Page 1
PERAN KOHATI CABANG CIPUTAT PERIODE 1970-1980
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN
INTELEKTUAL MAHASISWA IAIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
oleh
Maria Ulfah
NIM: 104022000804
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
Page 2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang
lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 16 Maret 2011
Penulis
Page 3
i
ABSTRAKSI
KOHATI Cabang Ciputat dalam perkembangannya pada masa 1970-
1980an ternyata memiliki peranan yang begitu besar terhadap perkembangan
intelektual mahasiswa IAIN Jakarta. Hal itu disebabkan begitu gigihnya para
kader KOHATI Cabang Ciputat dalam menjaga eksistensi organisasi baik dari sisi
internal maupun eksternal, sehingga menyebabkan penulis ingin meneliti hal
tersebut.
Skripsi ini menjelaskan tentang peran KOHATI Cabang Ciputat periode
1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN
Jakarta yang dilengkapi oleh data-data yang bersifat primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan beberapa tokoh
KOHATI Cabang Ciputat, dan data sekunder diperoleh dengan melakukan studi
literatur berupa dokumen, buku, dan arsip. Adapun metode yang dipakai adalah
metode penelitian sejarah.
Ada beberapa prestasi dari kader KOHATI Cabang Ciputat yang
ditampilkan dalam skripsi ini sebagai bukti bahwa KOHATI Cabang Ciputat pada
masa itu berhasil membina kader pada wilayah internal dan menjadi pelopor bagi
perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada wilayah eksternal.
Skripsi ini pada hakikatnya hanya membahas bagaimana peran KOHATI
Cabang Ciputat dalam perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta, dan
sedikit menyinggung proses perkembangan KOHATI ditingkat Nasional sebagai
gambaran perkembangan KOHATI ditingkat daerah salah satunya yaitu KOHATI
Cabang Ciputat.
Page 4
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang maha menguasai segala sesuatu, telah memberikan kesabaran dan
mempermudah segala sesuatu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam, penulis sampaikan kepada manusia paling agung
di muka bumi ini, yakni Nabi Muhammad SAW. Juga kepada keluarga, sahabat-
sahabat setianya, dan kepada pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Semoga kita semua mendapat syafaat dari Rasulullah yang mulia di hari
penghisapan nanti. Amin.
Selanjutnya selama penyusunan skripsi ini. Dan selama penulis menuntut
ilmu di Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis banyak mendapat
bantuan, baik secara moril maupun materil dari orang-orang yang sangat berjasa
kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
dan semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang memberi balasan pahala
yang setimpal kepada:
1. DR. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. M. Ma`ruf Misbah, MA., dan Sholikatus Sa`diyah, M.Pd., selaku
ketua dan sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Page 5
iii
3. Drs. Saidun Derani, MA., selaku Pembimbing Akademik dan Dra. Hj.
Tati Hartimah, MA., selaku pembimbing Skripsi penulis, yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan skripsi
kepada penulis. Dan H. Nurhasan, S. Ag., MA., yang telah menjadi
dosen Seminar Skripsi.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pengajaran dan teladan kepada penulis.
5. Pimpinan dan seluruh Staf pegawai Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis
untuk mendapatkan data-data referensi.
6. Almarhumah dan almarhum Ibunda&ayahandaku tercinta dan tersayang,
semoga Allah menempatkan kalian disurganya, Amin. Terimakasih yang
begitu besar atas semua bentuk perhatian, do`a, bimbingan dan ridha
kalian kepada anakmu ini sewaktu kalian masih hidup. Sampai pada
akhirnya anakmu bisa sampai menyelesaikan skripsi ini. Ini semua untuk
Ibunda&Ayahandaku. Love You Ibu&Ayah………..
7. Adikku tersayang, M. Rezza Tantowi, terima kasih atas semangat dan
dukungannya.
8. Seluruh keluarga besarku, Enya`, Om-om dan tante-tante penulis, terima
kasih atas bantuannya yang telah membantu penulis membiayai
sepenuhnya kuliah kepada penulis. Tanpa kalian semua penulis mungkin
Page 6
iv
belum bisa merasakan duduk di bangku kuliah. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan kalian. Amin.
9. Mas Eyi, terima kasih atas segala-galanya, semangat, dukungan, cinta,
sayang, perhatian, dan kesabarannya. I Love You So Much! Untuk
KOHATI Cabang Ciputat, HMI Cabang Ciputat, dan kawan-kawan HMI
KOFAH, terima kasih atas support kalian semua.
10. Teman-teman penulis, khususnya Mahasiswa/i Fakultas Adab dan
Humaniora Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Murniawati, Nur Aini,
St. Rohimah, Fatimah, Anita, Sumarni, Nurhasanah, Cinthya, Indah,
Saidah, Yulia, Nur Endah, Khairuddin, M. Raivendra, serta yang lainnya
yang tidak dapat disebut satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi penulis
sendiri dan bagi pembaca.
Jakarta, 18 Maret 2011
Penulis
Page 7
v
i
ii
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI............................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dan Alasan Pemilihan Judul ........ 1
B. Permasalahan Pokok .............................................................. 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 11
D. Landasan Teoritis ................................................................... 14
E. Metode Penelitian .................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 19
BAB II SEJARAH BERDIRINYA KOHATI
A. Latar Belakang Didirikannya KOHATI ................................ 21
B. Tujuan Berdirinya KOHATI.................................................. 26
1. Kualitas Insan akademis ..................................................... 27
2. Kualitas insan pencipta ; insan akademis pencipta .............. 27
3. Kualitas insan pengabdi ; insan akademis, pencipta
pengabdi ...................................................................... 28
4. Kualitas insan yang bernafaskan Islam ; insan akademis,
pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam ......................... 28
Page 8
vi
5. Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT ........... 29
C. Struktur Kepengurusan KOHATI Cabang Ciputat .............. 31
D. Fungsi dan Peran KOHATI.................................................... 34
1. Aspek Internal .................................................................... 36
2. Aspek Eksternal .................................................................. 37
BAB III PERKEMBANGAN KOHATI CABANG CIPUTAT PADA
PERIODE 1970-1980
A. Situasi dan Kondisi KOHATI Cabang Ciputat di Era 1970-
1980 .......................................................................................... 38
1. KOHATI pada periode 1970-1971 ........................................ 41
2. KOHATI Pada periode 1971-1974 ........................................ 41
3. KOHATI periode 1974-1976 ................................................ 42
4. KOHATI periode 1976-1978 ................................................ 42
5. KOHATI periode 1978-1980 ................................................ 43
B. Hubungan Mahasiswa IAIN Jakarta Dengan KOHATI
Cabang Ciputat ....................................................................... 50
C. Landasan Gerakan Filosofis dan Teologis KOHATI
Cabang Ciputat ....................................................................... 53
1. Landasan Filosofis ................................................................ 53
2. Landasan Teologis ................................................................ 55
Page 9
vii
BAB IV PERANAN KOHATI CABANG CIPUTAT DALAM
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN PENGARUHNYA
BAGI MAHASISWA IAIN JAKARTA
A. Peranan KOHATI Cabang Ciputat Dalam Perkembangan
Intelektual ............................................................................... 63
B. Sikap Mahasiswi IAIN Jakarta Terhadap KOHATI
Cabang Ciputat ....................................................................... 66
C. KOHATI Cabang Ciputat dan Pengaruhnya terhadap
Perkembangan Intelektual Mahasiswi Dan Alumni IAIN
Jakarta.......... ........................................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Judul
Permasalahan perempuan senantiasa berkembang seiring dengan
perubahan masyarakat. Pemikiran-pemikiran yang bersifat mendalam sangat
diperlukan, mengingat permasalahan tersebut merupakan hal yang sangat
mendasar dan menuntut keluasaan dan kedalaman peran dan fungsi
perempuan. Pada gilirannya perempuan yang berkualitaslah yang dapat
menjawabnya.
Perempuan sebagai salah satu elemen penting dalam masyarakat,
khalifah di muka bumi, harus turut memainkan perannya dalam mewujudkan
masyarakat yang berkeadilan. Memperjuangkan kepentingan perempuan
dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam rangka
mewujudkan bangsa yang sejahtera, adil dan makmur. Sadar akan
permasalahan seperti diuraikan di atas sejak awal Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) melalui Korps HMI-wati telah berusaha untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kualitas sumber daya mahasiswi dalam berbagai aspek
yang terkait dengan masalah-masalah perempuan secara akademis. Sebagai
salah satu strategi memperluas missi Himpunan Mahasiswa Islam (selanjutnya
ditulis HMI)1 di segala aspek, memperkuat kualitas dan peranan Korps HMI-
1HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) didirikan oleh Lafran Pane di Yogyakarta pada
tanggal 5 Februari 1947. Dengan tujuan awal mempertahankan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat Republik Indonesia, Lihat Modul LK 1 (Latihan Kader 1), Muhammad
Ridwan Dkk, (Ciputat: HMI Cabang Ciputat, Revisi terbaru 2009), hal. 1
Page 11
2
wati, KOHATI secara kelembagaan dan struktural adalah sebagai badan
khusus dalam HMI yang prioritas tugasnya terkait dengan pemberdayaan
perempuan dalam tubuh HMI2, dalam kegiatannya harus selalu bersinergi
dengan HMI yang dalam realitas kegiatannya penuh dengan kebijaksanaan
yang dilandasi keimanan kepada Allah SWT, serta berpedoman pada
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (selanjutnya ditulis AD/ART)
yang dioperasionalisasikan penjabarannya dalam Pedoman Dasar KOHATI.
KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-wati, KOHATI adalah
badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan
meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan
keperempuanan secara akademis. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil
Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M di Solo.
KOHATI berkedudukan di tempat kedudukan HMI, dan KOHATI adalah
bidang keperempuanan di HMI setingkat. Tujuan KOHATI adalah terbinanya
muslimah berkualitas Insan Cita. Muslimah dimaksud adalah dalam posisi dan
perannya sebagai mahasiswa.3
KOHATI secara struktural sebagai sebuah badan khusus HMI yang
bersifat semi otonom dan berfungsi sebagai wadah untuk membina,
mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan
dinamika gerakan keperempuanan serta mewujudkan kader muslimah yang
2KOHATI (Korps HMI_wati) didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan
dengan tanggal 17 September 1966 di Solo, Lihat Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI
XIX, Optimalisasi Peran KOHATI Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS
KOHATI Palembang 28 Juli – 3 Agustus 2008, (Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita, 2008), hal. 76 3Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI…………..hal. 76
Page 12
3
berkualitas Insan Cita. KOHATI sebagai organisasi kaum intelektual harus
mampu melakukan peran-peran yang strategis dan ideologis secara internal
eksternal terutama memberikan masukan-masukan pemikiran akademis yang
menyangkut kebijakan, karena wilayah tersebut membutuhkan kajian dan
analisis yang mendalam dari kaum yang terdidik dan terpelajar.
KOHATI harus mampu memberikan warna dan sumbangsih pemikiran
terhadap kebijakan yang dihasilkan oleh negara. Di samping mengawal
kebijakan, KOHATI juga harus mampu mengawasi perilaku-perilaku
masyarakat agar tidak mendiskriminasikan perempuan, karena bagaimanapun
kebijakan yang sudah berspektif gender tidak akan ada artinya jika dalam
praktiknya kebijakan tersebut tidak diaplikasikan peran KOHATI yaitu
analisis fungsi dan peran sebagai putri, istri, ibu, dan anggota masyarakat. Hal
yang paling menjadi perioritas utama KOHATI pada saat itu adalah ikut serta
dalam perkembangan dan kemajuan pendidikan bagi anak-anak perempuan.
Oleh karenanya arah atau orientasi pengaderan khusus KOHATI sejak
tahun 70`an bertumpu pada analisis fungsi, sejalan dengan program
pembangunan yang bertumpu pada Panca Dharma Wanita. Dengan fungsi dan
peran di atas, KOHATI harus mampu memainkan perannya terutama yang
berkaitan dengan masa depan perempuan Indonesia. Dengan mengoptimalkan
fungsi dan peran tersebut di atas, maka keberadaan KOHATI dapat diakui
oleh kalangan luas terutama yang menyangkut dengan bargaining position
(daya tawar). Hal ini dilakukan bukan dalam rangka pragmatisasi tetapi dalam
komposisi untuk memperjuangkan misi untuk mencapai tujuan.
Page 13
4
Dewasa ini daya tawar KOHATI baik secara internal dan eksternal
organisasi termasuk pada kelompok-kelompok perempuan strategis pun belum
banyak mengenal KOHATI. Agar kiprah KOHATI diakui dan dirasakan oleh
kalangan luas perlu dirancang strategi yang matang oleh pengambil kebijakan
tentang KOHATI. Hal itu juga terkait dengan fungsi secara internal, karena
bagaimanapun untuk melahirkan kebijakan eksternal juga membutuhkan
koordinasi yang rapi di internal organisasi dan program-program yang
dirancang juga harus visioner.
Seiring dengan tuntutan zaman yang menghendaki terjadinya
tranformasi pemikiran yang mengharuskan kader-kader HMI khususnya HMI-
wati harus mampu menyeragamkan pemahaman terhadap lembaga KOHATI
sebagai wadah perjuangan sehingga dapat meminimalisir ancaman yang dapat
menghancurkan satu kesatuan KOHATI sebagai wadah perjuangan bersama.
Salah satu ancaman tersebut adalah munculnya pola woman to move woman.
Isu dan gerakan perempuan merupakan isu dan gerakan yang telah
mengglobal, boleh dikatakan bahwa hari ini gerakan yang lebih terpola dan
mainstream adalah gerakan perempuan, isu dan gerakan ini telah merambah
keberbagai segmen termasuk menyentuh masyarakat paling bawah. Bahkan
Organisasi Internasional seperti PBB sekalipun telah mengeluarkan kebijakan
CEDAW (Committee on the Elimination of Discrimination againts Women)
untuk memprioritaskan perempuan dalam membangun manusia.
Dalam konteks Indonesia Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
dalam memprioritaskan wanita yang tertuang dalam Undang-Undang Anti
Page 14
5
Diskriminasi yaitu Undang-Undang nomor 007/1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277)4. Untuk itu
sudah seharusnya semua kebijakan yang dikeluarkan oleh negara harus
memperhatikan dan mengakomodir kepentingan perempuan. Mengingat
belum semua komponen yang terkait dapat mengambil kebijakan tersebut
belum punya mainset yang berspektif gender, maka perlu dilakukan upaya
advokasi oleh pihak-pihak yang punya sense of gender.
Sebagai sebuah organisasi kader, HMI memiliki suatu wadah
pembinaan HMI-wati yang sangat tepat bagi HMI untuk siap menghadapi
masa pasca mahasiswa. Namun selalu saja tidak pernah lelah membicarakan
keberadaannya dari kongres ke kongres. HMI sebagai sebuah organisasi yang
sudah dewasa sudah mampu untuk mengadakan spesialisasi dalam langkahnya
KOHATI sebagai salah satu badan khusus yang ada di HMI, bukanlah suatu
badan khusus yang melakukan spesialisasi gerak langkahnya dimana ia bukan
tempat perkumpulan HMI-wati, tetapi perkumpulan HMI-wati dalam bidang
keperempuanan. Keanggotaan KOHATI otomatis pasif karena semua HMI-
wati ada di dalamnya. Dengan keberadaan wadah KOHATI, HMI-wati
mempunyai “laboratorium khusus” tempat melakukan riset dan pendalaman
4http//biro-pemberdayaan-perempuan-propinsi-ntt.com/index.php?=com
content&view=article&id=15&Itemid=24
Page 15
6
ilmu mengenai hal-hal yang tidak dapat di bangku kuliah, namun sangat
bermanfaat dalam hidup bermasyarakat kelak5.
Selain dapat kendala dalam perkaderan, HMI-wati juga menghadapi
masalah baru dalam kultur HMI. Terdapat beberapa kebiasaan dan perilaku
organisasi di HMI yang sering tidak melibatkan HMI-wati dalam partisipasi
politik dan forum pengambilan kebijakan strategis. Maka dibutuhkan
kepekaan dalam melihat persoalan partisipasi politik HMI-wati dalam
mengetahui kebutuhan strategis dan spesifik perempuan.
KOHATI PB HMI mengikuti dan selalu terlibat dalam pengambilan
keputusan di PB HMI serta melakukan pembinaan HMI-wati sebagai tugas
utamanya. Namun terdapat kendala-kendala kultural dan juga struktural
sehingga tidak semua dapat terealisasi. Oleh karena itu perlu evaluasi dan juga
langkah-langkah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terkait dengan
HMI-wati. Kondisi tersebut kemudian diperparah dengan ketidakpahaman
kader HMI baik pengurus maupun anggota HMI-wan maupun HMI-wati
mengenai kelembagaan khusus ini. Ranah kerja organisasi menjadi simpang
siur, karena ternyata terkadang tidak terdapat koordinasi yang baik antara
badan khusus ini dengan induknya HMI. Dan HMI pun kemudian luput
melakukan koordinasinya terhadap badan-badan khusus yang dimilikinya.
Sehingga memang masih jauh dari harapan perempuan yang untuk dapat
mempersiapkan diri menjadi tiang negara. Persiapan menjadi muslimah yang
lebih matang.
5Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI……………hal. 13
Page 16
7
KOHATI Cabang Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat, Kabupaten
Banten, Provinsi Jawa Barat. Dan sekarang adalah terletak di bawah Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Bila dilihat dari letaknya, Ciputat
merupakan daerah yang strategis, karena letaknya yang berada di tengah –
tengah kota. Masuk kedalam provinsi Banten, berbatasan langsung dengan
DKI Jakarta.
Seperti yang dilansir dari wawancara penulis dengan Noor Jannah
Shomad, Di era kepengurusan beliau kegiatan yang pernah dilakukan
KOHATI Ciputat terbagi dalam bidang ekstern dan intern. Dalam bidang
intern yaitu silaturahmi dengan alumni. Bentuknya mengadakan arisan dan
keterampilan. Dan dalam bidang ekstern yaitu pengembangan masyarakat
melalui pengajian-pengajian majlis ta`lim yang diadakan setiap hari Jum`at6.
Adapun kesuksesan yang pernah diraih KOHATI Cabang Ciputat
kepengurusan Noor Jannah Shomad adalah di bidang ekstern KOHATI
Cabang Ciputat bekerja sama dengan Darma Wanita dan juga pada tingkat
kecamatan. Sedang di bidang intern yaitu mengadakan bazaar, dan
mengadakan lomba bayi sehat.
Selanjutnya wawancara penulis dengan salah satu pelaku sejarah
KOHATI, yakni Rahmi Fauziah, Beliau menjelaskan bahwa Ciputat di era
tahun 1970-1980 saat itu sangatlah berbeda jauh dengan masa kini, semua
masih serba minim, di sekitar Ciputat saat itu hanya ada kebun karet, angkutan
6Wawancara Langsung dengan Noor Jannah Shomad Pada hari Selasa, tanggal 01 Maret
2011.
Page 17
8
umum pun saat itu belum banyak seperti saat ini, yang kalau sekarang dimana-
mana serba macet. Komunikasi handphone pun belum ada7.
Kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Cabang Ciputat pada masa
kepengurusan bunda Rahmi Fauziah ini adalah mengadakan up grading, basic
training, seminar, arisan, merayakan hari-hari besar seperti hari Kartini,
Maulid Nabi Muhammad SAW, serta Isra’ Mi’raj. Kumpul-kumpul di
Komisariat adalah hal yang selalu dilakukan, ada atau tidaknya kegiatan, tetap
berkumpul di Komisariat.
Jika tidak berorganisasi, maka tidak akan ada kegiatan apa-apa. Seperti
rutinitas mengikuti acara majlis ta’lim yang dilaksanakan setiap malam
Jum’at. Kegiatan intra kampus yang dilakukan oleh pihak akademik kampus
seperti Fosma (sekarang Propesa), Penerimaan Mahasiswa Baru, Bimbingan,
serta menyediakan akomodasi untuk acara tersebut. Semua mahasiswa IAIN
turut serta ambil bagian dari acara tersebut, terlebih para anggota HMI-wan
dan HMI-wati.
Mahasiswa sebagai salah satu komponen masyarakat terpelajar sangat
penting dan sangat besar pengaruhnya di dalam laju pergerakan sebuah
bangsa. Dalam konteks Indonesia modern, mahasiswa telah terbukti berada di
garda depan di dalam sejumlah proses perubahan sosial dan bahkan politik.
Tradisi intelektual di kalangan mahasiswa yang kritis, terkadang anti
kemapanan, dan independent tidak pernah lahir begitu saja secara langsung.
7Wawancara Langsung dengan Bunda Rahmi Fauziah, pada Hari Jum`at, tanggal 25
Februari 2011.
Page 18
9
Hal ini selalu diawali dengan pergulatan pemikiran yang intensif, kritikal, dan
terbuka. Dalam konteks IAIN, dimana nilai-nilai keagamaan sering menjadi
pertimbangan yang signifikan, atmosfir intelektualisme yang dikembangkan
mungkin tidak selalu sejalan dengan tradisi intelektual yang berkembang pada
kampus-kampus Universitas dan Perguruan Tinggi umum.
Namun demikian, ada hal yang perlu dicatat bahwa, kelompok-
kelompok studi mahasiswa yang sering menjadi tempat penggodokan berbagai
ide-ide segar mahasiswa juga berkembang pesat di beberapa lingkungan IAIN.
Terlebih dilingkungan IAIN Jakarta. Akibatnya, terdapat beberapa garis
benang merah yang menghubungkan antara sesama mahasiswa tersebut. Dan,
dari sini, muncul beberapa kelompok studi yang berkembang di lingkungan
IAIN Jakarta yang juga diakui keberadaannya oleh kelompok-kelompok
lainnya.
Dari pengamatan penulis, di lingkungan kampus IAIN Jakarta terdapat
beberapa kelompok studi dan diskusi mahasiswa, beberapa di antaranya cukup
dikenal pada skala nasional pada akhir 80-an dan awal 90-an, seperti Formaci
(Forum Mahasiswa Ciputat), Piramida Circle, dan Respondeo.
Kampus sebagai tempat yang dikenal menampung para intelektual tidak
bisa dipisahkan dari budaya berdiskusi, membaca, menulis, dan berorganisasi.
Namun seiring berjalannya waktu budaya itu mulai langka. Menurut Prof. Dr.
Thoha Hamim, mahasiswa IAIN supel tahun 70-an. Dia berpendapat bahwa
Page 19
10
mahasiswa sekarang mengalami penurunan drastis. Orientasi kuliah tak jelas
dan lebih banyak mengarah pada pencapaian kepuasan sesaat8.
Hal-hal tersebut di atas mendasari penulis untuk lebih jauh mengetahui:
PERAN KOHATI CABANG CIPUTAT PERIODE 1970-1980 DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
MAHASISWA IAIN JAKARTA.
Adapun alasan dari pemilihan judul tersebut dibuat untuk lebih
mengetahui seputar peran KOHATI dan kaitannya pula dengan intelektual
mahasiswi IAIN Jakarta pada masa itu. Pertanyaan itu ternyata mampu
mengubah materi menjadi energi yang menggerakkan penulis untuk
menelitinya secara mendalam dan sistematis agar penulis dapat lebih
mengetahui peran KOHATI Cabang Ciputat serta pengaruhnya bagi
mahasiswi IAIN Jakarta terhadap perkembangan intelektualitasnya.
B. Permasalahan Pokok
Permasalahan pokok yang dibahas dalam skripsi ini ialah peran
KOHATI Cabang Ciputat pada kurun waktu antara tahun 1970-1980, serta
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektualitas mahasiswi IAIN Jakarta.
Kajian ini difokuskan terhadap permasalahannya dibidang historio politik dan
sosial. Untuk itu maka penulis merumuskan masalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan memandu dalam proses analisis
masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:
8Redaksi Arrisalah, edisi 44
Page 20
11
1. Program kerja apa sajakah yang pernah dilakukan KOHATI Cabang
Ciputat di era tahun 1970-1980?
2. Siapa sajakah Ketua Umum-Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat
periode 1970-1980?
3. Bagaimana perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada masa
itu?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini berupaya menjelaskan peran KOHATI Cabang Ciputat
pada periode 1970-1980, sebagai upaya untuk mengetahui historio organisasi
mahasiswa pada saat itu. Selain itu juga pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektualitas mahasiswi IAIN Jakarta. Intelektual saat ini perkembangannya
sudah sangat pesat, cepat dan tajam. Fokus kajian ilmu pengetahuan sudah
menjamur dimana-mana, termasuk kajian ilmu tentang keperempuanan,
khususnya di dunia politik. Organisasi-organisasi pun mulai bermunculan
dengan beragam visi dan misinya serta tujuan yang hendak dicapainya.
Walaupun muncul berbagai pertanyaan, apakah organisasi-organisasi tersebut
sudah sesuai dengan masyarakat masa kini? Apakah organisasi itu sudah
mampu menampung suara rakyat yang membutuhkan bantuannya? Lalu
bagaimana dengan KOHATI Cabang Ciputat itu sendiri? Apakah
perkembangannya sudah meningkat jauh sebelum perjuangan pendahulu-
pendahulunya dalam membela kepentingan kaum perempuan dan umat pada
umumnya?
Page 21
12
Disini terlihat jelas bahwa gambaran besar keinginan KOHATI
khususnya KOHATI Cabang Ciputat ingin membuktikan bahwa posisi
ataupun status keberadaan badan khusus HMI yang diberi nama KOHATI
adalah tidak lain untuk memperkuat posisi dari missi HMI ke dalam tubuh
HMI, sebagai bagian dari tubuh HMI yang lahir dari rahim HMI itu sendiri.
Bukan sebagai pesaing HMI, karena KOHATI lahir dari tubuh HMI,
menginduk pada HMI. Sebagai upaya dalam mewakili tumbuhnya budaya
masyarakat yang kurang banyak terhadap golongan masyarakat yang dianggap
secara class-class atau komunitas perempuan. Bukankah kebaikan yang tidak
terorganisir dengan baik akan dapat dikalahkan oleh keburukan yang tidak
terorganisir dengan baik? Di situlah dibutuhkan pengorganisasian secara
kelembagaan KOHATI. HMI sebagai organisasi tertua di Indonesia yang
modern sudah harus melakukan spesifikasi dalam pelaksanaan tugasnya, yang
dibentengi oleh AD ART (Anggaran Dasar Rumah Tangga) dan peraturan
organisasi lain.
Dan keberadaan KOHATI yang diwakili oleh Bidang Pemberdayaan
Perempuan di HMI setidaknya telah menjalankan fungsi spesialisasinya untuk
isu keperempuanan. Dan organisasi dimanapun didunia tidak dapat terhindar
dari spesifikasi isu ini, kita diciptakan memang berbeda, dan kemudian untuk
itulah kita saling melengkapi, bukan saling menghancurkan.
Peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya
terhadap perkembangan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta sangat menarik
untuk di tulis. Hal ini mengingat bahwa tulisan-tulisan yang berkenaan dengan
Page 22
13
objek tersebut amatlah minim sekali, hal ini di karenakan terbatasnya sumber-
sumber yang membahas perihal organisasi tersebut. Kalau bukan merupakan
bagian kecil dalam konteks studi yang lebih luas, mayoritas para penulis dan
para sarjana hanya membahas tentang induk dari KOHATI itu sendiri, yakni
HMI. Sebagaimana kita tahu dan sebagian banyak orang membenarkan bahwa
lebih mengenal HMI itu sendiri dibandingkan dengan KOHATI. Jika kita
lakukan survey kebeberapa orang dan kita beri mereka pertanyaan hanya
mengetest seputar pengetahuan mereka dengan pertanyaan: Tahukah anda
KOHATI itu apa? Ya, mungkin kalau kita beri pertanyaan itu kepada
mahasiswa-mahasiswi mayoritas mereka akan menjawab dengan kata ”ya”
apalagi jika bertanya kepada kader HMI dan KOHATI itu sendiri. Lalu
bagaimana dengan jawaban diluar perguruan tinggi? Kemungkinan besar
mereka akan menjawab “tidak tahu”. Oleh karena itu disini penulis tergerak
untuk membuat tulisan yang berkaitan dengan KOHATI. Agar kiranya
siapapun dapat mengenal dan mengetahui dengan KOHATI itu sendiri. Peran
KOHATI Cabang Ciputat khususnya periode 1970-1980 itu dipandang sangat
berguna, terutama bagi mereka yang berminat meneliti tentang sejarah
perkembangan KOHATI di Cabang Ciputat. Banyak dari kalangan masyarakat
yang tidak mengetahui perihal tentang KOHATI dan perkembangan KOHATI
itu sendiri. Mereka beranggapan bahwasanya KOHATI itu tidak penting dan
tidak berkembang, padahal sebaliknya KOHATI berpengaruh besar pada
periode 1970-1980. Dengan demikian penelitian ini selain dapat menjadi
bahan revisi terhadap pandangan ketidaktahuan seperti yang di sebutkan di
Page 23
14
atas. Peran KOHATI Cabang Ciputat pada periode 1970-1980, dapat di
harapkan akan memberikan suatu informasi yang lebih mendetail mengenai
peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980, serta pengaruhnya
terhadap perkembangan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta.
D. Landasan Teoritis
Setiap bentuk persekutuan (perkumpulan) dua orang atau lebih yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat dalam suatu ikatan
hirarkis, dimana senantiasa terdapat hubungan antar sesama (atasan dan
bawahan) disebut organisasi. KOHATI sebagai badan khusus yang dibentuk
oleh HMI tidak saja diadakan sekedar untuk kebutuhan perkembangan
organisasi, akan tetapi hal yang lebih substanstif adalah sebagai sarana yang
penting bagi media pembinaan kader HMI-wati dalam peningkatan kualitas
diri.
Segala aspek yang terkait dengan peran KOHATI Cabang Ciputat serta
pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswi IAIN Jakarta
kiranya dapat dipahami dengan pemikiran yang lebih umum tentang aktivitas
organisasi tersebut beserta perkembangan intelektual mahasiswanya. Sesuai
dengan orientasi pembahasan skripsi ini melalui Penggunaan kerangka teoritis,
pendekatan sosial politik9 dalam penelitian dapat mempermudah peneliti
melakukan rekonstruksi sejarah yang berfungsi sebagai alat untuk
menginterpretasikan data-data yang telah didapat dari tahap heuristik. Dengan
9Sosiologi Politik merupakan, penyelidikan mengenai kaitan antara masalah-masalah
politik dan masyarakat, antara struktur sosial dengan struktur politik, dan antara tingkah laku sosial
dengan tingkah laku politik. Lihat Pengantar Sosiologi Politik, Michael Rush dan Philip Althoff,
hal. 291
Page 24
15
pemakaian teori ini bermaksud untuk menerangkan kejadian dengan mengkaji
sebab-sebabnya, dan konteks sosio kultural, dan konteks politik.
Secara kualitas, kader-kader HMI-wati memiliki potensi besar untuk
bisa sama secara proporsional dalam pengaderan sebagai HMI (HMI-wan dan
KOHATI) sama-sama mengikuti jenjang pengaderan formal HMI. Sedangkan
pengaderan khusus keKOHATIan hanya diikuti oleh HMI-wati, logikanya
seharusnya KOHATI mempunyai kemampuan lebih dibanding HMI-wan.
Tapi budaya patriaki masih merambah dalam aktifitas HMI sehingga
menyulitkan HMI-wati untuk tumbuh dan berkembang. Belum lagi image
tentang kiprah aktifis perempuan yang dibatasi oleh perspektif lingkungan
sekitarnya pun membuat HMI-Wati makin tertinggal dalam hal kaderisasi.
HMI secara organisasi memiliki konsep pengaderan yang sangat mapan di
bandingkan dengan organisasi pemuda lainnya, seharusnya tidak memandang
bulu dalam menjalankan roda organisasi.
Tetapi segala bentuk kemapanan akan melahirkan pergolakan HMI-wati
mulai sadar bahwa potensi mereka perlu ditingkatkan dari hanya sekedar
objek menjadi subjek, sehingga mereka dapat mengembangkan diri secara
khusus10
dan dibutuhkan adalah sebuah wadah akselerator tersendiri bagi
kaderisasi HMI-wati, dengan tidak menafikan ruang yang sudah ada. Maka
lahirlah ide pembentukan KOHATI.
10Agussalim Sitompul, Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, Pemikiran
Keislaman Keindonesiaan HMI 1947-1997, (Jakarta: Logos, 2002), hal. 229-230
Page 25
16
Realitas saat ini, di pundak mahasiswa terdapat tugas untuk
berpartisipasi, dalam merenovasi bangsa dan Negara dari permasalahan krisis
ekonomi, sosial, politik, demi membangun kehidupan masyarakat Indonesia
kearah yang lebih baik. Oleh Karena itu, tak ada waktu bagi mahasiswa untuk
berpangku tangan dalam menjalani pelbagai aktivitas dan dituntut untuk
meningkatkan kreativitas dan daya intelektualnya.
Namun, persoalan yang tengah menyerang mahasiswa saat ini adalah
rendahnya budaya intelektual yang tengah mengalami degradasi. Kampus
sebagai tempat yang dikenal menampung para intelektual tidak bisa
dipisahkan dari budaya berdiskusi, membaca, menulis, dan berorganisasi.
Namun, seiring berjalannya waktu budaya itu mulai langka. Salah satu
rendahnya budaya intelektual mahasiswa, dapat dilihat dari aktivitas
membacanya. Penyebab menurunnya budaya baca mahasiswa IAIN ini
dikarenakan menipisnya rasa ingin tahu mahasiswa terhadap pengetahuan.
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan kata perempuan dengan
beberapa alasan. Salah satu diantaranya, bahwa kata perempuan mengandung
konotasi yang lebih positif (amelioratif). Sedangkan kata wanita cenderung
tidak digunakan disini karena cenderung berkonotasi negatif (pejoratif) dan
lebih diposisikan sebagai objek.
