ACARA IIENZIM
A. Tujuan Praktikum Acara II Enzim ini bertujuan untuk :1.
Mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas kerja enzim Diastase atau
Amilase.2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas kerja enzim
Diastase atau Amilase.3. Mengetahui aktivitas enzim amilase pada
kecambah.B. Tinjauan PustakaEnzim adalah reaksi atau proses kimia
yang berlangsung dengan baik dalam tubuh kita ini dimungkinkan
karena adanya katalis. Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis
untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel. Enzim
dapat menurunkan energi aktivitas suatu reaksi kimia (Poedjiadi,
1994).Laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu, dan akhirnya
enzim kehilangan semua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat
panas. Enzim berfungsi pada suhu antara 25-37 C. Laju reaksi
berkurang pada di kedua sisi pH optimum untuk setiap kombinasi
(Page, 1997).Pengaruh suhu terhadap enzim karena struktur protein
menentukan aktivitas enzim. Maka jika struktur ini terganggu
aktivitas akan berubah. Proses denaturasi protein untuk
protein-protein enzim dan bahan yang mendenaturasi adalah sama.
Denaturasi akibat suhu tinggi biasanya irreversibel karena
gaya-gaya ikatan lemah yang penting rusak akibat meningkatnya
getaran termal komponen atom-atomnya (Ismadi, 1993).Karena reaksi
kimia sangat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang dikatalis oleh
enzim juga peka terhadap suhu. Enzim sebagai protein akan mengalami
denaturasi jika suhunya dinaikkan, akibatnya daya kerja enzim
menurun. pH juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim,
karena sifat ionik gugus karboksil dan gugus amino mudah
dipengaruhi oleh pH. Hal ini menyebabkan daerah katalitik dan
konformasi enzim menjadi berubah (Girindra, 1990).Amilase adalah
enzim yang berfungsi memecah pati atau glikogen. Amilase dibagi
menjadi 3 bagian yaitu : Alpha amilase, alpha amilase memecah pati
secara acak dari tengah atau dari bagian dalam molekul, karenanya
disebut endoamilase. Beta amilase, yaitu menghidrolisis unit-unit
gula dari ujung molekul pati, karenanya disebut eksoamilase.
Glukoamilase, yaitu yang dapat memisahakan glukosa dari terminal
gula non-pereduksi substrat pati (Winarno, 1986).Enzim digunakan
dalam industri karena bersifat sangat spesifik dibandingkan dengan
katalis anorganik. Selain itu, enzim bekerja sangat efisien,
beroperasi pada kondisi lunak, aman dan mudah dikontrol, dapat
menggantikan bahan kimia yang berbahaya, dan dapat didegradasi
secara biologis. Enzim mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dalam
industri pangan, enzim alpha amilase berfungsi menyediakan gula
hidrolisis pati sehingga dapat dimanfaatkan untuk produksi sirup
glukosa ataupun sirup fruktosa yang mempunyai tingkat kemanisan
tinggi, pembuatan roti, dan makanan bayi (Setiasih,
2006).Terjadinya perubahan nilai pH selama proses inkubasi sangat
mempengaruhi kerja enzim. Karena perubahan pH menyebabkan
terjadinya perubahan pada daerah katalitik dan konformasi dari
enzim,dimana sifat ionik dari gugus karboksil dan gugus amino enzim
tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pH. Selain itu, perubahan pH
dapat menyebabkan denaturasi enzim sehingga dapat menimbulkan
hilangnya fungsi katalitik enzim (Hidayat, 2005).Amilase merupakan
enzim yang mampu memecah molekul-molekul pati dan glikogen,
sehingga banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti indusri
tekstil, deterjen dan gula cair non tebu. Aktifitas amilase dari
enzim kasar ditentukan dengan cara mengukur jumlah gula pereduksi
yang dihasilkan oleh aktivitas hidrolisis enzim terhadap substrat
pati. Satu unit aktivitas amilase adalah banyaknya enzim yang dapat
menghasilkan 1 g glukosa per menit per mL larutan enzim pada
kondisi pengujian yang dilakukan (Naiola, 2008).Kecambah kacang
hijau mengandung enzim -amilase. Parameter yang diamati adalah air
dan kadar protein tunas, pH, aktivitas -amilase, dan dilarutkan
protein dalam ekstrak enzim. Potensi enzim yang ditemukan dalam
kacang hijau dapat dimanfaatkan dalam pengolahan bahan industri
yang memiliki kadar pati tinggi, seperti tepung jagung (Suarni,
2007).Kacang hijau merupakan salah satu tanaman penting dari
wilayah Timur Utara India. Fosfatase enzim asam diisolasi dan
dimurnikan secara parsial dari kecambah biji kacang hijau lokal.
Sekuensial proses pemurnian parsial dilakukan dengan menggunakan
metode presipitasi amonium sulfat. Enzim mentah memiliki aktifitas
spesifik 0,5 U/mg dimurnikan menggunakan 30-70% amonium sulfat
metode presipitasi. Aktifitas enzim diukur pada berbagai waktu
inkubasi, pH, suhu, dan konsentrasi substrat (Surchandra,
2012).
C. Metode Penelitian 1. Alata. Pipet tetesb. Pipet volumec.
Tabung reaksi dan rak tabung reaksid. Gelas ukure. Lempeng atau
cawan porselinf. Gelas bekerg. Penangas airh. Mortar atau blenderi.
Stopwatchj. Penjepit k. Kain saringl. Inkubutor2. Bahan a. Larutan
buffer 6 ml pH 4.0; pH 6.0; pH 8.0b. Larutan amilum 1%c. Larutan
enzim diastase 2 ml d. Larutan Iodin 0,01 M dan 0.01 Ne.
Glikogen+Iodf. Amilum+Iodg. Selulosa+Iodh. Biji kacang hijau 50 g
dan taoge gi. Aquadesj. Reagen benedict
3. Cara Kerja a. Percobaan 1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas
Enzim Diastase/Amilase
Uji BenedictDitambah 1 ml reagen BenedictDinkubasi dalam
penangas air selama 5 menitDiamati perubahan warnanyaDiambil 1 ml
larutan tiap sampel
b. Percobaan 2. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Diastase
/ Amilase
c. Pengujian Amilase dari Biji Kacang Hijau dan Kecambah3 ml
amilum 1% + 6 ml buffer pH 6 (atur pH)
Ditambah 1 ml ekstrak kacang hijauDitambah 1 ml ekstrak
kecambahDiinkubasi 40CDiambil 1 tetes diletakan pada test plate
poselen (menit ke-0 dan ke-20)Ditetesi Iod 0,01 NDicatat perubahan
warnanya3 ml amilum 1% + 6 ml buffer pH 6 (atur pH)
3 ml amilum 1% + 6 ml buffer pH 6 (atur pH)
3 ml amilum 1% + 6 ml buffer pH 6 (atur pH)
D. Hasil Pengamatan dan PembahasanTabel 2.1 Hasil Pengamatan Uji
Iod terhadap pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Diastase/Amilase.KelSampel+larBufferPerubahan Warna
5101520
1 dan 26 ml buffer pH 4+3 ml lar amilum1%Bening-keruhKeruh-agak
kuningKeruh-kuning keruhKeruh-kuning pucat
3 dan 46 ml buffer pH 6+3 ml lar
amilum1%Bening-beningBening-beningBening-kuning ada
endapanBening-kuning
5,6 dan 76 ml buffer pH 8+3 ml lar
amilum1%Bening-beningBening-agak kuningBening-agak
kuningBening-kuning
8 dan 96 ml buffer pH 4+3 ml lar amilum1%Putih-putih
(bening)Putih-putih (bening)Putih-putih (bening)Putih-putih
(bening)
10 dan 116 ml buffer pH 6+3 ml lar amilum1%Putih-biru
mudaPutih-biruPutih-biruBiru tua-biru muda
12,13, dan 146 ml buffer pH 8+3 ml lar
amilum1%Putih-beningPutih-beningPutih-beningPutih-bening
Glikogen+IodKuning
Amilum+IodBiru tua
Selulosa+Iodkuning
Sumber : Laporan SementaraPembahasan :Enzim merupakan unit
fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan urutan-urutan yang
teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang
menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah
energi kimiawi dan yang membuat makro molekul sel dari prekursor
sederhana. Di antara sejumlah enzim yang berpartisipasi di dalam
metabolisme, terdapat sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim
pengatur, yang dapat mengenali berbagai isyarat metabolisme dan
mengubah kecepatan katalitiknya sesuai dengan isyarat yang
diterima. Melalui aktivitasnya sistem enzim terkoordinasi dengan
baik, menghasilkan suatu hubungan yang harmonis diantara sejumlah
aktivitas metabolisme yang berbeda, yang diperlukan untuk menunjang
kehidupanEnzim diastase merupakan enzim yang dapat memecah bagian
dalam atau bagian tengah molekul amilum menjadi senyawa yang lebih
sederhana (glukosa). Enzim amilase tergolong dalam enzim hidrolase,
sehingga pada umumnya bekerja sebagai katalis pada reaksi
hidrolisis. Kerja suatu enzim akan optimal jika ditunjang oleh
beberapa hal antara lain pH dan suhu. Namun bila pH terlalu tinggi
maka enzim akan mengalami kerusakan yang ditandai dengan perubahan
warna menjadi coklat yang terjadi karena tingkat ionisasi yang
terlalu tinggi. Denaturasi protein adalah berubahnya struktur
protein dari struktur asalnya atau struktur alaminya.Pada percobaan
kali ini dilakukan pengamatan mengenai pengaruh pH terhadap
aktifitas enzimdiastase. Untuk mengetahui pengaruh nyata dari pH
(tingkat keasaman) ini diperlukan dua tahap pengujian yaitu
pengujian Iod dan pengujian Benedict. Pada umumnya setiap enzim
memiliki pH optimum, yaitu pH pada saat gugus penerima atau pemberi
proton pada sisi katalitik enzim berada pada tingkat ionisasi yang
diinginkan. Enzim diastase atau amilase termasuk dalam
enzimhidrolase yang berfungsi memecah substrat (pati) dengan
bantuan air. Pengujian Iod dilakukan dengan mencampurkan larutan
buffer pH 4, pH 6 dan pH 8 dengan substrat 6 ml amilum 1% ke dalam
3 tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan enzimdiastasepada campuran
larutan tersebut dan diinkubasi pada suhu 40oC (suhu optimum
enzimdiastase) selama 20 menit. Pada tabung I yaitu larutan dengan
buffer pH 4 setelah 20 menit dilakukan inkubasi dan diambil setiap
5 menit 1 tetes tidak terjadi perubahan yaitu putih-putih (bening).
