BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas baik di negara maju maupun sedang berkembang. Di antara berbagai penyebab trauma, transfer energi tinggi dari kecelakaan lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian adalah yang paling banyak ditemukan. Sebanyak 1,26 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di dunia selama tahun 2000 dan 30% kematian terjadi di Asia Tenggara. Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu sebanyak 666 (51,66%) pasien, 30% terjadi akibat kecelakaan kerja/olahraga dan 18% akibat kekerasan rumah tangga. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang. Fraktur dapat bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi
penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas baik di negara maju
maupun sedang berkembang. Di antara berbagai penyebab trauma, transfer
energi tinggi dari kecelakaan lalu lintas dan terjatuh dari ketinggian adalah
yang paling banyak ditemukan.
Sebanyak 1,26 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di
dunia selama tahun 2000 dan 30% kematian terjadi di Asia Tenggara.
Penyebab paling umum trauma dan fraktur adalah kecelakaan lalu lintas, yaitu
sebanyak 666 (51,66%) pasien, 30% terjadi akibat kecelakaan kerja/olahraga
dan 18% akibat kekerasan rumah tangga.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang. Fraktur
dapat bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan
berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persyarafan.
Fraktur dapat berupa retakan, patah, atau serpihan dari korteks, sering
patahan terjadi sempurna dan bagian tulang bergeser.
Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah, seperti pada
tulang tibia dan tulang fibula yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Fraktur tibia adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan efisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
1
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur tibia. Pusat
nasional kesehatan di luar negeri melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah
±77.000 orang dan ada di 569.000 rumah sakit tiap hari / tahunnya. Fraktur
tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya
transmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan
subkutan sangat tipis pada bagian anterior dan medial dari tulang tibia dan
sebagai akibat dari hal ini, sejumlah besar fraktur tulang terbuka sering
terjadi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fraktur
2.1.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnta kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma
yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, tekanan langsung
pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak langsung,
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Akibat
trauma tergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.
2.1.2 Penyebab Fraktur
Tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
1. Peristiwa Trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat
patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila
terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak
ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur Kelelahan atau Tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlit, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak
jauh
3
2. Fraktur Patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalu tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit Paget)
Daya pemuntir meyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam
tingkat yang berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik
pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu
dari fragmen tulang dapat menembus kulit, cedera langsung akan menembus
atau merobak kulit doatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyakit
yang paling sering.
2.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka
periosteum pembuluh di korteks, marrow dan jaringan di sekitarnya rusak.
Terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan diujung tulang. Terbentuklah
hematoma di canal medulla. Pembuluh pembuluh kapiler dan jaringan ikat
tumbuh ke dalamnya, menyerap hematoma tersebut dan menggantikannya.
Jaringan ikat berisi sel sel tulang (osteoblast) yang bersal dari periosteum.
Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang disebut
callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui
pengeluaran kelebihannya osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang. Pada
permulaan akan terjadi perdarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase
hematoma. Hematoma ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel
jaringa fibrosit ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkim yang besifat
osteogenic. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk
kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoit ini
4
mula mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat pada foto rontgen.
Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau ostifikasi. Semuanya ini
menyebabkan callus fibrosa berubah menjadi callus tulang.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Adapun tanda gejala dari fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2002)
antara lain:
Depormitas
Daya tarik kekuatan menyebakan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan counter terjadi seperti :
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
Ekimosis dari perdarahan subcutaneous
Spasme otot, spasme involunter dekat fraktur
Tenderness
Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah berdekatan
Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf
atau perdarahan selanjutnya
Pergerakan abnormal
Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
Krepitasi
5
2.1.5 Klasifikasi
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka ( open/ compound), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit,
fraktur terbuka di bagi menjadi tiga derajat yaitu:
1) derajat 1
Luka kurang dari 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka
remuk
Fraktur sederhana, transversal, obliq atau kumulatif ringan
Kontaminasi ringan
2) derajat 2
Laserasi lebih dari 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse,
Fraktur komuniti sedang
3) derajat 3
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur
kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat
tinggi.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme, fraktur
terbagi menjadi:
a) Fraktur transversal: fraktur yang arah nya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung
b) Fraktur obliq: fraktur yang arah garis patah nya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat akibat trauma angulasi
6
c) Fraktur spiral: fraktur yang garis arahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi
d) Fraktur kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain.
