eningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan Penerapan Media Audio-Visual pada Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011 oleh: Mursinin, S. Pd Tenaga Pendidik MTs. Ittihaad Al-Umam Egok 2. LATAR BELAKANG Keterampilan menulis yang lebih dikenal dengan istilah mengarang merupakan satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada peserta didik yang belajar bahasa, salah satunya menulis cerpen. Pemebelajaran menulis merupakan bagian integral dari pembelajaran keterampilan berbahasa yang dalam prakteknya diharapkan dapat dipadukan dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Sebagai keterampilan produktif, menulis menghendakipeserta didik untuk mampu menggali, menemukan, dan mengungkapkan gagasan, perasaan, pengalaman serta penggunaan bahasa yang tepat. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat menunjukkan kemampuan tersebut. Dalam menulis, peserta didik merasakan kurangnya keyakinan, minat, dan latihan yang memadai untuk menulis. Mengingat pentingnya menulis bagi peserta didik, tenaga pendidik semestinya bisa membangkitkan kegairahan peserta didik untuk menulis serta menjadikan menulis itu sebagai pekerjaan yang alami dan menyenangkan. Keadaan yang ditemukan di MTs. Ittihaad Al- Umam Egok Suka Makmur Gerung, yaitu peserta didik kesulitan untuk menguraikan atau menuangkan ide, gagasan, maupun pikiran ke dalam bentuk karangan seperti menulis cerpen. Faktor yang menimbulkan munculnya masalah ini antara lain, peserta didik kurang bersemangat dalam menggunakan nalarnya karena kurang latihan menulis khususnya cerpen. Sehingga, peserta didik tidak terbiasa dalam menulis. Suatu karangan pada dasarnya merupakan komunikasi antara pengarang dan pembaca. Pengarang menerjemahkan maksud, pikiran, gagasan, maupun imajinasinya ke dalam bentuk tulisan yang dinamakan karangan. Pada gilirannya, pembaca menafsirkan makna yang bersifat dalam tulisan tersebut. Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti dengan permasalahan di atas yaitu dengan memilih dan menggunakan media pembelajaran media audio-visual yang dapat membantu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII pada kompetensi dasar menulis cerpen berdasarkan film yang diputarkan peserta didik harus mendapatkan nilai 65. Penerapan media audio-visual ditujukan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, sehingga diharapkan peserta didik mampu mengembangkan daya nalarnya. 3. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan penerapan media audio-visual pada peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011? 4. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan menerapkan media audio-visual pada
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
eningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan
Penerapan Media Audio-Visual pada Peserta Didik Kelas VIII Semester Genap di MTs.
Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011
oleh: Mursinin, S. Pd
Tenaga Pendidik MTs. Ittihaad Al-Umam Egok
2. LATAR BELAKANG Keterampilan menulis yang lebih dikenal dengan istilah mengarang merupakan satu
dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan kepada peserta didik yang belajar
bahasa, salah satunya menulis cerpen. Pemebelajaran menulis merupakan bagian integral dari
pembelajaran keterampilan berbahasa yang dalam prakteknya diharapkan dapat dipadukan
dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain.
Sebagai keterampilan produktif, menulis menghendakipeserta didik untuk mampu
menggali, menemukan, dan mengungkapkan gagasan, perasaan, pengalaman serta
penggunaan bahasa yang tepat. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan tersebut. Dalam menulis, peserta didik merasakan kurangnya
keyakinan, minat, dan latihan yang memadai untuk menulis.
Mengingat pentingnya menulis bagi peserta didik, tenaga pendidik semestinya bisa
membangkitkan kegairahan peserta didik untuk menulis serta menjadikan menulis itu sebagai
pekerjaan yang alami dan menyenangkan. Keadaan yang ditemukan di MTs. Ittihaad Al-
Umam Egok Suka Makmur Gerung, yaitu peserta didik kesulitan untuk menguraikan atau
menuangkan ide, gagasan, maupun pikiran ke dalam bentuk karangan seperti menulis
cerpen.
Faktor yang menimbulkan munculnya masalah ini antara lain, peserta didik kurang
bersemangat dalam menggunakan nalarnya karena kurang latihan menulis khususnya cerpen.
Sehingga, peserta didik tidak terbiasa dalam menulis. Suatu karangan pada dasarnya
merupakan komunikasi antara pengarang dan pembaca. Pengarang menerjemahkan maksud,
pikiran, gagasan, maupun imajinasinya ke dalam bentuk tulisan yang dinamakan karangan.
