Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Sumber Gedang terletak di wilayah kerja Puskesmas Pandaan, dimana sebagai puskesmas jalan raya, kasus kecelakaan lalu lintas merupakan 10 besar penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Pandaan. Data sekunder berupa informasi dari puskesmas menunjukkan bahwa kunjungan Unit Gawat Darurat didominasi oleh pasien paska kecelakaan lalu lintas. Tentu saja kecelakaan ini menyangkut nyawa kehidupan seseorang, karena apabila tidak ditangani dengan benar dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Penanganan ini dimulai dari masyarakat awam yang berada di dekat lokasi kejadian kecelakan sampai dengan tenaga kesehatan di pusat pelayanan kesehatan. Selain itu, di wilayah Desa Sumber Gedang terdapat jurang yang langsung mengarah kepada sungai dengan batu besar. Pada jurang ini telah terjadi kecelakaan lalu lintas lebih dari 3 kali yang memakan korban 3 orang meninggal. Upaya pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu kesatuan alur yang tidak terpecah-pecah, dimulai dari fase pra Rumah Sakit, fase Rumah Sakit dan fase rehabilitasi. Sedangkan pertolongan pertama yang paling penting sebelum penderita atau korban masuk Rumah Sakit adalah saat 1
45

f7 minipro

Sep 12, 2015

Download

Documents

INTERNSIP
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangDesa Sumber Gedang terletak di wilayah kerja Puskesmas Pandaan, dimana sebagai puskesmas jalan raya, kasus kecelakaan lalu lintas merupakan 10 besar penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Pandaan. Data sekunder berupa informasi dari puskesmas menunjukkan bahwa kunjungan Unit Gawat Darurat didominasi oleh pasien paska kecelakaan lalu lintas. Tentu saja kecelakaan ini menyangkut nyawa kehidupan seseorang, karena apabila tidak ditangani dengan benar dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian. Penanganan ini dimulai dari masyarakat awam yang berada di dekat lokasi kejadian kecelakan sampai dengan tenaga kesehatan di pusat pelayanan kesehatan. Selain itu, di wilayah Desa Sumber Gedang terdapat jurang yang langsung mengarah kepada sungai dengan batu besar. Pada jurang ini telah terjadi kecelakaan lalu lintas lebih dari 3 kali yang memakan korban 3 orang meninggal.Upaya pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu kesatuan alur yang tidak terpecah-pecah, dimulai dari fase pra Rumah Sakit, fase Rumah Sakit dan fase rehabilitasi. Sedangkan pertolongan pertama yang paling penting sebelum penderita atau korban masuk Rumah Sakit adalah saat berada di fase Pra Rumah Sakit. Hal ini dikarenakan kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pra Rumah Sakit. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sebuah pelatihan mengenai pertolongan pertama pada kejadian gawat darurat yang perlu ditingkatkan dari kapasitas masyarakat awam.Kader kesehatan di Desa Sumber Gedang diharapkan bisa menjadi tenaga terlatih yang bisa dijadikan rujukan orang awam jika terjadi masalah kesehatan, begitu juga dengan kejadian gawat darurat. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengadakan pelatihan tanggap gawat darurat pada kader kesehatan Desa Sumber Gedang Kecamatan Pandaan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya dapat meminimalisir keparahan kejadian paska gawat darurat sebelum dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan. Dimulai dengan survei sampai intervensi mengenai tingkat pengetahuan mereka akan penanganan terhadap kejadian gawat darurat, pelatihan, dan diakhiri dengan evaluasi.

