OPEN JOURNAL SYSTEMS Journal Help USER Username Password Remember me Login NOTIFICATIONS View Subscribe JOURNAL CONTENT Search Search Scope All Search Browse By Issue By Author By Title Other Journals FONT SIZE INFORMATION For Readers For Authors For Librarians CURRENT ISSUE HOME ABOUT LOGIN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS Home > Vol 6, No 2 (2016) Jurnal Pendidikan Progresif (JPP) FKIP Unila terbit pertama kalinya pada bulan April 2011 menggantikan nama Jurnal Pendidikan dan yang terbit pertama kalinya April 2003. Terbit dua kali setahun pada bulan April dan . Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, dimuat atas undangan ISSN 2087-9849. Announcements Call For Paper JPP 2017 Progresif (JPP) FKIP Unila merupakan Jurnal yang dikelola oleh Unit Database FKIP Unila sejak tahun 2011. JPP terbit sebanyak dua kali dalam setahun yakni pada bulan April dan , berisikan tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan bernomor seri internasional ISSN 2087-9849. Untuk Volume 7 Tahun 2017, JPP kembali menerima artikel-artikel berupa kajian ilmiah maupun artikel-artikel hasil penelitian di bidang kependidikan diperuntukkan bagi guru, dosen, penggiat pendidikan maupun umum. Naskah artikel paling lambat dikirimkan tanggal 28 Februari 2017 ke alamat email: [email protected]Posted: 2017-03-06 More Announcements... Jurnal Pendidikan Progresif Pembelajaran November Jurnal Pendidikan November standard Jurnal Pendidikan Progresif http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/jpp/index 1 of 2 02/06/17 12.26
14
Embed
G N U WV - repository.lppm.unila.ac.idrepository.lppm.unila.ac.id/3061/1/Jurnal Pendidikan Progresif_artikel... · pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OPEN
JOU
RNAL SYSTEM
S
Journal Help
US
ER
Usernam
e
Password
Rem
ember m
eLogin
NO
TIF
ICA
TIO
NS
ViewSubscribe
JOU
RN
AL
CO
NT
EN
T
Search
Search ScopeAll
Search
Bro
wse
By IssueBy A
uthorBy TitleO
ther Journals
FO
NT
SIZ
E
INF
OR
MA
TIO
N
For Readers
For Authors
For Librarians
CU
RR
EN
T IS
SU
E
HO
ME
AB
OU
TLO
GIN
RE
GIS
TE
RS
EA
RC
HC
UR
RE
NT
AR
CH
IVE
SA
NN
OU
NC
EM
EN
TS
Hom
e > V
ol 6
, No
2 (2
01
6)
Jurn
alP
end
idikan
Pro
gresif (JP
P) FK
IP U
nila terbit pertam
a kalinya pada bulan April 2011 m
enggantikan nama JurnalPendidikan dan
yang terbit pertama
kalinya April 2003. Terbit dua kali setahun pada bulan A
pril dan . B
erisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, dimuat atas undangan IS
SN
2087-9849.
Announcem
ents
Call For Paper JPP 2017
Progresif (JPP) FKIP U
nila merupakan Jurnal yang dikelola oleh U
nit Database FK
IP Unila sejak tahun 2011. JPP terbit sebanyak
dua kali dalam setahun yakni pada bulan A
pril dan , berisikan tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan bernom
or seri internasional IS
SN
2087-9849.
Untuk V
olume 7 Tahun 2017, JPP kem
bali menerim
a artikel-artikel berupa kajian ilmiah m
aupun artikel-artikel hasil penelitian di bidangkependidikan diperuntukkan bagi guru, dosen, penggiat pendidikan m
Abstract: The Effects of Problem Based Learning Open-Ended Type towards The Improvingof Students’ Problem Solving Skills. This study aimed to determine the effect of using open-ended PBM models in improving problem-solving skills of students. This study was a quasi-experimental with pretest posttest designs not equivalent. Samples were students in class X1and X6 selected from the population by using cluster random sampling. This research datawere in the form of quantitative and qualitative data. The quantitative data were obtainedfrom the average value of pretest and posttest that were statistically analyzed using t-test at5% confidence level through SPSS 17. Qualitative data were in the form of a description ofthe problem solving ability of students, student learning activity data, and the questionnaireresponses of students to use open-ended PBM model which were analyzed descriptively. Theaverage percentage of students’ activity in all aspects observed in the experimental class ishigher than the control class (experimental = 81.32; control = 64.22). Therefore, learning byusing PBM model of open-ended can influence the increasing of problem solving skills bystudents.
Keywords: problem-based learning model open-ended type, problem-solving skills, biologylearning, biodiversity.
Abstrak: Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-ended Terhadap PeningkatanKemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhpenggunaan model PBM open-ended dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah olehsiswa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok takekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 dan X6 yang dipilih dari populasi secara clusterrandom sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperolehdari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada tarafkepercayaan 5% melalui program SPSS 17. Data kualitatif berupa deskripsi kemampuan pemecahanmasalah oleh siswa, data aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaanmodel PBM open-endedyang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah oleh siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkankelompok kontrol (eksperimen = 82,92; kontrol = 73,92). Rata-rata persentase peningkatan aktivitassiswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol(eksperimen = 81,32; kontrol = 64,22). Dengan demikian, pembelajaran menggunakan modelPBM open-ended berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.
