Top Banner
1 GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh : Indah R Sebayang 071301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2011/2012
265

GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

Jan 26, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

1

GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN

EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL

(PROSTITUSI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

Indah R Sebayang

071301109

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2011/2012

Page 2: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

2

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Gambaran Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil

(Prostitusi)

Adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah di ajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalanm penulisan skripsi ini yang saya

kutip dari hasil karya orang lain telah di tulis sumbernya secara jelas sesuai

dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari di temukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang

dan sanksi-sanksi lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Medan, Maret 2012

Indah Rasulinta Sebayang

NIM : 071301109

Page 3: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

3

Especially Dedicated to :

Setiap tetesan keringat, air mata, cinta dan kasih sayang serta pengorbanan

dan pelajaran hidup yang di berikan papi dan mami kepadaku..

Kak Sigit yang dahulu selalu memberikan semangat serta pelajaran dan

makna hidup..

Setiap remaja di luasnya dunia yang pernah menjadi korban kerakusan

pelaku eksploitasi seksual komersil, apapun tujuannya..

Page 4: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

4

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat, serta syukur penulis persembahkan bagis Yesus

Kristus, My Saviour... Atas anugrah-Nya yang melimpah sehingga penulis di beri

kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Resiliensi

Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil (Prostitusi)”. To God be

Glory..

Rasa syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan karena kasihnya-Nya

yang begitu besar telah menghadirkan orang-orang terkasih untuk memberikan

bimbingan, dukungan serta kasih sayang sehingga menjadi berkat bagi penulis,

yaitu :

1. Prof. Dr. Irma Wati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara

2. Elvi Andriani Yusuf, M. Si, psikolog, selaku dosen pembimbing utama

yang selalu mengarahkan, membimbing dan memberikan semangat kepada

penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Rahma Yuliarni, M. Psi, selaku dosen pembimbing pendamping yang

selalu memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.

4. Meutia Nauly, M. Si, selaku dosen pembimbing pendamping yang selalu

meluangkan waktu untuk penulis serta selalu memberikan arahan dan

masukan kepada penulis.

5. Eka Danta Ginting, M A, selaku Kepala Program Studi S1 yang juga

selalu memberikan masukan serta arahan kepada penulis.

Page 5: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

5

6. Etty Rahmawati, M. Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis selama menjalani

perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

7. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah membagikan segala ilmu

pengetahuan, dan pengalaman kepada penulis.

8. Seluruh staff tata usaha, administrasi, dan perpustakaan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara, yang telah melancarkan segala urusan

administrasi penulis.

9. Kedua orangtuaku.. terima kasih papi, mami.. Atas dukungan serta doanya

untukku selama ini. Terima kasih untuk segala doa, dukungan dan

pengertiannya.. I Love You so much....

10. Adik bungsuku yang selalu bersedia menemaniku, mengantarkanku serta

membantuku selama proses pengambilan data skripsi.. Thank’s my broda..

Firman A Sebayang. Mentari Kristine Natalia Tambunan, thank’s untuk

waktunya menemaniku mengerjakan serta memeriksa segala kelengkapan

data skripsiku selama ini. Berliana Wulandari Tambunan dan Rona Uli

Sitorus.. hayoolah lekas nyusul biar sama-sama sarjana cucu nenek

11. Seluruh keluarga di Pekanbaru, nenek, tulang Ronald Salmon Hutabarat,

ST dan nantulang Wati Purba. Tulang Saut Hutabarat dan nantulang Riska,

bibi cantik, Ida Purnama, M. Pd terima kasih atas dukungan serta doanya

supaya Indah mampu menyelesaikan skripsi Indah. Kedua jagoan kecil,

Sion Hutabarat dan Lukas Hutabarat. Love You all...

Page 6: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

6

12. Abang-abangku.. Navarro Sebayang, SH dan Alex Sebayang, SH, Yos

Arnold, SH, MH, Briptu Amir Hamzah, Briptu Aulia Rahman, Briptu

Kristian Surbakti. Terima kasih atas cerita-cerita lucunya selama ini. And

my little son, Rajata Sebayang, jangan bosan meluk bibi cantik ya sayang..

13. Hendarjat Hambali, M. Psi, terima kasih untuk semangat, doa serta

keyakinan dan waktu yang di berikan kepada penulis selama ini hingga

penulis menyelesaikan skripsi ini.

14. Kompol Sigit Hariadi, S. IK, thank’s atas segala dukungan, waktu, nasihat,

perhatian, kasih sayang, materi, respon positif, serta pelukan hangat saat

aku membutuhkan itu semua. Tak ada yang mampu mengantikan itu.

Tetaplah menjadi kakak sejati untukku. AKP I Gede Putra, S. IK, terima

kasih atas waktu serta nasihatnya selama Ninda mengerjakan skripsi

Ninda.

15. Ucapan spesial kupersembahkan kepada IPTU Gokma Uliate Sitompul,

SH, yang selalu menyediakan waktu, perhatian, serta mengingatkan aku

agar tekun mengerjakan skripsiku, walau terkadang itu menjengkelkan.

Love You my sweetheart. Tetaplah sabar mendampingiku.

16. Seluruh teman-teman psikologi yang aku sayangi, Christy Ruth

Nainggolan, S. Psi, Ikbal Sutan, S. Psi, Rayes Simanullang, S. Psi,

Chairunnisa Aprilia, S. Psi, Agus Manurung, Roimer Sitorus, Imelvi Putri,

Nuru Hasanah, terima kasih sudah menyediakan waktu untukku, untuk

semua lelucon serta masukan selama ini.

Page 7: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

7

17. Kepada seluruh staff Pusat Kajian dan Perlindungan Anak Medan, terima

kasih untuk semua bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi

penulis.

18. Kedua responden penelitian penulis serta keluarganya yang mau

meluangkan waktu serta mau membagi pengalaman kepada penulis

sehinggga penulis mendapat pelajaran hidup yang berharga.

19. Segenap pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannnya selama ini hinggar

penulis mampu menyelesaikan tugas akhir penulis.

Akhirnya dengan segenap kesadaran bahwa penulisan karya ini jauh dari

kesempurnaan. Maka, kritik dan saran senantiasa penulis nantikan untuk

perbaikan. Akhir kata semoga karya ini bisa memberi manfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca umumnya.

Medan, Maret 2012

Indah R Sebayang

Page 8: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

8

Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil

(Prostitusi)

Indah R Sebayang dan Elvi Andriani Yusuf

ABSTRAK

Eskploitasi seksual komersil merupakan penggunaan seseorang untuk tujuan-

tujuan seksual guna mendapatkan uang, barang atau jasa kebaikan bagi pelaku

eksploitasi, perantara atau agen dan orang-orang lain yang mendapatkan

keuntungan dari eksploitasi seksual terhadap remaja yang menjadi korban

(ECPAT, 2006). Bagi remaja putri yang menjadi korban eksploitasi seksual

komersil , menjalani kehidupan setelah peristiwa tersebut tidaklah mudah, namun,

ada sebagian dari mereka yang mampu untuk bangkit dan bertahan dari masalah

yang ada serta berhasil menjadi individu yang lebih baik. Grotberg (2000)

mengidentifikasikan karakteristik resiliensi yang mempengaruhi resiliensi

seseorang. Karakteristik resiliensi tersebut meliputi dukungan eksternal dan

sumber-sumber yang ada pada diri seseorang (misalnya keluarga, lembaga

pemerhati dalam hal ini yang melindungi perempuan), kekuatan personal yang

berkembang dalam diri seseorang (seperti self esteem, a capacity for self

monitoring, spritualits dan altruism), dan kemampuan sosial (seperti

mengatasi konflik dan kemampuan berkomunikasi).

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran resiliensi remaja

korban eksploitasi seksual komersil melalui penelitian kualitatif deskriptif

metode studi kasus dengan jumlah responden dua orang. Teknik pengambilan

responden dilakukan dengan operational construct sampling. Pengambilan data

dilakukan dengan metode wawancara dan didukung oleh observasi. Penelitian

dilakukan di kota Medan dan di kabupaten Aceh Tenggara.

Hasil penelitian ini menunjukkan kedua responden memiliki karakteristik I

have dan mampu mengembangkan sumber resiliensi yang ada yaitu memiliki

hubungan yang dilandasi kepercayaan, memiliki struktur dan aturan dirumah,

memiliki dorongan mandiri, memiliki role models, memperoleh layanan

kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahteraan. Kedua responden mampu

mengembangkan kekuatan pribadi dengan m bangga dengan diri sendiri, disayang

dan disukai orang lain, percaya diri dan optimis, berempati terhadap orang lain,

mampu bertanggungjawab terhadap perilaku sendiri. Karakteristik I can berbeda

pada kedua responden, responden I mampu mengembangkan hubungan yang

saling percaya dengan keluarga, mampu mengungkapkan perasaan saat

berkomunikasi dengan keluarga. Responden II mampu untuk mengekpresikan

perasaan kepada orang lain, mampu mengukur temperamen diri sendiri dan orang

lain, menjalin hubungan yang saling percaya dengan keluarga maupun orang lain

diluar keluarga, dan mampu mengelola perasaan saat berkomunikasi

Kata kunci : Resiliensi, remaja putri, eksploitasi seksual komersil.

Page 9: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

9

Resilience of the Adolescents Victims of Commercial Sexual Exploitation

(Prostitution)

Indah R Sebayang dan Elvi Andriani

ABSTRACT

Commercial sexual exploitation is the use of a person for sexual purposes in order

to obtain money, goods or services for the good of exploiters, brokers or agents

and others who profit from the sexual exploitation of adolescents who are victims

(ECPAT, 2006). For adolescents who are victims of commercial sexual

exploitation, living life after the event is not easy, however, some of them are able

to get up and survive the problems that exist and succeeded in becoming a better

individual. Grotberg (2000) identify the characteristics that affect the resilience of

a person's resilience. Resilience characteristics include the external support and

resources that exist in a person (eg family, in this case the watchdog that protects

women), personal power is developing in a person (such as self esteem, a capacity

for self-monitoring, and altruism spritualits ), and the ability of s osial (such as

conflict resolution and communication skills).

This study aims to provide a picture of resilience skills in young victims of

commercial sexual exploitation through research qualitative descriptive case study

method with the number of respondents of two people. Technical decision made

by the respondent operational construct sampling. Data is collected by interviews

and supported by the observations. The study was conducted in the city of Medan

and in Southeast Aceh district.

The results of this study showed that both the respondent has the

characteristics I have and be able to develop sources of resilience that there is a

relationship based on trust, has a structure and rules at home, have a self-

encouragement, have role models, health services, education, safety and welfare.

Both respondents were able to develop personal strengths with m proud of myself,

loved and liked by other people, confidence and optimism, empathy for others,

could be responsible for their own behavior. I Can differ on the characteristics of

the respondent, the respondent I was able to develop a trusting relationship with

the family, able to express your feelings when communicating with the family.

Respondent II were able to express their feelings to others, able to measure the

temperament of yourself and others, establish a trusting relationship with family

or others outside the family, and able to manage feelings when communicated.

Key words: resilience, adolescents, commercial sexual exploitation.

Page 10: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

ABSTRAK............................................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...................................................................... ..........1

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................12

C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................12

D. MANFAAT PENELITIAN........................................................................12

E. SISTEMATIKA PENULISAN..................................................................14

BAB II LANDASAN TEORI

A. RESILIENSI..............................................................................................16

1. PENGERTIAN RESILIENSI..............................................................16

2. KARAKTERISTIK RESILIENSI.......................................................17

B. EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL..................................................27

1. PENGERTIAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL..................27

2. FAKTOR-FAKTOR EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL..........29

3. DAMPAK EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL..........................31

C. REMAJA....................................................................................................33

1. PENGERTIAN REMAJA....................................................................33

2. CIRI-CIRI REMAJA...........................................................................34

3. PERKEMBANGAN FISIK DAN SEKSUAL REMAJA....................37

Page 11: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

11

4. PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA............................................40

a. Perkembangan Hubungan Dengan Teman Sebaya........................40

b. Perkembangan Hubungan Terhadap Lawan Jenis.........................44

D. RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL

KOMERSIL...............................................................................................46

PARADIGMA TEORITIS...............................................................................50

BAB III METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN...........................................................................51

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA..........................................................52

C. RESPONDEN PENELITIAN....................................................................53

1. KARAKTERISTIK RESPONDEN.....................................................53

2. JUMLAH RESPONDEN.....................................................................53

3. PROSEDUR PENGAMBILAN RESPONDEN..................................54

4. LOKASI PENELITIAN.......................................................................54

D. ALAT BANTU PENGUMPULAN DATA...............................................55

E. ALAT PENGUMPULAN DATA..............................................................55

F. PROSEDUR PENELITIAN.......................................................................56

1. TAHAP PERSIAPAN..........................................................................56

2. TAHAP PELAKSANAAN..................................................................60

3. TAHAP PENCATATAN DATA.........................................................61

G. PROSEDUR ANALISA DATA...............................................................62

H. KREDIBILITAS PENELITIAN................................................................64

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Page 12: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

12

A. DESKRIPSI DATA RESPONDEN I.........................................................68

1. ANALISA RESPONDEN I.................................................................76

2. INTERPRETASI RESPONDEN I....................................................106

B. DESKRIPSI DATA RESPONDEN II.....................................................137

1. ANALISA RESPONDEN II..............................................................146

2. INTERPRETASI RESPONDEN II....................................................175

C. PEMBAHASAN......................................................................................202

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN........................................................................................234

B. SARAN....................................................................................................258

1. SARAN PRAKTIS.............................................................................238

2. SARAN PENELITIAN SELANJUTNYA........................................240

DAFTAR PUSTKA............................................................................................241

LAMPIRAN

Page 13: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

13

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Pelaksaan Wawancara..............................................................67

Tabel 2 Deskripsi Data Responden I..................................................................68

Tabel 3 Interpretasi Responden I.....................................................................123

Tabel 4 Gambaran Resiliensi Responden I......................................................136

Tabel 5 Deskripsi Data Responden II...............................................................137

Tabel 6 Interpertasi Responden II....................................................................201

Tabel 7 Gambaran Resiliensi Responden II....................................................223

Page 14: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

14

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang

Dewasa ini salah satu isu yang mencemaskan dan sepakat untuk segera

ditangani adalah perdagangan perempuan dan anak sektor ekploitasi seksual

komersil (ECPAT, 2006). Remaja di Indonesia, ternyata menjadi makanan empuk

bagi sebagian “pemangsa-pemangsa” remaja khususnya remaja putri. Mereka

diperjualbelikan atau malah dijadikan pelacur oleh orang-orang yang ingin

meraup keuntungan dari penderitaan mereka (Suyanto, 2010).

ILO-IPEC (dalam Suyanto, 2010) mengatakan remaja yang menjadi

korban eksploitasi seksual komersil sesungguhnya membutuhkan perhatian serius

karena memiliki dampak yang sangat merugikan dan membahayakan

kelangsungan serta masa depan korban eksploitasi seksual itu sendiri. Remaja

yang menjadi korban eksploitasi seksual bukan saja rentan terhadap hinaan,

penipuan dan marginalisasi, tetapi juga banyak di antara mereka yang tidak dapat

menikmati hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, serta tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya untuk berkembang secara sehat.

Fenomena eksploitasi seksual komersil tersebut tidak hanya menimpa

remaja dengan ekonomi rendah, namun juga banyak dialami oleh remaja yang

berstatus sosial tinggi (Suyanto, 2010). Dalam masyarakat luas istilah eksploitasi

seksual mungkin belum banyak didengar atau malah belum dipahami dengan

baik, walaupun sebenarnya kasus-kasus yang terkait dengan masalah tersebut

Page 15: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

15

sudah banyak ditemui baik lewat media cetak ataupun media elektronik, berikut

ini adalah salah satu kasus eskploitasi seksual komersil yang dimuat dimedia

cetak.

“Pada bulan Juni 2008, Mawar, seorang gadis usia 15 tahun asal Lampung,

Indonesia, diculik dan diperdagangkan ke Malaysia dan dipaksa untuk

menjadi seorang pekerja seks. Keperawanannya dijual seharga 5.000

Ringgit (sekitar 15 juta rupiah) oleh seorang germo. Dua dari pelaku

trafiking tersebut, yaitu Nurdin dan Chong Kum telah ditangkap dan

dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun”.

(Kompas, 10 February 2009).

Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Emy

Rachmawati (dalam Kompas, 2010) mengatakan, fenomena eksploitasi seksual

komersil masih menjadi masalah serius di Indonesia, terutama di daerah

perbatasan, daerah perdagangan, dan daerah pariwisata. Remaja terutama remaja

putri yang berusia 13-18 tahun kerap menjadi obyek perdagangan manusia untuk

tujuan eksploitasi seksual komersial.

Hal ini senada dengan sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh ILO-

IPEC (dalam Suyanto, 2010), berhasil mengidentifikasi bahwa rata-rata usia anak

yang dilacurkan di sektor eksploitasi seksual komersil adalah 10-12 tahun, yang

sebelumnya sama sekali belum mengenal seks karena usia mereka yang masih

belia, tetapi dipaksa oleh germo, calo, atau diperdaya mafia pelacuran untuk

bekerja sebagai PSK (Jurnal Perempuan, dalam Suyanto, 2010). Studi lainnya

yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Unair bekerjasama dengan Dinas Sosial

dan Pemberdayaan Perempuan Kota Surabaya (dalam Suyanto, 2010),

menemukan bahwa 2,2% responden dari 200 responden yang diwawancarai

ternyata pertama kali dilacurkan pada saat mereka masih berusia 7 tahun.

Page 16: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

16

Responden lainnya mengaku pertama kali dilacurkan pada saat berusia 14 tahun

(10,9%), 15 tahun (32, 6%), dan sebagian besar di usia 16 tahun (45, 7%).

Di Sumatera Utara, menurut catatan resmi Dinas Sosial diketahui ada 281

anak perempuan yang terpaksa bekerja sebagai PSK. Jumlah ini belum termasuk

PSK anak yang banyak beroperasi di diskotik atau pub yang jumlahnya

diperkirakan mencapai 500 orang. Menurut Achmad Sofian (dalam Suyanto,

2010), dari Pusat Kajian dan Perlindungan Anak Medan, mekanisme yang

dikembangkan para mucikari untuk merekrut PSK-PSK baru sebagian melalui

bujuk rayu atau penipuan, tetapi tak jarang dengan cara penyekapan dan ancaman

kekerasan fisik.

Fenomena eksploitasi seksual komersil itu sendiri sudah lama menjadi

fenomena yang menyedihkan, bahkan sudah tercatat sejak tahun 1979-an. Sofian

dan Rinaldi (dalam Suyanto, 2010) menyebutkan bahwa lebih dari 200 ABG

dijadikan pelacur dihotel GM Tanjung Balai. Belakangan sudah mulai

bermunculan pula istilah-istilah baru yang menjurus pada dunia esek-esek, baik

yang melibatkan orang dewasa maupun anak-anak.

Banyak faktor yang menyebabkan remaja tetap bertahan melakoni

profesinya sebagai pelacur, Saptari (dalam Suyanto, 2010) menyebutkan paling

tidak ada tiga faktor yang menyebabkan seorang remaja yang menjadi korban

eksploitasi tetap bertahan menjadi pelacur. Pertama, karena keadaan ekonomi atau

kondisi kemiskinan. Kedua, karena pandangan tentang seksualitas yang cenderung

menekankan arti penting keperawanan sehingga tidak memberi kesempatan bagi

Page 17: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

17

perempuan yang sudah tidak perawan kecuali masuk kedalam peran yang

diciptakan untuk mereka. Ketiga, karena sistem paksaan dan kekerasan.

Di kota Medan, faktor yang menjadi penyebab remaja menjadi korban

eksploitasi seksual komersil adalah gaya berpacaran remaja yang tidak sehat,

berpacaran di luar batas hingga tidak perawan lagi atau dikecewakan pacar. Faktor

lainnya adalah gaya hidup konsumerisme, yakni ingin mengikuti gaya hidup

mewah seperti punya telepon genggam (handphone), baju , dan sebagainya.

Faktor lainnya adalah pengaruh dari teman bergaul (ECPAT, 2008). Hal tersebut

seperti yang diungkapkan oleh Anis (18 tahun) :

“Pertama aku tau kek-kek gini ni tahun 2006. Aku diajak sama kawan

genk aku di sekolah untuk ikut mereka ke diskotik untuk dugemlah. Teros,

aku mabuk kak, kan gak sadar aku, teros disitulah kawan-kawan aku

nawarin aku ke tamu diskotik tuh. Untuk “dipakek”, kata mereka.

Besoknya pas aku bangun tidor, aku liat berapa lembar uang ratusan

didekat aku. Sampe sekarang aku masih gituan terus sambil sembunyi-

sembunyi, karna bujukan kawan-kawan aku sama karna masalah ekonomi.

(Komunikasi personal, 21 Februari 2011).

Semestinya masa remaja merupakan suatu masa di mana individu

mengalami perubahan dari masa anak-anak ke masa remaja atau usia belasan

tahun. Masa remaja juga diartikan sebagai masa dimana seseorang menunjukkan

tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual. Masa

remaja dibagi menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja

awal berada pada rentang usia 13 sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir

berada pada rentang usia 17 sampai dengan 21 tahun. Remaja mulai berfikir

mengenai keinginan mereka sendiri, berfikir mengenai ciri-ciri ideal bagi mereka

sendiri dan orang lain membandingkan diri mereka dengan orang lain, serta mau

Page 18: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

18

berfikir tentang bagaimana memecahkan masalah dan menguji pemecahan

masalah secara sistematis (Santrock, 2007).

Remaja merupakan periode kehidupan yang unik, karena saat itu terjadi

perubahan yang amat kompleks, diantaranya perubahan fisik, emosional, kognitif,

perubahan pertumbuhan dan perkembangan sosial yang menjembatani antara

masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Santrock, 2007). Secara umum, periode

remaja merupakan klimaks dari periode-periode perkembangan sebelumnya,

sehingga dalam periode selanjutnya individu telah menpunyai suatu pola pribadi

yang lebih baik. Masalah-masalah sehubungan dengan perkembangan fisik pada

periode pubertas masih terus berlanjut, tetapi pada akhirnya mereda saat individu

memasuki masa dewasa.

Bagi sebagian besar orang, memasuki usia remaja tidaklah mudah. Hall

(dalam Santrock, 2007), menyebutkan bahwa masa remaja adalah masa storm and

stress, karena pada masa ini muncul gejolak emosi yang penuh dengan

ketidakseimbangan.

Remaja juga mulai mengalami kematangan fisik yang ditandai dengan

mulai matangnyanya organ-organ seksual, dalam arti organ-organ seksualnya

sudah dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan keturunan. Pada remaja

putri ditandai dengan menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria

ditandai dengan mimpi basah (Santrock, 2007).

Matangnya organ-organ seksual pada remaja akan mengakibatkan

munculnya dorongan-dorongan seksual (Santrock, 2007). Problem tentang seksual

pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan

Page 19: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

19

seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh

dilakukan, adanya "ketidaknormalan" yang dialaminya berkaitan dengan organ-

organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi

(Hurlock, 1980).

Dalam masa ini juga, remaja mulai mengalami ketertarikan terhadap lawan

jenis disertai dorongan seksual, hal yang sifatnya kodrati dialami oleh remaja.

Remaja pun mulai ingin berkenalan, bergaul dengan teman-temannya dari jenis

kelamin lain, dan mengenal pacaran (Santrock, 2007). Dalam kondisi demikian,

remaja merupakan sosok yang mudah untuk terjerumus kedalam situasi yang

kurang menguntungkan bagi remaja sendiri. Salah satunya adalah ketika remaja

terjebak dunia seks bebas dan kemudian menjadi korban eksploitasi seksual

komersil dan terjebak kedalam dunia prostitusi (Santrock, 2007).

Remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil dan terjerumus

ke dalam dunia prostitusi akan sulit untuk keluar dari kondisi tersebut. Tak jarang

ketika menghadapi kondisi sulit itu banyak remaja yang mengalami trauma

psikologis ketika remaja menyadari dirinya telah menjadi korban eksploitasi

seksual komersil (Suyanto, 2010). Hal itu muncul karena remaja mengalami

peristiwa yang menimbulkan reaksi stress traumatik. individu mengalami stres

traumatik karena mengalami suatu pengalaman mental yang luar biasa

menyakitkan, melampaui ambang kemampun rata-rata orang untuk

menanggungnya, sehingga mengakibatkan perubahan drastis dalam kehidupan

seseorang, mengubah persepsi terhadap kehidupannya, mengubah perilaku

seseorang, dan emosi seseorang (Yoga, dalam Sulistyaningsih, 2009).

Page 20: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

20

Dampak traumatis remaja yang mengalami eksploitasi seksual komersil

tersebut tergambar dari hasil wawancara :

“sampai sekarang aku masih takut kalo ketemu orang baru yang gak aku

kenal,takut kayak dulu lagi. Masih belom bisa aku lupakan lah itu, gimana

dulu aku buat sama mereka. Diancam, digebukin, sama laki-laki yang

nidurin aku kak. Kayak binatanglah dulu aku dibuat mereka tu, mau lari

gak bisa, tahan-tahan ajalah kak. Kalo gak ingat ayah sama ibuk, dah

bunuh dirilah kak. Pas udah bebas dari situ pun sama aja stress sama

tertekannnya aku kak, kaya najis gitu aku diliatin orang-orang dekat sini.

Padahal aku pun gak mau jadi kayak gitu.”

(Komunikasi Personal, 30 Februari 2011).

Trauma psikologis yang dialami oleh remaja yang menjadi korban

eksploitasi seksual komersil tersebut memiliki dampak yang merugikan kesehatan

mental karena menurunkan fungsi fisik, emosi, pikiran, dan hubungan

interpersonal pada remaja itu sendiri (Suyanto, 2010). Proses pemulihan itu

sendiri biasanya memerlukan waktu sekitar 6 hingga 16 bulan dan berapa lama

waktu yang diperlukan seorang remaja. Tergantung pada karakteristik individu

dan sifat peristiwa traumatik yang dialami. Namun pada sebagian orang stress

traumatik yang berat dapat berlangsung selama bertahun-tahun bahkan dapat

berlanjut menjadi gangguan yang lebih berat (Sulistyaningsih, 2009).

“lama jugak lah dulu aku gak mau keluar rumah, duh dah macam orang

gilaklah kak, mana tetanggaku omongannya bikin pedih kuping. Disuruh

ibuk lah aku sholat kak, dzikir. Pertama-tama gak ku buat, mana ada guna

pikirku kak, dah jerit-jerit ajalah aku dulu kak, udah hampir dibawa ke

RSJ, pokoknya sampe hari ni aku masih ingat-ingat itu terus. Tapi setelah

setahun, setelah pindah rumah barulah aku bisa agak gak kayakorang

gilak lagi kak.”

(Komunikasi Personal, 30 Februari, 2011).

Remaja menggunakan berbagai macam pilihan, Untuk mengatasi trauma

yang dialaminya. Ada remaja yang mampu bertahan kemudian pulih dari situasi

traumatis tersebut secara efektif, namun ada pula remaja lain yang gagal karena

Page 21: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

21

tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan. Tugade & Fredrikson

(dalam Rezki Rahayu, 2008) mengungkapkan kemampuan untuk melanjutkan

hidup setelah mengalami hal yang tidak menyenangkan menggambarkan adanya

kemampuan tertentu pada diri individu yang dikenal dengan istilah resiliensi.

Menurut Sulistyaningsih (2009) resiliensi individu muncul ketika individu

berhasil mengatasi kesulitan hidup (adversity). Bagaimana individu tersebut

menghadapi permasalahan dirinya sebagai korban sebuah tragedi dipengaruhi oleh

bagaimana dirinya menyikapi kesulitan yang dihadapinya dengan segala

kelebihan dan keterbatasannya.

Individu yang menghadapi kesulitan akan menampilkan beberapa reaksi

yang berbeda (Siebert, dalam Nurfadilah, 2006). Ada remaja yang menggunakan

cara-cara negatif ketika tidak tahan menjadi korban eksploitasi seksual komersil,

misalnya dengan luapan amarah secara verbal dan disertai dengan tindakan untuk

menyakiti dirinya sendiri. Remaja tersebut menjadi tidak berdaya untuk

melakukan coping dengan apa yang telah dialaminya. Selain itu, ada pula remaja

yang cenderung melihat dirinya sebagai korban dan menempatkan orang lain

sebagai penyebab “hancurnya” hidup mereka sehingga perasaan dan pikiran

mereka cenderung negatif. Namun, ada juga individu yang dengan cepat berupaya

untuk mengatasi peristiwa traumatis tersebut dan kembali kepada realita yang

dihadapinya, tetap berkarya dengan kekuatan dan keterbatasan yang mereka miliki

dalam kondisi sulit, yang membuat meraka menjadi lebuh kuat, dan lebih baik

dari sebelumnya (Sulistyaningsih, 2009).

Page 22: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

22

Proses resiliensi itu sendiri, dimulai ketika individu pada usia berapa pun

mengalami kesulitan hidup, ia memiliki faktor-faktor pelindung (protective

factors) yang dapat melindunginya terhadap dampak negatif. Individu tersebut

mampu mengatasi kesulitan hidup tanpa mengalami gangguan apabila ia memiliki

perlindungan yang cukup. Individu yang sedang berproses menuju resiliensi atau

berada dalam keseimbangan, apabila dengan segala kekuatan emosi dan

mekanisme coping yang sehat berusaha mengatasi kesulitan hidupnya. Tanpa

perlindungan yang cukup, individu akan menuju proses gangguan psikologis,

disebabkan ketidakmampuan atau coping mengatasi masalah tersebut

(Sulistyaningsih, 2009).

Dalam proses resiliensi terdapat dua hal penting yakni, kesulitan hidup

tidak secara otomatis mengakibatkan disfungsi, tetapi sebaliknya justru dapat

menghasilkan sejumlah pencapaian bagi individu yang mengalaminya. Selain itu

reaksi terhadap kesulitan hidup yang pada awalnya bersifat disfungsional, lama

kelamaan dapat membaik. Dengan kata lain, resiliensi merupakan proses adaptasi

yang diawali dengan adanya stress dapat membuka kemungkinan terjadinya

perubahan pribadi menuju pada suatu yang lebih baik (Sulistyaningsih, 2009).

Benard (dalam Rezki Rahayu, 2008) menjelaskan lebih jauh bahwa

kapasitas resiliensi ini ada pada setiap orang. Artinya, kita semua lahir dengan

kemampuan untuk dapat bertahan dari penderitaan, kekecewaan, atau tantangan.

Menurut Grotberg (2000), upaya mengatasi kondisi-kondisi yang tidak

menyenangkan tersebut dan mengembangkan resiliensi, sangat bergantung pada

pemberdayaan tiga faktor dalam diri individu, yaitu I have (Aku punya) termasuk

Page 23: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

23

didalamnya hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan penuh, dorongan untuk

mandiri; I am (Aku ini) termasuk didalamnya disayang dan disukai oleh banyak

orang, bangga dengan diri sendiri, mencintai, empati, dan kepedulian pada orang

lain; I can (Aku dapat) termasuk didalamnya berkomunikasi, memecahkan

masalah, menjalin hubungan-hubungan yang saling mempercayai. Interaksi ketiga

faktor tersebut juga mempengaruhi lamanya proses resiliensi seseorang.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, setiap orang memiliki kapasitas

resiliensi yang berbeda dalam dirinya. Begitu juga dengan remaja putri yang

menjadi korban eksploitasi seksual komersil, yang telah berhasil keluar dari dari

masalah tersebut, namun masyarakat akan cenderung memberikan label negative

kepada remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual tersebut. Selain itu remaja

korban eksploitasi seksual mengalami pengabaian hak yang dilakukan oleh orang

dewasa demi kepentingan nista dari orang dewasa tersebut. Remaja yang menjadi

korban eksploitasi seksual tersebut merupakan individu yang tak berdaya dan tak

mampu menolak paksaan, deraan dan trauma dari orang dewasa (Suyanto, 2001).

Eksploitasi seksual komersil yang dialami remaja putri dapat membuat

remaja korbannya menjadi terpuruk dan mengalami kerugian, namun dapat

memberikan keuntungan kepada pelaku eksploitasi seksual. Dengan

menggunakan power yang dimiliki pelaku eksploitasi, mereka bisa melakukan

eksploitasi terhadap remaja yang menjadi korbannya (Koentjoro, 2004). Perkin &

Bennet (dalam Koentjoro, 2004) mengatakan jika remaja putri yang mejadi

korban eksploitasi seksual dan kemuadi menjadi pelacur hal itu merupakan

produk dari lingkungan dan kondisi sosial mereka. Perlakuan sosial, seperti

Page 24: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

24

rayuan lelaki terhadap seorang remaja karena daya tarik seksualnya sehingga

dapat mempengaruhi perilaku remaja tersebut.

Remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual harus berjuang

menghadapi pengalaman traumatis yang dialaminya untuk menjadi individu yang

resilien. Tetapi, resiliensi dapat terlihat dengan jelas apabila seseorang berada

pada tantangan atau masalah. Menurut Bobey (dalam Rezki Rahayu, 2008)

semakin seseorang berhadapan dengan banyak tantangan dan hambatan, maka

akan semakin terlihat apakah ia telah berhasil mengembangkan karakteristik

resiliensi dalam dirinya atau tidak. Remaja yang resilien akan memandang

peristiwa stressful yang dialaminya merupakan hal yang dapat mendorong dirinya

untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru, menilai kembali prioritas

yang dimilikinya, belajar mengenai pandangan baru, dan memperoleh kekuatan-

kekuatan baru.

Adanya resiliensi pada remaja putri yang menjadi korban eksploitasi

seksual komersil dapat membuat mereka memiliki sikap yang positif untuk

menjadi seorang yang percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain

itu dapat merubah penderitaan menjadi tantangan, kegagalan menjadi keberhasilan

dan keputusasaan menjadi kekuatan. Resiliensi dapat merubah seorang korban

menjadi lebih kuat dan mendorong orang berkembang dan menjadi lebih baik.

“ya, kami pindah rumah kata ibuk biar aku gak malu sama tetangga-

tetangga kak. Alhamdulilah aku dapat dukungan banyaklah dari ayah,

ibuk, pokoknya sodara-sodara. Kan itu cuman yang aku butuhkan kak,

sekarang aku dah bisa kaya dulu lagi, malah mungkin lebih, udah makin

rajin sholat, udah makin punya prinsip lah kak, ambil hikmahnya kak. Ya

walaupun butuh waktu lama kak, setahunan lebih..”

(Komunikasi Personal, 30 Februari, 2011)

Page 25: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

25

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melihat mengenai

resiliensi pada remaja putri korban eksploitasi seksual komersil serta mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian resiliensi pada remaja putri korban

eksploitasi seksual di kota Medan.

I.B. Rumusan Masalah

Melalui penjabaran di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

:

1. Bagaimana gambaran resiliensi pada remaja putri korban eksploitasi

seksual komersil khususnya sektor prostitusi

2. Karakteristik yang mempengaruhi resiliensi remaja putri korban

eksploitasi seksual sektor prostitusi.

I.C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bagaimana gambaran

resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual komersil khususnya sektor

prostitusi.

I.D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam

memberikan perluasan teori di bidang psikologi yakni mengenai resiliensi pada

remaja putri. Selain itu, penelitian ini di harapkan dapat memperkaya sumber

kepustakaan penelitian di bidang psikologi perkembangan, sehingga hasil

penelitian ini dapat nantinya dapat dijadikan sebagai bahan penunjang untuk

penelitian selanjutnya.

Page 26: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

26

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai

resiliensi remaja putri yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil kepada

peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai resiliensi remaja putri.

b. Bagi Kepolisian Wilayah Hukum Sumatera Utara

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi aparat

kepolisian wilayah hukum Sumatera Utara khususnya Unit Penanganan

Perempuan dan Anak yang menangani masalah kekerasan serta eksploitasi

seksual komersil yang di alami perempuan dan anak. Dimana aparat kepolisian di

harapkan dapat melakukan pemeriksaan serta penanganan yang bersifat suportif

dengan tujuan remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil tidak

merasa takut serta canggung saat memberikan keterangan kepada pihak

kepolisian.

c. Bagi Orangtua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para

orangtua sehingga diharapkan orangtua dapat memberikan dukungan yang

maksimal kepada remaja yang telah menjadi korban eksploitasi seksual komersil

sektor prostitusi. Dengan menyediakan lingkungan yang dapat memfasilitasi

tercapainya resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual komersil sektor

prostitusi.

Page 27: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

27

d. Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga Terkait Lainnya

Bagi LSM dan lembaga terkait lainnya yang menangani permasalahn-

permasalahn yang menimpa remaja dan anak-anak, diharapkan nantinya informasi

dari penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan pendampingan dan

penanganan yang bersifat suportif kepada korban eksploitasi seksual sektor

prostitusi.

I.E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan berisi mengenai latar belakang permasalahan,

perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Landasan teori berisi teori yang digunakan sebagai

landasan penelitian.

BAB III : Metodologi Penelitian

Pada bab ini dijelaskan alasan digunakannya pendekatan

kualitatif, responden penelitian, teknik pengambilan

responden, teknik pengumpulan data, alat bantu

pengumpulan data serta prosedur penelitian.

BAB IV : Analisa Dan Interpretasi Data

Analisa Data dan Interpretasi berisi pendeskripsian data

responden, analisa dan interpretasi data yang dperoleh dari

Page 28: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

28

hasil wawancara yang dilakukan dan pembahasan data-data

penelitian sesuai dengan teori yang relevan dan diskusi.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan, dan Saran yang menjelaskan kesimpulan dari

penelitian ini, diskusi mengenai hasil penelitian yang ada

serta saran-saran yang dianjurkan mengenai penelitian ini.

Page 29: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

29

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. RESILIENSI

II.A.1. Pengertian Resiliensi

Kata resiliensi sendiri berasal dari bahasa latin abad pertengahan ’resilire’

yang berarti ’kembali’. Dalam bahasa inggris, kata ’resiliency’ atau ’resilient’

biasa digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi seseorang yang berhasil

kembali dari kondisi terpuruk. Jika dilihat dari asal dan makna kata, maka

resiliensi secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

kembali pada kondisi semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang

terpuruk (Putrantie, 2008).

Resiliensi merupakan konstruk psikologi yang diajukan oleh para ahli

behavioral dalam mengetahui, mendefinisikan, dan mengukur kapasitas individu

untuk tetap bertahan dan berkembang pada kondisi yang menekan (adverse

conditions) dan untuk mengetahui kemampuan individu untuk kembali pulih

(recovery) dari kondisi tekanan (Manara Untung, 2008). Sementara itu resiliensi

menurut Grotberg (2000) merupakan sebagai proses dinamis individu dalam

mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat dan

mentrasformasikan pengalaman-pengalaman yang dialami pada situasi sulit

menuju pencapaian adaptasi yang positif .

Desmita (2005) mengatakan resiliensi merupakan kemampuan atau

kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang

Page 30: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

30

memungkinkannya menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan

menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak

menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan

menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Adanya resiliensi akan membuat

seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam berhadapan dengan kondisi-kondisi

yang tidak menyenangkan (Desmita, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa resiliensi

merupakan kemampuan seseorang untuk bangkit kembali menjadi seperti sedia

kala setelah mengalami tantangan atau kondisi yang terburuk. Dimana dengan

adanya resiliensi individu, kelompok atau masyarakat mampu menghadapi,

mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang

merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan.

II.A.2. Karakteristik Resiliensi

Grotberg (2000) mengidentifikasikan karakteristik resiliensi yang

mempengaruhi resiliensi seseorang. Karakteristik resiliensi tersebut meliputi

dukungan eksternal dan sumber-sumber yang ada pada diri seseorang (misalnya

keluarga, lembaga pemerhati dalam hal ini yang melindungi perempuan),

kekuatan personal yang berkembang dalam diri seseorang (seperti self esteem, a

capacity for self monitoring, spritualits dan altruism), dan kemampuan sosial

(seperti mengatasi konflik dan kemampuan berkomunikasi).

Grotberg (2000) mengemukakan karakteristik resiliensi yang di

identifikasikan berdasarkan faktor-faktor yang berbeda. Untuk dukungan eksternal

dan faktor-faktornya digunakan istilah I Have, untuk kekuatan individu dalam diri

Page 31: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

31

pribadi digunakan istilah I Am, dan untuk kemampuan interpersonal digunakan

istilah I Can.

Setiap faktor dari masing-masing karakteristik memberikan kontribusi

pada berbagai jenis tindakan yang dapat meningkatkan pencapain resiliensi

seseorang. Individu yang resilien tidak membutuhkan semua faktor untuk menjadi

resilien, tetapi apabila individu hanya memiliki satu faktor individu tersebut tidak

dapat dikatakan sebagai individu yang resilien.

1. I Have

Grotberg (2000) mengungkapkan bahwa I have merupakan

karakteristik resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan remaja

terhadap besarnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial

terhadap dirinya. Sebelum seseorang menyadari siapa dirinya (I Am) atau

apa yang bisa dia lakukan (I Can), remaja membutuhkan dukungan

eksternal dan sumber daya untuk mengembangkan perasaan keselamatan

dan keamanan, yaitu inti untuk mengembangkan reesiliensi dalam diri

remaja tersebut. Faktor-faktor dari karakteristik I Have yang harus

dikembangkan oleh remaja untuk menjadi individu yang resilien adalah :

a. Hubungan yang Dilandasi Kepercayaan

Individu yang resilien memperoleh dukungan berupa hubungan yang baik

dengan keluarga, lingkungan sekolah yang menyenangkan, ataupun

hubungan dengan orang lain diluar keluarga. Melalui I have, seseorang

merasa memiliki hubungan yang penuh kepercayaan. Hubungan seperti ini

Page 32: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

32

diperoleh dari orang tua, anggota keluarga lain, guru, dan teman-teman

yang mencintai dan menerima diri remaja tersebut..

b. Struktur dan Peraturan di Rumah

Individu yang resilien juga mempunyai struktur dan aturan di dalam rumah

yang ditetapkan oleh orang tua mereka. Para orang tua berharap bahwa

anak-anak dapat mematuhi semua peraturan yang ada. Anak-anak juga

akan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka lakukan

dalam menjalani aturan tersebut. Ketika mereka melanggar aturan, mereka

butuh seseorang untuk memeberi tahu kesalahan yang mereka perbuat dan

jika perlu menerapkan hukuman.

c. Dorongan Untuk Mandiri

Individu yang resilien juga memperoleh dukungan untuk mandiri dan

dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatifnya

sendiri. Dukungan yang diberikan oleh orangtua ataupun anggota keluarga

lainnya akan sangat membantu dalam membentuk sikap mandiri dalam

diri seseorang. Orangtua akan mendukung serta melatih anak untuk dapat

berinisiatif dan “berkuasa” atas dirinya sendiri untuk mengambil

keputusan tanpa harus bergantung pada orang lain.

d. Role Models

Individu yang resilien mempunyai orang-orang yang dapat menunjukkan

apa yang harus remaja lakukan seperti mencari informasi terhadap sesuatu

dan memberikan semangat agar remaja mengikutinya dengan tujuan

Page 33: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

33

membuat remaja tersebut bangkit dan kembali menjadi sosok yang

mandiri dari sebelumnya.

e. Memperoleh Layanan Kesehatan, Pendidikan, Keamanan dan

Kesejahteraan

Individu yang resilien juga akan mendapatkan jaminan kesehatan,

pendidikan, dan kesejahteraan serta keamanan dari orangtua. Sehingga hal

ini akan membantu mereka untuk mengembangkan rasa percaya diri dalam

diri remaja.

2. I Am

Grotberg (2000) mengatakan bahwa I Am merupakan kekuatan

yang terdapat dalam diri seseorang, kekuatan tersebut meliputi perasaan,

tingkah laku, dan kepercayaan yang ada dalam dirinya. Beberapa faktor

yang dimiliki oleh remaja dan harus dikembangkan oleh remaja adalah :

a. Bangga Terhadap Diri Sendiri

Individu yang resilien tahu bahwa mereka adalah seorang yang penting

dan merasa bangga akan siapakah mereka itu dan apapun yang mereka

lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak akan membiarkan orang lain

meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu mempunyai

masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu mereka

untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut.

b. Disayang dan Disukai Orang Lain

Individu yang resilien pasti mempunyai orang yang menyukai dan

mencintainya. Individu akan bersikap baik terhadap orang-orang yang

Page 34: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

34

menyukai dan mencintainya. seseorang dapat mengatur sikap dan

perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara

dengan orang lain.

c. Percaya Diri, Optimis dan Penuh Harap

Bagian yang lain adalah dipenuhi harapan, iman, dan kepercayaan.

Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang lain dan institusi

yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar maupun salah,

dan ingin ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai kepercayaan diri

dan iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya

sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyai

spiritual yang lebih tinggi.

d. Memiliki Empati dan Peduli Terhadap Sesama

Individu yang resilien juga merasa bahwa mereka memiliki empati dan

sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Perasaan itu mereka

tunjukkan melalui sikap peduli mereka terhadap peristiwa yang terjadi

pada orang lain. Mereka juga merasakan ketidaknyamanan dan

penderitaan yang dirasakan oleh orang lain dan berusaha membantu untuk

mengatasi masalah yang terjadi.

e. Mampu Bertanggung Jawab Terhadap Perilaku Sendiri dan

Menerima Konsekuensinya

Individu yang resilien dapat melakukan berbagai macam hal menurut

keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan perilakunya.

Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan bertanggung jawab atas hal

Page 35: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

35

tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagai

kegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab.

3. I Can

I Can merupakan kemampuan individu untuk mengungkapkan

perasaan dan berpikir dalam berkomunikasi dengan orang lain,

memecahkan masalah dalam berbagai setting kehidupan (akademis,

pekerjaan, pribadi dan sosial) dan mengatur tingkah laku, serta

mendapatkan bantuan saat membutuhkannya. Beberapa faktor dalam

karakteristik ini yang dimiliki oleh remaja dan harus dikembangkannya

adalah :

a. Mampu Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan dalam

Berkomunikasi

Individu tersebut juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi serta

memecahkan masalah dengan baik. Mereka mampu mengekspresikan

pikiran dan perasaan mereka dengan baik.

b. Menjalin Hubungan Yang Saling Mempercayai

Individu yang resilien mencari hubungan yang dapat di percaya dimana

individu dapat menemukan seseorang misalnya orang tua, saudara, teman

sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi perasaan dan perhatian, guna

mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah

personal dan interpersonal.

Page 36: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

36

c. Mampu Mengelola Perasaan

Individu yang resilien memiliki keterampilan berkomunikasi dimana

individu mampu mengekspresikan berbagai macam pikiran dan perasaan

kepada orang lain dan dapat mendengar apa yang orang lain katakan serta

merasakan perasaan orang lain.

d. Mampu Mengukur Temperamen Diri Sendiri dan Orang Lain

Individu yang resilien mampu mengukur temperamen diri sendiri dan

orang lain dimana individu memahami temperamen mereka sendiri

(bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko atau diam,

reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini

menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan

untuk berkomunikasi, membantu individu untuk mengetahui kecepatan

untuk bereaksi, dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai

situasi.

e. Mampu Memecahkan Masalah

Individu yang resilien memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Individu dapat menilai suatu masalah secara alami serta mengetahui apa

yang mereka butuhkan agar dapat memecahkan masalah dan bantuan apa

yang mereka butuhkan dari orang lain. Individu dapat membicarakan

berbagai masalah dengan orang lain dan menemukan penyelesaian

masalah yang paling tepat dan menyenangkan. Individu terus-menerus

bertahan dengan suatu masalah sampai masalah tersebut terpecahkan.

Page 37: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

37

Resiliensi merupakan hasil kombinasi dari faktor-faktor I have, I am, dan I

can. Untuk menjadi seorang yang resilien tidak cukup hanya memiliki satu faktor

saja, melainkan harus ditopang oleh faktor-faktor lainnya (Desmita, 2005). Oleh

sebab itu, untuk menumbuhkan resiliensi remaja, ketiga faktor tersebut harus

saling berinteraksi satu sama lain, interaksi ketiga faktor tersebut sangat

dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sosial dimana remaja hidup (Desmita,

2005).

Resiliensi sendiri menggambarkan kualitas kepribadian manusia, yang

akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Sejalan dengan

bertambahnya usia, maka terbuka juga kemungkinan berkembangnya resiliensi

individu (Sulistyaningsih, 2009). Pengembangan resiliensi menurut Grotberg

(2000, dalam Sulistyaningsih, 2009) dapat dilakukan setahap demi setahap dengan

mendasarkan pada lima dimensi pembangun resiliensi yaitu trust, autonomy,

identity, initiative, dan industry.

1. Rasa Percaya (trust)

Rasa percaya merupakan dasar utama pembangun resiliensi. Rasa percaya

ini berhubungan dengan bagaimana lingkungan mengembangkan rasa

percaya remaja. Rasa percaya ini akan sangat menentukan seberapa jauh

remaja memiliki kepercayan terhadap orang lain mengenai hidupnya,

kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaannya, serta kepercayaan

terhadap diri sendiri, terhadap kemampuan, tindakan dan masa depannya.

Page 38: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

38

2. Otonomi (autonomy)

Dimensi pembentuk resiliensi yang kedua adalah atonomi, yaitu dimensi

pembentuk yang berkaitan dengan seberapa jauh remaja menyadari bahwa

dirinya terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar sebagai kesatuan diri

pribadi. Pemahaman bahwa dirinya juga merupakan sosok mandiri yang

terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar, akan membentuk kekuatan-

kekuatan tertentu pada remaja. Kekuatan tersebut akan menentukan

tindakan remaja ketika menghadapi masalah.

3. Inisiatif (initiative)

Inisiatif merupakan dimensi pembentuk resiliensi yang berperan dalam

penumbuhan minat remaja melakukan sesuatu yang baru. Inisiatif juga

berperan dalam mempengaruhi remaja mengikuti berbagai macam

aktivitas atau menjadi bagian dari suatu kelompok. Dengan inisiatif,

remaja menghadapi kenyataan bahwa dunia adalah lingkungan dari

berbagai macam aktivita, dimana ia dapat mengambil bagian untuk

berperan aktif dari setiap aktivitas yang ada.

4. Industri (Industry)

Industri merupakan dimensi pembentuk resiliensi yang berhubungan

dengan pengembangan keterampilan-keterampilan berkaitan dengan

aktivitas rumah, sekolah, dan sosialisasi. Melalui penguasaan

keterampilan-keterampilan tersebut, remaja akan mampu mencapai

prestasi, baik di rumah, sekolah, maupun di lingkungan sosial. Dengan

prestasi tersebut, akan menentukan penerimaan remaja di lingkungannya.

Page 39: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

39

5. Identitas (Identity)

Identitas merupakan dimensi pembentuk resiliensi yang berkaitan dengan

pengembangan pemahaman remaha akan dirinya sendiri, baik kondisi

fiisik maupun psikologisnya. Identitas membantu remaja mendefinisikan

dirinya dan mempengaruhi self image-nya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa resiliensi memiliki

karakteristik yang terdiri dari pemaknaan remaja terhadap besarnya dukungan

yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya (I Have), kekuatan yang

terdapat dalam diri seseorang, kekuatan tersebut meliputi perasaan, tingkah laku,

dan kepercayaan yang ada dalam dirinya (I Am), kemampuan individu untuk

melakukan hubungan sosial dan interpersonal (I Can). Dimana ketiga karakteristik

tersebut masing-masing memiliki faktor yang memberikan konstribusi pada

berbagai macam tindakan yang dapat meningkatkan potensi resiliensi. Individu

yang resilien tidak membutuhkan semua faktor dari setiap karakteristik, tetapi

apabila individu hanya memiliki satu faktor individu tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai individu yang beresiliensi, misalnya individu yang mampu

berkomunikasi dengan baik (I Can) tetapi ia tidak mempunyai hubungan yang

dekat dengan orang lain (I Have) dan tidak dapat mencintai orang lain (I Am), ia

tidak termasuk orang yang resilien. Resiliensi juga memiliki lima dimensi

pembentuk yaitu trust, autonomy, identity, initiative, dan industry. Dimensi

pembentuk tersebut saling berkaitan dengan faktor-faktor resiliensi yang dimiliki

oleh remaja.

Page 40: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

40

II.B. EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL

II.B.1. Pengertian Eksploitasi Seksual Komersil

ILO-IPEC (dalam Suyanto, 2010) menjabarkan bahwa eksploitasi seksual

komersil adalah salah satu masalah kemanusiaan yang membutuhkan perhatian

serius karena dampaknya sangat merugikan dan membahayakan kelangsungan

serta masa depan remaja putri korban eksploitasi seksual komersil. Remaja putri

yang dilacurkan bukan saja rentan terhadap hinaan, penipuan dan marginaliasi,

tetapi juga banyak di antara mereka yang tidak dapat menikmati hak untuk

memperoleh pendidikan yang layak, serta tidak dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya untuk berkembang secara sehat.

Eksploitasi seksual komersil adalah penggunaan seseorang untuk tujuan-

tujuan seksual guna mendapatkan uang, barang atau jasa kebaikan bagi pelaku

eksploitasi, perantara atau agen dan orang-orang lain yang mendapatkan

keuntungan dari eksploitasi seksual terhadap remaja yang menjadi korban

(ECPAT, 2006).

Eksploitasi seksual komersil merupakan sebuah pelanggaran mendasar

terhadap hak-hak anak yang beranjak dewasa. Pelanggaran tersebut terdiri dari

kekerasan seksual oleh orang dewasa dan pemberian imbalan dalam bentuk uang

tunai atau barang terhadap korban, atau orang ketiga, atau orang-orang lainnya.

Remaja yang menjadi korban eksploitasi tersebut diperlakukan sebagai sebuah

objek seksual dan sebagai objek komersial. Eksploitasi seksual komersial yang

terjadi pada remaja putri merupakan sebuah bentuk pemaksaan dan kekerasan

terhadap remaja tersebut, dan mengarah pada bentuk-bentuk kerja paksa serta

Page 41: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

41

perbudakan modern (ECPAT, 2008). Melalui eksploitasi seksual yang menimpa

remaja putri, remaja tersebut tidak hanya menjadi sebuah objek seks tetapi juga

sebuah komunitas yang membuatnya berbeda dalam hal intervensi (ECPAT,

2006).

