i TERSANGKA TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA TINGKAT PENYIDIKAN (STUDI WILAYAH HUKUM POLRES DOMPU) JURNAL ILMIAH Oleh : MUHAMMAD NUR SAHRONI NIM :D1A 114 161 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
i
TERSANGKA TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA TINGKAT PENYIDIKAN
(STUDI WILAYAH HUKUM POLRES DOMPU)
JURNAL ILMIAH
Oleh :
MUHAMMAD NUR SAHRONI
NIM :D1A 114 161
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MATARAM
MATARAM2018
ii
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
PROSES PENANGKAPAN TERSANGKA TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA TINGKAT PENYIDIKAN
(STUDI WILAYAH HUKUM POLRES DOMPU)
Oleh :
MUHAMMAD NUR SAHRONI
NIM :D1A 114 161
Menyetujui,
Pada Tanggal...............
Pembimbing Pertama
Prof. Dr. Hj. Rodliyah, SH., MH
NIP. 19560705 198403 2 001
iii
PROSES PENANGKAPAN TERSANGKA TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA TINGKAT PENYIDIKAN
(STUDI WILAYAH HUKUM POLRES DOMPU)
MUHAMMAD NUR SAHRONI
D1A 114 161FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan penangkapan terhadap pelaku tindak pidana narkotika oleh Sat Resnarkoba Polres Dompu dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh pihak penyidik Polres Dompu dalam melakukan penangkapan terhadap tersangka tindak pidana narkotika. Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris, dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual, kasus dan sosiologis. Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan penangkapan terhadap tersangka tindak pidana narkotika pada tingkat penyidikan oleh Sat Resnarkoba Polrespadatahun 2015 terdapat 5 (lima) kasus dan pada tahun 2016 sebanyak 15 (lima belas) kasus mengalami peningkatan sebanyak 10 (sepuluh) kasus. Padatahun 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hanya 4 (empat) kasus. Pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 46 kasus .Kendala yang dihadapi Satuan Reserse Narkoba Polres Dompu meliputi Faktor Penegak Hukum, Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung, Faktor Masyarakat dan faktorkebudayaan.
Kata Kunci :Arrest, Criminal act, Narcotics, investigation
ARREST PROCESS ONSUSPECT OF CRIMINAL ACTION OF NARKOTICS
AT INVESTIGATION LEVEL
(STUDY OF THE LEGAL REGION OF POLICE RESORT DOMPU)
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out the process of carrying out arrests of narcotics criminal offenders by the Dompu District Police Sub-dept. And to find out the obstacles faced by the Dompu Regional Police investigator in arresting suspected drug offenders. This study uses empirical legal research, with a legal, conceptual, case and sociological approach. The results of the study showed that the arrest of suspected narcotics crimes at the investigation level by the District Police Resnarkoba in 2015 had 5 (five) cases and in 2016 15 (fifteen) cases had increased by 10 (ten) cases. In 2017 there was a decline from the previous year
iv
with only 4 (four) cases. In 2018 there was an increase of 46 cases. The obstacles faced by the Dompu Police Narcotics Investigation Unit include Law Enforcement Factors, Supporting Facilities or Facilities Factors, Community Factors and cultural factors.
