1 FAKTOR - FAKTOR TERJADINYA BATU EMPEDU DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODA MAKASSAR Oleh: Made Agus Dwianthara Sueta Pembimbing: Mappincara Warsinggih Burhanuddin Bahar PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SUB SPESIALIS BEDAH DIGESTIF DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK UH/RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2014
78
Embed
FAKTOR - FAKTOR TERJADINYA BATU EMPEDU DI RSUP Dr. …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
FAKTOR - FAKTOR TERJADINYA BATU EMPEDU DI RSUP
Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODA MAKASSAR
Oleh:
Made Agus Dwianthara Sueta
Pembimbing:
Mappincara
Warsinggih
Burhanuddin Bahar
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SUB SPESIALIS BEDAH DIGESTIF
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK UH/RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
2014
2
FAKTOR - FAKTOR TERJADINYA BATU EMPEDU DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODA MAKASSAR
Oleh:
Made Agus Dwianthara Sueta
Pembimbing:
Mappincara
Warsinggih
Burhanuddin Bahar
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SUB SPESIALIS BEDAH DIGESTIF
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK UH/RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
2014
3
FAKTOR - FAKTOR TERJADINYA BATU EMPEDU DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODA MAKASSAR
Oleh:
Dr. Made Agus Dwianthara Sueta, Sp.B
Menyetujui
Pembimbing:
Dr. Mappincara, Sp. B-KBD DR. Dr. Warsinggih, Sp. B-KBD
DR. Dr. Burhanuddin Bahar, MSc
Ketua Divisi Bedah Digestif FK UH/
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
DR. Dr. Ronald E. Lusikooy, SpB-KBD
Ketua Departemen Ilmu Bedah FK UH /
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Prof. DR. Dr. Andi Asadul Islam, SpBS
4
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
karya akhir ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini berjudul: FAKTOR - FAKTOR TERJADINYA BATU EMPEDU DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODA MAKASSAR, merupakan prasyarat dalam mengikuti Program Pendidikan Dokter Sub
Spesialis Bedah Digestif, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR. Dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL (K), MARS, sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, atas
kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menempuh pendidikan
keahlian di rumah sakit yang beliau pimpin.
2. Prof. DR. Dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS, sebagai Ketua Departemen Ilmu
Bedah FK UH, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan sejak
awal sampai pada akhir pendidikan saya.
3. DR. Dr. Ronald E. Lusikooy, Sp. B-KBD, sebagai Ketua Divisi Bedah Digestif
Departemen Ilmu Bedah FK UH/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, yang
banyak memberikan bantuan, bimbingan dan arahan untuk pelaksanaan
penelitian ini.
4. Dr. Mappincara, Sp. B-KBD, DR. Dr. Warsinggih, Sp.B-KBD dan DR. Dr.
Burhanuddin Bahar, MSc, sebagai pembimbing yang dengan tulus
membimbing, memberi arahan, memberi motifasi dari awal sampai karya akhir
ini selesai.
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Bedah dan Divisi Bedah
Digestif beserta seluruh karyawan di lingkungan Departemen Ilmu Bedah
FK UH/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo atas bimbingan dan bantuan
yang tidak ternilai.
5
6. Teman-teman sejawat PPDS I Ilmu Bedah FK UH/RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
berjalan, serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
7. Seluruh penderita dan keluarganya atas kesediaan dan partisipasinya
untuk ikut dalam penelitian ini
8. Ayahda dr. I Nyoman Sueta dan ibunda Ni Made Suartini yang telah
memberikan dorongan dan restu dalam mengikuti pendidikan ini.
hidupnya selalu memberi dorongan dan motifasi untuk terus berusaha.
10. Istri tercinta Luh Wayan Khrisna Devi Suarya, SE, Ananda Putu Savitri
Sueta, Made Anindya Sueta, Nyoman Tanessa Sueta dan Ketut
Uddhava Sueta atas segala pengertian, kesabaran dan pengorbanannya
serta dorongan semangat yang tiada henti selama saya menjalani
pendidikan ini.
11. Semua pihak yang telah membantu yang belum tercantum namanya
disini
Kami menyadari karya akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan
saran untuk perbaikan karya akhir ini sangat kami harapkan. Akhir kata semoga karya
akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Mei 2014
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................. ............... ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... .. x
DAFTAR LAMPIRAN.. .... ................................................... ................ xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 4
Dilihat dari hubungan antara umur dengan kejadian batu empedu (tabel
5.2), setelah dilakukan uji statistik menggunakan chi-square didapatkan
hubungan yang bermakna (p= 0,001) antara umur kurang dari 40 tahun
dengan kejadian batu empedu dimana nilai rasio prevalensi 2,05. Ini berarti
bahwa umur kurang dari 40 tahun merupakan resiko potensial untuk terjadinya
batu empedu, dimana umur kurang dari 40 tahun mempunyai resiko potensial
menderita batu empedu 2 kali lebih besar dari orang yang berumur diatas 40
tahun.
50
Tabel 5.2 Hubungan Umur dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
Umur ≤ 40 th 95 44
139
> 40 th 19 38 57
TOTAL
114 82 196
Rasio prevalensi 2.05, dan P= 0,008 ,
5.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Batu Empedu
Tabel 5.3 menunjukan hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
batu empedu, pada uji statistik menggunakan chi-square didapatkan hubungan
yang bermakna (p= 0,001) antara jenis kelamin perempuan dengan kejadian
batu empedu dimana nilai rasio prevalensi 3.38, ini berarti jenis kelamin
perempuan merupakan resiko potensial untuk terjadinya batu empedu, dimana
perempuan mempunyai resiko potensial menderita batu empedu 3 kali lebih
besar daripada laki-laki.
Tabel 5.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
Jenis Kelamin
Perempuan 88 13
101
Laki-Laki 26 69 95
TOTAL 114 82 196
Rasio prevalensi 3.38 dan P=0,001
51
5.4 Hubungan Penderita DM dengan Batu Empedu
Pada penelitian ini, dengan uji statistik menggunakan chi-square
didapatkan hubungan yang bermakna (p= 0,001) antara penderita DM dengan
kejadian batu empedu ( tabel 5.4 ), dimana nilai rasio prevalensi 5.81, hal ini
menunjukan bahwa penderita DM merupakan resiko potensial untuk terjadinya
batu empedu, dimana penderita DM mempunyai resiko potensial menderita
batu empedu 5 kali lebih besar dari orang yang tidak menderita DM.
Tabel 5.4 Hubungan Penderita DM dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
DM DM 103 18
121
Normal 11 64 75
TOTAL
114 50 169
Rasio prevalensi 5.81 dan P=0,001
5.5 Hubungan Obesitas dengan Batu Empedu
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan chi-square didapatkan
hubungan yang bermakna (p= 0,001) pada tabel 5.5 antara penderita dengan
obesitas dengan kejadian batu empedu dimana nilai rasio prevalensi 4.02, ini
berarti obesitas merupakan resiko potensial untuk terjadinya batu empedu,
dimana orang dengan obesitas mempunyai resiko potensial menderita batu
empedu 4 kali lebih besar dari orang yang tidak obesitas.
52
Tabel 5.5 Hubungan Obesitas dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
BMI Obesitas 97 18
115
Normal 17 64 81
TOTAL
114 82 196
Rasio prevalensi 4.02 dan P=0,001
5.6 Hubungan Kadar Trigliserida dengan Batu Empedu
Pada uji statistik menggunakan chi-square didapatkan hubungan yang
bermakna (p= 0,001) antara kadar trigliserida yang meningkat dengan kejadian
batu empedu (tabel 5.6), dimana nilai rasio prevalensi 2,14, ini berarti
peningkatan kadar trigliserida merupakan resiko potensial untuk terjadinya batu
empedu, dimana orang yang memiliki peningkatan kadar trigliserida mempunyai
resiko potensial menderita batu empedu 2 kali lebih besar dari orang yang
kadar trigliseridanya normal.
Tabel 5.6 Hubungan Kadar Trigliserida dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
Trigliserida Meningkat 88 32
120
Normal 26 50 76
TOTAL
114 82 1196
Rasio prevalensi 2.14 dan P=0,001
53
5.7 Hubungan Kadar Kolesterol dengan Batu Empedu
Pada penelitian ini, setelah uji statistik menggunakan chi-square
didapatkan hubungan yang bermakna (p= 0,001) kenaikan kadar kolesterol
dengan kejadian batu empedu ( tabel 5.7 ), dimana nilai rasio prevalensi 2.05,
ini berarti bahwa peningkatan kadar kolesterol merupakan resiko potensial
untuk terjadinya batu empedu, dimana orang yang memiliki peningkatan kadar
kolesterol mempunyai resiko potensial menderita batu empedu 2 kali lebih
besar dari orang yang kadar kolesterol normal.
Tabel 5.7 Hubungan Kadar Kolesterol dengan Batu Empedu
Batu Empedu TOTAL
Ya Tidak
Kolesterol Meningkat 95 44
139
Normal 19 38 57
TOTAL
114 82 196
Rasio prevalensi 2.05 dan P=0,001
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di Cina, Taiwan, Jepang,dan di Korea
penderita batu empedu 5–10% dari populasi dewasa. Secara klinis, insiden dari
batu empedu mengalami peningkatan pada beberapa dekade terakhir ini,
seiring dengan peningkatan konsumsi dari makanan tinggi kalori, makanan
berlemak, dan penurunan asupan makanan berserat pada populasi Asia (Park,
2009).
Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara umur dengan kejadian
batu empedu, dimana umur kurang dari 40 tahun memiliki hubungan bermakna
dengan kejadian batu empedu, hasil yang sama dilaporkan pada penelitian di
Taiwan terjadi peningkatan penderita batu empedu pada kelompok umur 20-39
tahun baik pada pria ataupun wanita, keadaan ini menunjukan adanya
perubahan resiko tinggi dari kelompok umur pada kejadian batu empedu (Park,
2009), sedangkan beberapa penelitian lain di Jerman dan Amerika
mendapatkan umur lebih dari 40 tahun lebih bermakna dengan kejadian batu
empedu. Abu (2007), menyimpulkan bahwa umur tidak bermakna dengan
kejadian batu empedu pada populasi di Arab Saudi. Peningkatan kejadian batu
empedu pada usia kurang dari 40 tahun pada penelitian ini kemungkinan
disebabkan interaksi dari berapa faktor yang lain yang mempengaruhi kejadian
55
batu empedu seperti wanita atau laki-laki pada usia dibawah 40 tahun juga
memiliki penyakit penyerta DM, dengan obesitas dan hiperlipidemia.
Pada kelompok jenis kelamin, insidensi perempuan lebih tinggi dibanding
laki-laki dan menunjukan hubungan jenis kelamin perempuan dengan kejadian
batu empedu bermakna pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian otopsi
terhadap pasien kolelitiasis di Amerika menunjukkan hasil 20% wanita dan 6%
laki-laki di atas usia 40 tahun mempunyai batu empedu. Penelitian tersebut
dilakukan terhadap 20 juta pasien kolelitiasis dengan 1 juta kasus baru terjadi
setiap tahunnya. Penelitian dari Mittal juga mengatakan sekitar 10-15% dewasa
di Amerika memiliki batu empedu dan pada Negara Amerika Latin, prevalensi
batu empedu meningkat hingga 50% pada wanita ( Heuman, 2011).
Pengaruh hormon pada wanita merupakan salah satu faktor predisposisi
meningkatnya jumlah pasien wanita dibanding laki-laki. Estrogen diduga
berperan penting pada wanita dengan kolelitiasis dimana estrogen dapat
menstimulasi reseptor lipoprotein hepar dan meningkatkan pembentukan
kolesterol empedu serta meningkatkan diet kolesterol. Estrogen alamiah dan
kontrasepsi oral dapat menurunkan sekresi garam empedu dan menurunkan
perubahan kolesterol menjadi kolesterol ester (Henry, 2005).
Kakar dari Amerika mewawancarai 102 wanita berusia 41-74 tahun yang
terdiagnosa kolelitiasis dalam kurun waktu Januari 1979 dan September 1980
dengan kontrol wanita sehat 98 orang. Hasil penelitian menunjukkan resiko
batu empedu pada wanita yang menggunakan estrogen minimal satu tahun
sebelum terdiagnosa batu empedu adalah 1,18 (95% CI: 0,65-2,13).
56
Chang (2011), dalam penelitiannya mengatakan penggunaan
kontrasepsi steroid yang mengandung estrogen dan progesterone
mempengaruhi pembentukan batu empedu pada pasien wanita dengan usia
20-44 tahun.
Pada penelitian ini DM memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian batu empedu, dimana DM merupakan faktor yang paling berpengaruh
untuk resiko terjadinya batu empedu dibandingkan dengan umur, jenis kelamin,
hiperlipidemia, dan obesitas. Hal serupa didapatkan pada beberapa penelitian
di Amerika, dan Canada. Penelitian di Nigeria dengan jumlah sampel 100 orang
didapatkan insiden batu empedu meningkat pada penderita DM tipe 2 dengan
puncak insidennya pada dekade 70 (Olokoba,2007). Di Iran dengan jumlah
sampel 599 yang masuk kriteria inklusi, sebanyak 12 orang (2%) pasien DM
dan 4 orang dari mereka (33.3%) dengan batu empedu, pada penelitian ini
didapatkan hubungan bermakna antara DM dengan kejadian batu empedu
(95% CI: 6,85-100,02; p<0,001) ( Farrokh, 2011). Penelitian di India sebanyak
50 sampel menunjukkan hubungan erat antara diabetes mellitus dan penyakit
batu empedu. Pada penelitian otopsi beberapa pasien di India menunjukkan
hubungan antara diabetes mellitus dan penyakit batu empedu ( Rupali, 2005)
Diabetes mellitus telah terbukti berkaitan erat dengan penyakit batu
empedu dalam analisis univariat faktor risiko individu pada kedua jenis kelamin.
Patogenesis penyakit batu empedu dengan diabetes mellitus dapat terjadi
melalui mekanisme berikut: cairan empedu orang dengan diabetes mellitus
mudah jenuh dengan kolesterol, volume kandung empedu pada keadaan puasa
lebih besar pada pasien dengan DM, ejeksi fraksi kandung empedu berkurang
57
pada kasus diabetes, serta terdapat faktor yang memodifikasi nukleasi kristal
dan sekresi lendir dari kandung empedu yang dapat membentuk batu empedu (
Rupali, 2005).
Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara obesitas
dengan kejadian batu empedu dimana pasien dengan obesitas memiliki
kemungkinan 3 kali lebih banyak menderita batu empedu daripada orang tanpa
obesitas. Hasil penelitian yang sama juga dilaporkan oleh beberapa penelitian
di Asia, Amerika, dan Inggris, dimana terjadi peningkatan prevalensi dari batu
empedu pada orang dengan obesitas (Xiao, 2004).
Penelitian di propinsi Liaoning ( China ) tahun 2004 terhadap 90 ribu
wanita di dapatkan korelasi antara peingkatan BMI dengan kejadian batu
empedu dimana BMI yang meningkat akan meningkatkan juga resiko
terbentuknya batu empedu. Perempuan dengan BMI lebih dari 32 memiliki
kemungkinan menderita batu empedu 3 kali lebih besar dibandingkan dengan
perempuan dengan BMI 24 atau 25, dan perempuan dengan BMI lebih dari 45
kemungkinannya menderita batu empedu 7 kali lebih besar daripada
perempuan dengan BMI normal (Xiao, 2004)
Yekelar (2010), mengemukakan terjadinya peningkatan kejadian batu
empedu pada orang yang obesitas disebabkan oleh peningkatan kadar
kolesterol supersaturasi. Pada obesitas terjadi gangguan metabolisme lemak
dan hormonal yang mengakibatkan penurunan motilitas dari kandung empedu
sehingga meningkatkan terbentuknya batu empedu.
Shaffer (2005), mengemukakan kegemukan merupakan faktor resiko
yang penting untuk penyakit batu empedu, terutama pada perempuan.
58
Timbulnya batu empedu disebabkan oleh peningkatan sekresi kolesterol
empedu peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas reduktase
HMGCoA.
Pada penelitian ini menemukan adanya korelasi antara hiperlipidemia
dengan kejadian batu empedu, hal yang sama didapatkan pada penelitian di
China selama 1 tahun dari bulan januari- desember 2007, melibatkan 3573
sampel yang memenuhi kriteria inklusi dimana 384 pasien dengan batu, dari
384 tersebut sebanyak 142 orang (37 %) dengan hiperlipidemia (Huang, 2007).
Penelitian Henry (2005) di Jerman dengan jumlah sampel 4000 orang, 900
orang yang memenuhi kriteria inklusi, 154 (17.4%) dengan hiperlipidemia
menunjukan hasil yang bemakna hubungan hiperlipidemia dengan kejadian
batu empedu ( 95% CI=5,9 – 81,25; p <0,05). Penelitian Halldestam di Inggris
(2009), menyimpulkan hubungan bermakna peningkatan LDL-kolesterol dengan
kejadian batu empedu.
Penelitian di Libia (2011) menunjukkan tidak ada perubahan signifikan
secara statistik pada trigliserida serum dan empedu. Ada peningkatan signifikan
pada kedua density lipoprotein serum yang tinggi (HDL) dan low density
lipoprotein (LDL) jika dibandingkan dengan kontrol (p <0,01). Kolesterol bilier (p
<0,01), HDL (p <0,01) dan LDL (p <0,01) secara signifikan ketika dibandingkan
dengan sampel serum. Pada pasien cholelithiasis laki-laki, hanya kolesterol
total empedu (p <0,05) dan HDL kolesterol (p <0,001) menunjukkan kenaikan
yang signifikan. Di antara perempuan, cholelithiasis pasien ≤ 40 tahun
menunjukkan tingkat yang sangat signifikan HDL (p<0,001) dan LDL (p <0,001)
dalam serum, dan kolesterol total (p <0,001), HDL (p<0,001) dan LDL (p
59
<0,001) dalam empedu. Di antara perempuan, cholelithiasis pasien berusia> 40
tahun, kolesterol empedu (p <0,001) dan HDL (p <0,001) menunjukkan elevasi
yang signifikan secara statistik tetapi ini tidak terjadi dengan LDL empedu (p
<0,05). Seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini, ada hubungan antara
profil lipid serum dan empedu dalam menyebabkan batu empedu pada populasi
Libya. (Peela, 2011)
Terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan terbentuknya batu
empedu pada orang-orang dengan hiperlipidemia, masing-masing proses
dipengaruhi oleh faktor genetik dan atau lingkungan. Proses pertama dalam
pembentukan batu empedu adalah sekresi empedu jenuh dengan kolesterol
oleh hati. Langkah kedua dalam pembentukan batu empedu adalah kristalisasi.
pengendapan kristal kolesterol memulai pembentukan batu empedu. Ketika
empedu pada kandung empedu menjadi jenuh dengan kolesterol, maka terjadi
nukleasi, flokulasi dan pengendapan kristal kolesterol, keadaan ini
menyebabkan inisiasi pembentukan batu empedu. Terdapatnya promotor
kristalisasi yang berlebihan dan kekurangan relatif dari inhibitor kristalisasi juga
penting dalam inisiasi dan pembentukan nukleasi kristal batu empedu.
Promotor dan inhibitor sebagian besar berupa protein seperti glikoprotein lender
(Chang, 2011.).
Hampir semua pasien dengan hipertrigliseridemia memiliki cairan
empedu jenuh yang tinggi pada kandung empedunya meskipun pasien tersebut
kurus, hal ini mungkin merupakan salah satu penyebab meningkatnya kejadian
batu empedu pada pasien dengan hipertrigliserida (Chang, 2011 )
60
Meskipun pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna
antara umur kurang dari 40 tahun, jenis kelamin perempuan, obesitas, DM, dan
hiperlipidemia, dengan kejadian batu empedu, tetapi masih terdapat beberapa
kelemahan pada penelitian ini terutama dalam jumlah sampel. Dimana jumlah
sampel yang ikut dalam penelitian ini masih kecil, masih memungkinkan adanya
interaksi antara beberapa faktor resiko untuk terjadinya batu empedu, dan
untuk menentukan hubungan faktor resiko yang lebih bermakna diperlukan
penelitian kohort.
61
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Kelamin perempuan merupakan faktor resiko terjadinya batu
empedu dengan resiko 3,38 kali.
2. Usia dibawah 40 tahun merupakan faktor resiko terjadinya batu
empedu dengan resiko 2,05 kali.
3. Penderita kencing manis merupaka faktor resiko terjadinya batu
empedu dengan resiko 5,81 kali.
4. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya batu empedu dengan
resiko 4,02 kali.
5. Hiperlipidemia merupakan faktor resiko terjadinya batu empedu
(Trigliserida dengan resiko 2,14 kali; Kolesterol dengan resiko
2,05 kali).
62
7.2 Saran
Penelitian ini merupakan penelitian awal, diperlukan penelitian lanjutan
(kohort) untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor resiko dengan
kejadian batu empedu dengan sampel yang lebih besar dan variabel yang lebih
banyak sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih menggambarkan
populasi sebenarnya, diharapkan hasil penelitian hubungan faktor resiko
dengan kejadian batu empedu sebagai bahan acuan para klinisi untuk
mengetahui kelompok resiko tinggi terbentuknya batu empedu, sehingga dapat
dirancang suatu strategi pencegahan terbentuknya batu empedu .
63
DAFTAR PUSTAKA
Abu, E.2007. Prevalence and Risk Factor of Gallstone Disease in a High Altitude Saudi Population.Mediterranee orientale.13:4.
Acalovschi,M. 2001. Cholesterol gallstones: from epidemiology to Prevention. Postgrad Med J.77:221–229. Alina ,D., Hobart ,W, H.,et al. 2008. Biliary System. In:Norton,J.A.,Barie, P.S., Bollinger, R., Chang, A.E., Lowry, S.F., Mulvihill, S.J., Pass,H.I., Thompson, R.W., editors. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 2nd. Ed. New York: McGraw Hill.p. 911-925. Artikel Bedah.2011. Kolelithiasis, Batu Empedu.(serial online), Oct.-Des.,(cited 2011 Oct.25). Available from: URL: http://ilmubedah.info/kolelithiasis-batu-empedu-makalah-20110207.htm. Artikel Bedah.2011. Batu Empedu, Cholelithiasis, Patofisiologi.(serial online), Oct.-Des.,(cited 2011 Oct.25). Available from: URL: http://ilmubedah.info/kolelithiasis-batu-empedu-makalah-20110207.htm. Bateson, M. 1991. Batu Empedu. In: Bateson, M., editor. Batu Empedu dan Penyakit Hati. Jakarta: Arcan.p. 35-41. Beat, M., et al. 2008. Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts Diagnosis and Treatment.In: Beat, M., editor. Clinical Surgery. New York : McGraw Hill.p. 219-230 Beckingham, J.J. 2001. ABC Of Diseases Of Liver, Pancreas, And Biliary System Gallstone Disease. British Medical Journal Vol 13., 322(7278): 91–94. Bhangu, A.A. 2007. Cholelitiasis and Cholesistitis. In: Bhangu, A.A., editor. Flesh and Bones of Surgery. China: Elseiver.p.123-128. Chang,S.H.,Kuang,F.L.2011. Risk factors associated with symptomatic cholelithiasis in Taiwan: a population-based study. BMC Gastroenterol.11:111 ClinicStaff.2008.Gallstones.(serialonline), Mei.-Jun.,(cited 2008 Oct.5). Available from: URL: http:/www.6clinic.com/health/digetivesystyem/DG9999.htm. Davide,F., Ada,D., Simona, C., Ommaso ,S. 2008. Incidence of gallstone disease in Italy: Results from a multicenter, population-based Italian study (the MICOL project). World J. Gastroenterol., 14(34): 5282–5289. Doherty, G.M. 2010. Biliary Tract. In : Doherty, G.M., editor. Current Diagnosis & Treatment Surgery. 13 th. Ed. New York: McGraw-Hill.p. 544-55
Dorlan, W.A., Newman. 2002.Cholelithiasis. In: Dorlan, W.A., Newman, editors. Kamus Kedokteran Dorlan. 29 th. Ed. EGC.p.200-201. Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L., Looscalzo, J.2008.Cholelithiasis. In: Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L., Looscalzo,editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th.Ed. New York: McGraw-Hill.p. 278-280. Farrokh, S.T.2011. Asymptomatic Gallstones and Related Risk Factors in Iran. Hepato-Gastroenterology. 58:109-112. Garden, J.2007. Gallstone.In: Garden, J. editor. Principle and Practice of Surgery. China: Elseiver.p. 23-28. Guyton, A.C., Hall, J.E. 1997. Sistem Saluran Empedu. In: Guyton, A.C., Hall, J.E., editors. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th. Ed.Jakarta: EGC. p.1028-1029. Halldestam. 2009. Incidence of and Potential Risk Factors for Gallstone Disease in a General Population Sample. BJS. 96: 1315-1322.
Hansen, J.T., Lambert, D.R.2005. Galbledder.In: Hansen, J.T., Lambert, D.R. editors. Netter’s Clinical Anatomy. USA: MediMedia.p. 200-204. Henry,V. 2005. Independent Risk Factors for Gallstone Formation in a Region with High Cholelithiasis Prevalence. Digestion. 71:97–105. Heuman, D.M. 2011. Cholelithiasis. (serial online), Jan.-Mar.,(cited 2011 Jun.5) Available from: URL: http://emedicine.medscape. com/article/175667-overview.htm.
Huang, S,R., Yuan,A.S. 2009. Nationwide Epidemiological Study of Severe Gallstone Disease in Taiwan. BMC Gastroenterology., 10.1186/1471-230X-9-63
Hunter, J.G. 2007.Gallstones Diseases. Gallbladder and the Extrahepatic Biliary System. In : Brunicardi, F.C., editor. Schwart’s Principles of Surgery. 8 th.Ed. New York: McGraw-Hill.p.578-598
Latchie, M.1996. Cholelitiasis. In: Latchie, M., editor. Oxford Handbook of Clinical Surgery. Oxford University.p. 162-182. Lesmana, L. 2006. Batu Empedu. In: Sudoyo,A.W., Setiyohadi, B.,Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editors. Buku Ajar Penyakit Dalam. 4th.Ed. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.p.380-384. Markus, M. L. 2001. Cholesterol gallstones. from epidemiology to prevention Postgrad Med J., 77:221–229..
65
Maryan, L.F., Chiang W. 2010. Cholelithiasis. (serial online), Mar.-Apr., ( cited 2010Jun.8).Avaliablefrom:URL:http://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal/ topic97.htm. Nealon, T.F. 1996. Kolesistektomi Laparoskopi. In: Nealon, T.F. editor. Ketrampilan Pokok Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.p. 394-396 Olokoba,A.B.,Bojuwoye,B.J.2007. Pevalence of Gall Stone Disease (GSD) Among Nigerian with Type 2 Diabetes Mellitus. BMJ.20:110-114 Park, Y.H., Park, S.J., Jang, J.Y. 2009. Changing Patterns of Gallstone Disease in Korea. World J Gastroenterol.,10.3748/wjg.14.5282.
Peela,J.R.,Abdalla,J.2012. Lipid Profile in Bile and Serum of Cholelithiasis Patients– A Comparative Study. Journal of Basic Medical and Allied Sciences 1:2. Price, S.A., Wilson, L.M. 1995. Kolelitiasis dan Kolesistisis. In: Prince, S.A., editor. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4th. Ed. Jakarta: EGC. p. 430-444. Reeves, C.J. 2001. Penyakit Kandung. In: Reeves, C.J., editor. Keperawatan Medika Bedah. Jakarta: Salemba Medika.p.149-151. Sarr, M.G., Cameron, J.L. 1996. Sistem empedu. In: Cameron, J.L., editor. Esentials of Surgery. 2nd. Ed. Jakarta: EGC.p.121-123.
Silbernagl,S., Lang, F. 2000. Gallstones Diseases. In: Silbernagl,S., editor. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme. p. 164-167. Shaffer,A.E.2005. Epidemiology and Risk Factors for Gallstone Disease: Has the Paradigm Changed in the 21st Century.Gastroenterology.2:132-140. Sjamsuhidayat,R., de Jong, W. 2005. Kolelitiasis..In: Sjamsuhidayat,R., de Jong, W., editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd. Ed. Jakarta: EGC.p. 767-773.
Rupali, S. 2005. Gallbladder Disorder in Type 2 Diabetes Mellitus Cases. J. Hum. Ecol., 18(3): 169-171. Tank, P. W., Gest, T. R.. 2009.The Abdomen. In: Tank, P,W., Gest,T.R., editors. Atlas of Anatomy. New York: Lippincott Williams & Wilkins. p.653-661 Tjandra, J. J., Gordon, A.J.2006. Cholelitiasis. In: Gordon, A.J., editor. Textbook Of Surgery. 3 th. Ed. New Delhi:Blackwell.p.206-230. Townsend, C.M., Beauchamp, R.D., Evers. B,M., Mattox, K.L. 2004. Biliary Tract. In: Townsend, C.M., editor. Sabiston Textbook of Surgery.17th. Ed. New York: Elsevier. p.300-3010.