ECPAT Internasional (2008) membagi eksploitasi seksual komersil

menjadi lima bentuk, yaitu :

1. Prostitusi, tindakan menawarkan pelayanan atau pelayanan langsung

seorang remaja putri untuk melakukan tindakan seksual demi

mendapatkan uang atau imbalan lain.

2. Pornografi, pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yang melibatkan

remaja putri di dalam aktivitas seksual yang nyata atau yang menampilkan

bagian tubuh remaja tersebut demi tujuan-tujuan seksual.

3. Perdagangan remaja putri untuk tujuan seksual, prose perekrutan,

pemindah-tanganan atau penampungan dn penerimaan remaja putri untuk

tujuan eksploitasi seksual.

4. Wisata seks, eksploitasi seksual komersil yang dilakukan oleh orang-orang

yang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dan di

tempat tersebut mereka berhubungan seks dengan para remaja putri.

5. Pernikahan dengan remaja berusia dibawah 18 tahun, memungkinkan

remaja tersebut menjadi korban eksploitasi seksual komersil, sebab tujuan

menikahi remaja tersebut untuk menjadikannya sebagai objek seks dan

menghasilan uang atau imbalan lainnya (ECPAT, 2008).

Page 42: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

42

Berdasarakan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

eksploitasi seksual komersil adalah sebuah pelanggaran mendasar terhadap

hak-hak anak. Perbuatan itu terdiri dari kekerasan seksual oleh orang dewasa,

pemberian imbalan dalam bentuk uang tunai atau barang terhadap anak atau

orang ketiga yang menjadikan anak sebagai objek seksual dan sebagai objek

komersial.

II.B.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Eksploitasi Seksual

Komersil

Saptari (dalam Suyanto, 2010) menyebutkan ada tiga faktor yang

mempengaruhi remaja menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Pertama,

karena keadaan ekonomi atau kondisi kemiskinan yang dialami remaja korban

eksploitasi seksual komersil. Kedua, karena pandangan tentang seksualitas yang

cenderung menekankan arti penting keperawanan sehingga tidak memberi

kesempatan bagi remaja yang sudah tidak perawan kecuali masuk kedalam peran

yang diciptakan untuk mereka. Ketiga, karena sistem paksaan dan kekerasan.

Selain karena faktor kemiskinan yang membelenggu, menurut Jones et al (dalam

Suyanto, 2010) ada faktor lain yang seperti kurangnya perhatian dari orang tua,

beberapa kepercayaan tradisional serta kehidupan urban yang konsumtif.

Ada banyak faktor yang memungkinkan terjadinya eksploitasi seksual

komersil pada remaja. Walaupu karakteristik setiap daerah tidak persis sama,

namun secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya eksploitasi

seksual komersil terbagi atas faktor pendorong dan faktor penarik. ECPAT (2008)

menjabarkan faktor-faktor tersebut, yaitu :

Page 43: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

43

a. Faktor pendorong

1. Kondisi ekonomi khususnya kemiskinan di pedesaan yang diperberat

oleh kebijakan pembangunan ekonomi dan penggerusan di sektor

pertanian

2. Perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan pertumbuhan pusat-

pusat industrian di perkotaan

3. Ketidaksetaraan gender dan praktek-praktek diskriminasi

4. Adanya tangung jawab anak yang sudah remaja untuk mendukung

keluarga

5. Pergeseran dari perekonomian subsisten menjadi ekonomi berbasis

pembayaran tunai

6. Peningkatan komsumerisme

7. Disintegrasi keluarga

8. Pertumbuhan jumlah anak gelandangan

b. Faktor penarik

1. Jaringan kriminal yang mengorganisir industri seks dan merekrut

remaja putri sebagai korban eksploitasi seksual

2. Pernikahan yang diatur dimana pengantin yang masih remaja

terkadang akan dijual ke rumah bordil setelah menikah

3. Permintaan dari pekerja migran

4. Promosi internasionl mengenai industri seks remaja putri melalui

teknologi informasi.

Page 44: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

44

Faktor lainnya yang mempengaruhi remaja terjerumus menjadi korban

eksploitasi seksual komersil adalah gaya berpacaran remaja yang tidak sehat,

berpacaran di luar batas hingga tidak perawan lagi atau dikecewakan pacar.

Sementra faktor lainnya adalah gaya hidup konsumerisme, yakni ingin mengikuti

gaya hidup mewah seperti punya telepon genggam (handphone) bagus, baju

bagus, dan sebagainya. Yang terakhir adalah pengaruh dari teman bergaul serta

pengaruh budaya dibeberapa daerah di Indonesia (ECPAT, 2008).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya eksploitasi seksual komersil pada remaja putri

adalah disebabkan faktor ekonomi, faktor pergaulan bebas serta budaya.

II.B.3. Dampak Eksploitasi Seksual Komersil

Di berbagai komunitas, disadari bahwa eksploitasi seksual komersil adalah

sebuah masalah yang sulit untuk dihilangkan begitu saja, paling tidak ada akibat

yang kemungkinan besar akan menimpa remaja-remaja korban eksploitasi seksual

komersil jika dibiarkan larut dalam kondisi dan pekerjaan tersebut yang

sesungguhnya tidak pernah mereka sadari resiko dan bahayanya (Suyanto, 2010).

Eksploitasi seksual komersil dalam bentuk apapun sangat membahayakan hak-hak

seseorang untuk menikmati masa remaja mereka dan kemampuan mereka untuk

hidup produktif (ECPAT, 2006). Tindakan tersebut dapat mengakibatkan dampak-

dampak yang serius, seumur hidup, bahkan mengancam jiwa korban eksploitasi

seksual tersebut sehubungan dengan perkembang fisik, psikologis, spiritual,

emosional, dan sosial serta kesejahteraan remaja korban eksploitasi seksual.

Page 45: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

45

Suyanto (2010) mengungkapkan beberapa dampak eksploitasi seksual

komersil pada remaja yaitu, karena remaja-remaja korban eksploitasi seksual

komersil itu masih berusia belia dan belum memiliki akses yang cukup terhadap

informasi-informasi tentang “reproduksi sehat”, maka sesungguhnya mereka

belum menggalami kematangan organ reproduksi. Mereka belum mengetahui

resiko dari hubungan seksual yang dilakukan secara bebas, sehingga kehamilan

dini dan penularan penyakit menular seksual (PMS) dengan seluruh implikasinya

dengan mudah akan menimpa remaja putri yang menjadi korban eksploitasi

seksual komersi. Tidak mustahil, remaja putri yang menjadi korban eksploitasi

seksual komersil akan mengandung seorang bayi yang tidak pernah dikehendaki,

dan kemuadian memilih untuk melakukan aborsi secara illegal dan jauh dari

syarat-syarat medis, sehingga bukan tidak mungkin akan mengancam nyawa

mereka sendiri.

Selanjutnya, remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil dan

terjerumus ke dalam dunia prostitusi, sering kali harus menanggung beban

psikologis yang berat berupa stigma dari masyarakat atas pekerjaan yang mereka

tekuni karena dinilai terkutuk, memalukan, tidak bermoral. Seorang remaja

korban eksploitasi seksual, sekalipun mungkin suatu saat mereka menyadari

resiko pekerjaannya atau berkat keajaiban berhasil melarikan diri dari cengkraman

“germonya”, tidak mustahil suatu saat akan kembali sendiri ke bisnis syahwat ini

karena masyarakat sekitarnya cenderung menolak dan menjaga jarak dengan

mereka. Seorang remaja korban eksploitasi seksual komersil yang bermaksud

akan memasuki kehidupan masyarakat biasanya cenderung memang dilecehkan,

Page 46: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

46

dan bahkan diisolasi karena khawatir dapat menyebarkan pengaruh buruk bagi

remaja-remaja putri lain disekitarnya. Dan yang terakhir, dalam berbagai kasus

remaja korban eksploitasi seksual komersil, tak jarang harus mengalami berbagai

tindak kekerasan seksual; mulai dari rayuan terselubung, penyekapan,

penganiayaan, dan berbagai bentuk tindak kekerasan lainnya.

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dampak

eksploitasi seksual komersil adalah remaja yang menjadi korbannya tidak hanya

mengalami dampak psikologis, namun korban eksploitasi rentan mengalami

kehamilan dan penyakit menular seksual, serta rentan mengalami kekerasan

seksual.

II.C. REMAJA

II.C.1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescere yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah tersebut mempunyai arti

yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik

(Hurlock, 1980).

Piaget (dalam Hurlock, 1980) mengatakan bahwa secara psikologis masa

remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam

masalah hak.

Menurut Monks (1999) remaja adalah individu yang berusia antara 12-21

tahun yang sedang menjalani masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

Page 47: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

47

dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa

remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Hurlock mengatakan

bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai

usia matang secara hukum.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang menjalani masa transisi dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa, yang berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun,

dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah

masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.

II.C.2. Ciri-ciri Remaja

Hurlock (1980) berpendapat, bahwa semua periode yang penting selama

masa kehidupan mempunyai karakteristiknya sendiri. Begitupun masa remaja

mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode masa kanak-

kanak dan dewasa. Ciri ciri tersebut antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting daripada periode

lain karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, serta

akibat-akibat jangka panjangnya. Misalnya saja, perkembangan biologis

menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan tertentu, baik yang bersifat

fisiologis yang cepat dan disertai percepatan perkembangan mental yang

cepat, terutama pada masa remaja awal. Semua perkembangan itu

Page 48: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

48

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk

sikap, nilai, dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Anak-anak yang beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa haruslah

meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus

mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku

dan sikapnya pada masa yang sudah ditinggalkan. Meskipun disadari

bahwa apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan

mempengaruhi pola perilaku dan sikap baru. Pada masa peralihan ini

remaja bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa.

Namun, status remaja yang tidak jelas ini menguntungkan karena status ini

memberi waktu kepada remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda

dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi

dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

beriringan dengan tingkat perubahan fisik. Pada awal masa remaja, ketika

perubahan terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga

berlangsung cepat. Begitu pula jika perubahan fisik menurun maka

perubahan sikap dan perilaku menurun juga.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah

masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-

Page 49: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

49

laki maupun anak perempuan, hal tersebut disebabkan karena sepanjang

masa kanak-kanak sebahagian besar masalah yang dihadapi oleh remaja

diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga remaja tidak

berpengalaman dalam menghadapi masalah. Selain itu, remaja juga merasa

jika mereka sudah mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya

sendiri dan menolak bantuan orang lain.

e. Remaja sebagai masa pencarian identitas

Pencarían identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian

diri dengan standars kelompok lebih penting dari pada bersikap

individualitas. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih

tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun

mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi

pribadi yang berbeda dengan orang lain.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Stereotip populer pada masa remaja mempengaruhi konsep diri dan sikap

remaja terhadap dirinya sendiri, dan ini menimbulkan ketakutan pada

remaja. Remaja takut bila tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan

orang tuanya sendiri. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan orang tua

sehingga membuat jarak bagi anak untuk meminta bantuan kepada orang

tua guna mengatasi pelbagai masalahnya.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana

yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-

Page 50: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

50

cita. Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah.

Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya

atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan

bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada

perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum

minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan

seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang

mereka inginkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa

remaja adalah bahwa masa remaja adalah periode yang penting, periode peralihan,

periode perubahan, usia yng bermasalah, mencari identitas, yang usia yang

menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.

II.C.3. Perkembangan Fisik dan Seksual Remaja

Perkembangan fisik remaja didahului dengan perubahan pubertas.

Pubertas ialah suatu periode dimana kematangan fisik dan seksual terjadi secara

pesat terutama pada awal masa remaja (Santrock, 2007). Menurut Susman &

Ragol (dalam Santrock, 2007) pertambahan berat tubuh remaja berlangsung

bersamaan dengan dimulainya masa pubertas. Selain itu, Rogol, Roemmich &

Clark (dalam Santrock, 2007) mengemukakan bahwa pada puncak pertambahan

berat tubuh, berat tubuh remaja putri bertambah rata-rata 18 pon setiap tahunnya

Page 51: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

51

di usia sekitar 12 tahun (kurang lebih enam bulan setelah dimulaimya laju

pertumbuhan tinggi tubuh).

Susman & Rogol (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa disamping

meningkatnya tinggi dan berat tubuh pada remaja putri, masa pubertas juga

menimbulkan perubahan pada lebar pinggul dan bahu. Proses melebarnya pinggul

pada remaja putri berkaitan dengan meningkatnya hormone estrogen, selain itu

wajah remaja putri menjadi lebih bulat dan lembut.

Urutan perubahan fisik pada remaja putri dimulai dengan membesarnya

payudara atau tumbuh rambut dikemaluan. Selanjutnya, pertumbuhan rambut

diketiak. Seiring dengan perubahan ini, tubuh remaja putri akan bertambah tinggi,

dan pinggulnya berkembang menjadi lebih lebar dibandingkan bahunya

(Santrock, 2007).

Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri, terjadi diakhir siklus

pubertas. Awalnya, siklus menstruasi berlangsung secara tidak teratur dan selama

beberapa tahun pertama, hal itu disebabkan remaja putri mungkin tidak

mengalami ovulasi di setiap siklus. Remaja putri tidak mengalami perubahan

suara seperti yang dialami oleh remaja laki-laki, namun remaja putri memiliki

payudara yang lebih penuh di akhir masa pubertasnya (Santrock, 2007). Galambos

(dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa pubertas juga memperkuat aspek-

aspek seksual dari sikap dan perilaku. Ketika tubuh dialiri oleh hormon, maka

remaja putri mulai berperilaku feminim.

Pada masa ini, kehidupan remaja mulai dipenuhi oleh hal-hal yang berbau

seksualitas, dimana masa remaja merupakan masa eksplorasi seksual dan

Page 52: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

52

mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang. Kebanyakan remaja

memiliki rasa ingin tahu yang tidak ada habis-habisnya mengenai seksualitas

(Santrock, 2007). Proses tersebut berlangsung cukup lama dan melibatkan proses

belajar untuk mengelola perasaan-perasaan seksual, seperti gairah seksual dan

perasaan tertarik, mengembangkan bentuk intimasi yang baru, dan mempelajari

keterampilan perilaku seksual untuk menghindari konsekuensi-konsekuensi yang

tidak diinginkan (Santrock, 2007).

Seiring dengan perkembangan seksual yang dialami oleh remaja, mereka

juga mulai mengembangkan identitas seksualnya yang melibatkan lebih dari

sekedar perilaku seksual, identitas seksual muncul dalam konteks faktor-faktor

fisik, faktor sosial, dan faktor budaya, di mana sebagian besar masyarakat

cenderung memberikan batasan-batasan terhadap perilaku seksual remaja

(Santrock, 2007). Micheal dkk (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa

remaja putri belajar untuk mengaitkan hubungan seksual dengan cinta, mereka

sering kali merasionalisasikan perilaku seksualnya dengan mengatakan bahwa

mereka terbawa oleh gairah sesat. Hyde & DeLameter (dalam Santrock, 2007)

menjelaskan jika jatuh cinta menjadi penyebab utama remaja putri menjadi aktif

secara seksual. Alasannya lain yang menyebabkan remaja putri aktif secara

seksual adalah karena mereka membiarkan ketika didesak oleh laki-laki, yang

merupakan suatu cara agar dapat memperolah pacar, rasa ingin tahu, serta hasrat

seksual yang tidak berkaitan dengan cinta dan kepedulian.

Sehubungan dengan perkembangan seksual yang dialami remaja putri,

menurut Santelli (dalam Santrock, 2007) kebanyakan remaja yang aktif secara

Page 53: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

53

seksual memiliki resiko untuk mengalami masalah-masalah seksual dan masalah-

masalah lainnya ketika mereka sudah melakukan hubungan seksual sebelum

berusia 16 tahun. Buhrmester (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa

keterlibatan seksual pada remaja putri di masa remaja berkaitan dengan harga diri

yang rendah, tingkat depresi yang lebih besar, tingkat aktivitas seksual yang lebih

besar, dan nilai yang rendah di sekolah. Selain itu, Huebner & Howell; Swenson

& Prelow (dalam Santrock, 2007) menjabarkan bahwa faktor-faktor resiko untuk

masalah seksual pada remaja meliputi faktor-faktor kontekstual seperti status

sosial ekonomi (SES) dan lingkungan keluarga atau pola pengasuhan.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan

fisik dan seksual remaja adalah perubahan yang terjadi pada fisik dan organ-organ

reproduksi pada remaja baik perempuan maupun laki-laki, yang mempengaruhi

pola perilaku seksual remaja tersebut.

II.C.4. Perkembangan Sosial Remaja

II.C.4.a. Perkembangan Hubungan Dengan Teman Sebaya

Selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik

dalam segi fisik maupun kognitif. Perubahan-perubahan tersebut, ternyata

berpengaruh besar terhadap perubahan dalam perkembangan sosial remaja itu

sendiri (Desmita, 2005). Perkembangan sosial pada remaja merupakan salah satu

tugas yang paling sulit, karena hal tersebut berhubungan dengan penyesuaian

sosial mereka. Remaja juga harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam

hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri

dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai

Page 54: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

54

tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja juga harus membuat banyak

penyesuaian baru yaitu penyesuaian diri dengan pengaruh kelompok sebaya,

perubahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan,

nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial serta nilai-nilai baru dalam

seleksi pemimpin (Hurlock, 1980).

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang

sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi

(sozialed), memerlukan tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut

terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga

kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.

Menurut Hurlock (1980) tiga proses dalam perkembangan sosial adalah sebagai

berikut :

1. Berperilaku dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang

perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak

hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga

harus menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa diterima sebagain dari

masyarakat atau lingkungan sosial tersebut.

2. Memainkan peran di lingkungan sosialnya.

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan

dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk

dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.

3. Memiliki Sikap yang positif terhadap kelompok Sosialnya

Page 55: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

55

Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang

yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi

berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota

kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.

Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala

meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan remaja itu sendiri.

Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan

teman-teman sebayanya (Desmita, 2005). Remaja memiliki kebutuhan yang kuat

untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompoknya. Remaja akan merasa

senang apabila diterima oleh kelompoknya, dan sebaliknya mereka akan merasa

sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan

sebayanya (Santrock, 2007). Pada masa ini remaja cenderung menghabiskan

waktu di luar rumah dan lebih bergantung pada teman-temannya. Kelompok

teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap, minat,

penampilan, dan tingkah laku remaja dibandingkan dengan pengaruh keluarga

(Hurlock, 1980). Horrocks dan Benimoff (dalam Hurlock, 1980) menjelaskan

pengaruh teman sebaya pada masa remaja adalah sebagai tempat dimana remaja

dapat menguji dirinya sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok teman sebaya

remaja merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya. Kelompok teman sebaya

memberikan sebuah dunia dimana remaja dapat melakukan sosialisasi dimana

nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa

melainkan oleh teman-teman seusianya.

Page 56: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

56

Hubungan relasi yang baik di antara kawan-kawan sebaya dibutuhkan bagi

perkembangan sosial yang normal di masa remaja. Relasi di antara kawan-kawan

sebaya di masa kanak-kanak dan masa remaja juga berdampak bagi

perkembangan di masa selanjutnya (Santrock, 2007). Pada masa remaja, remaja

cenderung konform dengan teman-teman sebayanya, konformitas terjadi apabila

individu mengadopsi sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak oleh

orang lain (baik desakan nyata atau hanya bayangan saja). Desakan untuk konform

pada kawan-kawan sebaya cenderung sangat kuat selama masa remaja (Santrock,

2007).

Konformitas terhadap desakan kawan-kawan sebaya dapat bersifat positif

ataupun negatif. Remaja belasa tahun dapat terlibat dalam semua jenis perilaku

konformitas yang bersifat negatif, misalnya saja menggunakan bahasa gaul,

mencuri, melakukan pengerusakan, serta mempermainkan orang tua dan guru.

Meskipun demikian, terdapat banyak bentuk konformitas kawan-kawan sebaya

yang tidak bersifat negatif dan lebih merupakan keinginan untuk bergabung dalam

dunia yang sama dengan kawan-kawan, seperti gaya berpakaian yang mirip

dengan kawan-kawan, dan ingin meluangkan waktu bersama kawan-kawan.

Situasi semacam itu mungkin melibatkan aktivitas-aktivitas prososial, seperti

kelompok yang mengumpulkan dana untuk tujuan mulia (Santrock, 2007).

Clasen & Brown (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan desakan dari

kawan-kawan sebaya merupakan suatu tema yang terdapat dalam kehidupan

remaja. Kekuatan pengaruh ini dapat teramati dalam hampir semua dimensi

perilaku remaja, seperti pilihan dan cara berpakaian, musik, dan gaya bahasa.

Page 57: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

57

II.C.4.b. Perkembangan Hubungan Terhadap Lawan Jenis

Dari semua perubahan yang terjadi pada masa remaja, baik dalam sikap

maupun perilaku sosial, yang paling menonjol terjadi dalam hubungan dengan

lawan jenis (Hurlock, 1980). Dalam waktu yang singkat remaja melakukan

perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi

lebih menyukai teman dari lawan jenisnya dari pada sejenisnya (Hurlock, 1980).

Perkembangan hubungan terhadap lawan jenis mengikuti pola tertentu. Namun,

terdapat perbedaan usia dalam mencapai berbagai tahap dalam perkembangannya,

sebagian karena adanya perbedaan kematangan seksual dan sebagian lagi karena

adanya perbedaan dalam kesempatan untuk mengembangkan minat (Hurlock,

1980). Ada dua unsur yang berbeda dalam perkembangan hubungan terhadap

teman sebaya. Yang pertama adalah perkembangan pola perilaku yang melibatkan

kedua jenis kelamin dan kedua adalah perkembangan sikap yang berhubungan

dengan relasi antara kedua kelompok jenis kelamin (Hurlock, 1980).

Pada masa ini, remaja juga melakukan interaksi dengan lawan jenis

mereka, interaksi tersebut merupakan hubungan romantis yang pada awalnya

remaja belum termotivasi untuk memenuhi kebutuhan kelekatan atau bahkan

kebutuhan seksual. Hubungan romantis pada remaja hanya berfungsi untuk

berekplorasi mengenai seberapa menariknya diri mereka, bagaimana berinteraksi

secara romantis, dan bagaimana kesannya dirinya bagi kelompok kawan sebaya

(Santrock, 2007).

Hubungan romantis yang dijalin pada masa remaja mempunyai banyak

tujuan bagi kehidupan remaja itu sendiri, khususnya untuk remaja masa kini

Page 58: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

58

(Hurlock, 1980). Karena hubungan romantis yang terjalin tersebut menyajikan

berbagai tujuan maka dapatlah dimengerti bila remaja menghendaki bermacam-

macam orang sebagai pasangan untuk setiap jenis hubungan yang berbeda

(Hurlock, 1980).

Hubungan romantis yang terjalin pada remaja saat ini sudah mengalami

perubahan perilaku seksual yang tampak menonjol, namun perubahan sikap

seksual lebih menonjol lagi (Hurlock, 1980). Hal tersebut terlihat dari adanya

anggapan normal dikalangan remaja bila hubungan seks sebelum menikah

dilakukan atas dasar saling mencintai dan saling terikat (Hurlock, 1980). Remaja

masa kini menganggap bahwa ungkapan-ungkapan cinta dalam hubungan

romantis mereka apa pun bentuknya, adalah baik sejauh kedua pasangan remaja

saling tertarik (Hurlock, 1980).

Furman & Werner (1998, dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa

setelah remaja memperoleh sejumlah kompetensi dasar dalam berinteraksi dengan

pacarnya, maka pemenuhan kebutuhan kelekatan dan kebutuhan seksual menjadi

hal yang utama dalam hubungan romantis tersebut. Selain itu, remaja yang

menjalin hubungan romantis juga memiliki sikap-sikap tertentu terhadap lawan

jenisnya ketika berinteraksi. Sikap tersebut sering diwarnai hal-hal yang tidak

realistis dan sangat romantis. Remaja putri tidak lagi memandang laki-laki seperti

anak laki-laki melainkan sebagai pahlawan (Hurlock, 1980).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan

sosial remaja adalah kemampuan remaja membina hubungan dengan teman-teman

sebayanya, baik dengan teman yang berjenis kelamin sama maupun berbeda dan

Page 59: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

59

juga dengan orang dewasa lainnya. Perkembangan sosial remaja juga meliputi

bagaimana remaja tersebut membangun hubungan romantisnya dengan pacarnya.

II.D. Resiliensi Pada Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil

Masten, Best & Garmezy (dalam Santrock, 2007) mendefinisikan

resiliensi sebagai proses, kapasitas atau keberhasilan adaptasi terhadap situasi

yang penuh tantangan atau mengancam. Sementara itu, Dyer dan McGuinness (

dalam Santrock, 2007) melihat resiliensi sebagai sesuatu yang lebih global,

sebagai proses yang dinamis, sangat di pengruhi oleh faktor-faktor protektif,

karena itu individu menjadi tahan terhadap kemalangan dan dapat meneruskan

kehidupannya.

Resiliensi merupakan satu perangkat karakteristik yang dimiliki individu

yang membuatnya memiliki kekuatan dalam menghadapi kesulitan dan rintangan

dalam keehidupan, kapasitas seseoranbg untuk menghadapi (coping) terhadap

stres dan masalah-masalah besar, serta merupakan indikasi dari adanya daya tahan

dalam menghadapi situasi yang negatif dan tetap berkembang menjadi individu

yag berkualitas positif dan sehat (Santrock, 2007).

Luthar (dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa resiliensi merupakan

keberhasilan berperilaku dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang penting

walaupun untuk menghadapinya terjadi tekanan (stressor) yang berat dan

kemungkinan distress emosional.

Thompson (2006) mengatakan jika perlakuan eksploitasi yang dialami

oleh remaja putri termasuk perilaku yang menyimpang, baik secara medis, sosial,

emosional serta psikologis. Alter-Reid (dalam Thompson, 2006) mengungkapkan

Page 60: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

60

sebagian besar remaja putri yang menjadi korban kekerasan, mengalami

eksploitasi seksual yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri, misalnya

orangtua angkat seperti ayah titi, atau remaja putri yang tinggal bersama pacarnya.

Remaja yang telah dieksploitasi, akan mengalami rasa takut, rendah diri,

menyesal, dan perasaan bersalah karena sudah “dirusak” setelah berhasil keluar

dari lingkaran eksploitasi seksual. Reaksi yang diperlihatkan remaja korban

eksploitasi seksual komersil juga berbeda, sesuai dengan tipe dari peristiwa

eksploitasi seksual yang dialami remaja dan apakah remaja akan menyalahkan

dirinya sendiri atau orang lain setelah dirinya menjadi korban eksploitasi seksual

komersil (Thompson, 2006).

Sebagian besar remaja putri korban eksploitasi seksual akan menyalahkan

dirinya sendiri, mengalami kebingungan serta memiliki pola pikir yang negatif.

juga mengungkapkan jika remaja putri korban eksploitasi menganggap eksploitasi

yang dialaminya disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri, maka remaja akan

memperlihatkan perilaku-perilaku yang dapat merugikan diri sendiri, depresi,

timbul pikiran-pikiran yang berbahaya, bersikap pasif, menarik diri, merasa malu,

jarang berkomunikasi, gelisah dan sulit tidur. Namun, remaja yang cenderung

menganggap kejadian yang dialaminya disebabkan karena faktor eksternal, remaja

tersebut akan cenderung mengalami gangguan yang berbeda, seperti rasa takut,

agresi, memperlihatkan perilaku bermusuhan, perilaku impulsif, serta respon yang

kurang baik terhadap rasa takut (Thompson, 2006)

Grotberg (2000) menyatakan remaja yang telah dieksploitasi oleh orang

dewasa, akan mengembangkan rasa tidak percaya terdahap orang lain, hal itu

Page 61: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

61

disebabkan karena remaja merasa dirinya telah disiksa oleh orang dewasa dan

mengambil keuntungan dari penderitaan yang mereka alami. Namun, rasa percaya

merupakan hal yang paling medasar untuk pembentukan resiliensi remaja

(Grotberg, 2000).

Menurut Grotberg (2000), hanya sedikit remaja yang tidak memiliki

factor-faktor resiliensi, setiap remaja korban eksploitasi sesksual komersil

memiliki factor-faktor resiliensi tapi banyak korban eksploitasi itu yang tidak tahu

bagaimana cara untuk mengembangkan faktor-faktor resiliensi yang ada dalam

diri mereka dan dihubungkan denngan kesulitan hidup yang mereka alami.

Remaja korban eksploitasi seksual harus mengenali fakor-faktor resiliensi

yang telah mereka miliki untuk meningkatkan resiliensi pada diri mereka,

membentuk diri mereka dan memperkuat diri mereka serta meningkatkan faktor-

faktor resiliensi yang lemah atau tidak ada (Grotberg, 2000). Lama waktu untuk

melakukan penyesuian diri pada remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual

menentukan bagaimana gambaran resiliensi remaja tersebut berkembang dimasa

yang akan datang (Grotberg, 2000).

Grotberg (2000) menjelaskan dalam peningkatan resiliensi remaja ada

beberapa faktor resiliensi yang dimiliki oleh semua remaja termasuk remaja yang

menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Faktor-faktor resiliensi tersebut

dapat dikenali dan dapat dikembangkan bersamaan dengan factor-faktor resiliensi

lainnya pada waktu yang sama.

Orangtua mempunyai pengaruh yang besar dalam resiliensi remaja yang

menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Dimana remaja yang menjadi korban

Page 62: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

62

mampu mengatasi kemalangan mereka dalam hidup melalui pengamatan mereka

terhadap bagaimana orangtua mereka mengatasi kesulitan (Webster, 1995, dalam

Kosteck, 2005). Orangtua bisa menjadi model perilaku yang sukses dalam

mengatasi masalah misalnyanya pada sebuah komitmen, kemampuan memiliki

impian dan memiliki tujuan dan kemampuan dalam beradaptasi dengan perubahan

yang ada dalam kehidupan.

Page 63: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

63

Resiliensi Remaja Putri Korban Eksiploitasi Seksual

Komersil

Karakteristik Resiliensi

I Have :

1. Hubungan yang saling percaya

2. Struktur dan peraturan di rumah

3. Dorongan untuk mandiri

4. Role models

5. Memperoleh layanan kesehatan,

pendidikan, kesejahteraan &

keamanan

I Am :

8. 1. Bangga terhadap diri sendiri

9. 2. Disayang & disukai orang lain

3. Percaya diri, optimis & penuh harap

4. Memiliki empati & peduli sesama

5. Mampu bertanggung jawab

terhadap perilaku sendiri & menerima

konsekuensinya

1. I Can :

2. 1. Mampu mengungkapkan pikiran &

perasaan dalam berkomunikasi

3. 2. Menjalin hubungan yang saling percaya

4. 3. Mampu mengelola perasaan

5. 4. Mampu mengukur temperamen diri

sendiri & orang lain

6. 5. Mampu memecahkan masalah

7.

Dimensi pembentuk :

Rasa percxaya (Trust)

Dimensi Pembentu :

Otonomi (Autonom) & Identitas (Identity)

Dimensi pembentuk :

Inisiatif (Initiative) & Ketekunan (Industry)

Page 64: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

64

BAB III

METODE PENELITIAN

III.A. METODE PENELITIAN

Dalam melaksanakan suatu studi atau penelitian, para peneliti memakai

beberapa pendekatan yang mempermudah proses penelitian dan menghasilkan

tujuan yang ingin di capai dari penelitian tersebut. Salah satu pendekatang yang

sering digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini umumnya dikenal

sebagai pendekatan yang mengukur suatu gejala secara fenomenologis.

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang sering dipakai dalam

bidang studi atau penelitian tentang manusia dan berbagai bentuk tingkah

lakunya. Pendekatan ini digunakan karena banyak perilaku manusia yang sulit

dikuantifikasikan, apalagi penghayatan terhadap berbagai pengalaman pribadi

(Poerwandari, 2007). Menurut Bogdan & Taylor (dalam Poerwandari, 2007).

Pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan

tidak dinilai benar-salah atau iya-tidak. Penelitian ini lebih mementingkan segi

proses daripada hasil.

Penelitian mengenai resiliensi ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode studi kasus. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif karena

pendekatan ini dapat memahami gejala tingkah laku yang nyata dan emosi

manusia menurut penghayatan individu, dengan kata lain melalui sudut pandang

subjek penelitian. Dengan pendekatan kualitatif, peneliti dapat menggali lebih

Page 65: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

65

dalam bagaimana resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual komersil. Jenis

pendekatan kualitatif yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang bertujuan

untuk memberikan gambaran mengenai resiliensi remaja putri yang menjadi

korban eksploitasi seksual komersil.

III.B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam dilakukan

dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif

yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud

melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, satu hal yang tidak dapat dilakukan

melalui pendekatan lain (Banister dkk dalam Poerwandari, 2007).

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang di buat berdasarkan

sumber dan faktor resiliensi yang ingin di ketahui. Pedoman wawancara tersebut

terlebih dahulu telah di standarisari oleh profesional judgment. Kegunaan

pedoman wawancara tersebut adalah untuk mengingatkan peneliti mengenai hal-

hal yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah

sumber serta faktor tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Pada saat proses

wawancara juga akan disertai dengan proses observasi terhadap perilaku

responden penelitian (Poerwandari, 2007). Tujuan dilakukannya observasi adalah

sebagai crosscheck terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh subjek penelitian

secara verbal.

Page 66: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

66

III.C. RESPONDEN PENELITIAN

III.C.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, karakteristik responden penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 15 hingga 21

tahun, dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Pernah menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi

dan di eksploitasi oleh orang lain.

2. Sudah kembali menetap dilingkungan sosialnya dan sudah tidak

berprofesi sebagai PSK

3. Sudah tidak lagi mengalami trauma psikologis dan sudah tidak

memperlihatkan reaksi-reaksi seperti menarik diri, tidak mau

berkomunikasi dengan orang lain, tidak memiliki rasa takut yang

berlebihan, tidak memperlihatkan perilaku bermusuhan serta sudah

dapat merespon rasa takut yang dirasakan dengan normal.

III.C.2. JUMLAH RESPONDEN

Prosedur penentuan jumlah responden penelitian dalam penelitian

kualitatif menurut Sarankatos (dalam Poerwandari, 2007) memiliki karakteristik

berikut ini: (1) tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi dapat berubah, baik

dalam hal jumlah maupun karakteristik responden, sesuai dengan pemahaman

konseptual yang berkembang dalam penelitian; (2) tidak diarahkan pada

keterwakilan (dalam arti jumlah maupun peristiwa random) melainkan pada

kecocokan konteks; (3) responden tidak diarahkan pada jumlah yang besar,

melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.

Page 67: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

67

Banister dkk. (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan bahwa dengan fokusnya

pada kedalaman proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah

kasus sedikit. Suatu kasus tunggal pun dapat dipakai, bila secara potensial

memang sangat sulit bagi peneliti untuk memperoleh kasus lebih banyak, dan bila

dari kasus tunggal tersebut memang diperlukan informasi yang sangat mendalam.

Sesuai dengan pernyataan tersebut, jumlah responden penelitian dalam penelitian

ini adalah dua orang responden, akan tetapi kemudian responden dalam penelitian

ini bertambah karena peneliti bertanya kepada orang-orang terdekat responden

utama dengan tujuan memperkaya data penelitian. Dengan jumlah responden

tersebut diharapkan akan dapat memberikan deskripsi tentang resiliensi remaja

putri korban eksploitasi seksual komersil khususnya sektor prostitusi.

III.C.3. PROSEDUR PENGAMBILAN RESPONDEN

Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan

sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional (theory-based/

operational construct sampling). Sampel dipilih dengan kriteria tertentu,

berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya atau

sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sample sungguh-sungguh

mewakili (bersifat presentative terhadap) fenomena yang dipelajari.

III.C.4. LOKASI PENELITIAN

Lokasi pengambilan data dilakukan di daerah Medan dan Aceh, alasan

pengambilan tempat penelitian dikarenakan fenomena yang sedang diteliti berada

di daerah tersebut.

Page 68: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

68

III.D. ALAT BANTU PENGUMPULAN DATA

Menurut Poerwandari (2007) penulis sangat berperan dalam seluruh proses

penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan

data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil

penelitian.Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu

(instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua alat bantu,

yaitu :

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian.Pedoman ini disusun tidak hanya

berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

2. Alat Perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar

peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus

berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam

pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah

mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat

wawancara berlangsung.

3. Lembar Observasi

Peneliti membuat lembar observasi yang sederhana untuk mencatat apa

saja yang diobservasi selama wawancara berlangsung baik responden

penelitian atau kondisi lingkungan selama wawancara.

Page 69: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

69

III.E. PROSEDUR PENELITIAN

III.E.1. TAHAP PERSIAPAN

Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang

diperlukan untuk melaksanakan penelitian (Moleong, 2006), sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan berbagai informasi, studi literarur, dan teori-teori

yang berhubungan dengan resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual

komersil.

2. Menyusun pedoman wawancara

Pedoman wawancara disusun agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun butir-butir

pertanyaan berdasarkan teori resiliensi yaitu dari sumber dan faktor

resiliensi yang ada untuk menjadi pedoman wawancara. Pedoman

wawancara yang digunakan sebelumnya telah di diskusikan dengan salah

satu profesional judgment, yaitu dosen pembimbingan dalam penelitian ini.

3. Persiapan untuk mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon responden penelitian dari

saudara laki-laki responden. Peneliti memastikan calon responden

memenuhi karakteristik responden yang telah ditentukan dengan

melakukan pra-wawancara. Keluarga responden I merupakan pekerja

dikebun kakek peneliti, dan tinggal tidak jauh dari kediaman kakek

peneliti. Peneliti dan responden I sebelumnya sudah saling mengenal,

sedikit banyak peneliti sudah mengetahui seluk beluk responden I dan

Page 70: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

70

keluarganya. Untuk responden II, informasi mengenai responden II dan

keluarganya peneliti peroleh dari ayah peneliti sendiri yang pada saat itu

memang bertugas di daerah tersebut. Selain mencari informasi dari ayah

peneliti, peneliti juga berusaha mencari informasi dari pihak-pihak lain

yang dahulu turut serta dalam penangkapan serta proses perdamaian

keluarga responden II dengan keluarga ayah tirinya. Setelah semua

informasi terkumpul kemudian barulah peneliti menyusun cara dan strategi

untuk membangun rapport dengan kedua responden penelitian serta

keluarganya. Setelah mendapatkan calon responden yang memenuhi

karakteristik, lalu peneliti menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi

dalam penelitian dan menjelaskan informed consent dalam penelitian.

4. Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara

Setelah informasi terkumpul, peneliti mendatangi responden untuk

menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan

kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setelah memperoleh

kesediaan dari responden penelitian, peneliti membuat janji bertemu

dengan responden dan berusaha membangun rapport yang baik dengan

responden. Peneliti melakukan pendekatan berulang-ulang kepada kedua

responden. Waktu yang digunakan peneliti untuk membina rapport juga

berbeda-beda pada kedua responden. Meski keluarga peneliti dan keluarga

responden I sudah saling mengenal, akan tetapi peneliti masih

membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk membangun rapport dengan

responden dan keluarganya. Hal tersebut di sebabkan responden I yang

Page 71: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

71

sedikit tertutup dengan orang lain mengenai cerita masa lalunya tersebut.

Selama satu bulan peneliti mendatangi kediaman responden secara

intensif. Selama satu bulan tersebut, peneliti dan responden I sering

bertukar cerita serta melakukan kegiatan bersama. Dari situlah sedikit demi

sedikit responden I mau membagi pengalaman dirinya selama ia menjadi

korban eksploitasi seksual komersil. Kemudian barulah peneliti mencoba

menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman responden I

secara mendalam. Untuk responden I sebelum menjelaskan maksud

penelitian, peneliti beberapa kali bertamu ke rumah responden I untuk

sekedar beramah tamah. Tujuannya adalah untuk semakin memperdekat

hubungan dengan responden I. Beberapa kali peneliti mengajak responden

untuk makan di luar rumah responden atau membantu responden berjualan

di warung tetangganya dan mengikuti semua kegiatan responden bersama

teman-teman dilingkungan sosialnya. Setelah peneliti merasa responden I

nyaman dengan dirinya, peneliti datang lagi ke rumah untuk membangun

rapport ulang dengan basa-basi menanyakan kabar responden I dan

keluarga. Setelah itu peneliti dan responden I sama-sama menentukan

jadwal wawancara. Responden I meminta supaya wawancara dilakukan di

rumahnya pada pagi hari setiap hari minggu, karena responden beralasan

tidak bekerja pada hari minggu.

Hampir sama dengan responden I, responden II dan keluarganya juga

sudah saling kenal dengan peneliti. Keluarga peneliti dan keluarga

responden II sudah seperti saudara, disebabkan ayah peneliti adalah pihak

Page 72: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

72

yang turut membantu keluarga responden dalam penyelesaian kasus

responden II dahulu. Untuk responden II, peneliti juga membutuhkan

waktu sekitar dua bulan dalam membangun rapport sebelum wawancara

mendalam dilakukan. Proses rapport untuk responden II sedikit lebih lama

di bandingkan dengan responden I. Hal itu di sebabkan lokasi responden II

yang kurang memungkinkan untuk selalu di kunjungi oleh peneliti, karena

lokasi kediaman responden II yang berada sekitar delapan jam dari tempat

tinggal peneliti. Selain itu, pada saat itu responen juga masih terbentur

jadwal kuliah sehingga menyulitkan peneliti untuk membangun rapport

dengan responden II. Untuk menghasilkan hubungan yang baik serta data

yang akurat dari responden II, peneliti memutuskan untuk menginap di

kediaman responden II setiap kali berkunjung ke tempat tinggal responden

II. Dengan cara seperti itu, peneliti semakin memiliki informasi yang baik

tentang keadaan responden II dan keluarganya sehingga memudahkan

peneliti untuk menjadi bertanya mengenai pengalaman responden II

dahulu. Setiap kali datang, peneliti membawa makanan untuk responden II

serta anaknya. Basa-basi sering dilakukan antara peneliti dengan responden

II untuk mencairkan suasana rapport, sesekali juga di tengah basa-basi

peneliti bercanda dengan anak responden II untuk lebih akrab. Setelah

hampir dua bulan melakukan pendekatan, dan peneliti merasa responden II

sudah nyaman dengan peneliti, Basa-basi sering dilakukan antara peneliti

dengan responden II untuk mencairkan suasana rapport, sesekali juga di

tengah basa-basi peneliti.

Page 73: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

73

III.E.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, peneliti memasuki beberapa

tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:

1. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu

dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan

responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara

dilakukan dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan

sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara.

2. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti meminta responden untuk

menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan

bahwa responden mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab

pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri

dari penelitian sewaktu-waktu serta memahami bahwa hasil wawancara

adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Setelah itu, peneliti melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman

wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti melakukan beberapa

kali wawancara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal.

3. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip

verbatim

Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah

diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam

Page 74: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

74

verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan

membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding

dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistemasi data secara

lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran

tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2007).

4. Melakukan analisa data

Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan

salinannya, peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil

transkrip wawancara yang telah dikoding menjadi sebuah narasi yang

baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang

digunakan saat wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data

responden ke dalam sumber dan faktor resiliensi.

5. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran

Setelah analisa data selesai dilakukan, peneliti menarik kesimpulan untuk

menjawab rumusan permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi

berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti

memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data

hasil penelitian.

III.E.3. Tahap Pencatatan Data

Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam

sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin

kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape

Page 75: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

75

recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim

untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang

dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas.

III.F. PROSEDUR ANALISA DATA

Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari

(2007), yaitu:

1. Koding

Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang

diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan

mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat

memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari.

Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai yang penting,

meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan

prosedur yang tidak sepenuhnya. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak

(dan bertanggung jawab) memilih cara koding yang dianggapnya paling

efektif bagi data yang diperolehnya (Poerwandari, 2007).

2. Organisasi Data

Highlen dan Finley (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan bahwa

organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :

- Memperoleh data yang baik

- Mendokumentasikan analisis yang dilakukan

- Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian

penelitian

Page 76: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

76

Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data

mentah (catatan lapangan dan kaset hasil rekaman), data yang sudah

diproses sebagiannya (transkrip wawancara), data yang sudah

ditandai/dibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang

kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis.

3. Analisis Tematik

Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan “pola”

yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut

tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia.

Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat

menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks,

kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara

gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat

mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan

interpretasi fenomena. Peneliti menggunakan analisis tematik berdasarkan

sumber dan faktor resiliensi yang di ungkapkan oleh Grotberg.

4. Tahapan Interpretasi

Kvale (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan bahwa interpretasi

mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus

mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale

(dalam Poerwandari, 2007), yaitu pertama, konteks interpretasi

pemahaman diri (self understanding) terjadi bila peneliti berusaha

memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat (condensed) apa yang

Page 77: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

77

oleh responden penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari

pernyataan-pernyataannya. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa

yang kritis (critical commonsense understanding) terjadi bila peneliti

berpijak lebih jauh dari pemahaman diri responden penelitiannya. Ketiga,

konteks interpretasi pemahaman teoritis. Konteks pemahaman teoritis

adalah konteks yang paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka

teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang

ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri responden ataupun

penalaran umum. Dalam penelitian ini, tahapan interpretasi menggunakan

konteks ketiga yakni interpretasi pemahaman teoritis. Peneliti akan

menginterpretasi data-data berdasarkan teori-teori di bab II.

5. Pengujian Terhadap Dugaan

Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dalam penelitian kualitatif dugaan

muncul setelah data-data wawancara dikumpulkan. Dengan mempelajari

data, kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan

kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut

juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya dengan mencari data yang

memberikan gambaran berbeda dari dugaan yang muncul tersebut. Hal ini

berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda

mengenai data yang sama.

III.G. KREDIBILITAS PENELITIAN

Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif

untuk menggantikan konsep validitas (Poerwandari, 2007). Deskripsi mendalam

Page 78: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

78

yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait (dalam

bahasa kuantitatif: variabel) dan merupakan interaksi berbagai aspek menjadi

salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Menurut Poerwandari (2007),

kredibilitas penelitian kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud

mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial,

atau pola interaksi yang kompleks. Adapun upaya peneliti dalam menjaga

kredibilitas dan objektifitas penelitian ini, yaitu dengan:

1. Melakukan pemilihan sampel yang sesuai dengan karakteristik penelitian,

dalam hal ini adalah remaja putri korban eksploitasi seksual komersil

sektor prostitusi.

2. Membangun rapport dengan responden agar ketika proses wawancara

berlangsung responden dapat lebih terbuka menjawab setiap pertanyaan

dan suasana tidak kaku pada saat wawancara.

3. Membuat pedoman wawncara berdasarkan sumber dan faktor resiliensi.

Kemudian melakukan standarisasi pedoman wawanncara dengan

professional judgement. Pada penelitian ini, professional judgment adalah

dosen pembimbing penelitian ini.

4. Menggunakan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam untuk

mendapatkan data yang akurat.

5. Selama wawancara, peneliti menanyakan kembali beberapa pertanyaan

yang dirasa butuh penjelasan yang lebih dalam lagi pada wawancara

berikutnya untuk memastikan keakuratan data responden.

Page 79: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

79

6. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam pengumpulan data di

lapangan. Hal ini memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang

lebih banyak tentang responden penelitian.

7. Melibatkan teman sejawat, dosen pembimbing, dan dosen yang ahli dalam

bidang kualitatif untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik mulai

awal kegiatan proses penelitian sampai tersusunnya hasil penelitian. Hal

ini dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan peneliti pada

kompleksitas fenomena yang diteliti.

8. Melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis data dengan melihat

hasil wawancara yang dilakukan pertama kali dengan hasil wawancara

yang dilakukan setelahnya.

Page 80: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

80

BAB IV

ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

Pada bab ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi.

Untuk mempermudah pembaca maka data akan dijabarkan, dianalisa, dan

diinterpretasi per-responden. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan

aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman wawancara.

Kutipan dalam setiap bagian analisa akan diberikan kode-kode tertentu

untuk mempermudah diperolehnya pembahasan yang jelas dan utuh. Contoh kode

yang digunakan adalah R.1/W.1/b.88-89/h.2, maksud kode ini adalah kutipan

pada responden 1, wawancara 1, baris 88 sampai 89, verbatim halaman 2.

Berikut dilampirkan tempat dan waktu wawancara kedua responden pada

penelitian ini :

Tabel 1.

Jadwal Pelaksanaan Wawancara

No. Responden Tanggal Waktu Tempat

1

I

27-11-2011 10.00-11.30

Rumah Responden I 2 04-11-2011 09.00-10.00

3 11-12-2011 09.30-10.30

4 14-11-2011 09.00-10.00

1

II

25-01-2012 19.00-20.00

Rumah Responden II 2 28-01-2012 18.15-19.15

3 31-01-2012 19.00-20.00

4 01-02-2012 19.00-20.00

Page 81: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

81

VI.A. RESPONDEN I

Tabel 2. Deskripsi Data Responden I

No. Identitas Responden I

1. Nama (samaran) Adek

2. Usia 18 Tahun

3. Agama Islam

4. Pendidikan terakhir SMA

5. Pekerjaan Wirausaha

6. Domisili Medan

7. Anak ke 3 dari 7 bersaudara

8. Pelaku eksplotasi Teman dekat

9. Peristiwa 2009

IVA.1. Hasil Observasi dan Wawancara

IV.A.1.i. Observasi Selama Wawancara

Adek adalah remaja berusia 18 tahun, ia memiliki tubuh yang langsing

dengan tinggi badan 162 cm dan berat 51 kg dan berkulit kuning langsat.

Rambutnya panjang sepunggung dan ikal ia biarkan tergerai pada saat wawancara

pertama dilakukan. Saat itu Adek terlihat mengenakan kaos lengan pendek

berwarna hitam yang bertuliskan “Lake Toba” di depannya serta mengenakan

celana pendek selutut berwarna biru dan bermotif kotak-kotak. Ia memoles

wajahnya dengan bedak namun tidak terlalu tebal. Beberapa kali ia tersenyum

kepada peneliti, lesung pipinya yang ada di pipi kiri menambah manis senyuman

gadis itu. Pada saat itu rumah Adek terlihat sepi karena kedua orangtua serta adik-

adiknya sedang menghadiri undangan pernikahan.

Selama proses wawancara berlangsung Adek dapat mempertahankan

kontak matanya dengan peneliti. Walaupun sesekali ia memalingkan wajahnya

dan tertunduk sebelum menjawab pertanyaan dari peneliti. Karena peneliti sudah

Page 82: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

82

mengetahui latar belakang keluarganya pada wawancara pertama ini, pertanyaan

yang diajukan peneliti lebih banyak berputar mengenai kejadian yang menimpa

Adek. Wajah Adek terlihat muram ketika peneliti bertanya mengenai latar

belakang dirinya terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Ia menundukkan

kepalanya serta jari telunjuknya ia gesek-gesekkan di lantai. Namun Adek terlihat

gembira kembali ketika peneliti bertanya mengenai hubungannya dengan lawan

jenisnya.

Pada wawancara pertama, Adek masih sungkan menceritakan tentang

pengalamannya kepada peneliti. Ia masih terlihat ragu serta takut kepada peneliti.

Hal itu bisa di lihat dari cara dirinya menjawab pertanyaan peneliti, ia terlebih

dahulu mengadahkan kepada menatap plafon rumahnya serta mengucapkan

kata“hehmm” dan “gimana ya mbak” sebelum menjawab pertanyaan peneliti.

Wawancara kedua dilakukan pada pagi hari di rumah Adek. Kali ini

peneliti mewawancarai Adek diruangan tamu rumahnya. Adek mengenakan kaos

lengan pendek berwarna putih, bergambar tokoh cartoon Doraemon serta

mengenakan celana jeans berwarna biru tua. Kali ini rumah Adek terlihat ramai

karena keempat adiknya dan orangtuanya sedang berada dirumah. Pada

wawancaraa kedua, Adek sudah mulai terbuka mengenai bagaimana

pengalamannya selama menjadi korban eksploitasi seksual komersil, Adek juga

terkadang menyertakan lelucon di awal wawancara kedua ini, namun lelucon

tersebut berubah menjadi isak tangis saat peneliti bertanya bagaimana keadaannya

selama menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Adek terkadang juga

mengerak-gerakkan tangannya saat menjawab pertanyaan peneliti mengenai orang

Page 83: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

83

yang telah menjual dirinya serta diiringi dengan nada suaranya yang meninggi.

Wawancara ketiga berlangsung di ruang keluarga rumah Adek, ia

mengenakan daster bermotif batik yang berwarna biru. Rambutnya ia biarkan

tergerai serta mengenakan bando yang berwarna senada dengan pakaian yang ia

kenakan. Wajahnya ia pulas dengan sedikit bedak sehingga responden tampak

cerah pada hari itu. Pada wawancara ketiga ini, Adek sudah bisa membagi

pengalamannya dengan terang-terangan kepada peneliti. Terkadang Adek dan

peneliti pun berkelakarnya sehingga suasana tidak terlalu kaku. Matanya mulai

berkaca-kaca ketika peneliti bertanya mengenai pengalaman dirinya selama

menjadi pekerja seks komersil. Ia sesekali juga mengadahkan kepadanya untuk

menahan air matanya agar tidak tumpah membasahi wajahnya. Ia juga mengusap

kedua matanya dengan menggunakan telapak tangan kanannya setelah beberapa

menit peneliti membiarkannya menangis.

Pada wawancara keempat, Adek terlihat sedikit lelah dan berantakan

karena ia baru saja membantu tetangganya berjualan. Walau demikian Adek tetap

ramah kepada peneliti dan dengan senang hati mempersilakan peneliti

melanjutkan proses wawancara dengan dirinya. Saat itu Adek mengenakan kaos

berwarna kuning polos lengan pendek dan celana selutut berwarna hitam.