Pada tabung II yaitu larutan dengan buffer pH 6 setelah 20 menit
dilakukan inkubasi dan diambil setiap 5 menit 1 tetes terjadi
perubahan warna dari warna putih menjadi biru muda.Sedangkan pada
tabung III yaitu larutan buffer pH 8 setelah 20 menit dilakukan
inkubasi dan diambil setiap 5 menit 1 tetes warna berubah dari
putih menjadi bening. Tapi kelompok lain saat tabung I diinkunbasi
perubahan terjadi dari warna bening menjadi kuning keruh, pada
tabung II terjadi perubahan terjadi dari warna bening menjadi
kuning, sedangkan pada tabung III terjadi perubahan warna dari
warna bening menjadi agak kuning.Kemudian warna dari enzim diastase
tadi dibandingkan dengan Amilum 1% ditambah Iod (biru tua),
glikogen 1% ditambah Iod (kuning), selulosa ditambah Iod (kuning).
Perbandingan warna ini digunakan untuk mengetahui bahwa pada
rentang pH berapa ia mengubah pati (amilum) menjadi glikogen
kemudian mengubah glikogen menjadi glukosa (gula maltosa). Hasil
yang diperoleh tidak begitu jauh dari teori. Dari teori dikatakan
bila suatu sampel dilakukan uji iod maka warna yang dihasilkan
antara kuning kecoklatan biru. Maksudnya jika pH < 7 maka
warnanya kuning kecoklatan. Jika pH > 7 warnanya akan biru.
Dengan demikian percobaan ini menandakan bahwa pH berpengaruh dalam
keoptimalisasian kerja suatu enzim.Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Uji
Benedict terhadap Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Diatase/Amilase.KelSampel+Lar bufferWaktu inkubasiPerubahan
warna
1 dan 21 ml buffer pH 4+lar amilum 1 %0 menitBiru-biru
5 menitBiru-biru
3 dan 41 ml buffer pH 6+lar amilum 1 %0 menitBiru-biru
5 menitBiru-biru
5,6 dan 71 ml buffer pH 8+lar amilum 1 %0 menitBiru-biru
5 menitBiru-biru
8 dan 92 ml reagen benedict+1 ml lar sampel Tabung 11 menitTidak
ada perubahan warna
10 dan 112 ml reagen benedict+1 ml lar sampel Tabung 21
menitTidak ada perubahan warna
12,13, dan 142 ml reagen benedict+1 ml lar sampel Tabung 31
menitTidak ada perubahan warna
Sumber : Lapaoran SementaraPembahasan :Faktor yang mempengaruhi
kerja enzim selain pH adalah suhu. Pada percobaan ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzimdiastase.
Semakin tinggi suhu, maka laju reaksinya akan semakin tinggi.Energi
kinetik akan meningkat pada kompleks enzim dan substrat yang
bereaksi. Namun, peningkatan energi kinetik oleh peningkatan suhu
mempunyai batas yang optimum. Jika batas tersebut terlewati, maka
energi tersebut dapat memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik
yang lemah yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya.Proses
pemanasan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan proses inaktivasi
enzim meningkat sehingga terjadi denaturasi. Proses denaturasi
dapat terjadi karena enzim juga merupakan protein. Aktivitas enzim
akan menurun drastis apabila telah mencapai batas suhu maksimumnya.
Waktu pemanasan mempunyai pengaruh terhadap aktivitas dan
intensitas warna enzim. Semakin lama waktu pemanasan, maka
intensitas warnanya akan semakin gelap dan aktivitas enzim akan
semakin turun. Enzim akan memecah dan akan membuat aktivitas enzim
berhenti yang ditandai dengan warna larutan yang semakin
gelap.Pengujian Benedict dilakukan setelah pengujian Iod. Kegunaan
uji Iod adalah untuk mengatahui kandungan amilum (polisakarida)
pada makanan atau karbohidrat kandungannya. Begitupula dengan
kegunaan uji Benedict mengetahui kandungan glukosa (monosakarida)
pada karbohidrat yang akan di uji. Selain itu uji benedict juga di
gunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine. Larutan benedict
mengandung ion-ion tembaga (II) yang dikompleks dalam sebuah
larutan basa. Selain itu mengandung ion-ion tembaga (II) yang
kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan karbonat.
Pengompleksan ion-ion tembaga (II) dapat mencegah terbentuknya
sebuah endapan (II) karbonat. Pada uji benedict pereaksi ini akan
bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali dalam gugus aromatik dan
alpha hidroksi keton oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah
gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton
maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan maltosa dalam
suasana basa memberikan hasil positif (+) dengan pereaksi
benedict.Pada percobaan kali ini dapat dibahas bahwa praktikum
shift 1 pada sampel 1 ml buffer pH 4+larutan amilum 1% setelah 5
menit diinkubasi tidak terjadi perubahan warna. Pada sampel 1ml
buffer pH 6+larutan amilum 1% setelah 5 menit diinkubasi tidak
terjadi perubahan warna. Pada sampel pH8+larutan amilum 1% setelah
diinkubasi juga tidak terjadi perubahan warna. Pada praktikum shift
2 sampel 2 ml reagen benedict+1 ml larutan sampel tabung 1 waktu
inkubasi 1 menit tidak terjadi perubahan warna. Pada sampel 2 ml
reagen benedict+1 ml larutan sampel tabung 2 waktu inkubasi 1 menit
tidak terjadi perubahan warna. Sedangkan sampel 2 ml reagen
benedict+1 ml larutan sampel tabung 3 waktu inkubasi 1 menit juga
tidak terjadi perubahan warna. Dari hasil percobaan larutan-larutan
tersebut tidak mengalami perubahan warna hal ini membuktikan bahwa
larutan tersebut tidak mengandung gula pereduksi. Padahal teori
mengatakan bahwa suatu larutan mengandung gula pereduksi jika
adanya degredasi amilum menjadi glukosa dengan ditandai adanya
endapan merah bata. Warna merah bata yang terbentuk disebabkan oleh
maltosa dan glukosa memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga
dapat mereduksi ion-ion tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan
benedict menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Hal ini disebabkan
mungkin pada saat inkubasi waktu yang diperlukan kurang.
Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas
Enzim Diastase/AmilaseKelSampelSuhu InkubasiWaktu InkubasiPerubahan
Warna
AwalSesudah inkubasiSetelah ditambah 1 ml 0,01N
1, 22 ml Amilum 1 % + 2 ml diastase40 C30Putih keruhPutih bening
ada endapanUngu kehitaman
3, 42 ml Amilum 1 % + 2 ml diastase100 C10Putih keruhPutih
bening tanpa endapanBiru kehitaman ada endapan
52 ml Amilum 1 % + 2 ml diastaseSuhu Kamar30Putih keruhBening
ada endapanHitam bening
62 ml Amilum 1 % + 2 ml diastaseSuhu Kamar30Putih keruhBening
ada endapanUngu pekat
72 ml Amilum 1 % + 2 ml diastase100 C10Putih keruhBening tanpa
endapanBiru kehitaman ada endapan
8, 92 ml Amilum 1 % + 2 ml diastase40 C30Putih keruhBeningUngu
keruh
10, 11, 142 ml Amilum 1 % + 2 ml diastase100 C10Putih
keruhBeningUngu pekat
12, 132 ml Amilum 1 % + 2 ml diastaseSuhu Kamar30Putih
keruhBeningHitam bening
Sumber : Laporan Sementara
PembahasanSehubungan pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim,
semakin meningkat suhu, aktivitas enzim akan semakin meningkat.
Pada pemanasan tinggi, enzim yang merupakan suatu protein akan
mengalami denaturasi sehingga aktivitas kerjanya menjadi nol.
Setiap enzim memiliki suhu optimum tertentu, seperti halnya enzim
yang terdapat pada hewan mempunyai suhu optimum antara 400C-500C,
pada tumbuhan antara 500C-600C.Pada percobaan ini dilakukan
pengujian untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
diastase/amilase. Amilum 1% sebanyak 2 ml dicampur dengan larutan
diastase sebanyak 2 ml lalu dipanaskan pada suhu 400C, 1000C, dan
pada suhu kamar. Selanjutnya masing-masing larutan ditambah dengan
1ml Iod 0,01 N dan dilakukan pengamatan mengenai perbedaan warna
yang terjadi. Hasil yang diperoleh setelah pengujian menunjukkan
bahwa setelah dilakukan pemanasan hingga suhu 400C selama 30 menit
terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu keruh. Pemanasan
setelah suhu 1000C selama 10 menit menyebabkan perubahan warna dari
putih menjadi ungu pekat. Sedangkan setelah dipanaskan pada suhu
kamar selama 30 menit terjadi perubahan warna dari bening menjadi
hitam bening.Pemanasan dengan suhu 400C aktivitas enzim
diastase/amilase masih bekerja dengan baik dan pada suhu diatas
400C kerja enzim cenderung tidak meningkat. Hasil tersebut dapat
dikatakan sesuai dengan teori dimana suhu optimum enzim yaitu pada
suhu 40oC. Enzim sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu jika
dipanaskan hingga suhu diatas 50C kebanyakan tidak semua enzim
terdenaturasi. Penurunan aktivitas enzim terlihat secara tajam
dalam kisaran yang sangat kecil setelah melewati titik muai
denaturasi.
Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Pengujian Amilase dari
KecambahKelSampelPerubahan Warna
Menit ke 0Menit ke 20
1Ekstrak kacang hijauBening- sedikit endapan biru tuaBening-
kuning pekat
2Ekstrak kacang hijauBening- beningBening- kuning pekat
3Ekstrak kacang hijauBening- sedikit endapan biru tuaBening-
kuning pekat
4Ekstrak kacang hijauBening- sedikit endapan biru tuaBening-
kuning pekat
5Ekstrak taogeBening banyak endapan biru tuaBening- putih
pekat
6Ekstrak taogeBening banyak endapan biru tuaBening- putih
pekat
7Ekstrak taogeBening banyak endapan biru tuaBening- putih
pekat
8Ekstrak kacang hijauHijau ungu kehitamanKeruh kuning cerah
9Ekstrak kacang hijauHijau kuning keruhKeruh kuning cerah
10Ekstrak kacang hijauHijau keruh ungu kehitamanKeruh kuning
cerah
11Ekstrak kacang hijauHijau keruh ungu kehitamanKeruh kuning
cerah
12Ekstrak taogePutih keruh ungu kehitamanPutih keruh- kuning
muda
13Ekstrak taogePutih keruh ungu kehitamanPutih keruh- kuning
muda
14Ekstrak taogePutih keruh ungu kehitamanPutih keruh- kuning
muda
Sumber : Laporan SementaraPembahasanAmilase merupakan enzim
pemecah pati dan merupakan enzim hidrolase. Amilase pada percobaan
ini didapatkan dari ekstrak biji kacang hijau dan ekstrak taoge
yang ditambah larutan amilum yang sudah ditambahkan larutan buffer
pH 6 kemudian diinkubasi pada suhu 40oC. Dan pada menit ke-0 dan
ke-20 ditetesi larutan Iod 0,01 N serta diamati perubahan warna
yang terjadi pada ekstrak kacang hijau maupun ekstrak
taoge.Berdasarkan hasil percobaan dari ekstrak kacang hijau sebelum
dilakukan inkubasi terjadi perubahan warna dari warna hijau keruh
menjadi ungu kehitaman. Setelah di inkubasi pada suhu 40oC selama
20 menit terjadi perubahan warna dari keruh berubah menjadi warna
kuning cerah. Enzim amilase bekerja pada suhu kompartemen 40C.
Pemanasan yang dilakukan, mengakibatkan enzim amilase menjadi
inaktif. Bila dipanaskan secara berlebihan dapat menyebabkan
denaturasi protein.Sedangkan percobaan dengan menggunakan ekstrak
tauge sebagai bahan uji pada saat sebelum di inkubasi (0oC) terjadi
perubahan warna dari putih keruh menjadi warna ungu kehitaman,
kemudian setelah dilakukan inkubasi dengan suhu 40oC selama 20
menit juga terjadi perubahan warna dari warna putih keruh menjadi
warna kuning muda. Percobaan ini menggunakan bahan uji ekstrak
kacang hijau dan ekstrak touge yang bertujuan untuk mempermudah
berlangsungnya reaksi enzimatik. Pada percobaan dengan menggunakan
bahan larutan ekstrak kacang hijau, terdapat endapan yang lebih
banyak dibandingkan pada percobaan dengan bahan larutan ekstrak
touge, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak touge mempunyai aktivitas
amilase lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kacang hijau.Enzim
amilase bekerja dengan sangat baik pada suhu kamar. Sedangkan, bila
suhunya dinaikkan, enzim amilase tidak dapat bekerja dengan baik
dalam memecah amilum. Hal ini membuktikan bahwa suhu sangat
berpengaruh terhadap cara kerja enzim.Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi cara kerja enzim, yaitu : 1. suhuOleh karena reaksi
kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis
enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim
adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.2. pHUmumnya enzim
efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara
pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya
enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi
denaturasi protein.3. konsentrasi enzimSeperti pada katalis lain,
kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.4. konsentrasi substratHasil eksperimen
menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan
kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi
kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.5. zat-zat
penghambat / inhibitorHambatan atau inhibisi suatu reaksi akan
berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang
mengalami hambatan.
E. KESIMPULAN1. Pada pengujian pengaruh pH terhadap aktivitas
enzim diastase/amilase (Uji Iod) tidak terjadi perubahan warna yang
signifikan yang menunjukkan pH optimum untuk kerja enzim amilase.
pH optimum untuk kerja enzim yaitu berkisar antara 6-8. 2. Pada
pemanasan enzim amilase dengan suhu 400C terjadi perubahan warna
dari bening menjadi kunign keruh sedangkan pada pemanasan dengan
suhu diatas 400C mengakibatkan warna enzim menjadi ungu pekat
(denaturasi). Sehingga dapat dikatakan suhu optimum enzim amilase
adalah pada suhu 40oC.3. Pengujian amilase dari kecambah pada
percobaan dengan menggunakan bahan uji ekstrak kacang hijau,
terdapat endapan yang lebih banyak dibandingkan pada percobaan
dengan bahan uji ekstrak touge, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
touge mempunyai aktivitas amilase lebih besar dibandingkan dengan
ekstrak kacang hijau.
DAFTAR PUSTAKA
Girindra, Aisyah. 1990. Biokima I. Gramedia. Jakarta.Hidayat,
Iman. 2005. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Endo-1,4--Glucanase
Bacillus sp. AR 009. Jurnal Biodiversitas Vol 6, No 4, Hal.
242-244.Ismadi, M. 1983. Biokimia. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.Naiola, Elidar. 2008. Mikrobia Amolitik pada Nira dan
Laru dari Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Biodiversitas
Vol. 9, No 3, Hal. 165-168.Page, David S. 1997. Prinsip-Prinsip
Biokimia. Erlangga. Jakarta.Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.Setiasih, Siswati, B.
Wahyuntari, Trismilah, D. Apriliani. 2006. Karakterisasi Enzim
-Amilase Ekstrasel dari IsolatBakteri Termofil SW2. Jurnal Kimia
Indonesia Vol 1, No 1, Hal. 22-27.Suarni, R. Patong. 2007. Potensi
Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim -Amilase. Jurnal Kimia
Vol. 7, No. 3, Hal. 332-336.Surchandra, Th, S. S. Roy, N. R. Singh,
M. R. Sahoo, N. Prakash. 2012. Partial Purification and biochemical
characterization of acid phosphatase from germinated mung bean
(Vigna radiata) seeds. African Journal of Biotechnology Vol 11, No
103, Hal. 16777-16778.
