BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDiabetes mellitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan karakteristik
hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya (Gustaviani, 2006). Menurut penelitian Shaw et al. (2009)
penderita DM di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Indonesia menempati urutan
ke-9 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia pada populasi umur
20-79 tahun, yaitu sekitar 7 juta penduduk Indonesia. Prediksi
jumlah penderita DM pada tahun 2030, Indonesia menempati urutan
ke-6 di dunia dengan jumlah penderita DM sekitar 12 juta. Tingginya
angka kejadian DM akan meningkatkan insidensi komplikasi terutama
pada penderita DM tipe 2 yang mendominasi penderita DM umumnya.
Penderita DM dapat mengalami peningkatan stress oksidatif yang akan
mengakibatkan berbagai kerusakan oksidatif berupa komplikasi
diabetes dan akan memperparah kondisi penderita diabetes karena
dapat menghambat pengambilan glukosa di sel otot dan sel lemak
serta mengalami resistensi insulin yang semakin berkembang
(Widowati, 2008). Pengelolaan diabetes mellitus bertujuan
mengurangi resiko untuk komplikasi penyakit mikrovaskuler dan
makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala, mengurangi kematian dan
meningkatkan kualitas hidup. Pengelolaan diabetes mellitus selalu
dimulai dengan pendekatan non farmakologis. Bila sasaran
pengendalian diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan dengan
penggunaan obat atau intervensi farmakologis yaitu dengan
memberikan obat anti diabetik oral dan insulin (Soegondo,
2006).
1.2 Tujuan1. Mengetahui jenis-jenis obat diabetes mellitus.2.
Mengetahui farmakologi dari obat diabetes mellitus.3. Mengetahui
farmakokinetik dari obat diabetes mellitus.4. Mengetahui
farmakodinamik dari obat diabetes mellitus.
BAB IITINJAUAN TEORI
2.1 PengertianDiabetes Melitus (DM) merupakan satu sindroma
hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh defisiensi insulin,
resistensi insulin atau keduanya. Lebih dari 120 juta penduduk di
seluruh dunia menderita DM dan diperkirakan jumlah ini akan
meningkat sehingga 370 juta penduduk menjelang tahun 2030. DM
biasanya ireversibel, walaupun pasien masih bisa menjalani cara
hidup secara normal tetapi komplikasi akhir dari penyakit DM ini
bisa menurunkan harapan hidup (Gale dan Anderson, 2009). Menurut
American Diabetes Association (ADA) (2005), dalam Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2006), DM merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO (1980) dikatakan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat diterangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai
suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat
dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
2.2 Patogenesis2.2.1 Diabetes Melitus tipe 1 DM tipe 1 biasanya
didiagnosa pada anak-anak dan dewasa muda, dan sebelumnya dikenali
sebagai DM Juvenil. Pada DM tipe 1, tubuh tidak bisa memproduksi
insulin yaitu satu hormon yang diperlukan untuk mengobah gula,
kanji dan makanan lain kepada bentuk energi yang diperlukan untuk
menjalani kehidupan seharian (ADA, 2010). Diabetes mellitus tipe 1
ini merupakan hasil daripada interaksi dari genetik, persekitaran
dan faktor imunologi yang menyebabkan destruksi sel beta pankreas
dan defisiensi insulin. Ia juga disebabkan oleh destruksi sel beta
akibat autoimun. Ini dibuktikan apabila individu yang mempunyai
fenotip DM tipe 1 tidak mempunyai marker imunologi yang menunjukkan
proses autoimun terhadap sel beta. Proses autoimun ini menyebabkan
massa sel beta makin berkurang sehingga penghasilan insulin juga
terganggu (Powers, 2008).
2.2.2 Diabetes Melitus tipe 2 Resistensi insulin dan sekresi
insulin yang abnormal merupaka penyebab berkembangnya DM tipe 2
ini. DM tipe 2 ini ditandai dengan sekresi insulin yang terganggu,
resistensi insulin, produksi glukosa oleh hepar yang berlebihan dan
metabolisme lemak yang abnormal. Pada individu yang obes, toleransi
glukosa masih normal pada awal terjadinya DM tanpa mengira
resistensi insulin karena sel beta mengkompensasi dengan
meningkatkan produksi insulin. Namun, apabila resistensi insulin
dan hiperinsulinemi akibat proses kompensasi berlanjutan, pankreas
sudah tidak dapat bertahan dengan keadaan hiperinsulinemi sehingga
KGD meningkat (Powers, 2008).
2.3 Gejala Klinis2.3.1 Gejala akut Orang muda biasanya
mengeluhkan trias simptom simptom ini selama 2 hingga 6 minggu
yaitu: 1. Poliuria : oleh karena diuresis osmotik akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi ambang renal. 2.
Polidpsi : akibat hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh. 3.
Berat badan berkurang : apabila terjadi insulin defisiensi
menyebabkan berkurangnya cairan dalam tubuh dan cepatnya pemecahan
lemak dan otot. Jika simptom awal ini tidak diobati akan
menyebabkan ketouria yang berlanjutan menjadi ketoasidosis (Gale
dan Anderson, 2009).
2.3.2 Gejala Subakut Onset klinis bisa terjadi dalam masa
beberapa bulan mahupun tahun dan biasanya terjadi pada pasien usia
lanjut. Polidipsi, poliuria dan berat badan menurun biasanya
terjadi namun pasien sering mengeluhkan lemah akibat kurang tenaga
dan penglihatan yang kabur akibat perubahan refraksi pada mata yang
diinduksi oleh glukosa (Gale dan Anderson, 2009).
2.3.3 Asimptomatik Glikosuria atau peningkatan kadar gula dalam
darah sehingga terdapat gula dalam urin yang normalnya tidak ada
biasanya dideteksi pada pasien tanpa gejala. Namun, harus
diingatkan bahawa glikosuria bukan merupakan diagnostik diabetes
tetapi merupakan indikasi bahawa pasien perlu diperiksa dengan
lebih mendalam (Gale dan Anderson, 2009).
