HUBUNGAN OTONOMI DAN BEBAN KERJA PERAWAT
PAGE
HUBUNGAN OTONOMI DAN BEBAN KERJA PERAWAT
DENGAN KEPUASAN KERJA DI RUANG DAHLIA 1
DAN PAVILIUN RUMAH SAKIT NGUDI WALUYO
WLINGITUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu keperawatan
Oleh :
Ana Fitria Nusantara
NIM. 0610722006
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
HALAMAN PERSETUJUANTUGAS AKHIR
HUBUNGAN OTONOMI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA DI RUANG DAHLIA 1 DAN PAVILIUN
RUMAH SAKIT NGUDI WALUYO WLINGI
Oleh :
Ana Fitria Nusantara
NIM: 0610722006
Menyetujui untuk di uji:
Penguji II
Penguji III
Joko Pitiyo, SKp.M.Kep Kuswantoro Rusca Putra, SKp.M.Kep
NIP.140.217.729 NIP.132.311.773
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
HUBUNGAN OTONOMI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA DI RUANG DAHLIA 1 DAN PAVILIUN
RUMAH SAKIT NGUDI WALUYO WLINGI
Oleh :
Ana Fitria Nusantara
NIM: 0610722006
Telah diuji pada:
Hari: Jumat
Tanggal
:25 Januari 2008
dan dinyatakan lulus oleh:
Penguji I:
Kumboyono, SKp. M.kep
NIP.132.296.277
Penguji II
Penguji III
Joko Pitiyo, SKp.M.Kep Kuswantoro Rusca Putra, SKp.M.Kep
NIP.140.217.729 NIP.132.311.773KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Hubungan Otonomi dan Beban Kerja Perawat Dengan Kepuasan Kerja di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi
Ketertarikan penulis akan topik ini di dasari oleh fakta bahwa sampai saat ini masih banyak perawat yang melakukan tindakan yang bukan merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai seorang perawat. Kenyataan tersebut menunjukkan betapa tingginya beban kerja perawat yang dapat berdampak pada buruknya pelayanan keperawatan dan kepuasan kerja perawat itu sendiri. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratanmemperoleh gelar Sarjana Ilmu Keperawatan.Banyak pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas akhir ini, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:1. DR. dr. Syamsul Islam, Sp. MK, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
2. Dr. Subandi, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 3. Dr. Budi Winarno, MM selaku Direktur RS. Ngudi Waluyo Wlingi yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ditempat tersebut.4. Joko Pitoyo, SKp, M.Kep selaku pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing dalam penyelesaian tugas akhir ini
5. Kuswantoro Rusca Putra, SKp, M.Kep selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing dalam penyelesaian tugas akhir ini
6. Kumboyono sebagai ketua tim penguji tugas akhir yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tugas akhir ini
7. Segenap anggota tim pengelola tugas akhir FKUB jurusan keperawatan
8. Kedua orang tuaku dan adikku tercinta terima kasih banyak atas doa dan kesabarannya selama mengkuti pendidikan
9. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan B angkatan 2006 yang telah memberi bantuan dan dukungan moril
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaika tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik sebagai referensi ataupin pengetahun dalam proses pendidikan..
Wassalamu,alaikum Wr. Wb
Malang, Januari 2008
Penulis ABSTRAK
Ana Fitria Nusantara. 2008. Hubungan Otonomi dan Beban Kerja Perawat Dengan Kepuasan Kerja Di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Joko Pitoyo, S.Kp, M.Kep (2) Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp, M.Kep
Otonomi adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah profesi, pemberian otonomi yang sesuai standar keperawatan akan memberikan kepuasan tersendiri pada perawat dan juga dapat menunjukkan profesionalisme profesi.keperawatan. Rendahnya otonomi kerja yang diberikan kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja non fungsi perawat berdampak pada stress kerja yang dialami perawat yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat terhadap kepuasan kerja. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana pada shif pagi. Hasil penelitian yang menggunakan uji stastitik regresi linier ganda dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa semakin tinggi otonomi maka semakin tinggi kepuasan kerja perawat dan semakin tinggi beban kerja maka semakin rendah kepuasan kerja yang dimiliki perawat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi. sehingga diperlukan suatu kebijakan tentang pengelolaan beban kerja yang adekuat oleh manajemen rumah sakit.
Kata Kunci: Otonomi, Beban Kerja, Kepuasan KerjaABSTRACT
Ana Fitria Nusantara. 2008. Autonomy Connection and Nurse Work Load with Work Satisfaction at Room of Dahlia 1 and Pavilion of Ngudi Waluyo Hospital Wlingi. Final Task, Medical Faculty of Brawijaya Uniersity. Advisor: (1) Joko Pitoyo, S.Kp, M.Kep (2) Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp, M.Kep
Autonomy matter very influential towards success a profession, appropriate autonomy gift nursing will give satisfaction aloof pads nurse clan- also can show profession professionalism. Nursing. The low work autonomy that given to nurse is supported by work lo height non nurse function affects in stress work that undergone nurse. In the end influential towards nurse work satisfaction. This watchfulness aim detects there not it connection between autonomy and nurse work lo towards work satisfaction. Watchfulness method that used has descriptive korelasional pass to approach method rating that added up with the title scale of model liken. Sample that taken in this watchfulness executor nurse in shif morning (30 nurses). Watchfulness result shows that autonomy excelsior so nurse work satisfaction excelsior and work lo excelsior so more lower work satisfaction that has nurse. Based on hypothesis test by using test stastitik regression tinier double with belief level 95% with rule ho accepted if p value bigger from . So that inferential that there is connection significant between autonomy and nurse work load with work satisfaction at room of Dahlia 1 and pavilion of Ngudi Waluyo Hospital Wlingi.
Key Word: Otonomy, Work Load, Work SatisfactionDAFTAR ISI
Halaman
Judul
i
Halaman Persetujuan
ii
Halaman Pengesahan
iii
Kata pengantar
iv
Motto dan persembahan
vi
Abstrak
viiAbstract
viiDaftar Isi
ixDaftar Gambar
xiDaftar Tabel
xiiDaftar Lampiran
xiiiBAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
3
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.4 Manfaat Penelitian
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep otonomi
6
2.1.1 Definisi otonomi
62.1.2 Standar praktek keperawatan
7
2.1.3 Ruang lingkup keperawatan
162.2 Konsep beban kerja
17
2.2.1 Pengertian beban kerja
172.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
18
2.2.3 Kategori tindakan keperawatan
182.2.4 Pendekatan perhitungan beban kerja
19
2.2.5 Perhitungan tenaga
212.3 Konsep kepuasan kerja
22
2.3.1 Pengertian beban kerja
222.3.2 Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
23
2.3.3 Pengukuran kepuasan kerja
26
2.4 Hubungan otonomi, beban kerja dengan kepuasan kerja
27
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka konsep
29
3.2 Deskrpsi kerangka konsep
30
3.3 Hipotesis penelitian
30
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
31
4.2 Sampling desain
31
4.2.1 Populasi
31
4.2.2 Sampel
31
4.2.2 Kriteria sampel
32
4.3 Variabel penelitian
32
4.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
32
4.4.1 Lokasi penelitian
32
4.4.2 Waktu penelitian
324.5 Instrumen penelitian
33
4.6 Definisi operasional
34
4.7 Etika penelitian
36
4.8 Pengumpulan data
36
4.9 Analisa data 37
4.9.1 Analisa univariat
37
4.9.2 Analisa bivariat
37
4.1.0 Alur penelitian.
38
BAB 5. HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik responden
39
5.2 Hasil Skor univariat variabel independen
39
5.3 Hasil Skor univariat variabel dependen
40
5.4 Hasil analisa bivariatss
40
5.5 Hasil analisa multivariat
40
BAB 6. PEMBAHASAN
6.1 Hubungan otonomi dengan kepuasan kerja
42
6.2 Hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja
43
6.3 Keterbatasan Penelitian
44
BAB 7. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
45
7.2 Saran
45
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep . 29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1Defini Operasional 34
Tabel 5.1Tabel karakteristik responden 39
Tabel 5.2Hasil skor univariat variabel independen 39
Tabel 5.3 Hasil skor univariat variabel dependen 40
Tabel 5.4Hasil analisa bivariat 40
Tabel 5.5 Hasil analisa multivariat40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Lembar tabulasi kuesioner variabel otonomi
Lampiran 2Lembar tabulasi observasi beban kerja
Lampiran 3Lembar tabulasi Kuesioner kepuasan kerja
Lampiran 4Lembar tabulasi data hasil penelitian
Lampiran 5Lembar persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6Lembar Kuesioner Lampiran 7Lembar observasi beban kerjaLampiran 8Hasil Analisis Korelasi Product Moment
Lampiran 9Surat keterangan telah melakukan penelitian di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi
Lampiran 10Lembar konsultasi tugas akhir
Lampiran 11Pernyataan keaslian tulisan
Lampiran 12Lembar keterangan kelayakan etik penelitianBAB 1
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Pesatnya peningkatan teknologi bidang pelayanan kesehatan yang dibarengi dengan semakin kompleknya kebutuhan masyarakat modern akan sistem pelayanan kesehatan, memberikan pengaruh terhadap para praktisi kesehatan dalam mengimplementasikan sistem pelayanan kesehatan masyarakat, tidak terkecuali bagi perawat. Pada era globalisasi ini seorang perawat dituntut untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang baik maka seorang perawat dituntut untuk menjadi perawat profesional.
