-
i
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
YOGHURT LABU SEBAGAI ALTERNATIF PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN (PMT) BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL
BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh:
Euis Noorhayati G1H012025 2012
Ajeng Rahmawati G1H012011 2012
Amelia Enggarwati G1H013026 2013
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
-
ii
-
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
........................................................................
ii
DAFTAR ISI
...............................................................................................
iii
RINGKASAN
.............................................................................................
iv
PENDAHULUAN
.....................................................................................
1
GAGASAN
.................................................................................................
3
KESIMPULAN
...........................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................
v
LAMPIRAN DAFTRA RIWAYAT HIDUP
............................................. vi
LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA .............. ix
-
iv
RINGKASAN
Kekurangan energi kronis merupakan suatu keadaan di mana status
gizi
seseorang dalam keadaan buruk yang disebabkan karena kurangnya
konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro. Kebutuhan
wanita hamil
akan meningkat dari biasanya terutama pada trimester III. Oleh
karena itu,
peningkatan jumlah konsumsi makanan perlu ditambah terutama
konsumsi
pangan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin.
Kurangnya
konsumsi kalori akan menyebabkan malnutrisi atau biasa disebut
KEK.
Ibu hamil yang menderita KEK menyebabkan Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), lebih berisiko melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir
Rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi,
serta
peningkatan risiko kesakitan dan kematian. Disamping itu, bayi
yang dilahirkan
dalam kondisi BBLR berisiko mengalami anemia dan infeksi, bahkan
keguguran
dan kematian janin atau bayi (Soetjiningsih 1998). Lebih lanjut
kejadian BBLR
juga terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit
degeneratif, seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan
stroke pada masa
dewasa (Barker 1998; Aminullah 2004).
Anak yang lahir dari ibu yang KEK lebih berisiko KEK dan
terkena
infeksi, selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang KEK
pula. Untuk
memutus rantai KEK dan menurunkan angka prevalensi KEK pada ibu
hamil ini
diperlukan pemenuhan status gizi yang sesuai dengan angka
kecukupan gizi yang
dianjurkan. Salah satu upaya pemenuhan status gizi ibu hamil KEK
yaitu dengan
pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal berupa yoghurt
labu kuning.
iv
-
2
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset suatu negara yang
perlu
terus ditingkatkan kualitasnya. Kehidupan manusia dimulai dari
rahim ibunya,
maka upaya meningkatan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini
mungkin yaitu
sejak periode kehamilan. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat
dipengaruhi oleh
keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang
diterima dari ibunya
tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi
yang kurang
menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (Misaroh dan Atikah,
2010).
Salah satu golongan rawan gizi yang menjadi sasaran program
adalah ibu
hamil. Masalah yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia,
defisiensi besi,
dan kurang energi kronik. Mengacu pada (Sulistyoningsih, 2011),
faktor utama
terjadinya kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil yaitu
sejak sebelum
hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi. Hal ini diakibatkan
karena
konsumsi kebutuhan ibu hamil yang masih di bawah anjuran angka
kecukupan
gizi. Padahal, seperti yang diketahui kebutuhan gizi ibu hamil
lebih tinggi dari
ibu yang tidak dalam keadaan hamil karena kehamilan
menyebabkan
meningkatnya metabolisme energi. Selain itu, adanya peningkatan
energi dan zat
gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin,
pertambahan besarnya organ kandungan, persiapan ibu untuk
menyusui,
perubahan komposisi, dan metabolisme tubuh ibu. Kurangnya asupan
zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil juga dapat mengakibatkan
janin tumbuh tidak
sempurna.
Melihat dampak kurang gizi yang sangat luas, maka diperlukan
upaya
penanganan gizi ibu hamil. Berkaitan dengan hal tersebut maka
dilakukan
pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal untuk ibu hamil
berupa
yoghurt labu kuning. Kandungan gizi yang terdapat yoghurt labu
kuning sangat
dibutuhkan oleh ibu dan janin yang dikandungnya. Yoghurt labu
kuning memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi, seperti protein, kalsium,
besi, vitamin A,
vitamin B, dan vitamin C. Selain itu, dipilihnya labu kuning
sebagai salah satu
bahan PMT karena labu kuning bersifat lokal sehingga mudah
didapat dan
meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa.
1
-
3
Kegiatan pemberian makanan tambahan berbasis pangan untuk ibu
hamil
bertujuan untuk menambah asupan gizi ibu hamil sehingga
kebutuhan gizi selama
kehamilan dapat terpenuhi sesuai dengan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan
dan untuk mencapai tujuan program pembangunan kesehatan menurut
MDGs
yang salah satunya menyebutkan untuk meningkatkan kesehatan ibu
(Stalker,
2008). Dengan meningkatnya status kesehatan ibu maka angka
harapan hidup
bangsa Indonesia juga meningkat.
2
-
4
GAGASAN
Keadaan kesehatan dan gizi ibu hamil di Indonesia tergolong
buruk jika
dibandingkan negara ASEAN lainnya, apalagi jika dibandingkan
dengan negara
maju. Dampak dari kurang gizi saat hamil adalah risiko
terjadinya angka kematian
ibu (AKI) hamil yang lebih besar. Asian Development Bank (2004),
melaporkan
AKI di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 307 per 100 000
kelahiran.
Merujuk pada (Mora & Nestel, 2000) masalah gizi pada ibu
hamil yang
paling umum yaitu kurang energi kronis, kurang energi protein,
vitamin A, dan
anemi gizi. Di negara berkembang, prevalensi anemi antara 35-75%
sedangkan di
negara maju sekitar 18% (WHO, 1992). Di Indonesia, tahun 2001
prevalensi
anemi ibu hamil 40%. Masalah anemi di Indonesia yang paling umum
adalah
anemi gizi besi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu
makanan yang
dikonsumsi kurang mengandung zat besi terutama dalam bentuk
besi-heme, tidak
cukup konsumsi vitamin C, dan adanya gangguan absorpsi,
defisiensi vitamin A,
vitamin B12, folat, dan seng.
Rata-rata konsumsi energi di negara berkembang hanya dua per
tiga dari
rekomendasi yang dianjurkan. Di Indonesia angka kejadian KEK
pada tahun 2007
menunjukan 5 daerah dengan prevalensi terbesar yaitu terjadi di
Provinsi Nusa
Tenggara Timur 24,6%, Papua 23,1%, Yogyakarta 20,2%, Papua Barat
19,6%,
dan Jawa Tengah 17,2% (DepKes RI. 2007). Sedangkan untuk
penderita KEK di
kabupaten Banyumas yaitu sebanyak 2438 kasus atau 7,9% (DinKes
Banyumas,
2013).
Pemerintah telah lama berusaha mengurangi angka kejadian gizi
buruk
pada ibu hamil. Penatalaksanaan gizi buruk pada ibu hamil
memerlukan
pemecahan yang berbeda. Adanya penyakit penyerta perlu diatasi
terlebih dahulu
baru kemudian memperbaiki status gizi. Pemerintah mengharuskan
ibu hamil
menerima pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah
pelayanan kesehatan
oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya
dengan standar
pelayanan antenatal yaitu 5 T (timbang berat dan ukur tinggi
badan, ukur tekanan
3
-
5
darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid lengkap, ukur tinggi
fundus uteri, dan
pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan).
Di Indonesia, selain menerima pelayanan antanetal sebagai
cara
memperbaiki penyakit penyerta pada ibu hamil yang KEK juga sudah
ada
program PMT bagi ibu hamil sebelumnya melalui Program Jaring
Pengaman
Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) pada tahun 1998. Program ini
merupakan
program pemulihan bagi ibu hamil dan menyusui yang menderita
Kurang Energi
Protein (KEP) untuk kelompok miskin akibat krisis ekonomi.
Mulai tahun 2012, Kementerian Kesehatan RI menyediakan
anggaran
untuk kegiatan PMT untuk ibu hamil KEK melalui dana Bantuan
Operasional
Kesehatan (BOK). Akan tetapi PMT yang diberikan masih berupa PMT
pabrikan.
Jangkauan distribusi PMT pabrikan yang ditawarkan oleh
pemerintah belum dapat
menjangkau seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan akibat adanya
keterbatasan
jangkauan distribusi, ada beberapa daerah yang memberikan uang
kepada ibu
hamil sebagai pengganti PMT. Akibat adanya ketidak sesuaian
dengan petunjuk
teknis teknik penatalaksaan PMT ibu hamil KEK maka upaya
peningkatan status
gizi ibu hamil tidak dapat tercapai. Oleh karena itu, PMT
berbasis pangan lokal
lebih diutamakan untuk meningkatkan dan menambah sumber energi
sesuai
dengan kebutuhan gizi masa kehamilan karena PMT berbasis pangan
lokal ini
bahan bakunya mudah didapat, lebih mudah diterima, dan dapat
meningkatkan
pemberdayaan masyarakat.
Banyak contoh makanan yang dapat dijadikan PMT bergizi untuk
ibu
hamil, diantaranya yoghurt labu kuning. Labu kuning merupakan
salah satu jenis
tanaman yang sudah lama dikenal dan banyak digunakan oleh
masyarakat dalam
olahan pangan tradisional namun belum banyak digunakan sebagai
bahan baku
industri pangan. Padahal ketersediaan labu kuning di Indonesia
relatif tinggi
karena dapat tumbuh di mana saja. Data Badan Pusat Statistik
tahun 2003
menunjukkan hasil rata-rata produksi labu kuning di Indonesia
berkisar 20-21 ton
per hektar. Namun tingkat konsumsi labu kuning di Indonesia
masih sangat
rendah yaitu kurang dari 5 kg per kapita per tahun.
Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya vitamin
A, B,
dan C, mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung
antiokisidan
4
-
6
sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Merujuk pada (Sudarto,
1993) sifat labu
yang lunak dan mudah dicerna serta mengandung karoten (pro
vitamin A) cukup
tinggi, serta dapat menambah warna menarik dalam olahan pangan
lainnya. Selain itu,
labu kuning dianggap sebagai rajanya -Karoten. Keunggulan
-Karoten, antara lain
adalah dapat meningkatkan sistem imunitas serta mencegah
penyakit jantung dan
kanker. Tetapi, sejauh ini pemanfaatannya belum optimal.
Mengingat masih belum optimalnya pemanfaatan labu kuning,
maka
dilakukan pengolahan labu kuning berupa yoghurt labu yang
dijadikan PMT
berbasis pangan lokal untuk ibu hamil. Yoghurt merupakan produk
berbasis susu
yang telah lama dikonsumsi yang mempunyai efek menguntungkan
bagi
kesehatan. Dengan berjalannya waktu, yoghurt terus menerus
dimodifikasi untuk
mendapatkan karakteristik dan efek nutrisi yang lebih baik
(Rootray dan Mishra,
2011). Yoghurt berasal dari susu yang mengalami fermentasi
(Tamime dan
Robinson, 2007) dengan bentuk seperti bubur atau es krim.
Yoghurt labu kuning
terdiri dari campuran bahan susu dan labu kuning. Adapun utuk
kandungan labu
kuning, yaitu energi sebesar 235,80 kkal, protein 7,53 gram,
kalsium 258 mg, besi
0,12 mg, vitamin A 464,36 mg, vitamin B1 0,1 mg, dan vitamin C
3,5 mg.
Kandungan gizi yang terdapat yoghurt labu kuning sangat
dibutuhkan oleh
ibu dan janin yang dikandungnya. Kandungan tersebut adalah
protein yang
berfungsi membantu tumbuh kembang janin menjadi lebih sempurna,
kalsium
berfungsi membantu memperkuat tulang janin, vitamin dibutuhkan
oleh ibu dan
janin agar keduanya sehat, probiotik yang akan membantu usus ibu
tetap baik, dan
zat besi untuk menunjang proses kehamilan.
Selain karena tingginya kandungan zat gizi pada labu kuning,
alasan
dipilihnya labu kuning untuk pembuatan yoghurt sebagai
alternatif pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil yaitu karena produksi labu
kuning bersifat
lokal, sehingga labu kuning mudah didapat dan jumlahnya
berlimpah. Selain itu,
PMT labu kuning untuk ibu hamil mudah diterima, dan dapat
meningkatkan
pemberdayaan masyarakat desa.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses membangun masyarakat
untuk
dapat mengelola dan mengembangkan peluang yang ada.
Pemberdayaan
masyarakat di sini lebih ditekankan pada kemampuan masyarakat
desa untuk
memanfaatkan lahan pertanian dan pekarangan rumah sebagai media
tanam labu
5
-
7
kuning. Adanya keterlibatan masyarakat dalam program PMT
berbasis pangan
lokal ini, dimulai dengan pemberian pelatihan kepada masyarakat
desa tentang
cara menanam labu kuning yang benar sehingga dapat menghasilkan
varietas labu
kuning yang unggul dan pengorganisasian masyarakat desa dalam
pemenuhan
bahan baku PMT yoghurt labu kuning.
Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal untuk ibu
hamil
dapat terlaksana apabila adanya kerjasama dari pihak-pihak yang
bersangkutan
antara lain:
1. Pemerintah
Pemerintah bertugas sebagai penanggung jawab pelaksanan PMT
untuk
ibu hamil, meliputi pendanaan berupa dana untuk pembelian bibit
labu kuning
bagi masyarakat desa dan biaya pengolahan labu kuning menjadi
yoghurt,
penentuan jumlah dan alokasi sasaran, serta melakukan koordinasi
dengan kader
dan masyarakat yang menanam labu kuning. Selain itu, pemerintah
juga bertugas
sebagai evaluator terhadap program PMT untuk ibu hamil.
2. Petugas Puskesmas/Tenaga Kesehatan
Sosialisasi dari Puskesms ke kader tentang rencana pelaksanaan
PMT
yoghurt labu kuning yang menggunakan dana penunjang pelayanan
kesehatan
merujuk pada petunjuk teknis biaya operasional kesehatan (BOK)
dan melakukan
rapat koordinasi dengan kader.
3. Kader
Kader dalam hal ini diberikan pelatihan untuk membuat yoghurt
labu
kuning yang benar agar nilai gizinya sesuai dengan kebutuhan ibu
hamil. Selain
itu, kader juga bertugas untuk memantau perkembangan status gizi
ibu hamil yang
sudah diberikan PMT yoghurt labu kuning.
4. Masyarakat
Masyarakat ikut berperan aktif dalam penyediaan labu kuning
sebagai
bahan baku pembuatan yoghurt labu kuning yaitu dengan cara
menanam labu
kuning di lahan pertanian, kebun, maupun memanfaatkan pekarangan
rumah.
6
-
8
Masyarakat sebelumnya sudah dibekali dengan pelatihan cara
menanam labu
kuning. Selain itu, adanya pemberdayaan masyarakat lokal juga
dapat membuat
status ekonomi dan masyarakat meningkat.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya pemberian
makanan
tambahan berbasis pangan lokal berupa yoghurt labu kuning bagi
ibu hamil
meliputi :
1. Pendanaan dari pemerintah untuk modal pembelian bibit labu
kuning
dan biaya pengolahan labu kuning menjadi yoghurt.
2. Melakukan koordinasi dengan kader dalam hal pembuatan PMT
dan
memantau perkembangan status gizi ibu hami.
3. Pelatihan masyarakat mulai dari tingkat RT untuk dibekali
pengetahuan mulai dari cara penanaman sampai pemanenan labu
kuning agar menghasilkan labu kuning yang berkualitas baik
dan
banyak.
4. Pelatihan kader untuk membuat produk PMT yoghurt labu
kuning
yang memiliki cita rasa yang enak dan bergizi tinggi sehingga
mudah
diterima ibu hamil dan melakukan komunikasi, informasi, dan
edukasi
(KIE) terhadap ibu hamil mengenai angka kecukupan gizi ibu
hamil.
5. Pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi secara umum
terhadap
status gizi ibu hamil dan ketercapaian program pemberian
PMT.
7
-
9
KESIMPULAN
Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal yoghurt
labu
kuning untuk ibu hamil merupkan salah satu alternatif untuk
meningkatkan status
gizi ibu hamil. Yoghurt labu kuning menggunakan bahan dasar
produk lokal
sehingga akan mudah diterima ibu hamil. Selain itu, kandungan
gizi yoghurt labu
kuning yang tinggi juga menjadi nilai tambah sebagai salah satu
produk PMT ibu
hamil.
Implementasi dari PMT yoghurt labu kuning yaitu harus adanya
kerja
sama dari pihak pemerintah, petugas Puskesmas, kader, dan
masyarakat sebagai
penyedia labu kuning. Adanya kerjasama antara pihak terkait
dapat memudahkan
tercapinya peningkatan status gizi ibu hamil dan meningkatkan
angka harapan
hidup di Indonesia serta tercapainya peningkatan ekonomi dengan
adanya
pemberdayaan masyarakat desa.
8
-
10
DAFTAR PUSTAKA
Barker DJP. 1998. Mother Babies and Health in Later Life,
Churchill,
Livingstone, Edinburgh, London, New York, Philadelphia, San
Franscisco,
Sydney, Toronto. Chapt. 1 page 2-3.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Profil Kesehatan
Indonesia.
Depkes RI. Jakarta
Misaroh S dan Atikah Proverawati. 2010. Nutrisi Janin & Ibu
Hamil. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Routray, W. and H.N. Mishra. 2011. Scientific and technical
aspects of yogurt
aroma and taste: a review. Comprehensive Reviews in Food Science
and
Food Safety 10(4): 208-220.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Jakarta
Sudarto, Yudo, 1993. Budidaya Waluh. Kanisius. Yogyakarta.
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Graha Ilmu.
Yogyakarta
Tamime, A.Y. and R.K. Robinson. 2007. Yoghurt science and
technology. 3rd
ed.
Abington, Cambridge, England: Woodhead Publishing Ltd, CRC
Press,
LLC, NW, USA.
v
-
11
-
12
-
13
-
14