EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA KAMAR HOTEL PADA SAAT LOW SEASON Studi Kasus di Hotel Santika Premiere Jogja SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Disusun oleh: Nona Satyawati Rahayu 052114070 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
88
Embed
EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA KAMAR HOTEL PADA …repository.usd.ac.id/16206/2/052114070_Full.pdf · per hari, 5) melakukan analisis harga jual, 6) melakukan analisis titik impas.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA KAMAR HOTEL
PADA SAAT LOW SEASON
Studi Kasus di Hotel Santika Premiere Jogja
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh:
Nona Satyawati Rahayu
052114070
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“TUHAN menjadikan segala sesuatu
indah pada waktunya”
“In the day when I cried out, You answered me,
and made me bold with strength in my soul.”
(Psalm 138:3)
“Kesuksesan yang kita peroleh bukan akhir
dari perjuangan tetapi awal dari perjuangan
yang lebih besar lagi”
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Yesus kristus, sumber kasih dan pengharapan
2. Bapak dan Mama tercinta
3. Mas dan Adikku tersayang
4. Angkit yang selalu menemaniku
vii
ABSTRAK
EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA KAMAR HOTEL
PADA SAAT LOW SEASON
Studi Kasus di Hotel Santika Premiere Jogja
Nona Satyawati Rahayu
052114070
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2010
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penentuan tarif sewa kamar di Hotel Santika Premiere Jogja pada saat low season menggunakan metode analisis titik impas.
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus dengan mengambil tempat penelitian di Hotel Santika Premiere Jogja yang berlokasi di jalan Jenderal Sudirman 19 Yogyakarta pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2009. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan wawancara dan dokumentasi. Evaluasi penentuan tarif sewa kamar hotel menggunakan metode analisis titik impas dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menentukan jumlah kamar terjual dalam 1 tahun, 2) menentukan jumlah rata-rata biaya kamar, 3) menghitung rata-rata tingkat hunian, 4) menghitung jumlah kamar yang terjual per hari, 5) melakukan analisis harga jual, 6) melakukan analisis titik impas. Setelah diperoleh tarif menurut metode analisis titik impas kemudian menentukan apakah tarif sewa tiap tipe kamar sudah berada diatas titik impas.
Dari hasil analisis berdasarkan data tahun 2008 dengan menggunakan metode titik impas dapat disimpulkan bahwa penentuan tarif sewa kamar di Hotel Santika Premiere Jogja pada saat low season tidak menggunakan metode analisis titik impas. Dalam penentuan tarif sewa kamar pada saat low season, Hotel Santika Premiere Jogja terlebih dahulu menghitung biaya-biaya yang terjadi di tahun sebelumnya ditambah dengan laba yang diharapkan yang akan menghasilkan berapa tarif sewa kamar yang berlaku di Hotel. Bagi pihak manajemen Hotel Santika Premiere Jogja, laba yang diharapkan tersebut digunakan untuk memberikan tunjangan kepada para karyawannya.
viii
ABSTRACT
AN EVALUATION OF HOTEL ROOM PRICING
AT LOW SEASON
A Case Study at Santika Premiere Hotel Jogja
Nona Satyawati Rahayu
052114070
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2010
The purpose of this research was to find out whether the pricing at hotel room in Santika Premiere Hotel Jogja at low season used break even point analysis method.
This research was study carried out at Santika Premiere Hotel Jogja at Jenderal Sudirman no. 19 street, Yogyakarta, from September to October 2009. The techniques used to collect the data were interview and documentation. The steps to evaluate the pricing at hotel room using break even point analysis were as follows: 1) determining the amount of rooms sold in a year, 2) determining the average room cost, 3) calculating the average occupancy rate, 4) calculating the sold room each day, 5) analyzing the selling price, 6) doing break even point analysis. After the tariff was obtaind using break even point analysis, the next step was to determine whether the pricing for each of the room type was above the even point.
From the analysis based on data in the year 2008 using break even point analysis method, it was concluded that the determination of the room pricing of Santika Premiere Hotel Jogja at low season did not use break even point analysis method. In determining the room pricing at low season, Santika Premiere Hotel Jogja calculated the total costs in the previous year plus the expected profit. For Santika Premiere Hotel Jogja Management, the expected profit was used to give allowance to the employees.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penentuan Tarif Sewa Kamar
Hotel Pada Saat Low Season Studi Kasus di Hotel Santika Premiere Jogja”
disusun guna melengkapi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan yang disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan penulis. Namun karena bimbingan, dukungan dan
bantuan berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis, yaitu:
1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J, selaku Rektor Universitas
Tabel V.2 Tarif Sewa Kamar pada saat low season di Hotel Santika
Premiere Jogja Tahun 2008......................................................... 52
Tabel V.3 Perhitungan Harga Jual Masing-masing Tipe Kamar dengan
Metode Analisis Titik Impas....................................................... 57
Tabel V.4 Analisis Total Harga Jual Tarif Sewa Kamar Hotel Santika
Premiere Jogja Tahun 2008......................................................... 59
Tabel V.5 Hasil Analisis Tarif Kamar Hotel Santika Premiere Jogja
Tahun 2008 ................................................................................. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini bisnis perhotelan semakin tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Dibanyak daerah, jumlah tujuan pariwisata dan hotel semakin
bertambah dari berbagai klasifikasi hotel, baik hotel berbintang maupun hotel
non bintang. Hotel adalah salah satu sarana yang dikelola secara komersial
yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan. Pelayanan
merupakan faktor yang sangat penting dalam bisnis perhotelan, apabila
wisatawan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan maka wisatawan akan
meninggalkan kesan yang kurang baik dan beralih pada hotel lain. Menurut
Saefudin (2004:h.85-90), menurunnya tingkat kepercayaan terhadap hotel
sebagian besar disebabkan oleh pelayanan yang kurang terhadap para tamu
hotel.
Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata yang ramai
dikunjungi wisatawan, baik mancanegara maupun domestik sehingga banyak
berdiri hotel sebagai fasilitas penunjang. Berdasarkan data dari Dinas
Pariwisata jumlah hotel berbintang dan non bintang yang ada di Yogyakarta
selama tahun 2008 sebanyak 1.178 hotel, terdiri dari 34 hotel bintang dan
1.144 hotel non bintang. Selain itu, data jumlah wisatawan mancanegara dan
domestik yang berkunjung pada tahun 2008 sebanyak 3.059.784 orang, terdiri
dari wisatawan yang menginap di hotel berbintang sebanyak 100.356 orang
2
untuk wisatawan mancanegara dan 578.904 orang untuk wisatawan domestik,
kemudian wisatawan yang menginap di hotel non bintang sebanyak 12.120
orang untuk wisatawan mancanegara dan 2.368.404 orang untuk wisatawan
domestik. Seiring dengan bertambahnya jumlah hotel di Yogyakarta maka
secara otomatis akan diikuti pula oleh persaingan antara hotel yang satu dengan
hotel yang lain. Untuk bisa selangkah maju dari pesaing maka hotel harus
mampu memberikan kepuasan kepada para wisatawan dengan pemberian
fasilitas yang sesuai dengan tarif yang dibebankan, oleh karena itu manajemen
harus memiliki strategi dalam menentukan tarif sewa agar sesuai dengan
pelayanan yang diberikan.
Fasilitas dibuat untuk memberikan kepuasan bagi wisatawan, sehingga
dengan adanya fasilitas yang baik menunjukkan adanya kualitas pelayanan
yang baik pula, apalagi hal tersebut diimbangi dengan adanya promosi yang
baik dan terjangkaunya tarif yang ditawarkan oleh pihak hotel. Dalam
penentuan tarif sewa kamar hotel, pihak manajemen harus melakukan
pertimbangan yang matang agar tarif yang ditetapkan tidak menimbulkan
kerugian bagi pihak hotel. Seandainya tarif yang ditetapkan terlalu tinggi maka
akan menimbulkan turunnya tingkat hunian, sedangkan seandainya tarif yang
ditetapkan terlalu rendah maka akan menimbulkan biaya-biaya yang
dikeluarkan lebih besar daripada pendapatan yang diterima.
Penentuan tarif merupakan salah satu keputusan penting manajemen
karena tarif yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya dan
3
mendapatkan laba. Penetapan tarif yang tidak tepat dapat menimbulkan
kesulitan bahkan kegagalan bagi perusahaan.
Penentuan tarif dengan menggunakan metode titik impas merupakan
penentuan tarif dengan membandingkan antara pendapatan dan biaya adalah
sama atau dengan kata lain laba/rugi sama dengan nol, sedangkan tarif sewa
pada saat low season yaitu tarif yang dibebankan bukan pada musim liburan,
jadi pihak hotel menerapkan tarif yang paling rendah tapi tetap tidak membuat
hotel merugi. Penentuan tarif pada saat low season pun dapat menimbulkan
persaingan yang ketat diantara hotel-hotel sejenis. Untuk itu pihak manajemen
harus mempertimbangkan supaya dengan tarif yang dibebankan para
wisatawan tidak beralih kehotel lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan yaitu apakah penentuan tarif sewa kamar di Hotel Santika
Premiere Jogja pada saat low season menggunakan metode analisis titik impas?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah penentuan tarif sewa kamar di Hotel Santika
Premiere Jogja pada saat low season menggunakan metode analisis titik impas.
4
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
kebijaksanaan penentuan tarif sewa dan fasilitas kamar hotel sehingga
perusahaan tidak sulit dalam penetapan tarif apabila terjadi kenaikan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan bahan
referensi kepada mahasiswa serta menambah koleksi perpustakaan.
3. Bagi Penulis
Dalam penelitian ini penulis diharapkan dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh selama kuliah terutama dibidang akuntansi.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai dasar
untuk mengolah data-data yang diperoleh dari perusahaan. Teori
yang diuraikan disini adalah teori tentang hotel, harga jual, biaya,
5
dan analisis break even point karena berkaitan dengan penelitian
yang dilaksanakan dan masing-masing teori tersebut dijelaskan
secara terinci.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang dicari,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini menyajikan mengenai gambaran umum perusahaan yang
meliputi sejarah hotel, visi dan misi hotel, struktur organisasi, dan
fasilitas yang tersedia.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan data-data yang diperoleh dari perusahaan, dan
menganalisis data-data tersebut sesuai dengan teknik analisis data
yang disesuaikan dengan teori-teori yang digunakan serta
melakukan pembahasan mengenai penentuan tarif sewa kamar di
Hotel Santika Premiere Jogja yang dibandingkan dengan kajian
berdasarkan teori.
Bab VI Penutup
Bab ini mengemukakan kesimpulan dari hasil analisis data dan
pembahasan, keterbatasan penelitian yang dihadapi penulis, serta
saran-saran yang dianggap perlu dan berguna bagi perusahaan yang
bersangkutan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hotel
1. Pengertian Hotel
SK. Menhub. RI. No. PM 10/PW.391/Phb-77, “Hotel adalah suatu
bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap
orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum”.
Selain itu, SK. Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86 juga mendefinisikan tentang hotel. “Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial”.
Hotel Proprietors Act.1956 dalam Sulastiyono (1999:h.5), “Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus seperti membeli barang yang disertai dengan perundingan-perundingan sebelumnya”.
2. Klasifikasi Hotel
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan hotel ialah
suatu sistem pengelompokkan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau
tingkatan, berdasarkan ukuran penilaian tertentu.
7
Penilaian klasifikasi hotel secara umum didasarkan pada:
a. Jumlah kamar hotel
Banyak atau sedikitnya jumlah kamar hotel yang akan di sewa oleh
wisatawan. Kamar-kamar di hotel mempunyai jenis yang berbeda-beda.
Hal ini dimaksudkan agar tamu dapat memilih kamar sesuai dengan
kebutuhannya. Tipe atau Jenis kamar dihotel adalah sebagai berikut
(Darsono,1995:h.37):
1) Single studio Room
Satu kamar dengan satu tempat tidur dan sofa yang berfungsi sebagai
tempat tidur tambahan.
2) Single Room
Kamar dengan satu tempat tidur untuk satu orang.
3) Twin Room
Satu kamar dengan dua tempat tidur untuk dua orang.
4) Double Room
Satu kamar yang dilengkapi dengan satu tempat tidur besar untuk dua
orang.
5) Triple Room
Satu kamar yang dilengkapi dengan double bed untuk dua orang dan
diberi tempat tidur tambahan.
6) Twin Single Use
Kamar twin yang hanya diisi satu orang tamu.
8
7) Connecting Room
Dua kamar yang saling bersebelahan dan dihubungkan dengan pintu.
8) Adjoining Room
Dua kamar yang saling bersebelahan.
9) Suite Room
Dua kamar atau lebih yang dilengkapi dengan kamar tamu, kamar
tidur, dan dapur.
10) President Suite Room
Tiga kamar atau lebih yang terdiri dari kamar tidur, kamar tamu,
ruang makan, dapur, bar, dan ruang rapat.
b. Fasilitas
Sarana yang disediakan oleh pihak hotel. Fasilitas merupakan fakor yang
menentukan pilihan wisatawan untuk tinggal/menginap disuatu hotel
tertentu.
c. Kualitas Pelayanan
Adalah kesesuaian, kecocokan, pemenuhan kebutuhan wisatawan saat
mereka menginap disuatu hotel tertentu.
d. Kepuasan Tamu
Merupakan perasaan senang/kecewa wisatawan yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/kesan terhadap kinerja (hasil) yang
diberikan oleh pihak hotel.
9
e. Promosi
Komunikasi yang bersifat persuasif, dengan jalan mengajak, mendorong,
mendesak, membujuk/meyakinkan wisatawan untuk mau menginap
disuatu hotel tertentu.
f. Harga
Suatu unsur dalam bauran pemasaran yang berperan penting dan
menentukan keberhasilan suatu kegiatan.
Berdasarkan pada penilaian tersebut, hotel-hotel di Indonesia
kemudian digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas hotel, yaitu:
• Hotel Bintang 1 (*)
• Hotel Bintang 2 (**)
• Hotel Bintang 3 (***)
• Hotel Bintang 4 (****)
• Hotel Bintang 5 (*****)
Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut,
ataupun yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh
Menteri Perhubungan disebut Hotel Non Bintang.
Berikut merupakan data fasilitas kamar kelas Hotel Bintang 4 yang
diberikan menurut standar Departemen Pariwisata dan PHRI
(Richard,2006:h.225):
• Jumlah kamar minimal adalah 150 buah untuk kamar standar,
termasuk 3 kamar suite. Semua kamar dilengkapi kamar mandi
didalam.
10
• Luas minimal: - Kamar standar: 24 m2
- Kamar suite: 48 m2
• Tinggi kamar minimal 2,60 m.
• Kamar tidur kedap suara, terhindar dari kebisingan yang disebabkan
baik oleh suara dari luar maupun dari dalam hotel itu sendiri.
• Pintu dilengkapi dengan alat pengaman berupa double lock, peeping
tom, dan safety chain.
• Seluruh lantai dilapisi karpet.
• Komposisi karpet 20% vinyl dan 80% wool
• Jendela dengan tirai yang tidak tembus sinar dari luar.