Rambutnya ia kuncir pada saat itu, ketika peneliti menenui dirinya masih terlihat

keringat di dahinya sehingga sesekali ia mengusap dahinya dengan telapak

tangannya. Wawancara keempat ini masih berlangsung dirumah Adek, yaitu di

ruangan keluarganya. Saat itu tidak terlihat satu pun anggota keluarga Adek. Pada

wawancara keempat ini pertanyaan peneliti hanya bertujuan untuk mengulang

Page 84: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

84

pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dan mencoba mengali lebih dalam mengenai

data yang telah di peroleh sebelumnya.

Wawancara untuk mengali informasi tentang gambaran resiliensi Adek di

lakukan sebanyak empat kali, walaupun demikian peneliti dan keluarga Adek

sudah saling mengenal sejak tahun 2007. Sebelum wawancara mendalam di

lakukan, peneliti sudah mendatangi responden secara rutin seminggu sekali yang

bertujuan membangun rapport antara Adek dan peneliti. Selain itu peneliti juga

mengikuti Adek ketika melakukan kegiatannya sehari-hari, mulai dati pagi hingga

petang.

IV.A.2. Rangkuman Wawancara

IVA.2.i Latar Belakang Keluarga

Adek merupakan anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Ia memiliki satu

orang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan yang masing-masing sudah

menikah dan tidak tinggal lagi bersama orangtua dan adik-adiknya. Keempat

adiknya yang semua berjenis kelamin laki-laki dan masih berstatus sebagai siswa.

Satu orang adiknya berstatus siswa sekolah menengah atas (SMA), dua orang

siswa sekolah menengah pertama (SMP) serta satu orang adiknya yang paling

bungsu masih duduk di kelas lima sekolah dasar (SD). Ibunya bekerja sebagai ibu

rumah tangga yang terkadang juga membantu sang ayah bekerja dikebun mereka

yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka.

Menurut Adek kedua orangtuanya lebih sering berada diluar rumah karena

bekerja di kebun yang mereka miliki. Sehingga tugas rumah tangga lebih banyak

di kerjakan oleh Adek, seperti memasak, membersihkan rumah serta mencuci

Page 85: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

85

pakaian dan menyetrika. Adek mengungkapkan setiap hari mereka selalu sholat

bersama-sama. Setelah itu kedua orangtua Adek juga menyempatkan diri untuk

berkumpul bersama dirinya dan keempat adiknya pada malam hari untuk saling

bercerita walaupun hanya satu jam.

Orangtua Adek yang bekerja sebagai petani menyebabkan mereka dari

pagi hingga hampir petang selalu berada diladangnya. Untuk penyelesaian tugas

rumah tangga yang harus diselesaikan Adek setiap harinya, peneliti peroleh dari

observasi yang peneliti lakukan selama proses probing dan wawancara

berlangsung. Adek memang selalu terlihat mengerjakan seluruh pekerjaan rumah

tangga hingga selesai terlebih dahulu baru setelah itu ia dan peneliti melanjutkan

wawancara. Begitu juga ketika Adek akan pergi membantu tetangganya berjualan

diwarung atau pun membantu tetangganya menjahit. Terlebih dahulu dirinya

menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaan rumah tangganya baru kemudian pergi

bekerja.

IVA.2.ii. Latar Belakang Responden Menjadi Korban Eksploitasi Seksual

Komersil

Awal Adek terjerumus menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor

prostitusi yaitu pada akhir tahun 2009, ketika itu dirinya sudah lulus dari sekolah

menengah atas (SMA). Setelah lulus SMA Adek yang memang tidak melanjutkan

pendidikannya ke jenjang perkuliahan karena tidak memiliki biaya, berkeinginan

untuk mencari kerja di kota B. Hal itu ia lakukan atas dasar ajakan dari seorang

teman dekatnya bernama Mince yang menawarkan pekerjaan sebagai kasir kepada

Adek.

Page 86: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

86

Terbujuk dengan tawaran menggiurkan dari sahabatnya sendiri, yang

mengatakan jika ia akan di pekerjakan sebagai kasir di salah satu rumah makan di

kota B dengan gaji yang besar. Adek akhirnya meminta izin kepada kedua

orangtuanya untuk bekerja di Batam. dengan motivasi responden agar dapat

meringankan beban kedua orangtuanya serta dapat membantu biaya pendidikan

keempat adik-adiknya yang masih berstatus pelajar, misalnya saja untuk

membelikan seragam sekolah serta peralatan sekolah lainnya.

“Di Batam, katanya di tempat makan gitu. Ya makanya, trus karna katanya

gajinya besar. Aku kan kak tujuh bersaudara, aku kan anak ketiga. Jadi

supaya bantu orangtua ku pikir bisa.”

(R.1/W.1/b.44-50/h.2)

Awalnya orangtua Adek tidak mengizinkan Adek mencari kerja di B.

Kedua orangtuanya menyarankan Adek untuk mencari pekerjaan di Medan jika

dirinya tetap ingin bekerja dan membantu adik-adiknya, dengan alasan kota yang

di tuju Adek jauh dari Medan serta Adek juga belum pernah mengenal bagaimana

keadaan kota B yang sebenarnya. Namun karena tekat kuat Adek untuk mengadu

nasib di kota B dan dirinya juga di ajak oleh Mince, sahabatnya sendiri yang

menurutnya tidak mungkin akan mencelakainya. Akhirnya Adek berhasil

membujuk kedua orangtuanya agar mengizinkannya pergi merantau ke kota B.

Setibanya di kota B, Adek kemudian ditempatkan di sebuah rumah yang

tidak ia ketahui milik siapa. Selama Adek tinggal di rumah itu , selama itu pula

dirinya tidak pernah bertanya kepada teman yang sudah membawanya itu kenapa

ia tidak juga di pekerjakan sebagai kasir. Setelah seminggu berlalu, Mince datang

dan mengajak Adek ke sebuah rumah yang kemudian di ketahui Adek sebagai

tempat penampungan wanita-wanita muda yang menjadi pekerja seks komersil.

Page 87: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

87

Mince lalu mempertemukan Adek dengan seorang wanita berusia sekitar 38 tahun

yang kemudian akrab di sapa Bunda oleh Adek.

Tanpa mengetahui isi perbincangan antara Bunda dan Mince, Adek lalu

di minta Mince untuk merias dirinya, Adek pun mengikuti permintaan Mince.

Adek mulai curiga setelah dirinya di berikan pakaian untuk ia kenakan,

menurutnya pakaian yang di berikan Mince untuknya bukan layaknya pakaian

seorang kasir. Namun Adek tetap menuruti apa yang di katakan Mince kepadanya.

Setelah merias dirinya Adek di kenal kepada seorang pria yang menjadi “pasien”

pertamanya.

Meskipun dirinya sudah bekerja selama beberapa bulan, Adek mengaku

tidak pernah mendapat uang hasil kerja diriny melayani lelaki hidung belang.

Dirinya juga mengaku tidak pernah mempertanyakan apalagi menuntut uang

tersebut. Menurutnya Uang hasil kerjanya selama melayani “pasien” langsung di

bayar kepada pemilik tempat hiburan dimana Adek bekerja. Sedangkan jika ia

menerima bonus dari “pasien”, ia juga wajib memberikannya kepada Bunda.

Adek kembali melanjutkan tidak ada seorang pun yang pernah berani

mempertanyakan hal itu kepada Bunda. Menurutnya, penjaga tempat hiburan itu

tidak segan-segan untuk menyiksa serta memukuli orang yang di anggap

melakukan perbuatan menyimpang. Bahkan menurut Adek, Bunda pun tidak

memberikan makanan kepada orang yang berani melawannya. Jika sudah

demikian, Adek mengaku hanya bisa menagis tanpa dapat melakukan apa-apa.

Selama bekerja sebagai pekerja seks komersil Adek mengaku dirinya

melakukan pekerjaan itu dengan keterpaksaan, hingga menyebabkan rasa sakit

Page 88: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

88

lahir dan bathin. Selama ia melayani “pasien” ia mengatakan tidak pernah sama

sekali merasakan kenikmatan ketika berhubungan dengan sang “pasien” yang ia

layani. Ia menceritakan penderitan yang ia rasakan ketika ia terpaksa memuaskan

nafsu birahi seorang pria yang menyetubuhinya. Ia pun terkadang harus di pukul

terlebih dahulu ketika harus memuaskan pria yang memiliki kelainan seksual.

“Sakit lah mbak, gak badan saya, gak perasaan saya, sakit smua. Mbak gak

ngerasa apa yang saya rasa, saya melakukan itu dengan terpaksa. Saya

dipaksa ngangkang tiap malam mbak, badan saya dipegang-pegang

(responden mulai menangis). Sakit yang saya rasakan mbak.”

(R.1/W.3/b.1569-1609/h.40)

Dengan kondisi dirinya yang serba kekurangan dan terpuruk, ia masih

memiliki semangat dalam hatinya untuk segera mengakhiri penderitaan yang ia

rasakan selama hampir satu tahun. Walau sejak awal berniat untuk melarikan diri

dari tempat yang memberinya seribu pengalaman buruk tersebut. Namun ia tidak

mau terburu-buru melakukan perbuatan nekatnya tanpa persiapan yang baik. Ia

tidak ingin upaya pelariannya berakhir sia-sia dan menbuatnya harus di siksa oleh

Bunda dan penjaga-penjaganya. Adek akhirnya menemukan satu cara yang ia

anggap tepat untuk pelariannya dari tempat ia bekerja selama ini.

“Udah dari mulai pertama saya jadi pelacur mbak. Tapi saya harus nunggu

waktu yang pas lho mbak, supaya jangan gagal trus kedapatan trus

dipukulin. Saya pikirin gimana caranya, itulah dapat cara, permisi pas

nemanin pasien saya.”

(R.1/W.3/b.1695-1704/h.41-42)

Dengan persiapan yang matang serta cara menlarikan diri yang sudah

mememikirkannya jauh-jauh hari. Adek akhirnya nekat melarikan diri dengan

cara yang telah dia susun sebelumnya. Dengan meminta izin untuk membeli

makanan karena Adek mengaku lapar sehabis melayani pelanggannya, Adek pun

Page 89: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

89

kemudian mendatangi sebuah warung makan yang berada tidak jauh dari

tempatnya melayani pelanggannya tersebut. Dengan berbekal alamat saudaranya

yang memang dari dahulu sudah ia bawa kemana-mana, akhirnya Adek meminta

pertolongan kepada salah seorang pria yang juga sedang berada diwarung yang

sama dengan Adek. Beruntung bagi Adek, tempat tujuannya tidak jauh dari

warung tempatnya meminta pertolongan, serta beruntung juga pria yang ia mintai

pertolongan mau menolong Adek mengantarkannya ketempat tujuan dirinya.

Setibanya Adek ditempat yang ia tuju, ia langsung menangis dan

menceritakan segala yang sudah ia alami selama satu tahun di kota B. Tak ayal

lagi, kejadian yang Adek ceritakan tersebut membuat seisi rumah terkejut dan

seakan merasa tak percaya. Seakan dapat membaca situasi genting yang sedang

Adek alami, sosok pria yang mengantarnya tersebut menyarankan jika Adek dan

keluarganya segera melaporkan kejadian yang ia alami. Adek dan keluarganya

akhirnya mengikuti saran pria yang diketahui berprofesi polisi tersebut untuk

segera melaporkan kejadian yang dialami Adek kepihak yang berwajib agar

diproses secara hukum. Setelah seluruh berkas perkara selesai, Adek akhirnya di

perbolehkan untuk pulang.

IV.A.3. Analisa Data

IV.A.3.i Gambaran Resiliensi

IV.A3.i. I Have

Peristiwa pahit yang dialami Adek tak ayal membuat Adek merasa bak

jatuh dan tertimpa tangga. Satu tahun menjadi korban eksploitasi seksual komersil

dan di paksa menjadi pekerja seks komersil sektor prostitusi memberikan

Page 90: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

90

pengalaman traumatis kepada Adek sendiri. Dukungan dari kedua orang tua serta

anggota keluarga lainnya juga dari lingkungan sosial pun mengalir kepada Adek.

Dukungan tersebut terlihat dari sumber-sumber resiliensi yang di perolehnya dan

berhasil di kembangkannya, yaitu :

IV.A.3.ii.a. Hubungan yang Dilandasi Kepercayaan

Peristiwa traumais yang dialami oleh Adek telah menggoreskan

pengalaman pahit didalam hidupnya. Pengalaman pahit tersebut juga dirasakan

oleh keluarganya yang tidak dapat menerima kenyataan jika Adek telah dijadikan

korban prostitusi oleh sahabatnya sendiri di kota B. Keluarganya pun berjuang

agar orang yang telah menjerumuskan Adek ke dalam dunia prostitusi diberi

hukuman yang seberat-beratnya. Seakan mengerti dengan kondisi Adek,

keluarganya juga tidak pernah membicarakan pengalaman Adek terjerumus

kedalam dunia prostitusi jika mereka sedang berkumpul bersama. Hal itu hanya

dilakukan jika menyangkut dengan proses hukumnya saja.

“enggak.. enggak pernah, paling kalo mengenai urusan ke polisi aja mbak..

tapi untuk yang lain enggak.. takut mungkin, tapi enak juga.. daripada saya

mesti nginget-inget gitu mbak…”

(R.1/W.1/b.630-638/h.15)

Setelah kembali tinggal bersama keluarganya, ada beberapa perubahan

terjadi pada keluarga dan lingkungan sosialnya. Perubahan yang terjadi pada

keluarganya adalah, sebagian dari kerabatnya tidak dapat menerima kondisi Adek

yang telah menjadi korban prostitusi. Kerabatnya tersebut beralasan takut jika

Adek akan memberikan pengaruh buruk kepada anak-anak mereka. Walaupun

sebenarnya menurut Adek dirinya sudah membuktikan kepada semua anggota

Page 91: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

91

keluarganya jika dirinya hanya korban dari perbuatan orang yang tidak

bertanggung jawab.

“.. ya ada yang nerima saya mbak, ada juga yang enggak.. mereka takut

saya jadi pengaruh buruk untuk yang sodara-sodara saya yang lain..

padahal saya udah buktiin saya gak bersalah, saya Cuma korban, ya

mereka masih gak percaya ya gimana mbak..”

(R.1/W.2/b.1464-1474/h.36)

Adek mengaku dirinya merasa nyaman berada ditengah-tengah

keluarganya. Selain tidak mengungkit-ungkit peristiwa yang pernah ia alami

dihadapannya, keluarganya juga selalu memberikan dukungan serta mampu

menerima kondisi dirinya yang telah dijadikan korban prostitusi.

“Alhamdulilah mbak, semua nerima. Ya walaupun saya tau mungkin

mereka gak apa.. gak kayak dulu lagi sama saya ya kan, cuman didepan

saya mereka nerima mbak, gak ada yang kaya mana-mana. Semua gak ada

yang ngomongin saya, tapi saya, mungkin didepan saya aja, tapi ya

mudah-mudahan didepan dibelakang sama ya mbak ya..”

(R.1/W.1/b.219-232/h.6)

Meski sempat terpuruk dengan keadaan dirinya setelah menjadi korban

prostitusi. Namun, dengan dukungan dari kedua orangtuanya yang selalu

memberikan dorongan serta nasihat untuk membangkitkan rasa percaya diri Adek.

Adek mengatakan jika ibunya yang banyak memberikan nasihat kepada dirinya

agar tidak terus-menerus merasa malu dengan keadaannya. Ibunya selalu

memberikannya nasihat tentang masa depannya yang harus ia lalui. Ibunya juga

berkata jika dirinya hanya korban dan masih banyak orang yang tidak seberutung

dirinya, karena sudah bebas dari dunia prostitusi.

“Walau Ibuk saya bilang hidup saya masih panjang, masa depan saya

masih ada, saya gak mungkin mati besok kecuali bunuh diri, ibuk bilang

gitu sambil nangis mbak. Kata ibuk masih banyak juga orang yang

nasibnya ga seberuntung saya, yang masih dijadikan pelacur karna ga bisa

kabur. Trus masih banyak yang bisa paham dengan keadaan saya ini, bisa

Page 92: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

92

nrima saya apa adanya, karna saya cuma korban orang-orang yang pengen

untung dari kesusahan orang lain, itu kata ibuk mbak, makanya saya jadi

bangkit dari rasa sedih saya. Kalo gak, waah, mungkin saya gila mbak..”

(R.1/W.2/b.1177-1200/h.29-30)

Mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya, Adek mulai

mengembangkan hubungan yang dilandasi dengan kepercayaan dengan anggota

keluarganya. Meski mengaku sebelum dirinya menjadi korban prostitusi ia

memiliki sahabat dan saling membagi keluh kesah yang mereka miliki, kini Adek

hanya mampu membagi keluh kesahnya dengan kedua orangtuanya saja. Adek

juga mengaku jika tidak semua keluh kesahnya ia ceritakan kepada kedua

orangtuanya. Adek selalu memilah mana yang pantas ia ceritakan dan mana yang

harus dirinya simpan didalam hatinya saja. Adek melakukan hal tersebut karena

dirinya tidak ingin ayah dan ibunya merasa terbebani dengan masalah yang ia

hadapi.

“ada si Bunga.. tapi dah kawin dia.. dulu sering curhat ke dia sebelum dia

kawin.. sekarang cuman sama orang bapak ibuk lah.. saya udah gak terlalu

percaya sama teman deket.. yang jual saya itu aja dulu deket banget itu

mbak..”

(R.1/W.1/b.370-378/h.9)

“saya gak mau nyusahin ibuk sama bapak mbak.. nanti saya malah cerita

bikin mereka sedih.. sebisa saya masalah saya ya saya selesaikan sendiri

mbak.. ada batas-batas mbak.. mana yang bisa saya ceritain, mana yang

saya rasa gak bisa mbak.. gitu mbak..”

(R.1/W.4/b.2383-2393/h.57)

Jika Adek dapat mengembangkan hubungan yang penuh kepercayaan

dengan anggota keluarganya, berbeda halnya dengan di luar keluarganya. Meski

mendapatkan dukungan dari orang-orang disekitar tempat tinggalnya, tetapi Adek

mengatakan jika saat ini dirinya memang hanya bisa mempercayai kedua

orangtuanya. Dirinya masih merasa takut untuk mempercayai orang lain, karena

Page 93: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

93

orang yang ia percayai yang akhirnya menjerumuskan dirinya kedalam dunia

prostitusi. Tetapi Adek juga tidak menutup kemungkinan jika dalam beberapa

tahun lagi dirnya sudah mampu mempercayai orang lain diluar keluarganya.

“..dukungan untuk saya juga banyak mbak, dari keluarga, tetangga, orang

kampung mbak.. jadi saya yakin mbak, saya kedepannya bisa lebih baik

dari saya yang sekarang..”

(R.1/W.2/b.1356-1362/h.33)

“saya belom bisa percaya lagi sama orang mbak.. masih susah untuk

percaya.. saya kurang percaya apa sama temen saya yang jual saya dulu..

eh saya malah dijadiin pelacur.. saya takut kejadian begitu keulang lagi,

keulang lagi, saya capek, sakit mbak.. setahun itu susah ngelupain apa

yang terjadi sama saya mbak..”

(R.1/W.2/b.1124-1137/h.28)

“saya belom bisa percaya lagi sama orang mbak.. masih susah untuk

percaya.. saya kurang percaya apa sama temen saya yang jual saya dulu..

eh saya malah dijadiin pelacur.. saya takut kejadian begitu keulang lagi,

keulang lagi, saya capek, sakit mbak.. setahun itu susah ngelupain apa

yang terjadi sama saya mbak..”

(R.1/W.2/b.1124-1137/h.28)

IV.A.3.i.b. Struktur dan Peraturan di Rumah

Data mengenai faktor ini peneliti peroleh dari kedua orangtua Adek. Sang

ibu mengaku memang menerapkan peraturan untuk semua anak-anaknya. Namun,

peraturan tersebut lebih ketat diberlakukan untuk Adek. Dengan alasan,

orangtuanya ingin melindungi Adek dari kejadian serupa yang pernah

menimpanya. Contoh dari peraturan yang diberlakukan untuk Adek adalah, Adek

diminta untuk tidak berpacaran terlebih dahulu. Keluarganya menerapkan

peraturan tersebut karena mereka takut Adek dimanfaatkan oleh orang-orang yang

tidak bertanggung jawab.

Page 94: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

94

Aturan lainnya adalah, Adek tidak diizinkan bepergian pada malam hari

jika tidak ada alasan yang jelas dan pergi dengan orang yang tidak jelas pula. Jika

memang Adek ingin pergi keluar rumah untuk mengikuti sebuah kegiatan yang

mungkin pengajian atau kegiatan lainnya, salah satu anggota keluarganya harus

menemani Adek. Alasannya, mereka tidak ingin Adek kembali mendapat

masalah.

Menurut ibunya, mereka tidak pernah memberikan hukuman fisik kepada

Adek jika ia melanggar aturan yang telah dibuat, kedua orangtuanya hanya

menasihati Adek agar tidak terjatuh lagi kedalam masalah yang serupa. Ayah dan

ibunya yakin, Adek sudah mengerti maksud aturan tersebut dibuat untuk dirinya.

Orangtuanya berharap, Adek mematuhi aturan itu, bukan karena orangtuanya

yang membuat tetapi karena Adek juga harus menyayangi dirinya sendiri. Namun

hingga saat ini menurut pengakuan ayah dan ibu Adek, Adek belum pernah

melanggar aturan yang dibuat untuknya

Hal serupa juga diuangkapkan oleh Adek. Ia mengaku jika memang saat

ini banyak pria yang mendekati dirinya, entah dengan alasan hanya berteman saja

ataupun alasan ingin membina hubungan yang serius dengan Adek. Adek

mengaku ia belum memiliki seorang kekasih, selain karena orangtuanya belum

mengizinkan untuk berpacaran Adek juga belum ingin menjalin hubungan yang

serius dengan seorang pria. Adek mengatakan ia takut jika pria yang menjadi

pacarnya nanti hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.

“selama setahun ini ya ada mbak.. tapi gak brani.. lagian kata orang ibuk,

orang bapak belum lah.. jangan.. natik takunya cuman mau apa aja gitu”

(R.1/W.1/b.357-366/h.9)

Page 95: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

95

“ya saya deket kan bukan deket-deket yang gimana-gimana.. tetap saya

pilah-pilah mbak..”

(R.1/W.2/b.1252-1253/h.30)

Mengenai aturan yang tidak mengizinkan Adek keluar rumah dengan

alasan yang tidak jelas juga dibenarkan oleh Adek. Saat ini kedua orangtuanya

memang menjaganya secara ketat, hal itu membuat Adek merasa terkekang, walau

dia merasa aman ada yang menjaga dirinya. Adek mengatakan jika ia masih ingin

pergi dan berkumpul bersama dengan teman-teman sebayanya tanpa dicemaskan

oleh orangtuanya. Menurutnya, dirinya mampu menjaga diri sendiri.

“kalo sekarang ya mbak.. skarang kemana-mana saya ditemenin sama

bapak.. skarang itu lebih dijagain lah mbak.. kalo pergi ngaji ditanyain

pulangnya jam brapa, kalo pulangnya telat dijemput sama bapak ato sama

ibuk.. saya merasa aman sih mbak..tapi kadang mbak, saya ngerasa

terkekang juga.. masa saya ngumpul-ngumpulnya Cuma diwarung depan

rumah aja mbak.. kan saya pengen juga pergi jalan sama temen-temen, tapi

bapak ibu cemas terus.. saya kan juga bisa jaga diri saya mbak..”

(R.1/W.2/b.1287-1310/h.32)

IV.A.3.i.c. Dorongan Untuk Mandiri

Kejadian yang menimpa Adek menurut sang ibu sempat membuat anaknya

tersebut terpuruk dan sempat menjadi anak yang tergantung kepada orang lain.

Menurut ibunya, Adek sempat tidak mau keluar rumah serta tidak mau melakukan

kegiatan apapun. Pada saat itu ayah dan ibunya terus menerus mendorongnya

untuk menjadi anak yang tegar serta menjadi mandiri sama seperti sebelum Adek

mengalami peristiwa traumatisnya.

Berkat dorongan dari orangtuanya menurut Adek dirinya kembali bisa

menapaki hari-harinya setelah menjadi korban prostitus. Walau awalnya merasa

takut untuk memperlihatkan dirinya dihadapan orang banyak, tetapi karena

dukungan keluarga Adek bisa melewati masa sulit setelah dirinya kembali tinggal

Page 96: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

96

bersama keluarganya. Dukungan yang diterimanya dari orangtuanya lambat laun

bisa membuat Adek kembali menjadi seoarng anak yang mandiri.

“Hampir setahun mbak.. enam bulan pertama saya ngurung diri dirumah

terus,, malu mau keluar rumah.. takut juga nanti dengar bicara orang yang

nyakitkan hati mbak.. ibuk sama bapak terus-terusan ngasih kata-kata yang

buat saya semangat..”

(R.1/W.3/b.1836-1845/h.45)

“walau awalnya susah ya mbak.. susah kali buat saya bisa bangkit dari rasa

sedih, takut, jijik.. tapi saya usaha.. saya liat orangtua saya.. itu mbak yang

buat saya kayak skarang.. orangtua saya, bapak saya, ibuk saya..”

(R.1/W.2/b.1167-1172/h.29)

Kemandirian tersebut terlihat dari kemampuannya untuk mengambil

keputusan bagi dirinya sendiri. Walau terkadang berbenturan dengan pandangan

orangtuanya terutama sang ibu, hingga terkadang menimbulkan konflik diantara

mereka.

“ya pernahlah mbak.. ya mungkin dia mikir apa.. saya mikir apa.. dia gak

ngerasainkan mbak.. kadang orang gitu.. gak ngerasain kan mbak, tapi sok

ngapain gitu.. ngambil keputusan apa.. ya saya jelasin mbak kalo gimana

gitu.. ibuk sama bapak ngerti gitu.. lebih denger saya kalo mo ngambil

keputusan”

(R.1/W.1/b.694-705/h.17)

“ya keputusan untuk hidup saya.. entah apa.. yang berhubungan sama

saya..”

(R.1/W.1/b.709-714/h.17)

Menurut ibunya, awalnya Adek bukanlah anak yang dapat memikirkan

baik buruk atas keputusan yang ia ambil untuk dirinya sendiri. Sering kali Adek

harus mengalami kesulitan ketika keputusannya tersebut salah dan tidak sesuai

dengan harapannya. Tetapi setelah kembali dari kota B, menurut ibunya Adek

menjadi remaja yang mampu memikirkan baik buruk keputusan yang ia ambil

untuk dirinya.

Page 97: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

97

Hal senada juga disampaikan Adek, setelah dirinya berhasil keluar dari

masa-masa sulitnya, Adek mengaku saat ini sudah dapat mengontrol dirinya

sendiri. Dirinya akan lebih memikirkan akibat perbuatannya terlebih dahulu

sebelum mengambil suatu keputusan. Adek juga terlebih dahulu mendiskusikan

kepada orangtuanya tentang keputusan yang akan dia ambil untuk dirinya sendiri.

“kalo sekarang sebisa mungkin saya memikir panjang dulu mbak sebelum

saya perbuat sesuatu.. apa baik buruknya untuk dirisaya.. saya gak mau

mbak karna perbuatan saya sendiri saya sakit lagi.. malu mbak”

(R.1/W.2/b.1383-1392/h.34)

“ya saya cerita ke bapak ato ibuk dulu mbak.. gimana yang baiknya.. tapi

keputusan ya tetap saya yang ambil.. Saya nyelesaikan masalah gak pernah

emosi, emosi kalo ketemu si kampret mbak. Huuuhhh… emosi betul

mbak.”

(R.1/W.4/b.2221-2230/h.54)

IV.A.3.i.d. Role Models

Sejak awal menurut orangtua Adek mereka selalu memberikan modeling

yang baik kepada seluruh anak-anaknya. Mulai dari mengajarkan untuk sholat

tepat waktu serta memberikan arahan berperilaku kepada seluruh anaknya.

Menurut kedua orangtua Adek, tugas mereka adalah mengajarkan sang anak apa

yang baik dan yang buruk. Untuk selanjutnya terserah sang anak ingin mengikuti

arahan tersebut atau mangkir dari arahan-arahan yang telah mereka berikan.

Data yang peneliti peroleh dari tetangga sekitar kediaman responden,

kebanyakan memberi pujian kepada kedua orangtua Adek. Orangtua Adek dikenal

sebagai orang yang baik, ramah dan rajin beribadah serta pekerja keras dan

sanggup bekerja apapun untuk menghidupi seluruh keluarganya, asalkan

pekerjaan yang halal. Kedua orangtua Adek juga tidak pernah melalukan

Page 98: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

98

penyerangan kepada keluarga Mince yang telah menjerumuskan Adek kedalam

dunia prostitusi. Adek mengatakan jika ayah dan ibunya tidak pernah melakukan

penyerangan kepada keluarga Mince yang juga merupakan tetangga mereka. Ayah

dan ibunya malah menasihati Adek agar memaafkan perbuatan Mince dahulu.

Namun menurut Adek, belum sepenuhnya ia mampu mengikuti ajaran-ajaran

yang ia lihat dan ia dapat dari kedua orangtuanya.

“..bapak mikirnya gak ada urusan sama keluarganya.. cuman ditanya-

tanyak juga sih mbak sama keluarganya dimana dia.. tapi keluarganya gak

mau ngasih tau.. gak mungkin keluarganya yang kami bakar disini”

(R.1/W.2/b.965-974/h.24)

“Sering.. sering kali pun.. cuman belom bisa saya ikuti lah mbak. Ada lah,

yang saya ikuti, saya liat bapak sama ibuk rajin sholat, saya pun gitu

mbak. Trus orangtua saya pekerja keras, saya pun gitu.. kalo untuk yang

maapin si kampret, lalu yang harus sabar kalo ada yang nyerita-nyeritain

saya mbak.. gak bisalah saya mbak, kalo blom saya jambak, blom puas

saya…”

(R.1/W.4/b.2516-2532/h.60)

Selain mendapat orang yang selalu memberikan semangat dari dalam

keluarga, Adek juga memperolehnya dari luar keluarganya. Dimana teman-teman

sebayanya selalu mengajaknya untuk kembali mengikuti kegiatan-kegiatan sosial

yang diadakan disekitar tempat tinggal Adek. Mendapat perlakuan baik dari

lingkungan sosialnya, Adek pun memberanikan diri untuk kembali membaur

bersama orang diluar lingkungan keluarganya.

“dukungan mbak, nasehat, trus saya yang bekas pelacur ini diterima lagi

disini..bisa berteman lagi..trus sayang orangtua saya sama

saya..perhatiannya buat saya..teman-teman saya..ya pokoknya yang gitulah

mbak..”

(R.1/W.3/b.1870-1883/h.45-46)

“..mereka nerima saya bergaul dengan mereka..ya saya gak dikucilkanlah

mbak kalo gabung dengan mereka..itu aja yang saya maunya mbak..saya

diterima bergaul dengan mereka..”

Page 99: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

99

(R.1/W.3/b.1887-1902/h.46)

“..itu mbak..rasa percaya mereka sama saya..kayak yang punya warung ini

kan mbak, dia yang minta saya bantu jualan disini..jadi warung sama isi-

sinya ini tanggungjawab saya..ada juga tetangga yang minta saya supaya

ngajar anaknya mbak..”

(R.1/W.4/b.2272-2282/h.55)

IV.A.3.i.e. Memperoleh Layanan Kesehatan, Pendidikan, Keamanan, dan

Kesejahteraan

Setelah Adek kembali dari kota B, Adek yang pernah bekerja sebagai

pekerja seks komersil langsung dibawa oleh keluarganya untuk memeriksakan

dirinya ke rumah sakit. Keluarganya ingin memastikan kondisi kesehatan Adek

apakah dirinya tertular penyakit selama ia bekerja sebagai PSK. Menurut ibunya,

setelah pemeriksaan selesai dan hasil pemeriksaan keluar, Adek dinyatakan

negatif dari segala jenis penyakit. Mengenai hasil pemeriksaan yang demikian,

menurut ibunya, ia dan Adek langsung mengucap syukur kepada Tuhan YME. Ia

tidak dapat membayangkan jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil positif

Adek mengalami penyakit kelamin, tentunya adek akan semakin terpojok dan

dikucilkan dari masyarakat.

Adek sedikit menceritakan apa yang ia alami selama masih bekerja

sebagai PSK di kota B. Menurutnya laki-laki yang ia layani jarang mau memakai

alat kontasepsi, sehingga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diingin, Adek

dan teman-temannya harus menggunakan alat kontrasepsi. Menurut Adek, alat

kontrasepsi tersebut sudah disediakan oleh pengelola tempat hiburan. Jadi setiap

akan melayani pasiennya, Adek dan teman-temannya telah terlebih dahulu

diberikan alat kontrasepsi.

Page 100: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

100

Setelah dirinya kembali ke Medan, orangtuanya langsung membawanya ke

rumah sakit untuk memeriksakan keadaan dirinya, hasil yang ia peroleh sungguh

membuatnya bersyukur. Hasil pemeriksaan menunjukkan jika dirinya terbebas

dari penyakit kelamin, untuk hal tersebut dirinya mengatakan jika ia ingin kembali

menjalani hidup seperti biasanya.

“bunda nyediakan kondom mbak..tapi pasien jarang ada yang mau make,

alasannya gak enak..terpaksa kami yang make kondom kak..tapi waktu

balik ke medan, saya periksa mbak..saya gak kena kok..alhamdulilah kali

lah mbak..makanya sekarang saya mau hidup baik-baik aja..bantu adik-

adik dengan uang yang baik-baik juga dari keringat saya mbak..”

(R.1/W.4/b.1954-1958/h.47)

Untuk layanan pendidikan, ayah dan ibunya tetap tidak mampu membiayai

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal itu disebabkan kondisi ekonomi

orangtua Adek yang kurang memadai untuk hal tersebut. Orangtua Adek juga

masih haru membiayai sekolah keempat adik-adiknya. Seolah mengerti keadaan

orang orangtuanya, Adek akhirnya berinisiatif membantu kondisi ekonomi

orangtuanya. Dengan membantu tetangganya berjualan diwarung miliki

tetangganya tersebut. Adek masih berharap jika kelak orangtuanya memiliki

rezeki berlebih, ia dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Namun ia juga tidak akan memaksakan jika orangtuanya tidak mampu

mewujudkan keinginan tersebut.

“Bantuin aja, tetangga di warung mungkin buat tambahan, gitu aja mbak.

Adek masih ada di bawahku kan mbak. Untuk ngurusin ke B, ke B bapak

sama abang aja udah keluar duit. Makanya aku bingung, bukannya tambah

bantú, malah tambahin biaya aku...”

(R.1/W.1/b.514-524/h.13)

“saya pengennya sih mbak, kalo ada rezeki bapak sama ibuk mbak saya

pengennya kursus ato kuliah mbak.. itu juga kalo ada rezeki mbak.. kalo

enggak ya udahlah mbak.. gini aja bantuin adek-adek sekolah aja..”

Page 101: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

101

(R.1/W.2/b.1366-1374/h.33)

Rasa aman yang diberikan kepada Adek, ibunya atau ayahnya akan

menemani Adek ketika ia akan bepergian. Mereka tidak mengizinkan Adek pergi

jika tidak jelas pergi kemana dan dengan siapa. Serta mengatakan jika Adek pergi

tidak bersama dengan salah satu anggota keluarganya, maka Adek harus sudah

dirumah pukul 10 malam. Hal yang sama diungkapkan Adek, dirinya saat ini

selalu ditemani ayahnya jika akan bepergian kemana-mana.

“kalo sekarang ya mbak..skarang kemana-mana saya ditemenin sama

bapak.. skarang itu lebih dijagain lah mbak.. kalo pergi ngaji ditanyain

pulangnya jam brapa, kalo pulangnya telat dijemput sama bapak ato sama

ibuk.. saya merasa aman sih mbak..tapi kadang mbak, saya ngerasa

terkekang juga.. masa saya ngumpul-ngumpulnya Cuma diwarung depan

rumah aja mbak.. kan saya pengen juga pergi jalan sama temen-temen, tapi

bapak ibu cemas terus.. saya kan juga bisa jaga diri saya mbak..”

(R.1/W.2/b.1287-1310/h.32)

Sementara untuk masalah kesejahteraan, peneliti hanya mendapatkan data

dari orangtua Adek. Kedua orangtuanya menceritakan jika memang mereka tidak

dapat memberikan rasa sejatera yang berlebih, namun sampai saat ini Adek dan

seluruh saudaranya belum pernah merasakan bagaiamana rasanya kelaparan dan

kekurangan makan. Ayah dan ibunya selalu memberikan kecukupan untuk hal

tersebut. Selain itu menurut mereka, mereka selalu menyempatkan waktu untuk

berkumpul bersama dengan anak-anaknya setelah mereka selesai bekerja di

ladangnya. Terlebih untuk Adek, ayah dan ibunya selalu akan menyediakan waktu

mereka agar Adek merasa nyaman berada kembali ditengah-tengah keluarganya.

Page 102: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

102

IV.A.3.ii. I Am

Meski mengalami trauma serta sempat mengurung diri setelah kembali

tinggal bersama keluarganya, Adek akhirnya kembali mampu untuk

mengembalikan kekuatan personalnya, hal itu terlihat dari beberapa sumber

resiliensi berikut ini :

IV.A.3.ii.a. Bangga Terhadap Diri Sendiri

Adek yang dulunya adalah primadona kampung tempat dia tinggal. Ia

merasa bangga atas semua yang dirinya miliki. Namun semuanya berubah setelah

ia menjadi korban prostitusi yang dijual oleh sabahatnya sendiri yaitu Mince.

Adek pun harus menerima kenyataan jika dirinya sudah menjadi korban

prostitusi dan dijual oleh sahabatnya sendiri. Rasa jijik terhadap diri sendiri dan

malu ketika bertemu orang banyak membuat Adek merasa orang lain juga

memiliki pandangan yang sama terhadap dirinya. Kondisi ini membuatnya

mengurung diri selama beberapa bulan setelah kepulangannya. Adek merasa jika

ada orang-orang yang memberikan perlakuan berbeda kepada dirinya setelah ia

menjadi korban prostitusi.

“ada sih mbak.. tapi gak terlalu nemonjol.. gak nampak.. mereka gak mau

liatin kalo sebenernya mereka mungkin jijik, gitu aja.. saya aja jijik dengan

diri saya sendiri mbak.. udah banyak diapa’in sama orang.. gimana lagi

orang.. perasaan saya kalo nenggok orang, mungkin orang jijik sama saya..

gitu”

(R.1/W.1/241-253/h.6-7)

Namun seiring berjalannya waktu dengan dukungan yang diterima baik

dari keluarga maupun dari lingkungan sosialnya, akhirnya Adek mampu

menerima keadaan dirinya yang telah menjadi korban prostitusi. Berkat adanya

dukungan semangat dari beberapa orang yang ia anggap penting akhirnya ia

Page 103: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

103

paham jika memang harus menerima kondisinya saat ini. Menurutnya, bukannya

dirinya sendiri yang sudah mampu menerima kondisi Adek, tetapi keluarga serta

orang-orang dilingkungan rumahnya pun sudah dapt menerima keadaan dirinya,

hal tersebutlah yang mendorongnya untuk agar mampu meneriam kondisinya saat

ini.

“sekarang terima gak diterima ya harus diterima lah mbak..ya mau sampe

say jungkir balik tujuh keliling sama nangis darah darah keadaan saya

tetap kayak gini. Kalo saya aja gak bisa nerima keadaan saya sekarang

gimana orang lain mbak.. mbak dulu pertama-pertama jangankan orang,

saya aja jijik dengan diri saya sendiri.. tapi sekarang saya udah bisa nerima

keadaan ini..trus keluarga saya juga bisa nrima saya.. teman-teman saya

juga.. mereka aja udah bisa nerima kehadiran saya, knapa saya gak bisa

nerima keadaan diri saya sendiri..”

(R.1/W.2/b.1038-1060/h.26)

Adek mengatakan saat ini dirinya memang tidak pernah membiarkan

orang lain menghina atau bahkan memanfaatkan kondisinya. Adek mengatakan

dirinya akan melakukan suatu tindakan jika ada orang lain yang mengungkit-

ungkit masa lalunya dan menjadi hal tersebut sebagai bahan candaan.

“ya tergantung ngungkitnya itu gimana.. kalo Cuma buat ngejek ya saya

lemparlah mbak.. dulu itu mbak pertama-pertama datang anak-anak kecil

dengerin ibuk-ibuk gosip.. trus ngejek-ngejek gitu.. saya lempar pake

sendal..”

(R.1/W.1/b.648-656/h.16)

IV.A.3.ii.b. Disayang dan Disukai Orang Lain

Sejak awal, menurut teman-teman sebayanya Adek merupakan sosok yang

menyenangkan dan tidak pandang bulu jika berteman. Ia mau berteman dengan

siapa saja. Adek juga bukan orang yang gampang marah jika dirinya dijadikan

bahan untuk bercanda. Sampai saat ini menurut salah seorang temannya, Adek

masih tidak memilih-milih dalam bergaul, hanya saja dirinya kadang-kadang bisa

Page 104: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

104

menjadi orang yang sensitif jika ditanya masalah pengalaman dirinya menjadi

korban prostitusi.

Adek pun mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh salah

satu temannya yang sempat diwawancara oleh peneliti. Adek mengaku jika

dirinya bukanlah orang yang jika bergaul akan memilih-milih orang untuk ia

jadikan temannya. Ia berteman dengan siapa saja. Ia juga mengaku memiliki

banyak teman, yang dikarenakan dirinya mau bergaul dengan siapa saja.

“..saya ini orangnya gak milih-milih kalo berteman mbak..kata orang-

orang sini saya itu ramah mbak..tapi kalo skarang ya mbak saya udah gak

banyak ngomong..takut saya mbak..saya biasanya dapat teman baru dari

teman-teman saya yang lama itu mbak..tukeran nomor HP, ato dari fesbuk

mbak,..”

(R.1/W.4/b.2288-2301/h.55)]

“..kalo teman saya banyak, mungkin karna saya gak milih-milih kalo

berteman ya mbak..jadi orang pun enak gitu dekat sama saya”

(R.1/W.4/b.2302-2312/h.56)

Meskipun mengaku memiliki banyak teman dan tidak ada perubahan

perilaku yang mencolok. Namun menurutnya, saat Adek saat ini lebih mengatur

tingkah laku ketika berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Dia lebih banyak

diam jika dibandingkan dengan dahulu. Adek tidak ingin jika dirinya bertingkah

berlebihan akan mengundang orang lain berkomentar tidak menyenangkan

tentang dirinya yang pernah menjadi korban prostitusi itu.

“ya kelakuan saya gak jauh beda mbak sama yang dulu, kalo saya rasa ya

mbak..cuman itu mbak, saya lebih pendiam lah skarang mbak, saya gak

mau nanti kalo betingkah berlebihan nanti ceritanya ntah apa-apalah..kalo

dulu saya agak-agak banyak cerita, kalo sama kawan sering buat lucu-lucu

saya mbak..skarang udah jarang mbak..ya saya tau diri mbak..tapi kalo

kata kawan-kawan gak ada saya itu gak enak mbak..gak tau knapa

mbak..tapi saya juga jaga-jaga dirilah mbak kalo lagi sama kawan mbak”

(R.1/W/4/b.2400-2424/h.58)

Page 105: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

105

Ketika Adek sedang terlibat masalah dengan temannya, Adek

mengungkapkan jika dia akan meminta maaf kepada temannya tersebut, ia tidak

ingin hubungannya menjadi buruk hanya karena masalah yang sepele.

“Saya tanyain kalo saya salah ya saya minta maaf. Saya biasanya gitu

mbak. Kalo misalnya dia gak mau temanan lagi ya masa mau saya paksa

mbak. Pokoknya saya minta maaf mbak kalo saya salah, gak salah pun

saya minta maaf.”

(R.1/W.4/b.2204-2214/h.53-54)

IV.A.3.ii.c. Percaya Diri, Optimis dan Penuh Harap

Meskipun sempat mengalami keterpurukan karena pengalaman yang ia

alami sebagai korban eksploitasi seksual komersil sempat membuatnya tidak mau

membuka diri untuk kembali bergaul. Meskipun saat ini dirinya belum diizinkan

untuk menjalin hubungan serius dengan seorang laki-laki, tetapi tidak menutup

kemungkinan jika suatu saat nanti Adek akan menjalin hubungan serius dengan

laki-laki yang mampu menerima keadaan dirinya. Namun Adek juga tidak

memaksa jika laki-laki yang akan menjadi pasangannya kelak tidak dapat

menerima kenyataan dirinya pernah menjadi korban prostitusi.

“..belum mbak..tapi ya gimana ya..sapa tau kan ada yang masih mau sama

saya..saya ya gak papa”

(R.1/W.1/b.339-343/h.9)

“saya kan juga perempuan mbak..dulu memang udah begitu..tapi kan ggak

ada ikatan mbak..lagian gak sama satu laki-laki kmarin kan mbak, maunya

sama satu aja”

(R.1/W.1/b.346-353/h.9)

“ya udah gak papa mbak..masih ada yang lain kok mbak yang mungkin

mau nrima keadaan saya ini”

(R.1/W.2/b.1106-1111/h.27)

Page 106: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

106

Adek terus meyakinkan dirinya jika masih ada lelaki yang bersedia

menerima keadaan dirinya yang pernah menjadi korban eksploitasi seksual

komersil sektor prostitusi. Adek mengatakan jika ia akan jujur tentang keadaan

dirinya, kepada calon pendampingnya kelak. Adek tidak ingin menutup-nutupi hal

tersebut karena menurutnya itu akan berakibat fatal dan akan mengecewakan

dirinya dan calon pasangannya.

“Iya lah mbak, itu harus saya lakuin, nanti kalo nikah tau-tau ketahuan gak

perawan kan susah mbak. Iya jujur mbak, makanya susah mbak nyarik

orang yang mau nrima keadaan diri saya ini apa adanya mbak, badan udah

didempulin sama gak satu orang mbak..”

(R.1/W.2/b.1090-1102/h.27)

Meskipun ia memiliki masa lalu yang kelam, menjadi pekerja seks

komersil selama kurang lebih satu tahun. Ia berusaha untuk tidak terus terpuruk,

walaupun ia mengaku tidak akan pernah melupakan kejadian tersebut sampai

kapan pun, tetapi ia percaya ia bisa bangkit dari keadaan itu. Beruntung dirinya

mendapat dukungan serta di terima kembali di lingkungan sosialnya membuatnya

kembali bisa beranjak dari masa kelamnya.

“Saya merenung lah mbak, merenungin kesialan saya kok bisa ketemu

sama temen laknat kaya begitu. Trus doa, sama jalanin aja mbak. Yang

kayak begitu mana bisa dilupain mbak sampe mati, tetap ingat terus, wong

pengalaman menyakitkan. Tapi saya berusaha gak terus-terus terpuruk

dengan keadaan saya itu mbak. Ya alhamdulilah dengan nasehat, trus

diterima orang-orang dikampung saya bisa bangkit mbak.”

(R.1/W.2/b.1144-1162/h.29)

Agar tidak terus menerus teringat pada kejadian masa lalu yang

menimpanya, Adek berusaha mencari kesibukan di luar rumahnya. Ia membantu

tetangganya berjualan di warung depan rumahnya. Ia juga mengatakan dirinya

optimis dengan masa depannya nanti, karena dirinya masih muda dan masih

Page 107: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

107

memiliki banyak sekali impian serta peluang untuk meraih masa depan yang

cerah.

Saat ini Adek berharap dapat membantu biaya sekolah adik-adiknya dari

uang yang ia peroleh dari hasi keringatnya sendiri. Adek juga berharap dirinya

dapat kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang yan lebih tinggi lagi. Tetapi

meski keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

tidak dapat terwujud, dirinya berniat untuk mengikuti kursus menjahit. Untuk

mewujudkan niatnya tersebut, ia mengaku saat ini dirinya juga sudah membantu

tetangganya yang membuka usaha menjahit pakaian. Tujuan Adek melakukan hal

itu tidak lain adalah untuk menambah pengalaman serta menambah

penghasilannya agar ia dapat membantu meringankan beban ekonomi

orangtuanya.

“Pertama mbak saya berusaha ngelupain masa lalu saya itu mbak. Trus

saya nyoba cari kesibukan gitu mbak, saya ngebantu orang diwarung

depan itu lho mbak, bantu jual-jual. Saya optimis dengan masa depan saya

mbak, karna kata ibuk saya, saya masih banyak peluang mbak..”

(R.1/W.2/b.1343-1355/h.33)

“alhamdulilah kali lah mbak.. makanya sekarang saya mau hidup baik-

baik aja..bantu adik-adik dengan uang yang yang baik-baik juga dari

keringat saya mbak”

(R.1/W.3/b.1963-1968/h.47)

“Saya pengennya sih mbak, kalo ada rezeki bapak sama ibuk mbak saya

pengennya kursus ato kuliah mbak. Itu juga kalo ada rezeki mbak, kalo

enggak ya udahlah mbak, gini aja bantuin adek-adek sekolah aja.”

(R.1/W.2/b.1266-1271/h.33)

“Saya punya rencana ni mbak ya, kursus jahit mbak, gak usah sampe

kuliah, bapak gak ada biaya, nanti kalo ada rezeki bisa buka kios jahit

mbak. Skarang saya lagi bantú-bantu jugak masang-masang payet mbak.

Ya bisa bantú adek-adek lah mbak.”

(R.1/W.4/b.2452-2461/h.59)

Page 108: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

108

IV.A.3.ii.d. Memiliki Empati dan Peduli Terhadap Sesama

Pengalaman menjadi korban prostitusi rupanya membuat Adek menjadi

semakin memiliki rasa empati dan peduli terhadap sesamanya. Hal tersebut

menurut ibunya yang dahulu belum kelihatan didalam diri sang anak. Apalagi saat

ini, anaknya tersebut sering dijadikan tempat mencurahkan isi hati beberapa orang

teman sebayanya. Adek mengaku jika dirinya akan berusaha menolong seseorang

yang meminta pertolongan kepadanya. Ia merasa kasihan dan sedih jika ia mampu

menolong namun tidak ia laksanakan. Adek mengatakan jika sama sekali dirinya

tidak mengharapkan imbalan apapun ketika menolong orang lain yang sedang

kesusahan. Sikap empatinya pun ia perlihatkan sewaktu Adek tidak ingin

membuat saudara kandnungnya kerepotan dengan masalah yang dirinya hadapi,

sehingga ia memilih untuk tidak membuat saudara kandungnya tersebut ikut larut

didalam masalah yang sedang ia hadapi.

“..kalo ada teman yang lagi susah ya mbak, kalo saya bisa ya saya bantuin

mbak..kasian..soalnya saya juga susah..saya nolong gitu gak dia yang

balas mbak..Allah nanti..gitu aja saya kalo temanan mbak, gak itung-

itungan..”

(R.1/W.4/b.2302-2312/h.56)

“abang kan udah nikah mbak, udah punya urusan sendiri. Nanti istrinya

marah sama saya. Saya pun gak maulah nyusahkan abang saya dengan

masalah saya mbak. Jadi ya saya simpan aja sendiri mbak. Sekali-sekali

saya cerita juga sih mbak”

(R.1/W.4/b.2172-2183/h.53)

“Saya gak mau nyusahin ibuk sama bapak mbak, nanti cerita saya malah

bikin mereka sedih. Sebisa saya masalah saya ya saya selesaikan sendiri

mbak. Ada batas-batasnya mbak, mana yang bisa saya ceritain, mana yang

saya rasa gak bisa mbak. Gitu mbak.”

(R.1/W.4/b.2382-2393/h.57)

Page 109: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

109

Akan tetapi Adek mengaku akan meminta maaf jika ia tidak mampu

memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan jika ia memang

merasa tidak sanggup untuk melakukan apa yang diminta oleh orang tersebut.

Saat ini, ada beberapa orang temannya yang mencurahkan isi hatinya ketika

sedang mengalami masalah kepada Adek. Hanya saja Adek mengaku dirinya

hanya bisa menjadi pendengar yang baik, sama sekali Adek tidak pernah

memberikan saran ataupun nasihat kepada temna-teman sebayanya itu.

“Sebisa saya ya saya bantu mbak, masak orang mintak bantuan terus saya

bisa bantu tapi gak saya tolongin. Tapi kalo saya gak bisa bantu ya saya

minta maaf mbak. Ada mbak, temen-temen yang curhat sama saya, tapi ya

saya cuma jadi pendengar aja mbak, saya gak berani ngasih nasehat, saya

takut salah ngucap mbak. Nanti jadi masalah mbak.”

(R.1/W.2/b.1416-1428/h.35)

Meskipun mengaku akan menolong orang yang kesulitan, rupanya kalimat

tersebut tidak berlaku untuk orang-orang yang pernah menghina-hina keadaan

dirinya. Meskipun mengaku selalu mencoba bersabar, tetapi tidak mengubah

pendiriannya untuk tetap tidak menolong orang-orang yang demikian.

“Ya saya coba sabar aja mbak, tapi dia udah jelek-jelekin saya sapa yang

bantú (responden menjawab sambil tertawa), ya emoh saya nolongin kalo

gitu mbak.”

(R.1/W.2/b.1435-1441/h.35)

Sikap empati dan peduli dirinya juga diperlihatkan Adek ketika melihat

kondisi kedua orangtuanya. Paham dengan kesulitan ekonomi yang dialami oleh

ayah dan ibunya, Adek yang tadinya ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang

yang lebih tinggi mengurungkan niatnya karena melihat keterbatasan ekonomi

yang mereka alami, ia tidak ingin ssemakin menyusahkan kedua orangtuanya

dengan keinginannya. Bahkan Adek turut membantu meringankan bebab ekonomi

Page 110: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

110

tersebut dengan bekerja diwarung tetangganya. Adek juga ingin membantu biaya

sekolah keeampat adik-adiknya.

“bantuin aja, tetangga diwarung mungkin buat tambahan gitu aja

mbak..adek masih ada dibawahku kan mbak..untuk ngurusin ke batam, ke

batam bapak sama abang aja udah keluar duit..makanya aku

bingung..bukannya tambah bantú, malah tambahin biaya aku..”

