BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah yang banyak di jumpai masyarakat, baik karena penyakit periodontal, maupun masalah-masalah yang lainnya. Kehilangan gigi menimbulkan banyak masalah, baik masalah estetik, fonetik, maupun mastikasi seseorang. Hal ini yang menyebabkan penggunaan gigitiruan merupakan hal yang sangat penting. Dalam makalah ini, akan dibawakan modul tiga tentang Gigi Tiruan Penuh dan reparasi gigi tiruan. Kehilangan gigi bukan tidak mungkin terjadi pada semua gigi dalam satu rahang. Hal ini menunjukkan bahwa, Gigi Tiruan Sebagian Lepasan tidak lagi di indikasikan untuk pasien dengan keluhan seperti itu. Untuk itulah, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai penggunaan Gigi Tiruan Penuh. Selain itu, pada scenario dua modul ini, ada dijelaskan mengenai pasien yang memiliki keluhan bahwa gigi tiruannya longgar dan menimbulkan rasa nyaman. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan, bahkan setelah insersi gigi tiruan yang harus mampu ditangani dokter. Pada makalah ini dijelaskan bahwa seorang dokter gigi tidak hanya dituntut untuk mengerti mengenai pemasangan gigi GIGI TIRUAN PENUH Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah yang banyak di jumpai masyarakat, baik
karena penyakit periodontal, maupun masalah-masalah yang lainnya. Kehilangan gigi
menimbulkan banyak masalah, baik masalah estetik, fonetik, maupun mastikasi
seseorang. Hal ini yang menyebabkan penggunaan gigitiruan merupakan hal yang sangat
penting. Dalam makalah ini, akan dibawakan modul tiga tentang Gigi Tiruan Penuh dan
reparasi gigi tiruan.
Kehilangan gigi bukan tidak mungkin terjadi pada semua gigi dalam satu rahang. Hal ini
menunjukkan bahwa, Gigi Tiruan Sebagian Lepasan tidak lagi di indikasikan untuk
pasien dengan keluhan seperti itu. Untuk itulah, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih
lanjut mengenai penggunaan Gigi Tiruan Penuh.
Selain itu, pada scenario dua modul ini, ada dijelaskan mengenai pasien yang memiliki
keluhan bahwa gigi tiruannya longgar dan menimbulkan rasa nyaman. Hal ini
menunjukkan adanya permasalahan, bahkan setelah insersi gigi tiruan yang harus mampu
ditangani dokter.
Pada makalah ini dijelaskan bahwa seorang dokter gigi tidak hanya dituntut untuk
mengerti mengenai pemasangan gigi tiruan, tetapi juga harus mengerti tentang instruksi
pada pasien pasca insersi GT, reparasi apabila terjadi masalah pada gigi tiruan, dan
sebagainya.
Di makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal yang lebih lanjut tentang
gigi tiruan, khususnya gigi tiruan penuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menyebabkan pasien sering merasakan sakit pada uluhati dan bagaimana
pertimbangan prostodonsi nya?
2. Apa diagnose pada kasus?
3. Apakah rencana perawatan berdasarkan kasus pada scenario 1!
GIGI TIRUAN PENUH Page 1
4. Jelaskan indikasi dan kontra indikasi perawatan pada kasus, kekurangan dan kelebihan
perawatan pada kasus!
5. Gambarkan dan jelaskan desain perawatan pada kasus!
6. Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum melakukan pembuatan GT?
7. Jelaskan retensi dan stabilitas pada GT!
8. Jelaskan prosedur mencetak anatomis dan fisiologis pada GTP!
9. Jelaskan prosedur pembuatan gigitan!
10. Jelaskan cara pemilihan dan penyusunan gigi artificial!
11. Jelaskan prosedur pembuatan GTP!
12. Jelaskan prosedur try in GTP !
13. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan pada saat dan sesudah insersi
GTP!
