ABSTRAK Hermansyah, 2013. Gambaran Tingkat Konsumsi Energi, Lemak Dan Natrium Terhadap Profil Lipid Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Ruang Rawat Inap Rsud Waluyojati Kraksaan. Program Studi DIII Gizi Malang, Jurusan Gizi. Politeknilk Kesehatan Kemenkes Malang. Pembimbing Utama : Endang Widajati, SST., M. Kes, pembimbing Pendamping : Dwie Soelistyorini, SST.,M. Kes. Penyakit jantung koroner merupakan suatu penyakit pengerasan dinding pembuluh darah baik arteri yang kecil maupun yang besar yang disebabkan penimbunan lemak dan meningkatkan permeabilitas komponen plasma seperti trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol sehingga zat-zat tersebut masuk ke dalam arteri dan mengalami penyempitan. Tujuan umum penelitian ini yaitu mengkaji gambaran tingkat konsumsi energi, lemak dan natrium terhadap profil lipid pasien penyakit jantung koroner di ruang rawat inap RSUD Waluyojati Kraksaan. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui karakteristik pasien, terapi diet pasien, tingkat konsumsi lemak dan kolesterol, tingkat konsumsi natrium, dan mengetahui profil lipid pasien penyakit jantung koroner (HDL, LDL, TG dan Kolesterol Total). Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasional deskriptif, dengan design penelitian berupa studi kasus yang dilaksanakan pada bulan Juli 2013. Subjek penelitian sebanyak 10 pasien dengan kriteria yang telah ditetapkan. Data yang dikumpulkan yaitu gambaran umum pasien, data kebutuhan energi dan zat gizi, data terapi diet, data asupan energi dan zat gizi, data asupan natrium, data pengukuran tekanan darah, dan data profil lipid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan didiagnosa penyakit jantung koroner serta ada 2 pasien dengan komplikasi hipertensi, 1 pasien dengan komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diet yang diberikan berupa Diet Jantung 1500 Kkal + RG dan 1700 Kkal + RG. Asupan energi, lemak dalam kategori defisit masing-masing 9 dan 5 orang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ABSTRAK
Hermansyah, 2013. Gambaran Tingkat Konsumsi Energi, Lemak Dan Natrium Terhadap Profil Lipid Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Ruang Rawat Inap Rsud Waluyojati Kraksaan. Program Studi DIII Gizi Malang, Jurusan Gizi. Politeknilk Kesehatan Kemenkes Malang.Pembimbing Utama : Endang Widajati, SST., M. Kes, pembimbing Pendamping : Dwie Soelistyorini, SST.,M. Kes.
Penyakit jantung koroner merupakan suatu penyakit pengerasan dinding pembuluh darah baik arteri yang kecil maupun yang besar yang disebabkan penimbunan lemak dan meningkatkan permeabilitas komponen plasma seperti trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol sehingga zat-zat tersebut masuk ke dalam arteri dan mengalami penyempitan. Tujuan umum penelitian ini yaitu mengkaji gambaran tingkat konsumsi energi, lemak dan natrium terhadap profil lipid pasien penyakit jantung koroner di ruang rawat inap RSUD Waluyojati Kraksaan. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui karakteristik pasien, terapi diet pasien, tingkat konsumsi lemak dan kolesterol, tingkat konsumsi natrium, dan mengetahui profil lipid pasien penyakit jantung koroner (HDL, LDL, TG dan Kolesterol Total).
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasional deskriptif, dengan design penelitian berupa studi kasus yang dilaksanakan pada bulan Juli 2013. Subjek penelitian sebanyak 10 pasien dengan kriteria yang telah ditetapkan. Data yang dikumpulkan yaitu gambaran umum pasien, data kebutuhan energi dan zat gizi, data terapi diet, data asupan energi dan zat gizi, data asupan natrium, data pengukuran tekanan darah, dan data profil lipid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan didiagnosa penyakit jantung koroner serta ada 2 pasien dengan komplikasi hipertensi, 1 pasien dengan komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diet yang diberikan berupa Diet Jantung 1500 Kkal + RG dan 1700 Kkal + RG. Asupan energi, lemak dalam kategori defisit masing-masing 9 dan 5 orang pasien. Sedangkan tingkat konsumsi kolesterol tergolong baik sebanyak 9 pasien dan 1 pasien dalam kategori buruk. Begitu juga perkembangan tekanan darah pasien yaitu pada hasil akhir menunjukkan 10 pasien tekanan darahnya tergolong normal. Perkembangan profil lipid (kolesterol total, Trigliserida, HDL, dan LDL) pada saat akhir penelitian yaitu untuk kolesterol total tidak ada perubahan, untuk TG dan LDL ada perkembangan perubahan yaitu masing-masing 8 dan 4 pasien dalam kategori normal. sedangkan untuk profil lipid HDL yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 7 pasien.
. Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada pihak rumah sakit supaya
Standar diet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dan memberikan penyuluhan tentang pemilihan jenis bahan makanan supaya pasien tidak sembarangan mengkonsumsi makanan dari luar.
Kata kunci : Penyakit jantung koroner, terapi diet, tingkat konsumsi energi, lemak, dan natrium, profil lipid, tekanan darah
ABSTRACT
Hermansyah, 2013. Overview Energy Consumption, Fat And Sodium Against Lipid Profile of Coronary Heart Disease Patients In Hospital Inpatient Room Waluyojati Kraksaan. Malang Nutrition Studies Diploma Program, Department of Nutrition. MoH Health Politeknilk Malang.Main supervisor: Endang Widajati, SST., M. Kes, supervising companion: Dwie Soelistyorini, SST., M. Kes.
Coronary heart disease is a disease hardening of the arterial walls of blood vessels either small or large induced fat accumulation and increase the permeability of the plasma components such as triglycerides, phospholipids, and cholesterol so that these substances into the arteries and narrowed. The general objective of this research is assessing level overview of energy consumption, fat and sodium on the lipid profile of patients of coronary heart disease in hospital wards Waluyojati Kraksaan. While the goal was to determine the characteristics of the particular patient, diet therapy patients, the level of fat and cholesterol intake, sodium consumption levels, lipid profile and determine coronary heart disease patients (HDL, LDL, TG and total cholesterol).
This type of research used in this study was an observational descriptive, with a design case study research that was conducted in July 2013. Research subjects, 10 patients with established criteria. The data collected is an overview of the patient, the data needs of energy and nutrients, dietary therapy of data, the data energy and nutrient intake, sodium intake of the data, the data measurement of blood pressure, and lipid profile data.
The results showed that patient sex and the men and women diagnosed with coronary heart disease, and there were 2 patients with complications of hypertension, 1 patient with complications of Diabetes Mellitus (DM). Given a diet Diet Heart 1500 Kcal and 1700 Kcal + RG + RG. Energy intake, fat deficits in each category 9 and 5 patients. While the level of consumption is quite good cholesterol as much as 9 patients and 1 patient in the poor category. So also the development of the patient's blood pressure at the final results showed 10 patients classified as normal blood pressure. Development of the lipid profile (total cholesterol, triglycerides, HDL, and LDL) at the end of the study was to no change in total cholesterol, TG and LDL to no change in the development of each of 8 and 4 patients in the normal category. whereas for HDL lipid profiles were included in the low category by 7 patients..
Based on this research to the hospital suggested that dietary standards need to be adjusted to the needs of the patient, and providing information about the selection of the type of food that the patient does not carelessly taking food from outside.
