BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminologi Glaukoma merujuk pada suatu kelompok penyakit yang biasanya memiliki karakteristik Neuropati Optik yang berhubungan dengan kehilangan fungsi penglihatan. Walaupun peningkatan Tekanan Intraokular (TIO) merupakan suatu faktor risiko utama, tapi sampai saat ini belum ada definisi tepat untuk penyakit ini. (1) Glaukoma adalah suatu keadaan yang ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan. Di Amerika serikat diperkirakan terdapat 2 juta penderita glaukoma dan hampir 80000 penduduk buta akibat glaukoma. Survei Departemen Kesehatan RI 1993 – 1996 menunjukkan, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 persen dari seluruh penduduk. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua (13,4 persen) setelah katarak. (2,3)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terminologi Glaukoma merujuk pada suatu kelompok penyakit yang biasanya
memiliki karakteristik Neuropati Optik yang berhubungan dengan kehilangan fungsi
penglihatan. Walaupun peningkatan Tekanan Intraokular (TIO) merupakan suatu faktor
risiko utama, tapi sampai saat ini belum ada definisi tepat untuk penyakit ini.(1)
Glaukoma adalah suatu keadaan yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokuler yang disertai pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan
pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi
papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan. Di Amerika serikat diperkirakan
terdapat 2 juta penderita glaukoma dan hampir 80000 penduduk buta akibat glaukoma.
Survei Departemen Kesehatan RI 1993 – 1996 menunjukkan, angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5 persen dari seluruh penduduk. Glaukoma merupakan penyebab
kebutaan nomor dua (13,4 persen) setelah katarak. (2,3)
Terminologi Primer dan Sekunder sangat berguna dalam mendefinisikan
glaukoma dan masih banyak digunakan secara luas. Ada beberapa klasifikasi glaukoma
secara anatomi, biokimia, molekuler, dan genetik. Secara definisi glaukoma primer tidak
berhubungan dengan gangguan okular atau sistemik, tetapi berhubungan dengan tahanan
aliran aquos dan tertutup sudut. Glaukoma primer selalu berdampak pada kedua mata.
Sedangkan, glaukoma sekunder berhubungan dengan gangguan okular atau sistemik yang
bertanggungjawab pada penurunan aliran keluar aqueos. Penyakit-penyakit penyebab
glaukoma sekunder sering asimetris/ unilateral. (1)
Secara sederhana, glaukoma diklasifikasikan sebagai sudut terbuka atau sudut
tertutup, dan sebagai primer atau sekunder. Diferensiasi dari glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup menjadi poin penting dari terapeutik.(1)
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian yaitu glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkan
mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu
glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.(2)
Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit mata
lainnya (glaukoma primer). Glaukoma primer sudut terbuka merupakan bentuk yang
tersering, bersifat kronik dan bersifat progressive, menyebabkan pengecilan lapangan
pandang bilateral progressive asimptomatik yang muncul perlahan dan sering tidak
terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapangan pandang yang ekstensif. Diagnosa
glaukoma primer sudut terbuka jika pada pemeriksaan didapatkan adanya peningkatan
tekanan intraokular, gambaran kerusakan diskus optikus dan defek lapangan pandang.
Adapun bentuk lain dari glaukoma yaitu glaukoma primer sudut tertutup, glaukoma
sekunder sudut terbuka, glaukoma sekunder sudut tertutup, glaukoma kongenital dan
glaukoma absolut.(2,3)
Mekanisme peningkatam tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase
(glaukoma susut tertutup). Glaukoma akut merupakan 10-15% kasus pada orang
Kaukasus. Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama di antara orang Burma
dan Vietnam di Asia Tenggara. Glaukoma kronis diperkirakan diderita oleh 1-2%
individu usia lebih dari 40 tahun dan sekitar 25% kasus tidak terdeteksi. (3)
Mengingat fatalnya akibat penyakit glaukoma terhadap penglihatan, deteksi dini
glaukoma untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih lanjut menjadi sangat penting.
Faktor risiko yang ikut memicu glaukoma selain perubahan tekanan bola mata adalah
usia di atas 40 tahun, mempunyai keluarga yang menderita glaukoma, miopia, atau
mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes dan kardiovaskular. Semua jenis glaukoma
harus dikontrol secara teratur ke dokter mata selama hidupnya. Sehingga diperlukan
pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai glaukoma. (3)
2
1.2. Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai epidemiologi, etiologi dan faktor resiko,
patogenesis, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis glaukoma primer
sudut terbuka.
1.3. Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
epidemiologi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan
prognosis glaukoma primer sudut terbuka.
1.4. Metode Penulisan
Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi
2.1.1. Sudut COA
Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar iris.
