Top Banner
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang “GOLONGAN OBAT ANTIBIOTIKA DAN ANTIJAMUR” agar mahasiswa dapat memahaminya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah FARMAKOLOGI Kebidanan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.
46

farmakologi antibiotik dan anti jamur

Jun 11, 2015

Download

Documents

Duik Agustini
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: farmakologi antibiotik dan anti jamur

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah  ini membahas tentang

“GOLONGAN OBAT ANTIBIOTIKA DAN ANTIJAMUR” agar mahasiswa dapat

memahaminya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah

FARMAKOLOGI Kebidanan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah

ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan makalah

selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir

kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.

 Yogyakarta, Oktober 2013

Penulis

Page 2: farmakologi antibiotik dan anti jamur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Sejarah antibiotik anti jamur dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh

Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa

tersebut dari Penicillium chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini

membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka

kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran

antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah

baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik

karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.

Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui

penggunaan antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan

kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi

medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-

senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh

mikroba.

Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui

mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat

mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir

untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati

sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi.

Page 3: farmakologi antibiotik dan anti jamur

1.2   Rumusan Masalah

1)      Apakah yang dimaksud dengan antibiotik ?

2)      Apa saja yang termasuk golongan antibiotik ?

3)      Apa saja antibiotik yang aman bagi ibu hamil ?

4)      Bagaimana studi kasus infeksi pada ibu hamil ?

5)      Bagaimana menelaah kasus berdasarkan kajian farmakoterapi ?

6) Apa yang dimaksud dengan anti jamur?

7) Apa saja yang masuk dalam golongan anti jamur?

1.3 Tujuan Penulisan

1)      Bagi penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2)      Bagi pembaca

Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang

bermutu dan sesuai dengan standar.

Page 4: farmakologi antibiotik dan anti jamur

BAB II

ISI

2.1  DEFINISI ANTIBIOTIKA

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu Anti (melawan) dan Biotikos (cocok

untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan

semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan

ditemukannya obat antibiotik sintetis.

Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan

termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus,

dll. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman

dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja

dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan dapat membunuh kuman

tanpa merugikan inang.

Prinsip Penggunaan Antibiotik

A.    Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberian

antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.

B.     Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan

terhadap infeksi, daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.

2.2  PENGENALAN GOLONGAN ANTIBIOTIKA

1.    Penisilin

Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis

yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin ternyata

paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasal dari

Page 5: farmakologi antibiotik dan anti jamur

sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi

dinding sel.

Penisilin terdiri dari:

1.      Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin

1)      Benzil Penisilin

         Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,

salmonelosis invasive, gonore.

         Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

         Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,   angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

2)      Fenoksimetil Penisilin

         Indikasi: tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksis infeksi

pneumokokus.

2.      Pensilin Tahan Penisilinase

1)    Kloksasilin

         Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi  pensilinase.

         Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,

leukemia limfositik kronik, dan AIDS, riwayat infeksi.

         Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. tetapi

penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.

         Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

         Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

2)    Flukoksasilin

         Indikasi  :infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.

         Peringatan :gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,

leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

         Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi

penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.

         Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

Page 6: farmakologi antibiotik dan anti jamur

         Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

3.      Pensilin Spectrum Luas

1)      Ampisilin

Ibu hamil:          Kategori B

Ibu menyusui:    Kategori A

         Indikasi: Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,

salmonelosis invasive, gonore.

         Peringatan: Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada

glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

         Interaksi: Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi

penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.

Absorbsi sebagian besar dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan lebih baik diberikan

pada saat lambung kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

         Kontraindikasi: Hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

         Efek samping: Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

         Pengaturan dosis Oral: 250-500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum

makan. Infeksi saluran kemih: 500 mg tiap 8 jam. Injeksi intramuskuler, intravena atau

infus: 500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun: setengah dosis dewasa.

         Sediaan Ampisilin (generik): kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml,

250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 500mg, 1g.

Amcillin: kapsul 250mg, 500mg; tablet 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml,

250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g, 2g.

Ampi: kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5 ml.

2)      Amoksisilin

Ibu Hamil        : Ketegori B

Ibu Menyusui  : Kategori A

         Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,

salmonelosis invasive, gonore.

Page 7: farmakologi antibiotik dan anti jamur

         Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,

leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

         Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi

penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.

         Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

         Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

         Pengaturan Dosis:

Dewasa:     1x 500mg tablet tiap 12 jam atau 250mg tablet tiap 8 jam.

Suspensi: dewasa, untuk yang sulit menelan, 125mg/5ml atau 250mg/5ml suspensi

menggantikan tablet 500mg.

Anak

Kurang dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam didasarkan pada komponen

amoksisilin. Dianjurkan menggunakan suspensi 125 mg/5ml

3 bulan atau lebih: didasarkan pada komponen amoksisilin. Jangan menggunakan tablet

250mg jika berat<40kg.

40kg atau lebih: sesuai dosis dewasa

Amoksisilin dapat diminum dengan atau tanpa makanan.

Neonatus dan bayi 12 minggu (3 bulan) atau lebih muda: karena fungsi ginjal yang belum

optimal mempengaruhi eliminasi amoksisilin, dosis paling tinggi yang diijinkan adalah

30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam.

         Sediaan Amoksisilin (generik): kaplet 500mg; kapsul 250mg; sirup kering

125mg/5ml, 250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.

Amoksan: drops 125mg/1,25 ml; kapsul 250mg, 500mg; sirup kering 125mg/5ml,

250mg/5ml; serbuk untuk injeksi 1g.

Kalmox: kapsul 500mg; sirup kering 125mg/5ml.

4.      Penisilin Anti Pseudomona

1)      Tikarsilin

Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.

Page 8: farmakologi antibiotik dan anti jamur

2)     Piperasilin

Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.

3)     Sulbenisilin

Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.

2.    Aminoglikosida

Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram

negative. Gentamisin, Amikasin dan kanamisin  juga aktif terhadap pseudomonas

aeruginosa.

Streptomisin aktif terhadap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang

hampir terbatas untuk tuber kalosa.

1)      Gentamisin

         Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP

lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis, pneumonia

nosokomial, terapi tambahan pada miningitis karena listeria.

         Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.

         Efek samping: nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau pasien

gangguan fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka interval pemberian

harus diperpanjang.

         Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan digunakan

terutama pada infeksi bakteri gram positif dan negatif. Aktivitas bakterisid melalui

penghambatan sintesis protein bakteri.

         Pengaturan dosis Gentamisin: Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi

ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.

Anak-anak                       6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)

Infant dan neonatus                7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)

Neonatus umur < 1 minggu         5 mg/kg hari (2,5 mg setiap 12 jam).

Durasi terapi : biasanya 7-10 hari. Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal

normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.

         Sediaan Gentamisin (generik):cairan injeksi 10 mg/ml;40 mg/ml (K)

Garamycin®: cairan injeksi 20 mg/ml; 40 mg/ml; 60 mg/ml; 80 mg/ml (K)

Page 9: farmakologi antibiotik dan anti jamur

         Perhatian: gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi

fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan

jangka panjang. Aminoglikosida dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian

pada wanita hamil sedapat mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui ekresi

gentamisin dalam ASI sangat minimal (Kategori A).

2)      Amikasin

Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.

3)      Kanamisin

Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin

3.    Makrolida

Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, sehingga

obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi

saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.

1)      Eritromisin

         Indikasi: sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan

enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus,

prostatitis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertusis.

         Kontraindikasi: penyakit hati.

         Efek samping: Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek samping ini

dapat dihindarkan dengan pemberian dosis rendah.

         Mekanisme kerja obat: Antibiotik golongan makrolida terikat secara reversible

pada sisi P ribosom subunit 50s dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent

protein synthesis dengan cara merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom.

Antibiotik ini dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisid, tergantung faktor

konsentrasi obat.

         Interaksi obat / Makanan : Jika diberikan bersamaan dengan antasida, konstanta

kecepatan eliminasi eritromisin dapat turun, dan berikan 2 jam sebelum atau sesudah

makan. Eritromisin estolat dan etilsuksinat, dan eritromisin base dalam bentuk tablet

lepas lambat tidak dipengaruhi oleh makanan.

Page 10: farmakologi antibiotik dan anti jamur

         Pengaturan dosis: Oral : Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam

atau 0,5-1 g tiap 12 jam. Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap

6 jam.

Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg/hari secara infus kontinyu

atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak

memungkinkan.

         Sediaan Erybiotic : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop.

Erysanbe : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 200 mg/5 ml sirop kering; 200 mg/tablet

kunyah.

Erythrocin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet; 250 mg/5 ml sirop; 200 mg/tablet; 100

mg/2,5 ml sirop tetes.

         Perhatian Kehamilan: eritromisin dapat melewati plasenta tetapi menghasilkan

kadar yang rendah dalam jaringan. Gunakan jika hanya benar-benar perlu (Kategori B).

Menyusui: eritromisin diekskresikan melalui ASI. Meskipun demikian, belum ditemukan

adanya efek samping pada bayi (Kategori A).

2)     Azitromisin

Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa

kompliasi.

3)      Klaritromisin

Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak;

terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak

4)      Spiramisin

4.    Sefalosforin

Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat

sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi

terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.

ProbenIsid digunakan untuk mengobati asam urat atau encok arthritis kronis. Encok arthritis

ditandai dengan serangan yang rasa sakit parah dengan tiba-tiba, kemerahan dan nyeri di sendi,

seringkali sendi di pangkal jempol kaki.