e) Fraktur avulsi: fraktur yang diakibatkan karena terikan atau traksi otot
pada insersi nya tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah
a) Fraktur kominutif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
b) Fraktur segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu taoi
tidak berhubungan
c) Fraktur multiple: fraktur dimana garis lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
a) Fraktur undisplaced (tidak bergeser) :garis patah lengkap tetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periostium masih utuh.
b) Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
Dislokasi ad longitudinem cum contractionum ( pergeseran
searah sumbu dan overlapping)
Dislokasi ad axim (pergeseran yang membuka sudut)
Dislokasi ad latus ( pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).
6. berdasarkan posisi fraktur:
1/3 proksimal
1/3 medial
7
1/3 distal
7. fraktur kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang- ulang
8. fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak sekitarnya
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan .
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata
dan ancaman sindroma kompartemen.
2.1.6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada pasien fraktur adalah sebagai berikut:
a) Pemeriksaan rontgent: menentukan lokasi / luas nya fraktur/ luasnya
trauma
b) Scan tulang CT scan : memperlihatkan fraktur dan untuk
mengidentifikasi jaringan lunak
c) Hitung darah lengkap: Hb menurun/ meningkat
d) Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stress normal setelah
trauma
e) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
f) Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan pada darah ,
transfuse multiple, atau cedera
8
2.1.7. komplikasi
a) Komplikasi segera ( immediate): komplikasi yang terjadi segera
setelah fraktur antara lain syok neurogenik, kerusakan organ,
kerusakan syaraf, injury atau perlukaan kulit.
b) Early Complication : dapat terjadi seperti osteomeilitis, emboli,
nekrosis, dan syndrome compartemen.
c) Late complication : sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi
anatara lain stiffnes (kaku sendi), degerasi sendi, penyembuhan tulang
terganggu (malunion).
2.2 Fraktur Tibia
2.2.1. anatomi
Pengetahuan mengenai topografi dan struktur anatomi dari tungkai bawah
merupakan hal yang sangat di butuhkan untuk rencana operasi atau
penatalaksanaan pada ekstremitas.
Tungkai bawah terdiri atas 3 kompartemen:
A. Kompartemen Anterior
Terdapat 4 otot utama dari komprtemen anterior:
Musculus Tibialis anterior
9
Musculus Extensor digitorium longus
Musculus Extensor digitorium brevis
Musculus Fibularis (peroneus tertius)
Kompartemen ini berfungsi sebagai dorsofleksor sendi pergelangan
kaki dan jari-jari kaki. Arteri tibialis anterior mendarahi struktur-struktur
dalam compartinumentum anterius. Arteri tibialis anterior dan nervus peroneal
masuk kedalam otot dan normalnya terlindungi dari cedera. Cabang arteri
terminal arteri poplitea lebih kecil, arteri ini akan berakhir di sendi
pergelangan kaki, pertengahan antara kedua maleolus dengan beralih menjadi
arteria dosrsalis pedis.
B. Kompartemen Lateral
Kompartemen lateral terdiri dari 2 otot, perineos Brevis dan perineos
longus yang berfungsi untuk plantar fleksor dan evertor dari kai. Otot tersebut
berinsersi dari bagian proksimal dan tengah dari fibula maka fibula akan
terlindungi dari trauma langung. Nervus peroneal berjalan di antara musculus
peroneal dan extensor digitorum longus.
C. Kompartemen posterior
1. Superficial posterior compartement
Terdiri dari musculus gastrocnemius ( gerak articulation genu dan juga
pada sendi pergelangan kaki), soleus ( dibagi 1/3 distal), popliteus (plantar
10
flexi) dan plantaris ( tidak ada fungsi yang signifikan). Kompartemnt ini
pentinguntuk plantar flexi.