Ciri-ciri anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe, jalinan trabekula (yang terletak
di atas kanalis Schlemm) dan taji-taji sclera. Garis Schwalbe menandai berakhirnya
endotel kornea. Jalinan trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang yang
dasarnya mengarah ke korpus siliare. Garis ini tersusun dari lembar-lembar berlobang
jaringan kolagenelastik yang membentuk suatu filter dengan memperkecil ukuran pori
ketika mendekati kanalis Schlemm. Bagian dalam jalinan ini, yang menghadap ke kamera
anterior, dikenal sebagai jalinan uvea; bagian luar, yang berada di dekat kanalis
Schlemm, disebut jalinan korneoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip ke
dalam jalinan trabekula tersebut. Taji sclera merupakan penonjolan sclera kearah dalam
di antara korpus siliare dan kanalis Schlemm, tempat iris dan korpus siliare menempel.
(Vaughan)
Gambar 2.1. Anatomi bilik mata depan, kanalis Schlemm dan trabekula Meshwork
2.1.2. Korpus Siliaris
4
Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6mm). Korpus
siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombak-ombak, pars plana dan zona datar,
pars plikata. Prosesus siliaris berasal dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke
vena-vena korteks. Prosesus siliaris dan epitel siliaris berfungsi sebagai pembentuk akuos
humor. (4)
Gambar 2.2. Iris dan Corpus Ciliaris
2.1.3. Akuos Humor
Akuos humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posteriormata. Kecepatan pembentukannya 1,5-2 uL/menit. Tekanannya sedikit lebih
tinggi dari plasma. Komposisi serupa dengan plasma tetapi cairan ini memiliki komposisi
askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih
rendah. (4)
Akuos Humor diproduksi oleh korpus siliare. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan
di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel
siliaris. Setelak masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke
kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini,
5
terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau
trauma intraokular menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor
akueus plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah.(3)
Gambar 2.3 Fisiologi Aqueous Humor (Dikutip dari: Kansky Clinical Ophtalmology)
6
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor akueus dari kamera anterior
adalah lapisan endotel salauran Schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di
dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena
episklera menentukan besar minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi
medis.(3)
2.1.5. Aliran Keluar AkuosHumor
Organ yang berperan pada outflow akuos humor pada sudut COA disebut
trabekulum (trabecular meshwork). Struktur seperti ayakan terdiri dari tiga bagian
yakni: uveal meshwork, korneoskleral dan endothelial meshwork (juxta
canalicullar).(4)
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastis
yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan
ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis schlemm.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase akuoshumor juga
meningkat. Sejumlah kecil akuos humor keluar dari mata antara berkas otot
siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uvoskleral).(4)
Gambar 2.4 Sirkulasi dan drainase Akuos humor
2.2. Glaukoma Primer Sudut Terbuka
2.2.1. Defenisi
7
Glaucoma primer sudut terbuka adalah gangguan mata yang bersifat
kronik, prgoresifnya lambat, neuropati optic dengan gejala kerusakan nervus
optikus dan kehilangan lapangan pandang. Peningkatan TIO merupakan factor
resiko yang penting disamping factor lain seperti ras, penurunan ketebalan kornea
sentral, peningkatan usia dan riwayat keluarga menderita glaucoma. Penurunan
perfusi ke nervus optikus, kelainan metabolisme sel ganglion atau axon, dan
gangguan matriks ekstraseluler dari lamina cribrosa bisa juga berkontribusi
sebagai factor resiko. Namun, bagaimana factor resiko tersebut saling
berhubungan menyebabkan Glaukoma Primer Sudut Terbuka belum bisa
dijelaskan.
1.2.2. Epidemiologi
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan permasalahan kesehatan yang
utama. Berdasarkan penelitian di USA pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun
diperkirakan prevalensi glaucoma primer sudut terbuka sekitar 1,86%.
Diperkirakan dengan meningkatnya populasi usia lanjut, jumlah pasien glaucoma
juga akan meningkat 50% dari 3,36 juta pada tahun 2020.(5)
Penyakit ini 3 kali lebih sering dan umumnya lebih agresif pada orang
yang berkulit hitam. Jika terdapat kecenderungan familial yang kuat dan kerabat
dekat, pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining secara teratur.(3)
Glaukoma merupakan salah satu penyebab gangguan penglihatan dan
kebutaan di dunia. Prevalensi glukoma sudut terbuka kronik sebesar 1,5-3% pada
orang berusia lebih dari 40 tahun pada ras kaukasian. Karena perjalanan penyakit
yang tanpa keluhan, sudah terjadi kerusakan berat sebelum pasien menyadari
penyakitnya. Pada negara berkembang, diperkirakan 50% kejadian glaucoma
tetap tidak terdeteksi. Deteksi dan pengobatan dini pada glaucoma dapat
memberikan hasil jangka panjang yang lebih baik dibandingkan deteksi dan
pengobatan di stadium lanjut. (7)
8
Penelitian di Cina pada tahun 2001 dari 4356 pasrtisipan yang diperiksa
didapatkan insiden glaucoma sebesar 3,1%, dengan 71% nya diklasifikasikan
sebagai glaucoma primer sudut terbuka. Pada tahun 2006, semua partisipan
tersebut kembali diperiksa dan didapatkan angka kematian dari partisipan dengan
glaucoma (11,1%) lebih tinggi dibandingkan yang bukan glaucoma (2,6%).(8)