-
24 Muh. Pauzan, dkk/Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal
terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4)
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23
Maret 2013 ISSN : 0853-0823
Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal terhadap Sifat
Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4)
Muh Pauzan1, Takeshi Kato2, Satoshi Iwata2, dan Edi Suharyadi1,*
1Laboratorium Fisika Material dan Instrumentasi (Fismatel), Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia 2Departement of Quantum
Engineering, Nagoya University, Furo-cho chikusa-ku, Nagoya, Japan
*corresponding author: [email protected]
Abstrak -Telah dilakukan kajian sifat kemagnetan pada
nanopertikel magnetit (Fe3O4) dengan analisis kurva loop
histerisis, dan ketergantungannya terhadap ukuran partikel dan
maupun struktur kristal. Nilai magnetisasi saturasi (Ms)
dipengaruhi oleh kehadiran fasa pengotor hematit ( Fe2O3), kualitas
kristalinitas dan tetapan kisi. Sedangkan medan koersif (Hc)
berbanding lurus terhadap kenaikan diameter nanopartikel magnetit
(Fe3O4). Diperoleh nilai rasio (Mr/Ms) semakin kecil seiring dengan
kenaikan diameter nanopartikel magnetit (Fe3O4).
Kata kunci - kurva loop histerisis, ukuran partikel, struktur
kristal, magnetisasi saturasi (Ms), medan koersif (Hc)
Abstract-Magnetic properties of magnetite nanoparticles (Fe3O4)
have been analyzed by hysteresis loop, and its dependence on
diameter and crystal structure. Saturation magnetization (Ms) is
affected by the presence of an impurity phase hematite ( Fe2O3),
quality of crystallinity and lattice constant. Coercivity field
(Hc) is linear with the diameter increase. Ratio (Mr/Ms) is
obtained smaller with the increase in the diameter of magnetite
nanoparticles (Fe3O4).
Key words- hysteresis loop, diameter, crystal structure,
saturation magnetization(Ms), coercivityfield (Hc)
I. PENDAHULUAN Nanopartikel magnetik merupakan salah satu
objek
kajian yang banyak diminati. Peningkatan ketertarikan penelitian
pada objek ini karena sifat fisis dan kimia yang dimiliki berbeda
dengan sifat material bulknya.Perbedaan sifat ini berkaitan dengan
keberadaan efek ukuran kuantum (Quantum size effects) pada
materialnya [1]. Sifat fisis yang unik dari nanopartikel magnetik
adalah sifat kemagnetan yang dimilikinya. Magnetisasi (per atom)
dan anisotropi magnetik nanopartikel berbeda dengan sifat material
bulk, serta memiliki perbedaan suhu Curie (Tc) dan suhu Neel (Tn).
Selain itu pada nanopartikel ditemukan sifat yang menarik seperti
giant magnetoresistance (GMR), efek magnetokalorik yang besar, dan
sebagainya [1].
Sifat lain yang istimewa pada nanopartikel magnetik yaitu
bersifat superparamagnetik. Sifat superparamagnetik merupakan sifat
yang muncul pada material berorde satu domain magnetik [2].
Ukurannya yang kecil menyebabkan material tersebut sangat reaktif
terhadap medan magnet luar, namun jika medan magnet luar
dihilangkan pengaruhnya secara perlahan-lahan maka sifatnya akan
mirip dengan material paramagnetik[2].
Beberapa sifat istimewa tersebut menyebabkan nanopartikel
magnetik telah luas digunakan dalam katalis, mineralogi (seperti
pemilihan biji besi), informasi (data penyimpan), bidang lingkungan
(konsentrasi polutan), dan lain-lain [3]. Berdasarkan pada sifatnya
yang dapat dipengaruhi medan magnet, biokompatibel, biodegradabel,
dan memiliki gugus fungsional, nanopartikel magnetik dapat dengan
mudah dikonjugasi
dengan banyak molekul fungsional seperti enzim, antibodi, sel,
DNA, dan RNA [3].
Nanopartikel magnetik memiliki beberapa jenis seperti -Fe2O3,
-Fe2O3, danFe3O4. Masing-masing jenis partikel tersebut memiliki
sifat yang berbeda. Seperti -Fe2O3 memiliki struktur cubic
closed-packed dengan kesetimbangan kimia yang baik, dan biasanya
digunakan untuk perekaman dengan media magnet. -Fe2O3memiliki
struktur rhombohedral, jenis ini merupakan jenis yang paling stabil
akan tetapi bersifat anti-ferromagnetik di bawah suhu Neel (<
955 K). Sedangkan magnetit Fe3O4 mempunyai struktur spinel terbalik
pada suhu kamar.
