BAB IPENDAHULUAN
1. 1.1. LATAR BELAKANGBumi sebagai objek yang dipelajari dalam
disiplin ilmu geologi, tersusun oleh tiga jenis batuan yaitu batuan
beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan metamorf berasal
dari batuan induk, bisa berasal dari batuan beku, batuan sedimen
maupun berasal dari batuan metamorf itu sendiri yang mengalami
proses metamorfosa (perubahan bentuk). Untuk bisa membedakan ketiga
jenis batuan tersebut maka penting diantaranya mempelajari batuan
metamorf.
1.2. MAKSUD DAN TUJUANMaksud penyusun membuat paper ini adalah
untuk mempelajari batuan metamorf sebagai tugas mata kuliah
praktikum geologi fisik. Adapun tujuan dari paper batuan metamorf
ini diantaranya:a. Mengetahui definisi batuan metamorfb. Mengetahui
proses metamorfisme dan faktor yang mempengaruhinyac. Mengetahui
tekstur dan struktur pada batuan metamorfd. Mengetahui komposisi
pada batuan metamorfe. Mengetahui klasifikasi, penamaan serta
contoh dan karakteristik batuan metamorf
1.3. RUANG LINGKUPPaper ini mencakup tentang definisi batuan
metamorf, proses metamorfisme dan faktor yang mempengaruhinya,
jenis-jenis metamorfisme, tekstur dan struktur batuan metamorf,
komposisi mineral, klasifikasi, penamaan serta contoh dan
karakteristik batuan metamorf.
BAB IIPEMBAHASAN
2. 2.1. DEFINISI BATUAN METAMORFBatuan metamorf adalah batuan
ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya, berlangsung dalam
keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P)
yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihan
atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Proses
metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan
tekstur batuan, namun dibedakan dengan proses diagenesa dan proses
pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi perubahan.
2.2. PROSES METAMORFISMEMetamorfosa (perubahan bentuk) adalah
proses rekristalisasi di dalam kerak bumi ( pada kedalaman 3 km 20
km) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan
padat, yakni tanpa melalui fase cair, dari proses tersebut akan
terbentuk struktur dan mineral yang baru akibat pengaruh temperatur
(T) dan tekanan (P) yang tinggi, dengan T sekitar 2000 6500
C.Menurut H.G.F Winkler, 1967 : Metamorfisme adalh proses proses
yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh
atau respons terhadap kondisi fisika dan mimia di dalam kerak bumi,
dimana kondisi kimia dan kondisi fisika tersebut berbeda dengan
kondisi yang sebelumnya. Proses proses tersebut tidak termasuk
proses pelapukan dan diagenesa.
Proses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:Perubahan
himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat
(solid slate) pada suhu diatas 200C dan tekanan 300 Mpa. Proses
metamorfisme, meliputi:1. Proses perubahan fisik yang menyangkut
struktur dan tekstur oleh tenaga kristaloblastik (tenaga dari
sedimen-sedimen kimia untuk menyusun susunan sendiri).2.
Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan
kimianya tetap (isokimia) tidak ada perubahan komposisi kimiawi,
tapi hanya perubahan ikatan kimia. Tahap-tahap proses
metamorfisme:1. Rekristalisasi Proses ini dibentukoleh tenaga
kristaloblastik, di sini terjadi penyusunan kembali kristal-kristal
dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya.2.
ReorientasiProses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini
pengorientasian kembali dari susunan kristak-kristal, dan ini akan
berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.3. Pembentukan
mineral-mineral baruProses ini terjadi dengan penyusunan kembali
elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya sudah ada. Dalam metamorfosa
yang berubah adalah : tekstur dan asosiasi mineral, yang tetap
adalah komposisi kimia dan fase padat (tanpa melalui fase cair).
