digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 60 BAB III KH. ASRORI ISHAQI DAN KIPRAHNYA DALAM THAREKAT QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL-USTMANIYAH A. Biografi KH. Asrori Ishaqi KH. Asrori Ishaqi 1 dilahirkan di Surabaya pada tanggal 17 Agustus 1951. Dia merupakan putra yang ke-lima 2 dari sepuluh bersaudara. Ia merupakan putra dari KH. Utsman al-Ishaqi dan Nyai Siti Qomariah. KH. Utsman Al-Ishaqi merupakan seorang ulama kharismatik dan mursyid Thariqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah pertama kali di Surabaya. 3 Nama al- Ishaqi dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena KH. Utsman al-Ishaqi masih keturunan Sunan Giri. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia merupakan keturunan Maulana Ishaq ke-15, sekaligus merupakan keturunan Rasulullah Saw yang ke-38. 4 Pada umur 38, KH. Asrori Ishaqi menikah dengan Dra. Hj. Moethia 1 . Beberapa sumber menyebutnya dengan KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi, hal ini juga tertulis dalam karyanya, al-Muntaqabat fi Rabitah al-Qalbiyah wa Silati al-Ruhaniyah. Namun dalam penelitian ini penulis cukup menggunakan nama KH. Asrori Ishaqi, karena hal ini sudah mafhum dikalangan masyarakat secara umum. 2 . Thoha Hamim, Resolusi Konflik Islam Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2007), 277. 3 . Ibid, 277. KH. Utsman al-Ishaqi merupakan salah satu murid kesayangan KH. Romli Tamim Rejoso, Jombang. Ia mendapat ijazah mursyid dari KH. Romli bersama Kiyai Makki Karangkates Kediri dan Kiai Bahri asal Mojokerto. Kemudian sepeninggal Kiai Musta’in (sekitar tahun 1977), beliau mengadakan kegiatan sendiri di kediamannya Sawah Pulo Surabaya. Lihat ……, (http://blog.its.ac.id/syafii/2009/08/30/mengenang-kh-ahmad-asrori-ustman-al-ishaqy-sang- mursyid-thoriqoh-qodiriyah-naqsabandiyyah). Diunduh pada 23 Juni 2015 pukul 22.21 Wib. 4 . Silsilah keturunan itu dapat dilihat sebagai berikut: Ahmad Asrori Al Ishaqi – Muhammad Utsman – Surati – Abdullah – Mbah Deso – Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan Bagus – Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo – Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim al-Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam – Jamaluddin al- Akbar al-Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri – Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi – Muhammad Shohib Mirbath – Ali Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah – Ahmad al-Muhajir – Isa al-Naqib al-Rumi – Muhammad al-Naqib – Ali al-Uraidli – Ja’far al- Shodiq – Muhammad al-Baqir – Ali Zainal Abidin – Hussain Bin Ali – Ali Bin Abi Thalib / Fathimah Binti Rasulullah Saw. Lihat …….., (http://kuliexim.blogspot.com/2011/11/tentang-
13
Embed
BAB III KH. ASRORI ISHAQI DAN KIPRAHNYA DALAM THAREKAT ...digilib.uinsby.ac.id/4421/6/Bab 3.pdf · hasilkan semasa hidupnya, bahkan kitabnya yang berjudul Manaqib dan al-Iklil: Mahkota
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
KH. Asrori Ishaqi1 dilahirkan di Surabaya pada tanggal 17 Agustus
1951. Dia merupakan putra yang ke-lima2 dari sepuluh bersaudara. Ia
merupakan putra dari KH. Utsman al-Ishaqi dan Nyai Siti Qomariah. KH.
Utsman Al-Ishaqi merupakan seorang ulama kharismatik dan mursyid
Thariqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah pertama kali di Surabaya.3 Nama al-
Ishaqi dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena KH.
Utsman al-Ishaqi masih keturunan Sunan Giri.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia merupakan keturunan
Maulana Ishaq ke-15, sekaligus merupakan keturunan Rasulullah Saw yang
ke-38.4 Pada umur 38, KH. Asrori Ishaqi menikah dengan Dra. Hj. Moethia
1. Beberapa sumber menyebutnya dengan KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi, hal ini juga tertulis dalam
karyanya, al-Muntaqabat fi Rabitah al-Qalbiyah wa Silati al-Ruhaniyah. Namun dalam penelitian
ini penulis cukup menggunakan nama KH. Asrori Ishaqi, karena hal ini sudah mafhum dikalangan
masyarakat secara umum. 2. Thoha Hamim, Resolusi Konflik Islam Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2007), 277. 3. Ibid, 277. KH. Utsman al-Ishaqi merupakan salah satu murid kesayangan KH. Romli Tamim
Rejoso, Jombang. Ia mendapat ijazah mursyid dari KH. Romli bersama Kiyai Makki Karangkates
Kediri dan Kiai Bahri asal Mojokerto. Kemudian sepeninggal Kiai Musta’in (sekitar tahun 1977),
beliau mengadakan kegiatan sendiri di kediamannya Sawah Pulo Surabaya. Lihat ……,
mursyid-thoriqoh-qodiriyah-naqsabandiyyah). Diunduh pada 23 Juni 2015 pukul 22.21 Wib. 4. Silsilah keturunan itu dapat dilihat sebagai berikut: Ahmad Asrori Al Ishaqi – Muhammad
Utsman – Surati – Abdullah – Mbah Deso – Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan
Bagus – Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis
Guo – Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim al-Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam – Jamaluddin al-
Akbar al-Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri – Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi –
Muhammad Shohib Mirbath – Ali Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah –
Ahmad al-Muhajir – Isa al-Naqib al-Rumi – Muhammad al-Naqib – Ali al-Uraidli – Ja’far al-
Shodiq – Muhammad al-Baqir – Ali Zainal Abidin – Hussain Bin Ali – Ali Bin Abi Thalib /
st.blogspot.com/2011/07/kh-achmad-asrori-al-ishaqi.html. diakses pada 23 Juni 2015 pukul 21.30) 5. http://teguhrahardjo-st.blogspot.com/2011/07/kh-achmad-asrori-al-ishaqi.html. (diakses pada 23
ayahnya meminta dirinya untuk belajar ke pondok pesantren Darul Ullum
Rejoso Jombang yang dipimpin oleh KH. Musta’in Romli.7
Karena hubungan erat antara ayahnya dengan keluarga KH. Tamim
Romli, pada dasarnya KH. Asrori Ishaqi tidak ingin belajar atau mondok
di pesantren Darul Ulum. Dia merasa keberatan ketika ayahnya meminta
untuk mondok di pondok pesantren Darul Ulum atau belajar pada Kiai
Romli Tamim (putra KH. Tamim Romli), dengan alasan tidak mau
diistimewakan ketika di pondok. Dia juga tidak mau dianggap sebagai
putra kiai. KH. Asrori Ishaqi ingin menjadi santri biasa dan dianggap
seperti santri-santri yang lainnya. Tetapi, sang ayah tetap mendesaknya
untuk belajar di pondok pesantren Darul Ulum.8
Selama belajar di pondok pesantren Darul ulum, ia dikenal sebagai
santri yang cukup tekun dalam belajar, selain itu ketika ngaji bandongan,
ia selalu mengambil tempat di depan. Bahkan, ia juga mampu menguasai
Bahasa Inggris dengan baik, walaupun tidak mengikuti pendidikan formal
secara resmi. Namun, KH. Asrori Ishaqi menetap di pondok pesantren ini
hanya selama satu bulan.
Setelah dari pondok pesantren Darul Ulum, KH. Asrori Ishaqi
pindah ke pondok pesantren di Bendo Pare Kediri yang di pimpin oleh
KH. Hayatul Maki. Di pondok ini, ia belajar kurang lebih selama satu
7. KH. Ustman al-Ishaqi (ayah KH. Asrori Ishaqi) juga pernah mondok di Pesantren ini pada masa
kepemimpinan KH. Tamim Romli (ayah KH. Musta’in Romli), bahkan berdasarkan beberapa
sumber KH. Ustman al-Ishaqi merupakan murid kesayangan dari KH. Tamim. Wawancara dengan
Ustadz Ahmad Syatori (pada 26 Juni 2015). Ia adalah salah satu murid terdekat KH. Asrori Ishaqi. 8. http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul
m. Al-Muntakhobat Fi Robithoh al-Qolbiyyah Wa Shilati al-
Ruhiyyah serta terjemahnya Jilid 1 hingga 5
n. Nuqthoh dan terjemahnya
o. Mutiara Hikmah Dalam Penataan Hati, Ruhani, Dan Sirri
p. Apakah Manaqib Itu ?
q. Setetes Embun Penyejuk Hati
r. Zakat
s. Lima Pilar
t. Pedoman Kepemimpinan Dan Kepengurusan Dalam Kegiatan
Dan Amaliyah Ath Thoriqoh Dan al-Khidmah.13
B. Kiprah KH. Asrori Ishaqi Dalam Tharekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah
Sejak usia muda KH. Asrori Ishaqi telah menunjukkan karakter
kepemimpinannya, hal ini dapat diamati dari kepemimpinannya dalam Geng
Orong-Orong,14
Jama’ahnya rata-rata anak jalanan dan preman-preman yang
kemudian diajak untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah
pada malam hari. Meski masih muda, ia dikenal sebagai tokoh yang
kharismatik dan disegani berbagai pihak, termasuk para pejabat dari kalangan
sipil maupun militer.15
Dalam usia yang masih muda juga ia telah di bai’at
menjadi mursyid tharekat Qadiriyah wa Naasyabandiyah oleh ayahnya (KH.
Ustman al-Ishaqi). Menurut Thoha Hamim, ia dibai’at pada usia tiga puluh
13. Hasil Observasi lapangan, pada 26 Juni di koperasi pondok pesantren Al-Fitrah. 14
. Orong-Orong ialah binatang yang keluarnya malam hari. Penggunaan nama tersebut
disesuaikan dengan kegiatan anggota geng yang banyak memanfaatkan waktu di malam hari untuk
melakukan diskusi dan peribadatan (Artikel Jama‟ah Al Khiddmah Kabupaten Pati, edisi : 3). 15. http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul
Tharekat yang dipimpinnya ini kemudian disebut dengan Qadiriyah
wa Naqsyabandiyah al-Ustmaniyah yang dinisbatkan kepada KH. Ustman al-
Ishaqi.17
Dakwah tharekatnya ini dimulai dengan membangun masjid di
Kedinding, Surabaya, secara perlahan dari uang yang berhasil dikumpulkan,
sedikit demi sedikit tanah milik warga disekitarnya dibeli untuk kelangsungan
dakwahnya, sehingga kini luasnya mencapai kurang lebih 3 hektar.
Dikisahkan, ada seorang tamu asal Jakarta yang cukup ternama dan kaya raya
bersedia membantu pembangunan masjid dan pembebasan lahan sekaligus,
tapi KH. Asrori al-Ishaqi mencegahnya. “Terima kasih, kasihan orang lain
yang mau ikutan menyumbang, pahala itu jangan diambil sendiri,lebih baik
dibagi-bagi”, ujarnya.18
Di atas lahan seluas 3 hektar tersebut KH. Asrori Ishaqi kemudian
mendirikan Pondok Pesantren Al-Fithrah yang saat ini mempunyai ribuan
santri putra putri dari berbagai pelosok tanah air, santri-santrinya yang telah
menyatakan bai’at kepadanya tidak hanya terbatas kepada masyarakat awam
yang telah berusia lanjut saja, tetapi telah menembus ke kalangan remaja,
eksekutif, birokrat hingga para selebritis, bahkan menurut Chafid Wahyudi,
orang-orang yang bai’at tharekat kepadanya berasal dari Negara-negara
16
. Thoha Hamim, Resolusi Konflik Islam Indonesia, 277. 17. Selanjutnya ….., Lihat, Ahmad Asrori Ishaqi, al-Muntaqabat fi Rabitah al-Qalbiyah wa Silati
al-Ruhaniyah. Terj. Muhammad Musyafa’, dkk. Jilid I, (Surabaya: Al Wafa, 2009), 1. 18. http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul
menggunakan rujukan kitab Nashaih al-Ibad karya Syekh Nawawi al-
Bantani, al-Hikam karya Imam Ibnu Atha’illah dan lain lain.20
Selain itu, untuk menampung dan mengorganisir banyaknya murid
yang bai’at kepadanya, pada 25 Desember 2005, KH. Asrori Ishaqi
membentuk “Jama’ah Al-Khidmah” di Semarang, Jawa Tengah. kegiatan
utamanya yaitu menyelenggarakan majelis dzikir, majelis khotmil al-Qur’an,
maulid dan manaqib serta kirim do’a kepada orang tua dan guru-gurunya.
Kemudian menyelenggarakan majelis sholat malam, majelis taklim, majelis
lamaran, majelis akad nikah, majelis tingkeban, majelis memberi nama anak
dan lain lain.21
Dengan “Jama’ah Al-Khidmah” ini KH. Asrori Ishaqi menjadikannya
sebagai ruang terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan
mendekat kepada Tuhan tanpa membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi
pasti organisasi ini mendapatkan banyak pengikut. Saat ini diperkirakan
jumlahnya telah mencapai jutaan. Dari perjuangannya inilah kemudian KH.
Asrori Ishaqi dikenal sebagai seorang mursyid besar yang jama’ahnya tidak
hanya dari dalam negeri.
20. Selengkapnya, Lihat ……, koleksi rekaman ceramah KH. Asrori Ishaqi. 21. sebuah jama’ah yang sebagian anggotanya adalah pengamal tarekat Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah al-Ustmaniyah. Jama’ah ini menarik karena sifatnya yang inklusif, ia tidak
memihak salah satu organisasi sosial manapun. Meski dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan
pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam suasana
murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang membebani.
(http://wilayyahallah.blogspot.com/2011_04_08_archive.html. (diakses pada 23 Juni 2015 pukul