Keywords: Arrest, Crime, Narcotics, Investigation
v
I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
khususnya dalam Pasal 1 ayat (3) “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Hal
ini berarti bahwa seluruh aspek kehidupan di negara ini diatur berdasarkan aturan
hukum. Dalam upaya mewujudkan penegakan supremasi hukum di Indonesia,
diperlukan produk hukum dalam hal ini undang-undang yang berfungsi sebagai
pengatur segala tindakan masyarakat sekaligus sebagai alat paksa kepada
masyarakatNegara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
khususnya dalam Pasal 1 ayat (3) “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Hal
ini berarti bahwa seluruh aspek kehidupan di negara ini diatur berdasarkan aturan
hukum. Dalam upaya mewujudkan penegakan supremasi hukum di Indonesia,
diperlukan produk hukum dalam hal ini undang-undang yang berfungsi sebagai
pengatur segala tindakan masyarakat sekaligus sebagai alat paksa kepada
masyarakat1
Fenomena kejahatan Narkoba di Indonesia merupakan suatu kajian
yang menjadi masalah dalam lingkup nasional maupun secara
internasional.Penyalahgunaan narkotika tentunya tidak lepas dari peran peredaran
narkotika yang semakin meluas di dalam masyarakat dan membentuk jaringan
yang berakar. Peredaran narkotika juga tidak lepas dari indikasi bahwa 1 Wawan Tunggal Alam. Memahami Profesi hukum: hakim, jaksa, polisi, dan konsultan hukum.jakartaMilenia Populer,2004.hlm.67
vi
dikendalikannya peredaran narkotika di Indonesia oleh jaringan internasional,
sebab hampir 70 persen narkotika yang beredar di dalam negeri merupakan
kiriman dari luar negeri2
Dalam pemberantasan tindak pidana narkotika, kepolisian mempunyai
kewenangan sebagaimana, telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang narkotika, Kepolisian berwenang mencegah dan memberantas
penyalahgunaan dan peredaran narkotika dan prekusor narkotika. Selain itu
Kepolisian dapat mempergunakan masyarakat dengan cara memantau,
mengarahkan dan meningkatkan kapasitas mereka untuk melakukan pencegahan
terhadap penyalahgunaan narkotika dengan cara memberdayakan anggota
masyarakat. Dalam hal melakukan pemberantasan narkotika, kepolisian diberi
kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
penyalahgunaan,peredaran narkotika, dan prekusor narkotika beserta dengan
kewenangan yang dimiliki penyelidik dan penyidikseperti penangkapan selama 3
x 24 jam dan dapat diperpanjang 3×24 jam ditambah penyadapan.3
Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika di Indonesia yang
mana pemerintah selaku penyelenggara kehidupan bernegara perlu memberikan
perlindungan dan kesejahteraan terhadap masyarakat melalui berbagai kebijakan
yang teragenda dalam program pembangunan nasional. Upaya pencegahan
dilaksanakan sesuai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Narkotika sehingga
2 Juliana lisa Narkoba dan psikotropika nuha medika,Yogyakarta, 2017.hlm.343 Satjipto Raharjo, , Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2000, hlm.53.
vii
masalah narkotika ini tidak terus tumbuh dalam masyarakat sebagai wabah yang
buruk bagi perkembangan negara. Masalah hukum ini menyangkut peran aparat
penegak hukum, khususnya Kepolisian yang sangat penting keberadaannya di
tengah-tengah masyarakat sebagai abdi negara penyeimbang dan pengayom
kehidupan dalam masyarakat
Pembahasan difokuskan pada pelaksanaan penangkapan terhadap
tersangka tindak pidana narkotika pada tingkat penyidikan oleh Sat Resnarkoba
Polres Dompu dan kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak penyidik Polres
Dompudalam melakukan penangkapan terhadap tersangka pelaku tindak pidana
narkotika.
Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris, dengan lokasi
penelitian di Satuan Reserse Narkoba Polres Dompu.Penelitian hukum empiris
adalah dengan cara melihat dan mengkaji secara langsung fenomena dalam
masayarakat dan penerapan peraturan perundang-undangan di lapangan.
penelitian empiris dilakukan pada data yang di peroleh dari lapangan atau biasa
disebut data lapangan, metode pendekatan yang digunakan yaitu Pendekatan
Undang-undang (Statute Approach), Pendekatan konseptual (Conseptual
Approach), Pendekatan kasus ( Casse Approach) dan Pendekatan sosiologis.
