Top Banner
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 511 PERAN MODERASI FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN BUKTI DALAM KEPUTUSAN PENGANGGARAN Wulandari Fitri Ekasari [email protected] FEB Universitas Airlangga Supriyadi FEB Universitas Gadjah Mada ABSTRACT This study is aimed to empirically test the moderating roles of information framing and cognitive style on recency effect in budgeting decision, as a part of management accounting decisions. Laboratory experimental method used in this study with a 2x2x2 between-subjects design involving participants of 100 undergraduate accounting students at two universities in Central of Java and Yogyakarta provinces. The results of this study indicate that in the Step-by-Step (sequentially) response mode, the occurence of recency effects can be mitigated by information framing. In contrast, participants in the End-of-Sequence (simultaneously) response mode did not experience any order effects. Moreover, the interesting finding is that the interaction effect between information order and response modes indicating that the End-of-Sequence response mode alone can reduce the recency effects. However, the prediction of interaction effect between information order, information framing, and cognitive styles in both Step-by-Step and End-of-Sequence was not supported. Key words: order effects, belief-adjustment model, framing, cognitive style. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh moderasi dari framing informasi dan gaya kognitif terhadap efek resensi dalam keputusan anggaran, sebagai bagian dari keputusan akuntansi manajemen. Metode eksperimen laboratorium digunakan dalam penelitian ini dengan desain 2x2x2 between-subject dan partisipan yang terdiri atas 100 mahasiswa Strata 1 Akuntansi Universitas di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mode respon Step- by-Step (bertahap), munculnya efek resensi dapat dimitigasi oleh framing informasi. Sebaliknya, dalam mode respon End-of-Sequence (simultan) tidak ditemukan adanya efek urutan. Selain itu, terdapat temuan yang cukup menarik bahwa terdapat efek interaksi antara urutan informasi dan mode respon yang merefleksikan bahwa mode respon End-of Sequence dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi efek resensi, namun, penelitian ini tidak menemukan adanya efek interaksi antara urutan, framing informasi, dan gaya kognitif, baik dalam mode respon Step-by-Step maupun End-of Sequence. Kata kunci: efek urutan, belief-adjustment model, framing, gaya kognitif. PENDAHULUAN Pergeseran perspektif mengenai peran akuntan manajemen dalam suatu perusaha- an dijelaskan dalam Brewer (2008) yang menggagas sebuah kerangka baru mengenai perannya dalam menambah nilai pemegang kepentingan yang dituangkan ke dalam empat pilar, yaitu kepemimpinan, mana- jemen strategik, penyelarasan operasional, serta perbaikan dan pembelajaran yang berkelanjutan. Rerangka yang dikembang- kan oleh Brewer (2008) sejalan dengan penelitian studi kasus oleh Ma dan Tayles (2009) mengenai peran akuntansi mana- jemen strategik yang memfasilitasi diskusi antar fungsi dalam suatu perusahaan. Lapor- an yang dihasilkan oleh akuntan manajemen diharapkan dapat berperan sebagai alat
130

FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

May 04, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

511

PERAN MODERASI FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIASEFEK URUTAN BUKTI DALAM KEPUTUSAN PENGANGGARAN

Wulandari Fitri [email protected]

FEB Universitas AirlanggaSupriyadi

FEB Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

This study is aimed to empirically test the moderating roles of information framing and cognitive style on recencyeffect in budgeting decision, as a part of management accounting decisions. Laboratory experimental method usedin this study with a 2x2x2 between-subjects design involving participants of 100 undergraduate accountingstudents at two universities in Central of Java and Yogyakarta provinces. The results of this study indicate thatin the Step-by-Step (sequentially) response mode, the occurence of recency effects can be mitigated by informationframing. In contrast, participants in the End-of-Sequence (simultaneously) response mode did not experience anyorder effects. Moreover, the interesting finding is that the interaction effect between information order andresponse modes indicating that the End-of-Sequence response mode alone can reduce the recency effects. However,the prediction of interaction effect between information order, information framing, and cognitive styles in bothStep-by-Step and End-of-Sequence was not supported.

Key words: order effects, belief-adjustment model, framing, cognitive style.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh moderasi dari framing informasi dangaya kognitif terhadap efek resensi dalam keputusan anggaran, sebagai bagian dari keputusanakuntansi manajemen. Metode eksperimen laboratorium digunakan dalam penelitian ini dengan desain2x2x2 between-subject dan partisipan yang terdiri atas 100 mahasiswa Strata 1 Akuntansi Universitas diJawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mode respon Step-by-Step (bertahap), munculnya efek resensi dapat dimitigasi oleh framing informasi. Sebaliknya, dalammode respon End-of-Sequence (simultan) tidak ditemukan adanya efek urutan. Selain itu, terdapattemuan yang cukup menarik bahwa terdapat efek interaksi antara urutan informasi dan mode responyang merefleksikan bahwa mode respon End-of Sequence dapat menjadi salah satu solusi untukmengurangi efek resensi, namun, penelitian ini tidak menemukan adanya efek interaksi antara urutan,framing informasi, dan gaya kognitif, baik dalam mode respon Step-by-Step maupun End-of Sequence.

Kata kunci: efek urutan, belief-adjustment model, framing, gaya kognitif.

PENDAHULUANPergeseran perspektif mengenai peran

akuntan manajemen dalam suatu perusaha-an dijelaskan dalam Brewer (2008) yangmenggagas sebuah kerangka baru mengenaiperannya dalam menambah nilai pemegangkepentingan yang dituangkan ke dalamempat pilar, yaitu kepemimpinan, mana-jemen strategik, penyelarasan operasional,

serta perbaikan dan pembelajaran yangberkelanjutan. Rerangka yang dikembang-kan oleh Brewer (2008) sejalan denganpenelitian studi kasus oleh Ma dan Tayles(2009) mengenai peran akuntansi mana-jemen strategik yang memfasilitasi diskusiantar fungsi dalam suatu perusahaan. Lapor-an yang dihasilkan oleh akuntan manajemendiharapkan dapat berperan sebagai alat

Page 2: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

512 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

pengambilan keputusan (decision tool) stra-tegik guna menyelaraskan seluruh strategidalam kegiatan perusahaan.

Akuntan manajemen bertanggung-jawab atas tersedianya masukan (input)dalam pengambilan keputusan manajemen.Infor- masi yang dihasilkan oleh akuntanmana- jemen terakumulasi secara berurutan,mulai dari analisis varians, penganggaranmodal, hingga evaluasi kinerja karyawan(Lewis et al., 1983; Brown, 1985; Dillard et al.,1991). Pola penyajian informasi yang ber-urutan dapat memengaruhi manajer dalampeng- ambilan keputusan yang diakibatkanoleh adanya kondisi bounded rationality padamanajer sehingga menghasilkan keputusanyang bias dan tidak optimal. Boundedrationality adalah kondisi individu yang me-miliki keterbatasan dalam memproses infor-masi secara sistematis dan rasional akibatadanya keterbatasan informasi, waktu,kapasitas memori dan sebagainya.

Pengambilan keputusan yang bias di-sebabkan oleh penggunaan strategi heuristikoleh individu. Salah satu bias yang dapatterjadi akibat perolehan informasi secarabertahap ialah order effect (efek urutan), yaitumanajer melakukan pertimbangan tidakberdasar pada substansi informasi yang ada,tetapi cenderung dipengaruhi oleh urutanpenyajian informasi yang diperolehnyasecara bertahap. Efek urutan terdiri dari efekprimasi (primacy effect), yaitu individumemberi bobot yang lebih tinggi terhadapinformasi yang paling awal diterimanyasehingga keputusan akhir yang diambilcenderung dipengaruhi oleh informasi awaltersebut, dan (recency effect) efek resensi,yaitu individu memberi bobot yang lebihtinggi pada informasi yang paling akhirditerimanya sehingga keputusan akhir yangdiambil cenderung dipengaruhi oleh infor-masi akhir tersebut.

Efek urutan ini sangat dimungkinkanterjadi dalam bidang akuntansi manajemen,salah satunya ialah dalam penyusunananggaran tahunan perusahaan yang mem-butuhkan waktu beberapa bulan untukmengolah informasi terkait. Penelitian ini

mengacu pada model belief-adjustment (Ho-garth dan Einhorn, 1992) dengan berasumsibahwa tugas penyusunan anggaran merupa-kan tugas yang familiar dilakukan oleh paramanajer, serta menggunakan beberapa infor-masi seri pendek untuk tujuan penyeder-hanaan kasus eksperimen.

Efek urutan memiliki dampak negatifdalam keputusan manajemen, khususnyapenyusunan anggaran. Sebagai contoh,ketika manajer memperoleh informasi dariakuntan manajemen terkait anggaran yangakan disusun, informasi tersebut dapat ber-sifat positif ataupun negatif. Proses per-olehan informasinyapun dapat secara ber-tahap maupun simultan yang dapat meng-akibatkan terjadinya efek urutan. Pada mula-nya manajer menerima beberapa informasipositif, kemudian pada akhir penyusunandiperoleh informasi negatif, apabila terjadiefek resensi, maka manajer akan memberibobot lebih tinggi terhadap informasi negatifyang terakhir diterimanya tanpa memper-timbangkan substansinya, dan berlaku se-baliknya apabila terjadi efek primasi. Haltersebut akan menyebabkan pengambilankeputusan yang bias dalam penyusunananggaran. Angka yang ditargetkan untukdicapai dalam anggaran menjadi kurangrelevan dan berdampak pada ketepatanpencapaian target.

Tujuan penelitian ini adalah untukmenguji efek moderasi pembingkaian infor-masi dan gaya kognitif terhadap efek resensipada proses pengambilan keputusan akun-tansi manajemen. Beberapa penelitian empi-ris terdahulu secara konsisten men-dokumentasikan bukti yang mendukungbias keputusan model belief-adjustment(Hogarth dan Einhorn, 1992) di bidangpengauditan (Asare dan Messier, 1991; Pei etal., 1992; Bamber et al., 1997; Krishnamoorthyet al., 1999; dan Nasution dan Supriyadi,2007), investasi saham (Alvia dan Sulistia-wan, 2010; Pinsker, 2011; Gunawan danYusuf, 2012; dan Armet, 2013), pelaporankeuangan (Theis et al., 2012) dan akuntansimanajemen (Dillard et al., 1991 dan Rutledge,1995). Penelitian ini memberi bukti empiris

Page 3: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 513

peran pembingkaian informasi dalam me-mitigasi bias efek urutan bukti dalam bidangakuntansi manajemen serta memberikankajian yang dapat mengarahkan manajerdalam pengambilan keputusan secara opti-mal.

Penelitian yang dilakukan oleh Dillardet al. (1991) dan Rutledge (1995), denganmenggunakan skenario eksperimen, me-nemukan adanya efek resensi dalam peng-ambilan keputusan yang berkaitan denganinformasi akuntansi manajemen yang di-sajikan secara bertahap. Beberapa strategidebiaser terbukti dapat memitigasi efekresensi, misalnya dengan menggunakan self-review pada penugasan audit (Ashton danKennedy, 2002), framing informasi anggaranlaba (Rutledge, 1995), serta informasitambahan dalam keputusan investasi saham(Alvia dan Sulistiawan, 2010).

Rutledge (1995) menyatakan bahwamanajer akan merevisi keyakinannya terkaitkemungkinan ketercapaian anggaran labaseiring dengan informasi mengenai aktivitastak terduga yang disajikan oleh akuntanmanajemen yang dapat menimbulkan efekresensi, namun, Ia juga menunjukkan bah-wa framing dapat memitigasi efek resensiyang terjadi melalui framing yang takkonsisten, misalnya ketika disajikan infor-masi positif-negatif, kemudian diberi framingpositif, maka efek resensi yang cenderungterjadi akibat pemberian bobot yang lebihtinggi pada informasi yang paling akhirdiharapkan dapat menjadi netral karenadiberi frame yang berlawanan.

Penelitian ini mengembangkan risetRutledge (1995) dengan menggunakanskenario eksperimen yang lebih realistis.Rutledge (1995) menggunakan skenarioanggaran laba perusahaan dengan subyekeksperimen mahasiswa strata satu, sedangkan penelitian ini menggunakan kasusanggaran biaya mahasiswa dengan subyekeksperimen mahasiswa strata satu. Skenarioeksperimen ini dapat lebih mudah ter-internalisasi dalam representasi mentalsubyek eksperimen karena terkait denganpengalaman sehari-harinya. Selain itu, mode

respon yang dijadikan treatment dalampenelitian ini tidak hanya Step-by-Step (SbS),tetapi juga menambahkan mode respon End-of-Sequence (EoS) kepada subyek dan framingkonsisten dibandingkan Rutledge (1995).Mode respon EoS penting untuk diuji karenamode ini pada beberapa penelitian di-indikasikan dapat menjadi alternatif pe-ngurangan bias resensi, sebagaimana di-dokumentasikan oleh Ashton dan Kennedy(2002).

Di sisi lain, beberapa penelitian efekresensi di bidang pengauditan yang meng-gunakan framing sebagai suatu strategiuntuk memitigasi efek resensi tidak terbuktisecara signifikan (Asare, 1992; Guiral danEsteo, 2006). Hal ini dimungkinkan dapatdisebabkan oleh adanya faktor lain yangdapat memengaruhi manajer dalam peng-ambilan keputusan, yaitu faktor psikologisindividual, seperti gaya kognitif (Chan, 1995;Alvia dan Sulistiawan, 2010). Gaya kognitifdiyakini dapat memengaruhi individu da-lam memroses informasi yang diperolehnyadalam proses pengambilan keputusan(Chenhall dan Morris, 1991; Chan, 1995).

Dengan menggunakan metode ekspe-rimen antar subyek 2x2x2 yang diikuti oleh100 mahasiswa program strata-1 dari duaperguruan tinggi di provinsi Jawa Tengahdan DIY, hasil penelitian ini mengindi-kasikan bahwa framing dapat mengurangibias efek resensi pada mode respon SbS,tetapi tidak pada mode respon EoS. Kondisiini didukung dengan efek interaksi antaraorder informasi dan mode respon meng-indikasikan bahwa mode respon EoS sendiridapat mengurangi efek resensi, namundemikian, efek interaksi antara order infor-masi, framing, dan gaya kognitif pada keduamode respon tidak terdukung.

Penelitian ini diharapkan memberikankontribusi terhadap perkembangan teori,terutama tentang efek urutan dan efekinteraksi urutan dengan framing dan gayakognitif dalam mode respon SbS ataupunEoS di bidang akuntansi manajemen,khususnya penyusunan anggaran. Selain itu,hasil penelitian ini diharapkan berkontribusi

Page 4: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

514 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

di dunia praktik terkait petunjuk dalamperancangan sistem informasi akuntansimanajemen dalam hal penyediaan urutanserta framing informasi yang mungkin dapatmengurangi bias dalam pengambilan ke-putusan manajemen sehingga dihasilkankinerja yang optimal.

Secara berurutan, bagian selanjutnyaartikel ini akan mendeskripsikan kajian teo-retis dan pengembangan hipotesis, diikutidengan metode penelitian, dan hasil pe-nelitian. Bagian terakhir membahas sim-pulan, keterbatasan dan saran untuk pe-nelitian selanjutnya.

TINJAUAN TEORETISModel Belief-Adjustment dan Efek Urutan

Penelitian mengenai efek urutan yangdianalisis menggunakan model belief-adjustment (Hogarth dan Einhorn, 1992)terkait dengan perbedaan tipe informasimeliputi kompleksitas dan panjangnya seriinformasi, serta cara merespon serangkaianinformasi. Penelitian ini menggunakan tipeinformasi yang sederhana serta merupakanpekerjaan yang familiar baginya; informasiberseri pendek (antara 2-12 item), yaitu 4item (seperti pada eksperimen Ashton danAshton (1988); dan kedua mode respon, baikStep-by-Step (SbS) di mana subjek dimintauntuk merevisi keyakinannya secara ber-tahap setiap informasi diperoleh, dan End-of-Sequence (EoS) di mana subjek diminta untukmerevisi keyakinan awalnya pada akhirperolehan informasi secara simultan. Modelbelief-adjustment yang dikembangkan olehHogarth dan Einhorn (1992) mengasumsi-

kan bahwa individu menyelesaikan tugasrevisi keyakinan secara umum mengguna-kan proses anchoring dan adjustment yangbertahap di mana opini awal (anchor)disesuaikan dengan dampak dari beberapaitem informasi yang diperoleh berikutnya.Penelitian ini menggunakan metode ekspe-rimen di mana subjek diminta untuk me-revisi keyakinannya tentang hipotesis kausaldalam konteks akuntansi manajemen yangtergolong kategori tugas evaluasi. Penelitianini mengasumsikan penggunaan tugasevaluasi (bukan estimasi) (lihat Hogarth danEinhorn, 1992) untuk dua alasan: (1) Sifatdari tugas penyusunan ang- garan yangdilakukan oleh manajer meliputi evaluasiterhadap informasi baru yang diperoleh,apakah berakibat positif/negatif terhadaptarget kenaikan anggaran; dan (2) penelitian-penelitian sebelumnya mengenai efek urut-an dalam bidang akuntansi manajemenmenggolongkan tugasnya sebagai tugasevaluasi, bukan estimasi (Dillard et al., 1991;Rutledge, 1995), sehingga pengkodeaninformasi baru yang diperoleh dapat berupapositif atau negatif.

Studi Hogarth dan Einhorn (1992)terkait tugas evaluasi menunjukkan pe-ngaruh tipe tugas dan mode respon terhadapkecenderungan munculnya efek primasi/resensi yang dirangkum dalam tabel 1berikut.

Model Hogarth dan Einhorn (1992)mengimplikasikan bahwa evaluasi manajerakan dipengaruhi oleh urutan perolehaninformasi yang dapat mengakibatkan biasdalam pengambilan keputusan.

Tabel 1Hasil penelitian Hogarth dan Einhorn (1992) terkait efek urutan

Tipe informasiMode Respon

Mixed ConsistentEoS SbS EoS SbS

Seri pendek:- Sederhana Primasi Resensi Primasi Tidak ada efek- Kompleks Resensi Resensi Tdk ada efek Tidak ada efek

Seri panjang Cenderungprimasi

Cenderungprimasi Primasi Primasi

Page 5: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 515

Hal tersebut dapat berkaitan denganbagaimana sistem informasi manajemendirancang untuk menghasilkan suatu infor-masi dan bagaimana informasi digunakanoleh akuntan manajemen (Dillard et al.,1991).

Hasil studi Hogarth dan Einhorn (1992)yang akan diuji kembali dalam penelitian ini(khususnya dalam konteks akuntansi mana-jemen), yaitu apakah efek resensi terbuktiterjadi pada tugas dengan informasi seder-hana berseri pendek dan beragam dalammode respon SbS, serta apakah efek primasiterbukti terjadi pada tugas dengan informasisederhana berseri pendek dan beragamdalam mode respon EoS, yang dimaksuddengan informasi beragam ialah ketikainformasi yang diperoleh memiliki peng-kodean/tipe yang berbeda/berlawanan,misalnya informasi positif, kemudian infor-masi negatif, ataupun sebaliknya.

Beberapa penelitian sebelumnya ter-kait efek urutan yang terjadi akibat per-olehan informasi beragam telah dilakukan dibidang akuntansi dan audit. PenelitianAshton dan Ashton (1988) menemukanbahwa dengan disajikannya bukti beragamsecara berurutan, revisi keyakinan paraauditor dipengaruhi oleh urutan informasisecara signifikan, sehingga penilaian akhirmereka terhadap suatu tugas audit me-refleksikan efek resensi. Kemudian, Tubbs etal., (1990) melalui tugas eksperimen me-ngenai penugasan audit menggunakanmode respon SbS juga menemukan hasilyang konsisten, yaitu terjadinya efek resensi.Penemuan selanjutnya terkait efek resensiyang terjadi dalam revisi keyakinan paraauditor juga diperoleh Asare (1992) dalamtugas audit untuk penilaian kelangsunganperusahaan (going-concern task). Dalampenilaian tersebut ditemukan adanya biasdalam pengambilan keputusan melaluibeberapa pilihan jenis opini audit (WajarDengan Pengecualian atau Wajar TanpaPengecualian). Hasilnya ialah auditor yangmendapatkan bukti konfirmatif yang positifdi akhir penyajian, menunjukkan keyakinanakhir yang lebih kuat terkait kelangsungan

perusahaan klien mereka, serta cenderungmemberikan opini Wajar Tanpa Pengecuali-an, daripada auditor lain yang mengevaluasibukti audit secara berlawanan, yaitu buktinegatif disajikan di akhir.

Studi yang dilakukan oleh Dillard et al.(1991) memberikan dukungan terhadapprediksi model belief-adjustment pada ekspe-rimen Hogarth dan Einhorn (1992) dalamkasus penyajian informasi beragam yangdiperoleh dengan menggunakan moderespon SbS mengakibatkan terjadinya efekresensi. Temuan tersebut ialah hasil darieksperimen yang dilakukan pada maha-siswa MBA yang mengevaluasi beberapahipotesis dalam berbagai kasus akuntansidan umum. Selain itu, Rutledge (1995)menggunakan skenario akuntansi mana-jemen dan memberikan beberapa informasipositif dan negatif terkait kemungkinanseberapa besar tingkat keberhasilan manajerdalam mencapai anggaran laba perusahaan.Temuannya ialah bahwa manajer yangmemeroleh informasi negatif-positif akanlebih meningkatkan keyakinannya akan ketercapaian laba daripada manajer yang me-meroleh informasi positif-negatif, namun,dalam penelitian Rutledge (1995) jugamenemukan bahwa membingkai informasidengan tidak konsisten (berlawanan arah)dapat memitigasi terjadinya efek resensi.

Pinsker (2011) menemukan adanya efekresensi yang kuat pada revisi keyakinan parainvestor non-profesional, dan lebih kuatsecara signifikan ketika informasi disajikansecara berurutan dibanding dengan disaji-kan secara simultan.

Di sisi lain, penelitian efek urutan terkaitmode respon EoS pada informasi beragamyang sederhana dan berseri pendek meng-hasilkan beberapa temuan yang beragam,seperti munculnya efek primasi pada pre-diksi model belief-adjustment (Hogarth danEinhorn, 1992), namun Tubbs et al. (1990)dengan skenario audit dan Almilia (2012)dengan skenario investasi saham me-nemukan bahwa tidak terjadi efek urutanpada mode respon EoS. Penelitian ini ber-tujuan untuk mengetahui pengaruh urutan

Page 6: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

516 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

informasi terhadap proses revisi keyakinanyang dialami oleh manajer dalam peng-ambilan keputusan terkait penyusunan ang-garan tahunan perusahaan. Penyusunananggaran tahunan perusahaan membutuh-kan waktu beberapa bulan dalam pe-ngumpulan informasi dari akuntan mana-jemen yang biasanya diperoleh secara ber-tahap. Pertama manajer melakukan evaluasiterhadap anggaran tahun berjalan sertainformasi-informasi terkait kejadian yangdapat berpengaruh terhadap target anggar-an tahun berikutnya, kemudian manajermenetapkan suatu angka yang menjaditarget pada anggaran tahun berikutnya.Angka yang ditetapkan oleh manajer men-jadi komitmen/tolak ukur dalam penilaiankinerja manajemen, sehingga keputusanmanajer dalam penentuan target anggarandiharapkan tidak bias dan relevan.

Untuk tujuan penyederhanaan danrelevansi tugas bagi partisipan, yang dalamhal ini adalah mahasiswa, tugas eksperimenyang akan digunakan dalam penelitian iniialah terkait revisi keyakinan terhadapkenaikan anggaran biaya mahasiswa ditahun berikutnya. Skenario anggaran biayamahasiswa ini dianggap sesuai denganfilosofi proses penyusunan anggaran tahun-an perusahaan yang dilakukan oleh manajer,sehingga penilaian yang dilakukan partisi-pan mahasiswa diharapkan dapat me-representasikan perilaku manajer perusaha-an.

Anggaran biaya yang disusun olehmahasiswa diasumsikan mengalami kenaik-kan, sebab suatu anggaran biaya padaumumnya akan mengalami inflasi karenatidak terkait dengan target produksi ataupendapatan yang harus dicapai seperti padaanggaran perusahaan. Keputusan kenaikananggaran pada tugas eksperimen tersebutberdampak pada respon yang berbeda padaumumnya, yakni perolehan informasi yangbersifat positif justru akan menurunkankeyakinan subjek terhadap kenaikan ang-garan, dan sebaliknya informasi yang ber-sifat negatif justru akan menaikkan ke-yakinan subjek terhadap kenaikan anggaran.

Berdasar pada prediksi model belief-adjustment (Hogarth dan Einhorn, 1992) sertabeberapa penelitian sebelumnya terkait pe-nyajian informasi yang berseri pendek,sederhana, dan beragam, yang menghasil-kan efek resensi pada mode respon SbS, danefek primasi pada mode respon EoS, makadapat dinyatakan dua hipotesis pertamasebagai berikut.H1a : Subjek yang menerima informasi

dengan urutan ++-- (positif-negatif)akan meningkatkan keyakinannyaterhadap kenaikan anggaran lebihtinggi dibandingkan dengan subjekyang menerima informasi denganurutan --++ (negatif-positif) padamode respon SbS.

H1b : Subjek yang menerima informasidengan urutan ++-- (positif-negatif)akan meningkatkan keyakinannyaterhadap kenaikan anggaran lebihrendah dibandingkan dengan subjekyang menerima informasi denganurutan --++ (negatif-positif) padamode respon EoS.

Framing Informasi dan Efek UrutanFraming mengacu pada kemungkinan

bahwa sebuah hipotesis dapat dievaluasidalam beberapa alternatif (Kahneman danTversky, 1981). Riset psikologi yang mengujiefek framing menunjukkan bahwa per-ubahan kecil dalam susunan kata ataupunpenyajian sebuah tugas dapat mengubahkecenderungan seorang individu, sehinggamemengaruhi alternatif keputusan yangdipilihnya (Gorman, 1986, dalam Guiral danEsteo, 2006).

Pengambilan keputusan individu dapatdipengaruhi oleh bagaimana informasi ter-sebut di-frame, baik frame negatif ataupunpositif. Tingkat keyakinan akan menurunapabila diperoleh informasi positif kemudi-an negatif akibat adanya efek resensikemungkinan dapat dimoderasi oleh framinginformasi yang relevan dengan keputusanyang akan diambil (Fischhoff, 1983). Akun-tan manajemen berperan sebagai penyediainformasi untuk menunjang pengambilan

Page 7: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 517

keputusan manajer yang mana informasitersebut dapat di-frame positif ataupunnegatif. Terdapat kemungkinan bahwapengambilan keputusan yang tidak optimaldapat dihindari dengan membingkai infor-masi yang relevan dengan keputusan yangsedang dipertimbangkan. Secara spesifikdapat dikatakan bahwa pembingkaianpositif dapat digunakan untuk mengurangipengaruh yang tidak semestinya dari infor-masi negatif, dan pembingkaian negatifdapat digunakan untuk menetralkan pe-ngaruh yang tidak semestinya dari informasipositif (Rutledge, 1995).

Dalam studi yang dilakukan oleh Asare(1992) terkait keputusan auditor mengenaiasumsi going-concern kliennya, ditemukanbahwa framing hipotesis terbukti tidak me-miliki pengaruh signifikan dalam memode-rasi efek resensi, sedangkan, Rutledge (1995)menemukan bahwa framing informasi ang-garan terbukti memoderasi efek resensi.Penemuan yang kontras ini membuat pe-neliti ingin menguji kembali apakah framingmemang dapat memoderasi efek urutanyang terjadi akibat penyajian informasi yangberagam.

Logika pemikiran untuk hipotesis keduadalam penelitian ini mengacu pada Rutledge(1995), yaitu ketika perolehan informasipositif, kemudian negatif, efek resensi yangterjadi seharusnya berkurang ketika infor-masi di-frame positif (inkonsisten), danketika perolehan informasi negatif, kemudi-an positif, efek resensi yang terjadi se-harusnya berkurang ketika informasi di-frame negatif (inkonsisten). Peneliti mendugabahwa logika tersebut juga dapat berlakupada efek primasi yang terjadi dalam peng-gunaan mode respon EoS, sehingga hipotesiskedua dapat dinyatakan sebagai berikut.H2a : Framing akan memoderasi efek urutan

yang ditimbulkan oleh penerimaaninformasi beragam (positif-negatif;negatif-positif) dalam mode responSbS.

H2b : Framing akan memoderasi efek urutanyang ditimbulkan oleh penerimaaninformasi beragam (positif-negatif;

negatif-positif) dalam mode responEoS.

Interaksi Urutan, Framing Informasi danGaya Kognitif

Gaya kognitif merupakan suatu pilihancara seseorang dalam mengumpulkan,mengolah, dan mengevaluasi data yangberpengaruh terhadap bagaimana individumenganalisis lingkungan sekitarnya terkaitinformasi, bagaimana individu mengorgani-sir dan menginterpretasikannya, serta bagai-mana individu mengintegrasikannya kedalam suatu model, yang pada akhirnyadapat memberi arahan terhadap perilakuyang akan diambilnya (Allinson dan Hayes,2012).

Terdapat beberapa instrumen gayakognitif yang digunakan dalam penelitianterkait akuntansi, seperti Field Dependent-Field Independent (Witkin et al., 1977) yangdigunakan Chan (1995) untuk menganalisispengaruh moderasi terhadap efek resensidalam tugas audit, MBTI (Myers-Briggs TypeIndicator) Sensing-Intuition yang digunakanChenhall dan Morris (1991) dalam meng-analisa opportunity cost dalam suatu ke-putusan penganggaran modal, serta theCognitive Style Index (CSI) oleh Allinson danHayes (1996) yang telah digunakan Nasutiondan Supriyadi (2007) serta Alvia danSulistiawan (2010) dalam kaitannya denganefek resensi.

Studi empiris yang dilakukan Allinsondan Hayes dengan menggunakan CSImengkonfirmasi dimensi generik gayakognitif, yaitu intuitif dan analitis (Nasutiondan Supriyadi, 2007). Gaya kognitif intuitiflebih mengandalkan otak belahan kananyang memiliki karakteristik intuitif, inte-gratif, cara berpikir non-linier, pertimbanganberdasarkan perasaan, dan perspektif luas,sedangkan, gaya kognitif analitis lebihmengandalkan fungsi otak belahan kiri yangmemiliki karakteristik analitikal, logikal,pemrosesan informasi sekuensial/bertahap,pertimbangan berdasarkan penalaran, danfokus pada detail. Peneliti memilih meng-gunakan dimensi gaya kognitif dari the

Page 8: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

518 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

Cognitive Style Index (CSI) karena telahterbukti reliabilitas dan validitasnya (Allin-son dan Hayes, 2012) sebagai suatu gayakognitif yang memengaruhi individu dalammenelaah informasi yang diperolehnya,khususnya dalam hal ini ialah informasiyang didapat secara bertahap, sehinggadiharapkan individu dengan gaya kognitiftertentu akan memoderasi efek urutan, baikmeningkatkan atau mengurangi efek urutan.

Studi mengenai keterkaitan antara gayakognitif dengan efek urutan, dalam hal iniefek resensi, telah dilakukan dalam bidangpengauditan (Chan, 1995; Nasution danSupriyadi, 2007) dan investasi saham (Alviadan Sulistyawan, 2010), dan mungkin sajahal ini yang mengakibatkan beberapa pe-nemuan beragam terkait interaksi efekurutan dan framing, oleh karena itu, didugaefek urutan dan framing informasi akuntansimanajemen pun berinteraksi dengan gayakognitif yang dapat dinyatakan dalamhipotesis ketiga sebagai berikut.H3a : Framing dan gaya kognitif akan

memoderasi efek urutan yang di-timbulkan oleh penerimaan infor-masi beragam (positif-negatif; nega-tif-positif) dalam mode respon SbS.

H3b : Framing dan gaya kognitif akanmemoderasi efek urutan yang di-timbulkan oleh penerimaan infor-masi beragam (positif-negatif; nega-tif-positif) dalam mode respon EoS.

METODE PENELITIANPartisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalahMahasiswa S1 Akuntansi Perguruan Tinggidi Jawa Tengah dan Mahasiswa PPAkPerguruan Tinggi di D.I. Yogyakarta. Maha-siswa akuntansi dipilih menjadi sampelpenelitian oleh karena instrumen eksperi-men yang berupa suatu kasus pengang-garan, sehingga partisipan setidaknya di-harapkan memahami istilah-istilah sertatujuan dari pertanyaan dalam kasus yangdiberikan. Dengan demikian, keputusanyang diambil partisipan niscaya menyerupai

keputusan manajer (Nahartyo, 2012). Untukmengetahui bahwa mahasiswa memahamitugas dan peran yang diberikan dengan baikmaka dilakukan cek manipulasi. Tiap-tiappartisipan akan ditugaskan secara acakpada tiap kelompok eksperimen. Dalameksperimen ini partisipasi partisipan ber-sifat sukarela.

Keseluruhan subjek yang ikut ber-partisipasi dalam eksperimen ini berjumlah137 orang dengan rata-rata usia partisipan19,69 tahun. Dari 137 data subjek yangberpartisipasi, terdapat 37 orang yang tidaklolos cek manipulasi, sehingga hanya 100data subjek (73%) yang akan diolah dandianalisis lebih lanjut. Karakteristik demo-grafi partisipan adalah 27 pria (27%) dan 73wanita (73%), 86 Mahasiswa S1 AkuntansiPerguruan Tinggi di Jawa Tengah (86%) dan14 Mahasiswa PPAk Perguruan Tinggi diD.I. Yogyakarta (14%). Uji-t menunjukkanbahwa tidak ada perbedaan signifikan(p>0,05) antar variabel demografi (jenis kela-min nilai Sig.=0,625 dan tingkat pendidikannilai Sig.=0,106), dan antara partisipan yanglolos cek manipulasi dengan yang tidak loloscek manipulasi (nilai Sig.=0,161).

Desain PenelitianSuatu eksperimen laboratorium 2x2x2

between-subject dengan faktor urutan penyaji-an informasi (dua level: positif-negatif;negatif-positif), mode respon (dua level: SbS;EoS), dan framing informasi (konsisten;inkonsisten) dirancang untuk menginvesti-gasi hubungan antar variabel dalam pe-nelitian ini.

Pemilihan metoda ini didasarkan padabeberapa alasan, yaitu: (1) konsisten denganpenelitian-penelitian mengenai efek resensi,(2) mampu menguji pengaruh interaksi darivariabel independen terhadap variabel de-penden, (3) menghindari terjadinya demandeffect, yaitu partisipan mengetahui arah darikondisi yang diberikan (Nasution danSupriyadi, 2007). Desain eksperimen dalampenelitian ini dapat digambarkan pada tabel2 berikut ini.

Page 9: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 519

Tabel 2Desain Eksperimen

Desain 2 x 2 x 2 ANOVA

FramingStep-by-Step (SbS) End-of-Sequence (EoS)

++-- --++ ++-- --++Konsisten Sel 1 Sel 2 Sel 5 Sel 6Inkonsisten Sel 3 Sel 4 Sel 7 Sel 8

Prosedur dan Skenario EksperimenPenelitian ini menggunakan eksperimen

tulen (true experiment) di mana variabelindependen dimanipulasi oleh eksperimen-ter dan manipulasi tersebut diaplikasikansecara acak (random) kepada grup-grupsubjek guna meningkatkan kemungkinankesamaan atau homogenitas antar grup da-lam eksperimen (Nahartyo, 2012). Ekspe-rimen dalam riset ini dilakukan dalam empattahap, yaitu pilot test, pelaksanaan ekspe-rimen inti, manipulation check, dan demo-graphy test. Eksperimen dilakukan denganmenggunakan cara paper and pencil test, yaitucara eksperimen yang dilakukan denganmenggunakan kuesioner yang dijawab olehsubjek secara manual. Seluruh penugasanuntuk masing-masing treatment (urutan,mode respon dan framing informasi) di-lakukan secara acak/random.

Tugas eksperimen dalam penelitian inimengadaptasi teknik framing seperti padaskenario Rutledge (1995) yang tergolongframing atribut dengan menggunakan kasuspenganggaran, dalam hal ini anggaran biayahidup dan biaya pendidikan mahasiswa.Semua partisipan diberi instruksi untuktetap berperan sebagai mahasiswa yangsedang memerkirakan kenaikan anggaranbiaya hidup serta biaya pendidikan danmenjawab beberapa pertanyaan terkaitkasus anggaran. Subjek disajikan informasimengenai latar belakang serta beberapainformasi terkait anggaran tahun berjalan(tahun ajaran 2013/ 2014). Rincian anggaranbiaya hidup dan biaya pendidikan tahunandengan total Rp24.015.000,- menjadi infor-masi awal yang diterima oleh subjek.Kemudian, subjek diminta untuk menentu-

kan keyakinan awal terkait kemungkinankenaikan anggaran tahun berikutnya (tahunajaran 2014/2015) sebagai initial anchor.

Berikutnya informasi tambahan diberi-kan secara bertahap untuk mode respon SbSdan secara simultan untuk mode respon EoS.Subjek diberi informasi positif kemudiannegatif (P1-P2-N1-N2), atau informasinegatif kemudian positif (N1-N2-P1-P2),dengan framing positif/negatif. Informasitambahan yang diperoleh partisipan ialahsebagai berikut.

Informasi Positif I (P1):Pemerintah berencana memberi subsidi

biaya pendidikan Perguruan Tinggi Negeri(PTN) mulai tahun ajaran 2014/2015 melaluibantuan operasional yang bersumber dariAPBN. Hal tersebut dimungkinkan akanberdampak pada penurunan biaya pen-didikan/kuliah tahunan sebesar 20%.

Informasi Positif II (P2):Pemerintah Daerah berencana me-

ngeluarkan peraturan baru mengenai tarifangkutan umum untuk pelajar dan maha-siswa di mana tarif tersebut akan lebihrendah dibandingkan penumpang padaumumnya. Peraturan ini rencananya di-keluarkan sekitar bulan Oktober 2014. Halini dimungkinkan berdampak pada pe-nurunan biaya transportasi sebesar 27%.”

Informasi Negatif I (N1):Pemerintah berencana mengurangi sub-

sidi listrik di bulan Oktober 2014 yang ber-dampak pada kenaikan Tarif Dasar Listrik(TDL) sebesar 15%. Hal ini dimungkinkan

Page 10: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

520 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

berdampak pada kenaikan biaya akomodasi(kost) sebesar 8-10%.

Informasi Negatif II (N2):Pemerintah berencana mengurangi sub-

sidi bahan bakar di bulan September 2014yang berdampak pada kenaikan BBMsebesar 30%. Hal ini dimungkinkan ber-dampak pada kenaikan biaya transportasisebesar 23-25%.

Pada setiap informasi positif yang di-sajikan ditambahkan framing atribut, salahsatu contohnya sebagai berikut.Framing positif : terdapat kemungkinan se-

besar 70% bahwa pe-nurunan biaya tersebutakan terjadi.

Framing negatif : terdapat kemungkinan se-sebesar 30% bahwa pe-nurunan biaya tersebuttidak akan terjadi.

Sedangkan framing yang disajikan padasetiap informasi negatif, salah satu contoh-nya ialah sebagai berikut.Framing positif : terdapat kemungkinan se-

besar 25% bahwa kenai-kan TDL tidak akan terjadi.

Framing negatif : terdapat kemungkinan se-besar 75% bahwa kenai-kan TDL akan terjadi.

Setiap kali menerima informasi tambah-an seperti yang telah disebutkan sebelum-nya, subjek diminta memberikan revisikeyakinan terkait kenaikan anggaran de-ngan skala 100 poin (0%-100%) untukkelompok mode respon SbS, sedangkan,untuk kelompok mode respon EoS hanyamerevisi keyakinannya di akhir sesi setelahkeseluruhan informasi disajikan secarasimultan. Setelah sesi ini, partisipan me-lengkapi prosedur untuk cek manipulasi,kemudian mengisi kuesioner terkait gayakognitif dan informasi terkait karakteristikdemografi, lalu pada akhir sesi subjek diberidebriefing terkait penelitian.

Pengukuran VariabelVariabel bebas dalam penelitian ini ialah

urutan informasi yang diberikan, yaitu be-

rupa dua informasi positif dan dua informasinegatif. Kemudian, variabel pemoderasiyang diteliti ialah mode respon SbS dan EoS;framing informasi konsisten, yaitu urutaninformasi positif-negatif, di-frame negatifdan urutan informasi negatif-positif yangdi-frame positif, atau inkonsisten, yaituurutan informasi positif-negatif, di-framepositif dan urutan informasi negatif-positifyang di-frame negatif dalam mode responSbS untuk mengantisipasi efek resensi, danberlaku sebaliknya dalam mode respon EoSuntuk mengantisipasi efek primasi.

Variabel pemoderasi lainnya ialah gayakognitif yang menggunakan instrumen CSI(the Cognitive Style Index) dari Allinson danHayes (1996) yang telah teruji validitas danreliabilitasnya (Allinson dan Hayes, 1996,2012; Nasution dan Supriyadi, 2007; Alviadan Sulistiawan, 2010). CSI terdiri dari 38item pertanyaan dan subjek diminta untukmemilih satu dari tiga jenis jawaban, yaitusesuai-netral-tak sesuai. Arah penskorantergantung pada polaritas item pertanyaan(17 reversed item untuk menghindari efekbias). Variabel terikat dalam penelitian iniialah revisi keyakinan dari partisipan yangmungkin menimbulkan efek urutan. Efekurutan diperoleh dari perubahan dari pe-nilaian tingkat keyakinan awal partisipanmenjadi penilaian terhadap tingkat ke-yakinan akhir partisipan (S4-S0). Hal inidilakukan untuk mengeliminasi perbedaanyang disebabkan oleh perbedaan pada S0.

ANALISIS DAN PEMBAHASANCek Manipulasi

Pengujian manipulasi dilakukan denganmemberikan tiga pertanyaan dalam bentukpilihan ganda. Setiap subjek harus menentu-kan dengan benar arah dari informasi yangmereka peroleh, yaitu apakah informasiyang didapatkan bermuatan positif dannegatif, semua positif, ataukah semua ne-gatif. Subjek yang menjawab semua negatifatau semua positif, serta menyatakan bahwatidak ada informasi yang memengaruhi ke-yakinannya, akan dikeluarkan dari analisislebih lanjut.

Page 11: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 521

Hasil Uji HipotesisHipotesis pertama diuji dengan meng-

gunakan Uji-t pada tabel 3 yang menunjuk-kan bahwa terdapat perbedaan signifikanantara rata-rata subjek yang menerimaurutan informasi ++-- dan --++ (nilai Sig. =0,000) pada mode respon SbS. Selain itu, rata-rata subjek yang menerima urutan informasi++-- mengalami peningkatan keyakinanyang lebih tinggi akan kenaikan anggarandari- pada subjek yang menerima urutaninformasi --++. Hal tersebut mencerminkanterjadinya efek resensi karena keyakinanakhir subjek cenderung lebih dipengaruhioleh informasi terakhir yang diterimanya.Dengan demikian, H1a yang diajukan dalampenelitian ini terdukung oleh data.

Lain halnya dengan pengujian H1b, hasilUji-t pada tabel 3 menunjukkan tidakterdapat perbedaan yang signifikan antararata-rata subjek yang menerima urutaninformasi ++-- dan --++ (nilai Sig. = 0,343)pada mode respon EoS. Hal tersebut me-refleksikan bahwa tidak terjadi efek urutan,baik primasi maupun resensi, sehingga H1b

yang diajukan dalam penelitian ini tidakterdukung oleh data. Hasil ANOVA padatabel 4 menunjukkan bahwa efek interaksiantara urutan dan framing signifikan padaα=.10, dengan nilai Sig.=0,065, kemudiandilakukan uji kontras dan ditemukan per-bedaan signifikan antara rata-rata sel 1 dan 2(framing konsisten) dengan nilai Sig.=0,000,dan antara rata-rata sel 3 dan 4 yang tidakberbeda secara signifikan (framing inkonsis-ten) dengan nilai Sig.=0,191. Hal tersebutmenunjukkan bahwa dengan memberiframing yang inkonsisten terhadap suatu

penyajian urutan informasi yang beragamdapat mengurangi terjadinya efek urutan,dalam hal ini efek resensi pada mode responStep-by-Step (SbS). Dengan demikian, darikeseluruhan analisis dapat dinyatakanbahwa H2a yang diajukan dalam penelitianini terdukung oleh data. Gambar 1 meng-gambarkan means plot revisi keyakinan padamode respon SbS yang menunjukkan bahwaframing yang inkonsisten dapat meminima-lisir terjadinya efek resensi.

Hipotesis H2b juga diuji dengan meng-gunakan ANOVA, namun hasil analisismenunjukkan bahwa efek interaksi antaraurutan dan framing tidak signifikan (Sig.=.280), sehingga dapat disimpulkan bahwatidak terdapat efek interaksi antara urutandan framing dalam mode respon EoS.Dengan demikian, H2b yang diajukan dalampenelitian ini tidak terdukung oleh data.

Hipotesis penelitian yang ketiga (H3a

dan H3b) dianalisis menggunakan three-wayANOVA yang dapat menunjukkan efekinteraksi antara urutan dan framing infor-masi, serta gaya kognitif pada masing-masing mode respon (SbS/EoS).

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwainteraksi antara ketiga variabel tersebuttidak signifikan dengan nilai Sig.=0,415 padamode respon SbS. Dengan demikian, H3a

yang diajukan dalam penelitian ini tidak ter-dukung oleh data. Kemudian, hasil ujiANOVA untuk mode respon End-of-Sequence(EoS) juga menunjukkan bahwa interaksiantara ketiga variabel tersebut juga tidaksignifikan dengan nilai Sig.=0,289. Dengandemikian, H3b yang diajukan dalam peneliti-an ini tidak terdukung oleh data.

Tabel 3Hasil Uji-t

Pengujian Hipotesis Pertama

Mode Respon Urutan Mean t-Stat. Sig.Step-by-Step (SbS) ++-- 9.23 4.221 .000*Step-by-Step (SbS) --++ -14.44End-of-Sequence (EoS) ++-- -3.91 .958 .343End-of-Sequence (EoS) --++ -10.00*signifikan pada α=.01

Page 12: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

522 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

Tabel 4Hasil ANOVA (Data SbS)

Test of Between-SubjectsDependent variable: Revisi Keyakinan

Source Type III Sumof Squares df Mean

Square F Sig.

Corrected Model 10479.440a 7 1497.063 3.702 .003Intercept 589.461 1 589.461 1.458 .234Urutan 5758.297 1 5758.297 14.241 .000Framing 343.916 1 343.916 .851 .361

Source Type III Sumof Squares df Mean

Square F Sig.

Gaya_Kognitif 34.647 1 34.647 .086 .771Urutan*Framing 1447.467 1 1447.467 3.580 .065Urutan*Gaya_Kognitif 424.144 1 424.144 1.049 .311Framing*Gaya_Kognitif 46.621 1 46.621 .115 .736Urutan*Framing*Gaya_Kognitif 273.922 1 273.922 .677 .415

Error 18196.032 45 404.356Total 29100.000 53Corrected Total 28675.472 52

R squared = .365 (Adjusted R Squared = .267)

Gambar 1Means Plot Revisi Keyakinan Mode Respon SbS

Analisis TambahanAnalisis tambahan yang dilakukan ber-

tujuan untuk mengetahui analisis dari ke-seluruhan data hasil penelitian dengan mode

respon SbS dan EoS dengan menggunakanANOVA yang menunjukkan bahwa terdapatsuatu temuan tambahan yang cukup me-narik, yaitu adanya efek interaksi yang

Page 13: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 523

signifikan (pada α=0,10) antara urutan danmode respon (Sig.=0,051). Kemudian,analisis kontras menunjukkan bahwa rata-rata urutan ++-- dan --++ pada mode responSbS berbeda secara signifikan (Sig.=0,000),sedangkan rata-rata urutan ++-- dan --++pada mode respon EoS tidak berbeda secarasignifikan (Sig.=0,325), sehingga dapat di-katakan bahwa efek urutan hanya terjadipada mode respon SbS saja.

PembahasanHipotesis 1a dan hipotesis 1b bertujuan

untuk menguji pengaruh penyajian urutaninformasi terhadap revisi keyakinan. Me-nurut prediksi dari model belief-adjustment(Hogarth dan Einhorn, 1992), subjek yangmemperoleh informasi berseri pendek (da-lam kasus ini 4 item), bersifat sederhana, danberagam (bersifat positif dan negatif) akanmengalami suatu efek urutan berupa efekresensi pada mode respon Step-by-Step (SbS)dan efek primasi pada mode respon End-of-Sequence (EoS).

Hipotesis 1a yang menguji data pe-nelitian pada mode respon Step-by-Step (SbS)menghasilkan efek urutan berupa efekresensi. Hal ini memvalidasi prediksi modelbelief-adjustment (Hogarth dan Einhorn,1992), bahwa ketika subjek disajikan infor-masi bertahap yang berseri pendek, seder-hana, dan beragam, maka akan terjadi efekresensi di mana subjek akan cenderungmemberi bobot lebih terhadap informasiyang paling akhir diterimanya.

Dari hasil analisis dapat diketahuibahwa subjek yang dihadapkan pada tugaspenyusunan anggaran, dalam hal ini terkaitkeyakinannya terhadap kenaikan anggarantahun berikutnya, ketika diberi informasipositif kemudian negatif memiliki rata-ratarevisi keyakinan lebih tinggi daripada subjekyang diberi informasi negatif kemudianpositif. Logika berpikir dalam tugas ekspe-rimen yang diberikan ialah ketika subjekmenerima informasi yang bersifat positif(misalnya, penurunan biaya), maka subjekakan menurunkan keyakinannya akankemungkinan kenaikan anggaran tahun

berikutnya. Di sisi lain, ketika subjek me-nerima informasi yang bersifat negatif(misalnya, kenaikan biaya), maka subjekjustru akan menaikkan keyakinannya akankemungkinan kenaikan anggaran tahunberikutnya. Hasil penelitian ini juga meng-konfirmasi beberapa penelitian sebelumnyaterkait efek resensi dalam akuntansi mana-jemen (Dillard et al., 1991; Rutledge, 1995).

Hipotesis 1b dalam penelitian ini meng-uji data penelitian pada mode respon End-of-Sequence (EoS) dan ditemukan tidak terjadiefek urutan, baik efek resensi, maupunprimasi, sehingga hipotesis yang diajukantidak terdukung. Hal ini tidak sesuai denganprediksi model belief-adjustment (Hogarthdan Einhorn, 1992) yang menduga terjadinyaefek primasi pada mode respon EoS, namun,beberapa penelitian juga menemukan bahwainformasi beragam yang menggunakanmode respon EoS tidak mengakibatkanterjadinya efek urutan (Tubbs et al., 1990;Almilia, 2012). Terkait dengan hasil analisistambahan yang menunjukkan bahwa ter-dapat efek interaksi antara urutan dan moderespon, maka dapat dikatakan bahwa EoSdapat mengurangi terjadinya efek resensiyang terjadi dalam penyajian informasi yangbertahap seperti pada penelitian Hogarthdan Einhorn (1987) dalam Tubbs et al. (1990),serta penelitian oleh Ashton dan Kennedy(2002). Hal ini dimungkinkan karena pe-ngaruh berkebalikan yang muncul dariinformasi yang disajikan secara bertahapdapat dihilangkan dengan menggabungkanpengaruh informasi positif dan negatif, se-hingga akan menghilangkan pengaruh indi-vidual informasi negatif dan positif itusendiri (Almilia, 2012).

Hipotesis 2a dan 2b bertujuan untukmenguji pengaruh moderasi dari framinginformasi terhadap efek urutan yang terjadi.Hipotesis 2a menguji pengaruh moderasiframing informasi ketika subjek dihadapkanpada mode respon Step-by-Step (SbS). Tujuandari pengujian hipotesis ini ialah framinginformasi dapat dijadikan salah satu solusiuntuk memitigasi terjadinya efek resensidalam penyajian informasi yang bertahap.

Page 14: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

524 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

Dari hasil pengujian ditemukan bahwaterdapat efek interaksi yang signifikanantara urutan dan framing informasi ter-hadap revisi keyakinan subjek. Gambar 1menunjukkan bahwa ketika informasi yangbertahap di-frame secara inkonsisten, yaituketika penyajian informasi positif-negatifdiberi framing positif dan ketika penyajianinformasi negatif-positif diberi framingnegatif, maka efek resensi yang terjadi akanberkurang (menuju ke 0). Temuan ini meng-konfirmasi hasil penelitian Rutledge (1995)yang menyatakan bahwa teknik framinginformasi dapat mengurangi terjadinya efekresensi.

Selain itu, Gambar 1 juga menunjukkanbahwa dalam penelitian ini, yang terkaitdengan skenario penyusunan anggaran,framing inkonsisten lebih berdampak padaurutan informasi PPNN (++--) dibandingdengan NNPP (--++). Hal ini dapat di-mungkinkan karena adanya contrast effect(Hogarth dan Einhorn, 1992) yang me-nyatakan bahwa anchor tinggi lebih sensitifterhadap bukti yang berlawanan (disconfirm-mation) dibandingkan anchor rendah.

Penelitian ini tidak mempertimbangkantinggi-rendahnya anchor, namun dapat di-katakan bahwa pada urutan informasiNNPP memiliki anchor tinggi. Hal ini di-sebabkan oleh asumsi skenario yang berupakenaikan anggaran, sehingga initial anchoryang diberikan kepada partisipan tergolongbersifat negatif, kemudian diikuti olehpemberian informasi tambahan negatif yangberdampak pada anchor negatif yang ter-bentuk semakin tinggi. Informasi tambahanpositif yang diperoleh setelahnya, bersifatberlawanan terhadap keyakinan awal,cenderung lebih sensitif terhadap anchoryang tinggi, sehingga efek resensi lebihterasa pada urutan NNPP ini. Oleh karenaitu, framing inkonsisten tidak begitu ber-dampak seperti pada urutan PPNN. Contrasteffect ini juga telah diuji dalam penelitianAshton dan Ashton (1988) dengan skenarioaudit, dan Almilia (2012) dengan skenarioinvestasi saham. Lain halnya dengan hipo-tesis 2b yang tidak terdukung oleh data

penelitian. Ketika subjek dihadapkan padamode respon End-of-Sequence (EoS), hasilanalisis menunjukkan bahwa tidak terdapatefek utama yang signifikan dari urutan sertaframing terhadap revisi keyakinan, maupunefek interaksi antara kedua variabel tersebut.Tidak ada- nya efek interaksi antara urutandan framing dalam mode respon EoS inidimungkinkan karena tidak adanya efekutama yang signifikan dari urutan, baikresensi maupun primasi.

Hipotesis 3a dan 3b bertujuan untukmenguji efek interaksi tiga arah antaravariabel urutan, framing, dan gaya kognitifterhadap revisi keyakinan, namun, baikhipotesis 3a maupun 3b tidak terdukungoleh data penelitian. Jadi, dapat dikatakanbahwa framing dan gaya kognitif tidakmemoderasi efek urutan secara bersama-sama. Beberapa penelitian terkait efekurutan, khususnya efek resensi, menemukanbahwa urutan dan gaya kognitif ber-pengaruh signifikan terhadap efek resensi(Chan, 1995; Alvia dan Sulistiawan, 2010).Namun, penelitian yang dilakukan Nasutiondan Supriyadi (2007) juga tidak menemukanpengaruh signifikan antara urutan dan gayakognitif terhadap efek resensi. Kemungki-nan terdapat faktor selain framing yangberinteraksi signifikan dengan urutan dangaya kognitif, seperti toleransi ambiguitas(Nasution dan Supriyadi, 2007), terhadaprevisi keyakinan, serta terdapat faktor selaingaya kognitif yang berinteraksi signifikandengan urutan dan framing terhadap revisikeyakinan.

SIMPULAN DAN SARANBeberapa simpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini. Pertama, efek urutanhanya terjadi pada mode respon Step-by-Step(SbS) berupa efek resensi, namun tidakterjadi efek urutan pada mode respon End-of-Sequence (EoS), sehingga mode respon Step-by-Step (SbS) dalam proses penyusunananggaran tahunan perusahaan perlu men-dapatkan perhatian khusus agar peng-ambilan keputusan manajemen tidak biaskarena efek urutan. Kedua, framing informasi

Page 15: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 525

anggaran yang inkonsisten dapat mengura-ngi efek resensi yang terjadi pada moderespon Step-by-Step (SbS), sehingga akuntanmanajemen dapat menyediakan informasiterakhir terkait anggaran dengan dibingkaisecara tak konsisten untuk mengantisipasiterjadinya efek resensi. Ketiga, framing infor-masi anggaran dan gaya kognitif manajertidak berinteraksi secara signifikan dalammemoderasi efek urutan yang disebabkanoleh penyajian urutan informasi anggaran.Keempat, mode respon End-of-Sequence (EoS)dapat menjadi salah satu solusi dalammengatasi efek resensi yang terjadi padapenyajian informasi anggaran yang ber-tahap, berseri pendek, sederhana, danberagam, sehingga apabila dimungkinkanakuntan manajemen menyediakan informasiterkait anggaran secara simultan.

Hasil penelitian ini memiliki beberapaimplikasi teoretis dan praktis. Pertama,mode respon SbS memerlukan perhatianyang lebih dalam merespon penyajianinformasi beragam terkait pengambilankeputusan anggaran agar efek urutan dapatdiminimalisir. Kedua, teknik framing dapatmenjadi salah satu solusi untuk mengurangibias yang disebabkan oleh efek resensidalam pengambilan keputusan manajer.Ketiga, mode respon EoS dapat menjadisalah satu solusi, selain teknik framing,dalam mengurangi terjadinya efek resensi.

Implikasi bagi dunia praktik, yaitupenelitian ini dapat menjadi petunjuk dalamperancangan sistem informasi akuntansimanajemen dalam hal penyediaan urutanserta framing informasi yang dapat me-ngurangi bias dalam pengambilan keputus-an manajemen sehingga menghasilkankinerja yang optimal. Substansi informasiyang penting dapat disajikan paling akhirguna mengantisipasi terjadinya efek urutandalam penyajian informasi bertahap yangberagam. Selain itu, apabila memungkinkaninformasi terkait penyusunan anggaran jugalebih baik disajikan secara simultan sehinggatidak menimbulkan efek urutan yang meng-akibatkan bias dalam pengambilan keputus-an manajer.

Penelitian ini masih memiliki beberapaketerbatasan. Pertama, penelitian ini dilaku-kan dengan metode eksperimen laborato-rium dengan partisipan mahasiswa. Untukitu, dibutuhkan kehati-hatian untuk men-generalisasi penelitian ini ke dalam duniapraktik. Kedua, penelitian ini tidak mem-pertimbangkan efek kekuatan anchor yangmungkin memengaruhi hasil penelitian.Ketiga, sebaran data yang tidak seimbang diantara semua sel, akibat hasil cek mani-pulasi, sehingga kemungkinan akan ber-dampak pada robustness hasil penelitian.

Penelitian selanjutnya diharapkan mem-verifikasi hasil penelitian ini di dunia prak-tik, yaitu dengan melakukan eksperimenlaboratorium atau field experiment denganmenggunakan partisipan manajer yangmemang kesehariannya bertugas dalampenyusunan anggaran perusahaan. Dengandemikian, akan memperkuat validitas eks-ternal penelitian. Penelitian berikutnya jugadapat menggunakan partisipan berbentukkelompok, tidak hanya individual, karenapada kenyataannya penyusunan anggarandalam suatu perusahaan bersifat partisipatifyang menggabungkan beberapa pendapatindividu yang terkait. Terakhir, penelitianberikutnya dapat mengikutsertakan variabelberupa kekuatan anchor untuk lebih mem-validasi kegunaan framing dalam memitigasiefek resensi baik dalam keadaan anchorrendah maupun tinggi.

