Step 1 Spasium : keterlibatan hanya 1 ruangan saja
(ruangan)ruang potensial yang terbentuk antara 2 jaringan dengan
dibatasi oleh lapisan jaringan ikatFascia adalah suatu balutan
jaringan pengikat yang mengelilingi struktur (seperti pelapis pada
otot), dapat menyebabkan peningkatan spasia (space) jaringan yang
potensial dan jalur yang menyebabkan penyebaran infeksi.Spasia
wajah adalah ruangan potensial yang dibatasi, ditutupi, atau
dilapisi oleh lapisan jaringan ikat. Lapisan-lapisan pada fascia
menghasilkan spasia pada wajah yang kesemuanya terisi dengan
jaringan pengikat longgar areolarSpasia wajah adalah area
fascia-lined yang dapat dikikis atau membengkak berisi eksudat
purulent. Spasia ini tidak tampak pada orang yang sehat namun
menjadi berisi ketika orang sedang mengalami infeksi. Ada yang
berisi struktur neurovascular dan disebut kompartemen, dan ada pula
yang berisi loose areolar connective tissue disebut cleft.Infeksi
odontogenic dapat berkembang menjadi spasia-spasia wajah. Proses
pengikisan (erosi) pada infeksi menembus sampai ke tulang paling
tipis hingga mengakibatkan infeksi pada jaringan sekitar (jaringan
yang berbatasan dengan tulang). Berkembang atau tidaknya menjadi
abses spasia wajah, tetap saja hal ini dihubungkan dengan
melekatnya tulang pada sumber infeksi. Kebanyakan infeksi
odontogenik menembus tulang hingga mengakibatkan abses vestibular.
Selain itu terkadang dapat pula langsung mengikis spasia wajah dan
mengakibatkan infeksi spasia wajah. Penyakit odontogenik yang
paling sering berlanjut menjadi infeksi spasia wajah adalah
komplikasi dari abses periapikal. Pus yang mengandung bakteri pada
abses periapikal akan berusaha keluar dari apeks gigi, menembus
tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah
spasia wajah. Gigi mana yang terkena abses periapikal ini kemudian
yang akan menentukan jenis dari spasia wajah yang terkena infeksi.
Tulang hyoid merupakan struktur anatomis yang paling penting pada
leher yang dapat membatasi penyebaran infeksiSpasia
diklasikfikasikan menjadi spasia primer dan spasia sekunder. Spasia
primer diklasifikasikan lagi menjadi spasia primer maxilla dan
spasia primer mandibula. Spasia primer maxilla terdapat pada
canine, buccal, dan ruang infratemporal. Sedangkan spasia primer
mandibula terdapat pada submental, buccal, ruang submandibular dan
sublingual. Infeksi juga dapat terjadi di tempat-tempat lain yang
disebut sebagai spasia sekunder, yaitu pada Masseteric,
pterygomandibular, superficial dan deep temporal, lateral
pharyngeal, retropharyngeal, dan prevertebral.1.4.1 Spasia
kaninaSpasia kanina merupakan ruang tipis di antara levator
angulioris dan M. labii superioris. Spasia kanina terbentuk akibat
dari infeksi yang terjadi pada gigi caninus rahang atas. Gigi
caninus merupakan satu-sarunya gigi dengan akar yang cukup panjang
untuk menyebabkan pengikisan sepanjang tulang alveolar superior
hingga otot atau facial expression. Infeksi ini mengikis bagian
superior hingga ke dasar M. levator anguli oris dan menembus dasar
M. levator labii superior.Ketika spasia ini terinfeksi, gejala
klinisnya yaitu pembengkakan pipi bagian depan dan swelling pada
permukaan anterior menyebabkan lipatan nasolabial menghilang.
Penyebaran lanjut dari infeksi canine spaces dapat menyerang daerah
infraorbital dan sinus kavernosus.1.4.2 Spasia bukalSpasia bukalis
terikat pada permukaan kulit muka pada aspek lateral dan M.
buccinators dan berisi kelenjar parotis dan n. facialis. Spasia
dapat terinfeksi akibat perpanjangan infeksi dari gigi maxilla dan
mandibula. Penyebab utama infeksi spasia bukal adalah gigi-gigi
posterior, terutama Molar maxilla. Spasia bukal menjadi berhubungan
dengan gigi ketika infeksi telah mengikis hingga menembus tulang
superior hingga perlekatan M. buccinators.Gejala infeksi yaitu
edema pipi dan trismus ringan. Keterlibatan spasia bukal dapat
menyebabkan pembengkakan di bawah lengkung zygomatic dan daerah di
atas batas inferior dari mandibula. Sehingga baik lengkung
zygomatic dan batas inferior mandibula Nampak jelas pada infeksi
spasi bukal.1.4.3 Spasia mastikasi (masseter, pterygoid,
temporal)Jika infeksi spasia primer tidak ditangani secara tepat,
infeksi dapat meluas ke arah posterior hingga melibatkan spasia
facial sekunder. Ketika spasia sekunder telah ikut terlibat,
infeksi menjadi lebih berat, dapat menyebabkan komplikasi hingga
kematian, dan lebih sulit untuk ditangani. Hal ini dikarenakan
spasia sekunder dikelilingi oleh jaringan ikat fascia yang sedikit
sekali mendapat suplai darah. Sehingga infeksi pada spasia ini
sulit ditangani tanpa prosedur pembedahan untuk mengeluarkan
eksudat purulen.Spasia masseterSpasia masseter berada di antara
aspek lateral mandibula dan batas median m. masseter. Infeksi ini
paling sering diakibatkan penyebaran infeksi dari spasia bukalis
atau dari infeksi jaringan lunak di sekitar Molar ketiga mandibula.
Ketika spasia masseter terlibat, area di atas sudut rahang dan
ramus menjadi bengkak. Inflamasi m. masseter ini dapat menyebabkan
trismusSpasia pterygomandibularSpasia pterygomandibular berada ke
arah median dari mandibula dan ke arah lateral menuju m. pterygoid
median. Area ini merupakan area tempat penyuntikan larutan anastesi
local disuntikan ketika dilakukan block pada saraf alveolar
inferior. Infeksi pada area ini biasanya merupakan penyebaran dari
infeksi spasia sublingual dan submandibula.Infeksi pada area ini
juga sering menyebabkan trismus pada pasien, tanpa disertai
pembengkakan. Ini lah yang menjadi dasar diagnosa pada infeksi
iniSpasia temporalSpasia temporal berada pada posterior dan
superior dari spasia master dan pterygomandibular. Dibagi menjadia
dua bagian oleh m. temporalis. Bagian pertama yaitu bagian
superficial yang meluas menuju m. temporalis, sedangakn bagian
kedua merupakan deep portion yang berhubungan dengan spasia
infratemporal. infeksi ini, baik superficial maupun deep portion
hanya terlihat pada keadaan infeksi yang sudah parah. Ketika
infeksi sudah melibatkan spasia temporalis, itu artinya
pembengkakan sudah terjadi di sepanjang area temporal ke arah
superior menuju arcus zygoamticus dan ke posterior menuju
sekeliling mata.Spasia masseter, pterygomandibular, dan temporal
juga dikenal sebagai spasia matikator. Spasia ini saling
berhubungan, sehingga ketika salah satunya mengalami infeksi maka
spasia lainnya berkemungkinan juga terkena infeksi1.4.4 Spasia
submandibula dan sublingualTerletak posterior dan inferior dari m.
mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal dari gigi molar
mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan dari
pericoronitis. Gejala infeksi berupa pembengkakan pada daerah
segitiga submandibula leher disekitar sudut mandibula, perabaan
terasa lunak dan adanya trismus ringan.Kedua spasia ini terbentuk
dari perforasi lingual dari infeksi molar mandibula, dan dapat juga
disebabkan infeksi pada premolar. Yang membedakan infeksi tersebut
apakah submandibula atau siblingual adalah perlekatan dari M.
mylohyoid pada ridge mylohyoid pada aspek medial mandibula. Jika
infeksi mengikis medial aspek mandibula di atas garis mylohyoid,
artinya infeksi terjadi pada spasia lingual (sering terjadi pada
gigi premolar dan molar). Sedangkan jika infeksi mengikis aspek
medial dari inferior mandibula hingga mylohyoid line , spasia
submandibular pun dapat terkena infeksi.Molar ketiga mandibula
paling sering menjadi penyebab spasia primer mandibula. Sedangkan
molar kedua mandibula dapat mengakibatkan baik spasia sublingual
maupun submandibular.Spasia sublingual berada di antara mucosa oral
dasar mulut dan m. mylohyoid. Batas posteriornya terbuka hingga
berhubungan langsung dengan spasia submandibular dan spasia
sekunder mandibula hingga aspek posterior. Secara klinis, pada
infeksi spasia sublingual sering terlihat pembengkakan intraoral,
terlihat pada bagian yang terinfeksi pada dasar mulut. Infeksi
biasanya menjadi bilateral dan lidah menjadi terangkat
(meninggi)Spasia submandibula berada di antara m. mylohyoid dan
lapisan kulit di atasnya serta fascia superficial. Batas posterior
spasia submandibula berhubungan dengan spasia sekunder dari bagian
posterior rahang. Infeksi pada submandibular menyebabkan
pembengakakan yang dimulai dari batas inferior mandibula hingga
meluas secara median menuju m. digastricus dan meluas ke arah
posterior menuju tulang hyoid.Ketika bilateral submandibula,
sublingual dan submentalis terkena infeksi, inilah yang disebut
dengan Ludwigs angina. Infeksi ini menyebar dengan cepat kea rah
posterior menuju spasia sekunder mandibula.Sulit menelan hampir
selalu terjadi pada infeksi ini, disertai dengan elevasi dan
displacement lidah serta pengerasan superior submandibula hingga
tulang hyoidPasien yang mengalami infeksi ini biasanya mengalami
trismus, mengeluarkan saliva, kesulitan menelan bahkan bernafas
yang dapat berkembang menjadi obstruksi nafas atas yang dapat
menyebabkan kematian.1.4.5 Spasia submentalSpasia submental berada
di antara anterior bellies dari m. digastricus dan di antara m.
mylohyoid dengan kulit di atasnya. Spasia ini biasanya terjadi
karena infeksi dari incisor mandibula. Incisor mandibula cukup
panjang untuk dapat menyebabkan infeksi mengikis bagian labial dari
tulang apical hingga perlekatan m. mentalis. Gejala infeksi berupa
bengkak pada garis midline yang jelas di bawah dagu. Infeksi juga
dapat terjadi pada batas inferior mandibula hingga ke m.
submentalis
Fluktuasi : kondisi dimana ada cairan pada pembengkakan dan
dapat dirabaCara pemeriksaan fluktuasi dan gambarDilkakukukan
palpasi Limfonodi submandibular : pembesaran limfe pada
submandibular. Kelenjar getah bening pada mandibula,dan mengalami
pembesaran bila ada infeksi. Bertugas untuk penyaringan antigen
yang masuk ketubuh Stroke : gangguan peredaran darah diotak akibat
kerusakan akut pada sebagian otak,karena pendarahan
serebral/iskemia pada usia 45 keatas Hipertensi : tingginya tekanan
darah. Diastol >90 sistolnya >120 Bedah minor : operasi
kecil
Step 2
1. Diagnosis pasien?tentukan diagnosis termasuk infeksi
odontogen yang mana?!!Abses submandibular yang disebabkanAbses
odontogen karena erupsi gigi M3 penyebabnya dari gigiAbses
periapikal yang disebabkan gigi nonvital
Abses submandibularKlasifikasi abses
Abses: ginggiva abses , periodontal abses, pericoronal abses,
periapikal abses
Lokasi : gingiva, pericoronal, periodontal. Jalannya lesi : Akut
dan kronik berhungan dg saluran sinus dan asimtom Jumlah: abses
tunggal dan abses multiple Lokasi : Ada abses alveolar, abses
perimandubular,buccal,sub palatina.
a. Abses Submukosa (Submucous Abscess)Disebut submukosa karena
memang dikarenakan pus terletak dibawah lapisan mukosa, akan
tetapi, jika berbeda tempat, berbeda pula namanya. Ada 4 huruf a
yang tertera pada gambar, kesemuanya merupakan abses submukosa,
namun untuk yang terletak di palatal, disebut sebagai Abses Palatal
(Palatal Abscess). Yang terletak tepat dibawah lidah dan diatas
(superior dari) perlekatan otot Mylohyoid disebut abses Sublingual
(Sublingual Abscess). Yang terletak di sebelah bukal gigi disebut
dengan Abses vestibular, kadangkala sering terjadi salah diagnosa
karena letak dan secara klinis terlihat seperti Abses Bukal (Buccal
Space Abscess), akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita
melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya
adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan
inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi
ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah
inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior
dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini
disebut Abses Vestibular.b. Abses Bukal (Buccal Space Abscess)Abses
Bukal (Buccal Space Abscess) dan Abses Vestibular kadang terlihat
membingungkan keadaan klinisnya, akan tetapi akan mudah dibedakan
ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan
pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas)
dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka
kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya
adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan
superior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi
ini disebut Abses Vestibular.c. Abses Submandibular (Submandibular
Abscess)Kondisi ini tercipta jika jalur pergerakan pus melalui
inferior (dibawah) perlekatan otot Mylohyoid dan masih diatas
(superior) otot Platysma.d. Abses PerimandibularKondisi ini unik
dan khas , karena pada klinisnya akan ditemukan tidak terabanya
tepian body of Mandible, karena pada region tersebut telah terisi
oleh pus, sehingga terasa pembesaran di region tepi mandibula.e.
Abses Subkutan (Subcutaneous Abscess)Sesuai namanya, abses ini
terletak tepat dibawah lapisan kulit (subkutan). Ditandai dengan
terlihat jelasnya pembesaran secara ekstra oral, kulit terlihat
mengkilap di regio yang mengalami pembesaran, dan merupakan tahap
terluar dari seluruh perjalanan abses. Biasanya jika dibiarkan,
akan terdrainase spontan, namun disarankan untuk melakukan insisi
untuk drainase sebagai perawatan definitifnya.f. Sinusitis
MaksilarisSebenarnya ini merupakan sebuah kelanjutan infeksi yang
lumayan ekstrim, karena letak akar palatal gigi molar biasanya
berdekatan dengan dasar sinus maksilaris, maka jika terjadi infeksi
pada periapikal akar palatal gigi molar, jika tidak tertangani dari
awal, maka penjalran infeksi dimungkinkan akan berlanjut ke rongga
sinus maksilaris dan menyebabkan kondisi sinusitis.
2. Apa yg menyebabkan gigi 38 erupsi hanya sebagian?
Karena tidak adanya ruang dan lengkung rahang yang kecil(panjang
lengkung alveolar lebih kecil dari panjang lengkung gigi),folikel
gigi yang berubah letaknya,gigi yang crowded,dan pencabutan gigi m1
dan m2 pada anak2.Gigi yang letaknya abnormal,gigi tetangga
menghalangi erupsi,adanya infeksi disekeliling gigi yang
menyebabkan penebalan mukosa.Trauma mekanik pada gigi
tetangga???(gigi 37 bergeser kearah gigi 38 saat gigi mengunyah
makanan yang keras),pada gigi antagonis juga bisa menyebabkan gigi
erupsi sebagian(m3 atas modod menekan gigi m3 bawah)3. Kenapa
pasien pada saat membuka mulut terasa sakit?Gigi 38 ada
kelainan,dan terjadi inflamasi jadi sakit. Disebabkan adanya saraf
sensorik karena edema/infeksinya. Bisa menekan n.alveolarin
inferior. Trismus yang sudah sapai kesendi,bisa dikarenakan karena
adanya abses4. Penatalaksanaan kasus dengan bedah minorInsisi dan
drainase untuk menghilangkan fluktuasiInsisi dengan menggunakan
blade ukuran 10-15 dengan ukuran 1cmDitambah antibiotikApakah
dokter hanya melakukakan insisi dan drainase terlebih dahulu atau
bisa langsung diodontektomi pada hari yang sama?
