Top Banner
EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PURWOYOSO DAN PUSKESMAS KARANGMALANG KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Siti Chomaerah NIM 6411415102 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020
321

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS

PURWOYOSO DAN PUSKESMAS KARANGMALANG

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

Siti Chomaerah

NIM 6411415102

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

i

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang

Februari 2020

ABSTRAK

Siti Chomaerah

Evaluasi program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di

Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas karangmalang

VI + 311 halaman + 2 tabel + 2 gambar + 10 lampiran

Penemuan kasus Tuberkulosis di Kota Semarang dari tahun 2016 sampai

2018 mengalami peningkatan, yaitu 211 kasus, 235 kasus, dan 257 kasus.

Keberhasilan pengobatan Kota Semarang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

belum mencapai target nasional (90%). Capaian terendah penemuan kasus dan

keberhasilan pengobatan TB yaitu Puskesmas Purwoyoso (9,65%) dan Puskesmas

Karangmalang (5,31%). Tujuan penelitian yaitu mengevaluasi kesesuaian

pelaksanaan program P2TB di Puskesmas berdasarkan Pedoman Penanggulangan

Tuberkulosis tahun 2016.

Jenis penelitian ini adalah Kualitatif. Teknik pengambilan informan secara

purposive Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 18 informan dari

Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang. Instrumen yang digunakan

adalah panduan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalsis dan

disajikan dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan Puskesmas

Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang masih belum menyeluruh, jumlah

media komunikasi yang digunakan belum mencukupi. Jumlah gasurkes dan kader

TB di Puskesmas Purwoyoso masih terbatas, sedangkan di Puskesmas

Karangmalang kader TB terlatih masih kurang. Pencatatan dan pelaporan di kedua

Puskesmas masih terhambat oleh provider jaringan dan penguasaan petugas

kesehatan terhadap sistem informasi. Peran serta masyarakat di kedua wilayah

Puskesmas belum dilakukan secara optimal.

Saran penelitian ini adalah memanfaatkan media massa untuk meningkatkan

sosialisasi dan meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dan kader dalam

pelaksanaan program P2TB melalui pelatihan.

Kata Kunci: Evaluasi Program P2TB, Program P2TB di Puskesmas Purwoyoso,

Program P2TB di Puskesmas Karangmalang

Kepustakaan: 72 (2012-2019)

Page 3: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

ii

Department of Public Health Sciences

faculty of Sport Science

Semarang State University

February 2020

ABSTRACK

Siti Chomaerah

Evaluation of the Tuberculosis Prevention and Control program at Purwoyoso and

Karangmalang Healthcare Center in Semarang City

VI + 311 pages + 2 tables + 2 pictures + 10 attachments

Tuberculosis cases in Semarang City from 2016 to 2018 experienced an

increase, namely 211 cases, 235 cases and 257 cases. The success of Semarang

City treatment in the last 5 years has not reached the national target (90%). The

lowest achievement of case finding and the success of TB treatment were

Puskesmas Purwoyoso (9.65%) and Puskesmas Karangmalang (5.31%). The

purpose of the study was to evaluate the suitability of the implementation of the

P2TB program at the Puskesmas based on the 2016 Tuberculosis Control

Guidelines.

This type of research is qualitative. The technique of taking informants

by purposive sampling. The number of samples in the study were 18 informants

from Purwoyoso Community Health Center and Karangmalang Health Center.

The instruments used were interview guides, observations and documentation.

Data is analyzed and presented in narrative form.

The results showed that the health promotion of Purwoyoso Puskesmas

and Karangmalang Puskesmas was still not comprehensive, the number of

communication media used was insufficient. The number of gasurkes and TB

cadres in the Purwoyoso Puskesmas is still limited, while in Karangmalang

Puskesmas the trained TB cadres are still lacking. Recording and reporting in the

two Puskesmas is still hampered by the network provider and the control of health

workers over the information system. Community participation in the two

Puskesmas areas has not been carried out optimally.

The suggestion of this research is to use mass media to improve

socialization and improve the ability of health workers and cadres in

implementing the P2TB program through training.

Keywords: Evaluation of P2TB Program, P2TB Program at Puskesmas

Purwoyoso, P2TB Program at Puskesmas Karangmalang

Literature: 58 (2012-2019)

Page 4: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

iii

PERNYATAAN

Page 5: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

iv

PENGESAHAN

Page 6: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tidak ada kesuksesan melainkan dengan pertolongan Allah swt. (Q.S.

Huud:88)

"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-mujadilah:

11)

Seperti apapun orang lain memperlakukanmu baik maupun buruk, tetaplah

berperilaku baik kepada semua orang

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua saya yang selalu memberikan cinta

kasihnya, memanjatkan doa dan memberi dukungan

Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi

Almamater Universitas Negeri Semarang yang telah

membekali ilmu bermanfaat

Page 7: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

vi

PRAKATA

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Karangmalang Kota Semarang’’ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

S1 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Dekan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Tandiyo

Rahayu, M.Pd., atas izin penelitian yang diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Dr. Irwan Budiono, M,Kes. (Epid)., atas izin

penelitian yang diberikan.

3. Dosen pembimbing, dr. Fitri Indrawati, M.P.H., yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan

ilmu bermanfaat.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kota Semarang yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk pengambilan data dalam penelitian.

6. Kedua orang tua saya (Bapak Jirin dan Ibu Jumini), kakak saya Supriyanto,

Nurul Hidayah, Eko Ahmad Ababil, dan Ariyanti Puspita Sari serta seluruh

keluarga tercinta yang telah memberi bantuan dan dorongan baik materil

Page 8: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

vii

maupun spiritual sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Para Sahabat PKL Bagjamumumu, Ayu Nur Laili, Trisna Hani Fauziah, Nila

Zahrotul Jannah, Devy Restiyani, Nandika Dwi Widyaningrum, serta

terkasih Ahmad Taufik Fahrozi atas bantuannya pada saat studi pendahuluan

dan penelitian serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri

Semarang angkatan 2015, rombel 5 (2015), peminatan AKK (2015) dan

Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

penulis mengharapkan masukan-masukan dari semua pihak guna penyempurnaan

karya selanjutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

meningkatkan pengetahuan pembaca.

Semarang, 12 Februari 2020

Penulis

Page 9: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................................i

ABSTRACK ............................................................................................................................. ii

PERNYATAAN ........................................................................................................................ iii

PENGESAHAN ........................................................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................................. v

PRAKATA.................................................................................................................................vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 7

1.3 TUJUAN ................................................................................................................... 8

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................................ 8

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................................... 8

1.4 MANFAAT ................................................................................................................ 9

2.1.1 Manfaat Teoritis .................................................................................................... 9

2.1.2 Manfaat Praktisis ................................................................................................. 10

1.5 KEASLIAN PENELITIAN ..................................................................................... 10

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN ........................................................................ 13

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ....................................................................................... 14

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu ......................................................................................... 14

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan ................................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 15

LANDASAN TEORI .............................................................................................. 15

2.1.1 Tuberkulosis ........................................................................................................ 15

2.1.2 Program Penanggulangan dan Pencegahan Tuberkulosis ................................... 23

2.1.3 Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis ............................................................ 39

2.1.4 Puskesmas ........................................................................................................... 40

2.1.5 Evaluasi Program ................................................................................................ 42

2.1.6 Dicrepancy Evaluation Model (DEM) ................................................................ 44

KERANGKA TEORI .............................................................................................. 47

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................... 48

3.1 ALUR PIKIR ........................................................................................................... 48

3.2 FOKUS PENELITIAN ............................................................................................ 49

Page 10: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

ix

3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN .......................................................... 50

3.4 SUMBER INFORMASI .......................................................................................... 51

3.4.1 Data Primer ......................................................................................................... 51

3.4.2 Data Sekunder ..................................................................................................... 52

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA ............... 52

3.5.1 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 52

3.5.2 Teknik Pengambilan Data ................................................................................... 53

3.6 PROSEDUR PENELITIAN .................................................................................... 54

3.6.1 Tahap Persiapan ................................................................................................... 55

3.6.2 Tahap Pelaksanaan .............................................................................................. 55

3.6.3 Tahap Pasca Penelitian ........................................................................................ 56

3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ................................................................ 56

3.8 TEKNIK ANALISIS DATA .................................................................................... 57

3.8.1 Reduksi Data ....................................................................................................... 57

3.8.2 Penyajian Data ..................................................................................................... 57

3.8.3 Kesimpulan/Verifikasi ......................................................................................... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................................................ 59

4.1 PUSKESMAS PURWOYOSO ............................................................................... 59

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Purwoyoso ........................................................... 59

4.1.2 Kegiatan Pengendalian Tuberkulosis .................................................................. 62

4.1.3 Sumber Daya ....................................................................................................... 77

4.1.4 Sistem Informasi ................................................................................................. 82

4.1.5 Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan ......................................................... 85

4.1.6 Peran Serta Masyarakat ....................................................................................... 89

4.2 Puskesmas Karangmalang ....................................................................................... 94

4.2.1 Gambaran Umum Puskesmas Karangmalang ..................................................... 94

4.2.2 Kegiatan Pengendalian Tuberkulosis .................................................................. 96

4.2.3 Sumber Daya ..................................................................................................... 113

4.2.4 Sistem Informasi ............................................................................................... 118

4.2.5 Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan ....................................................... 122

4.2.6 Peran Serta Masyarakat ..................................................................................... 126

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................................... 131

5.1 PEMBAHASAN ................................................................................................... 131

5.1.1 Puskesmas Purwoyoso ...................................................................................... 131

5.1.2 Puskesmas karangmalang .................................................................................. 148

5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN ............................................. 165

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 167

Page 11: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

x

6.1 SIMPULAN ........................................................................................................... 167

6.2 SARAN ................................................................................................................. 168

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 171

Page 12: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keaslian Peneitian................................................................................ 10

Tabel. 2.1. Hasil pengobatan pada pasien TB BTA positif................................... 31

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Purwoyoso…………. 59

Tabel 4.2 Jenis Layanan di Puskesmas…………………………………………. 60

Tabel 4.3 Sumber Daya Kesehatan, Sarana Pelayanan, dan Progra Kesehatan di

Puskesmas Karangmalang…………………………………………….97

Page 13: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Penelitian........................................................ 46

Gambar 3.1 : Alur pikir.................................................................................. 48

Page 14: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat tugas pembimbing................................................................ 179

Lampiran 2. Surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, UNNES.. 180

Lampiran 3. Surat izin penelitian dari Kesbangpol atau Bappeda atau tempat

penelitian....................................................................................... 181

Lampiran 4. Salinan ethical clearance............................................................... 183

Lampiran 5. Surat/bukti sudah melakukan penelitian/pengambilan data dari

institusi yang berwenang.................................................................. 184

Lampiran 6. Surat tugas panitia ujian................................................................. 186

Lampiran 7. Instrument penelitian...................................................................... 187

Lampiran 8. Transkip wawancara penelitian..................................................... 204

Lampiran 9. Dokumentasi penelitian Puskesmas Purwoyoso............................. 307

Lampiran 10. Dokumentasi penelitian Puskesmas Karangmalan....................... 309

Page 15: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian kuman TB tidak hanya menyerang

paru-paru, tetapi dapat menyerang berbagai organ dan jaringan tubuh lainnya.

Penularan dapat terjadi ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara, atau

meludah, mereka memercikkan kuman TB atau bacillia ke udara. Setelah kuman

TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat

menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,

sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian

tubuh lainnya.

Dampak sosial dan psikologis yang dialami oleh penderita TB yaitu

timbulnya rasa tidak percaya diri penderita TB untuk bersosialisasi, penderita

tidak dapat bekerja secara maksimal, menjadi beban keluarga, dan mendapatkan

stigma negatif dari masyarakat. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat

tentang TB menyebabkan stigma negatif sulit dihilangkan (Sulidah, 2013).

Dampak ekonomi yang dialami oleh penderita yaitu kehilangan pendapatan dalam

jangka waktu tertentu.

Pada tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat ke-3 diantara 5 negara

yang mempunyai beban tuberkulosis yang terbesar yaitu India, China, Indonesia,

Philippina and Pakistan. Berdasarkan Global Report Tuberculosis tahun 2017,

Page 16: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

2

secara global kasus baru tuberkulosis sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari

insiden tuberkulosis (10,4 juta) (WHO, 2017). Tahun 2017 ditemukan jumlah

kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 425.089 kasus, meningkat bila

dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan ke 3 tahun 2018 kejadian kasus

TB terdapat sebanyak 370.838 kasus yang ternotifikasi TB (Kemenkes RI, 2017).

Kenaikan kasus Tuberkulosis di Indonesia membuat pemerintah untuk

melakukan penanggulangan dengan cara membuat program yang disebut program

Pencegahan dan Penanggulangan TB (P2TB). Pencegahan dan Penanggulangan

TB (P2TB) adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif

dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan

untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan

atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan mengurangi

dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis (Kemenkes, 2016).

Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 menyebutkan bahwa indikator utama

yang digunakan untuk menilai pencapaian strategi nasional penanggulangan TB di

tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat, antara lain: 1) Cakupan pengobatan

semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang diobati; 2) Angka notifikasi

semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per 100.000 penduduk;

3) Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus; 4) Cakupan penemuan

kasus resistan obat; 5) Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat; 6)

Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV. Dari ke-6 indikator tersebut,

pemerintah lebih menekankan pada pencapaian indikator penemuan kasus (CDR)

dan keberhasilan pengobatan Tuberkulosis sebagai tolak ukur dalam pencapaian

Page 17: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

3

keberhasilan program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) di

Indonesia.

Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna dapat

menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan

sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di

masyarakat. Selama 3 tahun terakhir angka penemuan kasus TB cenderung

terdapat peningkatan, yaitu pada tahun 2015 sebesar 32,9%, tahun 2016 sebesar

35,8%, dan tahun 2017 sebesar 42,4%, tetapi masih belum mencapai target

nasional penemuan kasus TB minimal 70%. Pada tahun 2017 angka keberhasilan

pengobatan semua kasus tuberkulosis sebesar 85,7%, mengalami peningkatan

dibandingkan pada tahun 2016 sebesar 85% dan tahun 2015 sebesar 85,8%,

sedangkan angka keberhasilan pengobatan semua kasus minimal 90,0%.

Belum tercapainya indikator keberhasilan program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) di tingkat pusat, dipengaruhi oleh belum

tercapainya indikator penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan tuberkulosis

di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Jumlah kasus Tuberkulosis tertinggi

yang dilaporkan, terdapat di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

(Kemenkes RI, 2017). Provinsi Jawa Tengah memilki penemuan kasus dan

keberhasilan pengobatan TB yang masih rendah dibandingkan dengan 2 provinsi

yang lain. Penemuan untuk semua kasus TB di Jawa Tengah tahun 2018 sebesar

143,9 per 100.000 penduduk, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017

yaitu 132,9 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan di

Jawa Tengah tahun 2018 sebesar 77,1% mengalami penurunan dibandingkan

Page 18: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

4

tahun 2017 sebesar 82,36%, masih belum mencapai target rencana strategi Dinas

Kesehatan Kota Provinsi Jawa Tengah, yaitu 90 persen (Dinkes Jateng, 2018).

Kota Semarang menduduki peringkat ke-4 dengan jumlah penderita

Tuberkulosis terbanyak di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017, yang pada

tahun 2015 dan 2016 menduduki peringkat ke-6. Penemuan kasus penderita

tuberkulosis di Kota Semarang setiap tahun mengalami peningkatan, yaitu tahun

2016 sebanyak 211 kasus, tahun 2017 sebanyak 235 kasus, dan tahun 2018

sebanyak 257 kasus. Meningkatnya penemuan kasus TB di Kota Semarang tidak

sejalan dengan angka keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis yang dalam

kurun waktu 5 tahun terakhir belum mencapai target nasional yaitu sebesar 90%.

Tahun 2013 sampai 2015 rata-rata caiapannya masih dalam kisaran angka 83%,

kemudian pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 86%. Akan tetapi,

pada tahun 2017 turun kembali sebesar 84%.

Berdasarkan data Analisis Situasi Program P2TB Kota Semarang oleh Dinas

Kesehatan Kota Semarang tahun 2018 terdapat 2 Puskesmas yang memiliki

capaian terendah dalam penemuan kasus maupun keberhasilan pengobatan

tuberkulosis dalam pelaksanaan program P2TB yaitu Puskesmas Purwoyoso dan

Puskesmas Karangmalang. Penemuan kasus TB di Puskesmas Purwoyoso sebesar

9,65% dengan keberhasilan pengobatan sebesar 84,6%, sedangkan penemuan TB

di Puskesmas Karangmalang sebesar 5,31% dengan keberhasilan pengobatan

sebesar 77,8%.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Maret

2019 di Dinas Kesehatan Kota Semarang, diketahui masih terdapat beberapa

Page 19: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

5

kendala yang dialami dalam pelaksanaan program P2TB. Beberapa diantaranya

yaitu penemuan kasus Tuberkulosis dilakukan dengan cara menunggu penderita

TB datang ke Puskesmas dan laporan dari kader kesehatan. selain itu, sosialisasi

oleh pihak Puskesmas terkait program TB jarang dilakukan sehingga pengetahuan

masyarakat terkait penyakit TB rendah. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya

kesadaran pasien terhadap penyakit TB. Selaras dengan penelitian terdahulu yang

menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara penegtahuan dan sikap terhadap

upaya pencegahan TB (Rahman, Fauzi E, et al, 2017).

Kendala lain yang terjadi yaitu Follow up pasien yang belum optimal. Hal

tersebut terjadi karena petugas program TB yang merangkap tugas lain, seperti

menjadi adminitrasi di bagian pelayanan, kepala ruang rawat inap, pelaksana

program lain, dan lain-lain. Pekerja yang mempunyai beban kerja berlebih akan

menurunkan kualitas hasil kerja dan memungkinan adanya inefisiensi waktu,

sehingga kegiatan dalam penemuan tidak bisa dikerjakan secara maksimal

(Sutinbuk, Mawarni, & Kartika W, 2012). Berdasarkan penelitian terdahulu

menjelaskan bahwa adanya tugas rangkap oleh petugas pelaksana program

penanggulangan TB menyebabkan capaian program P2TB oleh Puskesmas masih

jauh dari terget yang ditentukan. Faktor penghambat lain yaitu belum

tercukupinya dana, tenaga terlatih dan beban kerja yang rangkap (Aditama,

Zulfikar, & Baning R., 2013).

Pengawas Minum Obat (PMO) yang belum berfungsi secara optimal. PMO

hanya bertugas mengantar penderita berobat atau mengambilkan obat ke

Puskesmas ketika penderita TB tidak dapat mengambil sendiri, dan tidak setiap

Page 20: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

6

hari mengawasi ketika minum obat. Hal tersebut terjadi karena PMO tidak

mendapat penyuluhan dari petugas kesehatan berkaitan dengan apa saja tugas

sebagai PMO dan bahaya penyakit TB, sangat mempengaruhi proses pengobatan

penderita TB. (Dewanty, et al, 2016). Penelitian terdahulu lainnya juga

menyebutkan bahwa kinerja PMO yang baik akan membantu meningkatkan angka

kesembuhan TB (Hayati & Musa , 2016) Masalah lainnya terletak pada

penggunaan media promosi kesehatan yang belum digunakan secara optimal oleh

petugas kesehatan. Kerjasama antar organisasi yang dilakukan belum sepenuhnya

terjalin sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Komunikasi, sumber daya, dan SOP mempunyai pengaruh dalam

keberhasilan program penanggulangan TB Paru terutama dalam penemuan kasus

pasien TB Paru (Tuharea, Suparwati, & Sriatmi, 2014). Penelitian lain

menyebutkan masih terdapat kesenjangan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab yang dilakukan oleh petugas pemegang program P2TB puskesmas, petugas

laboratorium, kepala tata usaha dalam pencatatan dan pelaporan puskesmas sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes. Selain itu, sarana dan prasarana

juga belum memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Kemenkes RI (Nugraini,

2015).

Faktor-faktor yang dapat menghambat program pengendalian TB dalam

public private mix adalah keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, logistik

TB dan sarana prasarana unit DOTS serta ketergantungan sumber daya terhadap

pihak investasi, tidak adanya pedoman operasional yang mengatur mekanisme

kerjasama, kurangnya komitmen pemerintah dan mitra dalam implementasi

Page 21: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

7

pengendalian TB, kurangnya komunikasi dan koordinasi antara jejaring PPM

dalam menjaga pengobatan penderita (Tondong, Mahendradhata, & Ahmad,

2014). Mengevaluasi program adalah melaksanakan segala upaya untuk

mengumpulkan dan menggali data mengenai kondisi nyata terhadap pelaksanaan

suatu program, kemudian membandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui

seberapa jauh ada dan tidaknya kesenjangan antara kondisi nyata pelaksanaan

program dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut, menjadikan alasan bagi peneliti untuk

melakukan penelitian mengenai “Evaluasi Program Penanggulangan dan

Pencegahan Tuberkulosis Di Puskesmas Kota Semarang”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimana evaluasi program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Karangmalang Kota Semarang?”

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1.2.2.1 Bagaimana evaluasi kesenjangan kegiatan pengendalian tuberkulosis

dalam pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan

Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang

Kota Semarang?

1.2.2.2 Bagaimana evaluasi kesenjangan kelengkapan sumber daya dalam

Page 22: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

8

pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di

Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang?

1.2.2.3 Bagaimana evaluasi kesenjangan sistem informasi dalam pelaksanaan

program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas

Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang?

1.2.2.4 Bagaimana evaluasi kesenjangan koordinasi, jejaring kerja, dan kemitraan

dalam pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan

Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang

Kota Semarang?

1.2.2.5 Bagaimana evaluasi kesenjangan peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di

Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk:

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi kesenjangan

program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso

dan Puskesmas Karangmlang Kota Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui evaluasi kesenjangan kegiatan pengendalian tuberkulosis

dalam pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan

Page 23: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

9

Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang

Kota Semarang?

1.3.2.2 Bagaimana evaluasi kesenjangan kelengkapan sumber daya dalam

pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di

Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang?

1.3.2.3 Bagaimana evaluasi kesenjangan sistem informasi dalam pelaksanaan

program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas

Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang?

1.3.2.4 Bagaimana evaluasi kesenjangan koordinasi, jejaring kerja, dan kemitraan

dalam pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan

Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang

Kota Semarang?

1.3.2.5 Bagaimana evaluasi kesenjangan peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di

Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang?

1.4 MANFAAT

2.1.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperluas wawasan, dan ilmu

pengetahuan sebagai acuan penelitian tentang evaluasi program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Karangmalang Kota Semarang.

Page 24: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

10

2.1.2 Manfaat Praktisis

2.1.2.1 Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

untuk pengembangan perencanaan baru bagi instansi terkait diketahuinya

gambaran implementasi program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis

di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.

2.1.2.2 Bagi Jurusan

Menambah bahan kepustakaan yang berhubungan dengan implementasi

program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso

dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.

2.1.2.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan,

wawasan dan pengalaman belajar bagi peniliti terkait dengan evaluasi

implementasi program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di

Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Rancangan

Penelitian

Variabel Hasil Penelitian

1 Royke

Abraham

(2018).

(Abraham,

2018)

Implementasi

Kebijakan

Penanggulan

gan Penyakit

Tuberkulosis

di Puskesmas

Deskriptif

kualitatif

dengan

pendekatan

induktif

Komunikasi,

sumber daya,

disposisi,

struktur

birokrasi,

karakteristik

Peningkatan

penemuan kasus

Tuberkulosis di

Puskesmas

Kamonji Kota Palu

disebabkan oleh

Page 25: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

11

Kamonji

Kota Palu

badan

pelaksana,

dan

lingkungan.

komunikasi dan

struktur birokrasi

menjadi faktor

penghambat

implemntasi.

Faktor sumber daya

dan disposisi

menjadi fator

pendukung

implemntasi

kebijakan

penanggulangan

TB.

2 Adistha

Eka

Noveyani

& Santi

Martini

(2014).

(Noveyani

& Martini,

2014)

Evaluasi

Program

Oengendalian

Tuberkulosis

Paru dengan

Strategi

DOTS di

Puskesmas

Tanah

Kalikedindin

g Surabaya

Kualitatif

dengan

rancangan

deskriptif

penemuan

kasus,

pengobatan,

faktor

pendorong

dan faktor

penghambat,

pencatatan

dan

pelaporan,

dan capaian

berdasarkan

indikator

tuberkulosis.

Hasil penelitian

menunjukkan CDR

tahun 2013 adalah

112% memenuhi

target nasional ≥

70%. Faktor

pendorong berupa

penyuluhan rutin

oleh petugas di

Puskesmas. Fator

penghambat yaitu

jarak menuju

Puskesmas yang

sebagian besar

adalah > 1 km,

sehingga

dibutuhkan

kendaraan untuk

menuju ke

Puskesmas. Kurang

optimalnya peran

pengawaminum

obat penderita TB.

3 Tiemi

ArakawaI,

Gabriela

Tavares

Magnabos

coI, Rubia

Laine de

Paula

AndradeII,

et all

Tuberculosis

Control

Program In

The

Municipal

Context:

Performance

Evaluation

Evaluasi

program

dengan

desain

ekologis

Kinerja

kelompok,

Pengobatan

Teramati,

Pengawasan

DOTS

Kelompok dengan

kinerja terbaik

menunjukkan

tingkat

kesembuhan

tertinggi dan

menunjukkan

tingginya

pengobatan

teramati secara

Page 26: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

12

(2017).

(Arakawa,

et al.,

2017)

langsung.

Kelompkm kinerja

terburuk

menunjukkan

rendahnya insidensi

TB, TB HIV tinggi,

populasi kecil, dan

cakupan DOTS

rendah. pentingnya

Perawatan yang

diamati secara

langsung dalam

kaitannya dengan

hasil untuk

pengobatan dan

meningkatkan

refleksi dalam

kapasitas struktural

dan manajerial kota

dalam pelaksanaan

Program

Pengendalian

Tuberkulosis

4 Deswinda,

Rosfita

Rasyid,

dan

Firdawati

(2019).

(Deswinda

, Rasyid,

&

Firdawati,

2019)

Evaluasi

Penanggulan

gan

Tuberkulosis

Paru di

Puskesmas

dalam

Penemuan

Penderita

Tuberkulosis

Paru di

kabupaten

Sijunjung

Studi

kualitatif

Input, proses,

dan output

Input, Tenaga

kesehatan dalam

penemuan

penderita Tb

kurang, metode

yang digunakan

dalam penemuan

kasus adalah pasif

dan aktif, dana dan

sarana masih

kurang. Proses,

perencanaan

program sesuai

pedoman,

pergerakan-

pelaksanaan

berjalan dengan

baik. Output,

program

penanggulangan

TB di Kabupaten

Sijunjung belum

mencapai target

Page 27: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

13

yang ditetapkan.

5 Vivi

Sofiyatun

(2018)

(Sofiyatun

, 2019)

Analisis

Implementasi

Program

Penanggulan

gan

Tuberkulosis

Paru (Studi

Kasus di

Puskesmas

Tlogosari

Kulon Kota

Semarang)

Kualitatif

dengan

rancangan

deskriptif

Variabel

bebas adalah

kinerja PMO.

variabel

terikatnya

adalah

kesembuhan

TB.

Hasil penelitan

menunjukan bahwa

kekurangan

sumberdaya staf

dan fasilitas,

kurangnya

konsistensi dalam

komunikasi serta

komitmen

pelaksana program

terhadap pasien

yang kurang dapat

menghambat

implementasi

sehingga belum

dapat mencapa

target yang

ditentukan.

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian terdapat perbedaan variabel, tempat dan waktu dengan

penelitian sebelumnya.

2. Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel yang paling

berpengaruh terhadap evaluasi program Penanggulangan dan Pencegahan

Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Adapun ruang lingkup penelitian dalam penelitian meliputi tempat, waktu

dan materi penelitian.

Page 28: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

14

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program

Penanggulangan dan Pencegahan Tuberkulosis dilakukan di Puskesmas

Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2019.

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat, khusunya di

bidang Administrasi Kebijakan Kesehatan yaitu terkait materi evaluasi program.

Page 29: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI

2.1.1 Tuberkulosis

2.1.1.1 Pengertian Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara

lain: M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal

sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain

Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas

dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang

bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB (Kementerian

Kesehatan RI, 2016).

Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.

2. Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl Neelsen,

berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.

3. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen,

Ogawa.

4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka

waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.

Page 30: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

16

5. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.

Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan

mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-37°C

akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.

6. Kuman dapat bersifat dorman.

2.1.1.2 Epidemiologi

Berdasarkan Global Report Tuberculosis tahun 2017, secara global kasus

baru tuberkulosis sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden tuberkulosis

(10,4 juta). Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia

dan kematian tuberkulosis secara global diperkirakan 1,3 juta pasien. Indonesia

menduduki peringkat ke 3 diantara 5 negara yang mempunyai beban tuberkulosis

yang terbesar yaitu India, Indonesia, China, Philippina and Pakistan (WHO,

2017).

Pada tahun 2017 di Indonesia ditemukan jumlah kasus tuberkulosis

sebanyak 425.089 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis

yang ditemukan pada tahun 2016 yang sebesar 360.565 kasus dan tahun 2015

sebesar 330.729 kasus. Pada triwulan ke 3 tahun 2018 kejadian kasus TB terdapat

sebanyak 370.838 kasus yang ternotifikasi TB. Jumlah kasus tertinggi yang

dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa

Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut

sebesar 43% dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia (Kemenkes RI,

2017)

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-

Page 31: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

17

laki sebanyak 245.298 orang lebih besar dibandingkan pada perempuan sebanyak

175.696 orang. Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-

laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Hal ini terjadi

kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya

merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan

bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya

3,7% partisipan perempuan yang merokok. Selama 10 tahun terakhir angka

notifikasi dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat peningkatan

yang signifikan. Akan tetapi, angka kesembuhan cenderung mempunyai gap

dengan angka keberhasilan pengobatan, sehingga kontribusi pasien yang sembuh

terhadap angka keberhasilan pengobatan menurun dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Dalam upaya pengendalian penyakit, fenomena menurunnya angka

kesembuhan ini perlu mendapat perhatian besar karena akan mempengaruhi

penularan penyakit TBC (Kemeterian Kesehatan RI, 2018).

2.1.1.3 Penularan Tuberkulosis

Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung

kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan

kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik).

Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung

percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500 M.tuberculosis.

Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500 – 1.000.000

M.tuberculosis (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Page 32: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

18

Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit meliputi tahap paparan,

infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia, sebagai berikut:

2.1.1.3.1 Paparan

Peluang peningkatan paparan terkait dengan jumlah kasus menular di

masyarakat, peluang kontak dengan kasus menular, tingkat daya tular dahak

sumber penularan, intensitas batuk sumber penularan, kedekatan kontak dengan

sumber penularan, dan lamanya waktu kontak dengan sumber penularan.

2.1.1.3.2 Infeksi

Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah

infeksi. Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam

lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari daya

tahun tubuh manusia. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening

dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi.

2.1.1.3.3 Faktor Resiko

Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari:

konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup, lamanya waktu sejak terinfeksi, usia

seseorang yang terinfeksi, tingkat daya tahan tubuh seseorang yang rendah

diantaranya orang yang terinfeksi HIV AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan

memudahkan berkembangnya TB Aktif (sakit TB), dan pada seseorang yang

terinfeksi TB, 10% diantaranya akan menjadi sakit TB. Namun pada seorang

dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB. Orang dengan HIV berisiko

20-37 kali untuk sakit TB dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV,

dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Page 33: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

19

2.1.1.3.4 Meninggal Dunia

Faktor risiko kematian karena TB disebabkan oleh beberapa hal antara

lain: akibat dari keterlambatan diagnosis, pengobatan tidak adekuat, adanya

kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta, pada pasien TB tanpa

pengobatan 50% diantaranya akan meninggal dan risiko ini meningkat pada

pasien dengan HIV positif. Begitu pula pada ODHA, 25% kematian disebabkan

oleh TB.

2.1.1.4 Patogenesis

Ketika seorang penderita TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka

secara tidak sengaja keluarlah dorplet nuklei da jatuh ke tanah, lantai, atau tempat

lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, dorplet nuklei

tersebut menguap. Mengupanya dorplet bakteri ke udara dengan pSergerakan

angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam dorplet nuklei

terbang ke udara. Apabila bakteri tersebut terhirup oleh orang sehat, maka orang

itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkulosis. penularanS bakteri lewat udara

disebut dengan istilah air-borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati

pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik

lokal dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri

(multiplying). Bakteri tuberkulosis dan fokus primer atau lesi primer atau fokus

Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan

fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang

yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes

Mantoux ( (Muttaqin, 2012).

Page 34: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

20

Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke suluruh

tubuh melalui berbagai jalan, yaitu :

2.1.1.4.1 Percabangan bronkhus

Penyebaran infeksi lewat percabangan bronkhus dapat mengenai area

paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring),

maupun ke saluran pencernaan.

2.1.1.4.2 Sistem saluran limfe

Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional

limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat

darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.

2.1.1.4.3 Aliran darah

Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau

mengangkut material yang mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat

mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar

adrenal, otak, dan meningen.

2.1.1.4.4 Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)

Jika pertahanan tubuh kuat, maka infeksi primer tidak berkembang

lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tidaka dapat berkembang biak lebih lanjut dan

menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi tubuh melemah akbati sakit

lam/keras atau memakai obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama,

maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. inilah yang disebut

reaktivasi infeksi primer atau infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi

bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga

Page 35: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

21

dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi

baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. biasanya organ paru tempat

timbulnya infeksi pasca primer terutama berada di daerah apkes paru.

2.1.1.5 Klasifikasi

Berdasarkan Pedoman Pengendalian Tuberkulosis Nasional, penyakit

tuberkulosis dibagi menjadi beberapa klasifikasi antara lain :

2.1.1.5.1 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site) yang terkena

Berdasarkan organ tubuh yang terkena bakteri penyebab penyakit TB

dibedakan menjadi 2 klasifikasi yaitu Tuberkulosis Paru dan Tuberkulosis Ekstra

Paru. Tuberkulosis paru merupakan tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

Sedangakan tuberkulosis ekstra paru merupakan tuberkulosis yang menyerang

organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung

(pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usu, ginjal, saluran

kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2.1.1.5.2 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis di bedakan pada

keadaan yang ditunjukkan pada tuberkulosis paru BTA positif dan tuberkulosis

paru BTA negatif. Keadaan yang ditujukan pada penderita tuberkulosis paru BTA

positif seperti: sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif, 1 spesimen dahal SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis, 1 spesimen dahak SPD hasilnya BTA positif

dan biakan kuman TB positif, serta 1 atau lebih speimen dahak hasilnya positif

Page 36: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

22

setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA

negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberia antibotik non OAT. Kriteria

diagnostik Tuberkulosis paru BTA negatif harus meliputi: paling tidak 3 spesimen

dahak SPS hasilnya negatif, foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran

tuberkulosis, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT bagi

pasien dengan HIV negatif, dan ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk

diberi pengobatan.

2.1.1.5.3 Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya disebut

sebagai tipe pasien, yaitu: kasus baru, kasus yang sebelumnya diobati, kasus

pindahan, dan kasus lain. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati

dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif. Kasus pindahan (Transfer in) adalah

pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan pengobatannya. Kasus

yang sebelumnya diobati dibedakan menjadi 3 jenis kasus, yaitu: kasus kambuh

(relaps), dimana pasien yang sebelumya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur); kasus setelah putus berobat

(default), dimana pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih

dengan BTA positif; dan kasus setelah gagal (failure), dimana pasien yang hasil

pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan

kelima atau lebih selama pengobatan. Sedangkan kasus lain adalah semua kasus

yang tidak memenuhi ketentuan yang ketiga kasus yang sebelumnya karena tidak

Page 37: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

23

memenuhi riwayat pengobatan sebelumnya, pernah diobati tetapi tidak diketahui

hasil pengpbatannya, dan kembali diobati dengan BTA negatif.

TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami

kambuh, gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang,

harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan

pertimbangan medis spesialistik (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

2.1.2 Program Penanggulangan dan Pencegahan Tuberkulosis

Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang

mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif

dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat,

menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,

mencegah resistensi oabta dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan

akibat Tuberkulosis. penangulangan TB diselenggarakan secara terpadu,

komprehensif dan berkesinambungan melibatkan semua pihak terkait baik

pemerintah, swasta maupun masyarakat. Penanggulanga Tuberkulosis merupakan

program nasional yang harus dilaksanakan di seluruh Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (Fasyankes) termasuk Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik-klinik

kesehatan dan juga Dokter Praktek Swasta (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Target program Penanggulangan TB nasioal yaitu eleminasi TB dengan

tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 juta penduduk pada tahun 2035 dan

Indonesia bebas TB tahun 2050. Dalam mencapai target tersebut digunakan

strategi nasional yaitu strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shorcours

chemotherapy). DOTS merupakan strategi penanggulangan Tuberkulosis nasional

Page 38: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

24

yang dilaksanakan melalui pengobatan jangka pendek dengan pengawsan

langsung terhadap penderita TB yang dilaksanakan diseluruh unit pelayanan

kesehatan. Implementasi strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu:

1. Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan.

2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin

mutunya.

3. Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi pasien.

4. Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.

5. Sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yag mampu memberikan

penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.

Dalam menilai kemajuan atau keberhasilan program pengendalian TB terdapat

indikator utama yang digunakan, yaitu:

1. Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang

diobati.

2. Angka notofikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang

diobati per 100.000 penduduk.

3. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus.

4. Cakupan penemuan kasus resisten obat.

5. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resisten obat.

6. Presentase pasien TB yang mengetahui status HIV.

Penanggulangan TB diselenggarakan melalui beberapa kegiatan, antara lain:

promosi kesehatan, surveilans TB, pengendalian faktor risiko, penemuan dan

penanganan kasus TB, pemberian kekebalan, dan pemberian obat pencegahan

Page 39: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

25

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

2.1.2.1 Penemuan Kasus

Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan

gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang

kompeten yang mampu melakukan pemeriksan terhadap gejala dan keluhan

tersebut. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan

tatalaksana pasien TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara

bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan

TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB

yang paling efektif di masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011)

2.1.2.1.1 Strategi Penemuan

Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif, intensif,

aktif, dan masif. Upaya penemuan pasien TB harus didukung dengan kegiatan

promosi yang aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, sehingga

semua terduga TB dapat ditemukan secara dini. Pelibatan semua layanan

dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan

pengobatan.

Strategi penemuan kasus tuberkulosis dilakukan dengan 2 cara, yaitu

penemuan pasien TB secara pasif intensif dan penemuan pasien TB secara aktif

dan/atau masif. Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif intensif di fasilitas

kesehatan dengan jejaring layanan TB melalui Public-Private Mix (PPM), dan

kolaborasi berupa kegiatan TB-HIV, TB-DM (Diabetes Mellitus), TB-Gizi,

Pendekatan Praktis Kesehatan paru (PAL = Practical Approach to Lung health),

Page 40: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

26

ManajemenTerpadu Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu Dewasa Sakit

(MTDS). Sedangkan penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis

keluarga dan masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari posyandu, pos TB desa,

tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Kegiatan penemuan pasien TB dengan cara

ini dapat berupa: investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang kontak erat

dengan pasien TB, penemuan di tempat khusus (seperti Lapas/Rutan, tempat

kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo), dan penemuan di

populasi berisiko: tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh (Kementerian

Kesehatan RI, 2016).

2.1.2.1.2 Pemeriksaan Dahak

Berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

pemeriksaan dahak pada pasien terduga Tuberkulosis, antara lain: (1) pemeriksaan

dahak mikroskopis yang berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak dalah dua hari kunjungan yang berurutan

berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu; (2) pemeriksaan biakan dengan cara biakan dan

identifikasi M. Tuberkulosis pada pengedalian TB untuk menegakkan diagnosis

TB pada pasien tertentu, seperti pasien TB Ekstra Paru, pasien TB Anak, dan

pasien TB BTA Negatif; (3) uji kepekaan obat TB yang bertujuan untuk resistensi

M. Tuberkulosis terhadap OAT dilakukan di laboratorium untuk diagnosis pasien

TB yang memnuhi kriteria suspek TB MDR.

Saat ini pemerintah telah menemukan cara pemeriksaan dahak terbaru

yang dapat mendeteksi kuman TB lebih akurat menggunakan teknik PCR. Deteksi

Page 41: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

27

kuman TBC dengan teknik PCR mempunyai sensitivitas yang amat tinggi. PCR

merupakan cara amplifikasi DNA Mycrobacterium tuberkulosis, secara in vitro.

Proses ini memerlukan DNA cetakan untai ganda yang mengandung DNA target,

enzim DNA polymerase, nukleotida trifosfat, dan sepasang primer. Deteksi

Mycrobacterium tuberkulosis dilakukan dengan teknik PCR, mengingat

akurasinya yang baik dan membutuhkan waktu pemeriksaan leboh singkat.

Banyak Mycrobacterium tuberkulosis yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan

mikroskopis (BTA) tetapi dapat dideteksi dengan teknik PCR (Ramadhan, Fitria,

& Rosdiana, 2017).

2.1.2.2 Diagnostik

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang

lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada

penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker

paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka

setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai

seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak

secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada

pasien anak.

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

Page 42: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

28

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan

yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). S (sewaktu) yaitu

dahak yang dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.

Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan

dahak pagi pada hari kedua. P (Pagi) yaitu dahak yang dikumpulkan di rumah

pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan

sendiri kepada petugas di UPK.S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di UPK pada

hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya

kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan

dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto

toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis

sepanjang sesuai dengan indikasinya (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis harus bekerjasama

dengan laboratorium untuk memastikan pengiriman spesimen yang cepat ke

laboratorium dan pelaporan segera hasil apusan BTA, hasil kultur, dan hasil tes

kepekaan obat kepada dokter dan departemen kesehatan. Layanan laboratorium

harus tersedia untuk menyediakan pematauan respon bakteroilogis terhadap

terapi. Kurangnya alat diagnostik sederhana dalam perawatan primer akan

menunda diagnosis, membantu penyebaran dan pengembangan resisten pada

kasus TB yang menyebabkan biaya dan bahaya besar dalam mengelola kasus

Page 43: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

29

tersebut dengan diagnosis yang tertunda (Salahy, Essawy, Mohammad, Hendy, &

Abas, 2016).

2.1.2.3 Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan Tb bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

2.1.2.3.1 Prinsip-prinsip dalam pengobatan Tuberkulosis

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,

dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini

untuk menjamin keptuhan pasien dalam menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan

Obat (PMO). Berdasarkan Permenkes RI No. 67 Tahun 2016, pengobatan yang

adekuat harus memenuhi prinsip sebagai berikut:

1. Pengobatan yang diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resisten.

2. Diberikan dalam dosis yang tepat.

3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO sampai selesai

pengobatan.

4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam 2 tahap

yaitu tahap awal dan tahap lanjutan, sebagai pengobatan yang adekuat untuk

mencegah kekambuhan.

Pengobatan Tb harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap

lanjutan. Tahap awal yaitu pengobatan yang diberikan setiap dengan tujuan agar

Page 44: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

30

secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan

meminimalisir pengaruh dari sevagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten

sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.

Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama

2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya

penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2

minggu pertama. Sedangkan pengobatan tahap lanjutan bertujuan untuk

membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman

persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

2.1.2.3.2 Panduan OAT lini pertama dan perutukannya

Pengobatan TB dengan paduan OAT Lini Pertama yang digunakan di

Indonesia dapat diberikan dengan dosis harian maupun dosis intermiten (diberikan

3 kali perminggu) dengan mengacu pada dosis terapi yang telah

direkomendasikan.

Paduan OAT kategori 1 di berikan untuk pasien baru dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis.

2. Pasien TB Paru terdiagnosis klinis.

3. Pasien TB Ekstra Paru.

4. Dosis harian (2(HRZE)/4(HR)).

Sedangkan paduan OAT kategori 2 di berikan untuk pasien BTA positif

yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang), yaitu:

1. Pasien kambuh.

Page 45: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

31

2. Pasien gagal pada pengobatan dengan panduan OAT kategori 1 sebelumnya.

3. Pasien yang diobatai kembali setelah putus berobat (lost to follow-up).

4. Dosis harian (2(HRZE)S/%(HRE)).

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari

kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan

berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam 1 (satu) paket untuk 1 (satu) pasien

untuk 1 (satu) masa pengobatan. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang

terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E)

yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk

pasien yang tidak bisa menggunakan paduan OAT KDT.

2.1.2.4 Pemantauan dan Hasil Pengobatan

Pemantauan kemajuan pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan dua

contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua

pasien sebelum memulai pengobatan harus dicatat. Pemeriksaan ulang dahak

pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis merupakan suatu cara terpenting

untuk menilai hasil kemajuan pengobatan. Semua pasien TB baru yang tidak

konversi pada akhir 2 bulan pengobatan tahap awal, tanpa pemberian paduan

sisipan, pengobatan dilanjutkan ke paduan tahap lanjutan. Pemeriksaan ulang

dahak selanjutnya dilakukan pada akhir bulan ke 5 pengobatan. Apabila hasilnya

negatif, pengobatan dilanjutkan hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan

dilakukan pemeriksaan ulang dahak kembali pada akhir pengobatan. Bilamana

hasil pemeriksaan mikroskopis nya positif pasien dianggap gagal pengobatan dan

Page 46: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

32

dimasukkan kedalam kelompok terduga TB-RO.

Tabel. 2.1. Hasil pengobatan pada pasien TB BTA positif

Hasil Pengobatan Definis

Sembuh Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis

positif pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan

bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan

pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.

Pengobatan

lengkap

Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara

lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir

pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil

pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.

Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih

selama masa pengobatan; atau kapan saja dalam masa

pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang

menunjukkan adanya resistensi OAT.

Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum

memulai atau sedang dalam pengobatan.

Putus berobat

(loss to follow-up)

Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang

pengobatannya terputus terus menerus selama 2 bulan atau

lebih.

Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.

Termasuk dalam kriteria ini adalah ”pasien pindah (transfer

Page 47: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

33

out)” ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir

pengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota yang

ditinggalkan.

2.1.2.5 Pengawasan Menelan Obat

Dalam masa pengobatan akan muncul rasa bosan yang dialami oleh pasien

TB Paru. Selain itu, keadaan yang mulai sembuh dan hilangnya gejala-gejala yang

dirasakan membuat pasien TB Paru akan melakukan penghentian berobat di

fasilitas pelayanan kesehatan sebalum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal

tersebut maka perlu adanya pengawasan langsung oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO) untuk mengawasi pasien TB Paru dalam menelan seluruh

obat yang diberikan sesuai anjuran dan mencegah terjadinya resisten obat. Pilihan

tempat pemberian pengobatan sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat

memberikan kenyamanan. Pasien bisa memilih datang ke fasyankes terdekat

dengan kediaman pasien atau PMO datang berkunjung kerumah pasien. Apabila

tidak ada faktor penyulit, pengobatan dapat diberikan secara rawat jalan

(Kementerian Kesehatan RI, 2011).

2.1.6.1.1 Persyaratan PMO

Untuk menjadi seorang PMO harus memenuhi beberapa persyaratan

yang ada, antara lain:

1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas

kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh

pasien.

Page 48: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

34

2. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

3. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

4. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersamasama dengan

pasien.

Sebaiknya yang menjadi seorang PMO adalah petugas kesehatan yang ada di

wilayan penderita TB Paru, seperti bidan desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru

imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan,

PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, tokoh

masyarakat, atau anggota keluarga.

2.1.6.1.2 Tugas seorang PMO

Adapun tugas seorang PMO dalam mengawasi pasien TB Paru dalam meminum

obat, antara lain:

1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan.

2. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

ditentukan.

4. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai

gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Fasilitas

Pelayanan Kesehatan

2.1.6.1.3 Informasi penting yang perlu di pahami PMO

Informasi penting yang perlu di pahami PMO untuk disampaikan kepada pasien

dan keluarganya, yaitu :

Page 49: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

35

1. TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.

2. TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.

3. Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara

pencegahannya.

4. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).

5. Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.

6. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

pertolongan ke Fasyankes.

Tidak adanya PMO dapat membuat pasien TB menghentikan

pengobatannya dikarenakan pasien tidak mengajak keluarganya saat pasien

melakukan pemeriksaan dan pengambilan obat, hal tersebut terjadi karena

penunjukan PMO oleh petugas BP4 hanya kepada keluarga pasien yang ikut

dengan pasien. Keberadaan PMO sangat penting baik untuk kesembuhan pasien

dan untuk memberi penyuluhan penyakit TB (Nugroho, 2011).

2.1.2.6 Efek Samping OAT

Pada Fasyankes Rujukan penanganan kasus-kasus efek samping obat dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Bila jenis obat penyebab efek samping itu belum diketahui, maka pemberian

kembali OAT harus dengan cara “drug challenging” dengan menggunakan

obat lepas. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan obat mana yang

merupakan penyebab dari efek samping tersebut.

2. Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas

atau karena kelebihan dosis. Untuk membedakannya, semua OAT

Page 50: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

36

dihentikan dulu kemudian diberi kembali sesuai dengan prinsip

dechallenge-rechalenge. Bila dalam proses rechallenge yang dimulai

dengan dosis rendah sudah timbul reaksi, berarti hepatotoksisitas karena

reakasi hipersensitivitas.

3. Bila jenis obat penyebab dari reaksi efek samping itu telah diketahui,

misalnya pirasinamid atau etambutol atau streptomisin, maka pengobatan

TB dapat diberikan lagi dengan tanpa obat tersebut. Bila mungkin, ganti

obat tersebut dengan obat lain. Lamanya pengobatan mungkin perlu

diperpanjang, tapi hal ini akan menurunkan risiko terjadinya kambuh.

4. Kadang-kadang, pada pasien timbul reaksi hipersensitivitas (kepekaan)

terhadap Isoniasid atau Rifampisin. Kedua obat ini merupakan jenis OAT

yang paling ampuh sehingga merupakan obat utama (paling penting)

dalam pengobatan jangka pendek. Bila pasien dengan reaksi

hipersensitivitas terhadap Isoniasid atau Rifampisin tersebut HIV negatif,

mungkin dapat dilakukan desensitisasi. Namun, jangan lakukan

desensitisasi pada pasien TB dengan HIV positif sebab mempunyai risiko

besar terjadi keracunan yang berat.

2.1.2.7 Sumber Daya

Tanggung jawab pelaksanaan Program Penanggulangan TB berada di

Kabupaten/Kota yang didukung fasilitas kesehatan primer yaitu Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama Rujukan Mikroskopis TB (FKTPRM), yaitu

puskesmas dengan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan

mikroskopis dahak dan menerima rujukan. Serta fasilitas kesehatan tingkat

Page 51: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

37

lanjutan yaitu Fasiltas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) yang dapat

melakukan pemeriksaan mikroskopis dan mengambil peran sebagai rujukan

mikroskopis. Didukung fasilitas kesehatan lainnya (seperti lapas, rutan, tempat

kerja dan klinik) yang telah menjadi bagian jejaring di wilayah Kabupaten/Kota.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab untuk mendiagnosis, mengobati

dan monitoring kemajuan pengobatan yang didukung Pengawas Menelan Obat

(PMO) serta anggota keluarga. Puskesmas harus menetapkan dokter, perawat, dan

analis laboratorium terlatih. Sarana dan prasarana yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan program Penanggulangan TB.

Kepala Dinas Kesehatan Kota sebagai penanggung jawab semua program

dan fasilitas kesehatan di wilayah kerjanya, termasuk Penanggulangan TB. Selain

itu, membentuk unit kerja yang terdiri dari tenaga kesehatan dengan kompetensi

di bidang kesehatan masyarakat dan tenaga non kesehatan dengan kompetensi

tertentu.

Di tingkat provinsi penanggulangan TB dilaksanakan berdasar struktur

yang ada sesuai tugas dan fungsinya dan dibantu Tim TB yang terdiri dari,

Petugas Pengelola Program TB Provinsi (wasor TB), Tim Pelatih Provinsi (TPP),

unit terkait di jajaran Dinas Kesehatan Kota provinsi dan petugas lainnya

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mohamed Gedi Qayad dan

Gianfranco Tarsitani (2017) di Somalia, menunjukkan bahwa rendahnya

dukungan sumber daya dan manajemen menyebabkan penurunan keberhasilan

pengobatan dalam program TB dengan banyaknya pasien yang tidak melanjutkan

Page 52: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

38

pengoabatan. Sumber daya dan tenaga masyarakat seperti LSM yang berdedikasi

dalam pengelolaan program pengendalian penyakit TB memiliki peran penting

dalapam upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan program

pengendalian kesehatan lainnya (Qayad & Tarsitani, 2017).

2.1.2.8 Pelaporan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 46 tahun 2014 tentang Sistem

Informasi Kesehatan khusunya pada pasal 44 ayat 1 dapat diketahui bahwa

Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi penyediaan sumber daya Sistem

Informasi Kesehatan untuk memperlancar penyelenggaraan Sistem Informasi

Kesehatan. Sumber daya yang dimaksud meliputi perangkat dan sumber daya

manusia. Berdasarkan Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang penanggulangan

tuberkulosis, Data untuk program Penanggulangan TB diperoleh dari sistem

pencatatan-pelaporan TB. Pencatatan menggunakan formulir baku secara manual

didukung dengan sistem informasi secara elektronik, sedangkan pelaporan TB

menggunakan sistem informasi elektronik. informasi.

Penerapan sistem informasi TB secara elektronik disemua faskes

dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya di

wilayah tersebut. Sistem pencatatan-pelaporan TB secara elektronik menggunakan

Sistem Informasi TB yang berbasis web dan diintegrasikan dengan sistem

informasi kesehatan secara nasional dan sistem informasi publik yang lain.

Pencatatan dan pelaporan TB diatur berdasarkan fungsi masing-masing tingkatan

pelaksana.

Program pengendalian TB harus memelihara sistem catatan

terkomputerisasi (registry kasus) dengan informasi terkini tentang semua kasus

Page 53: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

39

TB di masyarakat. Hal ini untuk memastikan tindak lanjut dari semua pasien TB

dan orang-orang yang dicurigai menderita TB yang melakukan pengobatan di

pelayanan kesehatan. informasi yang tersedia berupa hasil apusan, kultum klinis,

hasil radigrafi dada, dan dosis obat yang diberikan harus diperoleh dan diperbarui

secara berkelanjutan (Elsayed, et al., 2015).

2.1.3 Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis

Pelaksanaan program Penanggulangan dan Pencegahan Tuberkulosis di

Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

67 Tahun 2016. Berdasarkan peraturan tersebut terdapat poin penting terkait

dengan pelaksanaan penanggulangan tuberkulosis, antara lain:

1. Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam

kerangka otonomi daerah dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat

manajemen program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana

dan prasarana).

2. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan pedoman standar

nasional sebagai kerangka dasar dan memperhatikan kebijakan global untuk

PenanggulanganTB.

3. Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB dilaksanakan oleh

seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang meliputi

Puskesmas, Klinik, dan Dokter Praktik Mandiri (DPM) serta Fasilitas

Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) yang meliputi: Rumah Sakit

Page 54: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

40

Pemerintah, non pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai

Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (B/BKPM).

4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan oleh

pemerintah dan diberikan secara cuma-cuma.

5. Keberpihakan kepada masyarakat dan pasien TB. Pasien TB tidak dipisahkan

dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. Pasien memiliki hak dan

kewajiban sebagaimana individu yang menjadi subyek dalam

penanggulangan TB.

6. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama dan

kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan

masyarakat melalui Forum Koordinasi TB.

7. Penguatan manajemen program penanggulangan TB ditujukan memberikan

kontribusi terhadap penguatan sistem kesehatan nasional.

8. Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif, proaktif, efektif,

responsif, profesional dan akuntabel.

9. Penguatan Kepemimpinan Program ditujukan untuk meningkatkan komitmen

pemerintah daerah dan pusat terhadap keberlangsungan program dan

pencapaian target strategi global penanggulangan TB yaitu eliminasi TB

tahun 2035.

2.1.4 Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

Page 55: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

41

promotif dan perventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Kebijakan yang mengatur Puskesmas

adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan

nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas agar dapat

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan

Indonesia Sehat (Sjaaf & Darmawan, 2016).

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

membantu terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas menyelenggarakan fungsi

penyelenggaraan UKM tingkat pertama dan penyelanggaraan UKP tingakat

pertama di wilayah kerjanya

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada

seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas menjalankan beberapa usaha

pokok yang meliputi program: kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,

pemberantasan penyakit menular, peningkatan gizi, kesehatan lingkungan,

pengobatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, laboratorium, kesehatan sekolah,

perawatan kesehatan masyarakat, kesahatan jiwa, dan kesehatan gigi.

Tanggung jawab pelaksanaan Program Penanggulangan TB berada di

Kabupaten/Kota yang didukung fasilitas kesehatan primer yaitu Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama Rujukan Mikroskopis TB (FKTPRM), yaitu

Page 56: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

42

puskesmas dengan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan

mikroskopis dahak dan menerima rujukan. Dalam upaya penanggulangan

tuberkulosis, Kelompok Puskesmas Pelaksana (KPP) terdiri dari:

1. Puskesmas Satelit (PS), puskesmas yang tidak memiliki laboratorium sendiri

dan berfungsi untuk melakukan pengambilan dahak, pembuatan sediaan

sampai fiksasi sediaan dahak.

2. Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), puskesmas yang telah memiliki

laboratorium sendiri, berfungsi sebagai puskesmas rujukan dalam

pemeriksaan sediaan dahak dan pelaksanaan pemeriksaan dahak untuk TB.

3. Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), puskesmas pelaksana mandiri

berdasarakan geografis yang sulit dan berfungsi sama dengan puskesmas

rujukan hanya saja puskesmas ini tidak bekerja dengan puskesmas satelit.

Puskesmas harus menetapkan dokter, perawat, dan analis laboratorium

terlatih yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Penanggulangan

TB. Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB dilaksanakan oleh

seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Klinik dan dokter praktik

perorangan melakukan pencatatan dan pelaporan pasien TB kepada Puskesmas

setempat, kemudian Puskesmas harus melaporkan junlah pasien TB di wilayah

kerjanya kepada Dinas Kesehatan Kota Kabupaten/Kota.

2.1.5 Evaluasi Program

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat

dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and

merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk

Page 57: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

43

membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan

meningkatkan pemahaman terhadapa fenomena. Inti dari evaluasi adalah

penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan. Menurut Stark dan Thomas (1994:12), menyatakan

bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,

analisis dan penyajian informasi yanga dapat digunakan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan serta menyusus program selanjutnya.

Adapun tujuan dari evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang

akurat dan obyektif tentang suatu program. Informasi yang diperoleh dapat

berupa:

1. Evaluasi sebagai hasil yang difokuskan untuk pelaksanaan program itu

ssendiri, yaitu untuk mengambil keputuasan apakah program tersebut

dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan.

2. Evaluasi digunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya

maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.

Wujud dari hasil evaluasi yaitu adanya rekomendasi dari evaluator untuk

pengambilan keputusan. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin

(2008:22), ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan

hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:

1. Menghentikan program, karena dipandag bahwa program tersebut tidak ada

manfaatnya, atau tidak dapata terlaksanakan sebagaiamanyang diharapkan.

2. Merevisi program, karena terdapat bagian-bagaian yang kurang sesuai dengan

harapan (terdapat kesalahan tetapi sedikit).

Page 58: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

44

3. Melanjutkan program, karena pelaksana program menunjukkan bahwa segala

sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang

bermanfaat.

4. Menyebarkan program (melaksanakan program di tempat lain atau

mengulangi lagi laporan dilain waktu), karena program tersebut berhasil

dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu

yang lain.

Evaluasi program merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan

secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasila suatu

program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya, baik

terhadap progrma yang sedang berjalan aupun program yang telah berlalu.

Evaluasi program dapat dilakukan dengan melakukan penilaian secara sistematik,

rinci dan menggunakan prosedur yang telah diuji secara cermat. Dengan metode

tertentu akan diperoleh data yang handal, dapat dipercaya sehingga penentuan

kebijakan akan lebih tepat, dengan catatan data yang digunakan sebagai dasar

pertimbangan tersebut adalah data yang tepat, baik dari segi isi, cakupan, format

maupun tepat dari segi waktu penyampaian (Widoyoko, 2017).

Keberhasilan suatu program erat kaiatannya dengan kualitas masukan,

kualiatas proses, maupun kualitas hasil pelaksanaan program.

2.1.6 Dicrepancy Evaluation Model (DEM)

Dicrepancy Evaluation Model (DEM) merupakan model yang

dikembangkan oleh Malcolm Provous, yaitu model evaluasi yang berawal dari

asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat

Page 59: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

45

membandingkan antara apa yang seharunya dan diharapkan terjadi (Standard)

dengan apa yang sebenarnya terjadi (Performance), sehingga dapat diketahui ada

tidaknya kesenjangan (Discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang

ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya. Provus mengatakan “Evaluation is the

process of (a) agrreing upon program standar, (b) determining whether a

Discrepancy exist between some aspect of the program, and (c) using Discrepancy

information to identify the weaknesses of the program”. Evaluasi dilakukan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan antara beberapa aspek program dengan

standar yang ada dan informasi dari perbedaan tersebut digunakan untuk

mengidentifikasi kelemahan program.

Model Provous ini bertujuan untuk menganalisis suatu program sehingga

dapat ditentukan apakah suatu program layak diteruskan, ditingkatkan atau

sebaliknya dihentikan mementingkan terdefinisinya Standard, Performance, dan

Discrepancy secara rinci dan terukur. Evaluasi program yang dilaksankaan oleh

evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap komponen program

dengan terjabarnya kesenjangan disetiap komponen program maka langkah-

langkah perbaikan dapat dilakukan (Widoyoko, 2017).

Evaluasi dilakukan dengan mengukur penampilan (P = Performance) pada

setiap tahapan program, membandingkan dengan standar (S) yang telah

ditentukan, dan melakukan perbandingan adanya perbedaan (D = descrepancy),

kemudian pada setiap tahapan program yang akan diinterpretasikan untuk menilai

keberhasilan program disebut sebagai hasil evaluasi. Standar merupakan kriteria

yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan/program yang digunakan sebagai

Page 60: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

46

pedoman dalam pelaksanaan program tersebut. Performance merupakan hasil

pelaksanaan program yang dilakukan oleh implementor di suatu instansi.

Discrepancy merupakan kesenajangan yang dapat dievaluasi dalam program.

Discrepancy Evaluation Model (DEM) menjelaskan evaluasi sebagai proses yang

mencakup: (1) kesepakatan tentang standar-standar tertentu, (2) menentukan

ada/tidak kesenjangan yang muncul antara performasi dan sejumlah aspek

program dengan perangkat standar untuk performansi tersebut, (3) menggunakan

informasi tentang kesenjangan dalam memutuskan untuk mengembangkan atau

melanjutkan atau menghentikan program keseluruhan ataupun salah satu aspek

dari program tersebut (Naser & Utami, 2017).

Dalam model evaluasi ini, kebanyakan informasi yang diperoleh berbeda

dan dikumpulkan dengan beberapa cara, yaitu:

1) Merencanakan bentuk penilaian, menentukan kemantapan suatu program.

2) Penilaian input, bertujuan membantu pihak pengurus dengan memastikan

sumber yang diperlukan mencukupi.

3) Proses penilaian, memastikan aktivitas yang direncanakan berjalan dengan

lancar dan memiliki mutu seperti yang diharapkan.

4) Penilaian hasil, judgement di tahap pencapaian suatu hasil yang

direncanakan.

Model ini merupakan suatu prosedur problem solving untuk

mengidentifikasi kelemahan (termasuk dalam pemilihan standar) dan untuk

mengambil tindakan korektif. Di dalam kasus suatu sistem yang kompleks

seperti suatu proyek, obyek evaluasi bisa belum jelas dan sukar untuk

Page 61: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

47

dipahami. Klarifikasi obyek evaluasi adalah sangat perlu untuk membuat

evaluasi tersebut terlaksana. Proses evaluasi pada langkah-langkah dan isi

kategori sebagai cara untuk mengidentifikasi perbandingan capaian program

dengan standar, pada waktu yang sama juga mengidentifikasi standar yang

digunakan untuk melakukan perbandingan di masa yang akan datang.

KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Teori DEM (Discrepancy Evaluation Model) dalam Widoyoko (2017).

Evaluasi Program

Standar :

SOP pelaksanaan

program P2TB

1. Kegiatan Pengendalian

Tuberkulosis

2. Sumberdaya

3. Sistem Informasi

4. Koordinasi, Jejaring

kerja, dan Kemitraan

5. Peran Serta

Masyarakat

Performance:

Kesesuaian

kinerja petugas

kesehatan dengan

SOP program

P2TB

Discrepancy:

Hasil pelaksanaan program P2TB tidak

sesuai dengan Permenkes No. 67 Tahun

2016

Program pencegahan

dan penanggulangan

Tuberkulosis

1. Promosi kesehatan

2. Surveilans TB

3. Pengendalian

faktor resiko TB

4. Penemuan kasus

Tb

5. Penanganan kasus

TB

6. Pemberian

kekebalan

7. Pencatatan dan

pelaporan

8. Monitoring dan

evaluasi

9. Dukungan

masyarakat

Page 62: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

48

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 ALUR PIKIR

Gambar 3.1 Alur Pikir

Alur pikir dalam penelitian ini menggambarkan variabel-variabel yang akan

diukur dan diamati selama pnelitian. Variabel dalam kerangka teori semuanya

digunakan dalam penelitian ini, variabel yang diteliti diambil berdasarkan

permasalahan di tempat penelitian yang diketahui pada saat studi pendahuluan pra

penelitian dilakukan. Hal ini karena faktor-faktor dalam kerangka teori memiliki

Evaluasi Program

Standar :

1. Kegiatan

Pengendalian

Tuberkulosis

2. Sumberdaya

3. Sistem Informasi

4. Koordinasi, Jejaring

kerja, dan

Kemitraan

5. Peran Serta

Masyarakat

Performance:

Kesesuaian

kinerja petugas

kesehatan dengan

SOP program

P2TB

Discrepancy:

Hasil pelaksanaan program P2TB tidak

sesuai dengan Permenkes No. 67 Tahun

2016

Page 63: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

49

pengaruh yang besar terhadap evaluasi program yang berkaitan dengan interelasi

dan interaksi antara pembuat program dengan pelaksana program, maupun

komunikasi antara pelaksana program dengan kelompok sasaran.

