FRAKTUR PADA DAERAH ANTEBRACHII
DAFTAR ISI
Daftar
isi..................................................................................................1
Kata
Pengantar.......................................................................................3
Bab I
Pendahuluan..................................................................4
Bab II Anatomi
.................................................................6
2.1 Topografi regio
antebrachii............................................62.2 Tulang
pada regio antebrachii.................................9
2.3 Otot pada regio
antebrachii...........................................13
2.4 Articulatio pada regio
antebrachii................................192.5 vaskularisasi
regio antebrachii...............................242.6 Inervasi
regio antebrachii..........................................34Bab
IIIFracture........................................................................44
3.1
Definisi........................................................................44
3.2 Clasifikasi
Fracture....................................................44
3.3
Diagnosis..............................................................49
Bab IVFracture
Antebrachii....................................................51
4.1 Clasifikasi Fracture
Antebrachii..............................
51
4.2 Dislocasi
Elbow....................................................52
4.3 Fracture pada caput dan collum radius
.........................55
4.4 Fracture processus olecranon..........................
584.5Fracture
Antebrachii.....................................
654.6Fracture Satu
Tulang.....................................
704.7Fracture Antebrachii Yang Khas.................
71
4.7.1Fracture Monteggia............................
71
4.7.2Fracture Galeazzi
............................
78
4.7.3Fracture Colles......................................
81
4.7.4Fracture Smiths......................................
934.8Fracture atau dislocasi tulang carpal.................
96
4.8.1Fracture Scaphoid...............................
98Bab
VKesimpulan................................................................
104
Bab VIDaftar
pustaka.......................................................
105KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat-Nya sehingga penyusunan referat ini dapat berjalan
dengan lancar dari awal hingga akhir. Adapun tujuan penulisan
referat yang berjudul Fracture pada daerah antebrachii ini adalah
untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik ilmu bedah di Rumah Sakit
AL Mintohardjo yang dilaksanakan pada periode 1 April 8 Juni
2013.
Selama kepaniteraan klinik ilmu bedah yang berlangsung selama 10
minggu dan selama proses penyusunan referat ini, penulis telah
mendapatkan banyak ilmu dan pelajaran berharga dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. H. Subagyo, FICS, SpB,SpOT selaku dokter pembimbing
2. dr. T. Nurrobi, SpOT(K)Hand selaku dokter pembimbing
atas segala bimbingan, arahan, dukungan, tenaga, dan waktu yang
telah beliau berikan selama ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang juga telah banyak membantu
dan mendukung penulis, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Fracture pada daerah antebrachii merupakan salah satu jenis
Fracture yang dapat terjadi pada siapa saja, pada semua tingkat
usia, baik pada anak-anak, orang usia muda, hingga pada orang usia
lanjut. Melalui penyusunan referat ini, diharapkan sedikit banyak
dapat memberikan gambaran umum mengenai Fracture pada daerah
antebrchii, mulai dari manifestasi klinis, diagnosis, tata laksana,
hingga pencegahannya.
Melalui pemahaman yang baik mengenai cara mendiagnosis dan
menangani Fracture ini, diharapkan mampu menekan tingkat complikasi
yang mungkin terjadi. Selain itu, melalui pengetahuan mengenai
faktor resiko dan cara pencegahannya, diharapkan juga mampu menekan
angka kejadian Fracture di daerah antebrachii.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih atas kesediaannya
untuk membaca referat ini. Semoga dapat memberikan wawasan baru dan
bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Mei 2013
PenulisBAB IPENDAHULUANFracture adalah rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang yang disebabkan adanya ruda paksa yang timbul
secara mendadak. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa
trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma
tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang clavikula atau radius distal patah. Akibat
trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan
arahnya. (1)Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat
dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke
tulang, yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai
luxasi sendi yang disebut Fracture dislocasi. Fracture pada kedua
batang tulang lengan bawah amat sering terjadi dalam kecelakaan
lalu lintas. Daya putar (biasanya jatuh pada tangan) menimbulkan
Fracture spiral dengan kedua tulang patah pada tingkat yang
berbeda. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan Fracture
melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Deformitas rotasi
tambahan dapat ditimbulkan oleh tarikan otot-otot yang melekat pada
radius. Perdarahan dan pembengkakan compartemen otot pada lengan
bawah dapat menyebabkan gangguan peredaran darah. (2)BAB II
ANATOMI2.1 Topografi regio antebrachii
Regio antebrachii tersusun atas berbagai struktur anatomi yang
berhubungan satu sama lain, yakni kulit, otot-otot, tulang,
persendian, nervus, dan pembuluh darah. Regio antebrachii dibagi
menjadi 2 yaitu regio antebrachii anterior dan regio antebrachii
poserior.
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari caput radius dan
di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen
radioulnar yang mengandung fibrocartilago triangularis. Membrana
interossius memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna
merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang
hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislocasi sendi
radioulnar yang dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan
ulna dihubungkan oleh otot antar tulang, yaitu m. supinator,
m.pronator teres, m.pronator quadratus yang membuat gerakan
pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang
berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan
bawah disertai dislocasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
(1)
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang
lunatum dan naviculare ke arah distal, dan dengan tulang ulna
bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiocarpal
diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligamen
radiocarpal collateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna
selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat hubungan
tersebut, terdapat pula discus articularis, yang melekat dengan
semacam meniscus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen
collateral ulnar.
Ligamen collateral ulnar bersama dengan meniscus homolognya dan
discus articularis bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar.
yang kesemuanya menghubungkan radius dengan ulna, disebut complex
cartilage fibroid triangularis (TFCC = triangularjibro cartilage
complex). Gerakan sendi radiocarpal adalah flexi dan extensi
pergelangan tangan serta gerakan deviasi radial dan ulnar. Gerakan
flexi dan extensi dapat mencapai 90 oleh karena adanya dua sendi
yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-capitatum
dan sendi lain di corpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal
adalah gerak rotasi. (1)2.2 Tulang pada regio antebrachii
Os Radii
Ujung proximal radius membentuk caput radii (caput radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii
membentuk fovea articularis (fossa articularis) yang serasi dengan
caput radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang
disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura
radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum
radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapat
tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah membentuk margo
interossea(crista interossea), margo anterior (margo volaris), dan
margo poserior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral
membentuk processus styloideus radii, dibagian medial membentuk
incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus
yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk
facies articularis carpi
Os ulnaUjung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya.
Hal yang sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna
terdapat incisuratrochlearis (incisura semiulnaris), menghadap ke
arah ventral, membentukpersendian dengan trochlea humeri. Tonjolan
di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura
trochlearis terdapat processus coronoideus, dan disebelah caudalnya
terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis.
dibagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura
radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal
incisura radialis terdapat crista musculisupinatoris. Corpus ulnae
membentuk facies anterior, facies poserior, faciesmedialis, margo
interosseus, margo anterior dan margo poserior.Ujung distal ulna
disebut caput ulnae (caput ulnae). Caput ulnae
berbentukcircumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapat
processus styloideus serta sulcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung
distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan
radius
2.3 Otot pada regio antebrachii
2.4 Articulatio pada regio antebrachii
Articulatio CubitiArticulatio cubiti atau disebut juga sendi
siku di bentuk oleh tiga komponen tulang yang bersendi yaitu os
humerus,os radius, dan os ulna yang demikian disebut articulatio
composite.
Pada sendi ini dapat di bedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
Articulatio humeroulnaris : sendi yang di bentuk oleh trochlea
humeri dan incisura semilunaris ulnae.Berdasarkan bentuk tulang
yang bersendi,articulation ini diclasifikasikan sebagai
articulation trochlearis karena salah satu tulang bersendi
berbentuk seperti pada katrol yang mempunyai axis tranversal yang
melalui trochlea humeri.
Articulatio humeroradialis : sendi yang dibentuk oleh
capituculum humeri dan fovea capituli radii articulatio ini
diclasifikasikan sebagai articulatio globoidea atau sendi peluru
yang mempunyai tiga axis yaitu axis sagital,tranversal, dan
longitudinal.
Articulatio radioulnaris proximalis : sendi yang di bentuk oleh
cirumferentia articularis radii dan incisura radialis ulnae.
Articulatio ini di clasifikasikan sebagai articulatio trochoidea
yang mempunyai satu axis yaitu axis longitudinal.
Ketiga articulatio terebut mempunyai ligamentum bersama-sama
dalam satu kapsul sendi.Ligamentum tersebut adalah :
a. Ligamentum collaterale ulnae, berdasarkan tempat
perletakannya di bagi jadi tiga, yaitu:
Pars anterior, dari epicondyulus humeri ke processus
coronodeus.
Pars poserior, dari epicondyulus medialis humeri ke
olecranon.
Pars tranversa, dari perlekatan ulna antara kedua ligamentum
terdahulu.
b. Ligamentum collaterale radiale : terbentang dari epicondylus
lateralis humeri ke ulna dan ligamentum anulare radii.
c. Ligamentum anulare radii yaitu ligamentum yang melingkari
circumferentina articularis radii dan melekat pada tepi ventral dan
dorsal incisura radialis radii
HUBUNGAN ANTARA RADIUS DAN ULNA
Hubungan antara radius dan ulnae ada dua macam :
Diarthrosis
1.articulatio radioulnaris proximale
2.articulatio radioulnaris distalis,yaitu sendi antara incisura
ulnaris radii dengan circumferentia articularis ulnae.
Synarthosis
Hubungan synarthosis berupa syndesmosis radioulnaris sebagai
membrana interossea antebracii, dengan arah serabut yang berlainan
sehingga pada saat pronasi maupun supinasi jaringan ikat ini tidak
seluruhnya tegang
Articulatio RadioUlnaris distalis
2.5 vaskularisasi regio antebrachiiARTERIA RADIALIS Arteria
brachialis di dalam fossa cubiti berada pada linea mediana, dan
setinggi collum radii membentuk bifurcatio menjadi arteria radialis
dan arteria ulnaris. Dari arah perjalanannya tampak seolah-olah
arteria radialis merupakan kelanjutan dari arteria brachialis.
Diameter arteria radialis adalah lebih kecil daripada arteria
ulnaris.Arteria radialis dibagi menjadi 3 bagian, sebagai
berikut:1. bagian pertama, terletak antara collum radii dan sisi
medial processus styloideus radii,2. bagian kedua, mulai dari
arteria radialis membelok ke poserior di sebelah distal processus
styloideus radii sampai ketika arteri itu meninggalkan Anatomical
Snuffbox.3. bagian ketiga, mulai dari tempat di mana arteria
radialis berjalan melalui kedua caput m.interosseus dorsalis I
menuju ke vola manus.
Bagian pertama arteria radialis berada pada regio brachium,
ditutupi oleh m.brachioradialis di bagian proximal, berjalan pada
facies ventralis tendo m.biceps brachii, m.supinator, insertio
m.pronator teres, caput radialis m.flexor digitorum superficialis,
m.flexor pollicis longus, m.pronator quadratus dan ujung distal os
radius [ di sini dapat diraba pulsasinya ]. Pada sepanjang
antebrachium m.brachioradialis berada di sebelah lateral arteria
radialis. Di sepertiga bagian medial antebrachium nervus radialis
berjalan di sebelah lateral arteria radialis. M.flexor carpi
radialis berada di sebelah medial dari arteria radialis.Memberi
percabangan :1. rami musculares2. ramus carpalis palmaris3. ramus
palmaris superficialis4. arteria recurrens radialis
Ad.1. Rami musculares memberi suplai darah kepada otot-otot di
bagian radialis antebrachium.
Ad.2. Ramus carpalis palmaris adalah sebuah cabang kecil yang
keluar dekat tepi caudal m.pronator quadratus, berjalan pada facies
palmaris ossa carpalia, membentuk anastomose dengan ramus carpalis
palmaris yang dipercabangkan oleh arteria ulnaris. Anastomose ini
dilengkapi oleh cabang-cabang dari arteria interossea anterior dan
ramus recurrens dari arcus palmaris profundus. Jaringan anastomose
ini membentuk rete carpi volare, yang memberi suplai darah kepada
wrist joint.
Ad.3. Ramus palmaris superficialis, dipercabangkan pada saat
arteria radialis membelok pada sisi lateral pergelangan tangan
menuju ke dorsal. Cabang ini berjalan menembus otot thenar, memberi
vascularisasi pada daerah ini, dan membentuk anastomose dengan
ujung distalis arteria ulnaris yang dinamakan arcus palmaris
superficialis.
Ad.4. Arteria recurrens radialis, dipercabangkan di bagian
distal articulatio cubiti, berjalan ascendens di antara
m.brachioradialis dan m.brachialis, melayani otot-otot tersebut,
dan mengadakan anastomose dengan arteria collateralis radialis
[cabang dari a.pofunda brachii].
Bagian kedua dari arteria radialis adalah ketika arteri ini
berada di sebelah distal processus styloideus radii dan membelok ke
dorsal pada sisi radialis ujung distal radius dan masuk ke dalam
spatium interosseum I. Arteria radialis berjalan di dalam
Anatomical Snuff box, disilangi oleh tendo m.abductor pollicis
longus, m.extensor pollicis brevis dan m.extensor pollicics longus.
Dari bagian ini dipercabangkan ramus carpalis dorsalis, yang
mengadakan anastomose dengan ramus carpalis dorsalis a.ulnaris
membentuk rete carpi dorsale.Dari rete carpi dorsale dipercabangkan
3 buah arteriae metacarpales dorsales, berjalan ke arah distal pada
permukaan m.interosseus dorsalis II, III dan IV, lalu masing-masing
bercabang dua membentuk aa.digitales dorsales, yang memberi
vascularisasi jari III, IV dan V, membentuk anastomose dengan
aa.digitales palmaris propriae yang dipercabangkan oleh arcus
palmaris superficialis.Cabang yang lain adalah arteria metacarpalis
dorsalis I sebelum a.radialis berjalan melalui kedua caput
m.interosseus dorsalis I, yang memberi suplai darah kepada jari I
dan II. Bagian ketiga dari arteria radialis berjalan ke arah vola
manus dengan melalui kedua caput m.interosseus dorsalis I. Di
daerah vola manus dipercabangkan arteria princeps pollicis, yang
selanjutnya bercabang dua untuk melayani kedua sisi jari I.
Selanjutnya arteria radialis memberi cabang arteria radialis
indicis yang menuju ke sisi lateral jari II.Kemudian arteria
radialis membelok ke arah medial di antara kedua caput m.adductor
pollicis, melanjutkan diri menjadi arcus palmaris profundus; arcus
ini ditutupi oleh tendo m.flexor digitorum profundus dan berada
setinggi basis ossis metacarpalis, berada pada facies ventralis
mm.interossei. Arcus palmaris profundus dilengkapi di bagian medial
oleh ramus palmaris profundus arteria ulnaris, dan terletak
kira-kira 2 cm di sebelah proximal dari arcus palmaris
superficialis.Dari arcus palmaris profundus dipercabangkan
cabang-cabang ke arah proximal, turut membentuk rete carpi volare,
dan ke arah distal memberi cabang yang dinamakan arteriae
metacarpales palmaris, beranastomose dengan aa.digitales palmaris
communes yang dipercabangkan oleh arcus palmaris superficialis.
ARTERIA ULNARIS Mempunyai bentuk yang lebih besar daripada
arteria radialis. Setelah dipercabangkan oleh arteria brachialis
maka arteria ulnaris berjalan oblique ke arah caudal, mencapai sisi
ulnaris antebrachium kira-kira pada pertengahan antebrachium.
Selanjutnya berjalan sepanjang sisi ulnaris pergelangan tangan,
menyilang ligamentum carpi transversum di sebelah radialis os
pisiforme. Tepat di sebelah distal os pisiforme arteria ulnaris
bercabang dua dan masing-masing cabang tersebut bergabung dengan
arcus palmaris superficialis dan arcus palmaris profundus.Memberi
percabangan sebagai berikut :a. pada antebrachium :1. arteria
recurrens ulnaris anterior2. arteria recurrens ulnaris poserior3.
arteria interossea communis4. rami muscularesb. pada pergelangan
tangan :1. arteria interossea anterior2. arteria interossea
poseriorc. pada manus :1. arcus palmaris superficialis2. ramus
palmaris profundus
Ad.a.1. Arteria recurrens ulnaris anterior, dipercabangkan di
sebelah distal articulatio cubiti, berjalan kembali ke cranialis,
berada di antara m.brachialis dan m.pronator teres, memberi suplai
darah kepada otot-otot tersebut, berada di sebelah ventral dari
epicondylus medialis humeri, mengadakan anatomose dengan arteria
collateralis ulnaris superior et inferior.
Ad.a.2. Arteria recurrens ulnaris poserior, dipercabangkan di
sebelah distal dari pangkal arteria recurrens ulnaris anterior,
mempunyai bentuk yang lebih besar daripada arteria tersebut tadi.
Berjalan ke dorsal dan medial di antara m.flexor digitorum sublimis
dan m.flexor digitorum profundus, lalu berjalan ascendens di
sebelah dorsal epicondylus medialis humeri. Berada di antara
epicondylus medialis humeri dan olecranon, ditutupi oleh m.flexor
carpi ulnaris, mengadakan anastomose dengan arteria collateralis
ulnaris superior, arteria collateralis ulnaris inferior dan arteria
interossea recurrens.
Ad.a.3. Arteria interossea communis, panjang 1 cm,
dipercabangkan tepat di sebelah caudalis tuberositas radii,
berjalan ke arah dorsal pada tepi cranialis membrana interossea
antebrachii, lalu bercabang dua membentuk arteria interossea
anterior dan arteria interossea poserior.
Ad.b.1. Arteria interossea anterior, berjalan ke distal pada
permukaan ventral membrana interossea, bersama-sama dengan ramus
interosseus palmaris nervi mediani, ditutupi oleh m.flexor
digitorum profundus dan m.flexor pollicis longus; memberi rami
musculares dan arteria nutricia kepada os radius dan os ulna.Pada
tepi cranialis m.pronator quadratus arteria interosseus poserior,
mencapai facies dorsalis pergelangan tangan, dan beranastomase
dengan rete carpi dorsale.Arteria interossea anterior memberi
cabang arteria mediana, yang berjalan bersama-sama dengan nervus
medianus menuju ke vola manus.Sebelum arteria interossea anterior
menembus membrana interossea dipercabangkan sebuah cabang yang
berjalan ke distal, ditutupi oleh m.pronator quadratus, bergabung
dengan rete carpi volare.