1.2 Rumusan MasalahBagaimanakah tingkat pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan Desa Sumber Gedang, Puskesmas Pandaan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan tentang pertolongan pertama gawat darurat?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan UmumMeningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan Desa Sumber Gedang, Puskesmas Pandaan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan tentang pertolongan pertama gawat darurat sebelum dirujuk ke pelayanan kesehatan.1.3.2 Tujuan KhususAdapun tujuan khusus pelatihan tanggap gawat darurat agar kader kesehatan dapat :1. Mengetahui cara mengecek kesadaran dengan metode AVPU (Alert - Verbal Pain Unresponsive).2. Mengetahui tanda-tanda cedera tulang leher.3. Mengetahui tanda-tanda vital.4. Mengetahui cara evaluasi jalan nafas dengan melihat mendengarkan merasakan (Look Listen Feel).5. Mengetahui adanya obstruksi atau hambatan jalan nafas.6. Mengetahui cara pembebasan jalan nafas (tanpa alat dan dengan alat).7. Melakukan kontrol terhadap tulang belakang (C-spine control).8. Mengetahui cara evaluasi pernafasan dengan melihat mendengarkan merasakan (Look Listen Feel).9. Mengetahui tanda-tanda bahaya nafas.10. Mengetahui tanda-tanda syok.11. Mengetahui cara tindakan penanganan pertama syok (posisi syok).12. Melakukan cara Resusitasi Jantung Paru (RJP).13. Mengetahui cara mengontrol perdarahan (bebat tekan dan bebat bidai).14. Mengetahui cara mengevaluasi korban dengan log roll.15. Mengetahui cara melepas helm pada korban kecelakaan.16. Mengetahui cara melakukan transportasi.

1.4 Manfaat1.4.1 Meningkatkan mutu pelayanan di Desa Sumber Gedang Puskesmas Pandaan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan yang sesuai dengan visi pembangunan kesehatan Indonesia.1.4.2 Meningkatkan derajat kesehatan di Desa Sumber Gedang Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan yang sesuai dengan visi pembangunan kesehatan Indonesia.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA 1. Cara mengecek kesadaran dengan metode AVPU (Alert Verbal Pain Unresponsive).A: AlertKorban dalam keadaan sadar penuh, dapat melakukan aktivitasnya sendiri.V: VerbalKorban memberi respon terhadap kata-kata atau saat dipanggil di dekat telinga.P: PainKorban memberi respon terhadap rasa nyeri. Rasa nyeri dapat diberikan di tempat yang peka, yaitu di tulang mata bagian atas, pangkal kuku, dan bagian tengah tulang dada.U: UnresponsiveKorban tidak merespons sama sekali, walaupun terhadap rasa nyeri.

2. Mengetahui tanda-tanda cedera tulang leher.Waspadai adanya cedera tulang leher pada korban. Apabila korban mengalami cedera tulang leher, maka penanganan korban harus tepat seperti dalam hal menggerakkan dan memindahkan korban agar korban tidak mengalami kecacatan dan kematian. Adapun tanda-tanda cedera tulang leher adalah: Multiple trauma (didapatkan luka di banyak tempat). Adanya luka di atas leher. Mode of injury (bila diketahui proses kejadiannya, baik secara langsung maupun dari orang lain yang menyaksikan kejadiannya). Adanya gangguan pada saraf (dapat diketahui dengan berbagai cara, contohnya korban disuruh mengangkat kaki kanan dan kiri, ternyata tidak sama kekuatannya)

3. Mengetahui tanda-tanda vital.Tanda vital yang paling mudah dievaluasi adalah denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu.Denyut nadi dapat dievaluasi dengan meraba menggunakan 3 jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis) di pembuluh nadi radialis (pergelangan tangan), brachialis (lipatan siku), carotis (leher bagian samping), dan femoralis (lipatan paha bagian dalam) kemudian menghitungnya dalam 1 menit. Nilai normal denyut nadi adalah 60 100x/menit.Frekuensi pernafasan dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah nafas atau jumlah naik turunnya dada dalam 1 menit. Nilai normal frekuensi pernafasan adalah 12 20x/menit.Suhu dapat dievaluasi dengan menggunakan alat termometer. Jika termometer tidak ada, maka dapat digunakan punggung tangan untuk menilai suhu badan seseorang normal atau tidak.

4. Mengetahui cara evaluasi jalan nafas dengan melihat mendengarkan merasakan(Look Listen Feel).Evaluasi dilakukan dengan cara penolong berada di sebelah kanan korban sejajar dengan bahu korban. Penolong merendahkan kepala di atas kepala korban sambil melihat ke arah dada korban (look), mendengarkan suara nafas korban dengan telinga yang berada di dekat hidung dan mulut korban (listen), serta merasakan hembusan nafas korban dengan pipi penolong (feel).Look : Adakah gerak dada?Gerak dada simetris atau tidak?Adakah jejas di dada?Listen : Adakah suara nafas?Adakah suara nafas tambahan?Feel : Terasakah hawa nafasnya?