Perawat profesional antara lain harus mampu: bertanggung jawab dan bertanggung gugat, dapat mengambil keputusan secara mandiri, melakukan kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, advokasi, serta memfasilitasi kepentingan pasien (Lukimon, 2004). Sementara hasil penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia tahun 2005 menunjukkan 78,8 % perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan 63,3 % perawat melakukan tugas administrasi. Lebih dari 90 % perawat melakukan tugas non keperawatan, seperti menetapkan diagnosis penyakit dan membuat resep obat. Hanya 50 % perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan sesuai fungsinya.(Syaifoel, 2006, Batas Kewenangan Independent Nurs Practitoner, http:/www.Kompas Com).Kenyataan yang ada saat ini menunjukkan bahwa perilaku tenaga keperawatan masih sangat tergantung pada medis, mereka belum secara profesional menetapkan asuhan keperawatan secara mandiri (Indirawati, 2001). Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan belum sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang meliputi: Standar pengkajian, standar diagnosa, standar perencanaan, standar pelaksanaan dan standar evaluasi (Afrida, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi perawat di rumah sakit diantaranya adalah: 1) Faktor kebijakan rumah sakit yang tidak memiliki kerangka dan batasan kerja untuk perawat. 2) belum adanya sistem registrasi yang mapan dan 3) persoalan kode etik. Segala bentuk praktek pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat terkesan tidak terikat oleh kode etik profesi. Kelemahan diunsur otonomi profesi ini mendudukkan perawat pada posisi yang lemah. (Syaifoel, 2006, Batas Kewenangan Independent Nurs Practitioner, http:/www.Kompas Com).Rendahnya otonomi kerja yang diberikan kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja non fungsi perawat berdampak pada stress kerja yang dialami perawat. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat antara lain adalah: kondisi pasien, jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien serta waktu yang diperlukan untuk setiap tindakan keperwatan terhadap pasien baik secara langsung maupun tudak langsung (Mansyur, 2004).
Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan perawat merasa tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukannya karena pekerjaan tersebut bukan bagian dari wewenangnya sebagai perawat.
Bila seseorang punya beban kerja yang tinggi maka akan mempengaruhi kepuasan kerja (Soehartati, 2007, Hubungan beban kerja dengan kepuasan kerja, http:/www.inna ppni.Com)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat diantaranya adalah: komponen upah atau gaji, pekerjaan, pengawasan, promosi karir, kelompok kerja dan kondisi kerja. Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh: status profesional, persyaratan tugas, pembayaran, kebijakan organisasi dan otonomi (Eugenia, 2000).
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa dari total perawat yang bertugas di ruang Dahlia 1 dan paviliun berjumlah 31 orang, rata-rata jumlah perawat pelaksana yang bertugas per shif 3 orang dan rata-rata 1 perawat memegang 4 pasien dengan tinggat ketergantungan parsial. 75% perawat menyatakan puas dengan pelaksanaan otonomi perawat di ruangan dan 25% perawat menyatakan tidak puas. 75% perawat menyatakan tidak puas dengan tingginya beban kerja perawat di ruangan dan 25 % perawat menyatakan puas.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan suatu penelitian dengan judul HUBUNGAN OTONOMI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu : adakah hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja perawat di ruangan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja perawat di ruangan
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan otonomi perawat di ruangan.
b. Untuk mengidentifikasi beban kerja perawat di ruangan.
c. Untuk mengidentifikasi kepuasan kerja perawat di ruangan.
d Untuk mengidentifikasi hubungan otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Instuitusi Rumah Sakit
Dengan mengetahui komponen otonomi dan beban kerja perawat yang mempengaruhi kepuasan kerja, manajemen rumah sakit dapat memberikan kontribusi dalam memperhatikan pelaksanaan otonomi dan beban kerja perawat yang pada nantinya dapat meningkatkan kepuasan kerja.
1.4.2. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan dalam pengembangan pelaksanaan otonomi keperawatan yang merupakan cerminan dari kualitas pelayanan keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan untuk mengembangkan konsep keperawatan yang berhubungan dengan otonomi, beban kerja dan kepuasan kerja perawat perawat.
1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan otonomi, beban kerja dan kepuasan kerja perawat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Otonomi
2.1.1 Pengertian Otonomi Otonomi perawat adalah kebebasan perawat untuk bertindak melaksanakan tindakan keperawatan tanpa kendali dari luar. Otonomi perawat berarti perawat secara rasional memiliki kemandirian dan pengaturan diri dalam membuat keputusan dan praktek keperawatan (Schutzenhofer dan Musser, 2004).
Perawat profesional diberikan otonomi untuk melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pertimbangan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit atau rawat jalan mungkin memiliki penurunan otonomi bila kemampuan fisik atau mentalnya berkurang atau kurang pengetahuan, dan keterampilan mengurangi kapasitas mereka untuk asertif terhadap profesional pelayanan kesehatan. Otonomi dan pemberdayaan dicapai melalui kolaborasi dan perencanaan bersama yang menimbulkan tanggung jawab, kepuasan dan produktifitas (Swansburg, 2001).
Perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain. Kerja sama pelayanan kesehatan harus meningkatkan program pengembangan untuk memperluas autoritas perawat profesional, meningkatkan suara mereka dalam manajemen disiplin praktis klinis mereka (Schutzenhofer dan Musser, 2004).
Profesi keperawatan apabila tidak memiliki otonomi dalam melaksanakan tindakan keperawatan dapat menyebabkan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya tidak mampu mengambil keputusan sendiri sesuai dengan profesinya, sehingga apa yang kita lihat dan rasakan diberbagai pelayanan kesehatan perawat bekerja atas perintah dokter. Perawat menjadi kurang mampu dan kurang percaya diri akan kemampuan asuhan keperawatannya (Schutzenhofer dan Musser, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi otonomi keperawatan diantaranya adalah: Faktor kultur rumah sakit yang tidak memiliki kerangka dan batasan kerja yang jelas terhadap praktek keperawatan sangan mendukung terhadap munculnya praktek-praktek ilegal yang dilakukan oleh para perawat yang merasa tidak ada pembatasan terhadap ruang geraknya. belum adanya sistem registrasi yang mapan. Seharusnya, sistem registrasi yang diterapkan bukan hanya untuk melindungi masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan, namun juga mempertahankan kompetensi perawat agar selalu sesuai perkembangan jaman. Persoalan kode etik. Segala bentuk praktek pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat saat ini terkesan tidak terikat oleh kode etik profesi. Sekalipun perawat bisa dimintai pertanggung jawaban secara hukum atas segala tindakannya, akan tetapi tidak ada sangsi-sangsi profesi yang dibebankan terhadap pelanggaran apabila yang bersangkutan keluar dari jalur.
(Syaifoel, 2006)
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerja sama yang bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (PPNI, 1999).
2.1.2 Standar Praktek Keperawatan
Menurut PPNI praktek keperawatan adalah tindakan pemberian asuhan keperawatan profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi yang disesuaikan dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya sebagai seorang perawat berdasarkan ilmu keperawatan.Batasan tindakan otonomi perawat terdiri dari: pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Standar praktek perawat yang disusun oleh pengurus pusat PPNI 2001 adalah:
1. Standar I : Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
KRITERIA PROSES:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang (pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan, mempelajari catatan klien lainnya).
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medik, dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi:
status kesehatan klien saat ini
status kesehatan klien masa lalu
status fisiologis psikologis sosial spiritual;
respon terhadap terapi;
harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal;
risiko-risiko tinggi masalah.
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai denga kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon inividu. Sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktek keperawatan dan ANA (American Nursing Association).
2. Standar II : Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
KRITERIA PROSES:
a. Proses diagnosis terdiri dari proses analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
b. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari : masalah (P), penyebab (E), tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
c. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
Setelah mengumpulkan data, dilakukan analisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan (Gordon, 1996) mengidentifikasikan bahwadiagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai wewenang tersebut didasarkan pada standar praktek keperawatan dan etik keperawatan yang berlaku di indonesia. Langkah-langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi : klasifikasi dan analisis data, interdependen data, validasi data, perumusan diagnosa keperawatan.
Pada tahap memfalidasi data yang ada secara akurat dilakukan bersama klien atau keluarga dan atau masyarakat, validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan dan pertanyaan yang reflektif kepada pasien atau keluarga tentang kejelasan interpretasi data (Iyer.et al : 1996).
Setelah mengelompokkan, mengidentifikasi dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan diagnosa keperawatan.
3. Standar III : Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.
KRITERIA PROSES:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan proritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurang atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menetukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer,et al : 1996)
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi menentukan prioritas , menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi
a. menentukan prioritas masalah
Otonomi dan pemberdayaan dicapai melalui kolaborasi dan perencanaan bersama yang menimbulkan tanggung jawab, kepuasan dan produktifitas Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu sistem untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan adalah hirarki kebutuhan manusia.
b. Menuliskan kriteria hasil
Penulisan kriteria hasil mencakup semua respon manusia meliputi : kognitif (pengetahuan, afektif (amosi/perasaan), psikomotor dan perubahan fungsi tubuh). Pedoman penulisan kriteria hasil : berfokus pada klien, singkat dan jelas dapat diobservasi dan di ukur, ada batas waktunya, realistis, nanifestasi terhadap respon manusia.
c. Rencana tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dan diagnosa kperawatan. Karakteristik rencana tindakan keperawatan : konsisten dengan rencana tindakan, berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah, berdasakan situasi individu klien, digunakan untuk menciptakan suatu situasi yang aman dan terapeutik, menciptakan suatu situasi pengajaran, menggunakan saran yang sesuai (ANA, 1993).
Komponem rencana tindakan keperawatan adalah : waktu, menggunakan kata kerja, vokus pada pertanyaan (How, who, what, where, when, witch), modifikasi pengobatan dan tanda tangan.
d. Dokumentasi
Mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan membantu perawat untuk memproses informasi yang didapatkan selama tahap pengkajian dan diagnosa keperawatan.
Karakteristik dokumentasi meliputi : ditulis oleh perawat, dilaksanakan setelah kontak pertama dengan klien, diletakkan ditempat yang strategis (mudah didapatkan), informasi yang baru
4. Standar IV: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan.
KRITERIA PROSES
a.Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b.Kolaborasi dengan profesi kesehatanlain untuk meningkatkan status kesehatan klien
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien
d. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung jawabnya
e. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan
f. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
g. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkumgan yang digunakannya
h.Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer at al, 1996). Tahap peleksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tahap-tahap tindakan perwatan meliputi persiapan, perencanaan, dokumentasi:
Tahap persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan meliputi tindakan-tindakan review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan. Menganalisa pengetahuan dan ketrampilan keperawatan yang diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan, mengidentifikasikan aspek hukum dan etik terhadap rsiko dari potensial tindakan.
Tahap intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional adalah bervariasi tergantung individu dan masalah yang spesifik.
Tahap dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
KRITERIA PROSES
a.Menyusun perencanaan evaluasi dari hasil intervensi secara komprehensif.
b.Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
d.Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
e.Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Evasluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (ignativicius, at all: 1994)
Mengukur pencapaian tujuan
Perawat menggunakan keterampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam evaluasi. Faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien, yang terjadi beberapa komponen meliputi kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi tubuh dan gejala.
Penentuan keputusan pada tahap evaluasi
Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien, maka perawat membandingkan data-data dengan out come. Ada tiga kemungkinan penentuan keputusan meliputi: klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, klien tidak mencapai hasil yang telah ditentukan.
Komponen evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 (pinnell, et all, 229-230: 1986) dikutip oleh (Nursalam: 2001):
a. Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan lien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e.Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Kesimpulan standar praktek keperawatan di Rumah Sakit (Depkes RI, 1998):
1. Alat pengontrol atau pengendali mutu pelayanan keperawatan.
2. Pedoman atau petunjuk bagi perawat kesehatan dan pengawasnya tentang tujuan, materi dan metode pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien/klien
3. Alat peningkatan pelayanan keperawatan yang diberikan olh perawat.
4. Dasar dalam pelaksanaan supervisi dan pendidikan/pelatihan bagi perawat.
5. Alat untuk mengukur kualitas asuhan keperawatan.
6. Informasi yang sangat penting dalam bidang administrasi pelayanan keperawatan.
7. Alat komunikasi bagi konsumen dan anggota tim lainnya.
8. Upaya untuk meningkatkan citra keperawatan dan keyakinan masyarakat terhadap profesi keperawatan.
9. Dasar untuk mengidentifikasi kelemahan dalam pelayanan keperawatan yang dapat dijadikan dasar atau titik tolak penelitian untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Ciri-ciri standar keperawatan yang baik:
1. Jelas dan mudah dimengerti.
2. Absah.
3. Memenuhi harapan masyarakat sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan.
4. Memenuhi harapan profesi keperawatan.
5. Realistis.
6. Dapat diukur dan digunakan sebagai alat evaluasi.
2.1.3 Ruang Lingkup Keperawatan
1.Supervisi, perencanaan, dan tindakan perawatan klien secara menyeluruh.
2..Mengamati, mengintervensi, dan mengevaluasi keluhan-keluhan klien baik secara mental maupun fisik.
3.Melaksanakan instruksi dokter tentang obat-obatan dan pengobatan yang akan diberikan.
4.Mengawasi anggota tim kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan kepada klien.
5.Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan, khususnya pada tindakan yang membutuhkan keputusan, penyesuaian, dan pertimbangan berdasarkan data teknis.
6..Memberikan bimbingan kesehatan dan partisipasi dalam pendidikan kesehatan.
7.Membuat catatan dan laporan fakta-fakta secara teliti dan mengevaluasi perawatan klien.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa kebebasan dalam bekerja dan kontrol terhadap pekerjaan yang baik membuat perawat mempunyai perencanaan kedepan dan kepuasan kerja menjadi bertambah meningkat (Eisenstat dan Afelmer, 2000).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sejak perawat menyiapkan mengikuti persiapan pendidikan keperawtan yang lebih tinggi, otonomi profesional meningkat (Schutzenhofer dan Musser, 2004).2.2 . Konsep Beban Kerja
2.2.1 Pengertian beban kerja
Beban kerja adalah keseliuruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja( Groenewegen dan Hutten, 1991). Beban kerja merupakan volume kerja dari suatu unit (Gillies, 1989). Jadi beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. (Marquis dan Huston).
Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara subyektif dan secara obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja. ( Groenewegen dan Hutten, 1991)
Menurut Schultz (1988), Beban kerja dibedakan menjadi dua yaitu beban kerja kwantitatif dan kwalitatif. Beban kerja kwantitatif menunjukkan adanya jumlah pekerjaan yang besar yang harus dilakukan pada satuan waktu.misalnya jam kerja yang tinggi, derajat tanggung jawab yang besar, tekanan kerja sehari-hari dan sebagainya. Sementara beban kerja kwalitatif terjadi apabila pekerjaan yang dihadap terlalu sulit.
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
Untuk memperkirakan beban kerja keperawatan pada sebuah unit pasien tertentu, manajer harus mengetahui:
1. Berapa banyak pasien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau tahun.
2. Kondisi pasien di dalam unit tersebut.
3. Rata-rata pasien menginap.
4.Tindakan perawatan langsung dan tidak langsung yang akan dibutuhkan oleh masing-masing pasien.
5. Frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan.
6 Rata-rata waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan masing-masing tindakan perawatan langsung dan tidak langsung (Gillies, 1989).
2.2.3. Kategori Tindakan Keperawatan
Menurut Gillies (1989), membagi tindakan keperawatan menjadi tindakan keperawatan langsung, tidak langsung, dan penyuluhan kesehatan. Arti umum bagi keperawatan langsung adalah perawatan yang diberikan anggota staf keperawatan sambil bekerja di dalam kehadiran pasien tersebut dan perawatan tersebut dihubungkan secara khusus kepada kebutuhan fisik dan psikologisnya.
Perawatan tidak langsung adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas nama pasien tetapi di luar kehadiran si pasien yang berhubungan kepada lingkungan pasien atau keberadaan finansial dan kesejahteraan sosial si pasien, perawatan tidak langsung termasuk kegiatan seperti perencanaan perawatan, penghimpunan peralatan dan perbekalan, diskusi dengan anggota tim kesehatan lain, penulisan dan pembacaan catatan kesehatan, pelaporan kondisi pasien kepada rekan kerja, dan menyusun sebuah rencana bagi perawatan pasien setelah pelepasannya. Pengajaran kesehatan mencakup semua usaha oleh anggota staf keperawatan untuk memberitahu, dan memotivasi pasien dan keluarganya menyangkut perawatan setelah dilepas dari rumah sakit.