3.2 FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian ini adalah evaluasi program pencegahan dan

penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Karangmalang. Penelitian dilaksanakan pada bulan september s/d november 2019.

Fokus dalam penelitian ini untuk menggambarkan kesenjangan dari kegiatan

pengendalian tuberkulosis; kelengkapan sumber daya; sistem informasi;

koordinasi, jejraing kerja dan kemitraan; serta peran serta masyarakat yang

dilakukan di Puskesmas dengan standar yang telah ditetapkan sebagai pedoman

pelaksanaan program P2TB. Fokus penelitian ini terdiri dari:

3.2.1 Standard

Standar dalam penelitian ini meliputi SOP kegiatan pengendalian

tuberkulosis; sumber daya (SDM, dana, sarana dan prasarana); sistem informasi;

koordinasi, jejearing kerja dan kemitraan; serta peran serta masyarakat. Standar

yang digunakan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2016

tentang Penanggulangan Tuberkulosis dan Peraturan Walikota Semarang Nomor

39 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Tuberkulosis Tahun

2017-2021.

3.2.2 Performance

Page 64: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

50

Performance dalam penelitian ini menunjukkan petugas pelaksana program

P2TB di Puskesmas yang meliputi perawat/pemegang program, petugas

laboratorium, dan gasurekes yang melaksanakan program P2TB sudah atau belum

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah terkait

dengan kegiatan pengedalian tuberkulosis; kelengkapan sumber daya; sistem

informasi; koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan; serta peran serta masyarakat

dalam melakukan kegiatan-kegitan program P2TB di Puskesmas Purwoyoso dan

Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.

3.2.3 Discrepancy

Discrepancy/Kesenjangan yaitu hasil perbandingan antara standar dengan

performance dalam pelaksana program P2TB di Puskesmas Purwoyoso dan

Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.

3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif

yang dilaksanakan dengan melakukan telaah berbagai data sekunder yang

terkumpul (Nugraini, 2015). Penelitian deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan

objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk

kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya

penelitian deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi

dan penyelanggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya

digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut

Page 65: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

51

(Notoatmodjo s. , 2012).

Peneliti bermaksud mengumpulkan data tentang evaluasi progran

Pencegahan dan Penanggulangan TB. Evaluasi yang dilakukan peneliti

mengetahui suatu obyek yang evaluasi dapat dipertahankan, ditingkatkan,

diperbaiki atau bahkan diberhentikan sejalan dengan data yang diperoleh.

Penelitian ini digunakan untuk membandingkan antara standar penanggulangan

TB dengan kinerja petugas di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Karangmalang.

3.4 SUMBER INFORMASI

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data

sekunder yang akan diolah menjadi informasi sesuai yang dibutuhkan.

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan keterangan atau fakta-fakta yang didapat secara

langsung oleh peneliti dari objek atau informan yang diteliti. Penetapan informan

dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive

sampling merupakan penentuan informan yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu, dimana informan tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang diharapkan oleh peneliti atau informan tersebut sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek yang diteliti

(Sugiyono, 2016). Infroman dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat dalam

pelayanan program P2TB di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Page 66: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

52

Karangmalang yang terdiri informan utama dan informan Informan Triangulasi.

Infroman utama penelitian ini, antara lain:

1. Pemegang program P2TB

2. Petugas laboratorium

3. Gasurkes

4. Kader kesehatan Tuberkulosis

Infroman Informan Triangulasi penelitian ini, yaitu:

1. Pemegang prongram P2TB di Dinas Kesehatan Kota Kota Semarang

2. Pengawas Minum Obat penderita TB

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat oleh peneliti dari orang lain atau

pihak lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari Dinas

Kesehatan Kota Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Kota Kota Semarang,

Puskesmas di Kota Semarang, dan data lainnya yang relevan dengan kebutuhan

tujuan penelitian. Selain itu, juga didapatkan dari literatur-literatur yang relevan,

buku-buku, penelusuran data online dengan pencarian data melalui fasilitas

internet terkait dengan topik penelitian.

3.5 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

peneliti itu sendiri yang berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih

Page 67: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

53

informan sebagai narasumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

temuannya. Permasalahan awal penelitia kualitatif belum jelas dan pasti, tetapi

setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan

instrumen, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan

data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono, 2016).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panduan wawancara

yang berisikan panduan pertanyaan untuk ditujukan kepada informan penelitian.

Lembar ceklist diberikan kepada petugas laboratorium untuk melakukan

pengecekan ketersediaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan

Laboratorium di Puskesmas. Hali ini untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari

program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis telah tercapai, apakah

terdapat perbedaan pencapaian program tersebut dengan standar yang telah

ditentukan. Alat perekam yang digunakan untuk merekan proses wawancara,

lembar dokumentasi, lembar observasi, kamera telepon, dan alat tulis.

3.5.2 Teknik Pengambilan Data

Penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang

alamiah, yang mana sumber data lebih banyak diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara mendalam dan dokumentasi (Sugiyono, 2016). Teknik pengambilan

data yang dilakukan dalam penelitian yaitu:

3.5.2.1 Wawancara Mendalam

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini `adalah wawancara

mendalam atau id-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

Page 68: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

54

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara

peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mecatat apa yang dikemukakan oleh

informan.

3.5.2.2 Observasi

Tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan

sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap

fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-

kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan

antara satu kategori dengan kategori yang lain. Peneliti akan lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sehingga akan didapatkan

pandangan holistik atau menyeluruh (Sugiyono, 2016).

3.5.2.3 Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil observasi penelitian, wawancara

mendalam, dan pemeberian angket akan lebih dapat dipercaya jika didukung

dengan gambar, tulisan, atau karya seni menumental dari objek yang diteliti

(Sugiyono, 2016).

3.6 PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan penelitian, yang meliputi

Page 69: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

55

tahap persiapan, tahap pra penelitian, dan tahap pasca penelitian.

3.6.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Studi pendahuluan untuk mencari data awal melalui mengumpulkan

dokumen-dokumen yang relevan, profil kesehatan, dan informasi kesehatan.

2. Merumuskan permasalahan yang ingin diteliti, kemudian membuat

rancangan penelitiannya.

3. Menyusun proposal penelitian

4. Melakukan proses perizinan dan koordinasi dengan petugas di instansi

kesehatan baik Dinas Kesehatan Kota Kota Semarang maupun Puskesmas

terkait program P2TB

5. mempersiapkan lembar wawancara mendalam yang berisi pertanyaan

tentang program Penanggulangan dan Pencegahan Tuberkulosis serta

perlengkapan dokumentasi.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:

1. Menyerahkan surat ijin penelitian dan koordinasi dengan pihak Puskesmas

terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Melakukan proses pengambilan data baik onservasi lingkungan penelitian,

wawancara mendalam baik pada informan utama maupun informan

Informan Triangulasi, dan dokumentasi proses penelitian terkait program

P2TB di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang Kota

Semarang.

Page 70: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

56

3. Setelah semua data telah diperoleh, maka selanjutnya dilakukan pengolaham

dan analisis data

3.6.3 Tahap Pasca Penelitian

Tahap pasca penelitian ini, data yang telah diperoleh dari hasil penlelitian

dilakukan tahap analisis data. Langkah selanjutnya melakukan penyajian data

secara kualitatif dan penarikan hasil kesimpulan penelitian.

3.7 PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif diuji untuk mengukur derajat

kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan.pengujian keabsahan data kualitatif

menggunakan validitas internal pada aspek nilai kebenaran, validitas eksternal

pada aspek penerapan, dependability pada aspek konsistensi, dan obyektifitas

pada aspek netralitas (Sugiyono, 2017).

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

Informan Triangulasi sumber. Teknik Informan Triangulasi sumber digunakan

untuk menguji kredibilitas data dengan melakukan pengecekan data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Informan Triangulasi akan dilakukan pada

pemegang program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di Dinas

Kesehatan Kota Kota Semarang, anggota Keluarga penderita TB yang menjadi

PMO, dan data sekunder.

Page 71: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

57

3.8 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis dari data hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menysun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan analisis data di lapangan Model Miles and

Huberman, meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi.

3.8.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang merangkum,

memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, menghilangkan yang tidak

dibutuhkan, dan mengorganisasi dengan cara sedemikian rupa sehingga

kesimpulan akhir dapat daitarik dan verifikasi. Dengan demikian, data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan akan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan (Sugiyono, 2016).

3.8.2 Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hunungan natar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Penyajian data

yang sering digunakan berupa teks yang bersifat naratif, dengan demikian akan

memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, kemudian merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Page 72: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

58

3.8.3 Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya belum jelas sehingga setelah diteliti

menjadi lebih jelas, dapat berupa hubngan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori. Kesimpulan akan kredibel bila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten.

Page 73: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 PUSKESMAS PURWOYOSO

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Purwoyoso

Puskesmas Purwoyoso merupakan salah satu Puskesmas Induk non

perawatan di Kecamatan Ngaliyan dengan luas tanah 812M2 dengan luas wilayah

kerja 269,52 Km2. Adapun wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso dibagi menjadi 2

keluarahan, yaitu:

4.1.1.1 Kelurahan Purwoyoso

4.1.1.2 Kelurahan Kalipancur, batas wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso terdiri

dari:

1) Sebelah utara : Kelurahan Krapyak

2) Sebelah Selatan : Kelurahan Sadeng

3) Sebelah Timur : Kelurahan Kembang Arum

4) Sebelah Barat : Kelurahan Tambakaji dan Kelurahan Ngaliyan

Sebagai puskesmas BLUD (Badan layanan Umum Daerah) Puskesmas

Purwoyoso memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja dan

pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Purwoyoso antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Purwoyoso

No JENIS SARANA JUMLAH

A. Sarana Kesehatan

1. Posyandu Balita 30

2. Posyandu Lansia 28

3. Dokter Praktek Swasta 12

Page 74: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

60

4. Dokter Gigi Praktek 1

5. Apotek 4

6. Laboratorium Klinik 5

7. Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) 2

8. Bidan Praktek Mandiri (BPM) 11

9. Kader TB 10

B. Sarana Pendidikan

1. TK 20

2. SD 13

3. SMP 3

4. SMA 1

5. PT/ Akademi 0

Tabel 4.4 Jenis Layanan di Puskesmas

NO JENIS PELAYANAN JENIS KEGIATAN

A. Upaya Kesehatan Perorangan

1 Pemeriksaan Umum

Pengobatan, Konsultasi, Pelayanan Lansia,

Pemeriksaan Umum, Pelayanan TB Paru,

Rujukan Tindakan KIR Haji, KIR Kesehatan

2 Kesehatan Ibu dan

Anak/KB

Pemeriksaan Rutin, Pemeriksaan ANC

Konseling KB, Pelayanan KB, IUD, Implant,

Kondom, Suntik, Pil, konseling HIV/ AIDS dan

Hepatitis, Pemeriksaan IMS, Imunisasi Anak,

Imunisasi Capeng, Imunisasi Bumil, Imunisasi

WUS (Wanita Usia Subur), MTBS, MTBM,

gizi Konseling, Rujukan

3 Kesehatan Gigi dan

Mulut

Konsultasi, Pemeriksaan Gigi, Pengobatan,

Penambalan Gigi, Pencabutan Gigi,

Pembersihan Karang Gigi, Rujukan

4 Gawat Darurat Kegawat Daruratan

5 Konseling Konseling gizi, KBM, Sanitasi, menyusui,

remaja

6 Laboratorium

Darah Lengkap (Hb, Leukosit, Trombosit),

Kimia Darah (GDP, GDS, GD2JPP), Urine

Lengkap (Urine Makros, Urine Mikros),

HIV/AIDS, Hepatitis, Pemeriksaan Sputum,

IMS

Page 75: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

61

NO JENIS PELAYANAN JENIS KEGIATAN

7 Farmasi Peracikan obat dan pengambilan obat

B. Upaya Kesehatan Masyarakat Wajib

1 Promosi Kesehatan

a. UKS : Penjaringan Anak Sekolah

b. UKGMD : Penyuluhan di Posyandu

c. PHBS

d. Kelurahan Siaga

e. Refreshing kader

2 Kesehatan Lingkungan

Pemeriksaan Tempat-Tempat Umum,

Pemeriksaan Tempat Pengolahan Makanan,

Pemeriksaan Sanitasi Rumah, Pemeriksaan

Depo Air Minum, Pemeriksaan Kualitas Air,

Pengelolaan Sampah Medis, Pengelolaan

Sampah Non Medis

3 Gizi Masyarakat

Pelacakan Gizi Buruk, Vitamin A, PMT Ibu

Hamil KEK, PMT Balita Kurang, gizi buruk,

Gizi, Pemeriksaan Garam Beryodium,

Posyandu balita, Lansia : Senam Lansia,

Posyandu Lansia.

4 Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

a. TB/ Kusta : Survey Kontak

b. P2B2 : Penyelidikan Epidemologi DBD,

c. Malaria, Fogging, Abatisasi, Survey Angka

Bebas Jentik

d. Diare : survailance

e. PTM : Posbindu

f. HIV/IMS : Screening Ibu Hamil

g. Imunisasi : BIAS (Bulan Imunisasi Anak

Sekolah)

h. Prolanis

i. VCT : Voluntary Consulting Test

Page 76: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

62

NO JENIS PELAYANAN JENIS KEGIATAN

5 KIA-KB Masyarakat

a. Kesehatan Anak : DDTK, Penjaringan

b. Kesehatan Remaja : Konseling Remaja,

Penyuluhan Narkoba dan HIV AIDS

a. Kesehatan Ibu : Kunjungan Ibu Nifas,

Kunjungan Ibu Hamil Resiko Tinggi, Kelas

Ibu Hamil

4.1.2 Kegiatan Pengendalian Tuberkulosis

Kegiatan pengendalian Tuberkulosis menurut Permenkes RI Nomor 67

Tahun 2016 terdiri dari promosi kesehatan, surveilans Tuberkulosis, pengendalian

faktor risiko, penemuan dan penangnan kasus, dan pemberian kekebalan. Petugas

Pelayanan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso terdiri dari pemagang program

Tuberkulosis, petugas laboratotium, gasurkes, dan kader TB.

Berikut merupakan hasil dari evaluasi kegiatan penanggulangan

Tuberkulosis berdasarkan wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut:

4.1.2.1 Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan dalam penanggulangan TB menurut Permenkes RI

Nomor 67 Tahun 2016 diselenggarakan dengan strategi pemberdayaan

masyarakat, advokasi dan kemitraan. Pemberdayaan masyarakat yaitu

memberikan informasi TB secara terus-menerus kepada pasien TB, keluarga dan

kelompok masyarakat melalui komunikasi efektif, demontrasi (praktek),

konseling dan bimbingan yang dilakukan baik di dalam layanan kesehatan

Page 77: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

63

ataupun saat kunjungan rumah dengan memanfaatkan media komunikasi seperti

lembar balik, leaflet, poster atau media lainnya. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pemegang program TB di Dinas Kesehatan Kota diperoleh informasi

bahwa Dinas Kesehatan Kota Kota telah memberikan sosialisasi kepada petugas

Puskesmas terkait dengan program P2TB melalui event-event yang ditujukan

kepada pemegang program dan petugas laboratorium fasilitas kesehatan. Adapun

kutipan wawancara mendalam yang dilakukan kepada Informan Triangulasi 1

sebagai berikut:

“sosialisasi program TB di temen-temen pengelola program di Puskesmas itu

dilaksanakan melalui event-event. Banyak diikuti oleh pemegang program.

Termasuk petugas Labnya itu juga secara rutin dilaksanakan per 3 bulan, termasuk

programer TB baik yang ada di Puskesmas maupun Rumah Sakit”.

Informan Triangulasi 1

Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Kota kepada

pelaksana program P2TB di Puskesmas sudah berjalan dengan baik, tetapi dalam

pelaksanaannya masih terdapat kendala. Berikut kutipan hasil wawancara yang

dilakukan:

“Kendalanya adanya mutasi dari pengelola program lama ke pengelola program

baru ya. Kalau ada pergantian petugas yang baru, kan petugas yang baru itu belum

mendapatkan pemahaman yang memadai tentang program-program

penanggulangan TB”.

Informan Triangulasi 1

Informasi dari sosialisasi yang diberikan oleh DKK tersebut, kemudian

akan disampaikan kepada petugas kesehatan pelayanan TB di Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama di Puskesmas terkait

Page 78: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

64

dengan promosi kesehatan yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa pemegang

program TB di Puskesmas telah melakukan sosialisasi ke pasien yang berobat di

Puskesmas dan masyarakat melalui pertemuan-pertemuan kelompok dengan

menggunkan media komunikasi langsung, leaflite, lembar balik, dan video audio

visual. Berikut merupakan kutipan wawancara dengan informan utama:

“Sosialisasi sendiri ada 3 tipe. Ada tipe yang langsung to the point ke masyarakat,

ada tipe yang kita lewat tenaga pendidik, ada dari kader, dan juga dari Pos TB di

Puskesmas.... kemudian teman-teman gasurkes ke masyarakat... kalau

dimasyarakat kita seringnya komunikasi secara langsung, ada beberapa media

seperti leaflet sama video buat ditunjukin ke masyarakatnya”.

Informan utama 1

“Kita penyuluhan ke warga memberikan informasi tentang TB. Forum

penyuluhannya itu ya di PKK, Kelurahan, RT, RW, sekolahan ke guru-guru...

media yang digunakan lembar balik, leaflet, kalau disekolah itu LCD buat PPT”.

Informan utama 3

“Kalau Puskesmas itu kita kan ada pertemuan kader Puskesmas, nah mereka

biasanya ada berbagai macam sosialisasi termasuk TB. Setelah program PKK

disampaikan kami memposisikan diri selaku kader di FKK menyampaikan

sosialisasi TB... biasanya kita ke pertemuan RT, RW, sama dawis... biasanya

leaflet terus pakai lembar balik ya itu aja”.

Informan utama 4

Menurut hasil wawancara dengan PMO diperoleh informasi bahwa pasien

TB dan PMO mendapat sosialisasi ketika periksa di Puskesmas, tidak mengetahui

adanya sosialisasi di lingkungan sekitarnya.

“Saya tahu penyakit TB saat periksa di Puskesmas mbak... kalau disekitar sini

saya tidak pernah tau ik mbak... medianya ndak ada mbak, ya ngomong kaya gitu

dikasih tahu”.

Informan Triangulasi 2

Page 79: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

65

“Saya dikasih tau kena sakit TB waktu periksa ke Puskesmas itu mbak... saya

ndak pernah tahu kalau penyuluhan tentang TB seperti itu di lingkungan saya...

ngomong langsung mbak, kaya gini ngobrol”.

Informan Triangulasi 3

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sosialisasi yang diterima

oleh Informan Triangulasi tentang penyakit TB, pada saat melakukan pemeriksaan

di Puskesmas. Informan Triangulasi tidak mengetahui adanya sosialisasi

pencegahan dan penanggulangan TB yang dilakukan oleh informan utama di

lingkungannya. Media komunikasi yang lebih sering digunakan yaitu komunikasi

langsung, sedangkan media yang lain kurang optimal dalam penggunaanya.

Tenaga kesehatan di Puskesmas Purwoyoso telah melakukan advokasi dan

kerjasama dengan pemangku kebijakan setempat. Adapun hasil wawancara yang

dilakukan dengan narasumber sebagai berikut:

“Kita e... kerjasama dengan Lurah, dengan Camat untuk e... apa namanya

melakukan penanggulangan ataua pengendalian TB. Biasanya memang e... apa ya,

antar instansi itu kita sudah ada scedule untuk rapat e... apa namanya P2M di

wilayah kecamatan ngaliyan. Nah itu, kami semua datang kesitu mengsharekan

ilmu kami, mengsharekan ini lho kebijkan-kebijakan TB ayng kita lakukan”.

Informan utama 1

“Oh ya pasti itu, kalau ndak kerjasama kita susah masuknya. Ya gitu aja kita ijin

pakai surat tugasnya, kalau ndak diijinkan ya ndak dilakukan kerjasama”.

Informan utama 3

“Oh iya pasti-pasti, kalau kerjasama ya pasti dengan Pak Lurah. Misalnya ada

program penanggulangan TB apa nih atau ada inovasi lain, kita pasti

diikutsertakan sedangkan petugas Puskesmas yang menembusi ke Pak Lurahnya”.

Informan utama 4

Page 80: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

66

Hasil wawancara yang dilakukan dengan PMO, diperoleh informasi bahwa

Informan Triangulasi tidak mengetahui adanya kerjasama yang dilakukan oleh

petugas Puskesmas dengan pemangku kebijakan setempat. Kutipan wawancara

yang dilakukan sebagai berikut:

“Mungkin ada ya mbak, saya sendiri kurang tahu kalau itu mbak”.

Informan Triangulasi 2

“Tidak tau mbak saya, ya mungkin bekerjasama ya mbak”.

Informan Triangulasi 3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber

diketahui bahwa sosialisasi yang dilakukan masih belum optimal karena terdapat

hambatan dari hasil sosialisasi yang telah dilaksanakan yaitu (1) Informan

Triangulasi-1 memberikan sosialisasi berulang setiap terjadi pergantian petugas

lama dengan petugas yang baru agar memiliki pemahaman yang setara dan

memadai terhadap pengelolaan-pengelolaan program; (2) informasi dari

sosialisasi belum menyeluruh sehingga masyarakat tidak mengetahui tentang

penyakit TB dan penanggulangannya. Informan Triangulasi-2 dan Informan

Triangulasi-3 hanya mendapatkan sosialisasi ketika periksa di Puskesmas saja.

Ketika dilakukan wawancara singkat dengan warga yang tinggal di 4 rumah

sekitar penderita TB, diperoleh informasi bahwa belum ada petugas Puskesmas

ataupun kader kesehatan yang mengunjungi rumah warga untuk memberikan

penyuluhan tentang penyakit TB; (3) media komunikasi yang digunakan kurang

mencukupi sehingga komunikasi yang sering digunakan dalam sosialisasi yaitu

komunikasi langsung.

Page 81: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

67

4.1.2.2 Surveilans Tuberkulosis

Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus

menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TB, yang

diperoleh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau diperoleh langsung dari

masyarakat atau sumber data lainnya. Beradasarkan hasil wawancara dengan

informan utama diketahui bahwa kegiatan surveilans TB dilakukan melalui sistem

Semar Betul yangmana didalamnya terdapat informasi tentang kondisi pasien dan

penemuan kasus TB yang berasal dari laporan gasurkes, masyarakat langsung

yang periksa ke Puskesmas, serta Rumah Sakit atau Balkesmas. Gasurkes dalam

melakukan kegiatan surveilans TB yaitu dengan melakukan skrining terjun

langsung dimasyarakat melalui kegiatan ketuk pintu ke rumah-rumah warga.

Gasurkes bekerjasama dengan kader TB dalam melakukan kegitan tersebut.

Berikut kutipan wawancara yang dilakukan sebagai berikut:

“...saya di sini punya sistem namanya Semar Betul, jadi e... sistem ini kita bisa

tahu dari mana apa namanya TB itu di kirimkan ke kami baik itu dari teman-

teman Gasurkes, entah itu dari masyarakat langsung atau dari instansi lain misal

Rumah Sakit atau Balkesmas mengirim ke kami, kami sudah bisa tahu kondisi

pasiennya... banyak masyarakat yang masih berstigma bahwa TB itu akan mati,

jadi e... HIV dan TB sangat sulit untuk kita temukan karena banyak masyarakat

yang masih berstigma TB-HIV pasti mati... Orang-orang TB kan biasanya oh...

punya penyakit miskin nih gitu kan, nanti dia nggak malu ke kita gitu...

kepedulian mereka masih sangat kurang tentang pasien TB…”.

Informan utama 1

“Oh kita tu skrining terjun langsung ke masyarakat, kita jadi wawancara gitu...

Jadi, skriningnya itu kita ketuk pintu ke rumah-rumah terus kalau kita di PKK

juga ngomong... Jadi, kita biasanya kerjasama sama kader TB kalau

menemukan dia laporan ke kita kalau kita menemukan juga laporan ke ibunya

ke kadernya saling kerjasama. Kadang kalau kader melakukan kunjungan

rumah ke penderita TB kita mendampingi…”.

Page 82: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

68

Informan utama 3

“Ketuk pintu itu gini, kita kan ada kader e.. kita kan ada pertemuan Paguyuban

Keluarga Berencana disitu yang hadir kan kader-kader kesehatan, nah mungkin

kita bisa mendampingi misal hari ini ada berapa rumah gitu itu tidak dilakukan

tidak hanya kita kader-kader yang tadi tapi ada bantuan dari warga... Ya itu tadi

mbak, gasuekesnya mendampingi tapi kadang-kadang.

Informan utama 4

“...kita kan kalau di PKK dawis, PKK RW, atau PKK Kelurahan kaya gitu

selalu ada Gasurkes yang menyampaikan terus nantikan disampiakan lagi ke

pihak RT ngoten to mbak... Biasanya bilang ke bu Bandono, saya, atau

Gasurkes yang kesana. Kalau ilmunya dari itu dari rakor PKK Kelurahan,

mereka kan memberi sosialisasi terus diturun kan ke RW terus ke RT baru ke

warga...”.

Informan utama 5

Menurut hasil wawancara dengan Informan Triangulasi diperoleh

informasi bahwa Informan Triangulasi 2 baru kali mendapatkan kunjungan rumah

oleh kader TB, sedangkan Informan Triangulasi 3 sudah mendapatkan 6 kali

kunjungan selama 3 bulan masa pengobatan. Berikut kutipan wawancara dengan

Informan Triangulasi:

“...pernah mbak sekali itu sama e... kadernya, itu ditanya keluhannya apa

setelah minum obatnya terus disaranin makannya yang banyak yang sehat gitu

gitu, setelah ini belum ada lagi mbak. Ya baru 1 kali itu ya berarti, di rumah itu

1 kali ini”.

Informan Informan Triangulasi 2

“Kalau di Puskesmasnya ya sekali itu, kalau sama bidannya yang dulu itu 6 kali

mbak datang kesini mbak.

Informan Informan Triangulasi 3

Page 83: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

69

Berdarsarkan hasil wawancara diketahui bahwa kegiatan surveilans

Tuberkulosis sudah dilaksanakan sesuai dengan standar. Akan tetapi kendala

dalam pelaksaannya masih belum bisa teratasi oleh petugas kesehatan karena

untuk meningkatkan kepedulian dan keterbukaan terhadap pasien TB masih

rendah. Selain itu, kunjungan yang dilakukan petugas kesehatan maupun kader

TB belum menyeluruh karena adanya ketidaksamaan jumlah kunjungan yang

diterima oleh pasien TB dalam masa pengobatan yang sama.

4.1.2.3 Pengendalian Faktor Risiko

Pengendalian faktor risiko TB ditujukan untuk mencegah, mengurangi

penularan dan kejadian penyakit TB. Upaya yang dilakukan antara lain: a)

pengendalian kuman penyebab TB, b) pengendalian faktor risiko individu c)

pengendalian faktor lingkungan; d) pengendalian secara manajerial, dan e)

pengendalian secara administratif. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

utama di Puskesmas diperoleh infromasi bahwa telah dilakukan beberapa upaya

untuk pengendalian faktor risiko TB baik pada individu, masyarakat, maupun

Puskesmas. Kutipan wawancara yang dilakukan dengan narasumber sebagai

berikut:

“Pertama kita obati pasiennya, kita beri sosialisasi mengenai bagaimana cara

penularan. Faktor resikonya, pertama setelah ada ditemukan pasien dengan TB

jadi kita akan melakukan investigasi kontak tiap-tiap rumah yang disekitar pasien.

Terdapat SOP mengenai alur pasien batuk dan alur pelaporan. Kami memberikan

penyuluhan etika batuk yang baik dan benar kepada pasien maupun pengunjung...

kendalanya itu pasien TB jarang yang menggunakan masker, mereka pakai masker

kalau keadaan tertentu saja”.

Informan utama 1

“Misal ada yang positif TB, kita skrining datang minimal 10 rumah. jadi, kalau

Page 84: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

70

kunjungan rumah itu yang dilihat lingkungannya juga, dilihat kondisi rumahnya

juga, terus tata letak rumahnya. Sosialisasi tentang bahaya TB dan cara

penanggulangannya gitu aja. Susahnya itu kalau sama yang pasien TB itu disuruh

pakai masker sulit”.

Informan utama 3

“Ya tetep kita sosialisasi... terus untuk rumah itu kan juga misalnya pagi hari

supaya udara masuk dibuka juga, terus memberi keluarga makanan yang sehat

sama pengolahannya yang baik. Kita tekankan tidak hanya penyakitnya tetapi

juga cara pencegahannya bagaimana biar tidak tertular itu yang penting”.

Informan utama 4

“Setiap hari suruh pakai masker terus jangan terlalu dekat sama si kecil karena

kan sangat rentan. Anak saya yang kecil ini juga dikasih vaksin sama petugas

Puskesmasnya. perlatan makan dipisah jangan digabung, kalau batuk bekas buat

bersihinnya itu dibuang di tempat pembuangan. Kalau pakai maskernya yang

jarang mbak Bapak, katanya ndak nyaman gitu. Kalau penyuluhan di lingkungan

sini saya ndak tau mbak kalau tentang TB. Iya pernah mbak lihat penyuluhan

batuk di Puskesmas”.

Informan Triangulasi 2

“Selalu pakai masker kalau kemana-mana, alat-alat makan sama minum itu

dipisahkan jangan dicampur sama keluarga yang lainnya. Ya ibu kadang-kadang

kalau pakai maskernya. Penyuluhan di sekitar sini saya tidak tahu mbak, saya

tidak perah ikut kaya kumpul-kumpul soalnyakan ngurus rumah. penyuluhan

batuk kalau saya ya dikasih tau mbak, tapi kalau orang lain saya ndak pernah tau”.

Informan Triangulasi 3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa

kegiatan pengendalian yang dilakukan sudah sesuai dengan standar. Petugas TB

melakukan sosialisasi tentang cara pengendalian penyakit TB saat pasien

melakukan pengobatan di Puskesmas, sedangkan gasurkes dan kader TB

melakukan sosialisasi pada saat melakukan kunjungan rumah ketika investigasi

Page 85: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

71

kontak. informasi yang disampaikan yaitu cara mencegah penularan penyakit TB

didalam rumah, kondisi lingkungan, dan etika batuk yang benar. Akan tetapi,

kesadaran pasien TB dalam menggunakan masker masih kurang dan Informan

Triangulasi tidak pernah mengetahui adanya penyuluhan kesehatan tentang

penyakit TB dilingkungannya.

4.1.2.4 Penemuan dan Penanganan Kasus

Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif dan pasif melalui investigasi

kontak dan skrining. Penanganan kasus dalam Penanggulangan TB dilakukan

melalui kegiatan tata laksana kasus untuk memutus mata rantai penularan dan/atau

pengobatan pasien. Tata laksana penanganan kasus dapat dilaksanakan melalui

pengobatan dan penanganan efek samping di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,

pengawasan kepatuhan menelan obat, pemantauan kemajuan pengobatan dan hasil

pengobatan, dan/atau pelacakan kasus mangkir. Berdasarkan hasil wawancara di

peroleh informasi bahwa penemuan kasus diperoleh dari beberapa laporan yang

didapat petugas kesehatan dilapangan. Pemberian obat dilaksanakan sesuai

dengan kategori sakit pasien TB, informan utama melakukan kerjasama dengan

PMO dalam pengawasan minum obat yang berasal dari anggota kelarga pasien

TB, pelacakan pasien mangkir dilakukan oleh gasurkes maupaun kader. Kutipan

wawancara dengan narasumber sebagai berikut:

“Penemuan kasus itu ada dari masyarakat yang terduga TB memeriksakan

dirinya ke Puskesmas, ada laporan dari kader bawa hasil skrining, ada yang dari

gasurkes, kemudian ada juga laporan dari Rumah Sakit... Kalau untuk di

Puskesmas sendiri kita melakukan TCM, jadi itu yang dilakukan utuk

pemeriksaan tes TB. Jadi, kita punya semacam sistem e... semacam kapan

mereka harus periksa dahak dan kapan mereka harus ambil obat jadwalnya

sudah ada. Pemberian obat sesuai dengan kategori sakit TBnya seperti yang ada

Page 86: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

72

di Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016. PMO pasien TB berasal dari keluarga

mereka kita kasih edukasi. Kami akan menugaskan gasurkes untuk kunjungan

rumah, kemudian menanyakan penyebab pasien mangkir...”.

Informan utama 1

“Pasien yang sudah batuk 2 minggu mereka di suruh datang ke sini terus

kita ambil sampel dahaknya… Satu yang bangun tidur dan yang satu

untuk sewaktu (SPS). Nah, yang bangun tidur itu e... dipakai untuk

pemeriksaan TCM. Saat ini yang memiliki TCM kebetulan hanya 2 yaitu

Rumah sakit Tugu dan Rumah Sakit Karyadi... Biasanya kalau sudah

pengobatan karena kan pengobatan itu ada 2 tahap yaitu tahap 1 dan ada

tahap 2. Begitu tahap 1 selesai dia cek mikroskopis, nah disitu kita

membutuhkan mikroskopisnya disitu setelah pengobatan… Selama

pengobatan itu kan yang pertama diagnosa, kedua follow up di bulan

kedua, bulan ketiga, bulan kelima, dan di akhir pengobatan. Jadi, ada 4

kali pemantauan pengobatan”.

Informan Utama 2

“Kita melakukan skrining untuk mendapatkan suspek dimasyarakat dengan cara

ketuk pintu ke rumah-rumah... kalau ada pasien mangkir, ya kita nanti

kunjungan rumah ke pasien mangkir tersebut”.

Informan utama 3

“Kalau saya mencari dengan dengan cara ketuk pintu ditiap RW. Jadi, ketuk

pintu itu misalnya ada yang batuk kita nanti skrining ringan. Selain jadi kader

kan kita juga dilatih untuk pemantauan minum obat kan...”

Informan utama 4

Berdasarkan hasil wawancara dengan PMO diperoleh informasi bahwa

terbatasnya informasi yang diketahui oleh PMO tentang upaya penemuan kasus

yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Sedangkan penanganan kasus yang

dilakukan oleh PMO sudah sesuai dengan saran yang diberikan oleh petugas

kesehatan di Puskesmas. Komunikasi yang terjalin antara petugas TB di

Page 87: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

73

Puskesmas dengan PMO berjalan dengan baik. Kutipan wawancara yang

dilakukan dengan Informan Triangulasi sebagai berikut:

“Kurang tau nek itu mbak, saya taunya sakit TB ya Bapak aja. Petugasnya

bilang, ya itu to periksa dahak, terus minum obatnya yang rutin, nanti beberapa

bulan lagi datang ke Puskesmas buat periksa dahaknya lagi. Ya lewat WA mbak

komunikasinya, jadi kalau Bapak ada keluhan apa nanti saya langsung tanya ke

petugas Puskesmasnya lewat WA tadi. Kadang saya yang kesana tapi kadang ya

Bapak yang kesana sendiri buat ambil obatnya. Pas saya nganter Bapak periksa

di Puskesmas dulu itu mbak, saya disuruh buat ngawasi terus pas minum obat

setiap hari, jangan sampai lupa ndak minum obat...”

Informan Triangulasi 2

“Penemuan penderita TB saya ndak tahu mbak nek itu. Ya dahaknya itu nanti

diperiksa dulu di laboratorium buat melihat itu sakit TB, terus kemarin setelah 3

bulan itu di tes lagi mbak dahaknya. Kan pertama periksa sama anak saya, ya

anak saya dibilangin suruh ngingetin saya buat rajin minum obat jangan sampai

lupa, terus dimintain nomor Hpnya kalau ada yang mau ditayakan disuruh sms

saja kalau pas lagi ndak periksa...”

Informan Triangulasi 3

Hasil wawancara dengan narasumber diketahui bahwa pelaksanaan

penemuan dan penangnanan kasus TB sudah dilaksanakan sesuai dengan standar.

Informan Triangulasi mengetahui dan mematuhi prosedur yang ada dalam

penanganan kasus TB, tetapi pengetahuan Informan Triangulasi terkait dengan

upaya penamuan kasus oleh petugas kesehatan masih kurang.

4.1.2.5 Perbekalan Kesehatan

Pemberian kekebalan dalam rangka Penanggulangan TB dilakukan melalui

imunisasi BCG terhadap bayi. Sebagai salah satu upaya pencegahan TB aktif pada

ODHA, pemberian pengobatan pencegahan dengan Isoniazid (PPINH) dapat

diberikan pada ODHA yang tidak terbukti TB aktif dan tidak ada kontraindikasi

Page 88: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

74

terhadap INH. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diketahui bahwa

untuk pencegahan terjadinya penularan pasien TB terhadap bayi dilingkungannya,

maka petugas kesehatan memberikan imunisasi BCG. Pada ODHA diberikan

kombinasi pengobatan yaitu dengan pemberian obat ARV dan OAT (Obat Anti

Tuberkulosis). Berikut kutipan wawancara yang dilakukan yaitu:

“Bagi adik-adik bayi wajib diimunisasi BCG, bagi yang berusia kurang dari 5

tahun yang berisiko tertular TB menggunakan PPINH. Kalau untuk ODHA itu

diberikan PPINH supaya tidak mengaktifkan adanya resiko penyakit TB”

Informan Triangulasi 1

“Kita ngasih imunisasi BCG untuk bayi, kalau di rumahnya ada penderita Tbnya

ya nanti kita kasih PPINH. Buat ODHAnya kita kasih pengobatan kombinasi,

maksudnya ngasih obatnya itu ARV sama AOT”.

Informan utama 1

“Waktu itu anak saya yang kecil, ini anak saya usianya baru 2 tahun mbak.

Kemarin di kasih vaksin sama petugas Puskesmasnya pas periksa kesana sama

Bapak”.

Informan Triangulasi 2

“Anak saya ndak dikasih suntikan vaksin mbak. Ini kan 2 anak saya umurnya 6

tahun.

Informan Triangulasi 3

Hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa pemberian

kekebalan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas sudah dilakukan sesuai dengan

standar yang ada. Informan Triangulasi 2 mengatakan bahwa petugas TB di

Puskesmas memberikan vaksin kepada anaknya yang berusia dibawah 5 tahun

sebagai upaya pencegahan penularan TB, sedangkan anak dari Informan

Triangulasi 3 tidak diberikan vaksin karena berusia di atas 5 tahun.

Page 89: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

75

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), kegiatan

pengendalian Tuberkulosis dapat digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Promosi kesehatan

dilakukan disemua

tingkatan administrasi

baik pusat, provinsi,

kabupaten/kota

sampai dengan

fasilitas pelayanan

kesehatan. selain itu,

juga dapat dilakukan

oleh kader organisasi

kemasyarakatan

sebagai mitra. Saran

dalam promosi

kesehatan meliputi

pasien, individu sehat

(masyarakat),

keluarga, tokoh

masyarakat, dan

pembuat kebijakan

publik. Promosi

kesehatan dapat

dilakukan dengan

metode penyuluah

langsung maupun

tidak langsung dengan

menggunakan media

komunikasi atau alat

peraga seoerti obat

TB, pot sediaan

dahak, dan masker.

Selain itu dapat

menggunakan

gambar/media seperti

poster, leaflet. Lembar

balik. Lukisan

Informan utama-1 dan

informan utama-2 telah

melakukan sosialisasi ke

masyarakat dan instansi

pendidikan. Informan utama-4

hanya memberikan sosialisasi

ke masyarakat saja. media

yang digunkaan oleh infroman

utama-1, informan utama-3,

dan informan utama-4 yaitu

komunikasi langsung, leaflet,

dan video tetapi jarang

digunakan. Informan

Triangulasi-2 dan Informan

Triangulasi-3 menerima

sosialisasi langsung tanpa ada

media yang ditunjukkan.

Informan Triangulasi-2 hanya

mendapatkan sosialisasi ketika

periksa ke Puskesmas.

Informan utama-1, informan

utama-3, dan informan utama-4

juga melakukan advokasi

dengan pemangku kebijakan

setempat. Informan

Triangulasi-2 tidak mengetahui

adanya kerjasama antara

petugas Puskesmas dengan

pemangku kebijakan di

lingkungannya.

Promosi kesehatan

yang dilakukan

sudah sesuai dengan

standar, tetapi belum

optimal. Informasi

dari sosialisasi yang

dilakukan belum

tersampaikan secara

menyeluruh ke

semua masyarakat.

Selain itu, Informan

Triangulasi-2 dan

Informan

Triangulasi-3 hanya

mendapatkan

sosialisasi ketika

periksa di

Puskesmas saja.

media komukasi

yang digunakan

kurang mencukupi.

Page 90: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

76

animasi, foto,slide,

dan film.

2. Surveilans TB

merupakan

pemantauan dan

analisis sistematis

terus menerus

terhadap data dan

informasi tentang

kejadian penyakit TB,

yang diperoleh dari

Fasilitas Pelayanan

Kesehatan atau

diperoleh langsung

dari masyarakat atau

sumber data lainnya.

Pengumpulan data diperoleh

dari warga yang periksa diri ke

Pusekesmas, laporan tenaga

kesehatan, laporan kader TB,

data PIS-PK, dan laporan dari

fasyankes lain.

Surveilans TB sudah

dilaksanakan sesuai

dengan standar.

3. Pengendalian faktor

risiko TB dilakukan

dengan cara:

pengendalian kuman

penyebab TB,

pengendalian faktor

resiko individu,

pengendalian faktor

lingkungan,

pengendalian secara

manajerial, dan

pengendalian secara

administratif.

Semua informan utama

melakukan pengendalian

kuman penyebab TB dengan

cara sosialisasi, skrining, dan

investigasi kasus. Terdapat

kejelasana dalam alur

pengambilan obat oleh pasien

dan etika batuk yang baik dan

benar. Informan Triangulasi-2

tidak mengetahui upaya

informan utama dalam

melakukan pengendalian faktor

risiko di lingkungannya.

Pengendalian faktor

risiko TB sudah

dilaksanakan sesuai

standar.

4. Penemuan kasus TB

dilakukan secara aktif

dan pasif. Secara aktif

dengan cara skrning

pada masyarakat dan

investigasi kontak

kasus TB. secara pasif

dengan cara

memeriksa pasien

yang datang ke

fasyankes.

Penemuan kasus oleh informan

utama-1 diperoleh dari warga

terduga TB yang periksa di

Puskesmas, laporan dari

informan utama-3 dan

informan-4 yang secara aktif

melakukan skrining maupun

investigasi kontak, serta

laporan dari Rumah Sakit.

Informan Triangulasi-2 tidak

mengetahui adanya kasus TB

Penemuan dan

penanganan kasus

sudah dilaksanakan

sesuai standar.

Page 91: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

77

Penanganan kasus

dilakukan melalui

kegiatan tata laksana

kasus untuk memutus

mata rantai penularan

dan/atau pengobatan

pasien.

lain dilingkungannya selain

dirinya sendiri.

Puskesmas bekerjasama

dengan PMO dalam

pengawasan minum obat dan

kemajuan pengobatan.

5. Pemberian kekebalan

berupa vaksinasi dan

pengobatan

pencegahan

(profilaksis).

Pada anak balita diberikan

imunisasi PPINH. Sedangkan

pada ODHA yang menderita

TB diberikan obat kombinas

yaitu ARV dan AOT.

Pemberian

kekebalan sudah

dilaksanakan sesuai

standar.

4.1.3 Sumber Daya

Menurut Peraturan Walikota Semarang Nomor 39 Tahun 2017, menyatakan

bahwa Dinas Kesehata Kota Semarang bertanggungjawab atas peningkatan

derajat keshatan masyarakat Kota Semarang dalam kontribusinya atas

terwujudnya pelaksanaan strategi DOTS yaitu memberikan dukungan secara

maksimal atas penyediaan logistik OAT dan non OAT, melakukan pembinaan

SDM dalam bentuk pelatihan bersertifikasi, seminar, symposium dan refreshing

program dengan mendatangkan tenaga ahli. Disamping itu juga

diselenggarakannya monitoring dan evaluasi P2TB bentuk pertanggungjawaban

kepada masyarakat atas keberhasilang program yang dilaksanakan. Hal tersebut

dilakukan sebagai upaya peningkatan sumber daya dalam pelaksanaan program

Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis Kota Semarang.

Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016, menyatakan bahwa Sumber daya

terdiri dari petugas sebagai sumber daya manusia (SDM), yang bertanggung

jawab untuk promosi, petugas di puskesmas dan sumber daya lain berupa sarana

Page 92: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

78

dan prasarana serta dana. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama

diperoleh informasi bahwa pelaksana program P2TB di Puskesmas dilaksanakan

oleh dokter, pemegang program, petugas laboratorium, gasurkes, bidang promosi

kesehatan dan bidang epidemiologi telah mecukupi. Akan tetapi menurut

gasurkes, jumlah gasurkes sendiri belum bisa menjangkau seluruh wilayah kerja

Puskesmas Purwoyoso dalam melakukan kegiatan di lapangan. Setiap petugas

pelaksana program P2TB sudah mendapatkan pelatihan yang bersertifikat dari

Dinas Kesehatan Kota, sedangkan untuk kader TB telah mendapatkan pelatihan

langsung oleh pemegang program di Puskesmas. Ketersediaan obat sudah

dipenuhi oleh Dinas Kesehatan Kota dengan menggunakan aplikasi dalam

pengajuannya. Dana selalu tersedia digunakan untuk pelaksanaan program oleh

petugas Puskesmas, sedangkan menurut gasurkes dan kader TB tidak ada dana

yang diberikan petugas Puskesmas dalam kegiatan P2TB di lapangan. Berikut

kutipan wawancara yang dilakukan dengan informan utama yaitu:

“Pelaksananya ada dokter, perawat sebagai pemegang program, petugas

laboratorium, gasurkes, promosi kesehatan, sama epidemiologi. Petugas yang

terlibat dalam program penanggulangan TB sudah memiliki sertifikat yang

berlaku selama 2 tahun. Kalau untuk obatnya sih sudah cukup ya karena setiap

pasien selalu diberikan obatnya. Sudah ada laptop, poli untuk TB meskipun

belum optimal polinya karena kurangnya sinar matahari yang masuk ke ruang

poli TB. Ada dana dari BOK”.

Informan utama 1

“Kalau sekarang sih mencukupi..., jadinya ya nek ketersediaan tenaga ya cukup.

Biasanya kalau sudah dapat sertifikat sudah sih. Waktu itu sih saya pelatihan

tahun 2016, sekarang belum ada update lagi”.

Informan utama 2

Page 93: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

79

“Menurut kami untuk petugas gasurkes kurang ya karena wilayahnya itu luas

sekali, meskipun 2 Kelurahan tapi tu luas sekali. Ya pernah dulu awal-awal

tahun, dulu sering tapi untuk tahun ini sih baru sekali. Ruangannya masih

bercampur sih masih berdekatan sama loket sama ruang aula, mungkin karena

Puskesmasnya juga luas wilayahnya masih terbatas sih ya. Ketersediaan

obatnya ya sudah lengkap. Ndak ada dana. Kalau penyuluhan itu swadaya

masyarakat.

Informan utama 3

“Kalau yang dari Puskesmas itu dikasihnya leaflet sama pot dahak buat

penyuluhan sama skrining kalau ditemukan orang diduga TB. Kemarin itu kita

merencanakan 3 bulan sekali tapi masih terlaksana 2 kali pertemuan. Ini

kayanya mau diadakan lagi. Tidak ada dana mbak.

Informan Utama 4

Menurut hasil wawancara dengan Informan Triangulasi 1, ketersediaan

SDM di Puskesmas sudah disesuaikan dengan standar yang ada, pelatihan yang

bersertifikat dilaksanakan secara bersamaan semua Puskesmas, ketersediaan

logistik untuk program P2TB selalu terjamin ketersediaannya, dan setiap tahun

dilakukan pendistribusian dana ke semua Puskesmas di Kota Semarang.

Wawancara dengan Informan Triangulasi 2 dan Informan Triagulasi 3 diperoleh

informasi bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas Puskesmas sudah

memenuhi kebutuhan pasien, obat selalu diberikan tanpa menunggu lama, serta

pasien tidak keberatan dalam membayar pelayanan pemeriksaan karena

menggunakan BPJS Kesehatan. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan

dengan Informan Triangulasi yaitu:

“... kemudian mengirim untuk pelatihan-pelatihan nasional yang bersertifikat

ya, maupun kegiatan-kegiatan e... review materi program penanggulangan

TB ,maupun refresing program penanggulangan TB ya... Kalau pelatihannya ini

simultan ya sifatnya, tetapi kalau pembinaan yang rutinitas yang kita

Page 94: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

80

laksanakan ya itu tadi per 3 bulan sekali itu untuk pemegang programnya...

kalau logistik OAT atau Non OAT itu kita terjamin e... keberadaannya. APBD

dan BOK, ya istilah lainnya itu APBN dan APBD”.

Informan Triangulasi 1

“Kalau saya kurang tahu mbak, saya konsultasinya ya sama bu Aisyah sama

pak Wisnu. Kalau sama yang lain saya kurang tahu ya mbak. Pelayanannya

sudah cukup baik sih. Jadi pas saya sudah sampai sana lalu ketemu sama

petugas nya itu langsung dikasih obatnya. Ndak nunggu lama itu obatnya sudah

disiapkan terus saya langsung ambil langsung pulang. Saya pakainya BPJS

mbak kalau kesana”.

Informan Triangulasi 2

“Saya ndak terlalu tahu ya mbak, mungkin sudah. Saya kalau kesana ya

langsung dilayani ndak perlu nunggu lama. Baik mbak pelayanannya disana.

saya kalau kesana ambil obat pasti selalu ada. Ya sudah lengkap ya mbak,

sudah bagus-bagus disana. Saya selalu bawa kartu BPJS mbak sama kartu yang

dari Puskesmas itu, jadi ndak bayar dan ndak memberatkan”.

Informan Triangulasi 3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber

terkait dengan sumber daya, diketahui bahwa ketersediaan sumber daya (tenaga,

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, dan pendanaan) sudah sesuai dengan

standar. Akan tetapi, jumlah gasurkes yang bertugas dilapangan masih belum

memadai sehingga dalam pelaksanaan tugasnya belum bisa menjangkau seluruh

masyarakat di wilayah kerja Puskemas Purwoyoso. Sarana dan prasarana terkait

dengan ruangan poli TB masih berdekatan dengan ruangan yang lain dan masih

terbatasnya cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang TB sehingga

penggunaannya kurang optimal.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), sumber daya dapat

Page 95: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

81

digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Puskesmas harus

menetapkan dokter,

perawat, dan analis

laboratorium terlatih yang

bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan

program Penanggulangan

TB.

Informan utama-1,

informan utama-2, dan

informan utama-4

mengatakan hahwa SDM

sudah memadai, tetapi

informan utama-3

mengatakan SDM untuk

gasurkes belum

memadai. Informan

Triangulasi-2

mengatakan SDM sudah

memadai.

Kecukupan SDM

sudah memenuhi

standar, akan tetapi

dari kecukupan

SDM di lapangan

masih belum

mencukupi.

2. Pelatihan sebagai upaya

peningkatan sumber daya

manusia TB dengan cara

meningktkan

pengetahuan, sikap dan

keterampilan petugas

dalam rangka

meningkatkan kompetensi

serta kinerja petugas TB

Informan utama-1 dan

informan utama-2 telah

mendapatkan pelatihan

yang bersertifikat

sebanyak 1 kali.

Informan utama-3 telah

melakukan pelatihan

sebanyak 1 kali dalam

setahun. Informan utama-

4 telah mendapatkan

pelatihan dari Puskesmas

sebanyak 2 kali.

Pelatihan sudah

dilakukan sesuai

dengan standar

3. Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah

bertanggung jawab atas

ketersediaan obat dan

perbekalan kesehatan

dalam penyelenggaraan

Penanggulangan TB

Ketersediaan obat selalu

tercukupi dan tersedia.

Menurut informan

utama-1 dan informan

utama-3, sarana

prasarana sudah

mencukupi tapi

pemanfaatannya kurang

optimal.

Ketersediaan obat

sudah sesuai

dengan standar.

Akan tetapi, untuk

sarana dan

prasarananya

belum optimal.

4. Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah wajib

menjamin ketersediaan

Tersedia dana dari

APBN, APBD, dan

BOK. Dana untuk

Pelaksanaan

program P2TB

tidak pernah

Page 96: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

82

anggaran Penanggulangan

TB.

kegiatan program yang

dilakukan oleh informan

utama-3 menggunkan

dana swadaya

masyarakat. Informan

utama-4 tidak

menggunakan dana untuk

pelaksanaan program

P2TB yang dilakukan.

Informan Triangulasi-2

menggunakan kartu

BPJS setiap periksa ke

Puskesmas.

menggunakan dana

yanga tersedia.

4.1.4 Sistem Informasi

Sistem informasi yang dimaksud dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun

2016 yaitu data untuk program Penanggulangan TB diperoleh dari sistem

pencatatan-pelaporan TB. Pencatatan menggunakan formulir baku secara manual

didukung dengan sistem informasi secara elektronik, sedangkan pelaporan TB

menggunakan sistem informasi elektronik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama diperoleh informasi

bahwa pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas kepada

Dinas Kesehatan Kota menggunkan aplikasi yang bernama Semar Betul

(Semarang Bebas Tuberkulosis), sedangkan kepada pemerintah pusat

menggunakan aplikasi SITT (Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis). Bagi

gasurkes pencatatan dan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota dan pemegang

program TB. Kutipan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan

informan utama sebagai berikut:

“Jadi, sistem ini sendiri sudah tahu kapan saya harus apa... kalau ada pasien dia

Page 97: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

83

akan langsung terdaftar di sini. Kita langsung daftarkan pasiennya ke Semar

Betul (Semarang Bebas Tuberkulosis). Pihak Dinas langsung dapat melihat

datanya. Jadi, setiap hari kalau ada pasien TB, dia langsung terdetek dan pihak

Dinas langsung mengetahui. Setiap hari dilakukan. Kalau kerusakan jaringan

itu biasanya yang bermasalah providernya ya, karena Semarang providernya

masih naik turun kadang ya menghambat juga.

Informan utama 1

“E... pakai itu Semar Betul sama dengan pemegang program P2TB karena kan

itu ngelink kaya gitu lho dek. Jadi, pakai Semar Betul Semua”.

Informan utama 2

“Kita setiap bulan melakukan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota, kalau ke

Puskesmas juga setiap bulan melalui pememaparan kinerja itu mbak. Dinas

Kesehatan Kota itu pencatatan dan pelaporannya bentuknya itu ada 3 macam,

yaitu ada yang ditulis dalam formnya, ada yang dikirim lewat email, terus yang

ke Plikasi Semar Betul itu juga melalui pemegang programnya kalau ke sistem

itu. Ribet mbak... Kita itu jadinya 3 kali kerja mbak.

Informan utama 3

“Kalau kita biasanya suspek, kita langsung bawa kesana ke Puskesmasnya, saya

kasihkan ke mas Wisnu”.

Informan utama 4

“Laporannya saya ke Aisyiyah tapi kan Puskesmas mengetahui karena jalurnya

ke Puskesmas dulu, tapi selama saya menjadi kader saya belum pernah

menemukan mbak…”.

Informan utama 5

Menurut hasil wawancara dengan Informan Triangulasi 1 diketahui bahwa

pencatatan dan pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota menggunakan

sistem aplikasi yang bernama Semar Betul (Semarang Bebas Tuberkulosis). Dinas

Kesehatan Kota dapat melihat data-data atas temuan kasus yang dilaksanakan oleh

Page 98: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

84

setiap Puskesmas Kota Semarang setiap saat, akan tetapi ketersediaan data dalam

Semar Betul tergantung pada keteraturan petugas TB di Puskesmas menginput

data ke Semar Betul. Sedangkan hasil wawancara dengan Informan Triangulasi 2

dan Informan Triangulasi 3 diperoleh informasi bahwa pencatatan yang dilakukan

oleh petugas Puskesmas hanya terkait dengan perkembangan kemajuan

pengobatan seperti keteraturan meminum OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dan

keluhan yang dirasakan pasien TB selama pengobatan. Berikut kutipan

wawancara yang dilakukan dengan Informan Triangulasi yaitu:

“Menggunakan aplikasi yang namanya Semar Betul kegiatan pencatatan dan

pelaporannya. Semar Betul itu berjalan kurang lebih e... tahun 2019 tetapi

penekanannya itu mulai juni 2019. Dinas bisa langsung melihat laporan di

aplikasi itu, tapi tergantung dari yang menginput data-data atas temuan kasus-

kasusnya ke Semar Betul. Setiap saat mbak. Kalau kendala itu ya kaitannya

dengan penguasaan sistem aplikasinya ya...”.

Informan Triangulasi 1

“Ya waktu pertama periksa di Puskesmas itu aja mbak, kan kami datang kesana

buat periksa terus dicatet sama petugasnya nama, alamat, tanggal lahir, yang

dirasakan apa, sakitnya dimana kaya gitu-gitu. Kalau di rumah belum pernah

sih e... pernah mbak sekali itu sama e... kadernya…”

Informan Triangulasi 2

“Kalau didata itu ya pas awal periksa itu mbak, terus pas ada bidan kesini itu

juga dicatat dikertas gitu apa saya yang saya rasakan selama minum obat seperti

itu”.

Informan Triangulasi 3

Hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa sistem informasi

program P2TB sudah dilakukan sesuai dengan standar, tetapi masih terdapat

hambatan yang dialami dalam pencatatan dan palaporan yaitu penguasaan aplikasi

Page 99: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

85

oleh petugas TB di Puskesmas yang masih kurang. Penguasaan aplikasi oleh

petugas Puskesmas saat ini bisa dikatakan baru sebesar 40%. Gasurkes merasa

kesulitan karena harus melakukan 3 kali kerja dalam melakukan pencatatan dan

pelaporan untuk diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), sumber daya dapat

digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Puskesmas harus

melaporkan jumlah pasien

TB di wilayah kerjanya

kepada Dinas Kesehatan

Kota kabupaten/kota

setempat. Pelaporan

disampaikan setiap 3 bulan

sekali.

Informan utama-1 dan

informan utama-2

melakukan pencatatan

dan pelaporan

menggunakan aplikasi

Semar Betul setiap hari.

Ketersediaan formulir

pencatatan tersedia di

Puskesmas.

Penguasaan

sistem pencatatan

dan pelaporan

oleh petugas TB

di Puskesmas

masih belum

optimal. Selain

itu, gasurkes

merasa kesulitan

karena harus

melakukan 3 kali

kerja dalam

kegiatan

pencatatan dan

pelaporan.

4.1.5 Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan

Permenkes RI Nomor 67 tahun 2016, menyatakan bahwa penyelenggaraan

Penangggulangan TB perlu didukung dengan upaya mengembangkan dan

memperkuat mekanisme koordinasi, serta kemitraan antara pengelola program

TB dengan instansi pemerintah lintas sektor dan lintas program, para pemangku

kepentingan, penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan, asuransi kesehatan,

baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Peraturan Walikota Semarang

Page 100: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

86

Nomor 39 Tahun 2017, menyatakan dalam rangka efektifitas dan efesiensi

pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan TB untuk mencapai target

perlu pembentukan dan penguatan Forum Koordinasi Penanggulangan TB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program TB di Puskesmas

diperoleh informasi bahwa Dinas Kesehatan Kota melakukan monitoring dan

evaluasi setiap 3 bulan sekali, bersamaan dengan dilakukannya supervisi ke

semua Puskesmas di Kota Semarang. Evaluasi yang dilakukan oleh pemegang

program TB ke Kepala Puskesmas dilaksanakan setiap bulan. Monitoring dan

evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota kepada petugas laboratotium

dilakukan setiap 3 bulan sekali terkait dengan pemantapan mutu eksternal

laboratorium, sedangkan untuk pelayanan laboratorium TB belum pernah

dilakukan. Kerjasama yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan lintas

sektoral yaitu menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan sekolah.

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh gasurkes kepada kepala Puskesmas

dilakukan saat pemaparan setiap 3 bulan sekali. Gasurkes melakukan kerjasama

dengan lintas program yaitu dengan petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas

setiap melakukan investigasi kontak. Evaluasi yang dilakukan oleh petugas TB di

Puskesmas kepada kinerja kader TB belum pernah ada, koordinasi yang dilakukan

berupa pelaporan kasus TB oleh kader ke petugas Puskesmas melalui komunikasi

WA. Kutipan wawancara mendalam yang dilakukan dengan narasumber sebagai

berikut:

“Kita dikumpulkan untuk kemudian nanti dilakukan evaluasi. Biasanya

dilakukan 3 bulan sekali. Supervisi yang dilakukan biasanya pertiga bulan

sekali atau perempat bulan sekali. Evaluasi dengan Kepala Puskesmas

Page 101: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

87

dilakukan setiap bulan sekali. kerjasama lintas program iya, bahkan lintas

sektoralpun kita lakukan seperti kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan

sekolah”.

Informan utama 1

“Kalau untuk TB saya ndak tahu itu, evaluasi kalau dari Lab itu hanya dari sini

saja paling dari pemantapan mutu eksternal. Ya itu kan mereka nanti Dinas kan

mengevaluasikan kinerjanya kita... Setiap 3 bulan sekali”.

Informan utama 2

“Kita kerjasama dengan keslingnya ya mbak..., waktu investigasi kontak

meraka medampingi. Monitoring dan evaluasi di lakukan pada saat pemaparan

setiap 3 bulan sekali dalam pertemuan di Puskesmas”.

Informan utama 3

“Biasanya kita yang melaporkan langsung ke petugas Puskesmas. Tidak ada

forum khusus untuk evaluasi tapi kita tetep jalin komunikasi dengan WA tadi”.

Informan utama 4

“Kalau sama Aisyiyah itu 1 bulan sekali mbak, tapi kalau Puskesmas itu belum

e... masih kadang-kadang gitu mbak”.

Informan Utama 5

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Informan Triangulasi 1 diperoleh

informasi bahwa Dinas Kesehatan Kota melakukan monitoring dan evaluasi setiap

3 bulan sekali dalam bentuk capaian-capaian program, kinerja programer di

Puskesmas, dan permasalahan-permasalahan yang ada. Hambatan yang muncul

dalam kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota dengan petugas TB di Puskesmas

yaitu kurangnya koordinasi antara pemegang program baru dengan pemegang

program lama saat terjadi pergantian petugas.. Berikut kutipan wawancara yang

dilakukan dengan Informan Triangulasi 1, yaitu:

Page 102: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

88

“Monitoringnya dilaksanakan 3 bulan sekali dalam bentuk capaian-capaian

program... Kinerja programer yang ada di Puskesmas sekalian evaluasi

permasalahan-permasalahan apa yang didapatkan dan kenapa terget kasus yang

ditetapkan tidak terpenuhi. RAD penanggulangan TB itu juga mengharuskan

semua pihak, semua komponen, dan semua stakeholder yang ada di Kota

Semarang untuk berperan sesuai dnegan kapasitasnya masing-masing di dalam

program penanggulangan TBC. Ya kalau ada pergantian petugas yang baru, kan

petugas yang baru itu belum mendapatkan pemahaman yang memadai tentang

program-program penanggulangan TB seperti kompetensi yang sudah e...

dimiliki oleh petugas yang lama yaitu yang menjadi kendala kita”.

Informan Triangulasi 1

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber diketahui

bahwa koordinasi, jejeraing kerja, dan kemitraan sudah sesuai dengan Permenkes

Nomor 67 tahun 2016, tetapi masih terdapat hambatan seperti pemberian

informasi terkait pelaksanaan program P2TB kepada petugas TB yang baru selalu

disampaiakan secara berulang mulai dari tahap awal secara rinci, agar petugas TB

yang baru memiliki pemahaman dan kompetensi yang sama dengan petugas TB

yang lama. Hal ini seharusnya dapat disampaikan sendiri oleh petugas TB yang

lama kepada petugas TB yang baru. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh

Dinas Kesehatan Kota kepada petugas TB di Puskesmas baru dilakukan 1 kali

dalam 1 tahun, sedangkan forum khusus untuk melakukan evaluasi oleh petugas

TB di Puskemas kepada kader TB belum ada.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), koordinasi, jejaring

kerja, dan kemitraan dapat digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Dinas Kesehatan Kota

melakukan pembinaan,

Informan utama-

1 di tahun 2019

Monev tahun 2019 untuk

informan utama-1 dan

Page 103: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

89

monitoring dan evaluasi

kegiatan program TB di

fasyankes.

baru mengikuti

kegiatan monev 1

kali. Informan

utama-2 belum

melaksankan

pertemuan

monev. Informan

utama-3

melakukan

kegiatan monev

setiap 1 kali

dalam setahun.

Informan utama-

4 belum pernah

melakukan

monev dengan

Puskesmas saja.

informan utama-2 belum

optimal karena baru

dilaksanakan monev

sebanyak 1 kali yang

seharusnya dilaksanakan

sebanyak 4 kali dalam

setahun.

2. Hubungan

kerjasama/bauran

pemerintah-swasta, seperti:

kerja sama program

penanggulangan TB dengan

faskes milik swasta, kerja

sama dengan sector

industri/perusahaan/tempat

kerja, kerja sama dengan

lembaga swadaya

masyarakat (LSM).

Puskesmas

menjalin

kerjasama

dengan petugas

kelurahan, Dinas

Kesehatan, Dinas

Pendidikan dan

sekolah di sekitar

wilayah

Puskesmas.

Kerjasama sudah

dilakukan sesuai standar,

tetapi belum optimal

karena kerjasama dengan

sektor

indutri/perusahaan/tempat

kerja belum dilakukan.

4.1.6 Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016, yaitu

upaya pencegahan dan penanggulangan Tuberkulosis dapat mendorong

tercapainya target program. Masyarakat perlu terlibat aktif dalam kegiatan sesuai

dengan kondisi dan kemampuan, karena Tuberkulosis dapat ditanggulangi

Page 104: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

90

bersama. Pelibatan secara aktif masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan

keagamaan baik lintas program dan lintas sektor diutamakan pada 4 area dalam

program Penanggulangan TB yaitu: penemuan orang terduga TB, dukungan

pengobatan TB, pencegahan TB, dan mengatasi faktor sosial yang mempengaruhi

penanggulangan TB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama di Puskesmas

diperoleh informasi bahwa pemegang program TB di Puskesmas telah melakukan

sosialisasi ke masyarakat melalui kader-kader, POS TB di sekolah-sekolah, dan

membuat video tentang alur dan merubah stigma negatif jika TB bisa

disembuhkan. Menurut gasurkes, masih banyak masyarakat yang malu apabila

sakit batuknya diketahui penyakit TB sehingga menolak pada saat dilakukan

wawancara terkait kesehatannya dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tes

dahak ke Puskesmas. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk

memeriksakan sakit batuknya ke Puskesmas, dalam satu bulan hanya ada 1 pasien

yang melakukan tes dahak. Kualitas dahak pasien yang kurang bagus juga

mempengaruhi pemeriksaan tes dahak sehingga kurang optimal. Beradsarkan

hasil skrining yang telah dilakukan gasurkes diperoleh penemuan kasus TB

sebanyak 87 pasien, tetapi hanya 12 pasien yang bersedia melakukan pengobatan

di Puskesmas. Jadi, jumlah yang ada tidak sesuai karena banyak pasien yang

merasa bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak memiliki sakit yang parah. Stigma

negatif tentang TB masih ada di lingkungan masyarakat yang dikaitkan dengan

tradisi karena pengetahuan tentang penyakit TB kurang. Berikut kutipan

wawancara yang dilakukan dengan narasumber:

Page 105: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

91

“Ya pertama kita bikin kader-kader, sosialisasi ke masyarakat, kita juga bikin

POS TB di sekolah-sekolah agar juga meningkatkan kepedulian mereka. dalam

minggu ini rencananya mau bikin video tentang masalah ini tentang alur dan

juga bahwa menggarisbahawi stigma bahwa TB itu bisa disembuhkan. Kita

sudah melakukan screening secara merata tetapi baik itu melalui PIS PK dan

juga Gasurkes, selama itu kita sudah berusaha semaksimal mungkin kita tidak

bisa memenuhi target penemuan kasus karena pada dasarnya kita menemukan

banyak kasus di masyarakat sekitar 87 pasien TB tapi yang bersedia berobat di

puskesmas hanya sejumlah 12 pasien TB”.

Informan utama 1

“Ya masyarakat ada yang terbuka tapi ada juga yang masih tertutup sama kita.

Ya kebanyakan sih masih apa ya, kurang terbuka lah mbak masih pada malu

mungkin kalai dia diketahui kena panyakit TB”.

Informan utama 3

“Stigma negatif disini masih, mereka itu pengetahuannya kurang terus bilang

nggak papa ok. Malah kalau batuk masih dikait-kaitkan kena sawan, kena ini,

kena itu, masih dikaitkan sama tradisi. Kasus mangkir itu banyak mbak kalau

seperti itu, makanya saya sering medeni mbak, kasih motivasi, kalau ndak

punya waktu ya nanti kita antar”.

Informan utama 4

“Stigma negatif itu nggak hanya dari masyarakat aja mbak, kadang yang dari

petugas kesehatan aja masih ada takutnya jadinya kita ya hanya bisa

memotivasi penderita yang tak kunjungi gitu. Memang penyakit TB itu kan

masih dianggap tabu sama msyarakat mbak...”.

Informan Utama 5

Hasil wawancara dengan Informan Triangulasi diperoleh informasi bahwa

peran serta masyarakat terhadap upaya penanggulangan TB masih kurang karena

pengetahuan mereka tentang program P2TB masih rendah sehingga masyarakat

sulit untuk diajak kerjasama dalam pencegahan penyakit TB baik terhadap diri

sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Masyarakat banyak yang menganggap

Page 106: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

92

bahwa batuk yang dideritanya merupakan sakit batuk biasa karena gejala awal TB

sama seperti batuk biasa. Kutipan waancara mendalam yang dilakukan dengan

Informan Triangulasi sebagai berikut:

“Ya karena masyarakat dengan berbagai ragam kebutuhannya, kemudian

masyarakat dengan faktor ketidaktahuannya itu dibeberapa kasus masyarakat

itu tidak bisa diajak kerjasama untuk program-program penanggulangan TB

entah kaitannya dengan penciptaan lingkungan yang bersih dan sehat untuk

mencegah terjadinya TB entah dalam keluarganya, entah dalam penggunaan

masker ya, entah dalam mengkonsumsi obat secara disiplin sesuai aturan ya itu

yang menjadi kendala-kendala petugas kesehatan. Menurut saya ya itu tadi,

bermuara pada ketidaktahuan atau faktor eksnoren yang ada pada masyarakat

tentang cara pencegahan dan cara penanggulangan TB, sehingga itu menjadi

kendala-kendala dalam penanggulangan TB”.

Informan Triangulasi 1

“Ndak pernah mbak saya tahu ada yang skait seperti Bapak ini. Saya baru tahu

penyakit TB ya dari Bapak sakit kaya gini, sebelumnya ya ndak pernah tahu.

Bapak ya menut mbak kalau minum obat ya minum, waktunya periksa ya

periksa. Paling yang susah itu pakai maskernya mbak ndak mau, jarang-jarang

katanya ndak enak makainya. Tetangganya disini juga jarang sih mbak kumpul

setiap hari paling ya jarang-jarang gitu tapi ya mereka baik sama Bapak”.

Informan Triangulasi 2

“Saya tidak pernah tahu kalau ada orang lain yang sakitnya kaya saya, ya Cuma

saya aja tauhunya mbak. Kalau yang lain saya ndak tahu. Saya kurang enak

kalau ngomong terus pakai masker, nafasnya jadi ndak lancar gitu mbak.

Jadinya jarang pakai masker saya. Kalau tetangga disini ndak ada yang

mengucilkan sih mbak, ya mereka paling tanyanya kenapa pakai masker ya

saya bilang lagi batuk kaya gitu aja sih mbak”.

Informan Triangulasi 3

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber diketahui bahwa

peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program P2TB belum optimal.

Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader Tb masih belum

Page 107: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

93

menyeluruh ke semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso,

sehingga pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB masih rendah dan stigma

negatif masyarakat terkait pengakit TB masih tinggi. Hal ini menyebabkan masih

banyak masyarakat yang belum terbuka tentang penyakitnya terutama sakit batuk

kepada petugas kesehatan. kesadaran pasien TB sendiri dalam penggunaan masker

sebagai pencegahan penyakit TB ke orang lain masih rendah.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), peran serta masyarakat

dapat digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Masyarakat dapat

berperan serta dalam

upaya

Penanggulangan

Tuberkulosis

Puskesmas telah

melakukan sosialisasi

ke masyarakat melalui

kader dan gasurkes,

adanya POS TB, serta

ke instansi

pendidikan. Informan

Triangulasi-2 tidak

pernah tau ada pasien

TB selain keluarganya

dan melakukan

pencegahan hanya

pada keluarganya saja.

Tidak semua masyarakat

mendapatkan sosialisasi

yang di berikan oleh

petugas kesehatan. Masih

banyak masyarakat yang

kurang terbuka dengan

petugas kesehatan.

Informan Triangulasi-2

jarang menggunakan

masker ketika

berkomunikasi dengan

orang lain.

2. Mencegah stigma dan

diskriminasi terhadap

kasus TB

Puskesmas melakukan

sosialisasi melalui

kader TB dengan

menggunakan leaflet

dan video terkait

dengan penyakit TB

yang dapat

disembuhkan.

Informan utama-1

mengatakan bahwa

partisipasi masyarakat

dalam mengikuti

penanggulangan TB masih

rendah. Informan utama-3

dan informan-4

mengatakan stigma

negatif di masyarakat

terkait TB masih ada

sehingga masih banyak

Page 108: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

94

masyarakat yang kurang

terbuka dengan petugas

kesehatan terkait sakitnya.

Informan Triangulasi-1

mengatakan tingkat

pengetahuan masyarakat

tentang penyakit TB

masih rendah, sehingga

belum bisa diajak

kerjasama untuk program-

program penanggulangan

TB disekitarnya.Informan

Triangulasi-2 mengatakan

tidak ada pengucilan

karena tidak ada yang

menanyakan sakitnya.

4.2 Puskesmas Karangmalang

4.2.1 Gambaran Umum Puskesmas Karangmalang

Puskesmas Karangmalang adalah unit pelaksana pembagunan kesehatan di

wilayah Kecamatan Wijen sebagai pusat kesehatan tingkat pertama yang termasuk

salah satu Puskesmas rawat inap untuk umum dan bersalin, serta pelayanan 24

jam diwilayah kerjanya. Puskesmas Karangmalang memiliki luas wilayah kerja

1.033.871 Km2. Puskesmas Karangmalang mempunyai wilayah kerja 4

Kelurahan, 14 RW dan 52 RT yang menjadi binaan Puskesmas Karangmalang

yaitu:

4.2.1.1 Kelurahan Karangmalang

4.2.1.2 Kelurahan Bubakan

4.2.1.3 Kelurahan Polaman

4.2.1.4 Kelurahan Purwosari, dengan batas-batas wilayah Puskesmas

Page 109: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

95

Karangmalang antara lain:

1) Sebelah utara : Kelurahan Mijen dan Jatibarang

2) Sebelah Selatan : Kecamatan Boja

3) Sebelah Timur : Kecamatan Gunungpati

4) Sebelah Barat : Kelurahan Tambangan dan Kelurahan Cangkiran

Tabel 4.3 Sumber Daya Kesehatan, Sarana Pelayanan, dan Progra

Kesehatan di Puskesmas Karangmalang

No JENIS SARANA JUMLAH

A. Sumber Daya Ketenagaan

1. Dokter umum 2 orang

2. Dokter gigi 1 orang

3. SKM -

4. Perawat 5 orang

5. Perawat gigi 1 orang

6. Bidan 4 orang

7. Sanitarian 1 orang

8. Ka. TU 1 orang

9. Penyuluh kesehatan 1 orang

10. Nutrision/gizi 1 orang

11. Petugas Lab 2 orang

12. Petugas apotek 1 orang

13. Staf 3 orang

14. Petugas loket 1 orang

B. Sarana Pelayanan Kesehatan

1. Poli umum (BP) -

2. Poli gigi (BP gigi) -

3. Poli KIA -

4. Kamar obat -

5. Konseling gizi dan sanitasi -

6. Promkes -

7. IGD -

8. Rawat inap -

9. Rawat jalan -

10. Kelurahan siaga 4 kelurahan

11. Bidan kelurahan siaga 4 orang

12. Kelurahan percontohan 1 kelurahan

Page 110: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

96

13. Posyandu lansia 20 buah

14. Pos obat desa -

15. Upaya kesehatan kerja 6 buah

C. Program Kegiatan Kesehatan

1. Promosi kesehatan -

2. Kesehatan KIA/Keluarga Berencana (KB) -

3. Pengobatan -

4. Kesehatan lingkungan -

5. Upaya perbaikan gizi -

6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular -

7. Laboratorioum -

8. Upaya kesehatan usila -

9. Kesehatan OR -

10. Kesehatan gigi dan mulut -

11. Perkesmas -

12. UKK -

13. PTM -

14. Kesehatan mitra -

15. Praktek mahasiswa -

16. Kesehatan mata -

17. Pap smear -

18. EKG -

4.2.2 Kegiatan Pengendalian Tuberkulosis

Kegiatan pengendalian Tuberkulosis menurut Permenkes RI Nomor 67

Tahun 2016 terdiri dari promosi kesehatan, surveilans Tuberkulosis, pengendalian

faktor risiko, penemuan dan penangnan kasus, dan pemberian kekebalan. Petugas

Pelayanan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso terdiri dari pemagang program

Tuberkulosis, petugas laboratotium, gasurkes, dan kader TB.

Berikut merupakan hasil dari evaluasi kegiatan penanggulangan

Tuberkulosis berdasarkan wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut:

4.2.1.1 Promosi Kesehatan

Page 111: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

97

Promosi kesehatan dalam penanggulangan TB menurut Permenkes RI

Nomor 67 Tahun 2016 diselenggarakan dengan strategi pemberdayaan

masyarakat, advokasi dan kemitraan. Pemberdayaan masyarakat yaitu

memberikan informasi TB secara terus-menerus kepada pasien TB, keluarga dan

kelompok masyarakat melalui komunikasi efektif, demontrasi (praktek),

konseling dan bimbingan yang dilakukan baik di dalam layanan kesehatan

ataupun saat kunjungan rumah dengan memanfaatkan media komunikasi seperti

lembar balik, leaflet, poster atau media lainnya. Dinas Kesehatan Kota Kota telah

memberikan sosialisasi kepada petugas Puskesmas terkait dengan program P2TB

melalui event-event yang ditujukan kepada pemegang program dan petugas

laboratorium fasilitas kesehatan. Adapun kutipan wawancara mendalam yang

dilakukan kepada Informan Triangulasi 1 sebagai berikut:

“sosialisasi program TB di temen-temen pengelola program di Puskesmas itu

dilaksanakan melalui event-event. Banyak diikuti oleh pemegang program.

Termasuk petugas Labnya itu juga secara rutin dilaksanakan per 3 bulan,

termasuk programer TB baik yang ada di Puskesmas maupun Rumah Sakit”.

Informan Triangulasi 1

Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Kota kepada

pelaksana program P2TB di Puskesmas sudah berjalan dengan baik, tetapi dalam

pelaksanaannya masih terdapat kendala. Berikut kutipan hasil wawancara yang

dilakukan:

“kendala yang pertama adanya mutasi dari pengelola program lama ke

pengelola program baru ya. Kalau ada pergantian petugas yang baru, kan

petugas yang baru itu belum mendapatkan pemahaman yang memadai tentang

program-program penanggulangan TB”.

Page 112: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

98

Informan Triangulasi 1

Informasi dari sosialisasi yang diberikan oleh DKK tersebut, kemudian

akan disampaikan kepada petugas kesehatan pelayanan TB di Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama di Puskesmas terkait

dengan promosi kesehatan yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa sosialisasi

dilakukan dengan memeberikan edukasi kepada pasien TB yang datang berobat ke

Puskesmas. Soasialisasi dimasyarakat dilakukan pada pertemuan kelurahan yang

diselenggarakan oleh FKK maupun PKK. Kunjungan rumah yang dilakukan

ketika ditemukan kasus TB. Gasurkes dan kader TB melakukan sosialisasi di

pertemuan Kelurahan wilayah masing-masing, RT, RW. Media yang digunakan

untuk sosiaslisasi antara lain ceramah, lembar balik, leaflet, dan PPT. Berikut

merupakan kutipan wawancara dengan informan utama:

“Kita edukasi untuk penyakitnya lalu pengobatannya sama apa namanya,

kontak indikasi tyang muncul... dimasyarakat kita juga sosialisasi, jadi

diundang ke kelurahan-kelurahan kita sosialisasi untuk penemuan kasus, lalu

kalau sudah ditemukan kasus juga ada kunjungan rumahnya.... pakai ini aja

power point... “.

Informan utama 1

“Ya sosialisasinya langsung terjun ke masyarakat kalau ada pertemuan maupun

koordinasi itu, rapat-rapat langsung dibicarakan. Rapat koordiasinya dilakukan

dengan FKK, PKK, kelurahan diwilayah masing-masing, RT, RW bersama

kader... Medianya bisa ceramah, lembar balik, tanya jawab gitu, sama PPT kita

kaya memberi apa namanya itu leaflet gitu lho...”.

Informan utama 3

“Pasti mbak, ketika ada pertemuan seperti forum FKK gitu kita pasti

mengundang petugas Puskesmas. Kalau sosialisasi itu ditingkat RT atau RW itu

Page 113: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

99

biasane gasurkes, kalau diwilayah kami ya saya ikut mendampingi mereka di

pertemuan FKK, RT, RW, arisan atau tahlil... sosialisasinya kita ya Cuma lisan

seperti ini... kalau leaflet kadang mbak, karena mungkin juga leaflet juga

terbatas...”.

Informan Utama 5

Menurut hasil wawancara dengan Informan Triangulasi 2 diperoleh

informasi bahwa pasien TB dan PMO mendapat sosialisasi ketika periksa di

Puskesmas, sedangkan Informan Triangulasi 3 mendapatkan sosialisasi dari Dinas

Kesehatan Kota secara langsung kemudian menyampaikan informasi tersebut ke

pasien TB, sehingga petugas TB di Puskesmas tidak memberikan sosialisasi

kembali ke gasurkes tersebut. Informan Triangulasi 3 merupakan seorang

gasurkes yang menjadi PMO salah satu pasien TB. Informan Triangulasi 2 tidak

mengetahui adanya sosialisasi di lingkungan sekitarnya.

“Bapak tau sakit TB itu pas sakit terus periksa di Rumah sakit, tapi ambil

obatnya sama priksanya di Puskesmas mbak. Setiap ke Puskesmas itu petugas

Puskesmas ya biasa ngasih tau cara penanggulangan sakit TB itu ... Kalau itu

kayanya ndak pernah, saya belum pernah tau kalau ada itu mbak. Disini

Posyandu itu sama yang lansia itu mbak ada...”.

Informan Triangulasi 2

“Kalau kemarin saya kan e... sebelumnya sudah dikasih tahu sama Dinas

Kesehatan Kota untuk PMO itu sendiri, jadi ya menjelaskan kembali kepada

saya terus saya meneruskan ke pasien yang sakit TB soalnya kan dia di rumah

sendiri. Kalau Puskesmas sendiri belum pernah, kalau Dinas Kesehatan Kota

pas ada pelatihan dikasih tau tetang penyakit TB dan program

penanggulangannya kaya gitu”.

Informan Triangulasi 3

Pelaksana program penanggulangan TB menurut Permenkes RI Nomor 67

dijelaskan bahwa promosi kesehatan tidak hanya dilakukan kepada masyarakat

Page 114: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

100

saja, tetapi juga melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan wilayah untuk

menjalin kerjasama dalam penanggulangan TB. Hasil wawancara mendalam

dengan narasumber diperoleh informasi bahwa informan utama telah menjalin

kerjasama dengan pemangku kebijakan diwilayah kerja Puskesmas

Karangmalang, seperti Kepala Desa, Kepala RT/RW, organisasi PKK. Informan

Triangulasi 2 mengatakan bahwa tidak mengetahui adanya kerjasama antara

pemangku kebijakan dengan Puskesmas, sedangkan Informan Triangulasi 3

mengatakan bahwa ada kerjasama antara pemengku kebijakan dengan Puskesmas.

“Iya kerjasama, kita kan dari penyuluhan itu terus yang diundang dari PKK,

FKK, RT, RW, juga dari kelurahan juga itu ada semua. Ya koordinasi kalau

misalnya ada warganya yang ada tanda-tanda seperti gejala TB ya suruh ke

Puskesmas itu aja sih. Sebelumnya diberikan penyuluhan tentang penyakit

TB...”.

Informan utama 1

“Iya, he.em. kerjasamanya ya kita saling koordinasi langsung kalau ada kasus

ya kita koordsinasi dimama, wilayahnya mana terus cara penanggulangannya

gitu, saling suport satu sama lain... Melakukan advokasi ya memberi tahu apa

yang ada di wilayah kendalanya apa terus gimana caranya biar warga itu bisa

lebih terbuka sama kita kalau ada yng sakit itu jangan ditutup-tutupi, bilang

sama kadernya jangan malu kalau nggak nggeh langsung datang aja ke

Puskesmas”.

Informan utama 3

“Kalau Puskesmas ya kerjasama, saya iya kerjasama sama perangkat desa.

Informan utama 4

“Nggak tau mbak, ya mungkin ada itu soalnya kan Puskesmas itu dapat

informasi dari rakyat ya mugkin saja juga kerjasama gitu mbak tapi saya sendiri

ndak tau”.

Informan Triangulasi 2

Page 115: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

101

“Ya bekerjasama sama perangkat desa disini, ya kan juga ini berhubungan sama

warganya jadi mereka bisa tau bagaimana kondisi kesehatan di lingkungan

mereka...”.

Informan Triangulasi 3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber

terkait dengan promosi kesehatan, diketahui bahwa promosi kesehatan yang

dilakukan sudah sesuai dengan standar, tetapi masih belum optimal karena

terdapat hambatan dari hasil sosialisasi yang telah dilaksanakan yaitu (1)

Informan Triangulasi-1 memberikan sosialisasi berulang setiap terjadi pergantian

petugas lama dengan petugas yang baru agar memiliki pemahaman yang setara

dan memadai terhadap pengelolaan-pengelolaan program; (2) terjadi

ketidaksamaan informasi terkait adanya sosialisasi program P2TB dilingkungan

masyarakat yang diketahui antara PMO yang berasal dari keluarga pasien TB dan

PMO dari gasurkes. Menurut hasil wawancara singkat dengan 4 rumah di sekitar

tempat tinggal pasien TB bahwa belum ada petugas kesehatan dari Puskesmas

yang datang untuk memberitahu tentang apa itu penyakit TB; (3) keterbatasan

media penyuluhan seperti leaflet yang digunakan dalam melakukan sosialisasi ke

masyarakat.

4.2.1.2 Surveilans Tuberkulosis

Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus-

menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TB, yang

diperoleh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau diperoleh langsung dari

masyarakat atau sumber data lainnya. Beradasarkan hasil wawancara dengan

informan utama diketahui bahwa kegiatan surveilans TB dilakukan dengan adanya

Page 116: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

102

kerjasama antara pemegang program TB di Puskesmas dengan gasurkes, petugas

epidemiologi, dan kader TB dari Aysyiyah. Gasurkes melakukan surveilans

dengan cara skrining di masyarakat setiap minggu dan mendapatkan infomasi dari

kader TB atau warga setempat. Kegiatan surveilans TB yaitu melalui sosialisasi

tentang TB, pasien terduga TB yang periksa ke Puskesmas, laporan dari gasurkes,

dan hasil skrining yang dilakukan oleh kader TB. Selain itu, pemantauan

pengobatan dilakukan dengan cara melakukan kunjungan rumah yang dilakukan

oleh gasurkes atau kader TB. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan

informan utama yaitu:

“Ya itu bekerjasama sama Gasurkesnya, selain itu juga pasien yang periksa di

Puskesmas yang ada tanda-tanda gejala TB ya di kasih pot dahak... Kerjasama

dengan petugas epidemiologi, sama Gasurkes, terus sama kader Aisiyah yang

juga mencari suspek dahak... kadang ada yang sampek molor harusnya apa

namanya follow up bulan kedua tapi dia belum bisa mengeluarkan dahak tapi

terakhirnya bisa, maksudnya butuh waktu gitu lho nggak on time yang harusnya

waktu seminggu selesai masa awal diagnosis itu melebihi... Ya itu pasien

mengatakan susah mengeluarkan dahaknya itu lho, padahal kan kita

mendiagnosa dari dahaknya itu. Terus apa lagi ya, e... ya kalau pelaporan-

pelaporannya kita masih dalam ini sih penataan.

Informan Utama 1

“Jadi, e... penemuan kasus itu bisa dengan saya waktu skrining. Jadi, saya

waktu skrining kan skrining dilakukan e... setiap minggu ditergetkan kan 50

orang minimal... Kalau yang kedua dengan itu informasi dari kader atau

mungkin dari URP atau warga setempat yang mengetahui kalau ada orang yang

batuk lama lebih dari 2 minggu, lha itu saya kunjungi saya analisis apakah

bener atau tidak... jarang ditemu suspek gitu. Masih banyak masyarakat yang

kurang terbuka jadi jarang yang terduga suspek gitu...”.

Informan Utama 3

“Kalau udah skrining kan kalau ditemukan suspek, suspek yang masuk tanda

dan gejala TB berarti dia disarankan untuk periksa terus nanti kita beri pot

Page 117: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

103

dahak untuk dia nanti dibawa ke Puskesmas... Untuk kendalanya ya tadi itu

masyarakat e... banyak yang kurang terbuka untuk e... yang sakit batuk, terus ya

mungkin takut untuk periksa...”.

Informan Utama 4

“Iya itu mbak, ngasih tau lewat penyuluhan sosialisasi itu to tentang TB e...

kaya gejalane gitu-gitu mbak. Kalau Puskesmas itu ndak dampingi kalau di

pertemuan RT/RW, tapi kalau di Kelurahan itu ada”.

Informan Utama 5

“Setahu saya itu dari pasien yang periksa ke Puskesmas, terus laporan dari

gasurkes yang dilapangan itu mbak kan mereka nanti dari warga bilang ke

mereka. Saya juga kalau semisal menemukan pasien TB baru nanti saya bilang

dulu ke petugas Puskesmas kalau ini ada yang kemungkinan sakit TB...

Mendampingi lewat Gasurkes itu tadi”.

Informan Utama 6

Menurut hasil wawancara dengan Informan Triangulasi diperoleh

informasi bahwa Informan Triangulasi 2 baru satu kali mendapatkan kunjungan

rumah oleh petugas kesehatan, sedangkan Informan Triangulasi 3 melakukan

kunjungan rumah setiap 2 atau 3 hari sekali selama masa pengobatan. Berikut

kutipan wawancara dengan Informan Triangulasi:

“Petugas puskesmas yang datang ke rumah Cuma sekali mbak, waktu dulu itu

pas Bapak habis periksa ke Puskesmas awal-awal itu. Ya memang ditanyain

gimana perkembangannya, terus kalau ada keluhan apa disuruh langsung ke

Puskesmasnya gitu aja sih mbak”.

Informan Informan Triangulasi 2

“Ini kan karena saya yang jadi PMOnya jadi ya kesana buat ngecek minum

obatnya setiap 2 atau 3 hari sekali saya ke rumahnya…”.

Informan Informan Triangulasi 3

Page 118: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

104

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber

terkait dengan surveilans Tuberkulosis, diketahui bahwa kegiatan surveilans sudah

dilakukan sesuai dengan standar tapi masih belum optimal. Hambatan yang

muncul dalam kegiatan surveilans TB yaitu masyarakat banyak yag kurang

terbuka kepada petugas kesehatan terkait sakit batuknya karena takut diperiksa

dan diketahui jika terdiagnosa sakit TB dan saat dilakukan skrining pasien terduga

TB mengalami kesulitan ketika mengeluarkan dahaknya sehingga waktu diagnosis

menjadi lebih lama dan jarang ditemukan suspek.

4.2.1.3 Pengendalian Faktor Resiko

Pengendalian faktor risiko TB ditujukan untuk mencegah, mengurangi

penularan dan kejadian penyakit TB. Upaya yang dilakukan antara lain: a)

pengendalian kuman penyebab TB, b) pengendalian faktor risiko individu c)

pengendalian faktor lingkungan; d) pengendalian secara manajerial, dan e)

pengendalian secara administratif. Berdasarakan hasil wawancara dengan

informan utama di Puskesmas diperoleh informasi bahwa pemegang program TB

di Puskesmas selalu memberikan edukasi kepada pasien tentang cara

penanggulangan penyakit TB, melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk

menjaga kesehatan lingkungan dan gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh

dari kuman TB, terdapat SOP untuk semua pasien batuk, alur pelaporan, dan

serveilans di Puskesmas, serta penyuluhan etika batuk hanya diberikan kepada

pasien batuk saja. Gasurkes dan kader TB melakukan pengendalian faktor risiko

yaitu dengan skrining, mengadakan investigasi kontak jika ditemukan kasus TB,

dan penyuluhan baik ke pasien TB maupun masyarakat. Berikut kutipan

Page 119: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

105

wawancara yang dilakukan dengan Informan utama di Puskesmas, sebagai

berikut:

“Kita edukasi untuk apa cara-cara e... membuang dahak yang benar, cara-cara

apa namanya seperti pakai masker/APD juga untuk pasiennya gitu lho, terus

etika batuk seperti itu sih. Ya itu tadi penyuluhan ke warga terus e...

mengedukasi untuk menjaga lingkungan sama gizinya itu lho biar antibodynya

bagus gitu aja. SOP itu ada semua mbak. Salah satunya SOP untuk pasien batuk

itu harusnya menyediakan masker, di sini kalau ada yang batuk langsung

diberikan masker, semua sih petugas juga kalau batuk langsung diberikan

masker... Kalau pelaksanaan penyuluhan etika batuk itu situasuonal ik kalau

misalnya kita ada pasien batuk lha baru kita langsung memberikan penyuluhan.

Informan utama 1

“ ...misalkan di wilayah tersebut di RT si A ada kasus TB misalkan ada orang

terkena TB, lha itu kita diwajibkan dari Dinas Kesehatan Kota itu untuk

melakukan investigasi kontak di area sekitarnya e... 2 sampai 5 rumah disekitar

pasien yang kena TB yaitu e... diwawancara gitu, diskrining apakah batuk atau

tidak.... Upaya yang dilakukan ya kita penyuluhan aja biar mereka itu tau dan

sadar akan bahayanya TB itu biar saling terbuka terus bisa dikasih tau ke

keluarganya masing-masing...”.

Informan utama 3

“Kan nanti kita skrining mbak, nanti kita skrining kan otomatis kita cari suspek

walaupun itu positif atau negatif yang penting kita kan dapet suspek gitu aja...

Sosialisasinya tidak banyak orang mbak tapi kita bagi aja sesuai kelompok

tadi...”.

Informan utama 4

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Informan Triangulasi diperoleh

informasi bahwa Informan Triangulasi memahami dengan baik saran-saran yang

diberikan oleh petugas Puskesmas terkait dengan cara penanggulangan TB agar

tidak menular. Informan Triangulasi 2 tidak mengetahui adanya sosialisasi dan

skrining penyakit TB yang dilakukan oleh petugas kesehatan di lingkungannya,

Page 120: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

106

serta penyuluhan etika batuk untuk selain pasien TB di Puskesmas. Sedangkan

Informan Triangulasi 3 mengetahui dengan baik kegiatan pengendalian penyakit

TB baik di Puskesmas maupun di lingkungan masyarakat karena seorang

gasurkes.

“Kalau makan itu piring, sendok, sama gelas dilainkan ndak dijakan satu. Kalau

dicuci pakainya tempat sabun sendiri ndak disamakan tapi dipisah-pisah. Kalau

petugasnya keliling itu ya waktu ada periksa jentik-jentik nyamuk itu mbak,

kalau kasih tau ke warga soal sakit TB/batuk ini saya kayanya belum pernah

mbak. Kalau minggu ya saya tetap disuruh datang ke Puskesmas buat suntik itu

mbak. Kalau pas kesana ndak pernah tau ya mbak. Iya saya sama Bapak pernah

dikasih tau pas lagi ambil obat ke sana, kalau batuk ditutup pakai tissu atau

pakai masker gitu. Iya ada kayanya mbak, saya ndak terlalu lihat itu yang ada

di Puskesmas...”.

Informan Triangulasi 2

“Menyarankan kalau batuk ditutupi pakai masker, dahaknya dibersihkan pakai

tissu terus nanti tissunya dikumpulin jadi satu langsung dibuang di tempat

sampah… Kalau di masyarakat ya kalau ada gejala batuk-batuk dalam jangka

waktu yang lama disarankan untuk segera periksa ke Puskesmas, menutup

mulut ketika batuk atau ada orang yang batuk supaya tidak menular atau

tertular… Iya pernah, kan disini ada TV to mbak nah itu bisanya ada video

tentang tata cara batuk yang baik dan benar yang bisa dilihat pengunjung

Puskesmas di ruang tunggu... Iya ada disini”.

Informan Triangulasi 3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber

terkait dengan pengendalian faktor risiko, diketahui bahwa pelaksanaan

pengendalian sudah dilakukan tetapi belum optimal. Kurangnya informasi yang

diterima Informan Triangulasi terkait dengan upaya pengendalian yang dilakukan

oleh petugas kesehatan di lingkungannya. Pemberian penyuluhan etika batuk

diberikan hanya kepada pasien batuk saja.

Page 121: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

107

4.2.1.4 Penemuan dan Penanganan Kasus

Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif dan pasif melalui investigasi

kontak dan skrining. Penanganan kasus dalam Penanggulangan TB dilakukan

melalui kegiatan tata laksana kasus untuk memutus mata rantai penularan dan/atau

pengobatan pasien. Tata laksana penanganan kasus dapat dilaksanakan melalui

pengobatan dan penanganan efek samping di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,

pengawasan kepatuhan menelan obat, pemantauan kemajuan pengobatan dan hasil

pengobatan, dan/atau pelacakan kasus mangkir. Hasil wawancara dengan

narasumber di peroleh informasi bahwa pemegang program menemukan kasus TB

dari warga terduga TB yang periksa ke Puskesmas langsung, laporan dari gasurkes

yang berasal dari laporan kader TB, dan laporan dari Rumah Sakit Karyadi.

Pemeriksaan tes TB yang dilakukan yaitu tes mikroskopis dan TCM di Rumah

Sakit Karyadi atau Tugu. Pasien TB yang datang untuk mengambil obat atau

periksa tidak perlu mendaftar terlebih dahulu karena khusus pasien TB

didahulukan untuk meminimalkan terjadinya penularan. Pemegang program

bekerjasama dengan PMO untuk memastikan pasien rutin minum obat dan periksa

ke Puskesmas. Edukasi kepada PMO kurang optimal karena PMO tidak selalu

mendampingi pasien saat mengambil obat atau melakukan pemeriksaan.

Koordinasi dilakukan melalui nomor HP ketika pasien timbul keluhan dan

pemberitahuan waktu mengambil obat.

Berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan informan utama yaitu:

“Penemuan macem-macem, ada yang dari kader ke Gasurkes lalu ke

Puskesmas… Ada yang dari gasurkes ke Puskesmas, ada pasien yang nggak

bisa ke Puskesmas... Hanya TCM setelah positif TB, HIV, sama DM. Periksaan

Page 122: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

108

yang lainnya itu nggak ada, tidak ada... Ada PMO (Pengawas Minum Obat),

jadi e... kalau memang dari pasien nggak ada PMO kaya ini kan ada pasien

yang sendirian di rumah ndak ada keluarga kita alih kan ke Gasurkes yang

menjadi PMO. Kendalanya apa, ya kan kita ndak tau kaya TB anak itu e...

kadang obat masuk apa nggak, tapi ibunya bilang ya obatnya masuk. Saya

seringnya bilang meskipun sampai muntah ya di ini lagi diminum lagi obatnya,

itu aja sih.

Informan Utama 1

“Langka-langkah penemuan kasusnya tadi kita skrining dulu ke warga. Dimulai

dari skrining terus ada tanda gejala yang masuk atau ndak, kalau ada nanti

disarankan tapi kalau nggak ya nggak. Kalau ditemukan warga yang positif TB,

kita nanti investigasi kontak untuk melihat apakah yang lainnya juga tertular

TB atau tidak.

Informan Utama 3

“Penemuan kasusnya tadi kita skrining dulu ke warga. Dimulai dari skrining

terus, terus nanti kita bawa hasil dahak ke pemegang program TB di

Puskesmas. Kalau hasilnya positif TB, kita melakukan investigasi kontak

dilingkungan sekitarnya”.

Informan Utama 4

“Kan nanti kita skrining mbak, nanti kita skrining kan otomatis kita cari suspek

walaupun itu positif atau negatif yang penting kita kan dapet suspek gitu aja.

Semisal kita ada indeks kasus nanti kita skrining, kalau ndak semisal kita PJN

itu to mbak e... kita kan PJN to mbak ke RT/RW itu seminggu sekali tapi kalau

kita ke kelurahan itu 1 bulan sekali, jadi pada saat itu kita juga skrining mbak…

Sosialisasinya tidak banyak orang mbak tapi kita bagi aja sesuai kelompok tadi.

Informan Utama 5

“Saya dapet suspek 1 itu tahun ini 2019, ya sekitar 2 bulan itu diwilayah sini

ada… Saya tau ada yang batuk itu dari orang-orang sama keluarga itu e... pas

posyandu, terus saya kunjungan kesana sama Gasurkes terus bawa pot sekalian

terus langsung tak tanya-tanya to lha batuk udah sekitar berapa hari atau bulan.

Saya kasih pot dahak terus tak arahin mbak, bawa dahaknya itu ke Puskesmas

ke laborat pagi-pagi biar tau positif atau tidaknya...”.

Page 123: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

109

Informan Utama 6

Hasil wawancara dengan traingulasi 2 dan Informan Triangulasi 3 diperoleh

informasi bahwa terbatasnya informasi yang diketahui oleh Informan Triangulasi

2 tentang upaya penemuan kasus yang dilakukan oleh petugas kesehatan,

sedangkan Informan Triangulasi 3 mengetahui upaya tersebut. Penanganan kasus

yang dilakukan oleh kedua Informan Triangulasi sudah sesuai dengan saran yang

diberikan oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Kutipan wawancara yang

dilakukan dengan Informan Triangulasi sebagai berikut:

“Kalau itu saya tidak tau. Iya kemarin dikasih tau suruh nunggu 5 hari setelah

periksa dahaknya itu, soalnya kan periksanya disana e... tesnya itu dibawa ke

Karyadi terus hasilnya dikasih tau kalau positif sama petugas Puskesmasnya

itu... Saya dikasih taunya suruh ngingetin Bapak rajin minum obatnya sama

periksa ke Puskesmas buat suntik gitu aja mbak, kalau obatnya mau habis

tinggal berapa gitu ya saya ke Puskesmas buat ambil. Iya nanti pas ketemu sapa

pak Supri atau bu Rini biasanya ditanya Bapaknya rutin minum obatnya apa

tidak, ya saya jawabnya rutin kan pasti saya yang ngingetin mbak ke Bapaknya

gitu”.

Informan Triangulasi 2

“Hasil dari skrining yang dilakukan gasurkesnya mbak itu kan nanti dapat

suspek terus di tes di labnya buat mastiin positif atau negatif. Ada juga laporan

dari masyarakatnya sendiri bilang ke kami gasurkesnya kalau ada warga yang

batuk-batuk lama terus nanti gasurkes mangunjungi untuk skrining. Pasien sih

dikasih tahu nya gini, jadi nanti dahaknya itu di bawa ke laboratorium buat di

tes apakah positif atau negatif TB. Nunggu ya paling lama seminggu nanti baru

keluar hasilnya... Ini kan kebetulan saya sendiri yang jadi PMOnya mbak, jadi

ya ini orangnya kalau ada keluhan apa-apa setelah minum obat langsung

ngubungi saya lewat WA terus nanti saya yang sampaikan ke petugas TB

Puskesmas terkait keluhannya tadi gitu...”.

Informan Triangulasi 3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber

Page 124: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

110

terkait dengan penemuan dan penanganan kasus TB, diketahui bahwa

pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar. Akan tetapi, dibagian pengawasan

kepatuhan menelan obat belum sesuai standar, sosialisasi yang seharusnya

disampaikan ke PMO tidak tersampaikan dan keteraturan minum obat pasien yang

dilaporkan masih diragukan oleh pemegang program TB terutama pasien yang

PMOnya gasurkes.

4.2.1.5 Pemberian Kekebalan

Pemberian kekebalan dalam rangka Penanggulangan TB dilakukan melalui

imunisasi BCG terhadap bayi. Sebagai salah satu upaya pencegahan TB aktif pada

ODHA, pemberian pengobatan pencegahan dengan Isoniazid (PPINH) dapat

diberikan pada ODHA yang tidak terbukti TB aktif dan tidak ada kontraindikasi

terhadap INH. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diketahui bahwa

untuk pencegahan terjadinya penularan pasien TB terhadap bayi dilingkungannya,

maka petugas kesehatan memberikan imunisasi BCG. Sedangkan bagi ODHA

diberikan kombinasi pengobatan yaitu dengan pmberian obat ARV dan OAT (Obat

Anti Tuberkulosis). Berikut kutipan wawancara yang dilakukan yaitu:

“Bagi adik-adik bayi wajib diimunisasi BCG, bagi yang berusia kurang dari 5

tahun yang berisiko tertular TB menggunakan PPIMR. Kalau untuk ODHA itu

diberikannya PPINH”

Informan Triangulasi 1

“Anak bayi diimunisasi BCG pada usia 9 bulan. Bila ada 1 rumah terkena TB,

maka anak balita diberi PPINH selama 6 bulan. Kalau disini belum ada sih mbak

pasie ODHA dengan TB, ya semoga aja tidak ada ya mbak. Kalau kaya gitu nanti

jadinya tatalaksananya ODHA dengan TB berarti”.

Informan utama 1

Page 125: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

111

Hasil wawancara dengan narasumber tersebut diketahui bahwa

pelaksanaan pemberian kekebalan kepada balita dilaksanakan sesuai dengan

standar yang ada.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), kegiatan

pengendalian Tuberkulosis dapat digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Promosi kesehatan

dilakukan disemua

tingkatan

administrasi baik

pusat, provinsi,

kabupaten/kota

sampai dengan

fasilitas pelayanan

kesehatan. selain itu,

juga dapat dilakukan

oleh kader organisasi

kemasyarakatan

sebagai mitra.

Dari Informan Triangulasi-1

memberikan sosialisasi kepada

petugas Puskesmas terkait

program TB. Informan utama-

1,3, dan 4 telah melakukan

sosialsasi ke pasien TB,

pertemuan FKK atau PKK, dan

pertemuan tingkat RT/RW.

Informan utama-3 dan

informan utama-4

menggunkana media

komunikasi langsung dan

leaflet jika dibutuhkan karena

jumlahnya terbatas. Informan

Triangulasi-2 menerima

sosialisasi secara langsung

tanpa melihat media

komunikasi yang lain.

Selain itu, juga menjalin

kerjasama dengan pemangku

kebijakan wilayah kerja

Puskemas. Akan tetapi,

informan Informan Triangulasi

2 menyatakan bahwa tidak

pernah mengetahui ada

sosialisasi TB di

lingkungannya dan tidak

mengetahui kerjasama antara

petugas Puskesmas dengan

pemangku kebijakan di tempat

Promosi kesehatan

yang dilakukan sudah

sesuai dengan standar,

tetapi belum optimal.

Informasi dari

sosialisasi yang

dilakukan belum

tersampaikan secara

menyeluruh ke semua

masyarakat. Selain

itu, Informan

Triangulasi-2 dan

Informan Triangulasi-

3 hanya mendapatkan

sosialisasi ketika

periksa di Puskesmas

saja. media komukasi

yang digunakan

kurang mencukupi.

Page 126: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

112

tinggalnya.

2. Surveilans TB

merupakan

pemantauan dan

analisis sistematis

terus menerus

terhadap data dan

informasi tentang

kejadian penyakit

TB, yang diperoleh

dari Fasilitas

Pelayanan Kesehatan

atau diperoleh

langsung dari

masyarakat atau

sumber data lainnya.

Pemegang program TB

bekerjasama dengan petugas

epidemiologi, gasurkes, Rumah

Sakit dan kader Aisyiyah

dalam pengumpulan data

melalui kegiatan skrining

untuk memperoleh suspek dan

follow up pasien. Selain itu,

data juga diperoleh dari

laporan masyarakat sekitar

Puskesmas.

Akan tetepi, Informan

Triangulasi 2 tidak mengetahui

kegiatan penemuan kasus yang

dilakukan oleh Puskesmas.

Pelaksanaan

surveilans sudah

dilakukan sesuai

dengan standar.

3. Pengendalian faktor

risiko TB ditujukan

untuk mencegah,

mengurangi

penularan dan

kejadian penyakit

TB.

Semua informan utama telah

melakukan sosialisasi terkait

cara pananggulangan TB, dan

penyuluhan etika batuk yang

baik dan benar.

Pengendalian faktor

risiko TB sudah

dilaksanakan sesuai

standar.

4. Penemuan kasus TB

dilakukan secara

aktif dan pasif.

Penanganan kasus

dilakukan melalui

kegiatan tata laksana

kasus untuk memutus

mata rantai penularan

dan/atau pengobatan

pasien.

Informan utama-1 mendapat

laporan kasus TB dari

informan utama-3 dan

informan utama-4 ketika

melakukan skrining dan

investigasi kontak, pasien TB

yang periksa di Puskesmas,

dan laporan dari Rumah Sakit.

koordinasi antara informan

utama-1 dan Informan

Triangulasi-2 kurang optimal,

karena tidak setiap

pengambilan obat PMO datang

ke Puskesmas.

Penemuan dan

penanganan kasus

sudah sesuai dengan

standar. Akan tetapi,

dibagian pengawasan

kepatuhan menelan

obat belum sesuai

standar, sosialisasi

yang harusnya

disampaikan ke PMO

tidak tersampaikan

dan keteraturan

minum obat pasien

masih diragukan oleh

informan utama-1

terutama pasien TB

yang PMOnya

Page 127: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

113

gasurkes.

5. Pemberian kekebalan

berupa vaksinasi dan

pengobatan

pencegahan

(profilaksis).

Pemberian imunisasi BCG dan

PPINH pada anak balita.

Pemberian kekebalan

sudah sesuai dengan

standar.

4.2.3 Sumber Daya

Menurut Peraturan Walikota Semarang Nomor 39 Tahun 2017, menyatakan

bahwa Dinas Kesehata Kota Semarang bertanggungjawab atas peningkatan

derajat keshatan masyarakat Kota Semarang dalam kontribusinya atas

terwujudnya pelaksanaan strategi DOTS yaitu memberikan dukungan secara

maksimal atas penyediaan logistik OAT dan non OAT, melakukan pembinaan

SDM dalam bentuk pelatihan bersertifikasi, seminar, symposium dan refreshing

program dengan mendatangkan tenaga ahli. Disamping itu juga

diselenggarakannya monitoring dan evaluasi P2TB bentuk pertanggungjawaban

kepada masyarakat atas keberhasilang program yang dilaksanakan. Hal tersebut

dilakukan sebagai upaya peningkatan sumber daya dalam pelaksanaan program

Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis Kota Semarang.

Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016 menyatakan bahwa Sumber daya

terdiri dari petugas sebagai sumber daya manusia (SDM), yang bertanggung

jawab untuk promosi, petugas di puskesmas dan sumber daya lain berupa sarana

dan prasarana serta dana. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama

diperoleh informasi bahwa ketersedian sumber daya manusia di Puskesmas sudah

sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku terdiri dari programer

TB/pemegang program TB, dokter, perawat, petugas laboratorium. Pemegang

Page 128: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

114

program juga melakukan kerjasama dengan bidang lain, seperti petugas

epidemiologi, gasurkes pengendalian penyakit, dan bidan. Pemegang program TB

belum mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota terkait dengan

peyelenggaraan program P2TB. Petugas laboratorium sudah mendapatkan

pelatihan pada tahun 2017 terkait dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan

gasurkes telah mendapat pelatihan sebanyak 1 kali diawal tahun bekerja sebagai

gasurkes oleh Dinas Kesehatan Kota.

“Sumber daya manusia di Puskesmas sudah sih, sudah cukup. Sudah sesuai sih

sama peraturan, seperti perawatnya yang jadi programer TB, petugas

laboratorium, dokter, perawat. Pemegang program TB juga bekerjasama dengan

bidang lain, seperti petugas epidemiologi, gasurkes pengendalian penyakit, dan

bidan... Pelatihannya itu ndak mesti tergantung Dinas yang mengadakan. Kalau

dari Puskesmasnya sendiri ndak ada pelatihan, menuggu dari Dinas. Berapa kali

ya, saya selama disini belum pernah ada pelatihan...”.

Informan utama 1

“Kalau pelatihannya ndak mesti ada, terakhir ada pelatihan itu tahun 2017.

Kemarin itu pelatihan terkait mikroskopisnya, jadi kita membuat sediaan sama

membaca hasilnya.

Informan utama 2

“Ya sudah soalnya disisni kan wilayahnya kecil, jadi e... sudah pas gitu lho itu

sudah sesuai. Ya pernah, jadi setiap kita awal tahun atau awal pertama kali

kerja gitu kaya dikasih pengetahuan baru sama Dinas Kesehatan Kota. Kalau

tahun ini sudah pernah dilakukan, ya itu tadi awal tahun”.

Informan utama 3

“Sudah memadai sih insyaallah sih sudah. Pernah pelatihan sekali dalam

setahun kegiatannya itu dalam 2 hari. Pelatihannya itu dari Dinas Kesehatan

Kota yang ngadain. Sekali dalam setahun”.

Informan Utama 4

Page 129: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

115

“Ndak ada yang saya bawa pas sosialisasi, ya cuma hanya ngomong aja. Paling

pot dahak itu mbak, kalau ada yang gejala TB kalau ndak ada ya saya ndak

bawa. Ndak ada dana mbak buat sosialisasi itu. Pelatihan untuk kader TB ada

mbak, dari Aisyiyah itu 1 tahun sekali ada mbak di Kecamatan itu khusus untuk

TB tahun ini baru 1 kali mbak”.

Informan Utama 5

“Kalau saya kan dari Aisiyah mbak, jadi itu biasane kalau di PKK atau apa itu

mesti saya bawa karena memang 1 itu mbak leafletnya ya untuk semua. Kalau

dari Puskesmas saya belum diberikan, tapikan karena mungkin dari Aisiyah

juga sudah ada kan mungkin juga sama... Soal e emang ndak ada dana. Ndak

ada mbak, kita kan sosialisasi sendiri… Kalau Puskesmas buat pelatihan kader

TB kayane belum ada”.

Informan Utama 6

Hasil wawancara dengan informan utama di Puskesmas diperoleh informasi

bahwa ketersedian Obat Anti Tuberkulosis (OAT), perbekalan kesehatan, sarana

dan prasarana dipenuhi oleh Dinas Kesehatan Kota. Ketersdian dana berasal dari

BOK. Pelaksanaan sosialisasi ke masyarakat tidak pernah menggunakan dana,

karena yang mengadakan sosialisasi pihak FKK kelurahan dengan melakukan

kontrak waktu saja. Kutipan wawancara yang dilakukan dengan informan utama

sebagai berikut :

“Jadi kita kalau misalnya obatnya e... perlu obat yang pasien baru sudah ada

stoknya.... Lebih mudah sekarang karena aplikasi ya. Sarana dan prasarana

sudah cukup. APD juga sudah cukup ya. Tidak ada dana, dari Dinas semua.

Obat dari Dinas, pelaporan kita online. Dana dari BOK, tapi kalau kita ada

penyuluhan itu yang mendanai dari FKK soalnya kita menunggu di undang”

Informan utama 1

“Kalau peralatannya sudah mencukupi tapi kalau untuk tempatnyakan harusnya

kan jendelanya besar tempatnya juga harusnya luas. Pengadaan itu kita pakai

dana BLUD. Sudah cukup, biasanya APD yang digunakan itu jas Lab, masker

Page 130: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

116

sama sarung tangan”.

Informan utama 2

“Jadi e... dari Puskesmas itu ya juga apa ya memfasilitasi misalkan apa butuh

apa kaya butuh pot dahak pun langsung dikasih nggak nggak dipersulit, soalnya

targetnya pun disini masih kurang. Kalau dana saya selama dilapangan untuk

sosialisasi dan skrining tidak pernah menggunakan dana.

Informan Utama 3

“Sarana dan prasarananya sudah cukup memadai. Kalau masalah dana saya

kurang tau. Sosialisasi saya tidak pernah menggunakan dana, hanya kontrak

waktu saja”.

Informan utama 4

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Informan Triangulasi 2 dan

Informan Triangulasi 3 diperoleh informasi bahwa pelayanan yang diberikan oleh

petugas di Puskesmas sudah memenuhi kebutuhan pasien dalam melakukan

pemeriksaan. Pasien TB selalu mendapatkan OAT sesuai dengan kebutuhannya

tanpa menunggu waktu yang lama. Selain itu, pasien tidak merasa keberatan

dalam membayar biaya pemeriksaan karena menggunakan BPJS Kesehatan.

berikut kutipan wawancara yang dilakukan:

“Saya kira cukup, tapi nggak tau kalau sama orang lain tapi kalau saya cukup...

Baik gitu mbak terus sering ngasih saran buat Bapak gitu-gitu... Kalau untuk

saya pasti sudah ada, jadi kalau obat saya habis sudah ada disana saya langsung

dikasih... Kalau itu saya kurang tau ya mbak soalnya kan saya ndak pernah

masuk di ruang sana sih. Masuknya hanya sampai didepan aja itu mbak, kalau

Bapak kan lewatnya langsung lewat samping itu ada pintu disitu ada bel terus

pencet bel nya itu langsung nanti petugasnya keluar terus ngasih obat... Kalau

saya pakainya BPJS mbak, jadi ndak bayar ke Puskesmasnya”.

Informan Triangulasi 2

“Sudah cukup. Ya sudah bagus pelayanan petugasnya. Ndak pernah kekurangan

Page 131: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

117

obat kalau disini. E.... baik sudah memadai ruangannya bagus. Kalau ini saya

kurang tahu mbak soalnya kalau ambil obat diambil sendiri sama pasiennya…”.

Informan Triangulasi 3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber

terkait dengan sumber daya, diketahui bahwa ketersediaan sumber daya (tenaga,

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, dan pendanaan) sudah sesuai dengan

standar. Akan tetapi, pemegang program mengatakan belum pernah mendapatkan

pelatihan terkait dengan pelaksanaan program P2TB selama memegang program

tersebut. Kader TB belum pernah mendapatkan pelatihan yang dilaksanakan

Puskesmas, pelatihan yang diterima dari LSM Asyiyah.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), sumber daya dapat

digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Puskesmas harus

menetapkan dokter,

perawat, dan analis

laboratorium terlatih yang

bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan program

Penanggulangan TB.

Jumlah SDM sudah

memenuhi dan sesuai

Ketersediaan

sumber daya

sudah sesuai

dengan standar.

2. Pelatihan sebagai upaya

peningkatan sumber daya

manusia TB dengan cara

meningkatkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan

petugas dalam rangka

meningkatkan kompetensi

serta kinerja petugas TB

Infroman utama-2,

informan utama-3, dan

informan utama-4 sudah

mengikuti pelatihan,

tetapi informan utama-1

belum pernah mendapat

pelatihan.

Pelatihan belum

dilakukan sesuai

standar. Salah satu

informan utama

belum pernah

medapatkan

pelatihan selama

menjabat menjadi

pemegang

program TB.

Page 132: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

118

3. Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah

bertanggung jawab atas

ketersediaan obat dan

perbekalan kesehatan dalam

penyelenggaraan

Penanggulangan TB

Ketersediaan obat selalu

tercukupi dan tersedia.

Sarana dan prasarana

sudah tercukupi.

Informan Triangulasi-2

Ketersediaan obat

sesuai dengan

standar.

4. Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah wajib

menjamin ketersediaan

anggaran Penanggulangan

TB.

Terdapat dana BOK,

tetapi pelaksanaan

program P2TB tidak

pernah menggunakan

dana tersebut.

Ketersediaan dana

sesuai dengan

standar

4.2.4 Sistem Informasi

Sistem informasi yang dimaksud dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun

2016 yaitu data untuk program Penanggulangan TB diperoleh dari sistem

pencatatan-pelaporan TB. Pencatatan menggunakan formulir baku secara manual

didukung dengan sistem informasi secara elektronik, sedangkan pelaporan TB

menggunakan sistem informasi elektronik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan utama di

Puskesmas diperoleh informasi bahwa pemegang program melakukan pencatatan

dan palaporan ke Kementerian Kesehatan RI menggunakan aplikasi SITT (Sistem

Informasi Terpadu Tuberkulosis), sedangkan pencatatan dan pelaporan kepada

Dinas Kesehatan Kota menggunakan aplikasi Semar Betul. Setiap ada pasien baru

melakukan pemeriksaan langsung diinput ke sistem tersebut, sehingga Dinas

Kesehatan Kota dapat melihat data tersebut setiap saat. Pelaporan ke Puskesmas

dilakukan setiap bulan menggunakan aplikasi SIK Puskesmas. Pencatatan dan

pelaporan juga ditulis dalam formulir-formulir pasien TB yang ada di Puskesmas

Page 133: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

119

sesuai dengan hasil pemeriksaan pasien TB. Petugas laboratorium melaporkan

hasil pemeriksaan laboratorium pasien TB ke pemegang program TB langsung.

Koordinasi antar petugas ada sedikit hambatan dalam penyediaan data pasien TB

yaitu pencatatan dan pelaporan pasien TB baru yang dilakukan oleh pemegang

program dan petugas laboratorium mengalami keterlambatan dalam menginput

data ke sistem Semar Betul. Gasurkes melakukan pelaporan ke Dinas Kesehatan

Kota dan Puskesmas setiap bulan dalam bentuk laporan hardfile dan softfile

(mengirim melalui email). Berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan

informan utama yaitu:

“Pencatatan dan pelaporan kita online, ada aplikasinya namanya SITT (Sistem

Informasi Terpadu Tuberkulosis) itu sudah sampai pusat, terus ada lagi si Semar

Betul dari Dinas Kesehatan Kota.... Selain itu, ada pelaporan bulanan SIK

(Sistem Informasi Puskesmas) disitu kita kita juga ngisi jumlah pasien kita

bulan itu... Jadi, dia kemarin mengejar kita petugas TBnya karena kita belum

sampai ke pendiagnosaan. Kita sampai ke pendiagnosaan itu setelah mendata

pasien terus dikonfirmasi sama apa namanya, petugas laboratorium kita

mendiagnosa jadi memang alurnya keluar masuk dari aplikasi gitu lho...”.

Informan utama 1

“Pelaporannya khusus TB, saya leporan ke pemegang programnya terus nanti

yang laporan ke Dinasnya pemegang program”.

Informan utama 2

“Kalau Dinas Kesehatan Kota ya itu dengan pelaporan SPJ itu setiap bulan kita

pelaporan, ada formnya, mangkir obat berapa, kunjungan rumah pasien TB

berapa gitu. Jadi, ada SPJ nya dan itu ada juga dionlinenya juga, ada sistem

kalau di Dinas Ksehatan itu Semar Betul”.

Informan Utama 3

“.... Kalau laporan untuk hardfile dan softfile itu perbulan ke Puskesmasnya.

Kalau Dinas Kesehatan Kota laporannya itu hardfile dan softfile perbulan”.

Page 134: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

120

Informan utama 4

“Saya kalau semisal menemukan terduga punya penyakit TB, nanti saya bilang

ke gasurkesnya kalau disini ada yang punya ciri-ciri TB kalau ndak ya ke

petugas yang di Puskesmasnya itu, nanti gasurkesnya langsung ke tempat

penderita TB tadi”.

Informan utama 5

“E... ini saya nganu mbak ya, saya itu langsung ke Gasurkes. Kan antar

Gasurkes sama Puskesmas kan kerjasama terus sekarang kan sama kader

kerjasama...”.

Informan Utama 6

Hasil wawancara dengan Informan Triangulasi diketahui bahwa pencatatan

dan pelaporan dari pelaksana program P2TB di Puskesmas ke Dinas Kesehatan

Kota melalui aplikasi Semar Betul yang dapat diakses setiap hari. Informan

Triangulasi 2 dan Informan Triangulasi 3 pencatatan atau pendataan dilakukan

sekali diawal pasien melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Kutipan wawancara

yang dilakukan dengan Informan Triangulasi sebagai berikut:

“Menggunakan aplikasi yang namanya SEMAR BETUL kagiatan pencatatan

dan pelaporannya. Semar Betul itu berjalan kurang lebih e... tahun 2019 tetapi

penekanan penggunaannya itu mulai Juni 2019 sebelumnya pakai SITT sejak

tahun 2013. Setiap saat bisa melaporkan kasus-kasusnya ke Semar Betul. Dinas

bisa langsung melihat laporan di aplikasi itu, tapi tergantung dari yang

menginput data-data atas temuan kasus-kasusnya ke Semar Betul... Kalau

kedala itu ya kaitannya dengan penguasaan sistem aplikasinya ya, kalau tidak

menguasai ya menjadi kendala dalam menginput data-data ya...”.

Informan Triangulasi 1

“Nggak, ya waktu dulu itu ada petugas yang datang kesini mbak pas awal tau

bapak sakit TB gitu tapi ya sekali itu aja mbak dicatatnya... Ya sekali waktu

dulu itu aja”.

Page 135: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

121

Informan Triangulasi 2

“Kalau pencatatan itu dilakukan di awal ketika dia sudah diperiksa dahaknya di

Puskesmas kan itu pasti ditanyakan tentang identitasnya, keluhan sakitnya apa

saja, terus berapa lama sakitnya kaya gitu-gitu. Diawal pas periksa itu, ya sekali

berarti”.

Informan Triangulasi 3

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber diketahui bahwa

sistem informasi program P2TB masih terdapat hambatan yang dialami dalam

pencatatan dan palaporan yaitu penguasaan aplikasi oleh petugas TB di

Puskesmas yang masih kurang. Penguasaan aplikasi oleh petugas Puskesmas saat

ini bisa dikatakan baru sebesar 40%. Koordinasi antar petugas di Puskesmas ada

sedikit hambatan yaitu adanya keterlambatan diagnosis yang dilakukan oleh

petugas TB karena harus menunggu konfirmasi dari petugas laboratoriumnya

terlebih dahulu, sehingga pencatatan dan pelaporan tidak bisa langsung diinput ke

dalam sistem dan petugas epidemiologi harus menunggu beberapa waktu untuk

melakukan kunjungan rumah menggunakan data dari petugas TB tersebut.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), sistem informasi dapat

digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Puskesmas harus

melaporkan jumlah

pasien TB di wilayah

kerjanya kepada Dinas

Kesehatan Kota

kabupaten/kota setempat.

Pelaporan disampaikan

setiap 3 bulan sekali.

Pencatatan dan pelaporan

dilakukan secara online

melalui aplikasi Semar

Betul oleh informan

utama-1 dan informan

utama-2, sedangkan

informan utama 3

melakukan pencatatan

Informan utama-1

dan informan

utama-2 masih

mengalami

kesulitan dalam

menggunkan

aplikasi

pencatatan dan

Page 136: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

122

dan pelaporan secara

manual.

pelaporan,

sehingga

beberapa data ada

yang belum

diinputkan.

4.2.5 Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan

Permenkes RI Nomor 67 tahun 2016, menytakan bahwa penyelenggaraan

Penangggulangan TB perlu didukung dengan upaya mengembangkan dan

memperkuat mekanisme koordinasi, serta kemitraan antara pengelola program

TB dengan instansi pemerintah lintas sektor dan lintas program, para pemangku

kepentingan, penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan, asuransi kesehatan,

baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Berdasarkan Praturan Walikota

Semarang Nomor 39 Tahun 2017, menyatakan dalam rangka efektifitas dan

efesiensi pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Penanggulangan TB untuk mencapai

target perlu pembentukan dan penguatan Forum Koordinas Penanggulangan TB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program TB di Puskesmas

diperoleh informasi bahwa Dinas Kesehatan Kota melakukan monitoring dan

evaluasi setiap 3 bulan sekali, untuk tahun 2019 baru dilaksanakan 1 kali.

Supervisi dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh Dinas Kesehatan Kota di

Puskesmas. Monitoring dan evaluasi di Puskesmas dilaksanakan setiap bulan oleh

pemegang program TB, petugas laboratorium, dan gasurkes dalam mini lokal

karya yaitu pemaparan capaian kinerja dan target-targetnya. Dalam melaksanakan

program P2TB, pemegang program TB di Puskesmas menjalin kerjasama lintas

program dengan petugas epidemiologi dan petugas KIA, sedangkan kerjasama

lintas sektoral dilakukan dengan pihak kelurahan. Petugas laboratorium telah

Page 137: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

123

mengirimkan crosschek laboratorium sebanyak 2 kali setiap triwulan ke Dinas

Kesehatan Kota, tetapi untuk pertemuan monitoring dan evaluasi di tahun 2019

belum pernah dilaksanakan. Monitoring dan evaluasi oleh gasurkes kepada Dinas

Kesehatan Kota dilaksanakan setiap 1 tahun sekali di awal tahun. Kutipan hasil

wawancara yang dilakukan dengan informan utama sebagai beriku:

“Setahun sekali supervisi dilakukan di Puskesmas... Dari Dinas em... ndak

mesti ya mbak, jadikan kemarin itu kita diundang tapi sekarang belum ada

undangan lagi. Jadi, dari Dinas kita ngikutinnya ndak tau jadwalnya berapa

sekali setahun… Kalau di Puskesmas ada minlok (mini lokal karya) itu kita jadi

melaporkan kinerja kita setiap bulan kepada Kepala Puskesmas, kalau dengan

kader atau Gasurkes ada sebulan sekali.... Terus misalnya TB anak itu kan

harus kerjasama dengan KIA, e... sama ini epid jadi petugas epidnya itu kan dia

yang melakukan kunjungan rumah kita kerjasama untuk pasien TB biar bisa

tertangani... Ya untuk penyuluhan-penyuluhan itu to di kelurahan.

Inforan utama 1

“Kegiatannya kalau yang monev itu untuk tahun kemarin setahun bisa 4 kali

setiap triwulan terus kita ngirim crosschek lab itu kalau ada itu dikirim ke Balai

Lakes Provinsi lewat DKK secara online dan juga slidenya kalau ada. Kalau

sekarang pertemuannya ndak ada, kita cuma crosschek aja. Triwulan pertama

kita ngirim, triwulan kedua kita ndak ada yang periksa... Ada tiap lokmin tiap

satu bulan sekali... “.

Informan utama 2

“Kalau monevnya kita setiap bulan paparan sama kepala Puskesmas sama

pemegang program sama epidemiologi, jadi kita kaya paparan gitu per

Kelurahan jumlah orangnya yang TB itu berapa, suspeknya berapa yang positif.

Kalau monev sama Dinas Kesehatan Kota sudah pernah diawal tahun

kemarin”.

Informan Utama 3

“Tiap bulan ada monev dari Puskesmas, kalau dari Dinasnya sudah pernah

diawal tahun. Berapa kali dalam setahun itu kurang tau, pihak Dinasnya yang

ngasih tau jadi nggak direncanakan misalkan direnacanakannya dalam

Page 138: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

124

undangan gitu, kita belum tau tapi sudah pernah diawal tahun”.

Informan utama 4

“Kalau evaluasi sama Puskesmasnya belum pernah mbak, paling saya Cuma

laporan kalau ada warga yang terduga TB ke mereka atau sama gasurkesnya”.

Informan Utama 5

“Kalau evaluasi itu ndak ada.. Pelatihan untuk kader TB ada mbak, kalau

khusus untuk TB tahun ini baru 1 kali mbak. Tapi kalau pertemuan kader

kesehatan secara umum di Puskesmas itu kadang ya di sampaikan mbak sedikit.

Pelatihan dari Aisyiyah itu 1 tahun sekali ada mbak di Kecamatan itu”.

Informan utama 6

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Informan Triangulasi 1 diperoleh

informasi bahwa Dinas Kesehatan Kota melakukan monitoring dan evaluasi setiap

3 bulan sekali dalam bentuk capaian-capaian program, kinerja programer di

Puskesmas, dan permasalahan-permasalahan yang ada. Hambatan yang muncul

dalam kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota dengan petugas TB di Puskesmas

yaitu kurangnya koordinasi antara pemegang program baru dengan pemegang

program lama saat terjadi pergantian petugas. Berikut kutipan wawancara yang

dilakukan dengan Informan Triangulasi 1, yaitu:

“Monitoringnya dilaksanakan 3 bulan sekali dalam bentuk capaian-capaian

program... Kinerja programer yang ada di Puskesmas sekalian evaluasi

per,masalahan-permasalahan apa yang didapatkan dan kenapa terget kasus yang

ditetapkan tidak terpenuhi. RAD penanggulangan TB itu juga mengharuskan

semua pihak, semua komponen, dan semua Stakeholder yang ada di Kota

Semarang untuk berperan sesuai dnegan kapasitasnya masing-masing di dalam

program penanggulangan TBC. Akan tetapi masih ada hambatannya yaitu

kalau ada pergantian petugas yang baru, kan petugas yang baru itu belum

mendapatkan pemahaman yang memadai tentang program-program

penanggulangan TB seperti kompetensi yang sudah e... dimiliki oleh petugas

yang lama yaitu yang menjadi kendala kita”.

Page 139: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

125

Informan Triangulasi 1

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber diketahui bahwa

koordinasi, jejeraing kerja, dan kemitraan belum optimal karena masih terdapat

hambatan yaitu kurangnya koordinasi antara pemegang program baru dengan

pemegang program lama saat terjadi pergantian petugas terkait dengan kesetaraan

pemahaman program penanggulangan Tuberkulosis. Monitoring dan evaluasi oleh

Dinas Kesehatan Kota kepada petugas TB di Puskesmas baru dilaksankan 1 kali

dalam setahun. Petugas laboratorium belum pernah menghadiri pertemuan

monitoring dan evaluasi di Dias Kesehatan Kota, hanya mengirimkan crosschek

laboratorium saja ke Dinas Kesehatan Kota. Evaluasi antara petugas TB di

Puskesmas dengan kader TB terkait program penanggulangan TB belum pernah

dilakukan.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), koordinasi, jejaring

kerja, dan kemitraan dapat digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Dinas Kesehatan Kota

melakukan pembinaan,

monitoring dan evaluasi

kegiatan program TB di

fasyankes.

Informan utama-

1 di tahun 2019

baru mengikuti

kegiatan monev

1 kali. Informan

utama-2 belum

melaksankan

pertemuan

monev, hanya

mengirimkan

crosschek

laboratorium saja

ke Dinas

Monev tahun 2019 untuk

informan utama-1 dan

informan utama-2 belum

optimal karena baru

dilaksanakan 1 kali,

seharusnya dapat

dilaksanakan sebanyak 4

kali dalam setahun.

Page 140: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

126

Kesehatan Kota.

Informan utama-

3 melakukan

kegiatan monev

setiap 1 kali

dalam setahun.

Informan utama-

4 belum pernah

melakukan

monev dengan

Puskesmas.

2. Hubungan

kerjasama/bauran

pemerintah-swasta,

seperti: kerja sama

program penanggulangan

TB dengan faskes milik

swasta, kerja sama dengan

sector

industri/perusahaan/tempat

kerja, kerja sama dengan

lembaga swadaya

masyarakat (LSM).

Puskesmas

bekerjasama

dengan pihak

kelurahan dan

kader Aisyiyah

dalam

pelaksanaan

program P2TB

Jejaring kerja dan

kemitraan belum optimal

karena belum melibatkan

kerjasama dengan sector

industry/perusahaan/tempat

kerja yang ada di sekitar

wilayah Puskesmas

Karangalang.

4.2.6 Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016, yaitu

upaya pencegahan dan penanggulangan Tuberkulosis dapat mendorong

tercapainya target program. Masyarakat perlu terlibat aktif dalam kegiatan sesuai

dengan kondisi dan kemampuan, karena Tuberkulosis dapat ditanggulangi

bersama. Pelibatan secara aktif masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan

keagamaan baik lintas program dan lintas sektor diutamakan pada 4 area dalam

program Penanggulangan TB yaitu: penemuan orang terduga TB, dukungan

pengobatan TB, pencegahan TB, dan mengatasi faktor sosial yang mempengaruhi

Page 141: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

127

penanggulangan TB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama di Puskesmas

diperoleh informasi bahwa pemegang program TB, gasurkes, dan kader TB telah

melakukan sosialisasi penyakit TB dan cara penanggulangannya ke masyarakat.

Belum semua masyarakat dapat menerima informasi yang disampaikan dalam

sosialisasi tersebut. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan informan

utama, yaitu:

“Kalau selama ini kan kita memang e... pasien dirahasiakan indentitasnya itu ka

etika ya ada kode etiknya untuk pasien TB, jadi karena itu kita ada keterbatasan

dari peran serta masyarakat dalam pengobatan. Masyarakat ndak tau kalau ada

tetangganya yang sakit TB to gitu, jadi ya paling ya hanya itu kalau ada yang

batuk suruh priksa gitu aja... Ya itu peran serta masyarakat minim karena kan

ada keterbatasan informasi to untuk tau ada pasien TB di lingkungannya, jadi

kases sosialnya juga susah.”

Informan utama 1

“Kalau masyarakatanya sendiri ya ada yang mendukung tapi ada juga yang

belum terbuka dan mendukung. Lebih mendukung ya kadernya...”.

Informan utama 3

“Ya masyarakat yang terbuka sama kita ikut mewaspadai terus ikut

mengingatkan kalau itu yang penyakit TB pengobatannya teratur kaya gitu, ikut

saling mengingatkan. Bagi masyarakat yang belum mau terbuka sama sakitnya

ya masih banyak juga disini”.

Informan Utama 4

“Ya kendalane ya itu mbak..., intinya sok malu gitu dari orang lain jangan

sampai tahu punya penyakit TB. Lingkungan ndak mengucilkan, tapi malah

keluarga yang menutupi biar orang lain ndak tahu... penderita juga jarang yang

pakai masker gitu mbak, kalau diingatkan ya ngeyel...”.

Informan utama 5

Page 142: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

128

“Kalau kita bilang Tb itu seolah-olah TB itu sesuatu yang pokok e momok. Ya

itu tadi kita harus menghilangkan stigma itu tadi mbak stigma itu masih, itu

dimana-mana mbak soal e kalau di kota itu banyaknya seperti itu mereka ndak

open... dimana-mana lah dia ndak pakai APD... Kalau waktu saya skrining itu

dikasih pot, tapi kebanyakan itu tidak mau yang saya alami lho...”.

Informan Utama 6

Hasil wawancara dengan Informan Triangulasi diperoleh informasi bahwa

pengetahuan masyarakat tentang program P2TB masih rendah sehingga

masyarakat sulit untuk diajak kerjasama dalam pencegahan penyakit TB baik

terhadap diri sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Keluarga tahu penyakit TB

setelah salah satu anggota keluarganya dinyatakan menderita penyakit tersebut,

bukan karena keikutsertaan mereka dalam sosialisasi yang diselenggarakan oleh

petugas kesehatan maupun kader kesehatan. kutipan wawancara yang dilakukan

dengan Informan Triangulasi, yaitu:

“Ya karena masyarakat dengan berbagai ragam kebutuhannya, kemudian

masyarakat dengan faktor ketidaktahuannya itu dibeberapa kasus masyarakat

itu tidak bisa diajak kerjasama untuk program-program penanggulangan TB

entah kaitannya dengan penciptaan lingkungan yang bersih dan sehat untuk

mencegah terjadinya TB entah dalam keluarganya, entah dalam penggunaan

masker ya, entah dalam mengkonsumsi obat secara disiplin sesuai aturan ya itu

yang menjadi kendala-kendala petugas kesehatan. Menurut saya ya itu tadi,

bermuara pada ketidaktahuan atau faktor eksnoren yang ada pada masyarakat

tentang cara pencegahan dan cara penanggulangan TB, sehingga itu menjadi

kendala-kendala dalam penanggulangan TB”.

Informan Triangulasi 1

“Nggak ada mbak, saya taunya yang sakit ya saya sendiri kalau yang lainnya

ndak pernah tau. Di Puskesmasnya juga kalau saya kesana cuma ada saya aja.

Kalau Bapak ya kadang sama saya kesana mbak, wong pengen sembuh gitu

jadi ya kesana sendiri ambil obat terus periksa. Habis selesai ya pulang mbak...

kalau sholat jamaah di mushola ya biasa aja mbak ndak ada yang menjauhi.

Page 143: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

129

Kalau dari Puskesmas itu sarannya suruh pakai masker gitu, tapi kalau disini

sehari-harinya kadang pakai kadang nggak.

Informan Triangulasi 2

“Pakai masker setiap kali ada yang batuk entah itu batuk biasa atau yang sakit

TB, bukannya kurang sopan atau giman-gimana ya mbak karena ya buat

pencegahan aja biar ndak tertular bagitu. Tapi meski sudah dibilangi kaya gitu,

dari merekanya yang susah buat pakai masker waktu sama orang lain. Ya kaya

orang yang sehat biasanya, itu yang susah mbak... Stigma negatif ada ya

namanya juga penyakit menular ya mbak, tapi sebisa mungkin kita menjaga

penyakitnya itu”.

Informan Triangulasi 3

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber diketahui bahwa

peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program P2TB masih belum optimal.

Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader TB masih belum

menyeluruh ke semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Karangmalang,

sehingga pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB masih rendah dan stigma

negatif masyarakat terkait pengakit TB masih tinggi. Hal ini menyebabkan masih

banyak masyarakat yang belum terbuka tentang penyakitnya terutama sakit batuk

kepada petugas kesehatan. Kesadaran pasien TB sendiri dalam penggunaan

masker sebagai pencegahan penyakit TB ke orang lain masih rendah.

Berdasarkan Discrepancy Evaluation Model (DEM), peran serta masyarakat

dapat digambarkan sebagai berikut:

No. Standard Performance Dicrepancy

1. Masyarakat dapat berperan

serta dalam upaya

Penanggulangan Tuberkulosis

informan utama-1,

informan utama-3,

dan informan utam-4

melakukan sosialisasi

Masih terdapat

keterbatasan dari

peran serta

masyarakat dalam

Page 144: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

130

ke masyarakat dan

kader kesehatan

dengan selalu

mengingatkan untuk

melaporkan warga

yang batuk dan saling

mengingatkan periksa

jika mempunyai

tanda dan gejala TB.

pengobatan,

kurang terbukanya

masyarakat pada

petugas kesehatan,

dan keterbatasan

informasi yang

tidak bisa

menjangkau

seluruh

masyarakat.

2. Mencegah stigma dan

diskriminasi terhadap kasus

TB

informan utama-1,

informan utama-3,

dan informan utam-4

melakukan sosialisasi

ke masyarakat dan

kader kesehatan

dengan selalu

mengingatkan untuk

melaporkan warga

yang batuk dan saling

mengingatkan periksa

jika mempunyai

tanda dan gejala TB.

Stigma negatif

masih ada,

sehingga

masyarakat

kurang terbuka

dengan petugas

kesehatan baik

saat melakukan

penyuluhan

maupun

kunjungan rumah

untuk skrining.

Page 145: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

131

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 PEMBAHASAN

5.1.1 Puskesmas Purwoyoso

Evaluasi hasil pelaksanaan penanggulangan TB Paru di Puskesmas

Purwoyoso dilihat dari: (1) kegiatan pengendalian tuberkulosis; (2) sumber daya;

(3) sistem informasi; (4) koordinasi, jejaring kerja, dan kemitraan; (5) peran serta

masyarakat. Kegiatan pengendalian tuberkulosis meliputi promosi kesehatan,

surveilans tuberkulosis, pengendalian faktor resiko, penemuan dan penanganan

kasus, serta pemberian kekebalan. Sumber daya meliputi sumber daya manusia,

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, serta pendanaan. Sistem informasi

meliputi sumber data dari pencatatan dan pelaporan kasus TB yang ditemukan.

Koordinasi, jejeraing kerja, dan kemitraan meliputi monitoring dan evaluasi yang

dilakukan antara pelaksana program P2TB di Puskesmas Purwoyoso dengan

Dinas Kesehatan Kota Semarang. Peran serta masyarakat meliputi penemuan

orang terduga TB, dukungan pengobatan TB, pencegahan TB, dan mengatasi

faktor sosial yang mempengaruhi penanggulangan TB.

Berikut evaluasi hasil pelaksanaan program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Purwoyoso, sebagai berikut:

5.1.2.1 Kegiatan Pengendalian Tuberkulosis

Peningkatan akses layanan TB yang bermutu, merupakan hal yang penting

untuk mendukung keberhasilan penanggulangan program TB di Kota Semarang.

Peran penting para pihak (stakeholder kesehatan dan non kesehatan) dalam rangka

Page 146: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

132

peningkatan temuan kasus sangat penting. Advokasi dilakukan sebagai upaya atau

proses terencana untuk memperoleh komitmen dan dukungan dari pemangku

kebijakan yang dilakukan secara persuasif, menggunakan informasi yang akurat

dan tepat. Pemegang program TB dan gasurkes melakukan advokasi melalui

penyuluhan kesehatan ke petugas Kelurahan Purwoyoso tentang program P2TB

dengan tujuan menjalin kerjasama dalam melakukan penemuan kasus TB dan

penacegahan penularan penyakit TB di masyarakat.

Sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota kepada petugas

TB di Puskesmas melalui event-event setiap 3 bulan sekali, sedangkan sosialisasi

yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas telah dijalankan dengan

diadakannya penyuluhan kepada pasien dan masyarakat, baik penyuluhan secara

langsung maupun penyuluhan secara tidak langsung. Penyuluhan TB secara

langsung dilaksanankan dengan sosialisasi oleh gasurkes dan kader TB dalam

forum kesehatan kelurahan atau pertemuan RW, sedangkan pemegang program

TB melakukan penyuluhan face to face dengan pasien TB saat periksa ke

Puskesmas. Secara tidak langsung dengan pemutaran film di tempat pelayanan

kesehatan. Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian promosi kesehatan

merupakan rangkaian kegiatan yang mendukung pelaksanaan kebijakan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana

individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan

cara memelihara, melindungi dan meningkatan kesehatan. Penyuluhan TB ini

perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah

pengetahuan dan perilaku masyarakat (Faradis & Indarjo, 2018).

Page 147: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

133

Akan tetapi, sosialisasi tersebut masih belum optimal karena terdapat

hambatan dari hasil sosialisasi yang telah dilaksanakan yaitu (1) Informan

Triangulasi-1 memberikan sosialisasi berulang setiap terjadi pergantian petugas

lama dengan petugas yang baru agar memiliki pemahaman yang setara dan

memadai terhadap pengelolaan-pengelolaan program; (2) Sosialisasi belum

menyeluruh sehingga tidak semua masyarakat tidak mengetahui tentang penyakit

TB dan penanggulangannya. Informan Triangulasi-2 dan Informan Triangulasi-3

hanya mendapatkan sosialisasi ketika periksa di Puskesmas saja. Ketika dilakukan

wawancara singkat dengan warga yang tinggal di 4 rumah sekitar penderita TB,

diperoleh informasi bahwa belum ada petugas Puskesmas ataupun kader

kesehatan yang mengunjungi rumah warga untuk memberikan penyuluhan tentang

penyakit TB; (3) media komunikasi yang digunakan kurang mencukupi sehingga

komunikasi yang sering digunakan dalam sosialisasi yaitu komunikasi langsung.

Sebagian besar petugas P2TB hanya mengetahui beberapa metode promosi

kesehatan seperti ceramah, diskusi, wawancara, penyuluhan, bincang bersama dan

metode papan. Sedangkan pengetahuan petugas P2TB rendah mengenai

pengetahuan media yang bisa digunakan untuk promosi kesehatan, seperti alat

peraga (6,7%) sebagai media promosi kesehatan guna memenuhi kebutuhan

petugas kesehatan agar mudah dimengerti oleh masyarakat ketika melakukan

promosi kesehatan (Setyowati, Idha et all;, 2018).

Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus

menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TB, yang

diperoleh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau diperoleh langsung dari

Page 148: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

134

masyarakat atau sumber data lainnya. Beradasarkan hasil penelitian dengan

pemegang program TB diketahui bahwa kegiatan surveilans TB dilakukan melalui

sistem Semar Betul yangmana didalamnya terdapat informasi tentang kondisi

pasien dan penemuan kasus TB yang berasal dari laporan gasurkes, pasien terduga

TB yang memeriksakan dirinya langsung ke Puskesmas, laporan dari kader TB

serta Rumah Sakit atau Balkesmas. Gasurkes dalam melakukan kegiatan

surveilans TB yaitu dengan melakukan skrining dilingkungan masyarakat yang

terdapat pasien TB melalui kegiatan ketuk pintu ke rumah-rumah warga. Gasurkes

bekerjasama dengan kader TB dalam melakukan kegitaan tersebut, dengan cara

saling memberikan laporan satu sama lain dan terkadang mendampingi kader

ketika melakukan kunjugan rumah ke pasien TB. Sejalan dengan penelitian

Ersanti dkk. (2016), menyatakan bahwa pengumpulan data baik di Dinas

Kesehatan maupun di Puskesmas dilakukan secara pasif, yaitu data diperoleh dari

laporan rutin fasilitas kesehatan maupun sumber pelapor lainnya (Ersanti,

Nugroho, & Hidajah, 2016).

Pelaksaan surveilans TB masih terdapat kendala yaitu masih banyak

masyarakat yang berstigma negatif tentang penyakit TB dan rasa malu jika

dinyatakan sakit sehingga kepedulian masyarakat untuk terbuka akan

kesehatannya dengan petugas kesehatan masih rendah terutama terkiat dengan

sakit batuk yang terduga tanda gejala penyakit TB. Selain itu, kunjungan yang

dilakukan petugas kesehatan maupun kader TB belum menyeluruh. Menurut

Informan Triangulasi-2 baru 1 kali mendapatkan kunjungan rumah oleh kader TB,

sedangkan Informan Triangulasi-3 sudah mendapatkan 6 kali kunjungan selama 3

Page 149: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

135

bulan masa pengobatan.

Pengendalian faktor resiko penyakit TB telah dilakukan baik didalam

maupun diluar Puskesmas Purwoyoso. Informasi yang disampaikan yaitu cara

pencegahan penularan penyakit TB di dalam rumah dan etika batuk yang benar.

Akan tetapi, kesadaran pasien TB dalam menggunakan masker masih kurang dan

Informan Triangulasi 2 dan 3 tidak pernah mengetahui adanya penyuluhan

kesehatan tentang penyakit TB di lingkungannya. Ketika bersosialisasi dengan

orang-orang dilingkungannya jarang menggunakan masker karena merasa tidak

nyaman. Purba, dkk. (2019) menyatakan promosi untuk membudayakan etika

berbatuk selalu dilakukan melalui penyuluhan pada saat workshop TB walaupun

pada kenyataannya belum semua pasien TB melaksanakannya, setiap pasien TB

disarankan ketika berbatuk harus menutup mulut dengan sapu tangan dan jangan

membuang dahaknya di sembarangan tempat, tetapi membudayakan etika

berbatuk belum sepenuhnya dilakukan di masyarakat walaupun sudah selalu di

promosikan, karena masyarakat belum menyadari bahaya penularan penyakit TB

tersebut ketika berbatuk ( (Purba, Elfida et all;, 2019).

Hasil penelitian kegiatan penemuan dan penanganan kasus TB diketahui

bahwa petugas kesehatan di Puskesmas Purwoyoso dalam menemukan kasus TB

telah dilakukan secara pasif dan aktif sesuai dengan Permenkes Nomor 67 Tahun

2016 sebagai pedoman penanggulangan Tuberkulosis. Secara pasif yaitu

penemuan kasus TB berasal dari warga terduga TB yang melakukan pemeriksaan

ke Puskesmas. Secara aktif yaitu penemuan kasus TB berasal dari laporan dari

gasurkes, laporan kader TB, dan laporan dari Rumah Sakit Karyadi. Kegiatan

Page 150: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

136

penemuan kasus yang dilakukan oleh gasurkes dan kader TB di masyarakat yaitu

melakukan skrining kepada msyarakat dengan cara ketuk pintu ke setiap rumah,

penyuluhan kesehatan di forum kesehatan kelurahan dan pertemuan warga.

Penanganan kasus TB oleh petugas TB di Puskesmas dimulai dari

penegakan diagnosis melalui pemeriksaan dahak pada pasien terduga TB yang

dengan tes mikrospkopis dan uji Tes Cepat Molekuler (TCM) di Rumah Sakit

Karyadi atau Rumah Sakit Tugu. Apabila ditemukan pasien terduga TB oleh

petugas kesehatan akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan dahak ke

Puskesmas, baik didampingi oleh petugas kesehatan tersebut maupun oleh

anggota keluarga. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Faizah dkk.

(2019) menyatakan bahwa proses penemuan suspek Tb ketika sudah ditemukan

biasanya langsung disarankan periksa ke Puskesmas, atau dilaporkan ke

Puskesmas sehingga oleh Tim TB akan dilakukan kunjungan rumah. Pada tahap

awal akan dilakukan pemeriksaan dahak, pasien diminta mengumpulkan dahak

sewaktu-pagi (SP). hasil pemeriksaan sudah ada dilanjutkan dengan diberikan

OAT sesuai dengan hasil pemeriksaan (Faizah & Raharjo, 2019).

Apabila hasil pemeriksaan dahak pasien terduga TB tersebut menunjukkan

positif TB, maka petugas TB akan memberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

sesuai dengan kategori penyakit TB yang tercantum dalam Permenkes RI Nomor

67 Tahun 2016. Pemegang program TB melakukan kerjasama dengan anggota

keluarga yang ditunjuk sebagai PMO dalam pemantauan minum obat, dengan cara

melakukan komunikasi melalui media pesan singkat. Adyaningrum (20190,

menyatakan adanya keterbatasan jumlah petugas kesehatan dan kader TB,

Page 151: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

137

penunjukkan PMO untuk pasien TB lebih diutamakan untuk anggota keluarga

pasien itu sendiri sehingga kader TB dan petugas kesehatan dalam hal ini

pemegang program hanya sebagai pemonitor terhadap pasien melalui PMO

(Adyaningrum, 2019).

PMO akan langsung menghubungi pemegang program TB di Puskesmas

apabila muncul efek samping obat yang dialami oleh pasien TB agar segara

dilakukan tindakan pencegahan. Komunikasi antar petugas kesehatan dan pasien

TB terjalin dengan baik dari awal pengobatan di puskesmas, terbukti selalu ada

persetujuan dalam pemilihan PMO dari pasien dan petugas kesehatan. PMO selalu

mengingatkan dan mendampingi pasien TB saat menelan obat (Noveyani &

Martini, 2014). Apabila terjadi kasus mangkir, gasurkes yang akan melakukan

kunjungan rumah ke pasien mangkir tersebut.

Kegiatan pemberian kekebalan yang dilakukan di Puskesmas Purwoyoso

yaitu pemberian imunisasi BCG pada bayi dan kepada anak usia dibawah 5 tahun

yang melakukan kontak erat dengan pasien TB dan PPINH diberikan kepada

ODHA yang tidak memiliki penyakit TB, sedangkan untuk penderita HIV-TB

diberikan pengobatan kombinasi yaitu ARV dan OAT. Hal tersebut dibenarkan

oleh Informan Triangulasi 2 yang mengatakan bahwa anaknya yang berusia 2

tahun diberikan suntikan vaksin saat melakukan pemeriksaan di Puskesmas.

Sedangkan Informan Triangulasi 3 mengatakan bahwa anaknya tidak diberikan

suntikan atau imunisasi oleh petugas TB di Puskesmas karena usianya diatas 5

tahun. Pemberian kekebalan yang dilakukan telah sesuai dengan Permenkes

Nomor 67 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa pemberian kekebalan dalam

Page 152: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

138

rangka Penanggulangan TB dilakukan melalui imunisasi BCG terhadap bayi 0-2

bulan, PP INH diberikan kepada anak umur dibawah lima tahun (balita) yang

mempunyai kontak dengan pasien TB tetapi tidak terbukti sakit TB, dan

pemberian PP INH kepada ODHA yang tidak riwayat memiliki penyakit TB aktif

(Kemenkes, 2016).

5.1.2.2 Sumber Daya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksana program P2TB di

Puskesmas Purwoyoso dilaksanakan oleh 1 orang dokter, 1 orang perawat sebagai

pemegang program, 1 petugas laboratorium, bidang promosi kesehatan, dan

bidang epidemiologi. SDM di Puskesmas Purwoyoso sudah sesuai dengan

Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 bahwa kebutuhan minimal tenaga pelaksana

terlatih untuk pelaksanaan program P2TB di Puskesmas terdiri dari 1 dokter, 1

perawat/petugas TB, dan 1 tenaga laboratorium. Pemegang program TB juga

melakukan kerjasama dengan beberapa kader TB, tetapi hanya 2 orang yang aktif

melakukan skrining TB dimasyarakat. Menurut gasurkes, jumlah gasurkes sendiri

belum bisa menjangkau seluruh wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso dalam

melakukan kegiatan di lapangan. Kurangnya jumlah gasurkes dengan beban tugas

yang banyak dan wilayah yang luas mengakibatkan pelaksanaan penemuan kasus

TB, penyuluhan kesehatan, pencatatan dan pelaporan menjadi kurang optimal. Hal

ini sesuai dengan penelitian Pratam dkk (2019), bahwa Jumlah petugas yang

sedikit, dan pekerjaan yang banyak menjadi permasalahan dalam melakukan

penemuan kasus secara aktif dan pelaksanaan program menjadi tidak optimal

(Pratama, Muchti Y et all, 2019). Setiap petugas pelaksana program P2TB sudah

Page 153: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

139

mendapatkan pelatihan bersertifikat yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota,

sedangkan pelatihan untuk meningkatkan kemapuan kader TB diberikan oleh

pemegang program TB di Puskesmas. Sesuai dengan penelitian oleh Sumartini

(2014) menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan antara pelatihan

TB/DOTS dengan peran kader kesehatan dalam penemuan kasus TB dalam

penelitian ini disebabkan karena kader kesehatan merupakan salah satu bentuk

partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga pelatihan TB/DOTS

merupakan syarat mutlak agar kader kesehatan memiliki bekal pengetahuan dan

keterampilan untuk dapat menjalankan peran dalam penanggulangan TB termasuk

dalam penemuan kasus TB (Sumartini, 2014). Dengan demikian, adanya pelatihan

sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas

kesehatan dan kader sehingga dapat melakukan perannya dalam pelaksanaan

program P2TB agar angka penemuan kasus dan pengobatan TB dapat meningkat.

Sejalan dengan penelitian Pongoh dkk. (2015), menyatakan bahwa dalam

melaksanakan penanganan penyakit TB harus dilakukan pelatihan khusus terlebih

dahulu agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi dan juga

menambah jadwal penyuluhan pengobatan TB pada masyarakat (Pongoh, Natasha

et all, 2015).

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2019 menyatakan bahwa dana

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan salah satu sumber pendanaan

untuk menunjang operasional pelayanan di Puskesmas yang bersumber dari

APBN untuk kegiatan non fisik. Pemanfaatan BOK di puskesmas digunakan

untuk operasional pelaksanaan kegiatan promotive dan preventif upaya kesehatan

Page 154: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

140

masyarakat (UKM) termasuk untuk program pengendalian TB yaitu diantaranya

untuk mendanai operasional petugas, membiayai transport petugas untuk melacak

kasus TB mangkir dan pencarian kontak TB. Hasil penelitian diketahui bahwa

dana yang digunakan dalam pelaksanaan program P2TB berasal dari BOK untuk

melaksanakan kegiatan program P2TB yang telah direncanakan 1 tahun sebelum

kegiatan tersebut dilaksanakan di tahun sekarang. Menurut gasurkes dan kader

TB, tidak ada dana yang diberikan petugas Puskesmas dalam melaksanakan

kegiatan penyuluhan penyakit TB dan penemuan kasus TB di wilayah kerja

Puskesmas Purwoyoso. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan mengikuti

jadwal petemuan warga yang diadakan oleh forum kesehatan kelurahan (FKK)

atau pertemuan warga di tingkat RT/RW. Apabila ada pengeluaran anggaran untuk

penyuluhan, sumber anggaran tersebut berasal dari swadaya masyarakat itu

sendiri. Sedangkan biaya yang digunakan oleh Informan Triangulasi 1 dan

Informan Triangulasi 2 setiap melakukan pemeriksaan ke Puskemas menggunakan

kartu BPJS Kesehatan. Puskesmas dalam melaksanakan program P2TB dengan

metode DOTS memiliki biaya penyelenggaraan pengobatan paru paling kecil

sehingga terbukti Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang paling efektif

untuk penanganan TB Paru (Ulya & Thabrany, 2017). Adanya ketersediaan dana

menjadi faktor pendukung dalam terlaksananya sebuah program termasuk juga

program penanggu langan TB paru. Ketersediaan dana yang cukup akan

menunjang proses pelaksanaan program agar efektif dan efisien (Ariyani &

Maryati, 2018).

Kebutuhan OAT disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Provinsi Jawa

Page 155: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

141

Tengah, kemudian akan didistribusikan ke Dinas Kesehatan Kota Kota sesuai

dengan kebutuhan setiap FKTP dan FKTL. Distribusi OAT untuk setiap FKTP

dilakukan jika ada permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Kota sesuai dengan

jumlah kasus TB yang ditemukan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Puskesmas

Purwoyoso tersedia dalam jumlah yang cukup dan jenis sesuai dengan kebutuhan

pasien TB. Menurut Informan Triangulasi 2 dan Informan Triangulasi 3

menyatakan bahwa setiap 1 minggu sekali datang ke Puskesmas, langsung

dilayani oleh pemegang program TB untuk mengambil obat tidak pernah harus

menunggu lama di ruang pemeriksaan TB dan OAT selalu tersedia. Kegiatan

pelaksanaan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas Purwoyoso telah sesuai

dengan pedoman penanggulangan tuberkulosis yaitu Permenkes RI Nomor 67

tahun 2016. Ruangan pemeriksaan TB didalamnya tersedia buku pedoman

penanggulangan Tuberkulosis, komputer, formulir untuk pencatatan dan pelaporan

pasien TB tersedia lengkap di Puskesmas. Laboratorium di Puskesmas Purwoyoso

sudah terdapat sebuah mikroskop yang berfungsi dengan baik, reagen dan pot

dahak sesuai standar tersedia dalam jumlah yang cukup sebagai media

pemeriksaan laboratorium untuk pasien TB yang didistribusikan dari Dinas

Kesehatan Kota. Sejalan dengan penelitian Suarayasa dkk. (2019), menyatakan

bahwa logistik penanggulangan TB mulai dari bahan diagnosis dan obat

disediakan melalui program penanggulangan TB dari dana APBN. Penyediaannya

dilakukan sesuai permintaan dinas kesehatan kabupaten Sigi (Surayasa, Ketut et

all, 2019).

OAT untuk pasien TB disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan obat,

Page 156: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

142

bersamaan dengan persediaan obat-obatan untuk pengobatan lainnya. Akan tetapi,

sarana dan prasarana masih ada kendala yaitu Puskesmas Purwoyoso sudah

mempunyai poli TB, tetapi poli untuk TB tersebut belum optimal karena sinar

matahari yang masuk ke ruang poli TB terbatas karena berdekatan dengan

ruangan loket dan aula. Pencahayaan yang menerangi ruangan adalah

pencahayaan langsung berasal dari cahaya matahari yang intensitasnya minimal

60 lux dan tidak menyilaukan. Bakteri Tuberkulosis cepat mati dengan cahaya

matahari langsung. Cahaya matahari yang masuk dalam ruangan juga membantu

mengurangi penyebaran bakteri Tuberkulosis (Anggraeni, et all, 2015). Penelitian

dari Kasim dkk (2012), menyatakan bahwa belum tersedianya ruangan khusus

untuk pasien TB karena kekurangan ruangan sehingga bergabung dengan ruangan

yang lain menjadikan salah satu kendala dalam melaksanakan program

penanggulangan tuberkulosis dengan startegi DOTS (Kasim, Soen, & Hendranata,

2012).

5.1.2.3 Sistem Informasi

Sistem Informasi yang dimaksud dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun

2016 yaitu data untuk program Penanggulangan TB diperoleh dari sistem

pancatatan dan pelaporan TB. Pencatatan dan pelaporan TB mulai dari FKPTP,

FKPTL, Dinas Kesehatan Kota Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Kota

Provinsi kepada Dinas Kesehatan Kota Pusat menggunakan aplikasi SITT (Sistem

Informasi Terpadu Tuberkulosis). Dinas Kesehatan Kota Kota Semarang memiliki

sistem pelaporan sendiri yang bernama SEMAR BETUL (Semarang Bebas

Tuberkulosis) yang digunakan sejak bulan juni 2019. Menurut Petugas P2PTB di

Page 157: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

143

Dinas Kesehtan Kota Semarang sebagai Informan Triangulasi 1 menyatakan

bahwa sistem Semar Betul merupakan sistem pencatatan dan palaporan yang

dilakukan oleh Puskesmas atau Rumah Sakit terkait program P2TB kepada Dinas

Kesehatan Kota Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota dapat dengan mudah

melihat perkembangan data-data penemuan kasus oleh setiap Puskesmas Kota

Semarang setiap saat melalui sistem SEMAR BETUL. Hal ini sesuai dengan

Pedoman Nasional Penanggulangan TB tahun 2011 bahwa pencatatan dan

pelaporan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan kegiatan, diperlukan

suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan dengan baik dan

benar, dengan maksud mendapatkan data yang valid untuk diolah, dianalisis,

diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan (Kementerian

Kesehatan RI, 2011). Akan tetapi, ketersediaan data dalam Semar Betul

tergantung pada keteraturan petugas TB di Puskesmas menginput data ke Semar

Betul. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kasus TB ke sistem Semar Betul

terdapat hambatan yaitu penguasaan aplikasi oleh petugas TB di Puskesmas masih

kurang. Penguasaan aplikasi oleh petugas Puskesmas saat ini bisa dikatakan

sebesar 40%. Pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan baik tentunya akan

berhubungan dengan kualitas petugas TB yang baik (Noveyani & Martini, 2014).

Hasil penelitian dengan petugas TB di Puskesmas Purwoyoso diketahui

bahwa setiap ditemukan pasien TB dari yang melakukan pemeriksaan di

Puskesmas, laporan gasuker, laporan kader TB, maupun laporan Rumah sakit atau

Balkesmas akan dilakukan pencatatan pada formulir pasien TB dan diinputkan ke

sistem Semar Betul sehingga data kasus penyakit TB dapat dikatahui secara

Page 158: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

144

langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Pemantauan kemajuan pengobatan pasien TB juga dilakukan melalui

sistem Semar Betul. Sistem tersebut terdapat informasi identitas pasien TB, nomor

HP keluarga pasien TB, jadwal rutin pasien TB melakukan pemeriksaandahak dan

pengambilan OAT di Puskesmas. Hal tersebut memudahkan pemegang program

dalam memantau keteraturan pengobatan dan efek samping yang dikeluhkan oleh

pasien TB. Sejalan dengan penelitian dari Setiawan dkk (2017), setelah sistem

informasi pencatatan pengobatan manual dikembangkan menjadi berbasis website

dengan pemrograman menggunakan PHP dengan sistem operasi MS Windows.

petugas menjadi lebih mudah dalam memantau jadwal pengobatan pasien karena

pasien sudah terbagi berdasarkan tanggal pengobatan, baik dalam jadwal minum

obat, jadwal pengambilan obat maupun jadwal pemeriksaan dahak ulang. Selain

itu dalam mengirim pesan petugas lebih mudah karena nomor hp pasien sudah

tersimpan dalam basis data (Setiawan, 2017).

Apabila ada pasien yang mangkir atau putus berobat, petugas TB akan

langsung mengetahuinya dari sistem tersebut. Pencatatan dan pelaporan dengan

sistem Semar Betul dilakukan setiap hari oleh pemegang program TB di

Puskemas. Gasurkes menyerahkan penemuan kasus TB ke pemegang program TB

dan Dinas Kesehatan Kota. Hambatan yang dialami oleh pemegang program TB

dalam menggunkan sistem Semar betul terletak pada masalah providernya yang

masih terjadi gangguan. Bagi gasurkes Informan Utama-3, pencatatan dan

pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota mengalami kendala karena dilakukan

sebanyak 3 kali yaitu pencatatan secara manual, pencatatan dalam bentuk softfile,

Page 159: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

145

dan pencatatan ke dalam sistem Semar Betul.

5.1.2.4 Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan

Peraturan Walikota Semarang Nomor 39 Tahun 2017 tentang Rencana

Aksi Daerah Kota Semarang dalam penanggulangan TB mewajibkan semua

pihak, semua komponen, dan semua stakeholder yang ada di Kota Semarang

untuk berperan sesuai dnegan kapasitasnya masing-masing di dalam program

penanggulangan TB. Berdasarkan hasil penelitian, koordinasi yang dilakukan

antara Dinas Kesehatan Kota dengan pemegang program TB di Puskesmas yaitu

adanya monitoring dan evaluasi program P2TB yang dilakukan setiap 3 bulan

sekali, bersamaan dengan dilakukannya supervisi di semua Puskesmas Kota

Semarang. Supervisi yang dilakukan secara rutin oleh pihak Dinas Kesehatan

kepada kinerja petugas di Puskesmas dapat memberikan manfaat atau perbaikan

petugas dalam melaksanakan penemuan dan pengobatan kasus TB, sehingga

proporsi berkinerja baik lebih banyak dibandingkan petugas yang menyatakan

jarang supervisi dalam bekerja (Husein & Sormin, 2012).

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota

kepada petugas TB di Puskesmas baru dilaksankan 1 kali dalam setahun.

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota kepada

petugas laboratorium dilakukan setiap 3 bulan sekali terkait dengan pemantapan

mutu eksternal laboratorium, sedangkan untuk pelayanan laboratorium TB belum

pernah dilakukan. Laboratorium dahak merupakan komponen kunci untuk

menegakkan diagnosis, evaluasi hasil pengobatan dan tindak lanjut pengobatan,

sehingga diperlukan adanya jaminan mutu laboratorium, baik internal maupun

Page 160: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

146

eksternal . Hambatan yang muncul dalam kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota

dengan petugas TB di Puskesmas yaitu kurangnya koordinasi antara pemegang

program baru dengan pemegang program lama saat terjadi pergantian petugas.

Pemegang program yang baru belum mendapatkan pemahaman yang memadai

tentang program-program penanggulangan TB dari pemegang program lama,

sehingga petugas Dinas Kesehatan Kota harus memberikan pemahaman mulai

dari awal kembali.

Evaluasi yang dilakukan di Puskesmas Purwoyoso sudah optimal. Evaluasi

yang dilakukan oleh pemegang program TB ke Kepala Puskesmas dilaksanakan

setiap bulan, sedangkan oleh gasurkes kepada kepala Puskesmas dilakukan saat

pemaparan setiap 3 bulan sekali. Akan tetapi, evaluasi yang dilakukan oleh

pemegang program TB di Puskesmas kepada kinerja kader TB belum pernah ada,

koordinasi yang dilakukan berupa pelaporan kasus TB oleh kader ke petugas

Puskesmas melalui komunikasi WA.

Kemitraan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan lintas program

yaitu menjalin kerjasama dengan petugas epidemiologi, gasurkes, petugas

kesehatan lingkungan, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Kerjasama dengan lintas sektor yaitu dengan camat, lurah, tokoh agama, Dinas

Pendidikan dan sekolah untuk mendapatkan dukungan yang baik dalam

penanggulangan TB. Hal ini dapat disimpulkan bahwa koordinasi, jejaring kerja

dan kemitraan sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang

Penanggulangan Tuberkulosis. Akan tetapi, kerjasama lintas sektor dengan sektor

industri/perusahaan/tempat kerja kurang optimal karena masih banyak instansi-

Page 161: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

147

instansi yang belum berperan dalam penanggulangan TB.

5.1.2.5 Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016, yaitu

Pelibatan secara aktif masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan baik

lintas program dan lintas sektor diutamakan pada 4 area dalam program

Penanggulangan TB yaitu: penemuan orang terduga TB, dukungan pengobatan

TB, pencegahan TB, dan mengatasi faktor sosial yang mempengaruhi

penanggulangan TB. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peran serta

masyarakat dalam pelaksanaan program P2TB masih belum optimal. Informan

Triangulasi 2 dan Informan Triangulasi 3 sebelumnya tidak mengetahui penyakit

TB, mereka tahu tentang penyakit TB setelah salah satu anggota keluarganya

menderita penyakit TB tersebut. Terbatasnya informasi tentang penderita TB

dilingkungan masyarakat. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB masih

rendah dan stigma negatif masyarakat terkait penyakit TB masih tinggi. Sejalan

dengan penelitian Yanuar dkk (2017), kurangnya pengetahuan tentang TB dan

nilai-nilai budaya setempat seperti memandang penderita TB jangan sampai

diketahui oleh banyak pihak karena anggapan TB merupakan penyakit yang

memalukan (Yanuar, Isma et all, 2017). Pengetahuan yang baik dan menyeluruh

tentang penyakit TB dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah

penularannya penyakit TB. Selain itu, pengetahuan juga berhubungan dengan

persepsi bahwa penyakit TB merupakan penyakit yang berbahaya dan menular

(Moa, Teofilus et all, 2018).

Hal ini menyebabkan masih banyak masyarakat yang belum terbuka

Page 162: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

148

tentang penyakitnya terutama sakit batuk kepada petugas kesehatan. Menurut

gasurkes, masih banyak masyarakat yang malu apabila sakit batuknya diketahui

penyakit TB sehingga menolak pada saat dilakukan wawancara terkait

kesehatannya dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tes dahak ke

Puskesmas. Hasil skrining yang telah dilakukan gasurkes diperoleh penemuan

kasus TB sebanyak 87 pasien, tetapi hanya 12 pasien yang bersedia melakukan

pengobatan di Puskesmas. Kesadaran pasien TB sendiri dalam penggunaan

masker sebagai pencegahan penyakit TB ke orang lain masih rendah.

Menggunakan masker saat berinteraksi langsung sangat penting untuk mencegah

penyebaran kumat tuberkulosis ke orang lain sehingga mencegah terjadinya

peningkatan penderita TB paru (Majara, Duriana et all, 2018).

5.1.2 Puskesmas karangmalang

Evaluasi hasil pelaksanaan penanggulangan TB Paru di Puskesmas

Karangmalang dilihat dari: (1) kegiatan pengendalian tuberkulosis; (2) sumber

daya; (3) sistem informasi; (4) koordinasi, jejaring kerja, dan kemitraan; (5) peran

serta masyarakat. Kegiatan pengendalian tuberkulosis meliputi promosi

kesehatan, surveilans tuberkulosis, pengendalian faktor resiko, penemuan dan

penanganan kasus, serta pemberian kekebalan. Sumber daya meliputi sumber

daya manusia, ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, serta pendanaan.

Sistem informasi meliputi sumber data dari pencatatan dan pelaporan kasus TB

yang ditemukan. Koordinasi, jejeraing kerja, dan kemitraan meliputi monitoring

dan evaluasi yang dilakukan antara pelaksana program P2TB di Puskesmas

Karangmalang dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Peran serta masyarakat

Page 163: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

149

meliputi penemuan orang terduga TB, dukungan pengobatan TB, pencegahan TB,

dan mengatasi faktor sosial yang mempengaruhi penanggulangan TB.

Berikut evaluasi hasil pelaksanaan program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Karangmalang, sebagai berikut:

5.1.2.1 Kegiatan Pengendalian Tuberkulosi

Promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan terhadap

masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatan mereka sendiri. Proses pemberian informasi tentang TB

secara terus menerus serta berkesinambungan untuk menciptakan kesadaran,

kemauan dan kemampuan pasien TB, keluarga dan kelompok masyarakat. Metode

yang dilakukan adalah melalui komunikasi efektif, demontrasi (praktek),

konseling dan bimbingan yang dilakukan baik di dalam layanan kesehatan

ataupun saat kunjungan rumah dengan memanfaatkan media komunikasi seperti

lembar balik, leaflet, poster atau media lainnya. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pemegang program P2PTB Dinas Kesehatan Kota (DKK), pihak DKK

telah memberikan sosialisasi kepada petugas Puskesmas terkait program P2TB

melalui event-event yang ditujukan kepada pemegang program dan petugas

laboratorium fasilitas kesehatan. Event yang pertama yaitu event resmi yang

berkaitan dengan program peningkatan kapasitas SDM, kemudian event yang

kedua itu yang berkaitan dengan pertemuan-pertemuan yang memang dibutuhkan

ditiap-tiap faskes.

Sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota kepada petugas

TB di Puskesmas melalui event-event setiap 3 bulan sekali kepada pemegangn

Page 164: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

150

program TB dan petugas laboratorium. Informasi yang disampaikan pihak DKK

tersebut, oleh pemegang program TB di Puskesmas akan disampaikan ke

pelakasana program P2TB lainnya. Sosialisasi yang dilakukan di Puskesmas

Karangmalang yaitu ketika pasien TB melakukan pemeriksaan atau mengambil

obat di Puskesmas. Pemegang program TB memberikan edukasi kepada pasien

TB dan PMO tentang cara pengendalian penyakit TB, pengobatan, dan efek

samping obat yang timbul. Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat yaitu

penyuluhan kesehatan oleh gasurkes dan kader TB dalam kegiatan FKK, PKK,

maupun pertemuan di tingkat RT atau RW di setiap Kelurahan.

Pihak Kelurahan akan mengundang petugas kesehatan dari Puskesmas

untuk memberikan promosi kesehatan melalui pertemuan tersebut dengan metode

ceramah. Media komunikasi yang digunakan dalam sosialisasi tersebut yaitu

penayangan film, materi dari PPT, dan leaflet. Akan tetapi, menurut gasurkes dan

kader TB menyatakan leaflet jarang digunakan pada saat melakukan sosialisasi

kepada msyarakat kerana jumlahnya yang terbatas. Hasil wawancara dengan

Informan Triangulasi 2, petugas kesehatan hanya memberikan sosialisasi ketika

pasien TB melakukan pemeriksaan di Puskesmas dan tidak mengetahui adanya

sosialisasi tentang penyakit TB yang dilakukan oleh petugas kesehatan di

lingkungan sekitarnya. Selain itu, hasil wawancara singkat dengan orang yang

berada di 4 rumah sekitar tempat tinggal pansien TB, mereka mengatakan belum

ada petugas kesehatan yang datang kerumah untuk memberikan informasi tentang

penyakit TB.

Bagi Informan Triangulasi 3, Puskesmas belum pernah memberikan

Page 165: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

151

sosialisasi tentang penyakit TB kepadanya tetapi sosialisasi tersebut diperolehnya

pada saat pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota. Informan

Triangulasi 3 merupakan gasurkes yang diberikan tugas untuk menjadi PMO

pasien TB yang tidak memiliki keluarga. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

sosialisasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas karangmalang

belum menyeluruh ke semua warga. Menurut penelitian dari Listiono (2019),

penyuluhan mengenai pencegahan kejadian TB Paru di masyarakat dari pihak

Puskesmas Pemulutan walaupun tidak semua masyarakat mengikuti kegiatan

penyuluhan tersebut, namun demikian kegiatan tersebut tentunya sedikit

memberikan andil dalam peningkatan pengetahuan masyarakat dalam pencegahan

TB Paru (Listiono, 2019). Terbatasnya leaflet sebagai media promosi kesehatan

penanggulangan penyakit TB sehingga tidak semua masyarakat mengatahui

penyakit TB. Sejalan dengan penelitian dari Saputra, dkk. (2018), Keterbatasan

media tersebut juga berakibat dengan keterbatasan pengetahuan masyarakat

terkait penyakit tuberkulosis. Dengan keterbatasan tersebut masyarakat tidak

dapat melakukan kegiatan pencegahan penyakit tuberkulosis, baik bagi orang

sekitar maupun orang lain (Saputra, Muhammad H. et all, 2018). Hambatan yang

lain yaitu Informan Triangulasi-1 selalu memberikan sosialisasi berulang setiap

terjadi pergantian petugas lama dengan petugas yang baru agar memiliki

pemahaman yang setara dan memadai terhadap pengelolaan-pengelolaan program.

Strategi promosi kesehatan dalam pelaksanaan program P2TB dengan

melakukan advokasi sebagai upaya atau proses terencana untuk memperoleh

komitmen dan dukungan dari pemangku kebijakan yang dilakukan secara

Page 166: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

152

persuasif, dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat. Pemegang

program TB dan gasurkes melakukan advokasi ke petugas Kelurahan tentang

program P2TB dengan tujuan menjalin kerjasama dalam melakukan penemuan

kasus TB dan penacegahan penularan penyakit TB di masyarakat. Bentuk

kerjasama yang terjalin diantara keduanya yaitu adanya sosialisasi rutin yang

diadakan oleh pihak FKK tentang kesehatan dengan mengundang petugas

kesehatan dari Puskesmas Karangmalang di setiap Kelurahan. Advokasi yang

dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas sudah sesuai dengan standar

pengendalian Tuberkulosis yang ada.

Surveilans TB merupakan pemantauan dan analisis sistematis terus-

menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit TB, yang

diperoleh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau diperoleh langsung dari

masyarakat atau sumber data lainnya. Beradasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa kegiatan surveilans TB dilakukan kerjasama antara pemegang program TB

di Puskesmas dengan gasurkes, petugas epidemiologi, dan kader TB dari Asyiyah.

Gasurkes melakukan surveilans dengan cara skrining di masyarakat setiap minggu

dan mendapatkan infomasi dari kader atau warga setempat apabila mengetahui

ada orang yang batuk lama lebih dari 2 minggu. Kader TB melakukan kerjasama

dengan gasurkes dalam melakukan penemuan kasus TB. Upaya yang dilakukan

dalam kegiatan surveilans TB yaitu melalui sosialisasi tentang TB, pasien terduga

TB yang periksa ke Puskesmas, laporan dari gasurkes, dan hasil skrining yang

dilakukan oleh kader TB. Selain itu, pemantauan pengobatan dilakukan dengan

cara melakukan kunjungan rumah yang dilakukan oleh gasurkes atau kader TB.

Page 167: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

153

Sesuai dengan pernyataan Informan Triangulasi 2 dan Informan Triangulasi 3

bahwa mereka mendapatkan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan narasumber, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan surveilans sudah dilakukan sesuai dengan Permenkes

RI Nomor 67 Tahun 2016 tentang Pengendalian Tuberkulosis, tetapi masih belum

optimal karena terdapat hambatan. Hambatan dalam kegiatan surveilans TB yaitu

masyarakat banyak yang kurang terbuka kepada petugas kesehatan terkait sakit

batuknya karena takut diperiksa dan diketahui jika terdiagnosa sakit TB. sejalan

dengan penelitian dari Rahaman, dkk. (2017), sikap negatif tersebut akan

memunculkan sikap apatis dari seseorang yang tidak ingin melakukan pencegahan

terhadap penyakit tuberkulosis (Rahman, Fauzie et all, 2017). Saat dilakukan

skrining pasien terduga TB mengalami kesulitan ketika mengeluarkan dahaknya

sehingga waktu diagnosis menjadi lebih lama dan jarang ditemukan suspek.

Pencegahan dan pengendalian risiko TB bertujuan mengurangi sampai

dengan mengeliminasi penularan dan kejadian sakit TB di masyarakat. Upaya

yang dilakukan antara lain: pengendalian kuman penyebab TB, pengendalian

faktor risiko individu, pengendalian faktor lingkungan, pengendalian secara

manajerial, dan pengendalian secara administratif. Berdasarakan hasil penelitian

bahwa pemegang program TB di Puskesmas selalu memberikan edukasi kepada

pasien tentang cara penanggulangan penyakit TB untuk mengendalikan kuman

penyebab TB pada dirinya setiap melakukan pemeriksaan. Pemegang program

melakukan sosialisasi ke masyarakat dalam forum kesehatan kelurahan setiap

bulan sekali, mengedukasi masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan dan

Page 168: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

154

gizi keluarga dengan tujuan meningkatkan daya tahan tubuh dari kuman TB.

Pengendalian secara manajerial dan administrasi yaitu adanya SOP penemuan

kasus dan alur semua pasien batuk, SOP alur pelaporan kasus TB, SOP surveilans

tuberkulosis, penyuluhan etika batuk dan masker hanya diberikan kepada pasien

batuk saja. Tersedianya SOP berperan penting sebagai petunjuk pelaksanaan

program yang lengkap dan jelas dalam bertindak dan menghindari

ketidakseragaman dalam mengimplementasi suatu kebijakan (Lestari, Ita et all,

2019). Gasurkes dan kader TB melakukan pengendalian faktor risiko yaitu dengan

skrining, mengadakan investigasi kontak jika ditemukan kasus TB, dan

penyuluhan baik ke pasien TB dan anggota keluarganya maupun masyarakat.

Hasil penelitian dengan Informan Triangulasi diketahui bahwa kedua

Informan Triangulasi memahami dengan baik saran-saran yang diberikan oleh

petugas Puskesmas terkait dengan cara penanggulangan TB agar tidak menular.

Informan Triangulasi 2 tidak mengetahui adanya sosialisasi dan skrining penyakit

TB yang dilakukan oleh petugas kesehatan di lingkungannya dan penyuluhan

etika batuk untuk selain pasien TB di Puskesmas. Sedangkan Informan

Triangulasi 3 mengetahui dengan baik kegiatan pengendalian penyakit TB baik di

Puskesmas maupun di lingkungan masyarakat karena seorang gasurkes. Terdapat

perbedaan informasi kegiatan pengendalian faktor risiko yang dilakukan oleh

petugas kesehatan di Puskesmas Karangmalang.

Penemuan kasus yang dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas

Karangmalang dilakukan secara pasif dan aktif. Penemuan kasus secara pasif

yaitu pemegang program menemukan kasus TB dari warga terduga TB yang

Page 169: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

155

periksa ke Puskesmas langsung. Penemuan kasus secara aktif yaitu penemuan

kasus TB dimasyarakat dari hasil skrining dan investigasi kontak yang dilakukan

oleh gasurkes dan kader TB, serta laporan Rumah Sakit. Langkah penemuan kasus

TB yaitu skrining dan investigasi kontak pada masyarakat yang dilingkungannya

terdapat pasien TB. Apabila petugas kesehatan menemukan orang dengan gejala

klinis yaitu batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih, maka orang tersebut

harus diberikan arahan dan motivasi untuk melakukan pemeriksaan dahak

mikroskopis untuk kepentingan diagnosis secara dini indikasi penyakit TB

(Rahmah, Siti et all, 2017). Gasurkes atau kader TB akan memeberikan pot dahak

kepada pasien terduga TB apabila ditemukan pada saat skrining. Jika terduga

pasien TB tidak bisa datang langsung ke Puskesmas, maka hasil dahak akan

dibawa gasurkes atau kader TB ke Puskesmas. Dahak tersebut diserahkan ke

pemegang program TB dan diperiksa oleh petugas laboratorium, kemudian

dikirimkan ke Rumah Sakit Kariyadi untuk tes TCM. Pemeriksaan TCM

digunakan untuk penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan kemajuan

pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis di Puskesmas.

Apabila hasil tes dahak menunjukkan positif TB, maka oleh pemegang program

akan diberikan OAT sesuai dengan kategori dan jenis penyakit TB yang

dideritanya. Pasien TB diwajibkan untuk rutin dalam megkonsumsi OAT selama 6

bulan masa pengobatan dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas

Menelan Obat) sampai selesai pengobatan. Pemegang program menunjuk salah

satu anggota keluarga pasien TB untuk menjadi PMO. Hal ini bertujuan agar

setiap hari pasien TB ada yang mengingatkan untuk minum obat dan melakukan

Page 170: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

156

pemeriksaan rutin ke Puskesmas. Keluarga sebagai PMO dapat mendukung

perilaku pasien dalam proses pengobatan, keteraturan berobat, dan kemauan untuk

sembuh (Febrina & Rahmi, 2018). Informan Triangulasi 2 merupakan istri dari

pasien TB yang ditunjuk langsung oleh pemegang program TB untuk menjadi

PMO bagi suaminya, sedangkan Informan Triangulasi 3 merupakan gasurkes yang

ditunjuk untuk menjadi PMO bagi salah satu pasien yang tinggal sendirian. Hal

ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016 bahwa sebaiknya PMO

adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian,

Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang

memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI,

PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa penemuan dan penanganan kasus sudah sesuai dengan standar. Akan tetapi,

dibagian pengawasan kepatuhan menelan obat belum sesuai standar karena

sosialisasi yang seharusnya disampaikan ke PMO tidak tersampaikan dan

keteraturan minum obat pasien yang dilaporkan masih diragukan oleh pemegang

program TB terutama pasien yang pengawas minum obatnyanya gasurkes. Selama

ini pembekalan untuk PMO dari petugas kesehatan hanya dilakukan pada saat

anggota keluarga mengantarkan obat ke puskesmas, tetapi PMO tidak selalu ikut

mendampingi. Sejalan dengan penelitian dari Yanuar dkk (2017), informasi yang

terbatas dan tidak ada pelatihan atau pembekalan untuk PMO, maka peran PMO

menjadi kurang optimal (Yanuar, Isma et all, 2017). Adanya PMO yang memiliki

pengetahuan cukup tinggi tentang penyakit TB dan pengobatannya dapat

Page 171: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

157

menimbulkan perilaku untuk selalu mengingatkan dan mengawasi pasien TB saat

melakukan pengobatan serta memberikan motivasi kepada pasien TB untuk tetap

patuh pada pengobatan (Rachmah, Sissa et all, 2019).

Pemeberian kekebalan yang dilakukan oleh pemegang program TB di

Puskesmas Karangmalang dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian

kekebalan kepada balita sudah dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada.

Pemegang program memberikan imunisasi BCG pada balita yang

dilingkungannya terdapat pasien TB untuk mencegah terjadinya penularan. Hal ini

tidak sejalan dengan penelitian dari Oktavia dkk (2016), riwayat imunisasi tidak

berhubungan dengan kejadian TB paru (Oktavia, Surakhmi et all, 2016).

Pemberian vaksin PP INH belum pernah dilakukan karena belum ada pasien HIV

TB di Puskesmas Karangmalang.

5.1.2.2 Sumber Daya

Puskesmas harus menetapkan dokter, perawat, dan analis laboratorium

terlatih yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Penanggulangan

TB. Hasil wawancara dengan pemegang program TB, tenaga kesehatan yang

terlibat dalam program P2TB di Puskesmas Karangmalang terdiri dari 1 perawat

sebagai programer TB, 1 dokter, 1 petugas laboratorium. Pemegang program juga

melakukan kerjasama dengan bidang lain, seperti petugas epidemiologi, gasurkes

pengendalian penyakit, dan bidan. Pemegang program TB juga melakukan

kerjasama dengan 2 orang kader TB di lingkungan masyarakat. Adanya kader

yang dekat dengan masyarakat dapat meningkatkan jumlah temuan kasus TB

Paru, promosi kesehatan dapat diterapkan secara langsung serta meningkatnya

Page 172: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

158

pelaporan CDR TB (Pratiwi, Rita et all, 2017). Ketersediaan sumber daya

manusia di Puskesmas Karangmalang sudah sesuai dengan standar

penanggulangan TB yaitu Pemenkes RI Nomor 67 Tahun 2016. Pemegang

program TB belum mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota terkait

dengan peyelenggaraan program P2TB karena belum lama menjabat sebagai

pemegang program. Petugas laboratorium sudah mendapatkan pelatihan pada

tahun 2017 terkait dengan pemeriksaan mikroskopis, sedangkan gasurkes telah

mendapat pelatihan sebanyak 1 kali diawal tahun bekerja sebagai gasurkes oleh

Dinas Kesehatan Kota. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Putri, at all. (2018),

Peningkatan pelatihan dapat meningkatkan pengalaman petugas TB di Puskesmas

dalam melaksanakan program P2TB sehingga angka penemuan pederita TB Paru

akan meningkat mencapat target global (Putri, Wana et all, 2018). Kader TB

belum pernah mendapatkan pelatihan program P2TB yang diadakan oleh

Puskesmas Karangmalang, kader TB pernah mendapatkan pelatihan yang

diadakan oleh organisasi Aisyiyah. Pelatihan yang diberikan oleh kader TB akan

memberikan pengetahuan yang baik sehingga kader TB dapat melaksanakan

perannya dengan baik dalam implementasi program-program TB (Yani, et all,

2018).

Pembiayaan kegiatan program TB, saat ini didapatkan dari sumber

pembiayaan melalui APBN, APBD, dana hibah dan jaminan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan Triangulasi 1, pendanaan untuk

program P2TB di Puskesmas berasal dari APBD dan BOK yang setiap tahunnya

didistribusikan ke setiap Puskesmas. Alokasi dana digunakan untuk pembinaan

Page 173: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

159

SDM maupun untuk penyediaan logistik TB yaitu OAT maupun Non OAT.

Menurut pemegang proram TB dan gasurkes menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan program P2TB terutama kegiatan sosialisasi dan skrining penemuan

kasus TB tidak menggunakan dana yag berasal dari BOK. Kegiatan tersebut

dilakukan dengan mengikuti jadwal rutin yang diselenggarakan oleh FKK dan

melakukan kontrak waktu. Kader TB dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan

skrining kasus TB tidak menggunakan dana yang diberikan pihak Puskesmas. Hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa pendanaan program P2TB sudah sesuai dengan

standar yang ada dan penggunaan dana dapat dioptimalkan oleh petugas TB di

Puskesmas. Pendanaan yang digunakan oleh Informan Triangulasi 1 dan Informan

Triangulasi 2 dalam melakukan pengobatan di Puskesmas menggunakan kartu

BPJS Kesehatan,sehingga pasien TB tidak merasa terbebani dengan besar biaya

yang dikeluarkan dalam masa pengobatan.

Hasil wawancara dengan pemegang prgram TB di Puskesmas

Karangmalang, alur permintaan OAT saat ini menggunakan sistem online melalui

aplikasi SIMANIS. Sebelum OAT yang tersedia di Puskesmas Karangmalang

habis, pemegang program TB akan melakukan pengajuan melalui aplikasi

Simanis ke Instalasi Farmasi, kemudian menunggu sampai pengajuan tersebut di

konfirmasi oleh Instalasi Farmasi dan Dinas Kesehatan Kota. Apabila sudah

dikonfirmasi oleh keduanya, maka pengajuan baru bisa dicetak dan dibawa ke

Instalasi Farmasi untuk memita OAT. Ketersediaan OAT sudah mencukupi dan

terjamin dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kategori penyakit pasien TB di

Puskemas Karangmalang. Bukan hanya OAT saja, tetapi ketersedian buku

Page 174: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

160

pedoman penanggulangan TB, formulir pencatatn dan pelaporan pasien TB,

vaksin BCG atau PPINH dan peralatan kesehatan seperti APD dan masker juga

tercukupi dan didistribusi oleh Dinas Kesehatan Kota. sesuai dengan pernyataan

dari Informan Triangulasi 2 dan Informan Triangulasi 3 yang menyatakan bahwa

setiap pasien TB datang ke Puskesmas untuk mengambil obat, pemegang program

TB akan langsung memberikan OAT tersebut tanpa harus mengantri seprti pasien

umum yang lain.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan RI No.67 tahun

2016 tentang Penanggulangan Tb paru disebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas ketersediaan obat dan perbekalan

kesehatan dalam penyelenggaraan Penanggulangan TB, yang meliputi: a. obat

Anti Tuberkulosis lini 1 dan lini 2; b. vaksin untuk kekebalan; c. obat untuk

pencegahan Tuberkulosis; d. alat kesehatan; dan e. reagensia. Logistik untuk

melakukan pemeriksaan mikroskopis seperti ruang laboratorium, bilik dahak, pot

untuk penampungan dahak, kaca slide, mikroskop, formulir pencatatan dan

pelaporan pemeriksaan lab pasien TB, reagen, seperangkat komputer dan lainya

sudah tersedia dengan lengkap (Kemenkes, 2016). Akan tetepi, untuk kondisi

ruangan laboratorium bagi petugas lab masih belum memadai seperti ventilasinya

yang kurang besar dan ruangan laboratorium yang kurang luas. Menurut Informan

Triangulasi 2, pasien TB setiap mengambil obat ke Puskesmas tidak pernah lewat

pintu depan sebagaiamana pasien umum lainnya tetapi melalui pintu samping

ruangan pemeriksaan TB langsung.

Page 175: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

161

5.1.2.3 Sistem Informasi

Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016 menyebutkan bahwa pencatatan

menggunakan formulir baku secara manual didukung dengan sistem informasi

secara elektronik, sedangkan pelaporan TB menggunakan sistem informasi

elektronik. Sistem pencatatan-pelaporan TB secara elektronik menggunakan

Sistem Informasi TB yang berbasis web dan diintegrasikan dengan sistem

informasi kesehatan secara nasional dan sistem informasi publik yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian sistem pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di

Puskesmas Karangmalang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara offline dan online

sesuai dengan Permenkes Nomor 67 tahun 2016 tentang penanggulangan

Tuberkulosisi. Secara offline, pemegang program TB melakukan pencatatan dan

pelaporan pasien TB dalam formulir-formulir pasien TB. Secara online, pemegang

program TB melakukan pencatatan dan palaporan ke Kementerian Kesehatan RI

menggunakan aplikasi SITT (Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis), sedangkan

pencatatan dan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota menggunakan aplikasi

Semar Betul. Setiap ada pasien TB baru yang melakukan pemeriksaan di

Puskemas Karangmalang akan langsung diinput ke sistem Smar Betul, sehingga

Dinas Kesehatan Kota dapat melihat data tersebut setiap saat. Hal ini sesuai

dengan Pedoman Nasional Penanggulangan TB tahun 2011 bahwa pencatatan dan

pelaporan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan kegiatan, diperlukan

suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan dengan baik dan

benar, dengan maksud mendapatkan data yang valid untuk diolah, dianalisis,

diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan (Kemenkes,

Page 176: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

162

2011). Password untuk mengakses sistem Semar Betul digunakan oleh pemegang

program TB dan petugas laboratorium saja, sedangkan gasurkes menggunakan

password milik pemegang program TB.

Setiap Informan Triangulasi 2 dan Informan Triangulasi 3 melakukan

pemeriksaan di Puskemas, pemegang program selalu menanyakan keteraturan

minum obat dan keluhan yang dirasakan oleh pasien TB. Hal tersebut dilakukan

sebagai kegiatan pemantauan kemajuan pengobatan pasien TB yang kemudian

akan dimasukan kedalam sistem Semar Betul. Pencatatan dan pelaporan

penemuan kasus TB oleh kader TB diserahkan langsung kepada pemegang

program TB di Puskesmas, sedangkan gasurkes menyerahkan hasilnya ke

pemegang program TB dan Dinas Kesehatan Kota. Gasurkes melakukan

pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas setiap bulan dalam bentuk

laporan hardfile dan softfile (mengirim melalui email).

Hambatan yang dialami dalam pencatatan dan palaporan yaitu penguasaan

petugas TB di Puskesmas terkait dengan sistem informasi TB yang baru masih

dalam penataan. Koordinasi antar petugas di Puskesmas ada sedikit hambatan

yaitu adanya keterlambatan diagnosis yang dilakukan oleh petugas TB karena

harus menunggu konfirmasi dari petugas laboratoriumnya terlebih dahulu,

sehingga pencatatan dan pelaporan tidak bisa langsung diinput ke dalam sistem

dan petugas epidemiologi harus menunggu beberapa waktu untuk melakukan

kunjungan rumah menggunakan data dari petugas TB tersebut. Menurut petugas

Dinas Kesehatan, penguasaan aplikasi oleh petugas TB di Puskesmas yang masih

kurang. Penguasaan aplikasi oleh petugas Puskesmas saat ini bisa dikatakan baru

Page 177: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

163

sebesar 40%. Aboy (2013) menyatakan bahwa sebagian besar perawat belum

memahami sepenuhnya prosedur penanggulangan dan kurang mendapatkan

pelatihan serta sistem pelaporan yang belum maksimal, akibatnya kegiatan

pelayanan terhadap penderita TB Paru menjadi terhambat (Aboy, E. 2013).

5.1.2.4 Koordinasi, Jejaring Kerja, dan Kemitraan

Peraturan Walikota Semarang Nomor 39 Tahun 2017 tentang Rencana

Aksi Daerah Penanggulangan Tuberkulosis mewajibkan semua pihak, semua

komponen, dan semua stakeholder yang ada di Kota Semarang untuk berperan

sesuai dnegan kapasitasnya masing-masing di dalam program penanggulangan

TB. Koordinasi yang dilakukan antara Dinas Kesehatan Kota Kota dengan

pemegang program TB di Puskesmas yaitu adanya monitoring dan evaluasi yang

dilaksanakan setiap 3 bulan sekali, tetapi pelaksanaan monev oleh Dinas

Kesehatan Kota dengan pemegang program P2TB di Puskesmas baru 1 kali dalam

setahun. Petugas laboratorium belum pernah menghadiri pertemuan monitoring

dan evaluasi di Dinas Kesehatan Kota, hanya mengirimkan crosschek

laboratorium saja ke Dinas Kesehatan Kota. Evaluasi antara petugas TB di

Puskesmas dengan kader TB terkait kegiatan penemuan kasus TB belum pernah

dilakukan. Monitoring dan evaluasi seharusnya tidak hanya dilakukan kepada

koordinator pengelola TB paru di Puskesmas saja, tetapi juga harus memonitoring

kepada bidang lain baik yang terlibat dalam penemuan penderita TB paru. Hal ini

bertujuan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan penemuan penderita TB paru

dan permasalahan apa saja yang menghampat capaian program (Zarwinta, Deri et

all, 2019).

Page 178: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

164

Dalam melaksanakan program P2TB, pemegang program TB di

Puskesmas menjalin kerjasama lintas program dengan petugas epidemiologi dan

petugas KIA, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Sedangkan

kerjasama lintas sektor dilakukan dengan camat, lurah, serta tokoh agama untuk

mendapatkan dukungan yang baik dalam penanggulangan TB, tetapi kerjasama

lintas sektor dengan sektor industri/perusahaan/tempat kerja kurang optimal

karena masih banyak instansi-instansi yang belum berperan dalam

penanggulangan TB. Keterbatasan kerjasama lintas sektor dan masyarakat dapat

mempengaruhi kegiatan promosi kesehatan yang mengakibatkan penemuan

penderita TB masih rendah (Wijayanti, 2016).

5.1.2.5 Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam Permenkes RI Nomor 67 Tahun 2016, yaitu

Pelibatan secara aktif masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan baik

lintas program dan lintas sektor diutamakan pada 4 area dalam program

Penanggulangan TB yaitu: penemuan orang terduga TB, dukungan pengobatan

TB, pencegahan TB, dan mengatasi faktor sosial yang mempengaruhi

penanggulangan TB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran serta masyarakat

dalam penemuan dan pengobatan TB masih terbatas, keluarga dan pasien TB

masih tertutup terhadap petugas kesehatan yang mengunjungi, tingkat

pengetahuan tentang penyakit TB masih rendah, keterbatasan informasi terkait

dengan pasien TB di lingkungannya sehingga akses sosial untuk menjangkau

masyarakat secara menyeluruh masih sulit, dan stigma negatif tentang TB yang

tidak bisa disembuhkan masih ada di masyarakat. Hal ini tidak sejalan dengan

Page 179: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

165

penelitian dari Hakam dan Maharani (2018), tidak ada stigma ataupun

diskriminasi yang diterima pasien, lingkungan sekitarnya memberikan dukungan

dan semangat agar pasien menyelesaikan pengobatan dan sembuh. Bahkan

keluarga juga mendukung serta setiap hari mengingatkan minum obat (Hakam &

Maharani, 2018). Program penanggulangan TB juga menghendaki dukungan

masyarakat terhadap program, antara lain dalam bentuk kesediaan melakukan

pemeriksaan kontak, melaporkan indikasi penemuan TB, melakukan pengobatan

penderita, hingga menunjukkan sikap bersahabat dan empati kepada penderita TB.

Semakin baik dukungan masyarakat akan semakin tinggi pula peluang

keberhasilan program tersebut, demikian pula sebaliknya (Sulidah & Parman,

2017).

Kesadaran pasien TB dalam melakukan pencegahan dan pengobatan

terhadap dirinya sendiri sudah baik, tetapi pencegahan agar tidak menular ke

orang lain masih kurang karena pasien TB jarang menggunakan masker saat

berinteraksi dengan orang lain. Sejalan dengan penelitian dari Saftarina & Fitri.

(2019), prioritas utama penyebab TB yaitu rendahnya kepatuhan masyarakat

dalam menggunakan masker terutama pasien TB di Kelurahan Perumnas Way

Kandis karena kurang nyaman dan harganya yang mahal (Saftarina & Fitri, 2019).

5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN

5.2.1 Hambatan

Hambatan yang dialami oleh peneliti pada saat melakukan penelitian antara

Page 180: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

166

lain:

1. Wawancara dengan informan utama dilakukan di Puskesmas pada saat jam

kerja sehingga wawancara tidak bisa dilakukan dalam waktu yang lama dan

jawaban yang diberikankan singkat pada peneliti.

2. Jumlah informan triangulasi sedikit karena tidak semua anggota keluarga

maupun pasien TB bersedia untuk dijadikan responden dalam penelitian.

5.2.2 Kelemahan

Kelemahan dalam penelitian ini adalah penelitian lebih ditekankan hanya

pada obyek sasaran dan kesenjangan yang timbul dalam pelaksanaan program

P2TB. Informan akan cenderung menonjolkan sisi positif dari pelaksanaan

program yang dilakukan dan jawaban yang diutarakan lebih bersifat subjektif,

sehingga peneliti harus menganalisis hasil penelitian yang diperoleh dengan

sumber data lain baik melalui triangulasi data maupun data sekuder untuk lebih

terperinci.

Page 181: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

167

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

1. Kesenjangan pada kegiatan penanggulangan tuberkulosis dalam program

P2TB di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang terdapat

pada pelaksanaan promosi kesehatan dimana sosialisasi belum dilaksanakan

secara menyeluruh, ketersediaan media komunikasi yang belum mencukupi,

dan kesadaran pasien TB untuk menggunakan masker masih kurang. Selain

itu, di Puskesmas Karangmalang juga terdapat kesenjangan dalam

pengawasan kepatuhan menelan obat penderita TB yang masih diragukan

oleh pemegang program TB.

2. Sumber daya manusia, dana, ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

yang tersedia di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang

sudah mencukupi sesuai dengan Permenkes Nomor 67 tahun 2016.

Puskesmas Purwoyoso masih memiliki kendala pada ruang poli untuk

pasien TB yang belum optimal, sinar matahari yang masuk ke ruang poli TB

masih terbatas. Sedangkan di Puskesmas Karangmalang, pemegang program

TB belum mendapatkan pelatihan pelaksanaan program TB dari Dinas

Kesehatan. Pemanfaatan dana BOK belum dilakukan secara optimal oleh ke

dua Puskesmas untuk mendukung petugas kesehatan melaksanakan kegiatan

surveilans dan penemuan kasus TB.

3. Pencatatan dan pelaporan kasus TB di Puskesmas Purwoyoso dan

Puskesmas Karangmalang menggunakan sistem Semar Betul untuk

Page 182: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

168

memonitoring kemajuan pengobatan pasien TB dan melaporkan kasus TB

secara online, tetapi pelaksanaannya belum bisa tepat waktu. Masih terdapat

kendala yang dialami petugas TB di Puskesmas yaitu masalah provider

sistem Semar Betul masih terjadi gangguan, penguasaan petugas TB di

Puskesmas terkait dengan sistem informasi TB yang dalam penataan, dan

keterlambatan diagnosis pasien TB.

4. Koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan dalam pelaksanaan program P2TB

di Puskesmas Purwoyosos dan Puskesmas Karangmalang sudah dilakukan

baik kerjasama lintas program maupun lintas sektoral, tetapi kerjasama

dengan sektor industri/perusahaan/tempat kerja untuk menjaminketersediaan

akses layanan TB yang merata belum dilakukan sesuai dengan peraturan

pemerintah. Belum ada forum khusus untuk melakukan monitoring evaluasi

kinerja kader TB di Puskesmas.

5. Peran serta masyarakat dalam penanggulangan Tuberkulosis belum

dilaksanakan dengan baik sesuai Permenkes Nomor 67 tahun 2016. Banyak

masyarakat yang malu apabila sakit batuknya diketahui penyakit TB,

keluarga dan pasien TB masih tertutup terhadap petugas kesehatan,

pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB masih rendah dan stigma

negatif masyarakat terkait penyakit TB masih tinggi.

6.2 SARAN

1. Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan pelatihan penguasaan sistem

Page 183: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

169

Semar Betul kepada petugas pelaksana program P2TB di Puskesmas Kota

Semarang.

2. Dinas Kesehatan Kota Semarang saat mengadakan monitoring dan evaluasi

memberikan arahan kepada pemegang program di Puskesmas untuk

meningkatkan koordinasi diantara petugas kesehatan terutama saat terjadi

pergantian pemegang program TB.

3. Meningkatkan informasi P2TB dengan memanfaatkan media massa seperti

menyebarkan poster yang dapat diberikan ke masyarakat saat sosialisasi

atau kunjungan ke puskesmas, memasang poster atau spanduk di wilayah

kerja Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang, dan

mengingatkan pasien TB untuk selalu menggunakan masker ketika

bersosialisasi dengan orang lain.

4. Pemegang program TB di Puskesmas Purwoyoso mengganti beberapa

genting atap poli TB dengan genting kaca agar cahaya matahari yang masuk

lebih banyak dan memberikan motivasi ke semua kader TB yang ada untuk

meingkatkan kinerjanya dalam penemuan kasus dan pengobatan pasien TB

secara aktif. Memanfaatkan dana BOK untuk biaya transport petugas

kesehatan dalam rangka pelacakan kasus TB yang mangkir dan pencarian

kontak TB.

5. Meningkatkan koordinasi antar petugas pelayanan P2TB baik di Puskesmas

Purwoyoso maupun Puskesmas Karangmalang agar pencatatan dan

pelaporan antar petugas dapat dilakukan dengan cepat.

6. Petugas kesehatan di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas Karangmalang

Page 184: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

170

manjalin kerjasama lintas sektor baik formal maupun informal yang ada di

wilayah kerja masing-masing seperti perusahaan swasata, industri

peternakan atau pertanian untuk menigkatkan penanggulangan penyakit TB.

Pemegang program TB di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Karangmalang mengadakan monitoring dan evaluasi untuk program P2TB

bersama dengan kader dan gasurkes setiap 3 bulan sekali, sehigga kinerja

setiap kader maupun gasurkes dapat terpantau dan masalah yang ada dapat

diselesaikan secara langsung.

7. Pemegang program TB di Puskesmas Purwoyoso dan Puskesmas

Karangmalang melakukan penjadwalan ulang sosialisasi dalam bentuk

sharing untuk memancing pengetahuan masyarakat dengan didampingi

tenaga kesehatan, kader TB, dan pemegang kebijakan setempat sehingga

partisipasi masyarakat dapat bertindak dalam rangka membantu pasien

terduga TB/pasien TB untuk melakukan pengobatan.

Page 185: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

171

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, R. (2018). Implementasi Kebijakan Penanggulangan Penyakit

Tuberkulosis di Puskesmas Kamonji Kota Palu. Katalogis, 6(5), 118-123.

Aboy E. Implementasi program penanggulangan tuberkolosis di puskesmas

Kampung Dalam Kota Pontianak. Jurnal Publika. 2013; 2(3):101-7.

Aditama, W., Zulfikar, & Baning R. (2013). Evaluasi Program Penanggulangan

Tuberkulosis Paru di Kabupaten Boyolali. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

7 (6), 243-250.

Adyaningrum, N. (2019). Analisis Pengawasan Menelan Minum Obat Pasien

Tuberkulosis (TB) dalam Program Penanggulangan TB di Puskesmas

Sempor II Kabupaten Kebumen. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (4),

542-555.

Anggraeni, Saffira K., Raharjo, M., Nurjazuli. (2015). Hubungan Kualitas

Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Kesehatan dengan Kejadian TB

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi

Kabupaten Malang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3 (1), 559-568.

Arakawa, T., Magnabosco, G. T., Andrede, R. L., Burnello, M. E., Monroe, A. A.,

Netto, A. R., . . . Villa, T. C. (2017). Tuberculosis Control Program in the

Municipal Context: Performance Evaluation. Revista de Saude Publica, 51

(23), 1-9.

Ariyani, E., & Maryati, H. (2018). Analisis Pelaksanaan penanggulangan TB Paru

di Wilayah Kerja Puskesmas Cipaku. HEARTY Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 6 (1).

Deswinda, Rasyid, R., & Firdawati. (2019). Evaluasi Penanggulangan

Tuberkulosis Paru di Puskesmas dalam Penemuan Penderita Tuberkulosis

Paru di Kabupaten Sijunjung. Jurnal Kesehatan Andalas, 8 (2), 211-219.

Dinkes Jateng. (2017). Profil Kesehatan Jawa Tengah 2017. Semarang: Dinkes

Jateng.

Dinkes Kota Semarang. (2017). Profil Kesehatan Kota Semarang 2017.

Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Dinkes Kota Semarang. (2018). Profil Kesehatan Kota Semarang 2018.

Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Elsayed, D., Salahy, M., Hibah, N. A., Mehy, G. F., Essawy, T. S., & Eldesouky,

R. S. (2015). Evaluation of Primary Health Care Service Participation in

Page 186: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

172

the National Tuberculosis Control Program in Qalyubia Governorate,

Egypt. Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis, 64, 921-928.

Ersanti, A. M., Nugroho, A., & Hidajah, A. C. (2016). Gambaran Kualitas Sistem

Surveilans TB di Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik Berdasarkan

Pendekatan Sistem dan Penilaian Atribut. Journal of Information System

for Public Health, 1 (2), 9-15.

Faizah, I. L., & Raharjo, B. B. (2019). Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan

strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short course). HIGEIA, 3

(3), 430-441.

Faradis, N. A., & Indarjo, S. (2018). Implementasi Kebijakan Permenkes Nomor

67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Higeia Journal Of

Public Health Research And Development, 2 (2), 307-319.

Febrina, W., & Rahmi, A. (2018). Analisis Peran Keluarga sebagai Pengawas

Minum Obat (PMO) Pasien TB Paru. Jurnal Human Care, 3 (2), 118-129.

Hakam, F., & Maharani, N. E. (2018). Analisis Kebijakan Penanggulangan

Tuberkulosis (Tb) Di Kabupaten Sukoharjo Menggunakan Pendekatan

Gap Analysis Dan Critical Succsess Factor (Csf). Jurnal Manajemen

Informasi dan Administrasi Kesehatan (J-MIAK), 1 (2), 29-38.

Hayati, D., & Musa , E. (2016). Hubungan Kinerja Pengawas Menelan Obat

Dengan Kesembuhan Tuberkulosis Di Upt Puskesmas Arcamanik Kota

Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan, IV(1), 10-18.

Husein, R. D., & Sormin, T. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Penemuan Kasus Baru di

Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Keperawatan, 8 (1), 52-59.

Indonesia, K. K. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Indonesia.

Kasim, F., Soen, M., & Hendranata, K. F. (2012). Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse sebagai

Upaya Penanggulangan Tuberklosis di Puskesmas yang Berada dalam

Lingkungan Pembinaan Dinas Kesehatan Kabupaten Subang. Jurnal

Kebijakan Kesehatan Indonesia, 1 (3), 134-143.

Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI.

Kemenkes, R. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:

Page 187: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

173

Kemenkes.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kemeterian Kesehatan RI. (2018). Infodatin Tuberkulosis 2018. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Khan, A. J., Khowaja, S., Khan, F. S., Qazi, F., Ismat, L., Habib, A., . . .

Keshavjee, S. (2012). Engaging the private sector to increase tuberculosis

case detection: an impact evaluation study. The Lancet Infectious Disease,

12(8), 606-616.

Khariza , H. A. (2015). Program Jaminan Kesehatan Nasional: Studi Deskriptif

Tentang Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan

Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa

Menur Surabaya. Kebijakan dan Manajemen Publik, 3 (1), 1-7.

Lestari, Ita., Widagdo, L., Adi, S. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Implementasi Program Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas

Wilayah Kebupaten Magelang. Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1(2),

1-6.

Listiono, H. (2019). Analisa Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal

Ilmiah Multi Science kesehatan, 11, 19-34.

Majara, Duriana M., Prastiwi, S., Andinawati, M. (2018). Pengaruh Konseling

Personal Terhadap Kesadaran Pencegahan Penularan TB Paru di Wilayah

Puskesmas Janti Kota Malang. Nursing News, 3 (1), 120-132.

Maulidia, F. M. (2017). Pengaruh Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi

Kebijakan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) (Studi di

Puskesmas Kabupaten Gunungkidul). JURNAL ILMIAH KESEHATAN

MEDIA HUSADA, 6 (2), 183-192.

Minardo, J. (2014). Analisis Determinan Motivasi Petugas Tuberkulosis Paru

dalam Penemuan Kasus di Kabupaten Semarang (Studi Kasus di Beberapa

Puskesmas) Tahun 2012 . Prosiding Konferensi Nasional (hal. 253-261).

Semarang: PPNI Jawa Tengah.

Moa, Teofilus., Zainuddin., Nursina, A. (2018). Perilaku Masyarakat Terhadap

Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB. Journal Health Community

Enpowerment, 1 (1), 49-62.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Makassar: Salemba Medika.

Page 188: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

174

Naser, M. N., & Utami, F. P. (2017). Evaluasi Program Bimbingan Karier

Discrepancy Model dalam Meningkatkan Kualitas Kinerja Konselor.

Prosiding Seminar Bimbingan Konseling, 1 (1), 292-302.

Notoatmodjo, s. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Noveyani, A. E., & Martini, S. (2014). Evaluasi Program Pengandalian

Tuberkulosis Pari Dengan Strategi DOTS di Puskesmas Tanah

Kalikedinding Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2 (2), 251-262.

Nugraini, K. E., Cahyati, W. H., Farida, E. (2015). Evaluasi Input capaian Case

Detection rate (CDR) TB Paru dalam Program Penanggulangan Penyakit

TB Paru (P2TB) Puskesmas Tahun 2012 (Studi Kualitatif di Kota

Semarang). UJPH, 5(2), 143-152.

Nugroho, R. A. (2011). Studi Kualitatif Faktor yang Melatarbelakangi Drop Out

Pengobatan Tuberkulosis Paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 83-90.

Oktavia, Surakhmi., Rahmi, M., Destriatania, S. (2016). Analisis Faktor Risiko

Kejadian TB Paru di wilayah Kerja Puskesmas Kertapati Palembang.

Jurnal Ilmu Kesehatn Masyarakat, 7 (2), 124-138.

Pongoh, N. E., Palandeng, H. M., & Rombot, D. V. (2015). Gambaran Perilaku

Tenaga Kesehatan terhadap Pengobatan Tuberkulosis Paru Di Puskesmas

Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 3 (2), 108-116.

Pratama , M. Y., Gurning , F. P., & Suharto. (2019). Implementasi

Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan.

Jurnal Kesmas Asclepius, 1 (2), 196-205.

Pratiwi, Rita. D., Pramono, D., Junaedi, J. (2017). Peningkatan Kemapuan Kader

Kesehatan TB dalam Active Case Finding untuk Mendukung Case

Detection. Journal of Health Education, 2 (2), 211-219.

Purba, E., Hidayat, W., & Silitonga, E. (2019). Analisis Implementasi Kebijakan

Penanggulangan TB Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita TB

Paru Di Puskesmas Tigabaru Kabupaten Dairi Tahun 2018. Jurnal Ilmiah

Simantek , 3 (3), 72-86.

Putri, Wana W., Martini., Adi, Mateus S., Sarawati, Lintang D. (2018). Gambaran

Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru oleh Petugas Puskemas di Kabupaten

Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 336-342.

Qayad, M. G., & Tarsitani, G. (2017). Evaluation of Borama tuberculosis control

program in Somaliland, Somalia. The Journal of Infection in Developing

Page 189: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

175

Contries, 11 (2), 115-122.

Rachmah, Sissa. A., Saraawati, Lintang D., Ginandjar, Praba . (2019). Hubungan

Antara Tingkat Pengetahuan Kader Masyarakat Peduli Paru Sehat dengan

Kepatuhan Berobat Paisen Tuberkulosis di Balai Kesehatan Masyarakat

Wilayah Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (3), 1-7.

Rahmah, Siti., Indriani, C., Wisnuwijoyo, Agus P. (2017). Skrining Tuberkulosis

(TB) Paru. Jurnal Kesehatan MANARANG, 3 (2), 69-74.

Rahman, Fauzie., Adenan, Adenan., Yulidasari, F., Laily, N., Rosadi, N., Azmi,

Aulia N.. (2017). Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Upaya

Pencegahan Tuberkulosis. Jurnal MKMI, 13 (2), 183-189.

Ramadhan, R., Fitria, E., & Rosdiana. (2017). Deteksi Mycobacterium

Tuberkulosis dengan Pemeriksaan Mikroskopis dan Teknik PCR pada

Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Darul Imarah. SEL Jurnal

Penelitian Kesehatan, 4(2), 73-80.

Saftarina, F., & Fitri, A. D. (2019). Studi Fenomenologi tentang Faktor Risiko

Penularan Tuberculosis Paru di Perumnas Way Kandis Lampung. JMJ, 7

(1), 8-16.

Salahy, M. M., Essawy, T. S., Mohammad, O. I., Hendy, R. M., & Abas, A. O.

(2016). Evaluation of Primary Health Care service Participation in teh

National Tuberculosis Control Program in Menofya Governorate. Egyptian

Journal of Chest Diseases and Tuberculosis, 65, 642-648.

Saputra, Muhammad H., Syurandhi, Dwi H., Inayah, Lailiya I. (2018). Analisis

Masalah Program P2TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten

Mojokerto. Medica Majapahit, 10 (1), 61- 70.

Setiawan, A., Jati, S., Agushybana, F. (2017). Sistem Pemantauan Pengobatan

Pasien TB Paru di Puskesmas Kabupaten Kudus. Manajemen Kesehatan

Indonesia, 5 (3), 11-18.

Setyowati, I., Saraswati, L. D., & Adi, M. S. (2018). Gambaran Faktor-Faktor

yang Terkait dengan Kinerja Petugas dalam Penemuan Kasus pada

Program Tuberkulosis Paru di Kabupaten Grobokan. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 6 (1), 264-273.

Sjaaf, A. C., & Darmawan, E. S. (2016). Administrasi Kesehatan Masyarakat

Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers.

Sofiyatun, V. (2019). Implemetasi Program Penenggulangan Tuberkulosis Paru.

HIGEIA, 3(1), 74-86.

Page 190: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

176

Suarayasa, K., Pakaya, D., & Felandina, Y. (2019). Analisis Situasi

Penanggulangan Tuberkulosis Paru di Kabupaten Sigi. Jurnal Kesehatan

Tadulako, 5 (1), 1-62.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Jakarta:

Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sulidah, & Parman, D. H. (2017). Pemberdayaan Survivor TB dalam Program

DOTs. Jurnal Medika Respati, 12 (4), 28-39.

Sumartini, N. P. (2014). Penguatan Peran Kader Kesehatan dalam Penemuan

Kasus Tuberkulosis (TB) BTA Positif Melalui Edukasi dengan Pendekatan

Theory of Planned Behaviour (TPB). Jurnal Kesehatan Prima, 8 (1),

1246-8661.

Sutinbuk, D., Mawarni, A., & Kartika W, L. R. (2012). Analisis Kinerja

Penanggung Jawab Program Tb Puskesmas Dalam Penemuan Kasus Baru

Tb Bta Positif Di Puskesmas Kabupaten Bangka Tengah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 11

(2), 142-150.

Tondong, M. A., Mahendradhata, Y., & Ahmad, R. A. (2014). Evaluasi

Implementasi Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Kabupaten

Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur 2012. Jurnal Kebijakan Kesehatan

Indenosia, 03(01), 37-42.

Tuharea, R., Suparwati, A., & Sriatmi, A. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Implementasi Penemuan Pasien Tb Paru dalam

Program Penanggulangan Tb di Puskesmas Kota Semarang. Manajemen

Kesehatan Indonesia, 02(02), 168-178.

Ulya, F., & Thabrany, H. (2017). Efektivitas Biaya Strategi DOTS Program

Tuberkulosis antara Puskesmas dan Rumah Sakit Swasta Kota Depok.

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 3 (1), 109-117.

Vidyastari, Y. S., Riyanti, E., & Cahyo, K. (2019). Faktor – Faktor Yang

Mempengaruhi Pencapaian Target Cdr (Case Detection Rate) Oleh

Koordinator P2tb Dalam Penemuan Kasus Di Puskesmas Kota Semarang.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (1), 535-544.

WHO. (2017). Global Tuberculosis Report 2017. Geneva: WHO.

Page 191: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

177

Widoyoko, E. P. (2017). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Wijayanti, R. A. (2016). Analisis Faktor Manajemen di Puskesmas Dalam

Meningkatkan Case Detection Rate (CDR)) Tuberkulosis. Jurnal

Kesehatan, 4 (1), 61-69.

Yanuar, Isma., Sari, Kanthi P., Yudha, Hendry T. (2017). Analisis Situasi

Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Keperawatan, 3 (1), 42-51.

Zarwinta, Deri., Rasyid, Rosfita., Abdian. (2019). Analisis Implementasi

Penemuan Pasien TB Paru dalam Program Oenanggulangan TB Paru di

Puskesmas Balai Selasa. Jurnal Kesehatan Andalas, 8 (3), 689-699.

Page 192: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

178

LAMPIRAN

Page 193: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

179

Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing

Page 194: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

180

Lampiran 2. Surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, UNNES

Page 195: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

181

Lampiran 3. Surat izin penelitian dari Kesbangpol

Page 196: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

182

Page 197: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

183

Lampiran 4. Salinan ethical clearance

Page 198: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

184

Lampiran 5. Surat/bukti sudah melaksanakan penelitian/pengambilan data

dari institusi yang berwenamg

Page 199: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

185

Page 200: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

186

Lampiran 6. Instrumen penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PURWOYOSO DAN PUSKESMAS

KARANGMALANG KOTA SEMARANG

A. Identitas Informan (Pemegang Program P2TB di Dinas Kesehatan)

1. Nama informan :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Jabatan :

6. Lama bekerja :

B. Daftar Pertanyaan

1. KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

(PROMOSI KESEHATAN)

1) Bagaiamana Anda memberikan sosialisasi kepada petugas Tim program

P2TB di Puskesmas?

2) Apak sajakah media yang digunakan saat melakukan sosialisasi kepada

petugas Tim TB di Puskesmas?

3) Menurut Anda, Apa sajakah kendala/hambatan yang ada terkait

sosialisasi program P2TB yang dilakukan oleh petugas Tim TB di

Puskesmas Kota Semarang?

(SUEVEILANS TUBERKULOSIS)

4) Bagaiaman pelaksanaan surveilans yang dilakukan oleh petugas Tim

P2TB di Puskesmas Kota Semarang ?

5) Menurut Anda, Apa sajakah kendala/hambatan yang ada terkait

sueveilans program P2TB yang dilakukan oleh petugas Tim TB di

Puskesmas Kota Semarang?

(PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO)

6) Bagaiman upaya yang dilakukan oleh petugas Tim P2TB di Puskesmas

dalam pengendalian penyakit pada penderita Tb agar tidak terjadi

penularan di wilayah kerjanya?

7) Bagaiaman upaya yang dilakukan petugas Tim P2TB di Puskesmas

dalam pengendalian faktor risiko pada masyarakat yang

dilingkungannya terdapat penderita TB?

Page 201: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

187

8) Apakah terdapat Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai alur

pasien untuk semua pasien batuk, alur pelaporan dan surveilans di

Puskesmas Kota Semarang?

9) Bagaiaman cara petugas memberikan penyuluhan etika batuk kepada

petugas kesehatan, pasien TB maupun pengunjung Puskesmas yang

lain?

10) Menurut Anda, Apa sajakah kendala/hambatan yang ada terkait

pengendalian faktor risiko yang dilakukan oleh petugas Tim TB di

Puskesmas Kota Semarang?

(PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS)

11) Bagaiamana langkah penemuan kasus penderita TB yang dilakukan oleh

petugas tim TB di Puskesmas Kota Semarang?

12) Menurut Anda, Apa sajakah kendala/hambatan yang ada terkait

penemuan kasus program P2TB yang dilakukan oleh petugas Tim TB di

Puskesmas Kota Semarang?

13) Bagaiamana prosedur pengambilan obat untuk pasien TB di Puskesmas?

(PEMBERIAN KEKEBALAN)

14) Bagaimana pemberian kekebalan yang diberikan kepada balita untuk

mencegah tingkat penularan penyakit TB?

15) Bagaimana pemberian kekebalan yang diberikan kepada ODHA yang

menderita penyakit TB?

2. SUMBER DAYA

(SUMBER DAYA MANUSIA)

1) Apakah jumlah sumber daya manusia di Puskesmas sudah memadai?

2) Bagaimanakah pelatihan yang diterima oleh petugas pelaksana

(pemegang program, petugas laboratorium, dan dokter) program

Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas?

3) Seberapa seringkah petugas mendapatkan pelatihan tersebut?

(KETERSEDIAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN)

4) Bagaiamanakah ketersediaan obat anti tuberkulosis yang ada di

Puskesmas?

5) Bagaiamana ketersediaan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan

program P2TB di Puskesmas?

(PENDANAAN)

6) Bagaiamana ketersediaan dana dalam pelaksanaan program Pencegahan

dan Penggulangan Tuberkulosis di Puskesmas?

7) Bagaiamana alokasi dana yang digunakan untuk penyelenggaraan

program P2TB di Puskesmas?

Page 202: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

188

8) Menurut Anda, Apa sajakah kendala/hambatan yang ada terkait dalam

sumberdaya program P2TB yang dilakukan oleh petugas Tim TB di

Puskesmas Kota Semarang?

3. SISTEM INFORMASI

1) Bagaiamana pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas

kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang?

2) Seberapa sering kegiatan tersebut dilakukan?

3) Apakah terdapat kendala/hambatan yang dialami petugas dalam

pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota

Semarang?

4. KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1) Bagamana supervisi yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Kota

Semarang di Puskesmas?

2) Bagaiaman pertemuan monitoring dan evaluasi yag dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam pelaksanaan program P2TB di

Puskesmas? Seberapa sering dilakukan!

3) Bagaiamana bentuk kerjasama yang Anda lakukan dengan lintas sektoral

(fasilitas kesehatan milik swasta, kerja sama dengan sektor

industri/perusahaan/tempat kerja, dan kerja sama dengan lembaga

swadaya masyarakat (LSM))?

4) Menurut Anda, Apa sajakah kendala/hambatan yang ada terkait

koordinasi, jejaring kerja, dan kemitraan program P2TB yang dilakukan

oleh petugas Tim TB di Puskesmas Kota Semarang?

5. PERAN SERTA MASYARAKAT

1) Bagaiaman peran serta masyarakat dalam penemuan kasus, pengobatan,

dan pencegahan penyakit TB?

2) Bagaiamana peran serta masyarakat dalam mengatasi faktor sosial yang

berpengaruh pada penanggulangan TB?

3) Menurut Anda, Apa sajakah kendala/hambatan yang ada terkait peran

serta masyarakat terhadap program P2TB yang dilakukan oleh pihak

Puskesmas Kota Semarang?

Page 203: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

189

INSTRUMEN PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PURWOYOSO DAN PUSKESMAS

KARANGMALANG KOTA SEMARANG

C. Identitas Informan (Pemegang Program P2TB di Puskesmas)

7. Nama Puskesmas :

8. Nama informan :

9. Umur :

10. Jenis kelamin :

11. Pendidikan terakhir :

12. Jabatan :

13. Lama bekerja :

D. Daftar Pertanyaan

6. KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

(PROMOSI KESEHATAN)

16) Bagaiamana Anda memberikan sosialisasi kepada pasien TB yang

memeriksakan dirinya ke Puskesmas?

17) Bagaiamana Anda melakukan sosialisasi tentang program Pencegahan

dan Penanggulangan Tuberkulosis kepada masayarakat di wilayah kerja

Puskesmas?

18) Apaka sajakah media yang digunakan saat melakukan sosialisasi kepada

msyarakat sekitar?

19) Apakah pihak Puskesmas melakukan kerjasama dengan pemangku

kebijakan yang ada di sekitar wilayah kerja Puskesmas, seperti Kepala

Desa, Kepala RT/RW, pemuka agama setempat, organisasi masyarakat?

Bagaimana bentuk kerjasama tersebut?

20) Bagaimana cara Puskesmas melakukan advokasi kepada pemangku

kebijakan tersebut?

21) Apa sajakah kendala/hambatan yang dialami dalam melakukan

sosialisasi terkait dengan program P2TB?

(SUEVEILANS TUBERKULOSIS)

22) Bagaiaman pelaksanaan surveilans yang Anda lakukan oleh penemuan

kasus TB?

23) Apa sajakah kendala/hambatan yang dialami petugas dalam pelaksanaan

surveilans tersebut?

(PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO)

24) Bagaiaman upaya yang dilakukan dalam pengendalian penyakit pada

pasien TB agar tidak terjadi penularan?

Page 204: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

190

25) Bagaiaman upaya yang dilakukan dalam pengendalian faktor risiko pada

masyarakat yang dilingkungannya terdapat pasien TB?

26) Apakah Puskesmas juga melakukan screening terhadap petugas yang

ikut serta dalam pelaksanaan program P2TB?

27) Apakah terdapat Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai alur

pasien untuk semua pasien batuk, alur pelaporan dan surveilans di

Puskesmas?

28) Apakah Anda memberikan penyuluhan etika batuk kepada petugas

kesehatan, pasien TB maupun pengunjung Puskesmas yang lain?

29) Apa sajakah kendala/hambatan yang dialami dalam melakukan

pengendalian faktor risiko Tuberkulosis?

(PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS)

30) Bagaiamana langkah penemuan kasus penderita TB yang dilakukan oleh

Puskesmas?

31) Bagaimana upaya yang Anda lakukan untuk menjamin pasien TB selalu

memeriksakan diri dan mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

secara rutin?

32) Apa sajakah kendala/hambatan yang Anda alami dalam melakukan

penemuan kasus Tb di masyarakat?

33) Bagaiamana prosedur pengambilan obat untuk pasien TB?

34) Bagaiaman cara Anda menentukan orang yang menjadi PMO (Pengawas

Minum Obat) untuk setiap pasien TB?

35) Bagaiamankah Anda menyampaikan tugas manjadi seorang PMO?

36) Bagaiaman koordinasi Anda dengan PMO pasien TB dalam upaya

melakukan pengawasan minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT)?

(PEMBERIAN KEKEBALAN)

37) Bagaimana pelaksanaan pemberian kekebalan kepada balita yang

dilingkungannya terdapat penderita TB?

38) Bagaimana pemberian kekebalan kepada ODHA yang terkena penyakit

TB?

7. SUMBER DAYA

(SUMBER DAYA MANUSIA)

9) Apakah jumlah sumber daya manusia di Puskesmas ini sudah memadai?

Siapa sajakah petugas yang terlibat dalam pelaksanaan program P2TB?

10) Apakah beban kerja rangkap mempengaruhi pelaksanaan program P2TB

di Puskesmas?

11) Bagaimanakah pelatihan yang diterima oleh petugas pelaksana

(pemegang program, petugas laboratorium, dan dokter) program

Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas ini?

12) Seberapa seringkah petugas mendapatkan pelatihan tersebut?

Page 205: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

191

13) Apakah terdapat kendala/hambatan dalam menjaga kualitas sumber daya

manusia terkait program P2TB di Puskesmas?

(KETERSEDIAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN)

14) Bagaiamanakah ketersediaan obat anti tuberkulosis yang ada di

Puskesmas?

15) Bagaiamana ketersediaan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan

program P2TB di Puskesmas?

16) Apakah terdapat kendala/hambatan dalam pengadaan ketersediaan

obat/alat kesehatan/sarana dan prasana terkait program P2TB di

Puskesmas?

(PENDANAAN)

17) Bagaiamana ketersediaan dana dalam pelaksanaan program Pencegahan

dan Penggulangan Tuberkulosis?

18) Bagaiamana alokasi dana yang digunakan untuk penyelenggaraan

program P2TB?

8. SISTEM INFORMASI

4) Bagaiamana pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas

kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang?

5) Seberapa sering kegiatan tersebut dilakukan?

6) Apakah terdapat kendala/hambatan yang dialami petugas dalam

pelaksanaan pencatatan dan pelaporan?

9. KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

5) Bagamana supervisi yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Kota

Semarang di Puskesmas?

6) Bagaiaman pertemuan monitoring dan evaluasi yag dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kota Semarang? Seberapa sering dilakukan!

7) Bagaiaman kegiatan monitoring dan evalasi yang dilakukan di

Puskesmas?

8) Bagaiamana bentuk kerjasama yang Anda dilakukan dengan lintas

program yang ada di Puskesmas?

9) Bagaiamana bentuk kerjasama yang Anda lakukan dengan lintas sektoral

(fasilitas kesehatan milik swasta, kerja sama dengan sektor

industri/perusahaan/tempat kerja, dan kerja sama dengan lembaga

swadaya masyarakat (LSM))?

10. PERAN SERTA MASYARAKAT

4) Bagaiaman upaya Puskesmas untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam penemuan kasus TB?

5) Menrut Bapak, seberapa besar peran serta masyarakat dalam mendukung

pencegahan dan pengobatan penyakit TB?

Page 206: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

192

6) Bagaiamana upaya Puskesmas untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam mengatasi faktor sosial yang berpengaruh pada

penanggulangan TB?

7) Apakah terdapat kendala/hambatan dalam peran serta masyarakat

terhadap program P2TB di Puskesmas?

Page 207: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

193

INSTRUMEN PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PURWOYOSO DAN PUSKESMAS

KARANGMALANG KOTA SEMARANG

E. Identitas Informan (Petugas Laboratorium di Puskesmas)

14. Nama Puskesmas :

15. Nama informan :

16. Umur :

17. Jenis kelamin :

18. Pendidikan terakhir :

19. Jabatan :

20. Lama bekerja :

F. Daftar Pertanyaan

1) Apakah Anda menyampaikan infromasi tentang penyakit TB kepada pasien

terduga TB ketika melakukan pemeriksaan mikroskopis di Puskesmas?

2) Bagaiamana pelaksanaan pemeriksaan sputum yaitu sewaktu pagi sewaktu

sebagai screening awal penyakit TB di Puskemas ini?

3) Apakah pasien secara rutin melakukan pemeriksaan tersebut? Berapa kali

pemeriksaan dilakukan?

4) Bagaiamana ketersediaan sumber daya manusia dalam pelaksanaan

pelayanan Laboratorium di Puskesmas ini, apakah sudah mencukupi atau

belum?

5) Bagaiamna cara melakukan penegakan diagnosis awal seorang terduga

pasien TB di Puskesmas ini?

6) Bagaiamana pelatihan yang diperoleh oleh petugas Laboratorium untuk

meningkatkan keahliannya daam melaksanakan tugas? Berapa kali

dilakukan pelatihan!

7) Bagaiamana keadaan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk

pelaksanaan pemeriksaan penyakit Tuberkulosis di Puskesmas ini?

8) Bagaiaman ketersediaan alat pelindung diri yang terdapat di Puskesmas ini?

9) Bagaiamana pelaksanaan pemantapan mutu internal Laboratorium di

Puskesmas ini?

10) Bagaiamana ketersediaan Prosedur Tetap (Protap) untuk seluruh proses

kegiatan pemeriksaan Laboratorium di Puskesmas ini?

11) Bagaiamana pemeliharaan, pengadaan, dan uji fungsi yang dilakukan dalam

peningkatan mutu Laboratorium di Puskesmas ini?

12) Bagaiaman ketersediaan standar operasional prosedur terkait dengan

keamanan dan keselamatan kerja di Puskesmas ini?

Page 208: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

194

13) Apakah dilakukan screening terhadap petugas yang terlibat dalam

pelaksanaan program P2TB di Puskesmas ini?

14) Bagaiaman alokasi dana yang digunakan untuk Laboratorium dalam

pelaksanaan program P2TB di Puskesmas ini?

15) Bagaiamana koordinasi yang dilakukan oleh petugas Laboratorium di

Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam melakukan?

16) Bagaiaman pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh petugas

Laboratorium dengan Dinas Kesehatan?

17) Bagaiaman monitoring dan evaluasi pelayanan Laboratorium yang

dilakukan dengan Dinas Kesehatan?

18) Bagaiaman monitoring dan evaluasi pelayanan Laboratorium yang

dilakukan di puskesmas ini?

19) Apakah terdapat kendala/hambatan yang Anda dialami dalam pelaksanaan

program P2TB?

Page 209: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

195

INSTRUMEN PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PIRWOYOSO DAN PUSKESMAS

KARANGMALANG KOTA SEMARANG

A. Identitas Informan (Petugas Surveilans di Puskesmas)

1. Nama Puskesmas :

2. Nama informan :

3. Umur :

4. Jenis kelamin :

5. Pendidikan terakhir :

6. Jabatan :

7. Lama bekerja :

B. Daftar Pertanyaan

1. KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

(PROMOSI KESEHATAN)

1) Bagaiaman Anda melakukan sosialisasi tentang program Pencegahan

dan Penanggulangan Tuberkulosis kepada masayarakat di wilayah kerja

Puskesmas?

2) Apaka sajakah media yang Anda digunakan saat melakukan sosialisasi

kepada msyarakat sekitar?

3) Apakah Anda melakukan kerjasama dengan pemangku kebijakan yang

ada di sekitar wilayah kerja Puskesmas, seperti Kepala Desa, Kepala

RT/RW, pemuka agama setempat, organisasi masyarakat dalam

penemuan kasus TB? Bagaimana bentuk kerjasama tersebut?

4) Bagaimana cara Anda melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan

tersebut?

5) Apa sajakah kendala/hambatan yang dialami dalam melakukan

sosialisasi terkait dengan program P2TB?

(SURVEILANS TUBERKULOSIS)

6) Bagaiaman pelaksanaan surveilans yang dilakukan untuk menemukan

kasus TB di masyarakat?

7) Apa sajakah kendala/hambatan yang dialami petugas dalam pelaksanaan

surveilans tersebut?

(PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO)

8) Bagaiaman upaya yang dilakukan dalam menyusun rancangan rencana

tindak dan respon cepat terhadap faktor risiko penyakit TB?

9) Bagaiaman Anda menganalisis potensi ancaman penyakit, sumber dan

cara penularan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penularan

penyakit TB?

Page 210: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

196

10) Bagaiaman upaya yang dilakukan dalam pengendalian faktor risiko pada

masyarakat yang dilingkungannya terdapat penderita TB?

11) Apa sajakah kendala/hambatan yang dialami dalam melakukan

pengendalian faktor risiko Tuberkulosis?

(PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS)

12) Bagaiamana langkah penemuan kasus penderita TB yang dilakukan di

masyarakat?

13) Apa sajakah kendala/hambatan yang Anda alami dalam melakukan

penemuan kasus Tb di masyarakat?

2. SUMBER DAYA

(SUMBER DAYA MANUSIA)

1) Apakah jumlah sumber daya petugas surveilans di Puskesmas ini sudah

memadai?

2) Apakah petugas yang menjadi tenaga surveilans sudah sesuai dengan

ketentuan standar kompetensi di bidang epidemiologi?

3) Bagaimanakah pelatihan yang diterima oleh petugas surveilans untuk

meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan program P2TB di Puskesmas

ini?

4) Seberapa seringkah petugas mendapatkan pelatihan tersebut?

(KETERSEDIAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN)

5) Bagaiamana ketersediaan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan

program P2TB di Puskesmas untuk mendukung pelaksanaan surveilans

penyakit TB?

6) Apakah terdapat kendala/hambatan dalam pengadaan ketersediaan

obat/alat kesehatan/sarana dan prasana terkait program P2TB di

Puskesmas?

(PENDANAAN)

7) Bagaiamana ketersediaan dana dalam pelaksanaan surveilans program

Pencegahan dan Penggulangan Tuberkulosis?

8) Bagaiamana alokasi dana yang digunakan untuk penyelenggaraan

surveilans program P2TB?

3. SISTEM INFORMASI

1) Bagaiamana ketercapaian indikator kinerja yang dilakukan oleh petugas

surveilans dalam pelaksanaan program P2TB di Puskesmas?

2) Bagaimana pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh Gasurkes

kepada Pusesmas dan Dinsa Kesehatan?

3) Apakah terdapat kendala/hambatan yang dialami petugas dalam

pelaksanaan pencatatan dan pelaporan?

4. KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

Page 211: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

197

1) Bagaiamana bentuk kerjasama yang Anda dilakukan dengan petugas

surveilans pada lintas program yang ada di Puskesmas?

2) Bagaiaman keberhasilan pelaksanaan penanggulangan TB di

Puskesmas?

3) Bagaiaman monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh petugas

Puskesmas kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam

melakukan penemuan kasus? Seberapa sering hal tersebut dilakukan!

4) Apa saja kendala/hambatan yang dialami dalam melakukan koordinasi

dalam penemuan kasus TB baik dengan Puskesmas maupun

masyarakat?

5. PERAN SERTA MASYARAKAT

1) Bagaiamana peran masyarakat dalam penyelenggaraan Surveilans

Kesehatan untuk meningkatkan kualitas data dan informasi terkait

dengan penyakit TB?

2) Bagaiamana peran masyarakat dalam penyelenggaraan Surveilans

Kesehatan TB di lingkungannya?

Page 212: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

198

INSTRUMEN PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PURWOYOSO DAN PUSKESMAS

KARANGMALANG KOTA SEMARANG

C. Identitas Informan (Kader Kesehatan di Puskesmas Purwoyoso)

8. Nama Puskesmas :

9. Nama informan :

10. Umur :

11. Jenis kelamin :

12. Pendidikan terakhir :

13. Jenis Pekerjaan :

14. Lama bekerja :

D. Daftar Pertanyaan

1) Bagaiamana petugas TB di Puskesmas melakukan sosialisasi tentang

penyakit TB kepada Anda? Sebarapa sering petugas TB melakukan

sosialisasi tersebut!

2) Apaka sajakah media yang digunakan saat melakukan sosialisasi tersebut?

3) Apakah petugas Tb di Puskesmas memberikan informasi terkait dengan

program P2TB kepada Anda?

4) Bagaiamana upaya penemuan kasus pasien TB yang dilakukan oleh

Puskesmas?

5) Bagaiaman upaya Anda dalam menemukan pasien terduga TB yang ada di

lingkungan masyarakat?

Ketuk pintu itu gini, kita kan ada kader e.. kita kan ada pertemuan

Paguyuban Bagaiamana upaya Anda dalam mendukung pengobatan

penderita TB?

6) Bagiamana upaya yang Anda lakukan dalam pencegahan penularan penyakit

TB kepada masyarakat di lingkungan?

7) Bagaiamana upaya Anda dalam mengatasi masalah sosial yang berpengaruh

pada upaya pengobatan pasien TB dan pemutusan penularan TB?

8) Bagaiamana sistem pelaporan yang Anda lakukan dalam pelaksanaan

program P2TB kepada pihak Puskesmas?

9) Bagaiamana ketersedian sarana dan parasaran yang Anda gunakan dalam

pelaksanaan program P2TB?

10) Bagaiaman alokasi dana yang Anda gunakan dalam pelaksanaan program

P2TB? Berasal darimana dana tersebut!

11) Apakah petugas TB di Puskesmas melakukan pendampingan saat kali Anda

melakukan penemuan kasus atau sosialisasi kepada warga masyarakat di

ligkungan Anda?

Page 213: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

199

12) Apakah pihak Puskesmas melakukan kerjasama dengan Kepala Desa,

Kepala RT/RW, pemuka agama setempat, atau organisasi masyarakat di

lingkungan Anda? Bagaimana bentuk kerjasama tersebut?

13) Apakah kader pernah mendapatkan pelatihan yang dilakukan oleh

Puskesmas terkait program P2TB?

14) Bagaiamana evaluasi yang dilakukan oleh petugas TB di Puskesmas dengan

Anda terkait program P2TB?

15) Apa sajakah kendala/hambatan yang Anda alami dalam pelaksanaan

program P2TB?

Page 214: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

200

INSTRUMEN PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PURWOYOSO DAN PUSKESMAS

KARANGMALANG KOTA SEMARANG

E. Identitas Informan (Pengawas Minum Obat)

15. Nama Puskesmas :

16. Nama informan :

17. Umur :

18. Jenis kelamin :

19. Pendidikan terakhir :

20. Jenis Pekerjaan :

21. Lama bekerja :

F. Daftar Pertanyaan

6. KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

(PROMOSI KESEHATAN)

14) Bagaimanaa petugas Puskesmas memberikan sosialisasi kepada Anda

ketika memeriksakan diri ke Puskesmas?

15) Bagaimana petugas Puskesmas melakukan sosialisasi tentang program

Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis di lingkungan tempat

tinggal Anda?

16) Seberapa sering petugas Puskesmas melakukan sosialisasi tersebut?

17) Apaka sajakah media yang digunakan saat melakukan sosialisasi

tersebut?

(SURVEILANS TUBERKULOSIS)

18) Bagaimanaa petugas TB melakukan pematauan terhadap kemajuan hasil

pengobatan yang dijalani pasien TB?

(PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO)

19) Bagaimana upaya yang dilakukan petugas Puskesmas dalam melakukan

pengendalian penyakit pada pasien TB agar tidak terjadi penularan?

20) Bagaimana upaya yang dilakukan petugas Puskesmas dalam

pengendalian penyakit TB kepada masyarakat dilingkungan Anda?

21) Bagaimana alur pemeriksaan pasien untuk semua pasien batuk di

Puskesmas?

22) Apakah Anda pernah melihat petugas memberikan penyuluhan etika

batuk kepada petugas kesehatan, pasien TB maupun pengunjung

Puskesmas yang lain?

23) Apakah poster, spanduk, browsur atau leftlet tentang penyakit TB yang

ada di Puskesmas?

(PENEMUAN DAN PENANGANAN KASUS)

Page 215: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

201

24) Bagaimanaa upaya penemuan kasus pasien TB yang dilakukan oleh

Puskesmas?

25) Apa sajakah yang petugas Puskesmas jelaskan terkait dengan proses

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dalam mendiagnosis pasien

TB?

26) Bagaimana upaya petugas Puskesmas lakukan untuk menjamin pasien

TB selalu memeriksakan diri dan mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) secara rutin?

27) Apa sajakah kendala/hambatan yang dialami petugas Puskesmas dalam

melakukan penemuan kasus TB di masyarakat?

(PEMBERIAN KEKEBALAN)

28) Bagaimanaa alur pengambilan obat untuk pasien TB?

29) Bagaimanaa petugas Puskesmas menyampaikan tugas manjadi seorang

PMO?

30) Bagaimana bentuk kerjasama petugas Puskesmas dengan PMO pasien

TB dalam upaya melakukan pengawasan minum Obat Anti Tuberkulosis

(OAT)?

7. SUMBER DAYA

(SUMBER DAYA MANUSIA)

9) Menurut Anda, apakah jumlah petugas kesehatan terkait program P2TB

di Puskesmas ini sudah memadai?

10) Bagaimanaa pelayanan yang dilakukan oleh petugas TB di Puskesmas

ini?

(KETERSEDIAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN)

11) Apakah pernah terjadi kekurangan obat anti tuberkulosis yang ada di

Puskesmas, saat Anda melakukan pemeriksaan atau mengambil obat?

12) Bagaimanaa ketersediaan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan

program P2TB di Puskesmas?

(PENDANAAN)

13) Bagaimanaa pembiayaan yang dikeluarkan oleh pasien TB dalam

melakukan pengobatan?

8. SISTEM INFORMASI

4) Bagaimanaa pencatatan/pendataan dalam kunjungan rumah yang

dilakukan oleh Puskesmas?

5) Seberapa sering kegiatan tersebut dilakukan?

9. KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1) Apakah pihak Puskesmas melakukan kerjasama dengan Kepala Desa,

Kepala RT/RW, pemuka agama setempat, atau organisasi masyarakat di

lingkungan Anda? Bagaimana bentuk kerjasama tersebut?

2) PERAN SERTA MASYARAKAT

Page 216: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

202

3) Bagaimana peran Anda dalam melaksanakan kegiatanan penemuan

kasus TB di lingkungan mayarakat?

4) Bagaimanaa peran Anda sebagai masyarakat dalam mendukung

pengobatan penderita TB?

5) Bagaimanaa peran Anda dalam melakukan pencegahan penyakit TB

agar tidak tertular?

6) Bagaimanaa peran Anda dalam mengatasi masalah sosial yang

berpengaruh pada upaya pengobatan pasien TB dan pemutusan

penularan TB

Page 217: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

203

Lampiran 7. Transkip Wawancara Penelitian

HASIL WAWANCARA DENGAN PEMEGANG PROGRAM P2TB DI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

Promosi Kesehatan

1. Bagaiamana Anda memberikan

sosialisasi kepada petugas Tim

program P2TB di Puskesmas?

Jadi gini, sosialisasi program Tb di teman-teman pengelola program di Puskesmas itu

dilaksanakan melalui event-event. Event yang pertama yaitu event resmi yang berkaitan

dengan program peningkatan kapasitas SDM, kemudian event yang kedua itu yang berkaitan

dengan pertemuan-pertemuan yang memang dibutuhkan ditiap-tiap faskes. Kalau secara

terprogram kita menyelenggarakannya tiap 3 bulan sekali program yang dimiliki oleh DKK

kaitannya dengan peningkatan kapasitas pengelola program TB di Puskesmas maupun di

Rumah sakit. Banyak diikuti oleh pemegang program karena pemegang program itu

merupakan representasi kebutuhan Dinas Kesehatan ditiap-tiap faskes jadi lebih diutamakan

kepada pemegang program. Termasuk petugas Lab nya juga itu juga secara rutin

dilaksanakan per 3 bulan, termasuk programer TB baik yang ada di Puskesmas maupun di

Rumah Sakit.

2. Apak sajakah media yang

digunakan saat melakukan

sosialisasi kepada petugas Tim

TB di Puskesmas?

e... media yang dipakai ya kita menggunakan dalam bentuk slide, dalam bentuk materi-

materi, dalam bentuk metode ceramah, tanya jawab, storning, keudian studi kasus itu adalah

metode-metode yang dipakai. Kalau media yang dipakai ya media menggunakan audio

visual.

3. Menurut Anda, Apa sajakah

kendala/hambatan yang ada

Kendalanya itu yang pertama adanya mutasi dari pengelola program lama ke pengelola

program baru ya, bilaman pengelola program yang lama itu tidak mengkomunikasikan

Page 218: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

204

terkait sosialisasi program P2TB

yang dilakukan oleh petugas

Tim TB di Puskesmas Kota

Semarang?

secara memadai tentang program penaggulangan TB yang selama ini didapatkan baik

melalui peningkatan kapasitas SDM secara rutin, per 3 bulan, maupun dalam bentuk UHT

atau supervisi sehingga perlu mebuat pemahaman yang setara terhadap pengelola-pengelola

program yang baru karena proses mutasi itu. Akan tetapi, disisi yang lain supaya pemegang

program yang baru itu segera untuk bisa menyesuaikan diri dengan pengelola-pengelola

program yang lainnya dengan cara belajar mandiri/autodidak.

Surveilans Tuberkulosis

4. Bagaiaman pelaksanaan

surveilans yang dilakukan oleh

petugas Tim P2TB di Puskesmas

Kota Semarang ?

Nah, kegiatan surveilans yang dilakukan ya kaitannya dengan e... permasalahan kasus

artinya penangnanan kasus yang didapatkan ya. Permasalahn kasus ini banyak sekali

ragamnya, apakah itu kasus baru, atukah kasus kambuh, apakah itu kasus yang DO, ataukah

kasus yang meninggal, ataukah kasus yang mangkir ya, jadi semuanya itu kita pantau yang

dilaksanakan setiap 1 bulan sekali, kemudian dilakukan 13 kali, dilakukan 1 semester, dan

dilakukan 1 tahun. Nah, untuk yang sifatnya somatik kegiatan surveilansnya itu yang

dilakukan setiap tahun sekali dalam bentuk laporan tahunan, kalau supervisi yang dilakukan

formatif itu tadi beragam ada yang 1 bulan, 3 bulan, ada yang 6 bulan untuk memantau

perkembangan kasus yang terjadi. Nah, data-data yang didapatkan dari kegiatan surveilans

itu dipakai untuk perencanaan program di tahun-tahun mendatang jadi begitu.

Gasurkes itu adalah program dari Dinas Kesehatan sehingga e... gasurkes ini melakukan

kegiatan surveilans kaitannya dengan e... screening ya.

5. Menurut Anda, Apa sajakah

kendala/hambatan yang ada

terkait sueveilans program P2TB

yang dilakukan oleh petugas

Tim TB di Puskesmas Kota

Kendalanya itu pada suspek yang sudah diidentifikasi itu ada yang datang dan ada yang

tidak datang ke faskes untuk dilakukan kegiatan diagnosis. Kendala yang berikutnya itu

adalah karena sasarannya itu adalah orang, nah ini kendalanya beberapa kasus beberapa

kejadian itu tidak bisa bertemu dengan sasaran pada saat waktu dan tempat yang telah

disepakati. Kendala yang berikutnya kaitannya dengan manifestasi klinik yang muncul pada

Page 219: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

205

Semarang? pasien, dimana pada TB itu yang diharapkan supaya bisa diperiksa dahaknya tetapi

dibeberapa kasus itu tidak bisa di periksa dahaknya, entah dengan berbagai macam sebab

yang terjadi dengan pasien.

Pengendalian Faktor Risiko

6. Bagaiman upaya yang dilakukan

oleh petugas Tim P2TB di

Puskesmas dalam pengendalian

penyakit pada penderita Tb agar

tidak terjadi penularan di

wilayah kerjanya?

Jadi pengendalian faktor resiko itu menggunakan strategi TEMPO (Temukan Pisahkan

Obati), strategi pengendaliaannya itu adalah sejak pasien datang ke layanan itu sudah

dilakukan triase artinya yang kasus-kasus batuk itu dilayani secara terpisah dengan kasus-

kasus yang lain sehingga mekanisme penularan pada pasien yang baru bisa diminimalkan.

Disamping itu juga setiap pasien batuk yang datang ke Puskesmas harus menggunakan

masker.

7. Bagaiaman upaya yang

dilakukan petugas Tim P2TB di

Puskesmas dalam pengendalian

faktor risiko pada masyarakat

yang dilingkungannya terdapat

penderita TB?

Ya pertama adalah meyarankan penggunaan masker untuk menutup pada saat batuk atau

bersin dengan cara yang benar, kemudian yang kedua membuang dahak pada tempatnya,

yang ketiga bilamana pasien itu TBC harus ada kepedulian masyarakat kalau pasien itu

berobat dan disiplin dalam minum obat ya, kemudian yang berikutnya adalah dengan PHBS

diantaranya e... menyiapkan ruangan dengan kelembapan yang rendah dibawah 60% dengan

mengkondisikan ruangan bisa dimasuki sinar matahari dan ada ventilasi ya, berolahraga,

mengkonsumsi makan sesuai program germas, bagi adik-adik bayi wajib imunisasi BCG,

bagi yang berusia kurang dari 5 tahun yang beresiko tertular TB menggunakan PPIMR ya.

Hal tersebut yang digunakan untuk mengendalikan faktor resiko penularan TB.

8. Apakah terdapat Standar

Prosedur Operasional (SPO)

mengenai alur pasien untuk

semua pasien batuk, alur

pelaporan dan surveilans di

SOP ada, seperti SOP penemuan kasus, SOP pengobatan ya, sama SOP pemutusan mata

rantai penularan. SOP itu ada yang membuat dari Dinasn Kesehatan tapi ada juga yang oleh

Puskesmas.

Page 220: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

206

Puskesmas Kota Semarang?

9. Bagaiaman cara petugas

memberikan penyuluhan etika

batuk kepada petugas kesehatan,

pasien TB maupun pengunjung

Puskesmas yang lain?

Ya dikasih mbak, tadi lewat sosialisasi-sosialisasi di pertemuan yang sudah saya jelaskan

tadi itu disampaikan semuanya terkait TB.

10. Menurut Anda, Apa sajakah

kendala/hambatan yang ada

terkait pengendalian faktor

risiko yang dilakukan oleh

petugas Tim TB di Puskesmas

Kota Semarang?

Ya ada, semua program itu tentunya memiliki kendala misalnya saja memasyarakat

penggunaan masker kendalanya adalah merasa tidak sopan berbicara dengan orag lain

dengan mulut ditutupi itu termasuk kendala, kemudian kendala e... kelembapan ventilasi dan

pencahayaan masyarakat menganggap itu tidak perlu ya karena faktor eksnoren. Faktor

eksnoren itu adalah faktor ketidaktahuan masyarakat tentang bagaimana penyakit

Tuberkulosis itu bisa menular, jadi kendalanya yang utama itu ya tadi faktor eksnoren.

Penemuan dan Penanganan Kasus

11. Bagaiamana langkah penemuan

kasus penderita TB yang

dilakukan oleh petugas tim TB

di Puskesmas Kota Semarang?

Sama dengan mempedomani permenkes tadi ya, entah dalam kaitannya penemuan kasusnya,

kaitannya dalam pemantauan pasien selama pengobatan maupun kegiatan yang berhubungan

dosis obat yang diminum yaitu menggunakan Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 dan juga

Perwal Nomor 39 Tahun 2017. Buku pedomannya itu banyak e... banyak ketentuan-

ketentuan teknis yang dipakai dalam penatalaksanaan pasien baik dari segi pencegahannya,

baik dari segi pengobatannya, maupun dari segi rehabilitasinya.

12. Menurut Anda, Apa sajakah

kendala/hambatan yang ada

terkait penemuan kasus program

P2TB yang dilakukan oleh

Hambatanya ya itu masyarakatnya kadang tidak mau untuk di periksa padahal sudah jelas

dia punya tanda gejala TB, ya hal ini karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentag apa

itu Tuberkulosis, seberapa besar bahayanya, dan cara penularannya bagaimana. Masalahnya

itu gejala awal TB kan sama kaya batuk biasa jadi kalau baru gejala batuk belum sampai

Page 221: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

207

petugas Tim TB di Puskesmas

Kota Semarang?

dahaknya yang campur darah itu, mereka mengganggap bahwa batuknya itu sakit biasa gitu.

kemudia juga untuk mengeluarkan dahaknya itu terkadang susah, nda bisa langsung saat itu

juga keluar jadi butuh waktu yang lama.

13 Bagaiamana prosedur

pengambilan obat untuk pasien

TB di Puskesmas?

Ya pasien Tb datang ke Puskesmas memeriksakan diri ke fasilitas elayanan kesehatan, untuk

pertama itu pasien terduga TB akan dilakukan tes dahak menggunakan tes TCM karena

hasilnya itu lebih akurat daripada tes mikroskopis. Lha tes TCM ini di Kota Semarang

alatnya hanya ada di Rumah Sakit Karyadi dan Rumah Sakit Tugu, baru 2 tempat itu saja.

Hasil tes dahak itu kalau postif ya nanti dia akan langsung.

14 Bagaiaman cara menentukan

orang yang menjadi PMO

(Pengawas Minum Obat) untuk

setiap pasien TB?

PMO itu yang utama petugas kesehatan di Puskesmas, misalnya pemeganng program TB,

bidan, perawat, gasurkes, petugas kesehatan lingkungan, dan lain lain. Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan, PMO bisa dari kader kesehatan, anggota PKK, atau anggota

keluarga.

Pemberian Kekebalan

16 Bagaimana pemberian

kekebalan yang diberikan

kepada balita untuk mencegah

tingkat penularan penyakit TB?

Yaitu dengan pemberian vaksinasi BCG berdasarkan Program Pengembangan Imunisasi

diberikan pada bayi 0-2 bulan untuk mencegah penularan TB, diberikan apabila dirumahnya

terdapat pasien TB.

17. Bagaimana pemberian

kekebalan yang diberikan

kepada ODHA yang menderita

penyakit TB?

Kalau untuk ODHA itu diberikan PPINH, nanti pengobatan untuk ODHA ada 2 yaitu

pengobatan untuk sakit HIV dan sakit TB.

SUMBER DAYA

Sumber Daya Manusia

Page 222: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

208

1. Apakah jumlah sumber daya

manusia di Puskesmas sudah

memadai?

Sudah sesuai karena memang sudah disiapkan oleh Dinas Kesehatan dan dilakukan

pembinaan untuk peningkatan kapasitas SDM nya melalui tadi pertemuan-pertemuan rutin

ya, kemudian mengirim untuk pelatihan-pelatihan nasional yang bersertifikat ya, maupun

kegiatan-kegiatan e... review materi program penanggulangan TB ,maupun refresing

program penanggulangan TB ya semuanya itu merupakan upaya-upaya untuk meningkatkan

sumber daya dalam hal ini adalah SDM pengelola program TBC.

2. Bagaimanakah pelatihan yang

diterima oleh petugas pelaksana

(pemegang program, petugas

laboratorium, dan dokter)

program Pencegahan dan

Pengendalian Tuberkulosis di

Puskesmas?

Kalau pelatihannya ini simultan ya sifatnya, tetapi kalau pembinaan yang rutinitas yang kita

laksanakan ya itu tadi per 3 bulan sekali itu untuk pemegang programnya. Kalau yang buat

petugas Lab itu sama tapi dalam pertemuan yang berbeda.

3. Seberapa seringkah petugas

mendapatkan pelatihan tersebut?

Sifatnya simultan itu tadi, kalau pertemuannya rutin per 3 bulan sekali

Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

4. Bagaiamanakah ketersediaan

obat anti tuberkulosis yang ada

di Puskesmas?

Ndak pernah, kalau logistik OAT atau Non OAT itu kita terjamin e... keberadaannya.

Distribusinya itu ndak lama, jadi mereka melalui mekanisme pengajuan kebutuhan. Nah,

pengajuan kebutuhan itu difasilitasi oleh aplikasi yang namanya SIMANIS itu.

5. Bagaiamana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan program P2TB

Selalu tersedia mbak, selalu terjamin keberadaannya.

Page 223: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

209

di Puskesmas?

Pendanaan

6. Bagaiamana ketersediaan dana

dalam pelaksanaan program

Pencegahan dan Penggulangan

Tuberkulosis di Puskesmas?

APBD dan BOK, ya istilah lainnya itu APBN dan APBD. APBD itu ada 2 yaitu APBD

tingkat 1 itu Provinsi dan APBD tingkat 2 itu Kota Semarang. Setiap tahunnya ada dan

didistribusikan ke Puskesmas.

7. Bagaiamana alokasi dana yang

digunakan untuk

penyelenggaraan program P2TB

di Puskesmas?

Alokasinya itu untuk pembinaan SDM maupun untuk penyediaan logistik TB yaitu OAT

maupun Non OAT intinya gitu

8. Menurut Anda, Apa sajakah

kendala/hambatan yang ada

terkait dalam sumberdaya

program P2TB yang dilakukan

oleh petugas Tim TB di

Puskesmas Kota Semarang?

Kalau kendalanya itu pengalokasian dana tentunya terbatas tidak bisa mencakup semua

program yang ada di institusi baik yang ada di DKK maupun yang ada di Puskesmas,

sehingga ya ada kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dengan dukungan dari sumber

lain selain APBD atau APBN seperti bisa dari CSA, dari perusahaan-perusahaan, kemudian

dari lembaga mitra ya itu pendanaan yang saat ini ada.

SISTEM INFORMASI

1. Bagaiamana pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh

Puskesmas kepada Dinas

Kesehatan Kota Semarang?

Menggunakan aplikasi yang namanya SEMAR BETUL kagiatan pencatatan dan

pelaporannya. Semar Betul itu Semarang Berantas Tuberkulosis menggunakan itu, kalau

pencatatn dan pelaporan ke Provinsi dan Kementerian Kesehatan menggunakan SITT. Semar

Betul itu berjalan kurang lebih e... tahun 2019 tetapi penekanan penggunaannya itu mulai

Juni 2019 sebelumnya pakai SITT sejak tahun 2013. Setiap saat bisa melaporkan kasus-

Page 224: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

210

kasusnya ke Semar Betul. Dinas bisa langsung melihat laporan di aplikasi itu, tapi

tergantung dari yang menginput data-data atas temuan kasus-kasusnya ke Semar Betul.

2. Seberapa sering kegiatan

tersebut dilakukan?

Setiap saat mbak, jadi Dinas bisa langsung melihat data hasil temuan kasusnya tapi

tergantung itu tadi petugas yang menginput data ke Semar Betul.

3. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang dialami

petugas dalam pelaksanaan

pencatatan dan pelaporan kepada

Dinas Kesehatan Kota

Semarang?

Kalau kedala itu ya kaitannya dengan penguasaan sistem aplikasinya ya, kalau tidak

menguasai ya menjadi kendala dalam menginput data-data ya. Nah, oleh karena itu Dinas

Kesehatan memberikan pelatihan-pelatihan tentang bagaimana caranya menginput data di

sistem pelaporan Semar Betul. Kalau sekarang penguasaan aplikasi oleh petugas

Puskesmasnya bisa dikatakan 40% ya, tapi ya sudah dianggap sudah menguasai aplikasi itu.

KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1. Bagamana supervisi yang

dilakukan oleh Dinas kesehatan

Kota Semarang di Puskesmas?

Dinas Kesehatan datang ke Puskesmas dengan melihat permasalahan yang dilaporkan

melalui semar Betul atau SITT dan juga kita mendiskusikan permasalahan-permasalahan

yang dijumpai yang muncul di teman-teman pemegang program yang ada di Puskesmas.

Pelaksanaannya tergantung kebutuhan dari pihak Dinasnya.

2. Bagaiaman pertemuan

monitoring dan evaluasi yag

dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Semarang dalam

pelaksanaan program P2TB di

Puskesmas? Seberapa sering

dilakukan!

Monitoringnya dilaksanakan 3 bulan sekali dalam bentuk capaian-capaian program

diantaranya ada capaian CDR dengan target yang ditentukan, capaian TSR dengan target

yang ditentukan, maupun capaian CNR dalam target yang ditentukan yaitu kaitannya kita

dalam memonitor e... kinerja programer yang ada di Puskesmas sekalian evaluasi

permasalahan-permasalahan apa yang didapatkan dan kenapa target kasus yang ditetapkan

tidak terpenuhi.

3. Bagaiamana bentuk kerjasama Dengan adanya RAD (Rencana Aksi Daerah) kerjasama lintas sektoral itu sudah ya

Page 225: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

211

yang Anda lakukan dengan

lintas sektoral (fasilitas

kesehatan milik swasta, kerja

sama dengan sektor

industri/perusahaan/tempat

kerja, dan kerja sama dengan

lembaga swadaya masyarakat

(LSM))?

katakanlah sudah tidak menjadi hal utama karena RAD penanggulangan TB itu juga

mengharuskan semua pihak, semua komponen, dan semua Stakeholder yang ada di Kota

Semarang untuk berperan sesuai dnegan kapasitasnya masing-masing di dalam program

penanggulangan TBC. Kalau koordinasi dengan Puskesmasnya ya itu tadi kaitannya dnegna

pertemuan yang dilakukan 3 bulan sekali itu, monevnya itu ya.

Menurut Anda, Apa sajakah

kendala/hambatan yang ada

terkait koordinasi, jejaring kerja,

dan kemitraan program P2TB

yang dilakukan oleh petugas

Tim TB di Puskesmas Kota

Semarang?

Ya kalau ada pergantian petugas yang baru, kan petugas yang baru itu belum mendapatkan

pemahaman yang memadai tentang program-program penanggulangan TB seperti

kompetensi yang sudah e... dimiliki oleh petugas yang lama yaitu yang menjadi kendala kita.

PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Bagaiaman peran serta

masyarakat dalam penemuan

kasus, pengobatan, dan

pencegahan penyakit TB?

Ya selama ini memang ada kasus-kasus TB yang dimana masyarakat itu secara automatically

datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan dirinya, disamping itu juga masyarakat

juga memberikan anjuran-anjuran kepada masyarakat yang ada disekitarnya bilamana

muncul tanda gejala batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih harus memeriksakan

dahanya ke Puskesmas ya gitu.

2. Bagaiamana peran serta

masyarakat dalam mengatasi

Jadi masyarakatanya itu tidak boleh melakukan diskriminasi atau menstigma pasien TB

dengan stigma-stigma yang negatif yang negatif ya yang itu dilakukan oleh masyarakat

Page 226: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

212

faktor sosial yang berpengaruh

pada penanggulangan TB?

dalam menjaga status sosial kaitannya dengan program penanggulangan TB.

3. Menurut Anda, Apa sajakah

kendala/hambatan yang ada

terkait peran serta masyarakat

terhadap program P2TB yang

dilakukan oleh pihak Puskesmas

Kota Semarang?

Ya karena masyarakat dengan berbagai ragam kebutuhannya, kemudian masyarakat dengan

faktor ketidaktahuannya itu dibeberapa kasus masyarakat itu tidak bisa diajak kerjasama

untuk program-program penanggulangan TB entah kaitannya dengan penciptaan lingkungan

yang bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya TB entah dalam keluarganya, entah dalam

penggunaan masker ya, entah dalam mengkonsumsi obat secara disiplin sesuai aturan ya itu

yang menjadi kendala-kendala petugas kesehatan.

HASIL WAWANCARA DI PUSKESMAS PURWOYOSO

Infoman Utama 1 No. Pertanyaan Hasil Wawancara

KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

Promosi Kesehatan

1. Bagaimana Anda memberikan

sosialisasi kepada pasien TB

yang memeriksakan dirinya ke

Puskesmas?

Jadi kalau pasien, pasien awal mula mau di Puskesmas kita beri sosialisasi. Dia sudah apa

namanya 2 minggu batuk dan sebagainya kita sarankan untuk melakukan pemeriksaan TCM.

Nah... habis itu, kita juga punya video yang bisa kita siarkan ke mereka, itu aja sih. Video

audio visual.

2. Bagaiamana Anda melakukan

sosialisasi tentang program

Jadi gini, a... sosialisasi sendiri itu ada beberapa tipe. Ada tipe yang langsung to the point ke

masyarakat, ada tipe yang kita lewat ke tenaga pendidik, ada dari kader, dan juga dari POS

Page 227: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

213

Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis

kepada masayarakat di wilayah

kerja Puskesmas?

TB atau inovasi saya ya itu POS TB (Pusat Observasi Strategis TB) di Puskesmas, a...

wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso. Jadi, ketika e....apa... informasi tentang TB itu

biasanya kita dapat dari kader TB. Kita punya kader TB, di sana kita sharekan informasi

tentang TB, kemudian teman-teman Gasurkes ke masyarakat. Teman-teman Gasurkes, jadi

saya menemani Gasurkes itu e... memberikan informasi mengenai TB ke masyarakat dan

saya sendiri melakukan sosialisasi TB ke tenaga pendidik, jadi e... ada beberapa tipe

sosialisasi yang kita galakan ke masyarakat. Jadi, bukan Cuma ke masyarakat tetapi juga ada

yang ke sekolah, ke masyarakat langsung, tenaga pendidik.

3. Apaka sajakah media yang

digunakan saat melakukan

sosialisasi kepada msyarakat

sekitar?

Kalau di masyarakat kita seringnya komunikasi secara langsung, ada beberapa media seperti

leaflet sama video buat ditunjukan ke masyarakatnya.

4. Apakah pihak Puskesmas

melakukan kerjasama dengan

pemangku kebijakan yang ada di

sekitar wilayah kerja Puskesmas,

seperti Kepala Desa, Kepala

RT/RW, pemuka agama

setempat, organisasi

masyarakat? Bagaimana bentuk

kerjasama tersebut?

Iya. Kita e... kerjasama dengan Lurah, dengan Camat untuk e... apa namanya melakukan

penanggulagan atau pengendalian TB. Kita e... beberapa bulan sekali kita lakukan apa

namanya koordinasi dengan kelurahan dan juga dengan kecamatan untuk penanggulangan

dini.

5. Bagaimana cara Puskesmas Biasanya memang e... apa ya, antar instansi itu sudah kita schedule bahwa ini ada schedule

Page 228: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

214

melakukan advokasi kepada

pemangku kebijakan tersebut?

untuk rapat e... apa namanya P2M di wilayah Kecamatan Ngaliyan. Nah itu, kami semua

datang ke situ mengsharekan ilmu kami, mengsharekan ini lho kebijakan-kebijakan dari apa

namanya TB yang kita lakukan ini. Mulai dari pemograman yang kita lakukan, jadi itu e...

langsung antar instansi terkait. Biasanya e... tiap 3 bulan itu ada, tiap setengah tahun itu ada

(kalau setengah tahun itu per e..., per antar Puskesmas dan Kelurahan biasanya tiap setengah

tahun), Kecamatan sama juga setahun sekali itu ada, terus nanti ke masyarakat juga ada, ke

kadernya pun juga ada. Kalau ke kader biasanya setahun 2 sampai 3 kali.

6. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

sosialisasi terkait dengan

program P2TB?

Advokasi selama ini sih tidak ada kendala ya karena e... kita di dukung dari setiap lini

masyarakat untuk dapat melakukan sosialisasi TB, tetapi mungkin masalah-masalah atau

hmabtan-hambatan yang terkait ini adalah pertama e... kurang terbukanya masyarakat

sehingga e... kita perlu juga meningkatkan kepedulian masyarakat tentang masalah TB ini

bahwa TB ini penting lho untuk ke depannya masyarakat, mungkin itu juga cara yang harus

kita lakukan untuk pengendalian TB. Bisa meningkatkan kepedulian masyarakat itulah hal

yang masih menjadi PR buat kita.

Surveilans Tuberkulosis

7. Bagaiaman pelaksanaan

surveilans yang Anda lakukan

oleh penemuan kasus TB?

Kalau penenmua kasus sendiri e... saya di sini punya sistem namanya Semar Betul, jadi e...

sistem ini kita bisa tahu dari mana apa namanya TB itu di kirimkan ke kami baik itu dari

teman-teman Gasurkes, entah itu dari masyarakat langsung atau dari instansi lain misal

Rumah Sakit atau Balkesmas mengirim ke kami, kami sudah bisa tahu kondisi pasiennya.

Jadi, kita tau oh pasien ini dari mana dan apa yang dikeluhkan atau mungkin dari bisa

langsung dari e... terjun langsung ke masyarakat. Kami punya beberapa data yang dari

masyarakat misal e... pertama dari PIS-PK dan yang kedua dari Gasurkes, jadi 2 ini yang e...

kita bisa gunakan untuk pencarian kasus-kasus TB.

8. Apa sajakah kendala/hambatan Ya itu tadi, kepedulian masyarakat menjadi hal yang sangat e... krusial ya karena gini e...

Page 229: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

215

yang dialami petugas dalam

pelaksanaan surveilans tersebut?

banyak masyarakat yang masih berstigma bahwa TB itu akan mati, jadi e... HIV dan TB

sangat sulit untuk kita temukan karena banyak masyarakat yang masih berstigma TB-HIV

pasti mati. Orang-orang TB kan biasanya oh... punya penyakit miskin nih gitu kan, nanti dia

nggak malu ke kita gitu. Ndak papa kami lebih terbuka dengan orang-orang yang seperti itu,

kadang banyak mereka nggak mau karena e... kepedulian mereka masih sangat kurang

tentang pasien TB. Stigma masyarakat mengenai masalah TB dan HIV di wilayah Kota

Semarang ini sangat, nyuwun sewu sangat rendah.

Pengendalian Faktor Resiko

9. Bagaiaman upaya yang

dilakukan dalam pengendalian

penyakit pada pasien TB agar

tidak terjadi penularan?

Ya ... kita. Pertama kita obati pasiennya kita obati, kita beri sosialisasi mengenai bagiamana

cara mereka tertular, bagaiaman cara bersosialisasi dengan masyarakat, apa saja yang tidak

disukai kuman TB contohnya kuman TB paling tidak suka dengan sinar matahari, mereka

boleh berbicara tapi pakai masker di udara terbuka, setiap pagi kita buka jendela buka pintu

agar matahari masuk dan sebagainya.

10. Bagaiaman upaya yang

dilakukan dalam pengendalian

faktor risiko pada masyarakat

yang dilingkungannya terdapat

pasien TB?

Faktor resikonya, pertama setelah ada ditemukan pasien dengan TB jadi kita akan

melakukan investigasi kontak. Investigasi kontak itu jadi e... tiap-tiap rumah yang disekitar

pasien itu kita akan cek semua itu dengan TCM ya, apakah ada yang terindikasi untuk

terkena apa namanya TB itu. Setalah itu, kita memeberikan edukasi kepada mereka bahwa

TB itu bisa disembuhkan dan e... bisa diselesaikan.

11. Apakah Puskesmas juga

melakukan screening terhadap

petugas yang ikut serta dalam

pelaksanaan program P2TB?

Kalau untuk screening itu biasanya dilakukan e... kita kerjasama dengan pihak instansi lain

ya dalam hal ini adalah e... biasanya kita kerjasama dengan isntansi pendidikan dengan cara

pengambilan darah untuk di cek.

12. Apakah terdapat Standar Ya, ada-ada SOP. Kalau alur untuk pasien batuk ada di depan dan di belakang bagaiman cara

Page 230: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

216

Prosedur Operasional (SPO)

mengenai alur pasien untuk

semua pasien batuk, alur

pelaporan dan surveilans di

Puskesmas?

batuk sudah diajarkan. Alur pelaporan itu sudah kita sharekan ke masyarakat tinggal

hubungi Gasurkes kami, hubungi programer kami, nanti kita akan masukkan data-data

mereka ke sistem kami yaitu sitem Semarang Berantas Tuberkulosis (Semar Betul). Jadi,

dari sini kita bisa tahu berapa jumlah pasien saya, anytime anywhere e... saya bisa tahu.

13. Apakah Anda memberikan

penyuluhan etika batuk kepada

petugas kesehatan, pasien TB

maupun pengunjung Puskesmas

yang lain?

Ya kami memberikan.

14. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

pengendalian faktor risiko

Tuberkulosis?

Kendalanya itu pasien TB jarang yang menggunakan masker, mereka kebanyakan pakai

masker kalau keadaan tertentu saja tidak setiap saat setiap hari mau pakai masker.

Penemuan dan Penanganan Kasus

15. Bagaiamana langkah penemuan

kasus penderita TB yang

dilakukan oleh Puskesmas?

Penemuan kasus TB itu ada dari masyarakat yang terduga TB memeriksakan dirinya ke

Puskesmas, ada laporan dari kader bahwa hasil screening mereka terdapat suspek yang

positif TB, ada yang dari gasurkes, kemudian ada juga laporan dari Rumah Sakit kalau

warga di wilayah Puskesmas Purwoyoso merupakan pasien TB kemudian untuk

pengambilan obatnya nanti disini bagitu.

16. Apa sajakah pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan

Kalau untuk di Puskesmas sendiri kita melakukan TCM (Tes Cepat Molekuler), jadi itu yang

dilakukan untuk pemeriksaan tes TB kecuali kalau memang pasien itu didiagnosisnya di

tempat lain misalnya di Rumah Sakit, biaiasanya mereka membawa hasil Ronxen atau hasil

Page 231: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

217

dalam mendiagnosis pasien TB? apa. Nah, di sini pun kita akan melakukan tes ulang ujinya.

17. Bagaimana upaya yang Anda

lakukan untuk menjamin pasien

TB selalu memeriksakan diri

dan mengkonsumsi Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) secara

rutin?

Jadi gini, e... sistem yang kami buat bersama-sama ini dan kami kembangkan bersama-sama

ini bisa mengontrol pasien. Jadi, kita punya e.. semacam kapan mereka harus periksa dahak

dan kapan mereka harus ambil obat jadwalnya sudah ada. Ketika mereka tidak mengambil

obat atau mereka tidak periksa dahak, Gasurkes kami akan mengunjungi.

18. Apa sajakah kendala/hambatan

yang Anda alami dalam

melakukan penemuan kasus Tb

di masyarakat?

Tidak ada hambatan.

19. Bagaiamana prosedur

pengambilan obat untuk pasien

TB?

Kalau prosedur pengambilan obat, pasien datang atau keluarga datang biasanya e... kalau

untuk tahap pertama biasanya satu minggu dulu sampai satu bulan selesai baru kita berikan

dua minggu. Bagaiamana upaya penanganan yang dilakukan petugas terhadap pasien gagal

dan putus berobat?

20. Bagaiaman cara Anda

menentukan orang yang menjadi

PMO (Pengawas Minum Obat)

untuk setiap pasien TB?

PMO pasien TB berasal dari keluarga mereka

21. Bagaiamankah Anda

menyampaikan tugas manjadi

seorang PMO?

Tidak, jadi ketika mereka datang kita beri tahu bahwa ini PMO mereka karena nomor HP

pun kita masukan ke e... sistem kami, jadi semuanya e... sudah dapat dilihat di sistem kapan

mereka mengambil obat dan apa yang harus dilakukan sebagai PMO.

Page 232: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

218

22. Bagaiaman koordinasi Anda

dengan PMO pasien TB dalam

upaya melakukan pengawasan

minum Obat Anti Tuberkulosis

(OAT)?

Baisanya kalau pasien datang itu biasanya dari yang mendampingi itu kita kasih edukasi

Pemberian Kekebalan

23. Bagaimana pelaksanaan

pemberian kekebalan kepada

balita yang dilingkungannya

terdapat penderita TB?

Kita ngasih imunisasi BCG untuk bayi, kalau di rumahnya ada penderita Tbnya ya nanti kita

kasih PPINH.

24. Bagaimana pemberian

kekebalan kepada ODHA yang

terkena penyakit TB?

Buat ODHAnya kita kasih pengobatan kombinasi, maksudnya ngasih obatnya itu ARV sama

AOT.

SUMBER DAYA

Sumber Daya Manusia

1. Apakah jumlah sumber daya

manusia di Puskesmas ini sudah

memadai? Siapa sajakah petugas

yang terlibat dalam pelaksanaan

program P2TB?

Sudah. Pelaksananya ada dokter, pemegang program, petugas laboratorium, gasurkes,

promosi kesehatan, sama epidemiologi.

2. Apakah beban kerja rangkap

mempengaruhi pelaksanaan

Ya, ada beban rangkapnya. Kalau mempengaruhi kinerja karena e... sekarang kita dituntut

untuk cepat dan tepat ya, jadi kinerja tidak turun tapi tetap melaksanakan tugasnya.

Page 233: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

219

program P2TB di Puskesmas?

3. Bagaimanakah pelatihan yang

diterima oleh petugas pelaksana

(pemegang program, petugas

laboratorium, dan dokter)

program Pencegahan dan

Pengendalian Tuberkulosis di

Puskesmas ini?

Petugas yang terlibat dalam program penanggulangan TB sudah memiliki sertifikat yang

berlaku selama 2 tahun. Pelatihan yang diterima itu dari Bapelkes Jateng.

4. Seberapa seringkah petugas

mendapatkan pelatihan tersebut?

Pelatihan untuk program penanggulangan TB belum tentu dilaksanakan setiap tahunnya, jadi

tergantung pihak yang menyelenggarakan.

5. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam

menjaga kualitas sumber daya

manusia terkait program P2TB

di Puskesmas?

Tidak ada kendalanya

Ketersediaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan

6. Bagaiamanakah ketersediaan

obat anti tuberkulosis yang ada

di Puskesmas?

Kalau untuk obatnya sih sudah cukup ya karena setiap ada pasien selalu diberikan obatnya

7. Bagaiamana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan program P2TB

Kalau untuk saya sih e... saya cukup ya, sudah ada laptop, poli untuk TB meskipun belum

optimal polinya karena kurangnya sinar matahari yang masuk ke ruang poli TB.

Page 234: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

220

di Puskesmas?

8. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam

pengadaan ketersediaan obat/alat

kesehatan/sarana dan prasana

terkait program P2TB di

Puskesmas?

Kalau hambatan sih ndak ada, selama ini dari Dinas pun medukung

Pendanaan

9. Bagaiamana ketersediaan dana

dalam pelaksanaan program

Pencegahan dan Penggulangan

Tuberkulosis?

Ada dari BOK

10. Bagaiamana alokasi dana yang

digunakan untuk

penyelenggaraan program

P2TB?

Jadi dana kita bikin proposal anggaran itu bikinnya satu tahun sebelum pelaksanaan program

misal kita membuat proposal anggaran di tahun 2019 nanti aplikasi pelaksanaan programnya

di tahun 2020.

SISTEM INFORMASI

1. Bagaiamana pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh

Puskesmas kepada Dinas

Kesehatan Kota Semarang?

Ya ini, sistem ini tadi. Jadi, sistem ini sendiri sudah tahu kapan saya harus apa... kalau ada

pasien dia akan langsung terdaftar di sini. Kita langsung daftarkan pasiennya ke Semar Betul

(Semarang Bebas Tuberkulosis). Pihak Dinas langsung dapat melihat datanya. Jadi, setiap

hari kalau ada pasien TB, dia langsung terdetek dan pihak Dinas langsung mengetahui.

2. Seberapa sering kegiatan Setiap hari dilakukan.

Page 235: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

221

tersebut dilakukan?

3. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang dialami

petugas dalam pelaksanaan

pencatatan dan pelaporan?

Kalau kerusakan jaringan itu biasanya yang bermasalah providernya ya, karena Semarang

providernya masih naik turun kadang ya menghambat juga.

KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1. Bagamana supervisi yang

dilakukan oleh Dinas kesehatan

Kota Semarang di Puskesmas?

Jadi, supervisi yang dilakukan biasanya per tiga bulan sekali atau per empat bulan sekali.

Saat supervisi kita langsung kumpul semua petugas TB dari Puskesmas dan Rumah Sakit,

kita bawa laptop masing-masing, bawa sistem masing-masing bisa langsung dilakukan.

2. Bagaiaman pertemuan

monitoring dan evaluasi yag

dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Semarang? Seberapa sering

dilakukan!

Jadi, ya kaya gitu tadi. Kita dikumpulkan untuk kemudian nanti dilakukan evaluasi.

Biasanya dilakukan tiga bulan sekali itu e... sekalian merekap data.

3. Bagaiaman kegiatan monitoring

dan evalasi yang dilakukan di

Puskesmas?

Monitoring dilakukan setiap hari dengan melihat data di Semar Betul, sedangkan untuk

evaluasi biasanya kita lakukan setiap 1 sampai 2 minggu sekali.

4. Bagaiamana bentuk kerjasama

yang Anda dilakukan dengan

lintas program yang ada di

Puskesmas?

Kerjasama lintas program iya, bahkan lintas sektoralpun kita lakukan seperti kita kerjasama

dengan Dinas Pendidikan dan juga kerjasama dengan sekolah.

Page 236: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

222

Bagaiamana bentuk kerjasama

yang Anda lakukan dengan

lintas sektoral (fasilitas

kesehatan milik swasta, kerja

sama dengan sektor

industri/perusahaan/tempat

kerja, dan kerja sama dengan

lembaga swadaya masyarakat

(LSM))?

Memberikan informasi dan edukasi tentang penyakit TB dan penanggulangan penyakit itu

sendiri.

PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Bagaiaman upaya Puskesmas

untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam penemuan

kasus TB?

Ya pertama kita bikin kader-kader, sosialisasi ke masyarakat, kita juga bikin POS TB di

sekolah-sekolah agar juga meningkatkan kepedulian mereka.

2. Menurut Bapak, seberapa besar

peran serta masyarakat dalam

mendukung pencegahan dan

pengobatan penyakit TB?

Sangat besar, kami hanya sebagai fasilitator jadi keberhasilan program dari ini hanya 30%.

Masyarakat sendirilah yang menjadi e... motor atau menjadi inti dari perogram ini, kalau

masyarakat sendiri tidak terbuka bagaiaman kita bisa meningkat menjadi 100% untuk

pengendalian TB

3. Bagaiamana upaya Puskesmas

untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam mengatasi

faktor sosial yang berpengaruh

Ya kita e... dalam minggu ini rencananya mau bikin video tentang masalah ini tentang alur

dan juga bahwa menggarisbahawi stigma bahwa TB itu bisa disembuhkan. Jadi, dari video

itu kita sebarkan ke kader yang diharapkan kader bisa disebarkan kemasyarakat sekitar

Page 237: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

223

pada penanggulangan TB?

4. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam peran

serta masyarakat terhadap

program P2TB di Puskesmas?

Ya kendalanya ada di masyarakat mau berubah apa ndak. Semua sosialisasi yang kita

berikan dan semua video yang kita berikan dapat diikuti oleh masyarakat atau tidak. Peran

serta masyarakat sendiri sangat penting dalam pengendalian penyakit TB. Kita sudah

melakukan screening secara merata tetapi baik itu melalui PIS PK dan juga Gasurkes,

selama itu kita sudah berusaha semaksimal mungkin kita tidak bisa memenuhi target

penemuan kasus karena pada dasarnya kita menemukan banyak kasus di masyarakat sekitar

87 pasien TB tapi yang bersedia berobat di puskesmas hanya sejumlah 12 pasien TB. Jadi,

jumlah yang ada tidak sesuai karena banyak pasien yang merasa bahwa dirinya baik-baik

saja dan tidak memiliki sakit yang parah.

Infoman Utama 2

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

1. Apakah Anda menyampaikan

infromasi tentang penyakit TB

kepada pasien terduga TB ketika

melakukan pemeriksaan

mikroskopis di Puskesmas?

Pasien yang sudah batuk 2 minggu mereka di suruh datang ke sini terus kita ambil sampel

dahaknya, satu yang bangun tidur dan yang satu untuk sewaktu (SPS). Nah, yang bangun

tidur itu e... dipakai untuk pemeriksaan TCM. TCM itu lebih akurat dari pada mikroskopis,

TCM itu Tes Cepat Molekuler jadi yang diperiksa adalah DNA. Nah, itu kita ambil

dahaknya pagi sama sewaktu karena kebetulan di Puskesmas tidak ada tes TCM, jadi kita

rujuk ke Rumah Sakit Tugu. Saat ini yang memiliki TCM kebetulan hanya 2 yaitu Rumah

sakit Tugu dan Rumah Sakit Karyadi, hanya 2 jadi semua Puskesmas di Semarang merujuk

Tes TCM ke dua Rumah tersebut. Akurasinya dari tes TCM itu sangat tinggi sampai 90%

tapi kalau tes mikroskopis itu lebih rendah karena kualitas dahaknya ndak bagus atau

dahaknya juga ndak pas.

2. Bagaiamana pelaksanaan Nah... sekarang sudah dihilangkan sewaktu pagi sewaktu itu sudah ndak ada, adanya pagi

Page 238: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

224

pemeriksaan sputum yaitu

sewaktu pagi sewaktu sebagai

screening awal penyakit TB di

Puskemas ini?

dan sewaktu.

3. Apakah pasien secara rutin

melakukan pemeriksaan

tersebut? Berapa kali

pemeriksaan dilakukan?

Selama pengobatan itu kan yang pertama diagnosa, kedua follow up di bulan kedua, bulan

ketiga, bulan kelima, dan di akhir pengobatan. Jadi, ada 4 kali pemantauan pengobatan.

4. Bagaiamana ketersediaan

sumber daya manusia dalam

pelaksanaan pelayanan

Laboratorium di Puskesmas ini,

apakah sudah mencukupi atau

belum?

Kalau sekarang sih mencukupi karena nggak begitu banyak sampel, jadi yang terduga itu

masih berapa persen gitu dek belum menjaring semua akar-akarnya itu belum. Pasien yang

datang ke sini itu juga jarang ada, jadinya ya nek ketersediaan tenaga ya cukup.

5. Bagaiamna cara melakukan

penegakan diagnosis awal

seorang terduga pasien TB di

Puskesmas ini?

Pertama kan pasien dari BP di periksa dulu sam dokter, kalau dia dicurigai TB langsung di

suruh buat tes dahaknya. Dahaknya itu nanti diperiksa disini secara mikroskopis buat di

pastikan apakah ini postif atau negatif. Nah, kalau hasilnya positif berarti nanti dia menjalani

pengobatan TB selama 6 bulan itu, kalau negatif ya sudah di ndak menjalani pengobatan.

6. Bagaiamana pelatihan yang

diperoleh oleh petugas

Laboratorium untuk

meningkatkan keahliannya daam

Jadi, kita pelatihan itu selama 1 minggu di Balai Kesehatan Laboratorium untuk

pemeriksaan TB itu. Jadi, selama seminggu kita bikin dahak, bikin mikroskopis, membaca

slide kaya gitu. Biasanya kalau sudah dapat sertifikat sudah sih, nanti tinggal pertemuan-

pertemuan aja update materi. Waktu itu sih saya pelatihan tahun 2016 sekarang belum ada

Page 239: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

225

melaksanakan tugas? Berapa

kali dilakukan pelatihan!

update lagi. Mungkin kalau ada pelatihan itu yang belum pernah dilatih nah itu ada

pelatihan.

7. Bagaiamana keadaan fasilitas

dan peralatan yang diperlukan

untuk pelaksanaan pemeriksaan

penyakit Tuberkulosis di

Puskesmas ini?

Bikin surat, karenakan kita di fasilitasi pemerintah jadi kalau misalnya reagen kita habis

tinggal minta nanti dikasih oleh dinas kesehatan.

8. Bagaiaman ketersediaan alat

pelindung diri yang terdapat di

Puskesmas ini?

Menurut saya sudah mecukupi

9. Bagaiamana pelaksanaan

pemantapan mutu internal

Laboratorium di Puskesmas ini?

Ya ini udah bagus karena setiap triwulan ya kita menyerahkan hasil slidenya itu ke BAK ya

nanti mereka croschek ya nanti kita diberikan hasil per tiga bulan, jadi satu tahun 4 kali.

Biasanya kita kan triwulan pertama ngirim nanti kita dapet hasil di triwulan kedua, jadi 3

bulan baru dapat hasilnya

10. Bagaiamana ketersediaan

Prosedur Tetap (Protap) untuk

seluruh proses kegiatan

pemeriksaan Laboratorium di

Puskesmas ini?

SOP ada, kita juga pakai itu apa... Permenkes Nomor 37 tahun 2012 itu sih.

11. Bagaiamana pemeliharaan,

pengadaan, dan uji fungsi yang

dilakukan dalam peningkatan

Setiap tahun melakukan itu apa namanya, kalibrasi. Paling yang dikalibrasi cuma mikroskop

Page 240: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

226

mutu Laboratorium di

Puskesmas ini?

12. Bagaiaman ketersediaan standar

operasional prosedur terkait

dengan keamanan dan

keselamatan kerja di Puskesmas

ini?

SOP tersedia

13. Apakah dilakukan screening

terhadap petugas yang terlibat

dalam pelaksanaan program

P2TB di Puskesmas ini?

Sudah dilakukan, kemarin dari itu kimia farma dia malakukan ada alat baru apa namanya

aku lupa yang bekerjasama dengan mahasiswa UNDIP dengan cara mengambil sampel

darah petugas tapi hasilnya sampai sekarang belum diberikan

14. Bagaiaman alokasi dana yang

digunakan untuk Laboratorium

dalam pelaksanaan program

P2TB di Puskesmas ini?

Saya sih nggak mendapatkan dana

15. Bagaiamana koordinasi yang

dilakukan oleh petugas

Laboratorium di Puskesmas

dengan Dinas Kesehatan Kota

Semarang dalam melakukan?

Saya rasa sudah bagus, sekarang sudah ada grup WA itu toh jadi lebih mudah koordinasinya

misalnya akan ada rapat atau mau diadakan apa kaya gitu lebih gampang. Sering sekali

dilakukan rapat tapi ndak mesti ya karena yang menjadwalkan kan Dinas toh, nek pertemuan

rutinnya ndak ada. Paling kalau ada update-upadate kaya gitu misalnya mau ada aplikasi

baru nah itu baru rapat. Kalau ilmu teknik pembuatan slide itu ndak ada update dari 2016,

tapi kalau update aplikasi atau update penulisan kaya gitu sih paling nggak mesti

16. Bagaiaman pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh

E... pakai itu Semar Betul sama dengan pemegang program P2TB karena kan itu ngelink

kaya gitu lho dek. Jadi, mulai dari poli TB, dari laboratorium, terus dari poli obat, dari

Page 241: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

227

petugas Laboratorium dengan

Dinas Kesehatan?

petugas lapangan itu sudah ngelink semua. Jadi, pakai Semar betul semua.

17. Bagaiaman monitoring dan

evaluasi pelayanan

Laboratorium yang dilakukan

dengan Dinas Kesehatan?

Kalau untuk TB saya ndak tahu itu, evaluasi kalau dari Lab itu hanya dari sini aja paling dari

pemantapan mutu eksternal. Ya itu kan mereka nanti Dinas kan mengevaluasikan kinerjanya

kita, nah kalau untuk evaluasi dari pengobatan sampai diagnosa sampai itu kan bagian poli

TB kalau kita ya teknis aja pelaksanaannya.

18. Bagaiaman monitoring dan

evaluasi pelayanan

Laboratorium yang dilakukan di

puskesmas ini?

Setiap bulan itu ada rapat buat monev di Puskesmas sama Kepala Puskesmas gitu, ya kalau

bagian laboratorium paling terkait alat-alat kaya gitu. kalau TB sendiri sih jarang ya Lab itu

ada masalah, ya paling kualitas dahak dari pasiennya itu sih bagus apa tdak.

19. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang Anda

dialami dalam pelaksanaan

program P2TB?

Kendalanya kerana itu belum ngelink sama SITT ya. SITT itu dari Kemenkes kalau Semar

Betul itu dari Semarang bikin sendiri. SITT itu tidak ada laporan laboratoriumnya, kalau

Semar betul lebih lengkap memang. Kendalanya paling ya disitu belum neglink sama SITT.

Kalau pelaporan ke Dinasnya ya tinggal tarik data dia, sewaktu-waktu juga bisa ambil data

setiap saat di aplikasi ini. Hemm kalau kendala teknis itu paling kualitas dahak. Kualitas

dahak pasien itu kan mempengaruhi hasil kan, jadi kadang dari pasien susah mengeluarkan

dahak kaya gitu lho. Pemeriksaannya jadi tidak optimal karena kualitas dahaknya kurang

bagus, kalau logistik nggak, SDM juga nggak. Ya itu, terus sama penjaringan yang kurang ya

jadi yang terdeteksi itu masih kita hanya nunggu pasien itu datang paling sebulan itu satu.

20. Apa sajakah yang perlu

dilakukan oleh Puskesmas untuk

meningkatkan kualitas

pelayananan Laboratorium

Sering diadakan acara-acara apa itu namanya, sosialisasi TB kaya gitu lho dek, jadi kaya

penularannya itu gimana. Sering diadakannya acara cara menganggulangi TB atau nggak

acara penjaringan TB atau nggak e... tapi saya ndak tau dek pengukuran TB di nyatakan

berhasil itu dari mananya, perasaan di sekitar kita itu sudah nggak ada gitu lho. Soalnya

Page 242: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

228

untuk penyakit TB? yang kita jaring itu selama satu tahun 6 bulan saya disini cuma dapat 2 ik yang positif

dahaknya. Kalau nggak penjaringan kalau nggak sosialisasi itu ditingkatkan.

Informan Utama 3

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

Promosi Kesehatan

1. Bagaiaman Anda melakukan

sosialisasi tentang program

Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis

kepada masayarakat di wilayah

kerja Puskesmas?

Kita penyuluhan ke warga memberikan informasi tentang TB, tanda gejalanya,

penyebabnya, apa itu TB ya seperti kita sharing. Forum penyuluhannya itu ya di PKK,

Kelurahan, RT, RW, sekolahan ke guru-guru soalnya adik-adiknya umurnya masih kecil,

sama Puskesmas. Berdasarkan targetnya satu bulan itu 7 kali penyuluhan. Jumlah peserta

yang datang ya banyak mbak minimal 10 orang kaya di dawsi-dawis gitu.

2. Apaka sajakah media yang Anda

digunakan saat melakukan

sosialisasi kepada msyarakat

sekitar?

Lembar balik, leaflet, kalau di sekolah itu LCD buat PPT

3. Apakah pihak Anda melakukan

kerjasama dengan pemangku

kebijakan yang ada di sekitar

wilayah kerja Puskesmas, seperti

Kepala Desa, Kepala RT/RW,

pemuka agama setempat,

organisasi masyarakat dalam

Oh iya pasti itu, kalau ndak kerjasama kita susah masuknya.

Page 243: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

229

penemuan kasus TB?

Bagaimana bentuk kerjasama

tersebut?

4. Bagaimana cara Anda

melakukan advokasi kepada

pemangku kebijakan tersebut?

Ya gitu aja kita ijin pakai surat tugasnya, kalau ndak diijinkan ya ndak dilakukan kerjasama

5. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

sosialisasi terkait dengan

program P2TB?

Oh kalau kendala itu pasti banyak, ada yang orangnya itu pasif, ada yang tidak

mendengarkan, sama antisipasinya kurang. Macem-macem ya mbak, kan tiap orang itu

macem-macem karternya.

Surveilans Tuberkulosis

6. Bagaiaman pelaksanaan

surveilans yang dilakukan untuk

menemukan kasus TB di

masyarakat?

Oh kita tu screening terjun langsung ke masyarakat, kita jadi wawancara gitu. kalau ada

salah satu tanda gejalanya kita rujuk, utamanya paling ndak batuk lebih dari 2 minggu

berdahak terus kok gejala-gejala yang nuncul baru kita rujuk ke Puskesmas sih kaya gitu.

Jadi, screeningnya itu kita ketuk pintu ke rumah-rumah terus kalau kita di PKK juga

ngomong “bu, kalau nanti ada saudaranya atau tetangganya yang batuk-batuk nanti disuruh

periksa di Puskesmas” gitu. kita ada e... apa namanya kader TB. Jadi, kita biasanya

kerjasama sama kader TB kalau menemukan dia laporan ke kita kalau kita menemukan juga

laporan ke ibunya ke kadernya saling kerjasama. Kadang kalau kader melakukan kunjungan

rumah ke penderita TB kita mendampingi, tergantung waktu untuk kita karena waktu kita

ndak hanya mengurusi TB aja kan kita juga mengurus yang lain, kitakan dibawahnya P2P

jadikan banyak programnya ndak cuma TB saja.

7. Apa sajakah kendala/hambatan Orang-orangnya yang susah mbak kalau disuruh buat tes dahak karena kan dahak itu ndak

Page 244: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

230

yang dialami petugas dalam

pelaksanaan surveilans tersebut?

gampang juga buat dikeluarin ya mbak. Masalah batuk di masyarakat juga meskipun itu

sudah tanda gejala TB tapi merekanya menganggap itu hanya batuk biasa terus dibiarkan

nanti sembuh kalau ndak ya minum obat warung. Kalau ssakitnya belum parah belum mau

periksa ke Puskesmas.

Pengendalian Faktor Resiko

8. Bagaiman upaya yang dilakukan

dalam menyusun rancangan

rencana tindak dan respon cepat

terhadap faktor risiko penyakit

TB?

Misal ada yang positif TB, kita screening dateng minimal 10 rumah radius 100 meter kanan

kiri depan belakang dari pasien TB itu wajib di screening.

9. Bagaiaman Anda menganalisis

potensi ancaman penyakit,

sumber dan cara penularan, serta

faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap penularan penyakit

TB?

Jadi kalau kunjungan rumah itu yang dilihat lingkungannya juga, dilihat kondisi rumahnya

juga, terus letak rumahnya dempet-dempet atau tidak gitu sih. Kalau ini kan kita sekarang

lebih detail nanyanya mulai dari identitas warga yang dirumah, terus riwayat penyakitnya,

tanda gejalanya kaya gitu. Awalnya mereka sempat protes karena kelamaan tapi kita kasih

tau tentang program ini terus ya mereka mungkin karena sudah terbiasa jadi ya menerima.

10. Bagaiaman upaya yang

dilakukan dalam pengendalian

faktor risiko pada masyarakat

yang dilingkungannya terdapat

penderita TB?

Paling ini sih mbak, kalau ada orang yang batuk ditutup biar ndak tertular batuknya, jaga

kesehatan tubuh dengan aktivitas sehat sama makan makanan yang bersih dan sehat, terus

sosialisasi tentang bahaya TB dan cara penanganannya gitu aja.

11. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

Susahnya itu kalau sama yang pasien TB itu disuruh pakai masker sulit, ya mungkin malu ya

mbak kalau pakai masker terus nanti banyak tetangga yang tanya kenapa dan jawabnya juga

Page 245: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

231

pengendalian faktor risiko

Tuberkulosis?

malu kalau kena sakit TB. Ada juga masyraakat yang masih belum terbuka sama kita kalau

dia sakit, apalagi sakit TB jadi kalau diminta buat periksa ke Puskesmas ndak mau.

Kebanyakan bilangany ya wong Cuma sakit batuk biasa nanti pasti sembuh, kaya gitu-giu.

Penemuan dan Penanganan Kasus

12. Bagaiamana langkah penemuan

kasus penderita TB yang

dilakukan di masyarakat?

Kita melakukan screening untuk mendapatkan suspek di masyarakat dengan cara ketuk pintu

di rumah-rumah terus kita wawancara sama anggota keluarga di rumah tetang kesehatannya,

kalau ada yang batuk terus tanda gejalanya mengarah ke TB nanti kita langsung rujuk ke

Puskesmas buat tes dahak. Selain itu, kita juga sosialisasi ke ibu-ibu melalui FKK tadi

menjelaskan ke mereka apa itu penyakit TB, terus jika ada anggota keluarga, sudara, atau

tetangganya yang punya tanda gejala seperti TB kita membaritahukan untuk segera

menyarankan orang tersebut periksa ke Puskesmas atau kalau ndak ya menghubingi kader

atau kami juga bisa.

13 Apa sajakah kendala/hambatan

yang Anda alami dalam

melakukan penemuan kasus Tb

di masyarakat?

Kendalanya ada banyak mbak, kendala saat kita penemuan kasus misal kita dapet pasien

diwilayah A kadang ndak terbuka sama kita dan juga takut nanti tetangganya tau terus

dikucilkan dijauhi. Meskipun mereka sudah tau sih TBC itu dari bakteri tapi namanya orang

dikamping itu ya susah-susah gampang, ada yang terbuka ada yang tertutup gitu. kalau ada

keluarga yang tertutup ya kita kerjasama sama Puskesmas kolaborasi gitu, kita ndak

mungkin kerja sendiri. Kalau kami jarang sama kader soalnya kan ada tetangga sendiri yang

jadi kader nanti mereka malu, jadi kita gandengnya sama pemegang Puskesmas nanti kita

ketuk pintu kasih tau gitum ya secara pelan-pelan sih nanti mereka terbuka sendiri sama kita

ya.

SUMBER DAYA

Sumber daya Manusia

1. Apakah jumlah sumber daya Menurut kami untuk petugas gasurkes kurang ya karena wilayahnya itu luas sekali,

Page 246: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

232

petugas surveilans di Puskesmas

ini sudah memadai?

meskipun 2 Kelurahan tapi tu luas sekali. Dulu ada 4 orang petugas kerana ada pengurangan

jadi sekarang 3 orang.

2. Apakah petugas yang menjadi

tenaga surveilans sudah sesuai

dengan ketentuan standar

kompetensi di bidang

epidemiologi?

Ndak sih, nyatanya kami perawat semua. Dulu yang dicari itu ka tenaga kesehatan (perawat

sama SKM) sama bagian P2P.

3. Bagaimanakah pelatihan yang

diterima oleh petugas surveilans

untuk meningkatkan kinerja

dalam pelaksanaan program

P2TB di Puskesmas ini?

Ya pernah dulu awal-awal tahun, dulu sering tapi untuk tahun ini sih baru sekali. waktu

pelatihan itu kegiatannya ya jelasin tanda gejala TB, cara komunikasi, kendalanya, cara

menghadapi warga gitu-gitu sih lebih ke tehniknya ya tehnik surveilans. Kalau Puskesmas

sendiri ndak pernah melakukan pelatihan sih.

Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

4. Bagaiamana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan program P2TB

di Puskesmas untuk mendukung

pelaksanaan surveilans penyakit

TB?

Ruangannya masih bercampur sih masih berdekatan sama loket sama ruang aula, mungkin

karena Puskesmasnya juga luas wilayahnya masih terbatas sih ya. Ketersediaan obatnya ya

sudah lengkap.

5. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam

pengadaan ketersediaan obat/alat

Tidak ada, kalau kaya gitukan bukan ranahnya Gasurkes ya, kita kembalikan ke

Puskesmasnya, kita hanya tugasnya screening, membawa pasien kesini, e... pemantauan

pengobatan, selebihnya Puskesmas.

Page 247: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

233

kesehatan/sarana dan prasana

terkait program P2TB di

Puskesmas?

Pendanaan

6. Bagaiamana ketersediaan dana

dalam pelaksanaan surveilans

program Pencegahan dan

Penggulangan Tuberkulosis?

Ndak ada dana. Kalau penyuluhan itu swadaya masyarakat.

7. Bagaiamana alokasi dana yang

digunakan untuk

penyelenggaraan surveilans

program P2TB?

Ndak ada mbak.

SISTEM INFORMASI

1. Bagaiamana ketercapaian

indikator kinerja yang dilakukan

oleh petugas surveilans dalam

pelaksanaan program P2TB di

Puskesmas?

Target penyuluhan sudah terpenuhi, cuma kalau suspek kan kurang soalnya banyak yang

menolak juga sih. Dinas Kesehatan yang menentukan targetnya, kalau penyuluhan 7 kali,

kalau screening itu sebulannya 150, pemeriksaan suspek 8 kali sebulan. Kalau masyarakat

kan susah ya buat periksa dahak, kalau ditanya paling ya cuma batuk-batuk biasa jawabnya.

Target yang sudah tercapai itu penyuluhan sama screening.

2. Bagaiaman pelaksanaan

pencatatan dan palaporan yang

dilakukan oleh gasurkes kepada

Dinas Kesehatan dan Kepala

Kita mencatat hasil skrining di forulmulit TB terus dibuku kita sendiri juga ada.

Pelaporannya untuk ke kepala puskesmas itu setiap 3 bulan sekali, kalau ke Dinas perbulan

buat formulirnya maupun disistemnya semar betul.

Page 248: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

234

Puskesmas? Seberapa sering

kegiatan tersebut dilakukan?

3. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang dialami

petugas dalam pelaksanaan

pencatatan dan pelaporan?

Ribet mbak soalnya ada form yang ditulis tangan, terus masih diketik yang buat online, terus

pakai aplikasi sistem terbaru Semar Betul kan juga harus masuk. Kita itu jadinya 3 kali kerja

mbak.

KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1. Bagaiamana bentuk kerjasama

yang Anda dilakukan dengan

lintas program yang ada di

Puskesmas?

Kita kerjasamanya sama keslingnya ya mbak soalnya ndak ada epidnya. Kerjasamanya itu

ya waktu investigasi kontak mereka mendampingi gitu.

2. Bagaiaman keberhasilan

pelaksanaan penanggulangan

terjadinya KLB/wabah TB?

Jadi e... orang tipenya beda-beda ya mbak, dia mau berobat sampai tuntas ata ndak kaya gitu

misalkan orangnya itu gampang terus mau berobat berarti kaya gitu berhasil gitu, kalau ada

pasien TB yang pindah kaya gitu berarti ndak berhasil. Kalau yang ditangani disini sampai

selesai ya berhasil mbak soalnya kan kita jadi tau mulai pengawasan dari awal sampai

selesai ya dikatakan berhasil, tapi kalau pasien mangkir atau pindah kita udah ndak tau.

Pasien mangkir disini ya ada tapi mangkirnya itu karena pindah tempat berobat ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang lainnya.

3. Bagaiaman pelaksanaan

monitoring dan evaluasi

penyelenggaraan surveilans di

Puskesmas? Seberapa sering

Ada monev perbulan kalau Purwoyoso, paparan perbulan kinerja kita. Pertiga bulan kalau

sama Dinas Kesehatan.

Page 249: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

235

kegiatan tersebut dilakukan?

4. Bagaiaman monitoring dan

evaluasi yang dilakukan oleh

petugas surveilans kepada

Kepala Puskesmas dalam

melakukan penemuan kasus?

Seberapa sering hal tersebut

dilakukan!

Dilakukan pada saat pemaparan setiap 3 bulan sekali dalam pertemuan di Puskesmas.

5. Apa saja kendala/hambatan yang

dialami dalam melakukan

koordinasi dalam pelaksanaan

program TB baik dengan

Puskesmas maupun masyarakat?

Ada, ya tadi to mbak kesulitan membawa suspek sampai sini. Kalau dari DKK batuk 2

minggu itu harus disuspek, padahalkan tidak semua orang batuk 2 minggu itu terjangkit TB

ya , nah kalau kaya gitu disuruh langsung buat periksa dahak kan pasti ndak mau banyak

yang ndak mau.

PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Bagaiamana peran masyarakat

dalam penyelenggaraan

Surveilans Kesehatan untuk

meningkatkan kualitas data dan

informasi terkait dengan

penyakit TB?

Ya masyarakat kalau ada entah itu keluarga, saudara, atau orang lain yang batuk lebih dari 2

minggu atau lama gitu mereka bilang ke kita pas di FKK atau pas kita ketuk pintu ke rumah-

rumah gitu. kami nanti langsung berkunjung ke orang tersebut dan melakukan wawancara

terkait kesehatannya, kalau memang benar punya tanda gejala TB ya kita rujuk, kalau ndak

ya kadang kita sarankan juga buat periksa ke Puskesmas.

2. Bagaiamana peran masyarakat

dalam penyelenggaraan

Ya masyarakat ada yang terbuka tapi ada juga yang masih tertutup sama kita. Ya kebanyakan

sih masih apa ya, kurang terbuka lah mbak masih pada malu mungkin kalau dia diketahui

Page 250: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

236

Surveilans Kesehatan penemuan

pasien TB di lingkungannya?

kena penyakit TB. Tapi kalau masyarakat yang sudah terbuka ke kita ya mereka ikut

mendukung program penanggulangan TB ini seperti menutupi hidung kala ada yang batuk-

batuk, menjaga kebersihan lungkungan rumah, hidup sehat kaya gitu.

Informan Utama 4 dan 5

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

1. Bagaiamana petugas TB di

Puskesmas melakukan

sosialisasi tentang penyakit TB

kepada Anda? Sebarapa sering

petugas TB melakukan

sosialisasi tersebut!

Informan Utama 4

Kalau Puskesmas itu kita kan ada pertemuan kader Puskesmas setiap hari rabu minggu

ketiga, nah mereka biasanya ada berbagai macam sosialaisasi termasuk TB, jadikan kami ini

kader-kader kesehatan mewakili RW masing-masing di rabu ketiga. Kalau e... dari

Puskesmas untuk saya itu ya biasanya tiap 3 bulan sekali kan diseling-seling, ada TB, ada

leptospirosis, dan lain-lain.Setiap ada kesempatan sesuai kebutuhan kita masuk, biasanya

pokwil (kelompok wilayah pembinaan di kelompok wilayah) itu 1-2 bulan sekali. Biasanya

kita ke pertemuan RT, RW, sama Daswis itu kita masuki.

Informan Utama 5

Tetep ada kalau sosialisasi itu meski ndak tiap bulan, tapi e... kalau kita ini sedang ini sama

pemegang programnya dibentuk grup kader TB, lha itu baru pertemuan sekali terus minggu

ini mau ada pertemuan kalau jadi. Kalau yang di Aisyiyah itu peretemuannya 2 bulan sekali,

tapi ada grupnya jadi kalau ada kendala bisa langsung komunikasi ke grupnya.

2. Apaka sajakah media yang

digunakan saat melakukan

sosialisasi tersebut?

Informan Utama 4

Biasanya leaflet terus pakai itu lembar balik ya itu aja, terus pakai materi melalui LCD gitu.

Informan Utama 5

Ya ngomong langsung aja mbak ke masyarakatnya, e... sama ada pakai leaflet kaya gitu

3. Apakah petugas Tb di Informan Utama 4

Page 251: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

237

Puskesmas memberikan

informasi terkait dengan

program P2TB kepada Anda?

Iya memberitahu saat pertemuan-pertemuan di Puskesmas itu dikasih tau, tapi ya ndak TB

aja sama penyajit-penyakit lainnya dikasih tau.

Informan Utama 5

Iya memberi tahu, ya saat ada pertemuan di Kelurahan kaya gitu mbak terus kemarin kan

juga sempat kader-kader TB itu dikumpulkan sama pak Wisnunya menjelaskan tentang

penyakit TB itu gimana. Kendala apa saja yang dilapangan sering muncul kaya gitu.

4. Bagaiamana upaya penemuan

kasus pasien TB yang dilakukan

oleh Puskesmas?

Informan Utama 4

Kalau Puskesmas itu biasanya orang datang sendiri, tapi kalau saya mencari dengan cara

ketuk pintu ditiap RW. Kita pertemuan RW datang mensosialisasikan TB itu karena program

kami seperti itu, istilahnya kalau kami pokwil itu kita bawa. Jadi ketuk pintu itu misalnya

ada yang batuk kita nanti screening ringan dengan cara menemukan nanti positif atau negatif

itu kan dari pemeriksaan mikroskopi yang dilakukan oleh Puskesmas jadi kita bawa pot

dahak itu ke Puskesmas. Warga kalau sakit kan kalau kita ada seperti ini malu diambil

dahaknya kita menyarankan Bapak atau ibu ke Puskesmas nanti kita yang mengarahkan.

Hambatan dalam pelaksanaannya banyak mbak. Hampir seluruh masyarakan kan tertutup

tentang ini jadi kita gencar sosialisasi, karena orang kadang nggak mau terbuka. Ditolak juga

pernah, sering kaya gitu ya kita pakai trik aja pendekatan ke tokoh masyarakat. Nanti kalau

kesulitan ya terpaksa kita minta bantuan Puskesmas yang terakhir karena kan wilayahnya dia

juga seperti itu.

Informan Utama 5

Urutannya itu begini mbak, dari warga nanti melapor ke saya atau kader-kader yang lain,

terus kami nanti ke Gasurkes atau bisa langsung ke Puskesmasnya mbak. Nah dari situ

Puskesmas menemukan kasus.

5. Bagaiaman upaya Anda dalam Informan Utama 4

Page 252: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

238

menemukan pasien terduga TB

yang ada di lingkungan

masyarakat?

Ketuk pintu itu gini, kita kan ada kader e.. kita kan ada pertemuan Paguyuban Keluarga

Berencana disitu yang hadir kan kader-kader kesehatan, nah mungkin kita bisa mendampingi

misal hari ini ada berapa rumah gitu itu tidak dilakukan tidak hanya kita kader-kader yang

tadi tapi ada bantuan dari warga. Nanti mereka laporan ke kita lalu kita langsung datang

kesana, kalau nggak biasanya sasaran yang terdekat dengan pasien TB, kita seperti itu. Kan

kita keliling semua wilayah nggak memungkinkan, jadi kalau prioritas kami misalnya di RW

5 ini ada penderita, kita screening kanan, kiri, depan, dan belakang. Jadi, kita pendekatan ke

keluarganya atau dengan orang yang paling di segani si suspek ini. Kita sebelumnya sudah

diberikan pot dahak oleh Puskesmas, kalau kita habis kita minta ke Puskesmas. Misi kita ya

itu TB karena disitukan tujuannya untuk mencari suspek dan membuat masyarakat itu

merubah mainsetnya bahwa kalau penyakit TBC jangan disepelekan, hanya batuk itu banyak

terjadi bahkan tidak hanya TB bahkan tiba-tiba batuk berdarah dia kena kanker paru. Kaya

gitu kan pemaham masyarakat kan perlu diberi penyuluhan berulang-ulang, kalau Cuma satu

kali kan saya anggap mereka nggak itu kesadaran masyarakat kan sulit.

Informan Utama 5

Saya belum menemukan penderita TB yang positif ya mbak, kalau suspek ya banyak tapi itu

hasilnya negatif. Saya malah kadang tidak tahu ada terduga atau ada penemuan malah kita

ndak tahu nanti dari Aisyiyah diberitahukan kalau diwilayah saya ada yang menderita TB

gitu. Jadi, saling terkait pokoknya mbak, kalau saya diberitahu ada yang menderita TB ya

langsung saya sama Gasurkes kunjungan kesana kalau kami ndak bisa nanti bisa digantikan

bu Bandono atau yang lainnya kaya gitu. kalau saya melakukan kunjungan itu ada

laporannya, kan ada form kunjungan ke pasien TB terus nanti saya wawancara apa aja itu

ada. Setelah itu nanti dikasihkan ke Puskesmas dulu tanda tanga mas Wisnu yang megang

programnya itu, terus nanti saya kumpulkan ke Aisyiyahnya.

Page 253: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

239

6. Bagaiamana upaya Anda dalam

mendukung pengobatan

penderita TB?

Informan Utama 4

Selain jadi petugas kan kami juga dilatih untuk pemantauan menelan obat kan, nah itu kita

lakukan jika tidak ada e... keluarga, maksudnya keluarga terdekat yang benar-benar ada jadi

kita 2 hari sekali kesana. Saya juga jadi itu PMO beberapa pasien, kita sudah banyak mbak

ada yang sembuh ada yang meninggal. Kalau yang meninggal itu rata-rata komplikasi

dengan DM, sekarang kan kuman TB itu seneng bersarangnya di orang DM karena daya

tahan menurun kan. Kalau kita ada keluarga yang terdekat misalnya yang sakit istrinya,

suami atau anaknya kita beri penyuluhan kan kita ndak bisa setiap hari memantau, itu aja

sudah dipantau kadang mereka ngapusi. Kalau sudah diedukasi seperti itu kita kerjasama

dengan cara kita ngeWA misalnya ada kesempatan kesana kita mampir kerumahnya. Kita

tidak hanya tanya tapi juga sampai menghitung obatnya kan biasanya kita ada tabelnya tapi

tidak semua karena kan yang berobat di e... TB itu kan banyak. Kalau pasien yang jauh saya

biasanya saya selalu tiap hari kirim WA, mengingatkan sudah minum obat apa belum, kita

gali kejujurannya. Selama ini kita lakukan pendampingan, alhamdulillah keluarga pasien

ikut juga penanggulangan TB.

Informan Utama 5

Ya itu ajuan kita kan rayuan itu semampu kita dengan bahasa kita bagaiaman pengobatannya

terus nanti kita laporkan ke programer, nanti yang menindaklanjuti yang kesana lagi itu

Gasurkes. Jadi, saya hanya kesana sekali terus yang selanjutnya kesana kitu Gasurkesnya

mbak.

7. Bagiamana upaya yang Anda

lakukan dalam pencegahan

penularan penyakit TB kepada

masyarakat di lingkungan?

Informan Utama 4

Ya tetap kita sosialisasi misalnya ada penderita ya itu tadi dikasihnya yang lebih jangan

sampai, ya ini kan dibawa oleh udara jadi kan kita ndak tau. Contohnya ada orang batuk

sementara dijauhi atau makai masker, kita menyarankannya seperti itu. Terus untuk rumah

Page 254: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

240

itu kan juga misalnya pagi hari supaya udara masuk dibuka juga terus memberi keluarga

makanan yang sehat sama pengolahannya yang baik. Sebenarnya kalau penyuluhan itu ada

kader survelians ya biasanya mereka menyebar ke RW-RW, kayanya kalau Tb itu hampir

tiap bulan disampaikan dari laporan mereka kan kita jadi tau. Ketika ditemukan terduga

batuk nanti kita diberitahu terus kita dateng silahturahmi ngomong-ngmong nanti dikasih

tahu, kan tidak semua orang langsung menerima kita mbak jadi orang untuk masalah TB kan

agak cenderung tertutup. Padahal sudah tau dan sudah diomongi kalau itu menular kan gitu,

nggak papa untuk saat ini tapi kami selalu memberitahu. Mereka rodo kolotlah mbak, piye

carane bisa kasih mereka edukasi ringan.

Informan Utama 5

waktu investigasi itu saya memberitahukan, terkadang kan ada yang menyepelekan batuk lha

itu kalau batuknya sudah lama dan gejala-gejalanya sama kaya gejala TB itu kan berkeringat

dingin pokoknya dan lain-lian kaya gitu. kita kan kalau di PKK dawis, PKK RW, atau PKK

Kelurahan kaya gitu selalu ada Gasurkes yang menyampaikan terus nantikan disampiakan

lagi ke pihak RT ngoten to mbak, jadi insyaallah masyarakat sudah tahu cuma kadang-

kadang itu menyepelekan. Paling tidak kader-kader wilayah Rt itu menberikan laoparan ke

saya, Kalau ilmunya dari itu dari rakor PKK Kelurahan, mereka kan memberi sosialisasi

terus diturun kan ke RW terus ke RT baru ke warga.

8. Bagaiamana upaya Anda dalam

mengatasi masalah sosial yang

berpengaruh pada upaya

pengobatan pasien TB dan

pemutusan penularan TB?

Informan Utama 4

Stigma negatif disini masih, mereka itu pengetahuannya kurang terus bilang nggak papa ok.

Malah kalau batuk masih dikait-kaitkan kena sawan, kena ini, kena itu, masih dikaitkan

sama tradisi. Sekarang nggak ada yang namanya batuk kaya itu, kalau batuk ya batuk

menular lha itu TB. Bahkan kita pun kalau dimintain tolong e... misalnya ada yang batuk

tapi ndak diwilayah Purwoyoso, kita juga menyempatkan kesana. Kita kasih edukasi,

Page 255: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

241

penemuan ditempat lain misalnya periksanya di Puskesmas mana ya nanti dianterin. Rata-

rata sih mereka patuh ya, kita dampingi lalu mereka patuh ya sembuh.

Kasus mangkir itu banyak mbak kalau seperti itu, makanya saya sering medeni mbak, kasih

motivasi, kalau ndak punya waktu ya nanti kita antar. Kalau ada keluarganya ya nanti kita

tetap dampingi ke Puskesmas.

Informan Utama 5

Stigma negatif itu nggak hanya dari masyarakat aja mbak, kadang yang dari petugas

kesehatan aja masih ada takutnya jadinya kita ya hanya bisa memotivasi penderita yang tak

kunjungi gitu. Memang penyakit TB itu kan masih dianggap tabu sama msyarakat mbak.

Kita memotivasi mereka biar tidak terputus pengobatannya. Kita memang tidak didampingi

sama petugas Puskesmas cuma Gasurkes saja, tapai kalau ada kendala kita mesti kesini

untuk konsultasi.

9. Bagaiamana sistem pelaporan

yang Anda lakukan dalam

pelaksanaan program P2TB

kepada pihak Puskesmas?

Informan Utama 4

Kalau kita biasanya suspek, kita langsung bawa kesana ke Puskesmasnya, saya kasihkan ke

mas Wisnu. Kalau Asiyah itu saya ndak paham, kalau itu kan kader yang satunya lagi.

Terutama yang Asiyah itu ada pedanaanya mbak daine nek Asiyah rutin harus cari suspek

karena ada pendanaannya mbak. Kita kan kerjasamanya lebih ke Puskesmasnya.

Kita kader khusus TB ada sendiri, paguyuban khusus TB itu ada sendiri di Puskesmas

Purwoyoso itu. Kemarin itu kan kita kerjasama sama Gasurkes, kalau Gasurkes itu kan

tugasnya jentik nyamuk mbek screening misalnya mereka lapor ada yang positif kita

langsung kesana.

Informan Utama 5

Laporannya saya ke Aisyiyah tapi kan Puskesmas mengetahui karena jalurnya ke Puskesmas

dulu, tapi selama saya menjadi kader saya belum pernah menemukan mbak. Saya cuma

Page 256: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

242

screening warga kanan kiri itu, belum pernah mendapatkan yang positif kalau suspek ya

mendapatkan tapi hasilnya negatif. pelaporannya itu ndak mesti e mbak, sebisa saya gitu.

10. Bagaiamana ketersedian sarana

dan parasaran yang Anda

gunakan dalam pelaksanaan

program P2TB?

Informan Utama 4

Kita pakai lembar balik, pakai leaflet, sama pakai materi ringan yang saya buat sendiri.

Kalau yang dari Puskesmas itu dikasihnya leaflet sama pot dahak buat penyuluhan sama

skrining kalau ditemukan orang diduga TB.

Informan Utama 5

Ndak ada mbak, kalau mau fotocopy apa-apa gitu nggak ada mbak.

11. Bagaiaman alokasi dana yang

Anda gunakan dalam

pelaksanaan program P2TB?

Berasal darimana dana tersebut!

Informan Utama 4

Tidak ada dana mbak.

Informan Utama 5

Dananya nggak ada mbak.

12. Apakah petugas TB di

Puskesmas melakukan

pendampingan saat kali Anda

melakukan penemuan kasus atau

sosialisasi kepada warga

masyarakat di ligkungan Anda?

Informan Utama 4

Ya itu tadi mbak, gasuekesnya mendampingi tapi kadang-kadang.

Informan Utama 5

Yang mendampingi biasanya Gasurkes, kadang kita teman sesama kader.

13. Apakah pihak Puskesmas

melakukan kerjasama dengan

Kepala Desa, Kepala RT/RW,

pemuka agama setempat, atau

organisasi masyarakat di

Informan Utama 4

Oh iya pasti-pasti, kalau bekerjasama ya pasti dengan Pak Lurah misalnya ada program

penanggulangan TB apa nih atau ada inovasi lain. Kita pasti diikutsertakan sedangkan

mereka yang menembusi ke Pak Lurahnya. Sosialisasi tidak hanya dipertemuan ibu-ibu,

bapak-bapak juga dilakukan nah kita masuk melalui LPMK (Lembaga Pemberdayaan

Page 257: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

243

lingkungan Anda? Bagaimana

bentuk kerjasama tersebut?

Masyarakat Kelurahan) ada disini. Setiap bulan itu kita pasti dateng, programnya apa pasti

kita sampaikan. Kalau pasiennya ditemukan di tempat lain misalnya di Permata Medika

terus ingin pindah pengobatan ya bisa, nanti kita koordinasi sama Pueskesmas. Kalau yang

di Tugu atau Permata Medika itu dia sudah pengobatan lama, kita waktu menemukan sudah

pengobatan tapi tetap kita pantau.

Informan Utama 5

Iya bekerjasama mbak, mereka tahu kegiatan kita mbak baik PKK atau kader tahu.

14. Apakah kader pernah

mendapatkan pelatihan yang

dilakukan oleh Puskesmas

terkait program P2TB?

Informan Utama 4

Nek kita pelatihan di Puskesmas sering ok mbak, wong kita sering melu Kota ok mbak

khusus TB. Kemarin itu kita merencanakan 3 bulan sekali tapi masih terlaksana 2 kali

pertemuan. Ini kayanya mau diadakan lagi. Jadi, kader TB yang dilatih dari luar-luar itu

dikumpulkan nanti kita shering, ada kendala apa tidak gitu. biasanya kalau ada kendala di

lapangan kita yang turunkan dulu.

Informan Utama 5

Kalau sama Aisyiyah itu 1 bulan sekali mbak, tapi kalau Puskesmas itu belum e... masih

kadang-kadang gitu mbak.

15. Bagaiamana evaluasi yang

dilakukan oleh petugas TB di

Puskesmas dengan Anda terkait

program P2TB?

Informan Utama 4

Kalau evaluasi itu kayanya ya maksudnya tidak dalam forum itu tidak, biasanyakan ada grup

kaya gitu kan, gimana e... perkembangannya. Itu yang sering malah Gasurkes, dia kan harus

cari suspek kalau yang negatif-negatifkan kita abaikan kalau yang positifkan kita ajak

kerjasama. Biasanya kita yang melaporkan ke petugas Puskesmas. Paling ya gitu aja sih,

maksudnya tidak ada forum khusus untuk evaluasi tapi kita tetap jalin komunikasi dengan

WA tadi, kan ada grup TB Kelurahan Purwoyoso.

Informan Utama 5

Page 258: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

244

Kendalanya saya ndak bisa naik motor jadi ndak bisa sewaktu-waktu penjaringan sendiri

mbak, jadi saya ketika PSN itu sekalian melakukan penjaringan gitu. kalau kebetulan

diwilayah itu ada penderita TB nanti saya ya sekalian kunjungan gitu.

16. Apa sajakah kendala/hambatan

yang Anda alami dalam

pelaksanaan program P2TB?

Informan Utama 4

Ya kalau hambatan dilapangan itu pasti, orang itu satu kalau disuspek mengeluarkan dahak

sulit, banyak yang mangkir minum obat, nek pendanaan ki ra ono pendanaan.

Informan Utama 5

Kalau Puskesmas ke programn nya bagus tapi kalau pelaksanaannya itu kurang karena kan

masyarakat itu kan beda-beda mbak, ada yang terbuka senang dengan pelayanan Puskesmas

dan ada juga yang merasa pelayanannya kurang.

Informan Triangulasi 2 dan 3

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

Promosi Kesehatan

1. Bagaimanaa petugas Puskesmas

memberikan sosialisasi kepada

Anda ketika memeriksakan diri

ke Puskesmas?

Informan Triangulasi 2

Saya tahu penyakit TB saat periksa di Puskesmas mbak. Sarannya ya harus pakai masker,

istirahatnya yang cukup sama tiap hari minum obat terus jangan sampai lupa minum obatnya

setiap kali datang ke Puskesmasnya mbak.

Informan Utama 3

Saya dikasih tau kena sakit TB waktu periksa ke Puskesmas itu mbak, lalu petugasnya

bilang suruh pakai masker, minum obatnya setiap hari ndak boleh lupa, berjemur setiap pagi

sampai jam 10 an katanya kumannya itu mati kalau kena sinar matahari, jendela-jendela

dibuka biar sinar mataharinya masuk, terus kalau minum obat tapi mutah ya obatnya harus

Page 259: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

245

diminum lagi jangan sampai ndak. Terus 3 bulan kemarin juga ada kaya bidan atau siapa itu

sering kesini mbak buat tanya-tanya obatnya diminum apa tidak, yang dirasakan apa setelah

minum obatnya, terus batuknya sekarang gimana rasanya. Mereka kesininya itu ada 9 kali

kayanya mbak, sering ok mbak kesininya, ya ngasih tau penyakit TB itu apa terus gejalanya

gitu mbak.

2. Bagaimana petugas Puskesmas

melakukan sosialisasi tentang

program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis di

lingkungan tempat tinggal

Anda?

Informan Utama 2

Saya tidak pernah tau ik mbak itu, tidak pernah.

Informan Utama 3

Saya ndak tau kalau itu mbak, saya ndak pernah tau kalau penyuluhan seperti itu.

3. Seberapa sering petugas

Puskesmas melakukan

sosialisasi tersebut?

Informan Utama 2

Berapa kalinya ya kurang tau mbak, setiap ke Puskesmasnya itu pasti dikasih tahu tentang

itu tadi e... penyakit TB nya itu.

Informan Utama 3

Kalau yang bidannya itu 9 kali itu mbak kesini selama 3 bulan.

4. Apaka sajakah media yang

digunakan saat melakukan

sosialisasi tersebut?

Informan Utama 2

Ndak ada mbak, ya ngomong kaya gitu dikasih taunya.

Informan Utama 3

Ngomong langsung mbak kaya gni.

Pengendalian Faktor Resiko

5. Bagaimana upaya yang

dilakukan petugas Puskesmas

dalam melakukan pengendalian

Informan Utama 2

Setiap hari pakai masker terus jangan terlalu dekat sama si kecil karena kan sangat rentan.

Anak saya yang kecil ini juga di kasih vaksin sama petugas Puskesmasnya. peralatan

Page 260: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

246

penyakit pada pasien TB agar

tidak terjadi penularan?

makannya dipisah jangan di gabung dengan yang lain. Kalau batuk bekas buat bersihinnya

itu dibuang di tempat pembuangan, jangan sampai di baung begitu aja sembarangan.

Informan Utama 3

Selalu pakai masker kalau mau kemana-mana, e... alat-alat makan sama minum itu

dipisahkan janga dicamour sama keluarga yang lainnya, kalau batuk diusap pakai tissu, sama

ya itu obatnya diminum terus.

6. Bagaimana upaya yang

dilakukan petugas Puskesmas

dalam pengendalian penyakit TB

kepada masyarakat dilingkungan

Anda?

Informan Utama 2

Iya saya pernah tau sekali mbak, tapi itu kalau ndak salah bukan tentang TB mbak.

Informan Utama 3

Tidak tau mbak, saya tidak pernah ikut kaya kumpul-kumpul soalnya kan ngurus rumah,

belanja buat jualan, nyiapin bumbu-bumbu buat jualan kan kalau sore itu saya jualan mie

ayam didepan sana mbak.

7. Apakah anda tahu alur

pemeriksaan pasien untuk semua

pasien batuk dan/atau alur

pelaporan yanga ada di

Puskesmas?

Informan Utama 2

Kita datang kesana terus daftar dulu mbak habis itu disuruh masuk ke ruangan ketemu sama

petugasnya itu ditanyain yang dirasakan apa aja, sakitnya bagaimana, sama sudah berapa

lama sakit yang dirasa itu. Habis itu di suruh ngluarin dahak, dahaknya lansgung dibawa ke

lab terus suruh nunggu dulu mbak selama seminggu apa ya terus datang lagi ke Puskesmas

buat ambil hasilnya. Hasilnya itu Bapak dinyatakan sakit TB, sama petugasnya dikasih obat

yang warna merah itu mbak sdisuruh tiap hari minumnya ndak boleh lupa. Setelah tau sakit

itu kalau ambil obatnya langsung ndak perlu daftar dulu, langsung nemuin petugas yang

bisanya itu mbak.

Informan Utama 3

Pertama kali kesana kan periksa batuk itu ke pendaftaran mbak, nyerahin kartu identitas

sama ditanya sama petugas yang didepan itu mau periksa apa. Saya jawab mau periksa batuk

Page 261: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

247

saya terus sama petugasnya suruh nunggu dikasih nomor antrian. Habis itu saya masuk

ketemu sama petugas yang di dalam Pak Wisnu itu, saya ditanyain identitas lagi terus sama

sakitnya apa aja. Setelah itu saya kan batuk ya mbak, disuruh buat periksa dahaknya, dikasih

botol kecil buat wadah dahanya itu. Ya saya ngluarin dahaknya terus saya diantar ke

Laboratorium buat ngasih dahak saya ke petugas disana.petugasnya bilang nanti semiggu

lagi hasilnya baru keluar nanti dihubungi buat ke Puskesmas lihat hasilnya itu. Ya saya habis

seminggu itu dihubungi suruh ke Puskesmas, nyampe sana dikasih tau kalau kena sakit TB

mbak. Ya terus saya dikasih tau buat pengobatan selama 6 bulan habis itu dikasih obat TB

yang warnanya merah itu buat seminggu, nanti sebelum habis suruh kesana lagi buat ambil

obat lagi .

8. Apakah Anda pernah melihat

petugas memberikan penyuluhan

etika batuk kepada petugas

kesehatan, pasien TB maupun

pengunjung Puskesmas yang

lain?

Informan Utama 2

Iya pernah mbak.

Informan Utama 3

Kalau saya ya dikasih tau mbak batuknya itu harus gimana-gimana caranya dikasih tau, tapi

kalau orang lain saya ndak pernah tau.

9. Apakah poster, spanduk,

browsur atau leftlet tentang

penyakit TB yang ada di

Puskesmas?

Informan Utama 2

Ada mbak disana.

Informan Utama 3

Ada mbak.

Penemuan dan Penanganan Kasus

10. Bagaimanaa upaya penemuan

kasus pasien TB yang dilakukan

Informan Utama 2

Kurang tau mbak nek itu saya.

Page 262: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

248

oleh Puskesmas? Informan Utama 3

Saya ndak tau mbak nek itu.

11. Apa sajakah yang petugas

Puskesmas jelaskan terkait

dengan proses pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan

dalam mendiagnosis pasien TB?

Informan Utama 2

Ya itu to periksa dahak, terus minum obatnya yang rutin, nanti beberapa bulan lagi datang ke

Puskesmas buat periksa dahaknya lagi.

Informan Utama 3

Ya dahaknya itu nanti di periksa dulu di laboratorium buat melihat itu sakit TB, terus

kemarin setelah 3 bulan itu di tes lagi mbak dahaknya. Waktu tes awal itu iya ada apa itu e....

kumannya, terus kemarin itu di tes lagi katanya kumannya itu sudah ndak ada mbak tapi

masih tetap minum obat sampai 6 bulan biar kumannya itu benar-benar hilang terus ndak

sakit lagi.

12. Bagaimana upaya petugas

Puskesmas lakukan untuk

menjamin pasien TB selalu

memeriksakan diri dan

mengkonsumsi Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) secara

rutin?

Informan Utama 2

Ya lewat WA mbak komunikasinya, jadi kalau Bapak ada keluhan apa nanti saya langsung

tanya ke petugas Puskesmasnya lewat WA tadi terus langsung di balas mbak.kadang ya

dikasih tau kalau saya lupa obatnya belum diambil kaya gitu, di WA suruh ambil obat ke

Puskesmas nanti saya atau Bapak langsung kesana. Kalau datang kesana ya pasti ditanyain

obatnya teratur diminum apa tidak kaya gitu-gitu.

Informan Utama 3

Saya kalau ada sakit apa gitu kalau lagi ndak periksa ke Puskesmas, sama anak saya di

hubungi lewat e... WA itu lho mbak. Kalau mau ambil obat biasanya anak saya juga sms

dulu ke petugasnya lewat itu tadi. Bisanya ya langsung kesana mbak, langsung ketemu sama

pak Wisnu itu buat ambil obat.

13. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami petugas Puskesmas

Informan Utama 2

Kurang tau ya mbak.

Page 263: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

249

dalam melakukan penemuan

kasus TB di masyarakat?

Informan Utama 3

Saya ndak tau mbak apa ada kendala apa gimana.

14. Bagaimanaa alur pengambilan

obat untuk pasien TB?

Informan Utama 2

Kadang saya yang datang kesana tapi kadang ya Bapak yang kesana sendiri buat ambil

obatnya. Ya nanti ke pendaftaran dulu buat ngasih kartu Kuning sama kartu BPJS itu baru

masuk keruagan ketemu pak Wisnu, tapi kalau Bapak langsung ketemu sama pak Wisnu

mbak ndak perlu daftar soalnya sudah tau.

Informan Utama 3

Ya saya ke Puskesmas terus langsung ketemu sama pak wisnu itu, terus bialng mau ambil

obat saya. Bapaknya sudah tau mbak, langsung dikasih kan obatnya ndak perlu ngantri kaya

pertama periksa disni.

15. Bagaimanaa petugas TB

melakukan pematauan terhadap

kemajuan hasil pengobatan yang

dijalani pasien TB?

Informan Utama 2

Kalau ambil obat ke Puskesmas sambil periksa itu sering ditanya keluhannya apa aja yang

dirasakan, terus obatnya diminum teratur apa tidak, sama kalau habis minum obat semisal

muntah harus tetap minum lagi itu aja mbak.

Informan Utama 3

Setiap periksa selalu ditanyain keadaannya setelah minum obat lebih sehat apa tidak,

obatnya diminum teratur apa tidak, batuknya bagiamana ditanyain semua mbak sama dicatet

kaya gitu.

16. Bagaimana cara petugas

Puskesmas menentukan orang

yang akan menjadi PMO

(Pengawas Minum Obat) untuk

Informan Utama 2

Pas saya nganter Bapak periksa di Puskesmas dulu itu mbak, saya disuruh buat ngawasi

terus pas minum obatnya setiap hari, jangan sampai lupa ndak minum obat. Kalau obatnya

mau habis terus Bapaknya ndak bisa datang kesana ya saya nanti yang ngambiloin obatnya

kesana, terus kalau ada keluhan apa-apa yang dirasakan saya nanti ngubungi petugas

Page 264: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

250

setiap pasien TB? Puskesmasnya lewat WA gitu nanti langsung dibalas ndak perlu langsung ke Puskesmasnya.

Merhatikan makanannya, apa aja yang penting bersih terus teratur makannya dan minum

obatnya jadi suruh diatur lagi makannya gitu.

Informan Utama 3

Kan pertama periksa kesana sama anak saya, ya anak saya dibilangin suruh ngingetin saya

buat rajin minum obat jangan sampe lupa ndak minum, terus dimintain nomor HPnya kalau

ada yang mau ditanyakan disuruh sms saja kalau pas lagi ndak periksa.

Pemberian Kekebalan

17. Bagaimana bentuk kerjasama

petugas Puskesmas dengan PMO

pasien TB dalam upaya

melakukan pengawasan minum

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)?

Informan Utama 2

Ya harus selalu diawasi kalau pas jamnya itu minum obat, biasanya yang ditanya itu. Kadang

kita komunikasinya pakai WA itu, kalau ada keluhan apa-apa ya saya tanyanya lewat WA ke

petugas Puskesmasnya.

Informan Utama 3

Ya itu tadi mbak, saya sama anak saya dibilangin buat saya minum obatnya setiap hari ndak

boleh ndak diminum. Kalau mau ambil obat boleh sms dulu atau datang langsung kesana

ndak usah sms ndak apa-apa, kalau lupa belum ambil obat nanti petugasnya yang sms buat

mengingatkan gitu.

Pemberian Kekebalan

18. Bagaimana pelaksanaan

pemberian kekebalan kepada

balita yang dilingkungannya

terdapat penderita TB?

Informan Utama 2

Waktu itu anak saya yang kecil ini di kasih vaksin sama petugas Puskesmasnya pas periksa

kesana sama Bapak, setelah tau kalau Bapak itu sakit TB.

Informan Utama 3

Anak saya ndak dikasih suntikan vaksin mbak. Ini kan 2 anak saya umurnya 6 tahun.

SUMBER DAYA

Page 265: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

251

Sumber Daya Manusia

1. Menurut Anda, apakah jumlah

petugas kesehatan terkait

program P2TB di Puskesmas ini

sudah memadai?

Informan Utama 2

Kalau saya kurang tau mbak, saya konsultasinya ya sama bu Aisyah sama pak Wisnu. Kalau

sama yang lainnya saya kurang tahu ya mbak, jadi ya ndak tau.

Informan Utama 3

Saya ndak terlalu tahu ya mbak, mungkin sudah. Saya kalau kesana ya langsung dilayani

ndak perlu nunggu lama.

2. Bagaimanaa pelayanan yang

dilakukan oleh petugas TB di

Puskesmas ini?

Informan Utama 2

Pelayanannya sudah cukup baik sih.

Informan Utama 3

Baik mbak pelayanannya disana.

Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

3. Apakah pernah terjadi

kekurangan obat anti

tuberkulosis yang ada di

Puskesmas, saat Anda

melakukan pemeriksaan atau

mengambil obat?

Informan Utama 2

Kalau setiap saya kesana buat ambil obat sih ndak pernah mbak, jadi pas saya sudah sampai

sana lalu ketemu sama petugas nya itu langsung dikasih obatnya. Ndak nunggu lama itu

obatnya sudah disiapkan terus saya langsung ambil langsung pulang.

Informan Utama 3

Kayanya ndak pernah ya mbak, saya kalau kesana ambil obat pasti selalu ada.

4. Bagaimanaa ketersediaan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan program P2TB

di Puskesmas?

Informan Utama 2

Ya sudah bagus sih mbak, saya juga kalau kesana langsung menuju ke ruangan yang khusus

buat orang seperti saya gini mbak, yang khusus TB.

Informan Utama 3

Ya sudah lengkap ya mbak, sudah bagus-bagus disana.

Pendanaan

Page 266: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

252

5. Bagaimanaa pembiayaan yang

dikeluarkan oleh pasien TB

dalam melakukan pengobatan?

Informan Utama 2

Saya pakainya BPJS mbak kalau kesana, terus nanti dikasih ke petugasnya yang biasanya

itu.

Informan Utama 3

Saya selalu bawa kartu BPJS mbak sama kartu yang dari Puskesmas itu, jadi ndak bayar dan

ndak memberatkan.

SISTEM INFORMASI

1. Bagaimanaa

pencatatan/pendataan yang

dilakukan oleh Puskesmas?

Informan Utama 2

Ya waktu pertama periksa di Puskesmas itu aja mbak, kan kami datang kesana buat periksa

terus dicatet sama petugasnya nama, alamat, tanggal lahir, yang dirasakan apa, sakitnya

dimana kaya gitu-gitu. Kalau di rumah belum pernah sih e... pernah mbak sekali itu sama e...

kadernya, itu ditanya keluhannya apa setelah minum obatnya terus disaranin makannya yang

banyak yang sehat gitu gitu, setelah ini belum ada lagi mbak.

Informan Utama 3

Kalau didata itu ya pas awal periksa itu mbak, terus pas ada bidan kesini itu juga dicatat

dikertas gitu apa saja yang saya rasakan selama minum obat seperti itu.

2. Seberapa sering kegiatan

tersebut dilakukan?

Informan Utama 2

Ya baru 1 kali itu ya berarti, di rumah itu 1 kali ini.

Informan Utama 3

Kalau di Puskesmasnya ya sekali itu, kalau sama bidannya yang dulu itu 6 kali mbak datang

kesini mbak.

3. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang dialami

petugas dalam pelaksanaan

Informan Utama 2

Tidak ada.

Informan Utama 3

Page 267: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

253

pencatatan pasien TB? Ndak tau kalau itu mbak.

KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1. Apakah pihak Puskesmas

melakukan kerjasama dengan

Kepala Desa, Kepala RT/RW,

pemuka agama setempat, atau

organisasi masyarakat di

lingkungan Anda? Bagaimana

bentuk kerjasama tersebut?

Informan Utama 2

Mungkin ada ya mbak, saya sendiri kurang tau kalau itu mbak. Bapak sakit seperti ini aja ya

baru ini, saya tau penyakit ini ya pas Bapak sakit ini mbak, sebelumnya saya ndak tau.

Informan Utama 3

Tidak tau mbak saya, ya mungkin bekerjasama ya mbak. Kalau Posyandu itu sutin mbak,

terus kalau Posyandu juga ada bu RT/RW disana ya mungkin bekerjasama juga sama-sama

kesehatan ya mbak.

PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Bagaimana peran Anda dalam

melaksanakan kegiatanan

penemuan kasus TB di

lingkungan mayarakat?

Informan Utama 2

Nggak pernah mbak saya tau ada yang sakit seperti Bapak ini, saya baru tau peyakit TB ya

dari Bapak sakit kaya gini sebelumnya ya ndak pernah tau. Nggak pernah tau mbak saya.

Informan Utama 3

Saya tidak pernah tahu kalau ada orang lain yang sakitnya kaya saya, ya Cuma saya aja

tauhunya mbak. Kalau yang lain saya ndak tahu.

2. Bagaimanaa peran Anda sebagai

masyarakat dalam mendukung

pengobatan penderita TB?

Informan Utama 2

Kalau sama bapak ya saya sering ngingetin minum obatnya setiap hari, ngambil oat ke

Puskesmas kalau sudah mau habis kalau Bapaknya ndak bisa ke Puskesmas sendiri, terus

melakukan saran yang dikasih sama petugas Puskesmanya kaya gitu aja sih mbak.

Informan Utama 3

Saya sendiri ya selalu minum obat setiap hari, jadwalnya periksa atau ambil obat itu ke

Puskesmas ya berangkat kesana mbak, pas batuk selalu saya tutupi pakai tissu terus saya

Page 268: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

254

buang ke tempat sampah, sama makan yang sehat kaya gitu mbak.

3. Bagaimanaa peran Anda dalam

melakukan pencegahan penyakit

TB agar tidak tertular?

Informan Utama 2

Kalau Bapak batuk ya agak menjauh aja mbak, terus ini si kecil juga jangan dekat-dekat

dulu sama Bapak pas lagi batuk, piring sama gelasnya saya sendirikan, sama makan yang

sehat biar sehat terus mbak. Bapak ya menut mbak kalau minum obat ya minum, waktunya

periksa ya periksa. Paling yang susah itu pakai maskernya mbak ndak mau, jarang-jarang

katanya ndak enak makainya.

Informan Utama 3

Ya pakai masker aja mbak kalau lagi batuk biar ndak menular ke yang lain sama minum

obatnya tadi biar cepat sembuh, tapi ya jarang-jarang mbak. Saya kurang enak kalau

ngomong terus pakai masker, nafasnya jadi ndak lancar gitu mbak. Jadinya jarang pakai

masker saya.

4. Bagaimanaa peran Anda dalam

mengatasi masalah sosial yang

berpengaruh pada upaya

pengobatan pasien TB dan

pemutusan penularan TB?

Informan Utama 2

Disini orangnya baik sih mbak, ndak ngucilkan apa gimana gitu. Tetangganya disini juga

jarang sih mbak kumpul setiap hari paling ya jarang-jarang gitu tapi ya mereka baik sama

Bapak.

Informan Utama 3

Kalau tetangga disini ndak ada yang mengucilkan sih mbak, ya mereka paling tanyanya

kenapa pakai masker ya saya bilang lagi batuk kaya gitu aja sih mbak. Soalnya saya tahunya

sakit TB ya baru saya ini jadi kalau yang lain saya ndak tauhu, kalau saya sendiri ya baik

saja mbak msyarakat disini.

Page 269: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

255

HASIL WAWANCARA DI PUSKESMAS KARANGMALANG

Informan Utama 1

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

Promosi Kesehatan

1. Bagaimana Anda memberikan

sosialisasi kepada pasien TB

yang memeriksakan dirinya ke

Puskesmas?

Kita edukasi untuk penyakitnya lalu pengobatannya sama apa namanya, kontrak indikasi

yang muncul ataupun reaksi obat gitu lho sepertu itu, terus apa namanya untuk terpenuhi

gizinya itu lho, biar gizinya terpenuhi gitu-gitu sih.

2. Bagaiamana Anda melakukan

sosialisasi tentang program

Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis

kepada masayarakat di wilayah

kerja Puskesmas?

Dimasyarakat kita juga sosialisasi, jadi diundang ke kelurahan-kelurahan kita sosialisasi

untuk penemuan kasus, lalu kalau sudah ditemukan kasus juga ada kunjungan rumahnya.

Nanti dari e... bagian penyuluh kesehatan, dari epidemiologi juga ke rumah untuk investigasi

kasusnya. Setiap ada pasien baru, kasus baru dikunjungi dan memberikan edukasi ke

masyarakat. Kunjungan rumah ya bareng sama bagian sanitariannya. Sosialisasi di kelurahan

ya, ini baru berjalan sudah lama dari tahun-tahun yang lalu, setiap kita diundang pasti

penyuluhan. Terus ada lagi Gasurkes itu juga ada target penyuluhannya termasuk

penyuluhan TB, jadi dari Dinas Kesehatan itu merekrut Gasurkes itu tenaga surveilens

kesehatan lha itu surveilansnya selain DB itu mencakup ada TB, HIV dan penyakit-penyakit

yang menular lainnya. Kalau targetnya saya kurang paham ik yang target Gasurkesnya,

kalau dari Puskesmas target suspek TB sebulan 12 orang.

Page 270: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

256

3. Apaka sajakah media yang

digunakan saat melakukan

sosialisasi kepada msyarakat

sekitar?

Pakai ini aja power point, film cara mengeluarkan dahak yan benar, sama laptop

4. Apakah pihak Puskesmas

melakukan kerjasama dengan

pemangku kebijakan yang ada di

sekitar wilayah kerja Puskesmas,

seperti Kepala Desa, Kepala

RT/RW, pemuka agama

setempat, organisasi

masyarakat? Bagaimana bentuk

kerjasama tersebut?

Iya kerjasama, kita kan dari penyuluhan itu terus yang diundang dari PKK, FKK, RT, RW,

juga dari kelurahan juga itu ada semua. Ya koordinasi kalau misalnya ada warganya yang

ada tanda-tanda seperti gejala TB ya suruh ke Puskesmas itu aja sih. Sebelumnya diberikan

penyuluhan tentang penyakit TB.

5. Bagaimana cara Puskesmas

melakukan advokasi kepada

pemangku kebijakan tersebut?

Iya kerjasama, kita kan dari penyuluhan itu terus yang diundang dari PKK, FKK, RT, RW,

juga dari kelurahan juga itu ada semua. Ya koordinasi kalau misalnya ada warganya yang

ada tanda-tanda seperti gejala TB ya suruh ke Puskesmas itu aja sih. Sebelumnya diberikan

penyuluhan tentang penyakit TB.

6. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

sosialisasi terkait dengan

program P2TB?

Tidak ada sih mbak.

Page 271: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

257

Surveilans Tuberkulosis

7. Bagaiaman pelaksanaan

surveilans yang Anda lakukan

oleh penemuan kasus TB?

Ya itu bekerjasama sama Gasurkesnya, selain itu juga pasien yang periksa di Puskesmas

yang ada tanda-tanda gejala TB ya di kasih pot dahak. Terus juga dari kontak eratnya pasien

TB juga dikasih pot dahak untuk pemeriksaan TCM. Kerjasama dengan petugas

epidemiologi, sama Gasurkes, terus sama kader Aisiyah yang juga mencari suspek dahak.

Kalau kepatuhan pasien mengembalikan dahak ya ini sih berjalan dengan baik, jadi kalau

misalnya kadang ada yang sampek molor harusnya apa namanya follow up bulan kedua tapi

dia belum bisa mengeluarkan dahak tapi terakhirnya bisa, maksudnya butuh waktu gitu lho

nggak on time yang harusnya waktu seminggu selesai masa awal diagnosis itu melebihi itu

tapi pihak Puskesmas selalu mengingatkan.

8. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami petugas dalam

pelaksanaan surveilans tersebut?

Ya itu pasien mengatakan susah mengeluarkan dahaknya itu lho, padahal kan kita

mendiagnosa dari dahaknya itu. Bilangnya ndak keluar dahak terus, jadikan kita nggak bisa

mensuspek itu sih. Terus apa lagi ya, e... ya kalau pelaporan-pelaporannya kita masih dalam

ini sih penataan.

Pengendalian Faktor Resiko

9. Bagaiaman upaya yang

dilakukan dalam pengendalian

penyakit pada pasien TB agar

tidak terjadi penularan?

Kita edukasi untuk apa cara-cara e... membuang dahak yang benar, cara-cara apa namanya

seperti pakai masker/APD juga untuk pasiennya gitu lho, terus etika batuk seperti itu sih.

10. Bagaiaman upaya yang

dilakukan dalam pengendalian

Ya itu tadi penyuluhan ke warga terus e... apa namanya, jadi dia biar lebih waspada gitu lho.

Kita kan ndak boleh mengasih tahu kalau ada yang sakit d situ, kita maksimalnya ya itu

Page 272: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

258

faktor risiko pada masyarakat

yang dilingkungannya terdapat

pasien TB?

mengedukasi untuk menjaga lingkungan sama gizinya itu lho biar antibodynya bagus gitu

aja. Partisipasinya sih ya pada ini ya antusias, kooperatif semua gitu untuk mereka sih sudah

sadar untuk itu lho misal batuk guti kan harus periksa gitu-gitum kalau ada ada tetangga atau

saudaranya yang batuk-batuk harus diperiksakan.

11. Apakah Puskesmas juga

melakukan screening terhadap

petugas yang ikut serta dalam

pelaksanaan program P2TB?

SOP itu ada semua mbak. Salah satunya SOP untuk pasien batuk itu harusnya menyediakan

masker, di sini kalau ada yang batuk langsung diberikan masker, semua sih petugas juga

kalau batuk langsung diberikan masker. Di sini juga ada tempat untuk berdahak di belakang

ya itu pjok dahaknya itu ada. Pelaporan itu kalau batuk itu ada namanya ISPA yang kita

ambil pasien batuk dewasa sama pasien batuk balita, tapi karena dari Dinas dan Provinsi itu

mengarahkannya yang pneumonia bukan yang ke TB. Jadi, yang dilaporkan adalah batuk

yang kearah pneumonia.

12. Apakah terdapat Standar

Prosedur Operasional (SPO)

mengenai alur pasien untuk

semua pasien batuk, alur

pelaporan dan surveilans di

Puskesmas?

Ya selama ini he.eh, dari petugas juga kalau batuk ditutp gitu-gitu. Kalau pelaksanaan

penyuluhan etika batuk itu situasuonal ik kalau misalnya kita ada pasien batuk lha baru kita

langsung memberikan penyuluhan. Tidak terus kita membuat jadwal untuk penyuluhan etika

batuk gitu nggak.

13. Apakah Anda memberikan

penyuluhan etika batuk kepada

petugas kesehatan, pasien TB

maupun pengunjung Puskesmas

yang lain?

Ya itu, kesadaran dari pasien itu sendiri tidak apa ya untuk biar tidak menularkan gitu-gitu to

masih kurang. Jadi di masyarakat, di rumah dia ndak pakai masker gitu-gitu lho, meludah

sembarangan masih seperti orang biasa ya g ndak kena TB gitu lho yang susah jadi itu kan

mainset gitu kan susah untuk dirubah. Harusnya pasien itu harus pakai masker biar tidak

menularkan ke orang lain gitu kan.

Page 273: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

259

14. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

pengendalian faktor risiko

Tuberkulosis?

Penemuan macem-macem, ada yang dari kader ke Gasurkes lalu ke Puskesmas, ada yang

ditemukan dari petugas Puskesmas kaya kemarin kan ini yang megang program Pak Pri jadi

menyarankan pasien untuk periksa dahak ke Puskesmas dengan pemeriksaan TCM terus

ditemukan jadi kan dari Puskesmas. Ada yang dari gasurkes ke Puskesmas, ada pasien yang

nggak bisa ke Puskesmas kemudian kita bawa pot dahak ke rumahnya terus diambil lagi jadi

kaya ojek dahak gitu lho.

Kalau ada pasien baru kita obati dengan OAT kategori 1 tapi kalau itu kambuhan kita kasih

OAT kategori 2 itu aja sih. Kalau memang dia yang MDR ndak tau, kita juga mengobati

yang MDR cuma rujukan dari Karyadi.

Penemuan dan Penanganan Kasus

15. Bagaiamana langkah penemuan

kasus penderita TB yang

dilakukan oleh Puskesmas?

Pasien yang batuk selama 2 minggu kita kasih pot dahak itu ndak langsung hari berikutnya

dia datang memberikan hasil dahaknya, ya sedatangnya dia, setelah itu dilakukan tes TCM

dahaknya. Kita koordinasi sama Gasurkesnya kalau lama ndak ngasih hasil dahaknya, kaya

kemarin itu ada pasien TB anak terus kita kasih pot 3 kita kontrol terus sama Gasurkes sudah

mengumpulkan dahak belum. Jadi, kita kerjasama sama Gasurkes karena dia yang di

lapangan gitu.

16. Apa sajakah pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan

dalam mendiagnosis pasien TB?

Hanya TCM setelah positif TB, HIV, sama DM. Periksaan yang lainnya itu nggak ada, tidak

ada.

17. Bagaimana upaya yang Anda

lakukan untuk menjamin pasien

TB selalu memeriksakan diri

Ada PMO (Pengawas Minum Obat), jadi e... kalau memang dari pasien nggak ada PMO

kaya ini kan ada pasien yang sendirian di rumah ndak ada keluarga kita alih kan ke Gasurkes

yang menjadi PMO. Setiap hari harus mengawasi minum obatnya di rumah. Dia yang

Page 274: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

260

dan mengkonsumsi Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) secara

rutin?

memastikan obat itu masuk diminum oleh pasien sehari sekali. Waktu meminum obat harus

sama, kalau pagi ya pagi terus. Kalau malem ya malem terus, satu waktu itu. Gasurkes yang

dia jadi PMO diarahkan minumnya pagi, soalnyakan kalau malem piye carane... susah to.

18. Apa sajakah kendala/hambatan

yang Anda alami dalam

melakukan penemuan kasus Tb

di masyarakat?

Kendalanya apa, ya kan kita ndak tau kaya TB anak itu e... kadang obat masuk apa nggak,

tapi ibunya bilang ya obatnya masuk. Saya seringnya bilang meskipun sampai muntah ya di

ini lagi diminum lagi obatnya, itu aja sih.

Sementara ini kalau ada pasien yang mengeluh tentang efek samping obatnya, mereka beli

obat sendiri di apotek seperti obat anti mual kaya gitu ndak apa-apa. Kalau ndak ya mereka

periksa kesini untuk e... efek sampingnya tapi obat tetep masuk.

19. Bagaiamana prosedur

pengambilan obat untuk pasien

TB?

Pasien kalau dateng kesini didaftar tanpa mengantri terus menunggu diambilkan obat oleh

petugasnya, biasanya perawat yang mengambilkan. Kalau pasien baru kan tetep dia sudah di

tes TCM to sudah didaftarkan, jadi ya sama perlakuannya sama.

20. Bagaiaman cara Anda

menentukan orang yang menjadi

PMO (Pengawas Minum Obat)

untuk setiap pasien TB?

Ini karena saya disinikan baru, jadi selama ini sejauh ini belum ada yang seperti itu tetapi

berdasarkan pengalaman saya di Puskesmas lain yang dulu-dulu kita kunjungan mangkir

namanya. Jadi, kita kunjungan mangkir terus menanyakan kenapa kok ndak berobat, ada

masalah apa, alasannya apa. Petugas TB yang langsung mengunjungi rumah pasien mangkir.

Saat pasien mangkir tetap tidak mau melanjutkan pengobatan ya kita ndak bisa berbuat apa-

apa ya karena dia sudah menolak tapi apa... kita tetap edukasi terus-menerus bahwa jangan

putus semangat gitu-gitu sih, maksudnya lebih ke motivasi-motivasi ke pasien biar berobat

lagi gitu.

21. Bagaiamankah Anda

menyampaikan tugas manjadi

Kita kan edukasinya harus apa namanya diawasi terus minum obatnya jangan sampai lupa

paling gitu-gitu sih, ya jangan sampai hari itu ndak minum. Sosialisasi kepada PMO tentang

Page 275: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

261

seorang PMO? tugas dan perannya itu harusnya iya ada, cuma kadangkan pasien ada yang kesini tanpa

PMO jadi kita ya edukasinya kurang hanya ke pasiennya saja gitu. PMO taunya hanya

mengambil obat terus mengawasi minum obatnya.

22. Bagaiaman koordinasi Anda

dengan PMO pasien TB dalam

upaya melakukan pengawasan

minum Obat Anti Tuberkulosis

(OAT)?

Koordinasiya kita kan ada nomor HP PMO, jadi kita bisa kalau misalnya PMO nya

jadwalnya ambil obat kok belum ambil jadi kita baru menghubungi secara pribadi, gimana

ya sakit begitu masak mau di buat grup ini kan ndak etika ini kan ndak bisa.

Pemberian Kekebalan

23. Bagaimana pelaksanaan

pemberian kekebalan kepada

balita yang dilingkungannya

terdapat penderita TB?

Anak bayi diimunisasi BCG usia 9 bulan. Bila ada 1 rumah terkena TB, maka anak balita

diberi PPINH selama 6 bulan.

24. Bagaimana pemberian

kekebalan kepada ODHA yang

terkena penyakit TB?

Saya belum dan semoga tidak menangani ODHA dengan TB.

SUMBER DAYA

Sumber Daya Manusia

1. Apakah jumlah sumber daya

manusia di Puskesmas ini sudah

memadai? Siapa sajakah petugas

yang terlibat dalam pelaksanaan

Sumber daya manusia di Puskesmas sudah sih, sudah cukup. Sudah sesuai sih sama

peraturan, seperti programer TB, petugas laboratorium, dokter, perawat. Pemegang program

TB juga bekerjasama dengan bidang lain, seperti petugas epidemiologi, gasurkes

pengendalian penyakit, dan bidan.

Page 276: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

262

program P2TB?

2. Apakah beban kerja rangkap

mempengaruhi pelaksanaan

program P2TB di Puskesmas?

Ya... ya, kalau disini kan kita dobel-dobel. Kalau sementara ini saya hanya memegang

program TB sih, kalau yang kemarin saya rangkap jadi bendahara barang jadi kan memang

mempengaruhi. Kalau sekarang ini saya ndak, ini saya hanya pegang program TB saja.

3. Bagaimanakah pelatihan yang

diterima oleh petugas pelaksana

(pemegang program, petugas

laboratorium, dan dokter)

program Pencegahan dan

Pengendalian Tuberkulosis di

Puskesmas ini?

Iya kita ada apa namanya... ya kita ada pelatihan-pelatihan. Pelatihannya itu ndak mesti

tergantung Dinas yang mengadakan.kalau dari Puskesmasnya sendiri ndak ada pelatihan,

menuggu dari Dinas. Berapa kali ya, saya selama disini belum pernah ada pelatihan.

4. Seberapa seringkah petugas

mendapatkan pelatihan tersebut?

Saya selama disini belum pernah ada pelatihan.

5. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam

menjaga kualitas sumber daya

manusia terkait program P2TB

di Puskesmas?

Kendalanya ndak ada.

Ketersediaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan

6. Bagaiamanakah ketersediaan

obat anti tuberkulosis yang ada

Jadi kita kalau misalnya obatnya e... perlu obat yang pasien baru sudah ada stoknya.

Permintaan obatnya itu ke IF (Instalansi Farmasi), online semua mbak sekarang. Alurnya itu

dari Puskesmas kita ke IF dulu permintaan obat lewat aplikasinya simanis namanya, setalah

Page 277: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

263

di Puskesmas? kita permintaan obat diaplikasi simanis kita nunggu dikonfirmasi sama DKK dan juga IF.

Setelah itu, disimanis itu diaplikasi sudah dikonfirmasi sudah tanda centang itu kita baru

bisa cetak, cetak permintaan obat. Cetak permintaan obat baru kita ambil di IF dengan

membawa e... cetak form permintaan obat itu dengan tanda tanga Kepala Puskesmas dan

bagian Farmasi Puskesmas. Jadi, kemarin sudah minta itu to sudah diacc kita tinggal

ngambil, lebih mudah sekarang karena aplikasi ya.

7. Bagaiamana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan program P2TB

di Puskesmas?

Sarana dan prasarana sudah cukup. APD juga sudah cukup ya.

8. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam

pengadaan ketersediaan obat/alat

kesehatan/sarana dan prasana

terkait program P2TB di

Puskesmas?

Tidak ada.

Pendanaan

9. Bagaiamana ketersediaan dana

dalam pelaksanaan program

Pencegahan dan Penggulangan

Tuberkulosis?

Tidak ada dana, dari Dinas semua. Obat dari Dinas, pelaporan kita online. Dana dari BOK,

tapi kalau kita ada penyuluhan itu yang mendanai dari FKK soalnya kita menunggu di

undang.

10. Bagaiamana alokasi dana yang

digunakan untuk

Nggak pakai dana, ya seperti yang sudah saya katakan tadi mbak.

Page 278: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

264

penyelenggaraan program

P2TB?

SISTEM INFORMASI

1. Bagaiamana pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh

Puskesmas kepada Dinas

Kesehatan Kota Semarang?

Pencatatan dan pelaporan kita online, ada aplikasinya namanya SITT (Sistem Informasi

Terpadu Tuberkulosis) itu sudah sampai pusat, terus ada lagi si Semar Betul dari Dinas

Kesehatan. jadi, nanti rencananya kan ini aplikasinya kita sekali ngisi bisa langsung ke

laporan yang ke pusat (Dinas Kesehatan) pakai Semar Betul. Setiap ada pasien baru itu kita

masukkan ke Semar Betul, seperti kemarin itu sudah terlaporkan semua pasien yang bulan

itu, jadi setiap bulan ada pelaporan. Selain itu, ada pelaporan bulanan SIK (Sistem Informasi

Puskesmas) disitu kita kita juga ngisi jumlah pasien kita bulan itu, kemudian di kirimkan ke

Dinkes. Jadi, distu kita ngisinya itu pasien untuk bulan ini berapa misalnya kemarin bulan

agustus kita pelaporan maksimal tanggal 2 harus pelaporan ke Dinkesnya.

2. Seberapa sering kegiatan

tersebut dilakukan?

Setiap saat mbak, kalau ada pasien berobat langsung diinput ke sistemnya tadi Semar Betul,

kalau ke pusatnya pakai SITT.

3. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang dialami

petugas dalam pelaksanaan

pencatatan dan pelaporan?

Ya ini hambatannya karena apa ya kemarin itu kita belum melaporkan Semae Betul lho, jadi

sekarang sudah sih kurang koordinasinya yang masih kurang tapi sekarang sudah bisa

teratasi. Kurang karenakan itu kalau kita ngisis aplikasi harus dari petugas TB ke

laboratorium (laboratorium masuk sendiri), terus dari laboratorium ke petugas TB lagi, jadi

aplikasinya itu kita punya ini sendiri user sam password sendiri-sendiri gitu lho antar

petugas. Koordinasi antar petugas ada sedikit hambatan, kemarin yang peidemiologi harus

kunjungan rumah tapi nunggu kita. Jadi, dia itu satu kasus TB harus ada kunjungan di

sekitarnya 20 apa ya, 20 orang disekitar pasien kasus TB itu. Jadi, dia kemarin mengejar kita

petugas Tbnya karena kita belum sampai ke pendiagnosaan. Kita sampai ke pendiagnosaan

Page 279: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

265

itu setelah mendata pasien terus dikonfirmasi sama apa namanya, petugas laboratorium kita

mendiagnosa jadi memang alurnya keluar masuk dari aplikasi gitu lho. Pelaporan

membutuhkan waktu 2 harian kayanya ya, sekarang sudah tinggal penjadwalan karena kita

juga harus mengisi penjadwalan juga. Diagnosa awal dari petugas TB ke petugas laborat itu

1 haru bisa, jika petugas laboratnya ada.

KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1. Bagamana supervisi yang

dilakukan oleh Dinas kesehatan

Kota Semarang di Puskesmas?

Setahun sekali supervisi dilaksanakan di Puskesmas, tapi untuk sekarang ndak tau ya karena

online semua untuk penjadwalan supervisi ndak tau saya. Tahun kemarin sudah dilakukan

sekali.

2. Bagaiaman pertemuan

monitoring dan evaluasi yag

dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Semarang? Seberapa sering

dilakukan!

Dari Dinas em... ndak mesti ya mbak, jadikan kemarin itu kita diundang tapi sekarang belum

ada undangan lagi. Jadi, dari Dinas kita ngikutinnya ndak tau jadwalnya berapa sekali

setahun, kalau dulu waktu masih ada KNCV bisa dilakukan 10 sampai 12 kali dek dalam

setahun. Kalau untuk sekarang mungkin 2 bulan sekali atau 3 bulan sekali.

3. Bagaiaman kegiatan monitoring

dan evalasi yang dilakukan di

Puskesmas?

Kalau di Puskesmas ada minlok (mini lokal karya) itu kita jadi melaporkan kinerja kita

setiap bulan kepada Kepala Puskesmas, kalau dengan kader atau Gasurkes ada sebulan

sekali. Kegiatannya ya presentasi capaian kinerja dan target-targetnya, untuk capaian target

Gasurkes yang menargetkan dari Dinas.

4. Bagaiamana bentuk kerjasama

yang Anda dilakukan dengan

lintas program yang ada di

Puskesmas?

Ya jelas to. Misalnya di program apa ya e... PTM (Penyakit Tidak Menular itu kan ada DM

gitu-gitu kan, itu juga yang dicurigai TB juga jadi kita misalnya apa namanya penyakit DM

kalau misalnya batuk sebisa mungkin harus dicek dahak juga karena lebih rentang. Terus

misalnya TB anak itu kan harus kerjasama dengan KIA, e... sama ini epid jadi petugas

epidnya itu kan dia yang melakukan kunjungan rumah kita kerjasama untuk pasien TB biar

Page 280: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

266

bisa tertangani.

Bagaiamana bentuk kerjasama

yang Anda lakukan dengan

lintas sektoral (fasilitas

kesehatan milik swasta, kerja

sama dengan sektor

industri/perusahaan/tempat

kerja, dan kerja sama dengan

lembaga swadaya masyarakat

(LSM))?

Ya jelas to. Misalnya di program apa ya e... PTM (Penyakit Tidak Menular itu kan ada DM

gitu-gitu kan, itu juga yang dicurigai TB juga jadi kita misalnya apa namanya penyakit DM

kalau misalnya batuk sebisa mungkin harus dicek dahak juga karena lebih rentang. Terus

misalnya TB anak itu kan harus kerjasama dengan KIA, e... sama ini epid jadi petugas

epidnya itu kan dia yang melakukan kunjungan rumah kita kerjasama untuk pasien TB biar

bisa tertangani.

PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Bagaiaman upaya Puskesmas

untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam penemuan

kasus TB?

E... masyarakat yang ada keluhan batuk... itu dari kader Aisiyah itu juga aktif nyari suspek,

dari Gasurkes juag jadi masyarakat sudah sadar kesehatan sih maksud e oh iya tonggoku

batuk gitu selanjutnya cel]k dahak. Jadi, udah aktif sih masyarakatnya, kritis gitu lho mbak.

2. Menurut Bapak, seberapa besar

peran serta masyarakat dalam

mendukung pencegahan dan

pengobatan penyakit TB?

Kalau selama ini kan kita memang e... pasien dirahasiakan indentitasnya itu ka etika ya ada

kode etiknya untuk pasien TB, jadi karena itu kita ada keterbatasan dari peran serta

masyarakat dalam pengobatan. Masyarakat ndak tau kalau ada tetangganya yang sakit TB to

gitu, jadi ya paling ya hanya itu kalau ada yang batuk suruh priksa gitu aja. Kalau misalnya

masyarakat dia tau dia menyemangati ndak mungkin to.

3. Bagaiamana upaya Puskesmas

untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam mengatasi

Ya itu tadi pencegahannya kalau ada yang batuk periksa terus e... kaya untuk kebersihan

gitu-gitu to, sanitasi di rumah ditingkatkan. E... apa ya juga di ini kan di warga itu kan

RT/RW nya juga dateng kan waktu penyuluhan, jadi dia menyalurkan lagi ke warganya.

Page 281: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

267

faktor sosial yang berpengaruh

pada penanggulangan TB?

4. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam peran

serta masyarakat terhadap

program P2TB di Puskesmas?

Ya itu tadi pencegahannya kalau ada yang batuk periksa terus e... kaya untuk kebersihan

gitu-gitu to, sanitasi di rumah ditingkatkan. E... apa ya juga di ini kan di warga itu kan

RT/RW nya juga dateng kan waktu penyuluhan, jadi dia menyalurkan lagi ke warganya.

Informan Utama 2

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

1. Apakah Anda menyampaikan

infromasi tentang penyakit TB

kepada pasien terduga TB ketika

melakukan pemeriksaan

mikroskopis di Puskesmas?

Iya, kita kan kalau di laboratorium kan erimanya rujukan dari BP misalnya untuk

pemeriksaan dahak biasanya menyampaikan bahwa ini Anda diperiksa dahaknya untuk

mengetahui apakah ada kuman TBC didalam paru-parunya.

Pemeriksaan sputum dahak kalau untuk yang terduga itu kita Cuma packing, jadi yang

periksa itu kita rujuk ke Karyadi. Kalau untuk pemeriksaan ulang bulan kedua, bulan kelima,

dan akhir pengobatan kita periksa sendiri pakai apusan dan pengecekan spesimen. Lama

pemeriksaan yang dilakukan paling lama ya satu jam. Kalau follow up pasien biasanya kan

sama ngambil obat kemudian dia sama dikasih pot dahak, hari berikutnya dia bawa pot

dahak tersebut ditinggal lalu menyampaikannya ketika dia mengambil obat kembali. kita

bisanya ya kadang sekitar 3 hari baru kesini lagi buat menyerahkan dahak. Kalau terduga TB

biasanya tidak kembali lagi menyerahkan kembali pot dahaknya, itu ada.

2. Bagaiamana pelaksanaan

pemeriksaan sputum yaitu

sewaktu pagi sewaktu sebagai

Dari dahaknya itu kan yang keluar dipagi hari di cek disini, terus nanti dilihat hasilnya

positif atau negatif, karena sekarang kan ada alat yang lebih cepat lagi dalam melihat

dahaknya itu di Karyadi alatnya. Kami kirim dahak kesana, besoknya udh bisa keluar

Page 282: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

268

screening awal penyakit TB di

Puskemas ini?

hasilnya lewat aplikasi.

3. Apakah pasien secara rutin

melakukan pemeriksaan

tersebut? Berapa kali

pemeriksaan dilakukan?

Kalau pasien TB itu ya bulan kedua, bulan kelima, sama bulan terakhir pengobatan.

4. Bagaiamana ketersediaan

sumber daya manusia dalam

pelaksanaan pelayanan

Laboratorium di Puskesmas ini,

apakah sudah mencukupi atau

belum?

Ada 2 petugas laboratorium di sini sudah mencukupi.

5. Bagaiamna cara melakukan

penegakan diagnosis awal

seorang terduga pasien TB di

Puskesmas ini?

Iya itu tadi lewat TCM (Tes Cepat Molekuler) yang ada di Karyadi sama Tugu Rejo, tapi

saya merujuknya ke Karyadi. Dahak akan dibawa oleh kurir ke sana, kurirnya ada sendiri.

Kalau kurirnya ndak bisa biasanya mas Hendi yang kirim. Kalau hasil TCM untuk

lembarannya kita biasanya ngambilnya kalau pas kita kesana, cuma kan aplikasinya SITRAS

itu kan kita bisa lihat biasanya hari berikutnya sudah keluar.

6. Bagaiamana pelatihan yang

diperoleh oleh petugas

Laboratorium untuk

meningkatkan keahliannya daam

melaksanakan tugas? Berapa

Kalau pelatihannya ndak mesti ada, terakhir ada pelatihan itu tahun 2017. Kemarin itu

pelatihan terkait mikroskopisnya, jadi kita membuat sediaan sama membaca hasilnya.

Page 283: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

269

kali dilakukan pelatihan!

7. Bagaiamana keadaan fasilitas

dan peralatan yang diperlukan

untuk pelaksanaan pemeriksaan

penyakit Tuberkulosis di

Puskesmas ini?

Kalau peralatannya sudah mencukupi tapi kalau untuk tempatnyakan harusnya kan

jendelanya besar tempatnya juga harusnya luas. Pengadaan itu kita pakai dana BLUD.

8. Bagaiaman ketersediaan alat

pelindung diri yang terdapat di

Puskesmas ini?

Sudah cukup, biasanya APD yang digunakan itu jas Lab, masker sama sarung tangan.

9. Bagaiamana pelaksanaan

pemantapan mutu internal

Laboratorium di Puskesmas ini?

Untuk Tb kita juga jarang sih mbak soalnya, baru tahun ini kita dapat pasien positif TB 6

orang biasanya cuma 2 orang. Jadi kita yang untuk pengecekan kan cuma follow up, tahun

ini aja baru sekali. Kita periksanya kan cuma yang follow up-follow up saja. ini ada pasien

baru 5 orang tapi belum saatnya follow up

10. Bagaiamana ketersediaan

Prosedur Tetap (Protap) untuk

seluruh proses kegiatan

pemeriksaan Laboratorium di

Puskesmas ini?

Pakainya SOP digunakan

11. Bagaiamana pemeliharaan,

pengadaan, dan uji fungsi yang

dilakukan dalam peningkatan

mutu Laboratorium di

Ya itu to pakainya kalibrasi satu tahun sekali, kalau peralatan sehiri-hari ya tiap hari kita

bersihkan.

Page 284: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

270

Puskesmas ini?

12. Bagaiaman ketersediaan standar

operasional prosedur terkait

dengan keamanan dan

keselamatan kerja di Puskesmas

ini?

SOP ada.

13. Apakah dilakukan screening

terhadap petugas yang terlibat

dalam pelaksanaan program

P2TB di Puskesmas ini?

Belum pernah, kita kan paling pemeriksaannya PTM saja yang setiap dua kali setahun.

14. Bagaiaman alokasi dana yang

digunakan untuk Laboratorium

dalam pelaksanaan program

P2TB di Puskesmas ini?

Dananya dari dana BLUD biasanya digunakan untuk kalibrasi alat, kalau TB kita reagen

dapat dari Dinas Kesehatan.

15. Bagaiamana koordinasi yang

dilakukan oleh petugas

Laboratorium di Puskesmas

dengan Dinas Kesehatan Kota

Semarang dalam melakukan?

Kegiatannya kalau yang monev itu untuk tahun kemarin setahun bisa 4 kali setiap triwulan

terus kita ngirim crosschek lab itu kalau ada itu dikirim ke Balai Lakes Provinsi lewat DKK

secara online dan juga slidenya kalau ada. Kalau sekarang pertemuannya ndak ada, kita

cuma crosschek aja. Triwulan pertama kita ngirim, triwulan kedua kita ndak ada yang

periksa. Kalau hambatan sih untuk saya ndak ada.

16. Bagaiaman pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan oleh

petugas Laboratorium dengan

Ada tiap lokmin tiap satu bulan sekali. Kalau kita lokmin kan kita sampaiakan capaian

kinerja kita misalnya bulan ini dapat suspek berapa, terus capaiannya dari bulan januari

sampai bulan ini berapa jadi kita kan target itu kurang berapa dari pemegang programnya

Page 285: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

271

Dinas Kesehatan? yang menyampaikan

17. Bagaiaman monitoring dan

evaluasi pelayanan

Laboratorium yang dilakukan

dengan Dinas Kesehatan?

Kendalanya sih ndak ada, paling ya nyari suspeknya itu yang susah.

18. Bagaiaman monitoring dan

evaluasi pelayanan

Laboratorium yang dilakukan di

puskesmas ini?

Ya ketersediaan itu bahankalau reagen itu tahun kemarin sampai numpuk-numpuk 4 kardus

itu ndak kepakai semua sampai expaiyed, sekarang malah ndak ada/ndak dapat reagen. Dulu

kan dapet terus sampai turah-turah lah. Kalau yang dari DKK biasanya kita sudah diplot

dapetnya sekian. Tahun ini kayanya cuma reagen, kalau slide itu masih banyak.

19. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang Anda

dialami dalam pelaksanaan

program P2TB?

Pelaporannya khusus TB, saya leporan ke pemegang programnya terus nanti yang laporan ke

Dinasnya pemegang program.

20. Apa sajakah yang perlu

dilakukan oleh Puskesmas untuk

meningkatkan kualitas

pelayananan Laboratorium

untuk penyakit TB?

Ya kalau ada pembaharuan, kalau analis paling setahun berapa kali ya. Kalau tahun kemarin

itu kan masih ada bantuan yang dari LSM Belanda yaitu KNCV itu kan 3 bulan sekali

kegiatannya itu biasanya sosialisasi juga lalu monitoring juga. Kalau pemegang program tiap

bulan malahan. Monev itu dari Dinkes, Balai Lake, sama KNCV itu. Kita kan rujuknya ini

ke Balai Lakes Provinsi.

Informan Utama 3 dan 4

Page 286: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

272

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

Promosi Kesehatan

1. Bagaiaman Anda melakukan

sosialisasi tentang program

Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis

kepada masayarakat di wilayah

kerja Puskesmas?

Informan Utama 3

Kan dilakukan dengan penyuluhan mbak, jadi kan bisa dengan penyuluhan kaya gitu. Setiap

Gasurkes kan memiliki daerah binaan, kalau saya dapetnya di Kelurahan Bubakan, jadi nah

setiap Kelurahan itu mempunyai jadwal untuk pertemuan. Entah itu pertemuan di Kelurahan

atau di Rt/Rw, nah disitu saya menyampaikan penyuluhannya dari situ. Bisa juga kalau

waktu pemantauan jentik juga screening, pada saat screening itu juga ditanya tentang

keluhan TB tanda gejalanya itu sekalian tak kasih penyuluhan gitu, jadi ada 2 gitu metode

yaitu waktu pertemuan saya masuk sama waktu kunjungan rumah. Jadi, dari Dinas

Kesehatan itu kalau screening di target, setiap minggu itu harus melakukan screening ke 50

orang gitu. Jadi sekalian pemantauan jentik sekalian screening, kalau screening itu tidak

hanya TB aja meliputi HIV dan kusta gitu sekalian ditanya gitu. target penyuluhan dari

Informan Utama 4

Ya sosialisasinya langsung terjun ke masyarakat kalau ada pertemuan maupun ada

koordinasi itu, rapat-rapat langsung dibicarakan. Rapat koordiasinya dilakukan dengan FKK,

PKK, Kelurahan diwilayah masing-masing, RT, RW, sama kader. Kalau saya di Kelurahan

Polaman sama Karangmalang karena pembagian langsung dari Kepala Puskemas kebetulan

saya dikasihnya 2 sementara yang lain sih 1.

Perencanaannya ya kita sebelumnya kontrak waktu dulu. Biasanya awal kontrak waktu kalau

udah tau jadwalnya nanti kader yang ngasih tau kita, ya udah dateng mau ngisi apa

soasialisasi apa nggak TB aja.

2. Apaka sajakah media yang Anda Informan Utama 3

Page 287: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

273

digunakan saat melakukan

sosialisasi kepada msyarakat

sekitar?

E... paling sering makai leaflet tapi saya seringnya bicara langsung gitu, tapi kan jarang

kalau pakai PPT kan jarang disini. Langsung aja, paling sama leaflet gitu kalau butuh.

Informan Utama 4

Medianya bisa ceramah, lembar balik, tanya jawab gitu, sama PPT terus kita kaya memberi

apa namanya itu leaflet gitu lho dikasihkan aja biar nanti disampaiakan ke masyarakatnya

masing-masing. Kan kalau kita penyampaian informasinya ke kelompok-kelompok

masyarakat tadi to terus meraka pada nulis baru nanti disampaikan ke warganya.

3. Apakah pihak Anda melakukan

kerjasama dengan pemangku

kebijakan yang ada di sekitar

wilayah kerja Puskesmas, seperti

Kepala Desa, Kepala RT/RW,

pemuka agama setempat,

organisasi masyarakat dalam

penemuan kasus TB?

Bagaimana bentuk kerjasama

tersebut?

Informan Utama 3

Iya, kan contohnya kan di setiap Kelurahan itu ada FKK. Lha dari situ jadi saling membantu

gitu, mungkin kalau ndak dapet suspek ndak dapet orang yang maksudnya suspek batuk gitu

lho kaya nanti ada yang ngasih tau. Kalau kendalanya dari kelurahan tidak ada, tapi kalau

kendalanya dari masyarakat itu masyarakat kurang terbuka misalkan ya kan setiap mungkin

dia merasa canggung atau gimana ya kalau discreening itu belum bisa mengatakan semua

keluhannya.

Informan Utama 4

Iya, he.em. kerjasamanya ya kita saling koordinasi langsung kalau ada kasus ya kita

koordsinasi dimama, wilayahnya mana terus cara penanggulangannya gitu, saling suport

satu sama lain. Kan ini kita setiap hari ketemu, kaya ini saya setiap hari ke kantor Kelurahan

ada Pak Lurahnya, ada Humsosnya.

4. Bagaimana cara Anda

melakukan advokasi kepada

pemangku kebijakan tersebut?

Informan Utama 3

Kita awalnya sosialisasi ke Pak Lurah beserta jajarannya tentang penyakit TB terus

penanggulangannya seperti apa sama langkah-langkah yang perlu dilakukan kalau

menemukan pasien terduga TB harus apa kaya gitu-gitu aja sih. Disini juga ada FKK nya

jadi otomatis mereka juga sering mengundang petugas Puskesmas buat sosialisasi untuk

Page 288: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

274

meningkatkan kesehatan warganya.

Informan Utama 4

Melakukan advokasi ya memberi tahu apa yang ada di wilayah kendalanya apa terus gimana

caranya biar warga itu bisa lebih terbuka sama kita kalau ada yng sakit itu jangan ditutup-

tutupi, bilang sama kadernya jangan malu kalau nggak nggeh langsung datang aja ke

Puskesmas.

5. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

sosialisasi terkait dengan

program P2TB?

Informan Utama 3

Tidak ada mbak.

Informan Utama 4

Hambatannya ya ada warga yang kurang terbuka kaya gitu terus masih ini ya kalau yang

sakit itu jarang pakai masker, itu aja sih hambatannya.

Surveilans Tuberkulosis

6. Bagaiaman pelaksanaan

surveilans yang dilakukan untuk

menemukan kasus TB di

masyarakat?

Informan Utama 3

Jadi, e... penemuan kasus itu bisa dengan saya waktu screening. Jadi, saya waktu screening

kan screening dilakukan e... setiap minggu ditergetkan kan 50 orang minimal. Lha misalkan

di rumah ini terdapat lebih, satu rumah kan nggak mungkin satu orang itu kan jarang sekali,

itu kan minimal 2 atau 3 atau sampai 6 orang. Lha dari situ kan nanti sekalian pematanuan

jentik sekalian ditanya disitu keluhannya apa ditanya. Lha sudah itu, berarti kalau udah

menjurus ke satu itu yang pentingkan batuk berdahak sudah lebih dari 2 minggu, lha dari

situ kok misalkan. Lha nanti kan saya itu dapat suspek, itu dapat suspek satu misalkan. Lha

pot dahak itu saya kasih ke yang suspek itu, kalau nggak bisa ke Puskesmas ya saya e... apa

buat tampungan dahak tak kasihkan ke orangnya nanti saya pagi ambil langsung tak kasih ke

Puskesmas. Kalau orangnya bisa ke Puskesmas, saya suruh ke Puskesmas itu dengan cara

screening. Kalau yang kedua dengan itu informasi dari kader atau mungkin dari URP atau

Page 289: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

275

warga setempat yang mengetahui kalau ada orang yang batuk lama lebih dari 2 minggu, lha

itu saya kunjungi saya analisis apakah bener atau tidak. Kalau bisa ke Puskesmas priksa dulu

ke Puskesmas tapi kalau tidak ya tak kasih pot dahak itu. Lha nanti batuknya itu bangun

tidur nanti ditaruhkan, lha paginya langsung tak ambil tak bawa ke Puskesmas.

Informan Utama 4

Penemuan kasusnya, pelaksanaannya ya yang pertama kita screening. Kalau udah screening

kan kalau ditemukan suspek, suspek yang masuk tanda dan gejala TB berarti dia disarankan

untuk periksa terus nanti kita beri pot dahak untuk dia nanti dibawa ke Puskesmas.

Pengembalian pot dahaknya itu kebanyakan pasiennya sendiri yang membawa kalau nggak

pasien ya keluarganya, soalnya kan kebanyakan pada bekerja jadi menentukan jamnya

mereka sendiri. Saya kalau advokasi buat periksa mereka patuh.

7. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami petugas dalam

pelaksanaan surveilans tersebut?

Informan Utama 3

Banyak e... jarang ditemu suspek gitu. Masih banyak masyarakat yang kurang terbuka jadi

jarang yang terduga suspek gitu. Mungkin kalau yang terbuka itu yang deket sama petugas

atau kader yang udah tau, tapi ada juga yang emang bener-bener kalau itu nggak tau kalau

itu sakit tiba-tiba udah pengobatan di Rumah Sakit.

Informan Utama 4

Untuk kendalanya ya tadi itu masyarakat e... banyak yang kurang terbuka untuk e... yang

sakit batuk, terus ya mungkin takut untuk periksa. Periksanya ya mungkin keluar ndak di

Puskesmas, biasanya gitu di Rumah sakit atau dimana gitu.

Pengendalian Faktor Resiko

8. Bagaiman upaya yang dilakukan

dalam menyusun rancangan

rencana tindak dan respon cepat

Informan Utama 3

Lha tadi dengan penyuluhan tadi kan diajarkan e... kalau ada pasien dengan positif TB

disarankan untuk memakai masker, terus yang kedua kalau batukpun juga e... pakai tissu

Page 290: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

276

terhadap faktor risiko penyakit

TB?

atau nggak ya minimalkan jangan langsung disemburkan ke orag lain sama kalau e...

dirumahnya itu seminim mungkin ada fentilasinya, ya harus e... pintu tapi juga jendela tapi

juga atapnya juga ada yang terbuka buat fentilasinya gitu, pencahayaannya gitu.

Informan Utama 4

Rancangan tindakan ya itu kalau ada yang sakit batuk di sekitarnya atau di keluarganya itu

juga disarankan untuk periksa, untuk penanggulangannya seperti itu sih, investigasi

kontaknya di sekitarnya.

9. Bagaiaman Anda menganalisis

potensi ancaman penyakit,

sumber dan cara penularan, serta

faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap penularan penyakit

TB?

Informan Utama 3

E... ya itu sebisa mungkin e... jadi kalau e... misalkan di wilayah tersebut di RT si A ada

kasus TB misalkan ada orang terkena TB, lha itu kita diwajibkan dari Dinas Kesehatan itu

untuk melakukan investigasi kontak di area sekitarnya e... 2 sampai 5 rumah disekitar

pasien yang kena TB yaitu e... diwawancara gitu, discreening apakah batuk atau tidak. Kan

bisa juga penularannya kan nggak tau, kalau TB kan lewat udara. Biasanya dari situ

mengantisispasinya dari situ, jadi investigasi kontak disekitar orang yang terkena TB.

Informan Utama 4

Kalau analisis sumber penularan nggak, cuma kita wawancara aja itu yang melakukan bukan

saya tapi yang melakukan itu epid. Jadi, seperti dia bekerjanya dimana, apakah ditempat

bekerjanya tertularnya disana atau nggak kaya gitu, terus kerjanya apa. Petugas epid yang

melakukan analisis itu.

10. Bagaiaman upaya yang

dilakukan dalam pengendalian

faktor risiko pada masyarakat

yang dilingkungannya terdapat

penderita TB?

Informan Utama 3

Yang pertama sih kita ke pasiennya sendiri yang terkena TB harus pakai masker gitu, jangan

meludah sembarangan soalnya TB kan menularnya lewat udara.

Informan Utama 4

Upaya yang dilakukan ya kita penyuluhan aja biar mereka itu tau dan sadar akan bahayanya

Page 291: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

277

TB itu biar saling terbuka terus bisa dikasih tau ke keluarganya masing-masing. Stigma

negatif tentag TB di masyarakat nggak ada sih mbak, e... mereka tau kalau itu sakit tapi ya

ndak ada perbedaan atau apa masih sama. Soalnya yang sakitpun udah sadar oh iya sakit

terus harus pakai masker.

11. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami dalam melakukan

pengendalian faktor risiko

Tuberkulosis?

Informan Utama 3

Tidak ada kendala.

Informan Utama 4

Hambatannya mungkin nggak ada sih mbak, nggak ada. Pada minum obat teratur semua.

Penemuan dan Penanganan Kasus

12. Bagaiamana langkah penemuan

kasus penderita TB yang

dilakukan di masyarakat?

Informan Utama 3

Penemuan kasusnya tadi kita screening dulu ke warga. Dimulai dari screening terus, terus

nanti kita bawa hasil dahak ke pemegang program TB di Puskesmas. Kalau hasilnya positif

TB, kita melakukan investigasi kontak dilingkungan sekitarnya.

Informan Utama 4

Langka-langkah penemuan kasusnya tadi kita screening dulu ke warga. Dimulai dari

screening terus ada tanda gejala yang masuk atau ndak, kalau ada nanti disarankan tapi kalau

nggak ya nggak. Kalau ditemukan warga yang positif TB, kita nanti investigasi kontak untuk

melihat apakah yang lainnya juga tertular TB atau tidak.

13 Apa sajakah kendala/hambatan

yang Anda alami dalam

melakukan penemuan kasus Tb

Informan Utama 3

Seperti yang sudah saya katakan tadi, masyarakatnya kurang terbuka ndak mau periksa di

Puskesmas, kalau mau periksa mungkin di luar Puskesmas Karangmalang.

Page 292: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

278

di masyarakat? Informan Utama 4

Seperti yang sudah saya katakan tadi, masyarakatnya kurang terbuka ndak mau periksa di

Puskesmas, kalau mau periksa mungkin di luar Puskesmas Karangmalang.

SUMBER DAYA

Sumber daya Manusia

1. Apakah jumlah sumber daya

petugas surveilans di Puskesmas

ini sudah memadai?

Informan Utama 3

Ya sudah soalnya disisni kan wilayahnya kecil, jadi e... sudah pas gitu lho itu sudah sesuai.

Kan satu Gasurkes itu merapel 2-3 Kelurahan, kalau disini ya sudah pas sesuai.

Informan Utama 4

Sudah memadai sih insyaallah sih sudah.

2. Apakah petugas yang menjadi

tenaga surveilans sudah sesuai

dengan ketentuan standar

kompetensi di bidang

epidemiologi?

Informan Utama 3

Iya sesuai.

Informan Utama 4

Sudah.

3. Bagaimanakah pelatihan yang

diterima oleh petugas surveilans

untuk meningkatkan kinerja

dalam pelaksanaan program

P2TB di Puskesmas ini?

Informan Utama 3

Ya pernah, jadi setiap kita awal tahun atau awal pertama kali kerja gitu kaya dikasih

pengetahuan baru sama Dinas Kesehatan. kalau tahun ini sudah pernah dilakuakn, ya itu tadi

awal tahun.

Informan Utama 4

Pernah pelatihan sekali dalam setahun kegiatannya itu dalam 2 hari. Kita diberitahu gimana

caranya sosialisasi yang benar, terus cara apabila ada kendala yang mangkir obat atau putus

obat atau yang pernah sakit terus kambuh lagi. Pelatihannya itu dari Dinas Kesehatan yang

ngadain. Sekali dalan setahun.

Page 293: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

279

Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

4. Bagaiamana ketersediaan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan program P2TB

di Puskesmas untuk mendukung

pelaksanaan surveilans penyakit

TB?

Informan Utama 3

Jadi e... dari Puskesmas itu ya juga apa ya memfasilitasi misalkan apa butuh apa kaya butuh

pot dahak pun langsung dikasih nggak nggak dipersulit, soalnya targetnya pun disini masih

kurang. Kalau untuk wilayah Puskesmas ini kalau nggak salah 80 dalam satu tahun itu

cakupannya kan dalam satu tahun. Kalau disini sudah ditemukan ada 40 an lah penemuan

kasusnya itu hampir 50% dari target, itu meliputi 4 Kelurahan. Kalau keberhasilan program

TB nya ya belum sih ya, soalnya ada pasien yang mangkir obat. Ya kalau TB itu kan

pengobatan 6 bulan kaya gitu ada sih ndak semuanya tapi beberapa yang memang belum

tuntas tapi berhenti.

Informan Utama 4

Sarana dan prasarana sudah mencukupi.

5. Apakah terdapat

kendala/hambatan dalam

pengadaan ketersediaan obat/alat

kesehatan/sarana dan prasana

terkait program P2TB di

Puskesmas?

Informan Utama 3

Tidak ada kendala.

Informan Utama 4

Tidak ada kendalanya.

Pendanaan

6. Bagaiamana ketersediaan dana

dalam pelaksanaan surveilans

program Pencegahan dan

Penggulangan Tuberkulosis?

Informan Utama 3

Kalau dana saya selama dilapangan untuk sosialisasi dan skrining tidak pernah

menggunakan dana.

Informan Utama 4

Kalau masalah dana saya kurang tau. Sosialisasi saya tidak pernah menggunakan dan, hanya

Page 294: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

280

kontrak waktu saja.

7. Bagaiamana alokasi dana yang

digunakan untuk

penyelenggaraan surveilans

program P2TB?

Informan Utama 3

Ya... tidak ada alokasinya mbak.

Informan Utama 4

Kurang tau juga kalau itu.

SISTEM INFORMASI

1. Bagaiamana ketercapaian

indikator kinerja yang dilakukan

oleh petugas surveilans dalam

pelaksanaan program P2TB di

Puskesmas?

Informan Utama 3

Kalau capaiannya kerja ya sebetulnya sesuai target, cuma ya itu suspeknya itu e... nggak

memenuhi target. Balik lagi ke orang-orangnya yang kurang terbuka tapi emang ya disini

emang jarang yang kena TB, mungkin satu Kelurahan mungkin paling banyak 5 gitu. Ya kita

tau tiba-tiba waktu pengobatan, kita ndak tau tiba-tiba dia ke Rumah sakit di tes e... BTA nya

positif jadi pengobatannya di Rumah Sakit kaya gitu.

Informan Utama 4

Kalau capaian sih targetnya satu bulan sih,kita sistemnya target kayanya satu bulan itu

menemukan kalau nggak 2 ya 3. Ada yang memenuhi target ada yang belum, soalnyakan

disini juga wilayahnya jarang yang sakit batuk. Target yang menentukan itu pihak Dinas

sesuai tupoksi.

2. Bagaiaman pelaksanaan

pencatatan dan palaporan yang

dilakukan oleh gasurkes kepada

Dinas Kesehatan dan Kepala

Puskesmas? Seberapa sering

kegiatan tersebut dilakukan?

Informan Utama 3

Jadi kita setiap bulan itu ada pelaporan. Ada SPJ nya gitu lho mbak, jumlah screening

berapa, jumlah suspek berapa, jumlah e... suspek yang sudah periksa berapa, yang belum

periksa berapa, hasil dari periksanya itu positif atau negatif, selanjutnya ada PMO. Kalau

Dinas Kesehatan ya itu dengan pelaporan SPJ itu setiap bulan kita pelaporan, ada formnya,

mangkir obat berapa, kunjungan rumah pasien TB berapa gitu. Jadi, ada SPJ nya dan itu ada

juga dionlinenya juga, ada sistem kalau di Dinas Ksehatan itu Semar Betul. Pokoknya semar

Page 295: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

281

Betul itu yang tentang Tuberkulosis itu, disitu tu mencakup semua. Disitu ada pasien yang

terkena TB, pasien pengobatan, penyuluhan disitu itu.

Informan Utama 4

kalau kita pelaporannya tiap hari laporan kegiatan itu lewat WA, kalau laporan file itu

laporan email per minggu ada. Kalau laporan untuk hardfile sama softfile itu perbulan ke

Puskesmasnya. Kalau Dinas Kesehatan laporannya itu hardfile sama softfile perbulan.

3. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang dialami

petugas dalam pelaksanaan

pencatatan dan pelaporan?

Informan Utama 3

Ya kendalanya paling suspek itu tok. Suspeknya kan kurang jadi targetnya kita kan 80 baru

mencapai 50 %, jadi belum memenuhi target kalau suspeknya.

Informan Utama 4

tidak ada.

KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1. Bagaiamana bentuk kerjasama

yang Anda dilakukan dengan

lintas program yang ada di

Puskesmas?

Informan Utama 3

Iya, kan kalau biasanya yang sakit TB itu di cek HIV. Kalau yang HIV itu dicurigai TB atau

tidak, jadi saling berhubungan.

Informan Utama 4

Iya, sama pemegang program TB jadi apabila ada psien yang sudah periksa itu dia ngasih

tau terus hasinya positif apa negatif itu kita diberitahu.

2. Bagaiaman keberhasilan

pelaksanaan penanggulangan

terjadinya KLB/wabah TB?

Informan Utama 3

Ya selama ini kalau TB belum pernah yang sampai KLB ya mbak. Soalnya disini

diteukannya pasien TB juga sedikit sih ya mdak banyak gitu. Kalau untuk programnya

sendiri ya sudah bagus lah mbak, dari sosialisasinya terus pengobatannya disini pasien TB

nya juga raji-rajin buat berobat.

Informan Utama 4

Page 296: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

282

Sudah berhasil, rata-rata pasien pengobatannya berjalan nggak ada yang mangkir obat.

3. Bagaiaman pelaksanaan

monitoring dan evaluasi

penyelenggaraan surveilans di

Puskesmas? Seberapa sering

kegiatan tersebut dilakukan?

Informan Utama 3

Kalau monevnya kita setiap bulan paparan sama kepala Puskesmas sama pemegang program

sama epidemiologi, jadi kita kaya paparan gitu per Kelurahan jumlah orangnya yang TB itu

berapa, suspeknya berapa yang positif. Kalau monev sama Dinas Kesehatan sudah pernah

diawal tahun kemarin.

Informan Utama 4

Tiap bulan ada monev dari Puskesmas, kalau dai Dinasnya sudah pernah diawal tahun.

Berapa kali dalam setahun itu kurang tau, pihak Dinasnya yang ngasih tau jadi nggak

direncanakan misalkan direnacanakannya dalam undangan gitu, kita belum tau tapi sudah

pernah diawal tahun. Tahun ini sudah pernah diawal tahun kemarin.

4. Bagaiaman monitoring dan

evaluasi yang dilakukan oleh

petugas surveilans kepada

Kepala Puskesmas dalam

melakukan penemuan kasus?

Seberapa sering hal tersebut

dilakukan!

Informan Utama 3

Kalau monevnya kita setiap bulan paparan sama kepala Puskesmas sama pemegang program

sama epidemiologi, jadi kita kaya paparan gitu per Kelurahan jumlah orangnya yang TB itu

berapa, suspeknya berapa yang positif. Kalau monev sama Dinas Kesehatan Kota sudah

pernah diawal tahun kemarin

Informan Utama 4

Tiap bulan ada monev dari Puskesmas, kalau dai Dinasnya sudah pernah diawal tahun.

Berapa kali dalam setahun itu kurang tau, pihak Dinasnya yang ngasih tau jadi nggak

direncanakan misalkan direnacanakannya dalam undangan gitu, kita belum tau tapi sudah

pernah diawal tahun. Tahun ini sudah pernah diawal tahun kemarin.

5. Apa saja kendala/hambatan yang

dialami dalam melakukan

koordinasi dalam pelaksanaan

Informan Utama 3

Tidak ada sih, semuanya terjalin dengan baik.

Informan Utama 4

Page 297: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

283

program TB baik dengan

Puskesmas maupun masyarakat?

Tidak ada mbak.

PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Bagaiamana peran masyarakat

dalam penyelenggaraan

Surveilans Kesehatan untuk

meningkatkan kualitas data dan

informasi terkait dengan

penyakit TB?

Informan Utama 3

Kalau masyarakatanya sendiri ya ada yang mendukung tapi ada juga yang belum terbuka

dan mendukung. Lebih mendukung ya kadernya. Jadi, saya memberi motivasi untuk kader

supaya meningkatkan e... giaman caranya kalau ada masyarakat yang batuk itu bisa ke

Puskesmas. Yang pertama lebih ke kadernya kalau le individunya nggak semua pertemuan

itu ada orangnya disitu satu RT gitu kan, yang sering dateng kan kadernya jadi saya

menghimbau untuk kadernya dan yang dateng ke penyuluhan tersebut. Bisa juga waktu saya

screening itu saya menghimbau misalkan ada keluhan apapun entah itu ndak batuk aja saya

suruh ke puskesmas

Informan Utama 4

Peran serta masyarakat itu, masyarakat ikut screening TB. Jadi, dia ikut mewaspadai gitu

kalau ada yang sakit batuk dikit aja bisa lapor ke saya kan udah punya kontak saya. Kalau

screening biasanyakan disini ada PSN, apabila kita PSN itu sekalian kita screening. Kalau

nggak waktu penyuluhan itu bisa dilakukan screening.

2. Bagaiamana peran masyarakat

dalam penyelenggaraan

Surveilans Kesehatan penemuan

pasien TB di lingkungannya?

Informan Utama 3

Ya kalau penemuan kasusnya kan saya sering sosialisasi setiap pertemuan RT, RW, atau

tingka Kelurahan saya kan memberikan infromasi. Jadi, menghimbau mungkin ada

tetangganya atau saudaranya yang batuk lebih dari 2 minggu tak suruh ke Puskesmas. Kalau

misalkan ndak bisa ke Puskesmas ya ngomong sama saya, nanti saya kunjungan rumah.

Informan Utama 4

Ya masyarakat yang terbuka sama kita ikut mewaspadai terus ikut mengingatkan kalau itu

Page 298: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

284

yang penyakit TB pengobatannya teratur kaya gitu, ikut saling mengingatkan. Bagi

masyarakat yang belum mau terbuka sama sakitnya ya masih banyak juga disini.

Informan Utama 5 dan 6

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

1. Bagaiamana petugas TB di

Puskesmas melakukan

sosialisasi tentang penyakit TB

kepada Anda? Sebarapa sering

petugas TB melakukan

sosialisasi tersebut!

Informan Utama 5

Kalau dari TB untuk melakukan sosialisasi dari Puskesmas. Saya menemukan kasus MDR

langsung kunjungan ke pasien TB itu di wilayah Polaman RT/RW.01/02, kemudian saya

melakukan screening di sekitar yang kena TB itu kan 30 keluarga tetangga itu bisa gitu.

Puskesmas juga ngasih sosialisasi tentang TB kalau ada pertemuan di Puskesmas kadang-

kadang itu, terus di Kelurahan, PKK, sama FKK itu. pertemuannya itu kadang e... bulan ini

di Puskesmas terus besok berapa bulan lagi di FKK. Kemarin itu baru aja di FKK bulan ini

dari Puskesmas.

Informan Utama 6

Pasti mbak, ketika ada perkumpulan seperti forum FKK gitu kita pasti mengundang petugas

Puskesmas. Kalau sosialisasi itu ditingkat RT atau RW itu biasane Gasurkes, kalau diwilayah

kami ya saya ikut mendampingi mereka di pertemuan FKK, RT, RW, arisan atau tahlil.

Untuk pelaksanaannya ndak mesti mbak, kalau PKK kan kebetulan wilayah saya disini itu 2

minggu sekali berarti sosialisasi itu 2 minggu sekali, tapi kalau pas tahlilan atau acara apa itu

kan di kami itu apa ya, ya seminggu sekali mbak. Dalam seminggu itu kan pertemuan

banyak, paling kita ambil nanti jamaahnya yang paling banyak nanti kita sama Gasurkes

masuk.

2. Apaka sajakah media yang

digunakan saat melakukan

Informan Utama 5

Iya menggunkan itu to mbak seperti poster itu to yang ditempel itu lho.

Page 299: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

285

sosialisasi tersebut? Informan Utama 6

Sosialisasinya kita ya Cuma lisan seperti itu, terus pokoknya lengkap mbak semisal batuk

kita nanti kita harus ya pokok e seperti itu. Kalau leaflet kadang mbak, karena mungkin juga

leaflet juga terbatas. Dari kami Aisiyah juga mbak leaflet sama browsur itu dikasih, tapikan

Cuma 1 untuk berkali-kali

3. Apakah petugas Tb di

Puskesmas memberikan

informasi terkait dengan

program P2TB kepada Anda?

Informan Utama 5

Iya itu mbak, ngasih tau lewat penyuluhan sosialisasi itu to tentang TB e... kaya gejalane

gitu-gitu mbak.

Informan Utama 6

Iya pernah mbak, waktu ada pertemuan kader kesehatan di Puskesmas itu tapi ndak banyak

mbak. Saya tau banyak tentang TB ya ikut pertemuan yang dilakukans ama pihak Aisyiyah

itu, saya ditunjuk buat jadi kader TB

4. Bagaiamana upaya penemuan

kasus pasien TB yang dilakukan

oleh Puskesmas?

Informan Utama 5

E... ini saya nganu mbak ya, saya itu langsung ke Gasurkes. Kan antar Gasurkes sama

Puskesmas kan kerjasama terus sekarang kan sama kader kerjasama. Sekarang tu disarankan

ya dianjurkan dari pihak Dinas Kesehatan minta itu, ya Puskesmas minta itu ya memang

kalau bisa antara Puskesmas, Gasurkes, kader itu harus kerjasama. Saya dapet suspek 1 itu

tahun ini 2019, ya sekitar 2 bulan itu diwilayah sini ada. Terus saya kan langsung sama

Gasurkes langsung ke rumah itu yang kasus TB tak kasih pot untuk itu to dahak, langsung

cek ke laborat. Lha hasilnya 1 minggu baru tau kalau itu positif TB. Saya tau ada yang batuk

itu dari orang-orang sama keluarga itu e... pas posyandu, terus saya kunjungan kesana sama

Gasurkes terus bawa pot sekalian terus langsung tak tanya-tanya to lha batuk udah sekitar

berapa hari atau bulan.

Informan Utama 6

Page 300: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

286

Setahu saya itu dari pasien yang periksa ke Puskesmas, terus laporan dari gasurkes yang

dilapangan itu mbak kan mereka nanti dari warga bilang ke mereka. Saya juga kalau semisal

menemukan pasien TB baru nanti saya bilang dulu ke petugas Puskesmas kalau ini ada yang

kemungkinan sakit TB. Saya dapatnya dari itu screening mbak, habis itu saya juga laporan

ke pihak Aisyiyahnya jadi keduanya itu sama-sama saya bilang ke mereka terus sama-sama

tahu gitu.

5. Bagaiaman upaya Anda dalam

menemukan pasien terduga TB

yang ada di lingkungan

masyarakat?

Informan Utama

Penemuan kasusnya tadi kita skrining dulu ke warga. Dimulai dari skrining terus, terus nanti

kita bawa hasil dahak ke pemegang program TB di Puskesmas. Kalau hasilnya positif TB,

kita melakukan investigasi kontak dilingkungan sekitarnya

Informan Utama 6

Kan nanti kita screening mbak, nanti kita screening kan otomatis kita cari suspek walaupun

itu positif atau negatif yang penting kita kan dapet suspek gitu aja. Semisal kita ada indeks

kasus nanti kita screening, kalau ndak semisal kita PJN itu to mbak e... kita kan PJN to mbak

ke RT/RW itu seminggu sekali tapi kalau kita ke kelurahan itu 1 bilan sekali, jadi pada saat

itu kita juga screening mbak. Nanti kan ada itu, sekalian jentik itu DBD juga kami

sosialisasikan itu malah door to door mbak saya bersama Gasurkes. Kalau diwilayah kami

itu kader, Gausrkes, pak RT, pak RW, sama pak Lurah. Sosialisasinya tidak banyak orang

mbak tapi kita bagi aja sesuai kelompok tadi.

6. Bagaiamana upaya Anda dalam

mendukung pengobatan

penderita TB?

Informan Utama 4

Untuk dari kader ya harus tanya-tanya pengobatannya rajin atau tidak. Saya melakukan

kunjungan rumah sama Gasurkes, saya sendiri juga kunjungan tapi ndak terlalu sering yang

penting kita pantau dari lingkungan atau keluarga kan bisa tanya-tanya.

Informan Utama 5

Page 301: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

287

Kita mau berobat tapi oh ini nggak ada transportasinya kok sulit nanti Puskesmas yang

menjemput. Kalau TB dengan gizi buruk mbak itu mbak, kalau tidak yo pokoknya sekarang

Puskesmas ya untuk TB itu sekarang pokok e emang prioritas. Kalau kemajuan pengobatan

ya tidak begitu anu ya mbak, tapi kan saya hanya menanyakan tanggal berapa kira-kira

ambil obat atau obat habis kapan kan bisa saya bantu karena untuk lebih dalemnya kan saya

ndak bisa semisal untuk berapa orang kan saya otomatis yo baginya susah mbak waktunya.

Saya Cuma tau obatnya habis tinggal segini atau berapa nanti kalau bisa saya anter ya tak

anter, kalau ndak tak bilangke ke gasurkesnya nanti semisal mau ke Puskesmas dibantu

Gasurkes.

7. Bagiamana upaya yang Anda

lakukan dalam pencegahan

penularan penyakit TB kepada

masyarakat di lingkungan?

Informan Utama 5

Warga harus hati-hati dan waspada apalgi kalau itu yang kena penyakit TB batuknya kan

kumannya banyak, jadi haus hati-hati biar ndak tertular ya pakai masker dan jaga dirilah

untuk jada kesehatan kita sendiri. Entah itu ditingkat kecamatan entah itu di mana to itu bisa

saya sampaikan ke dawis RT terus ke PKK RW itu atau jamaah minggu itu bisa sampaikan

untuk ngasih tau kepada warganya supaya tau untuk penyakit TB itu. Pertemuan-pertemuan

kaya gitu bisanya setengah bulan sekali

Informan Utama 6

Ya itu tadi semisal penderita ya kalau bisa pakai APD mbak, minimalkan masker untuk

mengurangi penularan terus untuk anggota keluarganya pasti mbak karena untuk pertama

kali kan itu anggota keluarga. Apalagi kalau ada balitanya itu kan wajib diberikan PPINH

nya itu kan mbak, itu wajib e... ke berobat ke Puskesmas. Sebenarnya itu mereka belum

begitu paham mbak tapi kalau kita bilang paru atau flek itu tidak asing lagi, tapi kalau kita

bilang TB itu seolah-olah TB itu sesuatu yang pokok e momok. Ya itu tadi kita harus

menghilangkan stigma itu tadi mbak stigma itu masih, itu dimana-mana mbak soal e kalau di

Page 302: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

288

kota itu banyaknya seperti itu mereka ndak open. Kalau mereka open itu pasti kan TB itu

ditemukan cepet mbak, wong sudah terkena TB aja kita datengi ndak ada TB ndak ada

penyakit, kebanyakan seperti itu. Edukasinya maksud e untuk e... ya kita sosialisasi tapi

mereka itu sepertinya belum apa ya mbak e... ora ngeh banget nek TB itu bahaya, tapi bisa

disembuhkan jangan mengucilkan orang yang berpenyakit TB kan gitu. ya itu tadi mbak,

nek orang desa bilang TB itu suatu momoklah, tapi kalau paru atau mungkin flek itu masih

bisa diobati mereka itu seperti itu.

8. Bagaiamana upaya Anda dalam

mengatasi masalah sosial yang

berpengaruh pada upaya

pengobatan pasien TB dan

pemutusan penularan TB?

Informan Utama 5

Ya karena penyakit TB itu meular ya, dari keluarga kasus TB itu nganu mbak dari pasiennya

sendiri itu kadang sok malu. Dikunjungi itu dia ndak mau contohnya disini kan ada 5 orang,

kaya kemarin saya investigasi kontak kan saya kesana dianya ndak mau ditemui. Ada juga

yang kebetulan saudaranya Gasurkes, kalau ndak saudaranya itu ndak mau dikunjungi.

Informan Utama 6

Kalau saya sosialisasi ya terus menerus mbak, setiap kali pertemuan itu pasti saya

sosialisasikan. Kalau waktu saya skrining itu dikasih pot, tapi kebanyakan itu tidak mau

yang saya alami lho, “buat apa sih?”atau “nggo opo? Wong koyo ngono. Aku nek loro kan

berobat dewe”. Orang-orang yang mungkin e... kuranglah mbak anune, wis nek wong deso

ki mungkin pergaulane kurang atau mungkin e... penegtahuannya itu kurang gitu mbak.

Budaya itu pengaruh sekali mbak.

9. Bagaiamana sistem pelaporan

yang Anda lakukan dalam

pelaksanaan program P2TB

kepada pihak Puskesmas?

Informan Utama 5

Lapornya itu terutama ya dari Puskesmas dulu mbak, biar pihak Puskesmas itu tahu terus

setelah itu saya buat laporan untuk ke Aisyiyah.

Informan Utama 6

Saya kalau semisal menemukan terduga punya penyakit TB, nanti saya bilang ke

Page 303: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

289

gasurkesnya kalau disini ada yang punya ciri-ciri TB kalau ndak ya pe petugas yang di

Puskesmasnya itu. Nanti gasurkesnya langsung ke tempat penderita TB tadi.

10. Bagaiamana ketersedian sarana

dan parasaran yang Anda

gunakan dalam pelaksanaan

program P2TB?

Informan Utama 5

Ndak ada yang saya bawa pas sosialisasi, ya cuma hanya ngomong aja. Paling pot dahak itu

mbak, kalau ada yang gejala TB kalau ndak ada ya saya ndak bawa.

Informan Utama 6

Sebenarnya iya mbak, tapikan kalau kita sosialisasi ya sudah gitu aja. Lebih banyak bicara,

paling kita lebih banyak liatke itu kan leaflet nanti gambarnya kan sperti ini, Kalau saya kan

dari Aisiyah mbak, jadi itu biasane kalau di PKK atau apa itu mesti saya bawa karena

memang 1 itu mbak leafletnya ya untuk semua. Kalau dari Puskesmas saya belum diberikan,

tapikan karena mungkin dari Aisiyah juga sudah ada kan mungkin juga sama.

11. Bagaiaman alokasi dana yang

Anda gunakan dalam

pelaksanaan program P2TB?

Berasal darimana dana tersebut!

Informan Utama 5

Ndak ada dana mbak buat sosialisasi itu.

Informan Utama 6

Kalau dana yang dibutuhkan, kalau sosialisasi kita ya sosialisasi mbak. Jadi, setiap kali ada

pertemuan kita nimbrung disitu karena kalau dana memang ndak ada untuk sosialisasi TB

semisal saya ada anggaran sendiri buat ngumpulin orang itu ndak. Soal e emang ndak ada

dana. Ndak ada mbak, kita kan sosialisasi sendiri.

12. Apakah petugas TB di

Puskesmas melakukan

pendampingan saat kali Anda

melakukan penemuan kasus atau

sosialisasi kepada warga

masyarakat di ligkungan Anda?

Informan Utama 5

Kalau Puskesmas itu ndak dampingi kalau di pertemuan RT/RW, tapi kalau di Kelurahan itu

ada. Datangnya Puskesmas itu kesini paling ya Posyandu itu setiap bulannya.

Informan Utama 6

Mendampingi lewat Gasurkes itu tadi. Pertemuan kader TB di Puskesmas e... karena kitakan

ya itu tadi mbak kita ada forum sendiri-sendiri, jadi kita memang kegiatan kita kalau forum

Page 304: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

290

TB kita ya ke komunitas TB itu mbak. Kumpul komunitas TB nya itu ndak mesti ok mbak,

kita kemarin ada kumpul di Kecamatan. Kalau yang dari Aisiyah ya itu tadi, kita setiap 2

bulan sekali itu monev, kalau di Puskesmas itu kan ndak banyak mbak yang kader TB

khusus itu ndak ada. Saya paling nimbrungnya ke Gasurkes pas ada pertemuan itu, nah saya

diundang kesitu nanti oh tau laporan-laporan mereka jadi saya mengikuti. Kalau Gasurkes

setiap satu bulan sekali mereka laporan ke Kapus, kalau ke Aisiyah kan 2 bukan sekali kita

monev. Nanti kan kita e... ya kadang plus laporan juga mbak, nanti apa yang perlu dilakukan

atau apa kita bisa sharing sendiri mbak. Kalau Puskesmas buat pelatihan kader TB kayane

belum ada, cuma kemarin itu ada di Puskesmas Mijen mbak tapi keseluruhan. Jadi, memang

e... kita undangannya itu di Puskesmas Mijen gitu, itu juga sama dulu pas e... Puskesmas

Karangmalang mengirimkan kami ke Hotel Muria oleh Aisiyah yang 4 hari itu. Aisyah

memberi undangan ke Puskesmas Karangmalang terus mengirim kami ke kegiatannya

Aisiyah. Kuta dilatih jadi kader Aisiyah, otomatis kan kita dikirim dari Puskesmas

Karangmalang itu kita sekali itu kita pelatihan tapi kita ndak cukup sampai disitu mbak, kita

ada kelanjutannya jadi kita lanjut. Kita ada FKTB itu terus kita juga ada monev, otomatis

kita kan saling nyambung komunikasinya sampai sekarang.

13. Apakah pihak Puskesmas

melakukan kerjasama dengan

Kepala Desa, Kepala RT/RW,

pemuka agama setempat, atau

organisasi masyarakat di

lingkungan Anda? Bagaimana

bentuk kerjasama tersebut?

Informan Utama 5

Kalau Puskesmas ya kerjasama, saya iya kerjasama sama perangkat desa.

Informan Utama 6

Iya bekerjasama mbak.

14. Apakah kader pernah Informan Utama 5

Page 305: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

291

mendapatkan pelatihan yang

dilakukan oleh Puskesmas

terkait program P2TB?

Kalau dari Puskesmas ngasih pelatihan itu ndak pernah, saya pelatihan untuk TB pertama itu

saat ikut organisasi Aisyiyah.

Informan Utama 6

Pelatihan untuk kader TB ada mbak, dari Aisyiyah itu 1 tahun sekali ada mbak di Kecamatan

itu khusus untuk TB tahun ini baru 1 kali mbak.

15. Bagaiamana evaluasi yang

dilakukan oleh petugas TB di

Puskesmas dengan Anda terkait

program P2TB?

Informan Utama 5

Kalau evaluasi itu ndak ada, tapi saat Posyandu itu to mbak mereka juga tanyai tentang

warga TB itu perkembangannya gimana gitu-gitu. Kalau target ndak ada dari Puskesmas itu

mbak. Pelatihan untuk kader TB ada mbak, kalau pelatihan dari Aisyiyah itu 1 tahun sekali

ada mbak di Kecamatan itu khusus untuk TB tahun ini baru 1 kali mbak. Tapi kalau

pertemuan kader kesehatan secara umum di Puskesmas itu kadang ya di sampaikan mbak

sedikit.

Informan Utama 6

Kalau evaluasi sama Puskesmasnya belum pernah mbak, paling saya Cuma laporan kalau

ada warga yang terduga TB ke mereka atau sama gasurkesnya.

16. Apa sajakah kendala/hambatan

yang Anda alami dalam

pelaksanaan program P2TB?

Informan Utama 5

Ya kendalane ya itu mbak, Kebanyakan yang saya alami itu gitu mbak, intinya sok malu gitu

dari orang lain jangan sampai tau punya penyakit TB. Lingkungan ndak mengucilkan tapi

malah keluarga yang menutupi biar orang lain ndak tau. Saya mau kunjungan langsung ke

penderita TB to dari keluarga menutupi kaya gitu mbak. Jadi, saya mau kunjungan ya maju

mundarlah ya, terus saya investigasi kontak aja gitu dari pada nanti akibat dibelakang rame.

Memang dari kadre lain juga gitu, dari keluarga ya gitu ndak mau terbuka. Penderita juga

jarang yang pakai masker gitu mbak, kalau diingatkan juga ngeyel. Ya kita harus hati-hati

memberi saran ke keluarga sama penderita TB, kita harus pandai-pandainya kasih saran

Page 306: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

292

supaya kita diterima dnegan baik.

Informan Utama 6

Ya itu tadi, mereka itu ndak open terus sosialisasi ke meraka itu padahal kita sudah sering

tapi mereka menangkapnya kan lain mbak. Jadi, mungkin kalau banyak lebih gencar lagi

bisa membantu kami menuntaskan TB.

Informan Triangulasi 2 dan 3

No. Pertanyaan Hasil Wawancara

KEGIATAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

Promosi Kesehatan

1. Bagaimanaa petugas Puskesmas

memberikan sosialisasi kepada

Anda ketika memeriksakan diri

ke Puskesmas?

Informan Triangulasi 2

Bapak tau sakit TB itu pas sakit terus periksa di Rumah sakit, tapi ambil obatnya sama

priksanya di Puskesmas mbak. Setiap ke Puskesmas itu petugas Puskesmas ya biasa ngasih

tau cara penanggulangan sakit TB itu ... kaya minum obat terus rajin periksa datang ke

Puskesmas untuk suntik 2 bulan berturut-turut terus minum obat setiap pagi. Disaranke tidak

boleh minum yang manis-manis, sehari sekali minum susunya tiap pagi gitu. Saya ditanya

punya sakit apa, tapi pas itu saya lagi batuk terus disusuruh periksa Lab di Puskesmas tapi

negatif ndak ketularan. Anak saya juga di suruh periksa juga mbak, tapi hasilnya sama kaya

saya negatif. saya juga menyuruh bapak buat pakai masker kalau sama cucunya biar ndak

ketularan kan kasihan

Informan Triangulasi 3

Kalau kemarin saya kan e... sebelumnya sudah dikasih tahu sama Dinas Kesehatan untuk

PMO itu sendiri, jadi ya menjelaskan kembali kepada saya terus saya meneruskan ke pasien

yang sakit TB soalnya kan dia di rumah sendiri. Ya sebisa mungkin saya jelaskan seminimal

Page 307: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

293

mungkinlah intinya setiap hari minum obat gitu, kan ini baru tahap pertama. Saya seringnya

bilang “ini obatnya diminum setiap pagi, kalau bisa sebelum makan kaya gitu”. Lha tapi

saya untuk PMOnya sendiri, saya datang 2 hari atau 3 hari untuk mengecek apakah obatnya

diminum atau tidak gitu.

2. Bagaimana petugas Puskesmas

melakukan sosialisasi tentang

program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis di

lingkungan tempat tinggal

Anda?

Informan Triangulasi 2

Nggak ada, Cuma ya menghimbau untuk ventilasinya dan pencahayaannya sebisa mungkin

tu cahaya matahari bisa masuk gitu sehingga kuman yang ada di tubuhnya bisa mati karena

kan kuman TB kalau kena panas matahari bisa mati. Jadi, ya kita ndak boleh menyebarkan

diagnosa ke siapapun, ya kalau orangnya itu menerima kalau ndak terima kan malah kita

yang dituntut. Kalau waktu pengambilan dahak saya jelaskan cara batuk yang benar, tapi

kalau waktu ndak pengambilan dahak ya batuk biasa disaran pakai masker. Pasiennya sendiri

ya kadang menggunakan kadang nggak, kan mungkin karena faktor ekonomi juga kan...

masker kan kalau beli diindomaretkan 8.000 dapat 5 jadi kan yo ndak memaksa hanya

menghimbau sebisa mungkin pakai masker. Saya menyarankan pasien tersebut kalau

misalkan emang bisa kesini ya tak suruh kesini, kalau ndak bisa kesini saya kasih pot dahak

tadi semisal nanti batuknya itu pagi saat itu juga tak ambil tak kasih ke Puskesmas gitu.

Kaya gitu karena suspeknya dikita rendah, jadi sebisa mungkin kita nyari gitu lho nggak

harus pasien kesini, kita pun bisa suruh ngambil gitu. Kalau sebagai pasien TB tau

pengambilannya disini gitu.

Informan Triangulasi 3

Nggak ada, Cuma ya menghimbau untuk ventilasinya dan pencahayaannya sebisa mungkin

tu cahaya matahari bisa masuk gitu sehingga kuman yang ada di tubuhnya bisa mati karena

kan kuman TB kalau kena panas matahari bisa mati. Kalau ini kan pasiennya baru ya, dia

melakukan pengobatan ini baru 6 hari ini jadi ya masih teratur minum obatnya. Ini kan

Page 308: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

294

penyakit TB ya, jadi sebisa mungkin saya e... kalau kita privasesitas ya sebisa mungkin

jangan sampai orang lain tau kalau terdiagnosa TB. Jadi, ya kita ndak boleh menyebarkan

diagnosa ke siapapun, ya kalau orangnya itu menerima kalau ndak terima kan malah kita

yang dituntut. Kalau waktu pengambilan dahak saya jelaskan cara batuk yang benar, tapi

kalau waktu ndak pengambilan dahak ya batuk biasa disaran pakai masker. Pasiennya sendiri

ya kadang menggunakan kadang nggak, kan mungkin karena faktor ekonomi juga kan...

masker kan kalau beli diindomaretkan 8.000 dapat 5 jadi kan yo ndak memaksa hanya

menghimbau sebisa mungkin pakai masker. Saya menyarankan pasien tersebut kalau

misalkan emang bisa kesini ya tak suruh kesini, kalau ndak bisa kesini saya kasih pot dahak

tadi semisal nanti batuknya itu pagi saat itu juga tak ambil tak kasih ke Puskesmas gitu.

Kaya gitu karena suspeknya dikita rendah, jadi sebisa mungkin kita nyari gitu lho nggak

harus pasien kesini, kita pun bisa suruh ngambil gitu. Kalau sebagai pasien TB tau

pengambilannya disini gitu

3. Seberapa sering petugas

Puskesmas melakukan

sosialisasi tersebut?

Informan Triangulasi 2

Kalau Puskesmas sendiri belum pernah, kalau Dinas Kesehatan pas ada pelatihan dikasih tau

tetang penyakit TB dan program penanggulangannya kaya gitu.

Informan Triangulasi 3

Kalau Puskesmas sendiri belum pernah, kalau Dinas Kesehatan pas ada pelatihan dikasih tau

tetang penyakit TB dan program penanggulangannya kaya gitu

4. Apaka sajakah media yang

digunakan saat melakukan

sosialisasi tersebut?

Informan Triangulasi 2

Ya, jadi ke pengawasnya sama BP itu dikasih tau TB itu seperti apa terus dianjurkan pakai

masker kaya gitu

Informan Triangulasi 3

Ya, jadi ke pengawasnya sama BP itu dikasih tau TB itu seperti apa terus dianjurkan pakai

Page 309: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

295

masker kaya gitu

Pengendalian Faktor Resiko

5. Bagaimana upaya yang

dilakukan petugas Puskesmas

dalam melakukan pengendalian

penyakit pada pasien TB agar

tidak terjadi penularan?

Informan Triangulasi 2

Kalau makan itu piring, sendok, sama gelas dilainkan ndak dijakan satu. Kalau dicuci

pakainya tempat sabun sendiri ndak disamakan tapi dipisah-pisah.

Informan Triangulasi 3

Menyarankan kalau batuk ditutupi pakai masker, dahaknya dibersihkan pakai tissu terus

nanti tissunya dikumpulin jadi satu langsung dibuang di tempat sampah, konsumsi makanan

yang seimbang, minum obat secara teratur, sama sering berjemur supaya kuman TB nya mati

kena sinar matahari

6. Bagaimana upaya yang

dilakukan petugas Puskesmas

dalam pengendalian penyakit TB

kepada masyarakat dilingkungan

Anda?

Informan Triangulasi 2

Kalau petugasnya keliling itu ya waktu ada periksa jentik-jentik nyamuk itu mbak, kalau

kasih tau ke warga soal sakit TB/batuk ini saya kayanya belum pernah mbak. Kalau

Posyandu itu sering mbak tiap bulan itu ada..

Informan Triangulasi 3

Kalau di masyarakat ya kalau ada gejala batuk-batuk dalam jangka waktu yang lama

disarankan untuk segera periksa ke Puskesmas, menutup mulut ketika batuk atau ada orang

yang batuk supaya tidak menular atau tertular, sama kalau ada orang lain yang menunjukkan

tanda gejala TB ya segera lapor ke gasurkesnya atau petugas Puskesmasnya itu bisanya

disampaikan pas gasurkesnya kunjungan ke rumah-rumah gitu

7. Apakah anda tahu alur

pemeriksaan pasien untuk semua

pasien batuk dan/atau alur

pelaporan yanga ada di

Informan Triangulasi 2

Ya itu suruh ya nanti di tensi terus ditimbang, baru ketemu sama bu Rini kalau nggak itu

sama pak Supri terus nanti dikasih obatnya itu yang warna merah. Kalau minggu ya saya

tetap disuruh datang ke Puskesmas buat suntik itu mbak. Ini kan Bapaknya tau kalau sakit

Page 310: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

296

Puskesmas? TB waktu dibawa ke Rumah Sakit Karyadi itu mbak, tapi ngambil obatnya e... obat jalannya

di Puskesmas Karangmalang. Obat sama suntiknya di Puskesmas sini, kalau dulu periksa

sakitnya pas awal itu di Rumah Sakit.

Informan Triangulasi 3

Pertama-tama di cek dulu dahaknya di Puskesmas, kalau ini kan kemarin orangnya tidak

bisa ke Puskesmas jadi saya kasih pot dahak lalu paginya pot dahak itu saya bawa ke

Puskesmas. Setelah 5 hari hasil tesnyakan keluar dan ternyata positif TB, waktu lihat tesnya

itu orangnya bisa ke Puskesmas jadi sama petugasnya langsung di berikan obat TB sama di

kasih tau penyakit Tb penanganannya seperti apa baik dirumah maupun diluar rumah,

minum obatnya secara teratur, kemudian nanti saya yang akan menegcek apakah obatnya

diminum teratur apa ndak, sama kalau obat habis jika ndak bisa ngambil ke Puskesmas nanti

saya yang akan mengambilkan gitu. Kalau ke Puskesmas nanti ndak perlu antri di depan tapi

langsung saja menemui petugas Tbnya di BP gitu

8. Apakah Anda pernah melihat

petugas memberikan penyuluhan

etika batuk kepada petugas

kesehatan, pasien TB maupun

pengunjung Puskesmas yang

lain?

Informan Triangulasi 2

Kalau pas kesana ndak pernah tau ya mbak. Iya saya sama Bapak pernah dikasih tau pas lagi

ambil obat ke sana, kalau batuk ditutup pakai tissu atau pakai masker gitu.

Informan Triangulasi 3

Iya pernah, kan disini ada TV to mbak nah itu bisanya ada video tentang tata cara batuk yang

baik dan benar yang bisa dilihat pengunjung Puskesmas di ruang tunggu

9. Apakah poster, spanduk,

browsur atau leftlet tentang

penyakit TB yang ada di

Puskesmas?

Informan Triangulasi 2

Iya ada kayanya mbak, saya ndak terlalu lihat itu yang ada di Puskesmas.

Informan Triangulasi 3

Ada disini

Page 311: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

297

Penemuan dan Penanganan Kasus

10. Bagaimanaa upaya penemuan

kasus pasien TB yang dilakukan

oleh Puskesmas?

Informan Triangulasi 2

Kalau ini saya tidak tau.

Informan Triangulasi 3

Hasil dari skrining yang dilakukan gasurkesnya mbak itu kan nanti dapat suspek terus di tes

di labnya buat mastiin positif atau negatif. Ada juga laporan dari masyarakatnya sendiri

bilang ke kami gasurkesnya kalau ada warga yang batuk-batuk lama terus nanti gasurkes

mangunjungi untuk skrining

11. Apa sajakah yang petugas

Puskesmas jelaskan terkait

dengan proses pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan

dalam mendiagnosis pasien TB?

Informan Triangulasi 2

Iya kemarin dikasih tau suruh nunggu 5 hari setelah periksa dahaknya itu, soalnya kan

periksanya disana e... tesnya itu dibawa ke Karyadi terus hasilnya dikasih tau kalau positif

sama petugas Puskesmasnya itu. Saya disuruh ke Puskesmanya tiap hari buat suntik itu

mbak 2 bulan penuh, walaupun hari minggu juga kesini, kalau obatnya habis ya suruh ambil

disini.

Informan Triangulasi 3

Pasien sih dikasih tahu nya gini, jadi nanti dahaknya itu di bawa ke laboratorium buat di tes

apakah positif atau negatif TB. Nunggu ya paling lama seminggu nanti baru keluar hasilnya,

lha pas hasilnya keluar nanti kalau itu pasiennya bisa datang ke Puskesmas ya dikasih tau

langsung sama petugas Puskesmasnya tapi kalau ndak bisa datang kesini ya gasurkesnya

yang nyampaiin ke rumah, kasih tahu hasilnya baru nanti pasiennya ke Puskesmas buat

periksa sama dikasih obat kalau dia ternyata positif TB

12. Bagaimana upaya petugas

Puskesmas lakukan untuk

menjamin pasien TB selalu

Informan Triangulasi 2

Saya dikasih taunya suruh ngingetin Bapak rajin minum obatnya sama periksa ke Puskesmas

buat suntik gitu aja mbak, kalau obatnya mau habis tinggal berapa gitu ya saya ke

Page 312: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

298

memeriksakan diri dan

mengkonsumsi Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) secara

rutin?

Puskesmas buat ambil. Iya nanti pas ketemu sama pak Supri atau bu Rini biasanya ditanya

Bapaknya rutin minum obatnya apa tidak, ya saya jawabnya rutin kan pasti saya yang

ngingetin mbak ke Bapaknya gitu.

Informan Triangulasi 3

Ini kan kebetulan saya sendiri yang jadi PMOnya mbak, jadi ya ini orangnya kalau ada

keluhan apa-apa setelah minum obat langsung ngubungi saya lewat WA terus nanti saya

yang sampaikan ke petugas TB Puskesmas terkait keluhannya tadi gitu. selama ini sih

alhamdulillah lancara mbak, ndak ada keluhan bagaimana-bagaimana sama minum obatnya

teratur

13. Apa sajakah kendala/hambatan

yang dialami petugas Puskesmas

dalam melakukan penemuan

kasus TB di masyarakat?

Informan Triangulasi 2

Kurang tau kalau itu mbak.

Informan Triangulasi 3

Tidak ada kendala sih mbak

14. Bagaimanaa alur pengambilan

obat untuk pasien TB?

Informan Triangulasi 2

Ya bawa itu, bawa BPJS itu ngambil obatnya ke Puskesmas. Kalau suntiknya harus nunjukin

kartu BPJS, KTP, sama kartu Puskesmas di kasih ke petugas Puskesmasnya disana saya kasi

ke pak Supri. Baru setelah itu saya dikasih obatnya sama Bapaknya disuntik.

Informan Triangulasi 3

Pasien datang ke Puskesmas buat ambil obat, ndak perlu daftar dulu kaya pasien selain TB

tapi langsung aja menemui petugas Puskesmas di BP itu kan soalnya petugas juga sudah tau

mbak kalau dia itu pasien TB jadi di langsungkan. Bisanya juga dari petugasnya itu

sebelumnya juga mengingatkan kalau besok nih semisal jadwalnya buat ambil obat.

Ngingetinnya di sms kalau ndak ya di WA mbak kan petugas TB nya juga punya nomer

pasiennya

Page 313: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

299

15. Bagaimanaa petugas TB

melakukan pematauan terhadap

kemajuan hasil pengobatan yang

dijalani pasien TB?

Informan Triangulasi 2

Ya petugasnya bilangnya nanti kalau obatnya sudah habis Bapaknya diajak kesini buat

diperiksa lagi. Waktu dulu sudah pernah habis obatnya mbak, terus saya bawa ke Puskesmas

buat periksa lagi di tes lagi, terus hasilnya sudah baik

Informan Triangulasi 3

16. Bagaimana cara petugas

Puskesmas menentukan orang

yang akan menjadi PMO

(Pengawas Minum Obat) untuk

setiap pasien TB?

Informan Triangulasi 2

Saya cuma disuruh ngingetin Bapak buat minum obatnya aja sama ngambil obatnya ke

Puskesmas gitu mbak, terus makannya yang sehat, nyuruh Bapak buat berjemur tiap pagi,

sama jendela rumanya dibuka biar matahari bisa masuk sinarnya ke rumah.

Informan Triangulasi 3

Biasanya anggota keluarga yang ditunjuk jadi PMO, tapi karena orang ini saudaranya jauh-

jauh jadi saya gasurkes diwilayah kelurahan yang di tunjuk jadi PMO nya.

Pemberian Kekebalan

17. Bagaimana bentuk kerjasama

petugas Puskesmas dengan PMO

pasien TB dalam upaya

melakukan pengawasan minum

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)?

Informan Triangulasi 2

Ya petugasnya bilangnya nanti kalau obatnya sudah habis Bapaknya diajak kesini buat

diperiksa lagi. Waktu dulu sudah pernah habis obatnya mbak, terus saya bawa ke Puskesmas

buat periksa lagi di tes lagi, terus hasilnya sudah baik.

Informan Triangulasi 3

Ya diingakan sama mengecek obatnya, obatnya dicek diminum atau tidak

Pemberian Kekebalan

18. Bagaimana pelaksanaan

pemberian kekebalan kepada

balita yang dilingkungannya

Informan Triangulasi 2

Tidak ada mbak, saya serumah sama bapak aja

Informan Triangulasi 3

Page 314: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

300

terdapat penderita TB?

SUMBER DAYA

Sumber Daya Manusia

1. Menurut Anda, apakah jumlah

petugas kesehatan terkait

program P2TB di Puskesmas ini

sudah memadai?

Informan Triangulasi 2

Saya kira cukup, tapi nggak tau kalau sama orang lain tapi kalau saya cukup.

Informan Triangulasi 3

Sudah cukup

2. Bagaimanaa pelayanan yang

dilakukan oleh petugas TB di

Puskesmas ini?

Informan Triangulasi 2

Ya sudah cukup, baik gitu mbak terus sering ngasih saran buat Bapak gitu-gitu.

Informan Triangulasi 3

Ya sudah bagus pelayanan petugasnya.

Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

3. Apakah pernah terjadi

kekurangan obat anti

tuberkulosis yang ada di

Puskesmas, saat Anda

melakukan pemeriksaan atau

mengambil obat?

Informan Triangulasi 2

Ndak pernah, kalau Puskesmas ini selalu ada. Kalau untuk saya pasti sudah ada, jadi kalau

obat saya habis sudah ada disana saya langsung dikasih.

Informan Triangulasi 3

Ndak pernah kekurangan obat kalau disini.

4. Bagaimanaa ketersediaan sarana

dan prasarana dalam

penyelenggaraan program P2TB

Informan Triangulasi 2

Kalau itu saya kurang tau ya ,bak soalnya kan saya ndak pernah masuk di ruang sana sih.

Masuknya hanya sampai didepan aja itu mbak, kalau Bapak kan lewatnya langsung lewat

samping itu ada pintu disitu ada bel terus pencet bel nya itu langsung nanti petugasnya

Page 315: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

301

di Puskesmas? keluar terus ngasih obat. Katanya sih kala TB memang lewatnya situ gitu, jadi saya ndak

pernah masuk ke dalam atau ruang lain mbak.

Informan Triangulasi 3

E.... baik sudah memadai ruangannya bagus.

Pendanaan

5. Bagaimanaa pembiayaan yang

dikeluarkan oleh pasien TB

dalam melakukan pengobatan?

Informan Triangulasi 2

Kalau saya pakainya BPJS mbak, jadi ndak bayar ke Puskesmasnya. saya bayarnya ke BPJS

itu mbak, saya kan bayar sendiri BPJSnya.

Informan Triangulasi 3

Kalau ini saya kurang tahu mbak soalnya kalau ambil obat diambil sendiri sama pasiennya,

saya hanya memastikan minum obatnya aja sih sama kalau ada keluhan sering saya tanyakan

gitu.

SISTEM INFORMASI

1. Bagaimanaa

pencatatan/pendataan yang

dilakukan oleh Puskesmas?

Informan Triangulasi 2

Nggak, ya waktu dulu itu ada petugas yang datang kesini mbak pas awal tau bapak sakit TB

gitu tapi ya sekali itu aja mbak dicatatnya. Katanya sih di wilayah polaman ini ada 9 orang

yang sakitnya sama kaya saya tapi ndak tau siapa-siapa ndak tau mbak. Kalau saya kesitu ya

cuma saya sendiri nggak ada yang lainnya habis periksa ya saya langsung pulang gitu.

Informan Triangulasi 3

Kalau pencatatan itu dilakukan di awal ketika dia sudah diperiksa dahaknya di Puskesmas

kan itu pasti ditanyakan tentang identitasnya, keluhan sakitnya apa saja, terus berapa lama

sakitnya kaya gitu-gitu.

2. Seberapa sering kegiatan Informan Triangulasi 2

Ya sekali waktu dulu itu aja.

Page 316: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

302

tersebut dilakukan? Informan Triangulasi 3

Diawal pas periksa itu, ya sekali berarti.

3. Apakah terdapat

kendala/hambatan yang dialami

petugas dalam pelaksanaan

pencatatan pasien TB?

Informan Triangulasi 2

Tidak ada.

Informan Triangulasi 3

Tidak ada mbak.

KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN

1. Apakah pihak Puskesmas

melakukan kerjasama dengan

Kepala Desa, Kepala RT/RW,

pemuka agama setempat, atau

organisasi masyarakat di

lingkungan Anda? Bagaimana

bentuk kerjasama tersebut?

Informan Triangulasi 2

Nggak tau mbak, ya mungkin ada itu soalnya kan Puskesmas itu dapat informasi dari rakyat

ya mugkin saja juga kerjasama gitu mbak tapi saya sendiri ndak tau.

Informan Triangulasi 3

Ya bekerjasama sama perangkat desa disini, ya kan juga ini berhubungan sama warganya

jadi mereka bisa tau bagaimana kondisi kesehatan di lingkungan mereka, warganya ada

berapa yang sakit TB, terus kan sebisa mungkin biar ndak ada yang mengucilkan pasien TB,

sama dari perangkat desa kan juga bisa menyebarkan informasi tantang TB ke warganya.

PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Bagaimana peran Anda dalam

melaksanakan kegiatanan

penemuan kasus TB di

lingkungan mayarakat?

Informan Triangulasi 2

Nggak ada mbak, saya taunya yang sakit ya saya sendiri kalau yang lainnya ndak pernah tau.

Di Puskesmasnya juga kalau saya kesana cuma ada saya aja. Di Puskesmasnya juga kalau

saya kesana cuma ada saya aja

Informan Triangulasi 3

Melakukan sosialisasi di perkumpulan warga disini tentang penyakit TB, tanda gelanya apa

saja, saling kasih tau kalau ada yang punya tanda-tanda TB buat laporan ke kgasurkesnya,

melakukan screening seringnya seperti itu soalnya kan saya gasurkes ya mbak.

Page 317: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

303

2. Bagaimanaa peran Anda sebagai

masyarakat dalam mendukung

pengobatan penderita TB?

Informan Triangulasi 2

Kalau Bapak ya kadang sama saya kesana mbak, wong pengen sembuh gitu jadi ya kesana

sendiri ambil obat terus periksa. Habis selesai ya pulang mbak.

Informan Triangulasi 3

Diingatkan minum obatnya secara teruatur setiap hari, saya selalu tanya ada keluhan apa

yang diarasakan, terus menyarankan untuk selalu hidup bersih dan sehat.

3. Bagaimanaa peran Anda dalam

melakukan pencegahan penyakit

TB agar tidak tertular?

Informan Triangulasi 2

Ya kalau malam batuk saya pakai tempata sendiri sama tissu, habis itu saya paginya

bersihkan sendiri biar ndak tertular ke keluarga yang lainnya.

Informan Utama 3

Pakai masker setiap kali ada yang batuk entah itu batuk biasa atau yang sakit TB, bukannya

kurang sopan atau giman-gimana ya mbak karena ya buat pencegahan aja biar ndak tertular

bagitu. Tapi meski sudah dibilangi kaya gitu, dari merekaya yang susah buat pakai masker

waktu sama orang lain. Ya kaya orang yang sehat biasanya, itu yang susah mbak.

4. Bagaimanaa peran Anda dalam

mengatasi masalah sosial yang

berpengaruh pada upaya

pengobatan pasien TB dan

pemutusan penularan TB?

Informan Triangulasi 2

Kalau ngucilkan ndak ada mbak, kalau sholat jamaah di mushola ya biasa aja mbak ndak ada

yang menjauhi. Kalau dari Puskesmas itu sarannya suruh pakai masker gitu, tapi kalau disini

sehari-harinya kadang pakai kadang nggak..

Informan Triangulasi 3

Kalau stigma disini ya ada mbak, tapi kan saya sebgai gasurkes selalu mensosialisasikan

bahwa penyakit TB itu meskipun menular tapi masih bisa disemubuhkan. Saya juga sering

bilang kalau biar tidak tertular ya selalu hidup bersih dan sehat baik diri sendiri maupun

lingkungan. Tata cara batuk yang baik dan benar biar tidak menular ke yang lain. Kita juga

menjaga kerahasian pasien TB sih mbak, jadi kan ndak semua masyarakat itu tau siapa aja

yang sakit TB jadi ndak ada yang mengucilkan tau stigma negati. Stigma negatif ada ya

namanya juga penyakit menular ya mbak, tapi sebisa mungkin kita menjaga penyakitnya itu.

Page 318: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

304

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian Puskesmas Purwoyoso

Pemegang Program TB Kader TB 2

PMO 2 Gasurkes

PMO 1 Petugas Laboratorium

Page 319: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

305

Formulir pasien TB Reagen uji dahak

Obat Anti Tuberkulosis Poli TB

Pencahayaan poli TB

Page 320: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

306

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian Puskesmas Karangmalang

Petugas Laboratorium Pemegang Program TB

Gasurkes 1 PMO 1

Kader 1 Kader 2

Page 321: EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ...

307

Gasurkes 2 Lemari Penyimpanan OAT

Reagen uji dahak Poli TB

MASKER Pemegang program P2TB Dinas Kesehatan