GANGGUAN OTAK YANG TERKAIT DENGAN KOMUNIKASI * Dr.dr.A.A.Ayu Putri Laksmidewi, Sp.S(K) ** ABSTRAK Komunikasi dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang sangat penting, namun secara fungsi maupun lokasi anatomi “wicara” ataupun “bahasa” adalah hal yang berbeda. Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia dan dasar dari kemampuan kognitif. Gangguan wicara (speech disorders) bersifat perifer disebabkan oleh kelainan saraf tepi, otot maupun struktur anatomis yang dipakai untuk berbicara dan biasanya disertai gangguan suara (speech and voice disorders). Gangguan wicara, dalam bahasa medis disebut sebagai “disartria” berkaitan dengan neuromuskular, artikulasi, respirasi, dan resonansi. Gangguan berbahasa (language disorders) yang disebut sebagai afasia, mencakup gangguan yang lebih kompleks, bersifat multimodalitas dan gangguannya terletak di korteks serebri. Afasia biasanya disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak seperti stroke, cedera kepala, infeksi juga gangguan degeneratif. Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak. Pada manusia, fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99% orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan 60% orang yang dominan tangan kiri (kidal). Pada pasien yang menderita afasia, sebagian besar lesi terletak pada hemisfer kiri . Komponen neuroanatomi yang berperan dalam proses produksi bahasa dan pemahaman meliputi masukan (input) auditori dan pengkodean bahasa di lobus temporal superior, analisis bahasa di lobus parietal dan ekspresi di lobus frontal. Pada pertemuan ini dikemukakan sedikit mengenai anatomi, gejala afasia untuk selanjutnya dapat meletakkan dasar penatalaksanaan yang lebih awal dan adekuat dibidang terapi “wicara-bahasa”. *Seminar dan Workshop Nasional “Assesment Klinis dan Managemen Afasia Dewasa serta hubungan terhadap Gangguan Bahasa Neurogenik” **Divisi Neurobehavior, Departemen/KSM Neurologi FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar, 14 September 2018 , Bali
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GANGGUAN OTAK YANG TERKAIT DENGAN KOMUNIKASI *
Dr.dr.A.A.Ayu Putri Laksmidewi, Sp.S(K) **
ABSTRAK
Komunikasi dalam kehidupan manusia merupakan sesuatu yang sangat penting, namun
secara fungsi maupun lokasi anatomi “wicara” ataupun “bahasa” adalah hal yang berbeda.
Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia dan dasar dari kemampuan kognitif.
Gangguan wicara (speech disorders) bersifat perifer disebabkan oleh kelainan saraf tepi,
otot maupun struktur anatomis yang dipakai untuk berbicara dan biasanya disertai gangguan
suara (speech and voice disorders). Gangguan wicara, dalam bahasa medis disebut sebagai
“disartria” berkaitan dengan neuromuskular, artikulasi, respirasi, dan resonansi.
Gangguan berbahasa (language disorders) yang disebut sebagai afasia, mencakup
gangguan yang lebih kompleks, bersifat multimodalitas dan gangguannya terletak di korteks
serebri. Afasia biasanya disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak seperti stroke, cedera
kepala, infeksi juga gangguan degeneratif.
Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak. Pada manusia,
fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99% orang yang
dominan tangan kanan (kinan) dan 60% orang yang dominan tangan kiri (kidal). Pada pasien
yang menderita afasia, sebagian besar lesi terletak pada hemisfer kiri. Komponen neuroanatomi
yang berperan dalam proses produksi bahasa dan pemahaman meliputi masukan (input) auditori
dan pengkodean bahasa di lobus temporal superior, analisis bahasa di lobus parietal dan ekspresi
di lobus frontal. Pada pertemuan ini dikemukakan sedikit mengenai anatomi, gejala afasia untuk
selanjutnya dapat meletakkan dasar penatalaksanaan yang lebih awal dan adekuat dibidang terapi
“wicara-bahasa”.
*Seminar dan Workshop Nasional “Assesment Klinis dan Managemen Afasia Dewasa serta
hubungan terhadap Gangguan Bahasa Neurogenik”
**Divisi Neurobehavior, Departemen/KSM Neurologi FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar, 14
September 2018 , Bali
Pendahuluan
Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam
berkomunikasi diperlukan suatu perangkat yang dikenal sebagai fungsi “wicara-bahasa”,
sehingga gangguan berkomunikasi seringkali disebut juga sebagai gangguan “wicara–bahasa”
atau gangguan berbahasa. Untuk dapat berkomunikasi yang baik, menggunakan sejumlah fungsi
berupa simbolisasi (kemampuan pemahaman dan formulasi bahasa dan simbol lainnya), untuk
meningkatkan kemampuan tenaga dalam berbicara diperlukan kemampuan respirasi yang baik
sedangkan kemampuan resonansi untuk menghasilkan nada tertentu, fonasi untuk membunyikan
suara, artikulasi untuk menghasilkan vocal dan konsonan, lafal yang menghasilkan bunyi bahasa,
prosodi membuat lagu irama kalimat dan kemampuan komunikasi berupa kemauan dan
kemampuan berinteraksi komunikasi.
Wicara (speech) dibedakan dengan bahasa (language) secara fungsional maupun
lokalisasi lesi dan anatominya. Gangguan wicara bersifat perifer disebabkan oleh kelainan saraf
tepi, otot maupun struktur anatomis yang dipakai untuk berbicara. Gangguan wicara ini biasanya
disertai gangguan suara (speech and voice disorders) yang dalam bahasa medis disebut sebagai
“disartria”. Gangguan bahasa yang lazimnya disebut sebagai afasia mencakup gangguan yang
lebih kompleks, bersifat multimodalitas dan letak gangguannya di korteks serebri yang biasanya
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak seperti stroke, juga cedera kepala, infeksi. Pada
pertemuan ini dikemukakan tentang neuroanatomi, gejala gangguan komunikasi (afasia) disertai
kerjasama penatalaksanaan yang lebih awal dan adekuat dibidang terapi wicara-bahasa.
Bahasa
Definisi Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi utama manusia dan dasar dari sebagian besar
kemampuan kognitif. Gangguan kognitif adalah gangguan proses berpikir yang rasional
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan juga memperhatikan. Gangguan ini
erat kaitannya dengan fungsi otak secara keseluruhan. Gangguan berbahasa (language disorders)
biasanya disebut afasia, sedangkan gangguan berbicara (speech disorders) atau wicara seringkali
disebut disartri yang berkaitan dengan neuromuskular, artikulasi, respirasi, dan resonansi.
Gangguan komunikasi menghubungkan tiga aspek bahasa yaitu sosial, kognitif dan linguistik.
Anatomi dan Fisiologi Bahasa
Susunan saraf manusia terdiri dari Susunan Saraf Pusat dan Susunan Saraf Tepi. Susunan
Saraf Pusat terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum) dan sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Serebrum banyak berperan dalam gangguan bahasa, serebrum
terdiri dari 2 belahan otak (hemisfer kiri dan kanan) yang dihubungkan oleh korpus kalosum.
Secara umum, hemisfer kiri mengatur bagian tubuh sisi kanan dan hemisfer kanan mengatur
bagian tubuh sisi kiri. Permukaan otak (serebrum) ini terdiri atas korteks (grey matter), yang
merupakan pusat sebagian besar aktivitas manusia termasuk pengaturan tata bahasa dan
pengetahuan tentang bahasa. Selain itu korteks juga merupakan organ tempat pengambilan
keputusan, setelah menerima pesan dari seluruh organ sensori dan melakukan segala aktivitas
volunteer. Korteks terbagi kepada empat lobus yaitu lobus frontalis berfungsi untuk mengontrol
gerakan motorik dan fungsi eksekutif yang lebih tinggi, lobus parietalis untuk fungsi sensoris,
lobus temporalis untuk mendengar, memori dan pemahaman bahasa dan lobus oksipitalis untuk
persepsi visual (Pearl dkk, 2014).
Kesempurnaan fungsi-fungsi yang ada di korteks serebri dengan segala peranannya hanya
terjadi pada otak manusia yang matang (matured brain). Semua terjadi melalui perkembangan
otak secara ontogenetis sejak dini. Proses perkembangan ini disebut dengan lateralisasi yang
berarti adanya pergeseran fungsi, terjadi spesialisasi hemisfer yaitu hemisfer kiri dan kanan
manusia mempunyai fungsi yang berbeda sehingga dalam fungsinya kedua hemisfer tersebut
tidaklah sama. Disebutkan bahwa hemisfer kiri orang kinan (orang yang cekat tangan kanan)
akan menjadi dominan dalam fungsi bahasa (linguistic functions) dan hemisfer kanan berperan
sebagai “spatial and affective functions”. Namun tidak menutup kemungkinan hemisfer kanan
(non-dominan) berperan dalam fungsi bahasa terutama dalam modalitas pengertian bahasa dan
juga membantu dalam pemulihan gejala afasia (Grey dan Hall, 2004).
Pemetaan area fungsional spesifik pada korteks serebral (gambar 2.1)
Area Broca yang merupakan area motorik untuk berbicara, terletak di posterior gyrus
frontal (digambarkan daerah Brodmann 44 dan 45). Area Wernicke merupakan pusat untuk
memproses kata-kata yang diucapkan, terletak di posterior superior gyrus temporal (daerah
Brodmann 22). Area konduksi terletak di daerah fasikulus arkuata, merupakan jaras
transkortikal berupa satu bundel saraf melengkung yang menghubungkan area Broca dan
Wernicke. Kerusakan fasikulus arkuata menyebabkan gangguan dalam mengulang kata kata.
Tiga area utama pusat bahasa yaitu, area Broca, area Wernicke dan area konduksi.
Gambar 2.1. Pemetaan area fungsional spesifik pada korteks serebral
(Guyton dan Hall, 2006)
Area Exner dikenali sebagai daerah Brodmann 6, dimana area ini terletak tepat di atas area Broca
dan anterior area kontrol motor primer. Area ini untuk mengetahui kemampuan menulis,
berdekatan dengan lokasi gerakan tangan. Kerusakan area Exner akan mengakibatkan agraphia.
Area membaca terletak di bagian medial lobus oksipital kiri dan di splenium corpus callosum.
Daerah ini merupakan pusat membaca. Ia menerima impuls dari mata dan mengirimkan impuls
tersebut ke daerah assosiasi untuk dianalisa, kemudian dihantarkan ke fasikulus arkuata. Lesi
pada area ini menyebabkan kebutaan kata murni. Daerah ini neuroanatomi digambarkan sebagai
daerah Brodmann 17 (Gupta dan Singhal, 2011; Rohkamm, 2004).
Komponen neuroanatomi yang berperan dalam proses produksi bahasa dan pemahaman
meliputi masukan (input) auditori dan pengkodean bahasa di lobus temporal superior, analisis
bahasa di lobus parietal, dan ekspresi di lobus frontal. Masukan tersebut kemudian naik ke
traktus kortikobulbar menuju kapsula interna dan batang otak, dengan efek modulator dari basal
ganglia dan serebelum. Terakhir, masukan dimaknai sebagai bahasa lengkap dengan kosakata,
makna sintaksis, dan gramatikal di interkoneksi antar pusat-pusat bahasa (Sherwood, 2010).
Stimulus pendengaran dihantarkan dari perifer melalui sistem auditif ke area auditif
primer di girus Hischl pada kedua lobus Temporalis. Di hemisfer dominan, informasi diteruskan
ke area assosiasi auditif (area Wernicke untuk identifikasi kata) di bagian posterior lobus
temporalis superior. Kemudian sebagai simbol bahasa diteruskan ke area pengenalan kata di
inferior lobus parietal hemisfer dominan. Lalu informasi disampaikan kembali melalui area
Wernicke ke area lain di otak untuk encoding atau respon bahasa (Sherwood, 2010).
Gambar 2.2. Organisasi dari area asosiasi visual dan auditori somatik menjadi mekanisme umum untuk
interpretasi dari pengalaman sensori (Guyton dan Hall, 2006)
Gambar 2.3. Jalur kortikal untuk mengucapkan kata yang dilihat atau didengar
(Guyton dan Hall, 2006)
Arteri yang menyuplai area Broca dan area Wernicke ialah arteri serebri media. Arteri serebri
media terbagi menjadi 4 segmen, yaitu :
- M1 (dari arteri karotis interna menuju bifurkasi atau trifurcation)
- M2 (dari bifurkasi arteri serebri media ke sulkus melingkari insula)
- M3 (dari sulkus melingkar dengan aspek dangkal dari fisura Sylvian)
- M4 yang terdiri dari cabang kortikal.
Segmen M1 bercabang menjadi arteri lenticulostriata, yang memasuki komisura anterior, kapsula
interna, nukleus kaudatus, putamen dan globus pallidus, dan arteri temporalis anterior, yang
menyuplai lobus temporal anterior.
Segmen M2 bermula dari titik divisi utama segmen M1, selama insula dalam fisura Sylvii, dan
berakhir pada insula. Terdapat dua percabangan utama yaitu percabangan terminal superior
terdiri dari arteri frontobasal lateral (orbito-frontal) arteri sulci prefrontal, arteri sulci pra-
Rolandic (precentral) dan Rolandic (pusat). Percabangan terminal inferior bercabang mnejadi
tiga ke arteri di temporal (anterior, tengah, posterior), bercabang ke angular gyrus dan menjadi
dua cabang yang menyuplai area parietal (anterior, posterior).
Segmen M3 dimulai pada sulkus insula dan berakhir di permukaan fisura Sylvii. Bagian ini
dikirimkan melalui permukaan opercula frontal dan temporal untuk mencapai permukaan luar
fisura Sylvii.
Segmen M4 dimulai pada permukaan fisura Sylvii dan membentang di atas permukaan korteks
serebri. Cabang kortikal ini menyuplai daerah orbitofrontal, prefrontal, presentral, sentral,
anterior dan posterior parietal, temporo-oksipital, cabang temporopolar (Tubbs dkk, 2013).
Area motorik menempati gyrus presentral (area brodmann 4) di lobus frontal. Area
motorik disuplai oleh arteri serebri anterior dan arteri serebri media yang bercabang dari arteri