PENDAHULUANKesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan
sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan.
Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek
dalam dirinya dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis,
maupun sosial. Apabila fisiknya sehat, maka mental (jiwa) dan
sosialpun sehat, demikian pula sebaliknya, jika mentalnya terganggu
atau sakit, maka fisik dan sosialnyapun akan sakit. Kesehatan harus
dilihat secara menyeluruh sehingga kesehatan jiwa merupakan bagian
dari kesehatan yang tidak dapat dipisahkan.1Sedangakan kesehatan
jiwa sebagai keadaan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata
keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan
bahwa kesehatan jiwa sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif,
bukan sekedar keadaan tanpa penyakit tapi sehat mental dan sosial.2
Gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan,dan tingkah laku
seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi
sehari-hari(fungsi pekerjaan dan fungsi sosial) dari orang
tesebut.3 Sedangkan menurut, gangguan jiwa merupakan sindroma atau
pola prilaku atau psikologi seseorang yang secara klinis cukup
bermakna ,dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) didalam satu atau lebih fungsi penting dari
manusia.4Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling
sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek.
Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik
kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda,
serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang
normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya
tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung,
depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut
beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5
kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada
orang yang tidurnya cukup .5
PEMBAHASAN
1. A. Gangguan Jiwa atau Mental 5Gangguan jiwa adalah pola
perilaku atau psikologik yang secara klinis bermakna dan secara
khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress) serta hendaya
(impairment) dalam fungsi psikososial. Gangguan jiwa adalah
gangguan dalam : cara berpikir (cognitive), kemauan (volition,emosi
(affective), tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat
dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan
yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun
dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan
yaitu : gangguan jiwa (Neurosa) dan Sakit jiwa (psikosa).
Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting
diantaranya adalah: ketegangan(tension), rasa putus asa dan murung,
gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa(Convulsive),
hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut,
pikiran-pikiran buruk dsb.Banyak sekali jenis gangguan dalam cara
berpikir (cognitive). Untuk memudahkan memahaminya para ahli
mengelompokan kognisi menjadi 6 bagian seperti sensasi, persepsi,
perhatian, ingatan, asosiasi pikiran kesadaran. Masing-masing
memiliki kelainan yang beraneka ragam. Contoh gangguan kognisi pada
persepsi: merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang
menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah dsb.
Padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut
sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai
bentuk kecemasan yang sangat berat diarasakan. Hal ini sering
disebut halusinasi, pasien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu
atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Contoh gangguan
kemauan: pasien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku. Pasien susah sekali bangun
pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan
acak-acakan.Banyak sekali jenis gangguan kemauan ini mulai dari
sering mencuri barang yang mempunyai arti simbolis sampai melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan yang diperintahkan (negativime)
Contoh gangguan emosi: pasien merasa senang, gembira yang
berlebihan (Waham kebesaran). Pasien merasa sebagai orang penting,
sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno dsb. Tetapi
di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya
(depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya. Contoh gangguan
psikomotor : Hiperaktivitas, pasien melakukan pergerakan yang
berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur,
meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau
menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan
gerakan aneh. Berdasarkan gejala-gejala yang muncul gangguan jiwa
kemudian dikelompokan menjadi beberapa jenis. Definisi jiwa yang
sehat (mental health) seseorang dinyatakan sehat jiwanya, apabila
ia memiliki kepribadian sedemikian rupa sehingga mampu mengadakan
adaptasi dan re-adaptasi terhadap berbagai stress yang
dihadapi.Sehat menurut WHO: the presence of physical and emosional
well being. Ciri ciri seorang dewasa yang sehat jiwanya :6a) Sadar
akan diri/identitas dirinya b) Punya tujuan hidup c) Punya rasa
mandiri d) Dapat menerima realita e) Mampu menjalin hubungan dengan
orang lain f) Dapat memahami kebutuhan kebutuhan orang lain g)
Mampu menjalin hubungan heteroseksual dan mencapai kepuasan bersama
h) Aktif dan produktif i) Mampu melaksanakan tugas dengan baik j)
Mampu memberikan respon yang fleksibel terhadap stres yang dihadapi
k) Mampu menikmati kesenangan dalam hidupnya l) Mampu menerima
kekurangan kekurangan dirinya secara realistikBagi seorang individu
yang mengalami stres, akan timbul gejala gangguan jiwa atau tidak,
tergantung dari kemampuan adaptasinya. Kemampuan adaptasi tidak
sama pada setiap orang dan kemampuan ini ada batasnya. Gangguan
jiwa akan tampak pada : Ada fiksasi, yaitu adanya keterbatasan
dalam aktualisasi diri Hilang atau berkurangnya fungsi fungsi
kejiwaan yang telah ada Tingkah laku regresif yang berulang Adanya
afek yang tidak semestinya.Gejala gangguan jiwa merupakan proses
yang punya tujuan untuk defensif protektif, dan reparatif terhadap
penyebab/akibat gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi situasi
kepribadian dan menimbulkan gejala gejala klinis. Gejala klinis
