Workshop Minishop BAB 2 FASILITAS PENUNJANG TOKO Lokasi Toko Pemilihan lokasi usaha adalah salah satu faktor penting dalam pengelolaan bisnis eceran. Implikasi dari pemilihan lokasi usaha yang tepat adalah terjadinya keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang. Oleh karena itu pebisnis eceran perlu melakukan penelitian agar pemilihan lokasi usaha sesuai dengan jenis usaha eceran yang akan dijalankan. Sebagai alat bantu untuk memudahkan penelitian tersebut, dapat dibuat suatu checklist seperti contoh dari tabel dapat dilihat di bawah ini : Tabel 2.1 . Daftar Pemilihan Lokasi Usaha No Daftar Pertanyaan Jawaban 1 Apakah lokasi tersebut memiliki konsumen yang potensial ? 2 Jenis usaha eceran apakah yang tepat untuk lokasi tersebut (convenience goods, shooping goods, service) ? Apakah pada area lokasi tersebut sudah terdapat pengecer dengan jenis usaha yang sama ? Bagaimana kekuatan dan kelemahan pengecer pesaing tersebut ? 3 Apakah konsumen potensial yang ada cukup kooperatif ? 4 Apakah terdapat tenaga kerja yang memadai di lokasi tersebut ? 5 Apakah terdapat jalur transportasi yang memadai (di tepi jalan raya, dekat dengan perhentian kendaraan umum/besar, dekat stasiun kereta api) di lokasi tersebut ? 6 Apakah lokasi tersebut memiliki kemudahan akses untuk berhubungan langsung dengan pihak suplier atau pabrik ? Dalam menentukan jenis usaha eceran pada suatu lokasi, diperlukan pengetahuan dalam menganalisis area perdagangan di sekitar lokasi tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis usaha di suatu lokasi diantaranya : ukuran dan jenis dari usaha eceran. Begitu pula jarak antara LePMA-LPBP 10
29
Embed
FASILITAS PENUNJANG TOKO - Elearning System - Homeelearning.gunadarma.ac.id/docmodul/minishop_pdf/2. bab2... · 2009-11-26 · Bagaimana kekuatan dan kelemahan pengecer pesaing tersebut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Workshop Minishop
BAB 2
FASILITAS PENUNJANG TOKO
Lokasi Toko
Pemilihan lokasi usaha adalah salah satu faktor penting dalam
pengelolaan bisnis eceran. Implikasi dari pemilihan lokasi usaha yang tepat
adalah terjadinya keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang.
Oleh karena itu pebisnis eceran perlu melakukan penelitian agar pemilihan
lokasi usaha sesuai dengan jenis usaha eceran yang akan dijalankan. Sebagai
alat bantu untuk memudahkan penelitian tersebut, dapat dibuat suatu
checklist seperti contoh dari tabel dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 2.1 . Daftar Pemilihan Lokasi Usaha
No Daftar Pertanyaan Jawaban1 Apakah lokasi tersebut memiliki konsumen yang potensial ?2 Jenis usaha eceran apakah yang tepat untuk lokasi tersebut
(convenience goods, shooping goods, service) ?Apakah pada area lokasi tersebut sudah terdapat pengecer dengan jenis usaha yang sama ?Bagaimana kekuatan dan kelemahan pengecer pesaing tersebut ?
3 Apakah konsumen potensial yang ada cukup kooperatif ?4 Apakah terdapat tenaga kerja yang memadai di lokasi tersebut ?5 Apakah terdapat jalur transportasi yang memadai (di tepi jalan raya,
dekat dengan perhentian kendaraan umum/besar, dekat stasiun kereta api) di lokasi tersebut ?
