perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH INSTITUTIONAL OWNERSHIP, BOARD INDEPENDENCE
DAN AUDIT COMMITTEE MEETING FREQUENCY TERHADAP
FINANCIAL PERFORMANCE PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
DENNY ANDIKA RAHMAN
NIM. F0306089
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
Hai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar.
(QS. Al. Baqarah : 153)
"Allah Tidak Melihat Bentuk, Rupa, Dan Harta Kalian, Tapi
Dia Melihat Hati Dan Amal Kalian"
(Nabi Muhammad SAW)
"Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang kita miliki,
tetapi selalu menyesali apa yang belum kita capai"
(schopenhauer)
Banyak kegagalan dalam hidup ini, dikarenakan orang-orang
tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya kecilku ini untuk:
Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang sangat berharga
Papa almarhum & Mama yang paling aku cintai di dunia ini
terima kasih doa, bimbingan, dan kasih sayangnya kepada saya
karena telah memberi semangat di saat sedang terpuruk dan
memberi dukungan untuk kembali bangkit
Almamaterku yang selalu membuatku tersenyum dalam keadaan
apa pun dan di mana pun
Terima kasih semuanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul PENGARUH INSTITUTIONAL
OWNERSHIP, BOARD INDEPENDENCE DAN AUDIT COMMITTEE
MEETING FREQUENCY TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA.
Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi
Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan
segala kerendahan
dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan
Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan
Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Agus Budiatmanto, M.Si, Ak. selaku dosen
pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan
dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Bapak Drs. Wartono, M.Si, Ak dan Ibu Christyaningsih
Budiwati, SE, M.Si,
Ak selaku tim penguji skripsi.
5. Papa alm. dan Mama tercinta, terima kasih buat doa dan
kepercayaan yang
telah diberikan, Denny akan berusaha melakukan yang terbaik
untuk
membahagiakan kalian..
6. Eyang kakung dan Eyang putri tercinta terima kasih karena
selalu
mendoakan Denny dan mengingatkan sholat sehingga bisa jadi
manusia yang
soleh dan bertakwa kepada Allah SWT..
7. Kakakku tercinta, mbak Dhina dan Mas Imam terima kasih karena
selalu
mengajak jalan-jalan, nonton bioskop, karaokean buat refreshing
biar ga
jenuh..
8. Mas Iyok yang selama ini telah membantu menjalani kuliah
hingga akhirnya
bisa selesai sampai akhir..
9. Kokok dan Adhi sahabatku sejak kecil, yang telah membantu
segalanya
sehingga aku bisa selesai kuliah sampai saat ini..
10. Rofi Farih sahabatku yang sudah sukses di ibukota, terima
kasih buat
bantuannya selama ini, tanpa ada kamu, mungkin aku ga akan bisa
seperti
ini..
11. Mbak Nieldya kakakku yang tersayang yang lagi merantau di
negeri orang,
makasih banget buat segala sesuatu yang mbak berikan ke adekmu
ini,
semoga sukses selalu..
12. Temen-temen kontrakan Hanung, Kris, Tony, Budi, Eko, Darwin
yang selama
hampir 4 tahun ini kita bersama, aku ga akan melupakan kalian
semua..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
13. Teman-teman kelompok aneh Agung, Tita, Famera, Wida, Adit,
Danik, Ian
terima kasih buat kebersamaan kita terutama belajar kelompok
selama ini..
14. Teman-teman dekatku lainnya, Supri, Mora, Barjos ,Satria,
Loggar dan masih
banyak lagi terima kasih karena kalian sudah membantuku selama
ini..
15. Pak Timin yang selama ini telah membantu begitu banyak dalam
mengatasi
urusan kampus yang begitu ribetnya...
16. Pak Man dan Pak Pur yang selama kurang lebih 4 tahun ini
telah menjaga
keamanan motor saya dan selalu mendoakan yang terbaik buat
saya..
17. Teman-teman Accounting Society 06 yang tak pernah bisa
kulupakan, tetap
semangat dan jangan lupakan slogan kita semua Who is the
Best?
18. Sobat-sobat ku yang selalu bersedia meluangkan waktu,
tenaga, pikiran dan
memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.
19. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk
itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi
ini
bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 16 September 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
........................................................................................................
i
PERSETUJUAN
.........................................................................................
ii
PENGESAHAN
..........................................................................................
iii
MOTTO
.......................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN
.......................................................................................
v
KATA PENGANTAR
.................................................................................
vi
DAFTAR ISI
................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR
....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
................................................................................
xv
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.................................................................................
1
B. Perumusan Masalah
.........................................................................
8
C. Tujuan Penelitian
.............................................................................
8
D. Manfaat Penelitian
...........................................................................
9
E. Sistematika Penulisan
......................................................................
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
................................................................................
11
1. Agency Theory
...........................................................................
11
2. Good Corporate Governance
.................................................... 13
3. Kinerja
Keuangan........................................................................
22
B. Review Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
............................. 25
1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja
keuangan.. 25
2. Pengaruh Board Independence (Dewan Komisaris Independen)
terhadap Kinerja Keuangan
........................................................ 27
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Kinerja
Keuangan
....................................................................................
30
4. Kerangka Pikir Penelitian
........................................................... 33
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
..............................................................................
36
B. Populasi dan Sampel Penelitian
....................................................... 36
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
............................................... 37
D. Definisi dan Pengukuran Variabel
.................................................... 38
E. Metode Analisis Data
.........................................................................
39
1. Pengujian Asumsi Klasik
..............................................................
39
a) Pengujian Normalitas
........................................................ 39
b) Pengujian Multikolinearitas
.............................................. 40
c) Pengujian Autokorelasi
..................................................... 41
d) Pengujian Heteroskedastisitas
........................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Pengujian Hipotesis
.......................................................................
42
a) Pengujian
signifikansi-F.....................................................
43
b) Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji
signifikansi-t)
...................................................................
44
c) Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R2)
........................... 44
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
.....................................................................
46
B. Statistik Deskriptif
...............................................................................
47
C. Pengujian Asusmsi Klasik
...................................................................
48
1) Uji Normalitas
.................................................................................
49
2) Uji Multikolinearitas ...... 49
3) Uji Autokorelasi . 50
4) Uji Heteroskedastisitas 51
D. Pengujian Hipotesis
.............................................................................
52
1) Analisis Regresi Ganda
..................................................................
52
2) Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Signifikansi F)
................. 54
3) Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Signifikansi-t )
...... 54
4) Pengujian Ketepatan Perkiraan (R2)
.............................................. 55
E. Pembahasan
.........................................................................................
56
V. PENUTUP
A. Simpulan
.............................................................................................
60
B. Keterbatasan Penelitian
.......................................................................
61
C. Saran
....................................................................................................
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................
63
LAMPIRAN
.....................................................................................................
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Pengambilan Sampel
.....................................................................
46
Tabel IV.2 Hasil Statistik Deskriptif
...............................................................
47
Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Data
.............................................................
49
Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas
............................................................ 50
Tabel IV.5 Hasil Uji Run Test
.........................................................................
51
Tabel IV.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
.......................................................... 52
Tabel IV.7 Hasil Analisis Regresi Ganda
........................................................ 52
Tabel IV.8 Hasil Uji Signifikansi-F
................................................................
54
Tabel IV.9 Hasil Uji Signifikansi-t
.................................................................
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pikir Penelitian
........................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Nama Sampel Perusahaan
............................................... 69
Lampiran II Data Penelitian
..........................................................................
71
Lampiran III Hasil Uji Analisis
.....................................................................
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur kepemilikan pada suatu perusahaan mencerminkan
distribusi
kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang saham atas kegiatan
operasional
perusahaan. Pada umunya karakteristik struktur kepemilikan dapat
dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu: kepemilikan terkonsentrasi, dan
kepemilikan
menyebar. Karakteristik kepemilikan menyebar banyak ditemukan
pada
perusahaan-perusahaan di negara Inggris, Amerika Serikat, dan
Jepang. Pada
tipe kepemilikan menyebar masalah yang timbul adalah
perbedaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham (Jensen dan
Meckling,
1976). Tipe kepemilikan terkonsentrasi banyak ditemukan di
sebagian besar
negara di Asia, khususnya negara berkembang termasuk Indonesia.
Pada tipe
ini masalah yang sering timbul adalah konflik kepentingan antara
pemegang
saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Fan dan Wong,
2002).
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan
melalui kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Namun pihak
manajemen atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain
yang
bertentangan dengan tujuan utama tersebut sehingga timbul
konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik tersebut
dapat
diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut,
namun dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
munculnya mekanisme pengawasan akan menimbulkan biaya yang
disebut
sebagai agency cost.
Teori keagenan menyebabkan bahwa agency cost yaitu jumlah
biaya
yang dikeluarkan untuk kepentingan struktural, akademisi dan
pelaksanan
kontrak (baik formal maupun non formal), ditambah residual loss
(Jensen dan
Meckling, 1976). Teori keagenan menjelaskan bahwa
kepentingan
manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan,
hal
tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi
manajer
tersebut, karena pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh
manajemen
akan menambah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunan
keuntungan
perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima.
Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa agency problems
disebabkan oleh adanya sistem pengambilan keputusan yang
terpisah antara
manajemen dan pihak pengawas. Fuerst dan Sok-Hyon (2000)
menyatakan
bahwa berbagai penelitian, diantaranya penelitian Jensen dan
Meckling
(1976) serta Shleifer dan Vishny (1997), menunjukkan bahwa
pemisahan
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan membawa kepada kondisi
dimana
manajer akan menghambur-hamburkan kekayaan pemilik
perusahaan.
Pemisahan fungsi antara pemilik dan manajemen ini memiliki
dampak negatif
yang lain yaitu keleluasaan manajemen perusahaan untuk
mengoptimalkan
laba, hal ini akan mengarah pada proses mengutamakan
kepentingan
manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh
pemilik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perusahaan. Adanya konflik keagenan dapat mempengaruhi
kinerja
perusahaan.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari
kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.
Selain itu
tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan
dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku
yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil
yang
diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen
atau rencana
formal yang dituangkan dalam anggaran (IAI, 1999).
Laporan keuangan merupakan dasar untuk penilaian kinerja
perusahaan. Laporan keuangan adalah sebuah produk informasi
yang
dihasilkan yang sangat penting yang berkaitan dengan kondisi
perusahaan
sehingga dalam penyusunannya tidak bisa terlepas dari proses
penyusunannya. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan keputusan
yang
diambil dalam proses penyusunan laporan keuangan akan sangat
mempengaruhi dalam penilaian kinerja perusahaan.
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik
kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu
mekanisme
monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment)
berbagai
kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan
saham
perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan
Meckling,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan
dapat
disejajarkan dengan kepentingan manajer.
Kedua adalah dengan kepemilikan saham oleh investor
institusional.
Mohd et al. (1998) dalam Pratana dan Masud (2003) menyatakan
bahwa
investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen
dengan
kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk
mengatur laba
menjadi berkurang. Ketiga, melalui peran monitoring oleh dewan
komisaris
(board of directors) serta memaksimalkan fungsi komite audit
yang ada
dalam perusahaan. Dechow et al. (1996) dan Beasly (1996)
menemukan
hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan
pelaporan
keuangan. Selain itu juga ditemukan bahwa ukuran dan
independensi dewan
komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor
proses
pelaporan keuangan.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat
kontrol
eksternal terhadap perusahaan. Pozen (1994) mengungkapkan
beberapa
metode yang digunakan oleh pemilik institusional dapat
mempengaruhi
pengambilan keputusan manajerial. Adanya kepemilikan oleh
investor
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal
terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga kinerja
perusahaan akan
meningkat.
Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti
perusahaan
efek, perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi, dana
pensiun,
dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan
pengawasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan
saham
mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat
digunakan
untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Selain
itu, struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya
mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh
pada
kinerja keuangan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
yaitu
mengoptimalkan kinerja perusahaan.
Bhattacharya dan Graham (2007) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan
melalui mekanisme pengawasan atas operasional perusahaan. Ming
et al.
(2008) menyimpulkan bahwa kepemilikan insider dan institusional
pada
perusahaan Malaysia tidak mempengaruhi pendapatan saham dan
pembagian
dividen. Bukti ini bertentangan dengan seluruh temuan empiris
sebelumnya
pada perusahaan-perusahaan AS. Maka dapat disimpulkan bahwa
struktur
kepemilikan tidak mempengaruhi kinerja perusahaan di Malaysia
dan bahwa
masalah pokok agen tidak dapat dipecahkan melalui peningkatan
kepemilikan
saham insider sebagaimana yang diusulkan oleh Jensen dan
Meckling (1976).
Sementara itu, Filatotchev et al. (2005) memperoleh bukti
penelitian
bahwa anggota dewan komisaris independen berpengaruh pada
kinerja
perusahaan di Taiwan. Anggota dewan komisaris independen sebagai
pihak
yang netral dalam kepentingan kepemilikan perusahaan dapat
melakukan
pengawasan atas operasional perusahaan dengan baik hingga
berpengaruh
pada kinerja perusahaan. Sharma et al. (2009) melakukan
penelitian terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
keberadaan komite audit dalam mekanisme good corporate
governance
dengan hasil bahwa frekuensi rapat yang dilakukan oleh komite
audit
berhubungan dengan besarnya ukuran atau jumlah anggota komite
audit dan
kinerja perusahaan. Adanya frekuensi rapat komite audit lebih
banyak
mengindikasikan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh komite
audit
berjalan dengan efektif dalam arti bahwa tiap terjadi
permasalahan dalam
perusahaan dapat langsung dibahas dalam rapat komite audit
sehingga dapat
lebih cepat ditemukan penyelesaian sehingga tidak menurunkan
kinerja
perusahaan. Raghunandan dan Rama (2007) menguji ukuran komite
audit dan
frekuensi rapat komite audit terkait proses monitoring dan
kinerja perusahaan
dengan hasil bahwa ukuran dan frekuensi rapat komite audit
mempunyai
pengaruh terhadap tingkat kinerja perusahaan. Hasil yang sama
diperoleh
Carcello dan Neal (2003) bahwa frekuensi rapat komite audit
menghasilkan
satu proses monitoring yang efektif terhadap kegiatan
operasional perusahaan
sehingga memungkinkan perusahaan untuk mencapai tingkat kinerja
yang
lebih baik.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Bhattacharya
dan
Graham (2007) dengan perbedaan pada variabel independen yang
digunakan.
Bhattacharya dan Graham (2007) menggunakan variabel
institutional
ownership. Sementara itu penelitian ini menambahkan variabel
independen
berupa dewan komisaris independen dan frekuensi rapat komite
audit
sebagaimana digunakan dalam penelitian Filatotchev et al. (2005)
dan
Sharma (2009). Selain variabel penelitian, perbedaan dalam
penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
adalah sampel penelitian yang mana Bhattacharya dan Graham
(2007)
menggunakan sampel perusahaan di Finlandia, sementara itu
penelitian ini
menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Bhattacharya dan Graham (2007) menggunakan sampel berbagai
sektor
industri perusahaan di Finlandia, sementara itu penelitian ini
menggunakan
satu industri yaitu manufaktur dengan alasan untuk menghindari
pengaruh
perbedaan karakteristik industri pada hasil penelitian. Industri
manufaktur
dipilih karena industri manufaktur merupakan industri terbesar
di Bursa Efek
Indonesia sehingga memungkinkan untuk dapat diperoleh jumlah
sampel
yang representatif dan hasil penelitian yang baik dalam aspek
statistiknya.
Atas dasar paparan di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian terkait pengaruh struktur kepemilikan institusional,
anggota dewan
komisaris independen dan frekuensi rapat komite audit terhadap
kinerja
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam sebuah
penelitian
dengan judul PENGARUH INSTITUTIONAL OWNERSHIP, BOARD
INDEPENDENCE DAN AUDIT COMMITTEE MEETING
FREQUENCY TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti
berikut
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Apakah struktur kepemilikan institusional (institutional
ownership)
berpengaruh terhadap financial performance perusahaan
manufaktur
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah anggota dewan komisaris independen (board
independence)
berpengaruh terhadap financial performance perusahaan
manufaktur
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah frekuensi rapat komite audit (audit committee meeting
frequency)
berpengaruh terhadap financial performance perusahaan
manufaktur
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan
seperti berikut ini.
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh struktur
kepemilikan
institusional (institutional ownership) terhadap financial
performance
perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh anggota
dewan
komisaris independen (board independence) terhadap financial
performance perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh frekuensi
rapat komite
audit (audit committee meeting frequency) terhadap financial
performance
perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh
pihak-pihak
seperti berikut:
1. Bagi investor
Hasil penelitian dapat digunakan oleh investor dalam
pengambilan
keputusan investasinya terutama terkait dengan informasi
pengaruh
institutional ownership, board independence dan audit committee
meeting
frequency terhadap financial performance perusahaan, dengan
demikian
keputusan investasi yang diambil dapat lebih akurat dan
memungkinkan
investor untuk mengoptimalkan keuntungannya.
2. Bagi manajemen
Hasil penelitian dapat digunakan oleh manajemen perusahaan
dalam
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi financial
performance perusahaan khususnya institutional ownership,
board
independence dan audit committee meeting frequency agar
keputusan yang
diambil oleh manajemen perusahaan dapat meningkatkan nilai
bagi
perusahaan.
3. Bagi penelitian berikutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan
penelitian-penelitian berikutnya terutama penelitian terkait
faktor-faktor
yang mempengaruhi financial performance perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam bab-bab berikutnya dipaparkan dengan
sistematika
sebagai berikut ini.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang
memberi penjelasan mengenai laporan keuangan, analisis
laporan
keuangan, analisis rasio keuangan, serta review penelitian
terdahulu yang mendukung penelitian, dilanjutkan kerangka
pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III: METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan ruang lingkup penelitian,
populasi dan pemilihan sampel, pengumpulan data dan
pengukuran variabel, dan prosedur analisis yang terdiri atas
analisis regresi berganda.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data
penelitian,
pengujian hipotesis, dan interpretasi data.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
Untuk memahami masalah kepemilikan perusahaan (ownership)
maka
harus didasari oleh teori keagenan (agency theory). Teori ini
membahas
tentang adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian
perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah
sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor
(principal).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan
agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal,
sehingga memicu
biaya keagenan (agency cost). Selain itu manajemen memiliki
informasi yang
lebih banyak daripada pemilik tentang keadaan perusahaan.
Situasi ini
menimbulkan peluang bagi manajemen untuk berbuat curang.
Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan
memperoleh
kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat
dua
kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang
dikehendaki (Irfan, 2002).
Agency problem secara garis besar dapat terjadi ketika
manajer
membuat sebuah keputusan yang tidak konsisten dengan tujuan umum
dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sebuah perusahaan yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Hal
ini dikarenakan manajer ingin mementingkan dirinya sendiri.
Eisenhardt
(1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna
menjelaskan
tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri
sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia
selalu
menghindari risiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia
tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan
bertindak
berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya
(Wibisono, 2004).
Agency cost merupakan pengeluaran waktu dan uang yang
dilakukan
oleh perusahaan untuk mengurangi agency problem (Gallagher,
2000).
Menurut Jensen dan Meckling (1967), agency cost merupakan
penjumlahan:
(1) pengeluaran monitoring oleh principal, (2) pengeluaran
bonding oleh
agen, dan (3) kerugian residual. Semakin besar perusahaan,
semakin besar
pula agency cost-nya karena meningkatnya kebutuhan monitoring
dalam
perusahaan besar. Namun, agency cost dapat dikurangi dengan
meningkatkan
level kepemilikan manajemen supaya mengurangi biaya monitoring.
Agency
cost yang lebih rendah diasosiasikan dengan nilai perusahaan
yang semakin
tinggi.
Alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu melalui
mekanisme
pengendalian internal dan mekanisme pengendalian eksternal
atau
pengendalian pasar. Mekanisme pengendalian internal didesain
untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menyamakan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.
Menurut
Jensen dan Meckling (1976) ada beberapa cara yang dilakukan
untuk
mengurangi agency cost yaitu pertama dengan meningkatkan
kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen karena dengan hal itu manajer
merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang diambil. Kedua dengan
meningkatkan
divident pay-out ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup
banyak free
cash flow. Ketiga dengan meningkatkan pendanaan dengan hutang,
keempat
melalui institusional investor sebagai monitoring agents.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali
dikenal dengan
istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam
hubungannya antara
pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik
dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih
atau
diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga
tidak
mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk
mengurangi
permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.
Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem
ekonomi
pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan
baik
terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim
usaha di
suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan
yang sehat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG
oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk
menunjang
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam
peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate
Governance, menggunakan pengertian dari Cadbury Committee
dalam
mendefinisikan Corporate Governance, yaitu:
seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang
saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat
memberikan beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001):
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional
perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya
di
Indonesia.
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance
yang
dikemukakan oleh FCGI adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang
adil bagi
seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai
perlakuan yang
sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang
saham
minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan
kesalahan
perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan
harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
2) Disclosure/Transparency (Keterbukaan/Transparansi)
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat
pada
waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja
perusahaan,
kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga
obyektivitas
dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi
yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan
lainnya.
3) Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem
pengawasan
yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris,
direksi,
dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa
manajemen
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan
pihak-pihak
berkepentingan lainnya. Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk
itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja
yang
berkesinambungan.
4) Responsibility (Responsibilitas)
Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab
pengurus
dalam manajemen, pengawasan manajemen serta
pertanggungjawaban
kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini
diwujudkan
dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi
logis
dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggungjawab
sosial,
menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi
profesional
dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang sehat.
Mekanisme di dalam good corporate governance diantaranya
yaitu
struktur kepemilikan, komite audit dan juga dewan komisaris
(Bernhart dan
Rosenstein, 1998).
a. Struktur kepemilikan
Adanya agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur
kepemilikan.
Struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya
perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam
mencapai
tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini
disebabkan
oleh adanya kontrol yang mereka miliki. Istilah stuktur
kepemilikan
digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting
di
dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang
dan equity
tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manager dan
institutional
(Jensen dan Meckling, 1976).
Struktur kepemilikan merupakan komposisi modal antara utang
dan
ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham inside
shareholders
dan outside shareholders. Semakin terkonsentrasinya kepemilikan,
principal
mempunyai insentif untuk memonitor agar agen mereka bertindak
selaras
dengan kepentingan pemilik. (Bathala et al. 1994). Jensen dan
Meckling
(1976), menyatakan bahwa agency problem akan terjadi bila
proporsi
kepemilikan manajer kurang dari 100% sehingga manajer
cenderung
bertindak berdasar maksimalisasi nilai dari pengambilan
keputusan
pendanaan dan menyatakan bahwa kondisi tersebut merupakan
konsekuensi
dari pemisahan kepemilikan.
Menurut Kiryanto dan Suprianto (2006), adanya pemisahan
kepemilikan dan pengendalian perusahaan ini akan menyebabkan
timbulnya
asymmetric information. Ada dua jenis asymmetric information,
yaitu:
adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah
suatu tipe
informasi asimetri (asymmetric information), satu orang atau
lebih pelaku-
pelaku transaksi bisnis atau transaksi-transaksi yang potensial
mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
informasi lebih atas yang lain. Ketimpangan pengetahuan
informasi
perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar
modal
karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam
pengambilan
keputusan investasinya. Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe
informasi
asimetri (asymmetric information), satu orang atau lebih
pelaku-pelaku bisnis
atau transaksi-transaksi potensial dapat mengamati
kegiatan-kegiatan mereka
secara penuh dibandingkan dengan pihak lain. Masalah moral
hazard ini
terjadi karena pihak-pihak di luar perusahaan (investor)
mendelegasikan
tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor tidak
dapat
sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian
tersebut.
Struktur kepemilikan yang ada di perusahaan akan sangat
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan karena menunjukkan sebuah
komposisi
yang berisi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan
perusahaan.
Kesimpulannya adalah bahwa perusahaan yang melakukan pemisahan
antara
pemilik dan manajer lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung
memiliki
performansi perusahaan yang lebih jelek.
b. Komite audit
Definisi Komite Audit berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa
Efek
Indonesia Nomor: Kep-339/BEI/07-2001 yang dikeluarkan pada 20
Juli 2001,
tentang Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan
Umum
Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa adalah komite yang
dibentuk oleh
dewan komisaris Perusahaan Tercatat yang anggotanya diangkat
dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
diberhentikan oleh dewan komisaris Perusahaan Tercatat
melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi
direksi dalam pengelolaan Perusahaan Tercatat. Keanggotaan
komite audit
sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, seorang
diantaranya
merupakan komisaris independen Perusahaan Tercatat yang
sekaligus
merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota
lainnya
merupakan pihak ekstern yang independen di mana
sekurang-kurangnya satu
diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau
keuangan.
Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan
yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite
audit
antara lain seperti berikut ini.
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi
keuangan
lainnya.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan
perundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
auditor internal.
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi
perusahaan
dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris
atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut FCGI dalam Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit
dalam Pelaksanaan Corporate Governance, disebutkan bahwa secara
umum
tanggung jawab komite audit meliputi 3 (tiga) bidang berikut
ini.
1. Laporan Keuangan
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran
yang
sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, dan rencana
jangka
panjang.
2. Corporate Governance
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
perusahaan
sudah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang
berlaku,
melaksanakan usahanya dengan beretika, dan melaksanakan
pengawasan
terhadap benturan kepentingan yang ada di dalam perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan
Komite audit bertanggung jawab untuk melaksanakan pengawasan
terhadap perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang
masalah
serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem
pengendalian
intern serta memonitor proses pengawasan yang dilaksanakan oleh
auditor
intern.
c. Dewan komisaris
Menurut FCGI (2003), terdapat dua sistem yang berkaitan dengan
bentuk
dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system (sistem satu
tingkat) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
two tiers system (sistem dua tingkat). Sistem satu tingkat
hanya
mempunyai satu dewan direksi dalam perusahaan, biasanya
kombinasi
antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan
direktur
independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu, dan diangkat
karena
kebijakan, pengalaman dan relasinya. Ini dapat ditemukan di
Negara
Amerika Serikat dan Inggris.
Sistem dua tingkat mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan
pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan
direksi).
Tugas dewan direksi yaitu mengelola dan mewakili perusahaan dan
juga
memberikan informasi di bawah pengarahan dan pengawasan
dewan
komisaris. Anggota dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat
diganti
oleh anggota dewan komisaris. Tugas utama dewan komisaris
yaitu
bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen, tetapi
tidak
boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak
boleh
mewakili perusahaan dalam transaki-transaki dengan pihak
ketiga.
Anggota dewan komisaris diangkat melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Ini dapat ditemukan di negara-negara seperti
Indonesia,
Belanda, Denmark, Jerman dan Jepang.
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi
dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan
komisaris
lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan
bisnis
maupun kekeluargaan. Di sini yang dimaksud afiliasi yaitu
seperti berikut
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai
derajat
kedua, baik secara horisontal maupun vertikal.
2. Hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau
komisaris dari
pihak tersebut.
3. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat satu atau
lebih
anggota direksi atau dewan komisaris yang sama.
4. Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun
tidak
langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan
tersebut.
5. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan,
baik
langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama.
6. Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
Independensi Dewan Komisaris diwakili dengan adanya
Komisaris
Independen dalam dewan komisaris perusahaan. Bursa Efek
Jakarta
mengeluarkan SE-005/BEJ/09-2001 yang mensyaratkan bagi
perusahaan
yang tercatat di BEJ menunjuk komisaris independen minimal 30%
dari
seluruh dewan komisaris.
3. Kinerja Keuangan (Financial Performance)
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi untuk
mengetahui kinerja suatu perusahaan. Informasi seperti itu
diberikan melalui
pihak manajemen perusahaan untuk memberikan suatu gambaran
kinerja
perusahaan kepada stakeholder. Putro (2007) menyatakan bahwa
salah satu
faktor penting yang mempengaruhi pengaharapan investor adalah
kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
keuangan. Pada dasarnya pengukuran kinerja merupakan perilaku
manusia
dalam melaksanakan peran yang telah diberikan kepadanya untuk
mencapai
suatu goal congruence. Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan
pada
akhirnya tidak terlepas dari keterkaitannya untuk mencapai
tujuan perusahaan
yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Dewi (2004) untuk melakukan penilaian kinerja
keuangan
dalam suatu perusahaan dapat dilihat melalui 2 (dua) sudut
pandang yang
berbeda, yaitu:
a. Sudut pandang financial
Menurut sudut pandang ini, pengukuran kinerja meliputi
aspek-
aspek financial perusahaan seperti likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas.
b. Sudut pandang non financial
Menurut sudut pandang ini, pengukuran kinerja dari aspek-aspek
non
financial perusahaan seperti kepuasan pelanggan, inovasi produk,
dan
pengembangan peusahaan.
Menurut Pradhono et al. (2004), pengukuran kinerja
perusahaan
dapat terbagi menjadi tiga pokok utama, yaitu:
a. Pengukuran laba: Earning Per Share (EPS), Return on Asset
(ROA),
Return on Net Asset (RONA), Return on Capital Employment
(ROCE),
Return on Equity (ROE).
b. Pengkuran Cash Flow: free cash flow, Cash Flow Return on
Gross
Investment (CFROI), Total Shareholder Return (TSR) dan Total
Business
Return (TBR).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Pengukuran Nilai: Economic Value Added (EVA), Market Value
Added
(MVA), Cash Value Added (CVA) dan Shareholder Value (SHV).
Pengukuran kinerja keuangan ini penting karena dengan kinerja
ini
para manajer mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam
menentukan ukuran keuangan perusahaan untuk pengambilan
keputusan.
Ngui et. al (2007) menyatakan kinerja perusahaan merupakan
faktor yang
penting dalam dunia pasar modal. Apabila kinerja perusahaan
meningkat,
pasar akan merespon dengan meningkatnya nilai perusahaan
yaitu
meningkatnya harga saham perusahaan. Harga saham yang
meningkat
memunculkan potensi meningkatnya capital gain yang diperoleh
pemegang
saham. Dengan kinerja yang meningkat, diharapkan harga saham
perusahaan
meningkat, sehingga pemegang saham dapat memperoleh keuntungan
melalui
capital gain. Mekanisme corporate governance yang baik
diharapkan
menjadikan aktivitas perusahaan berjalan lebih baik, sehingga
kinerja
perusahaan menjadi meningkat.
Penelitian ini menggunakan ukuran kinerja keuangan berupa return
on
equity dengan alasan bahwa rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menyediakan pengembalian keuangan pada penyedia
dana
internal yang dalam hal ini adalah investor saham. Oleh karena
itu, ROE
mampu menggambarkan tingkat pengembalian secara keuangan
bagi
pemegang saham (investor) yang selaras dengan variabel
independen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu institutional
ownership.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
B. Review Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja
Keuangan
Kepemilikan institusional dapat diartikan sebagai proporsi
saham
yang beredar yang dimiliki oleh institusi lain di luar
perusahaan, seperti bank,
perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan
lain-lain pada
akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Wahidawati, 2001).
Siregar dan
Utama (2005) dalam penelitiannya mendefinisikan kepemilikan
institusional
sebagai kepemilikan saham oleh institusi keuangan seperti
perusahaan
asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Berbeda
dengan
blockholder yang dalam kepemilikan hanya pada seorang ataupun
sebuah
keluarga, kepemilikan institusional lebih mengacu pada institusi
yang dapat
berupa asuransi, bank ataupun institusi lainnya.
Peningkatan kepemilikan institusional dapat menyebabkan
kinerja
manajer diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku
opportunistic.
Kepemilikan institusional juga dianggap lebih dapat dengan
tepat
memperkirakan keuntungan di masa mendatang daripada kepemilikan
non
institusional (Jiambalvo, Rajgopal, dan Venkatachalam, 2002).
Institusi
biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki
sumber
daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham
lainnya. Jika
investor institusional tidak puas dengan kinerja manajemen, maka
mereka
dapat menjual sahamnya (Murni dan Andriana, 2007).
Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional yang besar merupakan cara untuk monitoring agent.
Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kepemilikan institusional dapat mengurangi agency cost atas debt
dan insider
ownership karena semakin besar kepemilikan institusional maka
akan dapat
mengurangi terjadinya konflik antara kreditur dan manajer, dan
akhirnya dapat
menekan biaya keagenan. Waddock dan Graves (1994) menemukan
hubungan
yang positif dan signifikan antara jumlah institusi yang
memiliki saham dan
kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Hal tersebut dikuatkan
oleh
penelitian Mahoney dan Robert (2003) yang menemukan hubungan
positif dan
signifikan antara kinerja sosial perusahaan dan jumlah
kepemilikan
institusional.
Kircmaier dan Grant (2006) melakukan penelitian tentang
struktur
kepemilikan perusahaan dengan kinerja perusahaan. Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan blockholder
akan
berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan yang akan
mempengaruhi kinerja
perusahaan. Para pelaku pasar akan merespon peningkatan kinerja
tersebut
melalui harga saham yang meningkat. Hasilnya menunjukkan bahwa
struktur
kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap kinerja dan nilai
perusahaan.
Ujiyantho dan Pramuka (2007) melakukan penelitian tentang
mekanisme corporte governance, manajemen keuangan dan nilai
perusahaan.
Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek
Jakarta 2002-2004. Hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa
kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen
dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama berpengaruh
signifikan
terhadap manajemen laba. Pengujian secara parsial menunjukkan
bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap
manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
signifikan
terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh
positif signifikan terhadap manajemen laba, jumlah dewan
komisaris tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen
laba
(discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja
keuangan (cash flow return on assets).
Uraian di atas mendasari perumusan hipotesis pertama dalam
penelitian ini, seperti berikut:
H1: Terdapat pengaruh struktur kepemilikan institusional
(institutional
ownership) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar
di Bursa
Efek Indonesia.
2. Pengaruh Board Independence (Dewan Komisaris Independen)
terhadap Kinerja Keuangan
Menurut FCGI (2003), dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan
strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan,
serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Aktifnya peranan dewan
komisaris
dalam praktek sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan
oleh
perusahaan yang bersangkutan. Di Indonesia sering terjadi
anggota dewan
komisaris tidak menjalankan peran pengawasannya terhadap dewan
direksi.
Dewan komisaris dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini dapat
dilihat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
fakta bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki
kemampuan dan
tidak dapat menunjukkan independensinya sehingga gagal untuk
mewakili
kepentingan stakeholder lainnya.
Komisaris independen merupakan salah satu bagian inti dari
perusahaan dalam mengawasi pengurusan perseroan yang dilakukan
oleh
direksi dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan
operasional
perusahaan (Kusuma dan Susanto, 2004). Penelitian oleh Ngui, et
al. (2007)
menyatakan bahwa komisaris independen menjembatani
kepentingan
manajemen dan kepentingan pemegang saham. Komisaris
independen
menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap
kinerja
manajemen perusahaan dan akan berusaha untuk memastikan
bahwa
manajemen akan melakukan pengelolaan perusahaan yang
bertujuan
memaksimalkan return bagi pemegang saham.
Dewan komisaris independen merupakan alat pemonitoran yang
efektif. Bukti empiris mengenai jumlah komisaris independen yang
efektif
masih belum konsisten. Song dan Windram (2000) memberikan bukti
empiris
bahwa jumlah komisaris independen yang lebih kecil meningkatkan
kualitas
pelaporan keuangan dan menurunkan probabilitas kesalahan dalam
pelaporan
keuangan. Yermack (1996) mendukung jumlah komisaris yang lebih
sedikit,
karena penilaian perusahaan yang lebih baik terkait dengan
jumlah komisaris
yang lebih sedikit. Shivdasani (1993) beragumen bahwa semakin
besar jumlah
dewan komisaris independen merefleksikan reputasi yang semakin
baik
sebagai pemonitor. Dengan proporsi anggota independen yang besar
dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
struktur dewan komisaris, akan memberikan efek pengawasan yang
lebih baik
dan dapat membatasi peluang-peluang kecurangan pihak manajerial
(Fama dan
Jensen, 1983). Hal ini berarti dewan komisaris independen
mendapat respon
positif dari para investor, namun jumlah komisaris yang efektif
masih menjadi
perdebatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Susanto (2004)
tentang
efektivitas mekanisme bonding yang merupakan kasus pada
perusahaan-
perusahaan yang dikontrol komisaris independen mendapatkan hasil
bahwa
peran komisaris independen tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
mekanisme bonding dividen dan utang dalam mengurangi masalah
agensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Harford et. al (2008) menemukan
bahwa peran
komisaris independen secara positif berpengaruh terhadap tingkat
leverage
(utang) perusahaan. Di mana dewan yang lebih kuat dan independen
akan
mendesak perusahaan untuk mempunyai atau melakukan pendanaan
melalui
utang yang lebih besar dan dalam bentuk utang jangka pendek yang
besar pula.
Paparan di atas menjadi dasar pengembangan hipotesis kedua
dalam
penelitian, yaitu seperti berikut ini:
H2: Terdapat pengaruh anggota dewan komisaris independen
(board
independence) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Kinerja
Keuangan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menguji
pengaruh
komite audit terhadap kinerja keuangan. Klein (2002) menyatakan
bahwa
komite audit secara internal diharapkan akan mampu meningkatkan
efektivitas
operasional perusahaan. Komite audit diharapkan mampu mengurangi
praktik
manipulasi laba dalam perusahaan yang dapat merugikan pemegang
saham.
Komite audit bertugas mengamati seluruh proses keuangan dalam
perusahaan,
hal tersebut dapat dilihat pada pertemuan rutin komite audit
dengan auditor
independen dan manajer keuangan perusahaan, proses audit dan
pengendalian
akuntansi secara internal.
Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa komite audit
adalah
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan
tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit
sangat penting
bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen
baru dalam
sistem perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai
penghubung
antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen
dalam
menangani masalah pengendalian.
Penelitian DeFond dan Jiambalvo (1991); McMulen (1996);
Beasly
dan Salterio (2001); Mc Mullen dan Raghunandan (1996)
mendukung
keberadaan komite audit yang dapat meningkatkan kualitas
pelaporan
keuangan. Hal ini menandakan bahwa investor telah melihat nilai
lebih pada
perusahaan yang memiliki komite audit independen. Sementara itu,
penelitian
yang dilakukan oleh Beasley (1996); Kalbers (1992) dan juga
Menon dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
William (1994), menunjukkan tidak adanya perbedaan antara
perusahaan yang
memiliki komite audit independen dengan yang tidak. Hasil
penelitian ini
menandakan ketidakpercayaan investor terhadap kemampuan komite
audit
dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Komite audit yang aktif akan meningkatkan peran mereka untuk
mengejar tujuan dari perusahaan. Maka komite audit akan
melakukan
pertemuan tiap tahunnya. Frekuensi rapat komite audit akan
menunjukkan
apakah komite itu aktif atau tidak. Meskipun kehadiran direktur
non eksekutif
dihubungkan dengan efektivitas komite audit, itu tidak menjamin.
Menon dan
Williams (1994) menunjukkan bahwa komite audit independen tidak
menjamin
efektivitas kecuali komite ini aktif. Selain itu, Kalbers dan
Forgarty (1993)
mendukung argumen ini dan menunjukkan efektivitas komite audit
itu hanya
akan terwujud jika anggota berkomitmen untuk mengejar peran dan
tugas
mereka. Persyaratan pencatatan di BMB (2001), BRC (1999) dan
Treadway
Commission (1987) mengusulkan bahwa komite audit harus
bertemu
setidaknya empat kali setahun.
Jumlah pertemuan merupakan upaya yang dilakukan oleh komite
audit
untuk memastikan kinerja perusahaan dan pelaporan keuangan yang
baik.
Komite audit yang aktif adalah komite yang melakukan review
laporan
keuangan dan transaksi untuk memastikan bahwa kontrol internal
di dalam
perusahaan telah dilakukan dengan tepat dan sesuai.
Sharma et al. (2009) melakukan penelitian terkait keberadaan
komite
audit dalam mekanisme good corporate governance dengan hasil
bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
frekuensi rapat yang dilakukan oleh komite audit berhubungan
dengan
besarnya ukuran atau jumlah anggota komite audit dan kinerja
perusahaan.
Adanya frekuensi rapat komite audit lebih banyak mengindikasikan
bahwa
pengawasan yang dilakukan oleh komite audit berjalan dengan
efektif dalam
arti bahwa tiap terjadi permasalahan dalam perusahaan dapat
langsung dibahas
dalam rapat komite audit sehingga dapat lebih cepat ditemukan
penyelesaian
sehingga tidak menurunkan kinerja perusahaan. Raghunandan dan
Rama
(2007) menguji ukuran komite audit dan frekuensi rapat komite
audit terkait
proses monitoring dan kinerja perusahaan dengan hasil bahwa
ukuran dan
frekuensi komite audit mempunyai pengaruh terhadap tingkat
kinerja
perusahaan. Hasil yang sama diperoleh Carcello dan Neal (2003)
bahwa
frekuensi rapat komite audit menghasilkan satu proses monitoring
yang efektif
terhadap kegiatan operasional perusahaan sehingga memungkinkan
perusahaan
untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik.
Ngui et al. (2007) menyatakan bahwa keberadaan komite audit
dapat
berfungsi mengurangi potensi kecurangan yang ada dalam
perusahaan. Proses
audit akan membuat manajemen lebih berhati-hati dalam membuat
laporannya.
Peran monitoring secara keseluruhan dari komite audit akan
membuat
manajemen bekerja lebih baik lagi. Dengan pengelolaan perusahaan
yang baik,
diharapkan kinerja perusahaan juga dapat meningkat.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini didasarkan pada paparan di
atas,
adapun hipotesis yang dimaksud seperti berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
H3: Terdapat pengaruh frekuensi rapat komite audit (audit
committee meeting
frequency) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar
di Bursa
Efek Indonesia.
4. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan
gambar
II.1 seperti berikut ini.
Variabel independen variabel dependen
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh institutional
ownership,
board independence, dan audit committee meeting frequency
sebagai terhadap
financial performance perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bursa efek
indonesia. Institutional ownership, board independence, dan
audit committee
merupakan mekanisme dalam tata kelola perusahaan yang baik
(good
H3
Institutional Ownership
Board independence
Audit Committee Meeting
Frequency
Financial Performance
H1
H2
Firm size
Variabel kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
corporate governance) yang menitik beratkan pada proses
pengawasan
operasional perusahaan dan meminimalisasi konflik keagenan
(agency
conflict) di antara manajemen dan prinsipal perusahaan. Dengan
problem
agensi yang dapat diminimalisasi tersebut diharapkan kegiatan
operasional
perusahaan dapat berjalan lancar dan meningkatkan kinerja
perusahaan.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan perusahaan
oleh
institusi atau lembaga tertentu. Kepemilikan ini mempunyai
karakteristik
yang kuat untuk melakukan pengawasan pada perusahaan mengingat
institusi
mempunyai sumberdaya dan sumberdana yang lebih kuat
dibanding
kepemilikan perorangan sehingga dengan pengawasan yang lebih
kuat
tersebut dapat berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan.
Dewan
komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang
berasal dari
baik pihak eksternal perusahaan yang lebih dapat bersifat netral
tidak
memihak manajemen maupun prinsipal sehingga pengawasan yang
dilakukan
dapat lebih baik dan mempengaruhi pencapaian kinerja perusahaan
yang lebih
baik. Komite audit merupakan lembaga yang dibentuk untuk
melakukan
pengawasan dan memastikan kegiatan yang dilakukan perusahaan
dapat
mencapai kinerjanya. Dalam melakukan pengawasan kegiatan
operasional
ditandai dengan adanya rapat anggota komite audit. Rapat komite
audit
dilakukan guna merespon permasalahan yang terjadi dan frekeuensi
rapat
komite audit mengindikasikan aktivitas yang dilakukan oleh
komite audit
dalam melakukan pengawasan perusahaan sehingga dapat
berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai
variabel
kontrol. Ukuran perusahaan biasanya dinyatakan dengan jumlah
aset,
pendapatan atau kewajiban perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
ukuran
besar diindikasikan mempunyai sumberdaya yang besar dan akses
untuk
memperoleh sumberdaya yang luas sehingga mempunyai keleluasaan
yang
cukup untuk melakukan proses operasional dan pada akhirnya
mampu
menghasilkan kinerja perusahaan yang baik atau tinggi. Dalam
penelitian ini
ukuran perusahaan dinyatakan dengan logaritma natural dari total
aset
perusahaan. Alasan penggunaan logaritma natural untuk total aset
adalah
bahwa untuk menghindari jumlah angka variabel yang berbeda
secara
ekstrem karena untuk ukuran menggunakan jumlah absolut rupiah
sementara
variabel lain menggunakan rasio.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis
testing) yang
tujuan untuk mengetahui institutional ownership, board
independence dan
audit committee meeting frequency terhadap financial performance
pada
perusahaan manufaktur yang telah go public dan terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI). Menurut sekaran (2000), pengujian hipotesis
harus dapat
menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan
antar
kelompok atau interdependenesi dua variabel atau lebih.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi merupakan kelompok orang, kejadian atau peristiwa
yang
menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003).
Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan
manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
(BEI) per tanggal 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember
2008.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran,
2003).
Sampel merupakan beberapa anggota yang diambil dari populasi.
Sampel
yang diteliti pada tahun 2007-2008 harus menyediakan data
yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dibutuhkan dalam penghitungan, pengukuran dan penilaian
variabel.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan
metode purposive sampling. Metode pengambilan anggota sampel
ini
menggunakan dasar beberapa kriteria sebagai berikut ini.
1) Perusahaan manufaktur yang telah go public dan terdaftar di
Bursa
Efek Indonesia per 1 Januari 2007 sampai dengan per 31 Desember
2008.
2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan
untuk
periode tahun 2007 dan 2008 yang tersedia pada www.idx.co.id
ataupun website perusahaan.
3) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan
yang
mencantumkan informasi dan data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
3. Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi
yang
diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2003). Alasan menggunakan
data
sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk
diperoleh dan
memiliki waktu yang lebih luas. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari data
publikasi laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel yaitu
seluruh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun data
berikut
terdiri dari data berikut ini.
a. Data perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
Indonesia
(BEI) pada tahun 2007 dan 2008.
b. Laporan tahunan perusahaan pada tahun 2007 dan 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Definisi dan Pengukuran Variabel
a. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan
perusahaan (financial performance) yang diproksikan dengan
return on
equity (ROE). ROE merupakan kemampuan perusahaan dengan
dalam
memperoleh laba atas jumlah ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. ROE
dalam penelitian ini diformulakan dengan rumus seperti berikut
ini.
ROE =
b. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Institutional Ownership
Institutional ownership merupakan jumlah kepentingan atas
saham
perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham institusi. Variabel
ini
diukur dengan persentase kepemilikan saham institusi. Variabel
ini
diukur dengan formula seperti berikut ini.
2) Board independence
Board independence merupakan anggota dewan komisaris yang
berasal dari pihak luar atau independen. Variabel ini diukur
dengan
formula seperti berikut ini.
Board independence =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3) Audit Committee Meeting Frequency
Audit Committee Meeting Frequency merupakan jumlah rapat
komite
audit dalam satu periode. Variabel ini diukur dengan jumlah
frekuensi
rapat komite audit dalam satu periode akuntansi.
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan
yang
ditentukan dengan nilai logaritma natural atas total aset
perusahaan.
Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol didasarkan
pada
alasan bahwa perusahaan yang besar mempunyai sumber daya dan
sumber dana yang lebih besar serta akses yang lebih leluasa di
dalam
perolehan dana. Dengan hal tersebut memungkinkan perusahaan
besar
untuk menciptakan operasional yang dan mecapai kinerja keuangan
yang
lebih baik dibanding dengan perusahaan kecil yang relatif
terbatas baik
dari segi sumber daya, sumber dana maupun akses perolehan
dana.
5. Metode Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang dilakukan peneliti adalah
sebagai
berikut ini.
a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi dengan membagi model regresi, variabel pengganggu
atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk
menguji
normalitas, peneliti akan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
Jika
nilai value > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal,
jika
value < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Dalam
penelitian
ini, peneliti menggunakan asumsi central limit theorem yang
menyatakan bahwa untuk sampel besar (n > 30) akan mendekati
suatu
distribusi normal (Gujarati, 2003).
b. Pengujian Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen)
(Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi
korelasi di antara independen. Jika variabel independen saling
korelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel
orthogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel
sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat
Tolerence dan
Variance Infaltion Factors (VIF) dengan alat bantu program
Statistical
Product and Service Solution (SPSS).
Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Jadi
nilai
Tolerence yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF
= 1/Tolerence). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerence < 0.10 atau
sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan nilai VIF > 10. Bila ternyata dalam model terdapat
multikolinieritas, peneliti akan mengatasi hal tersebut
dengan
transformasi variabel. Transformasi variabel merupakan salah
satu cara
mengurangi hubungan linier di antara variabel independen.
Transformasi dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural
dan
bentuk first difference atau delta (Ghozali, 2005).
c. Pengujian Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu
berkaitan satu sam lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
runtut
waktu (time series) karena gangguan pada individu atau
kelompok
yang sama pada periode berikutnya. Pada data cross section
(silang
waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena
gangguan
pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok
yang
berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari
autokorelasi (Ghozali, 2005). Untuk menguji ada tidaknya
masalah
autokorelasi, penelitian ini menggunakan alat statistik berupa
run test
dengan kriteria pengujian didasarkan pada nilai asymp sig.
Apabila
nilai asymp sig > 5% maka dapat dinyatakan tidak terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
autokorelasi dan sebaliknya jika lebih kecil 5%, maka
terdapat
autokorelasi dalam model regresi yang digunakan.
d. Pengujian Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section
mengandung
siatuasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data
yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali,
2005).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
model,
peneliti akan menggunakan uji Glejser dengan bantuan program
SPSS.
Apabila koefisien parameter beta > 0.05 maka tidak ada
masalah
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Jika ternyata dalam model
terdapat
heteroskedastisitas, maka cara memperbaiki dapat dilakukan
dengan:
a) Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan
membagi model regresi dengan salah satu variabel
independen yang digunakan dalam model tersebut.
b) Melakukan transformasi logaritma.
2. Pengujian Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di
atas
maka hipotesis akan diuji dengan persamaan regresi seperti
berikut ini.
Keterangan:
FP = Financial performance
0, = Konstanta
1... 4 = Koefisien regresi
INSTT = Institutional ownership
BOARD = Dewan komisaris independen
FREQ = Frekuensi rapat komite audit
LN_SIZE = Ukuran perusahaan
i = Error term
a) Pengujian signifikansi-F
Untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen,
maka peneliti menggunakan uji pengaruh simultan dengan alat
bantu program SPSS versi 16.0. Kriteria pengujiannya adalah
seperti berikut ini.
(1) H0 diterima dan Ha ditolak, apabila nilai signifikansi
lebih
dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara
FP = 0 + 1 INSTT + 2 BOARD + 3 FREQ + 4 LN_SIZE + 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.
(2) H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu apabila bila nilai
signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model
regresi signifikan.
b) Pengujian Parameter Individual (Uji signifikansi-t)
Uji signifikansi-t digunakan untuk mengetahui apakah
variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat
dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan. Kriteria
pengujiannya
adalah seperti berikut ini.
a) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila bila nilai
signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel
independen secara individual tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila nilai
signifikansi
kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.
c) Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat
ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi
majemuk
(R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang
mendekati
1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua
variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai
adjusted
R2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh
institutional ownership (INSTT), board independence (BOARD),
audit
committee meeting frequency (FREQ) terhadap financial
performance (FP).
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan perusahaan
yang
diakses melalui www.idx.co.id. Berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan
sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian.
Tabel IV.1 Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI per 1 Januari
2007 sampai dengan 31 Desember 2008. 298
2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menerbitkan
laporan tahunan tetapi laporan tahunan tidak tersedia baik pada
www.idx.co.id maupun website perusahaan. 127
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menerbitkan
laporan tahunan dengan informasi dan data tidak lengkap, seperti
frekwensi rapat komite audit 103
jumlah sampel penelitian. 68
Sumber : Indonesia Capital Market Directory (ICMD)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 68 perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di BEI per 1 Januari 2007 sampai dengan 31
Desember 2008.
Atas jumlah tersebut, tidak ada perusahaan yang tidak
menerbitkan laporan
tahunan dan juga tidak terdaftar laporan perusahaan manufaktur
yang tidak
secara lengkap mencantumkan informasi dan data yang diperlukan
dalam
penelitian. Perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 68, adapun
daftar
perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada lampiran.
Langkah
selanjutnya adalah pengumpulan data dari perusahaan yang
dijadikan sampel
penelitian. Data digunakan untuk menganalisis pengaruh
institutional
ownership (INSTT), board independence (BOARD), audit
committee
meeting frequency (FREQ) terhadap financial performance (FP).
Analisis
dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0.
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data
yang
digunakan sebagai sampel. Statitistik deskriptif menggambarkan
distribusi
data yang terdiri dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata dan nilai
standar deviasi atas data variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Berikut merupakan statistik deskriptif untuk masing-masing
variabel dalam
penelitian ini.
Tabel IV.2 Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
INSTT 68 0,13 0,98 0,7077 0,18896
BOARD 68 0,25 0,50 0,3850 0,06930
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
FP 68 -0,87 0,78 0,1734 0,20832
FREQ 68 2,00 36,00 8,1618 5,14741
LN_SIZE 68 8,93 18,21 14,6306 1,50672
Valid N (listwise) 68
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel di atas menunjukkan untuk
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI memiliki rata-rata nilai INSTT sebesar 0,7077,
nilai
minimum sebesar 0,13 (13%) oleh PT. Metrodata Electronics Tbk.
dan nilai
maksimum sebesar 0,98 atau sebesar 98% yang dimiliki oleh PT.
Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk. Rata-rata nilai BOARD sebesar 0,3850,
nilai
minimum sebesar 0,25 (25%) oleh PT. Lautan Luas Surabaya Tbk.
dan nilai
maksimum sebesar 0,50 atau sebesar 50% yang dimiliki oleh PT.
Unilever
Indonesia Tbk. Rata-rata nilai FP sebesar 0,1734, nilai minimum
sebesar -
0,87 (-87%) oleh PT. Myoh Technology Tbk. dan nilai maksimum
sebesar
0,78 yang dimiliki oleh PT.Unilever Indonesia Tbk. Rata-rata
nilai FREQ
sebesar 8,1618, nilai minimum sebesar 2,00 oleh PT. Myoh
Technology Tbk.,
PT. Kalbe Farma Tbk. dan PT. Merck Tbk. dan nilai maksimum
sebesar
36,00 yang dimiliki PT. Semen Gresik Tbk. Rata-rata nilai
LN_SIZE sebesar
14,6306, nilai minimum sebesar 8,93 oleh PT. Myoh Technology
Tbk. dan
nilai maksimum sebesar 18,21 yang dimiliki oleh PT. Astra
Graphia Tbk.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear
untuk menguji pengaruh institusional ownership (INSTT),
board
independence (BOARD), audit committee meeting frequency
(FREQ)
terhadap financial performance (FP). Namun sebelumnya dilakukan
uji
asumsi klasik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk
estimasi
dengan signifikan dan representatif jika model regresi tersebut
tidak
menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa:
normalitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap residual regresi yang dilakukan
dengan
program SPSS 16.0. hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran.
Secara
ringkas hasil ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Data
Unstandardized Residual N 68
Normal Parametersa Mean 0,0000000
Std. Deviation 15,12257335
Most Extreme Differences Absolute 0,110
Positive 0,110
Negative -0,082
Kolmogorov-Smirnov Z 0,910
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,379
a. Test distribution is Normal.
Sumber: hasil pengolahan data
Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan residual dapat
diketahui p-value lebih besar dari 5% (p > ), maka dapat
dinyatakan
bahwa seluruh data memiliki sebaran data normal.
2. Uji Multikolinearitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antar
variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang
tidak
terdapat korelasi antara variabel independen atau