Seperti yang diungkapkan oleh Christina S Handayani dalam bukunya
yang berjudul “Kuasa Wanita Jawa” penerbit LKiS, perempuan berasal dari
kata “empu” bermakna dihargai, dipertuan atau dihormati, sedangkan kata
wanita diyakini berasal dari bahasa Sansekerta, mempunyai arti yang dinafsui,
Page 26
17
atau objeks seks, dalam bahasa Jawa (Jawa dosok), kata wanita berarti wani
ditata, berani ditata (diatur). Kata wanita juga konon berasal dari kata “wani”
(berani) dan “tapa” (menderita) artinya seorang wanita adalah sosok yang
berani menderita bahkan untuk orang lain sekalipun. Jadi penggunaan istilah
perempuan adalah secara simbolik mengubah kata wanita menjadi perempuan
adalah mengubah objek menjadi subjek.
E. Metode Penelitian
Tujuan akhir dari studi ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah,
maka upaya merekonstruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh
melalui metode penelitian sejarah. Metode penelitian dalam sejarah
merupakan seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan
sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan
mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis11
.
Oleh karena itu pengumpulan data atau sumber merupakan langkah
awal dalam meneliti dilangsungkan dengan metode penggunaan bahan
dokumen. Metode ini dapat berlangsung, karena dapat ditemukan sumber-
sumber yang tertulis. Walaupun itu hanya sedikit yang bisa diperoleh oleh
penulis. Walaupun terdapat hambatan di dalam mengumpulkan data dan
informasi, hal tersebut tidak memberikan dampak yang pesimis bagi penulis
untuk melaksanakan reseach. Sumber yang sama dapat di jumpai berupa jurnal
dan data tertulis lainnya dari dokumen dan buku maupun bahan tertulis
lainnya.
11Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hal. 43
Page 27
18
Selain dengan pengumpulan sumber atau data dalam bentuk dokumen
dan tertulis, penulis juga melakukan wawancara kepada beberapa tokoh yang
pernah menjadi pengurus KOHATI di Cabang Ciputat. Informasi yang didapat
dari wawancara tersebut adalah berupa sejarah lisan. Tahapan ini dipandang
oleh penulis cukup penting untuk menginterpretasikan data yang telah penulis
dapati dari sumber dokumen tertulis. Metode sejarah lisan ini dipergunakan
sebagai metode pelengkap terhadap bahan dokumenter12
.
Perlu diakui bahwa dalam pengumpulan data-data seperti berupa
dokumen, penulis mengalami hambatan karena sudah tidak ditemukannya lagi
arsip-arsip, bulletin maupun jurnal. Penulis hanya dapat menemukan foto-foto.
Itulah salah satu kelemahan dari skripsi ini. Penulis anggap ini memang masih
jauh dari kesempurnaan. Namun itu semua tidak mengurangi niat penulis
untuk terus mencari tahu tentang peran KOHATI Cabang Ciputat.
Sebagai konsekuensi dari tahapan metode penelitian sejarah maka
kemudian sumber-sumber tersebut diuji dengan melakukan kritik ekstern dan
intern pada sumber untuk menentukan keotentikan dan kasahihan sumber.
Selain itu penulis melakukan interpretasi terhadap data-data yang telah penulis
dapatkan menjadi fakta-fakta sebagai hasil sintesis melalui eksplanasi historis.
Kemudian sampai pada langkah terakhir, dalam tahap ini penulis menyajikan
hasil penelitian dalam bentuk historiografi13
.
12Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994), hal. 23
13Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Gramedia, 1992), hal. 34
Page 28
19
F. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian skripsi ini disajikan dalam lima (5) bab yang masing-
masing bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan
bab tersebut. Adapun perinciannya sebagai berikut:
BAB I: Berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, lingkup permasalahan, arti penting penelitian,
tinjauan penelitian terdahulu, landasan teoritis, dan metode
penelitian.
BAB II : Dipaparkan pokok bahasan tentang sejarah berdirinya KOHATI
yang terdiri dari latar belakang didirikannya KOHATI, tujuan
berdirinya KOHATI, serta fungsi dan peran KOHATI.
BAB III : Menyajikan tentang perkembangan KOHATI Cabang Ciputat
periode 1970-1980, yang meliputi situasi dan kondisi KOHATI
Cabang Ciputat di era 1970-1980, hubungan mahasiswa IAIN
dengan KOHATI, juga landasan gerakan filosofis dan teologis
KOHATI.
BAB IV : Merupakan penjelasan tentang peranan KOHATI Cabang Ciputat
dalam perkembangan intelektual dan pengaruhnya bagi mahasiswa
IAIN yang meliputi peranan KOHATI Cabang Ciputat terhadap
intelektual, sikap mahasiswi IAIN terhadap KOHATI Cabang
Page 29
20
Ciputat, serta KOHATI Cabang Ciputat dan pengaruhnya terhadap
perkembangan intelektual mahasiswa dan alumni IAIN.
BAB V : Merupakan bab penutup yang akan menyimpulkan pembahasan
yang telah diterangkan diatas serta saran dan daftar pustaka.
Page 30
21
21
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA KOHATI
A. Latar Belakang Didirikannya KOHATI
Berbagai pendapat mengenai latar belakang berdirinya KOHATI, telah
banyak dipublikasikan oleh berbagai media HMI dan KOHATI itu sendiri.
Diantara pendapat dan tulisan tersebut terdapat banyak persamaan, tidak ada
perbedaan yang prinsip.
Dalam teater kemanusiaan, diskursus mengenai perempuan sudah ada
sejak manusia itu dilahirkan, baik status, tugas, hak serta kewajiban.
Perkembangan pemikiran seiring dengan paradigma masyarakat pada
masanya, masalah perempuan mempunyai arti yang sangat dalam. Pada
awalnya tugas dan peranan perempuan berada pada bidang perawatan yang
terdiri dari mengurusi anak, rumah dan sekitarnya kemudian kini mulai
merambah pada sektor publik. Isu marginalisasi, subordinasi, serta beberapa
perilaku ketidakadilan menjadi headline pembicaraan masyarakat.
Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan (dapat kita saksikan
setiap hari dalam media massa) menuntut kita semua untuk terus berkiprah
sebagai konsekuensi logis bagian dari keluarga besar HMI yang mempunyai
missi mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman, ke-Intelektualan, dan ke-
Indonesiaan. Maka dari itu dibutuhkan energi yang besar, kerja keras dan kerja
cerdas yang serius untuk menghargai dan mensupport perempuan untuk lebih
Page 31
22
berkualitas dan lebih bermartabat. Baik di luar HMI maupun di dalam HMI
sendiri.
Dalam berbagai isu perempuan yang mengemuka di Indonesia saat itu,
pelibatan perempuan dalam pembangunan bangsa, peningkatan pendidikan
perempuan dan kesehatan reproduksi perempuan mendapatkan rating
tertinggi. Ketiga persoalan ini selalu menjadi isu yang diangkat oleh beberapa
organisasi-organisasi perempuan yang ada di Indonesia, bahkan di dunia
sekalipun.
Tahun 1963 hingga 1966 merupakan saat-saat yang subur bagi tumbuh
dan berkembangnya organisasi seperti wadah KOHATI. Baik secara kuantitas
maupun kualitas para HMI-wati sangat memungkinkan untuk pembinaan diri
lewat wadah khusus, sebagai halnya dengan lembaga-lembaga khusus HMI
seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga Kesehatan
Mahasiswa Islam ( LKMI), Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) yang
sudah berdiri sebelumnya, yaitu pada kongres HMI ke – 7 di Jakarta tahun
1963.
Dalam masa tiga bulan setelah instruksi tersebut, tepatnya September
1966, berlangsung tahap-tahap persiapan pembentukan KOHATI di tingkat
Nasional. Antara lain dipilihnya Ketua KOHATI Badko di enam BADKO
yang sudah ada yaitu Badko Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Tengah, Jawa
Bagian Timur, Sumatera Bagian Utara, Sumatera Bagian Selatan, dan
Indonesia Bagian Timur.
Page 32
23
Dalam Musyawarah Nasional KOHATI muncul beberapa pemikiran
tentang KOHATI yakni yang pertama adalah masih beragamnya pemikiran
atau persepsi anggota HMI terhadap kelembagaan KOHATI ada yang
menginginkan pola keorganisasiannya seperti Organisasi Wanita Nadhatul
Ulama, seperti pola keorganisasiannya Aisyah dan ada pula yang
membandingkan dengan Corps Wanita Angkatan Darat (COWAD). Maka
disepakatilah nama KOHATI untuk organisasi HMI-wati dan diharapkan tidak
akan pernah lepas dari struktur induknya yakni HMI. Pemilihan nama tersebut
dipengaruhi oleh kondisi masyarakat pada saat itu, khususnya mahasiswa
diperguruan tinggi masih malu-malu menunjukkan identitas Islam. Yang
kedua adalah pengertian semiotonom yang kurang jelas menyebabkan banyak
dari peserta Musyawarah Nasional ragu dengan prospek lembaga ini ke depan.
Begitu pula halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sejak
berdirinya kontribusi besar perempuan sudah nampak. Gagasan pembentukan
KOHATI lahir pas musyawarah kerja HMI jaya pada tanggal 12 Desember
1965 dengan maksud lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota HMI
Putri dan ikut serta dalam melaksanakan cita - cita perjuangan bangsa melalui
satu wadah dan membentuk HMI-wati menjadi kader - kader yang peduli pada
organisasi kemasyarakatan, sosial politik serta bidang kewanitaan1.
Kemudian KOHATI dikukuhkan dengan surat keputusan no
239/A/Sek/1966 tertanggal 11 juni tentang pembentukan Korp HMI-wati.
Untuk sementara korp ini dibentuk dalam tingkatan cabang, komisariat dan
1Korps HMI Wati Dalam Sejarah 1992-1994, Agussalim sitompul, (ed). KOHATI PB
HMI Periode 1966-1994, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995), hal 13
Page 33
24
rayon dengan status semi otonom. Pembentukan KOHATI secara nasional
dilaksanakan pada kongres VII HMI di Surakarta tanggal 10-17 September
1966, dalam sub komisi musyawarah HMI-wati telah memtuskan mendirikan
Korps HMI-wati disingkat KOHATI tanggal 17 September 19662.
Momentum disahkannya hasil-hasil keputusan musyawarah Nasional
ini dianggap sebagai momentum lahirnya KOHATI, di mana yang terpilih
sebagai Ketua KOHATI PB-HMI pertama yaitu, Anniswati Rochlan dengan
dua orang Mid Formatur yaitu, Julia Muljati dan Ida Ismail ( sekarang Ny. Ida
Nazar Nasution). Patut dicatat bahwa, Kongres ke-7 ini dijiwai oleh suasana
kemenangan Orde Baru yang didukung atau ditopang oleh berbagai potensi
atau kalangan masyarakat (pemuda, pelajar, mahasiswa, partai, buruh, wanita)
suasana tersebut mempengaruhi arah dan keputusan-keputusan Kongres
tersebut.
Pada muqaddimah peraturan KOHATI dicantumkan motto yang berasal
dari syair Arab yang berbunyi : “wanita adalah tiang Negara, manakala baik
wanitanya maka baiklah Negara, manakala rusak wanitanya maka rusaklah
Negara” sebagai dasar pemikiran didirikannya KOHATI, tercantum pula
dalam muqaddimah tersebut, bahwa sesungguhnya perjuangan untuk
mewujudkan cita-cita HMI di dalam rangka tercapainya masyarakat yang adil
dan makmur penuh keridhaan Allah SWT hanya dapat tercapai dengan
mengikutsertakan secara efektif HMI-wati yang secara obyektif merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari HMI.
2Agusalim Sitompul, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun 1947-1993,
(Jakarta: Intermasa, 1995), hal. 210-211
Page 34
25
Dalam buku lain dijelaskan latar belakang berdirinya KOHATI karena
situasi politik akibat meletusnya Gestapu / PKI. Untuk mempersatukan
seluruh guna menumpas kekuatan gerakan 30 September, muncullah kesatuan
- kesatuan aksi termasuk Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI). Dan
sebagai perwakilan HMI-wati dibentuklah KOHATI. Selain itu situasi intern
HMI sendiri, didirikan lembaga - lembaga khusus yang bertujuan
mengembangkan keahlian dari anggotanya. Lahirlah KOHATI dimaksudkan
untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan serta pembinaan HMI-
wati di bidang kewanitaan baik intern maupun ekstern HMI.3
Agussalim dalam makalah yang disampaikan pada seminar sejarah
KOHATI di Yogyakarta 19-20 November 1982, memaparkan bahwa yang
menjadi latar belakang berdirinya KOHATI adalah:
1. Karena semangat dan jiwa Islam yang tertanam pada setiap anggota HMI-
wati yang menempatkan wanita pada tempat wajar.
2. Karena semangat dan realisasi emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh
RA Kartini.
3. Karena tuntutan HMI sendiri, karena secara kuantitas maupun kualitas
memungkinkan sekali mendirikan KOHATI sebagai badan khusus yang
bergerak di bidang kewanitaan.
4. Kondisi intern yaitu dengan berdirinya sebagai korp di kalangan angkatan
bersenjata, memacu semangat HMI-wati mendirikan wadah sejenis.
3www.pbkohati.com
Page 35
26
5. Faktor politik, agar HMI-wati ikut bersama kelompok wanita lain
bekerjasama menumpas Gestapu / PKI.
6. Karena berdirinya lembaga – lembaga khusus dalam HMI seperti LDMI
(Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam), LKMI (Lembaga Kesehatan
Mahasiswa Islam), LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam), LPMI
(Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam), LAPMI (Lembaga Pers
Mahasiswa Islam), dan lain lain.
7. Dalam rangka peningkatan dan pengembangan kegiatan dan pembinaan
HMI-wati di bidang kewanitaan dalam rangka pembentukan kader HMI-
wati sebagai patriot komplit.4
B. Tujuan Berdirinya KOHATI
Tujuan yang jelas, diperlukan dalam sebuah organisasi, sehingga setiap
usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat terlaksana dengan teratur
dan terarah. Tujuan organisasi dipengaruhi oleh motivasi dasar pembentukan
status dan fungsinya dalam totalitas dimana dia berada. Dalam totalitas
pengaderan HMI, KOHATI merupakan bagian internal yang tidak dapat
dipisahkan dalam mencapai tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.
Tujuan KOHATI pada awal didirikannya inheren dengan tujuan HMI
pada saat itu. Pertama, Mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia
4www.pbkohati.com
Page 36
27
dan Meningkatkan derajat rakyat Indonesia. Kedua, Mensyiarkan ajaran
agama Islam. Namun, Tujuan KOHATI pada saat itu lebih pada peningkatan
kualitas dan kuantitas anggota HMI-wati dalam ikut serta melaksanakan cita-
cita perjuangan bangsa5.
Kualitas insan cita HMI merupakan dunia cita yang terwujud dalam
HMI melalui pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan
serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut
sebagaimana dalam pasal 4 AD (Anggaran Dasar) yaitu sebagai berikut:
1. Kualitas insan akademis
a. Berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif
dan kritis.
b. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi
suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
c. Sanggup berdiri sendiri dengan lapang ilmu pengetahuan sesuai
dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun teknis dan
sanggup bekerja secara alamiah yaitu secara bertahap. Teratur,
mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip - prinsip perkembangan
2. Kualitas insan pencipta ; insan akademis pencipta
a. Sanggup melihat kemungkinan - kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk -
bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa
5Korps HMI Wati Dalam Sejarah 1992-1994, Agussalim sitompul, (ed). KOHATI PB
HMI Periode 1966-1994, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995), hal 14
Page 37
28
yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan - gagasan
kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan
b. Bersifat independent dan terbuka, tidak isolatif. Insan yang menyadari
dengan sikap demikian. Potensi kreatifnya dapat berkembang dan
menentukan bentuk yang indah.
c. Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan
tugas kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam.
3. Kualitas insan pengabdi ; insan akademis, pencipta pengabdi
a. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau
untuk sesama umat.
b. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya membuat dirinya
baik, tetapi juga mampu membuat lingkungan di sekelilingnya menjadi
lebih baik.
c. Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang bersungguh -
sungguh mewujudkan cita - cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya
untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas insan yang bernafaskan Islam ; insan akademis, pencipta
pengabdi yang bernafaskan Islam
a. Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman
dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai - nilai universal
Islam. Dengan demikian Islam telah menapaki dan menjiwai karyanya.
Page 38
29
b. Ajaran Islam telah berhasil membentuk unity personality dalam
dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah
dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai
warga Negara dan dirinya sebagai muslimah insan cita ini telah
mengintegrasikan masalah suksesnya dalam pembangunan nasional
bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat Islam Indonesia dan
sebaliknya.
5. Kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT
a. Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat makmur yang
diridhoi Allah SWT.
b. Berwatak sanggup memikul akibat - akibat yang dari perbuatannya
sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya kesadaran
moral.
c. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan - persoalan dan jauh dari sikap apatis.
d. Rasa tanggung jawab, takwa kepada Allah SWT yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
e. Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Page 39
30
f. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
khalifah fil ard yang harus melaksanakan tugas - tugas kemanusiaan6.
Dalam rangka itu KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut ;
Terbinanya Muslimah Yang Berkualitas Insan Cita. Dengan rumusan tujuan
ini, KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai
tujuan HMI (mencapai lima kualitas insan cita ) tetapi berspesialisasi pada
pembinaan anggota HMI-wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan
cita.
Sebagai sebuah lembaga Korp HMI-wati (KOHATI) yang ide dasar
pembentukannya dilandasi oleh kebutuhan akan pengemban misi HMI secara
luas, serta kebutuhan akan adanya pembinaan untuk HMI-wati yang lebih
aspiratif, memandang penting bahwa kualitas peranan HMI-wati perlu
ditingkatkan lebih serius. Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka
proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan kualitas dan
peranannya dalam wacana keperempuanan. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas
HMI-wati tidak saja di KOHATI dan HMI tetapi juga dalam masyarakat luas
terutama dalam merespon dan mengantisipasi berbagai wacana
keperempuanan. Dengan demikian maka jelas tugas KOHATI adalah
melakukan akselerasi pada pencapaian tujuan HMI.
Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik, maka KOHATI
harus dapat membekali dirinya dengan meningkatkan kualitasnya sehingga
anggota KOHATI memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan
6www.Kohati-pbhmi.com
Page 40
31
intelektual, kemampuan professional serta kemandirian dalam merespon,
mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan yang berkembang dalam
masyarakat7.
Dalam kerangka tersebut, maka yang menjadi sasaran pemberdayaan
KOHATI adalah anggotanya yaitu HMI-wati, dengan diselenggarakannya
berbagai aktifitas maupun pelatihan khusus bagi HMI-wati. Aktifitas ini
tentunya tidak terlepas dari rangkaian aktifitas pengkaderan HMI.
C. Struktur Kepengurusan KOHATI
Personalia pengurus KOHATI setiap Cabang secara umum adalah
sebagai berikut :
7Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS KOHATI Palembang 28 Juli – 3 Agustus
2008, (Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita, 2008), hal. 85
Page 41
32
21
KETUA UMUM
Ketua Bidang
Intern
Ketua Bidang
Ekstern
Sekretaris
Umum
Bendahara
Umum
Sekretaris Bidang
Intern
Sekretaris Bidang
Ekstern
Wakil
Bendahara I
Wakil
Bendahara II
Dept.
Pendidikan
Dept.
Keputrian
Dept.
Kekaryaan / Koperasi
Dept.
Pengabdian Masyarakat
Dept.
Penerangan
Dept.
Olah Raga
Keterangan :
: Garis Intruksi
: Garis Koordinasi
Page 42
33
21
Berikut dibawah ini adalah pedoman kerja (job descriptions) pengurus
KOHATI :
1. Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam
menjalankan tugas-tugas intern dan ekstern organisasi yang bersifat umum
pada tingkat nasional maupun internasional.
2. Ketua Bidang Intern adalah penanggung jawab dan koordinator seluruh
pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas intern.
3. Ketua Bidang Ekstern adalah penanggung jawab dan koordinator seluruh
pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas ekstern.
4. Sekretaris Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan
dalam bidang data dan pustaka, penerangan serta hubungan dengan pihak
ekstern di tingkat nasional maupun internasional.
5. Sekretaris Bidang Intern bertugas atas nama sekretaris umum untuk
kegiatan bidang intern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
6. Sekretaris Bidang Ekstern bertugas atas nama sekretaris umum untuk
kegiatan bidang ekstern dan membantu ketua bidangnya di tingkat
nasional.
7. Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di
bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional.
8. Wakil Bendahara I bertugas atas nama bendahara umum dalam
pengadaan peralatan administrasi, keuangan dan perlengkapan organisasi
di tingkat nasional.
Page 43
34
9. Wakil Bendahara II bertugas atas nama bendahara umum dalam
pencarian sumber dana organisasi.
10. Departemen Pendidikan bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang pendidikan.
11. Departemen Keputrian bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang pengembangan sumber daya
perempuan.
12. Departemen Kekaryaan / Koperasi bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek dalam peningkatan mutu usaha
mandiri.
13. Departemen Pengabdian Masyarakat bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja di bidang eksternal tentang pengabdian masyarakat.
14. Departemen Penerangan bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang informasi organisasi.
15. Departemen Olah Raga bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek dalam bidang olah raga.
D. Fungsi Dan Peran KOHATI
Fungsi KOHATI yaitu sebagai wadah peningkatan dan pengembangan
potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika pergerakan keperempuanan.
Ditingkat internal HMI berfungsi sebagai bidang keperempuanan, ditingkatan
eksternal HMI berfungsi sebagai organisasi perempuan. KOHATI sebagai
badan khusus HMI, mempunyai tugas tanggung jawab dalam mengkoordinir
Page 44
35
potensi HMI dalam melakukan akselerasi tercapainya tujuan HMI dalam
mengembangkan wacana keperempuanan.
Dunia keperempuanan yang menjadi lahan kerja KOHATI adalah
pembinaan sebagai anggota HMI yaitu HMI-wati, Pembinaan tersebut
diarahkan pada pembinaan akhlak, intelektual, keterampilan, kepemimpinan,
keorganisasian, keluarga yang sejahtera serta beberapa kualitas lain yang
menjadi kebutuhan anggotanya. Maksud pembinaan tersebut adalah
mempersiapkan kader HMI-wati agar mampu berperan secara optimal sebagai
pencetak muslimah yang memperjuangkan nilai - nilai keIslaman dan
keindonesiaan.
Konsep analisa fungsi dan peranan KOHATI pada masa itu adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi sebagai pemudi atau putri
2. Fungsi sebagai istri
3. Fungsi sebagai ibu rumah tangga
4. Fungsi sebagai anggota masyarakat
Oleh karena itu KOHATI berfungsi sebagai akselerator pengkaderan
bagi HMI-wati. Sebagai wadah tentunya KOHATI merupakan alat pencapaian
tujuan HMI oleh karenanya keberhasilan KOHATI sangat ditentukan oleh
anggotanya. Dengan didukung perangkat dan mekanisme organisasi HMI.
Oleh karena itu sebagai strategi perjuangan HMI, KOHATI berfungsi sebagai
organisasi perempuan. Sebagai fasilitator, KOHATI memiliki perangkat -
perangkat pembinaan berupa pedoman dan jaringan informasi pemanfaatan
Page 45
36
perangkat - perangkat tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas aparat
organisasi8.
KOHATI berperan sebagai pencetak dan pembina muslimah sejati
untuk menegakkan dan mengembangkan nilai – nilai ke-Islaman dan ke-
Indonesiaan. Agar kader HMI-wati mampu berperan secara optimal sebagai
pencetak muslimah yang memperjuangkan nilai-nilai keIslaman dan
keIndonesiaan. Oleh karena itu KOHATI berfungsi sebagai akselerator
perkaderan bagi HMI-wati.
KOHATI mempunyai tanggung jawab moral yang besar dalam
menjabarkan dan menyahuti komitmen HMI di bidang keperempuanan. Dalam
arti yang luas yaitu menyangkut aspek pengembangan potensi perempuan
dalam konteks sosial kemasyarakatan seperti potensi intelektual, potensi
kepemimpinan, potensi moral dan potensi lainnya. Operasionalisasi dan fungsi
tersebut diwujudkan dalam dua aspek pembagian kerja KOHATI yaitu :
1. Aspek Internal
Dalam hal ini KOHATI menjadi wadah / media latihan bagi para
HMI_Wati untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi
serta kualitasnya dalam bidang keperempuanan khususnya menyangkut
kodrat kemanusiaannya sebagai seorang perempuan, dan bidang sosial
8Koordinator Nasional KOHATI, Perspektif Wanita Indonesia dan KOHATI, (Jakarta:
1976)
Page 46
37
kemasyarakatan umumnya melalui pendidikan, penelitian dan pelatihan
serta aktivitas – aktivitas lain dalam kepengurusan HMI.
2. Aspek Eksternal
Dalam hal ini KOHATI merupakan pembawa misi HMI di setiap
forum – forum keperempuanan. Kehadiran KOHATI dalam forum itu
tentunya semakin memperluas keberadaan HMI di semua aspek dan level
kehidupan. Secara khusus bagi kader HMI_Wati, keterlibatan pada dunia
eksternal merupakan pengembangan dari kualitas pengabdian masyarakat
yang dimilikinya. Dengan kata lain fungsi KOHATI adalah wadah
aktualitasasi dan pemacu seluruh potensi perempuan khususnya HMI-wati,
untuk mengejar kesenjangan yang ada serta mendorong HMI-wati untuk
berinteraksi secara optimal dalam setiap aktivitas HMI serta menjadikan
ruang gerak HMI dalam masyarakat menjadi lebih luas9.
9Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI………………hal. 93-94
Page 47
38
BAB III
PERKEMBANGAN KOHATI CABANG CIPUTAT
PADA PERIODE 1970-1980
A. Situasi dan Kondisi KOHATI Cabang Ciputat di Era Tahun 1970-1980
KOHATI Cabang Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat, Kabupaten
Banten, Provinsi Jawa Barat. Dan sekarang adalah terletak di bawah Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Di era tahun `70 -`80an, 39 tahun yang
lalu, Ciputat tak ubahnya sama dengan wilayah – wilayah lain, yang belum
semodern sekarang, berkembang dan maju lebih pesat seperti sekarang ini.
Bila dilihat dari letaknya, Ciputat merupakan daerah yang strategis, karena
letaknya yang berada di tengah – tengah kota. Masuk kedalam provinsi
Banten, berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.
Seperti yang dilaporkan PB HMI bahwa perkembangan KOHATI
sangat cepat karena HMI sebagai induknya sudah ada di berbagai cabang,
yang membawahi komisariat, rayon, di seluruh Indonesia. Pada usianya yang
kedua setengah tahun, sejak didirikannya KOHATI pada tahun 1966,
KOHATI berhasil membentuk 70 cabang dari 110 cabang HMI. Dari
perkembangan ini, dibeberapa tempat terjadi konflik secara organisatoris
disebabkan adanya penyempurnaan organ KOHATI. Konflik antara KOHATI
dan HMI pada saat itu, timbul karena HMI kurang mampu mengelola
organisasi dengan baik, sehingga KOHATI terdorong kearah ekslusif. Hal ini
Page 48
39
pun diakui KOHATI sendiri. Akibatnya dibeberapa cabang terjadi salah tindak
dan salah pengertian antar HMI-wan dan HMI-wati mengalami ekslusifisme
dan sentrifugalisme. Akibatnya HMI menganggap KOHATI ingin melepaskan
diri dari HMI, sementara KOHATI sendiri seolah-olah seperti di lepaskan dari
HMI. Ini semua terjadi karena kurangnya koordinasi HMI.1
Untuk mengantisipasi persoalan–persoalan yang timbul, dilakukan
perbaikan mekanisme organisasi baik mikro maupun makro. Komunikasi
timbal balik antara KOHATI dengan HMI, dan komunikasi antar sesama
aparat KOHATI ditingkatkan. Juga dilakukan pembinaan personil KOHATI
secara kuantitatif maupun kualitatif melalui perkaderan khusus HMI-wati.
Sementara itu, di forum – forum ekstern, peranan KOHATI cukup
menentukan baik dalam KAWI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia),
KOWANI (Koordinasi Wanita Indonesia), GOWI (Gerakan Organisasi
Wanita Indonesia), maupun Koordinasi Wanita Sekber Golkar.
Di Tingkat Nasional KOHATI terlibat secara signifikan di organisasi-
organisasi Federasi / organisasi perempuan di tingkat nasional seperti :
1) Kowani (Kongres Wanita Indonesia)
2) KNKWI (Komite Nasional kedudukan Wanita Indonesia)
3) BMOIWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia)
4) GOWI (Gerakan Organisasi Wanita Indonesia)
1Agussalim Sitompul, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; Pemikiran
Keislaman –Keindonesiaan HMI (1947-1997), (Jakarta : Logos, 2002), hal. 230-231
Page 49
40
5) Dan lain-lain
Sedangkan di tingkat Cabang, KOHATI Cabang juga banyak terlibat
dengan organisasi-organisasi wanita di tingkat Provinsi atau Kabupaten atau
Kecamatan.
1) BKOW (Badan Koordinasi Organisasi Wanita)
2) Dharma Wanita
3) PKK di tingkat Provinsi ataupun Kabupaten
4) Dan lain-lain
Adalah sangat wajar apabila sebuah komunitas yang heterogen
dipertanyakan masalah keterbukaan terhadap eksponen diluar komunitasnya.
Terlebih lagi tidak semua HMI-wati masuk dan beraktivitas didalam wadah
KOHATI. Bukan berarti berbicara KOHATI menafikan peran HMI-wati di
luar struktur akan tetapi secara organisatoris, berbicara KOHATI adalah
berbicara kebutuhan dan kepentingan HMI-wati. Dan peran mereka pun patut
diperhitungkan tidak dapat dipungkiri, terkadang HMI-wati tidak mengerti
lembaga KOHATI dan seringkali mereka menganggap badan khusus ini
mengganggu aktivitas HMI-wati. Seyogyanya semua permasalahan organisasi
ini diselesaikan dengan mekanisme organisasi.2
Sekilas dinamika perkembangan KOHATI dari periode ke periode :
2www.pbkohati.com
Page 50
41
1. KOHATI pada periode 1970-1971, pada periode ini kegiatan KOHATI
di beberapa cabang meningkat pesat, baik secara internal maupun
eksternal. Namun setiap perjalanan sebuah kepengurusan tidak akan
terlepas dari hambatan-hambatan, terutama pandangan terhadap hadirnya
lembaga KOHATI. Gejala ini sebenarnya wajar terjadi sebagai reaksi
terhadap muncul bentuk baru, hanya disayangkan sekali, salah pengertian
ini tidak bisa segera diimbangi dengan mencoba mempelajari yang
sebenarnya dari Korps HMI-wati. Bahkan di beberapa cabang karena
ditambah dengan bermacam-macam faktor lain terjadi salah tindak dan
salah pengertian antara HMI-wan dengan HMI-wati yang menimbulkan
penilaian negatif itu antara lain : ekslusivisme dan sentrifugalisme,
sehingga HMI menganggap KOHATI ingin melepaskan diri dari HMI.
Sementara KOHATI merasakan seolah-olah dilepaskan dari HMI karena
sedikitnya bimbingan dari HMI.
2. KOHATI Pada periode 1971-1974, perjalanan kepengurusan periode ini
dimulai dengan program kerja yang dilaksanakan tetap mengacu kepada
keputusan hasil kongres X HMI yang meliputi pembinaan HMI-wati dan
pembinaan struktur, dimana pada tingkat pelaksanaannya masih dirasakan
belum mencapai target yang diinginkan karena dalam laporan kerja
KORNAS (Koordinator Nasional) KOHATI PB HMI yang terbentuk
pada Kongres ke VII, di Jakarta pada tanggal 14 September 19633, diakui
bahwa kurangnya bimbingan dan koordinasi dari pihak kornas sendiri.
3Modul LK (Latihan Kader) I anggaran dasar HMI pasal 20.
Page 51
42
Adapun aktivitas ekstern yang dilakukan juga masih terbatas pada tingkat
partisipasi menghadiri dan mengikuti acara-acara undangan yang masuk.
Program kerja intern KOHATI diorentasikan pada pemantapan eksistensi
organisasi, dengan melakukan pengkajian terhadap fungsi, analisis tujuan,
dan Pedoman Dasar KOHATI serta melakukan perumusan pedoman
perkaderan khusus KOHATI. Kecenderungan HMI-wati hanya aktif
menangani masalah kewanitaan disinyalir diakibatkan oleh struktur
KOHATI. Kesempatan KOHATI menduduki struktur kepengurusan di
berbagai organisasi membawa pengaruh terhadap perkembangan tersebut.
Namun setelah dilakukan pengkajian dan pembahasan disepakati bahwa
akar persoalannya terletak pada implementasi pemahaman seluruh jajaran
HMI dalam melihat KOHATI, sehingga yang harus dibenahi adalah
mekanisme organisasi dan orientasi perkaderannya.
3. KOHATI periode 1974-1976, dalam periode ini dibidang intern telah
berhasil menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Perspektif Wanita
Indonesia dan KOHATI”, selain itu, juga mulai menerbitkan Buletin
Media KOHATI yang muncul setiap 3 bulan sekali dan selama satu
periode mampu hadir 7 kali penerbitan. Kegiatan lainnya membuat
diskusi panel “Tinjauan Tentang Pemilihan Ratu-Ratu di Indonesia”.
4. KOHATI periode 1976-1978, pada periode ini pengurus merasakan
bahwa secara kuantitas, personel kepengurusan belum memenuhi harapan
untuk menjalankan seluruh aktivitas yang ada. Dalam pembinaan
personel, up grading KOHATI yang secara formal dijadikan ujung
Page 52
43
tombak peningkatan pemahaman soal ke-KOHATI-an ini, ternyata dinilai
masih belum juga berjalan secara efektif.
5. KOHATI periode 1978-1980, pada periode ini, belum lagi hasil
restrukturisasi KOHATI secara nasional dari Departemen Kewanitaan
menjadi lembaga semiotonom KOHATI menampakkan hasil yang
optimal, konsolidasi KOHATI secara nasional agak “terganggu” dengan
adanya pengunduran diri Ketua Kornas KOHATI. Untuk itu praktis tugas-
tugas operasional dikerjakan hanya oleh Departemen dan pejabat Ketua
Kornas KOHATI. Tentu saja implikasi selanjutnya hal ini membawa
pengaruh pada soal “maju” atau “mundur”nya perkembangan KOHATI di
daerah-daerah. Dalam periode ini efisiensi dan efektivitas forum ilmiah
sudah semakin ditingkatkan. Sampai dengan akhir kepengurusan
KORNAS KOHATI periode ini, tidak ada lagi catatan peristiwa khusus
dan menonjol.
Sekilas tentang prestasi struktural yang di capai oleh kader KOHATI
Cabang Ciputat di tingkat KORNAS KOHATI PB HMI adalah sebagai
berikut :
1. Nurhayati Djamas terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI
pada tahun 1975-1977.
2. Rifqiaty AS terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI pada
tahun 1977-1979
Page 53
44
3. Ani Faiqoh terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI pada
tahun 1979-1981, yang kemudian mengundurkan diri dan secara
operasional KORNAS KOHATI PB HMI Periode ini dilaksanakan oleh
Tati Hartimah (Cabang Ciputat), Fardiah Bachmid (Cabang Ciputat), dan
Revrina Sukma Agusti (Cabang Jakarta).
4. Tati Hartimah terpilih sebagai Ketua KORNAS KOHATI PB HMI pada
tahun 1981-1983, pada Kongres PB HMI di Bandung dalam MUNAS
(Musyawarah Nasional) KOHATI PB HMI dengan memperoleh suara 31
dari 39 Cabang peserta Kongres. Suara terbanyak kedua, dr. Ula
Nuchrawati Usman memperoleh 5 suara. Kemudian ditetapkan menjadi
Ketua KORNAS KOHATI PB HMI oleh Ketua Umum PB HMI periode
1981-1983 Ahmad Zacky Sirad.
Adapun Jabatan-jabatan Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat
periodisasi 1970-1980 yakni :
1. Pada tahun 1970/1971 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Maisaroh
Yusuf.
2. Pada tahun 1971/1972 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Nurhayati
Djamas.
3. Pada tahun 1972/1973 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Almh.
Muslihah.
4. Pada tahun 1973/1974 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Rifqiaty.
5. Pada tahun 1974/1975 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Noor
Jannah Shomad.
Page 54
45
6. Pada tahun 1975/1976 KOHATI Cabang Ciputat di Pimpin oleh Almh. Ani
Faiqoh.
7. Pada tahun 1976/1977 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Mimi
Husmiaty Hasyim.
8. Pada tahun 1977/1979 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Dra. Tati
Hartimah.
9. Pada tahun 1979/1980 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Attiroh
Mukhtar.
10. Pada tahun 1980-1981 KOHATI Cabang Ciputat di pimpin oleh Rahmi
Fauziah.
Seperti yang dilansir dari wawancara penulis dengan Noor Jannah
Shomad, yakni beliau adalah Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat periode
1974-1975, yang berasal dari Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris. Di era kepengurusan beliau kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI
Ciputat terbagi dalam bidang ekstern dan intern. Dalam bidang intern yaitu
silaturahmi dengan alumni. Bentuknya mengadakan arisan dan keterampilan.
Dan dalam bidang ekstern yaitu pengembangan masyarakat melalui pengajian-
pengajian majlis ta`lim yang diadakan setiap hari Jum`at4.
Perkembangan intelektual pada masa beliau diadakannya up grading,
basic training, intermediate training (di KOHATI sekarang dinamakan LKK
yaitu Latihan Khusus KOHATI), diskusi, seminar dan lain sebagainya.
Selanjutnya tujuan KOHATI Cabang Ciputat pada masa kepengurusan beliau
4Wawancara Langsung dengan Noor Jannah Shomad Pada hari Selasa, tanggal 01 Maret
2011.
Page 55
46
tidak ada yang khusus, sama dengan yang sekarang. Adapun kesuksesan yang
pernah diraih KOHATI Cabang Ciputat kepengurusan Noor Jannah Shomad
adalah di bidang ekstern KOHATI Cabang Ciputat bekerja sama dengan
Darma Wanita dan juga pada tingkat kecamatan. Sedang di bidang intern yaitu
mengadakan bazaar, dan mengadakan lomba bayi sehat.
Pada periode ini pembinaan intelektual melalui up grading adalah yang
paling menonjol. Karena terbinanya ikatan antara alumni dan anggota
KOHATI Cabang Ciputat. Dari adanya silaturahmi yang terus terjalin itulah
antara alumni dan anggota KOHATI Cabang Ciputat maka diadakannya
arisan, keterampilan yang dilakukan di Cabang.
Pada periode kepengurusan Noor Jannah Shomad, ada penerbitan
bulletin. Bulletin tersebut dinamakan “Bunga Melati”. yang bermakna Harum,
sesuai dengan anggotanya yang keseluruhan adalah wanita. Bulletin “Bunga
Melati” ini Terbit setiap tiga bulan sekali. Intinya tidak ada banyak perbedaan
diantara kepengurusan sebelum dan sesudahnya dari tiap-tiap periode
kepemimpinan Ketua Umum KOHATI.
Selanjutnya wawancara penulis dengan salah satu pelaku sejarah
KOHATI di era tahun 1980-1981, yakni Rahmi Fauziah, kelahiran Bandung
01 Januari 1959. Beliau menjelaskan bahwa Ciputat di era tahun 1970-1980
saat itu sangatlah berbeda jauh dengan masa kini, semua masih serba minim,
di sekitar Ciputat saat itu hanya ada kebun karet, angkutan umum pun saat itu
belum banyak seperti saat ini, yang kalau sekarang dimana-mana serba macet.
Komunikasi handphone pun belum ada. Berjalan ditengah malam sekalipun
Page 56
47
pada masa itu tidak ada ketakutan, karena berjalan bersama dengan kawan-
kawan.
Selanjutnya beliau juga menerangkan bahwa beliau menjabat sebagai
Ketua Umum KOHATI Ciputat pada tahun 1980-1981. Yang berasal dari
Fakultas Adab dan Humaniora, jurusan Bahasa Dan Sastra Arab. Masuk
Fakultas Adab pada tahun 1976-1983. Pada saat beliau menjabat sebagai
Ketua Umum KOHATI saat itu tidak berjalan mulus perkembangannya,
karena ada masalah pribadi yang menyangkut dirinya, bisa dibilang saat itu
adalah masa kegagalan. Namun itu semua tidak menghambat kinerja
kepengurusan beliau pada periode 1980-19815.
Kepengurusan bunda Rahmi Fauziah tidak berbeda dengan
kepengurusan pada periode-periode sebelumnya. Semua kegiatan
dilaksanakan, seperti mengadakan seminar, diskusi, mengadakan up grading,
basic training, dan lain sebagainya. Semua kegiatan intra maupun ekstra
kampus diikuti oleh kebanyakan mahasiswa IAIN Jakarta.
Kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Cabang Ciputat pada masa
kepengurusan bunda Rahmi Fauziah ini adalah mengadakan up grading, basic
training, seminar, arisan, merayakan hari-hari besar seperti hari Kartini,
Maulid Nabi Muhammad SAW, serta Isra’ Mi’raj. Kumpul-kumpul di
Komisariat adalah hal yang selalu dilakukan, ada atau tidaknya kegiatan, tetap
berkumpul di Komisariat. Jika tidak berorganisasi, maka tidak akan ada
5Wawancara Langsung dengan Rahmi Fauziah pada hari Jum’at, tanggal 25 Februari
2011.
Page 57
48
kegiatan apa-apa. Seperti rutinitas mengikuti acara majlis ta’lim yang
dilaksanakan setiap malam Jum’at. Kegiatan intra kampus yang dilakukan
oleh pihak akademik kampus seperti Fosma (sekarang Propesa), Penerimaan
Mahasiswa Baru, Bimbingan, serta menyediakan akomodasi untuk acara
tersebut. Semua mahasiswa IAIN Jakarta turut serta ambil bagian dari acara
tersebut, terlebih para anggota HMI-wan dan HMI-wati.
Acara berkumpul di rumah-rumah alumni pun kerap dilakukan, seperti
mengadakan acara membuat kue, masak-masak, semua yang memberikan
arahan itu adalah para alumni. Keterkaitan antara alumni dan KOHATI begitu
dekat. Semua berbaur menjadi satu, adanya keterikatan yang begitu erat pada
masa itu.
Menurut beliau tujuan KOHATI pada saat itu sama saja dengan masa
kini. Visi-misi tidak jauh berbeda. Pada saat itu Komisariat HMI dan
KOHATI hanya ada empat Fakultas yang ada di IAIN Jakarta, yakni Fakultas
Tarbiyah, Adab, Syariah dan Ushuluddin.
Selanjutnya, peristiwa politik kampus yang terjadi pada tahun 1978
yang bertepatan dengan peringatan SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas
Maret) yakni pemerintah Orde Baru mengeluarkan kebijakan tentang NKK-
BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus - Badan Koordinasi Kemahasiswaan)
yang dikenal sangat merugikan kehidupan berorganisasi para aktivis gerakan,
bunda Rahmi menjelaskan pada saat itu kampus IAIN Jakarta diserang oleh
kelompok tentara berseragam menggunakan bayonet, dan pentungan serta
mengokong senjata. Banyak korban berjatuhan dan dilarikan ke Rumah Sakit.
Page 58
49
Sebelum peristiwa itu terjadi, 2 hari sebelumnya di kampus IAIN Jakarta
sudah melakukan aksi demo besar-besaran. Bahkan Rektor IAIN Jakarta
sendiri yang saat itu di pimpin oleh Prof. Dr. Harun Nasution pun terluka dan
bahkan ditangkap oleh pihak tentara berseragam itu.
Anggota KOHATI banyak yang membantu menolong para korban yang
berjatuhan dan bahkan ada yang menjadi korban, hingga secara bergantian
harus menemani korban di Rumah Sakit. Tak pelak peristiwa ini sungguh
sangat memilukan. Setelah peristiwa itu terjadi, kampus IAIN Jakarta
situasinya berjalan normal.
Pada masa-masa saat itu, semuanya apapun yang menjadi kebutuhan
masih dalam serba yang sangat sederhana dan terbatas. Masih kental dengan
komunisme, komunikasi anggota, komunikasi yang lancar merupakan sarana
utama dalam menjalankan roda organisasi, untuk itu KOHATI mencoba
berupaya memperlancar komunikasi timbal balik, baik melalui surat menyurat.
Dan acap kali setiap pertemuan, mengusahakan untuk berkomunikasi,
walaupun tingkat kesempurnaannya tidak terlalu tinggi, karena pada saat itu
semuanya serba terbatas.
Dengan keadaan yang serba terbatas dan sangat sederhana, dimulai dari
minimnya buku-buku, masalah pendanaan, perkaderan organisasi, diskusi
yang sulit saat itu dikarenakan pembicara yang jarang hadir, kendaraan yang
sulit didapat, dan masih banyak lagi hal-hal yang sekiranya itu semua menjadi
penghambat untuk kesuksesan sebuah organisasi. Namun itu semua tidak
Page 59
50
menghalangi niat akan berkembang dan majunya organisasi KOHATI Cabang
Ciputat.
Perjalanan yang panjang semenjak KOHATI ada di Ciputat ini, sudah
banyak yang berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan zaman. Apalagi kalau kita kaitkan dengan keadaan
sekarang, masa tuntunan profesionalisasi anggota sangat menjadi
permasalahan. Di wilayah sendiripun KOHATI tidak pernah ketinggalan
dalam mengikuti peningkatan-peningkatan diri, hal ini tentunya berkat
keadaran tersendiri, misalnya tanpa diutus secara langsung juga mengikuti
training seperti basic, intermediate dan sebagainya.
KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi putra-putri Islam yang
berpendidikan tinggi, KOHATI dituntut untuk tumbuh menjadi istri-istri yang
bijaksana, kekasih suami yang serba bisa, KOHATI dituntut untuk menjadi
ibu-ibu yang bisa membina anak-anaknya menjadi insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bertaqwa kepada Allah SWT. KOHATI dituntut untuk menjadi
wanita-wanita dinamis, kreatif, dan sadar bahwa ia adalah masyarakat yang
mempunyai tanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan negaranya.
B. Hubungan Mahasiswi IAIN Jakarta Dengan Organisasi KOHATI
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mahasiswa merupakan salah satu
tonggak masa depan bangsa. Mahasiswa tidak bisa lepas dengan ruang lingkup
keorganisasian. Masuk ke dalam organisasi manapun yg diinginkan oleh para
mahasiswa, adalah bagaimana cara mereka menyikapi, bergelut, dan aktif
dalam organisasi yang mereka ikuti. Bahkan ada yang hanya ikut-ikutan saja
Page 60
51
aktif berorganisasi. Tidak semua mahasiswi IAIN Jakarta ikut bergabung
dengan organisasi KOHATI. Menjadi kader KOHATI sekalipun bahkan ada
yang tidak aktif, hanya sekedar ikut-ikutan saja.
Eksistensi KOHATI sebagai lembaga khusus yang berfungsi
mengembangkan potensi kader HMI-wati ditingkatan PB HMI mulai
dipertanyakan. Pasalnya sejauh ini banyak kader HMI menilai KOHATI tidak
mempunyai program yang jelas, bahkan cenderung mati suri. Semua itu dapat
dibuktikan dengan minimnya sosialisasi kegiatan KOHATI dari tingkatan PB
HMI sampai komisariat. Hal ini menyebabkan KOHATI dipandang sebelah
mata oleh beberapa pihak.
Kedudukan KOHATI saat ini sudah tidak jelas, bahkan jika kita
menyadarinya, KOHATI mulai dipertanyakan, sebab program kerjanya tidak
jelas, bahkan banyak yang mengusulkan untuk dibubarkan saja. Perkara untuk
membubarkan KOHATI bukanlah perkara yang mudah, KOHATI mempunyai
nilai historis dalam di HMI, karena KOHATI sudah berdiri semenjak
terbentuknya HMI.
KOHATI sudah melekat dalam diri HMI, jadi untuk membubarkannya
bukanlah perkara yang mudah. Hanya saja mungkin butuh dikembangkan
beberapa program kerja yang dapat mengembalikan eksistensi KOHATI
kedepan. Selain itu KOHATI merupakan ciri khas dari organisasi Islam yang
cenderung mempunyai lembaga khusus untuk kader akhwat. Sementara itu
keberadaan KOHATI untuk tingkatan PB HMI sebagai lembaga HMI-wati
Page 61
52
masih dibutuhkan, hanya saja perlu adanya komitmen yang jelas dari para
kader HMI-wati untuk mengembangkan dan membesarkan nama KOHATI.
Oleh karena itu, hubungan mahasiswi IAIN Jakarta dengan organisasi
KOHATI haruslah seimbang, harus terus semangat untuk membuat nama
KOHATI maju dan besar di mata semua orang banyak, tidak hanya
dilingkungan kampus saja, tetapi juga bisa dikenal dan diketahui oleh
masyarakat diluar kampus atau perguruan tinggi manapun. Mahasiswi IAIN
Jakarta yang ikut serta menjadi kader KOHATI haruslah mampu aktif di
KOHATI. Tugasnyalah menjadi beban dan tanggung jawab yang harus
diembannya. Jika semua kader KOHATI mampu membesarkan nama
KOHATI disemua lingkungan baik itu lingkungan kampus atau perguruan
tinggi, maupun lingkungan masyarakat diluar perguruan tinggi, maka yang
akan bangga dengan ini semua adalah bukan hanya kader-kadernya namun
masyarakat luas mampu dibuat bangga oleh KOHATI itu sendiri umumnya
dan mahasiswi IAIN Jakarta yang menjadi kadernya khususnya.
Mahasiswa IAIN Jakarta yang aktif di organisasi KOHATI pada saat itu
banyak berperan serta dan aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan di
kampus. Diantaranya adalah acara-acara Inaugurasi, Fosma (saat ini Propesa),
Wisuda Sarjana, Vocal Group (saat ini disebut PSM yaitu Paduan Suara
Mahasiswa), LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam).
Meski gelombang intelektualisme ini terus berkembang dan
bermetamorfosa di luar HMI, namun di dalam HMI, gelombang ini segera
digantikan dengan gelombang politisme. Gelombang politisme mengusung
Page 62
53
dominasi logika kekuasaan dan mainstream berpikir politis dalam tubuh dan
aktivis HMI. Gelombang ini diawali dengan pemaksaan asas tunggal oleh
penguasa Orde Baru pada tahun 1980-an awal6.
Logika kekuasaan tersebut membekas sangat kuat, karena memaksa
HMI untuk lebih erat dengan kekuasaan Negara. Akibatnya HMI larut dalam
logika kekuasaan tersebut dan menghantarkan HMI pada gelombang
berikutnya, yaitu gelombang beku di akhir tahun 1990-an hingga saat ini.
