2.1 Bencana Gempa Bumi2.1.1 Definisi Gempa BumiMenurut Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa bumi
didefinisikan sebagai peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan
energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya
lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab
terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa
gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke
permukaan bumi.2.1.2 Tipe Gempa BumiTipe-tipe gempa bumi dapat
digolongkan menjadi:1. Gempa bumi vulkanik (Gunung Api). Gempa bumi
ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi
maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.2. Gempa bumi tektonik. Gempa bumi ini
disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng
lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak
menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi
yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh perlepasan (tenaga) yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan
dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan
antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari
tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri
dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan
kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju.
Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan
bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya gempa tektonik.
2.1.3 Penyebab dan Mekanisme Terjadinya Gempa BumiBerikut ini
adalah beberapa penyebab terjadinya gempa bumi, yaitu:1. Proses
tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi.2. Aktivitas sesar di
permukaan bumi.3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya
terjadi runtuhan tanah.4. Aktivitas gunung api.5. Ledakan
nuklirMekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa
dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran
tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan
sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat
memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan
tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga
menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan industri
dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun
tanggul penahan lainnya.Menurut teori lempeng tektonik, permukaan
bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng
tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas
astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng
tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama
lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan
tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang
menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran
tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori
sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan
Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor Spreading).Lapisan paling atas
bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan
bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah
lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut
mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam
keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses
pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi.
Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan
terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga
kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap
lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi
(spreading), saling mendekati (collision) dan saling geser
(transform).Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya
dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling
bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat
dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun.
Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci,
sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai
pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi
kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak
yang kita kenal sebagai gempa bumi.
Gambar 1. Jalur Gempa Bumi Dunia (Sumber: www.bmkg.go.id)2.1.4
Epidemiologi Bencana Gempa Bumi2.1.4.1 Risiko KLB Pasca
BencanaDalam Widyastuti (2006), bencana alam dapat memperbesar
risiko penyakit yang dapat dicegah akibat perubahan yang merugikan
pada bidang-bidang berikut :1. Kepadatan pendudukKontak yang dekat
antar manusia berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit bawaan
udara (airborne disease). Kondisi tersebut ikut menyebabkan
sebagian peningkatan kasus infeksi pernapasan akut yang dilaporkan
pasca bencana.2. Perpindahan pendudukPemindahan korban bencana
dapat menyebabkan masuknya penyakit menular baik pada penduduk
migran maupun pada penduduk asli yang rentan.3. Kerusakan dan
pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan airAir minum sangat
rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran saluran
air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.4. Terganggunya
program kesehatan masyarakatSetelah bencana, tenaga dan dana
biasanya dialihkan untuk kegiatan pemulihan. Jika program kesehatan
masyarakat (misalnya program pengendalian vektor atau program
vaksinasi) tidak dipelihara atau dipulihkan sesegera mungkin,
penyebaran penyakit menular dapat meningkat pada populasi yang
tidak terlindung.5. Perubahan ekologi yang mendukung
perkembangbiakan vektorMusim hujan yang disertai atau yang tidak
disertai banjir, kemungkinan dapat memengaruhi kepadatan populasi
vector. Salah satu dampaknya adalah pertambahan tempat
perkembangbiakan nyamuk atau masuknya hewan pengerat di daerah
banjir.6. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liarSeperti halnya
populasi manusia, populasi hewan sering berpindah akibat bencana
alam, sehingga zoonosis yang ada pada tubuh hewan tersebut dapat
ditularkan pada manusia dan juga pada hewan lain.7. Persediaan
makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencanaKebutuhan
dasar penduduk sering disediakan dari sumber baru atau sumber yang
berbeda. Sangat penting untuk memastikan bahwa makanan dari sumber
baru tersebut tidak merupakan sumber penyakit menular.2.1.4.2
Penyelenggaraan Penanggulangan BencanaPemerintah dan pemerintah
daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Sebagaimana didefinisikan dalam UU 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Rangkaian kegiatan
tersebut apabila digambarkan dalam siklus penanggulangan bencana
adalah sebagai berikut :Pada dasarnya penyelenggaraan adalah
tiga
tahapan yakni :1. Pra bencana yang meliputi:- situasi tidak
terjadi bencana- situasi terdapat potensi bencana2. Saat Tanggap
Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana3. Pasca
bencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencanaDalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, agar setiap kegiatan dalam
setiap tahapan dapat berjalan dengan terarah, maka disusun suatu
rencana yang spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan
penanggulangan bencana.1) Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak
terjadi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan rencana umum dan
menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja
kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi
bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi.
Rencana mitigasi meliputi hal-hal sebagai berikut:a. Kelembagaan/
koordinasi yg solidb. SDM/ petugas kesehatan yg terampil secara
medik dan sosial (dapat bekerjasama dengan siapapun)c. Ketersediaan
logistic (bahan, alat, dan obat)d. Ketersediaan informasi ttg
bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)e. Jaringan kerja
lintas program/ sektor2) Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana
Operasi (Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi
dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi yang telah
disusun sebelumnya. Selain itu, penyusunan RHA (Rapid Health
Assessment)atau penilaian kesehatan secara cepat dilakukan untuk
mengatur besarnya suatu masalah yang berkaitan dengan kesehatan
akibat bencana, yaitu dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan
dapat terjadi terhadap kesehatan, sebarapa besar kerusakan terhadap
sarana permukiman yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan
merupakan dasar bagi upaya kesehatan yang tepat dalam
penanggulangan selanjutnya.3) Pada Tahap Pemulihan dilakukan
Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana
rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana.
Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi
kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan
petunjuk/pedoman mekanisme penanggulangan pasca bencana.
Berdasarkan RHA maka pada tahap ini dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut: Pengendalian penyakit menular (ISPA, diare, DBD,
chikungunya, tifoid,dll). Pelayanan kesehatan dasar. Surveilans
penyakit. Memperbaiki kesehatan lingkungan (air bersih, MCK,
pengelolaan sampah, sanitasi makanan, dll).2.1.4.3 Masalah
Epidemiologi Saat Bencanaa) Pertolongan Terhadap KelaparanPara ahli
epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk
secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan
usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor
status nutrisi populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe
makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat
membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari distribusi
makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak
itulah, pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian
dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk
yang mengungsi.b) Kontrol EpidemikPara epidemiologis selanjutnya
mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu:
antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran /
mewabahnya penyakit. Untuk itulah sebuah kantor pengaduan dapat
memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya
issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat
serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya
yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk
penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga
terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.c) Surveilans
Pencegahan Kematian, Sakit, Cedera dan Kebutuhan Perawatan
KesehatanMasalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar
biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap
penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur
berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau berapa
banyak yang jatuh sakit. Sedangkan pada bencana yang terkait dengan
jumlah korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat seperti
gempa bumi, maka kemampuan untuk mencegah kematian dan menurunkan
kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis
yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman
korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis
yang tepat.d) Analisis Epidemiologi dan Konsekuensi Pencegahan
Kesehatan pada Bencana yang Akan DatangPada beberapa bencana
seperti gempa bumi dan tsunami jumlah kematian atau terluka parah
terutama terjadi akibat kejadian bencana itu sendiri. Pada situasi
tersebut strategi-strategi pencegahan sering direkomendasikan,
meskipun belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang mendalam.
2.1.5 Perencanaan Penanggulangan Bencana Gempa BumiAnalisis risiko
bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam program
kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya.
Perencanaan penanggulangan bencana merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam
perencanaan ini merupakan program/kegiatan yang terkait dengan
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM)
maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan. Rencana
penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:1.
BNPB untuk tingkat nasional;2. BPBD provinsi untuk tingkat
provinsi; dan3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat
kabupaten/kota.Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara
berkala setiap 2 (dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi
bencana.Secara garis besar proses penyusunan/penulisan rencana
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Proses Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
(Sumber: BNPB, 2008 (4) : 7)Sebagaimana diuraikan di atas bahwa
langkah pertama adalah pengenalan bahaya / anaman bencana yang
mengancam wilayah tersebut. Kemudian bahaya / ancaman tersebut di
buat daftar dan di disusun langkah-langkah untuk penangulangannya.
Sebagai prinsip dasar dalam melakukan Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana ini adalah menerapkan paradigma pengelolaan
risiko bencana secara holistik. Pada hakekatnya bencana adalah
sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Pandangan ini
memberikan arahan bahwa bencana harus dikelola secara menyeluruh
sejak sebelum, pada saat dan setelah kejadian bencana.2.1.6
Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Dampak Akibat Gempa Bumi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang
dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Untuk menghadapi
bencana gempa bumi, maka diperlukan strategi yang tepat,
diantaranya:1. Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan
getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa.2. Perkuatan bangunan
dengan mengikuti standar kualitas bangunan.3. Pembangunan fasilitas
umum dengan standar kualitas yang tinggi.4. Perkuatan
bangunan-bangunan vital yang telah ada.5. Rencanakan penempatan
pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan
gempa bumi.6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan
penggunaan lahan.7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat
tentang bahaya gempa bumi dan cara - cara penyelamatan diri jika
terjadi gempa bumi.8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya
penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan
pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.9. Persiapan alat pemadam
kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk
melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.11.
Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.12. Persiapan alat
pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk
melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
Sumber :Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Gempa
Bumi. Diakses dari
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Gempabumi_-_Tsunami/Gempabumi.bmkg
pada 25/03/2015Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana No. 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.Rahmadiana N. 2013. Surveilans Bencana. Diakses dari
http://dafrikarahma.blogspot.com pada 26/03/2015Widyastuti, P
(Ed.). 2006. Bencana Alam. Jakarta : EGC