LABORATORIUM KIMIA ANALITIK PROSESSEMESTER GENAP TAHUN AJARAN
2012/2013
Praktikum: Kimia Analitik ProsesModul: Formula 1 Sabun
CairPembimbing: Dra. Endang Widiastuti, M.Si
Praktikum: 13 Mei 2013Penyerahan: 20 Mei 2013
Oleh:Kelompok: INama: Indra AfiandoNIM. 111431014 Iryanti
TrianaNIM. 111431015 Lita Ayu ListianiNIM. 111431016 Kelas: 2A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIAJURUSAN TEKNIK
KIMIAPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
I. Tujuan1. Mempelajari proses formulasi pembuatan sabun cair2.
Mampu menentukan dan melakukan CCP(Critical Control Point) pada
produk sabun cair yang dihasilkan 3. Mampu membuat rancangan biaya
produksi pembuatan sabun cairII. Dasar TeoriSabun adalah surfaktan
yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Surfaktan
sendiri berasal dari kata surface actif agents yaitu senyawa yang
dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan
mengandung suatu ujung hidrofobik dan suatu ujung hidrofilik.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan
ikatan-ikatan hydrogen pada permukaan dengan cara meletakkan bagian
kepala hidrofiliknya pada permukaan air dan bagian ekor
hidrofobiknya menjauhi permukaan air. Kegunaan sabun adalah
kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang
dengan cara pembilasan karena sabun merupakan molekul organic yang
terdiri dari 2 kelompok gugus. Gugus pertama dinamakan liofil (atau
hidrofil bila medium pendispersinya air) yang mempunyai arti suka
akan pelarut dan gugus kedua dinamakan liofolik (atau hidrofobik
bila medium pendispersinya adalah air) yang berarti tidak menyukai
pelarut. Pada sabun, gugus hidrofilik memiliki afinitas yang sangat
kuat terhadap medium air, sedangkan gugus hidrofobik bergabung
dengan gugus hidrofobik dari molekul sabun lain membentuk agregat
yang dinamakan misel. Alkil eter sulfat dan alkil sulfat seperti
natrium / lauril sulfat amonium, Sodium sulfat amonium / laureth
dan Sulfonate Linear alkil benzene adalah surfaktan utama yang
digunakan dalam cairan pencuci piring. Alkil sulfat dan alkil eter
sulfat memenuhi permintaan konsumen untuk busa serta pembersihan /
detergency. Sabun cair biasanya menggunakan LAS dan umumnya di
kombinasikan dengan alcohol eter sulfat (AES) untuk menciptakan
efek kesat pada peralatan dapur yang kotor, dan perbandingannya
antara LAS : AES adalah 4 : 1, hasilnya busa lebih stabil dan
mengembang.Untuk surfaktan sekunder dalam cairan pencuci piring,
Betaines seperti betaine cocamidopropyl (CAPB), Betain alkil adalah
surfaktan sekunder baik karena mereka berbusa tinggi, membantu
pembentukan viskositas (kekentalan) dan memberikan dampak lembut
pada tangan. Bila digunakan bersama dengan alkanol amides CAPB
meningkatkan viskositas, Untuk bahan pembantu lainnya dalam cairan
pencuci piring biasanya seperti chelating agen (pelunak air),
parfum, pewarna dan pengawet.Parameter uji kualitas produk sabun
cair :No.Parameter UjiPersyaratan
1Viskositas500-20.000 Cp
2pH7 - 11
3Bobot Jenis (25oC)1,01 - 1,10
4Cemaran Mikroba
Angka Lempeng Totalmaks. 1x105koloni/gr.
5Keadaan:
BentukCairanHomogen
AromaKhas
WarnaKhas
(Sumber : SNI 06-4085-1996)
III. Alat dan BahanAlatBahan
Gelas Kimia 2,1 LAquadest
Gelas Kimia 500, 250, 100, 50 mlSodium Lauryl Sulfat
Gelas Ukur 100 mlCocamide
Pipet tetesCAB 30
Batang PengadukEDTA
Hot plateNaCl jenuh
ViscometerAsam Sitrat
TimbanganPewarna
Botol SemprotPewangi
SpatulaGliserin
IV. Cara Kerja
V.
VI. Data PengamatanNoKondisi prosesPengamatan
1Melarutkan SLS pada air panasKetika SLS dalarutkan kedalam air,
maka terjadi gumpalan bening. Untuk membantu kelarutan dilakukan
pengadukan. Larutnya SLS ditandai dengan adanya buih atau busa pada
larutan.Setelah SLS larut, warna larutan menjadi sedikit
kekuningan.
2Penambahan cocodiamideWarna larutan tidak ada perubahan, hanya
saja menjadi sedikit keruh.
3Penambahan Cab-30Larutan menjadi jernih dengan adanya
pengadukan dan sedikit mengental.
4Penambahan gliserinWarna larutan tetap, tidak terjadi
perubahan.
5Penambahan pewarna hijauLarutan berubah menjadi warna hijau
tua. Warna dari produk sabun ini disesuaikan dengan warna sabun
cair yang beredar dipasaran agar lebih menarik
6Penambahan EDTALarutan menjadi mengental dengan adanya
penambahan EDTA
7Penambahan asam sitratpH awal larutan sabun ini adalah 9, saat
ditambahkan asam sitrat sedikit demi sedikit, pH larutan sabun
diatur sedemikian rupa untuk mendekati pH netral. Warna larutan
sabun tidak berubah
8Penambahan NaClLarutan menjadi kental dengan ditambahkan NaCl
tersebut, warna larutan tidak berubah.
7Penambahan pewangiLarutan sabun ditambahkan dengan pewangi
lemon. Sabun menjadi wangi dan segar
NoParameterHasil Analisa
1ViskositasSunlightspindel 6, 1822 cp
Produk1836
2pHAwal9
Akhir7
Sunlight7
Hasil Analisis pH Produk
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sabun cair yang
biasa digunakan sebagai sabun cuci piring. Proses Pembuatan sabun
ini mengalami beberapa tahapan. Bahan baku utama yang digunakan
pada proses pembuatan sabun ini adalah surfaktan.Surfaktan
digunakan dalam pembuata sabun ini dikarenakan surfaktan yang
memiliki 2 sifat yang berbeda sekaligus yaitu hidrofilik dan
hidrofobik. Surfaktan itu sendiri merupakan bahan yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hydrogen pada permukaan dengan cara meletakkan bagian kepala
hidrofiliknya pada permukaan air dan bagian ekor hidrofobiknya
menjauhi permukaan air. Dengan dua sifat yang berbeda itu maka
surfaktan selain dapat menurunkan tegangan permukaan juga surfaktan
dapat mengemulsi kotoran berminyak dengan dilakukannya pembilasan,
oleh karena itu sabun cair yang digunakan sering dipakai untuk
pencucian piring yang mengandung minyak dll. Suraktan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah Sodium lauryl sulfat (SLS)
dimana SLS ditambahkan pada aquadest yang berada dalam keadaan
panas. Hal ini dilakukan karena surfaktan mudah larut dalam air
panas dibandingkan dengan air dingin sehingga dengan adanya
pemanasan maka akan meningkatkan kelarutan (mudah larut). Pada
praktikum kali ini dilakukan proses pengadukan secara kontinyu dan
dengan kecapatan yang tepat. Apabila pengadukan kurang dilakukan
akan menghasilkan hasil sabun cuci piring yang terdapat bulir-bulir
yang terjadi karena bahan-bahan dari pembuatan sabun tidak larut
secara sempurna. Sedangkan apabila pengadukan dilakukan terlalu
cepat maka akan menghasilkan sabun cuci piring yang berbusa
sehingga menghasilkan kulaitas yang kurang baik.Setelah itu
dilakukan penambahan cocodiamide yang berfungsi untuk membuat busa
dalam sabun menjadi lebih banyak. Penambahan bahan-bahan pendukung
lain yaitu CAB-30 dan glycerin yang berfungsi sebagai pelembut dan
pelembab. Glycerin akan menghasilkan gugus-gugus hidroksil yang
dapat berikatan hidrogen dengan air sehingga akan menyebabkan
campuran tersebut ketika digunakan akan mengakibatkan efek lembab
pada tangan. Kemudian untuk menarik perhatin konsumen maka sabun
yang dibuat perlu ditambahkan pewarna agar lebih memikat, pada
sabun yang kami buat ini dilakukkan penambahan pewarna hijau dan
juga pada akhir proses ditambahkan pewangi lemon agar lebih bisa
menarik perhatian. Selain itu dalam pembuatan sabun pun ditambahkan
Na-EDTA (garam dari EDTA) karena garam dari EDTA lebih mudah larut
dalam air dari pada EDTA.Penambahan EDTA adalah sebagai bahan
pembentuk/pengomplek, yang berfungsi meningkatkan efisiensi
pencucian dari surfaktan dengan cara menonaktofkan mineral penyebab
kesadahan air dan sebagai pengawet sabun. Selanjutnya dilakukan
pengontrolan pH sabun, pH pada sabun yang dihasilkan haruslah dalam
keadaan pH netral oleh karena itu untk menetralkan pH sabun yang
pada awal pengukuran menunjukkan pH 9 maka ditambahkan larutan asam
sitrat. Penambahan asam sitrat ini dihentikan ketika pH sabun sudah
mendekati pH netral. Selain pH sabun yang diukur, kekentalan sabun
yang dihasilkan juga harus diperhatikan. Kami menggunakan larutan
NaCl untuk mengatur kekentalan sabun Larutan NaCl jenuh ditambahkan
secara perlahan dan dilakukan sedikit demi sedikit. Selain itu juga
saat penambahan NaCl jenuh secara terus menerus dilakukan
pengecekan viskositas dan membandingkannya dengan sabun cuci piring
Sunlight. Hal ini dilakukan agar NaCl ditambahkan dengan tepat
sehingga menghasilkan kekentalan yang tepat. Apabila NaCl jenuh
ditambahkan tidak tepat akan menghasilkan sabun cuci piring yang
terlalu kental. Kekentalan yang diperoleh darisabun yang kami buat
adalah 1836 mPa.s centipoise.
VIII. Kesimpulan1. Pembuatan sabun cair dapat dengan menggunakan
bahan baku utama surfaktan.2. Hasil analisis kualitas ualitas sabun
yang dihasilkan: pH = 7; viskositas = 1836 cp3. Biaya produksi dari
sabun ini adalah Rp 17.000 per 1 Liter
Daftar PustakaAnonim. 2011. Surfaktan. (www.id.wikipedia.org,
diunduh pada tanggal 20 Mei 2013 Pukul 24.10 WIB)Yamada, Izumi.
2009. (www.chem-is-try.org/kata_kunci/surfaktan, diunduh pada
tanggal 20 Mei 2013 Pukul 24.13 WIB)Parameter Kualitas Sabun Cair.
(www.pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/, diunduh pada tanggal 20 Mei
2013 Pukul 24.18 WIB)
LampiranPenentuan Biaya ProduksiNo.BahanHarga Bahan
Jumlah yang DigunakanHarga Produksi (untuk 1 L)
1. Surfaktan (SLS)Rp 60.000/kg75 gRp 4500,00
2. AquadesRp 500/L1 LRp 500,00
3. CocodiamideRp 85.000/L30,0185 gRp 2551,00
4. Cab-30Rp 45.000/kg40 gRp 1800,00
5. GliserinRp 40.000/L50 gRp 2000,00
6. PewarnaRp 4000/100 g0,5 mLRp 0,02,00
7. EDTARp 125.000/kg1gRp 125,00
8. Asam sitratRp 27.500/kg15 mLRp 0,055,00
9. PewangiRp 15.000/20cc0,1 mLRp 75,00
10. NaClRp 22.000/kg15 mLRp 0,33,00
11. BotolRp 4000/2 buah2 buahRp 4000,00
TotalRp 15.551,41
Total biaya produksiRp 17.000,00
Gambar 2. Setelah dilakukanPenambahan dengan Cocodiamide, Cab-30
dan gliserin
Gambar 1.Pencampuran surfaktan dengan air
Gambar 4.Hasil akhir sabun cair
Gambar 3.Penambahan pewarna hijau
141516123Komposisi :Texaphone/EMALT, NaCl, Asam Sitrat,
Cocodiamide, Cab-20, Gliserin, EDTA, ParfumCara pemakaian :1.
Larutkan sabun dalam mangkuk berisi gelas air2. Masukkan spons,
remas hingga berbusa3. Bersihkan semua bekas lemak pada peralatan
yang dibersihkan
Netto :250 mLAnti Bakteri
99% lebih baik melindungi dari kuman
Gambar 5.Desain Produk Sabun Ultra Clean