(R.1/W.1/b.514-524/h.13)

IV.A.3.ii.e. Mampu Bertanggung Jawab Terhadap Perilaku Sendiri dan

Menerima Konsekuensinya

Mengaku sudah dapat bertanggungjawab terhadap diri sendiri, Adek

meceritakan tanggungjawab seperti apa yang ia maksud. Mulai dari memikirkan

secara matang efek positif dan negatif dari suatu perbuatan yang ia lakukan. Ia

tidak ingin kesalahannya dalam berperilaku memberikan efek buruk kepada

dirinya sendiri. Ia juga memberikan contoh tanggungjawab yang ia maksud, serta

memberikan perbandingan perilaku tanggungjawab dirinya sebelum dan setelah ia

menjadi korban eksploitasi seksual komersil.

“Kalo sekarang sebisa mungkin saya memikir panjang dulu mbak sebelum

saya berbuat sesuatu, apa baik buruknya untuk diri saya. Saya gak mau

mbak karna perbuatan saya sendiri saya sakit lagi, malu mbak. Nanti

cibiran orang kampung lebih banyak lagi. Misalnya mbak, saya jaga

diwarung depan kalo ada barang yang hilang itu kan menjadi tanggung

jawab saya, ya saya lebih baik ganti pake uang saya sendiri mbak,

daripada nanti yang punya warung marah-marah sama saya mbak. Kalo

dulu paling kalo udah salah ya saya lari mbak. Ato nyarik alasan yang buat

supaya saya gak nampak salahnya.”

(R.1/W.2/b.1383-1409/h.34)

Merasa sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan siap menerima

akibat dari keputasan yang ia ambil, jika keputusan itu salah. Ia mengatakan jika

ia memang selalu memkirkan hal baik dan buruk dari keputusan yang ia ambil.

Page 111: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

111

Dah siap dengan konsekuensinya jika ternyata keputusan yang ia rasa benar itu

ternyata salah. Namun dalam hal tersebut, ia mengaku juga melibatkan kedua

orangtuanya. Hanya sebatas meminta pendapat orangtuanya, dan keputusan Adek

sendirilah yang menentukan.

“Ya saya kan tau mana yang baik mbak, buat saya.. ya Saya pasti mikirlah

mbak sebelum ngambil keputusan untuk saya sendiri. Lah kalo masih

salah juga, ya derita saya berarti mbak, mau gak mau ya harus saya terima.

Harus saya tanggungjawabkan, seperti yang saya bilang dulu sama mbak.

Tapi ya saya pasti juga dengar pendapat ibuk sama bapak lah mbak.”

(R.1/W.3/b.2017-2033/h.49)

IV.A.3.iii. I Can

Setelah kembali tinggal bersama keluarganya, kemampuan sosial dan

interpersonal Adek mengalami perubahan, meskipun lingkungan sosialnya

memberikan ruang gerak dan memberikan dukungan kepada Adek, hal tersebut

terlihat dari sumber-sumber resiliensi yang di miliki Adek dan yang berhasil di

kembangkannya.

IV.A.3.iii.a. Mampu Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan dalam

Berkomunikasi

Jika sebelumnya Adek merupakan anak yang terbuka dan bisa

memberitahu perasaannya kepada orang lain,tetapi menurut ibunya setelah

kembali dari kota B Adek menjadi seorang anak yang enggan untuk

mengutarakan perasaan serta pikirannya kepada orang lain. Menurut sang ibu,

anaknya lebih suka berdiam diri saat berkumpul bersama dan enggan untuk

mengatakan perasaannya kepada orang yang berada disekitarnya. Saat ini menurut

Adek, diam dan mengontrol kata-kata yang keluar dari bibirnya merupakan hal

Page 112: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

112

yang paling baik untuk ia lakukan. Pasalnya, Adek tidak ingin mengundang

sindiran dari orang lain jika ia berkata-kata terlalu banyak, meskipun tujuannya

hanya untuk mengungkapkan pikiran serta perasaannya.

“setelah kejadian ini ya diemlah mbak..jarang mau ungkapkan pendapat

gitu..takutnya nanti dibilang halah udah gini aja kok (Adek memberikan

kode) gitu..takutnya cuman enggak sih memang..tapi perasaan masi hada,

kecil hati gitu lho mbak..”

(R.1/W.1/b.838-848/h.20)

“Hehmm.. namanya juga orang yang dah buat salah kan (responden

tertunduk). Kesalahan yang dibuatkan orang, nanti ngasih pendapat dikit

aja, dibilang halah bekas aja.. jadi sakit, takut. Masih takut aja mbak..”

(R.1/W.1/b.852-859/h.21)

Adek juga tidak berani untuk mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan

kepada orang lain, dirinya perasaan sedih dan kecewanya ia sembunyikan didalam

hatinya dan hanya menangis ketika hatinya sudah tak dapat lagi menahan perasaan

tersebut. rasa takut karena latar belakang masalahnya serta rasa takut akan

komentar yang ditimbulkan, membuat Adek memilih untuk berdiam diri dan

menyimpan perasaannya rapat-rapat, hanya untuk dirinya.

“..saya udah gak brani ngasih tau yang gimana-gimana untuk di dengerin

ke orang gitu mbak..gak percaya mbak..”

(R.1/W.1/b.389-393/h.10)

“iya itu aja sih mbak..saya gak seterbuka dulu kalo buat apa-apa, ngomong

enggak..udah cukuplah mbak..sakit..”

(R.1/W.1/b.616-619/h.15)

“takut gak diterima mbak..selama ini saya kalo sedih cuman diem aja,

nangis dikamar..karna saya takut orang gak bisa ngerti perasaan saya

mbak..makanya cuman saya pendam aja..”

(R.1/W.2/b.1275-1282/h.31-32)

Page 113: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

113

IV.A.3.iii.b. Menjalin Hubungan yang Saling Mempercayai

Adek mampu menjalin hubungan yang saling mempercayai denga kedua

orangtuanya. Dimana Adek selalu mengajak ayah dan ibunya untuk berdiskusi

mengenai masalah yang sedang ia alami. Kedua orangtuanya pun selalu

menyediakan waktu berdiskusi dengan Adek untuk membantu Adek mencari

solusi dari masalah yang sedang ia hadapi. Meskipun selalu melibatkan ayah dan

ibunya untuk berdiskusi, namun Adek tetap dirinya sendiri yang mengambil

keputusan untuk masalahnya tersebut.

“ya saya cerita ke bapak ato ibuk dulu mbak.. gimana yang baiknya.. tapi

keputusan ya tetap saya yang ambil”

(R.1/W.4/b.2221-2230/h.54)

Dengan adanya hubungan yang saling percaya diantara Adek dan

orangtuanya, Adek juga menuruti nasihat ibunya yang menyarankan kepada

dirinya untuk tidak menjalin hubungan asmara terlebih dahulu dengan seorang

pria. Alasannya, orangtua Adek masih meraa takut jika orang-orang tersebut

hanya ingin memanfaatkan kondisi Adek sendiri.

“selama setahun ini ya ada mbak.. tapi gak brani.. lagian kata orang ibuk,

orang bapak belum lah.. jangan.. natik takunya cuman mau apa aja gitu”

(R.1/W.1/b.357-363/h.9)

Meskipun lingkungannya sudah menerima Adek dan kembali mengajak

Adek untuk membaur, namun Adek hanya mampu menjalin hubungan yang saling

percaya dengan kedua orangtuanya saja. Adek pun mengeluarkan alasan klasiknya

ketika ia mengungkapkan alasannya mengapa ia hanya mampu menjalin

hubungan saling percaya dengan kedua orangtuanya.

Page 114: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

114

“karna kan gak mungkin ibuk saya jual saya..”

(R.1/W.1/b.409-411/h.10)

Sementara itu, ibunya menjelaskan Adek walaupun menjadi orang terdekat

Adek saat ini, Adek jarang sekali meminta pertolongan kepada mereka. Adek

biasa selalu mengerjakan atau pu menyelesaikan permasalahan yang ia alami

sendiri. Hanya saja, Adek terkadang mendatangi mereka dan mengajak ayah dan

ibunya untuk berdiskusi. Selain itu Adek jarang sekali untuk meminta

pertolongan. Menurut ibunya, sang anak tidak ingin merepotkan orang lain dalam

masalah yang ia hadapi.

IV.A.3.iii.c. Mampu Mengelola Perasaan

Beberapa bulan pertama setelah Adek kembali tinggal bersama

keluarganya, ibunya mengatakan Adek tidak mampu untuk mengelola perasaanya.

Adek selalu menangis dan mengurung dirinya di kamar. Adek juga sempat

ketakutan jika di tinggal sendirian di rumah. Menurut ibunya, Adek juga akan

menangis jika dirinya di tanya tentang pengalaman selama menjadi korban

prostitusi. Berkat bantuan semangat dan nasihat serta perhatian dan kasih sayang

dari keluarga dan warga sekitar tempat tinggalnya, Adek akhirnya mampu

melewati masa tersebut.

“Saya tanyain kalo saya salah ya saya minta maaf. Saya biasanya gitu

mbak. Kalo misalnya dia gak mau temanan lagi ya masa mau saya paksa

mbak. Pokoknya saya minta maaf mbak kalo saya salah, gak salah pun

saya minta maaf.”

(R.1/W.4/b.2204-2214/h.53-54)

Hanya saja Adek tidak dapat mengontrol perasaannya ketika ada orang

yang mengungkit masa lalunya. Apa lagi ketika orang itu menjadikan hal tersebut

Page 115: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

115

bahan olok-olokan. Ia langsung merasa emosi dan tidak segan menggunakan

kekerasan kepada orang yang menghina keadaan dirinya itu. Ketidakmampuannya

mengelola perasaan juga ia perlihatkan kepada Mince, sahabatnya yang telah

menjerumuskannya ke dalam dunia prostitusi. Ia menggunakan sebutan “kampret”

ketika menyebut namanya, serta berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut

secara pribadi.

“Ya tergantung ngungkitnya itu gimana, kalo cuma buat ngejek ya saya

lemparlah mbak. Dulu itu mbak, pertama-pertama datang anak-anak kecil

dengerin ibuk-ibuk gosip, trus ngejek-ngejek gitu. Saya lempar pake

sendal. Mungkin berdarah trus minta uang ke bapak (responden tertawa),

untung mbak gak saya lempar (responden kembali tertawa).”

(R.1/W.1/b.648-662/h.16)

Adek mengaku sedih jika ia diminta untuk kembali mengulas cerita

tentang masa lalunya yang suram. Adek menegaskan ia ingin melupakan kejadian

yang sempat membuatnya terpuruk tersebut. Ia tidak ingin pengalamannya hanya

dijadikan bahan tertawaan oleh orang-orang yang tidak mengetahui bagaimana

perasaan hatinya saat dijeblos paksa ke dalam dunia prostitusi. Namun, ia akan

bercerita mengenai pengalamannya jika ceritanya tersebut dapat membantu orang

lain agar tidak mengalami hal yang serupa dengan dirinya.

“sebenernya sedih sih mbak..karna udah gak pengen inget lagi. Pengen

dilupain mbak..tapi kalo kayak mbak kan namanya juga saling memabantu

kita kan..tapi kalo temen-temen yang lain cuman bisa ngejek ya udah doa

smoga dia ato keluarganya gak ngerasain apa yang saya rasain mbak..”

(R.1/W.1/b.577-590/h.16)

IV.A.3.iii.d. Mampu Mengukur Temperamen Diri Sendiri dan Orang Lain

Untuk beberapa hal dan masalah yang di hadapinya, menurut Adek dirinya

mampu mampu memahami temperamen dirinya sendiri serta dapat juga melihat

Page 116: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

116

apa yang orang lain rasakan. Misalnya ia mampu menahan perilakunya terhadap

kakaknya dan berusaha meminta maaf untuk memperbaiki hubungan mereka.

Hanya saja sampai saat ini sang kakaklah yang menurutnya selalu menghindar

jika dirinya mendatangi rumah kakaknya itu. Ia juga mampu mengelola

perasaannya ketika sedang terlibat masalah dengan teman-teman sebayanya. Ia

bersedia meminta maaf, baik dirinya memang bersalah ataupun tidak.

“Saya mau mbak, cuma dia itu yang ngelak aja terus kalo ketemu saya.

Pernah saya sama abang, datang kerumahnya, pas itu anaknya sakit, ehh

saya malah direpeti (dimarahin) mbak. Padahal kan dia yang salah, dia

yang mau ngambil uang sosial untuk saya. Tapi ya udahlah saya udah

maapin kakak saya juga mbak.”

(R.1/W.4/b.2052-2066/h.50-51)

Adek mengatakan tidak masalah jika ada orang-orang diluar keluarganya

yang malah menceritakan keadaannya dan bukan malah mendukung dirinya. Adek

merasa jika ia sudah banyak mendapat dukungan, dan tidak masalah untuknya jika

masi hada orang yang hanya menjadikan dirinya sebagai bahan ceritaan. Untuk

hal lainnya, ternyata belum mampu memahami temperamen dirinya sendiri. Ia

masih memperlihatkan emosinya yang meletup ketika berbicara mengenai Mince,

sahabatnya yang telah menjual dirinya. Ia mengatakan akan menyelesaikan

masalah mereka secara pribadi, jika dirinya bertemu dengan Mince.

“..adalah satu dua orang yang ngomongin dibelakang gitu kan..tapi saya

gak ambil pusing..yang penting banyak yang dukung saya..”

(R.1/W.1/b.323-328/h.8)

“..langsung saya gampar mbak..saya gampar..kalo ketemu saya selesaikan

secara pribadilah mbak, saya gampar..kalo bisa saya bunuh mbak..udah

hancur masa depan saya dibuatnya..”

(R.1/W.2/b.928-935/h.23)

Page 117: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

117

Ketika disinggung mengenai sahabatnya yang telah menjual dirinya,

terlihat responden langsung bereaksi dengan nada keras. Ia menegaskan jika

dirnya hingga saat ini belum mampu untuk memaafkan orang-orang yang telah

menjerumuskannya ke dalam lembah prostitus. Menurutnya, apapun hukuman

yang diberikan kepada orang-orang tersebut tidak akan pernah membuat hatinya

puas. Ia juga tidak menginginkan remaja yang menjadi korban prostitusi jatuh

lebih banyak lagi.

“ya belom lah mbak.. memangnya mudah maapin orang yang udah buat

saya rusak..lama lagi lah itu mbak..sampe mati gak bisa saya maapkannya

mbak.. mbak juga kalo kejadiannya sama kaya saya belom tentu mbak

maafkan..”

(R.1/W/.4/b.2156-2165/h.52-53)

“seumur hidupnya ato dihukum mati juga saya gak puas mbak..gak

puas..apalagi si kampret gak dihukum juga sampe sekarang..saya takut

mbak, berapa perempuan yang jadi korbannya, diajak kerja..gak taunya

kerjanya melacur..benar ya mbak, kalo saya ketemu si kampret itu, saya

bunuh dia..”

(R.1/W.3/b.2072-2084/h.50)

IV.A.3.iii.e. Mampu Memecahkan Masalah

Orangtua Adek mengatakan jika mereka selalu mendukung sang anak

dalam menghadapi setiap masalah yang ia alami. Meskipun tetap Adek yang

mengambil keputusan untuk setiap masalahnya, namun orangtuanya mengaku

selalu mendukung keputusan yang Adek ambil. Tetapi menurut Adek terkadang

dirinya hanya menyimpan masalah yang ia hadapi didalam hatinya saja, tanpa

membiarkan orang lain mengetahui masalah yang ia alami, apa lagi

membantunya. Pada situasi saat ini, menurut Adek dirinya lebih sering

menyimpan masalahnya di dalam hatinya saja.

Page 118: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

118

“takut gak diterima mbak..selama ini saya kalo sedih cuman diem aja,

nangis dikamar..karna saya takut orang gak bisa ngerti perasaan saya

mbak..makanya cuman saya pendam aja..”

(R.1/W.2/b.1275-1282/h.31-32)

Dengan dukungan yang diperolehnya dari orang-orang sekitanya, Adek

kembali menapaki hari-harinya bersama dengan keluarga dan orang-orang

dilingkungan sosialnya. Rasa percaya yang telah diberikan kepada dirinya mampu

menjadikan Adek bangkit kembali dari keterpurukannya dan menjalani kembali

hari-harinya dengan membantu tetangganya berjualan diwarung. Adek mengaku

selama dirinya bekerja membantu tetangganya berjualan diwarungnya, tidak

sekali dua kali masalah menimpanya. Akan tetapi ia tetap bertanggung jawab atas

pekerjaan dirinya diwarung itu. Selama bekerja membantu tetangganya, Adek

selalu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Bahkan ketika ia harus

menganti barang yang hilang.

“..misalnya mbak, saya jaga diwarung depan kalo ada barang yang hilang

itu kan menjadi tanggung jawab saya..ya saya lebih baik ganti pake uang

saya sendiri mbak..daripada nanti yang punya warung marah-marah sama

saya mbak..”

(R.1/W.2/b.1394-1404/h.34)

Berbeda dengan yang dahulu, sebelum ia menjadi korban prostitusi. Adek

akan memilih melarikan diri ketika ia mendapat masalah. Ataupu mencari alasan

agar dirinya terbebas dari tanggung jawab yang harus ia hadapi.

“..kalo dulu paling kalo udah salah ya saya lari mbak..ato nyarik alasan

yang buat supaya saya gak nampak salahnya”

(R.1/W.2/b.1404-1409/h.34)

Adek juga selalu berusaha untuk selalu bersikap objektif ketika ia sedang

mengalami masalah dengan teman sebayanya. Adek berusaha untuk

menyelesaikan permasalah tersebut dengan cara yang baik. Adek ingin semua

Page 119: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

119

masalah yang ia alami dengan teman sebayang berakhir dengan cara yang baik,

sehingga ia selalu meminta maaf jika memang dirinya bersalah.

“..sebisanya ya saya selesaikan baik-baik dulu lah mbak..pokoknya saya

selesaikan baik-baik..trus saya tanya salah saya apa..ato ada tingkah saya

yang gak enak..biar tuntas gitu mbak..kan gak bagus mbak kalo saya yang

salah tapi saya sok gak salah..”

(R.1/W.4/b.2350-2363/h.57)

IV.A.4. Interpretasi Data

IV.A.4.i. I Have

Grotberg (2000) mengungkapkan bahwa I have merupakan sumber

resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan remaja terhadap besarnya

dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya. Dimana Adek

memperoleh dukungan tersebut dengan baik, dari orang tua serta anggota

keluaarga lainnya. Selain dari dukungan dari keluarganya, Adek juga memperoleh

dukungan dari orang dewasa serta teman-teman sebayanya di lingkungan

sosialnya. Adek diberi ruang untuk dapat kembali membaur bersama-sama dengan

orang-orang dilingkungan sosialnya. Dukungan tersebut dapat terlihat dari

sumber-sumber yang mempengaruhi pencapaian resiliensi Adek, yaitu :

IV.A.4.i.a. Hubungan yang Dilandasi Kepercayaan

Grotberg (2000) menyatakan dukungan ini berupa hubungan yang baik

dengan keluarga, lingkungan sekolah yang menyenangkan, ataupun hubungan

dengan orang lain diluar keluarga. Melalui I have, seseorang merasa memiliki

hubungan yang penuh kepercayaan. Hubungan seperti ini diperoleh dari orang tua,

anggota keluarga lain, guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima diri

remaja tersebut.

Page 120: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

120

Sumber dukungan pertama yang diperoleh Adek berasal dari keluarganya.

Orangtuanya selalu memberikan semangat serta dukungan untuk Adek agar

kembali mampu menjadi remaja yang tidak terpuruk setelah menjadi korban

ekploitasi seksual komersil sektor prostitusi. Dukungan ini sangat membantu

Adek untuk kembali bangun dari rasa terpuruk. Selain itu, dukungan yang ia

peroleh dari keluarganya membuat Adek dapat mengembangkan hubungan penuh

kepercayaan dengan keluarganya, terutama ayah dan ibunya.

Alhasil, dengan hubungan seperti itu Adek mampu menceritakan keluh

kesahnya kepada orangtuanya, meskipun Adek tetap memilah masalah yang akan

ia ceritakan dan diskusikan dengan orangtuanya. Kedua orang tua Adek juga

memberika hal yang sama, yaitu selalu siap membantu ketika Adek mengalami

masalah yang pelik.

Jika Adek berhasil membangun hubungan penuh kepercayaan dengan

kedua orangtuanya, berbeda halnya dengan orang di lingkungan sosialnya. Meski

lingkungan sosialnya pun memberikan dukungan dan menerima dirinya kembali,

namun Adek belum mampu untuk membangun hubungan yang dilandasi rasa

percaya dengan orang di lingkungan sosialnya. Meskipun sudah kembali bergaul

dan kembali memiliki aktifitas sosial, akan tetapi Adek hingga saat ini masih

merasa takut untuk mempercayai orang lain selain orang tuanya.

IV.A.4.i.b. Struktur dan Peraturan di Rumah

Grotberg (2000) mengatakan Individu yang resilien juga mempunyai

struktur dan aturan di dalam rumah yang ditetapkan oleh orang tua mereka. Para

orang tua berharap bahwa anak-anak dapat mematuhi semua peraturan yang ada.

Page 121: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

121

Remaja juga akan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka

lakukan dalam menjalani aturan tersebut. Ketika mereka melanggar aturan,

mereka butuh seseorang untuk memeberi tahu kesalahan yang mereka perbuat dan

jika perlu menerapkan hukuman. Struktur dan aturan dirumah Adek cukup jelas di

berlakukan kepadaAdek. Aturan tersebut dibuat agar Adek tidak lagi mengalami

masalah yang sama dengan kejadian yang pernah ia alami sebelunya.

Beberapa peraturan dirumah yang telah ditetapkan ayah dan ibunya untuk

dipatuhi oleh Adek, yaitu Adek diminta untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang

tidak diinginkan. Kedua orangtua Adek pun tidak pernah menggunakan hukuman

fisik untuk memberikan efek jera kepada Adek ketika dirinya ketika Adek tidak

mematuhi aturan yang diberlakukan oleh kedua orangtuanya. Orangtuanya hanya

memberikan nasihat kepada Adek agar tidak kembali jatuh dilubang yang sama.

Seakan paham dengan maksud ayah dan ibunya, hingga saat ini Adek belum

pernah melanggar aturan yang ditetap oleh kedua orangtuanya. Meskipun disisi

lain Adek mengaku kurang menyukai aturan yang diterapkan oleh ayah dan

ibunya kepada dirinya tetapi dirinya paham akan bahaya yang mungkin terjadi

jika ia tidak mengindahkan apa yang telah ayah dan ibunya terapkan untuk

dipatuhi.

IV.A.4.i.c. Dorongan Untuk Mandiri

Grotberg (2000) mengungkapkan jika individu yang resilien juga

memperoleh dukungan untuk mandiri dan dapat mengambil keputusan

berdasarkan pemikiran serta inisiatifnya sendiri. Dukungan yang diberikan oleh

orangtua ataupun anggota keluarga lainnya akan sangat membantu dalam

Page 122: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

122

membentuk sikap mandiri dalam diri seseorang. Orangtua akan mendukung serta

melatih anak untuk dapat berinisiatif dan “berkuasa” atas dirinya sendiri untuk

mengambil keputusan tanpa harus bergantung pada orang lain.

Sempat mengalami keterpurukan dan menjadi bergantung dengan orang

lain, membuat Adek tidak berani memperlihatkan dirinya dihadapan orang

banyak. Perasaan malu karena pernah menyelami dunia prostitusi menjadikan

Adek tidak berperilaku seperti dahulu. Tetapi berkat dukungan serta semangat

dari kedua orangtuanya membuat Adek mampu bangkit serta mandiri dan mampu

memiliki sikap atas dirinya sendiri. Ia berusaha untuk tetap memegang kendali

atas persoalan yang sedang ia hadapi. Namun tetap menjadikan ayah dan ibunya

sebagai tokoh penting dalam mendiskusikan permasalahannya tersebut.

Merasa masih bertanggung jawab terhadap Adek, terkadang sang ibu

selalu mencampuri permasalahan anaknya itu, sehingga terkadang timbul

pertengkaran diantara keduanya. Adek akhirnya harus menjelaskan kepada kedua

orangtuanya jika dirinya mengetahui baik dan buruk keputusan yang ia ambil atas

masalah yang sedang ia alami. Dengan demikian, Adek harus menghasilkan

keputusan terbaik untuk dirinya dengan cara memikirkan apa yang baik dan buruk

dari keputusan yang diambilnya.

IV.A.4.i.d. Role Models

Grotberg (2000) mengatakan Individu yang resilien mempunyai orang-

orang yang dapat menunjukkan apa yang harus remaja lakukan seperti mencari

informasi terhadap sesuatu dan memberikan semangat agar remaja mengikutinya.

Selain mendapat dukungan moral dari kedua orangtuanya, ayah dan ibunya juga

Page 123: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

123

memberikan modeling kepada Adek, dan berharap Adek dapat mengikutinya.

Hanya saja, ada peran yang diperlihatkan orangtuanya kepada Adek tidak mampu

ia lakukan. Dimana kedua orangtuanya mengajarkan kepada Adek agar

memaafkan orang yang telah menjerumuskannya kedalam dunia prostitusi. Adek

sendiri hingga saat ini belum mampu memberi maaf kepada orang-orang yang

telah membuatnya menjadi pelacur, termasuk sahabatnya sendiri Mince. Serta

mengajarkan Adek, untuk tidak merasa malu walaupun dirinya dahulu pernah

bekerja sebagai pekerja seks komersial.

Modeling lainnya yang menonjol dan diajarkan kepada Adek adalah sikap

pekerja keras serta religiusitas yang dimiliki oleh orangtuanya. Untuk dua hal

tersebut, Adek dapat mengikutinya dengan baik. Selain dari kedua orangtuanya

Adek juga memperoleh modeling dari lingkungan sekitarnya pun memberikan

role models yang baik kepada Adek, dimana Adek dapat diterima, diberikan ruang

kembali untuk bersama lagi melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang ada dan

diberikan rasa percaya dalam melakukan aktifitas sosialnya. Dengan keadaan

demikian, Adek dengan cepat dapat kembali membaur serta memulihkan rasa

takutnya untuk bertemu dengan orang-orang dari lingkungan sosialnya. Serta

mampu melewati hari-harinya tanpa rasa malu da takut.

IV.A.4.i.e. Memperoleh Layanan Kesehatan, Pendidikan, Keamanan dan

Kesejahteraan

Grotberg (2000) mengatakan Individu yang resilien juga akan

mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta keamanan

dari orangtua. Sehingga hal ini akan membantu mereka untuk mengembangkan

Page 124: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

124

rasa percaya diri dalam diri remaja. Setelah Adek kembali dari kota B,

orangtuanya langsung memberikan dirinya layanan kesehatan dengan

memeriksakan kondisi anaknya tersebut ke rumah sakit. Hal tersebut dilakukan

orangtua Adek untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan anaknya, agar

dapat diambil langkah selanjutnya jika hasil memunjukkan Adek menderita suatu

penyakit tertentu.

Untuk layanan pendidikan, walaupun Adek berkeinginan untuk dapat

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun orangtuanya tetap

tidak mampu memberikan layanan seperti yang dirinya harapkan. Kondisi

ekonomi yang kurang mendukung, membuat Adek harus menelan keinginannya

untuk melanjutkan pendidikannya. Bahkan Adek harus ikut membantu menopang

keadaan ekonomi keluarganya dengan bekerja membantu tetangganya berjualan

diwarung millik tetangganya tersebut. Akan tetapi, Adek masih berharap dirinya

bisa melanjutkan pendidikan kembali.

Demikian halnya dengan rasa keamanan yang harus diberi kepada Adek,

meski mengaku merasa aman karen selalu ditemani oleh salah satu anggota

keluarganya jika akan bepergian. Adek mengaku terkadang merasa terkekang

karena adanya aturan itu. Adek mengatakan jika dirinya ingin berkumpul bersama

dengan teman-teman sebayanya. Dengan adanya aturan yang ia rasa

mengekangnya, Adek hanya bisa berkumpul dengan teman-temannya di warung

depan rumahnya. Dan tidak dibiarkan pergi ika alasannya tidak jelas.

Untuk masalah kesejahteraan, kedua orangtua Adek berusaha untuk

membuat Adek merasa nyaman kembali tinggal bersama mereka. Kedua

Page 125: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

125

orangtuanya selalu mendukung dan menyediakan waktu yang lebih bagi Adek,

selalu membantu Adek jika Adek memiliki masalah dan sedang dalam kesulitan,

orangtua Adek tetap memberikan kasih dan sayangnya kepada Adek agar Adek

merasa jika dirinya adalah sosok yang berharga serta dengan cepat dapat bangkit

dari masa-masa terpuruknya.

IV.A.4.ii. I Am

Grotberg (2000) mengatakan bahwa I Am merupakan kekuatan yang

terdapat dalam diri seseorang, kekuatan tersebut meliputi perasaan, tingkah laku,

dan kepercayaan yang ada dalam dirinya. Setelah terpuruk pasca bebas dari dunia

prostitusi, dan tidak mampu bergaul kembali dengan orang dilingkungan

sosialnya. Berkat dukungan dari keluarga serta dukungan sosialnya, Adek

akhirnya berhasil mengembangkan kemampuan personalnya kembali. Hal itu

terlihat dari sumber-sumber resiliensi yang mampu di kembangkan oleh Adek,

yaitu :

IV.A.4.ii.a. Bangga Terhadap Diri Sendiri

Grotberg (2000) mengatakan Individu yang resilien tahu bahwa mereka

adalah seorang yang penting dan merasa bangga akan siapakah mereka itu dan

apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak akan

membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu

mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu

mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut.

Sebelum terjerumus ke dalam kelamnya dunia prostitusi, Adek merasa

bangga atas dirinya sendiri. Namun kebanggaan itu sempat hilang ketika ia

Page 126: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

126

menyadari jika ia pernah dijadikan pelacur oleh orang-orang yang tidak

bertanggung jawab dan mengeruk keuntungan dari penderitaannya.

Seiring berjalannya waktu, melihat dukungan dan penerimaan dari

keluarga dan lingkungan sosialnya Adek akhirnya berhasil menerima keadaan

dirinya saat ini. Selain kembali mampu menerima keadaan dirinya, Adek juga

mampu lebih menjaga dirinya dari orang-orang yang hanya ingin menjadikan

dirinya sebagai bahan ejekan dan candaan. Meskipun kepercayaan dirinya

menurun sejak kejadian yang menimpanya, tetapi itu tidak membuat Adek untuk

tidak menerima keadaan dirinya dan menutup diri dari orang-orang sekitarnya.

IV.A.4.ii.b. Disayang dan Disukai Orang Lain

Groberg (2000) mengatakan Individu yang resilien pasti mempunyai orang

yang menyukai dan mencintainya. Individu akan bersikap baik terhadap orang-

orang yang menyukai dan mencintainya. seseorang dapat mengatur sikap dan

perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan

orang lain. Walaupun sempat merasa malu untuk kembali berhubungan dengan

orang-orang dilingkungan sosialnya, tetapi dengan adanya dukungan serta

penerimaan dari lingkungannya sekitarnya membuatnya kembali memberanikan

diri bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Adek merupakan orang yang tidak tebang pilih dalam berteman, Adek

berteman dengan siapa saja, kecuali orang itu menjadikan dirinya sebagai bahan

ejekan. Hal itu juga menjadika orang lain menyenangi dirinya, ia memiliki banyak

teman di sekitar tempat tinggalnya. Meskipun demikian, Adek sedikit mengatur

tingkah lakunya ketika bergaul dengan teman-temannya. Adek tidak ingin jika

Page 127: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

127

kesalahan dalam perilakunya bisa membuat orang lain memberikan pandangan

jelek kepada dirinya. Untuk tetap menjaga hubungan baiknya dengan teman-

temannya, Adek mengaku akan meminta maaf jika dirinya membuat suatu

kesalahan ketika sedang bergaul dengan teman-temannya.

IV.A.4.ii.c. Percaya Diri, Optimis dan Penuh Harap

Grotberg (2000) mengatakan orang yang resilien dipenuhi harapan, iman,

dan kepercayaan. Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang lain dan

institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar maupun

salah, dan ingin ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai kepercayaan diri dan

iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai

kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyai spiritual yang lebih

tinggi.

Selain memiliki memiliki harapan akan masa depan yang cerah, Adek juga

selalu percaya jika dirinya akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Adek terus

memanjatkan doa serta menjalani segala yang telah terjadi dengan rasa iklhas,

dirinya berkeyakinan kelak ia akan mendapatkan suatu hal yang baik. Adek pun

memiliki harapan-harapan untuk masa depannya, saat ini dirinya sedang bergiat

melakukan hal-hal yang dapat mewujudkan impian-impian masa depannya

tersebut menjadi kenyataan.

IV.A.4.ii.d. Memiliki Empati dan Peduli Terhadap Sesama

Grotberg (2000) mengatakan individu yang resilien merasa bahwa mereka

memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Perasaan itu

mereka tunjukkan melalui sikap peduli mereka terhadap peristiwa yang terjadi

Page 128: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

128

pada orang lain. Mereka juga merasakan ketidaknyamanan dan penderitaan yang

dirasakan oleh orang lain dan berusaha membantu untuk mengatasi masalah yang

terjadi.

Rasa empati dam peduli sesama adalah hal yang baru kelihatan dalam diri

Adek setelah ia kembali tinggal bersama orangtuanya. empati dan rasa pedulinya

ia perlihatkan kepada teman-teman sebayannya yang sedang membutuhkan

bantuan dirinya. Bahkan ia merasa kasihan jika dirinya tidak membantu orang

yang sedang mengalami kesulitan, walaupun sebenarnya dirinya dapat melakukan

hal itu.

Namun, jika ia benar-benar tidak dapat membantu orang yang menninta

bantuannya, Adek akan memohon maaf karen tidak dapat membantu seperti yang

diharapkan. Karena sikap empati dan peduli yang dimiliki Adek, saat ini banyak

dari teman-teman sebayanya yang mencurahkan isi hati, perasaan serta

permasalahannya kepada Adek. Dengan harapan Adek mampu memberikan jalan

keluar. Hanya saja, berbeda dengan kenyataan yang diperoleh teman-teman Adek.

Sejauh ini, Adek hanya memberanikan dirinya menjadi pendengar yang baik,

dirinya siap mendengarkan segala keluh kesaha teman-temannya yang datang

mengeluh kepadanya. Tetapi Adek tidak pernah memberikan solusi seperi yang

diharapkan. Rasa takut dan tidak mau mencampuri urusan orang lain menjadi

alasan utama ia tidak pernah memberikan solusi kepada teman-temannya yang

menceritakan keluh kesah mereka kepada Adek.

Page 129: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

129

IV.A.4.ii.e. Mampu Bertanggung Jawab Terhadap Perilaku Sendiri dan

Menerima Konsekuensinya

Grotberg (2000) individu yang resilien dapat melakukan berbagai macam

hal menurut keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan

perilakunya. Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan bertanggung jawab

atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagai

kegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab.

Adanya kontrol dan tanggung jawab bagi perilaku Adek yang diterapkan

oleh orangtua dan dirinya sendiri, membuat Adek berpikir terlebih dahulu

sebelum berperilaku baik bersama keluarganya, ataupun di lingkungan sosialnya.

Mengerti akan adanya konsekuensi yang ditimbulkan dari perilakunya sendiri,

sebelum mengambil tindakan dirinya terlebih dahulu akan memikirkan efek

negatif dan positif dari tindakan tersebut. Jika keputusan yang ia ambil salah,

makan Adek siap untuk meneriman konsekuensi dari kesalahanya itu.

Sebagai seorang yang tengah bangkit, Adek selalu mendiskusikan

permasalahannya kepada orangtuanya sebelum akhirnya memutuskan sendiri apa

yang harus Adek perbuat. Merasa sudah paham dan mengerti tentang baik dan

buruk dari perilaku yang ditimbulkan, Adek pun sudah siap jika ia mengambil

keputusan yang salah dan tidak akan menyesalinya dikemudian hari.

IV.A.4.iii. I Can

I Can merupakan kemampuan individu untuk melakukan hubungan sosial

dan interpersonal. Mereka dapat belajar kemampuan ini melalui interaksinya

dengan semua orang yang ada disekitar mereka. Meskipun pada awalnya Adek

Page 130: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

130

sempat kehilangan kemampuan interpersonalnya, namun berkat adanya dukungan

dari keluarga serta lingkungan sosialnya serta kekuatan personal yang Adek miliki

membuat Adek mampu mengembangkan kembali kemampuan interpersonalnya.

Hal itu dapat terlihat dari sumber-sumber resiliensi yang ada pada diri Adek dan

kemudian berhasil ia kembangkan, yaitu :

IV.A.4.iii.a. Mampu Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan dalam

Berkomunikasi

Grotberg (2000) mengungkapkan individu yang resilien memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan baik.

Mereka mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan baik.

Pernah menjadi korban prostitusi, Adek yang awalnya adalah seorang gadis yang

selalu bersikap terbuka menjadi seorang yang tertutup dan terkadang enggan

untuk menyampaikan perasaannya ketika sedang berkomunikasi dengan oarang,

baik dalam keluarga, maupun di luar keluarganya.

Perasaan takut tidak diterima ketika mengeluarkan pikiran dan

perasaannya kepada orang lain dikemukakan Adek sebagai alasan utama mengapa

dirinya enggan mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Adek

lebih senang menyimpan sendiri di dalam hatinya ketimbang harus

mengeluarkannya dan memberitahu apa yang ia rasakan.

Selain enggan untuk mengungkapkan isa pikiran dan perasaannya kepada

orang lain, Adek juga selalu berdiam diri ketika sedang berkumpul bersama

dengan keluarga maupun orang-orang di lingkungan sosialnya. Adek merasa

takut jika ia terlalu banyak berbicara akan mengundang orang lain memberikan

Page 131: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

131

komentar buruk tentang dirinya, ia menyadari betul bagaimana masa lalunya,

sehingga membuat Adek selalu menjaga sikap dan perilaku serta ucapannya

ketika sedang berada di tengah-tengah orang lain. Walaupun dirinya mendapat

dukungan serta ajakan nasihat untuk selalu menceritakan apa yang ia alami,

namun Adek tetap tidak enggan untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan dan

rasakan kepada orang lain.

IV.A.4.iii.b. Menjalin Hubungan Yang Saling Mempercayai

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien mencari hubungan

yang dapat di percaya dimana individu dapat menemukan seseorang misalnya

orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi perasaan

dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan

masalah personal dan interpersonal.

Jalinan hubungan yang dilandasi kepercayaan dengan orangtuanya,

membuat Adek selalu menjadikan kedua orangtuanya tempat untuk berbagi

perasaan serta menjadikan ayah dan ibunya sebagai tempat berdiskusi. Dengan

terciptanya hubungan yang saling percaya antara Adek dan orangtuanya, Adek

mau menuruti apa yang orang tuanya minta yang tujuannya untuk kebaikan diri

Adek sendiri.

Meskipun memiliki hubungan yang saling percaya, Adek jarang sekali

meminta pertolongan kepada keluarganya berkaitan dengan masalah ataupun

yang ia alami. Dirinya akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut sendiri,

tanpa meminta atau pun merepotkan orang lain. Berbeda dengan hubungannnya di

luar rumah, meskipun sudah diterima dan dapat membaur kembali bersama

Page 132: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

132

dengan teman-teman sebayanya. Namun Adek belum dapat menciptakan

hubungan yang saling percaya dengan mereka. Adek masih menyimpan rasa takut

untuk menjalin hubungan yang saling percaya diluar keluarganya karena merasa

takut akan mendapat perlakuan sama dengan yang sebelumnya, dimana dirinya

dijual oleh sabatannya sendiri.

4.3.3.c. Mampu Mengelola Perasaan

Grotberg (2000) mengatakan individu yang resilien memiliki keterampilan

berkomunikasi dimana individu mampu mengekspresikan berbagai macam

pikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengar apa yang orang lain

katakan serta merasakan perasaan orang lain. Meskipun sempat mengalami

trauma dan memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak biasa di awal-awal

kehadirannya ditempat tinggalnya, tetapi berkat dukungan dari keluargamya Adek

perlahan-lahan mampu untuk mengubah perilaku tersebut serta mampu mengelola

perasaannya sendiri.

Walaupun Adek mengalami kesulitan untuk mengekspresikan apa yang ia

rasakan kepada orang lain, akan tetapi Adek telah mampu mendengarkan serta

merasakan apa yang orang lain rasakan. Dirinya akan berusaha untuk menolong

seseorang yang mengalami kesulitan dan meminta bantuan Adek, serta bersedia

menjadi pendengar yang baik bagi curahan hati teman-temannya. Meskipun tidak

memberikan masukan kepada sang teman. Begitu juga ketika Adek merasa

seorang temannya menjauh darinya, Adek tidak ingin orang lain merasa tidak

nyaman karena kesalahan yang ia buat, sehingga dirinya akan meminta maaf jika

Page 133: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

133

Adek melakukan kesalahan, agar hubungannya dengan sang teman kembali

membaik.

IV.A.4.iii.d. Mampu Mengukur Temperamen Diri Sendiri dan Orang Lain

Grotberg (2000) menyatakan jika individu yang resilien mampu mengukur

temperamen diri sendiri dan orang lain dimana individu memahami temperamen

mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko atau

diam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini

menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk

berkomunikasi, membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi,

dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi.

Adek belum mampu untuk memahami temperamen dirinya sendiri serta

orang lain yang berada disekitarnya. Sehingga dirinya harus memahami tindakan

apa yang akan ia ambil untuk mengurangi resiko ketengangan yang terjadi ketika

ia tidak dapat mengatur temperamennya sendiri. Untuk menghindai konflik karena

ketidaksukaannya diungkit oleh orang lain serta mengetahui dengan jelas

bagaimana sifak dirinya, Adek sengaja menghindar dan tidak ingin terlibat

komunikasi dengan orang-orang yang berpotensi akan melakukan hal tersebut.

Jika tidak dapat menghindarkan diri lagi dari kondisi yang tidak

menyenangkan tersebut, Adek akan melakukan tindakan untuk membela serta

memberikan pelajaran kepada orang yang telah mengungkit masa lalunya serta

menjadikannya sebagai bahan ejekan. Adek juga kurang dapat mengontrol

temperamennya jika dirinya ditanya mengenai sahabatnya yang telah menjual

dirinya, tingkahnya akan memperlihatkan rasa emosi ketika dirinya mengingat hal

Page 134: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

134

tersebut, kelihatan jika Adek memang belum dapat mengontrol perilakunya untuk

hal itu serta kehilangan kehati-hatiannya dalam berbicara ketika ia membicarakan

sahabatnya tersebut.

IV.A.4.iii.e. Mampu Memecahkan Masalah

Grotberg (2000) mengatajkan jika individu yang resilien memiliki

kemampuan memecahkan masalah. Individu dapat menilai suatu masalah secara

alami serta mengetahui apa yang mereka butuhkan agar dapat memecahkan

masalah dan bantuan apa yang mereka butuhkan dari orang lain. Individu dapat

membicarakan berbagai masalah dengan orang lain dan menemukan penyelesaian

masalah yang paling tepat dan menyenangkan. Individu terus-menerus bertahan

dengan suatu masalah sampai masalah tersebut terpecahkan.

Dukungan yang diterima Adek dari orangtuanya, membuat diri Adek

mampu melewati setiap masalah yang ada. Namun, Adek tidak mampu

meyelesaikan masalah yang ia alami. Setiap masalah yang ia alami, tidak

semuanya ia ceritakan dan ia bagi kepada orangtuanya, hanya sebagaian yang di

anggaapnya tepat untuk diceritakan dan di selesaikan bersama dengan

orangtuanya. Alasannya Adek tidak ingin orangtuanya repot dengan masalah

dirinya.

Meskipun kedua orangtuanya selalu siap membantu Adek untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, namun Adek memilih untuk

menyimpannya sendiri, tanpa menyeleseaikan masalah yang dialaminya. Dirinya

tidak menceritkan apa yang sedan ia alami, Adek tidak mengizinkan orang lain

untuk memberikan bantuan kepadanya dalam menyelesaikan masalah yang

Page 135: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

135

sedang ia rasakan, bahkan kedua orangtuanya tidak ia izinkan untuk mengetahui

apa yang Adek rasakan. Sehingga masalah tersebut tidak dapat terselesaikan

dengan baik dan hanya disimpan didalam hati saja.

Page 136: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

136

Tabel 3. Interpretasi Intra Subjek

Interpretasi Responden I

No. Sumber dan Faktor Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis

1. I Have :

a. Hubungan yang

dilandasi

kepercayaan

Dalam hal Adek memang memperoleh

dukungan penuh dari keluarganya.

Orangtuanya selalu memberikan semangat

serta dukungan untuk dirinya agar kembali

mampu menjadi remaja yang tidak terpuruk

setelah menjadi korban ekploitasi seksual

komersil sektor prostitusi. Dukungan ini

sangat membantu Adek untuk kembali

bangun dari rasa terpuruk. Selain itu,

dukungan yang ia peroleh dari keluarganya

membuat Adek dapat mengembangkan

hubungan penuh kepercayaan dengan

keluarganya, terutama ayah dan ibunya. Jika

Adek berhasil membangun hubungan penuh

kepercayaan dengan kedua orangtuanya,

berbeda halnya dengan orang-orang diluar

lingkungan keluarganya. Meski mengaku jika

lingkungan sosialnya pun memberikan

dukungan dan menerima dirinya kembali,

namun Adek belum mampu untuk

membangun hubungan yang dilandasi rasa

percaya dengan orang dari luar keluarganya.

Grotberg (2000) mengatakan ada Dukungan

ini berupa hubungan yang baik dengan

keluarga, lingkungan sekolah yang

menyenangkan, ataupun hubungan dengan

orang lain diluar keluarga. Melalui I have,

seseorang merasa memiliki hubungan yang

penuh kepercayaan. Hubungan seperti ini

diperoleh dari orang tua, anggota keluarga

lain, guru, dan teman-teman yang mencintai

dan menerima diri remaja tersebut.

Page 137: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

137

b. Struktur dan

Peraturan di rumah

Ada beberapa peraturan dirumah yang telah

ditetapkan ayah dan ibunya untuk dipatuhi

oleh Adek. Adek hanya diminta mematuhi

aturan yang ada untuk menjaga dirinya dari

hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua

orangtua Adek pun tidak pernah

menggunakan hukuman fisik untuk

memberikan efek jera kepada Adek ketika

dirinya ketika Adek tidak mematuhi aturan

yang diberlakukan oleh kedua orangtuanya.

Orangtuanya hanya memberikan nasihat

kepada Adek agar tidak kembali jatuh

dilubang yang sama. Seakan paham dengan

maksud ayah dan ibunya, hingga saat ini

Adek belum pernah melanggar aturan yang

ditetap oleh kedua orangtuanya. Meskipun

disisi lain Adek mengaku kurang menyukai

aturan yang diterapkan oleh ayah dan ibunya

kepada dirinya tetapi dirinya paham akan

bahaya yang mungkin terjadi jika ia tidak

mengindahkan apa yang telah ayah dan

ibunya terapkan untuk dipatuhi.

Grotberg (2000) menyatakan Individu yang

resilien juga mempunyai struktur dan aturan

di dalam rumah yang ditetapkan oleh orang

tua mereka. Para orang tua berharap bahwa

anak-anak dapat mematuhi semua peraturan

yang ada. Anak-anak juga akan menerima

konsekuensi dari setiap tindakan yang

mereka lakukan dalam menjalani aturan

tersebut. Ketika mereka melanggar aturan,

mereka butuh seseorang untuk memeberi

tahu kesalahan yang mereka perbuat dan

jika perlu menerapkan hukuman.

c. Dorongan untuk

mandiri

Sempat mengalami keterpurukan dan menjadi

bergantung dengan orang lain, membuat Adek

tidak berani memperlihatkan dirinya

dihadapan orang banyak. Perasaan malu

pernah menyelami dunia prostitusi

menjadikan Adek tidak berperilaku seperti

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien juga memperoleh dukungan

untuk mandiri dan dapat mengambil

keputusan berdasarkan pemikiran serta

inisiatifnya sendiri. Dukungan yang

diberikan oleh orangtua ataupun anggota

Page 138: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

138

dahulu. Tetapi berkat dukungan serta

semangat dari kedua orangtuanya membuat

Adek kembali bangkit serta mandiri serta

memiliki sikap atas dirinya sendiri. Ia

berusaha untuk tetap memegang kendali atas

persoalan yang sedang ia hadapi. Namun tetap

menjadikan ayah dan ibunya sebagai tokoh

penting dalam mendiskusikan

permasalahannya tersebut.

keluarga lainnya akan sangat membantu

dalam membentuk sikap mandiri dalam diri

seseorang. Orangtua akan mendukung serta

melatih anak untuk dapat berinisiatif dan

“berkuasa” atas dirinya sendiri untuk

mengambil keputusan tanpa harus

bergantung pada orang lain

d. Role Models Selain mendapat dukungan moral dari kedua

orangtuanya, ayah dan ibunya juga

memberikan modeling kepada Adek, dan

berharap Adek dapat mengikutinya. Hanya

saja, ada peran yang diperlihatkan

orangtuanya kepada Adek tidak mampu ia

lakukan. Dimana kedua orangtuanya

mengajarkan kepada Adek agar memaafkan

orang yang telah menjerumuskannya kedalam

dunia prostitusi. Adek sendiri hingga saat ini

belum mampu memberi maaf kepada orang-

orang yang telah membuatnya menjadi

pelacur, termasuk sahabatnya sendiri. Serta

mengajarkan Adek, untuk tidak merasa malu

walaupun dirinya dahulu pernah bekerja

sebagai pekerja seks komersial. Adek juga

memperoleh modeling dari lingkungan

sekitarnya pun memberikan role models yang

baik kepada Adek, dimana Adek dapat

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien mempunyai orang-orang yang

dapat menunjukkan apa yang harus remaja

lakukan seperti mencari informasi terhadap

sesuatu dan memberikan semangat agar

remaja mengikutinya.

Page 139: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

139

diterima, diberikan ruang kembali untuk

bersama lagi melakukan kegiatan-kegiatan

sosial yang ada dan diberikan rasa percaya

dalam melakukan aktifitas sosialnya.

e. Memperoleh

layanan kesehatan,

pendidikan,

keamanan dan

kesejahteraan

Setelah Adek kembali dari kota B,

orangtuanya langsung memberikan dirinya

layanan kesehatan dengan memeriksakan

kondisi anaknya tersebut ke rumah sakit. Hal

tersebut dilakukan orangtua Adek untuk

mengetahui bagaimana kondisi kesehatan

anaknya, agar dapat diambil langkah

selanjutnya jika hasil memnunjukkan Adek

menderita suatu penyakit tertentu. Adek

berkeinginan untuk dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,

namun orangtuanya tetap tidak mampu

memberikan layanan seperti yang dirinya

harapkan. Kondisi ekonomi yang kurang

mendukung, membuat Adek harus menelan

keinginannya untuk melanjutkan

pendidikannya. Demikian halnya dengan rasa

keamanan yang harus diberi kepada Adek,

meski mengaku merasa aman karen selalu

ditemani oleh salah satu anggota keluarganya

jika akan bepergian. Adek mengaku

terkadang merasa terkekang karena adanya

aturan itu Untuk masalah kesejahteraan,

kedua orangtua Adek berusaha untuk

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien juga akan mendapatkan

jaminan kesehatan, pendidikan, dan

kesejahteraan serta keamanan dari orangtua.

Sehingga hal ini akan membantu mereka

untuk mengembangkan rasa percaya diri

dalam diri anak.

Page 140: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

140

membuat Adek merasa nyaman kembali

tinggal bersama mereka. Kedua orangtuanya

selalu mendukung dan menyediakan waktu

yang lebih bagi Adek, selalu membantu Adek

jika Adek memiliki masalah dan sedang

dalam kesulitan, orangtua Adek tetap

memberikan kasih dan sayangnya kepada

Adek agar Adek merasa jika dirinya adalah

sosok yang berharga serta dengan cepat dapat

bangkit dari masa-masa terpuruknya.

2. I Am :

a. Bangga terhadap

diri sendiri

Seiring berjalannya waktu, melihat dukungan

dan penerimaan dari keluarga dan lingkungan

sosialnya Adek akhirnya berhasil menerima

keadaan dirinya saat ini. Selain kembali

mampu menerima keadaan dirinya, Adek juga

mampu lebih menjaga dirinya dari orang-

orang yang hanya ingin menjadikan dirinya

sebagai bahan ejekan dan candaan. Meskipun

kepercayaan dirinya menurun sejak kejadian

yang menimpanya, tetapi itu tidak membuat

Adek tidak bisa menerima keadaan dirinya

dan menutup diri dari orang-orang sekitarnya.

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien tahu bahwa mereka adalah

seorang yang penting dan merasa bangga

akan siapakah mereka itu dan apapun yang

mereka lakukan atau akan dicapai. Individu

itu tidak akan membiarkan orang lain

meremehkan atau merendahkan mereka.

Ketika individu mempunyai masalah dalam

hidup, kepercayaan diri dan self esteem

membantu mereka untuk dapat bertahan

dan mengatasi masalah tersebut.

b. Disayang dan

disukai orang lain

Walaupun mengaku sempat merasa malu

untuk kembali berhubungan dengan orang-

orang dilingkungan sosialnya, tetapi dengan

adanya dukungan serta penerimaan dari

lingkungannya sekitarnya membuatnya

kembali memberanikan diri bergaul dengan

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien pasti mempunyai orang yang

menyukai dan mencintainya. Individu akan

bersikap baik terhadap orang-orang yang

menyukai dan mencintainya. seseorang

dapat mengatur sikap dan perilakunya jika

Page 141: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

141

teman-teman sebayanya. Disisi lain, Adek

merupakan orang yang tidak tebang pilih

dalam berteman, Adek berteman dengan siapa

saja, kecuali orang itu menjadikan dirinya

sebagai bahan ejekan. Hal itu juga menjadika

orang lain menyenangi dirinya, ia memiliki

banyak teman di sekitar tempat tinggalnya.

