Top Banner

of 28

ggn tlinga dalm

Oct 14, 2015

Download

Documents

night_day

telingan dalam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LABIRINTIS

LABIRINTIS

A. DEFINISILabirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Labirinitis bacterial, meskipun cukup jarang sejak dikenalnya antibiotika, paling sering terjadi sebagai komplikasi meningitis bakterial. Infeksi berkembang ke telinga dalam melalui kanalis auditorius internus atau aquaduc koklear.

B. ETIOLOGIInfeksi bakteri yang disebabkan otitis media, atau kolesteatoma, dapat memasuki telinga tengah dengan menembus membrane jendela bulat atau oval. Labirintitis viral merupakan diagnosis medis yang sering, namun hanya sedikit yang diketahui mengenai kelainan ini, yang mempengaruhi baik keseimbangan maupun pendengaran. Virus penyebab yang paling sering teridentifikasi adalah gondongan, rubella, rubeola, dan influenza.Secara etiologi labirintis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat 2 bentuk labirinitis. Yaitu labiribnitis serosa dean labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis supuratif kronik difus. Pada labirinitis serosa taksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirin supuratif dengan invasi sel radang ke labirin. Sehingga terjadi kerusakan yang lereversibel. Seperti fibrosa dan osifikasi. Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang kadang diperlukan juga draifase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan pada pengobatan otitis media kronik. Labirinitis serosa difus sering kali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskrifta oleh pada terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin oleh bakteri melalui tingkap bulat, tingkap lontong untuk melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut mencapai endosteum melalui seluruh darah.Diperkirakan penyebab labirinitis yang paling sering absorbsi produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam labirin, dibentuk ringan labirinitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam misalnya pada operasi fenestrasi, terjadi singkat dan biasanya tidak menyebabkan gangguan pendengaran, kelainan patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin.

C. KLASIFIKASI 1. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum ( general ), dengan gejala fertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja / tuli saraf saja.2. Labirinitis terjadinya oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.3. Labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.Gejala dan tanda :Terjadi tuli total disisi yang sakit, vertigo ringan nistagmus spontan biasanya kea rah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang berfungsi dapat menkompensasinya. Tes kalori tidak menimbulkan respons disisi yang sakit dan tes fistulapur negatif walaupun dapat fistula.

D. MANIFESTASI KLINISLabirintitis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan, bisanya disertai mual dan muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan. Pengobatan untuk labirintitis balterial meliputi terapi antibiotika intravena, penggantian cairan, dan pemberian supresan vestibuler maupun obat anti muntah. Pengobatan labirintitis viral adalah sintomatik dengan menggunakan obatantimuntah dan antivertigo.

E. PATOFISIOLOGIKira kira akhir minggu setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi untuk jaringan gramulasi, beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan gramulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Fistula dilabirin dapat diketahui dengan testula, yaitu dengan memberikan tekanan udara positif ataupun nrgatif ke liang telinga melalui otoskop siesel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang di masukan ke dalam liang telinga. Balon karet di pencet dan udara di dalamnya akana menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan menimbulkan ristamus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya bisa tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati atau paresis kanal. Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT Scan yang baik kadang kadang dapat memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan dikanalis semisirkularis horizontal.Pada fistula labirin / labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan bedah harus adekuat untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan didaerah tersebut harus segera ditutup dengan jaringan ikat / sekeping tulang / tulang rawan.

G. PENATALAKSANAANTerapi local harus ditujukan kesetiap infeksi yang mungkin ada, diagnosa bedah untuk eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu focus dilabirin untuk daerah perilabirin telah menjalar untuk dicurigai menyebar ke struktur intrakronial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika bila dicurigai ada focus infeksi di labirin atau di ospretosus dapat dilakukan drerase labirin dengan salah satu operasi labirin setiap skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma NUA. Bila saraf fosial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal maka harus diberikan antibiotika sebelum dan sesudah operasi.

H. KOMPLIKASITuli total atau meningitis.

I. FOKUS PENGKAJIANYang harus dikaji pada pasien menierre adalah :1. Aktifitas.2. Riwayat kesehatan dahulu.3. Pendengaran.4. Hubungan social.5. Asupan nutrisi.