DAFTAR PUSTAKAAllinson, C. dan J. Hayes. 1996. The

Cognitive Style Index: A Measure ofIntuition-Analysis For OrganizationalResearch. Journal of Management Studies33(1): 119-135.

Allinson, C. dan J. Hayes. 2012. The CognitiveStyle Index: Technical Manual and UserGuide. Pearson Education. UnitedKingdom.

Almilia, L. S. 2012. Model Belief Adjustmentdalam Pengambilan Keputusan Inves-tasi. Doctoral Colloqium & Conference FEBUGM, Yogyakarta, 28-29 November 2012.

Page 16: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

526 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 511 – 527

Alvia, L. dan D. Sulistiawan. 2010. TheImpact of Cognitive Style to RecencyEffect in Stock Investment: AnExperimental Study. SSRN WorkingPaper.

Armet, N. 2013. How Investors Can AvoidDangers of Recency Bias. http:/www.moneymanagement.com.au/features/editorial/how-investors-can-avoid-dangers-recency-bias. Diakses tanggal 7 Mei 2014.

Asare, S. K. dan W. F. Messier, Jr. 1991. AReview of Audit Research Using theBelief-Adjustment Model. In: L. Ponemon& C.R. Gebhart, Auditing: Advances inBehavioral Research. Springer-Verlag.New York.

Asare, S. K. 1992. The Auditor's Going-Concern Decision: Interaction of TaskVariables and the Sequential Processingof Evidence. The Accounting Review 67(2):379-393.

Ashton, A. H. dan R. H. Ashton. 1988.Sequential belief revision in auditing.The Accounting Review 63: 623-641.

Ashton, R. H. dan J. Kennedy. 2002. Elimi-nating Recency with Self-Review: TheCase of Auditors’ ‘Going Concern’Judgments. Journal of Behavioral DecisionMaking 3: 221-231.

Bamber, E. M., R. J. Ramsay, dan R. M.Tubbs. 1997. An Examination of theDescriptive Validity of the Belief-Adjustment Model and AlternativeAttitudes to Evidence in Auditing.Accounting, Organizations and Society22(3/4): 249-268.

Brewer, P. C. 2008. Redefining ManagementAccounting: Promoting the Four Pillarsof Our Profession. Strategic Finance.

Brown, C. 1985. Causal Reasoning in Per-formance Assessment: Effects of Causeand Effect Temporal Order and Covaria-tion. Accounting Organizations and Society10(3): 255-266.

Chan, M. K. Mike. 1995. The ModeratingEffectc of Cognitive Style and RecencyEffect on the Auditor Belief RevisionProcess. Managerial Auditing Journal10(9): 22-28.

Chenhall, R. dan D. Morris. 1991. The Effectof Cognitive Style and Sponsorship Biason the Treatment of Opportunity Costsin Resource Allocation Decisions.Accounting, Organizations and Society16(1): 27-46.

Dillard, J. F., N. L. Kauffman, dan E. E.Spires. 1991. Evidence Order and BeliefRevision in Management AccountingDecisions. Accounting, Organizations andSociety 16(7): 619-633.

Fischhoff, B. 1983. Predicting Frames. Journalof Experimental Psychology: Learning,Memory, and Cognition 9: 103-116.

Guiral, A. dan F. Esteo. 2006. Are Spanishauditors skeptical in going concernevaluations?. Managerial Auditing Journal21(6): 598-620.

Gunawan, B. dan M. H. Yusuf. 2012.Pengaruh Order Effect dan Pola Peng-ungkapan dalam Pengambilan Keputus-an Investasi. Jurnal InFestasi 8(2): 123-136.

Hogarth, M. R. dan H. Einhorn. 1992. OrderEffects in Belief Updating: The Belief-Adjustment Model. Cognitive Psychology24: 1-55.

Kahneman, D. dan A. Tversky. 1981. TheFraming of Decisions and the Psycho-logy of Choice. Science 211(4481): 453-458.

Krishnamoorthy, G., T. J. Mock dan M. T.Washington. 1999. A ComparativeEvaluation of Belief Revision Models inAuditing. Auditing 18(2): 105.

Lewis, B., M. Shields, dan S. M. Young. 1983.Evaluating Human Judgments andDecision Aids. Journal of AccountingResearch 21(1): 271-285.

Ma, Y. dan M. Tayles. 2009. On The Emer-gence of Strategic Management Accoun-ting: an Institutional Perspective.Accounting and Business Research 39(5):473-495.

Nahartyo, E. 2012. Desain dan ImplementasiRiset Eksperimen. UPP STIM YKPN.Yogyakarta.

Nasution, D. dan Supriyadi. 2007. PengaruhUrutan Bukti, Gaya Kognitif, dan

Page 17: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Peran Moderasi Framing Dan Gaya Kognitif ... – Ekasari, Supriyadi 527

Personalitas terhadap Proses RevisiKeyakinan. Prosiding Simposium NasionalAkuntansi X Unhas Makassar, 26-28 Juli2007.

Pei, B. K. W., S. A. Reed, dan B. S . Koch. 1992.Auditor Belief Revisions in A Per-formance Auditing Setting: An Appli-cation of the Belief-Adjustment Model.Accounting, Organizations and Society17(2): 169-183.

Pinsker, R. 2011. Primacy or Recency? AStudy of Order Effects When Non-professional Investors are Provided aLong Series of Disclosures. BehavioralResearch in Accounting 23(1): 161-183.

Rutledge, R. W. 1995. The Ability ToModerate Recency Effects ThroughFraming Of Management AccountingInformation. Journal of Managerial Issues7(1): 27-40.

Theis, J. C., K. Yankova, dan M. Eulerich.2012. Information order effects in thecontext of management commentary:initial experiment evidence. JournalManagement Control 23: 133-150.

Tubbs, R. M., W. F. Messier, Jr., dan W. R.Knechel. 1990. Recency Effects in theAuditor's Belief-Revision Process. TheAccounting Review 65(2): 452-460.

Page 18: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

473

PENGARUH LOCUS OF CONTROL, TEKANAN ANGGARAN WAKTUKOMITMEN PROFESIONAL, TERHADAP PERILAKU

DISFUNGSIONAL AUDITOR

Ongky [email protected],

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya

ABSTRACT

Dysfunctional audit behavior is any action taken in the implementation of the auditor's audit program that canreduce or degrade the quality of the audit directly or indirectly. Researchers wanted to determine the effect Effectof locus of control, time budget pressure, and professional commitment to the dysfunctional behavior of auditors.This research is a quantitative research. In this study, the population is one hundred twenty three Auditor ofKAP in Surabaya. Auditor sample are ninety four, which will be drawn at random from a population. Thesampling technique used in this research is proportional sampling. Professional Commitment, Locus of Controland time budget pressure influence Dysfunctional AuditorBehavior. Professional Commitment, Locus of Controland time budget pressure significantly influence Dysfunctional Behavior Auditor with significant value lessthan standard.KAP can conduct training arrangements Locus of Control, control time budget pressure,increased professional commitments in order to suppress the dysfunctional behavior of auditors.

Key words: locus of control, time budget pressure, professional commitment, dysfunctional behavior auditors

ABSTRAK

Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaanprogram audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupuntidak. Peneliti ingin mengetahui Pengaruh Locus of Control, Tekanan Anggaran Waktu, dan KomitmenProfesional terhadap Perilaku disfungsional auditor. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seratus dua puluh tiga Auditor dari KAP diSurabaya. Jumlah sampel sembilan puluh empat Auditor, yang akan diambil secara acak dari totalpopulasi. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penarikansampel proporsional. Komitmen Profesional, Locus of Control, dan Tekanan Anggaran Waktu ber-pengaruh 99,8% terhadap Perilaku Disfungsional Auditor. Komitmen Profesional, Locus of Control,dan Tekanan Anggaran Waktu berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Disfungsional Auditordengan nilai signifikansi lebih kecil dari standar. KAP dapat mengadakan pelatihan pengaturan Locusof Control, pengendalian tekanan anggaran waktu, peningkatan komitmen profesional, agar mene-kan perilaku disfungsional auditor.

Kata kunci: locus of control, tekanan anggaran waktu, komitmen profesional, perilaku disfungsionalauditor

PENDAHULUANLatar belakang masalah pada penelitian

ini adalah laporan keuangan oleh auditorindependen pada umumnya adalah untukmenyatakan pendapat tentang kewajaranlaporan keuangan perusahaan yang di-audit. Pendapat auditor mengenai kewajar-an laporan keuangan yang diaudit ber

dasarkan atas evaluasi terhadap bukti-buktiaudit yang diperoleh melalui pelaksanaanserangkaian prosedur audit. Hal ini sesuaidengan standar pekerjaan lapangan yangmenyatakan bukti audit kompeten yangcukup harus diperoleh melalui inspeksi,pengamatan, permintaan keterangan, dankonfirmasi sebagai dasar memadai untuk

Page 19: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

474 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

menyatakan pendapat atas laporan ke-uangan yang diaudit (Triono, 2012). Dalammelakukan prosedur audit tidak jarangauditor melakukan perilaku yang me-nyimpang atau disebut juga perilaku dis-fungsional. Perilaku menyimpang atau peri-laku audit disfungsional adalah setiaptindakan yang dilakukan auditor dalampelaksanaan suatu program audit yangdapat mereduksi atau menurunkan kualitasaudit baik secara langsung maupun tidaklangsung (Mahardini, 2014).

Seseorang dari bidang akuntansi yangberprofesi sebagai auditor dapat menerap-kan ilmu dan teori yang didapat di per-guruan tinggi ke dunia nyata, namun selainhal positif di atas, banyak orang yangmempunyai persepsi yang negatif tentangprofesi tersebut. Selain kompleks, pekerja-an auditor tidak kenal waktu, selalu dengantingkat kesibukan waktu yang sangattinggi. Hal ini dapat menimbulkan tekanantersendiri bagi auditor. Auditor dituntutharus memiliki kemampuan untuk meng-hadapi tekanan ini, dan menyelesaikansemua pekerjaan yang ada dalam waktuterbatas (Marfuah, 2011). Hal yang palingmenonjol tentang profesi auditor adalahtingkat stress yang tinggi karena bekerja dibawah tekanan. Saat tingkat stress terlalurendah maka efektivitas kerja juga cen-derung rendah karena tidak adanya faktorpendorong semangat kerja.

Pada umumnya struktur organisasiKAP disusun secara hirarkis dengan susun-an sebagai berikut: junior, senior, super-visor, manajer, dan partner. Bila diper-bandingkan dengan posisi individual padastruktur organisasi bisnis, auditor juniordan senior setara dengan karyawan yangmenduduki posisi level bawah, sedangkanauditor supervisor, manajer, dan partnersetara dengan manajer level menengah danpuncak (Marfuah, 2011). Posisi auditor padahirarki organisasi KAP menggambarkantugas, kewenangan dan tanggungjawabindividu auditor di KAP. Auditor juniordan senior melaksanakan sebagian besarprosedur audit, dan kinerja mereka di-

supervisi oleh auditor pada posisi yanglebih tinggi.

Locus of control merupakan karakteristikauditor yang menggambarkan tingkat ke-yakinan seseorang tentang sejauh manamereka dapat mengendalikan faktor-faktoryang mempengaruhi keberhasilan ataukegagalan yang dialaminya. Auditor yangmeyakini keberhasilan atau kegagalan yangdialaminya berada dalam kontrolnya di-sebut memiliki locus of control internal, padapihak auditor yang meyakini keberhasilanatau kegagalan ditentukan oleh faktoreksternal (di luar kontrolnya) disebut me-miliki locus of control eksternal (Triono,2012).

Perilaku audit disfungsional adalahsetiap tindakan yang dilakukan auditordalam pelaksanaan program audit yangdapat mereduksi atau menurunkan kualitasaudit secara langsung maupun tidak.Tindakan-tindakan yang dapat mereduksikualitas audit secara langsung disebutsebagai perilaku reduksi kualitas audit(audit quality reduction behaviors), sedangkanyang dapat mereduksi kualitas audit secaratidak langsung disebut perilaku under-reporting of time. Kedua perilaku tersebutdapat juga dikategorikan sebagai perilakutidak etis, karena auditor memalsukanlaporan pekerjaan mereka dan melanggarstandar profesional dan kebijakan KAP(Silaban, 2011).

Komitmen profesional merupakanfaktor penting yang berpengaruh terhadapperilaku auditor dalam menghadapi isu-isuetis. Komitmen profesional didefinisikansebagai kekuatan relatif identifikasi danketerlibatan individu terhadap suatu pro-fesi (Silaban, 2011). Komitmen seseorangterhadap profesinya diwujudkan dalamtiga karakteristik berikut: (1) suatu pe-nerimaan atas tujuan-tujuan dan nilai-nilaiprofesi, (2) suatu kemauan untuk melaku-kan usaha sekuat tenaga demi kepentinganprofesi, dan (3) suatu keinginan untuk me-melihara dan mempertahankan keanggota-an dalam profesi. Oleh karena itu, perilakudisfungsional auditor dalam pelaksanaan

Page 20: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 475

program audit dapat juga dipengaruhikomitmen profesional mereka. Bukti empi-ris pengaruh komitmen profesional ter-hadap perilaku audit disfungsional masihterbatas (Silaban, 2011).

Masalah utama dalam penelitian iniadalah: (1) Apakah locus of control ber-pengaruh terhadap perilaku disfungsionalauditor?, (2) Apakah tekanan anggaran wak-tu berpengaruh terhadap perilaku disfungsi-onal auditor?, (3) Apakah komitmen profesi-onal berpengaruh terhadap perilaku dis-fungsional auditor?

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuansebagai berikut: (1) Untuk mengetahui pe-ngaruh locus of control terhadap perilakudisfungsional auditor, (2) Untuk mengetahuipengaruh tekanan anggaran waktu ter-hadap perilaku disfungsional auditor, (3)Untuk mengetahui ada pengaruh komitmenprofesional terhadap perilaku disfungsionalauditor.

Hasil penelitian ini diharapkan dapatbermanfaat baik dari aspek teoritis maupunpraktis. Secara akademis, penelitian inidapat bermanfaat antara lain dapat mem-berikan sumbangan aspek teoritis (keilmu-an) yaitu bagi perkembangan ilmu akun-tansi dan menjadi bahan referensi studiakuntansi khususnya tentang locus of control,tekanan anggaran waktu, dan komitmenprofesional terhadap perilaku disfungsionalauditor.

Secara praktis, hasil penelitian inidiharapkan dapat memberikan kontribusinyata terkait dengan persepsi mahasiswatentang locus of control, tekanan anggaranwaktu, dan komitmen profesional terhadapperilaku disfungsional auditor. Mahasiswadapat lebih mengendalikan persepsinyadalam locus of control, tekanan anggaranwaktu, dan komitmen profesional terhadapperilaku disfungsional auditor.

TINJAUAN TEORETISLocus of control merupakan karakter-

istik individual yang menunjukkan ting-kat keyakinan seseorang tentang faktor-faktor yang berpengaruh atas keberhasil-

an atau kegagalan yang mereka alami(Triono, 2012). Seseorang yang meyakinikeberhasilan atau kegagalan yang di-alaminya berada dalam kontrolnya di-sebut memiliki locus of control internal,sebaliknya individu yang meyakini ke-berhasilan atau kegagalan yang dihadapi-nya ditentukan oleh faktor-faktor ekster-nal (di luar controlnya) disebut memilikilocus of control eksternal. Setiap individumemiliki locus of control tertentu yangberada diantara kedua ekstrim tersebut.Menurut konsep yang dikemukakan olehRotter mengenai locus of control, terdapatdua tipe locus of control, yaitu locus of controlinternal dan locus of control eksternal.Menurut Crider (Ghufron, 2010) terdapatperbedaan karakteristik diantara dua tipetersebut, yaitu: (1) Locus of control internalyang meliputi: suka bekerja keras, memilikiinisiatif yang tinggi, selalu berusaha untukmenemukan pemecahan suatu masalah,selalu mencoba untuk berpikir seefektifmungkin, mempunyai persepsi bahwausaha harus dilakukan jika ingin meraihkesuksesan, (2) Locus of control eksternal:kurang memiliki inisiatif, mempunyai per-sepsi bahwa hanya ada sedikit korelasiantara usaha dan kesuksesan, kurang sukaberusaha, karena percaya bahwa kesukses-an dikontrol oleh faktor luar, kurang men-cari informasi untuk memecahkan suatumasalah (Dewi, 2014). Samaei et al. (2012)menjelaskan bahwa individu dengan locus ofcontrol eksternal memiliki kontrol yangkurang terhadap kehidupan mereka danmereka percaya bahwa apa yang terjadibagi mereka adalah hasil dari faktoreksternal. Seseorang yang memiliki locus ofcontrol eksternal percaya bahwa hasil danperilaku mereka disebabkan faktor dari luardirinya. Menurut Wuryaningsih (2013),individu dengan locus of control eksternalyang rendah memiliki persepsi terhadapkejadian baik positif maupun negatif se-bagai konsekuensi dari tindakan atauperbuatan diri sendiri dan berada di bawahpengendalian dirinya.

Pengertian Anggaran Waktu menurut

Page 21: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

476 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

McGuy (Marfuah, 2011) adalah waktuyang dialokasikan untuk melakukanlangkah-langkah dalam program audit.Penyusunan anggaran waktu dilakukanpada tahap awal dari audit, yaitu padatahap perencanaan. Walaupun banyak pe-nelitian yang mengatakan bahwa ang-garan waktu sebagian besar memberikanpengaruh terhadap kualitas audit, namunberguna tidaknya anggaran waktu ber-gantung kepada profesionalisme auditoryang bersangkutan ketika melakukanaudit. Tekanan anggaran waktu adalah ke-adaan yang menunjukkan auditor dituntutuntuk melakukan efisiensi terhadap ang-garan waktu yang telah disusun atauterdapat pembatasan waktu dan anggaranyang sangat ketat dan kaku (Jemada, 2013).Tekanan anggaran waktu yang diberikanoleh klien merupakan salah satu faktor yangmempengaruhi kualitas audit. Tekanan ang-garan waktu didefinisikan sebagai kendalayang terjadi pada perikatan audit karenaketerbatasan sumber daya berupa waktuyang dialokasikan untuk melaksanakan se-luruh tugas audit. Tekanan anggaran waktumenyebabkan stress individual yang mun-cul akibat tidak seimbangnya tugas danwaktu yang tersedia serta mempengaruhietika profesional melalui sikap, nilai,perhatian, dan perilaku auditor (Fonda,2014).

Komitmen auditor terhadap profesinyamerupakan faktor penting yang berpe-ngaruh terhadap perilaku auditor dalammelakukan tugas audit (Silaban, 2011).Komitmen profesional didasarkan padapremis bahwa individu membentuk suatukesetiaan (attachment) terhadap profesi se-lama proses sosialisasi ketika profesi me-nanamkan nilai-nilai dan norma-normaprofesi. Setiap tindakan individu pertama-tama ditentukan oleh kebutuhannya. Ke-butuhan-kebutuhan tersebut, setelah ber-interaksi dengan pengalaman-pengalamanpribadi dan sistem nilai individu, akanmenentukan harapan-harapan atau tujuan-tujuan dalam setiap perilakunya, sebelumakhirnya individu tersebut menentukan

tindakan apa yang akan dilakukan(Sulistyawati, 2014). Komitmen ProfesionalKontinu (KPK) berhubungan dengan padasejauh mana individual tetap berada padasuatu profesi. Komitmen profesional konti-nyu merupakan bentuk komitmen sese-orang terhadap profesinya yang didasarkanpada pertimbangan biaya-biaya yang terjadijika seseorang meninggalkan profesi.

Komitmen profesional kontinu ber-argumen bahwa individu mempertahankankomitmen dengan suatu entitas berkaitandengan akumulasi investasi pada suatuentitas atau tidak adanya alternatif yangsebanding dengan entitas tersebut (Nisa,2013). Kantor Akuntan Publik bertanggungjawab untuk mengaudit laporan keuanganhistoris yang dipublikasikan oleh semuaperusahaan terbuka. Sebutan kantor akun-tan publik mencerminkan bahwa auditoryang menyatakan pendapat audit ataslaporan keuangan harus memiliki lisensisebagai akuntan publik. KAP sering puladisebut auditor eksternal atau auditor inde-penden. Kepercayaan masyarakat akankeberadaan akuntan publik semakin me-ningkat pada masa globalisasi seperti saatini. Semakin maju perkembangan zaman,semakin meningkat pula jumlah perusaha-an yang menghasilkan barang dan jasa gunamemenuhi kebutuhan manusia, sehinggajasa akuntan publik semakin dibutuhkan.Meningkatkan kepercayaan akan akuntanpublik bukanlah hal yang mudah (Mahar-dini, 2014).

Dalam melakukan prosedur audit tidakjarang auditor melakukan perilaku-perilakuyang menyimpang atau disebut juga peri-laku disfungsional. Perilaku menyimpangatau perilaku audit disfungsional adalahsetiap tindakan yang dilakukan auditordalam pelaksanaan suatu program audityang dapat mereduksi atau menurunkankualitas audit baik secara langsung maupuntidak langsung (Mahardini, 2014). Perilakudisfungsional yang umumnya dilakukanoleh seorang auditor menurut Donnelly(dalam Saputri, 2015) diantaranya (1) under-repotting of time, (2) premature sign-off, dan

Page 22: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 477

(3) altering/replacing of audit procedures.Penyimpangan perilaku auditor dalam me-lakukan audit dapat mempengaruhi relia-bilitas laporan audit sehingga perilakudisfungsional ini akan mengancam keyakin-an publik pada profesi akuntan publik.Perilaku Reduksi Kualitas Audit menurutPierce (dalam Tanjung, 2013) dapat dilaku-kan dengan berbagai tindakan seperti: (1)penghentian prematur prosedur audit (pre-mature sign-off), (2) review yang dangkalatas dokumen klien, (3) tidak menginvesti-gasi kesesuaian perlakuan akuntansi yangditerapkan klien, (4) penerimaan atas pen-jelasan klien yang tidak memadai, (5) me-ngurangi pekerjaan audit dari yang seharus-nya dilakukan dan tidak memperluas scopepengauditan ketika terdeteksi transaksi ataupos yang meragukan. Dan tambahan dariDonnelly (dalam Tanjung, 2013) adalah (6)merubah prosedur yang telah ditetapkandalam melaksanakan audit di lapangan(replacing and altering original audit pro-cedures).

Penelitian sebelumnya dilakukan olehTriono (2012) Pengaruh Locus Control, Komit-men Organisasional, dan Posisi TerhadapPenerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Pe-nelitian ini bertujuan untuk menganalisisapakah locus of control, organisasi komitmen,dan posisi auditor mempengaruhi penerima-an audit disfungsional perilaku. Penelitianlain dilakukan oleh Marfuah (2011) denganjudul Pengaruh Tekanan Anggaran Waktuterhadap Perilaku Disfungsional Auditordalam Perspektif Teoretis Sress Kerja. Pe-nelitian ini menguji bagaimana indikator-indikator berupa Tipe KAP, Posisi Auditor,Fee Audit, Program Audit, Partisipasi Auditor dan Waktu Aktual Audit Tahun Laluberpengaruh terhadap Pencapaian AnggaranWaktu, dan selanjutnya menguji bagaimanaPencapaian Anggaran Waktu berpengaruhterhadap perilaku disfungsional auditor be-rupa Reduced Audit Quality Practices (RAQPs),dan Under Reporting of Time (URT). Penelitiyang lain yaitu Silaban (2011) telah me-lakukan penelitian Pengaruh MultidimensiKomitmen Profesional terhadap Perilaku

Audit Disfungsional.Perilaku disfungsional auditor dalam

pelaksanaan program audit dipengaruhibanyak faktor. Berdasarkan uraian di atas,maka yang menjadi masalah utama dalampenelitian ini adalah masalah perilaku dis-fungsional auditor, namun karena luasnyaruang lingkup masalah utama maka pe-neliti membatasi hanya masalah pengaruhlocus of control, tekanan anggaran waktu,dan komitmen profesional terhadap peri-laku auditor disfungsional. Hipotesis yangdiajukan untuk diuji dalam penelitian iniadalah:H1 : Locus of control berpengaruh positif

terhadap perilaku disfungsional audi-tor.

H2 : Tekanan anggaran waktu berpengaruhpositif terhadap perilaku disfungsi-onal auditor.

H3 : Komitmen profesional berpengaruhpositif terhadap perilaku disfungsi-onal auditor.

METODE PENELITIANBerdasarkan tujuan penelitian yang

telah ditetapkan, maka penelitian inimenggunakan disain penelitian deskriptifkuantitatif atau jenis penelitian lapangandengan maksud untuk menguji hipotesisyaitu mengungkap situasi atau variabelsesuai dengan keadaan yang ada pada saatpenelitian ini dilaksanakan.

Populasi sebagai wilayah generalisasiyang terdiri atas objek atau subjek yangmempunyai kualitas dan karakteristik ter-tentu yang ditetapkan oleh peneliti untukdipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan-nya. Populasi dalam penelitian ini adalahauditor pada Kantor Akuntan Publik diSurabaya. Populasi yang menjadi targetpenelitian ini adalah auditor yang bekerja diKAP di Surabaya. Auditor dipilih sebagaipopulasi karena auditor langsung terjunkelapangan sehingga lebih rentan untukmelakukan perilaku disfungsional. Jumlahseluruh auditor adalah 123 orang.

Kriteria sampel adalah auditor yangterlibat dalam pelaksanaan program audit

Page 23: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

478 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

atas audit umum (general audit) laporankeuangan perusahaan yang dilakukan KAPdengan pengalaman audit minimal selama 2(dua) tahun. Kriteria ini didasarkan karenapada umumnya auditor yang memilikipengalaman audit minimal 2 (dua) tahun diKAP telah diberi tanggungjawab untukmelaksanakan program audit. Sampel ada-lah sebagian atau perwakilan populasi yangditeliti dengan menggunakan cara tertentu.

Teknik pengambilan sampel adalahdengan Probability sampling jenis simplerandom sampling, yaitu teknik samplingyang memberikan peluang yang sama bagisetiap unsur atau anggota populasi untukdipilih menjadi anggota sampel. Dikatakansimpel karena pengambilan sampel anggotapopulasi dilakukan secara acak. Pada dasar-nya prosedur pengambilan sampel di-perlukan untuk menekan sejauh mungkinterjadinya bias dan variabilitas. Teknikpengambilan sampel yang memenuhipersyaratan ini ialah simple random sampling,yaitu suatu metode yang memberikanpeluang sama kepada anggota populasiuntuk terpilih sebagai sampel (Wijayanti,2013). Biasanya dengan bantuan daftarrandom kemudian memilihnya secara acak(dengan mengocok) kita akan mendapatkansampel yang representative. Pada penelitianini, pemilihan sampel didasarkan padarandom sampling dan dilakukan dengancara undian. Sampel menurut Arikunto(2012) adalah sebagian atau wakil populasiyang diteliti. Adapun teknik pengambilansampel yang digunakan dalam penelitianini adalah penarikan sampel proporsional.Penentuan ukuran sampel diambil sampelsebesar 94 auditor, yang diambil secara acakdari 123 orang populasi. Lokasi penelitianadalah di Kota Surabaya. Waktu penelitianJuni-Nopember 2015. Regresi merupakansuatu teknik statistik yang digunakan untukmenjelaskan hubungan antara sebuah varia-bel dependen dan beberapa variabel inde-penden (Sunarto, 2010: 1).

Locus of control merupakan karakter-istik yang menunjukkan tingkat keyakin-an seseorang tentang faktor-faktor yang

berpengaruh atas keberhasilan atau ke-gagalan yang mereka alami (Triono,2012). Seseorang yang meyakini keber-hasilan atau kegagalan yang dialaminyaberada dalam kontrolnya disebut me-miliki locus of control internal, sebaliknyaindividu yang meyakini keberhasilan ataukegagalan yang dihadapinya ditentukanoleh faktor-faktor eksternal (di luarcontrolnya) disebut memiliki locus ofcontrol eksternal. Setiap individu memilikilocus of control tertentu yang beradadiantara kedua ekstrim tersebut. Variabelini dioperasionalisasikan sebagai konstrukinternal-eksternal yang mengukur keyakin-an individual atas faktor-faktor yang mem-pengaruhi keberhasilan maupun kegagalanyang dialaminya. Pengukuran locus ofcontrol individu auditor dilakukan denganmengadopsi instrument locus of control dariDonnelly (Triono, 2012) Instrumen ini di-pilih karena menurut peneliti terdahuluskala ini sesuai digunakan untuk mengukurlocus of control individu dalam kontekslingkungan pekerjaan. Instrumen ini jugatelah digunakan Donnelly dan Sapheero(Triono, 2012) untuk mengukur locus ofcontrol auditor dalam lingkungan audit, danmenghasilkan internal consistency pada levelyang dapat diterima yaitu dengan Cronbachalpha. Instrumen ini terdiri atas 16 butirpertanyaan dengan menggunakan skalaLikert 5 poin mulai dari poin 1 (sangat tidaksetuju) sampai poin 5 (sangat setuju).Delapan butir pertanyaan disusun denganskor terbalik yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 3,4, 7, 11, 14, dan 15.

Tekanan anggaran waktu adalah keada-an yang menunjukkan auditor dituntutuntuk melakukan efisiensi terhadap ang-garan waktu yang telah disusun atauterdapat pembatasan waktu dan anggaranyang sangat ketat dan kaku (Jemada, 2013).Variabel ini dioperasionalisasikan denganmengukur seberapa sering responden me-rasakan terdapat tekanan dalam pelaksana-an suatu prosedur audit tertentu yangditimbulkan anggaran waktu audit. Instru-men untuk mengukur variabel ini diadopsi

Page 24: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 479

dari item-item pertanyaan yang digunakanpada studi-studi yang dilakukan oleh Kelleydan Seiler, Willet dan Page, Malone danRobert, Otley dan Pierce, Coram dan Piercedan Sweeney (Marfuah, 2011). Instrumenyang digunakan mengukur tekanan ang-garan waktu yang dirasakan terdiri atas 6(enam) item pertanyaan dengan skala likert5 poin mulai dari poin 1 (hampir tidakpernah) sampai poin 5 (hampir selalu).Setiap responden diminta untuk memberi-kan respon atas 6 (enam) pertanyaan yangmengindikasikan keadaan dimana respon-den merasakan terdapat tekanan anggaranwaktu pada pelaksanaan program audit.Skor yang tinggi pada skala likert meng-indikasikan auditor merasakan tekanananggaran waktu pada level yang lebih ting-gi, sebaliknya skor yang rendah meng-indikasikan auditor merasakan tekanananggaran waktu pada level yang lebihrendah.

Komitmen profesional didefinisikansebagai kekuatan relatif dari identifikasi danketerlibatan individu terhadap suatu pro-fesi. Komitmen seseorang terhadap profesi-nya diwujudkan dalam tiga karakteristikberikut: (1) suatu penerimaan atas tujuan-tujuan dan nilai-nilai profesi, (2) suatukemauan untuk melakukan usaha sekuattenaga demi kepentingan profesi, dan (3)suatu keinginan untuk memelihara danmempertahankan keanggotaan dalam pro-fesi. Pada penelitian ini komitmen profesi-onal dipandang sebagai konstruk multi-dimensi yang terdiri atas komitmen profesi-onal afektif (KPA), komitmen profesionalkontinu (KPK), dan komitmen profesionalnormative (KPN). Konstruk ini diukurdengan mengadopsi instrumen yang di-kembangkan oleh Meyer (Silaban, 2011).Instrumen ini telah digunakan Smith danHall (Silaban, 2011) mengukur komitmenakuntan terhadap profesinya pada profesiakuntan di Australia. Hasil penelitian Smithdan Hall menunjukkan instrument inimerupakan model pengukuran yang dapatdiandalkan. Hal ini ditunjukkan melaluinilai loading faktor, contructreliability, dan

varians yang diekstraksi dari masing-masing dimensi komitmen profesional yangsesuai dengan kriteria. Selanjutnya masing-masing konstruk memiliki validitas dis-kriminan discriminant validity) yang baik(Silaban, 2011). Instrumen ini terdiri atas 18(delapan belas) item pertanyaan, masing-masing 6 (enam) pertanyaan untuk setiapdimensi. Responden diminta pendapatnyauntuk setiap item pertanyaan dengan skalaLikert 5 poin mulai dari poin 1 (SangatTidak Setuju) sampai poin 5 (Sangat Setuju).Skor yang tinggi pada skala pengukuranmengindikasikan komitmen pada levelyang lebih tinggi, sebaliknya skor yangrendah mengindikasikan komitmen padalevel yang lebih rendah.

Dalam melakukan prosedur audittidak jarang auditor melakukan perilaku-perilaku yang menyimpang atau disebutjuga perilaku disfungsional. Perilaku me-nyimpang atau perilaku audit disfungsionaladalah setiap tindakan yang dilakukanauditor dalam pelaksanaan suatu programaudit yang dapat mereduksi atau me-nurunkan kualitas audit baik secara lang-sung maupun tidak langsung (Mahardini,2014). Perilaku disfungsional yang umum-nya dilakukan oleh seorang auditor me-nurut Donnelly (dalam Saputri, 2015) di-antaranya: (1) underrepotting of time, (2)premature sign-off, dan (3) altering/replacing ofaudit procedures. Penyimpangan perilakuauditor dalam melakukan audit dapat me-mengaruhi reliabilitas laporan audit sehing-ga perilaku disfungsional ini akan meng-ancam keyakinan publik pada profesiakuntan publik. Instrumen ini terdiri atas 13(tiga belas) item pertanyaan. Responden di-minta pendapatnya untuk setiap item per-tanyaan dengan skala Likert 5 poin mulaidari poin 1 (Sangat Tidak Setuju) sampaipoin 5 (Sangat Setuju). Skor yang tinggipada skala pengukuran mengindikasikanperilaku disfungsional pada level yang lebihrendah, sebaliknya skor yang rendah meng-indikasikan perilaku disfungsional padalevel yang lebih tinggi.

Seperti yang diuraikan sebelumnya,

Page 25: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

480 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

variabel-variabel yang diuji pada penelitianini diukur dengan pertanyaan-pertanyaanyang diadopsi dari instrumen-instrumenyang digunakan pada penelitian-penelitianterdahulu. Meskipun instrumen yang di-gunakan pada penelitian ini ditunjukkanmemiliki validitas dan reliabilitas yang baikpada penelitian-penelitian terdahulu, namunbeberapa kelemahan yang melekat padapenelitian survey menjadi pertimbangandalam perancangan instrumen penelitianini. Secara khusus, ada dua kelemahan yangmendapat perhatian yaitu: (1) kemungkinanterjadinya respon bias, dan (2) tingkatpengembalian kuesioner yang rendah.

ANALISIS DAN PEMBAHASANUsia responden antara 20-30 tahun

sebanyak 3 orang responden (3,19%), res-ponden yang berusia 31-40 tahun terdapatsebanyak 20 orang responden (21,28%).Untuk responden berusia 41-50 tahun me-rupakan responden dengan jumlah tertinggiyaitu sebanyak 47 orang responden(50,00%), usia 51-60 tahun sebanyak 24orang responden (25,53%), dan tidak adaresponden yang usianya lebih dari 60 tahun.Banyaknya responden berdasarkan jeniskelamin dapat diketahui 78 orang respon-den laki-laki (82,98%), dan 16 orang respon-den perempuan (17,02%). Data tersebutmenunjukkan bahwa responden didominasioleh laki-laki. Sejumlah 83 orang responden(88,30%) responden berpendidikan Strata 1,11 orang responden (11,70%) berpendidikanStrata2, dan tidak ada responden yangberpendidikan SMA, dan Strata 3.

Terdapat 18 responden (19,15%) me-miliki skor Locus of control sebesar 75, 16responden (17,02%) memiliki skor Locus ofcontrol sebesar 65,15 responden (15,96%)memiliki skor Locus of control sebesar 27, 14responden (14,89%) memiliki skor Locus ofcontrol sebesar 26,9 responden (9,57%)memiliki skor Locus of control sebesar 25,4responden (4,26%) memiliki skor Locus ofcontrol sebesar 28, terdapat masing-masing 3responden (3,19%) memiliki skor Locus ofcontrol sebesar 23, 71, dan 72, terdapat

masing-masing 2 responden (2,13%) me-miliki skor Locus of control sebesar 68 dan 76,dan masing-masing 1 responden (1,06%)memiliki skor Locus of control sebesar 67, 69,70, 74, dan 77,

Terdapat 39 responden (41,49%) yangmemiliki skor tekanan anggaran waktusebesar 26, 24 responden (25,53%) yangmemiliki skor tekanan anggaran waktusebesar 9, 10 responden (10,64%) memilikiskor tekanan anggaran waktu sebesar 10,5responden (5,32%) memiliki skor tekanananggaran waktu sebesar 8,4 responden(4,26%) memiliki skor tekanan anggaranwaktu sebesar 7, terdapat masing-masing 3responden (3,19%) memiliki skor tekanananggaran waktu sebesar 24, 27, dan 28,terdapat 2 responden (2,13%) yang memilikiskor tekanan anggaran waktu sebesar 11,dan 1 responden (1,06%) memiliki skortekanan anggaran waktu sebesar 25.

Terdapat 22 responden (23,40%) me-miliki skor 82, terdapat masing-masing 20responden (21,28%) memiliki skor 29 dan79, 8 responden (8,51%) memiliki skor 31, 6responden (6,38%) memiliki skor 25, ter-dapat masing-masing 4 responden (4,26%)memiliki skor 28 dan 30, terdapat masing-masing 3 responden (3,19%) memiliki skor27 dan 72, 2 responden (2,13%) memilikiskor 81, dan ada masing-masing 1 respon-den (1,06%) yang memiliki skor 77 dan 80.

Terdapat 27 responden (28,72%) yangmemiliki skor perilaku disfungsional audi-tor sebesar 22, 22 responden (23,40%) me-miliki skor perilaku disfungsional auditorsebesar 60, 19 responden (20,21%) memilikiskor perilaku disfungsional auditor sebesar61, 9 responden (9,57%) memiliki skorperilaku disfungsional auditor sebesar 20, 7responden (7,45%) memiliki skor perilakudisfungsional auditor sebesar 21, 3 respon-den (3,19%) memiliki skor perilaku dis-fungsional auditor sebesar 57, masing-masing 2 responden (2,13%) memiliki skorperilaku disfungsional auditor sebesar 24dan 58, dan terdapat masing-masing 1responden (1,06%) memiliki skor perilakudisfungsional auditor sebesar 59, 62, dan 63.

Page 26: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 481

Tabel 1Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate1 .999a .998 .998 .843a. Predictors: (Constant), Komitmen Profesional, Locus Of Control, TekananAnggaran Waktu

Dari tabel 1 di atas dapat diketahuibahwa Komitmen Profesional, Locus ofControl dan tekanan anggaran waktu ber-pengaruh 99,8% terhadap Perilaku Dis-fungsional Auditor. Penyimpangan perilakuauditor yang dikarenakan komitmen pro-fesional, Locus of Control dan tekanan ang-

garan waktu berpengaruh dalam melaku-kan audit yang pada akhirnya dapat mem-pengaruhi reliabilitas laporan audit sehing-ga perilaku disfungsional ini akan meng-ancam keyakinan publik pada profesiakuntan publik.

Tabel 2Anova

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.1 Regression 35122.070 3 11707.357 1.647E4 .000a

Residual 63.984 90 .711Total 35186.053 93

a. Predictors: (Constant), Komitmen Profesional, Locus Of Control, TekananAnggaran Waktu

b. Dependent Variable: Perilaku Disfungsional Audit

Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bah-wa Komitmen Profesional, Locus of Controldan tekanan anggaran waktu berpengaruhsignifikan terhadap Perilaku DisfungsionalAuditor dengan nilai signifikansi 0,000 lebihkecil dari 0,05. Perilaku disfungsional audi-tor yang dipengaruhi oleh komitmenprofesional, Locus of Control dan tekanananggaran waktu merupakan ancaman seriusterhadap kualitas audit karena bukti-buktiaudit yang dikumpulkan selama pelaksana-an prosedur audit tidak kompeten dancukup sebagai dasar memadai bagi auditoruntuk menyatakan pendapat mengenaikewajaran laporan keuangan klien yangdiaudit (Tanjung, 2013).

Hipotesis pertama dari penelitian iniadalah Locus of control berpengaruh positifterhadap perilaku disfungsional auditor.Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa

locus of control berpengaruh positif terhadapPerilaku Disfungsional Auditor dengannilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.Hal ini menunjukkan bahwa auditor me-miliki suatu keyakinan mengenai penyebabkesuksesan dan kegagalan yang dialaminyaterjadi karena adanya faktor dalam diriauditor sendiri. Dari hasil penelitian inimenunjukkan bahwa auditor suka bekerjakeras, memiliki inisiatif yang tinggi, selaluberusaha untuk menemukan pemecahansuatu masalah, selalu mencoba untuk ber-pikir seefektif mungkin, mempunyai per-sepsi bahwa usaha harus dilakukan jikaingin meraih kesuksesan (Ghufron, 2010).Locus of control merupakan karakteristik individual yang menunjukkan tingkat keyakinan seseorang tentang faktor-faktor yangberpengaruh atas keberhasilan atau ke-gagalan yang mereka alami (Triono, 2012).

Page 27: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

482 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

Tabel 3Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -.557 .230 -2.425 .017

Locus OfControl .303 .024 .353 12.877 .000

TekananAnggaranWaktu

-.322 .157 -.142 -2.049 .043

KomitmenProfesional .597 .045 .793 13.248 .000

a. Dependent Variable: Perilaku Disfungsional Audit

Seseorang yang meyakini keberhasil-an atau kegagalan yang dialaminya ber-ada dalam kontrolnya disebut memilikilocus of control internal, sebaliknya indi-vidu yang meyakini keberhasilan ataukegagalan yang dihadapinya ditentukanoleh faktor-faktor eksternal (di luarcontrolnya) disebut memiliki locus ofcontrol eksternal. Setiap individu memilikilocus of control tertentu yang beradadiantara kedua ekstrim tersebut.

Locus of control ialah pemikiran se-seorang mengenai sebab sesuatu terjadiatau kekuatan yang dapat mendorongaksinya. (Perception of why thing happens orwhat drives the behavior). Locus of controlberdampak pada perilaku disfungsionalaudit, kepuasan kerja, komitmen organi-sasi dan turnover intention (Donelly et al.,2003). Auditor sebagai individu denganfaktor bawahan juga dapat mempengaru-hi kinerja auditor. Faktor bawahan berupalocus of control, pengalaman dan ke-mampuan yang dirasakan, sedangkanfaktor lingkungan berupa struktur tugas,sistem otoritas formal dan kelompok kerja(Soros dalam Engko dan Gudono, 2007:3).

Auditor dengan locus of control inter-nal akan mempunyai kontribusi positifpada kinerja melaksanakan tugas audit,

oleh karena itu mereka memandang locusof control internal sebagai usaha yangharus dilakukan jika ingin berhasilsedangkan locus of control eksternal di-lakukan pada orang yang kurang sukaberusaha. Locus of control eksternal di-sebabkan oleh faktor luar yang me-ngontrol dan sedikit korelasi antara usahadengan kesuksesan

Menurut konsep yang dikemukakanoleh Rotter mengenai locus of control, ter-dapat dua tipe locus of control, yaitu locus ofcontrolinternal dan locus of control eksternal.Menurut Crider (Ghufron, 2010) terdapatperbedaan karakteristik diantara dua tipetersebut, yaitu: 1) Locus of control internalyang meliputi: suka bekerja keras, memilikiinisiatif yang tinggi, selalu berusaha untukmenemukan pemecahan suatu masalah,selalu mencoba untuk berpikir seefektifmungkin, mempunyai persepsi bahwausaha harus dilakukan jika ingin meraihkesuksesan. 2) Locus of control eksternal:kurang memiliki inisiatif, mempunyai per-sepsi bahwa hanya ada sedikit korelasiantara usaha dan kesuksesan, kurang sukaberusaha, karena percaya bahwa kesuksesandikontrol oleh factor luar, kurang mencariinformasi untuk memecahkan suatu masa-lah (Dewi, 2014).

Page 28: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 483

Samaei et al. (2012) menjelaskan bahwaindividu dengan locus of control eksternalmemiliki kontrol yang kurang terhadapkehidupan mereka dan mereka percayabahwa apa yang terjadi bagi mereka adalahhasil dari faktor eksternal seseorang yangmemiliki locus of control eksternal percayabahwa hasil dan perilaku mereka disebab-kan faktor dari luar dirinya.

Menurut Wuryaningsih (2013), individudengan locus of control eksternal yangrendah memiliki persepsi terhadap kejadianbaik positif maupun negatif sebagai konse-kuensi dari tindakan atau perbuatan dirisendiri dan berada di bawah pengendaliandirinya.

Locus of control merupakan hasil pe-mikiran seseorang mengenai sebab sesuatuterjadi atau kekuatan yang mendorongaksinya. (Perception of why thing happens orwhat drives the behavior). Hyatt dan Prawitt(2001) telah membuktikan bahwa internallocus of control memiliki kaitan dalam pe-ningkatan kinerja dan locus of control inter-nal harusnya memiliki tingkatan yang lebihtinggi dibanding locus of control eksternaldalam sebuah lingkungan audit. Kartikadan Wijayanti (2007) menghasilkan locus ofcontrol sebagai anteseden hubungan kinerjadengan penerimaan perilaku disfungsionalaudit. Penelitian Oktarina (2007) yang me-nunjukkan bahwa locus of control memilikipengaruh positif terhadap kinerja auditor.

Jika individu memiliki locus of controlinternal berarti individu tersebut lebih me-yakini bahwa diri mereka sebagai penentunasib mereka. Individu yang lebih meyakinibahwa sesuatu yang terjadi pada dirimereka karena disebabkan oleh kekuatan diluar dirinya menandakan individu tersebutmemiliki locus of control eksternal (Wintari,2015).

Locus of control merupakan faktor inter-nal yang berpengaruh terhadap penurunankualitas audit. Locus of control merupakantingkat keyakinan seseorang tentang sejauhmana mereka dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilanatau kegagalan yang dialaminya (Rotter,

1966). Dengan mengetahui locus of controldari karakteristik seorang auditor dapat di-perkirakan apakah seorang auditor lebihcenderung melakukan tindakan penurunankualitas audit atau tidak pada suatu kondisitertentu. Beberapa penelitian menyatakanbahwa locus of control berpengaruh terhadapperilaku penurunan kualitas audit (Ratna,2013; Andika, 2008). Tetapi hasil penelitianyang berbeda menemukan bahwa pengaruhlocus of control terhadap perilaku penurunankualitas audit secara statistik tidak signi-fikan (Malone & Robert, 1996).

Hipotesis kedua dari penelitian iniadalah tekanan anggaran waktu berpe-ngaruh positif terhadap perilaku disfungsi-onal auditor. Dari tabel 3 di atas dapatdiketahui bahwa Tekanan Anggaran Waktuberpengaruh negatif terhadap Perilaku Dis-fungsional Auditor dengan nilai signifikan-si 0,043 lebih kecil dari 0,05. Tekanananggaran waktu adalah keadaan yang me-nunjukkan auditor dituntut untuk melaku-kan efisiensi terhadap anggaran waktu yangtelah disusun atau terdapat pembatasanwaktu dan anggaran yang sangat ketat dankaku (Jemada, 2013).

Hal ini menunjukkan auditor me-nyikapi tekanan waktu yakni dengan caramemanfaatkan waktu dengan sebaik-baik-nya guna memaksimalkan kinerja dan men-capai sasaran waktu yang telah ditetapkan.Dalam penelitian ini menunjukkan bahwaauditor tidak terpengaruh walaupun audi-tor dituntut untuk melakukan efisiensiterhadap anggaran waktu yang telah di-susun atau terdapat pembatasan waktu dananggaran yang sangat ketat dan kaku(Jemada, 2013).

Tekanan anggaran waktu didefinisikansebagai kendala yang terjadi pada perikatanaudit karena keterbatasan sumber dayaberupa waktu yang dialokasikan untukmelaksanakan seluruh tugas audit. Tekanananggaran waktu menyebabkan stress indi-vidual yang muncul akibat tidak seimbang-nya tugas dan waktu yang tersedia sertamempengaruhi etika profesional melaluisikap, nilai, perhatian, dan perilaku auditor

Page 29: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

484 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

(Fonda, 2014).Tekanan anggaran waktu berpengaruh

terhadap kualitas audit. Dimana dengantekanan anggaran waktu yang tinggi dapatmenyebabkan menurunnya tingkat kualitasaudit, karena dengan anggaran waktu yangterbatas penyebabkan auditor harus mem-perketat program-program yang dilaksana-kan untuk dapat menyesuaikan denganwaktu yang terbatas, sehingga audit yangdilakukan tidak dapat dilakukan denganlebih teliti dan hati-hati karena adanyabatasan waktu yang telah dianggarkan ter-sebut (Primastuti, 2014).

Tekanan anggaran waktu yang ketatakan meningkatkan tingkat stress auditorkarena auditor harus melakukan pekerjaanaudit dengan waktu yang ketat, bahkandalam anggaran waktu tidak dapat me-nyelesaikan audit dengan prosedur audityang seharusnya. Tekanan anggaran waktuadalah keadaan yang menunjukkan auditordituntut untuk melakukan efisiensi ter-hadap anggaran waktu yang telah disusunatau terdapat pembahasan waktu nggaranyang sangat ketat dan kaku. Tekanan yangdihasilkan oleh anggaran waktu yang ketatsecara konsisten berhubungan dengan peri-laku disfungsional (Aisyah, 2015).

Tekanan anggaran waktu secara konsis-ten berhubungan dengan perilaku dis-fungsional, dimana merupakan ancamanlangsung dan serius terhadap kualitas auditkarena tekanan anggaran waktu merupakankeadaan di mana auditor dituntut untukmelakukan efisiensi terhadap anggaranwaktu yang telah disusun atau terdapatpembatasan waktu dalam anggaran yangsangat ketat dan kaku.

Penelitian (Prasito dan Priyo, 2007)menunjukkan hasil bahwa tekanan anggar-an waktu berpengaruh negatif terhadapkualitas audit. Tekanan anggaran waktuyang dihadapi oleh profesional dalambidang pengauditan dapat menimbulkantingkat stress yang tinggi dan mempe-ngaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor .

Tekanan anggaran waktu berpengaruhterhadap kualitas audit. Dimana dengan

tekanan anggaran waktu yang tinggi dapatmenyebabkan menurunnya tingkat kualitasaudit, karena dengan anggaran waktu yangterbatas menyebabkan auditor harus mem-perketat program-program yang diaksana-kan untuk dapat menyesuaikan denganwaktu yang terbatas, sehingga audit yangdilakukan tidak dapat dilakukan denganlebih teliti dan hati-hati karena adanyabatasan waktu yang telah dianggarkantersebut.

Tekanan anggaran waktu menyebabkanauditor meninggalkan bagian programaudit penting dan akibatnya menyebabkanpenurunan kualitas audit. Pentingnya timebudget pressure terhadap kualitas auditadalah dengan rendahnya tekanan anggaranwaktu akan mampu mengurangi tekananwaktu pelaksanaan dalam melaksanakantugas audit sehingga tugas audit dapatdilakukan dengan lebih hati-hati dan telitisehingga kualitas audit dapat terjaga de-ngan baik (Primastuti, 2014).

Tekanan anggaran waktu (time budgetpressure) merupakan suatu keadaan yangmenunjukkan auditor dituntut melakukanefisiensi terhadap anggaran yang sangatketat dan kaku (Raghunatan, 1991). Ang-garan waktu audit yang ketat dapat meng-akibatkan auditor merasakan tekanan ang-garan waktu (time budget pressure) dalampelaksanaan program audit akibat ketidakseimbangan antara anggaran waktu audityang tersedia dan waktu yang dibutuhkanuntuk penyelesaian program audit.

Ini sesuai dengan penelitian Siman-jutak (2008) yang menyatakan bahwa timebudget pressure berpengaruh negatif ter-hadap kualitas audit, dimana auditorcenderung untuk lebih memilih informasiyang dianggap paling penting dibawahtekanan anggaran waktu, hal ini akan me-nyebabkan pengujian yang telah direncana-kan tidak sepenuhnya dilaksanakan.

Tekanan anggaran waktu berpengaruhnegatif terhadap independensi. Hasil pe-nelitian ini sesuai dengan hasil penelitiansebelumnya oleh Weningtyas (2006) yangmenyatakan bahwa time budget pressure

Page 30: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 485

berpengaruh terhadap independensi.Tekanan anggaran waktu menyebabkan

auditor meninggalkan bagian programaudit penting dan akibatnya menyebabkanpenurunan kualitas audit. Pentingnya timebudget pressure terhadap kualitas auditadalah dengan rendahnya time budgetpressure akan mampu mengurangi tekananwaktu pelaksanaan dalam melaksanakantugas audit sehingga tugas audit dapatdilakukan dengan lebih hati-hati dan telitisehingga kualitas audit dapat terjagadengan baik (Primastuti, 2014).

Tekanan anggaran waktu merupakansatu tipe tekanan yang menunjukkanpotensial mengurangi lingkungan pengen-dalian auditor. Dengan kata lain, ketikaauditor berhadapan dengan anggaran wak-tu yang dirasakan memberikan tekanankarena meningkatnya kompleksitas tugas,masalah yang berasal dari klien, ketidakefisienan auditor itu sendiri dan anggaranwaktu yang tidak realistik mendorongauditor melakukan tindakan yang tidakkonsisten dengan perilaku dan kepercayaanyang diyakini sebelumnya (Gasperz, 2014).

Lord (Jemada, 2013) menyatakan bahwacara respon auditor terhadap tekanananggaran waktu dibedakan menjadi duayakni fungsional dan disfungsional. Tipefungsional dalam menyikapi tekanan waktuyakni dengan cara memanfaatkan waktudengan sebaik-baiknya guna memaksimal-kan kinerja dan mencapai sasaran waktuyang telah ditetapkan, berbeda dengan tipedisfungsional yang memandang tekananwaktu tidak lebih dari sebuah keadaan yangmenekan auditor secara psikologis agarsesegera mungkin menyelesaikan penugas-an sekalipun kualitas audit yang dihasilkanrendah.

Anggaran waktu yang digunakan se-cara tidak benar dapat merugikan. Ang-garan waktu merupakan suatu pedoman,tetapi tidak absolut. Jika auditor me-nyimpang dari program audit apabilaterjadi perubahan kondisi, auditor mung-kin juga terpaksa menyimpang darianggaran waktu. Auditor kadang merasa

mendapat tekanan untuk memenuhi ang-garan waktu guna menunjukkan efisiensi-nya sebagai auditor dan membantu meng-evaluasi kinerjanya, akan tetapi begitusaja mengikuti anggaran waktu juga tidaktepat. Tujuan utama dari audit adalahuntuk menyatakan pendapat sesuai de-ngan standar auditing yang diterimaumum, bukan untuk memenuhi anggaranwaktu (Marfuah, 2011).

Tekanan anggaran waktu yang diberi-kan oleh klien merupakan salah satu faktoryang mempengaruhi kualitas audit. Tekan-an anggaran waktu didefinisikan sebagaikendala yang terjadi pada perikatan auditkarena keterbatasan sumber daya berupawaktu yang dialokasikan untuk melaksana-kan seluruh tugas audit. Tekanan anggaranwaktu menyebabkan stress individual yangmuncul akibat tidak seimbangnya tugas danwaktu yang tersedia serta mempengaruhietika profesional melalui sikap, nilai, per-hatian, dan perilaku auditor (Fonda, 2014).

Alokasi waktu audit yang tidak tepatakan dapat mengakibatkan munculnyaperilaku yang mengancam kualitas audit.Penetapan anggaran waktu audit yangterlalu pendek maupun terlalu panjangakan berdampak pada efektivitas pe-laksanaan audit. Berkurangnya anggaranwaktu menyebabkan perilaku penurunankualitas audit meningkat secara signifikan(Wintari, 2015).

Hipotesis ketiga dari penelitian iniadalah komitmen profesional berpengaruhpositif terhadap perilaku disfungsionalauditor. Dari tabel 3 dapat diketahui bahwakomitmen profesional berpengaruh positifterhadap Perilaku Disfungsional Auditordengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecildari 0,05. Dalam penelitian ini dapat di-ketahui bahwa auditor memiliki sikap yangberdasarkan pendirian atau keyakinan padaprofesi yang dilakukan dan dituntut untukmenjalankan tugas sesuai dengan penge-tahuan dan keahlian profesional yang ber-pedoman pada kode etik profesi (Suhakim,2013).

Komitmen auditor terhadap profesinya

Page 31: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

486 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

merupakan faktor penting yang berpe-ngaruh terhadap perilaku auditor dalammelakukan tugas audit (Silaban, 2011).Komitmen profesional didasarkan padapremis bahwa individu membentuk suatukesetiaan (attachment) terhadap profesiselama proses sosialisasi ketika profesimenanamkan nilai-nilai dan norma-normaprofesi.

Komitmen profesional merupakan ke-kuatan relatif terhadap keterlibatan indi-vidu dalam profesi tertentu, kemauan untukmengerahkan usaha atas nama profesi sertakeinginan untuk mempertahankan keang-gotaan di dalamnya (Wintari, 2015).

Etika profesional dikeluarkan olehorganisasi profesi untuk mengatur perilakuanggota dalam menjalankan praktek profesibagi masyarakat. Setiap profesi yang me-nyediakan jasa, memerlukan kepercayaandari masyarakat yang dilayaninya, sehinggakomitmen profesional merupakan sikapyang berdasarkan pendirian atau keyakin-an pada profesi yang dilakukan dan di-tuntut untuk menjalankan tugas sesuaidengan pengetahuan dan keahlian profesi-onal yang berpedoman pada kode etikprofesi (Suhakim, 2013).

Komitmen profesional afektif (KPA)berhubungan pada sejauh mana individuingin berada pada suatu profesi. Komit-men profesional afektif merupakan ke-terikatan emosional individu terhadapprofesinya yang didasarkan pada identifi-kasi pada nilai-nilai dan tujuan-tujuan pro-fesi dan suatu keinginan untuk membantuprofesi mencapai tujuan-tujuan tersebut.Komitmen auditor terhadap profesinyadalam bentuk afektif dapat timbul sebagaiakibat pertukaran pengalaman positif yangdirasakan dari profesi atau pengembangankeahlian profesional (Silaban, 2011).

Komitmen profesional kontinyu (KPK)berhubungan dengan pada sejauh manaindividual tetap berada pada suatu profesi.Komitmen profesional kontinu merupakanbentuk komitmen seseorang terhadap pro-fesinya yang didasarkan pada pertimbanganbiaya-biaya yang terjadi jika seseorang

meninggalkan profesi. Komitmen profesi-onal kontinyu didasarkan pada Theory ofSide Bets Becker’s, yang berargumen bahwaindividu mempertahankan komitmen de-ngan suatu entitas berkaitan denganakumulasi investasi pada suatu entitas atautidak adanya alternatif yang sebandingdengan entitas tersebut (Nisa, 2013).

Pendapat auditor mengenai kewajaranlaporan keuangan yang diaudit harusdidasarkan pada evaluasi atas bukti-buktiaudit yang diperoleh melalui pelaksanaanserangkaian prosedur audit. Tinggi rendah-nya kepercayaan masyarakat atau penggunalaporan keuangan terhadap akuntan publiksangat bergantung pada kualitas audit yangdihasilkan oleh auditor (Mahardini, 2014).