pada dasarnya merupakan Kemampuan dalam penyesuaian terhadap
penyebab gangguan jiwa yang berupa kondisifisiologis, psikologis
atau sosial. Dan ketidak efektivan dalam penyesuaian epidemiologi
Gangguan Jiwa.B. Penyebab Umum Gangguan jiwa Penyebab gangguan jiwa
karena manusia bereaksi secara keseluruhan : somato-psiko-sosial.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia: a) Keturunan dan
konstitusi b) Umur c) Sex d) Keadaan badaniah e) Keadaan psikologik
f) Keluarga dan adat istiadat g) Kebudayaan h) Kepercayaan i)
Pekerjaan j) Pernikahan k) Kehamilan l) Kehilangan dan kematian
orang yang dicintai m) Agresi n) Rasa permusuhan o) Hubungan antar
manusia.C. Proses Perjalanan Penyakit Gejala mulai timbul biasanya
pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan
dengan melalui beberapa fase antara lain:1. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun.Gangguan dapat berupa
Selfcare, gangguan dalam akademik, gangguan dalam
pekerjaan,gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.2.
Fase Aktif Berlangsung kurang lebih 1 bulanGangguan dapat berupa
gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir
,gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan
neurokimiawi.3. Fase Residual Mengalami minimal 2 gejala gangguan
afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.Tahapan
halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa menurut
Janice Clack,1962. Klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian
besar disertai halusinasi dan delusi yang meliputi beberapa tahapan
antara lain:1. Tahap Comforting :Timbul kecemasan ringan disertai
gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan
stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan
terhindar dari ancaman.2. Tahap Condeming :Timbul kecemasan
moderate, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa yang dirasakan sehingga timbul perilaku menarik
diri (With drawl).3. Tahap Controling :Timbul kecemasan berat,
klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut
terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien
merasa sangat kesepian/sedih.4. Tahap Conquering :Klien merasa
panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti
perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku
suicide. Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan
pendekatan ateoretik dan deskriptif. Urutan hierarki blok diagnosis
(berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih
tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas : 1. F00-09 dan
F10-19 2. F20-2 3. F30-39 4. F40-49 5. F50-59 6. F60-69 7. F70-79
8. F80-89 9. F90-98 10. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian
klinis (kode Z)
D. Klasifikasi Gangguan Jiwa71. F adalah gangguan Mental
Organik, termasuk Gangguan Mental SimtomatikGangguan mental organik
adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan
sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik adalah pengaruh
terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik
di luar otak.Gambaran utama: Gangguan fungsi kongnitif Gangguan
sensorium kesadaran, perhatian Sindrom dengan manifestasi yang
menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham),
mood dan emosi2. Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya3. F2 Skizofrenia, Gangguan
Skizotipal dan Gangguan Waham.Skizofrenia ditandai dengan
penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran
jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran
kognitif dapat berkembang kemudian4. F3 Gangguan Suasana Perasaan
(Mood /Afektif)Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan
(mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa
anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat
aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap
perubahan itu5. F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan
Gangguan Terkait Stres6. F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan
dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik7. F6 Gangguan
Kepribadian dan Perilaku Masa dewasaKondisi klinis bermakna dan
pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup
yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri
maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut
berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan
dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan
pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan
selanjutnya.8. F7 Retardasi MentalKeadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan
atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku
adaptif selalu ada.9. F8 Gangguan Perkembangan PsikologisGambaran
umum Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak Adanya
hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang
berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat
Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas
bagi banyak gangguan jiwa pada sebagian besar kasus, fungsi yang
dipengaruhi termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial, koordinasi
motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif
dengan bertambahnya usia10. F9 Gangguan Perilaku dan Emosional
dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja.
E. Diagnosis Multiaksial81. Aksis IGangguan Klinis (F00-09,
F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98,
F99) Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (tidak ada
diagnosis Z03.2, diagnosis tertunda R69)2. Aksis IIGangguan
Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme
defensimaladaptif) Retardasi Mental (F70-79)(tidak ada diagnosis
Z03.2, diagnosis tertunda R46.8)3. Aksis IIIKondisi Medik Umum4.
Aksis IVMasalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan
social, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan
kesehatan, hukum, psikososial)5. Aksis VPenilaian Fungsi Secara
Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale) 100-91 gejala
tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
.90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian biasa. 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam social. 70-61 beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik. 60-51
gejala dan disabilitas sedang. 50-41 gejala dan disabilitas berat.