Meskipun demikian, Adek sedikit mengatur

tingkah lakunya ketika bergaul dengan teman-

temannya. Adek tidak ingin jika kesalahan

dalam perilakunya bisa membuat orang lain

memberikan pandangan jelek kepada dirinya.

Untuk tetap menjaga hubungan baiknya

dengan teman-temannya, Adek mengaku akan

meminta maaf jika dirinya membuat suatu

kesalahan ketika sedang bergaul dengan

teman-temannya.

menghadapi respon-respon yang berbeda

ketika berbicara dengan orang lain.

c. Percaya diri,

optimis dan penuh

harap

Selain memiliki memiliki harapan akan masa

depan yang cerah, Adek juga selalu percaya

jika dirinya akan menjadi pribadi yang lebih

baik lagi kedepannya. Adek terus

memanjatkan doa serta menjalani segala yang

telah terjadi dengan rasa iklhas, dirinya

berkeyakinan kelak ia akan mendapatkan

suatu hal yang baik. Adek pun memiliki

harapan-harapan untuk masa depannya, saat

ini dirinya sedang bergiat melakukan hal-hal

yang dapat mewujudkan impian-impian masa

Grotberg (2000) mengatakan jika individu

yang resilien dipenuhi harapan, iman, dan

kepercayaan. Individu percaya ada harapan

bagi mereka, serta orang lain dan institusi

yang dapat dipercaya. Individu merasakan

mana yang benar maupun salah, dan ingin

ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai

kepercayaan diri dan iman dalam moral dan

kebaikan, serta dapat mengekspresikannya

sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan

manusia yang mempunyai spiritual yang

Page 142: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

142

depannya tersebut menjadi kenyataan. Adek

masih memiliki harapan kelak dirnya akan

memiliki hubungan serius dengan seorang

pria yang ia harapkan dapat menegrti dan

menerima keadaan dirinya. Adek tidak akan

memaksan jika nantinya orang yang ia cintai

mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya

dan tidak mampu menerimanya, Adek hanya

ingin menjalin hubungan serius dengan laki-

laki yang dapat menerimanya lahir dan batín.

lebih tinggi.

d. Memiliki empati

dan peduli terhadap

sesama

Adek setelah ia kembali tinggal bersama

orangtuanya. empati dan rasa pedulinya ia

perlihatkan kepada teman-teman sebayannya

yang sedang membutuhkan bantuan dirinya.

Bahkan ia merasa kasihan jika dirinya tidak

membantu orang yang sedang mengalami

kesulitan, walaupun sebenarnya dirinya dapat

melakukan hal itu. Namun, jika ia benar-

benar tidak dapat membantu orang yang

menninta bantuannya, Adek akan memohon

maaf karen tidak dapat membantu seperti

yang diharapkan. Karena sikap empati dan

peduli yang dimiliki Adek, saat ini banyak

dari teman-teman sebayanya yang

mencurahkan isi hati, perasaan serta

permasalahannya kepada Adek. Dengan

harapan Adek mampu memberikan jalan

keluar. Hanya saja, berbeda dengan kenyataan

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien juga merasa bahwa mereka

memiliki empati dan sikap kepedulian yang

tinggi terhadap sesama. Perasaan itu mereka

tunjukkan melalui sikap peduli mereka

terhadap peristiwa yang terjadi pada orang

lain. Mereka juga merasakan

ketidaknyamanan dan penderitaan yang

dirasakan oleh orang lain dan berusaha

membantu untuk mengatasi masalah yang

terjadi.

Page 143: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

143

yang diperoleh teman-teman Adek. Sejauh

ini, Adek hanya memberanikan dirinya

menjadi pendengar yang baik, dirinya siap

mendengarkan segala keluh kesaha teman-

temannya yang datang mengeluh kepadanya.

Tetapi Adek tidak pernah memberikan solusi

seperi yang diharapkan.

e. Mampu

bertanggung jawab

terhadap perilaku

sendiri dan

menerima

konsekuensinya

Adanya control dan tanggung jawab bagi

perilaku Adek yang diterapkan oleh orangtua

dan dirinya sendiri, mmwbuat Adek berpikir

terlebih dahulu sebelum dirinya berperilaku

banik didalam keluarganya, ataupun

lingkungan sosialnya. Mengerti akan adanya

konsekuensi yang ditimbulkan dari

perilakunya sendiri, sebelum mengambil

tindakan dirinya terlebih dahulu akan

memikirkan efek negatif dan positif dari

tindakan tersebut. Jika keputusan yang ia

ambil salah, makan Adek siap untuk

meneriman konsekuensi dari kesalahanya itu.

Sebagai seorang yang tengah bangit, Adek

selalu mendiskusikan permasalahannya

kepada orangtuanya sebelum akhirnya

memutuskan sendiri apa yang harus Adek

perbuat.

Grotberg (2000) mengatakan Individu yang

resilien dapat melakukan berbagai macam

hal menurut keinginan mereka dan

menerima berbagai konsekuensi dan

perilakunya. Individu merasakan bahwa ia

bisa mandiri dan bertanggung jawab atas

hal tersebut. Individu mengerti batasan

kontrol mereka terhadap berbagai kegiatan

dan mengetahui saat orang lain bertanggung

jawab.

3. I Can :

a. Mampu

Adek yang awalnya adalah seorang gadis

yang selalu bersikap terbuka menjadi seorang

yang tertutup dan terkadang enggan untuk

(Grotberg, 2000) mengatakan Individu yang

resilien tersebut juga memiliki kemampuan

untuk berkomunikasi serta memecahkan

Page 144: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

144

mengungkapkan

pikiran dan

perasaan dalam

berkomunikasi

menyampaikan perasaannya ketika sedang

berkomunikasi dengan oarang, baik dalam

keluarga, maupun diluar keluarganya sendiri.

Perasaan takut tidak diterima ketika

mengeluarkan pikiran dan perasaannya

kepada orang lain dikemukakan Adek sebagai

alasan utama mengapa dirinya enggan

mengungkapkan pikiran dan perasaannya

kepada orang lain. Selain enggan untuk

mengungkapkan isa pikiran dan perasaannya

kepada orang lain, Adek juga selalu berdiam

diri ketika sedang berkumpul bersama dengan

keluarga maupun orang-orang dilingkungan

sosialnya. Adek tidak merasa takut jika ia

terlalu banyak berbicara akan mengundang

orang lain memberikan komentar buruk

tentang dirinya, ia menyadari betul bagaimana

latar belakang masa lalunya, sehingga

membuat Adek selalu menjaga sikap dan

perilaku serta ucapannya ketika sedang berada

ditengah-tengah orang lain.

masalah dengan baik. Mereka mampu

mengekspresikan pikiran dan perasaan

mereka dengan baik.

b. Menjalin hubungan

yang saling

mempercayai

Jalinan hubungan yang dilandasi kepercayaan

dengan orangtuanya, membuat Adek selalu

menjadikan kedua orangtuanya tempat untuk

berbagi perasaan serta menjadikan ayah dan

ibunya sebagai tempat berdiskusi. Dengan

terciptanya hubungan yang saling percaya

diantara Adek dan orangtuanya, Adek mau

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien mencari hubungan yang dapat

di percaya dimana individu dapat

menemukan seseorang misalnya orang tua,

saudara, teman sebaya untuk meminta

pertolongan, berbagi perasaan dan

perhatian, guna mencari cara terbaik untuk

Page 145: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

145

menuruti apa yang orangtuanya minta yang

tujuannya untuk kebaikan diri Adek sendiri.

Adek tidak tidak membantah ketika

orangtuanya memintanya untuk tidak terlebih

dahulu terlibat hubungan serius dengan

seorang laki-laki, karena menurut Adek

sendiri tjuan ayah dan ibunya itu adalah untuk

kebaikannya sendiri. Meskipun memiliki

hubungan yang saling percaya, Adek jarang

sekali meminta pertolongan kepada

keluarganya berkaitan dengan masalah

ataupun kejadian yang ia alami. Dirinya akan

berusaha menyelesaikan masalah tersebut

sendiri, tanpa meminta atau pun merepotkan

orang lain. Berbeda dengan hubungannnya

diluar rumah, meskipun sudah diterima dan

dapat membaur kembali bersama dengan

teman-teman sebayanya. Namun Adek belum

dapat menciptakan hubungan yang saling

percaya dengan mereka.

mendiskusikan dan menyelesaikan masalah

personal dan interpersonal.

c. Mampu mengelola

perasaan

Walaupun Adek mengalami kesulitan untuk

mengekspresikan apa yang ia rasakan kepada

orang lain, akan tetapi Adek telah mampu

mendengarkan serta merasakan apa yang

orang lain rasakan. Dirinya akan berusaha

untuk menolong seseorang yangmengalami

kesulitan dan meminta bantuan Adek, serta

bersedia menjadi pendengar yang baik bagi

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien memiliki keterampilan

berkomunikasi dimana individu mampu

mengekspresikan berbagai macam pikiran

dan perasaan kepada orang lain dan dapat

mendengar apa yang orang lain katakan

serta merasakan perasaan orang lain.

Page 146: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

146

curahan hati teman-temannya sendiri.

Meskipun tidak memberikan masukan kepada

sang teman. Begitu juga ketika Adek merasa

seoarng temannya menjauh darinya, Adek

tidak ingin orang lain merasa tidak nyaman

karena kesalahan yang ia buat, sehingga

dirinya akan meminta maaf jika Adek

melakukan kesalahan, agar hubungannya

dengan sang teman kembali membaik.

d. Mampu mengukur

temperamen diri

sendiri dan orang

lain

Saat ini Adek mampu untuk memahami

temperamen dirinya sendiri serta orang lain

yang berada disekitarnya. Sehingga dirinya

harus memahami tindakan apa yang akan ia

ambil untuk mengurani resiko ketengangan

yang terjadi ketika ia tidak dapat mengatur

temperamennya sendiri. Untuk menghindai

konflik karena ketidaksukaannya diungkit

oleh orang lain serta mengetahui dengan jelas

bagaimana sifak dirinya, Adek sengaja

menghindar dan tidak ingin terlibat

komunikasi dengan orang-orang yang

berpotensi akan melakukan hal tersebut. Adek

akan melakukan tindakan untuk membela

serta memberikan pelajaran kepada orang

yang telah mengungkit masa lalunya serta

menjadikannya sebagai bahan ejekan. Adek

juga kurang dapat mengontrol

temperamennya jika dirinya ditanya mengenai

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien mampu Mengukur

temperamen diri sendiri dan orang lain

dimana individu memahami temperamen

mereka sendiri (bagaimana bertingkah,

merangsang, dan mengambil resiko atau

diam, reflek dan berhati-hati) dan juga

terhadap temperamen orang lain. Hal ini

menolong individu untuk mengetahui

berapa lama waktu yang diperlukan untuk

berkomunikasi, membantu individu untuk

mengetahui kecepatan untuk bereaksi, dan

berapa banyak individu mampu sukses

dalam berbagai situasi.

Page 147: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

147

sahabatnya yang telah menjual dirinya,

tingkahnya akan memperlihatkan rasa emosi

ketika dirinya mengingat hal tersebut,

kelihatan jika Adek memang belum dapat

mengontrol perilakunya untuk hal itu serta

kehilangan kehati-hatiannya dalam berbicara

ketika ia membicarakan sahabatnya tersebut.

e. Mampu

memecahkan

masalah

Dukungan yang diterima Adek dari

orangtuanya, membuat diri Adek mampu

melewati setiap masalah yang ada. Namun,

Adek tidak mampu meyelesaikan masalah

yang ia alami. Setiap masalah yang ia alami,

tidak semuanya ia ceritakan dan ia bagi

kepada orangtuanya, hanya sebagaian yang

dianggaapnya tepat untuk diceritakan dan

diselesaikan bersama dengan orangtuanya.

Alasannya Adek tidak ingin orangtuanya

repot dengan masalah dirinya. Meskipun

kedua orangtuanya selalu siap membantu

Adek untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapinya, namun Adek memilih

untuk menyimpannya sendiri, tanpa

menyeleseaikan masalah yang dialaminya.

Dirinya tidak menceritkan apa yang sedan ia

alami, Adek tidak mengizinkan orang lain

untuk memberikan bantuan kepadanya dalam

menyelesaikan masalah yan sedang ia

rasakan, bahkan kedua orangtuanya tidak ia

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien memiliki kemampuan

memecahkan masalah. Individu dapat

menilai suatu masalah secara alami serta

mengetahui apa yang mereka butuhkan agar

dapat memecahkan masalah dan bantuan

apa yang mereka butuhkan dari orang lain.

Individu dapat membicarakan berbagai

masalah dengan orang lain dan menemukan

penyelesaian masalah yang paling tepat dan

menyenangkan. Individu terus-menerus

bertahan dengan suatu masalah sampai

masalah tersebut terpecahkan.

Page 148: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

148

izinkan untuk mengetahui apa yang Adek

rasakan. Sehingga masalah tersebut tidak

dapat terselesaikan dengan baik dan hanya

disimpan didalam hati saja.

Page 149: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

149

Tabel 4. Gambaran Resiliensi Responden I (Adek)

Adek

Usia : 18 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Domisili : Medan

Urutan dalam keluarga : Anak ke-3

Pelaku eksploitasi : Teman dekat

Tahun kejadian : 2009

Karakteristik resiliensi

Dukungan eksternal yang di peroleh

remaja dari keluarga maupun lingkungan

sosialnya (I Have) :

1. 1. Memiliki hubungan yang saling

percaya dengan ayah & ibunya.

2. 2. Memiliki aturan rumah, yaitu tidak

boleh berpacaran dahulu, harus ditemani

anggota keluarga jika akan bepergian.

3. 3. Memiliki dorongan mandiri dari ayah

& ibunya

4. 4. Modelling dari keluarga, yaitu :

nasihat agar Adek tetap semangat.

Modelling dari lingkungan sosial, yaitu

memberikan ruang kepada Adek untuk

bersosialisasi kembali.

5. 5. Memperoleh layanan kesehatan,

keamanan & kesejahteraan.

Kekuatan pribadi Adek untuk bangkit dari keterpurukan (I

Am) :

1. 1. Merasa bangga terhadap dirinya sendiri, karena mampu

melewati masa-masa sulitnya.

2. 2. Memiliki orang-orang yang menyayangi & menyukai

dirinya di dalam maupun di lingkungan sosialnya.

3. 3. Memiliki rasa percaya terhadap diri sendiri, optimis akan

masa depan serta berkeyakinan terhadap Tuhan YME

4. 4. Memiliki rasa empati & peduli terhadap orang yang

sedang kesulitan.

5. 5. Sudah mampu bertanggungjawab terhadap konsekuensi

dari setiap perilakunya

Kemampuan interpersonal yang

Adek miliki (I Can) :

1. 1. Belum mampu untuk

mengungkapkan pikiran &

perasaan dalam berkomunikasi

2. 2. Mampu membina hubungan

yang saling percaya, hanya

dengan ayah & ibunya.

3. 3. Belum mampu

mengekspresikan perasaan kepada

orang lain, namun sudah mampu

mendengar apa yang orang lain

rasakan.

4. 4. Belum mampu mengukur

temperamen diri sendiri & orang

lain saat berkomunikasi.

5. 5. Belum mampu memecahkan

masalah karena tidak mampu

terbuka kepada orang lain.

Page 150: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

150

IV.B. Responden II

Tabel 5. Deskripsi Data Responden II

No. Identitas Responden I

1. Nama (samaran) Lia

2. Usia 21 Tahun

3. Agama Kristen Protestan

4. Pendidikan terakhir SMA

5. Pekerjaan Wirausaha

6. Domisili Aceh Tenggara

7. Anak ke 1 dari 1 bersaudara

8. Pelaku eksplotasi Ayah tiri

9. Peristiwa 2004

IV.B.1. Hasil Observasi dan Wawancara

Lia merupakan wanita muda berusia 21 tahun. Tubuhnya tidak terlalu

tinggi, hanya berukuran 155 CM dengan bobot tubuh 50 Kg. Kulitnya berwarna

sawo matang serta memiliki rambut lebat sebatas bahu yang ia biarkan tergerai

saat pertama kali peneliti berkunjung kerumahnya. Parasnya yang ayu ditambah

senyum manisnya, membuat Lia semakin menarik. Bola matanya yang besar

serta tajam membuat wajahnya kian berkesan dan enak untuk dipandang mata.

Wawancara pertama untuk pengalian informasi dilakukan di rumah Lia

pada tanggal 25 Januari 2012. Pada saat itu Lia mengenakan kaos berwarna biru

muda polos berlengan pendek dan celana jeans panjang berwarna biru tua. Lia

menyambut peneliti dengan ramah serta mempersilakan peneliti memasuki

rumahnya. Pada saat wawancara pertama dilakukan, terlihat beberapa anggota

keluarga Lia berada dirumahnya. Beberapa saat percakapan antara peneliti dan

keluarga Lia berkisar seputar kabar dan kegiatan masing-masing. Sekitar 15 menit

berbasi-basi dengan Lia dan keluarganya, Lia mengajak peneliti beranjak ke ruang

Page 151: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

151

dapur rumahnya yang berukuran 3x4 meter tersebut. Sesekali Leo, sang anak yang

berusia 8 tahun mendatangi Lia dan peneliti meminta diajarikan membuat tugas

sekolahnya.

Selama proses wawancara pertama dilakukan, perbincangan dilakukan

dalam suasana haru, sebabnya Lia kembali teringat peristiwa tragis yang pernah ia

alami beberapa tahun silam. Lia menceritakan pengalamannya terjerumus ke

dalam dunia prostitusi dengan berlinang air mata serta sesekali sesenggukan.

Beberapa kali peneliti mencoba menenangkan Lia dengan mengusap tangan,

punggung serta memberikan dukungan dalam bentuk kata-kata penyemangat.

Tangisnya sedikit mereda ketika Leo kembali mendatangi Lia dan peneliti di

dapur. Tetapi Leo tidak datang-datang lagi setelah ibunya mengatakan “nantik

mamak yang kerjain, skarang nonton sama opung dulu”. Dan wawancara pertama

pun berlangsung tanpa gangguan Leo lagi.

Wawancara kedua tetap berlangsung di kediaman Lia. Saat itu terlihat

masih kusut, rambutnya ia ikat asal-asalan. Pakaian yang ia kenakan pun terlihat

kotor. Rumah Lia terlihat sepi, hanya ada Lia dan Leo yang sedang belajar di

ruang keluarga. Menurut Lia, ibunya sedang pergi mengantar jagung ke Medan,

sehingga hanya dirinya dan Leo yang ada dirumah. Lia sendiri baru saja kembali

dari rutinitasnya mengutip uang dari orang-orang yang meninjam uangya. Lia

meminta izin untuk mandi terlebih dahulu sebelum proses wawancara dimulai.

Selama Lia mandi, peneliti dan Leo terlibat perbincangan, sesekali Leo

menanyakan tugas sekolahnya yang tidak ia mengerti kepada peneliti.

Page 152: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

152

Sekitar 20 menit kemudian, Lia kembali mendatangi peneliti yang sedang

bersama Leo di ruang keluarga rumahnya. Lia mengenakan celana pendek

sebatas lutut berwarna hijau dan mengenakan kaos biru tua bergambar salib dan

bertuliskan “Salib Kasih Tarutung”. Rambutnya terlihat masih basah dan tersisir

dengan rapi, tampaknya Lia baru saja mencuci kepalanya. Kurang lebih 10 menit

kemudian, Lia menyuruh Leo pergi menonton televisi agar wawancara Lia dan

peneliti tidak terganggu oleh rengekan Leo. Seolah paham, Leo akhirnya

meninggalkan Lia dan peneliti di ruangan keluarga.

Pada wawancara kedua ini, peneliti sudah masuk pada inti permasalahan

yang ingin digali, beberapa kali Lia masih terdiam dan berkaca-kaca ketika

menjawab pertanyaan dari peneliti. Sesekali, ia mengibaskan rambutnya yang

setengah kering kemudian merapikannya kembali. Lia memberikan respon yang

baik atas setiap pertanyaan yang peneliti ajukan, meskipun terkadang Lia kembali

bertanya maksud dari pertanyaan peneliti. Selama menjawab pertanyaan yang

peneliti ajukan, Lia terlihat meletakkan kedua tangannya diatas perutnya, sesekali

ia mengelus-eluskulit tangannya secara bergantian, kanan dan kiri. Disela-sela

wawancara, Leo memanggil ibunya untuk mengajak makan, sang ibu kemudian

pergi sebentar ke dapur untuk mengambilkan nasi untuk Leo. Tak berapa lama

kemudian, Lia kembali lagi sambil membawakan segelas teh manis hangat untuk

peneliti.

Belajar dari pengalaman pada wawancara kedua, peneliti datang terlalu

cepat untuk melakukan wawancara sehingga membuat Lia sedikit kerepotan.

Peneliti akhirnya memutuskan untuk melakukan wawancara pukul 19.00 WIB.

Page 153: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

153

Pada saat peneliti tiba dirumah Lia, terlihat Lia dan Leo sedang bermain ular

tangga di ruang tamu rumahnya. Di salah ruang tersebut juga hadir seorang laki-

laki muda berusia sekitar 20’an tahun yang sedang mengajari Leo bermain ular

tangga dengan ibunya. Setelah Lia menyadari kehadiran peneliti, ia menghentikan

sesaat kegiatannya bermain bersama Leo. Kemudian Lia memperkenalkan peneliti

kepada laki-laki muda yang hadir di ruangan tersebut. Laki-laki itu merupakan

saudara sepupunya yang berkunjung untuk melihat keadaan Lia dan Leo.

Akhirnya Leo bermain bersama laki-laki itu diruang keluarga mereka.

Lia saat itu terlihat lebih segar, ia menggenakan kemeja merah jambu

berbahan chiffon dan celana jeans panjang berwarna biru tua. Wajahnya yang di

poles bedak serta tambahan pemerah pipi dan eyeliner yang tidak terlalu

mencolok dan tebal membuat kecantikannya semakin terlihat. Saat wawancara

ketiga dilakukan, Lia menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dengan sikap

santai dan kontak mata yang dapat ia pertahankan. Sesekali Lia menyahut

panggilan Leo dengan mengatakan “bentar lagi mang..mamak ada tamu..maen kau

sama tulang dulu ya..” Saat peneliti bertanya tentang ucapannya kepada Leo, Lia

mengatakan jika dirinya dan anaknya akan menginap ditempat saudaranya yang

tinggal di kota K.

Wawancara keempat kembali dilakukan di rumah Lia. Saat itu, tidak

terlihat Leo berada dirumah, hanya Lia sendiri. Ia terlihat mengenakan kaos hijau

polos dan longar serta celana pendek selutut berwarna abu-abu. Lia terlihat agak

lelah, namun ia tetap bersikap ramah selama menjawab semua pertanyaan yang

peneliti ajukan kepada dirinya. Dengan sesekali diselingi gurauan Lia terlihat

Page 154: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

154

mengucek-ngucek matanya serta beberapa kali menguap sambil menutup

mulutnya. Dia menjawab pertanyaan peneliti dengan intonasi suara yang kadang

meninggi ketika peneliti bertanya seputar penerimaan lingkungan sosialnya

terhadap dirinya. Pada wawancara keempat ini dilakukan, penelit juga lebih

banyak mengulang data yang sebelumnya sudah peneliti peroleh dari Lia, untuk

melakukan pengecekan terhadap jawaban-jawaban Lia sebelumnya.

Wawancara mendalam yang bertujuan melakukan pengalian informasi

mengenai resiliensi Lia dilakukan sebanyak empat kali, namun sebelum

wawancara mendalam tersebut di lakukan peneliti sudah melakukan probing

terlebih daulu baik dengan Lia sendiri maupun keluarganya dengan berkunjung

dan menginap di kediaman Lia selama satu minggu. Ditambah lagi, keluarga Lia

dan keluarga peneliti sudah saling mengenal sejak tahun 2003 serta orang tua

peneliti ikut serta dalam proses penyelesaian dan perdamaian kasus yang dialami

Lia.

IV.B.2. Rangkuman Wawancara

IV.B.2.i. Latar Belakang Keluarga

Lia adalah anak tunggal di dalam keluarganya. Meskipun demikian, Lia

dan ibunya sudah ditinggal oleh ayah kandungnya saat ia masih berusia empat

tahun, dan tidak pernah dikunjungi serta dinafkahi oleh ayahnya. Sehingga untuk

mencukupi kebutuhan hidup mereka sang ibu harus banting tulang menjadi

pedagang mencari nafkah untuk Lia. Salah seorang kerabat Lia yang tidak

dikarunia anak perempuan tergerak hatinya untuk mengasuh Lia, sehingga seluruh

Page 155: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

155

biaya Lia baik sekolah dan lain sebagainya menjadi tanggungan kerabatnya

tersebut.

Setelah sekian lama hidup seorang diri, ibu kandung Lia akhirnya

memutuskan untuk kembali menikah dengan pria yang bukan berasal dari daerah

mereka. Kontan saja, keinginan ibu kandung Lia ditolak oleh keluarga besar Lia,

Lia juga termasuk salah seorang yang ikut menolak keinginan ibunya untuk

menikah lagi. Namun karena kemauan keras sang ibu sehingga keluarganya tidak

mampu menghalau niat ibu Lia untuk menikah kembali.

Setelah memiliki ayah tiri, Lia dijemput kembali oleh ibunya untuk

kembali tinggal bersama ibu kandung dan ayah tirinya. Meski sempat menolak

untuk tinggal kembali bersama ibunya, namun setelah dibujuk salah seorang

kerabatnya Lia akhirnya luluh dan ikut pualng bersama ibu dan ayah tirinya. Lia

yang tadinya bersekolah didaerah K, harus mengurus pindah ke daera LW tempat

dimana ibu dan ayah tirinya tinggal. Pada saat itu Lia masih bersekolah di bangku

sekolah menengah pertama (SMP).

Ibu Lia yang bekerja sebagai pedagang antar daerah menbuat Lia dan

ibunya sering berpisah, terkadang menurut Lia ibunya bisa pergi sampai seminggu

lamanya untuk berjualan di kota M. Sehingga mau tidak mau Lia harus tinggal

berdua saja dengan ayah tirinya. Menurut Lia, ayah tirinya tidak memiliki

pekerjaan tetap dan hanya bertani dengan modal yang diberi ibunya. Meskipun

demikian Lia jarang berkunjung kerumah kerabatnya di kota K, dengan alasan ia

harus bersekolah dan jarak rumahnya dan rumah kerabatnya tersebut yang

lumayan jauh, sekitar 44 KM.

Page 156: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

156

IV.B.2.ii. Latar Belakang Responden Menjadi Korban Eksploitasi Seksual

Komersil

Lia dijadikan pekerja seks komersil sektor prostitusi semenjak Maret

2004. Pelakunya adalah ayah tirinya sendiri. Saat itu usia Lia baru menginjak 13

tahun dan masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Sebelum dipaksa menjadi pekerja

seks komsersil (PSK) sektor prostitusi, Lia terlebih dahulu diperkosa oleh ayah

tirinya yang awalnya ia anggap sebagai pelindung dirinya dan ibunya. Namun

siapa sangka, anggapan tersebut tidaklah sesuai dengan kenyataan yang diterima

Lia. Pekerjaan sang ibu yang menuntutnya harus sering bepergian keluar kota

dalam waktu yang lumayan lama, membuat sang ayah leluasa melakukan

perbuatan bejatnya kepada Lia. Apalah daya Lia, gadis itu selalu berada dibawah

ancaman ayah tirinya saat Lia mendapat perlakuan tidak layak dari sang ayah.

Tak jarang juga senjata tajam digunakan sang ayah untuk mengancam Lia agar

Lia tidak menceritakan apa yang telah ia alami.

“bulan tiga kak, tahun 2004 itulah.. mamak jarang dirumah, dari situlah

kak..pertama bapak tiriku itu yang merkosa aku kak..diancamnya aku,

dibilangnya mau bunuh aku sama mamak kalo aku teriak ato ngadu sama

keluargaku kak..”

(R.2/W.1/b.111-121/h.3)

Karena tidak tahan menjadi budak nafsu sang ayah tiri, Lia sempat pergi

kerumah salah seorang kerabatya yang berada di kota K. Akan tetapi, seolah

terbayang-bayang ancaman sang ayah tiri, Lia pun tidak berani menceritakan apa

yang telah ia alami selama dirinya tinggal berdua bersama ayah tirinya. Tak lama

berselang, ibu kandung Lia yang baru kembali dari kota M datang menjemput Lia

dirumah kerabat mereka. Ibunya yang tidak mengetahui nasib tragis yang dialami

Page 157: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

157

anak tunggalnya tersebut beralasan jika dirinya sendirian dirumah dan tidak ada

yang menemani. Akihirnya, Lia kembali pulang bersama ibunya kerumah. Pada

saat itu, ayah tirinya memang tidak ada dirumah, sehingga Lia merasa aman.

Tiga hari berselang, sang ayah tiri kembali kerumah, rasa taukut kembali

menyergap Lia, ditambah lagi keesokan harinya ibunya kembali berjualan ke kota

M. Tinggallah Lia dan ayah tirinya, berdua dirumah mereka. Rupanya nasib buruk

masih ingin menghampiri Lia. Sehari setelah ibu kandungnya pergi untuk

berjualan, Lia diajak ayah tirinya untuk pergi ke daerah Pajak S, dimana tempat

tersebut merupakan daerah lokalisasi yang menyediakan wanita-wanita serta

pondok-pondok untuk disewakan kepada lelaki hidung belang. Rupanya ayah

tirinya tidak puas jika hanya mencicipi tubuh Lia sendiri saja, dia kemudian

menjualnya kepada seorang lelaki yang menurut Lia berusia 30 tahun dan sudah

menunggu ditempat tersebut. Setelah lelaki hidung belang itu selesai melakukan

“tugasnya” ia pun memberi Lia uang sebanyak seratus ribu rupiah.

“diajaknya aku kedaerah (responden menyebutkan nama daerah dimana

dia pertama kali dijual oleh ayah tirinya)..udah ada yang nunggu disitu

kak, laki-laki..kurasa 30’an umurnya..itulah pertama kali aku dijual bapak

tiriku..habis aku diperkosanya..aku dikasih laki-laki itu duit kak..seratus

ribu..sama bapak mungkin lebih banyak lagi..”

(R.2/W.1/b.300-314/h.8)

Selama dua setengah bulan, Lia dipaksa melayani lelaki hidung belang dan

selama itu pula ibunya tidak mengetahui perbuatan busuk suaminya yang telah

membahayakan anak kandungnya. Selama dua setengah bulan tesebut, Lia

mendapat kekerasan fisik yang dilakukan ayah tirinya, dan Lia tak mampu berbuat

banyak selain hanya menangis. Tetapi semua perilaku bejat ayah tirinya akan

berubah ketika ibu kandung Lia ada diantara mereka. Sikap baik yang selalu

Page 158: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

158

dilihat oleh ibu kandung Lia itulah yang membuatnya sama sekali tidak menaruh

curiga kepada suaminya tersebut.

Kisah pahit dan sedih Lia mencapai klimaksnya ketika sang ibu merasa

curiga melihat perubahan tubuh Lia. Sebagai wanita yang berpengalaman,

tentunya sang ibu tidak begitu saja percaya saat Lia mengatakan dirinya hanya

mengalami masuk angin, apa lagi menurut ibunya, beberapa kali ia memergoki

Lia mual-mual terutama di pagi hari. Untuk mengobati rasa penasaran sang ibu,

akhirnya Lia dibawa ke puskesmas didekat tempat tinggalnya. Hasilnya sungguh

mengejutkan ibunya, namun tidak mengejut kan Lia. Lia dinyatakan positif hamil.

“mamakku yang curiga kak..karna pernah diliatnya’nya aku muntah-

muntah..hehmm maklum lah..mungkin lebih paham dia..tak tau apa ku

yang di tengoknya..dia tanya itu sama aku..pertamanya aku bantah, karna

takut aku dimarahi mamak..karna aku tak ngaku, mamak ku pun tak

percaya..hehmm dibawanya aku ke puskesmas..adaperawatnya

disitu..dipegangnya perutku, barulah positip aku lagi hamil..tapi karna

masih gak yakin dikasihlah aku alat tes kehamilan itu kak..hasilnya pun

hamil juga”

(R.2/W.1/b.411-431/h.10)

Setelah diintrogasi dan tetap tidak mau mengakui siapa bapak dari anak

yang ia kandung, Lia akhirnya “diamankan” salah satu dirumah kerabatnya. Hal

itu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada Lia.

Dirumah kerabatnya, barulah Lia mengakui semua yang telah terjadi pada dirinya.

Alangkah terkejutnya paman dan bibi Lia yang mendengar penuturan yang keluar

langsung dari Lia. Dini hari itu juga, akhirnya paman dan sepupu Lia langsung

bergegas pergi dan melaporkan peristiwa yang menimpa Lia kepada pihak

berwajib.

Page 159: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

159

Pagi-pagi sekali Lia dan keluarganya mendatangi kantor polisi untuk

memberikan keterangan terkait kasus yang ia alami. Setelah selesai memberikan

keterangan kepada pihak kepolisian, Lia dan keluarganya diperbolehkan pulang

sedangkan ayah tirinya dikembalikan ke ruang tahanannya. Namun jalan lain

ditempuh oleh ayah tiri Lia, ayah tirinya memilih untuk mengakhiri hidupnya

sendiri dengan cara mengantung dirinya dengan menggunakan tali jaket didalam

kamar mandi kantor polisi tempat dirinya ditahan. Alhasil ayah tirinya berhasil

melakukan rencananya dan tewas dengan cara tergantung sementara kasus

tersebut ditutup.

Namun masalahnya tidak berhenti sampai disitu, benih yang ada didalam

kandungan Lia terus berkembang dan tidak diketahui siapa ayah kandungnya.

Berkat dukungan serta semangat dari keluarganya, Lia akhirnya tetap

mempertahankan janin yang ada didalam kandungannya dan memilih tinggal

bersama salah satu kerabatnya dikota K selama ia hamil sampai anaknya berusia

satu tahun.

IV.B.3. Gambaran Resiliensi

IV.B.3.i. I Have

Diperkosa dan dijual oleh keluarga sendiri, memberikan pengalaman pahit

untuk diri Lia. Bukan hanya diperkosa serta dijual, Lia bahkan mengandung anak

dari pengalaman yang tidak diinginkan tersebut. Rasa malu dan terpuruk pernah

dipekerjakan paksa menjadi pelacur ditambah lagi mengandung anak yang tidak

jelas siapa ayahnya.

Page 160: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

160

Untuk menghindari rasa malu, Lia pun harus mengungsi terlebih dahulu ke

salah satu rumah keluarganya. Lia pada awalnya ingin mengugurkan benih yang

ada di rahimnya. Akan tetapi, dukungan serta penerimaan dari keluarganya

membuat Lia urung melakukan tindakan itu. Berkat dukungan serta penerimaan

dari keluarganya itu jugalah akhirnya Lia berhasil keluar dari lingkaran

keterpurukan yang mendera dirinya. Dukungan-dukungan yang didapat oleh Lia

dapat terlihat dari sumber-sumber resiliensi yang berkembang dalam diri Lia

berikut ini, yaitu :

IV.B.3.i.a. Hubungan Yang Dilandasi Kepercayaan

Kejadian tragis yang menimpa Lia tak ayal lagi membuat kehidupannya

berubah drastis. Tidak hanya mengejutkan pihak keluarganya, namun juga

mengejutkan tetangga-tetangga disekitar tempat tinggal Lia. Bahkan saking

merasa malunya, Lia pun harus rela berhenti dari sekolahnya, dan memutuskan

untuk tinggal dirumah kerabatnya yang berjarak 44 KM dari rumahnya.

Alasannya Lia memilih tinggal sementara dirumah kerabatnya adalah agar ia

merasa nyaman selama masa kehamilannya.

“Hehhmm.. enggak kak.. tinggal sama mak tua ku aku.. di sana gak ada

kian yang kenal sama aku. Kan lebih bagus aku disana. Kalo rindu

mamak sama aku, datang dia ke rumah mak tua kak. Sampe lahir lah si

anakku ini aku tinggal disana. Sampe umur enam bulan dia aku masih

tinggal sama mak tua ku kak”

(R.2/W.1/b.656-669/h.15-16)

Meskipun demikian, perlakuan kelurganya tetap tidak berubah sama sekali

kepada Lia, bagaimana mereka memperlakukan Lia dahulu, begitu juga

keluarganya memperlakukan Lia setelah dirinya menjadi korban prostitusi yang

Page 161: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

161

dilakukan oleh ayah tirinya. Hal itu yang membuat Lia tetap berperilaku seperti

biasanya, meski perilakunya sempat berubah dan lebih banyak berdiam diri ketika

sedang berkumpul bersama keluarganya.

“Biasa ajanya kak, kalok dulu iya banyak diam aku..karna keluargaku

enggak berubah sama aku ya aku pun enggak berubah lah sama mereka

kak. Jadi masih kayak dulunya kak..cerita-cerita kalo lagi ada

perkumpulan keluarga kan..”

(R.2/W.4/b.3440-3450/h.79)

Keluarganya selalu menyediakan waktu untuk Lia, ketika Lia sedang

mengalami suatu masalah. Tidak hanya menyediakan waktu untuk mendengar

keluh kesah Lia. seluruh keluarganya pun tidak pernah lagi mengungkit peristiwa

yang pernah Lia alami. Lia merasa, jika hal itu dilakukan untuk menjaga perasaan

Lia. Keluarganya juga menyuruh Lia untuk tidak sungkan meminta bantuan

mereka, jika Lia membutuhkannya. Meskipun keluarganya menyuruh Lia untuk

meminta bantuan kepada mereka jika Lia sedang membutuhkannya, Lia

mengatakan keluarganya tidak pernah menganggap Lia adalah orang yang selalu

bergantung kepada orang lain.

“Em.. enggaknya, keluargaku pun enggak pernahnya berpikir kayak gitu

kak. Orang tu pun yang nyuruh kalok aku lagi susah minta bantú aja sama

mreka. Kalok masih bisanya di tolong kak, knapa pula enggak di tolong..”

(R.2/W.4/b.3631-3640/h.83)

Lia mengatakan hubungannya dengan keluarga besar ibunya tetap terjalin

dengan baik, mereka mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh Lia. Meskipun

demikian, keluarga besar ibunya tetap tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Menurut Lia, seluruh keluarganya selalu meluangkan waktunya untuk menemani

Lia dan mendengar keluh kesah darinya. Sehingga keluarganya tersebutlah yang

paling mempengaruhi dirinya dapat menerima keadaannya saat ini.

Page 162: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

162

Sang ibu hingga saat ini tetap bekerja sebagai pedagang antar daerah juga

selalu meluangkan serta membantu Lia jika Lia sedang mengalami kesulitan. Lia

paling sering menjadikan sang ibu sebagai tempat dirinya mengadu dan mencari

keamanan jika ia sedang merasa memiliki masalah. Bahkan ketika dirinya sedang

dihina oleh orang lain pun dirinya tetap menjadikan sang ibu sebagai tempat

pengaduan pertamanya.

“Mamak lah kak, karna itunya yang dekat sama aku, tiap hari kami

jumpa, kalo gak ke Medan mamak jual jagung kak..”

(R.2/W.1/b.898-903/h.21)

Selama menetap dirumah salah satu keluarganya, Lia mengaku

mendapatkan dukungan dan penerimaan dari orang-orang yang tinggal disekitar

lingkungan rumah salah satu keluarganya. Menurutnya, disana Lia diterima

keberadaannya dan mereka selalu bersikap baik kepada Lia. Mereka malah

mendoakan Lia karena peristiwa yang Lia alami, sehingga untuk bergaul dengan

mereka pun Lia menjadi nyaman. Lia pun sering bergaul dengan tetangga

keluarganya tersebut, selama satu tahun Lia tinggal bersama salah satu

keluarganya tersebut menurutnya tidak ada masalah mengenai peristiwa yang ia

alami.

“Em.. Beda mungkin orang yang tinggal di kota sama di kampung ya kak..

Baik-baik semua tetangga maktua ku itu kak. Apa lagi pas tau aku kmarin

hamil gara-gara di jual bapak tiriku. Ehm.. datang mereka kak, tak adanya

dihinanya aku. Di doakan kak, disuruh baik-baik jaga anak ini nanti. Jadi

enak aku pun kak. Berkawan pun jadi enak kak..”

(R.2/W.2/b.1982-1996/h.45-46)

“hhmem.. Yang tinggal di sekitar tempat maktua ku itu aku kenal

semuanya kak, agak rame lah memang kak. Baiknya mereka sama aku,

aku pun gitu. Adalah satu tahun lebih lah aku tinggal disitu kak. Seringnya

aku main sama tetangga-tetangga maktua aku itu kak. Tak adanya

masalah, ribut-ribut kak..”

Page 163: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

163

(R.2/W.2/b.2015-2028/h.46)

Hubungan baik dengan keluarga, tidak diiringi hubungan yang baik pula

dengan orang-orang yang berada dilingkungan sosialnya. Sampai kejadian yang

menimpa Lia telah melewati waktu delapan tahun, akan tetapi tetangganya tetap

mempergunjingkan keadaan dirinya. Selalu ada saja sindiran yang Lia terima dari

warga disekitar tempat tinggalnya. Lia mengaku pedih hati setiap kali mendapat

sindiran dari warga dilingkungan tinggalnya. Lia berujar, saat ini yang dirinya

kasihani adalah anaknya sendiri. Menurutnya, sang anak belum mengerti apa yang

terjadi dahulu pada ibunya. Tidak hanya merasa kasihan dengan Leo, anaknya.

Lia juga merasa ibu jika melihat sang ibu. Menurutnya, jika ibunya tidak menikah

dengan lelaki yang salah, pasti nasib mereka tidak seperti saat ini.

“Hehhmm..masih jadi bahan cerita juga aku kak..apa lagi dah ada si Leo

kan kak..asal aku lewat, kao ada yang lagi cerita-cerita langsung disindir-

sindir gitu kak..pedihlah hati kadang kak..”

(R.2/W.1/b.682-690/h.16)

“Masih banyak lah kak. Hehmm.. Enggak usah tanyaklah kalo itu kak.

Yang aku kasiankan si Leo ini nya kak, masi kecil kali dia ini kak. Blom

ngerti dia, nanti mulut orang sini jabir-jabir kali.. Mamakku juga kasian

kali aku liatnya kak. Yang karna kawinnya dia sama laki-laki yang salah

makanya aku begini kak. Hahhh.. Payahlah aku bilangnya kak. Sabar-

sabar aja, orangnya pun dah matinya..”

(R.2/W.1/b1067-1082/h.24-25)

Tidak hanya warga disekitar tempat tinggalnya yang menjadikan dirinya

sebagai bahan cerita, teman-teman dilingkungan sekolahnya pun melakukan hal

yang sama. Akan tetapi Lia tetapi Lia mengaku diam ketika mendengar cerita

tentang dirinya. Lia merasa teman-teman sekolahnya memandang dirinya dengan

remeh setelah mendengar cerita dari salah satu teman mereka yang bernama Wati.

Meski demikian, masih ada yang berempati kepada Lia. Menurut Lia kejadiannya

Page 164: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

164

berawal saat dirinya kembali bersekolah, salah seorang teman yang berasal dari

lingkungan yang sama dengan Lia menyebarkan cerita tentang dirinya kepada

siswa-siswa lain di sekolah tersebut.

“Hehmm… kalo sama aku enggak adanya.. aku pun diam ajanya. Jarang

mau cerita. Aku rasa ada jugaknya disampekan mreka ke murid-murid

yang lain kak. Makanya remeh kali mreka mandang aku kak, hehhmm..”

(R.2/W.1/b.772-780/h.18)

“Emm.. Adalah yang ngejek-ngejek.. karna tau mereka aku pernah di jual

trus hamil kan kak. Tapi ada juganya yang enggak ngejek. Cuman gak

sebanyak yang ngejek kak, hahahah.. itu lah si Risna yang jadi kawan aku

sampe skarang kak.. yang lainnya jijik nengok aku, padahal belom

tentunya bagus orang tu kak..”

(R.2/W.2/b.1521-1533/h.35-36)

Menurut Lia, Risna bertanya dengan cara yang baik kepada dirinya

tentang kebenaran cerita yang ia dengar dari teman-teman mereka. Sehingga Lia

tidak menutup-nutupi apa yang sudah dirinya alami. Lia menceritakan semua

kejadian yang menimpa dirinya secara jujur kepada Risna. Menurut Lia, Risna

menangis setelah Lia menceritakan semua yang telah meninpa dirinya. Berawal

dari kejadian tersebutlah Lia dan Risna saling membina hubungan yang dilandasi

kepercayaan satu dan lainnya. hubungan yanng terjalin sekian lama tersebut

membuat keduanya saling mengetahui masalah pribadi masing-masing. Lia dan

Risna saling bercerita ketika mereka sedang menghadapi suatu masalah. Dan

menurut Lia, masalah mereka, hanya mereka berdua yang tahu dan tidak pernah

diketahui oleh orang lain.

“He em.. tau kak, smua masalahku dia tau kak.. aku pun kayak gitu sama

dia kak. Pokoknya asal adalah masalahku, aku cerita sama dia kak. Trus

enaknya kak, cerita kami itu gak pernahlah sampek ke orang lain kak..”

(R.2/W.1/b.873-882/h.20)

Page 165: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

165

Meskpun demikian, Lia mengatakan ia tidak terlalu mementingkan

dukungan yang dirinya peroleh dari lingkungan sosialnya. Yang terpenting

baginya adalah penerimaan serta dukungan dari keluarganya. Keluarganya yang

selalu siap membantu dirinya ketika mengalami kesulitan.

“Buktinya bisanya kak.. kan yang penting keluarga akunya kak..itunya

Cuma aku butuh kak. Orang lain enggaknya aku pikirkan kali, adanya

keluargaku yang bantú aku. Itu ajalah kak…”

(R.2/W.3/b.3090-3098/h.71)

IV.B.3.i.b. Struktur dan Peraturan di Rumah

Menurut Lia, ibunya tidak pernah memberikan aturan-aturan untuk diikuti.

Dirinya mengatakan ibu dan keluarganya memberikan kebebasan tanpa pernah

menyuruh dirinya menngikuti aturan yang mereka buat. Hanya saja, Lia

mengatakan jika ibu dan keluarganya sering memberikan nasihat kepada dirinya.

Hanya saja, selama ini Lia selalu membatasi tingkah lakunya dengan tujuan agar

dirinya tidak mendapat anggapan jelek dari orang lain.

“Hehmm.. enggak adanya kalo aku rasa kak. Bebas-bebas ajanya aku

selama ini kak. Tapi sering aku di nasehati sama keluargaku kak. Itu

ajanya kak, kalo dari keluargaku. Tak adanya di batas-batasi kak. Cuma

dari akunya kak. Enggak maulah aku bertingkah terlalu oper (Over) kali..

makin jelek nanti aku diceritai orang kak..”

(R.2/W.1/b.1049-1063/h.24)

Sementara itu hasil wawancara peneliti dengan sang ibu menjelaskan jika

mereka memang tidak pernah menerapkan aturan dirumah untuk Lia, keluarga

hanya sebatas menasihati Lia dengan tujuan supaya Lia tidak bertingkah yang

dapat mengundang orang lain memberikan komentar jelek untuk keluarga dan Lia

sendiri.

Page 166: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

166

Ibunya mengatakan jika Lia ia minta untuk mengurus semua keperlua Leo

anaknya sendiri tanpa bantuan siapapun. Namun jika dibutuhkan sang ibu akan

siap membantu Lia. Selain mengurusi keperluan anaknya yang baru berusia

delapan tahun, Lia juga diminta ibunya untuk mengurusi segala keperluan rumah

tangga, mulai dari memasak, berbelanja ke pasar dan mengutip hasil panen untuk

dijual sang ibu pun menjadi tugas Lia untuk dilakukannya. Hal tersebut dilakukan

oleh ibunya agar Lia tidak terus menurus mengurung diri dirumahna serta ada

memiliki kegiatan diluar rumahnya.

Untuk hal yang telah peneliti tanyakan kepada ibunya, Lia pun

memberikan jawaban yang sama. Lia mengatakan jika dirinya saat ini memiliki

kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga serta mengurusi anak

semata wayangnya. Namun Lia mengatakan jika terkadang ibunya juga turut serta

membantu dirinya.

IV.B.3.i.c. Dorongan Untuk Mandiri

Data tentang ini peneliti peroleh dari ibu Lia. Ibunya mengatakan jika

dirinya memang selalu mendorong anak tunggalnya itu untuk menjadi wanita

yang mandiri, dan tidak bergantung kepada orang lain. Terutama untuk Leo, anak

Lia yang telah berusia delapan tahun. Resah dengan anaknya yang tidak memiliki

kegiatan serta bertujuan untuk membantu anaknya agar sang anak tidak selalu

bergantu kepada dirinya, ibu Lia akhirnya memberikan modal kepada Lia untuk

membuat suatu usaha.

Akhirnya dengan modal yang diberi oleh ibunya, Lia lalu membuat usaha

peminjaman uang kepada orang-orang yang membutuhkan, menurut sang ibu Lia

Page 167: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

167

mematok bunga sebesar tiga persen untuk setiap peminjam. Namun terkadang,

menurut ibunya dirinya merasa tidak sampai hati untuk membiarkan anak semata

wayangnya tersebut berada terlalu lama dalam kesulitan. Sehingga akhirnya

dirinya juga ikut membantu anaknya tersebut. Dan hal seperti itu kerap kali

terjadi.

Data lainya peneliti peroleh dari Risna, sahabat dekat Lia. Risna berujar

jika Lia selalu dibantu oleh keluarganya, terutama sang ibu. Alasan ibunya adalah

ibunya merasa iba dengan keadaan yang telah Lia alami. Ibunya merasa jika Lia

mengalami peristiwa pahit tersebut disebabkan karena dirinya yang menikah lagi,

sehigga ibunya ingin membalas semua yang telah Lia alami dengan tetap

menolong dan membantu Lia. Akan tetapi hal itu semakin membuat Lia merasa

enggan untuk berusaha sendiri dan tetap akan meminta bantuan dari orang lain,

terutama ibunya.

Ketika peneliti bertanya kepada Lia, Lia mengatakan jika ibunya memang

memberikan modal kepadanya untuk memulai suatu usaha. Akhirnya usaha baru

yang akan Lia tekuni adalah usaha peminjaman uang. Lia mengaku menempuh

usaha tersebut karena dirinya tidak memiliki keterampilan apapun, dan usaha

yang ia tekuni itu baru berjalan sekitar satu tahun.

“baru setahun lah kak. Mau cari kerja yang lain, aku gak punya

keterampilan lain kak. Pas pula lah mamakku ngasih modal kan, ya itu aja

lah aku olah kak, hahahaha..”

(R.2/W.2/b.1776-1783/h.41)

Selanjutnya Lia mengatakan jika dirinya memang selalu dibantu oleh

anggota keluarganya, terutama ibunya. Menurut Lia, keluarganya mungkin

merasa kasihan dengan dirinya sehingga mereka selalu membantu Lia apapun

Page 168: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

168

kesulitan yang sedang Lia hadapi. Li sudah merasa nyaman dengan hal yang

demikian.

“Aku di bantú terusnya kak. Padahal bisanya kadangnya kak aku selese

kan sendiri. Tapi keluargaku ini’nya kak. Ntah mungkin kasiannya mreka

kan sama aku kak. Kadang enggak enak juga aku kak. Tapi kadang enak

juga kan, karna ada yang bantui kak, hahahaha.. serba salah kan kak..”

(R.2/W.2/b.1257-1268/h.30)

Lia merasa wajar jika dirinya mendapat pertolongan dari keluarganya, apa

lagi hanya dirinya merupakan anak semata wayang ibunya. Sampai akhirnya Lia

berharap jika ibunya dapat membantunya untuk semua jenis masalah yang ia

hadapi, karena ia tetap beranggapan jika dirinya merupakan anak tunggal sehingga

wajar ibunya membantu dirinya dan Leo, anaknya.

“Hehmm.. wajarlah kak, Cuma anaknya aku ini kak. Ini cucunya juganya

kak. Masa gak mau dibantunya kak..”

(R.2/W.2/b.1288-1292/h.30)

“Ya kalo aku ada masalah ya pengen di bantú lah kak. Kadang mana bisa

aku nyelesaikan sendiri kak. Lagian orang mamak pun masih sanggupnya

bantú aku kak, Cuma aku kiannya anaknya kak. Mau sapa lagi yang

dibantunya kalo enggak aku’nya..”

(R.2/W.2/b1668-1678/h.39)

IV.B.3.i.d. Role Models

Lia memperoleh role models dari orang-orang terdekat dirinya. Dimana

Lia selalu mencari petujuk kepada orang-orang disekitarnya yang mampu

menerima dirinya dan memberikan arahan kepada dirinya. Role models pertama ia

terima dari ibu dan keluarganya yang menyarankan kepada dirinya agar ia tidak

mengugurkan janin yang ia kandung. Ibunya menyarankan agar Lia tetap

mempertahankan janin yang ia kandung, dengan memberikan pertimbangan dari

Page 169: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

169

segi medis serta agama yang melarang seseorang untuk mematikan nyawa orang

lain.

“pertamanya mau aku buangnya kak. Cuma aku pikir lagi, akibatnya untuk

aku kan. Dosa, adanya pirman Tuhan yang bilang jangan membunuhkan..

takut aku dosaku besar kali nanti kak, hahahah…terus kalo aku buang

nanti bisa mati aku kan kak. Udahlah aku pelihara aja, mamak pun bilang

gitu kak. Adanya nanti rejekinya itu kak..”

(R.2/W.2/b.2229-2243/h.51)

Tidak hanya sang ibu yang memberika role models kepada Lia, Risna

sahabatnya juga melakukan hal yang sama. Hanya saja berbeda masalah, sebagai

seorang yang memililiki hobi memasak Risna memberikan saran kepada Lia

untuk menjajakan masakannya kepada orang lain. Namun, hal tersebut ditolak

oleh Lia. Dengan alasan tidak aka nada yang mau membeli jika dirinya yang

memasak dan menjualnya.

