GRANULASI Granulasi didefinisikan sebagai proses untuk memperbesar ukuran partikel, dari partikel yang kecil / halus menjadi agregat yang lebih besar dengan bentuk yang beraturan. Tujuan granulasi adalah untuk mendapatkan suatu partikel dengan ukuran yang lebih besar dari partikel asal sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dan fluiditas. Alasan lain dilakukan granulasi adalah unutk memudahkan pencampuran, mengurangi debu, mendapatkan partikel dengan densitas yang lebih seragam, dan memncegah segregasi. Batasan granulasi dengan kempa langsung adalah pada granulasi, zat aktif ikut perlakuan ( ikut digranul ), sehingga apabila yang digranul hanya eksipient saja, maka itu tidak termasuk metode granulasi tetapi kempa langsung. Idealnya suatu granul yang dihasilkan dari proses granulasi mempunyai sifat : a. bentuk sferis b. distribusi ukuran partikel baik ( distribusi normal ) c. tidak banyak fines d. kelembapan granul 2 – 5% e. fluiditas baik f. kompresibilitas baik g. cukup keras / tidak rapuh h. mengalami deformasi plastis bila dikompresi. Efektivitas dan hasil granulasi tergantung pada beberapa sifat, yaitu : a. Besarnya ukuran partikel obat dan eksipient b. Tipe bahan pengikat yang digunakan c. Jumlah bahan pengikat yang digunakan d. Efektivitas dan lamanya proses pengadukan e. Kecepatan pengeringan Metode pembuatan tablet dibagi menjadi:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GRANULASI
Granulasi didefinisikan sebagai proses untuk memperbesar ukuran partikel, dari partikel yang kecil / halus menjadi agregat yang lebih besar dengan bentuk yang beraturan. Tujuan granulasi adalah untuk mendapatkan suatu partikel dengan ukuran yang lebih besar dari partikel asal sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dan fluiditas. Alasan lain dilakukan granulasi adalah unutk memudahkan pencampuran, mengurangi debu, mendapatkan partikel dengan densitas yang lebih seragam, dan memncegah segregasi. Batasan granulasi dengan kempa langsung adalah pada granulasi, zat aktif ikut perlakuan ( ikut digranul ), sehingga apabila yang digranul hanya eksipient saja, maka itu tidak termasuk metode granulasi tetapi kempa langsung.
Idealnya suatu granul yang dihasilkan dari proses granulasi mempunyai sifat :
a. bentuk sferisb. distribusi ukuran partikel baik ( distribusi normal ) c. tidak banyak finesd. kelembapan granul 2 – 5%e. fluiditas baikf. kompresibilitas baikg. cukup keras / tidak rapuhh. mengalami deformasi plastis bila dikompresi.
Efektivitas dan hasil granulasi tergantung pada beberapa sifat, yaitu :
a. Besarnya ukuran partikel obat dan eksipient
b. Tipe bahan pengikat yang digunakan
c. Jumlah bahan pengikat yang digunakan
d. Efektivitas dan lamanya proses pengadukan
e. Kecepatan pengeringan
Metode pembuatan tablet dibagi menjadi:
1. Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat
aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik.
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan
pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa
basah tersebut digranulasi.
Cara granulasi basah merupakan proses memiliki beberapa keunggulaan jika dibandingkan dari proses yang lain
a. Kohesifitas dan kompesibilitas dari campuran serbuk dapat ditingkatkan/diperbaiki dengan menambahkan bahan pengikat yang akan menyelubungi (coating) setiap partikel sehingga akan merekat satu sama lain membentuk agglomeat atau Selama proses pengempaan, granul akan mengalami patah dengan permukaan yang licin dan memperbaiki kompresibilitas. Dibutuhkan daya kompresi yang rendah untuk mencetak tablet.
b. Bahan obat dengan dosis tinggi dan memiliki sifat alir kurang baik dipersiapkan dengan granulasi basah untuk memdaatkan sifat alir yang baik dan daya kohesi untuk pengompakan. Jumlah bahan pengikat yang dibutuhkan untuk memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas lebih sedikit dibandingkan jumah bahan pengikat kering yang dibutuhkan dari pada cara cetek lansung.
c. Bahan obat dalam dosis kecil dan zat warna terdistribusi dengan baik dan homogen apabila didalam larutan pengikat. Pada cetak lansung homogenitas dan dan distribusi zat warna merupakan masalah yang sulit diatasi.
d. Granulaasi basah mencegah terjadinya proses segresi komponen dari campuan serbuk yang homogen seama proses, karena komponen dari setiap granul tetap setelah penambahan pengikat.
e. Kecepatan disolusi bahan obat yang hydrophobic dapat diperbaiki dengan memilih bahan pengikat dan pelarut yangtepatpada granulasi basah.