Gelombang beku ditandai dengan tampilnya generasi aktivis HMI yang
memitoskan generasi sebelumnya, berlindung dan menuai keberkatan dari
kebesaran generasi sebelumnya. Maka jangan heran bila saat ini banyak kader
yang cenderung mudah larut dalam agenda politik pihak eksternal dan
berkonflik di internal. Ketimbang menjunjung tinggi persatuan dan program
membangun HMI. Gelombang beku merupakan titik nadir dari produk
gelombang politisme.
C. Landasan Gerakan Filosofis dan Teologis KOHATI
1. Landasan Filosofis
Perempuan berasal dari kata per-empu-an yang artinya
“ahli/mampu”, jadi perempuan merupakan seorang yang mampu
melakukan sesuatu. Wanita berasal dari kata berbahasa Jawa “wani ditata”
yang artinya “orang yang bisa diatur”. Selain itu, dalam bahasa Sansekerta
kata wanita berasal dari kata “wan” dan “ita” yang berarti “yang dinafsui”.
6Margiyani Lusi, dkk. (ed). Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1992), hal. 15
Page 63
54
Menurut Christina S Handayani dalam bukunya yang berjudul
“Kuasa Wanita Jawa” penerbit LKiS, perempuan berasal dari kata “empu”
bermakna dihargai, dipertuan atau dihormati, sedangkan kata wanita
diyakini berasal dari bahasa Sansekerta, mempunyai arti yang dinafsui,
atau objeks seks, dalam bahasa Jawa (Jawa dosok), kata wanita berarti
wani ditata, berani ditata (diatur). Kata wanita juga konon berasal dari kata
“wani” (berani) dan “tapa” (menderita) artinya seorang wanita adalah
sosok yang berani menderita bahkan untuk orang lain sekalipun. Jadi
penggunaan istilah perempuan adalah secara simbolik mengubah kata
wanita menjadi perempuan adalah mengubah objek menjadi subjek.
Kedua istilah ini tidak hanya berkaitan dengan asal bahasa dan
padanan kata saja, tetapi berkaitan dengan citra, mitos, atau stereotype
(citra baku). Oleh karena itu, kaum feminis di Indonesia, kebanyakan
memilih menggunakan kata perempuan, bukan wanita7.
Kata perempuan lebih dipilih untuk digunakan karena mengandung
konotasi yang lebih positif (amelioratif). Sedangkan kata wanita cenderung
tidak digunakan disini karena cenderung berkonotasi negatif (pejoratif)
dan lebih diposisikan sebagai objek. Gender yaitu perbedaan yang
dilekatkan pada perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan soal sifat,
nilai maupun norma yang merupakan konstruksi sosial (bentukan
masyarakat), bisa berubah, berbeda bentuk dan sejenisnya dari ruang dan
waktu, bisa dipertukarkan.
7Christina S Handayani, Kuasa Wanita Jawa, LKiS
Page 64
55
Kodrat adalah sesuatu yang diberikan kepada manusia sebagai
pemberian dari Tuhan, bersifat alami dan lebih menyangkut soal kenyataan
fisik dan tidak dapat dipertukarkan. Seperti laki-laki punya penis, jakun
testis dan sperma serta berpotensi untuk membuahi lawan jenisnya, atau
perempuan punya vagina, payudara, kelenjar menyusui dan rahim serta
dapat mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Kodrat ini
tidak mungkin untuk diubah dan dipertukarkan antara perempuan dengan
laki-laki. Kalaupun dapat diubah dan dipertukarkan antara perempuan dan
laki-laki, maka tidak dapat berfungsi dan menjalankan peran fisik seperti
yang diberikan oleh Tuhan8.
2. Landasan Teologis
a. Hakikat Penciptaan Manusia
1) Manusia adalah makhluk yang paling dimuliakan oleh Allah SWT
(QS 17:70). “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak
adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri
mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah kami ciptakan”. Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT
telah memuliakan anak-anak adam (laki-laki dan perempuan) dan
telah memberikan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang lain.
8Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur`an, (Jakarta:
Paramadina, 1999), hal. 63
Page 65
56
2) Perempuan adalah tiang agama , apabila baik perempuannya
maka akan baik pula negaranya dan apabila rusak perempuannya
maka rusak pula negaranya (HR. Bukhari). Baik yang
dimaksudkan disini adalah baik yang murni, perempuan itu cerdas,
ditopang oleh pengetahuan yang tinggi, lagi berakhlak mulia, (QS.
At-Tin : 1-8). Surat at-Tin ini mengisyaratkan bahwa manusia
(laki-laki dan perempuan) adalah makhluk yang paling sempurna
baik jasmani maupun rohani. Akan tetapi Allah SWT akan
mengembalikan manusia itu kepada makhluk yang paling rendah,
jika mereka tidak bertaqwa kepada Allah SWT.
3) Penerima Perjanjian Primordial. Laki-laki dan perempuan sama-
sama mengemban amanah menerima perjanjian primordial dengan
Tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-A`raf (7:172).
4) Manusia diciptakan dari substansi yang sama untuk berkembang
biak dan saling tolong menolong serta menjaga hubungan
silaturrahmi.
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah
menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) nama-
Nya, kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah)
Page 66
57
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. An-Nisa :1)
5) Kesetaraan kedudukan manusia, baik perempuan maupun laki-laki
sebagai manusia di hadapan Tuhan.
Wahai manusia ! sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu semua berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al-Hujurat 49:13). Al-Qur`an menegaskan bahwa
hamba yang paling ideal adalah Muttaqun. Untuk mencapai
derajat muttaqun tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin,
suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.
Dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, laki-laki dan
perempuan masing-masing akan mendapatkan penghargaan dari
Tuhan (QS. An-Nahl 16:97).
6) Kesetaraan penilaian terhadap makna kerja (amal saleh) laki-laki
dan perempuan
Dan barang siapa mnerjakan amal saleh baik laki-laki
maupun perempuan sedangkan ia orang yang beriman, maka
mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak akan
dianiaya walaupun sedikit. (QS. An-Nisa : 124).
Page 67
58
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-
laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang
tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-
laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah. Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka dan barang siapa yang mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat
yang nyata. (QS. Al-Ahzab : 35-36).
Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan,
sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian
yang lain. Mereka menyuruh (mngerjakan) yang ma`ruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan
zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-
orang mu`min laki-laki dan perempuan (akan) mendapat surga
yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal
Page 68
59
didalamnya dan (mendapat) tempat yang bagus di surga `and.
Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keuntungan
besar. (QS. At-Taubah : 71-72).
7) Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi. Peluang untuk
meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki
dan perempuan, ditegaskan secara khusus dalam (QS. An-Nahl ;
16:97)
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa konsep gender yang ideal
dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam
bidang spiritual, maupun dalam urusan karir professional, tidak
mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Akan tetapi
laki-laki dan perempuan itu dapat memperoleh kesempatan yang
sama meraih prestasi optimal.
b. Isu Regenerasi dan Penjagaan Moralitas
1) Laki-laki dan perempuan secara sunnatullah diciptakan untuk
hidup saling berpasangan.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah dia
menciptakan pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu
Page 69
60
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantara kamu kasih saying. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(QS. Ar-Ruum : 21)
2) Pembunuhan anak/aborsi merupakan suatu perbuatan yang secara
prinsip tidak dikehendaki oleh Allah.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kami akan member rizki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang nampak maupun yang yang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian
itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu agar kamu
memahaminya. (QS. Al- An`am : 151).
Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup
ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh. (QS. At-Takwir : 8-9).
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan member rizki dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
(QS. Al-Isra : 31)
3) Menguji keimanan dengan perbuatan baik dan penjagaan moralitas
akan memberikan keuntungan jangka panjang.
Page 70
61
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
yaitu orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan orang-
orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan yang
tidak berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
pasangan dan hamba sahaya yang mereka miliki, maka
sesungguhnya dalam hal ini mereka tiada tercela. (QS. Al-
Mu`minun : 1-6)
4) Manusia memiliki potensi untuk menyusikan jiwa atau
mengotorinya.
Dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaan-Nya), maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang
yang mengotorinya. (QS. Asy-Syam : 7-10)
c. Nilai Strategis Perempuan dalam Masyarakat
Ungkapan Ulama yang menyatakan bahwa perempuan menempati
posisi strategis dalam masyarakat sebagai tiang negara.
Perempuan adalah tiang negara, apabila baik perempuannya
maka akan baik pula negaranya dan apabila rusak perempuannya
maka rusak pula negaranya9.
9Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI…………….hal. 104-110
Page 71
62
Kata baik di sini mengandung makna bahwa wanita itu baik,
cerdas, cakap, yang ditopang oleh pengetahuan yang tinggi. Yang
mempunyai peranan dan pengaruh yang besar bagi semua. Baik itu
untuk suami, anak-anak, keluarga, lingkungan, maupun masyarakat
banyak.
Page 72
63
BAB IV
PERANAN KOHATI CABANG CIPUTAT DALAM PERKEMBANGAN
INTELEKTUAL DAN PENGARUHNYA BAGI MAHASISWI IAIN
JAKARTA
A. Peranan KOHATI Cabang Ciputat Dalam Perkembangan Intelektual
Intelektual tidak bisa dilepas dari kemajuan zaman, intelektual
berkembang dan maju seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan yang
semakin besar dan penting. Dewasa ini yang paling besar pengaruhnya bagi
mahasiswa, karena betul bahwa mahasiswa mempunyai ikatan yang erat
dengan dunia intelektual, yaitu tradisi intelektual dikalangan mahasiswa.
Tradisi intelektual dikalangan mahasiswa umumnya, mahasiswi IAIN
khususnya tidak pernah lahir begitu saja. Hal ini selalu diawali dengan
pergulatan pemikiran yang intensif, kritikal, dan terbuka. Dalam konteks IAIN
di mana nilai-nilai keagamaan sering menjadi pertimbangan yang signifikan-
atmosfir intelektualisme yang dikembangkan mungkin tidak selalu sejalan
dengan tradisi intelektual yang berkembang pada kampus-kampus universitas
dan perguruan tinggi umum.
Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an di lingkungan Kampus IAIN
Jakarta tengah berlangsung dinamika intelektual yang berkecambah menjadi
intellectual community. Sedikitnya ada tiga faktor yang mendorong
perkembangan ini. Pertama, peran Prof. Dr. Harun Nasution sebagai Rektor
IAIN Jakarta yang terus-menerus mengembangkan teologi “rasional” secara
Page 73
64
institusional melalui berbagai mata kuliah di IAIN. Kedua, peran Nurcholish
Madjid yang menjadi figur ideal anak-anak HMI Ciputat dengan gagasan-
gagasan pembaharuannya. Dan ketiga, peran M. Dawam Rahardjo, dengan
gagasan kritisnya terhadap pembangunan ekonomi dan sosial kemasyarakatan
pada umumnya.
Dalam kancah intelektualisme dan gerakan mahasiswa membuat kita
harus lebih banyak membaca literatur, khususnya tentang isu-isu modernisasi,
modernitas, sekularisme, sekularisasi dalam hubungannya dengan
pembangunan yang tengah menemukan momentumnya di bawah kendali
rezim Orde Baru. Secara khusus, kita memberi banyak perhatian pada literatur
tentang implikasi dan konsekuensi semua perkembangan ini terhadap
kehidupan dan masa depan agama.
Ciri gerakan intelektual yang dikembangkan KOHATI adalah
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kebajikan, kejujuran dan keadilan,
serta penghargaan atas perbedaan pendapat. Sehingga atas dasar itulah, sejak
KOHATI dilahirkan di tanah air tercinta ini, sikap kritisnya terhadap persoalan
kebangsaan, kemahasiswaan, dan keislaman, menyatu dalam aktivitasnya
sebagai komunitas intelektual (intelectual community).
Penegasan KOHATI sebagai gerakan intelektual ini setidaknya juga
tertuang dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga KOHATI yang
bertujuan, menjadikan kader terbinanya muslimah berkualitas insan cita serta
berperan sebagai pencetak dan Pembina muslimah sejati untuk menegakkan
dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Tradisi
Page 74
65
intelektualitas KOHATI sudah dibuktikan lewat sejarahnya. Selanjutnya
KOHATI pun mengembangkan sayapnya ke berbagai universitas, perguruan
tinggi dan akademisi di seluruh nusantara. Dalam perjalanannya pun,
KOHATI terus-menerus mengembangkan sikap-sikap intelektualnya secara
independen.1
Kegiatan KOHATI di beberapa cabang meningkat pesat, baik secara
internal maupun eksternal. Namun setiap perjalanan sebuah kepengurusan
tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan, terutama pandangan terhadap
hadirnya lembaga KOHATI.
Meski gelombang intelektual terus berkembang dan bermertamorfosa di
luar KOHATI, namun di dalam KOHATI, gelombang ini digantikan dengan
gelombang politisme. Gelombang politisme mengusung dominasi logika
kekuasaan dan mainstream berpikir politis dalam tubuh dan aktivis KOHATI.
Gelombang ini diawali dengan pemaksaan asas tunggal oleh penguasa Orde
Baru pada tahun 1980-an awal2.
Adanya tradisi pesimistis dalam tubuh KOHATI dan rasa kepercayaan
yang masih sulit diberikan, memungkinan KOHATI menjadi kurang kualitatif
dan dikhawatirkan akan semakin besar gagalnya citra HMI. Kadangkala ada
berbenturan kegiatan. Sehingga menjadi tidak jelas. Kegiatan-kegiatan yang
bersifat kaderisasi KOHATI lebih banyak berupa nilai praktis. Akibatnya
1Agussalim Sitompul, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; Pemikiran
Keislaman –Keindonesiaan HMI (1947-1997), (Jakarta : Logos, 2002), hal 52
2Margiyani Lusi, dkk. (ed). Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1992 ), hal. 15
Page 75
66
KOHATI larut, karena dalam kondisi yang gelisah, kecemburuan intelektual
dan rasa keingintahuan yang menggebu. KOHATI lebih banyak
dininabobokan oleh kodrat naluriahnya. Bahkan rasa kurang percaya diri
HMI-wan atau kegagalan sifat untuk mencoba menguji kemampuan yang
masih terselubung di dalam individu KOHATI. Idealisme KOHATI
sebenarnya ada secara potensi, tetapi pada kenyataannya sering terbunuh oleh
tradisi subjektif HMI-wan. Di sinilah nampak jelas ketidakberanian HMI
untuk melihat kenyataan. Ia sering larut oleh asumsi subjektif, konsep
intelektual yang bersifat apologis. Sehingga kenyataannya sering terabaikan.
Intelektual mendorong seseorang untuk melihat suatu persoalan dari
sudut pandang yang menyeluruh. Intelektual mendorong seseorang untuk tetap
kritis dan objektif dalam menyikapi setiap masalah yang ada. Sebagai
organisasi Islam, KOHATI akan sungguh-sungguh mempertahankan
intelektual. Intelektual yang ada di kalangan warga KOHATI dilandasi oleh
nilai-nilai Islam yang abadi dan universal. KOHATI dengan segala karakter
yang melekat di dalamnya seperti idealisme, kritisisme, dan intelektualisme,
dan progresifisme adalah modal yang cukup berharga untuk membangun
bangsa ini ke depan.
B. Sikap Mahasiswi IAIN Terhadap Organisasi KOHATI Cabang Ciputat
Selama hampir lebih dari tiga puluh tahun, IAIN telah memainkan
peranan yang signifikan di dalam pengembangan dan pembaharuan sistem
pendidikan Islam di Indonesia, khususnya pada pendidikan madrasah dan
pesantren. Peranan penting ini dapat dilihat bukan hanya terbatas dalam
Page 76
67
konteks menyediakan guru-guru bagi kalangan pelajar Muslim tetapi, dan ini
yang lebih penting, IAIN telah mempengaruhi cara pandang, pemahaman dan
penafsiran Islam yang lebih luas dan terbuka.
Sebagai lembaga pendidikan Islam tertinggi di Indonesia, IAIN telah
menjadi salah satu harapan terbaik bagi komunitas Muslim yang ingin
mengkaji Islam setelah mereka menamatkan bangku Madrasah Aliyah atau
pesantren. Seorang intelektual muda dan aktivis Muslim, bagi banyak
kalangan Muslim, utamanya orang Islam desa, lembaga seperti IAIN adalah
sebuah lembaga pendidikan yang merupakan satu-satunya pilihan. Lewat
IAIN-lah, banyak kalangan muda Muslim terpelajar yang potensial menaruh
harapan untuk bisa melakukan mobilitas vertikal sehingga bisa mensejajarkan
diri dengan kalangan terpelajar Indonesia lainnya.
Tentu saja, sejak kelahirannya IAIN tidak langsung menjadi sebuah
lembaga pendidikan yang berciri akademis, dengan wawasan sosial politik
yang luas. Sebelumnya, ruang gerak dan partisipasi intelektual IAIN masih
terbatas dan bahkan cenderung terpinggirkan, apalagi jika dibandingkan
dengan peranan dan pengaruh kalangan terpelajar dari berbagai Perguruan
Tinggi Negeri lainnya. Seperti yang diakui oleh Nurcholish Madjid,
Dahulu IAIN tampak sebagai pihak yang memelas, terpinggirkan dan
marginal sekali, jika dilihat dari segi wacana partisipasi intelektual. Umurnya
kan masih baru sekali. Jika dibandingkan dengan berbagai Perguruan Tinggi
Negeri lainnya, yang biasanya merupakan perpanjangan dari sekolah-sekolah
tinggi sejak zaman Belanda, mereka sudah memiliki tradisi intelektual.
Page 77
68
Bahkan, mereka sudah berkenalan dengan berbagai gerakan kebangsaan,
seperti Budi Utomo itu.
Meskipun banyak dari orang-orang Islam dari pedesaan itu tidak
membawa bekal dan tradisi intelektual yang memadai, namun sebagian di
antara mereka memiliki potensi-potensi tertentu untuk berkembang. Hal ini
umumnya benar, khususnya pada sebagian mahasiswa IAIN yang sebelumnya
telah mengenyam pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan seperti
pesantren.
Oleh karenanya, perspektif seperti ini lebih tepat untuk diterapkan
dalam melihat perkembangan intelektual sebagian, bahkan mungkin sebagian
kecil, dari komunitas IAIN yang mengalami perkembangan intelektual
sedemikian rupa, sehingga akhirnya menjadi creative minority tersebut. Tentu
saja, termasuk dalam kategori ini adalah mereka-mereka yang di kemudian
hari bisa melakukan mobilitas vertikal seperti yang dijelaskan di muka. Salah
satu bentuk dari kesadaran seperti itu, misalnya, terwujud dalam sikap yang
tidak lagi melulu menonjolkan aspek dakwah dari IAIN, melainkan aspek
akademis dan tradisi intelektualnya. Munculnya IAIN sebagai tempat
penyemaian ide-ide keislaman di Indonesia pada akhirnya telah
mempengaruhi wacana intelektual, paling tidak dalam konteks wacana
pemikiran keagamaan di Tanah Air.
Setiap perjalanan organisasi tidak terlepas dari faktor pendukung dan
penghambat. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Page 78
69
1. Faktor Pendukung
a. Tumbuhnya semangat di kalangan HMI-wati untuk meningkatkan
kualitas dengan memacu diri bersama-sama dengan HMI-wati.
b. Pengakuan akan eksistensi KOHATI di dunia eksternal.
2. Faktor Penghambat
a. KOHATI belum memanfaatkan kesempatan yang ada untuk
berkembang dan berkiprah baik intern maupun ekstern.
b. Tumbuh kecenderungan di kalangan mahasiswa untuk
mengembangkan dirinya melalui wadah-wadah profesi dan klub-klub
kajian.3
Perlu diakui, mahasiswi IAIN Jakarta memiliki prospek yang sangat
bagus dalam mencetak generasi muda bangsa yang mapan secara
intelektualitas dan keimanan. Banyak sekali pemikir-pemikir modern yang
merupakan lulusan dari IAIN Jakarta. Tujuannya adalah menciptakan pemikir
muslim yang memiliki tingkat keimanan dan intelektualitas yang tinggi dan
kuat. Begitu pula dengan minat belajarnya, seperti diskusi, membaca, dan
menulis. Implikasinya sudah sangat jelas, yakni masa depan intelektual
mahasiswi IAIN Jakarta yang semakin bagus.
3Korps HMI Wati Dalam Sejarah 1992-1994, Agussalim Sitompul (ed). KOHATI PB
HMI Periode 1966-1994, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995), hal 24
Page 79
70
Mahasiswi IAIN Jakarta memandang organisasi KOHATI khususnya
KOHATI Cabang Ciputat masih dalam batas yang wajar, yang baik-baik.
Menyikapi adanya organisasi KOHATI Cabang Ciputat di lingkungan kampus
IAIN Jakarta adalah hal yang positif selama masih dapat menjaga nama baik
kampus IAIN Jakarta.
Komunitas KOHATI Ciputat pada saat itu di IAIN Jakarta hanya di
sekitar kampus saja. Awal berdirinya di Fakultas Tarbiyah, tidak seperti
sekarang saat-saat ini, dahulu terpengaruh oleh budaya lingkungan.
KOHATI yang sejak awal lahir sebagai gerakan intelektual dan
memiliki sejarah panjang, dalam konteks perkembangan keilmuan saat ini,
penting kiranya untuk meluruskan kembali gerakan intelektual yang pernah
digariskan. Hal ini penting dilakukan sebagai kontinuitas perjuangan dalam
posisi dirinya sebagai elemen kaum intelektual dan aset masa depan bangsa.
Karena dengan pertimbangan sejarah KOHATI yang panjang, dan kader
KOHATI yang begitu besar, setidaknya KOHATI juga memiliki tanggung
jawab sosial yang besar, yakni mengabdi pada kebenaran sebagai satu dimensi
ideologi perjuangan menuju Indonesia yang besar dan bermartabat.
Agar terbinanya hubungan yang harmonis antara kader-kader KOHATI
dengan mahasiswi-mahasiswi IAIN Jakarta adalah harus eratnya membina
komunikasi yang efektif. Ini semua bertujuan agar terbinanya jalinan
silaturahmi antara aparat KOHATI dengan mahasiswi IAIN Jakarta.
Page 80
71
Perkembangan kemahasiswaan pada saat itu yakni perbedaan program
kerja dan struktur sesuai dengan kebutuhan. Lalu hasil musyawarah KOHATI
Cabang Ciputat bisa teridentifikasi terkait dengan kegiatan akademis. Adanya
tuntutan organistoris juga sangat mempengaruhi perkembangan
kemahasiswaan di IAIN Jakarta.
Kondisi global menggambarkan adanya kesenjangan dan diskriminasi
terhadap hak-hak perempuan. Akibatnya kaum perempuan terdistorsi dalam
konteks peran dan fungsinya sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat.
Kurang ditelaah secara komprehensif, perempuan sebagai individu yang
memiliki berbagai bentuk hubungan (relasi) dengan individu lainnya, dengan
kumpulan individu (masyarakat), maupun sebuah komitmen publik bernama
Negara4.
Pola relasi atau hubungan antara perempuan dan dunia sekitarnya, akan
menimbulkan serangkaian problem kemanusiaan yang harus dicarikan
pemecahannya, dan mau tidak mau pemecahan masalah tersebut menjadi
tanggung jawab bersama antara lelaki dan perempuan sebagai manusia,
terlebih kaum perempuan sendiri yang harus menjadi subyek dalam proses
pencarian dan pembuktian jati diri kemanusiaannya.5
4Engineer, Asghar Ali, Hak-hak Perempuan dalam Islam, (Yogyakarta: LSPPA dan
Yayasan Benteng Budaya, 1997), hal. 23
5Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS KOHATI Palembang 28 Juli – 3 Agustus
2008, (Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita, 2008), hal. 99-100
Page 81
72
C. KOHATI Cabang Ciputat Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Intelektual Mahasiswi dan Alumni IAIN Jakarta
Dalam waktu kira-kira satu dasawarsa sejak kelahiran IAIN di dalam
dunia pendidikan tinggi di Indonesia, masyarakat luas mulai mengenal
berbagai ide dan gagasan keislaman dan keagamaan yang segar dari kalangan
terpelajar (dosen, alumni dan mahasiswa) IAIN. Salah seorang pelopornya
adalah Nurcholish Madjid, yang sejak masih mahasiswa di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sudah menjadi tokoh dan aktivis. Ia adalah satu-satunya
orang yang menjabat Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), salah
satu organisasi ekstra mahasiswa yang paling besar dan berpengaruh di
Indonesia, selama dua periode (1966-1969 dan 1969-1971). Sejak 1970-an,
berbagai gagasan dan pemikiran kritisnya dikemukakan dalam artikel-artikel
yang diterbitkan dalam berbagai harian ibukota kala itu seperti Tribun, Pos
Bangsa dan Mimbar.
Nurcholish dikenal sebagai seorang cendekiawan yang kritis dan telah
mensosialisasikan ide-ide pembaharuannya sejak menjadi tokoh mahasiswa
dan aktivis HMI. Tulisan-tulisannya pada awal 1970-an sudah menyulut
kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia, sering disebut heboh
intelektual, dan dikenal sangat kritis terhadap berbagai permasalahan sosial
keagamaan bangsa Indonesia. Setelah menyelesaikan program doktor di
University of Chicago pada tahun 1984, otoritas Nurcholish sebagai salah
seorang intelektual Islam Indonesia paling terkemuka semakin tidak diragukan
lagi.
Page 82
73
Dinamika intelektual kalangan IAIN Jakarta ternyata tidak berhenti
pada figur-figur Harun Nasution, Mukti Ali dan Nurcholish Madjid,
melainkan terus berkembang pada beberapa generasi sesudahnya. Sejumlah
pemikir muda telah muncul untuk meneruskan tradisi intelektual yang
diwariskan oleh para pendahulunya tersebut. Yang lebih menarik lagi, wacana
intelektual yang dikembangkan pun semakin beragam sejalan dengan
diskursus intelektual yang berkembang. Fachry Ali dan Bahtiar Effendy
(keduanya adalah alumnus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) telah dengan
sangat baik merekonstruksikan wacana intelektual di bidang pemikiran
keislaman pada masa orde baru.
Hal ini tidaklah begitu mengherankan, karena setidaknya sejak akhir
1980-an, terjadi perkembangan yang sangat pesat dari para sarjana IAIN yang
kemudian bergelut di dunia pers/media massa. Sementara itu, pada level
intelektual muda IAIN, berbagai isu kontemporer seperti masalah agama dan
pluralisme, kesetaraan gender dan civil society menjadi diskursus yang
dominan. Untuk menunjukan sebuah contoh, berikut dikutip sebuah
pandangan yang khas dari generasi muda intelektual IAIN. Misalnya, dalam
konteks menuju hubungan yang lebih saling menghargai dan saling
memahami (mutual understanding).
Islamic intellectualism harus digabungkan dengan national
intellectualism lewat sebuah program yang memungkinkan kalangan terpelajar
Islam untuk belajar di berbagai universitas bergengsi di Barat, di mana para
ahli ekonomi, politik dan sosiologi Indonesia juga meraih gelar doktor.
Page 83
74
Sehingga dengan demikian, komunikasi intelektual di antara intelektual
Muslim dan intelektual Indonesia lainnya bisa terjadi dengan lebih intensif.
Dari sinilah kemudian program pengembangan IAIN (IAIN Development
Program), seperti yang terwujud dalam program pembibitan dosen IAIN yang
dimulai sejak akhir 1980-an menemukan signifikansi pentingnya.
KOHATI sebagai organisasi kaum intelektual harus mampu melakukan
peran-peran yang strategis secara eksternal terutama yang menyangkut
kebijakan, karena wilayah tersebut membutuhkan kajian dan analisis yang
mendalam dari kaum yang terdidik dan terpelajar. KOHATI harus mampu
memberikan warna dan sumbangsih pemikiran terhadap kebijakan yang
dihasilkan oleh Negara. Di samping mengawal kebijakan KOHATI juga harus
mampu mengawasi prilaku-prilaku masyarakat agar tidak mendiskriminasikan
perempuan, karena bagaimanapun kebijakan yang sudah berprespektif gender
tidak akan ada artinya jika dalam praktiknya kebijakan tersebut tidak
diaplikasikan.
KOHATI harus mampu memainkan peran intelektualnya terutama yang
berkaitan dengan masa depan perempuan Indonesia. Pada kedua momen
tersebut KOHATI harus bisa mengoptimalkan perannya agar keberadaan
KOHATI diakui oleh kalangan luas. Agar kiprah KOHATI diakui dan
dirasakan oleh kalangan luas perlu dirancang strategi yang matang oleh
pengambil kebijakan yang ada di KOHATI. Hal itu juga terkait dengan fungsi
secara internal, karena bagaimanapun untuk melahirkan kebijakan eksternal
Page 84
75
juga membutuhkan koordinasi yang rapih di internal organisasi dan program-
program yang dirancang juga harus visioner.6
Empat bagian dari tujuan KOHATI, terakhirnya, KOHATI sebagai
bagian dari masyarakat, ia harus mampu berintegrasi dengan komunal
masyarakat yang hadir di sekelilingnya tanpa harus kehadirannya hanya
sebagai pelengkap wadah organisasi yang bersifat formalitas dan menjadi
dokumen kesejarahan. Dalam kaitan ini KOHATI sebagai abdi masyarakat,
ikut juga terlibat terhadap gejala sosial, rutinitas dalam mensyiarkan beragama
dalam membimbing ibu-ibu dipengajian sekitar Kampung Utan dan daerah
sekitar Parung, juga Cirendeu dan Pondok Cabe.
Pada masa itu, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
KOHATI Cabang Ciputat, diantaranya adalah mengadakan acara peringatan-
peringatan hari besar keagamaan seperti perayaan Isra` Mi`raj, perayaan
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, mengelola dan secara intensif mengisi
acara di Majlis Ta`lim, mengadakan acara kursus membuat kue-kue,
mengadakan kajian ilmiah, mengadakan seminar-seminar dan banyak sekali
macam kegiatan yang dilakukan oleh KOHATI Cabang Ciputat dengan
Mahasiswi IAIN Jakarta dan masyarakat setempat.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan KOHATI Cabang Ciputat
dengan masyarakat setempat adalah mengelola dan secara intensif mengisi
acara di Majlis Ta`lim yang bertempat di daerah Kampung Utan yaitu di
6Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-WATI XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI………………..hal. 25-26
Page 85
76
Musholla Al- Istiqomah, dan Majlis Ta`lim yang ada di daerah Cirendeu dan
di Pondok Cabe yang diadakan setiap hari Jum`at. Ini semua dilaksanakan
agar sosok atau wajah anggota HMI-wati mempunyai empati dan kepedulian
tentang masalah sosial keagamaan sekaligus sebagai latihan aktualisasi
sebagai justifikasi motto Ke-Islaman, Ke-Intelektual, Ke-Indonesian.
Untuk itu yang paling utama, setiap hari jum`at selalu mengadakan
acara rutin baik membicarakan masalah kewanitaan dan keterampilan maupun
berdiskusi masalah-masalah sosial dan keagamaan yang menjadi persoalan di
masyarakat. Dan tidak ketinggalan juga mengkaji masalah perkembangan ilmu
pengetahuan secara ilmiah, misalnya berdiskusi mengenai buku-buku yang
ditambah dengan bimbingan kakak-kakak senior. Hal ini diciptakan dalam
bentuk yang menyentuh kita semua, yaitu secara kekeluargaan pada kondisi
dan situasi yang tepat. Juga sebagai upaya menggali nilai-nilai organisasi
sekaligus pengembangan intelektual, dan memperdalam pengalaman praktis.
Dalam masalah keterampilan wanita, KOHATI telah mencoba
mengadakan kursus jahit menjahit serta kursus membuat kue. Di samping itu
lewat kegiatan arisan, di isi dengan beberapa acara seperti merangkai bunga,
cara memotong rambut, dan merawat kesehatan tubuh. Selanjutnya
menunaikan semacam kunjungan kekeluargaan oleh para fungsionaris, seperti
menghadiri perkawinan, melahirkan, terkena musibah adalah tugas moral yang
terus menjadi tradisi hingga saat ini, di samping kunjungan informal lainnya,
dimaksudkan demi terbinanya ukhuwah islamiyah.
Page 86
77
Dalam rangka hari besar Islam dan hari Ibu serta Maulid Nabi
Muhammad, KOHATI Ciputat telah mencoba memenuhi aspirasi masyarakat,
lewat peringatan Maulid yang penyelenggaraannya langsung dipusatkan di
Aula Insan Cita. Tentu hal ini dilatar belakangi oleh beberapa gagasan dan
keinginan yang ikhlas. Sementara itu rutinitas yang dianut oleh ibu-ibu di
kalangan Majlis Ta`lim masih sangat lemah dan bersifat tradisional. Sehingga
jangkauan ke masa depan demi terciptanya efektivitas syiar agama tidak
banyak dipikirkan. Oleh karena itu KOHATI yang ada dalam dua kutub
kesenjangan ini mencoba menawarkan idealitas sesuai cirri independensi, ini
dilakukan demi terciptanya kemaslahatan umat dan masa depan bangsa.
Kiranya moment pelaksanaan Maulid ini sebagai langkah awal untuk mencari
bentuk ukhuwwah, ternyata Alhamdulillah ada respon positif. Agar kegiatan-
kegiatan semacam ini tidak terbatas oleh suasana insidental. Bahkan harus
merupakan suatu forum pertemuan antar sesama wadah.
Di samping itu, mahasiswi IAIN Jakarta khususnya dengan kader-kader
KOHATI Cabang Ciputat, belum ada keseragaman dalam memahami lembaga
KOHATI sehingga mempengaruhi cara pandang mereka dalam melihat
lembaga KOHATI. Bahkan kadang mengakibatkan tidak sinergis dalam
menjalin hubungan diantara keduanya. Kelemahan yang menjadi kesadaran
pengurus saat itu adalah kurangnya upaya melakukan kajian ekslusif terkait
dengan masalah-masalah yang dihadapi.
