Top Banner
53

Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Mar 15, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 2: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 3: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Lampiran 1: Materi Pembelajaran dengan menggunakan Modul

Modul Bahasa Indonesia

UNSUR PEMBANGUN CERPEN

HETTI NURBAETY, M.Pd

SMK NEGERI 3 LINGGABUANA

Jalan Kamp. Karangsari Citalang, Purwakarta

2022

Page 4: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

KATA PENGANTAR

Kata syukur dengan mengucap “Alhamdulillah” sudah sepantasnya saya

panjatkan kehadirat Illahi Robbi Allah SWT. Karena ditengah kesibukan saya

melaksanakan pembelajaran dari akibat Pandemi Corona, saya masih dapat

menyusun modul yang sederhana tentang Cerpen .

Modul ini berisi tentang : Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek

dalam buku kumpulan cerita pendek. Mengkontruksi sebuah cerita pendek dengan

memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Kemudian diharapkan siswa mampu

membuat cerpen dengan baik dan benar.

Saya menyadari bahwa modul yang saya buat ini masih jauh dari sempurna,

karena proses penyusunan modul ini dibuat dalam waktu yang singkat dan tergesa-

gesa; oleh karena itu upaya perbaikan dan penyempurnaan terhadap modul ini

sudah menjadi komitmen saya; sehingga modul ini bisa mendekati kesempurnaan.

Walaupun modul ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi saya berharap

modul yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang

menggunakannya. Aamiin ...

Purwakarta, Juni 2022

Hetti Nurbaety

Page 5: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

PENDAHULUAN

A. Identitas Modul

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI/ Dua

Alokasi waktu : 6 X 45 menit (2 pertemuan) Judul Modul : Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

B. Kompetensi Dasar

3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek

4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

C. Deskripsi Singkat Materi

Selamat untuk kalian sudah belajar bahasa Indonesia dengan baik. Sekarang sudah sampai pada pembelajaran dengan materi Unsur-unsur pembangun cerita pendek. Mempelajari karya sastra tersebut sangatlah mengasyikkan. Sudah siapkah kalian? Persiapan kalian yang utama adalah kalian dalam keadaan sehat sehingga dapat mempelajari modul ini dengan baik. Pada modul ini, kalian akan mempelajari materi cerita pendek. Membaca cerpen memang sangat mengasyikkan. Saat suasana mulai bosan dan gadget bukan lagi menjadi pilihan yang menarik, maka buku adalah pendamping yang tepat. Banyaknya jenis buku yang ditawarkan, pilihan terkadang menuju pada cerita pendek. Cerpen merupakan cerita fiktif atau imajinasi tersebut dituliskan oleh pengarang tidak lebih dari 10.000 kata. Biasanya, cerita pendek tersebut merupakan karya sastra yang memiliki banyak penggemarnya, terutama para remaja yang memiliki minat di bidang sastra dan sebagainya. Lantaran mudah untuk dibuat, cerita yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen tersebut seringkali menjadi suatu kompetisi dengan ribuan pengarang bertalenta. Karya sastra tersebut pun juga mudah untuk ditemui di berbagai media seperti majalah, tabloid, hingga media digital. Sebuah cerita pendek tentu saja memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen dengan tingkatan yang berbeda-beda. Namun, kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Lantas, apa sebenarnya unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen hingga komponen yang menjadi perbedaan mendasar dari keduanya tersebut? Simak penjelasan selengkapnya seperti yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber.

Page 6: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

D. Petunjuk Penggunaan Modul

Supaya belajar kalian dapat bermakna maka yang perlu kalian lakukan adalah : 1. Pastikan kalian memahami kompetensi yang akan dicapai.

2. Mulailah dengan membaca materi dengan saksama 3. Kerjakan soal latihannya

4. Jika sudah lengkap mengerjakan soal latihan, cobalah buka kunci jawaban yang ada pada bagian akhir dari modul ini. Hitunglah skor yang kalian peroleh 5. Jika skor masih dibawah 70, cobalah baca kembali materinya, usahakan jangan mengerjakan ulang soal yang salah sebelum kalian membaca ulang materinya 6. Jika skor kalian sudah minimal 70, kalian bisa melanjutkan ke pembelajaran berikutnya. Cocokkanlah jawaban kalian dengan kunci jawaban latihan soal/evaluasi yang terdapat di bagian akhir kegiatan pembelajaran dan akhir evaluasi. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan kalian terhadap materi.

NILAI =

Jumlah Skor Perolehan

Jumlah Skor Maksimum X 100%

Konversi tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali 80 – 89 = baik

70 – 79 = cukup

< 70 % = kurang

E. Materi Pembelajaran Modul ini terbagi menjadi 2 kegiatan pembelajaran dan di dalamnya terdapat

uraian materi, contoh soal, soal latihan dan soal evaluasi.

Pertama : Unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita.

Kedua : Mengonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-

unsur pembangun cerpen.

Modul ini sangat bermanfaat bagi kalian. Kalian dapat lebih peka memahami

keadaan sekeliling kalian. Kepekaan kalian itu akan dapat digunakan untuk menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dan mengontruksi sebuah cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Jika ada kata-kata yang tidak dipahami, kalian dapat mencermati glosarium sebagai gambaran makna katanya. Kalian pasti bisa. Semangat!

Selamat Belajar

Page 7: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

Menganalisis Unsur-Unsur dalam Cerita Pendek

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul pada kegiatan pembelajaran satu ini diharapkan kalian dapat menganalisis unsur-unsur pembangun yang terkandung dalam cerita pendek dengan jujur, disiplin dan kerja sama.

B. Uraian Materi Pengertian Cerita Pendek

Kosasih (2012:34) menyatakan bahwa cerita pendek pada umumnya

bertema sederhana, jumlah tokohnya terbatas, jalan ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas. Sehubungan dengan pendapat Kosasih, Suharianto (2005:28) menambahkan cerita yang pendek atau singkat belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek, jika ruang lingkup permasalahan yang diungkapkannya tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek. Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut.

Salah satu bentuk fiksi yang terkenal dewasa ini adalah cerita pendek. Baribin (1985:48) menyatakan pada masa pendudukan Jepang hingga sekarang yang paling populer dan banyak dibuat oleh pengarang ialah cerita pendek. Cerita pendek memuat penceritaan yang memusatkan pada satu peristiwa pokok. Sedangkan peristiwa pokok itu tentu tidak selalu “sendirian” ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung peristiwa pokok.

Menurut Satyagraha Hoerip (dalam Baribin, 1985:49), cerita pendek

adalah karakter yang dijabarkan lewat rentetan kejadian-kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu per satu. Apa yang terjadi di dalamnya merupakan suatu pengalaman atau penjelajahan. Dan reaksi mental itulah yang pada hakikatnya disebut “jiwa cerita pendek”.

Baribin (1985:49) menjelaskan sebuah cerita pendek pada dasarnya menuntut adanya perwatakan jelas tokoh cerita. Sang tokoh merupakan ide sentral cerita; cerita bermula dari sang tokoh dan berakhir pula pada nasib yang menimpa Sang Tokoh. Unsur perwatakan lebih dominan daripada unsur cerita itu sendiri. Membaca sebuah cerita pendek berarti kita memahami manusia, bukan sekedar mengetahui bagaimana jalan ceritanya. Perbedaannya dengan novel ialah bahwa novel kedudukan perwatakan dan jalan cerita seimbang, seperti dua sisi dari sebuah mata uang.

Eri (2008:4) dalam artikelnya yang menyatakan bahwa cerita pendek adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang bentuknya relatif pendek; tidak sepanjang novel. Namun demikian “kependekan” dalam sebuah cerita pendek itu tidak berarti dangkal dalam maknanya. Sebuah cerita pendek yang panjangnya “hanya” sekitar 3-4 halaman dapat mengandung makna

Page 8: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

yang dalam yang menghabiskan waktu berhari-hari untuk memahaminya. Unsur-unsur pembangun cerita pendek secara garis besar dibedakan menjadi dua; (1) unsur pembangun dari dalam berupa alur, tokoh dan penokohan, setting, sudut pandang penceritaan, bahasa, dan tema, (2) unsur pembangun dari luar antara lain, latar belakang masalah, gaya penulisan, dan gejala/ situasi sosial tertentu.

Ringkasnya, cerita pendek adalah karangan prosa yang menceritakan beberapa tokoh dengan alur cerita yang singkat. Selain itu cerita pendek memiliki komposisi lebih sedikit dibanding novel bila dilihat dari segi pemusatan tokoh, pemusatan satu konflik, dan pemusatan alur cerita pendek. Untuk memperjelas pemahaman mengenai cerita pendek, berikut akan disebutkan ciri-ciri cerita pendek.

Ciri-ciri Cerita Pendek

Ciri-ciri cerita pendek menurut Burhan Nurgiyantoro (2010:35), sebagai berikut: 1) cerita pendek merupakan cerita pendek yang dapat dibaca sekali duduk kirakira bekisar antara setengah hingga dua jam. 2) cerita pendek menuntut penceritaan yang serba ringkas tidak sampai pada detail-detail khusus yang kurang penting yang lebih bersifat memperpanjang cerita. 3) plot cerita pendek pada umumnya tunggal, hanya terdiri dari satu urutan cerita yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan selesai). Karena berplot tunggal konflik yanga kan dibangun dan klimaks biasanya bersifat tunggal pila. 4) cerita pendek hanya berisi satu tema, hal ini berkaitan dengan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas. 5) tokoh dalam cerita pendek sangat terbatas, baik yang menyangkut jumlah ataupun dicita-cita jati diri tokoh, khususnya yang berkaitan dengan perwatakan. 6) cerita pendek tidak memerlukan detail-detail khusus tentang keadaan latar, misalnya yang meyangkut keadaan tempat dan latar sosial. Cerita pendek hanya memerlukan pelukisan secara garis besar saja asal telah mampu memberikan suasana tertentu. 7) dunia imajiner yang ditampilkan cerita pendek hanya menyangkut salah satu sisi kecil pengalaman kehidupan saja.

Dengan demikian, ciri-ciri cerita pendek yaitu cerita yang ringkas, pendek baik dari segi unsur pembangunnya maupun dari segi penceritaanya.

Unsur-Unsur Pembangun Cerita Pendek

Selain ciri-ciri cerita pendek, cerita pendek juga tersusun atas unsur– unsur pembangun cerita pendek yang saling berkaitan. Keterkaitan unsur-unsur pembangun tersebut membentuk kesatuan yang utuh. Berikut akan dipaparkan pengertian masing-masing unsur pembangun cerita pendek.