J. FOKUS INTERVENSI1. Ketidak berdayaan yang berbeda persoalan penyakit dan menjadi tidak berdaya dalam situasi tertentu akibat gangguan keseimbangan.a. Tujuan mengalami peningkatan perasaan control terhadap kehidupan dan aktivitas meskipun tertentu akibat gangguan keseimbangan.b. Intervensi :1) Kaji kebutuhan, nilai, perilaku dan kesiapan pasien untuk memulai aktivitas.2) Beri kesempatan bagi pasien mengidentifikasi perilaku koping yang berhasil sebelumnya.3) Bantu pasien mengindentifikasi perilaku koping yang berhasil sebelumnya.c. Kriteria Hasil1) Tidak membatasi aktivitas secara membabi buta.2) Mengucapkan perasaan positif mengenai kemampuan mencapai perasaan mampu dan kotrol.3) Perilaku koping sebelumnya yang berhasil telah teridentifikasi.2. Resiko terhadap trauma yang kesulitan keseimbangana. Tujuan : mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rumah dan menggunakan alat rehabilitasi bila perlu.b. Intervensi :1) Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dengan menarik riwayat dan pemeriksaan adanya nistagmus Romberg positif dan ketidakmampuan melakukan Romberg tandem.2) Bantu ambulasi bila ada indikasi.3) Dorong peningkatan tingkat aktifitas dengan atau tanpa menggunakan alat Bantu. c. Kriteria Hasil :1) Mengadaptasi lingkungan rumah atau menggunakan alat rehabilitasi untuk jatuh.2) Mampu menggunakan ambulasi dengan bantuan seperlunya.3) Tingkat aktifitas telah meningkat.3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berbeda dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mendengar ketidak ada ikutannya mengikuti instruksi.a. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi efek procedur dan pengobatan.b. Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.3) Diskusikan penyebab individual.c. Kriteria Hasil :1) Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alas an dari suatu tindakan.2) Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

http://endhyasuhankeperawatan.blogspot.com/2011/03/labirintis.htmlASKEP PENYAKIT MENIERE

A.PengertianPenyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).

B.EtiologiEtilogi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti namun diduga adalah merupakan:1.Pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin.2.Gangguan elektrolit dalam cairan labirin.3.Reaksi alergi.4.Gangguan autoimun.

C. Patofisiologi.Hidrops (pembengkakan) endolif akibat endolif dalam skala media oleh stria vaskularis terhambat.

D. Manifestasi KlinikMeniere ditandai oleh 4 (empat) gejala :Kehilangan pendengaran sensorineoral progresif.(Plukteatif( Tinitus atau suara berdenging.(Veritgo(

E. Pemeriksaan Penunjang1.Tes gliserin :pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.2.Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.

F. PenatalaksanaanPasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan diberikan diet rendah garam dan pemberian diuretik ringan.obat-obatan sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg,obat vasodilator perofer seperti papaverin dan betahistin,atau operasi shunt.dapat pulah diberikan obat antiiskemia dan neurotonik.adaptasi dengan latihan dan fisioterapi.

ASUHAN KEPERAWATAN.1. PengkajianFokus dari pengkajian keperawatan untuk pasien dengan penyakit meniere adalah diarahkan kepada pengamatan terhadap makan makanan yang tinggi kandungan vasoaktifnya,riwayat trauma, riwayat hipertensi, riwayat alergi, faktor stres, emosional sakit kepala yang hebat.

2.Diagnosa Keperawatan1.Resiko tinggi cedera b/d perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.2.Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.3.Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan.4.Kurang perawatan diri,makan,mandi/higiene,berpakaian/berdandan,toileting,b/d disfungsi labirin dan vertigo.

3.Intervensi Keperawatan1.Diagnosa : Resiko tinggi cedera b/d perubahn mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.Tujuan :Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh Intervensi :Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.Rasional : Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.Rasional : Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuanRasional : Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan. Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo aaaaaadan atau obat peneang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.Rasional :Menghilangkan gejala akut vertigo.Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.Rasional :Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkanRasional :Gerakkan akan memperberat vertigo.

2.Diagnosa; Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.Tujuan : Mengurangi atau tidak mengalami ansietas.Intervensi :oKaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.Rasional : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.

oBeri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.Rasional : Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietasoDorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.Rasional :Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.oAjarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh.Rasional : Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.oBeri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stressRasional : situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini..oInstruksikan pasien dalam aspek program pengobatanRasional : pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.

3.Diagnosa : Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan.Tujuan : Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rimah dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila perlu.Intervensi : Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan /atau fertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidak mampuan melakukan romberg tandem.Rasional : Kelainan vestibuler perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.Bantu ambulasi bila ada indikasiRasional : Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuhLakukan pengkajian ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptifRasional : keseimbangan tergantung pada sistem visual, vestibuler dan propriosepDorong peningkatan tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantuRasional : peningkatan aktivitas dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.Bantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumahRasional : Adaptasi terhadap lingkungan rumah dapat menurunkan resiko jatuh selama proses rehabilitasi.

4.Diagnosa : Kurang perawatan diri, makan, mandi atau higienic, berpakaian atau berdandan, toileting b/d disfungsi labirin dan fertigo.Tujuan : bergabung dalam aktivitas pengalihIntervensi :Kaji tingkat dan jenis aktivitas pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai.Rasional : Kebosanan dapat terlihat, begitu juga depresi, membantu menentukan toleransi maupun kesukaan.Diskusikan pola aktivitas pengalih yang biasa dengan pasien. Berikan kesempatan untuk melanjutkan aktivitas pengalih yang sangat berarti.Rasional : Untuk menyediakan informasi mengenai stresor yang nyata maupun yang dirasakan yang mempengaruhi tingkat aktivitas, mendukung rasa harga diri dan produktifitas pasien.

4. Tindakan/Implementasia) Resiko tinggi cederao Mengkaji vertigo yang meliputi riwayat, awitan, gambaran seragam, durasi, frekwensi adanya gejala telinga yang terkait ( kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh ditelinga ).oMengkaji luasnya ketidak mampuandalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-harioMengajarkan atau menekankan terapi vestibuler/keseimbangan yang sesuai dengan ketentuan.oMemberikan atau mengajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenangvestibuler serta memberi petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.oMendorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing, dengan pagar tempat tidur dinaikan.oMeletakan bantal pada kedua sisi kepala untuk membatasi gerakan.

b)AnsietasoMengkaji tingkat ansietas. Membantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.oMemberikan informasi mengenai vertigo dan penanganannyaoMendorong pasien mendiskusikan ansietas dan menggali keprihatinan mengenai serangan vertigooMengajarkan pasien teknik penatalaksanaanstress atau melakukan rujukan bila perlu.oMemberikan upaya kenyamanan dan mungkin dari aktivitas yang menyebabkan stres.oInstruksikan pasien dalam aspek program pengobatan.

c)Resiko terhadap traumaoMelakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidakmampuan melakukan romberg tandem.oMembantu ambulasi bila ada indikasioMelakukan pengkajian ketajaman penglihatan devisit proprioseptifoMendorong peningkatan aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.oMembantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumahd)Kurang perawatan diri, makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toiletingoMengkaji tingkat dan jenis aktivitas pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai .oMendiskusikan pola aktivitas pengalih yang biasa dengan pasien. Memberikan kesempatan untuk melanjutkan aktivitas pengalih yang sangat berarti5. EvaluasiHasil yang diharapkan :1.Memperlihatkan adanya pengurangan resiko cedera :Klien mengerti dan mampu mengikuti terapi vestibularKlien tahu dan mengerti cara meminum obat yang benar dan efek samping obatDan mempertahankan tirah baring bila merasa pusing.2.Memperlihatkan penurunan ansietas atau tidak mengalami ansietas :Melaporkan atau mendiskusikan ansietasMengikuti teknik penatalaksanan stressMemperlihatkan kenyamananMenghindari aktivitas yang menyebabkan stress3.Memperlihatkan adanya pengurangan resiko terhadap trauma :Memperlihatkan peningkatan aktivitas tanpa menggunakan alat bantuMampu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah4.memperlihatkan perubahan atau peningkatan personal hygiene ;Melakukan aktivitas yang sesuai dengan jenis aktivitas pengalihMelaporkan pola aktivitas pengalihMampu melanjutkan aktivitas pengalih.http://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/penyakit-meniere.htmlDAFTAR PUSTAKADoengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia

Putz R dan Pabst R. 1997. sobota. Jakarta : EGC

Arsyad, Efiaty, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN, KEPALA dan LEHER edisi keenam. Balai penerbit FKUI: Jakarta.

MENIEREPengertianPenyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, dan berkurangnya pendengaran secara progresif.

Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.

Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.

PenyebabPenyebab penyakit Meniere tidak diketahui namun terdapat berbagai teori, termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin, gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi, dan gangguan autoimun.

Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere.

Patoflow

Patofisiologi Keperawatan Miniere Disease

Manifestasi Klinis Gejalanya berupa seangan vertigo tak tertahankan episodic yang sering disertai mual dan/atau muntah, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.

Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.

Kehilangan pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif.Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo.

Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.

Tipea. Penyakit Meniere vestibular

Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.

Tanda dan gejala:

Vertigo hanya bersifat episodic

Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit

Tak ada gejala koklear

Tak ada kehilangan pendengaran objektif

Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear

b. Penyakit Meniere klasik

Tanda dan gejala:

Mengeluh vertigo

Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi

tinitus

Penyakit Meniere koklea

c. Penyakit Meniere koklea

Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.

Tanda dan gejala:

Kehilangan pendengaran berfluktuasi

Tekanan atau rasa penuh aural

Tinnitus

Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji

Tak ada vertigo

Uji labirin vestibuler normal

Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler

Evaluasi Diagnostik Pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali pada evaluasi nervus cranial ke VIII. Garputala (uji weber) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami kehilangan pendengaran (sisi yang terkena penyakit Meniere).

Audiogram biasanya menunjukkan kehilangan pendengaran sensorineural pada telinga yang sakit. Kadang audiogram dehidrasi dilakukan di mana pasien diminta meminum zat penyebab dehidrasi, seperti gliserol atau urea, yang secara teoritis dapat menurunkan jumlah hidrops endolimfe.

Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.

Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.

CT scan atau MRI kepala

Elektroensefalografi

Stimulasi kalorik

Penatalaksanaan Diet

Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.

Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.

Makanan yang diperbolehkan adalah:

1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti : Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir. Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom. Minyak goreng, margarin tanpa garam Sayuran dan buah-buahan Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.

2. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas

3. Minuman seperti the, sirup, sari buah.

Makanan yang perlu dibatasi:1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti : Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda. Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang. Keju, Keju kacang tanah (pindakas). Margarin, mentega. Acar, asinan sayuran dalam kaleng. Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng. Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.2. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.

Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya.

Farmakologis

Tindakan pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin, seperti meklizin (antivert), yang menekan sistem vestibuler. Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya. Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan-makanan yang mengandung kalium, seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.

Penatalaksanaan Bedah

Dekompresi sakus endolimfatikus atau pintasan secara teoritis akan menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain dipasang di dalam sakus endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.

Obat ortotoksik, seperti streptomisisn atau gentamisisn, dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.

Prosedur labirinektomi dengan pendekatan transkanal dan transmastoid juga berhasil sekitar 85% dalam menghilangkan vertigo, namun fungsi auditorius telinga dalam juga hancur.

Pemotongan nervus nervus vestibularis memberikan jaminan tertinggi sekitar 98% dalam menghilngkan serangan vertigo. Dapat dilakukan translabirin (melali mekanisme pendengaran) atau dengan cara yang dapat mempertahankan pendengaran (suboksipital atau fosa kranialis medial), bergantung pada derajat hilangnya pendengaran. Pemotongan saraf sebenarnya mencegah otak menerima masukan dari kanalis semisirkularis.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Data Subyektif:

mengeluh telinga kanan sering berdenging

perasaan penuh di bagian dalam telinga.

Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri

saat vertigo sampai mual dan muntah.

Data Obyektif:

Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri

auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.

Analisa Data

NoDataEtiologi Masalah

1Data subjektik:

Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri

mengeluh telinga kanan sering berdenging

perasaan penuh di bagian dalam telinga

Data Obyektif:

Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri

auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.Gangguan pendengaranGangguan pola tidur

2Data subjektik:

Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri

Saat vertigo sampai mual dan muntah

Data Obyektif:

-Mual dan muntahResiko kekurangan volume cairan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran

2. Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah

C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran

Tujuan:

Gangguan pola tidur dapat teratasi

Kriteria Hasil

- klien tidak terbangun di malam hari

- Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak

Intervensi

Kaji tingkat kesulitan tidur

Rasional: Membantu menentukan pengobatan atau intervensi selanjutnya

Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut

Rasional:perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.

Arahkan dengan melakukan rela,ksasi, contoh: mendengarkan musik

Rasional: Tehnik relaksasi dapat membantu mengalihkan perhatian terhadap tinnitus

Kolaborasi dalam pemberian obat untuk vertigo

Antihistamin, seperti meklizin

Tranquilizer, seperti diazepam

Rasional

Menekan sistem vestibular

Digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo

Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur

Rasional: membantu memenuhi kebutuhan istirahan

1. Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah

Tujuan:

Kebutuhan cairan tubuh dapat terjaga

Kriteria hasil:

- Elektrolit tubuh dalam batas normal

- Mual dan muntah tidak terjadi

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit elastis

- Tidak tampak lemas

Intervensi

Kaji atau minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja cair, urin dan diaforesis). Pantau hasil lab

Rasional:

Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk penggantian cairan.

Kaji indikator dehidrasi, termasuk tekanan darah (ortostatik), denyut nadi, turgor kulit, membran mukosa, dan tingkat kesadaran.

Rasional: pengenalan segera adanya dehidrasi memungkinkan intervensi segera

Dorong konsumsi cairan oral sesuai toleransi, hindari minuman yang mengandung kafein(stimulasi vestibular)

Rasional: penggantian cairan oral harus di mulai sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan. Kafein dapat meningkatkan diare.

Kolaborasi pemberian obat

- Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan)

- Antidiare

Rasional

- Mengurangi mual dan muntah, mengurangi kehlangan cairan dan memperbiki masukan per oral

- Menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.F. Pathway1. Malabsorpsi cairan dalam sakus endolimfatikus

2. Pembengkakan rongga endolimfatikus

3. Peningkatan sensitifitas tulang pendengaran

4. System vestibular terganggu

5. Penekanan saraf2 pendengaran

Resti cidera1. Gangguan hantaran suara

2. Gangguan pendengaran

3. vertigo

4. tinitus

5. Gangguan persepsi sensori

Resti trauma Makalah ASKEP Neuroma Akustik

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangNeuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular, yang merupakan tumor ganas non-saraf kranial. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior (Komatsuzaki dan Tsunoda, 2001;rais,2007).

Neuroma Akustik terdiri dari sekitar 6 persen dari seluruh tumor intrakranial, sekitar 30% dari tumor otak, dan sekitar 85% dari tumor di daerah sudut cerebellopontine - lain 10% adalah meningioma.

Hanya sekitar 10 tumor yang baru didiagnosa setiap tahun per juta orang (Evans et al, 2005), sesuai dengan antara tahun 2000 dan 3000 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat. Cara lain untuk melihat hal ini adalah bahwa orang rata-rata memiliki risiko sekitar 1 / 1000 dari mengembangkan neuroma akustik dalam hidup mereka (Mazuddin,2008).

Di Denmark, kejadian tahunan diperkirakan 7,8 pasien yang dioperasikan / tahun (Tos et al, 1992). S

Sebagai teknologi telah membaik, tumor lebih kecil telah didiagnosa, menghasilkan perkiraan yang sama sekitar 10 tumor / tahun juta /. Pada pasien dengan asimetri pendengaran, diyakini bahwa hanya sekitar 1 dari 1000 memiliki neuroma akustik (sumber: NIH), meskipun beberapa laporan prevalensi setinggi 2,5% (Baker et al, 2003.).

B. Tujuan1. Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori yang berupa makalah tentang Neuroma Akustik.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dari Neuroma Akustik

b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Neuroma Akustik.

c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Neuroma Akustik.

d. Untuk mengetahui komplikasi dari Neuroma Akustik

e. Agar amahasiswa bisa membuat asuhan keperawatan tentang Neuroma Akustik.

BAB IITINJAUAN TEORITIS NEUROMA AKUSTIKA. KONSEP DASAR 1. Pengertian Neuroma AkustikNeuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas vestibular, adalah tumor ganas non-saraf kranial dari 8. Umumnya mereka muncul dari sel-sel yang meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior. (Komatsuzaki dan Tsunoda, 2001; Krais, 2007).

Neuroma akustik adalah tumor jinak tumbuh lambat pada saraf cranial VIII, biasanya tumbuh dari sel schwan pada bagian ventribuler saraf ini. (Brunner & Suddart dkk, 2002).

Neuroma akustik adalah tumor jinak yang tumbuh dari selubung saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons, sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam. (problemo.blogspot.com).

Secara umum Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons,sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam menuju dari telinga batin Anda ke otak Anda. Karena cabang-cabang saraf ini langsung mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma akustik dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan.

2. Etiologi a. Idiopatik

Neuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum di ketahui secara pasti penyebabnya).

b. Neurofibromatosis (NF2)

Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua gen supresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di setiap sel tubuh mereka termasuk sel saraf mereka. Satu NF2 gen diwariskan dari sel telur ibu dan NF2 satu gen diwariskan dari sel sperma dari ayah. NF2 gen bertanggung jawab untuk membantu mencegah pembentukan tumor pada sel saraf. Khususnya gen NF2 membantu mencegah neuromas akustik.

Hanya satu gen berubah dan berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah pembentukan neuroma akustik. Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang di salah satu sarung mielin sel saraf vestibular kemudian sebuah Neuroma akustik biasanya akan berkembang. Kebanyakan sepihak neuromas akustik hasil ketika NF2 gen menjadi spontan berubah atau hilang. Seseorang neuroma akustik dengan sepihak bahwa telah mengembangkan secara spontan tidak pada peningkatan risiko untuk memiliki anak dengan neuroma akustik. Beberapa akustik neuromas sepihak Hasil dari kondisi NF2 keturunan. Hal ini juga kemungkinan bahwa beberapa neuromas akustik mungkin sepihak disebabkan oleh perubahan dalam gen lainnya yang bertanggung jawab untuk mencegah pembentukan tumor.

3. Patofisiologi Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari sel schwan yang berada pada nervus vestibularis hanya 5% yang timbul dari sel schwan yang berasal dari nervus cochlearis.

Setelah tumor tumbuh cukup besar untuk mengisi kanalis auditorius interna, maka tumor akan tumbuh terus biasanya menuju kearah medial yakni rongga cerebellopatine angine dan bentuk tumor saat ini mencapai rongga ini adalah speris.

Saat tumor mencapai diameter 2cm dan sudah berada di cerebellopantine angle, tumor akan menekan permukaan lateral batang otak yang jika tumor tumbuh lebih besar akan mendorong batang otak ke arah yang berlawanan.

Saat tumor mencapai diameter 4 cm tumor berkembang kea rah depan dan menekan saraf trigenimus yang menimbulkan gejala nyeri wajah satu sisi. Dan apabila tumor berkembang kea rah bawah akan menekan saraf IX, X, XII dan menyebabkan kesulitan menelan.

Dan jika tumor terus tumbuh melebihi diameter 4 cm, maka tumor akan menekan otak kecil dan secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya hidrocepalus obstruktif. Terjadinya hidrocepalus akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraktanial dengan gejala nyeri kepala, mata kabur, serta mual dan muntah.

4. Manifestasi klinisGejala yang paling sering timbul pada pasien dengan neuroma akustik adalah ( Brunner & Suddart.2002 ) :

1. Titinus unilateral.

2. Kehilangan pendengaran dengan atau tanpa vertigo.

3. Gangguan keseimbangan.

4. Tuli.

.

5. Pemeriksaan penunjang 1. Biasanya dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI adalah evaluasi yang sangat akurat yang mampu mendeteksi hampir 100% dari neuroma akustik.

2. Computerized Tomografhi Scanning (CT scan), tidak dapat mengidentifikasi tumor yang lebih kecil, tetapi ia dapat digunakan ketika neuroma akustik dicurigai dan evaluasi MRI tidak dapat dilakukan.

6. Penatalaksanaan Penghapusan neuromas akustik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan.1) OperasiMikro untuk neuroma akustik adalah teknik-satunya yang menghilangkan tumor. operasi pengangkatan tumor atau tumor adalah paling umum pengobatan untuk Neuroma akustik. perlakuan Radiasi (dibahas pada bagian lain) tidak menghilangkan tumor, namun memiliki potensi untuk memperlambat atau menghentikan pertumbuhannya. Pembedahan adalah pengobatan hanya yang pasti akan mengobati gejala keseimbangan yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor, sebagai saraf vestibular dipindahkan pada operasi. 2) Stereotactic Terapi radiasiTerapi radiasi dilakukan dalam berbagai cara, tetapi terutama oleh empat metode gamma, radioterapi, Selama terapi radiasi stereotactic, juga disebut Radiosurgery atau radioterapi. radiasi diberikan dalam dosis tunggal yang besar, Tidak jelas berapa persentase tumor dikendalikan oleh metode ini untuk waktu yang lama Di masa lalu ketika dosis radiasi yang lebih tinggi digunakan, tingkat kegagalan sekitar 12% (yang kemudian diperlukan operasi). Kebanyakan ahli bedah merasa bahwa tumor ini jauh lebih sulit untuk dihilangkan setelah perawatan radiasi Radiasi tidak menghapus tumor, dan ketika tumor iradiasi pembedahan, sering ditemukan bahwa mereka telah tumbuh sel-sel tumor di dalamnya. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyebabkan penyusutan tumor atau di setidaknya membatasi pertumbuhan tumor. Keberhasilan jangka panjang dan risiko ini pendekatan pengobatan tidak diketahui. MRI periodik pemantauan seluruh kehidupan pasien dianjurkan.Terapi radiasi dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat kadang-kadang terjadi bahkan bertahun-tahun kemudian. Terapi radiasi dapat juga menyebabkan kerusakan pada saraf kranial tetangga, yang dapat mengakibatkan gejala seperti mati rasa, nyeri atau kelumpuhan otot-otot wajah. Dalam banyak kasus gejala-gejala ini sementara. pengobatan Radiasi juga dapat menginduksi pembentukan dari schwannomas jinak atau ganas lainnya. Tipe ini pengobatan karenanya mungkin kontraindikasi pada perawatan neuromas akustik dari pada mereka yang NF2 yang cenderung untuk schwannomas mengembangkan dan tumor lainnya.7. Komplikasi Sebuah neuroma akustik dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk:1) Tetap gangguan pendengaran 2) Wajah mati rasa dan kelemahan 3) Kesulitan dengan kiprah keseimbangan dan kaku Tumor besar bisa menekan pada otak Anda, mencegah aliran normal cairan antara otak dan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal Dalam hal ini, cairan dapat membangun di kepala (hydrocephalus), meningkatkan tekanan di dalam tengkorak Anda.B. Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Identitas

1) Nama

2) jenis kelamin

3) umur

4) bangsa

b. Keluhan utama

Fugsi pendengaran klien menurun, mual dan muntah, pusing yang berlebih.

c. Riwayat peyakit dahulu Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.d. Riwayat keluarga Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien. Halini sangat di butuhkan karena pada Neuroma Akustik yang beretiologi padaherediter atau keturunan.

e. Pengkajian fisik dan Pola-pola fungsi kesehatan1) Inspeksi : pada telinga terlihat adanya benjolan/pertumbuhan abnormal.2) Palpasi : terasa nyeri ketika di palpasi area telinga bagian tengah .3) Pola tata laksana hidup sehatBiasanya ada riwayat mengenai gaya hidup klien yang tidak sehat.4) Pola nutrisi dan metabolismeAdanya keluhan kesulitan untuk makan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.5) Pola eliminasiKlien dengan Neuroma Akustik pola defekasinya lancar, peristaltic usus normal, tidak terjadi inkontinensia urine.6) Pola aktivitas dan latihanAdanya kesukaran untuk beraktivitas karena vertigo yang di alami klien. kelemahan.7) Pola tidur dan istirahatBiasanya klien tidak mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat klien.8) Pola hubungan dan peran9) Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan pendengaran.10) Pola persepsi dan konsep diriPola pendengaran klien berkurang serta daya pemahaman terhadap sesuatu tidak efektif. Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.11) Pola sensori dan kognitifPada pola sensori klien tidak mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan pada muka dan ekstremitas normal. 12) Pola reproduksi seksualBiasanya terjadi penurunan gairah seksual 13) Pola penanggulangan stressKlien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.14) Pola tata nilai dan kepercayaanKlien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yangtidak stabil, kelemahan, vertigo. (Marilynn E. Doenges, 2000).

2. Diagnosa keperawatan1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.

2) Gangguan persepsi sensori (auditori) berhubungan dengan fungsi pendengaran menurun.

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake cairan inedekuat

4) Resiko cidera berhubungan dengan vertigo

5) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.

3. Intervensi a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial.

Tujuan: nyeri berkurang atau nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :1) Melaporkan nyeri berkurang / terkontrol.

2) Menunjukkan / menggunakan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.

Intervensi:1) Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya ( misal : berat, berdenyut, konstan ), lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.

2) Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul.

3) Ajarkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang.

4) Berikan kompres dingin pada kepala.

5) Berikan obat sesuai dengan indikasi ( analgesic seperti asetaminofen, ponstan, dan sebagainya ).

b. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan fungsi pendengaran menurun.Tujuan: meningkatkan kepekaan fungsi pendengaran klien.Kriteria hasil:1) menunjukkan fungsi pendengaran yang lebih baik2) komunikasi dapat terjalinIntervensi:1) Hilangakn suara bising/stimulus yang berlebihan sesuai kebutuhanRasional: menurunkan respon emosi yang berlebihan/bingung yang sesuai dengan sensorik.2) Catat adanya perubahan yang spesifik,gunakan instruksi verbal yang sederhana dengan jawaban ya atau tidak.

Rasional: membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami gangguan dan mengidentifikasi peningkatan fungsi neurologis.3) Berikan petunjuk (isyarat) pada orientasi realita.Rasional: meningkatkan koping terhadap frustasi karena salah persepsi.4) Beriakan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika di perlukan gunakan musik.Rasional: membantu menghindari masukan sensori pendengaran.5) Kolaborasikan pada ahli fisioterapi,terapi pendengaran.Rasional: berfokus dalam peningkatan evaluasi fungsi pendengaran.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake cairan inede kuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil :1) menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan.

2) tidak mengalami mual dan muntah.

3) Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

Intervensi:1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien.Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.3) Timbang berat badan setiap hari.Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan.5) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.Rasional : gejala GI dapat menunjukkan (hipoksia) pada organ.6) Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.7) Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.8) Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan vertigoTujuan : Klien tidak mengalami cederaKriteria hasil :1) Bebas dari cedera2) Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat.

Intervensi:1) Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutikRasional: program terapeutik dapat menjalin kerja sama antara perawat dan klien2) Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkanRasional: pendampingan terhadap klien dapat mencegah jatuh, dan cedera3) Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasangRasional: mengurangi resiko jatuh4) Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat.

Rasional: memudahkan klien untuk beraktifitas.

e. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3 x 24 jam maka ansietas akan berkurang.

Kriteria Hasil :1) Tampak rileks.

2) Melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

Intervasi :1) Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien

2) Berikan penjelasan tentang hubungan antara penyakit dan gejalanya.

3) Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognose penyakit.

4) Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur pembedahan sebelum dilakukan.

5) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan1. Secara umum Neuroma akustik adalah tumor bersifat kanker (jinak) dan biasanya lambat tumbuh yang berkembang pada saraf akustikus. Dapat tumbuh pada saraf keluar dari pons,sepanjang perjalanan saraf di fosa kranialis posterior atau di dalam liang telinga dalam menuju dari telinga batin Anda ke otak Anda. Karena cabang-cabang saraf ini langsung mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran, tekanan dari neuroma akustik dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dering di telinga Anda dan kegoyangan.

2. Penyebab

a. Idiopatik

b. Neurofibromatosis (NF2)

3. Patofisiologi

a. Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari sel schwan yang berada pada nervus vestibularis hanya 5% yang timbul dari sel schwan yang berasal dari nervus cochlearis.

b. Dan jika tumor terus tumbuh melebihi diameter 4 cm, maka tumor akan menekan otak kecil dan secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya hidrocepalus obstruktif.

4. Komplikasi

a. Gangguan pendengaran.

b. Wajah mati rasa dan kelemahan.

c. Kesulitan dengan kiprah dan kaku.

B. SaranDengan adanya makalah ini diharapkan kepada pembaca khususnya mahasiswa dapat memahami tentang Neuroma akustik serta Asuhan Keperawatannya dan dapat mencarai referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai Neuroma Akustik.

DAFTAR PUSTAKABrunner & suddrath. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta: EGC

Doenges, Marillyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Jakarta : EGC