Kata kunci: model pembelajaran berbasis masalah open-ended, kemampuan pemecahanmasalah, pembelajaran biologi, keanekaragaman hayati.
164Tri Suwandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended ...
PENDAHULUAN
Kemampuan pemecahan masalah (KPM)merupakanbagian dari kecakapan hidup yangtelah diintegrasikan ke dalam kurikulumpendidikan. Hal ini secara eksplisit telahdirumuskan padalatar belakang Standar Isi KTSPuntuk mata pelajaran biologi SMA/MA(Depdiknas, 2006) berikut ini: Matapelajaran biologi dikembangkan melaluikemampuan berpikir analitis, induktif, dandeduktif untuk menyelesaikan masalah yangberkaitan dengan peristiwa alam sekitar.Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dankuantitatif dilakukan dengan menggunakanpemahaman dalam bidang matematika, fisika,kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya.Pentingnya KPM oleh siswa juga ungkapkan olehTakwim (dalam Paidi, 2010). Ia berpendapatbahwa KPM dipandang perlu dimiliki siswa,terutama siswa SMA/MA karena kemampuan inidapat membantu siswa membuat keputusan yangtepat, cermat, sistematis, logis, dan mem-pertimbangkan berbagai sudut pandang.
Dalam pandangan pemikir pendidikaninternasional, KPM dipandang penting bagi paralulusan SMApada abad pengetahuan di eraglobalisasi ini. Trilling & Hood (dalam Paidi,2010) secara tegas menyatakanbahwakemampuan pemecahan masalah sebagai bagiandari 7 jenis keterampilan yang dituntut untukdijadikan student’s learning outcome disekolah-sekolah lanjutan. Para ahli pendidikandari Yosemite Community College District(YCCD) dari Mesa College juga menegaskanbahwa untuk abad ini, tuntutan hasil belajar(student learning outcome) di sekolahmenengah mencakup kemampuan pemecahanmasalah, keterampilan berkomunikasi global,keterampilan IT(information and technology),dan kemampuan soft skills lainnya (Paidi, 2010).
Mengingat pentingnya KPM, maka perluditerapkan suatu model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan tersebut. Salah satumodel pembelajaran yang diduga dapatmengembangkan KPM oleh siswa adalahPembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Rusman(2011) menjelaskan bahwa PBM merupakansuatu pembelajaran yang menuntut aktivitasmental siswa untuk memahami suatu konseppembelajaran melalui situasi dan masalah yangdisajikan pada awal pembelajaran. Masalah yangdikemukakan kepada siswa bertujuan untukmembangkitkan pemahaman siswa terhadapmasalah, sebuah kesadaran akan adanyakesenjangan, keinginan memecahkan masalah,dan adanya persepsi bahwa mereka mampumemecahkan masalah tersebut.
Masalah yang dipecahkan dalam kegiatanpemecahan masalahadalah permasalahan ataupersoalan otentik. Masalah otentik banyakdidefinisikan sebagai ill-structured problematauopen-ended problem, ialah persoalan yang tidakhanya mempunyai satu macam solusi, persoalanyang melibatkan berbagai disiplin ilmu/kajian, danberupa persoalanyang memancing pemikiranuntuk menemukan alternatif rumusan dansolusinya (Paidi, 2010). Penggunaan masalahopen-ended dalam pembelajaran sangatbermanfaat bagi siswa dalam memecahkanmasalah dunia nyata (Van den Heuvel-Panhuizen,dalam Eric, 2005). Selain itu, melalui penelitianyang dilakukan oleh Vendiagrys (2007:55)tentang keefektifan pembelajaran matematikaberbasis masalah open-ended terhadap KPMoleh siswa, dapat disimpulkan bahwa KPM olehsiswa meningkat dengan pembelajaranmatematika berbasis masalah open-ended.Mengacu pada hasil penelitian tersebut, didugamodel PBM open-ended juga dapat diterapkandalam pembelajaran biologi, karena dalam biologibanyak masalah open-endedyang bisadimunculkan sebagai stimulus belajar. Paidi(2010:4) mencontohkan materi ekosistem,lingkungan hidup, dan bioteknologi sebagai materiyang memiliki banyak permasalahan otentik
165 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VI, No. 2 November 2016 hal. 163- 173
berbentuk open-ended yang sangat familiar dankontekstual bagi siswa.
Sementara itu, berdasarkan hasilwawancara dengan guru biologi SMA Negeri 1Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada Agustus2011, model pembelajaran ini belum pernahditerapkan dalam proses pembelajaran. Selamaini guru menggunakan metode ceramah, diskusi,latihan soal, dan terkadang diselingi kegiatanpraktikum. Metode-metode seperti ini didugakurang memfasilitasi siswa untukmengembangkan kemampuan siswa untukmemecahkan masalah secara luas dankreatif.Metode ceramah menyebabkan siswahanya diam mendengarkan penjelasan guru,diskusi tidak efektif karena hanya bersifatinformatif saja, latihan soal tidak optimal karenasiswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di bukubiologi yang tersedia di perpustakaan sekolahdengan cara memindahkan jawaban yang sudahtersedia di buku tersebut, sedangkan praktikumumumnya bersifat pengujian teoritis dasarsaja.Selain itu, hasil pengamatan dalampembelajaran biologi di kelas X pada saat gurumemberikan apersepsi tentang dampakkerusakan hutan di gunung Tanggamus(permasalahan biologi pada tingkat ekosistem),siswa menunjukkan KPM yang masih tergolongrendah. Siswa kurang mampu menjelaskan lebihlanjut apa yang menjadi penyebab dan dampakadanya permasalahan biologi tersebut. Olehkarena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahuipengaruh penggunaan model PBM open-endeddalam meningkatkan KPM dan aktivitas belajarsiswa.
METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanJanuari 2012 di SMA Negeri 1 Sumberejo,Kabupaten Tanggamus.Populasi dalam penelitianini adalah seluruh siswa kelas X semester genapSMA Negeri 1 Sumberejo Tahun Pelajaran 2011/
2012 yang terdiri atas 6 kelas. Sampel dalampenelitian ini adalah kelas X1 (sebagai kelompokeksperimen) dan kelas X6 (sebagai kelompokkontrol) yang dipilih dengan teknik clustersamplingatau sampel berkelompok.Penelitian inimerupakan eksperimental semu (quasieksperiment) dengan desain pretes-posteskelompok tak ekuivalen. Kelompok eksperimen(kelas X1) diberi perlakuan dengan PBM open-ended, sementara kelompok kontrol (kelas X6)diberi perlakuan dengan PBM non open-ended.Setelah itu, kedua kelompok diberi tes/soalpenyelesaian masalah berupa soal essay yangsama di awal dan akhir kegiatan pembelajaran(pretes-postes).
Data dalam penelitian ini berupa datakuantitatif dan kualitatif. Data kuatitaif berupaskorKPM oleh siswa yang diperoleh dari nilaipretes dan postes.KPM oleh siswa ditinjauberdasarkan perbandingan gain yangdinormalisasi atau n-gain (g) denganmenggunakan rumus Hake (1999) berikut ini.
g=(Spost
– Spre
) / (Smax
– Spre
)
Keterangan:g = rata-ratan-gainS
post= rata-rataskor postes
Spre
= rata-rataskor pretesS
max= skor maksimum
Kriteria n-gain tinggi jika g > 0,7, sedang jika0,7 >g > 0,3, dan rendah jika g < 0,3.
Data kualitatif dalam penelitian ini adalahdeskripsi KPM oleh siswa sebelum, selama, dansesudah pembelajaran. Selain itu, digunakan datapendukung berupa data aktivitas belajar siswadan tanggapan siswa terhadap penggunaan modelPBM open-ended.
Data kuantitatif dianalisis secara statistikmenggunakan software SPSS versi 17. Nilaipretes, postes, dan N-gain pada kelas
166Tri Suwandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended ...
eksperimen dankontrol dianalisis menggunakanuji t, yang sebelumnya dilakukan uji prasyaratberupa uji normalitas dan kesamaan dua varians(homogenitas) data.Apabila masing masing databerdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan ujikesamaan dua varians. Untuk menguji hipotesisdigunakan uji kesamaan dua rata-rata dan ujiperbedaan dua rata-rata. Data kualitatif dianalisissecara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini berupa data KPMoleh siswa, aktivitas belajar, dan tanggapan siswaterhadap penggunaan PBMopen-endeddisajikansebagai berikut.
Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM)oleh Siswa
Data KPM oleh siswa yang diperolehdaripretes dan postes kelompok eksperimen dankontrol selengkapnya dapat dilihat pada tabelberikut.
Berdasarkan Tabel 1diketahui bahwa nilaipretes KPM oleh siswa pada pada keduakelompok tidak berdistribusi normal. Sedangkanuntuk nilai postes dan n-gain KPM oleh siswapada pada kedua kelompok berdistribusi normaldan memiliki varians yang sama (homogen).Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitasdata, selanjutnya dilakukan uji Mann-Withney Uterhadap nilai pretes dan dilakukan uji t terhadapnilai postes dan n-gain KPM oleh siswa pada
Tabel 1. Hasil uji normalitas dan homogenitas nilaipretes, postes, dan n-gain KPM oleh siswapada kelompok eksperimen dan kontrol.
kelompok eksperimen dan kontrol. Adapun hasilanalisis uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nilaipretes KPM oleh siswa pada kedua kelompoktidak berbeda secara signifikan, sedangkan nilaipostes dan n-gain KPMolehsiswa pada keduakelompok berbeda secara signifikan. Diketahuijuga bahwa nilai postes dan n-gain KPM olehsiswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Hasil analisis rata-ratan-gain untuk setiapindikator KPMoleh siswa selengkapnya dapatdilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwarata-rata n-gain indikator mengidentifikasimasalah dan memilih solusi pada kelompokeksperimen berbeda signifikan dengan kelompok
Ket: X = Rata-rata; Sd = Standar deviasi
Tabel 2. Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan n-gain KPM oleh
siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol.
KelompokPretes Postes N-gain
± Sd Uji U ± Sd Uji t1 Uji t2 ± Sd Uji t1 Uji t2
Eksperimen50,76±10,95 p(0,346
> 0,05)
83,40±9,80 th(2,904)
>tt(2,018)
th(45,619)
>tt(2,042)
0,66±0,19 th(3,539)
>tt(2,018)
th(19,304)
>tt(2,042)Kontrol
52,54±14,72
73,93±15,05
0,47±0,23
Ket: X= Rata-rata; Sd = Standar deviasi; U = Mann-Whiyney U; t
1 = Kesamaan dua rata; t
2= Perbedaan
dua rata-rata.
Tabel 3. Hasil analisis rata-ratan-gainsetiap indikatorKPM oleh siswa pada kelompok eksperimen
Ket: A = Mengidentifikasi masalah; B = Merumuskanmasalah; C = Membuat alternatif solusi; D = Memilihsolusi.
167 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VI, No. 2 November 2016 hal. 163- 173
kontrol. Sedangkan rata-rata n-gain indikatormerumuskan masalah dan membuat alternatifsolusi pada kedua kelompok tidak berbedasignifikan. Adanya perbedaan rata-ratan-gainindikator KPM oleh siswa antara kelompokeksperimen dan kontrol memerlukan penelaahanterhadap peningkatan setiap indikator KPM.Oleh sebab itu, pada Tabel 4 disajikan datapeningkatan KPM oleh siswa pada keduakelompok.
Dari Tabel 4, diketahui bahwa terjadipeningkatan KPM oleh siswa dengan kriteriasedang pada kedua kelompok. Namun,berdasarkan rata-rata indikator KPM oleh siswapada kelompok eksperimen mengalamipeningkatan18,90% lebih tinggi daripadakelompok kontrol.
Aktivitas Belajar Siswa
Adapun data hasil observasi aktivitasbelajar siswa pada kelompok eksperimen dankontrol disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 4. Data peningkatan KPM oleh siswa padakelompok eksperimen dan kontrol.
IndikatorKPM
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretes Postes%g K
Pretes Postes%g K
Nilai K Nilai K Nilai K Nilai KA 56,77 S 90,97 T 76,03 T 55,52 S 74,14 T 44,13 SB 41,13 S 87,10 T 72,90 T 57,33 S 78,88 T 53,95 SC 64,92 S 87,10 T 60,32 S 57,76 S 79,74 T 45,43 SD 15,73 R 66,53 S 57,79 S 38,79 S 62,93 S 34,27 S
± Sd44,64±2,4
3 S 82,92±1,97 T 63,35±
9,05 S 52,35±2,02 S 73,92±1,
92 T 44,45±8,06 S
Ket: % g = % Peningkatan; A = Mengidentifikasimasalah; B = Merumuskan masalah; C = Membuatalternatif solusi; D = Memilih solusi; K = Kriteria; T =Tinggi; S = Sedang; R = Rendah.
Aspek yangdi amati
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Persentase (%) Kriteria Persentase (%) Kriteria
A 82,80 Baik 73,56 CukupB 88,17 Sangat Baik 74,71 CukupC 79,57 Baik 51,72 CukupD 74,73 Cukup 56,90 Cukup
81,32 Baik 64,22 Cukup
Tabel 5. Aktivitas belajar siswa kelompok eksperimendankontrol.
Ket: A = Mengemukakan ide/gagasan berdasarkanpermasalahan yang ada pada LKS; B = BertukarInformasi; C = Mempersentasikan hasil diskusikelompok; dan D = Mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelompokeksperimen lebih tinggi daripada kelompokkontrol. Namun demikian, pada aspekmengajukan pertanyaan sama-sama berkategoricukup.
Tanggapan Siswa Terhadap PenggunaanModel PBM Open-Ended
Data tanggapan siswa terhadap penggunaanmodel PBM open-ended dilakukan melaluipenyebaran angket.Pada gambar di bawah inidipaparkan tentang tanggapan siswa terhadappenggunaan PBM open-ended.
Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwasemua siswa (100%) merasa senang mempelajariMateri Pokok Keanekaragaman HayatiIndonesia serta Usaha Pemanfaatan danPelestarian SDA, sehingga mudah memahamimateri dan mampu mengembangkan KPM.Siswa merasa lebih aktif dalam diskusi kelompokmaupun diskusi kelas serta mudah berinteraksidengan teman selama proses belajar. Siswa
Gambar 1. Tanggapan siswa terhadap penggunaanmodel PBM open-ended.
168Tri Suwandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended ...
termotivasi untuk mencari data/informasi dariberbagai sumber (buku dan internet) sehinggamemudahkan dalam mengerjakan soal di LKSserta menambah wawasan/pengetahuan barutentang materi yang dipelajari.
Penelitian ini diawali dengan mengukurkemampuan awal siswa pada kelompokeksperimen dan kontrol dalam memecahkanpermasalahan yang berhubungan dengan materipokok melalui pretes. Hasil analisis terhadap nilairata-rata pretes (Tabel 2) diketahui bahwa tidakada perbedaan yang signifikan, artinya keduakelompok memiliki KPM yang sama dengankriteria sedang. Hal ini disebabkan siswa tidakterbiasa dengan soal-soal pemecahan masalah.Selama ini siswa hanya mengerjakan soal-soalbersifat well-defined/well-structured atautextbook questions . Jenis soal ataupermasalahan ini memiliki strategi solusi yangmudah diprediksi, memiliki satu jawaban(konvergen), dan pada umumnya informasi awalmerupakan bagian dari pernyataan masalah(Kirkley, 2003 dan Jonnasen, 2005). Hal inididuga menyebabkan kemampuan pemecahanmasalah oleh siswa pada kedua kelompok sama.
Setelah dilakukan perlakuan yang berbedapada kedua kelompok kemudian dilakukanpengukuran KPM oleh siswa melalui postes. Hasilpostes (Tabel 4) menunjukkan bahwa KPM olehsiswa pada kedua kelompok berkriteria tinggi.Oleh karena itu perlu dilakukan analisis uji tterhadap n-gain untuk mengetahui adaperbedaan peningkatan KPM oleh siswa setelahdiberikan perlakuan berupa PBM open-endedmaupun PBMnon open-ended. Dari hasil analisisuji t tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaanyang signifikan antara rata-rata n-gain KPM olehsiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol.Selain itu, diketahui juga bahwa rata-rata n-gainKPM oleh siswa pada kelompok eksperimenlebih tinggi dibanding kelompok kontrol.Sehingga dapat dinyatakan bahwa peningkatanKPM oleh siswa menggunakan PBM open-
endedlebih tinggidibanding dengan menggunakanPBM nonopen-ended.
Kemampuan pemecahan masalah olehsiswa pada kedua kelompok mengalamipeningkatan setelah diterapkan model PBM. Halini disebabkan karena pada model ini, siswabertindak sebagai pemecah masalah (Akinogludan Ozkardes dalam Sahara et al.,2008;Gallagheret al. dalam Hung et al., 2007).Namun, penggunaan sifat masalah yang berbedapada model PBM dapat menyebabkanperbedaan KPM oleh siswa. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa penggunaan masalah open-ended dalam PBM ternyata lebih efektifmeningkatkan KPM oleh siswa dibandingkandengan masalah non open-endedyaitu padaindikator mengidentifikasi masalah dan memilihsolusi. Hasil ini didukung oleh penelitianVendiagrys (2007:55) yang berkesimpulan bahwapembelajaran matematika berbasis problemopen-ended dapat meningkatkan KPMmatematika oleh siswa.
Kemampuan pemecahan masalah olehsiswa lebih berkembang dengan menggunakanPBM open-ended. Hal ini terjadi karena adanyaaktivitas belajar siswa yang mampumengembangkan kemampuan tersebut, antara lainmengemukakan ide/gagasan berdasarkanpermasalahan pada LKS, bertukar informasi,dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Selain itu, Yee (2002) menjelaskan jika siswamenghadapi konflik kognitif berupa masalahopen-ended atau ill-structured maka dibutuhkanusaha untuk memperluas pengetahuan yang telahmereka miliki dengan menggunakan berbagai caradan sumber-sumber yang melibatkan situasimasalah. Hal ini terjadi pada saat PBM open-ended yaitu semua siswa (100%) menggunakanberbagai literatur (buku dan internet) untukmemecahkan masalah open-ended. MenurutWoods (dalam Morgan & Williams, 2008),aktivitas seperti ini mampu membantu siswadalam menyelesaikan masalah, karena berbagai
169 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VI, No. 2 November 2016 hal. 163- 173
cara/metode pemecahan masalah dapatditemukan melalui literatur. Selain itu, Gorman(1974) menyebutkan bahwa salah satu faktoryang dapat meningkatkan kemampuanpemecahan masalah adalah kemampuan mencariinformasi yang relevan. Informasi baru yang siswaperoleh diduga mampu menjadi pertimbangandalam membuat solusi pemecahan masalahdengan alasan yang rasional.
Kemampuan pemecahan masalah olehsiswa setelah menggunakan PBM open-endedmengalami peningkatan sebesar 18,90% lebihtinggi daripada KPM oleh siswa yangmenggunakan PBM non open-ended. Namun,berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa indikatormengidentifikasi masalah dan memilih solusi olehsiswa pada kedua kelompok berbeda secarasignifikan. Sementara untuk indikatormerumuskan masalah dan membuat alternatifsolusi oleh siswa pada kedua kelompok tidakberbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkanbahwa PBM open-endedberpengaruh secarasignifikan dalam meningkatkan kemampuanmengidentifikasi masalah dan memilih solusi sertaberpengaruh tidak signifikan dalam meningkatkankemampuan merumuskan masalah dan membuatalternatif solusi.
Pada PBM open-ended, masalah disajikanmelalui LKS dalam bentuk trigger yangdilengkapi dengan daftar perintahsebagaiguidance kegiatan siswa memecahkanmasalah.Trigger dirancang secara sederhanamenggunakan kalimat-kalimat yang pendek danmemberikan sedikit fakta-fakta seputarkontekspermasalahan, sehingga memotivasi siswa untukmelakukan pencarian data, informasi, atau fakta-fakta pendukung melalui berbagai sumber(second hand information) sebelum dapatmengidentifikasi masalah (Takahashi, 2000; Mills,2003).
Berdasarkan data angket, semua siswa(100%) termotivasi untuk mencari data/informasiyang sesuai dengan permasalahan melalui
berbagai sumber (buku dan internet). Adapundata atau informasi yang mereka peroleh adalahberupa artikel-artikel serta jurnal penelitian yangsesuai dengan trigger yang terdapat padaLembar Kerja Siswa (LKS). Artikel atau jurnalyang diperoleh oleh siswa berdasarkanpermasalahanyang terdapat pada LKS yaitu (1)Satwa yang terancam punah (badak jawa dansumatera, harimau sumatera, jalak bali, komodo,cendrawasih, dan anoa) dan perkiraan populasihewan langka Indonesia; (2)Kondisi danperubahan tutupan hutan; luas hutan bebrapaprovinsi di Indonesia; kondisi hutan gunungTanggamus; dan jenis-jenis tumbuhan langka diIndonesia; (3) Pemanfaatan SDA hayatiIndonesia yang belum optimal; pemanfaatantanaman herbal Indonesia kurang serius;pengolahan tanaman obat Indonesia belumoptimal; dan pengembangan tanaman obat dihutan tropika; (4) Permasalahan di kebunbinatang Surabaya; konflik manusia dan satwaliar; permasalahan di Taman Nasional BukitBarisan Selatan; konflik gajah sumatera denganpenduduk Suoh, Lampung Barat.
Setelah berhasil mengumpulkan data daninformasi, selanjutnya setiap siswa berkolaborasiuntuk mengidentifikasi permasalahanberdasarkan artikel atau jurnal tersebut. Semuasiswa (100%) aktif melakukan diskusi karenasetiap siswa memiliki bahan informasi yang dapatdikomunikasikan dengan anggota kelompoklainnya. Meskipun sebagian kecil siswa (12,9%)merasa sulit berinteraksi dengan anggotakelompoknya karena ada anggota kelompokyang terlalu mempertahankan pendapatnya.Namun, kegiatan diskusi tetap berlangsungkondusif karena setiap kelompok termotivasiuntuk menjadi kelompok yang terbaik yangmampu memecahkan masalah dengan baik.Sedangkan pada PBM non open-ended,kemampuan mengidentifikasi masalah digali padasaat siswa mendiskusikan permasalahan dengandata/informasi lengkap mengenai apa, bagaimana,
170Tri Suwandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended ...
mengapa, di mana, dan kapan masalah tersebutterjadi dalam bentuk wacana di LKS, tidakmelalui buku/internet.
Pada kelompok eksperimen, siswamelakukan aktivitas internet research dan groupdiscussions. Sementara itu pada kelompokkontrol, siswa hanya melakukan aktivitas groupdiscussions.Adanya perbedaan jenis aktivitas inimampu menimbulkan pengaruh yang berbedaterhadap peningkatan kemampuan siswa untukmengidentifikasi masalah. Hal ini didukung olehhasil penelitian Pierce& Gerdes (dalam IMSA,2008) yang menunjukkan bahwa semakinkompleks aktivitas selama pembelajaran berbasisopen-ended question ternyata mampumeningkatkan kemampuan mengidentifikasi(mengenali dan memahami) masalah.
Pada PBM open-ended, sebagian besarsiswa mengidentifikasi masalah dengan membuatsub-sub masalah terlebih dahulu kemudianmenentukan masalah yang paling relevan denganwacana yang disajikan. Sementara itu, padaPBM nonopen-ended, siswa tidak membuat sub-sub masalah dan sebagian kecil siswa kurang tepatdalam mengidentifikasi masalah. Hal inilah yangdiduga menyebabkan kemampuan meng-identifikasi masalah oleh siswa yang menggunakanPBM open-ended meningkat 31,90% lebih tinggidaripada siswa yang menggunakan PBMnonopen-ended.
Indikator KPM setelah mengidentifikasimasalah, kemudian siswa merumuskan masalahdalam bentuk kalimat tanya. Kemampuanmerumuskan masalah oleh siswa pada kelompokeksperimen maupun kontrol setelah pembelajaranternyata tidak berbeda secara signifikan dengankriteria sedang. Artinya PBM open-endedmaupun PBM non open-ended tidakmemberikan pengaruh yang signifikan terhadappeningkatan kemampuan merumuskan masalah.Siswa pada kelompok eksperimen maupunkontrol dilatih untuk merumuskan masalahdengan bimbingan guru. Dalam membuat rumusan
masalah dalam bentuk kalimat tanya yang bakusiswa hanya kecerdasan verbal-linguistic saja(Fogarty dalam Santyasa, 2008). Selain itu, padasaat memberikan konfirmasi, guru memberikanbeberapa contoh membuat rumusan masalahdengan dua variabel. Beberapa hal inilah yangdiduga menyebabkan kemampuan merumuskanmasalah pada kedua kelompok tidak berbedasignifikan.
Kemampuan selanjutnya yang dikembang-kan melalui PBM adalah kemampuan membuatalternatif solusi. Pada kelompok eksperimenmaupun kontrol, kemampuan ini digali ketikasiswa berkolaborasi mendiskusikan data daninformasi yang relevan dengan permasalahan.Setiap anggota kelompok secara kolaboratifmulai bergelut untuk mendiskusikan permasalahandari berbagai sudut pandang. Kolaborasi menjadimediasi untuk menghimpun sejumlah alternatifpemecahan masalah yang menghasilkan alternatifyang lebih baik dibandingkan dilakukan secaraindividual. Pada tahap ini siswa menggunakankecerdasan inter dan intrapersonal untuk salingmemahami dan saling berbagi pengetahuan antaranggota kelompok terkait dengan permasalahanyang dikaji (Fogarty dalam Santyasa, 2008).Selama berkolaborasi, persentase aktivitas siswayang mengemukakan ide/gagasan pada keduakelompok ternyata tidak begitu berbeda.Kemungkinan sebagian siswa pada keduakelompok tidak merasa sulit dalammengemukakan ide/gagasan berdasarkanpermasalahan pada LKS. Hal ini tentu dapatmempengaruhi peningkatan kemampuan siswadalam membuat alternatif solusi. Kemampuan inisama-sama meningkat dari kriteria sedangmenjadi tinggi pada kedua kelompok, sehinggatidak menimbulkan perbedaan yang signifikanpada penggunaan PBM open-ended maupunPMB non open-ended.
Tahap akhir dalam penyelesaian masalahadalah memilih solusi. Dalam PBM, tahap inidisebut sebagai resolution of messy
171 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VI, No. 2 November 2016 hal. 163- 173
problemskarena siswa menguji alternatifpemecahan yang sesuaidengan permasalahanaktual melalui diskusi secara komprehensifantaranggota kelompokuntuk mem-peroleh hasilpemecahan terbaik. Ketika dihadapkan padamasalah open-ended, siswa menggunakankemampuan berpikir luas (comprehensive),berpikir tingkat tinggi (a higher level ofthinking), serta kecerdasan majemuk (multipleintelligences) yang dimilikinya untuk membuatsolusi dari permasalahan yang dihadapi (Sawadadalam Capraroet al., 2007 dan Shimada &Becker, 1997; Heinemann dalamwww.books.heineman.com; Fogarty dalamSantyasa, 2008 dan Gardnerdalam Santyasa,2008).Selain itu, siswa juga menggunakanpengetahuannya untuk membandingkan solusiyang paling efektif dan efisien (Foshay& Gibbons,2005).
Pada PBM open-ended kemampuanmemilih solusi lebih sering dilatih pada kegiatandiskusi kelompok dan diskusi kelas. Dalamdiskusi kelompok, siswa menggunakanpengalaman dan kemampuan berpikirnya untukmemberikan alasan yang logis dalam memilihsolusi. Sementara dalam diskusi kelas, setiapkelompok mempresentasikan hasil pemecahanmasalahnya dengan menggunakan media (madingberbahan kertas plano/flip chart). Presentasiterlihat kondusif karena kelompok penyajimenguasai materi presentasi dan mampubekerjasama untuk menyampaikan informasisecara jelas kepada kelompok lain. Anggotakelompok lain terlihat aktif mengajukanpertanyaan mengenai permasalahan yangdisajikan. Diskusi kelas juga berlangsung kondusifmeskipun tidak semua penyaji mampu menjawabpertanyaan dan menanggapi saran atau komentarkelompok lain dengan baik. Selain itu, aduargumentasi dan debat juga sempat terjadi karenaada jawaban yang kurang sesuai denganpertanyaan.
Aktivitas belajar seperti ini tentu mampumemberi pengetahuan dan wawasan baru (newinsight) bagi anggota siswa. Berdasarkan dataangket, semua siswa (100%) memperolehpengetahuan dan wawasan baru (new insight)tentang materi pokok yang dipelajari. Hal inimenyebabkan siswa lebih terlatih untuk memilihsolusi yang relevan dengan permasalahan disertaipemberian alasan rasional untuk menjelaskanpentingnya solusi tersebut digunakan untukmemecahkan permasalahan sehingga sebagianbesar siswa (90,32%) merasa mudah untukmenyelesaikan permasalahan pada LKS.Sementara pada PBM non open-ended,kemampuan memilih solusi kurang terlatih.Selama diskusi pemecahan masalah ditemukanfakta, setiap kelompok memberikan solusi yanghampir sama dengan kelompok lain karena solusidari permasalahan-permasalahan yang disajikansering didengar atau familiar. Contohnya, ketikaada permasalahan pemanfaatan tanaman obat diIndonesia (LKS 4 kelompok kontrol), siswamemberikan solusi berupa program pendidikandan penelitian dengan alasan yang kurang relevan.Beberapa hal tersebut diduga mengakibatkanmeningkatnya kemampuan memilih solusi olehsiswa yang melakukan PBM open-ended sebesar23,52% lebih tinggi dari kemampuan siswa yangmelakukan PBM non open-ended.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatdisimpulkan bahwa penggunaan model PBMopen-endedberpengaruh signifikan dalammeningkatkan KPM oleh siswauntuk indikatormengidentifikasi masalah dan memilih solusi,sedangkan untuk indikator merumuskan masalahdan membuat alternatif solusi berpengaruh tidaksignifikan. Penggunaan model PBM open-endedjuga berpengaruh dalam meningkatkan aktivitasbelajar siswa, sehingga sebagian besar siswamemberikan tanggapan positif terhadappenggunaan model PBM open-ended.Hal inisesuai dengan hasil penelitian Parwati (2005)
172Tri Suwandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended ...
tentang pembelajaran berbasis open-endedproblem menunjukkan bahwa aktivitas belajarsiswa meningkat pada setiap siklus dan tanggapansiswa sangat positif terhadap pembelajarantersebut. Tanggapan siswa yang positif ini tidakterlepas dari suasana belajar yang dialami olehsiswa. Selama proses pembelajaran di kelas, gurumenciptakan suasana pendidikan yang bermakna,menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogisseperti yang tercantum pada Pasal 40 Ayat 2 UUNo. 20 Tahun 2003 tentang kewajiban gurusebagai pendidik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data danpembahasan, maka dapat disimpulkan bahwapenggunaan model PBM open-endedberpengaruh dalam meningkatkankemampuan pemecahan masalah dan aktivitasbelajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Capraro, M.M., R.M. Capraro, V.V. Cifarelli.What are the students as they solveopen-ended mathematics problems?(Online)http://math.unipa.it/~grim/21_project/21_charlotte_CapraroPaperEdit.pdf. Diakses pada Rabu, 8Pebruari 2012.
Depdiknas. 2006. Sosialisasi KTSP. DitjenPMPTK, Depdiknas. Jakarta.
Eric, C.C.M. 2005. Using Open-EndedMathematics Problems A ClassroomExperience (Primary). National Instituteof Education, Nanyang TechnologicalUniversity. Singapura.
Foshay, W.R. dan A. Gibbons. 2005. Learning,Teaching, and Designing Problem-Solving: An Assessment. (Online) http://www.foshay.org. Diakses pada Rabu, 8Pebruari 2012.
Heinemann. tanpatahun. Open-endedassessment in Math: A ResearchableCollection of 450+ Questions.(Online)http://www.books.heinemann.com.Diakses pada Rabu, 8 Pebruari 2012.
Hake, R.R. 1999. Analizing Change/GainScore. (Online) http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.Diakses pada Selasa, 18 Oktober 2011.
Hung, W., D.H. Jonassen, dan R. Liu. 2010.Problem-Based Learning. (Online) http:// f a cu l t y. k s u . e d u . s a / A l h a s s a n /Hand%20book%20on%20research%20in%20educational%20 communication/ER5849x_C038.fm.pdf. Diakses padaRabu, 8 Pebruari 2012.
Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching ProblemSolving. Indiana University. Indiana.
Mills, D. 2003. Problem-Based Learning.(Online)www.hebes.mdx.ac.uk/teaching/Research/PEPBL. Diakses pada Rabu, 8Pebruari 2012.
Morgan, J. dan B. Williams. 2008. Overviewof Problem Solving. (Online)http://www.pcrest2.com/institute_resources/CT/2_2_6.pdf. Diakses pada Kamis, 10November 2011.
Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalahdalam Pembelajaran Biologi di SMA.Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY.(Online) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ 132048519/Artikel%20Semnas%20FMIPA2010%20UNY.pdf. DiaksespadaSelasa, 18 Oktober 2011.
Parwati, N.N. 2005. Implementasi ModelPembelajaran-Berdasarkan-MasalahDalam Rangka MengefektifkanPelaksanaan Kurikulum Berbasis
173 Jurnal Pendidikan Progresif, Vol. VI, No. 2 November 2016 hal. 163- 173
Kompetensi (Inovasi PembelajaranMatematika Di SMP Negeri 2Singaraja). (Online) www.undiksha.ac.id/images/img_item/752.doc. Diakses padaRabu, 8 Maret 2012.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Rajawali Pers. Jakarta.
Sahara, L., A. Setiawan, dan I. Hamidah. Usingproblem based Learning Model toIncrease critical Thinking Skill at HeatConcept. Universitas PendidikanIndonesia. Bandung.
Santyasa, I.W. 2008. Pembelajaran BerbasisMasalah dan Pembelajaran Kooperatif.Makalah Pelatihan Pembelajaran danAsesmen Inovatif bagi Guru-GuruSekolah Menengah di Kec. Nusa Penida.Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Shimada, S. dan J.P. Becker. 1997. The Open-Ended Approach: A New Proposal forTeaching Mathematics. National Councilof Teachers of Mathematics. Reston,Virginia.
Takahashi, A. 2010. Open-ended ProblemSolving and Computer instantiatedManipulatives (CIM).(Online) http://students.ed.uiuc.edu/takahash/ICME9-CIM.pdf. Diakses pada Rabu, 8 Pebruari2012.
Vendiagrys, L. 2007. KeefektifanPembelajaran Matematika BerbasisProblem Open-Ended TerhadapKemampuan Pemecahan MasalahPeserta Didik Kelas VII Semester II diSMP Kecamatan Semarang TimurTahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi).Universitas Negeri Semarang. Semarang