Meluasnya kebutuhan jasa akuntanpublik yang merupakan pihak independen,menuntut profesi akuntan publik untukmelakukan peningkatan kinerja, agar outputyang dihasilkan dapat diandalkan bagipihak yang membutuhkan. Kinerja KantorAkuntan Publik (KAP) yang berkualitassangat ditentukan oleh kinerja auditor.Kinerja auditor ialah wujud kerja yang di-laksanakan untuk mencapai hasil kerja yanglebih baik atau ke arah tercapainya tujuanorganisasi (Kusnadi, 2015).

Profesi akuntan publik merupakanprofesi kepercayaan masyarakat (Primastuti,2014). Seorang auditor dalam menemukanpelanggaran harus memiliki kompetensiserta sikap kecermatan dan kehati-hatianprofesional. Seorang auditor harus mem-punyai standar umum dalam pengetahuandan keahlian dalam bidang akuntan untukmenjalankan profesinya berdasarkan pro-sedur yang telah ditetapkan (Kurnia, 2014).

Kualitas audit yang baik pada prinsip-nya dapat dicapai jika auditor menerapkanstandar-standar dan prinsip-prinsip audit,bersikap bebas tanpa memihak, patuh ke-pada hukum serta mentaati kode etikprofesi (Manullang, 2010). Auditor dalammenyusun laporan keuangan dituntutuntuk dapat menyampaikan informasi apaadanya (Aisyah, 2015).

Page 32: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 487

Optimalisasi kegiatan audit menjadisalah satu upaya strategis yang dapat di-tempuh dalam mencegah dan memberantaskorupsi. Peranan auditor pemerintah men-jadi sangat penting untuk mendukungupaya ini. Auditor pemerintah harus me-melihara dan meningkatkan kompetensinyasecara terus-menerus agar mampu me-laksanakan pekerjaannya secara profesional.Seorang auditor harus selalu berusahamenghasilkan audit yang berkualitas dalammelaksanakan tugasnya. Hal ini disebabkanauditor memiliki tanggung jawab yangbesar terhadap berbagai pihak yang me-miliki kepentingan terhadap hasil audit(Wintari, 2015).

Laporan audit yang dihasilkan olehseorang auditor haruslah berkualitas karenalaporan audit tersebut dibagikan kepadapara pemakai laporan keuangan sepertipemegang saham dan investor sebagai salahsatu dasar pengambilan keputusan. Ke-percayaan yang besar dari pemakai laporankeuangan yang diberikan kepada akuntanpublik inilah yang akhirnya mengharuskanmereka memperhatikan kualitas audit yangdihasilkannya, namun pada praktiknyamasih banyak kasus yang melibatkanprofesi akuntan publik terkait fee audit danindependensi auditor yang berdampak padadiragukannya kualitas laporan audit yangdihasilkannya (Zam, 2014).

Kegiatan audit tidak terlepas darimasalah keperilakuan, seperti adanya ke-mungkinan seorang auditor melakukanpenyimpangan perilaku (dysfunctional beha-vior) sehingga akan dapat menurunkankualitas audit (Wintari, 2015).

Kualitas audit merupakan segala ke-mungkinan (probability) dimana auditorpada saat mengaudit laporan keuanganklien dapat menemukan pelanggaran yangterjadi dalam sistem akuntansi klien danmelaporkannya dalam laporan keuanganauditan, dimana dalam melaksanakantugasnya tersebut auditor berpedoman padastandar auditing dan kode etik akuntanpublik yang relevan (Aisyah, 2015).

Kualitas audit yang baik dapat di-hasilkan jika auditor dalam menjalankanprofesinya berpedoman pada kode etikakuntan, standar profesi, dan standar akun-tansi keuangan yang berlaku di Indonesia.Setiap auditor harus mempertahankan inte-grasi dan obyektivitas dalam melaksanakantugas, bertindak jujur dan tegas, sehinggadapat bertindak adil tanpa dipengaruhitekanan atau permintaan pihak tertentuuntuk memenuhi kepentingan pribadinya(Gasperz, 2014).

SIMPULAN DAN SARANPenelitian ini memberikan simpulan

sebagai berikut: 1) Locus of control berpe-ngaruh positif terhadap perilaku disfungsi-onal auditor. Hal ini menunjukkan locus ofcontrol ini memiliki peranan bagi seseoranguntuk menentukan tindakan yang akandilakukan, 2) Tekanan anggaran waktu ber-pengaruh negatif terhadap perilaku dis-fungsional auditor. Hal ini menunjukkanauditor menyikapi tekanan waktu yaknidengan cara memanfaatkan waktu dengansebaik-baiknya guna memaksimalkan kiner-ja dan mencapai sasaran waktu yang telahditetapkan, 3) Komitmen profesional ber-pengaruh positif terhadap perilaku dis-fungsional auditor. Artinya komitmen audi-tor terhadap profesinya merupakan faktorpenting yang berpengaruh terhadap peri-laku auditor dalam melakukan tugas audit.

Dari hasil penelitian, maka dapat di-sarankan: 1) Auditor dapat mengendalikanlocus of controlnya untuk menekan perilakudisfungsional auditor. Auditor dapat me-ngatur tekanan anggaran waktunya untukmenekan perilaku disfungsional auditor.Auditor dapat meningkatkan komitmenprofesionalnya untuk menekan perilakudisfungsional auditor, 2) KAP dapat me-ngadakan pelatihan pengaturan locus ofcontrol agar menekan perilaku disfungsionalauditor. KAP dapat mengadakan pelatihanpengendalian tekanan anggaran waktuagar menekan perilaku disfungsional audi-tor. KAP dapat mengadakan pelatihan pe-ningkatan komitmen profesional agar mene-

Page 33: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

488 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

kan perilaku disfungsional auditor, 3) Pe-neliti lain dapat mnggunakan hasil pe-nelitian ini untuk mengembangkan peneliti-an lanjutan. Peneliti lain dapat mengguna-kan hasil penelitian ini sebagai data untukpenelitian lanjutan.

DAFTAR PUSTAKAAisyah, E. A. 2015. Hubungan Pengalaman,

Time Budget Pressure, dan Kompensasiterhadap Kualitas Audit Pada KantorAkuntan Publik (KAP) di Semarang.Accounting Analysis Journal 4(1).

Andika, C. E. G. 2008. Pengaruh TekananWaktu, Locus Of Control Dan Komit-men Profesional Terhadap PerilakuPenurunan Kualitas Audit. Tesis. Uni-versitas Gajah Mada.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar EvaluasiPendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Dewi. 2014. Pengaruh Locus of Control danMotivasi Belajar terhadap PrestasiBelajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPSSMA Negeri 2 Sleman Tahun Ajaran2013/2014. Skripsi. Universtas NegeriYogyakarta.

Donelly, D. P., J. J. and Quirin, D. O’Bryan2003. Auditor Acceptance of Dysfuncti-onal Auditor Behavior: An ExplanatoryModel Using Auditor’s PersonalCharacteristic. Behavioral Research inAccounting 15.

Engko, C dan Gundono. PengaruhKompleksitas Tugas dan Locus ofControl Terhadap Hubungan AntaraGaya Kepemimpinan dan KepuasanKerja Auditor, Simposium NasionalAkuntansi X, AMKP-08, Makassar, 2007.

Fonda, A J. 2014. Pengaruh Tekanan Ang-garan Waktu, Tipe Kepribadian Audi-tor, Independensi dan KompetensiAuditor terhadap Kualitas Audit, (Studipada Auditor KAP di Semarang).Skripsi. Universitas Diponegoro.

Gasperz. J. 2014. Pengaruh Tekanan Ang-garan Waktu sebagai Variabel Moderasiterhadap Hubungan antara FaktorIndividu dan Kualitas Audit. Jurnal

Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Per-bankan 3(1): 33-45.

Ghufron. 2010. Teori-teori Psikologi. Ar-RuzzMedia. Yogyakarta.

Hyatt, T. A. and D. F. Prawitt. 2001. Doescongruence between audit structureand employee locus-of-control affect jobperformance? The Accounting Review. 76(2): 263-274.

Jemada, M. 2013. Pengaruh Tekanan Ang-garan Waktu, Kompleksitas Tugas danReputasi Auditor terhadap Fee Auditpada Kantor Akuntan Publik (KAP) diBali. E-Jurnal Akuntansi 3(3): 132-146.

Kartika, I. and P. Wijayanti. 2007. Locus ofCotrol Sebagai Anteseden hubunganKinerja dan Penerimaan Perilaku Dis-fungsional Audit. SNA X. Makassar.

Kurnia, W. 2014. Pengaruh Kompetensi,Independensi, Tekanan Waktu, danEtika Auditor terhadap Kualitas Audit.e-Journal Akuntansi Fakultas Ekonomi1(2): 49-67

Kusnadi, I. M. G. 2015. Pengaruh Profesi-onalisme dan Locus of Control terhadapKinerja Auditor di Kantor AkuntanPublik Provinsi Bali. E-jurnal Akuntansi.13(1): 276-291.

Mahardini, N. M. 2014. Pengaruh Etikaprofesi dan Tekanan Anggaran Waktuterhadap Perilaku Disfungsional Audi-tor (Studi Kasus pada Kantor AkuntanPublik di Provinsi Bali). e-Journal.Jurusan Akuntansi Universitas PendidikanGanesha 2(1).

Malone, C. F., and R. W. Robert. 1996.Factors Associated With the Incidenceof Reduced Audit Quality Behavior.Auditing: A Journal of Practice an Theory.15(2): 49-64.

Manullang, A. 2010. PengaruhTekananAnggaran Waktu dan Resiko Kesalahnterhadap Penurunan Kualitas Audit.Jurnal Fokus Ekonomi 5(1): 81–94.

Marfuah, S. 2011. Pengaruh Tekanan Ang-garan Waktu terhadap Perilaku Dis-fungsional Auditor dalam PerspektifTeori Stress Kerja. Skripsi. UniversitasDiponegoro. Semarang.

Page 34: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Locus Of Control ...– Hartanto 489

Nisa, F. F. 2013. Analisis Faktor Eksternaldan Internal yang MempengaruhiPenghentian Prematur atas ProsedurAudit (Studi Empiris pada KAP diSemarang). Skripsi. Universitas Dipo-negoro. Semarang.

Oktarina, E. 2007. Pengaruh KomitmenOrganisasi, Locus of Control TerhadapKinerja Audit. Skripsi. FISE UNYYogyakarta.

Prasita, A, dan P. H. Adi. 2007. PengaruhKompleksitas Auditdan Tekanan Ang-garan Waktu terhadap Kualitas Auditdengan Moderasi Pemahaman terhadapSistem Informasi. Jurnal Ekonomi danBisnis XIII(1): 54-78.

Primastuti, F. D. 2014. Pengaruh TimeBudget Pressure terhadap Kualitasaudit dengan Independensi sebagaiVariabel Intervening. Accounting Ana-lysis Journal 3(4).

Raghunathan, B. 1991. Premature Signing-Off of Auditor Procedure an Analysis.Accounting Horizon 5(2): 71-79.

Ratna, P. H. 2013. Pengaruh Tekanan Wak-tu, Locus Of Control Dan KomitmenProfesional Terhadap Perilaku Pe-nurunan Kualitas Audit. Tesis. Uni-versitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Rotter, J. 1966. Generalized Expectancies forInternal Versus External Control of Re-inforcement. Psycological Monographs:General and Applied.

Samaei, L., Z. N. Ramezani., & A. S. H.Semnani. 2012. Relationship betweenLocus of Control (Internal-External) anda Feeling of The Loneliness betweenAthletic and Non Athletic Girls.E-Jurnal diunduh 2 Juni 2015 darihttp://search.proquest.com.

Saputri, I. G, dan A. Yuli. 2015. PengaruhSifat Machiavellian dan Tipe Kepribadi-an pada Perilaku Disfungsional Audi-tor. e-Journal Ekonomi dan Bisnis Uni-versitas Udayana 4(02): 70-86.

Silaban, A. 2011. Pengaruh MultidimensiKomitmen Profesional terhadap Peri-laku Audit Disfungsional. Jurnal Akun-tansi & Auditing 8(1): 1-94.

Simanjutak, P. 2008. Pengaruh Time Bud-get Pressure Dan Kesalahan TerhadapPenurunan Kualitas Audit (ReducedAudit Quality) (Study Empiris PadaAuditor KAP Di Jakarta). Tesis. Uni-versitas Diponegoro. Semarang.

Slovin. 2012. Rumus Menentukan JumlahSampel, http://repository.upi.edu/operator/upload/s_l0451_0607089_chapter3.pdf Diunduh tanggal 21September 2013.

Suhakim, A. I. 2013. Pengaruh gender,Locus of Control, komitmen profesi dankesadaran etis terhadap perilaku audi-tor dalam situasi konflik. http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengaruh-gender-locus-of-control.html Diunduhtanggal 21 September 2013

Sulistyawati, A I. 2014. PengembanganModel Perilaku Auditor Melalui EtikaAuditor. Seminar Nasional dan Call forPapers UNIBA 2014. Universitas Sema-rang. Semarang.

Sunarto, G. W. 2010. Pakematik StrategiPembelajaran Inovatif Berbasis TIK.Jakarta.

Tanjung, R. 2013. Pengaruh KarakteristikPersonal Auditor dan Time BudgetPressure terhadap Perilaku Disfungsi-onal Auditor. (Studi Empiris pada KAPdi Kota Padang dan Pekanbaru). Skripsi.Universitas Negeri Padang.

Triono, H. 2012. Pengaruh Locus of Control,Komitmen Organisasional, dan Posisiterhadap Penerimaan Perilaku Dis-fungsional Audit (Studi Kasus padaKantor Akuntan Publik di Kota Sema-rang). Prosiding Seminar Nasional. ForumBisnis & Keuangan I, Th. 2012 halaman152. Semarang: Forum Bisnis & Ke-uangan

Weningtyas, S., D. Setiawan., dan H. Tri-atmoko. 2006. Penghentian PrematurAtas Prosedur Audit. Jurnal SimposiumNasional IX. Padang, 23-26 Agustus 2006.

Wijayanti. 2013. Pengambilan Sampel Ber-dasarkan Peringkat pada Analisis Re-gresi Linear Sederhana. Jurnal Gaussian2(3): 209-218.

Page 35: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

490 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 473 – 490

Wintari, N. W. W. I. 2015. PengaruhTekanan Anggaran Waktu, Locus ofControl, dan Komitmen Profesionalpada Perilaku Penurunan KualitasAudit. Jurnal Buletin Studi Ekonomi20(2).

Wuryaningsih. 2013. Analisis PengaruhLocus of Control Pada Kinerja Karya-

wan. Jurnal Publikasi Ilmiah. UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Zam, D. 2014. Pengaruh Tekanan AnggaranWaktu (Time Budget Pressure) FeeAudit dan Independensi Auditor ter-hadap Kualitas Audit Jurnal Eproc.Telkom University

Page 36: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

455

PENGUKURAN KINERJA BISNIS MELALUI PENDEKATAN BALANCEDSCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

[email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember

ABSTRACT

The aim of this study is Analyzing the business performance using balanced scorecard approach and AnalyticalHierarchy Process (AHP). The population in this study were all employees and members of BMT-UGT Sidogiri.The sampling technique was Stratified Random Sampling for employees and convenience random sampling forBMT-UGT members Sidogiri. level positions (positions) of employees at BMT-UGT Sidogiri be the foundationof a random sample and tiered. The research sample used in this study were 42 employees and 212 members ofBMT-UGT Sidogiri. The results showed: (1). balanced scorecard approach, showed the financial perspective(BMT-UGT Sidogiri conditions were good); perspective of satisfaction (satisfied with the services Sidogiri BMT-UGT); internal business perspective (increasing the number of business units); learning and growth perspective(employee productivity has increased); (2). The analysis perspective Balanced Scorecard using AHP Analysis ofthe individual perspective Balanced Scorecard by using AHP shows that the perspective is considered the mostinfluential on the performance of the company is customer perspective that has the highest weight value, whilethe factor most considered to have the highest influence on the customer's perspective is the growing number ofmembers. In other hand, internal business perspective has lowest value as a result of AHP analysis.

Key words : balanced scorecard, AHP, performance

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah mengetahui kinerja bisnis dengan pendekatan balanced scorecard danmengetahui perspektif yang lebih berpengaruh terhadap kinerja bisnis dengan menggunakan metodeAnalytical Hierarchy Process (AHP). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan dananggota BMT-UGT Sidogiri Pasuruan. Teknik pengambilan sampel adalah Stratified Random Samplinguntuk karyawan dan convenience random sampling untuk anggota BMT-UGT Sidogiri. Dasar yangdigunakan dalam pengambilan sampel secara random dan berjenjang adalah level jabatan (posisi)karyawan pada BMT-UGT Sidogiri. Sampel penelitian yang digunakan 42 orang karyawan dansebanyak 212 orang anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) dengan pendekatan balancedscorecard, pada perspektif keuangan (kondisi BMT-UGT Sidogiri adalah baik); prespektif kepuasan(puas dengan pelayanan jasa BMT-UGT Sidogiri); prespektif bisnis internal (mengalamipeningkatan jumlah unit bisnis); prespektif pertumbuhan dan pembelajaran (produktivitaskaryawan mengalami peningkatan); (2) analisis terhadap masing-masing perspektif BalancedScorecard dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process menunjukkan bahwa perspektif yangdianggap paling berpengaruh terhadap kinerja bisnis adalah perspektif pelanggan, sedangkan faktoryang paling dianggap memiliki pengaruh tertinggi dari perspektif pelanggan adalah pertambahanjumlah anggota, namun, perspektif bisnis internal memiliki bobot penilaian terkecil pada hasil analisisAHP.

Kata Kunci: balanced scorecard, AHP, kinerja

PENDAHULUANKunci persaingan dalam pasar global

adalah kualitas total yang mencakup pe-nekanan-penekanan pada kualitas produk,

kualitas biaya atau harga, kualitas pe-layanan, kualitas penyerahan tepat waktu,kualitas estetika dan bentuk-bentuk kualitaslain yang terus berkembang guna mem-

Page 37: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

456 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

berikan kepuasan terus menerus kepadapelanggan agar tercipta pelanggan yangloyal (Hansen dan Mowen, 2009:59). Ke-mampuan perusahaan dalam menciptakankeuntungan kompetitif ini akan mem-perkuat posisi persaingan dalam persainganbisnis dalam jangka panjang.

Perkembangan dunia bisnis jasa ke-uangan berbasis syariah seperti perbankandan koperasi juga berkembang pesat dansemakin kompetitif yang menyebabkan per-ubahan besar dalam persaingan, pemasar-an, pengelolaan sumberdaya manusia danpenanganan transaksi antara perusahaandan konsumen, serta perusahaan denganperusahaan lain. Hanya perusahaan-per-usahaan yang memiliki keunggulan yangmampu memuaskan atau memenuhi ke-butuhan konsumen, mampu menghasilkanproduk yang bermutu, dan juga cost effective(Mulyadi, 2011).

Dalam usaha untuk memenuhi ke-butuhan dan kepuasan pelanggan tentunyapemilik perusahaan harus memulai mem-perbaiki perusahaan, baik itu dari segi pro-duksi, pelayanan, strategi, struktur organi-sasi serta sistem kinerja dari organisasitersebut. Kesuksesan dan perkembanganpada setiap aktivitas bisnis dari manufakturhingga jasa pelayanan bergantung padabagaimana sebuah organisasi memanfaat-kan data penting yang dipunyai. Metodepengelolaan data ini lah yang sedang di-pelajari dan dipelajari kembali oleh per-usahaan kecil maupun besar dimanapununtuk dapat mengukur kinerja perusahaanmasing-masing. Pengukuran kinerja (performance measurement) merupakan penggunaanbukti secara statistik untuk memutuskankemajuan yang sudah ditentukan dalamtujuan organisasi.

Selama ini, aspek keuangan memegangperanan yang sangat penting dalam meng-ukur kinerja perusahaan. Terfokusnya padaaspek financial inilah yang sering membuatperusahaan hanya berorientasi pada pen-capaian keuntungan dalam jangka waktupendek. Kondisi semacam ini menjadikanperusahaan kurang mampu menuntun dan

mengevaluasi perjalanan perusahaan me-lalui lingkungan yang kompetitif. Selain itujuga membuat perusahaan kurang men-dayagunakan asset lain seperti sumber dayamanusia, kepuasan pelanggan, kualitaslayanan, dan lain sebagainya. Adanya ke-pentingan perusahaan dalam meningkatkanperformansi kerja selain aspek keuangan,mengharuskan perusahaan untuk meng-adakan sistem pengukuran kinerja yangdapat merepresentasikan seluruh aktivitasperusahaan baik dari dalam maupun dariluar perusahaan, oleh Karena itu, diterap-kan sistem pengukuran kinerja denganmetode balanced scorecard yang dilihat dariempat perspektif yaitu keuangan, pelang-gan, proses bisnis internal, proses pem-belajaran dan pertumbuhan (Susetyo danSabakula, 2014).

Pengukuran kinerja merupakan suatualat manajemen yang digunakan untuk me-ningkatkan kualitas pengambilan keputus-an dan akuntabilitas, pengukuran kinerjajuga digunakan untuk menilai pencapaiantujuan dan sasaran (Vanany, 2009:74). Peng-ukuran kinerja yang paling mudah dansering digunakan oleh perusahaan adalahpengukuran yang berbasis pada pendekatantradisional yaitu pengukuran kinerja yangbersumber dari informasi keuangan per-usahaan saja. Pengukuran kinerja yang ha-nya menitikberatkan pada sektor keuangansaja kurang mampu mengukur kinerjaharta-harta tak tampak dan harta-hartaintelektual perusahaan. Selain itu peng-ukuran kinerja dengan cara ini juga kurangmampu bercerita banyak mengenai masalalu perusahaan, kurang memperhatikansektor eksternal, serta tidak mampu se-penuhnya menuntun perusahaan ke arahyang lebih baik (Kaplan dan Norton, 2000;Radithya, 2011).

Menurut Lipe dan Salterio (2000);Moisawa (2002); Garrison dan Noreen(2006); balanced scorecard merupakankumpulan ukuran kinerja yang terintegrasidan diturunkan dari strategi perusahaanyang mendukung strategi perusahaansecara keseluruhan.

Page 38: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 457

Balanced Scorecard menerjemahkan misidan strategi organisasi dalam tujuanoprasional dan ukuran kinerja dalam empatperspektif yaitu perspektif keuangan, per-spektif pelanggan, perspektif proses bisnisinternal serta perspektif pembelajaran danpertumbuhan (Hansen dan Mowen, 2009;Susetyo dan Sabakula, 2014).

Menurut Wardhani (1999), Ciptani(2000), dan Mulyadi (2011) konsep balancedscorecard adalah suatu konsep pengukurankinerja yang sebenarnya memberikanrerangka komprehensif untuk menjabarkanvisi ke dalam sasaran-sasaran strategik.Sasaran-sasaran strategik tersebut akan ter-fokus pada satu tujuan umum perusahaansehingga dapat memaksimalkan kinerjaperusahaan. Selanjutnya menurut Safirin(2010) bahwa strategi perusahaan yangtelah didapatkan dari empat perspektifBalanced Scorecard dapat difokuskan denganmenentukan prioritas melalui pendekatanAnalytical Hierarchy Process (AHP).

BMT-UGT Sidogiri merupakan salahsatu koperasi syariah yang berkembangcukup pesat, setiap tahunnya BMT-UGTSidogiri mampu berkembang dengan baikdan dapat membuka beberapa cabang unitpelayanan anggota di kabupaten/kota yangdinilai potensial. Perkembangan ini menjadipemicu agar perusahaan terus menerusdalam meningkatkan kualitas pelayananyang baik agar mampu bertahan dalam per-saingan usaha yang membutuhkan peng-ukuran kinerja yang komprehensif baik darisegi financial dan non financial.

Baitul Maal Wat Tamwil–Usaha Gabu-ngan Terpadu Sidogiri atau biasa disebutBMT-UGT Sidogiri adalah salah satu kope-rasi berbasis syari’ah yang berpusat di kotaPasuruan. BMT-UGT Sidogiri merupakansalah satu koperasi syariah yang ber-kembang cukup pesat, setiap tahunnyaBMT-UGT Sidogiri mampu berkembangdengan baik dan dapat membuka beberapacabang unit pelayanan anggota di kabu-paten/kota yang dinilai potensial. Hinggasaat ini diusianya yang telah mencapai 14tahun lebih BMT-UGT SIDOGIRI telah

membuka 257 cabang unit layanan BMTatau Unit Jasa Keuangan Syari’ah. BMT-UGT Sidogiri telah mencatatkan sebagaikoperasi terbesar ke-3 se-Indonesia dankoperasi syariah terbesar nomor satu secaranasional (http://www.hidayatullah. com,2015).

Tujuan penelitian yang ingin dicapaiadalah sebagai berikut: (1) untuk me-ngetahui kinerja BMT-UGT Sidogiri Pasuru-an dengan pendekatan balanced scorecard?;(2) untuk mengetahui Perspektif yang lebihberpengaruh terhadap kinerja BMT-UGTSidogiri Pasuruan dengan menggunakanmetode Analytical Hierarchy Process.

TINJAUAN TEORETISKonsep Dasar Koperasi Syariah

Koperasi dalam Islam tergolong se-bagai syirkah/syarikah. Lembaga ini adalahwadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan,dan kebersamaan usaha yang sehat, baik,dan halal, maka tak heran jika jejak koperasiberdasarkan prinsip syariah telah ada sejakabad III Hijriyah di Timur Tengah dan AsiaTengah. Bahkan, secara teoritis telah dikemukakan oleh filosuf Islam Al-Farabi As-Syarakhsi dalam Al-Mabsuth, sebagaimanaditulis oleh M. Nejatullah Siddiqi dalamPartnership and Profit Sharing inIslamic Law,ia meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW.Pernah ikut dalam suatu kemitraan usahasemacam koperasi, diantaranya denganSaibin Syarik di Madinah (Syafi’i, 1999).

Kelahiran koperasi syari’ah di Indo-nesia dilandasi oleh keputusan menteri(Kepmen) Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah Republik Indonesia Nomor91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 Sep-tember 2004 Tentang Petunjuk PelaksanaanKegiatan Usaha Koperasi Jasa KeuanganSyariah. Dalam pelaksanaan kegiatannya,koperasi ini bekerja bedasarkan syariat-syariat Islam. Sama halnya dengan koperasikonvensional, koperasi syariah juga me-layani berbagai kepentingan anggotanyaseperti unit simpan pinjam.

Koperasi syariah tidak mengenal ben-tuk ribawi, oleh karena itu bunga atas

Page 39: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

458 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

modal tidak ada dalam koperasi syariah.Konsep bunga diganti dengan sistem bagihasil. Demikian pula dalam hal keber-samaan dalam koperasi syariah bukanlahdiartikan sebagai demokrasi dengan satuorang satu suara, namun, kebersamaanharus diterjemahkan sebagai musyawarah.

Simpanan pokok, wajib, dan sukarela,pada koperasi syariah didirikan atas dasarprinsip syirkah mufawadhah dan syirkatuli-nan. Syirkah mufawadhah adalah perkongsianantara dua orang atau lebih, denganmasing-masing pihak memberikan kontribusi dana (simpanan pokok dan wajib)yang sama, sedangkan simpanan sukarelatergantung pada masing-masing anggota.Bentuk lain adalah syirkatulinan yaitu per-kongsian dua orang atau lebih dengankontribusi dana dari masing-masing ang-gota kongsi bervariasi.

Penilaian Kinerja Dengan PengukuranTradisional

Banyak metode yang telah dikembang-kan untuk melakukan pengukuran kinerjasuatu perusahaan. Dalam manajementradisional, ukuran kinerja yang biasa di-gunakan adalah ukuran keuangan, karenaukuran keuangan ini mudah dilakukan.Kinerja lain, seperti peningkatan kepercaya-an customer terhadap layanan jasa perusaha-an, peningkatan kompetensi dan komitmenpersonal, kedekatan hubungan kemitraanperusahaan dengan pemasok, dan pe-ningkatan cost effectiveness proses bisnisdigunakan untuk melayani customer, diabai-kan oleh manajemen karena sulit peng-ukurannya. Sehingga banyak kesalahanberpikir didalam manajemen tradisional.Penilaian dengan pengukuran kinerjatradisional berdasarkan kinerja keuanganatau yang biasa disebut pengukuran kinerjatradisional menekankan pengukuran kiner-ja perusahaan melalui perhitungan rasio-rasio keuangan (Horne et al., 2009). Hal inijuga dipertegas oleh Anthony dan Govinda-rajan (2003), mengandalkan aspek finansialsaja tidak cukup, bahkan bisa jadi tidakberguna.

Selanjutnya Kaplan dan Norton (2000),menunjukkan beberapa kelemahan penilai-an kinerja tradisional, yaitu: (a) tidak mam-pu mengukur harta-harta yang tidaktampak (intangiable assets) dan harta-hartaintelektual (SDM) perusahaan; (b) peng-ukuran kinerja yang hanya memperhatikanaspek keuangan tidak hanya mampubercerita mengenai masa lalu perusahaandan tidak mampu sepenuhnya menuntunperusahaan ke arah lebih baik.

Penilaian Kinerja Dengan MenggunakanBalanced Scorecard

Balanced Scorecard diciptakan untukmengatasi problem tentang kelemahan sis-tem pengukuran kinerja eksekutif yanghanya berfokus pada perspektif keuangansaja dan cenderung mengabaikan per-spektif nonkeuangan. Kaplan dan Norton(2000); Lee et al. (2010); Danaei dan Amer(2013), dan Yi-Hui (2013), menjelaskan bah-wa untuk mengukur kinerja eksekutif dimasa depan diperlukan ukuran kompre-hensif yang mencakup empat perspektif,meliputi:

Pertama, Perspektif Keuangan (FinancialPerspectie). Pengukuran perspektif keuangandalam penelitian ini diukur melalui rasio-rasio keuangan yang telah ditetapkan olehPeraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecildan Menengah No.35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman penilaian kesehatanKoperasi Jasa Keuangan Syariah dan UnitJasa Keuangan Syariah. Rasio-rasio keua-ngan (Ayvaz dan Pehlivanl, 2011) yangdimaksud, meliputi: (a) rasio modal sendiriterhadap total modal; (b) rasio efisiensi; (c)rasio likuiditas; (d) rasio rentabilitas asset;(e) rasio rentabilitas modal sendiri; dan (f)rasio partisipasi bruto.

Selanjutnya juga ditegaskan dalam Per-aturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecildan Menengah No.35.3/Per/M.KUKM/X/2007, bahwa koperasi dikatakan sehat dariprespektif keuangan apabila: (a) rasio modal sendiri (> 15%); (b) rasio efisiensi ( 1% –84%); (c) rasio likuiditas (26%-34%); (d)

Page 40: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 459

rentabilitas asset (>10%); (e) rentabilitas mo-dal sendiri (>10%); dan (f) rasio partisipasibruto (>75%).

Keua, Perspektif Pelanggan (CustomerPerspective). Perusahaan melakukan identifi-kasi pelanggan dan segmen pasar yangakan dimasuki. Segmen pasar merupakansumber yang akan menjadi komponenpenghasilan tujuan keuangan perusahaan.Segmen pasar merupakan sumber yangakan menjadi komponen penghasilan tuju-an keuangan perusahaan. Dalam perspek-tif ini, Kaplan dan Norton (2000); Julianto(2000) menjelaskan bahwa pengukuran di-lakukan dengan lima aspek utama, yaitu:(a) Pengukuran pangsa pasar. Pengukuranterhadap besarnya pangsa pasar perusahaanmencerminkan proporsi bisnis dalam satuarea bisnis tertentu yang diungkapkandalam bentuk uang, jumlah pelanggan, atauvolume yang terjual atas unit produk yangterjual; (b) Retensi pelanggan. Pengukurandapat dilakukan dengan mengetahui besar-nya persentase pertumbuhan bisnis denganjumlah pelanggan yang saat ini dimilikiperusahaan; (c) Akuisisi pelanggan. Peng-ukuran dapat dilakukan melalui persentasejumlah penambahan pelanggan baru yangperbandingan total penjualan dengan jum-lah pelanggan baru yang ada; (d) Kepuasanpelanggan. Pengukuran terhadap tingkatkepuasan pelanggan ini dapat dilakukandengan berbagai macam teknik diantara-nya: survei melalui surat (pos), wawancaramelalui telepon atau personal interview.

Ketiga, Perspektif Proses Bisnis Internal(Bisnis Internal Perspective). Didalam per-spektif proses bisnis internal ini ada tigatahap yang harus dilakukan yaitu: (a) TahapInovasi. Proses inovasi merupakan salahsatu kritikal proses, dimana efisiensi danefektivitas serta ketetapan waktu dari pro-ses ini akan mendorong terjadinya efisiensibiaya pada proses penciptaan nilai tambahbagi customer; (b) Tahap Operasi. Padatahapan ini mencerminkan aktivitas yangdilakukan oleh perusahaan mulai daripenerimaan order dari customer, pembuatan

produk/jasa sampai dengan pengirimanproduk/jasa tersebut kepada pelanggan.Pada tahap ini pengukuran kinerjanyadapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:kualitas, biaya, dan waktu; (c) Tahap PurnaJual. Perusahaan pada tahap ini berusahauntuk memberikan manfaat tambahan ter-hadap para pelanggan yang telah meng-gunakan produk/jasa yang dihasilkan olehperusahaan. Hal ini dilakukan agar paracustomer mempunyai loyalitas terhadapperusahaan (Kaplan dan Norton, 2000).

Keempat, Perspektif Pertumbuhan danPembelajaran (Growth and Learning Perspec-tive). Perspektif ini mengukur hal-hal yangberhubungan dengan sumber daya manu-sia. Terdapat tiga dimensi yang harusdiperhatikan didalam perspektif ini yaitu:(a) Kemampuan Karyawan. Pengukurandilakukan atas tiga hal pokok yaitu peng-ukuran terhadap kepuasan karyawan, peng-ukuran terhadap perputaran karyawandalam perusahaan, dan pengukuran ter-hadap produktivitas karyawan; (b) Ke-mampuan Sistem Informasi. Pengukuranperusahaan dapat dilakukan dengan meng-ukur prosentase ketersediaan informasiyang diperlukan oleh karyawan mengenaipelanggannya, persentase ketersediaaninformasi mengenai biaya produksi danlain-lain; (c) Motivasi, Pemberian We-wenang, dan Pembatasan Karyawan. Peng-ukuran dapat dilakukan melalui beberapadimensi, yaitu: (1) Pengukuran terhadapsaran yang diberikan kepada perusahaandan diimplementasikan; (2) Pengukuranatas perbaikan dan peningkatan kinerjakaryawan; (3) Pengukuran terhadap keter-batasan individu dalam organisasi (Kaplandan Norton, 2000:139; Rangkuti, 2011).

Menentukan tujuan dan ukuran yangberkaitan dengan kemampuan karyawanada tiga hal yang dipertimbangkan padapenelitian ini yaitu: (a) Produktivitas karya-wan. Produktivitas karyawan adalah suatuukuran hasil, dampak keseluruhan usahapeningkatan moral dan keahlian karyawan,inovasi, dan kepuasan pelanggan. Tujuan-

Page 41: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

460 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

nya adalah membandingkan keluaran yangdihasilkan oleh para karyawan denganjumlah yang dikerahkan untuk menghasil-kan keluaran tersebut. Ada banyak carauntuk mengukur produktivitas kerja dansalah satu ukuran produktivitas yangpaling sederhana adalah pendapatan perkapita; (b) Persentase Pelatihan Karyawanyang Terampil. Pembinaan dan pengemba-ngan sumber daya manusia merupakanprioritas yang perlu diperhatikan. Hal inidilakukan dalam upaya untuk meningkat-kan kompetensi dalam mengelola mana-jemen, sehingga karyawan dapat terusberkembang dan terampil dimasing-masingunit kerja; (c) Kepuasan karyawan. Ke-puasan kerja secara keseluruhan saat inidipandang sangat penting oleh sebagianbesar perusahaan dan hal ini merupakanprakondisi untuk meningkatkan produkti-vitas, daya tanggap mutu, dan layananpelanggan. Untuk mencapai kepuasankaryawan, maka pihak manajer dapat me-lakukan survey secara rutin.

Menurut Lasdi (2002), beberapa elemenemployee satisfaction tentang keterlibatandalam pengambilan keputusan, meliputi:(a) Pengakuan; (b) Akses untuk memper-oleh informasi; (c) Dorongan aktif untukmelakukan kreativitas dan inisiatif; (d)Dukungan atasan. Kesenjangan dalamaspek finansial, pelanggan, dan prosesintern perusahaan dapat dideteksi denganmenggunakan Balanced Scorecard.

Kesenjangan dalam aspek finansial,pelanggan, dan proses internal perusahaandapat dideteksi dengan menggunakanbalanced scorecard. Perusahaan dapat me-lakukan perbaikan kinerja dan mengurangikesenjangan tersebut dengan melaksanakanprogram pelatihan karyawan dan perbaikansistem secara berkelanjutan yang diselaras-kan dengan prosedur (Wardhani, 1999;Khusna et al., 2016). Balanced Scorecard me-nekankan pada upaya perusahaan inves-tasi untuk kepentingan dimasa datang,meliputi investasi manusia, sistem dan pro-sedur. Manusia atau karyawan perusahaanperlu diberikan pelatihan secara rutin untuk

menambah keahlian atau kemampuan da-lam rangka memenuhi perubahan tuntunanpelanggan dan lingkungan. Sistem perludiperbaiki dengan memanfaatkan teknologiinformasi. Perspektif ini mengukur betapapentingnya suatu organisasi bisnis untukterus memperhatikan karyawannya, me-mantau kesejahteraan karyawan dan me-ningkatkan pengetahuan karyawan. Me-ningkatnya tingkat pengetahuan karyawanakan meningkatkan kemampuan karyawanuntuk berpartisipasi dalam pencapaianhasil tujuan perusahaan (Pratiwi, 2010;Gunawan, 2015).

Menurut Mulyadi (2011), keunggulankonsep balanced scorecard dalam sistemperencanaan strategik adalah mampumenghasilkan rencana strategik yang me-miliki karakteristik; (a) komprehensif, yaitubalance scorecard memperluas prespektifyang dicakup dalam perencanaan strategik.Perluasan perspektif rencana strategik keprespektif non keuangan tersebut meng-hasilkan manfaat, antara lain kemampuanorganisasi untuk memasuki lingkunganbisnis yang komplek; (b) Koheren, yaitubalanced scorecard mewajibkan personiluntuk membangun hubungan sebab akibatdi antara berbagai sasaran strategik yangdihasilkan dalam perencanaan strategik; (c)Berimbang, yaitu keseimbangan sasaranstrategik yang dihasilkan oleh sistem pe-rencanaan strategik penting untuk meng-hasilkan kinerja keuangan berjangka pan-jang; (d) Terukur, yaitu keterukuran sasaranstrategik yang dihasilkan oleh sistem pe-rencanaan strategik menjanjikan ketercapai-an berbagai sasaran strategik yang dihasil-kan oleh sistem tersebut.

Hubungan Keempat Prespektif Penilaiandalam Balanced Scorecard Dalam Penilai-an Kinerja

Organisasi yang baik wajib memilikisistem pengukuran kinerja yang kompre-hensif dan sistematis. Pengembangan sistemkomprehensif sangat bermanfaat dalammembantu manajer untuk menterjemahkanvisi dan strategi perusahaan ke dalam

Page 42: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 461

ukuran-ukuran kinerja yang saling terkait.Sistem tersebut dinamakan balanced score-card, yang mengkombinasikan ukuranfinansial kinerja masa lalu dengan ukuran-ukuran pemicu kinerja. Balanced Scorecardmengukur kinerja bisnis berdasarkan empatprespektif utama, yaitu finansial, pelang-gan, proses bisnis internal, serta pem-belajaran dan pertumbuhan (Kaplan danNorton, 2000; Giannopoulos, 2013).

Balanced Scorecard menyediakan suatujalur yang memperlihatkan kemajuan per-usahaan dalam mencapai tujuan dansasaran perusahaan. Tentu saja hal ini dapatmemotivasi manajemen dan karyawanuntuk mengukut kinerja mereka dalamusaha mencapai tujuan perusahaan. Konsephubungan sebab akibat memegang perananpenting dalam balanced scorecard terutamadalam penjabaran tujuan dan pengukuranmasing-masing prespektif. Empat prespektiftersebut mempunyai hubungan antara satudengan yang lainnya yang penjabarannyamerupakan suatu strategic objectives yangmenyeluruh dan saling berhubungan.

Prespektif pembelajaran dan pertumbu-han, dimana perusahaan memunyai suatustrategi untuk meningkatkan produktivitasdan komitmen personil. Akibat dari pe-ningkatan produktivitas dan komitmen daripersonil akan meningkatkan pula kualitasproses layanan pelanggan dan proses layan-an pelanggan akan terintegrasi. Keper-cayaan pelanggan dan kepuasan pelangganakan meningkat pula yang terlhat dariperspektif pelanggan. Tiga perspektif se-belumnya akan bermuara pada perspektifkeuangan yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan penjualan, pe-ningkatan cost effectiveness, dan peningkatanreturn.

Meningkatnya komitmen dan produkti-vitas dalam perusahaan akan mampu me-ningkatkan kualitas proses layanan pe-langgan dan akhirnya akan menciptakankepercayaan terhadap pelanggan. Keper-cayaan merupakan modal yang sangatpenting bagi perusahaan dalam menunjangkeberhasilan dimasa yang akan datang.

Tanpa adanya dukungan dari pelangganperusahaan akan mengalami kesulitan, halini disebabkan karena pelanggan merupa-kan salah satu faktor penunjang yangsangat penting. Pada akhirnya semua itubermuara pada prespektif keuangan yangberdampak pada peningkatan return per-usahaan yang ditandai dengan meningkat-nya laba perusahaan (Denton dan White,2000).

Metode Analytical Hierarchy Process(AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) di-gunakan dalam menyederhanakan masalahyang kompleks dan tidak terstruktur, stra-tegik dan dinamik menjadi bagian-bagian,serta menjadikan variabel dalam suatutingkatan hirarki. Metode Analytical Hierar-chy Process (AHP) dikembangkan olehThomas L. Saaty dan merupakan salah satumetode yang dapat digunakan dalampengambilan keputusan dengan memper-hatikan faktor-faktor persepsi, preferensi,pengalaman dan intuisi. AHP menggabung-kan penilaian-penilaian dan nilai-nilai pri-badi kedalam satu cara yang logis. Masalahyang kompleks terdiri dari lebih dari satumasalah, struktur masalah yang belum jelas,ketidakpastian pendapat dari pengambilkeputusan, serta ketidakakuratan data yangtersedia (Chan dan Lilian, 2006; Chu danCheng, 2007; Cebeci, 2009; Lee et al., 2010)

Metode ini juga menggabungkan ke-kuatan dari perasaan dan logika pada ber-bagai persoalan, lalu mensintesis berbagaipertimbangan yang beragam menjadi basilyang cocok dengan perkiraan kita secaraintuitif sebagai mana yang dipresentasikanpada pertimbangan yang telah dibuat(Saaty, 2008; Yi-Hui, 2013). Menurut Chudan Cheng (2007); Atmanti, (2008); Cebeci(2009); Lee et al. (2010); Wakchaure danNeeraj (2012), Ohdar dan Kumar, (2012)dalam menyelesaikan persoalan denganmetode Analytical Hierarchy Process (AHP)ada beberapa prinsip dasar yang harusdipahami antara lain: (1) decomposition; (2)

Page 43: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

462 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

comparative judgement; (3) comparative judge-ment; (4) synthesis of priority; dan (5) logicalconsistency.

Metode Analytical Hiearachy Process(AHP) digunakan untuk mendapatkan bo-bot kinerja berdasarkan bagaimana prefe-rensi dari pengambilan keputusan terhadaptingkat kepentingan dari masing-masingprespektif, kelompok metrik dan KPI’S.Kriteria dan sub kriteria dalam kontekssystem pengukuran kinerja dengan meng-gunakan model Balanced Scorecard adalahberupa perspektif, kelompok metrik danindikator kinerja kunci (Chu dan Cheng,2007; Vanany, 2009; Lee et al., 2010).

METODE PENELTIANJenis dalam penelitian ini adalah pe-

nelitian deskriptif, yaitu menganalisis kiner-ja Koperasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruandengan menggunakan pendeketan BalancedScorecard dan AHP. Langkah-langkah dalampenerapan metode AHP, yaitu: (a) men-definisikan masalah dan menentukan solusiyang diinginkan; (b) membuat strukturhirarki; (c) membuat matrik perbandingan

berpasangan; (d) menghitung nilai eigen danmenguji konsistensinya; (e) mengulangilangkah (c) dan (d) untuk seluruh tingkathirarki; (f) menghitung eigen vector darisetiap matrik perbandingan berpasangan;(g) memeriksa konsistensi hirarki, jika nilaiConsistency Ratio (CR) lebih dari 10%, makapenilaian data harus diperbaiki.

Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh karyawan dan anggota BMT-UGTSidogiri yang berlokasi di Pasuruan, yaitusebanyak 2.262 orang, dengan rincia: 2.121orang anggota dan 141 orang karyawan.Sampel dalam penelitian ini adalah se-bagian karyawan dan anggota BMT-UGTSidogiri Pasuruan. Teknik pengambilansampel adalah Stratified Random Samplinguntuk karyawan dan convenience randomsampling untuk anggota BMT-UGT Sidogiri.Dasar yang digunakan dalam pengambilansampel secara random dan berjenjangadalah level jabatan (posisi) karyawan padaBMT-UGT Sidogiri. Penentuan jumlah sam-pel menurut Neuman (2000) sebagaiberikut:

Tabel 1Rasio Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah Populasi Rasio SampelKurang dari 1.000 30%1.000 – 10.000 10%Lebih dari 150.000 1%Lebih dari 10.000.000 0,025%

Sumber : Neuman (2000 : 208)

Sampel penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah sebanyak 212anggota koperasi dan 42 karyawan BMT-UGT Sidogiri Pasuruan dengan teknikconvenience random sampling. PendekatanBalanced Scorecard menggunakan 4 per-spektif untuk mengukur kinerja BMT–UGTSidogiri Pasuruan, dimana definisi operasi-onal variabel penelitian dari masing-masingperspektif adalah sebagai berikut:

Pertama, Perspektif keuangan, meliputivariabel: (1) rasio modal sendiri adalah rasio

yang mengukur kemampuan koperasiBMT-UGT Sidogiri Pasuruan BMT-UGTSidogiri Pasuruan dalam menghimpun mo-dal sendiri atas total modal yang dimiliki;(2) rasio efisiensi adalah kemampuan kope-rasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruan dalammemberikan pelayanan yang efisien kepadaanggotannya atas penggunaan asset yangdimiliki. Rasio ini merupakan perbandinganantara biaya operasional terhadap pen-dapatan operasional; (3) likuiditas adalahkemampuan koperasi BMT-UGT Sidogiri

Page 44: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 463

Pasuruan untuk memenuhi kewajibanjangka pendek; (4) rentabilitas asset adalahkemampuan koperasi BMT-UGT SidogiriPasuruan menghasilkan laba atas total assetyang digunakan; (5) rentabilitas modal sen-diri adalah kemampuan koperasi BMT-UGTSidogiri Pasuruan menghasilkan laba de-ngan total modal sendiri yang digunakan;(6) rasio partisipasi bruto adalah jumlahpartisipasi bruto terhadap total partisipasidan transaksi non anggota koperasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruan

Kedua, Perspektif pelanggan, meliputivariabel: (1) penguasaan pasar (market share)adalah kemampuan BMT-UGT SidogiriPasuruan dalam menguasai pasar dalamperiode tertentu, yaitu dengan melihatjumlah anggota yang dimiliki; (2) tingkatkepuasan anggota adalah sejauh manatingkat kualitas pelayanan BMT-UGT Sido-giri Pasuruan kepada anggotanya; (3)profitabilitas anggota adalah seberapa besarkeuntungan yang berhasil dicapai BMT-UGT Sidogiri Pasuruan dari pendapatanjasa yang ditawarkan kepada anggotanya.

Ketiga, Perspektif bisnis internal, me-liputi variabel: (1) inovasi melalui pengem-bangan produk dan jasa, adalah sejauhmana peningkatan jaringan unit kerja.Variabel ini diproksikan dengan rasioNetwork Growth Ratio (NGR), yaitu per-bandingan antara delta unit kerja dengan

total unit kerja; (2) Proses operasi yangberkaitan dengan pelayanan kepada ang-gota BMT-UGT Sidogiri Pasuruan. Variabelini diproksikan dengan rasio AdministrativeExpense to Total Revenue (AETR), yaituperbandingan antara biaya administrasidengan total pendapatan.Keempat, Perspektif pertumbuhan danpembelajaran, meliputi variabel: (1) produk-tivitas karyawan adalah produktivitaskaryawan BMT-UGT Sidogiri Pasuruandalam periode tertentu. Produktivitaskaryawan diukur dengan membandingkanantara laba bersih setelah pajak denganjumlah karyawan BMT-UGT Sidogiri; (2)kepuasan karyawan adalah tingkat ke-puasan karyawan terhadap sistem dankebijakan BMT-UGT Sidogiri Pasuruan(Rangkuti, 2011; Kaplan dan Norton, 2000:138; Hannabarger et al., 2007 Lee et al., 2010).

ANALISIS DAN PEMBAHASANHasil Penilaian Kinerja Pada Perspektif

Keuangan. Rasio Modal Sendiri TerhadapTotal Modal BMT UGT Sidogiri pada tahun2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turutadalah 14,71%; 17,52%; 22,79%. Hal ini me-nunjukkan kemampuan koperasi dalammenghimpun modal sendiri dibandingkandengan total modal yang dimiliki, padatahun 2012 dan 2013 kemampuan koperasidalam menghimpun modal berada dalam

Tabel 2Hasil Perhitungan Rasio Keuangan BMT UGT Sidogiri

RASIO 2012 2013 2014 Rata-rataModal Sendiri Terhadap TotalModal(%) 14,71 17,52 22,79 18,34

Efisiensi (%) 77,54 69,49 71,09 72,71Likiuiditas (%) 26,89 30,54 27,08 28,17Rentabilitas Asset (%) 5,83 6,16 5,13 16,67Rentabilitas Modal Sendiri (%) 38,15 36,68 28,03 34,28Partisipasi Bruto (%) 83,27 83,22 87,45 84,65

Sumber: diolah berdasarkan laporan keuangan BMT-UGT Sidogiri, 2012 - 2014

kondisi sehat yaitu berada dikisaran 15%-19%, sedangkan 2014 kemampuan koperasidalam menghimpun modal dapat dikatakan

sangat sehat karena berada diatas 20%.Rasio Efisiensi Modal BMT UGT Sidogiripada tahun 2012, 2013, dan 2014 secara

Page 45: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

464 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

berturut-turut adalah 77,54%; 69,49%;71,09% dimana hal ini menunjukkan ke-mampuan koperasi dalam menghematbiaya pelayanan terhadap partisipasi bruto.Pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kemampu-an BMT UGT Sidogiri dalam menghematbiaya operasional usaha terhadap partisi-pasi bruto dapat dikatakan cukup baikkarena berada pada kisaran 69-84%.

Rasio Likuiditas Modal BMT UGTSidogiri pada tahun 2012, 2013, 2014 secaraberturut-turut adalah 26,89; 30,54; 27,08.Rasio ini menunjukkan kemampuan kope-rasi dalam memenuhi hutang jangka pen-deknya atau kewajiban lancarnya. Padatahun 2012, 2013, dan 2014 BMT UGT Sido-giri dapat dikatakan berada dalam kondisilikuid karena tingkat rasio likuiditasnyaberada 26%-31%.

Rasio Rentabilitas Aset BMT UGTSidogiri pada tahun 2012, 2013, dan 2014secara berturut-turut adalah 5,38%; 6,16%;5,13%. Rasio ini menunjukkan kemampuankoperasi dalam menghasilkan laba terhadaptotal modal. pada tahun 2012, 2013 dan 2014kemampuan BMT UGT Sidogiri dalammenghasilkan laba terhadap total modal

dapat dikatakan cukup baik masih karenaberada dibawah 5%-7,4%.

Rasio Partisipasi Bruto BMT UGTSidogiri pada tahun 2012, 2013, 2014 secaraberturut-turut adalah 83,27%; 83,22%;87,45%. Rasio ini menunjukkan tingkat ke-mampuan koperasi dalam melayani ke-butuhan anggotanya. Pada tahun 2012,2013, 2014 dapat dikatakan BMT UGT Sido-giri sangat mampu untuk melayani ke-butuhan anggota karena berada diatas 75%.

Hasil Penilaian Kinerja Pada PerspektifPelanggan

Pertama, Pangsa Pasar BMT-UGT.Pengukuran pangsa pasar digunakan untukmengetahui sejauh mana BMT-UGT sidogirimampu meningkatkan pangsa pasar yangmampu dikuasai dalam suatu periode ter-tentu. Peningkatan pangsa pasar BMT-UGTSidogiri dapat ditandai dengan mengukurpertambahan jumlah anggota BMT-UGTSidogiri dalam suatu periode tertentu. Hasilanalisis terhadap pangsa pasar BMT-UGTSidogiri dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan perubahan jum-lah anggota BMT-UGT Sidogiri.

Tabel 3Penguasan Pangsa Pasar BMT-UGT Sidogiri

Data Jumlah Anggota BMT-UGT SidogiriTahun 2012 2013 2014 Rata-rata (%)

Jumlah Anggota 5.552 8.871 11.902 31,4Pangsa Pasar 37,4% 25,4%

Sumber: diolah berdasarkan laporan keuangan BMT-UGT Sidogiri, 2012 – 2014

Jumlah anggota BMT-UGT Sidogiriterus mengalami peningkatan sejak tahun2012 hingga tahun 2014. Hal ini me-nunjukkan peningkataan penguasaan pang-sa pasar BMT-UGT Sidogiri yaitu me-ningkat sebesar 37,4% pada tahun 2013 dansebesar 25,4% pada tahun 2014. Per-tambahan jumlah anggota menunjukkansemakin besar pangsa pasarnya.

Kedua, Kepuasan Anggota. Rata-ratatingkat kepuasan anggota BMT-UGT Sido-giri yang diukur dengan menggunakan

skala likert 1-7 diketahui adalah sebesar6,55. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatkepuasan anggota dapat dikatakan sangatpuas karena memiliki nilai rata-rata di atas6. Uji validitas terhadap hasil penelitianmenunjukkan bahwa tingkat signifikansipada masing-masing pertanyaan berada dibawah 5%, hal ini menunjukkan bahwahasil penelitian dapat dikatakan valid. Ujireliabilitas terhadap hasil penelitian me-nunjukkan bahwa nilai Cronbach's Alpha0,727, sehingga hasil penelitian tersebut

Page 46: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 465

masih dapat dikatakan cukup reliable dalampenelitian ini.

Ketiga, Profitabilitas Anggota. Profita-bilitas Anggota digunakan untuk me-ngetahui seberapa besar keuntungan yangmampu dihasilkan oleh BMT-UGT Sidogiri

terhadap jasa yang diberikan terhadapanggotanya. Semakin tinggi nilai profita-bilitas anggota artinya semakin besar pulakeuntungan yang mampu dihasilkan per-usahaan dari anggota. Hasil perhitunganprofitabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4Profitabilitas Anggota BMT-UGT Sidogiri

Tahun Laba BersihSetelah Pajak

PenjualanBersih

ProfitabiltasAnggota (%)

2012 Rp 32.716.977.345 Rp 75.832.760.114 43,142013 Rp 60.315.433.636 Rp 118.888.270.944 50,732014 Rp 68.730.685.880 Rp 119.779.571.413 57,38

Rerata (%) 50,41Sumber: diolah berdasarkan laporan keuangan BMT-UGT Sidogiri, 2012-2014

Tabel 4 menunjukkan hasil perhitunganprofitabilitas anggota dapat terlihat bahwakeuntungan yang dihasilkan BMT-UGTSidogiri sejak tahun 2012 sampai dengan2014 tarus mengalami peningkatan, yaitu43,14% pada tahun 2012, 50,73% pada tahun2013 dan 57,38% pada tahun 2014.

Hal ini menunjukkan kinerja BMT-UGTSidogiri dalam menghasilkan keuntunganpada periode penelitian terus mengalamipeningkatan.

Hasil Penilaian Kinerja Pada PerspektifProses Bisnis Internal

Pertama, Rasio NGR (Network GrowthRatio). Semakin tinggi nilai rasio NGR makatingkat pengembangan bisnis BMT-UGTSidogiri juga semakin meningkat. Hasilpenelitian dapat dilihat pada Tabel 5. HasilRasio NGR menunjukkan bahwa terjadipenurunan pertambahan jumlah unit kerjaBMT-UGT Sidogiri yaitu sebesar 15,95%

pada tahun 2012, 15,17% pada tahun 2013dan 10,89%, walaupun terjadi penurunanpertambahan unit kerja akan tetapi jumlahunit kerja BMT-UGT Sidogiri terus meng-alami kenaikan setiap tahunnya yaitusebesar 190 unit pada tahun 2012; 229 unitpada tahun 2013, dan 257 unit pada tahun2014.

Kedua, Rasio AETR (AdministrativeExpense to Total Revenue). Hasil pengukurankinerja BMT-UGT Sidogiri dengan meng-gunakan rasio AETR dapat dilihat padaTabel 6. Tabel 6 menunjukkan tinggkat efi-siensi dan efektifitas operasional pelayananBMT-UGT Sidogiri. Pada tahun 2013 terjadipeningkatan tingkat efisiensi yaitu sebesar23,83% jika dibandingkan dengan tahunsebelumnya yaitu sebesar 24,71%, namunpada tahun 2014 terjadi penurunan tingkatefisiensi jika dibandingkan dengan 2 (dua)tahun sebelumnya yaitu sebesar 29%.

Tabel 5Rasio NGR BMT-UGT Sidogiri

Tahun Delta Unit kerja Total unit kerja Rasio NGR (%)2012 41 190 15,952013 39 229 15,172014 28 257 10,89

Rata-rata (%) 14,00Sumber: diolah berdasarkan laporan keuangan BMT-UGT Sidogiri, 2012-2014

Page 47: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

466 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

Tabel 6Rasio AETR BMT-UGT Sidogiri

Tahun Biaya Administrasi Total Pendapatan Rasio AETR (%)2012 Rp 24.901.429.965 Rp 100.734.190.079 24,712013 Rp 37.213.606.206 Rp 156.101.877.150 23,832014 Rp 59.440.155.445 Rp 204.928.229.995 29,00

Rerata (%) 25,84Sumber: diolah berdasarkan laporan keuangan BMT-UGT Sidogiri, 2012 - 2014

Hasil Penilaian Kinerja Pada PerspektifPertumbuhan dan Pembelajaran

Pertama, Produktifitas Karyawan.Pengukuran tingkat produktifitas karyawandigunakan untuk mengetahui seberapabesar kontribusi keuntungan yang dihasil-kan masing-masing karyawan terhadap per-usahaan dalam periode tertentu. Semakintinggi nilai produktifitas karyawan makasemakin besar karyawan BMT-UGT Sidogiridapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 me-nunjukkan tingkat produktifitas karyawanBMT-UGT Sidogiri.

BMT-UGT Sidogiri adalah sebesar Rp35.913.257 artinya rata-rata masing-masingkaryawan BMT-UGT Sidogiri memberikankontribusi keuntungan terhadap perusaha-an sebesar Rp 35.913.257, begitu pula padatahun 2103 dan 2014 masing-masing karya-wan memberikan kontribusi keuntunganterhadap perusahaan sebesar Rp53.376.489dan Rp51.253.307. Tahun 2013 tingkat

produktifitas karyawan BMT-UGT Sidogirimeningkat signifikan jika dibandingkantahun sebelumnya atau naik sebesar 32,71%sedangkan pada tahun 2014 tingkatproduktifitas karyawan BMT-UGT Sidogirisedikit mengalami penurunan sebesar 4,1%.

Kedua, Kepuasan karyawan. Berdasar-kan hasil penelitian terhadap kepuasankaryawan BMT-UGT Sidogiri, menunjuk-kan bahwa rata-rata tingkat kepuasankaryawan BMT-UGT Sidogiri yang diukurdengan menggunakan skala likert 1-7 ada-lah sebesar 6,04. Hal ini menunjukkanbahwa tingkat kepuasan karyawan ter-hadap sistem kerja dan kebijakan BMT-UGTSidogiri dapat dikatakan sangat puaskarena memiliki nilai rata-rata di atas 6.

Uji validitas terhadap hasil penelitianmenunjukkan bahwa tingkat signifikansipada masing-masing pertanyaan berada dibawah 5%, hal ini menunjukkan bahwahasil penelitian dapat dikatakan valid.

Tabel 7Produktifitas Karyawan BMT-UGT Sidogiri

Tahun Laba BersihSetelah Pajak

JumlahKaryawan

ProduktivitasKaryawan

2012 Rp 32.716.977.345 911 Rp 35.913.2572013 Rp 60.315.433.636 1.130 Rp 53.376.4892014 Rp 68.730.685.880 1.341 Rp 51.253.307

Rata-rata (%) Rp 46.847.684Sumber: diolah berdasarkan laporan keuangan BMT-UGT Sidogiri, 2012 - 2014

Uji reliabilitas terhadap hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai Cronbach's Alpha0,738, sehingga hasil penelitian tersebutmasih dapat dikatakan reliable digunakandalam penelitian ini.

BMT-UGT Sidogiri Pasuruan pada saatini berada dalam tahap bertumbuh (growth)menuju ke tahap bertahan (sustain). Pe-ningkatan pertumbuhan usaha yang dilaku-kan BMT-UGT Sidogiri Pasuruan sejak ber-

Page 48: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 467

diri hingga saat ini telah hampir mencapaipuncak pertumbuhan bisnisnya. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian BMT-UGTSidogiri yang mencatatkan sebagai Koperasiterbesar ke-tiga (3) se-Indonesia dan Kope-rasi syariah terbesar nomor 1 nasional.Peningkatan kepuasan kinerja karyawanyang dicapai dengan menerapkan sistemkepemimpinan, motivasi dan semangatkerja yang optimal sehingga mampu me-ningkatkan kinerja karyawan BMT-UGTSidogiri Serta mendukung peningkatankinerja BMT-UGT Sidogiri secara ke-seluruhan.

Hasil Analisis Dengan Metode AnalyticalHierarchy Process (AHP)

Hasil analisis dari masing-masing per-spektif Balanced Scorecard menujukkan bobotmasing-masing perspektif yaitu perspektifkeuangan 27%, perspektif pelanggan 59%,perspektif bisnis internal 5%, perspektifpembelajaran dan pertumbuhan 8%. Hasilpembobotan tersebut menunjukkan bahwaperspektif pelanggan memilki nilai tertinggiartinya BMT-UGT Sidogiri lebih memprio-ritaskan terhadap pelayanan pelanggandalam pencapaian kinerja dibandingkandengan aspek-aspek yang lain.

Hasil analisis Analytical Hierarchy Pro-cess terhadap faktor-faktor perspektif ke-uangan menunjukkan bobot masing-masingfaktor yaitu Rasio Modal 61%, rasio likui-ditas 13%, rasio profitabilitas 6%, rasioefisiensi 19%. Hasil pembobotan padafaktor-faktor perspektif keuangan tersebutmenunjukkan bahwa rasio modal memilkinilai tertinggi artinya BMT-UGT Sidogirimenganggap bahwa rasio keuangan lebihberperan dalam mempengaruhi kinerja ke-uangan perusahaan. Secara umum besarkecilnya suatu usaha dapat diukur melaluibesarnya skala usaha perusahaan tersebut.Modal usaha merupakan faktor pentingdalam menetukan peningkatan scala usa-ha, semakin besar yang digunakan makaakan semakin besar pula skala usaha ter-sebut. Selain itu besarnya modal pihak ke-tiga juga menjadi faktor yang cukup pen-

ting untuk perhatikan, semakin besarhutang suatu perusahaan maka bebanbunga perusahaan juga akan semakin besarsehingga akan mengganggu tingkat likui-ditas perusahaan.

Hasil penelitian terhadap faktor-faktorperspektif pelanggan menunjukkan bobotmasing-masing faktor yaitu Jumlah anggota66%; kepuasan anggota 5%, loyalitas ang-gota 17%, kepercayaan anggota 11%. Hasilpembobotan pada faktor-faktor perspektifpelanggan menunjukkan bahwa Jumlahanggota memiliki bobot skor tertinggiartinya BMT-UGT Sidogiri menganggapbahwa jumlah anggota lebih berpengaruhterhadap kinerja perusahaan. Salah satukekuatan dari koperasi adalah dari jumlahanggotanya karena dari sanalah modalusaha dapat dihimpun dan memperbesarpangsa pasar dari koperasi tersebut.

Hasil penelitian terhadap faktor-faktorperspektif bisnis internal menunjukkan bo-bot masing-masing faktor yaitu pertumbuh-an usaha 2%, kualitas layanan jasa 6%,jangkauan layanan 6%, citra perusahaan12%. Hasil pembobotan pada faktor-faktorperspektif bisnis internal menunjukkan bah-wa faktor kualitas layanana jasa memilikibobot skor tertinggi artinya BMT-UGTSidogiri menganggap faktor kualitas layan-an jasa lebih berperan pada aspek bisnisinternal. Kualitas layanan jasa menjadi fak-tor yang lebih berperan dalam memper-tahankan loyalitas anggota semakin baikkualitas layanan jasa maka akan semakinmeningkatkan kepuasan dan loyalitas pe-langgan. Hasil penelitian terhadap faktor-faktor perspektif pertumbuhan dan pem-belajaran menunjukkan bobot masing-masing faktor yaitu loyalitas karyawan9,9%, kepuasan karyawan 58%, keterampil-an karyawan 5%, produktifitas karyawan26%. Hasil pembobotan pada faktor-faktorperspektif pertumbuhan dan pembelajaranmenunjukkan bahwa faktor kepuasankaryawan mimiliki bobot skor paling tinggiartinya BMT-UGT Sidogiri menganggapfaktor kepuasan karyawan menjadi cukupberpengaruh ter- hadap kinerja perusahaan.

Page 49: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

468 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

Hasil Analisis perspektif Balanced Score-card dengan Metode AHP

Metode analisis dengan menggunakanAHP merupakan suatu metode pembobotanuntuk menentukan prioritas atau pemilihansuatu alternatif pilihan. Metode ini adalahsebuah kerangka untuk mengambil ke-putusan dengan efektif atas persoalandengan menyederhanakan dan memper-cepat proses pengambilan keputusan de-ngan memecahkan persoalan tersebut ke-dalam bagian-bagian, menata bagian atauvariabel ini dalam suatu susunan hirarki.

Hasil analisis pembobotan keempatperspektif dalam balanced scorecard denganmetode AHP menunjukkan bahwa per-spektif pelanggan memiliki bobot nilaitertinggi dibandingkan dengan ketiga perspektif lainnya. Faktor utama dalam pe-nentuan kesuksesan sebuah koperasi dapatdilihat dari bagaimana loyalitas anggotakoperasi tersebut terhadap perusahaan.Berbeda dengan jenis usaha lain, salah satukekuatan dari koperasi terletak pada ang-gota koperasi tersebut dimana anggotakoperasi memiliki dua peran yaitu sebagaipemilik usaha dan juga sebagai pelanggan.

Meningkatnya komitmen dan produk-tivitas dalam perusahaan akan mampu me-ningkatkan kualitas proses layanan pelang-gan dan akhirnya akan menciptakan ke-percayaan terhadap pelanggan. Kepercaya-an merupakan modal yang sangat pentingbagi perusahaan dalam menunjang ke-berhasilan dimasa yang akan datang. Tanpaadanya dukungan dari pelanggan perusaha-an akan mengalami kesulitan, hal ini di-sebabkan karena pelanggan merupakansalah satu faktor penunjang yang sangatpenting (Denton dan White, 2000).

Menurut Julianto (2000), Atmanti(2008), Zeithaml et al., (2009), Yi-Hui (2013)bahwa sifat jasa itu adalah customization,artinya jasa itu tidak terstandar karenadidesain khusus untuk kebutuhan itu, olehkarena itulah pelanggan menjadi fokusutama untuk mencapai keunggulan kompe-titif pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa.

Selanjutnya Al-Najjar dan Sabah, (2012),Navaratnaseelana dan Elangkumaran (2014)dalam kajiannya membuktikan bahwa ke-puasan nasabah Bank Komersial sangatdipengaruhi oleh kualitas pelayanan. Be-berapa faktor lain yang mempengaruhikepuasan konsumen adalah kualitas produkdan harga produk dalam produk jasaberupa biaya dalam mendapatkan layananjasa (Jahanshasi et al., 2011; Malik et al.,2012). Menjaga kualitas layanan yang primaterutama dalam perusahaan jasa sangatlahpenting yang bertujuan untuk meningkat-kan kepuasan pelanggan. Ketidakpuasanpelanggan akan berimplikasi terhadap ber-pindah pelanggan kepada penyedia jasalainnya. Dengan demikian, keunggulandalam kualitas layanan merupakan kunciuntuk mencapai kepuasan pelanggan. Pe-rubahan akan tingkat pendidikan konsu-men menyebabkan tuntutan yang tinggi ter-utama dalam industri perbankan maupunlembaga keuangan termasuk koperasikhususnya BMT-UGT Sidogiri.

Sejalan dengan kajian Navaratna-seelana dan Elangkumaran (2014), hasilpenelitian yang dilakukan oleh Malik et al.(2012) juga menegaskan bahwa kepuasanpelanggan dapat meningkatkan pangsapasar yang lebih tinggi. Mempertahankanpelanggan lama dan menarik pelangganbaru merupakan prestasi bagi perusahaandalam memenangkan persaingan bisnis.Kepuasan pelanggan dapat mencegah ter-jadinya perpindahan pelanggan. Sementaraitu, Jahanshasi et al. (2011) memberikangambaran bahwa kepuasan pelanggandapat menciptakan loyalitas pelanggan,namun, Almsalam (2014) mengungkapkanbahwa anteseden dari kepuasan pelangganadalah harapan pelanggan dan kualitaslayanan. Berdasarkan berbagai komparasiempris ini, fenomena yang ada pada BMT-UGT Sidogiri memberikan gambaran yangsejalan dengan beberapa kajian terdahulu,dimana perpektisf pelanggan merupakanunsur yang memiliki bobot paling tinggidalam menentukan kinerjanya.

Menurut Mittal dan Kamakura (2001);

Page 50: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 469

Mosahab et al. (2010) bahwa kepuasan pe-langgan merupakan faktor kunci dalamperusahaan. Selain itu, pelanggan yangpuas akan mengungkapkan kepuasannyakepada orang lain tentang pengalamanmereka baik. Fakta ini,terutama di negara-negara berkembang, di mana kehidupansosial telah berbentuk melalui komunikasisosial masyarakat (Jamal dan Naser, 2002).Meskipun kepuasan telah didefinisikan se-bagai perbedaan antara harapan dankinerja, temuan dari beberapa penelitianmenunjukkan bahwa hasil pelayanan kuali-tas menentukan kepuasan pelanggan.

Merujuk semua kajian terdahulu,harapan BMT-UGT Sidogiri harus terusberupaya untuk fokus pada perspektifpelanggan terutama dalam menciptakanpersepsi positif berdasarkan pengalamananggota. Pengalaman dan persepsi positifakan membangun citra dan kepuasan ang-gota sehingga harapannya adalah terjadiword of mouth (WOM) positif. WOM yangpositif inilah yang tidak saja akan mencegahperpindahan pelanggan namun juga akanmenyebabkan masuknya pelanggan-pelang-gan baru.

Perspektif bisnis internal memilikibobot penilaian terkecil pada hasil analisisAHP. Perspektif bisnis internal dianggapmemiliki pengaruh paling rendah terhadapkinerja dari BMT-UGT Sidogiri. Hal inidikarenakan produk BMT-UGT Sidogiriyang berupa pelayanan jasa, sehingga pro-duk yang dihasilkan melekat pada pelayan-an karyawan terhadap anggotanya. Ang-gota sebagai pelanggan lebih berfokus padapelayanan yang dirasakan dibandingkandengan perspektif bisnis BMT Sidogiri yangdiukur oleh dua indikator, yaitu inovasiyang diproksikan dengan rasio NGR (Net-work Growth Ratio); dan proses operasi yangdiproksikan dengan rasio AETR (Admini-strative Expense to Total Revenue) (Chu danCheng, 2007; Cebeci, 2009; Erbasi et al.,2012).

Selain itu, perspektif bisnis internalmerupakan proses bisnis yang harus di-lakukan perusahaan, dalam jangka pendek

maupun jangka panjang guna mencapaitujuan finansial dan persepsi pelangganyang baik. Sasaran strategis dari perspektifbisnis internal bagi BMT-UGT Sidogiriseharusnya, yaitu: (1) adanya pengemba-ngan produk-produk baru yang dapatdiandalkan untuk mengantisipasi kebutuh-an nasabah akan layanan keuangan se-hingga anggota/pelanggan lama dapat di-pertahankan dan anggota/pelanggan barudapat diperoleh (memperluas pangsa pa-sar), dan (2). Meningkatkan pemanfaatanteknologi informasi dan kerja sama denganpihak ketiga, sehingga bertujuan untukmemberikan pelayanan yang berkualitaskepada para anggota dan untuk memper-lancar bergulirnya proses diseluruh bagianBMT-UGT Sidogiri. Pemanfaatan teknologibagi karyawan dalam memberikan layanankepada anggota/pelanggan dapat mengura-ngi tingkat kesalahan dalam pemberianlayanan di BMT-UGT Sidogiri. Sedangkanhal lain dalam pemanfaatan teknologi yangterkait dengan pihak ketiga sebagai misalkerjasama penggunaan ATM bersama ataukerjasama terkait dengan SISKOHAT. Stra-tegi ini dapat digunakan sejalan dengansasaran strategis dalam perspektif keuanganmaupun perspektif pelanggan.

Dengan demikian menunjukkan bahwapara pelanggan tidak begitu memper-hatikan prespektif bisnis internal terutamayang terkait dengan perkembangan jumlahunit kerja dan efisiensi BMT–UGT Sidogiri,tetapi pelanggan/anggota lebih memen-tingkan pada kualitas layanan yang di-rasakan. Hal ini sesuai dengan hasil pe-nelitian Khusna et al. (2016).

SIMPULANAnalisis Kinerja BMT-UGT Sidogiri

dengan Pendekatan Balanced Scocrecard; (a)Hasil analisis perspektif keuangan BMT-UGT Sidogiri Pasuruan secara umum ber-ada dalam kondisi baik; (b) Hasil analisisperspektif kepuasan pelanggan BMT-UGTSidogiri menunjukkan bahwa anggota BMT-UGT Sidogiri puas dengan kinerja pe-layanan jasa BMT-UGT Sidogiri; (c) Hasil

Page 51: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

470 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

analisis perspektif bisnis internal BMT-UGTSidogiri menunjukkan peningkatan jumlahunit bisnis BMT-UGT Sidogiri sejak tahun2012 hinga tahun 2014, walaupun persen-tase peningkatan unit bisnis mengalami pe-nurunan setiap tahunnya akan tetapi jumlahunit bisnis BMT-UGT Sidogiri terus me-ngalami pertambahan unit; d) Hasil analisisperspektif pertumbuhan dan pembelajaranmenunjukkan bahwa tingkat produktifitaskaryawan BMT-UGT Sidogiri pada tahun2012 hingga 2014 terus mengalami pe-ningkatan. Selain itu hasil analisis terhadaptingkat kepuasan karyawan menunjukkanbahwa karyawan BMT-UGT Sidogiri cukuppuas terhadap kebijakan manajemen.

Analsis perspektif Balanced Scorecarddengan menggunakan metode AHP. Hasilanalisis terhadap masing-masing perspektifBalanced Scorecard dengan menggunakanAnalytical Hierarchy Process (AHP) me-nunjukkan bahwa perspektif yang dianggappaling berpengaruh terhadap kinerja per-usahaan adalah perspektif pelanggan,sedangkan faktor yang paling dianggapmemiliki pengaruh tertinggi dari perspektifpelanggan adalah pertambahan jumlahanggota.

DAFTAR PUSTAKAAl-Najjar, dan M. Sabah. 2012. Designing a

Balanced Scorecard to Measure a Bank'sPerformance: A Case Study. Internati-onal Journal of Business Administration3(4): 44-53.

Almsalam, S. 2014. The Effects of CustomerExpectation and Perceived ServiceQuality on Customer Satisfaction. Inter-national Journal of Business and Manage-ment Invention 8(3): 79-84.

Anthony, R. N. dan V. Govindarajan. 2003.Sistem Pengendalian Manajemen. SalembaEmpat. Jakarta

Atmanti, D. H. 2008. Analytical HierarchyProcess Sebagai Model yang Luwes.Prosiding INSAHP5: C 17-1–C 17-9.

Ayvaz, E. dan D. Pehlivanl. 2011. The Use ofTime Driven Activity Based Costingand Analytic Hierarchy Process Method

in the Balanced Scorecard Implemen-tation. International Journal of Businessand Management 3(6): 56–67).

Cebeci., U. 2009. Fuzzy AHP-Based DecisionSupport System for Selecting ERPSystems in Textile Industry by UsingBalanced Scorecard. Expert Systems withApplications, An International Journal(36): 8900–8909.

Chan dan Y. C. Lilian. 2006. An AnalyticHierarchy Framework for EvaluatingBalanced Scorecard of HealthcareOrganizations. Revue Canadienne desSciences de L’administration 23(2): 85-104.

Chu, H. L. dan C. J. Cheng. 2007. An Empi-rical Investigation of the GovernmentalPerformance Management System:Using the Balanced Scorecard and theAnalytic Hierarchy Process. Journal ofManagement 24(5): 689-705.

Ciptani, M. K. 2000. Balanced Scorecard Se-bagai Pengukuran Kinerja Masa Depan:Suatu Pengantar. Jurnal Akuntansi danKeuangan 2(1): 37-48

Danaei, A. dan H. Amer. 2013. PerformanceMeasurement Using Balanced Score-card: A Case Study of Pipe Industry.Management Science 3(8): 1433-1438.

Denton, A. dan B. White. 2000. Implemeting a Balanced Scorecard Approach toManaging Hotel Operations. CornellHotel and Restaurant AdministrationQuarterly 41(1): 94-107

Erbasi, A., V. Parlakhaya dan T. Raiif. 2012.The Use of Analytic Hiearchy Process inThe Balanced Scorecard: an Approachin a Hotel firm. Business and Manage-ment Review 2(2): 23-37.

Garrison, R. H. dan E. W. Noreen. 2006.Akuntansi Manajerial. Buku 2. SalembaEmpat. Jakarta

Giannopoulos, G. 2013. The Use of theBalanced Scorecard in Small Compa-nies. International Journal of Business andManagement 8(14): 145-161.

Gunawan, B. 2015. Balanced Scorecard:Prespektif Baru Dalam Menilai KinerjaOrganisasi. Jurnal Akuntansi dan Inves-tasi 1(1): 41–51.

Page 52: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengukuran Kinerja Bisnis Melalui ...– Sumani 471

Hannabarger, C., B. Rick dan E. Peter. 2007.Balanced Scorecard Strategy for Dummies.Wiley Publishing. Indianapolis.

Hansen dan Mowen. 2004. Akuntansi Mana-jemen. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta

Horne, V., C. James dan J. M. Wachowicz Jr.2009. Prinsip-Prinsip Manajemen Keua-ngan. Salemba Empat. Jakarta.

http://www.hidayatullah.com/berita/berita-dari-anda/read/2015/02/22/39340/bmt-ugt-sidogiri-targetkan-aset-rp-2-triliun-ingin-jadi-koperasi-nasional.html.

Jahanshasi, A., M. H. Gasthi, S. A. Mirda-madi, K. Nawaser dan S. M. S. Khaksar.2011. Study the Effects of customerService and Product Quality on Custo-mer Satisfaction and Loyalty. Inter-national Journal of Humanities and SocialScience 7(1): 253-264.

Jamal, A. dan K. Naser. 2002. Customersatisfaction and retail anking: anAssessment of Some of the KeyAntecedents of Customer Satisfaction inRetail Banking. International Journal oBank Marketing 20(4): 146-160.

Julianto, H. 2000. Mengukur KepuasanPelanggan. Jurnal Manajemen 138(2): 34–40

Kaplan, R. S. dan D. P. Norton. 2000. TheStrategy-Focused Organization: HowBalanced Scorecard Companies Thrive inthe New Business Environment. HarvardBusiness School Press. Boston

Khusna, A., M. Dzulkirom, dan M. G. W.Endang. 2016. Analisis Kinerja Per-usahaan Dengan Menggunakan MetodeBalanced Scorecard Guna Menilai Ke-sehatan Usaha BUMN (Studi pada PT.PG. Rajawali I Unit PG. Krebet BaruMalang pada Periode 2012-2014). JurnalAdministrasi Bisnis (JAB) 35(1): 57 – 66

Lasdi, L. 2002. Balanced Scorecard SebagaiRerangka Pengukuran Kinerja Per-usahaan Secara Komprehensif dalamLingkungan Bisnis Global. Jurnal WidyaManajemen dan Akuntansi 2(2): 150-169.

Lee, A., H. I. Chen, dan C. J. Chang. 2010. AFuzzy AHP dan BSC Approach for

Evaluating Performance of IT Depar-tement in the Manufacturing IndustryinTaiwan. Expert Systems With Aplication34(4): 96–107

Lipe, M. G. dan S. E. Salterio. 2000. TheBalanced Scorecard: JudgementalEffects of Common and Unique Per-formance Measures. The AccountingReview 75(3): 283-298.

Malik., M., M. Ghafoor, dan H. K. Iqbal.2012. Impact of Brand Image, ServiceQuality, and Price on Customer Satis-faction in Pakistan TelecommunicationSector. International Journal of Businessand Social Science 23(3): 123-132.

Mittal, V. dan W. A. Kamakura. 2001. Satis-faction, Repurchase Intent, and Repur-chase Behavior: nvestigating the Mode-rating Effect of Customer Character-istics. Journal of Marketing Research 8(1):131-142.

Moisawa, T. 2002, Building PerformanceMeassurement System With The Balan-ced Scorecard Approach. NRI Journal45(2): 134–142.

Mosahab, R., O. Mahamad dan T. Ramayah.2010. Service Quality, Customer Satis-faction and Loyalty: A Test of Media-tion. International Business ResearchJournal 29(3): 72-80.

Mulyadi. 2011. Akuntansi Manajemen: Kon-sep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi 9.Salemba Empat. Jakarta.

Navaratnaseelan, J. J. dan P. Elangkumaran.2014. Impact of Service Quality onCustomer Satisfaction: A Study onCustomers of Commercial Bank ofCeylon PLC Trincomalee District. Pro-ceeding of the 3rd International Conferenceon Management and Economics 30(5): 359-364.

Neuman, W. L. 2000. Social Research MethodsQualitative and Quantitative Approaches.4th edition. Allyn & Bacon. Boston

Ohdar, R. dan R. P. Kumar. 2012. Suppliers’Performance Evaluation and Ranking ina Supply Chain: An Analytical Hierar-chy Process-Based Approach. The IUPJournal of Supply Chain Management

Page 53: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

472 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 455 – 472

IX(1): 73-90.Pratiwi, U. 2010. Balanced Scorecard dan

Manajemen Strategi. Jurnal Manajemendan Akuntansi 11(2): 166–174.

Radithya, E. 2011. Evaluasi PenerapanBalanced Scorecard Terhadap EfisiensiKinerja Karyawan di Divisi PenjualanPT. Auto 2000, Akurat Jurnal IlmiahAkuntansi 43(06): 68-77.

Rangkuti, F. 2011. SWOT-Balanced Scorecard:Teknik Menyusun Strategi Korporat yangEfektif plus Cara Mengelola Kinerja danRisiko. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta

Saaty, T. L. 2008. Decesion Making with TheAnalytic Hierarchy Process. Internati-onal Journal of Services Sciences 1(1): 83-98

Safirin. 2010. “Kajian Kinerja Industri KecilDengan Metode Balance Score Card danAnalytical Hierarchy Process”. JurnalTeknik Industri 11(1): 15–20.

Syafi’i. M. A. 1999. Bank Syariah SuatuPengenalan Umum. Tazkia Institute.Jakarta.

Susetyo, J. dan A. U. L Sabakula. 2014.Pengukuran Kinerja Dengan Meng-

gunakan Balanced Scorecard dan Inte-grated Performance Measurement System(IPMS). Jurnal Teknologi 7(1): 56-63.

Wakchaure, S. dan J. K. Neeraj. 2012.Determination of Bridge Helath IndexUsing Analytical Hierarchy Process.Construction Management and conomics30(4): 133-149.

Wardhani, 1999. Balanced Scorecard sebagaiSalah Satu Sarana Pengukuran KinerjaOperasi Perusahaan. Jurnal Siasat Bisnis7(96): 56–67.

Yi-Hui, L. 2013. Implementing BalancedScorecard of Government Mis Depart-ment-Using AHP and Fuzzy AHPMethods. Proceeding of InternationalConference on Technology Innovation andIndustrial Management 21(6): 124-131.

Vanany, I., 2009. Performance MeasurementModel & Aplikasi. ITS Press. Surabaya.

Zethaml, A. V. Bitner, M. Jo., dan G.Dwayne. 2009. Service Marketing-Inte-grated Customer Focus Across the Firm.Fifth Edition. McGraw Hill Inc. NewYork.

Page 54: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

528

PRAKTIK CREATIVE ACCOUNTING PADA KOPERASI DI JAWA TIMUR

Dian [email protected]

Ade PalupiUniversitas Airlangga

ABSTRACT

The cooperation is characterized that its member includes the owners as well as the users of a cooperation. Thecooperation financial reporrs have to be reported as a tool of accountability of the officers to the cooperationmembers in the annual meeting. The most essential information required in the annual meeting is the cooperation’sprofits that in Indonesia is called as Sisa Hasil Usaha (SHU). In this study, a creative accountancy practice isapplied as activities that is done by a business unit to report the desired surplus by implementing accountancytechniques and policies in regard with particular condition. By using descriptive statistic analysis, a cooperationwith the scale area of East Java Province during the period of 2012 to 2014 has implemented a creative accountancypractice to increase or decrease profit. The cooperation officers or managers increase its SHU when its factual profitis lower; but they decrease its SHU when its factual profit is higher. The purpose of this practice is to reduce thefluctuation of SHU so that the cooperation looks stable and has no high risk for businesses. The results of thisstudy is relevant with Scoot (2011) arguing for the opportunistic practice of cooperation managers or officers tomaximize compensation contracts, debt contract, and political costs.

Key words: cooperation, creative accounting practice, increasing profit, decreasaing profit, income smoothing

ABSTRAK

Koperasi mempunyai karateristik yaitu anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasakoperasi. Laporan keuangan wajib disajikan sebagai alat pertanggungjawaban oleh pengurus kepadaangggota koperasi pada Rapat Anggota Tahunan. Informasi yang sangat penting di dalam laporankeuangan adalah laba. Pada badan usaha koperasi dikenal dengan Sisa Hasil Usaha (SHU). Praktikakuntansi kreatif merupakan aktivitas yang dilakukan unit usaha untuk melaporkan hasil yangdiinginkan dengan memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi sesuai dengan kondisi-kondisitertentu. Dengan analisis statistik deskriptip, koperasi skala provinsi di Jawa Timur periode tahun 2012-2014 menerapkan praktik akuntansi kreatif dengan meningkatkan laba atau menurunkan laba.Pengurus koperasi/manajer koperasi menaikkan SHU jika terjadi penurunan SHU dari yangsesungguhnya, yang cukup besar, dan sebaliknya, pengurus koperasi menurunkan SHU jika terjadikenaikan SHU dari yang sesungguhnya yang cukup besar. Koperasi melakukan praktik akuntansikreatif yang dominan adalah perataan laba. Tujuannya adalah untuk mengurangi fluktuasi SHU yangdilaporkan sehingga koperasi terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi. Hasil studi ini mendukung (2011)yang menyebutkan perilaku pengurus selaku manajemen koperasi dipandang sebagai perilakuoportunistik manajer dalam memaksimalkan kontrak kompensasi, kontrak hutang dan biaya politik.

Keywords: koperasi, praktik akuntansi kreatif, menaikkan laba, menurunkan laba, perataan laba

PENDAHULUANMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

adalah sebuah revolusi ekonomi ASEANyang menjadikan sebuah wilayah regionalyang tidak memiliki batas untuk melakukanpergerakan barang dan jasa serta tenagakerja yang didukung oleh modal baik

domestik maupun asing. Indonesia sebagainegara ASEAN ikut menyetujui pem-bentukan Masyarakat Ekonomi Asean(MEA).

Koperasi di Indonesia harus memilikidaya saing dalam menghadapi MEA. Dalammenghadapi persaingan pasar bebas, pe-

Page 55: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 529

ngembangan peran masyarakat melaluikoperasi akan menjadi titik yang menjadikanglobalisasi sebagai pembuka kesempatanbagi usaha Mikro Kecil dan Menengah.Koperasi menunjukkan potensi bertahandalam globalisasi yang diwarnai oleh per-saingan efisiensi dan profesionalisme pelakubisnis. Koperasi merupakan lembaga yangberbasis demokrasi dan kombinasi tujuansosial dan ekonomi. Koperasi menciptakanpeluang bagi masyarakat untuk membantudirinya sendiri. Koperasi lebih memberifokus untuk memenuhi kebutuhan lokalpara anggotanya yang terkait. Prinsip-prinsip koperasi adalah keanggotaan bersifatsukarela, artinya seorang anggota dapatmendaftarkan/mengundurkan diri darikoperasinya. Pengelolaan dilakukan secarademokratis, artinya melalui rapat-rapatanggota untuk menetapkan dan melaksana-kan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.Kekuasaan ditentukan dari hasil keputusanyang diambil berdasarkan musyawarahmufakat di antara para anggota. Ini me-rupakan tata kelola yang ada di koperasi.Pembagian laba koperasi (sisa hasil usaha)dilakukan secara adil, artinya sebandingdengan besarnya jasa usaha masing-masinganggota.

Pembagian sisa hasil usaha tidaksemata-mata berdasar pada modal yangdisertakan, tetapi juga berdasar perimbang-an jasa usaha (transaksi) yang telah di-berikan anggota terhadap koperasi. Pem-berian balas jasa yang terbatas terhadapmodal, artinya pemberian imbalan jasamelalui wadah koperasi tidak semata-mataditentukan oleh besarnya modal, tetapi yanglebih diutamakan adalah sejauh manapertisipasi anggota dalam mengembangkanusaha tersebut. Kemandirian, artinya bahwakoperasi harus mampu berdiri sendiri tanpaselalu bergantung pada pihak lain, sehinggapada hakikatnya merupakan faktor pen-dorong (motivator) bagi anggota koperasiuntuk meningkatkan keyakinan akan ke-kuatan sendiri dalam mencapai tujuan(Kementerian Negara Koperasi dan UsahaKecil, 2009; 2012a).

Laporan keuangan suatu perusahaanberisi informasi tentang keberhasilan per-usahaan dan informasi tersebut sangatpenting bagi para pemangku kepentingansebagai dasar pengambilan keputusan. Labamerupakan salah satu indikator pentingdalam nilai kinerja perusahaan dan infor-masi tentang laba dapat diperoleh darilaporan keuangan. Oleh sebab itu pihakmanajemen seringkali memanipulasi infor-masi mengenai laba sesuai dengan hasilyang diinginkannya.

Praktik creative accounting merupakanaktivitas yang dilakukan suatu badan usahadengan memanfaatkan teknik dan kebijakanakuntansi guna mendapat hasil yang di-inginkan yaitu penyajian nilai laba atau asetyang lebih tinggi atau lebih rendah, ter-gantung pada motivasi manajemen me-lakukannya. Akuntansi sebagai ilmu reka-yasa memberi peluang dan inovasi bagiakuntan di perusahaan atau badan usahatermasuk koperasi termasuk pemilihanmetode atau prosedur yang digunakandalam menyusun laporan keuangan. Standarakuntansi menyediakan berbagai alternatifpilihan, sehingga creative accounting bagiakuntan merupakan langkah untuk memain-kan angka keuangan, memilih dan menerap-kan prinsip akuntansi secara agresif, ke-curangan pelaporan keuangan, serta langkahmenuju manajemen laba atau incomesmoothing.

Adapun permasalahan yang akan dikajidalam penelitian ini adalah bagaimanapraktek creative accounting pada koperasi diJawa Timur. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui praktik creative accounting padakoperasi di Jawa Timur. Penelitian inidiharapkan memberikan kontribusi teoritisdan praktis terkait teori dan konsep creativeaccounting pada koperasi.

TINJAUAN TEORETISPraktik Creative Accounting

Teori keagenan (agency theory) seringdigunakan untuk menjelaskan creativeaccounting. Menurut Jensen dan Meckling(1976), dalam teori keagenan (agency theory),

Page 56: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

530 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 522 – 543

hubungan agensi muncul ketika satu orangatau lebih (principal) mempekerjakan oranglain (agent) untuk memberi suatu jasa dankemudian mendelegasi wewenang dalampengambilan keputusan kepada agent ter-sebut. Masalah keagenan timbul dalamperusahaan. Agen dalam perusahaan adalahmanager, secara moral bertanggungjawabuntuk mengoptimalkan laba para pemegangsaham (principal), di sisi lain manajer jugamempunyai kepentingan untuk memaksi-mumkan kesejahteraannya. Pemilik meng-harap return yang tinggi atas investasi yangmereka tanamkan pada perusahaan, sedang-kan manajemen mengharap kompensasiyang tinggi dan dipenuhinya kebutuhanpsikologis mereka. Hal ini menyebabkantimbulnya konflik antara manajemen de-ngan pemilik karena masing-masing akanmemenuhi kepentingannya sendiri (opportu-nistic behavioral). Jensen dan Meckling (1976)mengelompokkan biaya keagenan ke dalamtiga jenis, yaitu: Monitoring Costs, BondingCosts, dan Residual Loss.

Menurut Scott (2011) dan Amat et al.(2004), creative accounting adalah tindakanmanajemen untuk memilih kebijakan akun-tansi, atau tindakan nyata yang dapat mem-pengaruhi laba guna mencapai pelaporanlaba yang diinginkan. Hasil yang diinginkanoleh penyusun laporan keuangan berupapenyajian nilai laba atau aset yang lebihtinggi atau lebih rendah, tergantung padamotivasi mereka melakukannya (Sulistia-wan, 2006). Dalam penelitian ini, creativeaccounting adalah aktivitas pada koperasiuntuk memanfaatkan teknik, standar, dankebijakan akuntansi guna mendapat hasilyang diinginkan yaitu Sisa Hasil Usaha(SHU).

Menurut Schipper (1989), creativeaccounting merupakan alat intervensi lang-sung manajemen dalam proses pelaporankeuangan melalui pengolahan pengungkap-an keuangan dengan tujuan mendapatkeuntungan atau manfaat tertentu, baik bagimanajer maupun perusahaan yang dilandasioleh faktor-faktor ekonomi. Scott (2011)mengartikan creative accounting sebagai

tindakan manajemen untuk memilih kebijak-an akuntansi seperti pengangguran accuraldalam penyusunan laporan keuangan de-ngan tujuan memaksimalkan kesejahteraanpengelolaan perusahaan. Informasi labayang disajikan dalam laporan keuangantelah dimodifikasi sedemikan rupa untukkepentingan pribadi sehingga laporan ke-uangan tidak menggambarkan kondisi yangsebenarnya. Hal tersebut dapat menyesatkanpengguna laporan keuangan dalam prosespengambilan keputusan. Scott (2011) me-nyebutkan dua cara pemahaman atas creativeaccounting yaitu manajemen dipandangsebagai perilaku oportunistik manajer dalammemaksimalkan kontrak kompensasi, kon-trak hutang dan biaya politik, dan creativeaccounting dipandang dari prespektif efficientcontracting (efficient earning management)yang memberi fleksibilitas untuk me-lindungi manajer dan perusahaan darikejadian yang tidak terduga sebagai antisi-pasi risiko.

Teori akuntansi positif (positive accoun-ting theory) sering dikaitkan dalam pem-bahasan mengenai creative accounting yaituearning accounting theory. Teori akuntansipositif menjelaskan mengenai kebijakanakuntansi dan praktik di dalam perusahaanserta memprediksi kebijakan apa yang akandipilih manajer dalam kondisi-kondisi ter-tentu di masa yang akan datang (Watts danZimmerman, 1986). Tujuan utama pendekat-an akuntansi positif adalah untuk men-jelaskan dan memprediksi pilihan standaroleh manajemen dengan menganalisis biayadan manfaat pengungkapan keuangantertentu dalam hubungannya dengan ber-bagai individu dan alokasi sumber dayadalam perekonomian. Terdapat motivasiyang secara umum berhubungan denganperilaku oportunistik manajer. Motivasitersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Motivasi Bonus/Bonus Plan Hypothesis

(hubungan antara pemilik dengan mana-jemen).Kinerja serta insentif yang akan diterimaoleh manajer dinilai berdasarkan labayang dihasilkan perusahaan sehingga

Page 57: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 531

manajer akan cenderung berperilakuoportunis dengan memilih untuk meng-gunakan metode akuntansi yang akandapat meningkatkan laba. Kinerja akantampak baik sehingga manajer dapatmemaksimalkan insentif yang diterima-nya (Watts dan Zimmerman, 1986).

2. Motivasi Utang/Debt Hypothesis (hubung-an antara kreditor dengan manajemen)Salah satu sumber pendanaan perusaha-an adalah melalui pinjaman atau kontrakhutang. Dalam kontrak tersebut terdapatbeberapa persyaratan atau batasan yangharus dipenuhi perusahaam. Oleh karenaitu, perusahaan cenderung melakukanincome increasing untuk menjaga agartidak melanggar persyaratan yang telahditentukan tersebut. Hipotesis ini me-nyatakan bahwa semakin dekat per-usahaan pada pelanggaran terhadappersyaratan kredit (debt covenant) makasemakin bersar kecenderungan manajeruntuk melakukan praktik manajemenlaba (Watts dan Zimmerman, 1986).

3. Motivasi PajakKepentingan ini didominasi oleh per-usahaan yang belum go public, karenakecenderungan perusahaan ini melapor-kan dan menginginkan untuk menyajikanlaporan laba fiskal yang lebih rendah darinilai yang sebenarnya.

4. Motivasi Penjualan SahamMotivasi ini banyak digunakan olehperusahaan yang akan go public.Scott (2011) mengungkapkan terdapat

jenis pola yang dapat dilakukan manajerdalam melakukan praktik creative accounting,yaitu:1. Pola taking a bath

Dilakukan pada saat keadaan burukyang tidak menguntungkan bagi per-usahaan dan tidak dapat dihindari padaperiode berjalan. Pola ini dilakukandengan cara mengakui beban-beban dankerugian periode yang akan datang keperiode berjalan dan sebaliknya, me-nunda pendapatan periode berjalan keperiode berikutnya, sehingga me-ngorbankan laba periode berjalan hingga

menjadi buruk atau mengalami kerugianyang drastis agar pada periode berikut-nya perusahaan dapat mendorong pe-ningkatan labanya.

2. Pola income minimzationDilakukan saat perusahaan memperolehprofitabilitas yang tinggi dengan tujuanagar tidak mendapat perhatian secarapolitis sehingga dapat mengurangi biayapolitis (political cost). Kebijakan yangdiambil bisa berupa pembebanan bebansecara cepat atau menunda pengakuanpendapatan.

3. Pola income maximizationSebagai upaya memaksimalkan laba agarmemperoleh bonus yang lebih besar(bonus plan hypothesis) melaui pemilihanmetode-metode akuntansi dan pemilih-an waktu pengakuan transaksi, sepertimempercepat pencatatan dan menundabiaya.

4. Pola income smoothingMerupakan Bentuk manajemen labayang paling sering dilakukan dan palingpopuler. Manajemen pola ini, manajermenaikkan laba jika terjadi penurunanlaba yang cukup besar, begitu pulasebalikanya. Tujuannya adalah untukmengurangi fluktuasi laba yang dilapor-kan sehingga perusahaan terlihat stabildan tidak berisiko tinggi.Creative accounting dianggap sebagai

salah satu alat untuk menyampaikan infor-masi yang diketahui manajemen ke dalamlaporan keuangan, seperti mengungkapinformasi privat yang dimiliki perusahaankepada para investor (Healy, 1985). Prestasidan keberhasilan manajemen dalam me-mimpin suatu perusahaan banyak dinilaiberdasarkan informasi akuntansi sebagaiproxy kinerja perusahaan.

Deteksi Creative AccountingModel-model deteksi creative accounting

yang banyak digunakan dalam riset empirisyang dikemukakan oleh Kothari et al. (2005)diantaranya adalah:1. Jones Model (1991)

Model ini berfokus pada total akrual se-

Page 58: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

532 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 522 – 543

bagai sumber informasi manipulasiakuntansi atau manajemen laba. JonesModel mengasumsikan bahwa akrualnondiskresioner bersifat tetap dari satuperiode ke periode lainnya sehinggaperubahan akrual (perbedaan antaraakrual tahun ini dengan tahun lalu) yangterjadi disebabkan karena adanya per-ubahan akrual diskresioner.

2. Modified Jones Model (1995)Modified Jones Model dikembangkan olehDechow et al. (1995). Model ini munculuntuk mengatasi kelemahan yang adadalam Jones Model. Penentuan akrualdiskresioner sebagai indikator mana-jemen laba dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut:a. Menentukan nilai total akrual (TA)

dengan formulasi:TAit = NIit - CFOit

b. Menentukan nilai parameter α1, α2,dan α3 menggunakan Jones Model(1991) dengan formulasi:

TAit = α1 + α2 ΔRevit + α3 PPEit + εit

Kemudian untuk menskala data,semua variabel tersebut dibagi de-ngan aset tahun sebelumnya (Ait-1)sehingga formulasinya berubah men-jadi:

TAit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2

(ΔRevit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) + εit

c. Menghitung nilai NDA denganformulasi:NDAit = α1 (1/Ait-1) + α2 (ΔRevit/Ait-1 -

ΔRecit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1)Nilai parameter α1, α2, dan α3 adalahhasil dari perhitungan pada poin b.

d. Menentukan nilai akrual diskresi-oner yang merupakan indikatormanajemen laba akrual dengan caramengurangi total akrual denganakrual nondiskresioner, denganformulasi:

DAit = TAit - NDAit

Keterangan:TAit = Total Akrual Perusahaan i

periode t

NIit = Laba bersih perusahaan iperiode t

CFOit = Arus kas operasiperusahaan i periode t

NDAit = Akrual nondiskresionerperusahaan i periode t

DAit = Akrual diskresionerperusahaan i periode t

Ait-1 = Total aset perusahaan iperiode t

ΔRevit = Perubahan penjualanbersih perusahaan i padaperiode t

ΔRecit = Perubahan piutangperusahaan i periode t

PPEit = Property, Plant, andEquipment perusahaan iperiode t

α1, α2, α3 = Parameter yang diperolehdari persamaan regresi

εit = Error term perusahaan ipada periode t

3. Kaznik Model (1999)Kaznik Model mempertimbangkan di-masukkannya operating cash flow (OCF)sebagai variabel penjelas yang tidakdipertimbangkan dalam Modified JonesModel. Kaznik berpendapat bahwa NDAmerupakan fungsi dari perubahan pen-dapatan yang disesuaikan dengan ada-nya perubahan piutang, PPE, dan OCF.

4. Performance-Matched Discretionary Accru-als Model (2005).Model ini memiliki ide dasar bahwaakrual yang terdapat dalam perusahaanyang sedang memiliki kinerja yang“tidak biasa” (unusual performance) secarasistematis diharapkan bukan nol se-hingga kinerja perusahaan pastinyaberhubungan dengan akrual. Sehinggaperusahaan yang memiliki kinerja yangtidak biasa seperti perusahaan sedangmengalami pertumbuhan, memilikihubungan positif dengan akrual, makakinerja perusahaan yang sedang baikbisa jadi akrual yang dimiliki perusahaancukup tinggi.

Page 59: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 533

Koperasi di IndonesiaMenurut Kementerian Negara Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah RepublikIndonesia (2012b) dalam Undang-UndangNo. 25 Tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwafungsi dan peran koperasi sebagai berikut:1. Membangun dan mengembangkan po-

tensi dan kemampuan ekonomi anggotapada khususnya dan masyarakat padaumumnya untuk meningkatkan ke-sejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upayamempertinggi kualitas kehidupanmanusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyatsebagai dasar kekuatan dan ketahananperekonomian nasional dengan kope-rasi sebagai soko-gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan danmengembangkan perekonomian nasio-nal, yang merupakan usaha bersamaberdasarkan atas asas kekeluargaan dandemokrasi ekonomi.

5. Mengembangkan kreativitas dan mem-bangun jiwa berorganisasi bagi parapelajar.

Koperasi berusaha untuk mewujudkandan mengembangkan perekonomian nasio-nal yang merupakan usaha bersama ber-dasar atas asas kekeluargaan dan demokrasiekonomi. Oleh karenanya koperasi harusditingkatkan daya saingnya agar tetapmampu berperan dalam membangun bang-sa. Tujuan koperasi sebagaimana yang ter-tuang dalam pasal 3 UU No. 25/1992 tentangPerkoperasian, yaitu memajukan kesejah-teraan anggota pada khususnya dan masya-rakat pada umumnya serta ikut membanguntatanan perekonomian nasional dalamrangka mewujudkan masyarakat yang maju,adil, dan makmur berlandaskan Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945 (Kemen-terian Negara Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah Republik Indonesia (2012b).Berdasarkan uraian tersebut dapat di-simpulkan bahwa tujuan koperasi adalah 1)Memajukan kesejahteraan anggota koperasi,(2) Memajukan kesejahteraan masyarakat

dan (3) Membangun tatanan perekonomiannasional.

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992,tentang perkoperasian, perangkat organisasikoperasi:1. Rapat Anggota. Rapat anggota merupa-

kan wadah aspirasi anggota yang me-megang kekuasaan tertinggi dalam kope-rasi, dan sebagai pemegang kekuasaantertinggi maka segala kebijakan yangberlaku dalam koperasi harus melewatipersetujuan rapat anggota terlebih da-hulu. Rapat anggota mempunyai ke-wenangan untuk menetapkan:a. Anggaran dasar, sebagai acuan pe-

ngelolaan koperasi.b. Kebijakan umum di bidang organisasi

manajemen dan usaha koperasi.c. Pemilihan, pengangkatan, pember-

hentian pengurus, dan pengawasan.d. Rencana kerja, rencana anggaran

pendapatan dan belanja koperasi,serta pengesahan laporan keuangan.

e. Pengesahan pertanggungjawaban pe-ngurus dalam pelaksanaan tugasnya.

f. Pembagian sisa hasil usaha.g. Penggabungan, peleburan, pembagi-

an, dan pembubaran koperasi.2. Pengurus Koperasi. Pengurus koperasi

dipilih dari kalangan dan oleh anggotadalam suatu rapat Anggota. Pengurusadalah badan yang dibentuk oleh rapatanggota yang diserahi mandat mengelolakoperasi, sehingga mempunyai tugasmengelola kegiatan koperasi dan men-jalankan usahanya, mengajukan rancang-an rencana kerja serta rencana anggaranpendapatan dan belanja operasi, me-nyelenggarakan rapat dengan anggotasecara berkala, mengajukan laporan ke-uangan dan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas, menyelenggara-kan pembukuan keuangan dan inventarissecara tertib, dan memelihara daftar bukuanggota dan pengurus. Untuk menjalan-kan tugas-tugas koperasi, seorang pe-ngurus memiliki kewenangan sebagaiberikut: a. Mewakili badan usaha kope-rasi di dalam dan di luar pengadilan, b.

Page 60: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

534 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 522 – 543

Memutuskan penerimaan dan pe-nolakan anggota baru, serta pember-hentian anggota sesuai dengan ketentuandalam anggaran dasar, c. Melakukantindakan dan upaya bagi kepentinganserta kemanfaatan koperasi sesuai de-ngan tanggung jawabnya dan keputusanrapat anggota.

3. Pengawas Koperasi. Pengawas koperasiadalah suatu badan yang dibentuk untukmelaksanakan fungsi pengawasan ter-hadap kinerja pengurus. Pengawas di-pilih dari dan oleh anggota koperasimelalui rapat anggota, oleh karena itupengawas dalam menjalankan kewajiban-nya harus bertanggung jawab kepadarapat anggota, sedangkan persyaratanuntuk dapat dipilih dan diangkat sebagaianggota pengawas ditetapkan berdasar-kan anggaran dasar. Tugasnya adalah: a.Melakukan pengawasan terhadap pe-laksanaan kebijaksanaan dan pengelolaankoperasi dan b. Membuat laporan tertulistentang hasil pengawasannya.

Sisa Hasil Usaha (SHU)Keuntungan koperasi akan dikembali-

kan kepada anggota sebagai SHU (Sisa HasilUsaha). SHU adalah selisih dari totalpendapatan dengan total beban dalam satutahun buku. Menurut UU No. 25/1992, SHUkoperasi adalah pendapatan koperasi yangdiperoleh dalam satu tahun buku dikurangidengan biaya, penyusutan, dan kewajibanlain termasuk pajak dalam tahun buku yangbersangkutan. SHU setelah dikurangi danacadangan, dibagikan kepada anggota se-banding dengan jasa usaha yang dilakukanoleh masing-masing anggota dengan kope-rasi, serta digunakan untuk keperluanpendidikan perkoperasian dan keperluankoperasi, sesuai dengan keputusan RapatAnggota. Pembagian SHU dibagi secara adilsehingga tidak ada yang dirugikan.

Keanggotaan koperasi bersifat terbukadan sukarela. Terbuka artinya anggotakoperasi terbuka bagi siapa saja sesuaidengan jenis koperasinya. Sukarela artinyakeanggotaan koperasi tidak atas paksaan.

Setiap anggota mempunyai hak dan ke-wajiban yang sama. Sesuai dengan pe-ngertian koperasi bahwa koperasi me-rupakan kegiatan ekonomi yang berasaskankekeluargaan. Tujuan utama koperasi ada-lah untuk meningkatkan kesejahteraananggota pada khususnya dan masyarakatpada umumnya. Koperasi memegangperanan yang sangat vital dan strategisdalam perekonomian Indonesia. Hal inidisebabkan, koperasi merupakan sektorusaha yang memiliki jumlah terbesar dengandaya serap angkatan kerja yang signifikan.Usaha kecil, menengah, dan koperasi me-rupakan sektor usaha yang memiliki jumlahterbesar dengan daya serap angkatan kerjayang signifikan. Oleh karena itu kesenjanganpendapatan yang cukup besar masih terjadiantara pengusaha besar dengan usaha kecil,menengah, dan koperasi (UKMK).

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan statistik deskriptif untukmemperoleh informasi bagaimana praktikcreative accounting pada koperasi di JawaTimur. Untuk memperoleh informasi ter-sebut, penerapan praktik creative accountingdihitung menggunakan rumusan discretio-nary accrual sebagai proksi dari praktikcreative accounting dengan modified Jonedmodel.

Definisi Operasional VariabelPraktik creative accounting adalah suatu

proses pelaporan keuangan yang di dalam-nya terdapat campur tangan manajer yangbertujuan untuk menguntungkan diri sen-diri. Proksi praktik creative accounting adalahdiscretionary accruals, dihitung denganmodified Jones model (Dechow et al., 1995).

Penggunaan discretionary accruals (DA)sebagai proksi DA mengacu pada penelitianDechow et al. (1995) yang menemukanbahwa model modified Jones merupakanmodel yang paling kuat dalam mendeteksipraktik creative accounting pada perusahaan.Perusahaan yang melakukan praktik creativeaccounting mempunyai nilai discretionary

Page 61: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 535

accruals tidak sama dengan nol. Demikianjuga koperasi berlaku sama dengan per-usahaan pada umumnya. Penentuan akrualdiskresioner sebagai indikator manajemenlaba dalam model modified Jones dapatdijabarkan dalam tahap-tahap sebagaiberikut:a. Menentukan nilai total akrual (TA)

dengan formulasi:TAit = NIit - CFOit

b. Menentukan nilai parameter α1, α2, danα3 menggunakan model Jones (1991)dengan formulasi:

TAit = α1 + α2 ΔRevit + α3 PPEit + εit

Selanjutnya digunakan model modifiedJones untuk memisahkan discretionaryaccrual dan non discretionary accrual.Model ini merumuskan tingkat nondiscretionary accrual sebagai suatu fungsiperbedaan antara perubahan pendapat-an dan perubahan piutang, dan tingkatdari tanah, bangunan serta peralatan(plant, property, and equipment). Kemudi-an untuk menskala data, semua variabeltersebut dibagi dengan aset tahunsebelumnya (Ait-1) sehingga formulasi-nya berubah menjadi:

TAit / Ait-1 = α1 (1/ Ait-1) + α2 (ΔRevit / Ait-1) +α3 (PPEit / Ait-1) + εit

c. Menghitung nilai NDA denganformulasi:

NDAit = α1 (1/ Ait-1) + α2 (ΔRevit / Ait-1 - ΔRecit

/ Ait-1) + α3 (PPEit / Ait-1)Nilai parameter α1, α2, dan α3 adalahhasil dari perhitungan pada poin b.

d. Menentukan nilai akrual diskresioneryang merupakan indikator manajemenlaba akrual dengan cara mengurangitotal akrual dengan akrual non-diskresioner, dengan formulasi:

DAit = TAit - NDAit

Keterangan:TAit = Total Akrual Perusahaan i

periode tNIit = Laba bersih perusahaan i

periode tCFOit = Arus kas operasi

perusahaan i periode t

NDAit = Akrual nondiskresionerperusahaan i periode t

DAit = Akrual diskresionerperusahaan i periode t

Ait-1 = Total aset perusahaan iperiode t

ΔRevit = Perubahan penjualanbersih perusahaan i padaperiode t

ΔRecit = Perubahan piutangperusahaan i periode t

PPEit = Property, Plant, andEquipment perusahaan ipada periode t

α1, α2, α3 = Parameter yang diperolehdari persamaan regresi

εit = Error term perusahaan ipada periode t

Indikasi bahwa perusahaan tidakmelakukan praktik creative accounting adalahjika total akrualnya sama dengan nilai nondiscretionary accrual atau jika DAit = 0,sebaliknya perusahaan yang melakukanpraktik creative accounting mempunyai nilaidiscretionary accrual tidak sama dengan nol.DAit yang bernilai positif merupakanindikasi bahwa perusahaan melakukanmanajemen laba dengan pola incomeincreasing, sedangkan DAit yang bernilainegatif merupakan indikasi bahwa per-usahaan melakukan manajemen laba denganpola income decreasing.

Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah

Koperasi Serba Usaha dan Koperasi SimpanPinjam skala provinsi Jawa Timur tahun2012-2014. Berdasarkan data dari DinasKoperasi dan UMKM provinsi Jawa Timursampai 2014, koperasi skala provinsi JawaTimur yang aktif tahun 2014 sebanyak 508koperasi. Metode pengambilan sampeladalah purposive random sampling, yang me-menuhi kriteria sampel adalah 31 KoperasiSerba Usaha dan Koperasi Simpan Pinjamskala provinsi Jawa Timur. Koperasi yangdiperlukan dalam penelitian adalah yangmemenuhi kriteria sebagai berikut:

Page 62: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

536 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 522 – 543

1. Koperasi Serba Usaha skala provinsi JawaTimur.

2. Koperasi yang menerbitkan laporankeuangan tahunan per 31 Desembersetiap tahun 2012-2014 secara berturut-turut.

3. Laporan keuangan yang disajikan me-liputi Neraca, Perhitungan Hasil Usaha,Laporan Arus Kas, dan Catatan atasLaporan Keuangan.

4. Data mengenai variabel penelitian yangakan diteliti tersedia.

Jenis dan sumber data serta teknikpengumpulan data

Jenis Data yang dipakai dalam pe-nelitian ini adalah data kuantitatif dan datakualitatif dari laporan keuangan koperasi.Berdasarkan sumber data, penelitian inimenggunakan data sekunder. Data sekunderyaitu data yang diperoleh atau dikumpulkandari sumber yang telah ada yaitu laporankeuangan 31 Koperasi Serba Usaha danKoperasi Simpan Pinjam skala provinsi JawaTimur periode pengamatan tahun 2012-2014.Teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah metodedokumentasi. Laporan keuangan koperasilengkap yaitu neraca, laporan laba rugi,laporan arus kas, laporan perubahan ekuitasdan catatan atas laporan keuangan.

ANALISIS DAN PEMBAHASANKoperasi mempunyai karateristik utama

yaitu peran anggota koperasi. Anggotakoperasi memiliki peran ganda yaitu ang-gota koperasi merupakan pemilik sekaliguspengguna jasa koperasi. Koperasi padaumumnya dikendalikan secara bersama olehseluruh anggotanya, setiap anggota memili-ki hak suara yang sama dalam setiapkeputusan yang diambil koperasi. Rapatanggota sebagai wadah aspirasi anggota danpemegang kekuasaan tertinggi dalamkoperasi, sehingga segala kebijakan yangberlaku dalam koperasi harus melewatipersetujuan rapat anggota terlebih dahulu,termasuk pemilihan, pengangkatan, danpemberhentian pengurus dan pengawas.

Laporan pertanggungjawaban pengu-rus dan pengawas yang disampaikan dalamrapat anggota tahunan (RAT) salah satunyaadalah pelaporan keuangan dan pada setiapakhir periode pengelola harus dapat me-nyajikan laporan keuangan sebagai bentukpertanggungjawaban pengelola koperasiterhadap para anggotanya, disamping itulaporan keuangan juga digunakan sebagaiukuran keberhasilan pengelolaan usahaselama satu periode. Laporan keuangankoperasi meliputi Neraca, Perhitungan HasilUsaha, Laporan Arus Kas, Laporan Ekuitasatau Perubahan Modal, dan Catatan atasLaporan Keuangan, yang sesuai denganStandar Akuntansi Keuangan Entitas TanpaAkuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan jugaberpedoman pada Permenkop dan UKM RINomor 04 Tahun 2012 (Kementerian NegaraKoperasi dan Usaha Kecil dan MenengahRepublik Indonesia, 2012a).

Pembagian dan penggunaan Sisa HasilUsaha (SHU) koperasi harus diputuskanoleh Rapat Anggota. Menurut UU Nomor 25Tahun 1992 pasal 45 ayat (2): “Sisa HasilUsaha setelah dikurangi dana cadangan,dibagikan kepada anggota sebanding de-ngan jasa usaha yang dilakukan olehmasing-masing anggota dengan koperasiserta digunakan untuk keperluan pen-didikan perkoperasian dan keperluan laindari koperasi sesuai dengan keputusanRapat Anggota” (Kementerian NegaraKoperasi dan Usaha Kecil dan MenengahRepublik Indonesia, 2012b).

Proksi dari praktik creative accountingadalah discretionary accruals (DA), denganmodel modified Jones (1995). Hasil per-hitungan (Tabel 1) menunjukkan bahwa nilaidiscretionary accruals tahun 2013 dan 2014tidak terdapat nilai DA sama dengan nol.Hal ini berarti tidak ada koperasi yangdiobservasi (31 koperasi), yang tidak me-lakukan praktek creative accounting. Hasilanalisis terlihat bahwa DA bernilai positifatau negatif. Hal tersebut berarti seluruhkoperasi melakukan praktik creative account-ing. DA positif, berarti koperasi tersebutmelakukan praktik creative accounting dengan

Page 63: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 537

Tabel 1Daftar discretionary accruals tahun 2013 dan 2014

( tahun dasar 2012)

No Koperasi 2013 2014NDA DA NDA DA

1 SBW 0.074218582 -0.081 0.066184306 -0.0382 SBA 0.036123754 0.066 0.032735364 -0.0793 MSR 0.030880335 0.005 0.054254347 -0.0794 APK 0.1251282 -0.059 0.121307361 -0.1355 RMI 0.003762328 -0.006 0.006317154 -0.0506 GSI 0.156956063 -0.050 0.214564191 -0.2157 ADI 0.072830521 -0.026 0.103336809 -0.0708 BMK 0.12436873 -0.119 0.206083626 -0.1219 BAS 0.106340364 -0.050 -1.161757127 1.13910 SAM 0.015498131 0.059 -0.138595337 0.16511 BUS 0.064908074 -0.120 -0.415622318 0.39512 KPT 0.178732851 -0.001 -0.47341687 0.45813 DSP 0.033771458 -0.039 -0.688969372 0.70114 MIT 0.068250687 -0.068 -0.305986408 0.22715 STM 0.241394528 0.068 -2.10110669 -0.84616 KDA 0.323669613 -0.048 -1.030501546 0.96217 ARM 0.033198067 0.030 -0.237228191 0.16118 KPD 0.052533609 0.111 -0.513730087 0.60319 GKR 0.081832663 0.038 -0.321677104 0.36720 PKJ 0.074898934 -0.070 -1.576095923 1.55621 MLU 0.047660782 -0.067 -0.405981793 0.42022 KLS 0.105630398 0.022 -0.596409966 0.79223 BKA -0.090453415 0.131 0.186491067 -0.16324 SSR 0.076915963 -0.057 0.14713091 -0.12525 KRI -0.108799516 -0.019 0.041339988 -0.15826 KOP -0.042068292 0.034 0.014227535 -0.01527 NSS 0.046972573 0.184 0.244036456 0.02028 THT 0.003094503 -0.036 0.075157303 -0.09629 MTS 0.183838381 -0.210 0.159832679 -0.18030 KUJ 0.509005987 0.104 0.121758328 0.16231 AJS -0.003740117 -0.018 0.146037964 -0.151

menaikkan laba, namun yang membedakanadalah pada kebijakan yang dilakukan yaitucenderung menaikkan laba ataukah me-nurunkan laba. Pada gambar 1 di bawah initerlihat bahwa beberapa koperasi menujuk-kan kinerja yang relatif baik dengan melihatnilai DA yang tidak jauh dari nilai 0, yaitu -0,10 <DA<0,10, yaitu 8 koperasi (koperasi

THT, SBA, MSR, APK, RMI, SBW, KOP danNSS).

Nilai maksimum positif discretionaryaccruals tahun 2013 adalah 1,1839 ataubernilai positif, yang berarti bahwa koperasiyang menaikkan laba paling tinggi adalahKoperasi “NSS”. Nilai maksimum discretio-nary accruals tahun 2014 adalah 1,5560 atau

Page 64: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

538 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 522 – 543

bernilai positif, yang berarti bahwa koperasiyang menaikkan laba paling tinggi adalahKoperasi “SBM”. Nilai minimal positifdiscretionary accruals tahun 2013 adalah0.0051 atau bernilai positif, yang berartibahwa koperasi yang menaikkan laba paling

rendah adalah Koperasi “MSR”. Nilai mini-mal discretionary accruals tahun 2014 adalah0,0195 atau bernilai positif, yang berartibahwa koperasi yang menaikkan laba palingrendah adalah Koperasi “NNS”.

Gambar 1Discretionary Accruals (DA) Koperasi

Sumber: Hasil Olah Data

Nilai maksimum negatif discretionaryaccruals tahun 2013 adalah -0,2161, dankoperasi yang menurunkan laba palingtinggi adalah Koperasi “MTS”. Nilai maksi-mum negatif discretionary accruals tahun 2014adalah -0,8462 dan koperasi yang menurunkan laba paling tinggi adalah Koperasi“SSR”. Nilai minimal negatif discretionaryaccruals tahun 2013 adalah -0,0013, koperasiyang menurunkan laba paling rendah adalahkoperasi “KPT”. Nilai minimal negatifdiscretionary accruals tahun 2014 adalah-0,0146, koperasi yang menurunkan labapaling rendah adalah Koperasi “KOP”.Berdasarkan tabel 2, terdapat 48 % koperasicenderung melakukan praktik creativeaccounting dengan menaikkan laba, sedang

52% (7%+3%+19%+23%) koperasi cende-rung menurunkan laba.

Tabel 2 menginformasikan tentang ke-cenderungan praktik creative accounting daritahun 2013 dan tahun 2014. Berdasarkananalisis statistik deskriptif, dari koperasiyang diobservasi, terdeteksi seluruhnyamelakukan praktik creative accounting, haltersebut dibuktikan dari nilai discretionaryaccruals tahun 2013 dan 2014 tidak terdapatnilai DA sama dengan nol, namun yangmembedakan adalah pada kebijakan yangdilakukan yaitu cenderung menaikkan labaataukah menurunkan laba (Tabel 3). Praktikcreative accounting diklasifikasikan menjadi 2,yaitu kode 1 jika koperasi cenderungmenaikkan laba (tanda pada CA adalah

-1.000 -0.500 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000

Sentosa MakmurMitra Sentosa

KNRIArtha Prima Kencana

Bukop MajapahitSetia Bhakti Wanita

Adiyatra UtamaSetia Budi Wanita

Nusantara SebelasKarya Utama Jaya

Mitra SejahteraBina Ummat Sejahtera

KPTR LestariDelta Surya Purnama

Kedung ArtoPuskud Jatim

DA (creative accounting)

Page 65: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 539

Tabel 2Kecenderungan DA dari Tahun 2013 ke Tahun 2014

Keterangan % .jml koperasi terobservasi1. Negatip semakin kecil 7 % 2*2. Negatip semakin besar 29 % 93. Positip semakin kecil 3 % 1*4. Positip semakin besar 19 % 65. Negatip ke positif 23 % 76. Positip ke negatif 19 % 6

Sumber : Data yang diolah.

Tabel 3

Casewise ListCase Selected

StatusaObserved Predicted Predicted

GroupTemporary Variable

CA_dummy Resid ZResid1 S 0 .350 0 -.350 -.7342 S 0 .074 0 -.074 -.2823 S 0 .081 0 -.081 -.2984 S 0** .915 0 -.915 -3.2745 S 0** .877 0 -.877 -2.6756 S 0 .183 0 -.183 -.4737 S 0 .086 0 -.086 -.3088 S 1 .654 1 .346 .7279 S 1 .985 1 .015 .12110 S 1 .781 1 .219 .53011 S 1 .573 1 .427 .86312 S 1 .850 1 .150 .42113 S 1 .720 1 .280 .62414 S 0 .109 0 -.109 -.34915 S 1 .703 1 .297 .65016 S 1** .340 1 .660 1.39317 S 1 .973 1 .027 .16718 S 1 .965 1 .035 .19019 S 1 .927 1 .073 .28020 S 1 .689 1 .311 .67221 S 1 .841 1 .159 .43422 S 0 .092 0 -.092 -.31923 S 0 .026 0 -.026 -.16324 S 0 .434 0 -.434 -.87725 S 0 .110 0 -.110 -.35226 S 1 .534 1 .466 .93527 S 0 .227 0 -.227 -.54228 S 0 .434 0 -.434 -.87729 S 1** .233 1 .767 1.81430 S 0 .084 0 -.084 -.30331 S 0 .148 0 -.148 -.417

. . .a. S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases dari neg semakin kecil

Page 66: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

540 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 522 – 543

positif), dan 0 adalah lainnya, yaitu koperasicenderung menurunkan laba (tanda padaCA adalah negatif). Koperasi yang masukkode 1 adalah koperasi yang nilai DA daritahun 2013 ke tahun 2014 cenderung me-naikkan laba sebanyak 15 koperasi. Terdapat6 koperasi yang DA tahun 2013 ke tahun2014 semakin besar, sedang terdapat 7koperasi yang tahun 2013 DA negatif tetapitahun 2014 justru menjadi DA positif.Terdapat 2 koperasi nilai DA negatif yangsemakin kecil dan koperasi tersebut mem-punyai kecenderungan kearah memperkecilpraktik creative accounting. Koperasi yangmasuk kode 0 adalah koperasi yang cen-derung menurunkan laba yaitu 16 koperasi.

Persentasi koperasi yang melakukanpraktik creative accounting cenderung “baik”dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah 10% (*3koperasi) yaitu koperasi MTS, koperasi SBW,dan koperasi NSS. Kecenderungan “baik’karena dari tahun 2013 ke tahun 2014semakin kecil selisih DA dengan nol baikpositip maupun negatip, walaupun tidakterdapat nilai DA nol. Koperasi di luarcenderung baik, yaitu koperasi yangsemakin besar nilai DA baik positif maupunnegatip pada tahun 2013 ke tahun 2014, yaitu90% (28 koperasi). Koperasi yang DA tahun2013 adalah DA negatif dan DA tahun 2014adalah positip adalah sebesar 23% (7koperasi). Koperasi yang DA tahun 2013adalah DA positif dan DA tahun 2014 adalahnegatip adalah sebesar 19% (6 koperasi). Haltersebut membuktikan adanya pengurusatau manajer koperasi menerapkan polaincome smoothing dalam praktik creativeaccounting. Scott (2011) mengungkapkanterdapat jenis pola yang dapat dilakukanmanajer dalam melakukan praktik mana-jemen laba, yaitu: (1) Pola taking a bath. (2)Pola income minimization, (3) Pola incomemaximization, dan (4) Pola income smoothing.Praktik creative accounting pada koperasicenderung menerapkan pola pola incomesmoothing. Pola income smoothing adalahbentuk praktik creative accounting mana-jemen laba dimana manajer cenderungmenaikkan laba jika terjadi kondisi se-

sungguhnya mengalami penurunan labayang cukup besar, dan manajer akan cen-derung menurunkan laba jika terjadi kondisisesungguhnya mengalami kenaikkan labayang cukup besar. Tujuannya adalah untukmengurangi fluktuasi laba yang dilaporkansehingga koperasi terlihat stabil dan tidakberisiko tinggi.

Menurut Schipper (1989), creativeaccounting sebagai alat intervensi langsungmanajemen dalam proses pelaporan ke-uangan melalui pengolahan pendapatanatau keuntungan dengan tujuan mendapatkeuntungan atau manfaat tertentu, baik bagimanajer maupun perusahaan yang dilandasioleh faktor-faktor ekonomi. Scott (2011) jugamengartikan creative accounting sebagaitindakan manajemen untuk memilih ke-bijakan akuntansi seperti penggunaanaccrual dalam penyusunan laporan keua-ngan dengan tujuan memaksimalkan ke-sejahteraan pengelola perusahaan. Informasilaba yang disajikan dalam laporan keuangantelah dimodifikasi untuk kepentingan pri-badi sehingga laporan keuangan tidakmenggambarkan kondisi yang sebenarnyadan hal tersebut dapat menyesatkan peng-guna laporan keuangan dalam prosespengambilan keputusan. Teori akuntansipositif (Watts dan Zimmerman, 1986) adalahteori mengenai kebijakan akuntansi danpraktik di dalam perusahaan serta mem-prediksi kebijakan yang akan dipilih olehmanajer dan menjelaskan faktor–faktor yangmungkin mempengaruhi manajemen dalammemilih prosedur akuntansi yang optimaluntuk mencapai tujuan tertentu. Tujuanutama pendekatan akuntansi positif adalahuntuk menjelaskan dan memprediksi pilihanstandar oleh manajemen dengan meng-analisis biaya dan manfaat pengungkapankeuangan tertentu dalam hubungannyadengan berbagai individu dan alokasi sum-ber daya dalam perekonomian (Gowthorpe,2004).

Koperasi dalam hal ini melakukanpraktik creative accounting dalam menampak-kan laba yang lebih kecil atau laba yang lebihbesar dari kondisi yang sebenarnya. Hal

Page 67: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 541

tersebut merupakan perilaku oportunistikdari pengurus koperasi dalam mengelolakontrak pengurus dengan anggota koperasi.Pengurus mempunyai tanggung jawabuntuk melaksanakan kegiatan pengelolaankoperasi di bidang organisasi maupunusaha.

Scott (2011) menyebutkan dua carapemahaman atas crative accounting yaitucreative accounting dipandang sebagai peri-laku oportunitistik manajer dalam me-maksimalkan kontrak kompensasi, kontrakhutang dan biaya politik dan creativeaccounting dipandang dari perspektif efficientcontracting (efficient earning management) yangmemberi flesibilitas untuk melindungimanajer dan perusahaan dari kejadian yangtidak terduga sebagai antisipasi risiko.

Menurut Watts dan Zimmerman, 1986),terdapat beberapa dugaan seorang manajerberperilaku oportunistik sehingga praktikcreative accounting dilakukan yaitu: (1) BonusPlan Hypothesis (hubungan antara pemilikdengan manajemen). Dalam kasus ini,kinerja serta insentif yang akan diterima olehmanajer dinilai berdasarkan laba yangdihasilkan perusahaan sehingga manajerakan cenderung berperilaku oportunis de-ngan memilih untuk menggunakan metodeakuntansi yang dapat meningkatkan laba.Dengan demikian, kinerjanya akan tampakbaik sehingga manajer dapat memaksimal-kan insentif yang diterimanya; (2) DebtHypothesis (hubungan antara kreditor de-ngan manajemen). Salah satu sumber pen-danaan perusahaan adalah melalui pinjamanatau kontrak hutang. Perusahaan cenderungmelakukan income increasing untuk menjagaagar tidak melanggar persyaratan yang telahditentukan tersebut. Hipotesis ini menyata-kan bahwa semakin dekat perusahaan padapelanggaran terhadap persyaratan kredit(debt covenant), maka semakin besar ke-cenderungan manajer untuk melakukanpraktik manajemen laba; (3). Political CostHypothesis (hubungan antara pemerintahdengan manajemen). Hipotesis ini me-nyatakan bahwa perusahaan akan cen-derung melakukan income decreasing untuk

mengurangi visibilitas mereka. Perolehanlaba yang tinggi dapat menyebabkan biayapolitik yang tinggi pula, seperti misalnyamembayar pajak semakin tinggi. Praktikcreative accounting akan menjadi alat yangdikendalikan oleh penyusun laporan ke-uangan untuk kepentingan pencapaiantujuannya. Perilaku creative accounting dariseorang manajer tidak muncul dengansendirinya, melainkan ada motivasi dibalikperilakunya tersebut, Terdapat tiga alasanutama adanya creative accounting dalampenyusunan pelaporan keuangan di kope-rasi yaitu pemakaian basic accrual dalampenyusunan pelaporan keuangan, fleksibi-litas pemilihan metode dan dipakainya labasebagai ukuran kinerja pengurus atasmanajer koperasi.

Menurut Healy (1985) serta Watts danZimmerman (1986), beberapa motivasi yangmendorong manajemen melakukan mana-jemen laba, antara lain untuk motivasibonus, motivasi utang, motivasi pajak,motivasi penjualan saham, motivasi per-gantian direksi, dan motivasi politis. Praktikcreative accounting pada koperasi cenderungpada alasan motivasi bonus, motivasi utang,motivasi pajak. Koperasi adalah salah jenisdari perusahaan, sehingga perilaku opportu-nistik juga dilakukan oleh pengurus danatau manajer koperasi. Pengurus koperasidipilih, diangkat dan diberhentikan olehanggota koperasi melalui mekanisme rapatanggota atas usul pengawas koperasi. Pe-ngurus diserahi mandat untuk melaksana-kan kegiatan pengelolaan koperasi baikdibidang organisasi maupun usaha. Dalammenjalankan tugasnya, pengurus bertang-gung jawab terhadap rapat anggota ataspersetujuan rapat anggota pengurus dapatmengangkat manajer untuk mengelolakoperasi dan perangkat organisasi koperasi.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, simpulan yang dapat diambil adalahsebagai berikut: (1) Koperasi melakukanpraktik creative accounting, dengan pola

Page 68: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

542 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 522 – 543

income increasing atau income decreasing.Koperasi melakukan praktik creative account-ing, dengan motivasi pajak dan motivasiSHU. Praktik creative accounting dalamkoperasi, pengurus dapat menentukankebijakan akuntansi yang akan diterapkansesuai dengan kondisi-kondisi pada kope-rasi tersebut. Hasil studi ini sesuai denganteori Healy (1985) dan Watts dan Zimmer-man (1986). (2) Pola yang dapat dilakukanpengurus dalam melakukan praktik creativeaccounting yaitu pola income smoothing.Pengurus koperasi/manajer koperasi me-naikkan SHU jika terjadi penurunan SHUyang cukup besar, dan sebaliknya, penguruskoperasi menurunkan SHU jika terjadikenaikan SHU yang cukup besar. Tujuannyaadalah untuk mengurangi fluktuasi SHUyang dilaporkan sehingga koperasi terlihatstabil dan tidak berisiko tinggi. Hasil studiini sesuai pendapat Scott (2011) yangmenyebutkan pengurus selaku manajemenkoperasi dipandang sebagai perilakuoportunistik manajer dalam memaksimal-kan kontrak kompensasi, kontrak hutang,dan biaya politik. Praktik creative accountingdipandang dari prespektif efficient contractingyang memberi flesibilitas untuk melindungimanajer dan koperasi dari kejadian yangtidak terduga sebagai antisipasi risiko.

SaranAdapun saran dari studi ini adalah: (1)

Koperasi sebaiknya dalam memilih pe-ngurus berdasarkan kompetensi SDM. Haltersebut karena koperasi harus dikelolasecara profesional, agar koperasi memilikidaya saing. Koperasi sebagai lembaga yangberbasis demokrasi dan kombinasi tujuansosial ekonomi, harus mampu menciptakanpeluang bagi masyarakat untuk membantudirinya sendiri. (2) Pada tim badan pe-ngawas, minimal terdapat seorang yangmemiliki kompetisi di bidang keuangan atauakuntansi. (3) Koperasi dalam melakukanpeningkatan daya saing, diperlukan pe-nguatan kelembagaan koperasi sebagaientitas bisnis modern yaitu melalui pe-ningkatan tata kelola dalam bisnis koperasi

dan peningkatan akuntanbilitas keuangan.Hal tersebut harus didukung adanya praktikprofesionalisasi manajemen koperasi. (4)Bagi penelitian selanjutnya untuk me-nambah periode penelitian dan mengguna-kan sampel yang diperluas. (5) Mengguna-kan proksi yang lain untuk praktik creativeaccounting agar konfirmasi teori diperkuat.

DAFTAR PUSTAKAAmat, Oriol, dan C. Gowthorpe. 2004.

Creative Accounting: Nature, Incidenceand Ethical Issues. Journal of EconomicLiterature Classification: 1-19.

Dechow, P. M., R. G. Sloan, dan A. P.Sweeney. 1995. Detecting EarningsManagement. The Accounting Review70(2): 193-225.

Gowthorpe, Catherine, dan O. Amat. 2004.Creative accounting: some ethical issuesof macroand micromanipulation. Journalof Economic Literature Classification: 1-22.

Healy, P. M. 1985. The Effect of BonusSchemes on Accounting Decisions.Journal of Accounting and Economics. Vol.7: 85-107.

Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. 1976.Theory of The Firm: ManagerialBehavior, Agency Costs, and OwnershipStructure. Journal of Financial Economics3(4): 305-360.

Kothari, S. P., A. J. Leone, dan C. E. Wasley.2005. Performance matched discretio-nary accrual measures. Journal ofAccounting and Economics 39: 163-19.

Kementerian Negara Koperasi dan UsahaKecil dan Menengah Republik Indo-nesia. 2009. Peraturan Menteri NegaraKoperasi dan UKM RI Nomor 14 Tahun2009 tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri Negara Koperasi dan Usaha Kecildan Menengah Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Ke-sehatan Koperasi Simpan Pinjam dan UnitSimpan Pinjam Koperasi. KementerianNegara Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah Republik Indonesia.

---------., 2012a. Peraturan Menteri NegaraKoperasi dan UKM RI Nomor 04/Per/M.

Page 69: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Praktik Creative Accounting ... – Agustia, Palupi 543

KUKM/VII/2012 tentang Pedoman UmumAkuntansi Koperasi.

---------., 2012b. Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentangPerkoperasian.

Schipper, K. 1989. Comentary Katherine onEarnings Management. Accounting Hori-zon.

Scott, R. W. 2011. Financial Accounting Theory.Fifth Edition. Toronto: Prentice-Hall.

Sulistiawan, D. 2006. Persepsi KomunitasAkuntansi Terhadap Praktek CreativeAccounting. Jurnal Akuntansi & Teknologi5(2): 115-128.

Watts, R. L. dan J. L. Zimmerman. 1986.Positive Accounting Theory. EnglewoodCliffs, NJ: Prentice Hall.

Page 70: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

434

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN DEBT MATURITYTERHADAP PREDIKSI BOND RATING

[email protected]

Hermin EndaryatiFakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

ABSTRACT

The objective of this study is examine the effect of good corporate governance and debt maturity towards bondrating prediction. Good corporate governance is proxied by institutional ownership, managerial ownership,board size, independent directors, audit committee, and audit quality. The sample in this study consist of 229bonds issued by financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2011 to 2013 and was rankedby PT PEFINDO. This study uses ordinal regression analysis model to test the effect of good corporategovernance and debt maturity towards bond rating prediction. The results of this study showed thatinstitutional ownership and audit committee have significant positive effect towards bond rating predictionwhile independent commissioner have significant negative effect towards bond rating prediction. Managerialownership, board size, audit quality and maturity haven’t significantly affect toward bond ratings. The findingsof this study indicated that companies with the bigger institutional ownership and the bigger audit committees,then predicted the company has bonds with higher ratings. The findings that the independent commissioner hassignificant negative effect toward bond rating prediction indicate that the presence of independent commissionerhaven’t been able to role effectively so expected the quality of independent commissioner should be improved.

Key words: audit quality, bond rating, good corporate governance, debt maturity

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance dan maturity terhadapprediksi peringkat obligasi. Good corporate governance diproksikan oleh kepemilikan institusional,kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, dan kualitasaudit. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 229 obligasi yang diterbitkan oleh perusahaankeuangan yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2013 dan diperingkat oleh PT PEFINDO.Penelitian ini menggunakan model analisis regresi ordinal untuk menguji pengaruh corporategovernance dan maturity terhadap prediksi peringkat obligasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakepemilikan institusional dan komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap prediksiperingkat obligasi sedangkan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksiperingkat obligasi. Variabel kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, kualitas audit dan debtmaturity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peringkat obligasi. Temuan penelitian inimengindikasikan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional dan komite audit yangsemakin besar, maka diprediksi perusahaan tersebut mempunyai obligasi dengan peringkat yangsemakin tinggi. Adanya temuan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif signifikanterhadap prediksi peringkat obligasi mengindikasikan bahwa keberadaan komisaris independenbelum mampu berperan secara efektif sehingga diharapkan kualitas komisaris independen perluditingkatkan.

Kata kunci: kualitas audit, peringkat obligasi, good corporate governance, umur obligasi

PENDAHULUANObligasi merupakan salah satu sumber

pendanaan bagi perusahaan yang dapat

diperoleh dari pasar modal. Bagi emiten,obligasi merupakan sekuritas yang amankarena biaya emisinya lebih murah dari

Page 71: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 435

pada saham. Investasi obligasi merupakansalah satu investasi yang diminati olehpemodal karena memiliki pendapatan yangbersifat tetap. Investasi pada obligasi relatiflebih aman dibanding dengan investasisaham, karena pemegang obligasi memilikihak pertama atas aset perusahaan jikaperusahaan tersebut mengalami likuidasi.Hal tersebut terjadi karena perusahaan telahmemiliki kontrak perjanjian untuk melunasiobligasi yang telah dibeli oleh pemegangobligasi.

Meskipun demikian obligasi tetap me-miliki risiko. Salah satu risiko tersebutadalah ketidakmampuan perusahaan untukmelunasi obligasi kepada investor. Padatahun 2009 fenomena obligasi gagal bayar(default risk) banyak terjadi pada perusaha-an yang cukup populer bagi masyarakat.PT. Mobile-8 Telecom Tbk telah gagal bayar2 kali untuk kupon 15 maret 2009 dan 15juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675miliar yang jatuh tempo maret 2012. PTDavomas Abadi Tbk dengan obligasi senilai235 juta dolar yang jatuh tempo 2011 telahgagal bayar sebesar 13,09 juta dolar untukkupon 5 Mei 2009 (Kompasiana, 9 Februari2010).

Investor memerlukan informasi yangcukup tentang obligasi agar bisa meng-analisis dan memperkirakan risiko yang adadalam investasi obligasi. Salah satu sinyalyang dapat digunakan untuk mengetahuirisiko default obligasi adalah peringkatobligasi (Raharja dan Sari, 2008). Peringkatobligasi sangat penting bagi investor karenamampu memberikan pernyataan informatifdan sinyal tentang kemungkinan kegagalanutang suatu perusahaan (Altman, 1989).Selain itu, investor dapat menghemat biayadan waktu dengan mengetahui peringkatobligasi suatu perusahaan karena dapatmelakukan analisis sendiri dan mendapatinformasi secara langsung. Obligasi me-miliki peranan penting sebagai salah satusumber pendanaan, akan tetapi investorharus memperhatikan peringkat obligasi-nya. Dengan adanya peringkat obligasiinvestor akan mengetahui apakah perusaha-

an penerbit obligasi tersebut memilikikinerja yang bagus atau buruk. Susilowatidan Sumarto (2010) berpendapat bahwapemilik modal yang berminat membeliobligasi seharusnya memperhatikan pering-kat obligasi karena peringkat obligasi akanmemberikan informasi dan sinyal mengenaiprobabilitas kegagalan utang suatu per-usahaan dan menggambarkan kemampuanperusahaan tersebut dalam menyelesaikankewajibannya di masa datang, oleh karenaitu perusahaan penerbit obligasi dapatmenggunakan jasa agen pemeringkat se-bagai pemberi sertifikasi yang independen.

Peringkat obligasi juga bermanfaatuntuk menganalisis dan memeringkat ke-kuatan finansial dari penerbit sekuritas,termasuk asuransi, dan dapat digunakanuntuk menilai kemampuan perusahaandalam memenuhi kontrak obligasi dengankonsumen, kreditur, atau pihak yang lain.Kliger dan Sarig (2000) menyatakan bahwabond rating mengandung informasi yangrelevan tentang harga yang tidak dapatdiperoleh investor dari sumber yang lain.Bond rating dapat mempengaruhi nilai per-usahaan secara keseluruhan baik bagishareholders maupun bagi bondholders.Widyastuti et al. ( 2014) menyatakan bahwaperingkat obligasi selain bermanfaat bagiinvestor juga memiliki kegunaan bagi per-usahaan penerbit obligasi, diantaranya ada-lah untuk menunjukkan penilaian merekaatas keamanan dari obligasi yang diberikan,peringkat kredit tersebut sebagai suatuverifikasi independen terhadap kelayakankredit/utang perusahaan penerbit obligasi.

Fenomena peringkat obligasi dapatdilihat pada kasus yang terjadi pada salahsatu emiten di Indonesia. Pada Maret 2009BEI melakukan suspense saham FREENmaupun obligasinya. PEFINDO memang-kas peringkat obligasi FREEN senilai Rp 675milyar seiring perusahaan tersebut tidakmembayar bunga obligasinya sebesar Rp20,88 milyar. Dengan adanya gagal bayartersebut, PT Pemeringkat Efek Indonesiamenurunkan peringkat obligasi perusahaantersebut menjadi “D” dari “CCC” (Ikhsan,

Page 72: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

436 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

2012). Di Indonesia terdapat 2 (dua) lem-baga pemeringkat obligasi, yaitu PTPEFINDO dan PT Kasnic Credit Rating.Penelitian ini mengacu pada PEFINDOkarena lebih banyak perusahaan listing diBEI yang menggunakan jasa pemeringkatanPEFINDO. Aspek penilaian obligasi yangdilakukan PEFINDO berdasarkan pada 3aspek, namun belum ada penjelasan lebihlanjut mengenai aspek mana yang lebihdiutamakan dalam pemeringkatan, salahsatunya adalah aspek keuangan. MenurutJelita (2014), praktek Good CorporateGovernance (GCG) juga dapat menjelaskanperbedaan peringkat obligasi perusahaanyang tidak tertangkap dari kondisi keuangan perusahaan. GCG juga dapat me-ngurangi risiko gagal bayar dengan caramengurangi biaya agensi yaitu denganmemonitor kinerja manajemen dan me-ngurangi asimetri informasi antara per-usahaan dan kreditur. Implementasi dalampenerapan Good Corporate Governancedapat memberi keyakinan dalam pe-ngembalian return atas investasi, khususnyabagi investor dan kreditor.

Corporate governance merupakan salahsatu elemen kunci dalam meningkatkanefisiensi ekonomis, yang meliputi se-rangkaian hubungan antara manajemenperusahaan, dewan komisaris, para pe-megang saham dan stakeholders lainnya(Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Setiyaning-rum (2005) menemukan bahwa penerapancorporate governance berpengaruh signi-fikan terhadap peringkat obligasi. Hasilpenelitian Setiyaningrum (2005) didukungoleh Prasetiyo (2010) yang mengindikasikanbahwa ukuran dewan komisaris, jumlahkomite audit, kualitas audit, dan profita-bilitas berpengaruh positif dan signifikanterhadap peringkat obligasi. Sari danMurtini (2015) menunjukkan bahwa ke-pemilikan institusional dan kualitas auditberpegaruh positif terhadap peringkat obli-gasi, sedangkan kepemilikan manajerial,ukuran dewan komisaris, komisaris inde-penden, dan komite audit tidak ber-pengaruh terhadap peringkat obligasi.

Rasyid dan Kostaman (2013) menunjukkanhasil penelitian bahwa kepemilikan insti-tusional, kepemilikan manajerial, dan pro-porsi komisaris independen tidak ber-pengaruh signifikan terhadap peringkatobligasi. Penelitian Sunarjanto dan Tulasi(2013) menunjukkan bahwa komisaris inde-penden, kepemilikan manajerial, kepemili-kan institusional, dan kualitas audit tidakmampu memprediksi obligasi perusahaanyang tergolong dalam kategori investmentgrade dan non investmen grade.

Selain corporate governance banyakfaktor lain yang mempengaruhi peringkatobligasi. Penelitian Magreta dan Nurma-yanti (2009) menguji faktor akuntansi dannon akuntansi menggunakan indikator size,likuiditas, profitabilitas, leverage, produkti-vitas, secure, debt maturity dan reputasiauditor menemukan bahwa produktivitasdan secure dapat digunakan untuk mem-prediksi peringkat obligasi. Sudaryanti et al.(2011) menemukan bahwa faktor size,profitabilitas dan debt maturity berpengaruhterhadap peringkat obligasi di atas 5 tahun,sedangkan faktor growth, likuiditas danleverage tidak berpengaruh signifikan ter-hadap peringkat obligasi.

Penelitian tentang faktor yang mem-pengaruhi prediksi peringkat obligasi diIndonesia telah banyak dilakukan akantetapi masih memberikan hasil yang belumkonsisten, demikian juga variabel prediktoryang digunakan berbeda-beda. Masih ada-nya ketidakkonsistenan hasil penelitian,maka perlu dilakukan penelitian kembalimengenai pengaruh Corporate Governanceterhadap peringkat obligasi. Pada penelitianini Corporate Governance diproksikan de-ngan kepemilikan institusional, kepemili-kan manajerial, ukuran dewan komisaris,komisaris independen, komite audit, dankualitas audit. Penelitian ini berbedadengan penelitian Magreta dan Nurmayanti(2009) dalam menggolongkan peringkatobligasi. Penelitian ini menggolongkan pe-ringkat obligasi ke dalam kategori invest-ment grade dan speculative grade, sedangkanpada penelitian Magreta dan Nurmayanti

Page 73: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 437

(2009) menggolongkan peringkat obligasi kedalam kategori high investment dan lowinvestment.

Oleh karena itu penelitian tentang pre-diksi peringkat obligasi dan faktor-faktoryang mempengaruhi masih merupakantopik yang menarik untuk diteliti. Adapuntujuan penelitian ini adalah untuk mengujipengaruh good corporate governance danumur obligasi (debt maturity) terhadapprediksi peringkat obligasi. Variabel goodcorporate governance dalam penelitian inidiproksikan dengan kepemilikan institusi-onal, kepemilikan manajerial, ukurandewan komisaris, komisaris independen,komite audit, dan kualitas audit.

TINJAUAN TEORETISGood Corporate Governance dan AgencyTheory

Good corporate governance merupakantata kelola perusahaan yang didasarkanpada prinsip teori keagenan. Jensen danMeckling (1976) mendefinisikan hubungankeagenan sebagai sebuah kontrak antarasatu orang atau lebih pemilik (prinsipal)yang menyewa orang lain (agent) untuk me-lakukan beberapa jasa atas nama pemilikyang meliputi pendelegasian wewenangpengambilan keputusan kepada agen. Teoriagensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiapindividu semata-mata termotivasi oleh ke-pentingan dirinya sendiri sehingga me-nimbulkan konflik kepentingan antaraprincipal dan agent. Dengan adanya tatakelola perusahan akan meningkatkan ke-yakinan pihak principal bahwa agent tidakakan menyalahgunakan wewenang yangtelah didelegasikan kepadanya dan berhati-hati dalam memilih investasi. Perbedaankepentingan antara principal dan agent akanmampu disejajarkan dengan adanya tatakelola perusahaan sehingga dapat me-nurunkan biaya keagenan.

Peringkat Obligasi dan Signalling TheorySignalling Theory menurut Spence (1973)

menunjukkan adanya asimetri yang terjadiantara pihak yang berkepentingan dalam

perusahaan mengenai informasi perusahaankarena ada salah satu pihak yang dianggapmemiliki informasi yang lebih baik daripihak lainya. Manajemen sebagai pihakinternal perusahaan memiliki informasiyang lebih baik dibandingkan dengan pihaklain. Teori sinyal mengemukakan bagai-mana seharusnya sebuah perusahaan mem-berikan sinyal kepada pengguna laporankeuangan. Sinyal ini berupa informasimengenai apa yang sudah dilakukan olehmanajemen untuk merealisasikan keinginanpemilik. Sinyal yang diberikan dapat be-rupa promosi atau informasi lain yangmenyatakan bahwa perusahaan tersebutlebih baik daripada perusahaan lain.Contohnya informasi terkait peringkatobligasi.

Manajemen perusahaan sebagai pihakpemberi sinyal, memberikan laporan ke-uangan perusahaan dan informasi non ke-uangan kepada lembaga pemeringkat yangdipilih. Lembaga pemeringkat obligasikemudian melakukan proses pemeringkat-an sesuai dengan prosedur sehingga dapatmenerbitkan peringkat obligasi dan mem-publikasikannya. Peringkat obligasi inimemberikan sinyal tentang probabilitas ke-gagalan pembayaran utang sebuah per-usahaan (Estiyanti dan Yasa, 2012 ).

Peringkat obligasi merupakan salahsatu jenis informasi yang dipublikasikanoleh perusahaan di pasar modal. Peringkatobligasi yang dipublikasikan hendaknyarelevan dengan kondisi perusahaan sehing-ga mebuat investor merasa aman dan me-ningkatkan kepercayaan investor terhadapperusahaan dan surat berharga yang di-keluarkan (Jelita, 2014)

Kepemilikan Institusional dan PrediksiPeringkat Obligasi

Persentase saham tertentu yang di-miliki oleh institusi dapat mempengaruhiproses penyusunan laporan keuangan yangtidak menutup kemungkinan terdapatakrualisasi sesuai kepentingan pihak mana-jemen (Boediono, 2005). Melalui kepemili-kan institusional, efektivitas pengelolaan

Page 74: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

438 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

sumber daya perusahaan oleh manajemendapat diketahui dari informasi yang di-hasilkan melalui reaksi pasar atas peng-umuman laba.

Kepemilikan institusional mempunyaikemampuan yang dapat mengontrol daripihak manajemen melalui proses moni-toring secara efektif dan tepat sehinggadapat mengurangi tindakan manajemenlaba (Utami, 2012). Kepemilikan institusi-onal memiliki peranan yang penting, karenadengan adanya kepemilikan institusionaldapat mengontrol tindakan manajemenlaba. Selain itu, investor institusional dapatmemprediksi laba masa depan lebih mudahdengan adanya informasi-informasi yangtersedia. Rinaningsih (2008) menegaskanbahwa kepemilikan institusional sama se-perti pada blockholders yaitu concern dengandilaksanakannya tata kelola perusahaanyang baik, sehingga dapat mencegah hazarddari manajemen atau segera melakukantindakan perbaikan yang pada akhirnyadapat meningkatkan kinerja perusahaandan peringkat surat utangnya tinggi.

Penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003)yang meneliti pengaruh corporate gover-nance terhadap peringkat dan yield obligasimenunjukkan bahwa persentase kepemilik-an institusi dan proporsi komisaris inde-penden berhubungan positif dengan pe-ringkat obligasi. Berdasarkan uraian di atas,maka hipotesis pertama dalam penelitian iniadalah:H1 : Kepemilikan Institusi berpengaruh

positif terhadap prediksi peringkatobligasi.

Kepemilikan Manajerial dan PrediksiPeringkat Obligasi

Menurut teori agensi, konflik keagenanterjadi disebabkan adanya perbedaan ke-pentingan antara principal dan agen. Ke-pemilikan manajerial dipandang dapat me-nyelaraskan potensi perbedaan kepenti-ngan antara pemegang saham luar denganmanajemen sehingga permasalahan keagen-an diasumsikan akan hilang apabila seorangmanajer juga sekaligus sebagai seorang

pemilik (Jelita, 2014). Manajer diharapkanmemiliki kinerja yang lebih baik sertamengutamakan kepentingan pemegang sa-ham setelah memiliki porsi saham tertentudi dalam perusahaan karena risiko keua-ngannya sama dengan stakeholder.

Dengan maksimalnya kinerja perusaha-an, maka kemampuan perusahaan untukmelunasi kewajiban akan semakin baik,termasuk obligasi, sehingga obligasi dapatdilunasi tepat waktu dan semakin terhindardari risiko gagal bayar obligasi. Berdasarkanuraian di atas, maka hipotesis kedua dalampenelitian ini adalah:H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh

positip terhadap prediksi peringkatobligasi.

Ukuran Dewan Komisaris dan PrediksiPeringkat Obligasi

FCGI (Forum Corporate GovernanceIndonesia) menyatakan bahwa dewan komisaris merupakan inti dari corporate gover-nance yang bertugas menjamin pelaksanaanstrategi perusahaan, mengawasi manajemendalam mengelola perusahaan, serta me-wajibkan terlaksananya akuntabilitas. Ke-mampuan dewan komisaris untuk meng-awasi merupakan fungsi yang positif dariporsi dan independensi dari dewan komi-saris eksternal. Dewan komisaris juga ber-tanggung jawab atas kualitas laporan yangdisajikan (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Jika dewan komisaris menjalankantugasnya dengan baik dan kualitas laporanyang dihasilkan juga semakin bagus, makarisiko perusahaan akan makin kecil. Dengandemikian peringkat obligasi perusahaan ter-sebut juga akan semakin baik.

Penelitian Fitriyah dan Damayanti(2012) menyimpulkan bahwa dewan komi-saris memiliki pengaruh signifikan terhadapperingkat obligasi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga dalam penelitianini adalah:H3 : Ukuran Dewan komisaris berpengaruh

positif terhadap prediksi peringkatobligasi

Page 75: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 439

Komisaris Independen dan PrediksiPeringkat Obligasi

Komisaris independen merupakan se-buah badan dalam perusahaan yang biasa-nya beranggotakan dewan komisaris yangindependen yang berasal dari luar per-usahaan yang berfungsi untuk menilaikinerja perusahaan secara luas dan ke-seluruhan (Susiana dan Herawaty, 2007).Keberadaan komisaris independen di-maksudkan untuk menciptakan iklim yanglebih obyektif dan independen. Komisarisindependen juga diharapkan untuk menjaga”fairness” serta mampu memberikan ke-seimbangan antara kepentingan pemegangsaham mayoritas dan perlindungan ter-hadap kepentingan pemegang saham mino-ritas, bahkan kepentingan para stakeholderlainnya (Setyapurnama dan Norpratiwi,2006). Komisaris independen dapat ber-tindak sebagai penengah dalam perselisihanyang terjadi diantara para manajer internaldan mengawasi kebijakan manajemen sertamemberikan nasihat kepada manajemen(Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Adanya ke-obyektifan, independensi, dan keseimbang-an yang diciptakan oleh komisaris inde-penden tersebut tentunya akan berdampakpositif pada peringkat obligasi perusahaantersebut.

Bhojraj dan Sengupta (2003) menemu-kan bahwa persentase kepemilikan institusidan proporsi komisaris independen ber-hubungan positif dengan peringkat obligasi.Demikian juga Setyapurnama dan Nor-pratiwi (2006) menemukan bahwa komi-saris independen berpengaruh positif signi-fikan terhadap peringkat obligasi. Berdasar-kan uraian diatas, maka hipotesis keempatdalam penelitian ini adalah:H4 : Komisaris Independen berpengaruh

positif terhadap prediksi peringkatobligasi.

Komite Audit dan Prediksi PeringkatObligasi

Komite audit merupakan komite yangdibentuk oleh dewan direksi yang bertugasmelaksanakan pengawasan independen atas

proses laporan keuangan dan audit ekstern.Tugas komite audit adalah memeliharakredibilitas proses penyusuan laporan ke-uangan, mengoptimalkan fungsi pegawas-an, mengawasi audit eksternal dan menjadisistem pengendalian internal perusahaan.Hal ini mengindikasikan bahwa kehadirankomite audit dapat memberikan laporankeuangan yang lebih berkualitas dan padaakhirnya akan meningkatkan peringkatobligasi perusahaan. Komite audit ber-tanggung jawab untuk mengawasi laporankeuangan, mengawasi audit eksternal, danmengamati sistem pengendalian internaljuga diharapkan dapat mengurangi sifatopportunistik manajemen yang melakukanmanajemen laba (Siallagan dan Machfoedz,2006).

Setyaningrum (2005) yang meneliti pe-ngaruh praktek GCG terhadap peringkatsurat utang menemukan bahwa komiteaudit berpengaruh signifikan terhadap pe-ringkat obligasi. Temuan Setyaningrum(2005) tersebut diperkuat dengan penelitianPrasetiyo (2010) yang menyimpulkan bah-wa jumlah komite audit berpengaruh positifsignifikan terhadap peringkat obligasi.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesiskelima dalam penelitian ini adalah:H5 : Komite Audit berpengaruh positif

terhadap prediksi peringkat obligasi

Kualitas Audit dan Prediksi PeringkatObligasi

Audit merupakan suatu proses untukmengurangi ketidakselarasan informasiyang terdapat antara manajer dan para pe-megang saham dengan menggunakan pihakluar untuk memberikan pengesahan ter-hadap laporan keuangan. Para penggunalaporan keuangan terutama para pemegangsaham akan mengambil keputusan ber-dasarkan pada laporan yang telah dibuatoleh auditor mengenai laporan keuangansuatu perusahaan (Praditia, 2010).

Berdasarkan pada teori sinyal yangtelah dipaparkan di atas, pihak manajemenperusahaan memberikan informasi kepadapihak eksternal perusahaan yang diaudit

Page 76: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

440 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

oleh jasa audit big four, karena jika kinerjalaporan keuangan perusahaan diaudit olehbig four maka tingkat kebenaran dan ke-telitian dari laporan keuangan akan se-makin akurat dan terpercaya yang nantinyaakan mempengaruhi peringkat obligasi.Andry (2005) mengatakan bahwa semakintinggi reputasi auditor maka semakin tinggipula tingkat kepastian suatu perusahaan se-hingga semakin kecil kemungkinan per-usahaan mengalami kegagalan. Pernyataantersebut sejalan dengan hasil penelitianNelly dan Lukman (2013) yang menyimpul-kan bahwa variabel reputasi auditor ber-pengaruh signifikan terhadap prediksi pe-ringkat obligasi namun berseberangan de-ngan hasil penelitian Sejati (2010); Magretadan Nurmayanti (2009) yang menemukanbahwa reputasi auditor tidak memilikipengaruh dalam memprediksi peringkatobligasi seluruh perusahaan yang terdaftardi Pefindo. Penelitian Prasetiyo (2010) me-nunjukkan bahwa hubungan antara kualitasaudit yang diproksi dengan besaran KAPdengan peringkat obligasi adalah positifsignifikan. Obligasi yang diterbitkan per-usahaan yang diaudit oleh KAP Big 4memiliki kemungkinan lebih tinggi untukmendapatkan peringkat berkategori invest-ment grade daripada yang diaudit oleh nonBig 4. Hal ini menunjukkan bahwa KAP Big4 mampu menghasilkan opini yang bersifatindependen dan berkualitas. Semakin baikkualitas laporan keuangan maka akan se-makin baik pula peringkat obligasi. Demi-kian juga Sejati (2010) menyatakan bahwa diIndonesia, emiten yang diaudit oleh KAPBig 4 akan mempunyai obligasi yang ter-masuk dalam investment grade karenasemakin baik reputasi auditor maka akanmempengaruhi peringkat obligasi. Ber-dasarkan uraian di atas, maka hipotesiskeenam dalam penelitian ini adalah:H6 : Kualitas Audit berpengaruh positif

terhadap prediksi peringkat obligasi

Debt Maturity dan Prediksi PeringkatObligasi

Jatuh tempo (maturity) adalah tanggaldimana pemegang obligasi akan mendapat-kan pembayaran kembali pokok atau nilainominal obligasi yang dimilikinya. Periodejatuh tempo obligasi bervariasi mulai 1-5tahun bahkan lebih dari 5 tahun. Ber-dasarkan teori sinyal yang dikemukakan diatas pihak manajemen perusahaan mem-berikan informasi kepada investor denganmenunjukkan umur obligasi dari perusaha-an tersebut. Umur obligasi yang pendekdapat mengindikasikan kemampuan per-usahaan untuk melunasi pokok obligasidikatakan baik dibandingkan dengan per-usahaan yang memiliki umur obligasi yangpanjang.

Andry (2005) menyatakan bahwa umurobligasi berpengaruh dalam memprediksiperingkat obligasi. Obligasi yang jatuhtempo dalam waktu 1 tahun akan lebihmudah untuk diprediksi, sehingga memilkirisiko yang lebih kecil dibandingkan de-ngan obligasi yang memiliki periode jatuhtempo yang lebih panjang. Diamonds (1991)dalam Adrian (2011) berpendapat bahwaterdapat hubungan non-monotonik antarastruktur umur obligasi dan kualitas kredituntuk perusahaan yang tercantum dalamperingkat obligasi. Investor cenderung tidakmenyukai obligasi dengan umur yang lebihpanjang karena risiko yang akan didapatjuga akan semakin besar, sehingga umurobligasi yang pendek ternyata menunjuk-kan peringkat obligasi investment grade.

Menurut Andry (2005), obligasi denganumur yang lebih pendek mempunyai risikoyang lebih kecil, sehingga perusahaan yangrating obligasinya tinggi mempunyai umurobligasi yang lebih pendek daripada per-usahaan yang mempunyai umur obligasilebih lama. Dengan demikian, umur obli-gasi yang semakin pendek akan memberi-kan peringkat obligasi yang semakin baik.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesiskeenam dalam penelitian ini adalah:H7 : Debt maturity berpengaruh negative

terhadap prediksi peringkat obligasi

Page 77: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 441

Model PenelitianModel penelitian yang menggambarkan

hubungan antar variabel yang diuji dalampenelitian ini dasajikan pada gambar 1.Variabel independen dalam penelitian iniadalah corporate governance dan maturity,sedangkan variable dependennya adalahperingkat obligasi. Corporate governance

diproksikan dengan kepemilikan institusi-onal, kepemilikan manajerial, ukurandewan komisaris, komisaris independen,komite audit, dan kualitas audit. Selain itumodel ini juga memasukkan variabelkarakteristik perusahaan yang terdiri dariLeverage (DER), Profitabilitas (ROA) danukuran perusahaan (SIZE).

Gambar 1Model Penelitian

METODE PENELITIANPopulasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam pe-nelitian ini adalah seluruh obligasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta ter-catat dalam peringkat obligasi yang di-keluarkan oleh Pefindo periode 2011-2013.Sampel penelitian dipilih dengan meng-

Good Corporate Governance:

KepemilikanInstitusional

KepemilikanManajerial

Ukuran DewanKomisaris

KomisarisIndependen

Komite Audit

Kualitas Audit

Debt Maturity

SIZE

ROA

DER

PeringkatObligasi

Page 78: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

442 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

gunakan metode purposive sampling dengankriteria sebagai berikut: (1) Obligasi yangberedar di Bursa Efek Indonesia padaperiode 1 Januari 2011 sampai dengan 31Desember 2013, (2) Obligasi yang mendapatperingkat obligasi yang dikeluarkan oleh PTPefindo dalam kurun waktu pengamatan,(3) Obligasi yang memiliki data laporankeuangan yang dimuat di www.idx.co.id,(4) Laporan keuangan perusahaan penerbitobligasi tidak menggunakan mata uangasing, (5). Obligasi dengan kategori invest-ment grade (6). Laporan keuangan perusaha-an penerbit obligasi memiliki semua datayang dibutuhkan untuk penghitungansemua variabel dalam penelitian.

Berdasarkan metode purposive sam-pling diperoleh sampel untuk tahun 2011sebanyak 49, tahun 2012 sebanyak 85 dantahun 2013 sebanyak 97 sehingga total sam-

pel penelitian selama 3 (tiga) tahun peng-amatan sebanyak 229 obligasi. Total sampelsebanyak 229 obligasi tersebut diperolehdengan tahapan sebagai berikut: (1) jumlahobligasi yang beredar di BEI selama 3 (tiga)tahun pengamatan sebanyak 992, (2) di-kurangi dengan obligasi yang tidak di-peringkat oleh Pefindo sebanyak 279, (3)dikurangi obligasi yang tidak memilikilaporan keuangan yang dimuat di www.idx.co.id sebanyak 360, (4) dikurangi per-usahaan yang mengunakan laporan keua-ngan dengan mata uang asing sebanyak 9,(5) dikurangi obligasi dengan speculativegrade sebanyak 3 obligasi, (6) dikurangiperusahaan yang tidak ada data kepemili-kan manajerial sebanyak 109 dan yang tidakada data komite audit sebanyak 3 obigasi.Proses pemilihan sampel penelitian disaji-kan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1Proses Pemilihan Sampel

No Kriteria 2011 2012 2013 Total1 Jumlah obligasi yang beredar di BEI 329 315 348 9922 Obligasi yang tidak diperingkat oleh

Pefindo(158) (62) (59) (279)

3 Obligasi yang tidak memiliki laporankeuangan yang dimuat diwww.idx.co.id

(94) (126) (140) (360)

4 Laporan keuangan menggunakan matauang asing

(3) (3) (3) (9)

5 Obligasi dengan kategori speculativegrade

(2) (1) (0) (3)

6 a. Tidak ada data kepemilikan mana-jerial

(22) (38) (49) (109)

b. Tidak ada data komite audit (3) (0) (0) (3)Total 49 85 97 229

Sumber: Data sekunder diolah 2016.

Teknik Pengumpulan DataJenis data yang digunakan dalam pe-

nelitian ini adalah data sekunder berupadata laporan keuangan tahunan perusahaanyang terdaftar di BEI dalam kurun waktu2010-2012 serta data peringkat obligasi dariPT Pefindo dalam kurun waktu 2011-2013.Sumber data dalam penelitian ini diperoleh

dari pojok BEI UII, www.idx.co.id danwww.pefindo.com.

Definisi Operasional dan PengukuranVariabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam pe-nelitian ini terdiri dari variabel dependen,variabel independen dan variabel kontrol.

Page 79: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 443

Variabel dependen dalam penelitian iniadalah peringkat obligasi yang dikeluarkanoleh PT Pefindo. Peringkat obligasi yangdikeluarkan Pefindo terbagi menjadi duakategori, yaitu investment grade dan specu-lative grade.

Peringkat yang digunakan dalam pe-

nelitian ini adalah peringkat berkategoriinvestment grade yang dibagi ke dalam 3klasifikasi (Doganay et al., 2012). Adapunklasifikasi peringkat obligasi investmentgrade disajikan pada Tabel 2. Variabel inde-penden dan variabel kontrol serta peng-ukurannya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2Klasifikasi Peringkat Obligasi

Peringkat Obligasi Kategori NilaiidAAA Investment Grade 3idAA+ Investment Grade 3idAA Investment Grade 3idAA- Investment Grade 3idA+ Investment Grade 2idA Investment Grade 2idA- Investment Grade 2idBBB+ Investment Grade 1idBBB Investment Grade 1idBBB- Investment Grade 1

Sumber: www.pefindo.com dan Doganay et al. (2012).

Tabel 3Variabel Independen dan Variabel Kontrol Serta Pengukurannya

Keterangan NamaVariabel

Pengukurannya

VariabelIndependen

CorporateGovernance

INST: Proporsi saham oleh investor institusiMOWN: Proporsi saham oleh manajerialCOMIS: Adalah jumlah anggota dewan komisarisINDCOMIS: Jumlah anggota dewan komisaris dari luarperusahaan. Seluruh anggota dewan komisaris perusahaanAUDCOM: Adalah jumlah komite audit dalam perusahaanAUDQU: Kualitas Audit diukur dengan variabel dummy. Skor1, apabila laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KantorAkuntan Publik yang tergabung dalam The Big Four dan skor 0untuk sebaliknya.

Debt Maturity(MAT)

Debt Maturity diukur dengan menggunakan dummy variabel,nilai 1 jika umur obligasi ≤ lima tahun, dan 0 jika umur obligasi> lima tahun

VariabelKontrol

Leverage(DER)

DER diukur sebagai rasio antara total hutang degan total ekuitasperusahaan.

Profitabilitas(ROA)

ROA diukur sebagai rasio antara laba bersih setelah pajak dibagidengan total asset perusahaan.

Ukuranperusahaan(SIZE)

SIZE: Ukuran perusahaan diukur dengan menghitung Ln totalaset.

Page 80: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

444 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

Metode Analisis DataPada penelitian ini, hipotesis akan diuji

dengan analisis multivariate menggunakanordinal logistic regression karena kategorivariabel dependen berupa ordinal. Modelordinal logistic regression dirumuskan se-bagai berikut:Logit RATING(1-3) = α1 + β1INST +β2MOWN+ β3COMIS + β4INDCOMIS +β5AUDCOM+ β6AUDQU + β7MAT +β8DER + β9ROA + β10SIZE + εKeterangan:Logit RATING (1-3) : Variabel peringkat

obligasi dengan 3kategori

α : Konstantaβ : Koefisien variabelINST : Kepemilikan institusi-

onal

MOWN : Kepemilikan manajerialCOMIS : Ukuran dewan komisarisINDCOMIS : Komisaris IndependenAUDCOM : Komite AuditAUDQU : Kualitas AuditMAT : Debt Maturity (Umur obli-

obligasi)DER : Debt to Equity RatioROA : Return on AssetSIZE : Ukuran perusahaanε : Error Term

ANALISIS DAN PEMBAHASANAnalisis Deskriptif

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,terlebih dahulu disajikan deskripsi datavariabel penelitian yang meliputi nilaiminimum, maksimun, mean dan standardeviasi pada Tabel 4.

Tabel 4Deskrepsi Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RATING 229 1,0 3,0 2,638 ,6315

INST 229 ,231446 ,980003 ,76634927 ,165037082

MOWN 229 ,000000 ,134704 ,00732104 ,023577642

COMIS 229 3,0 10,0 6,223 1,8634

INDCOMIS 229 ,25000 1,00000 ,4600783 ,10540831

AUDCOM 229 3,0 7,0 4,445 1,4427

AUDQU 229 ,0 1,0 ,760 ,4281

MAT 229 ,0 1,0 ,703 ,4579

DER 229 ,08283 13,16845 4,3245992 3,76314338

ROA 229 -,013059 ,509540 ,05904653 ,067908085

SIZE 229 26,67926 32,91632 30,7734675 1,27864873Sumber: Data diolah, 2016.

Variabel peringkat obligasi (RATING)dalam penelitian ini adalah peringkatberkategori investment grade yang dibagi kedalam 3 klasifikasi yang diberi klasifikasipenilaian dengan angka 1 sampai dengan 3.Mean atau rata-rata dari peringkat obligasiadalah 2,638 dengan standar deviasi yangmenunjukkan variasi data sebesar 0,6315.Variabel kepemilikan institusional (INST)

dalam penelitian ini diukur dengan meng-gunakan presentase jumlah saham yangdimiliki oleh investor institusi dari seluruhtotal saham yang beredar. Hasil analisisstatistik deskriptif variabel kepemilikaninstitusional (INST) menunjukkan bahwanilai terendah (minimum) adalah sebesar0,231446 dan nilai tertingginya (maximum)adalah sebesar 0,980003. Mean atau rata-rata

Page 81: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 445

dari kepemilikan institusional adalah0,76634927. Hal ini menunjukkan bahwarata-rata perusahaan penerbit obligasimemiliki jumlah kepemilikan institusional>50% yang berarti rata-rata kepemilikaninstitusional relatif tinggi. Standar deviasidari variabel ini menunjukkan nilai sebesar0,165037082 yang berarti tingkat variasi datadari kepemilikan institusional sebesar0,165037082.

Variabel kepemilikan manajerial (MO-WN) dalam penelitian ini diukur denganmenggunakan presentase jumlah sahamyang dimiliki oleh pihak manajemen, ter-masuk manajer, direktur dan dewan komi-saris dari seluruh total saham yang beredar.Hasil analisis statistik deskriptif variabelkepemilikan manajerial (KPMJ) menunjuk-kan bahwa nilai terendah (minimum) adalahsebesar 0,00. Nilai 0 ini berarti bahwa adaperusahaan sampel dimana dewan komi-saris maupun direksi perusahaan samasekali tidak memiliki sebagian saham per-usahaan. Nilai tertinggi (maximum) variabelkepemilikan manajerial adalah sebesar0,134704. Mean atau rata-rata dari ke-pemilikan manajerial yang dijadikan sampeladalah 0,00732104. Hal ini memperlihatkanbahwa masih sedikit jumlah perusahaan diIndonesia yang sahamnya dimiliki olehpihak manajerial. Standar deviasi darivariabel ini menunjukkan nilai sebesar0,023577642 yang berarti bahwa tingkatvariasi data dari kepemilikan manajerialsebesar 0,023577642.

Variabel ukuran dewan komisaris(COMIS) dalam penelitian ini diukurdengan menggunakan jumlah total anggotadewan komisaris, baik yang berasal dariinternal perusahaan maupun dari eksternalperusahaan. Hasil analisis statistik des-kriptif variabel ukuran dewan komisaris(DKOM) menunjukkan bahwa total anggotadewan komisaris berkisar antara minimum3 dan maksimum 10 orang. Data ini me-nujukkan bahwa rata-rata perusahaan diIndonesia memiliki jumlah dewan komi-saris yang cukup besar. Terdapat 28 sampelyang memiliki jumlah dewan komisaris 3

orang. Sebanyak 85 sampel memiliki jumlahdewan komisaris antara 4 sampai dengan 6orang. Sebanyak 116 sampel memiliki jum-lah dewan komisaris lebih dari 6 orang. Haltersebut menunjukkan bahwa sebagianbesar perusahaan-perusahaan di indonesiamemiliki ukuran dewan komisaris yangcukup besar, yang secara rata-rata lebih dari6 orang.

Variabel komisaris independen (IND-COMIS) dalam penelitian ini diukur denganmenggunakan skala rasio melalui presen-tase anggota dewan komisaris yang berasaldari luar perusahaan dari seluruh ukurananggota dewan komisaris perusahaan. Hasilanalisis statistik deskriptif variabel komi-saris independen (KI) menunjukkan bahwanilai terendah (minimum) adalah sebesar0,25000 dan nilai tertingginya (maximum)adalah sebesar 1,000. Mean atau rata-ratadari komisaris independen yang dijadikansampel adalah 0,4600783. Standar deviasidari variabel ini menunjukkan nilai sebesar0,10540831 yang berarti bahwa tingkatvariasi data dari variabel komisaris inde-penden sebesar 0,10540831. Berdasarkandata yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata perusahaan sampel telah memenuhiperaturan Bapepam mengenai corporategovernance yang mensyaratkan jumlah ang-gota dewan komisaris independen minimal30%.

Variabel komite audit (AUDCOM)dalam penelitian ini diukur dengan jumlahkomite audit dalam suatu perusahaan. Hasilanalisis statistik deskriptif variabel komiteaudit (KMA) menunjukkan bahwa totalanggota dewan komisaris berkisar antaraminimum 3 sampai maksimum 7 orangdengan rata-rata 4,445. Standar deviasi darivariabel ini menunjukkan nilai sebesar1,4427 yang berarti bahwa tingkat variasidata dari variabel komite audit sebesar1,4427.

Variabel kualitas audit (AUDQU) padapenelitian ini diukur dengan menilai apa-kah laporan keuangan perusahaan penerbitobligasi diaudit oleh auditor big 4 atauselain big 4. Hasil analisis statistik deskriptif

Page 82: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

446 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

menunjukkan nilai rata-rata 76% atau 174sampel dari jumlah sampel keseluruhanyang mencapai 229 sampel laporan ke-uangannya diaudit oleh auditor big 4. Halini menunjukkan bahwa lebih banyak dariperusahaan penerbit obligasi memilihauditor big 4 untuk melakukan audit ataslaporan keuangannya.

Variabel umur obligasi (MAT) yangdisimbolkan dengan MAT pada penelitianini diukur dengan menilai umur obligasiapakah kurang dari lima tahun atau lebihdari lima tahun. Hasil analisis statistikdeskriptif variabel umur obligasi menunjuk-kan nilai rata-rata 70,3% atau sebanyak 161sampel dari jumlah sampel keseluruhanyang mencapai 229 sampel mempunyaiobligasi yang umurnya kurang dari 5 tahun.

Variabel leverage dalam penelitian inidiukur dengan menggunakan Debt to EquityRatio (DER), yakni total hutang dibagi totalekuitas. Hasil analisis statistik deskriptifuntuk leverage menunjukkan nilai terendahsebesar 0,8283 dan nilai tertingginya sebesar13,16845. Nilai rata-rata leverage adalah4,3246 dengan standar deviasi sebesar3,76314. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat variasi data dari leverage sebesar3,76314.

Variabel Return on Asset (ROA) dalampenelitian ini diukur dengan menghitungnet income dibagi total asset. Hasil analisisstatistik deskriptif untuk ROA menunjuk-kan nilai terendah sebesar -0,013059 dannilai tertingginya sebesar 0,509540. Nilairata-rata ROA dari adalah 0,05904653dengan standar deviasi sebesar 0,0679081.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat variasidata dari leverage sebesar 0,0679081.

Variabel ukuran perusahan (SIZE) da-lam penelitian ini diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva.Hasil analisis statistik deskriptif untuk SIZEmenunjukkan nilai terendah sebesar26,67926 dan nilai tertingginya sebesar32,91632. Nilai rata-rata SIZE sebesar30,773467 dengan standar deviasi sebesar1,278648.

Analisis Regresi Logistik OrdinalHasil uji hipotesis penelitian dengan

model regresi logistik ordinal disajikanpada Tabel 5 berikut.

Tabel 5Hasil Uji Ordinal Logistic Regression

Variabel Prediksi Estimate S.E. Wald Sig. Kesimpulan[RATING = 1,0] 40,482 8,292 23,835 ,000[RATING = 2,0] 44,051 8,556 26,507 ,000INST + 5,742 1,887 9,260 ,002 H1 didukungMOWN + 3,135 7,320 ,183 ,668 H2 tidak didukungCOMIS + ,153 ,203 ,570 ,450 H3 tidak didukungINDCOMIS + -7,793 2,139 13,268 ,000 H4 tidak didukungAUDCOM + 2,557 ,599 18,193 ,000 H5 didukungAUDQU + ,154 ,522 ,087 ,768 H6 tidak didukungMAT _ ,565 ,557 1,029 ,310 H7 tidak didukungDER _ -,189 ,080 5,563 ,018ROA + 7,616 3,312 5,288 ,021SIZE + 1,140 ,278 16,866 ,000

Pearson: Chi-square = 186,457, Sig. = 0,676 ; Deviance: Chi-squar=150,641, Sig.= 0,993Overall Model Fit Test: -2 Log Likehood Block Number = 0 adalah 349,194-2 Log Likehood Block Number = 1 adalah 150,641Psedo R-Square: Cox and Snell = 0,580; Nagelkerke =0,741; McFadden=0,569Test of Parallel Lines: Chi-square =11,561, Sig. = 0,316

Sumber: Hasil Olah Data, 2016.

Page 83: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 447

Langkah pertama yang dilakukan ada-lah uji Ordinal Logistic Regression yaitumenilai kelayakan model regresi denganmenggunakan Goodness of Fit Test. Nilai Chi-Square (Pearson) sebesar 186,457 dengansignifikansi 0,676 dan Chi-Square (Deviance)adalah 150,641 dengan signifikansi 0,993menunjukkan bahwa model fit dengan data.

Langkah kedua adalah menilai ke-seluruhan model regresi dengan mem-bandingkan nilai -2 Log Likelihood BlockNumber = 0 dan -2 Log Likelihood BlockNumber = 1. Adanya penurunan yang signi-fikan nilai -2 Log Likelihood Block Number =0 sebesar 349,194 menjadi 150,641 padamodel -2 Log Likelihood Block Number = 1,menunjukkan bahwa model regresi denganmemasukkan semua variabel independenlebih baik atau dengan kata lain model yangdihipotesiskan fit dengan data.

Langkah ketiga adalah melakukan UjiParallel Lines yaitu untuk menguji asumsibahwa semua kategori memiliki parameteryang sama atau tidak. Dengan nilai Chi-square sebesar 11,561 dan sig. sebesar 0,316menunjukkan bahwa model yang dihasil-kan memiliki parameter yang sama atauhubungan antara variabel independendengan logit adalah sama untuk semuapersamaan logit sehingga pemilihan linkfunction telah sesuai.

Berdasarkan hasil uji dengan OrdinalLogistic Regression maka diperoleh per-samaan regresi sebagai berikut:Logit (p1) = 40,482 + 5,742INST + 3,135MOWN + 0,153COMIS - 7,793INDCOMIS +2,557AUDCOM + 0,154AUDQU + 0,565MAT- 0,189DER + 7,616ROA + 1,140SIZE

Logit (p1 + p2) = 44,051 + 5,742INST +3,135MOWN + 0,153COMIS - 7,793INDCOMIS + 2,557AUDCOM + 0,154AUDQU +0,565MAT - 0,189DER + 7,616ROA+ 1,140SIZE

Langkah selanjutnya adalah mengujipengaruh dari masing-masing variabelindependen terhadap variabel dependen-nya.

Pengaruh Kepemilikan Institusional ter-hadap Prediksi Peringkat Obligasi

Besarnya koefisien INST adalah 5,742dengan tingkat signifikansi 0,002 menunjuk-kan bahwa H1 berhasil didukung. Artinyasemakin besar kepemilikan institusionaldalam perusahaan maka prediksi peringkatobligasi menjadi semakin tinggi demikianjuga sebaliknya. Hasil ini mengindikasikanbahwa monitoring yang dijalankan pihakinstitusi sudah optimal dan efektif sebagaialat untuk memonitor manajemen. Temuanstudi ini sejalan dengan teori keagenen yangmengemukakan bahwa konsentrasi ke-pemilikan institusi akan berusaha meningkat-kan nilai perusahaan yang pada akhirnyaakan menaikkan prediksi peringkat obligasiperusahaan. Hasil penelitian ini konsistendengan penelitian Setyaningrum (2005)serta Bhojraj dan Sengupta (2003) yangmembuktikan bahwa persentase kepemilik-an institusi memiliki hubungan yang positifsignifikan dengan peringkat obligasi.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial ter-hadap Prediksi Peringkat Obligasi

Besarnya koefisien MOWN adalah3,135 dengan tingkat signifikansi 0,668 me-nunjukkan bahwa H2 tidak berhasil di-dukung. Artinya kepemilikan manajerialtidak berpengaruh secara signifikan ter-hadap prediksi peringkat obligasi. Hasilyang tidak signifikan ini kemungkinandisebabkan karena presentase jumlah ke-pemilikan saham oleh manajerial relatifkecil. Berdasarkan deskripsi data diketahuibahwa rata-rata kepemilikan manajerialhanya sebesar 0,00732104 atau 0,732% daritotal saham perusahaan. Angka ini me-nunjukkan bahwa belum banyak mana-jemen perusahaan di Indonesia memilikisaham perusahaan yang dikelolanya de-ngan jumlah yang cukup signifikan. Dengankepemilikan saham manajerial yang relatifkecil, manajemen belum mampu men-sejajarkan kepentingannya dengan pihakinvestor maupun kreditor dalam menerimarisiko keuangan yang timbul akibat tidakdapat dilunasinya obligasi tepat waktu, oleh

Page 84: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

448 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

karena itu dengan kepemilkan sahammanajerial yang relatif kecil belum mampumempengaruhi secara positif prediksi pe-ringkat obligasi perusahaan. Hasil peneliti-an ini konsisten dengan penelitian Setya-purnama dan Norpratiwi (2006) dan Setya-ningrum (2005) yang menemukan bahwakepemilikan manajerial tidak berpengaruhsignifikan terhadap peringkat obligasi.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris ter-hadap Prediksi Peringkat Obligasi

Besarnya koefisien COMIS adalah 0,153dengan tingkat signifikansi 0,450 menunjuk-kan bahwa H3 tidak berhasil didukung.Artinya ukuran dewan komisaris dalamperusahaan tidak berpengaruh signifikanterhadap prediksi peringkat obligasi. Hasilini mengindikasikan bahwa monitoringyang dijalankan dewan komisaris tidakoptimal atau belum efektif sebagai alatuntuk memonitor manajemen. Hal ini dapatdisebabkan karena jumlah dewan komisarisyang belum memadai untuk memonitormanajemen puncak. Dalam penelitian inirata-rata jumlah dewan komisaris yang adadalam perusahaan sampel adalah sebanyak6 orang. Jumlah ini kemungkinan masihbelum cukup optimal bagi dewan komisarisuntuk memonitor kerja manajemen secaraefektif.

Hasil penelitian ini tidak konsistendengan penelitian Prasetiyo (2010) dan Delli(2014) yang menyatakan bahwa semakinbesar jumlah komisaris maka fungsi servicedan kontrol akan semakin baik karena akansemakin banyak keahlian dalam mem-berikan nasihat yang bernilai dalam strategidan penyelenggaraan perusahaan, namun,hasil penelitian ini konsisten dengan pe-nelitian Setyaningrum (2005) dan Utami(2012) yang menemukan bahwa ukurandewan komisaris tidak berpengaruh signi-fikan terhadap peringkat obligasi.

Pengaruh Komisaris Independen terhadapPrediksi Peringkat Obligasi

Besarnya koefisien INDCOMIS adalah-7,793 dengan tingkat signifikansi 0,000

menunjukkan bahwa H4 yang menyatakanbahwa komisaris independen berpengaruhpositip terhadap prediksi peringkat obligasitidak berhasil didukung. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa komisaris independenjustru berpengaruh negatif signifikan ter-hadap prediksi peringkat obligasi. Artinyasemakin besar proporsi komisaris inde-penden dalam perusahaan akan mem-pengaruhi prediksi peringkat obligasi men-jadi semakin rendah dan sebaliknya.

Temuan ini mengindikasikan bahwasemakin besar proporsi komisaris inde-penden, maka secara kolektif komisarisindependen memiliki power untuk dapatmempengaruhi berbagai keputusan dewankomisaris, sehingga jika jumlah komisarisindependen dalam perusahaan terlalu besarjustru akan mengakibatkan keputusan de-wan komisaris menjadi kurang fokus padakeputusan yang sejalan dengan tujuanutama perusahaan. Keputusan yang diambilmenjadi kurang tepat bagi perusahaan,yang berakibat pada kinerja perusahaanakan semakin menurun. Penurunan kinerjaperusahaan berakibat pada kemampuanperusahaan untuk melunasi kewajiban jugasemakin menurun, sehingga peringkat obli-gasi akan semakin menurun.

Hasil yang negatif signifikan tersebutjuga dapat disebabkan karena pengangkat-an komisaris independen oleh perusahaanmungkin hanya dilakukan untuk pemenuh-an regulasi saja bukan dimaksudkan untukmenegakkan GCG. Banyak perusahaan me-nempatkan komisaris independen yangtidak memiliki kompetensi pada bidangakuntansi dan atau keuangan. Hasil pe-nelititan ini tidak konsisten dengan pe-nelitian Setyapurnama dan Norpratiwi(2006) dan Bhojraj dan Sengupta (2003) yangmenemukan bukti bahwa komposisi dewankomisaris independen berpengaruh positifsignifikan terhadap peringkat obligasi.

Pengaruh Komite Audit terhadap PrediksiPeringkat Obligasi

Besarnya koefisien AUDCOM adalah2,557 dengan tingkat signifikansi 0,000

Page 85: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 449

menunjukkan bahwa H5 yang menyatakanbahwa komite audit berpengaruh positipterhadap prediksi peringkat obligasi ber-hasil didukung. Artinya semakin besarjumlah komite audit dalam perusahaanakan mempengaruhi prediksi peringkatobligasi menjadi semakin tinggi, dansemakin kecil jumlah komite audit dalamperusahaan, akan mempengaruhi prediksiperingkat obligasi menjadi semakin rendah.

Komite audit ini akan meningkatkankualitas keseluruhan dari proses pelaporankeuangan perusahaan dan akan memasti-kan bahwa perusahaan menerapkan prin-sip-prinsip akuntansi yang akan menghasil-kan informasi keuangan perusahaan yangakurat dan berkualitas. Sesuai dengan tugaskomite audit yang memelihara kredibilitasproses penyusuan laporan keuangan, meng-optimalkan fungsi pengawasan, mengawasiaudit eksternal dan menjadi sistem pe-ngendalian internal perusahaan, makadengan adanya kinerja komite audit yangefektif dapat meningkatkan kinerja per-usahaan dan pada akhirnya peringkatobligasi perusahaan menjadi tinggi (Pra-setiyo, 2010). Hasil penelitian ini konsistendengan penelitian Setyaningrum (2005) danPrasetiyo (2010) yang menemukan buktibahwa kualitas transparansi dan peng-ungkapan informasi keuangan yang diukurdengan komite audit memiliki hubunganyang positif signifikan dengan peringkatobligasi.

Pengaruh Kualitas Audit terhadapPrediksi Peringkat Obligasi

Koefisien AUDQU adalah 0,154 dengantingkat signifikansi 0,768 menunjukkanbahwa H6 tidak berhasil didukung. Artinyakualitas audit yang diukur dengan KAP TheBig 4 tidak berpengaruh positip signifikanterhadap prediksi peringkat obligasi. Hasilyang tidak signifikan ini mungkin jugadisebabkan karena KAP dengan reputasiyang tinggi sempat beberapa kali terlibatdalam skandal keuangan. Untuk di Indo-nesia, KAP big 4 juga pernah terlibat dalambeberapa skandal keuangan seperti pada

kasus PT Kimia Farma yang melibatkanKAP Hans Tuanakotta yang merupakanafiliasi dari Deloitte serta kasus Bank Lippoyang melibatkan KAP Prasetiyo, Sarwokodan Sandjaja yang merupakan afiliasi dariErnst dan Young Kasus tersebut membukti-kan bahwa KAP big 4 yang memiliki kuali-tas yang baik juga dapat melakukan ke-salahan dalam pelaksanaan audit (Winardi,2013).

Hasil penelitian ini tidak konsistendengan penelitian Setyaningrum (2005);Prasetiyo (2010); dan Nelly dan Lukman(2013) yang menemukan bukti bahwakualitas audit berpengaruh signifikan ter-hadap peringkat obligasi, namun penelitianini sesuai dengan penelitian Sejati (2010);Magreta dan Nurmayanti (2009); Winardi(2013) serta Rusfika dan Wahidahwati(2015) yang menyimpulkan bahwa reputasiauditor tidak berpengaruh terhadap pre-diksi peringkat obligasi. Perusahaan yangdiaudit oleh KAP big 4 maupun tidakdiaudit oleh KAP big 4 ternyata tidakmempunyai pengaruh terhadap prediksiperingkat obligasi, karena perusahaan pe-nerbit yang diaudit oleh big 4 belum tentuobligasinya memiliki peringkat investmentgrade dan perusahaan yang tidak diauditoleh KAP big 4 belum tentu obligasi yangditerbitkannya memperoleh peringkat noninvestment grade. Hal ini sejalan denganhasil, namun tidak didukung oleh hasilpenelitian Nelly dan Lukman (2013).

Pengaruh Debt Maturity terhadap PrediksiPeringkat Obligasi

Besarnya koefisien MAT adalah 0,565dengan tingkat signifikansi 0,310 menunjuk-kan bahwa H6 tidak berhasil didukung.Artinya umur obligasi tidak mempengaruhiperingkat obligasi yang diberikan oleh per-usahaan pemeringkat. Hasil penelitian initidak konsisten dengan penelitian Andry(2005); Adrian (2011) dan Sudaryanti et al.(2011) yang menemukan bahwa variabeldebt maturity mempunyai pengaruh ter-hadap peringkat obligasi, namun hasilpenelitian ini sesuai dengan penelitian

Page 86: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

450 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

Magreta dan Nurmayanti (2011); Estiyantidan Yasa (2012); Winardi (2013) dan Rusfikadan Wahidahwati (2015) yang menemukanbahwa umur obligasi (debt maturity) tidakberpengaruh signifikan terhadap prediksiperingkat obligasi. Hasil ini kemungkinandisebabkan karena investor dalam melaku-kan investasi pada sekuritas obligasi meng-abaikan faktor umur obligasi, karena inves-tor beranggapan sewaktu-waktu bisa men-jual investasi obligasi ketika membutuhkandana.

Pembahasan Variabel KontrolPengaruh Leverage terhadap PrediksiPeringkat Obligasi

Hasil pengujian regresi menunjukkanbahwa leverage yang diproksikan dengandebt to equity ratio (DER) memiliki nilaikoefisien negatif sebesar -0,189 dengantingkat signifikansi 0,018 dan nilai statistikwald sebesar 5,563. Hal ini mengindikasikanbahwa leverage yang diproksikan denganDER memiliki pengaruh negatif signifikanterhadap prediksi peringkat obligasi. Arti-nya semakin besar DER akan mempe-ngaruhi obligasi mendapatkan peringkatobligasi semakin rendah dan semakin kecilDER akan mempengaruhi obligasi men-dapatkan peringkat obligasi semakin tinggi.

Hasil ini sesuai dengan penelitianYuliana et al. (2011) yang menyatakan bah-wa perusahaan dengan rasio leverage yangtinggi cenderung memiliki kemampuanyang rendah dalam memenuhi kewajiban-nya. Salah satu alasannya ialah semakintinggi rasio leverage diartikan bahwa se-bagian besar aktiva perusahaan didanaidengan hutang yang berdampak padarendahnya kemampuan perusahaan dalammelunasi kewajiban-kewajibannya sehinggadapat menurunkan peringkat obligasiperusahaan.

Pengaruh Profitabilitas terhadap PrediksiPeringkat Obligasi

Hasil pengujian regresi menunjukkanbahwa profitabilitas yang diproksikan de-ngan return on asset (ROA) memiliki nilai

koefisien positif sebesar 7,616 dengantingkat signifikansi 0,021 dan nilai statistikwald sebesar 5,288. Hasil ini menunjukkanbahwa profitabilitas yang diproksikan de-ngan ROA memiliki pengaruh positif signi-fikan terhadap prediksi peringkat obligasi.Artinya semakin besar ROA akan mem-pengaruhi obligasi mendapatkan peringkatobligasi semakin tinggi dan semakin kecilROA akan mempengaruhi obligasi men-dapatkan peringkat obligasi semakin ren-dah. Dengan demikian hasil temuan pe-nelitian ini sesuai dengan hasil penelitianMagreta dan Nurmala (2009), Raharja danSari (2008), namun tidak sesuai dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Almilia danDevi (2007), Sejati (2010) yang menunjukkanbahwa profitabilitas tidak memberikanpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Rasio profitabilitas mengukur seberapaefektif perusahaan dalam beroperasi se-hingga menghasilkan keuntungan padaperusahaan. Profitabilitas memberikan indikasi kemampuan perusahaan untuk goingconcern. Semakin tinggi rasio profitabilitassemakin baik kemampuan perusahaan da-lam membayar bunga periodik dan me-lunasi pokok pinjaman sehingga dapat me-ningkatkan peringkat obligasi perusahaan.

Pengaruh Size Perusahaan terhadapPrediksi Peringkat Obligasi

Hasil pengujian regresi menunjukkanbahwa size perusahaan yang diproksikandengan ln total aset memiliki nilai koefi-sien positif sebesar 1,140 dengan tingkatsignifikansi 0,000 dan nilai statistik waldsebesar 16,866. Hasil ini menunjukkan bah-wa size perusahaan yang diproksikan de-ngan ln total aset memiliki pengaruh positifsignifikan terhadap prediksi peringkat obli-gasi. Artinya semakin besar ukuran per-usahaan akan mempengaruhi obligasi men-dapatkan peringkat obligasi semakin tinggidan semakin kecil size perusahaan akanmempengaruhi obligasi mendapatkan pe-ringkat obligasi semakin rendah.

Ukuran perusahaan dapat tercermindari total asset, penjualan maupun ekuitas

Page 87: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 451

yang dimiliki suatu perusahaan. Per-usahaan kecil lebih memiliki risiko yangbesar dibandingkan dengan perusahaanbesar. Aset yang dimiliki perusahaan besarrelatif lebih besar jumlahnya sehinggadengan aset tersebut dapat digunakanuntuk jaminan membayar obligasi, olehkarena itu perusahaan yang besar memilikikemampuan untuk melunasi kewajibanobligasi, sehingga peringkat obligasi men-jadi lebih baik.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk meng-analisis pengaruh corporate governance dandebt maturity terhadap prediksi peringkatobligasi. Corporate governance diproksikanoleh kepemilikan institusional, kepemilikanmanajerial, ukuran dewan komisaris, komi-saris independen, komite audit, dan kualitasaudit.

Berdasarkan hasil regresi logistik ordi-nal dapat disimpulkan bahwa variabelkepemilikan institusional dan komite auditberpengaruh positif signifikan terhadapprediksi peringkat obligasi. Hal ini me-nunjukkan bahwa semakin besar kepemilik-an institusional dan komite audit dalamperusahaan maka akan mempengaruhi pre-diksi peringkat obligasi menjadi semakintinggi dan sebaliknya, sedangkan variabelkepemilikan manajerial, ukuran dewankomisaris, kualitas audit dan debt maturitytidak berpengaruh terhadap prediksi pe-ringkat obligasi. Sementara itu variabelkomisaris independen yang diduga ber-pengaruh positip terhadap prediksi pe-ringkat obligasi justru berpengaruh negatifterhadap prediksi peringkat obligasi.

Hal ini kemungkinan disebabkankarena pengangkatan komisaris independenoleh perusahaan hanya dilakukan untuk pe-menuhan regulasi saja tapi tidak dimaksud-kan untuk menegakkan GCG serta tidakmemiliki kompetensi pada bidang akun-tansi dan atau keuangan, sehingga semakinbesar proporsi komisaris independen justru

akan mempengaruhi prediksi peringkatobligasi menjadi semakin rendah.

Implikasi PenelitianHasil penelitian ini memberikan kontri-

busi bagi investor dan kreditor dalammembantu memprediksi peringkat obligasiperusahaan. Perusahaan dengan kepemilik-an institusional dan komite audit yang se-makin besar, maka diprediksi perusahaantersebut mempunyai obligasi dengan pe-ringkat yang semakin tinggi. Hal ini di-sebabkan monitoring yang dijalankan inves-tor institusional dan komite audit sudahcukup optimal dan efektif bagi perusahaansehingga akan meningkatkan peringkatobligasi perusahaan. Selain itu denganadanya temuan bahwa komisaris inde-penden berpengaruh negatif signifikan ter-hadap prediksi peringkat obligasi berimpli-kasi bagi perusahaan agar meningkatkankualitas komisaris independennya. Per-usahaan diharapkan mengangkat komisarisindependen yang memiliki kompetensimemadai dalam bidang akuntansi dankeuangan agar keberadaan komisaris inde-penden mampu meningkatkan kinerjamanajemen yang pada akhirnya juga akanmeningkatkan kinerja perusahaan sehinggaperingkat obligasi juga akan smakin me-ningkat.

Keterbatasan dan SaranKeterbatasan penelitian ini dan saran

untuk penelitian selanjutnya adalah (1)penelitian ini hanya menggunakan dataperingkat obligasi yang dikeluarkan oleh PTPEFINDO, sementara masih ada lembagapemeringkat obligasi lain yang ada diIndonesia. Diharapkan penelitian selanjut-nya dapat menggunakan data peringkatobligasi lembaga pemeringkat lain sepertiPT Kasnic Credit Rating Indonesia dan PTFitch Ratings Indonesia, kemudian dilaku-kan uji beda untuk membandingkan hasilpenelitian yang dilakukan dengan meng-gunakan data dari lembaga pemeringkatselain Pefindo, (2) penilaian terhadap varia-bel good corporate governance dalam

Page 88: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

452 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

penelitian ini diproksikan oleh kepemilikaninstitusional, kepemilikan manajerial, ukur-an dewan komisaris, komisaris independen,komite audit, dan kualitas audit.

Penelitian selanjutnya dapat meng-gunakan Corporate Governance PerceptionIndex (CGPI) sebagai proksi variabel goodcorporate governance.

DAFTAR PUSTAKAAdrian, N. 2011. Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Peringkat Obli-gasi Pada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia.Skripsi. Universitas Diponegoro. Sema-rang. http://eprints.undip.ac.id/26855/1/JURNAL_NICKO_ADRIAN_C2A606074.pdf. Diakses tanggal 20 Maret2016.

Almilia, L. S. dan V. Devi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PrediksiPeringkat Obligasi pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia. Prosiding SeminarNasional Manajemen SMART Bandung:1-23.

Altman, E. I. 1989. Measuring CorporateBond Mortality and Performance.Journal of Finance 44: 909–922.

Andry, W. 2005. Analisis Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prediksi Pering-kat Obligasi. Jurnal Buletin Ekonomi danMoneter dan Perbankan 8(2): 243-262.

Bhojraj, S. dan P. Sengupta. 2003. Effect ofCorporate Governance on Bond Ratingsand Yields: The Role of InstitutionalInvestors and Outside Directors. TheJournal of Business 76(3): 455-475. www.ssrn.com. Diakses 23 Juli 2015.

Boediono, G. 2005. Kualitas Laba: StudiPengaruh Corporate Governance danDampak Manajemen Laba denganMenggunakan Analisis Jalur. ProsidingSimposium Nasional Akuntansi VIII Solo:172-194.

Delli, M. 2014. Pengaruh Mekanisme Corpo-rate Governance dan Profitabilitas Per-usahaan terhadap Peringkat Obligasi.Jurnal Ilmiah ESAI 8(2): 1-14.

Doganay, M.; M. Kors. And R. Akta. 2012.Predicting the Bond Ratings of S &P 500Firms. The IUP Journal of Applied Finance18(4):83-96. https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2184775.Diakses 4 Oktober 2015.

Estiyanti, N. M dan G. W. Yasa. 2012.Pengaruh Faktor Keuangan dan NonKeuangan Pada Peringkat Obligasi diBursa Efek Indonesia. Jurnal UniversitasUdayana. http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/u.ploads/2014/03/034-AKPM-53.pdf. Diakses 21 Januari 2016

Fitriyah dan E. W. Damayanti. 2012. Pe-ngaruh Corporate Governance danRasio Akuntansi terhadap PeringkatObligasi. Jurnal Fakultas Ekonomi Uni-versitas Islam Negeri Maulana MalikIbrahim. Malang. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116034&val=5274. Diakses 4 Februari 2016.

Ikhsan, A. E.; M. N. Yahya; dan Saidatur-rahmi. 2012. Peringkat Obligasi danFaktor yang Mempengaruhinya. PekbisJurnal 4(2): 115-123.

Jelita, G. L. 2014. Pengaruh CorporateGovernance Terhadap Peringkat Obli-gasi (Studi Empiris Pada PerusahaanNon Keuangan yang Terdaftar diPefindo dan BEI Periode 1 Januari 2010- 31 Mei 2014). Skripsi. UniversitasDiponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/43881/1/04_JELITA.pdf.Diakses 3 Januari 2016.

Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. 1976.Theory of The Firm: Managerial Beha-vior, Agency Costs and OwnershipStructure. Journal of Financial Economics3(4): 305-360.

Kliger, D. and O. Sarig. 2000. The Infor-mation Value of Bond Ratings. TheJournal of Finance 55(6): 2879-2902.

Magreta dan P. Nurmayanti. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PrediksiPeringkat Obligasi Ditinjau dari FaktorAkuntansi dan Non Akuntansi. JurnalBisnis dan Akuntansi 11(3): 143-154.

Page 89: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Debt Maturity ... – Marfuah, Endaryati 453

Nelly, T Dan H. Lukman. 2013. AnalisisFaktor-Faktor Yang MempengaruhiPeringkat Obligasi Pada Industri Per-bankan Yang Terdaftar Di Bursa EfekIndonesia periode 2008-2012. JurnalAkuntansi Fakultas Ekonomi Taruma-negara. http://portal.kopertis3.or.id/handle/123456789/2013. Diakses 17 Juli 2015.

Prasetiyo, A. 2010. Pengaruh CorporateGovernance Dan Profitabilitas PerusahaanTerhadap Peringkat Obligasi. Skripsi.Universitas Diponegoro. Semarang.http://eprints.undip.ac.id/22310/1/SKRIPSI.pdf. Diakses 25 November 2015.

Raharja dan M. Sari. 2008. KemampuanRasio Keuangan Dalam MemprediksiPeringkat Obligasi (PT.Kasnic CreditRating). Jurnal MAKSI 8(2): 212-232.

Rasyid, R. dan E. J. Kostaman. 2013. Ana-lisis Pengaruh Mekanisme Good Corpo-rate Governance dan Profitabilitas Per-usahaan terhadap Peringkat Obligasi.Jurnal UKRIDA 1(1). http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1883/1/tulisan_Rosmita%20Rasyid_analisis%20Pengaruh%20Mekanisme%20GCG%20dan%20Profitabiitas%20Perusahan%20terhadap%20peringkat%20obligasi.pdf. Diakses 20 Desember 2015.

Rusfika dan Wahidahwati. 2015. Kemampu-an Faktor Akuntansi Dan Non Akun-tansi Dalam Memprediksi Bond Rating.Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi 4(4): 1-18.

Sari, L. K. dan H. Murtini. 2015. PengaruhCorporate Governance Terhadap Pe-ringkat Obligasi Pada Perusahaan NonKeuangan. Accounting Analysis Journal4(1):1-13. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj/article/view/7825.Diakses 10 Januari 2016.

Sejati, G. P. 2010. Analisis Faktor Akuntansidan Non Akuntansi dalam Mempre-diksi Peringkat Obligasi PerusahaanManufaktur. Jurnal Ilmu Administrasidan Organisasi 17(1): 70-78.

Setyaningrum, D. 2005. Pengaruh Cor-porate Governance Terhadap PeringkatSurat Utang Perusahaan di Indonesia.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia2(2): 73-102.

Setyapurnama, Y. S. dan A. M. V. Nor-pratiwi. 2006. Pengaruh CorporateGovernance terhadap Peringkat Obli-gasi dan Yield Obligasi. Jurnal Akun-tansi & Bisnis 7(2): 107-108.

Siallagan, H. dan M. Machfoedz. 2006.Mekanisme Corporate Governance,Kualitas laba, dan Nilai Perusahaan.Prosiding Simposium Nasional AkuntansiIX. Padang: 1-23. http://blog.umy.ac.id/ervin/files/2012/06/K-AKPM-13.pdf. Diakses 24 Januari 2016.

Spence, M. 1973. Job Marketing Signaling.The Quarterly Journal of Economics 87(3):355-374.

Sudaryanti, N., A. A. Mahfudz dan R.Wulandari. 2011. Analisis DeterminanPeringkat Sukuk dan Peringkat Obli-gasi di Indonesia. Islamic Finance &Business Review 6(2): 105-137.

Sunarjanto, N. A., dan Tulasi, D. 2013.Kemampuan Rasio Keuangan danCorporate Governance MemprediksiPeringkat Obligasi pada PerusahaanConsumer Goods. Jurnal Keuangan danPerbankan 17(2): 230-242.

Susiana dan A. Herawaty. 2007. AnalisaPengaruh Indepedensi, MekanismeCorporate Governance, Kualitas AuditTerhadap Integritas Laporan Keuangan.Prosiding Simposium Nasional Akun-tansi X. Makasar. http://accounting.feb.ub.ac.id/simposium-nasional-akuntansi/sna-10-makassar/. Diakses11 November 2015.

Susilowati, S, dan Sumarto. 2010. Mem-prediksi Tingkat Obligasi PerusahaanManufaktur yang Listing di BEI. JurnalMitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis1(2): 163-175.

Ujiyantho, M. A. dan B. A. Pramuka. 2007.Corporate Governance, ManajemenLaba dan Kinerja Keuangan. ProsidingSimposium Nasional Akuntansi X. Makas-sar. http://accounting.feb.ub.ac.id/simposium-nasional-akuntansi/sna-10-makassar/. Diakses 21 November 2015.

Page 90: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

454 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 434 – 454

Utami, A. G. 2012. Corporate Governanceterhadap Peringkat Obligasi. AccountingAnalysis Journal. AAJ 1(2): 1-8. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj.Diakses 12 Januari 2016.

Widyastuti, T., Djumahir, dan N. Khusni-yah. 2014. Faktor-faktor yang Berpe-ngaruh terhadap Peringkat Obligasi(Studi pada perusahaan Manufakturyang terdaftar di BEI). Jurnal AplikasiManajemen 12(2): 269-278.

Winardi, R. D. 2013. Faktor Akuntansi danNon Akuntansi Yang MempengaruhiPrediksi Peringkat Obligasi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidaya-tullah. Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/23887Diakses 2 Desember 2015.

www.kompasiana.com/wyndra/tren-obligasi-gagal bayar_54ff6e0da333111e 5050fc94. Diakses 12 Nopember 2015.

Yuliana, R. 2011. Analisis Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Prediksi Pering-kat Obligasi Pada Perusahaan Keua-ngan Yang Terdaftar Di Bursa EfekIndonesia. Prosiding Simposium NasionalAkuntansi XIVAceh. http://pdeb.fe.ui.ac.id/?p=5677. Diakses 6 Desember2015.

Page 91: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

415

MENGAPA WAJIB PAJAK MENGIKUTI TAX AMNESTY(STUDI KASUS DI SOLO)

Titik [email protected]

Antin OkfitasariUniversitas Sebelas Maret Surakarta

STMIK Duta Bangsa Surakarta

ABSTRACT

Tax amnesty program was obtain to apply Republic Indonesia government regulation number 11 year 2016. Thepresent study aims at providing why do tax payers take tax amnesty. This study used Case Study Researchapproach. A single case study approach was choosen because one data was enough to achieve the researchobjective. Data were gathered by questionnaire and semi-structured interview with tax payers in Solo Raya. Thefinding shows that comprehension of tax amnesty only can be understood three of tax payers, they take taxamnesty program by working together with tax consultant, and the problems are for arranging technical andminim for socialization become obstruction of tax amnesty realization. The limitation of this research is notusing comparative case study. In addition, this research timming is limited. However this research raises thehigher of leader or personal commitment to do tax amnesty program with the hope by increasing regular taxamnesty socialization, simplification of procedure tax amnesty for small business tax payers, also if tax amnestyresults, the tax money, actually were used for public wealthy.

Key words: tax amnesty, single case study, commitment

ABSTRAK

Program pengampunan pajak (tax amnesty) telah berjalan untuk melaksanakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016. Penelitian ini bertujuan mencari makna mengapaWajib Pajak mengikuti tax amnesty. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Single casestudy dipilih karena data yang diperoleh dari satu tempat telah cukup untuk menjawab tujuanpenelitian. Data diperoleh dengan kuesioner dan wawancara semi terstruktur dengan wajib pajak diSolo Raya. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman tax amnesty hanya dipahami oleh tiga wajibpajak, wajib pajak melaksanakan tax amnesty dengan bekerjasama dengan pihak luar (konsultanpajak), rumitnya teknis penyusunan dan kurangnya sosialisasi menjadi hambatan dalam pelaksanaantax amnesty. Keterbatasan dari penelitian ini adalah belum menggunakan comparative case study danterbatasnya waktu penelitian. Meskipun begitu penelitian ini menunjukkan tingginya komitmenpimpinan/pribadi untuk melaksanakan tax amnesty dengan harapan bahwa masih perlunyapeningkatan sosialisasi atas program tax amnesty, penyederhanaan prosedur tax amnesty bagi UMKM,serta uang pajak hasil tax amnesty benar-benar digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuranrakyat.

Kata kunci: tax amnesty, single case study, komitmen

PENDAHULUANDalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015,penerimaan perpajakan ditargetkan sebesar

Rp1.489,3 triliun atau hampir 80 persen daritotal penerimaan negara. Realiasi APBNtahun 2015 menunjukkan bahwa targettersebut hanya terealisasi sebesar Rp 1.379,9

Page 92: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

416 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

triliun saja. Dalam Nota Keuangan danRAPBN tahun 2015 tampak bahwa targetpenerimaan pajak dari tahun ke tahunsemakin meningkat. Salah satu upaya yangdilakukan Direktorat Jenderal Perpajakan(DJP) selaku otoritas penanggungjawabtarget penerimaan pajak adalah denganmelakukan reformasi aturan-aturan di bi-dang perpajakan Selain itu, juga meliputireformasi birokrasi, remunerasi, reorgani-sasi serta informasi teknologi (Bawazier,2011). Salah satu program yang saat inidijalankan adalah penghapusan sanksi yangtelah dicanangkan di tahun 2015, serta taxamnesty yang telah ditetapkan pada 29 Juli2016 melalui Undang-Undang No 11 Tahun2016.

Sesuai namanya, tax amnesty untukmengampuni wajib pajak (WP) yang belumatau belum sepenuhnya menjalankan ke-wajiban membayar pajak. Fasilitas yangdiperoleh rakyat jika mengikuti program iniadalah: (1) dihapuskan pajak terutang yangbelum diterbitkan ketetapan pajak, (2) tidakterkena sanksi administrasi perpajakan dansanksi pidana bidang perpajakan dalammasa pajak, bagian tahun pajak, serta tahunpajak, sampai akhir tahun pajak terakhir, (3)tidak diperiksa pajak, bukti permulaan, danpenyidikan tindak pidana bidang per-pajakan dalam masa pajak, bagian tahunpajak, serta tahun pajak, sampai akhir tahunpajak terakhir, (4) dihentikan proses pe-meriksaan pajak, bukti permulaan danpenyidikan tindak pidana bidang per-pajakan jika wajib pajak sedang diprosestapi sebelumnya telah ditangguhkan, sam-pai akhir tahun pajak terakhir, (5) ke-rahasiaan data yang diserahkan untukpengampunan pajak sehingga data tidakbisa dijadikan dasar penyidikan dan pe-nyelidikan tindak pidana apapun, (6) pem-bebasan pajak untuk penghasilan baliknama harta tambahan. Tambahan hartayang harus diungkapkan wajib pajak adalahharta yang diperoleh mulai dari 1 Januari1985 sampai 31 Desember 2015 yang belumdiungkap di Surat Pemberitahuan Tahunan

(SPT Tahunan) pajak penghasilan (www.pajak.go.id).

Program pengampunan pajak tahappertama berakhir Jumat 30 September 2016,Presiden memantau langsung layananpengampunan pajak di Kantor PusatDirektorat Jenderal Pajak Jakarta. Presidenmengingatkan masih ada tahap kedua danketiga yang bisa diikuti wajib pajak, pelakuusaha, dan masyarakat. Berdasarkan dataDJP aset yang dideklarasikan pada tahappertama menembus Rp4.000 triliun, re-patriasi Rp135 triliun dan uang tebusanyang masuk kas negara Rp93,6 triliun. Datapajak hasil pengampunan pajak akan di-gunakan bersama-sama dengan data pajakyang telah dimiliki sebelumnya untukmengidentifikasi potensi pajak pada tahun-tahun mendatang. Apabila melihat total asetyang dilaporkan dalam program peng-ampunan pajak tahap pertama sekitar 69,5persen yang merupakan aset dalam negeri,berarti DJP belum sepenuhnya mampumenggali potensi pajak dalam negeri apa-lagi yang ada di luar negeri. Selain itudiharapkan program pengampunan pajakmenjadi momentum yang tepat untuk men-dorong usaha mikro, kecil dan menengahtumbuh subur, menimbulkan keadilan bagisemua wajib pajak, namun realisasinyaurusan administrasi dan prosedurnya justrudinilai kurang ramah bagi pelaku usahaUMKM (bisniskeuangan.kompas.com).

Besarnya persentase kegiatan ekonomibawah tanah (underground economy), dinegara maju dapat mencapai 14–16 persendari Produk Domestik Bruto (PDB), sedang-kan di negara berkembang dapat mencapai35–44 persen dari PDB. Kegiatan ekonomibawah tanah ini tidak pernah dilaporkansebagai penghasilan dalam formulir suratpemberitahuan tahunan (SPT) Pajak Peng-hasilan, sehingga masuk dalam kriteria pe-nyelundupan pajak (tax evasion). Penye-lundupan pajak mengakibatkan beban pajakyang harus dipikul oleh para wajib pajakyang jujur membayar pajak menjadi lebihberat, dan hal ini mengakibatkan ketidak

Page 93: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 417

adilan yang tinggi. Peningkatan kegiatanekonomi bawah tanah yang dibarengidengan penyelundupan pajak ini sangatmerugikan negara karena berarti hilangnyapenerimaan pajak yang sangat dibutuhkanuntuk membiayaai program pendidikan,kesehatan dan program-program pengen-tasan kemiskinan lainnya, oleh sebab itutimbul pemikiran untuk mengenakan kem-bali pajak yang belum dibayar dari kegiatanekonomi bawah tanah tersebut melaluiprogram khusus yakni pengampunan pajak(Ngadiman dan Huslin, 2015).

Pro dan kontra program pengampunanpajak masih menyisakan pendapat skeptisdi masyarakat apakah nantinya hasil taxamnesty benar-benar dipergunakan untukkesejahteraan masyarakat. Program peng-ampunan pajak juga belum sepenuhnyamenyentuh pemilik dana besar yang masihmenyimpan dana yang merupakan indikasipenghasilan kena pajak yang berada di luarnegeri.

Berdasarkan pemikiran di atas, makaperumusan masalahnya adalah mengapaWajib Pajak mengikuti tax amnesty. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahuimakna mengapa Wajib Pajak mengikuti taxamnesty.

Penelitian tentang tax amnesty diIndonesia telah dilakukan beberapa peneliti(Rakhmindyarto, 2011; Darussalam, 2014;Ragimun, 2014; Darmayasa dan Aneswari,2015a, 2015b; Sayidah, 2015; Bagiada danDarmayasa, 2016; Prastowo, 2016). Kegagal-an tax amnesty yang pernah diterapkan diIndonesia karena tidak didukung olehsarana dan prasarana yang mendukung(Ragimun, 2014). Belajar dari keberhasilansunset policy di Indonesia, (Rakhmindyarto,2011; Ngadiman dan Huslin, 2015) me-lakukan evaluasi yang mengidentifikasifaktor-faktor pendukung keberhasilan ter-sebut. Sosialisasi yang baik dan legalenforcement memiliki dampak yang signi-fikan pada kesuksesan kinerja programsunset policy di Indonesia.

Negara yang berhasil menjalankan taxamnesty selain Indonesia adalah Italia, India,

dan Afrika Selatan (Boniello et al., 2003).Program tax amnesty di Amerika Serikatdikaji dari kepentingan politik sehinggapilihan ini diambil sebagai bagian daripolitical business cycle (Le Borgne, 2006),namun ada pula penelitian tax amnesty dinegara lain (Alm et al., 2009) menunjukkandampak tax amnesty berganda yang di-lakukan federasi Rusia tahun 1990-anmenunjukkan tax amnesty tersebut hanyaberdampak sedikit pada penerimaan pajakjangka panjang dan pendek. Perdebatanpublik terkait tax amnesty diperkuat denganpenelitian di Switzerland dan Costa Rica(Torgler dan Schaltegger, 2005) yang me-nemukan bahwa program pengampunanpajak dijalankan dengan referendum untukmeningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian Ragimun (2014) me-nunjukkan bahwa program tax amnestydapat dilakukan di Indonesia, tetapi se-baiknya pelaksanaannya ditunda, meng-ingat payung hukum atas pelaksanaan taxamnesty dan keterbukaan informasi yangbelum jelas. Terbukanya ruang abu-abuyang mampu memunculkan celah bagipelaku tindak pidana korupsi atau moneylaundry ini didukung oleh penelitianSayidah (2015) yang mempertanyakan halaltidaknya dana yang akan ditarik dari luarnegeri melalui kebijakan tax amnesty.Pandangan berbeda disampaikan olehPrastowo (2016) repatriasi aset yang di-harapkan dari kebijakan tax amnesty belumtentu bisa terwujud karena faktanya be-berapa aset tersebut sudah ada di Indonesiamelalui skema pinjaman ke luar negeri.

Penelitian ini menggunakan data pri-mer untuk mencari makna mengapa WPmengikuti tax amnesty. Sosialisasi taxamnesty belum sepenuhnya membuat WPmemahami apa sebenarnya yang harusmereka lakukan, penelitian ini dapat men-jadi gambaran untuk meningkatkan sosiali-sasi di kalangan WP Orang Pribadi danBadan. Bagi Dirjen Pajak, kontribusi pe-nelitian ini adalah untuk mengevaluasipenerapan tax amnesty.

Page 94: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

418 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

TINJAUAN TEORETISPengertian Pajak

Berdasarkan Undang-Undang No 16Tahun 2009 Ketentuan Umum PerpajakanPasal 1 ayat 1 pajak adalah: kontribusi wajibkepada negara yang terutang oleh pribadiatau badan yang bersifat memaksa ber-dasarkan undang-undang, dengan tidakmendapatkan imbalan secara langsung dandigunakan untuk keperluan negara bagisebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak memiliki peran yang sangatpenting dalam kehidupan berbangsa danbernegara karena fungsinya. Menurut Ilyasdan Burton (2010), pajak mempunyai be-berapa fungsi, yaitu: (a) Fungsi Penerimaan.Yaitu fungsi untuk mengumpulkan uangpajak sebanyak-banyaknya sesuai denganundang-undang yang berlaku yang padawaktunya akan digunakan untuk mem-biayai pengeluaran-pengeluaran negara,yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaranpembangunan dan bila ada sisa (surplus)akan digunakan sebagai tabungan peme-rintah untuk investasi pemerintah; (b)Fungsi Mengatur. Yaitu suatu fungsi bahwapajak-pajak tersebut akan digunakan se-bagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidangkeuangan. Fungsi ini pada umumnya dapatdilihat dari sektor swasta; (c) Fungsi Demokrasi. Yaitu suatu fungsi yang merupakansalah satu wujud sistem gotong-royong,termasuk kegiatan pemerintahan dan pem-bangunan demi kemaslahatan manusia.Fungsi demokrasi dikaitkan dengan hak se-seorang apabila akan memperoleh pelayan-an dari pemerintah; (d) Fungsi Redistribusi.Yaitu fungsi yang lebih menekankan padaunsur pemerataan dan keadilan masya-rakat. Hal ini dapat terlihat misalnya de-ngan adanya tarif progresif yang mengena-kan pajak lebih besar kepada masyarakatyang mempunyai penghasilan besar danpajak yang lebih kecil kepada masyarakatyang mempunyai penghasilan lebih sedikit(kecil).

Menurut Mardiasmo (2010), syarat pe-mungutan pajak sebagai berikut: (a) Pe-mungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan). Pemungutan pajak pada umumnyaharus adil dan merata, yaitu dikenakankepada orang-orang pribadi sebandingdengan kemampuannya untuk membayarpajak tersebut dan sesuai dengan manfaatyang diterimanya; (b) Pengaturan pajakharus berdasar UU (Syarat Yuridis). Pe-mungutan pajak harus berdasarkanundang-undang karena bersifat dapat me-maksa. Di Indonesia, pajak diatur dalamUUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini mem-berikan jaminan hukum untuk menyatakankeadilan, baik bagi negara maupun warga-nya; (c) Pungutan pajak tidak menggangguperekonomian (Syarat Ekonomis). Pe-mungutan pajak tidak boleh menggangguatau menghalangi kelancaran produksimaupun perdagangan, sehingga tidak me-nimbulkan perusahaan gulung tikar ataupailit. Sebaliknya, pemungutan pajak di-harapkan bisa membantu menciptakan pe-merataan pendapatan atau restribusi pen-dapatan; (d) Pemungutan pajak harus efisi-en (Syarat Finansial). Sesuai dengan fungsipajak sebagai sumber penerimaan negara,maka biaya pemungutan pajak harus dapatditekan sehingga lebih rendah dari hasilpemungutan; (e) Sistem pemungutan pajakharus sederhana. Dalam sistem pemungut-an pajak yang sederhana akan memudah-kan dan mendorong masyarakat dalammemenuhi kewajiban perpajakannya.

Secara teori pemungutan pajak tidakterlepas dari rasa keadilan, sebab keadilandapat menciptakan keseimbangan sosialyang sangat penting untuk kesejahteraanmasyarakat. Dalam penetapan tarifnya punharus mendasarkan pada prinsip-prinsipkeadilan. Dalam penghitungan pajak yangterutang digunakan tarif pajak. Tarif pajakdimaksud adalah tarif untuk menghitungbesarnya pajak terutang (pajak yang harusdibayar). Besarnya tarif pajak dapat di-nyatakan dalam persentase.

Page 95: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 419

Apabila melihat timbulnya utang pajak,bahwa utang pajak timbul karena SuratKeputusan Pajak (ajaran formal), ajaran iniditerapkan pada official assessment system.Perbedaan dengan ajaran materiil bahwautang pajak timbul karena undang-undang.Ajaran ini diterapkan pada self assessmentsystem.

Hapusnya utang pajak disebabkanantara lain: (1) Pembayaran, utang pajakyang melekat pada wajib pajak akan hapuskarena pembayaran yang dilakukan ke kasnegara; (2) Kompensasi, keputusan yangditunjukkan kepada kompensasi utangpajak dengan tagihan seseorang di luarpajak tidak diperkenankan, oleh karena itukompensasi terjadi apabila Wajib Pajakmempunyai tagihan berupa kelebihan pem-bayaran pajak. Jumlah kelebihan pem-bayaran pajak yang diterima wajib pajak se-belumnya harus dikompensasikan denganpajak-pajak lainnya yang terutang; (3)Daluwarsa, daluwarsa diartikan sebagaidaluwarsa penagihan. Hak untuk me-lakukan penagihan pajak, daluwarsa setelahlampau waktu sepuluh tahun terhitungsejak saat terutangnya pajak atau ber-akhirnya masa pajak, bagian tahun pajakatau tahun pajak yang bersangkutan. Hal iniuntuk memberikan kepastian hukum kapanuang pajak tidak dapat ditagih lagi, namundaluwarsa penagihan pajak tertangguh,antara lain, apabila diterbitkan SuratTeguran dan Surat Paksa; (4) PembebasanUtang pajak tidak berakhir dalam arti yangsemestinya tetapi karena ditiadakan. Pem-bebasan pada umumnya tidak diberikanterhadap pokok pajaknya, tetapi diberikanterhadap sanksi administrasinya; (5) Peng-hapusan, penghapusan utang pajak inisama sifatnya dengan pembebasan, tetapidiberikan karena keadaan keuangan wajibpajak (Ragimun, 2014).

Sanksi Perpajakan atas keterlambatanpenyampaian SPT menurut ketentuanumum perpajakan adalah: (1) Dendaadministrasi. Dalam hal Wajib Pajak OrangPribadi tidak menyampaikan SPT Tahunan

tepat waktu, maka akan dikenakan dendaadministrasi sebesar Rp 500.000 (lima ratusribu rupiah) untuk Surat PemberitahuanMasa Pajak Pertambahan Nilai, Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SuratPemberitahuan Masa lainnya, serta Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT PajakPenghasilan WP Badan, serta Rp100.000,00(seratus ribu rupiah) untuk SPT PajakPenghasilan WP Orang Pribadi’ (2) DendaBunga. Dikenakan kepada Wajib Pajak yangmelakukan pembetulan SPT Tahunan yangmengakibatkan bertambahnya utang pajak,atas kemauan atau keinginan sendiri belumdilakukan pemeriksaan. Besarnya sanksibunga adalah 2% per bulan, maksimum 24bulan (48%); (3) Denda Kenaikan. Dikena-kan kepada Wajib Pajak yang tidak me-nyampaikan SPT Tahunan dalam jangkawaktu yang telah ditentukan dan telahmendapat surat teguran, maka Wajib Pajakdikenakan sanksi berupa kenaikan pajaksebesar 50% dari pajak yang tidak dibayaratau kurang bayar; (4) Denda Pidana. (a)Kealpaan, SPT Tahunan tidak disampaikanatau disampaikan tetapi isinya tidak benar/tidak lengkap/melampirkan keteranganyang tidak benar yang dapat merugikannegara, maka akan diancam pidana kurung-an selama-lamanya 1 (satu) tahun dan ataudenda setinggi-tingginya 2 kali jumlah pa-jak terutang; (b) Tidak disampaikan, SPTTahunan tidak disampaikan atau disampai-kan tetapi isinya tidak benar/tidak leng-kap/melampirkan keterangan yang tidakbenar yang dapat merugikan negara, makaakan diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) tahun dan atau dendasetinggi-tingginya 4 kali jumlah pajakterutang.

Wajib Pajak yang dikecualikan darisanksi administrasi: (a) Wajib Pajak OrangPribadi yang telah meninggal dunia; (b)Wajib Pajak Orang Pribadi yang sudahtidak melakukan kegiatan usaha ataupekerjaan bebas; (c) Wajib Pajak OrangPribadi yang berstatus Warga Negara Asing(WNA) yang tidak tinggal lagi di Indonesia;

Page 96: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

420 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

(d) Bentuk Usaha Tetap yang tidak me-lakukan kegiatan lagi di Indonesia; (e)Wajib Pajak Badan yang tidak melakukankegiatan usaha lagi tetapi belum dibubar-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;(f) Bendahara yang tidak melakukan pem-bayaran lagi; (g) Wajib Pajak yang terkenabencana yang ketentuannya diatur denganPeraturan Menteri Keuangan; atau (h) WajibPajak lain yang diatur dengan atau ber-dasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Pengampunan PajakMenurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 peng-ampunan pajak (tax amnesty) diartikansebagai berikut: Pengampunan pajak ada-lah penghapusan pajak yang seharusnyaterutang, tidak dikenai sanksi administrasiperpajakan dan sanksi pidana di bidangperpajakan dengan cara mengungkap hartadan membayar uang tebusan sebagaimanadiatur dalam Undang-Undang ini (Pasal 1).

Uang tebusan yang dimaksud adalahsejumlah uang yang dibayarkan wajib pajakke Negara untuk mendapatkan peng-ampunan pajak. Pasal 2 UU No 11 Tahun2016 menyebutkan Pengampunan Pajakdilaksanakan berdasarkan asas kepastianhukum; keadilan; kemanfaatan; dan ke-pentingan nasional. Pengampunan pajakbertujuan untuk: (a) Mempercepat per-tumbuhan dan restrukturisasi ekonomi me-lalui pengalihan Harta, yang antara lainakan berdampak terhadap peningkatanlikuiditas domestik, perbaikan nilai tukarRupiah, penurunan suku bunga, dan pe-ningkatan investasi; (b) Mendorong refor-masi perpajakan menuju sistem perpajakanyang lebih berkeadilan serta perluasan basisdata perpajakan yang lebih valid, kompre-hensif, dan terintegrasi; dan (d) Meningkat-kan penerimaan pajak, yang antara lainakan digunakan untuk pembiayaan pem-bangunan.

Tarif uang tebusan atas harta yangberada di dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia atau harta yang berada

di luar wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia yang dialihkan ke dalam wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia dandiinvestasikan di dalam wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia dalam jangkawaktu paling singkat 3 (tiga) tahun ter-hitung sejak dialihkan, adalah sebesar: (a)2% (dua persen) untuk periode penyampai-an Surat Pernyataan pada bulan pertamasampai dengan akhir bulan ketiga terhitungsejak Undang-Undang ini mulai berlaku; (b)3% (tiga persen) untuk periode penyampai-an Surat Pernyataan pada bulan keempatterhitung sejak Undang-Undang ini mulaiberlaku sampai dengan tanggal 31 Desem-ber 2016; dan (d) 5% (lima persen) untukperiode penyampaian Surat Pernyataanterhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sam-pai dengan tanggal 31 Maret 2017.

Tarif uang tebusan atas harta yangberada di luar wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia dan tidak dialihkan kedalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia adalah sebesar: (a) 4% (empatpersen) untuk periode penyampaian SuratPernyataan pada bulan pertama sampaidengan akhir bulan ketiga terhitung sejakUndang-Undang ini mulai berlaku; (b) 6%(enam persen) untuk periode penyampaianSurat Pernyataan pada bulan keempatterhitung sejak Undang-Undang ini mulaiberlaku sampai dengan tanggal 31 Desem-ber 2016; dan (c) 10% (sepuluh persen) un-tuk periode penyampaian Surat Pernyataanterhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sam-pai dengan tanggal 31 Maret 2017.

Tarif uang tebusan bagi Wajib Pajakyang peredaran usahanya sampai denganRp4.800.000.000,00 (empat miliar delapanratus juta rupiah) pada Tahun Pajak Ter-akhir adalah sebesar: (a) 0,5% (nol komalima persen) bagi Wajib Pajak yang meng-ungkapkan nilai harta sampai denganRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)dalam Surat Pernyataan; atau (b) 2% (duapersen) bagi Wajib Pajak yang meng-ungkakan nilai harta lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

Page 97: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 421

dalam Surat Pernyataan, untuk periodepenyampaian Surat Pernyataan pada bulanpertama sejak Undang-Undang No 11Tahun 2016 berlaku sampai dengan tanggal31 Maret 2017.

Besarnya uang tebusan dihitung de-ngan cara mengalikan tarif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 UU No 11 Tahun2016 dengan dasar pengenaan uang tebus-an. Dasar pengenaan uang tebusan dihitungberdasarkan nilai harta bersih yang belumatau belum seluruhnya dilaporkan dalamSPT PPh Terakhir. Nilai harta bersih me-rupakan selisih antara nilai harta dikuranginilai hutang, sedangkan untuk memperolehpengampunan pajak sebagaimana dimuatdalam pasal 8 UU No 11 Tahun 2016 WajibPajak harus menyampaikan Surat Pernyata-an kepada Menteri. Surat Pernyataan se-bagaimana ditandatangani oleh: Wajib Pa-jak orang pribadi; pemimpin tertinggi ber-dasarkan akta pendirian badan atau doku-men lain yang dipersamakan, bagi WajibPajak badan; atau penerima kuasa, dalamhal pemimpin tertinggi berhalangan. WajibPajak harus memenuhi persyaratan sebagaiberikut:a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;b. membayar Uang Tebusan;c. melunasi seluruh Tunggakan Pajak;d. melunasi pajak yang tidak atau kurang

dibayar atau melunasi pajak yang se-harusnya tidak dikembalikan bagi WajibPajak yang sedang dilakukan pemeriksa-an bukti permulaan dan/atau penyidik-an;

e. menyampaikan SPT PPh Terakhir bagiWajib Pajak yang telah memiliki kewajib-an menyampaikan Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan; dan

f. mencabut permohonan:1. Pengembalian kelebihan pembayaran

pajak;2. Pengurangan atau penghapusan sank-

si administrasi perpajakan dalamsurat ketetapan pajak dan/atau surattagihan pajak yang di dalamnya ter-dapat pokok pajak yang terutang;

3. Pengurangan atau pembatalan ke-tetapan pajak yang tidak benar;

4. Keberatan;5. Pembetulan atas surat ketetapan pajak

dan surat keputusan;6. Banding;7. Gugatan; dan/atau8. Peninjauan kembali,

Dalam hal wajib pajak sedang meng-ajukan permohonan dan belum diterbitkansurat keputusan atau putusan. Uang tebus-an harus dibayar lunas ke kas negara me-lalui Bank Persepsi. Pembayaran uangtebusan menggunakan surat setoran pajakyang berfungsi sebagai bukti pembayaranuang tebusan setelah mendapatkan validasi.

Menurut Malherbe (2011), tax amnestyadalah pengampunan atas sanksi adminis-trasi dan penghapusan sanksi pidana, sertatax amnesty juga dapat diberikan kepadapelaporan sukarela atas data kekayaanWajib Pajak yang tidak dilaporkan di masasebelumnya tanpa harus membayar pajakyang mungkin belum dibayar, serta pem-batasan pemeriksaan pajak pada jangkawaktu tertentu. Secara garis besar ada duaalasan diberlakukannya program tax amnes-ty. Pertama, politisi berusaha memuaskansebagian masyarakat dengan kebijakanyang populis. Alasan yang kedua, negaramemang sedang memerlukan dana untukmemenuhi kebutuhannya sesegera mung-kin. Meskipun demikian, program peng-ampunan pajak yang berulang justru akanmenyebabkan moral hazard atau anomalipsikologis dari wajib pajak dan membuatindividu membandingkan serta memper-tanyakan persepsi dari keadilan dan ke-setaraan (Nar, 2015). Secara umum memangkepatuhan pajak meningkat, namun hal initidak mencerminkan keadaan yang sebenar-nya. Situasi menunjukkan bahwa asetekonomis yang berasal dari pencucian uangdikembalikan dengan sistem yang legal. Halini menumbuhkan suatu kekhawatiran(Nar, 2015) sebagai berikut:

“In the process, “laundered money”turns back to the “laundering political

Page 98: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

422 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

authority” as a trade-off in the form ofmoney-vote-rent. While this situationresults in negative consequences onbehalf of the first one and to the detri-ment of the second one (honest tax-payers), the number of the taxpayerswho show resistance to taxes in-creases…”Negara yang berhasil melakukan ke-

bijakan tax amnesty adalah Italia, India, danAfrika Selatan (Torgler dan Schaltegger2005), sedangkan keberhasilan tax amnestydi India diteliti oleh Boniello et al. (2003).Pengampunan pajak diharapkan dapat me-ningkatkan kepatuhan wajib pajak, namunkepatuhan ini dipengaruhi juga oleh nilai-nilai religius yang menentukan tax morale(Torgler, 2003). Penelitian yang dilakukanoleh Alm et al. (2009) menunjukkan dampaktax amnesty berganda yang dilakukan fede-rasi Rusia tahun 1990-an menunjukkan taxamnesty tersebut hanya berdampak sedikitpada penerimaan pajak jangka panjang danpendek.

Darussalam (2014) menjelaskan ada be-berapa tujuan dilaksanakan tax amnesty,yaitu: (1) meningkatkan penerimaan pajakdalam jangka pendek, (2) meningkatkankepatuhan pajak di masa yang akan datang,(3) mendorong repatriasi modal atau aset,dan (4) transisi ke sistem perpajakan yangbaru. Walaupun demikian, keempat tujuanpemberian tax amnesty tersebut tidak mem-perhatikan adanya isu non-disriminasi anta-ra pengemplang pajak dan wajib pajak yangtertib.

Ragimun (2014) berpendapat bahwapada hakekatnya implementasi tax amnestymaupun sunset policy sekalipun secarapsikologis sangat tidak memihak padawajib pajak yang selama ini taat membayarpajak. Kalaupun kebijakan itu diterapkan disuatu negara, harus ada kajian mendalammengenai karakteristik wajib pajak yangada di suatu negara tersebut karenakarakteristik wajib pajak tentu saja berbeda-beda. Pertanyaan yang muncul kemudianadalah, apakah karakteristik wajib pajakmemang banyak yang tidak patuh, sehingga

tax amnesty tidak akan menyinggung paraWP yang taat membayar pajak. Selain itu,pola tax amnesty seperti model sunset policyhanya bisa diterapkan sekali dalam seumurhidup wajib pajak.

Pendapat ini mendukung temuanSaracoglu dan Çaskurlu (2011), tax amnestyyang dilakukan secara rutin justru akanmelukai kejujuran wajib pajak atau bahkanmereka berpikir bahwa tidak ada untung-nya berbuat benar sehingga kepatuhanwajib pajak tidak mungkin terjadi padamasyarakat. Kesuksesan tax amnesty ter-gantung dari meningkatnya audit perpajak-an, semakin efisiennya perpajakan danpenegakan aturan yang mendukung sertaadministrasi organisasi yang lebih baik.

Salah satu bentuk upaya atau inovasilain dalam sistem perpajakan yang bergunameningkatkan penerimaan pajak tanpamenambah beban baik jenis pajak barumaupun persentase pajak yang sudah adakepada masyarakat, dunia usaha dan parapekerja adalah melalui program tax amnesty.Salah satu tujuan pengampunan pajak inidiharapkan dapat mengurangi citra negatifpada aparat perpajakan yang selalu di-persepsikan selalu bersikap sewenang-wenang dan harus selalu dihindari, berubahmenjadi hubungan yang lebih “friendly.”Pada dasarnya inovasi atau upaya ini dapatditerapkan di Indonesia. Selain itu, per-soalan pajak di negara berkembang di-sebabkan oleh tidak akuratnya informasiperbankan untuk tiap perusahaan, padahalinformasi ini berguna untuk memperkuathukum pajak seperti dikemukakan Avi-Yonah dan Margalioth (2007):

“The financial sector plays a criticalrole in the functioning of the tax struc-ture. The government has to ensureaccess to bank records on each firm touse this information in enforcing thetax law. State ownership of the banks isone extreme policy that can in principleassure that banks make infor- mationavailable to the government. Anotherapproach is use of bank regulations,whereby any bank that refuses to

Page 99: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 423

cooperate with the tax authorities losesits license to function as a bank. Entryof foreign banks will be particularlydiscouraged, given the ease with whichforeign banks can facilitate tax evasionby domestic firms.”Menurut Ragimun (2014) Indonesia

pernah menerapkan amnesti pajak pada1984, namun pelaksanaannya tidak efektifkarena wajib pajak kurang merespons dantidak diikuti dengan reformasi sistemadministrasi perpajakan secara menyeluruh.Disamping itu peranan sektor pajak dalamsistem APBN masih berfungsi sebagaipelengkap saja sehingga pemerintah tidakmengupayakan lebih serius. Pada saat itupenerimaan negara banyak didominasi darisektor ekspor minyak dan gas bumi. Ber-beda dengan sekarang, penerimaan pajakmerupakan sumber penerimaan dominandalam struktur APBN Pemerintah Indo-nesia. Dalam pelaksanaannya, implementasiperpajakan di Indonesia masih mempunyaibeberapa permasalahan. Pertama, kepatuh-an wajib pajak masih rendah. Kedua,kekuasaan DJP masih terlalu besar karenamencakup fungsi eksekutif, legislatif, danyudikatif sekaligus sehingga menimbulkanketidakadilan dalam melayani hak wajibpajak yang berefek turunnya tingkat ke-patuhan wajib pajak. Ketiga, masih rendah-nya kepercayaan kepada aparat pajak danberbelitnya aturan perpajakan. Padahalpenelitian yang dilakukan Peter et al. (2010)terhadap 189 negara menunjukkan adanyatrend penyederhanaan struktur pajak peng-hasilan. Struktur pajak yang kompleks akanmenyebabkan tingginya biaya administrasiperpajakan, memicu terjadinya penggelap-an pajak dan transaksi ekonomi yang tidaktercatat. Semakin sederhana sistem per-pajakan maka akan meningkatkan kepatuh-an wajib pajak.

Analisis implementasi pengampunanpajak (Tax Amnesty) di Indonesia telah di-lakukan oleh Ragimun (2014). Ragimun(2014) menggunakan data sekunder untukmelakukan analisis SWOT yang menge-mukakan: (1) Tax amnesty dapat dimple-

mentasikan di Indonesia, tetapi harus mem-punyai payung hukum sebagai dasar sertatujuan yang jelas dalam pelaksanaan taxamnesty, (2) Salah satu kelemahan penerap-an tax amnesty di Indonesia adalah dapatmengakibatkan berbagai penyelewengandan moral hazard karena belum memadainyasarana dan prasarana, keterbukaan aksesinformasi serta pendukung lainnya sebagaiprasyarat pemberlakuan tax amnesty ter-sebut, (3) Implementasi tax amnesty dalamjangka pendek sebaiknya ditunda terlebihdahulu menunggu kesiapan berbagai pe-rangkat dan piranti hukum yang melandasipelaksanaan kebijakan ini, namun dalamrangka meningkatkan penerimaan negarapemerintah (Dirjen Pajak) dapat menerap-kan kebijakan-kebijakan inovatif lainnyaseperti Sunset Policy, Tax Holiday dan lain-lain yang dapat menggantikan kebijakan taxamnesty yang masih mendapat pertentangandari berbagai lapisan masyarakat. Apalagiakhir-akhir ini ada kecenderungan taxavoidance sebagai efek kasus Gayus.

Program pengampunan pajak me-mungkinkan naiknya penerimaan negara,namun penerimaan ini mungkin saja hanyaterjadi selama program tersebut dilaksana-kan mengingat Wajib Pajak bisa sajakembali kepada perilaku ketidapatuhannyasetelah program tax amnesty berakhir. Da-lam jangka panjang, pemberian tax amnestytidak memberikan banyak pengaruh yangpermanen terhadap penerimaan pajak jikatidak dilengkapi dengan program pe-ningkatan kepatuhan dan pengawasankewajiban perpajakan (Azmi dan Perumal,2008).

Kebijakan tax amnesty merupakankebijakan jangka pendek sehingga perlu adaasumsi akan adanya penurunan tingkatkepatuhan. Tingkat kepatuhan dalam artianWP tidak mau diperiksa, tidak mau mem-bayar sanksi. Kebijakan tax amnesty tidakmampu mengatasi permasalahan pajakyang bersifat substantif yaitu penghindaranpajak, pengemplangan pajak, dan transferpricing. Tax amnesty mengandung dua aspek

Page 100: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

424 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

teritorial pengampunan yaitu tingkat lokaldan internasional. Menjadi perhatian untuktingkat lokal terhadap WP yang terkenakasus pengemplangan pajak dengan tindak-an penyanderaan (gizeling) apakah bisamemanfaatkan kebijakan tax amnesty,sedangkan pada tingkat luar negeri me-ngarah kepada WP yang melarikan dananyake luar negeri karena berbagai per-timbangan yang menguntungkan mereka(Bagiada dan Darmayasa, 2016).

Keunggulan yang diharapkan bilakebijakan tax amnesty diimplementasikanyaitu akan dapat mendorong masuknyadana-dana dari luar negeri yang dalamjangka panjang dapat digunakan sebagaipendorong investasi yang pada gilirannyabermanfaat untuk menstimulasi per-ekonomian nasional. Di sisi lain kelemahan-nya bila diterapkan pengampunan pajakadalah tidak serta merta menjamin pe-ningkatan kinerja setoran pajak ke kasnegara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensiterjadinya penyelewengan, manipulasi dantindakan moral hazard lainnya. Parapengusaha yang memperoleh pemutihanpajak akan melakukan penggelapan kewaji-ban pajaknya. Kecuali bila diberlakukanpengampunan pajak bersyarat. Contohnyapengampunan pajak bersyarat, wajib pajakharus transparan terhadap aset-aset danpenghasilan mereka. Hal ini guna meng-hindari kekeliruan yang sama tahun 1984tidak terulang kembali yaitu minimnyaakses informasi terhadap masyarakat danminimnya keterbukaan/transparansi sertasosialisasi kebijakan ini. Bila program taxamnesty berhasil diimplementasikan makapemerintah mempunyai beberapa keuntu-ngan antara lain pemerintah dapat meng-konsentrasikan atau memfokuskan padaupaya pemberantasan korupsi. Demikianjuga dengan diimplementasikan tax amnestymaka asset recovery-nya lebih mudah karenatidak perlu melakukan penyelidikan, pe-nyidikan, penuntutan dan proses hukumlainnya untuk mengambil asset koruptor.Asset recovery adalah perbandingan antara

jumlah kerugian negara yang didakwakandengan penyitaan asset atau pengembalianasset korupsi. Selama ini persentase assetrecovery masih relatif kecil. Persentase assetrecovery dapat dijadikan acuan penentuantarif tax amnesty. Indonesia dapat mem-pertimbangkan untuk melakukan tax amnes-ty dalam berbagai bentuknya untuk me-ningkatkan kepatuhan wajib pajak. Taxamnesty ini juga dapat dipandang sebagairekonsilisasi nasional untuk menghapusmasa lalu wajib pajak yang tidakpatuh danperilaku otoritas pajak yang melanggaraturan. Tax amnesty akan berhasil jikaterdapat justifikasi yang kuat kenapa perluadanya tax amnesty. Tax amnesty harusdipublikasikan secara masif dengan pesanagar para penggelap pajak untuk ikutkarena setelah tax amnesty akan diber-lakukan sanksi yang tegas bagi merekayang tidak patuh. Untuk itu, diperlukanjuga reformasi kelembagaan DJP secarabersamaan untuk dapat mendeteksi ke-curangan wajib pajak pasca pemberlakuantax amnesty. Disamping itu, untuk mem-bangun kepatuhan sukarela untuk mem-bayar pajak pasca tax amnesty diharuskanadanya transparansi penggunaan uangpajak (anggaran) serta alokasinya yangtepat sasaran dan berkeadilan (Ngadimandan Huslin, 2015).

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Penelitian kualitatif berfokuspada usaha memahami bagaimana sesuatuterjadi. Kelebihan metode kualitatif adalahkemampuan menganalisa lingkungan se-cara natural (Sekaran dan Bougie, 2010).Metode ini digunakan supaya penelitimemahami bagaimana WP mempersiapkandiri dalam implementasi tax amnesty.

Cresswell (2010) menjelaskan ada limatipe penelitian kualitatif yaitu studi feno-menologi, studi etnografi, grounded theoryqualitative research, studi biografi, dan studikasus (case study). Studi kasus merupakansalah satu tipe penelitian kualitatif yang

Page 101: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 425

berbeda dengan tipe penelitian yang laindalam hal analisis yang intensif atas kasusyang diteliti dan penjelasan suatu unit atausistem yang dibatasi ruang dan waktu.

Merriam dalam Hancock dan Bob(2006) menyatakan bahwa kelebihan studikasus adalah hasil studi kasus dapatmempengaruhi kebijakan, prosedur, danpenelitian yang akan datang. Studi kasusdipilih dalam penelitian ini dengan maksudhasil studi dapat mengevaluasi penerapantax amnesty yang saat ini sedang berjalan.Penelitian ini bersifat single case. Data ter-sebut telah cukup untuk menjawab tujuanpenelitian. Pandangan ini sesuai denganDul dan Tony (2008) yang menyatakanbahwa:

“We distinguish two main types of casestudy: the single case study, a casestudy in which data from one instanceis enough to achieve the research objec-tive, and the comparative case study, acase study that requires data from twoor more instances to achieve theresearch objective.”Bukti studi kasus diperoleh dari ber-

bagai sumber yaitu dokumen, catatan,kuesioner, wawancara, observasi, physicalartifacts yang merupakan karakteristik studikasus (Gillham, 2000). Bukti yang dimaksuddalam studi kasus diabstraksi dan digabunguntuk memberikan jawaban yang me-mungkinkan atas perumusan masalah(Hancock dan Bob, 2006).

Tujuan Penelitian (Research Objective)Menurut Dul dan Tony (2008) terdapat

2 (dua) jenis penelitian: theory-orientedresearch dan practice-oriented research. Theory-oriented research bertujuan memberi kontri-busi pada perkembangan teori, sedangkanpractice-oriented research bertujuan memberikontribusi pengetahuan pada praktisi untukmencari solusi atau mengklarifikasi masalahyang teridentifikasi secara praktis. Dul danTony (2008) menyatakan bahwa theory-oriented research dibagi menjadi 2 (dua)tujuan: mencari bukti empiris untuk mem-formulasikan proposisi baru (theory-building

research) dan menguji proposisi (theory-testing research). Practice-oriented researchdibagi menjadi 3 (tiga) jenis penelitian.Pertama, jika praktisi dapat dengan tepatmenemukan hubungan antar aspek praktismaka dapat dibangun suatu hipotesis; pe-nelitian untuk maksud tersebut merupakanhypothesis building practice-oriented research.Kedua, jika hipotesis tersedia dan diasumsi-kan dengan hasil percobaan bahwa hasilpengujian hipotesis dapat menyediakantemuan bagi praktisi untuk pengambilankeputusan; penelitian untuk maksud itudisebut hypothesis-testing practice-oriented re-search. Ketiga, apabila suatu penelitian tidakada hipotesis yang perlu dicari maupundiuji, maka penelitian semacam ini disebutdescriptive practice-oriented research (Dul danTony, 2008).

Penelitian ini adalah riset berorientasipraktik (practice-oriented research) karenabertujuan memberi kontribusi pengalamanuntuk mencari solusi atau mengklarifikasimasalah penerapan tax amnesty di wilayahSolo Raya. Penelitian dilakukan tanpa perlumenemukan dan menguji hipotesis, denganpertimbangan penentuan hipotesis akanmembatasi penelitian, padahal penulis ber-maksud mengeksplorasi pemahaman dankendala penerapan tax amnesty tersebut.

Strategi Penelitian (Research Strategy)Strategi penelitian ini adalah descriptive

case study. Studi kasus deskriptif dipilihkarena variabel yang merupakan syaratagar implementasi tax amnesty dapat ber-jalan dengan baik tidak dapat diketahuisebelumnya melainkan harus dicari dalampenelitian ini. Hal ini sesuai denganpandangan Dul dan Tony (2008) sebagaiberikut:

“Because the elements of which thisbest practice should consist were notyet known and, therefore, must bediscovered in this research, and alsobecause finding and describing a designdoes not involve the discovery andtesting of causal relations between

Page 102: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

426 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

variables, a descriptive case study wasappropriate.”Strategi penelitian ini dilakukan dengan

cara: (1) mendeskripsikan obyek penelitian,(2) mendeskripsikan pernyataan partisipan,(3) mendeskripsikan score data kuantitatif(kuesioner) dengan pernyataan partisipan,(4) mendeskripsikan temuan penelitian de-ngan teori.

Pengumpulan Data (Data Collection)WP OP dan WP Badan yang mengikuti

tax amnesty putaran pertama menjadipartisipan penelitian untuk memperolehdata mengapa mereka mengikuti tax amnes-ty. Pengumpulan data dilakukan melaluikuesioner dan wawancara langsung (semi-terstruktur). Wawancara langsung dilaku-kan untuk mengurangi kekurang pahamanpartisipan atas pertanyaan yang disiapkan.Data tambahan juga didapatkan dari doku-men pendukung.

Analisis DataHasil kuesioner dinyatakan dalam score

(quantitative data). Interpretasi atas scoreuntuk menjawab rumusan masalah di-dasarkan catatan pernyataan partisipanmelalui wawancara semi-terstruktur (quali-tative data). Hal ini sesuai pernyataan Duldan Tony (2008:33) yaitu:

”Although in a case study quantitativedata can be used to generate the scoresto be analysed, the interpretation ofscores of the (small number of ) cases inorder to generate the outcome of thestudy is done qualitatively (by visualinspection) and not statistically.”Data ditabulasi dan dianalisis dengan

general descriptive analysis. Analisis dataseperti ini pernah dilakukan oleh Harun(2008). Data kualitatif dianalisis denganmereduksi data: mengkode dan meng-kategorikan data (Sekaran dan Bougie,2010).

Reduksi data merupakan suatu prosespemilihan, pemusatan perhatian dan pe-nyederhanaan catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data dapat dilakukan

dengan membuat ringkasan dan menelusurtema (Prastowo, 2012).

Pernyataan partisipan yang diperolehdari wawancara semi-terstruktur direduksidengan menggolongkan dalam suatu tematertentu. Pernyataan partisipan tentang taxamnesty direduksi untuk membentuk ana-lisis yang menajamkan, menggolongkan,dan mengorganisasi data dengan carasedemikian rupa hingga kesimpulanfinalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Keabsahan dan Keandalan Data (Validityand Reliability)

Keabsahan data (Validity) adalah prosesbagaimana mengukur apa yang ingin kitaukur. Keandalan data (Reliability) adalahbagaimana hasil penelitian jika dilakukanoleh peneliti lain memberikan hasil yangsama (Sekaran dan Bougie, 2010). Keabsah-an dan keandalan data penelitian inidilakukan dengan cara: (1) Membandingkandata kualitatif yang berasal dari wawancarasemi-terstruktur (pernyataan partisipanWP) dengan data kuantitatif kuesioner, (2)Mengkaitkan teori untuk menginterpretasidan menjelaskan data, (3) MengkaitkanUndang-Undang atau Peraturan Pemerin-tah yang relevan untuk menginterpretasidan menjelaskan data.

Rerangka BerpikirDescriptive practice-oriented research di-

pilih dalam penelitian ini dengan per-timbangan variabel yang merupakan syaratagar implementasi tax amnesty dapatberjalan dengan baik, tidak dapat diketahuisebelumnya (unknown variable) melainkanharus dicari dalam penelitian ini. Tujuanpenelitian yang bersifat khusus (SpecificResearch Objective) telah disebutkan dalamtujuan penelitian yaitu untuk mengetahuimengapa WP mengikuti tax amnesty.

Gambar 1 menunjukkan rerangka pe-nelitian. Penulis mengeksplorasi mengapaWP OP mengikuti tax amnesty. Bersamaandengan kegiatan itu, dilakukan eksplorasimengapa WP Badan mengikuti tax amnesty.

Page 103: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 427

Data dianalisis melalui general descriptiveanalysis. Hasil analisis data dikaitkan de-ngan teori dan regulasi yang berlaku. Buktiempiris berupa kenyataan sosial penerapantax amnesty ditemukan (variable defined),selanjutnya variabel tersebut dideskripsikanuntuk memberi solusi yang berimplikasipraktik. Dengan demikian tujuan penelitianini telah tercapai.

ANALISIS DAN PEMBAHASANSasaran penelitian adalah WP OP dan

WP Badan yang mengikuti tax amnesty diSolo Raya. Sasaran penelitian adalah me-reka yang benar-benar menyiapkan diridalam pemberkasan sebagai syarat taxamnesty.

Gambar 1Rerangka Berpikir

Terdapat 11 Wajib Pajak terdiri dari 7Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) dan 4Wajib Pajak Badan (WP Badan). Untuk WPOP terdiri dari 5 (lima) WP non UMKM dan2 (dua) WP UMKM, sedangkan WP Badanterdapat 3 (tiga) WP non UMKM dan 1(satu) WP UMKM. Wajib pajak tersebutberasal dari Wonogiri, Boyolali, Karang-anyar, Klaten dan Surakarta. Berikut rincianWP dan tempat usahanya berada:1. Wonogiri : 2 WP

2. Klaten : 1 WP3. Karanganyar : 5 WP4. Boyolali : 1 WP5. Surakarta : 2 WP

Tabel 1Wajib Pajak yang Mengikuti Tax Amnesty

Wajib Pajak UMKMNon

UMKM

Orang Pribadi (OP) 2 5

Badan 1 3

Total 3 8

Sumber: Data Primer diolah

Pengumpulan data dilakukan dengankuesioner dan wawancara langsung(wawancara semi-terstruktur) terhadappartisipan. Kegiatan tersebut berlangsungselama 2 bulan yaitu Agustus dan Sep-tember 2016. Wawancara langsung dilaku-kan untuk mengurangi kekurang pahamanpartisipan atas pertanyaan yang disiapkan.Respon berupa pernyataan yang diberikanpartisipan dicatat ketika wawancara ber-langsung, hal ini dikarenakan partisipanmerasa lebih nyaman menjawab pertanyaanwawancara dalam kondisi tidak direkamselama memberikan pernyataan tersebut.Berdasarkan informasi, diperoleh profillama usaha partisipan (Tabel 2) sebagaiberikut:

Tabel 2Lama Usaha Partisipan

Lama usahaWPOP

WPBadan

Kurang dari 5 tahun 1 25 s/d 10 tahun 4 1Lebih dari 10 tahun 2 1Jumlah 7 4Sumber: Data Primer Diolah

Pemahaman Wajib Pajak terhadap TaxAmnesty

Pemahaman WP terhadap tax amnestydapat dilihat dari tabel 3 berikut:

Specific Research objective: Why do taxpayers take tax amnesty

general descriptive analysis

Variable Defined

Contribution to a practitioner’s knowledge

Page 104: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

428 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

Tabel 3Pemahaman WP tentang tax amnesty

No Pernyataan SetujuTidakSetuju

1 Wajib Pajak memiliki pengetahuan memadai tentang 3 27% 8 73%UU No 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak

2 Wajib Pajak memiliki analisa yang baik atas Laporankeuangan untuk kepentingan perpajakan 4 36% 7 64%

3 Wajib Pajak paham sepenuhnya konsekuensi apabilatidak mengikuti program pengampunan pajak 11 100% 0 0%

Sumber: Data Primer diolah

Undang-Undang Pengampunan Pajaktidak dipahami secara memadai oleh WP.Hanya 3 (tiga) WP atau sekitar 27% sajayang memahami UU 11 Tahun 2016 (Tabel3). Hal ini didukung dengan pernyataan WPF yang mengatakan

“Saya ikut tax amnesty karena sayaingin aset jadi aman dan kegiatanusaha lancar.” Didukung oleh per-nyataan WP B yang menyatakan”Tempat kita sudah diaudit semua,sudah tertib pajak, kemarin jugasudah melakukan Sunset Policy jilid2, ikut tax amnesty supaya tidakdiganggu pajak saja, jadi beli gang-guan mumpung murah.” Pajak di-anggap sebagai sebentuk gangguandalam usaha, bukan sebagai ke-wajiban yang mengikat.WP C bahkan terang-terangan me-

nyatakan keikutsertaannya dalam programini adalah “…supaya laporan tahun 2 ke-marin ben ora diprikso (biar tidak diperiksa-pemeriksaan)”. Sejalan dengan WP C, WP Hdan J mengemukakan:

“Saya ikut Tax Amnesty karena di-tawari juru sita dan kepala pe-nagihan KPP, karena saya punyatunggakan pajak. Supaya tunggak-an pajak saya dapat korting bunganya jadi cuma bayar pokoknyamaka saya ikut Tax Amnesty. Sayajelas ikut putaran 1 biar irit dankasus saya segera rampung, hidupsaya tenang tidak punya hutang

pajak lagi kasihan anak-anak, sayasudah tua.” (WP H)“Saya ikut Tax Amnesty karenadisuruh sama teman-teman juraganitu, karena kalau gak ikut TaxAmnesty nanti kena denda 200%,saya jadi takut. Tapi saya ikut yang0,5% karena saya hanya pedagangkecil.” (WP J)Meskipun ada beberapa WP (A, G, dan

I) yang mengikuti tax amnesty karena ber-usaha mematuhi aturan pemerintah, ke-sempatan pengampunan pajak adalah ke-sempatan yang langka dan harus di-manfaatkan untuk mendukung pemerintah,pernyataan di atas menunjukkan tax amnes-ty tidak sepenuhnya dipahami WP, WPcenderung ketakutan dan terpaksa. Ke-takutan WP ini dipicu kemungkinan pe-meriksaan atas kewajiban pembayaranpajak serta denda yang lebih besar jika tidakmengikuti program pengampunan pajak.Berdasarkan tabel 3 di atas hanya 4 WP(36%) yang memiliki analisa atas laporankeuangan, sisanya sebanyak 7 WP (64%)tidak memiliki analisa yang baik atas lapor-an keuangan untuk kepentingan perpajak-an. Dengan demikian WP tidak mengertiperbedaan akuntansi komersial dan akun-tansi fiskal. Hadirnya peraturan perpajakanseringkali diartikan rumit sebelum WPmenjalaninya, sehingga jika WP dihadapkanpada penerapan program pengampunanpajak maka mereka dengan terpaksa men-jalaninya.

Page 105: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 429

Pelaksanaan Tax AmnestyPelaksanaan tax amnesty ditunjukkan

tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 menunjukkanbahwa WP melaksanakan program peng-

ampunan pajak dengan bantuan pihak luaryaitu jasa konsultan pajak untuk mengurustax amnesty.

Tabel 4Pelaksanaan tax amnesty

No Pernyataan Setuju Tidak Setuju1 Wajib Pajak melaksanakan program pengampunan

pajak tanpa bantuan pihak luar 0 0% 11 100%2 Wajib Pajak melaksanakan program pengampunan

pajak dengan bantuan pihak luar 11 100% 0 0%3 Secara rutin SPT dilaporkan tepat waktu 9 82% 2 18%4 Program Pengampunan Pajak memerlukan

kerumitan teknis penyusunan 11 100% 0 0%Sumber: Data Primer diolah

Hal ini didukung dengan indepthinterview sebagai berikut:

“Saya sepakat saja di sini ada duasisi: sisi saya sebagai pengusahayang berangkat dari kecil hanyaberfokus kepada cara penjualanyang baik, sehingga memikirkansoal detail pajak kadang terabaikan,artinya ini bukan kesalahan dipihak pengusaha saja, karena fakta-nya di sisi lain petugas pajak jugagak pernah kasih penyuluhan soalpajak yang baik dan benar kayakapa pada masyarakat. Minimal se-harusnya pajak menggunakan me-dia apalah untuk mendidik masya-rakat soal bagaimana cara mem-bayar pajak yang baik dan benar.Untuk akses ke kantor pajak antrian-nya minta ampun panjangnya, se-

harusnya pengusaha dapat ke-mudahan soal pengetahuan meka-nisme hitungan dan cara pem-bayaran.” (WP K)Dari sebelas WP, hanya 2 (dua) WP

yang tidak melaporkan SPT tepat waktu.Keseluruhan pendapat WP mendukungpernyataan wawancara tentang rumitnyateknis penyusunan program pengampunanpajak.

Hambatan Tax AmnestyHambatan pelaksanaan program peng-

ampunan pajak ditunjukkan Tabel 5 dibawah ini. Program pengampunan pajak(tax amnesty) memiliki beberapa kendalaantara lain WP kurang memiliki pengetahu-an perpajakan karena tingkat pendidikanyang tidak sesuai (36%) dan kurangnyapengalaman di bidang tersebut (45%).

Tabel 5Hambatan tax amnesty

No Pernyataan Setuju Tidak Setuju1 Pendidikan yang tidak sesuai 4 36% 7 64%2 Kurangnya pengalaman 5 45% 6 55%3 Sistem yang sulit dipahami 11 100% 0 0%4 Rendahnya komitmen pimpinan/pribadi 1 9% 10 91%5 Kurangnya sosialiasi sistem yang baru 11 100% 0 0%

Sumber: Data Primer diolah

Page 106: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

430 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

Namun beberapa WP menyatakanbahwa hal tersebut bukan menjadi alasanuntuk menghambat program ini. Alasanyang menghambat program ini adalahsistem yang sulit dipahami karena kurang-nya sosialisasi. Pada dasarnya setiap WajibPajak beritikad baik dalam melaksakankewajiban perpajakannya.

Hal ini dibuktikan dengan tingginyatingkat komitmen pimpinan/pribadi dalammelaksanakan tax amnesty (Tabel 5). Taxamnesty seharusnya dibuat lebih mudah dansederhana sebagaimana harapan dari WP Kberikut:

“kasih masyarakat penyuluhan carahitung pajak yang bener dan mu-dah, bikin kolom lebih simple, gakbanyak kolom-kolom menjemukan.Pemerintah harusnya lebih cerdasdalam hal sosialisasi pendidikanpajak kepada masyarakat…”“…saya tidak memikirkan uangyang telah keluar, lebih baik me-mikirkan bagaimana mendapatkanlaba lagi dan lagi. Jangankan maunipu, lha teman saya saja yangpernah nipu lebih gedhe daripadayang harusnya diambil negara ter-nyata…”Momentum tax amnesty seharusnya

kembali pada asas keadilan yang me-nyentuh pada mereka yang punya asetbesar dan masih belum tersentuh. Taxamnesty seharusnya dipublikasikan secaramasif dengan pesan agar para penggelappajak ikut karena akan diberlakukan sanksiyang tegas bagi mereka yang tidak patuhpajak. Pemerintah harus mengevaluasi pro-gram pengampunan pajak ini agar tidaksalah sasaran. Ketimpangan yang selama initerjadi menimbulkan rasa ketidakadilanbagi Wajib Pajak yang telah melaksanakankewajiban pajaknya dengan baik seharus-nya dapat dieliminasi setelah tax amnestydilaksanakan.

Ada banyak harapan yang diinginkanbagi wajib pajak yang mengikuti tax amnes-ty, seperti adanya peningkatan pendapatan

negara yang berimbas pada perekonomianyang baik. Perekonomian yang baik tentu-nya akan mendukung pencapaian kinerjaperusahaan. Wajib Pajak merasa amandalam melaksanakan operasional perusaha-an, sehingga tercipta dunia usaha yangsehat. Sebagaimana pernyataan di bawahini:

“Perekonomian semakin baik, kitatidak dilakukan pemeriksaan danbisa konsen mengurus operasionalperusahaan.” (WP C)“Pendapatan negara bertambah me-lalui pajak dari dunia usaha, makasebaiknya banyak peningkatan fasi-litas bagi dunia usaha.” (WP D)Wajib Pajak juga berharap adanya pe-

ningkatan monitoring pembelanjaan negara,termasuk monitoring hasil dari tax amnesty.Kepastian hukum dan kenyamanan dalamberusaha juga menjadi harapan besar WajibPajak pasca tax amnesty. Hal ini di-sampaikan WP I “Saya sudah ikut taxamnesty, maka harapannya tidak adanyapenelusuran dan pengusutan harta yangdilaporkan, juga tidak tax amnesty lagi”.Sejalan dengan WP I, WP B mengemuka-kan:

“Hasil dari tax amnesty benar-benardiawasi penggunaanya, jangan di-gunakan untuk membayar hutangdan bunganya, ini uang rakyat yangdikorbankan untuk negara. Hematdalam penggunaan APBN. Caricelah untuk mendapat sumberpendanaan lain selain pajak. Jikaharapan ini tidak terwujud, sayapesimis negeri ini bisa bangkit,tingkat ekonomi meningkat, tinggaltunggu saja kehancuran negeriini...”Penelitian ini juga mendukung pen-

dapat Avi-Yonah dan Margalioth (2007) danRagimun (2014) yang mengemukakanbahwa salah satu kelemahan penerapan taxamnesty di Indonesia adalah dapat meng-akibatkan berbagai penyelewengan danmoral hazard karena belum memadainya

Page 107: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 431

sarana dan prasarana, keterbukaan aksesinformasi serta pendukung lainnya sebagaiprasyarat pemberlakuan tax amnesty ter-sebut. Pernyataan di atas mewakili ketidakpercayaan masyarakat pada penggunaanuang pajak apakah benar-benar diperguna-kan untuk sebesar-besar kemakmuranrakyat.

Sejalan dengan pendapat Darussalam(2014), tax amnesty merupakan rekonsiliasinasional untuk menghapus kesalahan masalalu wajib pajak. Hal ini seharusnya diikutidengan adanya kepastian hukum yang jelasbagi wajib pajak. Keadilan dan kenyamanandalam usaha yang diharapkan akan men-ciptakan kepatuhan sukarela bagi wajibpajak. Untuk membangun kepatuhan suka-rela wajib pajak melaksanakan kewajibanperpajakannya, diharuskan adanya trans-paransi penggunaan uang pajak dan alo-kasi yang tepat sasaran dan berkeadilan.Meskipun terdapat 9 WP (82%) yang me-laporkan SPT tepat waktu, namun 2 WPsisanya tidak secara rutin melaporkan SPT-nya (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwakepatuhan sukarela WP belum tentu ter-bentuk dengan adanya tax amnesty, yangmenarik di sini adanya pernyataan WP Iyang mengemukakan

“…juga tidak tax amnesty lagi” iniberarti bahwa tax amnesty yangdilakukan secara rutin justru akanmelukai kejujuran wajib pajak ataubahkan mereka berpikir bahwatidak ada untungnya berbuat benarsehingga kepatuhan wajib pajaktidak mungkin terjadi pada masya-rakat.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Penelitian ini bersifat eksploratif dansuatu studi kasus tunggal yang berorientasipada praktik. Hasil penelitian ini mem-berikan bukti empiris berupa pemahamanprogram pengampunan pajak hanya di-pahami 3 (tiga) WP atau 27% partisipan,pajak tetap menjadi sebentuk gangguan danmenimbulkan ketakutan di masyarakat.

Kedua, WP melakukan program peng-ampunan pajak dengan kerjasama denganpihak luar (konsultan pajak). Ketiga, dalampelaksanaan program pengampunan pajakprogram sulit dipahami dan kurangnyasosialisasi membuat WP merasakan rumit-nya penyusunan tax amnesty. Komitmenpimpinan/pribadi yang tinggi menunjuk-kan bahwa WP sebenarnya mau melaksana-kan kewajiban perpajakan termasuk meng-ikuti tax amnesty, akan tetapi wajib pajakmengharapkan adanya kepastian alokasidana tax manesty, keadilan bagi dunia usahadan kenyamanan dalam melaksanakankewajiban perpajakannya.

SaranPenelitian ini dapat dijadikan evaluasi

atas implementasi pelaksanaan programpengampunan pajak. Terdapat beberapa halyang harus diperhatikan agar implementasitax amnesty dapat terlaksana dengan baikyaitu: (1) Perlunya peningkatan sosialisasiatas program tax amnesty dan perlunyamemberi pengetahuan perpajakan secarateratur, sehingga wajib pajak memahamisetiap program yang sedang dijalankan olehDJP sedemikian rupa, sehingga wajib pajakmemiliki kesadaran pentingnya pajak untuknegara dan dapat menghitung sendiri besarpajak terutangnya dengan benar, menyetor-kannya ke kas Negara serta melaporkanSPT tepat waktu, (2) Perlakuan khususuntuk UMKM dengan mengingat tujuanprogram pengampunan pajak adalah re-patriasi, kemudian memperluas basis pajak,dan baru fokus pada penerimaan pajak.Prosedur dan penyusunan tax amnesty harusdisederhanakan, (3) DJP dan pemerintahwajib menjaga kepercayaan masyarakatterkait penggunaan uang pajak hasil taxamnesty untuk dapat digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini memiliki keterbatasan

yaitu belum menggunakan comparative casestudy dan terbatasnya waktu penelitian.Penelitian selanjutnya dapat dilakukan de-

Page 108: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

432 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 415 – 433

ngan memperluas basis data dan mem-perpanjang jangka waktu penelitian.

DAFTAR PUSTAKAAlm, J., J. Martinez-Vazquez dan S. Wallace.

2009. Do Tax Amnesties Work? TheRevenue Effects of Tax AmnestiesDuring the Transition in the RussianFederation. Economic Analysis and Policy.39(2): 235–253.

Avi-Yonah, R. S dan Y. Margalioth. 2007.Taxation in Developing Countries:Some Recent Support and Challenges tothe Conventional View. Tax &Development, Review 27(1): 1-32.

Azmi, A. A. C dan K. A. Perumal. 2008. TaxFairness Dimensions In An AsianContext: The Malaysian PerspectiveInternational Review of Business ResearchPapers 4(5): 11-19

Bagiada dan Darmayasa. 2016. Tax AmnestyUpaya Membangun Kepatuhan Suka-rela. Prosiding Simposium Nasional Akun-tansi Vokasi 5 Makasar: 1-24

Bawazier, F. 2011. Reformasi Pajak diIndonesia. Jurnal Legesi Indonesia 8(1): 1–12.

Boniello, G., G. Polacco., F. Florenzano., & S.Jarrett. 2003. Italian Tax Amnesty isBack But on Tougher Terms. Journal ofInternational Taxation 14(4): 47–51.

Creswell, J. W. 2010. Research Design Pen-dekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.Terj. Achmad Fawaid dari judul aslinya“Research Design, Qualitative, Quanti-tative, and Mixed Methods Approach.”Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Damayanti, D. 2016. Mengapa Harus IkutAmnesti Pajak. http://www.pajak.go.id/content/article Diakses tanggal14 Desember 2016.

Darmayasa, I. N., and R. Y. Aneswari.2015a. The ethical practice of taxconsultant based on local culture.Procedia-Social and Behavioral Sciences,211(September): 142–148.

Darmayasa, I. N., dan Y. R. Aneswari.2015b. Paradigma Interpretif Pada

Penelitian Akuntansi Indonesia. JurnalAkuntansi Multiparadigma 6(5).

Darussalam. 2014. Tax Amnesty dalamRangka Rekonsiliasi Nasional. InsideTax, 26: 15-19

Dul, J. dan H. Tony. 2008. Case StudyMethodology in Business Research Pu-blished by Elsevier Ltd. USA.

Gilham, B. 2000. Case Study ResearchMethods. First Edition, British Library.

Hancock, D. R dan A. Bob 2006. Doing CaseStudy Research: a Practical Guide forBeginning Researchers. Teachers College,Columbia University, New York.

Harun. 2008. Evaluasi Empiris TerhadapKapasitas Suatu Pemerintah Daerahdalam Implementasi Standar AkuntansiBerbasis Akrual. Jurnal Akuntansi danBisnis 8(2): 113-122.

Ilyas, W. B. dan R. Burton. 2010. PerpajakanIndonesia. Salemba Empat. Jakarta.

Julianto, P. A. 2016. Ditjen Pajak ApresiasiUMKM yang Ikut Tax Amnesty http://bisniskeuangan.kompas.com Diaksestanggal 5 Oktober 2016.

Le Borgne, E. 2006. Economic and PoliticalDeterminants of Tax Amnesties in the U.S.States (No. 222).

Malherbe, J. 2011. Tax Amnesties. KluwerLaw International BV, The Netherlands.

Mardiasmo, 2010. Perpajakan. Penerbit Andi.Yogyakarta.

Nar, M. 2015. The Effects of BehavioralEconomics on Tax Amnesty. Internati-onal Journal of Economics and FinancialIssues 5(2): 580-589.

Ngadiman dan D. Huslin. 2015. PengaruhSunset Policy, Tax Amnesty, dan SanksiPajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak(Studi Empiris di Kantor PelayananPajak Pratama Jakarta Kembangan).Jurnal Akuntansi 19(2): 225-241

Peter, K. S, S. Buttrick, dan D. Duncan. 2010.Global Reform Of Personal IncomeTaxation, 1981–2005: Evidence From189 Countries. National Tax Journal63(3): 447–478.

Page 109: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty ...– Setyaningsih, Okfitasari 433

Prastowo, A. 2012. Metode Penelitian Kuali-tatif dalam Perspektif Rancangan Peneliti-an. Cetakan II, Ar Ruzz Media.Yogyakarta.

Prastowo, Y. 2016. Repatriasi Aset AkanSulit Dijaring Mayoritas Aset di DalamNegeri. Jakarta. Harian Kompas, p. 17.

Rakhmindyarto. 2011. Evaluating the SunsetPolicy in Indonesia. International Reviewof Social Sciences and Humanities 2(1):198–214.

Ragimun. 2014. Analisis ImplementasiPengampunan Pajak (Tax Amnesty) diIndonesia. Badan Kebijakan FiskalKementrian Keuangan Republik Indo-nesia.

Saracoglu, O. F. dan E. Çaskurlu. 2011. TaxAmnesty with Effects and EffectingAspects: Tax Compliance, Tax Auditsand Enforcements Around; The TurkishCase International Journal of Business andSocial Science 2(7): 95-103.

Sayidah, N. 2015. Pandangan Terhadap TaxAmnesty Sebuah Temuan Awal. Pro-

siding Simposium Nasional Perpajakan(SNP) 5. Universitas Trunojoyo.

Sekaran, U. dan R. Bougie. 2010. ResearchMethod for Business, A Skill BuildingApproach. Fifth Edition. John Willey &Son Inc. New York.

Torgler, B. 2003. The Importance of Faith:Tax Morale and Religiosity. Center forResearch in Economics, Management andthe Arts (CREMA). 08: 1–35.

Torgler, B., and C. A. Schaltegger. 2005. TaxAmnesties and Political Participation.Public Finance Review 33(3): 403–431.

Undang-Undang Republik Indonesia No 11Tahun 2016 Tentang PengampunanPajak.

Undang-Undang Republik Indonesia No 16Tahun 2009 Tentang Penetapan Per-aturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 TentangPerubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 TentangKetentuan Umum Dan Tata Cara Per-pajakan Menjadi Undang-Undang.

Page 110: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

491

PEMBENTUKAN DAN PENGUJIAN PORTFOLIO SAHAM-SAHAM OPTIMAL:PENDEKATAN SINGLE INDEX MODEL

Putu Anom [email protected]

Pranata Yandi GunawanMagister Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika

Universitas Surabaya

ABSTRACT

Buying stock is one of the way investors do to obtain profit from their money. Every investor should consider twoimportant things, return and risk. To minimize the risk, one can diversify their investment by creating optimalportfolio, which consists of different stocks with optimal return and certain degree of risk. The aim of this researchwas to establish and determine the optimization of optimal portfolio composed by LQ45 stocks over the period ofFebruary 2011 to January 2015. The research was trying to create optimal portfolio from thirty-eight non-financialcompanies stocks listed in LQ45 using single index model. From the research, the optimal portfolio is composed ofTLKM (PT Telkom Indonesia Tbk), BMTR (PT Global Mediacom Tbk), JSMR (PT Jasa Marga Tbk), SSIA(PT. Surya Semesta Internusa Tbk), AKRA (PT AKR Tbk), MNCN (PT Media Nusantara Citra Tbk),WIKA (PT Wijaya Karya Tbk), ASII (PT Astra International Tbk), KLBF (PT Kalbe Farma Tbk), ASRI(PT Alam Sutera Realty Tbk), UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk), ICBP (PT Indofood CBP SuksesMakmur Tbk), SMGR (PT Semen Indonesia Tbk), and only able to be used for six months. The optimalportfolio gives 0.242% returns for a week with 1.122 value of beta. Majority of the aggressive portfolio have higherreturn toward risk then portfolio moderate and conservative.

Key words: optimal portfolio, risk, return, single index model

ABSTRAK

Membeli saham merupakan salah satu cara yang dilakukan investor untuk memperoleh keuntungandari uang yang dimilikinya. Setiap investor harus memperhatikan dua hal penting, yaitu tingkat hasildan risiko. Untuk meminimalkan risiko, investor dapat mendiversifikasi investasinya denganmenyusun portfolio optimal yang terdiri atas saham-saham berbeda dengan tingkat hasil optimal danderajat risiko tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat dan menentukan pengoptimalanportfolio optimal yang tersusun atas saham-saham LQ45 selama dalam periode Februari 2011 hinggaJanuari 2015. Penelitian ini mencoba untuk menciptakan portfolio yang optimal dari 38 saham LQ45perusahaan non finansial menggunakan model single index. Dari penelitian ini, portfolio optimaltersusun atas TLKM (PT Telkom Indonesia Tbk), BMTR (PT Global Mediacom Tbk), JSMR (PT JasaMarga Tbk), SSIA (PT. Surya Semesta Internusa Tbk), AKRA (PT AKR Tbk), MNCN (PT MediaNusantara Citra Tbk), WIKA (PT Wijaya Karya Tbk), ASII (PT Astra International Tbk), KLBF (PT KalbeFarma Tbk), ASRI (PT Alam Sutera Realty Tbk), UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk), ICBP (PT IndofoodCBP Sukses Makmur Tbk), SMGR (PT Semen Indonesia Tbk), dan hanya dapat digunakan selama 6bulan. Portfolio optimal ini memberi tingkat hasil 0,242% untuk satu minggu dengan beta sebesar 1,122.Portfolio terbaik sebagian besar adalah portofolio harian dengan volatilitas tinggi atau portofolioagresif.

Kata kunci: portofolio optimal, risiko, return, model single index

Page 111: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

492 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

PENDAHULUANPertumbuhan ekonomi suatu negara

akan selalu diikuti oleh perkembangan pasarmodal sebagai salah satu alternatif penyediadana murah untuk mendukung peningkatankegiatan ekonomi. Saat ini jumlah emitenyang sudah mempublik di Bursa EfekIndonesia melebihi lima ratus emiten dengannilai kapitalisasi lebih dari lima ribu duaratus triliun. Hal ini dikarenakan masihbanyak orang Indonesia yang memiliki para-digma akan resiko yang besar jika meng-investasikan dalam pasar modal. Tentunyainvestasi di pasar modal sendiri memilikitingkat pengembalian dan resiko yang se-dikit berbeda dengan bentuk usaha investasidi sektor perbankan seperti tabungan ataudeposito. Pada umumnya tingkat pengem-balian berbanding lurus dengan resiko,Investasi yang mengandung resiko rendahmaka tingkat pengembalian keuntunganyang didapatkan juga rendah dan apabilainvestasi itu menghasilkan tingkat pengem-balian yang tinggi maka investasi tersebutjuga mengandung unsur resiko yang besar.

Bagi seorang investor tentunya harussangat berhati-hati dalam membeli beberapasekuritas. Menurut Reilly and Brown (2003),secara umum investor adalah risk averse yaituinvestor yang menginginkan sebuah bentukinvestasi yang memiliki risiko rendahdengan tingkat pengembalian yang tinggi,dan salah satu bentuk cara untuk menekantingkat risiko dalam praktiknya dalammelakukan serangkaian investasi (diversifi-kasi) di berbagai bentuk investasi. Investasiyang ditanamkan di sekumpulan surat ber-harga disebut portfolio, dan Portfolio yangoptimal menurut Fama dan French (2004)harus terletak pada curve efficient frontier.Portfolio tersebut dapat menghasilkan tingkathasil pengembalian optimal dengan resikoserendah-rendahnya. Membentuk sebuahportfolio dari sekumpulan saham tentunyaseorang investor memerlukan banyak infor-masi, informasi yang dimaksud bisa berupaharga historis saham tersebut atau kondisidari kinerja emiten saham tersebut. Darikumpulan beberapa informasi tersebut

kemudian diolah dan dianalisa, umumnyaanalisis yang digunakan adalah analisisfundamental dan analisa teknikal. AnalisaFundamental adalah metode analisis yangbedasarkan rasio keuangan dan kejadian-kejadian secara langsung atau tidaklangsung (politik, suku bunga, nilai tukar,dan lainnya) yang mempengaruhi kondisikeuangan perusahaan tersebut. Berbedadengan analisa fundamental yang bertujuanuntuk mengetahui kesehatan keuangansuatu perusahaan, analisa teknikal diguna-kan untuk memprediksi trend dari hargasaham dengan cara mempelajari data pasardi masa lampau. Pembuatan rerangka ke-putusan investasi sangat menentukan ke-berhasilan seorang investor dalam meng-optimalkan tingkat imbal hasil investasi danmengurangi sekecil mungkin risiko yangdihadapi (Markowitz, 1959).

Berkaitan dengan hal tersebut di ataspermasalahan utama dalam penelitian iniadalah bagaimana desain suatu simulasiportofolio optimal yang merupakan kombi-nasi dari saham-saham likuid LQ 45 yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)periode 2011-2015.

Ada berbagai macam metode yangdapat digunakan membentuk sebuah port-folio yang optimum, salah satunya denganpendekatan menggunakan single index modelyang dikemukakan pertama kali olehMarkowitz (1959) model ini oleh kebanyakaninvestor di Indonesia sering digunakankarena para investor lebih suka mengguna-kan interprestasi geometrik ari kombinasiaset yang ada dalam sebuah portfolio tersebut(Kam, 2006). Kemudian penelitian yangdilakukan oleh Chitnis (2010) yang mengujioptimalisasi 2 portfolio pada pasar modal NSE(National Stock Exchange of India) mengguna-kan single index model sharpe menunjukkanbahwa semakin besar sharpe’s rasio yangdimiliki sebuah portfolio semakin besarkinerjanya. Penelitian optimalisasi portfolio diIndonesia sendiri sudah pernah dilakukanoleh Yasmana (2003), yaitu pembentukanportfolio optimal dengan menggunakan singleindex model pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

Page 112: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 493

pada tahun 2002. Rudiyanto (2003) kembalimenggunakan single index model untukmembentuk portfolio saham untuk periode1999 hingga 2001. Hasil penelitian berbedadilakukan oleh Widyantini (2005), yaitumembandingkan hasil pembentukan optimalportfolio menggunakan dua model berbedadengan menggunakan data saham minggu-an periode 2003 hingga 2004. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa model single indexmodel lebih baik dibanding constant correlationmodel dalam hal pembentukan portfolio.Penelitian ini kemudian dilanjutkan olehUmanto (2008), yang juga membandingkanpembentukan optimal portfolio mengguna-kan dua model yang sama yaitu single indexmodel dan constant index model meng-gunakan data harga saham harian periode2002-2007. Dari hasil penelitan juga mem-buktikan bahwa pembentukan portfolio singleindex model lebih baik dibanding constantcorrelation model dalam hal rasio return danbeta pada portfolio yang sudah dibentuk.Michael dan Veiga (2005) pada index S&P500, FTSE 100, CAC 40, SMI financial indexpada periode 1990-2004 menyimpulkanbahwa membentuk portfolio dengan singleindex model investor dapat memperkirakanberapa besar varians, dan penurunan biayamodal harian yang di pakai dalam portfolioyang bersifat tanpa syarat.

Dengan menggunakan pendekatansingle index model perhitungan pembentukanportfolio jauh lebih sederhana, tetapi modelini tidak bisa menggambarkan kondisi mikroekonomi, dimana model ini mengabaikankorelasi return terhadap saham perusahaanyang sama dalam sebuah industri. Denganmenggunakan pendekatan single index modelmaka dapat dihitung besar varian dan beta(risiko) yang nantinya dapat digunakandalam perhitungan expected return denganmenggunakan metode CAPM, tetapi jikaterjadi penambahan jumlah saham dalamportfolio tersebut besar dari resiko yangdisebabkan oleh faktor nonmarket menjadijauh lebih kecil. Salah satu evaluasi tradingstrategy yang dilakukan baik praktisi

maupun akademisi adalah melakukan peng-ujian portfolio yang sudah dibentuk tersebutmelalui metode pengujian Treynor, Sharpedan Jensen alpha, dengan tujuan untukmereduksi kegagalan trading strategy yangdilakukan.

Pada dasarnya penelitian ini merupakanpengembangan dari penelitian yang telahdilakukan sebelumnya dan fokus dari pe-nelitian ini adalah membentuk sebuahportfolio dari kumpulan saham yang memilikikinerja optimal dengan menggunakan meto-de single index model dengan obyek penelitianadalah kumpulan saham-saham LQ 45 padaperiode 2011-2015. Portofolio optimal yangdibentuk dengan pendekatan efficient marketfrontier pada metode single index modelseharusnya mampu mengalahkan indekspasar (beat the market). Adapun perbedaanyaterletak pada (a) periode pengamatan (semuaemiten yang terdaftar di LQ 45 selamaperiode 1 Februari 2011 sampai dengan 31Januari 2015, kecuali badan usaha yangbergerak di sektor finance), (b) dasar carapemilihan saham yang dipilih, (c) jenisportfolio berdasarkan jenis data yang dipakai,(d) terdapat uji optimalisasi dari setiap jenisportfolio yang sudah dibentuk.

Adapun tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui penggunaan pendekatanefficient market frontier dan pendekatan singleindex model dapat membentuk sebuah port-folio optimal. Selanjutnya menguji optima-litas portofolio yang dibentuk dengan pen-dekatan efficient market frontier dan pendekat-an single index model dengan harapan mampumengalahkan indeks pasar (beat the market).

TINJAUAN TEORETISPasar modal adalah pertemuan antara

pemilik dana berlebih dan pihak yangmembutuhkan dana melalui proses jual belisurat berharga seperti saham, obligasi,warrant, option, dan berbagai bentuk instru-men investasi turunannya. Dalam pasarmodal, terdapat pemain-pemain utama yangterlibat di dalamnya, yaitu emiten, investor,lembaga penunjang, penjamin emisi, broker,

Page 113: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

494 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

penanggung, dan perusahaan surat ber-harga. Berdasarkan waktu penerbitannya,pasar modal dibagi menjadi 2, yaitu pasarprimer tempat perusahaan melakukan pe-nawaran umum awal (IPO) dan pasarsekunder tempat perdagangan efek yangtelah beredar di bursa. Undang-UndangPasar modal (1995) mendefinisikan pasarmodal sebagai kegiatan yang bersangkutandengan penawaran umum dan perdaganganefek, perusahaan publik yang berkaitandengan efek yang diterbitkannya, sertalembaga dan profesi yang berkaitan denganefek. Tempat terjadinya proses jual-beli efektersebut disebut bursa efek.

Para pemain utama yang terlibat dipasar modal dan lembaga penunjang yangterlibat langsung dalam proses transaksiantara pemain utama adalah sebagai berikut:(a) Emiten: sebuah perusahaan atau peme-rintah yang akan melakukan emisi/pen-jualan surat-surat berharga. Sebelum me-lakukan emisi biasanya emiten melakukanrapat pemegang saham umum (RUPS).Penjualan surat-surat berharga ini biasanyadimaksudkan untuk perluasan usaha, per-baikan struktur modal, dan pengalihanpemegang saham. (b) Invesrtor: Pemilikmodal berlebih yang ingin membeli ataumenanamkan modalnya di perusahaan yangmelakukan emisi. Sebelum membeli surat-surat berharga para investor biasanya me-lakukan sebuah penelitian atau analisistertentu, seperti bonafiditas perusahaan,prospek usaha emiten dan beberapa analisislainnya. Tujuan utama dari investor membelisurat berharga tersebut adalah memperolehreturn/deviden (pembagian keuntungan hasilusaha emiten), kepemilikan perusahaan,untuk di jual kembali dengan mengambilmargin keuntungan. (c) Lembaga Penunjang:Fungsinya adalah turut serta mendukungberoperasinya pasar modal, sehingga mem-permudah baik emiten maupun investordalam melakukan berbagai kegiatan yangberkaitan dengan pasar modal. (d) PenjaminEmisi (Underwriter): Lembaga yang men-jamin terjualnya saham/obligasi sampaibatas waktu tertentu dan dapat memperoleh

dana yang diinginkan emiten. (e) Broker/Pialang: Perantara Perdagangan dalamproses jual-beli efek, Adapun fungsi daribroker adalah memberikan informasi tentangemiten ke investor, dan membantu proses jual-beli efek untuk investor. (f) Penanggung(Guarantor): Lembaga penengah antara pem-beri kepercayaan dengan penerima ke-percayaan. Lembaga yang dipercaya olehinvestor sebelum menanamkan dananya. (g)Perusahaan Surat Berharga (Securities compa-ny): Lembaga keuangan yang mengkhusus-kan diri dalam perdagangan surat berhargayang tercatat di bursa efek. Kegiatan per-usahaan surat berharga antara lain menjadipedagang efek, penjamin emisi, menjadibroker untuk investor, dan pengelola danainvestor.

Pada setiap bursa efek dikenal istilahcomposite index, yaitu sebuah indeks pasaryang digunakan oleh bursa efek untukmenggambarkan pergerakan harga dariseluruh saham yang berada dalam bursatersebut. Indeks saham gabungan (CompositeStock price index = CPSI) adalah sebuah reflek-si dari kegiatan pasar secara keseluruhandalam sebuah bursa efek. Indeks hargasaham gabungan diterbitkan oleh bursa efekmasing-masing negara.

Pasar modal dikatakan efisien jika tidakseorangpun, baik investor individu maupuninvestor institusi, akan mampu memperolehabnormal return, setelah disesuaikan denganrisiko, dengan menggunakan strategi per-dagangan yang ada. Fama (1991) membagipasar efisien menjadi 3 bentuk, yaitu efisiensipasar bentuk lemah, setengah kuat, dan kuat.Pasar disebut dalam bentuk efisien pasarlemah jika harga-harga dari sekuritas saat iniadalah cerminan dari informasi-informasipada masa lalu. Pasar disebut dalam bentuksetengah kuat jika harga-harga dari sekuritassaat ini sudah mencerminkan secara penuhsemua informasi publik. Pasar disebut dalambentuk kuat jika harga-harga dari sekuritassaat ini sudah mencerminkan secara penuhsemua informasi publik dan private. Returnmerupakan total gain (loss) dari investasiyang dilakukan pada peritode tertentu. Ada

Page 114: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 495

2 macam return yang dapat diterima seoranginvestor yakni dari capital gain (loss) dan darideviden, sehingga return saham dapatdisimpulkan sebagai total dari capital gain(loss) dan deviden.

Dalam setiap ketidaksempurnaan pasar,setiap investor tetap mengejar return darimodal yang sudah diinvestasikan. Returnberkorelasi positif dengan risiko yang akandihadapi. Risiko mencerminkan ketidakpastian mendapat hasil, karena sifatnya yangtidak pasti, investor maupun analis dapatmelakukan analisis dan perhitungan terlebihdahulu sebelum memutuskan untuk mem-beli sebuah saham, berupa analisis funda-mental, mulai dari analisis ekonomi danpasar modal, analisis industri, kemudiananalisis perusahaan, maupun sebaliknya.Risiko dan return juga dapat diukur meng-gunakan Capital Asset Pricing Model. CapitalAsset Price Model (CAPM) adalah sebuahmodel yang menggambarkan hubunganantara resiko dan return yang diharapkan,model ini digunakan dalam penilaian hargasebuah sekuritas. Model CAPM diper-kenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner.Model CAPM merupakan pengembanganteori portfolio optimal yang dikemukan olehMarkowitz dimana mereka membedakanresiko menjadi risiko sistematik (systematicrisk) dan risiko spesifik/risiko tidak siste-matik (spesific risk/unsystematic risk). Me-nurut Ang et al. (2006 dan 2009) menemukanbahwa risiko juga dipengaruhi oleh besarananggota portfolio dan kecenderungan arahtrend pasar saat portfolio dibentuk. AdapunAsness et al. (2013) mengatakan bahwa ke-cenderungan volatilitas risiko juga ber-dampak pada strategi momentum yangdilakukan reksadana sehingga mempe-ngaruhi komposisi portofolio yang dibentuk.Asness (2013) didukung oleh Baker et al.(2014) yang mengaitkannya dengan anomalypada saham-saham berisiko rendah. Pe-nelitian Asness et al (2013) dan Baker et al.(2014) mendukung temuan Chui et al. (2010)namun dengan tambahan argumen me-

ngenai investor individual dalam strategimomentum.

Capital Asset Pricing Model (CAPM)memberikan prediksi yang tepat antarahubungan risiko sebuah aset dan tingkatharapan pengembalian (expected return).CAPM ini mendasari pemikiran teori portfolioyang menyatakan bahwa investor akanmemilih suatu portfolio saham yang dapatmengoptimalkan expected return untuk ting-kat resiko tertentu, atau meminimumkanresiko untuk memperoleh expected returnmaximal.E(Rit) = Rf (1 – βi) + βi E(Rmt)Keterangan:E(Rit) = expected return dari saham i padaperiode tRf = return dari risk-free sebuah investmentRm = return dari pasar secara keseluruhanΒi = beta (risiko) dari perusahaan i

Walaupun demikian model CAPM me-miliki beberapa asumsi yaitu Investor me-miliki karakteristik risk averse serta memilikiekspektasi yang sama (homogenous expec-tation), pasar bersifat friction less dimanainformasi dapat diperoleh dengan mudahdan tanpa biaya. Kondisi ini menyebabkansemua investor bersifat price taker dan tidakmungkin mendapat abnormal return, asetdipecah menjadi satuan terkecil yang sangatliquid (marketable), terdapat risk-free asset,dalam hal ini investor dapat meminjam danmeminjamkan pada suku bunga tersebut,short-selling diperbolehkan tanpa adanyabiaya tambahan seperti pajak atau biayatransaksi, dan Asset return terdistribusinormal.

Risiko suatu investasi dapat diturunkandengan membentuk portfolio. Di dalampembentukan portfolio dikenal istilah portfolioyang efisien, yaitu portfolio yang memilikikriteria sebagai berikut: (a) memiliki tingkatrisiko yang sama dibanding portfolio laintetapi memberi return yang lebih tinggi, (b)Memberi return tinggi dengan risiko yangsangat rendah. Single index model merupakansalah satu cara untuk menganalisis portfolio

Page 115: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

496 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

optimal, yaitu terjadi korelasi positif returnsebuah sekuritas terhadap sebuah indekstertentu. Model indeks tunggal meng-asumsikan bahwa korelasi return antarsekuritas terjadi karena bereaksi terhadapperubahan general market index. Penilaiankinerja saham ditentukan dengan meng-gunakan rasio ERB (excess return to beta).Analisis ini dilakukan dengan cara meng-hitung koefisien beta (tingkat resiko sebuahsekuritas) dan menghitung tingkat returnmasing-masing saham yang diamati. Port-folio optimal adalah saham-saham yangmempunyai nilai ERB lebih besar atau samadengan dari nilai Ci tertinggi (C*).Ri = + .Keterangan:

= return sekuritas ke-i= suatu variabel acak yang menunjukkan

komponen dari return sekuritas ke-iyang independen terhadap kinerjapasar.

= beta, yang merupakan koefisien yangmengukur perubahan Ri akibat dariperubahan RM

= tingkatan return dari indeks pasar, jugamerupakan suatu variabel acak.

Dengan mensubstitusi persamaan ter-sebut, return ekspektasi model indekstunggal dapat dinyatakan sebagai:E(Ri) = αi + βi . E(RM), sedangkan rata-ratareturn portfolio dapat diperoleh denganformula arithmetic dan geometric return.Geometric return lebih relevan dibandingkanarithmetic return karena memperhitungkancompounding effect.= (1 + ) × (1 + ) × … . (1 + ) − 1Keterangan:r = rate of returnn = number of periods

Selain mencari rata-rata return yangdimiliki oleh setiap efek yang digunakanuntuk sampel pembentukan portf olio, perludicari juga besar resiko (βi) dan koefisienindependen ( ) setiap efek terhadap kinerjamarket (LQ 45). Kumpulan dari expetedreturn dari setiap sampel yang akan di-

gunakan dalam pembentukan portfolio ininantinya dituangkan dalam sebuah grafikguna menentukan efek mana yang men-dekati dengan garis CML (capital maket line),dimana efek yang akan dipakai untukportfolio adalah efek yang mendekati GarisCML.

Bagian return yang unik (αi) hanyaberhubungan dengan peristiwa mikro (microevent) yang mempengaruhi perusahaan be-gitu saja, tetapi tidak mempengaruhi semuaperusahaan secara umum. Sebagai misaladalah peristiwa mikro misalnya adalahpemogokan karyawan, kebakaran, penemu-an-penemuan penelitian, dan sebagainya.Bagian return yang berhubungan denganreturn pasar ditunjukkan oleh Beta (βi) yangmerupakan sensitivitas return suatu seku-ritas terhadap return dari pasar. Secarakonsensus, return pasar mempunyai Betabernilai 1. Suatu sekuritas yang mempunyaiBeta 1,5 misalnya mempunyai arti bahwaperubahan return pasar sebesar 1% akanmengakibatkan perubahan return dari seku-ritas tersebut dengan arah yang sama sebesar1,5%.

Model indeks tunggal menggunakanasumsi–asumsi yang merupakan karakter-istik model ini sehingga menjadi berbedadengan model–model yang lainnya. Asumsiutama dari model indeks tunggal adalahkesalahan residu dari sekuritas ke-i tidakberkovari dengan kesalahan residu sekuritaske-j atau ei tidak berkovari (berkorelasi)dengan ej untuk semua nilai dari I dan j.Asumsi ini secara matematis dapat di-tuliskan sebagai: Cov(ei,ej) = 0

Besarnya Cov(ei,ej) dapat juga ditulissebagai berikut:Cov(ei,ej) = E([ei – E(ei)] . [ej – E(ej)])

Karena secara konstruktif bahwa E(ei)dan E(ej) adalah sama dengan nol, maka:Cov(ei,ej) = E(ei – 0)] . [ej– 0)] = E(ei . ej)sehingga asumsi bahwa kesalahan residuuntuk sekuritas ke-i tidak mempunyaikorelasi dengan kesalahan residu untuksekuritas ke-j dapat juga ditulis: E(ei . ej ) = 0

Return indeks pasar (RM) dan kesalahanresidu untuk tiap–tiap sekuritas (ei) me-

Page 116: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 497

rupakan variabel–variabel acak, oleh karenaitu, diasumsikan bahwa ei tidak berkovaridegan return indeks pasar RM. Asumsikedua ini dapat dinyatakan secara matematissebagai: Cov(ei . RM) = 0

Asumsi–asumsi dari model indeks tung-gal mempunyai implikasi bahwa sekuritas–sekuritas bergerak bersama–sama bukankarena efek diluar pasar (misalnya efek dariindustri atau perusahaan itu sendiri, me-lainkan karena mempunyai hubungan yangumum terhadap indeks pasar). Asumsi –asumsi ini digunakan untuk menyederhana-kan masalah. Dengan demikian sebenarnyaberapa besar model ini dapat diterima danmewakili kenyataan sesungguhnya ter-gantung dari seberapa besar asumsi-asumsiini realistis. Jika asumsi-asumsi ini kurangrealistis, berarti bahwa model ini akanmenjadi tidak akurat.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode

penelitian konklusif deskriptif komparatif.Penelitian ini akan membandingkan kinerjaportfolio yang disusun dengan menggunakanmetode single index models dengan kinerjapasar, dengan menghitung seberapa opti-mum performance kinerja portfolio yang di-susun dengan metode single index modelsterhadap pasar. Data yang diambil berkaitandengan harga saham yang dijadikan sampelpenelitian, nilai kapitalisasi pasar, indeksharga saham gabungan (IHSG), indeks hargaLQ 45, harga saham-saham yang dijadikansampel dalam penelitian, indeks LQ-45dalam harian-mingguan-bulanan, dan ting-kat suku bunga bank Indonesia (SBI).Tahapan dalam penelitian ini dijelaskandalam gambar 1.

Gambar 1Diagram Alir Proses Pengolahan Data

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

KLASIFIKASI DATAData yang diperlukan adalah harga penutupan saham-saham pada LQ 45 (harian/mingguan/bulanan), IndeksHarga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga LQ 45, Rata-rata Suku Bunga Bank Indonesia (SBI).

START

HitungReturn(imbal hasil)saham-market

Menentukan pengaruh imbal hasil saham individu dengan imbal hasil pasar (menentukan nilai α dan βdengan menggunakan model regressi linear sederhana)

Simulasi pembentukanportfoliooptimal dengan data

harian-mingguan-bulanan

Analisis dan Evaluasi Kinerja

Menentukan rasioreturn/beta, ERp, σp

PengujianPortfolio

Page 117: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

498 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

Periode penelitian ini dibagi menjadi 2bagian yaitu: (1) Periode pertama (1 Februari2011 sampai dengan 31 Januari 2013) adalahperiode observasi. Disini peneliti menguna-kan data-data historical harga saham emitenyang dipakai sebagai bahan untuk mem-bentuk sebuah portfolio optimal; (2) Periodekedua (1 Februari 2013 sampai dengan 31Januari 2015) adalah periode pengujian.Disini peniliti menggunakan data-datahistorical harga saham emiten yang akandipakai sebagai bahan untuk menguji se-berapa optimal portfolio yang sudah dibentuk pada periode pertama (1 Februari2011 sampai dengan 31 Januari 2013) denganperfoma dari market disini peneliti meng-gunakan performa LQ 45.

Untuk menentukan baik buruknyakinerja sebuah portfolio dengan portfolio lain,dapat dilakukan pengujian portfolio. Ter-dapat tiga alat pengukuran kinerja untukmengevaluasi portfolio, yaitu rasio Treynor,Sharpe, dan Jensen Alpha. Walaupun Barraset al. (2010) mengemukakan bahwa terdapatkelemahan dalam model pengukuran kinerjaportofolio, khususnya dalam bentuk reksa-dana, namun penelitian Blitz dan Vliet(2011), Bruder dan Gaussel (2011) danCazalet dan Roncalli (2014) menemukanbahwa pengukuran kinerja portofolio masihmampu menjelaskan kinerja sebenarnyawalaupun dalam kondisi low volatilitymaupun strategi reksadana yang dinamis(aktif).

Tujuan dari pengukuran Treynor adalahmenemukan ukuran kinerja yang dapatdiaplikasikan kepada seluruh investor, tidakmempedulikan preferensi risiko personal.Pengukuran ini berpendapatan bahwa adakomponen risiko, yakni risiko yang dihasil-kan dari fluktuasi di pasar dan risiko yangmuncul dari fluktuasi sekuritas individual.= −

Rasio Sharpe hampir identik denganpengukuran Treynor, kecuali bahwa peng-ukuran risiko adalah standar deviasi port-folio, bukan mempertimbangkan risikosistematik, yang ditampilkan oleh beta.

Pengukuran yang diperkenalkan oleh BillSharpe ini, terkait erat dengan pekerjaannyapada model penetapan harga aset modal(capital asset pricing model/CAPM) dan di-perjelas dengan menggunakan risiko totaluntuk membandingkan portfolio terhadapgaris pasar modal.ℎ = −

Pengukuran Jensen memperhitungkankelebihan hasil (excess return) yang diperolehsebuah portfolio melebihi hasil yang diharap-kan. Pengukuran ini juga dikenal sebagaialpha. Rasio Jensen mengukur seberapabanyak tingkat hasil portfolio ditabelkan padakemampuan manajer untuk mendapatkanhasil di atas rata-rata. Sebuah portfolio de-ngan kelebihan hasil yang positif akan mem-punyai alpha yang positif, sedangkanportfolio yang secara konsisten memberikankelebihan hasil yang negatif akan mem-punyai alpha yang negatif.Jensen Alpha = Total Portfolio Return-RF-(Portfolio Beta x (Market Return-RF))Dimana RF: risk free

Berdasarkan model analisis yang di-gunakan, pada bagian ini disampaikanvariabel utama yang digunakan adalahreturn saham/market dimana yang di-maksud dengan return saham/market adalahcapital gain yang didapat dari perubahanharga saham/market pada Bursa Efek Jakartadari periode Februari 2011 hingga Januari2015. Return saham yang didapatkan darideviden tidak dimasukkan karena nilainyarelatif kecil dan untuk menghindari biaskarena tidak merata antara satu perusahaandengan perusahaan lain, baik dalam halbesaran deviden maupun waktu pembagian.Return (t) = ln (harga(t)/harga(t-1))Keterangan:harga(t) = harga saham/market pada periode tharga(t-1)= harga saham/market pada periode

t-1ln = logaritma natural

Terlihat dari rumus yang digunakandalam menghitung return saham/market,bahwa return saham/market di pasar modaldidefinisikan sebagai logaritma natural dari

Page 118: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 499

perbedaan harga antara periode t dan t-1.Semua perhitungan return saham/market,baik itu untuk periode yang digunakansebagai dasar pembentukan (Februari 2011hingga Januari 2013) maupun periode peng-ukuran optimal portfolio (Februari 2013 hing-ga Januari 2015) menggunakan perhitungandengan rumus return dimaksud.

Variabel Beta dan Alpha menggunakanrumus sebagai berikut: Ri = + .Return portofolio menggunakan rumussebagai berikut:Rp=(W1xR1)+(W2xR2)+…..+(WnxRn)

Dalam penelitian ini sebelum mengujiseberapa optimal portfolio yang dibentukdengan menggunakan single index modelsmaka ada beberapa tahap dalam prosespembentukan portfolio. (a) Penentuan popu-lasi dari market LQ 45: Dikarenakan setiapperiode (6 bulan) terjadi perubahan anggotaemiten yang bergabung dalam market LQ 45,maka penelitian ini harus menentukansaham mana saja yang digunakan dalampopulasi penelitian pada periode Februari2011 hingga Januari 2015. Disini saham-saham yang dipilih adalah saham-sahamyang secara konsisten masuk ke dalamanggota market LQ 45. Selama periode pe-nelitian terdapat delapan kali periode per-ubahan pada anggota market LQ 45, sehinggasaham yang masuk dalam populasi peneliti-an adalah saham yang memiliki jumlahkesertaan selama delapan periode tersebut;(b) Pengukuran kinerja (return): pengukuranreturn saham/market ini dilakukan padaperiode Februari 2011 hingga Januari 2013.Kemudian setelah mendapatkan besar returnsecara harian, maka dihitung rata-rata returnhariannya; (c) Pengukuran besar beta danalpha setiap saham menggunakan rumussingle index; (d) Pembentukan garis capitalmarket line (CML): Sebelum membentuk garisCML maka dibentuk sebuah kurva yangmenggambarkan kumpulan kinerja saham-saham yang sudah dihitung dengan singleindex models, dimana sumbu x menggambar-kan besar resiko (beta) dan sumbu y adalahrata-rata besar return saham yang dihitung

dengan menggunakan single index models.Pembentukan garis SML (securities Marketline) ini didapat dari kurva CAPM dimanagaris ini menghubungkan antara titik terluardari kurva yang dihubungkan dengan titikresiko sistematis; (e) Penentuan saham-saham yang masuk saham portfolio: Sahamyang masuk kedalam portfolio adalah saham-saham yang mendekati garis SML. Untukmengetahui seberapa dekat saham terhadapgaris SML maka perlu dihitung rasio antararesiko dan return saham tersebut. Dimanasemakin besar rasio ini (mendekati nilai 1)maka saham tersebut menghasilkan returnyang besar dengan resiko yang kecil; (f)Pengukuran fundamental analisis: Setelahmengetahui saham yang masuk kedalamsebuah portfolio, kemudian ditelaah secarasingkat kondisi keuangan yang dimilikiemiten-emiten yang masuk dalam portfoliodengan beberapa analisis perhitunganfundamental yang meliputi revenue growth,earning per share, earning per share growthrasio,price earning rasio,price book value,debtrasio, dan net profit margin. Analisis ini hanyamerupakan pelengkap untuk penguatanargument penelitian; (g) Pengujian portfolio:Pengujian portfolio adalah salah satu caraevaluasi trading strategy yang diperlukanuntuk mereduksi kegagalan dari portfolioyang dibentuk dengan metode single indexmodel. Adapun pengujian yang dilakukanmenggunakan metode pengujian Sharpe,Treynor, dan Jensen alpha.

Untuk mengetahui apakah return port-folio yang telah dibentuk dapat mengalahkanreturn pasar maka perlu disusun rancanganuji hipotesis. Dimana uji hipotesis yangdipakai adalah t-test Anova (parametric),dengan membandingkan return portfoliodengan return pasar (LQ 45) pada periode 1Februari 2013 sampai dengan 31 Januari2015. Uji t dilakukan untuk melihat seberapasignifikan besar optimal return portfolio yangsudah dibentuk melalui single index modeldengan return pasar (LQ 45). Uji t dilakukandengan membandingkan tingkat signifikansidari hasil uji-t dengan α. Jika nilai t

Page 119: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

500 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

hitung>nilai t-tabel, yaitu jika nilai signi-fikan<0,05, maka dapat dikatakan bahwaada perbedaan antara besar return yang

dibentuk dengan single index model denganreturn pasar (LQ 45).

Tabel 1Obyek Saham Teraktif dan Rata-Rata SBI Periode 2011-2015

Rank Saham FREQ Rank Saham FREQ Periode BIRate

Periode BIRate

1 AALI 8 24 ASRI 7 4-Feb-11 6.75% 7-Mar-13 5.75%2 ADRO 8 25 EXCL 7 4-Mar-11 6.75% 11-Apr-13 5.75%3 ASII 8 26 HRUM 7 12-Apr-11 6.75% 14-May-13 5.75%4 BBCA 8 27 ICBP 7 12-May-11 6.75% 13-Jun-13 6,00%5 BBNI 8 28 INCO 7 9-Jun-11 6.75% 11-Jul-13 6.50%6 BBRI 8 29 ANTM 6 12-Jul-11 6.75% 15-Aug-13 6.50%7 BDMN 8 30 BBTN 6 9-Aug-11 6.75% 29-Aug-13 7.00%8 BMRI 8 31 BSDE 6 8-Sep-11 6.75% 12-Sep-13 7.25%9 CPIN 8 32 BUMI 6 11-Oct-11 6.50% 8-Oct-13 7.25%

10 UNVR 8 33 AKRA 5 10-Nov-11 6,00% 12-Nov-13 7.50%11 INTP 8 34 INDY 5 8-Dec-11 6,00% 12-Dec-13 7.50%12 ITMG 8 35 MNCN 4 12-Jan-12 6,00% 9-Jan-14 7.50%13 JSMR 8 36 BJBR 4 9-Feb-12 5.75% 13-Feb-14 7.50%14 KLBF 8 37 ELTY 4 8-Mar-12 5.75% 13-Mar-14 7.50%15 LPKR 8 38 ENRG 4 12-Apr-12 5.75% 8-Apr-14 7.50%16 LSIP 8 39 SMCB 4 10-May-12 5.75% 8-May-14 7.50%17 PGAS 8 40 TINS 4 12-Jun-12 5.75% 12-Jun-14 7.50%18 PTBA 8 41 BKSL 4 12-Jul-12 5.75% 10-Jul-14 7.50%19 SMGR 8 42 BMTR 4 9-Aug-12 5.75% 15-Aug-14 7.50%20 TLKM 8 43 PWON 3 13-Sep-12 5.75% 11-Sep-14 7.50%21 UNTR 8 44 WIKA 3 11-Oct-12 5.75% 7-Oct-14 7.50%22 GGRM 8 45 SSIA 3 8-Nov-12 5.75% 13-Nov-14 7.50%23 INDF 8 11-Dec-12 5.75% 18-Nov-14 7.75%

10-Jan-13 5.75% 11-Dec-14 7.75%12-Feb-13 5.75% 15-Jan-15 7.75%Rata-Rata 6.64%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

ANALISIS DAN PEMBAHASANObyek dan Data Penelitian

Membentuk portfolio optimal adalahmembentuk sebuah susunan sekuritas yangmemberikan expected return optimal untuktingkat resiko tertentu, sehingga expectedreturn dan resiko adalah faktor yang di-pertimbangkan investor dalam melakukansebuah investasi.

Penelitian ini memberikan gambaranbeberapa jenis portfolio yang dibentuk de-ngan metode single index model denganmenggunakan beberapa jenis data pe-

nyusun (data harian/mingguan/bulanan)yang dalam proses pemilihan saham di-lakukan dengan pendekatan rasio expectedreturn terhadap resiko/beta dan pendekat-an ERB (excess return to beta) sebagai tambah-an pembanding. Tahap pertama dalam pe-nyusunan portfolio dimulai dengan menentu-kan obyek penelitian, dimana sekuritaspenyusun portfolio optimal ini tersusun dariobyek penelitian. Obyek penelitian yang di-pakai di penelitian ini adalah semua seku-ritas yang masuk kedalam indeks LQ 45 padaperiode penelitian (Februari 2011 hingga

Page 120: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 501

Januari 2015). Alasan memilih obyek pe-nelitian indeks LQ 45 adalah karena seku-ritas-sekuritas yang tersusun dari indeks LQ45 ini memiliki liquiditas harga yang baikyang mana akan memberikan potensi returniyang lebih cepat untuk para investor. Padatabel 1 dijelaskan bahwa setiap enam bulansekali terjadi perubahan saham-saham pem-bentuk indeks LQ 45, maka untuk itu perludiseleksi untuk menentukan saham-sahampembentuk indeks LQ 45 di periode peneliti-an. Pendekatan seleksi saham-saham pem-bentuk indeks LQ 45 ini dilakukan dengancara menghitung frekuensi terbanyak sa-ham-saham yang masuk indeks LQ 45 se-lama delapan periode. Pada tabel 2 di-tampilkan 45 saham teraktif yang masukkedalam indeks LQ 45 pada periode pe-nelitian, dimana untuk obyek penelitianyang digunakan adalah saham-saham nonkeuangan.

Perhitungan expected return mengguna-kan metode single index model maka salahsatu faktor penyusunnya adalah risk free rate,dalam hal ini penelitian mengunakaan sukubunga Bank Indonesia sebagai variable riskfree rate. Rata-rata besaran risk free rate yangdipakai dalam perhitungan pembentukanportfolio adalah sebesar 0,0252% untuk dataharian yang didapatkan dengan membagirata-rata suku bunga Bank Indonesia setahundengan 243 (rata-rata jumlah data harianpada periode penelitian), 0,118% untuk datamingguan yang didapatkan dengan mem-bagi rata-rata suku bunga Bank Indonesiasetahun dengan 52 pekan, dan 0,51% untukdata Bulanan yang didapatkan dengan mem-bagi rata-rata suku bunga Bank Indonesiasetahun dengan 12 bulan. Jumlah sahampenyusun portfolio dipengaruhi oleh tingkatagresifitas dari portfolio tersebut, semakinagresif maka jumlah saham penyusun port-

folio optimal akan semakin sedikit. Untukjenis portfolio yang bersifat agresif susunansaham-saham dalam portfolio yang dibentukdengan data harian atau mingguan tidakmemiliki kesamaan dengan susunan saham-saham dalam portfolio yang dibentuk dengandata bulanan, hal ini terlihat pada portfolio Adan portfolio A1 yang sama-sama tersusundari saham BMTR, SSIA, dan MNCN tetapiketiga saham ini tidak masuk kedalamsusunan saham pembentuk portfolio A2. Di-mana jika menggunakan data bulanan untukSaham BMTR, dan MNCN hanya masukkedalam portfolio bersifat moderate dan untuksaham SSIA hanya bisa masuk kedalamportfolio yang bersifat conservative. Hal inidisebabkan ada dua faktor yaitu penentuanbesar rasio expected return terhadap resiko/beta yang bersifat subyektif dan faktor keduaadalah rata-rata kinerja return saham SSIAuntuk bulanan dibanding resiko/betanyatidak bagus dibanding rata-rata kinerjareturn saham SSIA untuk harian atau ming-guan dibanding resiko/betanya.

Tabel 1 menggambarkan saham-sahamyang menjadi obyek penelitian serta besarvariabel suku bunga acuan yang nantinyadigunakan sebagaia risk free rate. Saham-saham yang menjadi obyek penelitian ada-lah saham teraktif pada periode 2011-2015 didalam indeks LQ 45, sedangkan besar sukubunga acuan rata-rata adalah sebesar 6,64%per tahun yang nantinya dikonversi menjadi0,0252% untuk data harian, 0,118% untukdata mingguan, dan 0,51% untuk databulanan.

Perhitungan ReturnHasil perhitungan saham individu dan

market tampak pada tabel 2, tabel 3, dan tabel4. Hasil perhitungan tersebut didapat darihasil perhitungan geometrik dan regresi

Page 121: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

502 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

sederhana dengan menggunakan tiga jenisdata, yaitu dengan data harian, mingguan,dan bulanan. Dari hasil hitungan tampak

bahwa return dari market sebesar 0,047%untuk data harian, 0,21% untuk data ming-guan, dan 0.89% untuk data bulanan.

Tabel 2Pembagian Portfolio Harian

No SAHAM X Y Return/Risk

Portofolio

1 BMTR 0.647 0.23% 0.35% A (0.3% < P)agresif

B (0.20% < P)moderate

C (0.10% < P)conservative

2 SSIA 1.089 0.34% 0.31%3 MNCN 0.687 0.21% 0.30%4 WIKA 0.752 0.21% 0.28%5 AKRA 0.893 0.23% 0.26%6 TLKM 0.640 0.14% 0.22%7 ASRI 1.097 0.24% 0.22%8 KLBF 0.912 0.18% 0.20%9 JSMR 0.662 0.13% 0.20%10 ICBP 0.634 0.12% 0.19%11 BKSL 1.060 0.19% 0.18%12 ASII 1.115 0.19% 0.17%13 SMGR 0.903 0.15% 0.17%14 LPKR 0.883 0.13% 0.14%15 UNVR 0.649 0.09% 0.14%16 CPIN 1.343 0.18% 0.14%17 BSDE 1.051 0.13% 0.13%18 SMCB 0.814 0.10% 0.12%19 GGRM 0.798 0.08% 0.10%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

Dari tabel 2 diatas terbentuk 3 jenisportfolio optimal bedasarkan tingkat rasioexpected return terhadap resiko (beta).Penilaian dengan cara melihat perbandinganantara expected return terhadap resiko (beta)diharapkan mampu mengetahui kinerjareturn suatu saham terhadap resiko pasar ,yaitu portfolio A dengan rasio diatas 0,3%yang terbentuk dari saham BMTR, SSIA, danMNCN, sedangkan portfolio B dengan rasiodiatas 0,2% yang terbentuk dari sahamBMTR, SSIA, MNCN, WIKA, AKRA, TLKM,ASRI,KLBF, dan JSMR. Portfolio ketigaadalah portfolio C dengan rasio diatas 0,1%yang terbentuk dari saham BMTR, SSIA,MNCN, WIKA, AKRA, TLKM, ASRI,KLBF,JSMR, ICBP, BKSL, ASII, SMGR, LPKR,

UNVR, CPIN, BSDE, SMCB, dan GGRM.Besar rasio expected return terhadap resiko(beta) ini menggambarkan tingkat agresif dariportfolio yang dibentuk, dimana semakinbesar rasionya maka semakin agresif portfoliotersebut.

Susunan saham pembentuk portfoliooptimal yang sudah dibentuk pada periodeobservasi (Februari 2011 hingga Januari2013) diatas dengan menggunakan pen-dekatan proporsi pembobotan sederhana(Equality Weighted) disetiap saham yangmembentuk portfolio optimal kemudiandilakukan perhitungan return, resiko, danvarian kesalahan residu portfolio optimalpada periode pengujian (Februari 2013hingga Januari 2015).

Page 122: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 503

Tabel 3Perhitungan Kinerja Portfolio Harian

Variabel RFPortfolio Harian

A B CTreynor 0,0252% -0,023% 0,025% 0,007%Sharpe -1,120% 1,478% 0,433%Jensen Alpha -0,00040 0,00015 -0,00004Tabel 4

Pembagian Portfolio Mingguan

No SAHAM X Y Return/Risk

Portofolio

1 TLKM 0.406 0.67% 1.65% A1 (1% < P)agresif

B1 (0.75% < P)moderate

C1 (0.5% < P)conservative

2 BMTR 0.709 1.13% 1.59%3 JSMR 0.426 0.57% 1.35%4 SSIA 1.247 1.52% 1.22%5 AKRA 1.054 1.12% 1.06%6 MNCN 0.968 1.01% 1.05%7 WIKA 1.044 1.02% 0.98%8 ASII 1.057 0.98% 0.93%9 KLBF 1.024 0.84% 0.82%10 ASRI 1.396 1.10% 0.79%11 UNVR 0.550 0.43% 0.78%12 ICBP 0.761 0.60% 0.78%13 SMGR 0.914 0.68% 0.75%14 BKSL 1.459 0.92% 0.63%15 LPKR 0.972 0.58% 0.59%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

Dari tabel 3 diatas terbentuk 3 jenisportfolio optimal bedasarkan tingkat rasioexpected return terhadap resiko (beta) yangdinilaian dengan cara melihat perbandinganantara expected return terhadap resiko/beta,yaitu portfolio A1 dengan rasio diatas 1%yang terbentuk dari saham TLKM, BMTR,JSMR, SSIA, AKRA, dan MNCN, sedangkanportfolio B1 dengan rasio diatas 0,75% yangterbentuk dari saham TLKM, BMTR, JSMR,SSIA, AKRA, MNCN, WIKA, ASII, KLBF,ASRI, UNVR, ICBP, dan SMGR. Portfolioketiga adalah portfolio C1 dengan rasio diatas0,5% yang terbentuk dari saham TLKM,BMTR, JSMR, SSIA, AKRA, MNCN, WIKA,ASII, KLBF, ASRI, UNVR, ICBP, SMGR,BKSL, dan LPKR. Besar rasio expected returnterhadap resiko (beta) ini menggambarkantingkat agresif dari portfolio yang dibentuk,

dimana semakin besar rasionya makasemakin agresif portfolio tersebut. Susunansaham pembentuk portfolio optimal yangsudah dibentuk pada periode observasi(Februari 2011 hingga Januari 2013) diatasdengan menggunakan pendekatan proporsipembobotan sederhana (Equality Weighted)disetiap saham yang membentuk portfoliooptimal kemudian dilakukan perhitunganreturn, resiko, dan varian kesalahan residuportfolio optimal pada periode pengujian(Februari 2013 hingga Januari 2015).

Penentuan Saham Portfolio OptimalSalah satu keterbatasan penelitian ini

adalah bahwa portfolio optimal terbentuk darisekumpulan saham yang memiliki kinerjabaik, sehingga penentuan saham-sahamyang masuk ke dalam portfolio didasarkan

Page 123: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

504 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

Tabel 5Perhitungan Kinerja Portfolio MingguanVariabel RF Portfolio MingguanAl B1 ClTreynor 0,118% 0,037% 0,111% 0,041%Sharpe 1,003% 3,356% 1,207%Jensen Alpha -0,00016 0,00068 -0,00011

atas besar nilai rasio antara return dan beta.Tabel 2, tabel 3, dan tabel 4 meng-

gambarkan pembagian portfolio bedasarkannilai rasio tersebut. Pembagian portfoliodibagi menjadi tiga jenis model, yaitu port-folio yang bersifat agresif, moderate, dan

conservative, dimana nilai rasio yang diguna-kan berbeda-beda sesuai dengan data pem-bentuk portfolio tersebut (harian, mingguan,bulanan). Semakin agresif sifat portfolio ter-sebut maka jumlah saham pembentukportfolio tersebut semakin sedikit.

Tabel 6Pembagian Portfolio Bulanan

No SAHAM X Y Return/Risk

Portofolio

1 UNVR 0.149 1.87% 12.50%A2 (6% < P)

agresif

B2 (4% < P)moderate

C2 (3% < P)conservative

2 EXCL 0.116 0.75% 6.48%3 JSMR 0.443 2.79% 6.30%4 TLKM 0.433 2.69% 6.20%5 MNCN 0.822 4.79% 5.83%6 BMTR 0.954 5.24% 5.49%7 ASII 0.848 4.21% 4.96%8 KLBF 0.779 3.62% 4.65%9 GGRM 0.455 1.97% 4.33%10 ASRI 1.103 4.12% 3.73%11 ICBP 0.713 2.60% 3.65%12 WIKA 1.144 4.16% 3.64%13 SSIA 1.697 5.84% 3.44%14 SMGR 0.992 3.22% 3.25%15 AKRA 1.619 5.23% 3.23%

Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian

Dari tabel 6 diatas terbentuk 3 jenisportfolio optimal bedasarkan tingkat rasioexpected return terhadap resiko (beta) yangdinilaian dengan cara melihat perbandinganantara expected return terhadap resiko/beta,yaitu portfolio A2 dengan rasio diatas 6%yang terbentuk dari saham UNVR, EXCL,JSMR, dan TLKM, sedangkan portfolio B2dengan rasio diatas 4% yang terbentuk darisaham UNVR, EXCL, JSMR, TLKM, MNCN,

BMTR, ASII, KLBF, dan GGRM. Portfolioketiga adalah portfolio C2 dengan rasio diatas3% yang terbentuk dari saham UNVR,EXCL, JSMR, TLKM, MNCN, BMTR, ASII,KLBF, GGRM, ASRI, ICBP, WIKA, SSIA,SMGR, dan AKRA. Besar rasio expectedreturn terhadap resiko (beta) ini meng-gambarkan tingkat agresif dari portfolio yangdibentuk, dimana semakin besar rasionyamaka semakin agresif portfolio tersebut.

Page 124: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 505

Susunan saham pembentuk portfolio optimalyang sudah dibentuk pada periode observasi(Februari 2011 hingga Januari 2013) diatasdengan menggunakan pendekatan proporsipembobotan sederhana (Equality Weighted)disetiap saham yang membentuk portfoliooptimal kemudian dilakukan perhitunganreturn, resiko, dan varian kesalahan residuportfolio optimal pada periode pengujian(Februari 2013 hingga Januari 2015).

Hasil Pengujian dan Pemilihan PortfolioTerbaik

Setelah membentuk portfolio optimalmaka tahap selanjutnya adalah Pengujianportfolio sebagai salah satu cara evaluasitrading strategy yang diperlukan untuk me-reduksi kegagalan serta mengetahui opti-masi dari portfolio yang dibentuk. Pengujiandilakukan untuk mengetahui baik buruknyakinerja portfolio selama masa pengujian, be-

Tabel 7Perhitungan Kinerja Portfolio Bulanan

Variabel RF Portfolio BulananA2 B2 C2

Treynor0,510%

1,972% 0,590% 0,337%Sharpe 24,749% 9,489% 6,536%

Jensen Alpha 0,00805 0,00245 0,00142

rikut adalah perhitungan pengujian portfoliodengan metode Sharpe, Treynor,dan Jensenalpha.

Dari hasil pembagian saham yang sudahdilakukan pada periode observasi 2011-2013maka dengan pembobotan sederhana setiapsaham penyusun portfolio memiliki besarproposi yang sama maka dihitung return danbeta portfolio setiap portfolio di atas padaperiode pengujian 2013-2015. Sebagaitambahan pembanding di penelitian inidisertakan portfolio yang dibentuk denganmenggunakan pendekatan ERB (excess returnto beta) yaitu pada portfolio X (menggunakandata harian), portfolio Y (menggunakan datamingguan), dan portfolio Z (menggunakandata bulanan). ERB merupakan kelebihanreturn relatif terhadap satu unit risiko yangtidak dapat didiversifikasikan dengan Betadan C* adalah nilai cut off rate tertinggi,(Jogiyanto, 2003: 255).

Data yang dipakai adalah data returnharian/mingguan/bulanan market, portfolioA, portfolio B, portfolio C, portfolio A1, portfolioB1, portfolio C1, portfolio A2, portfolio B2, danportfolio C1 selama masa pengujian. Adapundata tambahan yang digunakan sebagaipembanding tambahan maka dalam tabeldiatas disertakan data return market Index

Harga Saham Gabungan (IHSG) serta hasilreturn portfolio yang dihasilkan dari portfolioyang dibentuk dengan menggunakan pen-dekatan ERB (excess return to beta) yaitu padaportfolio X (menggunakan data harian), port-folio Y (menggunakan data mingguan), danportfolio Z (menggunakan data bulanan).

Selain menghitung besar return dan betaportfolio dipenelitian ini juga melakukanPengujian portfolio sebagai salah satu caraevaluasi trading strategy yang diperlukanuntuk mereduksi kegagalan serta menge-tahui optimasi dari portfolio yang dibentuk.Pengujian dilakukan untuk mengetahui baikburuknya kinerja portfolio selama masapengujian, dan perhitungan pengujian port-folio yang digunakan adalah dengan metodeevaluasi Sharpe, Treynor, dan Jensen alpha.Untuk mengetahui optimalitas portfolioyang sudah dibentuk di atas maka akandilakukan pengujian secara statistik, peng-ujian statistik yang dilakukan adalah ujibeda dengan nol dan uji beda dengan market.Uji ini untuk mengetahui seberapa signifikanbesar optimal return portfolio yang sudahdibentuk dapat mengalahkan pasar padaperiode pengujian (Februari 2013 hinggaJanuari 2015).

Page 125: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

506 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

Tabel 8Hasil Uji Beda Dengan Nol

Data Uji N Mean Std Dev Sig (1-Tailed)IHSG- H 484 0,03% 1,14% 0,006**LQ 45-H 484 0,04% 1,41% 0,008**RP A 484 -0,002% 2,42% 0,09*RP B 484 0,05% 1,82% 0,088*RP C 484 0,03% 1,65% 0,026**RP X 484 0,04% 1,62% 0,032**IHSG- M 104 0,16% 2,34% 0,006**LQ 45-M 104 0,17% 3,03% 0,016**RP Al 104 0,16% 4,06% 0,088*RP B1 104 0,24% 3,71% 0,096*RP C1 104 0,16% 3,77% 0,062*RP Y 104 0,21% 3,50% 0,06*IHSG-B 23 0,43% 0,73% 1,34LQ 45-B 23 0,72% 0,94% 0,908RP A2 23 1,41% 0,76% 0,152RP B2 23 0,88% 0,82% 0,59RP C2 23 0,87% 1,16% 0,918RP Z 23 0,95% 1,12% 0,818Keterangan: simbol * menggambarkan tingkat signifikansi dibawah 10%, simbol ** menggambarkantingkat signifikansi dibawah 5%.

Rancangan uji yang dipakai memilikidugaan awal bahwa rata-rata return portfolioyang dihasilkan tidak memiliki nilai samadengan nol dan bahwa rata-rata returnportfolio yang dihasilkan tidak sama besardengan besar rata-rata return market (LQ 45).Melihat hasil penelitian sebelumnya Clitnis(2010) yang mengatakan bahwa semakinbanyak saham penyusun dari portfolio yangdisusun dengan metode single index modelmaka risiko portfolio akan semakin kecil, halini tidak sejalan dari hasil pengolahan data.Pembentukan portfolio dengan data ming-guan pada portfolio A1 yang memiliki enamsaham penyusun memiliki beta sebesar 1,11tidak jauh beda besar dibanding portfolio B1yang memiliki tiga belas saham penyusundengan nilai beta sebesar 1,12. Hal serupaterjadi pada pembentukan portfolio dengandata bulanan, dimana semakin banyaksaham penyusunnya maka resikonya akansemakin besar.

Jumlah saham yang penyusun portfoliodipengaruhi oleh tingkat agresifitas dariportfolio tersebut, semakin agresif maka jum-lah saham penyusun portfolio optimal akansemakin sedikit. Untuk jenis portfolio yangbersifat agresif susunan saham-saham dalamportfolio yang dibentuk dengan data harianatau mingguan tidak memiliki kesamaandengan susunan saham-saham dalam port-folio yang dibentuk dengan data bulanan, halini terlihat pada portfolio A dan portfolio A1yang sama-sama tersusun dari saham BMTR,SSIA, dan MNCN tetapi ketiga saham initidak masuk kedalam susunan saham pem-bentuk portfolio A2. Bila menggunakan databulanan untuk Saham BMTR, dan MNCNhanya masuk kedalam portfolio bersifatmoderate dan untuk saham SSIA hanya bisamasuk kedalam portfolio yang bersifat conser-vative. Hal ini disebabkan ada dua faktoryaitu penentuan besar rasio expected returnterhadap resiko/beta yang bersifat subyektif

Page 126: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 507

dan faktor kedua adalah rata-rata kinerjareturn saham SSIA untuk bulanan dibandingresiko/betanya tidak bagus dibanding rata-rata kinerja return saham SSIA untuk harianatau mingguan dibanding resiko/betanya.Portfolio yang terbentuk dari data harian,portfolio B memiliki rata-rata return portfolioyang paling besar yaitu sebesar 0,052% jauhlebih besar dibanding return market IHSGatau LQ 45 dengan resiko/beta sebesar 1,07,dimana dengan nilai resiko yang mendekatinilai 1 maka portfolio ini cenderung bersifatnormal. Dilihat dari rasio expected returnportfolio terhadap resiko/beta portfolio B yanghanya sebesar 0,049% tidak berbeda jauhdibanding returnnya, secara matematis port-folio ini kecenderungan menjadi sebagaiportfolio optimal.

Portfolio yang terbentuk dari datamingguan, portfolio B1 memiliki rata-ratareturn portfolio yang paling besar yaitusebesar 0,242% jauh lebih besar dibandingreturn market IHSG atau LQ 45 denganresiko/beta sebesar 1,12, dimana dengannilai resiko/beta ini tidak jauh berbedadengan portfolio A1 dan C1, sehingga jikadilihat dari rasio expected return portfolioterhadap resiko/beta portfolio B1 memilikinilai yang terbesar yaitu sebesar 0,216%tidak berbeda jauh dibanding returnnya,secara matematis portfolio ini kecenderu-ngan menjadi portfolio optimal. Portfolio yangterbentuk dari data bulanan, portfolio A2yang bersifat agresif memiliki rata-rata returnportfolio yang paling besar yaitu sebesar1,408% jauh lebih besar dibanding returnmarket IHSG atau LQ 45 dengan resiko/betasebesar 0,46, dimana dengan nilai resiko/beta ini berbeda jauh dengan portfolio B2 danC2, sehingga jika dilihat dari rasio expectedreturn portfolio terhadap resiko/beta portfolioA2 memiliki nilai yang terbesar yaitu sebesar3,091% jauh lebih besar dibanding returnnyasecara matematis portfolio ini dikatakansebagai portfolio optimal.

Untuk pembentukan portfolio dengandata mingguan pada portfolio A1 yangmemiliki enam saham penyusun memiliki

beta sebesar 1,11 tidak jauh beda besardibanding portfolio B1 yang memiliki tigabelas saham penyusun dengan nilai betasebesar 1,12. Hal serupa terjadi padapembentukan portfolio dengan data bulanan,semakin banyak saham penyusunnya makarisikonya akan semakin besar. Portfolio A2,portfolio B2, dan portfolio C2 memiliki jumlahpenyusun sebanyak empat, sembilan, danlima belas sedangkan dilihat dari nilaibetanya sebesar 0,46; 0,64; dan 1,08. Per-bedaan hasil penelitian ini dikarenakan adaperbedaan obyek pasar.

Hasil seleksi yang tampak pada tabel 8hanya tiga portfolio yang memiliki kriteriaportfolio optimal, yaitu portfolio X, portfolio B1,dan portfolio Y, dan di antara ketiga portfolioini portfolio B1 memiliki kinerja dan rasioantara return dan beta yang paling baik diantara ketiganya, sehingga portfolio palingoptimal yang dihasilkan dalam penelitian iniadalah portfolio B1 yaitu portfolio yangtersusun dari data return mingguan saham-saham dalam indeks LQ 45 pada periodeFebruari 2011 hingga Januari 2013 yangmemiliki rasio expected return terhadaprisiko/beta sebesar 0,75% dengan pendekat-an pembobotan equality weighted. Adapunportfolio ini tersusun dari saham TLKM (PTTelekomunikasi Indonesia Tbk), BMTR (PTGlobal Mediacom Tbk), JSMR (PT JasaMarga Tbk), SSIA (PT Surya Semesta Inter-nusa Tbk), AKRA (PT AKR CorporindoTbk), MNCN (PT Media Nusantara CitraTbk), WIKA (PT Wijaya Karya Tbk), ASII (PTAstra International Tbk), KLBF (PT KalbeFarma Tbk), ASRI (PT Alam Sutera RealtyTbk), UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk),ICBP (PT Indofood CBP Sukses MakmurTbk), SMGR (PT Semen Indonesia Tbk)memiliki return portfolio mingguan sebesar0,242% dengan nilai beta sebesar 1,122.Portfolio ini hanya mampu digunakan selamaenam bulan saja. Nilai kapitalisasi portfolio B1memiliki kapitalisasi di pasar sebesarsembilan ratus tiga puluh tujuh triliunrupiah atau sebesar 22,71% dari totalkapitalisasi modal di pasar modal Indonesia.

Page 127: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

508 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

Adapun keterbatasan penelitian ini yangmengasumsikan bahwa portfolio optimaltersusun dari beberapa sekuritas yang me-miliki kinerja yang baik, maka untuk meng-hitung besar return portfolio dan resiko/betapada periode pengujian (Februari 2013hingga Januari 2015), digunakan pembobot-an dana pada setiap saham pembentukportfolio optimal pada penelitian ini meng-gunakan pendekatan sederhana yaitu pem-bobotan proposional disetiap saham yangmasuk kedalam portfolio (Equality Weighted),dimana setiap saham memiliki proposionalbobot yang sama. Besar return portfoliooptimal didapat dari hasil penjumlahan darirata-rata expected return setiap sahampembentuk portfolio optimal dikalikandengan proposi bobotnya.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan hasil penelitian berdasarkan

hasil pengolahan, pembahasan hasil pe-nelitian serta uji hipotesis pada bagiansebelumnya, kemudian diakhiri denganrekomendasi berdasarkan hasil simpulansehingga diharapkan dapat membantupihak-pihak yang berkepentingan dalammelakukan pembentukan portfolio di pasarmodal Indonesia. Ada beberapa simpulanyang didapatkan dari hasil penelitian ini,yaitu sebagai berikut: (1) Besar return sahamakan selalu diikuti dengan peningkatanrisiko/beta, sehingga pengukuran baikburuknya saham didekati dengan pendekat-an perbandingan return dan risiko/beta.; (2)Menilik dari hasil penelitian Clitnis (2010)yang mengatakan bahwa semakin banyaksaham penyusun portfolio dengan single indexmodel maka risiko portfolio akan semakinkecil tidak terjadi sepenuhnya pada pem-bentukan portfolio di pasar modal Indonesia;(3) Dari hasil uji hipotesis beda dengan nolserta uji hipotesis beda dengan marketdengan nilai signifikansi sebesar 95% di-pembentukan portfolio dengan obyek saham-saham di pasar modal Indonesia padaperiode Februari 2011 hingga Januari 2013memberi hasil gambaran beberapa portfoliooptimal yang sudah dibentuk dengan single

index model seperti portfolio X, portfolio B1, danportfolio Y; (4) Portfolio paling optimal yangdihasilkan dalam penelitian ini adalahportfolio B1 yaitu portfolio yang tersusun daridata return mingguan saham-saham dalamindeks LQ 45 pada periode Februari 2011hingga Januari 2013 yang memiliki rasioexpected return terhadap risiko/beta sebesar0,75% dengan pendekatan pembobotanequality weighted. Adapun portfolio ini ter-susun dari saham TLKM (PT Telekomuni-kasi Indonesia Tbk), BMTR (PT GlobalMediacom Tbk), JSMR (PT Jasa Marga Tbk),SSIA (PT Surya Semesta Internusa Tbk),AKRA (PT AKR Corporindo Tbk), MNCN(PT Media Nusantara Citra Tbk), WIKA (PTWijaya Karya Tbk), ASII (PT Astra Inter-national Tbk), KLBF (PT Kalbe Farma Tbk),ASRI (PT Alam Sutera Realty Tbk), UNVR(PT Unilever Indonesia Tbk), ICBP (PTIndofood CBP Sukses Makmur Tbk), SMGR(PT Semen Indonesia Tbk) memiliki returnportfolio mingguan sebesar 0,242% dengannilai beta sebesar 1,122. Portfolio ini hanyamampu digunakan selama enam bulan saja.Nilai kapitalisasinya portfolio B1 memilikikapitalisasi di pasar sebesar sem- bilan ratustiga puluh tujuh triliun rupiah atau sebesar22,71% dari total kapitalisasi modal di pasarmodal Indonesia.

Setelah menemukan portfolio optimaldengan menggunakan metode single indexmodel pada periode penelitian Februari 2011hingga Januari 2015 bagi investor yang akanmelakukan pembentukan portfolio optimalpada sejumlah sekuritas di pasar modalIndonesia maka direkomendasikan agarmembentuk sebuah portfolio yang tersusundari sekumpulan sekuritas yang memilikirasio expected return terhadap resiko diatas0,75 dimana portfolio tersebut hanya dapatdigunakan selama periode enam bulan saja.Penelitian ini hanya memasukkan variabelSuku Bunga Bank Indonesia (SBI) sebagaisalah satu variabel luar, maka bagi penelitiselanjutnya yang tertarik melakukan pe-nelitian serupa, maka diharapkan mampumenggunakan metodologi yang berbedasehingga penelitian ini dapat memberikan

Page 128: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

Pembentukan Dan Pengujian Portfolio Saham-Saham Optimal ...–Mahadwartha, Gunawan 509

salah satu masukan alternatif terbaik bagiinvestor untuk melakukan pembentukanportfolio yang optimal. Selain dapat meng-gunakan metodologi yang berbeda dapatjuga memasukkan beberapa variabel lainyayang dapat mempengaruhi pergerakan sa-ham di pasar modal Indonesia, sepertivariabel nilai kurs mata uang, tingkat inflasi,harga intrumen investasi lain, serta beberapavariabel lainya yang dapat dimasukan dalampenelitian selanjutnya. Dilihat dari waktuoptimasi dari sebuah portfolio penelitianselanjutnya diharapkan dapat memampar-kan optimasi dari waktu periode uji ter-hadap portfolio yang sudah dibentuk denganlebih detil, sehingga bagi investor dapatmengetahui gambaran seberapa lama ke-mampuan sebuah portfolio mampu me-ngalahkan market.

DAFTAR PUSTAKAAng A., J. Chen dan Y. Xing. 2006. Downside

Risk. Review of Financial Studies 19(4).1191-1239.

Ang A., W. Goetzmann dan S. Schaefer. 2009.Evaluation of Active Management of theNorwegian GPFG. Norway: Ministry ofFinance.

Asness, C. S., T. J. Moskowitz dan L. HPedersen. 2013. Value and MomentumEvery where. Journal of Finance 68(3).929-985.

Baker M., B. Bradley dan Taliaferro R. 2014.The Low-Risk Anomaly: A Decompo-sition into Micro and Macro. FinancialAnalysts Journal 70(2). 43-58.

Barras L., O. Scaillet dan R. Wermers. 2010.False Discoveries in Mutual Fund Per-formance: Measuring Luck in EstimatedAlphas. Journal of Finance 65(1). 179-216.

Blitz D. C. dan Van Vliet P. 2011. Bench-marking Low-Volatility Strategies.Journal of Index Investing 2(1). 44-49.

Bruder B. dan N. Gaussel. 2011. Risk-ReturnAnalysis of Dynamic Investment Stra-tegies. Lyxor White Paper Series 7.www.lyxor.com.

Cazalet Z. dan T. Roncalli. 2014. StyleAnalysis and Mutual Fund Performance

Measurement Revisited. Lyxor ResearchPaper.

Chitnis, A. 2010. Optimized two portfoliousing single index model. World Journalof Social Sciences, vol 3: 75-87.

Chui A. C., Titman S. and K. J. Wei. 2010.Individualism and Momentum AroundThe World. Journal of Finance 65(1). 361-392.

Fama, E. F. 1991. Efficient Capital Market II.Journal of finance 56(5): 1575-1617.

Fama, E. F. dan K. R. French. 2004. TheCapital Asset Pricing Model: Theory andEvidence. Journal of Economic Prespectives18: 25-46.

Gitman, L. J. 2006. Principles of ManagerialFinance, seventeenth edition. Massa-chusetts: Addison-Wesley PublishingCompany.

Jogiyanto, H. 2000. Teori Portfolio dan AnalisisInvestasi, Edisi Kedua, Penebit BPFE.Yogyakarta.

Kam, K. 2006. Portfolio Selection Methods:An Empirical Investigation. Thesisunpublished. University of California: LosAngeles.

Markowitz, H. M. 1959. Portfolio Selection:Efficient Diversification Of Investment.Cowles Foundation: New Haven.

Michael, M. and B. D. Veiga. 2005. SingleIndex and Portfolio Models for ForecastingValue-at-Risk Thresholds. School ofEconomics and Commerce. Australia.

Reilly, F. K. and K. C. Brown. 2003. Invest-ment Analysis & Portofolio Management.Seventh Edition. South Western a division ofThomson Learning Ohio, USA.

Rudiyanto, D. 2003. Analisis dan SeleksiSaham Dalam Rangka Pembentukandan Pemilihan Portofolio Saham YangOptimal. Thesis. Program MagisterManajemen UMM, tidak dipublikasi-kan.

Umanto, E. 2008. Analisis dan PenilaianKinerja Portofolio Optimal Saham-saham LQ-45. Bisnis & Birokrasi JurnalIlmu Administrasi dan Organisasi 15: 178-187.

Page 129: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

510 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 4, Desember 2016 : 491 – 510

Widyantini, R. 2005. Single Index Model andConstant Correlation for OptimalPortofolio: Analisa Saham di Bursa EfekJakarta, Thesis. Program Pasca SarjanaFEUI, tidak dipublikasikan.

Yasmana, G. I. 2003. Pembentukan PortofolioYang Optimal Pada Beberapa Sahamyang Tercatat di BEJ (Studi Kasus PadaSaham–Saham Yang Termasuk DalamLQ-45 Dengan Menggunakan ModelIndeks Tunggal). Journal UndergraduateTheses From JPITUMM.

Page 130: FRAMING DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP BIAS EFEK URUTAN …

544 Indeks Subyek, Volume 20, Nomor 4, – Desember 2016

Kata HalamanTax Amnesty 415Single Case Study 415Wajib Pajak 419Komitmen 429SPT 431Kualitas Audit 434Bond Rating 435Peringkat Obligasi 435Good Corporate Governance 436Umur Obligasi 440Balanced Scorecard 455AHP 455Kinerja 456Perspektif 461Bmt-Ugt 462Locus Of Control 473Tekanan Anggaran Waktu 475Komitmen Profesional 475Perilaku Disfungsional Auditor 477Populasi 477Portofolio Optimal 492Risiko 491Return 495Model Single Index 493Pasar Modal 494CAPM 495Belief-Adjustment Model 511Efek Urutan 512Framing 513Gaya Kognitif 513Koperasi 528Praktik Akuntansi Kreatif 528Menaikkan Laba 531Menurunkan Laba 538Perataan Laba 538