Sumber Dan Jenis Data
viii
Sumber Data
Dalam penelitian ini ada beberapa sumber untuk mendapatkan data guna
untuk membahas permasalahan yang ada, yaitu:
Data Lapangan
Dalam penelitan yang bersifat empirik perlu dilakukan wawancara, guna
untuk mendapatkan data yang terukur dan akurat.Yaitu suatu bentuk
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
lapangan dengan cara mendatangi instansi-instansi yang ada kaitannya
atau berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian
dengan menggunakan teknik wawancara. Untuk memperoleh data
lapangan tersebut maka penyusun menetapkan lokasi penelitian yaitu di
Polres Dompu
Data Kepustakaan
Yaitu data yang diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji berbagai
literatur dan peraturan perundang-undangan, seperti buku, tulisan ilmiah,
dan karya ilmiah lainnya yang ada dalam kepustakaan yang berkaitan
dengan masalah yang diangkat.4
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah :
4 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Cet. 7, Rineka Cipta, Jakarta, 2013, hlm. 138. Amirudin dan Asikin, Op.cit., hlm. 133
ix
Data Primer, yaitu jenis data yang diperoleh dari sumber utama, yaitudata
lapangan yang dapat dilakukan melalui penelitian lapangan dengan
melakukan wawancara.
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku literatur,
peraturan perundang-undangan dan pendapat para sarjana. Yang terdiri
dari:
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat yang berasal
dariundang undang nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari bahan
hukum primer, yang terdiri dari buku-buku, hasil-hasil penelitian, hasil
karya para pakar hukum yang berkaitan dengan skripsi ini.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
dan pengertian terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus-kamus hukum dan kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Teknik Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah
dengan berbagai tahap sebagai berikut:
x
Studi Lapangan
Dalam penelitan yang bersifat empirik perlu dilakukan wawancara,
guna untuk mendapatkan data yang terukur dan akurat.Pengumpulan data
dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada responden,
yang mana responden adalah orang yang menjadi sumber data dan
penelitian, dalam hal ini yaitu Kasat Narkoba Polres Dompu
Studi Kepustakaan
Data kepustakaan dikumpulkan dengan cara membaca dan
mempelajari literatur berupa buku-buku pendapat para sarjana hukum
dan bahan lain yang berkaitan dengan pokok masalah, setelah terkumpul
kemudian dicatat serta disusun secara sistimatis.
Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian dianalisa menggunakan metode
analisis kualitatif. Winarno mengemukakan bahwa analisis kualitatif
adalah suatu analisa yang memahami kebenaran yang diperoleh dari hasil
penelitian dan jawaban-jawaban responden untuk dicari hubunggan
antara satu dengan yang lain, kemudian disusun secara sistematis.Seluruh
bahan hukum yang diperoleh dari penelitian kepustakaan selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan analisis preskriptif, yaitu analisis yang
dilakukan dengan argumentasi atas hasil penelitian dengan memberikan
preskripsi atau penilaian mengenai benar atau salah atau apa yang
seyogyanya menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa hukum,yang
xi
selanjutnya dikaitkan dengan konsep dan teori terkait untuk mendapatkan
kejelasan terhadap masalah yang diteliti melalui penalaran hukum,
sistemik dan runtut dengan mengabstraksikan peraturan perundangan
terkait. Oleh karena itu bahan hukum yang diperoleh dari peraturan
perundangundangan yang terkait dengan narkotika dan penangkapan
dianalisa dan ditelaah dengan data yang diperoleh dari Polres Dompu,
sehingga pada akhirnya akan ditemukan hukum dalam kenyataannya
xii
II. PEMBAHASAN
A. Proses Pelaksaan Penangkapan Tersangka Tindak Pidana Narkotika Pada
Tingkat Penyidikan Oleh Satuan Reserse Narkoba Polres Dompu
Berdasarkan maraknya kasus tindak pidana narkotika yang ada di
Kabupaten Dompu Bapak Ipda Adhar (Kasat Sat Res Narkoba Polres Dompu)
menjelaskan daerah-daerah yang sering dilakukan operasi penangkapan pelaku
tindak pidana narkotika yaitu di lokasi pariwisata pantai Lakey yang berada di
Kecamatan Hu’u, Kecamatan Kempo, Kecamatan Manggelewa, Kecamatan
Woja, Kecamatan Dompu lebih khususnya di Kelurahan Simpasai, Kelurahan
Potu, Kelurahan Bada.
Bapak Ipda Adhar (Kasat Sat Res Narkoba Polres Dompu) Juga
menjelaskan:
“Keluar masuk masuknya narkotika di Kabupaten Dompu yaitu melalui jalur darat di ambil langsung menggunakan mobil pribadi atau paket yang dikirim melalui bus malam.Bapak Ipda Adhar juga menjelaskan bahwa Kepolisian Resort Dompu pada hari Sabtu 18 agustus 2018 berhasil menangkap pelaku pengedar narkotika di jalan raya Sumbawa-Dompu membawa golongan narkotika jenis shabu seberat 233,43 gram dan pil ekstasi sebanyak 35 butir, dari keterangan pelaku narkotika tersebut akan diedarkan di Kabupaten dan Dompu Kabupaten Bima. Kejahatan narkotika ini merupakan kejahatan antar daerah yaitu Mataram ke Dompu, Sumbawa ke Dompu, Bima ke Dompu”
xiii
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Tindak Pidana Narkotika DiKabupaten
Dompu
2015 2016 2017 20180
5
10
15
20
25
30
35
KasusTersangka
Sesuai dengan data pada tabel di atas maka dapat di uraikan bahwa dari
tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 tindak pidana narkotika di Kabupaten
Dompu yang ditangani Polres Dompu semakin meningkat. Pada tahun 2015
terdapat 5 (lima) kasus dan pada tahun 2016 sebanyak 15 (lima belas) kasus
mengalami peningkatan sebanyak 10 (sepuluh) kasus. Pada tahun 2017
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hanya 4 (empat) kasus.Pada tahun
2018 mengalami peningkatan sebanyak 46 kasus.
Penanganan kasus narkoba oleh Kepolisian didasarkan adanya laporan atau
pengaduan dari masyarakat, atau mungkin Polisi mengetahui sendiri adanya
Sumber: Satuan Reserse Narkoba Polres Dompu, 2028
xiv
tindak pidana yang berkaitan dengan narkoba yang diterima oleh sentral
pelayanan Kepolisian. Kemudian berkas laporan tersebut segera dilimpahkan ke
penyidik, untuk tingkat Polres kepada Kasat Reserse, sedangkan untuk tingkat
Polsek kepada Kapolsek atau Kanit Reserse Intel. Selanjutnya penyidik akan
mempelajari kasus yang ada. dengan mengetahui jenis perkara yang ada, maka
penyidik akan memulai tindakan penyidikan. Hal tersebut dilakukan dengan
memperhatikan tempat kejadian perkara (TKP) dan identifikasi di
lapangan.Apabila kasus tersebut memerlukan olah TKP dari olah TKP tersebut
Polisi langsung mengadakan upaya penyidikan, dengan memperhatikan
keterangan-keterangan dari orang yang dianggap tahu atau yang diduga
mengetahui, mencari instrumen atau alat-alat yang dipakai oleh tersangka dan
sebagainya.Hal tersebut digolongkan ke tahap penyelidikan sebelum dilakukan
penyidikan oleh penyidik.
Ipda Adhar selaku Kasat Narkoba Polres Dompu dalam penanganan kasus
telah melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. PenangkapanDengan surat perintah penangkapan Nomor : SPKap/174/V/2012/
Reskrim, tanggal 12 Mei 2018, telah dilakukan penangkapan terhadap tersangka Jaitun Surat Perintah Penangkapan Nomor : SPKap/174/V/2012/Reskrim, tanggal 10 Mei 2018 dan telah dibuatkan Berita Acara Penangkapan.
Setelah dilakukan penangkapan, Ipda Adhar Kasat narkoba Polres Dompu melakukan pengambilan urine terhadap tersangka Jaitun pada tanggal 12 Mei 2018 dan telah dibuatkan Berita Acara Pengambilan Urinenya.
Berkenaan dengan hal tersebut maka penyidik dalam melakukan penangkapan harus dilandasi keyakinan adanya presumption of guilt. Hal ini berarti bahwa sebelum penyidik mengambil keputusan untuk menangkap ,
xv
maka penyidik harus mempunyai bukti permulaan yang cukup serta dugaan keras telah dilakukan tindak pidana oleh tersangka
Penangkapan tidak dapat dilakukan secara sewenang-wenang, karena hal itu melanggar hak asasi manusia. Untuk menangkap seseorang, maka penyidik harus mengeluarkan surat perintah penangkapan disertai alasan-alasan penangkapan dan uraian singkat sifat perkara kejahatan yang dipersangkakan. Tanpa surat perintah penangkapan tersangka dapat menolak petugas yang bersangkutan. Perintah penangkapan baru dikeluarkan kalau sudah ada dugaan keras telah terjadi tindak pidana disertai pula bukti permulaan yang cukup.
2. Penggeledahan Penggeledahan dilakukan setelah diterbitkan Surat Perintah
Penggeledahan yang ditandatangani pejabat yang berwenang. Dengan Surat Perintah Penggeledahan Nomor : SP. Dah/02/V/2012/Reskrim, tanggal, 12 Mei 2018, telah dilakukan penggeledahan rumah yang dihuni oleh tersangka Jaitun di Lingkungan Monta baru Kecamatan Woja Kabupaten Dompu dan telah dibuatkan Berita Acara Penggeledahannya. Berdasarkan kegiatan penggeledahan tersebut diatas telah dibuatkan Surat Laporan guna memperoleh persetujuan penggeledahan Nomor : B/02.a/V/2012/Reskrim, tanggal 16 Mei 2018,
3. Penyitaan Alat-alat atau barang-barang yang di temukan pada saat penggeledahan
diamankan atau diadakan penyitaan.Adapun maksud diadakan penyitaan diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa tersangkalah yang telah melakukan tindak pidana itu. Pada waktu penyidik akan mengadakan penyitaan suatu barang bukti, maka penyidik harus memperlihatkan surat bukti diri, surat tugas dan sebagainya kepada pemilik barang.
Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : SP.Sita/91/V/2012/Reskrim, tanggal 12 Mei 2018, telah dilakukan penyitaan barang bukti berupa 0,9 gram shabu-shabu. Apabila penyidik akan menyita suatu barang, maka barang yang akan disita itu terlebih dahulu harus diperlihatkan kepada pemilik benda itu atau keluarganya dan dapat minta keterangan tentang barang tersebut. Setelah melakukan penyitaan, maka penyidik membuat berita acara penyitaan, kemudian berita acara tersebut dibacakan didepan yang bersangkutan.
Berdasarkan kegiatan penyitaan tersebut diatas telah dibuatkan Surat Laporan untuk mendapatkan persetujuan penyitaan Nomor : B/91.b/V/2012/Reskrim, tanggal 16 Mei 2018.
Berdasarkan uraian data di atas, maka penangkapan dilakukan
berdasarkan ketentuan KUHAP, yang di atur dalam Pasal 16 sampai dengan
Pasal 19.
xvi
B. Kendala Yang Dihadapi Oleh Pihak Penyidik Polres Dompu Dalam Proses
Penangkapan Tersangka Tindak Pidana Narkotika.
Merujuk pada pandangan Soerjono Soekanto didalam bukunya “Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum” adalah: faktor hukum, faktor
penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas pendukung, faktor masyarakat dan
faktor kebudayaan.5Merujuk pada pandangan Soerjono Soekanto tersebut,
berdasarkan hasil penelitian ditemukan faktor-faktor yang menghambat adalah
faktor hukum, faktor sarana atau fasilitas pendukung, faktor masyarakat dan faktor
kebudayaan. Lebih lanjut dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan
perangkat keras,6Bapak Ipda Adhar selaku Kasat Reserse Narkoba, yang
menyatakan bahwa:
“Selama ini dana yang digunakan untuk kegiatan penangkapan tindak pidana narkotika masih kurang, sehingga upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resort Dompu belum maksimal, padahal kasus tersebut sangat mengkhawatirkan dan meresahkan, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan secara cepat. Kepolisian Resort Dompu sangat mengharapkan partisipasi dari pemerintah dari segi penyediaan dana yang lebih besar lagi guna memaksimalkan upaya pencegahan, penanggulangan dan peredaran gelap narkotika, sehingga daerah Kabupaten Dompu dapat terbebas dari ancaman penyalahgunaan dan peredaran narkotika.”7
5 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cet.Ke-5, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 42
6Ibid.7 Hasil wawancara dengan Bapak Ipda Adhar selaku Kasat Satuan Reserse Narkoba,
Polres Dompu Hari Kamis 14 September 2018
xvii
2. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian di dalam masyarakat.Setiap warga masyarakat atau kelompok
sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul
adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang,
atau kurang.Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum,
merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.
Faktor masyarakat diungkapkan oleh Ipda Adhar selaku Kasat, dalam
wawancara yaitu::
“Kesadaran masyarakat terhadap upaya pencegahan dan amu terlibat menjadi kendala yang sangat penting, karena upaya penanggulangan kejahatan tidak akan maksimal jika tidak diimbangi oleh kesadaran masyarakat, serta upaya masyarakat untuk membantu pemberantasan, kami memberikan pengertian berdasarkan aturan, tapi susah juga bagi Kepolisian, disatu sisi kami dituntut untuk memberantas, tapai masyarakat juga harus ambil bagian, seperti mealporkan, atau peduli dengan gejal-gejala penyalahgunaan”.8
Lebih lanjut menurut Ipda Adhar Kasat Narkoba Polres Dompu:
“Kendala saat di lapangan yaitu jarang masyarakat yang mau menginformasikan tentang pengguna narkotika kepada polisi, biasanya petugas mencari informasi sendiri dengan jalan surveillence penyidikan yaitu dengan cara penyamaran, mencari informasi yaitu dengan orang umum atau awam dengan menjadikan orang tersebut informan untuk mendapatkan informasi. Masyarakat Kabupaten Dompu pemahaman yang masih kurang terhadap bahaya dari penyalahgunaan narkotika dan sanksi hukum yang akan dijatuhkan terhadap.”
8 Hasil wawancara dengan Bapak Ipda Adhar selaku Kasat Satuan Reserse Narkoba, Polres Dompu Hari Kamis 14 September 2018
xviii
Selain itu, upaya penegakan hukum tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya
pada fungsi hukum pidana yang identitik sebagai alat menindak pelaku
kejahatan dalam fungsinya yang represif.Upaya menjaga ketertiban dan
keamanan merupakan upaya dari keseluruhan komponen, baik lembaga
pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan.Peningkatan ekonomi
melalui pembukaan lapangan kerja baru oleh Pemerintah ataupun kebijakan-
kebijakan yang mengarahkan pada pemerataan ekonomi masyarakat
merupakan unsur terpenting dalam menekan tindak pidana narkotika.
3. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang
menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang
dilarang.
Ipda Adhar menambahkan menyatakan:
“Budaya masyarakat disini sangat kuat, umumnya takut melapor karena takut repot atau anggapannya nanti ditangkap, budaya tidak mau tahu ini yang menjadi kendala mencari saksi atau informan, sehingga dalam penangan kasus harus hati-hati.”9
III. PENUTUP9 Hasil wawancara dengan Bapak Ipda Adhar selaku Kasat Satuan Reserse Narkoba,
Polres Dompu Hari Kamis 14 September 2018
xix
Kesimpulan
1. Proses Pelaksanaan Penangkapan Tersangka Tindak Pidana Narkotika
Pada tingkat Penyidikan
a. Adanya surat perintah Penangkapan
b. Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
c. Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara
Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan
kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan
identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian
singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa
d. Penggeledahan dilakukan setelah diterbitkan Surat Perintah
Penggeledahan yang di tanda tangani pejabat yang berwenang
e. Penyitaan Alat-alat atau barang-barang yang di temukan pada saat
penggeledahan diamankan atau diadakan penyitaan.Adapun maksud
diadakan penyitaan diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa
tersangkalah yang telah melakukan tindak pidana itu. Pada waktu penyidik
akan mengadakan penyitaan suatu barang bukti, maka penyidik harus
memperlihatkan surat bukti diri, surat tugas dan sebagainya kepada
pemilik barang
2. Kendala yang dihadapi Satuan Reserse Narkoba Polres Dompu meliputi
Faktor Penegak Hukum, Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung dan Faktor
xx
Masyarakat. Faktor Penegak Hukum adalah mentalitas dan kualitas aparat
serta reformasi yang sudah dilakukan Polri. Faktor Sarana atau Fasilitas
Pendukung yaitu minimnya anggaran operasional, Faktor Masyarakat yaitu
kurangnya pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat untuk terlibat dalam
pencegahan seperti memberikan informasi dan ikut mensosialisasikan. Faktor
Budaya Masyarakat yaitu masih kuatnya nilai-nilai lokal masyarakat yang
takut melapor dan tidak mau tahu.
Saran
1. Peran Satuan Reserse Narkoba Polres Dompu perlu ditingkatkan melalui
peningkatan kualitas personil dapat menggunakan bentuk sosialisasi atau
penyuluhan internal yang diinisiasi oleh kepala satuan, peningkatan
pegawasan melalui pola patroli yang melibatkan masyarakat, dalam penerapan
hukum perlu peningkatan pemahaman Polisi dan masyarakat dalam konteks
substansi hukum sehingga proses hukum yang diambil oleh Polisi merupakan
upaya dalam memelihara ketertiban dan keamanan.
2. Peranan personil Satuan Reserse Narkoba Polres Dompu perlu peningkatan
mentalitas, pengetahuan dan penguasaan personil terhadap materi atau
substansi hukum. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan anggaran perlu
peningkatan dalam mendukung sarana dan prasarana serta penambahan
anggaran operasional. Peran serta masyarakat sangat penting dalam menjaga
ketertiban dan keamanan dengan meningkatkan kesadaran hukum.Masyarakat
harus bekerja sama dengan baik oleh pihak Kepolisian sehingga masalah
xxi
narkoba bisa diselesaikan dengan baik, menginformasikan kepada pihak
Kepolisian apabila terjadi tindak pidana narkotika
DAFTAR PUSTAKA
xxii
Buku
Juliana lisa, 2017 Narkoba dan psikotropika nuha medika,Yogyakarta,.hlm.34
Satjipto Raharjo,2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,hlm.53.
Soerjono Soekanto,2004, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan
Hukum Cet.Ke-5, Raja Grafindo Persada, Jakarta, , hal.42
Wawan Tunggal Alam, 2004, Memahami Profesi hukum: hakim, jaksa, polisi,
dan konsultan hukum.jakarta Milenia Populer,.hlm.67
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Indonesia, KUHP (Kitab undang-undang hukum pidana) KUHAP (Kitab
undang-undang hukum acara pidana).
Indonesia,Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Republik Indonesia.
Indonesia,Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP)