LI 1. ANATOMI GINJAL, URETER
LO 1.1 MAKRO
Ginjal terletak retroperitonium di depan dua costae terakhir (11
dan 12) dan tiga otot besar (m. Transversus abdominalis, m.
Quadratus lumborum, dan m. Psoas major) dengan berat sekitar 130gr.
Ginjal berbentuk seperti kacang tanah yang dari luar mempunyai
:
1. Ekstrimitas superior/ cranialis/ polus cranialis
2. Ekstrimitas inferior/ caudalis/ polus caudalis
3. Margo lateralis lebih kedepan
4. Margo Medialis lebih kebelakang, dimana terdapat hilum
renalis. Alat-alat yang masuk dan keluar hilum renalis, diantaranya
:
a. Arteri dan Vena Renalis
b. Nervus vasomotor simpatis
c. Pembuluh getah bening
d. Ureter.
Ginjal kiri lebih tinggi dibanding dengan ginjal kanan sekitar
setengah vertebrae, terletak mulai tepi atas VT 12 sampai VL 3,
atau sekitar empat ruas vertebrae. Karena ginjal kiri lebih tinggi
maka ginjal kiri terdapat dua costae yaitu, costae 11 dan 12,
ginjal kanan hanya punya 1 costae yaitu, costae 12. Ginjal tidak
sejajar dengan linea medialis posterior. Axisnya miring, yaitu
cranio media ke cranio lateral.
Ginjal diliputi oleh kapsula cribrosa tipis mengkilat, yang
berkaitan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan
dengan mudah dari permukaan ginjal, disebut Fascia Renalis. Ginjang
juga mempunyai selubung yang langsung membungkus ginjal disebut
Capsula Fibrosa, sedangkan yang membungkus lemak disebut capsula
adiposa.
Pada panampang melintang ginjal terbagi dua bagian, yaitu :
1. Korteks (Pinggir).
2. Medulla (Tengah).
Vaskularisasi ginjal terbagi dua, yaitu :
1. Medulla : Dari Aorta Abdominalis bercabang menjadi a.Renalis
dextra dan sinistra, masuk melalui hilum renalis menjadi
a.Segmentalis (a.lobaris) a.interlobaris lalu menjadi a.arcuata
lanjut menjadi a.interlobularis lalu a.afferen dan selanjutnya
masuk ke bagian cortex renalis ke dalam glomerulus, dan terjadi
filtrasi.
2. Cortex : a.afferen berhubungan dengan v.interlobularis,
bermuara ke v.Arcuata bermuara ke v.Interlobaris bermuara ke
v.Lobaris (v.Segmentalis) bermuara ke v.Renalis Dextra dan Sinistra
selanjutnya ke Vena Cava Inferior.
Ciri Khusus vaskularisasi ginjal :
1. Unit dalam vas afferens, mempunyai myoepitel (pada capsula
bowman) yang berfungsi sebagai otot untuk berkontraksi
2. Ada hubungan langsung antara arteri dengan vena disebut
arterio venosa anastomosis.
3. Adanya END ARTERY yaitu, pembuluh nadi yang buntu yang tidak
mempunyai sambungan dengan kapiler, sehingga kalau terjadi
penutupan yang lama akan terjadi arteri degenerasi.
Inervasi :
Plexus sympaticus renalis
Serabut afferen melalui plexus renalis menuju medulla spinalis
n.thoracalis X, XI, dan XII.
Pembuluh Lymphe :
Mengikuti v.Renalis melalui nl.aorta lateral, sekitar pangkal
a.renalis.
LO 1.2 MIKRO
GINJAL
Korteks: Glomerulus (banyak), tub.kon.proksimal dan
tub.con.distal
Medula: Duktus Coligens,Ductus Papillaris (bellini) dan Ansa
Henle
Unit fungsional ginjal
1. Nephron
Corpus Malpighi / Renal Corpuscle
Capsula Bowman
Pars parietalis: epitel selapis gepeng. Berlanjut menjadi
dinding tubulus proximal
Pars visceralis terdiri dari podocyte, melapisi endotel
Urinary space diantara kedua lapisan
Glomerulus
Gulungan kapiler, berasal dari percabangan arteriol afferen
dibungkus oleh capsula Bowman
keluar sebagai vas efferent
Sel-sel di glomerulus yang berperan dalam Glomelurar filtration
barrier
a) Endothel
Type fenestrata
Sitoplasma melebar, tipis dan mempunyai fenestra
b) Membrana Basalis
Fusi antara membrana basalis podocyte dan endothel
Lamina rara interna
Lamina densa
Lamina rara externa
c) Podocyte
Sel epiteloid besar, tonjolan sitoplasma (foot processes)
bercabang
Cabang sekunder (pedicle) menempel pada membrana basalis
Bersama sel endothel menyaring darah
d) Sel Mesangial intra glomerularis
Berasal dari sel jaringan mesenchyme
Pada matrix mesangial di antara kapiler glomerulus
Fagositosis benda asing, immune complex yang terjebak pada sel
endothel / glomerular filtration barrier
Cabang sitoplasma sel mesangial dapat mencapai lumen kapiler,
melalui sela sel endothel
Sel-sel yang berperan dalam sekresi renin
a) Macula densa
Bagian dari tubulus distal di cortex berjalan diantara vas
afferen dan vas efferen dan menempel ke renal corpusclemenjadi
lebih tinggi dan tersusun lebih rapat, disebut macula densa
b) Sel juxta glomerularis
Merupakan perubahan sel otot polos tunica media dinding
arteriole afferen
Sel otot polos berubah menjadi sel sekretorik besar bergranula
yang mengandung renin
c) Sel Polkisen (sel mesangial extra glomerularis)
Sel polkisen (bantal), lacis cells
Mengisi ruang antara vas afferen, makula densa dan vas
efferen
Berasal dari mesenchyme, mempunyai kemampuan fagositosis
Berhubungan dengan sel mesangial intraglomerular
Tertanam didalam matrix mesangial
Tubulus
Tubulus contortus proximalis
epitel selapis kubis
batas2 sel sukar dilihat
Inti bulat, letak berjauhan
Sitoplasma asidofil (merah)
Mempunyai brush border
Fungsi: reabsorbsi glukosa, ion Na, Cl dan H2O
Ansa Henle
Ansa Henle Segmen Tipis
Mirip pembuluh kapiler darah, ttp
epitelnya lbh tebal, shg sitoplasma lbh
jelas terlihat
Dlm lumennya tdk tdp sel2 darah
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Desendens
Mirip tub.kont.prox, ttp diameternya lbh
kecil dan dindingnya lbh tipis
selalu terpotong dlm berbagai potongan
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Asenden
Mirip tub.kont.distal, ttp diameternya lbh
kecil dan dindingnya lbh tipis
selalu terpotong dlm berbagai potongan
epitel selapis kubis
batas2 sel lebih jelas
Inti bulat, letak agak berdekatan
Sitoplasma basofil (biru)
Tdk mempunyai brush border
Absorbsi ion Na dalam pengaruh aldosteron. Sekresi ion K
2. Ductus Coligens
Saluran pengumpul, menampung beberapa tubulus distal, bermuara
sebagai ductus papillaris Bellini di papilla renis
Mirip tub.kont.distal
Batas2 sel epitel jelas
Sel lbh tinggi dan lbh pucat
URETER
Mucosa
Mucosa saluran urin sejak dari calyx minor, calyx major, ureter
dan vesica urinaria dilapisi oleh epitel transitional, permukaan
dapat menyesuaikan diri terhadap regangan, impermeable
Muscularis
Lapisan otot polos
Sebelah dalam: longitudinal, sebelah luar: circular
LI 2. FISIOLOGI GINJAL
LO 2.1 PEMBENTUKAN URIN
FILTRASI GLOMERULUS
Cairan yang difiltrasi glomerulus ke dalam kapsula bowman harus
melewati tiga lapisan membrana glomerulus:
Dinding kapiler glomerulus
Membran basal
Lapisan dalam kapsula bowman
Secara kolektif, lapisan tersebut menahan eritrosit dan protein
plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut ukuran molekul kecil
lewat. Membran basal terbentuk dari kolagen dan glikoprotein.
Glikoprotein ini bermuatan negatif sehingga menolak albumin dan
protein plasma lain, yang juga bermuatan negatif. Sehingga, protein
plasma hampir tidak terdapat pada filtrat. Rute yang dilewati bahan
terfiltrasi berawal dari melalui pori kapiler, kemudian membrana
basal aselular, akhirnya melewati celah filtrasi yang dibentuk sel
podosit. Sebagian penyakit ginjal disebabkan gangguan muatan
negatif di membran basal, yang menyebabkan glomerulus lebih
permeabel meski ukuran pori kapiler tidak berubah.
Gambar 2.1 Tahap transpor transepitel
Filtrasi glomerulus dilakukan oleh gaya fisik pasif untuk
mendorong sebagian plasma menembus lubang di membran glomerulus.
Tiga gaya fisik dalam filtrasi glomerulus:
1. Tekanan darah kapiler glomerulus (55 mmHg)
Tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler
glomerulus. Tekanan kapiler glomerulus lebih tinggi dibandingkan di
tempat lain, karena garis tengah arteriol aferen lebih besar
daripada arteriol eferen. Selain itu, karena tingginya resistensi
yang dihasilkan arteril eferen sehingga tekanan darah tidak
memiliki kecendurungan untuk turun. Tekanan darah yang tinggi dan
cenderung tidak turun ini yang mendorong cairan keluar glomerulus
menuju kapsul Bowman dan merupakan gaya utama filtrasi glomerulus.
Dua gaya lainnya, gaya onkotik dan gaya hidrostatik melawan
filtrasi.
2. Tekanan osmotik kolid plasma (30 mmHg)
Protein plasma tidak dapat difiltrasi sehingga tetap berada di
dalam kapiler. Hal ini menimbulkan konsentrasi H2O lebih tinggi di
dalam kapsul Bowman. Timbul kecenderungan H2O berpindah melalui
osmosis menuruni gradien konsentrasinya sendiri dari kapsul Bowman
ke glomerulus melawan filtrasi.
3. Tekanan hidrostatik kapsula bowman (15 mmHg)
Tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus.
Cenderung mendorong cairan ke glomerulus.
Gaya total yang mendorong filtrasi adalah 55mmHg, sedangkan dua
gaya melawannya adalah 45mmHg. Perbedaan netto yang mendorong
filtrasi (10mmHg) disebut tekanan filtrasi netto. Laju filtrasi
sebenarnya, laju filtrasi glomerulus (LFG) selain bergantung pada
tekanan filtrasi netto namun juga terhadap luas permukaan
glomerulus dan tingkat permeabel membran glomerulus. Pada pria
dihasilkan 180 liter filtrat glomerulus setiap hari untuk LFG
rerata 125 ml/mnt. 160 liter filtrat perhari pada LFG rerata 115
ml/mnt pada wanita. Tekanan onkotik yang rendah dapat meningkatkan
LFG, begitu pula sebaliknya pada pasien luka bakar luas dengan
kurangnya protein plasma sehingga tekanan onkotik meningkat dan LFG
turun. Perubahan tekanan hidrostatik kapsul bowman dapat terjadi
pada pembendungan cairan akibat obstruksi saluran kemih atau
prostat.
Jumlah aliran ke dalam glomerulus diatur oleh tekanan darah
arteri sistemik rata-rata dan resistensi arteriol aferen. Terdapat
dua mekanisme kontrol pengatur LFG, keduanya untuk penyesuaian
aliran darah glomerulus dengan pengaturan jari-jari dan resistensi
arteriol aferen. Mekanisme ini adalah
1. Mekanisme otoregulasi, untuk mencegah perubahan spontan
LFG
Tekanan darah arteri akan berbanding lurus dengan tekanan
kapiler glomerulus dan LFG selama faktor lain tidak berubah.
Otoregulasi adalah mekanisme regulasi dari ginjal sendiri. Ginjal
melakukannya dengan mengubah resistensi arteriol aferen pada
berbagai keadaan tekanan arteri yang tinggi maupun rendah. Jika LFG
meningkat akibat peningkatan tekanan arteri, arteriol aferen akan
berkonstriksi untuk mengurangi aliran darah sehingga tekanan
filtrasi netto dan LFG akan berkurang. Begitu pula sebaliknya.
Terdapat dua mekanisme intrarenal yang ikut berperan:
a. Mekanisme miogenik, berespon inheren terhadap perubahan
tekanan di dalam vaskular nefron untuk gerak otot polos yang
dilakukan langsung oleh pembuluh darah
b. Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus, mendeteksi kadar
garam di cairan yang mengalir melalui tubular nefron yang dilakukan
oleh makula densa. Jika LFG meningkat maka cairan yang difiltrasi
dan melalui tubulus distal akan lebih besar. Sehingga makula densa
mendeteksi adanya peningkatan penyaluran garam ke tubulus, sel ini
mengeluarkan adenosin dan menyebabkan arteriol aferen
berkonstriksi. Begitupun sebaliknya.
2. Mekanisme kontrol simpatis ekstrinsik
LFG dapat dirubah secara sengaja meski tekanan arteri berada
dalam kisaran otoregulasi oleh mekanisme ini. Kontrol ekstrinsik
LFG dipengaruhi sinyal sistem saraf simpatis ke arteriol aferen,
sedangkan parasimpatis tidak berpengaruh apapun pada ginjal.
Bagan 2.1 Refleks baroreseptor mempengaruhi LFG
REABSORBSI TUBULUS
Terdapat lima sawar terpisah yang harus dilewati suatu bahan
yang akan direabsorpsi, tahap ini merupakan tahapan transpor
transepitel
Tahap 1: dari cairan tubulus melewati membran luminal sel
tubulus
Tahap 2: melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi
lainnya
Tahap 3: bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus ke
cairan interstitial
Tahap 4: difusi melalui cairan interstitium
Tahap 5: menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma
darah
Terdapat dua jenis reabsorbsi tubular. Pertama, reabsorpsi pasif
yang mengikuti gradien elektrokimia atau osmotik. Kedua, reabsorpsi
aktif yang melawan gradien elektrokimia.
Peran reabsorpsi natrium pada masing-masing segmen
Rebsorpsi natrium di tubulus proksimal, berperan dalam
reabsorpsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea
Reabsorpsi natrium di pars ascendens ansa Henle, bersama dengan
reabsorpsi Cl-, berperan penting dalam kemampuan ginjal
menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume bervariasi,
bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat atau mengeluarkan
H2O
Reabsorbsi natrium di tubulus distal dan koligens bervariasi dan
berada di bawah kontrol hormon. Reabsorpsi ini sebagai kunci dalam
mengatur vollume CES, yang penting dalam kontrol jangka panjang
tekanan darah arteri, dan juga sebagaian berkaitan dengan sekresi
K+ dan sekresi H+.
Transpor Na+ dari lumen tubulus ke sel tubulus terjadi secara
pasif melalui saluran natrium, ketika akan berpindah dari sel
tubulus ke ruang lateral cairan intrastitial natrium dikeluarkan
secara aktif melalui pompa Na+-K+ basolateral. Setelah itu natrium
akan menuruni konsentrasinya yang tinggi di interstitial menuju ke
gradian konsentrasi rendah di plasma, proses ini berlangsung secara
difusi pasif.
Sistem hormon yang paaling penting terlibat dalam regulasi Na+
adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Sel granular
aparatus jukstaglomerulat mengeluarkan suatu hormon enzimatik,
renin ke dalam darah sebagai respon terhadap penurunan NaCl/Volume
CES/tekanan darah. Fungsi ini sebagai peran tambahan terhadap peran
makula densa dalam otoregulasi. Sel granular meningkatkan sekresi
renin:
1. Sel granular sendiri sebagai baroreseptor intrarenal. Ketika
mendeteksi penurunan tekanan darah arteriol aferen, sel granular
mengeluarkan lebih banyak renin
2. Sel makula densa yang memberi sinyal jika terjadi penurunan
NaCl melalui tubulus, sehingga memicu sel granular mengeluarkan
banyak renin
3. Sel granular disarafi oleh sistem saraf simpatis. Ketika
tekanan darah turun refleks baroreseptor meningkatkan aktivitas
simpatis. Peningkatan ini merangsang sel granular mengeluarkan
lebih banyak renin
Melalui proses yang melibatkan RAAS, peningkatan sekresi renin
menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan
koligentes. Clorida secara pasif mengikuti Na. Manfaat akhir dari
retensi garam adalah mendorong retensi H2O secara osmotis, yang
membantu memulihkan volume plasma sehingga penting dalam kontrol
jangja panjang tekanan darah.
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim
untuk mengaktifkan protein plasma yang disintesis hati yaitu,
angiotensinogen, menjadi angiotensin I. Setelah melewati sirkulasi
paru, angiotensin I dirubah oleh angiotensin-converting enzyme
(ACE) menjadi angiotensin II yang berperan merangsang sekresi
hormon aldosteron. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh
tubulus distal dan koligentes. Selain itu, angiotensin II juga
merangsang rasa haus (meningkatkan asupan cairan) dan merangsang
vasopresin (suatu hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh
ginjal), dimana keduanya berperan dalam menambah volume plasma dan
meningkatkan tekanan arteri.
REABSORPSI GLUKOSA DAN ASAM AMINO
Glukosa dan asam amino dipindahkan dari tubulus ke plasma
melalui transpor aktif sekunder. Dimana glukosa dan asam amino
membutuhkan Na+ untuk melewati pembawa kotransporter khusus yang
hanya terdapat di membran tubulus proksimal. Pada hakikatnya,
glukosa dan asam amino mendapat tumpangan gratis dengan menggunakan
energi yang telah digunakan dalam reabsorpsi Na+. Setelah diangkut
ke dalam sel tubulus dari lumennya, glukosa dan asam amino akan
berdifusi secara pasif menuruni gradien konsentrasi menembus
membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke dalam plasma.
Sebagai catatan, pembawa kotranspor glukosa tidak dapat membawa
asam amino, begitu pula sebaliknya bekerja secara spesifik.
Laju reabsorpsi maksimal tercapai jika semua pembawa
kotransporter yang spesifik untuk suatu bahan ditempati atau jenuh
sehingga pembawa-pembawa tidak lagi menangani penumpang tambahan
pada saat itu. Transpor maksimal ini disebut maksimum tubulus (Tm),
meskipun pembawa Na+ dapat mengalami kejenuhan namun tubulus secara
keseluruhan tidak memperlihatkan maksimum tubulus untuk Na+, karena
aldosteron mendorong sintesis pembawa Na+-K+ yang lebih aktif di
tubulus distal dan koligentes.
Tm untuk glukosa sekitar 375 mg/mnt; yaitu reabsorpsi dapat
mencapai 375 mg glukosa per menit sebelum mencapat kemampuan
transpor maksimal. Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan
tercapai dan bahan mulai muncul di urin disebut ambang ginjal. Pada
Tm 375 mg/mnt dan LFG 125 ml/mnt, ambang ginjal untuk glukosa
adalah 300 mg/ml. Hal ini karena glukosa sering diekskresikan
sebelum ambang rerata ginjal, disebabkan oleh; (1)tidak semua
nefron memiliki Tm yang sama sehingga sebagian nefron mungkin telah
melampaui Tm mereka dan mengeksresikan glukosa, (2) efisiensi
pembawa kotranspor glukosa mungkin tidak bekerja pada kapasitas
maksimalnya pada nilai yang meningkat tetapi kurang dari nilai
Tm.
Glukosa adalah bahan yang memiliki Tm tetapi tidak diatur oleh
ginjal. Sedangkan fosfat, bahan dengan Tm yang diatur oleh ginjal.
Ginjal tidak mengatur glukosa karena ginjal tidak mempertahankan
glukosa pada konsentrasi plasma tertentu. Konsentrasi ini diatur
oleh mekanisme endokrin dan hati, ginjal hanya mempertahankan
berapapun konsentrasi glukosa yang ditetapkan. (ginjal hanya
mengatur sesuai ambangnya tetapi ambangnya tidak sama dengan
konsentrasi plasma normalnya seperti di reabsorpsi fosfat)
REABSORPSI FOSFAT
Fosfat adalah contoh bahan yang direabsorpsi secara aktif dan
diatur ginjal. Ambang ginjal untuk ion-ion inorganik seperti fosfat
dan kalsium sama dengan konsentrasi plasma normalnya. Pembawa
transpor untuk elektrolit ini terletak di tubulus proksimal.
Kelebihan fosfat yang masuk akan cepat dikeluarkan ke dalam urin
karena mekanisme ginjal yang dapat memreabsorpsi fosfat setara
dengan konsentrasi plasma. Reabsorpsi fosfat juga dibawah kontrol
hormon yaitu paratiroid yang mengubah ambang ginjal untuk fosfat
dan kalsium.
REABSORPSI KLORIDA
Ion muatan negatif ini direabsorpsi secara pasif menuruni
gradien listrik akibat transpor aktif natrium yang bermuatan
positif. Umumnya clorida mengalir di antara, bukan menembus sel
tubulus. Reabsorpsinya bergantung laju reabsorpsi aktif Na.
REABSORPSI AIR
Air direabsorpsi secara pasif diseluruh panjang tubulis karena
H2O secara osmotis mengikuti natrium. Pada reabsorbsi 80% di
tubulus proksimal dan ansa henle tidak ada peran hormonal, sisanya
20% direabsorpsi di tubulus distal dan kolingentes di bawah
pengaruh hormonal tergantung hidrasi tubuh. Selama direabsorpsi H2O
melewati akuaporin atau saluran air yang terbentuk oleh
protein-protein membran plasma spesifik di sel tubulus. Di bagian
tubulus proksimal, saluran ini selalu terbuka sehingga permeabel
air. Namun, di tubulus distal diatur hormon vasopresin sehingga
reabsorpsinya berubah-ubah.
Akibat konsentrasi natrium di ruang lateral meningkat,
mengakibatkan aliran pasif H2O dari lumen ke ruang lateral atau
melalui tight-junction antar sel. Akumulasi cairan ini meningkatkan
tekanan hidrostatik yang mendorong H2O keluar ruang lateral menuju
interstitium dan akhirnya ke dalam kapiler peritubular. Protein
plasma yang tidak terfiltrasi akan terangkut ke dalam kapiler
peritubular sehingga menyebabkan tekanan onkotik di dalam kapiler
yang menarik air secara pasif ke dalam plasma.
REABSORPSI UREA
Urea merupakan bentuk pecahan protein. Akibat reabsorpsi air
yang banyak pada tubulus proksimal menyebabkan konsentrasi air
lebih tinggi di dalam interstitial dibandingkan di tubulus. Hal ini
membuat cairan di dalam tubulus menjadi lebih pekat, urea merukapan
salah satu di dalam cairan tersebut. Hal ini membuat urea melakukan
difusi pasif ke dalam plasma melalui interstitial pada akhir
membran tubulus proksimal yang agak permiabel terhadap urea.
Produk seperti fenol dan kreatinin tidak direbsorbsi karena
tidak dapat menembus dinding tubulus dan tidak dibawah kontrol
fisiologik.
SEKRESI TUBULUS
Sekresi merupakan proses berkebalikan absorpsi, yaitu pemindahan
sekret dari kapiler peritubular menuju tubulus. Bahan penting yang
disekresi tubulus adalah ion hidrogen, ion kalium, serta anion dan
kation organik.
Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam basa.
Ketika cairan tubuh terlalu asam maka sekresi H+ meningkat, begitu
pula sebaliknya. Sekresi ion ini dapat terjadi di tubulus
proksimal, distal, koligentes.
Ion kalium secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan
secara aktif disekresi di tubulus distal dan koligentes. Lokasi
saluran K+ pasif berbeda-beda di setiap tubulus. Di tubulus distal
dan koligentes, saluran K+ terkonsentrasi di membran luminal,
menyediakan rute bagi K+ yang dipompa ke dalam sel untuk keluar ke
dalam lumen (disekresi). Di segmen tubulus lainnya, saluran K+
terutama terletak di membran asolateral. Akibatnya, K+ yang dipompa
ke dalam sel dari ruang lateral oleh pompa Na+-K+ mengalir balik ke
ruang lateral melalui saluran-saluran ini. Sehingga daur ini
memungkinkan pompa Na+-K+ terus-menerus melakukan reabsorpsi Na
tanpa efek lokal netto pada K+.
Peningkatan ion kalium di plasma dapat merangsang korteks
adrenal untuk merangsang aldosteron untuk meningkatkan sekresi
kalium. Peningkatan K+ plasma secara langsung merangsang sekresi
aldostero, sementara penurunan konsentrasi Na+ merangsang
aldosteron melalui lajur kompleks RAAS. Karena itu, aldosteron
dapat dirangsang oleh dua proses berbeda. Apapun perangsangnya,
efek aldosteron selalu mendorong reabsorbsi Na+ dan sekresi K+.
Karena itu sekresi K+, dapat secara tidak sengaja diakibatkan oleh
deplesi Na+, penurunan volume CES, atau penurunan tekanan arteri
yang sama sekali tidak berkaitan dengan keseimbangan K+.
Faktor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat
sekresi K+ adalah status asam basa tubuh. Pompa basolateral di
bagian distal nefron dapat mensekresikan K+ dan H+ untuk
dipertukarkan dengan Na+ yang direabsorpsi. Dalam keadaan normal,
ginjal cenderung mensekresikan K+ tetapi jika cairan tubuh terlalu
asam dan sekresi H+ ditingkatkan sebagai tindakan kompensasi, maka
sekresi K+ berkurang. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi K+
yang tidak sesuai di cairan tubuh.
LO 2.2 PERAN GINJAL TERHADAP HOMEOSTASIS
Ginjal berperan dalam homeostasis melalui cara-cara spesifik
berikut:
FUNGSI REGULASI
Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektrolit
CES, termasuk yang penting dalam mempertahankan eksitabilitas saraf
dan otot
Ginjal membantu mempertahankan pH yang sesuai dengan membuang
kelebihan H+ (asam) atau HCO3- (basa) di urin
Mempertahankan volume plasma yang sesuai, penting dalam regulasi
jangka panjang tekanan darah arteri, dengan mengontrol keseimbangan
garam tubuh. Volume CES, termasuk volume plasma, mencerminkan
jumlah garam total di CES, karena Na+ dan anion penyertanya, Cl-,
berperan dalam lebih dari 90% aktivitas osmotik (menahan air)
CES.
Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh, yang penting
dalam memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) CES. Peran
ini penting dalam mempertahankan stabilitas volume sel dengan
menjaga air agar tidak berpindah secara osmosis masuk atau keluar
sel sehingga sel tidak membengkak atau menciut.
FUNGSI EKSKRESI
Ginjal mengekskresi produk sisa metabolisme di urin. Jika
dibiarkan di dalam tubuh maka bisa menjadi toksik
Ginjal juga mengeluarkan banyak senyawa asing yang masuk
tubuh
FUNGSI HORMON
Ginjal menghasilkan eritropoietin, hormon yang menrangsang
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Efek ini berperan
dalam homeostasis dengan membantu mempertahankan kandungan optimal
O2 darah. Lebih dari 98% O2 di darah terikat hemoglobin di dalam
sel darah merah
Ginjal juga menghasilkan renin, hormon yang memicu jalur RAAS
untuk mengontrol reabsorpsi Na+ di tubulus ginjal, yang penting
dalam pemelihataan jangka panjang volume plasma dan tekanan darah
arteri
FUNGSI METABOLIT
Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
Vitamin D esensial untuk menyerap Ca+ dari saluran cerna. Kalsium,
sebaliknya, memiliki beragam fungsi homeostatik.
LI 3. SINDROMA NEFROTIK
LO 3.1 DEFINISI
LO 3.2 ETIOLOGI
LO 3.3 KLASIFIKASI
LO 3.4 PATOFISIOLOGI
LO 3.5 MANIFESTASI KLINIS
LO 3.6 DIAGNOSIS&DIAGNOSIS BANDING
LO 3.7 TATALAKSANA
LO 3.8 KOMPLIKASI
LO 3.9 PROGNOSIS
LO 3.10 PENCEGAHAN
LI 4. URIN DAN DARAH MENURUT PANDANGAN ISLAM
Thaharah () dalam bahasa Arab bermakna An-Nadhzafah (), yaitu
kebersihan. Namun yang dimaksud disini tentu bukan semata
kebersihan. Thaharah dalam istilah para ahli fiqih adalah:
mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu.
mengangkat hadats dan menghilangkan najis.
Pengertian Thaharah
Thaharah atau bersuci menduduki masalah penting dalam Islam.
Boleh dikatakan bahwa tanpa adanya thaharah, ibadah kita kepada
Allah SWT tidak akan diterima. Sebab beberapa ibadah utama
mensyaratkan thaharah secara mutlak. Tanpa thaharah, ibadah tidak
sah. Bila ibadah tidak sah, maka tidak akan diterima Allah.
Thaharah menduduki masalah penting dalam Islam.
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam
pembagian yang besar.
1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait
dengan kebersihan badan, pakain dan tempat shalat dari najis. Boleh
dikatakan bahwa thaharah secara hakiki adalah terbebasnya seseorang
dari najis. Seorang yang shalat dengan memakai pakaian yang ada
noda darah atau air kencing, tidak sah shalatnya. Karena dia tidak
terbebas dari ketidaksucian secara hakiki. Thaharah secara hakiki
bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel, baik pada
badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibadah ritual. Caranya
bermacam-macam tergantung level kenajisannya. Bila najis itu
ringan, cukup dengan memercikkan air saja, maka najis itu dianggap
telah lenyap. Bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali
dan salah satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan,
disucikan dengan cara mencucinya dengan air biasa, hingga hilang
warna najisnya. Dan juga hilang bau najisnya. Dan juga hilang rasa
najisnya.
2. Thaharah Hukmi
Thaharah secara hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats,
baik hadats kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah
secara hukmi tidak terlihat kotornya secara pisik. Bahkan boleh
jadi secara pisik tidak ada kotoran pada diri kita. Namun tidak
adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum tentu dipandang
bersih secara hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian secara
ritual. Seorang yang tertidur batal wudhu-nya, boleh jadi secara
pisik tidak ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib
berthaharah ulang dengan cara berwudhu bila ingin melakukan ibadah
ritual tertentu seperti shalat, thawaf dan lainnya. Demikian pula
dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah mencuci maninya
dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap
belum dikatakan suci dari hadats besar hingga selesai dari mandi
janabah.
Najis (Najasah) menurut bahasa artinya adalah kotoran. Dan
menurut Syara' artinya adalah sesuatu yang bisa mempengaruhi Sahnya
Sholat. Seperti air kencing dan najis-najis lain sebagainya.
Najis itu dapat dibagi menjadi Tiga Bagian :
1. Najis Mughollazoh. ( )
Yaitu Najis yang berat. Yakni Najis yang timbul dari Najis
Anjing dan Babi.
2. Najis Mukhofafah
Ialah najis yang ringan, seperti air kencing Anak Laki-laki yang
usianya kurang dari dua tahun dan belum makan apa-apa, selain air
Susu Ibunya.
Cara membersihkannya, cukup dengan memercikkan air bersih pada
benda yang terkena Najis tersebut sampai bersih betul. Kita
perhatikan Hadits dibawah ini :
"Barangsiapa yang terkena Air kencing Anak Wanita, harus dicuci.
Dan jika terkena Air kencing Anak Laki-laki. Cukuplah dengan
memercikkan Air pada nya". (H.R. Abu Daud dan An-Nasa'iy)
Tapi tidak untuk kencing anak perempuan, karena status
kenajisannya sama dengan Najis Mutawassithah ( )
3. Najis Mutawassithah ( )
Ialah Najis yang sedang, yaitu kotoran Manusia atau Hewan,
seperti Air kencing, Nanah, Darah, Bangkai, minuman keras; arak,
anggur, tuak dan sebagainya(selain dari bangkai Ikan, Belalang, dan
Mayat Manusia). Dan selain dari Najis yang lain selain yang
tersebut dalam Najis ringan dan berat.
Hadist yang menerangkan tentang najisnya air kencing dan cara
mensucikananya:
Dari Anas bin Malik radiyallahu anhu-, dia berkata, Pernah
datang seorang arab Badui, lalu dia kencing di pojok masjid,
kemudian orang-orang menghardiknya, dan Rasulullah menahan hardikan
mereka. Ketika dia telah menyelesaikan kencingnya, maka Nabi
shallallahu alaihi wa sallam- pun memerintahkan (untuk mengambil)
seember air, lalu beliau siramkan ke tempat itu (Muttafaqun
Alaihi)
Faedah Hadits
1. Air kencing (manusia) itu najis, dan wajib mensucikan tempat
yang mengenainya baik itu badan, pakaian, wadah, tanah, atau
selainnya.
2. Cara mensucikan air kencing yang ada di tanah adalah
menyiramkannya dengan air, dan tidak disyaratkan memindahkan debu
dari tempat itu baik sebelum menyiramnya maupun setelahnya. Hal
serupa (penyuciannya) dengan air kencing adalah (penyucian)
najis-najis lainnya, dengan syarat najis-najis tersebut tidak
berbentuk padatan.
SUMBER:Sherwood, Lauralee. (2009) Fisiologi Manusia: dari Sel ke
Sistem Ed.6. Jakarta, EGC