ACARA IIIISOLASI PATI UBI KAYU DAN FERMENTASI
A. TujuanTujuan dari praktikum acara III Isolasi Pati Ubi Kayu
dan Fermentasi adalah1. Mengetahui proses isolasi amilum dari ubi
kayu dengan hidrolisisnya2. Mengetahui uji kualitatif terhadap
hidrolisis pati3. Mengidentifikasi adanya pati, polisakarida dan
gula pereduksi pada pengamatan hidrolisa pati4. Mengetahui uji
pikrat, uji barfoed, uji molisch, uji seliwanoff dan uji benedict5.
Mengetahui reaksi peragian (fermentasi) dengan uji benedict
B. Tinjauan PustakaKarbohidrat merupakan sumber kalori utama
bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya penduduk negara yang
sedang berkembang. Walaupun jumlah kalori yang dapat dihasilkan
oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibandingkan dengan
protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah.
Dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis,
pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan
berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno,
2004). Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi
keton yang mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n yang pertama lebih
dikenal sebagai golongan aldosa dan yang yang kedua adalah ketosa.
Dari rumus umum dapat diketahui bahwa krbohidrat adalah suatu
polimer. Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-monomer. Dari
jumlah monomer yang menyusun polimer tersebut, maka karbohidrat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu, monosakarida, oligosakarida,
dan polisakarida (Martoharsono, 1990). Terdapat tiga kelas besar
karbohidrat yaitu, monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Polisakarida dan oligosakarida dapat dihidrolisa secara sempurna
untuk menghasilkan monosakarida, dan hidrolisa lebih lanjut tidak
menghasilkan molekul apapun yang lebih kecil dari monosakarida.
Oligosakarida adalah polimer yang terdiri dari dua hingga enam
satuan monosakarida. Polisakarida seperti pati dan selulosa
mengandung beribu-ribu satuan monosakarida yang dihubungkan dengan
sambungan-sambungan kovalen yang dapat dihidrolisa (Page,
1989).Gula sederhana dan zat-zat yang dengan hidrolisis
menghasilkan gula sederhana disebut karbohidat. Nama karbohidrat
digunakan karena komposisi kebanyakan gula, pati, dan selulosa
berpadanan dengan hidrat hipotesis dari karbon. Pemecahan
(hidrolisis) molekul gula, pati, selulosa yang kompleks menjadi
molekul monosakarida mudah dilakukan dalam laboratorium dengan
mendidihkan larutan atau suspensi karbohidrat itu dengan larutan
encer asam (Keenan, 1992). Pati adalah sumber karbohidrat yang
penting dalam makanan dan merupakan sumber utama. Pati adalah
campuran polisakarida amilosa dan amilopektin. Dapat dipisah satu
dari yang lain dengan cara fisik atau kimia. Pati terdiri dari 15%
amilosa dan 85% amilopektin. Amilosa adalah polisakarida berantai
lurus. Amilosa dapat dianggap baik sebagai polimaltosa maupun
sebagai poliglukosa. Pati memberi warna biru tua yang karakteristik
bila direaksikan dengan yodium. Reaksi ini digunakan untuk
mendeteksi adanya pati, karena reaksinya sangat peka dan spesifik
(Tarigan, 1983). Pati tidak larut dalam air dan dalam analisis
pati, memberikan warna biru dengan iodium. Hasil hidrolisis pati/
amilum adalah glukosa (Harrow, 1946 dalam Manatar, 2012).
Hidrolisis pati akan terjadi pada pemanasan dengan asam encer
dimana berturut-turut akan dibentuk amilosa yang memberi warna biru
dengan iodium, amilopektin yang memberi warna merah dengan iodium.
Pati sagu disebut juga poliglukosa, karena unit monomernya glukosa
(Anwar, 1994 dalam Manatar, 2012).Pati atau karbohidrat dapat
diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan seperti ketela pohon, ketela
rambat, padi, pisang dan sebagainya, Di dalam tumbuh tumbuhan, pati
disimpan dalam batang, akar, buah atau biji sebagai cadangan
makanan (Agra dkk, 1973). Ditinjau dari rumus kimianya pati adalah
karbohidrat yang berbentuk polisakharida berupa polimer anhidro
monosakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n. Penyusun utama pati
adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa tersusun atas satuan
glukosa yang saling berkaitan melalui ikatan 1-4 glukosida,
sedangkan amilopektin merupakan polisakharida yang tersusun atas
1-4 glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6 glukosida (Kirk and
Othmer, 1954 dalam Yuniwati dkk, 2011).Selama ini penentuan kadar
pati oleh para pembeli di lapangan dilakukan berdasarkan perbedaan
berat umbi di udara dan berat umbi di dalam air, kemudian dihitung
berdasarkan rumus yang dirancang oleh International Starch
Institute (1999). Metode ini telah dibuktikan mempunyai korelasi
yang tinggi dengan kadar pati yang ditentukan secara kimia seperti
hidrolisis asam. Akan tetapi, metode ini kurang praktis dilakukan
di lapangan karena beberapa hal yaitu memerlukan jumlah air yang
banyak yang biasanya tidak tersedia di perkebunan ubi kayu,
memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengukurannya, perlu
tenaga operator yang terlatih serta harga alat mahal (Nurdjanah
dkk, 2007).Hidrolisis pati didapatkan dari dua langkah hidrolisis
pati didinginkan, disaring untuk menghilangkan trub dan disterilkan
dalam uap autoclave. Etanol fermentasi ragi dalam kondisi anaerob.
Fermentasi diulang kembali dengan cara yang sama dengan konsentrasi
inokulum dan kondisi laboratorium. Hal ini merupakan produksi
etanol yang berasal dari pati singkong (Okon et all,
2009).Hidrolisis pati melibatkan pembelahan yang glukosidik ikatan
antara unit monomer (D-glucose) pati. Ini adalah reaksi yang
dikatalisis oleh encer asam (hidrolisis asam), enzim (enzim-enzim
hidrolisis). Ada juga teknik mikroba mengkonversi pati menjadi
produk yang diinginkan (Omemu et all, 2005 dalam Anozie and A.F
Aderibigbe, 2011).Mengingat potensi besar untuk assava pati
industri produksi sirup di negara-negara tropis. Hidrolisis
enzimatik pati merupakan langkah pertama banyak industri konversi
produk pertanian menjadi makanan, minuman, dan bahan kimia. Amilase
yang mengkatalisasi hidrolisis pati yang baik hadir dalam olahan
bahan baku atau diproduksi secara terpisah dengan fermentasi
(Aderibigbe et all, 2012).
C. Metode Penelitian1. Alata. Erlenmeyerb. Kertas saringc.
Lempeng porselin/ test plated. Gelas bekere. Gelas ukurf. Penangas
airg. Penjepith. pH meteri. Pipet ukurj. Propipet k. Rak tabung
reaksil. Tabung reaksi2. Bahana. Alkohol 95 %b. Aquadesc. Asam
pikrat jenuhd. Larutan fruktosa 1%e. Larutan HCl pekatf. Larutan
H2SO4 pekatg. Larutan hidrolisa patih. Larutan iodin 0,01 Mi.
Larutan glukosa 1%j. Larutan NaOH 8Nk. Larutan Na2CO3 1Ml. Larutan
pati 1%m. Larutan ragi roti 5%n. Larutan sukrosa 10%o. Pereaksi
barfoedp. Pereaksi fehlingq. Pereaksi molischr. Pereaksi
seliwanoffs. Reagent barfoed dan buffer fosfatt. Reagen benedictu.