Keywords: Coronary heart disease, diet therapy, the level of energy consumption, fat, and sodium, lipid profile, blood pressure
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Konsumsi Lemak dan Natrium Terhadap
Profil Lipid Pasien Penderita Penyakit jantung Di RSUD Waluyojati Kraksaan”
sehubungan dengan selesainya karya tulis ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Umum Waluyojati Kraksaan Probolinggo
2. Kepala Instalasi Gizi RSUD Waluyojati Kraksaan yang telah memberikan
arahan selama proses penelitian
3. Kepala Ruang Rekam Medik, Ruang MASKIN, Ruang DALAM, Ruang
Paviliun Utama, Ruang ICU Rumah Sakit Umum Waluyojati Kraksaan
4. B. Doddy Riyadi. SKM.,MM selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang
5. I Dewa Nyoman Supariasa, MPS selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang
6. I Nengah Tanu Komalyna, DCN. SE., selaku Ketua Program Study DIII
Jurusan Gizi Politeknik KesehatanKemenkes Malang ketua penguji
7. S. Rum Teguh K, SKM, M.Kes., selaku ketua penguji Karya Tulis Ilmiah
8. Endang Widajati, SST, M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah
9. Dwie Soelistyorini, SST, M.Kes selaku pembimbng II Karya Tulis Ilmiah
10. Pasien yaitu penderita penyakit jantung yang telah berkontribusi dalam
pelaksanaan penelitian
11. Kedua orang tua, teman-teman dan berbagai pihak yang selalu
memberikan dukungan, semangat, dan do’a.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
Tabel 2. Kebutuhan Energi Berdasarkan Kategori Aktivitas Fisik.......................27
Tabel 3. Kebutuhan Energi Berdasakan Kategori Faktor Stres.............................27
Tabel 4. Kadar Lipid Serum Normal.....................................................................29
Tabel 5. Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosa Medis, Jenis Kelamin, Umur, Status Gizi, dan Tekanan Darah.............................................................................30
Tabel 13. Perkembangan Profil Lipid ( Kolesterol Total) Pasien..........................41
Tabel 14. Data Karakteristik Pasien Pasien Berdasarkan Antropometri, Tekanan Darah dan Riwayat Gizi Dahulu............................................................................55
Tabel 15. Asupan Pasien Selama 3 hari.................................................................56
Tabel 16. Terapi Diet Pasien Asupan Energi Dan Zat Gizi Subjek Selama Penelitian................................................................................................................62
Tabel 17. Nilai Laboratorium Profil Lemak Pasien Selama Penelitian Di Rumah Sakit Waluyojati Kraksaaan...................................................................................64
Tabel 18. Status Gizi Pasien.................................................................................65
Tabel 19. Data Perkembangan Tekanan Darah Pasien Selama 3 Hari..................66
Tabel 21. Asupan Energi Dibandingkan Dengan Kebutuhan Dan Standar Diet Rumah Sakit...........................................................................................................68
Tabel 22. Asupan lemak Dibandingkan Dengan Kebutuhan Dan Standar Diet Rumah Sakit...........................................................................................................69
Tabel 23. Asupan Kolesterol Dibandingkan Dengan Kebutuhan Dan Standar Diet Rumah Sakit...........................................................................................................70
Tabel 24. Asupan Natrium Dibandingkan Dengan Kebutuhan Dan Standar Diet Rumah Sakit...........................................................................................................71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung merupakan penyakit
nomor satu di dunia dalam artian penyakit yang paling banyak ditemukan
diseluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa penyakit
jantung, infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab
utama kematian di dunia, serangan jantung dan problem seputarnya masih
menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap
tahun. Peringkat kedua diduduki penyakit infeksi dengan 16,2 persen kematian,
disusul kanker yang diklaim menyebabkan 12,6 persen kematian di dunia
(Kompas, 2008). Adapun menurut Soediawan 2009, Indonesia merupakan salah
satu negara yang menduduki sebagai penyebab kematian yang banyak (17,5 juta)
ditahun 2005. Pendapat ini setara dengan Lenterabiru 2002, angka kematian
akibat Penyakit jantung yang diperkirakan meningkat 11 juta pada tahun 2020
(J.B. Suharjo, 2008).
Pola makan yang kurang baik merupakan penyebab dari penyakit degeneratif
salah satunya penyakit jantung koroner. Mengkonsumsi energi berlebihan akan
disimpan dalam tubuh. Dalam hal ini penghasil energi atau kalori utama yaitu
lemak dan karbohidrat namun yang paling banyak dikonsumsi adalah
karbohidrat. Konsumsi kalori dari karbohidrat yang berlebihan diubah oleh tubuh
menjadi lemak tubuh, yang mengakibatkan terjadinya berat badan berlebih atau
kegemukan (Almatsier, 2004). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan
Khomsan 2003, bahwasanya meningkatnya konsumsi kalori dalam bentuk
karbohidrat dan lemak akan meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatetik
sehingga mempercepat denyut jantung dan mikromolekuler dari karbohidrat dan
lemak yang dapat meningkatkan profil lipid dalam darah kemudian dibawa ke
jaringan dan organ tubuh sehingga mengakibatkan seseorang gemuk atau
obesitas. Itulah sebabnya orang yang gemuk karena kelebihan konsumsi lemak
sering mengalami jantung koroner.
Bagi orang yang menderita penyakit jantung tingkat konsumsi natrium
harus dikurangi karena menyebabkan beberapa penyakit penyerta lainnya.
Pengaruh konsumsi garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Suyono 2001),
pendapat ini senada dengan Beevers 2002 yaitu, Konsumsi garam memiliki efek
langsung terhadap tekanan darah karena garam mengandung natrium yang
merupakan cairan ekstra sel sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah. Para
peneliti yang bekerja dalam sebuah penelitian besar yang dilakukan pada 2007
menemukan bahwa pasien dengan tekanan darah tinggi yang normal mendapat
keuntungan secara signifikan dengan mengurangi asupan garam mereka, oleh
karena itu risiko mereka menderita penyakit jantung koroner menurun hingga 25
persen untuk 10 hingga 15 tahun mendatang. Kemungkinan mereka meninggal
akibat penyakit jantung koroner juga turun sebanyak 20 persen (Kompas, 2011).
Rumah Sakit Waluyojati Kraksaan merupakan salah satu rumah sakit
rujukan di daerah probolinggo. Berdasarkan hasil studi pendahuluan penyakit
jantung merupakan peringkat dua dari lima peringkat besar penyakit di RSUD
Waluyojati, disamping itu jumlah pasien yang membutuhkan diet jantung
sebagian besar mengalami penambahan ( laporan bulanan instalasi gizi RSUD
Waluyojati Kraksaan tahun 2012) yaitu pada bulan Agustus sebanyak 58 dan pada
bulan September 69 pasien. Sedangkan dari hasil rekam medik terkait dengan
persentase pasien yang terdiagnosa penyakit jantung dan menjalani rawat inap
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 sebanyak 241 pasien, 2010
sebanyak 247 pasien, dan pada tahun 2011 sebanyak 288 pasien, sehingga
persentase pada tahun 2009 ke 2010 sebesar 2,4% dan pada tahun 2010 ke 2011
sebesar 14%.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji
Tingkat Konsumsi Energi, Lemak dan Natrium Terhadap Profil Lipid Pasien
Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Waluyojati Kraksaan
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Konsumsi Energi, Lemak dan Natrium Terhadap Profil
Lipid Pasien Penderita Penyakit Jantung Koroner di RSUD Waluyojati
Kraksaan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Konsumsi Energi, Lemak Dan Natrium
Terhadap Profil Lipid Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD Waluyojati
Kraksaan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui karakteristik (diagnosa pasien, umur, jenis kelamin, status
gizi, riwayat gizi dan tekanan darah) pasien penyakit jantung koroner di
Rumah Sakit Umum Daerah Waluyojati Kraksaan
b. Mengetahui terapi diet yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah
Waluyojati Kraksaan
c. Mengetahui tingkat konsumsi lemak dan kolesterol, natrium pasien
penyakit jantung di Rumah Sakit Umum Daerah Waluyojati Kraksaan
d. Mengetahui profil lipid pasien penyakit jantung (HDL, LDL, TG,
Kolesterol total)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan upaya pelayanan maksimal dalam memberikan terapi diet pada
pasien penyakit jantung koroner khususnya standar diet untuk menstabilkan
kadar profil lipid pasien.
2. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan serta pengalaman nyata kepada peneliti mengenai
gambaran tingkat konsumsi lemak dan natrium terhadap profil lipid pasien
penyakit jantung koroner.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Jantung Koroner
1. Definisi
Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02
dan makanan yang dibutuhkan jantung agar dapat berdifusi dengan baik. penyakit
jantung koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan
pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini
pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak
(atheroma dan plaques) pada dinding pembuluh darah (Price, 2006).
Aterosklerosis merupakan suatu penyakit pengerasan dinding pembuluh darah
baik arteri yang kecil maupun yang besar yang disebabkan penimbunan lemak,
trombosit, leukosit dan makrofag di lapisan sel endotelium dan akhirnya ke
lapisan otot polos. Infeksi atau kelainan pada sel endotelium meningkatkan
permeabilitas komponen plasma seperti trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol
sehingga zat-zat tersebut masuk ke dalam arteri dan mengalami penyempitan
(Price, 2006). Oksidasi asam lemak tersebut menghasilkan radikal bebas yang
merusak pembuluh darah. Hal itu merupakan awal terjadinya inflamasi dan
gangguan pada imun yaitu sel darah putih yang mengeluarkan sitokin
proinflanmatori poten dan dapat mengaktifkan sel T dan sel B, sel tersebut
menarik lebih banyak sel darah putih dan menstimulasi proses koagulasi darah ke
area lesi (Taylor 2006).
Pada saat penempelan di lapisan endotelium terjadi osmolaritas interstisial
yang dapat memperburuk siklus inflamasi. Akumulasi sel darah putih dan
pelepasan mediator inflamasi merupakan suatu akibat dari gabungan penyebab
terbentuknya lesi di dinding pembuluh darah. Selain itu kolesterol dan asam
lemak mendapat akses ke tahap indikasi kerusakan arteri dan agregasi trombosit
mulai meningkat dan membentuk koagulasi darah yang menumpuk (trombus).
Penimbunan kolesterol dan asam lemak membentuk deposit jaringan parut dan
profilerasi sel otot polos (Price, 2006).
2. Patofisiologi
Aterosklerosis koroner pembuluh arteri, semakin bertambahnya umur dalam
arteri juga terjadi proses seperti penebalan lapisan intima, berkurangnya
elastisitas, penumpukan kalsium dan bertambahnya lapisan intima , perubahan
variabel intima arteri yang merupakan akumulasi fokal lemak, kompleks
karbohidrat, darah dan hasil produk darah, jaringan fibrous dan deposit kalsium
yang kemudian diikuti oleh perubahan lapisan media (WHO, 1958). Menurut
Price, 2006 pembuluh arteri koroner terdiri dari tiga lapisan yaitu : Tunika intima
yang terdiri dari dua bagian. Lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang
memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan sub
endotelium. Sel ini menghasilkan prostaglandin, heparin dan aktivator
plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi,
dan juga jaringan ikat yang memisahkan dengan lapisan yang lain.
Lapisan otot jantung yaitu tunika media merupakan lapisan otot dibagian
tengah dinding arteri yang mempunyai tiga bagian; bagian sebelah dalam disebut
membran elastin internal kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar
memberana elastika eksterna.Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan
ikat dan dikelilingi oleh vasavasorum yaitu jaringan arteriol (Price, 2006). Pada
pembuluh koroner terlihat penonjolan yang diikuti dengan garis
lemak (fattystreak) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur di bawah 10
tahun. Pada kebanyakan orang umur 30 tahun garis lemak ini tumbuh lebih
progresif menjadi fibrous plaque yaitu suatu penonjolan jaringan kolagen dan sel-sel
nekrosis.Lesi ini padat, pucat berwarna kelabu yang disebut ateroma. Lesi
kompleks terjadi apabila pada plak fibris timbul nekrosis dan terjadi perdarahan
trombosis, ulserasi, kalsifikasi atau aneurisma (Price, 2006).
3 Etiologi
a. ateroklerosis Penyumbatan pembuluh darah di tunika intima karena adanya penimbunan
lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria. Akibat itu terjadi
penyempitan pembuluh darah. Secara otomatis terjadi resistensi terhadap
aliran darah meningkat. Kemungkinan yang terjadi yaitu penurunan
vaskularisasi untuk melebar. Vaskularisasi menyebabkan nutrisi dan oksigen
tidak terbawa ke jantung dengan baik dan pada tahap selanjutnya terjadi \
iskemik. Plak ateroma juga sering menonjol melalui intima masuk aliran darah
dan permukaan plak yang kasar menyebabkan terbentuknya bekuan darah,
dengan akibatnya trombus atau embolus ( Guyton, Arthur C, 1997).
Penyebab ateroklerosis berdasarkan Elizabeth J. Corwin (2009) antara lain
yaitu :
1) Kolesterol serum yang tinggi
Kadar kolesterol serum dan trigliserida yang tinggi dan dapat
menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Kolesterol dalam darah tebungkus
oleh lipoprotein. Lipoprotein yang tinggi (HDL) membawa lemak keluar sel
untuk diuraikan dan diketahui bersifat protektif terhdap ateroklerosis.
Lipoprotein yang berdensitas rendah (LDL) dan yang sangat rendah (VLDL)
membawa lemak ke sel tubuh.
2) Obesitas
Masalah obesitas meningkat pada pria maupun wanita, yang berhubungan
dengan gaya hidup yang kurang gerak (olahraga). Peningkatan Body Mass
Index (BMI) menambah rasio kejadian serangan jantung dan kematian
karenanya. Berbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara
BMI dengan lemak tubuh dan risiko terkena penyakit degeneratif atau risiko
kematian karena penyakit degeneratif ( Riyadi, 2001).
3) Tekanan darah tinggi
Tekanan darah yang tinggi secara kronis dapat menimbulkan gaya
regang/potong yang merobek lapisan endotel arteri dan arteriol. Gaya regang
terutama timbul ditempat-tempat arteri bercabang (bifurkasi) atau membelok.
Robeknya lapisan endotel maka timbul kerusakan yang berulang-ulang
sehingga terjadi peradangan, penimbunan sel darah putih dan trombosit, serta
pembekuan (Elizabeth J. Corwin, 2009).
4) Trombosis
Trombosis adalah pemadatan isi darah yang pembentukannya terjadi di
dalam sistem pembuluh darah.
Ada tiga faktor predisposisi terbentuknya trombus yaitu :
Perubahan pada permukaan intima pembuluh darah
Perubahan pada pola aliran darah
Perubahan pada kandungan darah
(Elizabeth J. Corwin, 2009).
5) Emboli
Embolus adalah masa yang beredar dalam sistem pembuluh darah dan
kemudian dapat berhenti serta menutup lumen pembuluh darah. Bahan
embolus tersebut dapat berasal dari tubuh atau dari luar tubuh baik berupa
padat, cairan maupun gas. Emboli beredar dalam peredarah darah melewati
cabang pembuluh darah sampai mencapai pembuluh darah kecil sehingga
masa emboli tersebut berhenti karena tidak dapat melewati dan berefek pada
sirkulasi kolateral yang menuju pada arteri tersebut tidak sampai (Elizabeth J.
Corwin, 2009).
b. Infark Miokard
Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan karena
rasa sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi dari pasien
yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang merasa
nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok dan
edem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba
meninggal.
4 Gejala Klinik
Gejala klinik penyakit jantung pada usia dewasa muda jarang sekali
dinyatakan oleh pasien secara langsung, tanda dan gejala tidak khas dan
asimtomatic.banyak studi menunjukkan hanya sekitar 3 % dari semua kasus
penyakit jantung tejadi dibawah 40 tahun. Yang menjadi ciri khas dan merupakan
faktor tunggal yang berhubungan kuat atas kejadian penyakit jantung pada usia
muda adalah merokok sigaret menemukan pada pasien yang menjadi kajian pada
framingham heart study memiliki resiko 3 kali lebih tinggi pada perokok usia 35 –
45 tahun. Berdasarkan Price, 2006 gejala klinik pada penyakit jantung sebagai
berikut :
a. Angina pektoris
Angina pektoris adalah jeritan otot jantung yang merupakan sakit dada
kekurangan oksigen. Satu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia miokard
yang sementara. Akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan
kemampuan pembuluh darah koronaria untuk menyediakan oksigen
secukupnya guna kontraksi miokard. Ada beberapa subyek klinik terkait
dengan angina pektoris antara lain yaitu :
1) Angina pektoris stabil.Angina pektoris stabil yaitu frekuensi gejala yang timbul tetap baik
lamanya maupun kadar pencetusnya. Rasa nyeri sering menjalar ke lengan
kiri atas/bawah bagian medial leher, daerah maksila hingga dagu atau
punggung, tetapi jarang menjalar ke tangan.
