BRONKHITIS, HIPERTENSI DAN CHRONIC HEART FAILURE PADA GERIATRI DENGAN RIWAYAT TRAUMA DADA Oleh: Arief Darmawan I. IDENTITAS Nama : Ny. Y Umur : 75 tahun Jenis Kelamin : Wanita Alamat : Kaliurang Barat Rt 04/Rw 18, Harjobinangun, Yogyakarta Pekerjaan : Petani Masuk : Rabu, 10 November 2010 Bangsal/No. RM : Edelweis E5D kelas III/529961 Informasi : Pasien Bencana Merapi (Pengungsi) Tempat Mengungsi : Stadion Sepak Bola Maguwoharjo II. PROBLEM No Problem Aktif Waktu Problem Pasif Waktu 1. 2. 3. Sesak nafas inflamasi bronkus, penebalan mukosa, peningkatan produksi mukus Batuk dengan sputum mukoid kekuningan Stimulasi reseptor batuk di karina akibat peradangan, hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan infiltrasi sel- sel radang dan 5- 11-‘10 Sejak 5- 11-’10, meningk at 9- 11-‘10 Riwayat jatuh dari ranjang dan opname Sebelum jatuh sering merasa kehilangan keseimbangan ketika berdiri atau berjalani Riwayat alergi dingin dan debu + 18 bulan yang lalu Sebelum jatuh dari ranjang dan opname dengan waktu yang tidak diketah ui dengan jelas Sudah sejak lama Arief Darmawan – [email protected]
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BRONKHITIS, HIPERTENSI DAN CHRONIC HEART FAILURE PADA GERIATRI DENGAN RIWAYAT TRAUMA DADA
Oleh: Arief DarmawanI. IDENTITAS
Nama : Ny. YUmur : 75 tahunJenis Kelamin : WanitaAlamat : Kaliurang Barat Rt 04/Rw 18, Harjobinangun, YogyakartaPekerjaan : Petani Masuk : Rabu, 10 November 2010Bangsal/No. RM : Edelweis E5D kelas III/529961Informasi : Pasien Bencana Merapi (Pengungsi)Tempat Mengungsi : Stadion Sepak Bola Maguwoharjo
II. PROBLEMNo Problem Aktif Waktu Problem Pasif Waktu1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sesak nafas inflamasi bronkus,
penebalan mukosa, peningkatan produksi mukus
Batuk dengan sputum mukoid kekuningan Stimulasi reseptor
batuk di karina akibat peradangan, hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema mukkosa bronkus, co-infeksi bakteri
I. IDENTITASNama : Ny. YUmur : 75 tahunJenis Kelamin : WanitaAlamat : Kaliurang Barat Rt 04/Rw 18, Harjobinangun, YogyakartaPekerjaan : Petani Masuk : Rabu, 10 November 2010Bangsal/No. RM : Edelweis E5D kelas III/529961Sumber Biaya : Pasien UmumInformasi : Pasien Bencana Merapi (Pengungsi)Tempat Mengungsi : Stadion Sepak Bola MaguwoharjoKerabat di Pengungsian : Bersama anakBerat badan : 39 KgTinggi badan : 149 Cm
II. SUBJEKTIF (Anamnesis Senin, 15 November 2010) A. Keluhan Utama: Sesak Nafas
B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan sesak nafas (+), pusing ngegliyer (+), tidak
enak badan dan nyeri otot (+) sejak mengungsi akibat merapi 5 november 2010. Batuk dan pilek memburuk mulai 9 november 2010. Sesak nafas meningkat dengan aktifitas disertai dengan nyeri dada kiri yang menyebar hingga punggung kiri tanpa mual, muntah (-), berdebar-debar (-) dan keringetan (-). Sesak membaik ketika penambahan bantal (-), sesak timbul dan meningkat pada malam hari yang memerlukan posisi duduk segera untuk bernafas (-). Batuk berdahak dengan dahak kental kekuningan (+). Batuk darah/kemerahan (-). Batuk muncul sepanjang waktu dengan intensitas jarang namun menambah berat sesak nafas. Pilek dengan cairan hidung jernih. Pilek meningkat ketika udara dingin terutama pagi hari tanpa disertai demam. Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal. Nyeri perut disangkal namun nafsu makan menurun.