Suspensi ragi roti 5%v. Ubi kayu
3. Cara Kerja3.1 Isolasi Pati Ubi Kayua. Isolasi Pati Umbi/
Biji-bijianUbi kayu dikupas dan ditimbang sebanyak 100 gramUbi kayu
dicuci dan dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam
blenderDitambah 200 ml aquades kemudian diblender selama 30 detik
dan lakukan beberapa kaliDitambah lagi 200 ml aquades lalu
dikocokHasil diendapkanLarutan keruhdan mengendapLarutan
jernihDisaring residu dengan kertas saring dan larutan yang keruh
ditampung dalam gelas ukuran 500 mlDitambah 50 ml alkohol 95
%Disaring dengan kertas saring dan dikeringkanDidekantasi
b. Hidrolisis Pati25 ml larutan pati 1%(dibuat dari amilum tahap
pertamaDiamati derajat reduksi yang terjadi
Ditambah 2 ml reagen fehlingDimasukkan ke dalam tabung
reaksiDitambah 1 tetes larutan iod 0,01 NDiteteskan pada lempeng
porselin/ test platePada waktu yang sama diambil 1 ml larutan dan
dilakukan uji fehling
Diambil 1 ml larutan dan dilakukan uji iod pada menit ke 5, 10
dan 15
Ditambahkan 10 tetes HCl pekat dan dididihkan
Dimasukkan ke dalam gelas bekerDiamati derajat reduksi yang
terjadi
c. Uji Kualitatif terhadap Hidrolisis Pati Diambil sisa
hidrolisis pati 1 % lalu dipanaskan dalam penangas air selama 10
menitDitambah 0,5 ml NaOH 8 NDidinginkan dan dinetralkanDiamati
perubahan yang terjadiDihitung tingkat keasaman menggunakan kertas
pH kemudian selanjutnya untuk diuji kualitatif
1) Uji MolischDiamati perubahan yang terjadiDitambah 5 ml asam
sulfat pekat dengan hati-hati dan perlahan-perlahan melalui dinding
tabung reaksiDitambah 2 tetes pereaksi molisch Dimasukkan 2
mllarutan hidrolisat pati, larutan pati 1%, larutan fruktosa 1%,
dan larutan glukosa 1% ke dalam masing-masing tabung
reaksiDisiapkan 4 tabung reaksi
2) Uji PikratDimasukkan 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1%,
hidrolisa pati dan larutan pati 1% pada masing-masing tabung
Ditambahkan 1 ml asam pikrat dan 0,5 ml 1 MDipanaskan dalam
penangas air sampai mendidihDiamati dan dicatat perubahan yang
terjadiDisiapkan 4 tabung reaksi
3) Uji BarfoedHidrolisa pati, glukosa 1%, fruktosa 1% dan
larutan pati 1%Dibandingkan kecepatan reduksi pada setiap
sampelDididihkan tabung dalam penangas airDimasukkan ke dalam
tabung reaksiDiamati perubahan yang terjadi
4) Uji SeliwanoffDisiapkan 4 tabung reaksiDimasukkan larutan
pati 1%, hidrolisat pati, glukosa 1%, fruktosa 1% ke dalam
masing-masing tabung reaksiDitambahkan 2 ml larutan pereaksi pada
masing-masing tabungDipanaskan selama 10 menitDiamati perubahan
warna yang terjadiDicatat hasil percobaan
5) Reaksi Peragian1 ml larutan ragi roti 5% dan 1 ml larutan
pati 1%Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDiamati perubahan yang
terjadiDipanaskan ke dalam penangas air selama 5 menitDitambah 2 ml
larutan benedict ke dalam masing-masing tabung
6) Uji BenedictDimasukkan 2 ml reagen benedict dan 1 ml larutan
sampel (larutan suspensi ragi roti 5% dan larutan sukrosa 10%) ke
dalam tabung reaksiDipanaskan dalam penangas air selama 5 menit
Diamati perubahan yang terjadi
D. Pembahasan1. Isolasi Pati Ubi Kayua. Isolasi Pati Ubi
KayuRandemen pati dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
Dari percobaan yang telah dilakukan, perhitungan nilai rendemen
pati ubi kayu berdasarkan rumus diatas adalah x 100% = 18,8 % dan
hasil akhir pada sampel tidak terdapat endapan. Rendemen yang
tinggi dapat diperoleh bila pembentukan oligosakarida berbobot
molekul rendah (malto-oligosakarida) dan glukosa lebih banyak.
Nilai rendemen dipengaruhi oleh jumlah produk yang terbentuk.Cara
proses hidrolisa memberikan perbedaan pengaruh terhadap rendemen
pati. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah polimer rantai panjang
pati yang dipecah oleh enzim untuk masing-masing perlakuan hampir
sama. Hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer pati secara
spesifik pada percabangan tertentu. Reaksi Sederhana Pembentukan
Pati : nC6H12O6 (C6H12O6)n + n H2OPati tidak larut dalam air dan
dalam analisis pati, memberikan warna biru dengan iodium. Hasil
hidrolisis pati/ amilum adalah glukosa (Harrow, 1946 dalam Manatar,
2012). Hidrolisis pati akan terjadi pada pemanasan dengan asam
encer di mana berturut-turut akan dibentuk amilosa yang memberi
warna biru dengan iodium, amilopektin yang memberi warna merah
dengan iodium. Pati sagu disebut juga poliglukosa, karena unit
monomernya glukosa(Anwar, 1994 dalam Manatar, 2012).Hidrolisis asam
dapat memecah hemiselulosa dengan efektif menjadi (arabinose,
galaktosa, manosa, dan xilosa) dan laruta oligomer yang dapat
meningktkan konversi selulosa (Sun dan Cheng, 2005 dalam Susmiati,
2011). Suhu, waktu, dan konsentrasi asam yang digunakan selama
proses terbentuknya komponen-komponen produk samping dan inhibitor
fermentasi (Susmiati dkk, 2011).Dari hasil percobaan, didapatkan
nilai rendemen pati ubi kayu adalah 18,8 %. Sedangkan randemen ubi
kayu dalam jurnal terkini adalah 25 % (Lubis, 2012). Pengolahan ubi
kayu menjadi tepung memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih tahan
lama dalam penyimpanan, mudah didistribusikan karena praktis,
permintaan yang cukup tinggi di pasaran, ringan. Tepung pati banyak
di manfaatkan sebagai bahan baku ataupun campuran tambahan pada
berbagai macam produk, antara lain sebagai bahan baku biji mutiara,
sirup cair, alkohol dan lem. Prinsip dasar proses produksi tepung
pati adalah ekstraksi ubi kayu menjadi tepung pati. Tahapan proses
tepung pati yaitu pengupasan, pencucian, pemarutan, penyaringan,
pengendapan pati, pengeringan pati, penggilingan dan penyaringan,
dan pengepakan.b. Hidrolisis PatiTabel 3.1 Hidrolisis
PatiKelBahanUji Waktu(menit) Perubahan WarnaKeterangan
Awal Akhir
1Larutan pati 1% terhidro-lisisIod 5Bening Biru Terdapat
pati
10BeningBiru gelapTerdapat pati
15BeningBiru kehitamanTerdapat pati
85BeningKuning beningTerdapat glikogen
10BeningKuning beningTerdapat glikogen
15BeningKuning pekatTerdapat glikogen
2Fehling 5BeningBiru mudaTidak terdapat gula pereduksi
10BeningBiruTidak terdapat gula pereduksi
15BeningBiru tuaTidak terdapat gula pereduksi
95BeningBiru beningTidak terdapat gula pereduksi
10BeningBiru agak pekatTidak terdapat gula pereduksi
15BeningBiru pekatTidak terdapat gula pereduksi
Sumber : Laporan SementaraPada uji iod, larutan contoh diasamkan
dengan HCL. Sementara itu dibuat larutan iod dalam KI. Larutan
contoh sebanyak satu tetes ditambahkan ke dalam larutan iodin.
Timbulnya warna biru menunjukkan adanya pati dalam larutan contoh,
sedangkan warna merah menunjukkan adanya glikogen atau
eritrodekstin (Winarno, 2004). Uji iod dilakukan bertujuan untuk
menganalisis adanya kandungan pati pada suatu larutan dan untuk
mengidentifikasi polisakarida. Hidrolisapati dapat direaksikan
sebagai berikut : (C6H10O5)n+n(H2O) n(C6H12O6) Pati GlukosaDari
percobaan uji iod yang telah dilakukan didapatkan hasil, dari
kelompok 1 yaitu pada menit ke-5 warna berubah dari bening menjadi
biru, pada menit ke-10 warna berubah dari bening menjadi biru
gelap/ tua dan pada menit ke-15 warna berubah dari bening menjadi
biru kehitaman. Sedangkan hasil dari kelompok 8 yaitu pada menit
ke-5 warna berubah dari bening menjadi kuning bening, pada menit
ke-10 warna berubah dari bening menjadi kuning, pada menit ke-15
warna berubah dari bening menjadi kuning pekat.Dari hasil percobaan
tersebut sesuai dengan teori dalam buku Winarno yaitu timbulnya
warna biru menunjukkan adanya pati dalam larutan contoh, sedangkan
warna merah menunjukkan adanya glikogen atau eritrodekstin. Pada
kelompok 1 terjadi perubahan warna menjadi biru yang menunjukkan
adanya pati dalam larutan contoh. Hal ini disebabkan oleh struktur
molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul
iodin dan terbentuklah warna biru. Sedangkan hasil percobaan dari
kelompok 8 menunjukkan perubahan warna menjadi kuning hal ini
karena apabila polimernya kurang dari dua puluh maka akan
menghasilkan warna merah, yang memiliki polimer 6,7, dan 8
membentuk warna coklat, sedangkan yang memiliki polimer lebih kecil
dari lima sehingga tidak memberikan warna dengan iodin. Dari warna
yang kuning (mendekati merah) didapatkan tersebut juga menunjukkan
adanya glikogen atau eritrodekstrin.Reaksi ini dilakukan dalam
suasana basa lemah. Reaksi kualitatif yang sangat peka terhadap
karbohidrat tetapi tidak selektif. Aldehid dan senyawa-senyawa
reduktor lain memberi hasil positif. Pembentukan endapan warna
merah bata dari tembaga oksida adalah kriteria reaksi positif.
