Top Banner
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK DARAH Oleh : Kelas : A Kelompok : 10 Ades Mulyawan 200110130297 Diki Purnomo 200110130301 Muhammad Rifky 200110130302 Pratiwi Dewi M. 200110130350 Novia Nabila 200110130353 Parisca R. M. Simatupang 200110130405 Genta Prima D 200110130257
49

Fisiologi ternak darah

Nov 16, 2015

Download

Documents

Muhammad Rifky

Tentang pengenalan darah, dan sistem fisiologisnya pada ternak.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK

DARAHOleh :Kelas : A

Kelompok : 10

Ades Mulyawan

200110130297Diki Purnomo

200110130301Muhammad Rifky

200110130302

Pratiwi Dewi M.

200110130350

Novia Nabila

200110130353

Parisca R. M. Simatupang 200110130405

Genta Prima D

200110130257

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2014

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDarah adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

.

Korpuskula darah terdiri dari:1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit akan menderita penyakit anemia.

2. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%). Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

3. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap.Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:Air: 91,0%, Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen), Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, , kalium dan zat besi,nitrogen, dll) dan Garam.Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :

Albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormone berbagai jenis protein dan berbagai jenis garam

Fungsi Darah Untuk Tubuh1. Sebagai Zat Pengangkut

Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

2. Mengangkut OksigenDarah manusia adalah cairan di dalam tubuh yangberfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.

3. Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh

Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

4. Mengangkat karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paruparu.

Atas dasar hal tersebut penulis melakukan praktikum mengenai1.2. Tujuan

1. Rupa darah dan tahanan osmoticMahasiswa diharapkan dapat mengetahui secara visual anatomi dari berbagai sel darah yang diperlakukan secara berbeda.2. Darah I (Waktu pembekuan, Waktu pendarahan, Hematokrit dan Hemoglobin)Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui kadar hematokrit dan hemoglobin serta dapat mengetaui waktu pendarahan dan pembekuan sel-sel darah.3. Eritrosit dan LeukositMenentukan jumlah eritrosit, leukosit darah ternak serta mengamati sirkulasi darah hewan sample.1.3. Tempat dan Waktu

Hari dan tanggal : 15 Oktober 2014 (Rupa darah dan Tahanan Osmotik)22 Oktober 2014 (Penentuan kadar Hemoglobin, Hematokrit, Waktu pendarahan dan waktu pembekuan darah)29 Oktober 2014 (Penghitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit)Waktu

: 12.30 14.30 WIBTempat

: Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.II

MATERI DAN METODE

2.1 Rupa darah dan tahanan osmotic

Darah makroskopik yaitu darah yang dilihat secara global sedangkan darah mikroskopik yaitu darah yang dilihat secara mendetail, darah dalam keadaan utuh, tidak tembus cahaya. Hal ini disebabkan oleh sifat optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Darah akan tembus cahaya akibat penambahan larutan bekonsentrasi rendah yang disebut hipotonis. Contohnya aquades, darah akan pecah karena hemolisis yaitu proses dimana haemoglobin dilepaskan. Darah tidak tembus cahaya akibat penambahan larutan berkonsentrasi tinggi yang disebut hipertonis. Contoh : Nacl. Darah dalam keadaan utuh, tidak tembus cahaya yang disebut Isotonik. Dilihat dari tinjauan mikroskopiknya sel darah mengembang bila ditambah larutan berkonsentrasi rendah (aquadest), lama lama akan pecah dan sel darah akan mengkerut bila ditambah larutan berkonsentrasi tinggi (NaCl 3% ).Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis). Butir butir darah merah adalah sebuah bola gepeng yang berisi cairan intraseluler, bila sel sel dimasukkan ke dalam suatu cairan hipertonis atau hipotonis terhadap cairan intraseluler, maka terjadi proses osmosis dan difusi. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan hipotonis. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan hipertonis. Larutan larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut isotonis.Berat Jenis Darah, untuk menentukan berat jenis darah, ada beberapa metode yaitu : a. Menggunakan pyknometer. Darah yang dipergunakan yaitu darah yang telah bebas fibrin setelah dilakukan percobaan maka didapat berat jenis darah tersebut.

b. Cara philips

c. Cara Hammerechlag. Cara hammerechlag dengan cara philips pada prinsipnya sama, hanya larutan yang digunakan merupakan campuran benzol dan choloroform.

Kekentalan Darah yaitu suatu cairan yang mengalir pada suatu kapiler dengan tekanan yang tetap, jumlah yang mengalir berbanding lurus dengan waktu tekanan dan pangkat empat jari jari tetapi bebanding terbalik dengna panjang kapiler dan viskositasnya. Viskositas yaitu perbandingan viskositas darah tersebut terhadap aquadest dengan catatan bahwa viskositas dianggap satu2.1.1 Alat dan Bahan 1 Seri tabung reaksi 9 buah dalam rak.

Pipet tetes ukuran 1 ml atau 2 ml.

Darah sapi atau domba sebagai sampel. Larutan NaCl 3%. Aquadest.2.1.2 Cara Kerja1. Rupa darah makroskopik dan mikroskopik sebelum dan sesudah hemolisisLangkah Pertama :Sediakan 3 buah tabung reaksi A, B, dan C.

Tuangkan 3 tetes darah yang telah dibebaskan dari fibrin pada setiap tabung reaksi.1) Tabung A tanbahkan 1 cc aquadest (20 tetes)

2) Tabung B tambahkan larutan 2 cc larutan NaCl pekat (3%)3) Tabung C biarkan tanpa perlakuan apapun Tuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, dan C pada gelas objek. Tempelkan dan perhatikan darah tersebut apakah tembus cahaya atau tidak. Buatlah gambar tinjauan mikroskopik dan gambaran makroskopiknya dari setiap gelas objek A, B, dan C.Langkah Kedua Sediakan 2 buah tabung reaksi A dan B.

Tuangkan 3 tetes darah yang telah dibebaskan dari fibrin pada setiap tabung reaksi. Pada tabung A yang pada awalnya telah ditmbahkan aquadest kemudian tambahkan 2cc larutan NaCl 3%.

Pada tabung B yang pada awalnya telah ditambahkan NaCl 3% kemudian Tambahkan 2cc Aquadest.

Kemudian setelah semua selesai dilakukan, lakukanlah langkah-langkah berikut:

1) Perhatikan kedua larutan tersebut, samakah sifat tembus cahayanya?2) Periksalah keadaan tersebut di atas dengan jalan membuat preparat mikroskopik dari kedua tabung tersebut. Berubahkah darah terebut ecara mikroskopikdan secara makroskopik. Terangkan sejauh pengetahuan saudara.3) Gambaran tinjauan mikroskopiknya.

A. ( A + 5 cc NaCl 3% ) dan B. ( B + 5 cc Air )Langkah Ketigaa. Ambilah tabung reaksi yang baru kemudian tuangkan 2 cc darah kedalam tabung tersebut.

b. Tambahkan 5 cc larutan Ureum (1,8 % kedalam air yang memilk tekanan osmotiknya sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl 0,9 % ).

c. Gambarkan hasil pengamatan secara makroskopik dan mikroskopiknya.2. Menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah Sediakan 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Buatlah larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9%, 1%.\Isilah tiap-tiap tabung dengan larutan NaCl misalnya : 0,5%, tabung 0,9% dan seterusnya sebanyak 2 cc. Teteskan 3 tetes darah yang tersedia kedalam tiap tabung. Campurkanlah secara hati-hati. Biarkan selama 30 menit. Lihat dalam tabung mana yang mulai terlihat lapisan cairan berwarna bening di atas. Teteskan pada gelas objek (lakukan dari setiap tabung) lihat di bawah mikroskop. Gambar dan beri penjelasan bila ada perubahan dan perbedaan yang saudara lihat.2.2 Darah I (Waktu pembekuan, Waktu pendarahan, Hematokrit dan Hemoglobin

Haemoglobin merupakan suatu protein dengan fungsi biologis spesifik yaitu tanspor O2 dari paru paru ke jaringan dan tanspor CO2 dari jaringan ke paru paru. Selain sebagai bufer Hb terbentuk dari molekul heme dan 4 rantai polipeptida globin. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb). Fungsi utama hemoglobin adalah transpor O2 dan CO2. Konsentrasi hemoglobin darah diukur berdasarkan intensitas warnanya dengan menggunakan fotometer dan dinyatakan dalam gram hemoglobin atau seratus militer darah (g/ 100 ml) atau gram / desiliter ( g / dl ). Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata rata mengukur banyaknya hemoglobin dengan hematrokit dan dinyatakan dalam gram / 100 m ). Konsentrasi hemoglobin rata rata mengukur banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah. Nilai normal adalah kira kira 27 sampai 31 pg / sel darah merah. Penetapan kadar Hb dapat dilakukan antara lain : Metode hematin asam dengan hemometer sahli dan Metode tallquist yaitu menentukan kadar Hb dengan membandingkan intensitas warna merah.

Penentuan hematokrit adalah suatu cara yang teliti untuk diagnosa anemia. Nilai hematokrit atau volume sel padat menunjukkan volume darah lengkap yang terdiri dari sel darah merah. Pengukuran ini merupakan persentasi sel darah merah dalam darah setelah spesimen darah dipusing dan dinyatakan dalam millimeter kubik sel padat/ 100 ml darah atau dalam volume/ 100 ml. Konsentrasi hematokrit digunakan untuk menghitung indeks indeks sel darah merah, yang mencerminkan ukuran dari sel darah merah, kadar hemoglobin dan konsentrasinya. Dengan membagi hematokrit oleh jumlah sel darah merah, kita mendapatkan volume eritrosit rata rata. Ini adalah pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam micrometer kubik. Untuk menghitung nilai hematokrit yaitu volume sel sel darah dikali 100% dibagi volume darah.

Waktu pendarahan adalah waktu pada saat keluar sampai waktu pada saat darah tidak keluar lagi. Waktu pembekuan adalah waktu antara pengisapan darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin. Cara kerja pembekuan ketika luka mulai mengeluarkan darah. Suatu enzim yang disebut tromboplastin yang dikeluarkan dari sel sel jaringan yang rusak bergabung dengan kalsium dan protrombin dalam darah akibat reaksi kimia. Jalinan benang benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang akhirnya mengeras. Lapisan sel sel paling atas akhirnya mati menumpuk, sehingga membentuk keropeng. Di bawah keropeng ini, atau lapisan pelindung, sel sel baru sedang terbentuk. Ketika sel sel yang rusak telah selesai diperbaharui, keropeng tersebut akan mengelupas. 2.2.1 Alat dan bahan Satu set Hemometer Sahli Aquadest HCl N/10 Darah domba sapi atau ayam. Kapas, alkohol, Vaccynostyle steril.2.2.2 Cara Kerja

1. Penentuan kadar HemoglobinA. Metoda Hematin asam dengan Hemometer Sahli.

Bersihkan dan keringkan tabung hemometer Isi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas.

Isap darh sampel dengan pipet hemometer sampai tanda garis 20 mm3.

Tuangkan darah kedalam tabung Hemometer.

Campur dan aduk dengan alat pengaduk yang tersedia sampai darh terlihat berwarna coklat tua. Hal ini menunjukkan adanya Hemolisis. Tambahkan Aquadet tetes demi tetes sambil diaduk terus sampai warna sampel sama dengan warna standar.

Baca tinggi menicus permukaan cairan dalam tabung (satuan Hb = Gr %)B. Metode Tallquist

Ambil contoh darah dengan pipet tetes

Teteskan darah pada kertas hisap yang tersedia, kemudian keringkan. Bandiangkan bercak/tetesan darah dengan warna satandar yang ada pada buku (Standar Tallquist Adam) Tentukan dan baca kadar Hb-nya.2. Penentuan nilai hematokrit

Masukkan darah kedalam mikro kapiler hematokrit yang sudah mengandung anti koalugan (mikro kapiler warna merah). Tutuplah salah satu ujung mikro kapiler dengan kristoseal.

Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Setelah di sentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dengan plasmanya, bacalah volume sel-sel darah yang sudah terpisah dengan dalam kapiler dengan alat pembaca yaitu mikrokapiler ( Micro Capillarity Reader atau Skala hematokrit ) yang telah disediakan. Hitunglah nilai hematokrit.

Nilai Hematokrit = Volume Sel-Sel Darah x 100%

Volume Darah3. Penentuan waktu pendarahan Tusuklah ujung jari, catatlah dengan tepat waktu saat darah pertama keluar. Isaplah tetes darah dengan kertas hisap sampai darah tidak keluar lagi. Catat waktunya !4. Penentuan waktu pembekuan Tusuklah ujung jari, tetes darh yang keluar diisap kedalam pipa mikro kapiler yang tidak berheparin ( pipet warna biru). Catatlah dengan tepat saat tetes darah masuk kedalam kapiler. Genggamlah pipet mikro kapiler tadi dengan tangan saudara selama lima menit. Setelah itu patahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap satu menit sampai terbentuk benang fibrin pada patahannya. Catat waktu pada saat terjadi benang fibrin. Waktu antara pengisapan darah kedalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.2.3 Eritrosit dan Leukosit

Menghitung jumlah sel sel darah merah menggunakn satu set alat yang disebut haemocymeter. Prinsip perhitungan ini adalah pengenceran darah dengan suatu pengencer khusus yaitu larutan Hayem yang bersifat isotonis dan berfungsi sebagai warna eritrosit. Hitung sel darah adalah jumlah sebenarnya dari unsur darah dalam volume darah tertentu. Hitung Pada prinsipnya sama dengan cara menghitung eritrosit, hanya pipet yang digunakan adalah pipet berbatu putih dan larutan yang digunakan adalah larutan Turk. Cara menghitung jumlah leukosit adalah cari hasil dari volume kotak besar dengan mengalikan 1/ 5 dikali 1/ 5 dikali 1/ 10 mm3 sama dengan 1/ 250 mm3 lalu mencari hasil volume 25 kotak dengan mengalikan 25 kotak dengan hasil volume kotak besar ( 1/ 250 mm3 ) maka dalam 1 mm3 darah mengandung 10 kali 10 butir jumlah leukosit maka menghasilkan jumlah butir leukosit. 2.3.1 Alat dan Bahan Satu set Haemocytometer lengkap yang terdiri dari :1) Satu buah pipet yang berisi batu merah

2) Satu buah pipet yang berisi batu putih3) Satu buah kamar hitung dengan penutup (Cover Glass)

Mikroskop Darah domba, sapi, ayam atau manusia. Kertas hisap dan kapas Desinfektan (akohol 70%)2.3.2 Cara Kerja1. Menghitung Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)

Ambil darah dengan Cara menusuk bagian yang dipilih (darah dapat diambil dari ujung jari manusia, dapat juga dari sayap ayam, telinga kelinci, domba, dll.). Jangan lupa memakai desinfektan untuk memersihkan bagian yang akan diambil darahnya.

Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang berbatu merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai darah membeku didalam pipet. Encerkan darah dalam pipet dengan menggunakan larutan Hayem sampai tanda 101, dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak 100 kali.

Kocoklah pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan oleh asisten). Hal ini untuk mencegah tercampurnya latrutan hayem di dalam kapiler.

Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit.

Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet.

Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan cover glass.

Lihat dibawah mikroskop, Hitinglah butir-butir eritrosit yang berada di dalam kotak-kotak kecil. Untuk menghitung jumlah Eritrosit hitunglah sebanyak 40 kotak.2. Menghitung Jumlah Leukosit ( Sel Darah Putih )

Darah dihisap sampai tanda 1. kemudian diencerkan dengan larutan TURK sampai danda 11. Berarti pengenceran 10 kali. Lakukan pengocokan (sama seperti pada eritrosit)

Setelah dilakukan pengocokan dan dibiarkan elama 15 menit, teteskan kedalam kamar hitung. Lihatlah dibawah mikroskop dan hitunglah butir-butir dara putih yang terdapat di dalam kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotakHASIL DAN PEMBAHASAN

2.4 Rupa darah dan tahanan osmotic

Hasil pengamatan secara makroskopik

2.4.1 Darah yang ditambahkan dengan aquadest

Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Darah terlihat tembus pandang, mungkin hal ini dikarenakan darah telah mengalami lisis (pecah) yang disebabkan konsentrasi pada darah tersebut lebih tinggi daripada konsentrasi larutan yang ditambahkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi darah, sehingga menyebabkan darah kehilangan sifat optiknya atau disebut juga dengan sifat Fernis.2.4.2 Darah yang ditambahkan dengan larutan NaCl 3%

Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Darah yg telah dilarutkan dengan NaCl terlihat tidak tembus pandang, hal itu karena darah masih memiliki sifat-sifat optiknya dan darah tidak pecah tetapi hanya mengkerut/menyusut dilihat secara makroskopis berwarna merah keruh. Darah yang ditambahkan NaCl 3% akan mengalami krenasi, karena NaCl 3% merupakan cairan hipertonis. Jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel tersebut. Setelah pengamatan secara makroskopik telah kita lakukan terhadap darah yang kita kenai perlakuan seperti ini dan hasilnya tulisan yang dikenakan darah tersebut akan buram, tidak terlihat terlalu jelas, karena darah tidak pecah, hanya mengkerut sehingga darah tersebut masih mengandung Hb yang menghalangi cahaya yang tembus.2.4.3 Darah yang tidak mendapatkan perlakuan apapun

Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Darah terlihat tidak tembus pandang, hal ini karena sifat optik yang masih dimiliki oleh sel-sel darah tersebut yaitu sifat yang dapat menyebarkan cahaya sehingga cahaya tidak dapat melaluinya.2.5 Hasil pengamatan secara mikroskopik2.5.1 Tanpa perlakuan

Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Sel darah merah yang berikut tidak berubah bentuk karena tidak ada perlakuan apapun yang dikenakan kepada darah tersebut.2.5.2 Aquadest Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Sel darah merah pecah karena cairan yang berada di dalam sel memiliki konsentrasi lebih besar dari pada cairan yang berada di luar sel.2.5.3 NaCl 3%Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Sel darah merah mengkerut karena larutan yang ada di luar sel memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari cairan yang berada di dalam sel (krenasi).2.6 Menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah2.6.1 NaCl 3%Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Setelah sel darah merah ditambahkan NaCl 3% dan dibiarkan selama 30 menit sel darah merah tersebut mengkerut karena didalam darah tertarik keluar.2.6.2 Aquadest

Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Sel darah merah yang telah ditambahkan dengan aquadest akan mengalami dua kondisi yaitu kondisi sel yang mengalami hemolisis dan kondisi sel darah yang masih mampu bertahan. 2.6.3 NaCl 0,5%

Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Ketika sel darah merah tersebut ditambahkan dengan larutan NaCl 0,5%, darah tersebut mengalami lisis, ini karena konsentrasi dari larutan NaCl itu terlalu rendah jika dibandingkan dengan konsentrasi yang dimiliki oleh darah tersebut sehingga mengalami hemolisis. Jadi NaCl yang mempunyai konsentrasi sebesar 0,5% itu bersifat hipotonis terhadap konsentrasi darah.2.6.4. NaCl 0,9%Gambar Hasil Pengamatan Praktikum

Darah dilihat secara makroskopis terlihat memudar warna merahnya. Dilihat secara mikroskopis mempunyai bentukbulat licin, jumlahnya relative sama banyak dengan control.Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,9% memiliki konsentrasi yang sama dengan sel darah atau isotonis, karena itu darah yang diberi larutan NaCl 0,9% tidak mengalami perubahan. Akan tetapi jika darah tersebut terlalu lama di diamkan maka darah tersebut akan membeku dan terbentuklah benang-benang fibrin yang akan membuat darah tersebut menjadi kental dan tidak dapat tembus cahaya, oleh karena itu tulisan tidak akan terbaca, terlihat buram.2.7 Pembahasan2.7.1 Rupa darah makroskopik dan mikroskopik sebelum dan sesudah hemolisis Rupa darah secara makroskopikDarah yang ditambahkan dengan aquadest.Darah yang mendapatkan tambahan cairan yang berkonsentrasi rendah dibandingkan dengan darah atau kami menggunakan aquadest sebagai cairan tersebut, maka cairan tersebut bersifat hipotonis jika dibndingkan dengan darah. Oleh karena itu darah yang diberi tambahan aquadest kedalam lingkungannya akan mengalami hemolisis, hal itu terjadi karena perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada konsentrasi aquadest sehingga beberapa cairan dari aquadest masuk kedalam sel-sel darah merah sampai konsentrasinya seimbang namun membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semuanya sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah merah). Dan tulisan pada kertas yang ditutupi oleh tabung reaksi berisikan darah tersebut akan terlihat karena sel-sel darah terebut telah mati, akibatnya sifat optik darah sudah tidak dimilikinya lagi. Keseimbangan osmotik merupakan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel. Bila cairan interseluler dan ekstraseluler dalam keseimbangan osmotic, maka perubahan yang relative kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeable dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar biasa dalam volume sel.

1. Cairan isotonic. Jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel (tidak dapat dilewati) maka sel tidak akan mengerut atau membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intraseluler tidak dapat masuk atau keluar dari sel sehingga terdapat keseimbangan antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.

2. Cairan hipotonik. Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah, air akan berdifusi ke dalam sel menyebabkan sel membengkak karena mengencerkan cairan intraseluler sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama.

3. Cairan hipertonik. Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeable lebih tinggi, air akan mengalir keluar dari sel ke dalam cairan ekstraseluler. Pada keadaan ini sel akan mengerut sampai kedua konsentrasi menjadi sama (Syaifuddin, 2009: 9-10).Krenasi adalah proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan hipotonis dan hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan adanya pergerakan air dalam sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau mengecil. Proses yang sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana sel tumbuhan juga mengecil karena dimasukkan dalam larutan hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (Watson, 2002).

Hemolisis adalah pemecahan sel-sel darah sedemikian rupa sehingga terlepas dalam plasma. Hal ini disebabkan oleh toksis bakteri, bias ular, dan parasit darah serta zat-zat lainnya. Hemoglobin yang berada didalam plasma memberikan warna merah dan keadaan tersebut dinamakan hemoglobinemia. Apabila hemoglobin dieksresikan di dalam urine, keadaan ini disebut hemoglobinuria (Frandson, 1999).

Penghancuran sel-sel darah merah terjadi setelah mengalami tiga sampai empat bulan. Sel-sel darah merah mengalami disintegrasi, melepaskan Hb ke dalam darah dan debris sel yang rusak itu disisihkan dari sirkulasi oleh system makrofag yang terdiri dari sel-sel khusus di dalam hati, limpa, sum-sum tulang dan nod limfa. Sel-sel makrofag ini melakukan fagositosis debris. Fragmennya dicerna dan dilepaskan ke dalam darah. Unsur protein globin dari hemoglobin mengalami degradasi menjadi asam amino (Watson, 2002).Darah yang ditambahkan dengan NaCl 3%.

Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 3% merupakan salah satu cairan yang termasuk kedalam golongan cairan hipertonis jika dibandingkan dengan konsentrasi yang dimiliki oleh darah. Oleh karena itu jika darah dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (Apoptosis) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu menyelimutinya. Sehingga tulisan yang tertera di belakang tabung reaksi tidak akan terlihat karena darah tidak pecah melainkan hanya mengkerut.

Darah yang tidak dapat perlakuaan apapun.

Darah yang tidak mendapatkan perlakuan apapun tidak mengalami perubahan struktur namun jika darah tersebut terlalu lama di diamkan maka darah akan membeku dan terbentuklah benang-benang fibrin yang akan membuat darah menjadi kental dan tidak dapat tembus cahaya, sehingga tulisan tidak akan terbaca. Rupa darah secara mikroskopikDarah yang ditambahkan dengan aquadest.

Darah yang diberi campuran aquadest pada saat dilihat dengan kasat mata, darah kelihatan baik, tetapi ketika dilihat dengan menggunakan mikroskop, sel-sel darah tersebut banyak yang telah pecah namun tidak semua pecah karena masih ada sel-sel darah merah yang mampu bertahan sampai pada saat tersebut.Darah yang ditambahkan dengan NaCl 3%.

Setelah pengamatan secara makroskopik telah dilakukan terhadap darah, dan hasilnya tulisan yang berada dibalik tabung reaksi berisikan darah tidak dapat dibaca tanpa diketahui sebab kenapa darah tersebut tidak bisa ditembus oleh cahaya. Namun setelah darah dilihat secara mikroskopik, jelaslah bahwa kondisi darah yang dicampurkan dengan larutan NaCl 3% terlihat kisut atau mengkerut karena cairan yang berada di dalamnya telah keluar. Hal tersebut karena perbedaan konsentrsi yang dimiliki oleh darah dan NaCl, dimana konsentrasi darah lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi yang dimiiki oleh NaCl.Darah yang tidak dapat perlakuan apapun.

Rupa sel-sel darah yang berada dalam tabung reaksi yang tidak mendapatkan perlakuan apapun saat diamati secara mikroskopik kondisi darah tersebut baik seperti darah yang masih normal.

2.7.2 Menentukan tekanan osmotik sel-sel darah merah Tekanan osmotik sel-sel darah ketika ditambahkan NaCl 3% kemudian ditambahkan dengan aquadest

Tekanan osmotik pada sel-sel darah dapat terganggu ketika sel-sel darah diberikan atau dicampurkan dengan larutan yang lain ( larutan yang mempunyai konsentrasi yang berbeda dengan konsentrasi yang dimiliki oleh sel-sel darah). Pada praktikum pertama yaitu mengamati darah secara mikroskopik maupun secara makroskopik, sel-sel darah yang diberi perlakuan dengan mencampurkan NaCl 3% telah kisut keadaanya. Namun jika sel-sel yang telah kisut tersebut diberi perlakuan tambahan dengan cara menambahkan aquadest kedalam lingkungannya maka sel-sel darah tersebut kembali ke seperti semula yaitu ke dalam kondisi yang normal, tetapi kondisi tersebut tidak mampu bertahan lama karena lama-kelamaan sel-sel darah tersebut akan mengalami Hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan osmotik sel-sel darah tidak cocok dengan perlakuan tersebut karena dapat menyebabkan gangguan pada sel-sel darah.

Tekanan osmotik sel-sel darah ketika ditambahkan aquadest kemudian ditambahkan dengan NaCl 3%

Sel-sel darah yang mampu bertahan ataupun sel-sel darah merah yang telah pecah akibat penambahan aquadest dapat diamati melalui mikroskop. Sel - sel darah merah yang mampu bertahan jika ditambahkan dengan dengan aquadest dapat kembali ke bentuk normal karena sifat tekanan osmotik akan selalu menyeimbangkan konsentrasi sistem dengan konsentrasi lingkungan. Tekanan osmotik akan menyeimbangkan konsentrasi sistem dengan cara mengambil cairan dari lingkungan jika konsentrasi di dalam sistem lebih tinggi dan sebaliknya. Ketika darah yang masih dapat mampu bertahan ditambahkan aquadest kedalam lingkungannya lalu ditambahkan lagi larutan yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pada konsentrasi aquadest mnamun organel-organel sel darah merah yang berada di dalamnya telah mati.

Tekanan osmotik sel-sel darah ketika ditambahkan NaCl 0,5%

Tekanan osmotik yang dimiliki oleh aquadest dan NaCl 3% tidak sama dengan tekanan osmotik dalam darah, sehingga dicoba dengan larutan NaCl tetapi dengan konsentrasi yang berbeda dengan NaCl yang memiliki besar 3% namun sekarang dicampurkan dengan NaCl yang memiliki konsentrasi sebesar 0,5% dengan harapan larutan tersebut memiliki tekanan osmotik yang sama dengan darah, namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Sel-sel darah yang masih normal ketika ditambahkan dengan NaCl berkonsentrasi 0,5% hasilnya tidak jauh berbeda dengan darah yang dicampur dengan aquadest. Sel-sel pada darah tersebut ada yang telah mengalami lisis dan ada juga yang masih mampu bertahan. Jadi tekanan osmotik dari sel-sel darah tidak sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 0,5%. Tekanan osmotik sel-sel darah ketika ditambahkan NaCl 0,9%

Ketika sel-sel darah merah diberi larutan NaCl yang mempunyai konsentrasi 0,9% ketika dilihat di bawah mikroskop, tidak ada pengaruh apapun terhadap kondisi fisiologik sel-sel darah tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh tekanan osmotik yang dimiliki oleh sel-sel darah dengan tekanan osmotik yang dimiliki oleh NaCl 0,9% itu sama, karena tekanan osmotik antara sel-sel darah dan NaCl 0,9% adalah sama, sehingga darah masih dalam kondisi yang normal.2.7.3 Darah I (Waktu pembekuan, Waktu pendarahan, Hematokrit dan HemoglobinNoNamaage Sex Aktivitas HBHemotokritWaktu pendarahanWaktu pembekuan

HATG

1Yoga19LKuliah60%80%48%8,54 detik480 detik

2Galih19LKuliah, makan7,8 gr/dl50%49%9,73 detik849,7 detik

3Imam18LKuliah, sarapang, makan siang12,02 gr/dl50%35,89 detik17 menit

4M. Galih19LJogging9,1 gr/dl48%12,92 detik420 detik

5Rivaldi20LJogging9,8 gr/dl56%9,71 detik1800 detik

6Rizal19LLari13 gr/dl40%50%32,15 detik20 menit

7Lutfi18LKuliah, nyuci, makan13,8 gr/dl50%48%12,44 detik7 menit

8Sauma19LKuliah, tidur, makan4,26 gr/dl70%46%8,42 detik24 menit

9Ridwan 19LKuliah, rapat4,3 gr/dl60%50%12 detik4 menit

10Ades18LTidur larut malam6,6 gr/dl70%49%7,21 detik660,31 detik

2.7.4 Penentuan nilai hematokrit

Volume darah = Volume Sel Darah =

Volume Hematokrit (VH) = Volume sel darah x 100% Volume darah

= x 100%

=

2.7.5 Penentuan waktu pendarahanWaktu pendarahan yang tercatat oleh kelompok kami adalah = 7,21 detik

2.7.6 Penentuan waktu pembekuanWaktu pembekuan yaitu waktu pada saat sel-sel darah membentuk benang-benang fibrin dan waktu pebekuan dari sel-sel darah pasien adalah =

2.8 Pembahasan

Penentuan kadar hemoglobin dengan metode Hemometer SahliHemometer Sahli merupakan salah satu jenis alat yang dapat digunakan dalam proses penghitungan kadar hemoglobin yang terkandung di dalam sampel darah yang akan dihitung. Kadar hemoglobin yang terkandung dalam sampel darah yang diambil dari pasien ternyata memiliki kisaran rata-rata yang berbeda antara kadar hemoglobin yang terkandung pada pria dan wanita. Jika kadar hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah wanita berkisar antara 8-11 %/gram % akan tetapi kisaran kandungan yang terdapat pada darah yang dimiliki oleh pria berkisar antara 11-14 %/gram %. Penentuan kadar hemoglobin dengan metode Tallquist AdamPenentuan kadar hemoglobin di dalam darah dengan menggunakan metode Tallquist Adam sangatlah berbeda dengan metode yang digunakan dalam pengukuran hemoglobin yang menggunakan Hemometer Sahli, karena jika dalam pengukuran yang menggunakan metode Tallquist Adam harus memiliki buku Standar Tallquist Adam yang digunakan untuk membandingkan dan membaca kadar darah yang terkandung dalam sampel darah yang diambil dari pasien. Metode Tallquist Adam sangatlah sederhana dalam proses pengerjaanya karena hanya menghisap sampel darah si pasien dengan kertas hisap lalu ditunggu sampai darah tersebut mengering, lalu dibandingkan hasilnya Penentuan nilai hematokritNilai hematokrit sangatlah penting digunakan untuk mendiagnosa penyakit kekurangan darah (Anemia). Pengerjaan praktikum ini cukup lama dan agak rumit karena sebelum darah diukur nilai hematokritnya, darah tersebut haruslah dimasukkan kedalam mikro kapiler yang berwarna merah, karena mikro kapiler yang berwarna merah itu mengandung zat anti koagulan lalu setelah darah terisi kedalamnya maka ditutup salah satu ujungnya dengan kristoseal. Setelah semua itu selesai dilakukan maka mikro kapiler tersebut dimasukkan kedalam alat sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Kemudian diukur dengan alat pembaca mikrokapiler (Micro Capillery Reader) atau skala hematokrit. Penentuan waktu pendarahanWaktu pendarahan darah si pasien yang diukur masih termasuk kedalam kondisi yang normal. Waktu pendarahan tersebut dihitung pada saat darah pertama yang keluar dari pasien hingga darah tersebut tidak keluar kembali. Penentuan waktu pembekuan

Waktu pembekuan merupakan waktu dimana darah tersebut keluar sampai terciptanya benang-benang fibrin pada darah.2.9 Eritrosit dan LeukositKel.TernakUmurSexStatur Kesehatan Eritrosit Leukosit

1Domba 13 BulanBetinaSehat170.00022.300

2Domba 1

3Domba 1

Rata-rata

4Domba 23,5 BulanBetinaSehat170.00022.300

5Domba 2

6Domba 2

Rata-rata

7Bebek 28 BulanJantanSehat320.00015.500

8Bebek 2

Rata-rata

9Bebek 28 BulanBetinaSehat320.00015.500

10Bebek 2

Rata-rata

KESIMPULAN

Darah memiliki sifat optik atau fernis Darah merupakan bagian dari cairan intraselluler dan cairan ekstraselluler yang sangat berguna bagi tubuh.

Pecahnya sel darah merah disebut dengan Hemolisis sedangkan mengkerutnya sel darah merah disebut dengan Apoptosis.

Ketika sel darah mengalami apoptosis sel darah tersebut akan mengkerut. Akan tetapi hal tersebut keadaan dimana sel darah tersebut telah mengkerut dapat kita kembalikan seperti kondisi yang normal dengan cara memberikan cairan yang lebih rendah konsentrsinya kedalam lingkungan sel tersebut.

Sama halnya dengan apoptosis, hemolisis juga dapat kita kembalikan kedalam kondisi yang normal kembali dengan cara menambahkan cairan yang lebih besar konsentrasinya kedalam lingkungan sel tersebut. Akan tetapi hal ini hanya berlaku pada sel-sel darah yang masih mampu bertahan ketika dia dicampur dengan cairan yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah.

Kadar hemoglobin dapat ketahui dengan berbagai cara. Contohnya dengan cara Hematin Asam dengan Hemometere Sahli, Tallquist Adam Method, dan Cyanomethemoglobin.

Hematokrit merupakan salah satu cara yang teliti dalam mendiagnosa Anemia.

Waktu pendarahan dalam sel dapat kita peroleh dengan cara menghitung waktu pada saat darah pertama yang keluar dari luka sampai darah terakhir yang keluar.

Waktu pembekuan darah merupakan waktu antara keluarnya darah pertama sampai terbentuknya benang-benang fibrin oleh darah tersebut.

Untuk menghitung jumlah sel-sel darah kita baik itu sel darah merah maupun sel darah putih kita membutuhkan alat bantu hitung yang bernama Haemocytometer.DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, M.Salman. 2004. BIOLOGI. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Frandson,R.D.1993. ANATOMI dan FISIOLOGI TERNAK. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Karmana, Oman.2000.BIOLOGI. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Radiopoetro.1990.ZOOLOGI. Jakarta : Erlangga. Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.