Page 1
i
GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN PADA
NOVEL “ANAK BAJANG MENGGIRING ANGIN”
KARYA SINDHUNATA: KAJIAN SEMANTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Maria Ani Marini
121224069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
SKRIP SI
GA YA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN PADA
NOVEL "ANAK BAJANG MENGGIRING ANGJN"
KARYA SINDHUNATA: KAJIAN SEMANTIK
Disusun Oleh :
Maria Ani Mar· i
Pembimbing I
NIM: 21224069
Pembimbing II
Prof Dr. Pranowo Septina Krismawati, S.S., M.A.
Pada tanggal, 29 Juli 2019
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota 2
Anggota 3
SKRIPSI
GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN PADA
NOYEL "ANAK BAJANG MENGGIRING ANGIN'
KARYA SINDHUNATA; KAJIAN SEMANTIK
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Maria Ani Marini
121224469
Teiah dipertahankan di depan Panitia Pengujipada tanggal31 Juli 2019
dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguj i
Nama Lengkap
: Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum.
: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
: Septina Krismawati, S.S., M.A.
. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum.
Itas Keguruan Ilmu Pendidikanitas Sanata
Harsoyo, M.Si.
ilt
Yogyakarta, 31 Juli 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Tuhan Yesus yang Maha Pemurah yang senantiasa
memberi berkat-Nya.
2. Ayahku, Almateus Sumiyno yang selalu berjuang dan
memberikan dukungan moral maupun materiil sampai
saat ini dengan penuh cinta kasih.
3. Ibuku, Veronica Lili Supraptiningsih yang tak pernah
lelah berdoa dan memberikan dukungan moral dengan
penuh kasih sayang.
4. Yulius Ary Dhana Waricta yang selalu memberikan
dukungan moral dan materiil dengan penuh cinta dan
perhatian.
5. Nicodemus Rajosenja Yoma Waricta yang selalu
menjadi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
v
6. Sahabat-sahabatku Elisabet Ani Ayu Senjaya, Vivi
Damayanti, Reni Damayanti yang selalu memberi
bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
7. Teman seperjuangan Dida, Siwi, dan Rion dalam
menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh semangat
dan rasa saling menghargai dalam proses mengerjakan
tugas akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
vi
MOTO
Ketika kamu kecewa marahlah, ketika kamu gagal mengeluhlah, ketika kamu
terluka menangislah, tapi ketika kamu jatuh, berdirilah lalu larilah sekencang
yang kamu mampu. Karena kemampuan yang kamu miliki hanya kamu yang
dapat mengupayakannya.
(Maria Ani Marini)
Awalilah hidupmu dengan mimpi-mimpi indahmu, tapi jangan sesekali hidup
dalam mimpi. Karena mimpi yang hidup adalah bukti kualitas diri sedangkan
hidup dalam mimpi sama saja berdiri di garis start tanpa berlari.
(Maria Ani Marini)
Keputusasaan datang karena kegagalan, kekecewaan, penghinaan, dan hilangnya
kesempatan. Dan ketidakberdayaan adalah puncaknya. Yakinlah disitu tangan
Tuhan akan datang di dalamnya melalui tangan-tangannya yang lain.
(Maria Ani Marini)
Manusia tidak cukup hidup dengan kekurangan kemudian dicaci ataupun harus
mencaci. Mereka lebih butuh dihargai ataupun harus menghargai. Sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
vii
apapun kekurangan seseorang, ia pasti memiliki satu pemikiran besar yang butuh
untuk dihargai. Tidak lain hanya untuk dianggap sebagai manusia yang mampu
berpikir.
(Maria Ani Marini)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengansesungguhnya bahwa skiipsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 3 1 Juli 2019
Penulis
MariaAni Marini
vilt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
LEMBAR PERNYARATAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangandi bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
: MariaAni Marini
:121224069
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN PADA
NOVEL "ANAK BAJANG MENGGIRING ANGIN'
KARYA SINDIIUNATA: KAJIAN SEMANTIK
Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sana Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikan di internet
atau media lain untuk kepentingn akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan dari saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 3 I Juli 2019
tx
Maria Ani Marini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
x
ABSTRAK
Marini, Maria Ani. 2019. Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel
“Anak Bajang Menggiring Angin” Karya Sindhunata: Kajian
Semantik. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini menganalisis majas perbandingan dalam novel Anak Bajang
menggiring Angin karya Shindunata. Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan dengan sumber data novel Anak Bajang Menggiring Angin.
Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi dan menganalisis jenis majas
perbandingan yang terdapat dalam novel Anak Bajang Menggiring Angin
kemudian menganalisis makna dari setiap penggunaan gaya bahasa yang
digunakan pada novel Anak Bajang Menggiring Angin.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini,
yaitu teknik membaca, mencatat dan menginventarisasi. Instrumen dalam
penelitian ini yaitu peneliti sendiri yang merupakan alat pengumpul data utama
analisis data dilakukan dengan tahapan: (1) mengidentifikasi dan
menginventarisasi data hasil temuan, (2) mengklasifikasi hasil temuan
berdasarkan jenis majas dan ciri penanda, (3) menginterpretasi makna hasil
analisis data, (4) mendeskripsikan hasil analisis data tersebut
Hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan penelitian
menunjukkan dua hal penting yakni jenis majas perbandingan yang ditemukan ada
empat jenis gaya bahasa dari sepuluh gaya bahasa dalam taeori yaitu: gaya bahasa
simile atau perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, dan
gaya bahasa anitesis. Kedua, makna yang ingin disampaikan melalui setiap gaya
bahasa dalam majas perbandingan sangat beragam, disesuaikan konteks kalimat.
Tujuan pemaparan makna agar pembaca sastra memahami setiap bentuk gaya
bahasa kias yang digunakan.
Kata Kunci: Jenis majas perbandingan, Makna gaya bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
xi
ABSTRACT
Marini, Maria Ani. 2019. “Comparison Speech Figure in Novel „Anak Bajang
Menggiring Angin‟ by Shindunata: Semantic Research.” Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study
Program, Faculty of Teacher and Teachers’ Training, Sanata Dharma
University Yogyakarta.
This research analyzes Comparison Speech Figure in novel Anak Bajang
Menggiring Angin written by Shindunata. This research is a literature study with
a source of novel Anak Bajang Menggiring Angin. This purpose of this research is
to identify and analyze the type of comparison speech figure which is found in
novel Anak Bajang Menggiring Angin, then analyze the meaning in every use of
language style which is used in novel Anak Bajang Menggiring Angin.
The techniques used in data gathering in this research are reading
technique, taking notes and inventory. The instrument of this research is the
research itself which is the main data gathering and data analysis tool and the
steps are: (1) identifying and inventorying data result, (2) clarifying data result
according to the type of language style and signal feature, (3) interpreting the
meaning of data analysis result, (4) describing the data analysis result.
The result of analysis and discussion conducted shows 2 important things,
first, they are 4 out of 10 types of comparison speech figure in the theory, they
are: simile or analogy, metaphor, personification, and antithesis. Second, the
meaning which is intentionally showed through every language style in
comparison speech figure is various, adjusted with sentence context. The purpose
of presenting the meaning is to make the literature readers understand every used
language style.
Key word: comparison speech figure type, language style meaning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga dengan berkat dan pernyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel “Anak
Bajang Menggiring Angin” Karya Sindhunata: Kajian Semantik .ini dengan baik
sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas
Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skripsi ini guna memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi
ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo,S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
3. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang dengan
perhatian dan kesabaran, membimbing, mermotivasi, dan memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xiii
berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal
hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baaik.
5. Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing II yang dengan
perhatian dan kesabaran, membimbing, mermotivasi, dan memberi
berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal
hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baaik.
6. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku triangulator yang bersedia meluangkan
waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan,
bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah
sampai selesai.
8. Ibu Theresia Rusmiyati sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu
sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan kuliah di PBSI sampai menyusun skripsi ini.
9. Kedua orang tua, Bapak Almateus Sumiyono dan Ibu Veronica Lili
Supraptiningsih yang telah memberi cinta, doa, dan dukungan baik secara
moral maupun material bagi penulis selama menjalani masa kuliah sampai
selesai ini.
10. Yulius Ary Dhana Waricta yang sudah memberi dukungan moral dan
materiil dengan penuh kasih sayang dan perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
11. Nicodemus Rajosenja Yoma Waricta yang selalu menjadi motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku Elisabet Ani Ayu Senjaya, Vivi damayanti, Reni dan
Damayanti yang selalu memberikan doa, semangat, bantuan, dan perhatian
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-ternan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSD
angkatan 2012 kelas A-C yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terima kasih dinamika belajar yang pernah kita lalui mulai dari awal
perkuliahan sampai penulis selesai menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak lainnya yang dengan berbagai cara
telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses pendidikan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa hormat
kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan satu per
satu di dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Walaupun demikian, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta,3l J:uJi2019
Penulis
Maria Ani Marini
XIV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………............. i
HALAMANPENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING……………….......... ii
HALAMANPENGESAHAN DOSEN PENGUJI .......................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
MOTO ............................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... viii
LEMBAR PERNYARATAN PERSETUJUANPUBLIKASI ..................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... x
ABSTRACT ..................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..... xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..... 1
1.1 LatarBelakang………..………………………..………………….…... 1
1.2 RumusanMasalah ……………………………..…………………….... 4
1.3 Tujuanpenelitian ………………………………..………………...….. 4
1.4 ManfaatPenelitian ………………………………..………………….... 4
1.5 BatasanIstilah ……………………………………..………………….. 6
1.6 SistematikaPenulisan ……..………………………..……………….... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
xvi
BAB II LANDASAN TEORI ……………………..…………………….…. 8
2.1 Penelitian yang Relevan …………………………………………….. 8
2.2 KajianTeori …………………………………………………………. 11
2.2.1 Novel.......................... …………………………….……………….. 11
2.2.2 Semantik …………………………………………..………………... 13
2.2.3 Majas …....................………………………….……………………. 15
2.3 KerangkaBerpikir……………………………..…………………..... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………… 23
3.1 JenisPenelitian ……………………………..……………………... 23
3.2 Data danSumber Data ……………………………..……………... 23
3.3 MetodedanTeknikPengumpulan Data ………………………...…... 24
3.4 InstrumenPenelitian ………………………………………………. 25
3.5 MetodedanTeknikAnalisis Data ………………...……………….... 26
3.6 Triangulasi Data ………...………………………………………… 29
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................. 31
4.1 Deskripsi Data .................................................................................. 31
4.2 HasilAnalisisData ............................................................................. 33
4.2.1 Jenis-jenisMajasPerbandingan ........................................................ 33
4.3 Pembahasan ..................................................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
xvii
BAB VPENUTUP ......................................................................................... 44
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 44
5.2 Saran .................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………………. 46
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Bahasa dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat
seperti bidang pendidikan, sosial, budaya, dan agama. Manfaat utama bahasa ialah
sebagai alat komunikasi. Melalui komunikasi akan terbentuk sebuah relasi.
Komunikasi yang terbentuk berupa komunikasi verbal sehari-hari antar
perorangan, surat-menyurat atau penulisan undangan untuk acara khusus,
menyampaikan materi belajar oleh guru kepada murid di sekolah, untuk
musyawarah, dan lain sebagainya.
Sebagai media ekspresi karya sastra, bahasa sastra dimanfaatkan oleh
sastrawan guna menciptakan efek makna tertentu guna mencapai efek estetik.
Untuk menyampaikan makna tersebut, pengarang sering menggunakan majas
untuk memberikan efek tertentu bagi pembacanya. Secara teoretis, majas
merupakan pemanfaatan dari kekayaan bahasa, terutama bahasa yang dipakai
pada umumnya dalam masyarakat di tanah air.