Sebelumnya pernah dilakukan sintesis Superparamagnetic Iron
Oxide Nanoparticles (SPIONs) Fe3O4 menggunakan metode kopresipitasi
dari bahan FeCl3.6H2O dan FeSO4.7H2O dengan memvariasikan suhu dan
memvariasikan konsentrasi NH4OH. Pada variasi suhu 30oC, 60oC, dan
90oC, didapatkan ukuran partikel Fe3O4 secara berturut-turut
sebesar 12,9 nm, 14,4 nm, dan 14,8 nm. Pada variasi konsentrasi
NH4OH 4%, 6%, dan 10% didapatkan ukuran partikel Fe3O4
berturut-turut 11,7 nm, 15,7 nm, dan 11,4 nm [4]. Dengan bahan
sintesis dan metode sintesis yang sama, dilakukan penelitian
nanopartikel magnetit (Fe3O4) yang dicoating menggunakan polietilen
glikol (PEG-4000). Hasil pengukuran vibrating sample magnetometer
(VSM) menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran butir (diameter)
nanopartikel Fe3O4 maka semakin tinggi respon magnetik pada
nanopartikel tersebut. Selain itu, semakin kecil diameter butir
nanopartikel Fe3O4 maka
-
Muh. Pauzan, dkk/Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal
terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4) 25
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23
Maret 2013 ISSN : 0853-0823
koersivitas nanopartikel tersebut juga semakin menurun [5].
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut di atas, belum
ada penjelasan dengan detail hubungan sifat kemagnetan nanopartikel
magnetit (Fe3O4) terhadap ukuran butir (diameter) dan struktur
kristalnya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mencari
hubungan sifat kemagnetan terhadap ukuran butir (diameter) dan
struktur kristal Fe3O4.
II. METODE EKSPERIMEN Penelitian ini menggunakan bahan-bahan
sebagai
berikut: ferric chloride hexahydrate (FeCl3.6H2O) 0.01 mol, dan
ferrous sulphate heptahydrate(FeSO4.7H2O) 0.005 mol, larutan NH4OH,
dan aquades sebagai bahan pencuci dan pelarut dalam metode
kopresipitasi. Bahan lain yang digunakan sebagai pencuci peralatan
yakni aseton.
Secara garis besar dalam penelitian ini dilakukan sintesis
nanopartikel magnetit Fe3O4 menggunakan bahan dasar senyawa
kompleks FeSO4.7H2O dan FeCl3.6H2O menggunakan metode kopresipitasi
dengan perbandingan molaritas 1:2.
Proses pembuatan dilakukan dengan menggunakan metode sintesis
sebagai berikut ini: FeSO4.7H2O sebanyak 4,1703 g dan FeCl3.6H2O
sebanyak 8,109 g ditimbang menggunakan timbangan digital, kemudian
dilarutkan dalam 30 ml aquades lalu diaduk hingga homogen
menggunakan magnetic stirrer. Setelah campuran homogen, diberi
larutan NH4OH 10% (60 ml) sedikit demi sedikit supaya merata dengan
tetap diaduk menggunakan magnetik stirrer pada suhu 60oC selama 90
menit dan kecepatan pengadukan 450 rpm.
Tahap selanjutnya setelah pengadukan selesai dilakukan, pada
bagian bawah gelas beker diletakkan magnet permanen agar besi
hidroksida yaitu Fe(OH)2 dan Fe(OH)3 dapat mengendap lebih cepat
sehingga terpisah dari garam (NH4Cl) dan (NH4)2SO4. Bila sudah
terdapat endapan pada dasar gelas, zat cair di dalamnya dibuang
dengan penuangan secara hati-hati agar endapan tidak ikut terbuang.
Endapan dicuci dengan aquades hingga beberapa kali pengulangan agar
garam yang ikut terlarut semakin terminimalisir, dan kemudian
endapan tersebut dikeringkan menggunakan furnace pada 80 0C selama
120 menit hingga diperoleh nanopartikel Fe3O4.
Proses sintesis nanopartikel Fe3O4 di atas dilakukan lagi untuk
variasi suhu pengadukan 30oC, 90oC serta variasi lama pengadukan 30
menit, dan 150 menit. Dengan variabel terikat yaitu kecepatan
pengadukan 450 rpm.
Setelah itu dilakukan karakterisasi pada sampel menggunakan
X-Ray Diffractometer (XRD), Transmission Electron Microscopy (TEM),
dan pengukuran sifat kemagnetan menggunakan Vibrating Sample
Magnetometer (VSM).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil XRD
Hasil uji XRD dengan menggunakan software Origin8 untuk
pembuatan grafik terlihat pada Gambar 1. Berdasarkan hasil XRD di
atas terdapat satu puncak yang
bukan merupakan nanopartikel magnetit (Fe3O4) yaitu puncak
-Fe2O3.Kemunculan puncak difraksi pada
Gambar 1.Hasil XRD untuk tiap-tiap sampel. [4] kisaran sudut 2
~32,28o dalam sampel Fe3O4 menunjukkan kehadiran fasa -Fe2O3 di
dalam bahan Fe3O4 [6]. Hematit ( -Fe2O3)merupakan material
antiferromagnetik selama berada di bawah suhu 950 K [1]. Kehadiran
fasa hematit ( -Fe2O3) yang berbentuk rhombohedral merupakan hal
yang wajar terjadi karena pada prinsipnya partikel besi oksida
(Fe3O4) akan cepat mengalami oksidasi. Oksidasi selama melakukan
sintesis Fe3O4 tidak bisa dihindari, sehingga nanopartikel magnetit
(Fe3O4)akan selalu terdapat oksida atau sub-oksida pada
permukaannya. Persamaan (1) oksidasinya sebagai berikut:
4FeO O 6FeO 1
Selain itu, secara kualitatif dapat diprediksi bahwa keberadaan
fasa -Fe2O3 di dalam sampel Fe3O4 hanya dalam kadar yang kecil
karena sampel yang diperoleh dari proses sintesis ini didominasi
oleh warna hitam pekat yang menunjukkan ciri khas bahan Fe3O4
sedangkan -Fe2O3 memiliki warna yang dicirikan dengan warna coklat
[7].
Persamaan scherrer (2) untuk menghitung ukuran partikel adalah
sebagai berikut:
cos
kD =
(2)
K adalah tetapan mesin (k = 0,916), adalah panjang glombang
tabung Cu K 1,5406.adalah FWHM (full width at half maximum).Tetapan
kisisampel diperoleh dengan perhitungan menggunakan hukum Bragg.
Persamaannya adalah:
2 sind n =
(3)
Dari persamaan (2)dan (3)di atas, diperoleh ukuran dan tetapan
kisi nano partikel magnetit (Fe3O4) sebagai Tabel 1. berikut:
Tabel 1.Ukuran sampel yang diperoleh. Sampel Tetapan Kisi
(nm) Ukuran Partikel
(nm) A 0,836 11,9 B 0,840 12,1 C 0,835 13,0 D 0,839 14,1 E 0,839
14,7
Hasil TEM
-
26 Muh. Pauzan, dkk/Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal
terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4)
(220) (311) (400) (511) (440)
Salah satu hasil karakterisasi TEM adalah pada sampel A dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hasil karakterisasi menggunakan TEM. [4]
Berdasarkan Gambar 2, ukuran partikel tidak merata namun
perbedaannya tidak jauh antara ukuran satu dengan yang lain.
Distribusi ukuran partikel paling banyak pada rentang 12 nm sampai
dengan 16 nm. Hasil ini hampir sama dengan hasil XRD yaitu
diperoleh ukuran partikel 11,9 nm.Pada gambar bagian kanan terlihat
adanya bentuk cincin-cincin.Garis putus-putus pada pola cincin
menunjukkan kristalinitasnya yang tinggi. Cincin-cincin terang
tersebut menunjukkan terjadinya difraksi, sehingga dapat
diidentifikasi indeks miller dari cincin paling dalam sampai
terluar berturut-turut: (220), (311), (400), (511), (440). Hasil
TEM ini sama seperti hasil indeks miller yang diperoleh melalui
XRD.
Hasil VSM Berdasarkan hasil VSM, diperoleh kurva loop
histerisis
untuk sampel A seperti pada Gambar 3, besar medan koersif sampel
A sebesar 44,5 Oersted.