6 Apakah lokasi tersebut memiliki kemudahan akses untuk berhubungan langsung dengan pihak suplier atau pabrik ?
Dalam menentukan jenis usaha eceran pada suatu lokasi, diperlukan
pengetahuan dalam menganalisis area perdagangan di sekitar lokasi tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis usaha di suatu lokasi
diantaranya : ukuran dan jenis dari usaha eceran. Begitu pula jarak antara
LePMA-LPBP 10
Workshop Minishop
pemukiman penduduk dan lokasi usaha juga menjadi dasar pemikiran
pemilihan lokasi. Banyak toko yang menerapkan usahanya sebagai one stop
shooping, biasanya jenis toko ini berada di lokasi yang mudah dijangkau
sarana transportasi karena mobilitas penduduknya adalah kaum urban.
Area perdagangan juga dipengaruhi kebutuhan masyarakat terhadap
suatu barang. Untuk barang kebutuhan sehari-hari yang frekuensi
pembeliannya cukup sering seperti makanan dan toiletries atau sering
disebut convenience goods lokasi toko sebaiknya mudah dijangkau,
sedangkan bila dilihat dari ukuran tokonya tidak diperlukan tempat yang
luas. Barang-barang yang dibeli konsumen secara berkala atau pada waktu-
waktu tertentu, dimana konsumen seringkali membandingkan harga,
kualitas, gaya, seperti baju atau sepatu (disebut shopping goods), biasanya
lokasi tokonya lebih jauh dibandingkan dengan conveniece goods. Sedangkan
untuk barang-barang khusus atau disebut juga specialty goods, bisa saja
berjarak agak jauh, sebab dengan kekhususannya jarak bukanlah merupakan
suatu hal yang memberatkan konsumen untuk mendatangi toko tersebut.
Berikut ini adalah tabel Area Perdagangan Umum bila dikaitkan dengan
Barang yang dijual.
Tabel 2.2. Hubungan Area Perdagangan dan Barang
Jenis Barang Kebiasaan berbelanja Jarak perjalananConveniece Frekuensi belanja sering, harga murah,
biaya insentif perjalanan ke lokasi kecil2 –5 mile
Shopping Frekuensi belanja tidak terlalu sering, harga bersaing, insentif perjalanan ke lokasi cukup besar
5 – 15 mile
Specialty Jenis barang unik dan hanya 1 –2 item, harga dan jarak bukanlah hal yang utama
15 – 25 miles atau lebih
Dilihat dari lokasi toko itu berada ada beberapa jenis, diantaranya :
• Area Pusat Perdangan, biasanya terdapat area dengan berbagai aktivitas
kegiatan penduduknya. Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah :
LePMA-LPBP 11
Workshop Minishop
- Central Business District (CBD), merupakan suatu area di pusat kota
dimana terdapat perkantoran, bank, restaurant, bioskop dan toko
eceran dari kelas independent store hingga kelas department store.
- Secondary Business District, merupakan area perbatasan antara pusat
kegiatan perkotaan dengan pemukiman. Berbagai kebutuhan berkala
seperti furniture bisa ditemui pada lokasi ini.
• Shopping Centre, area yang dikhusukan sebagai pusat perbelanjaan
Metode Penentuan Area Perdagangan
Ada beberapa macam metode untuk menentukan area perdagangan :
1. Reily’s Law of Retail Gravitation, ditemukan oleh William J. Reily pada
sekitar tahun 1920-an . Dalam metode ini dikemukakan bahwa untuk
menentukan ukuran dari area perdagangan dan daya tarik gravitasi dari
suatu shopping area berhubungan erat dengan jumlah populasi dan jarak
tempuh menuju area tersebut.
Pada tahun 1940-an Paul D. Converse melakukan modifikasi pada
metode Reily yang dikenal dengan Breaking Point Formula. Berikut ini
akan diberikan ilustrasi dari Breaking Point Formula : Diasumsikan jarak
kota A dan kota B adalah 15 mil. Penduduk yang bermukim diantara
kedua kota tersebut dapat memilih berbelanja di kota A atau di kota B.
Diketahui pula populasi kota A adalah140.000 orang dan kota B hanya
20.000 orang. Dengan metode di atas kita dapat menentukan jarak
tempuh ke area perdagangan yang dapat dicapai penduduk di kota
tersebut.
Substitusikan nilai yang telah diketahui tadi ke dalam rumus di atas :
LePMA-LPBP 12
B
A
PopulationPopulation
ceDisBreakingPo+
= −
1
tanint BA
Workshop Minishop
= 4,1 mil
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa area perdagangan sebaiknya
dibangun kurang lebih 4,1 mil di luar kota B ke arah kota A. Dengan kata
lain jarak area perdagangan tersebut dari kota A yang lebih besar dari
kota B, 15– 4,1 atau 10,9 mil.
2. Saturation Method, yaitu metode penentuan area perdagangan dengan
melihat secara menyeluruh jumlah pesaing di daerah tersebut. Dengan
metode ini, pengecer dapat menilai apakah area tersebut telah memenuhi
batas jenuh jumlah toko atau masih ada kemungkinan mendirikan toko
baru.
3. General Method dilakukan dengan cara observasi dan penelitian terhadap
konsumen potensial
Demografi Area Perdagangan
Untuk membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan lokasi toko,
pebisnis eceran perlu mengetahui karakteristik penduduk yang tinggal di
area perdangan tersebut, seperti usia rata-rata penduduk, berapa banyak
uang yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tingkat
pendidikan, gaya hidup dan rasio laki-laki - perempuan. Karakteristik
penduduk tersebut kemudian disesuaikan dengan target pasar yang hendak
dibidik oleh pengecer.
Selain itu penelitian terhadap kebiasaan berbelanja dan tingkat
preferensi konsumen adalah hal yang sangat penting diperhatikan oleh
LePMA-LPBP 13
000.20000.1401
15int+
=BreakingPo
Workshop Minishop
pengecer untuk dapat menentukan jenis barang yang akan dijual. Untuk
mengetahui kebiasaan dan tingkat preferensi dari konsumen, pebisnis eceran
dapat menyebarkan kuesioner, seperti contoh di bawah ini :
1. Dimana biasanya konsumen berbelanja belakangan ini ?
2. Apa alasan konsumen berbelanja di sana ?
3. Berapa jarak yang harus ditempuh konsumen untuk sampai di toko ?
4. Apakah konsumen cenderung untuk berbelanja ke lokasi toko yang
mudah dijangkau ?
5. Apakah konsumen menyukai konsep berbelanja sambil rekreasi
(menonton film atau makan siang/malam) dalam satu waktu ?
6. Manakah yang lebih disukai oleh konsumen, berbelanja di kota atau di
daerah pinggiran ?
7. Manakah yang lebih disukai konsumen dalam berbelanja self service atau
dilayani oleh pelayan ?
8. Jenis pembayaran manakah yang sering dilakukan oleh konsumen, kredit
atau cash ?
9. Seberapa penting sistem pengiriman barang/delivery, pengepakan dan
jasa lainnya bagi konsumen ?
10. Seberapa sering konsumen berbelanja ?
Disain Toko
Ada beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam merancang
sebuah toko, yaitu konstruksi toko, layout toko, alokasi ruang serta perkakas
dan perlengkapan. Berikut ini adalah bagan dari elemen perancangan toko.
LePMA-LPBP 14
Workshop Minishop
Gambar 2.1. Elemen Perancangan Toko
- Konstruksi Toko
Setelah mendapatkan lokasi toko, pebisnis eceran mempunyai dua
alternatif berkaitan dengan konstruksi toko, yaitu mendirikan bangunan
toko baru atau memodifikasi ulang pada bangunan yang telah ada.
Konstruksi toko tersebut disesuaikan dengan barang yang dijual, area
sekitar toko tersebut, ukuran toko dan beberapa faktor lainnya. Sebagai
contoh, toko roti akan berbeda dengan toko buku dan sebagainya.