PENGARUH KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI MTS FATAHILLAH BERINGIN SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh : ASRORI NIM: 063111093 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
95
Embed
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/99/jtptiain-gdl-asrori... · informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU
TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI MTS
FATAHILLAH BERINGIN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
ASRORINIM: 063111093
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
N a m a : AsroriN I M : 063111093
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PAIJudul Skripsi : PENGARUH KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU
TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI MTSFATAHILLAH BERINGIN SEMARANG
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan LULUS, pada tanggal:
2 Juli 2010
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecualiorang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehatisupaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(QS. Al-Ashr)1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur an danTterjemahannya, (Surabaya:Duta Ilmu, 2006), hlm. 913.
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, Juni 2010
Deklarator
ASRORINIM: 063111093
ABSTRAK
Asrori (NIM. 063111093). Pengaruh kedisiplinan mengajar guru terhadapKualitas Pembelajaran di MTs Fatahillah Beringin Semarang. Skripsi SemarangFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) kedisiplinan mengajar gurudi MTs Fatahillah Beringin Semarang. 2) Kualitas Pembelajaran di MTsFatahillah Beringin Semarang. 3) Pengaruh kedisiplinan mengajar guru terhadapKualitas Pembelajaran di MTs Fatahillah Beringin Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menitik beratkanpada data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Penelitian inipopulasinya adalah seluruh guru MTs Fatahillah Beringin Semarang yangberjumlah 17 orang. Penelitian ini mengambil seluruh guru sebagai obyekpenelitian, oleh karena itu penelitian ini merupakan penelitian populasi.Pengumpulan data dengan menggunakan instrument angket, metode wawancaradan observasi digunakan untuk mengetahui jumlah guru, dan melengkapi datayang diperoleh dari hasil angket. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisisstatistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresidan korelasi. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa:
1. Kedisiplinan mengajar guru di MTs Fatahillah Beringin Semarang mempunyainilai taraf “baik” yang mempunyai rata-rata sebesar 79,2941 dan pada nilaidistribusi frekuensi terletak pada interval 76 – 81 yang mempunyai prosentase47,05%.
2. Kualitas pembelajaran di MTs Fatahillah Beringin Semarang mempunyaikategori baik karena mempunyai nilai rata-rata sebesar 86,8235 dan padatable nilai distribusi frekuensi terletak pada interval 86 – 91 yang mempunyaiprosentase 47,05%.
3. Terdapat pengaruh kedisiplinan mengajar guru terhadap kualitas pembelajarandi MTs Fatahillah Beringin Semarang. Hal ini ditunjukkan oleh F hitung =7,96 yang lebih besar daripada F tabel pada taraf signifikansi 5%= 4,45.Sedangkan persamaan garis regresinya adalah Y= 46,353 + 0,51x.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa ada pengaruhpositif antara Pengaruh kedisiplinan mengajar guru terhadap KualitasPembelajaran di MTs Fatahillah Beringin Semarang. Dari sini dapat disimpulkanbahwa hipotesis dapat diterima atau dibuktikan. Diharapkan akan menjadi bahaninformasi dan masukan bagi para civitas akademik, para mahasiswa tenagapengajar mata kuliah jurusan dan program studi di Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo Semarang terutama dalam memberi dorongan kepada mahasiswa agarsenantiasa meningkatkan prestasi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya. Sehingga kita bisa menikmati
indahnya persahabatan di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat manusia.
Sudah semestinya terucap terimakasih kepada rektor IAIN Walisongo
Semarang (Prof. Dr. Abdul Jamil, MA), dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang (Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M. Ed), serta para karyawan perpustakaan di
Fakultas Tarbiyah, Institut, TPM, dan PERWIL yang selama ini menjadi teman
terbaik dalam mengais ilmu.
Terimakasih kami ucapkan kepada bapak Drs. Wahyudi, M.Pd. sebagai
pembimbing I, dan Bapak Drs. Fatah Syukur, M.Ag. sebagai pembimbing II.
Akhirnya berkat kesabaran, keikhlasan dan ilmunya, skripsi ini dapat
terselesaikan. Kami ucapkan terimakasih kepada para dosen di lingkungan IAIN
Walisongo Semarang yang telah berjasa memberi bekal ilmu. Tidak lupa kepada
keluarga besar MTs Fatahillah Beringin Semarang yang telah memberi izin
penelitian, kami ucapkan terimakasih. Kepada semua pihak yang membantu
selesainya skripsi ini, kami ucapkan terimakasih.
Semarang, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................ vii
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 4
D. Rumusan Masalah ................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kedisiplinan Mengajar........................................................... 6
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apa sajayang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yangkamu kerjakan .
Menjalankan shalat tepat pada waktunya, pada hakikatnya juga
mengajarkan umat Islam untuk berdisiplin dan agar seseorang bisa disiplin
sangat diperlukan motivasi, baik intrinsik maupun ekstrinsik.
Tugas guru dalam proses pembelajaran meliputi tugas pedagogis dan
administratif. Tugas pedagogis adalah membantu, membimbing dan
memimpin siswa dalam realitas pembelajaran. Sedangkan tugas administratif
guru berkaitan dengan penyiapan administrasi dalam proses pembelajaran
seperti menyusun Silabus, Rencana Pembelajaran, Pengembangan
materi/bahan ajar, alat/instrumen penilaian, dan lainnya yang berupa
dokumen.
Di dalam mengelola pendidikan, telah terjadi pergeseran paradigma
dalam proses belajar-mengajar, yaitu dari paradigma pengajaran ke
paradigma pembelajaran. Pengajaran lebih cenderung guru aktif, sedangkan
siswa pasif sehingga keterlibatan siswa dalam belajar sangat rendah dan
siswa hanyalah sebagai objek, sementara guru aktif dan mendominasi seluruh
kegiatan belajar (teacher centered).
4 http://one.indoskripsi.com/node/10456, diakses tanggal 7 November 2009.5 Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1997), hlm. 36.
