Top Banner
MENGHITUNG ERITROSIT OLEH : PUTU RINA WIDHIASIH (P07134014002) KOMANG OKTARINA PUTRI (P07134014004) LUH PUTU DEVI KARTIKA (P07134014006) A.A. LIDYA NIRMALA DEWI (P07134014008) I DEWA AYU RIANITA PUTRI (P07134014010) SEMESTER III KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN TAHUN AKADEMIK 2015/2016
27

Eritrosit

Feb 02, 2016

Download

Documents

Lidya Nirmala

Paper
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Eritrosit

MENGHITUNG ERITROSIT

OLEH :

PUTU RINA WIDHIASIH (P07134014002)

KOMANG OKTARINA PUTRI (P07134014004)

LUH PUTU DEVI KARTIKA (P07134014006)

A.A. LIDYA NIRMALA DEWI (P07134014008)

I DEWA AYU RIANITA PUTRI (P07134014010)

SEMESTER III

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Page 2: Eritrosit

MENGHITUNG ERITROSIT

I. TUJUAN

a. Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jumlah eritrosit darah

probandus.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menghitung jumlah eritrosit darah

probandus.

b. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung jumlah eritrosit darah

probandus.

2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah eritrosit per µl darah probandus.

II. METODE

Secara manual dan automatik

III. PRINSIP

Darah diencerkan dalam pipet eritrosit dengan larutan isotonis,

kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam

volume tertentu, dengan menggunakan faktor konersi jumlah eritrosit per µl

darah dapat diperhitungkan. Pengenceran darah dengan larutan HAYEM

menyebabkan lisis sel leukosit dan trombosit sehingga memudahkan

perhitungan jumlah sel eritrosit. Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit

dihitung pada 5 bidang sedang di tengah pada kamar hitung Improved

Neubauer.

IV. DASAR TEORI

1. Darah

Darah berasal dari kata haima, yang berasal dari akar kata hemo

atau hemato. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen

pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah

terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah lebih berat

dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang

khas, serta PH 7,4 (7,35 - 7,45).

Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua

kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah.

1

Page 3: Eritrosit

Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-

rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi

sesuai dengan ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah

jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai dengan

perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.

Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan

darah (plasma) dan 45% sel-sel darah. Elemen pembentuk darah meliputi

tiga macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

(leukosit), dan keping darah (trombosit). Ketiga sel-sel darah tersebut

tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler.

2. Sel darah merah

Gambar sel darah merah

Darah berwarna merah karena adanya hemoglobin. Sel darah

merah berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Sel

darah merah tidak memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin.

Hemoglobin (Hb) merupakan protein yang mengandung zat besi. Fungsi

hemoglobin adalah untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam

darah. Hemoglobin berwarna merah, karena itu sel darah merah

berwarna merah.

Jumlah sel darah merah yang normal kurang lebih adalah 5 juta

sel/mm3 darah. Sel darah merah dibentuk pada tulang pipih di sumsum

tulang dan dapat hidup hingga 120 hari. Jika sel darah merah rusak atau

sudah tua maka sel ini akan dirombak dalam limfa. Hemoglobin dari sel

darah merah yang dirombak akan terlepas dan dibawa ke dalam hati

untuk dijadikan zat warna empedu. Sel darah merah baru akan dibentuk

2

Page 4: Eritrosit

kembali dengan bahan zat besi yang berasal dari hemoglobin yang

terlepas.

Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan

lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Eritrosit terbungkus

dalam membran sel dengan permeabilitas yang tinggi. Membran ini elastis

dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler

(pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta

molekul hemoglobin sejenis pigmen pernafasan yang mengikat oksigen.

Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel.

3. Pembentukan eritrosit (Eritropoisis)

Proses pembentukan sel darah merah disebut eritropoesis. Tahap-Tahap

pembentukan sel darah merah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tahap 1 Tahap

2

Tahap 3 Tahap

4

Tahap 5 Tahap 6

Hemositoblast Basofil

Eritoblast

Polikromatofil Normoblast Retikulosit Eritrosit

Gambar 1. Proses Pembentukan Sel Darah Merah

3

Page 5: Eritrosit

Tahap 1: Hemasitoblast

Hemasitoblas merupakan primordium (sel induk) dari proses pembentukan

sel darah merah. Hemasitoblas dibentuk secara kontinyu dari sel retikulum

yang terdapat di sumsum tulang.

Tahap 2: Basofil Eritroblast

Tahap terbentuknya basofil eritroblast ditandai dengan adanya pembentukan

hemoglobin, yang kemudian akan terbentuk eritoblast polikromatofil.

Tahap 3: Polikromatofil

Tahap pembentukan polikromatofil ditandai dengan adanya campuran

substansi basofilik dengan hemoglobin. Kemudian ukuran nukleus akan

mengecil namun pembentukan hemoglobin masih terus berlangsung, dan

terbentuklah normoblast.

Tahap 4. Normoblast

Setelah terbentuk normoblast, sitoplasma dari normoblas akan terisi

hemoglobin hingga mencapai kadar 34%. Kemudian nukleus normoblas akan

menghilang melalui otolisis dan absorbsi.

Tahap 5. Retikulosit

Retikulosit merupakan eritrosit muda, yang masih menangandung substansi

basofilik di dalam sitoplasma yang berbentuk serabut retikulum.

Tahap 6. Eritrosit

Pada umumnya 0.5-1.5% dari eritrosit adalah retikulosit, yang jumlah

tersebut akan mengalami peningkatan jika terjadi hal yang memicu proses

eritropoesis seperti polisitemia (orang yang tinggal di dataran tinggi), pereode

restorasi darah (pendarahan) dan ikhterus hemolitik.

Agar dapat melakukan fungsinya, eritrosit harus memenuhi beberapa kriteria:

Harus mempertahankan struktur bikonkaf untuk memaksimalkan

pertukaran gas

Harus dapat berubah bentuk (lentur) agar dapat masuk kekapiler

mikrosirkulasi yang halus

Kelangsungan hidup eritrosit harus normal dan sifat fisik maupun

kimiawinya harus dipertahankan

4

Page 6: Eritrosit

4. Jumlah Sel Darah Merah

Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah

4,2 sampai 5,5 juta sel permilimeter kubik (mm3). Pada perempuan sehat

rat-rata, jumlah sel darah merahnya antara 3,2 sampai 5,2 juta sel per mm3.

5. Umur dan destruksi eritrosit

Sel darah merah biasanya bersikulasi selama 120 hari sebelum

menjadi rapuh dan mudah pecah. Walaupun sel darah merah matang tidak

memiliki nuklei, mitokondria ataupun retikulum endoplasma, enzim

sitoplasmanya mampu memproduksi ATP untuk waktu yang terbatas ini.

Fragmen sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi akan mengalami

fagositosis oleh makrofag dalam limpa, hati, sumsum tulang, dan jaringan

tubuh lain. Globin (bagian protein) HgA terdegradasi menjadi asam amino,

yang kemudian akan diperbaharui untuk sintetis protein selular.

Hem (bagian yang mengandung zat besi) diubah menjadi Biliverdin

(pigmen hijau) dan kemudian menjadi bilirubin (pigmen kuning), yang

dilepas kedalam plasma. Bilirubin diserap hati dan disekresi dalam

empedu. Sebagian besar Zat besi yang dilepas oleh Hem akan diambil

untuk diperbaharui dalam proses sintesis HgA selanjutnya.

6. Gangguan pada sel darah merah

1. Anemia

Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan

hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah,

atau jumlah sel darah merah cepat normal tetapi jumlah hemoglobinnya

subnormal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang.

Maka individu akan terliht pucat atau kurang tenaga. Berikut merupakan

beberapa jenis anemia :

Anemia hemografi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum

tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk

kembali ke kondisi normal.

5

Page 7: Eritrosit

Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan,

penurunan daya absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.

Anemia aplastik (sumsum tulang tidak aktif), ditandai dengan

penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi

karena pajanan radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia atau

kanker.

Anemia pernicious karena tidak ada vitamin B12.

Anemia sel sabit (sickle cel anemia) adalah penyakit keturunan diman

molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena

penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta.

Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam

kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini

menutup kapiler dan mengganggu aliran darah.

2. Polisitemia

Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam

sirkulasi, yang mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah.

Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran

kapiler dapat tertutup. Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi

akibat hipoksida (kekurangan oksigen) karena kediaman permanen

didataran tinggi, aktivitas fisik berkepanjangan, penyakit paru atau

penyakit jantung. Polisitemia vera adalah gangguan pada sumsum tulang

Eritrosit (Sel Darah Merah).

7. Pemeriksaan Eritrosit

Metode pemeriksaan eritrosit ada 2, yaitu cara manual dan otomatis.

a. Cara manual (Hemositometer)

Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah

seldarah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua

macampipet. Mutu kamar hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-

syarat ketelitian tertentu

6

Page 8: Eritrosit

1) Kamar hitung.

Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garisbagi

“improved Neubauer”.“Luas seluruh bidang yang dibagi” adalah 9

mm2 dan bidang inidibagi menjadi Sembilan “bidang besar” yang

luasnya masing-masing 1 mm2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16

”bidang sedang” yangluasnya masing-masing 1/4 x 1/4 mm2. Bidang

besar yang letaknyadi tengah-tengah berlainan pembaginya: ia dibagi

menjadi 25bidang dan tiap bidang itu dibagi lagi menjadi 16 “bidang

kecil”.Dengan demikian jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400

buah,masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2.Tinggi kamar hitung,

yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca penutup

yang berpasangan adalah 1/10 mm.Maka volume diatas tiap-tiap

bidang menjadi sebagai berikut :

1 bidang kecil = 1/20 x 1/20 x1/10 =1/4000 mm3

1 bidang sedang = 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm3

1 bidang besar = 1 x 1 x 1/10 = 1/10 mm3

Seluruh bidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 = 9/10 mm3

2) Kaca penutup

Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi

kamar hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa,sedangkan

ia dibuat dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca

penutup biasa boleh dipakai. Kaca penutup untukmenghitung jumlah

trombosit dengan tehnik fasekontrast lebih tipis daripada yang dipakai

untuk mikroskop biasa.

3) Pipet.

Pipet Thoma untuk pengenceran eritrosit (pipet eritrosit) terdiri dari

sebuah pipa kapiler yang bergaris – bagi dan membesar pada salah

satu ujung menjadi bola. Dalam bola itu terdapat sebutir kaca merah.

Pada pertengahan pipa kapiler itu ada garis bertanda angka ”0,5” dan

ada bagian atasnya, yaitu dekat bola, terdapat garis bertanda “1,0”. Di

atas bola ada angka lain lagi, yaitu pada garis tanda “101”.

7

Page 9: Eritrosit

4) Larutan Pengencer

Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan

yang isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah

hemolisis. Larutan Pengencer yang biasa digunakan adalah :

Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g,

Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan

hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat

menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.

Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml,

aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.

Natrium klorid 0.85 %

Bahan pemeriksaan yang dipergunakan adalah darah kapiler, darah

EDTA, darah heparin, atau darah amonium-kalium oksalat.

5) Perhitungan jumlah eritrosit

Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang terletak dibidang basar

paling tengah. 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir dan 1

bidang ditengan (bertanda R) tiap-tiap bidang ini dibagi lagi menjadi

16 petak-petak kecil yang masing-masing luasnya adalah 1/400 mm2.

Dengan demikian eritrosit dihitung dalam 80 petak-petak kecil, luas

keseluruhan ialah 80 x 1/400 mm2 = 1/5 mm2

8

Page 10: Eritrosit

Penghitungan lekosit dan eritrosit

(lingkaran besar: daerah penghitungan lekosit, lingkaran kecil: daerah

penghitungan eritrosit)

9

Page 11: Eritrosit

Cara Menghitung Eritrosit Didalam Kamar Hitung

Keterangan

o : tidak dihitung

: dihitung

Cara menghitung eritrosit didalam kamar hitung improved

Neubaur dapat dilihat pada gambar 4. Mulai menghitung dari sudut kiri

atas, terus ke kanan; kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri; lalu

turun lagi ke bawah dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Cara seperti ini

dilakukan pada 5 bidang sedang tersebut. Semua sel yang menyentuh garis

batas sebelah atas dan kiri, dianggap masuk ke dalam ruangan dan

dihitung. Sedangkan sel yang menyentuh garis batas sebalah kanan dan

bawah dianggap tidak masuk dan tidak dihitung. (Depkes RI, 1989)

Hitung jumlah eritrosit dapat diperoleh dari perhitungan:

Jarak antara gelas-penutup dengan dasar kotak-penghitung = 0.1 mm

Dengan demikian, volume kotak-kotak penghitung diatas adalah :

Vol.Kotak Eritrosit (E) = 0.2x0.2x0.1 = 0.004 mm3

1. Volume lar. darah pada Kotak-Penghitungan :

Vol. 5 kotak-E = 5x0.004 = 0.02 mm3

2. Besarnya Pengenceran (pengenceran dgn Pipet Thoma)

Pengenceran eritrosit = 200x

Jumlah sel darah yg terhitung dlm Kotak- Penghitungan = Q/0.02 mm3

Maka jumlah sel / mm3 darah Eritrosit = 1/0.02 x 200 x Q = 10.000

Q/mm3.

10

Page 12: Eritrosit

b. Cara Automatik (BC-2600 Auto Analyzer Hematology)

BC-2600 adalah unit tunggal yang meliputi suatu penganalisis

specimen yang berisi perangkat keras untuk aspirasi dilusi dan

menganalisis setiap spesimen darah secara keseluruhan serta bagian modul

data yang meliputi komputer, monitor, keyboard, printer dan disk drives.

Analyzer BC-2600 menggunakan mode sampler terbuka untuk menghisap

sampel darah dari tabung EDTA yang kemudian dilarutkan dan

dicampurkan sebelum pengukuran masing-masing parameter dilakukan.

Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dapat dilakukan menggunakan alat

analisis sel darah automatic yaitu BC-2600 Auto Hematology Analyzer

yang merupakan suatu penganalisis hematologi multi parameter untuk

pemeriksaan kuantitatif maksimum 19 parameter dan 3 histogram yang

meliputi WBC (White Blood Cell atau leukosit), sel tengah

(monosit,basofil,eosinofil), limfosit, granulosit, persentase limfosit,

persentase sel tengah, persentase granulosit, RBC (Red Blood Cell), HGB

(Hemoglobin), MCV (Mean Cospuscular Volume), MCH (Mean

Cospuscular Hemoglobin), MCHC ( Mean Cospuscular Hemoglobin

Concentration), RDW-CV, RDW-SD, HCT (Hematocrit), PLT (Platelet),

MPV (Mean Platelet Volume), PDW (Platelet Distribution Width), PCT

(Plateletcrit), WBC Histogram (White Blood Cell Histogram), RBC (Red

Blood Cell Histogram), PLT Histogram (Platelet Histogram). Pengukuran

WBC menggunakan metode impedansi yang dihitung dan diukur

berdasarkan pada pengukuran perubahan hambatan listrik yang dihasilkan

oleh sebuah partikel, yang dalam hal ini adalah sel darah yang

disuspensikan dalam pengencer konduktif saat melewati lubang dimensi.

Setiap partikel yang melewati lubang mengalami perubahan

sementara dalam perlawanan antara elektroda yang diproduksi. Perubahan

ini menghasilkan dorongan listrik yang terukur. Amplitude setiap pulsa

sebanding dengan volume setiap partikel, setiap pulsa diperkuat dan

dibandingkan dengan saluran tegangan acuan internal, yang hanya

menerima dorongan dari amplitude tertentu. Jika getaran pulsa melebihi

range WBC, maka dihitung sebagai WBC. Pengukuran HGB ditentukan

11

Page 13: Eritrosit

oleh metode kolorimetrik. Pengenceran WBC/HGB tersebut dikirim ke

bak WBC yang dicampur dengan jumlah tertentu yang mengubah

hemoglobin menjadi hemoglobin komplek yang diukur pada 525 nm.

Sebuah LED dipasang di salah satu sisi bak yang memancarkan sinar

monokromatik yang mempunyai panjang gelombang 525 nm, kemudian

diukur dengan sensor-foto yang dipasang di sisi yang berlawanan. Sinyal

tersebut kemudian diperkuat dan tegangan diukur lalu dibandingkan

dengan referensi bacaan kosong (bacaan yang diambil ketika hanya ada

pengencer di bak). HGB tersebut dihitung dan dinyatakan dalam g/L.

Pengukuran RBC/PLT dihitung dan diukur dengan metode impedansi ,

metode ini berdasarkan pada pengukuran perubahan daya tahan elektris

yang di produksi sebuah partikel, dalam hal ini adalah sel darah.

Tergantung konduksi diluent dalam melewati celah/lubang yang disebut

dimensi, sebuah elektroda terendam dalam cairan di kedua sisi dari

celah/lubang yang menghasilkan arus listrik. Setiap partikel yang melewati

celah ini akan mengalami perubahan pada daya tahannya diantara

elektroda-elekrtoda yang di produksi.

Perubahan yang dihasilkan dapat diukur getaran elektrisnya.

Jumlah getaran menghasilkan sinyal jumlah partikel yang melewati

celah/lubang. Setiap getaran diperkuat dan di bandingkan dengan saluran

voltasi referensi yang hanya diterima oleh getaran dengan amplitude

tertentu. Jika getaran yang di bandingkan melebihi range terendah

RBC/PLT maka dihitung sebagai RBC/PLT. Reagen yang diperlukan

dalam pemeriksaan hematokrit cara automatik dengan menggunakan

analyzer BC-2600 antara lain diluent sebagai larutan pengencer dan

sebagai medium penghantar, reagen lyse yang dapat melisiskan eritrosit,

rinse diformulasikan untuk membilas/mencuci bak dan tabung pengukur

serta untuk menetapkan miniskus yang tepat pada tabung pengukur,

pembersih E-Z (enzimatik) adalah enzim isotonik untuk membersihkan

larutan dalam bak.

12

Page 14: Eritrosit

8. Kekurangan dan Kelebihan Hitung Jumlah Eritrosit

1. Kekurangan cara manual

a. Menghitung jumlah eritrosit dalam volume yang kecil dan

pengenceran tinggi memakan waktu dan tidak teliti.(Widmann

F.K.,1989)

b. Tindakan menghitung eritrosit dengan kamar hitung jauh lebih sukar

daripada menghitung leukosit, ketelitian untuk orang yang cermat

bekerja dan yang telah mahir ialah ± 15%. (Gandasoebrata R, 2007)

2. Kekurangan cara automatik

a. Dalam keadaan abnormal BC-2600 Auto Analizer Hematology

kadang – kadang eritrosit dibaca sebagai lekosit atau trombosit.

b. Harga alat penghitung elektronik mahal dan mengharuskan

pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat. Selain itu perlu

ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu

program jaminan mutu (quality control). (Gandasoebrata R., 2007)

3. Kelebihan cara manual

a. Cara – cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai

pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam

laboratorium klinik. (Gandasoebrata R., 2007)

b. Hitung cara manual menggunakan Hemositometer dapat dilakukan

tanpa menggunakan aliran listrik.

c. Didalam kamar hitung sel yang dihitung benar – benar sel eritrosit

karena pengenceran menggunakan larutan hayem yang membuat

bentuk – bentuk eritrosit terlihat jelas sedangkan lekosit dan

trombosit tidak tampak.

4. Kelebihan cara automatik

a. Dengan menggunakan BC-2600 Auto Analyzer Hematology

pemeriksaan hitung jumlah eritrosit lebih mudah, cepat, dan akurat.

b. Alat automaik tidak menghilangkan kesulitan mengenai pengenceran

sampel dan standarisasi alat, tetapi cara ini meningkatkan kecepatan

pemeriksaan dan ketelitian dibandingkan cara manual. (Widmann

F.K.,1989)

13

Page 15: Eritrosit

c. Hitung eritrosit dilakukan secara langsung dan akurat oleh

penghitung elektronik untuk memberikan hasil yang dapat

diandalkan dan reproducible. (Sacher Ronald A. dan McPherson

Richard A., 2004)

9. Masalah Klinis

Penurunan nilai : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia,

infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal

ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan

Peningkatan nilai : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran

tinggi, penyakit kardiovaskuler

10. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan hasil laboratorium

Pengambilan sampel darah di daerah lengan yang terpasang jalur intra-

vena menyebabkan hitung eritrosit rendah akibat hemodilusi

Pengenceran tidak tepat

Larutan pengencer tercemar darah atau lainnya

Alat yang dipergunakan seperti pipet, bilik hitung dan kaca penutupnya

kotor dan basah

Penghitungan mikroskopik menggunakan perbesaran lemah (10x)

Jumlah darah/larutan Heyem yang diisap kedalam pipet tidak tepat.

Memakai pipet yang basah

Berkurangnya darah dalam pipet pada waktu penghapusan darah yang

melekat  pada bagian luar ujung pipet.

Terjadinya gelembung udara dalam pipet pada waktu menghisap

darah/larutan pengencer.

 Adanya bekuan darah

Darah tidak homogen

Kamr hitung/kaca penutup kotor

Ada gelembung udara yang masuk pada waktu pengisian kamar hitung

Letak kaca penutup tidak tepat

Meja mikroskop tidak datar

Menghitung sel yang menyinggung garis batas tidak benar

Kaca penutup bergeser karena tersebtuh oleh lensa mikroskop

14

Page 16: Eritrosit

Larutan pengencer kotor

Menghitung eritrosit tidak memakai lensa obyektif 40x sehingga kurang

teliti.

V. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

Pipet thoma eritrosit

Kamar hitung Improved Neubaeuer

Cover glass

Mikroskop

b. Bahan

Larutan hayem

Darah kapiler atau darah vena dengan anticoagulan.

VI. CARA KERJA

a. Mengisi pipet Eritrosit

Tindakan – tindakan sama seperti cara mengisi pipet leukosit, darah diisap

sampai garis tanda 0.5 dan larutan pengencer sampai garis tanda 101.

b. Mengisi Kamar Hitung

Sama seperti diterangkan pada menghitung leukosit.

c. Menghitung jumlah Sel :

1. Lensa kondensor diturunkan atau diafragma dikecilkan. Meja

mikroskop harus dalam sikap rata air.

2. Focus diatur terlebih dahulu dengan memakai lensa obyektif kecil

(10%), kemudian lensa itu diganti atau digeser dengan lensa obyektif

besar (40%), sampai garis bagi dalam bidang besar tengah jelas tampak.

3. Semua eritrosit dihitung yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dri

16 bidang kecil, umpamanya pada keempat sudut bidang besar

ditambah yang ditengah – tengah. Cara menghitung sama seperti untuk

menghitung jumlah leukosit, yaitu mulai dari kiri ke kanan kemudian

dari kanan ke kiri dan seterusnya.

15

Page 17: Eritrosit

4. Kepastian untuk menghitung atau tidaknya eritrosit yang menyinggung

garis batas sama seperti untuk leukosit.

Perhitungan:

Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah 20 kali.

Luas tiap bidang kecil 1/400 mm2, tinggi kamar hitung 1/10 mm, sedangkan

eritrosit dihitung dalam 5 x 16 bidang kecil = 80 bidang kecil yang jumlah

luasnya 1/5 mm2.

Faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per µl darah menjadi 5x10x200=

10.000

VII. NILAI RUJUKAN

Dewasa pria : 4.50 - 6.50 (x10^6/mmk)

Dewasa wanita : 3.80 - 4.80 (x10^6/mmk)

Bayi baru lahir : 4.30 - 6.30 (x10^6/mmk)

Anak usia 1-3 tahun : 3.60 - 5.20 (x10^6/mmkl)

Anak usia 4-5 tahun : 3.70 - 5.70 (x10^6/mmk)

Anak usia 6-10 tahun : 3.80 - 5.80 (x10^6/mmk)

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 18: Eritrosit

Anonim, 2009. Hitung Eritrosit.(http://labkesehatan.blogspot.com/2009/

12/hitung-eritrosit.html, diakses pada tanggal 06 April 2012 )

Mansyur Arif, Morfologi sel darah merah artikel, Bagian Patologi Klinik ,

Fakultas Kedokteran Unhas /UPL. Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo,

Makassar

Zakaria, 2012. Morfologi Sel Darah Merah.

(http://zakariadardin.wordpress.com/ 2012/01/09/morfologi-sel-darah-

merah/, diakses pada tanggal 07 April 2012)

Hellen, 2009. Sistem Peredaran Darah manusia.

(http://9reeners.wordpress.com/ 2009/01/30/sistem-peredaran-darah-

manusia/, diakses pada tanggal 07 April 2012)

17