Adanya majas menyebabkan kalimat menjadi menarik perhatian. Majas
mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran
menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup (Pradopo, 2012:62). Majas juga membuat
kalimat menjadi bermakna lebih halus meski makna sebenarnya adalah ungkapan
kasar. Selain itu, majas juga merupakan ciri khas dari kelompok sastrawan saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
2
menuliskan ide atau gagasan serta perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan.
Dengan demikian menjadi identitas penting dari sastrawan dilihat dari kaya yang
dihasilkannya.
Ada banyak macam majas, namun meskipun bermacam-macam,
mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu majas-majas tersebut
mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang
lain. Menurut Tarigan (1986:113), majas dapat terbagi empat macam, yaitu: majas
perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan. Dari
ke empat majas terebut, yang akan dipaparkan penulis adalah majas perbandingan.
Berdasarkan hasil rurvei yang peneliti lakukan dengan cara membaca novel-novel
yang dianggap menarik, penulis menemukan sumber data berupa novel yang di
dalamnya mengandung gaya bahasa yang dominan ke majas perbandingan.
Sehingga peneliti memutuskan untuk memakai majs perbandingan sebagai dasar
dalam menganalisis novel ini. Majas perbandingan adalah jenis majas yang
membandingkan sesuatu. Membandingkan satu benda dengan benda lainnya,
membandingkan satu hal dengan hal lainnya. Majas perbandingan di bagi lagi di
antaranya adalah majas perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori, dan
antitesis.
Majas merupakan bahasa kias yang harus dimaknai. Makna ini tidak
eksplisit tapi harus ditafsirkan. Dalam ilmu linguistik, pemaknaan ini dikaji dalam
bidang yang disebut semantik. Menurut M. Breal (melalui Parera 2004:42),
semantik ialah satu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik. Sedangkan
dalam pemaknaannya, di dalam majas terdapat bermacam-macam gaya bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
3
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secarakhas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Menurut Keraf
(melalui Tarigan, 1985:5), sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga
unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik
Gaya bahasa atau majas sering ditemukan dalam karya sastra khususnya
novel. Karena adanya makna yang tidak eksplisit seperti diuraikan dalam novel
perlu dikaji melalui teori semantik agar majas atau gaya bahasa dapat diketahui
maknanya. Salah satu novel yang kaya akan majas perbandingan ialah novel karya
Sindhunata yang berjudul “Anak Bajang Menggiring Angin”. Setiap kalimat yang
ada dalam novel ini tidak hanya mengandung majas perbandingan saja, melainkan
majas-majas yang lainnya. Novel ini dipilih oleh peneliti sebagai sumber data
dalam penelitiannya karena dianggap kaya akan gaya bahasa yang tergolong pada
gaya bahasa pada majas perbandingan.
Berdasarkan hal di atas, peneliti mengambil topik tentang penggunaan
majas perbandingan pada karya sastra fiksi dengan menggunakan kajian semantik
yang didasari dari surfei penelitian tentang penggunaan majas perbandingan pada
karya sastra fiksi masih jarang diteliti oleh peneliti lain. Majas memiiki hubungan
dengan kosa kata, begitu juga dengan semantik, karena tanpa semantik, makna-
makna konotatif yang terkandung dalam majas itu sendiri akan sulit dipahami.
Oleh karena itu manfaat pemakaian majas perbandingan dalam novel “Anak
Bajang Menggiring Angin” yaitu memperhalus makna atau ungkapan yang
terkandung di dalamnya serta mempermudah dalam menangkap makna yang
terkandung dalam majas, karena dianalisis menggunakan kajian semantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yanga akan dibahas dalam
penelitian ini dapat dirumuskan apa sajakah gaya bahasa dalam majas
perbandingan pada novel Anak Bajang Menggring Angin karya
Shindunata: Kajian Semantik?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan macam-macam gaya bahasa dalam majas perbandingan
yang terdapat pada novel Anak Bajang Menggiring Angin karya
Sindhunata: Kajian Semantik.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan
pada novel “Anak Bajang Menggring Angin” karya Shindunata: Kajian
Semantik ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan. Oleh sebab itu, penelitian ini memiliki dua manfaat,
yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelit ian ini diharapkan dapat memperluas kajian dan
memperkaya khasanah teoretis tentang majas perbandingan dalam
bahasa Indonesia menggunakan kajian semantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
5
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di bidang
pendidikan, masyarakat umum, peneliti lain, dan peneliti sendiri.
1.4.2.1 Bagi praktisi pendidikan, misalnya guru, dapat
menggunakan novel sebagai alat bantu mengidentifikasi
majas perbandingan pada saat memberikan pelajaran
pada siswa.
1.4.2.2 Bagi dosen pengajar bahasa Indonesia, penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi bahan ajar khususnya mata
kuliah semantik dan pengkajian puisi.
1.4.2.3 Bagi penulis novel dapat menggunakan majasm
perbandingan secara bervariasi dalam hasil tulisannya,
sehingga lebih berfariatif dan tidak membosankan.
1.4.2.4 Bagi masyarakat umum dapat mengetahui lebih dalam
tentang majas perbandingan dan dapat membantu
masyarakat umum dalam mengetahui makna tulisan
seseorang baik pada novel, cerpen, puisi dan sebagainya.
1.4.2.5 Bagi peneliti lain dapat membantu penelitian-penelitian
yang selanjutnya, yang berhubungan dengan majas
perbandingan.
1.4.2.6 Bagi peneliti sendiri, sebagai orang yang mempelajari
bahasa Indonesia terutama majas, dapat menggunakan
majas perbandingan dengan baik dan sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
6
situasi kapan menggunakan majas perbandingan dengan
tepat, sehingga pembaca yang membaca dapat
memahami makna tulisan dengan baik.
1.5 Batasan Istilah
Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1.5.1 Majas
Majas (figure of speech) ialah pilihan kata tertentu sesuai dengan
maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek
keindahan. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni: majas
perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas
perulangan.
1.5.2 Majas Perbandingan
Majas yang dilihat dari segi makna dan tidak dapat ditafsirkan
sesuai dengan makna kata-kata yang membenruknya. Majas ini
memperbandingkan sesuatu denganyang lain.
1.5.3 Novel
Novel dideskripsikan sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup
panjang tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek
(Nurgiyantoro, 2009:9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
7
1.5.4 Makna
Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu
sendiri terutama kata-kata (Fatimah, 1993:5).
1.5.5 Semantik
Semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata
meneliti makna kata, bagaimana mula-mulanya, bagaimana
perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan
makna dalam sejarah bahasa (Slamet Mulyono, 1964:1).
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian adalah sebagai berikut. Bab I berisi uraian
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi
uraian tentang landasan teori yang menguraikan tentang penelitian yang relevan,
kajian teori, dan kerangka berpikir. Bab III berisi uraian tentang metode penelitian
yang menguraikan tentang jenis penelitian, data dan sumber data, metode dan
teknik pengumpulan data, instrumen penelitia, metode dan teknik analisis data,
dan trianggulasi data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab V
berisi penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi uraian tentang (1) penelitian yang relevan, (2) kajian
teori, dan (3) kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang topik-topik
penelitian yang sejenis dengan peneliti lain. Kajian teori berisi tentang berbagai
teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini, terdiri atas teori
majas (jenis-jenis majas sudah termasuk di dalamnya), semantik, novel dan makna
majas dalam kajian semantik. Keranga berpikir berisi tentang acuan teori
berdasarkan penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan
masalah. Uraian secara lengkap akan dipaparkan dalam bab landasan teori ini.
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel
“Anak Bajang Menggring Angin” karya Sindhunata: Kajian Semantik diketahui
oleh penulis belum pernah dilakukan. Jika dilihat dari segi judul novel, memang
sudah pernah dilakukan penelitian, namun dilihat dari segi topik belum pernah
dilakukan. Terkait penelitian ini, terdapat penelitian yang relevan dengan
penelitian yang berkaitan dengan majas perbandingan. Oleh karena itu, pada
bagian ini akan diuraikan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh Paulina
Sukmana Puti (2013) yang berasal dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
9
Indonesia dan Daerah serta penelitian Saiful Munir (2013) yang berasal dari
Universitas Negeri Semarang; Fakultas Bahasa dan Seni.
Paulina Sukmana Puti (2013) dengan skripsinya yang berjudul Majas
Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya
Djenar Maesa Ayu. Penelitian tersebut bertujuan: 1) mendeskripsikan majas
perbandingan yang digunakan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya
Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu, 2) mendeskripsikan makna yang disampaikan
melalui majas perbandingan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya
Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Metode yang digunakan adalah kepustakaan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen dalam buku Mereka
Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Objek penelitianya adalah majas
perbandingan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya
Djenar Maesa Ayu. Data penelitian berupa kalimat-kalimat yang mengandung
gaya bahasa dalam kumpulan cerpen dalam buku Mereka Bilang, Saya Monyet!
Karya Djenar Maesa Ayu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik baca-catat. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan
peneliti di atas peneliti mendapatkan hasil penelitiannya yang berupa temuan
mengenai majas perbandingan yang digunakan pada kalimat yang terdapat pada
novel diantaranya, majas metafora, personifikasi, alegori, simile, alusi, eponim,
epitet, sinekdoke, metonimia, antomonasia, hipalase, ironi, satire, inuendo,
paronomasia, tifrasis.
Saiful Munir (2013) dengan skripsinya yang berjudul Diksi dan Majas
dalam Kumpulan Puisi Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno W.S: Kajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
10
Stilistika. Penelitian yang dilakukan peneliti ini bertujuan: 1) Mendeskripasikan
penggunaan diksi dan fungsinya dalam kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam
karya Sutikno W.S. 2) Mendeskripsikan penggunaan majas dan fungsinya dalam
kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno W.S. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Teknik analisis menggunakan teknik
analisis diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian adalah diksi, majas,
dan fugsinya dalam kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam karya Sutikno W.S.
Objek penelitiannya berupa teks sastra. Sumber data dalam penelitian berupa
kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam yang ditulis oleh Sutikno W.S.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan kedua peneliti di atas peneliti
mendapatkan hasil penelitiannya yang berupa majas yang digunakan dalam
cerepen dan puisi berupa jenis-jenis majas seperti majas perbandingan, majas
perbandingan, majas metafora, majas perumpamaan epos, majas personifikasi,
majas metonimina, majas sinekdoke, dan majas alegori. Majas di atas merupakan
majas yang mendominasi pada penelitian mengenai majas pada cerpen dan puisi
yang dilakukan oleh Paulina Sukmana Puti dan Saiful Munir.
Berdasarkan kedua penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian
Paulina Sukmana Puti (2013) dan Saiful Munir (2013) menganalisis/menyebutkan
jenis-jenis majas pada kumpulan puisi dan cerpen (Paulina Sukmana Puti (2013)
pada Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu
dan Saiful Munir (2013) pada Kumpulan Puisi Nyanyian dalam Kelam karya
Sutikno W.S. Posisi penelitian ini semata-mata menganalisis jenis dan makna dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
11
majas perbandingan yang ada pada novel Anak Bajang Menggiring Angin karya
Sindhunata. Melalui majas dan gaya bahasa maka dapat ditemukan makna bahasa
kias yang digunakan pengarang novel dalam menulis karyanya.
2.2 Kajian Teori
Penelitian yang berjudul Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada
novel “Anak Bajang Menggring Angin” karya Sindhunata: Kajian Semantik
dalam analisisnya menggunakan beberapa teori yang akan digunakan sebagai
pisau analisis, di antaranya: pemakaian majas (jenis-jenis majas sudah termasuk di
dalamnya), novel, ruang lingkup semantik, dan kajian semantik pada majas.