Selanjutnya asam yang terbentuk langsung bereaksi dengan natrium
hidroksida membentuk garam (Tarigan, 1983). Uji fehling ini
bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi
dalam larutan sampel. Dari percobaan yang telah dilakukan, setelah
larutan pati 1% dipanaskan dan diberi reagen fehling didapatkan
hasil yaitu, dari kelompok 2 yaitu pada menit ke-5 warna berubah
dari bening menjadi biru muda, pada menit ke-10 warna berubah dari
bening menjadi biru dan pada menit ke-15 warna berubah dari bening
menjadi biru tua. Sedangkan hasil dari kelompok 9 yaitu pada menit
ke-5 warna berubah dari bening menjadi biru bening, pada menit
ke-10 warna berubah dari bening menjadi biru agak pekat, pada menit
ke-15 warna berubah dari bening menjadi biru pekat. Pati atau
larutan pati merupakan polisakaridaatau karbohidrat kompleks karena
polisakarida tidak memiliki gugus gula reduksi sehingga memberikan
reaksi yang negatif (warna biru) pada uji Fehling.Dari hasil yang
didapatkan tersebut tidak sesuai dengan teori yang diterangkan
dalam buku Tarigan yaitu terdapat endapan merah bata dari tembaga
oksida yang menunjukkan reaksi positif adanya gula pereduksi pada
larutan sampel, karena larutan yng digunakan pada percobaan ini
adalah larutan pati. Larutan pati merupakan karbohidrat kompleks
karena tidak memiliki gugus gula reduksi sehingga memberikan reaksi
negatif (warna biru).
c. Uji Kualitatif terhadap Hidrolisis PatiTabel 3.2 Uji
Kualitatif terhadap Hidrolisis PatiKel Sampel Warna Setelah
ditambah NaOHKeterangan
Sebelum Sesudah
3Sisa hidrolisis patiBening Bening keruhKuning keruhAda
endapan
10BeningBeningMenjadi 2 lapisan:Atas : beningBawah : keruhTidak
ada endapan
Sumber : Laporan SementaraUji kualitatif terhadap hidrolisis
pati bertujuan untuk menganalisis sakarida dalam bahan makanan
berdasarkan sifat-sifat sakarida dan reaksi-reaksi kimia yang
spesifik. Cara melakukan uji kualitatif ini yaitu, sisa hidrolisis
pati (sampel) dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air.
Kemudian didinginkan dan dinetralkan dengan ditambah larutan NaOH
8N, lalu dicek dengan kertas pH.Karbohidrat dengan zat tertentu
akan menghasilkan warna tertentu yang dapat digunakan untuk
analisis kualitatif. Bila karbohidrat direaksikan dengan larutan
naftol dalan alkohol, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat secara
hati-hati, pada batas cairan akan terbentuk furtural yang berwarna
ungu. Reaksi ini disebut reaksi Molisch dan merupakan reaksi umum
bagi karbohidrat (Winarno, 2004). Dari percobaan yang telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa pada kelompok 3 setelah sampel
sisa hidrolisis pati dipanaskan selama 10 menit terdapat endapan,
kemudian setelah diberi NaOH berubah warna menjadi kuning keruh,
sedangkan pada kelompok 10 setelah sisa hidrolisis pati dipanaskan
selama 10 menit tidak ada perubahan warna, setelah diberi NaOH
terjadi perubahan larutan menjadi dua lapisan, lapisan atas bening
dan lapisan bawah keruh.
1) Uji MolischTabel 3.3 Uji MolischKel Sampel Perubahan
WarnaKeterangan
AwalAkhir
1Larutan glukosa 1%Bening Ungu kehitamanAda endapan merah
bata
8BeningUngu pekatAda endapan ungu gelap kehitaman
2Larutan fruktosa 1%BeningHitamAda endapan merah bata
9BeningUngu pekatAda endapan ungu gelap kehitaman
3Hidrolisat patiBeningHitamAda endapan merah bata
10BeningUngu pekatAda endapan ungu gelap kehitaman
4Larutan pati 1%BeningUngu kehitamanAda endapan merah bata
11BeningUngu pekatAda endapan ungu kehitaman
Sumber : Laporan SementaraUji molisch digunakan untuk menentukan
karbohidrat secara umum. Pada uji ini 2 ml larutan sampel ditambah
dengan 2 tetes pereaksi molisch kemudian ditambah 5 ml asam sulfat
pekat (H2SO4) melalui dinding tabung secara hati-hati sehingga
timbul dua lapisan cairan dalam tabung reaksi di mana larutan
sampel akan berada di atas. Cincin berwarna merah ungu pada batas
kedua cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam larutan sampel
(Winarno, 2004).Hasil percobaan yang didapatkan yaitu, pada sampel
larutan glukosa 1% terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu
pekat/ kehitaman, pada sampel larutan fruktosa 1% terjadi perubahan
warna dari bening menjadi ungu pekat dan hitam, pada sampel
hidrolisat pati terjad perubahan warna dari bening menjadi ungu
pekat dan hitam, dan pada sampel larutan pati 1% terjadi perubahan
warna dari bening menjadi ungu pekat/ kehitaman. Dari hasil yang
didapat tersebut secara keseluruhan sesuai dengan teori yang ada,
bahwa warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan
menunjukkan reaksi positif larutan sampel yang diuji mengandung
karbohidrat. Reaksi pada uji molisch adalah sebagai berikut :
Larutan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat dalam
uji molisch. Asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi
yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya
yang kemudian dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk
produk berwarna. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa di mana
pereaksi molish membentuk cincin berwarna ungu pada larutan
glukosa, laktosa, kanji, madu dan potongan kertas. Cincin ungu pada
glukosa lebih banyak karena merupakan monosakarida. Sedangkan kanji
adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi monosakarida
terlebih dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural. Hal ini
menunjukkan bahwa pengujian dengan molish sangat spesifik untuk
menunjukkan adanya golongan monosakarida (glukosa dan fruktosa),
disakarida (sukrosa dan laktosa) dan polisakarida (amilum dan
dekstrin) pada larutan karbohidrat.
2) Uji PikratTabel 3.4 Uji PikratKel SampelPerubahan
WarnaKeterangan
AwalAkhir
1Larutan pati 1%Kuning Kuning kehijauanAda gelembung dan
endapan
8Kuning beningKuning pekatTidak ada gelembung dan endapan
5Glukosa 1%KuningOrangeTidak ada gelembung da endapan
12Putih beningMerah bataTidk ada gelembung dan endapan
6Fruktosa 1%Kuning beningMerah kecoklatanAda sedikit gelembung
dan tdak ada endapan
13BeningBeningTidak ada gelembung dan endapan
7Hidrolisa patiKuning beningKuning kemerahanAda gelembun dan
endapan
14Kuning beningMerah bataTidak ada gelembung dan endapan
Sumber : Laporan SementaraUji pikrat digunakan untuk menguji
adanya gugus pereduksi dalam suatu glukosa. Sampel yang digunakan
pada uji pikrat sama dengan pada uji molisch. Akan tetapi pada uji
pikrat tidak ditambah dengan H2SO4 melainkan ditambah dengan
Na2CO3. Fungsi penambahan Na2CO3 adalah untuk mengetahui terjadinya
perubahan warna pada masing-masing sampel yang digunakan. Hasil
positif pada uji pikrat akan menghasilkan larutan yang berwarna
orange (awalnya kuning). Empat sampel pada uji pikrat yaitu glukosa
1%, fruktosa 1%, larutan pati 1% dan hidrolisa pati menunjukkan
bahwa pada sampel glukosa 1% dan fruktosa 1% terjadi reaksi positif
dengan adanya perubahan warna merah kecoklatan (merah bata) dan hal
ini sesuai dengan prosedur kerja tetapi pada sampel larutan pati 1%
dan hidrolisa pati reaksinya negatif, hanya sedikit terjadi
perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1997)
bahwa salah satu sifat karbohidrat dapat beroksidasi kecuali
polisakarida. Dalam uji pikrat semua monosakarida dan disakarida
membentuk warna merah, kecuali larutan pati 1% dan hidrolisa pati
karena tidak dapat beroksidasi. Hal ini sesuai juga dengan pendapat
Harold (2003) yang menyatakan bahwa karbohidrat apabila ditambah
dengan asam pikrat akan berubah warna merah kecuali polisakarida.
Reaksi uji Pikrat adalah sebagai berikut : CHO | H-C-OH | OH-C-H +
| H-C-OH | H-C-OH | CH2O (Glukosa) (Asam pikrat)Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa pada sampel glukosa 1% yang dilakukan
oleh kelompok 5 dan 12 warna yang dihasilkan orange dan merah bata
dari warna semula kuning dan putih bening. Pada sampel fruktosa 1%
yang dilakukan oleh kelompok 6 dan 13 warna yang dihasilkan merah
kecoklatan coklat dari warna semula kuning. Sedangkan pada sampel
larutan pati 1% yang dilakukan oleh kelompok 1 dan 8 warna yang
dihasilkan kuning kehijauan dan kuning pekat dari warna semula
kuning dan pada sampel hidrolisa pati yang dilakukan oleh kelompok
7 dan 14 warna yang dihasilkan kuning kemerahan dan merah bata dari
warna awal kuning. Faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil pada
uji pikrat yaitu larutan yang dipergunakan dan lama pemanasan.3)
Uji BarfoedTabel 3.5 Uji BarfoedKel Sampel Perubahan
WarnaKeterangan
AwalAkhir
2Glukosa 1% + 3ml pereaksi barfoedBiruUngu kehitamanAda endapan
merah bata
9Biru terangBiru agak gelapAda endapan merah bata
3Fruktosa 1% + 3ml pereaksi barfoedBiru Biru tuaAda endapan +
gelembung
10Biru terangBiru agak gelapAda endapan merah bata
4Hidrolisa pati + 3ml pereaksi barfoedBiruBiruAda gelembung
11Biru terangBiru agak gelapAda endapan
5Larutan pati 1% + 3ml pereaksi barfoedBiruBiruAda gelembung
12BiruBiru Ada gelembung
Sumber : Laporan SementaraUji barfoed digunakan untuk
mengidentifikasi antara monoskarida, disakarida, dan polisakarida.
Pereaksi barfoed merupakan larutan tembaga asetat dalam air yang
ditambahkan asam asetat atau asam laktat. Pereaksi ini digunakan
untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan cara mengontrol
kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Senyawa
Cu2+tidak membentuk Cu(OH)2dalam suasana asam. Jadi Cu2O terbentuk
lebih cepat oleh monosakarida dari pada oleh disakarida.Pereaksi
barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida reduktor dan
disakarida reduktor. Perbedaan kecepatan reaksi reduksi larutan
tembaga asetat dalam asam asetat adalah reaksi ini. Selang tenggang
waktu tertentu, biasanya pemanasan selama 10 menit, hanya
monosakarida yang akan mereduksi ion tembaga (II), dan terbentuk
endapan tembaga (I) oksida yang berwarna merah bata. Jika pemanasan
diperpanjang, disakarida terhidrolisis oleh asam, dan monosakarida
yang dihasilkan akan memberikan reaksi positif (Tarigan,
1983).Fungsi pemanasan larutan sampel pada uji pikrat yaitu agar
ikatan-ikatan yang terdapat pada karbohidrat seperti, glukosa,
sukrosa, amilum dan selulosa, akan terurai menjadi satuan
monosakarida. Akan tetapi, jika proses pemanasan terlalu lama akan
menyebabkan perubahan warna tidak terdeteksi. Reaksi uji Barfoed
adalah :C6H12O6 + CuSO4 + CH3COOH Cu2O (endapan merah bata)Endapan
berwarna merah bata pada uji barfoed ini menunjukkan adanya
monosakarida dalam larutan sampel karena terbentuk hasil Cu2O. Pada
sampel yang diujikan yaitu glukosa 1%, fruktosa 1%, hidrolisa pati,
menunjukkan adanya endapan merah bata yang menunjukkan adanya gugus
monosakarida pada sampel tersebut. Sedangkan pada sampel larutan
pati 1% tidak ada endapan setelah dipanaskan. Hal ini berarti bahwa
tidak adanya gugus monosakarida pada larutan pati 1%.
4) Uji Seliwanoff Tabel 3.6 Uji SeliwanoffKel SampelPerubahan
WarnaKet
AwalAkhir
6Glukosa 1%Kuning beningKuning kecoklatanMengandung gugus
ketosa
13Kuning beningMerahMengandung gugus ketosa
7Fruktosa 1%Kuning beningMerah kecoklatanMengandung gugus
ketosa
14Kuning beningOrangeMengandung gugus ketosa
1Hidrolisa pati Kuning beningMerah kecoklatanMengandung gugus
ketosa
8Kuning beningMerahMengandung gugus ketosa
2Larutan pati 1%Kuning beningCoklat beningMengandung gugus
aldosa
9Kuning beningKuning beningMengandung gugus aldosa
Sumber : Laporan SementaraUji Seliwanoff digunakan untuk
membedakan monosakarida aldosa dan monosakarida ketosa. Ketosa
dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/ aldehida gula
tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah
ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah
aldosa. Reaksi uji Seliwanoff adalah: Uji ini didasarkan pada fakta
bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada
aldosa. Sampel akan bereaksi dengan resorsinol yang terdapat dalam
Seliwanoff yang akan menghasilkan warna merah bata pada sampel yang
mengandung gugus ketosa. Pada percobaan yang dilakukan ini tidak
terdapat gugus ketosa karena tidak ada yang menghasilkan warna
merah bata. Sedangkan pada fruktosa, glukosa, larutan pati serta
hidrolisat pati pada uji seliwanoff tersebut tidak mengalami
perubahan warna menjadi merah bata sehingga termasuk dalam gugus
aldosa. Faktor-faktor yang mempengaruhi uji seliwanoff ini adalah
lama tidaknya proses inkubasi.Uji seliwanoff dilakukan dengan
mencampurkan larutan pereaksi dan larutan contoh atau larutan
sampel kemudian ditempatkan dalam air mendidih beberpa menit. Jika
terjadi perubahan warna merah cherry menunjukkan adanya fruktosa
dalam larutan sampel (Winarno, 2004).Manfaat dari uji seliwanoff
adalah untuk mengidentifikasi adanya kandungan fruktosa dalam
sampel yang diuji. Kandungan fruktosa dapat diidentifikasi ketika
adanya perubahan warna merah setelah sampel uji yang telah
dicampurkan dengan larutan pereaksi dipanaskan. Pemanasan dilakukan
bertujuan untuk mengetahui perubahan warna pada sampel uji untuk
mengidentifikasi adanya kandungan fruktosa yang dapat juga
digunakan untuk membedakan sampel uji termasuk monosakarida aldosa
dan monosakarida ketosa.Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
bahwa pada sampel hidrolisa pati, fruktosa 1%, glukosa 1% terjadi
perubahan warna yang menunjukkan bahwa larutan sampel tersebut
mengandung fruktosa. Perubahan warna yang terjadi yaitu kuning
bening menjadi merah, merah kecoklatan dan merah bata. Namun pada
larutan pati 1% tidak ada perubahan warna menjadi merah, tetapi
masih tetap kuning. Hal ini menunjukkan tidak adanya fruktosa pada
kandungan larutan pati. Jadi yang termasuk monosakarida aldosa
adalah larutan pati 1%, sedangkan yang termasuk monoosakarida
ketosa adalah hidrolisa pati, fruktosa 1%, glukosa 1%.Akan tetapi,
secara teori hidrolisa pati bukan termasuk jenis gula. Hanya
glukosa dan fruktosalah yang termasuk jenis gula. Perbedaan ini
kemungkinan terjadi karena kesalahan saat melakukan prosedur
praktikum atau kesalahan kurang telitinya saat pengamatan.5) Reaksi
PeragianTabel 3.7 Reaksi PeragianKel Sampel Reaksi yang
terjadiKeterangan
4Hidrolisa patiAda gelembung CO2 dan tidak ada endapanReaksi
peragian sedikit
5Larutan pati 1%Ada gelembung CO2 dan tidak ada endapanReaksi
peragian sedikit
11Larutan ragi 5%Ada gelembung CO2 dan ada endapan
putihMenunjukkan adanya reaksi peragian
12Suspensi ragi roti 5%Ada gelembung CO2 dan endapan
putihMenunjukkan adanya reaksi peragian
Sumber : Laporan SementaraPercobaan peragian dilakukan untuk
menetukan gula (Glukosa C6H12O6 dan Laktosa ) yang dapat
difermentasikan. Pada percobaan, setelah ragi ditambahkan dengan
larutan glukosa 2 % dan didiamkan kurang lebih selama jam di dalam
tabung fermentasi, muncul gelembung-gelembung CO2 pada larutan.
Selain terlihat gelembung gas CO2 dapat tercium juga bau alkohol.
Selain itu, pada percobaan ragi yang ditambahkan dengan larutan
laktosa 2% dan di diamkan 1 selama 1 jam di dalam tabung
fermentasi, tidak muncul gelembung-gelembung gas CO2 pada larutan.
Untuk membedakan glukosa dan laktosa dilakukan peragian, glukosa
bisa diragikan (dapat difermentasikan), menghasilkan gas CO2 dan
laktosa dari hasil fermentasi tidak muncul gas CO2. Terjadinya
reaksi fermentasi (reaksi peragian) ditandai terbentuknya
gelembung- gelembung gas CO2 dan persamaan reaksi berlangsung
sebagai berikut:C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP Dari percobaan
dengan suspensi ragi roti, yang menghasilkan gelembung dan endapan
pada bufer 6 dan 6,6. Hal tersebut menunjukkan gas CO2. Pada buffer
8 tidak timbul gelembung, hal ini menunjukkan tidak ada gas CO2.
Uji peragian pada larutan pati, hidrolisa pati, larutan ragi roti,
suspensi ragi roti, dan glukosa, yang dilakukan dengan pengujian
bahwa glukosa dapat difermentasikan oleh sel-sel ragi, sedangkan
pada laktosa tidak dapat difermentasikan oleh sel-sel ragi. Uji
fermentasi untuk mengetahui bahwa glukosa dapat difermentasikan
oleh sel-sel ragi. Ragi roti yang telah dihaluskan dalam lumpang
kemudian ditambahkan dengan larutan sampel masing-masing 5% kecuali
larutan pati 1% kemudian dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam
tabung peragian dan didiamkan selama I jam, maka akan timbul
gelembung-gelembung gas CO2.6) Uji BenedictTabel 3.8 Uji
BenedictKel Sampel Perubahan WarnaKeterangan
Awal Akhir
6Suspensi ragi roti 5% + reagen benedictBiru mudaBiru pekatAda
endapan, reaksi (-) tidak terjadi perubahan warna
7Larutan sukrosa 10% + reagen benedictBiruBiru pekatTidak
terjadi perubahan warna
13Larutan ragi roti 5% + reagen benedictBiru mudaBiru pekatAda
gelembung dan endapan
14Larutan sukrosa + reagen benedictBiru Biru pekatTidak terjadi
perubahan warna
Sumber : Laporan SementaraUji benedict digunakan untuk
menunjukkan adanya gula pereduksi. Hal ini dapat diketahui dengan
timbul endapan warna hijau, kuning, atau merah orange setelah
sampel uji yang ditambahkan pereaksi kemudian dipanaskan (Winarno,
2004). Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat (gula
pereduksi) yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas, seperti
yang terdapat pada glukosa dan maltosa.Uji benedict berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti
sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji
positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang
disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange.
Dengan adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi
Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna
biru dan merah bata.Sesuai dengan pendapat Suwandhi (1989) bahwa
karbohidrat pereaksi Benedict dipanaskan maka akan terjadi endapan
dan perubahan warna biru menjadi merah bata. Sampel apabila
ditambah dengan pereaksi Benedict semua larutan karbohidrat berubah
warna menjadi warna merah bata dan terjadi endapan. Sesuai pendapat
Harold (2003) yang menyatakan bahwa karbohidrat berubah warna
menjadi merah bata dan terjadi endapan apabila ditambah pereaksi
Benedict. Reaksi uji benedict adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa sampel yang positif
mengandung gula pereduksi adalah larutan suspensi ragi roti. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya gelembung dan endapan setelah sampel
ditambah reagen benedict dan dipanaskan selama beberapa menit.
Endapan yang dihasikan adalah endapan merah bata. Sedangkan larutan
sukrosa negatif mengandung gula pereduksi. Hal ini dikarenakan
sukrosa tidak seperti disakarida yang lain, tidak dapat mengadakan
murotasi. E. Kesimpulan Dari percobaan isolasi pati ubi kayu dan
fermentasi di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :1. Amilum merupakan polisakarida sehingga hidrolisis
lengkapnya akan mengubah polisakarida menjadi monosakarida.2. Uji
iod digunakan untuk menganalisis adanya kandungan pati pada suatu
larutan dan untuk mengidentifikasi polisakarida.3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi hidrolisis pati adalah waktu dan larutan yang
digunakan.4. Uji kualitatif terhadap hidrolisis pati juga dapat
digunakan untuk menganalisis sakarida dalam bahan makanan
berdasarkan sifat-sifat sakarida dan reaksi-reaksi kimia yang
spesifik.5. Uji molisch menunjukkan reaksi positif jika terbentuk
cincin berwarna merah ungu pada batas kedua cairan menunjukkan
adanya karbohidrat dalam larutan sampel.6. Reaksi positif pada uji
pikrat akan menghasilkan larutan yang berwarna merah.7. Faktor yang
mempengaruhi uji pikrat yaitu larutan yang dipergunakan dan lama
pemanasan.8. Reaksi positif pada uji barfoed akan menghasilkan
endapan merah bata.9. Terjadinya reaksi fermentasi (reaksi
peragian) ditandai terbentuknya gelembung- gelembung gas CO2.10.
Reaksi positif yang ditunjukkan pada uji benedict adalah
terbentuknya endapan merah bata.
DAFTAR PUSTAKAAderibigbe, A. F., A. N. Anoize, L. A. Adejumo,
dan R. U. Owolabi. 2012. Optimization of Cassava Starch Hydrolisis
by Sorghum Malt. New Clues in Sciences 2: 50-58. Anoize, A. N., A.
F. Aderibigbe. 2011. Optimization Studies of Cassava starch
hydrolysis using response surface method. New Clues in Sciences 1:
37-43. Keenan, Kleinfelter, dan Wood. 1992. Kimia UntukUniversitas.
Jakarta: Erlangga.Manantar, Jardewig E., Julius Pontoh, dan Max R.
J. Runtuwene. 2012. Analisis Kandungan Pati dalam Batang Tanaman
Aren (Arenga Pinnata). Jurnal Ilmiah Sains, Vol. 12, No. 2, Oktober
2012: 89-92.Martoharsono, Suharsono. 1990. Biokimia. Yogyakarta:
UGM-PressNurdjanah, Siti., Susilawati, dan Maya Ratna Sabatini.
2007. Prediksi Kadar Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) pada
Berbagai Umur Panen Menggunakan Penetrometer. Jurnal Teknologi dan
Industri Hasil Pertanian, Vol. 12, No. 2, September 2007:
65-73Okon, Anne Anthony, U. Nwabueze, dan Titus. 2009. Simultaneous
effect of divalent cation in hydrolyzed cassava starch medium used
by immobilized yeast for ethanol production. African Journal of
Food Science Vol. 3(8). pp. 217-222, August, 2009. Page, David S.
1989.Prinsip-pronsip Biokimia. Jakarta: Erlangga. Susmiati, Yuana.,
Dwi Setyaningsih, dan Titi Candra Sunarti. 2011. Rekayasa Proses
Hidrolisis Pati dan Serat Ubi Kayu (Manihot Utilissima) Untuk
Produksi Bioetanol. Agritech, Vol. 31, No. 4, November 2011:
384-389.Tarigan, DR. Ponis. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan.
Bandung: Penerbit Alumni. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Yuniwati, Murni., Dian
Ismiyati, dan Reny Kumiasih. 2011. Kinetika Reaksi Hidrolisis Pati
Pisang Tanduk dengan Katalisator Asam Chlorida. Jurnal Teknologi,
Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 107-112.
1. 6 ml buffer pH 4,0 + 3 ml lrt amilum 1%2. 6 ml buffer pH 6,0
+ 3 ml lrt amilum 1%3. 6 ml buffer pH 8,0 + 3 ml lrt amilum 1%
Dimasukkan ke dalam 3 tabung bersih
1 ml larutan enzim diastase
Dicatat waktu saat penambahan
Dicampur baik-baik
Diinkubasi pada penangas air 400C
Diambil 1 tetes masing-masing tabung tiap 5 menit
Diteteskan ke lempeng porselin
Diuji iod
1 tetes lrt 0,01 N Iod
Dicatat perubahan warna yang tejadi
Dibandingkan warnanya dengan Amilum 1%+iod, Selulosa,
Glikogen+iod
Diuji dengan reagen Benedict
2 ml amilum 1% dan 2 ml diastase
Disiapkan 6 tabung
Disiapkan penangas air
Diinkubasi pada suhu 40oC selama 30 menit untuk tabung 1 dan
2
Diinkubasi pada suhu 40oC selama 10 menit untuk tabung 3 dan
4
Diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit untuk tabung 5 dan
6
Iod 0,01 N
Ditambahkan larutan ke masing-masing tabung
Diamati perubahan warnanya