This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TIPE TIDAK SPESIFIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
DARI 1 JANUARI 2014 SAMPAI 30 APRIL 2015
Diah Widityasari, Luh Dewi Rahayu, I.G.A Sri MahendraDewi
Bagian/SMF Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran,
Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
ABSTRAK
paling sering pada wanita. Di Indonesia, berdasarkan data
registrasi kanker tahun
2010, kanker payudara menempati peringkat pertama. Karsinoma
invasif tipe
tidak spesifik adalah tipe paling sering.
Tujuan penelitianinimemberikan informasi gambaran
klinikopatologi
karsinoma payudarainvasif tipe tidak spesifik berdasarkan umur dan
derajat
diferensiasi di RSUP Sanglah Denpasar.
Penelitianiniberupa deskriptif retrospektif. Data dikumpulkan dari
buku
registrasi di RSUP Sanglahdari 1 Januari 2014 sampai 30 April
2015.Sebanyak264 kasus karsinoma invasif tipe tidak spesifik usia
28-87 tahun.
Grade I, II, dan III sebanyak 6,44%, 40,15% dan 53,41%.Usia
terbanyak adalah
pada dekade ke-5 dan sediaan terbanyak berasal dari biopsi. Derajat
diferensiasi
III merupakan derajat diferensiasi terbanyak.
Kata kunci:Nottingham Grading System, gambaran klinikopatologi,
karsinoma
payudara invasif tipe tidak spesifik.
3
OF NO SPECIAL TYPE OF THE BREAST IN SANGLAH HOSPITAL
FROM 1 JANUARY 2014 UNTIL 30 APRIL 2015
Diah Widityasari, Luh Dewi Rahayu, I.G.A Sri Mahendra Dewi
Department of Pathology Anatomic, Udayana University Medical
School/
Sanglah Hospital Denpasar
ABSTRACT
Breast cancer is the most common malignancy in women and one of
the
leading causes of death in women.Based oncancer registration data
in 2010, breast
cancer was in the first rank in Indonesia. Invasive carcinoma of no
special type
was the most common type of the invasive carcinoma of the
breast.
Thisretrospective-descriptive study aimed to evaluate the
clinico-
pathological parameters features in invasive carcinoma of no
special type based
on patiens age and grade in Sanglah Hospital.
Data were collected from registration in Sanglah hospital, from 1
Januari
2014 until 30 April 2015.There were 264 cases diagnosed invasive
carcinoma of
no special type, the age range of 264 patients were 28-87 years
old. Grade I, II and
III were found as many as 6.44%, 40.15% and 53.41% cases,
respectively.The
most common patient’s age was in the 5th decades, the biopsy
specimen wasthe
commonest specimens. Grade III was the most common grade.
Keywords:Nottingham Grading System, clinicopathological features,
invasive
carcinoma of no special type of the breast.
4
PENDAHULUAN
penting pada wanita di dunia.Karsinoma payudara adalah keganasan
yang paling
seringterjadi dan merupakan penyebab kematian terbanyak pada
wanita.Angka
kematian dapat diturunkan apabila deteksi dini, diagnosis dan
penatalaksanaan
karsinoma payudara dilakukan dengan tepat dan efektif.Karsinoma ini
memiliki
insiden tertinggi pertama di Negara maju. Angka kejadiannya di
Amerika
Serikatmencapai 27/100.000 dan diperkirakan terdapat sekitar
100.000 kasus baru
per tahun dengan sekitar 30.000 pasien meninggal akibat penyakit
ini.1
Terdapat beberapa factor risiko yang mempengaruhi terjadinya
karsinoma
payudara antara lain usia saat diagnosis, usia saat kelahiran anak
pertama,
tidakmenyusui, usiasaat menarche dan menopause, riwayat keluarga,
ras/etnik,
pengaruh geografik, pola makan, obesitas, olahraga, merokok,
alkohol, riwayat
terpapar radiasi, paparan estrogen, penggunaan kontrasepsi
oral.2
Karsinoma payudara sebagian besar merupakan tipe adenokarsinoma
(95%)
yang dibagi menjadi karsinoma in situ dan karsinoma invasif.
Karsinoma in situ
merupakan proliferasi sel-sel epitel ganas yang hanya terbatas pada
duktal dan
lobulus tanpa melewati membran basalnya. Karsinoma invasive
merupakan
keganasan yang ditandai proliferasi sel-sel epitel ganas yang telah
melewati
membran basal dan menginfiltrasi sampai ke stroma di
sekitarnya.3Karsinoma
payudara invasif tipe tidak spesifik yang termasuk dalam
klasifikasi World Health
Organization (WHO), tahun 2012 merupakan kelompok karsinoma
yang
terbanyak dari karsinoma payudara invasif.
5
berdasarkan penggabungan skor penilaian tiga karakteristik tumor
yaitu
formasitubulus, pleomorfia inti sel dan hitung mitosis per 10
lapangpandang.
Penilaian derajat diferensiasi ini mengacu pada Nottingham Grading
Systematau
disebut juga Nottingham Combined Histologic Grade/Patey&Scarff
and Bloom &
Richardson modified by Elston& Ellis.4
BAHAN DAN METODE
invasif tipe tidak spesifik dikumpulkan dari buku registrasi
histopatologi di RSUP
Sanglah Denpasar sejak 1 Januari 2014 sampai 30 April 2015
berdasarkan umur
penderita dan derajat diferensiasi Nottingham Grading System.
Klasifikasi tumor
payudara mempergunakan klasifikasi WHO tahun 2012 (World
Health
Organization Clasification of Tumours of the Breast). Setiap kasus
parameter
klinikopatologisnya dicatat meliputi umur penderita dan derajat
diferensiasinya.
Uji deskriptif dilakukan untuk menghitung frekuensi dari
masing-masing
parameter klinikopatologis.
Sebanyak264 kasus didiagnosis sebagai karsinoma payudara invasif
tipe
tidak spesifik, 213 kasus dari biopsi, 51 kasus dari mastektomi
dengan 21 kasus
(7,95%) metastasis ke kelenjar getah bening.
6
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karsinoma Payudara Invasif Tipe Tidak
Spesifik
Berdasarkan Usia
Usia (tahun) Jumlah %
20-29 3 1,14
30-39 28 10,61
40-49 114 43,18
50-59 79 29,93
60-69 29 10,98
70-79 10 3,78
80-89 1 0,38
Total 264 100
Dari Tabel 1, didapatkan rentang usia terbanyak pada usia 40-49
tahun
yaitu sebanyak 114 kasus (43,18%).
Tabel
2.DistribusiFrekuensiKarsinomaPayudaraInvasifTipeTidakSpesifikBerdasarkanD
erajatDiferensiasi
Dari Tabel 2, berdasarkan derajat diferensiasi didapatkan
derajat
diferensiasi I sebanyak 17 kasus (6,44%), derajat diferensiasi II
sebanyak 106
kasus (40,15%) dan derajat diferensiasi III sebanyak 141 kasus
(53,41%). Dari
data tersebut didapatkan derajat diferensiasi terbanyak pada
derajat diferensiasi III
yaitu sebanyak 141 kasus (53,41%).
DISKUSI
Dari 264 kasus yang didiagnosis sebagai karsinoma payudara invasif
tipe
tidak spesifik, 213 kasus dari biopsi, 51 kasus dari mastektomi
dengan 21 kasus
7
(7,95%) metastasis ke kelenjar getah bening. Terdapat beberapa
karsinoma
payudara invasif menurut klasifikasi World Health Organization
(WHO), tahun
2012 diantaranya karsinoma invasif tipe tidak spesifik/ Invasive
carcinoma of no
special type (NST), Invasive lobular carcinoma(ILC),Tubular
carcinoma,
Cribiform carcinoma, Mucinous carcinoma, Carcinoma with medullary
features,
Carcinoma with apocrine differentiation, Invasive micropapillary
carcinoma,
Metaplastic carcinoma of no special type, Mixed metaplastic
carcinoma,
Myoepithelial carcinoma, Carcinomas with neuroendocrine
features,
inflammatory carcinoma. Karsinoma payudara invasif tipe tidak
spesifik adalah
kelompok tumor heterogen yang tidak dapat dimasukkan kedalam
kelompok
tumor payudara yang klasifikasi histologiknya jelas seperti
karsinoma tubular
dankarsinoma lobular. Karsinoma invasif tipe tidak spesifik
ditandai dengan
adanya proliferasi sel-selepitelduktalganas yang sampai
menginfiltrasi stroma di
sekitarnya dan dapat diikuti dengan adanya invasi intravasa.5
Sel-sel ganas pada
karsinoma invasive berpotensi untuk menginvasi pembuluh
darah/pembuluh limfe
kemudian mencapai KGB regional danlokasi yang jauh.3
Pada penelitian ini didapatkan rentang usia terbanyak pada kelompok
usia
40-49 tahun yaitu sebanyak 114 kasus (43,18%). Insiden kanker
payudara
meningkat cepat sesuai usia. Daerah yang memiliki risiko karsinoma
payudara
yang tinggi meliputi Australia, Eropa dan Amerika utara, dimana 6%
wanita di
daerah tersebut berkembang menjadi karsinoma payudara invasif pada
usia kurang
dari 75 tahun.4 Hanya 5% kanker payudara terjadi pada wanita
dibawahu mur 40
tahun. Karsinoma payudara jarang terjadi pada wanita umur dibawah
25 tahun
tetapi insidennya meningkat pada setelah umur 30 tahun. Umur
rata-rata saat
8
didiagnosis pada pasien karsinoma payudara invasif pada wanita
kulit putih
adalah 61 tahun, 56 tahun pada wanita Hispanic, dan 46 tahun untuk
wanita
Afrika-Amerika.5Selama periode premenopause terjadi peningkatan
jumlah
insiden di seluruh dunia kurang lebih 8-9% per tahun. Insiden
karsinoma payudara
meningkat sesuai dengan perkembangan usia namun menurun setelah
menopause
sebanyak 2-3% pertahun. Hal ini berkaitan dengan factor risiko
utama
perkembangan karsinoma payudara yaitu faktor hormonal seperti
misalnya
hormon esterogen dan pada wanita dengan riwayat keluarga menderita
kanker
payudara (faktor genetik).6Di Inggris didapatkan sekitar 26.000
kasus baru per
tahun dengan angka kematian mencapai 15.000 per tahun.1 Di
Indonesia, angka
kejadian karsinoma payudara dibuat berdasarkan registrasi berbasis
patologi
dengan insiden relatif 11,5% yang menandakan 11 – 12 kasus baru per
100.000
penduduk berisiko.7Berdasarkan data registrasi kanker tahun2008 dan
2010
karsinoma payudara di Denpasar maupun di Indonesia menempati urutan
pertama
terbanyak dari seluruh karsinoma pada wanita.8,9
Pada penelitian ini didapatkan derajat diferensiasi terbanyak pada
derajat
diferensiasi III yaitu sebanyak 141 kasus (53,41%).Hal ini
disebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini sehingga kanker
payudara
ditemukan pada derajat diferensiasi yang lebih tinggi. Kanker
payudara
merupakan penyakit heterogen, maka dalam diagnosis tipe histologik
saja tidak
cukup untuk menentukan terapi akhir. Oleh karena itu, dibuatlah
sistem derajat
diferensiasi. Sistem derajat diferensiasi cukup baik untuk
menentukan diagnostik
dan terapeutik. Sistem derajat diferensiasi dapat mengenal bahwa
tumor-tumor
derajat diferensiasi baik umumnya dengan prognosis yang baik,
sedangkan tumor-
9
tumor derajat diferensiasi buruk akan berkembang cepat dan memiliki
prognosis
yang kurang baik.10
Histologic Grade (Patey&Scarff and Bloom & Richardson
modified by Elston&
Ellis).Sistem ini menggunakan tiga karakteristik dalam penilaian
derajat
diferensiasi karsinoma payudara yaitu meliputi formasi tubulus,
pleomor fia inti
sel dan hitung mitosis per 10 lapang pandang.10
Formasi tubulus dinilai dari persentase jumlah struktur tubulus
pada
tumor. Seluruh bagian tumor ditinjau dengan lapangan pandang kecil
dan daerah
yang ditempati oleh sel-sel tumor yang menunjukkan struktur acinar
yang jelas
atau struktur kelenjar atau tubular denganruang lumen ditengahnya
yang dinilai.
Hanya struktur yang memiliki lumen ditengah yang jelas dengan
dikelilingi sel-sel
tumor pada bagian tepinya yang dapat dinilai.11
Formasi kelenjar/tubulus dibagi menjadi 3 skor yaitu formasi
tubulus
dinilai dengan skor 1 apabila mayoritas tumor memiliki struktur
tubulus dan
kelenjar sebanyak> 75%, skor 2 bila tumor mengandung struktur
tubulus dan
kelenjar sebanyak 10-75%, sedang kanskor 3 bila tumor mengandung
struktur
tubulus dan kelenjar sebanyak< 10%.11
Pleomorfia inti sel dinilai dengan 3 skor mulai dari nilai skor 1
sampai
3.Skor pleomorfia inti 1 bila inti hampir serupa ukurannya (<1,5
kali dari sel-sel
epitelial payudara normal), batasnya regular, kromatin inti
uniform, beberapa
kasar, sedikit variasi bentuk dan ukurannya (pleomorfia inti yang
minimal), dan
anak inti tidak tampak jelas. Skor 2 bila sel lebih besar dari pada
sel normal, inti
10
membesar (1,5-2 kali ukuran inti sel-sel epitelial normal) terdapat
variasi yang
sedang dalam ukuran dan bentuknya (pleomorfia inti ringan sampai
sedang), inti
open vesikular, dan anak inti terlihat namun kecil dan tidak nyata.
Skor 3 bila inti
semakin membesar (>2 kali ukuran inti sel epitel normal), ukuran
dan bentuknya
sangat bervariasi (pleomorfia inti berat), biasanya dengan bentuk
bizarre dan
sangat besar, kromatin inti vesikular, sering dengan anak inti yang
sangat jelas
terlihat.11
lapang pandang besar mikroskop dengan pembesaran 400x.Pemilihan
area
penghitungan mitosis seharusnya dilakukan mulai dari area tepi
tumor untuk
mendapatkan area yang paling banyak mengandung mitosis.Bila
terdapat
heterogenesitas, area yang dipilih harus yang paling banyak
mengandung mitosis.
Cut-off point untuk skor mitosis tergantung dari besarnya area
lapang pandang
objektif masing-masing mikroskop, sehingga perlu mengkalibrasi
mikroskop
dengan ukuran diameter darilapangpandangbesar (objektif
40X).4
Hasil skor dari ketiga karakteristik tersebut (formasi tubulus,
pleomorfia
inti dan hitung mitosis) kemudian dijumlahkan sehingga menghasilkan
total skor
derajat diferensiasi (grading score) dengan rentang skor 3-9. Total
skor 3-5
menandakan derajat diferensiasi I, total skor 6-7 menandakan
derajat diferensiasi
II dan total skor 8-9 menandakan derajat diferensiasi III.4
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, 264 kasus didiagnosis
sebagai
karsinoma invasif tipe tidak spesifik dengan rentang usia 28-87
tahun dengan usia
11
terbanyak pada dekade ke 5. Hal ini berkaitan dengan factor risiko
utama
perkembangan karsinoma payudara yaitu faktor hormonal seperti
misalnya
hormon esterogen dan pada wanita dengan riwayat keluarga menderita
kanker
payudara (faktor genetik). Grade I, II, dan III sebanyak 6,44%,
40,15% dan
53,41%.Sediaan terbanyak berasal dari biopsi dengan derajat
diferensiasi III
merupakan derajat diferensiasi terbanyak. Hal ini disebabkan
kurangnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini sehingga kanker
payudara
ditemukan pada derajat diferensiasi yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tanwani AK, Majeed M. Pattern of Invasive Ductal Carcinoma of
Breast
According to Nottingham Prognostic Index. Ann. Pak. Inst. Med.
Sci.
2009;5(4):251-4.
2. Singh S, Rajput SK, Singh M, Misra PK, Mohan G, Kumar M, Singh
RS,
Gambhir IS.P53 gene: mutation and immunohistochemical analysis
in
patients with invasive ductal carcinoma of breast. American Journal
of
Biochemistry and Biotechnology. 2013;9(4):395-403.
Parameters. Medical Journal Cairo Univ. 2012;80(2):179-89.
4. Colditz G, Chia KS. Invasive Breast Carcinoma. Dalam: Lakhani
SR, Ellis
IO, Schnitt SJ, Tan PH, Vijver MJ, penyunting. World Health
Organization:
Classification of Tumours of the Breast Fourth Edition. Lyon:
International
Agency for Research on Cancer;2012. h. 14-31.
12
5. Lester SC. The Breast. Dalam: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster
JC,
penyunting. Robbin and Cotran’s Pathology Basic of Diseases
Eighth
Edition.Philadelphia: Saunders Elsevier; 2015.h. 1043-71.
6. Colditz GA, Alfred DC. Breast Cancer Epidemiology and Risk
Factors. 17
Desember 2015. E-medicine.medscape.com. Diunduh tanggal 28
Desember
2015.
:SagungSeto; 2010. h. 17-47.
8. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Kanker di Indonesia Tahun
2008. Data
Histopatologik. Jakarta: DepartemenKesehatan R.I.2008.
9. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Kanker di Indonesia Tahun
2010. Data
Histopatologik. Jakarta: DepartemenKesehatan R.I.2010.
10. Rakha EA, Sayed ME, Lee AH, Elston CW, Grainge MJ, Hodi Z,
Blamey
RW, Ellis IO. Prognostic Significance of Notthingham Histologic
Grade in
Invasive Breast Carcinoma. Journal of Clinical Oncology. 2008;
26:3153-8.
11. Anonim. Pathology Reporting of Breast Disease. London : NHS
Cancer
Screening Programmes jointly with the Royal College of Pathologist;
2005.h.
61-89.