2) Angina pektoris tidak stabil.
Angina pektoris tidak stabil yaitu pola gejala yang timbul berubah-
berubah, baik frekuensinya, lamanya, maupun yang dirasakan. Nyeri
bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang sering
bertambah.
3) Angina variant
Angina variant disebabkan karena terjadinya spasme arteri koroner.
Kejadian tidak didahului oleh meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.
Hal ini dapat terjadi pada arteri koroner yang mengalami stenosis ataupun
normal. Proses spasme biasanya bersifat lokal hanya melibatkan satu arteri
koroner, dan sering terjadi pada daerah arteri koroner yang mengalami
stenosis.
4) Gejala dan Tanda angina pekoris Nyeri seperti dipukul/ditimpa benda berat disertai nyeri abdomen
(kadang-kadang) dan bangguan pencernaan (mual, muntah-muntah
dan anoreksia).
Nyeri timbul secara tiba-tiba lebih hebat dan lebih lama dari angina
pektoris
Faktor-faktor yang dihubungkan dengan nyeri :
Aktifitas
Stress
Istirahat.
5 Faktor Resiko penyebab Jantung menurut Price (2006)
a. Terkendali
1) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung,
sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri
(faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi. Serta
tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina
pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada
penderita hipertensi dibandingkan orang normal.
2) Kadar Kolesterol dalam Darah
Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut
menyempitdan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini
akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga
aliran darah pada pembuluh derah koroner yang fungsinya memberi suplay
oksigen dan nutrisi terganggu atau menjadi kurang. Itu akan menyebabkan otot
jantung menjadi lemah,sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.
3) Merokok
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena
rangsanganoleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi CO.
Katekolamin juga dapat menambah reaksi trombosis dan juga menyebabkan
kerusakan dindingarteri, sedangkan glikoprotein tembakau dapat menimbulkan
reaksi hipersensitif dinding arteri. Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar
HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok
yang diisap, kadar HDL kolesterol makin menurun.
4) Kegemukan
Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL
kolesterol. Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai
predisposisi penyakit pembuluh darah. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi
terjadi peningkatan tipe IV hiperlipidemia dan hipertrigliserid, pembentukan
platelet yang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi.
5) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kadar
gula darah yang melebihi normal. Menurut WHO (1985), kadar gula darah normal
waktu puasa tidak boleh melebihi 120 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah
makan kurang dari 200 mg/dl. Penderita DM memilliki resiko relatif 2 kali lebih
besar terkena penyakit jantung dibanding yang bukan DM.
6) Stres
Ketegangan saraf (stres) juga berperan atas terjadinya penyakit jantung.
Sebab dampak stres dan selalu tegang akan menimbulkan gangguan irama jantung
yang bisa berakibat fatal. Selain itu juga secara langsung maupun tidak langsung
dapat mengganggu aliran darah koroner, karena stres memicu pengeluaran zat
katekolamin yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah jantung
serta peningkatan denyut jantung, sehingga dapat menyebabkan terganggunya
suplai darah ke jantung.
b. Tidak Terkendali
Ini merupakan faktor yang tidak dapat dirubah yaitu :
1) Jenis kelamin
2) Usia > 35 tahun
3) Keturunan
B. Tingkat konsumsi Lemak dan kolesterol
Lemak atau lipid adalah ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur
karbon, hidorgen dan oksigen yang bersifat larut dalam pelarut lemak seperti
benzena dan eter (Lubis, 2009). Lemak adalah makanan terdiri dari trigliserida,
kolesterol dan fosfolipid dan terbanyak dalam bentuk trigliserida.
Berdasarkan ikatan lemaknya dan kemudahan proses pencernaan, lemak
yang mengandung asam lemak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak
mengandung asam lemak jenuh sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam
lemak tak jenuh ganda dan tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali
minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan.
Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebih dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah arteri sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung dan
menderita penyakit jantung. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi
risiko menderita penyakit jantung, karena lemak ikan mengandung omega 3.
Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada
dinding pembuluh darah (lubis, 2009).
Lemak didasarkan struktur dan fungsinya berbeda-beda. Komponen utama
lemak terdiri dari : asam lemak, turunan asam lemak (ester gliserol, ester
kolesterol, dan glikolipid), dan sterol beserta turunannya (kolesterol, asam
empedu, steroid, dan komponen minor yaitu vitamin-vitamin yang larut lemak dan
prostaglandin). Fungsi utama lemak yaitu menyuplai sejumlah energi dengan
volume relatif sedikit, membantu absorpsi vitamin-vitamin larut lemak, sumber
asam lemak esensial yang tidak dapat disintesa oleh tubuh ( Piliang & Al-Haj,
2006).
Kolesterol adalah salah satu turunan dari lemak yang saat in banyak
diteliti karena keterkaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. kolesterol
adalah lemak berwarna kekuning-kuningan dan berupa seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh terutama di liver (Heslet, 2007). WHO (1990) dalam
Almatsier (2009) menganjurkan konsumsi kolesterol kurang dari 300 mg sehari.
Hasil penelitian Jonnalagadda dkk pada tahun 1996 dalam linder 1992, konsumsi
tinggi asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar koleterol dalam plasma,
diperkirakan setiap penambahan asam lemak jenuh 1% dari totral kalori terjadi
peningkatan kolesterol darah sebanyak 1, 9 mg/dl. Selain konsumsi yang
berpengaruh terhadap penyakit jantung yaitu kurangnya aktifitras fisik.
Kolesterol dari penguraian lemak adalah faktor yang mendominasi
penyakit degeneratif, salah satunya penyakit jantung. WHO (1997) diacu dalam
Almatsier (2009) menganjurkan konsumsi kolesterol kurang dari 300 mg perhari.
Kolesterol dalam jumlah banyak yang terdapat dalam darah akan membentuk
endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan arteri
yang disebit artheroklerosis. Anjuran asupan kolesterol dalam pecegahan penyakit
degeneratif menurut PERKI (2002) bahwa asupan kolesterol harus dibatasi yakni
< 300 mg/hari dengan membatasi konsumsi kolesterol dari makanan yang tinggi
lemak hewani. Pengurangan konsumsi kolesterol sampai kadar yang lebih rendah
yaitu 200 mg/hari harus dilakukan pembatasan dari diet serta dianjurkan bagi
individu yang memiliki kadar kolesterol LDL yang meningkat, diabetes mellitus
dan atau penyakit kardiovaskuler.
C Tingkat Konsumsi Natrium
Natrium bersifat mengikat air .pada saat garam dikonsumsi, maka garam
tersebut akan mengikat air sehingga air akan diserap masuk dalam intravaskuler
yang menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila volume darah
meningkat maka mengakibatkan tekanan darah juga meningkat. Selain itu natrium
merupakan salah satu komponen zat terlarut dalam darah. Dengn mengkonsumsi
garam konsentrasi zat terlarut akan tinggi sehingga penyerapan air masuk dan
selanjutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (Puspitorini 2008).
D. Profil Lipid
Lipid merupakan suatu subtansi atau zat yang hanya larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air. Sifatnya yang tidak larut air menjelaskan
bahwasanya lemak atau lipid dalam plasma darah (yang mengandung air) harus
dibawa dalam bentuk ikatan kimia dengan protein plasma yang bersifat hidrofolik
dan berukuran relatif besar ( Andry, 2007).