2.4 Obat Antidiabetes Oral2.4.1 Terdapat 4 kategori agen
diabetes oral yaitu (Katzung, 2007):1. Insulin sekretagogues yang
terdiri dari pada 3 jenis yaitu:a. SulfonilureaMekanisme kerja
utamanya adalah untuk meningkatkan pengeluaran insulin daripada
pankreas. Obat ini akan berikatan dengan reseptor sulfonilurea yang
akan menginhibisi efluks ion kalium melalui kanalnya sehingga
menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi akan membuka kanal kalsium
yang menyebabkan influx kalsium dan pelepasan insulin.b. Meglitinid
Obat ini memodulasi pelepasan insulin oleh sel beta pankreas dengan
meregulasi efluks kalium melalui kanal kalium seperti yang
dibincangkan di atas. Jadi, ada tumpang tindih dengan sulfonilurea
dalam menempati tempat kerja dari obat- obat tersebut karena
megtilinid mempunyai dua tempat berikatan yaitu sama seperti
sulfonilurea dan tempat berikatan yang unik.c. Derivat
D-Fenilalanin Nateglinid yang merupakan derivat D-Fenilalanin
memstimulasi sel beta melalui penutupan kanal kalium yang sensitive
terhadap ATP dengan cepat dan transien. Ia juga menyebabkan
pelepasan insulin sebagai respons inisial terhadap tes glukosa
toleransi intravena. Ini merupakan kelebihan utamanya karena
diabetes tipe 2 ini tiada respons insulin inisial. Pelepasan
insulin yang melebihi normal ini akan mensuppresi pelepasan
glukagon pada awal waktu saat makan dan menyebabkan berkurangnya
produksi glukosa dari hepar. Nateglinid sangat efektif apabila
diberikan sebagai monoterapi atau dikominasikan dengan agen lain
seperti metformin. Obat ini meningkatkan pelepasan insulin hanya
apabila tingginya kadar insulin namun tidak pada normoglikemi. Jadi
insidensi hipoglikemi sangat rendah berbanding dengan insulin
sekretagogue lain.
2. Biguanida Biguanida yaitu metformin yang cara kerjanya tidak
bergantung kepada sel beta namun bekerja dengan: 1. Menurunkan
glukoneogenesis renal dan hepar 2. Memperlahankan absorpsi glukosa
dari gastrointestinal dengan meningkatkan konversi glukosa pada
laktat oleh enterosit 3. Stimulasi glikolisis secara direk dengan
meningkatkan pembuangan glukosa dari darah 4. Menurunkan kadar
glukagon dalam plasma.
3. ThiazolidinedionObat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2
dengan resistensi insulin, karena bekerja dengan merangsang
jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sehingga
insulin bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan lebih
banyak diangkut masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan
turun. Selain itu, obat thiazolidinediones juga menjaga hati agar
tidak banyak memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah
obat ini biasa menurunkan trigliserida darah.Efek SampingBeberapa
efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan
naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah
gangguan hati.
4. Inhibitor alpha-glukosidase Obat golongan ini bekerja di
usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan
karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus
menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah
penyerapan glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah
sesudah makan tidak cepat naik.Efek SampingObat ini umumnya aman
dan efektif, namun ada efek samping yang kadang mengganggu, yaitu
perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare.
Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian
berangsur bisa berkurang.
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Obat Antidiabetik Insulin3.1.1 InsulinInsulin dilepaskan
dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam responnya terhadap
peningkatan glukosa darah. Pankreas secara normal mensekresikan
40-60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan
glukosa, asam amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi
bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel tubuh.Glukosa diubah
menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di masa mendatang dalam
hepar dan otot. Sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Nilai glukosa darah normal adalah 60-100 mg/dL, dan glukosa serum,
70-110 mg/dL, dapat terjadi glukosuria (gula dalam urin).
Peningkatan kadar glukosa darah bertindak sebagai diuretik osmotik,
menyebabkan poliuria. Bila gula darah tetap meninggi (>200
mg/dL), terjadi diabetes melitus.Insulin suntikan diperoleh dari
pankreas babi dan sapi ketika hewan-hewan ini disembelih. Insulin
babi sangat mirip dengan insulin manusia, hanya memiliki perbedaan
satu asam amino; insulin sapi memiliki empat asam amino yang
berbeda. Insulin manusia (Humilin) diperkenalkan pada tahun 1983
dan diproduksikan dengan 2 metode yang terpisah: (1) mengubah asam
amino yang berbeda dari insulin babi atau (2) memakai teknologi
DNA. Insulin babi merupakan alergen yang lebih lemah daripada
insulin sapi. Dan pemakaian insulin manusia memiliki insiden yang
sangat rendah untuk terjadinya efek alergi dan kekebalan. Insulin
sekarang lebih murni dari insulin dahulu, terutama Humulin yang
diproduksikan dengan teknologi DNA, memberikan efek samping yang
lebih sedikit.Insulin harus disimpan pada tempat yang sejuk atau di
dalam lemari es. Konsentrasi insulin 40 atau 100 U/mL, (U40/mL,
U100/mL) dan insulin dikemas dalam vial berisi 10 mL. spuit insulin
ditandai dalam unit sampai maksimum 100 U per 1 mL. Spuit insulin
harus digunakan untuk dosis yang akurat. Untuk mencegah kekeliruan,
perawat harus memastikan bahwa konsentrasi insulin sesuai dengan
unit kalibrasi pada spuit insulin. Sebelum dipakai, klien atau
perawat harus memilin botol insulin dan bukan mengocoknya, untuk
memastikan bahwa insulin dan segala yang terkandung di dalamnya
tercampur dengan merata. Mengocok botol insulin dapat menimbulkan
gelembung-gelembung yang dapat membuat dosis menjadi tidak akurat.
Kebutuhan insulin bervariasi; biasanya kebutuhan insulin menurun
dengan latihan fisik dan lebih banyak insulin dibutuhkan bila ada
infeksi dan demam tinggi.