Page 9: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

1. Unsur Intriksik Unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang bisa kita temukan di dalam

dan menjadi bagian dalam sebuah karya sastra. Dalam karya sastra novel, misalnya, terdapat beberapa unsur intrinsik seperti tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing unsur tersebut :

a. Tema

Sayuti (2000: 187) berpendapat bahwa tema merupakan makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Tema merupakan ide pokok sebuah cerita yang diyakini dan dijadikan sumber cerita. Istilah tema sering disamakan pengertiannya dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan gagasan sentral, yakni suatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi. Wujud tema dalam fiksi biasaya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh. Tema sering disebut juga dengan dasar cerita, yaitu pokok permasalahan yang mendominasi karya sastra. Tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan oleh pengarang dengan karyanya tersebut (Suharianto 2005:17). Selanjutnya Kosasih (2012:40-41) menjelaskan bahwa tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah dasar pemikiran yang mendasari sebuah karya sastra dan di dalamnya menerangkan garis besar cerita yang sederhana.

b. Alur/Plot Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Adapun Aminudin (2009: 47) menjelaskan alur berhubungan dengan naik-turunnya jalan cerita karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula plot dan jalan cerita dapat lahir karena adanya konflik. Tingkatan konflik terdiri atas pengenalan konflik, konflik muncul, konflik memuncak (klimaks), konflik mereda, dan penyelesaian. Selanjutnya, Kosasih (2012: 34-35) berpendapat bahwa alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara umum, alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut: (a) pengenalan situasi cerita (exposition), bagian ini pengarang memperkenalkan tokoh serta hubungan antartokoh dan menata adegan-adegan cerita, (b) pengungkapan peristiwa (complication), bagian ini menampilkan awal permasalahan atau asal mula

Page 10: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

permasalahan yang dihadapi tokohnya, (c) menuju pada adanya konflik (rising action), adanya peningkatan permasalahan atau kesukaran dari tokoh, (d) puncak konflik (turning point) atau disebut dengan klimaks yaitu puncak permasalahan yang dihadapi oleh tokoh, pada bagian ini akan diperlihatkan apakah tokoh berhasil memecahkan masalahnya atau gagal, (e) penyelesaian (ending), berisi penjelasan tentang keadaan yang dialami tokohnya setelah melewati peristiwa puncak tersebut. Namun ada pula cerita pendek yang ceritanya itu dibiarkan menggantung tanpa adanya penyelesaian, dengan begitu penyelesaian cerita diserahkan pada daya imajinasi pembaca. Istilah lain dari alur adalah plot, yakni cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berurutan sehingga merupakan suatu yang padu, bulat, dan utuh. Alur diibaratkan suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya (Suharianto 2005 : 18). Menurut Zulfahnur (1997 : 27) alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara logis dan kausalitas. Dilihat dari aspek tokohnya alur dibagi atas dua bagian (1) alur erat, dijumpai pada cerita yang memiliki pelaku yang lebih sedikit sehingga hubungan antarpelaku erat; (2) alur longgar, hubungan antartokoh longgar karena banyak pelaku. Selain itu, hubungan peristwa longgar seolah-olah itu berdiri sendiri. Sementara Nurgiyantoro (1998 : 153-163) membedakan alur berdasarkan urutan waktu, jumlah, kepadatan, dan kriteria isi sebagai berikut. b.1 Alur Berdasarkan Urutan Waktu

Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya perstiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan atau lebih tepatnya urutan pencitraan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Berdasarkan urutan waktu alur dibedakan menjadi (1) alur lurus/ maju/ progresif; (2) alur sorot balik/ mundur/ flash-back/ regresif; (3) alur campuran.

Alur lurus/ maju/ progresif pada sebuah karya fiksi jika peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).

Alur sorot balik/ mundur/ flash-back/ regresif pada sebuah karya fiksi jika urutan kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Kerya dengan alur demikian langsung menyuguhkan adegan konflik yang telah meruncing. Alur campuran pada sebuah karya fiksi jika urutan kejadian yang dikisahkan mungkin progresif tetapi di dalamnya sering terdapat adegan sorot balik, demikian pula sebaliknya. Bahkan boleh dikatakan tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak flash-back. Untuk mengetahui secara pasti kelompok peristiwa yang tergolong progresif-kronologis atau sorot balik, kita dapat meneliti secara sintagmatik dan paradigmatik semua peristiwa yang ada.

Page 11: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

b.2 Alur Berdasarkan Jumlah

Alur tunggal dalam karya fiksi biasanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis sebagai hero. Cerita pada umumnya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya. Alur tunggal sering digunakan jika pengarang ingin memfokuskan seorang tokoh tertentu sebagai hero atau pahlawan.

Alur sub-subalur dalam karya fiksi biasanya memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Struktur alur yang demikian dalam sebuah karya berupa alur utama dan alur tambahan. b.3 Alur Berdasarkan Kepadatan

Alur berdasarkan kepadatan dimaksudkan sebagai padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mengkin berlangsung susul-menyusul secara cepat mungkin juga sebaliknya. Berdasarkan kepadatannya alur dibedakan atas alur padat/ rapat dan alur longgar/ renggang.

Alur padat atau rapat disajikan peristiwa-peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan antarperistiwa juga terjalin secara erat, dan pembaca seolah-olah selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya. Setiap peristiwa yang ditampilkan terasa penting dan berperan menentukan dalam rangkaian cerita itu.

Alur longgar atau renggang disajikan peristiwa-peristiwa dari peristiwa penting berlangsung lambat di samping hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat benar, artinya antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain disela oleh peristiwa tambahan atau sebagai pelukisan tertentu seperti penyituasian latar dan suasana yang semuanya itu dapat memperlambat ketegangan cerita. b.4 Alur Berdasarkan Kriteria Isi

Alur berdasarkan kriteria isi dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan masalah yang diungkapkan dalam cerita. Alur berdasarkan kriteria isi terbagi atas (1) alur peruntungan; (2) alur tokohan; dan (3) alur pemikiran.

Alur peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib, peruntungan yang menimpa tokoh cerita yang bersangkutan. Alur peruntungan dibedakan atas alur gerak, alur sedih, alur tragis, alur penghukuman, alur sentimental, dan alur kekaguman.

Alur tokohan mengarah pada sifat tokoh yang menjadi fokus perhatian. Alur penokohan lebih banyak menyoroti keadaan tokoh daripada kejadian yang ada. Alur tokohan dibedakan atas alur pendewasaan, alur pembentukan, alur pengujian, dan alur kemunduran.

Alur pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain hal yang menjadi masalah

Page 12: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

hidup dan kehidupan manusiaalur pemikiran dibedakan atas alur pendidikan, alur pembukaan rahasia, alur afektif, dan alur kekecewaan.

Aminudin (2009 : 84) membedakan tahapan-tahapan peristiwa dalam

suatu cerita atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pengenalan adalah tahap peistiwa dalam suatu cerita rekaan yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang dikenalkan dalam tokoh ini misalnya, nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya. Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat atau lingkungannya, antara tokoh dan alam, serta antara tokoh dan Tuhan. Ada konflik batin dan konflik lahir. Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur cerita rekaan yang mengembangkan tikaian. Dalam tahap ini konflik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan berbagai kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh. Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca. Klimaks merupakan puncak rumitan yang diikuti oleh krisis atau titik balik. Krisis adalah bagian alur yang mengawali penyelesaian. Saat dalam alur yang ditandai oleh perubahan alur cerita menuju selesainya cerita. Karena setiap klimaks diikuti krisis, keduanya sering disamakan. Peleraian adalah bagian struktur alur yang sesudah mencapai klimaks. Pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan ke arah penyelesaian. Penyelesaian adalah tahap akhir suatu cerita rekaan. Dalam tahap ini semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman diselesaikan, rahasia dibuka. Ada dua macam penyelesaian yaitu terbuka dan tertutup. Penyelesaian terbuka adalah bentuk penyelesaian cerita yang diserahkan kepada pembaca. Penyelesaian tertutup adalah bentuk penyelesaian cerita yang diberikan oleh sastrawan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Tahapan tersebut yaitu pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Tahapan tersebut yaitu pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.

c. Tokoh dan Penokohan

Karakter tokoh dapat didefinisikan melalui gambaran tingkah laku dan ucapan-ucapan tokohnya. Selain itu, karakter tokoh juga dapat didefinisikan dari interaksi tokoh dengan tokoh lain artinya rupa (wujud atau keadaan), bentuk (dan sifatnya), macam (dalam arti jenis), sifat dan keadaan badan (perawakan), orang yang terkemuka atau kenamaan. Tokoh cerita pendek hadir sebagai seorang yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku dalam berbagai peristiwa yang diceritakan.

Page 13: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Suharianto (2005:20-21) memaparkan bahwa penokohan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. Melukiskan tokoh cerita juga bisa dengan cara langsung dan cara tidak langsung, disebut langsung apabila pengarang langsung menguraikan atau, menggambarkan keadaan tokoh, sebaliknya apabila pengarang secara tersamar, dalam memberitahukan wujud atau keadaan tokoh ceritanya, maka dikatakan pelukisan tokohnya sebagai tak langsung.

Dalam memahami watak tokoh, pembaca dapat menelusurinya dengan mencermati: (1) tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya; (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian; (3) menunjukkan bagaimana perilakunya; (4) melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri; (5) memahami bagaimana jalan pikirannya; (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya; (7) melihat bagaimana tokoh lain memberikan reaksi terhadapnya; dan (8) melihat tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya (Aminuddin 2009 : 80-81).

Kosasih (2012: 36-37) juga menambahkan bahwa penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Teknik-teknik penggambaran karakteristik tokoh meliputi teknik analitik atau penggambaran langsung, penggambaran fisik dan perilaku tokoh, penggambaran lingkungan kehidupan tokoh, penggambaran tata kebahasaan tokoh dan pengungkapan jalan pikiran tokoh.