Page 11: farmakologi antibiotik dan anti jamur

          Sefalosforin terbagi atas :

1)      Sefadroksil

         Indikasi: infeksi baktri gram (+) dan (-)

         Kontra indikasi: hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria

         Interaksi: sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti

mikroba masing-masng derrivat bervariasi.

         Efek samping: diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan

dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll

2)      Sefrozil

Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.

3)      Sefotakzim

Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.

4)      Sefuroksim

Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H. influenzae dan N

gonorrhoeae.

5)      Sefamandol

Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.

5.    Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama

semakin berkurang karena masalah resistansi. . Resistensi adalah mekanisme tubuh yang

secara keseluruhan membuat rintangan untuk berkembangnya penyerangan atau

pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya.

Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk

secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain

bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan

antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.

Tetrasiklin terbagi atas :

Page 12: farmakologi antibiotik dan anti jamur

1)      Tetrasiklin.

         Indikasi: akne vulgaris, eksaserbasi bronkitis kronis, klamidia, mikoplasma dan

riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis.

         Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap golongan tetrasiklin.

         Mekanisme kerja obat: tetrasiklin merupakan bakteriostatik yang bekerja dengan

mempengaruhi sintesis protein pada tingkat ribosom. Antibiotik ini berikatan secara

reversible dengan ribosom subunit 30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan

aminoacyl transfer RNA dan menghambat sintesis protein, serta perkembangan sel.

Golongan tetracycline mempunyai aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan

negatif.

         Efek samping: Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala

dan gangguan penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan intrakranial,

hepatotoksisitas, pankreatitis dan kolitis.

         Interaksi obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida, garam besi, maka

absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun. Pengatasan: tetrasiklin diberikan 1 jam

sebelum atau 2 jam setelah antasida.

Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin mempengaruhi resirkulasi

enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.

Jika diminum menggunakan susu, maka tetrasiklin akan membentuk khelat yang sulit

diabsorpsi.

         Pengaturan dosis: Oral : 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan

sampai 500 mg tiap 6-8 jam.

Sifilis primer, sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.

Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari bila pengobatan

pertama gagal atau bila kambuh).

Injeksi intra vena: 500 mg tiap 12 jam, maksimum 2 g perhari.

         Sediaan: Bufacyn : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul; 125 mg/5 ml sirop.

Conmycin : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.

Erlacylin : 30 mg/g salep, 1 % salep mata.

Hufacyclin : 250 mg/kapsul; 250 mg/5 ml sirop.

Megacycline : 250 mg/tablet.

Page 13: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Sakacyclin : 250 mg/kapsul.

Super Tetra : 250 mg/kapsul lunak.

Tetradex : 250 mg/kapsul; 500 mg/kapsul.

         Perhatian: Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan

ditemukan dalam jaringan fetus. Dapat terjadi efek toksis pada fetus yang berupa

retardasi perkembangan tulang (Kategori D).

Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu.

Penggunaan antibiotik golongan tetrasiklin selama masa pertumbuhan gigi (dari akhir

masa kehamilan sampai anak usia 8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi

(kuning, abu-abu, coklat) yang bersifat permanen.

Antibiotik golongan tetrasiklin membentuk kompleks kalsium yang stabil pada jaringan

pembentuk tulang 

2)      Demeklosiklin Hidroklorida

Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik

Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan

terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.

3)      Doksisiklin

Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis

kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)

4)      Oksitetrasiklin

Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam

Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)

Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).

6.    Anti Jamur

Obat-obat anti jamur juga disebut dengan obat anti mikotik, dipakai untuk mengobati dua

jenis infeksi jamur : infeksi jamur superficial pada kulit atauselaput lender dan infeksi

jamur sistemik pada paru-paru atau system saraf pusat. Infeksi jamur dapat ringan, seperti

pada tinea pedis (atlete¶s food) atau berat,seperti pada paru-paru atau jamur seperti

candida spp, (ragi), merupakan bagian dari flora normal pada mulut, kulit, usus halus dan

vagina.

Page 14: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Tabel. Pedoman pemilihan Antimikroba

N

o

Infeks

i

Penyebab Antimikroba

1. Uretrit

is

N.

Gonorrhoe

(bukan

penghasil

penisilinas

e)

Ampisilin,amoksisi

lin,

Penisilin, G

tetraksilin

N.Gonorrh

oe

(penghasil

penisilinas

e).

Fluorokuinolon,

seftriakson.

2. Herpe

s

genita

l

Virus

Herpes

Simpleks

Asiklovir

3. Sifilis T.pallidum Penisilin G,

seftriakson,

tetraksilin.

4. Sistisi

s akut

E. coli,S.

saprophytic

us

Ampisilin,trimetro

pim

2.3 Pemilihan antibiotik yang aman untuk ibu hamil

Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping

yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan

jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit

Page 15: farmakologi antibiotik dan anti jamur

adalah dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak

dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah

prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.

Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan

sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena

pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko

malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut

rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap

keseriusan infeksi pada ibu. Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada

janin. Hal ini terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat

mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu

disebut teratogen suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang

abnormal. Pada manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai

hari ke 54 post konsepsi. Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh

antibiotika dipengaruhi oleh :

a.       Besarnya dosis yang diberikan.

b.      Lama dan saat pemberian.

c.       Sifat genetik ibu dan janin.

d.      Jenis antibiotik.

e.       Trimester kehamilan.

Durasi penggunaan obat merupakan faktor penting untuk diingat. Penggunaan antibiotik

dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kecacatan pada janin dan dalam kasus yang

lebih buruk bisa menyebabkan keguguran. Pasalnya, beberapa jenis antibiotik lebih aman

digunakan pada trimester tertentu.

Untuk keadaan hamil, apalagi masih dalam trimester ketiga, pemberian antibiotik bisa

sangat membahayakan janin, karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping

mual, muntah, pusing dan gangguan sistem pencernaan. Efek-efek samping yang

ditimbulkan juga akan menekan kehamilan. Bahkan ada antibiotik yang bisa menembus

sampai ke sistem kelenjar / cairan, seperti liur, kelenjar getah bening, cairan otak dan

ASI. Jika pada masa menyusui minum antibiotik, maka obat akan merembes di ASI dan

bayi akan minum ASI bercampur obat.

Page 16: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Namun bukan berarti ibu hamil dan menyusui tidak boleh minum obat antibiotik, harus

hati-hati dan perhatikan petunjuk dokter tentang cara pemakaiannya.

Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan.

Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin,

cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung

cloxacillin, amxycillin, dan methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama

kehamilan.

Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama

kehamilan:

1)      Amoxicillin

2)      Ampicillin

3)      Clindamycin

4)      Erythromycin

5)      Penicillin

Berdasarkan indeks keamanan obat pada kehamilan menurut United States Food and

Drug Administration (US FDA), klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan

penggunaannya selama kehamilan  dibagi dalam lima kategori. Lima kategori tersebut

terdiri dari A, B, C, D, dan X, dengan urutan yang paling aman hingga paling berbahaya.

Pada ibu hamil, penggunaan antibiotik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1)      Antibiotik yang dianggap aman

2)      Atibiotik yang harus diberikan secara hati-hati

3)      Antibiotik yang merupakan kontraindikasi

1. Antibiotik yang dianggap aman

Kenyataannya amat jarang obat yang termasuk kategori A, bahkan vitamin pun tergolong

kategori B. Beberapa golongan antibiotik kategori A:

1)      Golongan Penisilin dengan ikatan protein rendah mampu melintasi plasenta dengan

mudah dan dianggap aman untuk digunakan namun beberapa golongan Metiltetrazoletiol

harus digunakan lebih hati-hati.

Page 17: farmakologi antibiotik dan anti jamur

2)      Golongan Makrolid tidak menunjukkan efek samping yang berbahaya untuk janin,

tetapi tetap diperhatikan kontraindikasi pada kehamilan.

3)      Golongan Nitrofurantion dan metronidazol juga dapat dianggap aman.

2. Antibiotik yang harus digunakaan hati-hati

Obat yang termasuk kelompok ini hanya boleh digunakan dalam kondisi tertentu yang

sangat diperlukan. Golongan antibiotik B diantaranya adalah Fluorokuinolon,

Kontrimoksazol, dan Kloramfenikol. Pada Kloramfenikol sebaiknya tidak digunakan

selama kehamilan, kecuali bila obat lain yang lebih aman tidak bisa digunakan.   

3. Antibiotik yang merupakan kontraindikasi

Antibiotik yang termasuk dalam golongan C adalah Tetrasiklin dan Aminoglikosida.

Tetrasiklin bila diberikan pada periode perkembangan tulang dan gigi (bulan keempat

dan kelima gestasi) menimbulkan yellow dyscoloration yang akan mempengaruhi gigi

dan tulang yang sedang dibentuk.  Sedangkan Aminoglikosida harus digunakan secara

hati-hati pada trimester kedua.

Adapun beberapa golongan antibiotic yang memerlukan perhatian khusus bagi ibu hamil

adalah :

1)      Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti

amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin

sulfate, dan netilmicin sulfate.

2)      Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime

Na, cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam

monohydrate-nya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.

3)      Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.

4)      Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin,

spiramycin, dan azithromycin.

5)      Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garamnya.

6)      Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin,

sparfloxacin dan norfloxacin.

7)      Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak

boleh untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).

Page 18: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat pada ibu hamil adalah:

1)      Keamanan : meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih baik, tapi jika

keamanannya bagi ibu hamil belum diketahui, lebih baik tidak diberikan.

2)      Dosis : pada awalnya pemberian obat harus dalam dosis rendah. Jika perlu,

penambahan dosis diberikan sedikit demi sedikit sampai tercapai efek terapi yang

diinginkan.

3)      Durasi pemberian : jika tidak diperlukan sekali, pemberian obat tidak boleh terlalu

lama. Sampai akhirnya, pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi

keselamatan ibu dan bayinya.

4)      Jenis dan cara kerja obat sebagai bahan pertimbangan sebelum diberikan kepada

ibu hamil.

2.3. ANTIJAMUR

Preparat vaginal adalah sediaan obat yang diperuntukkan untuk permasalahan

pada alat kewanitaan seperti keputihan. Salah satu fungsi utama preparat vaginal yang

tersedia di Indonesia adalah sebagai obat keputihan yang beragam penyebabnya.

Salah satu penyebab keputihan adalah infeksi, infeksi disebabkan oleh jamur, bakteri atau

virus. Infeksi terbanyak penyebab keputihan adalah jamur dan parasit Trichomonas,

sehingga preparat vaginal di Indonesia banyak diperuntukkan untuk infeksi jamur dengan

beragam bentuk sediaan.

Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene (amfoterisin B,

nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol,

flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.

A. Penggunaan:

Azol

Antijamur azol merupakan senyawa sintetik dengan aktivitas spektrum yang luas,

yang diklasifikasi sebagai imidazol (mikonazol dan ketokonazol) atau triazol (itrakonazol

dan flukonazol) bergantung kepada jumlah kandungan atom nitrogennya ada 2 atau 3.

Struktur kimia dan profil farmakologis ketokonazol dan itrakonazol sama, flukonazol

unik karena ukuran molekulnya yang kecil dan lipofilisitasnya yang lebih kecil. Pada

Page 19: farmakologi antibiotik dan anti jamur

jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat 14-α- demetilase, enzim yang bertanggung

jawab untuk sintesis ergosterol, yang merupakan sterol utama membran sel jamur. Pada

konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K+ dan komponen lain bocor keluar dari sel jamur.

Flukonazol

Fluconazole merupakan jenis obat-obatan yang ampuh untuk mengatasi meningitis

cryptococcal, tetapi tidak boleh dijadikan prioritas utama untuk pasien pengidap AIDS

kecuali jika terdapat alasan-alasan tertentu. Fluconazole memang banyak menjadi jenis

obat yang menjadi pilihan banyak dokter untuk mengobati pasien penderita meningitis

coccidioidal. Syaratnya, pasien tersebut harus tetap mengkonsumsi fluconazole selama

hidupnya agar mencegah munculnya kembali penyakit yang sama.

Nystatin

Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap obat ini

termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi dengan sifatnya

yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat

pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus hati-hati jangan digunakan pada

luka terbuka.

Griseofulvin

Griseofulvin, suatu obat jamur, juga dilaporkan memiliki efek yang serupa, yaitu

mengurangi efek kontrasepsi oral. Obat jamur lain yang dilaporkan dapat menurunkan

potensi pil KB adalah itraconazole, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti.

Yang menarik, obat kelompok triazol yang lain yaitu ketaconazole, dan fluconazole,

dilaporkan menghambat enzim sitokrom P450, yang berarti mengurangi metabolisme pil

KB menjadi bentuk tak aktifnya, yang pada gilirannya meningkatkan efek pil KB-nya.

Namun karena belum ada data epidemiologi yang akurat, masih sulit untuk

menyimpulkan secara pasti interaksi obat jamur dengan kontrasepsi oral.

Page 20: farmakologi antibiotik dan anti jamur

A.    Pertimbangan Pemilihan Antibiotika

Dalam pemilihan antibiotik, maka perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan berikut:

1)      Mengidentifikasi organisme penginfeksi berdasarkan informasi klinis, tropisme

jaringan, dan data mikrobiologi.

2)      Kesesuaian antimikroba dan mikroba penginfeksi harus diketahui.

3)      Pemilihan obat juga harus menjamin tercapainya konsentrasi terapeutik pada

tempat infeksi.

4)      Spektrum dan cara kerja antibiotik.

5)      Faktor kondisi pasien. Dalam pemilihan antibiotik ini harus diperhatikan juga usia,

status imunologi, keberadaan benda asing (pace maker), sejarah reaksi alergi, disfungsi

ginjal dan atau hati, adanya penyakit tertentu, kehamilan dan ibu menyusui, serta faktor

genetik. Adanya benda asing dalam tubuh seperti alat pacu jantung dan alat-alat lain

dapat menurunkan aktivitas antibiotik.

B.     Cara Kerja Antibiotik

Setiap antibiotik dapat memiliki mekanisme kerja yang khas dalam peranannya

menghambat/membunuh bakteri patogen. Namun secara umum, berdasarkan cara

kerjanya antibiotik dapat digolongkan menjadi:

1)      Antibiotik bakterisida, yaitu antibiotik yang dapat menyebabkan kematian mikroba

pada konsentrasi yang dapat dicapai secara klinis. Contoh: beta laktam, glikoprotein,

aminoglikosida, kuinolon dan metronidazol.

2)      Antibiotik bakteriostatik, yaitu antibiotik yang menghambat pertumbuhan mikroba

pada konsentrasi yang dapat dicapai secara klinis. Contoh: klindamisin, makrolida,

sulfonamida, trimetoprim, tetrasiklin dan kloramfenikol.

C.    Durasi Terapi Antibiotik

Untuk mengasilkan efek terapi yang tepat, antibiotik harus diberikan pada rentang waktu

yang tepat pula. Panduan umum sehubungan dengan durasi terapi antibiotik adalah

sekurang-kurangnya 72 jam pada terapi infeksi akut yang tidak kompleks. Sedangkan

pada infeksi kronis seperti endokarditis dan osteomyelitis, terapi memerlukan durasi yang

Page 21: farmakologi antibiotik dan anti jamur

lebih panjang, yaitu berkisar antara 4-6 minggu dengan analisis lanjutan untuk menilai

keberhasilan terapi.

D.    Komplikasi Terapi Antibiotika

Komplikasi terapi antibiotika dapat mengakibatkan terjadinya:

1)      Hipersensitivitas, contoh pada penisilin

2)      Toksisitas langsung, contoh aminoglikosida pada konsentrasi tinggi

3)      Superinfeksi, contoh antibiotika spektrum luas atau kombinasi antibiotika

E.     Efektivitas Terapi Antibiotika

Untuk menilai efektivitas terapi antibiotika dapat dilihat/dikaji dari berbagai parameter-

parameter klinis berikut:

1)      Derajat demam. Demam merupakan parameter penting untuk menilai respon terapi

antibiotika. Karena demam merupakan salah satu gejala adanya infeksi.

2)      Jumlah sel darah putih (neutrofil), jumlah sel darah putih pada tahap awal infeksi

akan meningkat secara signifikan.

3)      Data radiografi; effusi kecil, abses, dan ruang yang muncul menandakan adanya

pusat infeksi.

4)      Nyeri dan inflamasi; pembengkakan, eritema, permukaan yang empuk/lunak

muncul pada infeksi permukaan, sendi dan tulang.

5)      Laju endap darah (LED), peningkatan LED berkaitan dengan infeksi akut maupun

kronis, seperti: endokarditis, osteomyelitis, dan infeksi intraabdominal.

6)      Konsentrasi komponen serum, khususnya komponen C3 akan turun pada infeksi

yang serius.

F.     Kegagalan Terapi Antibiotika

Kegagalan terapi antibiotika dapat terjadi akibat beberapa faktor berikut:

1)      Salah diagnosa (unsuspected infection)

2)      Regimen obat yang tidak tepat baik dari segi dosis, rute pemberian, frekuensi dan

durasinya.

3)      Pemilihan antibiotika yang tidak tepat

Page 22: farmakologi antibiotik dan anti jamur

4)      Resistensi mikroba

5)      Ekspektasi yang berlebihan; nekrosis jaringan, pengurasan secara operasi, demam

virus, artritis, neoplasma, dan reaksi obat

6)      Infeksi oleh dua atau lebih mikroba

2.4 Studi kasus infeksi pada ibu hamil

Studi terkini menyebutkan bahwa pemakaian antibiotik untuk mengatasi infeksi saluran

kemih pada ibu hamil akan meningkatkan risiko anak cacat lahir. Peneliti menemukan

fakta cacat lahir itu pada dua jenis antibiotik, yaitu sulfonamide (contoh: Bactrim) dan

nitrofurantoins (contoh: Macrobid). Sementara itu, antibiotik penicillins dan

erythromycins, yang banyak diresepkan untuk ibu hamil selama ini tergolong aman.

Infeksi merupakan penyebab utama kematian prematur pada bayi. Meskipun terapi

profilaksis antibiotik belum terbukti bermanfaat, pemberian obat-obat antibiotik kepada

ibu hamil dengan ketuban pecah dini dapat memperlambat kelahiran dan menurunkan

insidens infeksi. Penggunaan antibiotik yang diketahui tidak aman itu harus menjadi

perhatian para tenaga kesehatan dalam mengambil keputusan untuk menangani infeksi

pada ibu hamil.

Infeksi bakteri sangat berbahaya pada ibu hamil dan janinnya. Pemakaian antibiotik perlu

lebih diperhatikan, karena studi mengenai pengaruh antibiotik terhadap ibu hamil belum

banyak dilakukan.

Page 23: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Dalam investigasinya, peneliti menganalisis enam jenis antibiotik pada 13.000 wanita

hamil yang kandungannya terdeteksi cacat dan juga 5.000 wanita hamil yang bebas dari

cacat kandungan. Sebanyak 30 persen wanita dalam grup tersebut mengonsumsi

antibiotik selama kehamilan, terutama pada trimester pertama. Hasilnya ternyata,

sebanyak 14% wanita yang melahirkan anak cacat diketahui menggunakan antibiotik

beberapa bulan sebelum kehamilan dan pada trimester pertama.

Antibiotik sulfonamide terkait dengan enam jenis cacat lahir, sedangkan nitrofurantoins

terkait pada empat jenis cacat. Dua jenis antibiotik ini berisiko paling banyak

menghasilkan cacat lahir dibanding antibiotik lain yang risiko cacat lahirnya hanya 1

jenis. Cacat lahir itu antara lain ketidak normalan jantung yang dikenal dengan

(hypoplastic left heart syndrome). Penggunaan sulfonamides akan meningkatkan risiko

cacat tersebut hingga 4 kali lipat. Terjadi pada 1 dari 42.000 kelahiran.

Studi ini dimuat dalam Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine dan diharapkan

menjadi panduan para tenaga kesehatan dan ibu hamil untuk menggunakan antibiotik

yang lebih aman.

Ada kalanya, ibu hamil yang mengalami infeksi memerlukan penggunaan antibiotik

sebagai pilihan obat. Sebagian antibiotik pada semua fase kehamilan aman dikonsumsi,

sebagian lagi dikontraindikasikan pada fase tertentu, dan ada juga yang

dikontraindikasikan untuk semua fase kehamilan.

2.5 Menelaah kasus berdasarkan kajian farmakoterapi

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak kita temui dimasyarakat kita atau

bahkan menimpa kita sendiri. Antiinfeksi atau antibiotik merupakan golongan obat yang

paling banyak digunakan dan paling banyak disalahgunakan juga. Penyakit infeksi adalah

suatu penyakit yang disebabkan oleh agen patogen yang masuk ke dalam tubuh dan

memicu perkembangan infeksi.

Agen patogen ini dapat berupa bakteri, virus, jamur (fungi), parasit.

Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang sangat mudah menyebar dan menular,

akibat perpindahan atau pergerakan agen patogen tersebut dari satu individu ke individu

lainnya. Penularan infeksi dapat terjadi melalui:

Page 24: farmakologi antibiotik dan anti jamur

1)      Kontak fisik penderita dengan individu lainnya

2)      Udara yang terkontaminasi agen patogen

3)      Makanan yang terkontaminasi

4)      Cairan tubuh (darah, mukus, urin)

5)      Vektor pembawa agen patogen (lalat, nyamuk, atau binatang lainnya)

Tingkat keparahan penyakit infeksi pada seseorang bervariasi, yang sangat dipengaruhi

kondisi kekebalan tubuh (sistem imun) seseorang tersebut. Seseorang yang kontak

dengan agen patogen dapat mengalami infeksi atau bebas dari infeksi agen patogen

tersebut. Sedangkan pada orang yang telah terinfeksi sebagian akan menunjukan gejala

sakit dan dapat berkembang semakin parah dan sebagian lainnya asimptomatik dan kebal

terhadap infeksi tersebut. Penyakit infeksi juga merupakan penyebab kematian yang

paling banyak terjadi. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional tersebut memicu

cepatnya proses perkembangan resistensi antibiotik.

Antiinfeksi dapat berupa antibiotik atau antimikroba, antivirus, antifungi,

antiparasit.Antibiotik merupakan agen antiinfeksi yang paling banyak digunakan. Konsep

penggunaan antibiotik dapat berupa terapi spesifik, pencegahan (profilaksis) dan terapi

empirik:

1)      Terapi Spesifik

Pada terapi ini, antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh

organisme penginfeksi dimana pilihan antimikroba yang tepat telah diketahui. Antibiotik

yang digunakan dalam terapi ini telah teruji, sehingga pemilihannya relatif mudah

berdasarkan sensitivitas mikroba dan kondisi pasiennya, disamping faktor lain seperti

biaya.

2)      Terapi Empirik

Terapi empirik antibiotik adalah terapi terhadap organisme penginfeksi dan antimikroba

tepatnya belum diketahui, tetapi dapat diprediksi berdasarkan studi sebelumnya. Terapi

ini harus dilakukan pada penyakit-penyakit infeksi yang serius dan bersifat life-

threatening. Pemilihan antibiotik didasarkan pada pengalaman klinis dengan

menggunakan antibiotik tertentu yang diduga akan efektif pada kondisi tersebut.

3)      Terapi Profilaksis

Page 25: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Terapi profilaksis adalah terapi antibiotik yang diberikan dengan tujuan pencegahan

infeksi spesifik pada beberapa individu atau infeksi pasca operasi. Dalam terapi

profilaksis operasi antibiotik jangka pendek diberikan sebelum terdapat bukti klinis

terjadinya infeksi.

STUDY KASUS

Belakangan nyonya Susi gelisah. Sudah seminggu ini haidnya terlambat. Apakah

nyonya Susi hamil? Padahal dia tidak pernah lupa minum pil KB. Mereka belum

berencana menambah anak lagi. Beberapa waktu lalu dia juga punya keluhan seperti

keputihan dan gatal di sekitar organ kewanitaannya. Dokter memberinya obat antijamur

griseofulvin. Adakah hubungan antara pil KB/kontrasepsi oral dengan antijamur yang dia

minum ?

Jawaban:

Hingga sekarang, interaksi obat antara pil KB dan obat antimikroba (antibiotika

dan antijamur) masih menjadi kontroversi. Sebagian dokter/klinisi melaporkan adanya

sejumlah wanita yang gagal ber-KB karena minum antibiotika selama penggunaan pil

KB, terutama tetrasiklin atau golongan penisilin, sementara para ilmuwan belum bisa

mengklaim secara kuat bahwa penggunaan secara bersama dua obat tersebut menurunkan

konsentrasi obat kontrasepsi oral dalam darah, terutama etinil estradiol (senyawa aktif

dalam pil KB).

• Mekanisme terjadinya interaksi antara pil KB dengan obat

antibiotika/antijamur ?

Page 26: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Etinil estradiol adalah estrogen pilihan yang banyak digunakan dalam pil KB, dan

merupakan senyawa yang aktif utama pil KB. Dari total zat aktif dalam satu pil, hanya

kira-kira 40-50 %-nya saja yang dapat mencapai peredaran darah sistemik dalam bentuk

tidak berubah, dengan rentang variasi individual berkisar 10 s/d 70%. Sisanya

dimetabolisir selama “first pass metabolisme” melalui saluran pencernaan dan liver/hati.

Etinil estradiol yang telah melalui peredaran darah akan diserap oleh tubuh, dan sisa yang

tidak terserap akan mengalami konjugasi dengan senyawa sulfat, terutama di dinding

saluran cerna, lalu ditranspor di pembuluh darah vena ke dalam liver dimana akan terjadi

hidroksilasi dan konjugasi dengan asam glukoronat.

Dengan proses metabolisme ini, etinil estradiol berubah menjadi senyawa yang tidak

aktif, yang pada akhirnya akan dikeluarkan melalui feses/tinja.

Griseofulvin, suatu obat jamur, juga dilaporkan memiliki efek yang serupa, yaitu

mengurangi efek kontrasepsi oral. Obat jamur lain yang dilaporkan dapat menurunkan

potensi pil KB adalah itraconazole, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti.

Yang menarik, obat kelompok triazol yang lain yaitu ketaconazole, dan fluconazole,

dilaporkan menghambat enzim sitokrom P450, yang berarti mengurangi metabolisme pil

KB menjadi bentuk tak aktifnya, yang pada gilirannya meningkatkan efek pil KB-nya.

Namun karena belum ada data epidemiologi yang akurat, masih sulit untuk

menyimpulkan secara pasti interaksi obat jamur dengan kontrasepsi oral.

Page 27: farmakologi antibiotik dan anti jamur

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru

menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya

dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata

mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba.

Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan.

Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin,

cefuroxime, cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung

cloxacillin, amxycillin, dan methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama

kehamilan.

Page 28: farmakologi antibiotik dan anti jamur

Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:

1)   Amoxicillin

2)   Ampicillin

3)   Clindamycin

4)   Erythromycin

5)   Penicillin

Berdasarkan indeks keamanan obat pada kehamilan menurut United States Food and

Drug Administration (US FDA), klasifikasi obat berdasarkan tingkat keamanan

penggunaannya selama kehamilan  dibagi dalam lima kategori. Lima kategori tersebut

terdiri dari A, B, C, D, dan X, dengan urutan yang paling aman hingga paling

berbahaya.Beberapa obat-obat anti jamur yang digunakan secara topikal untuk meringankanpenyakit

kulit akibat jamur, antara lain nistatin, imidazol (nikonazol, klotrimazol,ekonazol, isokonazol, tiokonazol,

bifonazol), dan Tisazol (itrakonazol).

3.2. SARAN

Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapa lebih

baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Page 29: farmakologi antibiotik dan anti jamur

DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. 2007. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Disimpulkan oleh: Linda Wati dari buku berjudul Penyakit-Penyakit Pada Kehamilan:

Peran Seorang Internis, diterbitkan oleh Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/

Page 30: farmakologi antibiotik dan anti jamur

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTIBIOTIK DAN ANTI JAMUR

DOSEN PENGAMPU: INDRAWATI S., S.Farm,A.pt.

Page 31: farmakologi antibiotik dan anti jamur

DISUSUN OLEH KELOMPOK2:

NAMA KELOMPOK

1. DELA MELIA INGGRIANI (12150182)

2. EKA PUJIASTUTI (12150183)

3. NI PUTU NOVAYANTI ( 12150184)

4. NI KOMANG DUIK AGUSTINI (12150185)

5. KADEK LOLA ERIKA ANDREANI ( 12150186)

KELAS : A.95

PRODI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITA RESPATI YOGYAKARTA 2012/2013