5. Mengetahui adanya obstruksi atau hambatan jalan nafas.Obstruksi jalan nafas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:a. Obstruksi parsial atau sebagian.Obstruksi sebagian ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: Obstruksi oleh benda padat terdengar suara seperti mengorok (snoring). Obstruksi oleh benda cair terdengar suara seperti berkumur (gargling). Obstrusi karena edema laringterdengar suara nyaring (crowing).Pada obstruksi sebagian ini terjadi pada orang yang masih bernafas.b. Obstruksi total.Pada obstruksi ini, orang tidak dapat bernafas, sehingga tidak didapatkan gerak dada pernafasan, suara nafas maupun suara nafas tambahan.

6. Mengetahui cara pembebasan jalan nafas (tanpa alat dan dengan alat).Ada banyak cara untuk membebaskan jalan nafas. Pemilihan cara yang tepat tergantung pada penyebab sumbatan jalan nafas, antara lain:a. Sumbatan jalan nafas oleh benda padatBenda padat yang sering menyumbat jalan nafas adalah pangkal lidah. Selain itu, dapat disebabkan oleh makanan seperti bakso, daging, dan lain-lain. Sumbatan berupa pangkal lidah, dapat dibebaskan dengan cara head tilt and chin lift (penolong berada di sebelah kanan korban, penolong menengadahkan kepala korban dengan telapak tangan kiri menahan dahi dan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan penolong menahan tulang dagu ke atas). Sumbatan berupa makanan, yang terlihat dari mulut korban, dapat dibebaskan dengan cara cross finger (penolong menyilangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan untuk membuka mulut korban, kemudian makanan yang menghambat tersebut diambil langsung). Sumbatan berupa makanan, yang tidak terlihat dari mulut korban, dapat dibebaskan dengan cara back blow (penolong berada di belakang korban, satu kaki penolong berada di antara kedua kaki korban, lengan penolong yang kuat menahan tubuh korban dari arah depan, sedangkan tangan penolong yang lain menepuk punggung korban yaitu di antara 2 tulang belikat dengan telapak tangan tertangkup sebanyak 5 kali dengan arah ke depan atas) ataupun dengan cara heimlich manouver (penolong berada di belakang korban, satu kaki penolong berada di antara kedua kaki korban, kedua tangan penolong bersambungan merangkul korban dari belakang dan diletakkan di depan taju pedang tulang dada, penolong menekannya dengan arah belakang atas sebanyak 5 kali). Cara back blow dan heimlich manouver digunakan bergantian sampai benda/makanan yang menghambat jalan nafas dapat keluar/dimuntahkan.b. Sumbatan jalan nafas oleh benda cair Sumbatan berupa muntahan, ditangani dengan cara pasien dimiringkan (dengan syarat tidak ada cedera tulang leher), kemudian muntahan dibersihkan. Sumbatan berupa darah maupun air liur, ditangani dengan cara cross finger dan finger swab (jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan penolong dililit kasa, kemudian disapukan pada cairan yang menghambat jalan nafas).c. Sumbatan jalan nafas karena edema laringKorban dengan sumbatan akibat edema laring dapat ditolong dengan melakukan cricotiroidotomy.

7. Melakukan kontrol terhadap tulang belakang (C-spine control).Hal ini perlu dilakukan terutama pada korban yang dicurigai mengalami cedera tulang leher. Kontrol terhadap tulang belakang dilakukan dengan menggunakan bantal pasir dan collar brace. Bantal pasir diletakkan di kanan dan kiri kepala korban, digunakan untuk mencegah kepala korban tidak menoleh ke kanan dan kiri. Collar brace dipasang melingkari leher korban, digunakan untuk mencegah kepala korban bergerak ke atas dan bawah. Pencegahan pergerakan kepala korban dengan cedera tulang leher ditujukan agar tidak menjepit sistem saraf terutama saraf pernafasan.

8. Mengetahui cara evaluasi pernafasan dengan melihat mendengarkan merasakan (Look Listen Feel).Evaluasi dilakukan dengan cara penolong berada di sebelah kanan korban sejajar dengan bahu korban. Penolong merendahkan kepala di atas kepala korban sambil melihat ke arah dada korban (look), mendengarkan suara nafas korban dengan telinga yang berada di dekat hidung dan mulut korban (listen), serta merasakan hembusan nafas korban dengan pipipenolong (feel). Look : Adakah gerak dada?Gerak dada simetris atau tidak?Berapa frekuensi pernafasannya?Apakah ada pernafasan cuping hidung (kembang kempis)?Apakah ada tarikan dada? Listen : Adakah suara nafas?Adakah suara nafas tambahan? Feel : Terasakah hawa nafasnya?

9. Mengetahui tanda-tanda bahaya nafas.Tanda bahaya nafas terdiri dari:a. Korban tidak bernafas, ditangani dengan pemberian nafas buatan.b. Pernafasan korban kurang, jika frekuensi pernafasan 20 x/menit.Ditangani dengan pemberian nafas bantuan, diatur di sela-sela nafasnya sampai korban dapat bernafas normal. Ciri lainnya adalah terdapat pernafasan cuping hidung, tarikan dada, dan penggunaan otot pernafasan tambahan.10. Mengetahui tanda-tanda syok.Tanda-tanda syok terdiri dari:a. Korban tidak sadar (ditambah dengan jumlah perdarahan sangat banyak, perdarahan bisa disebabkan oleh patah tulang).b. Telapak tangan teraba dingin, basah, dan pucat.c. Frekuensi denyut nadi cepat melebihi nilai normal.d. Tekanan darah menurun atau lebih rendah dari biasanya(2 detik). Dievaluasi dengan menekan pangkal kuku sampai putih kemudian dilepas. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali merah adalah CRT.f. Produksi kencing menurun.

11. Mengetahui cara tindakan penanganan pertama syok (posisi syok).Apabila didapatkan tanda-tanda syok, maka korban diposisikan syok. Kedua kaki korban diangkat dengan sudut 30. Hal ini dapat menambah volume darah kembali ke jantung.

12. Melakukan cara Resusitasi Jantung Paru (RJP).Resusitasi jantung paru dilakukan pada pasien yang denyut jantungnya berhenti/henti jantung. Hal ini diketahui dengan mengecek sirkulasi korban setelah jalan nafas bebas dan pernafasan teratasi. Cara mengecek sirkulasi adalah dengan meraba nadi carotis (bagian samping leher) selama 10 detik,apakah ada denyutan selama hitungan 1-2-3-4-1 1-2-3-4-2.Cara resusitasi yang benar adalah:a. Penolong berada di sebelah kanan pasien, dengan posisi yang benar.b. Kedua lutut penolong berdekatan dan menyentuh bahu kanan pasien.c. Kedua tangan penolong bertautan, diletakkan tegak lurus di atas bagian tengah tulang dada.d. Kemudian dilakukan pijat jantung sebanyak 30:2 (artinya, 30 pijatan dilanjutkan 2x nafas buatan). Cara penghitungan pijatan adalah 1-2-3-4-5-1 1-2-3-4-5-2 1-2-3-4-5-3 1-2-3-4-5-4 1-2-3-4-5-5 1-2-3-4-5-6

13. Mengetahui cara mengontrol perdarahan (bebat tekan dan bebat bidai).Bebat tekan dilakukan terutama untuk daerah perdarahan. Bebat tekan dilakukandengan menggunakan elastic bandage. Teknik pembebatannya dibagi menjadi 2 cara, yaitu:a. Dolabra current, digunakan untuk luka pada daerah dengan tulang berukuran panjang 10cm dan diameternya tidak sama, misalnya pada tulang paha.Bebat bidai dilakukan untuk daerah patah tulang, bertujuan agar pergerakan tulang minimal sehingga tidak menambah kerusakan daerah patah tulang dan sekitarnya. Cara melakukan bidai menggunakan papan, kemudian dilanjutkan dengan bebat menggunakan mitella. Syarat dilakukannya bebat bidai:a. Sebelum memasang bebat bidai harus dicek PMS (Pulse Motoric Sensoric = Denyut nadi Pergerakan Kepekaan rasa).b. Bidai harus melewati minimal 2 persendian.c. Bagian bidai yang menempel pada kulit/tubuh korban lebih empuk.d. Menggunakan bidai dengan ukuran yang tepat.e. Setelah memasang bebat bidai harus dicek kembali PMS (Pulse Motoric Sensoric = Denyut nadi Pergerakan Kepekaan rasa), hal ini menandakan aliran darah tidak terhambat oleh bebat bidai yang terpasang

14. Mengetahui cara mengevaluasi korban dengan log roll.Log roll dilakukan untuk mengevaluasi korban, terutama bagian belakang tubuh korban, serta untuk menggerakkan atau memindahkan korban. Log roll dapat dilakukan oleh minimal 4 orang. Satu orang bertugas di bagian kepala dan berperan sebagai komandan. Ia bertugas menjaga kestabilan kepala leher bahu korban saat digerakkan, dengan meletakkan lengan penolong di kanan dan kiri kepala korban (in line position). Tiga orang yang lain bertugas di bagian tubuh korban, meliputi bagian bahu pinggang, pinggang bawah pantat, dan bawah pantat seluruh kaki. Lengan ketiga orang penolong tersebut saling bersilangan. Di bawah perintah komandan, seluruh penolong menggerakkan korban ke satu arah secara bersamaan.

15. Mengetahui cara melepas helm pada korban kecelakaan.Apabila korban merupakan korban kecelakaan lalu lintas yang sedang memakai helm, maka pelepasan helm tidak boleh sembarangan. Hal ini ditujukan untuk mencegah adanya cedera tulang leher ataupun memperberatnya.Pelepasan helm yang benar membutuhkan 2 penolong, caranya:a. Membuka kaca helm.b. Mempertahankan in line position (oleh penolong 1 dari arah atas).c. Menyanggah dagu korban dari bawah agar kepala korban tidak bergerak (oleh penolong 2 dari arah bawah).d. Penolong 1 melepas helm perlahan-lahan ke arah atas dengan melonggarkan helm terlebih dahulu.

16. Mengetahui cara melakukan transportasi.Sebelum melakukan transportasi ke pusat pelayanan kesehatan, korban harus dalamkeadaan stabil dan tidak didapatkan tanda-tanda bahaya yang mengancam jiwa, yang mungkin dapat mengakibatkan kematian saat di perjalanan. Untuk bencana massal, seringkali dilakukan posisi stabil. Hal ini bertujuan agar penolong mengetahui korban tersebut telah diperiksa, dan dalam keadaan stabil sehingga penolong dapat memeriksa korban lain. Cara melakukan posisi stabil pada korban yang sedang tergeletak adalah:a. Semula korban dalam keadaan terlentang.b. Apabila korban ingin dimiringkan ke kanan, maka penolong berada di sebelah kanan korban.c. Tangan kanan korban diletakkan ke tubuh korban sedekat mungkin.d. Kaki kiri korban ditekuk pada lipatan lutut.e. Korban dimiringkan ke arah tubuh penolong sampai posisi tengkurap.f. Kemudian, tangan kanan korban dijauhkan dari tubuh korban.Saat transportasi dilakukan, penolong dapat langsung membawa korban tanpa menggunakan alat. Ada 2 cara, bergantung pada kondisi korban dan jumlah penolong. Keterangan:Human Crutcha. Penolong berada di samping korban di sisi yang sakit. Misalkan, korban terluka pada sisi kanan, maka penolong berada di sebelah kanan korban.b. Lengan kanan korban dilingkarkan ke bahu kanan penolong, dan dipegang oleh tangan kanan penolong.c. Tangan kiri penolong memegang pinggang kiri korban.d. Kaki kiri penolong berada di belakang kaki kanan korban dan dalam posisi mengunci.e. Jalan dimulai dengan kesepakatan antara penolong dan korban, misal kaki bagian luar terlebih dahulu.Cradlea. Tangan kiri penolong memegang bahu kiri korban (bukan leher).b. Tangan kanan penolong memegang lipatan lutut korban.c. Lengan korban melingkari leher penolong.d. Korban dapat diangkat ke tempat yang dituju.Draga. Penolong berada pada posisi berjongkok di belakang korban yang sedang duduk.b. Kedua lengan penolong saling bersilangan memegang tangan korban, merangkul korban dari belakang melewati ketiak.c. Korban ditarik ke tempat yang dituju.Piggy a backa. Korban dalam posisi duduk.b. Penolong memposisikan diri di depan duduknya korban.c. Seperti memakai ransel, penolong mengangkat badan korban melalui lipatan lutut, kemudian memegang lengan bawah korban.d. Korban dapat diangkat ke tempat yang dituju.Two handed seata. Korban dalam posisi duduk.b. Kedua penolong saling bekerjasama, berposisi di kanan dan kiri korban.c. Kedua tangan penolong bertemu dan berikatan di bagian punggung korban dan di bagian bawah lipatan lutut.d. Korban diangkat secara bersama-sama ke tempat yang dituju.Fore n aft carrya. Penolong 1 berada pada posisi berjongkok di belakang korban yang sedang duduk.b. Kedua lengan penolong 1 saling bersilangan memegang tangan korban, merangkul korban dari belakang melewati ketiak.c. Penolong 2 mengangkat korban dengan merangkul kedua lipatan lutut korban dari arah samping.d. Korban diangkat secara bersama-sama ke tempat yang dituju.

Apabila terdapat alat untuk mengangkut korban, maka perlu digunakan alat angkut dengan alas yang keras. Alat angkut yang standar adalah menggunakan long spine board dan scoop stretcher. Pengangkutan orang dengan alat memerlukan minimal 5 orang penolong, satu di kepala korban, dan 4 orang lainnya berada di samping kanan dan kiri korban, dengan diusahakan penolong yang bertubuh pendek mengangkat bagian kaki. Hal ini disebabkan karena arah pengangkutan adalah bagian kaki korban berada di depan,sedangkan bagian kepala korban berada di belakang.

BAB 3METODE

3.1 Metode PelaksanaanTahap pengenalan medan menggunakan pendekatan survei, yaitu pengumpulan data pada Puskesmas Pandaan dan Puskesmas Pembantu Sumber Gedang dengan metode pengumpulan data secara observasional, yang menurut waktu pengumpulan datanya bersifat cross sectional, sedangkan menurut analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.Tahap diagnosis intervensi dilakukan dengan menggunakan pendekatan lokakarya, dan atau metode dinamika kelompok yang lain untuk:1. merumuskan diagnosis intervensi2. mengidentifikasi solusi atau model pemecahan masalahnya, berbentuk program kesehatan 3. mengidentifikasi sumberdaya setempat dan peran serta masyarakatnya 4. mengambil keputusan untuk memilih program atau model atau solusi yang akan dikerjakan dalam tahap Terapi Intervensi.Tahap terapi intervensi dilakukan dengan menggunakan pendekatan program, yaitu mempersiapkan serta melaksanakan program atau model atau solusi yang terpilih bersama dengan partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya setempat.

3.2 Lokasi Kegiatan Mini Project dilaksanakan di rumah kader kesehatan Desa Sumber Gedang, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.

3.3 WaktuKegiatan intervensi Mini Project dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2012 pukul 10.00 11.00 Survei yang dilakukan dalam tahap pengenalan medan menggunakan metode wawancara pada tenaga kesehatan dan kader kesehatan di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Gedang, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Tahapan diagnosis intervensi mini project dilakukan melalui suatu lokakarya dengan wakil dari tenaga kesehatan puskesmas dan kader kesehatan dengan metode presentasi dan diskusi untuk menganalisis hasil dari pengenalan medan dan mengidentifikasi prioritas masalah yang perlu ditangani dalam masyarakat. Terapi intervensi mini project adalah intervensi secara langsung dengan pembuatan program dan pelatihan bagi kader kesehatan Desa Sumber Gedang sebagai solusi dari permasalahan yang telah diidentifikasi pada tahap diagnosis intervensi.

BAB 4HASIL

4.1 Profil KomunitasDesa Sumber Gedang termasuk wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sumber Gedang dengan Puskesmas Pandaan sebagai Induk. Puskesmas Pandaan terletak di Kelurahan Petungsari Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan di tepi jalan raya poros Surabaya-Malang sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Komunikasi dengan desa dan kelurahan di wilayah kerja dapat dilakukan dengan melalui telepon, kendaraan roda dua maupun roda empat.Tugas Pokok1. Pusat Kesehatan Masyarakat secara fisik maupun administrasi2. Mencegah dan menanggulangi KLB3. Pemberdayaan peran serta masyarakat 4. Penyuluhan dan informasi kesehatanFungsi1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan2. Pusat pemberdayaan masyarakat3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertamaDalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan serta evaluasi program kesehatan Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas sebagai pimpinan dibantu oleh semua pemegang program dan staf Puskesmas yang dikoordinasikan oleh unit kesehatan masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan yang dikoordinasikan oleh unit kesehatan perorangan serta secara administrasi ditunjang oleh Kasubag. Tata usaha UPTD Kesehatan Puskesmas Pandaan.

4.2 Data GeografisLokasi Wilayah Kerja : Berada di Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan Jarak ke Puskesmas sekitar 2 km Jarak dari ibu kota ke kota kabupaten 27 km di tempuh dalam waktu 1,5 jam Jarak dari Desa ke Kota Kecamatan sekitar 2 km Jarak dengan ibukota Propinsi sekitar 51 km

Batas-batas Desa Sumber Gedang : Utara : Desa Tawangrejo Kecamatan Pandaan Selatan: Desa Candiwates Kecamatan Prigen Barat: Desa Sukoreno Kecamatan Prigen Timur: Desa Petung asri Kecamatan Pandaan

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sumber Gedang: Luas perkantoran 1600 m2 Bangunan Puskesmas Pembantu berdiri di atas tanah bengkok desa Puskesmas pembantu Sumber Gedang berada di Dusun Buluresik Desa Sumbergedang dengan ukuran 12 x 15 m

Luas wilayah menurut penggunaan Luas pemukiman: 15 ha/m2 Luas persawahan: 219,562 ha/m2 Luas pemakaman: 26,998 ha/m2 Luas tanah bengkok: 208,238 ha/m2 Luas lapangan olahraga: 1,848 ha/m2 Luas tempat pembuangan sampah: 100m2 Luas pasar desa: 35 m2

Wilayah KerjaDesa Sumbergedang terdiri dari 13 Dusun, antara lain:1. Dusun Sendi2. Dusun Ngampir3. Dusun Winong4. Dusun Pandansili5. Dusun Buluresik6. Dusun Kedondong7. Dusun Kemisik8. Dusun Tengger9. Dusun Sukun10. Dusun Klampok11. Dusun Jatiroso12. Dusun Klurahan13. Dusun Rajeg

4.3 Data DemografisJumlah PendudukNoDusunJumlahJumlahJumlahSeluruhnya

RTRWLaki-lakiPerempuan

Sendi52290299589

Ngampir52420407827

Winong21149162311

Pandansili11115120235

Buluresik21180156336

Kedondong8410559692024

Kemisik528708901760

Tengger31177193370

Sukun635205151035

Klampok42412420832

Jatiroso21263258521

Kelurahan21178170348

Rajeg42360358718

4421498949179906

Wilayah kerja: 9.906 OrangLaki-laki: 4.989 OrangPerempuan: 4.917 OrangJumlah RT/RW: 44/21 buahJumlah ibu hamil: 171 BumilJumlah ibu bersalin: 151 BulinJumlah ibu meneteki: 151 JiwaJumlah Bayi (0-11 bulan): 151 BayiJumlah Anak Balita (13-60bln): 705 AnakJumlah APRAS usia 61 bln-7th: 256 JiwaJumlah PUS