Sudjiman (1991 : 23-24) membagi metode penyajian metode penokohan, yaitu: (1) metode analitis atau metode langsung yaitu pengarang mengisahkan watak tokoh dengan menyisipkan komentar setuju atau tidaknya akan watak tokoh tersebut. Jadi di dalam cerita pengarang tidak hanya memaparkan watak tokohnya tetapi juga menambahkan komentar tentang watak tersebut; (2) metode ragaan atau metode tak langsung atau metode dramatic yaitu pengarang menggambarkan watak tokoh melaui percakapan, pikiran, dan tingkah laku tokoh yang disajikan pengarang, bahkan juga dilihat dari penampilan fisiknya serta gambaran lingkungan tempat tinggal tokoh; (3) metode kontekstual yaitu pengarang menggambarkan watak tokoh melalui bahasa yang digunakan tokoh yaitu dengan bahasa istilah atau kiasan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang mengemban peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis cerita pendek tokoh merupakan unsur yang penting karena tanpa adanya tokoh tidak akan terjalin sebuah cerita. Berbeda dengan penjelasan mengenai watak tokoh, dari beberapa pendapat bahwa penokohan dapat disimpulkan sebagai gambaran yang jelas tentang seseorang yang berperan dalam sebuah cerita, peran seseorang tersebut dapat berupa keadaan lahiriah atau batiniah. Penokohan tersebut berfungsi sebagai penghidup tokoh dalam cerita.

Page 14: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

d. Latar (setting)

Latar merupakan tempat atau waktu terjadinya cerita. Sebuah cerita tentunya ada latar yang menyertainya. Kegunaan latar atau setting dalam sebuah cerita adalah sebagai petunjuk kapan dan di mana cerita tersebut berlangsung. Selain itu, latar juga dapat menunjukkan nilai-nilai yang ingin diungkapkan oleh pengarang (Suharianto: 22-23).

Latar dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni latar material adalah alam sekeliling, dan latar sosial adalah tata krama, adat istiadat, serta pandangan hidup. Kegunaan latar dalam cerita biasanya tidak hanya sekadar sebagai petunjuk kapan dan di mana cerita tersebut terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Tugas latar yang terutama adalah menyokong penokohan dan alur.

Ditinjau dari hubungan antara latar dengan cerita, Perrine (dalam Aresta: 2012) berpendapat bahwa latar dapat dibagi menjadi dua macam. Yaitu latar sejalan dan latar kontras. Disebut latar sejalan apabila lingkungan sekitar terjadinya peristiwa digambarkan sesuai dengan situasi yang tengah terjadi. Misalnya, ketika tokoh utama sedang sedih, langit digambarkan sedang mendung penuh awan hitam. Latar kontras kebalikan dari latar sejalan, yakni lingkungan sekitar digambarkan berlawanan dengan situasi yang tengah terjadi. Misalnya, ketika tokoh utama sedang bersedih, alam sekitarnya digambarkan cerah. Dalam sebuah cerita sering terdapat hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan atau nilai-nilai yang berlaku pada daerah atau masyarakat tertentu yang menunjukkan local colour atau biasa disebut warna kedaerahan. Dari local colour dapat diketahui tempat dan waktu terjadinya cerita.

Pendapat lain disampaikan oleh Stanton (2007:35) yang mengatakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa daalam cerita, yaitu dunia cerita sebagai tempat terjadinya peristiwa. Dalam latar inilah segala peristiwa yang menyangkut hubungan antartokoh terjadi. Latar dalam cerita pendek biasanya mempunyai dua tipe, yaitu pertama, latar yang diceritakan secara detail, ini biasanya terjadi jika cerpem fokus pada persoalan latar. Kedua, latar yang diceritakan tidak menjadi fokus utama atau masalah, biasanya latar hanya disebut secara detail.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar adalah gambaran tentang tempat, waktu atau masa, dan kondisi sosial terjadinya cerita. Hal tersebut menunjukkan bahwa latar tediri atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjuk pada tempat atau lokasi terjadinya cerita. Latar waktu atau masa menunjuk pada kapan cerita tersebut terjadi. Sedangkan latar sosial menunjuk pada kondisi sosial yang melingkupi terjadinya cerita.

e. Gaya Bahasa

Pengertian gaya bahasa diungkapkan oleh Wiyanto (2005:77) yang menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat-kalimat yang dihasilkannya menjadi hidup. Pendapat senada juga disampaikan oleh Kusmayadi (2010:27)

Page 15: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

yang menyatakan bahwa gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Artinya seorang pengarang memliki ciri khas tersendiri dalam gaya bahasa dalam penulisan suatu karya sastra.

Selanjutnya Keraf (2006:24) menyatakan bahwa diksi atau gaya bahasa mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau mengungkapkan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Adapun Aminuddin (2009:72) menerangkan bahwa gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

Dari uraian gaya bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam hal gaya bahasa, masing-masing pengarang mempunyai ciri khas atau gaya mengarang sendiri. Karena, gaya bahasa merupakan cara pengarang mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau secara lisan. Pemilihan kata yang dilakukan oleh pengarang bertujuan agar ceritanya lebih menarik.

f. Sudut Pandang

Istilah lain dari pusat pengisahan adalah sudut pandang. Keduanya merujuk pada istilah dalam bahasa Inggris point of view. Stanton (2007:53) menyatakan bahwa sudut pandang yaitu pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita.

Adapun Aminudin (2009:90) berpendapat bahwa sudut pandang atau titik pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Sayuti (2000:157) berpandangan bahwa sudut pandang yang digunakan secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yakni (1) sudut pandang akuan-sertaan, (2) sudut pandang akuan-taksertaan, (3) sudut pandang diaan mahatahu, (4) sudut pandang diaan-terbatas. Menurut Suharianto (2005:25) untuk menampilkan cerita mengenai perikehidupan tokoh tersebut pengarang akan menentukan “siapa” orangnya dan akan “berkedudukan” sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut. Siapa yang bercerita itulah yang disebut pusat pengisahan atau sering disebut dengan istilah point of view.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang disajikannya. Dalam menentukan sudut pandang penulis harus memperhatikan isi dan jalan cerita yang akan ditulis, manakah sudut pandang yang sesuai dan paling dapat menghidupkan cerita.

g. Amanat

Siswanto (2008 : 76) mengatakan bahwa amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra dan dijadikan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern amanat ini

Page 16: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

biasanya tersirat, di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat. Nurgiyantoro (2010:321) juga mengemukakan bahwa amanat dalam

karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan atau ajaran yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar yang berada dalam sebuah cerita

yang juga ikut membangun jalannya suatu cerita. Meskipun unsur ekstrinsik ikut membangun suatu karya sastra namun, tidak secara langsung mempengaruhi karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik ini biasanya berupa keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang mana nantinya akan mempengaruhi tulisan suatu karya sastra.

Unsur ekstrinsik erat kaitanya dengan nilai dan norma yang berlaku. Secara definisi, norma adalah ketentuan atau peraturan yang berlaku dan harus ditaati oleh seseorang yang merupakan bagian dari norma tersebut. Sementara nilai didefinisikan menurut Kaelan (2002:174) adalah suatu kemampuan yang melekat pada suatu benda yang bertujuan untuk memuaskan manusia. Berhubung karya sastra tidak lepas atau dipengaruhi dari sisi budaya, maka aturan nilai dan norma juga mengiringi hal tersebut.

Unsur ekstrinsik juga seringkali disebut mirip dengan bagian dari unsur intrinsik yaitu pada bagian “Amanat”. Berpengaruh dengan memberikan nilai-nilai positif yang melekat pada cerita. Sementara nilai-nilai yang ada pada unsur ekstrinsik memang tidak berpengaruh secara nyata namun, jika dipahami dengan dalam maka akan terasa.

Ciri-ciri unsur ekstrinsik menurut beberapa ahli 1. Menurut Kosasih Menurut Kosasih (2012:72) unsur ekstrinsik terbagi atas :

a Latar belakang pengarang Memahami latar belakang pengarang akan membuat kita dapat merasakan pola tulisan yang dituliskannya. Hal ini tentu dapat terlihat melalui motivasi pengarang dalam menulis hingga pandangan dan pemikiran penulis dalam melihat permasalahan kehidupan, pengalaman pribadi ataupun menulis berdasarkan imajinasinya.

b. Kondisi sosial budaya Kondisi sosial budaya juga mempengaruhi dalam pembuatan karya sastra. Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya yang melekat dari sang penulis akan berusaha ia tuangkan baik secara sadar maupun tidak. Karya yang baik memang tidak melupakan kondisi sosial budaya yang melekat.

c. Tempat atau lokasi karya dibuat Tidak sedikit penulis terkadang menuliskan apa yang sedang berhubungan dengan dirinya. Sehingga faktor tempat atau lokasi bisa saja menjadi alasan dalam rangkaian kalimat hingga menjadi sebuah cerita yang menarik.

Page 17: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

2. Menurut Nurgiyantoro Nurgiyantoro (2005:24) mengungkapkan unsur ekstrinsik sebagai berikut:

a. Keadaan subjektivitas dari pengarang Keadaan subjektivitas dari pengarang biasanya menjadi karakter dalam penulisan cerita yang dibuatnya. Keadaan subjektivitas ini biasanya meliputi sikap, ideologi, keyakinan, pandangan hidup dan lain-lain.

b. Biografi pengarang Tidak sedikit novel atau pada umumnya terdapat beberapa pengalaman pribadi yang penulis coba sisipkan ke dalam ceritanya. Mengaitkan hal tersebut, ternyata riwayat hidup dari pengarang atau penulis dapat menentukan alur cerita juga. Oleh karenanya memahami biografi penulis akan membuat kita untuk mengetahui jalan pikiran penulis terhadap tulisan yang dibuatnya.

c. Keadaan psikologi Kondisi psikologi pengarang ternyata juga mempengaruhi penulisannya nih. Jangankan menuliskan sebuah cerita, kondisi apapun juga akan sangat berpengaruh bergantung pada psikis juga. Oleh karenanya, penulisan juga bergantung pada kondisi suasana hati dan pikiran dari si penulis, sehingga lebih kurang keadaan psikologi ini ternyata memiliki peran dalam sebuah tulisan. Jika kamu menyadari sosok penulis dan tulisannya, mungkin kamu juga akan menyadari bahwa terdapat hubungan diantara keduanya. Biasanya akan terekam juga suasana hati penulis di dalam tulisan tersebut.

d. Keadaan sosial dan lingkungan pengarang Unsur extrinsik yang selanjutnya adalah keadaan sosial dan lingkungan pengarang. Keadaan sosial ini mempengaruhi bagaimana pengarang membuat sebuah karya.