Namun, teori yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisis data pada novel
Anak Bajang Menggiring Angin adalah teori novel, semantik, dan gaya bahasa.
Berikut pemaparan terkait teori yang menjadi landasan peneliti dalam penelitian
ini.
2.2.1 Novel
Novel merupakan salah satu karya sastra yang banyak diminati
oleh masyarakat luas, terlebih kalangan muda. Dalam sejarahnya, novel
diartikan sebagai karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai
budaya, sosial, pendidikan dan moral. Menurut KBBI novel adalah
karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat
setiap pelaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
12
Novel bukan hanya sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang
tidak terlalu panjang namun tidak terlalu pendek. Terlepas dari ciri khas
sebuah novel, novel tidak lahir hanya di era modern ini. Kemudian seiring
perkembangan zaman, novel mengalami perubahan baik dari segi bahasa
(termasuk majas di dalamnya), alur cerita, maupun latar cerita. Semua
berkembang seiring berkembangnya zaman akan teknologi dan budaya.
Perkembangan yang membawa perubahan tersebut, menjadikan novel
memiliki karakteristik masing-masing.
Menurut Burhan Nurgiantoro (1995:5), novel merupakan sebuah
karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model-
model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, (dan penokohan),
latar, sudut pandang, dal lain-lain yang bersifat imajiner. Seperti
dikemukakan di atas, ada perbedaan antara kebenaran dalam dunia fiksi
dengan kebenaran di dunia nyata. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah
kebenaran yang sesuai dengan keyakinan pengarang, kebenaran yang telah
diyakini “keabsahannya” sesuai dengan pandangannya terhadap masalah
hidup dan kehidupan. Dari segi panjang cerita, novel jauh lebih panjang
daripada karya fiksi yang lainnya. Novel dapat mengemukakan sesuatu
secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih
detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih
kompleks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
13
Kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan
permasalahan yang kompleks secara penuh, megkreasikan sebuah dunia
yang “jadi”. Dari pengertian novel diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa novel ialah karang prosa fiksi yang dilihat dari segi
panjang cerita jauh lebih panjang dari karangan fiksi lainnya yang di
dalamnya berisi cerita berdasarkan keyakinan pengarang dengan didukung
oleh unsur-unsur pembangun novel seperti, plot, tema, penokohan, dan
latar.
2.2.2 Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani
sema (kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang” yang dimaksud
dengan tanda atau lambang yaitu sebagai padanan kata sema itu adalah
tanda ingu5stik. Ferdinand de Saussure berpendapat bahwa padanan kata
sema itu adalah tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu
adalah tanda linguistik seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de
Saussure (1966), yaitu yang terjadi dari (1) komponen yang mengartikan,
yang berwujud betuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang
diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Sedangkan
semantik menurut M. Breal (melalui Parera, 2004), semantik merupakan
cabang studi linguistik general. Oleh karena itu, semantik di sini adalah
satu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik.
Menurut Abdul Chaer (2013:4), semantik dapat diartikan sebagai
ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
14
analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik. Dari pendapat
beberapa ahli mengenai semantik di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa semantik ialah cabang ilmu lingustik yang
mempelajari tentang makna dan arti.
Ada banyak teori yang telah dikembangkan oleh para pakar filsafat
dan linguistik sekitar konsep makna dalam dalam studi semantik. Adapun
teori-yeori tentang makna yaitu (1) Teori Referensial, (2) Teori
Kontekstual, (3) Teori Mentalisme, dan (4) Teori Formalisme. Teori
Referensial atau Korespondensi merujuk kepada segi tiga makna seperti
yang dikemukakan oleh Ogden dan Richard. Makna, demikian Ogden dan
Richard, adalah hubungan antara reference dan referent yang dinyatakan
lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata maupun frase atau kalimat
simbol bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan
langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antara reference
dengan referent yang ada di alam nyata. Pada Teori Kontekstual J. R. Firth
mewariskan pikiran tentang konteks situasi dalam analisis makna.
Makna sebuah kata terikat pada lingkungan kultural dan ekologis
pemakai bahasa tertentu itu. Teori Kontekstual mengisyaratkan pula
bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia
terlepas dari konteks. Walaupun demikian, ada pakar semantik yang
berpendapat bahwa setiap kata mempeunyai makna dasar atau primer yang
terlepas dari kontekssutuasi. Pada Teori Mentalisme yang dikemukakan
oleh F. De Saussure yang pertama menganjurkan studi bahasa secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
15
sinkronis dan membedakan analisis bahasa atas la parole, la langue, dan le
lengage, secara tidak nyata telah memelopori teori makna yang bersifat
mentalistik. Ia menghubungkan bentuk bahasa lahirian (la parole) dengan
„konsep‟ atau citra mental penuturnya (la langue).
Teori makna mempersoalkan bagaimana hubungan antara ujaran
dengan makna. Ujaran itu berupa simbol yang secara linguistik dibedakan
atas morfem terikat, proses morfemis, kata, frase, klausa, kalimat, dan
wacana. Munculah teori referensial, teori mentalisme, teori kontekstual,
dan teori pemakaian. Teknis analisis makna merupakan salah satu usaha
untuk mengelompokkan, membedakan, dan menghubungkan masing-
masing hakikat makna.
2.2.3 Majas
Bahasa merupakan suatu alat yang sangat penting dalam kehidupan
bersosial. Ketika seorang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi atau
menyampaikan sebuah ide. Seseorang memiliki cara masing-masing dalam
menyampaikan sebuah pemikiran kepada orang lain. Cara yang sangat dominan
adalah melalui bahasa. Melalui bahasa, seseorang akan lebih mudah dalam
menyampaikan pemikiran yang ia miliki. Majas menjadi salah satu bagian dalam
bahasa yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pemikiran seseorang.
Majas atau bahasa kias (figure of speech) ialah pilihan kata tertentu sesuai
dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek
keindahan. Melalui majas seseorang ingin menyampiakan pemikirannya secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
16
lembut, santun, meskipun sebenarnya bermakna kasar, sindiran, makian, dan lain-
lain. Berdasarkan pengertian majas menurut beberapa ahli di atas, maka penulis
dapat menyimpukan bahwa majas ialah bahasa kias yang digunakan oleh penyair
untuk menyampaikan ceritanya agar tampak lebih indah, menarik dan penuh
dengan makna. Menurut Tarigan (1985) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran
Semantik, gaya bahasa dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu: (1)
Majas Perbandingan, (2) Majas Pertentangan, (3) Majas Pertautan, dan (4) Majas
Perulangan. Adapun penjelasan majas perbandingan beserta gaya bahasanya
adalah sebagai berikut:
Majas perbandingan adalah majas yang dilihat dari segi makna dan
dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang membentuknya. Majas ini
memperbandingkan sesuatu dengan yang lain. Adapun jenis-jenis majas
perbandingan yaitu:
2.2.3.1 Perumpamaan atau simile
Simile adalah sejenis majas yang membandingkan antara dua
hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama
antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata
depan dan penghubung seperti: seperti, sebagai, bagaikan,
umpama, laksana,ibarat, bak, penaka, serupa, layaknya dan
lain-lain.
Contohnya:
1) Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam
2) Seperti langit dan bumi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
17
3) Ibarat mengejar bayangan di siang hari
2.2.3.2 Metafora
Metafora adalah gaya bahasa pengungkapan berupa
perbandingan yang implisit denga menghilangkan kata seperti,
layaknya, bagaikan, antara dua hal yang berbeda.
Contohnya:
1) Aku adalah angin yang kembara
2) Dia dalah anak emas pamanku
3) Cinta adalah bahaya yanglekas jadi pudar
2.2.3.3 Personifikasi
Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan
barang yang tidak bernyawa dari ide yang abstrak. Majas ini
dapat pula diartikan sebagai penggambaran benda-benda yang
tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contohnya:
1) Mentari mengintip wajahku lewat jendela;
2) Hujan memandikan tanaman di siang hari;
3) Angin membelai rambut indahmu;
4) Hatinya berkata bahwa cintanya bukan untukmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
18
2.2.3.4 Alegori
Alegori adalah suatu cara yang menyatakan sesutu dengan
sesutu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori
merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan,
tempat atau wadah obyek atau gagasan yang diperlambangkan.
Contohnya:
1) Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman
2) Kebahagiaan itu diumpamakan sayur yang jika kita
menambahkan bumbu dengan lengkap dan sesuai takaran,
maka sayur akan terasa enak dimakan seperti halnya
kebahagiaan, ia dapat disebut kebahagiaan apabila kita
mampu menaburinya dengan bumbu cinta, ketulusan,
kesabaran, dan keikhlasan yang bersumber dari hati.
3) Hidup kita diumpamakan dengan biduk atau bahtera yang
terkatung-katung di tengah lautan.
2.2.3.5 Antitesis
Antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim (yaitu salah satu yang
mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan)
Contohnya:
1) Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.
2) Aneh, gadis secantik si Ani diperistri pemuda sejelek si Ari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
19
2.2.3.6 Depersonifikasi
Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang membedakan manusia
atau insan.
Contohnya:
1) Kalau dikau menjadi samodra, maka daku menjadi bahtera.
Kalau dikau samodra, daku bahtera.
2) Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah.
Andai kamu langit, dia tanah.
Dalam contoh di atas terlihat pembendaan insan itu:
a) dikau samodra
daku bahtera
b) kamu langit
dia tanah
2.2.3.7 Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan),
yang sebenarnya tidak perlu. Suat acuan disebut pleonasme bila
kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh.
Contohnya:
1) Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya
sendiri.
2) Dia telah menebus sawah itu dengan uang tabungannya
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
20
Suatu acauan kita sebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu
pada dasarnya mengandung perulangan dari (sebuah) kata yang
lain.
Contohnya:
1) Kami tiba di rumah jam 4.00 subuh.
2) Orang yang meninggal itu menutup mata buat selama-
lamanya.
2.2.3.8 Perifrasis
Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan
pleonasme. Keduanya mempergunakan kata-kata lebih banyak
daripada yang dibutuhkan. Walaupun begitu terdapat perbedaan
yang penting antara keduanya. Pada gaya bahasa perifrasis,
kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti
dengan sebuah kata saja. Keraf (melalui Tarigan, 1985:31)
Contohnya:
1) Anak saya telah menyelesaikan kuliahnya di Jurusan
Bahasa Indonesia FPBS-IKIP bandung. (= lulus atau
berhasil).
2) Ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat
dengan damai buat selama-lamanya. (= meniggal atau
berpulang)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
21
2.2.3.9 Antisipasi atau Prolepsis
Antisipasi atau prlepsis adalah gaya bahasa yang mendahului
atau penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih
akan dikerjakan atau akan terjadi. Misalnya: mengadakan
peminjaman uang berdasarkan perhitungan uang pajak yang
masih akan dipungut Shadily (melalui Tarigan, 1985:33)
Contohnya:
1) Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh
hadiah dari Bapak Bupati.
2) Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan jatuh ke
jurang
2.2.3.10 Koreksi atau epanortosis
Koreksio atau epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud
mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah
Contohnya:
1) Dia benar-benar mencintai neng Tetty, eh bukan, Neng
Terry.
2) Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta, tidak, tidak,
tujuh ribu rupiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
22
2.3 Kerangka Berpikir
Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang
digunakan dalam penelitian yang berjudul Gaya Bahasa dalam Majas
Perbandingan pada novel “Anak Bajang Menggring Angin” karya Sindhunata:
Kajian Semantik. Gaya bahasa merupakan cara seseorang untuk mengungkapkan
pikiran dengan menggunakan bahasa-bahasa yang bersifat putis. Dalam hal ini
penggunaan gaya bahasa juga dapat menambahkan kosakata bagi para siswa
terutama dalam sebuah karya sastra baik itu puisi maupun prosa. Pada
kenyataannya masih kurangnya pemahaman terhadap penggunaan gaya bahasa
yang digunakan dalam karya astra.