2. Deep posterior compartment
Kelompok otot pada kompartement ini adalah musculus popliteus, flexor
hallucis longus, flexor digitorum longus, tibialis posterior. Mempunyai 2 arteri
besar, arteri peroneal dan tibialis posterior.
Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris.
Ini merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang
ke proksimal untuk membentuk articulation genu dan k distal terlihat semakin
mengecil.
11
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi
menyangga berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan
caput fibulae, dibawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai
ujung atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus.
Pada ujung atas terdapat condyli lateralis dan medialis (kadang-kadang disebut
plateau tibia lateral dan medial), yang bersendi dengan condyli lateralis dan
medialis femoralis, dan dipisahkan oleh menisci laterali dan medialis.
Permukaan atas facies articulares condylorum tibiae terdiri atas area
intercondylus.
Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis
circularis yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae pada aspek posterior
condylus medialis terdapat insertio m. semi membranosus.
12
Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan
mempunyai tiga margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta
facies medialis diantaranya terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan
membentuk tulang kering. Pada pertemuan antara margo anterior dan ujung
atas tibia terdapat tuberositas, yang merupakan tempat lekat ligamentum
pattelae. Margo anterior di bawah membulat, dan melanjutkan diri sebagai
malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus memberikan tempat
perlekatan untuk membrane interossea. Facies posterior dan corpus tibia
menunjukan linea oblique, yang disebut linea musculi solei, untuk tempatnya
musculus soleus.
Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat
permukaan sendi berbentuk pelana untuk os.talus, ujung memanjang bawah
memanjang ke bawah dan medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies
lateralis dari malleolus medialis bersendi dengan talus. Pada facies lateral ujung
bawah tibia terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk bersendi dengan
fibula. Musculi dan liganmenta penting yang melekat pada tibia.
2.2.2 insiden
Tender untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia
lanjut yang terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III,
fraktur terbuka dengan fracture kominutif . pada pasien-pasien usia muda,
mekanisme trauma yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor.
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau kecelakaan,sedangkan pada usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak
terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait
dengan perubahan hormone.
13
Di Amerika Serikat, insiden tahunan fraktur terbuka tulang panjang
diperkirakan 11 per 100.000 orang dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah.
Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum terjadi pada diafisis tibia.
2.2.3 Etiologi
Fraktur traumatic dapat terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada
suatu tempat yang tertentu.
Fraktur patologis pula terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya
akibat kelainan patologis di dalam tulang. Patologis dapat terjadi
secara spontan atau akibat trauma ringan.
2.2.4. Patofisiologi
Jika satu tulang patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat,
bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk
jaringan granulasi disadalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitive
(osteogenik) berdiferensiasi menjadi chondroblast dan osteoblast.
Chondroblast akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium.
Terbentuk lapisan tebal ( callus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus
menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan callus dari fragmen satunya,
dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen ( penyembuhan fraktur) terus
berlanjut dengan terbentuknya trabekula dan osteoblast yang melekat pada
tulang dan meluas menyebrang lokasi fraktur.
Penyatuan tulang profisonal ini akan menjalan transformasi
metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Callus tulang
akan mengalami remodeling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh
seperti bentuk osteoblast tulang baru dan osteoblast akan menyingkirkan
bagian yang rusak dan tulang sementara.
14
2.2.5. mekanisme cedera
Ada 5 penyebab tersering ang menyebabkan fraktur pada bagian batang
dari tibia, yaitu jatuh, cedera olahraga, trauma langsung, kecelkaan lalu lintas
dan tembekan senjata.
Cedera yang sering terjadi akibat dari cedera torsional atau terpuntir,
biasanya pada pemain skiyaitu dengan trauma berenergi rendah dimana
bertumpu pada kaki dan badannya terputar dan terfiksi pada tumpuan tersebut,
biasanya dari pemeriksaan radiologinya menunjukan hasil fraktur
spiral,derajatnya tergantung dari energi dari trauma tersebut. Pada anak-anak
juga sering terdapat cedera pemuntiran dapat menyebabkan fraktur spiral pada
tibia tanpa fraktur fibula
Fraktur dengan tibia isolated atau fibula yang intak sering pada
pemain sepak bola, mekanisme traumanya adalah dengan cedera dengan
kecepatan rendah akibat dari rotasi paka dari tibia yang akan menyebabkan
OTA tipe A1 di 1/3 distal tulang tibia atau trauma langsung di ‘tackle’ saat
bermain. Pada usia berapa saja cedera langsung, misalnya akibat tendangan,
dapat menyebabkan fraktur melintang (transversal) atau fraktur yang sedikit
oblik pada tibia saja, di tempat yang terkena.