3.1.2 Tipe Insulin1. insulin kerja singkatInsulin kerja singkat
disebut insulin regular (kristalin) dan merupakan larutan bening
tanpa tambahan bahan untuk memperpanjang kerja insulin. Onset
kerjanya adalah -2 jam, puncak kerja timbul dalam 2-4 jam, dan lama
kerjanya 6-8 jam.2. kerja sedangInsulin kerja sedang adalah 1-2
jam, puncak 6-12 jam, dan lama kerja 18-24 jam.3. kerja
panjangInsulin kerja panjang bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20
jam, dan berakhir sampai 24-36 jam.
3.1.3 Insulin dan KerjanyaInsulin adalah suatu protein dan tidak
dapat diberikan per oral karena sekresi gastrointestinal merusak
susunan insulin. Insulin diberikan secara subkutan, dengan sudut
suntikan 45 sampai 90o. Sudut 90o dibuat dengan mengangkat kulit
dan jaringan lemak di bawahnya; insulin disuntikkan ke dalam ruang
antara lemak dan otot. Pada klien yang kurus yang memiliki sedikit
lemak, dipakai sudut 45-60o. Insulin regular merupakan satu-satunya
tipe yang dapat diberikan secara inravena.Insulin biasanya
diberikan pada pagi hari sebelum sarapan. Dapat diberikan pada pagi
hari sebelum sarapan. Dapat diberikan beberapa kali sehari. Tempat
suntikan insulin harus dipindah-pindah untuk mencegah lipodistropi
(atropi atau hipertropi jaringan), yang dapat menggangu penyerapan
insulin. Untuk memperpanjang kerja, dipakai insulin kerja sedang
dan kerja panjang, yang selain mengandung regular insulin atau
kristalin juga mengandung protamin atau Zn atau keduanya. Insulin
lente mengandung Zn, insulin neutral-protamine-Hagerdon (NPH)
mengandung protamin, dan insulin protamine-Zn- (PZI) mengandung
keduanya, protamine dan Zn. Insulin regular dapat dicampur dalam
spuit dengan protamine atau Zn.a. Kontraindikasi. Hipersensitivitas
terhadap insulin (sapi, zinc, protamin)b. FarmakokinetikInsulin
regular dan NPH diabsorpsi dengan baik pada semua cara pemberian
secara subkutan, tetapi hanya insulin regular yang dapat diberikan
secara intravena. Waktu paruhnya bervariasi. Insulin dimetabolisme
di dalam hepar dan otot dan dikeluarkan ke dalam urin.c.
FarmakodinamikInsulin menurunkan kadar gula darah dengan
mempercepat pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh. Insulin juga
menyimpan glukosa sebagai glikogen di dalam otot. Awitan kerja
insulin regular yang diberikan secara subkutan adalah -1 jam dan
bila diberikan secara intravena, 10-30 menit. Awitan kerja NPH
adalah 1-2 jam.Puncak kerja insulin adalah sangat penting karena
kemungkinan terjadinya reaksi hipoglemik (syok insulin) selama
periode tersebut. Kadar maksimum untuk insulin regular dicapai
dalam 2-4 jam dan 6-12 jam untuk insulin NPH. Perawat perlu menilai
tanda-tanda dan gejala-gejala dari reaksi hipoglikemia, seperti
kecemasan, tremor, bingung, berkeringat, dan meningkatnya denyut
jantung.Air jeruk, minuman yang mengandung gula dan gula-gula yang
keras harus tersedia untuk diberikan bila timbul reaksi
hipoglikemia. Insulin regular dapat diberikan beberapa kali sehari.
Insulin regular (3-15 U) dapat dicampur dengan insulinkerja sedang
(NPH atau lente), terutama jika diperlukan awitan kerja yang cepat.
Insulin kerja panjang jarang diberikan karena puncak kerjanya
timbul di malam hariatau di waktu dini hari. Bila mengganti insulin
dari insulin babi menjadi insulin manusia, klien mungkin perlu
suatu penyesuaian dosis, karena insulin manusia memiliki lama kerja
yang lebih pendek.d. Interaksi ObatObat-obatan seperti diuretik
(preparat kortison), agen-agen tiroid, dan estrogen meningkatkan
gula darah, dan dosis insulin mungkin perlu disesuaikan. Obat yang
menurunkan kebutuhan insulin adalah antidepresi trisiklik,
inhibitor monoamine oksidase (MAO), produk-produk aspirin, dan
antikoagulan oral.e. Efek TerapeutikMenurunkakadar gula darah;
mengendaliakan diabetes melitusf. Efek Samping dan Reaksi yang
Merugikan : Reaksi Hipoglikemik dan KetoasidosisJiak insulin
diberiakn lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk metabolism
glukosa, timbul reaksi hipoglikemik atau syok insulin. Penderita
dapat menjadi cemas, gemetar, dan tidak terkoordinasi, kulit dingin
dan lembab, dan mungkin mengeluh sakit kepala. Memberikan gula
secara oral atau intravena meningkatkan pemakaian insulin, dan
gejala-gejala segera menghilang.