Metabolisme lemak dalam tubuh dilakukan di dalam sel lemak dalam
jaringan adiposa. Sel-sel adiposa mempunyai enzim khusus pada permukaanya,
yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang dapat melepas trigliserida dan lipoprotein
untuk dihidrolisis dan meneruskan hasil hidrolisis ke dalam sel. Terdapat enzim
lain dalam sel yang merakit kembali hasil hidrolisa, sehingga menjadi trigliserida
untuk disimpan sebagai cadangan energi ( Andry, 2007). Bahan makanan yang
termasuk lemak hewani yaitu udang (lobster, ebi, rebon), otak (sapi, kerbau,
Berdasarkan tabel 5, didapatkan jumlah pasien yaitu 5 laki-laki dan 5
perempuan. Pada umumnya laki-laki memiliki risiko yang lebih besar menderita
penyakit jantung koroner dari pada wanita sebagaimana yang dikemukakan oleh
Mangoenprasodjo, 2004 yang menyatakan laki-laki memiliki risiko yang lebih
besar terkena serangan jantung dan kejadiannya lebih awal dari pada wanita.
Wanita yang masih mengalami menstruasi lebih terlindung dari penyakit jantung.
Hal ini karena hormon esterogen pada wanita.
Berdasarkan usia menunjukkan bahwa pasien paling banyak yaitu berusia > 60
tahun sebanyak 5. Dari data diatas diketahui bahwa penyakit jantung koroner
banyak terjadi pada usia >40 tahun. Menurut Patel, 1994 menyatakan bahwa
seiring dengan bertambahnya usia, efisiensi dari sistem kardiovaskuler menurun
sehingga memberikan risiko yang lebih besar terjadinya gangguan jantung
koroner. Menurut Maulana, 2007 bahwa usia 45 tahun merupakan usia yang kritis
dan harus diwaspadai oleh kaum pria sedangkan kaum wanita yaitu pada usia 55
tahun.
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa status gizi pasien sebanyak 6 pasien
tergolong normal dan sebanyak 4 pasien tergolong kurang. Munurut Wardlaw,
2007, status gizi kurang atau lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit atau lebih
banyak dari energi yang dibutuhkan individu.
Status gizi ke empat pasien tersebut dalam kategori kurang, hal tersebut bisa
terjadi karena pasien sudah lanjut usia dan pola makannya tidak teratur. Status gizi
kurang pada pasien dengan penyakit jantung jarang diketahui, karena biasanya
penderita penyakit jantung koroner sering dialami oleh pasien yang overweight
atau gizi lebih. Beberapa referensi menyebutkan bahwa rata-rata orang yang
menderita penyakit jantung status gizinya lebih atau kegemukan. Menurut Price,
2006, Kegemukan/Obesitas dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL
kolesterol. Lemak sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit
pembuluh darah. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi pembentukan
platelet yang abnormal, DM dan juga hipertensi
Dilihat dari tekanan darah menunjukkan bahwa pada saat masuk rumah sakit
sebanyak 2 pasien tekanan darahnya tergolong tinggi. Tekanan darah masing-
masing ke 2 pasien yaitu 220/120 mmHg dan 170/90 mmHg. Tekanan darah erat
kaitannya dengan konsumsi natrium, semakin tinggi konsumsi natrium maka
tekanan darah cenderung juga tinggi. Tekanan darah tinggi tersebut sering
menyebabkan seseorang menderita penyakit jantung koroner sebagaimana yang
dijelaskan oleh Moerdowo, 1994 bahwa tekanan darah tinggi dapat menimbulkan
perubahan ateroklerosis dalam pembuluh darah di otak atau perubahan patologis
di pembuluh perifer arteri otak, sehingga menyebabkan penyakit jantung dan
sroke.
Tabel 6. Riwayat Gizi Dahulu
Riwayat Gizi Dahulu
Kesukaan n
Makanan berlemak 4
Makanan gorengan 1
Berlemak dan gorengan 3
Makanan asin 2
Jumlah 10
Tabel 6 menunjukkan sebanyak 4 pasien suka mengkonsumsi makanan
berlemak seperti sate, daging, gajih, dan jeroan. Sedangkan pasien yang suka
makanan berlemak dan gorengan seperti ayam potong, daging, telur dan camilan
yang digoreng sebanyak 3 pasien, dan pasien yang suka makanan gorengan saja
yaitu 1 pasien. Baraas, 2006 menyatakan makanan berlemak memicu terjadinya
plak pada atheroma dan penyempitan progresif dari arteri yang menyuplai darah
ke otot jantung, sehingga aliran darah dalam pembuluh koroner tidak adekuat lagi,
dengan demikian dinding otot jantung mengalami iskemia dimana oksigen untuk
otot jantung sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sel.
Pada dasarnya lemak tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan darah
namun berdasarkan Griel 2006 dalam penelitian Sulityowati 2009 yaitu terdapat
hubungan antara penyakit jantung koroner dengan tekanan darah. Lemak tersebut
dapat membuat plak kolesterol dalam darah menyebabkan dinding arteri menebal
dan saluran arteri semakin sempit sehingga denyut jantung semakin cepat dan
tekanan darah semakin meningkat untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.
Dari tabel 5 diketahui bahwa dari 10 pasien terdapat satu pasien PJK disertai
dengan diabetes mellitus (DM). Berdasarkan riwayat gizi dahulu, pasien sering
mengkonsumsi makanan berlemak dan gorengan. Penyakit DM yang diderita
sudah dari dulu yaitu sekitar 6 tahun yang lalu. Menurut WHO, 1989 Diabetes
Mellitus (DM) termasuk faktor penyakit strok iskemik yaitu gangguan ketersedian
darah pada suatu daerah di otak. Hal ini merupakan penyebab terbesar yaitu 85%
dari semua strok disebabkan oleh stok iskemik atau infark. Menurut Puspita 2009
dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan antara menkonsumsi
makanan berlemak dan kolesterol terhadap kecepatan kesembuhan penyakit
pembuluh darah di RSU Unit Swadaya Daerah Gambiran Kediri, sehingga pada
pasien yang terdiagnosa penyakit jantung dengan komplikasi Diabetes Mellitus
(DM) diperlukan pengaturan makan yang tepat, karena itu hal yang sangat
penting mengingat komplikasi yang sangat membahayakan bagi pasien tersebut.
Adapun untuk pasien yang suka dan sering mengkonsumsi makanan asin yaitu
sebanyak 2 pasien. Makanan asin yang dikosnsumsi misalnya ikan pindang,
cakalang, dan hasil laut lainnya. Sedangkan sayuran dan lauk pauk sering
ditambahkan natrium/garam pada saat pengolahan dan penambahan natrium atau
garam tersebut melebihi anjuran(12
sdm atau 6 gram).
Tabel 7. Perkembangan Tekanan Darah Pasien
Perkembangan tekanan darah pasien
Kategori Awal Akhir
n n
Normal 6 10
Normal tinggi 2 0
Hipertensi 2 0
Jumlah 10 10
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa perkembangna tekanan darah pasien
pada awal pengamatan yaitu sebanyak 6 pasien yang kategori tekanan darahnya
normal dan sebanyak 2 pasien yang kategorinya hipertensi. Hal ini disebabkan
beberapa faktor yaitu pemilihan jenis makanan, stress, dll. Menurut Anggraini,
2009 stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Tekanan darah pasien pada awal dan akhir ada kemajuan disebabkan dari 10
pasien tekanan darahnya normal. Hal itu bisa terjadi karena banyak faktor, salah
satunya adanya pemberian obat anti hipertensi yaitu seperti captopril, ceftriaxone,
ratidin, dan Lasix yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pasien
menjadi normal kembali. Menurut DEPKES 2006, tujuan pemberian obat anti
hipertensi yaitu mengurangi risiko lebih lanjut dan untuk menurunkan mortalitas
dan morbiditas yang berhubungan dengan kerusakan organ target misalkan
kejadian kardiovaskuler, gagal jantung dan penyakit ginjal.
Pasien PJK yang tekanan darahnya tinggi perlu diwaspadai karena hal itu
merupakan salah satu penyakit komplikasi dan menyebabkan kondisi pasien lebih
parah serta dapat menimbulkan penyakit yang mematikan atau stroke.
