Demam Berdarah Dengue Fardiansyah (NIM 102013199) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : [email protected]Abstrak :. Demam berdarah dengue adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus dengue. Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, dan ruam kulit yang khas yang mirip dengan campak. Dengue yang ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk Aedes dalam genus, terutama A.aegypti. Virus ini memiliki lima jenis yang berbeda; Infeksi dengan satu jenis biasanya memberikan kekebalan seumur hidup terhadap jenis itu, tetapi hanya imunitas jangka pendek untuk orang lain. Karena tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial, pencegahan dicari dengan mengurangi habitat dan jumlah nyamuk dan membatasi paparan gigitan. Pengobatan demam berdarah akut mendukung, baik menggunakan rehidrasi oral atau intravena untuk penyakit ringan atau sedang, dan cairan intravena dan transfusi darah untuk kasus yang lebih parah. Kata kunci : Demam Berdarah Dangue(DBD), A.aegypti Abstrak : Dengue fever also known as breakbone fever, is a mosquito- borne tropical disease caused by the dengue virus. Symptoms include fever, headache, muscle and joint pains, and a characteristic skin rash that is similar to measles. Dengue is transmitted by several species of mosquito within the genus Aedes, principally A. aegypti. The virus has five different types; infection with one type usually gives lifelong immunity to that type, but only short-term immunity to the others. As there is no commercially available vaccine, prevention is sought by reducing the habitat and the number of mosquitoes and limiting exposure to bites. Treatment of acute dengue is supportive, using either oral or intravenous rehydration for mild or moderate disease, and intravenous fluids and blood transfusion for more severe cases. Keywords: Dangue, A.aegypti, Pendahuluan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Demam Berdarah Dengue
Fardiansyah
(NIM 102013199)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak :. Demam berdarah dengue adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus dengue. Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, dan ruam kulit yang khas yang mirip dengan campak. Dengue yang ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk Aedes dalam genus, terutama A.aegypti. Virus ini memiliki lima jenis yang berbeda; Infeksi dengan satu jenis biasanya memberikan kekebalan seumur hidup terhadap jenis itu, tetapi hanya imunitas jangka pendek untuk orang lain. Karena tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial, pencegahan dicari dengan mengurangi habitat dan jumlah nyamuk dan membatasi paparan gigitan. Pengobatan demam berdarah akut mendukung, baik menggunakan rehidrasi oral atau intravena untuk penyakit ringan atau sedang, dan cairan intravena dan transfusi darah untuk kasus yang lebih parah.
Kata kunci : Demam Berdarah Dangue(DBD), A.aegypti
Abstrak : Dengue fever also known as breakbone fever, is a mosquito-borne tropical disease caused by the dengue virus. Symptoms include fever, headache, muscle and joint pains, and a characteristic skin rash that is similar to measles. Dengue is transmitted by several species of mosquito within the genus Aedes, principally A. aegypti. The virus has five different types; infection with one type usually gives lifelong immunity to that type, but only short-term immunity to the others. As there is no commercially available vaccine, prevention is sought by reducing the habitat and the number of mosquitoes and limiting exposure to bites. Treatment of acute dengue is supportive, using either oral or intravenous rehydration for mild or moderate disease, and intravenous fluids and blood transfusion for more severe cases.
Keywords: Dangue, A.aegypti,
Pendahuluan
Pada negara tropis yang curah hujannya cukup banyak seperti Indonesia, saat
peralihan dari musin hujan kemusim panas banyak terdapat genangan-genangan air.
Lingkungan genangan air ini merupakan sarana tempat berkembangnya jentik nyamuk,
diantaranya nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue. Demam berdarah
dengue (DBD) menjadi masalah utama kesehatan, hal ini bukan hanya di Indonesia tetapi di
juga diseluruh negara di Asia Tenggara. Demam berdarah dengue, suatu penyakit demam
berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh gangguan permeabilitas
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:
- Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin.
4
- Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan
niali hematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Differential Diagnosis
1. Demam Tifoid
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak
enak di perut, batuk, dan epitaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada
sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas
berupa demam, bradikardia relative, lidah yang berselaput, hepatomegali,
splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma,
delirium, atau psikosis. Roseole jarang terjadi pada orang Indonesia.
2. Malaria
Malaria mempunyai gambaran karateristik demam periodic, anemia dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan
prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit
kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam
ringan anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin
(15-60 menit): mulai menggigil, diikuti dengan periode panas: penderita muka
merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan
keadaan berkeringat; kemudian periode berkeringat: penderita berkeringat banyak
dan temperature turun, dan penderita merasa sehat. Anemia dan splenomegali juga
merupakan gejala yang sering dijumpai pada malaria.
3. Chikungunya
Chikungunya adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Penyakit ini terdapat di daerah tropis, khususnya di perkotaan wilayah
5
Asia, India, dan Afrika Timur. Masa inkubasi diantara 2-4 hari dan bersifat self-
limiting dengan gejala akut (demam onset mendadak (>40°C,104°F), sakit kepala,
nyeri sendi (sendi-sendi dari ekstrimitas menjadi bengkak dan nyeri bila diraba),
mual, muntah, nyeri abdomen, sakit tenggorokan, limfadenopati, malaise, kadang
timbul ruam, perdarahan juga jarang terjadi) berlangsung 3-10 hari. Gejala diare,
perdarahan saluran cerna, refleks abnormal, syok dan koma tidak ditemukan pada
chikungunya. Sisa arthralgia suatu problem untuk beberapa minggu hingga
beberapa bulan setelah fase akut. Kejang demam bisa terjadi pada anak. Belum ada
terapi spesifik yang tersedia, pengobatan bersifat suportif untuk demam dan nyeri
(analgesik dan antikonvulsan). 4,5
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di seluruh dunia di daerah tropis dan subtropics,
khususnya di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia. Perang dunia II
menimbulkan penyebaran dengue dan Asia Tenggara ke Jepang dan kepulauan Pasifik.
Selama 20 tahun terakhir, endemic dengue telah menimbulkan masalah di Amerika.
Pada tahun 1995, lebih dari 200.000 kasus demam dengue dan lebih dari 5.500 kasus
demam berdarah dengue terjadi di Amerika selatan dan tengah. Diperkirakan sekitar 50 juta
atau lebih kasus dengue terjadi setiap tahun di seluruh dunia dengan 400.000 kasus demam
berdarah dengue. Kasus demam berdarah dengue merupakan penyebab utama kematian
pada anak di beberapa negara di Asia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh tanah air. Pada
tahun 1989-1995, insiden DBD di Indonesia antara 6-15 per 100.000 penduduk , dan
pernah meningkat tajam saat keadaan luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada
tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada
tahun 1999.
6
Beberapa factor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue,
yaitu:4
1. Vektor : Meliputi perkembangbiakan vector, kebiasaan menggiti, kepadatan vector
di lingkungan, dan transpotasi vector dari satu tempat ke tempat lain.
2. Host : Meliputi terdapatnya penderita di lingkungan, atau keluarga mobilisasai dan
pemaparan terhadap vector, usia, dan jenis kelamin.
3. Lingkungan : Meliputi curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.
Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil dari nyamuk Culex quinquefasciatus,
mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih, terutama pada kakinya.
Morfologinya khas, yaitu memiliki gambaran lira atau harpa (lyra-form) yang putih pada
punggungnya (mesonotum). Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis
dan menyerupai gambaran kain kasa. Larva Aedes aegypti mempunyai pelana yang terbuka
dan gigi sisir yang berduri lateral. Nyamuk betina meletakan telurnya di dinding tempat
perindukannya 1-2cm di atas permukaan air.Seekor nyamuk betina dapat meletakan rata-
rata 100 butir telur setiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur hingga menjadi dewasa
memerlukan waktu kira-kira 9 hari.6
Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat yang berisi air
bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak
500 meter dari rumah penduduk. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan
buatan manusia, seperti tempayan atau gentong tempat penyimpanan air minum, bak
mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau di
kebun yang berisi air hujan, juga tempat perindukan alamiah sepeti kelopak daun tanaman,
tempurung kelapa, tonggak bamboo dan lubang pohon yang berisi air hujan. Di tempat
perindukan Aedes aegypti sering ditemukan larva Aedes albopictus yang hidup bersama-
sama.6
Nyamuk Aedes betina menghisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan
baik di luar maupun di dalam rumah. Penghisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang
dengan dua puncak waktu, yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum matahari
terbenam (15.00-17.00). Tempat istirahat Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman
rendah, dan juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian.
7
Umur nyamuk dewasa betina di alam bebas kira-kira 10 hari. Walaupun berumur pedek
yaitu kira-kira 10 hari, Aedes aegypti dapat menularkan virus dengue yang masa
inkubasinya antara 3-10 hari.6
Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.4
Terdapat empat serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat
serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terddapat
reaksi silang anatara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese
encehphalitis, dan West Nile virus.4
Patofisiologi
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan
dengue.3,4
Respons imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah:
a. respons humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesis ini disebut antibody dependent enchancement (ADE).
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon
imum seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH-2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10.
8
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun, proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus
dan sekresi sitokin oleh makrofag; d) selain itu, aktivasi komplemen oleh
kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam berdarah
dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut "the
secondary heterologous infection hypothesis" yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi
apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe
virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6
bulan sampai 5 tahun. Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotese infeksi
sekunder dicoba dirumuskan oleh Suvatte Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang
berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons
antibody anamnestik yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibody IgG anti dengue titer tinggi.
Replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak.
Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen antibodi yang
selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi
C3 dan C5 menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama
24-48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Sebab lain dari kematian pada DBD ialah
perdarahan saluran pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung
lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang
ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa
demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10
sejak permulaan penyakit. Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai
sebab perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor
II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor
9
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti
terganggu, juga oleh aktifasi system koagulasi.
Klasifikasi
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu:
Derajat IDemam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( ≤ 120 mmHg ), tekanan darah menurun.
Derajat IV Syok berat nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Prognosis
Kebanyakan kasus ringan DBD dapat sembuh sendiri atau dengan perawatan.,
demam berdarah dengue dapat menjadi fatal bila kebocoran plasma tidak dideteksi lebih
dini. Namun, dengan manajemen medis yang baik yaitu monitoring trombosit dan
hematokrit maka mortalitasnya dapat diturunkan. Jika trombosit <100.000/ul dan