3. Menurut Aminuddin Aminuddin (2004:85), unsur ekstrinsik meliputi : a. Nilai agama

Nilai agama yang dimaksud adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita yang memiliki aturan atau ajaran keagamaan atau religi.

b. Nilai moral Nilai moral merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan etika atau sopan santun dan juga akhlak. Nilai moral pada cerita umumnya dapat berupa nilai moral yang baik ataupun sebaliknya tergantung pada pengarang.

c. Nilai sosial Nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Nilai sosial dapat dilihat dengan mengamati interaksi antara tokoh utama dengan tokoh yang lain atau tokoh utama dengan lingkungan atau masyarakat.

d. Nilai budaya Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebiasaan atau tradisi yang sudah melekat pada suatu daerah.

Page 18: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Menurut Rene Wellek dan Austin Warren dalam karyanya Tjahajono (1988:450) menyebutkan bahwa dalam mengkaji unsur ekstrinsik terdiri atas empat hal yang harus dimengerti di antaranya yaitu : 1. Memahami hubungan antara karya sastra dengan psikologi atau biografi

pengarang. Hal ini dikarenakan setiap pengarang memiliki sudut pandang yang berbeda sehingga akan mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.

2. Memahami hubungan karya sastra dengan beberapa aspek seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan juga pendidikan.

3. Memahami hubungan antara karya sastra dengan pemikiran manusia, ideologi, filsafat, pengetahuan dan teknologi.

4. Memahami hubungan antara karya sastra dengan semangat zaman, atmosfer atau iklim yang terbaru.

Struktur dan Kaidah Cerita Pendek a. Struktur Teks Cerita Pendek

Stuktur cerpen merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagianberikut.

1. Pengenalan situasi cerita (exposition,orientation)

Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata

adegan dan hubungan antartokoh.

2. Pengungkapan peristiwa (complication) Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai

masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para

tokohnya.

3. Menuju pada adanya konflik (risingaction)

Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

4. Puncak konflik (turningpoint) Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian itu pula, ditentukannya

perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.

5. Penyelesaian (ending atau coda) Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun ada pula, cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada imaji pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian.

Page 19: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

b. Kaidah Kebahasaan

Kaidah kebahasaan teks cerpen adalah seperti berikut.

1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telahterjadi.

2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.

3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.

4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung

sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.

5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan,menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami.

6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Contoh:

a. Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”

b. “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada temannya.

c. “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.

7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk

menggambarkan tokoh, tempat, atausuasana.

Page 20: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Contoh: Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan, kamarnya sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya, ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat „yang sangat sedap‟. Ayahnya telah menjadi pencandu beratnya.

C. Rangkuman

1. Cerpen adalah karya prosa yang berupa gagasan, pikiran dan pengalaman dalam rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu kesatuan.

2. Cerpen memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka unsur intrinsik adalah komponen-komponen bangunan tersebut. sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung unsur ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen.

3. Struktur cerita pendek meliputi pengenalan, menuju konflik, puncak konflik, penurunan dan penyelesaian.

4. Kaidah kebahasaan adalah ketentuan dari segi kebahasaan yang harus ada paga cerita pendek.

D. Latihan Soal

Bacalah cerpen di bawah ini !

MARTINI

Oleh: Kurniawan Lastanto

Wanita itu bernama Martini. Kini ia kembali menginjakkan kakinya di lndonesa, setelah tiga tahun ia meninggalkan kampung halamannya yang berjarak tiga kilometer dari arah selatan Wonosari Gunung Kidul.Didalam benak Martini berbaur rasa senang, rindu dan haru. Beberapa jam lagi ia akan berjumpa kembal idengan suaminya, mas Koko dan putranya Andra Mardianto, yang ketika ia tinggalkan masih berusia tiga tahun. Ia membayangkan putranya kini telah duduk dibangku sekolah dasar mengenakan seragam putih – merah dan menmpati rumahnya yang baru, yang dibangun oleh suaminya dengan uang yang ia kirimkan dari arab Saudi, Negara dimana selama ini ia bekerja. Martini adalah seorang tenaga kerja wanita yang berhasil diantara banyak kisah mengenai tenaga kerja wanita yang nasibnya kurang beruntung. Tidak jarang seorang TKW pulang ketanah airnya dalam keadaan hamil tanpa jelas siapa ayah sang janin yang dikandungnya. Atau disiksa, digilas dibawah setrikaan bersuhu lebih dari 110 derajat celcius, atau tiba – tiba menjadi bahan pemberitaan di media massa tanah air karena sisa hidupnya yang sudah ditentukan oleh vonis hakim untuk bersiap menghadapi tiang gantungan atau tajamnya logam pancung

Page 21: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

yang kemudian membuat kedubes RI, Deplu dan Depnaker kelimpungan dan tampak lebih sibuk. Sangatlah beruntung bagi Martini mempunyai majikan yang sangat baik, bahkan dalam tiga tahun ia bekerja, ia telah dua kali melaksanakan umroh dengan biaya sang majikan. Majikannya adalah seorang karyawan disalah satu perusahaan minyak disana. Ia bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga di El Riyadh dengan tugas khusus mengasuh putra sang majikan yang sebaya dengan Andra, putranya. Hal ini membuatnya selalu teringat putranya sendiri dan menambah semangat dalam bekerja. Dengan cermat Martini memperhatikan sekeliling, akan tetapi ia tidak melihat seorang saudara atau kerabatpun yang ia kenal. Sempat terbersit rasa iri dan kecewa ketika ia menyaksikan beberapa rekanannya yang dijemput dan disambut kedatangannya oleh orang tua, anak atau suami mereka. Namun dengan segera ia membuang jauh – jauh pikiran tersebut. Ia tidak ingin suuzon dengan suaminya. “mungkin hal ini disebabkan karena kedatanganku yang memang terlambat tiga hari dari jadwalkepulangan yang direncanakan sebelumnya,” pikirnya huznuzon. Dan pikiran ini malah membuatnya merasa bersalah, karena ia tidak memberitahukan kedatangannya melalui telepon sebelumnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menuju terminal pulogadung dengan taksi bandara. Oleh karena ia tidak tahu dimana pool bus maju lancar terdekat dari bandara soekarno-hatta, ia berharap diterminal pulogadung ia bisa langsung menemukan bus tersebut dan membawanya ke wonosari dengan nyaman, karena badannya sekarang sudah terlalu letihuntuk perjalanan panjangyang ditempuh dari arab Saudi. Tanpa ia sadari, martini telah sampai didepan rumahnya, rumah yang merupakan warisan ayahnya, yang ia huni bersama mas koko, andra dan ibunyayang telah renta. Namun bingung dan pertanyaan muncul dalam benaknya. Yang ia lihat hanyalah rumah tua tanpa berubahan sedikitpun, kecuali kandang sapi didekat rumahnyayang kini telah kosong. Sama keadaanya dengan tiga tahun lalutatkala ia meninggalkan rumah tersebut. “ mana rumah baru yang mas koko bangun seperti yang ada difoto yang mas koko kirimkan tiga bulan yang lalu. Apakah ia membeli tanah ditempat lain dan membangunnya disana. Kalau begitu syukurlah,” pikirnya mencoba huznuzon. Ia ketuk perlahan – lahanpintu rumahnya. Namun tidak ada seorangpun yang muncul membukakan pintu “kulo nuwun, mas…! Andra…! Mbok…!” Beberapa saat kemudian barulah pintu yang terbuat dari kayu glugu tersebut terbuka.” Madosi sinten mbak?” Tanya seorang bocah berusia 6 tahun yang tak lain adalah andra yang muncul dari balik pintu. “Andra aku ini ibumu, sudah lupa ya. Apakah bapakmu tidak menceritakan ihwal kedatanganku?” ucap martini balik bertanya. “Ayah? Kedatanagn ibu? Oh mari masuk. Sebentar ya, andra bangunkan mbah dulu,” ujar Andra sambil berlari menuju kearah kamar neneknya. Martini masuk kedalam rumah dan duduk diatas amben yang terletak disudut ruangan depan, seraya memperhatikan keadaan didalam rumah yang ia huni sejak kecil tersebut. Keadaan dalam rumahpun tidak tampak ada perubahan yang berarti. “Martini ya. Wah – wah anakku sudah datangdari perantauan,” terdengar suara tua khas ibu martini sedang setengah berlari keluar dari kamarnya, menyambut kedatangan anaknya, diikuti oleh andra , membawakan segelas teh hangat.

Page 22: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

“bagaimana keadaan simbok disini?”, Tanya martini. “oh, anakku simbok di sini baik – baik saja, kamu sendiri bagaimana, tini?” “saya baik – baik saja mbok, ngomong – ngomong mas koko dimana mbok?” Tanya martini. Mendengar pertanyaan itu, tiba – tiba air muka ibu martini berubah, ia tampak berpikir – pikir sejenak. “ oh mengenai suamimu, nanti akan simbok ceritakan, sebaiknya kamu ngaso dulu. Kau pasti capek setelah melakukan perjalanan jauh. Jangan lupa teh hangatnya diminum dulu, saran ibu martini. Martini menurut saja apa yang dikatakan ibunya. Setelah menikmati segelas teh hangat, ia mengangkat kaki dan tiduran di atas amben. Namun tetap saja ia tidak dapat memejamkan matanya. Pikirannya tetap melayang memikirkan suaminya ; dimana dia, apakah dia merantau ke Jakarta untuk turut mencari nafkah diperantauan, dimana letak rumah barunya, atau apakah mas koko malah meninggalkan dirinya dan menikah dengan wanita lain?” “ah tidak mungkin,” pikirnya kembali berusaha untuk tetap huznuzon. Ia mencoba bangkit lalu menemui ibunya yang sedang memasak dipawon. “maaf Mbok, dimana mas koko, tini sudah kangen dan ingin berbicara dengannya,” ujar martini membuka kembali percakapan. Ibu martini tampak kembali berfikir sejenak, lalu berdiri dan mengambil segelas air putih dingin dari kendi. “ minumlah air putih ini agar kamu lebih tenang, Tini, nanti simbok ceritakan di mana suamimu berada, kalau kamu memang sudah tidak sabar.” Sementara itu martini bersiap untuk mendengarkan dengan seksama penuturan ibunya. “ tiga bulan lalu rumah yang dibuat suamimu atas biaya dari kamu sudah jadi. Letaknya didusun sebelah sana, namun sejak itu pula kesengsem sama seorang wanita. Wanita itu adalah tetangga barunya. Dua bulan lalu mereka menikah dan meninggalkan andra bersama simbok. Tentu saja simbok marah besar kepadanya. Namum apa daya, simbok hanyalah wanita yang sudah renta, sedang ayahmu sudah tiada, dan uang yang simbok pegangpun pas – pasan. Mau mengirim surat kepadamu simbok tidak bisa, kamu tahukan simbok buta huruf. Mau minta tolong kepada siapa lagi, sedangkan kamu adalah anakku satu – satunya. Kamu tidak mempunyai saudara yang bisa simbok mintai tolong untuk mengirimkan surat kepadamu, sedangkan anakmu, Andra masih kelas 1 SD”. Mendengar penuturan ibunya, Martini langsung menangis, ia sedih marah dan kalut. “Mengapa simbok tidak melaporkannya ke pak Kadus dan pak Kades, dan beliaupun sudah berjanji untuk membantu simbok. Namun sampai saat ini simbok belum mendapatkan jawabannya. Sedangkan suamimu sendiri dan istri barunya , tampak tak peduli denagn suara – suara miring para tetangga. Dan untuk lapor ke KUA, simbok tidak berfikir sampai kesitu, maafkan simbok,” tambah ibunya dengan suara yang terdengar bergetar. “Duh Gusti…., paringono sabar…,.” terdengar Martini terisak, berusaha untuk tetap ingat kepada Yang Maha Kuasa. Bagaimana bisa, suami yang begitu ia cintai dan ia percaya, dapat berbuat begitu kejam terhadapnya. Apalagi ia sekarang tinggal bersama istri barunya, di rumah hasil jerih payahnya selama tiga tahun merantau di Arab Saudi. “Mbok, di mana rumah baru itu berada?” wajah ibunya terlihat ketakutan, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan anaknya dalam keadaan kalut di sana apabila ia tahu letak rumah tersebut.”Mbok, di mana Mbok,” Suara Martini semakin tinggi, namun ibunya tetap diam. ,”Kenapa simbok tidak mau membertihu. Apakah Simbok merestuinya?_Apakah simbok mendukungnya? Apakah Simbok membela bajingan itu dari pada saya anakmu sendiri? Apakah…..” “Diam Tini, teganya kamu menuduh ibumu seperti itu. Kamu mau

