Top Banner

of 15

glaukoma

Oct 16, 2015

Download

Documents

kriswanti

gl
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Glaukoma sekunder adalah salah satu komplikasi okuler yang paling penting dalam uveitis yang dapat merusak penglihatan pasien. Oleh karena itu, diagnosis awal glaukoma sekunder dan terapi yang sesuai sangat penting dalam pengelolaan klinis pasien uveitis, ditambah dengan kontrol peradangan intraokular. Glaukoma sekunder didiagnosis pada pasien ketika TIO lebih tinggi dari 21 mm Hg di dua kali berturut-turut kunjungan dan mereka yang membutuhkan perawatan dengan obat untuk mengontrol TIO tinggi.

Insiden dan fitur klinis glaukoma sekunder dapat berbeda tergantung pada etiologi uveitis tersebut. Etiologi uveitis diketahui bervariasi di antara kelompok etnis dan negara yang berbeda, maupun wilayah yang berbeda meskipun di satu negara. Karena etiologi uveitis di Kyushu selatan dikenal berbeda dari wilayah yang lain di Jepang, sehingga akan menarik untuk menganalisis glaukoma sekunder yang berhubungan dengan uveitis di daerah itu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fitur klinis glaukoma sekunder yang terkait dengan uveitis di Kyushu selatan.

I.2RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana kaitan antara kejadian glaukoma sekunder dengan penyakit uveitis yang dirawat Rumah Sakit Mata Miyata, Miyazaki?2. Bagaimana penanganan yang dilakukan pada penderita glaukoma sekunder yang dirawat Rumah Sakit Mata Miyata, Miyazaki?I.3TUJUAN1.Mengetahui kaitan antara kejadian glaukoma sekunder dengan penyakit uveitis yang dirawat Rumah Sakit Mata Miyata, Miyazaki?

2.Mengetahui penanganan yang dilakukan pada penderita glaukoma sekunder yang dirawat Rumah Sakit Mata Miyata, Miyazaki?

I.4MANFAAT1. Dapat menambah wawasan dan ilmu khususnya mengenai kaitan antara uveitis dengan glaukoma sekunder.2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. BAB II

TINJAUAN PUSTAKAII.1Latar belakang penelitian

Glaukoma sekunder adalah salah satu komplikasi okuler yang paling penting dalam uveitis yang dapat merusak penglihatan pasien. Glaukoma sekunder dapat juga disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Oleh karena itu, diagnosis awal glaukoma sekunder dan terapi yang sesuai sangat penting dalam pengelolaan klinis pasien uveitis, ditambah dengan kontrol peradangan intraokular. Insiden dan bentuk klinis glaukoma sekunder dapat berbeda tergantung pada etiologi uveitis tersebut. Etiologi uveitis diketahui bervariasi di antara kelompok etnis dan negara yang berbeda, maupun wilayah yang berbeda meskipun di satu negara. Karena etiologi uveitis di Kyushu selatan dikenal berbeda dari wilayah yang lain di Jepang, sehingga akan menarik jika dilakukan penelitian untuk menganalisis glaukoma sekunder yang berhubungan dengan uveitis di daerah itu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk klinis glaukoma sekunder yang terkait dengan uveitis di Kyushu selatan.

II.2Masalah penelitian

Terdapat variasi perbedaan klinis etiologi uveitis di antara kelompok etnis dan negara yang berbeda-beda, maupun wilayah yang berbeda meskipun dalam satu negara. Oleh karena itu pada penelitian ini di teliti ciri klinis yang khas dari epidemiologi uveitis tersebut serta hubunganya dengan kejadian glaukoma sekunder.II.3Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian1.Metode dan Bahan

Subyek penelitian ini adalah 1.099 pasien (431 laki-laki dan 668 perempuan) dengan uveitis (1.604 mata) yang diikuti selama lebih dari 3 bulan di Rumah Sakit Mata Miyata, Miyakonojo, Miyazaki, antara Oktober 1979 dan Januari 2000. Periode follow up pasien ini bervariasi dari 3 bulan dalam 21 tahun dan 5 bulan, dan rata-rata periode follow up adalah 72,0 58,9 bulan (rata-rata SD). Grafik klinis dari semua pasien uveitis ditinjau secara retrospektif dan pasien dengan glaukoma sekunder yang memenuhi kriteria tersebut di atas dipilih dengan evaluasi sebagai berikut: TIO tinggi sebelum diberikan terapi medis untuk menurunkan TIO, terdapat peradangan intraokular pada saat TIO tinggi, hasil temuan gonioskopi, hubungan antara TIO tinggi dan terapi kortikosteroid, lapang pandang, dan terapi untuk TIO yang tinggi. TIO diukur dengan tonometer applanasi. Bidang visual diperiksa dengan menggunakan perimetri Humphrey. Bidang visual lebih dari tahap I, sesuai dengan kelas yang dijelaskan oleh Aulhorn et al dan dimodifikasi oleh Greve dan Geijssen, diklasifikasikan sebagai bidang visual abnormal berhubungan dengan glaukoma sekunder. Namun, kelainan bidang visual yang terkait pada saraf optik dan lesi chorioretinal karena radang mata tidak dianggap sebagai bidang visual abnormal yang berhubungan dengan glaukoma pada pasien uveitis.2.Analisis statistik Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Mann-Whitney U-test dan fisher exact probability test.

II.4 Desain PenelitianTekanan intraokular mata sebagai parameter dianalisa secara retrospektif, subyek penelitian adalah 1.099 pasien dengan uveitis (1.604 mata) yang dirawat Rumah Sakit Mata Miyata, Miyakonojo, Miyazaki, antara bulan Oktober 1974 dan Januari 2000.II.5Hasil dan dataFrekuensi terjadinya Glaukoma Sekunder pada Uveitis

Glaukoma sekunder ditemukan pada 293 mata (18.3%) dari 217 pasien (19.7%) dari 1.604 mata pada 1.099 pasien dengan uveitis (Tabel 1). Terdapat sembilan puluh dua pasien laki-laki (122 mata) dan 125 pasien adalah perempuan (171 mata), dan usia rata-rata pasien adalah 48.517.7 tahun. Proporsi pasien dengan glaukoma sekunder di setiap wujud klinis uveitis adalah 100% pada sindrom Posner-Scholossman, 34.1% pada sarkoidosis, 30.4% pada uveitis herpes anterior, 20.8% pada penyakit Behet's, 20.0% pada Human Leucocyte Antigen (HLA) B27-terkait dengan uveitis anterior akut, 16.4% di Penyakit Vogt-Koyanagi-Harada, 16.2% pada Human T-lymphotropic virus tipe 1 (HTLV-1) uveitis, 11.6% dengan toksoplasmosis okular, 16.1% etiologi lain, dan 15.1% pada uveitis idiopatik (Tabel 1).

Tingkat TIO Sebelum Terapi Glaukoma

Tingkat TIO tertinggi dalam setiap mata dengan glaukoma sekunder sebelum terapi medis dibandingkan diantara bentuk klinis uveitis. Hasilnya adalah 41.38.8 mmHg dalam sindrom Posner-Schlossman, diikuti oleh uveitis herpetik anterior (36.67.1 mmHg), penyakit Behet's (34.87.1 mmHg), sarkoidosis (34.16.6 mmHg), HTLV-1 uveitis (33,68.1 mmHg), HLA-B27-terkait uveitis anterior akut (33.44.6 mm Hg), penyakit Vogt-Koyanagi-Harada's (31.76.8 mm Hg), dan toksoplasmosis okular (32.17.2 mmHg). TIO pada sindrom Posner-Schlossman secara signifikan lebih tinggi daripada semua bentuk uveitis lainnya.(P