Arahan yang jelas dalam pergerakan perempuan itu adalah pengentalan
ideologi gerakan perempuan sebagai salah satu cara mewujudkan masyarakat
Page 87
78
adil, demokratis, egaliter dan beradab sebagai prototipe masyarakat madani.
Konsekuensinya, kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang mendukung. Artinya, kaum
perempuan harus memiliki keseimbangan dalam kemandirian intelektual serta
ketegasan dalam bersikap dengan landasan berpijak yang jelas.
KOHATI Cabang Ciputat dan pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektual mahasiswi IAIN Jakarta, mahasiswi IAIN Jakarta haruslah mampu
memiliki kualifikasi Insan Cita yakni : yang pertama, adalah watak dan
kepribadian seorang perempuan sadar dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam
yang tercermin dalam sikap, pola pikir dan perilaku kehidupannya sehari-hari
baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat dan yang sadar akan
kodrat kemanusiaannya yang tercermin dalam pandangan jauh ke depan
terhadap pentingnya kelanjutan lahirnya generasi penerus yang berkualitas.
Secara alamiah hal ini akan mampu diatasi oleh setiap manusia, namun
sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah terhadap persoalan-persoalan
keperempuanan sangat dibutuhkan terutama jika dikaitkan dengan aspek
fisiologis dan psikis perempuan.
Yang kedua, kemampuan intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki
pengetahuan, kecerdasan, dan kebijaksanaan. Yang ketiga, kemampuan
professional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide dan pemikirannya dalam
praktik kehidupan sehari-hari dalam rangka aktualisasi diri. Hal ini
ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik teknis maupun
non-teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.
Page 88
79
Yang keempat, kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya
kondisi sosial budaya yang merendahkan wanita adalah ketergantungan
perempuan yang sangat tinggi. Perempuan seringkali tidak percaya akan
kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama,
seringkali jika dikerjakan bersamaan dengan laki-laki, perempuan sudah
mengalah terlebih dulu, daya bersaingnya lemah. Oleh karena itu HMI-Wati
harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentunya dengan diimbangi
kemampuan intelektual serta ketahanan mental. Rasa percaya diri bukan
berarti meniadakan sama sekali kerjasama dengan yang lain.
Suatu kelompok massa tidak dapat memilah dirinya untuk menjadi
bebas tanpa kepekaan sosial yang luas untuk mengorganisasi diri, dan tidak
ada organisasi tanpa kaum intelektual, organisator, maupun pemimpin. Itulah
sekilas deskripsi realitas kehidupan mahasiswa. Dalam kondisi bangsa seperti
ini peran mahasiswa sangatlah penting untuk mengubah Negara ke arah yang
labih baik lagi dan sudah menjadi tugas mereka untuk meneruskan perjuangan
para tokoh-tokoh terdahulu yang perlu ditransformasikan pada tradisi
intelektual7.
Diantara kader KOHATI Cabang Ciputat product pengaderan angkatan
1976 (Lies Marcoes Natsir) merupakan pegiat dan bahkan tokoh pemerhati
perempuan dan gender memulai kiprahnya melalui lembaga P3M (Pusat
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). Di mulai tahun 1983, Lies dan
kawan-kawan melakukan pelatihan gender di pesantren–pesantren seluruh
7TO Ihromi (ed). Kajian Wanita dalam Pembangunan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1993), hal. 42
Page 89
80
Indonesia yang merupakan cikal bakal kegiatan sosialisasi gender di
Indonesia, sebagai realisasi dari UU no 07/1984 dimana UUAD (Undang-
Undang Anti Diskriminasi) telah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai sebuah
kebijakan atas perlindungan terhadap perempuan. Dimana isi dari UUAD
(Undang-Undang Anti Diskriminasi) tersebut adalah Undang-Undang nomor
007/1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3277). Dimana Pemerintah Indonesia mengeluarkan
kebijakan tersebut dalam rangka memprioritaskan wanita. Untuk itu sudah
seharusnya semua kebijakan yang dikeluarkan oleh negara harus
memperhatikan dan mengakomodir kepentingan perempuan. Mengingat
belum semua komponen yang terkait dapat mengambil kebijakan tersebut
belum punya mainset yang berspektif gender, maka perlu dilakukan upaya
advokasi oleh pihak-pihak yang punya sense of gender.
Dalam hubungannya dengan alumni, KOHATI bekerja sama dengan
beberapa organisasi wanita lainnya, yang mempunyai prospek sama dengan
organisasi wanita lainnya pada masa itu. Yang terus memperjuangkan hak-hak
wanita. Bahwa wanita itu sama dengan laki-laki. tidak lemah.
Page 90
81
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Permasalahan perempuan senantiasa berkembang seiring dengan
perubahan masyarakat. Pemikir-pemikir yang bersifat mendalam sangat
diperlukan, mengingat permasalahan tersebut merupakan hal yang sangat
mendasar dan menuntut keleluasaan dan kedalaman peran dan fungsi
perempuan. Pada gilirannya perempuan yang berkualitaslah yang dapat
menjawabnya.
Perjalanan Korps HMI-wati (KOHATI) yang dilahirkan di Solo pada
tanggal 17 September 1966 telah mencapai 45 tahun. Ini merupakan rentang
sejarah yang cukup panjang. Dalam perjalanan sejarahnya hingga kini tentu
saja mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Pada situasi dan kondisi tertentu terkadang mengharuskan organisasi ini
mnyesuaikan diri agar tidak kehilangan eksistensinya dan tetap bisa survive.
KOHATI sebagai badan khusus yang dibentuk oleh HMI tidak saja
diadakan sekedar untuk kebutuhan perkembangan organisasi, akan tetapi hal
yang lebih substantif adalah sebagai sarana yang penting bagi media
pembinaan kader HMI-wati dalam peningkatan kualitas diri.
Oleh karena itu, KOHATI adalah merupakan bagian integral dari HMI,
maka hal yang mendesak untuk dilaksanakan adalah perlu suatu kondisi yang
mampu merangsang semua potensi kreatif kader dalam pengembangan diri
serta bisa terciptanya tradisi keintelektualan bagi HMI sebagai sebuah sistem
Page 91
82
pemerintah. Maka situasi yang tercipta pun masih belum stabil. Sistem dan
budaya politik lama masih belum hilang sedang sistem budaya politik baru
masih dalam taraf pembentukan.
Kebutuhan mobilisasi massa masih sangat dominan sebab digunakan
sebagai symbol kekuatan organisasi. KOHATI dibentuk dalam rangka untuk
menampung aktivis-aktivis wanita yang membutuhkan wadah untuk
mengaktualisasikan diri, jadi bukan hanya sekedar bertujuan untuk mobilisasi
massa.
KOHATI Cabang Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat, Kabupaten
Banten, Provinsi Jawa Barat. Dan sekarang adalah terletak di bawah Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Di era tahun `70 -`80an, 39 tahun yang
lalu, Ciputat tak ubahnya sama dengan wilayah – wilayah lain, yang belum
semodern sekarang, berkembang dan maju lebih pesat seperti sekarang ini.
Bila dilihat dari letaknya, Ciputat merupakan daerah yang strategis, karena
letaknya yang berada di tengah – tengah kota. Masuk kedalam provinsi
Banten, berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.
Perjalanan yang panjang semenjak KOHATI ada di Ciputat ini, sudah
banyak yang berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan zaman. Apalagi kalau kita kaitkan dengan keadaan
sekarang, masa tuntutan profesionalitas anggota sangat menjadi permasalahan.
Di wilayahnya sendiripun KOHATI tidak pernah ketinggalan dalam mengikuti
peningkatan-peningkatan diri, hal ini tentunya berkat keadaran tersendiri,
Page 92
83
misalnya tanpa diutus secara langsung juga mengikuti training seperti basic,
intermediate dan sebagainya.
Peningkatan kuantitas kader KOHATI Cabang Ciputat dilakukan
dengan diadakannya penerimaan kader baru yang ingin ikut serta menjadi
bagian dari KOHATI Cabang Ciputat dengan syarat harus mengikuti Latihan
Kader di internal KOHATI Cabang Ciputat berupa pelatihan khusus ke-
KOHATI-an dari tingkat Basic Training sampai pada tingkat Advance
Training.
Peningkatan kualitas kader KOHATI Cabang Ciputat sangat
menentukan eksistensi bagi KOHATI Cabang Ciputat itu sendiri. Hal inilah
yang menyebabkan KOHATI Cabang Ciputat terus menerus melakukan
peningkatan kualitas sumber daya kadernya yang mempunyai efek besar pada
perkembangan intelektual kader pada khususnya dan mahasiswa IAIN Jakarta
pada umumnya. Tidak lupa pula KOHATI Cabang Ciputat melakukan Up-
Grading keperempuanan yang mampu menjaga semangat juang para kader
KOHATI Cabang Ciputat dalam mewujudkan cita-cita organisasi.
KOHATI Cabang Ciputat dalam pengembangan kualitas kadernya,
dilakukan dengan melaksanakan hasil rapat kerja pengurus yang telah
disepakati bersama menjadi program kerja pengurus yang bersifat formal
maupun non formal yang harus dilaksanakan pada kurun waktu satu tahun.
Program kerja yang dimaksud beberapa diantaranya adalah, mengadakan
acara-acara pengajian majelis ta’lim perempuan, perayaan hari besar
keagamaan, perayaan hari besar nasional, diskusi keperempuanan, seminar
Page 93
84
keperempuanan, pelatihan khusus kader KOHATI, kursus memasak, kursus
menjahit dan lain sebagainya yang bersifat keperempuanan.
KOHATI Cabang Ciputat sangat berperan dan berpengaruh sekali
dalam perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta. Kader-kader
KOHATI Cabang Ciputat pun tampil dikancah nasional dalam pertarungan di
wilayah struktural internal KOHATI dibuktikan dengan beberapa ketua
KORNAS KOHATI PB HMI pernah dipercayakan kepada beberapa kader
KOHATI Cabang Ciputat beberapa diantaranya adalah, Nurhayati Djamas,
Rifqiyati AS, dan Dra. Hj. Tati Hartimah.
Page 94
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999, Cet. Ke-2
Arrisalah, edisi 44
Draft Musyawarah Nasional Korps HMI-Wati XIX, Optimalisasi Peran KOHATI
Untuk mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI, MUNAS KOHATI
Palembang 28 Juli - 3 Agustus 2008, Jakarta: Yayasan Bina Insan Cita,
2008
Engineer, Asghar Ali, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Yogyakarta: LSPPA dan
Yayasan Benteng Budaya, 1997
Husein, Muhammad, Fiqh Perempuan: Refleksi Kias Atas Wacana Agama dan
Gender, Yogyakarta: RAHIMA dan LKIS, 1997
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:
Gramedia, 1992
Koordinator Nasional KOHATI, Perspektif Wanita Indonesia dan KOHATI,
Jakarta, 1976
Korps HMI-Wati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 1992-
1994, Agussalim Sitompul (ed). Korps HMI-Wati dalam Sejarah 1966-
1994, Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1995
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1994
Lusi, Margiyani. dkk. (ed). Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992
Michael Rush, dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002
Muhammad, Ridwan. Dkk. Modul LK 1 (Latihan Kader 1), Revisi terbaru,
Ciputat: HMI Cabang Ciputat, 2009
S, Handayani Christina, Kuasa Wanita Jawa, LKiS, Yogyakarta,
Sitompul, Agussalim, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun
1947-1993, Jakarta: Intermasa, 1995
Page 95
…………………..., Sejarah Perjuangan HMI Pada Tahun 1947-1975, Surabaya:
Bina Ilmu Surabaya, 1976
……………………, HMI Mengayuh Diantara Cita dan Kritik, Jakarta: CV.
Misaka Galiza, 1997
……………………, Menyatu Dengan Umat Menyatu Dengan Bangsa, Pemikiran
Keislaman Keindonesiaan HMI 1947-1997, Jakarta: Logos, 2002
TO Ihromi (ed). Kajian Wanita dalam Pembangunan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1993
Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur`an, Jakarta:
Paramadina, 1999
www.pbkohati.com
www.Kohati-pbhmi.com
http//biro-pemberdayaan-perempuan-propinsi-ntt.com/index.php?=com
content&view=article&id=15&Itemid=24
Page 96
Daftar Pertanyaan
1. Nama lengkap bunda beserta titelnya?
2. Tempat tanggal lahir?
3. Alamat lengkap bunda?
4. Aktif di KOHATI Ciputat periode kapan?
5. Siapa Ketua Umum KOHATI pada masa periode bunda?
6. Bunda pernah menjabat sebagai apa di KOHATI Ciputat?
7. Kegiatan yang pernah dilakukan KOHATI Ciputat pada masa periode bunda
(dalam hal kegiatan yang bersifat intelektual)?
8. Bagaimana perkembangan intelektual pada masa kepengurusan periode
bunda?
9. Berapa besar peranan dan pengaruh KOHATI Ciputat dalam perkembangan
intelektual mahasiswi IAIN ?
10. Apa tujuan KOHATI Ciputat pada masa kepengurusan periode bunda?
11. Apa saja kesuksesan yang pernah dicapai KOHATI Ciputat pada masa
kepengurusan periode bunda?
12. Dari periode kepengurusan bunda apa saja yang menonjol? Terkait peranan
perempuan dalam pembangunan?
13. Bagaimana hubungan mahasiswi IAIN dengan organisasi KOHATI Ciputat
pada masa periode bunda saat itu?
14. Bunda bisa ceritakan peristiwa politik kampus yang terjadi pada tahun 1978??
15. Pada masa bunda pemerintah Orde Baru pernah mengeluarkan kebijakan
tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) atau Badan Koordinasi
Kemahasisswaan (BKK)yang dikenal sangat merugikan kehidupan
berorganisasi para aktivis gerakan. Apa yang bunda ketahui tentang
kebijaksaan tersebut yang sempat diberlakukan di kampus IAIN?
16. Sebutkan siapa saja Ketum-ketum KOHATI Cabang Ciputat di era tahun
1970-1980 yang bunda ketahui?
17. Pada masa periode bunda saat itu, apakah ada penerbitan majalah, buletin,
atau buku yang diterbitkan?
18. Bunda bisa menjelaskan sedikit situasi dan kondisi KOHATI Cabang Ciputat
di era tahun 1970-1980?
19. Bagaimana reaksi mahasiswa IAIN terhadap munculnya organisasi wanita
KOHATI?
20. Seperti apa bentuk-bentuk kegiatan yang pernah dilakukan organisasi
KOHATI dengan mahasiswi IAIN ??
21. Bunda bisa tolong jelaskan sekilas dinamika perkembangan KOHATI Cabang
Ciputat dari periode-periode? Diantaranya periode 1970-1971, 1971-1972, dst
hingga sampai pada periode 1979-1980?
Page 97
PENGURUS KOHATI CABANG CIPUTAT 1977
Page 98
MAULID NABI KOHATI CABANG CIPUTAT 1977
Page 99
ISRA’ MI’RAJ KOHATI CABANG CIPUTAT 1980
Page 100
UP GRADING KOHATI 1981
Page 101
MAKNA LOGO
1. Bulan bintang : Melambangkan kejayaan umat Islam.
2. Puncak Tiga : Melambangkan pemaknaan dari Iman,
Islam, dan Ihsan.
3. Bunga : Melambangkan kewanitaan.
4. Melati : Melambangkan kasih sayang yang suci
dan tulus.
5. Penyangga : Melambangkan wanita sebagai tiang
Negara.
6. Buku Terbuka : Melambangkan Al-Quran sebagai dasar
utama.
7. Lima Mahkota : Melambangkan Pancasila sebagai
falsafah Negara.
8. Tiga Kelopak Bunga : Melambangkan Tridarma Perguruan
Tinggi.
9. Tulisan KOHATI : Kepanjangan Korps HMI-Wati.
10. Warna Hijau : Melambangkan ke-Islaman.
11. Warna Hitam : Melambangkan kedalaman ilmu
pengetahuan.
12. Warna Putih : Melambangkan kesucian.
Page 102
MARS KOHATI
Wahai HMI-wati semua
Sadarilah kewajiban mulia
Membina, mendidik tunas bangsa
Tiang Negara jaya
Himpunkan kekuatan segera
Jiwai semangat pahlawan
Tuntut ilmu serta amalkan
Untuk kemanusiaan
Jayalah KOHATI
Pengawal panji Islam
Derapkan langkah perjuangan
Page 103
Kuatkan Iman
Majulah tabah HMI-wati
Harapan bangsa
Pembina masyarakat Islam
Indonesia
Page 104
Biodata Narasumber
Nama : Rahmi Fauziah
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 01-Januari-1959
Alamat : Pondok Pekayon, blok A/11, Bekasi
Fakultas : Adab dan Humaniora, 1976-1983
Jurusan : Bahasa dan Sastra Arab
Jabatan di KOHATI : Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat Periode 1980-1981
Page 105
Biodata Narasumber
Nama : Noor Jannah Shomad, MSi
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 25-12-1953
Alamat : Komplek Cirendeu Indah, Jalan Kutai, blok G/9, Ciputat,
Tangerang Selatan
Fakultas : Tarbiyah, 1973
Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris
Jabatan di KOHATI : Ketua Umum KOHATI Cabang Ciputat Periode 1974-1975