Page 23: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

menjadi anak durhaka? Ingatlah kamu kepada Tuhan,Nak, ingatlah kepada Gusti Allah, Nak” Kalimat itu muncul dari mulut ibunya, yang kemudian terduduk menangis mendengar ucapan pedas anaknya tersebut. “Ya sudah kalau Simbok tidak mau memberitahu. Tini akan cari sendiri rumah itu,” teriak Martini seraya meninggalkan ibunya yang sangat bersedih, yang berusaha mengejarnya namun kemudian jatuh tersungkur di halam depan rumahnya karena tidak mampu lagi mengeiarnya. “Hei , mana Koko, bajingan sialan,”teriak Martini sambil berjalan membabi buta, menyusuri jalan dengan muka merah Padam. Pikrannya kacau balau. “Buat apa aku bekerja jauh-jauh mencari uang di Arab Saudi demi kamu dan. Andra tetapi mengapa kau tega memanfaatkanku, menggunakan uangku untuk membuat rumah dan tinggal di sana bersama istri barumu, Kurang apa aku?” Mendengar teriakan Martini, kontan para tetangga di sekitar situ segera berhamburan ke luar rumah. Mereka kebingungan menyaksikan ulah Tini yang sudah tidak mereka lihat selama tiga tahun, tiba – tiba muncul kembali di dusun itu dengan tingkah laku yang berubah 180 derajat. Martini yang dulunya lembut, penurut, kini kasar dan beringasan. Apakah ia telah gila? Apakah yang telah terjadi terhadap dirinya di Arab saudi? Apakah ia dianiaya sebagaimana sering terdengar berita di media massa mengenai TKW yang disiksa?. Namun kemudian mereka segera menyadari. Hal ini pasti karena Martini telah mengetahui perbuatan suaminya. Segera saja mereka mengejar dan mencoba menenangkan Martini. Namun dengan kuat Martini mencoba melepaskan tangannya dari dekapan tetangganva itu. Dan saat itu pula ia melihat suaminya, ya Koko bajingan itu, keluar dari rumahnya. Koko tampaknya tidak menghiraukan kedatangannya. Bahkan istri barunya itu terlihat dengan mesranya berdiri disamping koko yang meletakkan kedua tangannya dipinggang koko. ” Hei, siapa kamu. Tini ya. Kenapa kamu kesini? Ini rumahku bersama mas koko. Bukannya kamu sudah mati, kalau belum mendingan kamu mati saja sekarang. Itu lebih baik, dari pada mau merusak kebahagiaan kami. Bukan begitu mas koko?” ujar wanita yang ada disebelah koko sambil mengalungkan tangan kanannya dileher koko dengan lembutnya. Hal ini jelas membuat tini makin marah. “Hai , dasar kau, wanita murahan, tidak tahu diri. Koko adalah suamiku. Dan kau koko, mengapa kau tega menipuku, meninggalkanku hanya untuk menikahi wanita keparat ini. Dasar bajingan.” Dekapan tetangga yang memegang Martini akhirnya lepas. Dengan cepat Martini meraih sebuah bamboo yang tergeletak di bawah pohon nangka dan berlari menuju kearah koko dan istri barunya. Dengan tidak hati-hati ia menaiki anak tangga yang menuju kedalam rumah baru itu. Secepat kilat ia mengayunkan bambu itu ke arah mereka berdua. Namun malang, belum sampai bamboo itu mengenai sasaran, ia kehilangan keseimbangan. Ia terpeleset dari dua anak tangga dan jatuh terjerembab tak sadarkan diri. ”Mbak – Mbak bangun Mbak. Mau turun di mana Mbak. Ini sudah sampai di wonosari,” terdengar sayup-sayup suara pemuda yang duduk di dekat Martini. “Astaghiirullaahaladzlm .Ha…apa…?.. W onosari,” Tanya M artini. “ Ya Mbak sepertinya dari tadi Mbak gelisah tidurnya” ujar pemuda itu ”Apakah benar ini wonosari?” Tanya Martini memastikan seraya mengarahkan pandangannya keluar jendela. Ya ini adalah daerah yang telah tiga tahun ia tinggalkan. “Alhamdulillah ya Allah terima kasih,” batin Martini bahagia. Setelah membaca cerpen berjudul MARTINI Oleh: Kurniawan Lastanto analisislah unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen tersebut !

Page 24: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Kunci jawaban latihan soal. Analisislah unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen di atas adalah : UNSUR INTRINSIK Tema : percayalah pada niat baikmu Latar Tempat : dalam bis(dalam perjalanan) dan di kampung Waktu : tiga tahun setelah kepergian martini ke Arab Saudi Suasana : diawal cerita suasana yang timbul basa saja, tetapi pada pertengahan cerita suasana yang timbul menegangkan karena adanya konflik yang timbul ketika tokoh utma bermimpi Plot/alur : alur cerita itu adalah alur maju(episode) karena jalan cerita dijelaskan secara runtut. Pada awal cerita diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian si tokoh bermimpi, pada mimpinya timbul suatu pertentangan yang berlanjut ke konflik(klimaks) dilanjutkan dengan antiklimaks dan pada akhir cerita terdapat penyelesaian. Perwatakan : Tokoh utama (Martini) : wataknya yang sabar,lembut ,pekerja keras, bertanggung jawab terhadap keluarga, hal ini di tunjukan dari penjelasan tokoh, penggambaran fisik tokoh serta tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama. Tokoh pembantu : Mbok : sabar Andra : patuh terhadap orang tua Mas koko : tidak bertanggung jawab terhadap keluarga Sudut pandang : orang ketiga Mood/suasana hati :

Kecurigaan,kesabaran,kecemburuan,penyesalan,kebahagiaan Amanat : – Seharusnya suami bertanggungjawab untuk mencari nafkah bagi anak dan

istrinya – Jangan dulu bersikap su‟udzon kepada seseorang bila belum ada buktinya – Keuletan dan kesabaran dalam bekerja akan membuahkan hasil yang baik – Selalu berniat baik untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

Page 25: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

UNSUR EKSTRINSIK Nilai moral : Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai moral yaitu seseorang haruslah bersikap huznudzon terhadap sesama manusia, karena husnudzon mencerminkan akhlak serta budi pekerti yang baik. Nilai Sosial-budaya : cerita pada cerpen tadi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahwa kebanyakan orang yaitu wanita pergi merantau ke negeri orang demi membantu perekonomian keluarga seperti menjadi TKW, sedangkan suaminya menunggu dirumah, untuk dikirimi uang dari istrinya tanpa berpikir , susahnya mencari uang dinegeri orang, sedangkan dia sendiri tidak bekerja. Namun, hal ini bertolakbelakang dengan budaya serta tradisi, bahwa yang wajib mencari nafkah untuk keluarganya adalah suami. Karena suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, jadi ia harus bertanggungjawab terhadap keluarganya. Tetapi, hal ini rupanya sudah banyak terjadi di masyarakat, sehingga tidak jarang pula orang-orang yang menjumpai hal tersebut.

E. Penilaian Diri

Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan belajar 2, berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Isilah dengan mencentang (V) pada refleksi diri terhadap pemahaman materi di tabel berikut!

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi

No Pertanyaa

n Ya Tidak

1. Apakah kalian telah memahami cerita pendek?

2. Dapatkah kalian memahami unsur pembangun cerita pendek?

3. Dapatkah kalian menganalisis unsur intrinsik cerita pendek?

4. Dapatkah kalian mengidentifikasi struktur dalam cerita pendek?

5. Dapatkah kalian mengidentifikasi kaidah kebahasaan dalam cerita pendek?

Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dalam modul, ulang kegiatan belajar 1 dan 2, apabila diperlukan silakan kalian menghubungi guru atau teman sejawat untuk menyampaikan pembimbingan. Jangan putus asa untuk mengulang lagi! Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut.

Page 26: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

Mengontruksi Sebuah Cerpen dengan Memperhatikan Unsur Pembangun Cerpen A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan kalian dapat mengontruksi salah satu cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerita pendek dengan teliti, cermat dan terampil.

B. Uraian Materi Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, kalian sudah menganalisis unsur pembangun dalam cerita pendek. Kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian akan mengontruksi cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Dengan demikian hasil konstruksi akan menjadi baik karena menyertakan semua unsur pembangun dala cerpennya.

1. Menentukan Topik Kehidupan dalam Cerita Pendek

Cerpen adalah karya sastra yang terus menerus dibaca dan diproduksi

karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Oleh karena itu dalam

mengontruksi cerpen topik dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun

pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah

memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya

sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata

yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”, sering membuat

karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, kata- kata

tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih

adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir apa

adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang segar,

menarik, dan alamiah.

Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif.

Pemilihan kata-kata yang biasa- biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menarik.

2. Langkah-Langkah Mengonstruksi

a. Bacalah cerita pendek yang akan dikontruksi

b. Tentukanlah focus cerita yang akan dikontruksi

c. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik

d. Susunlah menjadi kerangka cerpen

e. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh

Page 27: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Mengontruksi Cerita Pendek dengan Memerhatikan Unsur-unsur Pembangun

Mengontruksi adalah kegiatan menulis kembali. Pada pembelajaran kali ini mengontruksi dilakukan dari cerpen menjadi cerpen juga. Yang perlu diperhatikan dalam mengontruksi ini adalah kalian tetap memperhatikan unsur-unsur pembangunnya, seperti tema, amanat, sudut pandang dan lain-lain. Menulis cerpen sangat memerlukan latihan.

C. Rangkuman

1. Menulis cerpen bisa berdasaran pengalaman diri atau pengalaman orang lain.

2. Menentukan topik kehidupan yang menarik adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan.

3. Mengontruksi adalah proses menyusun atau menulis kembali. 4. Menulis cerpen dilakukan dengan terlebih dahulu menulis kerangka

mengembangkannya menjadi cerpen, melakukan proses editing dan merevisi.

D. Latihan Soal

Petunjuk!

1. Bacalah sebuah penggalan cerpen!

2. Kontruksilah cerpen tersebut! 3. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik; lalu susunlah

menjadi kerangka cerpen secara kronologis. 4. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen

Cerpen Umi Kulsum Karya Djamil Suherman Sudah beberapa hari ini nama gadis itu tak pernah ku sebut lagi dalam pergaulan dengan teman temanku. Namanya seraya menghilang ditelan perasaanku, mungkin karena rasa takutku untuk menyakiti dan mendekatinya. Umi Kalsum, nama yang selama ini dalam hati aku puja dan damba, putri Haji Tabrani dari desa sebelah. Tapi diam diam namanya menyebung keluar dari didalam hatiku malam ini. “Apa kabar dengan Umi Kalsum?”. Setelah pertemuan kami terakhir itu, aku tidak

dapat bertemu ia lagi. Malam itu sengaja aku memberanikan diri menemui dirinya setelah ta‟lim Kiai Noer, malam itu aku coba ikhtiar untuk mendekati dirinya. Aku berniat untuk mengantar Umi Kalsum pulang ba‟da ta‟lim Kiai Noer. Diam diam aku menungguinya didepan Surau pesantren tepat dibawah pohon trembesi yang rimbun itu, berharap untuk dapat menjumpai dirinya sepulang dari mengaji. Setelah beberapa lama aku menungguinya dan ditemani dengan gigitan „nyamuk kebon‟ yang lumayan membuat kulit ku terasa gatal, akhirnya ia keluar bersama jamah ta‟lim. Akupun cepat cepat menghampirinya.

“Asslamulaikum”, tegurku dengan lembut seraya memberi salam kepadanya. “Alaikumsalam”jawabnya dengan penuh keimanan dan ketawaduan. Suaranya lembut bagai ayat suci yang dialunkan dengan tidak berkesudahan. Aku terdian

Page 28: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

sejeak diam sejuta bahasa, terpaku seperti Yesus yang tersalib atas nama ruh kudus. Aku tepesona dengan teduhnnya wajahnya, ayunya parasnya, birunya matanya, serta jilbabnya yang menuntai menutupi semua anggota auratnya. „Astagfirullah”, aku mencoba melepaskan jerat pandangan setan.

Ku beranikan hati dan diri ini untuk mendekatinya, aku beranikan untuk berkata sepatah kata demi untuk memuluskan niat hatiku untuk mengantarnya pulang. Betapa gembiranya aku saat ia mengiyakan dan menganggukan kepalanya saat aku ajak pulang bareng dimalam itu. Akupun langsung menancap gas sepeda motor Supra kesayanganku. Di keramangan malam kami pun hilang dianta deru rota sepeda motor. Dalam perjalan itu pun tidak aku sia siakan, selama perjalan itu kami bercakap cakap, bersenda gurau, walau kali itu pertama kami bertemu. Hatiku mengembang tidak terkira, bahagia ini telah dipelupuk mataku, rona wajahmu membuat aku yakin bahwa engkaulah gadis yang selama ini diciptakan Allah dengan sangat sempurna untuk ku. Terimakasi yaa Allah, mungkin inilah jawaban atas munajad yang selama ini aku panjakan tas nama-Mu. Namanya yang selama ini aku zikirkan dalam sajadah cinta kini ada disampingku Sejurus perjalanan kami, dari arah yang kami tuju ku lihat ad sosok tinggi kekar berdiri tegap ditepi jalan mengawasi kami. Ia berdiri tak jauh dari gerbang rumah Umi Kalsum. Mukanya masam bagai orang yang akan melumat santapan mangsanya. Dalam keremanagn itu aku tidak melihat jelas siapa sosok itu sebenarnya. Tetapi ketika Umi Kalsum meminta mendadak untuk menghentikan laju sepeda motorku, aku berkeyakinan bahwa ia adalah orang yang Umi Kalsum kenal. Langkah Umi Kalsum meninggalkan ku menuju arah sosok itu begitu cepat. Tanpa banyak bicara apa apa, aku lihat sebuah tangan mendarat tepat diwajah Umi Kalsum, Umi Kalsum menjerit kesakitan dan berhamburan masuk kerumah. “Siapa kau?, berani berani bersama anak gadisku?”. Oarng tua itu membentak seraya menajmkan matanya kearahku, dengan geramnya ia mencekik leherku, setengah takut akupun menhindari cekikan itu. “Saya temannya Umi kalsum Pak!” , aku mulai jelas melihat wajah sosok itu, ternyata orang tua itu adalah Ayahanda Umi kalsum. Setengah sopan tan rasa takutku akupun memberanikan diri memberi salam dan mencium tangannya. Betapa kagetnya aku ketika ia memalingkan tanganya tanda ia menolak salamku. “Kau anaknya Aswad kan, anak pedagang sayur itu”, aku langsung mengangguk saat ia menyebut nama orang tuaku. “Kenapa kau berani beraninya jalan berduaan dengan anak gadis keyanganku, aku haramkan kau bergaul dengan anak dan keturunanku, dasar anak petani, sudah punya apa kau hingga berani berani mendekati putriku?”. Betapa kagetnya aku mendengar caci makinya, bagai tersambar petir mendengarnya. Tapi aku tidak berani menimpali sumpah serapahnya itu, hal itu aku lakukan demi Umi Kalsum yang aku punya. “Awas sekali kau dekati anakku, ku ganyang dan kulumat kau!”, orang tua itu setengah mengancamku .….

Page 29: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Kriteria Penilaian Mengkontruksi Cerpen

No ASPEK YANG DINILAI KRITERIA

1. Kesesuaian isi cerita dengan cerpen aslinya 25

21-25 = sangat sesuai

16 -20 = sesuai

11- 15 = agak sesuai

6 - 10 = tidak sesuai

0 - 5 = sangat tidak sesuai

2. Kesesuaian isi dengan kerangka yang telah disusun 20

16 -20 = sangat sesuai dengan kerangka

11- 15 = sebagian besar sesuai dengan kerangka

6 - 10 = sesuai dengan kerangka

0 - 5 = tidak sesuai dengan kerangka

3. Kelengkapan unsur pembangun cerita pendek 30

5 = jika menyajikan tema dengan tepat

5 = jika menyajikan amanat dengan tepat

5 = jika menyajikan alur dengan tepat

5 = jika menyajikan tokoh/penokohan dengan tepat

5 = jika menyajikan latar dengan tepat

5 = jika menyajikan sudut pandang dengan tepat

5 = jika menyajikan gaya bahasa dengan tepat

4. Ketepatan penggunaaan kaidah kebahasaan 25

21-25 = sangat sesuai

16 -20 = sesuai

11- 15 = agak sesuai

6 - 10 = tidak sesuai

0 - 5 = sangat tidak sesuai

Page 30: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

E. Penilaian Diri

Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan belajar 2, berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Isilah dengan mencentang (V) pada refleksi diri terhadap pemahaman materi di tabel berikut!

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi No Pertanyaa

n Ya Tidak

1. Apakah kalian telah memahami cerita pendek?

2. Dapatkah kalian memahami unsur pembangun cerita pendek?

3. Dapatkah kalian menganalisis unsur intrinsik cerita pendek?

4. Dapatkah kalian mengidentifikasi struktur dalam cerita pendek?

5. Dapatkah kalian mengidentifikasi kaidah kebahasaan dalam cerita pendek?

6. Dapatkah kalian menentukan topik kehidupan dalam cerita pendek?

7. Dapatkah kalian menulis kerangka cerita pendek ?

8. Dapatkah kalian menulis cerita pendek dengan memanfaatkan kerangka yang telah dibuat ?

Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dalam modul, ulang kegiatan belajar 1 dan 2, apabila diperlukan silakan kalian menghubungi guru atau teman sejawat untuk menyampaikan pembimbingan. Jangan putus asa untuk mengulang lagi! Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut. Setelah kalian menuliskan penguasaanmu terhadap materi mengontruksi kemudian lanjutkan kegiatan berikut untuk mengevaluasi penguasaan materI.

Page 31: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

EVALUASI

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kalian anggap paling benar! Cermatilah kedua kutipan berikut dengan saksama untuk menjawab nomor 1- 4! Apakah cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan? Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku. Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut. Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing- masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara mereka, bisa jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti mengganti tabung dispenser, menyapu daun kering di halaman, atau menyobek kertas tagihan telepon yang kedaluwarsa. Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh tanganmu, dan sesekali mencium. (Cerpen “Hari Terakhir Mencintaimu”, karya Kurnia Effendi) 1. Tema pada penggalan tersebut adalah…. A. Persahabatan B. Persaudaraan C. Percintaan D. Kedamaian E. Pertemanan 2. Nilai kehidupan yang mendominasi pada penggalan tersebut adalah nilai…. A. Moral B. Sosial C. Agama D. Budaya E. Pendidikan 3. Bagaimana pengarang menggambarkan rasa cinta pada penggalan tersebut…. A. Merasa kehilangan dengan kepergian orang ysng dicintai. B. Memikirkan kenamgan indah yang pernah ada. C. Mengenang rasa cinta yang pernah ada. D. Menunjukkan kesedihan yang berlarut-larut. E. Mengantar ke pemakaman 4. Nilai kehidupan akam membawa pada kebermaknaan, yang dalam cerita pendek dimunculkan pada bagian…. A. Tema dan tokoh B. Amanat dan latar C. Latar dan tokoh D. Tema dan amanat E. Amanat dan sudut pandang

Page 32: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Cermatilah penggalan cerita pendek dengan saksama! Aku masih saja khawatir. Ramalan dukun-dukun itu mulai lagi mengganggu pikiranku. Kau juga mulai diganggu ramalan mereka? Tidak. Kita tidak boleh terpengaruh oleh ramalan-ramalan. Kita harus berdoa semoga ramalan itu tidak akan menimpa Lasuddin. Aku masih ingat, mereka menyebarkan ke seluruh kampung ramalan-ramalan itu. Benarkah akan terjadi seperti yang mereka katakan, bahwa semua keturunan kita akan musnah di ujung pisau sunat? Yakinkah kau akan itu? Kita berserah saja kepada-Nya. - Doakanlah Lasuddin. 5. Nilai kehidupan yang ada pada penggalan tersebut adalah nilai…. A. Moral dan agama B. Sosial dan budaya C. Agama dan budaya D. Budaya dan agama E. Pendidikan dan sosial 6. Nilai kehidupan yang akan disampaikan terlihat pada kalimat…. A. Aku masih saja khawatir. B. Ramalan dukun-dukun itu mulai lagi mengganggu pikiranku. C. Kau juga mulai diganggu ramalan mereka? D. Kita tidak boleh terpengaruh oleh ramalan-ramalan. E. Kita harus berdoa semoga ramalan itu tidak akan menimpa Lasuddin. 7. Amanat yang dapat diambil dari kutipan di atas adalah…. A. Kita harus waspada terhadap ramalan dukun. B. Agama melarang kita pergi ke dukum. C. Allah memiliki ketentuan yang pasti. D. Semua kehidupan sudah ada yang mengaturnya. E. Kita seharusnya tidak percaya dengan ramalan dukun. 8. Mendemonstrasikan nilai kehidupan dapat dilakukan dengan… A. Bermain peran B. Berdiskusi C. Ceramah D. Berpidato E. Menulis sinopsis. Bacalah kutipan cerpen dengan saksama! Cermat sekali perempuan itu melangkah ke dinding. Gambar-gambar itu diturunkannya. Satu per satu ditatapnya erat-erat seolah tak pernah ia selama ini melihatnya. Lalu mata yang kemerah-merahan menahan tangis sejak pesta mulai sunyi, perlahan kelopaknya dirapatkan. Segumpal besar air mata bergulir di pipinya dan menitik menimpa kaca gambar itu. Perlahan sekali gambar itu ia balikkan. Karton yang berdebu diusapinya dengan ujung baju, samar-samar membayang sederet tulisan. Ia tampak seperti membaca tulisan itu: Kamaruddin, anak tertua, disunat rasul tanggal 6 Februari 1952. Meninggal dunia tanggal 6 Februari 1952.

Page 33: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Karton yang sebuah lagi dibersihkannya pula dengan ujung jari-jarinya yang gemetar. Di antara bayang-bayang rambutnya yang terjulai menimpa karton gambar itu terbaca: Syaifuddin, anak kedua, disunat rasul tanggal 10 Novembe 1957. Meninggal dunia tanggal 11 November 1957. “Oh, masihkan akan ditulis juga kalimat-kalimat seperti ini, dibelakang foto anakku yang ke tiga nanti? Oh… Tuhanku,” keluh wanita itu di antara isakannya. “Oh Tuhan, cukuplah anak yang dua ini Kau ambil, ketika sedang kusucikan. Mengapa kau coba hamba-Mu seberat ini? Lanjutkan keturunan kami, ya Allah. Oh, anak-anakku yang malang… mengapa mesti mereka, yang menanggung semua ini?” Wanita itu menatap lagi kedua gambar itu seperti tidak akan pernah lekang dari matanya yang basah. Kemudian ia menatap ke atas. Katanya, “Jika putraku yang ini, Lasuddin, Kau selamatkan ya Tuhan, kami akan serahkan dua per tiga dari sawah-sawah itu buat mereka.” Pandangannya ia alihkan pelan-pelan ke tempat suaminya terbenam dalam titik-titik air mata.

Panggilan Rosul karya Hamsyad Rangkuti

9. Pernyataa yang sesuai dengan nilai kehidupan pada penggalan tersebut adalah…. A. Nilai kehidupan dalam penggalan cerpen tersebut adalah nilai moral yang ditunjukkan dengan kematian kedua orang putranya ketika di sunat pada tahun yang berbeda.. B. Nilai kehidupan dalam penggalan cerpen tersebut adalah nilai agama yang ditunjukkan dengan doa permohonan seorang ibu agar anaknya yang ke tiga tidak meninggal ketika disunat. C. Nilai kehidupan dalam penggalan cerpen tersebut adalah nilai budaya yang ditunjukkan dengan acara pesta ketika anaknya disunat. D. Nilai kehidupan dalam penggalan cerpen tersebut adalah nilai budaya yaitu menyerahkan seserahan sebagai ujud syukur apabila selamat anak ketinganya. E. Nilai kehidupan yang ada pada penggalan terebut adalah nilai budaya yaitu mengadakan acara sunatan besar-besaran. 10. Dalam mendemonstrasikan penggalan cerpen, nilai kehidupan tercermin pada amanat bahwa… A. Sebagai manusia wajib menghindari musibah dengan berbagai cara. B. Berlarut-larut dalam kesedihan adalah sesuatu yang dibenci Allah. C. Selalu berikhtiar hanya kepada Allah sebagai penentu kodrat manusia. D. Manusa adalah makhlik yang tidak mudah melupakan kesedihan. E. Kematian adalah ketentuan dan takdir Allah yang tidak bisa dihindari Cermatilah kutipan berikut dengan saksama untuk menjawab nomor 11- 13! Apakah cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan? Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku. Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut. Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing- masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara mereka, bisa jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti

Page 34: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

mengganti tabung dispenser, menyapu daun kering di halaman, atau menyobek kertas tagihan telepon yang kedaluwarsa. Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang tahun. Tidak memandang matamu, muenyentuh tanganmu, dan sesekali mencium. (Cerpen “Hari Terakhir Mencintaimu”, karya Kurnia ffendi) 11. Latar yang ada pada kutipan di atas adalah latar…. A. tempat B. waktu C. suasana D. peristiwa E. psikologis 12. Gaya bahasa pengarang yang menggunakan kata-kata indah terlihat pada kalimat….…. A. Apakah cinta pantas dikenang? B. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. C. Apakah cinta dibangun demi memberikan rasa kehilangan? D. Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. E. Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut. 13. Sudut pandang pada penggalan tersebut adalah…. A. Orang pertama B. Orang kedua C. Orang ketiga D. Orang ketiga tak serta E. Orang ketiga serba tahu Cermatilah penggalan cerpen berikut dengan saksama! Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan? Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar-besarkan bisa mengakibatkan kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik- baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara. (Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali) 14. Amanat penggalan cerita pendek tersebut adalah…. A. Semua persoalan yang ada harus diselesaikan dengan baik. B. Semua masalah yang terjadi harus diselesaikan secara hukum. C. Setiap masalah yang menimpa seseorang pasti ada jalan keluarnya. D. Jangan membesar-bsarkan masalah keci apalagi yang berakibat fatal. E. Semua manusia sam kedudukannya dalam hukum, siapa salah harus dihukum.

Page 35: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

15. Konstruksi dari cerpen tersebut terlihat dalam cerita…. A. Pohon papaya yang tumbuh subur dibiarkan oleh pemiliknya. Setiap hari dirawat agar mengasilkan buah yang banyak. Dari hasil panen pohon papaya tersebut dia dapat memperoleh uang tambahan untuk berbelanja. Dia selelu menjual hasil pohon tersebut. B. Kemarahannya pada suatu kesalahan kecil menjadikannya terpasung pada kasus yang melibatkan diri dan tetangganya. Bayangkan hanya gara-gara papaya dia bertahan tidak mau memaafkan tetangganya. C. Pohon papaya yang tumbuh subur dibiarkan oleh pemiliknya. Setiap hari dirawat agar mengasilkan buah yang banyak. Dari hasil panen pohon papaya tersebut dia bagi-bagikan kepada tetangganya. D. Keputusannya untuk tidak menjadikan masalah pada setiap persoalan yang menimpanya merupakan refleksi dari sikapnya yang bijaksana. Dia tidak pernah mempermasalahkan hal kecil. Apalagi masih terngiang di ingatannya bahwa ada tetangganya yang masuk penjara gara-gara masalah sepele. Dia tidak ingin seperti itu. E. Keputusannya untuk menebang pohon papaya di depan rumahnya membuat suasana semakin ricuh. Beberapa polisi datang untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. 16. Pengarang dalam menggambarkan watak tokoh dengan cara…. A. Penggambaran oleh tokoh lain B. Menggambarkan lingkungan kehidupan tokoh. C. Penggambaran fisik tokoh D. Analitik langsung E. Pengungkapan jalan pikiran tokoh Cermatilah penggalan cerita pendek dengan saksama! Aku masih saja khawatir. Ramalan dukun-dukun itu mulai lagi mengganggu pikiranku. Kau juga mulai diganggu ramalan mereka? Tidak. Kita tidak boleh terpengaruh oleh ramalan-ramalan. Kita harus berdoa semoga ramalan itu tidak akan menimpa Lasuddin. Aku masih ingat, mereka menyebarkan ke seluruh kampung ramalan-ramalan itu. Benarkah akan terjadi seperti yang mereka katakan, bahwa semua keturunan kita akan musnah di ujung pisau sunat? Yakinkah kau akan itu? Kita berserah saja kepada-Nya.

Doakanlah Lasuddin. 17. Watak tokoh yang ditunjukkan oleh penggalan di atas adalah…. A. Cemas B. Keras kepala C. Sabar D. Ramah E. Pasrah 18. Inti cerita yang ditunjukkan oleh penggalan tersebut adalah…. A. Dukun yang meramalkan bahwa Lasuddin akan meninggal di pisau sunat. B. Kekhawatiran orang tua Lasuddin akan ramalan-ramalan dukun. C. Keturunan orang tua Lasuaddin akan habis di ujung pisau mendahului kakak-

kakanya. D. Kebiasaan di kampung Lasuddin menyunat dilakukan oleh dukun. E. Ketentraman warga terusik dengan ramalam dukun.

Page 36: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Cermatilah penggalan cerita pendek dengan saksama! (1)Lelaki berkacamata itu membuka kancing baju kemejanya bagian atas. (2) Ia kelihatan gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam ruangan yang berpendingin.(3) Akan tetapi, ketika seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. (4)Seakan lelaki itu begitu pandai menyimpan kegelisahannya. (5) “Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum. “Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau. 19. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi. Kaidah kebahasaan tersebut terlihat pada nomor…. A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) E. (5) 20. Struktur yang ditunjukkan oleh penggalan tersebut adalah…. A. Pengenalan situasi B. Pengungkapan peristiwa C. Menuju pada situasi konflik D. Penyelesaian E. Puncak konflik Kunci Jawaban 1. C 2. B 3. A 4. D 5. C 6. D 7. E 8. B 9. B 10. C 11. C 12. D 13. A 14. D 15. D 16. E 17. E 18. A 19. C 20. B

Page 37: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

DAFTAR PUSTAKA Baribin, Raminah. 1985. Teori dam Apresiasi Prosa Fiksi. Bekasi: IKIP Bekasi Press. Endraswara, Suwardi. 2005. Metode & Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka. Kosasih, Engkos. 2017. Cerdas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI

kelompok Peminatan Bahasa dan Budaya. Jakarta: Erlangga. Kusmayadi, Ismail. 2010. Lebih Dekat dengan Cerpen. Jakarta: Kreasindo Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Sumardjo, J. dan Saini, K.M., 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Sumiati. 2020. Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Direktorat Sekolah Menengah Atas.

Wiyanto, Asul. 2005. KesusastraanSekolah. Jakarta: Grasindo. Zulfahnur, dkk. 1997. Teori Sastra. Jakarta : Depdikbud.

Dari internet https://www.materi.carageo.com/cerpen-adalah/ diakses tanggal 4 September 2020 https://notepam.com/unsur-intrinsik-cerpen/ diakses tanggal 4 September 2020 https://greatedu.co.id/greatpedia/pengertian-dan-nilai-nilai-kehidupan-dalam-cerpen diakses tanggal 4

September 2020 https://tarunala.blogspot.com/2017/09/cerpen-hamsad-rangkuti-panggilan-rasul.htm diakses tanggal 4

September 2020 https://www.kompasiana.com/sumiati17/5cacfa6395760e22963d53f4/tragis diakses tanggal 4

September 2020 https://text-id.123dok.com/document/7q0xxrn3q-mengonstruksi-sebuah-cerita-pendek-dengan-

memperhatikan-unsur-unsur-pembangun.html diakses tanggal 4 Oktober 2020 https://www.kompasiana.com/funyfebrianti/5a65f48116835f73c7772443/analisis-intrinsik diakses

tanggal 3 Oktober 2020 https://www.gramedia.com/literasi/unsur-ekstrinsik-novel-dan-cerpen/ diakses 20 Juli 2021 https://mrofiudin29.blogspot.com/2018/02/makalah-bahasa-indonesia-kelas-11-cerpen.html diakses

30 Juli 2021 https://www.ambarisna.com/2021/02/soal-ulangan-cerpen.html diakses 30 Juli 2021

Page 38: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Lampiran 2 : Cerpen Bergambar Janji Terakhir Oleh Efih Sudini Afrilya

Page 39: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 40: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 41: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 42: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 43: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 44: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 45: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 46: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 47: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek
Page 48: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Lampiran 3: Penilaian Sikap

A. LEMBAR PENILAIAN DISKUSI ( INDIVIDU /PESERTA DISKUSI)

Kelompok Kelas Jurusan Materi Pokok Sub Tema

……………………………………. XI Teks Cerita Cerpen Unsur Pembangun Cerpen

No Nama Siswa Aspek Penilaian Jumlah

Skor

Nilai

1 Sikap Argumentasi (bertanya/

berpendapat

Tata

Bahasa

2

3

dst

* skor setiap indikator 0 – 100

Keterangan pengisian skor presentasi kelompok

Interval Nilai Kualitatif Predikat

81 – 100 A SANGAT BAIK

61 – 80 B BAIK

50 – 60 C CUKUP

˂ 60 D KURANG

Keterangan Indikator Penilaian Individu

No Indikator Keterangan

1

Sikap Menunjukan sikap terpuji (sopan, toleransi, semangat, Kerjasama, kesopanan dan tanggung jawab) pada saat berjalannya diskusi

Kesesuaian penempatan materi dengan gambar, grafik,

dan bagan

2

Argumentasi

(bertanya/berpendapat)

Rasional, relevan, sistematis, dan sesuai dengan kaidah

keilmuan secara konsep dan teori

3

Tata Bahasa

Rektorika dalam berbicara, Penggunaan Bahasa yang benar/tepat, jelas dan wajar

Page 49: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

B. LEMBAR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI UNTUK KELOMPOK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Kelompok Kelas Jurusan Materi Pokok Sub Tema

…………………………………….

XI Teks Cerita Cerpen Unsur Pembangun Cerpen

No Nama Siswa Kinerja Presentasi Jumlah

Skor

Nilai

1 Kebenaran

Subtansi

Penyajian

Materi

Grafis

2

3

dst

* skor setiap indikator 0 – 100 Keterangan pengisian skor presentasi kelompok

Interval Nilai Kualitatif Predikat

81 – 100 A SANGAT BAIK

61 – 80 B BAIK

50 – 60 C CUKUP

˂ 60 D KURANG

Keterangan Indikator Kinerja Presentasi

No Indikator Keterangan

1

Kebenaran Subtansi

Sesuai kaidah kaidah keilmuan secara konsep dan teori

Menuliskan / menyampikan sumber referensi materi Kesesuaian

penempatan materi dengan gambar, grafik, dan bagan

2

Penyajian Materi Struktur pembuatan materi sesuai dengan keilmuan Sistematis dalam penyampaian Bervariasi dalam penyampaian

3 Kreativitas Kemampuan kelompok / siswa dalam penyajian materi ( unik, baru, berbeda)

Page 50: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Lampiran 4: Lembar penilaian Pengetahuan

Kelas XI

Materi Pokok : Teks Cerita pendek

Sub Tema : Unsur Pembangun Cerita pendek

Penilaian pengetahan dilaksanakan secara tertulis yang berkaitan dengan unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik cerpen JANJI TERAKHIR Oleh Efih Sudini Afrilya

No Nama Siswa Uraian Pertanyaan Skor

Instrumen Penilaian Pengetahuan

No Pertanyaan Uraian Jawaban Skor

1 a. Apakah cerpen ini

menarik untuk kalian ?

b. Kenapa kalian katakan

cerpen ini menarik?

c. Bisa tolong bagian

mana yang menunjukkan

cerita ini membuat kalian

tertarik untuk

membacanya?

a. Menarik

b. Karena alur ceritanya menggambarkan masa

dimana kita mulai mengenai cinta

c. Saat sampai ke tempat parkir, aku melihat

Elga bersama seorang wanita. Aku tidak bisa

melihat wajah wanita itu karena dia

membelakangiku. Mungkin Elga

menghianatiku lagi. Kali ini aku tidak bisa

memaafkannya. Mereka masuk ke dalam

mobil, aku bisa melihat wanitaitu, sangat

jelas, dia sahabatku, Flora…. Sungguh, aku

benar-benar tidak bisa memaafkan Elga.

15

2 Tentukan Unsur Intrinsik

JANJI TERAKHIR

Oleh Efih Sudini Afrilya

a. Siapa nama tokoh utamanya?

Nilam dan Elga 5

b. Bagaimanakah sifat tokoh utama dalam cerpen ini?

Perwatakan

Nilam : Sabar, Pemaaf, Teguh pendirian

El:ga : Pembohong, Playboy

10

Page 51: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

c. Siapa nama teman Nilam yang yang menyarankan agar putus dengan Elga?

Flora 5

d. Bagaimana pula sifat Flora?

Perwatakan

Flora : Pengkhianat, Bermuka dua

10

e. Mengapa Nilam begitu marah kepada Elga?

Karena Elga kepergok jalan dengan flora dan berbohong bahwa flora itu adalah kakaknya

10

f. Dari tokoh yang ada siapakah yang paling kalian sukai?

Nilam 5

g. Bagaimanakah watak tokoh yang kalian sukai itu?

Pemaaf 5

h. Bagaimana akhir cerita dari cerpen ini?

Tragis. Tokoh Elga meninggal dunia karena tertabrak mobil ketika mengejar Nilam untuk meminta maaf

10

2. Tentukan Unsur Ekstrinsik

Cerpen JANJI TERAKHIR

Oleh Efih Sudini Afrilya

Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat sekitar dalam

kondisi sosial masyarakat yang mampu

5

Latar Belakang Penulis

Riwayat hidup penulis berangkat dari keluarga

yang mampu

10

Nilai-nilai

Nilai yang muncul adalah nilai moral dan nilai

sosial

10

Jumlah Nilai Skor 100

Page 52: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Lampiran 5: Lembar Penilaian Keterampilan

Kelas XI

Materi Pokok : Teks Cerita pendek

Sub Tema : Unsur Pembangun Cerita pendek

Penilaian Unjuk Kerja

Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian keterampilan

berbicara sebagai berikut:

Instrumen Penilaian

No

Aspek yang Dinilai

Sangat

Baik

(100)

Baik

(75)

Kurang

Baik

(50)

Tidak

Baik

(25)

1 Kesesuaian respon dengan

pertanyaan

2 Keserasian pemilihan kata

3 Kesesuaian penggunaan tata

bahasa

4 Pelafalan

Kriteria penilaian (skor)

100 = Sangat Baik

75 = Baik

50 = Kurang Baik

25 = Tidak Baik

Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal

dikali skor ideal (100)

Instrumen Penilaian Diskusi

No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25

1 Penguasaan materi diskusi

2 Kemampuan menjawab pertanyaan

3 Kemampuan mengolah kata

4 Kemampuan menyelesaikan masalah

Keterangan :

100 = Sangat Baik

75 = Baik

50 = Kurang Baik

25 = Tidak Baik

Page 53: Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Penilaian Portofolio

Kumpulan semua tugas yang sudah dikerjakan peserta didik, seperti catatan, PR, dll

Instrumen Penilain

No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25

1

2

3

4

Keterangan :

100 = Sangat Baik

75 = Baik

50 = Kurang Baik

25 = Tidak Baik