Salah satu faktor yang membuat kurangnya pemahaman terhadap gaya
bahasa yakni pembaca tidak mampu membedakan gaya bahasa dan majas.
Penggunaan majas terutama majas perbandingan dalam novel Anak Bajang
Menggiring Angin karya Shindunata ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis
gaya bahasa, ciri penanda dan makna dari setiap gaya bahasa dalam majas
perbandingan. Dengan data berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai gaya
bahasa perbandingan dengan sumber data yaitu novel Anak Bajang Menggiring
Angin karya Shindunata. Kendala peneliti cukup sulit menentukan gaya bahasa
dalam majas perbandingan dari sekian ribu kata yang terdapat pada novel tersebut,
namun dengan berbekal teori-teori dan wawasan peneliti, maka peneliti
menemukan beberapa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas
perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
23
Data yang ditemukan dalam novel Anak Bajang Menggiring Angin ini,
akan dideskripsikan makna dan maksudnya. Setiap data akan ditafsirkan
maknanya dan maksudnya ke dalam bahasa yang mudah dipahami. Karena bahasa
yang digunakan dalam novel Anak Bajang Menggiring Angin ini menggunakan
gaya bahasa yang berbentuk bahasa kias. Artinya setiap data akan ditafsirkan
dengan bahasa yang sederhana oleh peneliti denganberbekalkan beberapa teori
dan contoh. Harapannya dengan mendeskripsikan gaya bahasa dalam novel ini
dapat memberikan pemahaman bagi pembaca sastra mengenai makna dan maksud
penggunaan gaya bahasa yang digunakan oleh Shindunata. Selain itu juga dapat
memperkaya kosakata pada setiap karya sastra baik itu puisi, prosa maupun drama
bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia sastra dan peminat sastra.
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Perpikir
Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Anak Bajang Menggiring
Angin karya Sindhunata: Kajian Semantik
Teori Semantik
Majas Perbandingan
Gaya Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III ini peneliti akan membahas tentang metodologi penelitian
yang mencangkup tentang (1) jenis penelitian, (2) sumber data penelitian, (3)
metode dan teknik pengumpulan data, (4) Instrumen penelitian, (5) metode dan
teknik analisis data, dan (6) trianggulasi data. Uraian secara lengkap bagian bab
metodologi penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat peneliti pada bab I di atas,
peneliti menetapkan bahwa penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Berdasarkan topik yang dipilih penulis yaitu berupa majas
perbandingan dalam karya sastra fiksi, dalam pengumpulan maupun analisisnya,
peneliti banyak menggunakan frasa dan juga menggunakan deksripsi atau narasi.
Jadi, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena analisis data
berupa paparan deskritif tentang gaya bahasa dalam majas perbandingan pada
novel “Anak Bajang Menggring Angin” karya Sindhunata: Kajian Semantik.
3.2 Data dan Sumber Data
Data pada penelitian ini adalah kalimat yang mengandung majas
perbandingan yang terdapat pada “Novel Anak Bajang Menggiring Angin” karya
Sindhuata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
24
Arikunto (2010:85) mengatakan bahwa sumber data adalah benda, hal atau
orang tempat penelitian mengamati, membaca, atau bertanyatentang data.
Berdasarkan pengertian sumber data di atas, sumber data penelitian ini berasal
dari “Novel Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata. Secara garis
besar, penelitian ini menggunakan sumber berasal dari “Novel Anak Bajang
Menggiring Angin” karya Sindhunata, dengan datanya berupa cuplikan kalimat
yang mengandung majas perbandingan pada “Novel Anak Bajang Menggiring
Angin” karya Sindhunata.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data.
Penelitian ini, berjudul Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada
novel “Anak Bajang Menggring Angin” karya Sindhunata: Kajian Semantik
mengharuskan peneliti untuk membaca dan menulis ulang/mencatat tulisan yang
mengandung majas perbandingan dalam setiap kalimat yang terdapat pada
paragraf. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode simak dalam
pengumpulan data. Hal ini dikarenakan dijelaskan Sudaryanto (2015: 203) bahwa
munculnya metode simak/penyimakan karena memang dalam pengambilan data,
peneliti melakukan penyimakan; dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak
penggunaan bahasa.
Metode simak, menurut Sudaryanto (2015: 203) metode simak memiliki
teknik-teknik yang dapat digunakan dalam penerapannya, peneliti dalam metode
simak menggunakan teknik catat. Peneliti mencatat kalimat yang mengandung
majas perbandingan pada kalimat yang terkandung dalam setiap paragraf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
25
Pencatatan data menurut Sudaryanto (2015: 6) terdapat tiga transkripsi yaitu
transkripsi fonetis, transkripsi fonemis, dan transkripsi ortografis. Masalah
kefoneman dengan transkripsi fonetis, masalah kemorfeman dengan transkripsi
fonemis, dan masalah kefrasaan, keklausaan, kekalimatan, dan kewacanaan, dan
yang lain sejenisnya dengan transkripsi ortografis. Maka data dari penelitian ini
berupa novel berjudul “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata. dan
dalam pencatatannya menggunakan transkripsi ortografis (berupa tulisan).
Pada penelitian ini, pebeiti menggunakan teknik baca dan catat. Menurut
Prastowo (2007: 87) teknik pengumpulan data lainnya yang dignakan untuk
memprtinggi derajat kepercayaan data antara lain adalah teknik triangulasi,
catatan lapangan, focus group, penelitian historis dan sejarah hidup, analisis
sejarah, dan lain sebagainya. Jadi, peneliti dalam pengumpulan data
menggunakan metode simak dengan teknik catat (setelah semua dokumen/data
yang dibutuhkan terkumpul peneliti menggunakan metode simak dengan teknik
catat dalam mencari kalimat yang mengandung majas perbandingan pada novel
“Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata.
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 203,) instrumen penelitian adala alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Moleong (2011:168)
menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
26
perencana, pelaksana pengumpul data, analisis data, penafsir data, dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Oleh karena itu, instrumen penelitian yang berjudul Gaya Bahasa dalam
Majas Perbandingan pada novel “Anak Bajang Menggring Angin” karya
Sindhunata: Kajian Semantik adalah peneliti sendiri yang berbekal imu
pengetahuan mengenai bidang kajian penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti
memiliki peranan penting dalam penelitian ini. Peneliti sendiri melakukan telaah,
atau melakukan eksplorasi terhadappebelitian terkait majas perbandingan ini yang
mengguakan novel Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata. Untuk
dapat melakukan perencanaan sampai pelaporan data, peneliti harus memiliki
bekal pengetahuan mengenai semantik, majas, dan makna.
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian sangat dibutuhkan, karena pada tahap ini
data yang sudah ditetapkan atau dikumpulkan kemudian dianalisis. Moleong
(1989: 112) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Hal ini sejalan dengan Bogdan & Biklen (melalui
Syamsuddin, 2007: 110) yang mengatakan bahwa analisis data adalah proses
pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
27
kepada orang lain. Analisis data melibatkan pengerjaan organisasi data, pemilahan
menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal
yang penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada
orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dalam analisis data penelitian ini,
menggunakan metode agih karena bahasa yang diteliti memiliki hubungan dengan
hal-hal di dalam bahasa yang bersangkutan. Tenik analisis data penelitian ini
adalah teknik analisis dekriptif. Analisis deskriptif adalah analisis dengan merinci
dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk
kalimat. Data tersebut biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis
didasarkan pada tabel tersebut (Nurastuti, 2007: 130).
Secara garis besar, berikut langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam
menganalisis data dalam penelitian ini.
(1) Peneliti membaca novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya
Sindhunata.
(2) Peneliti mengumpulkan kalimat yang mengandung majas
perbandingan pada novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya
Sindhunata.
(3) Peneliti mengklasifikasikan majas perbandingan dan menafsirkan
makna setiap majas perbandingan dengan cara memposisikan peneliti
sebagai mitra wicara dari data yang mengandung majas perbandingan
dan didasarkan pula konteks dari tuturan yang mengandung majas
perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
28
(4) Peneliti memasukan hasil klasifikasi data ke dalam tabel yang berisi
jenis majas perbandingan, dan makna majas.
(5) Peneliti menyerahkan hasil data kepada triangulator untuk dicek
keabsahannya.
(6) Peneliti mendeskripsikan data yang sudah dicek triangulator pada bab
pembahasan.
(7) Peneliti melakukan penyimpulan terhadap hasil penelitian berdasarkan
temuan peneliti dan teori semantik khususnya majas perbandingan.
NO Klasifikasi
Kode
Jenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan
1. Gaya Bahasa Simile atau Perumpamaan S
2. Gaya Bahasa Metafora M
3. Gaya Bahasa Personifikasi P
4. Gaya Bahasa Depersonifikasi De
5. Gaya Bahasa Alegori Al
6. Gaya Bahasa Antitesis An
7. Gaya Bahasa Pleonasme Pl
8. Gaya Bahasa Perifrasis Pe
9. Gaya Bahasa Antisipasi Anti
10. Gaya Bahasa Koreksio K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
29
3.6 Triangulasi Data
Teknik triangulasi memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori
sebagai teknik pemeriksaan data. Sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif Patton (melalui Moleong, 1989: 195). Hal
itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatannya
sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Triangulasi dengan metode, menurut Patton (melalui Moleong, 1989: 195)
terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi
penyidik dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat
lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.
Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (melalui Moleong, 1989:
196), berdasarkan anggapan bawa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
30
Berdasarkan hal di atas dapat diketahui bahwa triangulasi sangat penting
ketika peneliti telah selesai dalam menganalisis datanya. Triangulasi dilakukan
agar data yang dianalisis benar-benar valid dan hasilnya pun dapat dipercayadan
dipertanggung jawabkan. Melihat topik peneliti, peneliti berencana akan
menggunakan triangulasi dengan teknik penyidik yaitu memanfaatkan peneliti
atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data. Pihak lain yang akan melakuka pengecekan dalam triangulasi ialah Bapak
Dr. Y. Karmin, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
31
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, terdapat tiga bagian penting yang meliputi deskripsi data, analisis
data dan pembahasan.
4.1 Deskripsi Data
Majas atau mahasa figuratif adalah ungkapan dalam bentuk bahasa kias
yang mempunyai banyak makna dan maksud yang disampaikan sehingga sebuah
karya sastra menjadi lebih hidup dan menarik. Majas dipandang lebih efektif
untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena: (1) mampu menghasikan
kesenangan imajinatif; (2) sebagai cara untuk mengasilkan imaji tambahan dalam
puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi atau karya sastra
lainnya lebih nikmat dibaca; (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas
perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair; (4) bahasa
figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan
dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang
singkat Perrine (melalui Waluyo, 1991:83).
Data yang dihimpun dalam penelitian ini berupa frasa atau kalimat yang
dianggap sebagai majas perbandingan dalam novel Anak Bajang Menggiring
Angin karya Shindunata. Tarigan (1985:6), membagi majas menjadi empat
kelompok, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan
majas perulangan. Dalam penelitian ini peneliti membahas majas perbandingan
sebagai objek kajian maka dari itu peneliti menggunakan memilih pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
32
Tarigan sebagai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Majas perbandingan
adalah majasa bahasa Indonesia yang memperbandingkan sesuatu dengan yang
lain.
Berdasarkan teori terdapat sepuluh jenis gaya bahasa pada majas
perbandingan. Dari hasil penelitian terhadap novel ini, peneliti menemukan 4 gaya
bahasa pada majas perbandingan yang kemudian digunakan oleh peneliti untuk
membantu menemukan dan mendeskripsikan majas perbandingan dalam novel
tersebut. Gaya bahasa pada majas perbandingan dibagi menjadi sepuluh gaya
bahasa yakni gaya bahasa simile atau perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya
bahasa personifikasi, gaya bahasa depersonifikasi, gaya bahasa allegori, gaya
bahasa antitesis, gaya bahasa pleonasme atau tautologi, gaya bahasa perifrasis,
gaya bahasa antisipasi atau prolepsis, dan gaya bahasa koreksio atau epanotrosis.
Sedangkan empat gaya bahasa yang ditemukan peneliti yaitu gaya bahasa, simie,
metafora, persinifikasi, dan antitesis.
Mengingat data yang ditemukan cukup banyak, maka dalam sajian ini
masing-masing gaya bahasa dari majas perbandingan akan ditampilkan beberapa
contoh tergantung pemakaian gaya bahasa dalam novel ini. Namun, ada beberapa
data yang akan ditampilkan satu contoh saja dikarenakan minimnya penggunaan
gaya bahasa tersebut. Selain itu ada beberapa gaya bahasa yang tidak ditemukan
dalam novel ini, sehingga peneliti tidak menampilkan datanya dan hanya
menampilkan yang ditemukan saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
33
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Jenis-jenis Majas Perbandingan
Majas perbandingan menurut Tarigan terbagi menjadi gaya bahasa
perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa
depersonifikasi, gaya bahasa allegori, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa
pleonasme atau tautologi, gaya bahasa perifrasis, gaya bahasa antisipasi atau
prolepsis, dan gaya bahasa koreksio atau epanotrosis. Dalam novel Anak Bajang
Menggiring Angin, Sindhunata menggunakan majas perbandingan sebagai salah
satu gaya pengarang untuk mengembangkan ceritanya. Dalam uraian ini, peneliti
akan mejabarkan analisis data dari majas perbandingan yang telah ditemukan.
4.2.1.1 Gaya Bahasa Simile atau Perumpamaan
Gaya bahasa perumpamaan adalah Gaya bahasa perbandingan dua
hal pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Gaya
bahasa yang terkandung dalam data akan dipaparkan sebagai berikut:
a. “Mendung bagaikan bidadari menangis di Negeri Lokapala”. (hal. 3)
(S.1)
b. “Air matanya jatuh bagai batu-batu hitam menutupi kehijauan
rerumputan”. (hal.3) (S.1)
c. “Wajahnya bersinar seperti surya di fajar pagi”. (hal. 8) (S.1)
d. “Tangisannya keras bagaikan guntur yang terdengar sampai ke negeri-
negeri seberang lautan”. (hal.45) (S.2)
e. “Matanya seperti bola api, panas terasa nafsunya”. (hal.103) (S.4 )
Gaya bahasa pada contoh kalimat (a) dengan kode (S.1)
mengandung makna membandingkan dua hal. Contoh terebut menjelaskan
bahwa cuaca mendung berarti tanda atau keadaan langit yang akan turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
34
hujan bagaikan bidadari menangis. Kata menangis sendiri memiiki arti
hujan yang turun dari langit yang mendung.
Analisis pada kalimat (b) dengan kode (S.1) mengandung jenis
gaya bahasa simile atau perumpamaan. Hal ini sejalan dengan gaya bahasa
simile yaitu gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berbeda
namun dianggap sama oleh pengarang. Kalimat ini menggambarkan
adanya perbandingan dua hal yakni “air mata” dan “batu-batu hitam”. Dari
kedua unsur tersebut jelas sangat berbeda namun, dianggap sama oleh
pengarang dilihat dari segi “pergerakannya”. Dalam cerita dijelaskan
bahwa Dewi Sukesi salah satu tokoh perempuan yang tinggal di Negeri
Lokapala sedang menangis, air matanya jatuh bagai batu-batu hitam
menutupi kehijauan rerumputan. Kesunyian tanpa bintang. Kesedihan
tanpa bulan. Malmnya berhias dengan ratapan awan-awan tebal.
Analisis pada kalimat (c) dengan kode (S.1) mengandung jenis
gaya bahasa simile atau perumpamaan. Kalimat tersebut menjelaskan
perbandingan wajahnya dengan surya di fajar kali ini pengarang
menggunakan kata pembanding seperti sebagai penanda gaya bahasa
perumpamaan. Sangat jelas bahwa kalimat (c) ada dual hal yang
dibandingkan yakni “wajahnya” sebagai tokoh dalam cerita, sedangkan
“surya di fajar sebagai matahari pagi. Diceritakan bahwa Dewi Sukesi
sedang bertanya-tanya dengan ayahnya mengenai Sastra Jendra
Hayungningrat Pangruwating Diyu. Dewi Sukesi bertanya-tanya
mengenainya dan akan menyerahkan hidupnya bagi orang yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
35
mengartikan Sastra Jendra itu dengan wajah berbinar-binar. Pengarang
hendak menggambarkan sosok Dewi Sukesi yang dengan kepasrahannya
dan keinginnya mengetahui makna Sastra Jendra itu dengan menceritakan
melalui wajahnya yang bersinar ketika mengatakan kalimat kepasrahannya
itu.
Pada kalimat (d) dengan kode (S.2) digolongkan ke dalam gaya
bahasa simile atau perumpamaan kalimat tersebut jelas membandingkan
dua hal yakni tangisan dan guntur. Tangisan keras merupakan ungkapan
batin atau perasaan marah dan murka, sedangkan guntur merupakan suara
gemuruh di langit saat terjadi hujan deras perbandingan keduanya secara
implisit berbeda, namun secara sengaja dianggap sama oleh pengarang.
Pada kalimat (e) dengan kode (S.4) digolongkan ke dalam gaya
bahasa simile atau perumpamaan. Kalimat tersebut membandingkan dual
hal yaitu mata dengan bola api. Mata diartikan sebagai indra penglihatan
yang penuh ekpresi sedangkan bla api diartikan sebagai simbol kemarahan
atau kemurkaan.
Analisis gaya bahasa simile pada lima contoh kalimat di atas secara
jelas membandingkan dua hal yang berbeda namun dianggap sama oleh
penulis. Hal ini sejalan dengan pengertian gaya bahasa perumpamaan
adalah gaya bahasa yang pda hakikatnya berlaian dan yang sengaja
disamakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
36
4.2.1.2 Gaya bahasa Metafora
Gaya bahasa metafora adalah membuat perbandingan antara dua
hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup
walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata
seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, penaka, laksana, serupa seperti
pada majas perumpamaan. Gaya bahasa metafora dapat dikatakan sebagai
gaya bahasa yang menggunakan kata-kata bukan arti sebenarnya
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan
dalam Novel Anak Bajang Menggiring Angin ditemukan beberapa gaya
bahasa metafora antara lain sebagai berikut:
a. “Dan keindahannya itu adalah bunga tanjung, yang tiada berbudi,
tapi mekar dalam keharumannya karena persekutuannya dengan alam
semesta. (hal.12) (M.125)
b. “Nyanyian-nyanyian mereka adalah badai yang mengerikan” (hal.13)
(M.1)
c. “Wisrawa, kau pendeta berhati srigala” (hal .24) (M.1)
d. “Anakku kau adalah mata hidupku” (hal.74) (M.2)
Pada contoh kalimat (a) denga kode (M.1) mengandung gaya
bahasa metafora. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara pengarang
membandingkan dua hal yang berbeda yakni “keindahannya” yang identik
dengan sifat suatu benda dan “bunga tanjung” yang merupakan bunga
paku yang hidup di rawa-rawa. Pengarang sengaja menciptakan frasa
tersebut sehingga terkesan lebih bermakna. Dalam frasa tersebut
pengarang tidak mengguunakan kata pembanding karena memang gaya
bahasa ini tidak menggunakan kata pembanding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
37
Analisis kalimat (b) dengan kode (M.1) tergolong kedalam jenis
gaya bahasa metafora. Pengarang membandingkan dua hal yakni
“nyanyian-nyanyian” yang identik dengan suara yang diucapkan oleh
manusia yang mengandung arti dan “badai” yang merupakan fenomena
alam yang berwujud angin dengan tekanan tinggi dan mampu merusak
segala yang dikenainya. Dalam frasa tersebut pengarang tidak
menggunakan kata pembanding karena mema berbedang gaya bahasa ini
tidak menggunakan kata pembanding karena memang gaya bahasa ini
tidak menggunakan kata pembanding.
Data kalimat (c) dengan kode (M.1) mengandung gaya bahasa
metafora yang terletak pada frasa “pendeta” yang identik dengan tokoh
agama yang berjiwa rohani, penuh kebijaksanaan, kasih, dan religius.
Sedangkan “srigala” identik dengan hewan yang buas dan senang
memangsa hewan lain. Jadi pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa
seseorang yang dianggap suci, berbudi dan religius belum tentu memiiki
sifat dan hati yang baik.
Contoh kalimat (d) kode (M.2) di atas mengandung gaya bahasa
metafora karena pada kalimat tersebut membandingkan “anakku” yang
bearti orang yang sangat dibanggakan dan selalu didoakan oleh orang
tuanya. sedangkan “mata hidup” memiliki makna orang yang megangap
sesuatu sangat berharga dan menjadi pandangan hidup bagi orang tuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
38
4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi
Personifkasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Dengan kata lain,
personifikasi menerapkan sifat-sifat atau tingkah laku manusia terhadap
benda mati. Dalam novel Anak Bajang Menggiring Angin banya
ditemukan frasa atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa
personifikasi. Dari sekian banyak gaya bahasa personifikasi yang
digunakan pengarang, maka peneliti hanya memaparkan empat contoh
gaya bahasa personifikasi dari novel Anak Bajang Menggiring Angin
sebagai berikut:
a. “Sinar bulan yang mulai pudar menjamah rambut Dewi Lokawati
yang telah berubah keputih-putihan”. (hal.5) (P.1)
b. “Begitu tiba di atas telaga Sumala, angin ribut itu membelai Retna
Anjani”. (hal. 45) (P.2)
c. “Sungai-sungai mengalir deras, membawakan lagu kesedihan”.
(hal.92) (P.3)
d. “Langit berdetak, bintang-bintangnya meneteskan gerimis air
matanya”. (hal.101) (M. 4)
Kalimat (a) pada dara di atas mengandung gaya bahasa
personifikasi hal ini terlihat jelas penginsanan pada benda mati aatau hal
yang tidak dapat dilakukan manusia sehingga terlihat sekakan hidup dapat
dibuktikan dengan frasa “Sinar bulan yang mulai pudar menjamah rambut
Dewi Lokawati”. Perihal “menjamah” merupakan sebuah pekerjaan yang
mampu dilakukan oleh manusia. Arti “menjaman” yakni menyentuh atau
mengenai rambut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
39
Kalimat (b) dengan kode (P.2) di atas, mengandung gaya bahasa
personifikasi dapat dibuktikan melalui kata yang digunakan yakni”angin
ribut” dan “membelai”. Angin ribut merupakan fenomena alam dimana
angin bertiup sangat kencang dan merusak lingkungan yang dikenainya
sedangkan membelai yaitu menyentuh secara berulang-ulang dengan
lembut. “Membelai” merupakan pekerjaan yang dakukan oleh manusia
jika dilihat dari frasa tersebut, pengarang membandingkan bahwa benda
mati seakan melakukan pekerjaan layaknya manusia angin ribut
diibaratkan sedang membelai rambut seorang wanita. Hal ini sejalan
dengan pengertian gaya bahasa personifikasi yaitu melekatkan sifat
kemanusiaan pada barang atau hal yang tidak bernyawa.
Kalimat pada contoh (c) denga kode (P.3) di atas, dogolongkan ke
jenias gaya bahasa personifikasi karena kata “membawakan” lebih tertuju
pada sifat seseorang, namun digunakan pada benda mati yakni “sungai-
sungai”. Pada frasa tersebut sungai-sungai diibaratkan seperti manusia
yang dapat menyanyikan sebuah lagu layaknya manusia. Makna dari frasa
ini adalah bencana banjir atau air bah yang melanda daerah sekitar sungai
dan menimbulkan banyak korban.
Pada kalimat (d) halaman kode (P.4) di atas digolongkan ke dalam
gaya bahasa personifikasi terlihat bahwa pengarang menggabarkan behwa
benda mati seolah-olah hidup. Dapat dibuktikan melalui pemilihan kata
“meneteskan” pada frasa tersebut. Bintang-bintang seolah hidup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
40
melakukan pekerjaan atau kebiasaan yang dilakukan manusia yaitu
meneteskan air mata kesedihan atau air mata karena haru.
4.2.1.4 Gaya Bahasa Antitesis
Antitesis ialah gaya bahasa yang mengadakan komparasi
perbandingan antara dua antonim. Pada novel Anak Bajang Menggiring
Angin hanya ditemukan satu gaya bahasa antitesis saja. Frasa yang
mengandung gaya bahasa antitesis ini diperoleh berdasarkan hasil analisis
oleh peneliti terhadap novel tersebut. Berikut contoh frasa gaya bahasa
perbandingan yang peneliti temukan:
“Oh, manusia yang pemberani, keberaniannmu itulah tombak yang akan
mengburkanmu sendiri.”
Pada kalimat di atas pengarang membandingkan kata “pemberani”
dengan “tombak” yang memiliki makna berbeda. Pemberani merupakan
sifat dari seseorang yang dala dirinya mempunyai kemantapan hati dan
rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan
sebagainya. Sedangkan tombak diartikan sebagai alat atau senjata untuk
perang atau berburu yang sangat tajam. Pada konteks ini, makna dari gaya
bahasa ini adalah keberanian yang mengantarkan diri seseorang pada
kematian. Pada umumnya keberania dikaitkan dengan sebuah
keberhasilan, kebaikan, kepahlawanan, sedangkan pada kalimat ini
keberanian dibandingkan dengan tombak yang akan membinasakan diri
sendiri. Bukan sebuah kemenangan atau sikap kepahlawanan namun
kematian dan kesengsaraan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
41
4.3 Pembahasan
Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan,
maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah kata-kata yang mendukungnya,
melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat. Penggunaan
bentuk-bentuk kiasan dalam kesastraa, dengan demikian merupakan salah satu
bentuk penyimpangan kebebasan, yaitu penyimpangan makna. Pemakaian bentuk
kiasan tersebut disamping untuk membangkitkan suasana dan kesan tertentu,
tanggapan indra tertentu, juga dimaksud untuk memperindah penuturan itu
sendiri. Pemilihan dan penggunaan bentuk kiasan bisa saja berhubungan dengan
selera, kebiasaan, kebutuhan, dan kreatifitas pengarang. Bentuk pemajasan yang
banyak digunakan oleh pengarang adalah bentuk pemajasan yang banyak
dipergunakan adalah bentuk perbandingan atau persamaan, yaitu mebandingkan
sesuatu dengan yang lain melalui ciri-ciri kesamaan antara kedua, misalnya yang
berupa ciri fisik, sifat, suasana, tinkah laku dan sebagainya (Wicaksono, 2014:30)
Majas perbandingan menurut Tarigan (2013:7), dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis antara lain: gaya bahasa simile atau perumpamaan, gaya
bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa pleonasme, gaya bahasa
perifrasis, gaya bahasa antisipasi atau prolepsis atau gaya bahasa koreksio atau
epanortosis.
Gaya bahasa perumpamaan adalah adalah sejenis majas yang
membandingkan antara dua hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja
dianggap sama antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
42
depan dan penghubung seperti: seperti, sebagai, bagaikan, umpama,
laksana,ibarat, bak, penaka, serupa.
Gaya bahasa metafora yaitu gaya bahasa pengungkapan berupa
perbandingan yang implisit denga menghilangkan kata seperti, layaknya,
bagaikan, antara dua hal yang berbeda. Gaya bahasa Personifikasi adalah jenis
majas yang melekatkan sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dari ide
yang abstrak. Majas ini dapat pula diartikan sebagai penggambaran benda-benda
yang tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Sedangkan
depersonifikasi adalah gaya bahasa yang membedakan manusia atau insan.
Gaya bahasa alegori adalah suatu cara yang menyatakan sesutu dengan
sesutu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan metafora
yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek atau gagasan
yang diperlambangkan.
Antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim (yaitu salah satu yang mengandung ciri-ciri
semantik yang bertentangan). Adapun gaya bahasa pleonasme adalah pemakaian
kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Suat acuan disebut
pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh.
Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme.
Keduanya mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan.
Walaupun begitu terdapat perbedaan yang penting antara keduanya. Pada gaya
bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti
dengan sebuah kata saja. Keraf (melalui Tarigan, 1985:31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
43
Antisipasi atau prlepsis adalah gaya bahasa yang mendahului atau
penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau
akan terjadi. Misalnya: mengadakan peminjaman uang berdasarkan perhitungan
uang pajak yang masih akan dipungut Shadily (melalui Tarigan, 1985:33) dan
yang terakhir adalah gaya bahasa koreksio atau epanortosis adalah gaya bahasa
yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa
dan memperbaiki makna-makna yang salah.
Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang membedakan manusia atau
insan.berikutnya adalah gaya bahasa pleonasme dan tautologi yaitu pemakaian
kata yang muzir (berlebihan), yang sebenenarnya tidak perlu suatu acuan disebut
pleonasme apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh. Gaya
bahasa yang terakhir adalah koreksi atau epanortosis yaitu gaya bahasa yang
berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan
memperbaiki makna-mkana yang salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian yang berjudul Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan
pada Novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata: Kajian Semantik
ini peneliti memaparkan dua hal penting, yakni pertama, penggunaan jenis gaya
bahasa dan novel Anak Bajang Menggiring Angin. Kedua, analisis makna yang
terkandung dari setiap gaya bahasa yang terdapat dalam novel Anak Bajang
Menggiring Angin.
Pertama, dalam novel Anak Bajang Menggiring Angin majas
perbandingan yang ditemukan yaitu empat gaya bahasa dari sepuluh jenis gaya
bahasa dalam majas perbandingan, yakni gaya bahasa perumamaan atau simile,
metafora, personifikasi, dan antitesis. Kelima jenis gaya bahasa ini, yang paling
sering atau dominan dipakai oleh pengarang dalam menulis cerita adalah gaya
bahasa simile, kemudian urutan kedua gaya bahasa personifikasi, ketiga metafora,
dan urutan ke empat antitesis.
Kedua, makna yang ingin dismpaikan melalui gaya bahasa dalam majas
perbandingan sangat beragam disesuaikan konteks kalimatnya. Tujuan pemaparan
makna agar pembaca sastra memahami setiap bentuk gaya bahasa yang
digunakan. Penggunaan setiap gaya bahasa dalam sebuah karya sastra memiliki
tjuan agar ceritanya lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
45
membaca ceritanya selain itu juga bagi pembaca yang teliti, pasti menangkap
maksud dan tujuan yang terkandung di dalamnya.
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa peneitian ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu, peneliti mengharapkan agar penelitian tentang majas dikembangkan
lebih luas oleh peneliti selanjutnya. Dalam pebelitian ini, peneliti hanya berfokus
pada satu majas saja yakni majas perbandingan dan makna yang disampaikan.
Apabila ada peneliti lain yang ingin meneliti mengenai majas sekiranya tidak
hanya berfokus pada satu majas saja. Peneliti lain hendaknya meneliti beberapa
majas dengan objek karya sastra lainnya dalam lingkup bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
46
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dewa, I Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi. 2011. Semantik: Teori dan
Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Djajasudarma, Fatimah 1993. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna.
Bandung: PT Eresco
Faruk. 2002. Novel-Novel Indonesia Tradisi Balai Pustaka 1920-1942.
Yogyakarta: Gama Media.
Iyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
J. D. Parera. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
J. Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja
Karya.
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Arnodus Ende.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Pradopo, Racmad Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Prastowo, Andi. 2016. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Sindhunata. 2003. Anak Bajang Menggiring Angin. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sumardjo, Jakob. 1982. Novel Populer Indonesia. Yogyakarta: CV Nur Cahaya.
Sumardjo, Jakob.1983. Pengantar Novel Indonesia. Jakarta: PT Karya Unipress.
Tarigan, Henri Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
Tabulasi Penggunaan Majas Perbandingan dalam Novel Anak Bajang Menggiring Angin
Karya Shindunata: Kajian Semantik
Petunjuk : Berilah tanda centang (V) pada kolom triangulator (setuju aau tidak setuju) dan berikan komentar pada kolom keterangan triangulator.
No. Jenis Majas
Perbandingan
Novel Anak
Bajang
Menggiring Angin
Data Makna Semantik dan Penjelasan Triangulator Keterangan
Triangulator Setuju Tidak
Setuju
1. Simile/perumpam
aan
Bagian Satu 1.Mendung bagaikan bidadari
menangis di Negeri Lokapala.
(hal. 3)
Cuaca mendung yang disertai rintik
hujan
Pengarang membandingkan kata
mendung dengan bidadari menangis .
√
2.Air matanya jatuh bagai batu-
batu hitam menutupi kehijauan
rerumputan. (hal.3)
Air mata yang menetes karena duka
atau kesedihan yang sangat
mendalam, sehingga membuat
semua yang menyaksikan ikut
bersedih.
Pengarang membandingkan air mata
yang jatuh dengan batu-batu hitam
yang menutupi kehijauan rerumputan.
Banyaknya tangisan kesedihan
sehingga membuat suasana dan
keadaan yang tenang dan bahagia jadi
hilang.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
3.Kedua matanya bagaikan
matahari kembar. (hal. 3)
Matanya berbinar menandakan
sedang bahagia
Pengarang membandingkan kata
kedua matanya dengan matahari
kembar . Dua mata dibandingkan
matahari kembar seperti sepasang
mata yang bersinar bahagia.
√
4.Ia menaburkan bunga dari
angkasa, runtuh seperti emas-
emas jatuh. (hal. 3)
Bunga yang berjatuhan dari langit
menandakan bahwa kebahagiaan
yang diharapkan telah datang.
Pengarang membandingkan kata
menaburkan bunga dengan emas-
emas. Bunga yang bertaburan dari
langit diumpamakan sebagai emas
jatuh yang memiliki makna
kebahagiaan/keberuntungan.
√
5.Hatinya mengeras seperti
sebilah keris pusaka yang haus
akan darah para dewa. (hal. 3)
Dirinya menjadi angkuh dan
ambisius.
Pengarang membandingkan kata
mengeras dengan sebilah keris yang
memiliki makna keangkuhan dan sifat
ambisius.
√
6.Wajahnya bersinar seperti
surya di fajar pagi. (hal. 8)
Wajah yang berseri-seri karena
bahagia.
Pengarang membandingkan wajah
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
dengan surya yang memiliki makna
wajah yang berseri-seri bahagia seperti
matahari yang bersinar di pagi hari.
7.Hatinya seperti tertusuk
panah-panah matahari. (hal.9 )
Seseorang yang perasaannya sedang
merasa sakit dan sedih karena
dilukai seseorang.
Mpengarang membandingkan hati
dengan panah-panah yang memiliki
makna perasaan yang sakit atau sedih
seperti tertusuk panah.
√
8.Alengka bagaikan berubah
menjadi sejuta kegelapan.