Sudah sejak + 18 bulan menderita nyeri dada kiri menyebar hingga punggung kiri pasca jatuh dari tempat tidur. Sebelum jatuh pasien sering mengeluh pusing ngegliyer dan kelemahan tungkai, kehilangan keseimbangan serta terasa akan jatuh. Riwayat batuk lama atau batuk berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut (-). Riwayat pengobatan TB (-). Riwayat asma (-). Riwayat alergi dingin dan debu (+). Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat gula darah tinggi dan penyakit jantung disangkal. Riwayat stroke (-). Riwayat sering pingsan (-).
Pasien adalah pengungsi merapi. Mengungsi di Stadion Sepak Bola Maguwoharjo bersama anaknya. Suasana hati sedih dan merasa kesepian. Pasien jarang dijenguk dan ditunggu oleh kerabat, padahal pasien adalah geriatri dengan mobilisasi yang masih terbatas dan harus dibantu.
berkemih (-), air kemih menetes (-), warna air kemih jernih (+).
Sistem integumentum : Pucat (-), kuning (-), kebiruan (-), bengkak-bengkak (-), Sistem muskuloskletal : Lemas dan merasa sulit untuk menggerakkan tangan
dan kaki (+), nyeri otot dada (+), nyeri pergerakkan (-), tanda peradangan sendi (-).
C. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat jatuh dari ranjang dan opname kurang lebih 18 bulan yang lalu.
D. Riwayat Penyakit Keluarga: Pasien mengaku tidak mengetahui dengan pasti tentang riwayat penyakit keluarganya.
E. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Gizi: Pasein adalah korban merapi. Kini tinggal bersama anaknya di Stadion Sepak Bola Maguwoharjo dengan status gizi KEK/kurang energi kronis ringan (IMT=17,57).
F. Riwayat Alergi: alergi dingin dan debu dengan manifestasi pilek dengan cairan hidung jernih. Riwayat asma disangkal.
III. OBJEKTIF (Senin, 15 November 2010)A. Keadaan Umum: Pasien tampak lemas berbaring di ranjang dengan kesadaran
kompos mentis, keadaan sakit sedang, keadaan gizi buruk dengan GCS E4V5M6.
B. Vital Sign dan AntropometriTekanan darah : 180/100 mmHg Respirasi : 20 kali/menitNadi : 81 bpm, reguler Suhu : 36oCHipotensi Ortostatik : Negatif
pembesaran massa (-), peningkatan JVP (-), kaku kuduk (-).3. Thorak
Gambar:
a. Inspeksi: Bentuk dada asimetris (+), retraksi dada (-), pola nafas teratur (+), iktus kordis tampak di SIC 5 linea mid clavikularis sinistra, tanda peradangan (-), perbesaran massa (-)
b. Palpasi: Fremitus suara hemithorak dextra sama dengan sinistra dalam batas normal (+), pergerakkan dada asimetris dengan dada kiri tertinggal (+), ictus kordis teraba di SIC 5 linea mid clavikularis sinistra, emfisema subkutis (-)
c. Perkusi: Hipersonor +/++, batas pengembangan paru kanan 2 SIC pada SIC 9-10 linea scapularis dextra, batas pengembangan paru kiri + 2 SIC pada SIC 9-10 linea scapularis sinistra. Batas paru hepar SIC 7 lines mid clavicularis dextra dan SIC 6 lines axilaris anterior dextra.
d. Auskultasi: Suara paru: ronkhi kering +/++, wheezing -/-, ; Suara jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (+) terdengar kuat dengan diafragma di apex jantung (Bising jantung sistolik), gallop (-).