2. Granulasi kering (PREKOMPRESI ATAU SLUGGING) yaitu di cetak, kemudian
di saring bongkahannya menjadi granul, ditambahkan fase luar, setelah itu di cetak
kembali menjadi tablet.
Tablet hasil prekomprresi lebih rapuh dibandingkan tablet yang didapatkan dari
proses granulasi basah, tetapi cara ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :
a. Peralatan dan ruang yang digunakan lebih sedikit waktu prosesing lebih singkat
dibanding cara granulasi basah.
b. Bahan aktif yang sensitive terhadap panas dapat dilakukan dengan cara ini karena
tidak ada proses pengeringan.
c. Waktu hancur tablet umumnya lebih cepat karena daya hancur dari amylum tidak
dikurangi oleh bahan pengikat yang ada pada granulasi basah.
d. Prosas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tablet buih, dimana senyawa asam
dan basa dapat bereaksi dengan sempurna bila dimasukkan kedalam air.
3. Kempa langsung, yaitu dikempa langsung atau dicetak langsung. Dibuat dengan cara
pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan
pons/cetakan baja
Keuntungan tablet cetak lansung.
a. Pertimbangan ekonomis, cara ini dapat dilakukan dengan lebih cepat, tidak
membutuhkan energi panas tambahan seperti pada proses granulasi basah pada
pengeringan granul, hanya membutuhkan peralatan yang sedikit jumlahnya (alat
pencampur mixer dan mesin cetak tablet). Berarti mengguakan peralatan, ruang
kerja dan tenaga kerja lebih ekonomis.
b. Pengaruh panas dan air (lembab) terhadap kestabilan bahan obat tidak terjadi,
kemungkinan terjadinya hal oksidasi dan hidrolisis yang merugikan tetap ada.
Dibandingkan dengan cara granulasi basah, cara cetaklansung tidak menimbulkan
masalah klasik pada proses granulasi , seperti penyiapan dan penyimpanan larutan
pengikat yang dapat mempengaruhi kwalitas granul, di samping waktu untuk
proses granulasi yang secara keseluruhan dapat mempengaruhi sifat tablet. Proses
pengeringan juga merupakan proses kritis pada granulasi basah, karena pada
proses pengeringanakan terjadi migrasi zat warna dan bahan aktif kepermukaan
granul yang sedang dikeringkan.
c. Salah satu keuntungan hasil proses cetak lansung ialah waktu hancur tablet.
Partikel bahan aktif dibebaskan dari massa tablet dalam bentuk partikel bebas
yang segera larut. Faktor lain yang sangat berpengaruh pada proses hancurnya
tablet pada cetak lansung ialah jumlah dan jenis penghancur yang digunakan dan
keseragaman distribusi penghancur dalam massa tablet.
Tujuan pembuatan granul adalah:
1. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.2. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free
flowing)3. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan4. Mencegah terjadinya segresi /pemisahan akibat perbedaan bobot jenis,
kemampuan dikempa 5. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability).
Mekanisme terbentuknya granul, terjadi dalam 4 tahap:a. Tahap pendular, dimana rongga udara yang terdapat pada antar partikel hanya diisi
sebahagian oleh larutan bahan pengikat yang membentuk jembatan cairan antar cairan- udara dan tekanan hidrostatik pada jembatan tsb.
b. Tahap kapiler, ruang antar partikel diisi secara sempurna oleh larutan bahan pengikat dan massa akan terikat karena kapilaritas pada antar permukaan cairan udara-udara dan permukaa granul.
c. Diantara bentuk-bentuk pendular dan kapiler ini terdapat bentuk peralihan yaitu bentuk funicular.
d. Tahap tetes, bila partikel-partikel ditutupi oleh larutan pengikat, partikel akan diikat oleh tegangan permukaan tetesan, Bentuk tetesan ini terjadi pada granulasi dengan cara “spray drying”.
Mekanisme tumbuhnya granul, mekasnisme pertumbuhan partikel dalam granulasi terdiri dari :
a. Tahap nukleisasi,pertumbuhan diawali dengan terjadinya kontak partikel satu dengan lainya yang dibasahi oleh larutan pengikat dan melekat ke jembatan cair (tahap pendular) akan membentuk granul-granul kecil. Penambahan larutan selanjutnya dan akibat oleh gesekan sesama granul sendiri akan terjadi konsolidasi granul terjadi bentuk kapiler dan terbentuk inti.
b. Tahap transisi, partikel tunggal akan bergabung dengan inti oleh jembatan pendular atau kombinasi dari dua atau lebih inti membentuk inti (granul) yang lebih besar.
c. Tahap pertumbuhan bola, pertumbuhan granul lebih lanjut akan menghasilkan granul yang sferis yang besar terbentuk oleh bergabungnya koalesen dua atau lebih granul kecil.Pertumbuhan yang diharapkan adalah tahap nukleinisasi dan tahap transisi karena pada tahap pertumbuhan bola akan menghasilkan aggregat yang sangat besar
Komponen granulasi basah:
1. Bahan Baku/ zat adiktif2. Pengisi (diluent/fillers)
Untuk meningkatkan masa ruahan, konsentrasi yang digunakan bergantung pada bentuk sediaan dapat mencapai 80-90%.
3. Disintergan/penghancurMempermudah granul dan tablet pecah menjadi partikel halus dalam salur cerna dengan fungsi melawan kerja pengikat.
4. Zat warna flour dan pemodifikasi flavor5. Pelarut granulasi
Digunakan untuk granulasi haruslah bersifat nontosik dan dapat menguap selama proses pengeringan.
6. Pengikat (binderrs)Merupakan bahan yang memiliki sifat kohesi dan adesi yang mampu mengalomerasi partikel serbuk yang membentuk granul sesudah pengeringan.
EVALUASI GRANUL
1. Sifat alir (sudut Diam, pengentapan, % Kompresibilitas)
2. BJ nyata, BJ mampat,
3. Kelembaban
1.1 Evaluasi Granul
A. Kadar Air
Alat : Heating Drying Oven
Caranya :
a. Timbang seksama 5,0 gram granul
b. Panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan (1050 C) selama 2 jam
Perhitungan
¿ Wo−W 1Wo
x100 %
W0 = Bobot granul awal
W1 = Bobot setelah pengeringan
Persyaratan : 2-4 %
B. Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
Uji sifat alir terdapat dua metode untuk mengujinya yang perrtama dengan metode
corong dan yang kedua yaitu metode sudut istirahat. Prinsip dari metode sudut istirahat ini
yaitu pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng tumbuhan granul yang mengalir bebas
dari corong terhadap suau bidang datar.
Alat : corong alat uji waktu alir
Caranya :
a. timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat
b. uji waktu alir dalam keadaan tertutup
c. buka penutupnya biarkan granul mengalir
d. catat waktu (gunakan stopwatch)
e. lakukan sebanyak 3 kali
f. kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan menghitung jari-jari dan tinggi dari
tumpukan granul setelah metode corong.
g. Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat α yang menentukan kecepatan alir dari
suatu granul tersebut
Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (> 10
g/detik). Metode sudut istrahat ini mempunyai nilai α = arc tag h/r, dimana :
α 25-35o = sangat mudah mengalir
α 30-38o = mudah mengalir
α >38o = kurang mengalir
C. Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988,FI IV 1995)
Alat : Jolting Volumeter
Caranya :
a. Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,
b. kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat
volume uji sebelum dimampatkan (Vo)
c. volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
Perhitungan :
I=V 0−V 500
V 0x100 %
Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk (mL).
Syarat : tidak lebih dari 20%.
D. Distribusi Ukuran Partikel
Alat : Sieve Shaker
Caranya :
a. Masukan sejumlah 100 gram granul diletakan di atas ayakan yang telah tersusun dan
ditara
b. Mulai dari ayakan mesh 20 smapai dengan ayakan mesh 100 pada alat sieve shaker
c. Setelah pengujian selesai, masing-masing ayakan ditimbang kembali dan dihitung
distribusi granul pada tiap-tiap ayakan (%)
E. Bobot Jenis
Evaluasi granul dengan bobot jenis ini yaitu dengan mengetahui bobot jenis pada
granul tersebut, mulai dari bobot nyata, bobit mampat dan bobot sejati. Evaluasi bobot jenis
Pernyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit,
untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk
tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan
harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
D. Kekerasan
Uji ini digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak terlalu rapuh atau
terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan
waktu hancur tablet.
.Alat : Hardness Tester
Caranya : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat herdness tester,
kemudian hitung rata-rata dan standard deviation (SD)
Persyaratan : ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2 maksimal 10
kg/cm2
E. Keregasan (friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digunjang. Penentuan keregasan
atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapisi (coating).
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam
melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet.
Alat : Friability Tester.
Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas
debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator,
dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang
kembali, dan dihitung prosentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %.
F
F. Uji Disolusi
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke
dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat
sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum
diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau
semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).
Bagian-bagian pada alat :
1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang sudah diubah
2. Keranjang baja stainlees berbentuk silinder atau dayung untuk di tempelkan ke ujung batang
pengaduk .
3. Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 ml,
bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada lubang
tempat mengaduk pada tiga tempat dua untuk memindahkan sampel dan satu untuk
menempatkan thermometer.
4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi dalam bejana.
Uji Disolusi
Macam – Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
1. Binding adalah kerusakan tablet akibat massa yang akan di cetak melekat pada dinding ruang cetakan.Ini terjadi ketika pelepasan dari tablet sulit dan sering diikuti bunyi rebut/menderik yang karakteristik, tepi tablet tergores atau kasar.
2. Sticking/picking ialah perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibatpermukaan punch tidak licin.Sticking adalah keadaan granul menempel pada dinding die. Penyebabanya yaitu punch kurang bersih.
3. Whiskering ialah percetakan tidak pas dengan ruangan cetakan terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.
4. Splitting/capping ialah lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian atas atau bawah tablet terpisah sebagian atau seluruhnya.
5. Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet, disebabkan perbedaan obat atau hasil uraianya dengan bahan tambahan, juga karena terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan tambahan berupa larutan berwarna yang tidak terbagi merata.
6. Crumbling ialah tambet menjadi retak dan rapuh. Disebabkan kurangnya tekananpada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
Macam - macam tablet salut :
1. Tablet salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbohidrat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama dan perlu penyalut tahan air.Tahapam pembuatan salut gula :a. Penyalutan dasar (subcoating)
Dilakukan jika tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak masuk kedalam tablet.
b. Melicinkan (smoothing)Adalah proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup.
c. Pewarnaan (coloring)
Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin.d. Penyelesaian (finishing)
Proses terakhir dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk hasil akhir yang licin.
e. Pengilapan (polishing)Yaitu proses yang menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan menggunakan cera.
2. Tablet salut selaput (film coated tablet / FCT) disalut dengan hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidros propil selulosa, Na-cmc dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau mengandung air.
3. Tablet salut kempa : tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat laim yang cocok.
4. Tablet salut enterik (enteric coated tablet) disebut juga tablet lepas tunda.Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
5. Tablet lepas lambat (sustained release), disebut juga tablet dengan efek diperpanjang, efek pengulangan atau tablet lepas lambat. Dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan
Tujuan penyalutan tablet adalah :
a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembaban atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Berdasarkan cara pemakaiana. Tablet biasa / tablet telan
dibuat tanpa penyalutan, digunakan peroral dengan cara ditelan, pecah dilambung.b. Tablet kunyah (chewable tablet)
bentuk seperti tablet biasa, digunakan dengan cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan, rasanya umumnya tidak pahit.Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut.
c. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles)adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan - lahan dalam mulut.
d. Tablet larut (effervescent tablet)dibuat dengan cara kempa : selain zat aktif junga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
e. Tablet implantasi (pelet)tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersih hormon steroid, dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit.
f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet)adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
g. Tablet bukal (buccal tablet)digunakan dengan meletakan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
h. Tablet sublingualdigunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.
i. Tabldt vagina (ovula)adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur mudah melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khasus untuk vagina.
Komponen tablet
1. Zat aktif, harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.2. Bahan excipient / bahan tambahan:
a. Bahan pengisi (diulent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Contoh : laktosa, pati, kalsium fosfat base dan selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, providon, metil selulosa, cmc, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
c. Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misaknya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat.
d. Bahan pelicin (lubrikan / lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk, misalnya silika pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent)3. Ajuvans
a. Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.
b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak, biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama dimulut.
DISOLUSI
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993):1. Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat. Menurut Einstein,koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan berikut (Martin, 1993): D : koefisien difusi r : jari-jari molekul
k : konstanta Boltzmanή : viskositas pelarutT : suhu
2. ViskositasTurunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat sesuai dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.
3. pH pelarutpH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam atau basa lemah. Untuk asam lemah:Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.Untuk basa lemah: Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
4. PengadukanKecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). jika pengadukan berlangsung cepat, maka tebal lapisan difusi akan cepat berkurang.
5. Ukuran PartikelJika partikel zat berukuran kecil maka luas permukaan efektif menjadi besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.
6. PolimorfismeKelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.
7. Sifat Permukaan ZatPada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob. Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan disolusinya bertambah.
Ada 2 metode penentuan kecepatan disolusi yaitu (Martin, 1993):1. Metode Suspensi
Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.
2. Metode Permukaan KonstanZat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga variable
perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. Umumnya zat diubah menjadi tablet terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti pada metode suspensi.
Prinsip kerja alat disolusi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Dirjen POM, 1995) :1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan
yang inert, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang yang berbentuk silinder dan dipanaskan dengan tangas air pada suhu 370C.
2. Alat yang digunakan adalah dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikel wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.
Penentuan disolusi dapat dilakukan secara invitro dimana kecepatan disolusi menurut
persamaan Noyes – Whitney, hubungan sbb:
D = koefisien difusi bahan terlarut dalam medium disolusi
A = luas permukaan efektif
h = tebal lapisan difusi
Cs = kelarutan bahan aktif dari medium
C = konsentrasi bahan terlarut dalam medium disolusi.