Page 1
FORMULASI DAN EVALUASI SABUN CAIR EKSTRAK
ETANOL DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas) SERTA
UJI AKTIVITAS SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Oleh :
NURHASNI
1701012017
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Page 2
FORMULASI DAN EVALUASI SABUN CAIR EKSTRAK
ETANOL DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas) SERTA
UJI AKTIVITAS SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memeroleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Oleh :
NURHASNI
1701012017
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Page 3
HALAMAN PENGESAHAN
JudulSkripsi : Formulasi Dan Evaluasi Sabun Cair Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas)
Serta Uji Aktivitas Sebagai Antibakteri
Terhadap Staphylococcus Aureus
Nama Mahasiswa : Nurhasni
NomorIndukMahasiswa : 1701012017
Program Studi : S1 Farmasi
Medan, 26 Oktober 2019
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
(Adek Chan, S.Si, M.Si, Apt)
Pembimbing II
(Afriadi, S.Si, M.Si, Apt)
Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
(H. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt)
NIDN:0125096601
Page 4
Telah Diuji pada Tanggal : 26 Oktober 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Adek Chan, S.Si, M.Si, Apt
Anggota : 1. Afriadi, S.Si, M.Si, Apt
2. dr.Jefrinaldi.M.Si
Page 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurhasni
Tempat & Tanggal Lahir : Cot Bada Baroh, 25april 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cot Bada Baroh
No Hp : 082317813025
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 2002-2008 : SD 23 COT KEUMUDEE
2. Tahun 2008-2011 : SMP NEGERI 2 BIREUEN
3. Tahun 2011-2014 : SMA NEGERI 2 PEUSANGAN
4. Tahun 2014-2017 : Akademi Analis Farmasi Dan MakananYayasan
Harapan Bangsa Darussalam Banda Aceh
Identitas Orang Tua :
1. Nama Ayah : Ibrahim ali
Pekerjaan : petani
Alamat : Cot Bada Baroh
2. Nama Ibu : Rosmanidar imam
Pekerjaan : pensiun PNS
Alamat : Cot Bada Baroh
Page 7
i
ABSTRAK
FORMULASI DAN EVALUASI SABUN CAIR EKSTRAK
DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas) SERTA UJI
AKTIVITAS SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus
NURHASNI
1701012017
salah satu tanaman obat yaitu tanaman jarak pagar yang memiliki aktivitas
antimikroba baik untuk bakteri gram negatif-positif.Tujuan penelitian untuk
mengetahui pembuatan formulasi dan kemampuan sabun cair ekstrak daun jarak
pagar dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Jenis penelitian adalah eksperimental.Prosedur kerja terdiri dari pengambilan
sampel, identifikasi tanaman, pengolahan sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan
sabun cair, evaluasi sediaan cair (organoleptis, uji pH, tinggi busa, bobot jenis)
dan uji antibakteri metode difusi sumuran.
Hasil penelitian uji organoleptis semua formula memiliki bentuk cair dan
kental; Basis berwarna putih berbau pengaroma rose, Formula 5% berwarna hijau,
Formula 10% berwarna coklat tua dan Formula 15% berwarna coklat tua pekat;
Formula 5%, 10% 15% berbau khas daun jarak pagar. uji pH Basis 9,7; Formula
(5%,10%,15%) yaitu 9,6; 9,8; 9,5. uji tinggi busa Basis 61,53 mm, Formula
(5%,10%,15%) yaitu 70,51 mm; 56,81 mm; 76,47 mm. Uji bobot jenis Basis
0,79g/ml, Formula (5%,10%,15%) yaitu 1,01g/ml; 1,01g/ml; 1,01g/ml. Uji
antibakteri daya hambat rata-rata Basis sabun 0; kontrol positif 28,73 mm;
Formula (5%,10%,15%) 10,23 mm, 13,43 mm, 15,80 mm.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mutu sabun cair ekstrak etanol daun
jarak pagar memenuhi persyaratan sabun cair yang baik sesuai dengan standar
yang ditetapkan SNI 06-4085-1996 yaitu uji organoleptik, uji pH, uji tinggi busa,
dan uji bobot jenis.Uji antibakteri sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar
memiliki daya hambat dikategorikan kuat.
Kata kunci :Daun Jarak Pagar, Antibakteri, Difusi Sumuran
Page 9
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala
atas rahmat dan karunia-Nya shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad
Shallallahu„alaihiwasallam serta sahabat dan keluarga beliau kita bisa merasakan
nikmat islam serta bisa menuntut ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul“Formulasi dan
Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Daun jarak pagar (jatropha curcas) serta Uji
Aktivitas sebagai Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus” .
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Institut Kesehatan Helvetia. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa Skripsi ini tidak diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak,
baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Bapak Iman Muhammad, SE., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua
Yayasan Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt, selaku Ketua Program Studi S-1 Farmasi
Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt,selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide dan
motivasi selama penyusunan skripsi ini.
7. Afriadi, S.Si, M.Si, Apt, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing
penulis selama penyusunan skripsi ini.
8. dr.Jefrinaldi.M.Si selaku dosen Penguji yang telah meluangkan waktu
dalam penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Program Studi S1 Farmasi yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Ayahanda Ibrahim dan Ibunda tercinta rosmanidar yang tiada henti
memberikan dorongan, semangat, material serta doa yang tulus kepada
penulis.
11. Abang Nazar putra dan suamiBoihaqqi SH.i yang telah memberikan
semangat serta doa kepada penulis.
12. Ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan waktu, ide, semangat serta doa kepada penulis.
Page 10
iv
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyajian bahan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan, bahasa, maupun isi yang
terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan
skripsi
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Serta bantuan dan dorongan yang diberikan mendapat
balasan dari Allah Subhanahu WaTa‟ala.
Medan, 26 Oktober 2019
Penulis,
(Nurhasni)
Page 11
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 5
1.4 Hepotesis ......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7
2.1. Tanaman Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas ) .............. 7
2.1.1. Ciri-Ciri Tanaman Jarak Pagar ........................... 7
2.1.2. Klasifikasi Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas ) 8
2.1.3. Morfologi Tanaman ............................................ 9
2.1.4. Nama Daerah ...................................................... 10
2.1.5. Manfaat Tanaman Jarak Pagar ............................ 10
2.2. Ekstraksi.......................................................................... 11
2.2.1. Pengertian Ekstraki ............................................. 11
2.2.2. Metode-Metode Ekstraksi ................................... 12
2.3. Kulit ................................................................................ 13
2.3.1. StrukturKulit ....................................................... 14
2.3.2. Fungsi Kulit ........................................................ 15
2.4. Uraian Bakteri ................................................................. 16
2.4.1. Pengertian bakteri ............................................... 16
2.5. Uraian Bakteri Staphylococcus aureus ........................... 17
2.5.1. Pengertian Staphylococcus aureus ...................... 17
2.5.2. Infeksi Staphylococcu aureus ............................. 18
2.5.3. Patogenesis Infeksi.............................................. 18
2.5.4. Kepentingan Klinis ............................................. 19
2.6. Sabun .............................................................................. 19
2.6.1. Pengertian Sabun ................................................ 19
Page 12
vi
2.6.2. Jenis-jenis Sabun ................................................. 20
2.7. Guna Penambahan Bahan ............................................... 21
2.8. Zona Daya Hambat ......................................................... 23
2.9. Sterilisasi ......................................................................... 23
2.9.1. Pengertian Sterilisasi ........................................... 23
2.9.2. Sterilisasi Menggunakan Oven ........................... 23
2.9.3. Sterilisasi Menggunakan autoklaf ....................... 24
2.10. Antibiotik ........................................................................ 24
2.11. Kloramfenikol ................................................................. 25
2.11.1. Mekanisme Kerja Dan Aktivitas Antimikroba ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 26
3.1. Jenis Penelitian ............................................................... 26
3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................ 26
3.2.1. Tempat Penelitian ............................................... 26
3.2.2. WaktuPenelitian .................................................. 26
3.3. Penyiapan Sampel Penelitian .......................................... 26
3.4. Identifikasi Tanaman ...................................................... 26
3.5. Alat Dan Bahan ............................................................... 27
3.5.1. Alat-alat............................................................... 27
3.5.2. Bahan-bahan ....................................................... 27
3.6. Prosedur Kerja ................................................................ 27
3.6.1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel ................ 27
3.6.2. Pembuatan Ekstrak.............................................. 28
3.6.3. Pembuatan Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun
Jarak Pagar (Jatropha Curcas) ............................. 28
3.7. Evaluasi Sediaan Sabun Cair .......................................... 29
3.7.1. Uji Organoleptik ................................................. 29
3.7.2. Uji PH ................................................................. 29
3.7.3. Tinggi Busa. ........................................................ 30
3.7.4. Bobot Jenis. ......................................................... 30
3.8. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Daun
Jarak Pagar (Jatropha Curcas)......................................... 30
3.8.1. Sterilisasi alat dan bahan ..................................... 30
3.8.2. Pembuatan Media Pertumbuhan ......................... 31
3.8.3. Pembuatan Larutan Standar Kekeruhan (Larutan
Mc. Farland) ........................................................ 31
3.8.4. Pembuatan Suspensi Bakteri ............................... 31
3.8.5. Pengujian Mikrobiologi Ekstrak sabun cair ........ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 33
4.1. Hasil Penelitian ............................................................... 33
4.2. Penentuan Evaluasi Sediaan Sabun Cair ........................ 34
4.2.1. Hasil Pengujian Organoleptis ............................. 34
4.2.2. Hasil Pengujian pH ............................................. 34
4.2.3. Hasil Pengujian Tinggi Busa .............................. 35
Page 13
vii
4.2.4. Hasil Pengujian Bobot Jenis ............................... 35
4.3. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol
Daun Jarak Pagar ............................................................ 36
4.4. Pembahasan .................................................................... 37
4.4.1. Penentuan Evaluasi Sediaan Sabun Cair............. 37
4.4.2. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar ..................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 41
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 41
5.2 Saran ............................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42
LAMPIRAN ............................................................................................... 42
Page 14
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1. Formula sediaan sabun cair ............................................... 20
Tabel 2.2. Syarat mutu sabun mandi cair ........................................... 20
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Organoleptis ............................................ 34
Tabel 4.2. Hasil Pengujian pH ............................................................ 34
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Tinggi Busa ............................................. 35
Tabel 4.4. Hasil Uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol
daun jarak pagar (jatropha curcas) ................................... 35
Page 15
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1. Daun Jarak Pagar ............................................................... 8
Gambar 2.2. Struktur Kulit ..................................................................... 15
Gambar 2.3 bakteri Staphylococcus aureus .......................................... 17
Page 16
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ............................... 44
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian Fakultas Farmasi USU 45
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian dari Laboratorium Biologi
Farmasi Fakultas Farmasi USU ........................................ 46
Lampiran 3 Hasil Determinasi ............................................................. 47
Lampiran 4 Sampel ............................................................................... 48
Lampiran 5. Bahan yang Digunakan ...................................................... 48
Lampiran 6. Sediaan Sabun Cair ............................................................ 49
Lampiran 7. Evaluasi Sediaan Sabun Cair ............................................. 50
Lampiran 8. Pengujian Aktivitas Antibakteri ........................................ 53
Lampiran 9. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri ............................... 55
Lampiran 10. Bagan Alir Proses Ekstraksi Daun Jarak Pagar ................. 58
Lampiran 11. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Sabun Cair ..................... 59
Lampiran 12. Bagan Air Pengujian Aktivitas Antibakteri ....................... 60
Lampiran 13. Perhitungan Pengukuran Tinggi Busa ............................... 61
Lampiran 14. Perhitungan Bobot Jenis .................................................... 62
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Penelitian Institut Kesehatan
Helvetia .............................................................................
Lampiran 15. Surat Selesai Penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia .. 63
Lampiran 16.
Lampiran 15. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 1 ...................... 64
Lampiran 16 Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 2 ...................... 65
Lampiran 17 Lembar Persetujuan Revisi Skripsi .................................. 66
Page 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia kaya akan tanaman obat-obatan, yang masih belum
dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Indonesia diketahui memiliki
keragamanhayati terbesar kedua dunia setelah brazil. Tanaman obat di indonesia
sebagian besar sudah dikenal dari jaman nenek moyang dan diturunkan khasiatnya
secara turun-menurun. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini banyak jenis tanaman obat yang diteliti kembali dan diolah menjadi
produk-produk modern salah satunya yaitu tanaman jarak pagar (1).
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) termasuk family Euphorbiaceae,
merupakan tanaman tahunan yang toleran kekeringan, jarak pagar (Jatropha
curcas) memiliki aktivitas antimikroba yang baik untuk bakteri gram-negatif
maupun bakteri gram positif. Jarak pagar (Jatropha curcas) mengandung
beberapa kandungan kimia, yaitu tanin, flavonoid, dan saponin yang terdapat
didalam daun tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Zat tannin dapat
menyebabkan kompleksasi terhadap enzim atau substrat yang terdapat pada
dinding sel bakteri sehingga menyebabkan koagulasi protein pada dinding sel
bakteri dengan konsentrasi tanin yang tinggi. Pada penelitian, zat tannin efektif
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (2).
Kulit menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Kulit merupakan
pertahanan utama terhadap bakteri dan apabila kulit tidak lagi utuh, maka menjadi
Page 18
2
sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
protozoa dan beberapa kelompok lainya (mikoplasma, riketsia dan klamidia).
Diantara mikroorganisme tersebut, bakteri Staphylococcus aureus merupakan
bakteri yang paling sering ditemukan di kulit. Bakteri Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan beberapa penyakit diantaranya bisul, jerawat, pneumonia,
meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri
ini memproduksi nanah (3).
Bentuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan
kulit salah satu diantaranya ialah sabun, Sabun cair adalah sediaan berbentuk cair
yang ditujukan untuk membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar sabun yang
ditambahkan surfaktan, pengawet, penstabil busa, pewangi dan pewarna yang
diperbolehkan, dan dapat digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada
kulit. Sabun cair memiliki bentuk yang menarik dan lebih praktis dibandingkan
sabun dalam bentuk padatan. Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun
juga dapat digunakan untuk membebaskan kulit dari bakteri. Sabun yang dapat
membunuh bakteri dikenal dengan sabun antiseptik. Sabun antiseptik
mengandung komposisi khusus yang berfungsi sebagai antibakteri. Bahan inilah
yang berfungsi mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada kulit. Sabun antibiotik
yang baik memiliki standar khusus. Pertama, sabun harus bias menyingkirkan
kotoran dan bakteri. Kedua, sabun tidak merusak kesehatan kulit, karena kulit
yang sehat adalah bagian dari system kekebalan tubuh (4).
Page 19
3
Sabun cair diproduksi untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi,
pencuci tangan, pencuci piring ataupun alat-alat rumah tangga dan sebagainya.
Karakteristik sabun cair tersebut berbeda-beda untuk setiap keperluannya,
tergantung pada komposisi bahan dan proses pembuatannya. Keunggulan sabun
cair antara lain mudah dibawa berpergian dan lebih higenis karena biasanya
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat (5).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol,
dan berkilau. Lebih dari 90% isolate klinik menghasilkan Staphylococcus aureus
yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam
virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan kadang-kadang oleh spesies staphylokokus lainnya (6).
Menurut penelitian yang telah di lakukan oleh Maulita (2009) yang
berjudul” uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jarak pagar (jatropha
curcas) terhadapbakteristaphylococcus aureus, escherichia coli, dan salmonella
typhi” menunjukkan bahwa, senyawa-senyawa metabolit aktif yang berefek a eri
seperti, tannin, flavonoid, saponin dan terpenoid yang terkandung dalam daun
jarak pagar dengan menggunakan etanol 70%, karena Penggunaan etanol 70%
sebagai cairan penyari yang bersifat netral, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam
Page 20
4
etanol 20% keatas, tidak beracun, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur
dengan air dalam segala perbandingan, selektif dalam menghasilkan jumlah
senyawa aktif yang optimal, serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih
sedikit. Hasil dari penelitian tersebut diperoleh ekstrak etanol dengan konsentrasi
20% 40% 60% 80% dan 100% memiliki aktifitas antibakteri, dengan menujukkan
perbedaan daya hambatnya yaitu : 8.25 mm, 9.25 mm, 11.00 mm, 13.25 mm, dan
19.00 mm(7).
Berdasakan penelitian diatas daun jarak pagar dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, maka dari itu penelitian tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “formulasi dan evaluasi sabun cair ekstrak
etanol daun jarak pagar (Jatropha curcas) serta uji aktifitas sebagai antibakteri
Staphylococcus aureus”.
Kerangka piker dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas yaitu
ekstrak daun jarak pagar (jatropha curcas) dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%
menggunakan kontrol negatif basis sabun sedangkan kontrol positif
kloramfenikol, pada variable terikat yaitu sedian sabun cair dengan evaluasi
sediaan meliputi parameter uji organoleptis, uji pH, uji tinggi busa, dan bobot
jenis. Sedangkan uji aktivitas antibakteri dengan parameter uji daya hambat (mm).
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Apakah ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha curcas) dapat dibuat
dalam bentuk sediaan sabun cair?
Page 21
5
2. Apakah ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha curcas) dapat
menghambat pertumbuhan terhadap bakteri Staphylococcus aureus?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pembuatan sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar
(Jatropha curcas) sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus.
2. Untuk mengetahui kemampuan sabun cair ekstrak daun jarak pagar
(Jatropha curcas) dapat menghambat pertumbuhan terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Ekstrak daun jarak pagar (jatropha curcas) dapat dibuat dalam bentuk
sediaan sabun cair.
2. Ekstrak daun jarak (Jatropha curcas) dapat menghambat pertumbuhan
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas) memiliki aktivitas
antibakteri dengan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.
Page 22
6
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat ekstrak daun
jarak pagar (Jatropha curcas) yang di formulasi menjadi sabun antibakteri
mengandung komposisi khusus yang berfungsi sebagai antibakteri.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan diatas, maka kerangka piker
penelitian ditunjukkan pada gambar 1.1
VariabelBebas VariabelTerikat Parameter
Gambar 1.1 Diagram yang menggunakan kerangka pikir penelitian
Ekstrak etanol daun
jarak pagar (jatropha
curcus) konsentrasi
5 %, 10 % dan 15 %
Kontrol (-) :basis
sabun
Kontrol (+) :
Sediaan Sabun cair
Evaluasi
sediaan
Evaluasi sediaan :
Uji organoleptis
Uji pH
Uji tinggi busa
Uji bobot jenis
Aktivitas
antibakteri
Page 23
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas)
Jarak (jatropha curcas) termasuk kedalam family euphorbiaceae, jarak
merupakan tumbuhan liar tahunan (annual) yang biasanya terdapat dihutan, tanah
kosong, daerah pantai, namun sering juga dikembangbiakan diperkebunan,
tanaman ini tergolong tanaman perdu, memiliki daun tunggal dan bercabang
antara 7-9 dengan diameter 10-40 cm. Sebutan untuk pohon jarak diindonesia
berbeda-beda untuk setiap daerah. Sebagai contoh, disumatra, jarak dikenal
dengan nama dulang atau ada juga yang menyebutkan dengan olah, sedangkan
dimadura disebut dengan kalek. Jarak memiliki batang berbentuk licin, berongga,
berbuku-buku juga jelas dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas, daunnya
tumbuh berseling berbentuk bulat dan ujungnya sedikit runcing, biasanya daun
jarak berwarna tua pada permukaan atas dan hijau muda pada bagian permukaan
bawah buahnya berbentuk bulat dan berkumpul pada tandan, namun ada juga
yang berbentuk sedikit lonjong, bentuk jarak seperti ini dapat ditemukan
tumbuhan jarak di daerah bali (8).
2.1.1. Ciri-Ciri Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar (jatropha curcas) merupakan tanaman perdu dapat
tumbuh tinggi mencapai 1-7 m, dan memiliki cabang yang tidak beraturan. Batang
kayu berbentuk silindris dan jika di potongakan mengeluarkan getah. Adapun
bagian jatropha curcas yaitu daun jatropha curcas merupakan daun tunggal
memiliki sudut 3-5. Daun menyebar diseluruh batang. Daun pada permukaan atas
Page 24
8
dan bawah berwarna hijau, namun pada bagian bawahnya sedikit lebih pucat.
Lebar daun menyerupai hati atau oval dengan panjang 5-15 cm. Daun berlekuk,
bergarishinggaketepi. Tulang daun menjari dengan 5-7 tulang daun utama. Daun
dihubungkan dengan tangkai yang memiliki panjang sekitar 4-15 cm. Bunga
tanaman jarak adalah bunga majemuk berbentuk malai, berwarna hijau
kekuningan, berkelamin tunggal dan berumah satu (putik dan benang sari dalam
satu tanaman). Bunga betina 4-5 kali lebih banyak dari bunga jantan (9).
2.1.2. Klasifikasi Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas)
Tumbuhan jarak pagar dapat di lihat pada gambar 2.1.2
Gambar 2.1.Daun Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar biasa ditanam sebagai tanaman pagar, kadang-
kadang liar. Tanamaninitumbuhbaikditempat-tempat yang tanahnya tidak subur
dan beriklim panas, dari dataran rendah sampai 300 meter diatas permukaan laut
dan termasuk tanaman beracun yang berasal dari Afrika tropis (10).
Sistematika tanaman jarak pagar kedudukan tanaman jarak pagar dalam
ilmu sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :
Page 25
9
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Suku : Euphorbiales
Marga : Euphorbiaceae
Jenis :Jatropha
Spesies :Jatropha curcasL (10).
2.1.3. Morfologi Tanaman
Habistus : semak, tahunan, tinggi 1,5-5 m.
Batang : berkayu. bulat. berkacang, bergetah, putih kotor.
Daun : tunggal, tersebar, bekas daun Nampak jelas, bulat telur,
bertoreh, pertulangan menjari, panjang 5-17 cm, hijau.
Bunga : majemuk bentuk malai, diujung batang, dan diketiak
daun, kelopak terdiri dari lima daun, bulat telur, Panjang
lebih kurang 4 mm, benang sari mengelompok pada
pangkal, kuning, tangkai putik pendek, hijau, kepala
putik melengkung keluar, kuning, daun mahkota lima,
ungu.
Buah : kotak, panjang 2-3 cm, hijau.
Biji : bulat telur, coklat kehitaman. Akar: tunggang, putih
kotor (10).
Page 26
10
2.1.4. Nama Daerah
Nama daerah jarak pagar di Sumatra adalah nawih nawas, geutah lawah
(Aceh), jirak (Minangkabau) di Jawa adalah jarak pager, jarak gundul, jarak
budeg, jarak cina, jarak kosta. di Nusatenggara adalah lulu nau, pakukase,
pakuluba, jarak pageh. Di Sulawesi adalah jarak kosta, jarak wolanda, bindalo,
blau, pelengkaliki. di Maluku adalah munmav, malate, balacai, kadoto, balacai
hisa (11).
2.1.5. Manfaat Tanaman Jarak Pagar (jatropha curcas)
Semua bagian tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam
pengobatan tradisional. Tanaman jarak pagar dapat digunakan untuk mengobati
penyakit kulit, dan untuk mengobati rematik sari pati cairan daunnya digunakan
sebagai obat batuk dan antiseptik pasca melahirkan. Bahan yang berfungsi
meredakan luka dan peradangan juga telah di isolasi dari bagian tanaman jarak.
Daun jarak pagar banyak mengandung senyawa metabolit sekunder yang
merupakan senyawa aktif, hal ini terbukti dari kebiasaan masyarakat sering
menggunakan daun jarak pagar untuk mengobati luka berdarah dan gatal-gatal.
Daun jarak pagar mengandung zat-zat alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, steroid,
glikosida, senyawa fenol dan flavonoid melalui ekstrak etanol. Manfaat senyawa-
senyawa yang terkandung dalam jarak pagar yaitu flavonoid berfungsi mengusir
radikal bebas, dan juga sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa
kompleks terhadap protein ekstra seluler yang menganggu integrasi membran sel
bakteri. Flavonoid merupakan senyawa fenol, senyawa fenol dapat bersifat
koagulator protein. Senyawa fenol untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Page 27
11
alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang didapatkan dari senyawa-
senyawa propel-piperidin, mekanisme yang diduga adalah dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kemtian sel
tersebut. Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi
protein, karena diduga tannin mempunyai efek yang sama dengan senyawa
fenolik. Efek antibakteri tannin antara lain melalui reaksi dengan membrane sel,
inaktivitas enzim dan desktruksi atau inaktifitas fungsi materi genetik. Sedangkan
Saponin sebagai obat luar yang bersifat membersihkan (12).
2.2. Ekstraksi
2.2.1. Pengertian Ekstraki
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksikan zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada
masing-masing monografi tiap millimeter ekstrak mengandung senyawa aktif dari
1 g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair cenderung membentuk endapan
dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening diendapkan
(mengendapkan) tuangkan atau dekantasi (13).
Page 28
12
2.2.2. Metode-Metode Ekstraksi
Beberapa metode ekstraksi yang umum digunakan antara lain :
a. Maserasi
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut
yang sesuai kedalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses
ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa
dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi,
pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan (14).
b. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan
menetes perlahan pada bagian bawah (14).
c. Refluks
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut kedalam labu
yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga uap
terkondensasi dan kembali kedalam labu (14).
d. Soxhlet
Penyarian dengan soxhlet merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam penyarian untuk mendapatkan ekstrak, pada proses ini sampel
akan disari dimasukkan pada alat penyari soxhlet, kemudian dielusi dengan
pelarut yang cocok, sehingga akan menjadi dua sirkulasi dalam waktu 30 menit.
Adanya pemanasan menyebabkan pelarut menguapkan ke atas, kemudian
Page 29
13
pendingin udara akan mengembunkan menjadi tetesan yang akan terkumpul
kembali dan bila akan melewati batas lubang pipa samping soxhlet akan terjadi
sirkulasi. Sirkulasi yang berulang akan menghilangkan penyarian yang baik (15).
e. Destilasi
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik senyawa yang ikut
menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan uap
air akan terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senywa yang
diekstraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari tumbuhan
(14).
2.3. Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar.
Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis
seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan
pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh,
produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin melindungi kulit
dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta
pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar.
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
Lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial, dan vital serta
Page 30
14
merupakan cermin kesehahatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,
elastis dan sensitive serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan
lokasi tubuh (32).
2.3.1. Struktur Kulit
Adapun lapisan kulit meliputi:
a. Lapisan Epidermis
Merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600µm untuk kulit tebal (kulit telapak tangan dan kaki)
dan 75-10µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut). Epidermis yang paling tipis yaitu di kelopak mata dan
yang paling tebal adalah pada bagian yang paling banyak digunakan
(telapak kaki dan tangan).
b. Lapisan Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit dibawah epidermis, memiliki kebetulan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm
di daerah punggung. Lapisan ini menjadi ujung syaraf perasa. Keberadaan
ujung-ujung syaraf perasa dalam kulit jangan memungkinkan
membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing syaraf perasa
memiliki fungsi tertentu seperti syaraf dengan mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas dan dingin.
c. Lapisan Hipodermis
Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang
disebut jaringan hypodermis atau subkutan dan mengandung sel lemak
Page 31
15
yang bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan paling dalam pada
struktur kulit. Pada lapisan kulit ini terdapat syaraf, pembuluh darah dan
limfe. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh dari
benturan-benturan fisik dan mengatur benturan tubuh (32).
Gambar 2.2 StrukturKulit
2.3.2. Fungsi Kulit
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh sehingga berperan sebagai
pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk. Ada
beberapa fungsi kulit, antara lain:
1. Kulit sebagai pelindung
2. Fungsi absorpsi
3. Kulit sebagai fungsi eksresi
4. Fungsi persepsi
5. Kulit sebagai pegatur suhu tubuh
6. Kulit sebagai pembentuk vitamin D
7. Kulit sebagai tempat penyimpanan
Page 32
16
8. Kulit sebagai alat peraba
9. Kulit penunjang penampilan (33).
2.4. Uraian Bakteri
2.4.1. Pengertian bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. Ukuran bakteri bervariasi, baik penampang maupun Panjang
tetapi pada umumnya diameter bakteri adalah sekitar 0,2-2,0 mm dan Panjang
berkisar 2-8 mm.
Berdasarkan bentuknya bakteri dibagi atas tiga kelompok besar yaitu:
1. coccu, berbentuk bulat
2. bacillus, berbentuk batang
3. spirallae, berbentuk spiral (16).
Bakteri merupakan jasad renik yang sangat kecil, walaupun demikian
metabolisme bakteri sangat kompleks dan membutuhkan reaksi yang panjang,
didalam metabolisme bakteri dilibatkan banyak faktor-faktor pendukung untuk
mempertahankan kelangsungan sel bakteri untuk dapat terus hidup. Didalam
pelaksanaan metabolismenya, bakteri memerlukan bahan-bahan metabolisme dan
mengeluarkan hasil metabolism yang tidak diperlukan lagi oleh bakteri.
Metabolisme bakteri juga tidak terlepas dari reaksi biokimia (17).
Setiap sel yang hidup menjalankan metabolisme, dibagi menjadi dua yaitu
katabolisme dan anabolisme. Katabolis memenghancurkan bahan-bahan metabolit
dan anabolisme merupakan penyusunan bahan-bahan metabolit. Bakteri dalam
pertumbuhannya membutuhkan sumber energi metabolit untuk transmembran.
Ikatan anhidride, mempertahankan gradient iondan metabolit. Dalam
Page 33
17
pertumbuhan bakteri diperlukan polimerisasi bahan biokimia menjadi protein
asam nukleat polisakarida dan lemak (17).
2.5. Uraian Bakteri Staphylococcus aureus
2.5.1. Pengertian Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.3 bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, tidak bregarak,
tidak berpora, mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti
buah anggur, ukuran staphylococcus aureus berbeda-beda tergantung pada pada
pertumbuhan. Apabila yang ditumbuhkan dalam media agar staphylococcus
aureus berdiameter 0,5 mm dengan koloni berwarna kuning dinding, selnya
mengandung teiokat yaitu sekitar 40% dari berat kering selnya.
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37oc tetapi berbentuk pigmen
paling baik pada suhu kamar (20-25oc) koloni pada pembenihan padat berwarna
abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan
berkilau. Lebih dari 90% isolate klinik menghasilkan staphylococcus aureus yang
mempunyai kapsul monosakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi
bakteri (18).
Page 34
18
Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab food poisoning yang
dapat menimbulkan terjadinya gastroenteritis yang dihasilkannya. Toksin yang
dihasilkan bersifat tahan dalam suhu tinggi meskipun bakteri mati dangan
pemanasan namun toksin yang dihasilkan tidak akan rusak dan masih dapat
bertahan meskipun dengan pendingin ataupun pembekuan. Bakteri tersebut
merupakan bakteri yang selalu ada dimana-mana, seperti udara, debu, air
buangan, susu, makanan dan peralatan makan, lingkungan, tubuh manusia dan
kulit hewan, kulit, rambut/bulu dan saluran pernafasan. Manusia dan hewan
merupakan sumber utama infeksi. Tingkat keberadaan bakteri ini bahkan lebih
tinggi pada mereka yang berhubungan dengan individu yang sakit dan lingkungan
rumh sakit (18).
2.5.2. Infeksi Staphylococcu aureus
Staphylococcuaureus dapat menimbulkan berbagai infeksi tetapi dapat
juga bersifat komensal. Staphylococcu aureus dapat bertahan hidup pada
lingkungan yang kering selama berbulan-bulan tergantung strain bakteri (19).
2.5.3. Patogenesis Infeksi
Patogenesis infeksi Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit pada
manusia melalui invasi jaringan atau karena pengaruh toksin yang dihasilkannya.
Infeksi dimulai dari tempat koloni pathogen pada tubuh, lalu ditularkan melalui
tangan ketempat bakteri dapat memasuki tubuh, misalnya diluka yang ada kulit,
tempat insisi pembedahan, tempat masuk kateter vaskuuler atau tempat lain yang
lemah pertahanannya misalnya lokasi luka lecet kecil lainnya (19).
Pada infeksi kulit Staphylococcus aureus akan berbentuk abses dari ini
organisme akan menyebar secara hematogen. Dengan adanya enzim proteolitik
Page 35
19
Staphylococcus aureus dapat menimbulkan pneumonia, infeksi tulang dan sendi,
maupun endokarditis. Pada hospes yang mengalami gangguan sistem imun,
misalnya penderita kanker yang mengalami neutropeni, terapi intravena yang
dilakukan dapat menyebabkan komplikasi berat misalnya sepsis yang fatal akibat
bakteri Staphylococcus aureus. pada penderita dengan fibrosis kistik, adanya
Staphylococcus aureus yang menetap, dapat menyebabkan terjadinya resistensi
terhadap antibiotika (19).
2.5.4. Kepentingan Klinis
Staphylococcus aureus menyebabkan rentang sindrom infeksi yang luas.
Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembab atau saat kulit kita
terbuka akibat penyakit seperti eksim, muncul pada kulit yang sehat infeksi
ditransmisikan dari orang ke orang. Pneumonia akibat Staphylococcus aureus
jarang terjadi, tetapi dapat terjadi setelah influenza. Pneumonia ini berkembang
dengan cepat, membentuk aktifitas dan memiliki mortalitas dengan cepat dan
bersifat destruktif dan dapat terjadi setelah penyalahgunaan obat (20).
2.6. Sabun
2.6.1. Pengertian Sabun
Sabun adalah kosmetika paling tua yang dikenal manusia, dan merupakan
bahan pembersih kulit yang dipakai selain untuk membersihkan juga untuk
pengharum kulit. Sabun merupakan istilah umum untuk garam asam lemak rantai
Panjang. Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa), gugus R bersifat
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar) (21).
Page 36
20
Berdasarkan penelitian Amelia yang bejudul “Formulasi Sediaan Sabun
Cair Antiseptik Ekstrak Etanol Bunga Pacar air (Impatiens balsaminaL.) dan Uji
Efektivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus” maka formulasi sabun
cair ekstrak daun jarak pagar (jatropha curcas) yaitu (22):
Tabel 2.1 Formulasi sediaan sabun cair yang dibuat berbagai konsentrasi 5 %,
10%, dan 15 %.
Bahan Satuan Basis Formula
5%
Formula
10 %
Formula
15 %
Ekstrak daun
jarak pagar g 0 2,5 5 7,5
Minyak zaitun ml 15 15 15 15
KOH ml 8 8 8 8
CMC g 0,5 0,5 0,5 0,5
SLS g 0,5 0,5 0,5 0,5
Asam stearat g 0,25 0,25 0,25 0,25
BHA g 0,5 0,5 0,5 0,5
Pengaroma ml 1 1 1 1
Aquadest ml ad 50 ad 50 ad 50 ad 50
Berdasarkan SNI 06-4085-1996 (23) syarat mutu sabun mandi cair
sebagai berikut :
Tabel 2.2. Syarat mutu sabun mandi cair
No Kriteria uji Satuan Persyaratan
Sabun
1. Keadaan :
- Bentuk
- Bau
- Warna
Cairan Homogen
Khas
khas
2. pH. 25 oC 8-11
3. Tinggi busa mm 13-220
4. Bobot jenis g/ml 1,01 – 1,10
2.6.2. Jenis-jenis Sabun
Menurut Agus Priyono (2009), macam-macam jenis sabun sebagai berikut:
Page 37
21
1) Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan
minyak jarak dengan alkali (KOH) untuk meningkatkan kejernihan sabun
dapat ditambahkan gliserin atau alkohol. Keunggulan dari sabun cair yaitu
lebih praktis, mudah larut di air sehingga hemat air, mudah berbusa
dengan menggunakan spon kain, terhadap kuman bisa dihindari (lebih
higienis), mengandung lebih banyak pelembab untuk kulit, dan lebih
mudah digunakan (24).
2) Sabun Padat
Sabun padat biasanya mengandung sodium hydroxide yang diperlukan
untuk mengubah lemak nabati atau hewani cair menjadi sabun keras
melalui proses hidrogenasi dan sukar larut dalam air. Keunggulan sabun
padat adalah lebih ekonomis, lebih cocok untuk kulit berminyak dan lebih
mudah membuat kulit kering (24).
2.7. Guna Penambahan Bahan
a. Minyak Zaitun
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun, minyak zaitun dengan
kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak
memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Minyak zaitun mengandung
senyawa fenolik dan vitamin E (22).
b. Kalium Hidroksida (KOH)
Page 38
22
Alkali yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun yaitu NaOH dan
KOH. NaOH digunakan dalam pembuatan sabun padat sedangkan KOH
digunakan dalam pembuatan sabun cair. Kalium hidroksida secara umum
digunakan dalam formulasi sebagai pengatur pH. Kalium hidroksida bersifat
higroskopis dan mudah meleleh(25).
c. Carboksil Metil Celulosa (CMC)
Carboksil metil celulosa merupakan bahan pembuih atau penghasil busa.
Carboksil metil celulosa (CMC) digunakan sebagai pengisi dan pengental untuk
mengisi massa sabun dan menambah kekentalan (25).
d. Sodium Lauryl Sulfate (SLS)
Sodium lauryl sulfate (SLS) adalah surfaktan anion yang biasa terdapat
dalam produk-produk pembersih. SLS adalah jenis surfaktan yang kuat dan umum
digunakan dalam produk-produk pembersih noda minyak dan kotoran. SLS
digunakan sebagai surfaktan untuk menghasilkan busa pada sabun cair (25).
e. Asam Stearat
Asam stearat dapat membentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan
sabun, asam stearat dikerjakan untuk mengeraskan dan menstabilkan busa. Asam
stearat digunakan sebagai penetral untuk menetralkan basis sabun apabila proses
penyabunan tidak sempurna (25).
f. Butyl Hidroksi Anisol (BHA)
Butyl hidroksi anisol merupakan antioksidan yang juga memiliki sifat
antibakteri. Butyl hidroksi anisol (BHA) sebagai antioksidan untuk mencegah bau
tengik pada sabun (25).
g. Pengaroma
Page 39
23
Pengaroma merupakan bahan yang ditambahkan dalam suatu produk
kosmetik dengan tujuan menutupi bau yang tidak enak dari bahan lain dan untuk
memberi wangi yang menyegarkan terhadap penggunaannya. Penggunaan
pengaroma rose bertujuan untuk memberikan aroma yang harum pada sediaan
sabun (22).
2.8. Zona Daya Hambat
Kriteria kekuatan daya antibakteri dikategorikan berdasarkan diameter zona
hambat yang terbentuk yaitu diameter zona hambat 5 mm atau kurang
dikategorikan lemah, zona hambat 5 – 10 mm dikategorikan sedang, zona hambat
10 – 20 mm dikategorikan kuat dan zona hambat 20 mm atau lebih dikategorikan
sangat kuat (22).
2.9. Sterilisasi
2.9.1. PengertianSterilisasi
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen (tidak
menimbulkan penyakit). Sedangakan sterilisasi adalah suatu proses untuk
membuat ruang atau benda menjadi steril (26).
2.9.2. SterilisasiMenggunakan Oven
Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan
termometer dan lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah
dengan gas atau listrik. Bahan/alat yang dapat disterilkan : Alat-alat dari gelas
Page 40
24
(gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlenmeyer, botol, corong), bahan yang tahan
pemenasan tinggi (minyak, lemak, vaselin) (26).
2.9.3. Sterilisasi Menggunakan autoklaf
Autoklaf yaitu suatu panci logam kuat dengan tutup yang berat,
mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer,
pengatur tekanan udara, dan klep pengaman. Bahan/alat yang disterilkan : Alat
pembalut, kertas saring, alat gelas (buret, labu ukur) dan obat-obat tertentu (26).
2.10. Antibiotik
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran kerja,
mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur
biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotic dapat
dibedakan menjadi antibiotic berspektrum sempit (narrow spectrum) dan
antibiotic berspektrum luas (broad spectrum) (27).
Antibiotik spektrum sempit merupakan agen-agen kemoterapeutik yang
hanya bekerja dalam satu grup mikroorganisme yang terbatas, misalnya : isoniazid
hanya aktif melawan mikrobakteria(28)
Antibiotik spectrum luas merupakan obat-obatseperti tetracycline dan
kloramphenikol, memengaruhi beragam jenis spesiesmikroba. Pemberian
antibiotic spektrum luas dapat mengubah sifat flora bakteri normal secara drastis
dan mencetuskan superinfeksi organisme, seperti candida albicans,
pertumbuhannya secara normal diperiksa dengan keberadaan mikroorganisme lain
(28).
Page 41
25
2.11. Kloramfenikol
Kloramfenikol diberikan secara oral atau melalui suntikan intravena.
Kloramfenikol efektif melawan spektrum organisme yang luas. Efek samping
serius, termasuk aplasia sumsum tulang, supresirevesible (berhubungan dengan
dosis) sel darah merah dan sel darah putih, ensefalopati dan neuritis optic
membatasi penggunaannya (29).
2.11.1. Mekanisme Kerja Dan AktivitasAntimikroba
Kloramfenikol adalah inhibitor kuatsintesis protein mikroba.
Obatiniberikatansecara reversible dengan sub unit SOS ribosom bakteri dan
menghambat pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol adalah antibiotik
spectrum luas yang bersifat bakteriostatik dan aktif terhadap organisme gram-
positif dan negatif acrob dan anaerob (29).
Page 42
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang dilakukan secara eksperimental yaitu untuk
mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya
perlakuan tertentu.
3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan Dilaboratorium Teknologi Formulasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan dan Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2019.
3.3. Penyiapan Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah daun jarak pagar (Jatropha curcas)
yang di ambil di DesaPulo Ara, Kecamatan Juang, Kabupaten Bireuen,
Provinsi Aceh.
3.4. Identifikasi Tanaman
Tanaman daun jarak pagar terlebih dahulu diidentifikasi di Laboratorium
hebarium medanese (MEDA) universitas sumatera utara.
Page 43
27
3.5. Alat Dan Bahan
3.5.1. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter
(Emeltron),gelas ukur (pyrex), batang pengaduk, pipet tetes, erlenmeyer (pyrex),
timbangan analitik, labu takar (pyrex), cawan petri (pyrex), inkubator, autoklaf
(ALP), jangka sorong, blender (Philips), beker gelas (pyrex), penangas, waterbath,
piknometer (pyrex), jarum ose, pinset, mikropipet (Eco pipette CAPP), mistar
berskala.
3.5.2. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun jarak pagar
(Jatropha curcas),isolate bakteri Staphylococcus aureus, minyak zaitun,
KaliumHidroksida (KOH), Natrium Carboksil Metil Celulosa (CMC), Sodium
Lauryl Sulfate (SLS), asams tearat, Butyl Hidroksi Anisol (BHA), indikator,
pengaroma rose, etanol 70%, nutrien agar, kloramfenikol, H2SO4, BaCl22H2O,
HCl 0,1 N, NaCl 0,9% dan aluminium foil.
3.6. Prosedur Kerja
3.6.1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Sampel yang di gunakan pada penelitian ini ialah daun jarak pagar
(Jatropha curcas) yang diambil di Desa Pulo Ara, Kecamatan Juang, Kabupaten
Bireuen Provinsi Aceh. Sampel daun jarak pagar (Jatropha curcas) masing-
masing dikumpulkan dan dibersihkan dari pengotor dengan cara dicuci dengan air
mengalir. Setelah bersih daun jarak pagar (Jatropha curcas) ditiriskan, lalu
dikeringkan dengan cara dikeringangin-anginkan. sampel yang telah kering
Page 44
28
dihaluskan dengan menggunakan blender sampai menjadi serbuk. Hasilnya
dimasukkan kedalam wadah gelas tertutup.
3.6.2. Pembuatan Ekstrak
Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 200 g
serbuk simplisia daun jarak pagar (Jatropha curcas) dimasukkan kedalam wadah,
kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1000 mL. Ditutup
dengan aluminium foil dan dibiarkan selama lima hari sambal sesekali diaduk.
Setelah lima hari, sampel yang dimaserasi tersebut disaring menggunakan kertas
saring sehingga menghasilkan filtrat 1 dan residu 1. Residu yang ada kemudian
diremaserasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 500 mL, ditutup dengan
aluminium foil dan dibiarkan selama dua hari sambil sesekali diaduk. Setelah dua
hari, sampel tersebut disaring menggunakan kertas saring, sehingga menghasilkan
filtrat 2 dan residu 2. Filtrat 1 dan 2 digabungkan, lalu ekstrak cair dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 50oc dengan kecepatan putaran 50
rpm untuk menghilangkan pelarutnya. Ekstrak tersebut diuapkan lebih lanjut
diatas waterbath suhu +40oC untuk menghilangkan sisa pelarut yang masih
tertinggal sehingga diperoleh ekstrak kental daun jarak pagar (Jatropha curcas).
Setelah itu ekstrak ditimbang dan disimpan dalam wadah tertutup sebelum
digunakan untuk pengujian.
3.6.3. Pembuatan Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha
Curcas)
Semua bahan yang akan di gunakan di timbang terlebih dahulu sesuai
dengan takaran yang di anjurkan. Di masukkan minyak zaitun sebanyak 15 mL
kedalam gelas kimia, kemudian di tambahkan dengan kalium hidroksida 40%
Page 45
29
sebanyak 8 mL sedikit demi sedikit sambal terus di panaskan pada suhu 50 C
hingga mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta di tambahkan dengan 15 mL
aquades, lalu di masukkan Na-CMC 0,5 g yang telah di kembangkan dalam
aquades panas, di aduk hingga homogen. Kemudian di tambahkan asam stearat
0,25 g, di aduk hingga homogen. Di tambahkan SLS 0,5 g, di aduk hingga
homogen. Di tambahkan BHA 0,5 g, lalu di aduk hingga homogen. Di tambahkan
pengaroma 1 ml di aduk hingga homogen. Di masukkan ekstrak daun jarak pagar
(Jatropha Curcas) dengan masing-masing konsentrasi yaitu 5%, 10%, dan 15%
diaduk hingga homogen. Sabun cair di tambahkan dengan aquades hingga volume
50 ml, di masukkan kedalam wadah bersih yang telah di siapkan. Pembuatan
sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha Curcas) disesuaikan dengan
masing-masing konsentrasi. Setelah itu dilakukan uji mutu sabun cair ekstrak
etanol daun jarak pagar (Jatropha Curcas) dengan uji organoleptis , pH , tinggi
busa dan bobot jenis (22).
3.7. Evaluasi Sediaan Sabun Cair
3.7.1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis yang dilakukan merupakan uji fisik dari sabun cair
meliputi warna, bau, dan bentuk (30).
3.7.2. Uji pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat pH meter
dikalibrasi dengan larutan buffer setiap akan dilakukan pengukuran. Elektroda,
yang telah dibersihkan, dicelupkan kedalam sampel yang akan diperiksa. Nilai pH
pada skala pH meter dibaca dan dicatat (30).
Page 46
30
3.7.3. Tinggi Busa.
Sampel ditimbang sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan akuades sampai 10 ml, dikocok dengan
membolak-balikkan tabung reaksi, lalu segera diukur tinggi busa yang
dihasilkan. Lalu tabung didiamkan selama 5 menit, kemudian diukur lagi
tinggi busa yang dihasilkan setelah 5 menit (30).
Uji busa = x 100%
3.7.4. BobotJenis.
Penetapan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Piknometer kosong
ditimbang dan dicatat bobotnya. Kemudian piknometer diisi air dan ditimbang,
lalu kedalam piknometer yang sama dimasukkan sampel sabun dan ditimbang
(30). Rumus yang digunakan adalah:
Bobot jenis =
3.8. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Daun Jarak Pagar
(Jatropha Curcas)
3.8.1. Sterilisasi alat dan bahan
Semua alat dan bahan yang digunakan uji mikrobiologi disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama15 menit, kecuali untuk bahan
yang terbuat dari karet disterilkan dengan cara direndam dalam alkohol 70% dan
kawat ose disterilkan dengan cara pijar di nyala api bunsen (26).
Page 47
31
3.8.2. Pembuatan Media Pertumbuhan
Cara Pembuatan:
1. Ditimbang media NA sebanyak 2.5 g dan masukkan kedalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan aquadest sebanyak 250 ml dan dipanaskan diatas hot plate
sambil diaduk dengan menggunakan batang pengaduk.
3. Setelah itu Erlenmeyer tersebut ditutup dengan kertas, lalu disterilkan ke
dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121oc.
4. Setelah selesai ditunggu dingin.
5. Media siap digunakan untuk pembiakan bakteri atau pertumbuhan bakteri
(31).
3.8.3. Pembuatan Larutan Standar Kekeruhan (Larutan Mc. Farland)
Larutan H2SO4 0,36 N sebanyak 99,5 ml dicampurkan dengan larutan
BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5 ml dalam Erlenmeyer. Kemudian dikocok
sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan dipakai sebagai standar
kekeruhan suspensi bakteri uji (31).
3.8.4. Pembuatan Suspensi Bakteri
Untuk membuat suspense bakteri staphylococcus aureus yaitu dengan cara
biakkan staphylococcus aureus diambil dengan kawat ose steril, kemudian
disuspensikan kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml NaCl 0,9% hingga
diperoleh kekeruhan sama dengan standar kekeruhan larutan Mc. Farland (31).
3.8.5. Pengujian Mikrobiologi Ekstrak sabun cair
1. Disiapkan cawan petri yang telah disterilkan dalam oven.
2. Masukkan 0,1 ml suspensi bakteri uji.
Page 48
32
3. Tuangkan 15 ml NA cair pada suhu 400c kedalam cawan petri yang berisi
suspensi bakteri uji.
4. Homogenkan dengan cara digoyang pada permukaan datar membentuk
angka 8 agar tersebar merata dan diamkan hingga memadat.
5. Kemuadian dibuat sumuran dengan menggunakan alat pelubang gabus
berdiameter 6 mm.
6. Dimasukkan sampel sabun cair ekstrak daun ekstrak jarak pagar yang telah
ditentukan konsentrasi yaitu 5%, 10%, 15%.
7. Pada masing-masing lubang sumuran yang telah diberi lebel penanda
setiap konsentrasi 0,1 gram.
8. Dimasukkan kloramfenikol 5% sebagai control positif sebanyak 25
mikroliter.
9. Dimasukkan sebanyak 0,1gram basis sabun tanpa ektrak sebagai control
negatif.
10. Kemudian cawan petri dibalik dan dibungkus dengan kertas buram.
11. Diinkubasi dengan suhu 370c selama 18-28 jam.
12. Diukur zona hambat yang terjadi disekitar lubang sumuran menggunakan
jangka sorong ditandai dengan zona bening disekitar sumur (31).
Page 49
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian tentang formulasi dan evaluasi sabun cair
ekstrak etanol daun jarak pagar (jatropha curcas) serta uji aktivitas sebagai
antibakteri terhadap staphylococcus aureus. Penelitian eksperimental ini
dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Helvetia
Medan dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara Medan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2019.
Pemeriksaan pendahuluan simplisia perlu dilakukan untuk menjamin
kebenaran dan kualitasnya, setelah daun jarak pagar dikumpulkan, kemudian
dilakukan determinasi untuk memastikan jenis tanaman tersebut. Dari hasil
determinasi di hebarium medanese (MEDA) Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa benar bahan uji yang digunakan adalah daun jarak pagar
(jatropha curcas).
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 70% dan dipekatkan
menggunakan alat rotary evaporator. Berat sampel daun jarak pagar (jatropha
curcas) yaitu 3000 gram dan setelah dikeringkan beratnya yaitu 300 gram serbuk
yang ditimbang untuk maserasi yaitu 200 gram dan diperoleh ekstrak kental daun
jarak pagar yaitu 20 gram.
Page 50
34
4.2. Penentuan Evaluasi Sediaan SabunCair
4.2.1. Hasil Pengujian Organoleptis
Hasil uji organoleptis sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha
Curcas) dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Organoleptis
Berdasarkan dari hasil uji organoleptis diperoleh bahwa pada basis sabun
berbentuk cair dan kental, warna putih dan bau pengaroma rose sedangkan pada
esktrak etanol daun jarak pagar konsentrasi 5%, 10%, 15% berbentuk cair dan
kental, warna coklat muda, coklat tua dan coklat tua pekat serta bau khas ekstrak
daun jarak pagar.
4.2.2. Hasil Pengujian pH
Hasil uji pH sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha Curcas)
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian pH
Jenis sabun cair pH
kontrol negatif (basis sabun) 9.7
Sabun cair konsentrasi 5% 9.6
Sabun cair konsentrasi 10% 9.8
Sabun cair konsentrasi 15% 9.5
Jenissabuncair Bentuk Warna Bau
kontrol negatif
(basis sabun)
Cair dan kental Putih Bau pengaroma
rose
Sabun cair
konsentrasi 5%
Cair dan kental Coklat muda Bau khas ekstrak
daun jarak pagar
Sabun cair
konsentrasi 10%
Cair dan kental Coklat tua Bau khas ekstrak
daun jarak pagar
Sabun cair
konsentrasi 15%
Cair dan kental Coklat tua pekat Bau khas ekstrak
daun jarak pagar
Page 51
35
Berdasarkan dari hasil uji pemeriksaan pH diperoleh bahwa pada basis
sabunya itu 9.7 sedangkan pada konsentrasi 5%, 10% dan 15% diperoleh hasil
yaitu 9,7, 9,8 dan 9,5.
4.2.3. Hasil Pengujian Tinggi Busa
Hasil uji tinggi busa sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha
Curcas) dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil PengujianTinggi Busa
Jenis sabun cair Tinggi busa (mm)
kontrol negatif (basis sabun) 61.53
Sabun cair konsentrasi 5% 70,51
Sabun cair konsentrasi 10% 56,81
Sabun cair konsentrasi 15% 76,47
Berdasarkan hasil dari pengujian tinggi busa diperoleh kontrol negatif
(basis sabun) yaitu 61,53 mm, sedangkan untuk sabun cair dengan konsentrasi
5%, 10%, dan 15% yaitu 70,51 mm, 56,81 dan 76,47 mm.
4.2.4. Hasil Pengujian BobotJ enis
Hasil uji bobot jenis sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha
Curcas) dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Bobot Jenis
Jenis sabun cair Bobot jenis (g/ml)
kontrol negatif (basis sabun) 0,79
Sabun cair konsentrasi 5% 1,01
Sabun cair konsentrasi 10% 1,02
Sabun cair konsentrasi 15% 1,01
Berdasarkan hasil uji dari bobot jenis diperoleh kontrol negatif (basis
sabun) yaitu 0,79 g/mL. Sedangkan pada sabun cair dengan konsentrasi 5%, 10%
dan 15% yaitu 1,01 g/mL, 1,02 g/mL, dan 1,01 g/mL.
Page 52
36
4.3. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Jarak
Pagar (Jatropha Curcas)
Uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar yang
telah dilakukan dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, kontrol positif dan negatif.
Sabun cair di formulasikan sebagai antibakteri. Hasil uji aktivitas antibakteri
sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.4 hasil uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol daun jarak
pagar (Jatropha Curcas)
Data Hasil Pengukuran
No konsentrasi Pengulangan Diameter Zona Bening (mm)
1 Konsentrasi
5%
1 10,7
2 10,4
3 9,6
Rata-rata 10,23
2 Konsentrasi
10%
1 13,1
2 13,9
3 13,3
Rata-rata 13,43
3 Konsentrasi
15%
1 14,0
2 16,6
3 16,8
Rata-rata 15,80
4 Kontrol -
1 -
2 -
3 -
Rata-rata -
5 Kontrol +
1 28,1
2 32,2
3 25,9
Rata-rata 28,73
Keterangan : - : tidak menunjukkan zona bening
Berdasarkan pengujian aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak etanol daun
jarak pagar menggunakan bakteri staphylococcus aureus dengan konsentrasi 5%,
10% dan 15 % menunjukkan hasil zona hambat rata-rata yaitu 10,23 mm, 13,43
mm dan 15,80 mm. Sedangkan pada kontrol negatif (basis sabun) tidak terbentuk
Page 53
37
zona bening (hambat) sehingga hasil negatif. Pada kontrol positif (kloramfenikol)
terbentuknya zona bening (hambat) dengan rata-rata 28,73 mm.
4.4. Pembahasan
Penelitian menggunakan sampel ektrak etanol daun jarak pagar (Jatropha
Curcas) yang bertujuan untuk membuat sediaan sabun cair dan mengetahui
ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha Curcas) sebagai antibakteri terhadap
bakteri staphylococcus aureus.
4.4.1. Penentuan Evaluasi Sediaan Sabun Cair
a. Pemeriksaan organoleptis
Dilakukan pengujian organoleptis terhadap sabun cair ekstrak etanol daun
jarak pagar (Jatropha Curcas) dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15%, bertujuan
untuk melihat tampilan fisik dari suatu sediaan yang meliputi bentuk, warna dan
bau. Sabun cair berwarna cokelat, warna cokelat pada sabun cair mengindikasikan
adanya kandungan ekstrak etanol daun jarak pagar yang tampak berbeda dari basis
sabun yaitu kuning. Standar yang ditetapkan SNI 06-4085-1996 uji organoleptis
sabun cair, bentuk yaitu cair, memiliki bau dan warna yang khas. Berdasarkan
hasil yang diperoleh yaitu bentuk cair, warna coklat dan bau yang khas, hasil ini
sesuai dengan standar yang ditetapkan SNI 06-4085-1996 (23).
b. Pemeriksaan Uji pH
Uji pH (derajat keasaman) merupakan salah satu syarat mutu sabun cair.
Menurut SNI untuk pH sabun cair diperbolehkan antara 8-11. Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, basis sabun cair memiliki pH 9,7, sabun cair
konsentrasi 5% memiliki pH 9,7, konsentrasi 10% memiliki pH 9,8 dan
Page 54
38
konsentrasi 15% memiliki pH 9,5. Hasil menunjukkan semua formula sabun cair
yang dihasilkan memenuhi kriteria sabun cair yang baik (29). Untuk pengujian pH
dilakukan karena sabun cair kontak langsung dengan kulit dan dapat
menimbulkan masalah apabila pHnya tidak sesuai dengan pH kulit. Secara umum
produk sabun cair memiliki pH yang cenderung basa. Hal ini disebabkan oleh
bahan dasar penyusun sabun cair tersebut yaitu KOH yang digunakan untuk
menghasilkan reaksi saponifikasi dengan lemak atau minyak yang memiliki nilai
pH di atas pH netral (22).
c. Pemeriksaan Tinggi Busa
Pengujian tinggi busa bertujuan untuk melihat seberapa banyak busa yang
dihasilkan. Sabun dengan busa yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi kulit
karena penggunaan bahan pembusa yang terlalu banyak. Berdasarkan SNI 06-
4085-1996, syarat tinggi busa dari sabun cair yaitu 13-220 mm (23). Dari hasil
pengamatan tinggi busa didapat basis sabun cair 61,53 mm, sabun cair konsentrasi
5% tinggi busa yang didapat 70,51 mm, konsentrasi 10% tinggi busa yang didapat
56,81 mm dan konsentrasi 15% tinggi busa yang didapat 76,47 mm. Berdasarkan
hasil yang diperoleh, semua konsentrasi memenuhi standar sabun yang sesuai dan
terbukti bahwa semakin tinggi konsentrasi dari sediaan sabun cair ekstrak daun
jarak pagar (Jatropha Curcas) semakin tinggi pula busa yang didapatkan. Hal ini
disebabkan oleh adanya kandungan saponin yang ada pada ekstrak daun jarak
pagar (Jatropha Curcas) (22).
Page 55
39
d. Pemeriksaan Bobot Jenis
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk mengetahui pengaruh bahan-bahan
yang digunakan dalam formulasi sabun cair terhadap bobot jenis sabun yang
dihasilkan. Uji bobot jenis bertujuan untuk mengetahui kekentalan sabun cair.
Berdasarkan SNI 06-4085-1996, standar bobot jenis pada sabun cair yaitu 1,01 –
1,1 g/ml. Pengujian bobot jenis menggunakan alat Piknometer, dari hasil
pengamatan diperoleh bobot jenis dari basis sabun ialah 0,79 g/ml, bobot jenis
sabun cair konsentrasi 5% ialah 1,01 g/ml, bobot jenis konsentrasi 10% ialah 1,02
g/ml, bobot jenis konsentrasi 15% ialah 1,01 g/ml. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat dilihat bahwa bobot jenis semua konsentrasi sabun sesuai dengan
SNI 06-4085-1996 (23).
4.4.2. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Jarak
Pagar (jatropha curcas)
Uji efektivitas antibakteri dari sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar
(Jatropha Curcas) pada bakteri Staphylococcus aureus menggunakan metode
difusi sumuran. Metode ini digunakan karena kesederhaan teknik dan ketelitian,
selain itu metode ini sering digunakan untuk pengujian kepekaan antibiotik. Pada
penelitian ini menggunakan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu konsentrasi 5%,
10% dan 15%. Dengan kriteria zona hambat 10-20 mm yang dikategorikan kuat.
Hasil dari pengujian antibakteri sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar
menunjukkan zona hambat rata-rata pada konsentrasi 5% yaitu 10,23 mm,
konsentrasi 10% yaitu 13,43 mm dan konsentrasi 15% yaitu 15,80 mm, yang
merupakan kategori kuat. Sedangkan pada kontrol negatif (basis sabun) tidak
terbentuk zona bening (hambat) sehingga hasil yang di peroleh hasil yang negatif
Page 56
40
(-). Dan pada kontrol positif (kloramfenikol) terbentuknya zona bening (hambat)
dengan rata-rata 28,73 mm. Hasil tersebut membuktikan bahwa formulasi sabun
cair ekstrak etanol daun jarak pagar dengan konsentrasi tersebut menunjukkan
adanya aktivitas terhadap bakteri staphylococcus aureus. Perbedaan konsentrasi
dapat mempengaruhi zona hambat yang dihasilkan, semikin tinggi konsentrasi
terbukti dapat menghasilkan zona hambat semakin besar. Hal tersebut
dikarenakan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder yang merupakan
senyawa aktif untuk antibakteri di antaranya alkaloid, flavonoid, dan tannin (22).
Page 57
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak etanol daun jarak pagar (jatropha cucrcas) dapat dibuat dalam
bentuk sediaan sabun cair dan hasil pengujian mutu sabun cair ekstrak
etanol daun jarak pagar (jatropha curcas) yang memenuhi persyaratan
kriteria sabun cair yang baik sesuai dengan standar yang ditetapkan
SNI06-4085-1996 yaitu uji organoleptis, uji pH, uji tinggi busa, dan uji
bobot jenis.
2. Formulasi sabun cair ekstrak etanol daun jarak pagar (jatropha curcas)
dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat menghambat pertumbuhan
bakteri staphylococcus aureus yang dikategorikan tergolong kuat.
5.2 Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk memformulasikan ekstrak
etanol daun jarak pagar (jatropha curcas) dalam sedian lain.
2. Disarankan untuk melakukan pengujian dalam bentuk sediaan yang
berbeda dan mutu pengujian yang lengkap.
Page 58
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Wasito H. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi melalui Pengembangan
Obat Tradisional Untuk Mengentaskan Kemiskinan. MIMBAR, J Sos dan
Pembang. 2008;24(2):117–28.
2. Ngajow M, Abidjulu J, Kamu V. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Matoa ( Pometia pinnata ) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
secara In vitro. J MIPA UNSRAT. 2013;2(November 2013):128–32.
3. gould, D. & brooker C. Terapan Untuk Perawat. Cetakan I. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2003. 252 p.
4. Rachmawati FJ, Triyana SY. Perbandingan Angka Kuman Pada Cuci
Tangan Dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia. Logika. 2008;58(1):1–13.
5. Wijana S, Harnawi T. Studi Pembuatan Sabun Mandi Cair Dari Daur Ulang
Minyak Goreng Bekas (Kajian Pengaruh Lama Pengadukan Dan Rasio
Aia:Sabun Terhadap Kualitas). Vol. 10. 2009. 54-61 p.
6. Adelberg.jawetz M. Medical Microbiology. Edisi 23. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2008.
7. Cut Nuria M, Faizatun A, Sumantri. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, Dan
Salmonella typhi ATCC 1408. Mediagro. 2009;5(2):26–37.
8. Agoes A. Tanaman Obat Indonesia. jilid 3. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
29 p.
9. Said M, Septiarty W, Tutiwi T. Studi Kinetika Reaksi Pada Metanolisis
Minyak Jarak Pagar. J Tek Kim. 2010;17(1):15–22.
10. Abidin R. Uji Aktivitas Antibakteri Esktrak Daun Jarak Pagar (Jatropha
curcas L) Dan Gambir (uncaria gambir Roxb) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli. 2018;1–109. Available from:
http://e-journal.uajy.ac.id/14649/1/JURNAL.pdf
11. Santoso BB, Purwoko BS. Pertumbuhan Bibit Tanaman Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) Pada Berbagai Kedalaman dan Posisi Tanam Benih.
Bul Agron [Internet]. 2008;36(1):70–7. Available from:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/35714
12. AR ABS. Pengaruh Getah Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
Terhadap Daya Hambat Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro.
2014;561–5.
13. Maulida D, N. Zulkarnaen. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) dari Buah
Tomat dengan Menggunakan Solven Campuran, N – Heksana, Aseton, dan
Etanol. Jur Tek Kim Fak Tek. 2010;1–8.
14. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.
Vol. VII, Jurnal Kesehatan. 2014. 361-367 p.
15. Najib, Ahmad SSMFA. ekstraksi senyawa bahan alam. Cv budi utama;
2018. 39 p.
16. aldek berg‟s D. mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Salemba jakarta; 2001.
Page 59
43
17. M N. Pengantar Mikrobiologi. Medan: USU Pres; 2010.
18. Dewi AK. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. J Sain
Vet. 2013;31(2):138–50.
19. Soedarto. Mikrobiologi kedokteran [Internet]. Surabaya: Sagung Seto;
2015. 198-199 p. Available from: http://ci.nii.ac.jp/naid/40020114219/
20. Katheleen B SG. mikrobiologi medis dan infeksi. 3rd ed. Jakarta: Erlangga;
2008.
21. Mauliana. Formulasi sabun padat bentonit dengan variasi konsentrasi asam
stearat dan natrium lauril sulfat. skripsi. 2016;
22. Dimpudus SA, Yamlean PVY, Yudistira A. Formulasi Sediaan Sabun Cair
Antiseptik Ekstrak Etanol Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina L.) dan
Uji Efektivitasnya terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro.
Pharmacon. 2017;6(3):208–15.
23. SNI. Standart Mutu Sabun Mandi Cair. 1996;1–6.
24. Sari TI, Kasih JP, Sari TJ. Pembuatan Sabun Padat Dan Minyak Jarak.
2010;17(1):28–33.
25. Basri Z. Optimasi Formulasi Sabun Cair Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
sirih merah (Piper crocatum ruiz & Pav) Dengan Variasi Konsentrasi
Virgin Coconut Oil (VCO) Dan Kalium Hidroksida. Ммит. 2016;2016.
26. A., Drs. H. syamsuni A. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2006.
27. sylvia T. Pratiwi. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga; 2008.
28. C. champe, pamela dan A. hervey R. Farmakologi. 4th ed. Jakarta: EGC;
2014.
29. Neal MJ. At a glance farmakologi medis. Jakarta: Erlangga; 2006. 85 p.
30. Sari R, Ferdinan A. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari
Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya. 2017;4(3):111–20.
31. Chastelyna AJ, Wijayati N. Uji Aktivitas Aantibakteri Sabun Cair Ekstrak
Daun Jati ( Tectona Grandis L . f ) Info Artikel. 2017;6(1).
Page 60
44
Lampiran 1. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi
Page 61
45
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian Fakultas Farmasi USU
Page 62
46
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian dari Laboratorium Biologi Farmasi
Fakultas Farmasi USU
Page 63
47
Lampiran 4. Hasil Determinasi
Page 64
48
Lampiran 5. Sampel
Daun segar
Simplisia kering
Serbuk simplisia
Ekstrak pekat
Page 65
49
Lampiran 6. Bahan yang digunakan
Page 66
50
Lampiran 7. Sediaan sabun cair
Sedian sabun cair
Page 67
51
Lampiran 8. Evaluasi sediaan sabun cair
1. Uji pH
Basis sabun formula 1
Formula 2 formula 3
Page 68
52
Lampiran 8. (Lanjutan)
2. Tinggi busa
Basis Sabun Formula 1
Formula 2 Formula 3
Page 69
53
Lampiran 8. (Lanjutan)
3. Bobot Jenis
Basis Sabun Formula1
Formula 2 Formula 3
Page 70
54
Lampiran 9. Pengujian Aktivitas Antibakteri
a. Bakteri Staphylococcus aureus dan b. Media Nutrien Agar Cair
standard Mc. Farland
c. Penuangan NA (Nutrien Agar) cair d. Bakteri diuji dimasukkan ke petri
dalam petri
Page 71
55
Lampiran 9. (Lanjutan)
e. Didiamkan agar mengeras f. Pembuatan lubang sumur
g. Alat pelubang gabus h. Dibungkus dan diinkubasi pada
suhu 37oC selama 18-24 jam
i. Alat inkubator
Page 72
56
Lampiran 10. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri
Kontrol Positif (+) Kontrol negatif (-)
Formula 1 Formula 2
Formula 3
Page 73
57
Lampiran 11. Bagan Alir Proses Ekstraksi Daun Jarak Pagar
Dicuci, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
Kemudian dihaluskan
Dimasukkan kedalam wadah serbuk daun jarak pagar
Ditambahkan pelarut etanol 70 % sebanyak 1500 ml
Ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 5 hari
Diaduk dua kali sehari
Setelah 5 hari maserat disaring kemudian ampas ditambahkan
etanol 70 % sebanyak 500 ml lalu di diamkan selama 2 hari
Setelah 2 hari maserat disaring dan dimasukkan kedalam
wadah
Dipekatkan menggunakan rotary evaporator
3kg daun jarak pagar
Maserat daun jarak
pagar
Ekstrak kental daun
jarak pagar
Page 74
58
Lampiran 12. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Sabun Cair
Dimasukkan dalam cawan porselin
Ditambahkan KOH 40 % sebanyak 8 ml
Sedikit demi sedikit sambil dipanaskan
Hingga menjadi sabun pasta
Ditambahkan 15 ml aquadest
Dimasukkan Na-CMC 0,5 g yang telah dikembangkan dalam
Aquadest panas
Diaduk hingga homogen
Ditambahkan asam stearat 0,5 g, diaduk hingga homogen
Ditambahkan SLS 0,5 g, diaduk hingga homogen
Ditambahkan BHA 0,5 g, diaduk hingga homogen
Dimasukkan ekstrak daun jarakpagarsesuai masing-masing
konsentrasi
Ditambahkan aquadest hingga volume 50 ml
15 ml minyak zaitun
Sabun Pasta
Sabun cair
Page 75
59
Lampiran 13. Bagan Alir Pengujian Aktivitas Antibakteri
Dimasukkan dalam cawan petri steril
Dituang 15 ml NA cair pada suhu 40 oC dalam cawan petri
Berisi bakteri uji
Dihomogenkan dengan digoyang pada permukaan
Di diamkan hingga memadat
Dibuat lubang sumuran
Dimasukkan sabun cair ekstrak jarakpagarsebanyak 0,1 gram
Yang telah ditentukan konsentrasi
Kemudian cawan petri dibalikkan dan dibungkus kertas
Di inkubasi dengan suhu 37 oC selama 18-24 jam
Diamati zona hambat yang terjadi disekitar lubang sumur
0,1 ml bakteri
Staphylococcus aureus
Zona bening
disekitar sumur
Page 76
60
Lampiran 14. Perhitungan Pengukuran tinggi busa
Rumus :
1. Basis sabun
Tinggi busa awal = 6,5 mm
Tinggi busa akhir = 4 mm
2. Konsentrasi 5%
Tinggi busa awal = 7,8 mm
Tinggi busa akhir = 5,5 mm
3. Konsentrasi 10%
Tinggi busa awal = 8,8 mm
Tinggi busa akhir = 5 mm
4. Konsentrasi 15%
Tinggi busa awal = 8,5 mm
Tinggi busa akhir = 6,5 mm
Page 77
61
Lampiran 15. Perhitunggan bobot jenis
Rumus :
1. Basis sabun
Piknosampel basis sabun = 17,71 gram
Pikno air = 22,34mL
2. Konsentrasi 5%
Pikno sampel 5% = 22,57 gram
Pikno air = 22,32mL
3. Konsentrasi 10%
Pikno sampel 10% = 22,93 gram
Pikno air = 22,93mL
4. Konsentrasi 15%
Pikno sampel 15% = 22,70 gram
Pikno air = 22,34mL
Page 78
62
Lampiran 16. Surat Permohonan Ijin Penelitian Institut Kesehatan Helvetia
Page 79
63
Lampiran 17. Surat Selesai Penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia
Page 80
64
Lampiran 18. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 1
Page 81
65
Lampiran 19 Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing 2
Page 82
66
Lampiran 20 Lembar Persetujuan Revisi Skripsi