• Tersedia alat pengatur AC di kamar tidur & ventilasi dikamar mandi.
• Sebagian interior kamar mencerminkan suasana Indonesia.
• Tersedia sekurang-kurangnya 1 stop kontak disetiap kamar dan 1
kamar mandi khusus untuk alat cukur.
• Dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air.
• Tersedia instalasi air panas dan air dingin.
• Perlengkapan kamar tidur.
− Tersedia tempat tidur dengan perlengkapan untuk satu orang atau
untuk dua orang sesuai dengan ukuran kamar standar.
Ukuran tempat tidur 1 orang, 200 X 100 cm.
Ukuran tempat tidur 2 orang, 200 X 160 cm.
Perlengkapan setiap tempat tidur, semua perlengkapan tempat
tidur dalam keadaan baik dan bersih yang terdiri dari:
11
Kasur pegas (spring mattres) dengan pegas yang tetap dan
kuat (stabil).
Sarung bantal dengan sarungnya per orang dengan ekstra 1
(satu) buah.
Sprei 3 (tiga) helai satunya untuk penutup selimut (top sheet).
Selimut 1 (satu) buah per bed.
Bed cover 1 (satu) buah per bed.
Bed pad (alas tempat tidur dibawah sprei) satu buah per bed.
Berbagai jenis bantal atas permintaan tamu (kapuk, busa,
bulu, tonteine).
− Lemari pakaian dengan gantungan baju 8 (delapan) buah.
− Meja kecil di samping tempat tidur dengan lampu 30 lux.
− Meja dengan kaca rias dan kursinya.
− Meja dengan 2 (dua) buah kursi sofa (arm chair).
− Rak koper.
− Keranjang sampah.
− Tempat air minum dan dua buah gelas yang telah dimasukkan
kantong steril.
− Kantong tempat cucian dua buah.
− Sebuah map lengkap dengan isinya minimal kertas surat, amplop
surat, blanko telegram, dan pulpen (stationary kit).
− Sebuah tanda dilarang menggangu (don’t disturb sign) atau tanda
dari lampu.
12
− Sebuah kaca rias panjang (full length mirror) ukuran 1,60 cm, 10
cm dari dasar lantai.
− Daftar cucian (laundry/dry cleaning).
− Kartu pesan makan pagi (door knob menu).
− Daftar makanan minuman (room service menu) dengan harganya.
− Lampu yang menyala secara otomatis kalau saluran PLN putus.
− Petunjuk pelayanan hotel (service directory).
− Kain pembersih sepatu (shoes cleaning cloth).
− Sewing kit.
− Asbak 2 (dua) buah dan korek api.
− Saluran program musik hotel dan program radio umum.
− Sebuah televisi (program TV/video).
− Sebuah lemari es yang dilengkapi dengan berbagai macam
minuman.
− Saluran telepon untuk keperluan intern dan ekstern.
− Telepon directory.
− Petunjuk cara menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran dalam 2
bahasa (bahasa Indonesia dan Inggris).
− Kitab suci agama yang diakui di Indonesia (atas permintaan).
• Perlengkapan kamar mandi, terdiri dari:
− Bak mandi (bathtub) anti slip, shower, grabber dan tempat
sabun/mandi dengan gayung.
− Tempat cuci tangan dengan kaca rias.
13
− WC dan kertas WC dengan tempatnya.
− Tirai shower/tirai mandi untuk yang memakai shower.
− Tempat sampah.
− Asbak dan korek api.
− Telepon paralel dengan kamar tidur.
− Berbagai jenis handuk sekurang-kurangnya 3 (tiga) macam (face,
hand, bath towel), dua buah untuk tiap-tiap jenis handuk.
− Gantungan handuk/ towel holder.
− Sabun mandi cair (foam bath) dan sabun mandi padat.
− Dua buah gelas untuk keperluan menggosok gigi.
− Bath mat dan shower cap.
− Lampu yang menyala secara otomatis kalau saluran PLN putus.
− Sanitary bag.
3. Tarif Kamar Hotel
Hotel mempunyai beberapa kategori tarif kamar. Kategori tarif
kamar umumnya didasarkan pada kamar yang ada seperti jenis kamar,
fasilitas kamar, dan kualitas pelayanan. Dalam menentukan tarif dan
potongan tarif kamar dilakukan dengan hati-hati dan seksama oleh
manajemen hotel, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya,
inflasi, persaingan, pajak. Faktor-faktor tersebut di pertimbangkan agar
mendapat suatu tarif yang menguntungkan.
14
B. Harga Jual
1. Pengertian Harga Jual
Menurut Supriyono (1989:h.53), “Harga jual adalah sejumlah moneter yang dibebankan suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Harga jual sangat mempengaruhi daya tarik konsumen dalam pembelian. Dalam situasi dan kondisi tertentu, harga jual mengalami perubahan”.
Penentuan harga merupakan salah satu keputusan penting
manajemen karena harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya
dan mendapatkan laba.
Penetapan harga yang tidak tepat dapat menimbulkan kesulitan
dalam perusahaan dan tidak jarang dapat menyebabkan kegagalan bagi
perusahaan. Harga yang tinggi menyebabkan kesulitan dalam penjualan,
sedangkan harga yang rendah mengakibatkan perusahaan rugi, karena tidak
dapat menutupi biaya operasi.
Dalam penentuan harga jual dititikberatkan pada kemauan pembeli
untuk harga yang telah ditetapkan dengan jumlah yang cukup untuk
menutup biaya-biaya dan menghasilkan laba.
2. Metode Penentuan Harga Jual/Tarif Kamar Hotel
Ada tiga metode yang dikenal untuk menetapkan tarif kamar
(Sugiarto,2002:h.8), yaitu:
a. The Rule of Thumb
15
Penentuan tarif kamar dengan metode The Rule of Thumb
merupakan perhitungan tarif kamar yang paling sederhana dengan
anggapan bahwa tarif rata-rata kamar adalah total biaya/modal satu buah
kamar dibagi seribu.
Secara sederhana The Rule of Thumb merumuskan sebagai berikut:
b. Analisis Titik Impas (break even point analysis)
Break even point analysis adalah analisis titik impas yang mana
dengan titik balance tersebut hotel tidak akan pernah mengalami
kerugian, tetapi dengan syarat harus diketemukan pada tingkat hunian
berapa tercapainya titik impas tersebut.
c. The Hubbart Formula System
Metode Hubbart telah dikembangkan dengan pendekatan biaya
untuk menentukan tarif kamar. Metode ini bisa juga dikatakan sebagai
suatu pendekatan Bottom-Up (dari bawah ke atas), karena masalah utama
yang dipertimbangkan adalah keuntungan dari hasil yang paling rendah
dari penerimaan hotel. Hubbart formula dimulai dari perhitungan
keuntungan, penambahan pemasukan dari pajak, pengeluaran tetap, dan
16
pengeluaran-pengeluaran operasional. Dan kemudian memperkirakan
jumlah kamar yang akan terjual dalam satu tahun.
Secara sederhana metode Hubbart formula memiliki rumus:
3. Tujuan Penentuan Harga Jual
Pada umumnya tujuan penentuan harga jual adalah:
a. Mendapatkan laba maksimal
Terjadinya harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar
permintaan dan daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan
bagi produsen untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan
demikian produsen mempunyai kesempatan untuk mendapat keuntungan
maksimal.
b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan
Harga yang dicapai dalam penjualan juga dmaksudkan untuk menutup
investasi secara berangsur.
17
c. Mencegah atau mengurangi persaingan
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi
persaingan adalah dengan melakukan kebijakan harga.
d. Untuk mempertahankan atau memperbaiki pangsa pasar
Kebijakan harga dapat digunakan perusahaan untuk mempertahankan
pangsa pasarnya. Mempertahankan pangsa pasar hanya dimungkinkan
bagi perusahaan apabila kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan
masih cukup longgar serta dipengaruhi kemampuan dibidang pemasaran.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual
Terdapat enam faktor yang dapat mempengaruhi harga jual, yaitu:
a. Keadaan perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang
berlaku.
b. Permintaan dan penawaran
Permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli
oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga dalam jangka waktu
tertentu, ceteris paribus.
Gilarso (1993:h.36), “Penawaran adalah jumlah dari suatu barang
tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga dalam jangka
waktu tertentu, ceteris paribus”.
18
c. Persaingan
1) Persaingan sempurna
Dalam persaingan sempurna terdapat banyak barang dan jasa yang
diperdagangkan di pasar. Pengaruhnya terhadap harga jual adalah:
a) Harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan
b) Makin tinggi harga jual, makin banyak barang atau jasa yang
ditawarkan
2) Persaingan monopolistik
Dalam persaingan monopolistik, penjual mencoba untuk membuat
produknya berbeda bahkan eksklusif dibandingkan dengan produk
yang dijual oleh pesaing. Hal ini memungkinkan terjadinya
diferensiasi harga.
3) Persaingan monopoli
Dalam persaingan monopoli hanya ada satu produsen yang melayani
permintaan sehingga produsen tersebut menguasai dan memegang
kendali harga barang atau jasa.
4) Persaingan oligopoli
Dalam persaingan oligopoli terdapat satu penjual tunggal yang cukup
besar pengaruhnya dalam mempengaruhi harga pasar. Dalam hal ini
ada pemimpin harga dan pengikut harga.
19
d. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam menentukan harga karena satu tingkat
harga yang tidak dapat menutup biaya yang telah dikeluarkan akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
e. Tujuan perusahaan
Dalam penentuan harga jual yang tepat diharapkan dapat mencapai
tujuan perusahaan dalam mencapai laba yang diharapkan.
f. Elastisitas permintaan
Merupakan bagaimana reaksi pembeli bila ada perubahan harga.
1) Elastisitas adalah perubahan harga yang kecil menyebabkan
perubahan yang relatif besar dalam jumlah yang diminta.
2) Inelastisitas adalah kurang pekanya terhadap perubahan harga suatu
barang tertentu, meskipun kenaikan harga cukup besar, jumlah yang
akan dibeli hampir tidak berkurang.
C. Biaya
1. Pengertian Biaya
Mulyadi (1993:h.7), “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”.
20
2. Perilaku Biaya
Mulyadi (1993:h.445), “Berdasarkan perilakunya dalam hubungan
dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga
golongan”, yaitu antara lain:
a. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan berubah
dengan adanya perubahan volume kegiatan.
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan
dengan adanya perubahan volume kegiatan.
c. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel
di dalamnya. Jumlah totalnya berubah sesuai dengan tingkat kegiatan,
tetapi tingkat perubahannya tidak proporsional. Biaya semi variabel per
unit berubah secara terbalik dengan perubahan volume kegiatan tetapi
sifat perubahannya tidak proporsional.
21
3. Penggolongan Biaya
Mulyadi (1993:h.11), “Penggolongan biaya ke dalam akuntansi
biaya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara”, antara lain:
a. Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran
b. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan
c. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai
d. Penggolongan biaya atas dasar hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan
e. Penggolongan biaya berdasarkan waktu manfaatnya
D. Analisis Break Even Point
Merupakan salah satu cabang dari analisis biaya-volume-laba. Analisis
biaya-volume-laba merupakan suatu teknik analisis yang mempelajari
hubungan antara biaya, volume produksi serta laba. Analisis ini sangat
membantu manajemen dalam berbagai hal, misalnya dalam masalah dampak
pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, atau dampak peningkatan harga
terhadap laba. Jadi, analisis ini sangat berguna bagi manajemen di dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Salah satu alat yang dipakai dalam
analisis ini adalah break even point.
22
Break even point (titik impas) adalah suatu titik yang menunjukkan total
penghasilan sama dengan total biaya, sehingga pendapatan sebelum bunga dan
pajak dalam satu periode adalah nol. Sedangkan Analisis break even point
adalah suatu teknik analisa yang digunakan untuk merencanakan tingkat
penghasilan agar dapat menutupi seluruh biaya, sehingga pendapatan sebelum
bunga dan pajak dalam satu periode adalah nol.
Ada asumsi-asumsi yang mendasari analisis titik impas yaitu:
1. Varibilitas biaya diangap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam
perhitungan impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan
perubahan volume penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan
penurunan harga jual atau memberikan potongan harga, maka hal ini akan
mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan
fasilitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan
mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku
dan tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai
23
sebagai dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume-laba.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan
biaya karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih
rendah atau perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi
hubungan biaya-volume-laba.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah. Jika
perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume
penjualan sama tetapi apabila komposisinya berbeda, maka hal ini akan
mempunyai pengaruh terhadap pendapatan penjualan.
8. Mungkin diantara anggapan-anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling
pokok adalah: bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang
mempengaruhi biaya.
Dalam menentukan titik impas ada tiga elemen penentu, yaitu harga
jual, biaya tetap dan biaya variabel. Apabila ada satu faktor berubah (tanpa
mempengaruhi faktor lain) maka akan mempengaruhi jumlah titik impas.
Untuk lebih jelasnya perubahan ketiga faktor terhadap titik impas adalah
sebagai berikut:
24
1. Perubahan komposisi penjualan produk
Perusahaan yang memproduksi dan menjual produk lebih dari satu jenis
akan mendapatkan komposisi margin kontribusi yang berbeda disebabkan
komposisi penjualan yang berbeda. Hal ini menyebabkan titik impas total
akan berbeda-beda pada komposisi penjualan yang berbeda, karena hasil
penjualan dari komposisi yang satu berbeda dengan komposisi yang lain.
Biaya variabel juga akan berbeda, menyebabkan komposisi margin
kontribusi yang berbeda. Menurut Rudianto (2006:h.44), “Margin
kontribusi adalah selisih antara nilai penjualan dengan biaya variabelnya.
Jumlah tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap dan
menghasilkan laba periode tersebut”.
2. Perubahan harga jual
Harga jual yang berubah secara individual (tidak mempengaruhi biaya dan
anggaran lainnya) akan berpengaruh terhadap jumlah break even point baik
rupiah maupun unit. Perubahan ini disebabkan adanya rasio margin
kontribusi dan perbandingan antara biaya penjualan yang berbeda.
3. Perubahan biaya tetap
Perubahan biaya tetap secara langsung akan mempengaruhi titik impas,
karena biaya tetap merupakan jumlah yang harus ditutup oleh kelebihan
penjualan atas biaya variabel. Perubahan biaya tetap akan merubah break
25
even point sebesar jumlah perubahan dibagi rasio margin kontribusi, maka
titik impas akan naik.
Agar analisis break even point dapat diterapkan oleh perusahaan, maka
perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Dilakukan perhitungan break even point secara memadai dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Penggolongan biaya
Penggolongan biaya yang dilakukan adalah penggolongan biaya menurut
perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Hal
ini disebabkan karena dalam pengambilan keputusan jangka pendek
umumnya menyangkut atau mengakibatkan penambahan dan
pengurangan volume kegiatan.
b. Mengumpulkan informasi atau data yang meliputi:
1) Penentuan biaya tetap
2) Penentuan biaya variabel
3) Penentuan harga jual
4) Penentuan volume penjualan
Dalam menentukan faktor biaya tetap, biaya variabel, harga jual dan
volume penjualan manajemen harus dapat memperkirakan kemungkinan
26
yang akan terjadi akibat adanya perubahan faktor tersebut terhadap
tingkat laba dan titik break even.
2. Break even point dihitung dengan memperhatikan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a. Analisis ini berasumsi bahwa fungsi pendapatan dan fungsi biaya adalah
linier.
b. Seluruh biaya yang ada harus dipisahkan ke kelompok biaya variabel dan
biaya tetap saja.
c. Analisis ini berasumsi bahwa harga jual, biaya tetap total, dan biaya
variabel per unit dapat diketahui dengan pasti dan sifatnya konstan dalam
satu periode.
d. Kapasitas dan tingkat efisiensi perusahaan tidak berubah.
e. Perusahaan hanya menjual satu macam produk. Apabila perusahaan
menjual lebih dari satu macam produk, maka pertimbangan antara
masing-masing produk atau sales-mix-nya adalah tetap konstan.
3. Break even point digunakan untuk perencanaan penjualan
Break even point merupakan salah satu alat bantu manajemen
didalam merencanakan penjualan. Dengan adanya break even point, maka
manajemen akan mendapatkan informasi yang sangat berguna didalam
27
merencanakan penjualan. Anggaran penjualan akan disusun berdasarkan
informasi yang dihasilkan oleh break even point.
Penentuan break even point akan sangat berpengaruh bagi
manajemen didalam merencanakan penjualan satu periode ke depan. Suatu
usulan kegiatan yang mengakibatkan turunnya break even point akan lebih
menarik bagi manajemen dibandingkan dengan yang mengakibatkan
kenaikan break even point. Karena semakin rendah break even point berarti
semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan
mendapatkan laba.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada Hotel Santika
Premiere Jogja. Dimana penulis melakukan penelitian terhadap obyek tertentu.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian ditarik kesimpulan yang
berlaku hanya untuk hotel yang bersangkutan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Hotel Santika Premiere Jogja.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober tahun
2009.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
a. HRD Manager
b. Bagian Keuangan
29
2. Obyek Penelitian
a. Tarif sewa kamar Hotel Satika Premiere Jogja pada saat low season.
D. Data yang Dicari
1. Gambaran umum perusahaan.
2. Langkah-langkah penentuan tarif sewa kamar di Hotel Santika Premiere
Jogja pada saat low season.
3. Tarif sewa kamar pada saat low season yang berlaku di Hotel Santika
Premiere Jogja tahun 2008.
4. Jumlah kamar yang tersedia di Hotel Santika Premiere Jogja tahun 2008.
5. Jumlah tamu di Hotel Santika Premiere Jogja tahun 2008.
6. Marketing Objective Hotel Santika Premiere Jogja tahun 2008.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum
perusahaan dan langkah-langkah penentuan tarif sewa kamar dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada subyek penelitian secara langsung.
2. Dokumentasi
Digunakan untuk mengumpulkan data seperti gambaran umum
refreshment candies, flower arrangement, dan mini garden di ruang
pertemuan.
46
b. Graha Sekar Jagad
Function room yang terletak di second floor ini mempunyai luas 20.25 m
x 9.35 m, dengan kapasitas 100 orang dengan theatre style, 40 orang
untuk U-shape style dan 50 orang untuk class style. Biasanya untuk
acara meetting maupun training dalam kapasitas yang lebih kecil.
c. Graha Sido Mukti
Terletak di mezanine floor, dengan luas 10.25 m x 7,9 m. Memiliki
kapasitas 50 orang untuk theatre style, 30 tempat duduk untuk U-shape
style dan class style.
d. Graha Sido Mulyo
Terletak di mezanine floor, dengan luas 8.25 m x 7.90 m. Memiliki
kapasitas 30 tempat duduk untuk theatre style, 15 tempat duduk untuk U-
shape style dan class style.
e. Jatinom Room
Terletak di lobby area, dengan luas 10.25 m x 8.25 m. Memiliki kapasitas
40 tempat duduk untuk theatre style, 25 tempat duduk untuk U-shape dan
class style.
47
f. Graha Sida Luhur
Terletak di lantai dua, dengan luas 6.70 m x 10.90 m. Memiliki kapasitas
50 tempat duduk untuk theatre style, 25 tempat duduk untuk U-shape dan
32 tempat duduk untuk class style.
g. Sambisari Room
Terletak di ground floor, dengan luas 10.25 m x 8.25 m. Memiliki
kapasitas 40 tempat duduk untuk theatre style, 26 tempat duduk untuk U-
shape dan 25 tempat duduk untuk class style.
4. Fasilitas lain yang disediakan hotel:
a. Laundry Service
Selain menyediakan untuk keperluan pencucian pakaian tamu, juga
dibuka untuk keperluan masyarakat umum.
b. Swimming Pool, Fitness Centre, dan Sauna.
Adalah fasilitas kebugaran yang disediakan bagi tamu hotel maupun
masyarakat luas. Fitness Center dengan kapasitas sekitar 30 orang, yang
dapat digunakan oleh tamu hotel maupun masyarakat umum. Mandi
Sauna sebanyak dua kamar (satu untuk wanita dan satu untuk pria)
dengan kapasitas 6 orang per kamar. Kolam Renang 1 buah dengan
volume 300 m3 yang terbagi untuk dewasa dan anak–anak.
48
c. Pelayanan Kesehatan
Penyediaan tenaga medis (kerjasama dengan RS. Ludira Husada dan
Panti Rapih), Massage (pelayanan berdasarkan pemesanan oleh hotel).
d. Business Centre
Keberadaan business center sangat membantu tamu dalam
menyelesaikan pekerjaan atau keperluan yang berhubungan dengan
bisnis.
e. Counter
Terdiri dari beberapa counter antara lain silver store, batik shop, travel
agent, money changer yang disediakan untuk kepentingan tamu, baik itu
untuk keperluan yang bersifat bisnis maupun hanya sekedar tempat untuk
berbelanja barang-barang khas kota Jogja.
49
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan penentuan tarif sewa kamar hotel pada saat low season,
maka data-data yang terkait untuk perhitungan titik impas adalah sbb:
Tabel V.1
Marketing Objectives Hotel Santika Premiere Jogja Tahun 2008
STATISTIC No. of Days 366 Days Occupied Rooms 41.926 Rooms % of Occupancy 77,40% No. of Guest 71.385 Person Average Room Rate Rp 416.895 REVENUE Room Rp 17.478.720.000 Food Rp 9.684.360.000 Beverage Rp 825.552.000 F & B other Income Rp 74.088.000 Telephone & Fax Rp 198.995.000 Laundry & Vallet Rp 594.019.000 Recreation Rp 476.090.000 Business Centre Rp 75.000.000 Store rental Rp 187.000.000 Other Income Rp 120.000.000 Total Revenue Rp 29.713.824.000 EXPENSES
Production Rp 5.243.621.931 Overhead Rp 3.495.747.954 Promotion Rp 1.747.873.977 Development Rp 3.495.747.954 Reserve Rp 1.747.873.977 Other Expenses Rp 1.747.873.977 Total Expenses Rp 17.478.739.770
50
B. Penentuan Tarif Sewa Kamar di Hotel Santika Premiere Jogja
Hotel Santika Premiere Jogja merupakan perusahaan jasa yang bergerak
di bidang perhotelan. Yogyakarta merupakan salah satu daerah wisata yang
ramai di kunjungi wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
domestik. Untuk itu banyak berdiri hotel-hotel yang secara otomatis menjadi
pesaing bagi Hotel Santika Premiere Jogja.
Hotel Santika Premiere Jogja dalam menerapkan tarif sewa kamar
berdasarkan suatu kebijakan harga baik dari pihak hotel sendiri maupun
berdasarkan rentang harga yang telah ditetapkan oleh Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI) sesuai dengan predikat bintang yang disandangnya.
Untuk menarik minat wisatawan, sesuai dengan misi hotel yaitu menciptakan
nilai lebih bagi stakeholder dengan menyajikan produk yang bermutu disertai
pelayanan profesional yang ramah dalam mewujudkan “sentuhan Indonesia”
sebagai citra Santika, diharapkan wisatawan yang menginap di hotel akan
menjadi betah dan nyaman dengan suasana hotel. Pelayanan yang baik
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi wisatawan dalam memilih
hotel. Tarif kamar secara tidak langsung dapat memberikan gambaran secara
umum bagi wisatawan, seperti fasilitas yang di sediakan dan pelayanan yang
diberikan oleh hotel.
Dalam penentuan tarif sewa kamar, Hotel Santika Premiere Jogja
menggunakan metode target costing, dimana metode ini terlebih dahulu
menghitung biaya-biaya yang terjadi di tahun sebelumnya ditambah dengan
51
laba yang diharapkan oleh hotel yang akan menghasilkan berapa tarif sewa
kamar yang berlaku di hotel. Selain itu Hotel Santika Premiere Jogja
mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya tarif
sewa kamar. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor fasilitas yang diberikan oleh pihak hotel
Fasilitas yang diberikan untuk masing-masing jenis kamar berbeda sehingga
akan menyebabkan perbedaan tarif. Apabila tamu hotel memakai jenis
kamar dengan tarif tinggi maka fasilitas yang didapat akan lebih banyak.
Demikian pula sebaliknya, apabila tarif yang dipilih rendah maka fasilitas
yang didapat akan lebih sedikit.
2. Faktor letak lokasi hotel
Pihak hotel harus melihat dan memperhatikan dimana letak hotel tersebut.
Hotel Santika Premiere Jogja terletak di pusat kota Yogyakarta, dekat
dengan tempat pariwisata, pusat kebudayaan, pusat perbelanjaan, stasiun,
restoran dengan berbagai macam kuliner dan mudah dalam mengakses alat
transportasi.
3. Faktor tarif sewa kamar pada hotel sejenis
Hal ini dilakukan agar tarif yang berlaku di Hotel Santika Premiere Jogja
tidak berbeda jauh dengan tarif yang berlaku di hotel-hotel lainnya, sebab
tarif yang ditetapkan oleh pihak hotel harus sesuai dengan predikat bintang
yang disandangnya.
52
Setelah melakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap beberapa
faktor tersebut, maka akhirnya pihak Hotel Santika Premiere Jogja dapat
menentukan besarnya tarif sewa kamar yang berlaku di hotel tersebut.
Penentuan tarif ini dilakukan dengan cermat, mengingat tamu yang akan
menginap pada umumnya membuat suatu persepsi bahwa dengan tarif yang
berlaku maka mereka akan mendapat produk sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut ini adalah tarif yang berlaku di Hotel Santika Premiere Jogja Tahun
2008:
Tabel V.2
Tarif Sewa Kamar pada saat Low Season
di Hotel Santika Premiere Jogja Tahun 2008
Tipe Kamar Jumlah Kamar Tarif Kamar
(Rp)
Deluxe 56 1.000.000
Executive 56 1.250.000
Executive with balcony 21 1.500.000
Premiere 6 1.800.000
Premiere with view 4 2.000.000
Deluxe suite 3 2.500.000
Executive suite 1 4.500.000
Premiere suite 1 5.500.000
Adanya perbedaan tarif kamar untuk setiap tipe kamar disebabkan oleh
adanya perbedaan fisik kamar (termasuk fasilitas yang tersedia untuk setiap
tipe kamar).
53
C. Penentuan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Metode Analisis Titik Impas
1. Menentukan jumlah kamar yang terjual dalam satu tahun
Untuk menentukan jumlah kamar yang terjual dalam satu tahun, data yang
digunakan yaitu prosentase tamu yang menginap selama satu tahun yaitu
sebesar 77,40%, jumlah kamar yang tersedia yaitu 148 kamar dan jumlah
hari dalam satu tahun pada tahun 2008 yaitu 366 hari, perhitungan dengan
rumus:
2. Menentukan jumlah rata-rata harga kamar yang diharapkan
Membandingkan total harga kamar selama satu tahun dengan jumlah kamar
yang terjual dalam satu tahun yaitu sebesar 41.926 kamar. Namun karena
jumlah rata-rata harga kamar yang diharapkan sudah diketahui yaitu sebesar
Rp 416.895 (didapat dari total pendapatan kamar selama 1 tahun dibagi
dengan jumlah kamar yang terjual dalam 1 tahun) maka yang dicari yaitu
total harga kamar selama satu tahun, dengan rumus:
54
3. Menentukan rata-rata tingkat hunian
Untuk menentukan rata-rata tingkat hunian double occupancy, penulis
mengurangi jumlah tamu yang datang dalam satu tahun yaitu sebesar 71.385
orang dengan jumlah kamar yang terjual dalam satu tahun yaitu sebesar
41.926 kamar, kemudian dari hasil pengurangan tersebut dibandingkan
dengan jumlah kamar yang terjual dalam satu tahun lalu dikalikan 100%,
dengan rumus:
4. Menentukan jumlah kamar yang terjual per hari
Untuk menentukan jumlah kamar yang terjual per hari, data yang digunakan
yaitu prosentase tamu yang menginap selama satu tahun yaitu sebesar
77,40% dan jumlah kamar yang tersedia yaitu 148 kamar, perhitungan
dengan rumus:
55
5. Menentukan tarif sewa kamar hotel dengan metode analisis titik impas
a. Menentukan total pendapatan kamar per hari
Untuk mendapatkan total pendapatan kamar per hari penulis
menggunakan data prosentase tamu yang menginap selama satu tahun
yaitu sebesar 77,40%, jumlah kamar yang tersedia yaitu 148 kamar dan
rata-rata harga kamar yang diharapkan yaitu sebesar Rp 416.895,
perhitungan dengan rumus:
b. Menentukan tarif sewa kamar per hari
Untuk menentukan tarif sewa kamar hotel per hari, penulis terlebih
dahulu menentukan tarif sewa kamar tipe deluxe yang akan
dilambangkan dengan X, kemudian tarif sewa kamar tipe deluxe ini akan
menjadi dasar untuk menentukan tarif kamar tipe lainnya. Untuk
menentukan tarif sewa kamar tipe deluxe digunakan data jumlah kamar
yang terjual per hari untuk single occupancy 34 kamar dan double
occupancy 81 kamar, jumlah hari dalam satu bulan yaitu 30 hari dan total
pendapatan sewa kamar per hari yaitu sebesar Rp 47.756.156,
perhitungan dengan rumus:
56
Setelah ditemukan X yang merupakan harga kamar untuk tipe deluxe,
kemudian menghitung kamar tipe yang lain. Untuk menentukan tarif
sewa kamar tipe selain tipe deluxe, penulis menggunakan prosentase dari
hasil perbandingan tarif kamar tipe deluxe dengan tarif kamar tipe
lainnya yang telah ditentukan oleh hotel kemudian dikalikan dengan tarif
kamar tipe deluxe hasil perhitungan penulis. Untuk menentukan tarif
kamar tipe lain terlebih dahulu menentukan prosentase harga yang akan
digunakan sebagai bahan perhitungan.
57
Tabel V.3
Perhitungan Harga Jual Masing-masing Tipe Kamar
Dengan Metode Analisis Titik Impas
Tipe Kamar Perhitungan Harga Jual Kamar
(Rp)
Deluxe 415.250
Executive 125% x Rp 415.250 519.063
Executive with balcony 150% x Rp 415.250 622.875
Premiere 180% x Rp 415.250 747.450
Premiere with view 200% x Rp 415.250 830.500
Deluxe suite 250% x Rp 415.250 1.038.125
Executive suite 450% x Rp 415.250 1.868.625
Premiere suite 550% x Rp 415.250 2.283.875
58
6. Menghitung total harga jual masing-masing tipe kamar dalam satu tahun
Total harga jual masing-masing tipe kamar dalam satu tahun merupakan
hasil mengkalikan antara prosentase tamu yang menginap selama satu tahun
yaitu sebesar 77,40%, jumlah kamar masing-masing tipe (deluxe 56 kamar,
premiere with view 4 kamar, deluxe suite 3 kamar, executive suite 1 kamar
dan premiere suite 1 kamar), harga jual masing-masing tipe kamar
(tercantum dalam tabel V.3) dan jumlah hari dalam satu tahun yaitu 366
hari. Total harga jual adalah sebagai berikut:
59
Tabel V.4
Analisis Total Harga Jual
Tarif Sewa Kamar Hotel Santika Premiere Jogja
Tahun 2008
Tipe Kamar Perhitungan Total Harga Jual
Deluxe 77,40% x 56 x Rp 415.250 x 366 Rp 6.587.486.136
Executive 77,40% x 56 x Rp 519.063 x 366 Rp 8.234.365.602
Executive with balcony 77,40% x 21 x Rp 622.875 x 366 Rp 3.705.460.952
Premiere 77,40% x 6 x Rp 747.450 x 366 Rp 1.270.443.755
Premiere with view 77,40% x 4 x Rp 830.500 x 366 Rp 941.069.448
Deluxe suite 77,40% x 3 x Rp 1.038.125 x 366 Rp 882.252.608
Executive suite 77,40% x 1 x Rp 1.868.625 x 366 Rp 529.351.565
Premiere suite 77,40% x 1 x Rp 2.283.875 x 366 Rp 646.985.246
Jumlah Rp 22.797.415.310
60
7. Menghitung tingkat hunian pada titik impas
Setelah mendapatkan total harga jual dari masing-masing tipe kamar hotel
kemudian penulis menghitung tingkat hunian pada titik impas. Data yang
digunakan untuk menghitung tingkat hunian supaya tercapai titik impas
adalah total harga jual seluruh tipe kamar selama satu tahun yaitu sebesar
Rp 22.797.415.310, total harga kamar selama satu tahun yaitu sebesar Rp
17.478.739.770 dan prosentase tamu yang menginap selama satu tahun yaitu
77,40%, dengan perhitungan:
77,40% ------------------ 17.478.739.770
.........% ------------------ 22.797.415.310
8. Membandingkan tarif hotel sesungguhnya dengan tarif hotel berdasarkan
hasil perhitungan penulis maka dapat diketahui kesimpulan selisih lebih atau
selisih kurang. Hasil analisis tarif hotel adalah sebagai berikut:
61
Tabel V.5
Hasil Analisis Tarif Kamar Hotel Santika Premiere Jogja
Tahun 2008
Tipe Kamar Tarif Menurut Metode Tarif Sesungguhnya Kesimpulan
Titik Impas (Rp) (Rp)
Deluxe 415.250 1.000.000 Selisih lebih 584.750
Executive 519.063 1.250.000 Selisih lebih 730.937
Executive with balcony 622.875 1.500.000 Selisih lebih 877.125
Premiere 747.450 1.800.000 Selisih lebih 1.052.550
Premiere with view 830.500 2.000.000 Selisih lebih 1.169.500
Deluxe suite 1.038.125 2.500.000 Selisih lebih 1.461.875
Executive suite 1.868.625 4.500.000 Selisih lebih 2.631.375
Premiere suite 2.283.875 5.500.000 Selisih lebih 3.216.125
62
D. Pembahasan
Hotel Santika Premiere Jogja dalam penentuan besarnya tarif sewa
kamar hotel menggunakan metode target costing dengan mempertimbangkan
biaya-biaya yang terjadi di tahun sebelumnya kemudian ditambah dengan laba
yang diharapkan oleh hotel maka menghasilkan tarif yang berlaku saat ini.
Selain itu pihak Hotel Santika Premiere Jogja juga mempertimbangkan
beberapa faktor yang akan mempengaruhi penentuan tarif sewa kamar hotel,
antara lain tingkat konsumen yang ada, melihat pesaing (hotel-hotel sejenis),
fasilitas apa saja yang menunjang, dan mempertimbangkan letak hotel.
Penentuan tarif berdasarkan metode analisis titik impas yang terpenting
adalah pendapatan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan, oleh
sebab itu hasil dari penelitian dalam praktek dihotel berbeda dengan teori
karena dalam prakteknya, semua perusahaan terkhusus yang bergerak dibidang
jasa seperti hotel selalu menginginkan laba sehingga hasil yang diperoleh
berbeda.
Dari hasil penentuan tarif sewa kamar hotel dengan metode analisis titik
impas didapat bahwa:
1. Tarif sewa kamar tipe Deluxe sebesar Rp.415.250, Executive sebesar
Rp.519.063, Executive with balcony sebesar Rp.622.875, Premiere
sebesar Rp.747.450, Premiere with view sebesar Rp.830.500, Deluxe
suite sebesar Rp.1.038.125, Executive suite sebesar Rp.1.868.625, dan
Premiere suite sebesar Rp.2.283.875.
63
2. Titik impas terjadi pada saat tingkat hunian 59,34%, sedangkan pada tahun
2008 tingkat hunian yang diharapkan oleh Hotel Santika Premiere
sebesar 77,40% maka terdapat selisih sebesar 18,06% yang merupakan
laba hotel.
3. Tarif tipe kamar deluxe menurut metode titik impas sebesar Rp.415.250
sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar Rp.1.000.000 maka
terdapat selisih lebih sebesar Rp.584.750.
4. Tarif tipe kamar executive menurut metode titik impas sebesar Rp.519.063
sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar Rp.1.250.000 maka
terdapat selisih lebih sebesar Rp.730.937.
5. Tarif tipe kamar executive with balcony menurut metode titik impas
sebesar Rp.622.875 sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar
Rp.1.500.000 maka terdapat selisih lebih sebesar Rp.877.125.
6. Tarif tipe kamar premiere menurut metode titik impas sebesar Rp.747.450
sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar Rp.1.800.000 maka
terdapat selisih sebesar Rp.1.052.550.
7. Tarif tipe kamar premiere with view menurut metode titik impas sebesar
Rp.830.500 sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar Rp.2.000.000
maka terdapat selisih lebih sebesar Rp.1.169.500.
8. Tarif tipe kamar deluxe suite menurut metode titik impas sebesar
Rp.1.038.125 sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar Rp.2.500.000
maka terdapat selisih lebih sebesar Rp.1.461.875.
64
9. Tarif tipe kamar executive suite menurut metode titik impas sebesar
Rp.1.868.625 sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar Rp.4.500.000
maka terdapat selisih lebih sebesar Rp.2.631.375.
10. Tarif tipe kamar premiere suite menurut metode titik impas sebesar
Rp.2.283.875 sedangkan tarif yang berlaku di hotel sebesar Rp.5.500.000
maka terdapat selisih lebih sebesar Rp.3.216.125.
Selain dari hasil perhitungan penentuan tarif sewa kamar hotel dengan
metode analisis titik impas diatas, penulis juga mengamati besarnya tarif sewa
masing-masing tipe kamar di Hotel Santika Premiere Jogja terdapat selisih
lebih yang sangat besar dibandingkan dengan tarif berdasarkan perhitungan
metode analisis titik impas. Padahal tarif yang dibebankan di Hotel Santika
Premiere Jogja yang penulis teliti yaitu penerapan tarif pada saat low season,
dimana tarif dibebankan rendah karena bukan pada musim liburan tetapi hanya
untuk menutup biaya-biaya yang dikeluarkan agar pihak hotel tidak merugi. Ini
disebabkan laba yang didapat dari hasil selisih lebih tersebut digunakan untuk
memberikan tunjangan kepada para karyawannya seperti kenaikan gaji, bonus,
ataupun penghargaan atas kinerjanya selama bekerja di hotel. Sedangkan
apabila pada musim liburan, pihak Hotel Santika Premiere jogja menerapkan
tarif Peak Season dimana tarif ini bisa 50-100% lebih tinggi dari tarif low
Season, tergantung kebijakan manajemen hotel saat itu yang melihat dari
berbagai segi termasuk segi wisatawan yang akan berkunjung ke kota
Yogyakarta.
65
Akibat yang didapat dari kebijakan manajemen hotel tersebut, banyak
konsumen yang melihat dari sisi biaya yang mereka keluarkan sangatlah besar
kemungkinan akan beralih ke hotel lain yang lebih murah, namun apabila
dilihat dari sisi lainnya seperti pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada
konsumen dirasa cukup sebanding dengan biaya yang harus konsumen
keluarkan. Untuk itu pihak manajemen hotel tetap menerapkan penentuan tarif
yang selama ini mereka tetapkan karena dari data tamu yang datang menginap
tidak mengalami kemerosotan.
Penulis memberikan masukan berkisar antara penentuan tarifnya,
apabila pihak hotel dalam pemasarannya memberikan penawaran berupa
diskon (potongan harga) dalam menarik para konsumen untuk datang
menginap, maka kemungkinan jumlah tamu yang akan datang berkunjung
menjadi bertambah namun penawaran berupa diskon ini tetap tidak membuat
pihak hotel menjadi merugi.
66
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penentuan tarif sewa kamar di Hotel Santika Premiere Jogja pada saat
low season tidak menggunakan metode analisis titik impas. Dalam penentuan
tarif sewa kamarnya pada saat low season, Hotel Santika Premiere Jogja
menggunakan metode target costing dimana metode ini terlebih dahulu
menghitung biaya-biaya yang terjadi di tahun sebelumnya ditambah dengan
laba yang diharapkan yang akan menghasilkan berapa tarif sewa kamar yang
berlaku dihotel. Bagi pihak manajemen Hotel Santika Premiere Jogja, laba
yang diharapkan tersebut digunakan untuk memberikan tunjangan kepada para
karyawannya. Namun sejauh ini, walaupun pihak manajemen hotel tidak
menggunakan metode analisis titik impas dalam penentuan tarif sewa
kamarnya pada saat low season, kegiatan operasional perusahaan dapat
berjalan lancar yang artinya manajemen hotel sudah berhasil dalam menarik
para wisatawan baik mancanegara maupun domestik untuk menginap di Hotel
Santika Premiere Jogja dengan tarif yang ditetapkan sekarang.
B. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu waktu yang diberikan oleh
pihak hotel terbatas karena adanya kesibukan rutin yang harus dikerjakan
sehingga data yang diberikan pun terbatas.
67
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, serta mengacu pada hasil
analisis data maka penulis memberikan saran yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi pihak Hotel Santika Premiere Jogja sebagai berikut:
1. Tarif kamar hasil perhitungan peneliti dapat dijadikan dasar untuk
menentukan jumlah diskon yang ditawarkan kepada tamu.
2. Untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang penentuan tarif sewa
kamar hotel sebaiknya menggunakan Metode Hubbart Formula karena
metode ini memperhitungkan keuntungan yang akan diterima oleh pihak
hotel, penambahan pemasukan dari pajak, pengeluaran tetap, dan
pengeluaran-pengeluaran operasional.
68
DAFTAR PUSTAKA
Badan pariwisata daerah provinsi DIY. 2008. Statistik kepariwisataan. http//www.visitingjogja.com. Diakses tanggal 18/05/09.
Cahyo, Ignasius Andy Dwi. 1998. Evaluasi Penentuan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Metode Cost Plus Pricing Pendekatan Variabel Costing Studi Kasus pada Hotel Batik Yogyakarta II. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Darsono, Agustinus. 1995. Tata Graha Hotel (Housekeeping). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Gilarso, T. 1993. Pengantar Ilmu Ekonomi, Bagian Mikro. Jilid 1. Yogyakarta:
Kanisius.
Kiroyan, Sherly Kristantie. 1999. Evaluasi Penentuan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Metode Analisis Titik Impas Studi Kasus pada Hotel Quality Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Komar, Richard. 2006. Hotel Management. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. M, E. Noviratri. 1999. Evaluasi Penentuan Tarif Sewa Kamar Hotel Studi Kasus
pada Hotel Ros-In Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Muhyi, Mulky. 2004. Analisis titik impas sebagai alat perencanaan jangka
pendek. http//www.proQuest.com. Diakses tanggal 29/03/09. Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen. Edisi ke-2. Yogyakarta: STIE YKPN. Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen: Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Manajemen. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Sugiarto, Endar. 2002. Administrasi Kantor Depan Hotel. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Sulastiyono, Agus. 1999. Manajemen Penyelenggaraan Hotel (Seri Manajemen
Usaha Jasa Sarana Pariwisata dan Akomodasi). Bandung: CV Alfabeta. Supriyono, R.A. 1989. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE UGM. Trisnani, Happy First Asih. 1999. Evaluasi Penentuan Tarif Sewa Kamar Hotel
Studi Kasus pada Hotel Ros-In Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
69
Wijaya, Adisti Erna. 1998. Penentuan Tarif Sewa Kamar Hotel Studi Kasus pada Hotel Dedi Jaya. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Zuhdi, Saefudin. Analisis Pelayanan Hotel terhadap Kepuasan Tamu Studi Kasus
pada Hotel Pangrango I. Jurnal Ilmiah Ranggagading, Volume 4 No.2, Oktober 2004: 85-90. STIE Kesatuan.
DAFTAR PERTANYAAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Kapan hotel didirikan, oleh siapa dan dimana?
2. Apa arti dari nama hotel dan mengapa memakai nama itu?
3. Apa misi dan tujuan hotel?
4. Bagaimana perkembangan hotel dari awal didirikan sampai saat ini?
B. Organisasi
1. Bagaimana bentuk struktur organisasi hotel?
2. Apa tugas dan fungsi masing-masing bagian yang ada dalam struktur
organisasi tersebut?
3. Bagaimana perkembangan struktur organisasinya?
C. Pemasaran
1. Berapa tipe kamar yang dimiliki oleh hotel?
2. Terdiri dari berapa kamar masing-masing tipe-tipe kamar tersebut?
3. Fasilitas-fasilitas apa saja yang terdapat pada setiap tipe kamar?
4. Jenis fasilitas apa saja yang disediakan oleh hotel?
5. Berapa tingkat hunian kamar hotel pada tahun 2008?
D. Akuntansi
1. Berapa persentase laba yang diharapkan dari penjualan kamar?
2. Bagaimana penentuan tarif kamar?
3. Berapa besar tarif sewa kamar per hari untuk setiap tipe kamar?