REAKSITANDA-TANDA DAN GEJALA-GEJALA
Reaksi hipoglikemik (syok insulin)1. Sakit kepala, kepala terasa
dingin2. Gelisah, rasa takut3. Tremor4. Keringat berlebihan,
dingin, kulit lembab5. Takikardi6. Bicara tersendat-sendat7. Lupa,
kekacauan mental, kejang8. Kadar gula darah 250 mg/dL
3.2 Obat Antidiabetik Oral3.2.1 Inhibitor Alpha-Glukosidase1.
Enzim Alpha-GlukosidaseEnzim alpha-glukosidase adalah enzim yang
berperan dalam konversi karbohidrat menjadi glukosa. Karbohidrat
akan dicerna oleh enzim didalam mulut dan usus menjadi gula yang
lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh dan meningkatkan
kadar gula darah. Proses pencernaan karbohidrat tersebut
menyebabkan pankreas melepaskan enzim alpha-glukosidase ke ddalam
usus yang akan mencerna karbohidrat menjadi menjadi oligosakarida
yang kemudian akan diubah lagi menjadi glukosa oleh enzim
alpha-glukosidase yang dikeluarkan oleh sel-sel usus halus yang
kemudian diserap ke dalam tubuh. Dengan dihambatnya kerja enzim
alpha-glukosidase, kadar glukosa dalam darah dapat dikembalikan
dalam batas normal (Bosenberg, 2008).Senyawa penghambat
alpha-glukosidase bekerja menghambat enzim alpha-glukosidase yang
terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim alpha-glukosidase
(maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk
menghidrolisis oligosakarida pada dinding usus halus. Penghambatan
kerja enzim ini secara efektif mengurangi pencernaan karbohidrat
kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan
kadar glukosa post-pradial pada penderita diabetes. Efek samping
ppenghambatan alpha-glukosidase yaitu kembung, buang angin dan
diare. Supaya lebih efektif harus dikonsumsi bersama makanan. Obat
yang termasuk penghambat enzim alpha-glukosidase adalah akarbose,
Miglitol dan Voglibose (Bosenberg, 2008).
2. Inhibitor Alpha-Glukosidase Obat ini termasuk kelompok obat
baru, yang berdasarkan pada persaingan inhibisi enzim
alpha-glukosidase di mukosa, duodenum sehingga penguraian
polisakarida menjadi monosakarida menjadi terhambat. Dengan
demmikian, glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya kedalam
darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga
memuncaknya kadar gula dalam darah dihindarkan. Kerja ini mirip
dengan efek makanan yang kaya akan serat gizi. Tidak ada
kemungkinan hipoglikemia dan terutama berguna pada penderita
kegemukan, kombinasi dengan obat-obat lain memperkuat efeknya
(Tjay, 2002).a. Mekanisme KerjaObat golongan inhibitor alfa
glukosidase (Acarbose) mempunyai mekanisme kerja menghambat kerja
enzim alfa glukosidase yang terdapat pada brush border dipermukaan
membran usus halus. Enzim alfa glukosidase berfungsi sebagai enzim
pemecah karbohidrat menjadi glukosa diusus halus. Dengan pemberian
acarbose maka pemecahan karbohidrat menjadi glukosa di usus akan
menjadi berkurang, dengan sendirinya kadar glukosa darah akan
berkurang (Adam, JMF. 1997).b. FarmakokinetikMekanisme aksi dari
a-Glukosidase inhibitor hanya terbatas dalam saluran cerna beberapa
metabolit acarbose diabsorpsi secara sistemik dan diekskresikan
melalui renal. Sedangkan sebagian besar miglitol tidak mengalami
metabolisme.
3. Penggolongan Inhibitor Alpha-Glukosidase a. AcarboseAcarbose
adalah suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi
mikroorganisme, Actinoplnes utahensis. Acarbose merupakan serbuk
berwarna putih dengan berat molekul 645,6 bersifat larut dalam air
dan memiliki pKa 5,1. Rumus empiriknya adalah C25H43NO18. Kelas
terapiHormon, Obat Endokrin dan Kontraseptik Nama Dagang Glucobay,
Precose, Eclid Bentuk SediaanTablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg
IndikasiSebagai tambahan pada terapi OHO sulfonilurea atau
biguanida pada Diabetes mellitus yang tak dapat dikendalikan dengan
diet dan obat-obat tersebut. Acarbose terutama sangat bermanfaat
bagi pasien DM yang cenderung meningkat
Dosis Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan
dinaikkan secara bertahap sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk
mengkonsumsinya bersama segelas penuh air pada suap pertama
sarapan/makan. Bentuk Sediaan Tablet 25 mg, 50 mg, dan 100 mg
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap acarbose, Obstruksi usus,
parsial ataupun keseluruhan, Radang atau luka/borok pada kolon,
Penyakit usus kronis lainnya atau penyakit-penyakit lain yang akan
bertambah parah jika terjadi pembentukan gas berlebihan di saluran
pencernaan Penyimpanan Jangan simpan di atas 25C. Jauhkan dari
lembab, wadah sebaiknya selalu tertutup rapat. Mekanisme KerjaObat
ini menghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding
usus halus dan menghambat enzim alfa-amilase pankreas, sehingga
secara keseluruhan menghambat pencernaan dan absorpsi
karbohidrat.Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel
-Langerhans kelenjar pankreas. FarmakokinetikResorpsinya dari usus
buruk, hanya ca 2% dan naik sampai lebih kurang 35% setelah
dirombak secara enzimatis oleh kuman usus. Ekskresinya berlangsung
cepat lewat kemih. FarmakodinamikSenyawa-senyawa inhibitor
alpha-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa glukosidase yang
terletak pada dinding usus halus. Enzim-enzim alpha glukosidase
(maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk
menghidrolisis oligosakarida,pada dinding usus halus. Inhibisi
kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan
karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi
peningkatan kadar glukosa post prandial pada pasien diabetes.
Senyawa inhibitor alpha-glukosidase juga menghambat enzim a-amilase
pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam lumen
usus halus. Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel
-Langerhans kelenjar pankreas. Oleh sebab itu tidak menyebabkan
hipoglikemia, kecuali diberikan bersama-sama dengan OHO yang lain
atau dengan insulin. Obat ini efektif bagi pasien dengan diet
tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180
mg/dl. Pasien yang mendapat terapi acarbose saja umumnya tidak akan
meningkat berat badannya, bahkan akan sedikit menurun.Acarbose
dapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea,
metformin, atau insulin. Efek Samping Acarbose tidak diserap ke
dalam darah, oleh sebab itu efek samping sistemiknya minimal. Efek
samping yg sering terjadi, terutama gangguan lambung, lebih banyak
gas, lebih sering flatus dan kadang-kadang diare, yg akan berkurang
setelah pengobatan berlangsung lebih lama. Efek samping ini dapat
berkurang dgn mengurangi konsumsi karbohidrat. Kadang-kadang dapat
terjadi gatal-gatal dan bintik-bintik merah pada kulit, sesak
nafas, tenggorokan serasa tersumbat, pembengkakan pada bibir, lidah
atau wajah. Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea
atau dengan insulin, dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat
diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan
pemberian sukrosa (gula pasir).