Berdasarkan Mardjono (1997), tekanan darah tinggi dapat menimbulkan
perubahan ateroklerosis pada pembuluh darah otak atau perubahan patologis di
pembuluh arteri otak yang dapat menyebabkan terjadinya stroke. Apabila tekanan
darah sistolik dan diastolik meningkat, kemungkinan terjdai stroke 4x lipat
daripada orang-orang yang memiliki tekanan darah normal (normotensif). Tetapi
apabila peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya diabetes mellitus,
hipertropi jantung kiri, hyperlipidemia pada pasien dengan umur lebih dari 40
tahun, kemungkinan terjadi stroke 6 –10 kali orang normal.
B. Terapi Diet Rumah Sakit
Tabel 8. Standar Diet Rumah Sakit Umum Daerah Waluyo Jati Kraksaan
No Terapi Diet
1 Jenis Diet n
Jantung 1500 Kkal+RG III 3
Jantung 1500 Kkal+RG II 1
Jantung 1700 Kkal + RG I 1
Jantung 1700 Kkal + RG III 3
Jantung 1700 Kkal + DM 1
Jumlah 10
2 Bentuk Makanan Awal MRS n
Saring 2
Lunak 7
Biasa 1
Jumlah 10
3 Cara Pemberian n
Oral 9
Enteral 0
Oral+Parenteral 1
Jumlah 10
Keterangan RG : Rendah GaramDM : Diabetes Mellitus
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa jenis diet yang diberikan oleh rumah
sakit terhadap 10 pasien berbeda-beda sesuai dengan kondisinya. Sebanyak 3
pasien diberikan diet jantung 1500 Kkal + RG III dan 1 pasien diberikan diet
jantung 1500 Kkal + RG II. Pasien yang diberikan jenis diet jantung RG II
karena tekanan darah MRS tergolong cukup tinggi, sehingga pemberian
garam dibatasi. Adapun kandugan natrium maksimal diberikan kepada pasien
tersebut yaitu 800 mg atau ½ sdt garam dapur, hal itu berguna untuk
mencegah terjadinya hipertensi tingkat lanjut. Diet jantung 1700 Kkal + RG I
diberikan kepada satu pasien. Terapi diet jantung RG I, disebabkan tekanan
darah pasien tinggi dan tergolong hipertensi berat. Untuk terapi diet jantung
1700 Kkal + RG III diberikan kepada 3 pasien yang tidak menderita
hipertensi, karena pasien yang didiagnosa sakit jantung rentan mengalami
peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Dan pemberian diet jantung 1700
Kkal + DM karena pasien menderita diabetes mellitus dan untuk mencegah
terjadinya komplikasi penyakit lain.
Standar energi dari 10 orang pasien yaitu 5 pasien diberikan terapi diet
sudah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan 5 pasien lagi masih belum sesuai
dengan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan energi pasien berguna untuk
mempercepat pemulihan kondisi dan kesembuhan pasien. Menurut Borzotta,
2000 menyatakan bahwa pemenuhan nutrisi pada fase perbaikan akan
mencegah terjadinya pemecahan protein sebagai cadangan energi sehingga
dapat mencegah terjadinya malnutrition energy protein (MEP).
Bentuk makanan berupa makanan lunak diberikan kepada 7 pasien,
makanan saring 2 pasien dan makanan biasa 1 pasien. Pasien yang mendapat
makanan biasa yaitu pada awal MRS dan pada hari ke- 2 pasien mendapat
makanan dalam bentuk makanan saring, dan pada hari ke -3 pasien diberikan
makanan dalam bentuk lunak. Secara teoritis perubahan makanan dari biasa
menuju lunak berarti keadaan pasien kurang baik, namun pada masalah ini
ternyata perubahan makanan tersebut ditujukan sebagai upaya untuk
mengurangi sisa makanan, karena pada hari pertama sisa atau waste cukup
banyak (73, 5%), sedangkan pada hari ke-2 waste lebih sedikit yaitu 71,6 %.
Cara pemberian makanan kepada pasien secara oral terdapat 9 pasien. Hal
ini dikarenakan kondisi pasien yang masih mampu untuk mengkonsumsi
makanan secara oral. Sedangkan cara pemberian oral+parenteral diberikan
kepada 1 pasien disebabkan kondisinya yang sangat lemah dan adanya
gangguan pencernaan, sehingga makanan oral saja tidak mencukupi
kebutuhan pasien. Pemberian secara parenteral menurut Baron 2005, yaitu
pemberian nutrisi parenteral dikarenakan adanya gangguan proses menelan,
gangguan pencernaan, dan absorspi.
.
C. Tingkat Konsumsi Energi, Lemak, Kolesterol, dan Natrium
Rata-rata tingkat konsumsi energi pasien selama 3 hari baik intake dari diet
rumah sakit maupun dari luar rumah sakit bisa diketahui pada tabel berikut ini.
1. Tingkat Konsumsi Energi Pasien
Tabel 9. Tingkat Konsumsi Energi Pasien
No Tingkat konsumsi energi n
1 Baik 0
2 Sedang 1
3 Kurang 0
4 Defisit 9
Jumlah 10
Berdasarkan tabel 9 sebagian besar tingkat konsumsi energi tergolong
defisit sebanyak 9 pasien. Hal ini disebabkan asupan makan pasien hanya sedikit
dibandingkan kebutuhannya. Pasien hanya mengkonsumsi sedikit makanan dari
rumah sakit karena rata-rata pasien tidak nafsu makan. Hal tersebut dikarenakan
gejala dari penyakit yang dialami pasien misalkan sesak napas dan batuk. Asupan
energi pasien pada hari ke -1 (lihat lampiran 8) tidak ada yang mencapai standar
energi diet rumah sakit, rendahnya asupan energi pasien disebabkan oleh
penurunan nafsu makan yang ditandai dengan besarnya sisa (waste) pada setiap
menu yang disajikan oleh rumah sakit. Menurut Borzotta, 2000 yaitu penurunan
nafsu makan disebabkan karena adanya gangguan sesak napas akibat suplai
oksigen dalam darah berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada
pernapasan yang membuat intake makanan pasien menurun.
Asupan energi pasien yang tergolong dalam kategori sedang hanya 1
pasien yaitu mencapai 72 % dari kebutuhan energi total. Dari total 10 pasien
tingkat konsumsi energi rata-rata sebesar 49% dari kebutuhan energi. Hasil ini
hampir sama dengan penelitian dari Wardani, 2000 yang menyatakan asupan
energi rata-rata hanya mencukupi 60% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Selama penelitian ke sepuluh pasien hanya mampu mengkonsumsi makanan yang
diberikan oleh rumah sakit rata-rata sebesar 44 % dari standar rumah sakit.
2. Tingkat Konsumsi Lemak
Tabel 10. Tingkat Konsumsi Lemak
No Tingkat konsumsi lemak n
1 Baik 2
2 Sedang 2
3 Kurang 1
4 Defisit 5
Jumlah 10
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa terdapat 5 pasien tingkat konsumsi
lemaknya dalam kategori defisit, 2 pasien dalam kategori sedang dan 1 pasien
dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan kecenderungan pasien dalam selera
makan yang tidak baik, pasien merasa malas dan tidak nafsu makan. Hal tersebut
bisa terjadi karena dampak dari gejala penyakit yang diderita pasien seperti batuk
dan sesak napas sebagaimana yang pernah dipaparkan oleh beberapa ahli
diantaranya oleh Borzotta, 2000 yaitu penurunan nafsu makan disebabkan karena
adanya gangguan sesak napas akibat suplai oksigen dalam darah berkurang
sehingga menimbulkan gangguan pada pernapasan yang membuat intake makanan
pasien menurun.
3. Kolesterol
Tabel 11. Asupan Kolesterol
No Kolesterol (mg) n
1 ≤ 300 9
2 >300 1
Jumlah 10
Nilai ≤ 300 dalam kategori baik dan >300 buruk McGowan, 2001dalam dewi
2010. Berdasarkan tabel 11, diketahui bahwa asupan kolesterol pasien
dibandingkan dengan standar yaitu dalam baik sebanyak 9 pasien dan yang dalam
kategori buruk sebanyak 1 orang pasien. Adapun tingkat konsumsi kolesterolnya
sebesar 325,1 mg (lampiran 9), itu dikarenakan pasien tersebut mendapatkan
makanan dari luar berupa kuning telur dalam sehari sebanyak 1 kali dan dari
rumah sakit pada hari pertama mendapatkan 2 kali, pada hari ke dua mendapatkan
1 kali dan pada hari ke tiga mendapatkan 2 kali. Kuning telur termasuk makanan
yang tinggi kolesterol, mengkonsumsi kolesterol yang berlebih dalam setiap hari
dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sebagian besar pasien mengerti
penyebab penyakit jantung yaitu makanan berlemak dan berkolesterol tinggi,
namun pasien kurang mengetahui tentang kadar kolesterol dalam suatu bahan
makanan. Menurut Junaidi, 2003 konsumsi makanan dengan kadar kolesterol
tinggi dapat mempengaruhi risiko jantung dan memberikan efek pada tekanan
darah, kadar kolesterol serum, gula darah, berat badan dan precursor ateroklerosis
lainnya.
4. Asupan Natrium
Tabel 12. Asupan Natrium
No Natrium (mg) n
1 Tinggi 0
2 Normal 8
3 Rendah 2
Jumlah 10
Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa sebanyak 8 pasien asupan natriumnya
dalam kategori normal. Hal ini disebabkan diet yang diberikan rumah sakit sudah
sesuai dengan kebutuhan pasien. Sedangkan untuk 2 pasiennya lagi yaitu asupan
natriumnya tergolong rendah. Masing-masing ke 2 pasien dalam pemberian
natriumnya berbeda, yaitu 1 pasien yang didiagnosa penyakit jantung koroner
dengan hipertensi berat sehingga pasien diberikan diet rendah garam atau tidak
diberikan garam pada saat proses pengolahan makanan dan untuk kandungan
natriumnya maksimal 400 mg. Sedangkan 1 pasiennya lagi terdiagnosa penyakit
jantung koroner dengan hipertensi sedang, dan untuk proses pengolahan
makanannya diberikan sedikit garam yaitu ½ sdt atau kandungan natriumnya 600
– 800 mg. Menurut Almatsier, 2006 pembatasan konsumsi natrium ditujukan
untuk menghilangkan retensi air dalam jaringan tubuh serta menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Sumber yang lain mengatakan Madjiono, dkk, 2003
hipertensi merupakan salah satu faktor resiko PJK dan dapat menyebabkan stroke.
Tekanan darah yang meningkat dapat merusak dinding pembuluh darah dengan
memperkeras arteri dan mendorong terbentuknya bekuan darah terutama pada
orang dengan kisaran usia 45 tahun.
D. Profil Lipid Pasien
Profil lipid pasien diperoleh dengan cara membandingkan nilai awal dengan
nilai akhir penelitian atau setelah 3 – 5 hari setelah data profil lemak diambil.
Profil lemak pasien dapat dilihat dilampiran. Adapun untuk perkembangan profil
lipid pasien yaitu bisa dilihat di tabel 13.
1. Profil lipid pasien
Tabel 13. Perkembangan Profil Lipid ( Kolesterol Total) Pasien
Profil lipid pasien
No
Kolesterol total
Awal Akhir
1 n n
Normal 7 7
Tinggi 1 2
Sedang 1 0
Rendah 1 1
Jumlah 10 10
2 Trigliserida
Normal 7 8
Tinggi 1 2
Sedang 2 0
Rendah 0 0
Jumlah 10 10
3 HDL
Normal 4 3
Tinggi 0 0
Rendah 6 7
Jumlah 10 10
4 LDL
Normal 1 4
Tinggi 3 2
Rendah 6 4
Jumlah 10 10
Nilai normal kolesterol total < 200 mg%. Dari tabel 13 menunjukkan bahwa
dari 10 pasien terdapat 7 pasien nilai kolesterol totalnya dalam kategori normal.
Sebanyak 2 orang pasien nilai akhir kolesterolnya naik
Nilai normal trigliserida < 150 mg%. Berdasarkan tabel 13 menunjukkan
bahwa nilai trigliserida dari ke 10 pasien pada awalnya normal sebanyak 7 pasien,
dan pada akhir menjadi 8 pasien. Sedangkan 2 pasien lainnya dalam kategori
tinggi. Hal ini dimungkinkan faktor lain misalkan usia, alasan ini didukung oleh
pendapat dari Soen, 1994 peningkatan profil lipid darah juga disebabkan karena
faktor usia dimana pada usia > 30 tahun akan terjadi penuaan yang menyusutkan
masa otot dan sekaligus menyuburkan masa lemak.
Nilai normal HDL yaitu 36 – 82 mg%. Berdasarkan profil lipid HDL
menunjukkan bahwa nilai HDL pada awalnya sebanyak 6 pasien dalam kategori
rendah dan pada nilai akhir bertambah menjadi 7 pasien. Penurunan
perkembangan nilai HDL tersebut bisa terjadi karena asupan kolesterol pasien
hanya 66,8% dibandingkan dengan standar sehingga dimungkinkan penguraian
kolesterol menjadi HDL tidak terpenuhi dan masih ada beberapa faktor lain
misalkan faktor usia dan menopause sehingga penyerapan dan metabolisme dalam
tubuh tidak sempurna.
Nilai normal LDL < 150 mg%. Berdasarkan profil lipid LDL,
menunjukkan bahwa nilai profil lipid LDL dalam kategori normal sebanyak 4
pasien yang pada awalnya hanya 1 pasien. Dan pasien yang dalam kategori rendah
sebanyak 4 pasien, yang awalnya 6 pasien
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan
1. Pasien yang menjadi subjek penelitian berjumlah 10 pasien, berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia 42 – 78 tahun.
Terdapat 3 pasien dengan komplikasi yaitu komplikasi hipertensi 2
pasien, dan diabetes mellitus 1 pasien . Terdapat 6 pasien status gizinya
dalam kategori normal dan 4 pasien dalam kategori kurang. Dan untuk
kategori tekanan darah pasien, yaitu sebanyak 3 pasien dalam kategori
normal, 5 pasien dalam kategori normal tinggi, dan 2 pasien dalam
kategori hipertensi.
2. Terapi diet yang diberikan rumah sakit meliputi jenis diet, bentuk
makanan dan cara pemberian. Standar diet rumah sakit yang sesuai dengan
kebutuhan pasien sebanyak 5 pasien. Jenis diet pasien berupa diet jantung
1500 + RG dan 1700 + Kkal dan diet jantung + DM.
3. Tingkat konsumsi energy pasien dalam kategori defisit sebanyak 9 pasien
dan dalam kategori sedang sebanyak 1 pasien. Tingkt konsumsi lemak
pasien dalam kategori defisit 5 orang pasien, kurang 1 pasien, sedang 2
pasien dan baik 2 pasien. Tingkat konsumsi kolesterol yaitu sebanyak 9
pasien dalam kategori baik dan 1 pasien dalam kategori buruk. Dan untuk
tingkat konsumsi natrium yaitu sebanyak 8 pasien tergolong normal dan 2
pasien tergolong rendah.
4. Dari hasil akhir profil lipid menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada
nilai kolesterol total. Untuk nilai akhir dari profil lipid TG dan LDL
masing-masing dalam kategori normal yaitu 8 dan 4 pasien. Sedangkan
profil lipid HDL yang dalam kategori rendah ada 7 pasien.
B. Saran
1. Standar diet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
2. Diharapkan adanya penyuluhan yang lebih sering tentang pemilihan jenis
makanan, supaya pasien tidak sembarangan mengkonsumsi makanan luar dari
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Astawan, M. dan Tutik, W. 2004. Diet Sehat dengan Makanan Bernatrium. Solo : Tiga Serangkai.
