Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Hipertensi atau sering disebut penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah kehilangan elastisitas (yang dosebabkan salah satunya adalah oleh kondisi pembuluh darah yang sudah tua, kaku dan rapuh), sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pembuluh nadi atau arteri melebihi nilai normal. Menurut WHO, seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia karena tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.
32

family folder

Apr 15, 2016

Download

Documents

Hipertensi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: family folder

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Hipertensi atau sering disebut penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah kehilangan elastisitas (yang dosebabkan salah satunya

adalah oleh kondisi pembuluh darah yang sudah tua, kaku dan rapuh), sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan darah pada pembuluh nadi atau arteri melebihi nilai normal. Menurut WHO,

seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.

Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia maupun

di beberapa negara yang ada di dunia karena tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan

kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan

pembunuh tersembunyi. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15

milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan

pertambahan penduduk saat ini.

Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4%

yang merupakan hipertensi terkontrol. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survei kesehatan rumah

tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit

kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai

penyebab kematian nomor satu.

Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase yang

rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan faktor risiko

yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai. Golongan umur

45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Tujuan program

penanggulangan penyakit kardiovaskuler adalah mencegah peningkatan jumlah penderita risiko

penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat dengan menghindari faktor penyebab seperti hipertensi,

diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres, obesitas, riwayat keluarga dan lain-lain

Faktor penyebab hipertensi 90% belum diketahui secara pasti, tapi berkaitan dengan gaya hidup/ life

style (pola makan tidak sehat, tingkat kesibukan yang sangat tinggi dan tingkat stress tinggi, kurang

istirahat dan olah raga).

Page 2: family folder

Bab II

Kunjungan Rumah

Puskesmas : UPTD Puskesmas Batu Jaya

Tanggal kunjungan rumah : 26 Desember 2012

Data Riwayat Keluarga

I. Identitas pasien :

Nama : Ny. T

Umur : 64 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : Tamat SD

Alamat : Teluk ambulu RT 003/008 Batu Jaya

II. Riwayat biologis keluarga :

a. Keadaan kesehatan sekarang : Sehat

b. Kebersihan perorangan : Cukup

c. Penyakit yang sering diderita : Batuk-batuk

d. Penyakit keturunan : Hipertensi

e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

g. Pola makan : Cukup (menu tidak bervariasi: nasi, sayur,

tahu)

h. Pola istirahat : Sedang

i. Jumlah anggota keluarga : 6 orang / rumah, 3 orang dalam KK

III. Psikologis keluarga

a. Kebiasaan buruk : Tidak ada

b. Pengambilan keputusan : -

c. Ketergantungan obat : Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas

e. Pola rekreasi : Kurang

Page 3: family folder

IV. Keadaan rumah/ lingkungan

a. Jenis bangunan : permanen

b. Lantai rumah : kramik

c. Luas rumah : 30m2 (6m X 5m)

d. Penerangan : Kurang

e. Kebersihan : Sedang

f. Ventilasi : Kurang

g. Dapur : Ada

h. Jamban keluarga : Ada

i. Sumber air minum : Air Tanah

j. Sumber pencemaran air : Ada

k. Pemanfaatan pekarangan : Untuk menjemur pakaian

l. Sistem pembuangan air limbah : Ada (lancar)

m. Tempat pembuangan sampah : Ada namun jauh

n. Sanitasi lingkungan : Kurang

V. Spiritual keluarga

a. Ketaatan beribadah : Baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : Sedang

VI. Keadaan sosial keluarga

a. Tingkat pendidikan : Rendah

b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik

c. Hubungan dengan orang lain : Baik

d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang

e. Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural keluarga

a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada

b. Lain-lain : Tidak ada

Page 4: family folder

1 2

3 4

VIII. Anggota keluarga :

Keterangan

1. Suami os : Laki-laki, sehat (+)

2. Os : Perempuan, sakit (64 tahun)

3. Anak I os : Perempuan, sehat (30 tahun)

4. Anak II os : Perempuan, sehat (21 tahun)

IX. Keluhan utama : Kepala terasa pusing

X. Keluhan tambahan : Leher terasa pegal-pegal

XI. Riwayat penyakit sekarang :

Os rutin datang berobat ke Puskesmas batu jaya sejak 4 tahun yang lalu dengan

keluhan kepala Os sering pusing (kepala terasa seperti berputar), sehingga Os sulit

beraktifitas. Os juga mengaku mempunyai riwayat darah tinggi semenjak 4 tahun

yang lalu. Selain itu Os mengaku kadang terasa pegal dan tegang pada daerah

belakang leher.

BAK lancar dan BAB lancar. Alergi terhadap obat-obat tertentu ataupun makanan

disangkal oleh pasien. Riwayat sakit maag disangkal oleh Os. Riwayat merokok

disangkal oleh pasien.

XII. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu

Page 5: family folder

XIII. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital :

a. Tekanan darah : 170/90 mmHg

b. Frekuensi nadi : 80 x/menit

c. Frekuensi napas : 32 x/menit

d. Suhu : afebris

Kepala : Normosefali

Mata : Kedua konjungtiva tidak anemis dan kedua sklera tidak ikterik

Hidung : Tidak tampak septum deviasi dan tidak tampak sekret

Telinga : Kedua telinga tidak tampak sekret, meatus akustikus eksternus lapang

Leher : Tidak tampak pembesaran KGB regional, kelenjar tiroid tidak tampak

membesar.

Thorak

Paru : Suara napas vesikuler, ronkhi (-) dan wheezing (-) di kedua lapang

paru.

Jantung : Bunyi jantung I -II reguler dan tidak terdengar gallop maupun

murmur

Abdomen : Tampak datar, supel, bising usus terdengar normal, tidak nyeri tekan,

Hepar dan lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : Edema (-) dan akral hangat

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 58 Kg

XIV. Diagnosis penyakit : Hipertensi

XV. Diagnosis keluarga : -

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif : menghimbau kepada orang tua lain yang berusia di atas 45 tahun dan

yang berisiko tinggi untuk memiliki hipertensi, agar dapat menjalankan pola hidup

Page 6: family folder

sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol,

menghindari rokok, melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang

berat dan menyita banyak pikiran.

b. Preventif : menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi

makanan yang tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi

kacang-kacangan, menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi aktivitas

yang membutuhkan banyak pikiran, menghindari stress.

c. Kuratif : Terapi medikamentosa :

1. Obat anti hipertensi : Captopril 2 X 12,5 mg

Terapi non medikamentosa:

1. Diet rendah garam

2. Menjalankan pola hidup sehat (olah raga dan hindari stress)

d. Rehabilitatif: Minum obat yang teratur

XVII. Prognosis

Penyakit : dubia ad bonam

Keluarga : dubia

Masyarakat : dubia

XVIII. Resume :

Telah diperiksa seorang pasien perempuan berinisial Ny. T berusia 64 tahun dengan

keluhan utama kepala terasa pusing. Os juga mengaku sering merasa pegal-pegal di bagian

lehernya. Selama 4 tahun terakhir ini os teratur berobat ke Puskesmas Batu Jaya untuk

mengontrol darah tingginya.

Pemeriksaan Fisi k

Tekanan darah : 170/90 mmHg

Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.

Abdomen : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar

Extremitas : Edema -/-, akral hangat

Diagnosis : Hipertensi

Page 7: family folder

Analisa Kasus

Berikut adalah pembahasan hipertensi dengan pendekatan dokter keluarga

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 29 November 2012,

didapatkan bahwa pasien menderita hipertensi. Pasien berusia 64 tahun. Pasien memberi

perhatian yang cukup baik akan keadaan kesehatan dirinya dan anggota keluarganya. Pasien

seorang Ibu rumah Tangga Pasien memiliki 2 orang anak.

Rumah pasien tergolong sehat tetapi dilihat dari ventilasi yang kurang . Penerangan

rumah kurang baik, Rumah pasien berlantaikan kramik. Di dalam rumah terdapat dapur dan

2 kamar. Pasien mengatakan yang tidur di tempat tidur hanya pasien saja sedangkan

suaminya sudah tidak ada . Pasien dan keluarganya menggunakan air sumur di sekitar

rumahnya sebagai sumber air minum, untuk mandi dan mencuci. Terdapat pembuangan

sistem pembuangan air limbah dan sampah di depan rumah pasien. Rumah pasien tidak

terdapat pekarangan yang dapat dimanfaatkan. Terdapat satu kamar mandi yang digunakan

bersama keluarganya.

Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang cukup taat

beribadah beragama Islam. Keluarga pasien juga keluarga merupakan yang sehat dan tidak

mengidap penyakit apapun baik yang diderita secara per orangan maupun yang

memungkinkan untuk diturunkan.

Saat ini kondisi pasien cukup baik, pasien teratur memeriksakan dirinya ke Puskesmas

pedes untuk mendapat obat darah tinggi. Selain pengobatan secara medis, untuk mencapai

tingkat kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang

lebih sehat, kebersihan diri yang lebih baik, cukupnya asupan gizi, serta mengontrol pola

makan dan berolah raga secara teratur.

Page 8: family folder

Bab III

Tinjauan Pustaka

DEFINISI HIPERTENSI

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas). Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg) didasarkan pada dua fase

dalam setiap denyut jantung.

Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg secara

kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat

diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita

jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan

bagi penderita hipertensi essensial ini.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi penyebabnya

dapat diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan ginjal menjadi penyebab

tersering. Penyebab hipertensi sekunder ini antara lain kelainan pada pembuluh darah

ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar adrenal.Terdapat pada sekitar 5%

kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing,

feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan

lain-lain.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa diatas 18 tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stadium II >160 atau >100

Sumber JNC VII 2003 JNC 7 (the Seventh US National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

Page 9: family folder

BATASAN

Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah

140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline

hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan batasan

hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh kaplan

(1985) sebagai berikut: pria yang berusia <45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada

waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45 dinyatakan hipertensi

jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah

160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi.

The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,

and Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan

darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau

sedang dalam pengobatan antihipertensi.

PATOGENESIS

Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus berkembang

karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya

peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi

tekanan darah, seperti yang telihat pada gambar 1.

Page 10: family folder

Gambar 1. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingginya Tekanan Darah

Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga

oleh tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium kanan mendekati nol, nilai tersebut

tidak mempunyai banyak pengaruh.

Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara

akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan

kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya, sistem

kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang cepat,

dan yang bereaksi dalam jangka panjang. Refleks kardiovasular melalui sitem saraf termasuk

sitem kontrol yang bereaksi segera. Sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada

sinus karotis dan arkus aorta berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. Contoh lain

sistem kontrol saraf terhadap tekanan darah yang bereaksi segera adalah refleks

kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan refleks yang berasal dari atrium, arteri

pulmonalis, dan otot polos.

Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol oleh

hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sitem kontrol yang bereaksi kurang cepat.

Page 11: family folder

Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur

jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.

Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian

dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang bereaksi kurang cepat dan

dilanjutkan oleh sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang.

Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan

membran sel, aktifitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin yang mempengaruhi

keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta obesitas

dan faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi

primer (gambar1).

Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai fakta yang

dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar

monozigot daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya mendertia hipertensi, menyokong

pendapat bahwa faktor genetik mempunyaio pengaruh terhadap timbulnya hipertensi.

Percobaan binatang memberikan banyak bukti tambahan tentang peran faktor genetik ini.

Tikus golongan japanese spontaneously hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically

hypertensive (GH), Dahl salt sensitive (S) dan salt resistant (R) dan Milan hypertensive rat

strain (MHS) menunjukan bukti tersebut. Dua turunan tikus yang disebutkan pertama

mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting pada

timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukan faktor kepekaan terhadap

garam yang juga diturunakan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.

Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer

normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap selanjutnya curah

jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks

aoturegulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk

mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang

meningkat terjadi konstriksi sfingter prekapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung

dan peninggian tahanan perifer.

Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi

menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan

perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Guyton (1989)

berpendapat bahwa hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal

perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Mengenai perubahan di ginjal ini, Brenner

Page 12: family folder

dan kawan-kawan (1988) menyatakan bahwa penurunan permukaan filtrasi pada ginjal dapat

terjadi secara kongenital atau didapat.

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam waktu

yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu,

diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada hipertensi primer.

Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi yang terjadi pada

pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik tersebut

diikuti pula kelainan struktural pada pembuluh darah dan jantung. Pada pembuluh darah

terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding ventrikel.

Folkow (1987) menunjukan bahwa stress dengan peninggian aktivitas saraf simpatis

menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Berkaitan dengan hal ini Swales

(1990) mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel juga dapat menyebabkan

konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan Lever (1986) menyatakan bahwa

mekanisme trofik dapat menyebabkan hipertrofi vaskular secara langsung. Faktor lain yng

diduga ikut berperan adalah endotelin yang bersifat vasokonstriktor.

Berbagai promotor pressor-growth bersama dengan kelainan fungsi membran sel yang

mengakibatkan hipertrofi vaskular akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan

peningkatan tekanan darah, seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors dalam Menimbulkan hipertensi

Page 13: family folder

Mengenai kelainan fungsi membran sel, pada binatang percobaan dan pasien hipertensi,

Garay (1990) telah membuktikan adanya defek transpor Na+ dan atau Ca++ lewat membran

sel. Defek tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau oleh peninggian hormon

natriuretik akibat peninggian volume intravaskular. De Wardener dan Clarkson (1985)

menyatakan bahwa hormon natriuretik ini adalah penghambat pompa natrium yang bersifat

vasokonstriktor.

Mengenai perubahan yang terjadi intraselular, Blaustein (1988) berpendapat bahwa

kenaikan kadar natrium intraselular yang disebabkan oleh penghambatan pompa natrium

akan meninggikan kadar kalsium intrasel. Berbagai faktor tersebut diatas, baik akibat

perubahan dinding pembuluh darah maupun konstriksi fungsional akibat peninggian kadar

kalsium intrasel akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan peningkatan tekanan

darah yang menetap.

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.

Asupan garam kurang dari tiga gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang

rendah sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram per hari prevalensi hipertensi

meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Peningkatan asupan

garam ini akan diikuti oleh peninggian ekskresi garam sehingga tercapai kembali keadaan

hemodinamik yang normal. Pada pasien hipertensi primer, mekanisme (peningkatan ekskresi

garam tersebut terganggu, selain adanya faktor lain yang ikut berperan.

Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi. Produksi

renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan

pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang mempunyai efek

vasokonstriksi. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi

natrium dan air. Keadaan tersebut berperan pada timbulnya hipertensi. Peran sistem renin,

angiotensin dan aldosteron pada timbulnya hipertensi primer masih merupakan bahan

perdebatan. Hal ini disebabkan oleh fakta yang menunjukan bahwa 20-30% pasien hipertensi

primer mempunyai kadar renin rendah, 50-60% kadar renin normal, sedangkan kadar renin

tinggi hanya 15%.

Page 14: family folder

FAKTOR RISIKO DAN GEJALA KLINIS HIPERTENSI

Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain:

1. Obesitas (Kegemukan).

Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti

hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan

sirkulasi volume darah penderita obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada

penderita hipertensi dengan berat badan normal.

2. Stres.

Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu).

3. Faktor Keturunan (Genetik).

Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan hipertensi

essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur)

apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.

4. Jenis Kelamin (Gender).

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.

Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada

wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),

depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan

pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

5. Usia.

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga

semakin besar.

6. Asupan garam.

Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti

oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik

(sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang

terganggu

7. Gaya hidup yang kurang sehat.

Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,

minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi

peningkatan tekanan darah.

Page 15: family folder

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa:

Pusing, Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas, Rasa berat di tengkuk,

Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang dilaporkan).

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi

primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-

kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi

komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai

gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.

DIAGNOSIS

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosa hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan

data anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan

penunjang. Pada saat pasien berkonsultasi perlu ditanyakan riwayat hipertensi orang tuanya,

mengingat 70-80% kasus hipertensi esensial diturunkan dari kedua orang tuanya. Perlu juga

ditanyakan tentang pengobatan yang sedang dijalaninya pada saat itu. Ada beberapa obat-

obatan dapat menimbulkan hipertensi seperti golongan obat kortikosteroid. Pada wanita,

keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsia (keracunan kehamilan),

riwayat persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi diperlukan pada saat konsultasi. Selain itu,

data mengenai penyakit yand diderita seperti diabetes melitus (kencing manis), penyakit

ginjal, serta faktor resiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress, data berat badan

juga perlu ditanyakan. Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda

klinis hipertensi esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah adalah : faktor pasien,

faktor alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya

pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5 menit

berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3-4 kali

pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit. Tempat pemeriksaan dapat pula

mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran di tempat praktek, biasanya mendapatkan hasil

yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengukuran di rumah. Hasil pengukuran lebih

tinggi di tempat praktek disebut office hypertension. Mengingat hal tersebut di atas, untuk

keperluan follow up pengobatan sebaiknya dipakai pegangan hasil pengukuran tekanan darah

di rumah. Pengukuran yang pertama kali belum dapat memastikan adanya hipertensi, akan

tetapi dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.

Page 16: family folder

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:

1. mengidentifikasi penyebab hipertensi

2. menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, beratnya penyakit,

serta respons terhadap pengobatan

3. mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit penyerta,

yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,

pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.

Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga

meskipun hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada

kedua orang tua dugaan terhadap hipertensi primer makin kuat. Sebagian besar hipertensi

primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun

dan diatas 50 tahun.

Jika sudah diketahui mengidap hipertensi sebelumnya diperlukan informasi mengenai

pengobatan yang telah diperoleh yaitu tentang efektifitas dan efek samping obat. Hal ini

diperlukan untuk menentukan jenis dan dosis obat yang akan digunakan. Keterangan

mengenai obat yang sedang diminum pasien yang mungkin menimbulkan hipertensi seperti

golongan kortikosteroid, golongan penghambat monoamin oksidase (monoamine oxidase

inhibitors), dan golongan simpatonimetik sangat diperlukan. Kebiasaan makan makanan yang

banyak mengandung garam perlu ditanyakan untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah

asupan garam pada pasien. Pada wanita diperlukan keterangan mengenai riwayat hipertensi

pada kehamilan, riwayat ekslamsia, riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi.

Keterangan lain yang diperlukan adalah tentang penyakit lain yang diderita seperti

diabetes melitus, penyakit ginjal, serta faktor risiko untuk terjadinya hipertensi seperti rokok,

alkohol, faktor stres, dan data berat badan. Riwayat keluarga mengenai penyakit ginjal

polikistik, kanker tiroid, feokromositoma, batu ginjal, dan hiperparatiroidisme perlu

ditanyakan untuk melengkapi anamnesis.

PENATALAKSANAAN

Penanganan/pengobatan hipertensi

1. Pengobatan Non-farmakologis. Terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga

pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda.

2. Pengobatan Farmakologi. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi.

Page 17: family folder

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non

farmakologis, antara lain:

1. Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan serat

dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak ikan

yang kaya dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan dokter

ahli/ahli gizi sebelum melakukan diet.

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan,

jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal.

3. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita

hipertensi. Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita

hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-

45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan

mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan

Selain cara pengobatan non farmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi primer ialah

dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat anti hipertensi berdasarkan beberapa

faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target, dan

terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau faktor resiko lain, seperti yang

terlihat pada tabel 3 dan 4.

Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip:

1. pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal

2. pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan

harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi

3. upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi

selain dengan perubahan gaya hidup

4. pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan

besar untuk seumur hidup

5. pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Committee on

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997) (Gambar 5)

Page 18: family folder

Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi

yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan, bergantung pada umur,

kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih sebaiknya yang

mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan

setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek maksimal. Obat

antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam

lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari

2. harga obat dapat lebih murah

3. pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

4. mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak, serangan

jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun

setelah tidur malam hari

Page 19: family folder

Gambar 5. Algoritma Pengobatan Hipertensi

KOMPLIKASI

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolik ≥

130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.

Beberapa negara mempunyai pola komlikasi yang berbeda-beda. Di Jepang, gangguan

serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang lain, sedangkan di

Amerika dan Eropa komlikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ada data

mengenai hal ini, akan tetapi komlikasi serebrovaskular dan komlikasi jantung sering

ditemukan.

Page 20: family folder

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal,

jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan

kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan yang

disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan

lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara

(transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang

lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

KEDARURATAN HIPERTENSI

Keadaan darurat hipertensi jarang terjadi pada pasien yang sebelumnya normotensi.

Keadaan ini lebih sering terjadi sebagai komplikasi pada pasien hipertensi yang lama tak

terkendali atau hipertensi akselerasi (accelerated hypertension).

Pada hipertensi ringan dan sedang penurunan tekanan darah dilakukan secara bertahap.

Pada hipertensi maligna dan keaadaan krisis hipertensi pengobatan ditujukan untuk

menurunkan tekanan darah secara cepat dengan hitungan waktu dalam jam bahkan menit. Hal

ini sangat penting karena peningkatan tekanan darah yang cepat akan mempermudah

terjadinya komplikasi.

Keadaan darurat hipertensi dibedakan menjadi emergensis dan urgensis yang bergantung

pada kebutuhan waktu pengobatan. Apabila pengobatan harus dilakukan dalam 1 jam disebut

emergensi skoma dan urgensis jika pengobatan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam. Yang

termasuk hipertensi emergensis antara lain hipertensis ensefalopati, hipertensi dengan

pendarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut, aneurisma aorta yang pecah, dan pada

toksemia. Hipertensi maligna tanpa komplikasi, hipertensi perioperatif, dan hipertensi pada

pasien yang memerlukan operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi. Perbedaan

antara keduanya kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara profesional sangat

diperlukan

Page 21: family folder

Bab IV

Penutup

Kesimpulan

Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses

interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Segitiga

epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit

seperti penjamu, agent dan lingkungan. Sedangkan Hendrik L. Blum, menggambarkannya

sebagai hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan

kesehatan.1,2

Hipertensi dibedakan menjadi primer dan sekunder yang bergantung pada faktor

etiologinya. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui

penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi primer. Hipertensi yang

penyebabnya karena penyakit lain atau yang disebut hipertensi sekunder, diderita kira-kira

5% dari penderita hipertensi

Obat-obatan anti hipertensi yang dapat digunakan antara lain, diuretik, beta blocker,

penggantian kalium, panghambat saluran kalsium dan ace inhibitor.

Yang termasuk hipertensi emergensi antara lain hipertensi ensefalopati, hipertensi

dengan perdarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut, aneurisma aorta yang pecah, dan

pada talasemia.

Hipertensi maligna tanpa komplikasi hipertensi perioperatif, dan hipertensi pada

pasien yang memerlukan operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi. Perbedaan

antara keduanya kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara profesional sangat

diperlukan1,8. perlu diperhatikan pula bahwa pemberian obat oral pun untuk hipertensi

mendesak dapat menimbulkan iskemia miocard dan hipoperfusi serebral.

Hipertensi yang terkontrol dapat memberikan harapan hidup yang lebih baik.

Prognosis sangat baik, tergantung gaya hidup.

Page 22: family folder

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's

Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.

2. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,

Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.

3. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit

FKUI, 2003.

4. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia

Kedokteran No. 150, 2006 35

5. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World

Congress of Cardiology, Tokyo, 1978

6. Boedhi-Darmojo. R, Imam Parsudi dkk. Knowledge and Attitude of doctors on

Hypertension, 3rd ASEAN Congress of Cardiology, Singapore (1980), in MEDIKA

II,7, 634-638, 1985

7. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain

Ethnic Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976

8. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. N-

Am., 61.3,531, 1977

9. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO

Chronicle 1962