14. Jelaskan kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan GT!
15. Jelaskan macam-macam pekerjaan reparasi dan reparasi pada kasus!
16. Jelaskan teknik dan bahan relining, rebasing, dan reparasi GT!
17. Jelaskan instruksi apa yang diberikan dari drg kepada pasien pengguna GTP!
18. Jelaskan prognosis perawatan pada kasus!
19. Apa dampak jika tidak dilakukan reparasi pada GT sesuai scenario 2 khususnya terhadap
mukosa mulut dan jaringan pendukung lainnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan penyakit ulu hati yang terjadi pada pasien dan masalah
prostodonsia.
2. Untuk mengetahui diagnose pada kasus yang ada di scenario.
3. Untuk mengetahui rencana perawatan pada kasus scenario 1.
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi perawatan pada kasus, kekurangan dan
kelebihan perawatan pada kasus.
5. Untuk mengetahui desain perawatan pada kasus.
6. Untuk mengetahui persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembuatan GT.
7. Untuk mengetahui retensi dan stabilitas pada gigi tiruan.
8. Untuk mengetahui prosedur mencetak anatomis dan fisiologis pada GTP.
GIGI TIRUAN PENUH Page 2
9. Untuk mengetahui prosedur pembuatan gigitan.
10. Untuk mengetahui cara pemilihan dan penyusunan gigi artificial.
11. Untuk mengetahui prosedur pembuatan GTP.
12. Untuk mengetahui prosedur try in.
13. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan pada saat dan sesudah
insersi GTP.
14. Untuk mengetahui kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan gigitiruan.
15. Untuk mengetahui macam-macam pekerjaan reparasi dan reparasi pada kasus.
16. Untuk mengetahui teknik dan bahan relining, rebasing dan reparasi GT.
17. Untuk mengetahui instruksi apa yang diberikan dari dokter gigi kepada pasien pengguna
GTP.
18. Untuk mengetahui prognosis perawatan pada kasus.
19. Untuk mengetahui dampak jika tidak dilakukan reparasi pada gigitiruan sesuai scenario 2
khususnya terhadap mukosa mulut dan jaringan pendukung lainnya.
GIGI TIRUAN PENUH Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keluhan: Rasa sakit pada uluhati
Gigi yang hilang menyebabkan terjadinya gangguan pengunyahan dapat
mempengaruhi asupan makanan dan status gizi seseorang. Efisiensi pengunyahan sangat
dipengaruhi oleh status fungsional gigi geligi di rongga mulut. Kemampuan penurunan
fungsi pengunyahan berhubungan dengan proses pencernaan di dalam tubuh.
Pada pasien dengan gigi hilang hampir seluruhnya, akan cenderung mengurangi
makan untuk menghindari rasa sakit akibat hilangnya gigi saat proses pengunyahan
dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan sistem pencernaan pasien pada kasus terganggu
karena makanan yang diproses berkurang sedangkan kerja lambung terus berjalan hingga
asam lambung pun meningkat sehingga akan sering merasakan sakit pada ulu hati.
Pertimbangan Prostodontik
Berdasarkan uraian di atas, maka kondisi pasien akan memungkinkan hilangnya nafsu
makan, penurunan berat badan, serta terjadinya xerostomia karena nutrisi yang masuk
kurang, asam lambung meningkat, akibat sekresi saliva pun berkurang. Untuk itu, sebelum
melakukan perawatan prostodontik maka yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan yaitu
diperlukannya konsultasi gizi dan suplemen untuk memperbaiki pola makan. Serta pada
pembuatan gigitiruannya ekstensi basis harus sesuai dan stabilitas yang baik diperlukan
untuk mencegah iritasi mukosa.
2. Diagnosis
Pemeriksaan Subjektif
Anamnesis:
Pasien perempuan
Usia 49 tahun
Keluhan Utama:
Skenario 1 (Gigitiruan penuh)
• sulit mengunyah
• merasa minder dalam pergaulan
GIGI TIRUAN PENUH Page 4
• sering sakit pada ulu hati
Skenario 2 (Gigitiruan longgar)
• Setelah 6 bulan pemakaian gigi tiruan pasien kembali dengan keluhan
• Pemakaian gigi tiruannya sakit
• Selalu terlepas pada saat dipakai makan
• Sisa makanan sering tertumpuk dibawah gigi tiruannya
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan klinis:
• edentulos RA
• RB masih terdapat gigi 35, 31 dan 44 mobil derajat 3
• terdapat tonjolan pada ridge regio anterior RA
Setelah serangkaian pemeriksaan dilakukan dari kasus ini pasien dapat didiagnosis
mengalami:
Kondisi sistemik: Pencernaan terganggu “Maag”
Kondisi dental: Edentulous totalis rahang atas dan rahang bawah et causa ekstraksi
3. Rencana Perawatan
Kondisi sistemik, “sakit pada ulu hati”
Konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan
Gigi 35, 31 dan 44 mobile derajat 3
Rujuk ke bagian bedah mulut untuk dilakukan pencabutan pada gigi tersebut sebab
gigi yang mobile derajat 3 sulit untuk dipertahannkan apalagi untuk dijadikan retensi
perawatan prostodontik. Setelah pencabutan di lakukan maka pada rahang bawah akan
menjadi edentulous totalis, dan diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh.
Tonjolan pada ridge regio anterior RA
Jaringan Flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperlplasia
yang awalnya diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi pada residual
ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat flabby
mukosa. (Boucher,1990)
GIGI TIRUAN PENUH Page 5
Flabby ridge adalah kondisi jangan lunak yang berlebih diatas alveolar ridge dan
sering terdapat pada anterior superior karena masih adanya gigi anterior pada mandibula.
Alveolar telah mengalami resorbsi yang banyak, dan digantikan oleh jaringan fibrous, yang
juga bisa bersifat hypermobile tissue. Hal ini mengakibatkan hasil akhir pembuatan prothesa
stabilitas dan fungsi fisiologisnya akan berkurang. Pada kasus yang ekstrim hampir seluruh
alveolar ridge mengalami perubahan.(Basker,RM)Perawatan flabby mukosa sebelum
pembuatan gigi tiruan mutlak diperlukan agar dihasilkan fungsi yang baik ketika pasien
menggunakan gigi tiruan. Manajemen pada kondisi ini masih sesuatu yang kontroversial,
pendapat yang ada terbagi atas dua. Pendapat pertama dengan tindakan bedah, yaitu
membuang jaringan fibrous linggir flabby yang sangat ekstrim dan daerah ridge yang
bergerak saja secara hati-hati pada setiap kasus, dimana kondisi kesehatan pasien juga harus
diperhatikan. Mengurangi linggir yang atrofi dengan pembedahan menyebabkan linggir
yang rendah dan datar atau linggir yang tajam dengan lapisan mukosa yang tipis.
(Basker,RM)
Pendapat kedua mempunyai pandangan yang berlawanan, menganggap bahwa
tindakan bedah hendaknya dihindari karena jaringan fibrosa dapat berfungsi sebagai
bantalan yang mengurangi trauma pada jaringan tulang dibawahnya. Bila jaringan lunak
diambil, harus diganti dengan bahan landasan gigi tiruan yang lebih tebal dan berat berikut
sulkusnya menjadi dangkal.
Menurut Boucher (1994) hampir semua kasus flabby dapat dibuatkan gigi tiruan
dengan baik tanpa tindakan bedah. Pembuatan gigi tiruan lengkap dikatakan berhasil apabila
memiliki retensi yang memadai, stabilisasi dan dukungan (support) yang baik seperti
keseimbangan otot-otot yang memadai. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
gigi tiruan lengkap pada kasus flabby antara lain yaitu tehnik pencetakan.
Tujuan utama pencetakan adalah untuk memperoleh retensi, stabilisasi dan support
bagi gigi tiruan yang berguna untuk menjaga kesehatan jaringan di dalam rongga mulut.