Dalam proses pembelajaran ideal harus terjadi Interaktif, Inspiratif,
Menyenangkan, Menantang, dan Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
(student centered). Proses pembelajaran ditekankan agar dapat memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.6
Metode, model , dan strategi pembelajaran yang dilakukan guru harus
variatif, tidak terfokus pada satu atau dua jenis saja. Sebaik apapun suatu
pendekatan, model, atau metode yang digunakan tidak menjamin hasil
pembelajaran bagus, oleh karena itu sangat dianjurkan guru
mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode sesuai dengan karakter
materi pelajaran yang disajikan. Dalam hal ini model pembelajaran
kontekstual yaitu mengkaitkan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-
hari. kiranya lebih tepat digunakan oleh guru. Model tersebut bertitik tolak
pada keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, sedangkan peran
guru lebih banyak sebagai fasilitator dan motivator.7
Selain itu, pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang
mendukung anak didik untuk dapat mengetahui bakat, minat, dan potensi
yang ada pada dirinya.8
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis ingin meneliti tentang
pengaruh kedisiplinan mengajar Guru terhadap Kualitas Pembelajaran di
MTs Fatahillah Beringin Semarang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat penulis identifikasikan bahwa
kedisiplinan mengajar guru merupakan bagian dari tercapainya kualitas
pembelajaran. Kualitas pembelajaran tentunya diwujudkan dari kedisiplinan
mengajar guru. Kedisiplinan mengajar guru dipahami sebagai kesadaran dan
ketaatan guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
6 http://pengawasgk.wordpress.com/2010/02/15/, diakses tanggal 15 November 2009.7 http://pengawasgk.wordpress.com/2010/02/15/mengelola-proses-pembelajaran-ideal/,
diakses tanggal 15 November 2009.8 http://nasyahidah.multiply.com/journal/item/4, diakses tanggal 16 November 2009.
pribadi untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui/diterima
sebagai suatu tanggung jawab.18
Mengenai masalah kedisiplinan, Panji Anoraga mengambil suatu
kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu
mentaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor
yang penting yaitu faktor waktu dan kegiatan atau perbuatan.19
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.20
Dari pengertian kedisiplinan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
kedisiplinan adalah ketaatan kepada peraturan dan norma yang berlaku
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan istilah mengajar diartikan sebagai penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar,
sistem lingkungan ini terjadi dari komponen-komponen yang saling
mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang
di ajarkan guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada
hubungan sosial tertentu jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana
prasarana belajar mengajar yang tersedia.21
Mengajar merupakan tugas yang membutuhkan suatu perhatian
khusus bagi guru, karena dalam mengajar terdapat aspek-aspek psikologi
yang harus diketahui guru dalam mengajar, yaitu guru harus mampu
untuk:
a. Mengarahkan atau membimbing belajar
b. Mendorong murid-murid untuk belajar
c. Membantu murid-murid untuk mengembangkan sikap-sikap yang
diinginkan.
d. Memperbaiki dan menyempurnakan teknik-teknik mengajar
18 Ibid., hlm. 288.19 Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. Ke-2, hlm. 46.20 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Cet. VIII, hlm. 193.21 JJ Hajibuan & Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1992.
e. Mengakui dan mencapai kualitas pribadinya yang mendatangkan
keberhasilan mengajar.22
Menurut Muhibbin Syah mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menggapai, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.23
Menurut Prof. Drs. S. Nasution, M.A. Mengajar diartikan sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebagai upaya
menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar
mengajar siswa. Guru dalam hal ini membimbing dan tentunya tidak dapat
mengabaikan faktor atau komponen lain termasuk misalnya bagaimana
dirinya sendiri, keadaan siswa, media, metode dan sumber-sumber belajar
lainnya.24
Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi
konsep mengajar dalam tiga macam pengertian.
a. Pengertian kuantitatif, dalam hal ini mengajar merupakan penularan
pengetahuan. Guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang
studinya. Di luar itu perilaku belajar siswa jika tidak memadai atau
gagal mencapai hasil yang diharapkan, maka kesalahan ditimpakan
kepada mereka. jadi kegagalan, dianggap semata-mata karena siswa
sendiri yang kurang kemampuan, kurang motivasi, atau kurang
persiapan.
b. Pengertian institusional (yang menyangkut kelembagaan atau sekolah).
Dalam hal ini mengajar berarti penataan segala kemampuan mengajar
secara efisien. Guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan
berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda
bakat, kemampuan dan kebutuhannya. Pengertian ini jelas ideal karena
adanya perhatian yang memadai dari pihak guru terhadap kemampuan,
bakat dan kebutuhan siswanya.
22 L. Crow dan A. Crow, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Nurcahaya, 1989), hlm. 24.23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdkarya, 2000), hlm. 181.24 Ibid., hlm. 182-183
c. Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal). Dalam
hal ini mengajar berarti upaya membantu memudahkan kegiatan
belajar siswa. Guru berinteraksi dengan siswa sesuai konsep kualitatif,
yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makna dan
pemahamannya sendiri.25
Dari pengertian mengajar diatas, penulis simpulkan bahwa
mengajar sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar.
Sedangkan kedisiplinan mengajar penulis simpulkan ketaatan kepada
peraturan dan norma yang berlaku untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi/lembaga yang memungkinkan terjadinya proses
belajar mengajar.
2. Dasar dan Tujuan Kedisiplinan
a. Dasar-dasar Kedisiplinan
1) Dasar sosiologis
Sebagai makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri
maka manusia harus saling berinteraksi dengan sesama yaitu
sebagai makhluk sosial yang satu sama lain saling membutuhkan,
sehingga manusia harus berhubungan dengan manusia yang lain.
Selanjutnya apabila dipelajari tentang kehidupan sosial
manusia, maka tampak adanya kenyataan yang tidak dapat
diingkari.
a) Bahwa manusia individu atau kelompok berusaha sekeras-
kerasnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
mendapatkan jaminan keamanan dan jika mungkin mencapai
satu tingkat kemakmuran yang diinginkan.
25 Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali,1990), cet. 3, hlm. 46-48
b) Bahwa untuk mendapatkan kondisi yang esensial bagi
kelangsungan hidup dan keamanan, diperlukan adanya
ketertiban sosial dalam derajat yang tinggi.
c) Bahwa untuk mencapai derajat ketertiban sosial yang tinggi itu
diperlukan adanya satu tata-pengaturan sosial kultural serta
mekanisme yang dapat dipergunakan bagi pelaksanaan
pengaturan itu.26
2) Dasar psikologis
Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam
rangka pembentukan dan pengembangan watak secara sehat.
Tujuannya ialah agar seseorang dapat secara kreatif dan dinamis
mengembangkan hidupnya.27
3) Dasar religius
Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan memerlukan
interaksi dengan tuhannya untuk dapat menyadari akan tugasnya
sebagai makhluk ciptaannya.28
Islam sangat menganjurkan pemeluknya menerapkan
kesadaran sikap berdisiplin dalam berbagai aspek, baik dalam
beribadah, belajar maupun aspek kehidupan yang lainnya. Hal ini
dapat dilihat dalam beberapa bentuk ibadah yang sangat berkaitan
erat dengan disiplin yaitu :
a). Sembahyang lima waktu dalam waktu-waktu tertentu, tidak
boleh sebelum atau sesudahnya. Jadi di sini seseorang dilatih
berdisiplin menepati waktu, Allah berfirman dalam surat An-
Nisa’ ayat 103.
). :(
26 Harsojo, Pengantar Antropologi, (Jakarta : PT. Bina Cipta, tt), hlm. 242.27 Oemar Hamalik, Psikologi Manajemen Penuntun Bagi Pemimpin, (Bandung: Trigenda
Karya, 1993), hlm.12928 Hasan Langgulung, Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat Dan
Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja
dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu juga
memberi pengaruh penting terhadap belajarnya.42
Untuk menjamin kelancaran dan ketertiban proses pendidikan,
biasanya menyusun tata tertib yang berisi peraturan-peraturan yang
harus ditaati oleh seluruh siswa. Di samping mentaati peraturan juga
harus memahami dan mentaati pola-pola kebudayaan yang berlaku.43
Dalam hal ini guru dianjurkan untuk mentaati peraturan-
peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah, dan guru harus tahu apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berada di sekolah.44
b. Keaktifan mengajar
Guru dianjurkan untuk aktif dalam mengajar di sekolah, di saat
mengajar tidak hanya berceramah saja melainkan harus aktif bertanya
maupun mengemukakan pendapatnya yang menyangkut materi yang
diajarkan.45
Pandangan siswa belajar secara aktif sangat dianjurkan dalam
pembelajaran. Aktivitas sesungguhnya bersumber dari dalam diri
siswa. Oleh karena itu, dalam usaha pembelajaran siswa perlu
disediakan lingkungan yang kondusif dan serasi, agar aktivitas tersebut
menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak
sebagai organisator bagi siswa dan mengajukan bahan pembelajaran
dengan kemasan yang menuntut keaktifan dan keterlibatan siswa.46
Di antara cara yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa
seoptimal mungkin dalam pembelajaran meliputi: keaktifan psikis dan
keaktifan fisik. Indikator utama yang menandai siswa aktif adalah
apabila siswa mengikuti proses pembelajaran langkah demi langkah
42 M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. 1, hlm. 72.
43 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Bumi Aksara, 1995), hlm. 68.44 Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 114.45 Ibid., hlm. 119.46 Anike Erlina Arundawati dan Hasbullah Huda, Beberapa Alternatif Pembelajaran di
Sekolah, (Malang: Bayu Media, 2003), hlm. 21.
secara psikis. Mereka aktif dalam proses tersebut walaupun mungkin
tidak diikuti dengan gerakan fisik dan pada akhirnya siswa menguasai
apa yang diajarkan secara sempurna. Akan tetapi keaktifan secara
psikis sulit untuk diamati.47
Sedangkan indikator fisik yang dapat diamati secara lahiriah
yang menandai keaktifan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran antara lain:
1) Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara
bebas tetapi terarah.
2) Guru tidak mendominasi pembicaraan, akan tetapi lebih banyak
memberikan rangsangan berfikir kepada siswa.
3) Guru mengadakan dan menguasakan sumber belajar bagi siswa.
4) Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar
atau salah, tidak membuang, mengurangi atau menekan pendapat
siswa di depan siswa lain.48
c. Ketepatan waktu
Semua perbuatan memerlukan disiplin waktu, lebih-lebih tugas
pokok. Misalnya, masuk sekolah harus tepat waktu.49 Waktu sekolah
ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu
sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jadi memilih waktu sekolah
yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar.50
Oleh karena itu, guru memegang kunci penentu sukses atau
tidaknya pendidikan. Dalam mengajar disiplin sangat diperlukan,
disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-
nyiakan waktu. Orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya
47 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), hlm. 145.
48 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1992),hlm. 26.
49 Tabrani Yusuf, dkk., Pendidikan Agama Islam, Jilid 3, (Bandung: Angkasa, 1996),hlm. 35.
50 M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, op.cit., hlm. 72.
disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua
tindakan dan perbuatan.51
Kedisiplinan adalah bentuk penjagaan dan pelanggengan tata
tertib. Misal, orang yang selalu menjaga dan memelihara aturan yang
berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, makan, tidur,
aktivitas, serta istirahat selalu dilakukan secara teratur, sesuai dengan
program dan waktu tertentu.52
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Sikap disiplin tidak terbentuk secara otomatis pada diri seseorang,
dan dalam pembentukannya banyak hal yang mempengaruhinya, baik
faktor intern maupun ekstern.
a. Faktor Intern
Yang dimaksud faktor intern yaitu faktor yang berada dalam
diri seseorang atau pembawaan dasar dalam diri seseorang. L. Crow
and A. Crow menyebutkan yang termasuk faktor pembawaan dasar
yang mempengaruhi disiplin adalah :
“Physical constitution, mental ability, emotional status, strength of
inner drives .53
“Keadaan fisik, kemampuan mental, keadaan emosi, kekuatan
dorongan dari dalam”.
Jadi faktor intern ini meliputi beberapa faktor diantaranya
adalah:
1) Faktor Fisik
Kondisi fisik yang sehat lebih menguntungkan daripada
kondisi fisik yang terganggu. Kondisi fisik guru yang sehat akan
membantu guru untuk berdisiplin dalam mengajar, karena
berpengaruh terhadap kedisiplinan guru dalam mengajar,
misalnya rekan-rekan guru yang sering tidak masuk dalam
mengajar. Begitu juga sebaliknya, apabila rekan-rekan guru
berdisiplin dalam hal masuk mengajar, maka guru lain pun
akan rajin atau disiplin dalam mengajar.
3) Tata Tertib
Tata tertib sekolah yang wajib dipatuhi guru juga akan
membuat guru tersebut untuk berdisiplin dalam mengajar.
Tulus Tu’u menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi
dan membentuk disiplin seseorang yaitu: mengikuti dan mentaati
peraturan, kesadaran diri alat pendidikan dan hukuman. Tulus Tu’u
menyatakan bahwa alasan faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi dan
membentuk disiplin adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap
penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.
b. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individu.
c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan
dan diajarkan.
d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan
yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan
harapan.55
Faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan adalah minat. Minat
merupakan suatu perangkat manfaat yang terdiri dari kombinasi,
perpaduan dan campuran dari perasaan-perasaan, harapan, prasangka,
55 Tulus Tu’u, op.cit., hlm.48
cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.56
B. Guru
1. Pengertian Guru
Pengertian guru, secara etimologi berarti orang yang pekerjaannya
(mata pencaharian, profesinya) mengajar.57 Sedangkan menurut
terminologi, guru mempunyai arti orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu
anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.58
Secara umum guru/pendidik adalah orang yang memiliki tanggung
jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, baik
potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik.59
Earl V Pullias and James D Young mengatakan:
The teacher is learned . He should know more than his student.However, he recognizes that he does not know everything, and heis mainly a learner. The teacher is an example to his students. Yet,he also makes mistakes, he is human. The teacher should beobjective, but the teacher-student relationship is so close that itoften may be difficult to be objective .60
Guru adalah pengajar, dia harus tahu lebih banyak daripada
muridnya. Akan tetapi, dia mengakui/sadar bahwa dia tidak mengetahui
sesuatu apapun, dan dia adalah seorang pengajar yang utama. Guru adalah
contoh bagi muridnya. Namun, dia juga membuat kesalahan, dia adalah
67 Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 23.68 Mujahid Damapoli, “Potret Guru Agama yang Profesional (Suatu Harapan Masa
Depan)”, Irfani, 2, 1, Juni, 2006, hlm. 2-3.
melakukan sesuatu, sedangkan mendidik mengacu pada upaya pembinaan
kepribadian dan karakter anak dengan nilai-nilai tertentu, sehingga nilai
tersebut mewarnai kehidupannya dalam bentuk perilaku dan pola hidup
sebagai manusia yang berakhlak.69
Tugas pokok seorang guru yaitu mendidik, mengajar dan melatih
peserta didik. Mendidik mengacu pada upaya pembinaan kepribadian anak
dengan nilai-nilai tertentu, sehingga nilai tersebut mewarnai kehidupannya
dalam bentuk perilaku dan pola hidup sebagai manusia yang berakhlak.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada peserta didik, sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan dan meneruskannya untuk masa depan.70
Guru harus bertanggung jawab atas segala tingkah laku dan
perbuatannya dalam membina jiwa dan watak peserta didik. Sehingga
tanggung jawab guru adalah untuk membentuk watak peserta didik agar
menjadi orang yang baik akhlaknya serta berguna bagi agama, nusa dan
bangsa di waktu yang akan datang.71
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan suatu
keahlian khusus, sehingga pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki keahlian tersebut. Untuk menjadi seorang guru
diperlukan keahlian-keahlian khusus. Apalagi seorang guru profesional
yang harus menguasai semua hal yang berkaitan dengan pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya perlu dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan tertentu.72
4. Profesionalisme Guru
Profesional ialah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seorang dan menjadi sumber penghasilannya. Pekerjaan tersebut
memerlukan suatu keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memerlukan
69 Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 134.70 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 37.71 Ibid., hlm. 36.72 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, op.cit., hlm. 5.
pendidikan profesi.73 Kemampuan profesional guru sangatlah menentukan
kualitas pembelajaran, terutama dalam memberikan materi pembelajaran
kepada peserta didik secara efektif dan efisien.
Jadi profesionalisme guru ialah pandangan/paham yang
menganggap suatu pekerjaan sebagai profesi untuk meningkatkan
profesionalnya dan terus menerus mengembangkan keahlian yang dimiliki
dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya tersebut.
Menjadi seorang guru bukanlah suatu hal yang mudah seperti
anggapan sebagian orang. Hanya dengan bermodalkan materi, hal ini
belum dapat dikategorikan sebagai guru yang profesional, karena guru
profesional harus mempunyai berbagai keterampilan, kemampuan khusus
dan mencintai pekerjaannya.74
Kompetensi merupakan syarat kualifikasi persyaratan
profesionalisme guru. Kompetensi ialah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Guru yang profesional, harus memiliki empat kompetensi, yaitu
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik ini mencakup pemahaman,
pengembangan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran, sistem evaluasi pembelajaran dan
menguasai ilmu.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini mencakup kemantapan pribadi dan akhlak
mulia, kedewasaan dan kearifan, serta kewibawaan dan keteladanan.
c. Kompetensi Profesional
Yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru berupa
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi
ini mencakup penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum dan
73 Sisdiknas, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm. 3.74 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006), cet.-I, hlm. 23.
silabus madrasah, metode pembelajaran, wawasan etika dan
pengembangan profesi.
d. Kompetensi Sosial
Yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk
berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, orangtua atau wali dan
masyarakat sekitar.75
C. Kualitas Pembelajaran
1. Pengertian Kualitas
Istilah kualitas mula-mula digunakan oleh Plato dan Aristoteles
untuk menyatakan esensi suatu benda/hal dan merupakan atribut yang
membedakannya dengan benda/hal lainnya.76 Kualitas adalah tingkat baik
buruknya sesuatu.77 Kualitas diartikan tingkat baik buruknya sesuatu,
kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan dan sebagainya).78
Kualitas adalah suatu nilai/suatu keadaan.79 Kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.80
Menurut Nurcholis MM, kualitas memiliki dua konsep yang
berbeda antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut sesuatu
(barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan
sempurna. Dalam konsep relatif kualitas bukanlah tujuan akhir dari standar
yang ditentukan. Kualitas merupakan proses terstruktur yang membantu
seseorang menetapkan apakah sesuatu yang diharapkan tercapai dengan
memperbaiki setiap proses pendidikan.81 Secara substantif, kualitas
mengandung sifat dan taraf. Sifat adalah suatu yang menerangkan
75 Dwi Siswoyo, dkk., Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm. 120-122.76 Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 37.77 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. 3, hlm. 533.78 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 553.79 Nurkholis MM, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 6780 http://smileboys.blogspot.com/2008/07/pengertian-kualitas.html, diakses tanggal 16
keadaan, sedangkan taraf menunjukkan kedudukan dalam skala. (Samsi,
1995).82
Pengertian kualitas dapat dilihat dari 2 segi yakni segi normatif dan
deskriptif.
a. Segi Normatif
Dari segi normatif, kualitas ditentukan berdasarkan
pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria
intrinsik kualitas pendidikan merupakan produk pendidikan yakni
manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Sedangkan kriteria
ekstrinsik pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga
kerja yang terlatih.
b. Segi Deskriptif
Dari segi deskriptif kualitas ditentukan berdasarkan keadaan
senyatanya, misal hasil tes prestasi belajar.83
Dari pengertian diatas penulis simpulkan kualitas adalah suatu
nilai/tingkat yang digunakan sebagai alat ukur atas produk akhir dari
standar yang telah ditentukan.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kata baru dalam konteks dunia
pendidikan di Indonesia. Sebelumnya lebih dikenal dengan istilah
pengajaran, atau belajar mengajar.84 Pembelajaran berasal dari kata belajar
yang artinya suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan-pemahaman ketrampilan dan nilai-sikap.
Kata pembelajaran banyak dipakai dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh psikologi Kognitif-
82 Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan(Teori, Konsep dan Isu), (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 51.
83 Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, op.cit., hlm. 33.84 Tim Redaksi Ma’arif Pers, Kompilasi Kebijakan Pendidikan Nasional, (Semarang: PW
LP M3’arif NU Jawa Tengah, 2006), hlm. 3.
Holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dan kegiatan. Selain
itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari sesuatu lewat
berbagai macam media, sehingga semua itu mendorong terjadinya
perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, yang
semula sebagai sumber belajar menjadi fasilitator.85
Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara
guru dan siswa atau juga antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap, serta memantapkan apa
yang dipelajari itu.86 Istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah
yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM)
atau kegiatan belajar mengajar (KBM).87
Sedangkan definisi pembelajaran menurut para ahli sebagai
berikut:
a. Menurut E. Mulyasa pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik.88
b. Sholih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid berpendapat bahwa
pembelajaran adalah :
. 89
Adapun pembelajaran itu dibatasi dengan pengetahuan yangdisampaikan oleh guru dan hasilnya didapatkan oleh siswa danpengetahuan itu tidak selalu kuat karena kuatnyan ilmu itu ketika
85 Ngainun Naim dan Ahmad Patoni, Desain Pembelajaran PAl, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007), hlm. 69.
86 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Bandung: Bina Aksara, 1989), hlm.102.87 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:
RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 9.88 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya Offset, 2003),
hlm. 100.89 Sholih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyyah wa Turuq At-Tadris, (Mesir:
Darul Ma’arif, 1968), juz 1, hlm. 61.
digunakan dengan tindakan dan memberikan manfaat pada oranglain dalam kehidupannya dan perilakunya
c. Menurut Syaiful Sagala pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh murid.90
Dari pengertian pembelajaran di atas, penulis simpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Sedangkan Kualitas pembelajaran adalah suatu kondisi dinamis
dalam proses interaktif antara guru dan peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, atau sikap, serta memantapkan apa yang
dipelajari.
Oleh karena itu, kualitas pembelajaran secara operasional dapat
diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis pendidik,
siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem
pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal
sesuai dengan tuntutan kurikuler.91
Mulyasa dalam bukunya Implementasi Kurikulum 2004
menjelaskan bahwa kualitas pembelajaran/pembentukan kompetensi juga
dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses,
pembelajaran/pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya/sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif,
baik fisik, mental maupun sosial, dalam pembelajaran menunjukkan
kegairahan belajar yang tinggi semangat belajar yang besar dan percaya
pada diri sendiri.92
90 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, t.t), hlm. 61.91 http://www.scribd.com/doc/10957380/Peningkatan-Kualitas-Pembelajaran-2, diakses
tanggal 15 November 2009.92 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, op.cit., hlm.
kependidikan, yaitu guru, pembimbing/penyuluh (guru BP),
peneliti, pengembang kurikulum dan teknologi pendidikan,
pengembang tes dan pustakawan.
3) Tenaga Teknis
Tenaga teknis kependidikan merupakan tenaga
kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut
kecakapan teknis operasional atau teknis administratif, yaitu
laboran, teknisi sumber belajar, pelatih (olahraga), pelatih kesenian
dan keterampilan serta petugas tata usaha.102
b. Bahan Pembelajaran
Bahan yang diajarkan hendaknya sesuai dengan kondisi siswa
dan lingkungannya, sehingga memberikan makna dan faedah. Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan muatan lokal dan kurikulum.
Muatan lokal merupakan program pembelajaran yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, sosial, budaya,
102 Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Jakarta: JurusanAdministrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm.99-101.
serta kebutuhan daerah, dan wajib dipelajari oleh peserta didik di
daerah tersebut.103
Sehubungan dengan muatan lokal, satuan pendidikan dasar
dapat menambah mata ajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan
ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak
mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak
menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.104
c. Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Sarana pembelajaran adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pembelajaran,
seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat dan media
pembelajaran. Adapun yang dimaksud prasarana pendidikan adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pembelajaran seperti halaman sekolah, taman sekolah, dan lain-lain.105
d. Faktor Lingkungan
Pendidikan di sekolah dan di luar sekolah tidak dapat
dilepaskan dari lingkungan. Oleh karena itu, keberhasilan suatu
pembelajaran akan banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, lingkungan tersebut
mencakup lingkungan alami dan sosial budaya. Lingkungan alami
yang baik adalah lingkungan sekolah yang di dalamnya ditanami
pepohonan/tanaman yang dipelihara dengan baik. Bukan lingkungan
sekolah yang gersang, pengap, panas.
Oleh karena itu, pembangunan sekolah hendaknya berwawasan
lingkungan. Kesejukan dan ketenangan kelas merupakan kondisi
lingkungan yang kondusif untuk pelaksanaan proses pembelajaran,
sebaliknya lingkungan sekolah yang panas akan menghambat dan
103 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya mediaPratama, 1999), hlm. 178.
104 J. Drost, Dari KBK Sampai MBS, (Jakarta: Kompas, 2005), hlm. 96.105 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 47.
mengurangi konsentrasi dan kenyamanan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.106
Lingkungan (sosial budaya) yang kondusif merupakan
lingkungan masyarakat yang dapat menunjang proses pembelajaran
secara efektif. Oleh karena itu kerjasama dengan pihak luar sekolah
harus selalu dibina. Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan
dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk
memajukan sekolah juga akan baik. Agar terjadi hubungan dan
kerjasama yang baik antar sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu
mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang
bersangkutan.107
E. Mulyasa menambahkan faktor yang mempengaruhi kualitas
proses pembelajaran yaitu:
a. Keuangan dan pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan suatu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Keuangan dan pembiayaan merupakan produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan proses pembelajaran di sekolah.
Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan di sekolah
memerlukan biaya, sumber keuangan dan pembiayaan. Secara garis
besar sumber biaya sekolah dapat dikelompokkan atas 3 sumber yaitu
pemerintah, orangtua/peserta didik dan masyarakat.108
b. Peningkatan Disiplin Sekolah
Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai landasan tertulis di
mana guru, staf sekolah dan peserta didik yang tergantung dalam
sekolah tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan. Di sisi lain
sekolah bertujuan membentuk peserta didik menemukan jatidiri dan
106 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 144.107 Muhamad Surya, loc.cit.108 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, hlm.
47.
berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan
pembelajaran.109
Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi beberapa faktor, di
antaranya: 110
a. Aktivitas dan kreativitas guru.
b. Aktivitas dan kreativitas peserta didik.
c. Kompetensi dan profesional guru.
d. Lingkungan yang kreatif.
e. Pendayagunaan sumber belajar.
Sementara itu dalam buku Metodologi Pendidikan Agama Islam,
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yaitu:111
a. Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi/kemampuan seorang baik bersifat kuantitatif maupun
kualitatif.112 Sedangkan yang dimaksud kompetensi profesional adalah
guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan tentang subject matter
(bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis,
dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik mampu memilih
metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses
belajar mengajar.113
Kompetensi profesional merupakan salah satu dari kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru, di mana profesional ini tidak hanya
mengacu pada keterampilan teknis yakni memiliki kualitas mengajar
yang tinggi, akan tetapi makna yang lebih luas daripada itu yakni
mempunyai makna ahli (expert) tanggung jawab (responsibility) baik
109 Ibid., hlm. 105.110 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan
Penulis simpulkan faktor mempengaruhi kualitas pembelajaran
sangat beragam baik menyangkut guru, siswa, sarana, metode dan kondisi
pembelajaran.
D. Pengaruh Kedisiplinan Mengajar Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran
Kedisiplinan mengajar merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh
setiap guru, baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah, karena
keberhasilan pembelajaran tidak lepas dari sikap kedisiplinan. Akan tetapi
dalam berperilaku disiplin tidak semua guru dapat disiplin sesuai dengan
ketentuan. Hal ini tergantung pada kesadaran diri masing-masing guru.
Mengenai hubungan antara kedisiplinan mengajar guru dengan kualitas
pembelajaran bahwa dengan adanya kedisiplinan mengajar dari masing-
masing guru diharapkan nantinya kualitas pembelajaran meningkat. Dengan
adanya sikap kedisiplinan mengajar akan memberi dampak positif dalam
proses pembelajaran. Semakin tinggi kedisiplinan mengajar guru maka
kualitas pembelajaran akan meningkat.
E. Kajian Penelitian yang Relevan
Tinjauan pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap
penelitian yang ada, baik mengenai kelebihan atau kekurangan yang ada
sebelumnya. Rumusan dalam tinjauan pustaka sepenuhnya digali dari bahan
yang ditulis oleh para ahli di bidangnya yang berhubungan dengan
penelitian.115
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau pelengkap
terhadap penelitian yang sudah ada untuk dijadikan bahan perbandingan
sekaligus acuan dalam penelitian yang lain. Dengan melaksanakan telaah
terhadap bahan-bahan pustaka yang berupa buku-buku, makalah, artikel di
media massa dan lain sebagainya, setidaknya sepanjang pengetahuan peneliti
115 Cik Hasan Basri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi(Bidang Ilmu Agama Islam), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 37.
terhadap beberapa buku dan skripsi-skripsi sebelumnya yang mengungkap
permasalahan di atas, yaitu:
Skripsi Rizqotun Ni’mah (3105292), Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, lulus tahun 2010, yang berjudul “Hubungan
Kedisiplinan Belajar dengan Hasil Belajar Praktek Shalat Siswa Kelas VIII di
SMP Negeri 2 Cepiring Kendal" hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dengan hasil belajar praktek
shalat. Artinya semakin tinggi kedisiplinan belajar, maka semakin baik pula
hasil belajar praktek shalat. Sebaliknya semakin rendah kedisiplinan belajar
maka semakin rendah pula hasil belajar praktek shalat.
Penelitian yang telah dilakukan di atas, merupakan penelitian yang
menekankan pada pengaruh kedisiplinan belajar dengan hasil belajar peserta
didik pada praktek shalat. Sedangkan pada skripsi ini lebih menitik beratkan
pada bagaimana pengaruh kedisiplinan mengajar guru terhadap kualitas
pembelajaran.
Skripsi Khusnul Khotimah (3101401), Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, lulus tahun 2007, dengan judul “Studi Tentang
Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang.” Hasil
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh
guru telah banyak mengalami perubahan atau inovasi sehingga tercipta suatu
proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
sehingga siswa dalam belajar tidak merasakan kebosanan dan kejenuhan
dalam belajar mengajar. PAKEM dirancang agar dapat mengaktifkan siswa
untuk dapat mengembangkan kreatifitas sehingga efektif namun tetap
menyenangkan. Dalam proses pembelajaran inipun pendidik dituntut untuk
lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam memberikan materi.
Hendaknya pula guru mampu dalam menguasai materi yang akan disampaikan
dengan harapan agar siswa tidak merasa dianggap sebagai botol kosong yang
belum mempunyai isi, tetapi menghargai pengetahuan yang dimiliki dan juga
adanya pengetahuan terhadap potensi siswa itu sendiri.116
Penelitian yang telah dilakukan di atas, merupakan penelitian yang
menekankan pada penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM) dalam pembelajaran. Sedangkan pada skripsi ini
lebih menitik beratkan pada bagaimana kualitas pembelajaran guru.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.117
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Ada pengaruh positif
antara kedisiplinan mengajar guru dengan kualitas pembelajaran.
116 Khusnul Khotimah (3101401) tentang “Studi Tentang Implementasi PembelajaranAktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI di SD 02Mertoyudan Magelang.” Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007).
X : Nilai dari Penilaian Ranah Kedisiplinan Mengajar Guru
Y : Nilai dari Kualitas Pembelajaran
x2 : Nilai Kuadrat dari Penilaian Ranah Kedisiplinan Mengajar
Guru
y2 : Nilai Kuadrat dari Kualitas Pembelajaran
N : Jumlah sample
JKreg : Jumlah Kuadrat Regresi
JKres : Jumlah Kuadrat Residu
RKreg : Rata- rata Kuadrat Regresi
RKres : Rata- rata Kuadrat Residu
3. Analisis Lanjut
Analisis lanjut digunakan untuk membandingkan nilai frekuensi
regresi (F reg) dengan nilai F tabel (Ft) pada tabel baik signifikansi 5 %
atau 1 % dengan kemungkinan:
a. Jika Freg > Ft berarti penelitian signifikan artinya ada pengaruh dari
kedisiplinan mengajar guru terhadap kualitas pembelajaran di MTs
Fatahillah Beringin Semarang.
b. Jika Freg < Ft berarti hipotesis nonsignifikan artinya tidak ada pengaruh
dari kedisiplinan mengajar guru terhadap kualitas pembelajaran di
MTs Fatahillah Beringin Semarang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MTs Fatahillah Beringin Semarang
1. Sejarah Berdirinya MTs Fatahillah Beringin Semarang
Keberadaan MTs Fatahillah Beringin Semarang dilatarbelakangi
atas keprihatinan akan nasib dan masa depan anak-anak usia sekolah di
sekitar lokasi MTs, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan
formal. Kurangnya perhatian orangtua terhadap dunia pendidikan
menjadikan banyak anak yang putus sekolah. Sehingga setelah
menyelesaikan pendidikan di MI atau SD, sebagian besar dari mereka
tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya, SMP/MTs. Ironisnya untuk
anak-anak putri ada yang harus menikah di usia dini yang merupakan
kebiasaan pada saat itu. Walaupun ada sebagian yang melanjutkan ke
pendidikan non formal, pesantren.
Melihat kondisi tersebut, para pendiri MTs yang dipelopori oleh 5
tokoh masyarakat, yaitu Bapak Nashori, S.Pd.I., Bapak Nur Cholis,
S.Pd.I., Bapak Abdul Djalal, Bapak Ahmad Munaji, Bapak Sualim,
bermusyawarah untuk mendirikan sebuah MTs. Alhamdulillah niat baik
ini mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat, ulama dan orangtua
peserta didik. Kemudian maksud mulia ini selanjutnya ditindaklanjuti
dengan permohonan SK sebagai tanda legalitas ke Departemen Agama
Kota Semarang, dan pada tahun 1984 resmi berdiri sebuah MTs dengan
nama MTs Fatahillah di bawah naungan Yayasan Miftahul Huda.
Ketika pertama kali berdiri, MTs Fatahillah hanya memiliki 16
peserta didik, dengan gurunya adalah 5 tokoh pendiri. Dan pada tahun
1986/1987 meluluskan 12 peserta didik, karena 4 peserta didik lainnya
keluar sekolah. Pada saat itu lokasi MTs Fatahillah masih menjadi satu
atau menumpang dengan MI Miftahul Akhlaqiyah, sehingga peserta didik
MTs Fatahillah masuk siang. Selanjutnya untuk tenaga pengajar dibantu
oleh Bapak Ali Kasmiran, Bapak Suhari, Bapak Budi Hardjo, Bapak Ali
Sofwan, Bapak Purwadi.
Kepala Madrasah pertama kali adalah Bapak Nur Cholis, S.Pd.I.
Beliau memegang jabatan sejak tahun 1984 sampai tahun 1990. Pada
tahun 1990 MTs Fatahillah telah memiliki lokal dan gedung sendiri.
Selanjutnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan mulai pagi hari.
Adapun kepala MTs Fatahillah yang kedua adalah Bapak Achmad
Chalimin yang menjabat sejak tahun 1990 sampai tahun 1994/1995.
Kepala MTs Fatahillah yang ketiga adalah Bapak KH. Thohir Abdullah
Al-Hafidz, yang menjabat dari tahun 1995 sampai tahun 1998. Selanjutnya
tahun 1999 sampai tahun 2002 Ibu Qurrotul ‘Aini Al-Hafidzah yang juga
berprofesi sebagai dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
menjadi kepala MTs Fatahillah yang keempat. Pada tahun 2002/2003
jabatan kepala MTs Fatahillah vakum, dan yang ditunjuk menjadi Pj.S
(Pejabat Sementara) kepala MTs Fatahillah adalah Bapak Zainul Muttaqin,
S.Ag. Karena prestasinya baik dan grafik perkembangan MTs terus positif,
maka beliau ditetapkan menjadi kepala MTs Fatahillah. Pada tahun 2004
ada penambahan gedung baru untuk kelas VIII, IX A, dan IX B.
2. Visi dan Misi MTs Fatahillah Beringin Semarang
Adapun visi dari MTs Fatahillah Beringin Semarang ialah
terwujudnya anak didik yang beriman, bertaqwa dan berakhlakul karimah
serta mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan misi dari MTs Fatahillah Beringin Semarang ialah:
a. Mewujudkan anak didik yang mampu memadukan ilmu, iman dan
amal.
b. Membekali keterampilan siswa dengan ilmu dan pengetahuan yang ada
di madrasah.
c. Menanamkan nilai-nilai ajaran Islam ahlussunnah wal jama ah.
d. Membekali siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.136
3. Struktur Organisasi MTs Fatahillah Beringin Semarang137
136 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bapak Imam Murtasih, SHI pada tanggal 18 Januari2010.137 Data diambil dari dokumen MTs Fatahillah Beringin Semarang.
Yayasan Miftahul Huda Beringin
Kepala MadrasahH. Lukmanul Amin, Lc, M.Si
Komite
Tata UsahaPuput, S.Psi
Humas / SaprasSlamet Santoso, S.Si
KurikulumAbdul Rahim, S.Ag
KesiswaanImam Murtasih, SHI
BP/BKImam Murtasih, SHI
PustakawanZainul Muttaqin, S.Ag
Lab KomputerImam Murtasih, SHI
Lab IPASlamet Santoso, S.Si
Wali Kelas 7AHenny M., S.Pd
Wali Kelas 7BLuluk, S.Pd.I
Wali Kelas 8AGhomroni, S.Ag
Wali Kelas 8BZainul M., S.Ag
Wali Kelas 9ANur Cholis, S.Pd.I
Wali Kelas 9BM. Multazam, S.Pd.I
Siswa
4. Daftar Guru MTs Fatahillah Beringin Semarang Tahun Pelajaran
2009/2010138
NO NAMA PENDIDIKAN MENGAJAR1 Lukman Nur Amin, Lc.
M.SiS2 IAIN Bahasa Inggris
2 Zainul Muttaqin, S.Ag S1 UNISMA Aqidah Akhlak3 Nur Cholis, BA D2 IAIN WS Al-Qur’an Hadits,
Fiqh4 Chabibah, S.Pd S1 UNNES Matematika5 Ircham Nurhadi, S.Pd.I S1 IAIN WS Bahasa Jawa, Seni
Idris, Zahara, Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia, 1992.
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:RaSAIL Media Group, 2008.
Khotimah, Khusnul, (3101401) tentang “Studi Tentang ImplementasiPembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) PadaMata Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang.” Skripsi, Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007.
Langgulung, Hasan, Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, FilsafatDan Pendidikan. Jakarta : PT al-Husna Zikra, cet ke-3, 1995.
Lindgren, Herry Clay, Education Psychology in The Classroom, New York: JohnWiley & Sons INC., 1972.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, Jakarta: JurusanAdministrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PendidikanIndonesia, 2003.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2005.
Tim Redaksi Ma’arif Pers, Kompilasi Kebijakan Pendidikan Nasional, Semarang:PW LP M3’arif NU Jawa Tengah, 2006.
Tu’u, Tulus, Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,20060.
Usman, M. Uzer, dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan BelajarMengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993, Cet. 1.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset,1995, Cet 3.
Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: GaungPersada Press, 2006, cet.-I.
Yusuf, Tabrani, dkk., Pendidikan Agama Islam, Jilid 3, Bandung: Angkasa, 1996.
ANGKET KEDISIPLINAN BELAJAR BAPAK/IBU GURU
Petunjuk Umum
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut ini kemudian pilihlah salah satu
jawaban yang tepat dengan memberi tanda (X) pada jawaban a, b, c, d atau e
2. Tujuan angket ini untuk mengetahui kedisiplinan belajar Bapak/Ibu guru.
3. Kejujuran sangat membantu dalam penelitian ini. Atas kesediaannya
diucapkan terima kasih.
NAMA :................................................
GURU MATA AJAR :.................................................
1. Apakah Bapak/Ibu guru datang ke sekolah tepat pada waktunya?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
2. Apakah Bapak/Ibu guru minta izin kalau tidak bisa masuk sekolah?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
3. Apakah Bapak/Ibu guru memakai seragam lengkap setiap masuk sekolah?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
4. Apakah Bapak/Ibu guru mengikuti upacara dengan tertib dan hikmat?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
5. Apabila siswa belum paham materi pembelajaran apakah Bapak/Ibu guru
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
6. Apabila waktu istirahat apakah Bapak/Ibu guru keluar lingkungan sekolah?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
7. Berkenaan pembelajaran di kelas apakah Bapak/Ibu guru hadir tepat waktu?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
8. Apabila Bapak/Ibu guru kesulitan menerangkan materi pembelajaran apakah
berkonsultasi dengan guru-guru lain?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
9. Apakah Bapak/Ibu guru mempelajari materi terlebih dahulu sebelum
di ajarkan ke siswa?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
10. Jika Bapak/Ibu guru tidak bisa datang ke sekolah apakah memberi tugas
tambahan siswa?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
11. Jika Bapak/Ibu guru berangkat ke sekolah dan ternyata terlambat, apakah
Bapak/Ibu guru berusaha untuk tidak terlambat lagi?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
12. Apakah Bapak/Ibu guru mengadakan tes siswa sesuai kalender sekolah?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
13. Apakah Bapak/Ibu guru mempelajari kembali materi yang telah diajarkan?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
14. Selesai ulangan harian apakah Bapak/Ibu guru mendiskusikan dengan guru-
guru lain tentang soal yang tidak bisa dikerjakan siswa?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
15. Ketika proses pembelajaran telah selesai apakah Bapak/Ibu guru langsung
pulang ke rumah?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
16. Apakah Bapak/Ibu guru membuat jadwal belajar?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
17. Apakah Bapak/Ibu guru tetap belajar setiap hari meskipun tidak ada jam
mengajar?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
18. Jika mengerjakan tugas apakah Bapak/Ibu guru mengerjakan tepat waktu yang
telah ditetapkan?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
19. Apakah Bapak/Ibu guru malas dalam melaksanakan proses pembelajaran di
sekolah?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
20. Apabila mengevaluasi hasil kerja siswa apakah Bapak/Ibu guru mengevaluasi
melalui kunci jawaban?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
ANGKET KUALITAS PEMBELAJARAN BAPAK/IBU GURU
Petunjuk Umum
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut ini kemudian pilihlah salah satu
jawaban yang tepat dengan memberi tanda (X) pada jawaban a, b, c, d atau e.
2. Tujuan angket ini untuk mengetahui kualitas pembelajaran Bapak/Ibu guru.
3. Kejujuran sangat membantu dalam penelitian ini. Atas kesediaannya
diucapkan terima kasih.
NAMA :................................................
GURU MATA AJAR :.................................................
1. Apakah Bapak/Ibu guru membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap
pembelajaran dan profesi pendidik?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
2. Apakah Bapak/Ibu guru mengemas dan menyajikan materi sesuai kebutuhan
siswa?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
3. Apakah Bapak/Ibu guru memahami keunikan setiap siswa dengan segenap
kelebihan, kekurangan, dan kebutuhannya?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
4. Apakah Bapak/Ibu guru menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendidik
berorientasi pada siswa untuk membentuk kompetensi siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
5. Apakah Bapak/Ibu guru mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan
sebagai kemampuan untuk dapat mengetahui, mengukur, dan mengembangkan
kemampuannya secara mandiri?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
6. Apakah materi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan tujuan dan
kompetensi yang harus dikuasai siswa?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
7. Apakah ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan
waktu yang tersedia?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
8. Apakah materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa sistematis dan
kontekstual?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Pernah
e. Tidak pernah
9. Apakah materi yang diberikan kepada siswa dapat menampung partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran semaksimal mungkin?
3. Bagaimana sejarah berdirinya MTs Fatahillah Bringin Semarang?
4. Bagaimana struktur organisasi MTs Fatahillah Bringin Semarang?
5. Berapa jumlah guru MTs Fatahillah Bringin Semarang?
6. Berapa jumlah siswa MTs Fatahillah Bringin Semarang tahun ajaran
2009/2010?
HASIL WAWANCARA
1. Kapan berdirinya MTs Fatahillah Bringin Semarang?MTs Fatahillah Bringin Semarang berdiri pada tahun 1984.
2. Siapa pendiri MTs Fatahillah Bringin Semarang?Para pendiri MTs Fatahillah Bringin Semarang adalah Bapak Nashori, S.Pd.I.,Bapak Nur Cholis, S.Pd.I., Bapak Abdul Djalal, Bapak Ahmad Munaji, BapakSualim.
3. Di mana letak geografis MTs Fatahillah Bringin Semarang?• Sebelah barat berbatasan dengan tanah Pemkot• Sebelah utara berbatasan dengan SD Bringin 2• Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Faletehan• Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bringin
4. Bagaimana struktur organisasi MTs Fatahillah Bringin Semarang?
Yayasan Miftahul Huda Beringin
Kepala MadrasahH. Lukmanul Amin, Lc, M.Si
Komite
Tata UsahaPuput, S.Psi
Humas / SaprasSlamet Santoso, S.Si
KurikulumAbdul Rahim, S.Ag
KesiswaanImam Murtasih, SHI
BP/BKImam Murtasih, SHI
PustakawanZainul Muttaqin, S.Ag
Lab KomputerImam Murtasih, SHI
Lab IPASlamet Santoso, S.Si
Wali Kelas 7AHenny M., S.Pd
Wali Kelas 7BLuluk, S.Pd.I
Wali Kelas 8AGhomroni, S.Ag
Wali Kelas 8BZainul M., S.Ag
Wali Kelas 9ANur Cholis, S.Pd.I
Wali Kelas 9BM. Multazam, S.Pd.I
Siswa
5. Berapa jumlah guru MTs Fatahillah Bringin Semarang?Jumlah guru MTs Fatahillah Bringin Semarang sebanyak 17 orang.
6. Berapa jumlah siswa MTs Fatahillah Bringin Semarang tahun ajaran2009/2010?Jumlah siswa MTs Fatahillah Bringin Semarang tahun ajaran 2009/2010adalah sebagai berikut:a. Kelas I A = 31b. Kelas I B = 30c. Kelas II A = 33d. Kelas II B = 36e. Kelas III A = 25f. Kelas III B = 26 +Jumlah keseluruhan = 181 siswa