Gambar 3. Kurva loop histerisis sampel A.
Kurva loop histerisis sampel B dapat dilihat pada Gambar 4.
Sampel B memiliki medan koersif sebesar 143,5 Oersted. Kurva loop
histerisis sampel C dapat dilihat pada Gambar 5. Sampel C memiliki
medan koersif sebesar 43,9 Oersted. Sampel D memiliki kurva loop
histerisis seperti pada Gambar 6 di atas.Sampel D memeiliki medan
koersif sebesar 46,1 Oersted.
Gambar 4. Kurva loop histerisis sampel B.
Gambar 5. Kurva loop histerisis sampel C.
Gambar 6. Kurvaloop histerisis sampel D.
Sampel E memiliki kurva loop histerisis seperti pada Gambar 7.
Sampel E memiliki medan koersif sebesar 154,7 Oersted.
-
Muh. Pauzan, dkk/Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal
terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4) 27
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23
Maret 2013 ISSN : 0853-0823
Gambar 7. Kurva loop histerisis sampel E.
Dari kurva loop histerisis, dapat diperoleh informasi sifat
kemagnetan dari nanopartikel magnetit (Fe3O4), yaitu magnetisasi
saturasi (Ms), dan medan koersif (Hc), serta rasio magnetisasi
remanen terhadap magnetisasi saturasi (Mr/Ms). Penjelasan
masing-masing sebagai berikut: a. Magnetisasi Saturasi (Ms)
Magnetisasi saturasi yang diperoleh dari tiap sampel dapat
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2.Magnetisasi saturasi tiap sampel.
Sampel Tetapan Kisi (nm)
Magnetisasi Saturasi (emu/g)
Rasio Luasan (-Fe2O3/Fe3O)
A 0,836 51,59 0,310 B 0,840 58,99 0,280 C 0,835 88,48 0,264 D
0,839 70,74 0,261 E 0,839 52,69 0,298
Berdasarkan tabel di atas, magnetisasi saturasi (Ms) terbesar
dimiliki oleh sampel C. Magnetisasi saturasi (Ms) yang dimiliki
sampel C lebih kecil jika dibandingkan dengan magnetisasi saturasi
(Ms) pada material bulk Fe3O4. Magnetisasi saturasi material bulk
sebesar Ms 98 emu/g, sedangkan pada sampel C sebesar Ms ~ 88,48
emu/g. Perbedaan ini ada kaitannya dengan permukaan sampel dimana
spinnya tidak beraturan (spin disorder) karena disebabkan oleh
Interaksi super exchange (SE) antara ion Fe yang dihubungkan oleh
ion O2- serta terjadinya koordinasi antar atom yang tidak lengkap
pada permukaan. Sehingga magnetisasi nanopartikel magnetit Fe3O4
lebih kecil daripada material bulk [8].
Berdasarkan tabel 2 di atas, magnetisasi saturasi tiap sampel
berbeda-beda dan nilainya tidak terpengaruh ukuran sampel.Pada
kasus ini, yang menyebabkan magnetisasi saturasi kuat adalah karena
keseragaman ukuran partikel dan penyebarannya merata (tidak terjadi
penggumpalan/aglomerasi). Bervariasinya nilai magnetisasi pada
sampel yang diuji sifat kemagnetannya juga dapat disebabkan oleh
kemunculan fasa pengotor (-Fe2O3) di dalam sampel yang memiliki
perbedaan sifat magnetik dengan Fe3O4, derajat kristalinitas serta
tetapan kisi[8]
.
Karena sifat magnetik fasa pengotor hematit (-Fe2O3) adalah
antiferromagnetik pada suhu kamar, maka kemunculannya mempengaruhi
magnetisasi saturasi sampel Fe3O4. Artinya, makin banyak fasa
pengotor (-
Fe2O3)maka makin kecil nilai magnetisasi saturasi pada sampel.
Hal ini diperjelas pada tabel 2 di atas, rasio luasan
(-Fe2O3/Fe3O4) paling kecil pada sampel D yaitu 0,261 berikutnya
pada sampel C sebesar 0,264. Kecilnya nilai rasio luasan (
-Fe2O3/Fe3O4) menunjukkan keberadaan fasa pengotor ( -Fe2O3) makin
kecil terhadap sampel Fe3O4. Sehingga nilai magnetisasi saturasi
pada sampel C dan sampel D merupakan nilai paling besar diantara
sampel yang lain yaitu sebesar 88,48 emu/g dan 70,74 emu/g secara
berturut turut. Sedangkan rasio luasan (-Fe2O3/Fe3O4) paling besar
pada sampel A yaitu 0,310. Besarnya nilai tersebut sebanding dengan
kecilnya magnetisasi saturasi yang dimiliki sampel A yaitu 51,59
emu/g dan merupakan magnetisasi saturasi terkecil diantara sampel
yang lain. Hasil ini menunjukkan bahwa keberadaan fasa pengotor (
-Fe2O3) paling besar pada sampel A. Semakin tinggi derajat
kristalinitas dan semakin dekat nilai tetapan kisinya dengan
material bulk, maka nilai magnetisasi saturasi akan semakin
mendekati material bulknya. b. Medan Koersif (Hc)
Medan koersif yang diperoleh dari tiap sampel dapat dilihat pada
Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3.Medan koersif tiap sampel.
Sampel Ukuran Partikel (nm)
Medan Koersif (Oe)
A 11,9 44,5 B 12,1 143,5 C 13,0 43,9 D 14,1 46,1 E 14,7
154,7
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat trennya bahwa semakin
besar ukuran partikel maka akan makin besar medan koersif yang
dimiliki. Hukum ini berlaku untuk partikel yang berukuran di bawah
40 nm.Dengan makin kecilnya ukuran nanopartikel magnetit (Fe3O4)
maka terjadi penurunan energi barier (energi anisotropi) pada
partikel tersebut[8].Oleh karena itu, medan koersif (Hc) yang
dimiliki akan semakin kecil, karena energi bariersemakin berkurang
sehingga medan yang diperlukan semakin kecil untuk membuat
magnetisasinya nol. Akan tetapi, terjadi penyimpangan pada sampel B
dan sampel C, yaitu nilai medan koersifnya tidak linier terhadap
kenaikan ukuran partikel Fe3O4. Kasus ini diasumsikan disebabkan
oleh adanya aglomerasi pada sampel B, sehingga dengan adanya
aglomerasi (penggumpalan) maka akan berpengaruh terhadap arah momen
magnet yang tidak bebas berfluktuasi. Dengan demikian dibutuhkan
medan magnet luar yang lebih besar untuk membuat net magnetisasi
menjadi nol.
Selain itu, koersivitas sangat tergantung pada magnetokristalin
anisotropi dan bentuk (shape) anisotropi. Persamaan yang menyatakan
hubungan medan koersif terhadap manetokristalin anisotropi yakni
sebagai berikut:
2
4
Berdasarkan persamaan (4), medan koersif berbanding terbalik
dengan magnetisasi saturasi [9].Hal ini disebabkan oleh
kesebandingan antara ukuran partikel dengan medan luar yang
diberikan untuk membuar net
-
28 Muh. Pauzan, dkk/Pengaruh Ukuran Butir dan Struktur Kristal
terhadap Sifat Kemagnetan pada Nanopartikel Magnetit (Fe3O4)
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23
Maret 2013 ISSN : 0853-0823
magnetisasinya nol. Karena makin banyak jumlah domain
magnetiknya (energi barier besar) tentunya membutuhkan medan yang
lebih besar untuk menyearahkannya.
Sehingga penyimpangan pada sampel C di tabel 3 di atas dapat
dijelaskan menggunakan persamaan (4). Jika melihat tabel 2, sampel
C memiliki magnetisasi saturasi paling besar (88,48 emu/g). Nilai
magnetisasi yang muncul tersebut dapat diklaim sebagai penyebab
nilai medan koersif (Hc) pada sampel C rendah dan tidak sesuai
dengan kelinearan kenaikan ukuran terhadap nilai medan koersif.
c. Rasio (Mr/Ms) Rasio magnetisasi remanen terhadap
magnetisasi
saturasi adalah sebagai Tabel 5.berikut:
Tabel 5.Rasio (Mr/Ms) tiap sampel. Sampel Rasio fasa -
Fe2O3/Fe3O4 Rasio (Mr/Ms)
A 0,836 0,086 B 0,840 0,087 C 0,835 0,085 D 0,839 0,056 E 0,839
0,050
Berdasarkan tabel 5 di atas, rasio (Mr/Ms) bernilai kecil karena
jika sifat suatu material makin mendekati sifat ferromagnetik maka
rasio (Mr/Ms) akan besar. Jika kurva loop histerisis menunjukkan
sifat makin ferromagnetik maka nilai rasio (Mr/Ms) akan makin besar
[9]. Ini berarti bahwa rasio (Mr/Ms) sangat tergantung pada
permukaan nanopartikel itu sendiri. Jika pada permukaannya terjadi
fluktuasi arah spin makin besar maka akan makin kecil rasio (Mr/Ms)
yang diperoleh. Sehingga berdasarkan tabel 5, secara berturut-turut
dari sampel A sampai dengan sampel E bahwa makin besar fluktuasi
arah spin yang terjadi pada permukaan partikelnya.
IV. KESIMPULAN Kajian sifat kemagnetan nanopartikel magnetit
(Fe3O4)
menggunakan kurva loop histerisis diperoleh beberapa kesimpulan,
yaitu: nilaimagnetisasi saturasi (Ms) dipengaruhi olehkehadiran
fasa pengotor hematit ( Fe2O3),nilai medan koersif dipengaruhi oleh
aglomerasi (penggumpalan) dan magnetokristalin anisotropi, serta
rasio (Mr/Ms) semakin kecil seiring dengan kenaikan diameter
nanopartikel magnetit (Fe3O4) DAFTAR PUSTAKA [1] Gubin, S.P.,
Koksharov, Y.A., Khomutov, G.B. dan
Yurkov, G.Y., 2005, Magnetic nanoparticles: preparation,
structure and properties, Russian Chemical Reviews, 6, 489-520.
[2] Wu, A., Ou, P. dan Zeng, L., 2010, Biomedical Applications
of Magnetic Nanoparticles, NANO: Breif Reports and Reviews, 5,
245-270.
[3] DAgostino, P.S., 2009. Synthesis and bio-functionalization
of nanoparticles for biosensing and biorecognition, Universit degli
Studi di Modena e Reggio Emilia, Italy.
[4] Wati, D.L., 2012, Fabrikasi Superparamagnetic Iron Oxide
Nanoparticles (SPIONs) Magnetit (Fe3O4) dengan Metode
Kopresipitasi, Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta.
[5] Riyanto, A., 2012, Sintesis dan Analisis Potensi
Nanopartikel Fe3O4 (Magnetit) sebagai Material Aktif pada Permukaan
Sensing Biosensor Berbasis Surface Plasmon Resonance (SPR), Tesis,
Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta.
[6] Azhar, S., 2007, Synthesis of well defined hematite films
and their use for sintering studies. Lulea University Of
Technology.
[7] Tartaj, P., Morales, M.d.P., Verdaguer, S.V., Carreno, T.G.
dan Serna, C.J., 2003, The preparation of magnetic nanoparticles
for applications in biomedicine, J. Phys. D: Appl. Phys., 36,
R182-R197
[8] Barbeta, V.B., Jardim, R.F., Kiyohara, P.K., Effenberger,
F.B., dan Rossi, L.M., 2010, Magnetic properties of Fe3O4
nanoparticles coated with oleic and dodecanoic acids, Journal of
Applied Physics, 107, 073913
[9] Liang, X., Shi, H., Jia, X., Yang, Y., dan Liu, X., 2011,
Dispersibility, Shape and Magnetic Properties of Nano-Fe3O4
Particles, Scientific Research, 2, 1644-1653,
www.SciRP.org/journal/msa.
TANYA JAWAB
Perdamean Sebayan, LIPI ? a. Kode sampul A, B, C dan E, apa
bedanya?
b. Mengapa pada suhu yang sama dan konsentrasi larutan berbeda
menghasilkan partikel yang berbeda?
Muh. Pauzan, UGM a. Ukurannya, dari sampel A, B, C, D, E
berturut-turut
dari ukuran terkecil terbesar. b. Saya tidak focus untuk
menyelidiki hal tersebut,
mohon maaf saya tidak dapat menjawab.
Ria Yustin,UGM ? Penentuan faktor pengotor apa dilihat dari
grafik atau bagaimana?
Muh. Pauzan, UGM Membandingkan dengan referensi/ jurnal.
Kartika Sari,Fisika - UNSOED ? Fe3O4 berasal dari pabrikan/
dibuat sendiri?
Muh. Pauzan, UGM Dibuat sendiri dengan campuran FeCl3. 6H2O dan
FeSO4. 7H2O