Terdapat beberapa teknik pencetakan dalam management flabby mukosa ini. Meski
demikian tujuan dari semua teknik tersebut umumnya sama, yaitu untuk mengurangi
pergerakan (distorsi) pada flabby tissue selama berfungsi. Bahan cetak yang digunakan yaitu
hidrocolloid irreversible (alginate), impression plaster dan low atau medium viscosity
GIGI TIRUAN PENUH Page 6
elastomer. Untuk mendapatkan cetakan awal dapat menggunakan tehnik minimal displacive
atau selective pressure impression tehnik. (Finber Allen, 2005)
Pada pasien edentolus khususnya dengan mukosa flabby, selain teknik mencetak kita
juga harus memperhatikan konstruksi sendok cetak dan bahan cetak. Jenis cetakan
bagaimanapun yang akan dibuat, sendok cetak merupakan bagian yang terpenting dari
prosedur pembuatan cetakan. Sendok cetak tidak boleh menyebabkan distorsi atau
perubahan bentuk pada jaringan dan struktur yang harus berkontak dengan tepi-tepi serta
permukaan poles gigi tiruan. Sendok cetak perorangan dibuat dengan peripheral seal yang
disesuaikan per individu sehingga dapat mengendalikan jaringan lunak disekitar cetakan
tetapi tidak menimbulkan distorsi.
Edentulos RA
Edentulous totalis ini diindikasikan untuk dilakukan perawatan gigitiruan penuh.
SKENARIO 2
Gigi tiruan longgar
Pada gigitiruan yang mengalami kelonggaran, kita bisa melakukan relining untuk fungsi
mengembalikan gigi tiruan.
4. Indikasi, Kontraindikasi, Kelebihan, dan Kekurangan Perawatan
GIG
I T
IRU
AN
PE
NU
H
INDIKASI KONTRA
INDIKASI
KEUNTUNGAN KERUGIAN
Edentulous pada
seluruh region
rahang
Gigi asli masih
layak untuk
dipertahankan
Operator dapat
mengontrol
perubahan yang
diperlukan.
Adaptasi
terhadap
perubahan yang
besar dalam
penggunaan GT
kemungkinan
buruk.
Gigi asli yang
tersisa tidak
Masih terdapat
gigi asli yang
Ada kesempatan
untuk menyetujui
GIGI TIRUAN PENUH Page 7
layak untuk
dipertahankan
mampu
dijadikan
penyangga
untuk gigitiruan
pengganti gigi
yang hilang
pengaruh oleh
daya tahan
jaringan gigi
dibawah kondisi
optimal.
Gigi asli yang
masih ada sudah
tidak layak untuk
dijadikan
penyangga untuk
gigitiruan
sebagian.
Perubahan
hubungan
Rahang yag
bersama dengan
jar. Pendukung
kemungkinan
dimodif dan
diperiksa dengan
parameter yang
ideal.
Gigi asli yang
masih ada sudah
tidak layak untuk
dijadikan gigi
penyangga untuk
Gigitiruan
Sebagian
Mengembalikan
fungsi oklusi dan
estetik
Bila dibuatkan
GTS gigi yang
masih ada akan
mengganggu
keberhasilannya.
Lebih stabil dan
retetif kemudian
efektif dan
pilihan
Bila dibuatkan
GIGI TIRUAN PENUH Page 8
GTS gigi yang
masih ada akan
mengganggu
keberhasilannya.
Keadaan umum
dan kondisi
mulut pasien
sehat.
Ada persetujuan
mengenai waktu,
biaya dan
prognosa yang
akan diperoleh.
BERDASARKAN BAHAN PEMBUATANNYA
KEUNTUNGAN KERUGIAN
Warna menyerupai gigi
Mudah direstorasi kembali bila
patah tanpa mengalami distorsi
Mudah dibersihkan
Mudah pengerjaannya dan
manipulasinya
Kekuatannya cukup
Harganya cukup murah dan tahan
lama
Mudah patah
Menimbulkan macam-macam porositas
Suatu termal konduktor yang baik
Dapat mengalami perubahan bentuk
Toleransi pasien kurang
Dapat menimbulkan alergi
Pada scenario 2, akan diberikan pembahasan mengenai reparasi pada gigi tiruan.
Dalam hal ini, ada indikasi dan kontra indikasi relining dan rebasing.
INDIKASI RELINE :
GIGI TIRUAN PENUH Page 9
Ketika GT kehilangan atau kurang adaptasinya terhadap mukosa pendukungnya
sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik, DVO dan material basis GT baik.
Hilangnya retensi GT
Ketidakstabilan GT
Food under denture (akumulasi makanan di bawah basis GT)
Abused mucosa / Iritasi pada mukosa pendukung
KONTRA INDIKASI RELINE :
1. Gigi tiruan yang usang
2. 7 mm Kehilangan dimensi vertical lebih dari 7 mm
3. Inflamasi mukosa yang signifikan
4. Estetik gigi tiruan yang buruk
5. Masalah pengucapan akibat gigi tiruan
INDIKASI REBASE :
Under extended basis GT
Untuk membuat post dam
Terjadi resorpsi tulang alveolar yang local atau menyeluruh
INDIKASI REPARASI :
GT masih dapat dikembalikan ke dalam mulut dengan baik.
Basis akrilik GT retak atau patah
Clasp GTS patah
Penambahan clasp GTSL
Penambahan anasir GT baru karena ada pencabutan gigi
GIGI TIRUAN PENUH Page 10
5. Desain Perawatan pada Kasus
DESAIN UTAMA GIGI TIRUAN PENUH
RAHANG ATAS
Material :
- Basis akrilik
- Anasirgigiakrilik
RAHANG BAWAH
Material :
- Basis akrilik
- Anasirgigiakrilik
Keterangan:
Warna merah : basis GT akrilik
Warna hitam : tanda “x”
(gigi hilang tapi tidak diganti)
6. Persiapan Sebelum Pembuatan Gigitiruan Penuh
Sebelum melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan maka diperlukan persiapan dalam
mulut (mouth preparation) yang dapat berakibat patologis terhadap jaringan karena
penggunaan gigitiruan. Sehingga diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu dan melakukan
perawatan yang terdiri atas dua hal yang mempengaruhi keadaan rongga mulut yaitu terkait
mukosa oral dan tulang.
Keadaan yang mempengaruhi mukosa oral
a. Denture stomatitis
b. Palatal infl ammatory papillary hyperplasia
c. Angular stomatitis (angular cheilitis)
d. Shallow sulci
e. Denture-induced hyperplasia
f. Prominent frena.
Keadaan yang mempengaruhi tulang
a. Patologis tulang
GIGI TIRUAN PENUH Page 11
b. Tulang yang tajam dan tidak teratur
c. Undercut ridge
d. Prominent maxillary tuberosities
e. Tori
7. Retensi dan Stabilitas Gigitiruan Penuh
RETENSI
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigitiruan terhadap
daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Pemeriksaan retensi
dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan mencoba
melepaskannya dengan gaya tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi tiruan
dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut, berarti gigitiruan mempunyai retensi
yang cukup (Boucher,1982). Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan retensi GTL
adalah :
a. Tekanan Permukaan
Tekanan permukaan meliputi adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta mukosa
(Boucher,1982).
b. Gaya-gaya dalam Cairan
Gaya-gaya ddalam cairan, seperti tegangan permukaan saliva, gaya-gaya kohesi
di dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua mempengaruhi retensi gigi
tiruan dan berhubungan dengan ketepatan kontak basis terhadap jaringan. Jadi,
gaya retensi antara kedua lempeng berbanding langsung dengan luas lempeng,
viskositas, dan tegangan permukaan cairan, serta berbanding terbalik dengan
pangkat dua dari jarak antara kedua lempeng tersebut (Boucher,1982).
c. Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi tiruan asalkan
ada pengap perifer yang utuh. Roydhouse (1960) berpendapat bahwa retensi
terutama berhubungan dengan aliran cairan, dan berkurang dengan adanya factor-
faktor yang membantu aliran tersebut.
Retensi terutama dipengaruhi oleh tiga factor dalam desain gigi tiruan :
1. Ketepatan kontak antar basis gigi tiruan dan mukosa mulut
GIGI TIRUAN PENUH Page 12
2. Perluasan basis gigi tiruan
3. Pengap perifer (peripheral seal)
Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan terhadap pengungkitan
gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan antara lain:
Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau
hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigitiruan lawan atau gigi asli.
Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari
tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi
tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi,
dan permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.
Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya
ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke
permukaan poles.
Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot dan
tekanan fisik. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan
GTP. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTP, terutama GTP rahang atas:
1) Faktor fisis:
Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari
tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan
yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual gigi
tiruan bawah.
Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat
fovea palatine.
2) Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara
basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisik dari
adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.
3) Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).Retensi gigi
tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi olehbasis gigi tiruan.
4) Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagaipegangan
terutama pada rahang atas.
GIGI TIRUAN PENUH Page 13
5) Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untukmenghindari rasa
sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.
Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan darisuatu gigi tiruan
terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi(adanya tekanan fungsional).
8. Prosedur Mencetak Anatomis dan Fisiologis
Cetak Anatomis
Bahan mencetak : Hydrokoloid irreversible/alginate
Sendok mencetak : Stock tray yang berlubang dan tanpa sudut
Teknik mencetak : Mukostatis
Tujuan mencetak : untuk mendapatkan model studi dan mendapatkan sendok cetak
fisiologis
Prosedur mencetak:
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
Instruksi pada pasien
Persiapan pasien seperti preparasi dan profilaksis, control saliva, dan control pasien
hipersensitif
Posisi pasien dan operator untuk rahang atas operator berada di belakang kanan pasien,
kepala pasien setinggi dada operator, mulut pasien setinggi siku operator, dan kalau
rahang bawah operator berada sebelah kanan depan pasien, mulut pasien setinggi antara
bahu dan siku operator
Try in sendok cetak ke mulut pasien
Aduk bahan cetak dengan perbandingan 1 : 2 hingga homogen (halus dan mengkilat)
Masukkan bahan ke sendok cetak
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien
Mengisi daerah undercut
Sentering
Mengangkat bibir atas atau menurunkan bibir bawah
Menekan sendok cetak, ditekan bagian tengah palatum supaya bahan mengalir secara
merata kemudian baru tekan bagian posterior dan anterior
GIGI TIRUAN PENUH Page 14
Melepas sendok cetak dari rahang
Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut
Evaluasi hasil cetakan anatomis:
Hasil cetakan tidak boleh poreus, robek atau terlipat
Hasil cetakan harus mencakup batas anatomis
Tepi cetakan harus bulat
Tepi sendok cetak tidak boleh terlihat
Semua bagian ridge dan daerah jaringan lunak sampai batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak tercetak dengan baik
Pengecoran dengan dental stone (gips tipe III)
Cetak Fisiologis
Membuat sendok cetak buatan/individuil
Alat dan bahan: self curing akrilik, api spiritus, scalpel/lecron, bur, malam merah
Gambar 2 batas pada model studi dengan pensil yiatu batas untuk muscle triming tepat
difornik pada model dan batas untuk untuk sendok cetak buatan yaitu 2 mm dari fornik.
Selapis lembar malam merah diatas permukaan jaringan sebagai wax spacer untuk bahan
cetak
Buat lobang pada malam di daerah molar dan caninus kiri atau kanan untuk stop vertical
Aduk resin akrilik dan letakkan adonan merata di atas malam dan lubang stop vertical
serta meliputi garis tepi
Buat tangkai dari resin, untuk rahang atas cukup satu ditengah bagian anterior dengan
posisi tangkai kearah bawah supaya tidak mengganggu pada saat muscle trimming
Setelah resing mengeras lepaskan sendok cetak perotangan dari model
Sempurnakan tepi sendok cetak
Mencoba sendok cetak perorangan dalam mulut pasien dan periksa apakah sendok cetak
perlu disempurnakan sebelum dilakukan border molding/muscle trimming
Border molding/muscle trimming
Rahang Atas
Letakkan green stick compound yang telah dipaskan pada tepi sendok cetak, dari ujung
distal atau hamular notch ke frenulum bukalis.
GIGI TIRUAN PENUH Page 15
Panaskan lagi diatas api spiritus kemudian celupkan kedalam air hangat/tampering.
Sendok cetak dengan GSC yang hangat tadi dimasukkan kedalam mulut pasien yang
dibuka lebar, gerakkan rahang bawah ke kanan, kiri dan protrusive.
Daerah frenulum bukalis secara unilateral, tarik pipi keluar ke bawah kemudian kedepan,
ke belakang, ulangi pada posisi berlawanan.
Lunakkan lagi compound pada frenulum bukalis secara unilateral.
Sayap labial secara unilateral, lunakka compound, tarik bibir keluar dan kebawah atau
pasien diminta melakukan gerakan menghisap. Lunakkan compound pada frenulum
labialis serta tarik bibir atas ke depan.
Rahang Bawah
Sayap disto lingual dan area buccal self
Daerah disto lingual dan post mylohyoid secara bilateral
Lunakkan compound, masukkan ke mulut dan lidah, ditekan di distal palatum, kemudian
ke vestibulum bukalis kanan dan kiri
Membuat lubang pada sendok cetak
Tujuan pembiatan lubang adalah untuk mengurangi tekanan waktu mencetak dan sebagai
retensi bahan cetak terhadap sendok cetak serta mengalirkan sisa bahan cetak.lubang
dibuat setelah sendok cetak siap untuk dicetak,karna jika dibuat kubang dulu,daerah yang
nenerima tekanan berlebihan tidak dapat dikontrol (tekanan hidrolok terbebas), Teknik
pembuatannya:
Setelah sendok cetak dudukan tepat dan tepi sempurna, maka buatlah lubang pada: di atas
puncak ridge molar atas dan bawah, daerah palatum keras sekitar garis tengah, daerah
mukosa rahang yang mudah bergerak (flabby) untuk mencegah distorsi jaringan tersebut
Lubang dibuat dengan bur bulat no.8
Berjarak tiap lubang 5mm
Boxing dan Beading
Tujuanya adalah: untuk mempertahankan bentuk tepi hasil yang tercatat pada model
kerja.bentuk tepi dari hasil cetakan akan direproduksi menjadi bentuk tepi gigitiruan.
Teknik pembuatannya :
siapkan gulungan lilin atau beading wax setebal lebih 3-5 mm kemudian dicetakan
dibawah ditepi seluruh hasi ceakan.
GIGI TIRUAN PENUH Page 16
untuk rahang atas penempelan beading wax berakhir dibelakang prossesus alveolarbagian
posterior sebelah kiri kanan.untuk rahang bawah meliputi seluruh tepi hasil cetakan
bagian labial,bukal dan lingual.
untuk bagian lingual ,tempat lidah ditutupi dengan selembar wax yang digabung dengan
beading wax yang sudah dicetakan. dibaguan luar beading wax diletakan untuk
memebntuk basis dari model.
kemudian hasil cetakan yang dilakukan boxing dicor dengan gips stone untuk
mendapatkan model kerja ( model). beading dan boxing juga menggunakan wax sebelum
diisi dengan gips dan metode ini yang lebih sering digunakan.bahan gips pada sendok
cetak menggunakam algianat untuk menstabilkan posisi sendok cetak.
9. Prosedur Penentuan Gigitan (Record Block)
Pembuatan oklusi jika oklusi tidak ada
Dengan basis dan galangan gigit pada rahang atas dan rahang bawah:
1. Tentukan DV istirahat
2. Dapatkan DV oklusal
3. Tentukan relasi sentris
4. Fixasi galangan gigit rahang atas dan bawah
Penjelasan:
Sebelum menentukan DV, perlu diperhatikan terlebih dahulu kedudukan basis dan
galangan gigit di dalam mulut;
Untuk rahang atas, basis menutupi semua mukosa palatum durum sampai batas fibrating
line di bagian posterior. Untuk bagian bukal, sampai batas mukosa gerak dan tidak
bergerak;
Untuk rahang bawah, basis sampai menutupi ruang molar pad dan sampai batas mukosa
gerak dan tidak bergerak dibagian bukal dan lingual;
Galangan gigit anterior dibuat tingginya sebatas bibir atas, tebalnya ke bukal cukup untuk
mendukung bibir, sehingga estetis terlihat baik. Bagian palatum dibuat agak melengkung,
sesuai lengkung rahang dan bagian insisal tidak terlalu tebal. Bidang oklusal galangan
gigit atas diatur sedemikian rupa hingga sejajar dengan garis ala trachus (untuk bagian
GIGI TIRUAN PENUH Page 17
posterior). Galangan gigit rahang bawah dibuat berkontak bidang dengan galangan gigit
rahang atas bila dioklusikan.
Pembuatan Galengan Gigit
Fungsinya menggantikan prosesus alveolar yang telah hilang setelah mengalami resorpsi
karena hilangnya gigi.
Memperhatikan 3 daerah kontak yang berbeda antara kedua rahang, yaitu 2 daerah
posterior dan 1 daerah anterior
Galengan gigit dibuat di atas lempeng gigit
Bahan terbuat dari malam model atau wax
Galengan gigit dibuat dengan membentuk wax menjadi suatu gulungan memanjang yang
kemudian diletakkan di atas lempeng gigit, kira-kira di pros. alveolaris
Bentuk segi empat atau trapesium
Guna galengan gigit untuk menentukan dukungan yang wajar bagi bibir dan pipi,
menetapkan hubungan antar rahang, dan untuk tempat menyusun gigi-geligi.
Penentuan Relasi Rahang dengan Bantuan Galengan Gigit
Cara ini digunakan bila ada satu atau lebih daerah perluasan distal, atau sadel tertutup
yang cukup lebar atau bila gigi yang masih ada sudah tidak kontak.
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Penentuan Gigit
a. Pastikan bahwa tidak ada gigi asli yang kontak prematur dan blocking
b. Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee:
Gigi yang ekstrud
Bila gigi ekstrud sampai dengan 2 mm dapat dilakukan enameloplasty. Bila
ekstrud lebih dari 2 mm, diindikasikan pemakaian gigi tiruan cekat. Reduksi gigi bisa
terbatas oleh ukuran pulpa, panjang mahkota klinis ataupun keduanya. Jika ukuran
pulpa mengganggu reduksi gigi, terapi endodontic harus dilakukan sebelum preparasi.
Bila gigi sudah ekstrud cukup parah, misalnya berkontak dengan rigde antagonis
dapat menimbulkan masalah. Bila tulang alveolar telah mengikuti erupsi gigi tersebut
maka gigi tersebut dapat di cabut atau merekontur tulang tersebut.
Gigi yang Tipping atau Malposisi
GIGI TIRUAN PENUH Page 18
Gigi posterior cenderung tipping ke anterior ketika terdapat ruang di mesial.
Perawatan ortodontik untuk pergerakan gigi minor dapat digunakan untuk uprighting
gigi tersebut.
c. Berkurangnya Dimensi Vertikal
d. Gigi dapat mengurangi dimensi vertikal seperti pada kasus atrisi dan intrusi. Bila hal ini
terjadi perlu dilakukan peningkatan dengan menggunakkan resin acrylic overlay
temporary removable device yang digunakan 24 jam selama 1-3 bulan.
(Setelah pencetakan model kerja)
Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee:
Pada saat menggigit galangan gigit, tidak boleh dengan tekanan yang besar karena dapat
menyebabkan displacement (pergerakan) mukosa dibawah basis, terutama pada kasus
free end sehingga dapat mengakibatkan oklusi modeh rahang atas dan rahang bawah tidak
tepat.
Pencegahan:
Sebelum pasien menggigit (beroklusi), lunakkan permukaan galengan gigit sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan tekanan waktu beroklusi. Dapat juga dengan
mengurangi galangan gigit ± 1mm, kemudian diganti dengan bahan cetak Zinc Oxide
Eugenol Pasta atau gips cetak. Bila beroklusi, akan terlihat gambaran oklusal gigi
antagonis pada galangan gigit dan tekanan yang diterima mukosa tidak besar.
e. Insisal gigi anterior tidak boleh menyentuh basis galangan gigit rahang atas.
f. Bagian posterior galangan gigit rahang atas tidak boleh menekan retromolar pad rahang
bawah.
g. Pada pembentukan basis model kerja, bagian posterior tidak boleh terlalu tinggi, karena
dapat mengganggu oklusi model rahang atas dan rahang bawah.
10.Pemilihan dan Penyusunan Gigi Artifisial
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan gigi: