BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2011 UNIVERSITAS HASANUDDIN FURUNKULOSIS DISUSUN OLEH : WaodeSarnings 110207146 Sofian Sari 110209152 PEMBIMBING : dr. Hijriyah Farid SUPERVISOR : dr. Wiwiek Dewiyanti, M.Kes, Sp.KK DIBAWAKAN DALAM RANGKAKEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2011 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN REFERATFAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2011UNIVERSITAS HASANUDDIN
FURUNKULOSIS
DISUSUN OLEH :
WaodeSarnings 110207146Sofian Sari 110209152
PEMBIMBING :
dr. Hijriyah Farid
SUPERVISOR :
dr. Wiwiek Dewiyanti, M.Kes, Sp.KK
DIBAWAKAN DALAM RANGKAKEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR
2011
1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawahini, menyatakanbahwa:
Nama : WaodeSarnings (110 207 146)
Sofian Sari (110 209 152)
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muslim Indonesia
Judulreferat : Furunkel Dan Karbunkel
Bahwa benar telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik
Mupirocin dihasilkan oleh pseudomonas fluorescens.
Khusus terhadap kuman Gram-positif seperti Staphylococcus
aureus. Khasiatnya bersifat bakterisid (salep 2%) berdasarkan
penghambatan RNA-sintetase yang berakibat penghentian sintesa
protein kuman.[18]
AsamFusidat[13]
Antibiotikum dengan rumus steroida yang mirip dengan
struktur asam empedu yang dihasilkan oleh jamur fusidium,
spektrum kerjanya sempit dan terbatas pada kuman Gram-positif,
terutama stafilokok. Kuman Gram-negatif resisten terkecuali
11
Neisseria. Khasiatnya bersifat bakteriostatis berdasarkan
penghambatan sintesa protein kuman. [18]
Sistemik: [3, 16]
Ampisilin 4x500 mg/hari
Amoksisilin 4x500 mg/hari
Kloksasilin 3x250 mg/hari
Linkomisin 3x500 mg/hari
Klindamisin 4x150 mg/hari
Eritromisin 4x500 mg/hari
Sefadroksil 2x1000 mg/hari
Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan.
Bila infeksi terjadi berulang atau memiliki komplikasi dengan
komordibitas, kultur dapat dilakukan. Terapi anti microbial harus
dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan berubah
apalagi ketika hasil kultur tersedia. Lesi yang di drainase harus ditutupi
untuk mencegah autoinokulasi dan mencuci tangan harus sering
dilakukan. Pasien dengan furunkolosis berulang memberikan masalah
yang spesial dan sering menyulitkan.[16]
IX. KOMPLIKASI
Pada beberapa kasus, bakteri dari furunkel atau karbunkel dapat masuk
ke dalam aliran darah dan menyebar ke bagian lain dari tubuh. Penyebaran
infeksi ini biasanya dikenal sebagai sepsis. Dapat berakibat pada infeksi yang
lebih dalam seperti endokarditis dan osteomielitis. Sepsis mempunyai ciri-ciri
demam tinggi, nafas berat, dan peningkatan denyut jantung, dapat berakibat
syok sepsis yang ditandai dengan turunnya tekanan darah.[19]
12
Salah satu masalah penting lainnya adalah resistensi bakteri
Staphylococcus aureus terhadap obat yang diberikan pada si penderita,
dikenal dengan nama methicilin resistan Staphylococcus aureus atau MRSA
yang resistan terhadap penisilin dan akan sangat sulit untuk diobati.[19]
Invasi bakteri ke dalam aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak
dapat ditebak, menyebabkan infeksi metastase seperti osteomielitis,
endokarditis akut, atau abses otak. Manipulasi pada lesi berbahaya dan dapat
menfasilitasi penyebaran infeksi melalui aliran darah.Untungnya komplikasi
seperti ini jarang.[16]
Lesi pada bibir dan hidung menyebabkan bakteremia melalui vena-vena
emisaria wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus. Komplikasi
yang jarang berupa trombosis sinus kavernosus dapat terjadi.[16, 20]
X. PROGNOSIS
Baik sepanjang factor penyebab dapat dihilangkan dan prognosis
menjadi kurang baik bila terjadi rekurensi.[4]
XI. KESIMPULAN
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Penyebab
furunkel adalah bakteri Staphylococcus aureus, tergolong bakteri gram
positif.
Furunkel paling sering pada bagian tubuh yang berambut dan mudah
terkena iritasi, gesekan, tekanan, atau pada daerah yang lembab seperti
ketiak, bokong, punggung, leher, dan wajah.
Faktor resiko terjadinya furunkel diantaranya: kebersihan atau higiene
yang kurang, penderita diabetes, obesitas, hiperhidrosis, penderita
dermatitis seboroik, terapi kortikosteroid yang berkepanjangan, malnutrisi.
13
Keluhan yang ditimbulkan berupa nodus eritematosa berbentuk
kerucut, nyeri, dan ditengahnya terdapat pustul. Kemudian nodus melunak
menjadi abses, bila pecah dapat membentuk fistel.
Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan dan
prognosis menjadi kurang baik bila terjadi rekurensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suh, K.N., Skin Deep Managing Cutaneous Infections. The Canadian Journal of CME, 2003: p. 1.
2. Price, S.A. and L.M. Wilson, Infeksi Bakteri pada Kulit. 6th ed. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol. 2. 2006, Jakarta: EGC. 1451-1453.
3. Juanda, A., Pioderma. 5th ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed. A. Juanda. 2007, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 60.
4. Siregar, R.S., Furunkel Karbunkel. 2 ed. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. 2004, Jakarta: EGC. 52-54.
5. Habif, T.P., Furuncles and Carbuncles, in Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 2003, Mosby Inc: USA. p. 284-286.
6. Sterry, W., R. Paus, and W. Burgdorf, Gram Positive Bacteria: Staphylococci in Bacterial Disease, in Thiem Clinical Companions Dermatology. 2006, Georg Thiem Verlag Stuggart: New York. p. 74-75.
7. Sjahrial, Infeksi Bakteri Stafilokok dan Streptokok. Ilmu Penyakit Kulit, ed. M. Harahap. 2007, Jakarta: EGC. 46-54.
8. Anonim. Statistic about Carbuncle. [cited 2011 September]; Available from: http://www.cureresearch.com/c/carbuncle/stats.htm.
9. Turnidge, J., N. Rao, and F.-Y. Chang. Staphylococcus aureus. 2008 [cited 2011 6 September]; Available from: http:/www.antimicrobe.org/sample_staphylococcus.asp.
10. Marks, R., Furuncles and Carbuncles, in Roxbughs Common Skin Disease. 2008, Oxford University Press Inc: New York. p. 45.
11. Guyton, A.C. and J.E. Hall, Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi. 11th ed. Fisiologi Kedokteran. 2006, Jakarta: EGC. 455-457.
12. Stulberg, Penrod, and Blatny, Common Bacterial Skin Infection, in Dermatology Therapy. 2002, American Family Physician. p. 251-252.
13. Daili, E.S.S., S.L. Menaldi, and I.M. Wisnu, Furunkel Karbunkel. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. 2009, Jakarta Pusat: PT. Medical Multimedia Indonesia. 2-5.
14. Bolognia, J.L., J.L. Jorizzo, and R.P. Rapini, Gram-Positive Bacteria Staphylococcal and Streptococcal Skin Infections, in Dermatology. 2008, Elseiver Inc: USA. p. 5-8.
15. Anonim. Sporotrichosis. [cited 2011 12 September]; Available from: http://www.mycology.adelaide.edu.au.mycoses/subcutaneous/sporotrichosis.
16. Wolff, K., L. A, and G. Stephen, Furuncles and Carbuncles, in Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 2008, Mc Graw Hill Medical: New York. p. 1699-1702.