Interaksi dengan obat lain : 1. Alkohol: dapat menambah efek
hipoglikemik2. Suplemen enzim pencernaan seperti pancreatin
(amilase, protease, lipase) dapat mengurangi efek acarbose apabila
dikonsumsi secara bersamaan.3. Antagonis kalsium: misalnya
nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi glukosa4.
Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik5. Obat-obat
yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah, seperti obat-obat
diuretika (misalnya hidroklortiazida, klorotiazida, klortalidon,
indapamid, dan lain-lain), senyawa steroid (misalnya prednisone,
metilprednisolon, estrogen), senyawa-senyawa fenotiazin (misalnya
klorpromazin, proklorperazin, prometazin), hormone-hormon tiroid,
fenitoin, calcium channel blocker (misalnya verapamil, diltiazem,
nifedipin) Informasi Untuk Pasien :1. Jangan konsumsi obat lain
tanpa seizin dokter atau apoteker.2. Obat ini hanya berperan
sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh.3. Obat ini hanya
faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah
pengendalian diet (pola makan) dan olah raga4. Konsumsi obat sesuai
dosis dan aturan pakai yang diberikan dokter5. Jika Anda merasakan
gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas, gemetar, pandangan
berkunang-kunang), pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat
dingin, detak jantung meningkat, segera hubungi dokter.6. Obat ini
tidak boleh dikonsumsi semasa hamil atau menyusui, kecuali sudah
diizinkan oleh dokter
b. MiglitolMiglitol memiliki mekanisme kerja, Indikasi,
kontraindikasi, peringatan dan efek samping seperti akarbose. Dosis
Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan
secara bertahap sampai 100 mg dalam waktu 4-12 minggu. Dianjurkan
untuk mengkonsumsinya bersama segelas penuh air pada suap pertama
sarapan/makan. FarmakokinetikResorpsinya dalam saluran cerna lebih
baik dari pada akarbose (60-70%). Sehingga efeksampingnya mengenai
ganngguan lambung dan usus jauh lebih sedikit.
c. VogliboseVoglibose adalah inhibitor alpha-glucosaide yang
digunakan untuk mengurangi kadar gula darah post-prandial pada
orang yang menderita diabetes mellitus. Voglibose menunda
penyerapan glukosa sehingga mengurangi risiko komplikasi
makrovaskular. Dosis Melalui mulut (per oral) 0.2 mg sebelum makan.
Boleh tingkatkan dosis hingga 0.3 mg melalui mulut (per oral), 3
kali sehari sebelum makan. Melalui mulut (per oral) 0.2 mg sebelum
makan. IndikasiUntuk mengobati diabetes mellitus.
Efek SampingEfek Gi seperti flatulence, bengkak. Hepatotoxicity
mungkin terjadi dengan Acarbose. Mungkin memberikan dorongan
terhadap munculnya reaksi GI yang merugikan.
3.1.2. BinguanidesObat biguanides memperbaiki kerja insulin
dalam tubuh, dengan cara mengurangi resistensi insulin. Pada
diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang
melebihi normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga
kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel
berkurang, dan glukosa darah menjadi turun. Karena cara kerja yang
demikian, obat ini jarang sekali menyebabkan
hipoglikemia.Satu-satunya biguanides yang beredar di pasaran adalah
Metformin, contohnya Glucophage, masih ada lagi produk lokal
misalnya Diabex, Glumin, Glucotika, Formell, Eraphage, Gludepatic,
dan Zumamet.a. MetforminTermasuk antihiperglikemi oral untuk
pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Metformin dapat digunakan
sendiri maupun kombinasi dengan sulfonilurea. Metformin terutama
bekerja dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa hati dengan
cara menghambat glukoneogenesis (Harvey
dkk.,2001).Metformin(generic, Glucophage, Glucophage XR)Oral: 500,
850, 1000 mg tablets; extended-release (XR): 500 mg tablets; 500
mg/5 mL solution.
FarmakologiMeftormin merupakan obat antidiabetik oral yang
berbeda dari golongan sulfonilurea baik secara kimiawi maupun dalam
cara bekerjanya. Obat ini merupakan suatu biguanida yang
tersubsitusi rangkap yaitu Metformin (dimethylbiguanide)
Hydrochloride. Mekanisme kerja Metformin antara lain :1. Metformin
merupakan zat antihiperglikemik oral golongan biguanid. Mekanisme
kerja Metformin menurunkan kadar gula darah dan tidak meningkatkan
sekresi insulin.2. Metformin tidak mengalami metabolisme di hati,
diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah terutama dalam air
kemih dan sejumlah kecil dalam tinja. Indikasi1. Untuk terapi pada
pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat
badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja.2.
Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai
obat kombinasi dengan Sulfonilurea.3. Untuk terapi tambahan pada
penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap insulin yang
simptomnya sulit dikontrol.
Kontra Indikasi1. Koma diabetik dan ketoasidosis.2. Gangguan
fungsi ginjal yang serius, karena semua obat-obatan terutama
dieksresi melalui ginjal.3. Penyakit hati kronis, kegagalan
jantung, miokardial infark, alkoholisme, keadaan penyakit kronik
atau akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan. Keadaan yang
berhubungan dengan laktat asidosis seperti syok, insufisiensi
pulmonal, riwayat laktat asidosis, dan keadaan yang ditandai dengan
hipoksemia.4. Hipersensitif tehadap obat ini.5. Kehamilan dan
menyusui.
DosisDosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari.Pemberian
Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat
mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat
dicapai sampai dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak
tercapai, dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati (maksimum 3
gram sehari). Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, dosis
dapat diturunkan.Pada pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea,
mula-mula diberikan 1 tablet Metformin 500 mg, dosis dinaikkan
perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol optimal. Dosis sulfonilurea
dapat dikurangi, pada beberapa pasien bahkan tidak perlu diberikan
lagi. Pengobatan dapat dilanjutkan dengan metformin sebagai obat
tunggal.Apabila diberikan bersama insulin, dapat mengikuti petunjuk
ini :1. Bila dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, permulaan
diberikan satu tablet metformin 500 mg, kemudian dosis insulin
dikurangi secara berangsur-angsur (4 unit setiap 24 hari). Dosis
Metformin dapat ditambah setiap interval mingguan.2. Bila dosis
insulin lebih dari 60 unit sehari, pemberian Metformin adakalanya
menyebabkan penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien yang
demikian harus diobservasi dengan hati-hati selama 24 jam pertama
setelah pemberian Metformin. Setelah itu dapat diikuti petunjuk
(1).Tablet diberikan bersama makanan atau setelah makan. Dosis
percobaan tunggal. Penentuan kadar gula darah setelah pemberian
suatu dosis percobaan tunggal tidak memberikan petunjuk apakah
seorang penderita diabetes akan memberikan respon terhadap
Metformin berminggu-minggu. Oleh karena itu dosis percobaan tunggal
tidak digunakan sebagai penilaian.
Efek Samping1. Metformin dapat diterima baik oleh pasien dengan
hanya sedikit gangguan gastrointestinal yang biasanya bersifat
sementara. Hal ini umumnya dapat dihindari apabila metformin
diberikan bersama makanan atau dengan mengurangi dosis secara
temporer. Biasanya efek samping telah lenyap pada saat diabetes
dapat dikontrol.2. Bila tampak gejala-gejala intoleransi,
penggunaan Metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek
samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan
selanjutnya.3. Anoreksia, mual, muntah, diare.4. Berkurangnya
absorbsi vitamin B12.
Peringatan dan Perhatian1. Hati-hati penggunaan pada penderita
dengan gangguan fungsi ginjal.2. Tidak dianjurkan penggunaan pada
kondisi dimana menyebabkan dehidrasi atau pada penderita yang baru
sembuh dari infeksi serius atau taruma.3. Dianjurkan pemeriksaan
berkala kadar B12 pada penggunaan jangka panjang.4. Oleh karena
adanya kemungkinan terjadinya hipoglikemia pada penggunaan
kombinasi dengan Sulfonilurea, kadar gula dalam darah harus
dimonitor.5. Pada pengobatan kombinasi Metformin dan insulin,
sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar tercapai rasio kombinasi
pada kedua obat dengan mantap.6. Hati-hati pemberian pada pasien
usia lanjut yang mempunyai gangguan fungsi ginjal.7. Tidak
direkomendasikan penggunaan pada anak-anak.
Interaksi Obat1. Kemungkinan terjadi interaksi antara Metformin
dan antikoagulan tertentu. Dalam hal ini mungkin diperlukan
penyesuaian dosisi antikoagulan.2. Terjadi penurunan kliren ginjal
Metformin pada penggunaan bersama dengan simetidin, maka dosis
harus dikurangi.
Mekanisme kerja golongan biguanid secara umum meliputi :1.
Stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan
peningkatan eliminasi glukosa dari darah2. Penurunan
glukoneogenesis hati3. Peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat
oleh enterosit,4. Penurunan kadar glukagon plasma, dan5.
Meningkatkan pengikatan insulin pada reseptor (Karam, 1997).
Metabolisme dan sekresiMetformin memiliki paruh 1,5-3 jam, tidak
terikat pada protein plasma, tidak dimetabolisme dan diekskresikan
oleh ginjal sebagai senyawa aktif.Sebagai akibat dari blokade
terhadap glukoneogenesis metformin, obat tersebut dapat mengganggu
metabolisme asam laktat hati. Penggunaan klinisBiguanid paling
sering diresepkan untuk pasien yang hiperglikemia disebabkan
sindrom resistensi insulin. Terapi metformin menurunkan risiko
macrovascular serta penyakit mikrovaskuler, ini berbeda dengan
terapi lain, yang hanya diubah morbiditas mikrovaskuler.Biguanide
juga ditunjukkan untuk digunakan dalam kombinasi dengan insulin
atau thiazolidinedione penderita diabetes tipe 2.Metformin berguna
dalam pencegahan diabetes tipe 2 yaitu terjadinya infeksi baru
diabetes tipe 2 pada paruh baya, penderita obesitas dengan gangguan
toleransi glukosa dan puasa hiperglikemia.Dosis metformin adalah
dari 500 mg sampai 2,55 g maksimum sehari, dengan dosis efektif
terendah yang disarankan.pengobatan dimulai dengan tablet 500 mg
tunggal diberikan bersamaan dengan sarapan untuk beberapa hari.
Jika hiperglikemia tetap ada maka tablet dengan dosis 500 mg kedua
dapat ditambahkan dengan makan malam. Jika kenaikan dosis lebih
lanjut setelah 1 minggu, sebuah tablet dengan dosis 500mg dapat
ditambahkan saat makan siang, atau tablet dengan dosis 850 mg dapat
diresepkan dua kali sehari atau tiga kali sehari tergantung dari
maksimum dosis yang disarankan. Dosis diberikan secara bertahap
karena menelan lebih dari 1000 mg pada satu waktu dapat menimbulkan
efek samping gastrointestinal yang signifikan.
ToksisitasEfek toksik yang paling umum dari metformin adalah
pada gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, ketidaknyamanan
perut, dan diare) yang terjadi hingga 20% dari pasien. Metformin
harus dihentikan pada 3-5% pasien akibat diare persisten.Penyerapan
vitamin B12 juga dapat berkurang selama terapi metformin jangka
panjang, sehingga butuh tambahan injeksi vitamin B12 jika
mengkonsumsi obat ini dalam jangka panjang.Biguanide memiliki
kontraindikasi pada pasien dengan penyakit ginjal, alkoholisme,
penyakit hati, atau kondisi predisposisi untuk anoxia jaringan
(misalnya, disfungsi cardiopulmonary kronis) karena peningkatan
risiko asidosis laktat yang disebabkan oleh obat biguanide pada
penyakit ini.
Perhatian khusus termasuk konseling1. Informasikan tentang
resiko yang potensial terjadi dan keuntungan metformin. Juga
tentang pentingnya pengaturan diet, olahraga, dan uji glukosa
darah,hemoglobin glikosilat, fungsi renal dan parameter hematologic
secara rutin.2. Informasikan resiko laktat asidosis, gejalanya, dan
kondisi yang memicunya. Hentiakan pengobatan jika terjadi
hiperventilasi, mialgia, malaise, dan gejala tak spesifik lain.3.
Informasikan bahwa metformin lepas lambat harus langsung ditelan,
dan tidak boleh digerus atau dikunyah.
Nama Paten dan nama dagang bentuk sediaaan:4. Glucophage, tablet
500 mg, tablet forte 850 mg (merck)5. Gluimin, tablet 500 mg,
tablet forte 850 mg (dexa medica)6. Diabex, tablet 500 mg, tablet
forte 850 mg (combiphar)
3.1.3. SulfoniluriaDikenal dua generasi sulfonilures, generasi 1
terdiri dari tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid.
Generasi dua yang potensi hipoglikemik lebih besar antara lain
adalah gliburid, glipizid gliklazid dan glimepirid.a. Mekanisme
kerjaSering disebut insulin secretagogues, kerjanya merangsang
sekresi insulin dari granul-granul sel beta langerhans pancreas.
Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitive K Channel
pada membrane sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membrane dan
keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka
ion Ca akan masuk ke sel , merangsang granula yang berisi insulin
dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen
dengan peptide-C. Selain itu, sulfonylurea dapat mengurangi klirens
insulin di hepar. Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang
besar dapat menyebabkan hipoglikemia. b. FarmakokinetikAbsorbsi ke
saluran cerna cukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia
dapat mengurangi absorbs, karena itu akan lebih efektif bila
diminum 30 menit sebelum makan. Dalam plasma 90% terikat protein
plasma terutama albumin. Ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid
dan paling besar untuk gliburid. Masa paruh asetoheksamid pendek
tetapi metabolit aktifnya, 1-hidroksiheksamid masa paruhnya lebih
panjang, sekitar 4-5 jam, sama dengan tolbutamid dan tolazamid.
Sebaiknya sediaan ini diberikan dalam dosis terbagi. Sekitar 10 %
metabolitnya dieksresi melalui empedu dan keluar bersama tinja.
Klorpropamid dalam darah terikat albumin, masa paruhnya panjang,
24-48 jam. Efeknya masih terlihat beberapa hari setelah obat
dihentikan. Metabolismenya di hepar tidak lengkap, 20 % diekskresi
utuh di urin. Mula kerja tolbutamid cepat, masa paruhnya sekitar
4-7 jam. Dalam darah 96 % tolbutamid terikat protein plasma dan di
hepar diubah menjadi karboksitolbutamid. Ekskresinya melalui
ginjal. Tolazamid absorbsinya lebih lambat dari yang lain. Efeknya
dalam glukosa darah belum nyata untuk beberapa jam setelah obat
diberikan. Masa paruh sekitar 7 jam. Sulfonilurea generasi II
umumnya potensi hipoglikemiknya 100x lebih besar dari generasi I.
Meski masa paruhnya pendek, yaitu 3-5 jam, efek hipoglikemiknya
berlangsung 12-24 jam. Cukup diberikan 1x sehari. Glipizid,
absorbsinya lengkap, masa paruh 3-4 jam. Dalam darah 98% terikat
protein plasma, potensinya 100x lebih kuat dari tolbutamid, tetapi
efek hipoglikemik maksimalnya mirip dengan sulfonylurea lain.
Metabolismenya di hepar menjadi metabolit tidak aktif, 10 %
diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh. Gliburid
(glibenklamid), potensi 200x lebih besar dari tolbutamid, masa
paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya di hepar. Pada pemberian
dosis tunggal hanya 25 % metabolitnya diekskresi melalui urin,
sisanya melalui empedu. PAda penggunaan dapat terjadi kegagalan
primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21% selama
1 tahun. Karena semua sulfonylurea dimetabolisme di hepar dan
diekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh diberikan pada
pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat. c. Efek
sampingInsidens efek samping generasi I adalah 4 % dan lebih rendah
lagi untuk genarasi II. Dapat timbul hipoglikemia hingga koma.
Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan
gangguan fungsi hepar dan ginjal, terutama yang menggunakan sediaan
dengan masa kerja panjang. Efek samping lain yaitu mual, muntah,
diare, gejala hematologic, ssp, mata. Gangguan saluran cerna
tersebut dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan obat
bersama dengan makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis.
Gejala ssp berupa vertigo, bingung, ataksia. Gejala hematologic
seperti leucopenia, agranulositosis. Efek samping lain yaitu
hipotiroidisme, ikterus obstruktif, yang bersifat sementara dan
lebih sering timbul akibat klorpropamid. Kecenderungan hipoglikemia
pada orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi berkurang dan
asupan makanan yang cenderung kurang. Selain itu hipoglikemia tidak
mudah dikenali pada orang tua karena timbul perlahan tanpa tanda
akut dan dapat menimbulkan disfungsi otak sampai koma. Penurunan
kecepatan ekskresi klorpropamid dapat meningkatkan
hipoglikemia.
d. IndikasiPada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien
yang diabetesnya mulai timbul pada usia diatas 40 tahun. Kegagalan
terapi dengan salah satu derivate sulfonylurea mungkin disebabkan
oleh perubahan farmakokinetik obat, misalnya penghancuran obat yang
terlalu besar. Selama terapi pemeriksaan fisik dan laboratorium
harus dilakukan secara teratur.e. InteraksiObat yang dapat
meningkatkan ririko hipoglikemia saat penggunaan sulfonylurea
adalah insulin, alcohol, fenformin, kloramfenikol, anabolic
steroid, fenfluramin dan klofibrat. Propanolol dan bloker lainnya
menghambat reaksi takikardi, berkeringat dan tremor pada
hipoglikemia oleh berbagai sebab sehingga keadaan hipoglikemia
menjadi lebih hebat tanpa diketahui. Sulfonilurea terutama
klorpropamid dapat menurunkan toleransi terhadap alcohol. Hal ini
ditunjukkan terutama dengan kemerahan di muka dan leher, reaksi
mirip disulfiram.
3.1.4. Thiazolidinedion a. FarmakologiTiazolidindion disebut
juga dengan istilah TZD atau glitazon. Pioglitazon dan rosiglitazon
adalah 2 jenis obat golongan tiazolidindion yang disetujui
penggunaannya oleh FDA. Tiazolidindion bekerja dengan mengikat
reseptor gama-pengaktivasi proliferator peroksisom yang terdapat
pada sel-sel lemak dan pembuluh darah. Tiazolidindion meningkatkan
sensitivitas insulin pada otot, hati, dan jaringan lemak.b.
FarmakokinetikPioglitazon dan rosiglitazon diserap dengan baik dari
saluran cerna dengan atau tanpa makanan. Kedua obat tersebut
terikat pada protein albumin sekitar 99%. Pioglitazon terutama
dimetabolisme oleh enzim CYP2C8 dan sedikit oleh CYP3A4 dan
mayoritas dieliminasi melalui tinja. Sedangkan rosiglitazon
terutama dimetablisme oleh CYP2C8 dan sedikit oleh CYP2C9 yang
kemudian terkonjugasi dan dieliminasi melalui urin dan feses. Waktu
paruh pioglitazon 3-7 jam sedangkan rosiglitazon sekitar 3-4
jam.
Contoh golongan ini adalah : Pioglitazon (Actos)Mempunyai efek
menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkanjumlah
pen-transportglukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di
perifer. Obat inidimetabolisme di hepar. obat ini
di-kontraindikasikan pada pasien-pasien dengan gagal jantung karena
dapat memperberat edema dan juga pada gangguan faal hati. saat ini
tidak digunakan sebagaiobat tunggal .Contoh sedian: actos (Takeda
Chimicals Ltd)Rosiglitazon (Avandia)Cara kerja hampir sama dengan
pioglitazon, diekskresi melalui urin dan feces. mempunyai efek
hipoglikemik yang cukup baik jika dikombinasikan dengan metformin.
Pada saat ini belum beredar di Indonesia.Contoh sedian: avandia
(GlaxoSmithKline)3.2 Kombinasi ObatObat anti diabetes oral bisa
dikombinasikan satu dengan kelompok yang lain, atau kadang perlu
dikombinasikan dengan insulin. Tujuan kombinasi ini adalah agar
efek obat lebih optimal dalam mengontrol glukosa darah.Apabila dua
obat kombinasi masih belum berhasil baik, dokter bahkan boleh
meresepkan tiga jenis obat sekaligus, karena cara kerjanya bisa
bersama saling menguntungkan untuk menurunkan glukosa.1.
Sulfonylurea dan MetforminGolongan sulfonylurea paling banyak atau
paling sering dikombinasikan dengan obat anti diabetes kelompok
lain, karena efek kombinasi bisa memperbaiki dan menambah kerja
insulin. Kombinasi sulfonylurea dan metformin lebih baik daripada
bila kedua obat dipakai secara terpisah sendiri. Metformin bahkan
baik karena tidak menaikkan berat badan bahkan kadang
menurunkannya.Efek samping kombinasi ini adalah gangguan perut
seperti mual atau diare, kadang bisa menimbulkan hipoglikemia.Kini
telah dipasarkan kombinasi dua kelompok obat ini, contohnya adalah
tablet Glucovance, yang tersedia dalam tiga kemasan, yaitu
mengandung metformin/glibenclamide 500 mg/5 mg, 500 mg/2.5 mg, dan
250 mg/1.25 mg.
2. Sulfonylurea dan Alpha-Glucosidase InhibitorPada kasus dimana
glukosa darah meningkat banyak pada 2 jam sesudah makan, maka
pemakaian sulfonylurea yang dikombinasikan dengan acarbose akan
lebih berhasil baik.Efek samping yang bisa terjadi adalah kram
perut, banyak gas atau diare. Kadang juga bisa timbul
hipoglikemia.
3. Sulfonylurea dan ThiazolidinedionesBila penggunaan
sulfonylurea sudah maksimal dan masih belum berhasil baik, mungkin
penyebabnya adalah resistensi insulin karena kegemukan, bisa dicoba
kombinasi baru ini dengan menambahkan thiazolidinediones.
Sulfonylurea akan merangsang produksi insulin sedangkan
thiazolidinediones memperbaiki kerja insulin.
4. Metformin dan Alpha-Glucosidase InhibitorPenambahan acarbose
atau miglitol pada metformin adalah lebih baik dalam menurunkan
glukosa darah daripada pemakaian metformin secara tunggal. Efek
samping adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut.
5. Metformin dan ThiazolidinedionesTelah diakui efek
menguntungkan dari kombinsai pioglitazone atau rosiglitazone dengan
metformin. Sekarang sudah beredar di pasaran satu obat yang
berisikan kombinasi dua kelompok obat tersebut di atas, yaitu
rosiglitazone (avandia) dengan metformin dalam bentuk Avandamet,
dan pioglitazone (actos) dengan metformin dalam satu tablet
Actos-met.
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/76190014/SULFONILUREA#scribd 10
November 2015 (10:34)
https://www.scribd.com/doc/223912373/BIGUANIDE-makalah - 12
November 2015 (12:19)
https://www.scribd.com/doc/46586574/Makalah-Diabetes-Mellitus-1
- 16 November 2015 (08:35)
https://www.scribd.com/doc/79194706/FARMAKOLOGI-DM-tipe-2 - 16
November 2015 (08:52)
https://www.scribd.com/doc/76190014/SULFONILUREA - 17 November
2015 (09:34)
33