“Disini mana ada yang mau kak, kalo akunya yang masak. Padahal kata si

Risna enaknya masakanku kak. Dah disuruh jugaknya aku buat kayak gitu

kak. Enggak mau aku..”

(R.2/W.4/b.3145-3152/h.72)

IV.B.3.i.e. Memperoleh Layanan Kesehatan, Pendidikan, Keamanan, dan

Kesejahteraan

Walau agak terlambat memperoleh layanan kesehatan dari keluarganya,

tetapi Lia tetap memperolehnya ketika dirinya dianjurkan untuk memeriksa

kesehatannya oleh salah satu keluarganya yang bekerja di bidang kesehatan.

Berawal dari rasa gatal yang ia rasakan pada alat kelaminnya, serta timbul bintik-

binti merah. Akhirnya Lia memutuskan untuk mendatangi salah satu keluarganya

yang bekerja sebagai bidan di daerah tempat tinggalnya.

Page 170: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

170

“itunya maksudnya kak.kalo itu dulunya kak, tapi enggak langsung

pas ketahuan itu aku dipriksanya kak..ada lewat brapa bulan kak.. pas

itu, gatal kali aku rasa dekat ituku itu kak, sama ada merah- merah..karna

dah enggak tahan lagi, aku bilang sama nantulangku..nantulangku kan

bidan kak, lupa aku apa nama sakitku itu kemaren kak..”

(R.2/W.1/b.954-968/h.22)

Setelah mengetahui apa yang dialami Lia, keluarganya menyarankan Lia

untuk memeriksa lebih lanjut tentang kesehatannya. Karena latar belakangnya

yang pernah bekerja sebagai pekerja seks komersil akhirnya keluarganya tersebut

membawa Lia serta Leo anaknya untuk kemudian melakukan pemeriksaans ecara

detail apakah Lia dan anaknya ada mengalami penyakit yang tertular selama Lia

bekerja sebagai PSK. Setelah hasil pemeriksaan diperoleh, ternyata Lia dan

anaknya dinyatakan tidak mengidap suatu penyakit apapun yang tertular selama

Lia bekerja sebagai PSK.

“Barulah kan dibawak nantulang aku ke dokter, te situ jugak yang kakak

bilang tadi.. Eits (AIDS)..dibilang sama dokternya si Leo pun harus

dipriksa juga..priksalah kami duanya kak..pas kluar hasilnya

rupanya enggak kenak kami dua Eits (AIDS) tadi kak..ihh puji Tuhan

kali kak..Cuma karna enggak bersih aja aku kak, hahahha..”

(R.2/W.2/b.968-981/h.22)

Setelah menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi, Lia

sempat memutuskan untuk berhenti dari sekolahnya untuk sementar. Alasannya

Lia merasa malu karena peristiwa yang ia alami, selain itu menurutnya pihak

sekolahnya tidak membenarkan siswa yang tengah memiliki masalah untuk tetap

mengikuti proses belajar mengajara di sekolah tersebut.

Setelah sempat berhenti sekolah selama satu tahun, Lia memutuskan

untuk kembali melanjutkan pendidikannya. Dirinya kembali bersekolah, namun

tidak disekolah tempat dirinya dahulu menuntut ilmu. Lia takut jika dirinya akan

Page 171: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

171

terus mendapat ejekan kalau dia tetap bersekolah di sekolahnya yang lama.

Keinginannya untuk melanjutkan sekolahnya yang sempat terputus mendapat

dukungan dari anggota keluarganya, salah satu kerabatnya membantu Lia

mengurus segala keperluan yang dibutuhkan Lia untuk melanjutkan sekolahnya

kembali.

“Hahaha.. Enggak lah kak, bisa lah di ejek terus-terusan aku kak. Hahaha..

Pindah aku ke SMP lain kak.. hehmm.. tulangku yang ngurus semua kak,

kebetulan kenal dia sama kepala sekolahku yang lama tu..”

(R.2/W.1/b.726-734/h.17)

Lain lagi ceritanya untuk kesejahteraan yang diperoleh Lia dari anggota

keluarganya. keluarganya selalu berusaha untuk memberikan Lia kesejateraan

dengan terus membantu Lia. Selain itu menurutnya setelah ia menjadi korban

eksploitasi seksual komersil, keluarganya tetap menerima dan bahkan semakin

memberikan perhatian lebih kepada Lia dan anaknya. Keluarga Lia bahkan sering

mengajak anaknya untuk pergi bermain bersama. Sampai saat ini pun perlakuan

tersebut tetap sama diberikan keluarganya kepada dirinya.

“oo..hehhmmm..kalo lagi enggak punya duit aku, ya aku pinjam sama

mamakku..kalo gak sama nantulangku..kadang kalo aku kerja, minta

tolong aku sama si Risna jagai si Leo..itu ajanya kak..gaknya yang payah-

payah ku minta, hahaha..”

(R.2/W.1/b.993-1004/h.23)

“..masih diterimanya aku di keluargaku. Malah lebih diperhatikanlah kami

kak. si Leo sering kali di ajak anak tulangku main, itu ajalah kawannya

kak..”

(R.2/W.2/b.1598-1605/37)

Begitu juga dengan keamanan yang diberikan keluarganya kepada Lia

yang hingga saat masih ia terima. Menurutnya sang ibu terus melindunginya

ketika ia mendapat cemooh dari tetangga-tetangga sekitar lingkungan rumahnya.

Page 172: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

172

Menurut Lia, dirinya dulu sering sekali mengadu kepada ibunya ketika dirinya

dicemooh orang lain.

“..kalo lagi di jelek-jelekkan orang aku. Ngadu aku sama mamakku kak,

mamakku lah yang berhadapan sama yang ngejek-ngejek itu kak..”

(R.2/W.1/b.1017-1023/h.23)

Lia selalu mengadukan perihal tersebut dikarenakan sang ibulah yang

menyuruhnya untuk memberitahunya jika Lia dicemooh oleh orang lain disekitar

lingkungan rumahnya. Menurut Lia, dirinya tidak bisa melakukan perlawanan

kepada orang-orang yang mengejek dirinya, sehingga Lia mencari perlindungan

kepada ibunya.

IV.B.3.ii. I Am

Sempat merasa malu dan mengungsi di salah satu rumah kerabatnya, Lia

akhirnya memutuskan untuk kembali tinggal bersama dengan ibunya. Berkat

dukungan yang selalu Lia terima darii keluarga besarnya akhirnya ia mampu

mengembangkan kekuataan personal dirinya sendiri. Hal tersebut terbukti dari

beberapa sumber resiliensi yang mampu dikembangkan oleh Lia, yaitu :

IV.B.3.ii.a. Bangga Terhadap Diri Sendiri

Setelah menjadi korban eksploitasi seksual komersil yang dilakukan oleh

ayah tirinya sendiri, menyisakan perasaan malu pada diri Lia. Lia merasa jika

dirinya adalah wanita yang paling sial, karena sudah dihancurkan oleh ayah

tirinya sendiri.

“Kalo dulu ya malu lah kak, aku anggapnya diriku sendiri dulu manusia

paling sial. Hancur di tangan bapak tiri sendiri..”

(R.2/W.2/b.1875-1879/h.43)

Page 173: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

173

Seiring berlalunya waktu, Lia mencoba bangkit dari keterpurukan dirinya

serta membesarkan anaknya seorang diri. Dengan kejadian yang ia alami, Lia

merasa dirinya adalah wanita yang kuat, sanggup membesarkan anak seorang diri

tanpa didamping oleh pasangannya. Lia mengatakan jika tidak ada wanita yang

mampu melewati keadaan yang ia alami.

“Kalo skarang karna dah lama kan, udah gak kayak gitu lagi. Bangganya

karna aku ternyata bisa keluar dari kesulitan kmarin kak dari pengalaman

pahitku sama bisa ku besarkan anak ini sendiri tanpa bapaknya yang entah

sapa itu. Termasuk perempuan kuat juga lah aku ni kak, hahahah..”

(R.2/W.2/b.1880-1891/h.43)

“Cobaklah kakak liat, kayak mana keadaanku ini skarang.. punyak anak

tapi gak punya Cobaklah kakak liat, kayak mana keadaanku ini skarang..

punyak anak tapi gak punya..”

(R.2/W.3/b.28092821/h.64-65)

IV.B.3.ii.b. Disayang dan Disukai Orang Lain

Memiliki orang-orang yang menyayangi dan menyukai Lia sepertinya

masih jauh dari kenyataan. Saat ini Lia yang menetap bersama ibunya masih

dijauhi oleh warga disekitar tempat tinggalnya. Lia mengatakan dirinya sama

sekali tidak memiliki masalah dengan orang-orang yang berada disekitar tempat

tinggalnya. Akan tetapi, mereka tetap menjadikan keadaan Lia sebagai bahan

ejekan mereka.

“Hubungan aku sama orang sini ya kak ? Tak punya masalahnya aku sama

orang-orang sini kak.. Tapi merekanya yang selalu menghina-hina

keadaanku kak.. Dari pada aku makan hati kan kak, kalo cuman aku’nya

yang di ejeknya gak papanya aku anggap kak. Asal jangan lah anakku ini

yang di ejeknya anak haram kak.. Bisa lah aku bunuh yang bilang itu kak..

hehmm..”

(R.2/W.2/b.1896-1912/h.44)

Page 174: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

174

Menurut Lia, ia selalu mencoba untuk membaur dengan warga sekitar

tempat tinggalnya. Saat itu karena Lia merasa tidak memiliki teman serta ingin

mencari seseorang untuk ia jadikan temannya. Namun, ia hanya dijadikan bahan

sindirin orang-orang yang ia dekati dan ingin ia jadikan teman.

“Em em.. Dulu kan belom berani aku kak, trus di tempat maktua ku’nya

aku kan tinggal. Udah lahir si Leo ini karna gak punya kawan aku, aku

coba-coba lah kan kak.. Rupanya di sindir-sindiri aku kak.. Aku pikir,

lama-lama gak di ejek lagi, rupanya sampe skarang kak. Bah.. Enggak lagi

lah kak..”

(R.2/W.2/b.1935-1946/h.45)

Diantara sekian banyak orang yang tidak mampu menerima kehadiran

dirinya, masih ada yang mampu menerima Lia dan menjadi orang yang

menyayangi dirinya. Risna, seorang yang selama ini Lia anggap menyayangi

dirinya. Sehingga Lia menjadikan Risna sebagai orang yang juga Lia sukai dan

sayangi.

“Tapi ada juganya yang enggak ngejek. Cuman gak sebanyak yang ngejek

kak, hahahaha… itu lah si Risna yang jadi kawan aku sampe skarang

kak..”

(R.2/W.2/b.1624-1530/h.35-36)

IV.B.3.ii.c. Percaya Diri, Optimis, dan Penuh Harap

Meski mengaku kepercayaan dirinya sudah tidak seperti sedia kala, tetapi

Lia mengaku sudah mampu menerima semua kenyataan yang telah menimpa

dirinya. Lia berkeyakinan jika semua yang terjadi kepada dirinya atas kehendak

Tuhan dan pasti memiliki hikmah tersendiri.

“Hemm.. udah kak, udah bisanya aku nerima ini kak. Adanya berkat ini

semua di kasih Tuhan sama aku kak..”

(R.2/W.3/b.2671-2675/h.62)

Page 175: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

175

Lia juga memiliki harapan-harapan serta keoptimisan dalam menjalani

hari-harinya. Walau harapan dan keoptimisan tersebut hanya terjadi untuk

beberapa hal saja. Berawal dari keinginan Lia untuk kembali melanjutkan

pendidikannya setelah sempat terputus ditengah jalan. Lia tidak ingin merasa

malu, untuk itulah Lia berusaha melanjutkan sekolahnya hingga tingak sekolah

menengah atas (SMA).

“Supaya bisa lebih baik hidupku kak. Gak malu-malu kali lah kak, tamat

SMA kan. Sodaraku pun dukung mau ku itu kok.. Di bantu pun aku kak,

hahaha..”

(R.2/W.1/b.738-744/h.17)

Selalu mendapat dukungan dari ibunya, namun menurut Lia ia tidak terlalu

banyak menuntut dukungan yang akan dirinya peroleh. Menurut Lia, dirinya

sendiri yang berkeinginan bangkit dari keterpurukannya selama ini dan

memberikan semangat kepada ibunya yang menurutnya selalu mendapat cemooh

dari pihak keluarganya.

“memang mamak ada ngasih semangat kak sama aku. Tapi gak terlalu

banyak aku nuntutnya. Dari diri aku sendirinya berkemauan bangkit. Kalo

gak kayak gitu kak, bisa mati berdiri lah mamakku itu kak. Terpojok

terus..”

(R.2/W.2/b.1479-1489/h.34-35)

Meskipun Lia mengatakan jika masa depannya telah hancur semenjak ia

dijadikan pekerja seks komersil oleh ayah tirinya. Tetapi dirinya masih memiliki

harapan untuk anak semata wayangnya. Lia berharap dapat mendidik anaknya

agar menjadi anak yang berguna, sehingga Lia akan berusaha sekuat tenaganya

memberikan masa depan yang baik untuk Leo.

“Kalo untuk masa depanku dah gak punya masa depan laginya aku kak,

untuk si Leo ini lah kak.. Mati-matian aku ngasih masa depan yang cerah

untuk dia. Jangan jadi anak durhaka sama laki-laki tak berguna. Si Leo

Page 176: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

176

ininya masa depanku kak, kalo aku apa lah, gak adanya apa-apa lagi.. dah

hancurnya kak, hehmm…”

(R.2/W.2/b.1829-1842/h.42)

“Harapanku cuman buat si Leo ini jadi anak bergunanya kak.. mau aku

didik dia supaya tak jadi laki-laki bejat. Kalo aku apa lah kak.. gini-gini aja

dah bagus kak. Orang dah hancur gini aku kak. Hehmm.. Si Leo lah nanti

jangan hancur kak. Sama jangan jadi penghancur..”

(R.2/W.2/b.1846-1856/h.42-43)

Meskipun sempat merasakan sakit hati atas perbuatan ayah tirinya yang

sudah menjualnya, namun Lia menyatakan jika dirinya sudah memaafkan

perbuatan ayah tirinya. Lia tidak ingin menyimpan rasa sakit hatinya terlalu lama,

karena menurutnya akan menyiksa dirinya sendiri. Lia juga mengatakan ayah

tirinya yang sudah meninggal tenang di alamnya, Lia juga mempercayai jika ada

balasan dari semua yang telah ia alami.

“Hehm…Udah kak, kalo masih aku simpan-simpan sakit hatiku, aku

sendiri yang sakit kak. Bagusnya aku maapkan aja kak. Biar tenang

juganya bapak tiriku dikuburnya itu. Adanya balasannya semua kak..”

(R.2/W.2/b.2110-2118/h.48)

Lia kemudian melanjutkan jika tidak ada gunanya dirinya menyimpan rasa

dendam dan sakit hatinya terlalu lama. Lia beralasan jika ia tidak ingin dendam

dihatinya berubah menjadi rasa sakit hati kepada sang anak yang dikandungnya

dari hasil peristiwa yang tidak ia inginkan.

“Haaa.. Tak ada untungnya jugaknya sama aku kak kalo aku simpan terus

sakit hati aku sama orang-orang tu kak. Nanti terikut-ikut jadi benci aku

sama si Leo kak. Anak hasil tak jelas, itu juganya yang aku gak mau kak.

Lagian pun tak bisa aku lama-lama nyimpan rasa sakit hati sama orang

kak..”

(R.2/W.3/b.2325-2337/h.54)

Meskipun sudah tidak berkeinginan untuk menikah lagi, karena takut akan

mengalami nasib yang kurang menguntungkan. Lia merasa yakin mampu untuk

Page 177: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

177

mengurus dan mendidik Leo. Lia mengaku akan membuka sebuah usaha untuk

mengantikan usahanya saat ini. Dengan keyakinan dirinya kepada Tuhan serta

rencana yang telah ia pikirkan sejak lama, Liapercaya rencananya tersebut akan

mampu ia realisasikan.

“Em.. Em.. bisa aku sekolahkan si Leo ini kak, sama aku didik dia jadi

anak yang enggak durhaka. Terus itunya, kalo udah cukup nantik modalku,

mau bukak usaha jual pupuk aku.. enggak mungkin lah bungakan duit

terus kerjaku kan kak..”

(R.2/W.3/b.2834-2844/h.65)

“Yakin lah kak, hahahaa.. selama ini bisanya aku sendiri kak.. dari umurku

14 tahun lagi kak… adanya dikasih Tuhan jalannya itu semua kak. Nantik

bukan baik malah makin buruk keadaanku. Ini lah memang jalan yang di

kasih Tuhan sama aku kak..”

(R.2/W.3/b.2906-2918/h.67)

IV.B.3.ii.d. Memiliki Empati dan Peduli Terhadap Sesama

Rasa empati dan kepedulian Lia terhadap orang lain, pertama sekali ia

perlihatkan kepada ibu kandungnya. Pada saat seluruh keluarga besarnya

menyudutkan sang ibu, Lia tampil sebagai pembela ibunya. Dirinya turut

merasakan perasaan yang dialami ibunya. Lia mengaku tidak suka jika ibunya

selalu disindir atas peristiwa yang ia alami. Karena alasan merasa kasihan dengan

ibunya tersebutlah pada tahun 2005 Lia kemudian memutuskan untuk kembali

tinggal bersama ibu kandungnya. Lia tidak ingin ibunya semakin merasa bersalah

kepadanya karena Lia tetap tinggal bersama kerabatnya yang lain.

“Parah lah kak dulu.. mamakku yang merasa bersalah kali, pokoknya

semua itu dulu kak nyalahkan mamak. Karna sebelumnya dah di nasehati

dia kak supaya jangan kawin lagi. Padahal gara-gara bapak tiriku itu’nya

yang bejat kak. Sampe minta maap’nya mamakku sama aku kak..”

(R.2/W.2/b,1306-1317/h.31)

Page 178: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

178

“.... Disininya mamakku kak, dah tua mamak kak, kasian kalo aku tinggal

sendiri. Nanti semakin merasa bersalah pula mamakku kak kalo aku

tinggal sama maktuaku. Dikiranya pula aku masih belum memaapkan

mamakku, itunya kak..”

(R.2/W.2/b.2000-2010/h.46)

Kenyataannya orang-orang dilingkungan tempat tinggal Lia belum mampu

menerima kehadiran Lia diantara mereka. Bukan hanya Lia, tetapi juga Leo, anak

Lia. Lia merasa sedih jika mendengar dan melihat Leo disindir dan dihindari

orang-orang disekitar tempat tinggalnya. Menurut Lia, Leo hanya bermain dan

tidak menganggu orang lain. Seolah paham dengan apa yang Leo rasakan, Lia pun

menyuruh Leo bermain dirumahnya, walaupun menurut Lia anaknya itu masih

ingin bermain diluar rumah.

“Belom bisa orang tu nerima keadaan aku ini kak, kalo aku aja gak

masalah lah kan. Si Leo pun kenak di buatnya kak.. asal main lah si Leo

ini di depan situ, pastiiii aja di hina sama mamak-mamak disitu.. sedih aku

kadang kak. Enggaknya salah anakku ini aku pikir kak.. tak’nya di ganggu

si Leo ini anaknya kak..”

(R.2/W.2/b1568-1580/h.36-37)

Rasa empati dan peduli juga Lia tunjukkan kepada orang diluar

keluarganya. Lia menceritakan tentang orang yang meminjam uang kepadanya.

Jika sudah jatuh tempo dan orang tersebut belum mampu membayar uang yang ia

pinjam dari Lia, Lia akan menyita barang-barang yang dimiliki orang tersebut.

Akan tetapi barang tersebut akan kembali lagi nantinya, jika hutangnya sudah

dibayarkan kepada Lia. Alasan Lia melakukan hal tersebut cukup sederhana, yaitu

dirinya merasa kasihan karena keadaan orang-orang tersebut lebih susah dari

keadaan dirinya.

“Em.. Em.. Kasian aku kak sama mereka itu. Susah aku, susah pula

mereka. Barang-barang yang aku ambil pun kak bukannya yang mahal-

mahal. Kayak tipi, itu pun tipi hampir-hampir rusak. Itunya kak,hhh..”

Page 179: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

179

(R.2/W.3/b.2483-2492/h.58)

IV.B.3.ii.e. Mampu Bertanggung Jawab Terhadap Perilaku Sendiri dan

Menerima Konsekuensinya

Setelah menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi, Lia

mengku dirinya tidak pernah diberikan peraturan apapun dari keluarganya untuk

dipatuhi. Menurutnya keluarganya hanya memberikan nasihat agar Lia bisa

bangkit dari keterpurukannya. Meski begitu, Lia sendiri yang berinisiatif untuk

memberikan peraturan kepada dirinya sendiri, terutama dalam berperilaku.

Menurut Lia, selama ini dirinya tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Lia

mengaku perilakunya selama ini hanya biasa-biasa saja.

“Hehmm.. enggak adanya kalo aku rasa kak. Bebas-bebas ajanya aku

selama ini kak. Tapi sering aku di nasehati sama keluargaku kak. Itu

ajanya kak, kalo dari keluargaku. Tak adanya di batas-batasi kak. Cuma

dari akunya kak. Enggak maulah aku bertingkah terlalu oper (Over)

kali.. makin jelek nanti aku diceritai orang kak..”

(R.2/W.1/b.1049-1063/h.24)

Perilaku pertama yang Lia ambil serta harus ia pertanggungjawabkan

hingga saat ini adalah, ketika Lia memutuskan kembali tinggal bersama ibunya.

Padahal Lia sudah mengetahui jika tetangganya belum lagi bisa menerima

kehadiran dirinya kembali ditengah-tengah mereka. Lia harus menerima

konsekuensi dari keputusannya tersebut yaitu dirinya dijauhi bahkan selalu

dijadikan bahan perbincangan.

“.... Disininya mamakku kak, dah tua mamak kak, kasian kalo aku tinggal

sendiri. Nanti semakin merasa bersalah pula mamakku kak kalo aku

tinggal sama maktuaku. Dikiranya pula aku masih belum memaapkan

mamakku, itunya kak..”

(R.2/W.2/b.2000-2010/h.46)

Page 180: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

180

“Belom bisa orang tu nerima keadaan aku ini kak, kalo aku aja gak

masalah lah kan. Si Leo pun kenak di buatnya kak.. asal main lah si Leo

ini di depan situ, pastiiii aja di hina sama mamak-mamak disitu.. sedih aku

kadang kak. Enggaknya salah anakku ini aku pikir kak.. tak’nya di ganggu

si Leo ini anaknya kak..”

(R.2/W.2/b1568-1580/h.36-37)

Selanjutnya adalah keputusan Lia untuk tidak menikah lagi. Dengan

demikian Lia harus bekerja keras untuk menghidupi dan memberikan fasilitas

pendidikan, keamanan serta kesejahteraan untuk anak semata wayangnya. Lia

merasa mampu bertanggungjawab untuk keputusan yang telah dirinya buat

tersebut.

“Yakin lah kak, hahahaa.. selama ini bisanya aku sendiri kak.. dari umurku

14 tahun lagi kak… adanya dikasih Tuhan jalannya itu semua kak. Nantik

bukan baik malah makin buruk keadaanku. Ini lah memang jalan yang di

kasih Tuhan sama aku kak..”

(R.2/W.3/b2906-2918/h.67)

Lia bahkan mengatakan jika ia pun siap menerima konsekuensi dari

pekerjaannya selama ini sebagai seorang yang member pinjaman uang kepada

orang lain. Lia menegaskan jika orang yang berhutang kepadanya tidak menyukai

kebijakan dirinya mereka boleh tidak usah meminjam uang kepada Lia. Hanya

saja, selama ini masih banyak orang yang datang kepada Lia untuk meminjam

uang darinya. Padahal bukan hanya Lia yang memiliki usaha peminjaman uang

didaerah tersebut.

“Resiko lah itu kak, resiko aku punya kerja kayak gitu. Terus resiko dia

minjam duit. Kalo benci dia ya benci lah situ. Besok-besok jangan minjam

lagi.. tak masalahnya buat aku kak..”

(R.2/W.3/b.2541-2548/h.59)

“Kalo enggak suka sama aku kan udah gak mau lagi orang tu minjam uang

sama aku kak. Banyaknya yang usaha kayak aku, cuman ke aku’nya

mereka sering datang maminjam duit kak..”

(R.2/W.3/b.2505-2513/h.58)

Page 181: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

181

Lia juga akan bertanggungjawab atas perilakunya jika perbuatannya

menyinggung orang lain.Lia akan meminta maaf apa bila perbuatan yang ia

lakukan memang salah. Tetapi berbeda jika dirnya tidak melakukan perbuatan

yang salah.

“Ya kalo aku yang benar-benar salah kak.. Kalo aku misalnya bikin sakit

hati orang, baru aku mau minta maap.. kalo hati akunya yang di buat sakit,

ngapa aku yang minta maap jugak kak..”

(R.2/W.3/b.2581-2589/h.60)

IV.B.3.iii. I Can

Dukungan yang diterima Lia dari keluarganya serta kekuatan pribadinya

sehingga Lia mampu untuk mengembangkan sumber-sumber resiliensi yang Lia

miliki. Meskipun lingkungan sosial Lia tidak mendukung sumber-sumber tersebut

untuk berkembang, namun berkat dukungan serta kemampuan personal yang Lia

miliki, akhirnya Lia mampu untuk mengembangkan sumber-sumber resiliensinya,

yaitu :

IV.B.3.iii.a. Mampu Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan dalam

Berkomunikasi

Awalnya menurut ibu Lia, Lia merupakan anak yang periang namun agak

sedikit tertutup kepada orang lain jika dirinya memiliki masalah pribadi entah

masalah pribadi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Namun

semuanya menjadi berubah setelah Lia mengalami peristiwa eksploitasi seksual

komersil sektor prostitusi pada tahun 2004 silam.

Menurut ibunya, sejak saat itu Lia menjadi terbuka tentang perasaannya

kepada keluarganya. Lia selalu menceritakan apa yang ia rasakan dan apa yang

Page 182: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

182

Lia inginkan. Menurut ibunya selain dengan dirinya, Lia juga selalu menceritakan

apa yang ingin pikirkan dan rasakan kepada sahabatnya Risna. Tak jarang pula

kata sang ibu mereka saling berceita satu sama lainya.

Lia juga mempertegas jika dirinya terus menceritakan masalah yang

sedang dirinya hadapi kepada sang ibu. Lia bahkan mengaku ia tidak pernah tidak

menceritakan apa yang dirinya rasakan. Ia merasa takut jika tidak menceritakan

masalah yang ia hadapi, masalah tersebut menjadi lebih rumit nantinya.

“Em.. em.. enggak kak.. gak pernah aku pake-pake cara-cara baru..

terusnya aku cerita sama mamakku kak. Kalo nanti aku pakekan cara baru,

jadi rusak pula semuanya, hahahahaa..”

(R.2/W.4/b.3195-3202/h.73-74)

Sang ibu dan sahabatnya selalu memberikan masukan untuk Liai. Dan jika

saran yang diberi oleh ibu ataupun sahabatnya ia rasa bagus, Lia akan mengikuti

sara yang telah diberikan ibu dan sahabatnya itu, begitu seterusnya.

“Ehm.. aku selalu cerita kak, kalo ada masalah nanti aku bilang mauku

gimana, terus nanti adanya dikasih nasehat aku kak. Mana baik sama

buruknya. Kalo bagusnya aku rasa nasehat dari mereka, aku ikutilah

nasehat itu kak..”

(R.2/W.4/b3601-3610/h.82)

IV.B.3.iii.b. Menjalin Hubungan yang Saling Mempercayai

Meskipun sempat dijadikan sebagai PSK oleh ayah tirinya dan hingga saat

ini lingkungan sosialnya belum mampu menerima keberadaannya. Lia masih

memiliki orang-orang yang selalu mendukungnya. Berawal dari pertemanannya

dengan Risna, Lia berhasil memiliki seorang sahabat yang ia percayai untuk

mengetahui dan meminta saran dari setiap masalah yang dimilikinya.

Page 183: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

183

“He em.. tau kak, smua masalahku dia tau kak.. aku pun kayak gitu sama

dia kak. Pokoknya asal adalah masalahku, aku cerita sama dia kak. Trus

enaknya kak, cerita kami itu gak pernahlah sampek ke orang lain kak..”

(R.2/W.1/b.873-882/h.20)

Lia juga selalu menceritakan keluh kesah yang ia rasakan kepada ibunya.

Lia mengaku kesulitan jika dirinya tidak menceritakan masalah yang sedang ia

hadapi kepada orang-orang yang telah ia percayai dan dapat membina hubungan

yang baik dengan dirinya. Risna dan ibunya selalu membantu Lia ketika Lia

datang dan menceritakan masalah yang sedang dirinya hadapi.

“Payah kak, biasa aku cerita sama orang mamak kan kak, mamak ku

langsung bereaksi. Aku gak bisa nyimpan masalah sendiri kak. Mamak ku

sama si Risna lah yang paling sering aku jadikan tempat cerita kak. Itu

ajanya kak, trus selalu’nya di bantu orang itu aku kak..”

(R.2/W.2/b1719-1730/h.40)

Lia juga mengatakan dirinya selalu menceritakan semua masalah yang

menimpanya kepada keluarganya karena menurutnya keluarganya tersebut sudah

lebih banyak makan asam garam kehidupan dibandingkan dengan dirinya. Lia

juga berkeyakinan jika keluarganya tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang

dapat mencelakakan dirinya sendiri.

“Iya kak, tulang sama nantulang, maktua sama mamakku. Karna lebih

pengalamannya orang itu dari pada aku. Enggak mungkin mereka mau

mencelakakan aku kan kak, apa yang baeknya menurut orang tu, baeknya

jugak untuk aku kak..”

(R.2/W.3/b.3616-3626/h.82)

IV.B.3.iii.c. Mampu Mengelola Perasaan

Menurut ibunya, Lia sempat tidak mampu mengontrol perasaannya ketika

bertemu dengan sesorang atau ketika sedang meluapkan perasaannya kepada

orang yang ia ajak bercerita. Tetapi seiring berjalannya waktu perilaku tersebut

Page 184: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

184

mulai berubah. Lia sudah mulai mampu mengontrol rasa emosinya ketika

bercerita kepada orang lainserta mau mendengarkan apa yang orang lain katakan.

Lia mengatakan ia selalu menggunakan kata-kata yang baik ketika sedang

mengungkapkan isi hatinya kepada orang lain. Walaupun saat itu mungkin saja

dirinya sedang merasa marah. Lia berusaha untuk menggunakan kata-kata yang

tidak menyinggung orang lain saat ia sedang mengungkapkan perasaannya

dihadapan seseorang, termasuk keluarganya.

“Kalok cerita enggak pernah aku ngomong kasar. Kalok pun marahnya

kan. Selalunya aku ngomong pakek kata-kata yang enggak nyinggung

orang. Enggak pernah aku ngomong-ngomong kayak taik, binatang,

enggak kak..”

(R.2/W.4/b.3670-3680/h.84)

Lia dan ibunya sama-sama saling menjaga perasaan. Seolah mengerti akan

rasa bersalah ibunya, Lia tidak ingin membuat hubungan anatar dirinya dan sang

ibu menjadi jelek karena rasa bersalah tersebut. Lia juga menyadari, bahwa ibunya

sudah memberikan pengertian yang banyak kepadanya. Begitu juga ketika dirinya

sedang mengalami perselisihan dengan orang lain. Lia berusaha untuk

membicarakan hal yang sedang terjadi dengan cara yang baik dan kepala dingin,

agar tidak terjadi pertikaian yang berkepanjangan.

“Kalok skrang ya sama-sama saling jaga perasaan kami kak.. mungkin

mamakku juga merasa bersalah kan kak.. aku pun gitu kak, karna ku

tenggok gitu mamakku sama ku pengertiannya.. jadi tak sampe hati aku

mau berlawanan lagi kak, hahahah…”

(R.2/W.4/b.3387-3398/h.78)

Lia mengatakan tidak masalah jika ia ditanya mengenai masa lalunya.

Menurutnya, asal orang yang bertanya kepadanya bertanya dengan cara yang baik

maka ia akan menjawab dan membagikan cerita tersebut dengan cara yang baik

Page 185: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

185

pula. Lia berharap cerita mengenai masa lalunya yang ia bagikan kepada orang

lain dapat menjadi pelajaran bagi seseorang agar tidak bernasib sama dengan

dirinya.

“Enggaknya kak.. kalonya tujuannya baeknya. Supaya jangan ada orang

lain yang nasibnya kayak aku ini kak.. maunya aku cerita tentang masalah

aku ini. Tapi enggak disebarkan lah ya kak ceritaku..”

(R.2/W.4/b.3314-3322/h.76)

IV.B.3.iii.d. Mampu Mengukur Temperamen Diri Sendiri dan Orang Lain

Setelah menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi. Lia

sempat menetap disalah satu rumah kerabatnya yang berjarak 44 KM dari tempat

tinggalnya. Lia merasa malu, karena ada saja orang yang menghina keadaan

dirinya. Oleh sebab itu, ia lebih memilih tinggal sementara bersama salah satu

kerabatnya. Lia tidak ingin selama mengandung ia mendengar ocehan-ocehan

menyakitkan dari tetangganya.

“Malu lah kak.. sampe ada yang bilang dulu “bekas lonte”, cobak lah kak,

huuhff. Makanya aku milih tinggal sama maktua ku selama aku hamil.

Kalo disininya aku tinggal, mana kuat telingaku ini dengar-dengar ocehan

orang kak..”

(R.2/W.2/b.1438-1448/h.34)

Lia termasuk orang yang tidak dapat memberikan perlawanan ketika

dirinya diejek oleh orang lain. Karennya Lia selalu menghindar dari orang-orang

yang ada disekitar lingkungan rumahnya. Bahkan untuk mengajak anak semata

wayangnya berjalan-jalan disekitar rumahnya pun Lia harus meminta tolong

kepada ibunya. Meski demikian, Lia tidak keberatan jika harus mengajak Leo

berjalan-jalan ke kota. Karena menurut Lia, tidak ada orang yang mengenalnya di

kota.

Page 186: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

186

“Kalo disini kan banyak yang kenal aku, banyak yang tau aku kak.. kalo di

ejek orang aku enggak bisa melawan kak, opung si Leo ininya yang sering

kali berkelahi sama orang yang ngejek aku kak. Kalo ke kota kan enggak

adanya yang kenal aku samaLeo kak, hehmm.. hahaha.. gitu lah kak..”

(R.2/W.2/b.1118-1192/h.28)

Mengetahui dirinya yang tidak mampu melakukan perlawanan jika ada

orang yang menghina keadaan dirinya, Lia lebih memilih untuk tidak memiliki

urusan dengan orang-orang dari lingkungan tempat tinggalnya. Lia tidak ingin ia

semakin banyak pikiran dengan hinaan-hinaan yang berasal dari lingkungan

sosialnya. Menurut Lia, dirinya merasa takut jika anaknya juga ikut dihina oleh

orang-orang tersebut. Lia mengatakan jika hal tersebut sampai terjadi, bukan tidak

mungkin Lia akan melakukan tindakan untuk melindungi sang anak.

“kalok adalah orang kan yang ngejek-ngejek aku gitu, diam aja’nya aku

itu.. Mana pernah aku lawan. Kalok ada juga yang tak senanglah dengan

aku kan misalnya.. Di kompor-komparinya pun aku, gak melawan

jugaknya aku kak. Tak pernah aku marah-marah, walau ya kak, sering kali

aku sedih kalok di gitukan kak..”

(R.2/W.2/b.2057-2071/h.47)

“Dari pada aku makan hati kan kak, kalo cuman aku’nya yang di ejeknya

gak papanya aku anggap kak. Asal jangan lah anakku ini yang di ejeknya

anak haram kak.. Bisa lah aku bunuh yang bilang itu kak.. hehmm..”

(R.2/W.2/b.1902-1912/h.44)

Untuk menghindari sesuatu hal yang tidak Lia inginkan terjadi, Lia

mengaku lebih memilih orang dalam bergaul. Jika dirinya merasa tidak cocok

dengan orang yang berada ditempat tersebut, Lia mengaku tidak akan mencoba

untuk membaur bersama. Selain tidak ingin bergaul bersama orang yang selalu

menghina keadaan dirinya, Lia juga menuturkan jika dirinya harus juga mejaga

perilaku serta ucapannya. Agar dirinya tidak selalu dihina oleh orang-orang

sekitarnya.

Page 187: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

187

“..kalo aku berkawan liat-liat kak, kayak yang tadi aku cerita itu lah kan

kak, gak cocok gak mau aku kesitu. Karna aku ni orangnya gak bisa

melawan kak..”

(R.2/W.2/b.2047-2054/h.47)

“Kayak yang aku bilang itulah kak, udah tak banyak aku betingkah, takut

nanti keluar omongan orang yang tak enak kan.. kadang payah kan sama

orang kampung ini. Jaga-jaga bicara pun..”

(R.2/W.3/b2973-2981/h.68)

Lia mengatakan dirinya akan meresponden dengan baik seseorang yang

bertanya mengenai peristiwa yang ia alami jika maksud dan tujuannya baik, agar

orang lain tidak mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Akan tetapi jika hal

tersebut hanya dijadikan bahan ejekan, Lia mengaku tidak akan menanggapinya.

“Kayak yang aku bilang tadi lah kak, kalo baeknya caranya sama aku terus

maksudnya pun baeknya, pastilah baek juganya aku nanggapinya kak.

Kalok cuman untuk menghina kondisiku, napa aku tanggapi kak..”

(R.2/W.4/b.3516-3524/h.80-81)

IV.B.3.iii.e. Mampu Memecahkan Masalah

Menurut ibunya, Lia diberikan modal untuk memulai usaha. Akan tetapi

Lia sama sekali tidak memiliki keterampilan apapun untuk berusaha. Sehingga

menurut ibunya, Lia sempat bingung akan membuka usaha apa. Tetapi kemudian

Lia mengatakan ingin membuka usaha peminjaman uang kepada orang yang

membutuhkan.

Lia juga mengutarakan keinginannya untuk berusaha sendiri, akan tetapi

Lia tidak keterampilan apapun untuk membuat suatu usaha. Menurut Lia, usaha

peminjaman uang yang sedang ia lakukan tersebut hanya sementara dan dirinya

memiliki rencana untuk membuka usaha penjualan pupuk didaerah tempat

tinggalnya.

Page 188: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

188

“baru setahun lah kak. Mau cari kerja yang lain, aku gak punya

keterampilan lain kak. Pas pula lah mamakku ngasih modal kan, ya itu aja

lah aku olah kak, hahahaha..”

(R.2/W.2/b.1776-1783/h.41)

Terus itunya, kalo udah cukup nantik modalku, mau bukak usaha jual

pupuk aku.. enggak mungkin lah bungakan duit terus kerjaku kan kak..”

(R.2/W.3/h.2838-2844/h.65)

Dalam menyelesaikan masalah sakit hatinya dengan masa lalu yang

pernah ia alami, Lia mengaku mendatangi seorang pendeta yang akhirnya

memberi nasihat kepada dirinya. Lia mengatakan jika tidak ada untung baginya

jika menyimpan rasa sakit hati atas masa lalu yang pernah ia alami terlalu lama.

“Hehm… Udah kak, kalo masih aku simpan-simpan sakit hatiku, aku

sendiri yang sakit kak. Bagusnya aku maapkan aja kak. Biar tenang

juganya bapak tiriku dikuburnya itu. Adanya balasannya semua kak..”

(R.2/W.2/b.2110-2118/h.48)

Lia dalam menyelesaikan setiap masalahnya selalu membutuhkan bantuan

orang lain yang ia percayai untuk memberikan solusi bagi masalah yang sedang

dihadapinya. Lia mengatakan jika masukan dari orang lain mungkin saja lebih

bagus dari pada pemikiran diri sendiri.

“Hehehehe.. biar bisa cepat kak selesenya.. kadang kan, kita pikir bagus

rupanya enggak bagus, baru nyesal. Kalo di ceritai kan enak kak. Kita pun

enggak susah rasanya..”

(R.2/W.4/b.3251-3258/h.75)

IV.B.4. Interpretasi Data

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai sumber dan faktor resiliensi

pada responden 2 (Lia) yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Sumber dan faktor tersebut dihubungkan dengan teori yang telah dikemukakan di

Bab II.

Page 189: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

189

IV.B.4.i. I Have

I have merupakan dukungan eksternal yang di peroleh Lia dari

keluarganya serta dari sahabatnya. Semenjak Lia menjadi korban eksploitasi

seksual komersil, otomatis Lia membutuhkan dukungan dari orang-orang

sekitarnya untuk kembali membangkitkan semangat dirinya. Untungnya

keluarganya tetap memperlakukan Lia dan anaknya tetap seperti sedia kala.

Meskipun lingkungan sosialnya tidak memberikan dukungan kepada Lia untuk

kembali bersosialisasi disekitar tempat tinggalnyal. Akan tetapi menurut Lia,

berkat dukungan yang ia peroleh dari keluarga serta sahabatnya, Lia mampu untuk

melupakan kesedihan masa lalunya serta memperoleh sumber-sumber resiliensi

yang semakin mendorong pencapaian resiliensinya, yaitu :

IV.B.4.i.a. Hubungan Yang Dilandasi Kepercayaan

Grotberg (2000) mengatakan individu yang resilien mempunyai sebuah

hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan sekolah yang menyenangkan,

ataupun hubungan dengan orang lain diluar keluarga. Melalui I have, seseorang

merasa memiliki hubungan yang penuh kepercayaan. Hubungan seperti ini

diperoleh dari orang tua, anggota keluarga lain, guru, dan teman-teman yang

mencintai dan menerima diri remaja tersebut.

Menjadi korban eksploitasi seksual komersil serta menghasil seorang anak

dari peristiwa tersebut membuat hidup Lia terpuruk. Untuk dapat kembali bangkit

dan menerima kenyataan yang telah terjadi pada dirinya pasti membutuhkan

waktu serta dukungan dari keluarga dan orang-orang sekitar dirinya. Dukungan

yang Lia terima berasal dari dalam keluarganya, dimana keluarga Lia masih tetap

Page 190: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

190

menerima diri Lia seperti sedia kala, saat dirinya belum menjadi korban

eksploitasi seksual komersil.

Terjalinnya hubungan yang saling mempercayai dengan anggota

keluarganya, tak lepas dari dukungan dan penerimaa yang Lia peroleh dari

keluarganya. Keluarganya selalu menyediakan waktu untuk Lia ketika Lia

mengalami masalah. Keluarganya pun tidak lagi mengungkit peristiwa yang

pernah Lia alami, serta selalu berusaha untuk membahagiakan Lia. Hubungan

yang dilandasi kepercayaan juga Lia peroleh dari salah satu sahabatnya yang

sudah ia kenal dari beberapa tahun silam. Lia dan sahabatnya mempunyai

hubungan yang menyenangkan serta saling mengisi satu dan lainnya.

Lia tidak mampu membangun hubungan yang dilandasi kepercayaan

dengan orang-orang yang berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggal dirinya.

Dimana hingga saat ini warga sekitar tempat tinggal Lia masih saja

mempersoalkan serta bergunjing tentang masa lalu Lia yang pernah dijadikan

pekerja seks komersial oleh ayah tirinya. Sehingga Lia tidak memiliki kesempatan

untuk melakukan kegiatan sosial bersama-sama dengan warga disekitar tempat

tinggalnya.

IV.B.4.i.b. Struktur dan Peraturan di Rumah

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien juga mempunyai

struktur dan aturan di dalam rumah yang ditetapkan oleh orang tua mereka. Para

orang tua berharap bahwa anak-anak dapat mematuhi semua peraturan yang ada.

Anak-anak juga akan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka

lakukan dalam menjalani aturan tersebut. Ketika mereka melanggar aturan,

Page 191: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

191

mereka butuh seseorang untuk memeberi tahu kesalahan yang mereka perbuat dan

jika perlu menerapkan hukuman.

Lia sama sekali tidak memiliki aturan yang harus dirinya patuhi,

keluarganya tidak pernah membuat aturan-aturan tersebut untuk Lia. Keluarganya

hanya memberikan nasihat kepada Lia setelah dirinya menjadi korban eksploitasi

seksual komersil dan memiliki seorang anak laki-laki. Meski tidak diberi aturan

yang harus Lia patuhi, akan tetapi Lia yang membatasi sendiri perilaku dirinya

agar tida mengundang cemooh dari orang lain.

Semenjak ditinggal pergi oleh ayah kandungnya, otomatis ibu Lia yang

harus berperan untuk mencari nafkah menggantikan tugas ayahnya. Oleh sebab

itu, Lia lah yang menggantikan tugas sang ibu mengurusi segala keperluan rumah

tangga dan emngurusi keperluan anak semata wayangnnya. Akan tetapi meskipun

mengurusi keperluan anak semata wayangnya tersebut merupakan tugas yang

harus dilakukan Lia, sang nenek terkadang juga ikut membantu Lia mengurusi

keperluan cucunya tersebut.

IV.B.4.i.c. Dorongan Untuk Mandiri

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien juga memperoleh

dukungan untuk mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran

serta inisiatifnya sendiri. Dukungan yang diberikan oleh orangtua ataupun anggota

keluarga lainnya akan sangat membantu dalam membentuk sikap mandiri dalam

diri seseorang. Orangtua akan mendukung serta melatih anak untuk dapat

berinisiatif dan “berkuasa” atas dirinya sendiri untuk mengambil keputusan tanpa

harus bergantung pada orang lain.

Page 192: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

192

Walaupun awalnya keluarga Lia, terutama ibunya berniat untuk

menjadikan Lia menjadi seorang yang mandiri. Bentuk niatan tersebut pertama

kali diwujudkan ibunya melalui pemberian modal usaha bagi Lia. Ibunya berharap

dengan memiliki usahar sendiri, Lia menjadi tidak bergantung lagi dengan

dirinya. Akan tetapi perasaan kasihan yang sang ibu melihat anaknya harus

banting tulang membuat Lia kembali dibantu oleh ibunya secara materi, bukan

hanya Lia, tetapi anaknya juga menjadi tanggungan sang ibu. Selain itu, ibu Lia

juga selalu memberikan perlindungan saat Lia mendapat ejekan dari tetangga

sekitar rumahnya. Tak jarang berakhir dengan perkelahian yang dipicu karena

pengaduan Lia mengenai ejekan yang diterimanya dari orang-orang sekitar

rumahnya.

Dorongan untuk mandiri yang sedia kala ditujukan agar Lia menjadi sosok

yang tidak bergantung kepada orang lain menjadi tidak berfungsi dengan baik

karena rasa kasihan serta pertolongan sang ibu yang terus diberikan kepada Lia

dan anaknya secara terus menerus. Rasa kasihan ibunya kepada Lia dan adanya

anggapan jika Lia menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi

adalah karena dirinya menjadikan ibu Lia selalu memberikan bantuan secara terus

menerus. Ditambah lagi dengan kondisi Lia adalah anak semata wayangnya. Sang

ibu tidak pernah menyarankan Lia untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri,

namun selalu membantu Lia dalam penyelesaian semua masalah yang Lia alami.

IV.B.4.i.d.Role Models

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien mempunyai

orang-orang yang dapat menunjukkan apa yang harus remaja lakukan seperti

Page 193: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

193

mencari informasi terhadap sesuatu dan memberikan semangat agar remaja

mengikutinya.

Menjalani hidup setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan membuat

Lia harus memiliki orang-orang yang dapat ia jadikan panutannya. Modeling

tersebut Lia peroleh dari keluarga besar serta orang-orang yang peduli kepada

dirinya. Mereka berkontribusi dengan cara menjadi seseorang yang selalu siap

memberikan arahan serta masukan kepada Lia ketika dirinya sedang mencari

informasi mengenai sesutau hal yang ingin Lia lakukan. Keluarga dan bahkan

beberapa orang diluar keluarganya juga selalu memberikan informasi yang sedang

Lia butuhkan ketika Lia sedang diambang kebingungan saat akan memutuskan

sesuatu untuk hidupnya.

IV.B.4.i.e. Memperoleh Layanan Kesehatan, Pendidikan, Keamanan, dan

Kesejahteraan

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien juga akan

mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta keamanan

dari orangtua. Sehingga hal ini akan membantu mereka untuk mengembangkan

rasa percaya diri dalam diri remaja.

Dalam hal pemberian layanan kesehatan keluarga Lia sedikit terlambat

memberikan layanan tersebut. Kondisi keluarganya yang tinggal jauh dari

perkotaan serta jarangnya informasi yang mereka dapatkan mengenai bahaya

perilaku seksual secara bebas, membuat keluarga Lia tidak langsung

memeriksakan diri Lia apakah terbebas dari virus penyakit ataukan tidak. Walau

sempat mengalami keterlambatan, Lia dan anaknya akhirnya memperoleh layanan

Page 194: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

194

kesehatan yang diberikan beberapa bulan kemudian setelah Lia mengalami sakit

didaerah organ kelaminnya.

Keluarga Lia juga memberikan Lia layanan pendidikan bagi Lia,

keluarganya mendukung Lia untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat

terputus ketika Lia mengandung anaknya. Lia termotivasi untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi karena dirinya tidak ingin orang lain

menghinanya hanya karena ia tidak memiliki pendidikan. Oleh karena itu,

keluarga Lia memberikan dukungan penuh serta membantu Lia mencari serta

mengurus segala keperluan admistrasi Lia untuk melanjutkan pendidikannya

kembali.

Keluarga Lia, khususnya sang ibu, terlalu berlebihan dalam hal

memberikan rasa aman serta kesejahteraan untuk anak semata wayangnya

tersebut. Ibunya terlalu memberikan perlindungan kepada Lia dan cucunya.

Sehingga rasa aman yang tadinya bertujuan untuk memberikan rasa percaya diri

pada Lia tidak berfungsi dengan baik karena pemberian yang terlalu berlebihan.

Begitu juga dengan kesejahteraan yang diberikan kepada Lia. ibunya

memang memberikan kesejahteraan kepada anak semata wayangnya tersebut,

akan tetapi layanan kesejahteraan tersebut terus menerus diberikan sehingga tidak

menjadikan Lia mandiri namun justru semakin bergantung kepada keluarganya.

IV.B.4.ii. I Am

I am merupakan kekuatan personal yang dimiliki oleh Lia ketika dirinya

mengalami keterpurukan. Lia berhasil mengembangkan sumber-sumber resiliensi

yang ia miliki berkat kekuatan personalnya. Namun selain memiliki kekuataan

Page 195: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

195

personal, Lia juga memperoleh dukungan yang akhirnya dapat semakin

meningkatkan kekuatan personal yang ia miliki. Dengan kekuatan yang Lia

miliki, Lia semakin mampu mengembangkan sumber-sumber resiliensi dan

berhasil melakukan pencapaian resiliensi yang baik.

IV.B.4.ii.a. Bangga Terhadap Diri Sendiri

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien tahu bahwa

mereka adalah seorang yang penting dan merasa bangga akan siapakah mereka itu

dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak akan

membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu

mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu

mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut.

Meskipun sempat terpuruk setelah mengalami peristiwa yang

menyedihkan, Lia akhirnya dapat bangkit serta mampu menerima kenyataan dan

keadaan dirinya. Peristiwa yang dialaminya serta kemampuannya melewati semua

yang telah terjadi padanya membuat dirinya memiliki pandangan positif kepada

dirinya sendiri, dan tidak membiarkan orang lain menjadikan keadaan dirinya

sebagai bahan pergunjingan. Meskipun Lia tidak mampu melawan jika ada orang

lain menghina keadaan dirinya, akan tetapi Lia berusaha menghindari peristiwa

tersebut agar jangan sampai terjadi.

IV.B.4.ii.b. Disayang dan Disukai Orang Lain

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien pasti mempunyai

orang yang menyukai dan mencintainya. Individu akan bersikap baik terhadap

orang-orang yang menyukai dan mencintainya. seseorang dapat mengatur sikap

Page 196: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

196

dan perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara

dengan orang lain.

Meskipun disekitar tempat tinggalnya tidak ada orang yang mampu

menerima kehadirannya, akan tetapi Lia pernah berusaha untuk mendekatkan diri

kembali bersama orang-orang tersebut. Namun upaya yang dilakukan Lia tidak

membuahkan hasil yang baik sehingga akhirnya Lia menarik diri dan tidak ingin

berurusan dengan orang yang berasal dari lingkungan tempat tinggalnya. Namun,

Lia masih memiliki orang-orang yang menyukai serta meyayangi dirinya.

Diantaranya adalah keluarganya, sahabat serta beberapa orang yang dikenal Lia

namun bukan berasal dari tempat tinggal dirinya. Sikap bersahabat Lia akan lebih

diperlihatkannya ketika Lia berhadapan dengan orang-orang yang tidak

menjadikan masa lalu Lia sebagai bahan ejekan. Meskipun orang tersebut belum

pasti menyayangi serta menyukai dirinya.

IV.B.4.ii.c. Percaya Diri, Optimis, dan Penuh Harap

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien dipenuhi harapan,

iman, dan kepercayaan. Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang

lain dan institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar

maupun salah, dan ingin ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai kepercayaan

diri dan iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai

kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyai spiritual yang lebih

tinggi.

Setelah menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi,

kepercayaan diri yang Lia miliki sedikit memudar. Karena kehilangan

Page 197: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

197

kepercayaan diri setalah sempat dijadikan pekerja seks komersil, serta adanya

konsep pemikiran Lia tentang virginitas yang menjadi masa depan bagi setiap

wanita, membuat Lia memiliki pandangan jika dirinya sudah tidak memiliki masa

depan setelah dia dirusak oleh ayah tirinya sendiri.

Sempat merasa sakit hati dengan perbuatan ayah tirinya yang telah

menjualnya. Akan tetapi Lia memiliki keyakinan bahwa Tuhan pasti

memberikannya kekuatan untuk menghadapi hal tersebut, dengan keyakinan yang

Lia miliki itulah akhirnya ia bisa memaafkan perbuatan ayah tirinya. Keyakinan

Lia serta kepercayaan dirinya terhadap berkat dan hikmah yang akan ia terima

dari Tuhan atas peristiwa yang pernah Lia alami, membuatnya optimis akan

perjalanan hidupnya ke depan. Bersama sang anak yang ia harapkan mampu

menjadi anak yang berguna kelak.

IV.B.4.ii.d. Memiliki Empati dan Peduli Terhadap Sesama

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu yang resilien juga merasa

bahwa mereka memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap

sesama. Perasaan itu mereka tunjukkan melalui sikap peduli mereka terhadap

peristiwa yang terjadi pada orang lain. Mereka juga merasakan ketidaknyamanan

dan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain dan berusaha membantu untuk

mengatasi masalah yang terjadi.

Sempat menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi,

tetapi hal tersebut tidak membuatnya menjadi seorang yang tidak empati dan tidak

peduli atas apa yang dirasakan orang lain. Karena rasa empati dan pedulinya

tersebut, Lia kerap memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Akan

Page 198: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

198

tetapi, tidak semua orang yang akan dibantu olehnya. Namun kemudian,

pengalaman mengajarkan Lia untuk berhati-hati dalam berempati dan menolong

orang lain. Sehingga saat ini, Lia lebih teliti saat dirinya akan dimintai tolong oleh

orang lain, terutama yang berasal dari luar keluarganya.

IV.B.4.ii.e. Mampu Bertanggung Jawab Terhadap Perilaku Sendiri dan

Menerima Konsekuensinya

Grotberg (2000) menjelaskan jika individu yang resilien dapat melakukan

berbagai macam hal menurut keinginan mereka dan menerima berbagai

konsekuensi Indan perilakunya. Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan

bertanggung jawab atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka

terhadap berbagai kegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab.

Selain tidak memiliki aturan yang diterapkan oleh keluarga kepada Lia,

tetapi Lia menerapkan sendiri batasan perilakunya. Lia tidak ingin perilaku yang

ia tampilkan menimbulkan konsekuensi negatif serta mengundang komentar

negatif pula dari orang lain. Lia mengaku mampu menerima konsekuensi dari

segala perbuatan dirinya. Lia mengaku siap menerima konsekuensi dari

keputusannya tersebut serta siap untuk memberikan penghidupan serta masa

depan yang baik bagi anak semata wayangnya.

IV.B.4.iii. I Can

I can merupakan kemampuan interpersonal yang dimiliki Lia, meskipun

lingkungan sosialnya belum mampu untuk menerima kehadiran Lia dan anaknya,

akan tetapi Lia tetap mampu mengembangkan sumber-sumber resiliensi yang ia

miliki. Di dorong kemampuan personal Lia serta dorongan dan penerimaan dari

Page 199: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

199

keluarga dan sahabatnya membuat Lia tetap mampu mengembangkan faktor-

faktor resiliensi dalam karakteristik ini, sehingga hal tersebut membantu Lia

dalam pencapaian resiliensinya.

IV.B.4.iii.a. Mampu Mengungkapkan Pikiran dan Perasaan Dalam

Berkomunikasi

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu tersebut juga memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan baik.

Mereka mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan baik.

Pernah mengalami peristiwa yang menyakitkan, perasaan tertekan yang

melingkupi Lia, membuat Lia mencoba untuk mengungkapkan perasaannya

kepada keluarganya. keluarganya pun memberikan respon yang positif ketika Lia

mengungkapkan pikiran serta perasaannya kepada mereka. Tujuan Lia

mengungkapkan pikiran serta perasaannya kepada orang lain adalah untuk mecari

solusi dari masalah yang sedang ia hadapi.

Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan yang sedang ia rasakan

kepada orang lain, akan tetapi tidak kepada semua orang Lia mampu melakukan

hal tersebut. Lia hanya mampu mengekspresikan perasaan serta pikirannya kepada

orang-orang yang sudah mampu menerima keadaan dirinya serta tidak akan

menjadikan keadaan dirinya sebagai bahan cemoohan.

IV.B.4.iii.b. Menjalin Hubungan Yang Saling Mempercayai

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu yang resilien mencari hubungan

yang dapat di percaya dimana individu dapat menemukan seseorang misalnya

orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi perasaan

Page 200: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

200

dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan

masalah personal dan interpersonal.

Dijual oleh ayah tirinya dan sempat dipaksa menjadi pekerja seks

komersil, Lia masih tetap mampu menjalin hubungan yang saling mempercayai

baik dengan orang dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Dalam

hubungan yang terjalin tersebut, Lia mampu membagi perasaannya serta mampu

mendengarkan pikiran orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

Dalam jalinan hubungan yang saling percaya tersebut, Lia sering

menceritakan kesulitan yang dialaminya agar mendapat solusi dari orang-orang

yang telah dia percayai. Dengan adanya diskusi seperti itu, Lia merasa mampu

melewati masalah yang sedang ia hadapi. Hal seperti itu, sudah menjadi kebiasaan

bagi Lia, mencari solusi dengan menceritakan permasalahan yang Lia hadapi

kepada orang yang telah dirinya percaya.

IV.B.4.iii.c. Mampu Mengelola Perasaan

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu yang resilien memiliki

keterampilan berkomunikasi dimana individu mampu mengekspresikan berbagai

macam pikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengar apa yang

orang lain katakan serta merasakan perasaan orang lain.

Awalny, Lia belum mampu mengontrol apa yang ia rasakan. Namun

dengan berjalannnya waktu, Lia akhirnya mampu mengelola perasaannya saat

bertemu seseorang serta saat diminta untuk menceritakan apa yang ia alami serta

rasakan. Lia selalu berusaha menggunakan kata-kata yang sopan serta baik ketika

dirinya sedang mengungkapkan pikiran serta perasaannya.

Page 201: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

201

Sering mengalami perselisihan dengan ibunya, tetapi saat ini Lia mengaku

lebih menjaga emosi ketika berselisih paham dengan ibunya, begitu juga yang ia

lakukan ketika sedang berselisih paham dengan sahabatnya. Pengertian yang

diberikan sang ibu kepada Lia, membuat Lia akhirnya mampu berpikir untuk lebih

mengelola perasaannya saat dirinya terlibat perselisihan dengan orang lain.

IV.B.4.iii.d. Mampu Mengukur Temperamen Diri Sendiri dan Orang Lain

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu yang resilien mampu mengukur

temperamen diri sendiri dan orang lain dimana individu memahami temperamen

mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko atau

diam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini

menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk

berkomunikasi, membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi,

dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi.

Perasaan malu yang Lia rasakan saat dirinya menjadi korban eksploitasi

seksual komersil sektor prostitusi, membuat Lia harus mampu mengatur segala

perilaku serta perkataannya saat bergaul dilingkungan sosialnya. Ditambah lagi

lingkunga sosial tempat tinggalnya yang hingga saat ini belum lagi mampu

menerimaa kehadiran Lia kembali ditengah-tengah mereka. Otomatis Lia harus

mampu mencari serta mengetahui perilaku apa yang pantas untuk dirinya

perlihatkan kepada orang disekitarnya.

Seolah mengerti akan keadaannya, Lia tidak mau bereaksi yang

mengundang komentar negatif dari lingkungan sosialnya kepada dirinya. Lia lebih

memilih diam dan menyingkir saat orang lain menyinggung tentang keadaan

Page 202: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

202

dirinya. Akan tetapi, hal tersebut semakin membuat orang-orang disekitar tempat

tinggal Lia semakin gencar mencemooh dirinya. Ketiadaan perlawanan yang pada

awalnya dianggap Lia dapat meredam komentar miring tentang dirinya, justru

berbalik menjadikan dirinya bahan perbincangan serta ejekan dilingkungan tempat

tinggalnya.

IV.B.4.iii.e. Mampu Memecahkan Masalah

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu yang resilien memiliki

kemampuan memecahkan masalah. Individu dapat menilai suatu masalah secara

alami serta mengetahui apa yang mereka butuhkan agar dapat memecahkan

masalah dan bantuan apa yang mereka butuhkan dari orang lain. Individu dapat

membicarakan berbagai masalah dengan orang lain dan menemukan penyelesaian

masalah yang paling tepat dan menyenangkan. Individu terus-menerus bertahan

dengan suatu masalah sampai masalah tersebut terpecahkan.

Adanya bantuan dari keluarga serta orang yang ia percayai membuatnya

selalu bergantung kepada orang-orang terdekatntya ketika dirinya sedang

mengalami masalah. Hal itu menyebabkan Lia kurang dapat memecahkan

masalah yang Lia alami sendiri, tanpa adanya masukan dari orang lain.

Bantuan yang terus diberikan dari orang-orang yang menyayangi Lia

membuat Lia tidak memiliki pandangan yang objektif mengenai masalah yang ia

alami, serta harus mencari orang dekatnya untuk ia mintai pendapatnya. Adanya

bantuan yang seperti itu dapat membuat Lia semakin tidak mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri, sebab dirinya selalu mendapat bantuan dari orang lain serta

tidak mampu menyelesaikan masalah tanpa orang lain.

Page 203: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

203

Tabel 6. Interpretasi Intra Subjek

Interpretasi Responden II

No. Sumber dan Faktor Gambaran Responden Konfirmasi Teoritis

1. I Have :

a. Hubungan yang

dilandasi

kepercayaan

Lia memiliki mampu memiliki hubungan

yang dilandasi kepercayaan dengan anggota

keluarganya. Terjalinnya hubungan tersebut

tidak lepas dari dukungan yang Lia peroleh

dari keluarganya. Keluarga Lia selalu

menyediakan waktu untuk Lia serta

membantu Lia ketika Lia mengalami masalah.

Keluarganya pun tidak pernah lagi

mengungkit peristiwa yang pernah Lia alami.

Namun, Lia tidak mampu untuk memiliki

hubungan yang dilandasi kepercayaan dengan

orang-orang dilingkungan tempat tinggalnya.

Hal tersebut disebabkan karena warga sekitar

tempat tinggal Lia, belum bisa menerima

kehadiran Lia kembali ditengah-tengah

mereka.

Grotberg (2000) mengatakan ada Dukungan

ini berupa hubungan yang baik dengan

keluarga, lingkungan sekolah yang

menyenangkan, ataupun hubungan dengan

orang lain diluar keluarga. Melalui I have,

seseorang merasa memiliki hubungan yang

penuh kepercayaan. Hubungan seperti ini

diperoleh dari orang tua, anggota keluarga

lain, guru, dan teman-teman yang mencintai

dan menerima diri remaja tersebut..

b. Struktur dan

Peraturan di rumah

Lia sama sekali tidak memiliki aturan yang

harus dirinya patuhi dirumahnya.

Keluarganya tidak pernah membuat aturan-

aturan tersebut untuk Lia patuhi. Keluarganya

hanya memberikan nasihat kepada Lia setelah

dirinya menjadi korban eksploitasi komersil

Grotberg (2000) menyatakan Individu yang

resilien juga mempunyai struktur dan aturan

di dalam rumah yang ditetapkan oleh orang

tua mereka. Para orang tua berharap bahwa

anak-anak dapat mematuhi semua peraturan

yang ada. Anak-anak juga akan menerima

Page 204: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

204

dan memiliki seorang anak laki-laki.

Meskipun tidak diberi aturan yang harus Lia

patuhi, akan tetapi Lia yang membatasi

sendiri perilaku dirinya agar tidak

mengundang cemooh dari orang lain.

Semenjak ditinggal pergi oleh ayah

kandungnya, otomatis ibu Lia yang harus

berperan untuk mencari nafkah menggantikan

tugas ayahnya. Oleh sebab itu, Lia lah yang

menggantikan tugas sang ibu mengurusi

segala keperluan rumah tangga dan emngurusi

keperluan anak semata wayangnnya. Akan

tetapi meskipun mengurusi keperluan anak

semata wayangnya tersebut merupakan tugas

yang harus dilakukan Lia, sang nenek

terkadang juga ikut membantu Lia mengurusi

keperluan cucunya tersebut.

konsekuensi dari setiap tindakan yang

mereka lakukan dalam menjalani aturan

tersebut. Ketika mereka melanggar aturan,

mereka butuh seseorang untuk memeberi

tahu kesalahan yang mereka perbuat dan

jika perlu menerapkan hukuman.

c. Dorongan untuk

mandiri

Walaupun pada awalnya keluarga Lia,

terutama ibunya berniat untuk menjadikan Lia

supaya menjadi seorang yang mandiri. Bentuk

niatan tersebut pertama kali diwujudkan

ibunya melalui pemberian modal usaha bagi

Lia. Ibunya berharap dengan memiliki usahar

sendiri, Lia menjadi tidak bergantung lagi

dengan dirinya. Akan tetapi perasaan kasihan

yang sang ibu melihat anaknya harus banting

tulang membuat Lia kembali dibantu oleh

ibunya secara materi, bukan hanya Lia, tetapi

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien juga memperoleh dukungan

untuk mandiri dan dapat mengambil

keputusan berdasarkan pemikiran serta

inisiatifnya sendiri. Dukungan yang

diberikan oleh orangtua ataupun anggota

keluarga lainnya akan sangat membantu

dalam membentuk sikap mandiri dalam diri

seseorang. Orangtua akan mendukung serta

melatih anak untuk dapat berinisiatif dan

“berkuasa” atas dirinya sendiri untuk

Page 205: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

205

anaknya juga menjadi tanggungan sang ibu.

Selain itu, ibu Lia juga selalu memberikan

perlindungan saat Lia mendapat ejekan dari

tetangga sekitar rumahnya. Tak jarang

berakhir dengan perkelahian yang dipicu

karena pengaduan Lia mengenai ejekan yang

diterimanya dari orang-orang sekitar

rumahnya. Dorongan untuk mandiri yang

sedia kala ditujukan agar Lia menjadi sosok

yang tidak bergantung kepada orang lain

menjadi tidak berfungsi dengan baik karena

rasa kasihan serta pertolongan sang ibu yang

terus diberikan kepada Lia dan anaknya

secara terus menerus. Rasa kasihan ibunya

kepada Lia dan adanya anggapan jika Lia

menjadi korban eksploitasi seksual komersil

sektor prostitusi adalah karena dirinya

menjadikan ibu Lia selalu memberikan

bantuan secara terus menerus. Ditambah lagi

dengan kondisi Lia adalah anak semata

wayangnya. Sang ibu tidak pernah

menyarankan Lia untuk menyelesaikan

permasalahannya sendiri, namun selalu

membantu Lia dalam penyelesaian semua

masalah yang Lia alami.

mengambil keputusan tanpa harus

bergantung pada orang lain

Page 206: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

206

d. Role Models Modeling tersebut Lia peroleh dari keluarga

besar serta orang-orang yang peduli kepada

dirinya. Mereka berkontribusi dengan cara

menjadi seseorang yang selalu siap

memberikan arahan serta masukan kepada Lia

ketika dirinya sedang mencari informasi

mengenai sesutau hal yang ingin Lia lakukan.

Keluarga dan bahkan beberapa orang diluar

keluarganya juga selalu memberikan

informasi yang sedang Lia butuhkan ketika

Lia sedang diambang kebingungan saat akan

memutuskan sesuatu untuk hidupnya.

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien mempunyai orang-orang yang

dapat menunjukkan apa yang harus remaja

lakukan seperti mencari informasi terhadap

sesuatu dan memberikan semangat agar

remaja mengikutinya.

e. Memperoleh

layanan kesehatan,

pendidikan,

keamanan dan

kesejahteraan.

Kondisi keluarganya yang tinggal jauh dari

perkotaan serta jarangnya informasi yang

mereka dapatkan mengenai bahaya perilaku

seksual secara bebas, membuat keluarga Lia

tidak langsung memeriksakan diri Lia apakah

terbebas dari virus penyakit ataukan tidak.

Walau sempat mengalami keterlambatan, Lia

dan anaknya akhirnya memperoleh layanan

kesehatan yang diberikan beberapa bulan

kemudian setelah Lia mengalami sakit

didaerah organ kelaminnya. Keluarga Lia

juga memberikan Lia layanan pendidikan bagi

Lia, keluarganya mendukung Lia untuk

melanjutkan pendidikannya yang sempat

terputus ketika Lia mengandung anaknya.

Keluarga Lia, khususnya sang ibu, terlalu

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien juga akan mendapatkan

jaminan kesehatan, pendidikan, dan

kesejahteraan serta keamanan dari orangtua.

Sehingga hal ini akan membantu mereka

untuk mengembangkan rasa percaya diri

dalam diri anak.

Page 207: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

207

berlebihan dalam hal memberikan rasa aman

serta kesejahteraan untuk anak semata

wayangnya tersebut. Ibunya terlalu

memberikan perlindungan kepada Lia dan

cucunya. Sehingga rasa aman yang tadinya

bertujuan untuk memberikan rasa percaya diri

pada Lia tidak berfungsi dengan baik karena

pemberian yang terlalu berlebihan.

2. I Am :

a. Bangga terhadap

diri sendiri

Meskipun sempat terpuruk setelah mengalami

peristiwa yang menyedihkan, Lia akhirnya

dapat bangkit serta mampu menerima

kenyataan dan keadaan dirinya saat ini.

Peristiwa yang dialaminya serta

kemampuannya melewati semua yang telah

terjadi padanya membuat dirinya memiliki

pandangan positif tentang dirinya sendiri, dan

tidak akan membiarkan orang lain menjadikan

keadaan dirinya sebagai bahan pergunjingan.

Meskipun Lia tidak mampu melawan jika ada

orang lain menghina keadaan dirinya, akan

tetapi Lia berusaha menghindari peristiwa

tersebut agar jangan sampai terjadi.

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien tahu bahwa mereka adalah

seorang yang penting dan merasa bangga

akan siapakah mereka itu dan apapun yang

mereka lakukan atau akan dicapai. Individu

itu tidak akan membiarkan orang lain

meremehkan atau merendahkan mereka.

Ketika individu mempunyai masalah dalam

hidup, kepercayaan diri dan self esteem

membantu mereka untuk dapat bertahan

dan mengatasi masalah tersebut.

b. Disayang dan

disukai orang lain

Meskipun disekitar tempat tinggalnya tidak

ada orang yang mampu menerima

kehadirannya, akan tetapi Lia pernah

berusaha untuk mendekatkan diri kembali

bersama orang-orang tersebut. Namun upaya

yang dilakukan Lia tidak membuahkan hasil

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien pasti mempunyai orang yang

menyukai dan mencintainya. Individu akan

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien pasti mempunyai orang yang

menyukai dan mencintainya. Individu akan

Page 208: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

208

yang baik sehingga akhirnya Lia menarik diri

dan tidak ingin berurusan dengan orang yang

berasal dari lingkungan tempat tinggalnya.

Akan tetapi, Lia tetap mampu mengatur

sikapnya ketika dirinya berhadapan dengan

orang-orang yang tidak menyukain kehadiran

Lia. Meskipun demikian, Lia masih memiliki

orang-orang yang menyukai serta meyayangi

dirinya. Diantaranya adalah keluarganya,

sahabat serta beberapa orang yang dikenal Lia

namun bukan berasal dari tempat tinggal

dirinya.

bersikap baik terhadap orang-orang yang

menyukai dan mencintainya. seseorang

dapat mengatur sikap dan perilakunya jika

menghadapi respon-respon yang berbeda

ketika berbicara dengan orang lain.

c. Percaya diri,

optimis dan penuh

harap

Setelah menjadi korban eksploitasi seksual

komersil sektor prostitusi, kepercayaan diri

yang Lia miliki sedikit memudar dari sebelum

dirinya menjadi korban ekslpoitasi seksual

komersil sektor prostitu yang dilakukan oleh

ayah tirinya. Karena kehilangan kepercayaan

diri setalah sempat dijadikan pekerja seks

komersil, serta adanya konsep pemikiran Lia

tentang virginitas yang menjadi masa depan

bagi setiap wanita, membuat Lia memiliki

pandangan jika dirinya sudah tidak memiliki

masa depan setelah dia dirusak oleh ayah

tirinya sendiri. Akan tetapi Lia memiliki

keyakinan bahwa Tuhan pasti

memberikannya kekuatan untuk menghadapi

hal tersebut, dengan keyakinan yang Lia

Grotberg (2000) mengatakan jika individu

yang resilien dipenuhi harapan, iman, dan

kepercayaan. Individu percaya ada harapan

bagi mereka, serta orang lain dan institusi

yang dapat dipercaya. Individu merasakan

mana yang benar maupun salah, dan ingin

ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai

kepercayaan diri dan iman dalam moral dan

kebaikan, serta dapat mengekspresikannya

sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan

manusia yang mempunyai spiritual yang

lebih tinggi.

Page 209: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

209

miliki itulah akhirnya dirinya bisa memaafkan

perbuatan ayah tirinya. Keyakinan Lia serta

kepercayaan dirinya terhadap berkat dan

hikmah yang akan ia terima dari Tuhan atas

peristiwa yang pernah Lia alami, membuatnya

optimis akan perjalanan hidupnya ke depan.

Bersama sang anak yang ia harapkan mampu

menjadi anak yang berguna kelak.

d. Memiliki empati

dan peduli terhadap

sesama

Lia dapat berempati dan merasakan perasaan

yang dirasakan oleh orang lain. Karena rasa

empati dan pedulinya tersebut, Lia kerap

memberikan bantuan kepada orang yang

membutuhkan. Akan tetapi, tidak semua

orang yang akan dibantu olehnya. Namun

kemudian, pengalaman mengajarkan Lia

untuk berhati-hati dalam berempati dan

menolong orang lain. Sehingga saat ini, Lia

lebih teliti saat dirinya akan dimintai tolong

oleh orang lain, terutama yang berasal dari

luar keluarganya.

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien juga merasa bahwa mereka

memiliki empati dan sikap kepedulian yang

tinggi terhadap sesama. Perasaan itu mereka

tunjukkan melalui sikap peduli mereka

terhadap peristiwa yang terjadi pada orang

lain. Mereka juga merasakan

ketidaknyamanan dan penderitaan yang

dirasakan oleh orang lain dan berusaha

membantu untuk mengatasi masalah yang

terjadi.

e. Mampu

bertanggung jawab

terhadap perilaku

sendiri dan

menerima

konsekuensinya

Selain tidak memiliki aturan yang diterapkan

oleh keluarga kepada Lia, tetapi Lia mengaku

menerapkan sendiri batasan bagi dirinya

ketika berperilaku. Lia tidak ingin perilaku

yang ia tampilkan menimbulkan konsekuensi

negatif serta mengundang komentar negatif

pula dari orang lain. Lia mengaku mampu

menerima konsekuensi dari segala perbuatan

Grotberg (2000) mengatakan Individu yang

resilien dapat melakukan berbagai macam

hal menurut keinginan mereka dan

menerima berbagai konsekuensi dan

perilakunya. Individu merasakan bahwa ia

bisa mandiri dan bertanggung jawab atas

hal tersebut. Individu mengerti batasan

kontrol mereka terhadap berbagai kegiatan

Page 210: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

210

dirinya. Lia juga mengaku akan meminta

maaf jika perilakunya membuat orang lain

merasa tersakiti

dan mengetahui saat orang lain bertanggung

jawab.

3. I Can :

a. Mampu

mengungkapkan

pikiran dan

perasaan dalam

berkomunikasi

Pernah mengalami peristiwa yang

menyakitkan, perasaan tertekan yang

melingkupi perasaan Lia, membuat Lia

memcoba untuk mengungkapkan perasaannya

kepada keluarganya. keluarganya pun

memberikan respon yang positif ketika Lia

mengungkapkan pikiran serta perasaannya

kepada mereka. Tujuan Lia mengungkapkan

pikiran serta perasaannya kepada orang lain

adalah untuk mecari solusi dari masalah yang

sedang ia hadapi. Meskipun mampu

mengungkapkan pikiran dan perasaan yang

sedang ia rasakan kepada orang lain, akan

tetapi tidak kepada semua orang Lia mampu

melakukan hal tersebut. Lia hanya mampu

mengekspresikan perasaan serta pikirannya

kepada orang-orang yang ia ketahui sudah

mampu menerima keadaan dirinya serta tidak

akan menjadikan keadaan dirinya sebagai

bahan cemoohan.

(Grotberg, 2000) mengatakan Individu yang

resilien tersebut juga memiliki kemampuan

untuk berkomunikasi serta memecahkan

masalah dengan baik. Mereka mampu

mengekspresikan pikiran dan perasaan

mereka dengan baik.

b. Menjalin hubungan

yanng saling

mempercayai

Lia masih tetap mampu menjalin hubungan

yang saling mempercayai baik dengan orang

dari dalam keluarga maupun dari luar

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien mencari hubungan yang dapat

di percaya dimana individu dapat

Page 211: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

211

keluarga. Dalam hubungan yang terjalin

tersebut, Lia mampu membagi perasaannya

serta mampu mendengarkan pikiran orang

lain yang menjadi lawan bicaranya. Dalam

jalinan hubungan yang saling percaya

tersebut, Lia sering menceritakan kesulitan

yang dialaminya agar mendapat solusi dari

orang-orang yang telah dia percayai. Dengan

adanya diskusi seperti itu, Lia merasa mampu

melewati masalah yang sedang ia hadapi. Hal

seperti itu, sudah menjadi kebiasaan bagi Lia,

mencari solusi dengan menceritakan

permasalahan yang Lia hadapi kepada orang

yang telah dirinya percaya.

menemukan seseorang misalnya orang tua,

saudara, teman sebaya untuk meminta

pertolongan, berbagi perasaan dan

perhatian, guna mencari cara terbaik untuk

mendiskusikan dan menyelesaikan masalah

personal dan interpersonal.

c. Mampu mengelola

perasaan

Pada awal-awal kejadian, Lia seolah belum

mampu mengontrol apa yang ia rasakan.

Namun dengan berjalannnya waktu, Lia

akhirnya mampu mengelola perasaannya saat

bertemu seseorang serta saat diminta untuk

menceritakan apa yang ia alami serta rasakan.

Lia selalu berusaha menggunakan kata-kata

yang sopan serta baik ketika dirinya sedang

mengungkapkan pikiran serta perasaannya.

Meskipun dahulu sering mengalami

perselisihan dengan ibunya, akan tetapi saat

ini Lia mengaku lebih menjaga perasaan

dirinya ketika berselisih paham dengan ibu

kandungnya, begitu juga yang ia lakukan

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien memiliki keterampilan

berkomunikasi dimana individu mampu

mengekspresikan berbagai macam pikiran

dan perasaan kepada orang lain dan dapat

mendengar apa yang orang lain katakan

serta merasakan perasaan orang lain.

Page 212: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

212

ketika sedang berselisih paham dengan

sahabatnya. Pengertian yang diberikan sang

ibu kepada Lia, membuat Lia akhirnya

mampu berpikir untuk lebih mengelola

perasaannya saat dirinya terlibat perselisihan

dengan orang lain.

d. Mampu mengukur

temperamen diri

sendiri dan orang

lain

Perasaan malu yang Lia rasakan saat dirinya

menjadi korban eksploitasi seksual komersil

sektor prostitusi, membua Lia harus mampu

mengatur segala perilaku serta perkataannya

saat bergaul dilingkungan sosialnya.

Ditambah lagi lingkunga sosial tempat

tinggalnya yang hingga saat ini belum lagi

mampu menerimaa kehadiran Lia kembali

ditengah-tengah mereka. Lia lebih memilih

diam dan menyingkir saat orang lain

menyinggung tentang keadaan dirinya. Akan

tetapi, hal tersebut semakin membuat orang-

orang disekitar tempat tinggal Lia semakin

gencar mencemooh dirinya. Ketiadaan

perlawanan yang pada awalnya dianggap Lia

dapat meredam komentar miring tentang

dirinya, justru berbalik menjadikan dirinya

bahan perbincangan serta ejekan dilingkungan

tempat tinggalnya.

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien mampu Mengukur

temperamen diri sendiri dan orang lain

dimana individu memahami temperamen

mereka sendiri (bagaimana bertingkah,

merangsang, dan mengambil resiko atau

diam, reflek dan berhati-hati) dan juga

terhadap temperamen orang lain. Hal ini

menolong individu untuk mengetahui

berapa lama waktu yang diperlukan untuk

berkomunikasi, membantu individu untuk

mengetahui kecepatan untuk bereaksi, dan

e. Mampu

memecahkan

masalah

Adanya bantuan dari keluarga serta orang

yang ia percayai membuatnya selalu

bergantung kepada orang-orang tersebut

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu

yang resilien memiliki kemampuan

memecahkan masalah. Individu dapat

Page 213: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

213

ketika dirinya sedang mengalami masalah.

Sehingga pemecahan masalah yang

seharusnya bisa dia selesaikan dengan

menggunakan sudut pandangannya, tidak

mampu ia lakukan dan selalu mencari orang

lain untuk meminta bantuan kepada mereka.

Bantuan yang terus diberikan dari orang-

orang yang menyayangi Lia tersebut akhirnya

membuat Lia tidak dapat memiliki pandangan

yang objektif mengenai masalah yang ia

alami, serta harus mencari orang yang terlebih

dahulu untuk ia mintai pendapatnya. Adanya

bantuan yang seperti itu dapat membuat Lia

semakin tidak mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri, sebab dirinya selalu

mendapat bantuan dari orang lain serta tidak

mampu menyelesaikan masalah tanpa orang

lain.

menilai suatu masalah secara alami serta

mengetahui apa yang mereka butuhkan agar

dapat memecahkan masalah dan bantuan

apa yang mereka butuhkan dari orang lain.

Individu dapat membicarakan berbagai

masalah dengan orang lain dan menemukan

penyelesaian masalah yang paling tepat dan

menyenangkan. Individu terus-menerus

bertahan dengan suatu masalah sampai

masalah tersebut terpecahkan.

Page 214: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

214

Tabel 4. Gambaran Resiliensi Responden II (Lia)

Lia

Usia : 21 Tahun

Agama : Kristen

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Domisili : Aceh

Urutan dalam keluarga : 1 dari 1

Pelaku eksploitasi : Ayah tiri

Tahun kejadian : 2004

Karakteristik resiliensi

Dukungan eksternal yang di peroleh

remaja dari keluarga maupun lingkungan

sosialnya (I Have) :

6. 1. Memiliki hubungan yang saling

percaya dengan ibu, keluarga besar &

sahabatnya

7. 2. Tidak memiliki aturan untuk dipatuhi,

namun memiliki aturan untuk diri sendiri

8. 3. Memiliki dorongan mandiri, namun

kurang berfungsi dengan baik

9. 4. Modelling dari keluarga, yaitu :

nasihat agar Lia tetap mempertahankan

janinnya

5. Memperoleh layanan kesehatan,

keamanan & kesejahteraan.

Kekuatan pribadi Adek untuk bangkit dari keterpurukan (I

Am) :

6. 1. Merasa bangga terhadap dirinya sendiri, karena mampu

melewati masa-masa sulitnya.

7. 2. Memiliki orang-orang yang menyayangi & menyukai

dirinya yaitu ibu & anggota keluarganya serta sahabatnya

8. 3. Memiliki rasa percaya terhadap diri sendiri, optimis akan

masa depan serta berkeyakinan terhadap Tuhan YME

9. 4. Memiliki rasa empati & peduli terhadap orang yang

sedang kesulitan.

5. Sudah mampu bertanggungjawab terhadap konsekuensi

dari setiap perilakunya

Kemampuan interpersonal yang

Adek miliki (I Can) :

6. 1. Mampu untuk mengungkapkan

pikiran & perasaan dalam

berkomunikasi dengan orang yang

mampu menerima dirinya.

7. 2. Mampu membina hubungan

yang saling percaya dengan ibu &

anggota keluarga & sahabatnya

8. 3. Mampu mengekspresikan

perasaan kepada orang lain &

mampu mendengar apa yang

orang lain rasakan.

9. 4. Mampu mengukur temperamen

diri sendiri & orang lain saat

berkomunikasi.

5. Belum mampu memecahkan

masalah karena tidak mampu

terbuka kepada orang lain.

Page 215: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

215

IV.C. PEMBAHASAN

ECPAT (2006) menyatakan bahwa eksploitasi seksual komersil

merupakan penggunaan seseorang untuk tujuan-tujuan seksual guna mendapatkan

uang, barang atau jasa kebaikan bagi pelaku eksploitasi, perantara atau agen dan

orang-orang lain yang mendapatkan keuntungan dari eksploitasi seksual terhadap

remaja yang menjadi korbannya. Dalam penelitian ini, responden I dan II

merupakan korban eksploitasi seksual komersil, dimana kedua responden

digunakan untuk tujuan seksual oleh orang-orang yang ingin mendapatkan

keuntungan dari eksploitasi seksual tersebut.

Responden I dan II sama-sama mengalami eksploitasi seksual komersil

dalam bentuk prostitusi, yaitu tindakan menawarkan pelayanan atau pelayanan

langsung seorang remaja putri untuk melakukan tindakan seksual demi

mendapatkan uang atau imbalan lain (ECPAT, 2008). Pelaku eksploitasi sekssual

komersil dalam bentuk prostitusi tersebut berbeda pada kedua responden. Pada

responden I, pelaku yang menyebabkan responden I menjadi korban eksploitasi

seksual komersil tersebut adalah sahabat responden I itu sendiri. Dimana

sahabatnya bertindak sebagai perantara yang kemudian menjual responden I

kepada seorang agen pemilik serta pengelola sebuah tempat hiburan.

Pelaku eksploitasi yang menyebabkan responden II terjerumus kedalam

dunia prostitusi adalah ayah tiri responden II sendiri. Dimana sebelum dijual oleh

ayah tirinya, responden II sempat terlebih dahulu diperkosa berulang kali sebelum

responden II dijual untuk pertama kali. Dari hasil perkosaan serta dipekerjakan

sebagai pekerja eksploitasi seksual komersil tersebut, responden II menerima

Page 216: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

216

konsekuensinya. Responden II akhirnya mengandung serta melahirkan seorang

bayi laki-laki yang tidak pernah dirinya ketahui siapa bapak kandung anak

tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi korban eksploitasi

seksual komersil serta terjerumus kedalam dunia prostitusi. Saptari (dalam

Suyanto, 2010) menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi remaja menjadi

korban eksploitasi seksual komersil. Pertama, karena keadaan ekonomi atau

kondisi kemiskinan yang dialami remaja korban eksploitasi seksual komersil.

Kedua, karena pandangan tentang seksualitas yang cenderung menekankan arti

penting keperawanan sehingga tidak memberi kesempatan bagi remaja yang

sudah tidak perawan kecuali masuk kedalam peran yang diciptakan untuk

mereka. Ketiga, karena sistem paksaan dan kekerasan. Untuk responden I,

kemiskinan adalah salah satu faktor yang menyebabkan dirinya terjerumus

kedalam dunia prostitusi.

Faktor lain yang menyebabkan responden I menjadi korban eksploitasi

seksual komersil adalah adanya tangung jawab anak yang sudah remaja untuk

mendukung keluarga (ECPAT,2008). Dimana karena kondisi kondisi ekonomi

keluarganya yang kurang mapan, ditambah responden masih memiliki empat

orang adik yang membutuhkan biaya untuk pendidikannya. Untuk itulah

responden I berinisiatif membantu perekonomian keluarganya dengan mencari

pekerjaan. ECPAT (2008) mengatakan bahwa adanya jaringan kriminal yang

mengorganisir industri seks dan merekrut remaja putri sebagai korban eksploitasi

seksual juga menjadi salah satu fakor yang membuat marak penyebaran praktek

Page 217: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

217

prostitusi. Dimana responden I dijual oleh sahabatnya kepada seseorang yang

memiliki tempat hiburan serta menyediakan fasilitas-fasilitas seksual.

Faktor yang menyebabkan responden II menjadi korban eksploitasi seksual

komersil adalah, adanya perpecahan didalam keluarga (ECPAT, 2008). Dimana

responden II telah ditinggalkan oleh ayah kandungnya sejak dirinya baru berusia

delapan tahun. Kemudian ibunya menikah lagi saat ia berusia 13 tahun. Kemudian

terjerumusnya responden II kedalam dunia prostitusi adalah karena rasa sakit hati

ayah tiri responden II kepada ibu kandung responden II, yang selalu menghina

serta merendahkan harga diri ayah tiri responden II. Oleh sebab itu, rasa sakit hati

tersebut, dilampiaskan ayah tiri responden II kepada sang anak tiri dengan cara

memperkosa responden II terlebih dahulu kemudian menjual.

Eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi sendiri memberi dampak

traumatis kepada korbannya. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan dampak-

dampak yang serius, seumur hidup, bahkan mengancam jiwa korban eksploitasi

seksual tersebut sehubungan dengan perkembang fisik, psikologis, spiritual,

emosional, dan sosial serta kesejahteraan remaja korban eksploitasi seksual

(Suyanto, 2010). Dalam penelitian ini, ditemukan dampak psikologis yang

awalnya dirasakan oleh kedua responden, yaitu berupa gangguan emosi seperti

depresi, merasa hina, ketakutan akan selalu mendapat cemooh setelah menjadi

korban eksploitasi seksual komersil.

Kedua responden awalnya juga mengalami gangguan emosi. Pada

responden I, gangguan emosinya berupa depresi, merasa dirinya sangat hina,

bahkan responden I tidak berani keluar rumah selama enam bulan lamanya karena

Page 218: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

218

merasa takut akan dicemooh oleh orang lain. Sementara untuk responden II,

gangguan emosinya berupa depresi, merasa hina, tidak mampu mengontrol

perasaan saat bertemu orang lain hal tersebut ditambah dengan adanya anak yang

harus dikandung oleh responden II. Membuat responden II harus mengungsi

terlebih untuk menghindari rasa malu karena memiliki anak dari hasil yang tidak

dikehendaki.

Belum lagi stigma yang timbulkan bagi korban eksploitasi seksual

komersil sektor prostitusi. Remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual

komersil dan terjerumus ke dalam dunia prostitusi, sering kali harus menanggung

beban psikologis yang berat berupa stigma dari masyarakat atas pekerjaan yang

mereka tekuni karena dinilai terkutuk, memalukan, tidak bermoral (Suyanto,

2010). Kedua responden sama-sama memperoleh stigma yang berasal dari

lingkungan sosial mereka mengenai pekeraan yang sempat mereka lakoni.

Stigma negatif yang terima responden I bukan hanya berasal dari

lingkungan sosialnya, namun juga berasal dari keluarga besarnya. Dimana

responden I dianggap dapat menyebarkan pengaruh buruk untuk anak-anak yang

ada didalam keluarga besar mereka. Meskipun responden I sudah membuktikan

jika stigma yang ditujukan kepada dirinya tersebut tidak benar dan dirinya hanya

sebagai korban dari orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari

ketidakberdayaannya, akan tetapi stigma negative tersebut tetap melekat pada diri

responden I. Sementara untuk responden II, stigma negative muncul dari orang-

orang dilingkungan tempat tinggal dirinya. Responden II dipandang sebagai sosok

Page 219: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

219

yang menggoda ayah tirinya sendiri, kemudian dipandang sebagai orang yang

dapat memberikan pengaruh buruk untuk lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Stigma negatif yang diterima oleh responden I dan II karena mereka

pernah terjerumus dalam dunia prostitusi membuat orang-orang disekitar

responden I dan II memberikan dukungan nyata kepada responden I dan II agar

kembali bangkit setelah mengalami peristiwa menyakitkan. Meskipun mendapat

stigma dari orang lain, namun responden I dan II masih mampu membina

hubungan dengan orang-orang yang berasal dari lingkungan sekitar tempat

tinggalnya.

Menurut Grotberg (2000) untuk menjadi individu yang resilien, seseorang

harus memiliki karakteristik resiliensi yaitu dukungan eksternal yang remaja

peroleh (I Have), kemampuan pribadi remaja (I Am), dan kemampuan

interpersonal remaja ketika berada di lingkungan sosialnya (I Can). Masing-

masing karakteristik memiliki sumber-sumber resiliensi yang harus

dikembangkan oleh setiap remaja yang mengalami pengalaman traumatis. Sumber

resiliensi yang dimiliki oleh setiap remaja tersebut nantinya akan membantu

remaja untuk menjadi individu yang resilien.

Responden I dan II masing-masing memiliki karakteristik resiliensi, kedua

responden responden memiliki orang-orang yang mendukung mereka setelah

menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Berkat dukungan dan penerimaan

yang diberikan keluarga dan orang-orang terdekat kedua responden, responden I

dan II akhirnya mampu mengembangkan sumber-sumber resiliensi yang mereka

miliki. Secara umum, faktor-faktor yanga ada dalam karakteristik ini dapat

Page 220: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

220

dikembangkan dengan baik oleh kedua responden. Hal itu tidak terlepas dari

dukungan serta penerimaan keluarga dan sahabat sehingga kedua responden

melakukan pencapian resiliensi.

Grorberg (2000) mengatakan jika Individu yang resilien memperoleh

dukungan berupa hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan sekolah yang

menyenangkan, ataupun hubungan dengan orang lain diluar keluarga. Melalui

dukungan ini, seseorang merasa memiliki hubungan yang penuh kepercayaan.

Hubungan seperti ini diperoleh dari orangtua, anggota keluarga lain, guru, dan

teman-teman yang mencintai dan menerima diri remaja tersebut.. Hubungan yang

penuh kepercayaan tidak hanya bisa diciptakan didalam keluarga saja, melainkan

juga dapat tercipta diluar keluarga.

Adanya dukungan serta penerimaan dari keluarga dan lingkungan sosial

yang diterima oleh masing-masing responden menbuat responden I dan II mampu

mengembangkan hubungan yanng dilandasi kepercayaan. Selain dukungan dan

penerimaan dari kleluarga responden I juga memperoleh dukungan dan

penerimaan dari orang-orang dilingkungan sosialnya dan dapat kembali membaur

dengan orang-orang dilingkungan sosialnya. Berbeda dengan responden II,

dimana orang disekitar tempat tinggalnya belum mampu menerima keadaan dan

kehadirannya dilingkungan tersebut, meskipun kejadian yang dialami oleh

responden II sudah terjadi delapan tahun yang lalu. Adanya penolakan dari

lingkungan sosial kepada responden II menyebabkan responden II tidak mampu

membaurkan dirinya kepada orang disekitar lingkungan sosialnya.

Page 221: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

221

Untuk menjadi individu yang resilien, individu harus mendapat dukungan

baik dari keluarganya maupu lingkungan sosialnya, salah satu bentuk dukungan

tersebut adalah individu memiliki struktur dan peraturan dirumah yang ditetapkan

oleh orangtua individu itu sendiri. Hal tersebut juga dikatakan oleh Grotberg

(2000) individu yang resilien juga mempunyai struktur dan aturan di dalam rumah

yang ditetapkan oleh orang tua mereka. Para orang tua berharap bahwa anak-anak

dapat mematuhi semua peraturan yang ada. Anak-anak juga akan menerima

konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka lakukan dalam menjalani aturan

tersebut. Ketika mereka melanggar aturan, mereka butuh seseorang untuk

memeberi tahu kesalahan yang mereka perbuat dan jika perlu menerapkan

hukuman.

Kedua orangtuanya responden I memang menerapkan aturan yang harus

patuhi responden I. Aturan yang ditetapkan oleh kedua orangtua responden I

adalah larangan agar responden I tidak membina hubungan khusus dengan laki-

laki dahulu. Meskipun tidak mendapat hukuman jika tidak mematuhinya tetapi

responden I merasa takut akan akibat yang ditimbulkan jika responden I

melanggar aturan yang ditetapkan oleh orangtuanya. Berbeda dengan responden

II yang sama sekali tidak memiliki aturan untuk dipatuhi. Akan tetapi peraturan

tersebut diganti menjadi nasihat-nasihat yang diberikan keluarganya kepada

responden II. Hal yang sama dari responden I dan II dalam faktor ini adalah,

responden I dan II sama-sama memberikan aturan bagi diri sendiri yaitu aturan

ketika berperilaku, baik didalam keluarga maupun ketika berada dilingkungan

Page 222: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

222

sosialnya. Tujuannya adalah agar masyarakat tidak terus memberikan stigma

negatif kepada responden I dan II.

Dukungan dari keluarga juga harus mampu menjadikan individu sebagai

seorang mandiri, seperti yanng diungkapkan oleh Grotberg (2000) individu yang

resilien juga memperoleh dukungan untuk mandiri dan dapat mengambil

keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatifnya sendiri. Dukungan yang

diberikan oleh orangtua ataupun anggota keluarga lainnya akan sangat membantu

dalam membentuk sikap mandiri dalam diri seseorang. Orangtua akan mendukung

serta melatih anak untuk dapat berinisiatif dan “berkuasa” atas dirinya sendiri

untuk mengambil keputusan tanpa harus bergantung pada orang lain.

Kedua responden sama-sama memperoleh dukungan mandiri dari keluarga

serta dari lingkungan sosialnya. Pada responden I, orangtuanya membiarkan

responden I mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang menurut

responden I baik untuk dirinya sendiri. Sementara tugas orangtua responden I

hanya sebagai pemantau apakah dukungan serta nasihat yang diberikan sudah

sesuai dengan yang dibutuhkan responden I atau tidak. Dimana hal tersebut,

mampu membuat responden dapat mengambil keputusannya sendiri dan menjadi

tidak bergantung kepada orang lain ketika sedang menghadapi masalah.

Sementara untuk responden II, dukungan yang awalnya diberikan dengan

tujuan menjadikan responden II menjadi sosok yang mandiri tidak dapat berjalan

dengan baik karena pemberian dukungan serta bantuan yang dilakukan secara

terus menurus tanpa memperhatikan seberapa besar sebenarnya dukungan dan

pertolongan yang diperlukan. Hal tersebut membuat responden II tidak mampu

Page 223: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

223

untuk menjadi mandiri, serta terus saja bergantung kepada keluarganya. Posisi

responden II sebagai anak semata wayang menjadi penyebab keluarganya terus

menerus menolong responden II hingga melupakan tujuan utama dari dukungan

yang diberikan kepada responden II. Selain karena posisi responden sebagai anak

tunggal, rasa bersalah yang dirasakan oleh ibu kandung responden menjadi salah

satu penyebab sang ibu juga terus menerus memberikan pertolongan sehingga

sama sekali tidak menjadikan responden II sebagai seorang yang mandiri. Oleh

karena itu, setiap mengalami suatu masalah, responden II selalu mencari orang

yang ia percayai untuk dimintai pendapat mengenai masalahnya.

Selain dukungan untuk menjadi mandiri, Grotberg (2000) mengatakan

bahwa individu yang resilien mempunyai orang-orang yang dapat menunjukkan

apa yang harus remaja lakukan, seperti mencari informasi terhadap sesuatu dan

memberikan semangat agar remaja mengikutinya yang tujuannya untuk

menjadikan remaja tersebut mandiri. Responden I dan II sama-sama memiliki role

models yang berasal dari anggota keluarga, yang memberikan arahan serta

semangat agar mengikuti modelling yang diberikan serta mampu bangkit dari

keterpurukan yang mereka alami.

Modelling yang diperoleh responden I dan II dari masing-masing keluarga

pun hampir sama, yaitu sama-sama memberikan dorongan serta semangat kepada

kedua responden. Hanya saja, pada responden I arahan yang diberikan bertujuan

untuk membuat responden I kembali menjadi sosok yang mandiri, untuk dirinya

sendiri. Modelling yang diberikan bertujuan membuat responden I merasa dirinya

masih memiliki harga diri dihadapan orang lain, ditambah lagi lingkungan

Page 224: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

224

sosialnya juga memberikan perlakuan yang sama kepada dirinya. Sementara pada

responden II, modelling yang diberikan hanya sebatas membuat responden II tetap

mempertahankan kandungannya, modelling agar menjadi orangtua yang baik serta

modelling agar responden II mampu untuk memaafkan orang-orang yang telah

membuatnya terjerumus menjadi korban prostitusi.

Selain dari anggota keluarga, modeling juga bisa diperoleh dari lingkungan

sosial tempat seseorang menetap. Responden I memperoleh modelling dari

lingkungan tempat tinggalnya, dimana lingkungan sosialnya memberikan

semangat kepada responden I dalam bentuk penerimaan serta beberapa kegiatan

yang melibatkan responden didalamnya. Sedangkan responden II tidak

mempunyai modelling dari lingkungan sosialnya disebabkan lingkungan sosialnya

belum mampu menerima kehadiran responden II kembali menetap dilingkungan

sosialnya. Hal semacam itu membuat responden II kesulitan untuk berbaur

kesulitan untuk terlibat didalam berbagai kegiatan sosial yang ada, seperti yang

dilakukan oleh responden I.

Eksploitasi seksual bukan hanya memiliki dampak psikologis, namun juga

berdampak pada kesehatan reproduksi individu. Suyanto (2010) mengungkapkan

beberapa dampak eksploitasi seksual komersil pada remaja yaitu, karena remaja-

remaja korban eksploitasi seksual komersil itu masih berusia belia dan belum

memiliki akses yang cukup terhadap informasi-informasi tentang “reproduksi

sehat”, maka sesungguhnya mereka belum menggalami kematangan organ

reproduksi. Mereka belum mengetahui resiko dari hubungan seksual yang

dilakukan secara bebas, sehingga kehamilan dini dan penularan penyakit menular

Page 225: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

225

seksual (PMS) dengan seluruh implikasinya dengan mudah akan menimpa remaja

putri yang menjadi korban eksploitasi seksual komersi. Tidak mustahil, remaja

putri yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil akan mengandung seorang

bayi yang tidak pernah dikehendaki, dan kemuadian memilih untuk melakukan

aborsi secara illegal dan jauh dari syarat-syarat medis, sehingga bukan tidak

mungkin akan mengancam nyawa mereka sendiri.

Responden I dan II yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil

sekstor prostitusi masih berusi belia pada saat diri mereka dilacurkan. Responden

II bahkan mengalami kehamilan dari peristiwa yang tidak ia kehendaki itu. Meski

demikian, responden II memilih untuk tetap mempertahankan janin yang

dikandungnya hingga dirinya melahirkan seorang anak laki-laki.

Grotberg (2000) mengatakan bahwa individu yang resilien juga akan

mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta keamanan

dari orangtua. Sehingga hal ini akan membantu mereka untuk mengembangkan

rasa percaya diri dalam diri remaja. Dimana masing-masing responden memdapat

fasilitas kesehatan setelah mereka menjadi korban eksploitasi seksual komersil

sektor prostitusi.

Kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi di daerah tempat

tinggal responden II membuat keluarganya tidak langsung memberikan fasilitas

kesehatan tersebut kepada responden II. Dimana responden II baru memperoleh

fasilitas tersebut setelah mengalami rasa gatal di daerah alat kelaminnya. Bukan

hanya responden II yang memperoleh fasilitas kesehatan tersebut namun anak

semata wayang responden II juga mendapat fasilitas kesehatan tersebut.

Page 226: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

226

Sementara untuk responden I, yang tempat tinggalnya dikota besar serta banyak

mendapat penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi, langsung mendapatkan

fasilitas kesehatan setelah dirinya kembali tinggal bersama keluarganya. Hasil

pemeriksaan kedua responden tersebut memperlihatkan jika keduanya tidak

terjangkit virus yang berasal dari hubungan seksual secara bebas yang sempat

mereka lakukan.

Sementara untuk jaminan pendidikan, responden I tidak mendapatkan hal

tersebut disebabkan karena faktor ekonomi orangtuanya yang memang sulit. Serta

banyaknya anak yang menjadi tanggungan kedua orangtua responden I. Oleh

karena ketiadaan biaya tersebut, responden I tidak memaksakan kehendak dirinya

kepada kedua orangtuanya agar dirinya dapat kembali bersekolah dijenjang yang

lebih tinggi. Jika responden I tidak mendapat jaminan pendidikan karena faktor

ekonomi, berbeda dengan responden II yang memperoleh hal tersebut. Responden

II yang sempat mengalami putus sekolah karena kehamilannya dapat kembali

melanjutkan pendidikanya hingga jenjang sekolah menengah akhir berkat

dukungan keluarga dan kemauan dirinnya sendiri.

Untuk jaminan kesejahteraan, responden I dan II sama-sama memperoleh

jaminan kesejahteraan dan keamanan. Dimana responden I dan II setelah menjadi

korban eksploitasi seksuak komersil, selalu mendapatkan perlindungan dari pihak

keluarganya masing-masing. Keluarga responden I dan II selalu berusaha

menemani ketika mereka akan bepergian. Hal itu dilakukan untuk mencegah

perbuatan serupa terjadi lagi pada responden I dan II.

Page 227: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

227

Untuk menjadi individu yang resilien, tidak hanya memerlukan dukungan

dan pennerimaan dari orang-orang terdekat dan lingkungan sosial individu, namun

juga membutuhkan kekuatan pribadi individu tersebut untuk dapat bangkit

kembali setelah mengalami pengalaman traumatis. Responden I dan II yang

sempat mengalami keterpurukan berkat dukungan dan penerimaan dari orang-

orang disekitarnya, kedua responden mampu bangkit serta semakin

mengembangkan faktor-faktor resiliensi yang berasal dari kemampuan diri kedua

responden.

Untuk menjadi individu yang resilien seseorang harus bangga terhadap

dirinya terlebih dahulu. Menurut Grotberg (2000) individu yang resilien tahu

bahwa mereka adalah seorang yang penting dan merasa bangga akan siapakah

mereka itu dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu itu tidak

akan membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika

individu mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem

membantu mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut.

Responden I dan II sama-sama mengatakan jika mereka sudah mampu

menerima keadaan dirinya serta merasa bangga terhadap diri sendiri karena sudah

mampu melewati peristiwa hidup yang membuat mereka terpuruk. Jika responden

I tidak akan membiarkan orang lain memperolok keadaan dirinya yang pernah

menjadi korban eksploitasi seksual komersil, responden II justru hanya

mendiamkan serta tidak mengubris orang yang merendahkan dirinya. Dalam hal

tersebut, responden II berkeyakinan jika dirinya akan mendapatkan hikmah atas

apa yang terjadi padanya.

Page 228: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

228

Selain merasa bangga dengan dirinya sendiri, responden I memiliki orang-

orang yang menyayangi serta menyukai dirinya baik dari anggota keluarga sendiri

maupun dari orang-orang dilingkungan sosianya. Hal tersebut membantu

responden I untuk dengan cepat menyesuaikan dirinya dengan orang-orang

dilingkungan sosialnya. Hal itu sesuai dengan yang diungkap Grotberg (2000)

yang mengatakan individu yang resilien mempunyai orang yang menyukai dan

mencintainya. Individu akan bersikap baik terhadap orang-orang yang menyukai

dan mencintainya. Seseorang dapat mengatur sikap dan perilakunya jika

menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan orang lain.

Berbeda dengan responden II sama sekali tidak memiliki orang-orang

yang menyayangi serta menyukainya dilingkungan tempat tinggalnya. Hal itu

menyulitkan responden II untuk membaur bersama dengan orang dari lingkungan

sosialnya. Sehingga responden II hingga saat ini membatasi sikapnya ketika

bertemu dengan orang-orang yang berasal dari lingkungan tempat tinggalnya.

Meskipun responden I memiliki orang yang menyayangi dan menyukainya

dari lingkungan sosial serta keluarganya, namuan responden I belum mampu

untuk mengatur sikapnya ketika berhadapan dengan orang yang memiliki

responden berbeda dari yang diharapkan responden I. Berbeda dengan responden

II yang tidak disukai oleh orang-orang dilingkungan sosialnya namun dapat

mengatur sikapnya saat memperoleh responden yang berbeda dari yang

diharapkan.

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien dipenuhi harapan,

iman, dan kepercayaan. Individu percaya ada harapan bagi mereka, serta orang

Page 229: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

229

lain dan institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar

maupun salah, dan ingin ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai kepercayaan

diri dan iman dalam moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya sebagai

kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia yang mempunyai spiritual yang lebih

tinggi.

Sejak menjadi korban eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi, kedua

responden masih memiliki kepercayaan diri, optimis serta penuh harap kepada

Tuhan YME. Kedua responden terus mendekatkan diri kepada Tuhan serta

meningkatkan iman dan kepercayaannya. Responden I dan II percaya mereka

mampu meraih sesuatu yang lebih baik dikemudian hari serta meyakini ada

hikmah dibalik peristiwa yang terjadi pada mereka. Adanya anak yanng dimiliki

oleh resonden II, membuat responden II memiliki harapan yang tinggi kepada

anak tersebut. Jika responden II menganggap dirinya sudah tidak memiliki masa

depan lagi, responden II berusaha memberikan masa depan yang baik kepada anak

semata wayangnya.

Grotberg (2000) juga mengatakan jika individu yang resilien juga merasa

bahwa mereka memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap

sesama. Perasaan itu mereka tunjukkan melalui sikap peduli mereka terhadap

peristiwa yang terjadi pada orang lain. Mereka juga merasakan ketidaknyamanan

dan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain dan berusaha membantu untuk

mengatasi masalah yang terjadi. Responden I dan II sama-sama mengaku akan

menolong orang yang membutuhkan bantuan jika mereka mampu untuk

menolongnya.

Page 230: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

230

Pada responden II, rasa empati dan peduli terhadap sesama yang

dimilikinya lebih tinggi dibandingkan responden I. Responden I mengaku tidak

akan menolong orang yang pernah menghina keadaan dirinya, akan tetapi

responden II melakukan hal yang berbeda. Responden II tetap menolong orang

yang pernah menghina keadaannya dirinya yang pernah menjadi korban

prostitusi.

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien dapat melakukan

berbagai macam hal menurut keinginan mereka dan menerima berbagai

konsekuensi Indan perilakunya. Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan

bertanggung jawab atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka

terhadap berbagai kegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab.

Kedua responden mengaku mampu bertanggung jawab atas perilaku mereka

sendiri serta mampu menerima konsekuensi dari perilaku tersebut.

Jika responden I mengatakan sebelum bertindak akan memikirkan terlebih

dahulu baik dan buruk dari tindakan yang dilakukannya. Pengalaman masa

lalunya mengajarkan responden I untuk tidak gegabah dalam bertindak serta harus

memikirkan terlebih dahulu konsekuensi dari perbuatan dirinya, sehingga nanti

responden I akan lebih siap dan mampu untuk menerima konsekuensi dari

perilakunya. Hal yang sama juga juga akan dilakukan oleh responden II, meski

awalnya responden II sering melakukan tindakan tanpa memikirkan baik dan

buruknya. Akan tetapi seiiring berjalannya waktu haal itu dapat diubah oleh

responden II dan lebih berhati-hati dalan bertindak sehingga tidak menyebabkan

orang lain mengalami kerugian dari perilakunya tersebut.

Page 231: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

231

Selain karena adanya dukungan yang diperoleh dari lingkungan sosial dan

dari dalam diri sendiri. Resiliensi juga meliputi kemampuan individu untuk

melakukan hubungan sosial dan interpersonal. Mereka dapat belajar kemampuan

ini melalui interaksinya dengan semua orang yang ada disekitar mereka

(Grotberg, 2000). Dimana Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien

memiliki kemampuan untuk berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan

baik. Mereka mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan baik.

Responden I dan II sama-sama memiliki kemampuan sosial dan

interpersonal yan baik setelah mereka menjadi korban eksploitasi seksual

komersil. Adanya dukungan dari lingkungan sosialnya, membuat responden I

mampu melakukan aktivitas sosial dilingkungannya serta mampu

mengembangkan faktor-faktor resiliensi yang ada. Meskipun demikian responden

I masih belum mampu mengontrol emosi dan perilakunya saat mendapati

responden lingkungan sosialnya berbeda dengan responden yang diharapkannya.

Lain halnya dengan responden II yang hingga saat ini belum diterima

keberadaannya dilingkungan sosialnya. Responden II tetap bertahan dengan

segala cemooh serta responden negatif dari masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

Meskipun demikian, responden II memiliki kemampuan interpersonal yang

hampir sama dengan yang dimiliki oleh responden I. Responden II pun lebih

mampu mengontrol sikap dan perilakunya saat berhadapan dengan orang-orang

yang bereaksi negatif atas dirinya.

Grotberg (2000) mengatakan jika individu yang resilien memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan baik.

Page 232: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

232

Mereka mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan baik. Jika

responden I hanya mampu mengungkapkan pikiran serta perasaannya kepada

kedua orangtuanya, namun tidak semua pikiran dan perasan mampu diungkapkan

oleh responden I kepada orang tuanya. Alasannya adalah responden I merasa takut

jika nantinya orang lain tidak mampu menerima ekspresi dari pikiran dan

perasaan yang diungkapkan oleh responden I.

Responden II justru mampu mengungkapkan pikiran serta perasaannya

kepada orang lain saat dirinya berkomunikasi dengan orang lain. Responden II

juga tidak mampu mengungkapkan pikiran serta perasaannya kepada semua

orang, akan tetapi hanya kepada orang-orang yang sudah mampu menerima

keadaan dirinya, seperti keluarga serta sahabatnya. Dengan demikian, responden

selalu membagi pikiran serta perasaannya kepada orang lain kemudian

memperoleh solusi untuk pemecahan masalahnya.

Grotberg (2000) mengatakan individu yang resilien mencari hubungan

yang dapat di percaya dimana individu dapat menemukan seseorang misalnya

orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi perasaan

dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan

masalah personal dan interpersonal.

Kedua responden sudah mampu membina hubungan yang saling percaya

dengan orang lain. Akan tetapi responden I hanya bisa menjalin hubungan yang

saling percaya dengan orangtuanya saja, alasan dirinya tidak menjalin hubungan

yang saling percaya dengan orang diluar keluarganya adalah masih merasa takut

Page 233: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

233

untuk mempercayai orang lain yang bukan keluarga. Hal tersebut berhubungan

dengan latar belakang responden I yang dijual oleh sahabat dekatnya sendiri.

Berbeda halnya dengan responden II, yang sudah mampu menjalin

hubungan yang saling percaya baik dengan keluarga maupun dengan orang diluar

keluarga yang memang sudah dapat menerima keadaan dirinya. Dimana hubungan

saling percaya kedua responden tersebut tercipta dengan tujuan untuk membagi

perasaan serta meminta pertolongan ketika kedua responden sedang mengalami

masalah personal maupun interpersonal.

Selain mampu menjalin hubungan yang saling percaya, menurut Grotberg

(2000) individu yang resilien memiliki keterampilan berkomunikasi dimana

individu mampu mengekspresikan berbagai macam pikiran dan perasaan kepada

orang lain dan dapat mendengar apa yang orang lain katakan serta merasakan

perasaan orang lain.

Dalam hal ini, kedua responden sama-sama sudah mampu mengelola

perasaan mereka. Namun pada responden I, belum sepenuhnya mampu untuk

mengelola perasaannya. Responden I tidak dapat mengekspresikan pikiran serta

perasaan mereka kepada orang lain, namun hanya dapat mendengar apa yang

orang lain rasakan. Berbeda denga responden II yang sudah mampu mengelola

perasaannya, baik mengekspresikan maupun mendengar apa yang orang lain

katakan kepada dirinya.

Grotberg (2000) mengatakan jika Individu yang resilien mampu mengukur

temperamen diri sendiri dan orang lain dimana individu memahami temperamen

mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko atau

Page 234: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

234

diam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini

menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk

berkomunikasi, membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi,

dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi.

Responden I dan II sama-sama sudah dapat memahami temperamen diri

sendiri dan orang lain. Akan tetapi jika responden I belum sepenuhnya mampu

untuk mengontrol temperamen dirinya sendiri serta orang lain dilingkungan

sosialnya. Ketika responden I merasa tersinggung dengan orang lain, responden I

secara serta merta akan kehilangan kehati-hatiannya serta control terhadap dirinya

sendiri. Sementara responden II meskipun lingkungan sosialnya tidak mampu

menerima kehadirian dirinya kembali, namun mampu mengontrol temperamennya

serta mengukur temperamen orang lain dilingkungan sosialnya. Responden II

lebih mampu mengetahui tindakan apa yang harus responden II lakukan saat

berhadapan dengan respon-respon yang berbeda pula dari lingkungannya.

Grotberg (2000) mengatakan bahwa individu yang resilien memiliki

kemampuan memecahkan masalah. Individu dapat menilai suatu masalah secara

alami serta mengetahui apa yang mereka butuhkan agar dapat memecahkan

masalah dan bantuan apa yang mereka butuhkan dari orang lain. Individu dapat

membicarakan berbagai masalah dengan orang lain dan menemukan penyelesaian

masalah yang paling tepat dan menyenangkan. Individu terus-menerus bertahan

dengan suatu masalah sampai masalah tersebut terpecahkan.

Responden I dan II sama-sama belum memiliki kemampuan yang baik

ketika sedang memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan alasan tidak

Page 235: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

235

mau merepotkan orang lain, responden I lebih memilih menyimpan masalah yang

sedang ia hadapi sendiri tanpa membiarkan orang lain untuk membantu

menyelesaikan permasalah yang dihadapinya. Hal tersebut menyebabkan masalah

yang dialami responden I tidak terselesaikan sebagaimana mestinya.

Ketidakmampuan responden I untuk membina hubungan yang saling percaya

denga orang lain diluar keluarganya membuat responden I kurang mendapat

masukan dari orang lain mengenai pemecahan yang baik bagi masalah yang

sedang dihadapinya.

Sementara untuk responden II yang memiliki banyak orang untuk

memberikan masukan bagi masalah yang sedang dialaminya membuat faktor ini

menjadi tidak berkembang dengan baik. Meskipun responden II menganggap hal

tersebut adalah wajar, namun responden II selalu mencari orang dekatnya untuk

meminta masukan mengenai masalah yang sedang ia hadapi. Sehingga responden

II akan merasa bingung ketika tidak ada orang yang memberikan masukan

kepadanya mengenai permasalahan yang sedang ia hadapi.

Page 236: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

236

Tabel 8. Gambaran Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil

(Prostitusi)

No. Sumber dan Faktor Responden 1 Responden 2

1. I Have :

a. Hubungan Yang

Dilandasi

Kepercayaan

1. Responden mampu membina

hubungan yang saling percaya dengan

anggota keluarganya, yaitu ayah dan

ibunya.

2. Meski mampu menjalin hubungan

baik dengan orang dilingkungan

sosialnya, dan diberi ruang untuk

bersosialisasi dengan orang

dilingkungan sosialnya, responden

belum mampu memiliki hubungan

yang dilandasi kepercayaan dengan

orang diluar keluarga.

1. Responden memiliki hubungan yang

dilandasi kepercayaan dengan orang

didalam keluarganya, hubungan

tersebut terjalin dengan ibu serta

dengan keluarga besar pihak ibunya.

2. Meskipun lingkungan sosialnya

menolak kehadiran responden, akan

tetapi responden dapat memiliki

hubungan yang dilandasi

kepercayaan dengan orang diluar

keluarganya, responden memiliki

seorang sahabat dan hubungan

tersebut sudah terjalin beberapa

tahun lamanya.

b. Struktur dan

Peraturan di rumah

1. Responden memiliki aturan rumah

untuk dipatuhi, yaitu :

a. Responden tidak diperbolehkan

untuk menjalin hubungan kasih

dengan pria. Alasannya

orangtuanya membuat peraturann

1. Keluarga responden tidak

memberikan aturan rumah yang

harus dipatuhi oleh responden.

Keluarganya memberikan

kebebasan kepada responden untuk

berperilaku namun masih dalam

Page 237: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

237

tersebut karena orangtua

responden merasa takut responden

akan di manfaatkan kembali oleh

orang yang tidak

bertanggungjawab.

b. Responden jika ingin bepergian

akan ditemani oleh salah satu

anggota keluarganya, tujuannya

adalah untuk menjaga responden

dari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Responden memberikan batasan bagi

dirinya sendiri ketika berperilaku,

responden tidak ingin jika perilakunya

yang berlebihan akan mengundang

komentar negatif dari orang lain.

batasan yang wajar. Keluarga

responden yakin jika responden

tidak akan melakukan hal-hal yang

nantinya akan merugikan diri

responden sendiri. Keluarga

responden hanya memberikan

nasihat agar responden menjaga

dirinya agar tidak kembali jatuh

kelubang yang sama.

2. Responden memberikan batasan

bagi dirinya sendiri ketika

berperilaku, responden tidak ingin

jika perilakunya yang berlebihan

akan mengundang komentar negatif

dari orang lain.

c. Dorongan untuk

mandiri

1. Keluarga responden memberikan

dorongan mandiri kepada responden,

yaitu :

a. Keluarga responden membiarkan

responden untuk memiliki sikap

serta mampu mengambil

keputusan atas dirinya sendiri.

Dalam hal ini keluarganya hanya

berperan sebagai orang yang

mengontrol apakah sikap dan

keputusan tersebut sudah benar

atau tidak. Orangtuanya selalu

menjadi teman diskusi responden

1. Responden pada awalnya memiliki

keluarga yang memberikan

dorongan mandiri. Tujuan dari

pemberian dorongan mandiri

tersebut agar responden tidak

menjadi bergantung dengan orang

lain.

2. Dorongan mandiri yang semula

bertujuan menjadikan responden

sebagai sosok yang tidak bergantung

kepada orang lain menjadi tidak

berfungsi dengan baik, disebabkan

rasa bersalah dan rasa kasihan ibu

Page 238: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

238

saat responden akan mengambil

suatu keputusan.

2. Dengan adanya dorongan mandiri

yang diberikan orangtuanya tersebut

menjadi orang yang memiliki sikap

serta keputusan atas dirinya sendiri.

responden kepada responden yang

sudah menjadi korban eksploitasi

seksual komersil. Sehingga karena

rasa bersalah dan iba tersebut

ditambah lagi responden merupakan

anak tunggal, ibunya selalu

memberikan pertolongan kepada

responden dan tidak melihat fungsi

sebenarnya dari pemberian

pertolongan yang diberikan kepada

responden.

d. Role Models 1. Responden memperoleh modelling

baik dari keluarga maupun lingkungan

sosialnya. Modelling yang diberikan

bertujuan untuk menjadikan responden

mandiri dan percaya diri kembali,

modelling yang diberikan meliputi :

a. Adanya semangat yang diberikan

orangtua responden kepada dirinya

membuat responden mampu

menggunakan kemampuan

pribadinya serta bangkit dari

keterpurukan yang dialami

responden.

b. Modelling yanng diberikan

lingkungan sosial kepada

responden berupa semangat serta

penerimaan kembali responden

1. Responden memperoleh modelling

dari keluarganya, dari ibu dan

keluarga besar ibunya. Modelling

yang diberikan bertujuan untuk

menjadikan responden mandiri dan

percaya diri kembali, modelling

yang diberikan meliputi :

a. Semangat tiada henti serta

penerimaan dan pengertian yang

selalu diberikan ibu serta

keluarga responden membuat

responden akhirnya dapat

mengembangkan kekuatan

pribadinya serta mampu bangkit

kembali dari rasa terpuruknya.

b. Selain memberikan modelling

yang bertujuan menjadikan

Page 239: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

239

bersama dengan orang-orang

dilingkungan sosialnya.

c. Lingkungan sosialnya juga

memberikan kesempatan kepada

responden untuk mengambangkan

kemampuannya serta bertanya

mengenai hal yangs sedang

ditekuninya.

responden semangat, ibu

responden juga memberikan

modelling untuk menjadi

orangtua yang baik. Dengan

memberikan informasi

bagaimana menjadi ibu yang

baik bagi anak responden.

e. Memperoleh

layanan kesehatan,

pendidikan,

keamanan dan

kesejahteraan

1. Responden mendapat layanan

kesehatan setelah kembali tinggal

bersama keluarganya. Keluargannya

langsung membawa responden

memeriksakan diri ke rumah sakit

untuk mengetahui apakah responden

mengidap suatu penyakit atau tidak.

2. Meski ingin melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih

tinggi, akan tetapi karena keterbatasan

ekonomi yang dialami keluarganya,

responden harus mengubur

keinginannya tersebut. Responden

akhirnya juga harus membantu

menopang ekonomi keluarganya.

3. Untuk menghindarkan responden dari

hal-hal yang dapat merugikan

responden, oleh sebab itu keluarga

berusaha memberikan rasa aman

kepada responden dengan cara selalu

1. Responden mendapat layanan

kesehatan setelah kembali tinggal

bersama keluarganya. Keluargannya

langsung membawa responden

memeriksakan diri ke rumah sakit

untuk mengetahui apakah responden

mengidap suatu penyakit atau tidak.

2. Sekolah responden yang sempat

terputus saat responden hamil dan

melahirkan anaknya, dapat kembali

dilanjutkan oleh responden. Dengan

bantuan dari keluarganya, akhirnya

responden dapat diterima kembali

bersekolah disalah satu sekolah

menengah pertama di daerah

tersebut.

3. Untuk menghindarkan responden

dari hal-hal yang dapat merugikan

responden, oleh sebab itu keluarga

berusaha memberikan rasa aman

Page 240: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

240

menemani responden jika akan

bepergian.

4. Orang tua responden juga berusaha

untuk menyediakan waktu bagi

responden ketika responden

membutuhkan bantuan orang tuanya,

hal tersebut bertujuan agar responden

merasa dirinya tetap berharga dimata

keluarganya.

kepada responden dengan cara

selalu menemani responden jika

akan bepergian.

4. Ibu, keluarga dan responden selalu

menyediakan waktu bagi responden

ketika responden membutuhkan

bantuan orang tuanya, hal tersebut

bertujuan agar responden merasa

dirinya tetap berharga dimata

keluarganya.

2. I Am :

a. Bangga terhadap

diri sendiri

1. Dukungan yang di peroleh responden

dari keluarga dan dari orang-orang

dilingkungan sosialnya, responden

akhirnya mampu mengembangkan

kekuatan pribadinya. Saat ini

responden juga sudah mampu

menerima keadaan dirinya yang

pernah menjadi korban eksploitasi

seksual komersil. Responden pun

merasa bangga dengan dirinya saat ini

yang mampu bangkit setelah terpuruk

dari pengalaman buruknya.

2. Responden akan bereaksi serta

membela dirinya jika ada seseorang

yang memperolok keadaannya saat ini.

1. Dukungan yang diperoleh

responden baik dari ibu, keluarga

besar pihak ibunya serta sahabatnya

mampu membuat responden bangkit

dari keterpurukannya serta mampu

mengembangkan kekuatan personal

yaang dimiliki responden. Berkat

dukungan tersebutlah responden

akhirnya mampu menerima keadaan

dirinya dan merasa bangga atas

kemampuan yang dimilikinya.

Menurutnya ia merasa bangga

karena ia mampu melewati cobaan

hidupnya yang begitu berat.

2. Responden tidak akan memberikan

perlawanan ketika orang-orang

dilingkungan sosialnya mengolok-

olok keadaannya. Responden paham

Page 241: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

241

jika lingkungan sosialnya tidak bisa

menerima kehadiran dirinya,

sehingga responden lebih memilih

diam dan tidak melawan untuk

tidajk memperkeruh suasana.

b. Disayang dan

disukai orang lain

1. Kemampuan responden bergaul

dengan orang-orang dilingkungan

sosialnya yang mampu menerimanya

membuat responden disukai oleh

teman-teman sebayanya. Selain

disukai oleh teman-teman sebayanya,

responden juga disayangi oleh

keluarganya. Dalam hal ini, warga

disekitar tempat tinggalnya selalu

melibatkan responden ketika ada

kegiatan sosial yang diadakan

didaerah tempat tinggal responden.

2. Karena mendapat perlakuan baik dari

orang-orang dilingkungan sosialnya,

responden akhirnya juga mampu

bersikap baik kepada orang-orang

yang sudah mampu menerima

keadaan dirinya. Sebaliknya,

responden tidak mampu bersikap baik

kepada orang-orang yang belum

menerima dirinya serta mengoloknya.

1. Responden memiliki keluarga dan

yang menyukai dan mencintai

dirinya. Meskipun lingkungan

sosialnya belum mampu menerima

keberadaan responden dan

memperlihatkan perilaku yang

bermusuhan, akan tetapi responden

tetap mempunyai orang-orang

selalu memberikan perhatian dan

kasih sayang kepada dirinya, yaitu

keluarga dan sahabatnya.

2. Responden selalu memperlihatkan

sikap yang baik kepada orang-

orang yang sudah mampu

menerima keadaan dirinya.

Meskipun lingkungan sosialnya

tidak mampu menerima responden,

namun responden tidak

memberikan perlawanan dan tetap

bersikap baik kepada orang

dilingkungan sosialnya.

c. Percaya diri,

optimis dan penuh

1. Karena kejadian yang responden

alami, saat ini responden semakin

1. Responden semakin mendekatkan

diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

Page 242: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

242

harap mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

Maha Esa, responden berkeyakinan

jika dibalik kejadian yang dialaminya

akan ada hikmah yang akan responden

terima kelak.

2. Walau sudah menjadi korban

eksploitasi seksual komersil,

responden memiliki harapan-harapan

akan dirinya sendiri. Sehingga

responden berusaha untuk

mewujudkan harapan-harapan untuk

dirinya tersebut.

3. Responden juga merasa optimis jika

dirinya masih memiliki masa depan

yang cerah sehingga responden

berusaha untuk mewujudkan hal

tersebut.

setelah dirinya menjadi korban

eksploitasi seksual komersil.

Responden juga memiliki keyakinan

jika ada hikmah dibaliki peristiwa

yang ia alami. Sehingga ia pun

memaafkan perbuatan ayah tirinya.

2. Karena sudah menjadi korban

eksploitasi yang dilakukan oleh

ayahnya sendiri, responden merasa

masa depan yang dimilikinya sudah

hancur dan ia pun merasa sudah

tidak memiliki masa depan lagi.

3. Meskipun mengaku masa depannya

sudah hancur, akan tetapi responden

mengatakan jika dirinya masih

memiliki anak yang harus ia didik,

anak tersebutlah yang menjadi masa

depannya saat ini. Sehingga

responden akan berbuat apa saja

untuk memberikan masa depan

yang baik bagi anak tunggalnya.

Page 243: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

243

d. Memiliki empati

dan peduli terhadap

sesama

1. Responden memiliki kepedulian

terhadap orang-orang sekitarnya,

responden merasa sedih jika dirinya

tidak memberikan pertolongan kepada

orang yang membutuhkan

pertolongannya. Namun jika dirinya

tidak mampu menolong, responden

akan meminta maaf terlebih dahulu.

2. Responden mengatakan dirinya akan

menolong orang-orang yang bersikap

baik dan tidak menghina dirinya, akan

tetapi jika orang tersebut pernah

menghina keadaan dirinya, responden

mengaku tidak akan memberikan

pertolongan kepada orang tersebut.

1. Responden mempunyai rasa empati

dan kepedulian yang tingga kepada

orang-orang yang membutuhkan

pertolongannya. Responden selalu

berusaha untuk menolong orang

yang membutuhkan pertolongan

darinya. Responden mengaku

merasa kasihan jika dirinya mampu

menolong orang lain namun tidak

melakukannya.

2. Responden juga akan menolong

orang yang pernah menghina

dirinya, karena mengaku merasa

kasihan dan iba melihat kesulitan

yang dialami orang tersebut.

e. Mampu

bertanggung jawab

terhadap perilaku

sendiri dan

menerima

konsekuensinua

1. Responden akan memikirkan terlebih

dahulu baik dan buruk dari akibat

perbuatannya. Sehingga responden

memikirkan terlebih dahulu apa

keuntungan dan kerugian dari

pebuatan yang dilakukann responden.

2. Saat ini responden mampu untuk

menerima konsekuensi dari

perbuatannya dan bertanggungjawab

1. Walau pada awalnya responden

sering menyebabkan ibunya terlibat

cekcok dengan tetangganya, namun

seiring berjalannya waktu,

responden lebih memikirkan akibat

yang ia timbulkan jika responden

kembali meceritakan perihal hinaan

yang berasala dari tetangganya

kepada dirinya. Responden tidak

Page 244: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

244

dan menerima akibat dari perilakunya

yang ia lakukan jika responden salah

dalam melakukan tindakan.

ingin memperkeruh hubungan

antara keluarganya dan warga

sekitar tempat tinggalnya.

3 I Can :

a. Mampu

mengungkapkan

pikiran dan

perasaan dalam

berkomunikasi

1. Hingga saat ini, responden hanya

mampu mengungkapkan pikiran serta

perasaannya dalam berkomunikasi

kepada ayah dan ibunya saja. Namun,

responden mengatakan jika tidak

semua perasaan hatinya ia ungkapkan

kepada orangtuanya. Responden masih

memilah lagi mana yang pantas

disampaikan dan mana yang tidak.

1. Responden sudah mampu untuk

mengungkapkan dan pikiran dan

perasaannya saat berkomunikasi.

Selain mampu mengungkapkan

pikiran dan perasaannya kepada

keluarganya, responden juga

mampu untuk mengungkapkan

segala pikiran dan perasaannya

kepada orang lain yang sudah

mampu menerima keadaan dirinya.

b. Menjalin hubungan

yang saling

mempercayai

1. Responden sudah mampu menjalin

hubungan yang saling mempercayai

dengan orang lain, meskipun baru

mampu menjalin hubungan dengan

anggota keluarganya saja, yaitu ayah

dan ibunya, namun responden mengaku

menjadikan ayah dan ibunya sebagai

orang yang paling dekat dengan dirinya

saat ini.

2. Meski lingkungan sosial responden

memberikan ruang gerak bagi

responden untuk membaur serta

bersosialisasi kembali dengan warga

dilingkungan sosialnya, namun

responden masih belum mampu untuk

1. Responden sudah mampu membina

hubungan yang saling percaya baik

dengan anggota keluarganya

maupun dengan orang yang berasal

dari luar keluarganya. Responden

mampu membina hubungan yang

saling percaya dengan ibu dan

seluruh anggota keluarganya dari

pihak ibunya.

2. Sementara responden juga memiliki

seorang sahabat yang berasal dari

luar keluarganya. Meskipun

lingkungan sosialnya belum mampu

menerima dirinya, akan tetapi

responden mampu untuk

Page 245: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

245

menjalin hubungan yang saling

mempercayai dengan orang yang

berasal dari lingkungan sosialnya. Hal

itu disebabkan responden masih merasa

takut akan kembali dicelakakan oleh

orang yanhg dia percayai.

mengembangkan hubungan yang

saling mempercayai dengan orang

dari luar keluarganya

c. Mampu mengelola

perasaan

1. Responden belum mampu untuk

mengelola perasaannya ketika

berhadapan dengan respon yang tidak

sesuai dengan harapan dirinya.

Responden juga terkadang kehilangan

kontrol diri jika responden mendapat

komentar negatif dari orang lain.

2. Hingga saat ini responden belum

mampu untuk mengutarakan apa yang

ia rasakan, responden hanya mampu

menjadi pendengar ketika teman-

temannya sedang berkeluh kesah

kepadanya.

1. Saat ini responden sudah mampu

mengelola perasaannya dengan

baik, responden sudah mampu

mengatur perasaannya saat

berhadapan dengan orang-orang

yang memberikan respon berbeda

dengan yang ia harapkan.

2. Selain mampu mengontrol

perilakunya, responden mampu

mengekspresikan apa yang

dirasakannya kepada orang lain,

namun kepada orang yang sudah

menerima keadaan dirinya.

3. Responden juga telah mampu

mendengar apa yang orang lain

katakan, baim itu pendapat maupun

keluh kesah yang ingin orang lain

sampaikan dan rasakan. Sehingga

hubungan yang terjalin antara

responden dan orang-orang

terdekatnya menjadi sangat dekat.

Page 246: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

246

d. Mampu mengukur

temperamen diri

sendiri dan orang

lain

1. Responden belum mampu untuk

mengukur temperamen dirinya sendiri,

responden hingga saat ini masih sering

kesulitan untuk mengontrol responnya

ketika berhadapan dengan orang lain

yang memberikan respon negatif

kepada dirinya. Tak jarang responden

kehilangan kontrol diri saat tidak

mampu menahan emosi ketika ada

yang menghina atau mengejek dirinya.

1. Responden sudah mampu untuk

mengukur temperamennya sendiri.

Sehingga responden mampu

mengetahui apa yang harus ia

lakukan ketika responden bertemu

dengan orang yang memberikan

respon berbeda dari yang

diharapkan. Responden juga

mampu untuk mengontrol emosinya

ketika dirinya berhadapan dengan

orang yang memberikan respon

negatif kepadanya.

e. Mampu

memecahkan

masalah

1. Ketika memiliki masalah, responden

tidak membiarkan orang lain

membantunya untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapinya,

sehingga masalah yang dihadapi

responden tidak pernah terselesaikan

oleh responden. Keenganan responden

untuk terbuka menjadi penyebab

masalah tersebut tidak terselesaikan

dengan baik.

1. Saat responden memiliki masalah,

responden mempunyai orang-orang

yang selalu memberikan masukan

serta membantu responden dalam

menyelesaikan masalah yang ia

hadapi. Sehingga saat responden

tidak menemukan orang yang dapat

memberikan masukan mengenai

masalah yang ia hadapi, responden

akan kesulitan menyelesaikan

masalahnya.

Page 247: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

247

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan jawaban-jawaban dari

permasalahan penelitian. Selanjutnya, akan dikemukakan saran praktis dan

metodologis yang berguna bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti

mengenai resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual komersil (prostitusi).

V.A. KESIMPULAN

1. Secara umum,kedua responden sudah memiliki pencapaian resiliensi yang

baik, kedua responden memiliki ketiga karakteristik resiliensi yang

diungkapkan oleh Grotberg (2000), yaitu individu yang resilien memiliki

dukungan ekstrenal (I Have), kekuatan pribadi individu (I Am), dan yang

terakhir adalah kemampuan interpersonal yang dimiliki individu (I Can).

Ketika karakteristik tersebut dimiliki oleh responden I dan II. Dimana

kedua responden memiliki dukungan yang berasal dari anggota keluarga

serta orang-orang yang mampu menerima kehadiran kedua responden di

tengah-tengah mereka. Berkat dukungan tersebut, akhirnya kedua

responden berhasil mengembalikan kekuatan pribadi mereka yang

awalnya sempat terpuruk saat menyadari mereka telah dijadikan korban

eksploitasi seksual komersil. Selain itu kedua responden juga kembali

mampu mengembangkan kemampuan interpersonal mereka.

2. Karakteristik I Have memiliki sumber resiliensi yang dimiliki dan berhasil

dikembangkan oleh masing-masing responden, yaitu

Page 248: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

248

a. Responden I memiliki dukungan yang berasal baik dari anggota

keluarga maupun dari lingkungan sosialnya. Responden I juga

memiliki seluruh sumber dikarakteristik ini dan berhasil

mengembangkan sumber-sumber tersebut dengan baik. Dimana

responden I berhasil memiliki hubungan yang saling mempercayai

dengan anggota keluarganya, yaitu dengan ayah dan ibunya.

Responden I juga memiliki struktruk dan aturan rumah yang harus

dipatuhinya. Responden I juga memiliki role models baik dari keluarga

maupun dari lingkungan sosialnya, serta memperoleh layanan

kesehatan, keamanan dan kesejahteraan.

b. Responden II juga memiliki dukungan yang berasal baik dari anggota

keluarga maupun dari lingkungan sosialnya, responden II juga mampu

mengembangkan sumber resiliensi yang dimilikinya. Dimana

responden II memiliki hubungan yang saling mempercayai dengan

anggota keluarga dan dengan orang diluar keluarga yang mampu

menerima keadaan dirinya. Responden II memiliki role models dari

keluarga dan sahabatnya. Serta memperoleh layanan kesehatan,

pendidikan, keamanan dan kesejahteraan.

3. Karakteristik I Am merupakan kekuatan individu, sumber resiliensi yang

berhasil dikembangkan oleh kedua responden pada karakteristik ini :

a. Responden I berhasil mengembangkan kemampuan dirinya kembali

setelah memperoleh dukungann dari keluarga dan lingkungan

sosialnya. Responden I juga akhirnya mampu mengembangkan sumber

Page 249: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

249

resiliensi yang ada pada karaktersitik ini. Responden I merasa bangga

atas dirinya sendiri, responden I juga memiliki orang-orang yang

mencintai dan menyayangi dirinya baik dari anggota keluarga maupun

orang dilingkungan sosialnya. Responden I juga memiliki rasa percaya

diri, optimis dan penuh harap akan masa depan yang akan diraihnya

kelak. Responden juga memiliki rasa empati dan rasa peduli terhadap

orang lain serta mampu bertanggungjawab terhadap perilaku sendiri.

b. Responden II sejak awal sudah mampu untuk mengembangkan

kekuatan pribadi yang ia miliki, ditambah lagi dukungan yang

diperolehnya dari keluarganya, sehingga responden II semakin

mampuu mengembangkan sumber resiliensi yang ada. Responden II

merasa bangga terhadap dirinya sendiri, responden juga memiliki

orang yang menyukai dan menyayanginya yaitu keluarga serta sahabat

responden II. Responden II rasa percaya diri, optimis dan penuh harap

akan masa depan yang akan diraihnya. Responden juga memiliki rasa

empati dan rasa peduli terhadap orang lain serta mampu

bertanggungjawab terhadap perilaku sendiri.

4. Karakteristik I Can merupakan kemampuan interpersonal yang dimiliki

oleh responden, dimana kedua responden I dan II berhasil

mengembangkan sumber resiliensi yang terdapat dalam karakteristik I

Can.

a. Responden I berhasil mengembangkan sumber resiliensi pada

karakteristik ini, yaitu responden I mampu menjalin hubungan yang

Page 250: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

250

saling mempercayai dengan anggota keluarganya, responden

responden I mampu mengelola perasaannya saat mendengar keluh

kesah dari orang lain.

b. Responden II mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam

berkomunikasi, menjalin hubungan yang saling mempercayai dengan

anggota keluarga dan sahabatnya, mampu mengelola perasaan, mampu

mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain.

Adapun hasil tambahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah :

a. Dalam penelitian ini ditemukan, lamanya waktu kejadian yang telah

dialami oleh masing-masing responden mempengaruhi pencapaian

resiliensi responden. Hal tersebut terlihat pada responden II, dimana

peristiwa yang dialaminy terjadi delapan tahun yang lalu. Dimana

responden II sudah mampu mengembangkan seluruh faktor dari

sumber resiliensi yang ada.

b. Dalam penelitian ini juga ditemukan religiusitas menjadi salah satu

faktor yang berpengaruh besar dalam pencapaian resiliensi kedua

responden. Dalam faktor percaya diri, optimistas dan penuh harap,

kedua responden mampu mengekspresikan kepercayaannya terhadap

Tuhan YME. Sedangkan pada responden II mampu mempertahankan

kehamilan, melahirkan serta membesarkan anak hasil dirinya selama

menjadi korban prostitusi.

c. Dalam penelitian ini juga ditemukan, hadirnya anak pada responden II

mampu memberikan semangat baru bagi responden II itu sendiri.

Page 251: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

251

Dimana ketika dirinya merasa sudah tidak memiliki masa depan lagi,

dirinya memperoleh semangat baru untuk menjalani hidupnya bersama

sang anak.

d. Dalam penelitian ini juga ditemukan, pemberian dukungan yang terus

menerus diberikan tanpa adanya jeda menyebabkan individu tidak

mampu mengembangkan faktor-faktor resiliensinya dengan sempurna.

Hal tersebut terjadi pada responden II yang selalu mendapatkan

bertolongan secara terus menerus sehingga berpengaruh terhadap

pencapaian resiliensinya.

V.B. SARAN

V.B.1. Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran praktis, yaitu :

1. Peranan keluarga merupakan hal yang penting bagi perkembangan remaja

yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil, sehingga remaja tidak

berkembang menjadi remaja yang beresiko. Untuk itu, sebaiknya orangtua

memainkan peranan tersebut dengan baik dengan menjaga komunikasi

antara anak dan orang tua yang lebih sering dan suportif.

2. Bagi lingkungan sosial, penerimaan lingkungan sosial dimana remaja

tersebut tinggal sangat dibutuhkan untuk pencapaian resiliensi remaja yang

menjadi korban eksploitasi seksual komersil. Lingkungan sosial harus

memberi ruang untuk remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual

komersil dilingkungan tersebut agar mereka mampu mengembangkan

Page 252: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

252

kemampuan interpersonalnya serta mengembalikan rasa percaya diri

mereka.

3. Bagi lembaga dan institusi terkait yang menangani korban eskploitasi

seksual komersil diharapkan mampu memberikan penanganan yang tepat

tidak hanya bagi pelaku eksploitasi namun juga bagi remaja korban yang

dieksploitasi agar tidak melakukan tindakan negatif yang merugikan diri

sendiri.

4. Bagi orang-orang yang berada disekitar remaja yang menjadi korban

eksploitasi seksual komersil sektor prostitusi, diharapak untuk tidak

melakukan pertanyaan-pertanyaan yang berlebihan mengenai peristiwa

menyedihkan tersebut.

5. Bagi remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil, diharapkan

mencari kegiatan yang positif untuk diri mereka sendiri, agar mampu

menghilangkan pikiran-pikiran negatif tentang diri mereka sendiri.

6. Bagi remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil, agar lebih

mendekatkan diri dan keimanannya kepada Tuhan YME. Serta meyakini

bahwa ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang mereka alami.

7. Bagi remaja yang menjadi korban eksploitasi seksual komersil, agar

mampu membina hubungan yang saling percaya baik dengan anggota

keluarganya maupu orang dilingkungan sosialnya. Karena hal tersebut

membantu remaja dalam pencapaian resiliensinya.

Page 253: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

253

IV.B.2. Saran Penelitian Lanjutan

1. Penelitian selanjutnya untuk lebih memperhatikan kenyamanan kondisi

selama wawancara, mencakup ; waktu, lingkungan fisik, dan kondisi

responden.

2. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa kedua responden

semakin mendekatkan diri serta mampu mempertebal keyakinannya

kepada Tuhan YME. Dan meyakini ada hikmah yang Tuhan berikan

dibalik peristiwa yang mereka alami. Hal tersebut menunjukkan jika

religiusitas mempengaruhi pencapaian resiliensi individu, maka penelitian

selanjutnya diharapkan meneliti tentang pengaruh religiusitas terhadap

resiliensi remaja putri korban ekploitasi seksual komersil.

3. Penelitian selanjutnya dapat melihat tentang pengatuh dukungan sosial

terhadap resiliensi remaja putri korban eksploitasi seksual komersil.

4. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang forgiveness remaja putri yang

menjadi korban eksploitasi seksual komersil.

5. Penelitian selanjutnya dapat meneiti tentang makna hidup pada remaja

putri korban eksploitasi seksual komersil

6. Disebabkan salah satu responden penelitian memiliki anak dari peristiwa

tersebut, penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang psychological well-

being remaja putri putri yang memiliki anak dari hasil eksploitasi seksual

komersil.

7. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang psychological well-being

orangtua yang anaknya menjadi korban eksploitasi seksual komersil.

Page 254: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

254

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Rahayu Rezki. (2008). Resiliiensi pada penyandang tuna daksa pasca

kecelakaan [On-Line]

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Art

ikel_105 144.pdf

Tanggal Akses 20 Februari 2011

Amri, R. (2009). Umur pekerja seks komersil 18 tahun ke bawah [On-Line]

http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=38568

Tanggal Akses 24 Februari 2011

Chandra, S. (2009). Resiliensi [On-Line]

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/resiliensi.html

Tanggal Akses 24 Februari 2011

Damanik, C. (2009). Eksploitasi seksual komersil anak jadi marak akibat mitos

[On-Line]

http://nasional.kompas.com/read/2009/09/02/10370647/eksploitasi.seksual

.komersial.anak.jadi.marak.akibat.mitos

Tanggal Akses 24 Februari 2011

Desmita. (2005). Psikologi perkembangan.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (2000). Exploited

Children and Youth in the Greater Mekong Subregion: A qualitative

assessment of their health needs and available services. New York.

Erooga, M., & Masson, H. (2006). Children and young people who sexually abuse

others : Current developments and practice responses (Rev. Eds). New

York : Routledge

Farid, M. (2010). Situasi dan kondisi anak yang dilacurkan di Indonesia

[On-Line]

http://odishalahuddin.wordpress.com/2010/02/03/situasi-dan-

kondisi-anak-yang-dilacurkan-di-indonesia-5/

Tangga Akses 24 Februari 2011

Grotberg, H. (2000). Resilience for today : Gaining strength from adversity.

(Rev. Ed). United States of America : Greenwood Publishing Group, Inc

Page 255: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

255

Hoffman, J.S. (2004). Youth violence, resilience, and rehabilitation. (Ed).

New York : LFB Scholarly Publishing LL.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. (Rev. Ed). Jakarta : Erlangga

International Labour Office. (2004). Perdagangan anak untuk tujuan pelacuran di

Jawa Tengan, Yogyakarta dan Jawa Timur : Sebuah kajian cepat.

Jakarta : ILO Publications

Ipam, N. (2008). Jangan ambil masa depan mereka [On-Line]

http://papapam.blogspot.com/2008/11/jangan-ambil-masa-depan-

mereka.html

Tanggal Akses 20 Februari 2011

Iskandar. (2009). Metoddologi penelitian kualitatif : Aplikasi untuk Penelitian

Pendidikan, Hukum, Ekonomi, & Manajemen, Sosial, Humaniora,

Politik, Agama dan Filsafat. Jakarta : Gaung Persada.

Judarwanto, W. (2009). Fenomena anak-anak yang dilacurkan di Sumatera Utara

[On-Line]

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/08/fenomena-anak-anak-yang-

dilacurkan-di.html

Tanggal Akses 20 Februari 2011

Junarwanto, W. (2009). 40.000 anak korban eksploitasi seks [On-Line]

http://pedophiliasexabuse.wordpress.com/2009/04/17/40000-anak-korban-

eksploitasi-seks/

Tanggal Akses 24 Februari 2011

Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak. (2008).

Eksploitasi seksual komersil anak di Indonesia. Medan : Restu Printing

Indonesia

Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak. (2009).

Protection of children from early marriage is insufficient. (2009).

Medan : Restu Printing Indonesia

Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak. (2009).

Fenomena pariwisata seks anak di kawasan Asia Tenggara. Medan :

Restu Printing Indonesia

Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak. (2010).

Memperkuat hukum penanganan eksploitasi seksual komersil anak :

Panduan praktis. Medan : Restu Printing Indonesia

Page 256: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

256

Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak. (2001). Tanya

& jawab tentang eksploitasi seksual komersil anak : Sebuah buku saku

informasi oleh ECPAT Internasional. Medan : Restu Printing Indonesia.

Koalisi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersil Anak. (2008).

Memerangi pariwisata seks dan anak : Tanya & jawab. Medan : Restu

Printing Indonesia.

Koentjoro. (2004). On the spot : Tutur dari sarang pelacur.

Yogyakarta : Kelompok Penerbit Qalam.

Koentjoro. (2010). Metodologi penelitian kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta : Salemba Humanika

Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2009). KPAI : Seminar dengan Pemda

Kabupaten Karimun [On-Line]

http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&vi

ew=article &id=524:pusat-layanan-dan-informasi-eksploitasi-seksual-

komersial-anak-pusdatin-

Tanggal Akses 15 Februari 2011

Lestari, K. (2007). Hubungan antara bentuk-bentuk dukungan sosial dengan

tingkat resiliensi penyintas gempa di Desa Canan, Kecamatan Wedi,

Kabupaten Klaten [On-Line]

http://eprints.undip.ac.id/10434/1/KURNIYA_LESTARI-M2A003032.pdf

Tanggal Akses 25 Februari 2011

Pelacuran anak dari truk sampai kuburan China. (2008) [On-line]

http://www.waspada.co.id/index.php/index.php?option=com_content&vie

w=article&i d=19088:pelacuran-anak-dari-truk-sampai-kuburan-

china&catid=14:medan&Itemid=27

Tanggal Akses 21 Februari 2011

Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku

manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Sahriyati, S. (2009). Perlindungan korban ESKA antara realitas dan harapan

[On-Line] http://www.kakak.org/home.php?page=artikel&id=83

Tanggal Akses 24 Februari 2011

Santrock, J.W (2007). Remaja. (Rev. Ed). Jakarta : Erlangga

Sanni, Indah Kartika. (2009). Hubungan dukungan sosial dengan resiliensi pada

remaja SMU 1 Pangkah Tengah [On-Line]

http://rac.uii.ac.id/server/document/Private/2010080403355403320092-

hubungan%20antra%20dukungan%20sosial...pdf

Tanggal Akses 25 Februari 2011

Page 257: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

257

Sofian, A. (2011). ESKA : Buruknya potret HAM anak di Indonesia [On-Line]

http://hukum.kompasiana.com/2011/01/06/eska-buruknya-potret-ham-

anak-di-indonesia-ahmad-sofian/

Tanggal Akses 25 Februari 201

Sulistyaningsih, W. (2009). Mengatasi trauma psikologis : Upaya memulihkan

trauma akibat konflik dan kekerasan. Yogyakarta : Paradigma Indonesia

Susuwongi. (2009). Pelacur remaja menggurita [On-Line]

http://niasonline.net/2009/02/01/pelacur-remaja-menggurita/

Tanggal Akses 21 Februari 2011

Suyanto, B. (2010). Masalah sosial anak. (Rev. Eds). Jakarta : Kencana

Thompson, Rosemary A. (2006). Nurturing future generations : Promoting

resilience in children and adolescents through social, emotional and

cognitive skills. Second edition. New York : Routledge

Utomo, D. (2007). Pelacuran anak disebabkan faktor sosiokultural [On-Line]

http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=4492

Tanggal Akses 23 Februari 2011

Wijaya, S. (2009). Di Medan 3.000 ABG dimanfaatkan secara seksual [On-Line]

http://archive.kaskus.us/thread/2058482

Tanggal Akses 21 Februari 2011

Widianti, E. (2007). Remaja dan permasalahannya : Bahaya merokok,

penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan

minuman keras/narkoba [On-Line]http://resources.unpad.ac.id/unpad

content/uploads/publikasi_dosen/1A%20makalah.remaja&masalahnya.pdf

Tanggal Akses 23 Februari 2011

Page 258: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

258

LAMPIRAN

Page 259: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

259

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara disusun berdasarkan sumber dan faktor resiliensi.

Adapun pedoman wawancaranya sebagai berikut :

1. Pemaknaan remaja terhadap dukungan dari lingkungan sosialnya (I HAVE) :

e. Bagaimana keadaan dirumah responden setelah responden kembali

tinggal bersama keluarga ?

f. Apakah ada perubahan dengan perilaku mereka kepada responden ?

g. Bagaimana bentuk dukungan yang responden peroleh dari ayah dan

ibu kamu setelah kejadian yang menimpa responden.

h. Bagaimana keluarga responden memberikan responden fasilitas

kesehatan setelah responden kembali tinggal bersama mereka

i. Bagaimana keluarga responden memberikan responden fasilitas

pendidikan setelah responden kembali tinggal bersama mereka

j. Bagaimana keluarga responden memberikan respoden keamanan dan

kesejahteraan setelah responden kembali tinggal bersama mereka

k. Bagaimana cara keluarga responden untuk membuat responden

kembali menjadi sosok yang mandiri.

l. Ketika responden ada masalah, siapa orang yang responden percaya

ketika responden ingin menceritakan masalah responden tersebut

m. Kenapa responden memilih orang tersebut untuk menjadi teman cerita

responden ?

n. Apakah saat ini responden sudah memiliki pacar ?

o. Sudah berapa lama responden berpacaran (jika ada).

Page 260: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

260

p. Saat ini kegiatan apa saja yang responden lakukan untuk mengisi

waktu luang responden ?

q. Selain dukungan dari keluarga, dari mana saja responden

mendapatkan dukungan untuk mandiri ?

r. Bagaimana perlakuan keluarga besar reponden kepada responden saat

ini ?

2. Sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi yang dimiliki

remaja. Yang terdiri dari perasaan, sikap, dan keyakinan pribadi (I AM) :

s. Bagaimana kepercayaan diri responden saat ini setelah kejadian yang

menimpa responden ?

t. Bagaimana saat ini responden memandang masa depan responden ?

u. Saat ini apa harapan-harapan kamu untuk masa depan responden ?

v. Bagaimana perasaan responden terhadap diri responden sendiri ?

w. Setelah kejadian yang menimpa responden, apakah responden menjadi

orang yang lebih mandiri atau malah sebaliknya ?

x. Bagaimana cara responden bertanggung jawab terhadap setiap

perbuatan yang responden lakukan ?

y. Bagaimana cara responden bertanggung jawab terhadap setiap

konsekuensi dari perbuatan responden ?

z. Bagaimana cara responden menanggapi teman yang sedang

membutuhkn bantuan responden ?

aa. Bagaimana cara responden menanggapi keluarga yang sedang

membutuhkn bantuan responden ?

Page 261: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

261

bb. Bagaimana persepsi responden tentang kemampuan yang ada dalam

diri responden ?

cc. Bagaimana hubungan responden saat ini dengan keluarga besar

responen ?

dd. Hal-hal apa saja yang pernah responden lakukan untuk membuat

keluarga responden menjadi bahagia ?

3. Sumber resiliensi yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan sosial

dan interpersonal remaja (I CAN) :

ee. Bagaimana cara responden membangun kepercayaan responden

dengan orang lain setelah kejadian yang menimpa responden ?

ff. Apakah saat ini responden memiliki teman dekat ?

gg. Bisakah responden menceritakan seberapa dekat hubungan responden

tersebut ?

hh. Ketika responden sedang berselisih paham dengan teman responden,

bagaimana cara responden menyelesaikannya ?

ii. Ketika responden sedang berselisih paham dengan ayah responden,

bagaimana cara responden menyelesaikannya ?

jj. Ketika responden sedang berselisih paham dengan ibu responden,

bagaimana cara responden menyelesaikannya ?

kk. Ketika responden sedang berselisih paham dengan saudara kandung

responden, bagaimana cara responden menyelesaikannya ?

Page 262: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

262

ll. Bagaimana cara responden menanggapi ketika orang lain

membicarakan atau mengungkit peristiwa yang pernah responden

alami ?

mm. Ketika responden sedang berkumpul bersama keluarga, responden

lebih sering diam atau lebih banyak bercerita ?

nn. Ketika responden sedang berkumpul bersama teman, apakah

responden lebih banyak diam atau banyak bercerita ?

oo. Setelah kejadian yang responden alami, bagaimana cara responden

bergaul dengan orang lain dilingkungan tempat responden tinggal ?

pp. Bagaimana cara responden berkomunikasi dengan orang yang

mengungkit masa lalu responden ?

qq. Saat ini bagaimana hubungan responden dengan ayah dan ibu

responden ?

rr. Jika responden sedang merasa marah atas apa yang terjadi, apa yang

biasa responden lakukan ?

Page 263: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

263

INFORMED CONSENT

Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden

Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual

Komersil (Prostitusi)

Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang

NIM : 071301109

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan secara sukarela dan tidak

ada unsur paksaan dari siapapun, bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Saya telah diminta dan telah menyetujui untuk diwawancara sebagai

responden dalam penelitian mengenai resiliensi remaja putri korban eksploitasi

seksual komersil (prostitusi).

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan

manfaat penelitiaannya. Dengan demikian, saya menyatakan kesediaan saya dan

tidak berkeberatan memberi informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepada saya.

Saya mengerti bahwa identitas diri dan juga informasi yang saya berikan

akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk tujuan

penelitian saja.

Medan, 25 November 2011

(Responden) (Indah Rasulinta Sebayang)

Page 264: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

264

INFORMED CONSENT

Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden

Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual

Komersil (Prostitusi)

Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang

NIM : 071301109

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan secara sukarela dan tidak

ada unsur paksaan dari siapapun, bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Saya telah diminta dan telah menyetujui untuk diwawancara sebagai

responden dalam penelitian mengenai resiliensi remaja putri korban eksploitasi

seksual komersil (prostitusi).

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan

manfaat penelitiaannya. Dengan demikian, saya menyatakan kesediaan saya dan

tidak berkeberatan memberi informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepada saya.

Saya mengerti bahwa identitas diri dan juga informasi yang saya berikan

akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk tujuan

penelitian saja.

Medan, 23 Januari 2012

(Responden) (Indah Rasulinta Sebayang)

Page 265: GAMBARAN RESILIENSI REMAJA PUTRI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIL (PROSTITUSI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh

265

LEMBAR OBSERVASI

Responden :

Waktu Wawancara :

Tempat Wawancara :

Wawancara :

Observasi Selama Wawancara Berlangsung

-

-

-

-

-

-

-

-