(hal.10)
Penghuni kerajaan Alengka yang
sedang mengalami duka atau
kesedihan yang amat dalam.
Pengarang membandingkan Alengka
dengan sejuta kegelapan yang
memiliki makna sebuah keadaan pada
suatu tempat/kerajaan yang sedang
mengalami kesedihan atau duka yang
dalam.
√
9. Jalannya seperti kembang
setaman yang melambai-lambai.
(hal.17)
Cara berjalannya atau langkahnya
terkesan pelan atau bergemulai dan
tampak indah.
Pengarang membandingkan kata
jalannya dengan kembang yang
melambai-lambai yang memiliki
makna keelokan cara berjalan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
seseorang yang gemulai dan terlihat
indah.
10. Wisrawa bagai mandi lautan
darah (hal.17)
Wisrawa sedang terluka parah
hingga berlumuran darah.
Pengarang membandingkan sosok
Wisrawa dengan mandi darah yang
memiliki makna keadaan seseorang
yang sedang terluka sangat parah
secara fisik hingga mengeluarkan
banyak darah.
√
11. Langit seperti ladang hitam.
(hal.22)
Langit yang sedang mendung
Pengarang membandingkan langit
dengan ladang hitam yang memiliki
makna suasana langit yang mendung
dan akan terjadi hujan deras.
√
12. Matanya bagai tertutup debu.
(hal.23)
Matanya terpejam sangat rapat
Pengarang membandingkan mata
dengan tertutup debu yang memiliki
makna makna mata yang terpejam
sangat rapat seperti kemasukan
debunyang banyak sehingga tidak
dapat membuka mata sama sekali.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
Bagian Dua 13. Kau diam seperti tugu batu
(hal.38)
Seseorang yang diam tanpa
melakukan aktivitas apapun.
Pengarang membandingkan diam
dengan tugu batu yang memiliki
makna sebuah sikap diam tanpa
aktivitas sama sekali atau diam yang
tidak berguna.
√
14. Tangisannya keras bagaikan
guntur yang terdengar sampai ke
negeri-negeri seberang lautan.
(hal.45)
Tangisan yang sangat kencang
terdengar sehingga membuat semua
orang yang berada di sekitar
kerajaan mendengar.
Pengarang membandingkan tangisan
dengan guntur yang memiliki makna
sebuah tangisan yang amat keras
sampai terdengar seisi kerajaan dan
sekeliling kerajaan.
√
15. Puncak Gunung
Sunyapringga bagaikan ingin
menyentuh langit. (hal.57)
Puncak gunung yang sangat tinggi
hingga jika dilihat dari kejauhan
seakan ingin bersentuhan dengan
awan.
Pengarang membandingkan gunung
dengan menyentuh langit yang
memiliki makna gunung yang
tingginya sepintas terlihat seperti
hampir menyentuh langit/awan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
Bagian Tiga 16. Menyerbu laksana badai
yang menggeret tubuh-tubuh
raksasa ke gunung-gunung.
(hal.77)
Serangan besar yang mampu
mengancurkan benda-benda di
sekitarnya.
Pengarang membandingkan menyerbu
dengan badai yang memiiki arti
serangan yang membuat orang
disekitarnya terpental jauh.
√
17. Wajahnya segar bagai
gerimis hujan di punjung yang
indah. (hal.83)
Wajahnya tampak berseri dan
menawan.
Pengarang membandingkan wajah
dengan gerimis yang memiliki makna
ekspresi wajah yang terlihat berseri
atau senang karena suatu hal.
√
18. Kegembiraan seperti
meledak. (hal.89)
Kebahagaan yang sangat besar
Pengarang membandingkan kata
gembira dengan meledak yang
memiliki makna sebuah kebahagiaan
atau perasaan bahagia yang tiba-tiba
muncul.
√
19. Angin dari barat laut seperti
menghembuskan belati-belati
tajam. (hal.92)
Angin yang berembus sangat
kencang sehingga mampu
memporak-porandakan benda-
benda di sekitarnya.
Pengarang membandingkan angin
dengan belati-belati yang memiliki
makna angin yang datang sangat
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
kencang dan terasa semilir
menghempas dingin mengenai tubuh.
20. Dewi Kekayi seperti disiram
air dingin. (hal.92)
Dewi Kekayi yang sedang menggigil
kedinginan.
Pengarang membandingkan Dewi
denga air dingin yang memiliki makna
keadaan Dewi Kekayi yang menggigl
kedinginan.
√
21. Kebebasan itu bagaikan
pohon yang bertumbuh dengan
sendirinya, bila ada alam yang
menyuburkannya. (hal.95)
Kebebasan yang tidak terikat pada
hal apapun hanya saja
membutuhkan ruang gerak.
Pengarang membandingkan kebebasan
dengan pohon yang memiliki makna
kebebasan yang tiba-tiba datang dan
tidak terikat pada apapun .
√
22. Tugasmu berat, Barata,
seperti berlayar di samudra
dengan perahu kecil. (hal.96)
Tugas yang sulit untuk dikerjakan
karena alat bantu yang digunakan
tidak memadadi.
Pengarang membandingkan tugas
degan berlayar yang memiliki makna
tugas yang sulit unuk dikerjakan
karena sarana pencapaiannya tidak
memadai.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
Bagian Empat 23. Ketiga anak manusia ini
bagaikan kumbang-kumbang
yang baru saja mengenal
keindahan hutan dengan
kembang-kembangnya. (hal.101)
Tiga bersaudara yang menginjak
dewasa dan mulai mengenal lawan
jenisnya dan merasakan cinta.
Pengarang membandingkan ketiga
anak dengan kumbang-kumbang yang
memiliki makna tiga orang anak yang
beranjak dewasa dan mengenal cinta.
√
24. Cinta Sinta terasa harum
bagai wewangian kembang-
kembang disekitarnya. (hal.101)
Cinta Sinta yang tulus dan suci.
Pengarang membandingkan cinta Sinta
dengan wewangian yang memiliki
makna cinta Sinta yang tulus dan suci
ikut dirasakan oleh orang-orang di
sekitarnya.
√
25. Matanya seperti bola api,
panas terasa nafsunya. (hal.103)
Mata yang membelalak marah
penuh dengan emosi dan ambisi.
Pengarang membandingkan mata
dengan bola api yang memiliki makna
kemarahan yang terlihat di matanya
yang penuh dengan ambisi dan emosi.
√
26. Langkahnya gemulai,
bagaikan daun-daun
beterbangan. (hal.106)
Langkah yang perlahan dan penuh
kehati-hatian.
Pengarang membandingkan langkah
gemulai dengan daun-daun yang
memiliki makna langkah yang
perlahan dan penuh kehati-hatian
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
dalam pergerakannya.
27. Mata Danareja seperti
berbunga dalam kekecewaan.
(hal.115)
Mata Danareja yang tampak
bahagia meski sebenarnya penuh
dengan kekecewaan.
Pengarang membandingkan mata
dengan berbunga dalam kecewa yang
memiliki makna sebuah perasaan
bahagia ditengah perasaan kecewa.
√
28. Pendeta tua terkejut bukan
buatan, ia seperti disambar kilat
yang mengerikan. (hal.121)
Pendeta tua yang merasa sangat
terkejut.
Pengarang membandingkan terkejut
dengan disambar kilat yang memiliki
makna perasaan sangat terkejut yang
muncul secara tiba-tiba.
√
Bagian Lima 29. Maka Kera Putih ini pun
melesat seperti halilintar yang
dibidikkan Dewa Indra.
(hal.176)
Kera putih yang melompat dengan
sangat cepat.
Pengarang membandingkan melesat
dengan halilintar yang memiliki
makna seeokar kera putih yang
melompat sangat cepat berbeda
dengan kera-kera yang lain.
√
30. Mendadak suasana menjadi
terang-benderang. Bintang-
bintang bagai berjatuhan.
(hal.194)
Suasana dan keadaan kerajaan
yang berubah menjadi terang dan
tenang serta menampakkan
keindahannyaa.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
Pengarang membandingkan bintang-
bintang dengan berjatuhan yang
memiliki makna sebuah keadaan yang
yang menjadi tenang dan terlihat
keindahannya.
Bagian Enam 31. “Kakakku, jadikan hatimu
bagaikan samudra yang luas
seakan tak bertepi, tapi tenang
dan sabar di tepi-tepinya.
(hal.316)
Seorang kakak yang diharapkan
memiliki hati yang lapang dan
sabar yang tidak ada batasnya.
Pengarang membandingkan
hati/perasaan dengan samudra yang
memiliki makna hati seorang kakak
yang diharapkan selalu sabar sampai
kapanpun dan tidak pernah hilang
kesabarannya atau tidak terbatas
kesabarannya.
√
32. Maka turunlah hujan darah
bagaikan air bah di tanah
Alengka. (hal.334)
Pertempuran yang menjatuhan
banyak korban.
Pengarang membandingkan hujan
darah dengan air bah yang memiliki
makna sebuah pertempuran besar yang
menjatuhkan banyak korban dan
pertumpahan darah.
√
Bagian Tujuh 33. Surya lelah matanya, bagai
mata orang yang semalam
terganggu tidurnya oleh asmara.
(hal. 354)
Hari yang mulai sore dan gelap
Pengarang membandingkan surya
dengan mata yang memiliki makna
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
matahari yang mulai terbenam
menandakan sore telah tiba.
2. Metafora Bagian Satu 34. Dan keindahannya itu adalah
bunga tanjung, yang tiada
berbudi, tapi mekar dalam
keharumannya karena
persekutuannya dengan alam
semesta. (hal.12)
Keindahan yang terlihat murni
Pengarang membandingkan keindahan
= bunga tanjung yang memiliki makna
bahwa keindahan itu sepeti bunga
tanjung yang tumbuh, mekar dan
harum karena didukung oleh alam
yang hijau dan subur.
√
35. Nyanyian-nyanyian mereka
adalah badai yang mengerikan.
(hal. 13)
Nyanyian-nyanyian yang
menandakan akan terjadi
marabahaya atau kehancuran.
Pengarang membandingkan nyanyian-
nyanyian = badai yang memiliki arti
pujian-pujian atau mantra-mantra yang
berisi keburukan, sumpah serapah
dengan tujuan kehancuran.
√
36. “Wisrawa, kau pendeta
berhati srigala.”
(hal.24)
Orang yang dianggap suci oleh
kebanyakan orang namun ternyata
memiliki hati yang jahat.
Pengarang membandingkan pendeta =
srigala yang memiliki makna seorang
yang pada hakikatnya dianggap
suci/taat agama namun sebenarnya
perannya itu hanya untuk menutupi
keburukan hatinya/sifat jahatnya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
Bagian Dua 37. “Anakku kau adalah mata
hidupku.” (hal.74)
Seorang anak yang menjadi
harapan dan pandangan hidup bagi
orang tuanya.
Pengarang membandingkan anak =
mata hidup yang memiliki makna
seorang anak yang selalu menjadi
harapan, pandangan hidup dan
kebanggaan bagi orang tuanya.
√
3. Personifikasi Bagian Satu 38. Di pangkuannya, pertiwi
dipeluknya dalam kedamaian.
(hal. 3)
Di bawah kepemimpinannya,
kerajaan menjadi damai dan
sejahtera.
Memanusiakan bumi pertiwi layaknya
anak kecil yang dipangku dan didekap
dalam kedamaian dan kasih sayang
ibunya. Memeluk pertiwi memiliki
makna memimpin kerajaan dengan
penuh cinta hingga terwujud kerajaan
yang damai.
√
39. Pohon-pohon bambu raksasa
yang angker berderit-derit
menyanyi bersama angin
pegunungan. Menyampaikan
bisikan pada pohon-pohon
bambu kuning di pelataran
istana Lokapala. (hal. 4)
Pohon-pohon bambu yang besar
berderit terkena angin.
