BAB I PENDAHULUAN Perkembangan peradaban manusia jauh lebih cepat dibandingkan makhluk lainnya. Sejak dilahirkan manusia terus berkembang dan mengembangkan dirinya demi mencapai kenikmatan, kesenangan, kesejahteraan dan berbagai keindahan hidup lain, yang bisa jadi tidak pernah dinikmati oleh binatang atau makluk lain. Peradaban yang terus berkembang pada dasarnya didorong oleh hasrat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih dari yang dimiliki. Hasrat ini, di satu sisi mendorong manusia untuk terus berusaha melakukan perubahan dan menemukan hal-hal baru, namun di sisi lain sering mendorong manusia terjerumus ke dalam “jurang yang tak berujung”. Peradaban manusia pada hakikatnya adalah hasil dari proses upaya manusia untuk menemukan sesuatu yang baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai upaya yang dilakukan manusia berbeda, karena tuntutan kebutuhan yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
Perkembangan peradaban manusia jauh lebih cepat dibandingkan makhluk
lainnya. Sejak dilahirkan manusia terus berkembang dan mengembangkan dirinya
demi mencapai kenikmatan, kesenangan, kesejahteraan dan berbagai keindahan
hidup lain, yang bisa jadi tidak pernah dinikmati oleh binatang atau makluk lain.
Peradaban yang terus berkembang pada dasarnya didorong oleh hasrat manusia yang
tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Manusia selalu ingin mendapatkan
lebih dari yang dimiliki. Hasrat ini, di satu sisi mendorong manusia untuk terus
berusaha melakukan perubahan dan menemukan hal-hal baru, namun di sisi lain
sering mendorong manusia terjerumus ke dalam “jurang yang tak berujung”.
Peradaban manusia pada hakikatnya adalah hasil dari proses upaya manusia
untuk menemukan sesuatu yang baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berbagai upaya yang dilakukan manusia berbeda, karena tuntutan kebutuhan yang
berbeda. Bisa juga perbedaan tersebut diakibatkan oleh cara dan proses yang
dilakukan antara satu manusia dengan manusia lainnya berbeda. Justru perbedaan
inilah yang menghasilkan dan memperkaya peradaban manusia tersebut.
Salah satu wujud peradaban manusia yang sangat cepat berkembang adalah
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan pada bidang ini selain
mendorong dirinya untuk berkembang juga mendorong bidang lain untuk terus juga
ikut berkembang, seperti kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi dan
informasi yang sangat mengagumkan. Seperti halnya dengan bidang lain, bidang
inipun dalam perkembangannya beragam dan bervariasi. Keberagaman ini
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya disebabkan oleh cara, proses, asal-usul,
dan hubungannya (epistemology) dengan manusia dalam mengembangkan ilmu dan
pengetahuan yang menjadi minat dan perhatiannya yang juga berbeda.
Wibisono (1999) mengibaratkan ilmu pengetahuan sebagai pohon yang
tumbuh mekar bercabang secara subur. Masing-masing cabang berkembang mandiri
mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang
pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru, bahkan kearah
ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu
pengetahuan, dapat disinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan
manusia, baik individual maupun sosial, menjadi sangat menentukan. Karena itu
implikasi yang timbul, menurut Wibisono (1999), adalah bahwa ilmu yang satu
sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain, serta semakin kaburnya
garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan
yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal
tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant dalam Wibisono (1999)
yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat.
2
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara subtansi
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Dalam masyarakat beragama,
ilmu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber
ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan, manusia hanya menemukan sumber itu dan
kemudian merekayasanya untuk dijadikan instrumen kehidupan. Manusia adalah
ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk yang lain
karena manusia diberikan daya berpikir. Daya pikir inilah yang menemukan teori-
teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu bersamaan, daya pikir tersebut menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan, sehingga dia tidak hanya bertangungjawab kepada sesama manusia, tetapi
juga kepada penciptanya.
Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan
pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan
dari sesuatu yang dikehendaki. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu: berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah, pola penalaran
yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berpikir
ilmiah, pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat.
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian ilmiah. Untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya
sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan
cermat.
3
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan.
Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari
apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikirannya, tanpa ada sesuatu
pun yang membatasinya.
Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan
dalam bidang manajemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian
produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai,
kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan risiko dalam
pemberian kredit, dan masih banyak lagi.
Dari uraian diatas, statistika berkaitan dengan daya pikir manusia, terutama
dalam hal berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah berhubungan dengan keilmuan dan
teknologi yang dalam perkembangannya dibatasi oleh filsafat. Oleh karena itu,
penulisan makalah ini difokuskan pada perihal keterkaitan antara statistika dan
filsafat.
4
BAB IIPENGERTIAN-PENGERTIAN
A. Pengertian Filsafat
1. Filsafat Menurut Asal Katanya
Kita sering mendengar istilah filsafat. Ada yang mengartikan filsafat sebagai
ilmu, ada pula yang mengartikan filsafat sebagai pandangan hidup. Tidak jarang,
orang mengartikan filsafat sebagai kata-kata yang bernilai tinggi atau bahkan kata-
kata yang membingungkan. Mana yang benar dan sebenarnya apakah yang
dimaksud dengan filsafat itu?
Untuk mengetahui makna atau hakekat filsafat kita dapat mencarinya dari
asal kata filsafat itu sendiri. Filsafat berasal dari bentukan dua buah kata bahasa
Yunani, yakni philos dan sophia (Wiharto, 2007). Philos berati teman atau cinta dan
sophia berarti kebijaksanaan, pengetahuan atau hikmah. Menurut asal katanya,
dengan demikian filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan atau bentuk
cinta kepada kebijaksanaan, atau bisa juga berarti teman kebijaksanaan atau induk
dari segala ilmu pengetahuan (mother scientiarum).
Menurut Wiharto (2007), seorang yang bijaksana adalah seorang yang sudah
mengetahui hakekat segala sesuatu. Seorang yang bijaksana bukan hanya sekedar
tahu tetapi sudah memahami apa yang diketahuinya tersebut. Seseorang yang telah
memahami sesuatu akan mendapatkan kemudahan dalam menerapkan apa yang
diketahuinya tersebut, juga dalam melakukan analisis, sintesis maupun evaluasi
terhadap apa yang diketahui dan hal-hal yang berhubungan dengan hal-hal yang
diketahuinya tersebut.
2. Filsafat Menurut Beberapa Ahli
Phytagoras (572 - 497 SM) ditahbiskan sebagai orang pertama yang memakai
kata philosopia yang berarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Pengetahuan
yang diperoleh oleh seorang ahli filsafat adalah pengetahuan yang luhur sesuai
dengan pendapat Plato (427 SM) dalam Wiharto (2007) yang menyatakan bahwa
filsafat adalah kegemaran dan kemauan untuk mendapatkan pengetahuan yang luhur
atau kebenaran yang hakiki. Pengetahuan yang didapatkan ahli filsafat dipandang
bernilai tinggi dan agung sehingga mempunyai banyak penganut. Pengetahuan yang
diperoleh ahli filsafat seringkali menjadi sebuah isme, bahkan dianggap suci
layaknya ayat-ayat yang diturunkan dari Tuhan dan melahirkan sebuah agama.
Taoisme, misalnya, adalah contoh sebuah pengetahuan yang dianggap luhur,
agung bahkan suci oleh para penganutnya. Taoisme adalah ajaran yang disampaikan
oleh Lao Tse (550 SM), sebagai sebuah ”jalan” Tao adalah ”jalan alam” bukan
sekedar ”jalan manusia”. Tao adalah kenyataan obyektif, substansi abadi yang
bersifat tunggal, mutlak dan tidak ternamai. Janganlah seseorang bergulat melawan
alam melainkan harus bekerja sama, seperti air yang mengalir ke tempat yang lebih
rendah, tidak melawan, namun dapat menghancurkan karang yang sangat kokoh.
Semua yang ada di jagat raya telah memiliki jalannya sendiri-sendiri.
Manusia yang merupakan bagian mikrokosmis seyogyanya mengikuti jalan alam,
tidak perlu mencampuri atau mengintervensi jalannya hukum alam. Sikap yang tidak
mencampuri inilah yang disebut Wu Wei. Ajaran Tao bersifat metafisika dan
puncaknya adalah kesadaran bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao yang dalam
istilah lain disebut sebagai docta ignorantia (ketidaktahuan dalam berilmu).
6
Taoisme yang digambarkan oleh Lao Tze berupaya mengungkapkan suatu
kebenaran, oleh karenanya, Aristoteles (384 SM) mengartikan filsafat sebagai ilmu
tentang kebenaran. Para ahli filsafat memang selalu berupaya mendapatkan
kebenaran tentang segala sesuatu (Wiharto, 2007). Apa yang dilakukan oleh
Sidharta Gautama tidak jauh berbeda dengan Lao Tze.
Sidharta Gautama adalah adalah putera raja Suddhodana yang selalu hidup
dalam kemewahan dan kebahagiaan, namun di sudut hatinya selalu memikirkan
hukum alam, bagaimana cara mengatasi hukum alam, dan masalah-masalah manusia.
Dalam mencari kebenaran tas semuanya itu, Sidharta sampai kepada kesimpulan
tentang ajaran Catvari Arya Satyani (Fourth Noble Truth atau empat kebenaran
mulia). Ajaran Sidharta tentang empat kebenaran mulia dimaksud adalah:
1. Adanya penderitaan (Dukkha) terjadi pada semua orang. Kelahiran, sakit, usia
tua dan kematian adalah penderitaan. Penderitaan tidak hanya bersifat fisik,
melainkan juga mental. Kebahagiaan tidaklah kekal, karena ketika kebahagiaan
dalam hidup meninggalkan kita maka penderitaan pasti muncul.
2. Sebab penderitaan adalah nafsu atau kemelekatan. Orang hidup dalam lautan
penderitaan karena tidak mengetahui karma, tidak peduli dan rakus mengejar
kesenangan duniawi.
3. Akhir penderitaan dilakukan dengan memutuskan nafsu, kebodohan,
ketidakpedulian dan kerakusan sehingga semuanya hilang (nirvana atau
nibbana).
7
4. Cara mengatasi penderitaan adalah dengan jalan tengah, jalan mulia berunsur
delapan atau delapan jalan kebenaran. Delapan jalan kebenaran tersebut adalah
pandangan yang benar, pikiran yang benar, perkataan yang benar, perbuatan yang
benar, mata pencaharian yang benar, usaha yang benar, kesadaran yang benar dan
konsentrasi yang benar
Ahli filsafat lain sebagaimana ditulis oleh Ibrahim (2008), seperti Al-Farabi
(870 - 950 M) misalnya, mengartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan hakekat alam yang sebenarnya. Kemudian, Descartes (1590 - 1650 M)
mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang Tuhan, alam dan
manusia. Adapun definisi filsafat menurut Immanuel Kant (1724 - 1804 M) adalah
ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
Menurutnya, ada empat hal yang dikaji dalam filsafat, yakni apa yang dapat manusia
ketahui? (metafisika); apa yang seharusnya diketahui manusia? (etika); sampai
dimana harapan manusia? (agama); dan apakah menusia itu? (antropologi).
Walau bagaimanapun, semua definisi tersebut tidak dapat menampilkan
pengertian yang sempurna karena setiap orang selalu berbeda cara dan gaya dalam
mendefinisikan suatu masalah. Definisi tersebut tidak akan menyesatkan selama
dipandang sebagai cara pengenalan awal untuk mencapai kesempurnaan lebih lanjut.
Dengan demikian, filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat,
manusia berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikiran, realitas
dan kejadian. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan
bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan.
8
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Pengetahuan adalah apa
yang diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui, sehingga menjadi kenal, sadar,
insaf, mengerti, benar dan pandai (Ibrahim, 2008).
Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan
melainkan kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan hasil suatu proses
atau pengalaman yang sadar, dan merupakan terminologi generik yang mencakup
seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian, pengetahuan adalah
kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan dan intuisi
yang mampu menangkap alam dan kehidupannya, serta mengabstraksikannya untuk
mencapai suatu tujuan.
Dalam hal ini, tujuan manusia mempunyai pengetahuan adalah:
1. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup.
2. Mengambangkan arti kehidupan.
3. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
4. Mencapai tujuan hidup.
Adapun jenis pengetahuan sebagaimana ditulis oleh Ibrahim (2008) terdiri
dari:
1. Pengetahuan biasa (common sense), yang digunakan terutama untuk kehidupan
sehari-hari, tanpa mengetahui seluk-beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-
luasnya.
9
2. Pengetahuan ilmiah atau ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh secara khusus,
bukan hanya untuk digunakan saja namun ingin mengetahui lebih dalam dan luas
mengenai kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
3. Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga
yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan
diatas pengalaman biasa.
4. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui
para utusan-Nya. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama.
Menurut Freedman dalam Gie (1999), pengetahuan ilmiah atau ilmu adalah
pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis. Ilmu merupakan bentuk aktivitas
manusia yang dengan melalukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan
dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan
di kemudian hari. Adapun Hornby dalam Ibrahim (1999) mengartikan ilmu sebagai
susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan
percobaan dari fakta-fakta.
Ilmu pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan
dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara obyektif bertujuan untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi
eksperimen dan klasifikasi.
10
C. Pengertian Statistika
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi dan mempresentasikan data.
Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah statistika
(statistics) berbeda dengan statistik (statistic). Statistika merupakan ilmu yang
berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan
algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan
untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif.
Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa
istilah statistika antara lain populasi, sampel, unit sampel dan probabilitas.
Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu
alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial, termasuk sosiologi
dan psikologi, maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri). Statistika juga
digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk
merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang
sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan
sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau
quick count. Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan
pola maupun kecerdasan buatan.
Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif), maupun yang tidak berwujud
angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan besar bagi suatu
negara. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi