BAB I PENDAHULUAN Dalam anatomi, anus atau lubang bokong (Latin: ānus) adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan an penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Anus sering dianggap sebagai bagian yang tabu oleh berbagai kelompok masyarakat. Anus adalah suatu saluran pendek yang menghubungkan ujung saluran pencernaan (rektum) dengan lingkunan luar, yang tertutup otot berbentuk cincin (sphincters). Gangguan yang sering menyerang daerah ini adalah pembengkakan pembuluh darah disekitar anus (haemorrhoids, wasir). Ini biasanya berkaitan dengan sembelit yang menyakitkan. Proktologie (atau lebih lengkap coloproktologie) adalah bidang kedokteran yang membahas kelainan- kelainan di usus besar hingga lubang pelepasan atau dubur. 1
HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam anatomi, anus atau lubang bokong (Latin: ānus) adalah
sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan an
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi
utama anus.
Anus sering dianggap sebagai bagian yang tabu oleh berbagai
kelompok masyarakat.
Anus adalah suatu saluran pendek yang menghubungkan ujung
saluran pencernaan (rektum) dengan lingkunan luar, yang tertutup otot
berbentuk cincin (sphincters). Gangguan yang sering menyerang daerah
ini adalah pembengkakan pembuluh darah disekitar anus (haemorrhoids,
wasir). Ini biasanya berkaitan dengan sembelit yang menyakitkan.
Proktologie (atau lebih lengkap coloproktologie) adalah bidang
kedokteran yang membahas kelainan-kelainan di usus besar hingga
lubang pelepasan atau dubur.
Pada umumnya kelainan-kelainan di daerah ini tidak begitu
diperhatikan dan kalaupun ada keluhan sering dianggap sebagai wasir.
Masyarakat kurang mengetahui bahwa kecuali wasir masih ada
banyak penyakit lain di dubur yang jika penanganannya tidak sesuai dapat
membahayakan yang dalam pembahasannya kita tekankan pada usus
akhir yaitu rectum dan anus.
Anatomi dan physiologi rectum sangat rumit, kita tidak mengetahui
dimana colon/sigmoid berakhir dan dimana rectum mulai. Perbedaan
nama ini lebih karena letak topographynya daripada anatominya. Selain
1
anus dengan syarafnya yang sangat sensitive, otot-otot sphincter (internus
et externus) dan otot-otot pelvic termasuk usus akhir.
Fungsi sigmoid dan rectum adalah tempat penampungan faeces.
Supaya terkontrol 4-5 cm terakhir rectum menyempit dan disebut anus.
Sel mukosa yang semula kuboid berangsur menjadi epithel yang sangat
sensitive. Ini diperlukan untuk membedakan antara gas , cairan dan padat.
Penutup anus yang paling menonjol adalah M. Sphinkter internus yang
adalah otot polos dan M. Sphinkter externus, sebuah otot lurik. Disamping
itu otot-otot Levator ani (M. puboccigeus, M. puborectalis dan M.
ischiococcigeus) ikut membantu pada defekasi.
Batas antara rectum dan anus lebih mudah dengan adanya linea
dentate yang merupakan muara glandula submokus yang tersembunyi di
balik katup kecil. Glandula ini adalah sumber dari analabses dan fistel jika
meradang.
Pemeriksaan dimulai dengan anamesa yang merupakan tahapan
penting karena dari anamesa kita dapat mengetahuib arah pemeriksaan
selanjutnya. Setelah anamesa berturut turut dilakukan inspeksi , rectal
touch, rektoskopi / anuskopi. Selanjutnya dapat dilakukan rontgen dan
atau coloskopi jika diperlukan. Kedua pemeriksaan terakhir memerlukan
persiapan sebelumnya.
Penyakit - penyakit sekitar anus diantaranya :
o Haemorroid
o Anal fissure
o Analabses dan Anal fistula
o Proktitis
o Penyakit Usus lain, misalnya Morbus Crohn, Colitis ulcerosa,
TBC usus, Amoeba ,dll.
o Penyakit kulit dan kelamin di dubur, misalnya eksema ,
condylomata, sipylis, AIDS
o Tumor : Tumor jinak dan ganas dan usus besar.
2
Disini terlihat bahwa keluhan di dubur bukan saja wasir, tetapi
masih banyak penyakit yang gejalanya menyerupai wasir.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI DAERAH ANUS
2.1.1. Anatomi Anal Lining
Kanalis analis merupakan suatu struktur yang berbentuk seperti
tabung, panjangnya sekitar 4 cm dan dua pertiga bagian atasnya tertutup
lapisan yang tidak berambut, tidak mengandung kelenjar, yang terdiri dari
sel epitel gepeng yang sensitive yang dikenal sebagai anoderm. Lapisan
ini tersusun dalam susunan longitudinal yang dikenal dengan lapisan
Morgagni . Deskripsi yang diterangkan di atas masih sangat sederhana,
kemudian pada abad ke -19 ahli anatomi memberikan deskripsi yang lebih
jelas dan detail mengenai kanalis analis. Satu hal yang kemudian disadari
para ahli anatomi mengenai kanalis analis adalah mengenai ketebalan
dan kayanya vaskularisasi di submukosa anus. Hal yang diketahui
terakhir ini sangat berperan dalam membantu memperkuat penutupan
anus. Observasi lebih lanjut menjelaskan mengenai apa sesungguhnya
bantalan haemorrhoid, yang lebih dikenal dengan sebutan anal cushion.
Jadi, anal cushion merupakan bantalan jaringan lunak yang terdiri dari
jaringan pembiluh darah (plexus haemorrhoidales) venula, arteriol, arterio-
venous anastomosis, otot plos dan jaringan ikat elastis, yang terletak di
submukosa pada hemorrhoid interna dan subkutan pada haemorrhoid
eksterna. Anal cushion sendiri terbagi oleh linea dentata, dimana
pembagian ini mempengaruhi kepekaan anus terhadap rasa sakit. Yaitu
bagian yang di atas linea dentata tidak bisa mengalami sakit karena tidak
ada saraf somatis namun bagian bawah bisa merasa sakit karena ada
saraf somatisnya. (5,6)
4
Gambar 1. Anatomi Anorectum (11)
5
2.1.2 Peredaran darah pada anal cushion
Anal cushion menerima supply darah dari arteri rectalis superior,
media dan inferior (= arteri haemorrhoidal). Lima sampai delapan cabang
dari arteri rectalis superior melalui mesorectum dan melewati ampulla recti
menuju ke bawah sampai di submukosa anus, kemudian beranastomose
dengan pembuluh dari cabang media dan inferior. Eksisi lokal pada
mukosa dapat menyebabkan perdarahan dari ketiga pembuluh darah
tersebut. Sebagian aliran darah tadi akan masuk ke sistem vena melalui
shunt arterivena yang akan membantu fungsi mekanis anus.
Anal cushion berguna untuk membantu melawan tekanan saat
defekasi dengan adanya otot polos, muskulus ani dan jaringan elastis.
Otot ini merupakan struktur anatomi yang unik karena tidak ada otot lain
yang terdapat di submukosa (ditemukan oleh Treitz (1853)). Otot ini
berasal dari sphincter interna yang terdiri dari berbagai bundle yang
bersatu di subanodermal untuk membentuk ikatan kuat yang padat untuk
menyangga di sekeliling vena. (5)
6
Gambar 2. Struktur otot dalam canalis analis 2
7
2.1.3 Fungsi Anal Cushion
Tidak diragukan lagi anal cushion berfungsi membantu penutupan
anus. Subtansi spongiosa dan volume yang bervariasi dari kantung
vena ,dengan anastomose langsungnya dengan arteri, berperan dalam
membantu sphincter berkontraksi sehingga anus menutup. (5)
Jika karena suatu sebab ada gangguan pada aliran darah balik vena
maka akan terjadi pelebaran vena dan ini yang banyak dikenal sebagai
wasir.
Gambar 3. Protoscopic dari normal anal cushion (5)
Gambar 4. Gambaran protoscopic dari anal cushion yang melebar (5)
8
2.2. HAEMORRHOID
2.2.1. Pengertian Haemorrhoid
Haemorrhoid atau wasir/piles bukanlah suatu penyakit melainkan
suatu perubahan pada bantalan pembuluh-pembuluh darah di dubur
(dalam bahasa latin disebut corpus cavernosa recti), berupa pelebaran
dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi
bantalan ini sebagai klep/katup yang membantu otot-otot dubur untuk
menahan faeces. Ada tiga pembuluh darah (vena) didaerah dubur. Bila
oleh salah satu sebab terjadi gangguan (bendungan) aliran darah, maka
pembuluh darah ini akan melebar dan membengkak, keadaan ini disebut
wasir. Pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena
haemorrhoidales pada poros usus dan anus ini disebabkan karena otot &
pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah
terhambat dan membesar. Jaringan haemorrhoid ini dapat ditemukan
pada ujung distal rectum di dalam kanalis analis, biasanya ditemukan
pada aterolateral kanan (arah jam 11), posterolateral kanan (jam 7), dan
posisi lateral kiri (arah jam 3) pada posisi lithotomic. Kita mengenal wasir
dalam (haemorrhoid interna) seperti yang tertulis diatas, dan wasir luar
dimana kulit luar sekitar dubur membengkak karena pelebaran pembuluh
darah balik / bantalan vaskular yang normal di bawah kulit ditemukan di
sekitar poros usus dan anus. (1,2)
2.2.2. Etiologi Haemorrhoid
Tentang penyebab terjadinya wasir terdapat banyak pendapat,
antara lain : faktor keturunan, sikap tubuh manusia dalam berjalan dengan
kaki sehingga tekanan ke bawah lebih besar, kehamilan, perubahan
hormonal (waktu hamil), jenis pekerjaan, dll. Kemungkinan besar berbagai
faktor ini saling terkait dan mempengaruhi. (3,7)
Faktor predisposisi genetik yang dimaksud bisa berupa kelemahan
dinding vena rectalis, gangguan passage usus dan kenaikan tekanan
9
pada vena rectalis akibat sikap tubuh yang buruk. Faktor tambahan yang
bisa menjadi penyebab haemorrhoids (biasanya karena peningkatan
tekanan vena rectalis), sering terjadi pada orang yang mempunyai
kecenderungan untuk menjadi obese dan kebiasaan banyak duduk. (3,7)
Konstipasi, diare kronik, kehamilan,kebiasaan sering menahan
BAB, dan kurang asupan serat sehingga kesulitan BAB, juga terbukti
bisa menjadi penyebab terjadinya haemorrhoids. Hidrasi yang tidak
adekuat, bisa karena kurangnya asupan cairan atau minum minuman
yang menyebabkan diuretik seperti kopi atau cola sehingga BAB menjadi
keras juga bisa menyebabkan terjadinya iritasi haemorrhoidal. Kelebihan
asam laktat di dalam tinja yang disebabkan konsumsi berlebih produk
susu, seperti keju, , bisa menyebabkan iritasi. Defisiensi vitamin E juga
sering menjadi penyebab terjadinya haemorrhoids. (3)
Selain itu berbagai kebiasaan yang tidak baik seperti terlalu banyak
mengedan saat buang air besar , kebiasaan mengangkat beban terlalu
berat, hubungan seks peranal juga bisa menjadi pencetus terjadinya
haemorrhoids. (3)
2.2.3. Insidensi
Haemorrhoids merupakan penyakit yang umum dan banyak
diderita. Di Amerika Serikat prevalensi sekitar 4,4 %, dan diperkirakan
sekitar setengah penduduk Amerika akan menderita haemorrhoids pada
usia 50 tahunan . Sekitar 50-85% dari seluruh penduduk dunia akan
terkena haemorrhoids dalam hidupnya. Namun, hanya sedikit yang
mencari pertolongan medis. Setiap tahun hanya sekitar 500.000 orang di
Amerika Serikat yang mendapat perwatan untuk haemorrhoids, dan
kurang lebih 10-20% dari mereka membutuhkan operasi. (3)
Haemorrhoids bisa terjadi baik pada pria maupun wanita.
Haemorrhoids banyak ditemukan pada wanita hamil karena tekanan
intraabdominal yang meningkat oleh fetus dan juga pengaruh hormon,
menyebabkan vena haemorrhoidales membesar. Vena-vena ini juga akan
10
tertekan selama proses persalinan. Namun terjadinya haemorrhoids pada
wanita hamil biasanya hanya bersifat sementara. (3)
2.2.4. Patogenesis
Keterlibatan vaskular cushion pada defekasi normal belum
sepenuhnya dimengerti, tetapi tekanan yang ditimbulkan pada proses
defekasi diduga berperan dalam timbulnya haemorrhoid. Bantalan
vaskuler merupakan organ yang elastis yang akan terganggu fungsinya
dan berdilatasi dan menjadi benjolan yang menonjol keluar melewati batas
anus. Bantalan tersebut membesar karena pembuluh darah vena
didalamnya terisi oleh darah dalam jumlah yang melebihi normal,
sehingga tekanan hidrostatik di dalam pembuluh meningkat dan
menimbulkan oedem , yang selanjutnya bantalan yang melebar akan
terlihat membengkak. Keadaan tersebut disebabkan secara lengsung oleh
venous return dari plexus haemorrhoidales yang terganggu akibat sikap
mengedan (repeated episodes of prolonged straining) berlebihan dan
yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga merusak seluruh struktur
bantalan dan jaringan penyokongnya. Selanjutnya lama kelamaan
bantalan tersebut akan merosot ke distal dan menonjol keluar dari anus.
Sikap mengedan yang terlalu kuat tersebut adalah faktor presipitasi
terjadinya dilatasi haemorrhoid. Sedangkan yang berlaku sebagai faktor
predisposisi terdiri atas banyak faktor, seperti faktor usia, faktor kebiasaan
atau gaya hidup, dan sebagainya. (3, 8)
Hipertensi, khususnya pada vena porta, juga dapat menyebabkan
haemorrhoid karena hubungan antara vena porta dan vena cava yang
terjadi di dinding rectum , yang dikenal sebagai anastomosis portocaval.
Sehingga dapat dipahami pada penderita sirosis hepatis, dimana terjadi
peninggian tekanan vena porta mudah terjadi haemorrhoid. Hal ini
disebabkan adanya peninggian tekanan vena porta menyebabkan
terjadinya kongesti dan hipertrofi pada anal cushion, sehingga anal
11
cushion menjadi oedematous dan mudah berdarah dan akhirnya
berdilatasi dan menjadi menonjol keluar anus. (3, 8)
2.2.5. Klasifikasi Haemorrhoid
Berdasarkan asal / tempat penyebabnya, haemorrhoids dibagi
menjadi :
a. Haemorrhoid interna
haemorrhoid ini berasal dari vena haemorrhoidales superior dan
medial, terletak diatas garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa
anus.
Haemorrhoid ini tetap berada di dalam anus dan karena miskin
reseptor nyeri maka biasanya internal haemorrhoid tidak nyeri
dan banyak orang yang tidak sadar menderita haemorrhoid
interna. Namun haemorrhoid interna dapat berdarah terutama bila
terjadi iritasi.
Haemorrhoid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan
perkembangannya :
• tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat,
jarang terjadi perdarahan, benjolan dapat masuk
kembali dengan spontan
• tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar
pada saat defekasi (buang air besar), benjolan dapat dilihat
disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan.
• tingkat 3 : prolapsus haemorrhoid, terjadi setelah defekasi
dan jarang terjadi perdarahan , prolapsus dapat kembali
dengan dibantu.
• tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan
12
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
13
b. Haemorrhoid eksterna
haemorrhoid ini terjadi karena adanya dilatasi (pelebaran
pembuluh darah) vena haemorrhoidales inferior, terletak dibawah
garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa usus. Haemorrhoid ini
keluar dari anus (wasir luar).
Haemorrhoid yang tidak diobati dapat berubah menjadi bentuk
yang lebih berat, yaitu haemorrhoid prolapsed dan strangulated.
Haemorrhoid prolapsed merupakan haemorrhoid yang karena besarnya
maka tidak bisa lagi dimasukkan ke dalam anus, sedangkan strangulated
haemorrhoid terjadi karena sphincter anal yang berkontraksi dan menjepit
bagian yang prolaps sehingga aliran darah ke situ berhenti dan terjadi