Ilyas (2000) mengkategorikan tindakan keperawatan sebagai berikut:
a Kegiatan langsung; semua kegiatan yang mungkin dilaksanakan oleh seorang perawat terhadap pasien, misalnya menerima pasien, anamnesa pasien, mengukur tanda vital, menolong BAB/BAK, merawat luka, mengganti balutan, mengangkat jahitan, kompres, memberi suntikan/ obat/ imunisasi, penyuluhan kesehatan.
b Kegiatan tak langsung: setiap kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang berkaitan dengan fungsinya, tetapi tidak berkaitan langsung dengan pasien, seperti: menulis rekam medis, mencari kartu rekam medis pasien, meng-up-date data rekam medis.
c Kegiatan pribadi: semua kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan dari perawat yang diamati seperti: makan, minum, pergi ke toilet.
d. Kegiatan non produktif: semua kegiatan perawat yang tidak produktif untuk kepentingan pasien maupun bagian atau organisasi rumah sakit seperti: baca koran, mendengarkan radio, menonton TV, berbincang-bincang.
2.2.4. Pendekatan Penghitungan Beban Kerja
Untuk menghitung beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini kecenderungan kita dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari personel bahwa mereka sangat sibuk dan menuntut diberikan waktu lembur (Ilyas, 2000).
Sedangkan untuk menghitung beban kerja personel menurut Ilyas (2000) ada 3 cara yang dapat digunakan yaitu:
1. Work Sampling
Pada work sampling yang menjadi pengamatan adalah aktivitas atau kegiatan keperawatan yang dilaksanakan perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerjanya. Pada work sampling yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh perawat, informasi yang dibutuhkan oleh penelitian ini adalah kegiatannya, bukan siapanya.
Pada teknik work sampling, kita akan mendapatkan ribuan pengamatan kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Jadi jumlah pengamatan dapat dihitung sebagai contoh; bila diamati kegiatan 5 perawat setiap shift, pengamatan setiap 5 menit selama 24 jam (3 shift), dalam 6 hari kerja. Dengan demikian jumlah pengamatan= 5 (perawat) x 60 menit/ 5 (menit) x 24 jam x 6 (hari kerja)= 8.640 sampel pengamatan. Dengan jumlah data pengamatan yang besar ini menghasilkan data yang akurat yang menggambarkan kegiatan personel yang sedang diteliti.
2. Time and Motion Study
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Pada teknik ini kitamengamati satu pekerjaan sampai selesai dan terus diamati sampai selesai jam kerja pada hari itu. Pada saat kita melakukan penelitian dengan teknik time and motion study, yang kita amati adalah profesi aatu pekerjaan tertentu, maka yang kita teliti adalah kegiatan profesi itu dengan segala atributnya. Yang diamati adalah jenis kegiatan waktu yang dibutuhkan dan kualitasnya.
3. . Daily Log (Pencatatan Kegiatan Sendiri)
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling dimaan orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penggunaan teknik ini sangat tergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari personel yang sedang diteliti. Pendekatan itu relatif sederhana dan biaya murah. Peneliti biasanya membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan penelitian perlu dilakukan penjelasan tentang tujuan dan cara pengisian formulir kepada subyek personil yang diteliti.
2.2.5 Perhitungan tenaga
Menentukan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien ( Dauglass, 1975 dalam Pitoyo, 2005, hal 5)
Dauglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien. Adapun perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang dimaksud adalah debagai berikut: Perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi klien
Juml
KlienKlasifikasi Klien
MinimalParsialTotal
PagiSoreMalamPagiSoreMalamPagiSoreMalam
10,170,140,070,270,150,100,360,300,20
20,340,280,140,540,300,200,720,600,40
30,510,420,210,810,450,301,080,900,60
Dst
Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
6. Perawatan luka sederhanaPerawatan parsial ( 3-4 jam/24 jam)
1 Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2 Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3 Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4 Folley cateter intake out put dicatat
5 Klien dengan pasang infuse6 Perawatan luka komplek
Perawatan total (5-6 jam/24 jam)
1. Segalanya diberi bantuan
2. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3. Makan memerlukan NGT
4. Pengobatan intravena perdrip
5. Pemalaian suction
6. Gelisah/disorientasi
7. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur2.3. Konsep Kepuasan Kerja
2.3.1. Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaanya secara menyeluruh memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja sebagai sekumpulan perasaan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja dipandang sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif, yang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku. Karena perasaan terkait dengan sikap seseorang, maka kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai sebuah sikap karyawan yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi dimana mereka bekerja (Sri Budi :2005). Kemudian Blum (1996) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri, dan hubungan sosial individu di luar kerja.2.3.2. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Perawat
Faktor-faktor kepuasan kerja yang secara khusus mempengaruhi produktivitas karyawan dapat berbentuk kepuasan ekonomis dan non ekonomis. Terdapat 6 faktor utama yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja:
1. Komponen upah atau gaji
Gaji diartikan sebagai imbalan berupa uang yang diterima karyawan. Dalam konteks produktivitas, gaji yang tinggi tidak menjamin karyawan tersebut untuk berprestasi lebih baik. Dalam pemberian gaji perlu diperhatikan prinsip keadilan. Seseorang bekerja dalam organisasi mengharapkan gaji atau upah yang diterima mencerminkan perbedaan tanggung jawab, pengalaman, pendidikan, dan senioritas. Sehingga apabila kebutuhan akan gaji atau upah terpenuhi, maka karyawan akan memperoleh kepuasan dari apa yang mereka harapkan.
2. Pekerjaan
Menurut Arnold dan Felman (1986), ada 2 aspek penting dari pekerjaan yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu variasi kerja dan kontrol atas metode dan langkah-langkah kerja. Secara umum, pekerjaan dengan jumlah variasi yang moderat akan menghasilkan kepuasan kerja yang relatif besar. Pekerjaan yang sangat kecil variasinya akan menyebabkan pekerja merasa jenuh dan keletihan, dan sebaliknya pekerjaan yang terlalu banyak variasinya dan terlalu cepat menyebabkan karyawan merasa tertekan secara psikologis. Pekerjaan yang menyediakan sejumlah otonomi akan memberikan kepuasan kerja yang tinggi. Sebaliknya kontrol manajemen yang berlebihan akan mengarah pada ketidakpuasan kerja tingkat tinggi.
3. Pengawasan
Supervisor secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja melalui kecermatannya dalam mendisiplinkan dan menerapkan peraturan-peraturan.
Menurut Sondand, P (1999), beberapa pedoman dalam pengawasan yang perlu diperhatikan:
a. Pengawasan hendaknya lebih menekankan pada usaha-usaha yang bersifat prefentif
b. Pengawasan tidak ditujukan untuk mencari siapa yang salah, tetapi kepada hal-hal yang perlu disempurnakan dalam sistem kerja organisasi
c. Jika terjadi penyimpangan, tindakan korektif yang dilakukan seyogyanya bersifat edukatif
d. Objektifitas dalam melakukan pengawasan dan pengendalian hanya dapat dipertahankan apabila standar, prosedur kerja dan kreatifitas prestasi jelas diketahui oleh yang diawasi atau yang mengawasi.
e. Pengawasan yang bersifat edukatif dan objektif tidak berarti bahwa tindakan indisipliner tidak usah ditindak.
4. Promosi karir
Promosi adalah jenjang kenaikan karyawan yang dapat menimbulkan kepuasan pribadi dan kebanggaan. Promosi berfungsi sebagai perangsang bagi mereka yang memiliki ambisi dan prestasi kerja tinggi. Dengan demikian usaha-usaha menciptakan kepuasan atas komponen promosi dapat mendorong mereka untuk berprestasi lebih baikdimasa yang akan datang.
5. Kelompok kerja
Kelompok kerja yang mempunyai keeratan tinggi cenderung menyebabkan para karyawan puas berada dalam kelompok tersebut. Kepuasan itu timbul terutama berkat kurangnya ketegangan, kecemasan dalam kelompok, dan karena mereka lebih mampu menyesuaikan diri dengan tekanan pengaruh dari pekerjaan.
Menurut Cumming (1990), lingkungan fisik dimana individu bekerja mempunyai pengaruh pada jam kerja maupun sikap mereka terhadap pekerjaan itu sendiri.
6. Kondisi kerja
Kondisi kerja merupakan segala sesuatu yang ada di lingkungan kerja karyawan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas. Karyawan menginginkan kondisi disekitar pekerjaannya baik karena kondisi tersebut mengarah pada kenikmatan atau kesenangan secara fisik.
Menurut Cumming (1990), lingkungan fisik dimana individu bekerja mempunyai pengaruh pada jam kerja maupun sikap mereka terhadap pekerjaan itu sendiri.Menurut Harold E Burt (1992), faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja adalah sebagai berikut:
a. Faktor hubungan antar karyawan:
Hubungan langsung antar karyawan dan manajer
Faktor psikis dan kondisi kerja
Hubungan sosial di antara karyawan
Sugesti dari teman sekerja
Emosi dan situasi kerja
b. Faktor individual,misalnya: sikap, umur, dan jenis kelamin.
c. Faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi, dan pendidikan.
