Top Banner

of 6

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/12/2018 Forensik Otopsi Virtual

    1/6

    Tinjauan Pustaka

    Otopsi Virtual

    Dedi AfandiBagian llmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

    Fakultas Kedokteran Universitas Riau

    Abstrak: Otopsi adalah pemeriksaan ilmiah tehadap tubuh yang sudah meninggal, ketika seluruhpermukaan tubuh dan rongga-rongga badan diperiksa dan dicatat apa yang ditemukan. Saatmelakukan otopsi kita harus memikirkan segala kemungkinan yang akan kita temukan di mananantinya akan dapat membantu kita menentukan segala hal yang berkaitan dengan penyebabkematian dan juga membantu aparat penegak hukum. Kumpulan data yang didapat dari virtualotopsi diharapkan dapat melengkapi otopsi konvensional danjuga sebagai pembelajaran apabilapelaksanaan otopsi konvensional tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan. Sampai saat ini, otopsikonvensional masih merupkan baku emas untuk pemeriksaan forensik.Kata kunci: otopsi konvensional, otopsi virtual, baku emas

    Virtual AutopsyDedi Afandi

    Department oj Forensic Medicine and Medico legalFaculty oj Medicine University oj Riau

    Abstract: Autopsy is the scientific examination of bodies after death, where whole surface of thebody as well as all the body cavities are explored to record thejinding. While doing so, we haveto collect all the possible findings which will help in establishing the circumstances leading tothe death and also may help the law enforcing agencies. Growing amount of evidence supportsthe of virtual autopsy as complimentary to conventional autopsy and as study of choice situa-tion where conventional autopsy is not performed Until now, conventional autopsy still goldstandardfor forensic examinationKeyword: conventional autopsy, virtual autopsy, gold standard .. :'~,

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 7, Juli 2009 327

  • 5/12/2018 Forensik Otopsi Virtual

    2/6

    Otopsi Virtual

    PendahuluanDalam rangka proses penyidikan dan penegakan hukum

    untuk kepentingan peradilan ilrnu kedokteran forensik dapatdimanfaatkan dalam membuat terangnya perkara pidanayang menimbulkan korban manusia, baik korban hidup mau-pun korban mati. Pemeriksaan otopsi umurnnya diperlukanapabila korban dari tindak perkara pidana tersebut korbanmati. Dari pemeriksaan otopsi yang dilakukan, dokter di-harapkan dapat memberikan keterangan setidaknya tentangluka atau cedera yang dialami korban, tentang penyebabluka atau cedera tersebut, serta tentang penyebab kematiandan mekanisme kematiannya. Dalam beberapa kasus dokterjuga diharapkan untuk dapat memperkirakan cara kematiandan faktor-faktor lain yang mernpunyai kontribusi terhadapkematiannya.'

    Pengertian otopsi adalah pemeriksaan medis terhadapmayat dengan membuka rongga kepala, leher, dada, perutdan panggul serta bagian tubuh lain bila diperlukan, disertaidengan pemeriksaan j aringan dan organ tubuh di dalamn ya,baik secara fisik maupun dengan dukungan pemeriksaanlaboratorium, 1,2Pelaksanaan otopsi seperti pengertian di atasmendapat istilah baru yaitu otopsi konvensional.

    Di Indonesia otopsi forensik tidak merupakan keha-rusan bagi semua kematian, namun sekali diputuskan olehpenyidik perlunya otopsi maka tidak ada lagi yang bolehmenghalangi pelaksanaannya (pasal 134 KUHAP dan pasal222 KUHP), dan tidak membutuhkan persetujuan keluargaterdekatnya.'Penolakan Otopsi Konvensional

    Pada kenyataannya, pelaksanaan otopsi terhadap kor-ban mati tidak semulus yang kita bayangkan. Penolakan olehkeluarga korban merupakan salah satu kendala yang palingbanyak ditemukan. Isu utama penolakan oleh keluarga inipada umumnya adalah alasan agama atau keperca-yaannya,alasan kemanusiaan, organ atau jaringan organ diambil dandijual, atau organ dan jenazahnya dipakai praktikum olehmahasiswa kedokteran. Di samping isu-isu di atas, biayapemeriksaan dan urusan administratif yang berbelit-belitjuga menjadi alasan penolakan otopsi.'

    Penolakan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, akantetapijuga terjadi di beberapa negara maju yang secara adatistiadat serta budayanya berbeda. Terjadi penurunan angkayang signikan terhadap jumlah jenazah yang diotopsi secarakonvensionaI. Dalam tiga dekade terakhir terjadi penurunanjumlah jenazah yang di otopsi yaitu 40-50% dari seluruhdunia. Di Amerika jumlah jenazah yang otopsi menurundari 40% pada tahun 1960's menjadi sekitar 5-20% saja dariseluruh jenazah yang seharusnya dilakukan otopsi. Semen-tara itu di Australia juga terjadi fenomena yang sarna, dari40% pada tahun 2000 menjadi 10% pada tahun 2001.4Alasan penolakan yang dikemukan dari pihak keluargakurang lebih sarna dengan yang terjadi di Indonesia, namunyang menarik adalah temyata dokter yang melakukan otopsi

    328

    juga mempunyai alasan tersendiri untuk "menghindari"melakukan otopsi yaitu dokter merasa tidak nyaman saatmeminta persetujuan kepada keluarga, mayat tidak dapatsegera diserahkan kepada pihak kelurga, risiko penularankuman patogen dan ketakutan akan tuntutan malpraktikjuga menjadi bahan pertimbangan dokter dalam melakukanotopsi."Teknik Otopsi Virtual

    Berbeda halnya dengan otopsi konvensional, padaotopsi virtual tidak memerlukan diseksi (pemotongan) ja-ringan tubuh, melainkan menggunakan alat-alat diagnostikcanggih untuk melihat kelainan yang terjadi dalam organ-organ dalam. S Teknik pemindaian canggih sebenarnya sudahmulai digunakan dalam proses melakukan otopsi sejak tahun1977. Hal terus berkembang sampai sekarang, pada tahun1990 sudah mulai digunakan radiografi 3 dimensi dalampemeriksaan pcsz mortem.'

    Pada otopsi virtual tidak diperlukan pembukaan rongga-rongga badan dan maupun pemotongan jaringan tubuh. Den-gan menggunaan teknik pemindaian yang memungkinkanmelihat secara komplet keadaan tubuh dalam 3 dimensi,semua informasi yang penting seperti posisi dan ukuranIuka maupun keadaan patologis lainnya dapat diketahui dandidokumen-tasikan tanpa harus melakukan tindakan invasif.Teknilc ini diyakini menjadi alasan untuk menghindari alasan-alasan penolakan otopsi konvensional.'

    Dalam otopsi virtual menggunakan beberapa pera-latan pemindaian canggih yang saling melengkapi yaitu:(a)Pemindaan permukaan 3-D yang didesain untuk pemetaantubuh bagian luar. Penggunaan alat ini dapat memberikaninformasi dan menyimpan gambaran area permukaan secaradetil;(b) Multi-slice computed tomography (MSCT) dan (c)Magnetic resonance imaging (MRI), yang akan dapat mem-visualisasikan tubuh bagian dalam, sehingga dapat diperiksasecara detil setiap potongan bagian tubuli."?

    Selain itu, dengan menggunakan MRI spectroscopy,perkiraan saat kematian dapat diperkirakan melalui pengu-kuran kadar metabolit dalam otak. Dan untuk sampel pe-meriksan histopatologi forensikjuga dapat diambil melaluiCT guided needle biopsy. Visualisasi sistem sirkulasi digu-nakanpostmortem angiography?Akurasi Otopsi Virtual

    Sejak berkembangnya otopsi virtual yang dimotori olehRichard Dirnhofer, banyak para peneliti melakukan pene-litian-penelitian yang berkaitan dengan otopsi virtual ini.'Titik perhatian utama para peneliti adalah seberapa akuratotopsi virtual dibandingkan dengan otopsi konvensionaI.Hal ini untuk menjawab tantangan alasan-alasan penolakansebagaimana yang tertulis pada awal tulisan ini, Berikutpenulis paparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukandalam 5 tahun terakhir. Tidak semua hasil penelitian dapatpenulis paparkan dalam makalah ini, penelitian yang akan

    Maj Kedokt Indon, Volurn: 59, Nomor: 7, Juli 2009

  • 5/12/2018 Forensik Otopsi Virtual

    3/6

    Otopsi Virtual

    dipaparkan adalah apabila penelitian tersebut memban-ding-kan antara otopsi virtual dan otopsi konvensional. Kasusyang dipilih adalah kekerasan pada kepala dan leher, SuddenDeath inInfant and Children, Infarct Myocard, tenggelam,dan trauma.Kekerasan pada Kepala dan Leher

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Aghayev et aJ.8membuktikan bahwa dengan menggunakan MSCT dan MRI,terjadi herniasi tonsil pada 3 pasien yang meninggal karen akekerasan pada kepala. Dan hasil yang mereka temukan ke-mudian dikonfinnasi dengan otopsi konvensional. Baik hasilperneriksaan dengan MSCT, MRI maupun otopsi konven-sional didapatkan hasil sarna. (Gambar I). Dalam penelitianini mereka merekomendasikan penggunaan kombinasi antara

    Gambar 1. Herniasi Tonsil dengan Pemerlksaan (a) MRI, (b)Otopsi Konvensinal"

    Sementara itu penelitian yang dilakukan di Swit-zerland", sebab kematian dapat ditegakkan 3 dari 5 'kasusyang mereka teliti dengan menggunakan MSCT dan MRIsebelum dilakukan otopsi konvensional. Hasil lain daripenelitian ini juga menunjukkan bahwa kemampuan dariMRI untuk mendeteksi adanya perdarahan intramedular dati3 kasus yang sesuai dengan hasil pemeriksaan histopatologi.(Gambar 2).

    Gambar 2. Perdarahan Intarnedular pada Medulla Oblongatadengan Pcmeriksaan (a) MRI, (b) Otopsi Konven-sinal, (c) Histopatologi H&E x400

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 7, Juli 2009

    Sudden Death in Infant and ChildrenPenelitian di Jepang, menunjukkan bahwa pemerik-

    saan Post Mortem Computed Tomography (PMCT) denganmenggunakan MRI dan MSCT berperanan penting dalammendiagnosis kasus-kasus kematian mendadak pada bayidan anak-anak. Penyebab pasti dari kematian mend adakyang terjadi pada anak-anak sebaiknya dilakukan pemer-iksaan PMCT dan pemeriksaan lainnya seperti riwayatpenyakit, laboratorium dan kultur bakteri. Dari 15 pasienyang meninggal secara mendadak, 2 kasus dilakukan otopsikonvensional dan hasil otopsi sesuai dengan hasil PMCTsebelum dilakukan otopsi."

    Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian di Nor-wegia", terdapat perbedaan hasil yang nyata antara temuanradiologi dibandingkan temuan otopsi konvensional, Angkakesalahan antara pemeriksaan radiologi dengan temuanotopsi konvensional berkisar antara 57,14% - 66,67%.(TabelI)Tabel1. Temuan Hasil Pemerlksaan Radiologi dengan Hasll

    Temuan Otopsi Konvensional"Radiologi Otopsi konvensional

    atelec- patchy Conges- infeksi perda Efusitasis atelec- tion / rahan pleura

    tasis edemaParu nonnal 4 5 0 2 0(n=5)

    Penurunan 0 3 3 0 0fungsi pam(n=3)

    Pam opaque 3 3 6 0 0(n-3)

    Myocardial InfarctPenelitian otopsi virtual juga dilakukan untuk mende-

    teksi ada tidaknya infarct myocard, Penelitian dilakukan diSwitzerland dengan MRI yang hasilnya kemudian dikofir-masi dengan pemeriksaan histologi. Dari hasil penelitian itudidapatkan bahwa baik MRI maupun pemeriksaan histologitidak mampu mendiagnosis peracute infarct myocard. Se-mentara itu untuk keadaan subacute, acute dan chronic dapatdideteksi dengan baik oleh MRI dan hasilnya sesuai denganhasil histopatologi sesuai dengan fase infarct yang terjadi."(Gambar 3).

    Keadaan seperti yang terlihat pada gambar 3 meru-pakan keadaan yang penting bagi forensik: sebagai penyebabkematian akibat berlanjutnya penurunan fraksi ejeksi yangmenyebabkan insufisiensi jantung akut atau oleh letal ven-trikular takikardi."Tenggelam ~. . . .Temuan otopsi padatehggelam adalah ditemukan adan-ya lumpurfpasir atau cairan temp at di mana korban tenggelamdalam saluran nafas atau paru, paru-paru yang menggembung

    329

  • 5/12/2018 Forensik Otopsi Virtual

    4/6

    Otopsi Virtual

    Gambar 3. I. Acute Myocardial Infarction, (A) MRI, (B) Histologi: Nekrosis Sentral pada Lesi dengan Serat-SeratEoshinophilik tanpa Inti dan terdapat Contraction Band Necrosis. H$E x400 II. Chronic Myocardial Infarc-tion, (A,B,C) MRI, (D) Makropatologi, (E&F) Histologi. H&E x 100"dan kongesti, cairan dalam sinus paranasal, lambung dandilatasi paru-paru kanan dan pembuluh darah vena. 13 Tanda-tanda tersebut merupakan variabel-variabel yang ditelitidengan menggunakan MRI dan kemudian dikonfirmasidengan temuan otopsi pada penelitian yang diIakukan oleh .Levy et al." Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwaadanya sedimentasi pada trachea dan percabangan bronkusutama (93%), cairan di dalam sel mastoid (100%), cairandalarn sinus paranasal (25%) dan 89% pam-pam dengangambaranground-glass. Sementara itu 89% lambungkorbanmengalami distensi. Hasil yang sarna juga ditemukan padapenelitian di Switzerland", meskipun pada penelitian inimereka menggunakan MSCT. Kedua penelitian ini menun-jukkan bahwa dengan menggunakan MRI maupun MSCThasil yang didapat tidakjauh berbeda dengan hasil temuanotopsi dan histopatologi. (Gambar 4).Trauma

    Trauma tumpul merupakan jenis trauma yang palingsering menyebabkan kematian. Tulang yang paling seringterkena berturut-turut adalah tulang iga (72,3%), kepala(55,15%), wajah (49,4 %), tibia (37,9%) dan pelvis (36%).

    330

    Gambar 4. A. sediirientasi Aspirasi, B. Histologi, H&E x 400'(1). Brunkospasme, Emfisema; (2). Paru-paru Nor-maIYt'

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 7, Juli 2009

  • 5/12/2018 Forensik Otopsi Virtual

    5/6

    Otopsi Virtual

    Sementara itu organ dalam yang paling sering mengalamilaserasi akibat kekerasan tumpul adalah liver (48,1%), paru(37,6%),jantung (35,6%) dan lien (30,1 %). Dilakukan pene-litian di Israel" dengan eara membandingkan otopsi virtual(PMCT) dengan otopsi konvensional dengan tujuan untukmenilai keakuratan dati PMCT dalam mendiagnosis trauma.Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

    Dari tabel terlihat bahwa PMCT memiliki kelemahandalam mendeteksi kelainan yang terdapat pada lesi super-fisial, paru, jantung serta solid organ, akan tetapi memilikikemampuan yang baik dalam mendeteksi adanya gas dalamrongga tubuh.Otopsi Virtual vs Otopsi Konvensional

    Otopsi virtual berawal dari penolakan yang kuat darimasyarakat akan otopsi konvensional" dan juga perkem-bangan yang amat pesat dalam medical imaging= Duniakedokteran khususnya ilmu kedokteran forensik senantiasamengikuti perkembangan dalam konteks keilmuannya.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa otopsi virtual telahmembawa angin segar terutama dalam menyelesaikan ka-sus-kasus tertentu. Pada satu sisi otopsi virtual lebih baikjika dibandingkan otopsi konvensional dalam menegak-kan diagnosis untuk kepentingan klinis, akan tidak untukkepen-tingan medikolegal. Penelitian demi penelitian terusber-langsung sampai saat ini untuk mencoba mengatasikeku-rangan-kekurangan dalam otopsi virtual.

    Untuk Indonesia, penerimaan otopsi virtual sebagaipengganti otopsi konvensional tidaklah serta merta dapatditerima. Dengan adat ketimuran, masyarakat yang religiousseperti otopsi virtual merupakan angin segar untuk mengatsipennasalahan penolakan otopsi konvensionaI. Namun harnsdiingat bahwa banyak hal yang hams kita bahas menyakutpenerimaan otopsi virtual di Indonesia. Hal-hal yang haruskita pertimbangkan antara lain adalah:a. Cost and benefit dari otopsi virtual juga harus mendapat

    pertimbangan. Otopsi virtual efektif dalam studi men-genai luka terutama akibat tembakan senjata api, karenadapat dipelajari apa yang terjadi tanpa merusak strukturtubuh. Mayat tidak ditahan lama dan relatiflebih dapat

    diterima oleh pihak keluarga karena tidak dibutuhkanpisau bedah serta tidak harus memotong tubuh.

    Belum eukupnya data yang membuktikan bahwa otopsivirtual lebih unggul dari otopsi konvensional, tidakmungkin dapat melihat dengan jelas kelainan patologiyang ada dengan otopsi virtual, tidak dapat memberikandata status infeksi, tidak dapat membedakan antara lukaantemortem dengan lukapostmortem, sulit membedakanartefak postmortem, sulit membedakan perubahan warnaorgan, jaringan keeil mungkin saja terlewatkan."

    b. Masalah biaya. Bila kita memperhatikan teknik otopsivirtual, maka akan dibutuhkan biaya yang amat besar danalat-alat untuk melakukan otopsi virtual tidak tersediapada setiap rumah sakit di Indonesia.

    c. Otopsi virtual juga memiliki bias dalam mendiagno-SiS.II,16

    d. Otopsi virtual tidak dapat mendeteksi kematian akibatkeracunan dan hal-hal yang berhubungan dengan pe-nyalahgunaan obat, hal yang paling baik adalah otopsivirtual cukup mengambil.posisi sebagai tes penyaringsaja."

    e. Jepang sebuah negara maju dan sudah lama menekuniotopsi virtual ini tetap hati-hati dengan PMCT, ada 3peraturan yang mereka laksanakan hingga saat ini yaitu(1) PMCT sebagai skrining untuk penyebab kematian,(2) skrining kandidat untuk dilakukan otopsi dan (3)komplementer untuk otopsi konvensional."Dan yang tak kalah pentingnya adalah aspek medi-ko-

    legal otopsi virtual sebagai alat bukti yang sah dalam sistemperadilan di Indonesia, untuk ini memerlukan kajian yanglebih lanjut, Terlebih lagi mengingat bahwa interest basedotopsi virtual adalah untuk mendiagnosa penyakit. Hal iniberbeda dengan konsep otopsi forensik yang lebih menge-depankan untuk proses penegakan hukum dan peradilan.Kesimpulan

    Otopsi virtual masih belum dapat diterima sebagaipengganti otopsi konvensional. Otopsi konvensional masihmerupakan gold standard untuk menentukan penyebab ke-

    Tabel 2. Kemampuan Mendeteksi Trauma antara Otopsi dan PMCTISTipetrauma N sampel Deteksi dengan otopsi Deteksi dengan PMCT p

    n (%) n (%)Semua jenis trauma 267 229 (85,8) 144 (53,9)

  • 5/12/2018 Forensik Otopsi Virtual

    6/6

    Otopsi Virtual

    matian seseorang. Otopsi virtual merupakan komplementerterhadap otopsi konvensional.Daftar Pustaka1. Sampuma E, Samsu Z. Peranan ilmu forensik dalam penegakan

    hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar , 2()Q3.2. Ludwig J. Handbook of autopsy practice 3'" ed. New Jersey: Humana

    Press; 2002.3. Kadarmo DA. Prosedur medikolegal penolakan otopsi ditinjau dari

    sudut pandang penyidik [tesis], Jakarta: Fakultas Kedokteran Uni-versitas Indonesia; 2005.

    4. Stawicki SP,Aggrawal A, Dean Al, Bahner DA, Steiberg SM, StehlyCD, et al. Postmortem use of advance imaging technique: Is autopsygoing digital? Scientist 2008:2(4):17-26.

    5. Patowary AJ. Virtopsy one step forward in the field of forensic medi-cine- A review. J Indian Acad Forensic Med. 2008;30 (I): 32-6.

    6. Takatsu A, Suzuki N, Hattori A,Shigeta A Abe S. High-dimen-sional medical imaging and virtual reality technique. Rechts-medizin.2007;17:13-8.

    7. Bolliger SA, Thali MJ, Ross S, Buck D, Naether S, Vock P. Virtualautopsy using imaging: bridging radiologic and forensic sciences. Areview of the Virtopsy and similar project. Eur Radiol, 2008; 18:273-82.

    8. Aghayev E,Yen K, Sonnenschein M, Ozdoba C, Thali MJ, JackowskiC, Dirnhofer R. Virtopsy post-mortem multi-slice computed tomog-raphy (MSCT) and magnetic resonance ima-ging (MRI) demonstrat-ing descending tonsillar herniation: comparison to clinical studies.Neroradiology, 2004;46:559-64.

    9. Yen K, Sonnenschein M, Thali MJ, Ozdoba C, Weis J, Zwygart K,et al. Postmortem multi slice computed tomography and magneticresonance imaging of odontoid fracture, atlantoaxial distraction andascending medullary edema. Int J Legal Med 2005; 119:129-36.

    332

    10. Oyake Y , Aoki T, Shiotani S, Kohno M, Ohasi N, Akutsu H, et al.Postmortem computed tomography for detecting causes of suddendeath in infants and children: retrospective review of case. RadiatMed.2006;24:493-502.

    II. Lange Cd, Vege S, Stake G. Radiography after unexpected death ininfants and children compared to autopsy. Pediatr Radiol. 2007;37: 159-65.12. lackowski C, Christie A, Sonnenschein M , Aghayev E, Thali MJ.Postmortem unenbanced magnetic resonance imaging of myocardialinfarction in correlation to histological infarction age characterization.Eur Heart J. 2006;27:2459-67.

    13. Levy AD , H a rc ke HT, Getz 1M, Mallak CT, Caruso lL, Pearse L, et al.Virtual autopsy: two and three dimensional rnultidetector CT findingsin drowning with autopsy comparison. Radiology. 2007;243(3):862-8.

    14. Christe A, Aghayev E, Jackowski C, Thali MJ, Vock P. Drowning- postmortem imaging findings by computed tomography. Eur Radial.2008; 18:283-90.

    IS. Levy G, Goldstein L, Blachar A, Apter S,Barenboim E, Dayan YB,et al. Postmortem Computed Tomography in Victims of Military AirMishaps: Radiological-Pathological Correlation of CT Findings.IMAl.2007;9:699-702.

    16. Ezawa H, Shiotani S, Uchigakasaki S. Autopsy imaging in Japan.Rechtsmedizin, 2007; 17: 1920.

    17. Hayakawa M, Yamamoto S, Motani H, YajimaD,Sato Y,Iwase H. Doesimaging technology overcome problems of conventional postmortemexamination? Int 1 Leg Med. 2006; 120:24-6.

    ~. . . .

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 7, Juli 2009