Pada gilirannya, pembaca menafsirkan makna yang bersifat dalam tulisan tersebut.
Solusi yang bisa ditawarkan oleh peneliti dengan permasalahan di atas yaitu
dengan memilih dan menggunakan media pembelajaran media audio-visual yang dapat
membantu mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Menurut Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII pada kompetensi dasar
menulis cerpen berdasarkan film yang diputarkan peserta didik harus mendapatkan nilai 65.
Penerapan media audio-visual ditujukan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran,
sehingga diharapkan peserta didik mampu mengembangkan daya nalarnya.
3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan penerapan
media audio-visual pada peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam
Egok Suka Makmur Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011?
4. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek (cerpen) dengan menerapkan media audio-visual pada
peserta didik kelas VIII semester genap di MTs. Ittihaad Al-Umam Egok Suka Makmur
Gerung Tahun Pelajaran 2010/2011.
5. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menulis cerita pendek (cerpen) dan dengan peningkatan kemampuan ini akan dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik tentang penulisan cerpen.
b. Bagi Tenaga Pendidik Dengan adanya penelitian ini, tenaga pendidik dapat mengetahui dan menerapkan
media audio-visual untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis cerita
pendek (cerpen) dan dapat meningkatkan kreatifitas tenaga pendidik dalam memberikan
materi dengan menguasai media pembelajaran.
c. Bagi Madrasah Penelitian ini bermanfaat bagi madrasah dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan media audio-visual pula dapat memberikan
kontribusi yang baik bagi madrasah yang bersangkutan dalam rangka terciptanya
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.
6. KAJIAN TEORI
A. Penegasan Judul
1. Peningkatan Menurut Wahyu & Silaban dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia (2006: 606),
peningkatan merupakan perbuatan, cara untuk meningkatkan usaha dan lain-lain. Jadi,
peningkatan di sini diartikan sebagai suatu perbuatan, usaha atau tindakan untuk
meningkatkan kualitas, dan efektifitas pembelajaran dengan menggunakan media audio-
visual.
2. Keterampilan Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan,
1994: 3). Menurut Sumardjo (2007: 75-78) menulis merupakan suatu proses melahirkan
tulisan yang berisi gagasan. Pada dasarnya terdapat lima tahap proses kreatif mnulis.
Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang
akan ditulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini
gagasan yang telah muncul tadi disimpannya dan dipikirkannya matang-matang, dan
ditunggunya waktu yang tepat untuk menuliskannya. Ketiga, tahap inspirasi. Tahap inilah
saat gagasan di bawah sadar sudah mendepak-depakkan kakinya ingin keluar, ingin
dilahirkan. Keempat, tahap penulisan. Dan kelima, adalah saat tahap revisi.
Jadi menulis di sini diartikan sebuah kegiatan dan keahlian untuk mengeluarkan
gagasan, pikiran, dan perasaan penulis sehingga maksud dan tujuan penulis mudah diserap
dan diikuti oleh pembaca.
3. Cerita Pendek Cerita pendek (cerpen) adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali
duduk”. Cerita pendek hanya memliki satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya
(Sumardjo, 2007: 202). Jadi cerita pendek di sini diterjemahkan sebagai salah satu jenis karya
sastra yang mempunyai alur singkat, tokoh sedikit, dan manfaatnya langsung dirasakan oleh
pembaca.
4. Penerapan Menurut Alwi (dalam Rehan, 2009: 180). Penerapan diartikan sebagai cara
perbuatan menerapkan sesuatu. Jadi, penerapan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses
menggunakan media audio-visual untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek.
5. Media Audio-Visual Menurut Gintings (2008: 140). Kata media adalah jamak dari kata medium yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti pengantar atau perantara. Sedangkan media audio-
visual merupakan media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang
dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata manusia. Jadi media audio-visual adalah
suatu media pembelajaran yang melibatkan sebagian pancaindera seperti mata dan telinga.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti seperti keterampilan menulis dengan media
pembelajaran, khususnya menulis cerita pendek dengan menggunakan media audio dan
visual.
Penelitian dengan menggunakan media pembelajaran telah dilakukan antara lain oleh
Arianti (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Menulis Deskripsi
Tempat/Arah dengan Menggunakan Peta Lokasi pada Siswa Kelas II C SMPN 12 Mataram
Tahun Pelajaran 2006/2007 ”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa yang
menyebabkan kesulitan peserta didik dalam menulis deskripsi tempat/arah yaitu peserta didik
kurang serius dalam mengikuti pelajaran karena metode yang digunakan guru tidak bervariasi
sehingga peserta didik malas untuk belajar.
Penelitian lain tentang menulis adalah penelitian yang dilakukan oleh
Suryaningsih (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Induktif
dan deduktif dengan Media Gambar Peserta Didik Kelas VII-7 SMPN 1 Gunungsari ”. Dalam
penelitian tersebut dijelaskan tentang cara meningkatkan kemampuan peserta didik menulis
paragraf induktif dan deduktif dengan memberikan latihan yaitu peserta didik mengamati
gambar kemudian menulis kata berdasarkan apa yang ada di gambar tersebut kemudian
merangkainya menjadi kalimat pendek setelah itu, disusun menjadi paragraf induktif dan
deduktif. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa menulis dengan media gambar
dapat meningkatkan kemampuan menulis peserta didik khususnya paragraf induktif dan
deduktif.
Febrina (2007) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membuat Paragraf Eksposisi
dengan Media Kartu Kalimat pada Peserta Didik Kelas X-6 SMAN 1 Narmada Tahun
Pelajaran 2006/2007”, telah dibahas tentang cara meningkatkan kemampuan siswa menulis
paragraf eksposisi yaitu dengan mengembangkan kalimat yang terdapat dalam kartu kalimat.
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kartu kalimat
dinilai cukup efektif.
Ketiga penelitian di atas dan penelitian ini, dapat diungkap persamaan dan
perbedaannya. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini dapat dilihat dalam hal
penggunaan variabel harapan mengenai peningkatan hasil menulis peserta didik dan variabel
tindakan dengan penerapan atau penggunaan media. Sedangkan perbedaannya, ketiga
penelitian di atas dengan penelitian ini, peneliti di atas hanya meneliti dengan menggunakan
media visualnya saja, sedangkan di dalam penelitian ini akan memadukan antara media audio
dan visual yang diharapkan mampu meningkatkan efektifitas dan kegairahan dalam proses
pembelajaran.
C. Landasan Teori
1. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperguanakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan,
1994: 3). Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis,
tetapi harus melalui latihan, praktek yang banyak, teratur, dan penggunaan media yang
mampu menggairahkan penulis.
Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat
dibutuhkan. Sehubungan dengan hal ini, Morsey dalam Tarigan (1994: 14) mengatakan
bahwa “Menulis merupakan melaporkan atau memberitahukan, mempengaruhi maksud serta
tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun
pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasannya ini bergantung pada pikiran,
organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat”.
Aspek menulis mempunyai hubungan yang sangat erat, saling mendukung, dan
mengisi. Hubungan aspek menulis dengan aspek bahasa lainnya seperti seperti, Keterampilan
menyimak dengan berbicara, menyimak dengan menulis, berbicara dengan menulis dan
seterusnya. Tarigan (1994: 4) menjelaskan hubungan antara keterampilan menulis dengan
keterampilan lainnya, seperti;
a. Hubungan Menulis dengan Membaca
Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita
menuliskan sesuatu, kita pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain; paling
sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Tugas penulis adalah mengatur atau
menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan
atau kesan pembaca.
Demikianlah, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara
penulis dan pembaca.
b. Hubungan Menulis dengan berbicara
Menulis dan berbicara mempunyai hubungan yang erat. Keduanya memiliki ciri
yang sama, yaitu produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah bahwa dalam menulis
diperlukan penglihatan dan gerak tangan, sedangkan dalam berbicara diperlukan pendengaran
dan pengucapan. Dengan kata lain menulis merupakan komunikasi tidak langsung, tidak tatap
muka, sedangkan berbicara merupakan komunikasi langsung dan komunikasi tatap muka
(Tarigan, 1994: 12).
c. Hubungan Menulis dengan Menyimak
Hubungan menyimak dengan menulis ialah kreatifitas seorang penulis banyak
dipengaruhi oleh kemampuan dalam menyimak suatu ujaran, karena pada hakikatnya
keterampilan menyimak dapat meningkatkan kreatifitas seorang penulis.