40-31beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi. 30-21
disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi dalam hampir semua bidang. 20-11 bahaya mencederai
diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri. 10-01 persisten dan lebih serius informasi tidak
adekuat. Tujuan diagnosis multiaksial : Informasi komprehensif
sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan outcome Format
mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan
informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan
menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama
Penggunaan model bio-psiko-sosial.F. Koordinasi Psikiatri9,10Dalam
bidang psikiatri, tugas seorang dokter adalah memeriksa pasien dan
kemudian menyimpulkan apakah pasien itu sehat atau terganggu
jiwanya. Untuk itu, perlu dipelajari tentang: metode, alat dan
bahan yang harus diperiksa.Alat yang dibutuhkan untuk melakukan
pemeriksaan psikiatri adalah kepribadian si pemeriksa sendiri.
Metode / cara yang digunakan adalah : wawancara dan observasi.
Dengan wawancara dan observasi dilakukan pemeriksaan terhadap
koordinat psikiatri yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar dalam
kesimpulan pemeriksaan. Koordinat psikiatri terdiri atas :1)
Kesadaran2) Alam perasaan3) Pikiran4) Perbuatan / tingkah
lakuPenatalaksanaan gangguan jiwa11 Somatoterapi Medikamentosa
Antidepresan Ansiolitik Mood stabilize Antipsikotik Stimulan
Leukotomy Bilateral cingulotomy Deep brain stimulation Psikoterapio
Shock therapy Insulin shock therapy Electroconvulsive therapy
PsychosurgeryCognitive Behavioral Therapy (CBT) : dilakukan pada
gangguan jiwa secara luas. Didasarkan pada modifikasi bentuk
pikiran dan sikap pasien. Psikoanalisis : menilai penyebab konflik
psikis dan defense Interpersonal psychotherapyo Gestalt therapy
EMDR (Eye movement desensitization and reprocessing)o Behavior
Therapy.
G. Hubungan Antara Organobiologis dan Psikopatologis pada
Gangguan Jiwa81. OrganobiologisManusia bereaksi secara keseluruhan,
secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara
organobioliologis, psychoeducative, sosiocultural. Dalam mencari
penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan.
Yang mengalami sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan
bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umur, jenis
kelamin, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga,
adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan,
kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi,
rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya.Gangguan
jiwa dipengaruhi oleh banyak factor, Dr. dr. Luh Ketut Suryani
mengungkapkan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi karena tiga faktor
yang bekerjasama yaitu faktor biologik, psikologik, dan
sosiobudaya. Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu
terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di
badan (organobiologis), di lingkungan social (sociokultural)
ataupun psikologis dan pendidikan (psychoeducative). Biasanya tidak
terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus
dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan
terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.
Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur
daya tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami peradangan
tenggorokan atau seorang dengan mania yang berperilaku sangat aktif
mendapat kecelakaan. Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah
umpamanya peradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya
pun menurun sehingga ia mungkin mengalami depresi. Sudah lama
diketahui juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan
gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami
gangguan otak (karena trauma kelahiran, peradangan) kemudian
menjadi banyak tingkah (hiperkinetik) dan suka rdiasuh. Ia
mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain
serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling
mempengaruhi. Sumber penyebab:1. Genetik (heredity). Adanya
kromosom tertentu yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya pada
skizofrenia). Hal ini telah dipelajari pada penelitian anak kembar,
dimana pada anak kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan
terjadinya skizofrenia persentase tertinggi (86, 2 %), sedangkan
pada anak kembardengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya
hanya 14, 5%.2. Bentuk tubuh (konstitusi) Kretschmer (1925) dan
Sheldon (1942), meneliti tentang adanya hubungan antara bentuk
tubuh dengan emosi, temperament,dan kepribadian(personality).
Contoh : Orang yang berbadan gemuk emosinya cendrung meledak-
ledak, ia bisa lompat kegirangan ketika mendapat hal yang
menyenangkan baginya dan sebaliknya.3. Terganggunya otak secara
organic. Contoh : Tumor, trauma (bisa disebabkan karena gagar otak
yang pernah dialami karena kecelakaan), infeksi, gangguan vaskuler,
gangguan metabolisme, toksin dan gangguan cogenital dari otak 4.
Pengaruh cacat congenital. Contoh: Down Syndrome (mongoloid)5.
Pengaruh neurotrasmiter Yaitu suatu zat kimia yang terdapat diotak
yang berfungsi sebagai pengantar implus antar neuron (sel saraf)
yang sangat terkaitdengan penelitian berbagai macam obat-obatan
yang bekerja pada susunan saraf Contoh: Perubahan aktivitas mental,
emosi, dan perilaku yangdisebabkan akibat pemakaian zat psikoaktif
Neroanatomi Neurofisiologi Neurokimia Tingkat kematangan dan
perkembangan organik Faktor-faktor pre dan peri-natal
2. Faktor-faktor psikopatologi12Psikopatologi adalah lapangan
psikologi yang berhubungan kelainan atau hambatan kepribadian yang
menyangkut proses dan isi kejiwaan. Dalam psikopatologi dikenal
tiga golongan besar kelainan atau hambatan kepribadian yaitu:a.
PsikosaPsikosa ialah gangguan kejiwaan yang meliputi keseluruhan
kepribadian seseorang, sehingga orang yang mengalami tidak bisa
lagi menyesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku
umum. Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:1)
Psikosa fungsionali. Faktor penyebabnya terletak pada aspek
kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat
keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman
yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang2) Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau
jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang
berkembang dalam jiwa seseorang.b. PsikoneurosaPsikoneurosa atau
dengan singkat dapat disebutkan neurosa saja, adalah gangguan yang
terjadi hanya pada sebagian daripada kepribadian, sehingga
orang-orang yangmengalaminya masih bisa melakukan
pekerjaan-pekerjaan biasa atau masih bisa belajar dan jarang
memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
c. PsikopatGolongan ketiga ini merupakan hambatan kejiwaan yang
menyebabkan kesulitan penyesuaian diri atau timbul ketidakmauan
untuk mengikuti norma-norma yang ada dilingkungan. Karena itu
istilah psikopati sering disinonimkan sosiopsikopati. Penderita
memperlihatkan adanya sikap egosentris yang besar, seolah-olah
patokan untuk semua perbuatan adalah dirinya sendiri saja. Ciri
lain adalah keinginan untuk menguntungkan diri sendiri tanpa
memperdulikan oleh pihak lain. Dalam bentuk yang ringan, gangguan
kejiwaan seperti di atas disebut character disorder yang dapat kita
lihat misalnya pada seseorang yang eksentrik yang berdandan sesuai
dengan seleranya sendiri tanpa memerlukan apakah dandannya itu akan
menjadi bahan tertawaan atau tidak. Hubungan antara peristiwa hidup
yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantung dari
situasi, individu dan konstitusi orang itu. Hal ini sangat
tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres.
Struktur sosial, perubahan sosial dan tigkat sosial yang dicapai
sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang. Kepribadian
merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang
berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang
sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil,
tetapi merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali.
Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional
memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa
fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan
keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya.
Gejala yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan perwujudan dari
pengalaman yang lampau yaitu pengalaman masa bayi sampai
dewasa.Faktor psikologik disini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1)
Hubungan intrapersonal Inteligensi Keterampilan Bakat dan minat
KepribadianSalah satu hal yang terpenting yang tidak jarang
bereaksi secara patologis disini adalah faktor dari kepribadian
individu itu sendiri, hal ini disebabkan karena pengaruh dalam
perkembangannya berlaian bagi setiap individu, sehingga terkadang
pola penyesuaiannya berbeda antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya.2. Hubungan interpersonal Interaksi antara
kedua orang tua dengan anaknya Orang tua yang overprotektif Orang
tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri Peran ayah dalam
keluarga Persaingan antar saudara kandung Kelahiran anak yang tidak
diharapkan
2. Sleep Deprivasi atau Kurang TidurA. Tidur Fisiologis16Tidur
merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan
kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang
dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk
menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup
mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam
siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut
sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak
pada bagian ventral anterior hypothalamus.17Bagian susunan saraf
pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut
sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan
sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo
oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.
18Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1) Tipe Rapid Eye Movement
(REM) 2) Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Fase awal tidur
didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti
oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru
lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari,
kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan
kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa. Tipe NREM dibagi dalam
4 stadium yaitu: 19a) Tidur stadium Satu. Fase ini merupakan antara
fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata
tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan
dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali
dibangunkan. b) Tidur stadium dua Pada fase ini didapatkan bola
mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih
dalam dari pada fase pertama. c) Tidur stadium tiga Fase ini tidur
lebih dalam dari fase sebelumnya d) Tidur stadium empat Merupakan
tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Fase tidur NREM, ini
biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu
akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya
berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat
menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan
bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila
dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya,
denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis,
tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. 20Pola tidur REM
berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal
bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode
neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1
sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total
tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan
sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang
didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda.21
B. Peranan Neotransmiter21Keadaan jaga atau bangun sangat
dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity
System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam
keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam
keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas
neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik,
kholonergik, histaminergik. a) Sistem serotonergik Hasil
serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah
serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan
mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat
pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/jaga. b)
Sistem Adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepineprin terletak di badan sel nukleus cereleus di batang otak.
Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi
penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi
peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
c) Sistem Kholinergik Stimulasi jalur kholihergik ini,
mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga.
Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik
(scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus
sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM. d)
Sistem histaminergik e) Sistem hormon Pengaruh hormon terhadap
siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, GH,
TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara
teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus
patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran
neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas
menagtur mekanisme tidur dan bangun.
C. Klasifikasi22Internasional Classification of Sleep Disorders
1. Dissomnia a) Gangguan tidur intrisik Narkolepsi, gerakan anggota
gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran nafas,
hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan
(hipersomnia), idiopatik. b) Gangguan tidur ekstrisik Tidur yang
tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik,
ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant c) Gangguan
tidur irama sirkadian Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja,
sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya,
bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam. 2.
Parasomnia a) Gangguan aurosal Gangguan tidur berjalan, gangguan
tidur teror, aurosal konfusional b) Gangguan antara bangun-tidur
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama
c) Berhubungan dengan fase REM Gangguan mimpi buruk, gangguan
tingkah laku, gangguan sinus arrest d) Parasomnia lain-lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan, distonia
parosismal 3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan
kesehatan/psikiatri a) Gangguan mental Psikosis, anxietas, gangguan
afektif, panik (nyeri hebat), alkohol b) Berhubungan dengan kondisi
kesehatan Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple
sklerosis), epilepsi, status epilepsi, nyeri kepala, Huntington,
post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma. c)
Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit asma,penyakit
jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks
gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK) 4. Gangguan tidur
yang tidak terklassifikasi
1. DISSOMNIA23Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kesukaran menjadi jatuh tidur (failling as sleep), mengalami
gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep), bangun
terlalu dini atau kombinasi daintaranya. a) Gangguan tidur spesifik
NarkolepsiDitandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat
dihindari pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit
atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar
kembali dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya
menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Pada serangan tidur dimulai
dengan fase REM. Berbagai bentuk narkolepsi: Narkolepsi kataplesia,
adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik sebagian atau
seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head drop Hypnagogic
halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada saat jatuh tidur
sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke kerangka pikiran
normal. Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada
saat masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan
ototnya. Gangguan ini merupakan kelainan heriditer. Gangguan
gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodik limb movement
disorders)/mioklonus nortuknal Ditandai adanya gerakan anggota
gerak badan secara streotipik, berulang selama tidur. Paling sering
terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki.
Bentuknya berupa sktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada
sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-5 detik,
berulang dalam waktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung
terus-menerus dalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih
sering dari pada mioklonus. Sering timbul pada fase NREM atau saat
onset tidur sehingga menyebabkan gangguan tidur kronik yang
terputus. Lesi pada pusat kontrol pacemaker batang otak. Didapatkan
pada penyakit seperti mielopati kronik, neuropati, gangguan ginjal
kronik, PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea, ketergantungan
obat, anemia. Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/Ekboms
syndrome Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi
sebelum onset tidur. Gangguan ini sangat berhubungan dengan
mioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik disertai
dengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri dan kanan
sehingga penderita selalu mendorong-dorong kakinya. Ditemukan pada
penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson, wanita hamil.
Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi batang otak-hipotalamus
Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea) Terdapat tiga jenis
sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway obstructive
apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah
gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung
selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika
penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima kali dalam
satu jam atau 30 episode apnea selama semalam. Selama periodik ini
gerakan dada dan dinding perut sangat dominan. Apnea sentral sering
terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermiten penurunan
kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi oksigen. Apnea
sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan
secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan dinding
perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada batang otak
atau hiperkapnia. Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive)
pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama
apnea, peningkatan usahas otot dada dan dinding perut dengan tujuan
memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin berat
bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai dengan
nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini
berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang dan berulang
setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat pasien tidak
mendengkur. Akibat hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi
lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat
respirasi medula, dengan akibat pasien terjaga danrespirasi kembali
normal secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea,
pasien sering terbangun berulang kali dimalam hari, yang
kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur. Gangguan ini sering
ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan pada pagi
hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengan gangguan kongenital
saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar hypertropi. Pada
orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek, hipotiroid, atau
bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord
chiari malformation. Paska trauma kepala Sebagian besar pasien
dengan paska trauma kepala sering mengeluh gangguan tidur. Jarak
waktu antara trauma kepala dengan timbulnya keluhan gangguan tidur
setelah 2-3 tahun kemudian. Pada gambaran polysomnography tampak
penurunan fase REM dan peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga
menunjukkan bahwa fase koma (trauma kepala) sangat berperan dalam
penentuan kelainan tidur. Pada penelitian terakhir menunjukkan
pasien tampak selalu mengantuk berlebih sepanjang hari tanpa
diikuti oleh fase onset REM. Penanganan dengan proses program
rehabilitasi seperti sleep hygine. Litium carbonat dapat menurunkan
angka frekwensi gangguan tidur akibat trauma kepala
b) Gangguan tidur irama sirkadian Sleep wake schedule disorders
(gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat
tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun jumlah
tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur
sirkadian normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan
sirkadian antara lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi
ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian
mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, dimana sepertiga waktu
untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama
sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut
mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi
pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan
waktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian). Perubahan
yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian
adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan
dua bagian: 1) Sementara (acut work shift, Jet lag) 2) Menetap
(shift worker) Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian
sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan
perubahan pada fase REM.Berbagai macam gangguan tidur gangguan
irama sirkadian adalah sebagai berikut: 1) Tipe fase tidur
terlambat (delayed sleep phase type)yaitu ditandai oleh waktu tidur
dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering
ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial.
Orang-orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan
mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder). 2) Tipe Jet lagialah
menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam
setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari
satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang
dengan tidur yang terputus-putus. 3) Tipe pergeseran kerja (shift
work type).Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara teratur
dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal
tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan
somatik seperti ulkus peptikum.4) Tipe fase terlalu cepat tidur
(advanced sleep phase syndrome).Tipe ini sangat jarang, lebih
sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada
pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun
pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak
normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk
sesuai. 5) Tipe bangun-tidur beraturan 6) Tipe tidak tidur-bangun
dalam 24 jam.
c) Lesi susunan saraf pusat (neurologis) Sangat jarang. Les
batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau memelihara
selama tidur, ini merupakan gangguan tidur organik. Feldman dan
wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi atau trauma daerah
ventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM
berkurang atau tidak ada sama sekali. Penderita chroea ditandai
dengan gangguan tidur yang berat, yang diakibatkan kerusakan pada
raphe batang otak. Penyakit seperti Gilles de la Tourettes
syndrome, parkinson, khorea, dystonia, gerakan-gerakan penyakit
lebih sering timbul pada saat pasien tidur. Gerakan ini lebih
sering terjadi pada fase awal dan fase 1 dan jarang terjadi pada
fase dalam. Pada dememsia sinilis gangguan tidur pada malam hari,
mungkin akibat diorganisasi siklus sirkadian, terutama perubahan
suhu tubuh. Pada penderita stroke dapat mengalami gangguan tidur,
bila terjadi gangguan vaskuler didaerah batang otak epilepsi
seringkali terjadi pada saat tidur terutama pada fase NREM (stadium
) jarang terjadi pada fase REM. d) Gangguan kesehatan, toksik
Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati
distropi, low back pain, gangguan metabolik seperti
hipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik, asma, penyakit,
ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi sering menyebabkan
gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonus nortuknal. e)
Obat-obatan Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan
seperti penggunaan obat stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein,
nikotine), antihipertensi, antidepresan, antiparkinson,
antihistamin, antikholinergik. Obat ini dapat menimbulkan
terputus-outus fase tidur REM.
2. PARASOMNIA24Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri
dari kejadian-kejadian episode yang berlangsung pada malam hari
pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini
sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku danaksi
motorik potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka
kesakitan dan kematian. Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya
parasomnia yaitu: a. Peminum alkohol b. Kurang tidur (sleep
deprivation) c. Stress psikososial Kelainan ini terletak pada
aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara bangun
dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan
sistem otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran
konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut.
Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4. Gangguan tidur berjalan
(slepp walkin)/somnabulisme Merupakan gangguan tingkah laku yang
sangat komplek termasuk adanya automatis dan semipurposeful aksi
motorik, seperti membuk apintu, menutup pintu, duduk ditempat
tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal
gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang
rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada
stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak memberikan respon
terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya dan dapat
dibangunkan susah payah. Pada gambaran EEG menunjukkan iram
acampuran terutama theta dengan gelombang rendah. Bahkan tidak
didapatkan adanya gelombang alpha. Gangguan teror tidur (slee
teror) Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan
dan berdiri ditempat tidur yang tampak seperti ketakutan dan
bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang
berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang
penderita tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering
diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur mirip dengan teror
berjalan baik secara klinis maupun dalam pemeriksaan
polisomnografy. Teror tidur mungkin mencerminkan suatu kelainan
neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus ini sering kali
terjadi perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat
dingin, pupil dilatasi, dan sesak nafas. Gangguan tidur berhubungan
dengan fase REM Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan
gangguan sinus arrest. Gangguan tingkah laku ini ditandai dengan
atonia selama tidur (EMG) dan selanjutnya terjadi aktifitas motorik
yang keras, episode ini sering terjadi pada larut malam (1/2 dari
larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi yang jelas. Paling
banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut, gangguan psikiatri
atau dengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol.