Ad.b.2. Arteria interossea poserior, berjalan ke dorsal di
antara chorda obliqua dan tepi cranialis membrana interossea,
berada di antara m.supinator dan m.abductor pollicis longus,
selanjutnya berjalan ke distal pada facies dorsalis antebrachium di
antara lapisan otot-otot yang terletak superficialis dan profundus;
memberi rami muculares untuk otot-otot tersebut.Di cranialis
m.abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis arteria
interossea poserior ditemani oleh nervus interosseus dorsalis. Pada
bagian distal antebrachium arteria interossea poserior mengadakan
anastomose dengan ujung terminal arteria interossea anterior dan
dengan rete carpi dorsale.Dekat pada pangkal arteria interossea
poserior dipercabangkan arteria interossea recurrens, yang berjalan
ascendens di antara epicondylus lateralis humeri dan olecranon,
menembus m.supinator, membentuk anastomose dengan arteria
collateralis media, yang dipercabangkan oleh arteria profunda
brachii, dengan arteria recurrens ulnaris poserior dan dengan
arteria collateralis ulnaris inferior.Ramus carpalis palmaris
merupakan cabang kecil yang menyilang di sebelah ventral ossa
carpalia, ditutupi oleh tendo m.flexor digitorum profundus,
mengadakan anastomose dengan cabang yang sama dari arteria
radialis.Ramus carpalis dorsalis dipercabangkan setinggi os
pisiforme, berjalan ke arah dorsal ditutupi oleh tendo m.flexor
carpi ulnaris, berjalan pada facies dorsalis ossa carpalia,
ditutupi oleh tendo otot-otot extensor dan membentuk anastomose
dengan cabang yang sama dari arteria radialis.
Ad.c.1. Arcus palmaris superficialis dibentuk oleh arteria
ulnaris, dan sering dilengkapi oleh suatu cabang yang keluar dari
ramus palmaris superficialis arteria radialis, dan dapat juga
dilengkapi oleh cabang dari arteria radialis indicis dan arteria
princeps pollicis. Arcus ini menyilang vola manus dengan
lengkungannya yang menghadap ke arah distal.
Ad.c.2. Ramus palmaris profundus berjalan di antara m.abductor
digiti minimi dan m.flexor digiti minimi brevis, menembus origo
m.opponens digiti minimi, mengadakan anastomose dengan arteria
radialis, dan melengkapi arcus palmaris profundus.
Arteriae digitales palmaris communes Ada 2 buah yang
dipercabangkan dari sisi distalis arcus palmaris superficialis,
berjalan ke distal menuju m.lumbricalis II, III dan IV. Setiap
arteria ini menerima cabang yang sama dari arteria metacarpalis
palmaris, dan segera bercabang dua membentuk aa.digitales palmaris
propriae yang berjalan sepanjang sisi ulnaris jari II dan sisi
radialis jari III, sisi ulnaris jari III dan sisi radialis jari IV,
sisi ulnaris jari IV dan sisi radialis jari V.
PEMBULUH VENATerdiri dari vena superficialis dan vena profunda.
Vena superficialis terdiri dari vena cephalica dan vena
basilica.Vena cephalica dimulai pada dorsum manus, berjalan ke
proximal pada sisi radialis antebrachium.Vena basilica berjalan
pada sisi ulnaris antebrachium.Pada facies dorsalis dan facies
ventralis antebrachium terdapat vena-vena yang menghubungkan kedua
vena tersebut tadi. Pada fossa cubiti terdapat vena mediana cubiti,
yang menghubungkan vena cephalica dengan vena basilica dengan arah
cranio medial.Selanjutnya vena cephalica berjalan pada sisi lateral
m.biceps brachii, menembus fascia dan berjalan di dalam trigonum
deltoideo-pectorale dan bermuara ke dalam vena axillaris.Vena
basilica berjalan pada sisi medial m.biceps brachii. Pada
pertengahan brachium vena basilica berjalan melalui hiatus
basilicus dan bermuara kedalam vena brachialis.Vena profunda
berjalan bersama-sama dengan arteri bersangkutan.
2.6 Inervasi regio antebrachiiNERVUS MEDIANUS Dibentuk oleh
radix superior [ radix lateralis ] dari fasciculus lateralis dan
radix inferior [ radix medialis ] dari fasciculus medialis, berada
di sebelah lateral arteria axillaris. Dibentuk oleh serabut-serabut
nervus yang berpusat pada medulla spinalis segmental C 5 Thoracal
1. Sepanjang brachium n.medianus berjalan berdampingan dengan
arteria brachialis, mula-mula berada di sebelah lateral, lalu
menyilang di sebelah ventral arteria tersebut kira-kira pada
pertengahan brachium; selanjutnya memasuki fossa cubiti dan berada
di sebelah medial arteria brachialis. Di daerah brachium nervus ini
tidak memberi percabangan. Memasuki daerah antebrachium n.medianus
berada di antara kedua caput m.pronator teres, berjalan ke distal
di bagian medial antebrachium, oleh karena itu disebut nervus
medianus, berada di sebelah profunda m.flexor digitorum sublimis.
Memberikan rami musculares untuk :1.m.pronator teres2.m.palmaris
longus3.m.flexor carpi radialis4.m.flexor digitorum
superficialis.Segera setelah n.medianus masuk ke dalam regio
antebrachium, dipercabangkan ramus interosseus anterior yang
berjalan pada permukaan ventral membrana interossea, dan
mempernervusi m.flexor pollicis longus, pars lateralis m.flexor
digitorum profundus dan m.pronator quadratus. Cabang ini berakhir
pada m.pronator quadratus.Ramus palmaris nervi mediani adalah
cabang yang menembus fascia antebrachii, berjalan ke distal menuju
ke pergelangan tangan dan terbagi menjadi ramus medialis dan ramus
lateralis. Ramus medialis mempernervusi kulit manus dan mengadakan
anastomose dengan ramus palmaris nervi ulnaris, sedangkan ramus
lateralis mempernervusi kulit daerah thenar dan mengadakan
anastomose dengan nervus cutaneus antebrachii lateralis. Pada
daerah pergelangan tangan n.medianus berada di sebelah profunda
tendo m.palmaris longus, berjalan di antara tendo m.flexor
digitorum superficialis [di sebelah medial] dan tendo m.flexor
carpi radialis [di sebelah lateral], kemudian berjalan di dalam
canalis carpi, melekat pada facies profunda ligamentum carpi
transversum. Di tempat tersebut seringkali n.medianus terjepit dan
disebut The carpal Tunnel Syndrome. Sesaat setelah meninggalkan
tepi distal ligamentum carpi transversum n.medianus mempercabangkan
suatu ramus muscularis yang berjalan kembali [recurrent] untuk
mempernervusi m.abductor pollicis brevis, m.opponens pollicis dan
m.flexor pollicis brevis.N. medianus berakhir dengan membentuk 3
buah nervi digitales palmaris communes (= nervi digitales volares
communes), masing-masing bercabang lagi membentuk nervi digitales
palmaris proprii.Nervus digitalis palmaris communis I bercabang
tiga membentuk nervi digitales palmaris proprii, yang masing-masing
berjalan menuju kepada kedua sisi ibu jari, serta sisi lateral jari
II.Nervus digitalis palmaris communis II bercabang dua menuju ke
sisi medial jari II dan sisi lateral jari III [masing-masing
disebut nervus digitalis palmaris proprius].Nervus digitalis
palmaris communis III memberi dua cabang nervi digitales palmaris
proprii, menuju ke sisi medial jari III dan sisi lateral jari IV.
Innervasi ini sering disebut innervasi kulit 3 jari bagian
lateral.Nn.digitales palmaris communes mempernervusi juga
m.lumbricalis I, II dan III.
NERVUS ULNARIS Merupakan cabang utama dari fasciculus medialis,
berada di sebelah medial a.axillaris, selanjutnya berjalan di
sebelah medial a.brachialis. pada pertengahan brachium nervus ini
berjalan ke arah dorsal menembus septum intermusculare mediale,
berjalan terus ke caudal dan berada pada facies dorsalis
epicondylus medialis humeri, yaitu di dalam sulcus nervi ulnaris
humeri; di tempat ini n.ulnaris ditutupi oleh kulit sehingga dapat
dipalpasi. Di daerah brachium n.ulnaris tidak memberi percabangan.
Nervus ini masuk regio antebrachium dengan melewati celah di antara
kedua caput m.flexor carpi ulnaris, lalu berjalan di antara
m.flexor carpi ulnaris dan m.flexor digitorum profundus. Caput
kedua otot tersebut diberikan rami musculares. Di sebelah distal
pertengahan antebrachium n.ulnaris memberi dua cabang cutaneus,
sebagai berikut :1. ramus dorsalis, yang berjalan ke dorsal, berada
di sebelah profunda tendo m.flexor carpi ulnaris, mempernervusi
kulit pada sisi ulnaris manus dan facies dorsalis 1 jari, sejauh
phalanx intermedia;2. ramus palmaris, yang mempernervusi kulit sisi
ulnaris pergelangan tangan dan manus.Pada ujung distal antebrachium
n.ulnaris berjalan berdampingan dengan arteria ulnaris, a.ulnaris
berada di sebelah lateral, kemudian berjalan bersama-sama memasuki
daerah manus, terletak di sebelah superficialis dari ligamentum
carpi transversum, berada di antara os pisiforme [di bagian medial]
dan hamulus ossis hamati [ di bagian lateral ]. Pada regio manus
n.ulnaris terbagi ke dalam ujung-ujung terminal, sebagai berikut
:1. ramus superficialis, mempernervusi m.palmaris brevis, lalu
terbagi dua membentuk nn.digitales palmaris [volares] communes.
Cabang ini mempernervusi kulit 1 jari bagian medial, pada facies
palmaris seluruhnya dan pada facies dorsalis sampai phalanx
distalis;2. ramus profundus, yang berjalan bersama-sama dengan
arteria ulnaris, arteri berada di sebelah lateral sampai pada arcus
volaris profundus. Mempernervusi otot-otot hypothenar, memberi dua
buah cabang, yang masing-masing menuju ke ruang interossea,
bersifat motoris untuk mm.interossei. Juga mempernervusi kedua otot
lumbricales bagian medial. Ramus profundus ini berakhir dengan
mempernervusi m.adductor pollicis dan m.interosseus palmaris
I.NERVUS RADIALIS Merupakan cabang yang terbesar dari plexur
brachialis dan adalah lanjutan dari fasciculus poserior. Berjalan
menyilang tendo m.latissimus dorsi, berada di sebelah dorsal
arteria axillaris, melewati tepi caudal m.teres major, di antara
caput longum m.triceps brachii dan humerus, selanjutnya berada di
antara caput medial dan caput lateral m.triceps brachii. Nervus ini
berjalan ke distal melingkari humerus [ berbentuk spiral ], berada
di dalam sulcus spiralis bersama-sama dengan arteria profunda
brachii. Tiba pada sisi lateral brachium n.radialis menembus septum
intermusculare laterale, berjalan di antara m.brachialis dan
m.brachioradialis, di sebelah ventral epicondylus lateralis humeri,
terbagi dua menjadi ramus superficialis dan ramus profundus.Memberi
percabangan :1. rami musculares untuk m.triceps brachii,
m.anconeus, m.brachioradialis, m.brachialis dan m.extensor carpi
radialis longus,2. nervus cutaneus brachii poserior, dipercabangkan
di daerah axilla, mempernervusi kulit brachium di bagian poserior
sampai setinggi olecranon,3. nervus cutaneus antebrachii poserior,
dipercabangkan di dalam sulcus nervi radialis, menembus caput
laterale m.triceps brachii, mempernervusi kulit antebrachium di
bagian poserior sampai mencapai pergelangan tangan,4. ramus
articulus untuk articulatio cubiti.
Ramus superficialis nervi radialis merupakan lanjutan dari
n.radialis, berjalan pada sisi lateral antebrachium, ditutupi oleh
m.brachioradialis. Pada kira-kira sepertiga bagian cranial
antebrachium nervus ini berjalan makin mendekati arteria radialis,
pada daerah sepertiga bagian medial antebrachium nervus ini sudah
berjalan pada sisi lateral arteria radialis, dan pada sepertiga
bagian distal nervus radialis meninggalkan a.radialis lalu berjalan
ke arah dorsal dengan ditutupi oleh tendo m.brachioradialis,
mencapai facies dorsalis pergelangan tangan, dan bercabang dua
membentuk ramus lateralis dan ramus medialis. Ramus lateralis kecil
dan mempernervusi kulit bagian radialis. Ramus medialis mengadakan
anastomose dengan cabang-cabang dari nervus cutaneus antebrachii
lateralis dan ramus dorsalis nervi ulnaris, selanjutnya membentuk 4
buah nervus digitalis dorsalis, yang mempernervusi : sisi ulnaris
jari I sisi radialis jari II sisi ulnaris jari II dan sisi radialis
jari III sisi ulnaris jari III dan sisi radialis jari IV.
Ramus profundus nervi radialis berjalan ke dorsal, berada pada
sisi radialis os radius, menembus m.supinator, berjalan ke distal
pada facies dorsalis membrana interossea, ditutupi oleh m.extensor
pollicis longus, kini disebut nervus interosseus poserior. Sebelum
berjalan ke dorsal nervus ini memberi rr.musculares untuk
m.extensor carpi radialis brevis dan m.supinator. Setelah menembus
m.supinator dipercabangkan rami musculares untuk m.extensor
digitorum communis, m.extensor digiti minimi, m.extensor carpi
ulnaris, m.extensor pollicis longus et brevis, m.abductor pollicis
longus dan m.extensor indicus proprius.
2.3Patofisiologi dan diagnosis.
Trauma yang menyebabkan Fracture di daerah pergelangan tangan
biasanya merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan
tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan
sebelah volar menyebabkan dislocasi fragmen Fracture sebelah distal
ke arah dorsal. Dislocasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan
tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang
terjadi pada Fracture Colles*. Sebaliknya, jatuh pada permukaan
tangan sebelah dorsal menyebabkan dislocasi fragmen distal ke arah
volar seperti yang terjadi pada Fracture Smiths. Pada keduanya
masih terdapat komponen gaya ke arah deviasi radial dan deviasi
ulna yang dapat menyebabkan patahnya tulang karpus. Jatuh pada
permukaan tangan bagian volar dengan tangan dalam posisi deviasi
radial dapat menyebabkan Fracture pada tulang naviculare (os
scaphoid) sedangkan Jatuh dengan tangan dorsoflexi maksimal dapat
menyebabkan dislocasi tulang lunatum. (1)Diagnosis Fracture dengan
fragmen terdislocasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis,
dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles atau
Fracture Smiths. Bila Fracture terjadi tanpa dislocasi fragmen
patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah
tulang. Hal yang mungkin terlewat dalam diagnosis adalah adanya
Fracture tulang naviculare atau adanya dislocasi tulang lunatum.
Secara klinis pada Fracture naviculare didapati nyeri tekan pada
tabatier anatomik. Diagnosis kedua kelainan ini ditegakkan dengan
foto Rontgen. Pada foto antero-poserior biasa sering tidak terlihat
adanya Fracture naviculare. Untuk ini perlu foto dengan proyeksi
oblik 45 dan 135 atau foto diulang setelah satu minggu karena
mungkin retak tidak kelihatan pada cedera baru. (1)Pemeriksaan
radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat Fracture
comminutiva dan mengetahui letak persis patahannya. Fracture radius
distal intraarticular, dengan patahan distal radius terdislocasi ke
arah volar disebut Fracture Barton volar, sedangkan bila patahan
distal pindah ke arah dorsal, disebut Fracture Barton dorsal. (1)
BAB IIIFRACTURE3.1Definisi
Fracture adalah rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
yang disebabkan adanya ruda paksa yang timbul secara mendadak.
Selain itu fracture juga dapat didefinisikan sebagai rusaknya
kontinuitas tulang normal yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
3.2Clasifikasi FractureFracture dibedakan atas beberapa
clasifikasi, antara lain:
1. Clasifikasi etiologis
Fracture traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
Fracture patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya
akibat kelainan patologis di dalam tulang.
Stress fracture. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus
pada suatu tempat tertentu.2. Clasifikasi klinis
Fracture tertutup (simple fracture). Suatu Fracture yang tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar
Fracture terbuka (compound fracture). Fracture yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without
(dari luar)
Fracture dengan complikasi (compicated fracture). Fracture yang
disertai dengan complikasi misalnya malunion, delayed union,
infeksi tulang
3. Clasifikasi radiologis
Clasifikasi ini berdasarkan atas:
1. Lokalisasi
Diaphysis Metafysis Intra-articular Fracture dengan dislocasi2.
Configurasi Fracture transversal
Fracture oblik
Fracture spiral
Fracture Z
Fracture segmental
Fracture comminutiva, Fracture lebih dari dua fragmen
Fracture baji, biasanya pada vertebra karena trauma compressi
Fracture avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo,
misalnya Fracture epicondylus humeri, Fracture trochanter mayor,
Fracture patella Fracture depresi, karena trauma langsung, misalnya
pada tulang tengkorak
Fracture impaks
Fracture pecah (burst), dimana terjadi fragmen kecil yang
berpisah, misalnya pada Fracture vertebra, patella, talus,
calcaneus Fracture epiphysis3. Menurut extensi Fracture total
Fracture tidak total (Fracture crack)
Fracture buckie atau torus
Fracture garis rambut
Fracture green stick4. Menurut hubungan antara fragmen dengan
fragmen lainnya
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced)
3.3 Diagnosis Anamnesis Mendapatkan mekanisme dari cidera
Pemeriksaan(Look, Feel,Move)Pada pemeriksaan fisik didapati tanda
Fracture, Pemeriksa harus memperhitungkan kemungkinan adanya
gangguan syaraf atau kerusakan pembuluh darah. Pada pemeriksaan
radiologis yang perlu diperhatikan adalah adanya luxasi sendi
radioulnar proximal atau distal yang lebih dicurigai apabila
ditemukan Fracture hanya pada salah satu tulang disertai dislocasi.
(1)
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang pada kasus Fracture :
1. Scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging (MRI)
memperlihatkan Fracture, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
2. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan
vasculer3. Profil koagulasi
4. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
multiple atau cairan hati.(6) Penanganan
Pada Fracture yang tidak berubah posisinya dilakukan pemasangan
gips di atas siku. Pada Fracture yang posisinya berubah harus
dilakukan reposisi tertutup untuk kemudian dipasang gips di atas
siku. Untuk Fracture radius ulnar proximal, lengan bawah
diimobilisasi dalam gips pada posisi supinasi. Posisi ini
dimaksudkan untuk mengatasi rotasi radius dan mengendurkan otot
supinator. Fracture bagian distal umumnya diimobilisasi dalam
posisi pronasi dan patah tulang bagian tengah dalam posisi netral.
Akan tetapi, pada umumnya Fracture kedua tulang radius dan ulna
sulit untuk dilakukan reposisi tertutup dengan baik sehingga
diperlukan operasi reposisi terbuka dan fixasi interna. Reposisi
terbuka juga lebih sering diperlukan pada patah tulang yang
disertai dislocasi sendi. (1)
PenyulitLesi nervus jarang terjadi pada Fracture tertutup.
Apabila terjadi, bisa mengenai nervus radialis, ulnaris maupun
medianus atau cabangnya. Cedera nervus radialis ditemukan pada
Fracture Monteggia. sedangkan cedera nervus medianus sering terjadi
pada Fracture radius distal. (1) Karena di lengan bawah terdapat
banyak pembuluh darah collateral, kerusakan pembuluh darah jarang
berakibat berat terhadap lengan bawah.
Penyulit yang segera tampak berupa syndrome compartemen juga
relatif jarang. Apabila terdapat syndrome ini, biasanya sulit
didiagnosis atau terlambat karena denyut nadi sering masih teraba.
Pengobatannya adalah fasiotomi yang cukup luas. Pada pembedahan
memang tidak boleh dilakukan penjahitan kembali fasia. (1)
ComplikasiComplikasi lambat yang tersering adalah mallunion dan
apabila union berupa angulasi disertai dengan ketidaksejajaran
radius dan ulna, akan terjadi gangguan gerak pronasi dan supinasi.
Complikasi lain adalah terbentuknya sinososis atau jembatan callus,
yaitu callus antara radius dan ulna sehingga kemungkinan supinasi
dan pronasi hilang. Sinososis ini dapat terjadi pada Fracture
dislocasi, seperti Fracture Monteggia atau Fracture Galeazzi.
(1)
Complikasi yang tidak jarang terjadi adalah pseudoarthrosis
karena gagal union, misalnya akibat terjadinya infeksi, operasi
yang terlalu merusak perios, atau terselipnya otot di antara
fragmen patahan tulang. Complikasi infeksi yang menyebabkan
osteomyelitis biasanya merupakan akibat dari Fracture terbuka
meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka. (1)BAB
IV
FRACTURE ANTEBRACHII4.1 Clasifikasi Fracture Antebrachii
Pada bab ini akan dibahas mengenai fracture dan dislokasi yang
sering terjadi di regio antebrachii, antara lain :1. Dislocasi
Elbow
2. Fracture Caput radii3. Fracture Olecranon ulna4. Fracture
antebrachii
5. Fracture Montegia
6. Fracture Galeazzi
7. Fracture Colles
8. Fracture Smiths
9. Fracture Scaphoid4.2 Dislocasi Elbow
Dislocasi sendi siku merupakan dislocasi sendi humeroulnar
danhumeroradial. Biasanya terjadi dislocasi fragmen distal
keposerior dan lateral terhadap fragmenproximal. Paling sering
terjadi pada anak anak karena proses ossifikasinya belum sempurna.
Penyebabnya karena terjadi trauma tidaklangsung, benturanpada
tangan dan lengan bawah dengan siku dalam posisi extensi disertai
sedikit flexi dan lengan atasterdorong kearah volar dan medial.
Pada pemeriksaan klinis terdapat bengkak, nyeri spontan, nyeri
sumbu, dan gerakan abnormal sangat terbatas pada posisi kurang dari
30. Pada pemeriksaan dari dorsal siku, didapatkan perubahan
padasegitiga sama kaki yang dibentuk oleh olecranon, epicondylus
lateral, dan epicondylus medial. Segitiga yang normalnya sama kaki,
berubah menjadi segitiga yang tidak sama kaki. Dislocasi siku ini
dapatmenyebabkan robeknya ligamentum yangmempertahankan stabilitas
sendi siku danini mempengaruhi cara pengobatannya. Bila tidak
terjadiinstabilitas, setelah reposisi dapat dimulai dengan
imobilisasi selama tiga minggu dalam gips sebelum mobilisasi.
Luxasi caput radius yang disebut siku tertarik dapat terjadi karena
siku ditarik sehingga caput ditarik lepas dari lingkaran
ligamentum. Hal ini terjadi pada anakyang jatuh ketika tangannya
ditarik secaraabnormal.
Diagnosis menjadi jelas dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Terapi dengan reposisi pada siku flexi dengan tekanan di arah sumbu
supinasi dan reposisi caput ke arah ulnar.
Treatment
Nonoperatif
reduction manuverperlahan dan hati-hati dan biasanya dilakukan
oleh 2 orang. Dengan kondisi sendi siku dalam keadaan flexi, lengan
bawah ditarik. Lalu dengan satu tangan lagi dokter melakukan
koreksi di tempat dislokasi. Dengan menggunakan jempol processus
olecranon ditekan. Setelah tereduksi lalu dilakukan pemeriksaan
gerakan sendi siku dan kestabilannya serta pemeriksaan arteri serta
persarafan di bagian distal dari sendi siku. Lalu dilakukan
pemeriksaan x-ray. Sendi lalu diimobilisasi menggunakan splint atau
sling selama 2-3 minggu lalu diikuti dengan latihan pergerakan
sendi. operatif
Apabila dislokasi disertai dengan adanya fracture maka tindakan
operatif diperlukan. Setelah operasi sendi siku harus dilindungi
menggunakan external Inge untuk mencegah terjadinya dislokasi
lagi.Complikasi
Dini
1. Kerusakan pada pembuluh darah arteri brachialis2. Cidera pada
nervus medianus dan nervus ulnarisLanjut
1. Kekakuan sendi2. Myositis Osifikans3. Osteoartritis4.
Dislokasi berulang4.3 Fracture pada caput dan collum radius.
Mekanisme cideraTerjatuh dalam posisi out stretched hand dengan
siku ekstensi dan tangan dalam posisi pronasi sehingga
mengakibatkan caput radial berbenturan dengan capitulum.Sign
Look:siku tampak bengkak
Feel:nyeri tekan
Move:nyeri saat digerakkan
X Ray:
Clasifikasi :
1. Tipe 1 : terbelah vertikal
2. Tipe 2 : terbelah miring
3. Tipe 3 : terbelah
4. Tipe 4 : hancur
Treatment1. Tipe 1 & 2 : istirahatkan sendi siku dengan
mitela
2. Tipe 3 & 4 : exisi
Operatif
1. Expose ujung fracture dengan dissection jaringan yang
minimal, lalu hilangkan hematoma dan lakukan irigasi luka.Reduksi
fraktur menggunakan reduction forceps lalu stabilkan menggunakan
1.0 mm K-wire2. Gunakan T-plate 1.5 atau 2.0
3. Gunakkan 2 atau 3 screw (1.5 mm or 2.0 mm) pada T plate.
Gunakan satu Hook kecil di bagian lubang distal lalu tarik ke arah
distal. Saat itu K wire bisa dipindahkan. Lalu gunakan clamp untuk
menstabilkan.
4. Stabilkan T plate dengan 2 atau 3 bicortical screws (1.5 or 2
mm)
Complikasi :
1. Kekakuan sendi
2. Myositis Ossificans4.4 Fracture processus OlecranonMekanisme
cidera
Trauma langsung sendi sikuSign
Look:siku tampak bengkak
Feel:kadang dapat ditemukan kap saat palpasi
Move:tidak dapat mengextensikan siku melawan tahanan
X Ray:
Clasifikasi :
Tipe 1 : keretakan olecranon tanpa adanya pemisahan
Tipe 2 : keretakan disertai pemisahan
Tipe 3 : Fracture komunitif tidak stabilTreatmentTipe 1 :
konservatif
Tipe 2 : operatif dan fixasi internal mempergunakan
screw/tension And wiring
Tipe 3 : exisi fragmen dan melekatkan kembali trisep pada
olecranon
Fracture olecranon dap ditangani tanpa tindakan operatif jika
fragmen masih terhubung dengan baik dan Ligamen serta jaringan di
sekitar fraktur masih cukup kuat untuk menjaga fragmen di
tempatnya. biasanya dapat menggunakan splint untuk jangka waktu 1-2
minggu. setelah bengkak berkurang dapat diganti dengan long arm
Cast. Lalu dipertuankan selama 6-8 minggu.
Tension band Wire
tension band mengubah tekanan dari arah posterior olecranon
menjadi tenaga kompresi dijoint line. Pada olecranon, ikatan
figure-of-eight wire (1.0 mm) berlaku sebagai tension band selama
flexi sendi siku.1. Reduksi
Lakukan reduksi dari fracture transverse olecranon dengan
menggunakan forceps.2.Siapkan lubang wire
Drilling 40 mm distal dari garis fracture dan 5 mm dari
posterior cortex, buat lubang melalui ulna menggunakan drill ukuran
2.0 mm Persiapan memasukkan Wire
Siapkan wire 1.0 mm dan buatlah simpul di 1/3 dari panjangnya.
Lalu masukkan bagian yang lebih pendek melewati lubang.Memasukkan
K-wires
K-wire pertamaDengan bantuan dril masukkan K-wire 1.6 mm di
medial caput olecranon. Arahkan dril ke cortex anterior , sedekat
mungkin ke sendi. Siapkan tempat yang cukup disisi lateral untuk
K-wire yang kedua.
K-wire kedua
Masukkan drill tepat diatas K-wire pertama, lalu masukkan K-wire
1.6 mm sejajar wire pertama.
3.Fixasi Wire Membuat Figure-of-eight
Pindahkan forceps, lalu wire yang sudah disimpul dilewatkan di
belakang k wire sehingga membentuk figure-of-eight. Gabungkan kedua
wire dengan sedikit putaran.Kencangkan wire
Potong ujung wire.
Benamkan K-wires
Dengan menggunakan bantuan forceps, bengkokkan kedua K-wire 180
degrees. Lalu benamkan wire ke arah tulang untuk mencegah
menonjolnya wire dan juga iritasi kulit.
4.Konfirmasi hasil menggunakan x rayComplikasi :
1. Nonunion
2. Oseoarthritis
4.5Fracture AntebrachiiMekanisme cidera
Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah
jatuh dengan outstreched hand atau trauma langsung. Gaya twisting
menghasilkan fraktur spiral pada level tulang yang berbeda. Trauma
langsung atau gangguan angulasi menyebabkan fraktur transversal
pada level tulang yang sama.Sign
Look:
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur tertutup atau fraktur terbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa
hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan
kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada
organ-organ lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi
Feel:Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita
biasanya mengeluh sangat nyeri.
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya
disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur
pada tulang
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan
secara hati-hati.
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi
arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior
sesuai dengan anggota gerak yang terkena.
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian
distal daerah trauma , temperatur kulit.
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai.
Move
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara
aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang
mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan
menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
X Ray
Treatment
Metode Penanganan Konservatif
Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan
posisi tangan berubah akibat rotasi. Posisi tangan dalam arah benar
dilihat letak garis patahnya
1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk
dapat kesegarisan fragmen distal supinasi.
1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral.
1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi,
setelah itu dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku
Metode Penanganan Operatif
Empat eksposur dasar yang direkomendasikan:
a) Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna
b) Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal
c) Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari
kapitulum radius sampai distal shaft radius
d) Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal
i. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand
sangat membantu untuk memudahkan operasi. Tourniquet dapat
digunakan kecuali bila didapatkan lesi vaskuler.
ii. Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip
diatas.
iii. Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin
iv. Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada
permukaan dorsolateral pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada
1/3 distal radius plate sebaiknya diletakkan pada sisi volar untuk
menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor.
v. Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis
Complikasi1. Ischaemia
2. Non union
3. Mal union
4. Joint stiffness
4.6Fracture Satu Tulang
Fracture radius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma
langsung dan sering terjadi pada bagian proximal radius. Fragmen
Fracture akan terdislocasi ad latitudinem dan ad periferam. Untuk
penantalaksanaan dapat dilakukan reposisi tertutup kemudian
imobilisasi dengan lengan pronasi pada Fracture 1/3 distal, netral
pada Fracture 1/3 tengan dan supinasi pada Fracture 1/3 proximal,
imobilisasi selama 4-6 minggu. . Fracture ini sulit direposisi
secara tertutup atau akan mengalami redislocasi bila reposisi
berhasil. Oleh karena itu, dianjurkan reposisi terbuka dan biasanya
dipasang fixasi interna dengan plat jenis compressi. Fracture ulna
biasanya disebabkan oleh trauma langsung, misalnya menangkis
pukulan dengan lengan bawah. Relatif sering terjadi Fracture yang
tidak berubah posisinya. Pada gejala klinis : didapatkan adanya
tanda-tanda Fracture seperti edema, deformitas. false movement,
krepitasi dan nyeri. Radiologis : anteroposerior dan lateral, akan
didapakan adanya diskontinuitas tulang. Pengobatan biasanya
konservatif dengan pemasangan gips (long arm cast), jika reposisi
tertutup gagal atau terjadi complikasi nonunion, malunion, maka
dapat dilakukan reposisi secara terbuka. Kadang Juga terjadi
Fracture yang terdislocasi, dalam hal Ini harus diteliti apakah ada
juga Fracture tulang radius atau dislocasi sendi radioulnar. Pada
Fracture yang comminutiva dapat terjadi penyatuan lambat atau
pseudoarthrosis dan ini memerlukan tindak operatif disertai cangkok
tulang. (1)
4.6Fracture Antebrachii Yang Khas
4.6.1Fracture Monteggia
Definisi
Monteggia mempublikasikan Fracture ini sebagai Fracture
sepertiga proximal ulna disertai dislocasi ke anterior dari caput
radius(1,2). Ternyata kemudian terbukti bahwa dislocasi ini dapat
terjadi ke lateral dan juga ke poserior. Penyebabnya biasanya
trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu melindungi kepala
pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis. (1)Klasifikasi
Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado:
Bado 1, dislokasi kaput radius ke anterior Bado 2, dislokasi
radius ke kaput posterior
Bado 3, dislokasi kaput radius ke lateral
Bado 4, dislokasi kaput radius disertai fraktur radius dan
ulna
-Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior
disertai dislokasi anterior kaput radius
- Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior
disertai dislokasi posterior kaput radii dan fraktur kaput
radii
- Fraktur ulna distal processus coracoideus dengan dislokasi
lateral kaput radii
- Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi
anterior kaput radii dan fraktur 1/3 proksimal radii di bawah
tuberositas bicipitalis.
Mekanisme ciderabiasanya terjadi karena tangan menjadi titik
tumpuan saat jatuh, lalu tubuh mengalami rotasi dan momentumnya
memaksa tangan untuk pronasi. Sign Pada umumnya menyerupai Fracture
pada lengan bawah dan apabila terdapat dislocasi ke anterior, caput
radius akan dapat diraba pada fossa kubitus. (1). Pergelangan
tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya
tanda-tanda cedera pada nervus radialis. (2) . Terdapat 2 tipe
yaitu tipe extensi (lebih sering) dan tipe flexi. Pada tipe extensi
gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hyperextensi dan pronasi.
Sedangkan pada tipe flexi, gaya mendorong dari depan kearah flexi
yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke poserior.
(3)Gambaran radiologis
Gambaran radiologis jelas memperlihatkan adanya Fracture ulna
yang disertai dislocasi sendi radio-humeral. (1) Pada kasus biasa
kaput radius berdislocasi kedepan, dan terdapat Fracture pada
sepertiga bagian atas ulna dengan pelengkungan kedepan.
Kadang-kadang dislocasi radius disertai dengan Fracture olecranon.
Kadang-kadang kaput radius berdislocasi keposerior dan Fracture
ulna melengkung kebelakang ( Monteggia kebelakang). Pada Fracture
ulna yang terisolasi, selalu diperlukan pemeriksaan sinar X pada
siku. (2)
Pengobatan Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak,
tetapi metode operatif sering menjadi pilihan pada Fracture
Monteggia pada orang dewasa. (1) . Petunjuk untuk keberhasilan
terapi adalah memulihkan panjangnya ulna yang mengalami Fracture,
hanya setelah itu sendi yang berdislocasi dapat sepenuhnya
direduksi. Pada anak-anak kadang-kadang dapat dilakukan manipulasi,
tetapi pada orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan
pemasangan flat. Kalau kaput radius dapat direduksi secara
tertutup, begitu lebih baik dan bila tidak harus diterapi dengan
operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips dengan siku yang
diflexikan selama 6 minggu. Setelah itu dianjurkan gerakan aktif.
(2)Metode Penanganan KonservatifPrinsipnya dengan melakukan traksi
ke distal dan kembalikan posisi tangan berubah akibat rotasi
Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis patahnya
- 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk
dapat kesegarisan fragmen distal supinasi
- 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral
- 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi,
setelah itu dilakukan immobilisasi dengan gips atas sikuMetode
Penanganan Operatif- Empat eksposur dasar yang direkomendasikan
1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna
2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal
3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari
kapitulum radius sampai distal shaft radius
4. Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal
- Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand
sangat membantu untuk memudahkan operasi. Tourniquet dapat
digunakan kecuali bila didapatkan lesi vaskuler.
- Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip
diatas.
- Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin
- Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan
dorsolateral pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3
distal radius plate sebaiknya diletakkan pada sisi volar untuk
menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor. Plat
yang digunakan yaitu 3,5-mm dynamic compression (DC) plate atau
limited contact dynamic compression (LC-DC) plate.- Pasang drain,
luka operasi ditutup lapis demi lapis
.
Prosedur tetap
1. Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, serta
imobilisasi dengan gips (long arm cast) dengan posisi lengan
supinasi, selama 4-6 minggu.
2. Bila reposisi tertutup gagal maka dilakukan fiksasi internal,
post operasi dilakukan tes pada sendi radioulnar bila tidak stabil
imobilisai dengan gips pada posisi lengan supinasi selama 3 minggu
dilakukan fiksasi internal.
3. Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan debridement
kemudian imobilisasi, sedangkan pada derajat III dilakukan
eksternal fiksasi.
Komplikasi Malunion
Kompartemen sindrom
Cross union
Atropi sudeck
Trauma N. Medianus
Rupture tendo ekstensor sendi pergelangan tangan, pronasi,
supinasi, fleksi palmar, pergerakan serta ekstensi
4.6.2Fracture Galeazzi
Definisi
Fracture ini merupakan Fracture distal radius disertai dislocasi
atau subluxasi sendi radioulnar distal. Terjadinya Fracture ini
biasanya akibat trauma langsung sisi lateral ketika jatuh. Saat
pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula
rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan
yang memberi gaya supinasi. (1,3)
Gambar 2.1. Fracture Galeazzi
Gambaran klinis
Fracture Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada Fracture
Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda
yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi nervus
ulnaris yang sering terjadi. (2). Gambaran klinisnya bergantung
pada derajat dislocasi fragmen Fracture. Bila ringan. nyeri dan
tegang hanya dirasakan pada daerah Fracture; bila berat, biasanya
terjadi pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam
posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba
tonjolan ujung distal ulna.(1)
Gambaran radiologisFracture melintang atau oblique yang pendek
ditemukan pada sepertiga bagian bawah radius, dengan angulasi atau
tumpang-tindih. Sendi radioulnar inferior subluxasi atau dislocasi.
(2)
Gambar 2.2 Radiologi Fracture GaleazziPengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku,
posisi netral untuk dislocasi radius ulna distal, deviasi ulnar,
dan flexi. Secara konservatif mungkin kurang memuaskan dan bila
demikian. terapi bedah menjadi pilihan. (1)Operatif General
anastesi Atur tourniquet 200-250 mm Hg.
Menggunakan approach volar Henry atau Thompson approach
Mereduksi fraktur menggunakan bantuan broad fracture reduction
forceps Menggunakan C-arm untuk mengconfirmasi fracture/bone
alignment.
Plat yang digunakan yaitu 3,5-mm dynamic compression (DC) plate
atau limited contact dynamic compression (LC-DC) plate.
Mengevaluasi alignment dan stabilitas.
Melepaskan tourniquet
memeriksa reducsi menggunakan foto rontgent.
Irrigasi and tutup luka operasi.
Pasang long arm splint
4.6.3Fracture Colles
Definisi
Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah
Fracture melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan
dengan pergeseran dorsal fragmen distal. Ini adalah Fracture yang
paling sering ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi
berhubungan dengan permulaan oseoporosis pasca menopause. Karena
itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan
yang terentang.(5)
Clasifikasi
Ada banyak sistem clasifikasi yang digunakan pada Fracture
extensi dari radius distal. Namun yang paling sering digunakan
adalah sistem clasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka
Fracture Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut : (4) Tipe IA :
Fracture radius extra articular Tipe IB : Fracture radius dan ulna
extra articular Tipe IIA : Fracture radius distal yang mengenai
sendi radiocarpal Tipe IIB : Fracture radius distal dan ulna yang
mengenai sendi radiocarpal Tipe IIIA : Fracture radius distal yang
mengenai sendi radioulnar
Tipe IIIB : Fracture radius distal dan ulna yang mengenai sendi
radioulnar
Tipe IVA : Fracture radius distal yang mengenai sendi
radiocarpal dan sendi radioulnar
Tipe IVB : Fracture radius distal dan ulna yang mengenai sendi
radiocarpal dan sendi radioulnar
Gambar 2.4 Clasifikasi Fracture Colles
Trauma / Kelainan yang Berhubungan
Fracture extensi radius distal sering terjadi bersamaan dengan
trauma atau luka yang berhubungan, antara lain : (4)1. Fracture
processus styloideus (60 %)
2. Fracture collum ulna
3. Fracture carpal
4. Subluxasi radioulnar distal
5. Ruptur tendon flexor6. Ruptur nervus medianus dan ulnaris
Manifestasi Klinis Kita dapat mengenali Fracture ini (seperti
halnya Colles jauh sebelum radiografi diciptakan) dengan sebutan
deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung
pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit
deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila
pergelangan tangan digerakkan. (2) Selain itu juga didapatkan
kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah
yang terkena. (4)Gambar 2.5. Dinner fork deformity
Diagnosis
Diagnosis Fracture dengan fragmen terdislocasi tidak menimbulkan
kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah
tulang Colles. Bila Fracture terjadi tanpa dislocasi fragmen
patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah
tulang. (1,3)
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat
hancurnya Fracture comminutiva dan mengetahui letak persis
patahannya. (1) Pada gambaran radiologis dapat diclasifikasikan
stabil dan instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan,
sedangkan instabil bila patahnya comminutiva. Pada keadaan tipe
tersebut perioseum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.
(4). Terdapat Fracture radius melintang pada sambungan
corticocanselosa, dan processus styloideus ulnar sering putus.
Fragmen radius :1. Bergeser dan miring ke belakang
2. Bergeser dan miring ke radial
3. Terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami pehancuran
dan comminutiva yang hebat. (4)
Gambar 2.6 (a) Dinner fork deformity,
(b) Fracture tidak masuk dalam sendi pergelangan tangan
(c)Pergeseran ke belakang dan ke radial
Penatalaksanaan (2)
Fracture tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser),
Fracture dibebat dalam gips gips yang dibalutkan sekitar dorsum
lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam
posisinya.
Fracture comminutiva berat dan tak stabil tidak mungkin
dipertahankan dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan
fixasi luar, dengan pen proximal yang mentransfiksi radius dan pen
distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metacarpal kedua dan
sepertiga. (2) Fracture yang bergeser harus direduksi di bawah
anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan traksi diterapkan di
sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan extensi pergelangan
tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong
ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil
memanipulasi pergelangan tangan ke dalam flexi, deviasi ulnar dan
pronasi.
Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi
memuaskan, dipasang circulair gips, membentang dari tepat di bawah
siku sampai collum metacarpal. Gips ini dipertahankan pada
posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang
extrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.
Gambar 2.7 Reduksi : (a) Pelepasan impaksi
(b) Pronasi dan pergeseran ke depan,
(c) DeviasiulnarPembebatan :
a. penggunaan sarung tangan
b. gips yang basah
c. gips yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips
mengeras.
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari ; latihan
bahu dan jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari
membengkak, mengalami cyanosis atau nyeri, harus tidak ada
keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan
pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan
biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun
manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fracture
menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan
secara radiologi, gips dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan
pembalut kain krep sementara.
Fracture Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya
tetap menyebabkan complikasi jangka panjang. Karena itulah hanya
Fracture Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani
oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan
diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal
prinsip yang perlu diketahui, sebagai berikut :
Tangan bagian extensor memiliki tendensi untuk menyebabkan
tarikan dorsal sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran
fragmen
Angulasi normal sendi radiocarpal bervariasi mulai dari 1 sampai
23 derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak.
Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat.
Sudut ini dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan
untuk waktu yang lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali
difixasi.
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli
orthopedik, maka beberapa hal berikut dapat dilakukan :
1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada
Chinese finger traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam
keadaan flexi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama
5-10 menit atau sampai fragmen disimpaksi. Kemudian lakukan
penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu
jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proximal menggunakan
jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka
beban dapat diturunkan.
3. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi
atau midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat
flexi dan 20 derajat deviasi ulna. Lengan bawah sebaiknya dibalut
dengan selapis Webril diikuti dengan pemasangan anteroposerior long
arms splint. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk
memastikan bahwa telah tercapai posisi yang benar, dan juga
pemeriksaan pada nervus medianusnya
4. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat
selama 72 jam untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada
jari-jari dan bahu sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan
pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua minggu pasca
trauma.
5. Immobilisasi Fracture yang tak bergeser selama 4-6 minggu,
sedangkan untuk Fracture yang bergeser membutuhkan waktu 6-12
minggu.
Gambar 2.8 Reduksi pada Fracture Colles
ORIF General anestesi
Insisi Volar approach
menstabilkan fracture menggunakan K-wire
letakkan plate pada radius distal
kencangkan plate menggunakan cortical screw
setelah plate terpasang sempurna, lepaskan K wire
tutup luka insisi lapis demi lapis.
Complikasi (4)Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan
gips perlu dibuka atau dilonggarkan.
Cedera nervus jarang terjadi dan yang mengherankan tekanan
nervus medianus pada saluran carpal pun jarang terjadi. Kalau hal
ini terjadi, ligamen carpal yang melintang harus dibelah sehingga
tekanan saluran dalam carpal berkurang.
Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan,
tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan
atrofi sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada
sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan
setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan
akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan
vasomotor. Sinar X memperlihatkan oseoporosis dan terdapat
peningkatan aktivitas pada scan tulang.Lanjut
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap
atau karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya
buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap.
Delayed union dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi
processus styloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan
fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan selama
beberapa bulan.
Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah complikasi yang
sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat
pembebatan yang lama.
Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi dapat mengakibatkan kekakuan
dan pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.
Ruptur tendon biasanya terjadi beberapa minggu setelah Fracture
radius bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser. (2)
4.6.4Fracture SmithsDefinisi
Fracture smiths merupakan Fracture dislocasi ke arah anterior
(volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture.
Fracture ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan
tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar flexi
pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya
transversal, kadang-kadang intraartikular. Penggeseran bagian
distal radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah palmar. Patah
tulang ini lebih jarang terjadi. (1)Manifestasi klinik
Penonjolan dorsal fragmen proximal, fragmen distal di sisi volar
pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade devormity).
(1)Gambaran radiologis
Terdapat Fracture pada metaphysis radius distal; foto lateral
menunjukkan bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke
anterior-sangat berlawanan dengan Fracture colles.
Penatalaksanaan
Pengobatannya merupakan kebalikan dari pengobatan patah tulang
Colles dan pascareduksi, posisi dipertahankan dalam posisi
dorsoflexi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal. Lalu
diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4-6 minggu.
(3)ORIF
General anestesi
Insisi Volar approach
menstabilkan fracture menggunakan K-wire
letakkan plate pada radius distal
kencangkan plate menggunakan cortical screw
setelah plate terpasang sempurna, lepaskan K wire
e.Fracture Barton volarFracture Barton volar merupakan bagian
dari Fracture Smiths. Reduksi biasanya cukup dengan tarikan dan
supinasi, tetapi karena garis patah tulang miring reposisi yang
dicapai biasanya tetap tidak stabil sehingga kadang pembedahan akan
lebih baik hasilnya. Epiphyolysis harus diusahakan untuk reposisi
secara anatomis mungkin agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan.
Hal ini dapat dilakukan secara tertutup, kadang secara terbuka.
Dengan atau tanpa reposisi operatif dapat dipakai kawat K yang
kecil yang cukup kuat untuk fixasi intern sehingga fixasi dapat
dicapai tanpa merusak epiphysial plate. (1)
4.7Fracture atau dislocasi tulang carpaPatah tulang os
naviculare yang agak jarang, sering terlewat diagnosisnya, baik
karena tidak terperhatikan maupun karena tidak dibuat foto Rontgen
oblik khusus. Seperti halnya tulang yang lain, vaskularisasi tulang
scaphoid sebagian besar melalui celah sendi dan karena sebagian
besar permukaan tulang ini merupakan bagian tulang rawan sendi,
vaskularisasi yang masuk relatif sedikit. Oleh karena itu,
complikasi nekrosis avasculer dan kegagalan union cukup sering.
(1)Gambaran Klinis
Gambaran klinis sering kurang jelas. Biasanya ada keluhan nyeri
di pergelangan tangan. Pada pemeriksaan didapatkan empat tanda yang
jelas, ialah nyeri tekan di tabatiere* pada posisi deviasi ulna
yang menyebabkan penonjolan tulang scaphoid di tabatiere, nyeri
tekan pada penonjolan naviculare di sebelah volar pada deviasi
radier, nyeri sumbu pada pukulan martil perkusi pada kaput
metacarpale pada tangan sikap tinju dan nyeri di dalam pergelangan
tangan pada flexi maupun extensi ekstrem. (1)Biasanya patah tulang
os naviculare tidak terdislocasi sehingga tidak perlu direposisi.
Posisi dalam gips yang meliputi lengan bawah bagian distal sampai
batas sendi metakarpophalangeal, termasuk metakarpus I,
dipertahankan tiga bulan untuk menghindari pseudoarthrosis. Bila
lambat union atau gagal-union, perlu dilakukan operasi cangkok
tulang. Pada bagian proximal os scaphoid terancam nekrosis
avasculer karena sebagian besar permukaannya ditutup oleh tulang
rawan sendi sehingga darah dari bagian proximal tidak mungkin
sampai. (1)Dislocasi lunatum agak jarang ditemukan, tetapi sering
juga terlewat diagnosisnya. Dislocasi yang terjadi adalah akibat
trauma jatuh pada tangan dalam posisi dorsoflexi maksimal. Pada
pemeriksaan klinis didapati pembengkakan pada pergelangan tangan
dan pasien sangat kesakitan bila jari secara pasif diextensikan.
Bisa ditemukan adanya lesi nervus medianus oleh adanya penekanan
nervus di dalam canalis carpal. Pada foto Rontgen akan terlihat
adanya dislocasi lunatum ataupun perilunatum. Akan tetapi, ternyata
dislocasi ini sering terlewat karena kurangnya pengalaman pemeriksa
foto. Penanganannya adalah reposisi, yang pada dislocasi baru
biasanya akan berhasil. diikuti dengan imobilisasi. Complikasi
lambat yang bisa terjadi adalah nekrosis avasculer dan arthritis
degeneratif. (1)4.71Fracture ScaphoidMekanisme cideraTerjatuh
dengan posisi tangan dorsoflexi. Dimungkinkan juga terjadi karena
kombinasi dari terjatuh dengan tangan dorsoflexi dan radial
deviasi.Sign
Look:dari inspeksi mungkin tampak normal
Feel:adanya nyeri tekan di daerah scaphoid
Move:gerakan dari pergelangan tangan disertai dengan nyeri dan
kekuatan genggaman menurun.X Ray:
TreatmentJika terdapat displacement harus direduksi dengan cara
dimanipulasi dalam keadaan teranastesi. Menggunakan scaphoiod
plaster yang dipertahan selama 6 minggu. Setelah 6 minggu plester
dilepas lalu dilakukan pemeriksaan klinis. Jika masih terdapat
nyeri dan rasa tidak nyaman maka plester diulangi lagi selama 4
minggu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan St Lukes Hospital Sydney
terhadap 431 pasien, Herbert One screw memberikan hasil yang sangat
memuaskan. Secara umum pasien dapat kembali bekerja 5 minggu
setelah dilakukan operasi. Hasil yang diberikan jauh lebih baik
jika dibandingkan penggunaan plaster imobilisasi.
Indikasi operatif: - indikasi utama ialah unstable scaphoid
fracture berdasarkan pemeriksaan x-ray or CT scan - displacement
> 1 mm; - radiolunate angle > 15 degrees; - scapholunate >
60 degrees; - pasien dengan delayed unions or non unions
scaphoid
Teknik operasi
1. Menggunakan wrist atau axillary anestesi
2. Pada fraktur di 2/3 distal digunakan volar approach,
sedangkan di 1/3 proximal menggunakan dorsal approach
3. Incisi 1 cm dibuat diatas tuberkel scaphoid lalu didiseksi
sampai ke tulang
4. Capsul anterior dari wrist Joint dan scaphotrapezial Joint
dijaga tetap intact
5. 1,2 mm Kirschner(K) wiree dimasukkan ke dalam tulang melalui
tuberkel scaphoid dengan sudut 45 derajat.
6. Setelah diyakini posisi sudah tepat lalu 1,2 mm k wire
dikeluarkan lalu digantikan dengan 1,5 mm K wire lalu diukur
perbedaan antara kedua wire tersebut.
7. Lalu scaphoid di drill menggunakan drill ukuran 1,9mm
mengikuti lubang wire
8. Pemasangan Herbert screw
complikasi Avasculal necrosis Early non-union OsteoarthritisBAB
VI
KESIMPULANFracture pada daerah antebrachii merupakan fracture
yang seng kali terjadi. Banyak yang dapat menyebabkan fracture ini.
Bisa akibat trauma langsung dan tidak langsung. Fracture ini
dapaterjadi di semua usia, baik dewasa maupun anak anak.
Seperti halnya fracture pada daerah lain, cara mendiagnosis satu
fracture daerah antebrachii dapat dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik( generalis maupun lokalis), serta pemeriksaan
penunjang lainnya seperti rontgen, Ct Scan, MRI, dll.
Terdapat 2 macam tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani
fracture ini yaitu terapi konservatif maupun terapi operatif. Pada
dasarnya terapi pada pasien fracture meliputi 4 hal: Recognize,
Reposisi, Retainning, dan Rehabilitasi. Tidak semua pasien dengan
fracture merupakan indikasi dilakukannya operasi, terkadang
konservatif saja sudah cukup.DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. 2005. Jakarta:
EGC
2. Apley A, Graham & Solomon, Louis. BukuAjar Ortopedi &
Fraktur Sistem Apley Edisi VII. 1995. Jakarta: Widya Medika.
3. http://medlinux blogspot.com, diakases tanggal 7 Mei 20134.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.htm,
diakses tanggal 5 mei 20135.
http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html,
diakses tanggal 7 Mei 20136. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M.
Patofisiologi. Vol. 2 Ed 6. Jakarta : EGC; 2006.h.1365-71.2.
7. Gleadle Jonathan. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Jakarta : Erlangga;2007.h. 16.3.
8. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta:
EGC; 20094.
9. Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi dan
terapi. Ed 5. Jakarta:FKUI; 2009.h. 210-42.5.
10. Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III.
Makassar: Yarsif Watampone2007.h. 352-489.6.
11. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi.
Edidi ke 5. Jakarta:FKUI;2007.h.210-412. Netter FH, Thompson JC.
Netters concise atlas of orthopaedic
anatomy.1stDe.2001.Philadelphia :Elsevier Saunders.13. Mckinley M,
Oloughlin VD. Human Anatomy.3rdDe.new York: McGraw Hill;201214.
Faiz O,Moffat D Anatomy at a glance.UK:Blackwell Science;201215.
Martini FH,Hansen JT,Lambert DR.Netter,s Clinical anatomy 1st
De.2005.USA;Elsevier Saunders16. Nelson David L.Distal Fracture of
The radius. Available
at:http:emedicine.medscape.com/article/821324-overview.accessed in
May 8,2013.17. Ertl Janos P. Galleazi Fracture. Available at:
http:emedicine.medscape.com/article/123865-overview.accessed in May
8,2013.18. Puttigna Floriano.Monteggia Fracture. Available at:
http:emedicine.medscape.com/article/762467-overview.accessed in May
8,2013.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
FK UNIVERSITAS TRISAKTI 106