Anggraini. 2009. Faktor-Faktor Risiko Penyebab Hipertensi. Jakarta : EGC
Bahri. 2004. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Sumatera: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Baraas F. Respons imunologi. dalam : Kardiologi Molekuler. Jakarta : Bagian Kardiologi. FKUI / RS Jantung Harapan Kita ; 2006 : 194-264.
Baron. 2005. Total Parenteral Nutrition. Jakarta : Airlangga
Beevers, Prof.d.g.2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah jakarta: Dian Rakyat)
Borzotta, A.P. 2000. Nutritional Support in Neurologic Injury. Berlin : Spinger
Depkes 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi.
Dewi, N C. Gambaran Pola Konsumsi dan Aktivitas Yang Mempengaruhi Penyakit Jantung Koroner di RSUD banyuwangi : Malang. Karya Tulis Ilmiah, hal 41 – 42
Eastwood. Commite Research. 1968. Diet and Healt. Washington : National Academic Press
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku saku: Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC
Guyton, Arthut C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9 Editor : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.
Hernawati. 2009. Pengaruh Penambahahan Bekatul Pada Pakan Terhadap Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (Mus Musculus L.) Jantan Galur Swiss Webster. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Heslet L. 2007. Kolesterol Yang Perlu Anda Ketahui. Anton Adiwiyoto (Penerjemah). Jakarta : Kesain Blanc.
J.B. Suharjo B. Cahyono 2008. Gaya Hidup Dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius hal 25.
Junaidi I. 2006. Pengenalan, Pencegahan, Pengobatan, Rehabilitasi, Serta Tanya Jawab Seputar Jantung. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer
Kromhout et al 2000. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids (Macronutrients). Washington. DC : National Academies Press
Linder. 1992. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids (Macronutrients). Washington DC : National Academic Press.
Linder, 1998. Nutirisi dan Metabolisme Lemak. Jakarta : EGC
Mangoenprasodjo, A. Setiono. 2005. Makanan Berkhasiat Agar Jantung Sehat. Yogyakara : Think Fresh
Madjiono, Roehandi, Yogieantoro. 2003. Hipertensi dan Stoke. Jakarta : PT raya Grafindo Persada.
Mardjono M & sidharta P. 1997. Neurologi Klinik Dasar. Edisi ke-7. Jakarta : Dian Rakyat
Maulana, Mirza. 2007. Penyakit Jantung. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Group
Moore Mary Courtney. 1997. Pocket Guide To Nutritional Assessment And Care. America : Elsevier Mosby Soediawan. 2009
Moore Mary Courtney. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi, edisi II. Jakarta : Hipokrates
Moerdowo, R. M. 1986. Sekitar Masalah Jantung. Jakarta ; PT. Karya Grafindo Persada
Patel C. 1994. Fighting Heart Disease A Pratical Self Help Guide To Prevention and Treatment. London : Darling Kindersley Publisher Limited
PERKI Pusat dan Yayasan Jantung. , 2002, Pedoman Makan Untuk Kesehatan Jantung Indonesia : Jakarta
PERSAGI dan Bagian Gizi RSCM. 1996. Penuntun Diet : Jakarta.
Piliang WG dan SD Al-Haj. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Bogor. : IPB Press
Price, Silvia Anderson dan Wilson L M. 2006. Patofisiologi, volume 1. Jakarta : EGC.
Puspita , M. R. 2009. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Unit Swadaya Daerah Gambiran Kediri, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Puspitorini, Mira. 2008. Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi. Jojakarta. Image press
Rahardja. Ekky. 2002. Suatu Faktor Risiko pada Kesehatan Tubuh, Simposium Mengenal Lebih Dini serta Penanganan Penyakit Stroke dan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : R.S. Husada
Riyadi H. 2001. Metode Penelitian Status Gizi Secara Antropometri. [Diktat Kuliah]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Sizer F and Whitney E. 2006. Nutrition Concept and Controversies. USA : Thomson Wadsworth
Sulistyowati T. 2009. Efek Lemak Jenuh Tak Jenuh terhadap Kesehatan. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume XIX.
Suyono. Slamkfiet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid 3. Jakarta : FKUI
Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001.
Tala, Zaimah Z. 2009. Manfaat Natrium Bagi Kesehatan. Sumatera : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Taylor, Clive R dan Candrasoma P. 2006. Patologi Anatomi, edisi 2. Jakarta : EGC
Tirtawinata. 2006. Hubungan Asupan Natrium Dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total dan Kadar Trigliserida Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang.
Wardlaw. 2007. Pengertian Status Gizi. Jakarta
Weijenberg, M.P., Feskens, E.J., Kromhout, D. 2000. White blood cell count and the risk of tolerance . Atherosclerosis 163: 17581
Willet. 1998. Nutritional Epidemiology. Newyork : Oxford University Press
Winarno F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Lovastatin dan Kohlmeier, 2006. Penyakit jantung dan Tekanan Darah Tinggi Pengenalan Gejala, Pencegahan dan Penanganan dengan Metode Alami. Jakarta : Prestasi Pustaka Karya.
Khomsan , Ali. 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta . PT raya Grafindo Persada.
The WHO Task Force on Stroke and other Cerebrovascular Disorders (1989), Hansson GK. Inflammation, atherosclerosis, and coronary artery disease. N Engl J Med 2005; 352 : 1685 – 95.
Lampiran
Lampiran 4.
Diet Jantung Rumah Sakit Waluyojati Kraksaan.
a. Makanan yang tidak diberikan
Makanan yang digoreng dan berlemak tinggi yaitu gajih, santan
dan susu full cream
Sayuran yang menimbulkan gas : sawi, kol, nangka muda
Buah yang berlemak tinggi dan menimbulkan gas : durian, nangka
b. Makanan yang dibatasi
Daging diberikan tidak lebih 1x seminggu, tidak lebih 100 gram
sehari
Ayam diberikan tidak lebih 3x seminggu, tidak lebih 100 gram
sehari
Telur diberikan tidak lebih 3x seminggu, tidak lebih 1 butir sehari
Kacang tanah tidak lebih 25 gram sehari
Pembagian makananan sehari
Makan pagi
Nasi/tim/bubur kasar/bubur halus : sesuai standar porsi
Lauk hewani : daging 50 gram
Lauk nabati : tempe 25 gram
Sayur : sesuai standar porsi
Snack pagi untuk pasien R. Tengger, Utama, Kelas I, Kelas II.
Bubur sumsum / kentang rebus / kue tanpa soda kue / digoreng
/ buah
Kacang ijo / teh
Makan siang
Nasi/tim/bubur kasar/bubur halus : sesuai standar porsi
Lauk hewani : daging 50 gram
Lauk nabati : tempe 25 gram
Sayur : sesuai standar porsi
Snack siang untuk pasien Ruang Tengger, Utama, Kelas I.
Bubur sumsum / kentang rebus / kue tanpa soda kue / digoreng
/ buah
Air putih (untuk pasien di R. Tengger).
Makan sore/malam
Nasi / tim / bubur kasar/ bubur halus : sesuai standar porsi
Laukhewani : ayam : 75 gram
Lauk nabati : tempe : 25 gram
Sayur : sesuai standar porsi
Buah selain pisang (untuk pasien di R. Tengger).
Lampiran 5
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI
KODE SUBJEK : 01
Identitas
1. Nama : NY. AT2. Usia : 48 TH3. BB : -4. TB : -5. TL : 45cm6. LLA : 25 cm7. Status Gizi : kurang
Perhitungan
% LLA = HASIL PENGUKURAN (cm)
NILAI MEDIAN (UMUR∧SEX ) x 100%
= 25
29,9= 83,6%
TBestimasi = 64,19 + (2, 02 x 45) – (0,24 x 48)= 143,5
BBideal = TB2 x 22,5= 1,432 x 22,5= 46
Energi = 25 Kkal/KgBBI= 25 x 46= 1159 Kkal
Protein = 1,2 x 46 = 55,2 g= 220,8 Kkal= 19%
Lemak = 30 % x Total Energi= 0,3 x 1159= 347,7 Kkal= 38,6 g