Dental ProceduresPrinsip utama dari perawatan infeksi
odontogenik adalah melakukan pembedahan drainase dan menghilangkan
penyebab dari infeksi. Tujuan utamanya adalah menghilangkan pulpa
nekrotik dan poket periodontal yang dalam. Tujuan yang kedua adalah
menghilangkan pus dan nekrotik debris.Ketika pasien memiliki
infeksi odontogenik yang biasanya terlihat abses vestibular yang
kecil. Dokter gigi memiliki 3 pilihan untuk perawatannya,
diantaranya adalah perawatan endodontik, extraksi, dan insisi
drainase (I&D). Jika tidak dilakukan ekstraksi, bagian tersebut
harus dibukan dan pulpa harus dihilangkan, sehinga menghilangkan
penyebab dari infeksi dan menghasilkan drainase yang terbatas. Jika
gigi tidak bisa diselamatkan, harus dilakukan ekstraksi
secepatnya.Ekstraksi memberikan baik menghilangkan penyebab dari
infeksi dan drainase dari akumulasi pus dna debris. Pada prosedur
I&D, insisi dari cavitas abses memberikan drainase untuk
akumulasi pus dan bakteri dari jaringan dibawahnya. Drainase dari
pus dapat mengurangi tekanan terhadap jaringan, berarti menambah
supply darah dan meningkatkan antibodi dari host. Prosedur I&D
termasuk insersi dari saluran untuk mencegah penutupan dari insisi
mucosa, yang akan mengakibatkan deformasi dari abses cavitas.Jika
perawatan endodontik dengan membuka gigi tidak bisa memberikan
drainase yang adekuat, maka lebih baik memilih perawatan
I&D.Sebelum melakukan prosedur I&D, perlu diperimbangkan
untuk melakuakan tes culture dan sensitivitas (C&S) pada
spesimen pus. Ketika area lokasi telah di anestesi, jarum ukuran
besar, biasa ukuran 18, digunakan untuk pengumpulan specimen.
Syringe kecil, biasanya 2 ml, sudah cukup. Permukaan dari mukosa
didisinfeksi dengan larutan seperti betadine lalu dikeringkan
dengan sterile gauze. Kemudian jarum di masukan ke dalam abses
kavitas, dan 1 atau 2 ml dari pus diaspirasikan. Syringe dipegang
secara vertical, dan beberapa gelembung udara yang terkandung dalam
syringe disemprotkan.Ujung dari jarum lalu ditutupi oleh rubber
stopper dan diambil secara langsung untuk laboratorium
mikrobiologi. Metode ini digunakan untuk mendapatkan jenis
bakterinya, seperti yang dibicarakan sebelumnya bahwa bakteri
anaerob hampir selalu hadir dalam infeksi odontogenik.Sesudah
culture specimen didapatkan, insisi dibuat dengan blade no 11
melewati mucosa dan submucosa ke dalam kavitas abses. Insisi
sebaiknya pendek tidak lebih dari 1 cm. Sesudah insersi selesai,
curved hemostat yang pendek di masukan melewati insisi ke dalam
abes kavitas. Hemostat kemudian membuka ke berbagai arah untuk
memisahkan beberapa lokulasi kecil atau kavitas dari pus yang tidak
terbuka oleh insisi awal. Pus dianjurkan agar mengalir keluar
selama proses dengan menggunakan suction, pus sebaiknya tidak
dianjurkan mengalir dalam mulut pasien.Sesudah semua area dari
abses cavitas dibuka, dan semua pus dibuang, saluran kecil
dimasukan untuk mempertahankan pembukaan. Umumnya saluran yang
digunakan untuk intraoral abses adalah saluran inch steril Penrose.
Yang biasanya digunakan sebagai pengganti adalah strip kecil
sterilisasi dari rubber dam. Saluran tersebut dimasukan dengan
menggunakan hemostat. Saluran kemudian di jahitan ke dalam tempat
dengan jahitan yang nonresobrsi. Jahitan sebaiknya ditempatkan di
daerah yang terlihat untuk mencegah hilangnya saluran yang telah
ada.Saluran sebaiknya tetap dalam tempat sampai pembuangan dari
abses cavitas berhenti, biasanya 2-5 hari. Tahap awal infeksi yang
terlihat awal-awal sebagai cellulitis dengan pembengkakan yang
soft, doughty, dan menyebar, sebenarnya bukan respon khas terhadap
prosedur I&D. Surgical management infeksi dari tipe ini
terbatas untuk pembersihan nekrosis dari pulpa atau pembersihan
dari gigi yang terlibat.Sangatlah kritikal untuk berpikir bahwa
metode utama untuk penyembuhan infeksi odontogenik adalah dengan
melakukan surgery untuk membersihkan sumber dari infeksi dan
membuang pus dimana saja pus itu berada.Jika surgeon bertanya
apakah pus tersebut ada, test aspirasi sebaiknya dilakukan dengan
jarum ukuran 18.Tahapan yang perlu dipikirkan oleh surgeon adalah,
pertama surgeon sebaiknya memutuskan jika pasien memiliki abcess,
apakah gigi sebaiknya di ekstrasi dan abcess dibuang, atau
pemisahan dengan I&D. Lalu pasien sebaiknya diberi antibiotic,
jika pasien tidak memiliki abcess tetapi memiliki cellulitis yang
ringan, gigi sebaiknya diekstrasi dan pasien diberikan antibiotic.
Jika cellulitis berat, extraksi dan I&D sebaiknya dilakukan,
antibiotic juga diberikan.1.3.2 Memilih antibiotik yang
tepatPemilihan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati. Sering
terjadi salah pemahaman bahwa semua infeksi harus diberikan
antibiotik, padahal tidak semua infeksi perlu diberikan antibiotik.
Pada beberapa situasi, antibiotik mungkin tidak banyak berguna dan
justru bisa menimbulkan kontraindikasi. Untuk menentukannya, ada 3
faktor yang perlu dipertimbangkan. Yang pertama adalah keseriusan
infeksi ketika pasien datan ke dokter gigi. Jika pasien datang
dengan pembengkakan yang ringan, progress infeksi yang cepat, atau
difuse celulitis, antibiotik bisa ditambahkan dalam perawatan.
Faktor yang kedua adalah jika perawatan bedah bisa mencapai kondisi
adekuat. Pada banyak situasi ekstraksi bisa menyebabkan mempercepat
penyembuhan infeksi.Pada keadaan lain, pencabutan mungkin saja
tidak bisa dilakuakan. Sehingga, terapi antibiotik sangat perlu
dilakukan untuk mengontrol infeksi sehingga gigi bisa dicabut.
Pertimbangan yang ketiga adalah keadaan pertahanan tubuh pasien.
Pasien yang muda dan dengan kondisi sehat memiliki antibodi yang
baik, sehingga penggunaan antibiotik bisa digunakan lebih sedikit.
Di sisi lain, pasien dengan penurunan pertahanan tubuh, seperti
pasien dengan penyakit metablik atau yang melakukan kemoterapi pada
kanker, mungkin memerlukan antibiotik yang cukup besar walaupun
infeksinya kecil.Indikasi penggunaan antibiotik :Pembengkakan yang
berproges cepatPembengkakan meluasPertahanan tubuh yang
baikKeterlibatan spasia wajahPericoronitis parahOsteomyelitisKontra
indikasi penggunaan antibiotik :abses kronik yang
terlokalisasiabses vestibular minorsoket keringpericoronitis
ringanPengobatan pilihan pada infeksi adalah penisilin. Penicillin
ialah bakterisidal, berspektrum sempit, meliputi streptococci dan
oral anaerob, yang mana bertanggung jawab kira-kira untuk 90%
infeksi odontogenic, memiliki toksisitas yang rendah, dan tidak
mahal.Untuk pasien yang alergi penisilin, bisa digunakan
clarytromycin dan clindamycin. Cephalosporin dan cefadroxil sangat
berguna untuk infeksi yang lebih luas. Cefadroxil diberikan dua
kali sehari dan cephalexin diberikan empat kali sehari.
Tetracycline, terutama doxycycline adalah pilihan yang baik untuk
infeksi yang ringan. Metronidazole dapat berguna ketika hanya
terdapat bakteri anaerob.Pada umumnya antibiotik harus terus
diminum hingga 2 atau 3 hari setelah infeksi hilang, karena secara
klinis biasanya seorang pasien yang telah dirawat dengan pengobatan
antibiotik maupun pembedahan akan mengalami perbaikan yang sangat
dramatis dalam penampakan gejala di hari ke-2, dan terlihat
asimptomatik di hari ke-4. Maka dari itu, antibiotik harus tetap
diminum hingga 2 hari setelahnya (total sekitar 6 atau 7
hari).Dalam situasi tertentu dimana tidak dilakukan pembedahan
(contohnya endodontik atau ekstraksi), maka resolusi dari infeksi
akan lebih lama sehingga antibiotik harus tetap diminum hingga 9 10
hari. Penambahan beberapa administrasi obat antibiotik juga dapat
dilakukan untuk infeksi yang tidak sembuh dengan cepat.
Analgesics (Painkillers)Abses gigi sangat nyeri, tetapi dapat
digunakan obat penghilang sakit (analgesics), yang tersedia di
apotik, untuk mengurangi nyeri ketika menunggu perawatan dari
dokter gigi. Selalu membaca dan mengikuti informasi pada paket
tentang berapa banyak untuk mengambil dan seberapa sering, dan
hati-hati untuk penggunaan dosis maximum.Perlu diketahui bahwa obat
penghilang sakit tidak bisa menyembuhkan abses gigi. Analgesics ini
biasanya digunakan untuk penundaan perawatan abses gigi.Ikuti
petunjuk di bawah tentang cara pemakaian analgesics dengan aman.
Jangan memakai ibuprofen jika menderita asma, atau jika kamu
mempunyai, atau pernah mempunyai ulcergastric. Jangan terlalu
sering memakai obat penghilang sakit di satu waktu tanpa lebih dulu
berkonsultasi dengan dokter, perawat, healthcare profesional
lainnya. Ini dapat berbahaya sebab banyak orang over-the-counter (
OTC) produk berisi obat penghilang sakit serupa, seperti
paracetamol atau ibuprofen dengan atau tanpa codeine, dan terlalu
banyak kombinasi produk. Ibuprofen dan paracetamol, kedua-duanya
tersedia dalam bentuk sirup untuk anak anak. Aspirin tidak cocok
untuk anak-anak di bawah [umur/zaman] 16 Untuk ibu hamil dan
menyusui baik digunakan paracetamol Jika nyeri hebat, dokter boleh
menentukan analgesics yang lebih kuat, seperti codeine fosfat.
Sebagai alternatif, jika sedang mengkonsumsi codeine dosis rendah,
dokter boleh menyarankan meningkatkan dosis itu. Bagaimanapun, anda
tidak boleh meningkatkan dosis obat penghilang sakit kecuali jika
disuruh oleh dokter.
Ada beberapa yang dapat dilakukan untuk membatasi nyeri dan
tekananpada abses gigi sampai anda dapat mengunjungi dokter gigi,
meliputi : Hindari makanan dan minuman yang terlalu dingin atau
terlalu panas, Makan makanan lunak, Makan dengan menggunakan sisi
yang berlawanan dari abses, dan penggunaan sikat gigi yang lembut
dan serat halus seperti sutra di sekitar gigi yang sakit.
AntibioticsAntibiotik untuk abses gigi digunakan untuk mencegah
penyebaran infeksi, dan dapat dipakai bersama anaigesics
(painkiller). Dapat diberikan antibiotik, seperti amoxicillin atau
metronidazole, jika : wajah bengkak, ini menunjukkan infeksi atau
peradangan menyebar ke area sekelilingnya, terlihat tanda-tanda
dari infeksi berat, seperti demam atau pembengkakan kelenjar, Daya
tahan tubuh menurun, seperti orang yang telah dichemotherapi, atau
seperti infeksi HIV positif, Peningkatan faktor resiko, seperti
diabetes millitus, dan resiko endocarditis.
Antibiotik tidak harus digunakan untuk penundaan perawatan gigi.
Anda harus mengunjungi dokter gigi jika anda mempunyai abses gigi.
Dalam stadium periostal meningkat tinggi dan sub periostal
dilakukan trepanasi untukmengeluarkan nanah dan gas gangren yang
terbentuk, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, anti
inflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia. Dengan cara ini
diharapkan abses tidak meluas dandapat sembuhDalam stadium serosa
dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat kuku dan kompres
panas, supaya abses masuk kearah rongga mulut.Dalam stadium
submukosa dan subkutan dimana sudah terjadi fluktuasi maka
dilakukaninsisi dan dimasukkan kain gaas steril atau rubber-dam
sebagai drainase, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika,
antiinflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia.Pencabutan
gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan
sesudah pembengkakan sembuh dan keadaan umum penderita membaik.
Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi
karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang
sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.
5. Etiologi dan patogenesisEtiologi:adanya flora normal mulut
yang berubah jika ada plak itu biasa masuk kesulkus gingiva dan
menjadi patogen,bisa dari bakteri aerob dan anaerob,biasanya cocous
aerob gram +, yang bisa menyebabkan periodontitis yang jika tidak
diobati bisa menyebabkan infeksi.Patogenesis :bakterisampai kamar
pulpa dan pulpanon vitalada proses inflamasitubuh mengeluarkan
sistem pertahanan yaitu pus yang terlokalisirabses
Infeksi sendiri merupakan masuknya kuman patogen atau toksin ke
dalam tubuh manusia serta menimbulkan gejala sakit. Infeksi
odontogen adalah infeksi yang awalnya bersumber dari kerusakan
jariangan keras gigi atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan
oleh bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang berubah
menjadi patogen (Soemartono, 2000).Penyebaran infeksi odontogen ke
dalam jaringan lunak dapat berupa abses. Secara harfiah, abses
merupakan suatu lubang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat
proses supurasi pada suatu jaringan yang disebabkan oleh bakteri
piogenik. Abses yang sering terjadi pada jaringan mulut adalah
abses yang berasal dari regio periapikal. Daerah supurasi terutama
tersusun dari suatu area sentral berupa polimorfonuklear leukosit
yang hancur dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-kadang
terdapat limfosit. Abses juga merupakan tahap akhir dari suatu
infeksi jaringan yang dimulai dari suatu proses yang disebut
inflamasi (Aryati, 2006).Infeksi odontogenik dapat berasal dari
tiga jalur, yaitu (1) jalur periapikal, sebagai hasil dari nekrosis
pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; (2) jalur
periodontal, sebagai hasil dari inokulasi bakteri pada periodontal
poket; dan (3) jalur perikoronal, yang terjadi akibat
terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini terjadi
hanya pada gigi yang tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Dan yang
paling sering terjadi adalah melalui jalur periapikal (Karasutisna,
2001).Infeksi odontogen biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu
adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa (Gambar 1),
kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi
kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi odontogen dapat
terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang
nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai
apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa
mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi
tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang
dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut (Cilmiaty,
2009).
Gambar 1 Ilustrasi keadaan gigi yang mengalami infeksi dapat
menyebabkan abses odontogen. (A) Gigi normal, (B) gigi mengalami
karies, (C) gigi nekrosis yang mengalami infeksi menyebabkan abses.
Sumber : Douglas & Douglas, 2003Infeksi odontogen dapat
menyebar secara perkontinuatum, hematogen dan limfogen, yang
disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal
dari gigi nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi
dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1) lewat penghantaran yang
patogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu
keseimbangan flora yang endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke
dalam pulpa gigi yang vital dan steril secara normal (Cilmiaty,
2009).Infeksi odontogen menyebar ke jaringan-jaringan lain
mengikuti pola patofisiologi yang beragam dan dipengaruhi oleh
jumlah dan virulensi mikroorganisme, resistensi dari host dan
struktur anatomi dari daerah yang terlibat (Soemartono, 2000).Rute
yang paling umum penyebaran peradangan adalah melalui kontinuitas
jaringan dan spasia jaringan dan biasanya terjadi seperti yang
dijelaskan di bawah ini. Pertama, nanah terbentuk di tulang
cancellous dan tersebar ke berbagai arah yang memiliki resistensi
jaringan paling buruk. Penyebaran pus ke arah bukal, lingual, atau
palatal tergantung pada posisi gigi dalam lengkung gigi, ketebalan
tulang, dan jarak perjalanan pus (Gambar 2), (Fragiskos, 2007).
Gambar 2 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar
abcess) tergantung pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Akar bukal
: arah penyebaran ke bukal. (B) Akar palatal : arah penyebarannya
ke palatal. Sumber : Fragiskos, 2007Inflamasi purulen berhubungan
dengan tulang alveolar yang dekat dengan puncak bukal atau labial
tulang alveolar biasanya akan menyebar ke arah bukal, sedangkan
tulang alveolar yang dekat puncak palatal atau lingual, maka
penyebaran pus ke arah palatal atau ke lingual (Fragiskos,
2007).Akar palatal dari gigi posterior dan lateral gigi seri rahang
atas dianggap bertanggung jawab atas penyebaran nanah ke arah
palatal, sedangkan molar ketiga mandibula dan kadang-kadang dua
molar mandibula dianggap bertanggung jawab atas penyebaran infeksi
ke arah lingual. Inflamasi bahkan bisa menyebar ke sinus maksilaris
ketika puncak apeks gigi posterior ditemukan di dalam atau dekat
dasar antrum. Panjang akar dan hubungan antara puncak dan
perlekatan proksimal dan distal berbagai otot juga memainkan
peranan penting dalam penyebaran pus. Berdasarkan hal ini (Gambar
3), pus di mandibula yang berasal dari puncak akar di atas otot
mylohyoid dan biasanya menyebar secara intraoral, terutama ke arah
dasar mulut. Ketika puncak ditemukan di bawah otot mylohyoid (molar
kedua dan ketiga), pus menyebar ke ruang submandibular dan terjadi
pembengkakan ekstraoral (Fragiskos, 2007).
Gambar 3 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar
abcess) tergantung pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Penyebaran
pus kea rah sinus maksilaris (B) Penyebaran pus pada rahang bawah
tergantung pada posisi perlekatan otot mylohyoid. Sumber :
Fragiskos, 2007Pada fase selular, tergantung pada rute dan tempat
inokulasi dari pus, abses dentoalveolar akut mungkin memiliki
berbagai gambaran klinis, seperti: (1) intraalveolar, (2)
subperiosteal, (3) submukosa, (4), subkutan, dan (5) fascia
migratory cervicofacial (Gambar 4 dan 5). Pada tahap awal fase
selular ditandai dengan akumulasi pus dalam tulang alveolar yang
disebut sebgai abses intraalveolar. Pus kemudian menyebar keluar
setelah terjadi perforasi tulang menyebar ke ruang subperiosteal.
Periode ini dinamakan abses subperiosteal, dimana pus dalam jumlah
terbatas terakumulasi di antara tulang dan periosteal. Setelah
terjadi perforasi periosteum, pus kemudian menyebar ke berbagai
arah melalui jaringan lunak. Biasanya menyebar pada daerah
intraoral membentuk abses di bawah mukosa, yang disebut abses
submukosa. Terkadang, pus menyebar melalui jaringan ikat longgar
dan setelah itu terakumulasi di bawah kulit, bentukan ini disebut
abses subkutan. Sedangkan di waktu lainnya, pus menyebar ke ruang
fascia, membentuk abses serous yang disebut abses spasia wajah
(Fragiskos, 2007).
Gambar 4 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi
odontogen (A) Abses intraalveolar (B) Abses superiosteal. Sumber :
Fragiskos, 2007
Gambar 5 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi
odontogen (A) Abses submukosa (B) Abses subkutan. Sumber :
Fragiskos, 2007
Secara alamiah, sebenarnya pus yang terkandung dalam rongga
tersebut akan terus berusaha mencari jalan keluar sendiri, namun
pada perjalanannya seringkali merepotkan pasien dengan timbulnya
gejala-gejala yang cukup mengganggu seperti nyeri, demam, dan
malaise. Karena mau tidak mau, pus dalam rongga patologis tersebut
harus keluar, baik dengan bantuan dokter gigi atau keluar secara
alami.Rongga patologis yang berisi pus (abses) ini terjadi dalam
daerah periapikal, yang notabene adalah di dalam tulang. Untuk
mencapai luar tubuh, maka abses ini harus menembus jaringan keras
tulang, mencapai jaringan lunak, lalu barulah bertemu dengan dunia
luar. Terlihat sederhana memang, tapi perjalanan inilah yang
disebut pola penyebaran abses.Pola penyebaran abses dipengaruhi
oleh 3 kondisi, yaitu (lagi-lagi) virulensi bakteri, ketahanan
jaringan, dan perlekatan otot. Virulensi bakteri yang tinggi mampu
menyebabkan bakteri bergerak secara leluasa ke segala arah,
ketahanan jaringan sekitar yang tidak baik menyebabkan jaringan
menjadi rapuh dan mudah dirusak, sedangkan perlekatan otot
mempengaruhi arah gerak pus.Sebelum mencapai dunia luar, perjalanan
pus ini mengalami beberapa kondisi, karena sesuai perjalanannya,
dari dalam tulang melalui cancelous bone, pus bergerak menuju ke
arah tepian tulang atau lapisan tulang terluar yang kita kenal
dengan sebutan korteks tulang. Tulang yang dalam kondisi hidup dan
normal, selalu dilapisi oleh lapisan tipis yang tervaskularisasi
dengan baik guna menutrisi tulang dari luar, yang disebut
periosteum. Karena memiliki vaskularisasi yang baik ini, maka
respon keradangan juga terjadi ketika pus mulai mencapai korteks,
dan melakukan eksudasinya dengan melepas komponen keradangan dan
sel plasma ke rongga subperiosteal (antara korteks dan periosteum)
dengan tujuan menghambat laju pus yang kandungannya berpotensi
destruktif tersebut. Peristiwa ini alih-alih tanpa gejala, tapi
cenderung menimbulkan rasa sakit, terasa hangat pada regio yang
terlibat, bisa timbul pembengkakan, peristiwa ini disebut
periostitis/serous periostitis. Adanya tambahan istilah serous
disebabkan karena konsistensi eksudat yang dikeluarkan ke rongga
subperiosteal mengandung kurang lebih 70% plasma, dan tidak kental
seperti pus karena memang belum ada keterlibatan pus di rongga
tersebut. Periostitis dapat berlangsung selama 2-3 hari, tergantung
keadaan host. Apabila dalam rentang 2-3 hari ternyata respon
keradangan diatas tidak mampu menghambat aktivitas bakteri
penyebab, maka dapat berlanjut ke kondisi yang disebut abses
subperiosteal. Abses subperiosteal terjadi di rongga yang sama,
yaitu di sela-sela antara korteks tulang dengan lapisan periosteum,
bedanya adalah.. di kondisi ini sudah terdapat keterlibatan pus,
alias pus sudah berhasil menembus korteks dan memasuki rongga
subperiosteal, karenanya nama abses yang tadinya disebut abses
periapikal, berubah terminologi menjadi abses subperiosteal. Karena
lapisan periosteum adalah lapisan yang tipis, maka dalam beberapa
jam saja akan mudah tertembus oleh cairan pus yang kental, sebuah
kondisi yang sangat berbeda dengan peristiwa periostitis dimana
konsistensi cairannya lebih serous.Jika periosteum sudah tertembus
oleh pus yang berasal dari dalam tulang tadi, maka dengan bebasnya,
proses infeksi ini akan menjalar menuju fascial space terdekat,
karena telah mencapai area jaringan lunak. Apabila infeksi telah
meluas mengenai fascial spaces, maka dapat terjadi fascial abscess.
Fascial spaces adalah ruangan potensial yang
dibatasi/ditutupi/dilapisi oleh lapisan jaringan ikat. Fascial
spaces dibagi menjadi :Fascial spaces primer1. Maksilaa. Canine
spacesb. Buccal spacesc. Infratemporal spaces2. Mandibulaa.
Submental spacesb. Buccal spacesc. Sublingual spacesd.
Submandibular spaces- Fascial spaces sekunderFascial spaces
sekunder merupakan fascial spaces yang dibatasi oleh jaringan ikat
dengan pasokan darah yang kurang. Ruangan ini berhubungan secara
anatomis dengan daerah dan struktur vital. Yang termasuk fascial
spaces sekunder yaitu masticatory space, cervical space,
retropharyngeal space, lateral pharyngeal space, prevertebral
space, dan body of mandible space. Infeksi yang terjadi pada
fascial spaces sekunder berpotensi menyebabkan komplikasi yang
parah.Terjadinya infeksi pada salah satu atau lebih fascial space
yang paling sering oleh karena penyebaran kuman dari penyakit
odontogenik terutama komplikasi dari periapikal abses. Pus yang
mengandung bakteri pada periapikal abses akan berusaha keluar dari
apeks gigi, menembus tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya,
salah satunya adalah fascial spaces. Gigi mana yang terkena
periapikal abses ini kemudian yang akan menentukan jenis dari
fascial spaces yang terkena infeksi. Canine spacesBerisi musculus
levator anguli oris, dan m. labii superior. Infeksi daerah ini
disebabkan periapikal abses dari gigi caninus maksila. Gejala
klinisnya yaitu pembengkakan pipi bagian depan dan hilangnya
lekukan nasolabial. Penyebaran lanjut dari infeksi canine spaces
dapat menyerang daerah infraorbital dan sinus kavernosus. Buccal
spacesTerletak sebelah lateral dari m. buccinator dan berisi
kelenjar parotis dan n. facialis. Infeksi berasal dari gigi
premolar dan molar yang ujung akarnya berada di atas perlekatan m.
buccinator pada maksila atau berada di bawah perlekatan m.
buccinator pada mandibula. Gejala infeksi yaitu edema pipi dan
trismus ringan. Infratemporal spacesTerletak di posterior dari
maksila, lateral dari proc. Pterigoideus, inferior dari dasar
tengkorak, dan profundus dari temporal space. Berisi nervus dan
pembuluh darah. Infeksi berasaal dari gigi molar III maksila.
Gejala infeksi berupa tidak adanya pembengkakan wajah dan kadang
terdapat trismus bila infeksi telah menyebar. Submental
spaceInfeksi berasal dari gigi incisivus mandibula. Gejala infeksi
berupa bengkak pada garis midline yang jelas di bawah dagu.
Sublingual spaceTerletak di dasar mulut, superior dari m.
mylohyoid, dan sebelah medial dari mandibula. Infeksi berasal dari
gigi anterior mandibula dengan ujung akar di atas m. mylohyoid.
Gejala infeksi berupa pembengkakan dasar mulut, terangkatnya lidah,
nyeri, dan dysphagia. Submandibular spaceTerletak posterior dan
inferior dari m. mylohyoid dan m. platysma. Infeksi berasal dari
gigi molar mandibula dengan ujung akar di bawah m. mylohyoid dan
dari pericoronitis. Gejala infeksi berupa pembengkakan pada daerah
segitiga submandibula leher disekitar sudut mandibula, perabaan
terasa lunak dan adanya trismus ringan. Masticator spaceBerisi m.
masseter, m. pterygoid medial dan lateral, insersi dari m.
temporalis. Infeksi berasal dari gigi molar III mandibula. Gejala
infeksi berupa trismus dan jika abses besar maka infeksi dapat
menyebar ke lateral pharyngeal space. Pasien membutuhkan intubasi
nasoendotracheal untuk alat bantu bernapas. Lateral pharyngeal
space (parapharyngeal space)Berhubungan dengan banyak space di
sekelilingnya sehingga infeksi pada daerah ini dapat dengan cepat
menyebar. Gejala infeksi berupa panas, menggigil, nyeri dysphagia,
trismus. Retropharyngeal space (posterior visceral space)Infeksi
berasal dari gigi molar mandibula, dari infeksi saluran pernapasan
atas, dari tonsil, parotis, telinga tengah, dan sinus. Gejala
infeksi berupa kaku leher, sakit tenggorokan, dysphagia, hot potato
voice, stridor. Merupakan infeksi fascial spaces yang serius karena
infeksi dapat menyebar ke mediastinum dan daerah leher yang lebih
dalam (menyebabkan kerusakan n. vagus dan n cranial bawah, Horner
syndrome)
6. Pasien yang seperti apaa yang punya resiko diagnosis ini?Yang
Ohnya jelek,adanya karies.Pada orang yang punya penyakit sistemik
pada pasien DM,hipertensi7. Mengapa pada IO ada fluktuasi dan eo
tidak ada fluktuasiLokasi yang dekat dengan sumbernya menyebabkan
IO bisa terasa fluktuasi,dan EO tidak,penyebabkan abses belum
meluas8. Apa yang menyebabkan gigi non vitalKarena kavitas
meluas,jadi korona yang karies yang sampe pulpa dan sampai
periapikal.Gigi yang belum erupsi sempurna,jika ada kavitas
besar,bisa menyebabkan bakteri masuk. Terjadi nekrosis pulpa
Usia pasien 48 tahun akar sempurna M3 pada usia 22 tahun
9. Apa ada hubungan antara pasien yang masih meminum obat2an
rehabilitasi dengan kasus? Apa obat rehabilitasi ini harus
diberhentikan pasca perawatan?Obat yang diminum pasien
antihipertensi menyebabkan xerostomiaObat hipertensi harus
diberhentikan 5-7hari sebelum bedah minor
10. Pemeriksaaan pada kasus?Pemeriksaan fisik=objektif dan
subjektif,dilakukan tensi,dan kadar gula.pemeriksaan
laborat:radiologis,rontgen jaringan lunak.Pemeriksaan
penunjang:rontgen panoramikPemeriksaan integral,apa ada fluktuasi
dll.Ada pemeriksaan kultur jaringan:mengetahui bakterinya11. Apa
yang menyebabkan pasien bisa demam dan bagaimana
patogenesisnya?
Pasien mengalami inflamasi pada gigi 38menghasilkan sitokin yang
bekerja pada hipotalamusterjadi demam
12. Alat bedah minor yang digunakan?beserta gambarNeedle
holder,gunting diseksi:gunting benang,pisau bedah:menyayat
jaringan, klem arteri plane,klem kotcer,klem alis:menjepit jar.
Halus
PENGENALAN INSTRUMEN DASAR BEDAH MINOR
Based On Minor Surgery written by Robert Kneebon dan Julia
Schofield.Dokter umum merupakan profesi kedokteran yang melingkupi
skala yang cukup luas dan meliputi semua sistem dalam tubuh
manusia, sehingga hanya menyentuh area superfisial dalam proses
pengobatan. Meskipun demikian, peran dari dokter umum itu sendiri
cukup penting oleh karena menduduki posisi primer dalam pelayanan
kesehatan di masyarakat, itulah sebabnya seorang dokter umum harus
memiliki pengetahuan serta skill tindakan yang memadai sesuai
dengan kompetensinya secara keseluruhan. Salah satu skill yang
paling penting dikuasai dalam praktek keseharian adalah bedah
minor. Hal ini dikarenakan jumlah kasus yang memerlukan tindakan
ini cukup tinggi di masyarakat. Pengalaman penulis mendapatkan
bahwa dari 10 pasien yang datang berobat terdapat 3 kasus yang
memerlukan prosedur tindakan ini. Umumnya komplikasi dari kasus ini
tidak begitu banyak, namun jika tidak ditangani secara tepat dapat
berakhir ke kematian khususnya untuk kasus dengan perdarahan yang
cukup besar atau kasus disinfeksi yang tidak sempurna.Dalam sebuah
artikel yang dipublikasikan oleh British Medical Association (BMA),
menyebutkan bahwa di Inggris, prosedur tindakan bedah minor telah
sering dilakukan oleh dokter umum dan cukup populer di kalangan
pasien serta memiliki biaya yang cukup tinggi. Berdasarkan Health
Authority (1990), dokter umum telah memiliki kewenangan untuk
melakukan bedah minor dan mendapatkan pembayaran dari tindakan ini.
Bahkan pada tahun 2004, dokter umum di Inggris dapat meningkatkan
dan memperluas kompetensi tindakan bedah minornya dengan cara
membayar komisi kepada Pengatur Penambahan Pelayananan (Directed
Enhance Service-DES). Di Indonesia, cakupan pelayanan bedah minor
yang dapat dilakukan oleh seorang dokter umum cukup beragam, mulai
dari tindakan hecting luka terbuka, insisi, eksisi, ekstraksi,
kauterisasi dan lain sebagainya. Umumnya tindakan ini dilakukan
dengan anastesi lokal dengan tehnik anastesi yang sesuai dengan
kasus yang dihadapi.Pelaksanaan prosedur bedah minor mengharuskan
seorang dokter umum mengetahui beberapa pengetahuan dasar mengenai
tindakan ini. Pengetahuan dasar tersebut berupa instrumen bedah
minor, bahan serta tehnik disinfeksi dan tehnik menjahit jaringan.
Artikel ini hanya berbatas pada pengenalan instrumen bedah minor
dasar yang merupakan pengetahuan pertama yang harus dimiliki oleh
seorang dokter dalam melakukan tindakan ini. Untuk pengetahuan
lainnya akan dijelaskan dalam artikel yang berbeda.Instrumen dasar
bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen
dengan fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis
gunting), instrumen dengan fungsi menggenggam (pinset anatomi,
pinset cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen dengan fungsi
menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito),
serta instrumen dengan fungsi menjahit (needle holder,benang bedah,
dan needle).
Gambar 1: Instrumen Dasar Bedah MinorKesemua intrumen tersebut
akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:A.Instrumen Dengan
Fungsi Memotong1.Pisau Scalpel + PeganganScalpel merupakan mata
pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat ini bermanfaat
dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain
itu, alat ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing
dari bagian dalam kulit. Setiap pisau scalpel memiliki dua ujung
yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai bagian pemotong dan
yang lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat menempelnya
pegangan scalpel. Cara pemasangannya: pegang area tumpul pisau
dengan needle-holder dan hubungkan lubang pada area tersebut pada
lidah pegangan sampai terkunci (terdengar bunyi). Cara pelepasan:
pegang ujung pisau dengan needle-holder dan lepaskan dari lidah
pegangan, kemudian buang di tempat sampah. Pegangan scalpel yang
sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat digunakan
bersama pisau scalpel dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel
yang sering digunakan adalah yang berukuran no.15. Ukuran no.11
digunakan untuk insisi abses dan hematoma perianal. Pegangan
scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu
pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel
biasanya diabaikan sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini
bisa diterima dengan pertimbangan pisaunya masih dalam keadaan
steril (paket baru) dan harus digunakan dengan pengontrolan yang
baik agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu
memotong.2.GuntingPada dasarnya gunting mengkombinasikan antara
aksi mengiris dan mencukur. Mencukur membutuhkan aksi tekanan halus
yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari lainnya.
Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang
bersifat tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan
ibu jari dan jari manis pada kedua lubang gunting. Hal ini akan
menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu memotong
sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan
ibu jari dan jari telunjuk pada lubang gunting biasanya
pengontrolannya berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek
kerjanya, yakni gunting jaringan (bedah), gunting benang, gunting
perban dan gunting iris.a.Gunting Jaringan (bedah)Gunting jaringan
(bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul
dan berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan
untuk membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang
juga dapat dipotong secara tajam. Gunting dengan ujung bengkok
dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan
gunting ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya
dilakukan dengan cara mengusuri garis batas lesi dengan gunting.
Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati batas
lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.b.Gunting Benang (dressing
scissors)Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting
ini berbentuk lurus dan berujung tajam. Gunakan hanya untuk
menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini juga
digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan
tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian
ujung gunting. Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika ujung
gunting menonjol keluar jahitan, terdapat resiko memotong struktur
lainnya.c.Gunting PerbanGunting perban merupakan gunting berujung
sudut dengan ujung yang tumpul. Gunting ini memiliki kepala kecil
pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam memotong
perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian
dasar gunting ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam
pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk mencegah
kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan
memotong perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga aman
digunakan untuk memotong perban saat perban telah ditempatkan di
atas luka. (wikipedia)d.Gunting IrisGunting iris merupakan gunting
dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4 inchi.
Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris.
Dalam bedah minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang
oleh karena ujungnya yang cukup kecil untuk menyelip saat remove
benang dilakukan. (dictionary online)B.Instrumen Dengan Fungsi
Menggenggam3.Pinset AnatomiPinset Anatomi memiliki ujung tumpul
halus. Secara umum, pinset digunakan oleh ibu jari dan dua atau
tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul saat
jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan
menghasilkan kemampuan menggenggam. Alat ini dapat menggenggam
objek atau jaringan kecil dengan cepat dan mudah, serta memindahkan
dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset
Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa
eksplorasi jaringan dan membentuk pola jahitan tanpa melibatkan
jari. (wikipedia)4.Pinset ChirurgisPinset Chirurgis biasanya
memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang). Pinset
bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan
tepat, oleh karena dapat merusak jaringan jika dibandingkan dengan
pinset anatomi (dapat digunakan dengan genggaman halus). Alat ini
memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni untuk
membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi
lainnya.(wikipedia)5.Klem JaringanKlem jaringan berbentuk seperti
penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan pada ujung
kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang panjang
dan adapula yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak.
Alat ini bermanfaat untuk memegang jaringan dengan tepat. Biasanya
dipegang oleh tangan dominan, sedangkan tangan yang lain melakukan
pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem dipegang dalam
keadaan relaks seperti memegang pulpen dengan posisi di tengah
tangan. Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah, yang
memaksa lengan dalam posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan
menjadi tegang. Dalam penggunaannya, hati-hati merusak jaringan.
Pegang klem selembut mungkin, usahakan genggam jaringan sedalam
batas yang seharusnya. Klem jaringan bergigi memiliki gigi kecil
pada ujungnya yang digunakan untuk memegang jaringan dengan kuat
dan dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat
menggunakan alat ini dapat merusak jaringan. Kemudian, klem tidak
bergigi juga memiliki resiko merusak jaringan jika jepitan
dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan yang kuat
dalam menggenggam jaringan.C.Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan
Perdarahan6.Klem ArteriPada prinsipnya, klem arteri bermanfaat
untuk menghentikan perdarahan pembuluh darah kecil dan menggenggam
jaringan lainnya dengan tepat tanpa menimbulkan kerusakan yang
tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-holder
memiliki bentuk yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan
(gambar 2), dimana klem arteri, struktur jepitannya berupa galur
paralel pada permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya sampai
handle agak lebih panjang dibanding needle-holder. Alat ini juga
tersedia dalam dua bentuk yakni bentuk lurus dan bengkok
(mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok digunakan
pada bedah minor.Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada
handlenya. Ratchet inilah yang menyebabkan posisi klem arteri dalam
keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya memiliki tiga
derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan
derajat akhir karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk
dilepaskan. Pelepasan klem dilakukan dengan cara pertama harus
ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan handlenya sambil
membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena
hal ini akan menyebabkan jari telunjuk mendukung instrumen bekerja
sehingga dapat memposisikan jepitan dengan tepat.Jepitan klem
arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk
chanel lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran
relatif panjang terhadap handled yang memungkinkan genggaman
jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan ujung
bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh
darah. Jangan menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena
struktur jepitannya tidak mendukung dalam memegang
needle.D.Instrumen Dengan Fungsi Menjahit7.Needle HolderNeedle
holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan
dilakukan. Secara keseluruhan antara needle holder dan klem arteri
berbentuk sama. Handled dan ujung jepitannya bisa berbentuk lurus
ataupun bengkok. Namun, yang paling penting adalah perbedaan pada
struktur jepitannya (gambar 2). Struktur jepitan needle holder
berbentuk criss-cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled
yang lebih panjang dari jepitannya, untuk tahanan yang kuat dalam
menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan menggenggam jaringan
dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan jaringan
secara serius.Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan
metode ratchet yang telah dipaparkan pada penggunaan klem arteri di
atas. Needle digenggam pada jarak 2/3 dari ujung berlubang needle,
dan berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan
memudahkan tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan. Selain
itu, pemegangan needle pada area dekat dengan engsel needle holder
akan menyebabkan needle menekuk. Kemudian, belokkan needle sedikit
ke arah depan pada jepitan instrumen karena akan disesuaikan dengan
arah alami tangan ketika insersi dilakukan dan tangan akan terasa
lebih nyaman. Kegagalan dalam membelokkan needle ini juga akan
menyebabkan needle menekuk.Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu
jari menetap pada lubang handle saat menjahit dilakukan yang
membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang needle holder dengan
telapak tangan akan memberikan pengontrolan yang baik. Secara
konstan, jangan mengeluarkan jari dari lubang handled karena dapat
merusak ritme menjahit. Pertimbangkan pergunakan ibu jari pada
lubang handled yang menetap, namun manipulasi lubang lainnya dengan
jari manis dan kelingking.
Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem
arteri dan Needle Holder
Instrumen StandarAlat-alat minimal yang harus disediakan
adalah:1. Gunting diseksi sebanyak 1 buah2. Gunting diseksi
metzenbaum sebanyak 1 buah3. Gunting Aff Hecting sebanyak 1 buah4.
Gunting kasa/linen sebanyak 1 buah5. Klem/forceps mosquito sebanyak
3 buah6. Klem/forceps pean lurus sebanyak 2 buah7. Pinset anatomis
sebanyak 1 buah8. Pinset sirurgis sebanyak 1 buah9. Needle holder
(nald voeder) sebanyak 1 buah10. Jarum jahit (nald heacting)
sebanyak 1 buah jika tidak menggunakan benang yang bersatu dengan
jarumnya.11. Bisturi (bistuori/mess/blade) dan pegangannya 1
buah12. Klem koher sebanyak 1 buah13. Kuret kecil sebanyak 1
buah14. Alat lain sesuai teknik insisi/hemostasis sebanyak 1
buah15. Koorntang (korentang) dan wadahnya sebanyak 1 buah16. Kom
kecil sebanyak 2 buah (untuk tempat larutan antiseptik)17. Tempat
instrumen18. Neerbeken/bengkok19. Hak (retractor)20. Ring forceps
sebanyak 1 buah21. Trokar sebanyak 1 setGunting Diseksi MayoGunting
diseksi Metzenbaum
Gunting aff hecting/Stitch scissorsGunting kassa/Bandage
scissorsKlem arteri/mosquito/pean bengkokKlem vena/pean lurusNeedle
holder (naald voeder)
Mathieu needle holderRing forceps/sponge forcepsPinset anatomis/
dressing forcepsPinset sirurgis/ tissue forcepsAdson dressing
forcepsAdson tissue forcepsMacam-macam pisauScalpel handle
Towl forceps
Neerbeken/bengkok
Wound retractor /hakSenn retractorGillies retractorDesMarres Lip
retractorKuretTrokarKoorntang (korentang) dan wadahnya- See more
at:
http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/125#sthash.wv9mpY4E.dpufDalam
artikel berikut kami akan menjelasakan sedikit tentang instrumen
bedah minor :1. Nald vooder/Needle Holder/Nald HeactingGunanya
adalah untuk memegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai
penyimpul benang.
2. Gunting Gunting Diseksi (disecting scissor)Gunting ini ada
dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanga runcing.
Terdapat dua tipe yabg sering digunakan yaitu tipe Moyo dan tipe
Metzenbaum. Gunting BenangAda dua macam gunting benang yaitu
bengkok dan lurus, kegunaannya adalah memotong benang operasi,
merapikan lukan. Gunting Pembalut/PerbanKegunaannya adalah untuk
menggunting plester dan pembalut.
3. Pisau BedahPisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang
dan mata pisau (mess/bistouri/blade). Kegunaanya adalah untuk
menyayat berbagai organ atau bagian tubuh manusia. Mata pisau
disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.
4. Klem (Clamp) Klem Arteri PeanAda dua jenis yang lurus dan
bengkok. Kegunaanya adalah untuk hemostatis untuk jaringan tipis
dan lunak. Klem KocherAda dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya
mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset sirugis. Kegunaannya
adalah untuk menjepit jaringan. Klem AllisPenggunaan klem ini
adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor. Klem
BabcockPenggunaanya adalah menjepit dock atau kain operasi.
5. Retraktor (Wound Hook)Retraktor langenbeck, US Army Double
Ended Retraktor dan Retraktor Volkman penggunaannya adalah untuk
menguakan luka.
6. Pinset Pinset SirugisPenggunaannya adalah untuk menjepit
jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka, memberi tanda pada
kulit sebelum memulai insisi. Pinset AnatomisPenggunaannya adalah
untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang
tipis dan lunak. Pinset SplinterPenggunaannya adalah untuk
mengadaptasi tepi-tepi luka ( mencegah overlapping).
7. Deschamps Aneurysm NeedlePenggunaannya adalah untuk mengikat
pembuluh darah besar.
8. Wound CuretPenggunaannya dalah untuk mengeruk luka kotor,
mengeruk ulkus kronis.
9. Sonde (Probe)Penggunaannya adalah untuk penuntun pisau saat
melakukan eksplorasi, dan mengetahui kedalam luka.
10. KorentangPenggunaannya adalah untuk mengambil instrumen
steril, mengambil kassa, jas operasi, doek, dan laken steril.
11. Jarum JahitPenggunaanya adalah untuk menjahit luka yang dan
menjahit organ yang rusak lainnya. Untuk menjahit kulit digunakan
yang berpenampang segitiga agar lebih mudah mengiris kulit (scharpe
nald). Sedangkan untuk menjahit otot dipakai yang berpenampang
bulat ( rounde nald ).
Demikian sedikit artikel mengenai intrumen bedah minor, semoga
bisa menjadi tambahan materi pembelajaran dalam perkuliahan maupun
praktikum.13. Hubungan limfonodi submandibular bisa teraba dengan
kasus?Fungsi kelenjar limfe adalah untuk pertahanan jika tubuh ada
infeksi,limfonodi terpanggil untuk mengeluarkan zat2 pertahanan
tubuh,biasanya limfonodi yang membesar dekat dengan sumber
infeksinya14. bagaimana penyebaran infeksi odontogen dari infeksi
tersebut-jalur periapikal(nekrosis pulpa,periodontal(inokulasi
bakteri pada periodontal poket),perikoronal(terperangkapnya makanan
dibawah operkulum,biasanya terjadi pada gigi yang erupsi belum
sempurna)-perkontinuantum,hematogen (dari darah),limfogen(dari
kelenjar limfe) 15. obat apa yang diberikan pasca bedah minor yang
tidak komplikasi dengan hipertensi?
Step 4