Cedera berat pada tulang dan jaringan lunak biasanya akibat dari
cedera langsung yang terfokus pada satu area dengan energi yang besar, seperti
pada tergilas oleh mesin industri dan pukulan dengan menggunakan kayu atau
tongkat baseball.
Fraktur fibula yang berhubungan dengan fraktur tibia dapat
memperlihatkan derajat trauma pada pada jaringan lunak dan energi yang
menyebabkan fraktur pada bagian itu.
2.2.6. Klasifikasi Fraktur Tibia
15
Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis
atau persendian pergelangan kaki.
Variabel penting pada fraktur dalam mengklasifikasikan fraktur tibia adalah
Lokasi anatomi
Pola fraktur atau pola garis fraktur
Bersamaan dengan cedera fibula
Posisi dan jumlah fragmen
Kerusakan jaringan lunak yang luas
1. Fraktur Kondiler Tibia
Mekanisme trauma
Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis
daripada medialis serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler
tibia terjadi akibat kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana
bemper mobil menabrak kaki bagial lateral dengan gaya kearah medial
(valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi atau fraktur split dari kondiler
lateralis tibia apabila kondiler femur didorong kearah tersebut. Kondiler
medial memiliki kekuatan yang lebih besar, jadi fraktur pada daerah ini
biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih besar (varus).
Jatuh dari ketinggian akan menimbulkan kompresi aksial
sehingga bisa menyebabkan fraktur pada proksimal tibia. Pada golongan
lanjut usia, pasien dengan osteoporosis lebih mudah terkena fraktur
kondiler tibia berbanding robekan ligamen atau meniscus setelah cedera
keseleo di lutut. Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama robekan
ligamen krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar.
Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi
Schatzker.
16
I : Fraktur split kondiler lateral
II : Fraktur split/depresi lateral
III: Depresi kondiler lateral
IV: Fraktur split kondiler medial
V : Fraktur bikondiler
VI: Fraktur kominutif
Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat.
Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang
bergeser apabila depresi melebihi 4 mm.
Gambar 5. Klasifikasi Fraktur Kondiler Tibia menurut Schatzker
17
Gambar 6. Klasifikasi Fraktur Kondiler
Gambaran Klinis
Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan
nyeri serta hemartrosis.Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi lutut.
Biasanya pasien tidak dapat menahan beban. Sewaktu pemeriksaan, mereka
merasakan nyeri pada proksimal tibia dan gerakan flesi dan ekstensi yang
terbatas.Dokter perlu menentukan adanya penyebab cedera itu akibat tenaga
yang kuat atau lemah karena cedera neovaskular, ligamen sindroma
kompartmen lebih sering terjadi pada cedera akibat tenaga kuat. Pulsasi distal
dan fungsi saraf peroneal perlu diperiksa. Kulit perlu diperiksa secara seksama
untuk mencari tanda-tanda abrasi atau laserasi yang dapat menjadi tanda fraktur
terbuka.
Penilaian stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler
tibia. Aspirasi dari hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin
diperlukan untuk pemeriksaan yang akurat. Jika dibandingkan dengan bagian
yang tidak cedera, pelebaran sudut sendi pada lutut yang stabil mestilah tidak
lebih dari 10o dengan stress varus atau valgus pada mana-mana titik dalam aksis
gerakan dari ekstensi penuh hingga fleksi 90o. Integritas ligamen crusiatum
anterior perlu dinilai melalui tes Lachman.
Fraktur kondiler sering disertai cedera jaringan lunak disekeliling
lutut.Robekan ligamen kollateral medial dan meniscus medial sering menyertai