Teksturnya selalu mereflesikan sejarah pembentukannya.Temperatur (0
C)Depth (km)
20sedimentation0surface processes
burial
100diagenesis5overlap
200metamorphisme10 30 metamorphic processes
650partial melting35 40overlap
800 1200 magma formtion50 100 igneous processes
Gambar batas antara proses Diagenesa dan proses Metamorphisme
dan antara Metamorphisme dan Pelelehan Batuan dalam hubungannya
dengan Temperatur dan Kedalaman Bumi (Con Gillen, 1982)
2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
METAMORFISMEKomposisi batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan
himpunan mineral baru, demikian pula dengan suhu dan tekanan. Suhu
dan tekanan tidaklah berperan langsung, akan tetapi juga ada atau
tidaknya cairan serta lamanya mengalami panas dan tekanan yang
tinggi, dan bagaimana tekanannya, searah, terpuntir dan
sebagainya.1. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimiaPori-pori yang
terdapat pada batuan sedimen atua batuan beku terisi oleh cairan
(fluida), yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral
yang terdapat pada batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi
intergranular ini lebih bersifat uap dan pada cair, dan mempunyai
peran yang penting dalam metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan
yang tinggi akan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke
mineral-mineral dan sebaliknya. Fungsi cairan ini sebagai media
transport dari larutan ke mineral dan sebaliknya, sehingga
mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada larutan atau
jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan berlangsung
lambat, karena perpindahannya akan melalui diffusi antar mineral
yang padat.2. Suhu dan tekananBatuan apabila dipanaskan pada suhu
tertentu akan membentukmineralmineral baru, yang hasil akhirnya
adalah batuan metamorf. Sumber panasnya berasal dari panas dalam
bumi. Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan (burial) atau
terobosan dapat juga menimbulkan perubahan tekanan, sehingga sukar
dikatakan metamorfisme hanya disebabkan ole keniakan suhu saja.
Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress yang
mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf
memperlihatkan bahwa batuan ini terbentuk di bawah differensial
stress, atau tekanannyatidak sama besar dari segala arah. Berbeda
dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah
pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran yang sama dari
semua arah.3. WaktuUntuk mengetahui berapa lama berlangsungnya
proses metamorfisme tidak lah mudah dan sampai saat ini masih belum
diketahui bagaimana caranya. Dalam percobaan di laboratorium
memperlihatkan bahwa di bawah tekanan suhu tinggi serta waktu reasi
yang lama akan menghasilkan kristal dengan ukuran yang besar. Dan
dalam kondisi yang sebaliknya dihasilkan kristal yang kecil. Dengan
demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan berbutir
kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta
suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus,
waktunya pendek serta suhu dan tekanan yang rendah. Batuan metamorf
terbentuk akibat perubahan tekanan dan atau temperatur, dalam
keadaan padat serta tanpa merubah komposisi kimia batuan
asalnya.
2.4. JENIS - JENIS METAMORFOSA1. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.4.1.
Metamorfisme LokalJenis ini penyebaran metamorfosanya sangat
terbatas hanya beberapa kilometer saja.Termasuk dalam tipe
metamorfosa ini adalah:a) Metamorfisme Kontak/Thermal
Terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma yang
besar. Pancaran panas tersebut akan semakin menurun bila semakin
jauh dari tubuh intrusinya. Hal iniberakibat adanya perbedaan
pengaruh suhu pada batuan sampingnya antara bagianyang dekat dengan
tubuh intrusi dan yang lebih jauh.Tentunya demikian jugadengan
hasil perubahan mineraloginya. Zona aureole yang melingkari tubuh
intrusimerupakan gambaran ada perubahan tersebut.
b) Metamorfisme Kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan.
Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis,
yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah
saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika
semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat
dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan
di daerah sesar/patahan.
2.4.2. Metamorfisme RegionalTipe metamorfosa ini penyebarannya
sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu kilometer.Termasuk dalam
tipe ini adalah:a) Metamorfisme Regional Dinamotermal
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan
bahwa pada jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf yang
luas yang disebabkan oleh beberapa kali proses orogenesa. Artinya
bahwa beberapa diantaranya telah terbentuk oleh satu kali atau
lebih metamorfisme se.belumnya. Berbeda dengan metamorfisme kontak,
metamorfisme regional dinamotermal berlangsung berkaitan dengan
gerak-gerak penekanan ("penetrative movement"). Hal ini dibuktikan
dengan struktur sekistositas. Jika metamorfisme termal terjadi pada
tekanan rendah antara 100 sampai 1000 bar atau mencapai 3000 bar (
terjadi pada kedalaman 11 - 12 -km ), maka metamorfisme regional
dinamotermal terjadi dalam pengaruh tekanan antara, paling tidak
2000 sampai 10.000 bar. Hal ini akan memperlihatkan perbeqAan
fabrik batuan pada kedua metamorfisme tersebut. Suhu yang
berpengaruh pada keduanya umumnya sama dimulai diatas 150 C sampai
maksimum sekitar 800 C.b) Metamorfisme Beban
Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu
sedimen pada cekungan yang dalam akan terbebani oleh material di
atasnya. Suhunya, bahkan sampai pada kedalaman yang besar, lebih
rendah dibandingkan pada metamorfisme dinamotermal, berkisar antara
400 - 45oC. Gerak - gerak penetrasi yang menghasilkan sekistositas
hanya aktif secara setempat, jika tidak biasanya tidak hadir. Oleh
karena itu fabrik batuan asal tetap tampak sedangkan yang berubah
adalah komposisi mineraloginya. Perubahan metamorfismenya tidak
teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat pada pengamatan
sayatan tipisnya di bawah mikroskop. Metamorfisme beban
memperlihatkan batuan-batuannya mengandung Seolit CaA1 laumontit
dan lawsonit disatu pihak dan mengandung glaukopan dan jadeit
dipihak lain. Keduanya terbentuk pada kondisi suhu yang dianggap
sama, perbedaan itu lebih cenderung diakibatkan oleh adanya tekanan
yang tinggi sampai sangat tinggi.
2.5. STRUKTUR BATUAN METAMORFAdalah kenampakan batuan yang
berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan
tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf
dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson,
1997).2.5. 2.5.1. Struktur FoliasiMerupakan kenampakan struktur
planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adanya
penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty),
orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar
(cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson,
1970).Struktur foliasi yang ditemukan adalah :a) Struktur Slaty
CleavageUmumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat
halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang
belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya
disebut slate (batusabak).
Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Strukturb)
Struktur PhyliticSrtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty
cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai
terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya
disebut phyllite (filit)
Gambar Struktur Phyliticc) Struktur SchistosicTerbentuk adanya
susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai
kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Strukturd)
Struktur Gneissic/GnissoseTerbentuk oleh adanya perselingan.,
lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya
antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan
mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium).
Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan
terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur2.5.2.
Struktur Non FoliasiTerbentuk oleh mineral-mineral equidimensional
dan umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non
foliasi yang umum dijumpai antara lain:a) Struktur
Hornfelsic/granuloseTerbentuk oleh mozaic mineral-mineral
equidimensional dan equigranular dan umumnya berbentuk polygonal.
Batuannya disebut hornfels (batutanduk)
Gambar Sruktur Granuloseb) Struktur KataklastikBerbentuk oleh
pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi
akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite
(kataklasit).c) Struktur MiloniticDihasilkan oleh adanya
penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur
ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan
goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi
mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).
Struktur Miloniticd) Struktur PhyloniticMempunyai kenampakan
yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi
rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada
batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite
(filonit).e) StrukturFlaserSama struktur kataklastik, namun
struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar
milonit.f) StrukturAugenSama struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih
halus.g) StrukturGranuloseSama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran beragam.h) StrukturLiniasiSruktur yang
memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus ataufibrous.
2.6. TEKSTUR BATUAN METAMORF2.6. 2.6.1. Tekstur
KristaloblastikTekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan
tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan
kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan
akhiran kata blastik.a) TeksturPorfiroblastik: sama dengan tekstur
porfiritik (batuan beku), hanya kristal besarnya
disebutporfiroblast.b) TeksturGranoblastik: tekstur yang
memperlihatkan butir-butir mineral seragam.c) TeksturLepidoblastik:
tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan
berarah dengan bentuk mineral pipih.d) TeksturNematoblastik:
tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral prismatik yang
sejajar dan terarah.e) TeksturIdioblastik: tekstur yang
memperlihatkan mineral-mineral berbentuk euhedral.f)
TeksturXenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun
mineralnya berbentuk anhedral.
2.6.2. Tekstur PalimpsestTekstur batuan metamorf yang dicirikan
dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam
penamaannya menggunakan awalan kata blasto.a)
TeksturBlastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal
yang porfiritik.b) TeksturBlastopsefit: tekstur yang memperlihatkan
batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.c)
TeksturBlastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran
butirnya sama dengan pasir.d) TeksturBlastopellit: tekstur yang
memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya
lempung.
Gambar Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).A. Tekstur
Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik; B. Tekstur
Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas; C.
Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity dengan
domain granoblastik lentikuler; E. Tekstur Semiskistose dengan meta
batupasir di dalam matrik mika halus; F. Tekstur Semiskistose
dengan klorit dan aktinolit di dalam masa dasar blastoporfiritik
metabasal; G. Granit milonit di dalam proto milonit; H. Ortomilonit
di dalam ultramilonit; I. Tekstur Granoblastik di dalam
blastomilonit.
2.7. KOMPOSISI MINERAL BATUAN METAMORFPada hakekatnya komposisi
mineral yang terdapat dalam batuan metamorf dibagi menjadi dua
golongan :2.7. 2.7.1. Mineral StressAdalah mineral yang stabil
dalam kondisi Tekanan, dimana mineral ini dapat berbentuk pipih
atau tabular, atau prismatik, maka mineral mineral tersebut akan
tumbuh tegak lurus searah gaya.Contoh mineral Stress : Mika,
Zeolite, Tremolit Actinolite, Glaukofan, Hornblende, Chlorite,
Serpentine, Epidote, Sillimanit, Staurolit, Kyanit,
Antopilit.2.7.2. Mineral Anti StressAdalah suatu mineral yang
terbentuk bukan dalam kondisi Tekanan. Bentuk dari mineral ini pada
umumnya equidimensional.Contoh mineral Anti Stress : Kwarsa,
Kalsit, Feldspar, Kordicrite, Garnet.Selain mineral Stress dan
mineral Anti Stress, ada juga mineral yang khas hanya dijumpai pada
batuan metamorf saja dan menunjukkan tipe metamorfosa serta derajad
metamorfosanya pada batuan yang mengandung mineral itu.Contoh
mineral tersebut adalah :
A. MINERAL DARI BATUAN ASAL ATAU HASIL METAMORFOSA
KwarsaMuskovit
PlagioklasHornblende
OrtoklasKalsit
BiotitDolomit
B. MINERAL KHAS BATUAN METAMORF
Sillimanit 1)Garnet 2)
Kyanit 1)Korundum 2)
Andalusit 1)Wolastonit 2) & 3)
Staurolit 1)Epidot 3)
Talk 1)Chlorit 3)
Keterangan:
1) Metamorfosa regional2) Metamorfosa thermal3) Metamorfosa
kimia
Zona derajat metamorfosa regional:DERAJAT METAMORFOSAMINERAL
KHAS
RENDAH (Low grade metamorphism)Chlorite
Biotit
PERTENGAHAN (Low grade metamorphism)Almandit
Staurolit
Kyanit
TINGGI (Low grade metamorphism)Sillimanit
2.8. DASAR KLASIFIKASI BATUAN METAMORFDibagi atas 4 dasar yaitu
:2.8. 2.8.1. Berdasarkan Komposisi KimiaKlasifikasi ini ditinjau
dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan metamorf yang
mencirikan batuan asalnya, terbagi menjadi 5 kelompok yaitu :1.
Calcic Metamorphic RockAdalah batuan metamorf yang berasal dari
batuan yang bersifat kaya unsur Al, umumnya terdiri atas
batulempung dan serpih. Contoh : batusabak, pilit.2. Quartz
Feldspatic RockAdalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang
bersifat kaya unsur kwarsa dan feldspar. Batuan asal umumnya
terdiri dari batupasir, batuan beku basa dan lain-lain. Contoh :
gneiss.3. Calcareous Metamorphic RockAdalah batuan metamorf yang
berasal dari batugamping dan dolomit. Contoh : marmer.4. Basic
Metamorphic RockAdalah batuan metamorf yang berasal dari batuan
beku basa, semi basa dan intermediet serta tuffa dan batuan sedimen
yang bersifat napalan dengan kandungan unsur-unsur K, Al, Fe, Mg.5.
Magnesia Metamorphic RockAdalah batuan metamorf yang berasal dari
batuan yang bersifat kaya unsur Mg. Contoh : serpentin, skiss,
klorit.2.8.2. Berdasarkan Asosiasi Di LapanganDipakai kriteria
lapangan dan asosiasi mineral serta tekstur yang berhubungan dengan
nature/alam dan penyebab terjadinya tekanan dan temperatur.
Misalkan pada suatu zona sesar didapatkan batuan metamorf dengan
struktur kataklastik maka dari sini kita dapat memperkirakan jenis
metamorfosanya. Selanjutnya nama batunya.2.8.3. Berdasarkan
Komposisi MineralKlasifikasi ini didasarkan pada Fasies
Metamorfosa, sehingga setiap batuan metamorf akan mempunyai
komposisi mineral yang spesifik atau khas. Hal tersebut disebabkan
karena bila batuan asal mempunyai mineral yang khas maka akan
menghasilkan batuan metamorf dengan komposisi yang khas pula (H.G.F
Winkler, 1965). Sehingga sering nantinya kita mendengar istilah
fasies ini, sebagai contoh Fasies Skiss Chlorite dan
seterusnya.2.8.4. Berdasarkan Struktur dan TeksturKlasifikasi ini
didasarkan pada struktur dan tekstur batuan metamorf yang telah
dibahas dihalaman muka.
2.9. PENAMAAN BATUAN METAMORFPenamaan batuan metamorf tidak jauh
berbeda dengan jenis batuan lain yaitu didasarkan pada warna,
tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan metamorf ini
mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan
tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran
mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral). Pada
metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit.
Setelah penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf
baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat
dilakukan. Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik
untuk genis; slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non
foliasi, misal: struktur hornfelsik nama batuannya hornfels;
liniasi untuk asbes.
Table Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara
umum (Gillen, 1982)
NAMASTRUKTURTEKSTUR
Slate/batusabakSlatycleavageLepidoblastik
FilitFilitikLepidoblastik
SekisSchistosaLepidoblastik
GneisGnesosaGranoblastik
MarmerGranolousGranoblastik/Blastopsamit
AsbesLiniasiNematoblastik
Tabel Hubungan antara Struktur dan Tekstur dalam penamaan batuan
Metamorf.
Tabel Penamaan Batuan Metamorf (ODunn dan Sill, 1986)
2.10. CONTOH DAN KARAKTERISTIK BATUAN METAMORF1. Gneiss
(ganes)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan
beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat
diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika
dan amphibole.Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale,
granitWarna : Abu-abuUkuran butir : Medium Coarse grainedStruktur :
Foliated (Gneissic)Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole,
mikaDerajat metamorfisme: TinggiCiri khas : Kuarsa dan feldspar
nampak berselang-seling dengan lapisan tipis kaya amphibole dan
mika.
2. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan
mika, grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah
menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan
kristal yang mengkilap.Asal : Metamorfisme siltstone, shale,
basaltWarna : Hitam, hijau, unguUkuran butir : Fine Medium
CoarseStruktur : Foliated (Schistose)Komposisi : Mika, grafit,
hornblendeDerajat metamorfisme : Intermediate TinggiCiri khas
:Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal
garnet3. MarmerTerbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan
panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit.
Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat,
kompak dan tanpa foliasi.Asal : Metamorfisme batu gamping,
dolostoneWarna : BervariasiUkuran butir : Medium Coarse
GrainedStruktur : Non foliasiKomposisi : Kalsit atau DolomitDerajat
metamorfisme : Rendah TinggiCiri khas :Tekstur berupa butiran
seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.
4. KwarsitAdalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat.
Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan
temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi
kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya
tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses
metamorfosis .Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)Warna :
Abu-abu, kekuningan, cokelat, merahUkuran butir : Medium
coarseStruktur : Non foliasiKomposisi : KuarsaDerajat metamorfisme
: Intermediate TinggiCiri khas : Lebih keras dibanding glass5.
MilonitMilonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih
halus dan dapat dibelah seperti schistose.Asal : Metamorfisme
dinamikWarna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biruUkuran butir : Fine
grainedStruktur : Non foliasiKomposisi : Kemungkinan berbeda untuk
setiap batuanDerajat metamorfisme : TinggiCiri khas : Dapat
dibelah-belah6. SerpinitSerpentinit, batuan yang terdiri atas satu
atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh
proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah
proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan
tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic
teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.Asal :
Batuan beku basaWarna : Hijau terang / gelapUkuran butir : Medium
grainedStruktur : Non foliasiKomposisi : SerpentineCiri khas :
Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
7. HornfelsHornfels terbentuk ketika shale dan claystone
mengalami metamorfosis oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk
di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil.
Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.Asal : Metamorfisme kontak
shale dan claystoneWarna : Abu-abu, biru kehitaman, hitamUkuran
butir : Fine grainedStruktur : Non foliasiKomposisi : Kuarsa,
mikaDerajat metamorfisme : Metamorfisme kontakCiri khas : Lebih
keras dari pada glass, tekstur merata8. Sekismika
Sekismika dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat
lebih tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan
kristalin. Ummnya berbutir lebih kasar dari slate dan phyllite
tetapi lebih halus dari gneias. Foliasi tersebut terbentuk oleh
kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal
prismatik. Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basaltWarna :
Hitam, hijau, unguUkuran butir : Fine Medium CoarseStruktur :
Foliated (Schistose)Komposisi : Mika, grafit, hornblendeDerajat
metamorfisme : Intermediate TinggiCiri khas :Foliasi yang kadang
bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet
9. Filit
Filit berkaitan dengan perkembangan aktivitas metamorfik yaitu
baliknya temperatur atau bertambah besarnya rekristalisasi maka
slate berubah menjadi filit. Asal : Metamorfisme clay, shall,
tuffWarna : Putih perak, merah sampai kehijau-hijauanUkuran butir :
Fine grainedStruktur : Foliated (Phylitic)Komposisi : Mika,
maricite, chloriteDerajat metamorfisme : RendahCiri khas :Brittle
dan sering mempunyai pegangan halus hingga agak kasar
10. Sabak
Sabak merupakan batuan berbutir halus dan homogen, mempunyai
achistosity planar, tergantung pada pelapisannya. Oleh karena itu
biasanya mempunyai beberapa sudut untuk masing-masing perlapisan
sehingga batuan menjadi balah/rekah kedalam lapisan yang tipis.
Asal : Metamorfisme clay, shale, tuffWarna : Merah, hijau, abu-abu,
hitam Ukuran butir : Fine grainedStruktur : Foliated (Slaty
Cleavage)Komposisi : Kwarsa, feldspar, cholorite, biotite,
magnetite, hematiteDerajat metamorfisme : RendahCiri khas
:Perlapisan asli dari slate masih dapat terlihatBAB IIIPENUTUP
3. 3.1. KESIMPULANBatuan metamorf adalah batuan ubahan yang
terbentuk dari batuan aslinya, berlangsung dalam keadaan padat,
akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P) yang tinggi.
Proses metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan
mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan dengan proses diagenesa
dan proses pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi
perubahan (karena suhunya rendah).Berdasarkan kejadiannya dan
sejarah pembentukannya, metamorfosa dikelompokkan menjadi: 1) Tipe
Metamorfosa Lokal, ada 2 tipe: Metamorfosa Kontak atau Thermal dan
Metamorfosa Dislokasi/Kataklastik/Dinamo. 2) Tipe Metamorfosa
Regional, ada 2 tipe: Metamorfosa Regional/Dinamo Thermal dan
Metamorfosa Beban/BurialStruktur batuan metamorf terbagi atas 2
golongan: 1) Struktur Foliasi, dibagi 4 struktur: Slatycleavage,
Filitik, Schistosa, dan Gnesosa. 2) Struktur Non Foliasi dibagi 8
struktur: Hornfelsik, Milonitik, Kataklastik, Pilonitik, Flaser,
Augen, Granulose, dan Liniasi.Tekstur batuan metamorf dibagi dalam
2 golongan: 1) Tekstur Kristaloblastik, dibagi 6 tekstur:
Lepidoblastik, Granoblastik, Nematoblastik, Porfiroblastik,
Idioblastik, dan Xenoblastik. 2) Tekstur Palimpsest, dibagi 4
tekstur: Blastoporfiritik, Blastopsefit, Blastopsamit, dan
Blastpellite.Komposisi mineral yang terdapat dalam batuan metamorf
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Mineral Stress dan Mineral Anti
Stress. Selain itu, ada juga mineral yang khas hanya dijumpai pada
batuan metamorf saja dan menunjukkan tipe metamorfosa serta derajad
metamorfosanya pada batuan yang mengandung mineral itu.Penamaan
batuan metamorf ditentukan dengan cara mengamati strukturnya,
apakah mineral-mineralnya memperlihatkan kesan penjajaran/folisasi
atau tidak/non foliasi. Selanjutnya nama batunya. Misalnya
berstruktur foliasi, bila strukturnya Skistosa maka nama batunya
Sekis.
DAFTAR PUSTAKA
http://ptbudie.wordpress.com/category/basic-geology/petrology/batuan-metamorf/
http://siduldobah.blogspot.com/2013/12/batu-metamorf-pengertian-dan-jenis.html
http://tambangunp.blogspot.com/2013/02/batuan-metamorf.html
http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-metamorf/
http://geoenviron.blogspot.com/2011/11/analisis-batuan-metamorf-batuan-asal.html
http://khariswiratama.blogspot.com/2013/10/metamorfisme-lokal-dan-regional.html
24