2.3.3. Pengukuran Kepuasan Kerja Perawat
Menurut Wexley dan Yulk (1991) dalam Sholehudin, mengatakan bahwa teori-teori tentang pengukuran kepuasan kerja ada 3 macam, yaitu:
1. Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah tercapai.
2. Teori Keseimbangan (Equity Theory)
Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang yang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas situasi, diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun di tempat lain. Ada 3 elemen dari teori ini yaitu input-output, comparison, equity-in equity.
Input adalah segala sesuatu yang sangat berharga yang dirasakan oleh karyawan sebagai sumbangan terhadap perkerjaan atau semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja seperti pendidikan, pengalaman, skill, usaha dan peralatan.
Output adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai sebagai hasil dari pekerjaannya, misalnya: upah, kesempatan untuk berpestasi atau expresi diri.
comparison person diartikan sebagai perasaan seseorang di perusahaan yang sama atau di tempat lain.
Equity-in equity diartikan bahwa setiap karyawan akan membandingkan rasio input-outcomes dirinya sendiri dengan orang lain. Bila perbandingannya dianggap cukup adil maka karyawan tersebut akan merasa puas. Bila perbandingan tersebut tidak seimbang tetapi menguntungkan, maka bisa menimbulkan kepuasan. Tetapi bila perbandingan tidak seimbang dan merugikan, maka akan tinbul ketidakpuasan.
3. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)
Prisip teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan merupakan dua hal yang berbeda. Dalam perwujudannya dikembangkan oleh Maslow yang mengatakan bahwa kepuasan berkaitan dengan kebutuhan paling tinggi (higher order need) yaitu kebutuhan sosial dan aktualisasi diri, sedangkan ketidakpuasan sebagai pemenuhan kebutuhan yang paling bawah (lower order need) yaitu kebutuhan fisiologis, kenyamanan dan keamanan, serta sebagian kebutuhan sosial.
2.3.4. Hubungan otonomi, beban kerja dengan kepuasan kerja
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan yang menyediakan kepada para karyawan sejumlah otonomi akan memberikan kepuasan kerja yang tinggi. sebaliknya, kontrol manajemen atas metode dan langkah-langkah kerja yang berlebihan akan mengarah pada ketidakpuasan kerja tingkat tinggi. Sedangkan beban kerja yang tinggi akan berdampak pada penurunan kepuasan kerja. (Yuli dan Soehartati, 2005)
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka konsep penelitian
Keterangan:
Yang diteliti
Gambar 1 Kerangka Konsep
3.2. Deskripsi kerangka konsep
Untuk mencapai kualitas pelayanan keperawatan yang sempurna dan profesional, maka pelaksanaan otonomi keperawatan harus sesuai dengan standar praktek keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rendahnya otonomi kerja yang diberikan kepada perawat serta didukung oleh tingginya beban kerja perawat yang dilihat dari tingkat ketergantungan pasien yang meliputi: minimal, parsial, total, akan berdampak pada kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat antara lain adalah : Komponen upah atau gaji, komponen pekerjaan, komponen pengawasan, promosi karir, kelompok kerja, serta kondisi kerja perawat.
3.3. Hipotesis Penelitian
HI: Ada hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja.
HO : Tidak ada hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti berusaha mengetahui dan menjelaskan hubungan otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja perawat di ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
4.2. Sampling Desain
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang Dahlia 1 Dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi yang berjumlah 31 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang berhubungan langsung dengan klien dan bekerja di ruang Dahlia 1 dan paviliun. Penentuan jumlah sample dengan menggunakan rumus :
n = N
1 + N (d(
Keterangan : n = jumlah sampelN = jumlah populasid = tingkat signifikansi (0,05)
Jadi n = 31
1+31(0,05)
= 28
4.2.3 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi:
a. Perawat pelaksana yang langsung berhubungan dengan pasien.
b. Mempunyai ijazah perawat
c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Kriteria eksklusi
a. Petugas kesehatan selain perawat
b. Menolak memberikan informed consent.4.3 Variabel Penelitian
variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel dependen : kepuasan kerja perawat
2. Variabel independen : otonomi dan beban kerja perawat
4.4 Lokasi dan Waktu penelitian
4.4.1 Lokasi Penelitian
penelitian di dilaksanakan di ruangan bagian instalasi rawat inap Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
4.4.2 Waktu Penelitian
penelitian dilakukan pada tanggal 12 sampai 24 Desember 2007.4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa pernyataan perawat terhadap otonomi dan kepuasan kerja. Sedangkan untuk pengukuran beban kerja perawat dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi langsung terhadap perbandingan jumlah pasien dan jumlah perawat yang ada.
1. Otonomi perawat
a. Pengkajian nomor soal 1-4
b. Diagnosa Keperawatan 5-6
c. Perencanaan 7-9
d. Pelaksanaan 10-11
e. Evaluasi 12-13
2. Kepuasan kerja
a. Komponen upah atau gaji 14-15
b. Pekerjaan 16-18
c. Pengawasan 19
d. Promosi Karir 20-21
e. Kelompok Kerja 22-23
f. Kondisi Kerja 24-29
Pendekatan yang digunakan adalah metode rating yang dijumlahkan dengan sebutan penskalaan model likert (Sugiyono, 1999) yaitu untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang. Sedangkan untuk perbandingan jumlah pasien dan jumlah perawat menggunakan perhitungan rumus dari Dauglass.
Instrumen pnelitian ini sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Uji coba ini mengambil 30 orang responden yang dilaksanakan di RS DR.Soepraoen Malang. Bagi responden yang telah mengisi kuesioner uji coba instrumen tidak akan diikutsertakan dalam pengambilan sampel yang telah ditentukan.
1. Validitas
Setelah dilakukan uji validitas pada 29 pernyataan, diperoleh seluruh pernyataan valid. Instrumen dikatakan valid dengan membandingkan taraf signifikansi 0,05 (5%) dan nilai probabilitas (p) pada masing-masing butir pertanyaan kurang dari 0,05. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
2. Reliabilitas
Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan, untuk variabel otonomi didapatkan nilai = 0,910 sedangkan untuk variabel kepuasan kerja didapatkan nilai = 0,871. Dasar pengambilan keputusan apakah suatu item atau variabel reliabel atau tidak adalah ( 0,68.
4.6. Definisi Operasional
NoVariabelDefinisi OperasionalParameterAlat UkurSkalaSkor
1Variabel independen: otonomi Pelaksanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan pedoman dari PPNI yang dipersepsikan oleh perawat
5k5 komponen standar praktek keperawatan:
1.1.Pengkajian
2.2.Diagnosa keperawatan
3.3. Perencanaan
4.4. Pelaksanaan
5.5. EvaluasiKuesiner Numerik (interval)Menggunakan skala likert yaitu nilai positif tertinggi diberi skor 4 dan terendah 0. Dengan ketentuan
1. sangat setuju =4
2. setuju = 3
3. Kurang setuju =2
4. tidak setuju = 1
5. sangat tidak setuju = 0
Untuk pernyataan negatif tertinggi diberi nilai 0 dan terendah 4.
2Variabel dependen: beban kerjaPerbandingan jumlah perawat dan jumlah pasien pada shif pagi yang didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien
1.Jumlah pasien yang dirawat pada shif pagi
2.Tingkat ketergantungan pasienLembar observasi Numerik (interval)Dihitung dalam prosentase (%)
3Variabel dependen: Kepuasan kerjaRespon kepuasan kerja menurut persepsi perawat sendiri
6 komponen kepuasan kerja yaitu
1. upah atau gaji
2. pekerjaan
3. pengawasan
4. promosi karir
5. kelompok kerja
6. kondisi kerjaKuesionerNumerik (interval)Menggunakan skala likert yaitu nilai positif tertinggi diberi skor 4 dan terendah 0. Dengan ketentuan
1.sangat setuju =4
2.setuju = 3
3.Kurang setuju =2
4.tidak setuju = 1
5.sangat tidak setuju = 0
Untuk pernyataan negatif tertinggi diberi nilai 0 dan terendah 4.
4.7 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan ijin kepada Direktur Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar untuk mendapatkan persetujuan, kemudian angket dibagikan kepada perawat di ruang Dahlia 1 dan Paviliun.
4.7.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lembar persetujuan diserahkan kepada responden supaya subyek penelitian mengerti maksud dan tujuan penelitian apabila subyek penelitian setuju maka harus menandatangani lembar persetujuan sebagai subyek penelitian.
4.7.2. Anonimity (tanpa nama)
Kerahasiaan mengacu pada tanggung jawab peneliti untuk melindungi kerahasiaan responden, peneliti tidak perlu mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.
4.7.3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti hanya kelompok data saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
4.8 Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi dari jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan dengan ijin Direktur RS Ngudi Waluyo Wlingi. Pengumpulan data untuk penelitian dimulai dengan mengidentifikasi sampel yang akan diteliti yaitu mengumpulkan responden yang sesuai kriteria inklusi. Setelah perawat terpilih sebagai responden, peneliti memberikan inform concent kepada responden, dan sebagai tindakan persetujuan untuk dijadikan sampel penelitian responden memberikan tanda tangannya.
Untuk variabel beban kerja data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi yang berisi perhitungan perbandingan jumlah pasien dan jumlah perawat yang ada.
Untuk variabel otonomi dan kepuasan kerja, pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada perawat yang mau menjadi responden dan menandatangani informed consent. Kuesioner berisi tentang pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan otonomi dan kepuasan kerja yang berjumlah 29 pernyataan.s4.9 Analisa Data
4.9.1 Analisa Univariat
a. Variabel Dependen
Analisa data variabel dependen, yaitu respon kepuasan kerja menurut persepsi perawat sendiri yang dilihat dari faktor upah atau gaji, pekerjaan, pengawasan, promosi karir, kelompok kerja, dan kondisi kerja, yang ditampilkan dalam bentuk : mean, median, standar deviasi, nilai minimum maksimum dan 95% convidence interval.
b. Variabel Independen
Analisa variabel independen, yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar praktek keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang ditampilkan dalam bentuk : mean, median, standar deviasi, nilai minimum maksimum dan 95% convidence interval.
Data variabel independen, yaitu perbandingan jumlah perawat dan jumlah pasien pada shif pagi yang didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien yang meliputi: minimal. Parsial dan total. Data dari lembar observasi diolah dengan cara perhitungan dari rumus douglass.
4.9.2 Analisa Bivariat
Analisa data menggunakan uji stastitik regresi linier ganda, dengan ketentuan Ho diterima jika p value lebih besar dari . Pada regresi linier ganda untuk dapat mengetahui bagaimana hubungan variabel independen (otonomi dan beban kerja) terhadap variabel dependen (kepuasan kerja). Untuk perhitungannya dengan menggunakan teknik komputerisasi.
4.10 Alur Penelitian
1. salam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan ijin kepada Direktur Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar untuk mendapatkan persetujuan, kemudian angket dibagikan kepada perawat di ruang Dahlia 1 dan Paviliun.
2. Lembar persetujuan diserahkan kepada responden supaya subyek penelitian mengerti maksud dan tujuan penelitian apabila subyek penelitian setuju maka harus menandatangani lembar persetujuan sebagai subyek penelitian.
3. Meminta kembali lembar kuesioner dari responden
4. Menganalisa data menggunakan rumus Product-Moment
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian mengenai otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi.5.1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin dan umur di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi
KarakteristikFrekuensiProsentase
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki20
1164,5 %
35,5 %
Umur
20-45 tahun
Lebih dari 45 tahun24
777,4 %
22,6 %
Dari tabel 5.1 didapatkan sebagian besar perawat (64,5%) adalah perempuan dan hampir setengahnya (35,5%) adalah laki-laki. Untuk karakteristik umur hampir seluruh perawat (77,4%) berusia antara 20-45 tahun dan sebagian kecil (22,6%) berusia lebih dari 45 tahun.
5.2. Hasil analisa univariat Variabel Independen
Tabel 5.2 Hasil Skor variabel independen
Variabel IndependenMin.MakMeanMediansdCi 95%
1. Otonomi15-5233,7835,0011,26130,39-37,16
2.Beban Kerja125-233173,33175,0030,651164,12-182,54
Dari tabel 5.2 didapatkan bahwa dari hasil analisis untuk variabel otonomi diperoleh nilai minimal maksimal dengan rentang 15-52, nilai mean =33,78, nilai median = 35,00 dengan standar deviasi = 11,261 dan taraf kepercayaan 95% = antara 30,39 - 37,16. sedangkan dari hasil analisis variabel beban kerja diperoleh nilai minimal maksimal dengan rentang 125-233, nilai mean = 173,33 dan nilai median = 175,00 dengan standar deviasi = 30,651 dan taraf kepercayaan 95% antara 164,12 - 182,545.3. Hasil analisa univariat Variabel Dependen
Tabel 5.3 Hasil Skor variabel dependen
Variabel DependenMin.MakMeanMediansdCi 95%
Kepuasan Kerja14-6134,0934,0014,39029,60-38,57
Dari tabel 5.3 didapatkan bahwa dari hasil analisis variabel kepuasan kerja diperoleh nilai minimal maksimal dengan rentang 14-61, nilai mean =34,09 dan nilai median = 34,00 dengan standar deviasi = 14,390 dan taraf kepercayaan 95% = antara 29,60 38,57.2. Hasil Analisa Bivariat
Tabel 5.4 Skor bivariat variabel independen
Variabel IndependenVariabel Dependen
(Kepuasan Kerja)
rpv
1. Otonomi0,6440,000
2. Beban Kerja-04730,001
Berdasarkan hasil analisis di atas untuk variabel otonomi didapatkan
r hitung = 0,644 dan variabel beban kerja dengan r hitung = -0,473. kriteria uji : r hitung > r tabel atau p value < 0,05 berarti pada taraf kepercayaan 95% h1 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel otonomi dan beban kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja.
3. Hasil Analisa Multivariat
Tabel 5.5 Hasil analisis multivariat
BR2pvKonstanta
1. Otonomi
2. Beban Kerja0,722
-0,1340,481
0,4810,000
0,00132,971
32,971
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa variabel otonomi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja karena p < (0,05). Begitu juga dengan variabel beban kerja juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja.
Persamaan regresi lnier ganda yang dihasilkan adalah :
Y = 32,971 + 0,722 * otonomi + (-0,134) * beban kerja
Dengan model persamaan ini, diharapkan kepuasan kerja perawat akan meningkat sebesar 0,702 setelah dikontrol untuk variabel otonomi. Dan kepuasan kerja perawat akan berkurang sebesar 0,134 setelah variabel beban kerja dikontrol.
BAB 6
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan awal yang mendasari masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja di ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi. Dibawah ini akan dibahas mengenai Hubungan Otonomi dan Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja.
6.1. Hubungan Otonomi dengan Kepuasan Kerja
Otonomi perawat berarti perawat secara rasional memiliki kemandirian dan pengaturan diri dalam membuat keputusan dan praktek keperawatan (Schutzenhover dan Musser, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pelaksanaan otonomi perawat di ruangan maka semakin tinggi juga kepuasan kerja perawat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa otonomi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja.
Berdasarkan teori, pekerjaan yang menyediakan kepada para karyawan sejumlah otonomi akan memberikan kepuasan kerja yang tinggi. sebaliknya, kontrol manajemen atas metode dan langkah-langkah kerja yang berlebihan akan mengarah pada ketidakpuasan kerja tingkat tinggi. Kepuasan terhadap pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi kerja yang kuat, sehingga dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik yang akan berdampak pada kualitas pelayanan keperawatan yang dilakukannya (Yuli, 2005).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat dalam melaksanakan tugas keperawatan yang dilakukan yaitu dengan memberikan job discription yang jelas dan otonomi yang sesuai dengan standar praktek keperawatan, sehingga perawat dapat bekerja secara optimal dan profesional.
Untuk melaksanakan proses keperawatan secara profesional yang sesuai standar praktek keperawatan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi yang mempunyai pengetahuan tentang praktek keperawatan yang sesuai standar. Sehingga, perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, dapat mengambil keputusan secara mandiri, melakukan kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, serta memfasilitasii kepentingan pasien guna meningkatkan mutu peleyanan(Lukimon, 2004).6.2. Hubungan Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja
Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh perawat dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja (Groenewegen dan Hutten, 1991). Menurut teori beban kerja yang tinggi akan berdampak pada penurunan kepuasan kerja. (Soehartati, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Semakin tinggi beban kerja perawat maka semakin rendah kepuasan kerja perawat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa beban kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja perawat.
Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan perawat mengalami kelelahan atau kejenuhan yang akan menimbulkan stress kerja pada perawat yang kemudian akan berdampak pada penurunan kepuasan kerja. Hal ini akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. tingkat ketergantungan pasien yang berbeda-beda, yaitu: minimal, parsial, total seyogyanya dibarengi dengan imbalan yang sesuai dengan tenaga yang telah dikeluarkan oleh perawat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut di atas dapat ditanggulangi dengan penambahan jumlah perawat yang dinas per shif yang sesuai dengan perhitungan jumlah perawat yang seharusnya. Dan juga perlu dipertimbangkan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi beban kerja perawat yaitu: kondisi pasien, jumlah pasien, serta waktu yang diperlukan untuk setiap tindakan keperawatan terhadap pasien baik secara langsung maupun tidak langsung.
`
6.3 Keterbatasan Penelitian
1. Karena keterbatasan waktu penelitian maka dalam melakukan observasi terhadap beban kerja perawat peneliti meminta bantuan orang lain sebagai observer. Yang sebelumnya observer tersebut sudah diberikan penjelasan terlebih dahulu.
2. sampel yang digunakan hanya terbatas pada perawat yang ada di ruang Dahlia 1 dan Paviliun, sehingga hasilnya kurang representative untuk digeneralisasikan.
3. Kepuasan kerja hanya di ukur pada saat penelitian tidak membandingkan antara harapan dan kenyataan
4. Tidak ada standar yang baku dalam pengukuran beban kerja, sehingga peneliti menggunakan rumus prosentase dalam menghitung beban kerja perawat yaitu dengan membandingkan jumlah perawat yang seharusnya dengan jumlah perawat yang ada. 5. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain deskriptif korelasional untuk meneliti hubungan variabel dalam penelitian ini
BAB 7
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis statistik dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :
7.1.1. Ada hubungan antara otonomi dengan Kepuasan Kerja perawat di ruang Dahlia 1 dan Pavliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi
7.1.2. Ada hubungan antara beban Kerja perawat dengan Kepuasan Kerja perawata di ruang Dahlia 1 dan Pavliun Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi.
7.2. Saran
7.2.1. bagi bidang keperawatan
a. Perlu mempertimbangkan penambahan jumlah perawat mengingat jumlah perawat yang masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan pasien.
b. Perlu melibatkan partisipasi perawat ruangan dalam perencanaan dibidang keperawatan.
7.2.2. bagi pihak rumah sakit
a. Membuat job discription yang jelas dan otonomi yang sesuai dengan standar praktek keperawatan, sehingga perawat dan bekerja secara optomal dan profesional
b. Perlunya dibuat suatu kebijakan terkait dengan pengembangan karir perawat yang berdasarkan kompetensi dan kinerja agar mereka tetap termotivasi dalam bekerja walaupun dengan beban kerja yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, Siti.2003.Gambaran pengetahuan dan sikap perawat tentang standar praktek keperawatan.Tugas Akhir Program Studu Ilmu Keperawatan FK UB.
Alimul, H Azis.2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi V. Jakarta: Rineka Cipta
1998. Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi lV . Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia. Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dep.Kes.RI.1994.Standar Asuhan Keperawatan.Dep.Kes.RI
Eugenia, Siegler. 2000. Kolaborasi Perawat- Dokter. Jakarta: EGC.
Gillies, D. A. 1989. Nursing Management A System Approach, W, B. Soundere Company, Philadelphia.
Ilyas, Yaslis. 2000. Perencanaan SDM Rumah Sakit. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM. UI
Mansyur, Ali.2004. Hubungan Antara Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Dokumentasi Tindakan Keperawatan. Tugas Akhir Program Studu Ilmu Keperawatan FK UB.
Mustikasari, 2005, Phsyciatric Nursing, http://www. inna-ppni. or. id/ index. php/ images: diakses tanggal 27 Agustus 2007
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salmeba Medika.
Pitoyo, Joko, at all. 2003. Jurnal Kesehatan Volume 1. Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Malang: Politeknik Kesehatan Malang.
Potter Dan Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Sri Soehartati, 2007, Hubungan Beban Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan, http://www. inna-ppni.or.id/index/php/images/blocks/cpg: diakses tanggal 13 september 2007
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta .
Swansburg, Russell, C.2001. Pengembangan Staf Keperawatan. Suatu Komponen Pengembanagan SDM. Jakarta: EGC.
Syaifoel Hardy, 2006, Batas Kewenangan Independent Nurs Practitioner, http:// www. inna-ppni. or.id/index/php/images/blocks/cpg: diakses tanggal 10 September 2007
Yuli, Sri Budi C. 2005. Manajemen SDM. Malang: UMM
Lampiran 1
LEMBAR KUESIONER VARIABEL OTONOMI
No. respondenNo. pernyatanTotal
12345678910111213
1433443333344445
2333333333223236
3333444443444448
4333444443443346
5433443344444246
6323332333233336
7333333233333237
8233333333333338
9222121211111219
10112212111211117
11121121211111116
12211211211121117
13223322123441130
14211122111121117
15431212132324432
16314221313344233
17123243131344233
18444442444444450
19333444443343345
20344434444444450
21412311223324432
22433443344444448
23333333333333339
24443322223333236
25444443333333445
26212212111211118
27112111121112116
28211111112211217
29443434434333345
30334222323424236
31224334433443140
32343221422424235
33433444443443347
34333333333324339
35333323334332338
36111111112211115
37112111211111216
38221112211211118
39444444444444452
40223322332223332
41323332333222334
42233233332222334
432222333333222332
44222233323223231
45332332323232334
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI VARIABEL BEBAN KERJA
Hari keKlasifikasi tingkat ketergantunganJumlah klienKebutuhan tenaga perawat pada shif pagiPembulatanJumlah perawat yang adaProsentase
MinimalParsialTotal
14133205,2754175
22145215,9264150
32135205,6563200
42182225,9263200
54133205,2753166,7
61176246,9274175
71175236,5674175
81184236,4763200
92106185,254125
103147246,8174133,3
111126195,5763200
12285154,343133,3
13175144,2243133,3
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER VARIABEL KEPUASAN KERJA
No. respondenNo. pernyataanTotal
12345678910111213141516
1434324324233333447
2333333333333333348
3233232223322222338
4344322322334434454
5444444434443344360
6222222222221221230
7343423223322323243
8444334334434444459
9111111111111211117
10211121111111112220
11111111122111111118
12111111011111011114
13111111111111111116
14112111121112111220
15443333344334434456
16222222222222222232
17333323343334332348
18233234334333233347
19344434434344444460
20133133333333333344
21322223222222222234
22233233333333333346
23333333333333333348
24333333223333333346
25111111031111111118
26221112112112111121
27111111111111111116
28111111111211111117
29333333323333343345
30222332222222223336
31333333332222231240
32322222222222223335
33333333323333344447
34333333333333333339
35333332333333333338
36111111111110111115
37111111111111111116
38111111221111111118
39344322344334433352
40222223221222S222232
41332223322212213234
42233222312222222234
43222212222232221332
44222112222223222231
45332222222213222234
Lampiran 5LEMBAR PERSETUJUAN
SETELAH MENDAPAT PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Setelah dijelaskan maksud penelitian ini saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Ana fn, Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dengan judul:
HUBUNGAN OTONOMI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA
DI RUANG DAHLIA 1 DAN PAVILIUN
RUMAH SAKIT NGUDI WALUYO WLINGI.
Dan saya akan menerima hasil dari penelitian ini dengan pandangan obyektif dan tidak akan menggunakannya sebagai bahan tuntutan di pengadilan dari hasil penelitian ini dikemudian hari.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari siapapun.
Wlingi,
Responden
( )
Lampiran 6
LEMBAR PERNYATAANA. Otonomi Perawat Di Ruang Dalia 1 Dan Paviliun
Petunjuk pengisian : Berikan tanda silang (x) pada kolom yang ada disebelah kanan masing-masing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut:
Kode SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS= Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS= Sangat Tidak Setuju
NOPERNYATAANSSSKSTSSTS
1Melaksanakan pengkajian secara lengkap akan membantu perawat menemukan masalah keperawatan
2Pengkajian terhadap pasien dlakukan head to toe
3Pengkajian terhadap pasien dilakukan secara komprehensif dan holistik
4Pengkajian dilakukan ketika pasien pertama kali datang
5Seorang perawat perlu mempunyai pengetahuan tentang penentuan prioritas diagnosa keperawatan
6Penentuan diagnosa keperawatan didasarkan pada keluhan utama pasien
7Seharusnya seorang perawat mempunyai pengetahuan tentang komponen rencana tindakan keperawatan
8Penentuan tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek penting untuk dilakukan dalam tahap perencanaan asuhan keperwatan
9Rencana tindakan keperawatan yang disusun harus disesuaikan dengan kondisi pasien
10Implementasi tindakan keperawatan harus sesuai dengan perencanaan tindakan kperawatan
11Implementasi keperawatan perlu untuk didokumentasikan
12Setelah pelaksanaan tindakan keperawatan perawat perlu untuk melakukan evaluasi
13Pelaksanaan evaluasi keperawatan dilakukan segera setelah tindakan keperawatan dilakukan
C. Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Dalia 1 Dan Paviliun
Petunjuk pengisian : Berikan tanda silang (x) pada kolom yang ada disebelah kanan masing-masing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut:
Kode SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS= Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS= Sangat Tidak Setuju
NOPERNYATAANSSSKSTSSTS
14Gaji yang saya peroleh sudah pantas, sesuai dengan apa yang diharapkan
15Banyak personil perawat di rumah sakit ini merasa tidak puas terhadap gaji mereka
16Saya merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang saya berikan pada pasien
17Saya bisa memberikan perawatan yang lebih baik lagi pada pasien jika mempunyai lebih banyak waktudengan setiap pasien
18Saya mempunyai tanggung jawab berlebih dan wewenang yang sedikit
19Pengawasan dari atasan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tindakan di ruangan
20Perawat yang berprestasi akan mudah mendapatkan kenaikan pangkat
21Untuk meningkatkan kemampuan perawat, maka Rumah Sakit berusaha memberikan pelatihan bagi perawat
22Terdapat kerjasama yang baik dalam tim kerja perawat
23Personil perawat saling membantu satu sama lain
24Jumlah tenaga yang merawat pasien terbatas
25Lingkungan fisik memberikan kenyamanan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
26Saya dapat menggunaan fasilitas di ruangan dengan baik
27Perlengkapan pelayanan keperawatan kurang tersedia dengan baik
28Perawat dapat bekerja sama baik dengan dokter
29Sulit menerapkan standar praktek keperawatan ditempat kerja saya
Lampiran 7
FORMULIR OBSERVASI
Kode Perawat:
Umur
:
Hari/ tanggal:
Jadwal Dinas: Pagi
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Kriteria KetergantunganJumlah Klien Perhari Sesuai Kriteria
12345678910dst
Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
7. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
8. Makan dan minum dilakukan sendiri
9. Ambulasi dengan pengawasan
10. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
11. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
12. Perawatan luka sederhana
Perawatan parsial ( 3-4 jam/24 jam)
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
4. Folley cateter intake out put dicatat
5. Klien dengan pasang infuse
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan total (5-6 jam/24 jam)
7. Segalanya diberi bantuan
8. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
9. Makan memerlukan NGT
10. Pengobatan intravena perdrip
11. Pemalaian suction
12. Gelisah/disorientasi
13. Perawatan luka komplek
Jumlah total pasien perhari
Lampiran 8Correlations
Regression
Explore
Lampiran 11
PERNYATAAN KEASLIAN TULISANSaya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Ana Fitria Nusantara
NIM
: 0610722006
Jurusan
: Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
sMalang, 10 Januari 2008
Yang membuat pernyataan
Ana Fitria Nusantara
NIM. 0610722006
CURRICULUM VITAE
Nama: Ana Fitria Nusantara
Tempat, tanggal lahir: Probolinggo, 28 Oktober 1984
Alamat rumah: Jl. Raya Ds Besuk Kidul RT 03/RW 07 Kec. Besuk Kabupaten Probolinggo
Alamat di Malang: Jl. Bendungan Sutami G1 411A
No. HP: 085655567284
Riwayat Pendidikan: 1.Lulus SD Negeri 1 Besuk tahun 1996
2.Lulus SMP Negeri 1 Besuk tahun1999
3.Lulus SMU Negeri 1 Kraksaan tahun 2002
4.Lulus Akper Unmuh Malang tahun 2005
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KETERANGAN KELIAKAN ETIK PENELITIAN
( ETHICAL CLEARANCE)
No. /PEPK/
/2007
Setelah Tim Etik Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mempelajari dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan:
Judul: Hubungan Otonomi Dan Beban Kerja Perawat Dengan Kepuasan Kerja di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS. Ngudi Waluyo Wlngi Blitar.
Peneliti: Ana Fitria Nusantara
NIM: 0610722006
Unit/ Lembaga: Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Tempat Penelitian: RS.Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Maka dengan ini menyatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi syarat atau liak etik
Malang, 09 November 2007
An. Ketua
Koordinator Divisi I (Mahasiswa S1-FKUB)
Dr.dr.Teguh Wahju Sardjono, DTM&H,MSc,SpPark
NIP:130 809 100
sFORMULIR ETIK PENELITIAN KEDOKTERAN
1.Peneliti: Ana Fitria Nusantara
Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Dibawah bimbingan komisi pembimbing:
a. Joko Pitoyo, S.Kp, M.Kep
b. Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp, M.Kep
2.Judul penelitian:
Hubungan otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
3.Subyek
Perawat pelaksana Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
4.Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan untuk setiap subyek:
Dibutuhkan waktu sekitar 7 jam untuk setiap subyek selama 2-3 minggu
5.Ringkasan usulan penelitian yang mencakup obyektif/tujuan penelitian, manfaat/ relevansi dari hasil penelitian dan alasan/ motivasi untuk melakukan penelitian
Obyektif/tujuan umum yang ingin dicapai adalah:
Mengetahui hubungan otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
Secara khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengidentifikasi pelaksanaan otonomi perawat di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
Untuk Mengidentifikasi beban kerja perawat di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Untuk mengidentifikasi kepuasan kerja perawat di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Untuk menganalisa hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja perawat di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Manfaat/relevensi hasil penelitian dan alasan /motivasi untuk melakukan penelitian:
Untuk Institusi/Rumah Sakit:
Sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dan strategi yang tepat dalam menngkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit khususnya pelayanan keperawtan.
Untuk Profesi :
Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan dalam penyusunan perencanaan dan pengembangan kwalitas Asuhan Keperawatan
Untuk Peneliti Sendiri
Sebagai pengetahuan tambahan terutama tentang otonomi, beban kerja dan kepuasan kerja perawat.
Untuk Peneliti Selanjutnya
Sebagai masukan untuk melaksanakan proses keperawatan secara profesional dimasa yang akan datang. kerja perawat
6.Masalah etik (nyatakan pendapat anda tentang masalah etik yang mugkin akan dihadapi)
Apabila subyek penelitian telah diberikan penjelasan mengenai tujuan, prosedur penelitian, resiko yang mungkin ditimbulkan dan yang bersangkutan tetap bersedia menjadi subyek penelitian, diharapkan tidak dijumpai masalah etik.
7.Bila penelitian ini menggunakan subyek penelitian manusia, apakah percobaan pada hewan sudah dilakukan? Bila belum, sebutkan alasan untuk memulai penelitian langsung pada manusia?
Belum
Karena prosedur penelitian ini tidak dapat dilakukan pada hewan, maka langsung dilakukan pada manusia
8.Prosedur:
Penentuan subyek penelitian sebelum dilaksanakan penelitian adalah berdasarkan criteria inklusi sebagai berikut :
Perawat pelaksana yang bersedia menjadi responden dan bekerja di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Prosedur penelitian:
Pengajuan surat penelitian kepada Direktur RS Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Pengajuan lembar persetujuan menjadi responden kepada perawat pelaksana di Ruang Dahlia 1 dan Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Melakukan observasi sesuai dengan check list Setelah data terkumpul dilakukan tabulasi
Menganalisa data yang telah ditabulasi
Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian
9.
Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara-cara untuk mencegah atau mengatasi kejadian (Termasuk rasa nyeri dan keluhan lain):
Penelitian ini tidak berbahaya
10.
Pengalaman terdahulu (sendiri atau orang lain) dari tindakan yang hendak diterapkan:
Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, penelitian ini tidak menimbulkan masalah pada subyek yang diteliti
11.
Bila penelitian ini menggunakan orang sakit dan dapat memberi manfaat untuk subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu
Tidak ada
12.Bagaimana cara memilih pasien/sukarelawan sehat?
Subyek penelitian dipilih dengan menggunakan tehnik purposive sampling
13.Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek mendapat ganti rugi bila ada gejala efek samping? Berapa banyak?
Tidak
14.Bila penelitian ini menggunakan orang sehat, jelaskan cara pemeriksaan kesehatannya:
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan
15.
Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan komplikasi bila ada:
Semua informasi subyek penelitian akan dimasukkan dalam pembahasan.
Dalam penelitian ini tidak ada efek samping dan komplikasi.
16.
Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana cara memberitahu dan mengajak subyek (Lampirkan contoh surat persetujuan subyek). Bila pemberitahuan subyek bersifat lisan, atau bila karena sesuatu hal subyek tidak dapat atau tidak perlu dimintakan persetujuan, berilah alasan yang kuat untuk itu:
Terlampir : Lembar informasi dan persetujuan subyek
17.Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek mendapat ganti rugi bila ada gejala efek samping? Berapa banyak?
Tidak
18.Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek diansuransikan?
Tidak
Malang,Pembimbing:1. Joko Pitoyo, S.Kp, M.Kep (..)
2. Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp, M.Kep (..)
Peneliti:
Ana Fitria Nusantara
(..)
Kepuasan Perawat:
Komponen upah atau gaji
Pekerjaan
Pengawasan
Promosi karir
Kelompok kerja
Kondisi kerja
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kepuasan klien
Infeksi Nosokomial
Lama rawat inap
Lingkungan kerja perawat
Kepuasan perawat
Otonomi Perawat :
Standar PraktekKeperawatan:
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Beban kerja perawat:
Tingkat Ketergantungan Pasien
- Kategori I : Minimal
- Kategori II :Parsial
- Kategori III :Total
65PAGE viii