Top Banner
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kota Depok, Provinsi Jawa Barat 4.1.1. Sejarah Singkat Pembentukan Kota Depok Kota Depok merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor pada masa yang lalu. Perkembangan wilayah Depok yang cukup pesat telah menjadikan Kota Depok ditetapkan sebagai Kota Administratif pada tahun 1981 mencakup tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan Sukmajaya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981. Perkembangan selanjutnya memunculkan aspirasi masyarakat yang menyuarakan kebutuhan akan peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan termasuk peningkatan pelayanan dan peran aktif masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan pembentukan Kotamadya Dati II Depok dikeluarkan melalui penetapan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok. Wilayah Kotamadya Dati II Depok pun meluas menjadi enam kecamatan dengan dimasukkannya sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor. Pemekaran wilayah Kota Depok kembali terjadi pada akhir tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok. Peraturan ini telah membagi Kota Depok dari enam kecamatan menjadi sebelas kecamatan. Adapun kecamatan- kecamatan tersebut adalah: 1) Sawangan; 2) Bojongsari; 3) Pancoran Mas; 4) Cipayung; 5) Sukmajaya; 6) Cilodong; 7) Cimanggis; 8) Tapos; 9) Beji; 10) Limo; dan 11) Cinere. Pemekaran tersebut diharapkan dapat berdampak positif terhadap efektivitas pelayanan dan koordinasi antara aparatur pemerintah dalam menjalankan program-program Pemerintah Kota Depok, termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya alam serta berbagai potensi yang dimiliki oleh wilayah Depok (Bappeda Kota Depok 2003; BPS Kota Depok 2011).
85

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

Aug 21, 2018

Download

Documents

doanbao
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

39

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Depok, Provinsi Jawa Barat

4.1.1. Sejarah Singkat Pembentukan Kota Depok

Kota Depok merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor pada masa

yang lalu. Perkembangan wilayah Depok yang cukup pesat telah menjadikan Kota

Depok ditetapkan sebagai Kota Administratif pada tahun 1981 mencakup tiga

kecamatan, yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan

Sukmajaya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981. Perkembangan

selanjutnya memunculkan aspirasi masyarakat yang menyuarakan kebutuhan akan

peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan

termasuk peningkatan pelayanan dan peran aktif masyarakat. Oleh karena itu,

kebijakan pembentukan Kotamadya Dati II Depok dikeluarkan melalui penetapan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Depok. Wilayah Kotamadya Dati II Depok pun

meluas menjadi enam kecamatan dengan dimasukkannya sebagian wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor.

Pemekaran wilayah Kota Depok kembali terjadi pada akhir tahun 2009

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kecamatan di Kota Depok. Peraturan ini telah membagi Kota

Depok dari enam kecamatan menjadi sebelas kecamatan. Adapun kecamatan-

kecamatan tersebut adalah: 1) Sawangan; 2) Bojongsari; 3) Pancoran Mas; 4)

Cipayung; 5) Sukmajaya; 6) Cilodong; 7) Cimanggis; 8) Tapos; 9) Beji; 10)

Limo; dan 11) Cinere. Pemekaran tersebut diharapkan dapat berdampak positif

terhadap efektivitas pelayanan dan koordinasi antara aparatur pemerintah dalam

menjalankan program-program Pemerintah Kota Depok, termasuk dalam hal

pengelolaan sumber daya alam serta berbagai potensi yang dimiliki oleh wilayah

Depok (Bappeda Kota Depok 2003; BPS Kota Depok 2011).

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

40

4.1.2. Batas Administrasi Kota Depok

Kota Depok mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Wilayah Kota

Depok berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu Provinsi (BPS Kota Depok

2011). Batas-batas wilayah Kota Depok secara jelas adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten

Tangerang Selatan dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi

dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan

Bojonggede Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan

Gunungsindur Kabupaten Bogor.

4.1.3. Kondisi Geografi Kota Depok

Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’00’’ - 6° 28’00’’ Lintang Selatan

dan 106° 43’00’’ - 106° 55’00’’ Bujur Timur. Bentang alam Depok merupakan

daerah dataran rendah hingga perbukitan bergelombang lemah dari selatan ke

utara, dengan elevasi antara 50 – 140 meter di atas permukaan laut dan dengan

kemiringan lereng kurang dari 15%. Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-

sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane serta 13 sub Satuan

Wilayah Aliran Sungai. Selain itu, terdapat pula 26 situ dengan luas situ pada

tahun 2005 sebesar 169,68 Ha dan kualitas air situ rata-rata buruk akibat tercemar.

Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng

yang landai menyebabkan terjadinya banjir pada beberapa wilayah, terutama

kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju

utara, yaitu Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan, dan Kali Cikeas

(BPS Kota Depok 2011; BLH Kota Depok 2011).

4.1.4. Kondisi Iklim Kota Depok

Wilayah Depok memiliki iklim tropis yang dipengaruhi iklim musim,

sehingga secara normatif terdapat dua musim di wilayah Depok yaitu musim

hujan antara bulan Oktober-Maret dan musim kemarau antara bulan April-

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

41

September (Bappeda Kota Depok 2003; BLH Kota Depok 2011). Data

klimatologi dari stasiun klimatologi klas 1 Dramaga dan stasiun pemeriksaan

Pondok Betung Kabupaten Bogor menunjukkan keadaan klimatologi Kota Depok

sebagai berikut:

Temperatur rata-rata : 24,3 – 33,0°C

Kelembaban udara rata-rata : 82%

Penguapan rata-rata : 3,9 mm/tahun

Kecepatan angin rata-rata : 3,3. knot

Penyinaran matahari rata-rata : 49,8%

Jumlah curah hujan : 2.684 mm/tahun

Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun

4.1.5. Kondisi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Depok

Jumlah penduduk Kota Depok cenderung mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun (BPS Kota Depok 2010, 2011). Jumlah penduduk Kota Depok

mencapai 1.813.613 jiwa dengan kepadatan penduduk 9.055 jiwa/km2 pada tahun

2011. Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk

terbesar yaitu 252.424 jiwa, sedangkan Kecamatan Limo adalah kecamatan

dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 91.749 jiwa. Kecamatan terpadat diduduki

oleh Kecamatan Sukmajaya dengan tingkat kepadatan 13.433 jiwa/km2,

sedangkan Kecamatan Sawangan merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan

penduduk terendah yaitu 4.977 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kota Depok tahun

2011 menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya (Tabel 2). Laju pertumbuhan penduduk Kota Depok pada tahun 2009

dan 2010 masing-masing adalah sebesar 2,21% dan 3,64%.

Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun ditengarai telah

menjadi salah satu faktor penyebab terdegradasinya kualitas lingkungan hidup di

Kota Depok. Kebutuhan akan permukiman, air bersih, serta sarana dan prasarana

pun meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Ruang Terbuka Hijau

Kota Depok tengah mendapat tekanan yang cukup tinggi akibat hal ini sehingga

luasnya diperkirakan semakin berkurang. Selain itu, sampah dan limbah sebagai

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

42

hasil dari aktivitas manusia pun semakin bertambah jumlahnya dan dapat

mencemari lingkungan.

Tabel 2 Jumlah dan kepadatan penduduk Kota Depok, tahun 2010 dan 2011

No. KecamatanJumlah penduduk (jiwa)

Kepadatanpenduduk(jiwa/km2)

2009 2010 2011 2010 20111 Sawangan

173.362123.356 128.905 4.721 4.977

2 Bojongsari 99.768 104.040 5.101 5.2573 Pancoran Mas

281.005210.204 219.601 11.568 12.059

4 Cipayung 127.707 133.439 10.953 11.4745 Sukmajaya

358.110232.895 242.335 12.945 13.433

6 Cilodong 123.713 130.410 7.666 8.1057 Cimanggis

421.630242.214 252.424 11.374 11.896

8 Tapos 216.581 225.547 6.717 6.9769 Beji 146.441 164.682 173.064 11.516 12.10210 Limo

156.43287.615 91.749 7.226 7.447

11 Cinere 107.830 112.099 10.096 10.707Kota Depok 1.536.980 1.736.565 1.813.613 8.670 9.055Sumber : Depok Dalam Angka Tahun 2010 dan 2011 (BPS Kota Depok 2010, 2011)

4.1.6. Kondisi Sumberdaya Lahan Kota Depok

Sumberdaya lahan yang dimiliki oleh Kota Depok mengalami tekanan

seiring dengan perkembangan kota yang semakin pesat. Permasalahan

pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya pun bermunculan.

Sebagai contoh, daerah pertanian lahan basah berubah menjadi permukiman atau

justru diperuntukkan bagi industri. Hal serupa terjadi pada kawasan lindung

seperti sempadan situ dan sungai yang justru dimanfaatkan untuk permukiman

dan industri. Luasan beberapa tipe pemanfaatan lahan serta perubahan terhadap

tipe-tipe pemanfaatan lahan tersebut selama kurun waktu 2002-2010 di Kota

Depok disajikan pada Tabel 3.

Inkonsistensi telah terjadi dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Depok Tahun 2000-2010. Oleh karena itu, evaluasi terhadap

RTRW tersebut telah dilakukan pada tahun 2005 sehingga dihasilkan Revisi

RTRW Kota Depok Tahun 2000-2010 yang dituangkan dalam Perda Kota Depok

Nomor 2 Tahun 2009 (Tabel 4).

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

43

Tabel 3 Luasan beberapa tipe pemanfaatan lahan di Kota Depok selama kurunwaktu 2002-2010

No.Tipe pemanfaatan

lahanLuas (Ha)

2002 2004 2006 2007 2008 2009 20101 Hutan/Vegetasi

hutan2.088,00 897,68 414,60 410,58 410,58 410,58 410,58

2 Semak belukar 1.266,14 765,35 3.723,80 3.658,76 3.640,33 3.630,32 -3 Kebun 4.608,47 5.055,79 2.781,07 2.728,04 2.693,62 2.641,01 2 641,014 Rumput 753,97 516,24 573,38 567,36 554,79 552,68 552,685 Sawah 1.228,25 455,85 943,35 943,34 939,58 938,57 923,00

6Lahankering/ladang

3.665,11 3.205,38 1.430,08 1.430,07 1.415,32 1.405,16 -

7 Lahan terbangun 6.054,99 8 196,96 9.968,44 10.098,57 10.190,78 10.270,80 10.785,008 Badan air 342,32 837,55 168,24 168,24 168,24 168,24 168,249 Lahan terbuka 21,75 98,19 26,04 24,04 15,76 14,65 -

Sumber: Hasil Revisi RTRW Kota Depok 2000-2010, Perda Kota Depok No. 12 Tahun 2001 danHasil Analisis Tim Penyusun SLHD Kota Depok 2010 dan 2011 (BLH Kota Depok 2010,2011).Keterangan: (-) Tidak ada data

Tabel 4 Rencana pemanfaatan ruang Kota Depok tahun 2010

No. Jenis penggunaan lahanLuasan

Tahun 2005Revisi

Tahun 2010Ha % Ha %

I Kawasan Terbangun 9.968,43 (49,77) 9.900 (49,88)1 Perumahan + Kampung 8.874,85 (44,31) 7.919 (39,54)2 Pendidikan Tinggi 230,33 (1,15) 448 (2,24)3 Jasa dan Perdagangan 300,44 (1,50) 296 (1,48)4 Industri 308,45 (1,54) 1.100 (5,49)

5Kawasan Strategis (Gandul,Cilodong, Depo KRL, Brimob,Radar AURI)

254,37 (1,27) 227 (1,13)

II Ruang Terbuka Hijau 10.060,57 (50,23) 10.040 (50,12)1 Sawah Teknis dan Non Teknis 967,40 (4,83) 1.313 (6,56)

2Tegalan/LadangKebunTanah Kosong

7.078,25 (35,34) 3.3602.507

457

(16,78)(12,52)

(2,28)3 Situ dan Danau 168,24 (0,84) 139 (0,69)

4Pariwisata, Lapangan Golf,Kuburan

388,56 (1,94) 836 (4,18)

5 Hutan 26,04 (0,13) 7 (0,04)6 Kawasan Strategis (TVRI, RRI) 176,26 (0,88) 242 (1,21)7 Sungai 82,12 (0,41) - -

8Garis Sempadan (Sungai,Tegangan Tinggi, Pipa Gas)

1.171,70 (5,85) 1.178 (5,88)

Total 20.029,00 (100,00) 20.029,00 (100,00)Sumber: Hasil Revisi RTRW Kota Depok 2000-1010 dalam Perda Kota Depok Nomor 2 Tahun

2009 tentang Perubahan Atas Perda Kota Depok Nomor 12 Tahun 2001 tentang RTRWKota Depok Tahun 2000-2010.

4.1.7. Sumberdaya Air Kota Depok

Sumberdaya air Kota Depok terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu air

tanah, mata air, dan air permukaan. Air tanah merupakan sumber penyedia air

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

44

utama di Kota Depok. Beberapa mata air dengan debit kecil ditemukan di

beberapa Kecamatan di Kota Depok, seperti Kecamatan Sawangan, Pancoran

Mas, Cilodong, Sukmajaya, dan Cipayung. Jumlah keseluruhan mata air di Kota

Depok adalah sebanyak 106 lokasi mata air dengan debit antara 0,05 – 1,5 L/detik

(BLH Kota Depok 2011). Sumberdaya air permukaan di Kota Depok terdiri dari

dua sumber, yaitu sungai dan situ.

Sumberdaya air permukaan Kota Depok termasuk ke dalam Satuan Wilayah

Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane yang selanjutnya dibagi menjadi 13 Satuan

Wilayah Aliran Sungai, diantaranya ialah Kali Baru, Pesanggrahan, Angke,

Sugutamu, Sunter, dan Krukut. Badan Lingkungan Hidup Kota Depok (2011)

menyebutkan bahwa terdapat 26 buah situ di Kota Depok yang tersebar di enam

kecamatan, diantaranya ialah Situ Bojongsari, Situ Pengasinan, dan Situ Pasir

Putih di Kecamatan Sawangan dan Situ Citayam, Situ Pitara, Situ Rawa Besar,

dan Situ Pulo/Asih di Kecamatan Pancoran Mas. Situ-situ merupakan lokasi

penampungan air di Kota Depok sehingga berfungsi untuk mencegah terjadinya

banjir di DKI Jakarta maupun di Kota Depok itu sendiri. Fungsi ini sesuai dengan

salah satu fungsi/peran yang diemban oleh Kota Depok, yaitu sebagai kota

resapan air.

4.2. Situ di Kota Depok

4.2.1. Kondisi Situ di Kota Depok

Kondisi situ-situ di Kota Depok membutuhkan perhatian lebih dari

pemerintah dan masyarakat saat ini untuk mempertahankan keberadaan dan

fungsinya. Sebagian besar situ di Kota Depok berada dalam kondisi kritis, seperti

mengalami pendangkalan, penyusutan volume air, pencemaran sampah, dan

ditumbuhi gulma (BLH Kota Depok 2011). Menurut LSM Dewa Kota Depok

(2011), beberapa permasalahan yang dihadapi oleh situ-situ di Kota Depok

berdasarkan pengamatan langsung di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Pencemaran situ oleh sampah, baik sampah rumah tangga maupun sampah-

sampah lainnya

2. Penyempitan situ yang diakibatkan oleh pendangkalan situ dan kemudian

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan pribadinya

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

45

3. Belum jelasnya atau belum adanya patok-patok batas situ yang berakibat pada

pemanfaatan lahan situ untuk kepentingan lain seperti pendirian bangunan

atau lahan pertanian

4. Keberadaan Pokja Situ yang belum diperhatikan sehubungan dengan

operasional kegiatan serta payung hukumnya

5. Program pembangunan situ yang belum optimal untuk mendukung program

pelestarian dan penghijauan situ.

Terdapat 19 situ yang telah memiliki Pokja, namun hanya 6 situ yang memiliki

kondisi fisik tergolong baik, sedangkan lainnya 4 situ tergolong kurang baik, 4

situ mengalami kondisi rusak/kualitas buruk, dan 5 situ sudah tidak berfungsi.

Kondisi masing-masing situ secara umum sangat dipengaruhi oleh perilaku

masyarakat di sekitarnya, termasuk kinerja Pokja Situ, serta upaya pengelolaan

dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah.

4.2.2. Situ Salah Satu Potensi Pariwisata

Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Seni Budaya (Disporasenbud)

Kota Depok terus mengembangkan situ di Kota Depok sebagai salah satu aset

pariwisata daerah saat ini. Situ merupakan sumberdaya perairan di Kota Depok

yang memiliki daya tarik berupa keasrian alam, keanekaragaman flora dan fauna,

serta sosial-budaya masyarakat setempat. Perbaikan kondisi situ serta

pembangunan sarana penunjang wisata dan akses jalan menuju situ terus

dilakukan dalam rangka mengembangkan situ sebagai kawasan wisata air. Situ

yang akan dikembangkan menjadi kawasan wisata air dipilih berdasarkan

pertimbangan potensi yang dimiliki oleh situ tersebut. Hal ini dilakukan karena

Kota Depok memiliki banyak situ, sehingga pengembangan wisata tidak dapat

dilakukan sekaligus secara bersamaan di semua situ. Pertimbangan tersebut antara

lain meliputi jalan atau kemudahan akses menuju situ dan besarnya daya tarik situ

untuk menarik minat pengunjung.

Pengembangan situ sebagai salah satu lokasi tujuan wisata sebenarnya tidak

terlepas dari tujuan Pemerintah Kota Depok untuk melindungi keberadaan situ-

situ di Kota Depok. Pengembangan kegiatan wisata di kawasan situ diharapkan

dapat membuat masyarakat tergerak untuk berupaya melestarikan situ karena

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

46

kondisi situ yang baik merupakan modal bagi kemajuan pariwisata situ.

Peningkatan pariwisata situ memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri, baik

manfaat ekonomi maupun ekologi. Adapun tujuan pengembangan situ-situ

sebagai kawasan wisata air di Kota Depok adalah sebagai berikut:

a) Menyelamatkan situ-situ di Kota Depok yang saat ini telah banyak beralih

fungsi; b) Menjaga kebersihan situ; c) Memperbaiki estetika dan;

d) Meningkatkan ekonomi masyarakat setempat (BLH Kota Depok 2011).

4.2.3. Pengelolaan Situ di Kota Depok

Pengelolaan situ di Kota Depok tidak sepenuhnya diserahkan kepada

Pemerintah Kota Depok, melainkan melibatkan beberapa lembaga di luar

Pemerintah Kota Depok. Pengelolaan fisik atau infrastruktur situ di Kota Depok

sebagian besar adalah wewenang dari Pemerintah Pusat melalui Balai Besar

Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWS CC) di bawah Direktorat Jenderal

Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, sedangkan dari Pemerintah

Kota Depok kewenangan dimiliki oleh Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air

(Dinas Bimasda). Hal ini sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2004 tantang

Sumberdaya Air, yang menyebutkan bahwa pengelolaan sumberdaya air

permukaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan

didasarkan pada wilayah sungai (Pasal 12). Selain itu, pengelolaan situ-situ di

Kota Depok sudah tentu melibatkan lembaga yang menaungi persoalan Daerah

Aliran Sungai (DAS) dimana situ-situ tersebut berada, sebab situ merupakan

bagian dari DAS. Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung adalah lembaga yang

ikut terlibat dalam pengelolaan situ-situ di Kota Depok dan bertugas menyusun

rencana pengelolaan, pengembangan kelembagaan, dan evaluasi pengelolaan

DAS Citarum-Ciliwung.

Selain itu, terdapat beberapa instansi lain dari berbagai sektor yang terlibat

secara langsung dalam pengelolaan situ-situ di Kota Depok, seperti Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok, Dinas Tata Ruang dan Permukiman

(Dintarkim) Kota Depok, Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Seni dan Budaya

(Disporasenbud) Kota Depok, dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota

Depok. Badan Lingkungan Hidup Kota Depok berwenang dalam hal pengelolaan

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

47

lingkungan hidup pada situ, sedangkan Dintarkim Kota Depok bertugas dalam hal

penataan dan pengembangan tata ruang kota termasuk wilayah-wilayah situ di

Kota Depok. Pihak Disporasenbud Kota Depok memiliki kewenangan dalam hal

penataan dan pengembangan pariwisata situ dan DKP Kota Depok berwenang

dalam mengatasi permasalahan sampah dan kebersihan pada situ.

Pelaksanaan pengelolaan situ di Kota Depok memerlukan koordinasi lintas

sektoral. Koordinasi antar instansi di Kota Depok dirasakan masih belum

dilaksanakan secara maksimal. Contoh nyata yang dapat diberikan yaitu

pembangunan infrastruktur situ dilaksanakan oleh Dinas Bimasda Kota Depok,

kemudian pembangunan IPAL dan penghijauan sempadan situ diprakarsai oleh

BLH Kota Depok, kebersihan situ dari sampah ditangani oleh DKP Kota Depok,

dan pengembangan pariwisata situ dilakukan oleh Disporasenbud Kota Depok.

Tujuan pengelolaan situ menjadi tidak sempurna ketika Dinas Bimasda Kota

Depok melakukan normalisasi dan rehabilitasi situ, namun industri yang ada tetap

membuang limbahnya ke perairan situ tanpa melalui IPAL terlebih dahulu, atau

DKP Kota Depok tidak menyelesaikan permasalahan sampah rumah tangga di

permukiman tepi situ. Berbagai program pemerintah tersebut saling memiliki

keterkaitan satu dengan lainnya untuk mewujudkan penjagaan dan pemanfaatan

situ yang optimal.

Sumber dana pengelolaan atau pembangunan infrastruktur situ dapat berasal

dari empat sumber, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota

Depok, APBD Provinsi Jawa Barat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional

(APBN) Pemerintah Pusat, dan dari Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP)

DKI Jakarta sebagai bentuk kontribusi Pemerintah DKI Jakarta kepada

Pemerintah Kota Depok untuk menjaga fungsi Kota Depok sebagai daerah

resapan air dan daerah penyangga bagi ibukota.

Pengelolaan situ di Kota Depok juga tidak terlepas dari peran Pokja Situ.

Kelompok Kerja Situ merupakan lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Kota

Depok pada tahun 1999 melalui penetapan SK Walikotamadya Kepala Daerah

Tingkat II Depok Nomor 821.29/71/Kpts/Huk/1999 tentang Pembentukan

Kelompok Kerja Pengendalian, Pengamanan, dan Pelestarian Fungsi Situ-situ

sebagai tindak lanjut dari Instruksi Mendagri Nomor 14 Tahun 1998 tentang

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

48

Pembinaan Pengelolaan Situ-situ di Wilayah Jabodetabek (Listiani 2005; Sucipto

& Prygina 2009). Tugas dan fungsi Pokja Situ sebagaimana ditetapkan dalam

Surat Keputusan tersebut adalah:

1. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi

pengelolaan situ-situ di Kota Depok

2. Menyelenggarakan rehabilitasi, konservasi, penertiban, pengamanan,

pemeliharaan, dan pemberdayaan fungsi situ-situ secara tepat berdaya guna

dan berhasil guna, dan

3. Melaporkan setiap kegiatannya kepada Walikota Depok secara berkala setiap

dua bulan sekali.

Keanggotaan Pokja Situ direstrukturisasi pada tahun 2005 atas dasar

dorongan konsorsium LSM bernama Gugus Kerja Good Governance Jaringan

Advokasi Anggaran (GGKG-Jangkar) yang ikut terlibat aktif dalam kerja

advokasi pelestarian situ di Kota Depok. Salah satu alasan dari restrukturisasi

tersebut adalah karena semenjak pembentukannya, yaitu dalam kurun waktu tahun

1999 sampai 2005, kinerja Pokja Situ dirasakan stagnan dan tidak melibatkan

partisipasi masyarakat. Keanggotaan Pokja Situ yang awalnya diisi oleh pejabat

Dinas/Instansi yang merupakan Perangkat Daerah Pemerintah Kota Depok

kemudian digantikan dan diisi dengan unsur-unsur masyarakat murni agar lebih

efektif dan partisipatif (Sucipto & Prygina 2009). Pengalihan keanggotaan Pokja

Situ kepada masyarakat telah menyebabkan Pemerintah Kota Depok mulai

melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam hal pengawasan dan

pengendalian situ. Forum Pokja Situ Kota Depok yang merupakan wadah

advokasi bagi seluruh Pokja Situ yang ada di Kota Depok dibentuk melalui

Lokakarya Pokja Situ se-Kota Depok pada tahun 2007. Lembaga Swadaya

Masyarakat jelas merupakan mitra pemerintah yang dapat menjadi fasilitator

antara masyarakat dengan pemerintah.

Integrasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan program pelestarian situ

telah diupayakan oleh pemerintah semenjak restrukturisasi Pokja Situ

berlangsung. Pelestarian situ dibutuhkan untuk tujuan konservasi fungsi dan

manfaat situ pada satu sisi, namun kebutuhan ekonomi masyarakat telah memaksa

masyarakat untuk mengkonversi lahan situ menjadi lahan pertanian atau tambak

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

49

ikan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup situ di sisi lainnya. Kedua

hal itulah yang diupayakan hingga kini agar dapat berjalan sinergis dalam suatu

hubungan simbiosis mutualisme, salah satunya adalah dengan jalan

memanfaatkan situ sebagai kawasan wisata air berwawasan lingkungan. Jika situ

berada dalam kondisi yang baik, maka situ akan memiliki daya tarik sebagai

tempat wisata. Hal yang diharapkan terjadi adalah masyarakat akan membangun

kesadarannya sendiri karena merasa turut berkepentingan dalam menjaga

kelestarian situ yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian mereka.

Upaya penyelarasan antara kepentingan konservasi situ dan pemanfaatan situ

sebagai kawasan wisata air telah diterapkan di beberapa situ di Kota Depok,

diantaranya adalah di Situ Pengasinan dan Situ Pendongkelan.

4.3. Situ Sawangan-Bojongsari

4.3.1. Gambaran Umum Situ Sawangan-Bojongsari

Situ Sawangan-Bojongsari terletak di Kecamatan Sawangan dan Kecamatan

Bojongsari, Kota Depok dan merupakan situ yang terluas di Kota Depok.

(Gambar 3). Situ ini merupakan situ alami yang dikenal oleh masyarakat setempat

semenjak dahulu sebagai sumber air dan perikanan. Situ ini dikenal juga dengan

nama Situ Tujuh Muara, karena dipercaya terdapat tujuh muara (teluk) yang

menjadi sumber air situ. Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan tujuh muara adalah tujuh mata air. Masyarakat mengenal situ ini dengan

nama Situ Sawangan atau Situ Bojongsari. Situ ini lebih sering tercatat dengan

nama Situ Bojongsari di catatan pemerintah sejak dahulu, namun kini penggunaan

nama Situ Sawangan atau Situ Bojongsari lebih disukai.

Situ Sawangan-Bojongsari memiliki bentuk yang unik, yaitu seperti tapal

kuda, dengan luas + 28,25 Ha dan kedalaman rata-rata 3-4 meter (BLH Kota

Depok 2011). Perairan situ dikelilingi oleh area perkebunan di sebelah utara,

timur, barat, dan barat daya. terdapat Lahan kosong milik pribadi yang luas, diberi

batas pagar berkawat, dan tampak tidak terawat terdapat pada sisi utara dan barat

laut situ. Area wisata Situ Sawangan terdapat pada sisi tenggara situ, sedangkan

area wisata Situ Bojongsari berada di sisi barat laut situ. Padang golf dan beberapa

cottage/villa milik swasta (Telaga Golf Sawangan) terdapat di sebelah selatan

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

50

situ. Permukiman penduduk terdapat di sebelah barat daya, barat, dan barat laut

situ. Beberapa kondisi di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari disajikan pada

Gambar 4.

Gambar 3 Peta lokasi Situ Sawangan-Bojongsari.

Gambar 4 Padang golf di tepi selatan situ (kiri atas); kebun milikmasyarakat (kanan atas); area wisata Situ Sawangan (kiribawah); permukiman berbatasan dengan situ (kanan bawah).

Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 (Bakosurtanal 2005)

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

51

Situ Sawangan-Bojongsari terletak secara administratif di Kelurahan

Sawangan Lama, Kecamatan Sawangan dan Kelurahan Bojongsari Lama,

Kecamatan Bojongsari. Situ ini berbatasan dengan Kelurahan Kedaung,

Kecamatan Sawangan pada sisi utara. Situ ini dikelola oleh dua Pokja Situ yang

melaksanakan tugas masing-masing pada dua sisi situ yang berbeda, Pokja Situ

Sawangan pada sisi yang berbatasan dengan Kelurahan Sawangan Lama dan

Pokja Bojongsari pada sisi yang berbatasan dengan Kelurahan Bojongsari Lama.

Kelurahan Kedaung tidak memiliki Pokja Situ.

Tiga akses jalan dapat dilalui untuk mencapai Situ Sawangan-Bojongsari.

Akses pertama adalah melalui Jalan Abdul Wahab yang kemudian langsung

menuju jalan masuk Situ Sawangan. Akses kedua yaitu melalui jalan alternatif

yang menghubungkan Jalan Abdul Wahab dengan Jalan Cinangka Raya (Jalan

Raya Ciputat-Parung) yang memang melintasi tepi Situ Bojongsari sekaligus

menjadi jalan masuk menuju situ, khususnya Situ Bojongsari. Lokasi jalan

alternatif ini terletak persis di samping lokasi jalan masuk ke Situ Sawangan.

Akses ketiga adalah sama dengan akses jalan kedua, namun dari arah sebaliknya,

yaitu dari Jalan Cinangka Raya (Jalan Raya Ciputat-Parung) menuju Situ

Bojongsari atau Jalan Abdul Wahab dengan melalui Gang/Jalan H. Kenan.

Kondisi jalan menuju situ tampak masih belum baik seluruhnya, bahkan

cenderung rusak untuk akses menuju Situ Bojongsari. Hal ini perlu mendapat

perhatian dari Dinas/Instansi terkait untuk kemudian dapat memperbaiki kondisi

jalan menuju situ. Situ dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan angkutan

umum yang melintasi Jalan Abdul Wahab atau Jalan Raya Ciputat-Parung atau

menggunakan kendaraan pribadi.

4.3.2. Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari

Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari tidak jauh berbeda dengan

pengelolaan situ-situ lain di Kota Depok, yang membedakan yaitu hanya pada

tingkat masyarakat dimana Situ Sawangan-Bojongsari dikelola oleh dua Pokja

Situ: Pokja Situ Sawangan dan Pokja Situ Bojongsari. Keberadaan dua Pokja Situ

ini tentu berpengaruh terhadap tipe pengelolaan dan pemanfaatan situ. Masing-

masing Pokja Situ melaksanakan tugas di wilayahnya masing-masing dan dapat

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

52

dikatakan jarang melakukan koordinasi untuk melakukan suatu pengelolaan situ

secara bersama-sama, sehingga seringkali pengelolaan yang dilakukan bukanlah

merupakan hasil integrasi dari keduanya. Penanganan satu situ oleh dua pihak

pengelola, seperti di Situ Sawangan-Bojongsari, menunjukkan bahwa sumberdaya

alam yang potensial akan selalu menarik keinginan berbagai pihak untuk

memanfaatkannya. Pihak yang memahami pentingnya ekosistem situ akan

mengupayakan aktivitas-aktivitas untuk menjaga kelestarian fungsi dan manfaat

situ bagi generasi yang akan datang selain hanya sekedar memanfaatkan situ.

Kegiatan yang ditujukan untuk menjaga kelestarian situ kerap kali dilakukan

oleh Pokja Situ Sawangan-Bojongsari. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh

masing-masing Pokja Situ adalah kegiatan pembersihan situ dari gulma air (kapu-

kapu dan eceng gondok) dan pengawasan terhadap aktivitas masyarakat terhadap

situ. Pihak Pokja Situ bersama Forum Pokja Situ Kota Depok berusaha

berkoordinasi baik dengan pihak pemerintah pusat maupun daerah dalam

pelaksanaan program-program pelestarian dan pengembangan wisata air situ,

namun peran pemerintah seringkali dianggap belum optimal dalam menangani

permasalahan situ. Pendapat tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi anggaran yang

minim untuk pengelolaan situ, situ di Kota Depok yang berjumlah banyak, serta

pembagian kewenangan pengelolaan situ yang sering membingungkan pihak

Pokja Situ disebabkan oleh banyaknya instansi yang terlibat dalam pengelolaan

situ. Kegiatan pengelolaan situ yang pernah dilakukan di Situ Sawangan-

Bojongsari antara lain yaitu penurapan sebagian sisi situ, penghijauan, perbaikan

pintu air (outlet), dan aksi kebersihan situ. Kegiatan berskala kecil seperti

pembersihan gulma air dilakukan secara rutin dengan sumber dana berasal dari

masyarakat sendiri, sedangkan kegiatan berskala besar seperti penurapan dan

penghijauan tentu memiliki sumber dana berasal dari pemerintah. Pihak Pokja

Situ merasa sangat jarang berkoordinasi dengan pihak swasta yang memiliki lahan

di salah satu sisi situ dalam upaya pengelolaan situ, bahkan pihak swasta

cenderung bersifat eksklusif.

Kedua Pokja Situ telah mengantongi Surat Keputusan dari Kelurahan atas

wewenang untuk melakukan tugas pengawasan dan pengamanan situ, namun

Surat Keputusan ini dirasakan masih belum cukup kuat bagi pengakuan

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

53

keberadaan Pokja Situ dan untuk menindak oknum-oknum yang melakukan

perusakan terhadap lingkungan situ. Tidak hanya kedua Pokja tersebut yang

menuntut kejelasan batas wewenang Pokja Situ, namun seluruh Pokja Situ melalui

Forum Pokja Situ Kota Depok menginginkan adanya Surat Keputusan yang

berasal dari Walikota Depok yang berisi pengakuan terhadap keberadaan dan

wewenang Pokja Situ di Kota Depok.

Anggota Pokja Situ tidak seluruhnya aktif dalam menjalankan tugasnya. Hal

ini disebabkan oleh kesadaran anggota Pokja Situ yang masih rendah akan

pentingnya menjaga kelestarian situ dan kesadaran untuk menjalankan tugasnya

sebagai anggota Pokja Situ. Satu kondisi yang tidak dapat dipungkiri yaitu

anggota Pokja Situ yang didominasi oleh kaum pria, bahkan dapat dikatakan

seluruhnya adalah pria, sibuk melakukan pekerjaan di luar Pokja Situ untuk tetap

memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dan keluarganya. Hal inilah yang

kemudian memunculkan isu bahwa ada baiknya jika Pokja Situ ditetapkan sebagai

satu profesi melalui suatu Surat Keputusan. Hal ini masih menjadi wacana di

pihak pemerintah, sebab jika hal tersebut dilakukan maka akan muncul isu lain

mengenai upah yang harus diberikan kepada anggota Pokja Situ.

Situ Sawangan-Bojongsari saat ini tengah mendapat perhatian yang cukup

besar dari pemerintah, baik Pemerintah Kota Depok maupun Pemerintah Pusat,

sebagai salah satu situ yang patut untuk dijaga kelestariannya. Hal ini tidak

terlepas dari peran aktif Forum Pokja Situ dan Pokja Situ Sawangan-Bojongsari

dalam memperkenalkan Situ Sawangan-Bojongsari. Dokumentasi berbagai

kegiatan yang pernah dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari selama

penelitian berlangsung dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut ini adalah beberapa

kegiatan atau program yang dijalankan terkait pelestarian Situ Sawangan-

Bojongsari selama penelitian ini berlangsung:

a. Pemasangan penahan tebing pada salah satu sisi situ dengan menggunakan

batu bronjong kawat oleh Pemerintah Pusat (Gambar 5). Hal ini dilakukan

untuk mencegah terjadinya kebocoran situ dikarenakan pada sisi tersebut

terdapat pohon besar yang akarnya dikhawatirkan akan semakin meretakkan

turap yang telah ada.

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

b. Kegiatan penanaman pohon

tanggal 5 Juni 2012 yang lalu

Hidup Sedunia dan program bulan bersih Situ Bojongsari. Kegiatan ini

terlaksana atas kerjasama Pokja Situ Bojongsari, Forum Pokja Situ Kota

Depok, dan BLH Kota Depok.

Walikota dan Wakil Walikota Depok, turut hadir melakukan penanaman

pohon secara simbolik

sebanyak 200 pohon, sebagai tahap pertama, berasal dari BLH Kota Depok.

Selain itu, Walik

sampah yang masing

organik kepada pihak Pokja Situ Bojongsari.

c. Program revitalisasi Situ Sawangan

program lain yang akan dilaksanakan

desain situ telah mulai dilakukan semenjak tahun 2012 ini.

akan dijalankan dalam program tersebut antara lain ialah penurapan seluruh

sisi situ, pembangunan jalan setapak pada tepi situ, pengerukan untuk

mengatasi pendangkalan situ, dan pengembalia

kala. Masyarakat pun menginginkan adanya pembangunan IPAL pada

saluran buangan yang berasal dari gedung milik pemerintah dan saluran

buangan dari perumahan.

sepanjang beberapa

Gambar 5 Suasana pembangunantanggul batu bronjong.

egiatan penanaman pohon dilakukan di sempadan Situ Bojongsari

tanggal 5 Juni 2012 yang lalu dalam rangka memperingati Hari Lingkungan

unia dan program bulan bersih Situ Bojongsari. Kegiatan ini

terlaksana atas kerjasama Pokja Situ Bojongsari, Forum Pokja Situ Kota

Depok, dan BLH Kota Depok. Jajaran Pemerintah Kota Depok, termasuk

Walikota dan Wakil Walikota Depok, turut hadir melakukan penanaman

pohon secara simbolik pada kesempatan tersebut (Gambar 6). Bantuan pohon

sebanyak 200 pohon, sebagai tahap pertama, berasal dari BLH Kota Depok.

Selain itu, Walikota Depok juga menyerahkan bantuan berupa 5 unit tempat

sampah yang masing-masing terdiri dari tempat sampah organik dan non

organik kepada pihak Pokja Situ Bojongsari.

rogram revitalisasi Situ Sawangan-Bojongsari pada tahun 2013

program lain yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat

situ telah mulai dilakukan semenjak tahun 2012 ini.

akan dijalankan dalam program tersebut antara lain ialah penurapan seluruh

sisi situ, pembangunan jalan setapak pada tepi situ, pengerukan untuk

mengatasi pendangkalan situ, dan pengembalian batas-batas situ seperti sedia

kala. Masyarakat pun menginginkan adanya pembangunan IPAL pada

saluran buangan yang berasal dari gedung milik pemerintah dan saluran

buangan dari perumahan. Outlet situ pun diharapkan dapat dinormalisasi

sepanjang beberapa ratus meter untuk melancarkan aliran air dari situ.

Gambar 6 Penanaman pohon oleh Walikotadan Wakil Walikota Depok diSitu Sawangan

Suasana pembangunantanggul batu bronjong.

54

di sempadan Situ Bojongsari pada

dalam rangka memperingati Hari Lingkungan

unia dan program bulan bersih Situ Bojongsari. Kegiatan ini

terlaksana atas kerjasama Pokja Situ Bojongsari, Forum Pokja Situ Kota

intah Kota Depok, termasuk

Walikota dan Wakil Walikota Depok, turut hadir melakukan penanaman

). Bantuan pohon

sebanyak 200 pohon, sebagai tahap pertama, berasal dari BLH Kota Depok.

ota Depok juga menyerahkan bantuan berupa 5 unit tempat

masing terdiri dari tempat sampah organik dan non-

Bojongsari pada tahun 2013 merupakan

oleh Pemerintah Pusat. Persiapan

situ telah mulai dilakukan semenjak tahun 2012 ini. Kegiatan yang

akan dijalankan dalam program tersebut antara lain ialah penurapan seluruh

sisi situ, pembangunan jalan setapak pada tepi situ, pengerukan untuk

batas situ seperti sedia

kala. Masyarakat pun menginginkan adanya pembangunan IPAL pada

saluran buangan yang berasal dari gedung milik pemerintah dan saluran

situ pun diharapkan dapat dinormalisasi

ratus meter untuk melancarkan aliran air dari situ.

Penanaman pohon oleh Walikotadan Wakil Walikota Depok diSitu Sawangan-Bojongsari.

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

55

Perbaikan kondisi situ yang akan dilakukan diharapkan akan memudahkan

pengelola Situ Sawangan-Bojongsari, baik itu Pokja Situ maupun Pemerintah

Kota Depok, untuk dapat mengembangkan potensi lain yang dimiliki oleh Situ

Sawangan-Bojongsari, yaitu Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata

air di Kota Depok. Situ Sawangan-Bojongsari memang telah menjalankan

kegiatan wisatanya hingga saat ini, namun hal tersebut dirasakan masih belum

optimal sehingga perlu untuk ditingkatkan, dengan begitu masyarakat dapat

merasakan manfaat lebih dari kelestarian situ.

4.3.3. Wisata Air Situ Sawangan-Bojongsari

Kegiatan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari tergolong masih bersifat

terbatas dan sederhana. Hanya terdapat beberapa jenis wahana wisata air di dua

sisi situ yang dijadikan sebagai lokasi wisata. Pengunjung yang datang dengan

tujuan berwisata di Situ Sawangan diwajibkan untuk membayar tiket masuk

kawasan situ yang tergolong murah, yaitu Rp 2.000,00 untuk pengendara sepeda

motor dan Rp 5.000,00 untuk pengunjung yang menggunakan kendaraan beroda

empat. Pengelola Situ Sawangan tidak pernah menetapkan harga tiket masuk

untuk perorangan hingga saat ini, bahkan pengelola Situ Bojongsari tidak

menetapkan harga tiket masuk bagi pengunjung. Hal ini disebabkan karena Situ

Bojongsari dilintasi oleh jalan alternatif Sawangan-Bojongsari yang memang

ramai dilalui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat dengan leluasa singgah

di tepi situ ketika melewati jalan tersebut. Selain itu, alasan dari pihak pengelola

Situ Bojongsari tidak menetapkan biaya masuk situ adalah karena pengelola

merasa belum mampu menyediakan sarana dan prasarana wisata yang lengkap

bagi pengunjung, seperti lahan parkir yang luas, wahana wisata air yang lengkap,

dan lain sebagainya.

Situ Sawangan tampak lebih ramai dikunjungi oleh masyarakat

dibandingkan dengan Situ Bojongsari pada hari libur atau akhir minggu. Kawasan

wisata Situ Sawangan menawarkan fasilitas sepeda air, flying fox, dan warung-

warung makan di sepanjang tepi situ. Warung makan berupa saung bambu

menyajikan sajian khas kuliner Jawa Barat seperti ayam bakar, ikan bakar,

lalapan, dan sambal yang cukup menjadi daya tarik bagi pengunjung. Jika

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

56

pengunjung tidak ingin menyantap sajian tersebut, mereka dapat bersantai

menikmati keindahan alam situ sambil menikmati air kelapa muda yang memang

disajikan hampir di setiap warung makan yang terdapat di Situ Sawangan.

Situ Bojongsari memiliki kondisi yang berbeda dengan Situ Sawangan.

Hanya terdapat beberapa saung bambu yang dapat digunakan oleh pengunjung

untuk bersantai di Situ Bojongsari dan dua buah sepeda air, bahkan saat ini hanya

tinggal satu buah sepeda air karena satu sepeda air telah rusak. Kedua sepeda air

tersebut merupakan bantuan dari Disporasenbud Kota Depok dengan pembagian

awal satu buah sepeda air untuk Situ Sawangan dan satu buah untuk Situ

Bojongsari. Sepeda air milik Situ Sawangan dititipkan di Situ Bojongsari karena

Situ Sawangan telah memiliki banyak armada sepeda air. Hal tersebut

menyebabkan adanya pembagian hasil penggunaan sepeda air oleh pengunjung

antara Pokja Situ Sawangan dengan Pokja Situ Bojongsari.

Warung makan yang menyajikan kuliner di Situ Bojongsari jumlahnya jauh

lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah warung makan di Situ Sawangan

dan cenderung hanya menjual makanan dan minuman ringan. Pengunjung yang

ingin menyantap kuliner khas seperti ikan bakar asap dapat memesan kepada

pengelola beberapa hari sebelum kedatangan mereka ke situ. Ikan bakar asap khas

Situ Bojongsari cukup terkenal di kalangan masyarakat yang sering mengunjungi

situ ini, bahkan kerapkali disajikan dalam acara-acara pertemuan yang diadakan di

saung tepi situ, seperti acara keluarga, ataupun acara pertemuan antara kelompok

masyarakat dengan aparat pemerintah. Ikan bakar asap ini memanfaatkan hasil

perikanan Situ Bojongsari. Hasil perikanan Situ Sawangan-Bojongsari memang

cukup terkenal di kalangan para pemancing dan dinyatakan memiliki rasa yang

masih enak karena kualitas air situ yang masih baik. Area wisata yang terdapat di

Situ Sawangan-Bojongsari dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

57

4.3.4. Pengelolaan Wisata Air Situ Sawangan-Bojongsari

Pengelolaan wisata air di Situ Sawangan-Bojongsari secara umum masih

belum berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya

adalah pengetahuan masyarakat atau Pokja Situ mengenai manajemen wisata yang

masih rendah dan perhatian pemerintah khususnya Disporasenbud Kota Depok

terhadap pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari yang dianggap

masih kurang. Pengorganisasian wisata yang dijalankan oleh masyarakat masih

tergolong sederhana, namun tampak belum tertata dengan baik. Baik di Situ

Sawangan maupun Situ Bojongsari belum terdapat peraturan dan pembagian tugas

yang jelas di dalam organisasi pengelolanya. Pihak Disporasenbud Kota Depok

dirasa masih belum maksimal dalam mengembangkan wisata air pada situ-situ di

Kota Depok. Pihak Pokja Situ Bojongsari berharap sebaiknya Disporasenbud

Kota Depok dapat mencanangkan program pengembangan wisata yang terfokus

pada satu situ dahulu sehingga hasilnya dapat lebih maksimal dan cepat terlihat.

Gambar 7 Area wisata Situ Sawangan (kiri) dan armada sepeda air di SituSawangan (kanan).

Gambar 8 Area wisata di Situ Bojongsari.

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

58

Sebagai contoh, Disporasenbud dapat sekaligus memberikan bantuan sepeda air

dalam jumlah yang cukup banyak, perahu naga, dan pembangunan dermaga di

satu situ untuk pengembangan situ tersebut. Pihak Disporasenbud Kota Depok

menyatakan bahwa hal ini sudah terpikirkan dan akan dipertimbangkan

pelaksanaannya.

Situ Sawangan dengan sempadan situnya yang luas lebih leluasa untuk

mengembangkan kegiatan wisatanya dibandingkan dengan Situ Bojongsari.

Warga masyarakat diperbolehkan untuk membangun saung atau warung di area

wisata Situ Sawangan hanya dengan meminta izin kepada pihak pengelola,

sedangkan Situ Bojongsari dengan luas sempadan situ yang terbatas membuat

pihak pengelola sedikit kesulitan untuk mengembangkan sarana wisatanya. Para

pemilik saung di Situ Sawangan dikenakan biaya pengangkutan sampah setiap

minggunya sebesar Rp. 5.000,00 dan iuran atas dihadirkannya panggung dengan

hiburan musik dangdut setiap hari Minggu sebesar Rp. 15.000,00. Satu Yayasan

Panti Asuhan diizinkan oleh Pokja Situ Sawangan untuk mengoperasikan sarana

sepeda air dan flying fox di Situ Sawangan tanpa ada perjanjian sistem bagi hasil

antara Pokja Situ dengan pemilik sarana. Hal tersebut dilakukan atas dasar

kepedulian sosial sehingga semua hasil dari penggunaan sarana-sarana tersebut

dimanfaatkan oleh pihak Yayasan. Pemasukan bagi kas Pokja Situ dari kegiatan

wisata hanya berasal dari pembayaran tiket masuk dan iuran kebersihan dari para

pemilik saung. Pemasukan tersebut digunakan oleh Pokja Situ Sawangan untuk

membiayai kegiatan pengelolaan situ. Pemancingan ikan milik salah seorang

warga ditemukan terdapat pada salah satu sisi Situ Sawangan. Pemancingan ini

selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat di setiap waktu.

Kondisi Situ Bojongsari berbeda dengan kondisi Situ Sawangan. Warung-

warung yang ada di Situ Bojongsari jumlahnya jauh lebih sedikit dan dimiliki

langsung oleh salah satu anggota Pokja Situ Bojongsari, maka biaya untuk

kebersihan situ ditangani langsung oleh pemilik saung tersebut. Hal yang serupa

juga diterapkan pada hasil penggunaan sepeda air yaitu hasil yang diperoleh

dimanfaatkan kembali oleh pihak pengelola untuk dana pengelolaan situ atau

wisata. Pengadaan sarana flying fox sedang dilakukan di Situ Bojongsari dengan

bantuan dari suatu Lembaga Kemanusiaan Nasional bernama Pos Keadilan Peduli

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

59

Ummat (PKPU), yang berniat untuk menjadikan Situ Bojongsari sebagai lokasi

pelatihan Tim Rescue PKPU. Sarana flying fox tersebut akan diserahkan

pengelolaannya kepada Pokja Situ Bojongsari untuk kemudian dimanfaatkan

sebagai sarana wisata. Pihak PKPU juga berencana membantu Pokja Situ

Bojongsari dalam menata lahan untuk area camping (camping ground). Pihak

Pokja Situ Bojongsari juga tengah mengajukan permohonan bantuan kepada

Disporasenbud Kota Depok berupa sepeda air, perahu naga, dan pembangunan

dermaga. Perkembangan wisata air di Situ Bojongsari sekilas tampak jauh

tertinggal di belakang perkembangan wisata Situ Sawangan, namun bukan tidak

mungkin dengan penataan dan sistem pengelolaan yang baik, Situ Bojongsari

dapat berkembang menjadi kawasan wisata air yang ramai.

Pengelolaan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari tidak terlepas dari

pengelolaan situ tersebut untuk tujuan konservasi situ. Situ yang terjaga dengan

baik akan mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata di situ dan lebih jauh

lagi akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar situ.

Masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari yang tergabung dalam Pokja Situ

merupakan aktor utama penggerak kegiatan pengelolaan situ dan pengembangan

wisata air situ, diharapkan dapat tetap mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian

situ selain berupaya untuk meningkatkan perekonomian melalui pemanfaatan

sumberdaya alam situ sebagai kawasan wisata air.

4.4. Kegiatan Antropogenik Sekitar Situ Sawangan-Bojongsari

Kegiatan antropogenik sekitar Situ Sawangan-Bojongsari berlangsung di

permukiman penduduk, kawasan wisata situ, lapangan rumput, dan kebun milik

masyarakat. Kegiatan rumah tangga atau domestik cukup mendominasi di

lingkungan sekitar Situ Sawangan-Bojongsari. Kegiatan wisata juga diketahui

berlangsung di dua wilayah situ. Kegiatan pertanian sudah jauh berkurang

disebabkan oleh peralihan mata pencaharian masyarakat yaitu dari petani menjadi

pegawai/karyawan, buruh, atau pekerjaan lainnya. Persawahan di sekitar situ

memang sudah tidak ada, namun masih terdapat kegiatan pertanian tanaman hias

yang dilakukan oleh sebagian masyarakat dan kegiatan pertanian di kebun dan

lahan pertanian yang terbentuk akibat pendangkalan situ (Gambar 9). Peternakan

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

bebek diketahui juga terdapat pada lahan

kegiatannya tetap perlu diwaspadai agar jangan sampai mencemari perairan situ.

Kegiatan antropogenik sekitar situ yang dilakukan oleh pihak swast

terbatas pada area yang diklaim dimiliki oleh pihak swasta tersebut, yaitu di area

lapangan golf dan area

puing bangunan ke sempadan situ dan pendirian bangunan dimana saluran air

buangan dari bangunan tersebut diarahkan menuju perairan situ

di area milik swasta (Gambar

Kegiatan domestik yang tidak mengindahkan aspek kelestarian situ tentu

dapat menurunkan kualitas perairan situ.

kegiatan mencuci pakaian dan kendaraan bermotor di wilayah situ.

dapat berakibat pada

lainnya. Warung-warung makan

Gambar 9 Alih fungsi lahan situ menjadimenyiram tanaman perkebunan oleh masyarakat (kanan).

Gambar 10 Pembangunan di kawasan Telaga Golf Sawangan:pembuatan saluran buangan menuju perairan situ (kiri);pembuangan puing bangunan di tepi situ (kanan).

diketahui juga terdapat pada lahan yang berbatasan dengan wilayah situ dan

kegiatannya tetap perlu diwaspadai agar jangan sampai mencemari perairan situ.

Kegiatan antropogenik sekitar situ yang dilakukan oleh pihak swast

area yang diklaim dimiliki oleh pihak swasta tersebut, yaitu di area

lapangan golf dan area cottage/villa milik mereka. Kegiatan pembuangan puing

puing bangunan ke sempadan situ dan pendirian bangunan dimana saluran air

dari bangunan tersebut diarahkan menuju perairan situ ditemukan terjadi

(Gambar 10).

Kegiatan domestik yang tidak mengindahkan aspek kelestarian situ tentu

dapat menurunkan kualitas perairan situ. Masyarakat diketahui masih melakukan

kegiatan mencuci pakaian dan kendaraan bermotor di wilayah situ.

dapat berakibat pada pencemaran air situ oleh detergen atau oleh bahan pencemar

warung makan di Situ Sawangan diketahui menyalurkan air

lih fungsi lahan situ menjadi perkebunan (kiri); kegiatanmenyiram tanaman perkebunan oleh masyarakat (kanan).

Pembangunan di kawasan Telaga Golf Sawangan:pembuatan saluran buangan menuju perairan situ (kiri);pembuangan puing bangunan di tepi situ (kanan).

60

yang berbatasan dengan wilayah situ dan

kegiatannya tetap perlu diwaspadai agar jangan sampai mencemari perairan situ.

Kegiatan antropogenik sekitar situ yang dilakukan oleh pihak swasta berlangsung

area yang diklaim dimiliki oleh pihak swasta tersebut, yaitu di area

egiatan pembuangan puing-

puing bangunan ke sempadan situ dan pendirian bangunan dimana saluran air

ditemukan terjadi

Kegiatan domestik yang tidak mengindahkan aspek kelestarian situ tentu

masih melakukan

kegiatan mencuci pakaian dan kendaraan bermotor di wilayah situ. Hal ini tentu

pencemaran air situ oleh detergen atau oleh bahan pencemar

menyalurkan air

perkebunan (kiri); kegiatanmenyiram tanaman perkebunan oleh masyarakat (kanan).

Pembangunan di kawasan Telaga Golf Sawangan:pembuatan saluran buangan menuju perairan situ (kiri);pembuangan puing bangunan di tepi situ (kanan).

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

61

buangan bekas pencucian peralatan makan ke dalam perairan situ. Selain itu,

terdapat kamar kecil/wc di area wisata situ yang memiliki saluran buangan yang

diarahkan langsung ke perairan.

Kegiatan perikanan di Situ Sawangan-Bojongsari meliputi kegiatan

memancing oleh masyarakat di beberapa bagian sempadan situ, baik di kawasan

pemancingan maupun di berbagai tepi situ lainnya, kegiatan menjala ikan, dan

budidaya ikan pada keramba atau tambak ikan. Wawancara dengan responden

pakar memberikan informasi mengenai pemanfaatan situ, yaitu Pemerintah Kota

Depok sebenarnya hanya diperbolehkan untuk memanfaatkan air bagian

permukaan situ saja dan dilarang untuk mendirikan keramba jaring apung.

Namun, Perda Kota Depok No. 22 Tahun 2003 tentang Izin Usaha Perikanan,

Peternakan, dan Pemotongan Hewan memperbolehkan pembuatan keramba jaring

apung asalkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada peraturan tersebut,

meskipun tidak disebutkan secara khusus mengenai situ sebagai lokasi pendirian

keramba jaring apung. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian isi

peraturan dengan pendapat responden pakar. Hal ini harus diluruskan agar tidak

menimbulkan kerancuan pada pihak masyarakat dan demi menghindari konflik

yang mungkin terjadi.

Pelarangan pendirian keramba jaring apung yang disebutkan dimaksudkan

untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan, seperti terjadinya upwelling

yang dapat menyebabkan kematian ikan secara massal dan eutrofikasi. Oleh

karena itu, solusi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Depok hingga saat ini

adalah melalui program re-stocking, yaitu menebar benih ikan di situ-situ di Kota

Depok, minimal 3 situ setiap tahunnya, sehingga nantinya masyarakat dapat

memanfaatkan ikan-ikan tersebut. Pemerintah Kota Depok juga mengeluarkan

larangan terhadap kegiatan menjala atau menjaring ikan di areal situ. Hal tersebut

tampaknya tidak dipatuhi oleh masyarakat sekitar situ. Hal ini dibuktikan dengan

masih banyaknya warga yang melakukan kegiatan menjala dan menjaring ikan

pada areal situ.

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

62

4.5. Permasalahan Kualitas dan Lingkungan Perairan Situ Sawangan-Bojongsari

Kualitas perairan situ dapat menjadi salah satu faktor yang paling penting

dalam upaya pengembangan situ sebagai kawasan wisata air. Kualitas perairan

yang baik dan sesuai dengan kriteria wisata air tentu akan memudahkan pihak

pengelola untuk mengembangkan kegiatan wisata air pada perairan tersebut.

Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari berdasarkan beberapa parameter

fisik, kimia, dan biologi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari pada beberapa stasiunpengambilan sampel air

Keterangan:1. Stasiun pengambilan sampel :

1. Area wisata air Situ Sawangan 5. Dekat permukiman warga Bojongsari2. Dekat warung-warung Situ Sawangan 6. Bagian inlet situ3. Dekat lapangan golf 7. Bagian outlet situ4. Tengah situ

2. Hasil pemantauan kualitas air Situ Sawangan-Bojongsari pada bagian outlet oleh BLH KotaDepok pada tahun 2010.

3. Baku Mutu Kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 bagi air dengan peruntukan sebagaiprasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air untukmengairi pertanaman.

No Parameter SatuanStasiun pengambilan sampel1

BLH20102

BMKelas

II3

1 2 3 4 5 6 7

I FISIKA

1 Suhu °C 28,25 29,15 29,70 29,60 29,95 30,15 30,25 - dev. 3

2 TSS mg/L 6,5 9,0 7,0 6,0 9,0 12,0 9,5 6,0 50

3 Kecerahan m 1,365 1,190 1,665 1,075 0,700 0,505 0,810 - -

4 Kedalaman m 3,35 3,80 3,10 7,50 2,60 1,00 1,00 - -

II KIMIA

1 pH - 6,170 6,30 6,130 6,430 6,305 6,345 6,595 7,510 6 - 9

2 DO mg/L 6,50 6,20 4,55 5,85 6,05 3,65 3,85 7,57 Min 4

3 BOD5 mg/L 2,640 3,085 2,020 3,170 3,940 1,640 2,015 8,140 3

4 Total Fosfat mg/L 0,155 0,195 0,158 0,219 0,172 0,194 0,186 <0,006 0,2

5 Amonia (NH3-N) mg/L 0,367 0,324 0,231 0,448 0,354 0,370 0,423 0,050 0,02

6 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,260 1,531 1,296 1,642 1,982 2,070 1,580 1,590 10

7 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,030 0,036 0,019 0,041 0,100 0,116 0,065 0,040 0,06

8 Minyak dan lemak mg/L <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1 1

9 Klorofil a µg/L 44,685 39,710 12,285 18,460 17,930 23,565 20,435 - -

III MIKROBIOLOGI

1 Fecal ColiMPN/100mL 808 2.210 148 2.765 675 2.550 2.719 900 1.000

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

63

4.5.1. Suhu air

Suhu air permukaan Situ Sawangan-Bojongsari adalah antara 28,25 –

30,25°C dengan rata-rata suhu sebesar 29,58°C. Kisaran suhu tersebut masih

memenuhi Baku Mutu untuk air Kelas II yang ditetapkan dalam PP No. 82 tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil

pengukuran ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh oleh Effendi et al.

(1996) yaitu 28,9 – 29,4°C. Menurut Vaas dan Sachlan (1949) suhu Situ

Sawangan-Bojongsari di perairan terbuka adalah 24,1°C. Peningkatan suhu

perairan Situ Sawangan-Bojongsari diduga disebabkan oleh perubahan

lingkungan sekitar situ. Situ Sawangan-Bojongsari dikelilingi oleh perkebunan

karet di masa yang lalu, namun kini telah berubah menjadi lahan terbuka,

permukiman, dan lapangan golf. Perubahan tatanan lahan sekitar situ diduga telah

meningkatkan suhu udara dan suhu perairan situ. Pertukaran panas antara udara

dan air merupakan faktor utama yang mempengaruhi kondisi suhu air. Suhu

udara, kondisi meteorologi lokal, dan morfometri perairan, dapat mempengaruhi

suhu air (Dobiesz & Lester 2009).

Perubahan suhu air akan mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi di

dalam perairan. Suhu erat kaitannya dengan tingkat kelarutan gas dalam air,

seperti O2, CO2, N2, dan CH4. Ketika suhu meningkat, jumlah oksigen terlarut

akan menurun, kecepatan respirasi dan metabolisme organisme air pun

meningkat, dan proses dekomposisi bahan organik pun ikut meningkat (Effendi

2012). Peningkatan suhu perairan dapat meningkatkan konsentrasi zat organik

terlarut dalam air, total bakteri, dan biomassa bakterioplankton (Dunalska et al.

2012). Peningkatan suhu air juga dapat mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan organisme air, seperti waktu penetasan telur ikan menjadi lebih awal

atau pada kecepatan dan masa pertumbuhan mikroalga (Mooij et al. 2008;

Rengefors et al. 2012).

4.5.2. Total Suspended Solid (TSS)/Padatan Tersuspensi Total, Kecerahan,dan Kedalaman

Padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1µm)

dalam air yang terdiri dari lumpur, pasir halus, dan jasad-jasad renik, yang

terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

64

(Effendi 2012). Padatan tersuspensi dapat meningkatkan nilai kekeruhan air, tidak

terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Kekeruhan yang terjadi kemudian

dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga

mempengaruhi proses fotosintesis dalam air.

Nilai TSS pada semua stasiun menunjukkan nilai di bawah batas maksimal

Baku Mutu Air Kelas II yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 sebesar 6

mg/L. Nilai TSS tertinggi diperoleh dari sampel yang berasal dari bagian inlet situ

yaitu sebesar 12 mg/L. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pendangkalan pada

bagian inlet situ. Pendangkalan yang terjadi akibat ulah manusia ini telah

menyebabkan air situ tampak keruh. Bagian inlet situ merupakan bagian situ yang

banyak mengalami pengurukan tanah untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

masyarakat. Selain itu, hal ini terjadi karena inlet merupakan lokasi awal

masuknya aliran air menuju situ dari sungai kecil yang membawa berbagai

padatan tersuspensi dan limbah. Nilai TSS tertinggi kedua diperoleh dari sampel

outlet situ yaitu sebesar 9,5 mg/L. Bagian outlet situ yang menyempit merupakan

tempat terakumulasinya berbagai zat yang terdapat di dalam badan air menuju

saluran air keluar situ. Nilai TSS terendah diperoleh dari stasiun tengah situ yaitu

sebesar 6 mg/L. Hal ini terjadi karena stasiun tengah situ merupakan bagian situ

yang lebih dalam dibandingkan dengan stasiun pengambilan sampel lainnya,

sehingga padatan tersuspensi dalam air lebih terencerkan pada bagian ini.

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara

visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan yang diperoleh berkisar

antara 0,505 – 1,665 m. Nilai kecerahan tersebut cenderung berkurang seiring

dengan peningkatan nilai TSS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Borkman dan

Smayda (1998) yaitu peningkatan nilai kecerahan pada perairan terjadi ketika

pemasukan padatan tersuspensi menuju perairan berkurang atau dalam kata lain

nilai TSS pada perairan menurun. Nilai kecerahan pada inlet merupakan yang

terendah seiring dengan tingginya kandungan padatan tersuspensi. Nilai

kecerahan yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan nilai

kecerahan pengamatan Effendi et al. (1996), yaitu 0,407 – 0,597 m. Perbedaan

waktu pengamatan diduga menjadi penyebab dari perbedaan hasil tersebut.

Kecerahan suatu perairan tentunya menjadi faktor yang penting untuk membentuk

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

65

daya tarik situ sebagai tempat berwisata. Perairan yang tampak keruh tentunya

tidak akan lebih menarik bagi pengunjung dibandingkan dengan perairan yang

jernih.

Kedalaman maksimum terukur ada pada bagian tengah situ, yaitu sedalam

7,5 m. Kedalaman rata-rata Situ Sawangan-Bojongsari adalah 3-4 m, dengan

kedalaman maksimum 8 m (Fakhrudin 1989; BLH Kota Depok 2011). Situ

Sawangan-Bojongsari dikenal sebagai situ yang terluas di Kota Depok. Selain itu,

situ ini juga diketahui sebagai situ yang cukup dalam. Menurut masyarakat sekitar

kedalaman maksimum Situ Sawangan-Bojongsari adalah sekitar 10 m. Hal ini

dianggap menjadi salah satu penghambat dalam pengembangan wisata air di situ

tersebut, karena perairan yang dalam dianggap dapat menimbulkan bahaya bagi

pengunjung atau wisatawan. Sebagian masyarakat pun masih menganggap situ ini

sebagai daerah yang menakutkan. Oleh karena itu, pengelola situ

mengembangkan wisata hanya pada bagian situ dengan kedalaman rata-rata.

4.5.3. Nilai pH

Nilai pH air Situ Sawangan-Bojongsari berkisar antara 6,13 – 6,59. Nilai ini

masih berada di dalam batas kisaran pH yang ditetapkan dalam baku mutu air

yaitu antara 6 – 9. Hasil pengukuran pH yang dilakukan oleh BLH Kota Depok

juga masih sesuai dengan baku mutu air. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa

air Situ Sawangan-Bojongsari masih berada dalam kondisi yang baik dari aspek

pH air untuk pemanfaatan rekreasi.

Nilai pH menjadi faktor yang penting dalam perairan karena nilai pH

menggambarkan suasana asam atau basa pada air. Suasana air akan

mempengaruhi kehidupan biologi di dalam air. Perubahan keasaman air, baik ke

arah alkali maupun asam, akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air

lainnya. Kondisi pH dapat mempengaruhi tingkat toksisitas suatu senyawa kimia,

proses biokimiawi perairan, dan proses metabolisme organisme air. Toksisitas

akut aluminium tertinggi bagi ikan terjadi pada pH antara 5 – 6 melalui

polimerisasi aluminium pada insang (Poléo 1995). Toksisitas aluminium

dipengaruhi oleh konsentrasi aluminium dalam air, pH, dan jenis organisme yang

terpapar (Dietrich & Schlatter 1989; Stephens & Ingram 2006). Jumlah amonia

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

66

tak terionisasi yang bersifat toksik bagi organisme perairan akan meningkat

seiring dengan peningkatan pH dan temperatur. Ikan yang hidup pada perairan

dengan nilai pH tinggi (alkalin) memiliki kandungan amonia yang lebih tinggi

pada tubuhnya dibandingkan dengan ikan yang hidup di perairan netral dan

mengalami gangguan ekskresi amonia tubuh (Scott et al. 2005). Air yang

memiliki pH sangat rendah atau bersifat asam dapat bersifat korosif yang

menyebabkan pengkaratan pada besi atau baja dan tentunya berbahaya pula bagi

manusia.

4.5.4. Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO)

Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut menunjukkan nilai yang

bervariasi, namun sebagian besar telah memenuhi baku mutu air untuk kebutuhan

rekreasi. Konsentrasi oksigen terlarut pada bagian inlet adalah 3,65 mg/L dan

pada bagian outlet adalah 3,85 mg/L. Kedua nilai tersebut berada di bawah nilai

baku mutu air sebesar 4 mg/L. Hal ini mengindikasikan tingginya kandungan

bahan organik yang terkandung dalam air pada dua bagian situ tersebut. Bagian

inlet adalah lokasi aliran masuk air menuju situ, sedangkan outlet adalah tempat

terakumulasinya berbagai zat yang terbawa aliran air situ menuju saluran keluar.

Data pemantauan BLH Kota Depok tahun 2010 justru menunjukkan konsentrasi

oksigen terlarut yang jauh lebih tinggi dari hasil pengukuran pada penelitian ini

untuk bagian outlet situ. Perbedaan waktu pengambilan sampel dan metode yang

digunakan dapat menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan tersebut.

Konsentrasi oksigen terlarut pada stasiun dekat lapangan golf menunjukkan

nilai yang hampir mendekati batas minimum yang ditetapkan dalam baku mutu.

Gulma air yang dibiarkan tumbuh begitu saja oleh pihak pengelola, baik oleh

Pokja Situ Sawangan maupun oleh pihak swasta, diduga menjadi penyebab

rendahnya kandungan oksigen terlarut pada daerah tersebut. Selain itu, waktu

pengambilan sampel yang bertepatan dengan pagi hari juga mempengaruhi

rendahnya oksigen terlarut yang terukur. Perairan dengan vegetasi akuatik

mengapung memiliki fluktuasi nilai oksigen terlarut yang lebih besar (rendah di

pagi hari dan tinggi di sore hari) dan memiliki periode anoksia yang lebih panjang

pada malam hari dibandingkan dengan konsentrasi oksigen terlarut di perairan

Page 29: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

67

terbuka (Reeder 2011). Populasi gulma air dapat mengurangi difusi oksigen ke

dalam air dan menurunkan oksigen terlarut pada air di bawahnya. Gulma air yang

mati akan tenggelam dan didegradasi oleh mikroorganisme air. Proses tersebut

membutuhkan sejumlah besar oksigen, sehingga konsentrasi oksigen terlarut

dapat menurun (Agustiyani 2004; Reeder 2011).

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar bagi organisme air. Kehidupan

organisme air bergantung pada kemampuan perairan untuk mempertahankan

konsentrasi oksigen pada tingkat kebutuhan hidup mereka. Konsentrasi oksigen

terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan organisme air

lainnya menderita, bahkan dapat berujung pada kematian. Hal ini menjadi

menarik ketika kondisi perairan dikaitkan dengan daya tarik wisata. Sumberdaya

perikanan yang dimiliki oleh Situ Sawangan-Bojongsari merupakan daya tarik

tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi situ tersebut, dan telah dimanfaatkan

oleh masyarakat sebagai bahan kuliner khas yang ditawarkan. Oleh karena itu,

perairan situ perlu dijaga kualitasnya agar pemanfaatan sumberdaya perikanan

lokal dapat tetap berlangsung.

4.5.5. Kebutuhan Oksigen Biologis/Biological Oxygen Demand (BOD)

Nilai BOD air Situ Sawangan-Bojongsari telah berada di atas Baku Mutu

Air Kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 pada beberapa stasiun

pengambilan sampel, yaitu pada lokasi dekat saung-saung atau warung makan di

Situ Sawangan (3,085 mg/L), bagian tengah situ (3,170 mg/L), dan dekat

permukiman warga Bojongsari (3,940 mg/L). Ketiga nilai BOD tersebut hanya

sedikit melebihi nilai BOD maksimal yang ditetapkan dalam baku mutu air yaitu

sebesar 3 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa Situ Sawangan-Bojongsari tidak

berada dalam kondisi tercemar berat. Meskipun begitu, kegiatan antropogenik

sekitar situ tetap perlu diwaspadai sebagai penyebab bertambahnya bahan

pencemar dalam perairan. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan tingginya bahan

buangan atau bahan organik mudah urai di dalam air. Bahan organik tersebut

dapat berasal dari kegiatan antropogenik di area saung-saung Situ Sawangan dan

area permukiman warga. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik

dalam air yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen

Page 30: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

68

yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik melalui proses

mikrobiologis (Fardiaz 2006).

4.5.6. Total Fosfat

Hasil pengukuran total fosfat permukaan Situ Sawangan-Bojongsari

menunjukkan nilai yang berkisar antara 0,155 – 0,219 mg/L dan hanya sampel

stasiun tengah situ yang memiliki nilai melebihi baku mutu air Kelas II PP No. 82

Tahun 2001 sebesar 0,2 mg/L. Konsentrasi total fosfat pada stasiun tengah situ

adalah 0,219 mg/L, sedangkan konsentrasi total fosfat stasiun dekat warung-

warung adalah 0,194 mg/L. Konsentrasi total fosfat yang tinggi tersebut dapat

disebabkan oleh aktivitas masyarakat di kawasan wisata Situ Sawangan. Limbah

hasil pencucian peralatan dapur dan lain sebagainya yang berasal dari warung-

warung di tepi situ dapat menyumbangkan sejumlah polutan fosfor ke dalam air.

Fosfor banyak digunakan sebagai bagian dari sabun atau detergen, pupuk, minyak

pelumas, produk makanan dan minuman, katalis, dan lain sebagainya (Perk 2006;

Effendi 2012). Pemupukan intensif yang biasa dilakukan pada rumput lapangan

golf tampaknya tidak memberikan dampak langsung terhadap peningkatan total

fosfat dalam air situ. Nilai kandungan total fosfat stasiun dekat lapangan golf yang

cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kandungan total fosfat di stasiun-

stasiun lainnya. Hal ini diduga terjadi karena lokasi lapangan golf cukup jauh dari

tepi situ dan terdapat komunitas tumbuhan akuatik pada tepi situ (tumbuhan

riparian). Tumbuhan riparian dimungkinkan mampu mengurangi pencemaran air

yang terjadi di sungai atau situ pada beberapa kasus (Wiriadinata & Setyowati

2003). Fosfat akan mengendap bersama beberapa logam pada kondisi oksik, dan

kompleks fosfat-logam tersebut akan kembali terdisosiasi ketika berada pada

lapisan anoksik (Dodds 2002).

Penyuburan perairan atau eutrofikasi dapat disebabkan oleh peningkatan

konsentrasi fosfor bersama dengan nitrogen (Sulastri 2003). Fosfor merupakan

salah satu unsur hara utama yang dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan

perairan untuk pertumbuhannya serta sering menjadi faktor pembatas

pertumbuhan. Situ Sawangan-Bojongsari cenderung kuat mengalami kondisi

hipereutrofik dengan kadar rata-rata Total Fosfor >0.1 mg/L sesuai dengan

Page 31: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

69

kriteria status trofik danau dalam Lampiran II Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009. Meskipun total fosfor tidak diukur pada

penelitian ini, namun konsentrasi total fosfat yang terukur sudah melebihi batas

minimum total fosfor untuk kondisi hipereutrofik. Hal ini berbeda dengan kondisi

Situ Sawangan-Bojongsari pada akhir tahun 1980-an, dimana hasil penelitian oleh

Hartoto dan Lubis (1989) menunjukkan konsentrasi ortofosfat pada air di

permukaan Situ Sawangan-Bojongsari berkisar antara 0,046 – 0,055 mg/L yang

menyebabkan situ dinyatakan berada pada kondisi eutrofik. Hal ini kemudian

diperkuat oleh hasil pengamatan Effendi et al. (1996) untuk total ortofosfat yaitu

berkisar antara 0,03 – 0,1 mg/L. Peningkatan konsentrasi total fosfor dan total

fosfat di dalam air Situ Sawangan-Bojongsari diduga terjadi seiring dengan

peningkatan aktivitas manusia di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari. Konsentrasi

total fosfat akan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi

total fosfor di dalam perairan (Hudson et al. 2000).

4.5.7. Nitrogen

Nitrogen yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu

amonia (NH3), nitrat (NO3-), dan nitrit (NO2

-). Hasil pengukuran amonia

menunjukkan bahwa konsentrasi amonia pada air situ dari semua stasiun

pengambilan sampel berkisar antara 0,231 – 0,448 mg/L dan telah melampaui

Baku Mutu Air Kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 sebesar 0,02 mg/L.

Hal ini menunjukkan bahwa dari aspek kandungan amonia dalam air, Situ

Sawangan-Bojongsari tidak memenuhi peruntukkannya bagi sarana/prasarana

rekreasi air. Hasil pengukuran kandungan nitrat pada air situ dari semua stasiun

pengambilan sampel memperlihatkan nilai berkisar antara 1,259 – 2,07 mg/L dan

berada jauh di bawah baku mutu air yang ditetapkan yaitu sebesar 10 mg/L. Hasil

pengukuran terhadap kandungan nitrit menunjukkan nilai berkisar antara 0,019 –

0,116 mg/L dan konsentrasi nitrit pada stasiun inlet, dekat permukiman warga

Bojongsari, dan outlet telah melebihi baku mutu air yang ditetapkan yaitu sebesar

0,06 mg/L. Konsentrasi nitrit pada stasiun inlet adalah 0,116 mg/L, dekat

permukiman warga Bojongsari adalah 0,100 mg/L, dan outlet adalah 0,065 mg/L.

Page 32: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

70

Nitrogen pada perairan Situ Sawangan-Bojongsari dapat berasal dari limbah

kegiatan antropogenik di sekitar situ maupun aliran permukaan menuju perairan

situ. Amonia pada perairan dapat berasal dari dekomposisi bahan organik oleh

mikroorganisme, pupuk, limbah industri dan domestik, serta limbah aktivitas

metabolisme (air seni dan tinja) (Alaerts & Santika 1984). Nitrat dapat berasal

dari partikel-partikel yang terbawa aliran permukaan menuju perairan atau pun

dari air hujan (Dodds 2002). Nitrat dan nitrit merupakan bentuk amonia yang

teroksidasi. Nitrit adalah bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat

sehingga keberadaannya bersifat sementara dan jumlahnya biasanya sedikit.

Konsentrasi nitrogen anorganik (amonia, nitrat, dan nitrit) yang tinggi pada

perairan menunjukkan adanya pencemaran. Amonia tak terionisasi adalah bentuk

nitrogen anorganik yang paling toksik, sedangkan nitrat dan ion amonium adalah

bentuk dengan tingkat toksisitas paling rendah. Amonia tak terionisasi (NH3)

merupakan senyawa nitrogen yang dapat menjadi ion amonium (NH4+) ketika

kondisi pH dan suhu menjadi rendah. Menurut Camargo dan Alonso (2006)

pencemaran nitrogen anorganik di perairan dapat menyebabkan terjadinya

asidifikasi perairan, eutrofikasi, dan efek toksik pada biota perairan, bahkan dapat

menimbulkan efek yang tidak diinginkan bagi kesehatan manusia dan

perekonomian masyarakat.

4.5.8. Minyak dan Lemak

Pencemaran minyak dan lemak akan sangat merugikan bagi pemanfaatan

perairan sebagai kawasan wisata. Pencemaran minyak dan lemak akan

menurunkan nilai estetika dari badan air dan menimbulkan gangguan kesehatan

terhadap manusia, bahkan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap (Suprijadi

1997). Kerugian lain yang ditimbulkan adalah terganggunya kehidupan biota air

dan berbagai proses yang berlangsung di dalam perairan sebagai akibat penurunan

penetrasi cahaya matahari dan oksigen ke dalam air (Fardiaz 2006).

Kandungan minyak dan lemak pada air permukaan situ menunjukkan nilai

yang masih berada di bawah Baku Mutu Air Kelas II yang ditetapkan dalam PP

No. 82 tahun 2001 yaitu sebesar 1 mg/L. Kandungan minyak dan lemak yang

rendah pada perairan Situ Sawangan-Bojongsari menunjukkan bahwa situ tersebut

Page 33: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

71

masih dalam kondisi baik untuk dijadikan sebagai lokasi wisata air. Pencemaran

minyak dan lemak pada Situ Sawangan-Bojongsari dapat berasal dari limbah hasil

aktivitas masyarakat, baik limbah domestik maupun limbah kegiatan wisata.

Warung-warung makan di kawasan wisata situ memiliki saluran buangan menuju

perairan situ.

4.5.9. Klorofil-a

Klorofil-a adalah pigmen yang berperan langsung di dalam reaksi terang

fotosintesis. Kandungan klorofil-a sering dijadikan sebagai indikator produktivitas

primer atau indikator tingkat trofik (kesuburan) suatu perairan karena klorofil-a

mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis (Nontji 1989). Pengukuran

kandungan klorofil-a pada perairan Situ Sawangan-Bojongsari menghasilkan nilai

berkisar antara 12,285 – 44,685 µg/L dengan rata-rata 25,296 µg/L. Nilai tersebut

menyebabkan perairan Situ Sawangan-Bojongsari tergolong ke dalam perairan

dengan status eutrofik (kadar rata-rata klorofil-a <15 µg/L) yang mengarah ke

hipereutrofik (kadar rata-rata klorofil-a >200 µg/L) berdasarkan kriteria status

trofik yang ditetapkan dalam Permen LH No. 28 Tahun 2009 tentang Daya

Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk. Pola variasi spasial

klorofil-a pada danau dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti distribusi sumber

pencemar, aliran air, dan angin pada area tersebut (Wang & Liu 2005). Menurut

Pan et al. (2009) faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi klorofil-a pada

perairan lentik seperti danau adalah kandungan total fosfor perairan.

Hasil pengukuran klorofil-a pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan

hasil pengukuran klorofil-a oleh Nontji dan Sunanisari (1989) yang menyebutkan

bahwa nilai rata-rata klorofil-a permukaan Situ Sawangan-Bojongsari bervariasi

antara 1,98 – 47,50 µg/L. Variasi nilai klorofil-a tersebut dinyatakan tidak

memiliki pola yang jelas terhadap variasi waktu. Tingkat trofik Situ Sawangan-

Bojongsari pada saat itu adalah mesotrofik yang mengarah pada eutrofik.

Perubahan kecenderungan tingkat trofik Situ Sawangan-Bojongsari diduga

disebabkan oleh peningkatan aktivitas masyarakat di sekitar situ dan perubahan

penggunaan lahan di sekitar situ. Indikator lain dari eutrofikasi ialah terdapatnya

Page 34: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

72

populasi tumbuhan air, Salvinia molesta, dalam jumlah besar yang sering

menutupi sebagian permukaan Situ Sawangan-Bojongsari.

4.5.10. Fecal Coli

Hasil pengukuran kandungan fecal coli pada air situ memperlihatkan bahwa

kandungan fecal coli telah melebihi Baku Mutu Air Kelas II berdasarkan PP No.

82 Tahun 2001 sebesar 1 000 Most Probable Number (MPN)/100 mL pada

beberapa stasiun pengambilan sampel. Kandungan fecal coli pada stasiun dekat

warung-warung Situ Sawangan adalah 2.210 MPN/100 mL, pada tengah situ

adalah 2.765 MPN/100 mL, pada inlet adalah 2.550 MPN/100 mL, dan pada

outlet adalah 2.719 MPN/100 mL. Pencemaran fecal coli diduga terjadi di bagian

situ yang berdekatan dengan saung-saung di area wisata Situ Sawangan, sebab

pada area tersebut terdapat kamar kecil/wc di tepian situ yang mana salah satu

saluran buangannya mengalir ke perairan situ. Pencemaran fecal coli juga terjadi

pada bagian inlet dan outlet situ yang merupakan tempat terakumulasinya limbah

dan buangan. Kandungan fecal coli yang tinggi pada bagian tengah situ diduga

disebabkan oleh akumulasi limbah atau buangan yang mengandung fecal coli dari

berbagai sumber sebelum akhirnya menuju outlet situ. Faktor lingkungan

eksternal, seperti tingkat presipitasi dan lokasi, serta faktor lingkungan internal,

yaitu komponen fisik-kimia air, mampu mempengaruhi kandungan dan distribusi

fecal coli di perairan. Padatan tersuspensi, suhu, pH, nutrien organik, dan nutrien

anorganik berkorelasi dengan konsentrasi fecal coli di perairan (Hong et al. 2010).

Bakteri pathogen perairan yang berasal dari pencemaran tinja manusia atau

hewan dapat dideteksi keberadaannya melalui keberadaan bakteri fecal coli

sebagai bakteri indikator (Madigan et al. 2009). Hal ini disebabkan oleh

keberadaan bakteri pathogen yang sulit untuk dideteksi dan konsentrasinya

cenderung rendah di perairan. Bakteri pathogen dapat menimbulkan penyakit atau

gangguan kesehatan secara umum pada manusia jika masuk ke dalam tubuh.

Bakteri Vibrio cholera dapat menyebabkan penyakit kolera pada manusia,

sedangkan beberapa galur (strain) dari bakteri Escherichia coli dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal dan diare berdarah (Mahin & Pancorbo

1999).

Page 35: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

73

Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari secara umum masih layak

untuk dimanfaatkan sebagai lokasi wisata air, namun hasil pengukuran kualitas air

pada beberapa pengamatan telah melebihi atau tidak sesuai dengan baku mutu air

yang ditetapkan. Penurunan kualitas air Situ Sawangan-Bojongsari dapat terjadi

dan prosesnya dipercepat oleh berbagai kegiatan antropogenik terhadap situ.

Kegiatan masyarakat yang berdampak negatif terhadap kualitas perairan situ

antara lain ialah pengurukan tepi atau sempadan situ menjadi lahan pertanian dan

peralihan sempadan situ menjadi lahan terbangun. Keduanya merupakan bentuk

pelanggaran terhadap Perda Kota Depok No. 18 Tahun 2003 tentang Garis

Sempadan. Selain itu, pembuangan limbah dan sampah domestik ke dalam

perairan situ juga dapat menurunkan kualitas air situ. Pemberian pakan ikan oleh

para pemilik keramba ikan di Situ Sawangan-Bojongsari dikhawatirkan juga dapat

menurunkan kualitas air situ jika dilakukan secara berlebihan.

Hal yang serupa dapat terjadi pada perairan yang menjadi bagian dari

kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Danau Ranau, Provinsi Sumatera

Selatan, yang merupakan sumber air vital bagi masyarakat lokal dan merupakan

aset pariwisata provinsi, mengalami penurunan kualitas air akibat pencemaran

limbah domestik (Zulkarnain et al. 2006). Menurut Sharma et al. (2010) kualitas

air di Danau Gundolav, India, telah menurun dari waktu ke waktu disebabkan oleh

masuknya sampah domestik, limbah rumah tangga, aliran permukaan dari

pertanian, dan limbah organik dari hewan dan manusia ke dalam perairan. Danau

Gundolav merupakan bagian dari kehidupan masyarakat setempat dalam hal

budaya, ekonomi, dan rekreasi serta mengalami tekanan akibat pertambahan

populasi penduduk. Danau Kalar Kahar, Pakistan mengalami degradasi kualitas

fisik, kimia, dan biologi perairan akibat sampah dan limbah yang berasal dari

berbagai kegiatan antropogenik, seperti kegiatan domestik, wisata, maupun

penambangan (Khan et al. 2011). Peristiwa-peristiwa tersebut tidak jauh berbeda

dengan yang terjadi di Situ Sawangan-Bojongsari yang juga menerima dampak

dari kegiatan masyarakat sekitar terhadap situ.

Hasil pengukuran total fosfat maupun klorofil-a pada perairan Situ

Sawangan-Bojongsari memberikan informasi dan menguatkan pernyataan bahwa

Situ Sawangan-Bojongsari tergolong perairan yang subur. Hampir sepanjang

Page 36: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

74

waktu pada permukaan air situ dapat ditemui gulma air, sebagian besar berupa

tumbuhan kapu-kapu dan eceng gondok. Keberadaan gulma air tersebut dapat

mengurangi estetika perairan dan mengganggu kegiatan wisata air situ. Jika gulma

air tersebut mati, maka gulma akan mengendap pada dasar perairan dan

menyebabkan pendangkalan situ. Oleh karena itu, kondisi trofik atau kesuburan

situ perlu mendapat perhatian dari pihak pengelola agar kualitas perairan dapat

selalu terjaga dan kegiatan wisata air pada situ tidak terhambat oleh hal tersebut.

4.6. Pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari

Hasil wawancara dengan pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari

memberikan informasi mengenai karakteristik pengunjung dan persepsi

pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari. Data persepsi pengunjung mengenai Situ

Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata mencakup persepsi mengenai

kondisi situ, kondisi fasilitas penunjang di area situ, biaya berwisata, serta

pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari.

4.6.1. Karakteristik Pengunjung

Kondisi umum pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari dijabarkan dalam

berbagai aspek sehingga diperoleh karakteristik pengunjung Situ Sawangan-

Bojongsari (Tabel 6). Karakteristik pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari secara

umum terlihat bervariasi, meskipun ada karakter yang bersifat dominan pada

beberapa parameter tertentu. Jumlah pengunjung laki-laki hampir berimbang

dengan jumlah pengunjung perempuan, yaitu masing-masing sebesar 58,33% dan

41,67%. Hal ini menunjukkan bahwa Situ Sawangan-Bojongsari memiliki daya

tarik tidak hanya bagi kaum laki-laki, namun juga bagi kaum perempuan.

Page 37: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

75

Tabel 6 Karakteristik pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari

ParameterJumlah pengunjung (%) Total pengunjung

Situ Sawangan Situ Bojongsari (%)

Jenis kelaminLaki-laki 16 (53,33) 19 (63,33) 35 (58,33)

Perempuan 14 (46,67) 11 (36,67) 25 (41,67)

Usia (tahun)

15 – 24 8 (26,67) 15 (50,00) 23 (38,33)

25 – 34 8 (26,67) 13 (43,33) 21 (35,00)

35 – 44 10 (33,33) 2 (6,67) 12 (20,00)

> 44 4 (13,33) 0 (0,00) 4 (6,67)

Pendidikan terakhir

SD 2 (6,67) 0 (0,00) 2 (3,33)

SMP 8 (26,67) 16 (53,33) 24 (40,00)

SMA/SMK 18 (60,00) 13 (43,33) 31 (51,67)

Tidak diketahui 2 (6,67) 1 (3,33) 2 (5,00)

Pekerjaan

PNS 1 (3,33) 0 (0,00) 1 (1,67)

Karyawan swasta 14 (46,67) 16 (53,33) 30 (50,00)

Wiraswasta 8 (26,67) 0 (0,00) 8 (13,33)

Pelajar 4 (13,33) 13 (43,33) 17 (28,33)

Lainnya 3 (10,00) 1 (3,33) 4 (6,67)

Pendapatan(Rp/bulan)

< 1 juta 9 (30,00) 15 (50,00) 24 (40,00)

1 – 2.5 juta 18 (60,00) 14 (46,67) 32 (53,33)

>2.5 juta 3 (10,00) 1 (3,33) 4 (6,67)

Tujuan kunjungan

Sekedar lewat 3 (10,00) 5 (16,67) 8 (13,33)

Wisata 26 (86,67) 20 (66,67) 46 (76,67)

Tidak tahu 0 (0,00) 5 (16,67) 5 (8,33)

Lainnya 1 (3,33) 0 (0,00) 1 (1,67)

Situ sebagai lokasiwisata

Tahu 25 (83,33) 22 (73,33) 47 (78,33)

Tidak tahu 5 (16,67) 8 (26,67) 13 (21,67)

Informasi situ

Teman 29 (96,67) 24 (80,00) 53 (88,33)

Keluarga 1 (3,33) 4 (13,33) 5 (8,33)

Lainnya 0 (0,00) 2 (6,67) 2 (3,33)

Frekuensikunjungan (dalam1 bulan)

1 – 2 kali 17 (56,67) 14 (46,67) 31 (51,67)

3 – 4 kali 5 (16,67) 1 (3,33) 6 (10,00)

Lainnya 8 (26,67) 15 (50,00) 23 (38,33)

Jarak situ daritempat tinggal (km)

<1 0 (0,00) 2 (6,67) 2 (3,33)

1 – 10 16 (53,50) 20 (66,67) 36 (60,00)

11 – 20 14 (46,67) 4 (13,33) 18 (30,00)

>20 0 (0,00) 4 (13,33) 4 (6,67)

Kegiatan di situBersantai 29 (96,67) 25 (83,33) 54 (90,00)

Bersepedaair/flying fox

1 (3,33) 5 (16,67) 6 (10,00)

Karakter pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari dapat dinilai melalui

parameter usia dan jenis pekerjaan pengunjung. Situ Sawangan-Bojongsari kerap

Page 38: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

76

kali dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai tingkatan usia. Situ Sawangan

terlihat memiliki jumlah pengunjung yang lebih tersebar merata pada variasi usia

dibandingkan dengan Situ Bojongsari yang didominasi oleh pengunjung berusia

15-24 tahun (50%) dan 25-34 tahun (43,33%). Hal ini sesuai dengan jenis

pekerjaan pengunjung yang dominan di Situ Bojongsari, yaitu karyawan swasta

(53,33%) dan pelajar (43,33%). Situ Bojongsari terlihat memiliki jumlah

pengunjung berusia muda dan berstatus pelajar lebih banyak dibandingkan dengan

Situ Sawangan yang memiliki pengunjung dominan berstatus karyawan swasta

(46,67%) diikuti wiraswasta (26,67%). Hal ini diduga disebabkan oleh

kenyamanan yang dirasakan oleh masing-masing individu di setiap lokasi situ,

termasuk fasilitas yang ditawarkan di dalamnya, biaya berwisata, arah

kedatangan, atau daerah asal pengunjung.

Kondisi pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan pendapatan pengunjung

situ dapat saling dikaitkan untuk melihat bentuk karakteristik pengunjung situ.

Sebagian besar pengunjung situ memiliki riwayat pendidikan terakhir setingkat

sekolah menengah, yaitu 51,67% pengunjung adalah lulusan Sekolah Menengah

Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) atau sederajat dan 40,00%

pengunjung merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat.

Jenis pekerjaan pengunjung situ yang dominan adalah karyawan swasta yaitu

sebanyak 50% dari total pengunjung. Data pendapatan pengunjung menunjukkan

bahwa sebanyak 53,33% pengunjung memiliki pendapatan Rp 1.000.000,00 –

2.000.000,00 per bulan, sedangkan 40% pengunjung memiliki pendapatan lebih

kecil dari Rp 1.000.000,00. Kondisi riwayat pendidikan terakhir, jenis pekerjaan,

dan jumlah pendapatan pengunjung mengindikasikan bahwa pengunjung Situ

Sawangan-Bojongsari sebagian besar berasal dari masyarakat golongan

menengah, baik golongan pendidikan menengah maupun perekonomian

menengah. Biaya yang dibutuhkan untuk berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari

memang cukup terjangkau, terutama bagi masyarakat golongan menengah ke

bawah. Hal serupa terjadi di kawasan wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan.

Menurut Indrasti (2002) pengunjung Situ Babakan didominasi oleh masyarakat

berpendidikan menengah dengan pendapatan yang tidak terlalu besar. Situ

Page 39: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

77

Babakan adalah tempat rekreasi dengan biaya terjangkau yang dapat didatangi

oleh masyarakat dengan karakteristik tersebut.

Tujuan berwisata menjadi tujuan yang dipilih oleh 76,67% pengunjung situ.

Hal ini menunjukkan bahwa Situ Sawangan-Bojongsari telah dikenal oleh

pengunjung sebagai salah satu destinasi wisata yang ada dalam daftar pilihan

mereka. Hal ini juga dapat dibuktikan oleh data yang menyatakan bahwa

sebanyak 78,33% responden pengunjung telah mengetahui bahwa Situ Sawangan-

Bojongsari merupakan salah satu situ yang dijadikan sebagai lokasi wisata air.

Sebanyak 83,33% pengunjung memperoleh informasi mengenai keberadaan Situ

Sawangan-Bojongsari dari teman mereka (83,33%), dan tidak ada responden yang

menyatakan memperoleh informasi tersebut dari media publikasi seperti

pamphlet, majalah, koran, dan sejenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan

untuk memperkenalkan Situ Sawangan-Bojongsari kepada masyarakat luas,

termasuk potensi situ sebagai daerah tujuan wisata, masih perlu dikembangkan.

Menurut Rahman (2010) promosi suatu objek wisata perlu memuat daya tarik dan

keunikan dari objek wisata tersebut sehingga mampu mengundang wisatawan

untuk datang berkunjung. Promosi dapat dijalankan apabila komponen pariwisata

yang ada telah dibenahi, disertai dengan atraksi menarik, aksesibilitas yang mudah

dan lancar, infrastruktur yang mantap serta fasilitas penunjang pariwisata yang

dapat memenuhi kebutuhan wisatawan.

Data frekuensi kunjungan menunjukkan bahwa sebanyak 51,67%

pengunjung memiliki rutinitas untuk mengunjungi Situ Sawangan-Bojongsari

dalam waktu 1-2 kali dalam sebulan. Frekuensi kunjungan yang tidak menentu

dimiliki oleh 38,33% pengunjung yang menyatakan bahwa mereka mengunjungi

Situ Sawangan-Bojongsari jika merasa ingin saja. Kenyamanan yang dirasakan

saat berada di situ serta jarak antara situ dengan tempat tinggal yang tidak terlalu

jauh dapat menjadi alasan bagi rutinitas kunjungan maupun keinginan untuk

mengunjungi situ.

Jarak yang ditempuh oleh pengunjung dari tempat tinggal mereka menuju

situ bervariasi. Sebanyak 60% pengunjung menempuh jarak berkisar antara 1-10

km dari tempat tinggal mereka menuju situ. Hal ini memperlihatkan bahwa

pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari dominan berasal dari masyarakat yang

Page 40: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

78

berdomisili di Kota Depok dan daerah sekitarnya, seperti Kota Tangerang Selatan

dan Kabupaten Bogor. Lokasi Situ Sawangan-Bojongsari memang cukup strategis

dan tidak terlalu jauh dari Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor.

Pengunjung Situ Bojongsari tampak lebih beragam dibandingkan dengan

pengunjung Situ Sawangan dalam hal ukuran jarak situ dengan tempat tinggal

pengunjung. Data pengunjung yang menempuh jarak lebih dari 20 km diperoleh

dari Situ Bojongsari, yaitu sebanyak 6,67% pengunjung. Hal ini disebabkan oleh

sesuatu hal yang bersifat kondisional, seperti ditemukannya beberapa pengunjung

situ yang sedang mengunjungi kerabatnya yang berdomisili di sekitar Situ

Bojongsari sehingga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Situ Bojongsari,

atau diduga karena faktor Situ Bojongsari yang dilalui oleh jalan alternatif

sehingga dirasa lebih mudah untuk dicapai.

Adapun kegiatan yang umumnya dilakukan oleh pengunjung selama

melakukan kunjungan ke situ, baik Situ Sawangan maupun Situ Bojongsari,

adalah bersantai (90%) dan kegiatan bersepeda air atau berseluncur di udara

dengan flying fox (10%). Kegiatan bersantai yang dimaksudkan adalah menikmati

keindahan alam dari tepian situ seperti bersantai di saung-saung tepi situ.

Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung selain bersantai yaitu bersepeda air

serta menaiki wahana flying fox tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh

kurangnya jumlah armada fasilitas wisata air, kondisi fasilitas yang kurang baik,

atau kurang bervariasinya jenis fasilitas wisata air yang ada.

4.6.2. Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Situ Sawangan-Bojongsari

Persepsi seseorang akan kawasan wisata yang dikunjunginya tentu akan

mempengaruhi motivasi orang tersebut untuk kembali mengunjungi tempat

tersebut atau tidak. Data persepsi pengunjung dapat digunakan untuk

menggambarkan permasalahan yang ada di suatu kawasan wisata maupun potensi

yang dimiliki oleh kawasan wisata tersebut.

4.6.2.1. Persepsi pengunjung mengenai kondisi umum Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,33% pengunjung menyatakan

kondisi jalan menuju Situ Sawangan-Bojongsari cukup baik dan 51,67%

Page 41: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

79

pengunjung menyatakan merasa mudah untuk mencapai Situ Sawangan-

Bojongsari (Tabel 7). Persepsi tersebut dapat terbentuk atas dasar kondisi akses

menuju Situ Sawangan-Bojongsari saat ini. Jalan menuju situ memang hampir

seluruhnya berada dalam kondisi beraspal, namun telah mengalami kerusakan

atau bahkan belum beraspal pada beberapa bagian. Betonisasi hanya dilakukan

pada sebagian Jalan Abdul Wahab yang menuju situ oleh Dinas Bimasda Kota

Depok pada tahun 2011. Oleh karena itu, peningkatan kualitas jalan menuju situ

masih perlu dilakukan. Lokasi Situ Sawangan-Bojongsari tidak jauh dari jalan

raya utama dan mudah dicapai baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan

umum.

Tabel 7 Persepsi pengunjung mengenai kondisi Situ Sawangan-Bojongsarisebagai kawasan wisata air

ParameterJumlah pengunjung (%) Total

pengunjung(%)Situ Sawangan Situ Bojongsari

Kondisi jalan menujusitu

Buruk 5 (16,67) 11 (36,67) 16 (26,67)

Cukup baik 19 (63,33) 13 (43,33) 32 (53,33)

Baik 6 (20,00) 6 (20,00) 12 (20,00)

Kemudahan mencapaisitu

Sulit 0 (0,00) 1 (3,33) 1 (1,67)

Cukup mudah 14 (46,67) 14 (46,67) 28 (46,67)

Mudah 16 (53,33) 15 (50,00) 31 (51,67)

Keindahan alam

Buruk 1 (3,33) 0 (0,00) 1 (1,67)

Cukup indah 22 (73,33) 15 (50,00) 37 (61,67)

Indah 7 (23,33) 15 (50,00) 22 (36,67)

Kebersihan lokasi Kotor 5 (16,67) 4 (13,33) 9 (15,00)

Cukup bersih 15 (50,00) 18 (60,00) 33 (55,00)

Bersih 10 (33,33) 8 (26,67) 18 (30,00)

KenyamananCukup nyaman 14 (46,67) 18 (60,00) 32 (53,33)

Nyaman 16 (53,33) 12 (40,00) 28 (46,67)

Kualitas air mendukungsitu sebagai kawasanwisata air

Tidak setuju 1 (3,33) 0 (0,00) 1 (1,67)

Kurang setuju 4 (13,33) 6 (20,00) 10 (16,67)

Setuju 25 (83,33) 24 (80,00) 49 (81,67)

Keanekaragaman floradan fauna di situmendukung situ sebagaikawasan wisata

Tidak setuju 2 (6,67) 2 (6,67) 4 (6,67)

Kurang setuju 3 (10,00) 5 (16,67) 8 (13,33)

Setuju 25 (83,33) 23 (76,67) 48 (80,00)

Page 42: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

80

Aksesibilitas kawasan wisata merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi keinginan seseorang untuk mengunjungi suatu kawasan wisata.

Menurut Khan et al. (1993) aksesibilitas adalah salah satu elemen yang dimiliki

oleh tempat tujuan wisata untuk membentuk faktor penarik pengunjung.

Aksesibilitas dapat meliputi jaringan angkutan, jaringan jalan, dan jaringan

pelayanan (Warpani & Warpani 2007). Akses yang mudah, aman, dan nyaman

menuju kawasan wisata tentu merupakan hal yang diharapkan dari pengunjung.

Persentase jumlah pengunjung yang menyatakan bahwa Situ Sawangan-

Bojongsari memiliki panorama alam yang cukup indah adalah 61,67%. Dari segi

kebersihan situ, hanya 55% pengunjung yang menyatakan bahwa lokasi situ

berada dalam kondisi cukup bersih. Pengunjung Situ Sawangan-Bojongsari

menyatakan senang merasakan udara sejuk di sekitar situ dan menikmati

pemandangan Situ Sawangan-Bojongsari yang tergolong masih alami. Pepohonan

yang tumbuh cukup rimbun di sempadan situ memberikan kesan sejuk dan juga

nyaman dipandang mata. Hal inilah yang mendasari 53,33% pengunjung

menyatakan bahwa mereka merasa cukup nyaman selama berada di Situ

Sawangan-Bojongsari. Meskipun sebagian besar pengunjung berpendapat bahwa

kondisi lokasi Situ Sawangan-Bojongsari telah cukup bersih, namun kondisi

kebersihan tersebut tetap perlu dibenahi. Sampah yang dibuang tidak pada

tempatnya masih dapat ditemukan di area wisata Situ Sawangan-Bojongsari, baik

dibuang ke perairan situ maupun ke sempadan situ.

Persepsi pengunjung terhadap parameter keindahan alam dan kebersihan

lokasi dapat menjadi indikator bagi tingkat kenyamanan pengunjung selama

berada di Situ Sawangan-Bojongsari. Suasana dan kondisi kawasan wisata

(termasuk keindahan alam, kondisinya terawat atau tidak) serta faktor kebersihan

terbukti berperan dalam menentukan tingkat kepuasan pengunjung selama berada

di suatu kawasan wisata (Putri et al. 2008). Kontribusi masing-masing faktor

tersebut terhadap tingkat kepuasan pengunjung berbeda-beda untuk setiap

kawasan wisata, sebab setiap kawasan wisata memiliki karakteristik tersendiri.

Kondisi kualitas air dan keanekaragaman flora dan fauna yang ada di situ

dapat mempengaruhi perkembangan pariwisata di Situ Sawangan-Bojongsari.

Sebanyak 81,67% dari total pengunjung situ menyatakan setuju bahwa kualitas air

Page 43: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

81

Situ Sawangan-Bojongsari telah mendukung situ sebagai kawasan wisata air. Hal

ini didasari oleh penampakan kondisi perairan situ yang luas dan airnya cukup

terbebas dari sampah dan limbah, sehingga tidak berbau dan mengganggu

kenyamanan pengunjung situ. Sebanyak 80% pengunjung setuju bahwa

keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di Situ Sawangan-Bojongsari telah

mendukung situ tersebut sebagai kawasan wisata. Pengunjung merasa senang

dengan kesejukan yang ditimbulkan oleh keberadaan pepohonan di sekitar area

situ. Keragaman jenis biota perairan Situ Sawangan-Bojongsari pun telah cukup

dikenal masyarakat, terutama bagi pecinta kegiatan memancing. Berbagai jenis

ikan dapat ditemukan di Situ Sawangan-Bojongsari, antara lain ikan mas, nilem,

mujair, nila, dan lain sebagainya. Selain itu, pengunjung juga kerap kali

disuguhkan pemandangan berupa anak-anak kecil atau masyarakat sekitar situ

yang sibuk menyelam mencari udang/lobster air tawar dan belut. Kualitas air situ

yang baik serta keanekaragaman flora dan fauna dapat menjadi daya tarik wisata

situ bagi pengunjung.

Persepsi pengunjung terhadap kondisi Situ Sawangan-Bojongsari sebagai

kawasan wisata air secara umum telah cukup baik, namun kondisi kebersihan

lokasi situ dan kualitas air situ perlu mendapat perhatian khusus dalam hal ini.

Kebersihan lokasi situ akan menentukan kenyamanan pengunjung Situ Sawangan-

Bojongsari. Kebersihan lokasi situ juga dapat mempengaruhi kualitas air situ.

Kualitas air situ dianggap masih layak untuk mendukung kegiatan wisata air. Hal

ini perlu dipertahankan, seiring dengan upaya peningkatan kualitas kebersihan

lokasi Situ Sawangan-Bojongsari. Baik pihak pengelola maupun pengunjung

perlu memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lokasi situ, jangan

sampai kegiatan wisata justru menurunkan kualitas lingkungan situ.

4.6.2.2. Persepsi pengunjung mengenai fasilitas di Situ Sawangan-Bojongsari

Persepsi pengunjung mengenai fasilitas wisata air dan kebersihan di Situ

Sawangan-Bojongsari menunjukkan bahwa masih perlu ada peningkatan kondisi

fasilitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Fasilitas penunjang kegiatan

wisata air dirasakan kurang lengkap oleh 73,33% pengunjung (Tabel 8).

Meskipun begitu, sebanyak 56,67% pengunjung menyatakan fasilitas penunjang

wisata air tersebut berada dalam kondisi cukup baik. Hal yang serupa terjadi pada

Page 44: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

82

kondisi fasilitas kebersihan di Situ Sawangan-Bojongsari. Fasilitas kebersihan

dirasakan kurang lengkap, namun kondisinya cukup baik. Hal ini dinyatakan

masing-masing oleh 68,33% dan 63,33% pengunjung.

Tabel 8 Persepsi pengunjung mengenai fasilitas di Situ Sawangan-Bojongsari

ParameterJumlah pengunjung (%) Total

pengunjung(%)Situ Sawangan Situ Bojongsari

Fasilitas penunjangwisata air

Kurang lengkap 23 (76,67) 21 (70,00) 44 (73,33)

Cukup lengkap 6 (20,00) 5 (16,67) 11 (18,33)

Lengkap 1 (3,33) 4 (13,33) 5 (8,33)

Kondisi fasilitaspenunjang wisata air

Buruk 4 (13,33) 3 (10,00) 7 (11,67)

Cukup baik 15 (50,00) 19 (63,33) 34 (56,67)

Baik 11 (36,67) 8 (26,67) 19 (31,67)

Fasilitas kebersihanKurang lengkap 22 (73,33) 19 (63,33) 41 (68,33)

Cukup lengkap 8 (26,67) 7 (23,33) 15 (25,00)

Lengkap 0 (0,00) 4 (13,33) 4 (6,67)

Kondisi fasilitaskebersihan

Buruk 3 (10,00) 4 (13,33) 7 (11,67)

Cukup baik 18 (60,00) 20 (66,67) 38 (63,33)

Baik 9 (30,00) 6 (20,00) 25 (25,00)

Hal yang mendasari persepsi pengunjung terhadap fasilitas penunjang wisata

air dapat dilihat langsung dari kondisi fasilitas tersebut di Situ Sawangan-

Bojongsari. Sejumlah armada sepeda air Situ Sawangan sudah tidak digunakan

karena rusak, padahal pengadaan fasilitas sepeda air tersebut baru berusia sekitar

satu tahun. Perawatan yang minim dari pihak pengelola fasilitas sepeda air diduga

sebagai penyebabnya. Kondisi serupa juga terjadi pada fasilitas flying fox di Situ

Sawangan yang tampak kurang terawat. Hal ini tentu sangat disayangkan ketika

fasilitas tersebut menjadi tidak dapat termanfaatkan secara maksimal. Hal yang

berbeda ditemukan di Situ Bojongsari yang justru mengalami kekurangan armada

fasilitas sepeda air.

Fasilitas kebersihan pun mengalami kondisi yang serupa. Kondisi kamar

kecil/WC yang ada cukup memprihatinkan dan terkesan tidak terawat. Belum lagi

sering tidak tersedia cukup air bersih yang dapat digunakan oleh pengunjung di

dalam kamar kecil/WC tersebut. Selain itu, terdapat lubang besar yang

dimanfaatkan oleh para pemilik warung sebagai tempat pembuangan sampah, baik

sampah berupa dedaunan maupun sampah hasil aktivitas wisata pengunjung, di

Page 45: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

83

area wisata Situ Sawangan (Gambar 11). Tempat pembuangan sampah tersebut

menyebabkan berkurangnya estetika area wisata situ dan tidak menutup

kemungkinan dapat menimbulkan kerugian lainnya, seperti bau yang tidak sedap

ataupun berkembangnya bibit penyakit.

Menurut Azkha (2007) terdapat beberapa prasarana dasar yang termasuk ke

dalam ruang lingkup pariwisata sehat yaitu :

a. Tersedia sarana air bersih yang terjamin jumlah maupun kualitasnya.

b. Tersedia kamar mandi/WC yang bersih, tidak berbau, cukup air, dan cukup

cahaya serta mencukupi untuk jumlah pengunjung.

c. Terdapat Tempat Pembuangan Sampah sementara yang bersih dan tertutup

setiap jarak 100 m, dan dapat dilengkapi dengan papan himbauan agar setiap

orang membuang sampah pada tempatnya.

d. Terdapat saluran pembuangan yang bersih dan mengalir.

Kebersihan lingkungan sangat berkaitan dengan kesehatan masyarakat.

Pembuangan dan penanganan sampah yang tidak tepat akan mengurangi

kebersihan, kesehatan, dan estetika lingkungan. Limbah cair domestik yang

berasal dari kamar mandi/WC, pencucian, dan dapur dapat menimbulkan

pencemaran air, baik air tanah, sumur, atau air permukaan. Tidak tersedianya

tempat pengelolaan sampah, kurang baiknya sarana sanitasi seperti kamar

mandi/WC, dan saluran air yang tidak baik juga dapat mengurangi kebersihan di

kawasan wisata. Berbagai kondisi fisik tersebut dapat memicu lingkungan

Gambar 11 Tempat pembuangan sampah di area wisata Situ Sawangan.

Page 46: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

84

biologis untuk memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan. Virus, bakteri,

cacing, dan parasit lainnya dapat menimbulkan penyakit. Begitu juga dengan

hewan seperti nyamuk, lalat, tikus, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai

perantara penyakit menular.

Peningkatan kondisi fasilitas penunjang wisata air perlu dilakukan oleh

pengelola Situ Sawangan-Bojongsari. Pengelola wisata Situ Sawangan-Bojongsari

perlu untuk menambah jumlah dan jenis fasilitas wisata air yang ditawarkan,

selain itu perawatan terhadap fasilitas-fasilitas tersebut juga perlu dilakukan..

Adapun fasilitas wisata yang diharapkan oleh pengunjung dapat tersedia di Situ

Sawangan-Bojongsari adalah permainan anak-anak, taman, flying fox (untuk Situ

Bojongsari), perahu, serta lahan parkir yang lebih luas dan teratur. Perbaikan

terhadap kondisi fasilitas kebersihan Situ Sawangan-Bojongsari juga perlu

dilakukan. Pengunjung mengharapkan ada perbaikan pada kondisi kamar

kecil/WC yang disediakan di area situ dan penambahan jumlah tempat sampah

yang disediakan di beberapa sudut area wisata.

Kondisi fasilitas penunjang wisata dan kebersihan merupakan faktor penting

di dalam pengembangan wisata suatu area. Keragaman jenis atraksi wisata yang

ditawarkan akan menarik keinginan masyarakat untuk mengunjungi area wisata

tersebut. Selain itu, kondisi fasilitas wisata juga perlu diperhatikan sebab faktor

kenyamanan dan keamanan pengunjung adalah yang terpenting. Kebersihan

lingkungan kawasan wisata sangat penting untuk diperhatikan dan dijaga oleh

segenap pihak yang bersentuhan dengan kawasan tersebut. Kondisi fasilitas

kebersihan yang ada mencerminkan sistem pengelolaan kawasan wisata. Fasilitas

kebersihan yang ada diharapkan memperhatikan aspek kesehatan pengunjung dan

sanitasi lingkungan.

4.6.2.3. Persepsi pengunjung mengenai keberadaan gulma air dan kerambaikan di Situ Sawangan-Bojongsari

Gulma air dan keramba ikan yang terdapat di Situ Sawangan-Bojongsari

perlu mendapat perhatian yang cukup serius. Keberadaan gulma air dan keramba

ikan dapat mengurangi nilai estetika situ. Selain itu, ledakan populasi gulma air

juga dapat menjadi indikasi bahwa telah terjadi peristiwa pengayaan unsur hara

pada perairan (Gambar 12). Jumlah keramba ikan di Situ Sawangan-Bojongsari

Page 47: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

85

tidak terlalu banyak, tetapi keberadaannya tetap harus diwaspadai terutama dalam

hal penggunaan pakan ikan. Keramba ikan yang telah tidak digunakan namun

dibiarkan terbengkalai begitu saja sangat mengganggu pemandangan dan dapat

menurunkan nilai estetika situ (Gambar 13). Kedua peristiwa tersebut tentu akan

mempengaruhi pemanfaatan dan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari

sebagai kawasan wisata air.

Persepsi pengunjung terhadap keberadaan gulma air dan keramba ikan

menyiratkan bahwa perlu ada pengawasan terhadap hal-hal yang dapat

mengurangi estetika situ. Pendapat setuju dikemukakan oleh 63,33% pengunjung

terhadap pernyataan bahwa ledakan populasi gulma air, seperti kapu-kapu dan

eceng gondok, dapat mengurangi keindahan situ (Tabel 9). Alasannya adalah situ

menjadi terlihat kotor dan tidak terawat jika permukaannya tertutupi oleh gulma

air. Namun, sebanyak 10% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Tumbuhan kapu-kapu atau eceng gondok dianggap justru dapat

menambah keindahan situ sebab menambah nuansa hijau dan segar pada situ.

Pendapat serupa ditemukan pada perihal keberadaan keramba ikan di Situ

Sawangan-Bojongsari. Sebanyak 61,67% pengunjung menyatakan setuju bahwa

keberadaan keramba ikan di Situ Sawangan-Bojongsari dapat mengurangi

keindahan situ. Hal ini diiringi dengan pernyataan oleh 58,33% pengunjung yang

merasa perlu untuk diadakan pengaturan lokasi dan jumlah keramba ikan di Situ

Sawangan-Bojongsari. Pengelola Situ Sawangan-Bojongsari diharapkan dapat

Gambar 12 Ledakan populasi gulma airdi Situ Sawangan.

Gambar 13 Keramba ikan yang dibiarkanterbengkalai di tepi situ.

Page 48: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

86

menyikapi pendapat pengunjung terkait keindahan situ tersebut ke dalam bentuk

pengelolaan situ yang lebih baik.

Tabel 9 Persepsi pengunjung mengenai keberadaan gulma air dan keramba ikandi Situ Sawangan-Bojongsari

ParameterJumlah pengunjung (%)

Totalpengunjung

Situ Sawangan Situ Bojongsari (%)

Ledakan populasi gulma airmengurangi keindahan situ

Tidak setuju 3 (10,00) 3 (10,00) 6 (10,00)

Kurang setuju 11 (36,67) 5 (16,67) 16 (26,67)

Setuju 16 (53,33) 22 (73,33) 38 (63,33)

Keberadaan keramba ikanmengurangi keindahan situ

Tidak setuju 4 (13,33) 8 (26,67) 12 (20,00

Kurang setuju 7 (23,33) 4 (13,33) 11 (18,33)

Setuju 19 (63,33) 18 (60,00) 37 (61,67)

Perlu ada pengaturan lokasidan jumlah keramba ikan

Tidak perlu 5 (16,67) 11 (36,67) 16 (26,67)

Cukup perlu 6 (20,00) 3 (10,00) 9 (15,00)

Perlu 19 (63,33) 16 (53,33) 35 (58,33)

Gulma air hampir selalu menutupi permukaan air Situ Sawangan-

Bojongsari, bahkan terkadang dalam luasan yang cukup besar. Hartoto dan

Sunanisari (1989) menyebutkan bahwa ledakan populasi tumbuhan mengapung,

Salvinia molesta, telah sering terjadi di Situ Sawangan-Bojongsari, dan terkadang

menutupi sebagian besar permukaan air situ. Hal ini menunjukkan bahwa ledakan

populasi gulma air diketahui telah lama menjadi permasalahan di Situ Sawangan-

Bojongsari. Oleh sebab itu, pengelola situ tidak boleh berhenti berupaya

mengatasi permasalahan eutrofikasi ini. Eutrofikasi dapat menurunkan kualitas

lingkungan perairan situ dan mampu mengurangi keindahan situ menurut

pengunjung situ.

Penanggulangan pertumbuhan gulma air yang melimpah dapat dilakukan

dengan cara fisik, kimia, maupun biologi. Penanggulangan secara fisik dilakukan

dengan sistem pengangkatan langsung tumbuhan dari air, kemudian dibuang ke

lokasi tertentu di luar perairan situ. Cara ini adalah yang paling umum digunakan

oleh pengelola Situ Sawangan-Bojongsari. Cara ini membutuhkan pengorbanan

tenaga yang cukup besar ditambah dengan pengeluaran dana masyarakat untuk

biaya pelaksanaannya. Tumbuhan air yang sudah diangkat diletakkan di tepi situ

dan dibiarkan hingga membusuk. Pengelola Situ Sawangan mengaku bahwa

Page 49: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

87

terkadang ada pihak yang datang untuk meminta tumbuhan tersebut untuk

kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk atau untuk kebutuhan lainnya. Menurut

Widjaja (1999) massa tumbuhan air yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan

sebagai pakan hewan, kompos, biogas, kerajinan tangan, dan lain sebagainya,

meskipun hal ini biasanya hanya terdapat dalam skala kecil. Penanggulangan

secara kimiawi dapat dilakukan dengan zat-zat kimia penghambat pertumbuhan

atau pembasmi gulma air, namun hal ini diketahui belum pernah dilakukan di Situ

Sawangan-Bojongsari.

Menurut Pokja Situ Bojongsari penanggulangan gulma air secara biologi

sudah pernah dilakukan di Situ Sawangan-Bojongsari. Introduksi ikan herbivora

grass carp (Ctenopharyngodon idella) ke perairan Situ Sawangan-Bojongsari

pernah dilakukan untuk memangsa gulma air, namun tampaknya penanggulangan

tersebut belum berhasil untuk mengendalikan gulma air pada situ.

Penanggulangan gulma air secara biologi juga dapat dilakukan dengan

memanfaatkan serangga musuh alami gulma air. Julien et al. (2002) menyebutkan

bahwa terdapat beberapa jenis serangga yang dapat bertindak sebagai agen

pengendali hayati (biological control agent) yang merupakan musuh alami dari

tumbuhan S. molesta, yaitu Cyrtobagous salviniae, Samea multiplicalis, dan

Paulinia acuminata. Cyrtobagous salviniae terbukti berhasil mengendalikan S.

molesta di beberapa negara tropis, subtropis, bahkan beriklim sedang.

Penanggulangan permasalahan gulma air eceng gondok (Eichhornia crassipes)

pada perairan dapat dilakukan melalui introduksi agen pengendali hayati berupa

serangga Neochetina eichhorniae dan N. bruchi, pengikutsertaan masyarakat lokal

dalam upaya tersebut, serta melalui program-program edukasi kepada masyarakat

(Nang’alelwa 2008).

Keberadaan keramba ikan dapat memberikan dampak negatif terhadap

kualitas perairan situ, bahkan terhadap perekonomian, ketika tidak ditangani

dengan teknik pengelolaan yang baik. Kasus kematian ikan yang dipelihara di

keramba jaring apung (KJA) secara massal pernah terjadi di Danau Maninjau

pada tahun 1997 dan tahun 2009 (Pusat Penelitian Limnologi-LIPI 2009).

Kematian ikan tersebut disebabkan oleh naiknya kolom air lapisan bawah yang

miskin oksigen dan mengandung senyawa toksik seperti H2S, NO2, dan NH3 ke

Page 50: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

88

lapisan atas (upwelling). Penumpukan bahan organik pada dasar danau berasal

dari sisa pakan dari aktivitas pemeliharaan ikan di KJA. Jumlah KJA yang ada di

Danau Maninjau pada saat itu mencapai sekitar 15.000 unit dan telah melebihi

daya dukung KJA yang hanya sebanyak 6.500 unit. Pengembangan KJA secara

terus-menerus tanpa memperhatikan daya dukung perairan sudah jelas tidak hanya

berdampak buruk bagi kualitas perairan, tetapi juga dapat menimbulkan kerugian

dari segi ekonomi.

Kematian ikan secara massal juga diberitakan pernah terjadi pada keramba-

keramba ikan di Situ Rawa Besar, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok pada

tahun 2004 (Anonim 2004). Hal tersebut disebabkan salah satunya oleh

perputaran lapisan air akibat turunnya hujan sehingga lapisan dasar perairan yang

mengandung banyak endapan sisa pakan ikan naik ke atas. Ikan-ikan tersebut

diduga mati akibat kadar oksigen yang rendah pada air situ. Pembongkaran

terhadap kurang lebih 1.500 keramba ikan di Situ Rawa Besar dilakukan pada

tahun 2008 (Virdhani 2008), namun diketahui bahwa keramba-keramba ikan di

situ tersebut kini telah mulai bermunculan kembali dengan jumlah kurang lebih 50

unit (LSM Dewa Kota Depok 2011). Peristiwa-peristiwa seperti yang diuraikan di

atas adalah hal yang ingin dihindari oleh Pemerintah Kota Depok, seperti yang

disampaikan oleh pihak Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok.

Hasil wawancara dengan responden pakar memberikan informasi bahwa

pengembangan keramba ikan di situ-situ di Kota Depok merupakan satu bentuk

pelanggaran terhadap Perda Kota Depok Nomor 14 tahun 2001 tentang Ketertiban

Umum. Namun, jika melihat kepada isi dari peraturan itu sendiri, hanya

ditemukan bagian yang mengatur ketertiban umum pada sungai, saluran, dan

kolam dan tidak ada bagian yang menyebutkan atau menyiratkan bahwa dilarang

mendirikan keramba ikan pada situ-situ di Kota Depok. Meskipun Pemerintah

Kota Depok berpendapat bahwa keberadaan keramba ikan pada situ telah

dilarang, di dalam Peraturan Kota Depok Nomor 22 tahun 2003 tentang Izin

Usaha Perikanan, Peternakan, dan Pemotongan Hewan justru disebutkan bahwa

usaha perikanan diperbolehkan dengan aturan sebagai berikut:

1. Usaha perikanan dapat diselenggarakan dalam bentuk: a) Usaha perseorangan;

b) Usaha kelompok; c) Perusahaan/Badan (Pasal 2 ayat (1)).

Page 51: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

89

2. Usaha perikanan terdiri atas: a) Usaha pembudidayaan ikan di air tawar; b)

Usaha pemasaran/penampungan hasil-hasil perikanan; c) Usaha pengolahan

ikan (Pasal 2 ayat (2)).

3. Setiap penyelenggara usaha perikanan wajib memiliki izin Usaha Perikanan

dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 3 ayat (1)).

4. Izin Usaha Perikanan tidak diperlukan bagi:

Usaha pembudidayaan ikan pada keramba jaring apung tidak lebih dari 4 unit

(1 unit = 7x7x2,5 m3), keramba tidak lebih dari 50 buah (1 buah = 4x2 m2)

(Pasal 3 ayat (2) butir d).

Pemerintah Kota Depok perlu memperjelas dan mensosialisasikan aturan

mengenai KJA ini kepada masyarakat. Jangan sampai terjadi kesalahpahaman

atau penghilangan hak masyarakat akibat kerancuan aturan tersebut.

Dalam pengembangan KJA diperlukan perhatian terhadap beberapa faktor

penting. Menurut Nurhakim (2004) faktor yang harus dipertimbangkan dalam

penentuan lokasi penempatan KJA pada situ adalah: 1) kualitas air yang

mendukung kehidupan ikan; 2) faktor kedalaman dan tata ruang perairan situ

berkaitan dengan rencana pengembangan situ yang akan dilakukan; 3) pola aliran

air dan kecepatan arus air; dan 4) Jumlah KJA maksimal yang dapat ditampung

oleh lokasi yang dipilih (daya dukung untuk KJA). Usaha budidaya ikan dengan

sistem KJA membutuhkan kedalaman air minimum 4-5 m dan kecepatan arus di

lokasi keramba tidak kurang dari 5-10 m/detik (Suyanto 1999). Saputra (1988)

dalam Ismane (2002) menyebutkan bahwa usaha budidaya ikan dalam KJA perlu

mempertimbangkan aspek ekologi, biologi, dan ekonomi. Aspek ekologi

berkaitan dengan kualitas air yang merupakan lingkungan hidup bagi ikan. Aspek

biologi berhubungan dengan pemilihan benih yang baik dari sisi genetik dan

fisiologi sehingga memiliki pertumbuhan yang baik. Pertimbangan ekonomi

berhubungan dengan usaha menekan biaya produksi, perhitungan biaya investasi,

pemilihan jenis usaha, dan perkiraan keuntungan usaha.

Penertiban keramba ikan membutuhkan kehati-hatian dalam

pelaksanaannya. Keramba ikan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi

segelintir warga masyarakat meskipun persepsi sebagian besar pengunjung

menyatakan keberadaan keramba ikan dapat mengurangi keindahan situ.

Page 52: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

90

Informasi yang diperoleh dari Forum Pokja Situ menyebutkan bahwa penertiban

dapat dilakukan pada situ yang akan dikembangkan secara serius menjadi

kawasan wisata air di Kota Depok. Namun, pelaksanaan hal tersebut sebaiknya

mempertimbangkan kepentingan masyarakat pemilik keramba. Uang ganti rugi

dapat diberikan jika memang keramba ikan milik warga masyarakat akan

dibenahi, tentunya berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak pengelola

dengan warga. Ketegasan dari pihak pengelola dibutuhkan dalam hal ini, termasuk

terhadap keramba-keramba yang sudah tidak digunakan.

Pengaturan lokasi dan jumlah keramba ikan dapat menjadi salah satu

alternatif dalam upaya penertiban keramba ikan pada situ agar tidak menimbulkan

dampak negatif terhadap kelestarian situ. Hal ini dapat diwujudkan melalui

penerapan sistem zonasi situ. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik

pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan

potensi sumberdaya, daya dukung, dan proses-proses ekologis (KLH 2011).

Pedoman zonasi ekosistem situ memang belum tersedia hingga saat ini. Namun,

tidak ada salahnya jika hal tersebut mulai dikembangkan dari sekarang,

mengingat pentingnya pemanfaatan situ yang berkelanjutan. Penetapan zonasi situ

akan mempertimbangkan kajian-kajian aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan

budaya masyarakat. Nurhakim (2004) memberikan beberapa bentuk strategi

pengelolaan keramba jaring apung (KJA) yang dapat dilakukan untuk mendukung

Situ Babakan sebagai kawasan wisata, yaitu melalui perbaikan pengelolaan

budidaya ikan, pembentukan kelembagaan petani ikan, dan pembagian perairan

Situ Babakan ke dalam dua zona, yaitu zona rekreasi dan zona budidaya (KJA).

Jumlah keramba ikan di Situ Sawangan-Bojongsari tidak sebanyak keramba ikan

di Situ Babakan, namun pembagian perairan menjadi beberapa zona juga dapat

diterapkan di Situ Sawangan-Bojongsari. Pemanfaatan perairan Situ Sawangan-

Bojongsari meliputi wisata air, keramba ikan, pemancingan, penangkapan ikan,

dan pertanian.

4.6.3. Persepsi Pengunjung terhadap Biaya Berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari

Persepsi pengunjung terhadap jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama

berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari disajikan pada Tabel 10. Jumlah

Page 53: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

91

pengunjung yang menyatakan biaya berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari

adalah murah (38,33%) hampir imbang dengan jumlah pengunjung yang

berpendapat bahwa biaya berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari adalah sedang

atau cukup terjangkau (36,67%). Namun, ada juga responden yang menyatakan

bahwa biaya berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari adalah sangat murah, yaitu

sebanyak 25% dari total responden pengunjung. Tidak ada responden yang

berpendapat bahwa biaya berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari adalah mahal

atau sangat mahal. Baik pengelola Situ Sawangan maupun Situ Bojongsari

memang tidak menetapkan biaya masuk yang tinggi, bahkan Situ Bojongsari tidak

menetapkan adanya biaya masuk situ.

Tabel 10 Persepsi pengunjung mengenai biaya berwisata di Situ Sawangan-Bojongsari

ParameterJumlah pengunjung (%) Total

pengunjung(%)Situ Sawangan Situ Bojongsari

Biaya berwisata/berekreasidi situ

Sangat murah 4 (13,33) 11 (36,67) 15 (25,00)

Murah 12 (40,00) 11 (36,67) 23 (38,33)

Sedang 14 (46,67) 8 (26,67) 22 (36,67)

4.6.4. Persepsi Pengunjung terhadap Pengelolaan Kualitas Perairan SituSawangan-Bojongsari

Persepsi pengunjung terhadap berbagai hal terkait kondisi situ maupun

wisata air situ pada akhirnya membentuk suatu persepsi mengenai kepentingan

pengelolaan kualitas perairan di Situ Sawangan-Bojongsari. Tabel 11

memperlihatkan bahwa 95% pengunjung setuju jika akan dilakukan pengelolaan

kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari. Berbagai alasan diberikan oleh

responden, diantaranya adalah agar situ tampak lebih indah dan rapi serta untuk

mendukung situ sebagai kawasan wisata. Namun ternyata, sejumlah 5%

pengunjung menyatakan tidak setuju jika diadakan pengelolaan kualitas perairan

Situ Sawangan-Bojongsari. Adapun alasan yang diutarakan oleh sebagian kecil

responden pengunjung tersebut yaitu pengelolaan situ justru dianggap akan

mengurangi kealamian Situ Sawangan-Bojongsari.

Page 54: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

92

Tabel 11 Persepsi pengunjung mengenai akan dilakukannya pengelolaan kualitasperairan Situ Sawangan-Bojongsari

ParameterJumlah pengunjung (%) Total

pengunjung(%)Situ Sawangan Situ Bojongsari

Dilakukan pengelolaankualitas perairan SituSawangan-Bojongsari

Tidak setuju 0 (0,00) 3 (10,00) 3 (5,00)

Setuju 30 (100,00) 27 (90,00) 57 (95,00)

Data persepsi pengunjung yang telah dijabarkan dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi untuk pengelolaan situ dan wisata air situ yang telah berjalan

selama ini, bahkan menjadi bahan acuan untuk pengembangan pemanfaatan situ,

terutama situ sebagai kawasan wisata air. Upaya peningkatan perlu dilakukan

terhadap parameter kondisi jalan menuju situ, kebersihan lokasi situ, fasilitas

penunjang wisata air, dan fasilitas kebersihan. Kualitas perairan situ yang

dirasakan telah cukup baik untuk mendukung situ sebagai kawasan wisata air

perlu dijaga melalui serangkaian kegiatan pengelolaan kualitas perairan situ.

Permasalahan gulma air dan keramba ikan pada situ juga diharapkan dapat diatasi

melalui hal tersebut.

Situ Sawangan-Bojongsari sebagai suatu kawasan wisata berbasiskan alam

dapat dikelola dengan konsep ekowisata. Ekowisata sebagai pendekatan

pengembangan merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya

pariwisata secara ramah lingkungan (Damanik & Weber 2006). Beeton (2000)

menyatakan bahwa terdapat tiga elemen utama di dalam ekowisata yaitu

ekowisata adalah berbasiskan alam, bersifat edukatif (edukasi mengenai

lingkungan), dan dikelola dengan cara-cara berkelanjutan. Persepsi pengunjung

terhadap kondisi situ dan pengembangan wisata air situ secara tidak langsung

menunjukkan tingkat kepedulian dan pengetahuan pengunjung mengenai

lingkungan perairan situ. Sebagai contoh, pengunjung memandang tumbuhan air

sebagai komponen penambah keindahan situ tanpa mengetahui kerugian yang

dapat ditimbulkan dari ledakan populasi tumbuhan air tersebut, atau pengunjung

menganggap pengelolaan kualitas perairan justru dapat merusak kealamian situ

dan bukan justru menambah nilai manfaat situ. Ada baiknya jika pihak pengelola

berusaha memasukkan nilai-nilai pendidikan lingkungan perairan situ ke dalam

kegiatan wisata air yang mereka jalankan, sehingga pengunjung dapat

Page 55: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

93

memperoleh pengetahuan mengenai lingkungan perairan situ. Hal selanjutnya

yang diharapkan akan timbul yaitu keinginan pengunjung untuk ikut serta dalam

pelestarian situ. Edukasi mengenai lingkungan perairan situ dapat diwujudkan

antara lain dengan cara-cara sederhana seperti pemberian informasi mengenai

fungsi dan manfaat situ atau keanekaragaman hayati pada situ melalui papan

informasi yang disediakan oleh pihak pengelola atau bisa juga melalui pemberian

contoh tindakan cinta lingkungan oleh pengelola situ kepada para pengunjung.

4.7. Masyarakat Sekitar Situ Sawangan-Bojongsari

Data mengenai masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari meliputi data

karakteristik masyarakat, tingkat pengetahuan masyarakat tentang situ dan

pengembangan wisata air, persepsi masyarakat tentang Situ Sawangan-Bojongsari

sebagai kawasan wisata air, dan kesediaan masyarakat dalam pengelolaan situ dan

pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air.

Masyarakat sekitar situ yang dimaksud adalah masyarakat yang biasa melakukan

aktivitas kesehariannya di area Situ Sawangan-Bojongsari. Penelitian terhadap

berbagai parameter tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

kondisi masyarakat di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari.

4.7.1. Karakteristik Masyarakat Sekitar Situ Sawangan-Bojongsari

Masyarakat yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini sebagian

besar terdiri dari warga Kelurahan Sawangan Lama dan Kelurahan Bojongsari

Lama, dan hanya beberapa yang merupakan warga daerah-daerah lain di sekitar

Sawangan dan Bojongsari, seperti Kelurahan Kedaung atau Kelurahan Cinangka.

Jumlah warga masyarakat yang diamati adalah 53 orang, terdiri dari 62,26% laki-

laki dan 37,74% perempuan (Tabel 12). Hal ini menunjukkan bahwa warga

masyarakat yang lebih sering beraktivitas di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari

berasal dari kaum laki-laki. Variasi kegiatan masyarakat yang biasa dilakukan di

sekitar situ yaitu memancing, menjala ikan, berjualan makanan dan minuman,

atau sekedar berkumpul dan mengobrol. Anggota-anggota Pokja Situ yang

bertanggung jawab terhadap kegiatan wisata air situ juga berada di dalam

kelompok masyarakat tersebut.

Page 56: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

94

Tabel 12 Karakteristik masyarakat yang biasa beraktivitas di sekitar SituSawangan-Bojongsari.

Karakteristik Jumlah warga (%)

Jenis kelaminLaki-laki 33 (62,26)

Perempuan 20 (37,74)

Pendidikan terakhir

SD 5 (9,43)

SMP 15 (28,30)

SMA/SMK 29 (54,72)

Diploma 1 (1,89)

S1 3 (5,66)

Pekerjaan

PNS 1 (1,89)

Karyawan swasta 8 (15,09)

Wirausaha/pedagang 21 (39,62)

Pelajar 6 (11,32)

Buruh 2 (3,77)

Lainnya 15 (28,30)

Penghasilan(Rp/bulan)

<1 juta 35 (66,04)

1 – 2.5 juta 11 (20,75)

>2.5 juta 1 (1,890

Tidak tentu 6 (11,320

Usia (tahun)

15 – 24 21 (39,620

25 – 34 7 (13,210

35 – 44 18 (33,960

44< 7 (13,210

Lama menetap (tahun)

<1 1 (1,809

1 – 3 2 (3,707

>3 50 (94,304

Jarak tempat tinggal-situ(m)

<50 15 (28,300

50 – 200 15 (28,300

>200 23 (43,40)

Manfaat situ

Sumber penghasilan 21 (39,620

Lokasi wisata 11 (20,75)

Udara sejuk 12 (22,640

Sumber air 9 (16,98)

Masyarakat sekitar situ tergolong ke dalam masyarakat berpendidikan

menengah. Hal ini dibuktikan dengan persentase jumlah anggota masyarakat yang

menempuh pendidikan terakhir SMA/SMK atau sederajat adalah sebesar 54,72%,

kemudian diikuti dengan masyarakat dengan tingkat pendidikan SMP atau

Page 57: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

95

sederajat sebanyak 28,30%. Hal ini sesuai dengan data BPS Kota Depok untuk

persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki di

Kota Depok pada tahun 2010 yaitu penduduk dengan ijazah tertinggi

SMA/MA/sederajat adalah yang tertinggi dengan persentase 23,79%, diikuti

dengan ijazah tertinggi SLYP/MTs/sederajat dan SD/MI/sederajat masing-masing

sebesar 18,18% (BPS Kota Depok 2011).

Mayoritas pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat sekitar situ adalah

sebagai wirausahawan atau pedagang, yaitu oleh sebesar 39,62% warga. Sebagian

besar dari mereka memiliki warung yang menyediakan makanan dan minuman

bagi pengunjung di lokasi wisata situ, sedangkan sisanya memiliki usaha di luar

wilayah situ. Cukup banyak warga masyarakat Sawangan memilih untuk

berdagang dengan cara membuka warung kecil ataupun warung makan di tepi

Situ Sawangan. Hal ini dapat dilakukan karena Situ Sawangan memiliki area

sempadan situ yang luas, sehingga masyarakat pun melihat peluang ekonomi dari

keberadaan Situ Sawangan, terutama setelah kegiatan wisata air situ berkembang.

Responden yang termasuk ke dalam kategori lainnya terdiri dari warga

masyarakat yang menganggur, ibu rumah tangga, atau tidak memiliki perkerjaan

tetap. Kategori lainnya diisi oleh sebanyak 28,30% warga masyarakat.

Menurut BPS Kota Depok (2011) terdapat sebanyak 714.891 orang

penduduk Kota Depok yang bekerja, 65.072 orang menganggur, dan 441.891

orang termasuk ke dalam bukan angkatan kerja (not economically active)

termasuk di dalamnya yaitu pelajar dan ibu rumah tangga. Banyaknya warga

masyarakat yang membuka usaha sendiri atau berdagang menunjukkan kondisi

status pekerjaan masyarakat Kota Depok secara umum. Pekerjaan utama dengan

status berusaha sendiri menduduki jumlah terbanyak kedua dengan jumlah

138.813 orang atau sebesar 19,42% berada di bawah status pekerjaan sebagai

buruh/karyawan/pegawai dengan jumlah 450.320 orang atau sebesar 62,99%.

Data pendapatan masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat sekitar situ

tergolong ke dalam masyarakat berpendapatan rendah. Hal ini ditunjukkan dengan

sebanyak 66,04% warga memiliki pendapatan lebih kecil dari Rp 1.000.000,00

per bulan. Rendahnya pendapatan warga masyarakat diduga ada kaitannya dengan

tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan warga masyarakat. Tingkat pendidikan

Page 58: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

96

masyarakat yang tidak terlalu tinggi serta jenis pekerjaan dengan nilai pemasukan

yang rendah, seperti berdagang di warung-warung kecil, menjadi buruh, bahkan

ditemukan pula warga masyarakat yang mengganggur menjadi penyebab dari hal

tersebut.

Potensi sumberdaya manusia sekitar Situ Sawangan-Bojongsari cukup

menjanjikan bagi pengembangan situ sebagai kawasan wisata air. Masyarakat

yang biasa beraktivitas di sekitar situ hampir seluruhnya berada pada usia

produktif, yaitu usia 15 – 24 tahun sebanyak 39,62% dan usia 35 – 44 tahun

sebanyak 33,96%. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak-pihak yang dapat

menangkap peluang ini dan kemudian menyusun serta melaksanakan

pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi sumberdaya manusia di daerah

tersebut. Pihak tersebut dapat berasal dari kelompok masyarakat itu sendiri atau

dari luar kelompok. Warga masyarakat berusia muda biasanya memiliki semangat

yang kuat serta kreativitas yang tinggi, sedangkan warga yang berusia lebih

matang disinyalir telah lebih mengenal kondisi Situ Sawangan-Bojongsari

sehingga dapat lebih bijaksana dalam menyikapi pengembangan situ. Pengalaman

yang dimiliki oleh warga masyarakat yang telah lebih lama mengenal Situ

Sawangan-Bojongsari dapat saja dijadikan sebagai penyeimbang bagi semangat

kaum muda di dalam proses-proses pengelolaan dan pengembangan situ.

Masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari sebagian besar mengaku telah

menetap di daerah sekitar situ sejak lebih dari 3 tahun yang lalu, bahkan sejak

mereka dilahirkan (94,34%). Hanya sedikit anggota masyarakat yang mengaku

sebagai pendatang di daerah tersebut. Hal ini tampak dari jumlah responden

masyarakat yang menetap di bawah waktu tiga tahun yaitu hanya 3 orang.

Data jarak tempat tinggal dengan perairan situ menunjukkan bahwa masih

ada warga masyarakat yang mendirikan bangunan tempat tinggalnya berdekatan

dengan bibir situ, bahkan kurang dari 50 meter yang merupakan batas garis

sempadan situ seperti yang ditetapkan dalam Perda Kota Depok No. 18 Tahun

2003 tentang Garis Sempadan. Hal ini dinyatakan oleh 28,30% warga masyarakat.

Permukiman masyarakat Bojongsari memang berbatasan sangat dekat dengan

perairan situ, berbeda dengan permukiman masyarakat Sawangan yang sebagian

besar terletak cukup jauh dari perairan situ. Garis sempadan situ merupakan garis

Page 59: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

97

batas luar pengamanan situ dimana wilayah di dalam garis tersebut merupakan

kawasan lindung situ. Masyarakat tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di

kawasan lindung situ karena dikhawatirkan akan merusak kelestarian situ.

Okupasi masyarakat terhadap kawasan lindung merupakan bukti kurangnya

pengawasan dan ketegasan pemerintah dalam menegakkan peraturan yang telah

dibuat. Kurang pahamnya masyarakat mengenai fungsi situ dan kawasan lindung

situ juga dapat menjadi penyebab dari terganggunya kawasan lindung situ.

Kawasan lindung situ dapat semakin terdegradasi kualitas dan

keberadaannya akibat peningkatan laju tekanan terhadap ruang dan tanah di

wilayah perkotaan. Penyelenggaraan penataan ruang yang kurang optimal juga

dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi dan jumlah situ. Permana et al.

(2008) menyebutkan bahwa jika dilihat dari segi peraturan dan perundang-

undangan yang mengatur keberadaan situ, maka hampir tidak ada lagi celah yang

dapat mendorong terjadinya kerusakan situ di wilayah Jabodetabek, baik secara

alamiah maupun akibat perubahan fungsi lahan oleh manusia. Namun,

kenyataannya adalah kawasan situ hanya berfungsi sekitar 70,73% dari kapasitas

maksimum. Salah satu faktor penyebabnya adalah keterlambatan penjabaran dan

implementasi peraturan dan perundangan pengaturan situ yang telah ditetapkan.

Jadi jelas peran pemerintah sangat besar dalam upaya menyelamatkan kawasan

lindung serta keberadaan situ melalui penegakan peraturan perundangan dan

penyadaran masyarakat sekitar situ.

Keberadaan Situ Sawangan-Bojongsari telah mendatangkan berbagai

manfaat bagi masyarakat sekitar situ semenjak dahulu. Namun, nilai manfaat

tersebut diduga telah bergeser ke arah nilai ekonomi, dimana keberadaan situ

diharapkan dapat membantu peningkatan perekonomian mereka. Hal ini

ditunjukkan oleh pernyataan 39,62% warga masyarakat bahwa manfaat terbesar

dari keberadaan situ adalah sebagai sumber penghasilan bagi mereka. Manfaat

situ sebagai sumber air bagi masyarakat semakin minim dirasakan kini, yaitu

hanya dinyatakan oleh 16,98% warga masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh

perubahan pola pikir masyarakat akibat berbagai perubahan dalam tatanan sosial,

ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Kegiatan bertani dan berkebun yang

merupakan mata pencaharian masyarakat sekitar situ di masa yang lalu

Page 60: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

98

mengandalkan situ sebagai sumber air. Namun, perubahan fungsi lahan menjadi

lapangan berumput dan permukiman kini telah mengubah bentuk mata

pencaharian masyarakat dan pada akhirnya mengubah kebutuhan masyarakat akan

keberadaan situ. Masyarakat diharapkan tidak hanya memiliki pola pikir ekonomi

dalam memanfaatkan situ, namun juga dituntut untuk mau berpikir tentang

kelestarian situ agar situ juga dapat mendatangkan manfaat selain manfaat

ekonomi.

4.7.2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Situ dan PengembanganWisata

Pemerintah Kota Depok telah mulai membenahi sistem pengelolaan situ-situ

di Kota Depok selepas tahun 2005. Hal yang dilakukan mulai dari restrukturisasi

kelembagaan Pokja Situ, pembentukan Forum Pokja Situ, hingga dialokasikannya

berbagai program pelestarian situ melalui pemanfaatannya sebagai obyek wisata

di dalam APBD (Sucipto & Prygina 2009). Pemberdayaan masyarakat merupakan

salah satu isu yang paling diusung dalam upaya meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan situ di Kota Depok. Hal ini didasari oleh alasan

bahwa masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam sistem tersebut.

Oleh karena itu, kapasitas masyarakat sebagai bagian dari sistem juga perlu

ditingkatkan untuk memudahkan pemerintah dalam melaksanakan berbagai

program pelestarian situ dan pemanfaatannya sebagai obyek wisata air. Salah satu

kapasitas masyarakat yang perlu dipenuhi ialah pengetahuan dan pemahaman

masyarakat tentang situ dan pengembangan wisata air. Menurut Suriasumantri

(2005) pengetahuan (knowledge) pada hakikatnya adalah segenap apa yang kita

ketahui tentang suatu objek, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Pengukuran

pengetahuan masyarakat tentang situ dan wisata air diharapkan dapat memberikan

gambaran mengenai pemahaman masyarakat mengenai hal tersebut. Data tingkat

pengetahuan masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari mengenai situ dan

pengembangan wisata air disajikan pada Tabel 13 dan Lampiran 5.

Page 61: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

99

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden masyarakat untuk tingkatpengetahuan mengenai situ dan pengembangan wisata air

ParameterJumlah warga (%)

Kurang tahu Cukup tahu Tahu

Pengetahuan tentang situ 16 (30,19) 27 (50,94) 10 (18,87)

Pengetahuan tentangpengembangan wisata air

12 (22,64) 26 (49,06) 15 (28,30)

Pengukuran tingkat pengetahuan masyarakat dilakukan dengan

menggunakan kuisioner berisi materi situ dan pengembangan wisata air. Setiap

materi terbagi lagi menjadi beberapa parameter. Parameter materi situ yang diukur

adalah pengetahuan mengenai fungsi dan manfaat situ, kualitas perairan situ, dan

upaya pelestarian situ. Berbagai parameter tersebut dianggap dapat memberikan

gambaran mengenai tingkat pengetahuan mayarakat sekitar situ tentang situ,

terutama terkait pelestarian Situ Sawangan-Bojongsari. Adapun parameter materi

pengembangan wisata air yang diukur meliputi pengetahuan responden terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pengembangan wisata air, kriteria

kualitas perairan situ yang mendukung pengembangan wisata air, dan manfaat

yang diperoleh sebagai akibat dari pengembangan wisata air pada situ.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat

sekitar situ terhadap materi situ dan pengembangan wisata air secara umum telah

cukup baik namun tetap perlu ditingkatkan. Tingkat pengetahuan sebagian besar

masyarakat baik terhadap materi situ maupun pengembangan wisata air berada

pada kategori cukup tahu yaitu masing-masing sebesar 50,94% dan 49,06%.

Meskipun tidak tergolong buruk, namun hanya 18,87% warga masyarakat yang

tahu mengenai materi situ. Hal yang sedikit berbeda ditemukan pada tingkat

pengetahuan pengembangan wisata air, dimana hanya 28,30% warga masyarakat

yang dinyatakan tahu mengenai pengembangan wisata air di Situ Sawangan-

Bojongsari.

Tingkat pengetahuan masyarakat yang terukur diduga terkait dengan

karakteristik masyarakat dalam hal tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, usia, serta

tujuan pemanfaatan situ. Pendidikan terakhir warga masyarakat didominasi oleh

pendidikan setingkat sekolah menengah (SMP, SMA, SMK), kemudian jenis

pekerjaan warga masyarakat sebagian besar kurang menyediakan akses informasi

Page 62: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

100

bagi peningkatan pengetahuan mereka, seperti pedagang kecil atau justru tidak

memiliki pekerjaan. Warga masyarakat yang berusia muda diduga memiliki

tingkat pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan dengan warga masyarakat

yang berusia lebih tua karena minimnya pengalaman yang dimiliki. Tujuan

pemanfaatan situ yang dimiliki oleh masing-masing individu dapat menjadi

motivasi individu tersebut untuk mencari tahu serta memahami materi situ dan

pengembangan wisata air. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

faktor pendidikan, akses informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan,

pengalaman, dan usia. Menurut Sudarminta (2010) terdapat beberapa hal yang

berperan dalam kemunculan pengetahuan pada manusia yaitu pengalaman,

ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika,

bahasa, serta kebutuhan hidup manusia.

Pengetahuan masyarakat yang terukur dalam penelitian ini tidak lain adalah

suatu hasil pengukuran kesan atau persepsi pribadi terhadap keberadaan situ dan

perkembangannya hingga saat ini. Kesan pribadi seseorang dalam memandang

sesuatu hal merupakan produk dari hal-hal berikut: 1) lingkungan sosial dan

fisiknya; 2) struktur fisiologisnya; 3) keinginan dan tujuannya; dan 4) pengalaman

masa lalunya (Krech et al. 1996). Anggota-anggota kelompok masyarakat tertentu

dapat saja memiliki kesamaan persepsi, karena mereka memiliki keinginan dan

tujuan yang sama, mengalami lingkungan fisik dan sosial yang sama, atau

memiliki pengalaman belajar yang sama, namun hal tersebut tidaklah mutlak

karena selalu ada perbedaan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal. Dua warga

masyarakat sekitar situ dapat saja memiliki tujuan pemanfaatan situ yang sama,

lingkungan sosial yang sama, serta pengalaman yang sama, namun belum tentu

keduanya memiliki tingkat pengetahuan yang sama akan materi situ dan

pengembangan wisata air.

Seseorang yang memiliki cukup pengetahuan tentang suatu objek belum

tentu memiliki pemahaman yang baik terhadap pengetahuan tersebut. Hasil

belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe

belajar pengetahuan. Belajar yang berakhir dengan pemahaman akan

menghasilkan pengertian-pengertian yang jelas, mengenal prinsip-prinsip umum,

dan menemukan metode penyelesaian yang sebenarnya (Soeitoe 1982).

Page 63: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

101

Pemahaman pada setiap diri manusia dapat berbeda-beda karena kapasitas

(inteligensi) manusia berbeda-beda. Pengetahuan ditafsirkan ke dalam bentuk

pemahaman oleh individu dengan caranya sendiri. Pengetahuan dan pemahaman

ini akan tercermin di dalam perilaku individu tersebut. Oleh karena itu, sangatlah

penting bilamana pengetahuan yang cukup disertai dengan pemahaman yang baik

pula.

Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Situ

Sawangan-Bojongsari ternyata tidak selalu diaplikasikan oleh setiap individu

masyarakat ke dalam bentuk tindakan nyata. Menurut Waylen et al. (2009) tingkat

pengetahuan (knowledge) masyarakat mengenai suatu sumberdaya alam tidak

selalu dapat dikaitkan dengan perilaku (behaviour) konservasi masyarakat

terhadap sumberdaya alam tersebut. Peningkatan pengetahuan (knowledge)

tentang sumberdaya alam lokal dan sikap (attitude) peduli masyarakat Grande

Riviere, Trinidad terhadap isu konservasi fauna tidak bersesuaian dengan perilaku

(behaviour) konservasi alam oleh masyarakat yang masih tetap melakukan

perburuan terhadap hewan liar salah satunya burung endemik Pipile pipile yang

dilindungi dan populasinya semakin menurun akibat hal ini. Ajzen (2005)

mengemukakan bahwa sikap seseorang berhubungan dengan perilakunya melalui

suatu hubungan kompleks yang dimediasi oleh faktor-faktor lain, oleh karena itu

dibutuhkan kehati-hatian ketika menginterpretasikan keduanya.

Keeratan hubungan terlihat di antara beberapa parameter karakteristik

masyarakat dengan tingkat pengetahuan tentang situ dan tingkat pengetahuan

pengembangan wisata air (Tabel 14). Parameter usia warga masyarakat terbukti

memiliki korelasi positif baik dengan tingkat pengetahuan tentang situ maupun

tingkat pengetahuan tentang pengembangan wisata air dengan nilai koefisien

korelasi masing-masing sebesar 0,401 dan 0,466 (α = 0,05). Pertambahan usia

warga masyarakat akan diiringi dengan peningkatan pengetahuan warga tentang

situ dan pengembangan wisata air situ. Informasi lain yang diperoleh dari hasil uji

korelasi ini yaitu semakin jauh lokasi tempat tinggal warga dari situ maka tingkat

pengetahuan warga akan pengembangan wisata akan menurun, yang artinya jarak

tempat tinggal seseorang dengan situ berkorelasi negatif dengan tingkat

Page 64: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

102

pengetahuan pengembangan wisata air. Nilai koefisien korelasi antara dua

parameter tersebut adalah -0,283.

Tabel 14 Korelasi antara parameter karakteristik masyarakat sekitar situ denganskor pengetahuan situ dan pengembangan wisata air

Usia Jarak tempattinggal-situ

Lamamenetap

Tingkatpengetahuantentang situ

Tingkatpengetahuan

tentangwisata air

Koefisien korelasi

Usia - -0,097 0,142 0,401* 0,466*

Jarak tempat tinggal-situ -0,097 - 0,042 -0,108 -0,283*

Lama menetap 0,142 0,042 - -0,029 0,127

Tingkat pengetahuantentang situ

0,401** -0,108 -0,029 - 0778*

Tingkat pengetahuantentang wisata air

0,466** -0,283* 0,127 0,778** -

Keterangan:* Berkorelasi nyata pada α = 0,05 ** Berkorelasi sangat nyata pada α = 0,01 Sumber: Data primer diolah

Satu hal menarik dapat dilihat dari hasil uji korelasi antara parameter tingkat

pengetahuan tentang situ dengan parameter tingkat pengetahuan tentang

pengembangan wisata air. Kedua parameter tersebut berkorelasi positif sangat

nyata pada α = 0,01 dengan nilai koefisien korelasi yang cukup besar yaitu 0,778.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pengembangan wisata air yang

dimiliki seseorang akan meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan

tentang fungsi dan manfaat situ pada diri orang tersebut. Hal ini juga dapat

diartikan bahwa semakin tinggi tingkat kepedulian seseorang terhadap situ, maka

orang tersebut akan dapat lebih melihat potensi atau manfaat situ yang ada yang

dapat dikembangkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Zhang dan Lei (2012)

yaitu pengetahuan masyarakat tentang lingkungan mempengaruhi secara positif

sikap masyarakat tersebut terhadap ekowisata, yang kemudian akan

mempengaruhi secara langsung niat masyarakat untuk berpartisipasi dalam

ekowisata serta secara tidak langsung melalui ketertarikan lanskap yang timbul

pada diri masing-masing individu masyarakat.

Page 65: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

103

4.7.3. Persepsi Masyarakat Sekitar Situ tentang Situ Sawangan-Bojongsarisebagai Kawasan Wisata Air

Gagasan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari menjadi kawasan wisata

air disetujui oleh hampir semua warga masyarakat sekitar situ. Hal ini dinyatakan

oleh 98,11% warga masyarakat (Tabel 15). Alasan yang diberikan pun beraneka

ragam, namun didominasi oleh pernyataan bahwa upaya pengembangan situ

diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, karena situ

merupakan tempat berekreasi atau melepas lelah, dan sebagai salah satu bentuk

upaya pelestarian situ agar situ tetap terjaga. Hanya terdapat satu warga

masyarakat yang menyatakan tidak setuju dengan pengembangan Situ Sawangan-

Bojongsari menjadi kawasan wisata air. Responden tersebut beranggapan bahwa

pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari menjadi kawasan wisata air justru

dapat merusak kealamian situ

Tabel 15 Persepsi masyarakat mengenai Situ Sawangan-Bojongsari dijadikansebagai kawasan wisata air

Parameter Jumlah warga (%)

Situ sebagai kawasanwisata air

Setuju 52 (98,11)

Tidak 1 (1,89)

Atraksi wisata yangperlu diadakan

Memancing 5 (9,43)

Berenang 1 (1,89)

Berperahu 9 (16,98)

Kegiatan outbound 28 (52,83)

Rumah makan apung 1 (1,89)

Jogging track 1 (1,89)

Lainnya 8 (15,09)

Berbagai macam atraksi wisata situ yang dikemukakan oleh masyarakat

ditujukan untuk menjadi pendukung bagi suksesnya Situ Sawangan-Bojongsari

sebagai kawasan wisata air. Pendapat masyarakat tersebut mengisyaratkan

harapan akan pengembangan wisata di Situ Sawangan-Bojongsari. Sebagian besar

warga masyarakat menginginkan adanya kegiatan outbound atau kegiatan

permainan dan ketangkasan yang dilakukan di alam terbuka dengan menggunakan

sarana yang dapat memicu kreativitas dan kerjasama (52,83%). Fasilitas outbound

Page 66: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

104

yang ada di Situ Sawangan-Bojongsari saat ini hanya fasilitas flying fox yang

melintas di atas danau. Meskipun pihak pengelola merasa sedikit khawatir dengan

kondisi perairan Situ Sawangan-Bojongsari yang cukup dalam, namun ternyata

tetap ada masyarakat sekitar situ yang merasa perlu untuk diadakan kegiatan

wisata berperahu di Situ Sawangan-Bojongsari, yaitu sebanyak 16,98% warga

masyarakat. Selain itu, terdapat beberapa jenis atraksi wisata lain yang dipilih

oleh masyarakat sebagai alternatif kegiatan wisata air situ, yaitu perahu naga

(perahu panjang yang dapat memuat banyak penumpang sekaligus), wahana

permainan anak-anak, pemancingan, hingga peningkatan kualitas dan kuantitas

terhadap fasilitas yang telah ada pada saat ini, yaitu warung makan dan sepeda air.

Berbagai keinginan masyarakat tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari bagi pihak

pengelola Situ Sawangan-Bojongsari, baik dari pihak pemerintah maupun Pokja

Situ.

4.7.4. Kesediaan Partisipasi Masyarakat Sekitar Situ Sawangan-Bojongsaridalam Pengelolaan dan Pengembangan Wisata Air Situ Sawangan-Bojongsari

Kesediaan berpartisipasi dalam menjaga kelestarian Situ Sawangan-

Bojongsari dikemukakan oleh seluruh responden masyarakat (Tabel 16). Bentuk

partisipasi yang dominan dipilih oleh warga masyarakat yaitu tidak membuang

sampah dan limbah ke perairan situ oleh 64,15%, kemudian diikuti dengan

keinginan untuk berpartisipasi sebagai anggota Pokja Situ oleh 28,30% warga

masyarakat. Tidak membuang sampah dan limbah ke perairan situ tampaknya

adalah hal termudah yang mampu dipahami dan dilakukan oleh masyarakat,

namun hal ini tidak akan berjalan jika tidak disertai niat dan komitmen yang kuat.

Larangan membuang sampah dan limbah ke perairan situ telah lama

diketahui oleh masyarakat sebagai suatu bentuk peraturan baik tertulis maupun

tidak tertulis. Papan informasi bertuliskan peraturan larangan membuang sampah

ke situ telah didirikan oleh Pemerintah Kota Depok di tepi situ. Peraturan tersebut

berlaku dalam masyarakat, namun implementasinya tidaklah seperti yang

diharapkan, beberapa warga masyarakat ditemukan masih mengalirkan limbah

buangannya menuju situ.

Page 67: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

105

Tabel 16 Kesediaan partisipasi masyarakat dalam pelestarian dan pengembanganSitu Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air

Parameter Jumlah warga (%)

Kesediaan menjaga situYa 53 (100,00)

Tidak 0 (0,00)

Partisipasi menjaga situ

Menjadi anggota Pokja Situ 15 (28,30)

Tidak membuang sampah dan limbah 34 (64,15)

Tidak mengganggu kawasan lindung situ 4 (7,55)

Kesediaan ikut sertadalam pengembanganwisata

Ya 52 (98,11)

Tidak 1 (1,89)

Partisipasi untuk wisataair

Sebagai pengunjung 6 (11,32)

Penyumbang dana 1 (1,89)

Menjadi anggota Pokja Situ 26 (49,06)

Pedagang barang/jasa 19 (35,85)

Tidak bersedia berpartisipasi 1 (1,89)

Komitmen juga dibutuhkan oleh warga masyarakat jika ingin bergabung

dengan Pokja Situ. Tugas Pokja Situ tidak mudah dan membutuhkan kesungguhan

dalam pelaksanaannya. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh warga

masyarakat atas kesediaannya turut serta menjaga kelestarian situ yaitu agar situ

selalu terjaga keindahan dan kelestariannya, sebab situ merupakan sumber

penghasilan dan sumber air bagi masyarakat.

Kesediaan ikut serta dalam pengembangan wisata air Situ Sawangan-

Bojongsari dinyatakan oleh 98,11% warga masyarakat. Alasannya yaitu

pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari diharapkan dapat membantu

peningkatan perekonomian mereka. Hanya terdapat satu warga yang tidak

bersedia untuk ikut serta dalam pengembangan wisata air situ. Ketidaksediaan

tersebut disebabkan oleh anggapan bahwa situ akan berkurang kealamiannya jika

dikembangkan menjadi kawasan wisata air. Bentuk partisipasi sebagai anggota

Pokja Situ dipilih oleh 49,06% warga masyarakat, diikuti dengan partisipasi

sebagai pedagang barang/jasa sebesar 35,85%, dan partisipasi sebagai pengunjung

sebesar 11,32%. Kesediaan masyarakat untuk menjadi anggota Pokja Situ

diharapkan tidak hanya sebatas keinginan atau status saja. Pada kenyataannya,

anggota Pokja Situ yang bergerak aktif dalam upaya pengawasan situ tidak

mencapai seluruh dari keanggotaan Pokja Situ yang tercatat.

Page 68: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

106

4.8. Strategi Pengelolaan Kualitas Perairan untuk Pengembangan WisataAir Situ Sawangan-Bojongsari

Hierarki pengambilan keputusan pengelolan kualitas perairan untuk

pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari disusun berdasarkan

pengamatan dan pengukuran terhadap berbagai parameter terkait kondisi Situ

Sawangan-Bojongsari. Metode analytical hierarchy process (AHP) yang

digunakan merupakan penentuan skala prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan

suatu proses analitis berjenjang dan terstruktur (Dermawan 2005). Hierarki

pengambilan keputusan untuk pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan

wisata air Situ Sawangan-Bojongsari disertai dengan bobot masing-masing

jenjang disajikan pada Gambar 14.

Perencanaan (planning) merupakan salah satu fase utama dari pengelolaan.

Fase-fase utama lain dari pengelolaan yaitu pengorganisasian (organizing),

kepemimpinan (directing), pengkoordinasian (coordinating), pengendalian

(controlling), pengawasan (supervising), penganggaran (budgeting), dan

keuangan (financing) (Kodoatie & Sjarief 2008). Proses perencanaan pada

Gambar 14 Hierarki pengambilan keputusan strategi pengelolaan kualitasperairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsaribeserta hasil bobot.

Page 69: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

107

0.309

0.194

0.176

0.171

0.15

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Pemahaman tentang situ

SOSEKBUD

SDM

Kebijakan

Pemahaman pengembangan wisata

Bobot

Fa

kto

r

Hasil pembobotan faktor

umumnya terdiri dari tahap studi, penentuan alternatif dan skala prioritas, dan

implementasi alternatif terpilih. Penentuan strategi pengelolaan kualitas perairan

untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari pada penelitian ini,

yang dilakukan melalui tahap penentuan alternatif prioritas, diharapkan dapat

menjadi tahap awal dalam perencanaan pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari

sebagai kawasan wisata air di Kota Depok.

4.7.1. Analisis Faktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan

Hasil analisis faktor menggunakan metode AHP memberikan hasil

pembobotan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu pemahaman tentang situ

(0,309), SOSEKBUD (0,194), SDM (0,176), kebijakan (0,171), dan pemahaman

pengembangan wisata (0,150) (Gambar 15). Faktor dengan bobot tertinggi

dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam pencapaian gol utama.

Pemahaman tentang situ dipilih sebagai faktor yang paling menentukan dalam

pelaksanaan pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ

Sawangan-Bojongsari.

Pemahaman tentang Situ sebagai Faktor Prioritas

Pemahaman tentang situ merupakan faktor yang dipilih oleh responden

sebagai faktor yang paling mempengaruhi upaya pengelolaan kualitas perairan

Gambar 15 Hasil pembobotan faktor pengelolaan kualitas perairan untukpengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.

Page 70: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

108

Situ Sawangan-Bojongsari untuk pengembangan wisata air dengan bobot 0,309.

Pemahaman tentang situ dianggap sebagai dasar dari segala upaya pengelolaan

situ yang akan dilakukan. Tidak hanya masyarakat sekitar situ yang diharapkan

dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik akan situ, namun juga

pihak-pihak lain yang terlibat dalam sistem pengelolaan situ tersebut. Tindakan

yang dilakukan terhadap situ diharapkan dapat sesuai dengan kaidah-kaidah

alaminya ketika manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik

tentang situ sebagai bagian dari ekosistem alam

Pengetahuan dan pemahaman yang baik akan fungsi dan manfaat situ

dianggap menduduki posisi penting di dalam upaya pengelolaan situ. Situ

Sawangan-Bojongsari sebagai salah satu bentuk ekosistem lahan basah

membutuhkan sistem pengelolaan yang terpadu untuk melindungi fungsi dan

manfaatnya. Polajnar (2008) menyatakan bahwa pengembangan pengetahuan

masyarakat mengenai konsep ekosistem lahan basah diharapkan akan mampu

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap program-program konservasi yang

sesuai dengan lahan basah tersebut. Selain itu, menurut Robertson dan McGee

(2003) pengembangan pengetahuan masyarakat lokal akan lingkungannya adalah

salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi mayarakat dalam pengelolaan

lingkungan. Pengetahuan ekologi masyarakat lokal juga dapat menjadi sumber

informasi penting dalam penyusunan program rehabilitasi lingkungan. Hal

tersebut mempertegas bahwa pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai

ekosistem situ mampu mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan Situ Sawangan-

Bojongsari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar situ

masih berada pada tingkat menengah (cukup tahu) akan pengetahuan materi situ

dan hanya sedikit yang dianggap tahu. Oleh karena faktor pemahaman tentang situ

dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam upaya pengelolaan

kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, maka sudah sepatutnya upaya

pengelolaan tersebut diawali dengan upaya peningkatan pengetahuan, bahkan

pemahaman masyarakat mengenai materi situ. Pengetahuan yang telah dimiliki

oleh masyarakat sekitar situ harus ditingkatkan dan kemudian digiring menuju

Page 71: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

109

0.556

0.254

0.096

0.094

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600

Pemerintah

Masyarakat

Swasta

LSM

Bobot

Ak

tor

Hasil pembobotan aktor

pemahaman yang baik serta tindakan nyata sebagai bentuk kepedulian terhadap

situ.

4.8.2. Analisis Aktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan

Terdapat empat pihak yang diketahui terlibat baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Setiap pihak tentu

memiliki peran masing-masing dan memberikan pengaruh berbeda dalam upaya

pengelolaan kualitas perairan dan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari selama ini.

Pembobotan oleh responden pakar memberikan hasil yaitu pemerintah menduduki

peringkat pertama sebagai aktor dengan bobot tertinggi sebesar 0,556, diikuti oleh

aktor masyarakat dengan bobot 0,254, aktor swasta sebesar 0,096, dan aktor LSM

sebesar 0,094 (Gambar 16).

Pemerintah sebagai Aktor Prioritas

Pemerintah dianggap sebagai aktor yang paling berperan dalam upaya

pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari dan pemanfaatannya sebagai kawasan

wisata air. Hal ini disebabkan oleh alasan bahwa situ adalah aset milik negara

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 ayat 1 dalam Undang-

Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air menjelaskan bahwa:

“Sumberdaya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Gambar 16 Hasil pembobotan aktor pengelolaan kualitas perairan untukpengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.

Page 72: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

110

kemakmuran rakyat”. Ayat berikutnya menyebutkan pula bahwa penguasaan

sumberdaya air diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal tersebut harus

mampu melakukan pengamanan situ-situ di Kota Depok melalui kebijakan atau

tindakan lainnya, sedangkan pemanfaatan situ harus ditujukan untuk

kesejahteraan masyarakat. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh pemerintah,

tetapi hingga saat ini masih ada anggapan, terutama berasal dari masyarakat,

bahwa pemerintah masih kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan dan

pengembangan situ-situ di Kota Depok. Meskipun Pemerintah Kota Depok tidak

memiliki kewenangan penuh untuk mengurus situ-situ di Kota Depok, tetapi

keterlibatannya dalam hal tersebut tetap merupakan keharusan.

Pihak-pihak selain pemerintah yang bersentuhan langsung dengan Situ

Sawangan-Bojongsari tentu memiliki kepentingan masing-masing terhadap situ

tersebut. Pemerintah adalah pihak yang harus mampu menjembatani berbagai

kepentingan tersebut agar tidak menimbulkan konflik kepentingan akan situ.

Konflik kepentingan dalam kehidupan sosial terjadi ketika terdapat perbedaan

tujuan atau kepentingan dari dua pihak atau lebih (Setiadi & Kolip 2011).

Perbedaan ini kemudian bersinggungan sehingga menimbulkan ketidaksepakatan

di antara pihak-pihak yang berkonflik. Persinggungan kepentingan inilah yang

mampu menimbulkan terjadinya konflik sosial. Konflik kepentingan sebagai

konflik sosial bersifat buruk dan perlu dihindari. Oleh karena itu, pemerintah

perlu membangun sikap yang baik untuk menghindari permasalahan ini.

Pemerintah dianggap memegang peran strategis di antara berbagai pihak

yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari.

Pemerintah harus mampu menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good

governance) untuk menghindari maupun mengatasi perbedaan kepentingan di

antara berbagai pihak. Menurut Keraf (2002) penyebab hadirnya krisis ekologi

saat ini selain karena kesalahan cara pandang dan perilaku manusia, juga

disebabkan oleh kegagalan pemerintah, salah satunya dalam hal memainkan peran

sebagai penjaga kepentingan bersama, termasuk kepentingan bersama akan

lingkungan hidup yang baik. Pemerintah harus memerintah dengan efektif dan

menyelenggarakan pemerintahan dengan kuat agar pemerintah tidak menjadi alat

Page 73: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

111

permainan kepentingan serta mampu bertahan terhadap berbagai tarik-menarik

kepentingan yang berakibat pada penyelewengan tujuan.

Meskipun pemerintah dianggap sebagai aktor yang paling berperan dalam

upaya pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, namun dukungan

dari masyarakat, pihak swasta, dan LSM juga sangat dibutuhkan. Masyarakat

sekitar situ adalah pihak utama yang diharapkan kerjasamanya dengan pemerintah

dalam strategi pengelolaan situ, sedangkan aktor swasta memiliki tingkat

kepentingan yang hampir sama dengan aktor LSM bahkan cenderung setara.

Pihak swasta seringkali dikatakan memiliki kecenderungan terhadap profit atau

keuntungan semata, sehingga kesadaran akan lingkungan hidup sangat

diharapkan. Keterlibatan LSM terkait situ yang terdapat di Kota Depok cenderung

mengarah kepada kepentingan konservasi situ dan telah memberikan kontribusi

yang cukup besar dalam pelestarian situ dan pembangunan masyarakat sekitar

situ.

Peran pemerintah dalam upaya pengelolaan kualitas perairan Situ

Sawangan-Bojongsari dapat diwujudkan melalui berbagai tindakan nyata.

Pemerintah harus mampu menghimpun masyarakat, swasta, dan LSM untuk mau

bekerja sama dalam mengelola dan mengembangkan situ, seperti meningkatkan

peran serta pihak swasta yang selama ini dianggap masih kurang, atau

menjembatani kerjasama di antara kedua Pokja Situ yang bertugas di Situ

Sawangan-Bojongsari. Pemerintah juga dapat membangun hubungan kerjasama

dengan LSM dalam upaya pelestarian situ maupun peningkatan partisipasi

masyarakat. Bhuiyan et al. (2011) menyatakan bahwa pemerintah harus

memastikan keterlibatan atau partisipasi masyarakat lokal di dalam

pengembangan ekowisata demi manfaat sosial, ekologi, ekonomi, dan budaya

masyarakat. Pemerintah juga dapat memutuskan untuk melakukan beberapa

tindakan berikut: penetapan kawasan lindung, penyusunan rencana aksi

ekoturisme, promosi daerah tujuan wisata, pengembangan sumberdaya manusia,

serta pengembangan usaha kecil dan menengah oleh masyarakat di daerah tujuan

wisata.

Page 74: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

112

0.452

0.288

0.261

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50

Konservasi situ

Peningkatan kegiatan wisata daerah

Peningkatan perekonomian lokal

Bobot

Su

btu

jua

n

Hasil pembobotan subtujuan

4.8.3. Analisis Subtujuan pada Hierarki Pengambilan Keputusan

Subtujuan konservasi situ disepakati sebagai subtujuan terpenting yang

harus dicapai dalam pencapaian gol utama. Adapun bobot yang dimiliki oleh

subtujuan konversi situ adalah sebesar 0,452, diikuti dengan subtujuan

peningkatan kegiatan wisata daerah dengan bobot 0,288, dan terakhir adalah

subtujuan peningkatan perekonomian lokal dengan bobot 0,261 (Gambar 17).

Konservasi Situ sebagai Subtujuan Prioritas

Situ-situ merupakan salah satu kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki

oleh Kota Depok. Situ berfungsi sebagai kawasan resapan air bagi Kota Depok

dan kota di sekitarnya, termasuk DKI Jakarta. Keberlangsungan keberadaan dan

kondisi situ sudah sepantasnya diperhitungkan dalam setiap pengelolaan

pemanfaatan sumberdaya alam ini. Pengelolaan situ yang berkelanjutan

diharapkan dapat mempertahankan fungsi dan manfaat yang dapat diberikan oleh

situ tersebut bagi generasi manusia, tidak hanya bagi generasi di masa kini namun

juga di masa yang akan datang.

Menurut responden, kelestarian situ tetap merupakan hal yang paling

diutamakan di dalam upaya pengembangan wisata air di Situ Sawangan-

Bojongsari. Jangan sampai perkembangan kegiatan wisata air justru menurunkan

kualitas perairan dan lingkungan situ. Hal serupa dikemukakan oleh Pusporini

Gambar 17 Hasil pembobotan subtujuan pengelolaan kualitas perairan untukpengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.

Page 75: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

113

(2010) terhadap pengembangan wisata di Situ Pengasinan yaitu konservasi

sumberdaya air merupakan kriteria yang paling utama dalam pengembangan

wisata di Situ Pengasinan. Penetapan konservasi sumberdaya alam sebagai tujuan

atau kriteria utama dalam pengembangan wisata situ didukung oleh pernyataan

Zhenjia (2008) mengenai pentingnya melindungi situs alami untuk pengembangan

pariwisata jenis ekowisata. Perlindungan terhadap situs alami tersebut

menjanjikan keberlangsungan bagi pengembangan ekowisata hingga waktu yang

akan datang dan tidak hanya akan mendatangkan manfaat ekonomi bagi

komunitas lokal, namun juga manfaat bagi elemen sosial, politik, dan bahkan bagi

ekosistem alam itu sendiri.

Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari telah melebihi Baku Mutu Air

Kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air pada beberapa parameter, bahkan beberapa lainnya

sudah mendekati ambang batas yang ditetapkan. Status trofik situ juga

diperkirakan telah meningkat dari waktu ke waktu yang menunjukkan telah terjadi

penurunan kualitas perairan. Penurunan kualitas perairan situ dapat disebabkan

oleh aktivitas antropogenik di sekitar situ dan pada akhirnya akan dapat

mengurangi fungsi dan manfaat situ serta mengancam keberadaan situ. Oleh

karena itu, penetapan konservasi situ sebagai tujuan utama diharapkan dapat

menjadi arahan untuk perwujudan berbagai alternatif solutif untuk mengatasi

permasalahan terkait penurunan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari

tersebut.

Program normalisasi Situ Sawangan-Bojongsari yang akan dilaksanakan

pada tahun 2013 oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui BBWS-CC

diharapkan akan semakin mempemudah upaya Pemerintah Kota Depok dalam hal

mewujudkan Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air berbasiskan

alam. Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan turap untuk mencegah

erosi dan sebagai batas situ, pengerukan situ untuk mengatasi pendangkalan situ,

ataupun pembangunan IPAL untuk mencegah pencemaran air situ, dibutuhkan

oleh Situ Sawangan-Bojongsari untuk mengamankan situ tersebut dari kerusakan

yang seringkali ditimbulkan oleh ulah manusia. Selain itu, berbagai tindakan

tersebut ditujukan untuk mengembalikan fungsi situ yang kini mulai terkikis serta

Page 76: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

114

menaikkan nilai manfaat situ. Program tersebut membutuhkan dukungan penuh

dari Pemerintah Kota Depok dan masyarakat Depok, khususnya masyarakat

sekitar Situ Sawangan-Bojongsari, serta pihak-pihak lain yang merasa memiliki

kepentingan atas keberadaan Situ Sawangan-Bojongsari.

4.8.4. Analisis Alternatif pada Hierarki Pengambilan Keputusan

Hasil pembobotan hierarki memberikan hasil akhir berupa bobot pada

masing-masing pilihan alternatif dari yang terbesar hingga yang terkecil sebagai

berikut: pemberdayaan masyarakat (0,261); sosialisasi (0,206); rekomendasi

pengelolaan kawasan (0,181), pemantauan dan pengawasan regulasi (0,169),

IPAL (0,108), dan investor (0,076) (Gambar 18). Adapun tiga alternatif dengan

bobot terbesar dianggap mampu merepresentasikan strategi pengelolaan kualitas

perairan yang sesuai untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.

Gambar 18 Hasil pembobotan alternatif pengelolaan kualitas perairan untukpengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.

Pemberdayaan Masyarakat, Sosialisasi, dan Rekomendasi PengelolaanKawasan sebagai Alternatif Terpilih

a. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan alternatif terpilih dengan bobot

terbesar yaitu 0,261. Masyarakat dianggap sebagai pihak yang selalu bersentuhan

langsung dengan situ dan karakteristik masyarakat tersebut tentu akan

mempengaruhi jenis tindakan yang dilakukan terhadap situ. Pengembangan

kapasitas masyarakat sekitar situ adalah hal utama yang perlu dilaksanakan di

0.261

0.206

0.181

0.169

0.108

0.076

0 0.1 0.2 0.3

Pemberdayaan masyarakat

Sosialisasi

Rekomendasi pengelolaan kawasan

Pemantauan dan pengawasan regulasi

IPAL

Investor

Bobot

Alt

ern

ati

f

Hasil pembobotan alternatif

Page 77: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

115

dalam strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ

Sawangan-Bojongsari. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Waryono (2002)

mengenai pemberdayaan masyarakat sekitar Situ Rawa Besar di Kota Depok.

Masyarakat sekitar situ seharusnya dijadikan sebagai subjek pembangunan

melalui program-program pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat

mampu mandiri dengan memanfaatkan potensi-potensi lokal. Pemberdayaan

masyarakat sekitar Situ Rawa Besar diharapkan mampu memicu kesadaran

masyarakat dalam hal-hal berikut: 1) Pemulihan kembali lingkungan Situ Rawa

Besar seperti sedia kala sebelum terokupasi; 2) Pembangunan sumberdaya alam

perairan dan lingkungannya dalam mewujudkan Kota Depok yang indah, nyaman,

bersih, dan menarik; 3) Potensi situ sebagai sumber pendapatan masyarakat dan

Pemerintah Kota Depok salah satunya melalui pemanfaatan situ sebagai kawasan

wisata; dan 4) Pemanfaatan situ yang terpadu berkelanjutan dapat diwujudkan

melalui kemitraan masyarakat sekitar situ dengan pemerintah.

Menurut Mardikanto (2010) pemberdayaan masyarakat merupakan upaya

untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang saat ini tidak

mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Pemberdayaan dalam arti lain yaitu memberikan daya, memampukan, dan

memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sekitar situ, bahkan sangat

baik jika dapat meliputi seluruh warga yang berada di catchment area situ, dapat

menjadi bagian dari proses pembangunan masyarakat. Tujuannya tidak hanya

demi peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, namun juga pengembangan

kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam gerakan cinta lingkungan hidup dan

penyelamatan situ.

Sejarah perkembangan keterlibatan masyarakat dalam program-program

pengelolaan situ di Kota Depok menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan

partisipasi masyarakat berkat dorongan konsorsium LSM di Kota Depok.

Meskipun begitu, pendapat masyarakat masih belum sepenuhnya dianggap

penting dalam penyusunan konsep pembangunan daerah, seperti yang terjadi di

Situ Bojongsari dimana pihak Pokja Situ Bojongsari mengaku tidak memperoleh

undangan untuk menghadiri Musrenbang tingkat kelurahan untuk tahun 2012.

Musrenbang merupakan ajang bagi masyarakat untuk menyampaikan

Page 78: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

116

pandangannya mengenai pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh

daerahnya, termasuk situ. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah seringkali

dijadikan sebagai alasan untuk tidak melibatkan masyarakat dalam proses

Musrenbang dan kemudian menjadikan proses Musrenbang lebih didominasi oleh

pihak pemerintah (Sucipto & Prygina 2009). Alasan tersebut seharusnya dijadikan

dasar bagi pelaksanaan program peningkatan kualitas masyarakat oleh

pemerintah, dan bukan justru dijadikan alasan untuk tidak melibatkan mereka

dalam pembangunan daerah, karena sebenarnya warga masyarakat merupakan

potensi sumberdaya manusia yang dapat dijadikan sebagai aktor-aktor (subyek)

pembangunan.

Program-program pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan

harus mampu memotivasi masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari untuk

dapat secara kreatif mengembangkan potensi-potensi yang ada, baik yang terdapat

dalam diri mereka sendiri atau yang terkandung dalam lingkungan perairan Situ

Sawangan-Bojongsari. Langkah-langkah nyata berupa penyediaan fasilitas dan

pembukaan akses terhadap informasi dan peluang perlu dilakukan. Menurut

Scheyvens (1999) pemberdayaan komunitas lokal di suatu lokasi tujuan ekowisata

dapat meliputi pemberdayaan ekonomi, psikologi, sosial, dan politik. Program

pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari dapat

dilakukan sekaligus dalam rangka pengembangan wisata air situ melalui kegiatan

pelatihan kewirausahaan. Hal ini akan membuat masyarakat mandiri secara

ekonomi bahkan berpeluang sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Jenis

wirausaha yang dilakukan dapat berupa penyediaan barang dan jasa bagi kegiatan

wisata Situ Sawangan-Bojongsari, seperti membuka warung atau rumah makan

yang menyediakan makanan dan minuman, wirausaha tanaman hias,

pengembangan budidaya ikan hias, penyedia wahana wisata dan olahraga air, dan

lain sebagainya. Pemberdayaan juga perlu dilakukan terhadap pranata-pranata

sosial dan politik di masyarakat, seperti penanaman nilai-nilai budaya kerja keras,

kerjasama dan bertanggung jawab, penguatan lembaga-lembaga sosial

masyarakat, dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengambilan

keputusan yang menyangkut kepentingan dirinya.

Page 79: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

117

Pemberdayaan masyarakat juga dapat menjadi solusi untuk mencapai tujuan

konservasi situ. Masyarakat dapat dijadikan sebagai garda terdepan dalam proses

penjagaan situ karena keberadaan mereka yang selalu beraktivitas di sekitar situ.

Program pembentukan kader-kader peduli situ ini dapat saja dilakukan melalui

lembaga yang sudah terbentuk dalam masyarakat seperti Pokja Situ, melalui

kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang situ, termasuk pengetahuan tentang

situ dan peraturan terkait situ atau melalui pembentukan komunitas khusus yang

memang dididik untuk bertugas sebagai kader situ. Hal ini diharapkan dapat

meringankan tugas pemerintah dalam menjaga kelestarian situ.

Kegiatan-kegiatan edukatif perlu dimasukkan ke dalam rancangan program

pemberdayaan masyarakat sekitar situ. Menurut Zhang dan Lei (2012) program-

program edukatif diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan

masyarakat mengenai lingkungan dan pada akhirnya berdampak positif terhadap

sikap masyarakat terhadap ekowisata lahan basah. Pengetahuan tentang

sumberdaya alam setempat beserta karakteristiknya dapat dipadukan dengan

prinsip-prinsip pengelolaan wisata dalam tingkat yang dapat diterima oleh

masyarakat lokal, untuk dapat mendorong sikap positif masyarakat dan

meningkatkan keterlibatan mereka di dalam pariwisata lokal. Konsep serupa dapat

diterapkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar Situ Sawangan-

Bojongsari untuk pelestarian situ dan pengembangan wisata air situ. Kegiatan

edukatif yang akan dijalankan dapat meliputi edukasi mengenai lingkungan situ,

kewirausahaan, pariwisata, kepemimpinan, dan organisasi.

Kelompok-kelompok masyarakat dapat menjadi wadah bagi pelaksanaan

kegiatan-kegiatan edukatif yang merupakan bagian dari program pemberdayaan

masyarakat untuk berbagai aspek (ekonomi, sosial, politik, pengetahuan

masyarakat). Kelompok masyarakat tersebut meliputi kelompok masyarakat yang

sudah terbentuk (seperti Pokja Situ, Karang Taruna) atau dapat berupa kelompok-

kelompok baru yang juga beranggotakan masyarakat sekitar Situ Sawangan-

Bojongsari. Penguatan daya masyarakat adalah hal yang ingin dicapai sebagai

hasil dari pemberian edukasi kepada masyarakat melalui kelompok-kelompok

masyarakat tersebut.

Page 80: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

118

Rencana program pemberdayaan masyarakat di atas akan sangat berkaitan

dengan rancangan program lain yang dibentuk berdasarkan alternatif terpilih

lainnya. Oleh karena itu, pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tidak

dapat berdiri sendiri, melainkan harus disertai dengan pelaksanaan program-

program pendukungnya.

b. Sosialisasi

Sosialisasi menjadi alternatif terpilih kedua setelah pemberdayaan

masyarakat dengan bobot 0,206. Sosialisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai program-program

yang dijalankan oleh pemerintah, peraturan-peraturan, dan mengenai hal-hal lain

yang dianggap perlu. Sosialisasi yang minim dapat menurunkan efektivitas dan

efisiensi dari rancangan program yang telah dibuat. Tidak tercapainya keteraturan

yang merupakan tujuan dari peraturan tidak hanya dapat disebabkan oleh

lemahnya upaya penegakkan peraturan tersebut, namun juga karena minimnya

sosialisasi peraturan tersebut. Masyarakat bisa jadi tidak mematuhi suatu

peraturan bukan karena sengaja melanggar peraturan tersebut, namun karena

mereka memang tidak mengetahui keberadaan peraturan tersebut. Kegiatan

sosialisasi pun harus memperhatikan sasaran yang dituju. Sasaran yang berbeda

tentu memiliki karakteristik yang berbeda, oleh karena itu membutuhkan

pendekatan yang berbeda dalam penyampaian hal yang disosialisasikan.

Sosialisasi diperlukan dalam pelaksanaan program-program pengelolaan

Situ Sawangan-Bojongsari. Sebagai contoh, sosialisasi detail desain Situ

Sawangan-Bojongsari dalam rangka program revitalisasi Situ Sawangan-

Bojongsari tahun 2013 perlu dilakukan kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait

lainnya. Hal ini ditujukan demi kelancaran pelaksanaan kegiatan dan keberhasilan

program. Selain itu, sosialisasi juga diperlukan untuk menghindari terjadinya

konflik di kemudian hari. Sosialisasi rancangan pengembangan wisata air Situ

Sawangan-Bojongsari juga perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok,

khususnya oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Seni Budaya

(Disporasenbud) Kota Depok. Pihak Disporasenbud Kota Depok setuju untuk

mempertimbangkan pencanangan program pengembangan wisata satu situ setiap

Page 81: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

119

tahunnya. Jika Situ Sawangan-Bojongsari terpilih kelak sebagai situ yang akan

dikembangkan oleh Disporasenbud Kota Depok, maka kegiatan sosialisasi sudah

pasti menjadi satu tahap yang harus dijalankan. Kegiatan sosialisasi program

dapat dilakukan secara bertahap bergantung pada kesiapan pelaksanaan program

dan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan sosialisasi sebaiknya

juga dilakukan bagi program-program yang bersifat rutin, seperti pemasangan

bando situ (papan nama situ), pemasangan jogging track, dan penebaran benih

ikan pada situ (re-stocking).

Sosialisasi tidak hanya dilakukan terhadap program-program pengelolaan

situ dan pengembangan wisata air situ. Sosialisasi peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan kedua kegiatan tersebut juga harus dilakukan demi menciptakan

masyarakat yang sadar hukum. Peraturan-peraturan tersebut antara lain peraturan

garis sempadan situ, peraturan terkait KJA pada situ, peraturan mengenai

pengolahan air limbah domestik, serta peraturan terkait retribusi dan pajak wisata

pada situ.

Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa sosialisasi terhadap

peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, terutama oleh Pemerintah

Kota Depok, perlu dilakukan. Hal yang pernah terjadi pada saat pelaksanaan

Pertemuan Konsultasi Masyarakat mengenai detail desain Situ Sawangan-

Bojongsari pada saat penelitian berlangsung yaitu masih terdapat anggota

masyarakat yang mempertanyakan berapa jarak garis sempadan situ dari tepi situ.

Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi Peraturan Daerah Kota Depok No. 18

tahun 2003 tentang Garis Sempadan masih diperlukan. Selain itu, peraturan terkait

keberadaan KJA pada situ di Kota Depok, seperti yang telah dijelaskan pada

uraian sebelumnya, juga perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya

kesalahpahaman atau konflik dalam masyarakat. Pembangunan IPAL pada

saluran pembuangan yang mengarah ke Situ Sawangan-Bojongsari seperti yang

diharapkan oleh pihak Pokja Situ dan Forum Pokja Situ juga perlu memperhatikan

peraturan-peraturan terkait pelaksanaan pembangunan IPAL. Program

pengembangan wisata Situ Sawangan-Bojongsari juga perlu memasukkan

sosialisasi peraturan-peraturan terkait izin, retribusi, dan pajak wisata ke dalam

agenda pelaksanannya.

Page 82: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

120

Bentuk pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari melalui

alternatif sosialisasi dapat dilakukan melalui forum-forum diskusi kelompok

masyarakat sekitar situ dengan pihak-pihak lain yang terkait pengelolaan dan

pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari. Pemerintah Kota Depok dapat

bertindak sebagai pelaksana maupun fasilitator forum diskusi dan dengar

pendapat tersebut.

c. Rekomendasi Pengelolaan Kawasan

Alternatif rekomendasi pengelolaan kawasan menduduki peringkat ketiga

dengan bobot 0,181. Situ sebagai salah satu ekosistem alam tidaklah berdiri

sendiri dan merupakan bagian dari suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana

peristiwa yang terjadi pada bagian lain dari DAS tersebut akan dapat

mempengaruhi kondisi situ baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah

seorang responden menyebutkan bahwa beberapa situ di Kota Depok saling

terhubung satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya air

seperti situ haruslah melalui pendekatan terpadu dan menyeluruh (Kodoatie &

Sjarief 2008). Terpadu berarti mencakup keterikatan dengan berbagai aspek,

berbagai pihak (stakeholders), dan berbagai disiplin ilmu. Menyeluruh

mencerminkan cakupan yang sangat luas (broad coverage), melintasi batas antar

sumberdaya, antar lokasi, antar hulu dan hilir, antar kondisi, dan berbagai jenis

tata guna lahan. Pendekatan pengelolaan sumberdaya alam seperti situ haruslah

holistik dan berwawasan lingkungan.

Ekosistem situ memiliki karakteristik yang berbeda dengan sumberdaya air–

sumberdaya air lainnya. Oleh karena itu, pengelolaan situ tentu akan berbeda

dengan pengelolaan danau atau sungai atau ekosistem perairan lainnya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Sulastri (2003) yaitu karakteristik sistem perairan situ

atau danau-danau dangkal perlu dipahami dalam upaya mengelola dan

mempertahankan ekosistem perairan tersebut. Perairan situ merupakan suatu

ekosistem tersendiri yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling

berinteraksi serta sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar sistem perairan.

Setiap situ juga memiliki karakteristik tersendiri yang menyebabkan satu situ

membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan situ lainnya. Tidak semua situ

Page 83: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

121

memiliki nilai dan tipe pemanfaatan yang sama bagi masyarakat. Ukuran luas dan

kondisi situ (kualitas air, kondisi sempadan, flora dan fauna, dan lain sebagainya)

dapat mempengaruhi nilai situ bagi masyarakat dan tipe pemanfaatan oleh

masyarakat, termasuk pemanfaatannya sebagai tempat wisata.

Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari telah menimbulkan kesan bahwa

situ terbagi menjadi dua wilayah karena situ dikelola oleh dua Pokja Situ yang

masing-masing berwenang di wilayahnya. Hal ini telah dijelaskan pada uraian

sebelumnya mengenai pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Kerjasama di

antara kedua Pokja Situ harus ditingkatkan agar pengelolaan situ dapat berjalan

lebih terpadu. Selain itu, seharusnya dua Pokja Situ tersebut digabungkan dalam

satu wadah pengelola Situ Sawangan-Bojongsari agar hasil pengelolaan lebih

efektif dan efisien. Rasa kebersamaan akan memiliki situ perlu ditumbuhkan pada

diri anggota kedua Pokja Situ. Pemerintah sebagai pihak yang memegang peran

strategis dalam pengelolaan situ perlu menstimulasi pencapaian hal tersebut.

Pelaksanaan alternatif rekomendasi pengelolaan kawasan dapat dilakukan

dengan menyusun suatu pedoman pengelolaan situ di Kota Depok, dan secara

khusus dengan menyusun pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari.

Rencana penyusunan pedoman pengelolaan situ di Kota Depok telah menjadi

wacana di kalangan Forum Pokja Situ dan Pemerintah Kota Depok hingga saat

ini. Namun, baik pihak pemerintah maupun masyarakat berharap hal tersebut

dapat segera diwujudkan karena akan memberikan pengarahan positif bagi

pengelolaan situ di Kota Depok. Pedoman pengelolaan situ di Kota Depok

tentunya merupakan pedoman yang ditujukan untuk menciptakan pengelolaan situ

yang terpadu dan menyeluruh. Keterlibatan berbagai pihak terkait, berbagai

disiplin ilmu, dan pertimbangan akan cakupan yang luas (situ sebagai bagian dari

DAS) adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan pedoman

pengelolaan situ tersebut. Pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari yang

akan disusun juga perlu mencakup aturan mengenai keharusan adanya kerjasama

di antara masyarakat di kedua wilayah dalam satu wadah Pokja Situ Sawangan-

Bojongsari. Selain itu, pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari harus

disusun berdasarkan karakteristik Situ Sawangan-Bojongsari.

Page 84: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

122

Pedoman zonasi ekosistem situ juga dapat disusun sebagai bentuk lain dari

pedoman pengelolaan ekosistem situ. Pedoman ini akan dijadikan sebagai

panduan bagi pelaksanaan pemanfaatan ruang pada situ yang disesuaikan dengan

karakteristik masing-masing situ. Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia telah

mengeluarkan Pedoman Zonasi Ekosistem Danau yang diperuntukkan bagi

ekosistem danau alami air tawar dan menyebutkan bahwa pedoman zonasi untuk

bentuk perairan lainnya, termasuk situ, akan dilakukan pengaturan secara

tersendiri (KLH 2011). Hal yang sangat baik jika Pemerintah Kota Depok

bersama dengan instansi-instansi lain terkait situ mampu mengembangkan suatu

sistem zonasi pemanfaatan ruang pada situ-situ di Kota Depok yang kemudian

dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi pengelolaan situ di Indonesia.

Berbagai bentuk pedoman pengelolaan kawasan yang ditetapkan kemudian,

diharapkan dapat dikukuhkan dalam bentuk kebijakan yang mengikat.

Upaya pengelolaan kualitas perairan situ untuk pengembangan wisata air

Situ Sawangan-Bojongsari merupakan upaya yang memerlukan kesungguhan dari

semua pihak yang terkait. Optimalisasi pembenahan dan pengembangan pada

elemen-elemen yang dianggap sebagai elemen prioritas dapat dilakukan untuk

kemudian disusun menjadi langkah-langkah penting pada tahap awal perencanaan

pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air. Adapun

langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai strategi pengelolaan kualitas

perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah

sebagai berikut:

1. Penguatan daya masyarakat sekitar situ dilakukan melalui pembentukan atau

penguatan kelompok masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang perlu

diperkuat adalah Pokja Situ Sawangan-Bojongsari. Penggabungan dua Pokja

Situ dapat menjadi satu alternatif yang baik untuk menyelaraskan pengelolaan

situ yang selama ini dilakukan terpisah. Selain itu, peningkatan kualitas

sumberdaya manusia yang tergabung di dalamnya juga harus dilakukan untuk

menunjang pelaksanaan tugas-tugas yang dimiliki oleh Pokja Situ.

Pembentukan suatu kelompok edukasi bagi masyarakat juga dapat dilakukan

untuk mewujudkan tujuan peningkatan pemahaman masyarakat tentang

Page 85: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63084/7/BAB IV Hasil... · Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

123

ekosistem situ dan pengembangan wisata air situ. Baik Pokja Situ maupun

kelompok edukasi dapat berperan sebagai wadah untuk menumbuhkan rasa

kerjasama atau kegotongroyongan masyarakat, sehingga partisipasi

masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan situ pun meningkat.

2. Penguatan hubungan kerjasama antar semua pihak terkait pengelolaan Situ

Sawangan-Bojongsari melalui forum-forum diskusi. Kelompok masyarakat

yang telah terbentuk kemudian perlu membangun kerjasama dengan pihak

terkait lainnya, yaitu pemerintah, swasta, dan LSM. Forum diskusi dapat

ditujukan untuk mensosialisasikan program-program kerja dan peraturan-

peraturan, serta untuk menyaring aspirasi-aspirasi guna mewujudkan

pengelolaan kualitas perairan situ untuk pengembangan wisata air Situ

Sawangan-Bojongsari. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan peran serta

masing-masing pihak dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari.

3. Penyusunan pedoman pengelolaan kawasan situ di Kota Depok, termasuk

pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari, oleh Pemerintah Kota

Depok. Pemerintah Kota Depok dapat menjadi pemrakarsa dalam hal

penyusunan pedoman pengelolaan situ yang nantinya juga dapat dimanfaatkan

oleh pihak-pihak lain atau pemerintah daerah lain untuk dijadikan sebagai

contoh bagi daerahnya.