BAB I
PENDAHULUAN1. Latar Belakang
Dahulu dalam mengerjakan suatu pekerjaan kita sering sekali
mengandalkan tenaga kita yang menyebabkan keletihan dan dari
keletihan tersebut akan menyebabkan kurangnya konsentrasi dalam
bekerja yang mengakibatkan pekerjaan yang kita lakukan akan rusak
atau tidak seperti yang kita harapkan dan juga akan menyebabkan
kecelakaan kerja yang merugikan diri kita sendiri. Oleh karena itu
banyak orang yang mengharapkan langkah atau jalan apa yang harus
kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Sekarang ini sudah
banyak orang yang menemukan langkah atau jalan apa yang harus
dilakukan seperti dengan menciptakan alat agar dapat mengurangi
tingkat kecelakaaan dan juga mempermudah dalam melakukan pekerjaan
tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga. Dan sekarang ini kami akan
merencanakan pembuatan alat yang mempunyai tujuan seperti diatas
yaitu alat untuk pemindah barang yang bisa dikerjakan secara
otomatis yang dapat dikontrol dengan PLC .Dalam membuat alat ini
kami akan memperhitungkan apa saja yang diperlukan yang sesuai
dengan standar operasional pengerjaan alat dan juga kami berusaha
untuk memaksimalkan kerja alat ini dengan tingkat keamanan bagi
pengguna. serta mengacu pada tingkat ekonomis pembuatan alat. Pada
kasus ini maka owner (pemilik modal) akan melakukan open tender
untuk melakukan pekerjaan pembuatan alat ini. Dari keadaan tersebut
maka akan tercipta suatu keterikatan/hubungan antara pemilik modal
dengan perancang alat ini
Untuk melengkapi pekerjaan kami ini, kami sudah menyiapkan
dokumen penawaran yang terdiri dari Bill Of Quantity (BQ), Analisa
Harga Satuan (AHS), Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Kurva S serta
Metode Pekerjaan yang akan dilakukan untuk melancarkan semua
pekerjaan agar sesuai dengan yang kita harapkan ,walaupun pastinya
nanti dalam proses pengerjaan akan ada hambatan yang akan
mengganggu pekerjaan pembuatan alat ini ,dan pada akhirnya semoga
pekerjaan ini dapat berjalan sesuai yang kami inginkan.
2. Permasalahanpembuatan alat perancangan kontrol mesin pemindah
barang ini, terdapat permasalahan yang mungkin timbul, antara lain:
Bagaimana agar perancangan yang akan kami buat dapat berjalan
dengan baik Bagaimana merancang alat ini agar dapat dijalankan
dengan aman
Bagaimana agar alat ini dapat digunakan dalam waktu yang
lama
Bagaimana menghemat biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan alat
ini
Dokumen apa saja yang akan dibuat.
Bagaimana cara membuat Dokumen penawaran proyek yang meliputi
Bill of Quantity (BQ), Analisa Harga Satuan (AHS), Rencana Anggaran
Biaya (RAB), Kurva S, dan Metode Kerja.
Berapa besar Penawaran yang akan dilakukan
Bagaimana pengendalian biaya yang dilakukan
Menentukan rangkaian kontrol yang dimengerti oleh PLC LG,
Memilih instruksi dan fasilitas pada PLC LG sehingga sehingga
mendukung dalam pembuatan rangkaian kontrol.
3. Maksud dan Tujuan Mampu merencanakan dan membuat mesin yang
diinginkan Mampu memprediksi apa saja kendala yang akan terjadi
pada saat membuat mesin ini
Dapat membuat mesin yang mampu bekerja selama mungkin atau tahan
lama dan tingkat keamanan yang baik
Mampu membuat Dokumen yang diperlukan dalam melakukan
penawaran
Mampu membuat Dokumen penawaran proyek yang meliputi Bill of
Quantity (BQ), Analisa Harga Satuan (AHS), Rencana Anggaran Biaya
(RAB), dan Metode Kerja.
Mampu membuat besar penawaran yang akan diajukan.
Mampu membuat metode pengendalian biaya.
4. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam pelaporan proyek ini adalah sebagai
berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang masalah, permasalahan, tujuan, dan
sistematika penulisan yang digunakan.
Bab II: LANDASAN TEORI
Memberikan gambaran tentang teori-teori dasar yang dipergunakan,
dalam pembuatan plant ini
Bab III: Perancangan control berbasis PLC
Bahasan tentang sistem kerja mesin pencampur bahan berbasis PLC
yang terdiri dari deskripsi otomatis, deskripsi manual, deskripsi
gangguan, dan flow chartnya. Serta analisa rangkaian kontrol hingga
perhitungan yang dilengkapi dengan daftar bill of quantity, analisa
pembuatan engineering estimate, dan RKS ( Rencana kerja dan
syarat-syarat).
Bab IV: PENUTUP
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan kerja
mesin pemindah barang otomatis dengan PLC .BAB II
LANDASAN TEORIPada saat membuat plant ini kami harus mampu
mengerjakan plant yang diinginkan oleh pemilik modal atau orang
yang menginginkan pengerjaan alat ini, yakni harus handal ,safety,
dan mampu bekerja dalam waktu yang lama
Dan juga kami harus mampu membuat dokumen penawaran yakni yang
berisi bill of quantity, analisa harga satuan, rencana anggaran
biaya, dan lain lain yang harus dilengkapi. Semua itu bertujuan
agar tender yang kita buat jelas dan mampu untuk digunakan atau
sesuai dengan standar yang dapat diterima oleh pemilik modal atau
pemesan.
1. Bill Of Quantity (BQ)Bill OF Quantity (BQ) akan memuat
uraian-uraian pekerjaan yang akan dilakukan dalam sebuah proyek,
apa satuan dari pekerjaan tersebut serta volume dari yang akan
dikerjakan.
2. Analisa Harga SatuanAnalisa Harga Satuan (AHS) akan berbicara
mengenai biaya bahan dan biaya Upah yang akan dikeluarkan untuk
melaksanakan sebuah proyek Instalasi Listrik dengan memperhitungkan
faktor overhead dengan acuan uraian-uraian pekerjaan yang telah
ditetapkan sebelumnya pada Bill of Quantity (BQ), sehingga dalam
hal ini tidak ada penambahan uraian pekerjaan pada Analisa Harga
Satuan (AHS).
Harga satuan dapat kita analisa dengan berbagai cara, salah satu
cara yang lazim digunakan oleh kontraktor adalah dengan
mengumpulkan data-data histories dari pengalaman-pengalaman
kerjanya pada waktu yang lampau dan menyesuaikannya dengan keadaan
lapangan.
perlu diketahui bahwa didalam perhitungan masih harus dikalikan
dengan faktor-faktor lainnya seperti pengaruh-pengaruh jam kerja
efektif, macam tenaga kerja, lamanya kerja, lokasi pekerjaan,
adanya persaingan tenaga kerja, adanya kepadatan penduduk, adanya
pinjaman dan tenaga pendatang, serta pengaruh-pengaruh lainnyabaik
yang secara langsung maupun yang tidak langsung, dan semoga
perhitungan analisa harga satuan yang kami buat ini akan sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Rencana Anggaran Biaya ( RAB )
Pada Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang akan dituangkan pada
TENDER FORM memuat secara khusus tentang Harga Penawaran yang akan
ditawarkan pada pihak Owner sehingga akan didapatkan berapa besar
Biaya Tender Proyek yang akan dilaksanakan. Dibawah ini item-item
yang tertuang pada TENDER FORM :a. Uraian Pekerjaan
Berisi uraian-uraian pekerjaan yang akan dikerjakan selama waktu
proyek
b. Satuan
Satuan yang dimaksud ialah satuan pekerjaan yang akan
dikerjakan, seperti: pekerjaan armatur dalam satuan buah; pekerjaan
PP/LP dalam satuan pcs; dsb.
c. Volume
Volume yang dimaksud ialah banyaknya suatu pekerjaan
dilaksanakan, seperti: pekerjaan armatur sebanyak 100 buah;
pekerjaan PP/LP sebanyak 200 pcs
d. Harga per satuan ( Rupiah )
Jumlah biaya untuk suatu pekerjaan yang dilakukan sebanyak satu
kali pekerjaan atau biaya pekerjaan per satuan (sudah termasuk
barang & jasa pemasangan).
e. Harga penawaran ( Rupiah )
Jumlah harga atau biaya yang merupakan hasil perkalian antara
volume & harga satuan
f. Keterangan
4. Prinsip Prinsip Dasar pembuatan plant ini
Untuk pembuatan alat ini kami sudah memperhitungkan apasaja yang
harus dilakukan agar plant ini berjalan dengan baik yang mengacu
pada prinsip- prinsip dasar pembuatan alat yakni kehandalan,
keamanan, tahan lama, serta ekonomis tanpa menghasilkan polusi yang
banyak merugikan.
a. KeamananKeamanan merupakan prinsip dasar yang paling utama
dan terpenting di antara prinsip dasar instalasi yang lainnya. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prinsip keamanan,
yaitu:
a) Keamanan terhadap makhluk hidup.
Umumnya instalasi dioperasikan oleh operator atau makhluk hidup
dan akibat yang ditimbulkan oleh instalasi mekanik yang ceroboh
adalah kecelakaan yang dapat menyebabkan luka atau hilangnya nyawa
menyebabkan keamanan terhadap mekahluk hidup merupakan faktor
terpenting.
Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
Bagian tajam
Pada bagian-bagian mekanik yang terdapat disudut peralatan
biasanya sudut tersebut tajam, untuk mencegah hal itu maka bagian
yang tajam dikikir atau diampelas agar tidak tajam dan melukai
pemakai.
Bagian yang menonjol
Pada bagian yang menonjol misalnya seperti sekrup / baut dapat
membuat benda / bagian dari tubuh pemakai dapat tersangkut dan
melukai. Untuk mencegah hal itu maka begian yang menonjol dipotong
dan dikikir dengan syarat tidak mengganggu proses kerja alat
b) Keamanan terhadap lingkungan sekitar alat
Keamanan terhadap lingkungan sekitar adalah keamanan peralatan
tersebut dari pengaruh lingkungan sekitarnya.
Di antara pengaruh-pengaruh lingkungan yang dapat membahayakan
keamanan peralatan:
Suhu sekitar alat
Yaitu suhu udara di mana peralatan-peralatan akan dipasang.
Yaitu akibat dari semua peralatan lain yang dipasang dalam
ruang/lokasi yang sama. Suhu sekitar yang dipertimbangkan untuk
peralatan adalah suhu tempat di mana peralatan-peralatan akan
dipasang dalam ruang/lokasi yang sama ketika beroperasi, tidak
diperhitungkan panas dari peralatan yang akan dipasang.
Terdapatnya zat cair
Terdapatnya zat cair pada lingkungan peralatan tersebut yang
memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi, merusak fungsi kerja dari
peralatan tersebut.
Adanya pengotoran
Adanya zat-zat yang dapat mengotori atau dapat menyebabkan karat
peralatan. Pengotoran ini menghasilkan debu-debu yang bersifat
dapat mengikis untuk mencegah hal itu maka peralatan tersebut dicat
untuk mencegah karat yang mungkin timbul.
c) Keamanan terhadap instalasi/peralatan listrik
Yaitu keamanan yang diperhatikan dalam mengamankan instalasi
listrik agar saat terjadi gangguan, maka gangguan tersebut tidak
merusak peralatan atau instalasi listrik.
b. Keandalan
Keandalan yang dimaksud adalah instalasi tersebut dapat
dipertanggungjawabkan kemampuannya pada saat digunakan. Keandalan
yang tinggi dimaksudkan untuk memiliki daya tahan terhadap gangguan
secara tidak sengaja maupun disengaja oleh operator, lingkungan
sekitar dan lain-lain.
Untuk mencapai tingkat keandalan instalasi yang tinggi perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
a) Keandalan dalam pemasangan peralatan
Keandalan dalam pemasangan peralatan tergantung dari kemampuan
instalasi tersebut dari pengaruh-pengaruh mekanis yang terjadi
secara sengaja maupun tidak sengaja dalam batas-batas normal.
Misalnya ada kemungkinan adanya gangguan mekanis yang terjadi
dalam sistem instalasi peralatan tersebut seperti pengaruh cairan,
debu, tekanan, pada peralatan di mana dalam keadaan batas-batas
normal sistem instalasi yang terpasang harus kuat dan mampu menahan
gangguan tersebut.
Untuk mempertinggi keandalan dalam hal pemasangan peralatan
tersebut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Memperhatikan pengaruh luar yang mungkin terjadi di sekitar
peralatan yang akan dipasang.
2) Memperhatikan sistem penyambungan peralatan dalam pengawatan
pada terminalnya. Pengawatannya harus kuat agar tidak ada
penghantar yang sambungannya terlepas pada saat sistem instalasi
tersebut dioperasikan.
b) Keandalan dalam penggunaan peralatan
Keandalan dalam penggunaan peralatan dapat ditinjau dari:
1) Sistem pemasangannya
Peralatan yang digunakan pada instalasi tersebut harus sesuai
dengan penggunaannya dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
Kondisi kerja peralatan tersebut
Spesifikasi peralatan yang sesuai dengan keperluannya
Lokasi pemasangan peralatan tersebut
Agar peralatan yang direncanakan untuk pengaruh luar tak normal
telah ditest menurut spesifikasi peralatan yang sesuai dan ditandai
sesuai dengan hasil pengujian.
Spesifikasi yang umum dan diakui secara internasional adalah
penggolongan peralatan menurut IP (International Protection).
Angka pertama menunjukkan tingkat perlindungan terhadap sentuhan
dengan benda lain.
IP 0 x Tanpa perlindungan terhadap penyusupan benda padat dari
luar
IP 1 x Terlindung terhadap benda lain dengan ukuran diameter
< 50 mm
IP 2 x Terlindung terhadap benda lain dengan ukuran diameter
< 12 mm
IP 3 x Terlindung terhadap benda lain dengan ukuran diameter
< 2.5 mm
IP 4 x Terlindung terhadap benda lain dengan ukuran diameter
< 1 mm
IP 5 x Terlindung terhadap endapan benda
IP 6 x Terlindung terhadap penyusupan debu
Angka kedua menunjukkan tingkat perlindungan terhadap air.
IP 0 x Tanpa penunjukan tingkat perlindungan terhadap air
IP 1 x Terlindung terhadap tetesan air secara vertikal
IP 2 x Terlindung terhadap tetesan air secara miring/tetesan tak
langsung
IP 3 x Terlindung terhadap semburan air yang halus (spray
proof)
IP 4 x Terlindung terhadap cipratan air (splash proof)
IP 5 x Terlindung terhadap semprotan air (hose proof)
IP 6 x Terlindung terhadap gelombang air (wave)
IP 7 x Terlindung terhadap celupan air yang bersifat
sementara
IP 8 x Terlindung terhadap rendaman air
(Sumber TEDC Bandung, Instalasi Listrik I,2.1.1.1.-2)
Peralatan yang digunakan pada instalasi harus memperhatikan
keseragaman peralatan-peralatan listrik secara internasional.
Beberapa negara di dunia memiliki lembaga pengujian atau
laboratorium untuk memeriksa peralatan listrik dari gangguan
mekanis. Pengujian ini mengikuti standar minimum yang disetujui
oleh IEC dan standar suatu negara. Tiap peralatan yang telah diuji
diberi penandaan oleh lembaga yang mengujinya.
2) Sistem pengoperasiannya
Pada saat pengoperasian haruslah memiliki kehandalan yang tinggi
yang disesuaikan dengan fungsi kerja alat. Misalnya penempatan
panel haruslah ditempat yang mudah dijangkau sehingga apabila
seseorang ingin memakainya tidak harus menggunakan peralatan Bantu
lainnya misalnya tangga.
c. Kemudahan
Prinsip kemudahan dalam instalasi listrik meliputi kemudahan
pada pengoperasian, pengawasan, pemasangan, pemeliharaan dan
perbaikan. Kemudahan dalam instalasi listrik tersebut harus
terpenuhi dalam hal-hal berikut ini:
a) Kemudahan dalam pemasangan peralatan
Dalam perencanaan instalasi listrik harus jelas tentang
penandaan dan keterangan lainnya agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam pemasangan dan pengawatan peralatan tersebut.
Kemudahan tersebut akan tercapai bila memperhatikan beberapa hal
tersebut:
1) Adanya standarisasi penandaan peralatan yang jelas
Penggunaan/pemilihan warna penghantar disesuaikan dengan gungsi
atau standar yang telah ditetapkan. Warna merah untuk L1, Warna
kuning untuk L2, warna hitam untuk L3, warna biru untuk netral, dan
warna hijau-kuning sebagai warna penghantar PE. Dengan demikian
tidak menimbulkan kesalahpahaman atau kesimpangsiuran dalam
penyambungan antar peralatan.
2) Adanya penandaan yang jelas pada terminal sambungan
Untuk memudahkan pemasangan penghantar pada terminal, penandaan
sambungan harus memberi keterangan yang jelas mengenai nomor
dan
warna penghantar. Penghantar yang menghubungkan antar terminal
harus berbeda dan berjauhan lokasi dari panel, harus mempunyai
penandaan yang berupa kode penghantar pada bagian ujung
penghantar.
3) Penandaan fungsi alat sesuai dengan fungsi kerja
Pada saat perencanaan instalasi baru penandaan fungsi peralatan
dilakukan untuk memberi keterangan pada saat pemasangan atau
pengawatan tersebut.
4) Pemasangan peralatan yang baik
Merencanakan susunan peralatan yang baik, yaitu yang mudah
dijangkau dalam hal pemasangan dan pengawatan instalasi
tersebut.
b) Kemudahan dalam pengoperasian peralatan
Instalasi tersebut harus mudah dioperasikan dan tidak
menimbulkan kebingungan atau kesalahpahaman pada saat operator
menggunakannya sehingga dapat menimbulkan kesalahan yang tidak
perlu terjadi. Diperlukan keterangan yang jelas untuk
mengoperasikan instalasi tersebut dengan memperhatikan:
1) Fungsi kerja
Ada keterangan yang jelas tentang fungsi kerja peralatan,
misalnya sebuah tombol tekan On Motor 1, maka tombol tersebut
mempunyai identitas atau keterangan On Motor 1 dan berwarna hijau /
biru yang menandakan kondisi siap beroperasi. Sehingga jika tombol
tersebut dioperasikan, maka motor 3 akan on, bukan peralatan yang
lain.
2) Operasi alat
Penandaan yang digunakan peralatan disesuaikan dengan operasi
peralatan tersebut, misalnya rotary switch yang mempunyai penandaan
On-Off. Pada saat dioperasikan pada posisi On, maka rangkaian harus
on, dan pada saat dioperasikan Off, maka rangkaian harus off.
c) Kemudahan dalam perawatan dan perbaikan peralatan
Perawatan dan perbaikan peralatan dalam suatu instalasi untuk
masa yang akan datang setelah instalasi tersebut terpasang,
haruslah memiliki:
1) Kemudahan untuk mendapatkan peralatan yang telah rusak dengan
peralatan yang sama atau setara di pasaran sehingga apabila terjadi
kerusakan pada instalasi, komponen penggantinya mudah ditemukan di
pasaran tanpa perlu memodifikasi rangkaian instalasi tersebut dan
instalasi dapat digunakan kembali.
2) Kemudahan dalam menelusuri kerusakan atau kesalahan dalam
instalasi tersebut dengan berpedoman pada diagram pengawatan
instalasi kontrol tersebut.
4. Ketersediaan
Ketersediaan adalah prinsip mempertimbangkan kemungkinan
pengmbangan suatu instalasi di masa yang akan datang, di antaranya
adalah:
a) Ketersediaan daya
Ketersediaan daya perlu dipertimbangkan karena umumnya sesuai
dengan kebutuhan daya yang cenderung semakin besar pada saat
terjadi penambahan, pengembangan, modifikasi instalasi tersebut di
masa yang akan datang.
Untuk itu perlu diantisipasi dengan menggunakan peralatan yang
dapat digunakan pada pengembangan instalasi yang akan datang ,
misalnya penggunaan kabel daya yang setingkat lebih tinggi dari
penggunaan masa sekarang. Karena apabila daya pada masa yang akan
datang lebih besar, maka penghantar tersebut masih bisa digunakan.
Apabila daya bertambah besar dan kabel daya tersebut diganti dengan
luas penampang yang sesuai akan menjadi tidak ekonomis dan tidak
efisien.
b) Ketersediaan alat
Ketersediaan alat dan bahan diperlukan dalam perubahan atau
modifikasi instalasi pada masa yang akan datang. Misalnya adanya
penghantar yang dijadikan sebagai cadangan yang belum digunakan dan
dapat digunakan pada saat modifikasi instalasi tersebut.
c) Ketersediaan tempat
Ketersediaan tempat untuk penambahan peralatan yang mungkin
terjadi modifikasi pada masa yang akan datang. Misalnya menyisakan
ruangan pada panel untuk penambahan peralatan.
5. Pengaruh terhadap Lingkungan
Instalasi tersebut harus diperhatikan akan pengaruhnya terhadap
lingkungan sekitarnya agar tidak memberi pengaruh buruk pada
lingkungan sekitarnya.
Seperti:
Kebisingan, polusi, getaran yang diakibatkan instalasi, dan
estetika (keindahan).
Kebisingan, polusi dan getaran dapat menyebabkan penyakit bagi
lingkungan sekitar instalasi.
Keindahan dan kerapian dalam pekerjaan instalasi tersebut harus
dibuat sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kesan berantakan yang
berdampak kurang baik pada lingkungan sekitar. Dengan instalasi
yang rapi maka akan memudahkan pula untuk menelusuri kerusakan yang
terjadi.
6. Ekonomis
Dalam perencanaan instalasi listrik perlu memperhatikan prinsip
ekonomis agar instalasi tersebut tidak terlalu mahal walaupun hal
tersebut relatif, tetapi dengan kualitas yang baik. Tahap-tahap
agar mendapatkan instalasi yang ekonomis adalah:
a) Ekonomis dalam perencanaan
Pada saat perencanaan instalasi terutama pada saat rancangan,
perlu sekali mendapatkan rancangan yang sesuai deskripsi dengan
menggunakan komponen yang diperlukan dengan efisien dan dengan
jumlah komponen yang lebih sedikit, maka waktu pemasangan dan
pengawatan instalasi akan lebih cepat.
b) Ekonomis dalam pemilihan peralatan
Peralatan yang dipilih harus disesuaikan dengan keperluan pada
instalasi tersebut baik spesifikasi teknis, jumlah dan mutunya.
c) Ekonomis dalam pemasangan
Pemasangan peralatan dalam suatu instalasi harus dipasang dengan
memperhatikan hubungannya terhadap peralatan lainnya dalam suatu
lokasi sehingga pengawatannya tidak terlalu jauh dan
berbelit-belit, dan dalam pemasangannya harus memperhatikan
kemudahannya sehingga waktu yang diperlukan dalam memasang
instalasi tersebut relatif cepat.
Contoh sebagian tentang kerja peralatan yang digunakan:
A. Push Button
Push button merupakan jenis saklar yang dalam prinsip kerjanya
melalui penekanan. Fungsi dari peralatan ini adalah sebagai pemutus
atau pemisah dan penghubung pada suatu rangkaian. Dari segi
konstruksi mdan operasi kerjanya, tombol tekan ini terdiri dari
:
1. Momentary Contact
Merupakan tombol tekan tanpa penguncian, dimana akan bekerja
bila mendapatkan penekanan. Bila penekanan dilepas maka tombol ini
akan kembali ke keadaan semula. Tombol tekan jenis ini terdiri dari
dua jenis kontak yaitu :
- Normally Open (NO), yaitu pada kondisi normal kontak dalam
keadaan terbuka dan akan menutup bila mengalami penekanan.
- Normally Close (NC), yaitu dalam keadaan normal kontak dalam
keadaan tertutup dan akan membuka bila mengalami penekanan.
2. Fix Contact, yaitu tombol tekan dengan penguncian dan akan
bekerja bila mengalami penekanan. Bila penekanan dilepas tombol
akan tetap bekerja sesuai kondisi terakhir yang dilakukan. Tombol
tekan jenis ini terdiri dari dua jenis kontak yaitu :
- Normally Open (NO), yaitu pada kondisi normal, kontak dalam
keadaan terbuka dan akan menutup bila mengalami penekanan.
- Normally Close (NC), yaitu pada kondisi normal, kontak dalam
keadaan tertutup dan akan membuka bila mengalami penekanan.
Gambar. Push Button dan Simbol dengan kontak NO dan NC
B. Limit Switch
Limit switch merupakan sebuah alat yang dapat mendeteksi suatu
keadaan dimana akan bekerja bila ditekan. Limit switch ini dapat
berfungsi untuk membatasi kerja dari suatu peralatan listrik.
Berdasarkan cara kerja limit switch ini terdiri dari dua macam
yaitu:
a. Slow break kontak, akan bekerja apabila mengalami sentuhan
dan apabila sentuhan dilepas maka kontak akan kembali lepas.
b. Snap action kontak
Apabila saklar pembatas tersentuh, maka kontak akan terkunci
secara mekanis dan bila aksi ini dilepas, kontak akan tetap
terkunci. Kontak akan lepas kembali bila mengalami sentuhan.
Gambar. Limit switch dan simbolnya.
Gambar. Limit switch
C. Emergency Switch
Emergency switch merupakan sebuah saklar yang digunakan pada
kondisi tertentu atau pada kejadian-kejadian khusus. Kontak yang
digunakan pada emergency ini adalah kontak Normally Close (NC) yang
dipakai untuk memutuskan rangkaian pada keadaan darurat. Bila
tombolnya ditekan maka tombol akan mengunci sampai tombol tersebut
diputar dengan arah sesuai dengan penunjukannya sehingga kontaknya
kembali pada keadaan semula.
Gambar. Emergency Switch dan Simbolnya
D . Pengertian PLC
PLC adalah suatu peralatan elektronik yang menggunakan
mikroprosesor dan dirancang khusus untuk memenuhi tuntutan dari
sistem kontrol di industri yang terus berkembang, sehingga
memerlukan sistem kontrol yang dapat dikembangkan pula yang
akhirnya dapat mengikuti kemajuan proses industri yang semakin
kompleks.
Adapun prinsip kerja dari peralatan elektromekanis tersebut
meliputi adanya kondisi ON dan kondisi OFF atau kondisi 1 dan 0,
dimana kondisi ON-OFF tersebut dapat terjadi serentak, berurutan
sendiri-sendiri atau bergantian baik langsung atau tidak langsung,
sehingga sistem kontrol eletromekanis ini disebut pula system
kontrol ON-OFF.
Dari urutan mengenai sistem kontrol elektromekanis diatas, maka
pengembangan sistem kontrol PLC dilakukan atas dasar prinsip kerja
yang sama, yaitu sama-sama menggunakan kontak sebagai komponen
untuk membentuk proses kerja rangkaian kontrol sehingga kerja PLC
banyak kesamaannya dengan sistem kontrol yang memakai relay-relay.
Hal ini disebabkan karena rangkaian-rangkaian dan internal logic
pada PLC yang menggunakan relay-relay, timer, counter dan lain
sebagainya. Tetapi relay, timer, dan counter yang terdapat pada PLC
lebih fleksibel. Sistem kontrol PLC adalah pengembangan dari system
elektromekanis yang merupakan suatu sistem kontrol yang menggunakan
peralatan/perangkat yang diaktifkan dengan menggunakan
sinyal-sinyal listrik, selanjutnya proses kerjanya diubah menjadi
gerakan mekanis untuk menggerakkan kontak-kontak. Perubahan posisi
kontak, apakah terbuka atau tertutup atau pindah ke posisi lain
dapat digunakan lagi untuk mengaktifkan peralatan elektromekanis
lainnya.A. Bagian-bagian dari PLC
Dalam system PLC terdapat 4 (empat) komponen utama, yaitu :1.
CPU (Central Processing Unit)
Merupakan otak dari PLC, yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
:
a. Mikroprosesor merupakan otak dari PLC yang difungsikan
untuk
operasi matematika dan operasi logika.
b. Memori, merupakan daerah CPU yang digunakan untuk
melakukan
proses penyimpanan dan pengiriman data pada PLC.
c. Catu daya/ Power Supply, yang berfungsi untuk mengubah sumber
masukan tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah.
2. Programmer/monitor
3. Raks dan chasis
4. Modul input/output
Pada PLC, modul input/output berfungsi untuk mengubah
sinyal-sinyal yang datang dari peralatan input menjadi besaran
tegangan dengan level rendah sehingga dapat diproses oleh CPU
menjadi sinyal-sinyal dengan level tertentu untuk mengontrol
katup.
Masing-masing input dan output mempunyai catu daya terpisah.
Besarnya catu daya tergantung dari spesifikasi PLC itu sendiri.
Biasanya catu daya pada input sudah tersedia berupa keluaran
tegangan DC dengan level rendah yang digunakan hanya sebagai input
PLC, sedangkan output mempunyai catu daya tersendiri yang sesuai
dengan peralatan output.
Untuk kapasitas input/output PLC, sangat tergantung dari tipe
PLC. Bila ingin menambahkan input/output dengan cara memakai
input/output extension yang telah disesuaikan dengan PLC yang
digunakan.
B. Konsep dasar perancangan kontrol PLC
Perancangan kontrol adalah penuangan suatu deskripsi kerja ke
dalam rangkaian peralatan-peralatan kontrol seperti relay-relay,
timer, relay impuls dan peralatan-peralatan kontrol lainnya,
sehingga dapat menghasilkan suatu sistem kerja alat yang sesuai
dengan deskripsi kerja yang diinginkan. Rangkaian kontrol untuk
pada PLC ini berbeda dengan rangkaian kontrol konvesional.
Rangkaian kontrol untuk PLC disebut sebagai Diagram Tangga atau
Ladder Diagram yang dibuat berdasarkan deskripsi kerja alat,
setelah itu baru barulah PLC diprogram, agar dapat dibaca oleh PLC.
Setelah diprogram maka PLC dapat terus menerus menjalankan
rangkaian kontrol yang dikehendaki.
BAB III
PERANCANGAN KONTROL BERBASIS PLC III.1 DESKRIPSI MESIN PEMINDAH
BARANG
A. Kondisi Kerja NormalRangkaian ini dikontrol secara otomatis
dengan switch control berada pada posisi 1. Tombol tekan start
ditekan maka MC2 ON dan PN1 ON, maka tempat box akan keatas.
Kemudian menyentuh LS1 sehingga MC1 ON lalu box diatas konvetor 1
bergerak menuju tempat box dan menyentuh LS2 sehingga MC1 off dan 3
detik kemudian PN1 OFF. Karena PN1 OFF, maka tempat box turun ke
kereta barang bersama box yang sudah dibawanya. Saat turun ke
bawah, box menyentuh LS3, sehingga MF ON yang menyebabkan kereta
barang bergerak menuju ke konveyor 2.Setelah sampai konveyor 2,
kereta barang menyentuh LS4, sehingga MF OFF dan PN2 On untuk
mendorong barang ke konvetor 2. Setelah 5 detik saat LS4 ON, maka
PN2 OFF dan 5 detik setelah PN2 OFF, MR ON. Sehingga kereta barang
bergerak mundur dan menyentuh LS5 dan tempat box siap menerima box
kembali seperti kondisi awal.B. Kondisi Gangguan Gangguan yang
terjadi pada mesin dapat berupa hal-hal overload dari motor MC1,
MC2, dan MFR. Gangguan juga terjadi apabila box yang dipindahkan
dari konveyor 1 menuju tempat box menyentuh LS6. Maka alarm akan
berbunyi dan plant berhenti bekerja.. Fungsi dari LS6 adalah untuk
mencegah agar box tidak terjatuh dari tempat box
Untuk gangguan overload dapat terjadi pada M1 (motor F-R) dan
masing-masing ditandai dengan lampu tanda. Juga ditandai dengan
bunyi alarm ,bunyi alarm akan OFF secara manual dengan menekan
tombol reset pada panel.
C. Hal-hal lainnya
a. Untuk supply utama rangkaian control menggunakan trafo
control
b. Dan supply masuk menggunakan main power switch
c. Kondisi kerja dari Motor Conveyor 1, Motor Conveyor 2 , Motor
F-R dilengkapi dengan lampu tanda
d. Rangkaian kontrol dilengkapi dengan tombol emergency yang
juga berfungsi sebagai tombol OFF.
e. Untuk kondisi gangguan overload, rangkaian kontrol baru dapat
di start jika overload relaynya di RESET
f. Panel control dilengkapi dengan lampu penunjuk phasa dan
lampu tanda masing-masing gangguan.
g. Motor dirangkai dengan system Direct On Line III.2 TABEL
IDENTIFIKASI I / O
A.Tabel Identifikasi InputNoJenis Masukan LuarNotasiKode Masukan
PLCFungsi
1Limit Switch 1LS 1Meng-ON-kan Motor Conveyor1
2Limit Switch 2LS 2Meng-OFF-kan Motor Conveyor1 dan Pneumatic
1
3Limit Switch 3LS 3Meng-ON-kan motor F R
4Limit Switch 4LS 4Meng-OFF-kan motor F R dan meng-ON-kan
Pnumatic2
5Limit Switch 5LS5Kembali ke kondisis awal
6Limit Switch 6LS 6Indikator agar box tidak terjatuh dan
mematikan kerja sistem
7Tombol ResetSRMereset kembali kerja sistem
8Tombol StartSTARTStart kontrol kerja sistem
9Tombol StopSTOPStop kontrol kerja sistem
B. Tabel Identifikasi Output
NoJenis Masukan LuarNotasiKode Masukan PLCFungsi
1Motor Konveyor 1K1MAlat switching motor konveyor1
2Motor Konveyor 2K2MAlatswitching motor konveyor2
3Motor ForwardK3MAlatswitcing motor forward
4Motor ReverseK4MAlatswitching motor reverse
5Pneumatic 1PN1Mengangkat dan menurunkan tempat box
6Pneumatic 2PN2Mendorong box ke motor konveyor 2
7Lampu Tanda Motor ForwardHON FIndikasi Motor forward sedang
bekerja
8Lampu Tanda Motor ReverseHON RIndikasi Motor reverse sedang
bekerja
9Lampu Tanda Overload pada motor forwardHOL FIndikasi gangguan
beban lebih pada Motor Forward
10Lampu Tanda Overload pada motor reverseHOL RIndikasi gangguan
beban lebih pada Motor Reverse
11Lampu tanda gangguan motorHON gangguanIndikasi untuk gangguan
emsin kondisi kerja
12 AlarmHON AlarmIndikasi suara saat motor mengalami beban
lebih
13BuzzerHON Indikasi suara terjadi gangguan
III.3 FLOW CHART DAN DIAGRAM KONTROL MESIN PEMINDAH BARANG
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
Penghantar (mm2)No GrupNo Terminal Hubungan dengan Terminal
4 X 1030L1SUPPLY
L2
L3
N
PE
4 X 2,536UMOTOR FORWARD REVERSE
V
W
N
PE
4 X 2,532UMOTOR CONVEYOR 1
V
W
N
PE
4 X 2,534UMOTOR CONVEYOR 2
V
W
N
PE
2 x 1,5531H1
2
2 x 1,5623H2
4
2 x 1,5665H3
6
2 x 1,5727H4
8
2 x 1,5739H5
10
2 x 1,57511H6
12
2 x 1,57613ALARM
14
2 x 1,57815BUZZER
16
2 x 1,58117LIMIT SWITCH 1
18
2 x 1,58219LIMIT SWITCH 2
20
2 x 1,58321LIMIT SWITCH 3
22
2 x 1,58423LIMIT SWITCH 4
24
2 x 1,58525LIMIT SWITCH 5
26
2 x 1,58627LIMIT SWITCH 6
28
III.4 ANALISA RANGKAIAN KONROL Ketika Selector Switch
diposisikan ke posisi 1 tekan tombol start, maka PN1 akan ON dan
MC2 juga akan ON ditandai dengan lampu tanda.
Karena tempat barang menyentuh LS1, maka MC1 ON Kemudian box
berjalan menuju tempat barang dan menyentuh LS2 sehingga 3 detik
kemudian PN1 OFF Saat PN1 OFF, tempat barang akan menyentuh LS3
sehingga menjalankan motor forward dan kereta barang pun bergerak
maju. Ketika kereta barang sampai ditempat tujuan, maka kereta
barang tersebut menyentuh LS4 sehingga motor forward OFF. 5 detik
kemudian PN2 ON dan mendorong barang ke konvetor 2. 10 detik
kemudian motor reverse ON dan kereta batang bergerak mundur. Kereta
akan menyentuh LS5, sehingga akan mereset rangkain dan kereta
barang pun siap menerima box kembali atau kembali k eke kondisi
awal Gangguan yang terjadi pada mesin dapat berupa hal-hal overload
dari motor MC1, MC2, dan MFR. Gangguan juga terjadi apabila box
yang dipindahkan dari konveyor 1 menuju tempat box menyentuh LS6.
Maka alarm akan berbunyi dan plant berhenti bekerja.. Fungsi dari
LS6 adalah untuk mencegah agar box tidak terjatuh dari tempat box
Untuk gangguan overload dapat terjadi pada M1 (motor F-R) dan
masing-masing ditandai dengan lampu tanda. Juga ditandai dengan
bunyi alarm ,bunyi alarm akan OFF secara manual dengan menekan
tombol reset pada panel.III.5 PERHITUNGAN KOMPONEN KONTROL DAN
PENGAMAN
Setting TORMotor F R In = 8,5 A
Type TOR : LRD 14 Range 7-10 A
Motor Conveyor 1 In = 5 A
Type TOR : LRD 14 Range 7-10 A
Motor Conveyor 2 In = 5 A
Type TOR : LRD 14 Range 7-10 A
Rating Pengaman
M1 (Conveyor 1) : F2 = 2,5 In = 2,5 5 = 12,5 A
MCB Standar = 16 A
M2 (Conveyor 2) : F3 = 2,5 In = 2,5 5 = 12,5 A
MCB Standar = 16 A
M3 (Forward Reverse) : F2 = 2,5 In = 2,5 8, 5 = 21,25 A
MCB Standar = 20 A
Q1 = In + nilai pengaman motor terbesar
= (8,5 + 5 +5) + 20 = 18,5 + 20 = 38,5 A
MCCB Standar = 40 A
F1 = Diambil 1 tingkat diatas Q1 = 50 A
Penentuan kabel1. Kabel a ditanam diatas tanah jenis kabel
NYFGbY
Vs = 380V ; l = 300m ; XCu = 56
Drop tegangan = 3% = 0,03 380 V = 11,4 Volt
kabel a = l p beban = 300.(2200+2200+4000) = 10,38 mm
XCu V V 56.11,4.380
Kabel a dipilih = NYFGbY 4 10 mm
2. Kabel b dipasang diatas rak kabel jenis kabel NYY
Vs = 380V ; l = 150m ; P = 2200 W : XCu = 56 : V = 7,6 V
kabel b = l p = 150.2200 =2,04 mm
XCu V V 56.7,6.380
kabel b adalah NYY 5 2,5 mm
3. Kabel 3 dipasang diatas rak kabel jenis kabel NYY
Vs = 380V ; l = 150m ; P = 2200 W : XCu = 56 : V = 7,6 V
kabel c = l p = 150.2200 =2,04 mm
XCu V V 56.7,6.380
kabel c adalah NYY 5 2,5 mm
4. Kabel d dipasang diatas rak kabel jenis kabel NYY
Vs = 380V ; l = 150m ; P = 2200 W : XCu = 56 : V = 7,6 V
kabel d = l p = 150.4000 =3,7 mm
XCu V V 56.7,6.380
kabel d adalah NYY 5 4 mm
Kabel b1 => KHA = 1,25 x In MM1 = 1,25 x 5 = 6,25 A
Dipilih kabel c1 standar : NYY 4 x 1,5 mm
Kabel c1 => KHA = 1,25 x In MM2 = 1,25 x 5 = 6,25 A
Dipilih kabel d1 standar : NYY 4 x 1,5 mm
Kabel d1 => KHA = 1,25 x In MC = 1,25 x 8,5 = 10,625 A
Dipilih kabel b1 standar : NYY 4 x 1,5 mm
Dari LVMDP, 3 phasa, 380 V, N, PE
BILL OF QUANTITY FORM
NO.URAIAN PEKERJAANSATUANVOLUMEKETERANGAN
1Pekerjaan pemasangan limit switch 1Buah1
2Pekerjaan pemasangan limit switch 2Buah1
3Pekerjaan pemasangan limit switch 3Buah1
4Pekerjaan pemasangan limit switch 4Buah1
5Pekerjaan pemasangan limit switch 5Buah1
6Pekerjaan pemasangan limit switch 6Buah1
7Pekerjaan pemasangan motor F - RBuah1
8Pekerjaan pemasangan pneumatik 1Buah1
9Pekerjaan pemasangan pneumatik 2Buah1
10Pekerjaan pemasangan motor conveyor 1Unit1
11Pekerjaan pemasangan motor conveyor 2Unit1
12Pekerjaan pembuatan kerangka plantUnit1
13Pekerjaan pemasangan PLCUnit1
IIPekerjaan Penginstalasian Alat
1Pekerjaan Penginstalasian limit switch 1Buah1
2Pekerjaan Penginstalasian limit switch 2Buah1
3PekerjaanPenginstalasian limit switch 3Buah1
4Pekerjaan Penginstalasian limit switch 4Buah1
5PekerjaanPenginstalasian limit switch 5Buah1
6PekerjaanPenginstalasian limit switch 6Buah1
7PekerjaanPenginstalasian motor F - RBuah1
8Pekerjaan Penginstalasian pneumatik 1Buah1
9Pekerjaan pemasangan pneumatik 2Buah1
10Pekerjaan pemasangan motor conveyor 1Buah1
11Pekerjaan pemasangan motor conveyor 2Buah1
IIIPekerjaan Pembuatan Kontrol Pada Panel
1Pekerjaan pembuatan kontrol otomatisUnit1
2Pekerjaan pembuatan kontrol manualUnit1
3Pekerjaan pembuatan kontrol gangguanUnit1
IVPekerjaan Penarikan Kabel NYM 3 X 2,5 mm2
1Pekerjaan penarikan kabel panel ke planMeter20
2Pekerjaan penarikan kabel panel ke dayaMeter2
III.8 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS )
Proyek: MESIN PEMINDAH BARANG dengan perancangan kontrol
berbasis PLCPENJELASAN UMUM
Proyek yang akan dilaksanakan berupa proyek MESIN PEMINDAH
BARANG DENGAN PERANCANGAN KONTROL BERBASIS PLC yang berlokasi di
Politeknik Negeri Jakarta, Depok.
Supply utama adalah 380V/220V, 50 Hertz dilayani oleh PLN.
Sumber tersebut akan menuju ke PP ( Power Panel ), diteruskan ke
panel kontrol yang telah dilengkapi dengan peralatan PLC serta
mikrokontroller, dan koneksi terakhir adalah berupa hubungan
langsung ke plant ( sistem kerja ).
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam merancang kontrol listrik
pada proyek tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 1
Syarat Umum
Pemberi Tugas
Pemberi tugas adalah:
Politeknik Negeri Jakarta
Kampus baru UI, Jl. Margonda raya
Depok 16424
PelaksanaPelaksana adalah : Fahry Ahmad Hasan dan Fajar
HariantoPT. D2AElectrical Contractors & ConsultantDireksi
pekerjaanAdalah wakil pemberi tugas dalam pengawasan dan kelancaran
pelaksanaan pekerjaan, memberikan bimbingan dan petunjuk yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam proyek ini yang
ditunjuk sebagai direksi pelaksanaan pekerjaan adalah Drs. A Tatang
selaku dosen Rancangan Listrik Politeknik Negeri Jakarta
Syarat-syarat peserta pelelangan
1. Yang diperkenankan mengikuti pelelangan adalah :
a) Peserta yang tercatat dalam DRM propinsi DKI Jakarta untuk
tahun anggaran 2008/2009 dan diundang mengikuti pelelangan;
b) Peserta yang telah mengambil dokumen lelang;
c) Peserta pelelangan yang telah mengikuti penjelasan
pekerjaan.
2. Yang tidak diperkenankan sebagai peserta atau penjamin adalah
:
a) Pegawai Negeri;
b) Pegawai badan usaha milik negara (BUMN);
c) Pegawai bank milik pemerintah;
d) Perusahaan yang dinyatakan pailit;
e) Perusahaan yang memiliki catatan hitam;
f) Perusahaan yang keikutsertaannya akan bertentangan dengan
tugasnya;.
3. Peserta pelelangan harus menyertakan pada surat penawarannya
:
a) Neraca perusahaan terakhir;
b) Daftar susunan pemilikan modal;
c) Susunan pengurus;
d) Copy akta pendirian beserta perubahan-perubahannya;
e) Ijin usaha dalam bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan atau
barang yang akan diserahkan.
f) Pengalaman kerja dalam pekerjaan sejenis;
g) Daftar peralatan yang diperlukan;
h) Rekaman surat fiscal yang masih berlaku;
i) Referensi bank;
j) Surat jaminan dari bank pemerintah atau bank lain atau
lembaga keuangan lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan;
k) Perincian biaya;
l) Harga satuan pekerjaan;
m) Harga satuan bahan atau upah;
n) Metoda pelaksanaan yang memuat antara lain : perincian
kegiatan dan cara pelaksanaan pekerjaan. Bila akan menggunakan
metoda yang berhubungan dengan perkembangan teknologi agar hal ini
diuraikan dengan jelas.
o) tata cara pelaksanaan (construction schedule) yang memuat
antara lain perincian bagian-bagian pekerjaan, serta jadwal
pelaksanaannya dengan menggunakan Bar-Chart.
p) Struktur organisasi pelaksanaan yang menyatakan bagan
organisasi untuk melaksanakan pekerjaan dilengkapi dengan nama
petugas inti disertai dengan keterangan mengenai pendidikan, dan
pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan;
q) Struktur organisasi perusahaan yang dilengkapi dengan daftar
tenaga ahli;
r) Daftar perkiraan volume pemakaian bahan dan upah kerja.
Syarat Administrasi
1) Jangka waktu pelaksanaan dalam proyek ini adalah
selambat-lambatnya 3 minggu setelah mengambil dokumen lelang.
2) Pekerjaan harus diserahkan pada tanggal 25 Januari
2009Pengawas pelaksana
a) Untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan ini akan dilakukan oleh
pengawas yang telah ditunjuk oleh Politeknik Negeri Jakarta, yang
kemudian disebut sebagai pengawas pelaksana.
b) Untuk pengawasan di tempat akan ditunjuk pengawas pelaksana
lapangan yang akan diberitahukan secara tertulis oleh pengawas
pelaksana kepada kontraktor.
c) Kontraktor setuju atas pengawas pelaksana lapangan serta
berkewajiban untuk membantu pelaksanaan tugasnya. Kontraktor wajib
memenuhi petunjuk dan atau perintah pengawas pelaksana dan pengawas
pelaksana, sepanjang petunjuk atau perintah tersebut mengenai
lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor menurut
perjanjian ini.
Kontraktor
Kontraktor adalah peserta pelelangan yang telah diserahi tugas
oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan
sebaik-baiknya.
Pelelang
Pelelang adalah Politeknik Negeri Jakarta, yang berkedudukan di
Jl. Kampus baru UI, Depok.
Pelaksana pembangunan proyek
Untuk proyek ini, pemberi tugas diwakili oleh Drs. A Tatang
selaku dosen perancangan listrik semester V.
Pemimpin proyek
Dalam mengelola proyek ini telah ditunjuk sebagai wakil dari
Politeknik Negeri Jakarta, Drs. A Tatang sebagai pemimpin proyek
dan dibantu oleh staf-staf dari Politeknik Negeri Jakarta yang
telah ditunjuk untuk itu.
Pasal 2
Dokumen RKS
Para peserta lelang harus mengajukan surat penawaran harga
berdasarkan atas data dari dokumen RKS.
Isi dokumen RKS adalah sebagai berikut :
1. peraturan dan persyaratan administrasi;
2. spesifikasi teknik;
2. peraturan dan persyaratan penawaran;
3. gambar rencana;
4. berita acara rapat penjelasan
Pasal 3
Rapat Penjelasan Pekerjaan
Rapat penjelasan pekerjaan akan diselenggarakan pada :
Hari :Kamis
Tanggal:22 Desember 2009Waktu:Pukul 09.00 -15.00 WIB
Tempat:Aula Gedung Q lantai 3 Politeknik Negeri Jakarta
Catatan:Rapat penjelasan akan dilanjutkan dengan peninjauan ke
lokasi
proyek. Peserta lelang harus hadir.
Berita acara rapat penjelasan di atas harus disahkan oleh kedua
wakil peserta lelang dan Panitia Pelelangan.
Berita acara rapat dapat diambil peserta lelang mulai :
Hari:Kamis
Tanggal:28 Desember 2009Waktu:09.00 -15.00 WIB
Tempat:Aula Gedung Q lantai 3 Politeknik Negeri Jakarta
Peserta lelang yang tidak mengikuti rapat penjelasan dan
peninjauan lokasi proyek, dianggap menyetujui hasil yang telah
disepakati antara pihak Politeknik Negeri Jakarta dengan peserta
lelang.
Risalah rapat penjelasan merupakan bagian yang tidak termasuk
dari dokumen RKS atau dokumen pelelangan.
Walaupun para peserta lelang akan mendapatkan berita acara rapat
penjelasan dari panitia lelang, dianjurkan kepada para peserta
lelang untuk membuatr catatan mengenai hal yang telah diputuskan
dalam rapat tersebut, agar suoaya tidak hilang waktu, untuk
menunggu penggandaan berkas berita acara.
Peserta lelang yang telah membeli dokumen RKS tetapi tidak
menghadiri rapat penjelasan, tidak diperbolehkan mengajukan surat
penawaran harga.
Pasal 4
Penjelasan Pekerjaan
Kepada peserta lelang diwajibkan melakukan peninjauan lapangan
atas resiko dari biaya sendiri untuk memperoleh segala keterangan
yang diperlukan mengenai keadaan lapangan tempat pekerjaan harus
dilaksanakan dan persoalan lainnya yang bersangkutan dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan guna pengajuan penawaran.
Pada saat itu peserta lelang diberi kesempatan untuk mendapatkan
keterangan atau pedoman atau dasar petunjuk guna pelaksanaan.
Penjelasan akan diberikan oleh panitia lelang dan akan diberikan
oleh panitia lelang dan minimal yang hadir dalam rapat penjelasan
ini diikuti oleh tiga peserta.
Apabila dianggap perlu akan diberikan penjelasan tambahan di
luar ketentuan jadwal rapat penjelasan di atas. Mengenai waktu dan
tempatnya akan ditentukan dalam rapat penjelasan.
Dari hasil penjelasan RKS dalam rapat penjelasan akan dibuatkan
berita acaranya.
Berita acara rapat penjelasan dibuat oleh panitia lelang dan
dibantu oleh perencana dan akan disahkan oleh dua wakil peserta
lelang. Berita acara rapat dapat diambil oleh peserta lelang sesuai
dengan jadwal dalam bagian pasal 3, di atas.Pasal 1
PERSYARATAN TEKNIS
D. Kondisi kerja normalRangkaian ini dikontrol secara otomatis
dengan switch control berada pada posisi 1. Tombol tekan start
ditekan maka MC2 ON dan PN1 ON, maka tempat box akan keatas.
Kemudian menyentuh LS1 sehingga MC1 ON lalu box diatas konvetor 1
bergerak menuju tempat box dan menyentuh LS2 sehingga MC1 dan 3
detik kemudian PN1 OFF. Karena PN1 OFF, maka tempat box turun ke
kereta barang bersama box yang sudah dibawanya. Saat turun ke
bawah, box menyentuh LS3, sehingga MF ON yang menyebabkan kereta
barang bergerak menuju ke konveyor 2.Setelah sampai konveyor 2,
kereta barang menyentuh LS4, sehingga MF OFF dan PN2 On untuk
mendorong barang ke konvetor 2. Setelah 5 detik saat LS4 ON, maka
PN2 OFF dan 5 detik setelah PN2 OFF, MR ON. Sehingga kereta barang
bergerak mundur dan menyentuh LS5 dan tempat box siap menerima box
kembali seperti kondisi awal.
E. kondisi gangguan
Gangguan yang terjadi pada mesin dapat berupa hal-hal overload
dari motor MC1, MC2, dan MFR. Gangguan juga terjadi apabila box
yang dipindahkan dari konveyor 1 menuju tempat box menyentuh LS6.
Maka alarm akan berbunyi dan plant berhenti bekerja.. Fungsi dari
LS6 adalah untuk mencegah agar box tidak terjatuh dari tempat
box
Untuk gangguan overload dapat terjadi pada M1 (motor F-R) dan
masing-masing ditandai dengan lampu tanda. Juga ditandai dengan
bunyi alarm ,bunyi alarm akan OFF secara manual dengan menekan
tombol reset pada panel.
F. Hal-hal lainnya
a. Untuk supply utama rangkaian control menggunakan trafo
control
b. Dan supply masuk menggunakan main power switch
c. Kondisi kerja dari Motor Conveyor 1, Motor Conveyor 2 , Motor
F-R dilengkapi dengan lampu tanda
d. Rangkaian kontrol dilengkapi dengan tombol emergency yang
juga berfungsi sebagai tombol OFF.
e. Untuk kondisi gangguan overload, rangkaian kontrol baru dapat
di start jika overload relaynya di RESET
f. Panel control dilengkapi dengan lampu penunjuk phasa dan
lampu tanda masing-masing gangguan.
g. Motor dirangkai dengan system Direct On Line
G. Hal-hal lainnya
a. Untuk supply utama rangkaian control menggunakan trafo
control
b. Dan supply masuk menggunakan main power switch
c. Kondisi kerja dari M1 (motor F-R) dilengkapi dengan lampu
tanda
d. Rangkaian kontrol dilengkapi dengan tombol emergency yang
juga berfungsi sebagai tombol OFF.
e. Untuk kondisi gangguan overload, rangkaian kontrol baru dapat
di start jika overload relaynya di RESET
f. Panel control dilengkapi dengan lampu penunjuk fasa dan lampu
tanda masing-masing gangguan.
g. Motor yang dipakai pada mesin adalah motor F R (Forward -
Reverse)
Pasal 2
PERATURAN TEKNIS
Ruang lingkup pekerjaan
Politeknik Negeri Jakarta menyerahkan pekerjaan borongan kepada
kontraktor seperti kontraktor menerima penyerahan pekerjaan
tersebut dari Politeknik Negeri Jakarta dan berjanji untuk
melaksanakan pekerjaan kelistrikan. Dalam hal ini melakukan
perancangan kontrol berbasis PLC untuk Mixture Machine Plant yang
berlokasi di Politeknik Negeri Jakarta, kampus baru UI Depok.
Pekerjaan yang dimaksud pada ayat 1 di atas pada pokoknya adalah
pekerjaan perancangan kontrol PLC Mixture Machine Plant. Pekerjaan
perancangan ini adalah seluruh perancangan sehingga diperoleh suatu
instalasi yang lengkap dan baik, setelah diuji dengan seksama dan
siap untuk dipergunakan.
Pekerjaan listrik disini adalah :
1. Perancangan sistem kontrol elektrik untuk Mixture Machine
Plant, mulai dari :
Perancangan sistem kontrol kodisi otomatis serta gangguan
menggunakan PLC,
Pemilihan peralatan,
Perancangan Kontrol Daya.
2. Perancangan sistem suplai utama
3. Instalasi panel kontrol dengan peralatan output dan peralatan
input.
Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material,
peralatan tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan pengetesan,
commisioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh instalasi
seperti yang dipersyaratkan dalam buku ini dan seperti ditunjukan
dalam gambar-gambar perencanaan listrik. Dalam pekerjaan ini juga
termasuk pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang tidak mungkin
disebutkan secara terperinci dalam buku ini tetapi dianggap perlu
untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem
kontrol.
Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
1. Pembuatan konstruksi plant, pekerjaan ini meliputi pekerjaan
pembuatan kerangka plant dan dudukan untuk peralatan Pneumatik dan
peralatan input di luar panel. Dan juga pekerjaan pemasangan
konveyor.
2. Pemasangan instalasi Pneumatik, pekerjaan ini meliputi
seluruh instalasi Pneumatik yang digunakan untuk menggerakkan
silinder silinder, seperti pemasangan solenoid valve dan
silinder.
3. Pekerjaan instalasi kontrol dan daya, pekerjaan ini termasuk
pemasangan box panel serta pengadaan komponen komponen instalasi
kontrol dan daya, yaitu peralatan input dan output serta melakukan
penginstalasian rangkain kontrol sesuai gambar kerja.
Pasal 3
PEDOMAN PEMILIHAN MOTOR
Syarat syarat memilih motor
Pada suatu sistem mesin terdapat dua unsur pokok yaitu beban
yang digerakkan dan motor sebagai penggeraknya.
Pada beban, faktor faktor yang harus diperhatikan adalah :
1. Daya motor
2. Tegangan input
3. Arus nominal
4. Putaran permenit
5. Karakteristik putaran torsi beban
6. Jenis siklus kerja ( kontinyu, sesaat, berubah ubah, atau
kerja siklus)
7. jenis pengasutan
8. Metode pengereman beban
9. Perlukah dibalik arah putarannya.
10. Lokasi dimana motor itu dipergunakan (berkenaan dengan suhu
dan kelembapan udara )
11. Kondisi lingkungan tempat motor dipergunakan (tetesan air,
cairan korosif, debu, gas yang mudah meledak, dll)
12. Metode Kopling motor (langsung, bergigi, atau sabuk)
13. Metode instalasi yang dipergunakan.
Ketentuan Instalasi Motor Berdasarkan PUIL :
Motor yang akan dipasang haruslah memiliki
persyaratan-persyaratan sbb :
1. Harus memiliki data-data yang jelas
2. Motor dan perlengkapannya harus dalam keadaan baik serta
dirancang dengan tepat untuk maksud penggunaannya
3. Motor mempunyai kualitas yang sesuai dengan lingkungan (
tahan percikan, semburan air, dll )
4. Motor harus dapat dijalankan, diperiksa dan dapat diperiksa
dengan mudah dan aman
5. Tersedia vebntilasi sebagai pendingin motor
6. Perlengkapan kontrolnya haruslah dapat dicapai dengan mudah
sekalipun motor sedang dalam keadaan berputar
7. Pemasangan motor sedemikian rupa sehingga plat nama dapat
mudah terbaca
8. motor dipasang / dikuatkan dengan sekrup / baut
9. Motor harus dilindugi dengan tepat ditempat yang kemungkinan
besar menimbulkan kerusakan mekanik.
10. Motor harus tertutup rapat pada tempat yang berdebu atau
dirancang khusus.
Plat Nama Motor :
Plat nama atau name plate biasanya terbuat dari plat baja atau
lempengan aluminium. Berdasarkan PUIL setiap plat nama motor paling
tidak harus mencantumkan :
1. Simbol atau nama pabrik pembuat
2. Tegangan nominal
3. Arus beban nominal
4. Daya nominal
5. Frekuensi nominal dan jumlah fasa untuk motor bolak-bailk
6. Kecepatan putar permenit (rpm)
7. Suhu lingkungan nominal dan kenaikkan suhu nominal
8. Kelas isolasi
9. Tegangan kerja dan arus beban penuh sekunder untuk motor
induksi rotor lilit
10. Jenis lilitan : shunt, kompon, serie untuk motor DC
11. Jenis selungkup pelindung
12. Daur kerjaPasal 4
SISTEM KONTROL DAYA DAN PANEL UTAMA
Ketentuan umum
1.Kabel yang digunakan untuk menghubungkan dari supply PLN ke
pusat-pusat beban digunakan kabel tegangan menengah NYY sampai ke
panel distribusi.
2.Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan
standard PLN dan SII atau standard-standard lain yang diakui
pemerintah Indonesia serta mendapat rekomendasi dari LMK.
3.Data teknis.
1. jenis kabel: NYY
2. bahan konduktor: tembaga
3. isolasi: PVC
4. tegangan nominal: 500V
5. ukuran kabel : sesuai dengan gambar perencanaan
4. Persyaratan pemasangan kabel :
Pemasangan kabel distribusi daya harus sesuai dengan peraturan
PLN dan PUIL atau peraturan-peraturan lain yang berlaku di negara
Republik Indonesia.
Kabel harus diatur dengan rapih dan dilengkapi dengan notasi
terminal masing masing.
Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe
press, ukuran sesuai dengan diameter penampang kabel.
Sebelum dilakukan penyambungan kabel daya, bagian ujung dan
bagian awal kabel harus dilindungi dengan sealing and cable,
sehingga bagian konduktor maupun bagian isolator tidak rusak.
Pasal 5
INSTALASI PANEL KONTROLSyarat Umum
a) Pada setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan jelas
:
1. Nama pembuat dan merk dagang
2. Daya, tegangan, dan arus nominal
3. Data teknis lain yang menunjang dan sesuai dengan jenis
perlengkapan tersebut
b) Perlengkapan listrik hanya boleh dipasang pada instalasi
jika:
Mendapat izin atau pengesahan dari instalasi yang berwenang,
atau memiliki sertifikat standarisasi yang tercantum pada komponen
tersebut.
c) Setiap perlengkapan listrik tidak boleh dibebani melebihi
kemampuannya.
Syarat Mekanis
Perlengkapan listrik harus terpasang kokoh pada tempatnya
sehingga tidak berubah oleh gangguan mekanis.
Perlengkapan listrik harus dipasang rapi dengan cara yang baik
dan tepat.
Perlengkapan listrik harus dipasang dan ditempatkan secara aman
dan jika perlu harus dilindungi agar tidak menimbulkan bahaya
Pelindung perlengkapan listrik harus kuat dan terpasang secara
kokoh.
Semua sambungan atau hubungan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak dapat lepas atau kendur sendiri.
Syarat Listrik
Bagian yang dapat bergerak, tidak boleh bertegangan pada waktu
sakelar dalam keadaan terbuka atau tidak terhubung, selain itu
penghantar yang terpasang harus memiliki jarak aman agar tidak
menggangu pergerakkan peralatan tersebut.
Tegangan nominal perlengkapan yang digunakan harus sesuai dengan
tegangan nominal rangkaian / sirkuit.
Seluruh bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik harus
diamankan terhadap bahaya sentuhan langsung.
Semua pengawatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga bebas
dari hubung singkat (Short Circuit) dan hubung bumi.
Semua penghantar harus mempunyai KHA (Kemampuan Hantar Arus)
sekurang-kurangnya sama dengan arus yang akan melaluinya.
Syarat Khusus
Pemasangan instalasi pneumatik harus dilengkapi peredam pada
saluran pembuangan udara untuk mengurangi suara bising yang
diakibatkan oleh udara hasil pembuangan tersebut.
Pergerakan kecepatan silinder dapat diatur oleh katup aliran
udara untuk kepentingan setting plant.
Untuk pemutus arus harus mempunyai daya pemutus
sekurang-kurangnya sama dengan hasil perkalian tegangan nominal dan
arus putus.
Bagian perlengkapan listrik yang pada waktu kerja normal
mengeluarkan atau menimbulkan bunga api, busur api atau logam
leleh, harus diberi selungkup, kecuali jika terpisah atau
terisolasi dari bahan yang mudah menyala atau terbakar.
Semua pemutus daya harus mempunyai daya pemutus
sekurang-kurangnya sama dengan arus hubung singkat yang dapat
terjadi ditempat pemutus daya.
Konstruksi panel kontrol
Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka terbuat dari
besi siku atau besi plat yang dibentuk dan dicat dasar dengan meni
tahan karat serta difinis dengan cat bakar warna abu-abu. Dengan
ketebalan plat baja :
Dinding: 1,6 mm
Pintu: 2,0 mm
Dalam panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang
diketanahkan ( grounding ) serta busbar pentanahan, yang berfungsi
untuk dudukan ujung kabel pentanahan.
Pada bagian panel bagian sisi kiri dan sisi kanan panel harus
diberikan lubang udara agar udara dapat bersikulasi dengan baik di
dalam panel dibagian dalamnya diberikan pelindung agar panel tidak
mudah kotor.
Panel dilengkapi dengan kunci.Ukuran panel didalam gambar
perancangan sifatnya tidak mengikat, dapat disesuaikan dengan
ukuran komponen dan peralatan penunjang yang dipilih serta standard
pabrik pembuat.
Pada pintu bagian dalam harus di siapkan lubang lubang untuk
pemasangan sakelar sakelar, tombol dan lampu lampu indikatoPasal
6
METODE PEMILIHAN ALAT KERJA INSTALASI
Dalam penentuan spesifikasi, hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Kondisi kerja.
Untuk memilih barang yang dibutuhkan kita harus mengetahui
kondisi kerja daripada alat atau komponen-komponen yang dibutuhkan.
Kondisi kerja dari peralatan meliputi:
- Tegangan maksimal dan dan tegangan minimum perlatan.
- Arus maksimal dan minimal yang diijinkan.
- Frekuensi peralatan daya yang memilki baik maksimum maupun
minimun.2. Penyesuaian dangan standar.
Definisi standarnisasi menurut ISO, standarnisasi adalah proses
perancangan, penyusunan dan pemakaian aturan-aturan tertentu untuk
melaksanakan kegiatan dengan teratur dari keuntungan kerjasama
semua pihak yang berkepentingan khususnya demi peningkatan ekonomi
secara menyeluruh dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional
dan persyaratan dari hasil ilmu pengetahuan, teknologi dan
pengalaman.
Penghantar dan bahan penunjang Instalasi.Secar umum pengertian
penghantar adalah suatu media untuk menghantarkan listrik atau
elektron, dimana elektron bergerak dengan mendapatkan hambatan yang
kecil. Inti penghantar umumnya terbuat dari tembaga. Dengan satuan
diameter dalam milimeter persegi (mm ). Istilah penghantar ada dua
jenis yakni wire/kawat dan kabel. Wire/kabel adalah penghantar
dengan inti tunggal dan berisolasi seperti NYA sedangkan kabel
adalah penghantar dengan inti lebih dari satu dilengkapi dengan
isolasi dan selubung luar seperti NYY.Dengan demikian dalam kabel
ada 3 hal pokok yang perlu diketahui yaitu:
a. Konduktor/inti merupakan media untuk menghantarkan
listrik.
b. Isolasi merupakan bahan dielektrik untuk mengisolasi dari
yang satu dengan yang lain dan juga terhadap lingkungan
sekitar.
c. Selubung luar atau pelindung luar, yang memberikan
perlindungan terhadap kerusakan mekanis, pengaruh bahan kimia,
elektrolisis, api atau pengaruh luar lainnya yang merugikan.
Hal-hal yang sangat berpengaruh dalam melakukan pemilihan
penghantar :
a. Hambatan
b. Tahanan jenis
Jenis-jenis penghantar yang digunakan:
a. NYA dan NYAF
NYA merupakan wire, karena NYA hanya mempunyai satu inti yang
dilengkapi dengan isolasi. NYA merupakan penghantar berinti pejal
dan terbuat dari bahan tembaga. Penghatar NYA mempunyai batas
tegangan 1000 VAC. NYA banyak digunakan untuk instalasi rumah atau
gedung, maupun peralatan kontrol.
Arti kode penghantar :
N = Kabel jenis standar dengan inti lembaga
Y = Isolasi PVC
A = Kawat berisolasi
re = penghantar padat bulat
ra = penghantar bulat berkawat banyak
NYA penghantar berinti tembaga, berisolasi PC. Dengan kawat
berisolasi (1000V). dipasaran NYA banyak didapat dengan diameter
1-630 mm.
NYAF adalah penghantar berinti tunggal serabut dan fleksibel.
NYAF banyak digunakan untuk pengawatan peralatan kontrol panel.
NYAF mempunyai V normal = 1000 V dan dipasaran didapat dengan =
0.5-400mm.
b. NYM
NYM adalah kabel penghantar yang mempunyai inti lebih dari satu,
dan dilengkapi dengan isolasi dan selubung luar. NYM merupakan
kabel yang berinti pejal/solid atau pilih pejal. Intinya terbuat
dari tembaga dan V nominal = 500 VAC. Isolasi dan selubung terbuat
dari PVC.
Arti kode penghantar:
N = Kabel jenis standar, dengan tembaga sebagai inti
Y = Isolasi PVC
M = Selubung luar PVC
Untuk menunjang instalsi listrik bahan yang digunakan antara
lain :
1. TerminalTerminal dibutuhkan untuk penyambungan antar
komponen-komponen listrik. Biasanya digunakan untuk penyambungan
yang tidak terletak dalam satu ruangan.
Macam-macam teminal antar lain:
1. Line up terminal,
2. Terminal block dan
3. Terminal strip.
2. Kabel Lis.
Bahan ini dibutuhkan untuk dapat memudahkan dalam merapikan
penghantar.
3. Sepatu Kabel
Bahan ini berfungsi membuat sambungan penghantar dengan terminal
menjadi kuat dan kokoh sehingga dapat terselubung dengan baik.
4. Wiring channel
Peralatan ini berfungsi untuk merapikan jalur kabel instalasi
terutama kabel yang berada pada panel kontrol.
2. Profil G, C, dan Din profil
Profil G berfungsi sebagai dudukan line up terminal agar
posisinya dapat kuat saat dihubungkan dengan kabel-kabel instalasi.
C profil untuk dudukan peralatan kontrol seperti relay, kontraktor,
timer, MCB , dan sebagainya. Din profil berfungsi untuk dudukan
wiring channel. Semua bahan ini diletakkan pada panel
instalasi.
3. Klem kabel dan pipa
Klem kabel dipergunakan untuk merapikan kabel yang terletak
diluar panel, sehingga akan menghasilkan suatu penginstalasian yang
teratur dan rapi.
Pipa dipergunakan untuk instalasi out bow atau pengawatan luar
tembok. Kawat/kabel diletakkan dalam pipa . Hal ini dimaksudkan
untuk menambah tingkat keamanan dan keindahan.
4. Spiral kabel
Alat ini berfungsi adalah untuk menyatukan beberapa penghantar
NYAF pada kondisi yang teratur.
5. Label
Label digunakan untuk penandaan yang dapat mempermudah
pengawatan yang dilakukan, atau di dalam pengecekan rangkaian
biasanya label ini digunakan pada komponen instalsi yang dianggap
penting atau untuk informasi agar orang lain mengerti fungsi dan
keadaan peralatan yang dipasang.
Pasal 7
SYARAT PELAKSANAAN
Kontraktor pelaksana harus memiliki pas Perusahaan Listrik
Negara (PLN) serta surat-surat ijin dari instansi yang sesuai
dengan peraturan pemerintah daerah setempat, maupun surat ijin lain
yang diminta oleh pengawas pelaksana maupun pengawas pelaksana
lapangan. Dalam pekerjaan pelaksanaan, pihak kontraktor harus
memenuhi ketenyuan yang telah digariskan dalam gambar rencana, baik
dalam segi ukuran, kualitas bahan maupun kuantitasnya.
Sehubungan adanya pekerjaan ini pihak kontraktor pelaksana harus
menghubungi pihak PLN terlebih dahulu, untuk kelancaran pembangunan
sampai pada hari penyerahan pekerjaan, dengan hasil pengujian yang
sangat memuaskan atau keur instalasi baik dan layak untuk
dipergunakan.Pasal 8
SISTEM INSTALASI
Dalam pemasangan instalasi kontrol berbasis PLC Mesin Pemindah
Barang di lokasi proyek kampus Politeknik Negeri Jakarta ini,
diharuskan menggunakan sistim penginstalasian onbow.
GAMBAR-GAMBAR
Pasal 1
Gambar Perancangan
Yang dimaksud dengan gambar perancangan adalah gambar-gambar
yang menyertai buku ini, gambar-gambar penjelasan dan segala
gambar-gambar beserta addendumnya.
Kontraktor harus segera mempelajari gambar-gambar perancangan
dan secepatnya melaporkan, kepada manajemen kostruksi apabila
terdapat hal-hal yang dianggap harus jelas, dalam waktu tidak
kurang dari 3 ( tiga ) minggu setelah diadakan rapat
pra-pelaksanaan.
Gambar-gambar dalam perancangan ini tidak dimaksudkan untuk
mencantumkan semua detail konstruksi detail pemasangan terutama
yang berhubungan dengan peralatan yang akan disediakan / dipasang
oleh kontraktor.
Walaupun demikian, kontraktor tetap harus tetap memasang
peralatan tersebut sesuai dengan praktek pelaksanaan terbaik yang
memberikan hasil yang terbaik, dalam hal ini kontraktor diharuskan
membuat shop drawing yang terinci untuk menjelaskan hal tersebut
diatas.
Dalam hal ini keraguan yang ditimbulkan oleh kesalahan
penggambaran dan / ketidaksesuaian lain kontraktor harus mengajukan
pertanyaaan untuk mendapat penjelasan selambat-lambatnya 2 ( dua )
minggu sebelum masalah tersebut terlibat dilapangan baik dalam arti
pemasangan ataupun pemesanan barang.
Ukuran-ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah
dicantumkan pada gambar perancangan dimana ukuran-ukuran tersebut
merupakan ukuran-ukuran efektif.
Pasal 2
Gambar kerja ( shop drawing )
Yang dimaksud dengan gambar kerja adalah gambar-gambar yang
dibuat oleh kontraktor, pemasok barang atau pihak-pihak lain yang
bertujuan menjelaskan cara pemasangan maupun cara penyambungan dan
lainnya pada saat pelaksanaan pekerjaan sedang berlangsung.
Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan, kontraktor wajib
membuat gambar kerja untuk memperjelas dan sebagai gambar untuk
pelaksanaan dilapangan terdiri atas :
1. Gambar-gambar, seperti :
a. Gambar perancangan
b. Gambar layout mesin
c. Gambar kontrol daya
d. Dan gambar-gambar lainnya
2. Detail-detail, seperti :
a. Detail panel dan intalasi IO PLC.
b. Detail pemasangan panel.
c. Detail pemasangan peralatan.
d. Detail-detail lain yang diperlukan.
e. Gambar-gambar lain yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan
yang sedang dikerjakan.
f. Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada gambar
perancangan, spesifikasi teknik serta disesuaikan dengan kondisi
lapangan yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi kesalahan
dilapangan.
g. Gambar-gambar dibuat sebanyak tiga rangkap dan diserahkan
kepada manajemen konstruksi untuk diperiksa dan disahkan.
h. Kontraktor diwajibkan mengamati dan mengikuti tatacara
pelaksanaan sesuai yang tertulis pada peraturan-peraturan tersebut
dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan yang
dipasang.
i. Jika terjadi kesimpang siuran dalam hal standard yang harus
diikuti, Kontraktor harus melapor pada manajemen kostruksi untuk
mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
j. Bila manajemen konstruksi tidak dapat mengambil keputusan
maka pengambilan keputusan akan diserahkan kepada instansi atau
badan yang berwenang.
PERSYARATAN PELAKSANAANPasal 1
Syarat Pelaksanaan pekerjaan lainnya
Persyaratan bagi kontraktor pelaksana instalasi kelistrikan
adalah :
a. Kontraktor pelaksana harus memiliki pas Perusahaan Listrik
Negara (PLN) serta surat-surat ijin dari instansi yang sesuai
dengan peraturan pemerintah daerah setempat, maupun surat ijin lain
yang diminta oleh pengawas pelaksana maupun pengawas pelaksana
lapangan.
b. Dalam pekerjaan pelaksanaan, pihak kontraktor harus memenuhi
ketenyuan yang telah digariskan dalam gambar rencana, baik dalam
segi ukuran, kualitas bahan maupun kuantitasnya.
c. Sehubungan adanya pekerjaan ini pihak kontraktor pelaksana
harus menghubungi pihak PLN terlebih dahulu, untuk kelancaran
pembangunan sampai pada hari penyerahan pekerjaan, dengan hasil
pengujian yang sangat memuaskan atau keur instalasi baik dan layak
untuk dipergunakan.Pasal 2
Syarat Pemasangan Bahan
Syarat pemasangan bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
ini :
a. semua bahan yang akan dipasang harus dalam keadaan baru dan
baik serta sebelumnya harus mendapat persetujuan dari pengawas
lapangan.
b. Bahan harus sesuai dengan kondisi alam tropis dan memenuhi
pasal-pasal dalam SPLN, LMK, SII, dan PUIL.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah mengerjakan Proyek Mesin Pemindah Barang, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dokumen Lelang merupakan dokumen yang berfungsi sebagai
Perancang atau Pengawas.
2. Dalam Dokumen Lelang, bagian bagian utamanya terdiri atas
gambar perancangan, RKS, BQ serta Engineering Estimate.
3. Dalam proyek Mesin Pemindah Barang ini, perancangan kontrol
menggunakan modul otomasi, yakni PLC dengan 30 I/O. 4. Plant ini
dapat di kontrol secara otomatis.DAFTAR PUSTAKA
1. Asrizal, IR,DRS. 2000. RANCANGAN LISTRIK, MANAJEMEN PROYEK
DAN PERENCANAAN.
2. SM. Yunan, 2000. Diktat Kuliah Rancangan Listrik Semester 3 ,
Politeknik Negeri Jakarta.3. SM Yunan, Ir, Amd.TE. Diktat Mata
Kuliah Rancangan Listrik Semester 4, Power And Control
Installation.4. Yayasan PUIL, 2000. Persyaratan Umum Instalasi
Listrik. ( PUIL 2000 ).
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
EMBED Visio.Drawing.11
Motor F-R
2,2 KW
380 V
5 A
Motor DOL
( Conveyor 1 )
2,2 KW
380 V
8,5 A
Motor DOL (Conveyor 2)
2,2 KW
380 V
5 A
MC
3 Ph
M1
3 Ph
a
b
c
d
F1
Q1
F2
F3
F4
M3
3 Ph
b1
c1
d1
Proyek Mesin Pemindah Barang65
_1322987110.vsd
_1323031165.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diagram Kontrol
7
No.
kVA
mm
_1323031277.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diagram Kontrol
No.
kVA
mm
K1A
K1A
PN1
START
STOP
K1A
K40A
60a
TOR 2
K2M
K1A
K74A
K3T
X17
X18
53
X25
X26
55
_1323032683.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Control Diagram
No.
kVA
mm
U1
V1
W1
N
PE
_1323032913.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Papan Kontrol
18
MC 2
M RVS
OL MC2
OL M RVS
1
Selector Switch
0
1
Stop
Start
MC1
OL MC1
1300
200
900
M FWD
OL M FWD
0
_1323032620.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Papan Kontrol
MC2
M. RVS
OL MC2
OL M.RVS
1
Selector Switch
0
1
Stop
Start
0
M. FWD
OL M.FWD
MC1
OL MC 1
M3~
_1323031248.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Control Diagram
6
No.
kVA
mm
X3
X4
66
TOR 3
K72A
K3A
K4A
K3M
H2
K73A
K1T
K3A
K4M
H3
K74A
59m
70m
70a
ON MR
Kontrol Motor Reverse ON
K4A
Kontrol Motor Forward ON
_1323031181.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diagram Kontrol
No.
kVA
mm
8
K72A
K71A
K73A
Kontrol Limit Switch
K74A
LS6
LS5
K75A
K72A
LS4
79a
79m
K71A
LS1
K70A
LS3
LS2
X29
X30
81
X29
X30
X29
X30
X29
X30
X29
X30
X29
X30
82
83
84
84
85
NO
NC
57
NO
NC
59
NO
NC
85
NO
NC
68
NO
NC
59
NO
NC
78
53
65
68
61
57
83
_1322987118.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diagram Kontrol PLC
9
K1A
K1A
K2A
K1A
LS1
K3A
K2A
K2A
START
K3A
K7A
MC1
K1A
H1
H2
K3A
K2A
LS2
K7A
K3A
K3M
K3A
LS3
K4A
K3M
PN1
K8A
STOP
H3
K4A
K3M
LS4
K5A
K4A
PN2
K4A
H4
IN
Q
ET
PT
T# 10s
T1TON
_1322987119.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diagram Kontrol PLC
10
K5A
T1.Q
K6A
K5A
K5A
K4M
K3M
K6A
K4M
H5
K6A
K4M
LS5
K7A
K6A
K6A
IN
Q
ET
PT
T# 3s
T2TON
K7A
T2.Q
K1A
K7A
MC2
K4M
K7A
MC2
H6
K6A
BUZZER
LS6
PN2
H7
K8A
_1322987120.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Power Wiring Diagram
11
L1
L2
L3
N
PE
_1322987112.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Control Diagram
No.
kVA
mm
39b
F43
SE 44
Reset
SC 44
F42
4
39a
39m
50a
50m
Kontrol
_1093292759.vsd
_1322186446.vsda
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
POLTEKNEGERIJAKARTA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lay Out Peralatan Pada Rak Panel
900
1300
140
_1322987109.vsdPOLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Mod.
Date
Drawn
Modification
Drawn : Fajar Harianto & Fahri Ahmad Hasan
Checked :
Date : 26-11-2009
Job No.
Building
Floor
Diagram No.
Sheet
Fuse
Relay
n
_1322987050.vsdSTART
Supply on
Tempat Box menyentuh LS1
MC1 = ON
Box menyentuh LS2
MC1 = OFF
PN1 = OFF
3 Detik
Box menyentuh LS3
PN1 = ONMC2 = ON
START
MF = ON
Kereta barang menyentuh LS4
MF = OFFPN2 = ON
PN2 = OFFMR = ON
Kereta barang bergerak mundur dan menyentuh LS5
RESET
STOP
3 Detik
10 Detik
Y
Y
Y
Y
Y
N
N
N
N
N
_1262332701.vsdNC
NO
_1137219333.vsdTM 1703
15A 250V AC
REAL TEND
_1093292462.vsd