sarana dan prasarana wisata yang lengkap
bagi pengunjung, seperti lahan parkir yang luas, wahana wisata air yang lengkap,
dan lain sebagainya.
Situ Sawangan tampak lebih ramai dikunjungi oleh masyarakat
dibandingkan dengan Situ Bojongsari pada hari libur atau akhir minggu. Kawasan
warung makan di sepanjang tepi situ. Warung makan berupa saung bambu
menyajikan sajian khas kuliner Jawa Barat seperti ayam bakar, ikan bakar,
lalapan, dan sambal yang cukup menjadi daya tarik bagi pengunjung. Jika
56
pengunjung tidak ingin menyantap sajian tersebut, mereka dapat bersantai
menikmati keindahan alam situ sambil menikmati air kelapa muda yang memang
disajikan hampir di setiap warung makan yang terdapat di Situ Sawangan.
Situ Bojongsari memiliki kondisi yang berbeda dengan Situ Sawangan.
Hanya terdapat beberapa saung bambu yang dapat digunakan oleh pengunjung
untuk bersantai di Situ Bojongsari dan dua buah sepeda air, bahkan saat ini hanya
tinggal satu buah sepeda air karena satu sepeda air telah rusak. Kedua sepeda air
tersebut merupakan bantuan dari Disporasenbud Kota Depok dengan pembagian
awal satu buah sepeda air untuk Situ Sawangan dan satu buah untuk Situ
Bojongsari. Sepeda air milik Situ Sawangan dititipkan di Situ Bojongsari karena
Situ Sawangan telah memiliki banyak armada sepeda air. Hal tersebut
menyebabkan adanya pembagian hasil penggunaan sepeda air oleh pengunjung
antara Pokja Situ Sawangan dengan Pokja Situ Bojongsari.
Warung makan yang menyajikan kuliner di Situ Bojongsari jumlahnya jauh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah warung makan di Situ Sawangan
dan cenderung hanya menjual makanan dan minuman ringan. Pengunjung yang
ingin menyantap kuliner khas seperti ikan bakar asap dapat memesan kepada
pengelola beberapa hari sebelum kedatangan mereka ke situ. Ikan bakar asap khas
Situ Bojongsari cukup terkenal di kalangan masyarakat yang sering mengunjungi
situ ini, bahkan kerapkali disajikan dalam acara-acara pertemuan yang diadakan di
saung tepi situ, seperti acara keluarga, ataupun acara pertemuan antara kelompok
masyarakat dengan aparat pemerintah. Ikan bakar asap ini memanfaatkan hasil
perikanan Situ Bojongsari. Hasil perikanan Situ Sawangan-Bojongsari memang
cukup terkenal di kalangan para pemancing dan dinyatakan memiliki rasa yang
masih enak karena kualitas air situ yang masih baik. Area wisata yang terdapat di
Situ Sawangan-Bojongsari dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.
57
4.3.4. Pengelolaan Wisata Air Situ Sawangan-Bojongsari
Pengelolaan wisata air di Situ Sawangan-Bojongsari secara umum masih
belum berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya
adalah pengetahuan masyarakat atau Pokja Situ mengenai manajemen wisata yang
masih rendah dan perhatian pemerintah khususnya Disporasenbud Kota Depok
terhadap pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari yang dianggap
masih kurang. Pengorganisasian wisata yang dijalankan oleh masyarakat masih
tergolong sederhana, namun tampak belum tertata dengan baik. Baik di Situ
Sawangan maupun Situ Bojongsari belum terdapat peraturan dan pembagian tugas
yang jelas di dalam organisasi pengelolanya. Pihak Disporasenbud Kota Depok
dirasa masih belum maksimal dalam mengembangkan wisata air pada situ-situ di
Kota Depok. Pihak Pokja Situ Bojongsari berharap sebaiknya Disporasenbud
Kota Depok dapat mencanangkan program pengembangan wisata yang terfokus
pada satu situ dahulu sehingga hasilnya dapat lebih maksimal dan cepat terlihat.
Gambar 7 Area wisata Situ Sawangan (kiri) dan armada sepeda air di SituSawangan (kanan).
Gambar 8 Area wisata di Situ Bojongsari.
58
Sebagai contoh, Disporasenbud dapat sekaligus memberikan bantuan sepeda air
dalam jumlah yang cukup banyak, perahu naga, dan pembangunan dermaga di
satu situ untuk pengembangan situ tersebut. Pihak Disporasenbud Kota Depok
menyatakan bahwa hal ini sudah terpikirkan dan akan dipertimbangkan
pelaksanaannya.
Situ Sawangan dengan sempadan situnya yang luas lebih leluasa untuk
mengembangkan kegiatan wisatanya dibandingkan dengan Situ Bojongsari.
Warga masyarakat diperbolehkan untuk membangun saung atau warung di area
wisata Situ Sawangan hanya dengan meminta izin kepada pihak pengelola,
sedangkan Situ Bojongsari dengan luas sempadan situ yang terbatas membuat
pihak pengelola sedikit kesulitan untuk mengembangkan sarana wisatanya. Para
pemilik saung di Situ Sawangan dikenakan biaya pengangkutan sampah setiap
minggunya sebesar Rp. 5.000,00 dan iuran atas dihadirkannya panggung dengan
hiburan musik dangdut setiap hari Minggu sebesar Rp. 15.000,00. Satu Yayasan
Panti Asuhan diizinkan oleh Pokja Situ Sawangan untuk mengoperasikan sarana
sepeda air dan flying fox di Situ Sawangan tanpa ada perjanjian sistem bagi hasil
antara Pokja Situ dengan pemilik sarana. Hal tersebut dilakukan atas dasar
kepedulian sosial sehingga semua hasil dari penggunaan sarana-sarana tersebut
dimanfaatkan oleh pihak Yayasan. Pemasukan bagi kas Pokja Situ dari kegiatan
wisata hanya berasal dari pembayaran tiket masuk dan iuran kebersihan dari para
pemilik saung. Pemasukan tersebut digunakan oleh Pokja Situ Sawangan untuk
membiayai kegiatan pengelolaan situ. Pemancingan ikan milik salah seorang
warga ditemukan terdapat pada salah satu sisi Situ Sawangan. Pemancingan ini
selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat di setiap waktu.
Kondisi Situ Bojongsari berbeda dengan kondisi Situ Sawangan. Warung-
warung yang ada di Situ Bojongsari jumlahnya jauh lebih sedikit dan dimiliki
langsung oleh salah satu anggota Pokja Situ Bojongsari, maka biaya untuk
kebersihan situ ditangani langsung oleh pemilik saung tersebut. Hal yang serupa
juga diterapkan pada hasil penggunaan sepeda air yaitu hasil yang diperoleh
dimanfaatkan kembali oleh pihak pengelola untuk dana pengelolaan situ atau
wisata. Pengadaan sarana flying fox sedang dilakukan di Situ Bojongsari dengan
bantuan dari suatu Lembaga Kemanusiaan Nasional bernama Pos Keadilan Peduli
59
Ummat (PKPU), yang berniat untuk menjadikan Situ Bojongsari sebagai lokasi
pelatihan Tim Rescue PKPU. Sarana flying fox tersebut akan diserahkan
pengelolaannya kepada Pokja Situ Bojongsari untuk kemudian dimanfaatkan
sebagai sarana wisata. Pihak PKPU juga berencana membantu Pokja Situ
Bojongsari dalam menata lahan untuk area camping (camping ground). Pihak
Pokja Situ Bojongsari juga tengah mengajukan permohonan bantuan kepada
Disporasenbud Kota Depok berupa sepeda air, perahu naga, dan pembangunan
dermaga. Perkembangan wisata air di Situ Bojongsari sekilas tampak jauh
tertinggal di belakang perkembangan wisata Situ Sawangan, namun bukan tidak
mungkin dengan penataan dan sistem pengelolaan yang baik, Situ Bojongsari
dapat berkembang menjadi kawasan wisata air yang ramai.
Pengelolaan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari tidak terlepas dari
pengelolaan situ tersebut untuk tujuan konservasi situ. Situ yang terjaga dengan
baik akan mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata di situ dan lebih jauh
lagi akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar situ.
Masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari yang tergabung dalam Pokja Situ
merupakan aktor utama penggerak kegiatan pengelolaan situ dan pengembangan
wisata air situ, diharapkan dapat tetap mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian
situ selain berupaya untuk meningkatkan perekonomian melalui pemanfaatan
sumberdaya alam situ sebagai kawasan wisata air.
4.4. Kegiatan Antropogenik Sekitar Situ Sawangan-Bojongsari
Kegiatan antropogenik sekitar Situ Sawangan-Bojongsari berlangsung di
permukiman penduduk, kawasan wisata situ, lapangan rumput, dan kebun milik
masyarakat. Kegiatan rumah tangga atau domestik cukup mendominasi di
lingkungan sekitar Situ Sawangan-Bojongsari. Kegiatan wisata juga diketahui
berlangsung di dua wilayah situ. Kegiatan pertanian sudah jauh berkurang
disebabkan oleh peralihan mata pencaharian masyarakat yaitu dari petani menjadi
pegawai/karyawan, buruh, atau pekerjaan lainnya. Persawahan di sekitar situ
memang sudah tidak ada, namun masih terdapat kegiatan pertanian tanaman hias
yang dilakukan oleh sebagian masyarakat dan kegiatan pertanian di kebun dan
lahan pertanian yang terbentuk akibat pendangkalan situ (Gambar 9). Peternakan
bebek diketahui juga terdapat pada lahan
kegiatannya tetap perlu diwaspadai agar jangan sampai mencemari perairan situ.
Kegiatan antropogenik sekitar situ yang dilakukan oleh pihak swast
terbatas pada area yang diklaim dimiliki oleh pihak swasta tersebut, yaitu di area
lapangan golf dan area
puing bangunan ke sempadan situ dan pendirian bangunan dimana saluran air
buangan dari bangunan tersebut diarahkan menuju perairan situ
di area milik swasta (Gambar
Kegiatan domestik yang tidak mengindahkan aspek kelestarian situ tentu
dapat menurunkan kualitas perairan situ.
kegiatan mencuci pakaian dan kendaraan bermotor di wilayah situ.
dapat berakibat pada
lainnya. Warung-warung makan
Gambar 9 Alih fungsi lahan situ menjadimenyiram tanaman perkebunan oleh masyarakat (kanan).
Gambar 10 Pembangunan di kawasan Telaga Golf Sawangan:pembuatan saluran buangan menuju perairan situ (kiri);pembuangan puing bangunan di tepi situ (kanan).
diketahui juga terdapat pada lahan yang berbatasan dengan wilayah situ dan
kegiatannya tetap perlu diwaspadai agar jangan sampai mencemari perairan situ.
Kegiatan antropogenik sekitar situ yang dilakukan oleh pihak swast
area yang diklaim dimiliki oleh pihak swasta tersebut, yaitu di area
lapangan golf dan area cottage/villa milik mereka. Kegiatan pembuangan puing
puing bangunan ke sempadan situ dan pendirian bangunan dimana saluran air
dari bangunan tersebut diarahkan menuju perairan situ ditemukan terjadi
(Gambar 10).
Kegiatan domestik yang tidak mengindahkan aspek kelestarian situ tentu
dapat menurunkan kualitas perairan situ. Masyarakat diketahui masih melakukan
kegiatan mencuci pakaian dan kendaraan bermotor di wilayah situ.
dapat berakibat pada pencemaran air situ oleh detergen atau oleh bahan pencemar
warung makan di Situ Sawangan diketahui menyalurkan air
lih fungsi lahan situ menjadi perkebunan (kiri); kegiatanmenyiram tanaman perkebunan oleh masyarakat (kanan).
Pembangunan di kawasan Telaga Golf Sawangan:pembuatan saluran buangan menuju perairan situ (kiri);pembuangan puing bangunan di tepi situ (kanan).
60
yang berbatasan dengan wilayah situ dan
kegiatannya tetap perlu diwaspadai agar jangan sampai mencemari perairan situ.
Kegiatan antropogenik sekitar situ yang dilakukan oleh pihak swasta berlangsung
area yang diklaim dimiliki oleh pihak swasta tersebut, yaitu di area
egiatan pembuangan puing-
puing bangunan ke sempadan situ dan pendirian bangunan dimana saluran air
ditemukan terjadi
Kegiatan domestik yang tidak mengindahkan aspek kelestarian situ tentu
masih melakukan
kegiatan mencuci pakaian dan kendaraan bermotor di wilayah situ. Hal ini tentu
pencemaran air situ oleh detergen atau oleh bahan pencemar
menyalurkan air
perkebunan (kiri); kegiatanmenyiram tanaman perkebunan oleh masyarakat (kanan).
Pembangunan di kawasan Telaga Golf Sawangan:pembuatan saluran buangan menuju perairan situ (kiri);pembuangan puing bangunan di tepi situ (kanan).
61
buangan bekas pencucian peralatan makan ke dalam perairan situ. Selain itu,
terdapat kamar kecil/wc di area wisata situ yang memiliki saluran buangan yang
diarahkan langsung ke perairan.
Kegiatan perikanan di Situ Sawangan-Bojongsari meliputi kegiatan
memancing oleh masyarakat di beberapa bagian sempadan situ, baik di kawasan
pemancingan maupun di berbagai tepi situ lainnya, kegiatan menjala ikan, dan
budidaya ikan pada keramba atau tambak ikan. Wawancara dengan responden
pakar memberikan informasi mengenai pemanfaatan situ, yaitu Pemerintah Kota
Depok sebenarnya hanya diperbolehkan untuk memanfaatkan air bagian
permukaan situ saja dan dilarang untuk mendirikan keramba jaring apung.
Namun, Perda Kota Depok No. 22 Tahun 2003 tentang Izin Usaha Perikanan,
Peternakan, dan Pemotongan Hewan memperbolehkan pembuatan keramba jaring
apung asalkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada peraturan tersebut,
meskipun tidak disebutkan secara khusus mengenai situ sebagai lokasi pendirian
keramba jaring apung. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian isi
peraturan dengan pendapat responden pakar. Hal ini harus diluruskan agar tidak
menimbulkan kerancuan pada pihak masyarakat dan demi menghindari konflik
yang mungkin terjadi.
Pelarangan pendirian keramba jaring apung yang disebutkan dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan, seperti terjadinya upwelling
yang dapat menyebabkan kematian ikan secara massal dan eutrofikasi. Oleh
karena itu, solusi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Depok hingga saat ini
adalah melalui program re-stocking, yaitu menebar benih ikan di situ-situ di Kota
Depok, minimal 3 situ setiap tahunnya, sehingga nantinya masyarakat dapat
memanfaatkan ikan-ikan tersebut. Pemerintah Kota Depok juga mengeluarkan
larangan terhadap kegiatan menjala atau menjaring ikan di areal situ. Hal tersebut
tampaknya tidak dipatuhi oleh masyarakat sekitar situ. Hal ini dibuktikan dengan
masih banyaknya warga yang melakukan kegiatan menjala dan menjaring ikan
pada areal situ.
62
4.5. Permasalahan Kualitas dan Lingkungan Perairan Situ Sawangan-Bojongsari
Kualitas perairan situ dapat menjadi salah satu faktor yang paling penting
dalam upaya pengembangan situ sebagai kawasan wisata air. Kualitas perairan
yang baik dan sesuai dengan kriteria wisata air tentu akan memudahkan pihak
pengelola untuk mengembangkan kegiatan wisata air pada perairan tersebut.
Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari berdasarkan beberapa parameter
fisik, kimia, dan biologi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari pada beberapa stasiunpengambilan sampel air
Keterangan:1. Stasiun pengambilan sampel :
1. Area wisata air Situ Sawangan 5. Dekat permukiman warga Bojongsari2. Dekat warung-warung Situ Sawangan 6. Bagian inlet situ3. Dekat lapangan golf 7. Bagian outlet situ4. Tengah situ
2. Hasil pemantauan kualitas air Situ Sawangan-Bojongsari pada bagian outlet oleh BLH KotaDepok pada tahun 2010.
3. Baku Mutu Kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 bagi air dengan peruntukan sebagaiprasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air untukmengairi pertanaman.
No Parameter SatuanStasiun pengambilan sampel1
BLH20102
BMKelas
II3
1 2 3 4 5 6 7
I FISIKA
1 Suhu °C 28,25 29,15 29,70 29,60 29,95 30,15 30,25 - dev. 3
(controlling), pengawasan (supervising), penganggaran (budgeting), dan
keuangan (financing) (Kodoatie & Sjarief 2008). Proses perencanaan pada
Gambar 14 Hierarki pengambilan keputusan strategi pengelolaan kualitasperairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsaribeserta hasil bobot.
107
0.309
0.194
0.176
0.171
0.15
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Pemahaman tentang situ
SOSEKBUD
SDM
Kebijakan
Pemahaman pengembangan wisata
Bobot
Fa
kto
r
Hasil pembobotan faktor
umumnya terdiri dari tahap studi, penentuan alternatif dan skala prioritas, dan
implementasi alternatif terpilih. Penentuan strategi pengelolaan kualitas perairan
untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari pada penelitian ini,
yang dilakukan melalui tahap penentuan alternatif prioritas, diharapkan dapat
menjadi tahap awal dalam perencanaan pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari
sebagai kawasan wisata air di Kota Depok.
4.7.1. Analisis Faktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan
Hasil analisis faktor menggunakan metode AHP memberikan hasil
pembobotan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu pemahaman tentang situ
(0,309), SOSEKBUD (0,194), SDM (0,176), kebijakan (0,171), dan pemahaman
pengembangan wisata (0,150) (Gambar 15). Faktor dengan bobot tertinggi
dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam pencapaian gol utama.
Pemahaman tentang situ dipilih sebagai faktor yang paling menentukan dalam
pelaksanaan pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ
Sawangan-Bojongsari.
Pemahaman tentang Situ sebagai Faktor Prioritas
Pemahaman tentang situ merupakan faktor yang dipilih oleh responden
sebagai faktor yang paling mempengaruhi upaya pengelolaan kualitas perairan
Gambar 15 Hasil pembobotan faktor pengelolaan kualitas perairan untukpengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
108
Situ Sawangan-Bojongsari untuk pengembangan wisata air dengan bobot 0,309.
Pemahaman tentang situ dianggap sebagai dasar dari segala upaya pengelolaan
situ yang akan dilakukan. Tidak hanya masyarakat sekitar situ yang diharapkan
dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik akan situ, namun juga
pihak-pihak lain yang terlibat dalam sistem pengelolaan situ tersebut. Tindakan
yang dilakukan terhadap situ diharapkan dapat sesuai dengan kaidah-kaidah
alaminya ketika manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik
tentang situ sebagai bagian dari ekosistem alam
Pengetahuan dan pemahaman yang baik akan fungsi dan manfaat situ
dianggap menduduki posisi penting di dalam upaya pengelolaan situ. Situ
Sawangan-Bojongsari sebagai salah satu bentuk ekosistem lahan basah
membutuhkan sistem pengelolaan yang terpadu untuk melindungi fungsi dan
manfaatnya. Polajnar (2008) menyatakan bahwa pengembangan pengetahuan
masyarakat mengenai konsep ekosistem lahan basah diharapkan akan mampu
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap program-program konservasi yang
sesuai dengan lahan basah tersebut. Selain itu, menurut Robertson dan McGee
(2003) pengembangan pengetahuan masyarakat lokal akan lingkungannya adalah
salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi mayarakat dalam pengelolaan
lingkungan. Pengetahuan ekologi masyarakat lokal juga dapat menjadi sumber
informasi penting dalam penyusunan program rehabilitasi lingkungan. Hal
tersebut mempertegas bahwa pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai
ekosistem situ mampu mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan Situ Sawangan-
Bojongsari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar situ
masih berada pada tingkat menengah (cukup tahu) akan pengetahuan materi situ
dan hanya sedikit yang dianggap tahu. Oleh karena faktor pemahaman tentang situ
dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam upaya pengelolaan
kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, maka sudah sepatutnya upaya
pengelolaan tersebut diawali dengan upaya peningkatan pengetahuan, bahkan
pemahaman masyarakat mengenai materi situ. Pengetahuan yang telah dimiliki
oleh masyarakat sekitar situ harus ditingkatkan dan kemudian digiring menuju
109
0.556
0.254
0.096
0.094
0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600
Pemerintah
Masyarakat
Swasta
LSM
Bobot
Ak
tor
Hasil pembobotan aktor
pemahaman yang baik serta tindakan nyata sebagai bentuk kepedulian terhadap
situ.
4.8.2. Analisis Aktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan
Terdapat empat pihak yang diketahui terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Setiap pihak tentu
memiliki peran masing-masing dan memberikan pengaruh berbeda dalam upaya
pengelolaan kualitas perairan dan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari selama ini.
Pembobotan oleh responden pakar memberikan hasil yaitu pemerintah menduduki
peringkat pertama sebagai aktor dengan bobot tertinggi sebesar 0,556, diikuti oleh
aktor masyarakat dengan bobot 0,254, aktor swasta sebesar 0,096, dan aktor LSM
sebesar 0,094 (Gambar 16).
Pemerintah sebagai Aktor Prioritas
Pemerintah dianggap sebagai aktor yang paling berperan dalam upaya
pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari dan pemanfaatannya sebagai kawasan
wisata air. Hal ini disebabkan oleh alasan bahwa situ adalah aset milik negara
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 ayat 1 dalam Undang-
Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air menjelaskan bahwa:
“Sumberdaya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Gambar 16 Hasil pembobotan aktor pengelolaan kualitas perairan untukpengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
110
kemakmuran rakyat”. Ayat berikutnya menyebutkan pula bahwa penguasaan
sumberdaya air diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal tersebut harus
mampu melakukan pengamanan situ-situ di Kota Depok melalui kebijakan atau
tindakan lainnya, sedangkan pemanfaatan situ harus ditujukan untuk
kesejahteraan masyarakat. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh pemerintah,
tetapi hingga saat ini masih ada anggapan, terutama berasal dari masyarakat,
bahwa pemerintah masih kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan dan
pengembangan situ-situ di Kota Depok. Meskipun Pemerintah Kota Depok tidak
memiliki kewenangan penuh untuk mengurus situ-situ di Kota Depok, tetapi
keterlibatannya dalam hal tersebut tetap merupakan keharusan.
Pihak-pihak selain pemerintah yang bersentuhan langsung dengan Situ
Sawangan-Bojongsari tentu memiliki kepentingan masing-masing terhadap situ
tersebut. Pemerintah adalah pihak yang harus mampu menjembatani berbagai
kepentingan tersebut agar tidak menimbulkan konflik kepentingan akan situ.
Konflik kepentingan dalam kehidupan sosial terjadi ketika terdapat perbedaan
tujuan atau kepentingan dari dua pihak atau lebih (Setiadi & Kolip 2011).
Perbedaan ini kemudian bersinggungan sehingga menimbulkan ketidaksepakatan
di antara pihak-pihak yang berkonflik. Persinggungan kepentingan inilah yang
mampu menimbulkan terjadinya konflik sosial. Konflik kepentingan sebagai
konflik sosial bersifat buruk dan perlu dihindari. Oleh karena itu, pemerintah
perlu membangun sikap yang baik untuk menghindari permasalahan ini.
Pemerintah dianggap memegang peran strategis di antara berbagai pihak
yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari.
Pemerintah harus mampu menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good
governance) untuk menghindari maupun mengatasi perbedaan kepentingan di
antara berbagai pihak. Menurut Keraf (2002) penyebab hadirnya krisis ekologi
saat ini selain karena kesalahan cara pandang dan perilaku manusia, juga
disebabkan oleh kegagalan pemerintah, salah satunya dalam hal memainkan peran
sebagai penjaga kepentingan bersama, termasuk kepentingan bersama akan
lingkungan hidup yang baik. Pemerintah harus memerintah dengan efektif dan
menyelenggarakan pemerintahan dengan kuat agar pemerintah tidak menjadi alat
111
permainan kepentingan serta mampu bertahan terhadap berbagai tarik-menarik
kepentingan yang berakibat pada penyelewengan tujuan.
Meskipun pemerintah dianggap sebagai aktor yang paling berperan dalam
upaya pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, namun dukungan
dari masyarakat, pihak swasta, dan LSM juga sangat dibutuhkan. Masyarakat
sekitar situ adalah pihak utama yang diharapkan kerjasamanya dengan pemerintah
dalam strategi pengelolaan situ, sedangkan aktor swasta memiliki tingkat
kepentingan yang hampir sama dengan aktor LSM bahkan cenderung setara.
Pihak swasta seringkali dikatakan memiliki kecenderungan terhadap profit atau
keuntungan semata, sehingga kesadaran akan lingkungan hidup sangat
diharapkan. Keterlibatan LSM terkait situ yang terdapat di Kota Depok cenderung
mengarah kepada kepentingan konservasi situ dan telah memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam pelestarian situ dan pembangunan masyarakat sekitar
situ.
Peran pemerintah dalam upaya pengelolaan kualitas perairan Situ
Sawangan-Bojongsari dapat diwujudkan melalui berbagai tindakan nyata.
Pemerintah harus mampu menghimpun masyarakat, swasta, dan LSM untuk mau
bekerja sama dalam mengelola dan mengembangkan situ, seperti meningkatkan
peran serta pihak swasta yang selama ini dianggap masih kurang, atau
menjembatani kerjasama di antara kedua Pokja Situ yang bertugas di Situ
Sawangan-Bojongsari. Pemerintah juga dapat membangun hubungan kerjasama
dengan LSM dalam upaya pelestarian situ maupun peningkatan partisipasi
masyarakat. Bhuiyan et al. (2011) menyatakan bahwa pemerintah harus
memastikan keterlibatan atau partisipasi masyarakat lokal di dalam
pengembangan ekowisata demi manfaat sosial, ekologi, ekonomi, dan budaya
masyarakat. Pemerintah juga dapat memutuskan untuk melakukan beberapa
tindakan berikut: penetapan kawasan lindung, penyusunan rencana aksi
ekoturisme, promosi daerah tujuan wisata, pengembangan sumberdaya manusia,
serta pengembangan usaha kecil dan menengah oleh masyarakat di daerah tujuan
wisata.
112
0.452
0.288
0.261
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50
Konservasi situ
Peningkatan kegiatan wisata daerah
Peningkatan perekonomian lokal
Bobot
Su
btu
jua
n
Hasil pembobotan subtujuan
4.8.3. Analisis Subtujuan pada Hierarki Pengambilan Keputusan
Subtujuan konservasi situ disepakati sebagai subtujuan terpenting yang
harus dicapai dalam pencapaian gol utama. Adapun bobot yang dimiliki oleh
subtujuan konversi situ adalah sebesar 0,452, diikuti dengan subtujuan
peningkatan kegiatan wisata daerah dengan bobot 0,288, dan terakhir adalah
subtujuan peningkatan perekonomian lokal dengan bobot 0,261 (Gambar 17).
Konservasi Situ sebagai Subtujuan Prioritas
Situ-situ merupakan salah satu kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki
oleh Kota Depok. Situ berfungsi sebagai kawasan resapan air bagi Kota Depok
dan kota di sekitarnya, termasuk DKI Jakarta. Keberlangsungan keberadaan dan
kondisi situ sudah sepantasnya diperhitungkan dalam setiap pengelolaan
pemanfaatan sumberdaya alam ini. Pengelolaan situ yang berkelanjutan
diharapkan dapat mempertahankan fungsi dan manfaat yang dapat diberikan oleh
situ tersebut bagi generasi manusia, tidak hanya bagi generasi di masa kini namun
juga di masa yang akan datang.
Menurut responden, kelestarian situ tetap merupakan hal yang paling
diutamakan di dalam upaya pengembangan wisata air di Situ Sawangan-
Bojongsari. Jangan sampai perkembangan kegiatan wisata air justru menurunkan
kualitas perairan dan lingkungan situ. Hal serupa dikemukakan oleh Pusporini
Gambar 17 Hasil pembobotan subtujuan pengelolaan kualitas perairan untukpengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
113
(2010) terhadap pengembangan wisata di Situ Pengasinan yaitu konservasi
sumberdaya air merupakan kriteria yang paling utama dalam pengembangan
wisata di Situ Pengasinan. Penetapan konservasi sumberdaya alam sebagai tujuan
atau kriteria utama dalam pengembangan wisata situ didukung oleh pernyataan
Zhenjia (2008) mengenai pentingnya melindungi situs alami untuk pengembangan
pariwisata jenis ekowisata. Perlindungan terhadap situs alami tersebut
menjanjikan keberlangsungan bagi pengembangan ekowisata hingga waktu yang
akan datang dan tidak hanya akan mendatangkan manfaat ekonomi bagi
komunitas lokal, namun juga manfaat bagi elemen sosial, politik, dan bahkan bagi
ekosistem alam itu sendiri.
Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari telah melebihi Baku Mutu Air
Kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air pada beberapa parameter, bahkan beberapa lainnya
sudah mendekati ambang batas yang ditetapkan. Status trofik situ juga
diperkirakan telah meningkat dari waktu ke waktu yang menunjukkan telah terjadi
penurunan kualitas perairan. Penurunan kualitas perairan situ dapat disebabkan
oleh aktivitas antropogenik di sekitar situ dan pada akhirnya akan dapat
mengurangi fungsi dan manfaat situ serta mengancam keberadaan situ. Oleh
karena itu, penetapan konservasi situ sebagai tujuan utama diharapkan dapat
menjadi arahan untuk perwujudan berbagai alternatif solutif untuk mengatasi