4. Abdomena. Inspeksi: Permukaan abdomen cekung (+), tanda peradangan dan
perbesaran massa (-), darm contour dan darm steifung (-).b. Auskultasi: Peristaltik usus sembilan kali permenit (+)c. Perkusi: Timpani (+)d. Palpasi: Perut supel (+), nyeri tekan (-), nyeri alih (-), perbesaran organ dan
- Axis Lead I (+), Lead aVF (+); Kesan: Normal Axis
- Perbesaran Ruang Perbesaran Atrium: P pulmonal dan P mitral (-) Perbesaran Ventrikel
Ventrikel kanan : V1 cenderung positif (-) Ventrikel kiri : RV5 + SV1 > 35 kotak kecil (-)
RV5 + SV1 = 8 + 20 = 28 kotak kecil (+)Kesan: Tidak ada perbesaran ruang
- Gangguan Konduksi AV Block (-)
AV block derajat I (Wenckebach): interval PR > 5 kotak kecil (-) AV block derajat II tipe mobitz I: interval PR > 5 kotak kecil dengan
drop beat/denyut yang terblok (-) AV block derajat II tipe mobitz II: Gelombang P tanpa diikuti QRS (-) AV block derajat III (block total): Atrium dan ventrikel
berdepolarisasi sendiri/P tidak terkoneksi dengan QRS,P diatas T (-). LBBB (-): lebar QRS > 3 kotak kecil dengan R bertakik di V6
3. Rontgen ThorakTanggal 10 November 2010 Corakan bronkovaskular meningkat > 2/3 hemithorax paru dengan dengan CTR tak valid dinilai dan tampak skoliosis.
Kesan: Bronkhitis dengan dada skoliosis
IV. ASSESMENTA. Problem Sementara
1. Sesak nafas2. Nyeri otot3. Batuk dengan sputum mukoid kekuningan4. Rontgen thorak; peningkatan corakan bronkovaskular5. Neutrofilia Bronkhitis6. Eritrositosis7. Suara paru; ronkhi kering8. Nafsu makan menurun9. Pilek dengan dischard jernih
B. Problem Permanen1. Bronkhitis e.c dust 2. Hipertensi stage II3. CHF Grade II/III e.c IHD/HHD4. Riwayat trauma dada e.c Drop attack e.c -Sindroma serebral vertebrobasiler 5. Keadaan gizi kurang energi kronis ringan6. Pengungsi bencana merapi
V. PLANING 1. Bronkhitis
a. IP Diagnosis dan Etiologi- Kultur sputum; Streptococcus pneumoniae dan Haemaphilus influenzae- Evaluasi alergi; anamnesis lebih lanjut faktor pencetus (dust merapi,
udara dingin), jika perlu lakukan tes alergi berikut: Skin Prick Test; IgE spesifik inhalasi IgE total (nilai normal 0,1-0,4 ug/ml dalam serum)
- Spirometer: FEV1/FVC <80% (tanda penyakit paru obstruktif)- Uji Bronkodilator; setelah pemberian bronkodilator sebanyak 8 hisapan,
15 sampai 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai FEV1, perubahan FEV1 < 20% nilai awal dan < 200ml (tanda obstruksi irreversibel).
- Uji kortikosteroid: Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 sampai 50 mg perhari selama 2 minggu yaitu peningkatan FEV1
pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. - Thorax/whole body CT Scan; menyingkirkan kemungkinan penyulit dan
penyakit paru lain. - Jika pernapasan tidak efektif maka perlu dipertimbangkan dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah untuk penilaian asam basa dalam darah.- Jika ada faktor penyulit berupa gangguan kardiovaskular dapat dilakukan
Echokardiografi; untuk menilai fraksi ejeksi; melacak kelainan katup jantung dan Uji tes kardiopulmonal; treadmill.
b. IP Terapi- Oksigenasi 2 liter/menit- Bed rest posisi ½ duduk- Infus RL lini 16-20 tpm- Injeksi Ranitidin 1A/12jam- Injeksi Metylprednisolone 62.5/12jam atau injeksi Dexamethason
- Fisioterapi Postural drainage (1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam
sebelum tidur pada malam hari) Clapping Vibrating
a. IP EdukasiMotivasi untuk menghindari faktor pencetus, seperti pajanan debu, asap terutama asap rokok dan polusi udara. Jika perlu vasksinasi pneumonokokal dan vaksin influenza.
2. Hipertensi Stage IIa. IP Diagnosis
- Pengukuran Tekanan Darah1) Metode in-office: Pengukuran dilakukan setelah pasien duduk 5 menit
dengan kaki dilantai dan lengan sejajar dengan jantung. Dilakukan dua kali pembacaan selang 5 menit. Lakukan konfirmasi dengan pengukuran tekanan darah pada lengan yang satunya.
2) Ambulatory blood preassure monitoring; Memuat tentang informasi tekanan darah ketika aktifitas harian dan tidur. Nilai ambulatory BP biasanya lebih rendah dari pengukuran klinis. Sangat dianjurkan untuk mengevaluasi “white coat hypertension”.
3) Pengukuran Mandiri; untuk mengetahui respon terapi, menjaga kepatuhan pasien dan untuk mengkonfirmasi terhadap adanya “white coat hypertension”.
- Deteksi Kemungkinan Komplikasi1) EKG LVH, MI/CHD2) Ureum kreatinin Disfungsi ginjal3) CT-Scan dan pemeriksaan saraf Stroke4) Profil lipid Melihat faktor resiko CVD
b. IP TerapiPrinsip Penatalaksanaan Hipertensi:
Jangan lupakan edukasi tentang kepatuhan kontrol dan modifikasi hidup
Pilih drug of choices untuk hipertensi Dosis ditentukan sesuai dengan derajat hipertensi Mulailah dari dosis kecil. Lebih baik kombinasi obat dengan dosis kecil
daripada pengobatan tunggal dengan dosis besar Hati-hati stealing phenomena dan krisis hipertensi
Target terapi <140/90 mmHg, untuk DM/CKD: <130/80 mmHgISHIB guidelines; segera berikan pengobatan dengan dua obat bila tekanan > 15/10 mmHg diatas tekanan darah target.
Drug’s Therapy for HT stage II, JNC 7 Kombinasi Thiazid diuretic dan ACEI/ARB/BB/CCB- Thiazid: Bendroflumetazid, untuk hipertensi dosis yang digunakan adalah
2,5 mg pada pagi hari (1-0-0).- Clonidine, Methyldopa (Centrally Acting Sympatholytics); Baik untuk
hipertensi pada pasien lansia karena mempertahankan aliran darah ke ginjal.1) Clonidine 150 mcg, pemakaian 2x1/2 tablet sehari. Dosis maksimum
sehari biasanya 1,2 mg. Hati-hati krisis hipertensi bila tiba-tiba dihentikan. Lakukan tapering.
2) Methyldopa, ada sediaan kombinasi dengan Hidroklorotiazid (Tensifort), dosis awal methyldopa 125 mg dua kali/hari, dinaikan secara bertahap; dosis maksimum sehari 2 g.
c. IP EdukasiIntinya adalah kepatuhan kontrol tekanan darah dan modifikasi gaya hidup.
Life Style ModificationJenis Modifikasi Hidup Penurunan Tekanan Darah
Penurunan berat badan 5-20 mmHg tiap penurunan 10 Kg berat badan
c. IP Edukasi- Edukasi mengenai penyakit (keluhan, gejala, pengobatan, komplikasi)- Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti
biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan kegiatan yang masih bisa dilakukan.
- Kontrol stres dan emosi
4. Riwayat Trauma Dada e.c Drop Attack e.c - Sindroma Serebral Vertebrobasiler a. IP Diagnosis
- Evaluasi faktor resiko1) Faktor intrinsik
Perubahan neuromuskuler, gaya berjalan dan reflek postural karena proses menua.
Penurunan visus dan pendengaran, konsul mata dan THT Stroke, parkinson demensia
2) Faktor ekstrinsik Obat-obatan yang diminum Lingkungan yang berbahaya Penggunaan alat bantu berjalan yang tidak proporsional
- Penyakit akut; sesak nafas akibat bronkhitis/CHF, nyeri dada akibat IHD/riwayat trauma, hiperkoagulasi, hiperagregasi, spondiloartrosis servikalis.
- Cek ulang darah rutin; anemia- Pantau gula darah: hipo/hiperglikemia- Elektrolit; Natrium, Kalium- Analisa gas darah- Urin rutin- Cek hemostasis darah dan agregasi trombosit- Angiografi karotis dan vertebralis- Rontgen vertebra, genu, pergelangan kaki (ankle)- Head CT-Scan; infark, hemorragic- The timed up-and-go test (TUG) dan uji keseimbangan Berg (the Berg
balance sub-scale of the mobility index).a. IP Terapi
Simtomatis pada pasien, pusing ngegliyer: Betahistin Dihidroklorida, oral dose: 24-48mg perhari dalam 3 dosis terbagi.
Mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup serta hindari hal-hal berikut seperti: alas kaki yang tidak sesuai, kain/pakaian bagian bawah, atau tidak rata, furnitur yang terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tak aman, kamar mandi dengan bak mandi/closet terlalu rendah atau tinggi dan tak memiliki alat bantu untuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan dilantai, karpet yang terlipat, dan benda-benda di lantai yang membuat lansia terjatuh,
- FisioterapiLatihan desensitisasi faal keseimbangan, latihan fisik (penguatan otot, fleksibilitas sendi, dan keseimbangan), latihan Tai Chi, adaptasi perilaku (bangun dari duduk perlahan-lahan, menggunakan pegangan atau perabot untuk mencegah morbiditas akibat instabilitas dan jatuh berikutnya.
a. IP EdukasiJika diperlukan, berikan pembatasan aktifitas fisik atau berikan tambahan alat bantu gerak.
5. Geriatri Dengan Keadaan Gizi Kurang Energi Kronis Ringana. IP Diagnosis
- Pemantauan status gizi dan nafsu makan menurun, staus gizi KEK ringan/underweight (IMT=17,57) Konsul ahli gizi. FAO/WHO anjuran status gizi normal perempuan dewasa > 18 tahun adalah 18,7-23,8.
- Kebutuhan kalori lansia laki-laki 1960 kalori, perempuan 1700 kalori. Syarat menu lansia berat badan kurang/KEK ringan diet TKTP I 2100 kalori, protein 85gr, karbohidrat 325gr dan lemak 40gr.
b. IP Terapi- Diet TKTP- Pastikan asupan masuk, jika masih sulit makan, pasang NGT. Jika
penyerapan tidak maksimal dan memerlukan intake segera, pertimbangkan nutrisi parenteral (Triofusin dan Kalbamin).
- Curcuma 3x1, untuk meningkatkan nafsu makanc. IP Edukasi
Beri motivasi untuk meningkatkan intake makanan guna kesembuhan.
6. Pengungsi bencana merapia. IP Terapi
- Fisik: Berikan terapi dan perawatan atas penyakit yang dideritanya. - Psikis: Jika perlu konsul psikiater dan seksi rohani rumah sakit- Kebutuhan Dasar: Biaya terapi dan perawatan ditanggung
pemerintah/rumah sakit, laporkan ke petugas penanggulangan bencana guna persiapan kelanjutan hidup pasien pasca pulang dari rumah sakit, seperti penggantian hewan ternak, beras dan kebutuhan dasar lain.
- Tetap berperilaku hidup bersih dan sehat jika kembali kepenampungan serta hindari debu (Gunakan masker).
- Beri motivasi bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan pada orang yang tidak sanggup menerimanya dan Allah akan memberikan berkat, rahmat serta petunjuk pada orang-orang yang sabar.
PROGNOSISet sanam : dubia et malamet vitam : dubia et bonamet functionam : dubia et malam
Yogyakarta, 22 November 2010Dokter pembimbing;
dr. Titiek Riani, Sp.PDEVALUASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Selasa, 16 November 2010Subjektif Objektif Assesment Planing