Kemungkinan lesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan
pada kasus seperti perdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan
adanya REM burst dan mioklonik potensial pada rekaman EMG.
3. Dampak pada performa kognitifDapat mengakibatkan penurunan
fungsi kognitif diakibatkan proses yang seharusnya terjadi pada
saat tidur tidak terjadi yaitu metabolisme, pemulihan jaringan, dan
lain-lain. Ini sangat berpengaruh pada memori, fungsi kognitif,
termoregulasi tubuh, fungsi amigdala sebagai pengendali cemas, dan
sebagainya.25D. Diagnosa dan Tatalaksana26The International
Institute of Health membuat suatu konsensus pengelompokan gangguan
tidur berdasarkan lamanya gangguan yang terdiri dari: 1. Transient
yaitu jika gangguan tidurnya kurang dari 7 hari 2. Short term yaitu
jika gangguan tidurnya menetap lebih dari 7 hari dan kurang dari 3
minggu. Kedua gangguan tersebut biasanya berhubungan dengan stress
yang akut seperti perubahan kehidupan sosial, peningkatan
emosional, faktor lingkungan, faktor sistemik, kelainan gangguan
kesehatan, desinkronisaso irama sirkadian 3. Long term yaitu jika
gangguan tidur menetap lebih dari 3 minggu. Biasanya berhubungan
dengan gangguan tidur primer, gangguan psikiatri, gangguan
kesehatan, gangguan psikologi. American Sleep Disorders Association
membuat re-klasifikasi untuk mencari kemungkinan penyebab gangguan
tidur menjadi 4 kelompok yaitu:21 Dissomnia, misalnya: ganguan
intrisik, gangguan ekstrisik, gangguan irama sirkadian Parasomnia,
misalnya: Gangguan aurosal, gangguan bangun-tidur, berhubungan fase
REM Gangguan kesehatan/psikiatri, misalnya: gangguan mental,
gangguan neurologi, gangguan kesehatan Gangguan yang tidak
terklasifikasi E. Penatalaksanaan Umum271. Pendekatan hubungan
antara pasien dan dokter, tujuannya: Untuk mencari penyebab
dasarnya danpengobatan yang adekuat Sangat efektif untuk pasien
gangguan tidur kronik Untuk mencegah komplikasi sekunder yang
diakibatkan oleh penggunaan obat hipnotik,alkohol, gangguan mental
Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek 2. Konseling dan
Psikotherapi Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan
gangguan psikiatri seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan
tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi
masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa
penggunaan obat hipnotik. 3. Sleep hygiene terdiri dari: a. Tidur
dan bangunlah secara reguler/kebiasaan b. Hindari tidur pada siang
hari/sambilan c. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari d.
Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan e.
Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur f. Hindari makan
pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong g.
Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit) h.
Hindari rasa cemas atau frustasi i. Buat suasana ruang tidur yang
sejuk, sepi, aman dan enak
F. Pendekatan FarmakologiDalam mengobati gejala gangguan tidur,
selain dilakukan pengobatan secara kausal, juga dapat diberikan
obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang
mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari
reticular activating system (ARAS) diotak. Hal tersebut didapatkan
pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat, mulai dari
obat anti anxietas dan beberapa obat anti depres.28Obat hipnotik
selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan dari
proses fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan
efeknya pada hari berikutnya (long acting) sehingga mengganggu
aktifitas sehari-hari.23 Begitu pula bila pemakain obat jangka
panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat.
Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu
ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase
latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas
sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan
jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya.
Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan
tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil
dicari penyebab yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang
rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema
gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan
harus berhati-hati pada pemakaian obat hipnotik untuk jangka
panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang
mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang
memuaskan. Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik
adalah mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini mungkin
tanpa menilai kondisi primernya danharus berhati-hati pada pemakain
obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan
terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa
penyelesaian yang memuaskan.24 Jadi yang terpenting dalam
penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi penyebab yang
mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan.
Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang
bereaksi cepat (short action) dgn membatasi penggunaannya sependek
mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur yang normal.29Lamanya
pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dan
tidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long
term insomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar
belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan
jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara
berlahan-lahan untuk menghindarkan withdraw terapi.30
KESIMPULANGangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologik
yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan
gejala, penderitaan (distress) serta hendaya (impairment) dalam
fungsi psikososial. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam : cara
berpikir (cognitive), kemauan (volition,emosi (affective), tindakan
(psychomotor).Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang
paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek.
Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik
kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda,
serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang
normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya
tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung,
depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut
beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5
kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada
orang yang tidurnya cukup .5Pada pasien dengan gangguan jiwa,
paling banyak di temukan gangguan tidur yang terjadi akibat
aktifitas di sentral.Penanganan pasien gangguan jiwa disertai
dengan gangguan tidur harus secara farmakoterapi dan terapi
perilaku untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup
pasien.
DAFTAR PUSTAKA1. Laraia.M, Stuart G. Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. Edisi 8. October 25, 2004 2. Buchanan, R. W.,
& Carpenter, W. T. Schizophrenia: Introduction and overview. In
B. J. Sadock & V. A. Sadock (Eds.), Kaplan and Sadock's
comprehensive text-book of psychiatry (pp. 817-857). New York:
Lippincott Williams & Wilkins. (2000).3. Depkes RI. 20034.
Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas PPDGJ-III. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta
2001.5. Mangindaaan L. Buku Ajar Psikiatri: Diagnosis Psikiatrik.
Jakarta: Penerbit FKUI; 2010. P. 71-83.6. WHO. ICD-10
Classification of Mental and Behavioural. Geneva: WHO; 2005. P.
8-21.7. Hudson CG. Sosioeconomic Status and Mental Illness: Tests
of the Social Causation and Selection Hypotheses. American Journal
of Orthopsychiatry. 2005;vol 75. No 1. 3-188. WHO. Multiaxial
Presentation of The ICD-10 for use in Adult Psychiatry: Glossary of
Clinical Diagnoses.United States of America: Cambridge University
Press; 2007. P. 37.9. Kessler R, Demler O, et al. Prevalence and
Treatment of Mental Disorders. The new england journal of
medicine.200310. Wang P, Demler O, Kessler M. Adequacy of Treatment
for Serious Mental Illness in the United States. American Journal
of Public Health. January 2002, Vol 92, No. 111. Gomez D, Hervas G,
Vazquez C, et al. Psychological well-being and health.
Contributions of positive psychology. Annnuary of Clinical and
Psychology. Madrid ; 2009. 15-2712. Jorm A. F. Mental Health
Literacy. British Journal of Psychiatry. 2000; 177, 396-40113.
Lakhan S. Vieira KF. Nutritional Therapies for Mental Disorders.
BioMed Central. 200814. Wiseman J, Bruke S, et al. Hope, Despair
and Transformas: Climate change and The Promotion of Mental Health
and Wellbeing. BioMed Central. 200815. Mateus MD, et al. The Mental
Health System in Brazil: Policies and Future Challenges. BioMed
Central. 200816. Keyes CLM. The Mental Health Continuum: From
Languishing to Flourishing in Life. Emory University. 200217.
Robert A. W. Human sleep and its disorders. Univeersity of
Pennysilavania 18. Benedict C, et al. Acute Sleep Deprivation
reduces energy expenditure in healthy men. American Society for
Nutrition. 201119. Brondel L, et al. Acute partial sleep
deprivation increases food intake in healthy men. The American
Journal of Clinical Nutrition. 2010 20. Goodman and Gilmans. The
Pharmacological basis of therapeutics. 9th ed. Vol. 1, 1996:
361-398 21. Hughes JR. EEG in clinical practice. 2nded, 1994:
55-104 22. John A.G. The Diagnosis and management of insomnia. The
NEJM, 322(4) January 25, 1990:239-247 23. Alhola P, Kantola PP.
Sleep Deprivation : Impac on cognitive performance.
Neuropsychiatric Disease and Treatment University of Turku,
Finland. 2007:3(5) 55356724. Horne JA, Harisson Y. The Impact of
Sleep Deprivation on Decesion Making: A Review. The American
Psychological Association. 200025. Niedermeyre E.MD. Da silva f L.
Electroencephalograpy. Basic principle clinicalapplications ralated
field. 3rded.. Maryland, 1993: 765-802 26. Philip MB. Insomnia use
of a desion tree to assess and treat. Post edicine Journal. 93(1)
January 1993, 66-85 27. Scrimshaw NS, Habicht JP, Pellet P et al.
Effect of Sleep Deprivation and Reversal of Diurnal Activity on
Protein Metabolism of Young Men. American Journal of Clinical
Nutrition. 196628. Norok M, Czeisler C, Lehmann LS. Sleep
Deprivation, Elective Surgical Procedures, and Informed Consent.
The New England Journal of Medicine. 201029. Rowland LP.
Consequences of Sleep Deprivation. Departement of Animal Physiology
University of Poland. 201030. Kilgore et al. The Effects of 53
Hours of sleep Deprivation on Moral Judgment. Walter Read Army
Institude of Research. 2007;vol 30. No 3
29