Memanusiakan pohon-pohon bambu
yang seolah dapat bernyanyi dan
menyampaikan pesan. Pohon-pohon
yang berderit memiliki makna bahwa
pohon bambu yang tertup angin akan
saling bergesekan satu dengan yang
lain sehingga akan menimbulkan
bunyi yang nyaring seakan bunyi-
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
bunyi itu memiliki nada dan pesan.
40.Sinar bulan yang mulai pudar
menjamah rambut Dewi
Lokawati yang telah berubah
keputih-putihan. (hal. 5)
Hari yang mulai terang, matahari
mulai terik sehingga memancar
mengenai rambut Dewi Lokawati
yang mulai beruban.
Memanusiakan sinar bulan yang
seakan dapat menjamag/menyentuh
rambut manusia. Sinar bulan yang
menjamah rambut memiliki makna
bahwa sinar dapat memanjarkan
cahaya dan memantulkannya pada
rambut yang lembut dan kemudian
tampak berkilau.
√
41.”Ibu, biarkan aku ditelan
malam yang penuh janji ini.”
(hal.5)
Orang yang putus asa karena
mimpi-mimpinya tidak tercapai.
Memanusiakan malam yang seakan
dapat menelan layaknya manusia.
Ditelan malam memiliki makna
menghabiskan waktu.
√
42. Bunga tanjung kelelahan
karena bercumbu, maka embun
pagi kecapaian
membangunkannya. (hal.6)
Seorang wanita yang tertidur
kelelahan karena semalaman
bercinta dengan kekasihnya
sehingga sulit untuk dibangunkan
dipagi harinya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
Memanusiakan bunga tanjung yang
seolah manusia yang merasa kelelahan
karena bercinta semalaman dengan
kekasihnya.
43. Bumi Alengka sedang
kenyang dengan darah. (hal 7)
Kerajaan Alengka sedang
mengalami perang yang
menimbulkan banyak korban
meninggal dunia.
Memanusiakan bumi Alengka yang
seakan dapat makan dan merasa
kekenyangan karena makan yang
banyak. Bumi Alengka yang
kekenyangan memiliki makna
banyaknya pertempuran dan
pertumpahan darah yang baru saja
terjadi di Alengka.
√
44.Tapi kematian
mengangkatnya pada bumi yang
melengking dangan bunyi
sangakakala. (hal.13)
Kematian yang membuat seseorang
masuk ke liang kubur.
Memanusiakan kematian yang seolah
mampu mengangkat jenazah dan
menguburkannya kedalam liang kubur
layaknya manusia. Makna dari
kematian mengangkat pada bumi ialah
manusia akan dikuburkan apabila ia
sudah mengalami kematian.
√
45. Tertawa mereka Kesombongan yang mengakibatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
meremukkan kepala manusia.
(hal.13)
kehancuran untuk orang lain.
Memanusiakan tertawa yang seolah
mampu meremukkan kepala mansusia
layaknya manusia yang dapat
memukul, menganiaya, dan
melakukan kontak fisik terhadap
sesamanya.
46. Kubiarkan hatiku dimakan
rindu. (hal.27)
Orang yang pasrah akan
perasaannya dan tidak berusaha
untuk memaksakan keinginannya.
Memanusiakan rindu yang seolah
dapat memakan layaknya manusia
yang dapat melakukan aktivitas
makan. Hati dimakan rindu memiliki
makna perasaan yang diselimuti
sebuah kerinduan terhadap sesorang
yang tidak dapat tercapai atau
bertemu.
√
Bagian Dua 47. Dan hantaman ombak
samudra berteriak seperti
sangkakala yang menghentikan
peperangan. (hal.36)
Suara ombak yang bergemuruh.
Memanusiakan ombak yang seakan
dapat berteriak layaknya manusia.
Ombak yang menghentikan
peperangan maksudnya ialah
hantaman ombak yang sangat keras
dan menimbulkan suara yang
bergemuruh.
√
48.Begitu tiba di atas Telaga Angin yang menghempas rambut √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
Sumala, angin ribut itu
membelai Retna Anjani. (hal.45)
Retna Anjani.
Memanusiakan angin ribut yang
seakan dapat membelai rambut
layaknya manusia yang dapat
membelai dengan tanganya. Makna
dari angin ribut yang membelai rambut
ialah kerasnya hembusan angin
sehingga dapat menghempas rambut.
49. Dan kesepian itu
menceritakan segala-galanya
kepadanya. (hal.56)
Orang yang menemukan
ketentraman karena suasana yang
sepi/hening.
Memanusiakan kesepian seolah dapat
bercerita pada orang lain. Makna dari
kesepian menceritakan segalanya ialah
kesunyian yang menjadi renungan atas
keadaan yang sedang terjadi.
√
Bagian Tiga 50. Hutan sedang tidur dalam
ketakutan di pangkuan malam.
(hal.71)
Hutan yang sepi dan gelap
Memanusiakan hutan yang seolah
dapat tidur layaknya manusia. Makna
hutan yang sedang tidur dalam
ketakutan ialah hutan yang sangat
sunyi ketika malam tiba karena tidak
ada satupun manusia yag beraktifitas
di hutan pada malam hari.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
51. Angin berteriak meniupkan
kabut. (hal.80)
Angin yang berhembus
menyingkirkan kabut-kabut di
udara.
Memanusiakan angin yang seolah
dapat berteriak layaknya manusia.
Meniupkan kabut maknanya ialah
berhembus dan menghempas kabut.
√
52. Sayang, di tengah keindahan
alam ini ada kembang menur
yang meneteskan air matanya.
(hal.86)
Adanya tangisan kesedihan di
tengah kebahagiaan.
Memanusiakan kembang menur seolah
dapat menangis layaknya perempuan
yang sedang bersedih.
Makna dari kembang menur yang
meneteskan air mata adalah seorang
gadis yang sedang bersedih di tengah
kebahagiaan keluarganya karena
merasa keinginannya tidak sejalan
dengan orang tuannya.
√
53. Sungai-sungai mengalir
deras, membawakan lagu
kesedihan. (hal.92)
Peristiwa banjir yang menimbulkan
korban jiwa dan kehancuran
daerah yang dilanda.
Memanusiakan sungai yang seolah
dapat menyanyikan lagu layaknya
manusia. Sungai mengalir deras
membawakan lagu kesedihan memiliki
makna sungai dengan arus yang deras
dan besar membanjiri suatu daerah dan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
membawa bencana untuk orang-orang
disekitarnya.
Bagian Empat 54. Langit berdetak, bintang-
bintangnya meneteskan gerimis
air matanya. (101)
Langit mendung dan petir yang
menyambar disertai gerimis.
Memanusiakan langit dan bintang-
bintang seolah dapat berdetak
layaknya jantung manusia dan bintang
yang dapat meneteskan air mata
layaknya manusia yang sedang
menangis. Langit berdetak dan bintang
bergerimis memiliki makna bahwa
malam akan turun hujan.
√
55. Matahari sedang mencium
lembah-lembah gunung Hutan
Danaka, ketika Rama dan Sinta
mengarungi belantara. (hal.106)
Matahari yang bersinar
memancarkan cahaya di siang hari.
Memanusiakan matahari yang seolah
dapat mencium layaknya manusia.
Matahari mencium lembah-lembah
gunung maknanya adalah hari mulai
terang, matahari memancarkan
sinarnya sampai ke lembah-lembah
gunung.
√
Bagian Lima 56.Matahari sudah menyibakkan
selimut awan malamnya.
(hal.153)
Terik matahari yang mulai muncul
karena hari mulai siang.
Memanusiakan matahari yang seolah
dapat menyibakkan selimut layaknya
manusia yang bangun dari tidur
kemudian menyibakkan selimutnya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
Menyibakkan selimut awan malam
memiki makna bahwa hari mulai
terang.
57. Dan siang pun makin
membakar marah, apinya
menjilat-jilat bumi. (hal.191)
Terik matahari sngat panas dan
terasa sampai ke bumi.
Memanusiakan api yang seakan dapat
menjilat layaknya manusia yang
memiliki lidah. Makna dari api
menjilat-jilat bumi ialah terik matahari
yang sangat panas memancar ke bumi
sehingga panasnya terasa sampai
tanah.
√
58. Matahari sedang bermain-
main dengan gelombang
samudra. (hal.202)
Keadaan laut dikala siang
Memanusiakan matahari layaknya
anak-anak yang sedang bermain-main.
Makna dari matahari yag bermain
dengan gelombang samudra ialah
keadaan laut dikala siang dengan
ombak yang berkejar-kejaran di
lautan.
√
59. Biar aku mati di tanah yang
haus darah ini. (hal.215)
Kemtian seseorang di daerah yang
sering terjadi perang.
Memanusiakan tanah yang seolah
merasakan haus layaknya manusia
yang haus akan minuman. Tanah yang
haus darah memiliki makna sebuah
daerah yang kerap kali dijadikan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
tempat untuk berperang.
Bagian Enam 61. Bulan sudah selesai
berdandan, siap berjalan di
tengahmalam. (hal.231)
Bulan yang bersinar terang di
tengah malam.
Memanusiakan bulan seolah wanita
yang selesai berdandan. Bulan yang
selesai berdandan memiliki makna
pancaran bulan yang sempurna
diwaktu malam dan siap menerangi
indahnya malam.
√
62. Laut yang pernah
memeluknya telah menelan
harapannya. (hal.237)
Samudra yang dulu menjadi teman
berlayar sekarang telah
menenggelamkannya.
Memanusiakan laut seolah seorang
sahabat yang memeluk sahabatnya.
Laut yang pernah memeluknya telah
menelan harapannya memiliki makna
sebuah persaudaraan yang dulu erat
kini terpisah karena sebuah perbedaan.
√
Bagian Tujuh 63. Sementara awan-awan sedih
menghitam, merendah ingin
menjatuhkan hujannya. (hal.361)
Awan yang mulai mendung dan
akan turun hujan.
Memanusiakan awan seolah manusia
yang sedang bersedih dan ingin
menangis.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
+4LrCS
Mtt-;o
\
o\c.l)rnc.l(Bo
-v5(no0b0(q
r..io2bI)
l-{F()otroC
B
J1(6I(gtr(BE(daJ't<(,)q)U
)a(€d(Bd€talal=t<
7E - tF
]n* *st
(6))-.:
h!'uA
.A!
5d ()
Xtr tr -
o gl) i
'at 6 EzJU
o0EIl
^tr-\ZH
H >
'J-
iI v9a
63T A
V:
tr=
tridbF
9F\O
ArY
H
?
cd
obI)doaao$
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Maria Ani Marini lahir di Padang Cermin,
Lampung, tanggal 14 Juli 1993. Dia mengawali
pendidikan formalnya di sekolah dasar di SD N 2
Padang Cermin, Lampung pada tahun 2000 – 2003.
Kemudian pindah ke Bantul, Yogyakarta di SD
Kanisius Kanutan pada tahun 2003 – 2006. Setelah
itu, dia melanjutkan studinya di SMP Negeri 3 Padang Cermin Lampung pada
tahun 2006 - 2009. Pendidikan menengah atas ditempuhnya di SMA Stella Duce
Bantul, Yogyakarta pada tahun 2009 – 2012. Setelah menyelesaikan sekolah
tingkat menengah atas.
Pada tahun 2012 dia melanjutkan studinya di perguruan tinggi swasta di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia. Masa pendidikan S1 berakhir pada tahun 2019 dengan
menyelesaikan skripsi yang berjudul Gaya Bahasa pada Majas Perbandingan
dalam Novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata: Kajian
Semantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI